Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Tangan Berbisa Jilid 22

 
Jilid 22

Baru sekarang ia mengerti, baru sekarang ia menduga asal usulnya penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san itu.

Ternyata, tokoh luar biasa yang dihebohkan adalah ibu kandungnya?

Mengapa ibu membuat rumah penjara yang seperti itu ? oh Tentunya hendak memanCing keluar ayah dari persembunyiannya.

“Hei, suko...." terdengar suara Leng Bie Sian dikamar sebelah. "Kau kenapa ?"

"Betul betul tidak kusangka." berkata Kim Hong. "Tidak kusangka kalau penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san adalah ibu kandungku."

"Ya Penguasa rumah penjara Tay-pa-san adalah Suma Siu Khim "

Leng Bie Sian menjadi marah, ia berkata: "oh Kau jahat. Ternyata kau memanCing diriku, kau tidak tahu kalau guruku itu adalah ibu kandungmu, sengaja kau mengucapkan kata- kata tadi. "

Kim Hong berkata "Dengar keteranganku. ibu tidak menggunakan wajah penguasa rumah penjara rimba persilatan, dia menggunakan wajah aslinya menemui aku, maka akupun belum tahu betul, bahwa penguasa rumah penjara di gunung Tay-pek san adalah ibu kandungKu."

"Eh, dia suduh memberitahu kepadaku dahulu, begitu melihat wajahmu, ia sudah menduga sesuatu. Dikatakan kepadaku bahwa kau mungkin adalah anaknya yang hilang itu, maka sesudah kau meninggalkan rumah penjara, aku mendapat tugas untuk mengintil di belakang. sekarang, sesudah kau mengetahui ibumu, mengapa dia masih menutupi rahasia itu?"

"Betul." berteriak Kim Hong. "Apa maksudnya?" "Nggg...    kukira    dia    mempunyai    maksud  tertentu.

Mungkin dia takut kalau kau meminta agar dia membubarkan  rumah  penjara  di  gunung  Tay-pek  san itu

...."

"Ya. Aku memang mempunyai niatan itu."

"Maka, dia belum mau membongkar rahasia. Untuk sementara menutup kerudung mukanya" berkata Leng Bie Sian. "Kau bisa menduga alasan dari berdirinya rumah penjara di gunung Tay-pa-san?"

"Dia hendak memanggil ayahku."

"Tepat. Ayahmu memang kurang ajar sekali. Mengapa dia bersembunyi Karena itulah hendak ditantangnya datang."

"Tapi. "

"Tapi apa?" "Disaat ibu bernyanyi, sering kudengar suara laki-laki yang memanggilnya. Siu Khim.. . Siu Khim. sudahlah

Jangan bernyanyi. Siapakah suara laki-laki itu?" "Suara ibumu juga "

"oo Mengapa ia harus bersandiwara?"

"Dia senang bernyanyi. Tapi juga takut kalau rahasianya diketahui orang. Maka sengaja memegang dua peranan."

"Ah Hanya karena kepentingan diri sendiri, ibu mengaduk rimba persilatan sampai begitu rupa?"

"Ibumu sangat Cinta kepada ayahmu. Tapi dia tidak berhasil menemukan jejaknya, terpaksa apa boleh buat, dia harus menggunakan taktik ini. Seharusnya ayahmulah yang harus memikul tanggung jawab. Dia mempunyai cemburu yang besar. "

"Belum tentu ayah masih hidup, Dimisalkan ada di dalam dunia, tentu mempunyai alasan yang cukup kuat."

"Suko," panggil Leng Bie Sian dikamar sebelah. "Ada sesuatu yang hendak aku beritahu."

"Urusan apa?"

"Tentang sumoaymu itu, baik-baikkah keadaannya?" "Keadaannya baik-baik. Apa yang hendak kau beritahu?" "oh.....tidak. suko kau masih hendak menantang

penguasa rumah penjara rimba persilatan ditempat ini?"

"oo Sudah terjadi perobahan-perobahan ini, aku harus berpikir sekali lagi."

"Jangan berpikir lagi. Lekas lari" berkata Leng Bie sian- "Tidak ada artinya bertanding. Kau bukan tandingannya. Lebih baik lekas lari." "Bagaimana dirimu ?"

"Jangan khawatir. Pada suatu hari, suhu akan datang." "Kalau ibuku datang biar saja aku disini. Biar kita sama-

sama menunggu pertolongan ibu." "Tidak."

"Alasanmu."

"Kau sudah mempunyai seorang Sumoay, jangan kau menambah kesengsaraanku."

"Baiklah. Aku akan pergi." "Selamat jalan-"

"Baik-baik kau menjaga diri."

Sudah itu Kim Hong menuju kepintu disana orang tua berbaju merah co Tiok Hu sedang menunggunya. Karena itu Kim Hong menggapaikan tangan dan berkata: "Buka pintu."

co Tiok Hu mengajak Kim Hong kembali keruang arena pertandingan diperut gunung itu.

Ditengah jalan, tidak henti-hentinya Kim Hong berpikir, haruskah ia menempur penguasa rumah penjara yang baru?

Mengingat ilmu kepandaian Oey Ceng yang begitu tinggi, tokh masih jatuh dibawah tangan Sipenguasa rumah penjara? Apa guna ia menantang terus? Pasti ia juga kalah.

Kalau kalah berarti jatuh kedalam kamar tahanan rumah penjara rimba persilatan yang baru. Siapa yang harus memberi tahu pada ibunya digunung Tay-pa San ?"

SeCara tiba-tiba saja, menggunakan kelengahan Sikakek baju merah, ia memegang pergelangan jago itu, menekannya dan membentak: "Jangan berteriak"

orang tua beraju merah balik membentak "Apa maksudmu ?"

"Aku tidak jadi bertanding. Lekas ajak keluar dari tempat ini." berkata Kim Hong.

"Membatalkan Sayembara?"

"Aku tidak butuh dengan sayembara Sseperti itu. Lekas Ajak aku keluar dari tempat ini."

co Tiok Hu tidak berdaya, dia membawa Kim Hong meninggalkan tempat itu, sebentar kemudian mereka tiba dipintu goa yang mempunyai bobot berat seribu kati itu. Aneh bin ajaib Tanpa disentuh besi berat itu terangkat naik, jalan terbuka kembali.

Kejadian ini sangat mengejutkan Kim Hong. Ia heran dan tidak mengerti. Apa kegunaan dari penutup pintu itu, kalau dia bisa terangkat tanpa banyak kesulitan? Bisa dilolosi orang?

Perjalanan dilanjutkan, mereka berada didepan pintu berjari besi. Seperti juga pintu penutup baja murni, pintu jari inipun terangkat naik, co Tiok Hu mengajak Kim Hong keluar.

Tentu saja Kim Hong tidak tahu, semua itu mengalami proses-proses rencana yang masak.

Disaat mereka hendak meninggalkan lorong goa panjang itu, dari jauh terdengar derap langkah kaki orang. cepat- cepat Kim Hong berdekuk, menekan jalan darah co Tiok Hu dan membentak:

“Hayo Kau harus bisa diajak bekerja sama."

orang yang hendak memasuki kedalam arena pertandingan diperut gunung, adalah orang tua berbaju hijau, Lam-kiong Siang-liong. Meminjam penerangan obor- obor tampak jelas orang itu hampir berada didalam keadaan mabok.

Lorong itu terlalu keciL Tidak berhasil Kim Hong mengelakan- Mereka bersamprokan muka.

"Eh," Lam-kiong Siang-liong memperlihatkan wajahnya yang terkejut. "Kau tidak jadi mengikuti sayembara?"

Kim Hong memegangi pergelangan tangan co Tiok Hu dengan keras, membawakan sikap yang tenang, dia berkata:

"Tepat Aku adalah orang pertama yang berhasil memenangkan sayembara ini."

Lam-kiong Siang-liong menggoyang-goyangkan kepala, ia berkata

“Heran Heran Jago kosen yang seperti Tamu tak diundang dari luar daerah, tohk tak bisa memenangkan penguasa rumah penjara kami, kau si bocah ini berumur begitu muda, mungkinkah hendak menipu?"

Sesudah itu, menoleh kearah co Tiok Hu, bertanya: "Betulkah keterangannya?"

co Tiok Hu mengeluarkan dengusan suara dari hidung, tidak menjawab.

Lam-kiong Siang-liong memandangnya sebentar, menggelengkan kepala dan berkata.

Kim Hong sudah berada dipintu pertahanan terakhir. dari Sini ia bisa lari, menyeret co Tiok Hu menotok jalan darahnya dan berkata

"Terima kasih. Sampai disini saja kau antar. Untuk selanjutnya aku tahu bagaimana harus membawa diri." Meninggalkan co Tiok Hu dilorong gelap itu, tubuh Kim Hong melejit, melewati pintu gerbang terakhir.

Pintu itu terjaga oleh dua orang yang  membaWa tombak, dua orang itu juga adalah dua jago silat hebat, mengetahui ada sesuatu yang tidak beres, mereka menggunakan dua tombak itu menuju kearah bayangan yang melejit keluar.

Kim Hong berdengus, dengan satu tangan satu ia menangkap datangnya dua tombak tersebut, pletak ia mematahkannya, tubuhnya melayang tinggi, disaat ia turun seCepat itu pula, ia menotok jalan darah kedua penjaga pintu.

Tentu saja kedua penjaga pintu goa tidak berdaya, mereka jatuh ngegeloso. Gerakannya Kim Hong terlalu sebat, sulit diikuti dengan pandangan masa. Tiba-tiba, telinga Kim Hong yang tajam bisa menangkap datangnya suara pujian: “Hebat "

Kim Hong menoleh kearah datangnya suara pujian itu, tidak tampak bayangan- Bulu tengkuknya bangun berdiri, ia tidak berani berdiam lama-lama ditempat itu seCepat itu pula, meluncur turun kebawah gunung.

Berlari beberapa waktu Kim Hong menoleh kebelakang, takut kalau mendapat pengejaran.

Ternyata tidak Keragu-raguannya itu percuma saja. Tidak ada orang yang membikin pengejaran, juga tidak tampak tokoh silat yang mengeluarkan suara pujian itu. Siapakah tokoh silat misterius tersebut? lawan atau kawan?

Demikian sehingga sampai ditempat penjagaan sikakek bopengan Bwee Hauw An- Kim Hong tertawa geli atas ilmu kepandaian rumah penjara ditempat ini. Kecuali ilmu meringankan tubuhnya yang hebat, tidak ada sesuatu yang perlu ditakutkan-

Tiba-tiba dari semak-semak rumpun terdengar lagi satu suara:

“Ha-ha, kalau kau bisa menipu mati dan kuda tungganganmu, betul hebat."

Lagi suara misterius itu, Kim Hong menghentikan langkah dan membentak

"cianpwe dari mana? Mengapa tidak menampilkan diri?"

Tidak ada jawaban- Hanya terdengar gesekan-gesekan daun.

Kim Hong mengkerutkan alis, siapa kah orang itu?

Tapi kebebasan lebih penting, Kim Hong, berlari lagi. Sesudah dekat dengan tempat penjagaan Bwee HouwAn, ia merapikan pakaian, dengan langkah tenang, ia berjalan ketempat itu.

“Hallo, Bwee Hauw An cianpwe masih ada?"

Disana berkelebat seorang, itulah sikakek bopengan Bwee Hauw An- Wajahnya memperlihatkan keragu-raguan, ia bertanya "Eh, kau tidak jadi masuk kedalam arena sayembara?"

Kim Hong mengangkat pundak. ia berkata:

"Siapa bilang tidak? Aku sudah masuk. Dan kini aku keluar kembali"

"Kau berhasil memenangkan sayembara itu?" bertanya Bwee Hauw An-

Kim Hong menganggukkan kepala, ia berkata: "Ya. Kau heran?" Bwee Hauw An mengangguk-anggukkan kepala, yang tidak gatal, ia berkata “Heran Mungkinkah penguasa kami sengaja memberi kelonggaran?"

“Hei Siapa yang bilang?" Bentak Kim Hong. "Dengan alasan apa penguasa kalian memberi kelonggaran?"

"Betul-betul kau menang?" "Tentu saja menang"

"Orang siapa yang kau tolong?" "Kakek ie-oe."

Bwee Hauw An celingukan kekanan dan kekiri, ia tidak mendapatkan bayangan dan jejak si Kakek ie-oe, karena itu ia bertanya: "Dimana kakek ie-oe itu sekarang berada?"

Kim Hong berkata: "Dia sudah pergi sendiri. Sekarang aku mau mengambil barang-barangku, bolehkah?"

Bwee Hauw An berjalan pergi sebentar, tidak lama ia mengeluarkan kuda tunggangan, membawa satu kantong emas, diserahkan dan dari dalam saku bajunya mengeluarkan bata han-Giok, diserahkan kepada Kim Hong. ia berkata.

"Inilah barang-barang kawanmu yang bernama Oey Ceng itu. Maukah kau bawa kembali?"

Keadaan Oey Ceng memang agak misterius Kim Hong hendak menyelidiki terlebih jelas siapa tokoh itu. Karena itu ia menganggukkan kepala dan berkata: "Baik."

Diambilnya batu han-Giok itu, disimpannya baik- baik, menerima uang bungkusan emas, Kim Hong lompat naik ke atas kuda. "Selamat tinggal"

Dibedalnya kuda itu, ia meluncur dari gunung Bu San Di belakang Kim Hong, sikakek bopengan Bwee Hauw An tertawa geli, ia bergumam: "Terlalu mudah untuk menipu dirimu."

Tidak bercerita rencana apa yang diatur oleh penguasa rumah penjara persilatan yang baru. Mari kita ikuti perjalanan Kim Hong.

Kim Hong membedal kudanya dengan keras, alasan pertama, ia hendak mengelakkan pengejaran2 yang datangnya dari penguasa rumah penjara baru. Alasan kedua, ia harus cepat cepat bertemu dengan ibunya. Ternyata penguasa rumah penjara di gunung Tay-pa-san adalah ibu kandungnya.

Pikiran Kim Hong masih melayang-layang jauh, sebentar mengenangkan ibunya, sebentar ia memikirkan keadaan Yo in-jle yang pergi ke telaga Tay-pek tie. Sebentar lagi, menduga-duga asal usul Oey Ceng yang misterius itu.

Tent saja, kesan yang terbanyak mengarungi pikirannya adalah sipenguasa rumah Penjara rimba persilatan di gunung Tay-pa San-

Siapa yang bisa menduga, kalau penguasa rumah penjara itu adalah seorang wanita yang bernama Suma Siu Khim? Itulah ibu kandung Kim Hong.

"oh. "

Dunia ini terlalu kejam, orang yang menghebohkan rimba persilatan adalah ibu kandungnya sendiri.

Kim Hong sedang memikir-mikir, bagaimana harus membubarkan rumah penjara di gunung Tay-pa-san? Bersediakah Sang ibu menuruti kemauannya?

Tidak mungkin Suma Siu Khim menderita selama dua puluh tahun, adatnya kukuh dan ugal-ugalan, kecuali kalau Kim Hoong bisa mendampinginya lagi, sangat sulit, untuk membelokkan jalan arah yang sudah sesat itu. Kim Hoong adalah ayah Kim Hong

Mempenjarakanjago-jago silat yang ternama kecuali itu, tidak ada kejahatan lain-

Sang ibu telah mempenjarakan jago-jago kes atria. karena itulah golongan Kalong bisa mengembangkan kekuasaannya. Secara tidak langsung. Sang ibu membantu usaha kejahatan-Bagaimana ia mengatasi dan menanggulangi keadaan yang terbaik ? Inilah yang sedang Kim Hong pikirkan

SUMA Su-khim tidak berhasil mendapatkan kehangatan Cintanya, karena itu ia telah menciptakan sesuatu rumah penjara rimba persilatan

Suma siu- khim mempenjarakan banyak orang. Hal ini bisa dimengerti, karena ia hendak mencari jejak Suaminya yang terCinta.

Tapi dengan alasan apa pula, penguasa rumah penjara digunung Bu-san menciptakan rumah penjara kembar? Siapa yang menjadi penguasa rumah penjara bentuk baru itu? Inilah yang membingungkan Kim Hong.

Perjalanan dilanjutkan. Hari ini, sesudah menjelang sore, Kim Hong berlari jauh dari gunung Bu San- Tiba disebuah kota yang bernama cui-bie-shia.

Perjalanan terus menerus sangat melelahkan dirinya, perut Kim Hong juga dirasakan iapar, ia membelokan arah kuda memasuki kota cui-bie-shia,

la memegang buntelan emas yang dapat dihasilkan dari kemenangan sayembara dirumah penjara Tay-pa San, teringat kepada ini, hatinya menjadi geli, tanpa disadari ia berhasil menerima hadiah seribu tail uang emas dari tangan ibunya sendiri.

Pemberlan emas dari Suma Siu- khim itu belum dipergunakan- Hari ini Kim Hong hendak menggunakan dan mengobral pemberian uang emas dari ibunya.

disana Kim Hong memaSuki sebuah rumah Penginapan yang mentereng, seorang pelayan cepat datang menghampirinya, dengan membungkukkan setengah badan, dengan wajah berseri, orang itu berkata:

"silakan kongcu duduk dibawah saja?"

Kim Hong tertegun, ia bertanya: "Eh, apa artinya? Mengapa tidak boleh naik? Mungkinkah sudah banyak tamu? Tidak ada tempat kosong?"

Biasanya setiap rumah penginapan menyediakan kelas istimewa ditingkat atas, dan menyediakan kelas biasa ditingkat bawah.

"Betul Betul. " cepat- cepat pelayan itu berkata: "Tidak

ada tempat kosong lagi, semua meja sudah penuh, terlalu banyak tamu."

Kim Hong memasang telinga baik- baik, mulutnya terbuka lebar, ia berkata: "Berapa banyak tamu bisa memenuhi isi ruangan diatas loteng?"

Wajah pelayan itu menjadi tidak senang, ia berkata: "oh.....oh. diperkirakan bisa menerima seratus tamu."

Dengan marah Kim Hong membentak: "Bagus Diatas loteng hanya ada enam orang, bagaimana kau katakan sudah penuh ?"

Giliran pelayan itu yang terbelalak ia heran, bagaimana tamu ini bisa mengetahui begitu jelaS? cepat- cepat ia berkata: "Eh, bagaimana kongcu tahu, kalau diatas hanya ada enam orang tamu ?"

Dengan dingin Kim Hong berkata: "Lihat dulu biar betul. Siapa orang yang berdiri dihadapanmu ? Bukan saja aku tahu hanya ada enam orang, aku bisa membedakan tiga diantaranya adalah laki-laki, tiga lainnya adalah perempuan. Apa Salah ?"

Wajah pelayan itu semakin heran, dengan menganggukkan kepala ia berkata:

"Betul Ketiga tamu kita adalah tokoh-tokoh luar biasa. Kongcu bisa menduga bukan? Maka .... maka biar

kongcu makan dan minum dibawah loteng saja. Biar kukawani." Kim Hong bertanya:

"Ketiga tamu diatas loteng itu Sudah memborong semua meja?"

"Tidak" berkata pelayan tersebut. "Tapi jauh berbeda. Kau tahu siapa berapa tip persen yang diberikan kepada ketiga tukang nyanyi diatas itu? Huh Hmm,... seratus tail setiap gadis tukang nyanyi. Mendapat hadiah seratus tail, lihat saja. ia begitu royal. Maka.... kami tidak mengharapkan kesenangannya terganggu."

Dengan marah Kim Hong berkata: .Maka itu tidak mengharapkan ada tamu lainnya yang naik keatas loteng, dengan harapan mendapat persen yang lebih banyak?" Tercengar-cengir pelayan itu berkata.

Kim Hong menjulurkan tangan, mencengkeram baju depan pelayan rumah makan itu, ia membentak:

"Ramah makan kalian apa hanya tersedia untuk beberapa gelintir orang saja? Kau kira aku tidak kuat membayar rekening makanan? IHuh? Jangan anggap remeh orang, tahu Nah Kalau mau uang bilang saja kepadaku. Aku bisa membayar dua kali lipat dengan apa yang telah mereka bayar."

Didorongnya pelayan itu sehingga tergusur jatuh dilantai, Kim Hong mengayuni langkah menuju keloteng,

Seorang pelayan lain yang menyaksikan keadaan itu, mengetahui tidak mungkin mencegah Kim Hong naik keatas, secara berlari maju dibelakang sipemuda dan berkata:

"Kongcu... kongcu,,.. kau hendak makan diloteng? Boleh saja Tapi kami harap. kongcu tidak berisik, tidak mengganggu kesenangan mereka adalah tamu-tamu yang datang dari luar daerah."

Hati Kim Hong tergerak. ia menghentikan langkahnya, menoleh kearah pelayan baru dan bertanya:

"Tamu-tamu dari luar daerah? Daerah mana?" Pelayan itu menjawab.

"Daerah mana? Hamba juga tidak tahu. Dari bentuk logat suara mereka dan cara pakaian mereka, kami tahu bahwa mereka bukanlah dari daerah kita."

"Ngg......" Kim Hong menganggukkan kepala tanda mengerti. Dia menaiki tangga lagi-

Tiba diruangan atas, Kim Hong menyaksikan tiga laki- laki dari luar daerah yang sedang berpesta pora, tiga gadis tukang nyanyi melayani kebutuhan ketiga laki-laki dari luar daerah itu.

Istilah baru dijaman kita sekarang untuk panggilan para tukang nyanyi itu adalah hostess atau pramuria.

Kim Hong mengambil tempat duduk. dipinggiran loteng, memperhatikan tiga tamu dari luar daerah tersebut. Umur mereka diantara tiga puluhan, rambut-rambutnya ke-merah2an, hidUngnya mancung-mancung tangannya berbulu, sangat tepat kalau mengatakan mereka adalah manusia-manusia turunan monyet, mata mereka biru. Mereka sedang bercumbu-cumbuan dengan para hostess  itu.

Kim Hong agak tersinggung, ia terpikir memanggil hotstes ? Bah Hanya kalian saja yang bisa ? Kau kira aku tidak? Nah Hari ini bertemu dengan aku, biar bagaimana akan kutandingi.

Kim Hong menurunkan bungkusan emasnya gedubrak . .

, dijatuhkan diatas meja, memantulkan suara gaduh.

Tiga lelaki dari luar daerah itu menoleh kearah Kim Hong, namun hanya Sebentar masing-masing pada mengkerutkan alis, agak terganggu. Seorang pelayan datang keatas, menghampiri Kim Hong dan bertanya: "Kongcu mau makan, atau minum ?"

"Makan dan minum " jawab Kim Hong keras.

"Entah makanan apa yang kongcu sukai?" tanya pelayan dengan sabar.

Kim Hong menunjuk kearah meja dari orang-orang luar daerah itu, ia bertanya:

"Apa yang mereka makan, semua bawakan kemari "

Pelayan ini terkejut, mereka memesan untuk makan empat orang?, tapi Kim Hong hanya seorang, Sedangkan Kim Hong berpesan makanan yang sama dengan tamu- tamu dari luar daerah itu. Maka ia bertanya:

"Kongcu hendak menungcu kawan lagi?" "Tidak. "Jawab Kim Hong.

"Kongcu bisa menghabiskan makanan begitu banyak?" "bukan urusanmu." bentak Kim Hong, "Bawa saja apa yang kuperintahkan-"

"Harga makanan itu. harga makanan sejumlah hamrir

seratus tail perak."

Kim Hong semakin marah, dia membentak: "Kau takut tidak kubayar?"

Pelayan itu tidak berani banyak Cingcong membangkukkan badan menjalankan perintah, dan berjalan turun tangga.

Tapi tidak lama kemudian salah satu dari tiga tamu laki- laki dari luar daerah, memanggil pelayan, seorang pelayan datang menghampirinya.

Salah satu dari ketiga laki-laki dari luar daerah itu mengeluarkan lima tail uang perak dilempar kearah pelayan, dan berkata:

"Hei BaWa uang ini dan belikan buah-buaban.

Kelebihannya untukmu."

Pelayan itu sangat girang. wajahnya menjadi girang. Dengan terbongkok-bongkok memungut lemparan uang perak mau turun loteng maksudnya menjalankan perintah. Hal ini membangkitkan kemarahan Kim Hong. sebelum orang itu pergi, dia membentak: “Hei Kemari"

Wajah cerah si pelayan lenyap mendadak. tapi apa boleh buat, tamu itu adalah raja, ia tidak boleh mengganggu kesenangannya, kini menghampiri Kim Hong.

"Kongcu ada perintah?" ia bertanya.

Dengan sikapnya yang keren, Kim Hong berkata:

“Hei, sebagai siorang conggoan seharusnya kau tidak memungut lemparan uang yang seperti itu. Kurang hormat, Lempar kembali kepadanya. Maka akan kuberi kepadamu lima tail uang mas."

Perbedaan uang emas dan uang perak sangatjauh sekali, Sipelayan seperti tertegun sebentar, demi mengetahui cukong yang baik, ia berkata: "Ah . . . kongcu bergurau ..."

Kim Hong bangkit dari tempat duduknya, bruk . . ia menggebrak meja, mengeluarkaa uang emas murni, ia berkata:

"Apa? Kau kira aku tidak bisa mengeluarkan benda itu?,"

Pelayan itu hanya membutuhkan keuangan, kedatangan Kim Hong selalu merecoki mereka tentunya mempunyai harta kekayaan yang sedikit, tapi ia belum melihat persen dan hadiah Kim Hong, karena itu ia berkata:

"Kalau kongcu mempunyai banyak uang, mengapa tidak memanggil hostes?"

“Hostess?"

Inilah permainan baru. Kim Hong belum pernah kenal kepada istilah hostess. Menurut cerita-cerita orang, ada juga beberapa gadis gadis yang menjual suara, melayani makan dan minum. Mungkinkan itu yang diartikan hostes?

Dari ketiga tamu dari luar daerah yang mengundang ketiga gadis-gadis penyanyi, timbul iri hati Kim Hong. ia tertawa dingin, segera berkata:

"Baik Panggil tiga hostess kemari."

Pelayan itu masih tertawa menghina, ia bertanya "Berapa uang yang berani kongcu bayar?"

Kim Hong berkata:

"seorang seratus tail uang emas."

"Wah Seratus tail uang emas?Jumlah ini cukup besar." Pelayan rumah makan juga membelalakkan matanya, hampir biji itu copot keluar dari kelopak yang ada, ia belum pernah ada orang yang berani begitu keluar mahal. Segera ia berkata:

"Seratus tail uang mas? Kukira kongcu sudah sakit.

MaUkah kupanggil tabib untuk memberi pengobatan? "

Kim Hong melompat maju, mencengkeram baju depan pelayan rumah makan itu, tangan lain terayun, pang

....pang . . .ia menempeleng dua kali. Sesudah itu, dia meninggalkan korbannya, kembali ketempat duduk. membuka buntalan emas yang dapat dipungutnya sebuah dan dilempar kepada si pelayan-

"sudah lihat ?" ia membentak. "Nah Lekas panggil tiga orang hostess."

Pelayan rumah makan itu pendelikan mata lebar-lebar, wajahnya pucat pasi, dengan badan gemetaran ia berkata: "Baik . . .baik. "

Kim Hong segera membentak:

"Lekas Panggil tiga orang hostess. Tentu saja yang harus pandai menyanyi, jelek sedikit tidak apa. Lekas "

Pelayan itu mengiyakannya, dan terguling-guling lari kebawah.

Ketiga tamu dari luar daerah tidak menganggap langkah- langkah Kim Hong itu sebagai langkah- langkah tandingan, menampak keadaan yang dianggap lucu, mereka tertawa berkakakan-

seorang dari ketiga laki-laki berkata:

"Kudengar orang-orang daerah Tionggoan sudah tidak mempunyai nilai besar. Pandainya mengekor saja. Takut kepada yang kuat menindas yang lemah. Kenyataan ini bukan isapan jempol."

Seorang lainnya berkata: "Ya. Supek kita terlalu berhati- hati melihat Keadaan ini, mana mungkin daerah Tiongggoan memiliki kepandaian asli?"

seorang lagi yang lebih kecil segera berkata:

"Alwi, jangan bicara yang bukan-bukan lekas minum habis arakmu itu."

orang yang dipanggil Alwi menenteng kotak disampingnya, mulutnya dijebikan tipis-tipis segera ia berkata:

"Sulek toako, diantara kita bertiga, nyalimulah yang terkecil, apa kau tidak tahu?"

orang yang dipanggil Sulek, mengkerutkan alis, ia juga tidak marah, dengan sikap yang tawar ia berkata:

"Alwi, jangan kau membuat aku naik darah."

"Ha ha....." Alwi tertawa, dia menoleh kearah satunya lagi. dan berkata: "Dokucan, bagaimana pendapatmu?"

orang yang dipanggil Dokucan itu menoleh kearah Kim Hong, menoleh kearah Sulek dan berkata dengan suara perlahan:

Kim Hong memasang kuping betul-betul, dia tak tahu apa yang dikatakan oleh siDokucan, seolah-olah sedang memperdebatkan sesuatu.

Tidak lama kemudian, seorang pelayan ramah makan sudah mengantarkan makanan yang dipesan Kim Hong, satu meja penuh, semua makanan yang dimeja Kim Hong, sama dengan makanan yang ada dimeja tamu dari luar daerah itu. Itulah makanan-makanan yang termahaL Kim Hong melirik kearah ketiga tamu dari luar daerah, dan ia bertanya kepada sipelayan rumah makan-

”Hei, berapa pelayan yang berada ditempat ini?" Pelayan itu dengan wajah dipaksakan tertawa dan menjawab: "Jumlah pelayan rumah makan kami ada tujuh orang."

"Baik." berkata Kim Hong. "Panggil semua. setiap orang akan mendapat hadiah lima tail uang mas."

Pelayan itu sangat girang, ber-lompat2tan ia turun dari loteng, sebentar kemudian-enam pelayan lainnya datang disana, jumlah mereka enam orang, berbaris didepan Kim Hong, sedianya untuk menerima hadiah uang emas itu.

Kim Hong menghitung mereka. ia bertanya, "Mengapa hanya enam orang?"

"A fuk sedang mengundang hostess," berkata seorang pelayan-

"TUnggu dia kembali." kata Kim Hong.

"Mulai saat ini, kalian harus taat kepada perintah- perintahku, aku hanya perintahkan Seorang saja. Dilarang menerima perintah orang lain- Dilarang melayani orang lain- Tahu? Maka Setiap orang akan mendapat seratus tail uang emas."

Keenam orang pelayan itu tersentak kaget, masing- masing membusungkan dada, kemudian mengangguk- anggukan kepala. Matanya dipelototkan lebar, seolah-olah hendak bertanya, betulkah janji kongcu muda ini?

Disaat ini, seorang pelayan lagi naik keatas, betul dia sudah membawa tiga orang gadis penyanyi.

Tiga gadis yang datang adalah penyanyi-penyanyi undangan, seorang membawa kipas, eorang membawa tambur, mereka sudah biasa melayani tamu-tamu, langsung duduk dikanan dan kiri Kim Hong.

Melihat cara-cara yang mereka perlihatkan, Kim Hong jadi tak senang, tapi dengan memenangkan pertandingan dengan ketiga manusia dari luar daerah. tiga laki-laki yang bernama Alwi. Dakucan dan Sulek itu, Kim Hong mengangkat cawan arak menuang ketiga cawan, diserahkan kepada ketiga hostess dan berkata "Mari Mari kita minum. Biar aku yang menuang kan."

Penyanyi yang membaWa tambur tertawa, ia menutup mulutnya, dengan genit berkata: " Kong cu jangan berbuat seperti itu, mana ada tamu yang menuangkan arak kepada kita?"

Wajah Kim Hong menjadi merah, mengangkat pundak. ia berkata:

"Mengapa tidak boleh? sama saja bukan? Kau yang menuangkan arak, atau aku yang menuangkan, sama-sama kita minum."

Penyanyi muda itu tertawa dan tidak mendebat lagi. Hari ini ia bertemu dengan seorang kongcu tolol yang banyak uang, menerima cawan arak ditenggaknya dan berkata: "Nama hamba Siauw Kun, bagaimana sebutan kongcu  yang mulia?"

"Aku she Kim, Kim yang berarti emas."

Siauw Kun menuangkan arak. diserahkan kepada Kim Hong dan berkata: "Giliran hamba yang menuangkan arak. Mari minum."

Sesudah itu Siauw Kun melirik kesebelahnya dan berkata: "Dia bernama Hu Yan." Menunjuk kearah seorang lagi dan berkata"-"Nama Pit Tauw."

Mereka menenggak arak perkenalan.

Kim Hong telah menenggak banyak arak, melirik kearah tiga tamu dari luar daerah, itu waktu AlWi dan Dokucan sedang memperhatikan dirinya. Kim Hong semakin gagah, seolah kongcu hartawan memandang ketiga gadis penyanyi dan berkata:

“Hei, aku ingin tahu berapa pelayan rumah makan menjanjikan bayaran kepada kalian?"

Pelayan yang membawa ketiga gadis tukang nyanyi terkejut, dengan cepat ia menjawab pertanyaan itu.

"Seratus tail emas. hamba katakan kepada mereka bahwa kongcu hendak memberi sebanyak seratus tail mas kepada setiap orang."

Ketiga penyanyi membelalakan mata, seolah-olah terkejut, mereka menoleh kepada sipelayan

rumah makan dan sesudah itu lalu berpaling kepada Kim Hong, menganggukan kepala tertawa, Itulah jawaban, seperti mengatakan kalau keterangan sipelayan itu tidak salah.

Kim Hong tertawa berkata: "Kalau tidak kutanyakan, mungkin saja pelayan itu mengeduk sedikit keuntungan-..,"

Sengaja Kim Hong menghentikan pembicaraan, melirik kearah ketiga tamu dari luar daerah dan berkata lagi: "Nah nyanyikanlah sebuah lagu untukku." SiauW Kun mendengungkan suaranya yang merdu.

Sebagai para penyanyi-penyanyi bayaran, mereka memiliki suara-suara yang segar, menjernihkan tempat itu menambah kesenangan makanan para tamu. Menunggu sampai Siauw Kun sampai selesai bernyanyi, Kim Hong mengeluarkan seratus tail emas murni, diletakkan didepan mejanya, dan berkata: "Nah Terimalah persen untukmu."

siauw Kun tidak menyangka, bahwa melagukan sebuah syair bisa mendapatkan seratus tail mas murni. Tadi ia sudah mendengar itu tapi sangkanya hanya kelakar belaka, kenyataan memang betul-betul terjadi. Inilah betul-betul diluar dugaan- Wajahnya berubah cepat-cepat ia berkata: "Ini. . . ini. "

"Ambillah?" berkata Kim Hong. "Ini persen untukmu seorang."

Siauw Kun cepat-cepat menerimanya, berulang kali ia mengucapkan terima kasih.

Kim Hong menengok kearah gadis yang bernama Pit Tiauw dan ia berkata. "Giliranmu yang nyanyi."

Pit Tauw juga membawakan lagunya, lagu yang didengungkan adalah lagu seorang pelacur yang sedang kesepian membujuk rayu. menunggu dan menatap dengan suara yang sangat sedih. Berbeda dengan suara siauw Kun, suara Pit Tauw sangat msnyedihkan. Kim Hong menengok lagi kearah ketiga tamu dari luar daerah, itu waktu mereka sudah agak marah, inilah yang diharapkan, kalau saja mereka marah, ia mempunyai alasan untuk berantam.

Sesudah Pit Tauw selesai melagukan suaranya. Kim Hong juga memberi persen seratas tail emas, dipentang petentengkan didepan orang.

Adanya dua penyanyi yang mendapat hadiah seratus tail mas itu, membuat hottess yang berada dimeja ketiga tamu dari luar daerah mengiri, mata mereka menjadi merah kagum dan ingin pula mendapat hadiah besar itu, mereka kenal kepada Pit Tauw. Begitu Pit Tauw menyimpan persenan Kim Hong, salah seorang segera berkata:

"Adik Pit Tauw, kalian sudah mendapat cukong kelas berat. Nanti harus mengundang kita makan minum ya?"

Pit Tauw senang sekali, ia menjawab pertanyaan itu: "cici Bun Hwa, mengapa kau tidak kemari sekalian ?"

Salah satu dari ketiga hostess yang menemani ketiga tamu dari luar daerah bernama Bun Hwa,

Hostess yang bernama Bun Hwa itu sudah pusing mas murni, ia bangkit dari tempat duduknya meninggalkan laki- laki yang bernama Alwi itu. Bun Hwa adalah Partner Alwi.

Kelakuan Bun Hwa menimbulkan incident, Alwi sangat marah cepat-cepat ditarik tangan Bun Hwa dan membentak

: "Anak sundel, kemana ?"

Penyanyi yang bernama Bun Hwa itu terkejut, hampir ia menangis, maksudnya menjadi Hostess untuk mencari uang, tentu saja mencari cukong kelas berat. tapi Alwi tidak mengizinkan ia menyeberang kepada Kim Hong, karena itu Bun Hwa mengajukkan protes:

"Mengapa tuan masih marah? Tidak ada peraturan kita yang mengharuskan menemani seseorang saja."

Alwi mengeluarkan suara gerungan, ia membentak : "Berani kau pergi? Akan kubeset- beset kulitmu."

Ini Waktu, Salah satu tamu dari luar daerah yang bernama Dokucan juga memandang kearah para pelayan, ia membentak:

“Hei, jongos mana yang sudah kusuruh membeli buah- buahan. Sudah dibeli belum?" Pelayan yang disuruh membeli buah-buahan itu tampil kedepan, ia bergeser dan berkata: "Maaf Segera hamba belikan"

Kim Hong mengeluarkan suara yang keras: “Hei, kalau kau sudah tidak mau lima tail mas murni itu, pergilah."

Kim Hong sedang mencarter semua orang yang berada ditempat itu.

Kejadian ini sangat memberatkan sipelayan, kalau dia pergi membeli buah-buahan, hadiahnya paling banyak lima tail uang perak. tetapi uang si kongcu tolol lebih banyak  dari uang para tamu dari luar daerah itu, tentu saja ia mengharapkan hadiah yang lebih besar. Anggapnya, Kim Hong adalah tamu tolol. Ragu-ragu beberapa saat, akhirnya mengambil keputusan satu tail perak dikembalikan kepada Dokucon dan berkata.

"Maaf. Silahkan tuan ini mengambil kembali uangnya. Hamba tidak bisa memisahkan diri hamba masih repot, Hee, hee. "

Tiba-tiba. Dokucan mengayunkan tangan buk, memukul perut pelayan itu.

Sipelayan mengeluarkan suara jeritan, kedua tangannya membekuk perut yang dipukul, tubuhnya terpetal jauh jatuh ditangga loteng, terdengar suara gedubrak gedubruk, dibarengi dengan suara lengkingan panjang, pelayan itu terguling guling jatuh kebawah.

Alwi juga mengeluarkan suara gerungan tubuhnya melejit, dan menghampiri meja Kim Hong menudingkan jarinya serta membentak:

"Maling kecil, berani kau mengganggu ketenangan orang

? Nah Rasa kan ini " Ia memegang meja Kim Hong. dengan maksud dibalikkan.

Tapi meja itu seperti terpaku, tidak bergeming sedikitpun. Tahulah dia babwa dia sedang berhadapan dengan tokoh silat kelas berat. Wajah Alwi berubah. kim Hong menekan meja tersebut tanpa bangkit dari tempat duduknya ia berkata:

"Kawan ini hendak mengajak berantem? Baik Mari kita membikin perhitungan uang makan-Biar kita mencari tempat diluar saja."

sulek juga berkata:

"Batul Alwi, lekas kau kembali, kita berduel dibawah."

Alwi memperlihatkan sikap yang uring-uringan, dengan gemas ia meninggalkan Kim Hong. Mengucapkan beberapa patah kata asing yang tidak dimengerti oleh Kim Hong. Tentunya memberitahu kepada kedua kaWannya, bahwa bocah itu memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Sulek tidak menjawab panggilan Alwi, ia meninggalkan uang dan memberi pesan kepada ketiga hostessnya. Sesudah itu memandang Kim Hong dan berkata: “Hmm Kita menunggu kedatangan dijalan."

"Baik," kata Kim Hong menerima tantangan- "Sesudah aku membayar rekening makanan ditempat ini, segera kususul kalian,"

Sulek mengangkat alis. Dokucan sudah turun dari tangga loteng.

Kim Hong juga mengeluarkan satu tail uang mas murni diserahkan kepada Hu Yan, sesudah itu ia membagikan emas murninya kepada tujuh pelayan rumah makan- Membikin perhitungan, meninggalkan uang dimeja untuk rekening makanannya. iapun turun dari loteng.

Keluar dari pintu rumah makan, tampak ketiga tamu dari luar daerah itu sudah menunggu tidak jauh, masing-masing menunggang seekor kuda.

Seorang pelayan sudah membawakan kuda Kim Hong, secepat itu Kim Hong mencongklang kudanya, diarahkan kepada ketiga tamu dari luar daerah.

Ketiga tamu dari luar daerah lebih cepat, mendahului Kim Hong, mereka menghamburkan kuda kearah luar kota.

Kota itu tidak terlalu besar, dikelilingi oleh daerah pegunungan, kini Kim Hong beserta ketiga orang dari luar daerah itu sudah berada ditempat yang luas, mereka siap mengukur tenaga ditempat ini.

orang kedua yang lompat turun adalah Sulek. tangannya mengeluarkan kelewang, menghadapi Kim Hong dia berkata dingini "Kawan, apa maksud tujuanmu yang seperti tadi."

Kim Hong menghadapi Sulek dengan agung, kini ia berkata

"Seperti juga dengan maksud kalian disaat aku tidak senang hati, apapun bisa terjadi."

Alwi juga sudah mengeluarkan kelewangnya, ia berkata: "Tidak perlu banyak bacot dengannya biar aku yang melawan-"

Ketiga orang daerah itu mempunyai ciri-ciri khas, mereka menggunakan senjata kelewang.

Sulek menggoyang-goyangkan tangan ia tak setuju. Dihadapinya Kim Hong dan berkata: "Hm Jawab pertanyaanku, berapa lama kau mengikuti kami bertiga?" Kim Hong tertegun, ternyata ada sesuatu yang belum diketahui, Ia sengaja mencari setori kepada Sulek. Alwi dan Dokucan, tanpa maksud- maksud tertentu, ternyata mereka mempunyai jalan-jalan yang menyeleweng? Sulek memandang Kim Hong lagi, ia berkata:

“Hei, kelewang kami tidak mengenal ampun. coba katakan, berapa banyak rahasia kami yang sudah kau ketahui?"

"Tidak banyak." jawab Kim Hong tertawa "Tapi juga tidak sedikit. "

Sulek mengerutkan alis, ia berkata: "Apa-apaan menjawab seperti ini?"

Kim Hong menengadahkan wajahnya, ia berkata tenang: "Rahasia apa yang kalian takuti?"

Sulek berkata:

"ceritakan apa saja yang kau tahu."

Kim Hong mana bisa berCerita? Rahasia apa yang tersembunyi didalam diri Alwi, dan Dokucan. ia tidak tahu. Kim Hong teringat Oey Ceng yang mendapat pertanyaan dari ketua golongan Kalong, keadaan itu jauh berbeda dengan keadaan sekarang. Masih ingat akan kata yang tidak dimengerti tapi Cukup menakutkan lawan, karena ia lalu berkata :

"Artinya, kalian adalah orang-orang dari luar daerah, mungkin dari daerah Tay Wan-kok"

Wajah Alwi, sulek dan Dokucan berubah.

Alwi tampil kedepan, ia berkata: "Toako, masih ada pertanyaan yang hendak kau ajukan?"

"Tidak ada," berkata Sulek. Alwi maju lagi tiga langkah. mengeluarkan kelewingnya, menghadapi Kim Hong dan berkata

"Kawan, kau juga sudah kenal kepada kelewang dari negara Tay wan-kok ?"

Kim Hong telah mengadu kekuatan dengan Alwi. Alwi tidak berhasil menjungkir balikkan meja dirumah makan, suatu bukti bahWa kekuatan tenaga dalam Alwi tidak berada diatas dirinya. Karena itu, dengan tenang ia berkata: "Silahkan "

Perlahan-lahan Alwi mengatupkan matanya, Wajahnya yang beringas berubah menjadi senang, kedua tangan memegang kelewang itu, diangkatnya tinggi-tinggi diatas kepalanya tanpa berkesiap. seolah-olah ia sudah menuju kesuatu khayal impian.

Kim Hong belum pernah menemukan orang yang bersifat seperti ini, cara-caranya Alwi Seperti sedang mengumpulkan tenaga hendak dicurahkan kepada kekuatan kelewang itu. Kim Hong menghadapi dengan penuh kesiap siagaan.

Berselang beberapa saat, jidat Alwi mulai berkeringat, maka butiran itu menetes jatuh, semakin lama semakin banyak, Seolah-olah berada didalam keadaan yang sangat panas. Kim Hong semakin slap siaga, ia menggerakkan kekuatannya, dan berkata: "Kawan, kalau begini terus menerus matahari bisa melelehkanmu."

Membarengi kata itu, tiba-tiba terdengar suara lengkingan Alwi, sebuah jalur yang panas menyerang datang.

Kim Hong terkejut, cepat-cepat menggerakkan kuda- kudanya, tangan kanan mengeluarkan jurus pertama dari tiga pukulan maut,Pang.... Terdengar suara yang keraS dan kilauan cahaya kelewangpun Suram, kedua bayangan itu terpecah.

Kim Hong meraSakan tangan kirinya jadi dingin, cepat ia mundur kebelakang Sejauh tiga tombak. menoleh kesamping, pundak kiri itu terbaret Sehingga empat dim cukup dalam, darah meleleh keluar dari tempat itu, membaSahi Seluruh tangannya.

"Kim Hong sudah dikalahkan?"

Tidak keadaan Alwi lebih dari hebat dari keadaan Kim Hong, badannya terpukul jauh sehingga lima tombak, jatuh menggeletak didalam keadaan pingsan-

Sulek menneliti sebentar, segera ia melirik kearah Dokucan bisa memeriksa keadaan Alwi.

Kini Sulek menghadapi Kim Hong. "Kekuatan tenaga dalammu memang hebat." berkata sulek. "Tapi kecuali itu tidak ada keistimewaan yang lain-"

Diam-diam Kim Hong menutup peredaran darahnya, agar luka dipundak kiri itu tidak berlarut-larut. Menjawab pertanyaan Sulek ia berkata: "Yang penting, tidak jatuh."

Sulek juga mengeluarkan kelewangnya, dengan beringaS ia berkata: "Sekarang akan kujatuhkan."

Seperti keadaan Alwi, Sulek juga menatapkan matanya, kelewang diangkat tinggi-tinggi, dengan kedua tangan memegang kelewang itu, WajahnVa menjadi tenang, seolah-olah paderi yang sedang membaca doa.

Dari keadaan sulek yang lebih tenang dari Alwi, tentu memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi dari pada kawan itu. Memang hal ini tak dapat disangkal, Sulek memiliki ilmu kepandaian tertinggi dari pada Alwi atau Dokucan. Kim Hong sedang memikir-mikir, bagaimana ia menghadapi kedua jago dari daerah Tay- wan-kok itu, seorang Alwi saja bisa dijatuhkan, tiga pukulan mautnya masih kurang begitu mempan.

Kehebatan Alwi, kalau sudah dia  mengeluarkan keringat, maka. sebelum Sulek mengeluarkan tanda-tanda keringat itu, Kim Hong harus mendahuluinya, segera ia berkata: "Kawan, aku tidak bisa menunggu penyeranganmu."

Sulek mengatupkan matanya, seperti tidak mendengar peringatan itu.

Kim Hong bergeram, mengayun tangan, mengeluarkan jurus kedua dari tiga pukulan maut. Digerakkan dengan kekuatan tenaga penuh.

Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara Sulek yang menggelegar, tubuhnya berputar, pedang yang diangkat tinggi itu mencelat, memapaki datangnya serangan Kim Hong.

Kecepatan ini begitu cepat, lebih cepat dari gerakan Tamu tak diundang dari luar daerah, lebih hebat dari ilmu pedang huruf ENG

Tentu saja Kim Hong terkejut, serangan tadi seperti sengaja menyerahkan tangannya kepada sang lawan, apa boleh buat, ia menggeser sedikit dan menggunakan kedua kakinya menendang kearah tangan Sulek.

Sulek mengeluarkan suara dengusan, seperti sudah menduga akan adanya cara penghadangan yang seperti ini, pedang yang membacok turun itu menggeser berganti arah. kini memapas kearah datangnya kaki Kim Hong.

Lagi-lagi Kim Hong dikejutkan, kini dia seperti mengantarkan Kakinya kepada kelewang musuh. Apa boleh buat dengan menanggung resiko bahaya besar, dia melompat turun-

Saat itu, tiba-tiba terdengar suara letusan yang mengejutkan kedua orang. Masing-masing mundur kebelakang. Kim Hong menengok kebawah, celana kakinya telah sobek.

Yang untung, Sabetan senjata itu tidak mengenai kulitnya, walau demikian. Kim Hong sudah mengeluarkan keringat dingin.

Sulek juga menderita sedikit kerugian, senjatanya hampir terpukul pergi, ia terganggu sebentar sesudah itu maju lagi menubruk, kelewang panjang itu menari-nari bagaikan ular yang lincah memagut dan menyampok.

Kim Hong mengelit mundur, lompat kadang-kadang menggunakan jurus kipas wasiat, melayang dengan kecepatan- kecepatan kilat.

Masing-masing sudah menforsir ilmu kepandaiannya. bertarung menjadi satu.

Semakin lama, kilauan cahaya pedang semakin cepat bergulung-gulung, akhirnya membuat satu bola tidak membedakan dimana adanya kedua orang itu.

Pertempuran berjalan terus sehingga hampir seratus jurus, Kim Hong belum bisa mengubah situasi, Sulek memang jago hebat, jago dari luar daerah. Jago negara Tay- Wan-kok yang luar biasa.

Kelewang sulek menekan kegarangan Kim Hong situasi berada didalam tangannya, ia ber-dehem dan berkata

"Kawan, ilmu kepandaianmu hebat juga untuk daerah Tionggoan tentunya menduduki urutan tertinggi "

Dengan suara keras Kim Hong berkata: "Terima kasih kepada pujianmu. Aku hanya bisa menduduki kelas dua."

Dengan dingin Sulek berkata:

"Huh Jago kelas dua memiliki kekuatan yang seperti ini?

Tidak percaya."

Kim Hong tertawa besar ia berkata:

"Betul-betul aku hanya bisa menduduki kelas dua, bagaimana keadaaamu didalam negaramu, kau adalah jago kelas satu, bukan?"

"Kedudukan lebih payah lagi. Aku hanya jago nomor tiga." berkata sulek.

Dengan tertawa Kim Hong berkata: "Maka aku masih berada diatasmu."

"Kenyataan tidak. Kini kau sudah hampir kalah."

"Ha ha..,., hayo Kita bertempur lagi." Kim Hong lompat mundur kebelakang, kipas ditangan terlempar, dibuang kearah muka Sulek.

Sulek tidak menduga kepada keadaan itu, kelewang diayun, memukul kipas dengan maksud menjatuhkan senjata aneh itu.

Secepat kilat Kim Hong maju kedepan, tangannya didorong, dengan tipu Kui Ko sin-houw, salah satu dari tiga pukulan maut, dia menghantam dan menghajar. "Nah Terima, ini." berkata Kim Hong.

SuleK berhasil sudah memukul kipas Kim Hong, tapi kelewangnya sudah digerakkan, untuk menarik kembali tidak keburu. Dadanya terpukul beek... seperti dihantam palu besar, isi-isi jeroan itu bergolak darahnya mau menyembur keluar, dengan langkah terhuyung dia terdorong kebelakang, Kim Hong berhasil mengubah posisi, tidak memberi kesempatan sang lawan membuat situasi baru, ia menubruk maju disaat tangannya masih ditengah udara, dengan jurus clok-po-thian-kang, ia menghajar pula.

Kelengahan Sulek telah membuat kesalahan yang terbesar. Dia sudah menerima pukulan pertama ini dalamnya menderita luka tidak ada kekuatan lagi untuk menempur musuh itu, tubuhnya melejit kebelakang, dengan maksud mengelakan datangnya pukulan tiga pukulan maut.

Tapi terlambat, kekuatan raksasa dari pukulan Kim Hong mengenai pundak kiri 'bletak.....buk. ' tulang tangan

telah copot dari kedudukan semula, tubuh Sulek jatuh.

Dokucan sedang bingung mencloag keadaan Alwi, kekalahan Sulek membuat ia terkejut, meninggalkan Alwi, Dokucan menghalangi didepan, ia berteriak kaget: "Sulek bagaimana keadaanmu?"

Tubuh Sulek meletik bangun, ia berkata:

"Tulang kiriku sudah patah. Tapi tidak mengapa, mari kita bersama-sama menggempur bocah ini."

sulek dikanan dan Dakucan dikiri mereka menggempur Kim Hong.

Kedudukan berubah, dengan tangan kosong Kim Hong harus melayani dua jago dari luar daerah tay-wan itu, Sulek dan Dokucan menggunakan kelewang, gerakannya masih cukup lincah, gesit dan aneh, tentu saja membuat Kim Hong kerepotan.

Beberapa jurus lagi agak sulit untuk Kim Hong mempertahankan diri. Mungkin jiwa si pemuda bisa terancam. Saat itu, meluncur datang seekor kuda hitam, penunggangnya adalah seorang pemuda berbaju putih segera ia meluncurkan kudanya kearah pertempuran dan berteriak: "Tidak tahu malu? Dua keroyok satu?"

Dalam kerepotan, Kim Hong masih bisa melirik kearahnya seekor kuda tunggangan ini. itulah sijago muda Bok siu.

cepat-cepat Kim Hong berteriak: "Saudara Bok Siu, lekas tolong aku."

Pemuda berpakaian putih itu lompat turun dari kudanya, betul-betul Phiauw-peng Kiam-kek Bok Siu. Mengeluarkan pedang dan menunjuk kearah Sulek ia berkata: “Hei Berani kau menempur aku?"

Dokucan menoleh kearah Sulek dan bertanya: "Toako, bagaimana baiknya ?"

sulek berkata: "Kau coba-coba lawan "

Dokucan lompat keluar dari kalangan, menyabatkan kelewangnya kearah Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu.

Bok Siu menggunakan pedang, menangkis datangnya Kelewang, dengan ilmu pedang huruf Eng, menggencar kearah Dokucan-

Ilmu pedang huruf Eng adalah ilmu pedang kenamaan, terdengar Satu suara. Trang ...... masing-masing mundur kebelakang.

Datangnya Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu meringankan Kim Hong, untuk melawan Sulek yang sudah menderita luka, tentu saja tak begitu sulit, dengan tiga pukulan maut yang dikirim pulang pergi, sulek terdesak, bek, satu kali pula Sulek jatuh ngeloso. Dokucan meninggalkan Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu, mendekati Salek. dan dengan penuh perhatian berkata: "Toako, bagaimana keadaanmu?"

Wajah Sulek pucat pasi, tenggorokannya mengeluarkan suara kerokok-kerokok, itulah tersumbat oleh darah mati, dia meluncurkan ganjelan itu, memandang kearah Kim Hong sebentar, dengan dingin berkata:

"Baiklah. Hari ini kami menyerah kalah. Tapi aku masih mengharapkan pertempuran ulang, lain kali, aku maSih ingin mencoba-coba ilmu kepandaianmu."

Kim Hong bisa melihat keadaan luka Sulek yang sangat berat, ia tidak mempunyai dendam permusuhan denganjago dari luar daerah itu, hanya karena tidak sedap dan muak, dia sudah memukul orang sehingga begitu berat, hatinya agak menyesal, memberi hormat dan berkata:

"Setiap waktu aku bersedia menerima tantanganmu, tapi aku tidak bisa menunggu, katakan dimana kita akan mengadakan pertempuran ulang ?"

Sulek sedang menoleh kearah Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu dan bertanya: "Berani kau menyebut ?"

Sulek juga sakit hati kepada Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu, kalau tidak ada kedatangannya jago muda ini, ia bisa menumpas Kim Hong. Karena itulah ia hendak memberi Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu bUkan seorang yang takut diancam, dengan ketus ia berkata:

"Aku Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu, jago nomor dua didaerah Tionggoan-"

"ooo..." Sulek berkata dingin.

"Jago nomor dua? Siapakah jago nomor satu untuk daerah Tionggoan ?" Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu mengangkat pundak. dan berkata:

"Kau kalah dengan siapa? Itulah jago nomor satu."

Sulek menoleh kearah Kim Hong, bibirnya tergerak memperlihatkan senyuman ewah, kemudian minta bantuan Dokucan. kemudian menyuruh Dokucan membangunkan Alwi, ditunggangkan keatas kuda bertiga meninggalkan tempat tersebut.

Ketiga jago dari luar daerah Taiwan dikalahkan oleh Kim Hong dan Phiauw-pek kiam-khek Bok siu.

Kim Hong memberi hormat pada Phiauw-peng Kiam- khek seraya berkata: "Terima kepada bantuanmu."

Bok siu sudah lompat naik keatas kuda tunggangannya, dengan dingin berkata: "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku bukan datang chusus untuk membantu."

Kim Hong mendekati kuda Bok Siu, dengan tertawa berkata: "Mau kemana? Bisakah kita bercakap-cakap sebentar?"

"Kita orang sudah tidak ada hubungan." berkata Bok Siu ketus. "Mengapa harus bicara lagi?"

Kim Hong memberi hormat dan berkata: "Hanya karena urusan Leng Bie Sian, mengapa harus marah?"

Dengan benci Bok Siu berkata: "Aku tidak bisa melupakan cara-cara pengusiranmu."

"Maaf," berkata Kim Hong "Aku sedang dirundung Kesusahan, maka kurang hormat, dengan itu aku minta maaf."

Berulang kali Kim Hong meminta maaf, Bok Siu juga bisa tertawa, ia berkata: "Baiklah Aku bisa menerima permintaan maafmu. Hei, bagaimana kau bisa bentrok dengan tiga laki-laki dari luar daerah itu ?"

"Bukan bentrokan." berkata Kim Hong. "Mereka bersenang-senang diatas loteng rumah makan, bernyanyi- nyanyi dengan tiga hostess. Aku menjadi sebaL Maka memanggil tiga hostess lainnya, mereka itu banyak uang. tapi tentu saja tidak bisa menandingi aku. Karena itulah mereka menantang sehingga bertanding silat ditempat ini."

Mata Bok Siu melotot, dengan kaget ia berteriak:

"Eh, kau juga bisa main hostess? Wah, celakalah negara kita. Apa akibatnya kalau semua jago-jago silat dijajal dengan hostes ?"

Wajah Kim Hong menjadi merah, dengan gelagapan ia berkata:

"Sungguh mati, aku tidak mengganggu mereka. Hanya menyuruh mereka menyanyikan beberapa lagu saja."

Bok Siu berkata:

"Ah, disinilah letaknya kebobrokan rimba persilatan." Kim Hong menundukkan kepala.

"Heh" Bok Siu berkata lagi. "Apa kau mengetahui asal usulnya ketiga tamu dari luar daerah itu?"

Kim Hong sudah merobek sebagian baju dalam, membalut luka dipundak kiri, dan sambil mengerjakan itu ia menjawab:

"Menurut keterangan mereka, semua datangnya dari daerah Tay- Wan. Kau tahu letaknya negara Tay- wan itu?"

Bok Siu lompat turun dari kuda tunggangannya, ia tidak bisa berpeluk tangan karena melihat cara-cara Kim Hong yang membalut luka secara kasar itu, dibalut-balut sekali lagi dan sambil mengerjakan pekerjaan itu ia berkata

"Negara Tay- wan terletak dibagian timur se-hek. semua orang disana mengerti ilmu silat, maka negaranya kuat, karena itu, mereka sudah menjatuhkan daerab Poh-lie, dan daerah Lam-tau. Menjatuhkan Tay- wan raja."

"Eei?" berteriak Kim Hong, "Pengetahuan umummu banyak sekali?"

Dengan bangga Bok siu berkata:

"Ayahku yang memberitahu, dia adalah jendral diperbatasan kota Beng-koan."

"oh" berkata Kim Hong. " Ternyata anak jendral. Maaf, aku tidak mengenal." Dengan lebih bangga, Bok Siu berkata:

"Ayahku, adalah jendral kenamaan, Sri-baginda sering mengirim undangan untuk memperbincangkan situasi- situasi daerah."

Kim Hong bisa percaya kepada keterangan itu, kini ia bertanya lagi:

"Apa maksudnya ketiga tamu dari luar daerah Tay- wan itu? ilmu kepandaian mereka hebat, juga aneh, kalau mereka merencanakan sesuatu, kukira kita harus hati-hati."

Bok Siu berkata: "Kedatanganku juga mempunyai hubungan erat dengan mereka."

"Bagaimana hasilnya?" bertanya Kim Hong. Bok Siu berkata

"Jumlah mereka yang datang kedaerah Tionggoan sembilan orang. Terpecah menjadi tiga kelompok. orang- orang yang baru pergi itu adalah rombongan pertama." "Dan dua rombongan lainnya?"

"Mereka masih berada dibelakang, bagaimana pendapatmu dengan ilmu kepandaian orang yang bernama Sulek itu?"

Kim Hong berkata

"Kalau tidak menggunakan tiga pukulan maut, kalau tidak menggunakan kelengahannya biar bagaimanapun tidak mudah mengalahkan mereka."

"Sedangkan mereka itu hanya jago kelas tiga didaerah jago negara Taywan."

Bok siu memberi keterangan.

Kim Hong terkejut, mulutnya berteriak "Mereka hanya jago kelas tiga?"

"Betul." berkata Bok Siu. "Tiga orang dari rombongan yang kedua adalah iago kelas dua, dan tiga orang lagi adalah jago kelas satu.Jumlah mereka sembilan orang. Tiga kelas satu, tiga kelas dua, tiga kelas tiga."

"Wah kalau begitu, ilmu kepandaian daerah luar Tay- wan-kok lebih hebat dari kepandaian kita didaerah Tionggwan, bukan?" Bok siu menganggukan kepala berkata:

"Karena itulah, kalau jago-jago didaerah Tionggoan tidak mengutamakan ilmu silat, kalau jago -jago didaerah Tionggoan hanya mabok-mabokan dengan hostess. bagaimana kita bisa melawan datangnya musah dari luar daerah?"

Kim Hong menundukan kepala, dia diam,

"Apa lagi sesudah terJadinya rumah penjara rimba persilatan. Semua jago kita dipenjarakan didalam kurungan- kurungan itu. Satu rumah penjara saja sudah membingungkan orang, kini, timbul lain rumah penjara. Apa akibatnya? oh........ kecuali mereka, golongan Kalong mulai bertingkah lebih sulit untuk menegakkan ketenteraman rimba persilatan-"

Kim Hong bisa menerima keterangan Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu. Bok Siu sudah berkata lagi:

"Kudengar kau mempunyai hubungan dengan penguasa rimba persilatan digunung Tay-pa San, mengapa tidak mencoba membujuknya menantang penguasa rumah penjara digunung Bu San?"

Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu adalah murid Tamu Tidak Diundang dari luar daerah mengapa dia memberi anjuran agar Kim Hong bisa membujuk penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay -pa-san bentrok dengan penguasa rumah penjara digunung Bu-san?"

Suara yang dicetuskan oleh Phiauw-Peng Kiam-khek Bok Siu sejajar dengan suara Tamu Tidak diundang dari luar daerah. juga segaris dengan suara Oey Ceng.

Permainan apa yang sedang diracik oleh mereka? Kim Hong belum berpikir, karena itu waktu otaknya sedang pepat dan bungpet.

Kim Hong sedang memikirkan, bagaimana cara-cara untuk membujuk sang ibu, agar ibu itu bisa membubarkan rumah penjara, kekerasan hati Suma siu-khim tidak mudah digoyahkan hal itu agak sulit.

Sesudah Kim Hong mengetahui bahwa penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san itu ibu kandungnya sendiri, pikiran Kim Hong berubah.

Lebih baik menggunakan kekuatan ibunya untuk menumpas kekuatan golongan Kalong yang jahat. atau lebih baik membujuk ibunya membebaskan tokoh-tokoh silat golongan ksatria, agar mereka bisa mengikuti percaturan politik rimba persilatan. Bisakah hal ini terjadi ?

Dengan adat-adat sang ibu. Kim Hong menghela napas. penguasa rumah penjara rimba persilatan yang baru

digunung Bu-san menculik Leng Bie Sian. Apa maksudnya? Siapa pula yang menggunakan tutup kerudung dan selubung warna kuning itu? Kekuatan rimba persilatan di daerah Tionggoan telah terpecah belah, kelompok kesatu adalah kekuatan Suma siu Khim. Kekuatan kedua adalah golongan kalong. Kekuatan ketiga adalah kekuatan rumah penjara di gunung Bu-san-

Diantara ketiga kekuatan itu, kekuatan golongan Kalong yang terjahat. Kim Hong sedang berdaya upaya untuK menumpas golongan Kalong.

Sebagai apa yang kita ketahui, golongan Kalong berada dibawah pimpinannya seorang wadam, disiang hari ia menjadi seorang laki-laki yang bernama Jie Hong Hu.

Dan mana kala malam hari, ia berubah menjadi wanita cantik dengan nama Jie BiauW Kouw.

Tidak perduli Jie Hong IHu atau Jie Biauw Koaw, ketua golongan Kalong ini adalah manusia cabul.Jie Hong IHu disiang hari main perempuan dan Jie Biauw Kouw dimalam hari mempermainkan laki-laki.

Jie Biauw Kouw lebih terkenal dengan Rumah Setannya.

Inilah pemegang peran yang terjahat.

Bagaimana anak buah golongan Kalong?Jie Biauw Kouw atau Jie Hiong Hu memegang peranan dobel itu? Para pembaca dipersilahkan mengikuti bagian yang didepan. Hal ini kita singkirkan untuk sementara mengikuti Kim Hong dan Bok Siu. Kim Hong sedang melamun jauh, mengenangkan hari depan rimba persilatan yang mulai suram.

Piauw-peng Kiam-khek Bok Siu berkata: “Hei, apa yang sedang kau pikirkan?"

"oh..." Kim Hong tersadar. "Sedang kupikirkan, penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san, kukira, dia bukan tandingan penguasa rumah penjara digunung Bu-san-

..."

Karena sang ibu masih mau menutupi dirinya. Kim Hong tidak membongkar rahasia penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pa San itu.

Langkah Kim Hong ini agak tepat karena sifat2nya  Suma Siu Khim yang keras, akibatnya bisa memburuk kalau sampai terjadi sesuatu yang sulit.

Hari mulai bersurut. keadaan gelap. Bok siu lompat naik keatas kuda tunggangannya, ia berkata:

"Mari kita berangkat bercakap-cakap diperjalanan."

Kim Hong juga lompat diatas kuda tunggangannya, merendengi Bok Siu, mereka menuju kearah utara.

Disepanjang jalan, Kim Hong menceritakan pengalaman-pengalamannya didalam rumah penjara baru digunung Bu-san-

Bok siu memasang telinga dengan sabar, tapi acuh tak acuh mengikuti jalan cerita itu, seolah-olah dia sudah tahu.

Mengapa Bok siu bisa tahu? Barang kali para pembaca bisa menduga?

Hanya sang tolol Kim Hong yang tidak tahu, mengawasi Bok siu tertawa. Singkatnya cerita Kim Hong dan Bok Siu tiba disebuah desa kecil. ini waktu, luka dipundak Kim Hong menjadi Sakit lebih hebat maka si pemuda berkata: "saudara Bok Siu, aku agak letih. Kita istirahat saja disini."

Bok siu memandang rekan seperjalanannya.

Sesungguhnya luka Kim Hong dirasakan sakit, ia berkata:

"Saudara Bok Siu, kita bermalam disini saja. Besok baru melanjutkan perjalanan-"

Bok siu menolak. dia mengemukakan alasan. "AkU hendak mengikuti ketiga tamu dari luar daerah itu, mungkin tidak keburu,"

Kim Hong berkata:

"Raut muka mereka dan dandannannya tak sama dengan orang lain, hanya sekali selidik pasti ketemu. Dan juga diantara ketiga orang itu dua menderita luKa. Tidak mungkin bisa melakukan perjalanan malam. Besar kemungkinan mereka juga menginap ditempat ini."

Bok siu bisa menerima keterangan ilmiah seperti itu, ia menundukan kepala, setuju pada pendapat Kim Hong.

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar