Raja Silat Jilid 31
Jilid 31
Pertempuran di gunung Cing Shia ini hari adalah suatu pertempuran puncak para jago yang memiliki kepandaian nomor wahid kalian dua orang
hwesio lebih baik tidak perlu menjual malu disini! Ayo cepat menggelindlng pergi dari sini !"
Dari mulutnya dia segera bersuit aneh lalu tangannya diulapkan, ketiga
ekor burung yang terbang di atas kepalanya dengan diiringi suara
pekikan rendah dengan cepatnya menerjang dari atas menghajar musuh
musuhnya.
Pada saat yang bersamaan pula dari puncak kedua yang ada
dihadapannya berkumandang datang suara suitan yang amat keras
sehingga menembus awan, sekali dergar saja sudah dapat diketabui kalau
tenaga dalam Orang itu sudah berhasil dilatihnya hingga mencapai pada
taraf kesempurnaannya.
Thian Pian siauw cu, si penjahat naga merab serta Thiat Bok Thaysu
yang mendengar suara suitan tersebut segera tertegun dibuatnya dan
tidak terasa lagi pada menoleh ke arah mana berasalnya suara tersebut.
Tampaklah Lie Loo jie bersama sama dengan Liem Tou dengan amat
ringannya sedang melayang datang hanya di dalam sekejap saja mereka
telab menuruni puncak dan menaiki puncak pertama.
Begitu tiba di hadapan ketiga orang itu Lie Loo Jie lalu menuding
Thian Pian siauw-cu, si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thay Su
sambil tertawa.
Aku rasa diantara kalian tentu tidak saling mengenal bukan
? He
he..He sebelum aku Lie Sang datang bagaimana di antara kalian sudah
hendak bergebrak sendiri? Bukankah urusaa ini sungguh sangat
menggelikan sekali ?"
Waktu itu tiga ekor burung elang yang ada di atas kepala Thian Pian
Siauw cu berpekik tiada bentinya, jelas mereka sedang menunggu
perintah penyerangan dari majikannya.
Ke Heng aku lihat lebih baik kau tarik kernbali saja binatang berbulu itu" uiar Lie Loo jie sambil tertawa. "Apa kau kira hanya
dengan sedikit permainan ini bisa menjatuhkan nama dari Thiat Bok
Thaysu serta si penjahat naga merah yang sudah angkat nama sejak
puluhan tahun yang lalu Kau terlalu pandang rendah musuh musuhmu !
Mendengar perkataan itu Thian Pian siauw cu jadi melengak terhadap
Thiat Bok Thay su. Dia tidak kenal akan asal usulnya tetapi terhadap
si penjahat naga merah dia pernah mendengar kalau dia adalah seorang
jagoan dari kalangan Hek to yang bersifat kejam, telengas dan banyak
melakukan kejahatan. Tak terasa dia sudah melirik beberapa kejap ke
arahnya. "Heee . . . heee Lie Sang ! lebih baik kau jangan coba coba mengejutkan aku dengan kata katamu ini, kita sudah saling coba coba
adu tenaga dalam. aku rasa diapun tidak lebih cuma begitu saja"
ujarnya sambil tertawa dingin.
Sehabis berkata dia menuding pula beberapa kali ke arah si penjahat
naga merah.
Mendadak Lie Loo jie tertawa terbahak bahak.
"Haaa. haaa . .. Ke Hong ! ini hari si penjahat tidak lebih sedang
mengantarkan susioknya Thiat Bok Thaysu untuk mam main" ujarnya keras.
Thiat Bok Thaysu jauh lebih lihay beberara kali lipat dari dia, apa
kau berani coba coba mencari gara gara dengan dia?
Selama ini Liem Tou berdiri di samping tidak .mengucapkan sepatah satupun.
Sedang Thiat Bok Taysupun dengan mata yang setengah melek dan
setengah merem melirik sskejap ke arah Thian Pian Siauw cu setelah itu
dengan tajamnya dia memperhatikan diri Liem Tou tanpa berkedip.
si penjahat naga merah yang disindir oleh Lie Loo jie saking khekinya seluruh wajahnya sudah berubah memerah dengan cara yang sama
pula dia lantas membentak.
"Lie Sang kau jangan sombong dulu, aku lihat ini hari pun kau hanya
menghantarkan Liem Tou si bangsat cilik itu, lebih baik kita jangan menyombongkan diri dulu mari..! mari . . . lebih baik aku minta
beberapa petuniuk dari dirimu !"
Mendengar tantangan itu Lie Loo jie Ialu melengos dan memandang
ke tempat jauh.
"Bajingan tua penjahat naga merah aku lihat lebih baik kau jangan
minta petunjuk dulu dari diriku !" ujarnya. "Itu . . . coba kau lihat
orang yang menagih hutang sudah pada datang! Kini kau sudah berada di
dalam keadaan bahaya apa kau orang masih tidak tahu . . buat apa kau
ikut terjun ke dalam Bu lim ?"
Si penjahat naga merah segera merasakan hatinya jadi tergetar amat
keras. di dalam keadaan cemas dia lalu menoleh ke samping.
Terlibat di sisinya sudah berkerumun beberapa puluh orang toosu
yang memakai baju hitam maupun kuning. Mereka bukan lain adalah anak
murid Bu long pay angkatan kedua yang lagi menuntut balas buat ciang
bun jiennya.
Orang yang ada di paling depan sebagai pemimpinnya adalah Ciat Siauw
Thaysu dari Siaiw Lim ray serta Heng San Jie Yu.
Setelah munculkan dirinya, para toosu dari Bu tong pay itu segera
terpencar mengurung puncak pertama gunung Cang Shia ini rapat rapat,
masing masing menjagai di satu posisi kedudukan sehngga merupakan satu
barisan pedang yang amat kuat.
Sekali pandaag saja Liem Tou segera me ngetahui kalau barisan itu
adalah barisan Ngo Heng Pek So Kiam Tin dari Bu tong pay yang amat
lihay, masing masing orang dengan mengambil posisi Kiem, Bok, Swie,
Hwee, Tob lima posisi sebagai patokan berjaga jaga dengan amat
ketatnya, jelas untuk memecahkan barisan bukanlah suatu pekerjaan
yang gampang.
Walaupun barisan itu kelihatannya cuma mengandung posisi Ngo Heng
tapi jikalau di pandang lehih teliti lagi maka diantara Ngo Heng itu
mengandung pula perubahan yang tiada hingganya. walaupun pada saat ini
masih tidak kelihatan tetapi bilamana barisan itu mulai bergerak maka
walaupun ada binatang macam apapun tidak bakal bisa lolos dari
barisan tersebut.
Dari dalam kitab pusaka Toa Loo Cin Keng Liem Tou pernah melihat
barisan semacam ini sehingga tidak kuasa lagi dia sudah melirik
sekejap ke arah Lie Loo jie.
Lie Loo jie lantas mengangguk dan tertawa.
Pada mulanya si penjahat naga merah yang melihat muncuhya para toosu
dari Bu tong pay di sana mereka berada diluar dugaan, tetapi setelah berpikir sebentar mendadak dengan amat gusarnya, sudah membentak amat keras.
"Lie Sang, kau manusia yang tidak tahu malu !" Dia lantas menoleh kearah Thian Pian Siauw cu dan merangkap
tangannya menjura.
Ke Hong ! pada masa yang lalu kau dan aku tidak dendam apapun sakit
hati dan selamanya air sumur tidak pernah melanggar air sungai, untuk
sementara harap kau suka bersabar sebentar biarlah aku berkelahi
dulu dengan siorang tua itu! katanya.
Sepasang mata Thian Pian siauw cu lantas berputar, pikirnya di hati:
"Begitupun baik juga, biarlah dia pergi menghancurkan sedikit
tenaga dari Lie loo-jie dengan begitu sewaktu bertempur melawanku
nanti tenaganya sudah tak penuh lagi.
Dia lantas mendengus dan melengos ke samping.
Si penjahat naga merah tahu dia orang tidak akan turut campur lagi.
Badannya segera maju dua langkah ke depan, kuda-kudanya di perkuat
lalu bentaknya keras :
"Lie Sang kau mmusia yang tidak tahu malu, ayo cepat turun tangan
mari kita bergebrak dulu seratus jurus."
"Lie Loo jie tersenyum, baru dia hendak memberi jawaban Si penjahat
naga merah yang sudah tidak menanti lagi lalu melancarkan satu
pukulan kepala dengan dahsyatnya.
"Bagus sekali seranganmu ini !!" Teriak Lie Loo-jie dengan keras.
"Bajingan tua naga merah kau orang sungguh-sungeuh tak tahu kekuatan
sendiri. Bilamana kau kuat menahan sepuluh seranganku maka anggap saja
aku Lie Sang yang kalah, sejak ini hari aku tidak akan murculkan
diriku kembali di dalam dunia kangouw".
Selesai berkata tubuhnya mundur dua langkah ke belakang, hawa
murninya disalurkan tangan kirinya menangkis datangnya serangan itu.
"Braak . . . !" dengan tepatnya dia berhasil memukul mental serangan
dari si penjahat naga merah itu diikuti tangan kanannya menyambar ke
depan melancarkan pukulan dengan ilmu "Pit Hong Ciang" mendesak ke depan.
Lie Loo jie yang punya maksud untuk memaksa si penjahat naga merah
mengundurkan dirinya sesudah lewat tiga jurus, sama sekali tidak mau
kasih waktu buat ganti napas lagi tubuhnya mendesak ke depan dua
langkah sedang serangan yang dilancarkan keluar pun semakin mengganas
lagi.
Waktu itu si penjahat naga merah sedang menerima serangan yang kedua dari Lie Loo jie, mendadak si orang tua itu menarik kembali serangannya di tengah jalan.
si penjahat naga merah yang menghantam tempat kosong tubuhnya lantas
tersentak maju kedepan, Lie Loo jie tak mau membuang kesempatan ini.
Sekali lagi telapak tangannya dengan disertai angin pukulan yang amat
dahsyat bagaikan menggulungnya ombak di tengah samudra dan ambruknya
gunung Thaysan dengan hebatnya menggulung kedepan.
si penjahat naga merah yang tubuhnya keburu maju kedepan, dengan
terpaksa dia mundur ke belakang dengan cepatnya.
Untung sekali gerakannya amat gesit sehingga tak sampai tersapu oleh
datangnya angin pukulan dari Lio Loo-jie itu.
Pada saat itulah mendadak terdengar Liem Tou membentak keras.
"Thiat Bok hweesio, kau jangan ikut !
Si penjahat naga merah yang terpaksa mundur ke belakang baru saja
berhasil berdiri tegak, angin pukulan dari Lie Loo jie sudah kembali
melanda datang, dia jadi cemas telapaknya membalik dengan paksa
melancarkan satu pukulan ke depan.
Kakinya jadi sempoyongan dan kuda kudanya terdorong, tubuhnya
seketika itu juga terpukul oleh angin pukulan Lie Lo jie sehingga
terdorong sejauh tiga kaki lebih. Untung saja si penjahat naga merah adalah jago kawakan ynng sudah
punya banyak pengalaman, di tengah udara dia lantas mengerahkan ilnm
bobot seribunya.
Walaupun begitu sewaktu badannya tiba di atas permukaan tanah dengan
sempoyongan tubuhnya kembali mundur tiga langkah ke belakang.
Lie Loo jie segera tertawa terbahak bahak. Haa . .haa .
.baru lewat
tiga jurus kau sudah dibuat seperti cacing kepanasan, tadi masih
bilang mau bertempur seratus jurus haa-- -haa - -lucu sungguh lucu
sekaii !"
Saking khekinya muka si penjahat naga merah segera berubah seperti
babi sembelih.
Thiat Bok Thaysu yang ada di samping sebetulnya hendak membantu si
penjahat naga merah untuk menerima datangnya satu pukulan dari Lie Loo
jie itu, tetapi setelah maksud hatinya dipecabkan oleh Liem Tou
terpaksa dengan mata melotot dia melihat keponakan muridnya menerima
penghinaan.
Ketika dilihatnya Lie Loo jie tertawa de ngan begitu girangnya dia
lantas maju ke depan memberi hormat. "Keponakan muridku ini memang benar benar bukan tandingan dari Lie
sicu, biarlah pinceng yang minta beberapa petunjuk darimu."
Lie Loo jie yang melihat secara tiba tiba Thiat Bok Thaysu bersikap
begitu sungkan terbadap dirinya tidak kuasa lagi lantas tertawa.
"Aku Lie Sang tidak sampai kau musnahkan di dalam kuil Siang Lian
si-mu dalam hati sudah merasa amat beruntung. Ini hari bisa bergebrak
secara terang terangan melawan dirirnn sudah tentu hatiku amat girang
sekaii."
Selesai berkata dia lantas mengadakan persiapan untuk menanti
kedatangan angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu.
Dia tahu angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu jauh lebih dahsyat
daripada si penjahat naga merah, sedikit dirinya birtindak salah maka
ada kenungkinan nama besar yang sudah dipupuk selama beberapa tahun
bakal musnah di tangan hweesio itu. Air mukanya lalu berubah amat
keren. dengan memusatkan seluruh perhatiannya dia menanti datangnya serangan dari pihak musuh.
Thian Pian Siauwcu yang belum pernah merasakan kelihayan dari Thiat
Bok Thaysu sewaktu dilihatnya sikap yang amat tegang da ri Lie Loo jie
dalam hati merasa rada heran juga.
Pikirnya, Terhadap diriku Lie Seng tidaklah terlalu tegang, jelas si hwewesio kurus hitam ini merupakan satu lawan tangguh yang memilili
kepandaian yang amat lihay, kalau tidak dengan kelihayan dari Lie Sang
bagaimana mungkin dia bisa begitu tegang ? bukarkah hal ini sama saja
dengan pcrsoalan kecil yang di besar besarkan"
si penjahat naga merah yang tiga kali mendapat malu dalam hati benar
benar merasa amat marah bercampur jengkel, kini melihat susioknya
hendak turun tangan sendiri dia lantas mengundurkan diri ke samping
sedang dalam bati sangat mengharapkan Thiat Bok Thaysu dapat
menyelesaikan Lie Loo jie de ngan cepat.
Sewaktu kedua belab pihak sudah saling berbadap badapan itulah tiba
tiba terdengar Liem Tou yang ada di samping membentak keras.
"Tunggu sebentar !
"Dia maju satu langkah ke depan dan menjura kepada Thiat Bok Thaysu.
"Thiat Bok Thaysu!" serunya dengan keren, "Pertemuan diatas gunung
Cing Shia ini hari adalah ide dari cayhe. hal ini tiada sangkut pautnya dengan si cangkil pualam Lie Sang, harap Thaysu suka meredakan
hawa amarah sebentar.
biarlah aku selesaikan dulu perjanjian tiga pukulan dengan supekku
baru kita berbicara lagi ! Dengan perlahan dia lantas menoleh kearah Thian Pian Siauw cu.
"Ke Siauw cu!' ujarnya lagi "Masih ingat dengan si pengangon sapi
Liem Tou bukan ?"
"Sudah . . sudahlah ! ' Teriak Thian Pian Siauw cu secara tiba tiba
"Lie Sang ! sebenarnya ini hari kau sedang main setan apa?
bukankah ini hari adalah waktu bagi kita untuk berebut kemenangaa ?
kenapa bocab cilik ini kau bawa juga ? apa dia pun ingin merebut gelar
sebagai jago nomor wahid di dalam seluruh kolong langit ?"
Mendengar perkaiaan itu air muka Liem Tou berubah sangat bebat.
"Ke siauw cu kau jangan sembarangan omong ! apa kau sudah lupa
dengan perjanjian kita sewaktu ada di gunung Go bie" Teriaknya.
"Kau tidak melihat muka orang lain masih ingin merebut gelar jagoan
segala . .. Hmm ! sunggu tidak tahu malu!"
Air muka Thian Pian Siauwcu segera berubah hebat, tidak kuasa lagi
dia sudah mengundurkan diri dua langkah kebelakang matanya memandang
Liem Tou dengan melotot.
Apa? orang yang menantang bertempur sewraktu ada digunung Go bie
adalah kau? kau andalkan apa untuk berbuat begitu?" tanyanya setengah
mengejek. Mendadak dia angkat kepalanya dan tertawa kembali. Lie Sang!" serunya. "Kau lagi pikirkan yang bukan bukan,
terang
terangan dia panggil kau supek . . . kau . . kau suruh seorang boanpwee untuk tantang aku bertempur kau tidak pandang sebelah mata
kepadaku yaa?" . Batu saja dia selesai berkata mendadak bagaikan kilat
cepatnya dia sudah berkelebat tiba di hadapan Lie Loo jie, sepasang
telapak tangannya didorong ke depan menghajar dadanya.
"Ini hari aku mau adu jiwa dengan kau orang!' Bentaknya dengan benci.
Thian Pian siauw cu benar benar merasa amat kheki, karena itu dia
lantas melancarkan serangan dahsyat kearah Lie Loo jie.
Lie Loo jie yang melihat datangnya serangan yang amat ganas buru
buru hendak menghindarkan diri.
Liem Tou yang berdiri disisinya pada saat itu segera mendengus
dingin telapak tangannya diayun ke depan melancarkan satu pukulan tak
berwujud yang amat dahsyat sekali.
Diwajahnya Liem Tou kelihatan tak bertenaga padahal Thian Pian siauw
cu yang kena diserang segera merasakan adanya satu tekanan yang amat
keras menekan badannya dalam hati dia merasa amat heran sekali.
Tubuhnya dengan cepat berputar lalu me nyingkir kesamping, setelah
bersusah payah akhirnya dia baru barhasil menghindarkan diri dari
serangan itu, walaupun begitu tidak urung dia dibuat melougo juga
sambil memandang Liem Tou dengan mata terbelalak.
Mimpipun dia tak pernah menduga kalau Liem Tou bisa memiliki
kepandaian silat yang begitu lihaynya.
"Ke Siauw cu !" seru Liem Tou sambil tertawa dingin. "Beberapa tahun
yang lalu ayahku si pancingan emas sakti pernah dikalahkan dibawah
seranganmu, ini hari akupun akan mengalahkan dirimu seperti apa yang
dialami ayahku tempo hari."
Sehabis berkata dia segera menoleh kearah Lie Loo jie. "Supek ! Perjanjian tiga nukulan sudah tiba, tenmalah
seranganku !'
Lie Loo jie yang tiba tiba mendengar Liem Tou mengungkat persoalan
janji tiga pukulan itu didalam hati lantas mengerti dia sudah tidak
sabar lagi untuk cepat cepat membalaskan dendam ayahnya, tak kuasa
lagi dia lalu tertawa terbahak bahak.
"Liem Tou ! Sekarang aku sudah bukan supekmu, kan turun tanganlah!
Sewaktu ada di tebing Leng Ay digunung Go bie kau sudah curi lempengan
besiku, ini hari aku mau balas sakit hati ini !"
"Hui Tui Ji ! kau pun sudah tipu kitab pusaka Toa Loo Cin Keng serta
membawa pergi kerbauku, kenapa kau tidak katakan sekalian ?" teriak
Liem Tou lagi dengan keias "Nih terima seranganku ."
Kakinya dengan menggunakan ilmu langkah San Cap Lak Thian Poh Hoat
dengan meng-unakan jurus "Tui Cuan Pit Gwaat" atau mendorong jendela
menutup rembulan dia menghajar tangannya ke depan.
Saat ini Liem Tou hanya menggunakan tenaga tiga bagian saja,
walaupun diluarnya kelihatan amat dahsyat padahal didalamnya
adalah kosong.
Tetapi menurut pemikiran Lie Loo jie dia tak ingin berbuat demikian,
kalau mau bertempur ya sungguh sungguh bertempur.
Kuda kudanya diperkuat, dengan menggunakan jurus "Hong Hok KieThian"
atau banyak rejeki mengalir ke langit dia menerima datangnya serangan
dari Liem Tou dengan delapan bagian tenaga dalamnya.
Seketika itu juga Liem Tou tidak kuat menahan diri, tubuhuya
sempoyongan dan mundur kebelakarg, sebaliknya Lie Loo jie sendiri
masih tetap berdiri tetap tidak bergerak.
"Hey Liem Tou kau lagi berbuat apa ??? Siapa yang suruh kau
mengalah buatku ?" teriaknya keras. Janji tiga jurus, tidak ada jurus
yang tidak bisa terpakai."
Liem Tou menjadi melengak dibuatnya, dia sama sekali tidak menyangka
kalau Lie Loo jie bersungguh sungguh terhadap urusan ini. terpaksa dia lantas menyahut :
"Siapa yang bilang jurus ini tidak bisa terpakai, di dalam tiga
jurus ini mau ringan mau berat adalah hakku, kau apakah tahu apa
maksudku berbuat demikian ? '
Tidak menanti Lie Loo jie naemberi jawabannya. dia kembali
melancarkan sutu pakulaan ke depan.
"Hei Tui Jie, terimalah kembali serarganku ini !"
Lie Loo jie mengira pukulan dari Liem Tou kali ini teniu akan
menggunakan tenaga penuh karenanya dia sedikitpun tidak berani berlaku
gegabah. dengan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya dia menyambut
datangnya serangan tersebut.
Siapa tahu apa yang dilancarkan oleh Liem Tou sedikit pun tidak
bertenaga, hal ini benar benar membuat hatinya seperti dibakar,
wajabnya terasa amat panas karena sikap dari Liem Tou ini jauh terasa
lebih menyakiti hatinya daripada dipukul luka.
Bagaimana dia orang suka menerima penghinaan ini dihadapan Thian
Pian Siauw cu , si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu tiga
orang jagoan kelas wahid ?
Saking gusarnya dia lantas melancarkan serangannya semakin gencar
lagi mendesak diri Liem Tou. ' Hey Hui Tui Ji hati hatilah !" tiba tiba Liem Tou membentak keras.
Lie Loo jie jadi amat terkejut, belum sempat dia berpikir lebih
panjang mendadak terasa adanya segulung angin pukulan yang sangat
keras menekan kepalanya.
Hal seperti ini beaar benar diluar dugaan nya. dengan gugup dia lalu
balas melancarkan satu pukulan.
Tetapi keadaan sudah terlambat, tubuhnya sudah terkena pukulan dari
Liem Tou hingga mundur ke belakang tujuh, delapan langkah dengan
terhuyng huyung, akhirnya dia tidak kuat menahan diri lagi tak kuasa
lagi tubuhnya
jatuh terduduk di atas tanah.
Bersamaan pula wajahnya dari pucat pasi berubah menjadi kebijau
hijauan seluruh badan amat sakit sehingga gemetar keras.
Kiranya Liem Toi yang pada jurus pertama mendapat makian dari Lie Loo
jie, pikirannya segera berubah. pada jurus kedua dia kembali melancarkan serangan kosong dan menanti Lie Loo ji dibuat tertegun
itulah mendadak bagaikan kilat cepatnya dia melancarkan satu pukulan
dengan meaggunakan tenaga dalam sebesar lima bagian.
Lie Loo jie yang hatinya lagi jengkel sedikit tidak berhati hati
dirinya sudah terkena putulan Liem Tou hingga rubuh keatas tanah. Lien Tou mana mungkin ada maksud untu melukai Lie Lo jie, apalagi
pada pertemuan di puncak pertama digunung Cing Shia ini musuh
tangguh pada berkumpul dan Lie Loo jie sendiri merupakan satu satunya
Jagoan yang memimpin pertempuran ini.
Liem Tou jadi teramat kaget, tubuhnya dengan cepat menerjang kedepan.
"Supek !" teriaknya dengan keras. "Sutit sudah ketelanjur turun
tangan sehingga membuat supek jadi terluka sekarang apakah lukanya
berbahaya?"
Walaupun Lie Loo jie menderita luka sehingga wajahnya kehijau hijauan
menahan sakit tapi dia membuka matanya juga lalu tersenyum ramah.
"Sutit kau berbuat sangat benar. perbuatanmu amat baik!" ujarnya
perlahan. "Kau pergilah menghadapi Ke Hong serta Thiat-Bok, aku tidak
ada urusan lagi. kau pergilah! mereka tak akan berhasil mengalahkan
diri mu tetapi Ke Hong jadi orang tidak terlalu jahat kau jangan
melukai nyawanya, Thiat Bok jadi orang amat kejam kau boleh hadapi
dirinya sesuka hatimu!"
Dengan terburu buru Liem Tou mengangguk.
Supek kau tenanglah! sutit bisa pergi hadapi mereki" hiburnya dengan
suara yang lembut." Mereka berdua aku tidak akan membunuhnya, supek
kau tahu bukan kalau aku tidak ingin membunuh orang ?
Mendadak Lie Loo jie pentangkan matanya lebar lebar dia memandang
sekejap ke arah Liem Tou.
Sewaktu dilihatnya dari sinar mata Liem Tou mengandung rasa yang iba
hati dia lantas menghela napas panjang. ' Liem Tou tadi aku sudah
bilang terserah kau hendak menghadapi mereka secara bagai mana"
katanya perlahan. Tetapi Thiat Bok Hweesio barus dijaga baik baik
sehingga jangan sampai mendatangkan bencana dikemudian hari, apalagi
sucouwmu adalah mati di tangan mereka !"
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera merasakan hatinya
tergetar amat keras, dengan taapa terasa dia sudah melirik sekejap ke
arah Thiat Bok Thaysu.
Saat itupun Thiai Bok Thaysu sambil tertawa dingin sedang memandang
ke arah Liem Touu dengan sepasang matanya yang hijau memancarkan sinar
tajam.
Liem Tou yang melihat sikapnya itu dalam hati merasa amat benci
sekali, tetapi bayangan dari si kakek berambut putih dari Heng San
Pay kembali terbayang dihadapan matanya.
Dengan perlahan dia menoleh kembali ke arah Lie Loo-jie dan memandangnya dengan termangu-mangu. belum sempat dia mengucapkan
sesuatu kata mendadak terhadap Lie Siauw Ie serta si gadis cantik
pengangon kam-bing sudah berlari mendatang dengan kecepatan yang luar
biasa.
Orang belum sampai terdengar dari tempat kejauhan si gadis cantik
pengangon kambing sudah beteriak dengan cemas :
"Engkoh Liem kau sudah gila ?? kenapa kau lukai ayahku ? ?"
"Adik Tou!" terdengar Lie Siauw Ie pun ikut berteriak. "Dari jauh
aku bisa melihat kau pukul suhu sampai terluka, apa maksudmu berbuat
demikian ? ?".
Mereka cepat cepat lan kedepan dan memandang Liem Tou dengan
pandangan tercengang, kemudian dengan terburu-buru memeriksa luka
dari Lie Loo-jie.
Liem Tou sendiri merasa bingung bagaimana seharusnya memberi
penjelasan kepada meieka, walaupun bibirnya sudah bergerak tapi
sepatah katapun bisa diucapkan keluar, akhirnya Lie Loo jie sendiri
yang membuka mata dan memaki Lie Siauw Ie serta si gadis pengangon
kambing dengan suara yang rendah:
"Ie jie! Wan jie ! Suruh kalian nonton dari samping saja kenapa
tidak mau menurut? Liem Tou tidak salah dia seharusnya berbuat
demikian, ayoh cepat pulang. Disini tidak ada urusan kalian".
Dengan perlalan Liem Tou bangkit berdiri.
"Ie cici ! Wan Moay moay ! Saat ini bukanlah tempat untuk bercakap
cakap" ujarnya mendadak. 'Cepat kalian menyingkir ke samping supek,
urusan selanjutnya biar aku terangkan di kemudian hari saja".
Dengan pandangan bingung dan tercengang Lie Siauw Ie maupun si gadis
cantik pengangon kambing memandang sekejap ke arah Liem Tou lalu
tidak bertanya lebih lama lagi, dengan terburu buru mereka membimbing
Lie Loo jie ke samping.
"Ke Siauw cu !" ujarnya sambil menuding wajahnya. "Setahun yang lalu
sewaktu ada dilembah cupu-cupu kau menggunakan sepasang burung elangmu
paksa aku Liem Tou sehingga lari terbirit-birit dan nyawaku terancam
bahaya, soal ini aku tidak akan tanya kau lagi, aku cuma mau tanya kau
tempo hari dengan cara apa ayahku menderita kekalahan di tanganmu?"
Thian Pian siauw cu yang melihat Liem Tou berhasil melukai Lie Loo
jie dalam hati merasa amat terkejut, dia merasa rada bergidik.
Tetapi demi menjaga sikapnya yang sombong dan jumawa dia lantas
berkata dengan suara yang amat dingin.
Hoo han tak akan meugungkat kejadian di masa yang lalu, Liem Tou kau ingin berbuat bagaimana lakukan saja, aku akan terima seluruh
permainanmu itu Lieji Tou tidak langsung menjawab, dia termenung
untuk berpikir beberapa saat lamanya.
Ke Siauw cu, ujarnya kemudian. Ini hari bilamana kau terkalahkan
ditanganku, apakah kau berani melakukan tindakan seperti ayahku tempo
hari mengundurkan diri dari Bu lim ? aku tidak ingin melukai dirimu
bilamana kau setuju marilah kita mulai her gebrak.
THIAN Pian Siauw cu pun lantas termenung berpikir sebentar tadi dia
sudah merasakan kelihayan dari ilmu pukulan Liem Tou dan melihat pula
Lie Loo jie terluka dibawah serangannya, dalam hati lantas berpikir :
"Liem Tou bocah cilik ini ada kemungkinan cuma lihay di dalam ilmu
telapaknya saja!
Tiba tiba dia teringat kermbali akan kelihayan dari barisan burung
elanguya. cuma pertempuran ini ada sangkut paut yang besar dengan nama
Ke Hong di dalam Bu-lim, dia tidak ingin mati diatas pegunungan yang
sunyi dan tidak ingin menggantungkan kejayaannya ini diatas kelihayan
burung elangnya.
Tidak terasa dia sudah terjerumus kedalam lamunan.
Liem Tou yang melihat Thian Pian siauw cu lama sekaii tidak menjawab
lantas mengejek 'Heeep , , .heeee , , , Thian Pian siauw-cu ! kelihatannya kau adalah
seorang yang bernyali , , .haa , . .haa , , .tidak disangka nyalimupun
amat kecil ! tentunya kau takut bukan ? kalau begitu kita tidak usah
bertanding lagi. kau boleh cepat cepat me nggelinding pergi dari
gunung Cing Shia ini ! bilamana kau berani naik gunung Cing Shia ini
maka janganlah bersikap begitu jeri !"
Thiau Pian Siauw cu yang dipanasi oleh Liem Toa dalam hati segera
merasa kheki!
Seluruh tulangnya berbunyi nyaring, jubahnya berwarna biru bergoyang
tiada hentinya, mendadak saja tubuhnya sudah membengkak beberapa kali
lipat.
Sewaktu ada di lembah Cupu cupu Liem Tou pernah melihat keadaan
semacan ini karenanya diapun tahu kalau orang itu lagi menyalurkan
tenaga murninya.
Diam diam Liem Tou pun lantas bersiap sedia karena dia tahu walaupun
Thian Pian Siaw Cu adalah seorang yang sombong tapi pikirannya cerdik,
kadang kadang dia bisa melancarkan serangan bokongan dengan
menggunakan kesempatan selagi orang tidak bersiap sedia.
"Liem Tou" Terdengar Thian Pian Siauw Cu membentak secara tiba tiba.
Ayahmu si pancingan emas Liem Cong terkalahkan di dalam tiga kali
pertandingan tempo hari. Apakah kau berani menerima tiga pertandingan
pula dengan aku orang? Bilamana aku kalah maka sejak ini hari tidak
akan ada nama Thian Pian Siaw Cu lagi di dalam Bu Lim, tetapi
bagaimana kalau kau yang kalah?
Liem Tou yang mendengar Thian Pian Siau Cu sudah menyetujui mendadak
dia tertawa tergelak dengan amat kerasnya sehingga menggetarkan
seluruh angkasa dan suara tertawa ini bukan lain persis seperti
tertawa tergelak yang di dengar Thian Pian Siaw Cu sewaktu ada di
gunung Go Bie.
"Ke Siauw Cu jangan dikata tiga pertandingan sekalipun sepuluh
pertandingan Liem Tou akan mengirinya dengan tangan terbuka" ujar Liem
Tou dengan nyaring. Bilamana aku Liem Tou menemui kekalahan di
tanganmu maka dihadapanmu juga akan bunuh diri.
Thian Pian Siaw Cu yang mendengar Liem Tou mengambil keputusan dengan
begitu tegasnya tidak kuasa hatinya merasa rada berdesir. Liem Tou, kenapa kau ingin mati? Serunya tak terasa.
Liem Tou sendiripun sama sekali tidak menyangka Thian Pian Siaw Cu
bisa mengucapkan kata kata seperti ini, tidak terasa lagi hati rasa
sedikit tergerak. Thian Phian siauwcu. Pikirnya dihati. Lain kali aku akan membiarkan
kau lolos satu kali dari tanganku.
Dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebutir mutiara lalu
dipatahkan jadi dua bagian dan yang separuh diserahkan buat Thiat Pian
siauwcu.
Ke Siauwci. mutiara yang separoh ini terimalah. ujarnya dengan
keras. Mengingat budi kebaikanmu ini hari, lain waktu jikalau kau
menemui kesulitan aku Liem Tou tentu akan lepaskan kau satu kali.
Thian Piauw siauwcu yang mendengar perkataan ini jadi rada tertegun,
terima menerima tidak baik untuk menerimanya juga tidak tenteram .. .
membuat hatinya rada kebingungan.
Liem Tou yang melihat dia orang tidak suka menerima mutiaranya
dengan cepat lantas melemparkan barang itu kebadapannya memaksa Thian
Pian siauwcu terpaksa harus menerima juga.
Baiklah, marl kita mulai bertanding ujarnya Liem Tou kemudian.
"Pertandingan pertama bagaimana kalau kita tentukan kelihaian kita
masing masing dengun mengadu ilmu?" Ujar Thian Pian Siauwcu kemudian.
Pertandingan kedua kita adu kecepatan. coba lihat siapa yang lebih
cepat sampai dip uncak Tiang Jie Hong beberapa puncak dari tempat ini.
Ketiga ada sedikit barisan kecil dapatkah kau memecahkannya?"
Bukankah barisan burung burung yang ber satu padu
?"seru Liem Tou sambil tersenyum.
Thian Pian Siauwcu yang mendengarkan perkataan tersebut ssma sekaii
tidak menjawab, dengan perlahan dia berjalan mendekati Liem Tou.
Pertandingan ilmu telapak ini hendak dipertandingkan secara bagaimana?"
"Sudah tentu harus telapak beradu dengan telapak !" jawab Thian Pian
Siauwcu sambil terta wa dingin.
"Kalau regitu tidak bisa jadi, poiong Liem Tou sambil goyangkan
kepalanya berulang ka li. Bilamana kau ingin adu telapak lawan tehpak
bukankah pertandingan yang kedua
serta yang ketiga tidak berlangsung lagi coba kau bayangkan tenaga
dalamku tidak bisa menandiugi tenaga dalam supekku, bagai mana kau
boleh adu tenaga dengan aku orang.
Lebih baik kita mencari jalan yang lain saja.
Perkataan yang diucapkan oleh Liem Tou ini adalah kata kata yang
benar, walaurun Thian Pian siauwcu belum pernsh sungguh snngguh adu
tenaga dengan Liem Tou teiapi dengan satu pukulannya yang berhasil
menghalangi angin pukulan yang lagi dihantamkan ke arah Lie Loo Jie
itu Thian Pian Siauw cu sudah mengetahui kelihayan dari lawan-nya.
Tetapi Thian Pian siauw cu walaupun sudah berpikir setengah harian
tidak mendapat kan juga cara yang lain untuk memecahkan persoalan ini,
sedang Liem Tou sendiripun tidak mendapatkan cara yang lain.
Lama sekali mereka berdua termenung, tiba tiba terdengar Thian Pian
Siau Cu membuka mulut.
"Kalau begitu demikian saja", ujarnya;
"Pertandingan pertama ini kita singkirkan dulu. Kita lakukan pertandingan kedua terlebih dulu, bagaimana ?"
"Pertandingan yang kedua adalah mengadu ilmu meringarkan tubuh.
Ke Siauw cu ! Walaupun ilmu meringankan tububmu sangat tinggi tetapi
sewaktu ada digunung Go bie sampai bayangan tubuhku saja kau tidak
bisa melihat coba bayangkan, apakah kau bisa menangkan diriku ?"
"Tentang hal itu adalah urusanku sendiri. kata Thian Pian siauw cu
sambil tertawa. Kau tidak usah kuatir lagi bagaimana kalau kita adu
cepat siapa yang tiba di puncak Tian Jie Hong terlebih dulu dialah
yang menang.
Bagus. Baru saja dia menyahut tampaklah tubuh Thian Pian Siauw cu bagaikan
kilat cepatnya sudah menuruni puncak pertama dari gunung Cing Shia
ini.
Liem Tou segera bersuit nyaring, si penjahat naga merah, Thiat Bok
Thaysu, Ciat Siauw Thaysu itu ciangbunjin dari Siaw lim pay, Heng San
Jie Yu, para Toosu Bu tong pay berserta Lie Sieuw Ie dan sigadis
cantik penangon kambing belum sempat melihat bagimanakah gerakan tubub
dari sang pemuda, tahu tahu jejakrya sudah lenyap tak berbekas.
Liem Tou yang sudah ada di bawah puncak segera kehilangan jejak dari
Thian Pian siauw cu. tidak terasa dalam hati merasa rada kehe-ranan.
Apa dia benar benar jauh lebih cepat dari diriku ? Pikirnya.
Hatinya juga rada sedikit bergerak saja tanpa memikirkan terlalu
mendalam soal ini dengan seluruh tenaga dia berlari melewati dua buah
puncak.
Puncak Tiang Jie Hong sudah ada di hadapan mata, "dalam hati Liem Tou
merasa amat girang, dengan cepat dia bersuit nyaring lalu dengan
seluruh tenaga meluncur ke atas dinding puncak tersebut dengan
kecepatan yang luar biasa.
Pada seat dia tiba pada punggung puncak itulah mendadak terasa olehnya sesosok bayangan manusia berkelebat lalu lenyap tak berbekas,
dalam hati merasa rada heran tapi dia tidak menggubrisnya.
Hanya dalam sekejap saja dia sudah tiba di atas puncak Thian Jie Hong
itu, tiba tiba terdengar suara tertawa dari Thian Pian si uw cu bergema menggetarkan seluruh angkasa
'Liem Tou ! aku orang sudah lama sekaii menanti kedatanganmu disini,
apa kau sudah tertidur di tengah jalan ejeknya.
Mendengar suara tersebut Liem Tou jadi amat terkejut. ketika dia
dongakkan kepalanya keatas . .sedikitpun tidak salah. Thian Pian siauw
cu sudah ada diatas pincak, wajahnya tidak merah napasnya tidak
ngos-ngosan kelihatannya sama sekaii tidak menghamburkan sedikit
tenagapun.
Lien Tou yang melihat dirinya menemmukan kekalahan di tangan Thian
Pian siauw cu dalam hati merasa amat kuatir, baru saja tubuhnya tiba
di atas puncak dia pun sudah melancarkan satu serargan yang mencengkeram pergelangan tangan Thian Pian Siaw Cu. dia kepingin
menanyai urusan ini sampai jelas.
Terburu buru Tbian Pian Siauw cu mundur satu langkah ke belakang.
"Liem Tou ! Perkataan baru saja bergema di telinga, apa kau sudah
merasa meyesal ?" Bentaknya dengan keras. Liem Tou tahu dirinya terlalu terburu nafsu, tetapi ketika teringat kalau Thian Pian siauw cu jauh lebih cepat dari dirinya dia jadi merasa heran, mana mungkin hal ini bisa terjadi ?
"Ke Siauw cu !" Tak tertahan lagi dia lantas bertanya. "Ilmu meringankan cububmu cayhe merasa amat kagum, tetapi dapatkah kau beritahu kepadaku kau lewat dari jalan yang mana?"
Dengan liciknya Thian Pian siauw cu lantas tertawa. "Di atas langit masih ada langit, apa kau kira ilmu silat yang
paling lihay di kolong langit pada saat ini cuma kau Liem Tou seorang saja ? Liem Tou! Aku beritahu padamu aku orang bisa terbang di langit dan bisa nenyebrangi sungai tanpa menginjak tanah, percaya tidak ?
Dengan termangu mangu Liem Tou memperhatikan diri Thian Pian Siauw cu. Mendadak dia teringat kembali akan bayangan hitam yang dengan cepatnya berkelebat di atas puncak hatinya jadi rada tergerak.
Dia jadi sadar kembali apa yang sudah terjadi, tidak kuasa lagi lantas tertawa terbahak bahak.
Ke Siauw cu. perbuatanmu yang menipu orang sungguh hebat sekali, apa kau tidak takut ditertawai orang orang Bu-lim ?' Thian Pian Siauw cu segera mengetahui kalau Liem Tou telah mengetahui Kalau tadi dia menunggang elangnya, tapi sikapnya masih tetap sombong sekali.
"Liem Tou, kau bilang apa ? kenapa kau tidak memaki kepandaianmu sendiri yang cetek. kini malah menyalahkan orang lain? Coba kau pikir bukankah tadi aku cuma bilang adu kecepatan sampai di atas puucak Tiang Jien Hong ? Sedang soal menggunakan cara apa kan tidak dibicarakan ? bagaimana sekarang kau orang malah menyalahkan diriku ?" Liem Tou yang mendengar perkataannya sedikitpun tidak salah terpaksa harus menahan sabar.dia cuma menyalahkan dirinya kurang teliti sehingga kena dikibuli orang lain dan menderita kekalahan dalam pertandingan ini.
Semakin berbicara Thian Pian Siauw cu merasa semakin bangga sehingga tidak tertahan tertawa lagi dengan kerasnya. "Ke Siauw cu kau jangan senang tenang dulu. masih ada dua pertandingan yang harus diselesaikan !" seru Liem Tou sambil kebutkan ujung bajunya.
Sehabis berkata dengan menggunakan jalan yang sama dia berkelebat kernbali ke puncak pertama sedang Thian Pian Siauw cu mengikuti dari belakang.
Baru saja mreka berdua melewati puncak mendadak dari kejauhan berkumandang datang suara teriakan yang keras sekaii seperti ada orang yang sedang bertempur. Dalam hati Liem Tou merasa sangat terkejut sekaii, dia merasa kuatir Lie Loo jie yang lagi menderita luka sudah kena diserang oleh Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga meiah.
Apalagi Liem Tou tahu kalau ilmu jari Hek Khie Tok Cie dari Thiat Bok Thaysu ini amat lihay sekaii dan merupakan satu pukulan berhawa khie kang yang lihay dan sukar untuk dipunahkan.
Walaupun tenaga murni dari Lie Loo jie amat tinggi tetapi dengan keadaan luka apakah dia bisa bertahan terhadap serangan serangan dari musuhnya itu ?
Berpikir sampai disini tidak kuasa lagi dia mempercepat gerakannya,
dia merasa kenapa dirinya tidak bersayap.
Thian Pian siauw cu yang ada dibelakang nya sewaktu melihat dia mempercepat gerakannya diapun lantas ikut menambahi beberapa bagian tenaga, tetapi mana dia orang bisa menangkan pemuda itu ? hanya di daiam sekejap saja Ke Hong sudah ke hilangan ba yangan dari Liem Tou.
Melihat kejadian itu Thian Pian siauwcu lantes lertawa geli.
"Pokoknya di dalam ilmu meringankan tubuh aku sudah memperoleh kemenangan, sekalipun sewaktu kembalinya kau lebih cepatpun tiada gunanya " demikian pikirnya di hati.
Bukannya mempercepat langkahnya dia sengaja malah memperlambat gerakannya bahkan terakhir selangkah demi selangkah berjalan, jelas dia ingin menunjukkan sifatnya yang amat keren
Bagaikan berkelebatnya segulung angin dengan cepatnya Liem Tou sudah berada kembali di puncak pertama, dia bisa melihat di atas puncak sudah diperuhi dengan sinar golok dan bayangan pedang yang menyilaukan mata ternyata para Toosu dari Bu tong pay dengan meminjam kesempatan sewaktu Thian Pian Siauw cu lagi mengadu kecepatsn dengan Liem Tou mereka mengerahkan ilmu barisan Ngo Heng Pek So Tinnya untuk mengurung si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu untuk
membalaskan dendam bagi Ciangbunjien Leng Cing Ci.
Tetapi pada saar ini di atas puncak sudah menggeletak berpuluh puluh sosok tosu Bu-tong-pay. toya yang ada ditangan Ciat Siauw Thaysu dari Siauw lim pay diputar sedemikian rupa sehingga beruhah menjadi segulung sinar keputih-putihan sedang sepatang pedang dari Heng San Jie Yu dimaainkan dengan kencang membuat angin serangan menderu-deru.
Walaupun begtu mereka tidak berani terlalu dekat dengan badan si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu, agaknya mereka merasa tidak terlalu mantap untuk melancarkan serangannya.
Sebaiknya si penjahat nata merah serta Thiat Bok Thaysu sendiri dengan tenangnya berdiri di atas puncak, mereka sama sekali tidak tertarik oleh keributan dari para toosu-toosu itu bahkan serangannyapun dilancarkan kadang kadang saja.
Pada saat ini para toosu dari Bu tong pay lagi membentuk barisan Hauw Heng Tin dan berputar tiada henti hentinya bagaikan roda mendadak terdengar Ciat Siauw Thaysu dari Siauw lim pay itu membentak keras, toyanya dengan menggunakan jurus "HengSauw Cian Cin" melancarkan serangan ke depan.
Toyanya dengan membentuk satu rentetan sinar yang menyilaukan mata dengan amat dahsyat menghajar kepala si penjahat naga me rah serta Thiat Bok Taysu.
Bersamaan waktunya pula Heng San Jie-Yu mengetarkan pergelangan tangannya dan memainkan dua gunung bunga bunga pedang bagaikan kilat cepatnya nenyambar tubuh ke dua orang tersebut.
si penjahat naga merah segera meraung keras.
Bajingan tua kau sudah tidak ingini nyawamu lagi ???"' Bentaknya dengan keras.
Terhadap datang serangan toya serta sepasang pedang itu dia sama sekaii tidak ambil gubris hanta dengan Sepasang tangannya disambuntnya serangan tersebut disertai segulung angin sambaran yang amat keras sekali.
Agaknya Ciat Siauw Thaysu sudah mengadakan persiapan terlebih dulu, mereka bertiga segera memencarkan ke samping menghindarkan diri dari sambaran angin pukulan dari si penjahat naga merah itu.
setelah itu dengrn mengikuti gerakan tersebut tubuhnya berputar.
Mereka bertiga dengan menggunakan jurus Im Sauw Cing Thian" atau
menyapu mega membersihkan langit dan Cing Im Jut Siauw atau mega bersih
muncul digunung serta "Ingg Lok Peng Sah" atau burung bangau terbang
di pasir bersama sama melancarkan serangan ke arah Thiat Bok Tnaysu
dengan kecepatan yang luar biasa.
Walaupun Thiat Bok Thaysu selama ini selalu waspada tetapi tak sempat pula untuk raengeluarkan ilmu jari Hek Khie Cie Toknya.
Terpaksa ujung jubahnya dikebut ke depan diikuti tubuhnya meloncat ke samping untuk menghindar.
Tetapi waktu sudah agak terlambat •"Sreeet . . . !" dengan disertai suara yang nyaring jubahnya sudah berhasil dibabat robek oleh sambaran pedang Loo jie dari Heng san Jie Yu.
Thiat Bok Thaysu jadi teramat gusar, dia menjerit keras laksana pekikan serta jeritan setan.
Sesosok bayangan hitam dan kurus bagaikan kilat cepatnya meloncat ketengah udara lalu melancarkan serantan dahsyat dari atas.
Ciat Siauw Thaysu maupun Heng San Jie Yu merupakan seorang ciangbunjin dari satu partai besar dan merupakan jago jago berkepandaian tinggi pula, sudah tentu mereka mengerti akan kelihayan dari serangan tersebut.
Dengan serentak ujung kakinya menutul permukaan tanah lalu meloncat mundur sejauh tiga depa ke belakang.
Thiat Bok Thaysu mana mau menyudahi sampai disitu saja, sekali lagi dia membentak keras, tubuhnya bersalto di tengah udara sedang kesepuluh jarinya dipentangkan lebar lebar lalu menerjang ke arah Lie Loo jie dari Heng san Jie Yu.
Loo-toa dari Heng san Jie Yu serta Ciat Siauw Thaysu terburu buru menyingkir kesamping lalu bersama sama menggerakkan toya serta pedangnya menerjang punggung Thiat Bok Thaysu. Loo jie cepat menyingkir, hawa beracun dari setan tua ini sangat lihay dan jangan sampai terkena badanmu" teriak mereka berbareng.
Loo jie dari Heng san Jie Yu ini sudah tentu mengetahui keadaan yang berbahaya, bewa murninya segera disalurkan keseluruh tubuh kemudian meloncat mundur dua kaki jauhnya dan dengan tepat berhasil menghindarkan diri dari serangan hawa beracun itu.
"Serbu !" teriaknya kemudian sambil mengulapkan tangannya. Para toosu dari Bu tong pay bersama sama lantas membentak keras, barisan pun segera berubah menjadi gaya burung bangau dengan membagi menjadi tiga jurusan menyerbu ke depan sehingga mirip sekali dengan cakaran burung bangau dengan paruhnya.
Hanya di dalam sekejap saja si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu sudah terkuruug di tengah tengah kalangan, serangan pedang bagaikan titiran air hujan dengan gencarnya menghajar tubuh kedua orang itu.
Kiranya ilmu jari beracun "Khie Tok Cio" dari Tiat Bok Thaysu ini masih belum berhasil dilatih hingga mencapai pada puncak kesempurnaannya, setiap kali setelah melancarkan pukulan dengan hawa beracui, maka dia harus tarik kembali terlebih dahulu hawa itu kemudian baru bisa digunakan lagi.
Pada mulanya semua orang masih tidak mengerti akan hal ini sehinggi ada bsberapa orang Toosu terkena pukulan beracunnya tetapi setelah titik kelemahannya ini ditemukan cara bertempurpun lantas berubah. ? Dengan Ciat Siauw Thaysu serta Heng san Jie Yu yang memancing pukulan hawa beracun dari Thiat Bok Thay&u kemudian para Toosu toosu dari Bu tong pay ini menggerakkan barisannya maju bersama sama.
Dengin gerakan dari mereka ini hawa tersebut segera memperoleh hasil yang lumayan seketika itu juga si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu dibuat kalang kabut tidak ada ujung pangkalnya.
Mereka berdua segera membentak gusar tubuhnya dengan gaya burung bangau menerjang ke langit meloncat setinggi tiga kaki, baru saja mereka bermaksud untuk melayang ke luar dari kepungan para toosu toosu itu mendadak terdengar suara bentakan yang amat nyaring dari salah seorang toosu toosu But tong pay itu.
"Tiang Hong Cian Jien atau pelangi merah menutupi sang surya! .
Mendengar suara bentakan itu para toosu toosu dati Bu tong pay segera berteriak kerras, berpuluh puluh bilah pedang bersama sama disambitkan ke arah si penjahat naga merah serta Thiat Bok Taysu.
Untuk beberapa saat lamanya seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan sinar pedang yang berkilauan meausuk mata, dan bagaikan air bah menerjang kearah kedua orang itu. Liem Tou yang melihat kejadian yang luar biasa ini diam diam merasa tercengang juga pikirnya.
"Para toosu toosu dari Bu tong pay sudah menggunakan jurus menyambit pedang. agak nya mereka benar benar hendak mengadu jiwa dengan si penjahat naga merah serta Thiat Bok Taysu".
Thiat Bok Taysu tidak malu disebut sebagai susiok dari si penjahat naga mereh walaupun berada di dalam keadaan yang benar benar kepepet dan didesak oleh curahan peiang laksana titiran air hujan hatinya tidak
menjadi kacau.
"Sutit hati hati menghadapi musuh, jangan gugup atau bimbang !" teriaknya dengan keras.
Tubuhnya sendiri lantas menekuk bagaikan busur, tanpa sedikitpun gugup tangannya melancarkan cengkeraman sedang kakinya menendang ke depan, seketiki itu juga pedang pedang yang menghajar badannya berhasil dipatahkan tiada bekasnya.
Sebaliknya si penjahat naga merah tidak sempat untuk menghindarkan dan kaki lenngannya sudah tertancap dua bilah pedang untung saja hanya luka di kulit saja sehingga tidak membahayakan.
Dengan terburu buru mereka berdua sama sama menggerakkan badannya ke samping, dan akhtrnya berhasil juga meloncat sejauh lima kaki dari tengah kalangan pertempuran.
Kini para toosu toosu dari Bu-tong Pay sudah pada kehilangan pedangnya, untuk memungut kembali pun tidak sempat lagi. Thiat-Bok Thaysu serta si penjahat naga merah melancarkan serangan secara mendadak hatinya terasa berdebar amat keras untuk selamatnya mereka lantas mengundurkan diri ke belakang.
Kesempatan yang amat bagus ini oleh Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah mana suka dilepaskan dengan begitu saja, terdengar si penjahat naga merah membentak keras dan mencabut keluar cambuk naga merah yang paling diandalkan olehnya.
Sebaliknya Thiat Bok Thaysu membentak keras, sepasang telapak tangannya segera berubah jadi menghitam. sambil memutar tubuhnya dia melancarkan serangan menghajar toosu toosu Bu long pay yang ada di paling depan
Liem Tou yang melihat mereka berdua hendak mulai melakukan pembunuhan secara besar besaran sudab tentu tidak mau berpeluk tangan terus, terdengar dia tertawa ringan ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan meloncat ke depan Thiat-Bok Thaysu maupun si penjahat naga merah, telapak tangannya disilangkan di depan dada siap siap menghadapi sesuatu.
Hey penjahat naga merah. Thiat Bok -Hweesio untuk semantara kalian jangan keburu menurunkan tangan jahat dulu," teriaknya, "Tunggu saja setelah aku berhasil pukul mun dur Ke Siauw cu di dalam tiga kali pertandingan kita baru melanjutkan kemtali pertempuran ini.
Ciat Siauw Thaysu yang melihat Liem Tou menghadang didepan mereka berdua dalam hati segera mengatahui kalau dia khusus datang menolong dirinya, karena itu dia lantas ulapkan tangannya mengundurkan para toosu yang mulai jadi kocar kacir itu.
Si penjahat naga merah yang melihat Liem Tou menghalangi gerakan mereka dalam hati jadi merasa amat gusar.
"Liem Tou !" makinya dengan jengkel. ' Terang terangan kematian dari para toosu-toosu bau sudah ada didepan mata kau sengaja menghalanginya, kenapa tidak berdiri jauh jauh saja menonton pertempuran ini dan justeru pada saat ini munculkan diri ?
Kau bangsat cilik, anak anjing cucu kura kura. . . anak jadah . . ." Haa . . .haa . . haa . . bajingan tua penjahat naga merah kau pun kenapa tidak berpikir ? Kenapa seorang ciangbunjien yang tidak ada salahnya dengan dirimu sudah kau bunuh mati ? Bilamana kesalahan ini ada ditangan mereka sudah tentu aku tidak akan menolong, tetapi sekarang . . apa kau suruh aku menolong dirimu untuk menghajar para toosu dar Bu tong pay ?" seru Liem Tou sambil tertawa terbahak bahak.
Pada saat itulah Thian Pian siauw cu sudah tiba, Liem Tou yang melihat munculnya orang itu dan teringat pula akan kemenangannya yang diperoleh dengan menggunakan akal licik. air mukanya segera berubah amat keren,
terhadap si penjahat naga merah serta Thiat Bok Taysu, lantas bentaknya dengan keras:
"Kalian berdua tak usah banyak bicara lagi, kaiau ada hutang, mau ditagih ayoh cepat dikumpulkan, menanti setelah aku menyelesaikan pertandingan ini dengan Ke Siauw cu kita berbicara kembali".
Sehabis berkata telapak tangannya segera didorong kedepan, segulung hawa pukulan yang amat keras dengan cepatnya mendesak ke arah kedua orang itu membuat si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu jadi kelabakan dan mundur ke samping, dengan gemasnya mereka melototi diri Liem Tou serta Thian Pian Siauw cu yang sudah berhedapan.
Saat ini orang orang yang ada di atas puncak pada kepingin mengetahui bagaimanakah kesudanan dari pertandingan tadi, tetapi mereka pun cuma bisa melihat dari perubahan air mukanya saja.
Sewaktu melihat air muka Thian Pian si-uw cu tenang-tenang saja bahkan tersungging satu senyuman sebaliknya wajah Liem Tou' berengut membuat orang itu jadi merasa keheranan.
Dengan demikian merekapun segera mengetahui ada sepuluh bagian Thian Pian Siauw cu sudah memperoleh kemenangan akhirnya merekapun pada berpikir dengan cara pemikiran yang lain.
Yang paling murung adalah Lie Siaw Ie serta gadis cantik pengangon kambing sedang yang paling giraag sudah tentu si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu jelas sekali mereka merasa amat girang karena Liem Tou yang memiliki kepandaian ilmu silai tinggi tetapi di dalam ilmu meringan tubuh sudah jatuh kecundang di tangan Thian Pian Sauw cu Lie Loo jie yang masih duduk bersila di atas tanah walaupun ukanya belum sembuh tetapi hatinya merasa amat kuatir terhadap menang kalahnya Liem Tou Dengan perlahan dia membuka matanya lalu tanyanya kepada si gadis cantik pengangon kambing dengan suara yang perlahan. "Pertandingan pertama siapa yang sudah memperoleh kcmenangan ?" 'Jika dilihat air muka engkoh Liem agaknya pertandingan kali ini dia sudah menemui kekalahan di tangan Thian Pian Siauwcu ! jawab si gadis cantik pengangon kambing seperti apa yang telah terjadi
Mendengar perkataan tersebut Lie Loo-jie jadi melengak. "Bagaimana mungkin bisa begini ? gumamnya seorang diri. "Tentang diri Ke Hong aku sudah mengeta huinya dengan amat jelas,
ilmu meringankan tubuhnya tidak bisa melebihi diriku bagaimana dia
bisa mempeioleh kemenangan dari Liem Tou ?"
Dia lantas memejamkan matanya untuk berpikir keras, walaupun begitu tetapi tidak terpikirkan juga olehnya apa sebabnya ha1 ini bisa terjadi.
Saat itulah Liem Tou sudah menjerit keras ;
"Pertandingan babak pertama aku sudah menemui kekalaban karena terkena siasatmu yang licik, pertandingan babak kedua ini adalah mengadu Ilmu pukulan, dapatkah kau mencarikan satu cara yang paling sempurna?"
'Pertandingan babak pertama aku sudah berbasil kalahkan dia, bilamana babak kedua ini pun aku bisa menang maka babak ke tiga tidak usah dipertandingkan lagi," pikir Thian Pian Siauw cu di daiam hati.
"Tetapi ilnu pukulannya lihay dan bisa menjagoi seluruh kolong langit, bila tidak menangkan dirinya dengan menggunakan akal babak ini tidak mungkin bisa." Dia berdiam diri termenung beberapa saat lamanya, mendadak pikirannya jadi terang dia sudah memperoleh satu cara yang amat bagus sehingga membuat hatinya iadi amat girang.
"Haaa ...haa.. .Liem Tou!" teriaknya sambil tersenyum." Aku sudah memperoleh satu cara untuk menjajal ilmu pukulan, cuma saja entah kau berani menerimanya atau tidak."
Ke Siauwcu. asalkan kau sudah memperoleh satu cara sudah tentu Cayhe akan melayaninya " Seru Liem Tou tidak berpikir panjang lagi.
"Heee . . . heee . . . apa sungguh sungguh perkataanmu itu? kalau sudah kau Lcapkan jangan menyesal lagi lho? ejek Tnian Pian siauw cu sambil tertawa licik. ? "Ke Siauw cu, aku Liem Tou adalah seorang lelakt sejati perkataan yang sudan diucapkan berat bagaikan gunung, kapan aku pernah menyesal ?"
Merdengar perkataan itu Thian Pian Siauw cu segera tertawa terbahak bahak dengan nyaringnya dengan perlahan dia bungkukkan badannya memungut sebuah batu cadas yang besarnya ada satu kepal kemudian diayun-ayun kan diatas. "Liem Tou, mari kita bertandingan untuk melemparkan batu cadas ini ke depan, siapa yang leoih Jauh siapa yang menang sudah tenaga pukulan yang terjauhlah yang paling kuat, bagaimana kalau kita gunakan cara ini saja? adil dan tak sampai melukai orang.. . , heee . . . heee . .. bukankah sangat bagus?" katanya sambil tertawa.
Mendengar caranya itu Liem Tou jadi melengak dibuatnya, untuk beberapa saat lama-nya ia tak dapat mengucapkan sepatah katapun, keningpun sudah dipenuhi dengan keringat dingin.
"Hmmm ! bajingan tua ini sungguh licik se kali." Pikirnya di hati dengan perasaan gemas. "Terang terangan dia mengetahui dirinya tidak akan menangkan tenaga pukulan diriku sekarang sudah pikirkan satu cara yang begitu liciknya ... diluarnya menang kelihatannya siapa yang jauh melemparkan batu itu dialah yang memiliki tenaga dalam paling sempurna, padahal yang sebetulnya mana lagi bertanding ilmu pukulan?
terang-terangan dia mengajak aku mengadu seluruh tenaga sendiri ditambahi keahlian untuk menyambit. bilamana keadaannya tidak tepat dan tak bertenaga besar untuk melemparkan batu itu ke tempat yang lebih jauh bukankah babak inipun aku bakal memperoleh kekalaban?'
Berpikir sarr pai disini Liem Tou benar benar merasakan hatinya seperti dibakar. tak kuasa lagi dia lantas bertertak : "Ke Siauw cu kau binatang licik ! itukah caranya pertandingan tenaga pukulan? Hmm terang terancan permainan kanak kanak kau anggap sebagai permainan orang dewasa !"
Tbian Pian siauw cu mengerti krlau Lien Ton tidak punya pegangan untuk rebut kemenangan, dia semakin bangga lagi.
"Hara ... H aaa . . . Liem Tou, melempa batu memang benar permainan dari bocah cilik, tetapi bisa juga digunakan sebagai cara untuk bertanding ilmu pukulan, bagaimana kau merasa manyesal dengan cara ini? ejeknya sambil tertawa.
Liem Tou segera merasakan seluruh tubuhnya gemetar amat keias.
"Aduh celaka pikirnya. Bilamana babak ini aku menemui kekalahan lagi, maka aku harus pegang janji. sekali pun tidak mati aku pun tidak punya muka untuk bertemu muka dengan orang lagi"
Tidak terasa lagi hatinya jadi merasa se makin tegang, tapi dia sudah menyanggupi orang lain dan kini tidak mungkin disesali kembali, terpaksa sambil keraskan kepala teriaknya dengan keras.
"Ke Hong, aku sama sekali tidak menduga kalau kau adalah seorang manusia licik yang tidak tahu malu. Aku Liem Tou kalau memangnya sudah menyanggupi dirimu sudah tentu tidak bakal merasa menyesal. ayoh sekarang kau boleh turun tangan terlebih dulu!"
"Sekali lagi Thian Pian siauw cu tertawa terbahak bahak. "Haa . .baa , , Liem,,Tou! kalau begitu kau pun boleh memungut batu
yang sama besarnya aku takut setelah aku menggunakan batu sebesar
kepalan ini untuk menyambit ke tempat jauh sekalinyt nanti kau
menggunakan batu yang kecil untuk main curang itu kan jadinya tidak bagus
bersamaan pula kita harus mencari seorang sebagai saksi untuk melihat seberapa jauh batu kita masing masing pihak terakhir jatuh."
Liem Tou tidak bisa berkata apa apa lagi terpaksa dia memungut pula sebuah batu sebesar apa yang diambil oleh Thian Pian-siauw cu setelah itu baru menggape ke arah Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon
kambing.