Jilid 48
Waktu itu Liem Toi sedang repot memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, sedikit pun tidak salah ia temukan sebuah lubang pintu yang kecil disisi tonjolan bata raksasa tadi. dengan sekuat tenaga didorongnya kebelakang tapi pintu batu itu tetap tak bergeming.
Kegagalan ini mengakibatkan kegusaran Liem Touw memuncak, ia bermaksud menghajar batuan tadi dengan kerahkan hawa murninya.
Tapi, pikirannya katika itu jauh lebih tenang. Ia tahu dalam keadaan seperti ini dirinya tak boleh berbuat gegabah. buru- buru dicarinya cara membuka pintu tersebut disekeliling tempat itu.
Dengan sepasang matanya yang tajam, lubang yang bagaimanapun kecilnya tak akan lolos dari pandangan matanya kendati berada dalam kegelapan. Akhirnya ia temukan juga sebuah tonjolan batu yang kecil sekali bagaikan buah kelengkeng.
Ketika tonjolan tadi dipencet, dengan menimbulkan suara nyaring pintu batu perlahan- lahan membuka ke samping.
Liem Tou kegirangan setengah mati, tubuhnya langsung meloncat masuk kedalam seraya teriaknya keras;
"Wan moay ! Wan moay ! Aku datang untuk menolong dirimu !"
"Oouw, engkoh Liem! Kau benar-benar datang kemari!" dari dalam ruangan batu berkumandang keluar suara lirihan si gadis cantik pengengon kambing.
Suara tersebut rada gemetar, jelas hati gadis tersebut merasa amat terharu. Dengan pandangan mata yang tajam Liem Tou memperhatikan suasana disekeliling tempat itu, ia temukan sigadis cantik pengangon kambing duduk dipojokan ruangan, tangan kakinya diikat dengan otot kerbau sehingga badannya tak dapat berkutik.
Darah panas bergolak dalam dada Liem Tou hingga mencapai keubun-ubun, dengan penuh terharu serunya.
"Ouw! Adik Wan. Bagaimana sikap mereka terhadap dirimu? Kau sungguh menderita sekali!'"
Dengan tangannya ia memotong putus otot-otot kerbau yang mengikat badan si gadis, tapi berhubung gadis itu telah lama dibelenggu, tangan kakinya sudah jadi kaku semua, walau sudah lepas dari belenggu badannya masih tidak dapat bergerak.
"Wan-moay !" seru Liem Tou dengan hati cemas "Coba kau aturlah pernapasanmu dan salurkan hawa murni mengelilingi seluruh badan agar darah bisa mengalir lancar di tangan maupun dikakimu. Denpan demikian kau bisa pulih seperti sedia kala."
"Aku sudah mencoba tapi tak berguna." dengan penuh isak tangis si gadis cantik pengangon kambing menggeleng. "Aku sudah lama dibelenggu, tangan kaki sudah mengering, rasanya susah pulih kembali dalam beberapa saat saja."
"Lalu bagaimana baiknya? Dalam lembah Boe Beng Kok banyak tersebar alat-alat jebakan, dan yang paling lihay diantaranya adalah alat rahasia 'Liong Ling Hok Lei' atau Naga terpekik Bangau berteriak serta 'Hauw Kauw Yen Tie' atau Harimau maupun Monyet menjerit' Kesemuanya ini belum pernah kutemui. Bila kau tak dapat bergerak secara bagaimana kita bisa keluar dari lembah ini ?"
Si gadis cantik pengangon kambing amat sedih sekali. "Engloh Liem! lebih baik kau berlalulah seorang diri, jangan mengganggu aku lagi."
"Hal ini mana boleh jadi?" Bentak Liem Tou dengan sepasang mata memancarkan cahaya berkilat. Sekalipun aku Liem Tou harus mati dalam lembah Boe Beng Kok ini juga harus menolong Wan-moay lolos dari sini."
"Engkoh Liem cepat jangan bicara begitu." buru-buru gadis itu mencegah sang pemuda melanjutkan kata-katanya.
Sambil berkata ia melirik sekejap kearah Liem Tou. dalam hati gadis itu menggertak dan tiba-tiba meloncat bangun lalu tegak di atas tanah.
"Coba kau lihat bukankah aku sudah dapat berdiri?" Serunya dengan senyum dipaksa.
Siapa sangka baru saja ucapan tadi meluncur keluar mendadak air mukanya berubah hebat, sepasang lutut menjadi lemas dan jatuh berlulut kembali diatas tanah.
Liem Tou tidak menyangka dapat terjadi peristiwa ini. hatinya meresa terperanjat, laksana sambaran angin taupan ia mencekal tubuh gadis cantik pengangon kambing erat- erat.
"Waen-moay!" teriaknya Keras. "Apa gunanya Kau menyiksa diri? jangan kau paksakan lagi. baiklah! kau duduk dan perlahan-lahan mengatur pernapasan. aku akan menemanimu disini, bila mana perlu aku bisa tolong membantu dirimu."
Sigadis cantik pengangon kambing tahu hal ini tak dapat dipaksakan, terpaksa hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh dan mendesak darah mengalir melewati seluruh anggota badan terutama kaki dan tangan. Kendati yang didapat nihil belaka, gadis tersebut hanya merasa empat anggota badannya seperti bukan menempel dibadannya lagi semuanya telah menjadi kaku dan rasanya untuk membebaskan kembali rasa kaku tersebut bukan suatu pekerjaan yang gampang. Tapi dalam keadaan seperti ini apa akal? Perlahan sepasang matanya dipejamkan dan dengan pusatkan seluruh perhatian mulai mengatur pernapasan.
Dalam pada itu perasaan Liem Tou pun jadi tenang kembali, ia berjongkok dan menggosok keempat anggota badan gadis pengangon kambing itu perlahan.
Dalam ruangan gelap yang sunyi, mereka berdua benar- benar merasakan kenikmatan berduaan, hati bertemu hati menambah tebal rasa cinta dikedua belah insan berlawanan jenis ini.
Lama kelamaan gadis cantik pengangon kambing mulai merasakan adanya hawa panas yang mulai merembet pada kaki serta tangannya, sudah tentu Liem Tou pun merasakan hal ini, tidak terasa lagi hawa murni disalurkan semakin menebal dan gosokannya pun makin dipercepat.
Mendadak sigadis canrik pengangon kambing merasa tercium bau kelakian yang menyebar keluar dari tubuh Liem Tou jantungnya berdebar sangat keras tanpa disadari ia sudah berhenti menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan.
Perbuatan gadis langsung dirasakan Liem Tou. "Eeei, apa yang telah terjadi ?" tegurnya.
Hati gadis cantik pengangon kambing tergetar keras, ia melirik sekejap ke arahnya dengan wajah penuh rasa jengah ia menunduk,
"Aku merasa jauh lebih baikan."
Liem Tau merasa cemas dan ingin sekali ia cepat sembuh, segera desaknya lebih jauh,
"Coba salurkan kembali hawa murninya jangan berhenti. Sebentar lagi masih banyak urusan yang harus kita lakukan." Pikiran yang semula mulai bercabang kini menyatukan diri kembali, dengan ikuti cara menyalurkan ilmu lwekang menurut ajaran Toa Loo Tjin Keng si gadis cantik pengangon kambing mulai berusaha lebih lanjut.
Pada waktu itulah. mendadak ....
Suara demburan air terjun diluar ruangan batu bergema sangat keras, mendengar suara tersebut Liem Tou hatinya merasa agak bergerak.
'Bila anggota perkumpulan Sin Beng Kauw menutup pintu batu ini bukankah aku harus lebih repot lagi untuk keluar dari sini
?"
Liem Tou bangkit berdiri kemudian berjalan kemuka dan periksa pintu batu itu dengan cermat, ia temukan pintu tadi terbuat amat sempurna, alat rahasia dibalik pinta kokoh kuat dan susah dirusak.
Kembaii hatinya berpikir:
"Jika mereka benar-benar mau datang, biar aku berjaga disini mereka pasti tak akan berani menempuh bahaya dengan pertaruhkan nyawa sendiri. biarlah pintu ini terbentang lebar. meskipun kaucu mereka datang sendiripun belum tentu dengan mudah bisa menguncinya kembali.
Setelah berpikir sampai disitu ia kembaii kesisi sigadis cantik pengangon kambing dan bantu menggosoki badannya.
Waktu itu sigadis cantik pengangon kambing pejamkan matanya rapat-rapat, wajahnya sangat tenang dan cantik, didalam penglihatan Liem Tou ia sudah pulih dengan kecantikannya seperti dulu.
Tidak terasa pemuda she Liem ini merasakan hatinya sangat girang dan bangga.
Siapa nyana dalam pada itulah mendadak air terjun beracun yang ada diluar gua dengan meninggalkan suara demikian keras telah berhenti mengalir. dari balik ruangan pintu itu ia temukan pada dasar lembah banyak terkumpul bayangan manusia.
Ketika itu ada dua sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Liem Tou sangat terperanjat. ia tahu jejaknya telah diketahui oleh orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw dan sebentar lagi pertarungan sengit akan berlangsung.
Dengan cepat ia meloncat bangun, dilihatnya kedua bayangan manusia itu telah berdiri diatas batuan cadas. mereka sedang merasa curiga dan ragu-ragu terhadap terbukanya pintu batu tersebut.
Dari posisi letak persembunyiannya Liem Tou .Menang diatas angin, ia berada ditempat kegelapan dan musuh ditempat terang, bersamaan pula menurut perhitungannya bila ini hari dia orang tidak menggunakan tindakan telengas mungkin selamanya tak akan bisa keluar lagi dari lembah Boe Beng Kok dalam keadaan selamat.
Oleh sebab itu hawa membunuh mulai meliputi seluruh wajahnya tanpa banyak berpikir lagi jari tangannya disentil kedepan, dengan menimbulkan suara desiran tajam kedua orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw tadi roboh binasa.
Ilmu sakti To Kong sinkangnya bisa dipancarkan sebentar kuat sebentar lunak kini yang digunakan adalah tenaga lunak, tanpa bergerak tanpa berbunyi sedikitpun tidak berwujod tahu-tahu sudah bersarang ditubuh ke dua orang anggota perkumpulan yang berdiri diatas batu cadas itu. Tanpa mendengus lagi kedua orang itu roboh keatas tanah dan menggelinding masuk kedalam sebuah telaga kecil yang penuh berisikan air beracun.
Suasana kontan jadi gempar, seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kau yang ada disana pada berteriak-teriak dan suasana berubah sangat ramai. Buru-buru Liem Tou berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing.
"Wan moay !" serunya. "Apakah kau sudah pulih kembali seperti sedia kala ? Mau keluar inilah saat yang paling bagus."
Mungkin pada saat ini si gadis cantik pengangon kambing sedang berada pada saat-saat kritis, matanya dipejamkan rapat-rapat badan tak berkutik dan mulut membungkam.
Melihat kejadian tersebut walau dalam hati Liem Tou merasa amat gelisah. tapi ia tidak mendesak lebih jauh. Ia berpaling dan melalui celah-celah baru mengintip semua gerak-gerik anggota Sim Beng Kauw yang ada diluar.
Tampak olehnya didasar lembah yang kecil pada saat ini telah kedatangan puluhan orang anggota perkumpulan diantaranya banyak sekali merupakan jago-jago tua.
Kembali Liem Tou berpikir.
"Kemungkinan besar kebanyakan orang-orang ini merupakan sisa-sisa pengikut si Hweesio tujuh jari "Tjhiet Tji Tauw-tou" tempo dulu setelah ini hari berjumpa dengan diriku, aku harus berusaha bagi orang-orang Bu-lim untuk membasmi habis mereka ini."
Waktu itu ada puluhan orang anggota Sin Beng Kauw yang wataknya rada berangasan mulai pentang mulut mencaci maki.
"Eei, Liem Tou ! Yang berada didalam apakah betul Liem Tou si cucu kura-kura ? Ayoh cepat keluar dan beradu kepandaian dengan kami."
Liem Tou tak kuasa menahan diri lagi, Ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
"Selama beberapa waktu ini aku masih suka berada sebentar disini. Jika kalian punya nyali ayoh majulah !" Tiga orang anggota tua berdiri membanjar dibawah lembah, kuda-kuda mereka sangat kuat dan dengan penuh perhatian sedang memperhatikan kearah dalam gua.
Setelah melihat munculnya Liem Tou dan tak tahu kapan pemuda itu akan melancarkan serangannya mereka semakin waspada.
Jarak pintu batu dengan kawanan jago hanya terpisah lima tombak Liem Tou lalu dengan tenaga lweekangnya jarak sebegitu masih bisa dicandak, diam-diam dia berpikir:
"Kenapa aku tidak turun tangan dari sini dan melukai dulu satu dua orang diantara mereka ?"
Setelah mengambil keputusan ia mulai menggembor keras; "Aku nasehati dirimu lebih baik cepat-cepat meninggalkan
tempat ini, panggil saja kauwcu kalian, kamu semua bukan
tandingjnku."
"Hmm! Liem Tou kau jangan mengibul terlalu besar." teriak salah seorang seraya memaki kalang kabut. "Jika kau betul- betul punya kepandaian kenapa tidak berani meloncat turun? buat apa kau sembunyi terus disana seperti cucu kura-kura ?"
Mendengar kiri kanan memaki dirinya sebagai cucu kura- kura. Liem Tou tak dapat menahan rasa gusar dihatinya lagi.
"Kalian berhati-hatilah aku segera datang," bentaknya keras.
Suasana menjadi tegang, setiap pasang mata dari anggota- anggota perkumpulan Sin Beng Kauw bersama-sama dialihkan ke arah pintu batu, Padahal Liem Tou mana mau meloncat turun pada keadaan seperti itu, melihat sikap mereka ia merasa gelisah sendiri.
Setelah menanti beberapa saat para anggota perkumpulan Sin Beng Kauw belum juga melihat Liem Tou munculkan diri, tanpa disadari rasa tegang semakin mengendor. Mereka siap memaki lagi kalang kabut.
Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou melancarkan tenaga To Kong Sin-kangnya.
Dua jari dikebaskan berulang kali kedepan dengan membawa desiran yang tajam serta deruan angin yang mengerikan melanda kemuka.
Seketika itu juga seorang anggota Sin Beng Kiau yang berdiri berjajar tiga itu mendengus berat kemudian roboh binasa.
Dan dua orang kakek tua lainnya ketika melihat kejadian tersebut menjadi sangat terperanjat. sekali loncat mereka mundur beberapa tombak kebelakang.
Tetapi pada detik itu juga kembali ada tiga orang anggota Sin Bang Kauw roboh menemui ajalnya, sekalipun begitu mereka belum juga berhasil melihat bayangan tubuh Liem Tou.
Suasana jadi kacau balau, para anggota perkumpulan berebutan mundur tiga tombak Kebelakang, dengan demikian jarak mereka dengan Liem Tou jadi terpaut delapan tombak lebih.
Liem Tou segeta tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha . . . bagaimana ? jika punya nyali ayoh jangan bergerak !"
Ilmu jari pemuda she Liem ini luar biasa dahsyatnya, orang yang kena tertotok rata-rata terhajar jalan darah kematiannya, mereka berbaring diatas tanah seperti mati sedang para anggota lainnya tidak berani maju mendekat untuk memberi pertolongan, mereKa memandang kawan-kawannya dengan mata terbelalak. Pada waktu itulah mendadak salah seorang diantara anggota perkumpulan Sin Beng Kauw berteriak keras;
"Kepandaian silat Liem Tou terlalu lihay tak mungkin mengalahkan dirinya Cepat lepaskan kembali air terjun beracun itu. Menanti kawanan telah tiba kita baru bergebrak kembali."
Hati Liem Tou kontan tergetar. pikirnya;
"Bila mereka sungguh-sungguh alirkan air beracun itu lagi, persoalan akan jadi repot."
Tapi ingatan baik segera berkelebat dalam benaknya, mendadak ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Heee, heee, heee, setelah aku bisa masuk kebalik air terjun ini, apa yang perlu aku takuti dalam meloncat keluar dari sini ? Apa gunanya kalian banyak bekerja ?"
Cuma, sekalipun diluarnya ia bicara demikian semua perhatiannya telah dipusatkan untuk memperhatikan seluruh tindak tanduk mereka, mendadak ia temukan seorang anggota perkumpulan dengan langkah buru-buru bergerak menuju kesebelah kiri tebing gunung.
Kesempatan baik hampir lewat, buru-buru Liem Tou menoleh dan melirik sekejap kearah sang gadis, melihat ujung bibirnya tersungging satu senyuman manis ia lantas tahu bila hasil yang diinginkan sudah hampir tercapai. sebentar lagi ia bakal pulih Kesehatannya dan meloncat keluar dari tempat itu.
Ia punya rencana setelah keluar dari gua tadi, sedikit- dikitnya ia akan pukul hancur perkumpulan Sin Beng Kauw itu agar mereka tak dapat bertingkah lebih jauh.
Pada saat ia berpaling itulah, anak murid Sin Beng Kauw tadi sudah tiba ditebing sisi kiri. ia tahu disitulah letak alat rahasia itu menerjunkan air beracun, Sekalipun Liem Tou hendak menunggu hingga orang itu siap turun tangan memencet tombol dan diketahui letak kunci tersebut ia baru turun tangan.
Tidak terasa hatinya ikut merasa tegang, tapi suara tertawa datang bergema tiada hentinya.
Ilmu To Kong Sinkang sudah lama dipersiapkan, menunggu orang itu mulai mengeluarkan tangannya memencet dinding tebing, tiba-tiba Liem Tou membentak keras, segulung asap hijau laksana sambaran kilat meluncur keluar. Saking cepatnya sehingga susah diikuti dengan pandangan mata.
Ketika tubuh Liem Tou sudah meeyelusup tiga tombak kemuka, serangan jari baru dilepaskan hal ini dilakukan justeru karena takut serangannya salah arah dan sebaliknya malah menggerakkan alat rahasia.
Segulung angin pukulan bagaikan sebilah pedang tajam menghujam punggung orang itu.
Anggota Sin Beng Kauw tadi dapat mengetahui letak alat rahasia air terjun beracun tersebut. jelas kedudukannya dalam perkumpulan tidak rendah, kepandaian silat yang dimiliki pun bukan ilmu silat sembarangan.
Ketika ia merasakan datangnya desiran tajam dibelekang tubuh, daya tangkapnya sudah merasakan, badannya dengan sebat menyingkir kesamping dan tangannya bergerak kearah tombol alat rahasia sama sekali tidak ditarik kembali, ia melanjutkan maksudnya.
Melihat orang itu berhasil meloloskan diri dari datangnya serangan dahsyat itu, Liem Tou jadi melengak, bersamaan itu pula rasa gusar metmuncak dalam hatinya.
Telapak kiri digetarkan kemudian dibabat keluar. ia sudah mengeluarkan jurus dahsyat 'Ngo Tji Tji Hwie" atau Lima Jari Terbang Bersama' yang termuat dalam kitab pusaka "To Kong Po Liok." Dan kelima jari tangan kirinya pada saat yang berbareng meluncur keluar desiran angin tajam satu tombak d'sekelilingnya segera terkurung didalam kurungan angin pukulannya. Pada waktu itu jari orang tadi sudah berada tiga cun diatas tombol rahasia mendadak merasakan datangnya angin serangan buru-buru badannya menyingkir kesamping dengan gerakan yang sebat.
Tetapi, ia masih belum sanggup lolos dari cengkeraman Liem Tou.
"Aduuuh !" diiringi jeritan keras. kakinya menjadi lemas dan badannya roboh ketanah.
Pada saat yang bersamaan Liem Tou sudah melayang ketengah udara,. telapak tangannya ditekan semakin kedepan. Kontan jiwa orang itu melayang seketika itu juga.
Pada waktu itulah ia temukan orang yang baru saja ia bunuh barusan bukan lain adalah seorang anggota Sin Beng Kauw yang pernah mengerubuti supeknya Lie San sewaktu berada digunung Tjing Shia tempo dulu.
Semalaman beruntun Liem Tou telah membinasakan belasan orang, kini ia makin tidak perduli segala urusan lagi sembari putar badan mendadak ia menubruk kearah gerombolan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu.
ngin pukulan jari memenuhi angkasa, dalam keadaan kacau balau para anggota Sin Beng Kau muntah darah dan roboh bergelimpangan diatas tanah,
Mendadak dari kejauhan berkumandang datang suara suitan keras yang memecahkan kesunyian ditengah malam buta itu, suaranya amat seram dan menggidikan hati membuat bulu roma semua orang pada bangun berdiri.
Mendengar Suitan tersebut Liem Tou merasa sangat terperanjat pikirnya: "Siapakah yang telah memperdengarkan suara suitan sangat nyaring ini?"
Tidak sempat berpikir panjang lagi, sekali enjotkan badan ia balik ke dalam ruangan batu itu Kebetulan si gadis ecntik pengangon kambing itu sedang bangkit dan berdiri disana dengan wajah termangu-mangu.
Si gadis cantik pengangon kambing merasa tertegun, sebab ia merasa terharu harus berpisah dengan ruangan batu yang telah di diami hampir mencapai satu tahun lamanya.
Karena dalam hati Liem Tou saat ini masih ada urusan, ia tidak perduli urusan tetek bengek tersebut. Sembari menarik tangannya buru-buru serunya ;
"Apa gunanya kau berdiri tertegun disini ? Sudah sembuh belum ?"
Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk, saking girang dan terharunya tak tertahan ia merangkul tubuh pemuda itu erat-erat, "Oouw, engkoh Liem, kau sungguh baik sekali. . ."
Kena dipeluk gadis tersebut erat-erat, segulung bau harum yang tersiar keluar dari badan gadis perawan membuat jantung berdebar sangat keras, ia balas memeluk tubuh gadis cantik pengangon kambing dan mencium pipinya yang halus dengan penuh bernapsu.
"Oouw adik Wan! akhirnya aku berhasil menolong dirimu!" serunya tiada henti.
Gadis cantik pengangon kambing memeluk pemuda itu semakin erat, sedikitpun ia tidak menunjukkan kelemahannya.
Dalam pada itu suara suitan nyaring yang menembusi angkasa kembali berkumandang tajam, Liem Tou segera tersadar kembali dari alunan api asmara.
Ia mendengar setelah suitan tadi berlalu gelak tertawa yang gegap gempita menyusul datang. Begitu mendengar gelak tertawa tersebut mendadak air muka Liem Tou berubah besar, ia merasa sangat kenal dengan suara tadi, karena dia bukan lain adalah Pouw Sauw Ling,
Suitan nyaring tadi pasti diperdengarkan oleh Oei Poh kata Siauw Giok Tjing pun kembali berkelebat dalam benaknya.
"Bila ia menemui sesuatu hal yang diluar dugaan, aku akan cari kau untuk dimintai pertanggungan jawabnya.
Dengan hati gelisah Liem Tou Cekal pergelangan gadis cantik pengangon kambing erat-erat lalu ditariknya keluar.
"Wan moay, cepat keluar, jangan sampai kita kacaukan urusan." bentaknya keras.
Tidak menunggu jawaban dari gadis itu lagi ujung kakinya menutul tanah dengan menarik tangan gadis cantik pengangon kambing mereka berlalu dari sana.
Setibanya didasar lembah, dengan termangu-mangu gadis cantik pengangon kambing mendongak perhatikan bintang- bintang yang bertaburan dilangit kemudian menghela napas panjang, karena sudah lama dikurung dalam ruangan gadis ini merasa begitu bebas begitu leluasa perasaan hatinya.
Lain halnya dengan Liem Tou, ia sama sekali tidak tertarik dengan hal itu, sembari kerahkan ilmu meringankan tubuh ia berlari terus menuju kedepan dengan langkah terburu-buru.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki gadis cantik pengangon kambing berbeda jauh dengan kepandaian pemuda tersebut. apalagi sudah ada setahun lamanya tak pernah digunakan, dengan manja gadis itu segera berseru ;
"Engkoh Liem, ada urusan apa toh sehingga kau terburu- buru?"
Dalam keadaan seperti ini Liem Tou tiada berminat untuk menjawab, dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba ratusan tombak jauhnya. Ia menduga pertarungan sengit antara Pouw Sauw Ling dengan Oie Poh pasti terjadi di mulut lorong rahasia bahwa Kauwcu pun tentu ada disana. kalau tidak Oei Poh tak mungkin bisa menderita kekalahan ditangan Pouw Sauw Ling.
Makin dipikir hatinya semakin cemas. dengan sepenuh tenaga ia lari kemuka.
Sejurus kemudian mereka telah tiba dimulut lorong rahasia, sedikit pun tidak salah ditempat itu telah berkumpul hampir ratusan orang anggota Sin Beng Kauw, dan orang-orang itu bukan lain adalah anggota Sin Beng Kauw yang membawa tabung bambu ditangan.
Tidak salah lagi orang yang sedang melaK-J kan pe- tarungan seDgit di dalam kepungai orang orang itu bukan laio adalah O31 Pol serta Pouw Sauw Ling.
Dalam pada itu satu suara suitan tajam yang diperdengarkan dari balik kurungan makin lama semakin santar sedang gelak tawa dari Pouw Sauw Ling makin keras.
Tiba-tiba Liem Tou melepaskan cekalan tangan si gadis cantik pengangon kambing, lalu
bisiknya,
"Cepat cari tempat dan sembunyikan diri."
Sembari berseru tubuhnya kembali menerjang sejauh puluhan tombak kedepan, mendadak ia melihat berkelebat lewatnya bayangan hijau tapi ia tak mau perduli, dalam sekali loncatan lagi ia telah tiba dibelakang tubuh anggota-anggota Sin Beng Kauw.
Pada soal itu dari gerombolan orang-orang tersebut terdengar seseorang berseru dingin;
"Pouw Siangcu, waktu tidak mengijinkan kau mempermainkan dirinya lagi. cepat bereskan jiwanya." Mendengar suara tadi berasal dari mulut Sin Beng Kauwcu itu Boe Beng Tok-su, walau pun dalam hati Liem Tou merasa terperanjat dalam saat yang bersamaan tubuhnya mencelat lagi kurang lebih tujuh delapan tombak tingginya ditengah angkasa.
Dari tengah udara ia temukan keadaan di dalam kalangan yang membuat hawa amarahnya susah dibendung lagi.
Dilihatnya Pouw Sauw Ling dengan menarik cambuk Pek Kut Piannya sedang mempermainkan Oei Poh, setiap kali ia tertawa tergelak cambuknva menghajar tubuh orang she Oei itu satu kali. Keadaan Oei Poh sungguh patut dikasihani, kini ia telah kehilangan daya tempurnya dia hanya bergulingan di atas tanah menahan rasa sakit dibadan.
Para auggoia Sin Beng Kau yang mengurung disekeliling kalanganpun ikut berteriak-teriak memberi semangat buat Pouw Sauw Ling disamping mengejek simanusia cacad tersebut.
Liem Tou yang ada ditengah udara tak sanggup menahan diri lagi, setelah berjumpalitan beberapa kali bentaknya gusar;
"Pouw Sauw Ling! ini hari aku tak akan mengampuni dirimu lagi." Badannya bagaikan kilat menyambar kebawah, menanti Pouw Sauw Ling serta seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw merasakan datangnya seseorang ditempat itu. Liem Tou telah berdiri dihadapan manusia she Pouw.
Dalam keadaan seperti ini ia telah melupakan semua kata- kata permintaan dari Pouw Djien Tjoei
Pouw Sauw Ling berkaok-kaok kaget, cambuk Pek Kut Piannya dengan gencar dihantam kedepan. tapi mana mungkin ia berhasil menahan datangnya serangan tersebut?
Pouw Sauw Ling hanya merasakan lengannya jadi kaku diikuti tulangnya terasa amat sakit. Serangan yang dilancarkan Liem Tou barusan telah bersarang pada pundaknya. Badan sempoyongan. kuda-kuda menjadi gempur. Tak kuasa lagi badanya mencelat sejauh dua tombak dan roboh diatas tanah tak berkutik lagi.
Liem Tou tak perduli keselamatannya lagi, sekali loncat ia sudah mengundurkan Oei Poh
Dalam kurungan anggota Sin Beng Kauw yang demikian banyaknya, Liem Tou tahu keadaan tidak menguntungkan dirinya, selagi tubuhnya siap bergerak meninggalkan tempat itu, Tiba-tiba. . . .
"Liem Tou! Kau masih ingin berlalu dari sini?" bentakan dingin berkumandang memenuhi angkasa.
Sebetum Lim Tou berlalu. Boe Beng Tok-su itu Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw telah berebut kemuka. Agaknya ia sudah dibuat gusar hingga mencapai pada puncaknya Saat ini Sun Tji Si berdiri saling berhadap-hadapan dengan Liem Tou sambil memandangnya dengan sinar mata dingin.
Terpaksa Liem Lou membatalkan maksudnya untuk melarikan diri. tapi bagaimana ia harus membereskan Oei Poh yang terluka ?
Jika ia harus mengempit Oie Peoh yang terluka sembari bergebrak melawan Boe Beng Tok-su maka seluruh kepandaian silatnya tak bisa dikeluarkan semua, kemungkinan besar ia akan memperoleh kekalahan, dengan demikian bukan saja dirinya akan rugi bahkan Oei Poh pun bakal menemui bencana.
Tapi jikalau ia lepaskan dirinya keatas tanah, empat penjuru merupakan anggota Sin Beng Kauw apalagi Oei Poh tiada bertenaga untuk melakukan perlawanan lagi, hal ini tak mungkin bisa ia lakukan.
Demikianlah Liem Tou mulai terjerumus dalam keadaan serba susah. Mendadak satu ingatan baik berkelebat dalam benaknya.ia tertawa. "Kauwcu, sungguh tepat sekali kedatanganmu! sewaktu berada dalam lorong rahasia tadi kau tidak berani menerima tantanganku untuk bergebrak, mungkin kau takut jika terluka tak akan ada yang mau menolongi, kini ditempat ini ada muridmu ada pula cucu muridmu, inilah suatu kesempatan yang paling bagus buat kita untuk mencari menang dengan andalkan kepandaian silat masing-masing terutama sekali saat ini aku sedang menggendong Oei-heng, inilah kesempatan baik bagimu untuk mencari kemenangan."
Boe Beng Tok-su mendengus dingin.
"Liem Tou lebih baik kau jangan menggunakan cara ini, terang-terangan kau takut pada saat ini aku turun tangan masih bicara tetek bengek yang tak berguna, apakah kau tak bisa meletakan dia keatas tanah."
"Oowu. sungguh sedap didengar perkataanmu itu. bila kuletakkan Oei-heng keatas tanah, bukankah sama halnya menuruti kemauanmu dan kasih kesempatan buat kau untuk turun tangan membinasakan dirinya ?"
Kembali Boe Beng Tok-su tertawa dingin.
"Liem Tou ! Kau anggap sekalipun orang itu Kau gendong lantas tak bisa untuk kami bunuh ? Terus terang kuberitahu kepadamu, panah beracun tabung hitam dari perkumpulan kami bisa membinasakan seorang manusia dalam dua puluh empat jam kemudian tak ada obat yang bisa memunahkan racun tersebut!"
Mendengar perkataan itu bagaikan diguyur sebaskom air dingin Liem Tou merasakan hatinya bergidik, sekali lagi diulangi kata-kata terakhir itu;
"Tak ada orang yang bisa menolong ? tak ada orang yang bisa menolong ?"
Air muka Liem Tou makin lama berubah semakin hebat, ia menunduk dan melirik sekejap kebawah. Waktu itu Oei Poh menggeletak diatas tanah dengan badan terkulai tampak pundak kiri serta lutut kanannya masing masing tertancap sebatang anak panah pendek yang berwarna hitam pekat, tidak aneh kalau ia susah meloloskan diri dari bokongan lawan pertama sekali ditengah malam buta yang gelap.
Setelah memandang sekejap orang itu, mendadak dari dasar hati Liem Tou muncul suatu perasaan gusar yang susah dibendung, tapi sekalipun hatinya marah diatas wajahnya malah sangat tenang. Ia berhasil menguasai perasaan sendiri.
"Hmm ! Kauwcu, bila Oei-heng sampai mati. tahukah kau harus membayar berapa besar untuk menggantikan selembar jiwanya ?" tegurnya dingin.
Beberapa patah kata itu diucapkan lambat-lambat. Sedang Boe Beng Tok-su tidak segera menjawab. Sepasang matanya dengan memancarkan cahaya penuh keragu-raguan melototi pemuda itu.
"Bagaimana ? Kau pun ingin mencari jalan kematian buat dirimu sendiri ?" tegurnya.
"Ia datang untuk mencari Pouw Sauw Ling, tapi kalian mengandalkan jumlah orang yang lebih banyak untuk membokong dan melukai dirinya dengan anak panah gelap. Sun Tji Si. coba kau pikir dapatkah aku mengampunimu?"
"Heee, heee, heee" Boe Beng Tok-su tertawa dingin tiada hentinya. "'Bila kau tidak suka mengampuni orang, lalu mau apa?"
Kegusaran yang berkobar dalam dada Liem Tou telah mencapai pada puncaknya, seketika itu juga air mukanya berubah membesi, badannya pun maju tiga langkah kedepan.
"Asalkan Oei-heng terjadi sesuatu hal, pertama-tama kaulah yang akan kutangkap dulu uktuk dimintai pertanggung jawabannya." teriaknya penuh kegusaran. Boe Beng Tok-su tetap berdiri ditempat semula, sedikitpun tak bergerak sedang sepasang matanya melototi Liem Tou tajam-tajam.
"Aku rasa tidak akan semudah itu!"
Pada saat itu anak buah perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada diempat penjuru telah meletakkan bambu hitam yang ada ditangannya kedepan mulut, sedang moncong tabung diarahkan ketubuh Liem Tou.
Perlahan-lahan Liem Tou menyapu sekejap suasana disekelilingnya, hatinya berpikir ;
"Hanya mengandalkan tabung tiupan hitammu lantas dikira bisa melukai diriKu? Hm sungguh suatu impian bagus disiang hari bolong. Biar aku bereskan dulu kauwcunya kemudian seorangpun diantara kalian jangan harap bisa lolos dari tanganku !"
Sekalipun begitu pikirannya masih bingung juga dalam mengatur keselamatan Oei Pah yang sedang menderita luka. Bila semisalnya waktu itu Oei Poh tidak luka, mungkin sekali Boe Bang Tok-su telah roboh binasa dibawah hajaran telapak tangannya.
Selagi ia berpikir keras dan putar otak mendadak sesosok bayangan hijau berkelebat lewat dari atas batok kepala Sin Beng Kouw yang mengurung seluruh kalangan itu.
Dari tengah udara tiba-tiba muncul Siauw Giok Tjing yang agaknya sudah memahami keadaan serba susah dari Liem Tou.
Begitu berjumpa dengan pemuda she Liem kendati wajahnya diliputi kegusaran tapi nada suaranya tidak ketus.
"Serahkan Oei Poh kepadaku dan kau boleh turun sesuka hatimu, sekalipun anak panah beracun dari tabung hitam itu sangat lihay, bukannya tidak bisa dipunahkan sama siekali, Liem Tou kesemuanya ini kaulah yang salah jika ia betul-betul mati, hmm! Kau tunggu saja permainan bagus segera akan menyusul datang."
Melihat munculnya Siauw Giok Tjing disana bagaikan menemui tuan penolong, Liem Tou segera serahkan tubuh Oei Poh ketangannya sedang itu mulut mengomel tiada hentinya,
"Dia sendiri yang tidak tahu diri, Tjing moay! Kenapa kau malah salahkan diriku ?"
Setelah Siauw Giok Tjing menerima tubuh Oei Poh, dengan gemas ia pelototi pemuda itu sekejap, teriaKnya;
"Apabila bukan kau yang membakar hatinya, mana mungkin dia suka berbuat gegabah tanpa berpikir panjang. Kau yang membuat hatinya tertusuk, membuat hatinya terharu. Sekarang aku tidak ada banyak waktu untuK banyak bicara, baik-baiklah kau gebah bangsat-bangsat itu!"
Ketiba itu Boe Beng Tok-su yang melihat Siauw Giok Tjing sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya, dalam hati merasa sangat mendongkol.
Akhirnya setelah dipandang lebih cermat, ia baru mengenali gadis yang ada dihadapannya bukan lain adalah sang gadis yang pernah bergebrak melawan Boen Ing sewaktu ada di gunung Tjing Shia tempo dulu.
Permainan pedang Leng Beng Kiam nya benar-benar mengagumkan. bahkan kelihaiannya tidak berada dibawah permainan pedang hitam sendiri yang telah menggetarkan dunia rimba persilatan.
Setelah Siauw Giok Tjing menyelesaikan kata-katanya ia putar tubuh siap meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Boe Beng Tok-su membentak keras ;
"Nona tunggu dulu! Apa gunanya kau bawa serta si bangsat cilik she Oei itu ?" "Heee, heee, heee; soal ini kau tak usah turut campur." desis si gadis, "Urusan yang menyangkut lembah Boe Beng Kok, mungkin orang lain tidak tahu, apa kau kira aku pun tidak paham. Heee, heee, obat pemunah dari racun panah dari tabung itu bisa didapatkan dengan sangat mudah disekitar lembah, kau kira aku orang bodoh ?"
Mendengar perkataan tersebut Boe Beng Tok-su jadi tertegun, sepasang matanya memancarkan cahaya kebuasan. sekali loncat ia mendekati tubuh Siauw Giok Tjing hingga jarak lima langkah.
"Siapa yang beritahu perkataan ini kepada mu?" bentaknya dingin,
"Siapa yang beritahu kepadaku?" Hmm! apa kau kira obat pemunah racun ular berekor gepeng hanya kau seorang yang tahu?" seru Siauw Giok Tjing sambil tertawa dingin dan menyapu sekejap kearahnya. "Kalau tabung hitam tersebut kau gunakan disuatu tempat yang ribuan li jauhnya dari sini mungkin susah untuk dayakan obat pemunah tersebuL tapi dalam lembah Boe Beng Kok ini, jangan harap kau bisa menyusahkan orang lain."
Bicara sampai disitu mendadak ia membentak nyaring, "Apa yang kau tunggu lagi? kenapa kau tidak beri hajaran
kepadanya ?"
Mendengar Oei Poh bisa ditolong semangat Liem Tou segera bangkit kembali. sekali enjotkan badan ia melayang kehadapan Boe Beng Tok-su sedang telapak tangannya dengan disertai hawa pukulan yang maha dahsyat membabat keluar.
"Malam ini kita harus bertanding untuk menentukan kepandaian siapa diantara kita yang paling tinggi," bentaknya.
Sekali meloncat Boe Beng Tok-su mundur beberapa tombak kebelakang, ia mendengus dingin sambil meloloskan pedang hitamnya. Kiranya ia tahu dengan kepandaian silat yang dimiliki tidak mungkin berhasil menangkan diri Liem Tou. oleh sebab itu ia loloskan senjatanya sembari mengawasi pihak lawan.
Melihat tindakan Sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw ini, Liem Tou tertawa tergelak.
"Hahahahaha. masih saja kepandaian kaki tiga yang tak
berguna, aku Liem Tou sudah beberapa kali mendapat petunjuk dari kepandaianmu ini."
Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba serentetan cahaya putih menyambar datang mengiringi suara bentakan dari Siauw Giok Tjing:
"Liem Tou. terima pedang Lam Beng Kiam ini! gunakan senjata tersebut untuk membasmi seluruh anggota Sin Beng Kauw yang telah kenyang melakukan perbuatan keji.
"Tjing moay boleh berlega hati!" sahut Liem Tou seraya menerima lemparan pedang tersebut dan digetarkan membentuk bunga pedang. "Malam ini juga mereka harus merasakan kelihayan pedangku, perkumpulan Sin Beng Kauw hanya ada sampai detik ini, besok pagi perkumpulan ini harus musnah dipermukaan bumi ini."
Siauw Giok Tjing mengangguk, dengan sekuat tenaga ditariknya badan Oei Poh yang lemas ketengah lalu dibawa lari dari sana.
Beberapa orang anggota Sin beng Kauw yang melihat gadis itu hendak bergerak maju untuk menghadang.
Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou berteriak keras, pedang ditangan kanannya dengan membentuk serentetan cahaya panjang menggulung kearah depan, sedang tangan kirinya mengirim sebuah pukulan dahsyat menghajar anggota-anggota Sin Beng
Kauw yang sedang menghadang perjalanan Siauw Giok Tjing. Dibawah gulungan angin pukulan serta sambaran cahaya pedang berpuluh orang anggota Sin Beng Kauw menjerit ngeri dan roboh binasa keatas tanah.
Dalam sekejap mata delapan orang lelaki yang mencekal tabung hitam sudah roboh binasa, sedang mereka yang terluka menggeletak. diatas tanah diiringi rintihan lemah.
Darah segar muncrat memenuhi seluruh lantai, suasana sangat mengerikan sekali.
Sebagian besar perkumpulan Sin Bang Kauw adalah jago- jago yang belum pernah mengenal dunia luar. hanya beberapa gelintir saja yang betul-betul berpengalaman luas.
Begitu Liem Tou turun tangan dan membinasakan delapan orang sisanya jadi pecah nyali dan bubar melarikan diri terbirit-birit.
Setelah meninjau keadaan situasi, Liem Tou menganggap dengan kejadian ini maka dalam hati kecil Boe Beng Tok-su akan timbul timbul perasaan rendah diri dan tidak percaya pada kekuatan dirinya lagi. waktu itulah dia akan jauh lebih mudah untuk dilenyapkan dari muka bumi.
Setelah berpikir panjang, ia bersuit nyaring. Pedang Lam Beng Kiam ditangannya bermain semakin kencang sehingga cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa.
Dalam sekejap mata, batok kepala anggota Sin Beng Kauw bergelindingan memenuhi permukaan tanah.
Tadi, ia membinasakan anggota-anggota Sin Beng Kauw karena mereka hendak melepaskan panah beracun ke arah Siauw Giok Tjing, tapi kali ini tindakannya betul-betul merupakan suatu pembunuhan secara besar-besaran. suasana jadi makin mengerikan lagi
Melihat keganasan pemuda itu, para anggota Sin Beng Kauw hanya merasa gemas karena tak dapat melarikan diri cepat- cepat. Melihat tujuannya telah tercapai; Liem Tou segera putar badan menghadap Boe Beng Tok-su.
Waktu itu sang Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw masih berdiri tak berkutik di tempat semula. sedang sinar mukanya makin lama berubah makin buas.
Melihat perubahan tersebut pemuda she Liem segera mengetahui. rasa bencinya yang membakar dihatinya telah mencapai pada puncaknya.
Liem Tou tidak berani berlaku gegabah lagi, seluruh perhatiannya dipusatkan menjadi satu siap menerima datangnya serangan dahsyat, karena ia tahu kelihayan ilmu silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su telah mencapai tarap yang susah dibayangkan lagi.
Kendati begitu ia berlagak pilon, seraya tertawa terbahak- bahak serunya. "Kauwcu! kau turun tanganlah, aku sudah menunggu tak sabar lagi! bagaimana kalau kita bertanding dahulu dalam hal kepandaian pedang karena sesuai dengan keadaan inilah ke pandaianmu yang paling utama, apa yang kau takuti lagi ?".
Boe Beng Tok-su teleh melototi dirinya, mulut membungkam tapi langkah kakinya perlahan-lahan bergeser kemuka.
Angin bertiup lewat dari arah barat, langkah Boe Beng Tok- su pun selangkah demi selangkah bergeser ke barat.
Liem Tou yang berdiri saling berhadapan dengan sang kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw. melihat ia geserkan kakinya untuk mempertahankan posisi semula terpaksa ia pun bergeser pula mengikuti arahnya yang benar.
Pada waktu itulah mendadak terdengar si gadis cantik pengangon kambing berteriak ;
"Engkoh Liem, apakah kau menemui kesulitan ? Bagaimana kalau aku membantu dirimu?" Air muka Boe Beng Tok-su berubah hebat. mendadak ia buka suara. "Kau berhasil menolong keluar budak itu?"
"Ooo, kau merasa keheranan ?" jengeknya Liem Tou tertawa. "Apa kau kira hanya air terjun beracun saja berhasil menghadang perjalananku ?"
"Liem Tou ! Kau jangan harap bisa keluar dari lembah ini dalam keadaan hidup-hidup.''
Ujung baju kiri dikebut kedepan, pedang hitam ditangan kanannya dengan meninggalkan serentetan cahaya pedang seluas beberapa tombak mengurung datang, tubuh Liem Tou kontan terbungkus dalam bayangan pedang yang tebal sehingga tak sebuah lubang pun yang tersedia.
Liem Tou pun ikut menggetarkan tangannya. pedang Lam Beng Kiam laksana seekor nagalincah bergerak melindungi seluruh badan.
Tapi ketika itulah mendadak tercium olehnya segulungan bau wangi yang sangat aneh sekali, kepalanya langsung jadi pening, tak kuasa lagi hatinya jadi sangat terperanjat.
Saat inilah ia baru tahu mengapa Boe Beng Tok-su menggeserkan diri mengikuti tiupan angin, kiranya sebelum melancarkan serangan pedang ujung baju kirinya telah meninggalkan permainan setan.
Seluruh pernapasan sepera dihentikan, lalu perlahan-lahan mendesak keluar sisa bau harum yang menyerang badannya tadi.
Kendati begitu, tanpa ia sadari permainan pedang Lam Beng Kiamnya jadi sedikit
lambat. seketika itu juga ia merasa dari ujung pedang Boe Beng Tok-su menggulung datang suatu hawa tekanan yang datangnya dari empat penjuru. ia kena dipaksa berada dibawah angin dan terdesak pada pesisi yang tidak menguntungkan. Sejak Liem Tou mempelajari ilmu silat menurut ajaran kitab pusaka To Kong Pit Liok, kecuali sewaktu berada digunung Tjing Shia adalah dia sendiri yang tak mau turun tangan, siapa yang bisa mengalahkan dia orang? karena hawa gusar memuncak dan berkobar dalam rongga dadanya, permainan pedang Lam Beng Kiam pun semakin diperkeras, hawa pedang mengembung mencapai pada puncaknya.
"Traaang. . .dua pedang bentrok menjadi satu menimbulkan suara yang tajam dan melengking bagaikan pekikan naga auman harimau. tubuh kedua orang itu sama- sama bergetar sangat keras.
Tapi pada saat itulah mendadak muncul berapa SOSOK bayangan manusia laksana sambaran kilat menggerakkan pedangnya menyambut datangnya serangan Liem Tou.
Sedangkan Boe Beng Tok-su menggunakan kesempusan itu meloncat ketempat persembunyian si gadis cantik pengangon kambing.
Berbareng dengan kesemuanya ini, suara suitan nyaring berkumandang memenuhi angkasa.
Liem Tou menjadi gelisah, mendadak bentaknya keras ; "Kalian mau cari mati!!"
Permainan pedarg Lan Beng Kiamm semakin diperketat, hawa pedang memenuhi angkasa. Sedangkan telapak kiri Liem Tou pun dengan menggunakan hawa pukulan penuh dihantamkan kearah keempat orang anggota muda Sin Beng Kauw yang membokong datang.
"Bluuuk ! Biuuuk !" terdengar suara gedebukan yang keras, keempat orang itu bersama-sama dipukul mencelat sejauh tiga tombak oleh hajaran telapak Liem Tou.
Tanpa perdulikan mati hidup empat orang itu lagi, Liem Tou mengempos napas meloncat sepuluh tombak kesamping dimana sigadis cantik pengangon kambing menyembunyikan diri.
Siapa nyana disebabkan gemborannya tadi serta mengempos napas barusan. hawa racun yang telah bersarang dalam dadanya segera menyebar keseluruh badan lalu merasuk kedalam urat-urat nadi diseluruh tubuhnya, kepala terasa pening dada menjadi mual.
Diam-diam Liem Tou menjadi terperanjat, buru-buru ia salurkan bawa murninya untuk mempertahankan kobaran racun dalam dadanya, ia tidak berlaku gegabah lagi, pikirnya:
"Walaupun kepandaian silat yang dimilik Boe Beng Tok-su sangat lihay, belum tentu ia berhasil mencelakai si gadis cantik pengangon kambing dalam sekejap mata.
Berpikir akan hal tersebut, langkahnya pun rada sedikit terlambat.
Justeru karena keterlambatan inilah ketika ia tiba disana si gadis cantik pengangon kambing telah menderita kerugian.
Tampak rambut gadis itu awut-awutan tak karuan. pakaian bagian dadanya kena tersambar robek oleh pedang hitam Boe Bang Tok-su sehingga kelihatan sepasang bukitnya yang putih bersih bagaikan salju menonjol keluar.
Dengan rasa malu yang menghebat, gadis itu menangis terisak. Kendati begitu selangkah demi selangkah ia mundur tiada hentinya berusaha meloloskan diri dari teteran pedang hitam Boe Beng Tok-su yang gencar dan dahsyat bagaikan sambaran angin taupan.
Pertama sekali permainan pedang hitam dari Boe Beng Tok-su benar-benar hebat bagaikan seekor naga sakti yang mengurung seluruh tubuh sigadis cantik pengangon kambing.
Setiap jurus serangan merupakan serangan yang gencar dan telengas, arah yang dituju pun jalan darah jalan darah kematian. Agaknya Boe Beng Tok-su ada maksud mengakhiri jiwa si gadis cantik pengangon kambing sampai disitu saja. Melihat peristiwa tersebut, saking gusar dan mendongkolnya seluruh tubuh Liem Tou gemetar keras, dadanya seperti mau meledak rasanya. Pedang Lan Beng Kiam dengan cepat diangkat lalu tanpa menimbulkan sedikit suarapun menusuk badan Boe Beng Tok-su.
Pada saat yang bersamaan ujung pedang dari Boe Beng Tok-su telah berada kurang lebih tiga cun didepan dada gadis cantik penganon kambing, keadaannya betul-betul kritis dan sangat berbahaya.
Sekalipun ia ikut merasa ujung pedang Liem Tou telah berada tiga cun dibelakang punggungnya tapi kini dia nekad. tidak menghindar maupun mengelit serangannya dilanjutkan menusuk ulu hati gadis pengangon kambing.
Dalam posisi Boe Beng Tok-su berniat mengadu jiwa, Liem Tou menjadi kelabakan dan ketakutan sendiri. Semisal saat ini ia berhasil membinasakan Boe Beng Tok-su dibawah tusukan pedangnya, tapi si gadis cantik pengangon kambing pun harus mengiringi dengan selembar jiwanya, ini tidak menguntungkan posisinya.
Terutama sekali bila gadis cantik pengangon kambing benar-benar mati, maka peristiwa ini akan meninggalkan luka yang dalam hatinya.
Liem Tou menjadi tertegun dan tak bisa berkutik, ia hanya memandang pihak lawan dengan termangu-mangu.
Mendadak. . . .
"Kau berani!" bentak seseorang dari atas kepala. Diikuti menggulung datangnya suatu hawa pantulan yang maha dahsyat.
Sekalipun Boe Beng Tok-su tidak suka membatalken serangannya itu. tapi tersapu oleh datangnya angin pukulan badanpun ikut menyingkir kesamping. "Sreeet!" ujung pedang menyambar lewat dari sisi lengan gadis cantik pengangon kambing membuat darah mengucur keluar dengan derasnya.
hati Liem Tou tergetar keras, ujung pedang didorong keluar dengan menimbulkan suara desiran tajam.
Kepandaian silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su benar-benar luar biasa hebatnya, sewaktu merasakan datangnya tusukan dari belakang mendadak badannya berkerut lalu meloncat selangkah kedepan.
Dengan demikian maka tusukan dari Liem Tou pun mengenai sasaran yang kosong.
Sekalipun begitu angin pukulan yang menyambar datang dari tengah udara dengan telak bersarang ditubuh Boe Beng Tok- su.
Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw ini mendengus berat, berturut-turut badannya mundur tujuh delapan langkah kebelakang tapi tidak roboh. Kelihatannya sekalipun ia terluka tapi luka yang diderita tidak berat.
"Sreet !" diikuti Oei Poh pun melayang turun keatas tanah. Melihat hal itu Liem Tou berseru tertahan, "Ouw Oei-
heng ! Sungguh cepat luka racunmu jadi sembuh kembali."
Kembali Oei Poh menjejakkan kakinya ke atas tanah. kemudian tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang pergi dari situ.
Bayangan manusia bercampur dengan hembusan angin pukulan bagaikan kilat menubruk tubuh Boe Beng Tok-su.
Disebelah sini karena Oei Poh telah menolong gadis cantik pengangon kambing. Liem Tou merasa amat berterima kasih sekali. Melihat gadis itu masih berdiri termangu-mangu ditempat semula dengan dadanya menonjol keluar, dengan cepat Liem Tou berebut kemuka seraya memaki diri sendiri. "Aaah! Adik Wan! Kesemuanya ini akulah yang salah. Akulah yang menyusahkan Wan-moay! Cepat betulkan pakaian dadamu yang terobek besar,"
Kena disadarkan oleh Liem Tou, gadis cantik pengangon kambing baru merasakan bukit fenus sendiri telah menonjol keluar tertiup angin gunung, tak kuasa ia menjerit tertahan. Dengan wajah jengah buru-buru menutupi dada sendiri dengan sepasang tangannya.
Liem Tou pun segera melepaskan pakaian pengemisnya yang robek dan dekil itu untuk dikenakan pada tubuh gadis cantik pengangon kambing, dengan demikian ia sendiri malah setengah telanjang.
"Wan moay," hibur Liem Tou dengan nada perlahan. "Kau sudah dibikin kaget, sekarang kenakanlah pakaianku ini, mari kita bersama-sama membasmi kawanan bajingan itu hingga kocar-kacir !"
Lama sekali gadis cantik pengangon kambing berdiam diri, beberapa saat kemudian baru ujarnya ;
"Tidak kusangka kepandaian silat kauwcu ini sangat luar biasa, sejak aku mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Toa Loo Tjin Keng belum pernah mengalami kekalahan total macam begini. Sungguh memalukan sekali."
"Tidak! Wan moay tidak boleh terlalu memandang rendah diri sendiri, kesemuanya ini disebabkan pedang hitamnya sangat tajam, bila bertanding sungguh-sunpguh dengan mengandalkan kepandaian yang asli belum tentu Wan-moay bisa dikalahkan olehnya."
Beberapa patah kata tersebut jelas diutarakan dengan maksud menghibur gadis tersebut, tidak aneh gadis cantik pengangon kambing pun bisa merasakannya. Ia tetap menggeleng, "Tidak ! Lebih baik kita keluar dari lembah ini terlebih dulu. Bagaimanapun markas perkumpulan Sin Beng Kauw tak akan lari, buat apa kita cemasnya disatu saat ?"
Secara tiba-tiba Liem Tou pun teringat dengan hawa racun yang terhisap masuk Ke badan dan kini bersarang kerongga dada, untung sekaii yang kena dihisap tidak banyak sehingga tidak sampai membuat dia orang roboh tidak sadarkan diri-
Teringat hal tersebut. dalam hatipun segera mengambil keputusan untuk keluar dulu dari lembah dan besok malam balik kembaii.
Mananti sekali lagi ia mendongak dilihatnya Oei Poh masih ditengah udara siap menerjang kearah Boe Beng Tok-su.
Sedangkan sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw duduk bersila ditanah. Mata terpejam. badan tak bergerak. Jika ditinjau dari keadaannya seperti lagi menyembuhkan lukanya.
Setiap kali Oei Poh menerjang kebawah, pedangnya segera diangkat keatas memunahkan datangnya serangan tersebut.
Seluruh gerakan ini dilakukan Boe Beng Tok-su sekenanya, ia sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap diri Oei Poh. Sekali pandang Liem Tou dapat melihat tenaga lweekang yang dimiliki Oei Poh masih terpaut sangat jauh jika dibandingkan dengan tenaga lweekangnya.
Kini ia berhasil merebut posisi yang menguntungkan tidak lain karena mengandalkan gerakan tubuh dari Heng San Pay yang telah lama musnah.
Bila demikian terus menerus, jikalau tiba-tiba Boe Beng Tok-su meloncat bangun dan dari posisi bertahan menjadi posisi menyerang, kemungkinan besar Oei Poh akan menderita kerugian yang sangat besar.
"Oei-heng taban!" buru-buru Liem Tou berteriak, "Untuk sementara kita undurkan diri terlebih dulu dari lembah ini, kita tak perlu takut ia sampai melarikan diri, kecuali dia orang sudah tidak ingin memangku jabatan sebagai Sin Beng Kauw Kauwcu lagi kalau tidak ia tak akan melarikan diri dari tempat ini
Sekali LAGI OEI POH BERPUTAR satu lingkaran kemudian melayang turun keatas tanah,
Tapi pada saat itulah Boe Beng Tok Su membentak keras kemudian meluncur kedepan, pedang hitam berputar meninggalkan serentetan cahaya tajam berhawa dingin mengurung seluruh tubuh Oei Poh.
Agaknya ia sudah sangat membenci dirinya sehingga kepingin dalam sekali tebasan membinasakan orang itu,
Jaraknya dengan Oei Poh pada dasarnya memang sangat dekat. jarak mereka tidak lebih dari lima depa. oleh sebab itu serangan yang datangnya amat dahsyat ini jauh diluar dugaan Liem Tou.
Cahaya pedang mengurung seluruh batok kepala. saking terkejutnya keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuh Oei Poh.
Dengan miringkan kepala ia buang badannya kesamping, kendati begitu pundak kirinya terasa berdesir diikuti rasa linu dan sakit menyerang hingga merasup ke tulang sumsum.
Untung sekali reaksi dari Liem Tou sangat cepat, di iringi suara bentakan keras telapak tangannya diayun kedepan melancarkan satu pukulan dahsyat. Sesaat ujung pedang hitam dari Boe beng Tok-su bersarang ditubuh Oei Poh merupakan saat yang bersamaan pula dengan datangnya sambaran angin pukulan dari Lim Tou.
Karena masing-masing pihak tidak mau mengalah, maka pundak kiri Oei Poh tertembus oleh tusukan pedang Hitam sang kauwcu tersebut sedangkan Boe Beig Tok-su sendiri sulit lolos dari sambaran angin pukulan Liem Tou.
"Braaak. .!" bersama-sama dengan pedangnya, tubuh Boe Beng Tok-su mencelat kebelakang tersapu oleh hembusan angin tajam tadi kemudian menggelinding dua tombak jauhnya, setelah itu dengan sempoyongan bangun berdiri dan melototi Liem Tou penuh kegusaran.
Darah segar muncrat tiada hentinya dari mulut, seluruh tubuh gemetar keras menahan sakit dibadan.
Melihat keadaan Sun Tji Si yang mengenaskan ini. timbullah rasa iba dihati Liem Tou, ia tertawa dingin.
"Heee hee heee . . malam ini aku ampuni selembar jiwamu, kecuali besok pagi-pagi kau umumkan untuk membubarkan perkumpulan Sin Beng Kauw dan sejak ini mengasingkan diri dari dunia keramaian, melepaskan kejahatan kembali kejalan yang benar . . Hmm. .! Besok malam aku akan berkunjung kembali. Sampai waktu menyesal pun tak sempat lagi."
Dengan gunakan pedang hitam sebagai pengganti tongkat Boe Beng Tok-su berusaha mempertahankan diri jangan sampai jatuh, tapi ia tak berbicara.
Ketika itu dari empat penjuru muncul berpuluh-puluh orang anggota Sin Beng kauw, sedang selembar air muka Boe Beng Tok-su berubah dingin, kaku dan pucat pasi bagaikan mayat. setelah menyapu sekejap anak buahnya ia meringis buas.
Mendadak ...
Agaknya ia telah mengambil keputusan dihatinya, dari bibirnya meluncurlah kata-kata yang dingin dan ketus: "Baiklah Liem Tou! Sejak kini dalam dunia kang-ouw ada kau tak ada aku ada aku tak ada kau, besok malam kunantikan kedatanganmu!"
Semula Liem Tou tertegun, akhirnya menghela napas panjang.
"Sun Tji Si memandang diatas wajah susiokku Touw Hong sekali lagi kunasehati dirimu berpikirlah tiga kali sebelum mengambil keputusan didalam hati! Asalkan dari lubuk hatimu timbul rasa menyesal aku Liem Tou tentu akan membuka satu jalan hidup untukmu".
Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia putar badan dan berlalu dengan sempoyongan
Sedang anggota-anggota perkumpulan Sin Beng kauw lainnya mungkin sudah peroleh tanda rahasia, mereka tidak mendesak lebih dekat lagi. mereka hanya menyebar di empat penjuru sembari mengawasi gerak-gerik beberapa orang itu.
Kemudian dalam beberapa saat lagi seluruh lembah Boe Beng Kok jadi sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Dalam pada itu, Siauw Giok Tjing sudah balik kembali dengan membawa seikat tumbuh-tumbuhan, sewaktu melihat gadis cantik pengangon kambing sedang membalutkan luka yang diderita Oei Poh, alisnya langsung dikerutkan rapat- rapat.
"Kenapa dia orang sampai terluka??" tegurnya kepada Liem Tou yang berdiri disisi kalangan.
"Aaai.. ia kena tertusuk sekali oleh Kauwcu!"
"Parah sekali lukanya??" desak Siauw Giok Tjing lebih lanjut dengan hati agak gemas,
Mendengar nada suaranya yang ketus. Liem Tou segera mengerti gadis itu kembali menumpukkan seluruh kesalahan ini, tak kuasa lagi ia melirik sekejap kearahnya, "Pundaknya kena ditusuk tembus!"
Sepasang alis Siauw Giok Tjing berkerut, setelah melototi sekejap diri pemuda she Liem ia mendengus berat-berat.
"Tjing moay kelihatannya kau sedang mendongkol dan marah kepadaku, apa sebabnya kau berbuat demikian kepadaku?" seru Liem Tou setelah berpikir sejenak.
"Kenapa harus ditanyakan kepadaku, tanyalah pada dirimu sendiri ?"
Liem Tou semakin kebingungan lagi, belum sempat ia mendesak lebih lanjut Siauw Giok Tjing telah berjalan kesisi gadis cantik pengangon kambing dan menepuk-nepuk pundaknya.
"Wan-moay terima kasih kau sudah repot-repot membalutkan luka yang diderita Oei-heng. bagaimana dengan lukamu sendiri ?"
Sejak semula Gadis cantik pengangon kambing sudah melihat akan kedatangan Siauw Giok Tjing hanya disebabkan ia melihat gadis itu lagi marah-marah dengan Liem Tou maka iapun tidak menyapa terlebih dulu.
Kini setelah mendengar perkataan tersebut ia lantas mendongak dan tertawa, sambil mencekal sepasang tangan Siauw Giok Tjing serunya berulang kali .
"Oouw . . enci Tjing, baru ini hari aku bisa berjumpa dengan dirimu, selama satu tahun ini setiap hari kau melindungi diriku, aku merasa sangat berterima kasih!"
"Aaakh! Buat apa kita bicarakan persoalan ini?!? diantara kita sudah saling terikat sebagai kawan karib, persoalan apa lagi yang perlu dibicarakan? Eei. .bagaimana dengan luka Oei- heng??" "Aaakh ..! masih baikkan untung sekali tak sampai lukai tulangnya, asalkan beberapa hari beristirahat, lukanya akan sembuh dengan sendirinya. Aaaii! jika bukan enci yang turun tangan menolong mungkin saat ini aku sudah menemui ajal di tangan Boe Beng Tok-su.. ."
"Aaaakh!" Siauw Giok Tjing berseru tertahan. ia lantas menoleh dan memandang sekejap wajah Liem Tou. "Aku tidak paham apakah ia sungguh-sungguh tak bisa menahan serangan dari Boe Beng Tok-su??? tadi aku masih mergira ia bercinta-cintaan saja dengan dirimu sehingga menyebabkan Oei-heng terluka ditangan Boe Beng Tok-su karena itu aku sangat mendongkol terhadapnya, Tidak kusangka kaupun baru saja lolos dari mara bahaya!"
"Boe beng Tok-su melakukan perbuatan ini tanpa memperdulikan jiwa sendiri ini membuktikan seberapa kejadiannya watak orang itu, tapi sekarang ia menderita luka dalam yang tidak ringan." kata sigadis cantik pengangon kambing.
Siauw Giok Tjing mengangguk, setelah dilihatnya sigadis cantik pengangon kambing telah selesai membalutkan luka pedang Oei Poh, ujarnya lagi-
"Sekarang waktu sudah menunjukkan kentongan keempat lebih sedikit. satu jam lagi hari sudah terang tanah, lebih baik kita keluar lembah untuk beristirahat dulu satu hari kemudian besok malam datang kembali! bagaimanapun juga malam ini kita telah berhasil menolong Wan-moay lolos dari mara bahaya, sekalipun cemas juga tiada berguna".
Seraya mengucapkan kata-kata itu Siauw Giok Tjing melirik sekejap kearah Liem Tou mendadak ia tertawa.
"Liem-heng" menurut pandanganmu benar tidak??" "Baiklah!" ketika dilihatnya wajah gadis itu berubah jadi
kelam kembali, Liem Tou mengannguk, "Kita kekedai untuk
beristirahat dahulu satu hari penuh." Tapi sebentar kemudian ia sudah berkata lagi. "Demikian saja,lebih baik kalian berangkat selangkah terlebih dahulu, aku masih ingin menggunakan kesempatan ini untuk menguji pertahan-pertahanan baru yang dibangun perkumpulan Sin Beng Kauw untuk menghadapi pihak lawan, seperti halnya dengan "Naga berpekik Bangau berteriak", serta "Harimau mengaum Monyet menjerit" macam-macam alat rahasia, aku ingin mengetahui sampai dimanakah kelihayan alat-alat tersebut!"
"Aku rasa kau tak perlu melakukannya!" potong Gadis she Siauw dengan cepat, "Selama setahun ini aku sudah melakukan penyelidikan yang sangat jelas terhadap persoalan yang menyangkut perkumpulan Boe Beng Kauw, terutama sekali alat-alat rahasia itu baru dibangun setelah aku tiba di Tjiong Lay. Coba pikir. didalam satu tahun yang pendek ternyata mereka dapat membuat alat rahasia sebanyak ini, hal ini jelas menunjukkan bahwa alat-alat tersebut sama sekali tidak bagus ataupun sempurna, dengan andalkan tenaga sinkang yang kau miliki rasanya tidak sulit untuk menjebolkannya,"
Liem Tou mengangguk, keinginannya itupun dibatalkan dengan begitu saja tanpa bamnak ribut-ribut lagi.
Demikianlah keempat orang itu bersama-sama meninggalkan lembah kembali kekedai kecil yang ditumpangi Siauw Giok Tjing selama ini.
Didalam kedai kecil itu Siauw Giok Tjing sudah menumpang hampir mendekati setahun lamanya, selama ini ia menyaru sebagai seorang nona desa yang bekerja membantu dikedai itu sebagai pelayan.
Kebanyakan jago-jago kelas dua. kelas tiga dari perkumpulan Sin Beng Kauw tak ada yang tahu siapakah nona desa ini bahkan sipemilik kedai itu sendiripun tidak mengetahui dengan jelas. Tetapi sekembalinya Siauw Giok Tjing barusan dengan membawa serta Liem Tou dan sigadis cantik pengangon kambing, terutama sekali Oei Poh yang terluka dan dikenali sebagai bajingan berkaki kayu oleh anggota Sin Beng Kauw, maka asal usul gadis itu tak bisa dipertahankan lagi, sipemilik kedai dengan badan gemetar wajah pucat berdiri tertegun.
Apalagi melihat dandanan Lien Tou yang bertelanjang badan bagian atasnya serta si gadas c ntik pengangon kambing yang memakai pakaian pengemis, akhirnya sipemilik kedai jatuhkan diri berlutut dihadapan orang-orang itu.
"Ooouw . ..! Aku mohon sukalah kalian berbuat baik, lebih baik pindah saja kekedai lain, jikalau mereka tahu aku memberi kesempatan kepada kalian untuk menginap seluruh keluargaku akan dibunuh dan dihabiskan ..."
Melihat sipemilik kedai berlutut buru-buru Siauw Giok membangunkan dirinya dari atas tanah.
"Disini aku sudah berdiam selama satu tahun, berkat kebaikan budi kalian hatiku merasa sangat berterima kasih sekali, aku rasa tidaklah mungkin sekarang malah sebaliknya mencelakai dirimu sekeluarga! Terus terang aku beritahu kepadamu, perduli kalian ingin tetap berdiam disini atau tidak, yang jelas daganganmu tak bisa diteruskan lagi."
"Ooouw . . sungguh ? Tapi . kenapa?" seru sipemilik kedai seketika itu hingga berdiri melongo dengan mata terbelalak.
"Perkumpulan Sin Beng Kauw sudah hancur berantakan dan anggotanya kocar-kacir, siapa yang mau datang kemari lagi?"
Sipemilik kedai mengedipkan matanya beberapa kali me mndang beberapa orang itu dengan sinar mata penuh curiga tiba-tiba ujarnya.
"Ucapanmu ini aku rada sedikit tidak percaya, siapa yang memiliki kekuatan sebegitu besar dapat menghancurkan perkumpulan Sin Beng Kauw ..."
"Soal ini kau tidak usah ikut campur," Siauw Giok Tjing tertawa manis. "Pokoknya aku tak akan mencelakai ataupun merugikan dirimu, besok pagi kau boleh mulai membenahi barang-barangmu dan siap meninggalkan tempat ini, karena disini sudah tidak ada dagangan lagi.!"
Bicara sampai disitu ia berpaling kearah Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing lalu tertawa.
Malamnya mereka suruh pelayan menyediakan arak dan sayur, empat orang bersantap dalam suasana tenang, tak sepatah kata pun meluncur keluar dari mulut masing-masing, hingga detik inilah kesalah pahaman antara Liem Tou dengan Oei Poh dapat dibuat beres. mereka saling berjabatan tangan dengan penuh kegembiraan.
Mengambil kesempatan itulah Liem Tou mengutarakan maksudnya untuk menghadiahkan tiga laksa tahil perak buat dirinya untuk mendirikan kembali perusahaan pengawalan Tjing Ling Piauw-kiok sehingga dapat memulihkan kembali kecemerlangan serta kejayaan suhunya Tjing Liong To tempo dulu.
Oei Poh yang pada saat ini sudah mengerti akan maksud baik Liem Tou, tidak menampik lagi pemberian tersebut.
Bersamaan itu pula Liem Tou beritahu kepada Siauw Giok Tjing akan kisahnya membinasakan siperempuan Boen Ing, dan terakhir ia mengucapkan terima kasih kepada gadis itu atas hadiahnya selembar daun mati hidup sehingga ia berhasil lolos dari kematian dan kini dapat berkumpul kembali dengan mereka.
Mendengar kesemuanya ini Siauw Giok Tjing hanya menghela napas panjang, tak sepatah katapun yang diucapkan.
Mendadak... Perlahan-lahan dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Melihat gadis tersebut menangis Liem Tou serta Oei Poh bersama-sama dibikin tertegun.
Akhirnya, dasar perasaan wanita jauh lebih halus, buru- buru sigadis cantik pengangon kambing membawa Siauw Giok Tjing menyingkir kesamping.
"Enci Tjing, mengapa secara mendadak kau meleleh air mata??" tanyanya lirih.
"Aaakh! tidak mengapa gadis she Siauw itu menggeleng. "Diantara kita berdua sudah berhubungan erat melebihi
saudara sendiri, masih ada rahasia apa yang tak boleh
diberitahukan kepadaku?"
Siauw Giok Tjing tetap menggeleng dengan mulut membungkam.
Melihat gadis she Siauw tidak juga mau menjawab, tak terasa sigadis cantik pengangon kambing bergumam seorang diri:
"Jikalau enci Ie ada disini keadaannya jauh lebih baik, ia tentu mengetahui rahasia hati enci Tjing".
Mendadak dalam hatinya teringat akan sesuatu, pikirnya: "Apakah mungkin karena itu?? walaupun kelihatannya tidak
mirip tetapii mengapa ia berdiam disini selama setahun untuk
menjaga diriku?? dahu]u antara aku dengan dia belum bisa dibicarakan punya hubungan erat bahkan kenalpun tidak! Kalau begitu kesemuanya ini ia lakukan demi engkoh Liem!"
Teringat akan hal tersebut seketika itu juga sigadis cantik pengangon kambing jadi paham. tiba-tiba ia tertawa.
"Enci Tjing, sekarang aku sudah tahu rahasia hatimu, bukankah kau sedang memikirkan " Tiba-tiba ia
membungkam, kata-kata selanjutnya terasa amat sulit untuk diutarakan keluar Sepasang biji mata Siauw Giok Tjing berputar-putar, melihat gadis itu merandek tak tertahan tanyanya: "Kenapa???"
"Bukankah kau tidak tega untuk meninggalkan aku??" seru gadis cantik pengangon kambing dengan berganti nada.
Pada mulanya Siauw Giok Tjing kelihatan agak kecewa, tetapi mendadak ia mengangguk berulang kali, sembari memeluk tubuh gadis pengangon kambing, meledaklah suara tangisan sekeras-kerasnya.
Tangisannya sangat menyedihkan. . . .
Selama satu tahun ini antara gadis cantik Pengangon kambing dengan Siauw Giok Tjing telah memupuk suatu hubungan yang sangat erat, ketika dilihatnya pada saat ini gadis she Siauw menangis dengan sedihnya tanpa dirasa gadis cantik pengangon kambing pun ikut melelehkan air mata.
Hiburnya dengan suara halus: "Enci Tjing, janganlah menangis lagi rahasia hatimu akan kuusahakan untuk membantu dirimu."
Siauw Giok Tjing tetap menangis sedih.
"Sudahlah enci Tjing jangan menangis lagi!" kembali Lie Wan GioK menghibur. "Hari sudah hampir terang tanah, kita pun harus pergi istirahat untuk kumpulkan tenaga kembali. Coba kau lihat mereka berdua sedang memandang kita dengan mata terbelalak lebar-lebar, jika kita tidak berhenti menangis tentu. akan digoda oleh mereka berdua."
Setelah mendengar ucapan dari si gadis cantik pengangon kambing ini Siauw Giok Tjing baru berhenti menangis dan melirik sekejap kearah kawannya dengan wajah jengah, setelah mengusap kering air matanya beberapa saat ia duduk termenung. "Mari kita kesana! ajak Lie Wan Giok kemudian setelah sigadis she Siauw tidak menangis lagi, "Kau tunggu saja, aku tentu akan membantu dirimu"
Ketika kedua orang gadis itu balik lagi kemeja perjamuan, baik Liem Tou maupun Oei Poh dapat melihat jikalau mereka berdua barusan saja menangis.
Sepasang mata Oei Poh dengan mendelong perhatikan wajah Siauw Giok Tjing tiada hentinya, seluruh tubuh kelihatan gemetar keras.
Liem Tou yang menemukan hal itu buru-buru bertanya dengan hati cemas: "Oei-heng, kenapa kau? Apakah lukamu terasa amat sakit susah ditahan??"
Oei Poh menggeleng, dengan sedih ia tundukan kepalanya rendah-rendah mulut membungkam dalam seribu bahasa.
Walaupun Liem Tou mengulangi kembali pertanyaan itu tidak juga berhasil ia orang memperoleh jawaban yang memuaskan hati, terpaksa kepalanya berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing untuk menanyakan persoalannya.
"Tjing-moay rada baikan bukan? Kenapa tadi ia lelehkan air mata?? Agaknya Oei-heng pun merasa hatinya sedih, apa sebetulnya yang telah terjadi ? Aku sungguh tidak paham, Wan-moay dapatkah kau beritahu urusan ini kepadaku??"
"Pokoknya hatimu sudah paham, perlu apa pura-pura berlaku bodoh ??" seru si gadis cantik pengangon kambing sambil mengerling sekejap kearah Liem Tou. "Kuberitahu kepadamu, jikalau kau berbuat salah kepada orang, maka akupun tak akan perduli dirimu lagi! Enci Tjing, mari kita pergi beristirahat !"
Kedua orang itu bersama-sama bangun berdiri dan masuk kedalam kamar tinggal Siauw Giok Tjing. Liem Tou yang dikatai demikian oleh Sigadis cantik pengangon kambing otaknya jadi kebingungan tujuh keliling ia tidak mengerti apa maksudnya gadis itu berkata demikian.
Setelah meneguk arak seorang diri, terpaksa uiarnya kepada diri Oei Poh. "Oei-heng, mari kitapun pergi tidur jangan perduli lagi mereka sedang mempersiapkan permainan setan apapun,"
Oei Poh menggeleng, wajahnya mendadak berubah serius. "Liem-heng, apakah kau tidak tahu apa sebabnya Tjing
moay jadi begini? . .."
"Siapa yang tahu ? ?" Liem Tou dengan cepat menggeleng, "Apakah kau tahu ? Hati perempuan bisa berubah dengan seribu macam persoalan, aku tidak punya waktu yang demikian luang untuk meraba maksud hati mereka mereka itu."
"Aaaai . , ! Liem-heng adalah seorang lelaki sejati yang berpendirian lurus, tidak mungkin Kau bisa memiliki maksud jahat mengikuti napsu." kata Oei Poh sambil menghela napas panjang, "Tentang ini aku Oei Poh merasa sangat kagum cuma, bila kau ingin mengetahui rahasia hati gadis itu sebetulnya tidak susah, aku mau bertanya kepadamu antara Hudjienmu sigadis cantik pengangon kambing dengan Tjing- moay pada masa yang lalu apakah pernah berkenalan satu sama lainnya ? ?"
"Mengapa Oei-heng menanyakan persoalan ini?" sahut Liem Tou seraya melirik sekejap diri Oei Poh dengan pandangan mata penuh curiga, "Menurut apa yang aku ketahui, mereka belum pernah saling berkenalan ..."
"ah itulah dia !" kata Oei Poh sambil mengangguk sedih. "Jikalau mereka tidak pernah saling kenal, mengapa Tjing- moay suka menjagakan hujienmu selama satu tahun lebih? Bukankah kejadian ini menyimpang dari kebiasaan? Sekarang seharusnya kau sudah mengerti bukan ...??" Liem Tou merasakan hatinya tergetar keras, tetapi dengan nada masih belum paham tanyanya kembali;
"Apa yang berhasil aku pahami??"
"Ia suka menjaga Hujienmu selama setahun lamanya tanpa mereka pernah saling kenal mengenal satu sama lain, kesemuanya ini karena dirimu ..." seru Oei Poh sambil perlihatkan senyuman getirnya.
Tubuh Liem Tou tergetar semakin keras sekarang ia telah paham apa sebenarnva yang telah terjadi wajahnya berubah kenes dan memberat.
"Mana mungkin bisa terjadi peristiwa semacam ini Oei- heng, kau jangan bergurau!"
Walaupun diluaran ia berkata demikian dalam hatinya teringat kembali akan pemandangan sewaktu ia bersama- sama Siauw Giok Tjing menanggung susah bersama-sama didalam ruangan berbatu dalam lembah Mati Hidup, bahkan waktu itu secara terbuka Siauw Giok Tjing telah menyatakan cintanya, sekalipun belum ia terima cinta tersebut tapi waktu itupun belum ia tolak.
Siauw Giok Tjing tak dapat melupakan cintanya hal ini sudah merupakan suatu yang jamak ditubuh sesama manusia, terutama sekali kerelaan berkorban untuk melindungi keselamatan sigadis cantik pengangon kambing selama hampir satu tahun, makin membuat pemuda she Liem ini merasa berterima kasih, disamping memperlihatkan betapa mulia serta sucinya cinta kasih Siauw Giok Cing kepadanya.
Ketika Oei Poh melihat Liem Tou rada tidak gembira. alisnya segera berkerut, seraya tertawa getirnya.
"Liem-heng, ucapan yang kuutarakan setiap patah kata sesuai dengan kenyataan, bahkan kuutarakan sejujurnya, harap Liem-heng jangan menyia-nyiakan harapan yang datang dari suatu tempat ribuan lie jauhnya dari sini." Tetapi Liem Tou tetap menggeleng.
"Aku masih tidak mengerti aoa maksud dari ucapanmu ini??? belum pernah aku berpikir sampai disitu. hal ini tak dapat kuterima."
Mendengar jawaban dari Liem Tou ini mendadak air muka Oei Poh yang pada mulanya serius kini berubah memberat, sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam melototi diri Liem Tou tak berkedip,setengah harian lamanya la membungkam,
Akhirnya dengan suara serak bentaknya.
"Liem Tou! ternyara kau adalah seorang manusia rendah yang melupakan budi serta cinta orang. kini aku Oei Poh mewakili Tjing-moay meminang dirimu. mengapa kau tolak pinangan ini? Hm! jika kau tolak lagi permintaanku ini, akan kubunuh dirimu !"
Liem Tou sama sekali tak menyangka Oei Poh bisa bertindak demikian, ia terperanjat dan meloncat bangun seraya melototi Oei Poh dengan pandangan mendelong.
"Oei-heng, kau jangan ikut campur didalam urusan ini." Serunya capat. "Apa yang kau andalkan untuk mewakili dirinya meminang diriku ?? apalagi aku sudah punya entji Ie serta Adik Wan, dua orang istri sudah lebih dari cukup, buat apa mencari istri yang ketiga lagi?"
"Aku dengan Tjing-moay boleh dihitung sebagai saudara seperguruan, kenapa aku tidak boleh mewakili dirinya ??" Dengus Oei Poh dingin. "Jangan dikata sekarang kau memiliKi dua orang istri, asalkan Tjing-moay mencintai dirimu. sekalipun kau sudah punya sepuluh Orang istripun tetap harus kau terima juga tawaranku ini, Eei ! sekarang kau jawab, mau atau tidak?"
Mendadak Liem Tou mendongak dan tertawa tergelak, suaranya keras menggetarkan seluruh rusngan kedai tersebut. "Oei-heng, urusan sebesar ini mana boleh dipaksakan!" ujarnya sepatah demi sepatah.
Sepesang mata Oei Poh melotot bulat-bulat sehingga hampir boleh dikatakan berapi-api.
Mendadak Liem Tou membentak keras di ikuti bayangan tubuhnya laksana sambaran kilat melayang keluar dengan menerobs melalui jendela.
Seperminum teh kemudian ...
"Braaakk!" dari luar jendela terlempar masuk sesosok bajangan tubuh manusia yang berat sehingga membuat meja kursi tergetar keras saking besarnya bantingan itu. Kemudian disusul munculnya Liem Tou dari belakang.
Ketika Oei Poh melihat diatas badan pemuda she Liem yang telanjang secara samar-samar mengucurken keringat, tak kuasa lagi ia melirik pula kearah orang yang terbanting diatas tanah.
Kiranya orang itu adalah seorang hweesio gundul.
"Bangsat gundul, lihay betul kau! tenaga singkang yang kau miliki tidak berada dibawah Kauwcumu, aku harus baik-baik memerseni dirimu dengan beberapa kali bogem mentah!" Teriak Liem Tou dengan wajah penuh kegusaran seraya melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Oei-heng ! persoalan tadi tidak usah dibicarakan lagi, aku takut bila diteruskan malah kedua belah pihak sama-sama merasa tidak gembira".
Oei Poh mendengus dingin, mendadak ia pejamkan matanya tidak menggubris lagi.
Melihat pemuda she Oei sudah tidak ribut lagi Liem Tou bangun mencengkeram badan si hweesio yang dibanting keatas tanah tadi. "Aku mau bertanya kepadamu dan kau harus menjawab dengan sejujurnya, jikalau kau berani bicara setengah patah saja kata-kata bohong Hmm. segera akan kuberikan suatu kematian yang mengerikan bagimu tanpa tempat penguburan yang layak." bentaknya keras-keras. "Ayo cepat jawab apa kedudukanmu didalam perkampungan Sin Beng Kauw??"
Sembari bertanya kakinya laksana kilat melancarkan satu tendangan menghajar tubuh hweesio itu disamping tangan kirinya dengan cepat mengirim dua buah totokan sekaligus.
Hweesio itu kontan muntahkan segumpal riak kental, kendati bisa berbicara badannya tetap tak berkutik.
Terdengar orang itu mendengus berat, lalu melengos dan tidak menjawab.
Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya.
"Ayoh jawab?" teriaknya kembali. "Apa kedudukanmu didalam perkumpulan Sin Beng Kuaw ??"
Hweesio itu tetap tak berkutik.
Melihat orang itu keras kepala Liem Tou segera berjalan menghampri mendadak tangannya cengkeram ketiak orang itu keraskeras'
Seluruh tubuh si hweesio gemetar keras, wajahnya yang gemuk merah padam mendadak berubah menjadi pucat pasi bagaikan mayat, keringat dingin sebesar kacang kedelai mengucur dengan derasnya. Tetapi ia masih tetap menggertak giginya tidak menjawab.
Sejak Liem Tou tersadar diri pingsannya didalam lembah berkabut tempo dulu. napsu membunuh sudah meliputi wajahnya. Ia mengetahui bagaimana bahaya serta liciknya dunia persilatan dan semua kejadian tak dapat dibayangkan oleh manusia baik-baik. Apalagi sihweesio ini sangat keji sekali, ternyata ia membawa sekotak dupa mabok yang terkutuk. Walaupun demikian jikalau bukan ia menemulan hal ini dengan cepat dan dupa itu keburu dilepaskan maka seluruh penghuni kedai akan keracunan.
Liem Tou mengerti menghadapi manusia semacam ini tak boleh diampuni lagi, tenaga cengkeramannya ditambah dengan satu bagian. Seluruh wajah hweesio itu dari pucat kini berubah jadi hijau membesi, keempat anggota badannya mulai kaku tak dapat bergerak, siksaan melemaskan tulang memindahkan urat macam begini merupakan suatu penyiksaan yang tak akan tahan oleh siapapun juga.
Akhirnya dengan suara serak serunya. "Lepaskan dulu diriku, aku akan bicara !"
Liem Tou yang mendengar hweesio itu menyerah, segera lepas tangan.
"Aku adaleh siangcu dari bagian pelaksana hukuman didalam perkumpulan Sin Beng Kauw."
"Hmmm ! Sudah berapa banyak orang yang telah kau bunuh ? ?"
"Tidak ingat !"
"Hmmm ! Membunuh orang tak terhitung banyaknya. ini hari kaupun seharusnya cepat-cepat tinggalkan dunia ini."
Pemuda itu merandek sejenak. setelah berganti napas tambahnya:
"Apa yang hendak dilakukan pihak perkumpulan Sin Beng Kauw menghadapi diriku??"
"Besok kau bakal tahu sendiri!"
Mendadak Liem Tou merasakan racun yang dihisap masuk kedalam dadanya secara lapat-lapat mulai kambuh lagi, ia tidak banyak bicara lagi diangkatnya hweesiO itu keluar dari kedai dan menuju kebawah sebuah bukit seratus tombak jauhnya dari tempat semula, kemudian kepada hweesio itu jengeknya:
"Eeei.. .hweeiio gundul, aku akan hantar kau menuju ketempat terakhirmu!"
Tidak menunggu jawaban dari orang itu lagi telapak tangannya tanpa menimbulkan sedikit suarapun didorong kemuka kemudian Liem Tou putar badan dan tinggalkan tempat itu dengan keadaan tenang.
Kurang lebih seperminum teh kemudian dari luar kedai baru kedengaran suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggemparkan seluruh angkasa ditengah malam buta.
Keesokan harinya jenasah hweesio itu baru ditemukan orang menggeletak dengan darah mengalir keluar diri tujuh lubangnya.
Sekembalinya Liem Tou kedalam kedai, si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang baru saja terbangun,
"Apa yang sedang berlangsung?"
"OOOUW. . urusan sudah berlalu hanya seorang hweesio yang tak tahu diri datang mencari satori." Sahut Liem Tou hambar,
Selesai berkata tanpa perduli mereka lagi segera duduk bersemedi untuk atur pernapasan. Ia berusaha mendesak keluar racun yang mengeram ditubuhnya.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing tak dapat berbuat apa-apa lagi. terpaksa mereka kembali kekamar untuk beristirahat.
Malam itu tak terjadi peristiwa lagi, keesokan harinya ketika Liem Tou selesai bersemedi ia merasakan badannya segar luar biasa, Si gadis cantik penganton kambing serta Siauw Giok Tjing yang tidur bersama-sama itu pun muncul kembali dengan gembiranya, mereka bergurau dan tertawa, hanya tinggal Oei Poh seorang duduk membungkam, wajahnya kelihatan amat sedih.
Untuk menghilangkan kekesalan tersebut ia meneguk arak bermabok-mabokan.
Liem Tou pun tidak menggubris dirinya lagi' ia melakukan pekerjaannya sendiri tanpa banyak bicara.
Penduduk disekitar tempat itu tak ada yang tidak kenal sihweesio Siangcu bagian pelaksana hukuman dari Sin Beng Kauw dan rata-rata pada jeri pula terhadap dirinya, setelah menemukan kematiannya dengan tujuh lubang mengucurkan darah hitam mereka baru percaya apabila perkumpulan Sin Beng Kauw benar2 sudah musnah, ketika itulah buru-buru mereka benahi barang siap berlalu.
Ketika siang hari sudah tiba saat Liem Tou sekalian sedang tersantap mendadak seorang anggota Perkumpulan Sin Beng KauW muncul didepan pintu serta angsurkan sebuah sampul surat, diam-diam Liem Tou berpikir dalam hatinya;
"Aiaahh. ! kiranya apa yang diucapkan hweesio gundul itu kemarin bukanlah kata-kata bohong belaka."
Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu setelah masuk kedalam kedai tanpa mengucapkan sepatah katapun segera angsurkan sampul surat itu ketangan Liem Tou,
Ketika pemuda itu membaca isinya ternyata tidak lain hanya merupakan surat tantangan Boe Beng Tok-su kepadanya tiga hari kemudian untuk berjumpa dilembahh Boe Beng Kok.
Setelah membaca surat tersebut Liem Tou tertawa dingin. kepada anggota Sin Beng Kauw itu seraya berpaling ujarnya: "Saat ini tentunya kauwtju kalian sudah meninggalkan lembah tempat kediamannya bukan??"
Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu mengangguk Kembali Liem Tou tertawa dingin.
"Heee. . . hee. . . hee. . . aku berani menduga seratus persen ia pergi mencari bala bantuan, tapi aku tak akan takut siapapun yang dimintai bantuannya ! eeei. . . tahukah kau kemana ia pergi?"
Anggota Sin Beng Kauw itu menggeleng mendadak mulutnya dipentang lebar-lebar sehingga beberapa orang itu dapat melihat jelas keadaAn yang sebenarnya.
"Oooouw. .. sungguh keji kauwcu kalian...!" tak terasa serunya tertahan dengan hati terperanjat.
Kiranya lidah anggota Sin Beng Kauw itu sudah dipotong sehingga sudah tentu saja tidak dapat berbicara.
Akhirnya Liem Tou menghela napas panjang. ia ulapkan tangannya sambil berkata: "Kau pulanglah, beritahu pada mereka, perduli siapa yang akan mereka undang, aku Liem Tou sampai waktunya tentu akan datang di tempat yang telah dijanjikan, disamping itu aku perlu beritahu padamu, jikalau kau ingin mempertahankan jiwamu gunakanlah kesempatan ini cepat-cepat tinggalkan lembah Boe Beng Kok !"
Anggota Sin Beng Kauw tersebut meng-angguk2 dan segera berlalu.
Tiga hari Kemudian walaupun luka Oei Poh sudah sembuh tapi belum dapat digunakan untuk bertempur, setelah Liem Tou berpikir sebentar akhirnya ia berkata;
"Oei-heng ! Rasanya ditempat ini ada aku. Tjing-moay serta Wan-moay sudah cukup untuk menghadapi anggota Sin Beng Kauw, aku mengusulkan agar untuk sementara kau suka berangkat kegunung Hi MO san di Tjing Shia untuk mencari entji Ie ku dan sampaikan kata-kataku agar ia suka menyerahkan tiga laksa tahil perak kepadamu sebagai biaya pendirian kembali perusahaan Tjing Liong Piauw-kiok bagaimana ?"
Oei Poh lama sekali membungkam. mendadak ia melirik sekejap kearah Siauw Giok Tjing kemudian menoleh lagi kearah Liem Tou.
"Boleh sih boleh" sahutnya. "Tapi apakah kau sudah menyetujui permintaanku ?"
Liem Tou menggeleng.
Mendadak air muka Oei Poh berubah hebat, bentaknya keras:
"Liem Tou kau benar-benar seorang yang berhati hitam aku Oei Poh tak bakal sudi menerima uangmu itu!"
Saat ini Liem Tou pun sudah penuh diliputi Oleh hawa gusar. teriaknya penuh kemarahan,
"Oei Poh! kau memaksa orang berbuat sesuatu hal yang tak mungkin. dikolong langit mana ada urusan macam begini??".
Bagaikan manusia kelaparan Oei Poh meloncat kedepan sepasang telapak berkelebat berbareng membabat tubuh Liem Tou.
"Aku tidak mau tahu!" teriaknya keras. "Jika kau tidak setuju. aku akan bunnh dirimu."
Liem Tou menyingkir kesamping untuk berkelit. saking khekinya seluruh tubuh gemetar keras.
Gadis cantik pengangon kambing buru-buru menarik Liem Tou kesamping. serunya cemas:
"Oei-heng kenapa kau bentrok lagi dengan engkoh Liem. bahkan bergebrak pula menggunakan kekerasan??"
"Kau tanyalah sendiri kepadanya ." Sahut Liem Tou sambil gelengkan kepalanya. "Selama hidup belum pernah kujumpai manusia yang tidak pakai aturan macam kau."
Oei Poh tidak mau kalah, iapun mendengus berat-berat. "Terhadap manusia tidak berbudi macam kau, seharusnya
sudah mati sejak berada di gunung Tjing Shia".
Melihat kedua orang itu saling berbentrok kembali Siauw Giok Tjing mendepak-depakkan kakinya keatas tanah.
"Hey. apa sebab sebenarnya sehingga kalian berdua bentrok lagi??" teriaknya penuh kegusaran. "Bukankah kemarin malam kalian masih saling bersahabat??", Seraya berteriak matanya melototi.
Oei Poh masih ngotot dan tetap berteriak keras; "Liem Tou. kau sungguh-sungguh tidak mau?"
"Tidak!"
Mendadak ia teringat mengapa Oei Poh begitu ngotot memaksa ia untuk menerima permintaannya?? bukankah tindakannya ini sangat bertentangan dengan kehendaknya?? apa pula gunanya ia mengadu jiwa hanya demi kebahagian Siauw Giok Tjing??
Setelah berpikir sampai disitu seluruh tubuhnya baru bergetar keras, diam-diam ia berseru tertahan dan jadi paham kembali.
"Ooouw . . .! Kiranya begitu, sungguh tidak kusangka kesemuanya ini hanya disebabkan bibit-bibit cinta, orang she Oei ini terhadap diri Giok Tjing dengan tindakannya ini membuktikan betapa cintanya dia terhadap Siauw Giok Tjing, hanya sayang Siauw Giok Tjing tidak mencintai dirinya, sehingga karena itu ia bermaksud membahagiakan gadis pujaannya dan memaksa aku menerima pinangnya,"
Kepalanya seperti diguyur dengan sebaskom air dingin. hatinya merasa kecewa terhadap seorang yang suka berkorban demi cinta kekasihnya ia bersikap begitu kasar, bukankah hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat keterlaluan ?
Tanpa terasa wajahnya jadi melunak kembali, lama sekali ia pandangi wajah Oei Poh! Akhirnya dengan rada rendah katanya;
"Oei-heng jangan marah dulu, sekarang aku mengetahui semua soal tersebut, siauwte merasa sangat kagum terhadap tindakan Oei-heng dan dengan ini kau mohn maaf pula terhadap kekasaran serta kelancanganku tadi, tapi kaupun harus tahu urusan ini bukan sembarangan waktu bisa diputuskan, aku lihat lebih baik Oei-heng pulang dulu ke Tzian menanti aku sudah menyelesaikan urusan ini dan pergi mencari Tian Pian Siauw tju dan menolong Hong susiok, urusan ini baru dirundingkan kembali."
Oei Poh yang mendengar ucapan dari Liem Tou ini kembali merasakan badannya gemetar keras, bersamaan itu pula ia menghembaskan napas panjang, seraya memandang Liem Tou ia mengangguk berulang kali dan tersenyum.
Kendati begitu dari senyumnya itu Liem Tou dapat melihat perasaan pedih, terima kasih serta kepiluan hatinya, hanya hawa gusar sudah tidak menghiasi wajahnya lagi.
Tanpa perduli ada sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing disana lagi, dengan penuh rasa mesra Liem Tou berseru,
"Oei-heng !"
Tiba-tiba pemuda she Oei meloncat sembari putar badan, diiringi suara gelak ketawa yang panjang ia berkelebat keluar dari ruangan tersebut.
"Liem Tou. begitulah baru mirip suatu ucapan lelaki, tetapi kau harus ingat sampai waktunya apabila kau belum juga menyetujui.. . Hmm ! akan kubunuh dirimu." Ujung kaki dari kayunya sedikit menggenjot tanah. badannya segera melayang pergi dan didalam waktu yang amat singkat telah lenyap tak berbekas.
Sepeninggalnya Oei Poh, Liem Tou berdiri termangu-mangu seorang diri. sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang tidak tahu peristiwa apa yang telah terjadi hanya bisa berdiri sambil memandang Liem Tou dengan termangu-mangu.
Benak pemuda she Liem ini penuh dilipuii berbagai persoalan, makin lama ia makin melamun. . , makin melamun makin jauh. . .
Tiba-tiba dengan perasaan terkejut ia tersadar kembali dari lamunannya dan bangun berdiri.
"Kita sudah waktunya, mari kita berangkat!" serunya ambil keputusan.
Ketiga orang itu setelah berbenah sejenak lantas berjalan keluar dari kedai dan berangkat kegunung.
"Ooouw. . .hampir-hampir saja aku melupakan satu persoalan." tiba-tiba Siauw Giok Tjing berseru.
Ia kembali lagi kedalam kedai untuk mengambil tiga batang rotan kering kemudian secara terpisah dibagikan ketangan Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing.
"Cepat ikat benda ini dipinggang, inilah rumput pemunah racun yang dihasilkan dari lembah Boe Beng Kok, kemujurannya sangat mujarab. Bila kalian terhisap bawa beracun dapatlah tutup pernapasan seraya menggigii seutas batang rotan. maka racun yang mengeram dibadan segera akan punah dengan sendirinya. bila menjumpai cairan beracun gunakanlah rotan ini sebagai alat senjata cambuk."
Liem Tou, sigadis cantik pengangon kambing tanpa banyak cakap lagi segera menerima benda tadi dan diikatnya diatas pinggang. kemudian mereka bertiga dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh berkelebat menuju kedalam lembah Boe Beng Kok.
Waktu itu sang surya telah berada di sebelah Barat. cahaya keemas-emasan masih menyinari seluruh jagad dengan terangnja. dalam keadaan seperti ini ketiga orang itu tidak berani berjalan melalui jalanan besar. setelah melewati beberapa puncak gunung yang tinggi mereka langsung menuju puncak gunung didekat lembah Boe Beng Kok,
Ketika mereka bertiga sudah berdiri diatas puncak, Siauw Giok Tjing seraya menuding atap bangunan yang berjejar-jejar ia memberi penjelasan tentang letak dari markas besar perkumpulan Sin Beng Kouw terutama sekali istana Boe Beng Tien yang merupakan tempat peristirahatan sang Kauwtju.
Disamping itu gadis she Siauw inipun memberi petunjuk tentang letak dari alat-alat rahasia yang disebut 'Naga Berpekik Bangau Berteriek' serta '"Harimau Mengaum Monyet Menjerit".
Ketika Siauw Giok Tjing selesai memberikan penjelasan, sang surya telah lenyap di ufuk Barat sedang haripun semakin gelap.
Ujarnya Liem Tou waktu itu "Kita boleh segera berangkat
!".
Siapa sangka pada waktu itulah dari dalam lembah
berkumandang keluar suara jeritan panjang yang memekikkan telinga.
Mendengar suara itu air muka sigadis cantik pengangon kambing berubah hebat, tanpa terasa ia menutupi sepasang telinganya dengan tangan.
Sedangkan Liem Tou serta Siauw Giok Tjing sendiripun merasa ikut terperanjat, karena dengan andalkan kesempurnaan tenaga sinkang yang mereka miliki pada saat ini telinganya ikut merasa bergetar, ini membuktikan bila tenaga sinkang yang dimiliki orang itu telah mencapai puncak kesempurnaan yang susah dilukiskan lagi.
"Tunggu dulu !" Liem Tou segera tukar pendapat, "Sungguh aneh sekali, jelas suara ini bukan berasal dari Boe Beng Tok-su, tapi suara siapa ? kalau didalam lembah Boe Beng Kok pun telah kedatangan manusia macam ini, maka peristiwa yang bakal kita hadapi sangat menakutkan sekali."
Baru saja dia menyelesaikan perkataannva suara suitan kedua sudah berkumandang kembali dari dalam lembah, dalam sekejap mata dari sebuah bangunan rumah dibawah lembah tersebut muncul segerombolan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang mencekal senjata tajam.
Anggota Sin Beng Kauw yang munculkan diri itu kurang lebih berjumlah dua tiga ratus orang banyaknya. hal ini kontan membuat Liem Tou berseru tertahan.
"Kiranya didalam tiga hari ini mereka sedang mengundang balik seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang berada dicabang-cabang maupun ranting-ranting diseluruh dunia persilatan untuk bersama-sama menghadapi musuh, kalau tidak dari mana munculnya anggota sin Beng Kauw sedemikian banyaknya ??"
Air muka Liem Tou berubah makin serius ia teringat kembali akan peristiwa sewaktu ia mengunci tangannya diatas puncak gunung Tjing Shia, hatinya bergidik sehingga tidak kuasa lagi ia jatuhkan diri berlutut diatas tanah dan mulai menjura beberapa kali kearah langit.
Sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang tak mengerti mengapa pemuda itu berlutut diatas tanah, bersama-sama berseru tertahan dan mundur selangkah kebelakang.
"Iih. engkoh Liem. kenapa kau ?" Liem Tou tak perduli teguran mereka, ia tetap berlutut dan angguk-anggukan kepalanya menghadap kelangit, wajahnya penuh dihiasi oleh kepiluan hati yang belum pernah tercermin dalam benaknya.
"Apakah inilah yang dinamakan takdir terdengar ia bergumam seorang diri. "Misalnya takdir menghendaki demikian, aku Liem Tou tak dapat menghalanginya lagi malam ini jika aku Liem Tou akan melakukan pembunuhan secara besar-besaran, tapi tindakanku ini mungkin mendatangkan kemarahan Thian terhadap diriku ?"
Sigadis cantik pengangon kambing adalah seorang berhati welas asih, sehabis mendengar gumaman tersebut wajahnya kontan kelihatan amat sedih. Lain halnya dengan Siauw Giok Tjing, ia segera membantah ;
"Tidak ! engkoh Liem, selama setahun ini perkumpulan Sin Beng Kauw dengan andalkan racunnya yang ganas telah mendatangkan bencana buat dunia persilatan, beruntung sekali rencana yang besar ini belum sampai merambat ke- mana2. jikalau tidak kau lenyapkan mulai saat ini, hendak kau tunggu sampai kapan ? apakah kau ingin menunggu setelah pengaruh mereka makin meluas baru bekerja? saat itu Kau terlambat sudah."
"Perkataanmu memang benar. tetapi mungkinkah tindakanku ini bakal menimbulkan akibat yang jauh lebih besar
?"
'Bagaimanapun juga mereka adalah anggota Sin Beng Kauw, siapa yang menjadi anggota Sin Beng Kauw dia harus mati".
Liem Tou melongak melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing ia temukaa wajah gadis itu penuh diliputi dengan napsu membunuh. hal ini belum pernah ia temui selama ini.
Sepasang mata dari gadis she Siauw pada saat ini dengan pancarkan cahaya tajam sedang melototi dirinya, ketika sinar mereka sama-sama bentrok menjadi satu hati mereka berdua kontan terasa bergidik. karena masing-masing pihak menemukan bila pihak lawannya telah dipenuhi oleh napsu membunuh,
"Dosa!" diam2 Liem Tou berseru di dalam hatinya.
Dari berlutut ia jadi duduk bersila, bisiknya lirih: "Tjing- moay! Wan-moay! untuk sementara waktu kalian berdua nonton saja dari atas puncak ini. biarlah aku turun seorang diri!"
Sepasang matanya dipejam kemudian mulai mengatur pernapasan dan semedi sebagai persiapan dalam menghadapi suatu pertempuran yang bakal terjadi dengan sengitnya.
Tiba-tiba Siauw Giok Tjing merasakan hatinya sedikit bergerak. iapun duduk bersila.
"Tidak!" serunya cepat. "Kita harus menggertak dulu pihak mereka sehingga semangat serta kepercayaan pada diri sendiri dari anggota Sin Beng Kauw pecah dan hancur. dengan demikian pekerjaan kita boleh dihitung sudah sukses separuh. atau mungkin dengan demikian kita bisa mengurangi jumlah pembunuhan yang harus kita lakukan, wan-moay, kau baik- baiklah berada dipuncak ini sembari menjagakan kalangan pertarungan dari bokongan manusia-manusia tidak tahu malu."
Perempuan inipun pejamkan matanya sehabis mengucapkan kata-kata itu. napasnya mulai diatur dan hawa murni disalurkan mengelilingi seluruh anggota badan,
Sigadis cantik pengangon kambing yang melihat kejadian ini hanya bisa merasakan jantungnya berdebar sangat keras, tanpa terasa muncullah bayangan sebagai apa yang dikatakan; 'Darah mengalir bagaikan sungai, mayat bertumpukan bagaikan bukit'. Hatinya bergidik, mendadak ia teringat kembali dengan pemandangan yang mengerikan sewaktu ayahnya dibunuh, selapis napsu membunuh kontan menyelimuti seluruh wajahnya, ia ikut duduk bersila dan mengikuti pelajaran kitab pusaka Toa Loo Tjin Keng mulai salurkan hawa murninya.
Segulung angin gunung yang membawa hawa napsu membunuh tertiup lewat sepoi-sepoi, dedaun mulai berguguran memenuhi permukaan tanah karena waktu itu adalah musim gugur.
Dipuncak sebelah sini lembah Boe Beng Kok duduklah tiga orang muda dengan wajah seram, suatu pertumpahan darah segar akan berlangsung dengan ketiga orang itu memegang sebagai peran utama. Inikah yang dinamakan Takdir ?!
Udara perlahan-lahan menggelap dan cuacapun berubah menurut perputaran alam.
Mendadak dari dalam lembah Boe Beng Kok muncul sesosok bayangan putih yang di i' uti B .e Bong Tok su dengan w»jah ya,?g jaib lebih dingin dari pada tiga tahun berselang munculkan dirinya ditengah kalangan. Sembari tertawa tergelak ia berseru:
Liem Tou, kau angcao kami tidak berhasil temukan jejakmu
? aku sudah lama menantikan kedatanganmu."
Liem Tou, Siauw Giok Tjing serta si gadis Cantik pengangon kambing setelah mengatur pernapasan beberapa saat, semangatpun telah pulih kembali seperti sedia kala. mendengar «e akan ita perlahan-lahan mereka buka mata dan bangun berdiri.
Cahaya mata yang dipancarkan ketiga orarg itu dalam detik ini begitu tenang halus dan ramahh.
"Mari kita turun !" ajak Liem Tou kemudian dengan suara yang tenang dan kalem.
Mendadak .... "Iiih !" sigadis cantik pengangon kambing berseru tertahan.
Buru-buru Liem Tou dan Siauw Giok Tjing berpaling dilihatnya beratus-ratus orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang ada didalam lembah telah membentuk suatu barisan yang aneh, setiap barisan begitu tertatur dan kouat sekali pertahanannya.
Ketika itulah tampik sesosok bayangan putih laksana kilat meluncur naik keatas puncak.
Terutama sekali gerakan bayangan putih itu bagaikan sebuah benda bulat saja, menggelinding datang laksana sambaran kilat.
"Hati-hati!" seru Liem Tou kasih peringatan.
Dalam sekejap mata kedua sosok bayangan tersebut telah tiba diatas puncaK, mereka berhenti kurang lebih tiga tombak dihadapan ketiga orang itu.
Kiranya mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok-su serta seorang kakek tua berambut putih beralis putih yang berperawakan pendek lagi gemuk, jubah yang dikenakan pun berwarna putih sehingga jika dilihat dari tempat kejauhan persis segumpal bola putih.
Setibanya dihadapan ketiga orang itu. dengan pandangan yang dingin Boe Beng Tok-su menyapu sekejap wajah mereka kemudian perlihatkan suatu senyuman yang sangat, ujarnya ringan,
"Liem Tou, jikaiau kau tak ingin turun dari lembah ini, terpaksa aku dengan Sing Lootjianpwe datang kemari menjumpai dirimu, kau dapat memperoleh pandangan yang istimewa dari Sing Lootjianpwe boleh dikata kau merupakan satu-satunya orang yang paling beruntung selama empat puluh tahun ini".
Sekali lagi Liem Tou memperhatikan wajah sikakek tua berjubah putih, ia temukan walaupun orang tersebut sudah tua tetapi wajahnya putih kemerah-merahan seperti wajah bocah cilik, diam-diam hatinya merasa terperanjat.
"Sing Locianpwee!" tegurnya tenang. "Belum pernah kudengar dalam dunia persilatan ada manusia macam kau".
Sekali lagi Boe Beng Tok-su tertawa.
"Sekalipun kuberitahu kepadamu siapakah sebenarnya Sing Lootjianpwee ini, rasa2nya sutjouw dari Pouw siangtju sakti Suo Kut Mo Pian pernah kau dengar namanya bukan? masih ada lagi ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang kau pernah mengetahuinya bukan?"
Liem Tou sangat terperanjat, tanpa terasa tangannya dibentang untuk merintangi Siauw Giok Tjing serta sigadis cantik pengengon kambng yang ada disisinya untuk maju lebih kedepan
ia sendiripun mundur selangkah kebelakang belum sempat memberi jawaban si Boe Beng Tok-su sudah menyambung lagi sambil tertawa;
"Thiat Bok, Tji Liong. Hong Im beserta angkatan yang lebih muda setingkat Pouw Sauw Ling telah terluka semua ditanganmu, coba kau pikir perlukah Loocianpwee ini datang sendiri untuk menjumpai dirimu??"
Maksud kegunaan dari Boe Beng Tok-su berkata demikian bukan lain adalah dikarenakan ia ingin antara Liem Tou dengan sikakek berjubah putih ini Suo Kut Mo Pian terjadi bentrokan secara langsung. ia ingin mengandalkan kekejian serta ketelengasan si Suo Kut Mo Pian yang telah menggemparkan seluruh dunia persilatan pada masa yang silam menekan diri Liem Tou bahkan kalau dapat melenyapkan dari muka bumi ini.
Sedikitpun tidak salah, baru saja Boe Beng Tok-su menyelesaikan kata-kata tersebut diatas selembar wajah Suo Kut Mo Pian, yang masih kebocah-bocahan terlintas perasaan murung serta kesal yang tebal. tapi kekesalan tersebut hanya berkelebat sekejap saja kemudian pulih kembali seperti sediakala, sunyuman menghiasi bibirnya,
Senyuman ini seketika itu juga mendatangkan rasa bergidik bagi Liem Tou sekalian, mereka merasakan suatu perasaan yang aneh timbul dalam dasar hatinya.
Tetapi bagaimanapun juga dengan kesempurnaan tenaga sinkang yang dimiliki Liem Tou, akhirnya ia berhasil juga menekan rasa tak enak yang bergelora didalam dadanya, kepada Suo Kut Mo Pian ia segera menjura memberi hormat.
"OOOUW. . . kiranya yang datang adalah Sing Loocianpwee yang namanya telah tersohor diempat samudera, maaf, maaf.
.."
Mendadak satu ingatan bagus berkelebat didalam benaknya, seraya tersenyum ringan sambungnya; "Sungpuh tak kusangka Sing Lootjianpwee suka mendatangi lembah Boe Beng Kok karena memperoleh undangan sang Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw. dengan demikian tentunya Kauwcu sudah melupakan dendam serta kesalah pahaman yang pernah dilakukan diantara Thiat Bok Thaysu dengan suhu dari Kauwcu si Tjhiet Tji Tauw Tuo pada masa yang silam !"
Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu air mukanya kontan berubah hebat,
"Liem Tou apa kau kata?" Teriaknya penuh kegusaran.
Dengan langkah lebar ia berjalan menghampiri. kelima jarinya dipentangkan mencengkeram dada Liem Tou.
Tapi belum sempat serangan itu mencapai pada sasarannya Sou Kut Mo Pian sambil tertawa cekikikan sudah menarik tangan Boe Beng Tok-su kebelakang.
"Loote ! kau berhasil mengundang datang Loohu kemari ini berarti kesalah pahaman antara suhumu dengan Thiat Bok telah dipeti eskan, buat apa kau merasa gelisah karena ada orang yang coba memanasi hatiku ditengah jalan ? luka Loote baru saja sembuh, lebih baik jangan terlalu menggunakan tenaga apalagi marah-marah, kau tonton saja kepandaian dari Loohu untuk tangkap bangsat cilik itu, Nah ! minggirlah sedikit
,"
"Sudah tentu, sudah tentu ! " seru Boe Beng Tok-su dengan sepasang biji mata berputar,
Mengikuti ucapan tersebut ia menyingkir kebelakang dan menunjukkan wajah yang mengejek menoleh kearah Liem Tou.
Liem Tou yang mendengar ucapan dari Sou Kut Mo Pian itu, tanpa ia sadari lagi seluruh perhatiannya dicurahkan kearah musuh. hawa singkang diam-diam disalurkan mengelilingi seluruh tubuh siap menantikan serangan pihak lawan.
Suu Kut Mo Pian sendiri dengan sepasang matanya yang tajam berwarna kebiru-biruan melototi wajah Liem Tou tak berkedip, tiba-tiba ujarnya dengan nada suara bagaikan bocah
;
"Liem Tou. dikolong langit pada saat ini boleh dihitung kepandaian silatmu yang paling tinggi, kau masih berusia kecil akan tetapi Kesempurnaan ilmu silatmu telah mencapai sedemikian tingginya, aku merasa sangat kagum sekali. Tiat Bok Tji Liong Ang Im serta Sauw Ling beberapa orang pada terluka semua ditanganmu, hal ini loohu tak bisa salahkan kau melainkan menyalahkan kepandaian silat mereka tidak becus, dan ini hari di antara kita berdua telah saling berjumpa satu sama lain, ini berarti pula diantara kita ada jodoh. Liem Tou ! bagaimana ??? Apakah kau sanggup menerima sepuluh jurus seranganku?"
"Hmm, setelah malam ini berjumpa dengan dia" pikir Liem Tou didalam hati. "Jangan dikata cuma sepuluh jurus sekalipun seratus ribu juruspun aku tak akan mundar !" Walaupun dihati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab sambil tertawa.
"Bilamana tjianpiwe begitu memandang tinggi diriku, boanpwee tentu saja akan menerima perintah tanpa membantah, hanya satu-satunya harapanku adalah apabila Tjianpwe suka sedikit mengalah dan jangan turun tangan jahat padaku".
"Bagus, bagus, bagus sekali."' Sekali lagi Suo Kui MO Pian tertawa cekikikan. "Bila kau bisa menyambut sepuluh jurus seranganku, aku segera akan putar badan berlalu dan sejak ini tidak akan munculkan diri kembali didalam dunia persilatan, selama hidup aku akan menjalani penghidupan yang susah di daerah bersalju yang amat dingin. kalau tidak. maka dalam kemunculanku yang kedua kalinya dalam dunia persilatan ini aku tidak bersiap untuk pulang lagi".
Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu dari samping pada mulanya perlihatkan wajah kegirangan, tetapi setelah mendengar perkataan yang teraknir mendadak senyuman girang lenyap berganti dengan wajah murung. Agaknya siapapun dapat meraba dan melihat jelas, apabila Suo Kui Mo Pian tidak suka balik lagi kegunung ini berarti kedudukan Sin Beng Kauw Kauwtju jadi sangat berbahaya sekali.
Liem Tou tidak menjawab lagi, ia perdengarkan suitan yang nyaring sehingga menggema memenuhi angkasa.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang melihat Liem Tou akan turun tangan menghadapi musuh tangguh, tanpa terasa lagi mereka bersama-sama berseru;
"Engkoh Liem, dalam menghadapi musuh yang tangguh kau harus berhati-hati dan selalu waspada".
Ketika itu Liem Tou sudah kumpulkan hawa sinkangnya dipusar, mendengar ucapan itu ia mengangguk. "Engkoh Liem!" terdengar Siauw Giok Tjing berbisik kembali dengan nada yang lirih, "Kau jangan lupa menggunakan ilmu telapak yang kau berhasil pelajari dari lembah Mati Hidup".
Sekali lagi Liem Tou mengangguk. tapi ia tidak memikirkan lebih mendalam ucapan dari Siauw Giok Tjing yang terakhir ini.
Pada waktu itu selembar wajah kebocah-bocahan dari Suo Kut Mo Pian telah berubah membesi, didalam sekejap mata air mukanya sudah terlapiskan selembar kabut tebal yang berwarna putih, bersamaan itu pula sepasang telapak tanganpun mengebulkan asap putih bagaikan kabut gunung..
..
Liem Tou yang berdiri dihadapannya seketika merasakan udara disekelilingnya ikut berubah jadi dingin sekali sehingga badan terasa bergetar keras, hatinya menjadi bergidik.
Ia tahu Suo Kut Mo Pian telah mengeluarkan ilmu 'Kioe Im Tong Tju Loh Han Ciang' nya. hanya ia tidak menyangka sebelum angin serangan dilancarkan cukup sewaktu menyalurkan tenagapun telah menimbulkan hawa dingin yang menggidikkan hati.
Pada detik inilah ia mulai menyadari apabila malam ini dirinya sudah berjumpa dengan musuh yang paling tangguh selama hidupnya, jlka ia sampai kalah ditangannya bukan saja sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang ada dihidapannya menemui bahaya bahkan seluruh umat Bu-lim pun bakal menemui bencana.
Setelah teringat apabila pertarungan malam ini menentukan siapa yang lebih unggul antara golongan Pek-to serta golongan Hek-to, pemuda she Liem ini semakin persiapkan diri lagi. Ia mengambil keputusan bagaimanapun yang terjadi ia harus menerima dulu kesepuluh jurus serangannya kemudian baru pikirkan kembali akibatnya. Ia tarik napas panjang-panjang. seluruh tenaga sinkang yang dimilikinya disalurkan mengelilingi seluruh badan. Tetapi sewaktu melihat sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing hanya berdiri tiga depa dibelakangnya, dengan wajah serius ia lantas berseru;
"Ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Keng dari tjianpwee sangat lihay. cepat mundur satu tombak lebih kebelakang seraya salurkan tenaga untuk bersiap sedia".
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing menurut, mereka mundur tiga tombak kebelakang, sepasang matanya dipentangkan lebar-lebar memperhatikan wajah Liem Tou, mereka tak berani berlaku ayal terutama sekali Siauw Giok Tjing. Tanpa terasa ia sudah cekal gagang pedang Lam Beng Kiamnya erat-erat.
Suo Kut Mo Pian pun salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh badan. mendadak dari sepasang matanya memancarkan cahaya dingin.. .
Tak, tak tak. .. berturut-turut ia maju beberapa langkah kedepan, telapak tangannya didorong kedepan mengirim sebuah serangan angin dingin yang menggidikkan hati, bersamaan itu pula terasa adanya segulung tenaga tekanan yang keras menindih datang.
Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi, tangannya diayunkan kedepan mengirim pula sebuah angin pukulan dengan menggunakan tenaga pukulan sebesar tujuh bagian.
"Braaak ..!" kedua gulung angin serangan sama-sama berbentrok untuk kemudian punah tak berbekas.
TUBUH LIM TOU serta Suo Kut Mo Pian sama-sama berdiri tak berkutik bagaikan gunung thay-san tetapi dalam bentrok barusan inilah masing-masing pihak telah dapat mengukur sampai dimanakah kekuatan lawan.
Tanpa disadari rasa waspada pun makin meliputi hati mereka berdua, baik Liem Tou maupun Suo Kut Mo Pian tidak berani bergerak secara gegabah lagi.
Lama sekali kedua orang itu berdiri saling berhadap- hadapan, mendadak jubah putih Suo Kut Mo Pian bergelembung, mulutnya yang kecil bagaikan bocah memperdengarkan dua kali jeritan yang amat nyaring
Ujung jubah dibebut keluar. sepasang telapak bersama- sama diayun kedepan melancarkan sebuah angin pukulan bagaikan taupan menggulung empat penjuru.
Seketika itu juga Liem Toa merasakan badannya gemetar keras, gigi saling beradu darah yang mengalir dalam badannya seraya membeku semua,
Buru-buru ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh untuk punahkan rasa dingin yang merasuk tulang itu.
"Ilmu Kioe Im Cin Khie yang sangat lihay." tak kuasa lagi ia berseru memuji.
Sepasang telapak tangannya bersama-sama ditekan kebawah. dengan salurkan sembilan bagian tenaga sinkangnya mengirim sebuah pukulan angin taupan mempertahankan diri dari hantaman lawan.
Pukulannya segera membentuk suatu pertahanan yang kuat bagaikan dinding baja.
Bentrokan pukulan kali ini terjadi karena bertemunya hawa pukulan Im dan hawa pukulan yang satu keras yang lain lunak
... "Brak! Angin pukulan kontan lenyap tak berbekas, tetapi bersamaan itu pula air muka Sou Kut Mo Pian maupun Liam Tou sama-sama berubah hebat. tubuhnya tergetar keras.
Hingga detik inilah Suo Kut Mo Pian baru merasa terperanjat. ia mendengus dingin sepasang matanya memancarkan cahaya dingin yang menggidikan hati.
Tjing Oow Koay Hiap ternyata bukan nama kosong belaka Loohu merasa sangat kagum!" serunya keras.
Liem Tou sendiripun ikut merasa terperanjat atas kedasyatan tenaga sinkang yang dimiliki Sou Kut Mo Pian, seluruh perhatiannya makin tercurahkan dalam pertarungan.
"Tjianpwee terlalu memuji." jawabnya hambar. "Aku rasa ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang engkaupun sangat luar biasa. hampir saja aku tidak sanggup untuk menerimanya."
Sewaktu bercakap-cakap itulah masing-masing pihak menggunakan kesempatan ini untuk mengatur pernapasan.
"Tjianpwee! kau telah melancarkan tiga buah serangan, maaf sekarang boanpwee dari posisi akan berganti menyerang bertahan." tiba-tiba Liem Tou berseru,
Mendengar perkataan itu Suo Kut Mo Pian mendongak tertawa terbahak-babak. "Sudah tentu. sudah tentu!"
Tetapi baru saja ia menyelesaikan kata-katanya mendadak diiringi suatu jeritan keras, bagaikan sebuah bola saja badannya menggelinding kedepan mendesak maju tiga langkah kedepan. ditengah menyambarnya angin pukulan yang gencar dalam sekejap mata ia sudah mengirim tiga buah serangan sekaligus.
Tiga tombak disekeliling kalangan seketika itu juga diliputi juga hawa dingin yg menggidikan hati Liem Tou hanya merasakan kulitnya seketika berubah jadi memerah. hal ini masih tidak aneh, justru hawa dingin tersebut ternyata meresap masuk melalui setiap bulu badannya menerjang urat dan membekukan semua orang didalam badannya.
Seluruh tubuh Liem Tou bergidik, seraya menggertak gigi menahan rasa dingin yang menyerang badannya diam-diam ia berpikir.
"Apakah aku Liem Tou pada malam ini juga akan musnah ditangannya??." Pikiran dengan cepat berputar. timbullah semangat jantan didalam tubuhnya.
"Tiga buah serangan dari cianpwee telah. . ." Kata terakhir belum sempat diucapkan Liem Tou merasa badannya tidak tahan, ia mengempos semangat dan salurkan hawa sinkangnya mengelilingi seluruh badan.
Dengan menggunakan sepuluh bagian tenaganya ia balas mengirim tiga buah serangan sekaligus kedepan. bersamaan itu pula bayangan hijau berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan badannya sudah lenyap tak berbekas.
Tetapi Suo Kut Mo Pian pun bukan seorang jago yang tiada berpengalaman. sewaktu ia merasa kehilangan musuhnya sang badan dengan cepat berputar, sepasang telapak bersama-sama didorong kedepan.
Sedikitpun tidak salah Liem Tou benar-benar berada dibelakangnya dan siap melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.
"Braaak. .! untuk ketiga kalinya sepasang telapak masing- masing pihak saling bertemu dan berbentrok satu sama lainnya.
Kedua orang itu sama-sama menggunakan seluruh tenaga, sama-sama berniat mengadu jiwa, dalam serangannya barusan mereka telah menambahi tenaganya sebanyak tiga bagian dari pukulan semula.
Diatas puncak lembah Boe Beng Kok kontan terkurung oleh pusaran angin taupan yang maha dahsyat rumput batu debu, pasir maupun pepohonan pada tumbang dan berterbangan memenuhi angkasa, keadaannya mirip letusan gunung berapi, sungguh mengerikan sekali.
Boe Beng Tok-su, Sigadis cantik pengangon kambing maupun Siauw GiOk Tjing sama-sama mundur delapan tombak jauhnya dari tengah kalangan untuk meloloskan diri dari terjangan pusaran angin tersebut.
Ketika Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou melancarkan bentrokan yang keenam kalinya masing-masing pihak mendengus berat lalu sama-sama mundur tiga langkah kebelakang,
Air muka Liem Tou pucat pasi bagaikan mayat seluruh tubuhnya gemetar keras.
Sedangkan wajah Suo Kut mo Pian yang dasarnya sudah putih kini berubah kehijau-hijauan. dari ubun-ubunnya mengempulkan selapis kabut putih yang makin lama menebal, sepasang matanya yang biru kini berubah menguning.
Kedua orang itu berdiri saling berhadapan dengan jarak delapan depa masing-masing pihak berdiri terpaku ditempat semula dengan sepasang mata memperhatikan pihak lawannya tajam-tajam.
Ketika itulah dengan penuh kemurungan Siauw Giok Tjing berbisik kepada diri sigadis cantik pengangon kambing, "Wan- moay, agaknya Engkoh Liem sudah terluka."
Sigadis cantik pengangon kambing mengangguk, "Ehmm...benar, agaknya ia sudah terluka."
"Bila engkoh Liem ttdak kuat mempertahankan diri. aku siap hendak turun tangan menggantikan dirinya."
"Jangan, engkoh Liem tentu akan merasa tidak gembira." cegah Lie wan Giok dengan cepat.
Walaupun kedua orang gadis itu sedang bercakap-cakap tetapi sepasang matanya memperhatikan kalangan pertempuran tajam-tajam.
Pada saat itulah mendadak Boe Beng Tok-su menggerakkan badannya berjalan tiga tombak lebih kedepan sehingga saat ini jaraknya dengan Suo Kut Mo Pian tinggal dua tombak.
Bersamaan itu pula dari sakunya mendadak ia ambil keluar semacam barang yang kemudian digenggamnya erat-erat ditangan.
Melihat hal tersebut Siauw Giok Tjing terperanjat bisiknya kepada diri si gadis cantik pengangon kambing:
"Coba kau lihat kauwcu itu hendak berbuat apa ?"
Seraya berseru badannya melayang dua tombak kedepan. dengan mengitari sisi tubuh Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou mendekati Boe Beng Tok-su hingga berjarak satu tombak dari dirinya.
"Eei, kau sebagai seorang kauwcu seharusnya berlaku sedikit sopan dan tahu diri," tegurnya dingin "Jikalau kau hendak membokong orang. Hmm! dalam satu jam akan kusuruh kau mati tanpa tempat kubur".
Habis berseru dengan pandangan penuh kegusaran ia melototi wajah Boe Beng Tok-su, tangannya mencekal pedang Lam Beng Kiam erat-erat.
Boe Beng Tok-su mendengus dingin, badannya mundur kembali dua tombak ke belakang.
Dengan pandangan dingin Siauw Giok Tjing memperhatikan ia mundur sedang ia sendiri tetap berdiri tak bergerak dari tempat semula.
Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou yang sedang bergebrak pun sama2 tahu apa bila tenaga sinkang yang mereka miliki adalah seimbang, siapapun jangan harap bisa menangkan pihak lawannya, atau bila diteruskan maka hasil akhir adalah sama-sama terluka.
Beruntung sekali enam buah serangan sudah berlalu walaupun sisanya empat buah serangan makin lama makin sulit, tetapi di dalam sekejap mata akan berlalu dan menang kalahpun akan segera ditentukan di dalam keempat jurus ini.
Setelah mempunyai pikiran begitu, siapapun diantara mereka berdua tak ada yang berani pecahkan perhatian mereka berdua saling berhadap-hadapan dengan hawa sinkang disalurkan mengelingi seluruh badan.
Semisalnya waktu Liem Tou berada didalam lembah Mati hidup tidak menghisap darah ular bersisik perak, mungkin pada saat ini ia tak bakal tahan terhadap serangan Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang yang dilatih Suo Kut Mo-pian selama empat puluh sembilan tahun ditengah pegunungan bersalju.
Sebaliknya Sou Kut mo-pian yang berturut-turut melancarkan enam buah serangan tanpa berhasil melukai diri pemuda itu sebaliknya ialah isi perut sendiri tergetar, darah bergolak. hatinya jadi terperanjat, timbullah rasa bergidik didalam hatinya.
Justru diakui merasa jeri ia makin bermaksud mengadu jiwa. inilah sifat manusia.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu sama-sama sudah pusatkan seluruh tenaga yang dimilikinya mendadak Liem Tou menemukan Suo Kut mo-pian memperkuat kuda-kudanya yang makin lama semakin diperendah, hatinya langsung bergidik ia tahu orang itu sudah siap mengunakan tenaga sinkang yang dipelajarinya selama ratusan tahun untuk dikorbankan dalam serangannya kali ini,
Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi iapun memperkuat kuda-kudanya, badan perlahan-lahan merendah kebawah sedang tenaga sinkang dikerahkan mencapai pada puncaknya. rambut pada bangun berdiri bulu badan tegak bagaikan Pit. kulit berkerut sedang wajah tenang jelas pemuda ini pun sudah bersiap sedia untuk mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.
Hawa dingin menyelimuti sekeliling tubuh Soo Kut Mo Pian kesepuluh jarinya secara samar-samar mulai memancar keluar hawa tipis berwarna merah.
Waktu sedetik demi sedetik berlalu, seperminum teh lamanya kedua orang itu berdiri saling berhadapan tapi tak seorang pun yang mulai melancarkan serangan terlebih dahulu suasanapun dengan demikian ikut berubah makin menegang.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing maupun Boe Beng Tok-su sama-sama tidak berani berkutik mau pun mengucapkan sepatah katapun.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, angin gunung bertiup sepoi-sepoi, suara burung yang berterbangan di angkasa mendatangkan rasa berdebar dihati setiap orang.
Baik Suo Kut Mo Pian maupun Liem Tou telah menyalurkan hawa murninya mencapai pada puncak yang harus dilepaskan, sepasang mata melotot bulat-bulat dan memancarkan cahaya yang amat tajam, sepasang telapak perlahan-lahan didorong kedepan.
Dalam sekejap mata empat telapak menempel satu sama lainnya, tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar keras.
Siapa nyana ketika itulah sewaktu telapak Suo Kut Mo Pian menempel dengan telapak Liem Tau, mendadak ia menarik kembali tangannya seraya menjerit keras, badannya bagaikan sebuah bola putih mencelat tujuh. delapan tombak tingginya ditengah udara.
Liem Tok tidak sempat menarik kembali serangannya . "Sreet! sebuah angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kemuka dan menghantam tubuh Boe Beng Tok-su yang berdiri kurang lebih lima tombak dibelakang Suo Kut Mo Pian.
Datangnya angin pukutan sedemikian dahsyatnya ini sama sekali tidak pernah diduga oleh Boe Beng Tok-su menanti ia merasakan adanya desiran angin tajam untuk menghindarpun tidak sempat lagi.
Ketika tubuhnya baru saja bergerak angin pukulan sudah menyambar telak badannya "Braaak !" tubuhnya terhajar keras-keras dengan sempoyongan Kauw Tju dari Sin Beng Kauw ini mundur tujuh langkah kebelakang kemudian jatuh terduduk diatas tanah.
Walaupun ia tidak sampai terluka parah, tetapi saking kagetnya seluruh wajah berubah pucat pasi bagaikan mayat, sukma terasa melayang tinggalkan rongga dadanya. Menanti Liem Tou berhasil menarik kembali serangannya dan berpaling tampak olehnya badan Suo Kut Mo Pian yang meloncat tujuh, delapan tombak ketengah udara pada saat ini laksana sambaran kilat telah meluncur kearah puncak gunung sebelah kiri.
Bersamaan itu pula dari puncak sebelah kiri berkumandang datang suara tertawa gelak yang berat tapi memekikkan telinga sedangkan Suo Kut mo-pian sendiri memperdengarkan suitan nyaring yang menggidikan hati.
Ketika Boe Beng Tok-su mendengar gelak tertawa itu badannya segera meloncat bangun kemudian menubruk kearah mana berasalnya suara tersebut sedangkan dari lembah Boe Beng Kok sendiripun muncul sesosok bayangan hitam yang langsung menyambut datangnya Boe Beng Tok-su.
Liem Tou yang melihat situasi telah terjadi perubahan ia segera berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang waktu itu sedang berdiri tertegun karena menjumpai perubahan tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi pemuda She Liem berseru keras: "Cepat kita pergi lihat Keramaian !"
Kakinya menjejak tanah langsung meluncur ke arah puncak sebelah kiri, menanti ia sudah tiba disana dalam kalangan telah berlangsung suata pertarungan sengit empat orang terbagi dalam dua rombongan.
Kiranya orang yang baru saja datang bukan lain adalah iblis nomor wahid masa lampau sihweesio tujuh jari Tjiet Tji Tauw Tuo. tampak sepasang kaki orang itu sudah putus tapi pada saat ini dengan gunakan kakinya yang kutung meloncat kesana kemari dengan gerakan lincah.
Sebuah cambuk panjang bagaikan seekor naga sakti dengan dahsyatnya melayang kesana kemari saling serang menyerang dengan diri Suo Kut Mo Pian, inilah suatu pertarungan Bu-lim yang maha hebat.
Dalam rombongan lain Pouw Sauw Ling yang lengannya belum sembuh saling bergebrak dengan sengit melawan Boe Beng Tok-su.
Tak usah diraguknn lagi, pertarungan yang sedang berlangsung kali ini bukan lain adalah untuk menyelesaikan dendam sakit hatinya pada empat paluh tahun berselang.
Melihat kejadian itu Liem Tou kegirangan pikirnya: "Mereka saling bergebrak sendiri. ini menguntungkan posisiku tanpa mengeluarkan tenaga lagi lembah Boe Beng Kok akan hancur berantakan."
Sewaktu ia berpikir sampai disitu mendadak ditemukan Pouw Siauw Ling yang dasarnya bukan tandingan Boe Beng Tok-su saat ini mulai keteter dan terdesak hebat ia kelihatan begitu ngotot didalam perlawanannya dengan gunakan tangan tunggal, jelas sebentar lagi ia bakal terluka ditangan Boe Beng Tok-su. Melihat Pouw Siauw Ling terdesak hebat tanpa sadar Liem Tou teringat kembali akan encinya Pouw Djien Tjoei jikalau dia sampai mati ditangan Boe Bong Tok-su maka Pouw Djien Tjoei tentu akan merasa bersedih hati.
Teringat pula akan kejadian serta kebuasan Boe Beng Tok- su dengan perkumpulan Sin Beng Kauwnya, timbullah maksud di hati Liem Tou untuk lenyapkan orang ini dari muka bumi.
Ia ada maksud membantu Pou Sauw Ling untuk melenyapkan Boe Beng Tok-su dan menghancurkan perkumpulannya.
Ketika ia menoleh lagi kedalam pertarungan partai pertama. dilihatnya baik si Hweesio tujuh jari Chiet Cie Tauw Tuo mau pun cambuk iblis Suo Kut Mo Pian sama-sama terjerumas didalam pertarungan sengit, dalam waktu singkat mereka tak akan bisa menentukan siapa menang siapa kalah.
Setelah mengambil keputusan Liem Tou segera meloncat maju kedepan sembari bentaknya dingin:
"Sauw Ling, cepat menyingkir!"
Waktu itu Pou Sauw Ling sedang diteter Boe Beng Tok-su habis-habisan untuk mundur ia sudah tak mampu lagi apa lagi ketika mendengar ucapan tersebut pikirannya bercabang, kontan saja pundaknya kena terhajar oleh pukulan Boe Beng Tok-su keras-keras.
Badannya tak bisa berdiri tegak lagi ia segera terjungkir dan jatuh terguling kebawah puncak.
Walaupun Liem Tou merasa terperanjat melihat kejadian itu tetapi ia tidak ingin turun tangan menolong, telapak tangannya disilang didepan dada kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhnya berkelebat kedepan. Tampaklah bayangan hijau berkelebat seketika itu juga didepan maupun di belakang tubuh Boe Peng Tok-su dipenuhi dengan bayangan tubuh Liem Tou. Boe Beng Tok-su coba menerjang kekiri menyambar kekanan, tetapi tidak berhasil juga meloloskan dirinya dari kurungan tersebut.
Melihat hal itu Boe Peng Tok-su jadi cemas, bentaknya penuh kegusaran:
"Liem Tou! Melancarkan serangan menggunakan kesempatan waktu orang tak siap terhitung manusia enghiong macam apakah kau ini??"
Liem Tou yang sudah bersiap sedia melenyapkan dirinya sehingga tinggal kedua orang tua bangka itu saling bergebrak sendiri segera menyahut setelah mendengar ucapan itu:
"Engkau telah berhasil menghajar Pouw Sauw Ling jatuh kebawah puncak, apakah keadaanmu sedang berada dalam keadaan bahaya???"
"Paling sedikit aku baru saja bergebrak melawan dirinva sedang kau menganggur disamping, apakah ini bukan dinamakan menggunakan kesempatan orang lain tidak bersiap sedia??"
.
Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya, "Heeh ..heeh
...heeeh.. dengan gunakan tenaga singkang yang kumiliki aku telah bergebrak sebanyak tujuh jurus dengan Sing Loo Tjianpwee, apakah inipun tak terhitung suatu pertempuran???" .
Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia tak dapat menjawab terpaksa dengan adu jiwa ia mengirim delapan buah serangan dahsyat.
Serangan ini dilancarkan karena hatinya gelisah disamping mengirim delapan buah serangan tangan kirinya segera mencabut keluar pedang hitamnya
Liem Tou tahu kekuatan tenaga sinkang yang dimiliki Boe Beng Tok-su ada batasnya kepandaian yang asli darinya adalah permainan pedang hitam tersebut, bila ia sampai cabut keluar senjatanya maka keadaan akan jauh lebih merepotkan lagi.
Gerakan tubuhnya segera berubah, secara mendadak Boe Beng Tok-su merasakan bajangan hijau yang mengurung tubuhnya makin menebal sehingga hampir boleh dikata mengaburkan seluruh pandangan matanya
Baru saja ia menemukan keadaan yang tidak menguntungkan bagi dirinya, mendadak punggungnya terasa sakit. tahu-tahu telapak tangan Liem Tou dengan telak telah bersarang dipunggungnya
Tak tertahan lagi badannya jatuh sempoyongan sejauh dua tombak, darah segar muncrat keluar membasahi lantai.
Tetapi pertarungan ini adalah pertarungan yang menyangkut mati hidupnya, dengan sekuat tenaga ia coba menjaga diri jangan sampai kehilangan tenaga sinkang dengan percuma.
Sambil gertak gigi ia tahan mengalirnya darah keluar dari mulut, tidak memperdulikan lagi keadaannya yang terluka parah, juga tidak bangun berdiri lagi badannya menubruk kearah bawah.
Ternyata ia berusaha untuk melayang turun dari puncak itu kemudian melarikan diri masuk kedalam lembah Boe Beng Kok.
Liem Tou sama sekali tidak menyangka akan terjadinya peristiwa ini, karena hal tersebut sangat bertentangan dengan peraturan Bu-lim.
Ia tidak mengira Boe Beng Tok-su sebagai seorang kauwcu ternyata mementingkan keselamatan daripada nama besarnya.
"Bangsat, sungguh licik kau!" bentak Liem Tou penuh kegusaran. Dengan cepat ia mengangguk ke arah si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing.
"Cepat pergi! serang lembah Boe Beng Kok dan tak usah kasihan lagi terhadap mereka-mereka itu .
Selesai berkata dengan dipimpin sendiri, Liem Tou beserta kedua orang gadis itu melayang turun kebawah menuju lembah Boe Beng Kok.
Sembari berlari Liem Tou memperhatikan keadaan barisan yang dibentuk beratus-ratus anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sebagai Kioe Tok Toa Tin ini.
Jelas barisan tersebut terdiri dari piauw beracun panah beracun serta cairan-cairan beracun sebangsanya sehingga namanya sesuai dengan kioe-tok sembilan racun.
Melihat barisan tersebut Liem Tou sama sekali tidak jeri, karena ia tahu barisan yg bagaimana dahsyatnya pun dikolong langit ini tak akan bisa menangkan kelihayan dari barisan bunga didalam lembah Mati hidup dengan sendirinya Siauw Giok Tjing adalah seorang jago dan ahli didalam hal tersebut,' Setelah melihat sebentar keadaan dari barisan itu Siauw Giok Tjing segera tertawa ringan.
"Hanya barisan sekecil ini sudah tentu sangat gampang untuk dihancurkan, sekarang kalian masukan dulu seikat rumput pemunah racun kedalam mulut."
Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing yang mendengar hal tersebut dia jadi kegirangan, menurut apa yg diperintahkan mereka masukkan rumput pemunah racun kedalam mulut.
"Sekarang kami berdua harus mendengar perintahmu Nah! mulailah memberikan perintah!" kata Liem Tou sambil tertawa.
Siauw Giok Tjing pun tertawa. "Sekalipun kau tak suka mendengar petunjukku juga tidak mengapa. Nah! Sekarang dengarlah, kau harus menyerang dari sebelah Timur. setiap kali berjumpa dengan manusia bunuh segera dengan demikian barisan itu akan kacau dengan sendirinya. Aku serta Wan-moay akan menyerang dari sebelah Barat, sudah tentu setiap kali berjumpa dengan manusia akan kubunuh setelah Timur dan Barat berjumpa kita baru menikung ke selatan dan utara. Tetapi kau harus perhatikan satu hal Kemungkinan besar para anggota Sin Beng Kauw akan pancing kau memasuki ruangan markas mereka, sebelum barisan terpecahkan jangan sekali-kali masuk, jikalau kau ingin juga memasuki bangunan mereka maka sedikit- dikitnya kau harus punya persiapan untuk menghadapi alat rahasia "Naga Berpekik Bangau berteriak serta "Harimau Mengaum Monyet menjerit , inipun harus dipersiapkan dengan rencana yang matang kalau tidak maka sangat mudah sekali kau akan tertipu oleh mereka."
Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing mengangguk mengiakan, mendadak Liem Tou teringat kembali akan diri Boe Beng Tok-su tanyanya nyaring:
"Boe beng Toksu sudah terkena hajaran ku, menurut kau apakah ia berhasil melarikan diri??"
"Setelah ia menderita luka parah." sahut Siauw Giok Tjing setelah termenung sejenak "Dibawah perlindungan anggotanya ia tentu melarikan diri dari sini. .."
Liem Tou berseru tertahan, hatinya mendadak bergerak karena ia teringat apabila jalan rahasia itu terletak disebelah selatan. Diam-diam pikirnya dihati- "Aku diharuskan menyerang dari sebelah Timur kemudian menuju kesebelah selatan, bukankah ditengah jalan harus banyak membuang waktu?? tetapi aku tak boleh tidak harus mendengarkan perkataan dari Siauw Giok Tjing."
Setelah berpikir demikian ia merasa cara yang paling tepat pada saat ini adalah secepatnya melakukan pertarungan untuk mengacaukan dulu barisan pihak lawan kemudian berjaga- jaga dijalan rahasia dan tidak membiarkan Boe Beng Tok-su melarikan dari sana sehingga menimbulkan badai dikemudian hari.
Liem tou tidak ingin mengulur banyak waktu lagi, buru-buru serunya: "Baik! Aku akan serang masuk melalui sebelah Timur! nah! kita berpisah dulu di sini."
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya sekali loncat ia mencapai tujuh delapan tombak dan didalam sekejap mata telah tiba didasar lembah keadaannya mirip dengan malaikat yang turun dari kahyangan hal ini membuat para jago merasa bergidik.
Liem Tou yang menerjang datang, dari tempat kejauhan dapat melihat para anggota Perkumpulan Sin Beng Kauw tersebut sama sekali tidak mencekal golok ataupun senjata tajam lainnya melainkan didalam genggaman mencekal sebuah benda.
Tanpa banyak bicara lagi Liem Tou menerjang masuk kedalam barisan, dimana pukulan menyambar lewat seketika itu juga ada empat lima orang anggota Sin Beng Kauw yang berdiri dipaling depan menjerit tertahan lalu roboh binasa.
Liem Tou yang melihat hal tersebut sedikit merasa tidak tega, ia merasa bilamana menggunakan gerakan yang demikian kasarnya maka tindakan ini sedikit telengas, maka dari itu dari pukulan telapak ia berubah jadi serangan totokan jalan darah.
Sekalipun hal ini tak sampai mengakibatkan kematian seseorang, tetapi untuk beberapa waktu mereka akan terkuasai dan tak dapat berkutik kembali.
Teringat akan cara yang pernah dilakukan sewaktu menghadapi anggota Sin Beng Kauw sewaktu berada dipantai emas Kien Sah Lan, bayangan hijau segera berkelebat lewat bagaikan tiupan angin taupan membuat membuat para anggota Sin Beng Kauw seorang demi seorang roboh ketanah dan tak berkutik lagi.
Tetapi pada saat itulah benda yang dicekal para anggota Sin Beng Kauw mendadak diayunkan kearah Liem Tou.
Sewaktu mereka mengayunkan tangannya dengan ketajaman mata Liem Tou sekali pandang ia dapat melihat benda yang dilemparkan beberapa orang itu kearahnya merupakan sebutir pasir berwarna kuning, bersamaan itu pula setiap orang mengenakan sarung tangan terbuat dari kulit kambing.
"Bangsat keparat, kalian pingin cari mati !" maki Liem Tou penuh kegusaran.
Karena terpaksa serangan yang semula menggunakan sentilan jari kini berubah kembali jadi serangan telapak, seketika itu juga sepasang tangan diayun ke depan menghajar pental datangnya pasir beracun berwarna kuning itu, tubuhnya laksana kilat berputar dan menubruk lebih jauh kedepan.
Dalam sekejap mata ada separuh orang anggota Sin Beng Kauw yang roboh keatas tanah.
Tetapi pada saat itulah pasir kuning bagaikan curahan hujan menyambar datang, sedang Liem Tou sendiri harus turun tangan melukai orang iapun harus menghindarkan diri dari sambaran pasir beracun. badannya laksana tiupan angin taupan menyam-bar kesana kemari jeritan ngeri bergema saling susul menyusul, banyak diantara pihak lawan yang roboh binasa dan terluka.
Tetapi para anggota Sin Beng Kauw itu bagaikan kalap saja, dengan nekad mereka menerjang terus kedepan
"Jika demikian adanya. apakah aku harus membinasakan dulu seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sehingga mereka baru suka mengundurkan diri??" kata Liem Tou. "Sungguh kurang ajar sekali . ."
Diiringi teriakan gusar, telapak tangannya diputar semakin gencar. Sekali lagi ada sepuluh orang anggota perkumpulan menemui ajalnya.
Liem Tou masih teringat akan diri Boe Beng Tok-su yang melarikan diri melalui lorong rahasia, ia tidak ingin banyak membinasakan banyak orang lagi, mendadak tubuhnya meloncat setinggi delapan tombak melayang lewat melalui batok kepala anggota Sin Beng Kauw menuju kesebelah barat.
Sekalipun pihak lawan telah melancarkan serangan dengan pasir beracun. tapi terkena angin tekanan yang dilancarkan Liem Tou seketika itu juga pasir-pasir itu baliK lagi.
Liem Tou dengan sebat melayang sejauh dua puluh tombak lebih, mendadak ia merasakan kakinya tersengat sangat panas. segera ia menunduk. dilihatnya segulung asap tebal menerjang naik keatas, asap itu berwarna hijau muda yang jelas merupakan suatu asap beracun.
Dalam hati Liem Tou berpikir: "Untuk menghancurkan barisan ini biarlah aku turun kebawah dan bunuh serta hajar orang-orang ini."
Hawa murninya segera ditarik mengelilingi seluruh badan kemudian dengan gerakan seribu bersama-sama dengan menggulungnya angin gencar ia melayang turun kebawah.
Siapa nyana ketika tubuhnya telah berada kembali diantara para anggota Sin Beng Kauw, asap beracun tadi lenyap tak berbekas.
Kiranya asap beracun hanya ada diatas kepala anggota Sin Beng Kauw tersebut.
Angin pukulan yang dilancarkan Liem Tou kembali orang- orang itu bergelimpangan mati, Pada saat itulah mendadak terdengar suara bentakan keras diikuti munculnya dua, orang anggota Sin Beng Kauw yang berwajah buas dan buruk, senjata yang digunakan kedua orang itu adalah sepasang palu besi yang beratnya ada ratusan kati jelas kekuatan mereka berdua sangat luar biasa..
Tak terasa lagi Liem Tou mengangguk tiada hentinya. "Ehmm. kedua orang ini memang memiliki kekuatan alam
yang sangat luar biasa."
Setelah membentak keras, kedua orang lelaki kekar tadi tidak banyak bicara lagi segera melontarkan palu besinya ke arah Liem Tou.
Buru-buru pemuda itu berkelit kesamping, telapak tangannya dibabat kemuka memaksa lima orang anggota Sin Beng Kauw mundur dan akhirnya roboh keatas tanah.
Sedangkan kepada kedua orang lelaki kosen tadi. Liem Tou memuji: "Bila kulihat daya kekuatan dari kalian berdua boleh kuduga dalam sekali hantam saja kalian akan berhasil menghancurkan badanku !".
Kedua orang itu mendengus dingin, mereka melanjutkan hantaman kearah depan, Melihat kemampuan kedua orang itu sangat luar biasa, timbullah rasa sayang di hati Liem Tou.
"Aah! biarkan aku lepaskan satu jalan hidup buat mereka
..." ia ambil keputusan didalam hatinya.
Siapa sangka ketika itulah mendadak Lim Tou mendengar suara sambaran angin meluncur datang, suara itu berasal dari desiran senjata rahasia bahkan muncul dari empat penjuru dalam waktu yang berbareng.
Liem Tou merasa terperanjat, baru saja ingatan pertama berkelebat lewat tubuhnya sudah masuk kelapisan kabut beracun. Seketika itu juga seluruh tubuhnya jadi kaku dan gatal-gatal, ia tahu dirinya sudah keracunan. Rasa gusar yang berkobar dalam dadanya susah dipertahan lagi, tubuhnya berputar kemudian menubruk kedepan.
Tepat pada saat itu kedua orang lelaki kekar tadi menghadang didepan tubuhnya. Liem Tou tak dapat mengendalikan amarahnya lagi, tenaga sinkang dikumpulkan dilengan kemudian membabat keluar.
Sungguh sayang kedua orang anggota Sin Beng Kauw itupun cukup cermat, ketika Liem Tou munculkan diri mereka segera berpisah kearah yang berlawanan.
Pemuda kita tertawa dingin. tubuhnya mencelat ketengah udara untuk mengejar sang lelaki yang ada disebelan kiri.
Telapaknya langsung di hajarkan keatas punggungnya.
Ditengah suara jeritan ngeri yang menyayat hati, orang itu roboh menemui ajalnya detik itu juga
Menanti Liem Tou putar badannya kembali, seorang yang lain telah menerobos masuk kedalam rombongan manusia sehingga jejaknya lenyap tak berbekas.
Liem Tou jadi makin gusar. sepasang matanya menyapu ke empat penjuru dengan pandangan yang tajam.
Tiba-tiba. . .
Ia temukan salah seorang anggota tua perkumpulan Sin Beng Kauw yang pernah ikut mengerubuti Lie Loo djie tempo dulu hadir disana tanpa banyak bicara lagi ia membabat kearah tubuhnya,
Orang itu buru-buru mundur selangkah kebelakang, ternyata ia hendak menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras.
Menanti telapak hampir bertemu Liem Tou yang melihat telapak tangan orang itu berwarna hitam hatinya langsung bergerak, "Aduuh, celaka, ia ingin mengadu jiwa dengan diriku." serunya dalam hati. Baru saja serangannya meluncur sampai separuh jalan, tubuhnya sudah menyingkir setengah langkah kesamping, mendadak ia buyarkan serangannya seraya berputar ke belakang laksana sambaran kilat.