Jilid 19
ANTARA dia dan aku, sesungguhnya bukan sepasang musuh bebuyutan, akan terapi perubahan situasi membuat mereka berdua berubah sepasang musuh bebuyutan saja, perkembangan situasi semacam ini boleh dibilang amat sensitip sekali.
Kenapa Ong Bun kim merasa tak puas terhadap Kim Lo sat? Kalau dibicarakan sesungguhnya amat sederhana sekali, yakni karena Kim Lo sat tidak menganggap Ong Bun kim sebagai seorang pria.
Padahal kedudukan seorang pria adalah maha penting, tapi Kim Lo sat telah mengabaikannya.
Ong Bun kim merasa punya harga diri, sebab itu dia menolak untuk menerima perintah dari orang lain.
Sebaliknya Kim Lo sat tak pernah berpikir sampai kesitu. Melihat situasi yang terbentang didepan mata saat itu, Tay khek Cinkun sadar bakwa keadaan tersebut bila dibiarkan berlangsung terus, maka akibatnya bakal celaka, maka sambil tersenyum katanya:
"Pangcu, bolehkah aku ikut bicara?"
Dengan sorot mata tajam Kim Lo sat menatap sekejap wajah Tay kkek Cinkun kemudian katanya dengan dingin:
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Konon antara Prangcu dengan Ontg Bun kim mempuqnyai ikatan talri perkawinan, karena itu kumohon pada kalian agar merundingkan segera urusan secara baik- baik, apa sih gunanya saling memegang prinsip dan jalan pikiran sendiri-sendiri?"
"Kau tak usah turut campur ini urusan kami sendiri." Ketanggoran batunya. Tay khek Cinkun tertawa jengah,
dengan wajah tersipu diapun membungkam dalam seribu
bahasa.
Sementara itu Kim Lo sat telah berpaling kearah Ong Bun kim sambil menegur dengan ketus.
"Ong Bun kim, sebetulnya, apa yang kau kehendaki diriku?"
"Dua bungkus obat Ban-nian niat nian-san!"
"Apa? Kau menginginkan bubuk darah ikan lele berusia sepuluh laksa tahun ?"
"Betul!"
"Oooh....! Kiranya itulah yang kau kehendaki, tapi tahukah kau aku bakal memberikan kepadamu atau tidak?"
"Aku meminta kepadamu adalah satu persoalan, kau suka memberikan kepadaku atau tidak adalah urusan lain, jadi mau memberi atau tidak, harap kau jawab saja secara berterus terang"
Sambil tertawa dingin ujar Kim Lo sat:
"Tidak sulit jika kau menginginkan bubuk Ban-nian hiat mau san tersebut, cuma ada suatu syarat!"
"Apa syaratmu?"
"Sambutlah lebih dulu tiga buah pukulanku".
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim merasa hatinya bergetar keras, saat ini dia tak lebih hanya seorang manusia yang menderita luka dalam dan keracunan hebat, atau dengan perkataan lain pertaruhannya untuk menyambut ketiga buah pukulan lawan seratus persen tak mungkin bisa ia menangkan.
Agaknya Kim Lo-sat dapat menyaksikan pula keadaan Ong Bun kim yang terluka parah, tampaknya diapun tahu kalau anak muda itu tak akan mampu untuk menyambut serangannya.
Maka sambil tertawa dingin katanya kemudian: "Seandainya kau tak sanggup memenuhi syarat ini..."
"Tiada persoalan yang tak bisa dilakukan oleh Ong Bun kim." tukas pemuda itu cepat.
"Kalau begitu, kau bersedia untuk menyambut tiga buah pukulanku?"
"Benar!" "Bagus sekali !"
Ong Bun kim berjalan balik ke tempat semula, sekalipun ketiga buah pukulan ini mungkin akan menghantarnya ke ambang pintu kematian, dia bertekad akan mencoba nya juga. Ia memiliki cukup semangat untuk menyambut ketiga buah serangan tersebut, meski luka dalam yang dideritanya cukup parah dan racun jahat telah mengendon dalam tubuhnya, namun ia masih tetap menantang perang terhadap kematian.
Ia berjalan kehadapan Kim Lo sat dan berhenti lebih kurang tiga depa dihadapannya lalu katanya.
"Andaikata aku mampu untuk menyambut ke tiga buah seranganmu itu, apa pula yang hendak kau Iakukan?"
"Kuserahkan bubuk Ban nian hiat man san tercebut, kepadamu yang telah membunuh mati Hiat hay longcu"
"Bagus sekali!"
"Seandainya kau yang tak mampu untuk menerima ketiga buah seranganku...?" Kim Lo sat balik bertanya secara tiba tiba.
"Terserah apapun yang hendak kau laku kan atas diriku." "Bagus sekali!" seru gadis itu kemudian.
Hawa murninya segera dihimpun ke dalam telapak tangan, lalu dengan wajah sedingin es dia tatap wajah Ong Bun-kim lekat-lekat kemudian katanya.
"Kau sudah bersiap sedia?" "Sudah!"
Tay khek Cinkun merasakan jantungnya ber debar keras setelah menyaksikan kejadian ini, ia tahu seandainya Ong Bun kim tidak keracunan dan terluka parah, untuk menyambut tiga buah pukulan dari Kim Lo sat sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan. Tapi keadaannya sekarang jauh berbeda, kemungkinan besar ke tiga buah pukulan tersebut dapat merenggut selembar nyawanya.
Terdengar Kim Lo sat tertawa dingin, kemudian katanya:
"Ong Bun-kim, aku hendak melancarkan serangan!" "Silahkan!"
Kim lo sat segera bmembentak nyaridng, tubuhnya meanerjang ke depabn dan secara tiba-tiba melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Tampak bayangan telapak tangan berkelebat lewat kian kemari, dengan mempergunakan tiga macam gerakan yang berbeda secara terpisah menyerang tiga buah jalan darah penting ditubuh Ong Bun-kim.
Bukan cuma gerak serangannya saja yang amat cepat, jurus serangan yang dipakaipun amat iihay dan mengerikan.
Ong Bun kim segera membentak keras, ia melancarkan sebuah pukulan pula ke depan, dalam waktu singkat bayangan tubuh dan bayangan telapak tangan saling menyambar di udara.
"Blaam !"
000000OdwO000000
BAB 59
MENDADAK Kim-lo sat melancarkan serangannya yang kedua dengan amat hebatnya.
Ong Bun kim tak mau kalah, dia melepaskan pula serangannya yang kedua. Diantara perputaran bayangan tubuh yang menyilaukan mata, Ong Bun kim segera terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan sempoyongan.
Dikala Ong Bun kim sedang mundur itulah Kim lo sat membentak keras, serangannya yang ketiga segera dilancarkan.
Serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, ini membuat Ong Bun kim tak sanggup mempertahankan diri, sambil menggertak gigi, tangan kirinya segera menangkis keatas dengan jurus Mo-im-kui- jiau (bayangan setan cakar iblis).
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, kemudian "Blaam!" suatu benturan keras terjadi, baik Ong Bjn-kim maupun Kim lo-sat secara beruntun harus mundur tujuh- delapan langkah sebelum dapat berdiri tegak kembali.
Paras muka Ong Bun kim pucat pias seperti mayat, peluh dingin mengucur keluar membasahi sekujur tubuhnya.
Paras muka Kim-lo sat ikut berubah hebat ia menengok wajah Ong Bun kim dan berdiri termangu, agaknya dia tak menyangka kalau Ong Bin kim masih sanggup menerima ketiga buah pukulannya dalam keadaan luka parah seperti itu.
Mendadak...
"Uaaak !" Ong Bun kim muntah darah segar, tubuhnya jatuh terjengkang keatas tanah.
Tay khek Cinkun yang menyaksikan kejadian mi menjadi amat terkejut, dia segera melompat ke depan dan meluncur ke hadapan bpemuda itu. tandgan kanannya deangan cepat ditebpuk kebawah dan menotok tiga jalan darah penting ditubuhnya. Kenyataan tersebut sangat mengejutkan pula diri Kiui lo- sat.
Jelas Ong Bun kim telah mempertaruhkan selembar jiwa raganya untuk menyambut ke-tiga buah pukulan itu secara kekerasan, padahal berbicara yang sesungguhnya ia sudah berada dalam keadaan terdesak apa boleh buat.
Rasa sakit hati yang dialaminya sekarang, sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, ia menjadi amat murung sekali.
"Pangcu!" dengan suara dingin Tay khek Cinkun segera menegur, "bukankah Ong Bun kim telah berhasil menyambut ketiga buah pukulan mu?"
"Benar, ia telah menyambut seranganku!"
"Lantas, kau seharusnya menyerahkan pala bubuk Ban- nian hiat-man san tersebut kepadanya bukan?"
Dan dalam sakunya Kim lo sat mengeluar kan dua bungkus bubuk obat Ban nian hiat man san dan diserahkan kepada Tay-khek Cinkun katanya:
"Inilah bubuk Ban nian hiat man san, ambilah dan bawa dia pergi!"
"Terima kasih banyak pangcu!"
Selapis rasa sedih melintas diatas wajah Kim lo sat, jawabnya dengan suara lirih.
"Kau boleh membawanya pergi meninggalkan tempat ini!"
Sambil membimbing bangun Ong Bun kim dari atas tanah, tiba-tiba Tay khek sinkun bertanya kepada Kim lo sat:
"Apakah pangcu amat mencintai Ong Bun kim?" "Benar!"
"Kalau begitu, cara yang kau pergunakan keliru besar!"
Selesai berkata dia lantas melompat pergi dan berjalan menelusuri jalan kecil me ninggalkan tempat itu.
Memandang bayangan punggung mereka yang semakin menjauh, Kimlosat hanya berdiri kaku sambil termangu- mangu.
Sementara itu Tay khek Cinkun yang membawa Ong Bun kim berlalu dari markas besar dari perkumpulan Hui mo pang telah tiba dibawah bukit Thi gou san, didalam sebuah hutan yang lebar ia baringkan tubuh Ong Bun kim ke atas tanah.
Waktu itu keadaan Ong Bun kim tak ubahnya seperti sesosok mayat. Menyaksikan hal tersebut, Tay khek Cinkun menghela napas panjang, pikirnya dihati:
"Aaai, inilah yrang dinamakan ttakdir?"
Ia telah memeriksa jalran darah di tubuh Ong-Bun kim dan diketahui ada beberapa buah diantaranya sudah berhenti berdenyut, sepasang alis matanya segera berkenyit.
Dari dalam saku Ong Bun kim, ia mengeluarkan pil yang diserahkan Tiang seng lojin itu, kemudian mengeluarkan sebungkus Ban nian hiat man-san dan ditelannya bersama.
Ban nian hiat man san memang sebuah benda langka yang mustajab kasiatnya, setelah menelan obat tersebut Tay khek Cinkun segera duduk bersila sambil mengatur pernapasan untuk mengobati lukanya.
la mengerahkan segenap hawa murninya untuk mendesak keluar hawa racun dari dalam badan, alhasil bukas saja semangatnya menjadi segar kembali bahkan tenaga dalamnya peroleh kemajuan yang amat pesat, dalam keadaan begini ia telah bersiap-siap untuk membantu Ong Bun kim untuk menyembuhkan lukanya.
Tiba-tiba...
Pada saat Tay-khek Cinkun sedang mengobati Ong Bun kim dengan tenaga dalamnya, dan suasana mencapai pada saat yang paling kritis, mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan.
Mendengar suara tersebut, paras muka Tay kbek Cin kun segera berubah hebat.
Ia sadar bahwa mustahil baginya untuk menghentikan pengobatan dalam keadaan seperti ini, lagipula dia tak tahu yang datang adalah musuh atau sahabat.
Andaikata sahabat, hai ini tentu saja menguntungkan pihaknya, tapi seandainya musuh maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Butiran peluh sebesar kacang sudah mulai bercucuran membasahi jidatnya.
Sementara itu suara tertawa dingin yang tak sedap didengar itu sudah berada tiga kaki jauhnya dari situ, tampak cahaya putih berkelebat lewat, empat sosok bayangan manusia berbaju putih telah melayang masuk ke dalam arena.
Yang datang ternyata bukan lain adalah para jago dari perguruan San tian bun.
Pada saat ini Tay khek Cinkun sudah tak berkesampatan lagi untuk memperhatikan siapa gerangan yang datang, dia hanya pejamkan matanya sambil mengatur pernapasan, suasana tegang segera menyelimuti sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba terdengar salah seorang manusia kilat berseru. "Yaa, ternyata memang benar-benar mereka berdua!" "Betul, tangkap saja kedua orang itu!"
Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, cahaya putih kembali berkelebat lewat, dua orang Manusia kilat dengan gerakan secepat sambaran petir telah menubruk ke depan menerjang ke arah Tay-khek Cin-kun serta Ong Bun kim.
Serangan yang dilancarkan amat cepat dan mengerikan sekali.
Suatu bentakan nyaring tiba tiba menggelegar di angkasa, bersama waktunya ketika manusia kilat itu menubruk ke depan, bayangan manusia kembali menyambar lewat.
Waktunya dengan cahaya tajam berkelebat lewat, jeritan ngeri yang memekikkan hati berkumandang memecahkan keheningan, seorang Manusia kilat tahu tahu sudah roboh terjengkang keatas tanah.
Kenyataan ini sangat mengejutkan manusia-manusia kilat lainnya, serentak mereka mendongakkan kepalanya, tampak seorang manusia berbaju hijau dengan pedang terhunus telah menghadang dihadapan mereka semua.
Oiang itu bukan lain adalah Mo kui seng kiam (pedang sakti setan iblis) Phang Pak bun.
Terdengar Phang Pak-bun tertawa dingin, kemudian serunya:
"Sobat, kalian betul-betul sekelompok manusia yang tak tahu malu!"
Salah seorang manusia kilat segera tertawa dingin. "Hecehhh... heeehhh.... heeehhh..... sobat, cepat betul
gerakan pedangmu, kenapa tidak kau sebutkan dahulu siapa
namamu?" "Tidak usah, bukankah kalian berempat mendapat perintah dari Bun cu kalian untuk mencari Ong Bun-kim?"
"Benar!"
"Jika memang benar-benar punya kepandaian, kenapa tidak menunggu dulu sampai mereka selesaikan pengobatan tersebut?"
"Sayang kami tidak memiliki kesabaran untuk berbuat demikian!"
Paras muka Phang Pak bun agak berubah, hawa napsu membunuh segera memancar keluar dari wajahnya, ia membentak:
"Manusia yang tak tahu malu, kalau begitu hayo majulah ke depan dan coba dulu kepandaianku!"
Cahaya putih berkelebat lewat, salah seorang diantara manusia-manusia kilat itu sudah menerjang tiba dengan gerakan bseperti orang gdila, sebuah seraangan segera diblancarkan kedepan.
"Cari mampus!" bentak Phang Pak bun gusar, sebuah tusukan secepat kilat dilontarkan ke depan.
Sementara itu Tay Khek Cinkun telah selesai membantu Ong Bun kim untuk menyembuhkan lukanya, pelan-pelan si anak muda itu sadar kembali dari pingsannya.
Tay khek Cinkun mengatur pernapasan sejenak, sesaat kemudian semangatnya juga pulih kembali seperti sediakala.
Menyaksikan keadaan yang tertera di-depan mata, ia merasa sangat lega sekali sehingga menghembuskan napas panjang. Dengan sinar mata yang tajam, Ong Bun-kim memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu kemudian tanyanya dengan wajah tercengang.
"Locianpwe, apa yang telah terjadi?"
Baru selesai pemuda itu berbicara, dua orang Manusia kilat secara garang telah menubruk ke arah Tay-khek Cinkun dan pemuda tersebut dari sisi kiri dan kanan dengan suatu gerakan yang mengerikan.
"Bangsat, rupanya kalian ingin mampus!" bentak Tay khek Cinkun penuh kegusaran.
Tubuhnya ikut melompat ke kiri, sepasang tangan kiri dan kanannya menyerang berbareng.
Agaknya kedua orang manusia kilat itu masih belum mengetahui siapa gerangan Tay-khek Cinkun, mereka lebih lebih tak menyangka kalau ia masih bertenaga penuh meski baru saja menyembuhkan luka yang diderita orang lain.
Dalam waktu singkat angin pikulan dari Tay khek Cickun yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak ditengah samudra itu sudah meluncur tiba dengan hebatnya
Begitu merasakan gelagat tak baik, mereka berusaha menyelamatkan diri, sayang terlambat.
Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan keheningan.
"Plaak! Plaak!" Dua orang manusia kilat itu terlempar sejauh satu kaki lebih dan terkapar di atas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Sementara itu, masih ada seorang manusia kilat lagi yang sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit melawan Phang Pak-bun. Agak mengendor hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Tay khek Cinkun setelah membunuh dua orang musuhnya, pelan-pelan ia berpa lint ke arah Ong Bun kim, sementara si anak mu da itu sudah duduk kembali di atas tanah.
"Hmm ! Lagi-lagi Manusia kilat?" dengus Ong Bun kim gusar.
"Benar!"
Ong Bun kim tertawa sberam, sinar matdanya dialihkan akembali ke atasb wajah Tay khek Cinkun, kemudian ia bertanya.
"Bagaimanakah penyelesaiannya atas taruhanku dengan Kim-lo sat?"
"Ia telah menyerahkan Ban nian hiat man san tersebut kepada kita, cepat kau telan kedua jenis obat tersebut untuk memunahkan racun yang mengeram ditubuh"
Ong Bun kim menyambut kedua jenis obat tersebut dan ditelan bersama, kemudian memejamkan matanya dan duduk bersila sambil mengatur pernapasan, lebih kurang sepertanak nasi kemudian, hawa racun itu sudah berhasil didesak keluar dari tubuhnya.
Ia lantas melompat bangun dan menatap jalannya pertarungan di tengah arena dengan sorot mata tajam.
Tampaknya Manusia Kilat yang sedang bertempur melawan Phang Pak bun itu memiliki ilmu silat yang amat lihay, buktinya bertarung selama ini Phang Pak bun tidak lebih hanya berhasil memaksa musuhnya bertarung dalam posisi seimbang.
"Tahan!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak keras. Oleh bentakan keras tersebut, tanpa sadar kedua orang itu sama-sama menarik serangannya sambil mundur.
Mencorong sinar membunuh yang menggidikkan hati dari balik mata Ong Bun kim, ditatapnya wajah Manusia kilat itu lekat-lekat, kemudian bentaknya nyaring:
"Tampaknya kau belum merasa puas sebelum berhasil membinasakan diriku. .?"
"Benar!"
"Kau datang untuk melaksanakan perintah?" "Benar!"
"Kemana perginya Buncu kalian?" "Masih berada dalam perguruan !"
"Mengapa ia tak berani datang sendiri untuk mencari aku Ong Bun kim? Buat apa dia musti mengutus kau untuk menghantar kematian?"
"Mengantar kematian?" Manusia kilat itu mengejek sinis, lalu tertawa dingin tiada habisnya, "siapa yang bakal menjadi pemenang masih merupakan sebuah tanda tanya besar, buat apakah mesti berkata sesumbar lebih dahulu?"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh... haaahhh... haaahhh. apa sih kedudukanmu
didalam perguruan San tian bun?" "Hanya seorang anggota biasa!"
"Kalau begini arku minta kau putlang sekarang jquga dan beritahru kepada Buncu kalian bahwa sebentar Ong Bun kim akan tiba di sana, jika kau berani mengucapkan sepatah kata tidak, segera kubunuh dirimu." "Kau tak akan mampu untuk melaksanakan niat tersebut!"
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim menjadi amat gusar sekali, ia membentak keras lalu tubuhnya menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Setelah luka dalamnya sembuh dan sari racun terusir dari tubuhnya, tak terlukiskan lagi kecepatan gerak serangan dari si anak muda ini!
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu angin pukulan dari Ong Bun-kim telah menyergap tiba.
Manusia kilat ikut menggerakkan tubuh-nya sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat, ia tangkis datangnya ancaman dari Ong Bun kim tersebut.
Tetapi disaat ia sedang membendung ancaman tersebut, serangan kedua dari Ong Bun kim kembali telah meluncur tiba.
Kali ini dia menyerang dengan jurus Mo kui-cong si (setan iblis berebutan bangkai) dari ilmu pukulan Hek mo sin ciang yang lihay. kecepatan geraknya maupun perubahan jurusnya cukup menggidikkan hati setiap orang yang menyaksikan.
Manusia kilat itu merasa amat terkesiap, buru-buru ia melejit kesamping untuk menghindarkan diri, sayang terlambat. Jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, dengan kepala yang pecah dan isi benak berceceran ditanah, ia tewas secara mengerikan.
Dengan demikian, keempat orang manusia kilat itu sudah tewas semua ditangan mereka, tak seorangpun diantaranya yang berhasil lolos dalam keadaan hidup. Ong Bun kim pun berpaling kearah Phang-Pak bun seraya berkata:
"Cianpwe, terima kasih banyak atas budi pertolonganmu!"
"Sobat, terima kasih atas pertolanganmu." kata-kata Tay khek Cinkun pula, "seandainya tiada kau mungkin kami sudah tewas semenjak dulu-dulu!"
"Tak usah banyak adat, bukankah cianpwe adalah Tay khek Cinkun?"
"Benar, itulah lohu! Siapa anda?"
"Boanpwe bernama Mo kui seng kiam Phang-Pak bun!" "Nama besarmu sudah lama kudengar, sungguh
beruntung hari ini kita dapat berjumpa muka."
Phang Pak bun kembali berpaling kearah Ong-Bun kim, kemudian katanya:
"Ong Bun kim mengenai persoalan yang kuselidiki untukmu, dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin hanya seorang yang mengetahuinya, konon ayahmu pun pernah berjumpa dengan orang itu di masa lalu."
"Kau maksudkan Tiang seng lojin?" tukas Ong Bun kim. "Benar!"
"Cianpwe, aku telah berjumpa dengannya, aku pun sudah tahu dimana letak tempat tersebut."
"Sungguh?" "Benar!"
"Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, mungkin disitulah letak pedang mustika Sin kiam disimpan?" "Benar!"
"Dan sekarang kau hendak pergi mengambilnya?" "Tidak, aku hendak berkunjung dulu keperluan San tian
bun, aku hendak mencari Buncu mereka untuk menuntut balas, kemudian aku harus pergi keselat Thian mo shia untuk mencari buah Hiat li!"
"Buat apa kau mencari buah Hiat li?"
"Untuk menolong Iblis cantik pembawa maut!"
Secara ringkas dia lantas menceritakan apa yang telah terjadi kepada diri Phang Pak bun.
Seusai mendengar keterangan tersebut, Phang-Pak bun lantas berkata:
"Dari sini menuju keperguruan San tian bun penuh dengan mara bahaya, biar aku turut serta dalam perjalanan ini!"
"Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat!" kata Tay khek Cinkun kemudian.
Begitulah, mereka bertiga pun segera berangkat ke selat Thian mo-shia dibukit Thian-mo-san
Hari itu juga sampailah mereka di selat Thian mo-shia. [tulah sebuah selat yang-sempit dengan kabut yang amat
tebal, pepohonan yeng tinggi dan lebat tumbuh rimbun
diseputar mulut lembah, keadaan terasa mengerikan sekali.
Setibanya diluar selat Thian-mo-shia, Ong Bun kim melirik sekejap ke arah dalam selat tersebut, kemudian tanpa membuang banyak waktu dia menerjang masuk ke dalam selat itu lebih-dahulu.
Setelah masuk ke lembah, mereka harus menembusi sebuah hutan yang sangat lebat, kemudian berbelok memasuki sebuah selat karang yang sempit dan hanya bisa dilewati satu orang saja.
Medan yang curam dan berbahaya ini cukup menggidikkan hati siapapun yang melihatnya.
Ketika tiba di depan selat karang tersebut, Ong Bun kim segera menghentikan langkahnya sambil mengawasi keadaan medan yang sulit.
Tay khek Cinkun mendongakkan kepalanya memperhatikan sekejap selat berkarang yang menjulang tinggi ke angkasa itu, kemudian katanya:
"Tempat yang akan kita tuju benar benar merupakan suatu tempat yang sulit dan berbahaya untuk dicapai, andaikata mereka sampai menyergap kita dengan mempergunakan cara yang licik, hal mana sungguh merupakan suatu masalah yang patut dikuatirkan."
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Hmm... aku tidak percaya kalau mereka sanggup mempergunakan cara yang keji untuk menyergap kita"
"Aku rasa apa yang dikatakan Can cianpwe ada benarnya juga" ucap Phang Pak bun, "lebih baik kita bertindak lebih berhati-hati!"
Sementara itu Ong Bun kim telah melompat ke depan dengan kecepatan luar biasa, Tay khek Cin kun serta Mo kui Seng kiam Phang Pak bun segera menyusul dari belakang dengan kecepatan tinggi.
Untuk menelusuri selat berkarang itu, orang harus berjalan satu demi satu Tay khek Cinkun kuatir jika musuh menggelindingkan batu cadas dari atas bukit, niscaya mereka akan sulit untuk menemukan tempat yang baik untuk menyembunyikan diri. Sementara ketiga orang itu sedang berlarian dengan kecepatan tinggi, suatu bentakan nyaring mendadak berkumandang memecahkan keheningan: "Berhenti!"
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Ong Bun kim bertiga menghentikan perjalanannya seraya mendongakkan kepalanya.
Namun suasana disepanjang selat itu tetap sepi dan hening, sesosok bayangan manusiapun tak nampak.
Terdengar suara tadi berkumandang kembali:
"Siapa yang muncul disana? Berani betul menyatroni lembah Thian-mo-shia kami!"
oooo0dw0oooo
BAB 60
Mendadak
ONG BUN-KIM segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahh... haaah... aku Ong Bun-kim ada urusan hendak berjumpa dengan Buncu kalian."
"Kau yang bernama Ong Bun-kim?"
"Benar, tolong beritakan kedatanganku ini Buncu kalian!"
"Jika kau merasa punya kepandaian, silahkan masuk sendiri kemari, pun buncu, sudah lama menantikan kedatanganmu disini"
Ong Bun-kim tertawa dingin, sambil menggigit bibir sekali lagi ia menerjang masuk ke dalam selat itu. Panjang selat sempit itu lebih kurang empat lima puluh kaki, dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah melewati separuh jalan diantaranya....
Disaat ketiga orang itu melompat kedepan suatu bentakan nyaring tiba-tiba menggelegar memecahkan kesunyian, bayangan manusia saling berkelebat, puluhan gulungan angin serangan bersama-sama, diayunkan ketu buh Ong Bun kim.
Serangan yang dilancarkan secara tiba-tiba ini segera membuat Ong bun kim, Tay khek Cinkun serta Phang Pak bun menjadi gelagapan dengan sendirinya.
Sementara itu, Ong Bun-kim telah melancarkan sebuah serangan balasan yang amat dahsyat.
Begitu serangan telah dilepaskan, Ong Bun kim segera melompat mundur ke belakang...
Saat itulah, dari balik batu karang disisi selat melayang turun enam sosok bayangan manusia yang langsung menubruk ke bawah dengan gerakan bukit tay-san menindih kepala.
Kawanan jago yang melancarkan serangan berbareng itu sebagian besar adalah jago jago kelas satu dalam perguruan San tian-bun, bukan saja gerak serangan mereka amat cepat, bahkan sama sekali diluar dugaan ketiga orang lawannya.
Bayangan manusia saling menyambar, bentakan nyaring menggelegar memecahkan kesunyian.
Ditengah bentakan-bentakan tersebut, terdengar kembali suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
"Kubunuh kalian manusia-manusia tak tahu diri!" bentak Ong Bun-kim penuh kegusaran. Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Tak lama kemudian, jeritan ngeri telah berhenti, bentakan yang nyaringpun lenyap dari pendengaran.
Diatas lorong selat yang sempit kini bertambah dengan enam sosok mayat dari manusia-manusia kilat, diam-diam Ong Bun kim terperanjat juga menyaksikan kejadian itu, sebab dilihatnya noda darah telah membasahi ujung bibir Mo kui Seng kiam Phang Pak-bun.
Tanpa terasa ia berseru: "Phang cianpwe, kenapa kau?" Phang Pak bun tertawa getir, jawabnya:
"Aaah ! Aku hanya terluka sedikit saja, tidak terhitung seberapa."
Dari sakunya Tay-khek Cinkun segera mengeluarkan sebutir pil dan diserahkan kepada Phang Pak bun seraya berkata.
"Pil ini merupakan pil mustika buatanku sendiri, telanlah dan atur pernapasanmu untuk menyembuhkan lukamu itu"
Setelah menelan pil itu, Phang Pak-bun lantas duduk bersila untuk mengatur pernapasan dan menyembuhkan luka yang dideritanya.
Sementara Tay khek Cinkun berpaling ke arah Ong Bun kim sambil katanya:
"Kepergian kita keperguran San-tiam bun benar-benar merupakan suatu pelajaran yang sangat berbahaya."
Baru saja Tay khek Cinkun menyelesaikan kata-katanya, mendadak terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan, tampaklah beberapa sosok manusia kilat yang berbaju putih keperak- perakan munculkan diri ke dalam gelanggang. Sebagai pemimpin rombongan adalah seorang lelaki yang pada bagian dadanya terukir sebuah huruf besar berwarna merah, huruf itu berbunyi: "SIN" (Hukum), bisa diketahui bahwa orang itu tak lain adalah Tongcu bagian siksaan dari perguruan San tian -bun.
Sin tong Tongcu masih tetap mengenakan selembar kain cadar warna putih untuk menutupi wajahnya, setelah tertawa dingin dia pun berkata:
"Sobat, ilmu saktimu sungguh membuat orang merasa kagum sekali, jikalau anggota perguruan kami telah melakukan kekerasan, harap kau sudi memaafkan."
Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeh heehh heehh inikah peraturan dari perguruan San tian bun? Turun tangan melancarkan sergapan."
"Dalam hal ini pun aku memohon maaf yang sebesar- besarnya kepada saudara sekalian. Bukan-kah Ong tay hiap sedang mencari Buncu kami?"
"Betul!"
"Buncu kami mempersilahkan kalian untuk menjumpai dirinya!"
Perkataan ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim serta Tay khek Cinkun, apakah peraturan dari perguruan San tian bun adalah menggunakan tentara lebih dulu baru berunding?
Terdengar Sin tong Tongcu tertawa dingin lalu katanya kembali.
"Setelah kalian berani sampai kemari, tentunya berani juga untuk berkunjung ke perguruan kami bukan?"
Ong Bun kim segera tertawa angkuh. "Hmm...! Hanya sebuah perguruan San tian bun belaka, kenapa aku tak berani untuk mengunjunginya?"
"Kalau begitu, harap kalian bertiga sudi mengikuti diriku"
Ong Bun kim tertawa angkuh, tanpa berbicara lagi dia berjalan lebih dulu mengikuti di belakang orang itu.
Tay khek Cin kun, Phang Pak bun serta tiga orang manusia kilat lainnya segera mengikuti dari belakang.
Waktu itu, mereka bertiga telah berjalan menembusi selat yang sempit dan panjang itu dan tiba di sebuah lembah, dalam lembah berdiri sebuah bangunsn besar yang mirip sekali dengan sebuah benteng kuno yang angker dan mengerikan.
"Disiniah letak markas besar perkumpulan kami." ucap Sin tong tongcu kemudian.
"Ehmm lagaknya sih luar biasa!" - sindir Ong Bun kim dingin
"Aaah hanya sebuah "bangunan" benteng saja terhitung seberapa silahkan!"
Sebuah jelanan kecil beralaskan batu kerikil membentang ke depan dan berhubungan dengan bangunan loteng tersebut, waktu itu Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih kurang sepuluh kaki di depan pintu gerbang.
Delapan orang manusia berbaju putih secara terpisah berdiri disepanjang sisi pintu gerbang tersebut.
"Silahkan masuk!" kata Sin tong tongcu lagi sambil tertawa dingin.
Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras dan melangkah masuk ke dalam pintu gerbang, terlihatlah dalam ruangan itu telah dipenuhi oleh belasan orang manusia kilat.
Dengan ilmu menyampaikan suara, Tay khek Cinkun segera berbisik kepada Ong Bun kim.
"Hati-hati, jangan sampai terkena oleh siasat beracunannya."
"Aku bisa bertindak hati-hati." sahut Ong Bun kim sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah menembusi ruang depan mereka masuk ke ruang dalam, kedua belah sisi ruangan masing-masing berdiri puluhan borang manusia Kdilat.
Ketika Oang Bun kim mencboba untuk mendongakkan kepalanya, maka tampaklah dalam ruangan tengah telah berdiri seorang manusia baju putih yang bercadar.
Dibelakangnya, masing-masing berdiri dua orang manusia berbaju putih.
Tak usah ditanya lagi, dapat diketahui bahwa orang yang berada ditengah-tengah itu tak lain adalah Buncu (ketua) dari perguruan San tian bun.
Sementara Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih kurang satu kaki di hadapan istana, Sin tong tongcu lantas memberi hormat kepada ke tuanya sambil melapor:
"Lapor Buncu, Ong tayhiap telah datang!" "Hmmm. " orang itu mendegus dingin.
"Terima kasih Buncu!" dengan sikap hormat Sin tong tongcu segera mengundurkan diri.
Ong Bun kim tak kuasa menahan rasa mendongkolnya, ia segera tertawa dingin sambil berseru.
"Saudara, besar amat lagakmu!" Buncu dari perguruan Sin tian bun itu tertawa dingin pula, tiba-tiba iapun menegur.
"Kau yang bernama Ong Bun kim?"
Tercekat perasaan Ong Bun kim setelah mendengar perkataan itu, sebab suara lawan ternyata adalah suara seorang perempuan, bagaimana mungkin tidak membuat si anak muda tersebut menjadi terperanjat?
Tay khek Cinkun maupun Phang Pak bun ikut terkejut pula oleh kenyataan tersebut, mereka rasakan hal ini sebagai suatu hal yang sama sekali diluar dugaan.
"Kaukah Buncu dari perguruan San tian bun?" tegur Ong Bun kim setelah tertegun sejenak.
"Benar !"
"Kau... kau adalah perempuan?" "Benar !"
Pengakuan ini semakin mengejutkan hati Ong Bun kim, sebab dalam anggapannya selama ini, Buncu dari perguruan San tian bun adalah seorang lelaki karena ia mempunyai hubungan gelap dengan Siau Hui un, dan hal tersebut merupakan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah lagi.
Mengapa secara tiba-tiba bisa berubah jadi seorang perempuan? Hal ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya ia menjadi berdiri termangu seperti orang bodoh, diawasinya wajah Buncu dari San tian bun ini tanpa berkedip barang sedikitpun juga.
Tay khek Cinkun serta Phang Pak bun sendiri pun ikut tertegun ditempat tanpa berbicara apa-apa.
San tian Buncu yang menyaksikabn kejadian itu dsegera tertawa adingin, tegurnyba. "Hei kenapa kau hanya berdiri termangu saja?"
Ong Bun kim segera tersadar kembali dari lamunannya, lalu tertawa angkuh.
"Kenyataan ini sungguh jauh terada diluar dugaanku!" "Kenyataan apa yang berada diluar dugaanmu?"
"Ada suatu persoalan aku ingin bertanya kepadamu, anggota perguruanmu yang manakah telah bersekongkol dengan Siau Hui untuk membunuh ayahku Su-hay-bong khek?"
"Oooh ! Jadi kedatanganmu kemari adalah untuk mencari balas?"
"Benar!"
Kembali San-tian Buncu tertawa dingin..
"Hmmm, yakinkah kau dengan kemampuanmu untuk melakukan perbuatan tersebut?" ejeknya.
"Asal dicoba, semuanya toh akan jelas dengan sendirinya."
"Bagus sekail" jawabnya kemudian dingin, kemudian dengan suara dalam ia membentak, "Hu-buncu!"
"Tecu berada disini!"
Seorang manusia baju putih bercadar munculkan diri didepan pintu ruangan.
Ong Bun kim segera mengalihkan sorot matanya ke wajah orang itu, kemudian bentaknya:
"Jadi kaukah orangnya?"
"Kalau aku kenapa?" jengek Hu-buncu sambil tertawa sinis. Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Ong Bun-kim, kembali ia membentak.
"Jadi kaulah kekasih gelapnya Siau Hui-un." "Benar!"
"Kau pula yang telah mencelakai ayahku sampai mati?" "Benar!"
"Keenam jilid kitab pusaka dari enam partai besar dunia persilatan juga berada di tanganmu?"
"Benar!"
"Bagus sekali, kalau begitu, sekarang juga akan kubunuh dirimu untuk melampiaskan rasa dendam dihatiku!"
Setelah berhadapan muka dengan musuh besarnya api dendam dan amarah segera berkobar dengan hebatnya didada Ong Bun kim, ia membentak keras, sebuah pukulan dahsyat secepat kilat dilontarkan kearah wakil ketua dari perguruan San tian bun tersebut.
Dalam melancarkran serangannya.t Ong-Bun kim teqlah sertakan sergenap tenaga dalam yang dimiliki selama ini, luar biasa sekali kedahsyatannya hingga sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Wakil ketua dari perguruan San-tian-bun segera mengebaskan-ujung bajunya untuk menyambut datangnya ancaman itu, mendadak terdengar Buncu dari San-tian bun membentak keras:
"Tahan!"
Bentakan tersebut membuat Ong Bun kim serta Hu bun cu dari perguruan San tian bun segera menarik kembali serangannya. Dengan hawa napsu membunuh yang berkobar kobar, Ong Bun kim membentak keras:
"Apakah Buncu masih ada pesan yang lain?"
"Kalau kedatanganmu adalah untuk menuntut balas, aku tidak berniat untuk menghalangimu, cuma aku melarang kalian untuk bertempur disini!"
"Lantas kami harus bertempur dimana?"
"Dalam perguruan kami tersedia sebuah tempat untuk perkelahian bebas yang dinamakan Toan-hun-gan, beranikah kau untuk berduel di puncak tebing pemutus nyawa itu?"
"Kalau begitu, silahkan!"
Begitu menyelesaikan kata-katanya, Buncu dari perguruan San-tian-bun itu segera berkelebat keluar dari pintu gerbang dengan kecepatan yang luar biasa, sedemikian cepatnya gerakan itu membuat Tay-khek Cinkun merasakan hatinya amat tercekat.
Menyusul kemudian, Wakil ketua dari perguruan San tian bun ikut pula berkelebat ke luar meninggalkan ruangan itu.
Ong-Bun kim, Tay kbek Cinkun serta Phang Pak bun dengan capat menyusul di belakangnya.
Setelah keluar dari pintu gerbang, Tay khek Cinkun lantas berbisik kepada Ong Bun kim dengan suara lirih:
"Kalau dilihat dan keadaan yang terbentang didepan mata dewasa ini, tampaknya situasi amat berbahaya, sulit rasanya untuk mengatasi hal semacam ini dengan gampang, kita harus berusaha keras untuk mempertahankan diri sebaik-baiknya, jika tidak, besar kemungkinan nyawa kita bertiga akan habis dalam selat Thian-mo-shia ini." Ong Bun kim manggut-manggut setelah mendengar perkataan itu, namun ia tidak bicara apa-apa.
Dalam pada itu, Hu Buncu sekalian sudah bergerak menuju ke sebuah tebing curam di-belakang bukit, tak lama kemudian sampailah mereka disitu, pada dinding tebing yang curam terbaca tiga huruf yang amat besar sekali:
"TOAN HUN-GAY"
Bawah tebing merupakan sebuah jurang yang tak diketahui dalamnya, lapisan kabut menyelimuti jurang tersebut, keadaan medan disekitar sana boleh dibilang mengerikan sekali.
Ong Bun kim melirik sekejap ke arah San tian Buncu, kemudian sambil tertawa dingin ejeknya.
"Ehm... Tempat ini memang suatu tempat yang amat bagus!"
Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa seram, katanya kembali:
"Ong tayhiap, kalau toh kau datang kemari untuk membalas dendam bagi kematian ayahmu, kamipun tak akan mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah yang banyak, akan kuberi sebuah kesempatan bagi kalian untuk bertempur secara adil, cuma kalau berada dipihak yang kalah, besar kemungkinan tubuh kalian akan hancur lebur menjadi berkeping-keping."
Ong Bun kim mendengus dingin, sambil menghampiri wakil ketua dari perguruan San tian bun itu serunya:
"Hu buncu aku hendak bertanya kepadamu, dimanakah kau simpan keenam jilid kitab pusaka itu?"
"Dalam sakuku!" jawab ketua dari perguruan San tian bun dengan cepat. Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat serunya. "San tian buncu, seandainya hu buncu kalian sampai mampus ditanganku, apa yang hendak kalian lakukan?"
"Kau anggap aku akan turun tangan untuk menyerang dirimu? Jangan kuatir jika berhasil menangkan Hu buncu, bukan saja aku akan membiarkan kalian pergi meninggalkan selat Thian mo sia ini, bahkan ke enam jilid kitab pusaka dari enam perguruan besarpun akan kuserahkan kembali kepadamu!"
"Sungguhkah perkataanmu itu?" "Selamanya aku tak pernah berbohong!" "Bagus sekali!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Ong Bun kim telah melangkah maju sejauh tiga depa lebih ke hadapan Hu buncu, dengan tindakannya tersebut maka seluruh gelanggang segera diliputi oleh selapis hawa pembunuhan yang mengerikan.
Bila ditinjau dari pembicaraan Buncu dari perguruan San tian bun ini, tak sulit untuk diketahui bahwa Hu buncu adalah seorang bmanusia yang bedrilmu silat sanagat tinggi, kalbau tidak tak nanti Buncu dari perguruan San tian bun ini akan berbicara dengan nada yang begitu meyakinkan itu berarti pertandingan yang bakal berlangsung nanti akan mempengaruhi mati hidup mereka berdua.
Tapi Ong Bun kim sedikitpun tak gentar, malah bentaknya dengan suara keras. "Hu-buncu, siapa namamu? "
"Lui Thian ciu." "Mengapa kau menggunakan siasat It-cian-siang-tiau (sebatang panah mendapat dua ekor rajawali) untuk mencelakai ayahku serta Kui-jin-suseng.
"Soal itu kau tak perlu tahu, pokoknya jika ingin turun tangan lebih baik cepat-cepatlah lakukan!"
Ong Bun kim tahu -bahwa banyak berbicarapun tak ada gunanya, maka sambil menggertak gigi, tenaga dalamnya segera dihimpun ke dalam sepasang telapak tangannya kemudian sambil membentak keras, dengan jurus Hek yan mo im (bayangan iblis di tengah malam) ia lancarkan sebuah serangan dahsyat.
Didalam melepaskan serangannya itu, Ong Bun kim telah menyertakan pula segenap tenaga dalam yang dimilikinya.
Menghadapi datangnya ancaman itu, bukan berkelit Hu Buncu dari perguruan San tian bun itu malah maju menyerang, tangan kanannya digunakan untuk menangkis datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras, kemudian dengan jurus Pit bok ki hau (menutup mata membendung harimau) ia melepaskan serangan balasan.
Mimpipun Ong Bun kim tidak menyangka kalau musuhnya akan menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras, dengan cepat tenaga dalam yang disalurkan kedalam telapak tangan kanannya ditingkatkan mencapai dua belas bagian.
"Blaamm !" suatu ledakkan dahsyat yang memekikkan telinga segera berkumandang di udara debu dan pasir beterbangan menyelimuti sekeliling tempat itu diantara menggulungnya angin puyuh tampak kedua sosok bayangan manusia itu saling berpisah. Ong Bun kim kena terdesak sehingga mundur sejauh satu kaki dari posisi semula, sebaliknya Lui Thian ciu terdesak mundur sejauh lima langkah.
Dengan demikian menang kalahpun segera terlihat jelas.
Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim memang belum bisa menandingi kehebatan Lui Thian ciu, atau dengan perkataan lain, dalam pertarungan ini Ong Bun kim akan lebih banyak menjumpai mara bahaya dari pada keberuntungan.
Agaknya Tay khek Cinkun serta bPhang Pak bun jduga dibikin amaat terperanjat obleh hasil pertarungan itu, paras mukanya segera berubah hebat.
Sedangkan Buncu dari perguruan San tian bun tertawa terkekeh kekeh penuh rasa bangga.
0000OdwO0000
BAB 61
SETELAH menyambut serangan itu, paras muka Ong Bun kim berubah menjadi murung dan sedih, ia sadar sekalipun dalam pertarungan ini tubuhnya tak sampai terlempar ke dalam jurang, harapannya untuk hidup lebih jauhpun tipis sekali.
Terbayang sampai ke situ, mendadak timbul ingatan dalam hatinya untuk beradu jiwa.
Tiba-tiba terdengar Lui Thian ciu tertawa dingin, kemudian katanya.
"Tenaga dalam yang saudara miliki memang betul-betul mengagumkan..."
Ong Bun kim tertawa dingin. "Heeehhh. ...heeehhh heeehhh! aku lihat tenaga dalam yang dimiliki Hu Buncu pun terhitung lihay sekali!"
"Sudah kau tak usah memuji terus, hayolah lancarkan kembali seranganmu !"
Ong Bun-kim tidak berbicara lagi, sambil membentak keras, secepat kilat tubuhnya menerjang kembali kearah wakil ketua dari perguruan San-tian-bun, sekali lagi ia melepaskan serangan dengan jurus Hek-ya-mo-im (bayangan iblis ditengah alam).
Saat ini Ong Bun-kim sudah bertekad untuk beradu jiwa, begitu jurus Hek-ya-mo im dilancarkan, jurus kedua Mo im kui jiau (bayangan iblis cakar setan) pun siap dilancarkan kembali.
Semenjak terjadinya bentrokan tadi, Lui Thian-ciu tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan tenaga dalamnya, maka ia sama sekali tidak pandang sebelan mata pun terhadap pemuda itu.
Ketika dilihatnya serangan dahsyat itu mengancam tiba, tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan sebuah serangan balasan dengan jurus Nu-tau pa an (ombak dahsyat memukul pantai).
Kedua belah pihak sama-sama melancarkan serangan dengan kecepatan luar biasa, tapi dalam waktu yang relatif amat singkat itulah, Ong Bun-kim telah melepaskan serangan keduanya dengan jurus Mo im kui jiau.
Perubahan jurus yang cepat, tenaga serangan yang dahsyat, membuat wakil Buncu dari perguruan San-tian bun menjadi sangat terkejut, untuk sesaat ia kena didesak oleh sianak muda itu sehingga mundur tiga langkah ke belakang. Semua peristiwar itu terjadi datlam waktu singkqat, padahal bicrara dalam soal tenaga dalam, Ong Bun kim masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan Lui Thian- ciu, tapi kekuatan serangan dari ilmu Hek mo sin hiang yang dimiliki Ong Bun kim ternyata tak sanggup diatasi oleh jurus serangan yang dimiliki oleh wakil ketua dari perguruan San-tian-bun ini.
Dengan demikian, keberanian Ong Bun-kim makin berkobar, dia segera melompat ke depan dan dalam waktu singkat melepaskan tiga buah serangan berantai.
Bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata, tenaga serangan yang memekikkan telinga dalam waktu singkat menyelimuti seluruh gelanggang pertarungan itu.
Sesaat kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat, tampak dua sosok bayangan manusia berputar kencang di udara, pertarungan diantara mereka berlangsung kian lama kian bertambah seru.
Tay khek Cinkun yang mengikuti jalannya pertarungan itu diam-diam mengerutkan dahinya, dengan wajah serius iapun sadar jika harapan Ong Bun-kim untuk meraih kemenangan adalah kecil sekali.
Andaikata Ong Bun kim terbukti kalah nanti, apakah dia harus turun tangan untuk menggantikannya?
Dalam pada itu, pertarungan antara Ong-Buji kim melawan Lui Thian-ciu telah mencapai lima puluh gebrakan, dari suatu pertarungan gerak cepat kini gerak- gerik mereka semakin lambat dan pelan.
Peluh sebesar kacang telah membasahi jidat Ong Bun kim, sebaliknya kain cadar yang menutupi wajah Lui Thian ciu pun telah basah pula oleh air keringat. Berbicara dari keadaan yang terpentang didepan mata sekarang, bisa diketahui bahwa kemungkinan untuk saling beradu jiwa sudah semakin besar untuk mereka berdua.
Dalam keadaan demikian, Mo kui kiam jin (jago pedang setan iblis) Phang Pak bun segera bertanya kepada Tay khek Cinkun dengan suara setengah berbisik.
"Can cianpwe. bagaimana menurut pendapatmu mengenai hal pertarungan ini? Siapa yang bakal memenangkannya?"
"Sulit untuk dikatakan" jawab Tay khek-Cinkun setelah berpikir sejenak, "tapi yang jelas, Ong Bun-kim menderita kerugian karena tenaga dalamnya yang kurang, aku sudah pernah saling beradu tenaga pukulan dengan Hu buncu tersebut, memang terbukti, bahwa tenaga dalam-yang dimilikinya amat tangguh dan sempurna.
"Kau sudah pernah beradu kekuatan dengannya?"
"Betul, ketika itu peristiwa terjadi dalam perkampungan keluarga Shen, kemungkinan besar orang yang munculkan diri waktu itu adalah Hu buncu tersebut, ketika saling beradu tenaga, ternyata aku menderita sedikit luka dalam!"
"Tapi aku rasa Ong Bun kim mempunyai kemungkinan menderita kalah!" kata Phang Pak bun dengan suara dalam.
"Betul, didalam suatu pertarungan yang sedang berlangsung, orang yang memiliki tenaga dalam yang sempurna memang menduduki posisi yang lebih baik dan menguntungkan, asal Lui Thian ciu bisa menemukan peluang untuk melancarkan serangannya, sulit buat Ong Bun kim untuk menahan diri"
Sementara Tay khek Cinkun baru berbicara sampai disana, mendadak...... Suatu bentakan keras yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunyian, ketika mereka mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Ong Bun kim dalam bentakan tersebut secara beruntun telah melancarkan tiga buah serangan yang maha dahsyat.
Oleh teteran ketiga buah pukulan itu, Lui Thian ciu kena didesak sehingga harus mundur sejauh tujuh delapan langkah sebelum akhirnya berhasil untuk berdiri tegak, tapi setelah berdiri tegak itulah dia melepaskan pula dua buah serangan berantai yang tak kalah dahsyatnya.
Ong Bun kim tak sanggup untuk membendung kekuatan pukulan lawan yang begitu dahsyat, ia menyelinap kesamping dan harus mundur sejauh tujuh delapan langkah sebelum berhasil untuk berdiri tegak.
Dengan saling menyerang dan menyergap ini, dalam waktu singkat dua puluh gebrakan kembali sudah lewat.
Bayangan manusia yang bergerak kian lama kian bertambah lambat, keadaan mereka sekarang ibaratnya seseorang yang baru sembuh dari suatu penyakit parah berkelahi dengan orang, gerakan-nya sangat lamban, walaupun demikian namun tenaga pukulan yang dipancarkan ternyata cukup mengejutkan hati orang.
Ong Bun kim mulai sadar bahwa ia sudah tak dapat bertahan lebih lama lagi.
Sedemikian kuat dan tangguhnya tenaga dalam yang dimiliki lawan, mungkin andaikata ilmu pukulan Hek mo sin ciang tidak memiliki perubahan yang mengejutkan orang, ia sudah tewas ditangan Lui Thian ciu semenjak tadi-tadi.
Tapi bila pertarungan dilangsungkan lebih lama lagi, akhirnya tenaga dalam yang dimilikinya pasti akan habis dan waktu itu sudah barang tentu Ong Bun kim akan menderita kerugian yang besar sekali.
Mendadak. pada saat itulah bdengan suatu kedcepatan
yang luaar biasa Lui Thbian ciu melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Entah karena pikirannya sedang bercabang atau karena ia mempunyai perhitungan lain, ternyata Ong Bun kim tidak berusaha untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Tindakan dari pemuda itu jauh diluar dugaan Lui Thian ciu, sebab dalam kenyataannya serangan yang ia lancarkan ini memang sebuah tipuan belaka, tidak banyak tenaga yang disertakan dalam serangan tersebut.
"Blaaam...!" dengan telak Ong Bun kim termakan oleh pukulan itu hingga tubuhnya terjungkal ke belakang sejauh satu kaki lebih.
Tay khek Cinkun sendiripun merasa amat terperanjat, ia segera melompat kedepan siap menolong Ong Bun kim.
Tapi dikala Tay khek Cinkun sedang menubruk kedepan itulah, cahaya putih mendadak berkelebat lewat. Buncu dari perguruan San tian bun itu dengan gerakan yang amat cepat telah menghadang jalan perginya.
"Mau apa kau?" dia menegur.
Saat ini Tay-khek-cin-kun hanya berpikir bagaimana caranya menolong orang, segera ia membentak keras:
"Minggir kau!"
Telapak tangan kanannya diayunkan ke muka melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Serangan dari Tay-khek-cinkun ini tak bisa dibilang tidak tangguh, apalagi dilancarkan dalam keadaan gelisah dan cemas, hampir segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah disertakan dalam pukulan itu.
"Hmm ! Tampaknya kau cari mati !" bentak Buncu dari perguruan San tian-bun itu dengan lantang.
Telapak tangannya diputar, sebuah serangan balasan segera dilancarkan ke depan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tay-khek cin-kun segera terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah lebih.
"Apakah kau ingin mampus?" bentak Buncu dari perguruan San tian bun itu dengan suara nyaring.
Selapis hawa pembunuhan segera menyelimuti seluruh wajah Tay khek cinkun, bentaknya:
"Mau apa kau?"
"Jika kau berani turun tangan lagi, maka yang mampus lebih duluan adalah kau."
Ucapan tersebut diucapkan dengban penuh disertdai hawa napsu maembunuh yang bebrkobar, membuat siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Mendapat ancaman tersebut, Tay-khek cinkun merasakan hatinya tercekat, dengan perasaan ngeri dan seram ia menghentikan gerakan tubuhnya.
Buncu dari perguruan San tian bun itu tertawa dingin, kembali katanya lebih jauh.
"Lagipula pertarungan mereka dilangsungkan secara adil, sebelum mati hidup bisa ditentukan, siapapun tidak boleh mencampuri urusan mereka." Dalam pada itu Lui Thian ciu telah berhasil menguasahi tubuhnya, setelah menghembuskan napas panjang, ia memperdengarkan suara tertawanya yang mengerikan.
Selangkah demi selangkah dia maju ke depan mendekati Oug Bun kim yang sudah tergeletak itu...
Sedangkan Ong Bun kim sendiri bagaikan sedang menanti datangnya malaikat elmaut, ternyata cuma berbaring saja diatas tanah dengan tenang, tubuhnya sama sekali tak bergerak, seakan-akan malaikat elmaut sudah mulai menggapekan tangan kepadanya...
Darah kental masih meleleh keluar tiada hentinya daii ujung bibir
Mendadak Lui-Thian ciu membentak keras, tubuhnya dengan kecepatan luar biasa meluncur ke arah Ong Bun kim, dengan disertai segenap tenaga dalam yang dimiliki dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Ong Bun kim.
"Blaaammm !" suatu benturan yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan.
Benturan tersebut terdengar seperti guntur yang menggetarkan seluruh permukaan tanah, membuat Tay- khek Cinkun serta Phang Pak-bun merasakan kepalanya menjadi pening dan pandangan matanya bagaikan menjadi gelap.
Tapi setelah melihat jelas apa yang telah terjadi ditengah gelanggang, tanpa terasa mereka menjerit tertahan.
Kiranya Lui Thian ciu sudah terjungkal sejauh dua kaki lebih dari tempat semula, jaraknya dengan tepi jurang tinggal tiga depa lagi. Sebaliknya Ong Bun kim telah bangkit berdiri dan berdiri menyeramkan disitu.
Kiranya disaat Lui Thian ciu siap melancarkan serangannya tadi, Ong Bun kim dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah melompat bangun sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke arah depan.
Serangannya itu sungguh berada diluar dugaan Lui Thian ciu, dia tidak menyangka kalau Ong-Bun kim yang sudah tergeletak ditanah ternyatq masih memiliki cukup tenaga untuk melancarkan setangan.
Agaknya memang itulah rencana yang telah di atur Ong Bun kim secara diam-diam, ia rela terima serangan musuh tadi untuk dibayar dengan sebuah serangan yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga.
Hasil dari kejadian itu betul-betul jauh di luar dugaan siapa pun juga yang berada disana.
Ong Bun kim berdiri dengan sempoyongan, hampir saja ia tak sanggup berdiri tegak.
"Uuaak!" kembali ia muntah darah segar.
Sekarang wajahnya sudah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, tapi di balik kepucatan wajahnya itu terlintas- lah selapis hawa napsu rnembunuh yang mengerikan.
Dengan sempoyongan dia melangkah maju ke depan mendekati Lui Thian ciu yang terluka itu.
Lui Thian ciu sudah tergeletak diatas tanah tak berkutik barang sedikitpun juga.
Dalam waktu singkat Ong Bun kim telah tiba kurang lebih satu depa dihadapan Lui Thian ciu, mendadak ia berhenti, hawa napsu membunah yang menyelimuti wajahnya semakin tebal lagi.
Ia mendongakkan kepalanya dan tertawa, suara tertawanya sungguh mengerikan sekali.
Mendadak ia menyambar tubuh Lui Thian ciu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Lui Thian ciu, akhir-akhirnya kau alami juga saat-saat seperti hari ini..." seru Ong Bun kim dengan suara terbata- bata.
Dengan napas yang terengah ia menyelesaikan perkataannya secara paksa, kemudian tangan nya menyambar kebawah, merobek kain cadar putih yang menutupi wajah Lui Thian ciu tersebut.
Dengan cepat tampaklah raut wajah Lui Thian ciu yang sebenarnya, ternyata dia adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang berwajah tampan sekali, cuma darah kental telah meleleh keluar dari ujung bibirnya waktu itu.
la membuka matanya dan memandang sekejap ke-arah Ong Bun kim, kemudian dengan bersusah payah ia berbisik:
"Mau... mau apa kau?"
"Hayo jawab, mengapa kau merayu Siau Hui un untuk berkhianat? mengapa kau membunuh ayahku?"
Belum sempat Lui Thian ciu menjawab, mendadak terdengar ketua dari perguruan San tian bun itu membentak keras.
"Turun kalian berdua dari sini!"
Menyusul bentakan yang mengerikan itu, tangannya segera diayunkan ke muka menghajar tubuh Lui Thian ciu dan Ong Bun-kim. Tay-khek Cinkun maupun Phang Pak-bun yang menyaksikan kejadian itu segera menjerit tertahan lantaran kaget.
"Aaaai !" ditengah jeritan kaget mereka, tubuh Ong Bun- kim serta Lui Thian-ciu sudah terjungkal ke dalam jurang yang sangat dalam itu...
Tindakan ini betul-betul teramat keji, bukan saja diluar dugaan setiap orang, bahkan tak disangka oleh Tay khek- cin-kun maupun Phang Pak bun, menunggu mereka sadar akan apa yang terjadi tubuh Ong Bun-kim -serta Lui Thian ciu sudah terjungkal ke dalam jurang.
"Buncu. sungguh teramat keji perbuatanmu!" teriak Tay khek cin-kun dengan suara amat nyaring.
-oo0dw0oo--