Setan Harpa Jilid 26

 
Jilid 26

DENGAN pandangan sayu gadis itu mengawasinya lekat-Iekat, kemudian katanya: "Ong Bun kim, aku merasa amat berterima kasih kepadamu!"

"Sudahlah, kau tak usah mengucapkan kata-kata semacam itu lagi, asal kau bersedia untuk bertobat dan kembali kejalan yang benar, aku sudah merasa bahagia sekali"

"Kalau begitu aku akan pergi dulu!" "Kembali kemarkas besarmu?"

"Benar, aku harus menyelesaikan beberapa persoalan penting."

"Dikala perguruan Sin kiam bun diresmikan nanti, apakah kau akan turut menghadirinya?"

"Kapan hal itu akan diselenggarakan?" "Bulan lima tanggal lima."

"Aku pasti datang sebab bagaimanapun juga aku telah menjadi istrimu yang sah"

"Tapi ada beberapa persoalan aku juga harus memberitahukan kepadamu, selain kau..."

Belum selesai pemuda itu berbicara, Ku Pek-hoa telah menukas.

"Aku tahu, jangan kuatir. Aku tak akan cemburu." "Kalau begitu aku merasa lega!"

"Sebentar aku akan pergi. sekarang kenakan dulu pakaianmu, aku telah membawakan untukmu"

Hingga kini Ong Bun kim baru tahu kalau dia masih berada dalam keadaan telanjang bulat, kontan saja merah padam selembar wajahnya karena jengah, tanpa banyak bicara dia segera mengambil pakaian dari lantai dan buru- buru dikenakan.

Sementara itu Ku Pek hoa telah berjalan meninggalkan tempat itu.

Sedangkan Ong Bun kim tetap berdiri termangu disana tanpa mengetahui apa yang musti di-lakukan.

Pemuda itu merasa dirinya seakan-akan telah melakukan suatu perbuatan yang dia sendiripun tidak mengetahuinya, ya peristiwa yang telah terjadi itu benar-benar diluar dugaannya.

Dalam pada itu, ketika Ku Pek hoa-berjalan keluar dari dalam gua, Tay khek cinkun Tan Liok serta Thia Eng segera mengalihkan sinar matanya ke wajah gadis itu, begitu tahu siapa dia, hampir pada saat yang bersamaan mereka berseru:

"Kau ?"

Ku Pek bhoa tertawa getir dan mengangguk. "Yaa, benar, memang aku!"

Tay khek cinkun bertiga segera saling berpandangan tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, sebab peristiwa yang terjadi benar-benar membuat mereka terkejut bercampur tercengang, bagaimanapun juga Ku Pek hoa adalah gadis yang hendak dibunuh, oleh Ong Bun kim selama ini. Tapi kenyataannya sekarang, ia telah mengadakan hubungan intim dengan si anak muda itu.

Sudah terlalu banyak kejadian yang telah dilakukan gadis tersebut selama ini, padahal Ong Bun kim adalah pemegang pedang Sin kiam, bagaimanakah penyelesaian selanjutnya?

Tay khek cinkun termangu-mangu sejenak kemudian gumamnya:

"Sungguh jauh diluar dugaanku."

"Ya, akupun merasa sedikit diluar dugaan." kata gadis itu.

"Pertama-tama lohu akan mengucapkan banyak-banyak terima kasih, dulu atas budi pertolongan yang telah kau berikan kepadaku!"

"Tak usah dipikirkan lagi" kata gadis itu sambil tertawa getir, "sekarang Ong Bun kim masih berada dalam gua, masuklah dan tengok dirinya, aku akan pergi dulu."

Seusai berkata, dia lantas menggerakan tubuhnya berlalu dari sana.

"Ternyata gadis itu adalah...." gumam-Tan Llok kemudian setelah gadis itu berlalu dari sana.

"Kejadian ini sama sekali tak terduga sama sekali, heran, kenapa bisa terjadi peristiwa semacam ini?"

Mereka hanya bisa menghela napas dengan perasaan kaget, untuk sesaat lamanya ketiga orang itu cuma berdiri termangu-mangu belaka tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan.

Akhirnya Tay khek cinkun menghela napas berat, katanya: "Terpaksa kita harus membiarkan persoalan ini berkembang lebih lanjut sebelum dibicarakan lagi."

Seusai berkata, dia lantas melangkah lebih dulu masuk ke dalam gua tersebut.

Ketika mendengar ada suara langkah manusia berkumandang dari luar gua, Ong Bun-kim segera menegur:

"Siapa disitu?" "Aku!"

Ong Bun kim segera berpbaling, tapi sesdudah memandang akeadaan dari Tabykhekcin kun, tanpa sadar dia berseru:

"Locianpwe, tanganmu..."

"Tanganku telah dipenggal oleh Ciu Li-li !" "Dikutungi Ciu Li li?"

"Yaa. lenganku telah dikuturgi Ciu Li li, tapi ini masih belum terhitung seberapa, yang paling kasihan adalah Phang Pak bun, dia telah tewas secara mengenaskan. "

"Apa?"

Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong, Ong Bun kim kontan saja merasakan kepalanya pusing dan matanya terbelalak lebar, tubuhnya sempoyongan hampir saja jatuh terjungkal, sesungguhnya kejadian ini benar-benar membuat hatinya merasa amat terperanjat.

"Kau. kau bilang Phang Pak bun telah tewas?" serunya

dengan suara gemetar. "Yaa. ia sudah tewas."

"Tidak...." bagaikan orang gila yang kehilangan ingatannya Ong Bun kim berreriak keras, mukanya tampak penuh diliputi emosi, sementara air matanya jutuh bercucuran membatasi pipinya.

Tay khek cinkun menghela napas berat, dengan wajah yang murung dan teramat sedih dia berkata:

"Ya, ia bena benar telah tewas. tewas ditangan Ciu Li li

si perempuan laknat itu."

"Mana mungkin?" teriak Ong Bun kim lagi.

Secara ringkas Tay khek cinkun lantas menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada pemuda itu.

Selesai mendengar penuturan itu. sambil menggertak gigi menahan rasa benci dan marah yang luar biasa, Ong Bun kim berteriak: "Akan kucincang tubuhnya menjadi berkeping-keping, di manakah dia sekarang?"

"Diluar gua!"

Ong Bun kim segera menggerakkan tubuhnya dan meluncur keluar gua..

Tapi dengan suara keras Tay khek sinkun segera mencegah.

"Ong Bun kim, mau apa kau?"

"Akan kubunuh perempuan jahanam itu." "Jangan, dia jangan dibunuh. "

"Mengapa?"

"Kau jangan lupa, ke enam kitatb pusaka dari enam partai besar masih berada di-tangannya."

Mendengar ucapan tersebut, Ong Bun kim segera merasakan hatinya bergetar keras, ia merasa hal ini ada benarnya juga, sampai sekarang ke enam jilid kitab pusaka dari enam partai besar itu masih berada ditangan Ciu Li li, itu berarti tak mungkin baginya untuk membinasakannya sekarang juga.

Berpikir sampai disitu, saking gemasnya dia sampai menggertak giginya kencang-kencang.

Ketika Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim telah berjalan keluar dari gua, Tan Liok yang menyaksikan Ong Bun kim masih bertelanjang badan, dengan cepat ia seperti memahami akan sesuatu, dengan cepat dia melompat pergi meninggalkan sana.

ooooOdwOoooo

BAB 82

TAK lama kemudian, ia telah muncul kembali sambil membopong jenazah Phang Pak bun yang mati secara mengenaskan itu.

Menyaksikan jenazah Phang Pak bun membujur ditanah, Ong Bun kim tak bisa membendung rasa sedihnya lagi, ia segera menubruk keatas jenazah itu dan menangis tersedu- sedu.

Dalam waktu singkat, suasana disekeliling tempat itu diliputi oleh kesedihan yang luar biasa.

Beberapa saat kemudian, dengan suara yang sedih Tay khek cinkun berkata:

"Ong Bun kim, orang yang telah mati tak bisa hidup kembali, apa gunanya kau mesti bersedih hati?"

"Ia mati terlalu mengenaskan..." gumam Ong Bun kim dengan suara pedih.

"Yaa, dia memang mati secara mengenaskan, tapi kita toh bisa membalaskan dendam baginya" Pelan-pelan Ong Bun kim bangkit berdiri, sinar matanya dialihkan ke arah Ciu Li li yang tergeletak diatas tanah dalam keadaan terluka itu, sepasang giginya gemerutukan menekan rasa benci, kalau bisa dia ingin sekali membunuhnya untuk melampiaskan rasa dendam dan bencinya yang telah merasuk kedalam tulang itu.

"Mari kita menguburnya!" bisik Tay khek Cin kun kemudian.

"Baik..."

Dengan suatu upacara yang sederhana, akhirnya mereka mengebumikan jenazah Phang Pak bun di tempat itu juga."

Seorang pendekar sejati yang berhati bajik, akhirnya harus berpulang ke alam baka dengan membawa dendam.

Dalam perjalanan hidupnya yang penuh kesedihan, hampir boleh dibilang ia tak berhasil mendapat apa-apa. sekalipun ada, itupun hanya cinta kasihnya yang teramat singkat dengan Coa Siok go.

Tapi hubungan cinta mereka akhirnya dipunahkan oleh Hau kwan kwancu.

Cinta kasih mereda pun punah dan musnah bagaikan embun yang tertimpa matahari.

Manusia hidup didunia ini memang penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan, tapi kehidupannya lebih tragis, lebih menyedihkan dan sengsara dari pada orang lain.

Ia tidak berhasil mendapatkan apa-apa, hingga sesaat menjelang ajalnya tiba...

Tapi yang ditinggalkan bagi masyarakat adalah jiwa  yang mulia serta bayangan setia kawan yang penuh dengan jiwa kesatria. Tay khek cinkun, Tan Liok, Thia Eng dan Ong Bun kim masih berdiri didepan kuburannya sambil mengenangkan kegagahan dan kebajikan dari orang yang telah tiada itu...

Lama, lama sekali. akhirnya Tay khek cinkun berkata:

"Kami akan selalu terkenang kepadanya, sekarang. kita

harus pergi meninggalkan tempat ini."

"Ya, kita harus pergi meninggalkan tempat ini!" sambung Ong Bun kim dengan suara dalam.

Tan Liok segera menyodorkan pedang sin-kiam itu kehadapan Ong Bun kim seraya berkata:

"Harap kau menerima kembali pedang sin kiam ini!"

Ong Bun kim menerima pedang sin kiam itu dan memasukkan kembali kedalam sarungnya, kemudian ia melompat ke depan dan mencengkeram tubuh Ciu Li li dari atas tanah.

Bagaimanapun benci dan dendamnya pemuda itu terhadap perempuan laknat tersebut, tak mungkin baginya untuk membunuh musuh besarnya itu detik itu juga.

Ia lantas menepuk bebas jalan darah Ciu Li li yang tertotok itu sehingga ia sadar dari pingsannya...

Begitu memandang wajah Ong Bun kim, Ciu Li li segera tertawa getir, kemudian dengan wajah tanpa emosi katanya:

"Ong Bun kim. sekarang aku yang telah terjatuh ke tanganmu!"

"Ciu Li li!" bentak Ong Bun kim, "tahukah kau rasa dendam dan benci yang berkobar dalam dadaku sekarang? Kalau bisa akan kucincang tubuh anjingmu ini hingga hancur berkeping-keping. " "Kalau itu kehendakmu, kenapa tidak segera kau lakukan?"

"Sekarang aku belum dapat membunuhmu aku ingin bertanya, dimana kau simpan ke enam jilid kitab pusaka dari enam partai besar itu?"

Ciu Li li tertawa dingin.

"Heeehh.... heehh.... hehh... jadi lantaran keenam jilid kitab pusaka itu, maka kau belum sampai membunuhku sekarang?"

"Benar."

"Kalau aku tak akan memberi tahukan tempat penyimpanan kitab pusaka itu kepadamu?"

"Aku punya cara yang baik untuk memaksamu berbicara!"

"Sekalipun kuberitahukan tempat itu kepadamu, belum tentu kau bisa menemukannya."

"Dimana letaknya?"

"Dalam perguruan San tim bun"

"Keenam jilid kitab pusaka itu berada didalam perguruan San tian bun..?"

"Benar!"

"Mari kita pergi mengambilnya bersamamu, sekarang kau tidur lebih dulu"

Seusai berkata dia menotok kembali jalan darah Ciu Li li, perempuan Itu mendengus tertahan dan segera tertidur pulas. Setelahnya Tay khek Cinkun baru bertanya ”Ong Bun kim kapankah merupakan hari apa untuk meresmikan perguruannya?"

"Bulan lima tanggal lima."

"Akan kucari Tiang seng lojin dan berusaha untuk menyiarkan kabar ini kedalam dunia persilatan, siapa tahu sampai waktunya nanti sudah ada banyak jago persilatan yang bersedia menjadi anggota perguruan Sin kiam bun kita."

"Locianpwe akan pergi mencari Thiang Seng lojin?" "Benar, sekalian untuk mengobati luka yang sedang

kuderita ini..." sahut Tay khek Cinkun. "Bagaimanapun boleh juga."

Tay khek Cinkun manggut-manggut, baru saja akan melangkah pergi, tiba-tiba ia menarik kembali kakinya dan berhenti, kemudian setelah memandang sekejap kearah Ong Bun kim tanyanya.

"Ada satu persoalan aku ingin bertanya kepadamu." "Katakan apa?"

"Hui mo pangcu bisa turun tangan menyelamatkan jiwa kita, hal ini benar-benar berada diluar dugaan kita semua, cuma bagaimanakah penyelesaianmu terhadap persoalan ini?"

"Bagaimana? Maksudmu..."

"Maksudku, dengan cara apakah kau akan bersikap kepadanya?"

Ong Bun kim tertegun dan termangu-mangu berapa saat lamanya, kemudian jawabnya: "Akan kuampuni dirinya!" "Apa?" jerit Tay khek Cinkun. "kau hendak memaafkan dirinya?"

"Benar, aku akan memaafkan dirinya, kini ia telah bertobat dan mau kembali ke jalan yang benar!"

Tay khek Cinkun segera mengerutkan dahinya rapat- rapat.

"Aku rasa tindakanmu ini agak kurang begitu baik !" "Apanya yang kurang baik?"

"Sekalipun Hui mo pangcu telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar, tapi kejahatan yang pernah dilakukannya selama ini terlalu banyak, ku kuatir orang persilatan tak akan mengampuni jiwanya."

Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat.

"Kalau aku akan memaafkan kesalahannya, siapa berani mengatakan tidak ?" serunya.

"Aku berbicara yang sesungguhnya, cuma persoalan ini memang terpaksa harus menunggu perkembangan selanjutnya baru dapat dibicarakan lagi"

Setelah menghela napas dalam-dalam, ia Iantas membalikkan badannya dan sebentar kemudian sudah lenyap dari pandangan mata.

Sekalipun Ong Bun kim sendiri juga menyadari bahwa apa yang diucapkan Tay khek Cinkun bukan kata-kata yang kosong, akan tetapi bagaimanapun juga Ku Pek hoa adalah istrinya, dia hendak menanggung semua resiko dan tanggung jawab yang telah dilakukan istrinya selama ini.

Kepada Tan Liok, dia lantas bertanya:

"Cianpwe apakah kau akan turut aku pergi ke-perguruan San tian bun ?" "Benar!"

"Bagaimana dengan saudara Thia?" Thia Eng tersenyum.

"Siaute adalah seorang anak yatim piatu yang tak punya beban anak maupun istri, tentu saja aku akan selalu mendampingi saudara Ong."

Mendengar perkataan itu, Oig Bun kim menghela napas panjang.

"Aaaai... budi kebaikan Thia heng yang selama ini kau limpahkan kepadaku, aku Ong Bun kim tak tahu  bagaimana harus membalasnya?"

"Aaaai...! Hanya urusan sepele seperti itu, apalah artinya?"

Ong Bun kim segera tertawa.

"Thia heng, berapa usiamu sekarang?" tanyanya kemudian.

"Aku berusia dua puluh enam tahun!"

"Bila kau merasa tidak keberatan, bagaimana kalau kita mengikat diri menjadi saudara angkat?"

Thia Eng segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahh... haaahhh. jika kau tidak merasa

keberatan, hal mana justru merupakan suatu kebanggaan bagiku!"

Mereka berdua menjadi girang sekali, maka pada saat itu juga mereka segera berlutut sambil mengangkat  sumpah dan mengikat diri menjadi saudara angkat.

Usia Thia Eng lebih tua maka ia menjadi kakak, sedangkan Ong Bun kim lebih muda, ia menjadi adik. Tak terlukiskan rasa girang Ong Bun kim setelah peristiwa itu, tanyanya kemudian?

"Toako, selain gurumu, apakah kau masih mempunyai sanak keluarga yang lain?"

"Tidak ada!"

"Apakah,sudah mempunyai kekasih?"

"Adik kim, jangan bergurau, aku belum lama terjun ke dalam dunia persilatan, dari mana datangnya kekasih?"

"Bagaimana kalau kuperkenalkan seorang untukmu?" Thia Eng  segera  tertawa  terbahak-bahak. "Haaahhh. haaabbh. .haaahhh siapa?"

"Sampai waktunya nanti, kan akan tahu sendiri orangnya, yang penting sekarang mau atau tidak?"

"Terima kasih, atas kebaikan adik kim, siapa bilang aku enggan dikenalkan sama wanita?"

"Baik kita berjanji dengan sepatah kata ini, hayo berangkat sekarang kita berangkat dulu ke perguruan San Tian bun untuk mendapatkan kembali ke enam kitab pusaka dari enam partai besar."

Setelah Ong Bun kim mengempit Ciu Li-li di bawah ketiaknya, berangkatlah ketiga orang itu menuju ke bukit Thian mo-san.

Hari itu juga, sampailah mereka bertiga di depan selat Thian mo sia.

Mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dari arah dalam selat Thian mo sia tersebut. Mendengar bentakan itu, Ong Bun kim menjadi amat terperanjat, dengan cepat ia melesat ke udara dan menerjang masuk ke dalam selat Thian mo-sia tersebut.

Sepanjang perjalanan ia tidak menemui hadangan apa- apa, setelah melewati dinding pekarangan akhirnya ia menjumpai ada lima enam sosok mayat tergelatak diatas tanah.

Didepan pintu gerbang, tampak puluhan orang manusia berbaju putih sedang mengerubuti tiga orang.

Ong Bun kim segera meluncur ke muka dengan kecepatan luar biasa, bentaknya keras-keras:

"Tahan !"

Mendengar bentakan yang berkumandang dahsyat itu, tanpa terasa semua orang menghindarkan diri ke samping.

Ong Bun kim segera menerobos masuk ke tengah arena, tapi begitu memandang ke wajah tiga orang yang dikerubuti itu, dia segera menjerit tertahan.

Ternyata tiga orang yang sedang dikeroyok itu tak lain adalah Lui Thian-ciu, Kwan Siok kim dan Kwan Siau-ciu yang mengenakan kain cadar muka.

Ketika Kwan Siok kim melihat kemunculan Ong Bun kim, dengan suara tertahan ia lantas berteriak:

"Engkoh Ong, kaukah?" "Benar !"

"Kau...bukankah kau telah tewas?" "Telah tewas ?"

"Mereka semua mengatakan kau sudah mati karena kena obat peledak." "Untung saja aku tak sampai mati." "Engkoh Ong !"

Dengan luapan rasa girang dan haru, Kwan Siok kim menubruk kedalam pelukan Ong Bun kim, keadaannya seperti anak ayam yang tiba-tiba bertemu dengan induknya setelah tersesat sekian lama, tak tahan lagi dia menangis tersedu-sedu.

Pelan-pelan Ong Bun kim mendorong tubuhnya dari rangkulan, lalu bisiknya lembut:

"Adik Kwan, aku toh belum mati! "

Gadis itu segera tertawa, tertawa ia sangat riang meski noda air mata masih membasahi pipinya.

Tiba-tiba Kwan Siau ciu berseru lantang:

"Ong Bun kim, bukankah orang yang berada ditanganmu itu adalah Ciu Li li?"

"Benar!"

Sementara itu, puluhan orang manusia San tian bun juga telah mengetahui kalau orang yang berada di tangan Ong Bun kim itu adalah Ciu Li-li, hampir saja mereka menjerit bersama, di tengah bentakan nyaring serentak orang-orang itu menerjang ke arah Ong Bun kim.

"Bangsat! Rupanya kalian pingin mampus !" bentak Tan Liok dengan suara keras.

Tubuhnya segera meluncur kedepan menghadang jalan pergi kawanan anggota dari perguruan San tian bun itu, kemudian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke muka.

Serentetan jerit kesakitan yang memilukan hati segera menggema memecahkan keheningan, dua orang manusia kilat San tian bun seketika terhajar telak dan roboh binasa. Selapis hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, ia serahkan tubuh Ciu Li li ke tangan Kwan Siok kim, kemudian bentaknya.

"Kalian cari mampus semua?"

Mendengar suara bentakan yang menggelegar dengan wajah yang menyeringai seram penuh diliputi hawa napsu membunuh itu, puluhan orang anggota San tian bun itu segera menyusut mundur beberapa langkah ke belakang.

"Hayo jawab! Kalian ingin mampus atau ingin hidup?" kembali Ong Bun kim membentak keras.

Segera terdengar ada orang yang berteriak; "Kami ingin hidup."

"Kami ingin hidup. "

Ong Bu kim tertawa dingin, kembali ujarnya. "Mengingat Thian mengajarkan kepada umatnya untuk

berwelas kasih, akupun tak akan membunuh kalian, kenapa tidak segera menjumpai Buncu kalian yang sebenarnya?"

Belasan orang anggauta perguruan San tian bun itu segera berjalan ke hadapan Lui Thian ciu, kemudian menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, katanya:

"Harap buncu bersedia mengampuni kami sekalian yang telah dibuat khilaf selama ini, kami tak sadar kalau telah diperalat oleh Ciu Li li....harap buncu sudi mengampuni jiwa kami. "

"Bangunlah!"

"Terima kasih Buncu!"

Lui Thian ciu menghela napas panjang. "Aaaai. ambisiku telah padam, aku tidak berminat lagi

untuk menjabat sebagai Bun cu ditempat ini, lebih baik kalian bubar saja dan kembali kedesa kelahirannya masing- masing. "

"Buncu, soal ini. "

"Perguruan San tian bun tak akan berdiri lagi dalam dunia persilatan." tukas Lui Lhian ciu, "hayo ikutlah aku, dalam gudang harta masih tersedia banyak sekali intan permata emas dan perak, akan ku bagikan uang itu kepada kalian semua, semoga kalian bisa membangun kembali sejarah hidup kalian dengan perbuatan yang lebih  mulia dan bahagia. "

oooOdwOooo

BAB 83

"LUI BUNCU ..." teriakan keras segera terdengar. "Hal ini mana boleh. ?"

"Kami bersedia mengikuti Lui buncu."

Dua puluhan orang itu segera berteriak-teriak dengan suara yang gaduh sehingga suasana menjadi kacau balau.

Dengan cepat Lui Thian ciu mengulapkan tangannya, kemudian berkata dengan lantang "Nama dan harta yang ada di dunia ini akan berlalu dalam sekejap mata, keputusanku sekarang telah bulat, hayo ikuti aku masuk ke dalam gudang harta dan jangan membantah lagi."

Seusai berkata rdia lantas berjtalan lebih duluq menuju kedalamr ruang tengah.

Harta kekayaan yang disimpan dalam gudang dengan cepat dibagi-bagikan kepada orang-orang itu, setelah mengucapkan terima kasih, mereka baru pergi meninggalkan tempat itu.

Menanti semua orang sudah pergi Ong Bun kim baru berpaling kearah Kwan Siu ciu seraya berkata.

"Pekbo, sejak berpisah baik-baikkah dirimu?" "Ong Bun kim kau memanggil aku apa?"

Ditanya secara begini oleh Kwan Siau ciu, untuk sesaat lamanya Ong Bun kim berdiri tertegun, Tan Liok segera tertawa terbahak-bahak.

"Haahh... haahh... haaahh.... Ong-Bun kim kau telah salah memanggil." serunya.

Tiba-tiba seperti menyadari akan sesuatu, Ong Bun kim segera menjadi amat jengah, dengan wajah memerah serunya kemudian.

"Gak bo (mertua). "

"Panggilan yang tepat!" seru Kwan Siau-ciu sambil tertawa terkekeh-kekeh, "sekarang putriku sudah menjadi istrimu, masa aku tidak pantas untuk menerima panggilan mertua?"

"Pantas! Pantas!"

Kwan Siau ciu tertawa, kembali katanya.

"Sejak berpisah aku baik-baik saja, dari mulut Leng-ji aku mendapat tahu tentang peristiwa Pay kiam tersebut. Bun kim, kau benar-benar telah memberi sangat banyak kepadaku"

"Gak bo, kenapa kau mesti berkata demikian?" Ong Bun kim hanya kuatir akan mencemarkan nama baik dari Siok kim saja."

"Kau juga tak usah terlalu sungkan-sungkan lagi." Pelan-pelan Ong Bun kim berjalan ke hadapan Lui Thian ciu, kemudian sambil memberi hormat panggilnya.

"Gakhu..."

Lui Thian ciu menghela napas panjang. "Aaai..Kau tak usah banyak adat lagi, budi kebaikan kau yang telah bersedia mengampuni jiwaku sudah merupakan budi yang besar, sekalipun harus menjadi anjing atau kuda, Lui Thian ciu juga rela untuk membayarnya"

"Urusan yang sudah lewat, buat apa musti disinggung kembali?" tukas Ong Bun kim cepat.

Setelah berhenti sebentar, dia menambahkan: "Mari, akan kuperkenalkan kepada kalian..."

Ia lantas memperkenalkan Tan Liok dan Thia Eng kepada mereka bertiga, sesudah berbincang-bincang sebentar, Ong Bun kim baru berkata kepada Lui Thian ciu:

"Gak hu, apakah kau telah menyerahkan ke enam jilid kitab pusaka itu kepada Ciu Li-li?"

"Benar!"

"Kau benar-benar tidak tahu dimana ia sembunyikan benda-benda itu?"

"Yaa, benar!"

Ong Bun kim segera tertawa dingin, serunya kemudian: "Sekarang Ciu Li li sudah terjatuh ke tangan kita,

memangnya kuatir ia tak mau ber bicara?"

Seraya berkata dia menerima kembali tubuh Ciu Li li dari tangan Kwan Siok kim, setelah menepuk bebas jalan darahnya, pelan-pelan Ciu Li li tersadar kembali. Setelah perempuan itu sadar kembali, Lui Thian ciu segera membetak keras:

"Ciu Li-li, kau masih kenal dengan diriku? Angkat kepalamu dan tataplah wajahku!"

Dengan sorot mata yang dingin Ciu Li li menatap sekejap ke arah Liu Thian-ciu, mendadak paras mukanya menjadi hebat sambil tertawa dingin katanya kemudian:

"Sungguh tak kusangka kau belum mampus..."

"Ciu Li li!" seru Kwan Siau ciu pula sambil menggertak gigi menahan rasa bencinya, "apakan kau juga masih teringat dengan seorang perempuan yang bernama Kwan Siau ciu?".

Ciu Li-li menatap sekejap wajah Kwan Siau ciu yang ditutup dengan kain kerudung itu, kemudian tertawa dingin.

"Heeebhh.... heeehhh.d... heeehhh... atentu saja masibh teringat, sungguh tak kusangka kalau kau belum mampus!"

"Ciu Li-li!" bentak Ong Bun kim kemudian dengan suara dingin. "dimana kau simpan ke enam jilid pusaka dari enam partai persilatan itu...?"

Ciu Li-li tertawa dingin.

"Tampaknya kalau tidak kukatakan hal ini tak mungkin, baiklah, hayo ikuti diriku."

"Dimana ?"

"Dalam ruang rahasia!"

Begitu mendengar "ruang rahasia", sepasang alis mata Ong Bun kim segera berkenyit, tanpa terasa sinar mata-nya segera dialihkan ke atas wajah Lui Thian lui. "Dalam markas besar San tian bun memang benar-benar terdapat tempat semacam itu!" Liu Thian Ciu segera menerangkan.

Ong Bun kim lantas manggut-manggut, tangan kanannya kembali berkelebat untuk menotok jalan darah ditubuh Ciu Li li, setelah itu ujarnya dengan suara dingin.

"Hayo jalan, akan kuikuti dirimu ke sana untuk mengambilnya."

Dengan tertotoknya jalan darah ditubuh Ciu Li-li saat ini, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu telah punah, dia melirik sekejap kearah Ong Bun kim, kemudian baru melangkah masuk ke dalam ruang belakang.

Ong Bun kim seperti menyadari akan sesuatu dengan suara dingin seperti es dia berkata.

"Ciu Li li kuperingatkan kepadamu agar jangan bermain licik, kalau tidak maka kaulah yang pertama-tama akan mampus lebih dulu"

Ciu Li li sama sekali tidak menjawab, setelah masuk ke ruang belakang dia berbalik menyelusuri sebuah serambi, tak lama kemudian sampailah didalam sebuah kamar..

Ciu Li li segera mendorong pintu dan melangkah masuk kedalam kamar itu.

Ong Bun kim turut masuk juga kedalam ruangan itu, tempat tersebut adalah sebuah kamar tidur yang sangat indah, tampaknya disitulah letak kamar Ciu Li li selama ini.

"Disinikah letaknya?" tegur Ong Bun kim dengan suara dingin. "Mungkin saja."

Sementara Ong Bun kim masih tertegun, Ciu-Li li telah menggeserkan sebuah cermin tembaga yang menempel diatas dinding kamar. "Kreeeek ! Kreeeek....!" diiringi bunyi gemeretek yang amat nyaring, muncullah sebuah pintu rahasia disana.

Ong Bun kim sama sekali tidak menyangka kalau dalam kamar tidur seperti itubpun telah dilengkapi dengan peralatan rahasia seperti itu.

Dalam pada itu, Ciu Li li telah melangkah masuk ke dalam pintu rahasia tersebut.

Ong Bun kim segera mengikuti dibelakangnya dan masuk pula ke dalam ruangan, dia menjumpai jalan yang dilaluinya sepanjang perjalanan mirip sekali dengan sebuah lorong rahasia.

Lorong bawah tanah itu amat panjang dan lebar, tak lama kemudian tiba tiba Ciu Lili menghentikan langkah kakinya.

Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat, tegurnya.

"Ciu Li li, mau apa kau ?"

Belum habis si anak muda itu berkata, mendadak...

Dari arah belakang punggungnya terasa ada desingan angin tajam yang menyerang datang, pemuda itu amat terkejut, diam-diam pekiknya:

"Aduh, celaka!"

Buru-buru ia membalikkan badan sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Gerak serangan yang dilakukan Ong Bun kim sambil membalikkan badannya itu di lakukan dengan gerakan amat cepat, tampak beratus-ratus batang anak panah pendek telah meluncurkan tiba dan mengurung sekujur badannya... Mimpipun Ong Bun-kim tidak menyangka kalau Ciu Li- li masih mempunyai tindakan seperti ini, apalagi memasang alat jebakan yang begitu rahasia dan lihaynya dalam lorong bawah tanah semacam itu, hal mana benar-benar sama sekali tidak terduga olehnya.

Sesungguhnya Ong Bun-kim memang terlampau tolol, kalau tempat itu disebut sebagai suatu Ruang rahasia, sudah barang tentu di sekeliling ruangan tersebut telah dipasang alat-alat jebakan yang hebat.

Rupanya dalam keadaan Ong Bun-kim tidak menaruh perhatian tadi, secara diam-diam Ciu-Li-li telah menginjak ubin rahasia yang mengatur tempat memancarnya senjata rahasia.

Ciu Li-li sadar bagaimanapun juga dia pasti akan mati, maka setiap kesempatan yang ada tak pernah disia-siakan olehnya dengan begitu saja.

Ong Bun kim mana bisa menyangka sampai ke situ? Disaat senjata rahasia tersebut berhamburan datang, dia malah masih melepaskan sebuah pukulan dahsyat.

Baru saja serangan itu dilancarkan, tiba tiba da ri atas kepalanya terdengar bunyi gemerincing yanrg amat nyaring,t menyusul kemudqian tampak seburah batu raksasa yang luar biasa besarnya meIuncur kebawah mengancam batok kepalanya.

Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim setelah menghadapi kenyataan tersebut, sambil melepaskan pukulan, tubuhnya segera meluncur ke sebelah mana Ciu Li Ii berada tadi.

Tapi waktu itu, mana ada bayangan tubuh dari Ciu Li li lagi? "Tentu saja didalam lorong bawah tanah itu terdapat banyak sekali cabang-cabang jalan tak terhitung jumlahnya, bagaimana mungkin Ong Bun kim bisa menduga kalau liang kelinci selalu bercabang banyak...

Baru saja ia menerjang kemuka.. "Blaaam!" batu martil yang besar sekali itu sudah terjatuh-menghantam permukaan tanah, parcikan bunga api-segera bermuncratan kemana-mana, ini menandakan betapa dahsyatnya kekuataa dari batu martil tersebut.

Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan tempat itu sekejap kemudian lari kedepan..

Mendadak ia mendengar suara gemuruh yang menggelegar dalam ruangan itu, ternyata jalan tembus disebelah depan telah terputus oleh sebuah pintu besi yang besar dan berat.

Terdengar suara Ciu Li li yang diiringi gelak tertawa dingin berkumandang datang dari batik pintu baja tersebut:

"Ong Bun kim, tindakanku ini tentunya jauh diluar dugaanmu bukan?"

Ong Bun kim benar-benar dibikin marah bercampur mendongkol sehingga sepasang giginya saling bergemerutuk keras, ia mencoba untuk mendorong pintu baja itu sekuat tenaga, tapi sayang pintu itu terbuat dari baja murni yang sangat kuat, bagaimanapun ia berusaha untuk mundorongnya ternyata hanya sia-sia belaka.

Di tengah kegelapan, kembali terdengar suara gelak tertawa bangga dari Cia Li li. .

"Haaahh......haaahh .....haaahh..... Ong Bun ki,m, beristirahatlah didalam dengam tenang!" Kemarahan Ong Bun kim betul-betul telah memuncak sehingga dadanya terasa bagaikan mau meledak saja tapi ia betul-betul dibikin kehabisan daya, sebab dia memang tak sanggup menggerakkan apalagi menggeser pintu baja tersebut.

Mendadak ia teringat kembali dengan pedang mestika Sin kiam yang tertajam itu.

Buru-buru dicabutnya senjata itu dari sarungnya kemudian sambil menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam senjata itu, dia membacok pintu baja tersebut keras-keras.

"Traang.....!" diiringi suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga, pintu baja itu segera hancur dan berlubang besar sekali.

Pedang mestika Sin kiam ternyata memang betul-betul merupakan sebuah senjata yang luar biasa, senjata itu memiliki daya kemampuan untuk memotong baja bagaikan memotong tahu saja.

Demikian setelah melubangi pintu baja yang berat tersebut, Ong Bun kim segera menerobos masuk kedalam lorong yang ada didepan.

Dengan gerakan tubuhnya yang amat cepat, dalam waktu singkat ia sudah tiba didepan sebuah ruangan batu yang besar sekali, sekalipun ruangan itu besar dan luas, akan tetapi bayangan tubuh dari Ciu Lili sama sekali tidak nampak.

Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya menyaksikan kenyataan tersebut, mendadak ia pun menyadari akan sesuatu, dia yakin dalam ruang rahasia tersebut sudah pasti masih terdapat sebuah lorang rahasia lain untuk meloloskan diri.... Berpikir sampai disitu, pemuda itu segera berpekik tertahan.

"Aduh celaka........bisa jadi ia sudah kabur dari dalam ruangan rahasia ini!"

Begitu ingatan tersebut melintas didalam benaknya, dengan suatu gerakan yang paling cepat dia membalikkan badan dan lari balik melalui jalan semula.

Tapi sebagaimana diketahui tadi, jalan keluarnya sudah tersumbat oleh pelbagai macam alat jebakan yang telah digerakkan oleh Ciu Li-li tadi.

Untung saja pedang Sin kiam memang sebuah senjata mestika yang besar sekali daya gunanya. Ong Bun kim segera mengerahkan tangannya dan mulai menghancurkan benda-benda yang menyumbat jalan lewatnya itu untuk membuka sebuah jalan lewat.

Tak selang beberapa saat kemudian, dia sudah lolos dari dalam ruangan rahasia dan secepat kilat meluncur ke tengah ruang besar.

Betapa terperanjatnya Lui Thian ciu sekalian yang berada di ruang tengah ketika melihat Ong Bun kim muncul dengan wajah gugup dan langkah tergopoh-gopoh.

Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan, Tan Liok menegur paling dulu:

"Apa yang terjadi?"

"Dia sudah kabar dari tanganku!" teriak Ong Bun kim dengan perasaan gelisah.

"Apa?"

Semua orang yang berada disitub hampir saja bedrteriak keras, arupanya kejadiabn ini sama sekali diluar dugaan mereka. "Ia berhasil meloloskan diri dari ruangan- itu?" tanya Lui Thian Ciu dengan perasaan terkejut.

"Apakah kau mengetahui tentang lorong rahasia didalam ruang rahasia bawah tanah?"

"Ya."

"Apakah masih terdapat jalan keluar yang lainnya?" "Yaa, ada! Cepat ikuti aku!"

Begitu selesai berbicara Lui Thian ciu segera membalikkan badan dan secepat kilat meluncur ke arah pintu gerbang.

Sebagaimana diketahui, Lui Thian ciu asalnya adalah Buncu atau ketua dari perguruan San tian bun, sudah barang tentu dia mengetahui jelas semua peralatan rahasia serta lorong bawah tanah yang berada disana sejelas melihat jari tangan sendiri.

Ruang rahasia masih terdapat jalan tembus lainnya, bagaimana mungkin dia bisa tidak mengetahuinya? - -

Setelah meluncur keluar dari pintu gerbang, dengan langkah tergopoh-gopoh dia meluncur kearah tanah perbukitan di belakang bangunan sana, dengan cepat mereka tiba dibawah sebuah dinding batuan karang, disekeliling batu kurang itu penuh tumbuh-tumbuhan rotan serta semak belukar yang amat lebat.

Lui Thian cu segera menyingkirkan tumbuhan rotan dan semak belukar disekeliling, tak lama kemudian muncullah sebuah gua yang cukup besar.

Dengan gerakan yang cepat dan enteng Lui-Thian ciu melompat masuk kedepan gua itu dan menerobos kedalam, disusul oleh Ong Bun kim dari belakang.

Mendadak... Dari balik gua itu terdengar suara langkah kaki yang cepat berkumandang datang, Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras sekali, bersama-sama dengan Lui Thian ciu mereka segera menghentikan langkah kakinya...

Lui Thian ciu melirik sekejap ke arah Ong-Bun kim dan meminta kepada pemuda itu untuk menyembunyikan diri.

Ong Bun kim segera menempelkan badannya di antara lekukan dinding batu karang tersebut.

Tak lama kemudian tampaklah sesosok bayangan manusia berbaju putih sedang berlarian mendekat, dalam waktu sekejap orang itu sudah berada satu kaki didepan mata.

Sedikitpun tak salah, tebrnyata orang itdu memang benar-abenar adalah Cibu Li li.

Begitu perempuan laknat itu sudah semakin dekat didepan matanya, tiba tiba saja Ong Bun-kim membentak keras.

"Ciu Li U mau kabur kemana kau? Hayo cepat serahkan selembar nyawa anjingmu."

Diiringi bentakan yang menggelegar, tubuhnya secepat anak panah yang terlepas dari busurnya segera menubruk kearah Ciu Li li, sebuah pukulan dahsyat yang memekikkan telinga dilepaskan pula kearah tubuh lawan.

Waktu itu. Ciu Li li sedang gembira dan bersukur karena berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Ong Bun kim, mana ia sangka kalau malaikat elmaut sudah menunggu didepan mata, lebih-lebih tak pernah disangka olehnya kalau Ong Bun kim sudah terlebih dahulu menunggunya dimuka gua jalan keluarnya. Diiringi dengusan tertahan, tubuhnya segera termakan telak oleh serangan tersebut hingga jatuh terkapar diatas tanah.

"Plaak.... plaaak... plaaak...!" beberapa jilid kitab yang berada di tangan Ciu Li li segera terjatuh dan berserakan di atas tanah, ketika Ong Bun kim mendekat dan menariknya ternyata kitab tersebut tak lain adalah keenam jilid kitab pusaka dari enam partai persilatan besar.

Jelaslah sudah, rupanya Ciu Li li ingin membawa kitab- kitab pusaka tersebut untuk melarikan diri dari sana.

Dengan suatu gerakan yang cepat Ong Bun kim mengumpulkan kitab-kitab pusaka yang tercecer itu kemudian ia cengkeram tubuh Ciu Li-li yang terkapar ditanah tersebut dan diangkatnya bangun.

Ciu Li li memandang sekejap kearah Ong Bun kim kemudian tertawa dingin tiada hentinya.

"Heehh.... heehhh.... heeeh tidak kusangka kalau orang she Lui itu mengetahui jalan rahasia ini!"

"Ciu Li li!" seru Ong Bun kim sambil menggertak gigi menahan rasa gusar dan bencinya yang amat tebal.

"Kepandaian apalagi yang kau miliki? Kenapa tidak sekalian kau gunakan semua?"

"Hmm! Kali ini kuakui bahwa diriku tak akan sanggup melepaskan diri lagi" sahut Ciu Li-li dengan suara dingin bagaikan salju dari kutub

Ong Bun kim kemrbali tertawa ditngin, "Kau sehaqrusnya mengertir bahwa tiada kesempatan lagi bagimu untuk hidup didunia ini."

Seraya berkata, dia lantas menyeret tubuh Ciu Li li untuk keluar dari gua tersebut. Dalam pada itu Tan Liok, Thia Eng, Kwan Sau-ciu dan Kwan Siok kim telah menunggu dimuka gua, ketika dilihatnya Ong Bun kim telah berhasil membekuk Ciu Li-li, mereka merasa lega sekali.

"Ciu Li-li !" bentak Ong Bun kim dengan suara dingin, "sebelum mampus, apa lagi yang hendak kau katakan?"

"Tidak ada !"

"Kalau begitu, terimalah hukuman ini!" Tiba-tiba Ong Bun kim melemparkan tubuh Ciu Li li ke tengah udara, disaat tubuh perempuan tersebut mulai meluncur ke bawah kembali, pedang Sin kiam yang berada ditangannya segera di ayunkan ke depan berulang kali.

Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, darah segar segera berhamburan ke mana-mana dan menggenangi seluruh permukaan tanah.

Terlihatlah tubuh gembong iblis perempuan yang berhati kejam dan membunuh orang-tanpa berkedip ini sudah menjadi beberapa bagian oleh ayunan pedang tersebut.

Diiringi oleh berhamburnya isi perut bercampur darah kental,badannya berserakan di tanah.

Inilah buah yang diraih olehnya akibat perbuatan keji dan jahat yang telah dilakukannya selama ini, barang siapa pernah berbuat kejam dan tak berkemanusiaan, akhirnya dia pun harus menerima akhir yang tragis...

"Ciu Li-li" teriaknya dengan penuh perasaan benci, "sekarang kau tak mampu untuk melakukan kejahatan lagi ! Kau pun tak mampu berbuat licik lagi terhadap orang lain."

Semua orang merasakan hatinya lega sekali setelah menyaksikan kematian yang mengenaskan dari perempuan laknat itu. Hanya Lui Thian ciu seorang yang melengos ke arah lain sambil menundukan kepalanya rendah-rendah, ia tak tega menyaksikan tubuh Ciu Lili yang berserakan dialas tanah itu, sebab bagaimanapun juga dia pernah mencintai perempuan cabul yang cantik tapi berhati keji bagaikan ular berbisa itu.

Entah dia telah menyesali perbuatan sendiri atau tidak, akan tetapi tak bisa disangkal lagi kematian dari Ciu Li li cukup mendatangkan perasaan pedih dan sedih dalam hati kecilnya.

Mendadak terdengar Kwan Siau ciu berseru dengan suara lantang:

"Bun kim, kau telah salah membunuhnya!"

Mendengar suara tersebut, Ong Bun kim menjadi tertegun, dengan perasaan tidak mengerti katanya:

"Mengapa?"

"Kau lupa dia adaiah istri kesayangan siapa?"

Tentu saja Ong Bun kim cukup memahami arti perkataan dari Kwan Siau ciu itu, dengan cepat dia tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh...haaahhh....haaahhh... istri kesayangan siapa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.

"Ayah mertuamu yang terhormat!

Lui Thian ciu menjadi malu sekali, buru-buru serunya dengan nada setengah memohon:

"Istriku yang baik, darimana kau bisa mengucapkan kata- kata semacam itu?"

Ketika menyaksikan kematiannya yang tragis, bukankah hatimu merasa sedih sekali" Ong Bun kim yang berada disisinya kembali tertawa terbahak-bahak, serunya:

"Haahh... haahhh.... haaahhh ibu mertua, kelihatannya rasa cemburumu masih besar juga!".

Begitu Ong Bun kim selesai berkata, kontan saja semua orang ikut tertawa tergelak.

"Haimmm! Cemburu?" serunya, "yaa. memang itu kenyataan!"

Liu Thian ciu segera tertawa getir.

"Istriku yang tercinta." katanya cepat-cepat, "buat apa sih kau membicarakan tentang masalah itu? Toh orang itu sudah mati sekarang."

"Sekalipun sudah mampus orangnya, aku rasa belum tentu bisa mati dari dalam ingatanmu!"

Kwan Siok kim buru buru melerai, serunya:

"Ibu, sudahlah, jangan kau menyindir dan menyiksa ayahku terus menerus..."

Kwan Siau ciu baru tertawa setelah mendengar perkataan dari putrinya itu, katanya kemudian:

"Sekarang kita akan kemana?" Ong Bun kim segera berpaling kearah Lui Thian ciu seraya berkata:

"Gak hu, aka mbempunyai suatu dmasalah yang inagin sekali memobhon bantuan mu."

"Masalah apa? Katakan saja secara berterus terang kepadaku"

Ong Bun kim mengeluarkan keenam jilid kitab pusaka dari enam partai besar itu dan diserahkan kepada Lui Thian cu, kemudian katanya dengan pelan: "Tolong sudilah kiranya kau mengembalikan ke enam jilid kitab pusaka ini kepada ke enam partai besar tersebut, kemudian tolong sampaikan pula kabar kepada mereka bahwa perguruan kami akan diresmikan pembukaannya pada tanggal lima bulan lima nanti digua Bu cing tong, sekalian kabarkan pula berita ini ke seluruh dunia persilatan, agar mereka semua mau mengutus wakilnya untuk menghadiri pertemuan besar itu...!"

"Soal itu mah pasti akan kulakukan!"

"Kalau begitu, tolong laksanakanlah hal itu!"

Setelah menerima ke enam jilid kitab pusaka tersebut dari tangan Ong Bun kim.

Lui Thian ciu segera berpaling kearah Kwan Siau ciu seraya bertanya:

"Siau ciu, apakah kau ingin melakukan perjalanan bersama dengan diriku...?"

"Aku sih enggan untuk berjalan bersama mu, lebih baik kau sendiri saja!"

Lui Thian ciu segera tertawa tersipu-sipu, akhirnya dia menggerakkan tubuhnya dan berangkat meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap diluar selat Thian mo sia.

Sepeninggal Lui Thian-ciu, Kwan Siau-ciu baru berkata kepada Ong Bun kim:

"Bun kim, selanjutnya kau hendak kemana?" "Aku hendak menuju ke gua Bu cing tong!"

"Bun kim!" kembali Kwan Siau ciu bertanya, "aku ingin menanyakan satu hal lagi kepadamu..."

Katakanlah!" "Konon, selain Siok kim kau masih mempunyai beberapa orang kekasih lagi?"

Menghadapi pertanyaan semacam itu, Ong Bun kim agak tertegun dibuatnya, setelah termangu sejenak, dia baru mengangguk.

"Benar..."

"Siapa sajakah mereka?" Terpaksa Ong Bun kim harus menyebutkan nama beberapa orang perempuan itu satu per satu. untuk selanjutnya dia menambahkan.

"Dalam masalah ini aka harap kau sudi untuk memakluminya!"

Mendengar penjelasan tersabet bKwan Siao om mednghela napas paanjang, lalu katbanya.

"Aku tidak keberatan bila ada. seorang lelaki memperistri tiga orang perempuan dan memelihara empat orang istri muda, anak Kim sendiripun tak pernah memikirkan persoalan ini didalam hatinya, cuma ada satu kerepotan dibalik kesemuanya ini."

"Kerepotan apakah itu?"

"Aku ingin bertanya kepadamu, diantara beberapa orang gadis ini, bukankah perempuan yang paling kau cintai adalah Tan Hong hong?"

"Betul!"

"Cuma walaupun Tan Hong hong sangat mencintaimu, bagaimana pun juga ia telah mengalami suatu tragedi yang mengenaskan dan tak mungkin bisa terselesaikan..."

Tan Liok yang berada disampingnya segera  menimbrung. "Andaikata ia benar-benar adalah putriku, bukankah kejadian inipun merupakan sesuatu yang tragis bagiku?"

"Tidak, sebab bagaimanapun juga aku tetap mencintainya, aku tetap akan mencintai dirinya!" seru Ong Bun kim dengan cepat.

"Benar!" kata Kwan Siau-ciu sambil manggut-manggut, "Kau memang seharusnya mempersunting dirinya, sudah terlalu besar pengorbanan yang dilakukannya bagimu, kau tak bisa tidak harus memberi imbalan yang setimpal baginya, lagipula dia adalah seorang gadis yang baik sekali, tidak sepantasnya jika kau menyia-nyiakan kehidupannya didunia ini, benar bukan?"

"Benar!"

Kembali Kwan Siau ciu menghela napas panjang, setelah termenung sebentar kembali katanya.

"Terlepas dari masalah Tan Hong-hong, Lan Siok ling adalah istrimu yang pertama, Ku Pek-hoa juga mempunyai ikatan perkawinan denganmu, ditambah lagi dengan putri ku Siok-kim, aku ingin tanya bagaimana caramu untuk mengatur urutan nama mereka?"

"Bagaimana maksudmu? Aku tidak begitu mengerti." "Menurut peraturan, Ku Pek hoa seharusnya menempati

urutan yang paling atas, cuma menurut kenyataan Lan Siok

ling yang berhak untuk menduduki posisi tersebut, akan tetapi bila kita berbicara dari persoalan Pay kiam, maka Siok kim lah baru merupakan isterimu yang paling sah."

Ong Bun kim berpikir sejenak, kemudian ia merasa bahwa apa yang dikatakan ibu mertuanya itu memang benar, tanpa terasa berkerutlah dahinyar. "Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana baiknya?" dia mengeluh.

Kwan Siok-kim yang berada disamping ibunya segera menimbrung dengan cepat.

"Ibu, kami tak akan ribut karena soal urutan nama!"

"Hal ini mana boleh jadi? Setiap masalah tentu ada pokoknya, cuma didalam masalah ini aku harap kau bisa menyelesaikan secara bijaksana, sebab kalau tidak, bisa jadi akan terjadi banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak diharapkan."

"Aku mengerti!"

"Kalau kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi, hayolah kita berangkat sekarang!"

"Apakah Gak bo juga akan mengikuti kami menuju ke gua Bu cing tong..?"

"Benar!"

Maka berangkatlah ke lima orang itu menuju ke gua Bu cin tong..

Sementara itu berita tentang akan didirikannya perguruan Sin kiam bun serta panggilan Sin kiam untuk mengundang para jago persilatan memasuki perguruannya dengan cepat tersiar luas dalam dunia persilatan, akibatnya terjadi satu goncangan yang keras didalam seluruh dunia persilatan.

Berbondong-bondong kawanan jago persilatan berdatangan ke gua-Bu cing tong untuk menggabungkan diri ke dalam perguruan Sin kiam bun.

Ong Bun kim, Kwan Siau ciu, Kwan Siok kim, Thia Eng dan Tan Liok berlima terpaksa harus tinggal untuk sementara waktu di dalam gua Bu cing tong untuk menyusun rencana dalam menghadapi masalah tersebut.

Beberapa hari kemudian. Tay khek cinkun bersama Tiang Seng lojin dan Hian ih lihiap juga berdatangan kesana.

Menyusul kemudian, Giok bin hiap beserta istrinya Leng po siancu dan Yu-Cing juga berdatangan kesana.

Leng po siancu masih berusia empat puluh tahunan, wajahnya cantik dan menarik hati.

Sesudah berbincang-bincang sebentar, Ong Bun kim lantas bertanya kepada Giok bin hiap:

"Supek. Apa yang harus kita lakukan?"

"Untuk masuk menjadi anggota perguruan Sin kiam bun, pertama tema mereka harus bersumpah dulu di depan pedang mestika dan mengikrarkan sumpah setia mereka, kemudian secara resmi mereka baru diterima menjadi anggota perguruan, setelah itu, mereka harus saling beradu kepandaian untuk menetapkan tingkat kedudukan serta tugas yang bakal mereka pikul selama menjadi anggota perguruan."

"Cuma itu itu saja?"

"Benar, cuma saja sebelum Buncu menjadi ketua secara resmi, terlebih dulu kau harus meresmikan ikatan perkawinan kalian kalau tidak, maka hal tersebut  belum bisa dianggap telah resmi!"

Ong Bun kim lantas manggut-manggut.

"Kalau begitu kapan aku harus kawin?" tanyanya.

"Jika semua anggota perguruan telah berkumpul, kau boleh meresmikan perkawinan kalian dihadapan para anggota, kecuali nona Kwan, kaupun boleh melangsungkan juga perkawinan dengan perempuan lainnya."

"Lantas sekarang, apa yang harus kita laksanakan lebih dulu?"

"Dalam suatu perguruan harus terdapat kekuatan inti yang bisa diandalkan, yang di maksudkan dengan kekuatan inti sudah barang tentu mengartikan sekawanan anggauta perguruan yang paling setia dan bisa dipercaya."

"Maksudmu, kita harus mengundang orang-orang yang boleh dipercaya untuk masuk menjadi anggota perguruan lebih dulu agar kita memiliki kekuatan inti yang bisa diandalkan?"

"Benar, dan siapa bersedia masuk menjadi anggota perguruan, dia boleh menyembah kepada pedang Sin kiam sebagai pertanda pengangkatan tersebut!"

"Bagaimana pula upacara itu harus diselenggarakan?" tanya Tiang seng lojin pula.

"Ong Bun kim adalah orang yang berhak atas pedang mestika tersebut, tentu saja dia adalah Buncu atau ketua dari perguruan Sin kiam bun, sedang aku sebagai pelindung pedang tentu saja yang akan memimpin upacara ini."

Maka Giok bin hiap meletakkan pedang Sin kiam tersebut keatas meja altar, kemudian mempersilahkan Ong Bun kim berdiri disisi altar, dengan suara dalam Giok bin hiap lantas berseru.

"Siapakah diantara kalian yang bersedia masuk menjadi anggota perguruan Sin kiam bun?"

Dengan hormat sekali Tiang seng lojin menampilkan dirinya kedepan, lalu menjawab. "Kok Saucing bersedia masuk menjadi anggota perguruan!"

"Menyembah kepada pedang!"

Dengan sikap yang sangat hormat Tiang seng lojin segera menjatuhkan diri berlutut diatas tanah dan menyembah kepada pedang mestika Sin kiam tersebut.

"Kok Sau cing!" dengan suara berat Giok bin-hiap berseru kembali, "apakah kau masuk perguruan Sin-kiam- bun dengan tulus hati serta niat yang jujur?"

"Benar!"

"Kau bersedia mengangkat sumpah berat?"

Ketika Tiang seng lojin Kok Sau cing telah mengangkat sumpah berat, dengan suara dalam Giok bin hiap berkata lagi:

"Mulai sekarang kau sudah menjadi anggota perguruan Sin kiam bun, bersediakah kau untuk setia kepada pemilik Sin kiam?"

"Sampai mati pun rela!"

"Baik! Silahkan mengundurkan diri..."

Tiang-seng lojin segera mengundurkan diri dari sana. Menyusul kemudian Tay khek Cinkun, Hian ih lihiap,

Kwan Siau-ciu, Tan Liok, Thia Eng, Leng po siaucu, Yu Cing serta Kwan Siok kim juga mengangkat sumpah serta masuk menjadi anggota perguruan.

Beberapa orang inilah yang menjadi inti kekuatan dari perguruan Sin Kiam bun, mereka menjadi pemuka-pemuka perguruan yang turut andil di dalam usaha membangun perguruan Sin kiam bun didalam dunia persilatan. Kemudian, beberapa orang itupun berkumpul menjadi satu serta merundingkan masalah-masalah yang menyangkut soal perguruan, misalnya bagaimana menanggulangi tempat tinggal, soal makan dan lain- lainnya.

oooOdwOooo

BAB 84

BULAN lima tanggal lima.

Hari ini adalah hari yang telah ditetapkan perguruan Sin kiam bun untuk menerima anggota baru, tentu saja perlu diutus orang untuk menyambut kedatangan mereka.

Ong Bun kim telah memanggil Thia Eng seraya berkata: "Toako, bagaimana kalau kuserahkan tugas menyambut

kedatangan tamu ini kepadamu?"

Thia Eng segera tertawa. "Memangnya aku bakal menampik permintaanmu itu?"

"Toako, masih ingatkah kau bahwa aku hendak memperkenalkan seorang gadis kepadamu?"

"Aku tak akan melupakannya"

"Kalau memang begitu, bagus sekali" seru Ong Bun-kim, ia lantas disisi telinganya sambil bertanya, "toako. bagaimana pendapat-mu tentang nona Yu?"

Mendengar itu Thia Eng merasakan hatinya bergetar keras, tanpa terasa ia berseru tertahan:

"Dia...?"

"Benar!"

"Aku... aku kuatir diriku tak pantas!" "Mengapa?"

"Nona Yu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, lagi pula-tampaknya dia menaruh rasa cinta kepadamu."

"Seandalnya ia bersedia?" tukas Ong Bun kim dengan cepat.

"Tentu saja aku merasa terima kasih sekali!" "Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata saja."

Waktu itu, semua orang yang berada dalam ruang tengah meski dapat melihat Ong Bun kim sedang berbisik dengan Thia Eng, tapi tak seorangpun yang mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang itu

Dengan suara lantang Ong Bun kim berseru. "Nona Yu, kemarilah sebentar!"

Buru-buru Yu Cing maju ke depan menghampiri mereka sambil bertanya dengan keheranan.

"Tolong tanya Buncu. ada urusan apa?"

"Kau tahu bukan bahwa hari ini adalah saat kita membuka pintu perguruan untuk menerima murid?"

"Tahu"

"Aku hendak memberi tugas kepadamu. "

"Tecu siap menyambut perintah itu."

"Kau dan Thia toako bertugas menyambut kedatangan tamu yang akan datang kemari."

"Terima perintah!"

Ong Bun kim segera tertawa, kembali ujarnya.

"Nona Yu, kemarilah, aku ada persoalan pribadi yang hendak dirundingkan dengan dirimu." Yu Cing agak tertegun, dia tidak bisa menduga persoalan apakah yang hendak di-bicarakan pemuda itu dengannya.

Ketika sudah berada dihadapan Ong Bun kim, si anak muda itu berbisik lirih: "Nona Yu, kau tahu apa yang hendak kubicarakan denganmu?"

"Jika Buncu tidak berkata, darimana aku bisa tahu?" "Aku hendak memperkenalkan seorang pemuda

kepadamu !"

"Apa?"

Saking kaget dan diluar dugaannya Yu Cing berteriak keras, sebab ucapan dari Ong Bun kim itu tak pernah disangka sebelumnya, ia tidak habis mengerti kenapa Ong Bun kim bisa mengucapkan kata kata seperti itu...?

Dia sangat mencintai Ong Bun kim, apakah pemuda itu sama sekali tidak tahu?

Dengan suara lirih kembali Ong Bun kim berbisik:

"Aku ingin memperkenalkan seorang teman pria untukmu!"

Tiba-tiba Yu Cing merasakan hatinya menjadi kecut dan sedih sekali, sahutnya kemudian dengan lirih.

"Maksud baik Buncu biar kuterima di dalam hati saja!" "Kau kau tidak bersedia?"

"Yaa tecu memang sudah tiada berminat lagi untuk memikirkan soal-soal semacam itu."

Dari mimik wajah Yu Cing yang amat sedih Ong Bun kim sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh gadis tersebut dia lantas menghela napas panjang katanya: "Nona Yu, tahukah kau yang hendak ku perkenalkan kepadamu?"

"Darimana aku bisa tahu?"

"Kalau begitu, mengapa kau tidak bersedia? Apakah kau sudah mempunyai kekasih hati?"

"Aku?" ia tertawa sedih, "Buncu memang suka menggoda saja, tapi... didalam hidupku ini ini, aku memang pernah mencintai seseorang..."

"Aku tahu, tapi ia tidak pantas..." bisik Ong Bun kim agak tergagap.

Kembali Yu Cing tertawa sedih, "Aku yang tidak pantas baginya, batas usia-ku terpaut jauh sekali dengan dirinya"

"Bila kau mendapat cinta kasih darinya, belum tentu kau akan mengecapkan kebahagiaan" kata Ong Bun kim kemudian, "karena cintanya sudah cacad, sudah tidak utuh lagi, apalagi yang bisa kau peroleh dari dirinya?"

-oo0dw0oo--
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar