Tangan Berbisa Jilid 09

 
Jilid 09

"In-jie, kau masih belum menjawab pertanyaanku. Siapa orang tua yang memberi pelajaran ilmu silat kepadamu itu?"

"Ssst, ssst. . . Suaramu itu terlalu keras. Dia adalah itu orang yang beberapa hari yang lalu hendak kau tengok itu"

"ouw Apakah dia sudah tidak gila?"

"Ada kala gilanya angot, tetapi ada kalanya sadar " "Siapa dia? Apa namanya?"

"Tidak tahu, dia tidak mau memberitahukan denganku."

"Apakah dia menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga dengan melalui dinding tembok mengajarkan ilmu silat kepadamu?"

"Hem, dia telah ditawan didalam kamar istimewa yang letaknya justru dibawah kamar tahanan, ia kata kamar yang ia diami itu tidak ada lubang jendelanya, diempat penjuru semuanya merupakan dinding dinding baja yang tebalnya tiga dim, borgolan tangan dan kakinya juga terbuat dari  baja murni, dengan yang kupakai masih lebih berat tiga kali lipat. Ai, selama hidupnya itu barang kali sudah tak ada harapan lagi untuk ia keluar dari rumah penjara" "Sungguh sayang...Jikalau ia tidak gila, pasti dapat mengimbangi kepandaian dan kekuatan penguasa rumah penjara ini, dan sekarang untuk menantang lagi juga sudah tidak ada kesempatan lagi."

"Kalau ia sedang angot gilanya lantas berteriak-teriak memanggil-manggil nama seseorang yang disebutnya Bwee Kun, Bwee Kun adalah nama seseorang wanita, kupikir orang wanita itu pasti adalah bekas kekasihnya yang kemudian meninggalkan dirinya, Sehingga ia bersusah hati dan menjadi gila."

"Hem, aku merasa kasihan. terdapat beberapa hari berselang mengapa kau tidak mengijinkan aku menengok dia?"

"Aku pikir agar kau menjadi terkejut dan girang sebentar, hanya sekarang kau sudah boleh pergi menengok dia, dia bersedia hendak mengajarkan ilmu silat kepadamu"

"oh mengapa?"

"Aku telah beritahukan padanya bahwa kau adalah Seorang yang baik"

"Mana boleh? Aku toh bukan orang yang baik?"

"Jangan merendahkan diri. Dia malah masih berkata kepadaku supaya aku tidak menyulitkan dan meruglkan dirimu. Bagaimana aku bisa menyusahkan kau. Betul tidak?"

"Hem, dengan cara bagaimana ia hendak mengajarkan aku ilmu silat? Sedang aku sudah akan pergi"

"Kau toh bisa berdiam beberapa hari lamanya disini" "Tidak  bisa.  Aku  harus  dan  mesti  lekas  pergi  guna

memberitahukan  kepada  dua  belas  partai  besar  supaya

mereka  waspada  terhadap  gerakan  rahasia  dan  rencana jahat orang orang golongan Kalong. Urusan ini tidak boleh terlambat dan tak boleh ditunda"

"Kalau begitu kapan kau hendak menengok aku lagi?" "Sebentar aku akan bertanya pada penguasa rumah

penjara . Jika ia mengijinkan, aku bisa sering sering datang kesini"

"Bagaimana jikalau ia tidak suka memberi ijin padamu?" "Kalau begitu, terpaksa harus menunggu sampai lain

tahun. "

"Ya. Allah Kalau begitu, terpaksa harus menantang bertanding lagi"

"Ingatlah, kau hanya mempunyai hak tiga kali untuk menantang bertanding .jikalau kau tidak yakin benar akan dapat menyambut serangannya sepuluh kali, janganlah kau coba main- main-"

Mereka beromong-omong Sambil berjalan tanpa dirasa sudah tiba disebuah mulut goa yang bentuknya bundar. Jie- giam-ong Hoan Thian couw memutar tubuh menunggu mereka berjalan semakin agak dekat, lalu berkata pada Cin Hong,

"Aku si orang tua akan membawa ia masuk ke kamar tahanan naga melalui goa ini, jlka kau hendak menengok Subumu, tidak boleh berjalan bersama-sama"

Cin Hong tahu bahwa tempat itu tidak ada jalan atau pintu yang dapat digunakan untuk keluar masuk dengan bebas, maka ia lalu minta diri kepada in-jie, seorang diri  lalu naik keatas melalui jalan disamping tebing yang berliku.

la telah melalui jalan yang berliku-liku itu sampai sembilan putaran, baru tiba di dalam kamar tahanan naga, jauh-jauh sudah tampak subo dan suhunya bersama can Sa sian yang menongolkan kepalanya melalui sebuah lubang jendela, Thian San Swat Po-po paling dulu melihat kedatangan Cin Hong, dengan sangat tegang ia berseru dengan suara nyaring: "Anak, bagaimana dengan muridku?"

Cin Hong belum sampai menjawab, dari kamar nomor sembilan tiba-tiba tampak In-jie yang menongolkan kepalanya dari lubang jendela ia berseru girang kepada suhunya seraya berkata: "Suhu, muridmu sudah datang kemari"

swat Popo girang sekali melihat muridnya itu, tetapi juga agak marah, katanya sambii tertawa:

"In-jie, kau mau dengar perkataan Suhumu atau tidak?"

In-jie buru-buru menjawab Sambil menganggukkan kepala:

"Suhu, sudah tentu muridmu akan mendengar ucapan Suhu, Suhu ada perintah apa?"

"Baik, Suhumu sekarang perintah kan kau supaya menampar pipimu sendiri. Kau tampar harus sampai suhumu perintah kan berhentikan" berkata Swat Po-po sambil tertawa dingin.

Saat itu In-jie lantas mengucurkan air matanya, katanya sambil menangis "Suhu, harap Suhu jangan marah. Janganlah Suhu terlalu salahkan muridmu."

Tetapi swat Po-po telah tekuk muka, katanya:

"Setan kecil, jangan kau kira bahwa kau bisa dipindahkan kekamar tahanan naga ini lantas anggap aku sudah menjadi girang. Ketahuilah olehmu, di kamar tahanan ini kau juga sama saja merupakan tabanan, jlka tidak sanggup menyambut sepaluh kali serangan penguasa rumah penjara, sama juga harus menjadi tawanan seumur hidup, Lekas tampar sendiri pipimu."

In-jie tak berani membantah, terpaksa menampar kedua pipinya sendiri, sehingga kedua pipinya menjadi merah dan menangis tersedu-sedu.

Cin Hong merasa tidak tega, buru-buru menjura kepada Swat Po-po seraya barkata: "subo, ampunilah dia subo"

swat Po-po juga mengalirkan air mata, katanya dengan suara gusar:

"Tidak bisa. setan cilik ini terlalu gegabah, ia berbuat menurut sesuka hatinya, benar-benar sangat menjengkelkan hatiku"

It-hu Sianseng dari kamar nomor tujuh tertawa terbahak- bahak. kemudian berkata:

"Siang in, kau ini berarti tawanan tua menghina tawanan baru. kau coba pikir dirimu sendiri, dimasa lalu bagaimana sifatmu? Kau juga suka membawa Caramu sendiri. Dan bagaimana kalau dibandingkan dengan dia sekarang?"

Wajah Swat Po-po menjadi merah, katanya marah: "Pui Aku mengajar muridku sendiri, siapa Suruh kau Campur mulut?"

Cin Hong melihat In-jie masih menampari pipinya sendiri tak hentinya, keadaan Cemas, tanpa disadarinya ia berteriak-teriak sambil mengulapKan tangannya: "Berhenti : Berhenti"

In-jie tidak berani menghentikan gerakannya, kedua tangannya masih bergerak terus, masih menampari pipinya sendiri, tampaknya ia juga mendongkol, hingga tamparannya sedikit keras, begitu pula tangisannya semakin menyedihkan

Cin Hong merasa tamparan itu Seperti ditujukan kepada mukanya sendiri, dalam hati merasa pilu, ia buru-buru lompat dan berkata: "In-jie Perlahan sedikit perlahan sedikit"

Sementara swat Po-po yang melihat sepasang pipi In-jie sudah menjadi merah dan bengkak. perasaan marahnya sudah mulai reda, bentaknya: "Baik Sudah, stop stop"

In-jie yang sudah mendongkol tidak menghiraukan ucapan Suhunya, ia masih menampa terus pipinya tiada henti- hentinya.

Swat Po-po menjadi bingung sendiri, katanya sambil menangiS:

"Setan cilik, apakah kau benar-benar hendak membuat marah sampai mati?"

Cin Hong buru-buru mengulurkan tangannya untuk memegang kedua tangan in-jie, membujuknya seraya berkata: " In-jie, dengarlah perkataan suhumu Berhentilah "

In-jie yang tidak dapat melepaskan tangan dari Cekalan Cin Hong, lantas berpaling mengawasi Suhunya sambil menangis, katanya dengan perasaan masih mendongkol: "Suhu, suhu masih ada perintah apa lagi?"

Saat itu Swat Po-po sebaliknya malah meraSa serba salah, ia hanya mengeluarkan suara hehe dari mulutnya, lantas masukkan kepalanya ke dalam.

It-hu Sianseng terkata kepada Cin Hong sambil tersenyum^ "Anak. kemarilah kau sebentar"

Cin Hong melepaskan tangan in-jie, berjalan kebawah jendela suhunya, berkata dengan sikap menghormat: "Suhu, teecu sebentar akan meninggalkan rumah penjara, apakah suhu masih ada perintah apa lagi?"

"Tadi ketika In-jie melakukan pertandingan, Suhumu telah menyaksikan bahwa kepandaian ilmu silat yang dipergunakannya bukanlah ajaran Subomu, bagaimana hal ini bisa terjadi?"

Cin Hong lalu menceritakan tentang si orang tua gila yang mengg una kan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga, dengan melalui dinding tembok telah mengajarkan In-Jie kepandaian ilmu silat.

It-hu Sianseng terheran-heran tidak habisnya, tanyanya pula:

"Apakah orang tua gila itu tidak memberitahukan kepada In-jie siapa namanya?"

"Tidak. ia bahkan masih berkata kepada In-jie, katanya hendak menurunkan kepandaian ilmunya kepada teecu"

"Apa kau terima?" bertanya It-hu Sianseng sambil menatap muridnya.

"Teecu masih belum tahu dia itu orang baik ataukah jahat, apalagi tugas untuk memberitahukan kepada dua belas partay itu supaya waspada terhadap gerakan dan rencana keji orang-orang golongan kalong Sudah tidak dapat ditunda lagi, maka teecu pikir tidak akan berdiam lagi lama-lama disini. Bagaimana suhu anggap?"

"Sebenarnya, kalau manusia memang ada perbedaannya antara yang baik dan jahat. Tetapi, ilmu Silat tidak ada perbedaannya dari golongan baik atau gologan jahat. Kubenarkan pendapatmu memang lebih baik kau beri kabar dulu kepada dua belas partay itu, dikemudian- bari apa bila ada kesempatan kau boleh terima maksud baik orang tua gila itu" Cin Hong menerima pesan suhunya, tiba-tiba dari kamar nomor Enam terdengar suara tertawa dingin. can sa-sian Sie Koan, yang kemudian berkata kepada suhunya: "Ta Lok Thiap. sahabat lama datang lagi"

It-hu Sianseng dan Cin Hong berpaling kearah can-Sa sian. Tampak diluar kamar nomor satu, Tay-giam-ong sedang berdampingan dengan seseorang yang mengenakan pakaian warna kuning emas.

orang berpakaian warna kuning emas itu usianya kira- kira tiga puluh lima tahun,

wajahnya putih bersih, tetapi sikapnya sangat dingin, mirip seperti bangkai hidup, Dipandang sepintas lalu, menimbulkan perasaan jeri kepada siapa yang menyaksikannya, hingga tidak berani memandang lama,

Dia berSama Tay-giam ong berjalan kedepan jendela nomor dua lantas berhenti, kepalanya menengok kedalam sejenak. tiba-tiba membuka mulut, katanya dengan nada suara dingin,

"Ha lotee, kau sudah pikir-pikir atau belum ?"

Dari dalam kamar tahanan nomor dua itu lantas terdengar suara geraman hebat, kemudian, disusul oleh kata- katanya yang menyatakan kegeraman hatinya.

"Enyah kau, bajingan Kau menghina aku sinaga mata satu, apakah kau kira aku tidak bisa keluar dari penjara ini dengan mengandalkan kekuatan dan kepandaian sendiri?"

Cin Hong menyaksikan dan mendengar Semua kejadian itu sudah dapat menduga bahwa orang berpakaian warna emas itu siapa adanya dan apa maksudnya, dalam hati timbul kesan yang tidak baik, lalu berpaling dan berkata kepada suhunya dengan suara perlahan: "Suhu, dia adalah PangCu dari golongan Kalong?" Dengan sikap menghina It-hu Sianseng menjawab:

"Benar, juga adalah itu orang yang dulu mena makanan dirinya Ho ong, bulan yang lalu ia pernah datang Untuk menantang bertanding, dan dapat menyambut serangan penguasa rumah penjara hingga sebelas jurus, tetapi ia hanya dapat mengeluarkan seorang Lam kek Sin kun Im Liat Hong saja, yang lainnya semua tidak ada yang suka ikut pergi dengannya. Sekarang ia datang kembali, rupanya hendak membujuk lagi"

Cin Hong masih belum tahu siapa adanya Ho ong itu, tetapi dari namanya, ia dapat menduga bahwa orang itu pasti adalah orang yang sangat jahat, oleh karena Ho ong memanggil orang iblis seperti Naga bermata satu Hu Ta  Hui itu lotee atau adik kecil, sedangkan iblis naga mata satu itu pada beberapa puluh tahun berselang, namanya Sudah sangat terkenal, maka dapatlah diduga bahwa usia Ho- ong pasti sudah tidak muda lagi, Akan tetapi dari wajahnya tampak masih muda, seperti seorang yang baru beruSia tiga puluh tahunan, kepandaian merawat mukanya juga sangat menakjubkan, dari situ juga dapat di duga bahWa kepandajan ilmu silatnya atau kekuatan tenaga dalamnya pasti juga Sudah mencapai kesuatu taraf tidak ada taranya.

"Anak. pada dua puluh tahun berselang. can sian Sien pangCu bersama-sama suhumu dan beberapa orang lagi, dengan bergandengan tangan pernah mengusir ia keluar dari rimba persilatan Tionggwan. Sebentar lagi mungkin ia akan datang kemari, dengan menggunakan kata-kata kotor hendak menghina suhumu. Suhumu sudah mengambil keputusan tidak akan meladeni dia, tetapi kau yang menyaksikan barang kali bisa menjadi marah, maka Sebaiknya sekarang kau boleh pergi saja"

Cin Hong menyahut sekenanya, namun ia masih tetap tidak bergerak dari tempatnya. Setelah menyaksikan Pangcu golongan Kalong itu tidak berhasil membujuk Si naga bermata Satu, dan sudah mulai meninggalkan kamar nomor dua, bersama-sama Tay-giam ong berjalan menuju kebawah jendela kamar nomor tiga, seperti juga yang tadi, wajahnya yang putih tak menunjukkan sikap apa- apa, ia memandang Sejenak kearah kamar tahanan itu, Kemudian menggerakkan bibirnya berkata dingin.

"Bi Lotee, dan kau bagaimana?"

Dalam kamar tahanan nomor tiga itu sunyi senyap keadaannya, tidak terdengar suara orang seolah-olah disitu tidak ada penghuninya. It-hu SianSeng yang menyaksikan semua itu, berkata dengan suara perlahan^

"Si Kuya leher panjang Bi Kap Sin benar-benar sungguh Seperti Seekor kuya yang tidak bisa membuka mulut. Suhumu berada disini sudah delapan hari, belum sekali juga pernah mendengar suaranya"

Dalam hati Cin Hong merasa sangat kagum terhadap dua orang itu, ia juga berkata dengan Suara peralahan:

"TeCu mendengar kata bahwa sepasang saudara berlainan she dari gunung See-kim-san, biasanya merupakan orang jahat yang suka membunuh orang, bahkan gemar sekali menggunakan tengkorak kepala orang di buat atap rumah. Sungguh tak diduga mereka masih mempunyai jiwa jantan seperti itu, tidak mau mudah diperalat oleh Ho ong, benar-benar sangat mengagumkan"

Sementara itu PangCu dari golongan Kalong yang kembali tidak berhasil membujuk Si Kuya leher panjang Bie Kap Sin, Wajahnya yang dingin berkernyit sebentar, agaknya marah dan lalu mengejek dengan mengeluarkan Suara dari hidung, juga tidak membuka mulut, lantas menggeser kakinya berjalan menuju kebawah jendela kamar nomor empat, kemudian bertanya pula kepada penghuni kamar itu:

"Saudara Kha, kalian suami istri masih sangat muda, jika mati didalam kamar tahanan penjara ini sesunggunnya sangat tak berharga. Bagaimana?"

Kiu-lin merah Kha Gi San juga diam saja tak menjawab. Tetapi setelah hening cukup lama, dari jendela kamar tawanan nomor lima menongol kepala seorang tawanan Wanita, ia berkata kepada penghuni kamar nomor empat:

"Lelaki jahanam, jangan berpura-pura sebagai jagoan, kita terima baik saja permintaannya"

Tawanan Wanita itu adalah isteri Kha Gi San yang bernama Pa cap Nio yang mempUnyai namajulukan burung Hong ekor hitam, uSianya sekira tiga puluh lima tanun, rambutnya yang panjang waktu itu terurai kedepan mukanya kulit wanita itu hitam, namun wajahnya Cantik boleh di kata seorang wanita yang hitam manis. meskipun tubuhnya agak kurus, namun masih tidak hilang keCantikannya. It-hu Sianseng berkata sambil menghela napas pelahan:

"Ai orang perempuan bagaimana pun juga kurang kuat imannya, siburung Hong berekor hitam itu tidak tahan penderitaan ditempat ini"

"Apa? Dia. " bertanya Cin Hong terkejut.

"Benar dia setiap hari ribut dengan suaminya hendak kekamar penjara ular, ia kata bahwa dikamar penjara ular setiap hari masih mendapat kesempatan untuk melakukan pekerjaan berat, mengertikah kau maksudnya?"

Wajah Cin Hong menjadi merah, ia mengangguk- anggukkan kepala dan berkata: "Apakah hubungan suami isteri mereka ada baik?" "Baik, mereka masuk rumah penjara ini sudah empat tahun lamanya, mereka pernah minta mengajukan permintaan kepada penguasa rumah penjara ini, agar diperkenankan berdiam satu kamar dengan suaminya, syaratnya ialah bersedia melepaskan haknya tiga kali untuk menantang bertanding lagi, tetapi permintaan itu tidak diterima oleh penguasa rumah penjara, benar-benar seorang yang sangat kejam."

Sementara itu. Pa cap Nio dengan tiba-tiba  menangis dan ribut-ribut lagi:

"Laki-laki jahanam, kau dengar tidak? Kau pernah berkata bahwa kita tidak akan berpisah selama-lamanya, betul tidak? Kau tidak Suruh aku melahirkan turunan bagimu, betul tidak?"

Dari lubang jendela kamar nomor empat menongol kepala seorang laki-laki setengah umur berwajah merah, sepasang matanya memancarkan sinar yang penuh rasa simpatik dan kasihan, ia mengawasi wajah isterinya sejenak. kemudian membuka mulut dan menghibur isterinya itu:

"cap Nio, sabarlah sedikit, Satu tahun lagi aku sudah akan sanggup menyambut sepuluh kali serangan penguasa rumah penjara ini, kita Sekarang tidak boleh menurunkan prestasi dan nama baik sepasang suami isteri golongan Lo- hu"

"Aku tidak perlu dengan segala nama baik aku hanya membutuhkan berdiam bersama-sama denganmu.,.,." berkata si burung Hong ekor hitam sambil menangis keras.

Si Kie lin merah Kha Gi San agak putus asa menghadapi isteri yang selalu ribut sambil menangis dengan sedihnya, katanya sambil menghela napas. "cap Nio,jikalau kita menerima baik permintaannya, ikut dia keluar dari rumah penjara ini, maka selanjutnya kita akan diperbudak olehnya, dan harus menurut segala perintaannya. Apakah kau Sanggup diperlakukan semaCam itu?"

"Aku bersedia menerima, asal kita akan dan bersama- sama denganmu disatu tempat sekalipun aku harus menjadi budaknya juga tak akan keberatan" berkata Pa cap Nio Sambil berulang-ulang menganggukkan kepala.

Laki-laki berpakaian Warna emas itu, yakni PangCu golongan Kalong, dengan tiba-tiba membuka mulutnya dan mengeluarkan suara tertawa yang kedengarannya sangat aneh, katanya:

"Bukan sebagai budak Kalian suami isteri yang satu akan kuangkat sebagai Tongcu bagian Hek hok-tong, pangkat dan kedudukan kalian hanya dibawah permaisuri dan tiga selir serta dua anggota pelindung hukum"

Pa cap Nio Sangat girang mendengar ucapan itu, katanya:

"Laki-laki jahanam, kau dengar tidak? Apakah itu bukan suatu kedudukan yang sangat baik? Kita terima saja permintaannya"

Kha Gi San merasa masgul, katanya: "cap Nio dengan demikian, kita sudah tidak mempunyai Waktu lagi untuk mencari koleksi sebagai macam barang pusaka yang aneh- aneh. Apakah kau mempunyai kekuatan hati untuk menahan keinginanmu dan kesukaanmu menyimpan barang-barang pusaka aneh itu?"

Sang isteri kembali mengangguk kepala berulang-ulang seraya berkata^ "Aku bisa Aku sekarang sudah memikirkan baik- baik dalam dunia ini tak ada semacam barang lagi yang lebih berharga daripada dirimu."

Kha Gi San tampaknya tergerak hatinya oleh ucapan isterinya, saat itu lalu mendongakkan kepala dan berkata dengan suara sedih:

"Sudahlah Sudahlah Hati perempuan durhaka ini telah membunuh habis ambisiku"

Pa cap Nio yang melihat sang suami. akhirnya suka juga menerima baik permintaan Pangcu golongan Kalong, dalam girangnya lantas menangis, kemudian berpaling dan berkata kepada Pangcu golongan Kalong itu:

"Hei Kami suami isteri sekarang apakah sudah boleh ikut kau keluar dari rumah penjara ini?"

Wajah orang berpakaian emas itu Sedikit pun tidak menunjukkan sikap girang, ia hanya menganggukkan kepala dan berkata:

"Tunggu sebentar aku masih perlu mencari dua orang lagi:"

Cin Hong yang menyaksikan sepasang suami istri golongan Lo-hu yang namanya pernah menggemparkan rimba persilatan itu akhirnya toh menerima juga pertolongan Pangcu golongan Kalong untuk keluar dari rumah penjara, dalam hati merasa sangat kecewa dan gegetun. la berpaling dan berkata pada Suhunya sambil menggigit bibirnya: "Suhu, Kie-lin merah itu benar-benar seorang lelaki yang tidak berjiwa kesatria"

"Itu disebabkan karena cinta kasih mereka dianggap lebih berharga dari pada segalanya.Jadi masih boleh jugalah dimaafkan " Karena perbedaan pendapat dan berlainan sifat, Swat Po- po akhirnya mesti berpisahan dengan It-hu Slangseng suaminya. Melihat cinta kasih sepaSang suami istri golongan Lo-hu yang demikian murni ini. dalam hati sedikit banyak ia juga merasa iri. Mendengar lagi kata- kata suaminya, bahwa cinta kasih lebih berharga dari segalanya. lantas timbul amarahnya, katanya sambil tertawa dingin: "Tua bangka, apa kiramu kau sudah mengerti soal cinta kasih?"

It-hu sia ngseng tercengang, tetapi kemudian ia dapat memahami maksud pertanyaan istrinya, maka lalu berkata sambil tertawa kecil, "Ya benar, aku memang tidak mengerti.. ." .

Cin Hong takut mereka akan bertengkar lagi, maka buru- buru menyela:

"Suhu, maukah suhu beritahukan dulu kepada teecu nama pangcu dari golongan Kalong ini?"

Selagi It-hu SianSeng hendak menjawab, dari kamar nomor delapan tiba-tiba terdengar suara geraman dan bentakan can sa-sian:

"Pui Kau anjing laki perempuan ini mengawasi aku saja mau apa?"

Cin Hong dengan Cepat berpaling. Tampak olehnya orang berpakaian warna emas itu sudah berada diluar jendela kamar nomor eram, matanya ditujukan ke lobang jendela dan berdiri tak bergerak, sepasang matanya memancarkan sinar tajam, sedang wajahnya tetap menunjukkan Sikapnya yang dingin.

can si-sian sudah menarik kembali kepalanya dari lobang jendela, saat itu sedang ber-jingkrak2 sambil me-maki2, "Anjing laki2 dan perempuan" tidak berhentinya. Cin Hong yang mendengar suara Cacian pengemis tua itu dalam hati merasa geli. Pengemis tua ini benar-benar tidak keruan ucapannya. Demikianp ikirnya, Masa orang dikatakan 'anjing laki- laki perempuan' Anjing laki-laki tentu yang jantan, anjing betina ya yang betina. Mengapa menggunakan istilah 'anjing laki laki perempuan'?

It-hu Sianseng agaknya sudah mengetahui bahwa muridnya itu sedang keheranan, ia lalu berkata Sambil terseryum:

"Ucapan Sle Pangcu itu sedikitpun tidak salah, dia memang tidak ubahnya sebagai anjing laki- laki perempuan'"

Cin Hong makin heran, tanyanya: "Suhu, anjing laki laki perempuan itu apa artinya?"

It-hu Sianseng berdiam sejenak, kemudian berkata: "Maksudnya ialah, Diwaktu siang hari dia adalah

seorang laki- laki, diwaktu malam dia menjadi orang perempuan-"

Cin Hong dengan mulut menganga berseru kaget, katanya: "Ha Jadi dia itu seorang wadam?"

"Ya Dia juga mempunyai dua nama. yang satu Jie Hong Hu, yang lain Jiau Biauw Kouw. Tapi bagaimana keadaan seharinya, tanyakan saja kepada empek ie-oe"

Cin Hong terheran-heran, ia berdiri termangu-mangu mengawasi wajah orang berpakaian Warna emas yang dingin kaku, sementara It-hu Sianseng sudah berkata lagi sambil tertawa dingin:

"Wajahnya itu memakai kedok kulit manusia, wajah aslinya suhumu sendiri juga . . .Hm Dia sekarang sudah berjalan kemari, lekaslah kau pergi, suhumu hendak pergi tidur"

Sehabis berkata demikian, ia menarik kembali kepalanya dari lubang jendela dan masuk kedalam kamarnya, ia lompat kesatu sudut dan merebahkan diri, menghadap kedalam sebentar sudah terdengar suara menggerosnya.

orang berpakaian warna emas waktu berjalan dihadapan Cin Hong lantaS berhenti, seolah-olah sudah lama mengenalnya, sepasang matanya yang bersinar tajam terus menatap wajah Cin Hong, sedang bibirnya tersesungging senyuman yang sangat misteri, kemudian bertanya:

"Cin Hong, apakah kau menghendaki aku menolong Suhumu?"

Ketika pandangan mata Cin Hong bertumbukan dengan sinar mata orang itu, sesaat seluruh tubuhnya merasa menggigilnya, ia mundur sesungguhnya.

"Hei Dari mana kau tahu namaku?"

"Ditepi telaga sen-ouw, aku pernah melihat kau dengan budak perempuan she Yo itu. Waktu itu aku sebetulnya ada maksud hendak mengambil kalian berdua sebagai Kim-tong dan Giok- lie, juga akan kuberi didikan ilmu silat yang luar biasa pada kalian- Tak kusangka kalian ternyata adalah orang-orang yang tidak tahu diri. "

Cin Hong pada sebelumnya masih belum tahu keadaan orang itu, maka atas usul yang dikatakan sebagai Kim-tong dan Giok lie itu hanya diganda dengan ketawa, sekarang ia sudah tahu dia adalah seorang wadam mendengar lagi ucapannya tentang kedudukan Kim-tong Giok-lie itu. sesaat timbul kesannya seolah-olah terhina olehnya, maka saat itu ia lantas naik pitam tidak menantikan orang itu bicara habis, Sudah membentak dengan suara keras: "Tutup mulutmu Siapa kesudian menjadi Kim-tong Giok lie mu?"

senyuman yang tadi tersungging dibibir orang berpakaian warna emas itu telah lenyup, dengan wajah dingin memandang Cin Hong sejenak, kemudian perlahan-lahan berpaling kekamar tawanan It-hu Sianseng katanya dengan nada suara dingin: "To Lok Thian, apa kau maSih ingat hutang lama pada dua puluh tujuh tahun berselang?"

It-hu Sianseng sedikitpun tak begerak suara menggerosnya semakin keraS.

orang berpakaian emas itu tiba-tiba mendongaKkan kepala dan tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata:

"Heh, heh, tak kusangka kau To Lok Thian ternyata mempunyai kesabaran luar biasa benar-benar diluar dugaanku"

Suara tertawa nyaitu demikian nyaring dan tajam, ketika masuk kedalam telinganya masih mengaung tak hentinya, Suara itu seolah-olah jarum tajam yang menusuk telinga, beberapa ekor burung yang hinggap di tebing itu juga terjatuh oleh Suara tertawa tadi, dan lekas- lekas terbang lagi keluar lembah.

Tay-giam-ong yang berdiri dibelakangnya tampak mengerutkan alisnya, ia mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuk bahunya seraya berkata:

"Laohia, barang siapa yang masuk kedalam rumah penjara ini, tidak boleh menimbulkan ribut-ribut, kalau kau masih tertawa lagi, aku terpaksa akan mengusir kau keluar"

In-jie dari kamar nomor sembilan berseru sambil tepuk- tepuk tangan: "Betul Lekas usir dia keluar" Tay-giam ong menggerendeng sendiri, berpaling seraya membentak: "Kau juga tidak boleh berteriak-teriak begitu. Kalau kau berani lagi. "

"Kalau berani berteriak lagi apa kau juga akan mengusir aku keluar?"

Tay-giam-ong tercengang, kemudian membentak dengan nada suara marah:

"Kalau berani berteriak-teriak lagi, akan kuhukum atau tidak memberikan makan kepadamu tiga hari"

Cin Hong terkejut mendengar ucapan itu, buru-buru berkata kepada In-jie:

"In-jie janganlah kau berteriak-teriak lagi."

orang berpakaian warna emas sikapnya tetap dingin sombong seperti tadi, seolah-olah tak mendengar peringatannya tay-giam ong. Saat itu kembali berpaling kekamar It-hu Sianseng Seraya berkata^

"To Lok Thian- benarkah kau tak berani membuka suara sama sekali?"

Cin Hong yang mendengar ucapan orang berpakaian warna emas itu menghina gurunya, ia telah lupa peraturan tidak boleh ribut-ribut didalam rumah penjara, dengan tiba- tiba tangannya bergerak menyerang orang berpakaian warna emas, terdengar suara bentakannya yang keras:

"Kau berani menghina suhuku? Sekarang akan kuberi hajaran kepadamu"

Gerakannya tadi adalah salah satu gerakan dari ilmu silat pelajaran suhunya, gerakan tangan itu memang indah sekali, apalagi terpisah dengan jarak sangat dekat, ia mengira dengan Serangannya yang mendadak itu, pasti dapat memukul jatuh orang itu. Diluar dugaannya, selagi jari tangannya hendak menyentuh bagian jalan darah orang itu, mendadak dibaWah ketiaknya dirasakan kesemutan, dan tangannya sesaat itu lantas dirasakan telah menjadi keplek. tidak bertenaga lagi.

Dalam terkejutnya, buru2 mengangkat tangan kirinya untuk melindungi dadanya sendiri, bersamaan dengan itu ia lantaS lompat mundur Sstu langkah.

orang berpakaian warna emas itu tidak mengejar, hanya matanya saja yang memancarkan sinar aneh, sambil tersenyum ia menatap Cin Hong, katanya lambat-lambat:

"Kau pemuda ini sesungguhnya terlalu gampang marah, cobakau lihat mataku, mirip tidak dengan seorang musuhmu?"

Perkataan itu diucapkan dengan nada suara sangat merdu, seolah-olah mengandung kekuatan gaib yang tidak dapat ditolak. membuat Cin Hong tanpa sadar sudah menurut perintah untuk mengawasi sepasang matanya. Memang benar, sepasang mata itu demikian jernih, Sedikitpun tidak mengandung maksud jahat, bahkan seperti mata seorang ibu yang penuh kasih sayang. orang berpakaian watna emas itu kemudian berkata pula:

"Aku tahu selama beberapa hari ini kau tidak biSa tidur enak. itu disebabkan karena kau memikirkan Suhu dan SumoaymU, Sehingga pikiranmu jadi terganggu. Sekarang kau harus tidur nyenyak Sebentar. Kau lihatlah pemandangan disini, betapakah indahnya, angin disini betapa sejuknya, ditempat seperti ini kalau kau bisa tidur nyenyak. malah baru boieh dibilang merupakan Suatu kenikmatan bagi manusia hidup, Baik, sekarang pejamkanlah  matamu   periahan-lahan-   Tiduriah,   tidurlah " Ucapan yang terakhir kedengarannya begitu lunak dan merdu, benar saja Cin Hong lantaS merasa mengantuk. dalam hatinya berpikir selama beberapa hari ini memang benar-benar ia tidak bisa tidur enak, memang harus tidur sebentar. oleh karena pikirannya demikian maka rasa kantuknya semakin menjadi-jadi, tak disadarinya ia menguap beberapa kali, dengan letih menyenderkan tubuhnya kesamping dinding lembah. kemudian duduk ditanah dan tidur dengan nyenyaknya . . .,

Entah berapa lama sang waktu berlalu, dalam keadaan samar-samar, tiba-tiba kepalanya diketuk orang perlahan, hingga ia terkejut dan mendusin- Mana kala ia membuka mata, didapatkannya darinya rebah diatas tanah dalam ruangan tamu penguasa rumah penjara rimba persilatan, Sedang disamping berdiri penguasa rumah penjara rimba persilatan bersama murid perempuan penguasa rumah penjara itu, Leng Bie Sian

Bukan kepalang terkejutnya Cin Hong kali ini, ia buru buru lompat bangun, kepalanya nengok kekanan kekiri, dengan terheran-heran ia berkata: "Eh Bagaimana sampai aku bisa tidur ditempat ini ?"

Leng Bie San tertawa geli, ia berkata sambil mendekap mulutnya dengan lengan bajunya:

"Kau tadi telah terperdaya oleh orang berpakaian warna emaS itu. Jikalau Suhu tidak keburu menolongmu, barang kali kau akan tidur tiga hari lamanya "

Cin Hong sekarang baru sadar. Dalam hati ia begitu marah, segera lompat kedekat jendela untuk melongok keluar sambil bertanya: "Dan kemana sekarang orangnya?"

"Sudah diusir keluar oleh suhu" menjawab Leng Bie sian sambil tertawa. Cin Hong memutar tubuh mengawasi penguasa rumah penjara rimba persilatan seraya bertanya:

"Mengapa kau tidak menangkap dia dan masukkan kedalam penjara?"

"Dengan hak apa aku harus menangkap ia dan dmasukan dia kedaiam penjara? Yang bertindak memukul dahulu adalah kau. Kalau diuSUt benar-benar persoalan ini, yang harus masuk penjara sebaliknya adalah kau sendiri" jawab penguasa rumah penjara.

Cin Hong diam-diam terkejut, ia tidak berani banyak bicara lagi, buru-buru berjalan menuju kemeja persegi mengambil kuasnya untuk meneruskan lukisannya yang hampir selesai.

Penguasa rumah penjara rimba persilatan berjalan kebelakang dirinya untuk menyaksikan ia melukis. berkata dengan mengandung maksud tidak baik,

"Seandaian Sumoaymu tidak dipindahkan kekamar penjara Naga, lukisan ini barangkali tidak akan selesai untak selama-lamanya"

Wajahnya Cin Hong menjadi merah, ia berkata sambil mengangkat pundak: "Kau jangan banyak bicara Setelah aku menyelesaikan lukisan ini aku hendak minta diri"

Penguasa rumah penjara itu berdiam sejenak kemudian berkata seolah-olah terhadap dirinya sendiri^

"Sungguh aneh, Sumoaymu waktu pertama kali menantang bertanding, satu juruspun tidak Sanggup menahan seranganku, tetapi dalam pertandingan yang kedua kalinya ia anggup menyambut sampai lima kali, ini apa sebabnya?" Cin Hong diam-diam merasa geli, tetapi ia tak berani mengatakan bahwa itu adalah pelajaran ilmu Silat yang didapat dari orang tua gila itu, saat itu ia hanya berkata sambil angkat pundak lagi:

"Apakah kau tidak dengar sewaktu ia bertanding denganmu, tidak berhentinya memanggil aku satu kali, ia dapat menyambut seranganmu satu kali"

"Hem..Jadi, lebih hebat daripada kepandaian ilmu silatku?"

Cin Hong tidak menghiraukan, ia meneruskan lukisannya dengan tenang, setelah selesai, ia meletakkan kuasnya dan berpaling seraya bertanya: "Mirip atau tidak?"

"Bagus" menjawab penguasa rumah penjara rimba persilatan singkat.

Cin Hong menjura seraya berkata "Kalau begitu, sekarang aku hendak mohon diri saja"

"Apakah kau tega berpisahan dengan sumoaymu?"

Cin Hong tidak mau menunjukan sikap lemah, katanya dengan tegas: "Mana bisa tidak tega? Kami toh bukan apa- apa ... ,"

KATA-KATA selanjutnya ia merasa tidak enak mengucapkannya, terpaksa bungkam. Panguasa rumah penjara rimba persilatan tertawa-tawa dan bertanya lagi, Cin Hong berpikir sebentar, katanya sambil tersenyum: "Apakah aku masih boleh main- main beberapa hari lagi disini?"

"Terserah kau saja Kau ingin main- main lagi berapa hari boleh tinggal disini sebegitu hari juga"

"Mengapa kau memperlakukan aku demikian baik?" Penguasa rumah panjara rimba persilatan mengawasi lukisan Cin Hong yang ditempel didinding, kemudian berpaling seraya katanya:

"Sebab lukisan yang kau lukiskan untukku. Sudah membuat aku merasa puas."

"Aku memang benar ingin main- main lagi beberapa hari, hanya sebaiknya kau tetapkan saja batas waktunya, sepuluh hari atau delapan hari."

Leng Bie Sian segera menyelak:

"Terserah kepadamu. Kalau sepuluh hari bagaimana?"

Cin Hong menampak sepasang mata gadis itu penuh kasih sayang, hingga hatinya tergoncang, buru-buru bertanya kepada penguasa rumah penjara: "Kalau sepuluh hari, bagaimana?"

"Tadi sudah kukata, terserah kepadamu saja ingin berapa hari juga boleh"

"Tapi kau tidak boleh menyesal" "Mengapa aku harus menyesal"

"Itu tidak baik Maksudku ialah hendak mempertahankan hakku sepuluh hari ini "

"Maksudmu apakah hari ini kau harus pergi, dan lain kali kau akan balik lagi dan berdiam disini sepuluh hari lagi?"

"Ya Karena kau sudah menerima baik, maka tidak boleh menyesal lagi" berkata Cin Hong sambil menganggukkan kepala dan tertawa.

Leng Bie Sian agaknya merasa keCewa, ia hanya dapat mengeluarkan ucapan "ouw" saja, lantas tidak mengatakan apa-apa lagi. Penguasa rumah penjara mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak. kemudian berkata:

"Baik, baik Kau sibocah ini diluarnya kelihatan jujur, tidak tahu didalam otakmu banyak sekali tipu daya. "

Selewatnya tengah hari, Cin Hong datang lagi kekamar penjara Naga untuk mohon diri kepada suhu dan subonya. Setelah itu ia juga lantas pamitan kepada fn-jie, sekalian untuk minta kembali anak kunci berukuran huruf Llong yang beberapa hari berselang diberikan kepada gadis itu untuk disimpankan, kemudian oleh seorang petunjuk jalan dari rumah penjara itu ia diajak keluar dari rumah penjara dalam lembah itu.

Ketika tiba dipos penghabisan, kembali Cin Hong bertemu dengan Thiat-oe Siangsu. Kalau dahulu sewaktu masuk gunung ia harus berurusan dulu dengan Thiat-oe Siangsu, kini diwaktu turun gunung petugas itu malah berlaku baik sekali kepadaya, buru-buru menarik kuda yang In-jie titipkan kepadanya, dan mengeluarkan sepucuk surat diberikan kepadanya sambil berkata:

"cin siohiap. ini adalah surat yang ditinggalkan untukmu oleh pengemis keCil itu, dia baru saja pada satujam berselang berlalu dari sini "

Cin Hong menerima Surat dan dua ekor kuda sambil mengucapkan terima kasih, ia lantas naik keatas kuda. dan berkata sambil tersenyum. "Sudlkah kiranya Thiat siangsu tolong aku melakukan sesuatu?"

Thiat-oe Siangsu adalah seorang yang Sangat Cerdik. Sejak enam hari berselang ia menahan masuknya orang tua gila itu keatas lembah, ia telah melihat Cin Hong bersama Leng Bie Sian berdua berdiri dijendela ruang tamu Penguasa rumah penjara, dalam hati segera menduga beberapa bagian, bahwa murid perempuan Penguasa rumah penjara itu mungkin sudah jatuh hati kepada pemuda itu, maka buru-buru mengembalikan rantai emas yang dahulu diberikan padanya, selama beberapa hari ini ia merasa takut apabila Cin Hong mengadukan perbuatan korupsinya kepada penguasa rumah penjara maka hari ini ketika melihat ia turun gunung,baru tahu benar bahwa ia tidak mengadukan perbuatannya, hingga dalam hati merasa sangat berterima kasih. Pada saat itu ketika mendengar ucapan Cin Hong minta tolong kepadanya sudah tentu ia tidak berani menolak. cepat-cepat menjura dan berkata sambil tertawa

"Cin Hong siaobiap ada urusan apa-apa silahkan perintahkan saja, aku bersedia melakukan perintahmu. "

Cin Hong juga tahu apa sebab sikap Thiat oe Siangsu itu berubah seratus delapan puluh derajat, dalam hati diam- diam memandang rendah kepada orang itu, Saat itu ia berkata sambil menunjuk kekudanya sendiri.

"Tidak ada urusan yang penting, hanya minta supaya Thiat Sangsu tolong menjagakan kudaku ini, nanti setelah Sumoayku berhasil menyambut serangan Laucu sampai sepuluh kali dan keluar dari penjara, kuda ini tolong kau Serahkan kepadanya"

Thiat-oe Siansu berulang ulang menganggukkan kepala, dengan mata terbuka lebar ia bertanya^

"Hendak keluar dari Rumah penjara melalui prosudure melakukan pertandingan? Dari mana ia memiliki kepandaian serupa itu?"

"Ada kemungkinan, apakah kau tidak melihat kemarin ia dipenjarakan dlkamar penjara Ular, tetapi kali ini sudah dipindahkan kekamar tawanan Naga?" Thiat-oe Siansu ternyata masih belum tahu kejadian itu, ketika mendengar ucapan itu, sangat terkejut, hingga saat itu matanya terbuka lebar dan mulutnva ternganga.

Cin Hong hanya ganda dengan senyuman lalu menjura kepadanya, dan setelah itu ia bedal kudanya keluar daripintu gerbang Rumah penjara, dengan mengikuti jalanan pegunungan ia melarikan kudanya, ketika ia berpaling sudah tidak melihat pintu gerbang, barulah menghentikan kudanya dan mengeluarkan surat Can Sa-jie yang ditinggalkan untuknya, ia membuka dan membaCa isinya, didalam surat itu tertulis:

Pro: Saudara cin-

Pengemis keCil ini tidak berhasil mencegah SUmoaymu masuk kerumah penjara untuk menantang  bertanding, disini ku-ucapkan rasa menyesal yang sangat terhadapmu. Kita tiga anak-anak keCil luar biaSa dari rimba persilatan baru pertama kali turun kemedan pertempuran, ternyata sudah mengalami kegagalan, kalau begitu harapan kita sudah agak buyar. Aku tahu kaupasti merasa sangat Cemas. Sebetulnya, aku ingin menunggu kau keluar untuk merundingkan Caranya menolong sumoaymu. Apa mau aku telah melihat Hoong (dari mulut Thiat-oe Siansu aku dapat mengetahui dia adalah Ho ong) ada membawa keluar sepasang suami istri dari Lo-hu San dan turun gunung. Aku pikir hal itu pasti akan membawa akibat hebat. Ho-ong telah membentuk golongan Kalong, lantas menolong keluar satu persatu kawan iblis rimba Persilatan dari rumah penjara ini, yang akan dijadlkan pembantu atau kaki tangannya dengan demikian maka seluruh rimba persilatan barang kali akan mengalami bencana besar. oleh karenanya, maka aku telah mengambil keputuSan untuk mengikutinya secara diam-diam, apabila aku dapat mengetahui markas golongan Kalong itu, sedikit banyak akan merupakan suatu keuntungan bagiku.Jikalau kau sudah meninggalkan rumah penjara rimba persilatan dan tidak suka kembali Ke kota Ha ng-chiu untuk menjadi sastrawan lagi, tidak halangan kau coba melakukan petualangan, disepanjang jalan aku meninggalkan tanda gambar burung sebagai kode rasanya kau boleh ikuti saja gambar kepala burung itu kalau hendak mengetahui jejakku. Bila kau melihat lukisan burung yang kutinggalkan itu merupakan gambar burung terbang, ini suatu tanda bahwa jejakku telah diketahui oleh musuh, juga berarti musuh sebaliknya Sedang mengejar jejakku. Jadi aku butuh pertolonganmu. Kau tahu bila aku tertangkap oleh kawanan siluman perempuan itu mereka Sudah tentu tak akan timbul perasaan suka terhadapku, diriku pasti akan dibuat permainan, atau dicincang oleh mereka Ho-ong dan sepasang suami istri Lo-hu-san itu sudah berjalan sangat jauh, aku perlu lekas pergi mengejar hingga tidak dapat menulis lebih banyak lagi. Sampai bertemu kembali dari Sahabatmu. can-sa-jie."

Sehabis membaCa surat itu, yang dipikir Cin Hong semula ialah hendak pergi dulu ke gucung oey-san untuk menyampaikan pesan It-yang-cie Siauw canJin. Tapi kini, karena Can Sa-jie meninggalkan Surat perintah ia  mengikuti jejak dan kegiatannya PangCu golongan Kalong. apa bila sekarang ia tidak mengejar, dan seandai pengemis keCil itu mendapat bahaya, ia sendiri bukankah akan menjadi seorang durhaka dan tidak setia kaWan terhadap Sahabatnya?

oleh karenanya, maka ia lalu membatalkan maksud yang semula, dan merobah tujuan. ia mulai pergi mengejar can- Sa-Jie....

Ia melarikan kudanya perlahan-lahan Sambil pasang mata. Benar Saja, disepanjang jalan ia menemukan tanda- tanda kode yang ditinggalkan oleh Can Sa-jie, kode-kode itu ada juga yang dilukis diatas pohon, atau disebuah batu besar ditepi jalan- Hampir Setiap lalu dua pal tertampak lukisan gambar seekor burung.

Ia larikan kudanya menurutarah yang ditunjuk oleh kepala burung itu.Jalan-jalan yang dilalui semuanya merupakan jalan belukar dan sepi sekali. DiWaktu lohor, ia memasuki daerah pegunungan. Semakin masuk semakin dalam, pada akhirnya kepala burung menunjuk kearah sebuah puncak gunung yang menjulang tinggi, ia terpaksa turun dari atas kudanya dan mendaki puncak gunung yang tinggi.

Mendaki Sampai ditengah tengahnya, pandangan matanya tertuju kepada sebuah batu besar, tiba-tiba hatinya dirasakan berdebaran sesaat merasa tegang.

Kiranya, diatas batu besar itu kembali terdapat gambar kode seekor burung yang ditinggalkan oleh can-sa-jie kepala burung menujur kesebuah rimba lebat diatas gunung itu, tetapi burung itu mementangkan sayapnya, ini suatu tanda bahwa tindakan Can Sa-jie yang mengikuti jejak musuh sudah kepergok dan Kini sebaliknya malah ia sendiri yang sedang dikejar oleh musuh-musuhnya.

Siapakah yang mengejarnya? Sudah tentu Pangcu golongan Kalong itu PangCu itu seorang yang sangat hebat, diwaktu didalam rumah penjara Cin Hong pernah diperdayakan olehnya sehingga ia tertidur pulas, kemudian dari Suhunya ia mendapat keterangan, bahwa ilmu itu merupakan suatu ilmu sihir yang sangat lihay.Jikalau orang tidak memiliki kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna terkena ilmu itu pasti akan tergelincir dibawa ilmunya.

flmu tenaga dalam Can Sa-jie tidak lebih tinggi daripadanya sendiri, sudah tentu tidak mUngkin dapat melawan ilmu sihir PangCu dari golongan Kalong itu. Seandai tertangkap oleh PangCu itu, sudah tentu sangat berbahaya.

Semakin dipikirnya semakin takut, meskipun ia sendiri andaikata dapat mengejar Can Sa-jie juga cuma-cuma. Tetapi berdasarkan atas perhubungan kesetia kawanan, sudah tentu ia tak boleh mundur.

Saat itu juga ia segera lari menuju ketempat yang ditunjuk oleh gambar kepala burung tadi. Rimba itu benar- benar sangat lebat, disitu terdapat tumbuhan rumput berduri, berjalan kira-kira setengah pal, tak jauh dari tempat rombongan rumput, tampak pakaian rombengan can-sa-jie, seolah-olah orang terluka dan sedang mendekam ditanah.

Cin Hong terkejut, dengan Cepat lari menghampiri. Ia berseru kaget. Kiranya, itu bukanlah Can Sa-jie, melainKan pakaiannya yang rombeng

Baju hitamnya yang Sudah banyak tambalan, ditaruh demikian rupa digerombolan rumput. kalau dilihat dari jauh mirip benar seperti orang yang tengkurap ditanah. Bagaimana pakaiannya bisa dilepas dan diletakkan disitu? orangnya kemana pergi?

Hal apakah karena ia dikejar-kejar sudah hampir tidak dapat meloloskan diri, dan tidak keburu meninggalkan kode, terpaksa membuka pakaiannya, untuk dijadikan tanda, supaya aku dapat melanjutkan pengejaranku?

Cin Hong mengambil pakaian hitam itu untuk diperiksanya, tetapi ia tidak dapat menemukan tanda-tanda apapun, terpaksa terus berjalan, tetapi sepanjang jalan itu ia tidak menemukan lagi kode yang ditmggalkan can-si-Jie.

Tak lama kemudian, hari sudah malam. dalam rimba keadaannya semakin seram, meskipun ia memiliki kepandaian ilmu silat, tetapi karena anak-anak berdiam dikota Hang-ciu yang ramai, belum pernah keluar pintu jauh-jauh seorang diri, dan sekarang ia harus berada didalam rimba gelap gulita seorang diri, bagaimanapun juga pikirannya merasa tidak tenang. Pikirannya malam itu walaupun perut lapar masih tidak menjadi soaL. Tetapi jikalau harus bermalam di rimba belukar, bagaimana kalau menjumpai binatang liar.

Selagi ia kebingungan sendiri, dari dalam rimba sebelah kiri tiba-tiba tampak sedikit sinar lampu. Ia girang sekali karena disitu terdapat Sinar lampu sudah pasti ada rumah orang. Kalau itu benar, maka ia pikir malam itu akan minta bermalam satu malam saja, dan besok melanjutkan perjalanannya lagi.

Ia lalu memperCepat langkahnya berjalan menuju kearah yang terdapat sinar lampu tadi. Berjalan beberapa puluh tombak. rimba itu nampak semakin lebat, jalanan juga tidak lurus lagi, jadi merupakan jalanan berliku-liku. Dengan jalan demikian ia berjalan beberapa tempat, dengan tiba-tiba kehilangan arah, sinar lampu tadi Sudah tidak tampak lagi Ia lalu lompat keatas pohon untuk mencari-cari, ternyata sinar lampu tadi sudah berada dibelakang dirinya.

Beberapa kali ia berusaha mendekati sinar lampu itu, tetapi selalu tidak berhasil, sehingga matanya menjadi berkunang-kunang sendiri. Ia tahu bahwa itu disebabkan karena adanya banyak pohon-pohon didalam rimba. Ia berusaha lagi mencari dari atas pohon, tetapi didalam gelap itu ia tidak menemukan tempat untuk berpinjak. Karena ia takut sampai terjebak oleh akal orang jahat, ia berlaku sangat hati-hati sekali.

Ia sejak anak-anak sudah digembleng oleh It-hu Sianseng, tidak perduli menghadapi urusan bagaimana pun gawatnya, ia selalu dapat berlaku tenang dan tabah. Kali ini beberapa kali ia gagal dalam usahanya mendekati sinar lampu itu. dan toh masih belum merasa putus asa, ia berdiri. Sambil mengatur pernapasannya, dalam hati sudah mengambil keputusan untuk beristirahat sebentar kemudian mencari lagi, sebelum mendapatkan tempat yang dicari itu ia tidak akan berhenti,

Pada saat itu, dari tempat sejauh tiga tombak lebih, terdengar suara ringan seolah-olah sebuah batu kecil yang disambitkan keatas pohon.

Dalam terkejutnya, ia coba mencari- cari dangan pandangan matanya kearah datangnya suara tadi, tetapi tidak dapat menemukan apa-apa hingga hatinya merasa kesal sendiri.

Kembali terdengar suara "Serrr" beberapa kali, Suara itu bahkan terdengar dihadapannya sejauh dua tombak. Ia tahu ada apa-apa terjadi disitu. Sekali lagi ia lompat kearah datangnya suara tadi

Baru Saja kakinya menginjak tanah, dari arah kirinya sejauh satu tombak lebih, terdengar pula suara tadi.

Dalam hatinya terkejut dan timbulah perasaan curiganya, dalam anggapannya itu pasti ada orang yang sedang memancing dirinya. Tetapi anehnya, ia tidak tahu siapa orangnya? Dan apa sebabnya orang tersebut berbuat demikian? Dengan maksud baik ataukah maksud jahat?

Tetapi karena saat itu tidak menemukan jalan keluar, terpaksa hendak menuruti arah yang ditunjuk oleh suara tadi, untuk mencoba cari jalan keluar.

Saat itu ia segera berjalan kekiri dari mana datangnja arah suara tadi. Benar saja, baru berjalan ketempat tadi. terdengar pula suara Serrr yang datang dari lain arah, ia berjalan berliku-liku demikian jauh, dengan tiba-tiba terbukalah pandangan matanya ditempat sejauh empat tombak dihadapannya, tertampak sebuah rumah atap.

Gubuk itu, sekitarnya diputari oleh pagar bambu pendek, diatas pagar itu terdapat tanaman merambat, dengan buahnya yang besar seperti buah labu yang besar-besar, didalam pekarangan yang dikitari oleh pagar bambu, terdapat beberapa jenis tanaman bunga. Kalau ditilik dari keadaannya, penghuni rumah itu tentunya adalah orang yang sengaia telah mengasingkan diri ditempat yang tenang ini.

Akan tetapi keadaan gubuk itu kini ternyata tidak berada ditempat aman, ketika pandangan mata Cin Hong melalui pagar bambu tadi melongok kedalam, tampak didalam pekarangan ada seorang pria dan seorang wanita yang sedang bertanding melawan seekor monyet berbulu putih.

Dua orang itu ternyata adalah sepasang suami istri dari golongan Lo-hu-pay yang tadi pagi ditolong dan dikeluarkan dari Rumah Penjara Rimba persilatan oleh orang berbaju emas, mereka dua orang melawan seekor monyet putih, sudah tentu lebih ungguL

Monyet putih itu sangat lincah sekali gerakannya, bahkan seperti mengerti ilmu silat dengan sendirian melawan dua tokoh kuat dari golongan Lo-hu, menggunakan sepasang tangannya dengan gerak tipunya yang luar biasa. Sedang keadaan dalam gubuk itu, tampak sebuah pelita sebentar-sebentar digeser, dari lobang jendela kadang tampak sesosok bayangan orang, suara gaduh didengar didalam seperti ada orang sedang mengaduk-aduk mengadakan pemeriksaan. . . .

Cin Hong menyaksikan dengan diliputi oleh berbagai keheranan dan pertanyaan, tiba-tiba terdengar suara Pa cap Nio yang sedang bertempur, berkata pada suaminya "Jangan kau lukai dia. Aku hendak memelihara binatang Cerdik ini" Terdengar suafa jawaban suaminya sambil tertawa terhahak-bahak:

"Kau melihat apa saja Selalu mau. Ketahuilah kau olehmu, bahwa kerdudukan kita selanjutnya adalah dibawah perintah orang, tak lagi seperti dulu lagi yang boleh berbuat semaunya. "

Pa cap Nio dengan kakinya menyerang bagian bawah monyet putih itu, berkata dengan tertawa terbahak-bahak^

"Monyet, mengapa kau harus mempersulit kami? Lekaslah menyerah seCara baik- baik, aku nanti akan melihara dirimu"

Monyet putih itu seolah-olah mengerti bahasa orang, sepasang biji matanya yang merah memancarkan sinarnya yang berapi-api, dari mulutnya mengeluarkan suara cecowetan berulang-ulang, sedang tangan dan kakinya tetap bergerak-gerak. ia terus melawan dengan gagah, Sedikitpun tidak mau dengar ucapan orang-orang itu.

Pertempuran kedua pihak berlangsung dengan sangat serunya, sementara itu Pa cap Nio sudah berkata lagi kepada suaminya:

"Monyet putih ini sungguh hebat. Apa kau sudah mengenali ilmu silat yang digunakan itu dari golongan mana ?"

"Siapa yang tahu malam ini kalau kita tak bisa membunuh binatang ini, maka untuk selanjutnya sepasang suami istri dari golongan Lo-hu akan menjadi buah tertawaan orang luar?" jawab Sang suami Sambil terus mencecar simonyet dengan serangan-serangan gencar,  "Tadi aku sudah kata, jangan bunuh dia. Aku menghendaki binatang ini dalam keadaan hidup" kata sang istri marah.

"Tidak bisa. binatang ini adalah binatang jantan, aku paling benci pada monyet jantan" berkata Sang suami dengan suara yang aneh.

"Kau gila. Masakan terhadap monyet saji demikian besar cemburumu?" kata Sang istri pula Sambil tertawa nyaring.

Sisuami tidak mengatakan apa-apa, beruntung beberapa kali ia mengeluarkan serangannya yang sangat ampuh, tampaknya sudah begitu kuat tekadnya hendak membinasakan monyet putih itu.

Monyet putih itu mengeluarkan suaranya cecuitan terus menerus, sedang tangan dan kakinya terus bergerak tanpa berhenti, agaknya sudah bertekad hendak melawan sampai mati. Namun oleh karena menghadapi dua musuh tangguh, gerakannya itu perlahan-lahan sudah mulai kendor.

Pa cap Nio agaknya kuatir kalau sang suami benar-benar akan membinasakan monyet itu, beberapa kali ia bahkan turun tangan untuk menolong monyet itu dari kematian, katanya dengan suara marah:

"Kalau kau berani melukai dia seujung rambutnya saja, untuk selanjutnya jangan kau minta diriku lagi"

Sang suami yang mendengar ancaman itu buru-buru mengendorkan serangannya^ katanya marah- marah:

"Perempuan busuk. Binatang ini hanya terdapat digunung Swat San, sifatnya buas susah dikendalikan, kau menghendaki dia sebetulnya untuk apa?"

"Tidak untuk apa-apa. aku hanya Suka saja " pada saat itu, dari dalam gubuk itu tiba-tiba mengepul asap tebal, dalam waktu sekejab mata dari sudut atap sudah mulai menjilat api yang berkobar besar

Bersamaan dengan itu, dari dalam gubuk tampak meleSat keluar seseorang, orang itu ternyata adalah Pangcu dari golongan Kalong yang mengenakan pakaian warna emas dan memakai kedoK muka diwajahnya.

Begitu keluar dari dalam gubuk. sudah ditanya olen suami Pa cap Nio: "Pangcu, Sudah ketemu atau belum?"

orang berjubah emas itu menggeleng-gelengkan kepala, jaWabnya dingin: "Mungkin benar tak ada barang itu"

Sambil berkata, ia menyaksikan dua suami- istri itu agaknya tidak Sanggup membereskan seekor monyet, lalu mengeluarkan suara dari hidung dan kemudian berkata dengan sikap mengejek:

"Bagaimana? Kalian sepasang tokoh dari Lo-hu-pay, masih tak sanggup menangkan seekor monyet?"

Kie-lin merah jadi malu ditegur sehingga mukanya benar- benar menjadi merah. katanya dengan suara keras:

"Siapa kata? Jikalau isteriku tidak mengingini monyet ini untuk dipeliharanya, sudah sejak tadi kuhajar mampus dia"

"Kalau begitu, biarlah aku bertindak sendiri." Kata orang berjubah emas dingin kemudian badannya bergerak kehadapan monyet putih, dengan mengangkat tangannya, dari jari tangannya meluncur serangan kekuatan tenaga dalam yang menotok ketenggorokan monyet tadi.

Monyet putih itu mengeluarkan suara jeritan ngeri badannya lompat setinggi dua tombak lebih, kemudian jatuh lagi, mulutnya teruS merintih-rintih, sedang sekujur badannya gemetaran tampaknya sudah tidak bisa hidup lagi.

Pa cap Nio Segera lompat menghampiri untuk memeriksa sejenak, tiba-tiba berkata kepada orang berjubah emas dengan nada suara marah: "Hei Mengapa kau binasakan monyet Cerdik ini?"

orang berjubah emas itu berdiri sambil berpeluk tangan, sedang sepasang matanya memancarkan Sinar buas, memandang kepada wanita itu sejenak. katanya sambil tertawa dingin:

"Pa Tongcu, kau panggil aKu apa?"

Pa cap Nio seolah-olah baru sadar, ia mengeluarkan suara "Aaa" wajahnya yang hitam manis tampak berubah, ia bangkit lagi dan memberi hormat kepadanya, sedang dari mulutnya memanggil perlahan-"Pangcu "

Sikapnya itu demikian meng hormat danpatut dikasihani, seolah-olah seorang anak kecil yang habis menerima dampratan dari ayah bundanya.

Kie-lin merah yang melihat isterinya mendapat perlakuan demikian, diwajahnya terlintas perasaan marah, ia berkata sambil memberi hormat kepada orang berjubah emas:

"Pangcu, kami suami istri sudah kau tolong keluar dari rumah penjara rimba persilatan sisa hidup kami ini sudah kami sediakan Untuk mendengar perintahmu. Tetapi aku masih mengharap. berlakulah sedikit baik terhadap kami."

orang berjubah emas tertawa mengejek. tiba-tiba melesat dan keluar dari pekarangan. kemudian menghilang kedalam rimba, sedang mulutnya masih berkata: "Jangan banyak bicara lagi, ayo ikut aku" Sepasang suami istri itu saling berpandangan sejenak, kemudian lompat melesat keluar dari pekarangan, Sebentar saja sudah menghilang ditelan kesepian.

Sementara itu api yang berkobar digubuk tadi semakin besar, hingga keadaan disekitarnya terang benderang.

Cin Hong sambil menahan napas menyaksikan kebakaran itu, dari tempat persembunyiannya, ia menunggu sampai orang berjubah emas dan sepasang suami istri golongan Lo-hu itu pergi jauh, baru berani keluar dan lompat masuk kedalam pekarangan, hendak menghampiri monyet putih yang terluka itu,

Monyet itu sepasang matanya masih bisa berkedip-kedip. sedang mulutnya mengeluarkan darah, ternyata masih belum mati.

Ia melihat kedatangan Cin Hong, mulutnya dibuka hingga tampak nyata dua baris giginya yang putih bersih, mulutnya mengeluarkan suara CeCuitan, agaknya sedang marah, tetapi juga seperti sedang meminta pertolongan.

Cin Hong mengeluarkan tangannya mengusap-usap kepalanya, kemudian dipondongnya dan dibawa agak jauh dari tempat kebakaran itu.

Disana ada sebuah sungai keCil yang mengalirkan air yang jernih, ia rebahkan monyet itu ditanah, selagi hendakk mengambil air jernih Untuk memberi minum monyet itu, dari belakangnya badannya terdengar suara orang yang menegur: "Apa masih belum mati?"

ciin Hong terkejut, buru-buru melakukan sera ngan tangannya kebelakang, disamping itu ia Sudah lompat meleset kedepan sejauh Setombak lebih, seCepat kilat ia berpaling dan untuk melihat siapa orangnya yang menegur. Saat itu ia lalu berkata dengan suara girang: "Saudara can- sa, kiranya kau"

Memang tidak salah, orang yang berdiri didepannya itu adalah can-Sa-jie.

Sambil tertawa-tawa gembira can-Sa-jie berjalan menghampiri monyet putih, kemudian berkata:

"Monyet putih ini benar- benar hebat, ternyata sanggup melawan dua tokoh golongan hitam yang Sudah lama tersohor Kita harus tolong dia sedapat mungkin"

Cin Hong buru-buru menghampiri dan berjongkok didepan monyet tadi, ia bertanya sambil angkat muka:

"Gubuk itu sebetulnya dihuni oleh siapa? Mengapa seperti tidak ada orang yang melihat?"

"Entah, mungkin orangnya sedang tidak dirumah." menjawab Can Sa-jie sambil menggelengkan kepala.

"Pangcu golongan kalong itu seperti Sedang mencari sesuatu, betul tidak?"

"Barang kali ya. Aku juga belum lama tiba disini, apa yang kulihat mungkin lebih sedikit dari apa yang telah kau saksikan-"^

"Jadi kau baru saja Sampai?"

"Ya Mereka telah mengetahui sedang ku intai, aku buru- buru menggunakan siasat meninggalkan pakaianku ditengah jalan untuk menghindarkan perhatian mereka, baru saja aku memutar kembali, diluar dugaanku didalam rimba ini terjadi keanehan. Aku berputar-putaran setengah hari lamanya juga tidak dapat mencapai tujuanku, jikalau tidak ada orang yang diam-diam melemparkan batu menunjuk jalan- . . ."

Cin Hong terkejut hingga lompat bangun, katanya: "Hi? Aku tadi bahkan mengira bahwa kaulah yang melemparkan batu untuk menunjuk jalan bagiKu"

"Kalau begitu, kau juga datang kemari atas petunjuk orang?"

Cin Hong baru mau menjawab, dibelakang dirinya tiba- tiba terdengar suara "Serrr" yang Sangat panjang sekali, agaknya ada orang yang melancarkan serangan dengan menggunakan senjata rahasia, maka buru-buru mengelak. Bersamaan dengan itu tangannya ditarik untuk menyambar, dan ternyata berhaSil menyambar buntut Senjata rahasia yang meluncur tadi, ia lalu membuka tangannya untuk melihat Senjata rahasia maCam apa itu, taktahunya Cuma sebutir pil berwarna hijau yang sangat harum baunya

Can Sa-jie berseru dengan suaranya yang aneh, sepasang kakinya menjejak. bagaikan kilat cepatnya melesat ke dalam rimba, lari mengejar ke arah dari mana senjata rahasia pel tadi meluncur.

Cin Hong berdiri tercengang, tiba-tiba tergerak hatinya, ia segera berjongKok lagi, memasukkan obat pel tadi kedalam mulut monyet putih, kemudian ia mengambil sedikit air jernih untuk mendorong obat itu masuk kemulut monyet itu.

Tak lama kemudian, luka dalam monyet putih itu agaknya sudah sembuh sebagian besar binatang itu Sudah biSa bangun dan duduk. dengan meniru sikap orang duduk bersila, sambil memejamkan mata berbuat Seolah-olah sedang mengatur pernapasannya.

Saat itu api yang membakar gubuk tadi sudah mulai padam, Cin Hong bang kit dan berjalan kedepan gubuk tadi untuk mengadakan pemeriksaan, namun ia tak mendapatkan tanda apa-apa yang dicurigai, terpaksa balik kembali kedepan Monyet putih tadi. Waktu itulah tiba-tiba terdengar suara Can Sa-jie dari dalam rimba:

"Hei Kau orang dari mana? Lekas keluar, Kau harus tahu bahWa aku Can Sa-jie paling tak suka orang berlaku misteri dihadapanku"

Cin Hong lalu berteriak kepadanya: "saudara can Sa , apakah kau tidak melihat orangnya?"

Can Sa-jie agaknya tak mendengar ucapan Cin Hong itu, ia masih terteriak-teriak sendiri.

"Saudara can Sa, apakah kau tidak melihat orangnya?" Can Sa-jie agaknya tetap tidak mendengar ucapan Cin

Hong itu, ia masih berteriak-teriak: "Saudara, kalau kau tidak mau keluar lagi aku Can Sa-jie terpaksa akan menggunakan api untuk membaKar rimba ini."

Cin Hong menganggap bahwa orang yang melepas senjata rahasia pel tadi belum tentu orang jahat, jikalau Can Sa-jie tidak sabar dan bermain terus-terusan bukankah sama seperti berbuat dosa terhadap orang yang tak bersalah? Maka buru-buru memanggilnya: "Saudara can, kau tidak boleh berbuat keterlaluanpada seseorang, pulanglah dulu"

Can Sa-jie seolah-olah tidak dengar ucapannya, Ia masih berkaok-kaok sendiri dengan nada suaranya yang aneh^

"Bagus Kau saudara memang sengaja hendak main-main denganku Can Sa-jie? Jangan sesalkan kalau nanti aku Sudah memaki kau habis-habisan ?"

Dalam hati Cin Hong diam-diam merasa cemas, ia bermaksud hendak masuk kedalam rimba untuk mencarikan orang itu, tetapi ia juga takut kalau didalam rimba itu nanti terjadi hal-hal yang diluar dugaannya, selagi dalam keadaan bingung, kera putih dihadapannya tiba-tiba, lompat keluar dari dalam pekarangan- dan menghilang kedalam rimba, maka ia lalu berseru kegirangan. dalam hatinya berpikir monyet putih itu sangat Cerdik, dan dia adalah peliharaan penghuni gubuk ini, sudah tentu mengenal baik seluk liku dan jalan-jalan didalam rimba itu, mungkin ia masuk kedalam rimba untuk mencari Can Sa-jie untuk diajaknya kembali.

Tak disangkanya setelah menunggu sekian lama, tidak juga tambak kembali monyet putih itu bersama Can Sa-jie hanya terdengar suara Can Sa-jie yang maSih berteriak sendirian:

"Tidak berani keluar bukanlah seorang jago" dan sebentar lagi tedengar pula suaranya: "Kalau kau ada nyali keluarlah untuk bertempur denganku "

Semakin berteriak suaranya itu kedengarannya semakin jauh.

Cin Hong takut kawan itu mendapat bahaya, Selagi hendak memanggil lagi, tiba-tiba tampak bayangan putih berkelebat dihadapannya, ternyata adalah monyet putih yang sudah kembali dihadapannya.

Kedua tangan monyet putih itu membawa sebuah kotak besi penuh lumpur tanah, diatas tutupnya ada terdapat beberapa buah lie diberikan kepada Cin Hong dengan mulutnya cecowetan tidak berhentinya, maksudnya mungkin ia lah minta supaya Cin Hong suka makan buah itu.

Cin Hong merasa amat senang, ia menyambut kotak besi bersama buah lie, kemudian mengeluarkan tangannya lagi untuk menepak-nepak bahu monyet itu seraya berkata sambil tertawa:

"Saudara, apakah kau mengerti juga bahasa manusia ?" MOnyet itu menganggukkan kepala berulang-ulang, dengan tiba-tiba jatuhkan diri ditanah, dan tangannya menulis sebaris huruf yang terdiri dan empat suku kata tulisannya seperti Cekar ayam "Pek Ie Siao Su", yang berarti sastrawan berbaju putih.

Cin Hong melihat monyet itu bisa menulis disamping terkejut juga merasa girang katanya^ "Apa?Jadi namamu adalah Pek Ie Siao-Su?"

Monyet itu kembali mengangguk-angguk kepala sambil lompat- lompatan, tampaknya girang sekali.

Cin Hong tertawa terbahak-bahak. ia betanya pula sambil menunjuk kearah gubuk yang sudah terbakar:

"Dimana majikanmu? siapa namanya."

Simonyet kembali menyoret-nyoret, terbacalah kata- kata: "KIAT HIAN" diatas tanah.

Dalam hati Cin Hong bukan kepalang terkejutnya, nama itu segera mengingatkannya kepada apa yang pernah dikatakan Suhunya, Bahwa pada tiga puluh tahun berselang Thay Pek Sianong Kat Phian Bin, yang mati didalam telaga thay pek tie, ada mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Kiat Hian, dengan julukannya kakek pengembara. Apakah Kiat Hian yang ditulis monyet itu adalah orang tersebut?

Pada dewasa ini, orang-orang dari dua belas partay sedang mencari orang tersebut kemana-mana guna mencari kotak batu Gick yang sangat misterius itu. Tak disangkanya orang yang dicari itu telah mengasingkan diri ditempat ini. Sayang sekali tidak diketahui olehnya kemana perginya orang itu sekarang?

"Pek Ie Siao Su, kemana perginya majikanmu itu?" demikian ia bertanya kepada simonyet putih. Tetapi monyet putih itu hanya menggaruk-garuk kepala saja dan daun telinganya, sambil mencebulkan mulutnya, ia tidak dapat menulis kan huruf lagi, barang kali ia hanya dapat menulis nama majikannya dan nama sendiri, yang lainnya ia cuma dapat mengeluarkan dengan kata- kata yang tidak bisa dimengerti oleh Cin Hong.

Cin Hong yang melihat sikap Cemas monyet putih itu, kembali menepuk-nepuk bahunya dan berkata sambil tertawa:

"Kalau kau tidak dapat menulis, Sudahlah Saja. Sekarang, bantulah aku lebih dulu tunjukkan jalan kedalam rimba untuk mencari kawanku itu, dia barang kali sedang berputar-putaran didalam rimba, tidak dapat menemukan jalan kembali"

Monyet putih itu untuk kedua kalinya lompat keluar dari dalam pekarangan bambu tadi, dan masuk kedalam rimba.

Cin Hong lalu mencari suatu tempat yang agak bersih dan duduk. lalu meletakkan buah lie diatas tanah, ia mengambil kotak besinya dan diperiksanya dengan seksama, tampak kotak besi itu ada sebuah anak kunci dari kuningan seluruh kotak besi sudah penuh dengan tanah merah, jelas bahwa kotak besi itu digali dari dalam tanah berlumpur.

Timbullah pertanyaan dalam hati sendiri: "Monyet putih itu menggali kotak besi ini dan memberikan kepadaku, entah apa isinya? Biarlah kubuka sebentar dan perikSa dahulu kalau ada barang berharga, akan kukembalikan lagi kepadanya^.

Kotak besi itu meskipun dikunci dengan kunci kuningan, tetapi mungkin karena berada lama didalam tanah maka besinya sendiri sudah berkarat. Cin Hong dengan menggunakan sedikit kekuatan tenaga dalam, ia sudah berhasil membuka kotak besi itu dengan anak kuncinya didalam kotak besi itu ternyata terdapat sejilid kitab dilapis dengan kulit binatang yang tipis, diatasnya terdapat tulisan merah yang berbunyi "TAY SENG HONG SIN SAN."

Ia membuka lembaran kitab itu, diatas kertas terdapat huruf-huruf yang sangat dalam artinya bersama beberapa lukisan yang aneh setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata merupaKan sejilid kitab peajaran ilmu kipas sejak masih keCil ia sudah dididik dalam pelajaran ilmu  Silat oleh It-hu SianSeng, maka terhadap berbagai jenis ilmu silat, sudah tidak asing lagi baginya, Kini setelah ia membaca selembar demi selembar kitab yang dinamakan Tay Seng Hong Sin San itu, meskipun didalamnya banyak bagian yang sulit dan dalam sekali artinya, tetapi samar- samar masih dapat dipelajarinya, ia dapat merasakan  bahwa ilmu kipas itu sangat dalam dan luar biasa sekali, hingga ia membacanya mulai tertarik dan kesemsem dalam pelajarannya yang baru itu, dengan demikian, Selembar demi selembar sudah dibaca. . . .

Waktu ia membaca dibagian dekat-dekat terakhir, tanpa disadarinya sudah bangkit dan melakukan gerakan dengan meniru tulisan dan lukisan dalam kitab itu, ia sendiri juga tidak tahu Sudah berapa kali dan berapa lama berbuat dan menirukan gerakan dalam pelajaran kipas itu, ketika mendadakan sekali terdengar Suara monyet cecuitan dengan kerasnya ia segera berpaling dan monyet putih itu bersama can-sa-jie sudah berdiri disampingnya sejarak satu tombak.

Ia menjadi malu sendiri, hingga wajahnya menjadi merah, dengan mengasi kepada can-sa-jie berkata sambil tertawa:

"Saudara can sa? Kau sudah menemukan orang yang kau kejar itu atau belum?" DiWajah Can Sa-jie menunjukan sikap terkejut dan heran, Sambil mengedip-ngedipkan matanya ia berkata:

"Belum Eh, kau sedang berbuat apa disini?"

Cin Hong merasa bahwa ia telah mencuri baCa kitab orang dengan tidak mendapat ijin orang yang punya, itu adalah suatu perbuatan yang tak dapat dibenarkan, maka buru-bura meletakkan kembali kepada monyet putih seraya berkata: "Ini kukembalikan kepadamu"

Tetapi monyet putih itu menggeleng-gelengkan kepalanya, Sambil mengacungkan telunjuk tangannya ia menunjuk Cin Hong, sedang dari mulutnya terus mengeluarkan suara CeCewetan tidak berhentinya, agaknya hendak mengatakan bahwa kotak besi itu telah diberikan kepada Cin Hong.

Cin Hong merasa terkejut dan juga girang. kini ia balas bertanya: "Maksudmu, apakah barang ini telah kau hadiahkan kepadaku?"

Monyet putih kembali berulang-ulang mengangguk, tiba- tiba bersiul nyaring, kemudian menggerakan tangan dan kakinya.

Kiranya, monyet itu juga pandai memainkan ilmu silat yang pernah dimainkan Cin Hong tadi, pelajaran dari dalam kitab yang tutupnya berlumpur itu

Cin Hong yang memperhatikan gerakan monyet putih itu agak mirip dengan pelajaran ilmu kipas dari kitab Tay Seng Hong Sin San tadi, dalam, hati diam-diam merasa heran.

Sementara itu Can Sa-jie sudah menanyakan kepadanya tentang in-jle yang masuk kerumah Penjara Rimba Persilatan guna menantang bertandingan- Cin Hong menceritakan kepadanya dari awal sehingga akhir, pada bagianpenutup ia berkata Sambil tertawa:

"Saudara can-sa, mari kuperkenalkan kepada seorang tokoh kuat"

Can Sa-jie celingukan matanya, ia bertanya: "Dimana? ia sudah datang apa belum?"

"Bukan, yang kumaksudkan ialah seorang tokoh lain" "Siapa?" bertanya Can Sa-jie heran-

"Dia Tahukah Kau dia itu bernama apa?"

can-sa-jie mengawasi monyet putih, Sejenak. katanya sambil tertawa: "Dia bernama apa, bagaimana dapat dikatakan dia seorang tokoh kuat?"

"Tadi dia pernah menuliskan namanya dan diperlihatkan kepadaku, dia itu bernama Pek Ie Siu SU"

can Sa jie kali ini benar- benar terperanjat dan terheran- heran, katanya:

"Pek Ie Siu Su? Seekor monyet dari mana dapat menggunakan sebutan Siu Su? Benar- benar sangat aneh?"

Monyet putih itu barang kali mendengar ucapan Can Sa- jie yang agak tidak pandang mata padanya, lantas berkaok- kaok seperti marah, ia lalu lompat kehadapannya dan mengulurkan lengan tangannya yang panjang kebahu can Sa Jie.

can Sa jie buru-buru lompat minggir kesamping untuk mengelakan serangan tersebut. Siapa tahu sebelum ia mengelak. pundaknya sudah terkena serangan monyet itu dengan telak sehingga ia sampai mundur dua langkah baru berhasil menegakkan dirinya lagi. Dia adalah murid kesayangan ketua golongan pengemis can San-sian, kepandaian ilmu silatnya, di dalam kalangan Kang ouw sudah boleh digolongkan dalam tingkatan kelas satu, tetapi kali ini hanya dengan satu gerakan saja, oleh monyet putih itu sudah diserang dengan telak. kemana harus ia taruh mukanya? Maka saat itu segera mengeluarkan suara aneh dan sudah mulai bertempur dengan monyet putih itu. . . .

Dengan tenang monyet putih itu melayani Can Sa-jie, ia menyambut Setiap serangan Can Sa-jie dengan gerakannya yang aneh dan lincah, belum sampai sepuluh jurus, lengannya yang panjang sudah memukul dua kali bahu can- sa-jie. Masih untung, monyet putih itu agaknya tidak pandang sebagai musuh. maka tidak menggunakan tenaga berat, setiap kali pukulannya mengenakan tubuh Can Sa-jie, mulutnya mengeluarkan suara cecowetan tidak  berhentinya, Seolah-olah hendak mengatakan kepadanya: "Kau sudah mau menyerah atau tidak?"

Can Sa-jie berulang-ulang menggeluarkan tenaga masih tidak berhasil untuk memperbaiki kedudukannya sendiri.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar