Raja Gendeng Eps 30 : Asmara Pedang Halilintar

 
Eps 30 : Asmara Pedang Halilintar


Tubuh gadis itu terbaring diam dilantai pondok yang dingin.

Rambutnya yang panjang sebahu menutupi sebagian wajah yang cantik pucat tidak berdarah. Sepasang mata terkatub mulut ternganga digenangi darah kental membeku. Dibagian leher yang putih jenjang terlihat membiru sebagai pertanda si gadis malang menemui ajal akibat cekikan.

Tubuh yang terlihat polos itu telah menjadi kaku. Gadis itu setidaknya telah meregang nyawa setengah hari sebelumnya. Orang tua berusia sekitar tujuh puluh tahun yang kini berdiri terpaku dimulut pintu pondok itu menyadari sang dara cantik yang terkapar didepannya telah mengalami perlakuan yang sangat keji dan biadab sebelum maut merenggut nyawanya.

Cukup lama tokoh ke Tujuh dari Puncak Akherat itu hanya berdiri diam dengan mata terbelalak dan mulut ternganga. Sampai kemudian dia menyadari tidak bisa lagi menolong puteri Carik Wiyoso dari dusun Suragebuk di kaki gunung Bismo itu.

Sambil menahan kegeraman dan amarah, tokoh paling bungsu yang dikenal dengan nama Ariprahmana yang juga biasa disebut Seruling Naga itu segera memunguti pakaian sang dara yang berserakan dilantai pondok. Pakaian sebelah atas dia tutupkan ke bagian tubuh sebelah atas. Sedangkan pakaian disebelah bawah dia tutupkan ketubuh dibagian bawah.

Setelah itu, Ariprahmana sekali lagi memperhatikan wajah Si gadis.

"Ciri-ciri gadis ini sama persis dengan tandatanda yang disebutkan oleh sahabat pemimpin padepokan itu. Gadis ini juga mempunyai tahi lalat dibagian dagu. Aku tidak sempat menolong, aku datang terlambat. Aku tidak mungkin menguburkannya.

Mudah-mudahan penduduk desa segera menemukannya. Sekarang aku harus melakukan pengejaran!" Si kakek kemudian bergegas tinggalkan pondok.

-- 3 Kolektor E-Book -- Sesampainya diluar pondok matanya menatap kesegenap penjuru. Satu tombak disebelah kiri pondok tua terlihat ada api unggun masih menyala. Ariprahmana segera dekati onggokkan api. Ada sisa-sisa makanan berserakan di tempat itu. Diantaranya umbi-umbian, kulit dan tulang belulang menjangan besar.

Melihat bagian kepala menjangan itu sangat besar maka pasti menjangan itu besar sekali dan dagingnya banyak. Dimakan oleh sepuluh orang pun pasti tidak habis.

Lalu Ariprahmana memperhatikan jejak kaki yang tertinggal ditanah becek. Jejak kaki itu adalah jejak kaki seseorang. Manusia mana yang sanggup menghabiskan menjangan besar dan

umbi-umbian begini banyak. Ini merupakan sebuah kenyataan yang luar biasa.

"Manusia raksasa....!' Apakah benar ada manusia bertubuh luar biasa besar yang telah membunuh gadis cantik itu. Apakah karena kelaparan dia menyantap makanan begini banyak." Si kakek geleng-geleng kepala dalam keheranan.

Namun tokoh ke tujuh ini tidak mau berpikir lama-lama. Sambil berjongkok tangannya dijulur. Sepotong tulang sisa dipungutnya. Si kakek dekatkan potongan tulang itu ke hidung. Aroma sisa daging lezat menebar. Namun bukanlah aroma itu yang diharapkannya. Dia hanya ingin mengetahui telah berapa lama sang pemburu berada ditempat itu. Tulang dia campakkan. Kini dia tahu bahwa orang yang telah menghabisi puteri Carik Wiyoso masih belum lama berlalu dari tempat itu. Artinya setelah membunuh korbannya, orang tersebut tidak langsung pergi.

Tapi si kakek tidak melihat ada tanda-tanda tertentu. Tidak

terlihat jejak ataupun patahan pucuk dan ranting yang tertinggal disekitarnya.

"Ke utara, selatan ataukah ke timur?" Di atas kuda Ariprahmana menjadi bimbang dan ragu.

Si kakek lalu mengelus leher kuda tiga kali. Kemudian pada binatang itu dia berujar,

" Sahabatku! Engkau adalah sahabat alam kerabat bumi.

Tanyakan pada bumi kemana perginya pembunuh itu?!"

-- 4 Kolektor E-Book -- Suara dingin tokoh ke tujuh Pucuk Akherat itu bergaung ditelinga kuda, membuat sang kuda meringkik. Sekujur bulu yang tumbuh ditubuhnya tiba-tiba berjingkrak tegak. Sambil terus meringkik sang kuda angkat dua kaki depannya tinggi-tinggi. Dua kaki dihempaskan ke tanah. Terjadi guncangan keras pada tanah disekitarnya. Kedua kaki kuda yang dipasang ladam besar memercikkan api.

Ringkikkan lenyap. Satu kejadian yang sangat luar biasa terjadi

atas diri sang mahluk tunggangan.

Tiba-tiba saja tubuh kuda melambung ke atas. Seolah ada sepasang tangan besar yang tak kelihatan mengangkatnya. Diatas punggung kuda Ariprahmana kepitkan kedua kaki diperut bintang itu sedangkan dua tangan mencekal tali kekang kuda erat-erat.

Angin tiba-tiba menderu menyambar tubuh kuda sekaligus kakek diatasnya.

Arah kuda yang tadinya menghadap ke selatan ini berbalik arah hingga menghadap ke arah tenggara.

Melihat arah yang ditunjukkan oleh kuda Ariprahmana berkata, " Terima kasih atas petunjuk bumi. Semua Ini hanya bisa terjadi

atas berkat kemurahan para dewa." Setelah berkata demikian kepada kudanya si kakek berucap pula.

"Arwah telah ditetapkan oleh bumi, petunjuk telah pula diberikan para dewa. Sekarang ke arah itulah kita menuju!" Dengan tangan kiri Ariprahmana usap tengkuk kuda tiga kali. Kemudian tangan kanan dia acungkan ke bawah. Tiba-tiba kuda yang mengapung diketinggian bergerak turun ke tanah. Empat kaki kuda akhirnya menyentuh tanah becek. Kuda meringkik lalu berlari ke arah tenggara secepat kilat menyambar.

Sementara itu disebuah jalan setapak tak jauh dari persawahan

luas yang diapit dua kaki bukit membiru, seorang pemuda remaja berusia sekitar tujuh belas tahun berambut lurus kaku beralis tebal dan berpakaian biru terus mengayunkan langkahnya. Sambil berjalan sepasang matanya yang bening tajam menatap ke arah kejauhan. Mulut rapat terkunci, wajah muram seolah membayangkan rasa penyesalan. Lalu dia menggerutu.

-- 5 Kolektor E-Book -- "Aku ini anak orang sesat dan murid mahluk bejat. Tapi setelah melihat apa yang telah kulakukan dan petaka yang menimpa gadis dari desa Surogebuk itu, entah mengapa muncul rasa iba dan penyesalan dihatiku. Seharusnya aku tidak merenggut kegadisannya, mestinya dia juga tidak kubunuh. Mengapa?

Karena aku tahu dia cuma gadis biasa, tidak memiliki ilmu ksaktian. Sial. . ..mengapa aku jadi tidak sanggup lagi mengendalikan diriku sendiri!" geram si pemuda berikat kepala biru.

Baru saja mulut berkata demikian, tiba-tiba saja langkahnya tertahan.

Si pemuda yang bukan lain adalah Pura Saketi tubuhnya bergetar seperti ada sesuatu yang memberontak dari dalam dirinya.

Dua kaki dan tangan mengejang, sepasang mata membeliak merah. Kaki kembali melangkah, namun kini gerakannya tampak kaku tertatih seperti langkah seorang kakek renta.

Sambil jelalatan dan memukul-mukul dada sendiri pemuda itu tertawa tergelak_gelak. Namun nada suara tawa si pemuda kini berubah. Suara itu bukan suaranya sendiri melainkan suara seorang kakek.

"Ha ha ha! Murid tolol! Telah kuajarkan sikap kurang ajar untuk menggantikan silat santun. Aku juga telah menanamkan rasa tega dan kejam untuk menggantikan sifat welas asih serta rasa kasihan. Bagaimana mungkin kau masih juga kembali ke watak aslimu?

Siapa yang perduli pada penderitaanmu terkecuali setan dan iblis sepertiku .Aku sudah sering mengatakan, terus bayangkan dan bayangkan kematian ayahmu yang digantung?" geram suara kakek-kakek yang keluar dari mulut Pura Saketi.

Tubuh pemuda yang telah disusupi oleh arwah gurunya kembali bergetar seperti sedang terjadi pergulatan batin didalamnya.

Lalu dari mulut yang sama keluar pula ucapan. Dan kali ini adalah suara Pura Saketi yang asli.

"Guru....aku dan engkau sama mengetahui segala yang terjadi

-- 6 Kolektor E-Book -- adalah diluar kehendakku. Menculik kemudian menjadikan gadis desa itu sebagai pemuas nafsu bukan keinginanku. Kaulah yang bertanggung jawab atas semua itu.!" Kata Pura Saketi marah.

"Ha ha ha murid tolol. Apakah kau lupa dengan adanya arwahku didalam dirimu. Kau bertambah hebat. Di samping itu apa saja yang kulakukan kau juga ikut merasakan senangnya. Ketika aku bercumbu lalu berbuat terhadap gadis yang bernama Windami kau ikut merasakan. Mengapa?" Tanya Arwah Iblis Kolot.

"Karena itu aku bersemayam dalam dirimu. Aku yang berkeinginan, tubuhmu yang melakukannya. Hajatku terpenuhi tapi jangan membantah. Mungkin bagimu apa yang kulakukan bersama tubuhmu adalah pengalaman pertama. Dan aku yakin kau baru mengetahui bahWa surga dunia itu diantaranya ada dalam diri seorang wanita. Ha ha ha...!" Arwah Iblis Kolot mengumbar tawa tergelak-gelak.

Tapi tak lama ketawa itu lenyap, lalu digantikan dengan

terdengarnya suara raungan marah, suara Pura Saketi.

"Guru... aku tidak terima bila kau terus menerus bersemayam dalam tubuhku. Aku tidak sudi tubuh ini diperintah oleh dua mahluk, jiwaku dan arwahmu. Aku berhak atas diriku sendiri. Jika arwahmu kerap mengambil alih ragaku maka bakal semakin banyak perbuatanku yang tidak bisa dipertanggung jawabkan!"

Det!

Langkah Pura Saketi mendadak jadi terhenti. Tubuhnya kembali terguncang, mata terbelalak nyalang. Dua tangan terkepal, mulut terkatub sedangkan gigi-giginya bergemeletukkan.

"Murid celaka! Sampai kapanpun juga kau tidak bisa menjadi dirimu sendiri, karena sekarang arwahku akan selalu berada dalam ragamu. Jangan pernah membantah semua perintah dan keinginanku. Ikuti semua kemauanku dan kau akan mendapat kebebasan untuk membalas dendam kesumat kepada

orang-orang yang telah membunuh ayahmu."

"Aku bisa melakukannya sendiri!" kata Puri Saketi.

"Aku tahu. Tapi kau harus menyadari, aku punya rencana besar. Kau harus rela berbagi raga dengan arwahku." Terdengar

-- 7 Kolektor E-Book -- suara Iblis Kolot yang serak dan berat dari mulut pemuda itu. "Apa rencanamu?"

"Sebelum bertemu dengan musuh'musuhku, aku ingin kita segera menemukan kekasihku."

"Kekasihmu? Semasa hidup guru sudah sangat tua, mungkinkah orang sepertimu masih punya kekasih?!" Tanya Pura Saketi seolah tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

"Ha ha ha! Mengapa? Kau heran? Apakah kau mengira hanya orang muda sepertimu saja yang berhak punya kekasih? Lalu orang tua cuma berhak mendapatkan sebuah pusara? Aku memang punya kekasih. Dan aku sudah merasakan saat ini dia sedang menunggu diriku disuatu tempat. Kita harus kesana, bertemu dengannya untuk mengucapkan janji setia sebagai pasangan suami istri yang berbahagia."

"Kau hendak menikahinya?"

"Ya. Aku bahagia dan juga pasti ikut merasakan kebahagiaan dan kesenangan yang sama.

"Itu adalah sesuatu yang mustahil. Bantah Pura Saketi. "Tidak. Yang kukatakan adalah kenyataan. "

"Kenyataan karena arwahmu bersemayam dalam tubuhku.

Kalau cuma itu yang menjadi tujuanmu, harap segera keluar dari tubuhku, guru!" Perintah Pura Saketi.

"Kau tidak bisa memerintah arwahku sesuka hati, karena aku jauh lebih hebat dari sukmamu. Aku mengatakan kita harus berbagi tempat. Ragamu masih bisa ditempati oleh jiwamu juga arwahku walau kita harus berdesak-desakkan dan terkadang mesti berbagi kepentingan pula." Kata arwah Iblis Kolot. Tubuh pemuda itu bergoyang keras. Nampaknya jiwa Pura Saketi melakukan pemberontakan. Sampai kemudian terdengar suara hentakan disertai terhentinya gerakan tubuh pemuda itu:

"Diam! Apa kau ingin aku mencekik lehermu? Jika itu yang kau mau, kau pasti mati dan aku bebas menggunakan jasadmu!" Ancaman arwah sang guru bukan sekedar gertak belaka. Sebagai murid dia sangat memahami bagaimana tabiat gurunya.

"Bb baiklah. Sekarang aku rela berbagi tempat denganmu."

-- 8 Kolektor E-Book -- Pura Saketi akhirnya mengalah.

"Sekarang aku mau tahu, mengapa setelah berada dialam arwah kau masih juga berhasrat bertemu bahkan menikahi kekasihmu?"

"Ada satu rahasia besar yang tidak diketahui oleh musuh musuhku. Aku dan kekasihku itu juga sedang menjalankan sebuah rencana. Rencana itu baru bisa berhasil bila kami berdua mengucapkan ikrar janji sehidup semati. Kemudian kami berpelukan. Selanjutnya...ha ha ha. Pengalaman seru bagaimana yang telah kita alami bersama gadis desa itu bakal terulang.!"

"Tapi aku tidak sudi melakukannya. Aku tak ingin bercinta dengan nenek renta!" Pura Saketi menyangka kekasih arwah gurunya adalah seorang nenek tua.

Ucapan itu segera digantikan dengan gelak tawa arwah Iblis Kolot.

"Kau salah! Kekasihku itu masih sangat muda. Wajahnya cantik, dadanya besar. Dan aku tahu kau suka dengan gadis berdada besar berpinggul lebar. Kau pasti tidak kecewa.

Kekasihku itu punya ilmu hebat, kesaktiannya sangat luar biasa." "Siapa nama kekasihmu? Bagaimana kau yang tua renta bisa mendapatkan kekasih seorang gadis cantik?" Tanya Pura Saketi. "Yang tua renta cuma ragaku. Di alam arwah aku tetap muda.

Nama kekasihku tidak perlu kusebutkan. Tapi kau boleh mengenalnya dengan panggilan Sang Kuasa Agung. Dan satu lagi, kau bertanya bagaimana aku bisa mendapatkan kekasih seorang gadis? Jawabnya aku mempunyai ilmu Penggoda yang tidak pernah kuwariskan padamu! Ha ha ha...!"

"Guru, kau sangat keterlaluan. Tidak kusangka banyak sekali yang tidak kuketahui tentang dirimu! Kau culas, kau curang!" Gerutu Pura Saketi.

"Kau tidak perlu berkecil hati, karena kesenangan yang kurasakan kau pun ikut merasakannya juga. Jadi kita tidak perlu berselisih paham lagi. Kita lanjutkan saja perjalanan ini!"

"Perjalanan? Kau hendak bertemu dengan kekasihmu?" Wajah si pemuda menunjukkan rasa tidak senang.

-- 9 Kolektor E-Book -- "Tentu. Aku harus segera menikahinya untuk mewujudkan impian dan rencana besar kami."

"Memangnya apa rencana guru dan kekasih guru itu?" tanya Pura Saketi dengan sikap melunak

Sebelum bicara sang arwah palingkan kepala menatap keadaan disekitarnya. Rupanya sang arwah khawatir ucapannya didengar oleh orang lain. Ketika sang arwah menoleh tentu saja kepala Pura Saketi yang ditumpanginya ikut bergerak.

"Kau dengar! Kami akan berusaha membangkitkan sebuah pasukan luar biasa hebat yang kini tersimpan di bukit Batu Berlumut. Kebangkitan pasukan itu hanya bisa terjadi bila dua hati yang saling mencinta menyatu diri, bercinta selayaknya pasangan suami istri."

"Guru yakin Sang Kuasa Agung kekasihmu itu telah menunggu kedatangan guru disana?"

"Aku yakin, perasaanku tidak bisa ditipu. Saat ini aku dapat merasakan kehadirannya di tempat itu. Jadi kita tak usah berlama-lama di tempat ini. Kita harus pergi secepatnya!" Kata arwah Iblis Kolot.

Suara mahluk alam arwah itu lenyap. Pura Saketi tertegun. Namun dia segera bisa menguasai diri. Dia ingat pembicaraan antara dirinya dengan arwah Iblis Kolot yang berada dalam tubuhnya.

"Aku tidak ingin membantah. Apa yang dia katakan ada benarnya. Dia enak aku enak, dia susah aku juga ikut susah. Sekarang yang terbaik adalah pergi ke tempat Bukit Batu Berlumut. Dada besar pinggul besar aku memang suka. Ha ha ha!"

Disertai gelak tawa Pura Saketi berkelebat tinggalkan tempat itu. Tapi belum lama si pemuda berlalu, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kuda dipacu cepat menyusulnya.

Merasa kaget dia hentikan lari cepatnya lalu balikkan badan menghadap ke arah datangnya suara.

"Siapa dia?" desis pemuda itu sambil menatap ke arah kejauhan.

-- 10 Kolektor E-Book -- Dikejauhan sana Pura Saketi melihat seorang laki-laki menunggang kuda putih berpakaian putih bergerak menuju ke arahnya.

Semakin dekat jarak antara penunggang kuda dengan tempat dimana dia berdiri semakin tidak enak hatinya.

'Orang berpakaian putih berambut panjang, berkumis dan berjanggut putih ini. Hem aku merasa seperti pernah melihatnya!" Membatin si pemuda dalam hati. Penunggang kuda hentikan binatang tunggangannya persis didepannya. Kedua orang ini saling tatap.

"Apakah sebelum ini aku pernah bertemu dengan dirimu orang tua?" Bertanya Pura Saketi sambil berusaha keras mengingat.

Orang tua diatas kuda yang bukan lain adalah Ariprahmana tokoh bungsu dari Tujuh Tokoh Puncak Akherat terdiam beberapa jenak lamanya.

Setelah memperhatikan Pura Saketi dari rambut hingga ke kaki dalam hati dia berkata, ' Pemuda ini.... Aku rasa-rasa mengenalnya. Hem, penglihatanku tidak keliru. Memang dia orangnya. Setahun yang lalu dia masih seorang bocah berusia enam belas tahun. Sekarang dia terlihat lebih dewasa, lebih gagah."

Melihat orang tua yang ditanya tidak segera menjawab, Pura Saketi menjadi tidak sabaran lagi.

"Orang tua, siapa dirimu? Apakah kedatanganmu untuk menemuiku? Aku merasa mengenalmu tapi aku lupa."

"Aku juga merasa demikian. Dan sekarang setelah mencium bau tubuhmu aku semakin bertambah yakin kita memang pernah berjumpa. Sayang bukan sebagai sahabat namun sebagai musuh...!

Si pemuda terkesiap. Dua matanya berkedip heran, kening berkerut pertanda dia sedang memikirkan ucapan Ariprahmana.

"Kau mengatakan kita pernah bertemu sebagai musuh. Apakah apakah kau orangnya yang ikut terlibat dalam peristiwa penyerbuan tiga gedung megah milik ayahku?"tanya pemuda itu dengan hati dan jantung berdebar.

-- 11 Kolektor E-Book -- "Jika tiga gedung megah yang kau maksudkan adalah milik Pendekar Sesat aku tidak memungkirinya. Tapi sebelum aku bicara tentang pendekar laknat itu. Sekarang aku ingin bertanya apakah kau orangnya yang telah menculik seorang gadis bernama Windari. Gadis itu puteri seorang carik dari desa Surogebuk di kaki gunung Bismo?!"

Pura Saketi yang sudah tidak kuasa menahan amarah begitu mengetahui siapa kakek diatas kuda tanpa ragu lagi segera menjawab dengan suara lantang.

"Jika benar kau mau apa? Aku menculik gadis itu, aku juga bersenang-senang dengannya lalu membunuhnya!"

Astaga! Jadi pemuda ini yang melakukan perbuatan terkutuk pada Windari. Dia lalu ingat dengan menjangan besar yang hanya tinggal tulang belulang.

"Tubuh biasa-biasa saja, tapi dia sanggup menghabiskan satu menjangan besar. Aku merasakan ada yang tidak lumrah berada dalam diri pemuda ini. Dia sepertinya tidak sendiri. Aku juga melihat ada kabut bergerak menyelimuti tubuhnya, mundar mandir seolah hidup. Tapi apa itu?"

Belum sempat Ariprahmana menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Tiba-tiba saja pemuda didepannya membentak.

"Kini aku tahu siapa dirimu orang tua. Kau pasti salah satu tokoh dari tujuh tokoh Puncak Akherat yang ikut membantu Pranajiwa dan sahabatnya dalam menghabisi ayahku. Kau layak mampus! Kau harus mati ditanganku dengan cara yang sangat mengenaskan! Ariprahmana tersenyum dingin.

Ayahmu sesat. bila anaknya menjadi sesat bukan sesuatu yang mengherankan. Kau hendak membunuhku jangan mengira semudah itu melakukannya? Aku bukan gadis malang yang lemah itu! Sahut si kakek tidak kalah sengitnya. Kemudian tanpa menunggu Pura Saketi membuka suara, Anprahmana lanjutkan ucapannya.

"Seharusnya kau bertanggung jawab atas dosa yang telah kau perbuat terhadap gadis desa itu..."

-- 12 Kolektor E-Book -- "Apakah kau lupa aku juga telah menghabisi beberapa tokoh yang salah satu diantaranya adalah Randu Wulih?" Dengus Pura Saketi sambil sunggingkan seringai mengejek.

"Jadi benar kabarnya bahwa pembunuh Randu Wulih Giri Sahanaya, Si Kedip Mata dan juga sang pemanah Ariamaja adalah pemuda ini. Aku tidak menyangka dia masih bisa hidup setelah masuk kedalam jurang Watu Remuk Raga. Kini setelah muncul kembali ke dunia persilatan sikapnya begini congkak Kurasa ini terjadi karena dia telah memiliki kesaktian yang dapat diandalkan!" Pikir tokoh ke Tujuh itu.

"Anak muda!" Akhirnya Ariprahmana membuka mulut

" Segala tindakan bejat dan perbuatan jahatmu harus dihentikan. Aku Ariprahmana mewakili enam tokoh yang saat ini masih berada di puncak Akherat akan menghukummu saat ini juga!"

"Begitu? Tapi aku ragu apa kau bisa melakukan nya karena aku bukan lagi seperti yang dulu!" Dengus Pura Saketi.

"Sehebat apapun dirimu kini, kesaktian apapun yang kau miliki tetap tidak mengurangi keinginanku untuk menghabisimu!" Ucap Ari prahmana dingin

"Ha ha ha! Tua bangka keparat. Jika enam sahabatmu saat ini berada dihadapanku, kalian bertujuh sekalipun tak bakal sanggup menghadapiku. Apa lagi kau hanya sendiri. Sedangkan aku berdua.... Aku tidak sendiri seperti yang kau duga kakek keparat!"

"Apa maksudmu?" tanya Ariprahmana heran tidak mengerti.

Belum sempat Pura Saketi menjawab. Tiba-tiba terdengar suara gelak tawa menggeledek. Dan tawa itu jelas bukan suara tawa si pemuda melainkan tawa seorang kakek renta.

Seiring dengan terdengarnya suara tawa, wajah dan sikap Pura Saketipun berubah menjadi lebih beringas, galak dan liar.

"Ariprahmana, tokoh ke tujuh dari Puncak Akherat, benar seperti yang dikatakan muridku. Dia memang tidak sendiri. Dia bersamaku...!" Dalam kaget Ariprahmana bertanya,

" Siapa kau?

"Ha ha ha. Aku adalah arwah Iblis Kolot, guru dari muridku

-- 13 Kolektor E-Book -- Pura Saketi. Aku menyatu dengan dirinya untuk membalas segala dendam kesumat serta rasa sakit hati dimasa lalu!"

"Iblis Kolot! kau sudah mati tetapi arwahmu menyatu dengan tubuh muridmu! Hemm aku tau riwayat hidupmu. Kau tidak mungkin bersemayam dalam tubuh pemuda itu kecuali kau terbunuh ditangannya!"

"Hak hak hak! Tepat. Kejadiannya memang seperti itu Ariprahmana. Aku terbunuh oleh muridku atas keinginanku sendiri. Begitu tewas arwahku merasuk dalam dirinya.!"

"Mahluk sesat. Tak kusangka dari hidup sampai mati _kau tetap berada dalam kesesatan. Mengapa? Mengapa kau melakukan semua itu?" Wajah garang yang berdiri dengan bertolak pinggang didepan Ariprahmana tampak berubah merah kelam. Sepasang mata menatap penuh rasa benci dan dendam kesumat yang telah lama tersimpan.

Sikap, tingkah gerak-gerik pemuda itu bukanlah sikap Pura Saketi melainkan tingkah buruk yang menjadi kebiasaan iblis Kolot semasa hidupnya.

"Lagaknya tetap saja congkak, sombong sebagaimana ketika hidupnya dulu. Arwah Iblis Kolot yang berada didalam diri sang murid pasti menyimpan rencana besar untuk melakukan kejahatan lagi!" Pikir si kakek.

"Ariprahmana mengapa diam? Pikiran apa yang sedang merasuki benakmu, kau pasti berpikir mengapa aku melakukan semua ini bukan? Sebenarnya aku ingin memberikan satu jawaban yang bisa kau jadikan bekal ke alam kubur. Namun mengingat kau hanya sendiri tanpa didampingi oleh enam tokoh lainnya, penjelasanku hanya membuat waktuku terbuang percuma.!"

"Lalu apa maumu? Arwah busukmu akan keluar dari tubuh

muridmu? Kemudian kau akan menuntut balas atas kekalahanmu dimasa lalu?" ta nya Ariprahmana disertai senyum mengejek.

"Oh....tidak perlu seperti itu. Cukup aku tetap berada dalam tubuh muridku ini. Dia dan aku telah bersepakat akan menghajarmu sampai menemui ajal!"

-- 14 Kolektor E-Book -- "Aku tidak takut. Sekarang tunggu apa lagi, kau yang maju duluan ataukah kau akan memberi kesempatan pada muridmu terlebih dahulu untuk melakukan pembalasan." Tanya si kakek.

Ariprahmana seketika melihat tubuh Pura Saketi meliuk bergoyang. Lalu terdengar suara si pemuda yang asli.

"Aku yang paling berkepentingan. Sekarang inilah kesempatan baik untuk menghukummu!" teriak Pura Saketi. Bersamaan dengan teriakannya itu. Tanpa bergerak dari tempatnya berdiri Pura Saketi tiba-tiba gerakkan tangan kiri ke atas dengan gerak seperti orang yang melambai.

Wuus!

Ketika tangan terayun dari atas kebawah, seketika terdengar suara menderu disertai berkiblatnya dua larik cahaya merah menggidikkan. Satu cahaya panas bergerak lurus siap menghujam bagian kening si kakek, sedangkan cahaya satunya lagi laksana pedang membabat dari samping sebelah kiri siap memenggal bagian pinggang.

Melihat serangan yang datang menyambar dengan dua cara yang berbeda Ariprahmana maklum lawan memang bermaksud menghabisi dirinya dalam satu gebrakan saja. Dia juga sadar saat itu Pura Saketi menggunakan ilmu pukulan Sungsang Jiwa, salah satu ilmu keji Iblis Kolot. Tak ingin celaka menemui ajal ditangan pemuda yang masih ingusan, si kakek segera jungkir balik kebelakang sambil gelindingkan punggung kuda, si kakek masih berusaha menyelamatkan binatang tunggangan dengan mendorongnya kesamping . kuda itu meringkik keras namun sang kuda nampaknya menyadari sang majikan berusaha menyelamatkannya dari maut. Begitu didorong sang kuda segera menjatuhkan diri.

Dua serangan yang dilancarkan Pura Saketi tak satupun yang

mengenai sasaran. Kuda selamat. lalu merangkak bangkit dan bersembunyi dibalik pohon besar. Sedangkan Ariprahmana begitu jejakkan kaki segera menundukkan tubuh. Serangan yang seharusnya menghantam kening kakek itu melesat sejengkal diatas kepala. Sedangkan serangan yang seharusnya membabat

-- 15 Kolektor E-Book -- putus bagian pinggang si kakek menghantam tanah tempat dimana kuda tadinya berdiri. Terdengar suara ledakan berdentum yang disertai lubang besar akibat ledakan. tanah dan dedaunan yang dikobari api berhamburan di udara. Selagi pemandangan terhalang asap tebal, Pura Saketi berkelebat ke arah Ariprahmana lalu hantamkan tinjunya ke dada si kakek. Ketika tinju menderu dari tangan yang terkepal berpijar cahaya hitam redup. Udara panas dingin" menerpa, menyambar ke arah dada mendahului serangan tinju yang ganas. 

Tidak menyangka lawan yang masih muda belia memiliki

tenaga dalam dan ilmu sakti sehebat itu, Ariprahmana sempat terkesiap. Namun dia segera bertindak cepat dengan mendorong kedua tangannya yang berkembang ke depan menangkis serangan itu. Dari dua telapak tangan Ariprahmana menderu dua rangkum cahaya putih terang laksana perak. Dua rangkum cahaya berputar bergulung laksana mata bor yang siap menjebol tembok baja.

Pura Saketi yang tidak menyadari lawan menggunakan ilmu

sakti Pusaran Cahaya Menembus Tujuh Langit awalnya memandang rendah serangan itu.

Namun dia menjadi terkesiap ketika melihat pijaran cahaya hitam yang melesat dari tinjunya dihantam musnah oleh serangan lawan. Sementara datang lagi dua rangkum cahaya yang kini siap melabrak tubuhnya.

"Kurang ajar! Bagaimana dia sanggup memusnahkan ilmu pukulan Tinju Iblis Mengumbar Maut di Malam Buta?!" desis Pura Saketi sambil melompat kesamping selamatkan diri. Pada saat itulah dia mendengar suara ditelinganya.

" Murid tolol! Ilmu serangan yang dipergunakan oleh tokoh ke tujuh itu adalah salah satu ilmu paling hebat yang dia miliki.

Pergunakan pukulan Menembus Langit!" Pura Saketi sadar suara itu adalah suara arwah iblis Kolot yang bersemayam didalam tubuhnya. Pada waktu yang sama dari bagian pusar mengalir hawa panas ke dada juga kedua tangan.

Trap

-- 16 Kolektor E-Book -- cahaya merah terang menderu dari kedua tangan yang telah berubah merah laksana bara. .sadar gurunya ikut membantu Pura Saketi lipat gandakan tenaga dalam kebagian tangan dan kakinya

.Dua tangan dia julurkan kedepan. sepuluh jarinya terkembang lalu didorong dengan gerakan menghantam sekaligus ditarik kebelakang dengan gerakan merenggut. Dua rangkum cahaya putih akhirnya berbenturan keras dengan cahaya merah hingga mengakibatkan terjadinya dentuman dan guncangan luar biasa.

Ariprahmana terhuyung, dua tangan yang beradu pukulan bergetar. Tangan berdenyut seperti lumpuh sedangkan dada menjadi sesak. S lagi si kakek kehilangan keseimbangan. Disaat dia Juga berusaha mengalirkan hawa sakti ke bagian dada dan tangannya. Pada saat itu pula dia merasakan kedua bahunya sudah kena dicengkeram oleh Jari-jari yang kokoh. Sambil menggeram orang tua itu sentakkan bahunya yang berada dalam cengkeraman lawan.

Tapi sentakan keras luar biasa yang dilakukannya membuat

pakaian disebelah bahu robek besar. Dibalik robekan pakaian dia melihat delapan luka memanjang bekas cakaran kuku. Selain mengucurkan darah, didelapan luka juga nampak menggembung bengkak mengepulkan asap pertanda lawan menyerangnya dengan menggunakan racun ganas.

Ariprahmana menggeram, namun dia segera melompat mundur. Begitu jejakkan kaki si kakek ludahi empat luka dibahu kiri dan empat sisanya dibahu sebelah kanan.

Semburan ludah yang dilakukan oleh si kakek bukan semburan ludah biasa. Cairan ludah dapat menjadi penawar sekaligus obat dari semua jenis racun. Terkena semburan ludah, kedua bahu Ariprahmana terguncang. Bersamaan dengan itu kepulan asap makin menebal. Tercium pula bau amis yang sangat menusuk.

Pura Saketi yang tadinya tersenyum sinis melihat luka dibahu lawan tiba-tiba kerutkan keningnya. Dia melihat satu keajaiban yang belum pernah dia saksikan seumur hidupnya.

"Luka menggembung akibat serangan racun kukuku lenyap, bahkan semua luka lenyap tidak meninggalkan bekas! Terbuat

-- 17 Kolektor E-Book -- dari apa tubuh kakek jahanam satu ini?!" Geram si pemuda sambil diam diam lipat gandakan tenaga dalam dan segera mengalirkannya ke arah dua belah tangan dan kakinya.

Kedua kaki tiba-tiba bergerak lincah selayaknya kuda yang menari. Dua tangan terangkat ke atas, lalu bergerak kesamping selanjutnya didorong ke depan.

Ariprahmana yang dulu pernah terlibat perkelahian sengit dengan guru pemuda ini segera maklum, lawan saat itu menggunakan jurus Kuda Kuda Iblis yang dikenal sangat ganas itu.

Karena pernah menghadapi jurus serangan yang sama dimasa lalu, sedikit banyak Ariprahmana tahu apa yang harus dilakukannya. Tidaklah heran ketika lawan melabrak ke arahnya sambil menghantam kepala dan dada, dengan gerakan seperti kaki kuda depan menendang. Orang tua ini segera jatuhkan tubuhnya kesebelah kiri. Tapi baru saja tubuhnya menyentuh tanah. Dari arah depan kedua kaki Pura Saketi menendang ke bagian punggung tiga kali berturut-turut.

Ringkikkan kuda menghambur dari mulut pemuda itu.

Sedangkan dari kedua kaki menderu enam larik cahaya laksana mata tombak hitam yang siap menghujam tubuh si kakek.

Satu saja dari enam larik cahaya mengenai tubuh Ariprahmana dapat dipastikan kematian pasti menjemputnya. Tidak dapat dibayangkan bagaimana bila enam cahaya itu menghajar tubuhnya sekaligus.

Dia pasti tewas dengan tubuh tercabik-cabik.

Tapi disaat maut mengincar dirinya. si kakek segera gelindingkan tubuhnya tiga kali untuk menjauh dari terjangan dua kaki. Sambil berusaha bangkit si kakek segera menyambar senjata yang terselip dibalik punggungnya.

Senjata yang ternyata berupa sebuah seruling berwarna perak berukir seekor naga itu lalu dia kibaskan tiga kali berturut-turut.

Bet! Bet! Bet!

Dari ujung seruling dan enam lubang senjata mustika itu membersit tujuh cahaya putih berkilau. Pada waktu bersamaan

-- 18 Kolektor E-Book -- kibasan seruling juga menimbulkan suara gaung mengerikan laksana raungan naga ditengah gemuruh ombak dilautan lepas.

Tujuh cahaya lalu melesat, memupus enam cahaya yang berkelebat dari kaki Pura Saketi. Sebelum benturan terjadi. Pura Saketi nampak terguncang, tubuhnya meliuk limbung oleh pengaruh guncangan suara seruling yang serasa membuat jebol telinga, meremuk isi dada.

"seruling jahanam itu!" Teriak Pura Saketi.Tapi suaranya bukan Suara si pemuda yang asli, melainkan suara arwah Iblis Kolot.

" Jangan membuang waktu dengan menggunakan ilmu warisanku yang lain. Sekarang kau harus menggunakan ilmu Aksara Iblis. Gunakan kekuatanmu, aku mendukungmu!"

"Kurang ajar! Kenapa tidak bicara sejak tadi!" teriak si pemuda marah. Gerakan langkah si pemuda sekonyong-konyong terhenti. Namun dikesempatan itu tangannya masih sempat dia kibaskan membuat gerakan menghalau.

"Gruung!"

Deru cahaya yang disertai gaung mengerikan melabrak. Empat cahaya berhasil dibuat musnah oleh kibasan tangan pemuda itu.

Tapi tiga cahaya lain laksana ular ganas berbisa malah mengincar kedua kaki Pura Saketi juga bagian selangkangannya.

"Kakek keparat!" teriak pemuda itu sambil hentakkan kaki dan lambungkan tubuhnya ke udara.

Tiga cahaya melabrak pohon besar dibelakang Pura Saketi.

Pohon hancur menjadi kepingan, bagian sebelah atas pohon bergemuruh ambruk disertai suara hingar bingar.

Baik si pemuda maupun arwah sesat Iblis Kolot Yang bersemayam dalam diri pemuda ini semburkan sumpah serapah silih berganti.

Ariprahmana tidak perduli. Dia kemudian duduk bersila. Sambil menyeringai menyangka dirinya berada diatas angin lalu dia tempelkan seruling Naga ke bibirnya.

Jari-jari tangan kemudian bergerak pada setiap bagian lubang yang terdapat pada senjata mautnya. Dengan menggunakan tenaga dalam Ariprahmana mulai meniup.

-- 19 Kolektor E-Book -- Tliit! Tut! Tulalit! Tit-tit-tit...!

Alunan suara seruling menggema. Iramanya yang tidak beraturan mengacaukan Pura Saketi dan arwah Gurunya yang tengah saling bantu siap hendak menggunakan ilmu Aksara Iblis.

"Tutup indera pendengaran!" teriak si pemuda memberi ingat.

Kemudian dari mulut yang sama terdengarpula jawaban membentak.

"Aku lebih tahu dari dirimu, murid tolol. Jangan ajari aku dengan petunjuk konyolmu. Aku sudah berpengalaman bahkan ketika kau masih menetek pada ibumu!"

"Kau juga guru keparat keras kepala! Mengapa Ibuku yang sudah tiada kau sebut-sebut!" geram Pura Saketi.

" Mengapa bukan ibumu yang sudah mampus'

Pemuda itu kemudian terguncang. Dia sadar arwah gurunya mengamuk didalam tubuhnya. Sambil jejakkan kaki si pemuda mengomel tak karuan. Sementara alunan suara seruling makin tidak beraturan. Disamping itu Pura Saketi maupun arwah Iblis Kolot dalam tubuhnya mulai merasakan ada satu gelombang kekuatan luar biasa hebat yang keluar dari seruling menindih, mencoba melibas remuk tubuh mereka dari delapan penjuru.

Sungguhpun Pura Saketi yang dibantu arwah Iblis Kolot telah

berusaha lindungi diri dengan pengerahan tenaga luar dan dalam, namun tetap sama mereka seperti ditindih. Ini merupakan pertanda, senjata ditangan Ariprahmana adalah senjata sakti luar biasa.

"Sungguh terlalu! Murid dan guru menggabungkan dua kekuatan. Tapi hampir dibuat kewalahan oleh seruling rongsokan? Sekaranglah saatnya!!" Dari mulut yang satu terdengar suara raung teriakan Pura Saketi dan arwah sang guru.

Alunan uara seruling tiba-tiba tenggelam ditelan teriakan si pemuda. Namun itu hanya berlangsung sekejab.

Meski ditempat duduknya Ariprahmana sempat tergetar oleh teriakan mereka. Tidak berselang lama dia telah menguasai diri dan kini suara seruling kembali menggema merobek kesunyian.

Pura Saketi menggeram. Kaki dihentakkan.

-- 20 Kolektor E-Book -- ketika itu juga dari sekujur tubuh pemuda itu memancarkan cahaya terang menyilaukan. Cahaya merah itu berpijar kesegenap penjuru disertai munculnya huruf-huruf aneh berupa aksara yang tak diketahui maknanya. Ratusan aksara aneh berpedar memenuhi tubuh terutama tangan dan kaki Pura Saketi Aksara yang pertama muncul meredup lalu padam dalam sekedipan mata lalu digantikan oleh aksara yang lain dengan disertai pancaran cahaya yang lebih terang berwarna merah, biru, putih kehitaman.

"Aksara Iblis! Jadi kau telah menguasai ilmu Aksara Iblis!"

Sontak Ariprahmana kaget. Dia yang telah mendengar kabar tentang ilmu paling dahsyat yang berasal dari sebuah kitab langka itu tidak punya waktu berpikir lebih lama.

Dengan seluruh kekuatan yang dia miliki, Si kakek kembali tiup seruling saktinya.

Tapi sehebat apapun gelombang irama seruling menyerang Pura Saketi, pemuda itu sedikitpun tidak terpengaruh. Dia tidak mengalami cidera. Malah selembar rambutnya sekalipun bergoyang juga tidak.

"Heaa...tamatlah riwayatmu....!" Teriak Pura Saketi yang disusul dengan raung murka arwah sang guru. Teriakan dibarengi dengan gerakan menggoyang tubuh.

Wuus! Wuus!

Ratusan cahaya berbentuk cahaya berpijar, berlesatan dari sekujur tubuh pemuda itu disertai suara gaung menggeledek. Sebelum ratusan cahaya aksara melabrak tubuhnya Ariprahmana melompat bangkit. Merasa tidak punya kesempatan untuk selamatkan diri, dalam keterkejutannya dia ayunkan seruling ditangannya dengan gerakan menangkis.

Wees!

Beberapa cahaya berupa aksara berhasil dipukul amblas. Tapi yang menghujani tubuh tuanya jauh lebih besar dibandingkan yang dapat dihalau. Tanpa ampun Ariprahmana keluarkan suara jeritan menyayat. Tubuhnya terpental meledak hancur menjadi keping-keping bertebaran dilalap api.

Ketika tubuh si kakek meledak senjata ditangannya terpental

-- 21 Kolektor E-Book -- melambung tinggi ke atas.

Senjata itu tidak pernah jatuh lagi diantara reruntuhan tubuh pemiliknya. Seruling Naga dengan segala kharisma dan kehebatannya berputar diudara tiga kali, kemudian melesat tinggi dan bergerak ke arah timur menuju ke puncak Akherat.

Melihat ini Pura Saketi yang sempat berhasrat memiliki seruling sakti itu hanya bisa menelan ludah sambil membanting kakinya sebagai tanda kecewa

Menyadari muridnya uring-uringan, arwah Iblis Kolot berkata "Jangan perdulikan senjata itu. Ilmu Aksara Iblis yang kau miliki

ratusan kali lebih hebat dibandingkan seruling butut tadi!"

Suara serak parau sang guru lenyap. Pura Saketi manggut-manggut sendiri.

"Aku masih punya harapan. Tokoh ke Tujuh meninggalkan kudanya. Kuda kuanggap sebagai warisan karena pemiliknya minggat ke akherat. Jelas itu bukan kuda biasa. Aku bisa mempergunakan untuk mempercepat perjalanan!" Ber kata demikian Pura Saketi melirik ke arah pohon tempat dimana sang kuda bersembunyi.

Tapi seolah menyadari bahaya yang mengancam. Begitu dilirik sang kuda menghambur lari.

Melihat kuda yang menjadi incaran melesat lenyap. Pura Saketi pun segera melakukan pengejaran. tapi sampai sedemikian jauh dia mengejar ,dia tak berhasil menyusul binatang itu.

*****

Kanjeng Empu Basula sudah sampai didusun Wetan Parang Kusumo. Saat itu matahari semakin condong di utuk langit sebelah barat. Disisi langit sebelah timur tampak tertutup awan kelabu.

Si kakek bergegas melewati beberapa pepohonan besar menjulang tinggi, orang tua berpakaian putih hitam yang dilehernya tergantung seuntai tasbih ini sampai didepan sebuah

-- 22 Kolektor E-Book -- bangunan.

Menatap ke arah bangunan yang dulu indah dan megah membuat si kakek jadi tertegun .Bangunan berbentuk hati lambang cinta kasih itu kini telah runtuh hancur menjadi puing-puing berserak laksana dilanda topan prahara.

"Apa yang telah terjadi ditempat ini? Kemana perginya sahabat Galuh Permana?" Membatin si orang tua dalam hati

"Dulu dia membuat bangunan ini untuk dipersembahkan pada istri tercinta. Dia pernah mengatakan bila bangunan ini hancur berarti perjalanan cintanya dengan sang istri tidak sesuai dengan yang dia harapkan! ' Kata si kakek .

sekali lagi orang itu memperhatikan keadaan disekitarnya

,matahari sudah mulai tenggelam. Kegelapan mulai menyelimuti alam sekitarnya.

Kanjeng Empu Basula berpikir kemana dia harus mencari sahabat yang hendak ditemuinya. Selagi si kakek renta berwajah tirus bermata selayaknya orang yang tak pernah tidur memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, pada saat itulah dia mendengar suara raungan menggeledek.

Bersamaan dengan terdengarnya suara raungan, suara jangkerik dan serangga malam lenyap. Kemudian angin dingin luar biasa berhembus disertai suara deru mengerikan.

Walau terkejut dan belum bisa memastikan gerangan apa yang sedang terjadi namun Kanjeng Empu Basula bersikap tenang.

Sejurus lamanya dia menatap ke arah dimana hantaman angin berasal. Suara raung yang dia dengar lenyap, namun hembusan angin tambah menggila.

"Jagad Dewa Bathara! Aku datang dengan membawa maksud baik. Aku ingin bertemu dengan sahabat lamaku. Mengapa kehadiranku disambut dengan cara seperti ini?! Desis sang Kanjeng.

Baru mulut berucap demikian dilangit dimana pancaran cahaya bulan muncul tiba-tiba sang kanjeng melihat ada cahaya biru laksana jamur yang tumbuh dimusim penghujan muncul ke permukaan tanah.

-- 23 Kolektor E-Book -- Kanjeng Empu Basula kerutkan keningnya. Dia tidak lagi menghiraukan dedaunan dan rantingranting yang diterbangkan angin menerjang tubuhnya. Perhatian sang Kanjeng saat itu sepenuhnya tertuju pada kehadiran cahaya biru yang melesat dari balik tanah.

Begitu melesat diketinggian cahaya berubah membesar lalu berputar sambil membentuk satu sosok mahluk aneh.

Byar! Byar!

Sang cahaya lenyap.

Sebagai gantinya dari ketinggian dimana cahaya biru tadinya berada melesat turun dengan melayang sesosok mahluk berujud seekor harimau dengan ukuran tubuh sangat besar.

Melihat kehadiran harimau itu Kanjeng Empu Basula segera angkat dua tangannya didepan kepala, lalu bungkukkan tubuh dengan sikap selayaknya seorang sahabat memberi penghormatan pada sahabatnya.

"Galuh Permana! Belum pernah seumur hidupunu kau menemuiku dengan cara seperti ini. Kegundahan dan duka apa yang membuatmu bertindak tidak pada tempatnya?" tanya sang Kanjeng tak kuasa menyembunyikan keheranannya.

Harimau besar tiba-tiba dongakkan kepala. Sepasang matanya yang berwarna biru menatap ke langit. Mulut menggereng kepala digeleng. Dan ketika harimau ini menatap pada Kanjeng Empu Basula, Sang Kanjeng segera menyadari bahwa dibalik tatap mata harimau yang garang dan angker tersimpan rasa kecewa yang sangat besar. Kekecewaan yang dibalut amarah, dendam kesumat dan kehampaan.

Melihat ini Kanjeng Empu Basula sedikit banyak dapat

merasakan apa yang telah dialami oleh sahabatnya yang dapat merubah diri menjadi mahluk seperti yang berada dihadapannya saat ini .

Kanjeng Empu Basula menghela nafas dalam, mata menerawang menatap ke arah harimau besar itu. Tanpa kehilangan kewaspadaannya sang Kanjeng pun lalu berkata,

" Sahabatku Galuh Permana...bukankah dulu aku pernah

-- 24 Kolektor E-Book -- mengatakan bahwa kehidupan ini sebenarnya singkat. Nyawa bertahan dalam tubuh seseorang hanya dalam hitungan hari. Kehidupan dan kematian kerap datang silih berganti. Susah, senang, bahagia dan celaka sudah menjadi hukum alam yang lumrah. Dan kau telah mengetahui siapa saja yang mencintai kehidupan dunia ini secara berlebihan, maka dia bakal mengalami rasa kecewa yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang mencintai hidup dengan biasa-biasa saja. Galuh sahabatku aku datang dengan membawa tujuan yang sangat penting. Aku mohon maaf bila keadaanmu disini ternyata tidak sebagaimana yang kuharapkan. Tapi marilah kita duduk bersama, kita dapat membicarakan permasalahanmu juga persoalanku dengan hati dingin walau kepala disesaki oleh beribu masalah. Kembalilah kewujudmu, Galuh sahabatku! Bersikaplah sebagaimana sepatutnya manusia!"

Setelah berkata demikian Kanjeng Empu Basula diam

menunggu.Namun apa yang dilakukan harimau jejadian itu ternyata sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Sang mahluk meraung dahsyat. Selanjutnya dengan kecepatan yang sangat sulit diikuti kasat mata dia melesat menerkam sang Kanjeng.

Sebagaimana diketahui orang tua satu ini adalah salah satu tokoh yang memiliki ilmu kesaktian sangat tinggi. Dia dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh hebat yang berdiam di beberapa kawasan tanah Dwipa. sekali berkelebat mulut sang harimau siap menyambar putus lengan Kanjeng Empu Basula.

Sang Kanjeng menggeleng sambil menghela nafas pendek. Lalu orang tua ini menggeser kaki sambil miringkan tubuhnya. Sambaran mulut harimau luput. Serangan dilanjutkan dengan kaki kiri depan harimau menyambar ke bagian dada. Kuku-kuku yang runcing tajam menderu ganas. Sang Kanjeng cepat bungkukkan tubuhnya. Serangan kuku yang tajam luput sementara dengan tinju terkepal dia lancarkan serangan balik kebagian perut sang harimau.

Dees!

-- 25 Kolektor E-Book -- Pukulan telak walau tidak disertai pengerahan tenaga dalam penuh menghantam perut sang mahluk, membuat harimau terpental melambung tinggi. Selagi tubuh harimau jungkir balik di udara, sang Kanjeng melesat ke atas. Dengan menggunakan Jurus Bayang-Bayang Menari Diatas Awan dia menggerakan kaki dan tangannya. Gerakan mengunci ini untuk menghentikan serangan lanjutan harimau itu.

Dari ujung kedua kaki dan dari jari-jari tangan berkelebat hawa

dingin luar biasa. Hawa dingin menyambar di delapan titik bagian tubuh sang harimau. Lengah sedikit harimau besar itu pasti bakal Jatuh dengan tubuh lumpuh tertotok.

Tapi sang harimau tampaknya menyadari bahaya besar yang mengancamnya. Sebelum hawa dingin menghantam tubuhnya, binatang ini sudah lakukan satu lompatan kesamping. Dengan gerakan indah mahluk ini meluncur ke bawah. Ketika empat kaki menjejak tanah sang mahluk gaib berubah menjadi tebaran asap disertai auman menggelegar.

Dari ketinggian Kanjeng Empu Basula melayang turun. Dengan gerakan ringan laksana kapas jatuh dari pohonnya si kakek jejakkan kaki diatas gundukan batu .

Sepasang mata memandang ke arah tebaran asap. Dia melihat tebaran asap bergulung, lalu berputar diudara selanjutnya bergerak menuju ke suatu tempat dibalik kelebatan semak belukar.

"Asap pergi ke arah sana berarti aku harus segera menyusulnya." Sambil berkata demikian sang Kanjeng segera berkelebat ke arah lenyapnya asap.

Sesampainya disebuah tempat tak jauh dari kerapatan pepohonan besar, Kanjeng hentikan langkah. Dia melihat tidak jauh didepannya terdapat sebuah telaga kecil. Di tengah telaga terdapat sebuah pohon teratai dengan satu daun menyembul diatas air. Dan diatas daun teratai itulah seseorang duduk bersila dengan tubuh membelakangi.

Dengan jelas tadi sang Kanjeng melihat kepulan asap yang muncul menggantikan harimau jejadian bergerak ke arah sosok

-- 26 Kolektor E-Book -- itu. Tapi siapa sosok hebat yang sanggup duduk diatas daun teratai tanpa membuat tangkainya patah tersebut .

Kanjeng Empu Basula tidak berani bertindak gegabah. Dia ingat ditempat itu dulunya tak ada telaga. Sekarang dia mulai berpikir, jangan jangan harimau yang menyerangnya bukan sosok jelmaan sahabatnya Galuh Permana.

Sekali lagi sang Kanjeng tatap sosok yang menungguinya.

Tanpa sadar mulutnya menggumam sendiri.

"Kalau benar orang diatas daun teratai adalah Galuh Permana.

Setahuku dia Selalu berpakaian serba putih. Sedangkan yang kulihat saat ini orang itu berpakaian kelabu. Kurasa dia bukan orang yang kucari! Aku tidak mau mengusiknya, lebih baik aku pergi saja!" Setelah berkata demikian Kanjeng Empu Basula segera hendak balikkan badan dan berlalu dari tempat itu. Namun sebelum niatnya terlaksana dari tengah telaga terdengar suara orang berucap.

"Langit biru, air laut juga biru. Rambut bisa sama hitam,

menyangkut isi hati; setan penghuni jamban pun tidak ada yang tahu. Hati remuk tiada obat; pikiran hitam dipenuhi jelaga dasa. Airmata terurai sepanjang waktu menjelma mnjadi sebuah telaga. Telaga airmata adalah lambang penyesalan hidup dari sekian banyak waktu yang terbuang sia sia. Jangan bicara tentang isi hati dan masalah cinta, karena asmara tidak terlepas dari rasa memberi dan menerima. Bila cinta didusta, hati menjadi sakit, rasa kecewa bertengger diatas hawa amarah. Hidup menjadi kehilangan makna, kematian dianggap sebagai jalan terbaik pilihan yang mulia. "

Ucapan ucapan yang selayaknya dilantunkan oleh seorang

penyair besar itu bergaung, bergema dikeheningan malam yang sunyi. Sejauh itu Kanjeng Empu Basula masih meragukan bahwa orang yang mengucapkan kata kata seperti itu adalah sahabat nya. Seingat sang Kanjeng, Galuh Permana bukan orang yang pandai berpantun. Dia juga tidak suka dengar syair yang dia anggap sebagai ungkapan hati yang cengeng.

Tetapi rasa penasaran juga yang membuat orang tua ini

-- 27 Kolektor E-Book -- akhirnya tak bisa menahan diri dan bertanya.

"Orang diatas daun teratai. Aku tidak bermaksud mengusik ketentramanmu. Kedatanganku ke tempat ini hanya ingin menemui seorang sahabat. Sayang sahabat yang kucari tidak kutemukan. Rumah Indahnya malah kulihat roboh seperti diterjang sekawanan besar babi hutan. Karena sahabatku tidak kutemukan, aku berniat hendak pergi. Tapi sebelum itu aku ingin tahu siapakah gerangan kisanak ini?" Diluar dugaan orang diatas daun teratai cepat menyahuti.

'Orang yang engkau cari itu, apakah dia bernama Galuh

Permana? Tanpa menjawab pertanyaan sang Kanjeng orang ditengah telaga malah balik bertanya.

Walau agak kesal pertanyaannya diabaikan orang, Kanjeng Empu Basula tetap menjawab.

"Benar! Bagaimana kisanak bisa tahu?!"

"Apakah orangnya bercambang seperti ini?" Berkata demikian orang yang berada diatas daun teratai tiba-tiba balikkan badan.

Anehnya, walau orang itu membalikkan badan dengan gerakan sangat cepat luar biasa, namun pergeseran tubuhnya tidak membuat air telaga dan daun yang didudukinya bergetar apalagi bergoyang.

Kanjeng menjadi maklum orang yang ditengah telaga memiliki ilmu meringankan tubuh yang telah mencapai taraf diatas sempurna.

Tapi Kanjeng Empu Basula tidak sempat memikirkan kelebihan yang dimiliki orang. Sebaliknya dia memperhatikan wajah orang di depan sana.

Dia melihat rambut panjang putih riap-riapan. Wajah yang tengadah namun dengan mata yang terpejam tertutup misai, cambang bawuk lebat. Walau pakaian telah berganti, wajah terlihat kusut dan tubuh lebih kurus selayaknya orang yang jarang makan. Namun Kanjeng Empu Basula masih mengenal orang itu.

Sambil bergegas mendekati sang kanjeng keluarkan seruan haru bercampur gembira.

"Galuh Permana. ..benarkah dirimu yang berada dihadapanku

-- 28 Kolektor E-Book -- saat ini?"

Orang diatas daun teratai membuka matanya yang cekung.

Dengan tatapan aneh dia memperhatikan Kanjeng Empu Basula yang saat itu telah berdiri ditepi telaga.

Orang tua ini terdiam dengan hati bertanya tanya saat menyadari sepasang mata orang yang dia yakini sebagai sahabatnya itu ternyata mengucurkan air mata tiada henti.

Jadi dia menangis sepanjang waktu. Tangisnya yang tak pernah terhenti menimbulkan sebuah telaga. Telaga yang dia sebut-sebut dalam ucapannya sebagai Telaga Air Mata ternyata bukan Cuma sekedar nama melainkan telaga air mata sungguhan.

Sungguh luar biasa besar penderitaan orang tua itu.

Cukup lama Kanjeng Empu Basula menunggu. Dia menjadi tidak sabar dan kembali hendak ajukan pertanyaan. Tapi sebelum tanya terucap, orang tua berpakaian kelabu membuka mulut.

" Nama Galuh Permana sang pemuja cinta sebenarnya telah lama terkubur bersama kepingan hatinya yang remuk. Masa indah telah dilupakan, kehidupan rumah tangga menguap menjadi sampah dan kisah asmara sepasang suami istri berbahagia menjadi mimpi buruk dimasa lalu. Mengapa kau datang kemari?!"

Pertanyaan itu membuat sang Kanjeng terpana. Dia ingat dimasa lalu dimana setiap perjumpaan selalu berlangsung dengan akrab dalam suasana yang bisa dikatakan lebih dari saudara.

'Galuh Permana mengapa kau berkata begitu. Aku adalah Kanjeng Empu Basula sahabatmu, apakah kau sudah melupakan diriku?!" tanya si kakek sambil menunjuk dirinya sendiri.

Orang tua itu tersenyum, tapi wajahnya tetap muram.

Sementara cucuran air mata mengalir deras membasahi pipi tiba-tiba terhenti seiring dengan

hela nafasnya yang berat penuh beban penderitaan batin. "Aku tidak pernah melupakan sahabat, namun aku berusaha

keras melupakan orang yang tidak bisa memberikan kebahagiaan terhadap diriku." Kata si kakek yang bukan lain adalah Galuh Permana adanya.

-- 29 Kolektor E-Book -- "Kau berusaha melupakan orang yang kau cinta?" tanya sang Kanjeng dengan tatapan penuh rasa tidak percaya.

"Benar."

"Bukankah dulu kau percaya bahwa cinta sejati sesungguhnya memang ada di dunia ini? Karena keyakinanmu itu kemudian kau memutuskan untuk menikahi Sarimurti. Kau bangun sebuah gedung megah sebagai tanda kasih sucimu pada gadis itu!

Kemudian apa yang terjadi? Aku baru saja melihat bangunan indah yang kau buat dulu telah hancur porak poranda. Kaukah yang telah menghancurkannya?!" Kakek diatas daun teratai diam membisu, namun kemudian dia gelengkan kepala.

"Sumpah kutukku yang telah menghancurkan gedung itu." 'Jika kutukanmu telah berlaku atas gedung yang menjadi

gedung cintamu. Lalu apa yang telah terjadi? Kemana perginya Sarimurti istrimu?" tanya Kanjeng Empu Basula heran.

Wajah Galuh Permana tiba-tiba berubah muram. Perlahan dia dongakkan kepala menatap ke langit biru yang dihias gemerlap bintang dan cahaya rembulan.

"Istri yang kucinta ternyata bukanlah wanita seperti yang kulihat dan aku bayangkan. Dia bukan wanita normal, dia bukan perempuan sejati. Dia perempuan sakit jiwa sakit pikiran." Geram kakek itu sambil kepalkan tinjunya.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu!" Galuh Permana tersenyum dingin.

"Seumur hidup, sedari muda hingga menjadi seorang kakek renta memang lebih suka memilih hidup sendiri. Itu sebabnya kau tidak pernah mengerti apa artinya hubungan suami istri." Ucap kakek itu.

"Ketahuilah istriku itu sangat dingin. Begitu dinginnya hingga ketika kami tidur bersama aku dan dia tidak ubahnya seperti dua manusia asing yang dipertemukan. Dia mengabaikan diriku begitu saja seolah aku ini tidak pernah ada disisinya. Kejadian itu terus berlangsung selama bertahun tahun, sehingga membuatku kehilangan kaabaran dan menjadi marah..."

Belum sempat Galuh Permana selesaikan ucapan, sang

-- 30 Kolektor E-Book -- Kanjeng tiba tiba menyela.

" Tunggu...! Seingatku ketika kau dan Sarimurti menjalin hubungan asmara. Aku melihat kau dan dia sangat bahagia, kalian sangat serasi. Mengapa setelah cinta terjalin dalam satu ikatan rumah tangga tiba tiba saja Sarimurti berubah sikap? Dan maaf bila aku bertanya berlebihan. Apakah setelah kalian disatukan dalam ikatan suci yang bernama perkawinan kau belum pernah...!

Galuh Permana yang sudah tahu arah pertanyaan Kanjeng Empu Basula tidak menunggu sahabatnya menyelesaikan ucapan. Dengan cepat dia menjawab,

" Tidak pernah sekalipun. Bahkan dia masih dalam keadaan suci ketika meninggalkan aku!"

'Apa? Jika dia itu perempuan yang mempunyai kelainan mengapa dia mau menikah denganmu?" tanya sang kanjeng kaget dan tidak mengerti.

"Aku tidak tahu. Aku cuma bisa menduga kemungkinan besar dia mengincar sesuatu yang ada pada diriku."

"Memangnya apa yang kau miliki?" tanya sang Kanjeng sambil tatap wajah dingin sahabatnya.

'Aku...aku memiliki sebuah senjata sakti, senjata hebat yang sangat sulit untuk dicari tandingannya. Pedang itu kuberi nama pedang Halilintar.!' Menerangkan Galuh Permana tanpa semangat.

"Pedang Halilintar. Pedang itu ternyata benar benar ada.

Kaukah yang membuatnya?" tanya Kanjeng Empu Basula. Yang ditanya anggukkan kepala.

"Sebagai sahabat aku tidak pernah tahu. Ternyata kau telah menciptakan pedang hebat itu. Dan senjata itu bakal sangat berbahaya bila benda ditangan orang yang sedang dimabuk asmara."

Walau terkejut tak menyangka sang Kanjeng mengetahui rahasia kehebatan pedang, namun Galuh Permana tetap menjawab,

" Kau benar. Pedang Halilintar bisa berubah menjadi senjata ganas bila berada ditangan orang yang dimabuk cinta saling kasih

-- 31 Kolektor E-Book -- mengasihi. "

"Aku yakin kau membuatnya dalam suasana hatimu sedang dimabuk asmara..."

"Ya memang demikian kenyataannya."

"Sekarang bagaimana perasaanmu?" tanya Kanjeng Empu Basula.

"Terus terang aku sangat membenci bekas istn murtad itu." Dengus Galuh Permana apa adanya.

Pengakuan si kakek membuat Kanjeng Empu Basula geleng geleng kepala.

"Kebencian membuatmu tidak mungkin bisa menyentuh pedang yang kau buat sendiri. Sekarang aku ingin tahu dimana kau menyimpan senjata itu?" tanya Kanjeng Empu Basula tak kuasa menyembunyikan kerisauan hati.

"Aku menyimpannya disuatu tempat tidak jauh dari sini.

Mengapa kau menanyakannya?" tanya Galuh Permana heran. "Pedangmu sedang menjadi incaran seseorang. Orang itu

mempunyai rencana untuk membangkitkan bala pasukan prajurit batu. Dia bersekutu dengan kekasihnya yang bernama Arwah Iblis Kolot!" Jelas sang Kanjeng. Si kakek pun kemudian menceritakan apa yang sedang terjadi di dunia persilatan saat ini. Termasuk juga tentang sepak terjang seorang wanita bernama Sang Kuasa Agung dan pengikutnya yang bernama si Jenggot Panjang.

Mendengar disebutnya nama Sang Kuasa Agung membuat Galuh Permana tercengang. Tidaklah mengherankan begitu Kanjeng Empu Basula selesai menuturkan semua yang sedang terjadi. Galuh Permana segera menanggapi.

"Tidak! Tidak mungkin Sang Kuasa Agung bisa berubah menjadi mahluk sesat menjijikkan. Dia perempuan yang sangat suci, aku bahkan menganggapnya sebagai dewi. Dewi yang tidak mengenal cinta kasih dari seorang laki laki karena seluruh kecintaannya hanya dipersembahkan pada pemilik langit dan bumi." Batin kakek itu berapi-api.

"Jadi kau mengenal siapa adanya Sang Kuasa Agung?"

"Aku sangat mengenalnya. Perawan suci itu berdiam di puncak

-- 32 Kolektor E-Book -- Sindoro. Tahukah kau apa artinya doro atau dara? Dara berarti perawan. Sang Kuasa Agung adalah perawan suci. Dia mustahil berbuat serendah itu, apalagi menjalin hubungan kasih dengan si terkutuk Iblis Kolot."

"Jika perempuan yang mengaku sebagai Sang Kuasa Agung itu bukan perempuan yang kau kenal. Apakah sekarang kau bisa mengantarkan aku menemuinya?"

Pertanyaan Kanjeng Empu Basula segera dijawab dengan gelengan kepala.

"Sayang dan sangat menyesal aku tidak bisa mempertemukan dirimu dengan orang yang telah kuanggap sebagai guruku itu, Kanjeng. Dia lenyap dari tempat pertapaan beberapa purnama setelah minggatnya Sarimurti dari tempat kediamanku! Aku merasa beliau telah diculik oleh istriku itu kemudian Sang Kuasa Agung dibawa dan disembunyikan disuatu tempat. Aku telah berusaha mencarinya kemana-mana, tapi sahabatku itu tak bisa kutemukan."

"Buat apa bekas istrimu menculik Sang Kuasa Agung?"

"Buat apa?" Galuh Permana delikkan matanya. "Sarimurti mengetahui Sang Kuasa Agung memiliki

pengetahuan luas tentang hidup dan kematian. Ilmu kesaktiannya sangat tinggi. Disamping itu aku yakin bekas istriku itu tahu bila Sang Kuasa Agung dibiarkan bebas, kemungkinan dia tak bisa menjalankan semua yang menjadi keinginannya. Karena dia tahu Sang Kuasa Agung pasti akan menghancurkannya."

"Jadi apakah kau beranggapan orang yang kini berbuat kejahatan dan mengaku diri sebagai Sang Kuasa Agung bukanlah sahabatmu?"

"Aku yakin bukan. Dan aku sangat menyesal mengapa aku tidak bisa menjaga sahabat yang juga guruku itu. Dan penyesalan itu yang membuatku terpuruk dan terus menangis disini."

"Kau menangisi Sang Kuasa Agung?" tanya Kanjeng Empu Basula. Kini dia menyadari keadaan yang sebenarnya. Semula dia menyangka Galuh Permana terus menangis sepanjang hidupnya karena ditinggal oleh istrinya. Tak disangka tangis kakek itu karena

-- 33 Kolektor E-Book -- menyesal tak bisa menjaga sahabatnya.

'Ya. Kau pikir aku menangisi perempuan keparat itu?! "Geram Galuh Permana dengan wajah kelam penuh rasa benci.

"Sahabatku, kau harus bisa menahan diri, Kemarahan tidak bisa menyelesaikan masalah. Dan aku masih punya satu pertanyaan untukmu!"

"Pertanyaan apa?" Galuh Permana tatap wajah kakek ditepi telaga dalam-dalam.

"Apakah mungkin perempuan yang mengaku sebagai Sang Kuasa Agung itu bukan istrimu?"

"Bagaimana ujudnya?"

'Dia seorang gadis. Tubuh seperti manusia biasa, tapi kaki dan tangannya berbentuk seperti kalajengking berwarna merah." Menerangkan sang Kanjeng.

"Aku tidak bisa memastikan. Dulu dia tidak seperti itu. Bila kemudian dia berubah atau memiliki ilmu seperti itu siapa yang tahu. Aku tidak mengetahui siapa dirinya karena banyak rahasia yang dia sembunyikan dariku. Tapi aku tak mungkin terus berada disini lebih lama setelah tahu nama baik Sang Kuasa Agung disalah gunakan oleh orang lain." Setelah berkata demikian Galuh Permana tampak bangkit berdiri. Kanjeng Empu Basula merasa lega.

"Kau hendak kemana?"

"Aku hendak bergabung denganmu. Namun sebelum pergi aku ingin mengambil pedangku!" terang si kakek.

Penjelasan itu membuat Kanjeng bertanya.

" Bukankah kau tak mungkin bisa membawa Pedang Halilintar mengingat hatimu kini diliputi rasa benci terhadap bekas istrimu.?"

"Memang! Tapi setidaknya aku harus memastikan senjata yang kusimpan tetap berada di tempatnya?! "Jawab kakek itu. Kanjeng Empu Basula anggukkan kepala tanda mengerti. Diapun lalu berkelebat mengikuti ke arah lenyapnya sang sahabat.

*****

-- 34 Kolektor E-Book -- Hujan deras mengguyur kawasan Watu Tambak REjo membuat sebagian besar penduduk Yang mengandalkan hidup dari bercocok tanam tak bisa berbuat apa apa. sawah sawah dilanda banjir.Tanaman palawija mati terendam. Bibit padi dipersemaian yang siap tanam tenggelam dan hanyut.Binatang ternak mati kelaparan akibat sulitnya mencari rumput. Siang itu ditengah hujan yang turun sejak malam hari sebelumnya di jalan setapak diatas tebing sungai Babakan Lor, Sang Maha Sakti Raja Gendeng 313, bersama Anjarsari dan dewi Kipas Pelangi yang menunggang kuda hitam bertelinga putih dikenal dengan nama Angin Puyuh terus bergerak menelusuri jalan itu. Mereka yang sedang dalam perjalanan mencari Sang Kuasa Agung sebagaimana yang diminta oleh Kanjeng Empu Basula pada malam pertemuan sebelumnya terus saja melanjutkan langkah. Hingga disuatu tempat curah hujan makin bertambah _deras. Membuat Gadis berpakaian warna warni yang berada di atas kudanya merasa tidak enak hati dan segera hentikan kudanya.

"Kita harus mencari tempat berteduh. Cuaca tambah

memburuk! Aku khawatir Anjarsari tidak kuat bertahan." Kata Dewi Kipas Pelangi sambil tatap wajah gadis berpakaian kuning gading yang didada pakaiannya terdapat sulaman bergambar hati yang retak. Wajah Anjarsari memang nampak pucat, bibirnya bergetar menggigil dan berwarna merah kebiruan.

Sang pendekar hentikan langkah, lalu ikutan memperhatikan gadis berpakaian kuning itu.

"Hujan memang lebat. Dia mulai menggigil. Bagiku hujan begini tidak masalah, walau tubuh dan pakaian basah kunyuk, eh basah kuyup aku tidak bakal terserang pilek terkecuali gatal gatal saja.

Sedangkan dia siapa yang berani menjamin? Tapi seandainya dia sampai jatuh sakit aku mau dan siap saja menggendong dia kemanapun kita pergi.!" Mendengar ucapan Raja. Anjarsari delikkan matanya.

"Jangan bicara sembarangan. Aku bukan gadis yang lemah, aku bahkan kuat berjalan lebih jauh ditengah hujan petir!" dengus

-- 35 Kolektor E-Book -- sang dara cemberut.

"Ha ha ha. Kau memang hebat. Walau begitu kita perlu mencari tempat untuk berteduh." Sahut sang pendekar. Pemuda itu kemudian melayangkan pandang ke jalan becek dan licin.

Matanya berbinar ketika melihat tidak jauh disebelah kiri jalan tepat dibawah pohon besar terdapat sebuah bangunan sederhana berdinding bambu beratap ilalang.

"Kita bisa menumpang berteduh di rumah itu!" Seru Raja sambil menunjuk ke arah bangunan yang berada didepan mereka.

"Sejak tadi aku juga sudah melihatnya. Ingin aku memberi tahu tapi aku khawatir salah satu dari kalian berdua tersinggung!" Timpal Dewi Kipas Pelangi pula.

"Sudahlah! Kau tidak usah menyindir. Katakan sebenarnya kau sendiri juga ingin berteduh. Tiupan angin cukup keras, diatas kuda kulihat kau terus menggidikkan bahu. Aku malah khawatir jika kita tetap berhujan hujan kau malah jatuh pingsan dan ingin digendong oleh pendekar aneh ini." Ketika berucap demikian, Anjarsari sedikit pun tidak mau menatap wajah Raja maupun Dewi Kipas Pelangi.

Dia menjadi risih jika tidak dapat dikatakan cemburu sejak peristiwa malam itu dimana sang Dewi bicara bermanja manja dengan Raja. Sejak kehadiran Dewi Kipas Pelangi bersama mereka, sebenarnya Anjarsari sudah merasa muak dengan kelakuan dara cantik itu yang dianggapnya terlalu genit dan kurang punya rasa malu.

Gerakan tangannya yang menyelinapkan jemari dibalik pakaian disebelah dada dimalam yang dingin itu juga dianggap Anjarsari sebagai tindakan yang tidak tahu malu dan terkesan sengaja menarik perhatian Raja.

"Gadis rendah! Ciih! Dia mengira aku cemburu. Sepuluh pemuda yang jauh lebih gagah dari Raja Gendeng 313 bisa aku dapatkan sekejab mata bila aku mau!" Batin Anjarsari dalam hati. Tapi kemudian dia jadi berpikir dan merasa bimbang sendiri.

Mengapa selama ini dirinya terlalu bersikap ketus dan kasar pada sang pendekar. Padahal selama dalam perjalanan Raja telah bersikap baik dan memperlakukannya dengan sopan. Jika

-- 36 Kolektor E-Book -- terkadang Raja mengucapkan kata atau bertingkah konyol. Bukankah itu sudah menjadi wataknya.

"Aku tahu dia menaruh perhatian padaku. Aku juga bisa merasakan sebenarnya dia menaruh perasaan tertentu padaku. Tapi mengapa hatiku seperti tidak bisa menerima kehadirannya?"

Cukup lama Anjarsari terombang ambing oleh perasaannya sendiri. Sampai kemudian dia mendengar Dewi Kipas Pelangi berkata,

" Sudahlah, kita hampiri rumah itu secepatnya dari pada menunggu orang selesai melamun di tengah hujan. Aku takut lama-lama kita semua bisa masuk angin. Aku orangnya memang gampang masuk angin. Jika sampai masuk angin nanti siapa yang

akan mengeroki aku?" Sindir Dara cantik itu lagi sambil tersenyum.

"Dia pasti tidak mau. "Sahut Raja sambil tertawa cengengesan. " Kalau aku yang kau suruh pasti tidak kutolak! Ha ha ha!"

"Hi hi hi. Kau yang keenakan bisa melihat tubuh mulusku..

Dasar sinting!" Dengus Dewi Kipas Pelangi sambil menggebrak kudanya.

"Bukannya kita sama-sama enak. Kau enak dapat kerok gratis sedangkan aku enak juga melihat tubuh mulus montok dan putih. Ha ha ha! "Jawab sang Pendekar diiringi gelak tawa.

Raja tidak menyadari ucapannya membuat Anjarsari tersinggung. Wajah gadis itu tampak memerah. Mata berkilat memendam rasa kesal dan jengah.

"Pendekar mata keranjang. Kau dan dia sama edannya. Kau tidak tahu diri. Sedangkan dia tidak punya rasa malu. Aku benci pergi bersama kalian. Dan memang sebaiknya aku tidak bersama kalian berdua" Selesai berkata demikian Anjarsari membuat gerakan seolah siap tinggalkan Raja sendirian. Tapi sebelum gadis ini berkelebat pergi, Raja Gendeng 313 sudah mencekal lengan Anjarsari yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu halus indah.

"Jangan pergi!"

Anjarsari menarik tangannya yang dicekal sang pendekar. "Jangan kau sentuh aku. Kau tidak pantas menyentuh tubuhku

-- 37 Kolektor E-Book -- yang suci!" Damprat sang dara sengit.

"Ha, apa? Apakah tanganku bau taik kebo hingga tak boleh memegangmu?" desis Raja purapura kaget. Dia lalu dekatkan telapak tangan ke hidung. Setelah mendengusnya beberapa kali dia tersenyum-senyum.

"Hmm, ternyata tanganku cuma bau asem sedikit. Tap ...!" Raja tidak melanjutkan ucapannya karena saat itu dilihatnya Anjarsari telah berlari menjauh menuju ke arah bangunan sederhana yang mana sebelumnya Dewi Kipas Pelangi telah sampai di tempat itu terlebih dulu.

Merasa lega karena Anjarsari tidak jadi meninggalkannya, Murid Ki Panaraan Jagad Biru dan nenek bawel Nini Balang Kudu dari Istana Pulau Es itu segera menyusulnya.

Di depan bangunan yang diberi emperan, Dewi Kipas Pelangi tampak sibuk menambatkan kudanya. Pelana kuda diturunkan, bulu-bulu kuda yang basah kuyup dia keringkan dengan ijuk yang teronggok .

Anjarsari sesampainya diemperan rumah segera membuka kantong perbekalan berisi beberapa perangkat pakaian. Setelah mengambil pakaian yang kering, matanya sibuk mencari sesuatu.

"Kau butuh kamar mandi?" Kata Raja yang saat itu segera membuka pakaian disebelah atas. Pakaian sakti pelindung diri berwarna kelabu itu kemudian diperasnya.

"Tempat yang kau butuhkan kemungkinan berada dibelakang!" Sambil berkata demikian pemuda itu berjalan ke sudut emperan.

Dari teras samping rumah dia melihat agak disebelah belakang terlihat bangunan kecil sederhana berlindung dinding terbuat dari anyaman ilalang. Ada sebuah pintu kecil menghadap ke arah lain.

"Dibelakang rumah ini ada kamar mandi! Kau bisa mandi, berganti pakaian mungkin juga menyelesaikan keperluan kecil lainnya." Terang Raja.

"Terima kasih kau telah memberi tahu!" Sahut Anjarsari ketus.

Tanpa menoleh sang dara segera bergegas menuju ke tempat itu melalui teritisan atas disamping bangunan.

Begitu Anjarsari pergi, tiba-tiba saja muncul kekhawatiran di

-- 38 Kolektor E-Book -- hati Raja. Dewi Kipas Pelangi juga merasakan hal sama. "Ikuti dia!" pinta dara cantik itu.Raja ragu. Takut Anjarsari

berpikir macam macam maka Rajapun berseru "Hei,. apakah kau tidak ingin kuantar ?"

Anjarsari yang hampir sampai di belakang rumah hentikan langkah.Dia menoleh ke belakang.Menatap sekejab pada pemuda itu dengan mata membelalak.

"Jangan berani kurang ajar ya! aku bukan anak kecil bukan pula gadis pengecut.Kalau aku merasa perlu untuk dijaga.aku pasti memintanya.Bagaimana bila kuminta menemani kau malah mempergunakan kesempatan itu untuk mengintip aku"

Plak

Raja menepuk keningnya sendiri.Dewi Kipas Pelangi tak kuasa menahan geli.

"Aku sudah menduga.Sahabatmu itu keras kepala.Sikapnya curiga melulu.Mungkin karena tampangmu" kata Sang Dewi sambil tertawa.

"Hah apa? Memangnya ada yang salah dengan wajahku?" Sang Raja mengusap wajahnya beberapa kali.

"Tampangmu tidak salah.Mungkin kau bertemu dan berteman dengan gadis yang salah. Bicara intip mengintip mengapa harus jauh-jauh. Kau boleh mengintip aku, mau dari belakang atau yang disebelah depan. Hik hik hik! "Sambil berkata begitu dengan sikap seenaknya seolah ditempat itu tidak ada orang lain Dewi Kipas Pelangi segera berganti pakaian. Melihat sikap si gadis yang dianggap terlalu nekat. Raja segera palingkan kepala ke jurusan lain. Bersamaan dengan itu dia menggerutu,

" Gadis yang satu ini sifatnya berbeda sekali dengan gadis

yang berada dibelakang sana. Yang disini terlalu berani . Aku tidak keberatan dan mau saja melihat kemolekan tubuhnya. Tapi kalau aku lihat aku bisa ketimpa sial selama empat puluh hari. Uhh, nasib. Yang satu angkuh dan keras kepala, satunya lagi tak punya malu setengah gila!" Raja kemudian menggaruk kepala berulang kali.

Sementara Dewi Kipas Pelangi sibuk bertukar pakaian. Saat itu

-- 39 Kolektor E-Book -- terpikir oleh Raja untuk menghangatkan suasana. Tanpa pikir panjang pemuda ini segera mengumpulkan sabut dan batok kelapa kering yang teronggok di tempat itu.

Setelah memakai pakaiannya kembali yang setengah kering, Raja membuat api unggun. Melihat Raja menyalakan api, sang Dewi yang baru berganti dengan pakaian kering datang menghampiri.

'Apa yang kau lakukan? Kau hendak membakar ubi atau talas yang tumbuh dihalaman itu?" tanya gadis itu sambil melipat dua tangannya didepan dada. Sang pendekar menatap ke halaman.

Disana memang banyak terdapat tanaman yang disebutkan oleh sang dara. Di tengah suasana dingin rasa lapar sangat mengganggu. Tapi dia tidak ingin berbasah basah lagi. Sebaliknya Raja malah berujar,

" Rumah ini sunyi, pintunya tertutup rapat. Hanya rumah ini pula satu satunya bangunan yang kita jumpai dalam perjalanan. Menurutmu apakah bangunan sederhana ini tidak berpenghuni?'

"Halaman rumah terlihat bersih. Tanaman yang tumbuh disekeliling halaman juga terawat rapi. Sebenarnya sejak jejakkan kaki di rumah ini perasaanku sudah tidak enak." Menyahuti Dewi Kipas Pelangi. Dia lalu layangkan pandang kebagian pintu yang tertutup.

"Mengapa kau tidak memeriksanya ke dalam?!" Kata sang pendekar.

Raja kemudian bangkit. Sekejab dia julurkan kepala ke arah kamar mandi yang berada dibelakang rumah. Anjarsari masih belum kelihatan. Melihat Raja gelisah Dewi Kipas Pelangi berujar.

"Kau terlalu mencemaskan keselamatan gadis itu!" "Bukan begitu. Aku telah berjanji pada penguasa kawasan

Masa lalu untuk menjaga dan melindunginya."

"Walau dia selalu bersikap memusuhimu?! Sindir sang Dewi. "Aku tidak perduli." Jawab Raja acuh.

"Sudahlah! Lebih baik kau lihat kedalam sana. Kurasa pemilik tempat sedang tidur didalam. Jika dia ada sebaiknya bangunkan. Mungkin saja pemilik rumah ini punya makanan untuk kita bertiga!"

-- 40 Kolektor E-Book -- Dewi Kipas Pelangi tersenyum. Tanpa bicara apapun dia tinggalkan Raja yang sedang berusaha membesarkan nyala api. Sambil melangkah mendekati pintu dia mengeluarkan senjatanya berupa kipas yang memiliki tujuh warna.

Pintu yang tertutup mula-mula diketuk. Setelah menunggu beberapa kejab lamanya ternyata tidak ada jawaban dari dalam. Karena tidak sabar pintu lalu didorong, Pintu terbuka disertai suara derit halus. Sang Dewi julurkan kepala melihat ke dalam. Suasana diruang dalam yang gelap temaram memungkinkan gadis ini untuk melihat keadaan disana lebih leluasa, Tidak banyak perabotan yang terdapat dalam rumah yang sangat sederhana itu. Ada sebuah almari tua terbuat dari jati yang sudah kusam pudar warnanya, kemudian seperangkat meja dan kursi serta sebuah tempat tidur terbuat dari anyaman bambu.

Menatap ke arah balai berlapiskan jerami sepasang mata sang

Dewi membulat besar. Dia melihat ada satu sosok tubuh tergeletak diam ditempat tidur tersebut.

Terdorong rasa ingin tahu, Dewi Kipas Pelangi segera melangkah ke dalam lalu bergegas mendekati.

Ketika Sang Dewi mencoba mendekati tempat yang dia tuju, tiba-tiba saja tercium bau amis menyengat. Dewi Kipas Pelangi menahan nafas, jantung berdegup kencang, mata nyalang memperhatikan sedangkan kipas ditangan dia genggam lebih erat.

Sejarak satu langkah dari balai bambu, tibatiba kakinya membentur sesuatu. Sang Dewi terkejut, mata menatap ke bawah memperhatikan tepat didepan kaki.

Dewi Kipas Pelangi tersentak kaget. Sepasang matanya terbeliak seperti melihat setan, mulut ternganga ingin berteriak memanggil Raja, namun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya.

"Wahai para dewa! Siapa yang telah melakukan perbuatan begini keji?!" batin sang Dewi sambil tatap sosok tubuh yang tergeletak tidak jauh dari kaki tempat tidur.

Gadis ini lalu berjongkok didepan sosok lelaki tua yang

-- 41 Kolektor E-Book -- dilehernya berlubang besar sedangka isi perut membusai keluar. Perlahan dengan jemari gemetar wajah diliputi ketegangan dia raba nadi dipergelangan tangan lelaki berusia sekitar lima puluh tahun itu.

Tidak terasa ada denyut darah dan tanda tanda kehidupan lainnya. Orang tua itu tewas tapi tubuhnya masih hangat. Ini merupakan pertanda dia dihabisi belum lama berselang.

Merasa tidak ada yang bisa dia lakukan terhadap laki-laki itu, Dewi Kipas Pelangi segera bangkit. Dia hampiri dipan dan segera duduk disamping sosok yang tergolek di dipan bambu itu.

Kini sang Dewi segera mengetahui orang yang berada di tempat ketiduran ternyata adalah seorang gadis. Melihat wajah si gadis sederhana yang mirip dengan mayat dibawah dipan, sang Dewi bisa menduga kemungkinan gadis berkulit hitam manis itu adalah anak dari orang tua yang telah menjadi mayat.

"Nisanak, sebaiknya kau bangun! "Seru Dewi Kipas Pelangi.

Suaranya begitu lirih. Dia memang menyangka si gadis dalam keadan pulas dibuai mimpi. Setelah gadis yang dibangunkan tetap tidak bereaksi. Akhirnya sang Dewi menyingkap selimut yang menutupi tubuh si gadis dari leher hingga ke kaki.

Ketika selimut disingkap, Dewi Kipas Pelangi dibuat terpana. Dibalik selimut gadis ini ternyata dalam keadaan tidak terlindung selembar pakaian pun. Tubuhnya yang telanjang dipenuhi luka memar membiru seperti bekas terkena pukulan yang mematikan. Bagian leher membiru bekas tanda cekikan. Tidak kuasa menyaksikan pemandangan mengerikan seperti itu, sang Dewi kembalikan selimut ke tempatnya semula. Dengan tubuh bergetar langkah lunglai terhuyung-huyung dia menuju ke pintu.

Gadis itu keluar menemui Raja dengan nafas megap-megap

dan wajah pucat. Raja yang sedang asyik menghangatkan diri didepan perapian menatap kehadiran gadis itu dengan terheran heran. '

"Apa yang kau temukan? Wajahmu pucat seolah baru saja melihat setan kepala tujuh...!"

Dewi Kipas Pelangi berusaha hendak menjawab, tapi tiba-tiba

-- 42 Kolektor E-Book -- ingat dengan Anjarsari yang berada dibelakang rumah.

"Cepat susul sahabatmu itu. Aku takut dia mendapat masalah besar...! " Serunya dengan suara terbata

"Hei, apa yang sudah kau temukan didalam sana, sebaiknya coba tenangkan diri. Atur nafas baru bicara!" Kata Raja. Dewi Kipas Pelangi coba melakukan apa yang dikatakan Raja. Tapi rasa khawatir membuatnya memaksakan diri dan berteriak.

" Didalam ada Orang terbunuh. Pembunuh itu aku yakin masih berada disekitar sini! Cepat beritahu Anjarsari, dia dalam bahaya...!"

Baru saja Sang Dewi berkata demikian tibatiba saja terdengar suara jeritan dari belakang rumah tepat dari arah kamar mandi.

Begitu Raja mendengar teriakan Anjasari, maka dengan kecepatan luar biasa Raja berkelebat menuju ke bagian belakang rumah.

Sesampainya didepan pintu kamar mandi Raja Gendeng 313 dibuat tercengang. Dia melihat dinding sebelah kiri kamar mandi jebol besar. Dilantai depan perigi yang dilapisi bebatuan teronggok seperangkat pakaian basah milik Anjarsari.

Dia juga menemukan pakaian dalam kering yang agaknya belum sempat dipakai oleh dara cantik itu. Penculik mengintai, lalu menyergapnya. Kemungkinan juga sang penculik adalah pembunuh pemilik rumah.

Dengan perasaan cemas hati berdebar. Jelalatan Raja memperhatikan keseluruh arah. Saat itu hujan mulai reda. Rasa takut kehilangan gadis yang diam diam sangat menarik hatinya itu membuat Raja berteriak memanggil nama dara itu.

"Anjarsari....dimana kau....jawablah! Siapapun yang telah melarikanmu aku bersumpah bakal menghabisinya! "teriak Raja. Sekali lagi dia layangkan pandang ke arah pepohonan yang tumbuh disekitarnya.

Pada saat itu Dewi Kipas Pelangi telah datang menghampiri. "Seseorang telah membawanya pergi! Cepat susul dia! Biarkan

aku yang akan mengambil kantong perbekalan dan kuda. Nanti aku akan menyusulmu dengan kudaku!" Kata sang Dewi tidak

-- 43 Kolektor E-Book -- sabar.

"Menyusulnya? Aku tidak tahu kemana bangsat pengecut itu membawa pergi Anjarsari!" Jawab Raja bingung.

"Tolong....Tolong aku!"

Selagi kedua orang itu saling pandang. Tiba tiba saja terdengar teriakan Anjarsari. Raja palingkan kepala memandang dari arah mana suara berasal. Setelah itu tanpa bicara lagi dia berkelebat melakukan pengejaran.

Melihat Raja pergi. Dewi Kipas Pelangi segera kembali ke depan. Dia lalu mengambil kantong bekal yang tergeletak diatas tumpukan kayu milik Anjarsari. Setelah meletakkan kantong bekal dibelakang pelana kuda hitam gadis ini melompat ke atas punggung kuda.

Kuda lalu digebah dan berlari menyusul sang pendekar.

Sayangnya setelah sekian lama orang yang dikejar tak tersusul juga.

"Aku tahu dia memiliki ilmu lari cepat yang luar biasa.Tapi kudaku Angin Puyuh ini juga bukan kuda biasa. Kemana dia pergi?" Pikir sang Dewi heran.

Sementara itu disebuah tempat yang dipenuhi bebatuan dan semak belukar, Raja Gendeng 313 jejakkan kaki diatas batu tinggi. Dari ketinggian ini sebenarnya dia bisa melihat keadaan disekitarnya dengan leluasa.

Tetapi sejauh itu dia tidak melihat tanda tanda keberadaan Anjarsari maupun orang yang telah melarikannya.

"Tadi aku melihat ada orang berlari ke arah sini. Walau cuma sekelebatan namun aku bisa memastikan orang yang melarikan Anjarsari berpakaian warna biru. Siapa dia?! Kata sang Pendekar, pikirannya tambah gelisah dan semakin kalut.

Selagi pemuda itu mencari cari.'Tiba tiba dia mendengar suara langkah kuda tidak jauh dibelakangnya. Walau sudah menduga siapa yang datang, namun pemuda ini tetap palingkan kepala menatap kebelakang.

Langkah kuda terhenti.

Diatas kuda Dewi Kipas Pelangi tidak kuasa menahan diri

-- 44 Kolektor E-Book -- untuk bertanya.

" Bagaimana? Apakah kau sudah menemukannya?!"

Sang pendekar tundukkan kepala sambil mengangkat bahu. Dia lalu melompat, menuruni batu besar.

Setelah berada didepan Dewi Kipas Pelangi dia berucap,

" Aku kehilangan jejak. Orang itu sangat cepat sekali. Mungkin juga dia telah menotok jalan suara Anjarsari. Aku tidak mendengar suara gadis itu lagi!"

"Sesuatu yang sangat mengerikan kurasa bakal terjadi pada Anjarsari bila kita tak dapat menyusul dan menolongnya dengan segera!" Ucap sang Dewi prihatin. Kemudian dia menceritakan kejadian yang menimpa pemilik rumah. Raja semakin cemas.

"Aku memang mengkhawatirkan keselamatannya." "Sahabatmu itu terlalu keras kepala. Coba kalau dia mau kau

antar, mungkin kejadiannya tidak seperti ini!" Gumam sang Dewi menyesalkan.

"Sudahlah! Tidak ada gunanya kita menyesali apa yang sudah terjadi. Sekarang lebih baik kita lanjutkan saja pencarian kita".Tukas raja yang memang tidak ingin berdebat.

"Kau selalu membelanya.Mengapa? padahal dia selalu merendahkan dirimu" kata gadis itu cemberut.

Raja terdiam.Dalam hati dia membenarkan apa yang diucapkan oleh Dewi Kipas Pelangi.Karena sedang kalut,dia tidak mau menanggapi.Sebaliknya dia lebih memilih melangkah pergi.

Walau kesal melihat tingkah Raja namun Sang Dewi segera mengikutinya.

*****

Galuh Permana sampai didepan sebuah gua. Wajah si kakek yang sebelumnya selalu basah oleh air mata tiba tiba berubah pucat. Dia melihat pintu gua yang terbuat dari batu terlihat jebol berlubang disisi sebelah atas.

Tidak terdapat tanda-tandanya ada kerusakan yang lain.

-- 45 Kolektor E-Book -- Namun orang tua ini percaya sesuatu yang sangat buruk telah terjadi ditempat itu.

'Tidak jauh dibelakang, Kanjeng Empu Basula yang sejak dari Telaga Air Mata terus mengikuti sahabatnya ke tempat penyimpanan senjata langka itu tentu saja dibuat heran dengan sikap sahabatnya yang tiba tiba jadi gelisah.

"Apa yang terjadi? Sepertinya kau mencemaskan sesuatu padahal tidak ada tandatanda mencurigakan di tempat ini. Dan pintu batu didepanmu dalam keadaan tertutup walau disebelah atas ada sebuah lubang. '

"Seorang pencuri ulung sekalipun mana bisa keluar masuk dari lubang sekecil itu dengan leluasa!" Ujar sang Kanjeng disertai tatapan tak mengerti.

"Maling dan rampok memang tidak masuk atau keluar dari lubang sekecil itu tapi bagaimana bila penghuni gua yang mencari jalan keluar sendiri kemudian pergi meninggalkan tempat ini secara diam diam?" Kata Galuh Permana dalam kerisauan.

Sepasang mata sang Kanjeng yang cekung menjorok ke dalam rongga berkedap kedip.

Dia segera berpikir. Ketika sadar gerangan apa kiranya yang terjadi. Kanjeng pun tidak kuasa menahan diri ajukan pertanyaan.

" Apakah Pedang Halilintar kau simpan ditempat ini?" "Ya..."

"Astaga! Jadi...sekarang kau berpikir pedang pergi dengan sendirinya?" tanya sang Kanjeng lagi.

Ketika melihat Galuh Permana anggukkan kepala. Kanjeng Empu Basula tidak kuasa menahan diri. Kakek itu pun tertawa tergelak gelak.

"Galuh sahabatku. Cukup lama pikiranmu disesaki dengan rasa kecewa, amarah mungkin juga dendam kesumat membuat otakmu menjadi kacau. Aku tahu Pedang Halilintar adalah pedang sakti.

Tapi pedang itu tidak mungkin pergi dengan sendirinya jika tidak diambil oleh seseorang?" ujar sang Kanjeng.

Mendengar ucapan si kakek yang seperti mengejek Galuh Permana bersikap acuh. Wajahnya terlihat tegang namun juga

-- 46 Kolektor E-Book -- serius menunjukkan keteguhan sikap. Dia menunggu sampai sahabatnya berhenti tertawa. Baru kemudian si kakek membuka mulut dan bicara.

'Kanjeng Empu Basula. Aku yang membuat dan pemilik pedang itu. Pedang Halilintar adalah pedang bernyawa wanita. Pedang itu kubuat dengan segenap rasa cinta kasih dan sayang. Selamanya Pedang itu akan selalu berjodoh dengan orang yang memiliki rasa cinta kasih. Jika rasa cinta dan perasaan sayang ada dalam diri seseorang sedemikian besar maka pedang itu akan menghampirinya tidak perduli orang yang sedang dilanda asmara itu ada diujung dunia!"

"Walau orang itu tengah dimabuk cinta iblis sekalipun?" ' tanya

Kanjeng Empu Basula dengan mata melotot seakan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.

"Pedang Halilintar tidak membedakan mahluk, iblis dan manusia sama sama punya rasa cinta. Cinta yang tumbuh, mekar berkembang dihati seseorang dan asalkan rasa cintanya luar biasa besar melebihi rasa kasih yang dimiliki manusia lain , maka pedang akan datang menghampiri orang tersebut ' Terang Galuh Permana.

'Bagaimana dengan dirimu? Apakah kau sudah tidak lagi memiliki rasa kasih sayang dan cinta?" tanya sang Kanjeng cemas.

"Hatiku sudah remuk, rasa cinta sudah mati, perasaan sayang telah lama terkubur. Pedang Halilintar yang hebat namun lemah lembut tidak mungkin lagi bisa hidup berdampingan dengan orang sepertiku. Menyentuh senjata itupun aku tidak sanggup. Harus orang yang memiliki rasa cinta yang melakukannya!" Jelas si kakek.

"Celaka! Kau telah membuat sesuatu yang hebat namun kau tidak bisa menguasai dan mengendalikan pedang buatanmu.

Kurasa ini adalah sebuah kenyataan yang sangat menyedihkan." Timpal Kanjeng Empu Basula sambil mengelus dada.

Prihatin!

Galuh Permana tersenyum kecut.

-- 47 Kolektor E-Book -- "Rasa cinta telah membutakan hatiku, melumpuhkan jalan pikiran dan aku hanya mengikuti perasaan. Aku bukan manusia yang sempurna. Kurasa didunia ini tidak ada satupun manusia yang sempurna. Aku telah melakukan sebuah kesalahan besar, bahkan sangat besar sekali." Sesal kakek itu dengan suara lirih dan tundukkan kepala.

"Sudahlah! Sekarang bukan saatnya meratapi nasib. Kau tidak boleh terpuruk dalam penyesalan. Kau harus bangkit dan sudah saatnya bagimu untuk memperbaiki keadaan." Hibur Kanjeng Empu Basula.

Perlahan wajah yang tertunduk lesu terangkat naik. Galuh Permana selayaknya oramg yang kurang ingatan lalu berkata,

" Jadi aku harus melakukan apa?" "Melakukan apa?!" Sentak sahabatnya.

" Kau buka dulu pintu gua itu. Lihat dan pastikan pedang Halilintar masih ada disana atau memang telah raib sebagaimana yang kau katakan!"

"Hmm, kau benar. Kecurigaan harus dibuktikan. Sekarang aku akan melihat ke dalam! " Sambil berkata begitu Galuh Permana melangkah maju lebih mendekat pintu gua.

Tanpa menoleh kebelakang tangan kemudian diulur, jari jari direntang menekan sebuah tonjolan batu yang berfungsi sebagai alat rahasia pembuka pintu batu yang sangat tebal itu.

Sambil menahan nafas, jari jari kemudian ditekankan keatas batu menonjol disisi sebelah kiri pintu gua.

Terdengar suara Klik!

Galuh Permana melangkah mundur begitu terdengar suara bergemuruh yang disusul dengan bergesernya pintu batu ke samping sebelah kanan.

Pintu gua terbuka lebar. Tapi si kakek tidak segera melangkahkan kaki memasuki ruangan gua yang gelap. Dia menoleh kebelakang memberi isyarat pada Kanjeng Empu Basula untuk menyingkir menjauhi mulut gua. Dari isyarat yang diberikan sahabatnya, sang Kanjeng maklum pastilah sebelumnya Galuh Permana telah memasang alat perangkap dan jebakan untuk

-- 48 Kolektor E-Book -- menjaga keamanan benda yang disimpannya. Ini membuktikan betapa besar artinya Pedang Halilintar bagi si kakek.

Galuh Permana kemudian menggeser kakinya satu langkah ke samping. Seiring dengan itu dia gerakkan lututnya ke bawah ke arah lempengan batu empat persegi yang tertutup dedaunan kering.

Ketika ujung lutut menekan batu yang menghubungkan ke alat rahasia. Dari arah dalam gua menderu dan berlesatan beberapa jenis senjata yang diantaranya adalah jarum beracun, belasan tombak golok juga pedang yang semuanya tidak bergagang.

Semua senjata rahasia menghantam satu pohon yang terdapat dibelakangnya. Kanjeng Empu Basula memperhatikan semua itu tanpa bicara apa apa.

Sementara itu ditempatnya berada sekali lagi Galuh Permana tekankan lututnya pada lempengan batu empat persegi.

Byar!

Gua yang tadinya gelap kini menjadi terang. Empat pelita yang terdapat didinding sebelah dalam menyala, memancarkan cahaya biru putih.

"Apakah kau mau menyertai aku masuk ke dalam sana? tanya si kakek ditujukan pada Kanjeng Empu Basula.

"Kalau kita berdua kedalam, lalu siapa yang akan menjaga keselamatan kita? Kau sendiri yang kesana biarkan aku berjaga-jaga di tempat ini'" Jawab sang Kanjeng.

Galuh Permana mengangkat bahu.

Tanpa menoleh lagi dia segera langkahkan kaki. Ketika orang tua ini memasuki bagian dalam gua. Serangkum hawa panas menyambutnya. Jantung si kakek berdegup kencang. Dia tahu keadaan akan berbeda bila pedang Halilintar masih tersimpan ditempatnya .Udara sejuk bakal dia rasakan bila pedang berada di gua.

Tapi semua dugaannya menyangkut keselamatan Pedang Halilintar masih harus dibuktikan Tidaklah heran dia segera melangkah menuju ke tempat penyimpanan pedang yang terdapat di ujung gua.

-- 49 Kolektor E-Book -- Sesampainya disana Galuh Permana bisa berdiri terkesima dengan mulut ternganga Peti batu yang menjadi tempat penyimpanan senjata mustika itu telah hancur terbelah empat.

""Semua yang kulihat ini adalah sebuah pertanda yang sangat nyata. Pedang telah menghancurkan peti batu ini. Senjata itu pergi dengan sendirinya guna mencari dan menemukan orang yang saat ini sedang dimabuk asmara.!" Batin Galuh Permana.

Dalam diam dia memutar otak, memikirkan setiap kemungkinan yang terjadi. Begitu ingat sesuatu, si kakek segera memutar tubuh lalu bergegas menemui Kanjeng Empu Basula yang menunggu di luar.

Melihat orang tua itu datang dengan tergopoh gOpoh. Sang Kanjeng menyambutnya dengan pertanyaan.

"Bagaimana? Apakah dugaanmu benar?. Pedang Halilintar benar-benar lenyap. ?"

"Ya...!Kita harus mencarinya!" "Mencari kemana?

"Kanjeng Empu Basula. Ketahuilah pedang itu selalu menghampiri orang yang sedang kasmaran. Bukankah kau mengatakan Sang Kuasa Agung saat ini berada dan bersembunyi disuatu tempat? Dan perempuan yang mengaku sebagai sahabatku itu saat ini sedang menunggu kedatangan kekasihnya? "

'Yang kukatakan memang benar."

"Firasatku mengatakan Pedang Halilintar menuju ke sana. Kita harus bisa mencegah pedang agar jangan sampai jatuh ke tangan perempuan iblis itu. Jika pasangan kekasih itu bertemu dan pedang ada pada mereka. Kita semua bakal mengalami kesulitan yang sangat besar."

"Maksudmu Sang Kuasa Agung bakal bisa membangkitkan pasukan batunya?" tanya Kanjeng.

"tidak hanya itu. Hubungan cinta yang kemudian dilanjutkan dengan hubungan selayaknya suami istri dapat menjadikan Pedang Halilintar menjadi liar. Selamanya pedang itu akan berada dalam kendali Sang Kuasa Agung palsu."

-- 50 Kolektor E-Book -- "Kau yakin Sang Kuasa Agung yang kutemui di bukit Batu Berlumut itu bukan Sang Kuasa Agung yang asli?"

"Sang Kuasa Agung yang sebenarnya tidak mungkin berbuat keji. Dia juga perempuan yang tidak pernah jatuh hati pada

laki-laki. Sekarang sebaiknya kita susul pedang itu sebelum Kuasa Agung palsu bertemu dengan kekasihnya.!"

"Baiklah. Jika kau sudah berkata demikian kita segera menuju ke bukit Batu Berlumut."

"Aku tidak tahu dimana tempat yang kau sebutkan itu!" Kanjeng Empu Basula tersenyum.

"Tempat itu memang sangat jauh dari sini.Tapi aku memiliki cara yang paling mudah...!" Sambil ucap demikian Kanjeng Empu Basula kemudian keluarkan selembar benda putih yang ternyata berupa sapu tangan. Di empat sisi sapu tangan itu bersulam renda warna keemasan. Ketika sapu tangan dikebutkan ke udara, sapu tangan itu ukurannya berubah besar menjadi sepuluh kali lipat.

Sapu tangan direntang dibembeng lalu diletakkan diatas tanah. Galuh Permana pandangi sahabatnya yang segera jejakkan kaki ke tengah sapu tangan. Setelah kedua kaki berpijak diatas sapu tangannya . Kanjeng lalu memberi isyarat pada Galuh Permana untuk mengikuti apa yang dilakukannya.Walau merasa ragu kakek ini kemudian berdiri di belakang Sang Kanjeng

"Berpeganglah pada pinggangku. Kita akan melayang seperti burung tua dengan menggunakan sapu tangan Sakti ini" ujar Kanjeng Empu Basula memberi tahu. Galuh Permana tersenyum sambil anggukkan kepala.Diapun memegang pinggang sang Kanjeng.Setelah berpegangan dengan erat.Kanjeng empu Basula kibaskan kedua tangannya kebawah.

"Sapu tangan sakti kesayangan para dewa.Bawalah kami ke tempat yang kami tuju secepatnya!" Pinta orang tua itu.

Wuus!

Disertai suara bergemuruh benda sakti itu tiba-tiba bergerak, terangkat naik ke arah ketinggian. Setelah mencapai bagian sebelah atas pucuk pepohonan sapu tangan melesat membawa dua kakek yang menumpang diatasnya.

-- 51 Kolektor E-Book -- ****

Kembali ke bukit Batu Berlumut. Sebagaimana diceritakan dalam episode sebelumnya. Ketika pemuda bertelanjang dada bercelana biru dengan dua mata terlindung dua batok tengah berpikir keras Memikirkan cara terbaik untuk menjebol pintu bukit. tiba-tiba saja satu sosok tubuh seorang gadis dalam keadaan telanjang terjatuh dari ketinggian langit.

pemuda yang dikenal dengan sebutan Pemburu Dari Neraka terkejut sekali melihat kehadiran gadis itu. Ketika pemuda ini datang mendekati dan melakukan pemeriksaan. Gadis bertubuh mulus itu ternyata telah tewas. Disekujur tubuh polosnya terdapat bercak darah, luka lebam dan luka serta bekas sayatan. Tidak tega melihat keadaan mayat yang mengenaskan, pemuda ini lalu menutupi bagian bagian tubuh sang mayat yang terbuka. Pada saat itu dia berkata, '

"Siapapun orangnya yang telah unjuk kekejian seperti ini. Dia tidak layak sebagai manusia.! " Pemburu Dari Neraka berkata demikian kuda buta yang menjadi tunggangannya yang kedua matanya juga tertutup dua batok besar meringkik keras. .

Sang pemburu tertegun. Dia bangkit, lalu menatap ke arah kuda berbulu cokelat dan mayat didepannya silih berganti.

"Ada apa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini, kelihatannya sangat gelisah, perhatianmu tertuju pada mayat gadis ini! Ada apa dengan gadis yang sudah mati ini!" berkata Pemburu Dari Neraka disertai seringai dingin.

Sang kuda keluarkan suara berdengus, kaki depan diangkat tinggi tinggi kepala digeleng geleng.

Melihat isyarat yang diberikan oleh kuda, sang Pemburu jadi terkesima. Dia tahu makna isyarat itu. Kuda hendak memberi tahu mayat yang tergolek diatas rerumputan tak jauh dari bukit Batu Berlumut bukan mayat sungguhan.

"Tidak mungkin! Sama seperti yang kita lihat mayat ini adalah

-- 52 Kolektor E-Book -- mayat seorang gadis." Tegas pemuda itu. Tapi kemudian sang pemburu menjadi bimbang apabila mayat itu memang manusia mengapa jatuh dari langit?

"Aku harus membuktikan. Penglihatan mataku boleh salah, namun pemandangan batin kudaku adalah penglihatan yang sanggup menembus kealam gaib." Pikir Pemburu Dari Neraka. Maka tanpa banyak pertimbangan lagi pemuda ini segera salurkan hawa sakti kebagian kedua belah tangannya. Dengan sikap waspada dia dekati mayat itu. Tangan kiri lalu dijulur, jemari tangan menggapai menyentuh kaki sang mayat.

Baru saja ujung jari menyentuh kaki mayat. Tiba-tiba saja ada

cahaya biru membersit menyambar tangan Pemburu Dari Neraka dengan kecepatan luar biasa. Andai pemuda ini tidak cepat menarik tangannya dan segera menghindar dengan melompat kebelakang dapat dipastikan tangannya menjadi terbabat putus oleh hantaman cahaya biru yang keluar dari kaki sang mayat.

"Mayat gadis jejadian! Jangan pernah menguji kesabaran mahluk sepertiku karena diriku bukanlah manusia!" Runtuk Pemburu Dari Neraka. Dada pemuda itu turun naik seakan ada yang mau meledak dalam tubuhnya. Kemudian tanpa bicara lagi dia sentakkan kedua tangan ke atas. Dua tangan yang dipentang membuka satu sama lain bertaut. Perhatian si pemuda tertuju lurus ke arah mayat didepannya, mulut berkemak kemik, sekujur tubuh bergetar.

Dalam waktu sekejab dari sekujur tubuh Pemburu Dari Neraka

terlihat asap putih mengepul menebar bau busuk menyengat. Asap membubung tinggi bergulung-gulung memenuhi udara. Bersamaan dengan munculnya asap, dari ujung jemari hingga kebagian kedua pangkal tangan pemuda itu berubah menjadi merah laksana bara.

"Kembalilah ke ujudmu yang asli!" Sang Pemburu tiba-tiba keluarkan seruan menggeledek. Dua tangan yang telah berubah menjadi merah laksana bara diayunkan kebelakang lalu secepat kilat dihantamkan ke arah mayat itu.

Hawa panas luar biasa yang sanggup membuat mayat hangus

-- 53 Kolektor E-Book -- menjadi debu menderu, cahaya merah berkiblat lalu menghantam mayat itu.

Sambaran cahaya tidak hanya melumat mayat si gadis tapi juga membuat rerumputan tebal disekitar persawahan terbakar ludes. Beberapa jenak lamanya tubuh sang mayat tenggelam dalam kobaran api.

Kuda kembali meringkik.

Pemburu Dari Neraka menunggu sambil menahan napas. Dua tangan disilangkan ke depan dada untuk menjaga setiap kemungkinan yang paling buruk.

Kobaran api lenyap.

Memandang ke depan. Dua mata yang terlindung dua batok itu terbelalak lebar. Mayat yang kena pukulan sakti itu telah lenyap.

Sebagai gantinya ditempat dimana sang mayat tadinya tergeletak terdapat sebuah pedang aneh berwarna putih berkilau. Bagian punggung pedang disebelah ujung dalam keadaan gompal. Badan pedang dipenuhi ukiran dua naga yang saling membelit selayaknya binatang yang sedang bercinta telah mengalami keretakan dibeberapa bagian.

Sementara gagang pedang yang berbentuk patung orang yang sedang melakukan senggama terlihat hangus menghitam seperti bekas terbakar.

"Pedang aneh! Ujungnya gempal, bagian badan pedang terlihat retak disana-sini. Dari mana senjata ini datang' Bagaimana senjata ini bisa berubah menjadi seorang gadis yang telah menjadi mayat? Mungkinkah itu adalah senjata jejadian?!" Pemburu Dari Neraka merasa heran bercampur kagum. Diperhatikannya pedang itu dari bagian ujung hingga ke pangkal. Tidak disangka-sangka pedang itu tiba-tiba bergetar, lalu...

Wuut'

Pedang melambung tinggi Sejarak satu tombak dari permukaan tanah pedang retak berhenti bergerak. Mengapung diam di depan Pemburu Dari Neraka dalam posisi berdiri. Ujung yang gompal menghadap ke bawah sedangkan gagang yang hangus hitam menghadap ke atas.

-- 54 Kolektor E-Book -- Melihat pedang dalam keadaan siap melakukan sesuatu, Pemburu Dari Neraka segera'ingat dengan Sang Kuasa Agung, gadis yang selama ini selalu melindungi Si Jenggot Panjang yaitu kakek jahat yang telah melarikan diri dari penjara yang berada dalam pengawasannya.

"Hmm, aku tahu." Si pemuda tersenyum sambil menatap ke arah pedang yang mengapung diketinggian yang dalam keadaan bergoyang goyang ditiup angin.

" Pedang ini tidak muncul secara kebetulan. Seseorang mungkin sengaja mengundang atau memanggil pedang ini tetapi aku tidak mempunyai kepentingan dengan pedang ini." Dia lalu melirik ke arah bukit dan merasakan kehadiran pedang pasti berhubungan erat dengan Sang Kuasa Agung yang bersembunyi di dalam perut bukit itu.

Apa yang sempat dipikirkan pemuda ini sebenarnya tidaklah berlebihan. Sejak bersembunyi dari kejaran Pemburu Dari Neraka, Sang Kuasa Agung berdiam dalam perut bukit bersama Si Jenggot Panjang, pembantu sekaligus sahabatnya. Gadis yang sedang menanti kedatangan kekasihnya itu tidak mau bersikap diam.

Setelah menutup satu satunya pintu jalan masuk ke dalam bukit, dia segera mencari tempat yang aman untuk melakukan semedi. Dalam semedinya Sang Kuasa Agung yang saat itu hatinya telah dipenuhi rasa cinta dan kerinduan kepada kekasihnya berusaha melakukan tali sambung rasa dengan Pedang Halilintar. Agaknya gadis ini tahu benar tentang riwayat pedang sakti itu. Hubungan batin dengan jiwa dalam Pedang Halilintar kemudian terjadi.

Karena dulunya pedang itu dibuat dengan kesungguhan hati

yang didasari rasa cinta yang mendalam. Bagi Sang Kuasa Agung yang sedang dimabuk asmara tentu saja tidak sulit memanggil dan menghadirkan senjata itu.

Ketika kehadiran pedang Halilintar dapat dirasakan Sang Kuasa Agung maka dia berpikir bagaimana caranya menjemput pedang yang telah berada di luar bukit Batu Berlumut.

"Jika aku ingin mendapatkan pedang yang jauh lebih baik dan lebih berarti, nampaknya aku harus mengorbankan sesuatu!" Pikir

-- 55 Kolektor E-Book -- Sang Kuasa Agung licik.

Gadis berwajah cantik bertangan dan berkaki kalajengking berwarna merah ini keluar dari tempat semedinya. Dia lalu menemui Si Jenggot Panjang Yang saat itu duduk berjaga_jaga tidak jauh dari pintu utama yang tertutup rapat.

Melihat gadis yang selalu dapat melindunginya dari tangan Pemburu Dari Neraka muncul, kakek bertubuh pendek berjenggot panjang putih menjela sampai ke lutut ini segera bungkukkan badan sebagai tanda penghormatan.

Pada waktu yang sama pula dia berkata,

" Semedi sudah selesai tetapi mengapa wajahmu membayangkan kegelisahan?!" Apa yang menjadi ganjalan dihati, sahabatku!"

Gadis itu tersenyum, tiga pasang kakinya yang berujung runcing bergerak bergoyang goyang.

Melihat gerakan ujung kaki Sang Kuasa Agung, entah mengapa Si Jenggot Panjang tiba tiba merasa takut. Dia membayangkan bagaimana bila ujung kaki yang setajam jarum raksasa itu menembus tubuh atau jantungnya.

"Jenggot Panjang sahabatku! " Terdengar suara Sang Kuasa Agung yang merdu.

"Aku gelisah bukan karena takut. Saat ini seharusnya aku sudah mendapatkan sesuatu."

"Sesuatu apa? Bukankah kita sedang menunggu kedatangan kekasihmu Iblis Kolot?" Kata Si Jenggot Panjang tidak mengerti.

Sang dara anggukkan kepala.

"Ya. aku tahu. Tapi aku juga menunggu kehadiran sesuatu yang lain yang tak kalah penting dengan kehadiran kekasihku itu." Menerangkan Sang Kuasa Agung. Kemudian dia menjelaskan tentang kedatangan Pedang Halilintar yang saat itu bertahan diluar bukit. Tidak lupa dia juga mengatakan betapa pentingnya senjata asmara itu bagi dirinya.

Selesai mendengar cerita Sang Kuasa Agung, tanpa banyak pikir Si Jenggot Panjang berujar,

" Bila perkawinan dengan kekasih tercinta jadi dilangsungkan.

-- 56 Kolektor E-Book -- Semua perajurit batu yang berada diruangan ini akan hidup selayaknya manusia. Seandainya Pedang Halilintar berada ditanganmu, artinya kau benar benar telah memiliki kekuatan yang sangat sempurna. Kau telah bersemedi untuk mendatangkan senjata bertuah itu. Kini benda sakti itu telah hadir, mengapa tidak segera menjemput?"

"Menjemputnya?" Sentak Sang Kuasa Agung dengan mata mendelik.

" Apakah kau lupa, pemuda jahanam yang mengejar ngejar dirimu masih berada disekitar bukit. Begitu pintu bukit kubuka, dia pasti menyerbu masuk kesini. Jika dia hendak menghancurkan perajurit batu aku tidak perduli karena dia tidak mungkin bisa melakukannya. Tetapi bagaimana bila dia bermaksud menghukummu?"

Si Jenggot Panjang terdiam sambil mengusapi wajahnya yang pucat berkeringat. Saat itu dia berpikir, cepat atau lambat Pemburu Dari Neraka pasti bisa menangkapnya dalam keadaan hidup atau mati.

Si kakek tidak mau dibawa kembali dan dijebloskan ke penjara yang disebut-sebut sebagai nerakanya dunia itu. Dia tak mau menghabiskan sisa usianya dalam kesengsaraan.

Jadi apa lagi yang perlu ditakutkan? Seandainya dia harus mati sekarang demi membela kepentingan Sang Kuasa Agung.

Bukankah kelak namanya akan diingat oleh gadis itu.

Berpikir demikian ditatapnya gadis didepannya. Diluar dugaan sang dara dia berucap.

" Pedang Halilintar rasanya jauh lebih penting dari pada nyawaku. Aku tidak mau hidup terus menerus dibayangi oleh ketakutan, maka Pedang harus aku jemput apapun taruhannya. Kalau aku mati, maka berjanjilah Pemburu Dari Neraka harus mati pula ditanganmu!" Tegas orang tua itu dengan suara serak parau.

Mendengar ucapan Si Jenggot Panjang, Sang Kuasa Agung merasa terharu.

Dia tahu dengan menguasai Pedang Halilintar, dirinya akan menjadi orang yang tidak terkalahkan.

-- 57 Kolektor E-Book -- Sementara sang Kuasa Agung tengah bersiap membuka pintu bagi Si Jenggot Panjang untuk menjemput Pedang Halilintar. Pada waktu yang bersamaan namun terletak jauh dari bukit Batu Berlumut, satu sosok berpakaian biru berambut panjang kaku yang bukan lain adalah Pura Saketi sedang terus membawa lari gadis yang dipanggulnya. Si gadis itu yang tak lain adalah Anjarsari dalam keadaan kaku tertotok. Sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan. Dia bahkan tidak dapat bersuara. Untuk menghindari dari kejaran Raja, pemuda remaja yang berada dalam pengaruh roh sesat arwah gurunya ini telah menotok jalan suara Anjarsari.

Setelah berhasil mengecoh Raja yang sempat mengejarnya,

Pura Saketi kemudian memasuki kawasan hutan hutan lebat yang terletak tidak jauh didepannya.

Disatu tempat pemuda ini hentikan langkah. Sambil memilih tempat yang dianggapnya cocok untuk melakukan perbuatan terkutuknya, Pura Saketi yang berada dalam pengaruh dan keinginan gila arwah Iblis Kolot terlihat tengah membelai dan mengelus pinggul putih mulus Anjarsari yang hanya terlindung gaun panjang disebelah luar.

Seperti diketahui Pura Saketi menculik AnjarSari yang baru saja selesai mengenakan pakaian dalamnya. Saat itu Pura Saketi yang sempat membunuh pemilik rumah lalu merusak harga diri anak gadis pemilik rumah sedang menyelinap lewat pintu belakang berniat melarikan diri.

Tapi ketika pemuda ini melintas disamping kamar mandi tidak sengaja ekor matanya menangkap sesuatu dibalik pintu kamar mandi yang banyak dipenuhi lubang.

Dengan mengendap endap dia mengintip sambil mendekam dibalik dinding tempat mandi yang sederhana itu. Dia melihat seorang gadis cantik berkulit putih mulus sedang bertukar pakaian.

Melihat tubuh mulus Anjarsari membuat Pura Saketi menjadi belingsatan. Jantungnya berdegup kencang, darah berdesir namun hati kecilnya berkata lebih baik melanjutkan perjalanan untuk mencari musuh ayahnya.

-- 58 Kolektor E-Book -- Selagi si pemuda beralis hitam tebal siap hendak meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba arwah Iblis Kolot yang bersemayam dalam tubuhnya punya rencana lain. Mahluk alam arwah itu segera mengambil alih peran tubuh Pura Saketi dan berkata;

"Pemuda tolol! Inilah kesempatan kita yang paling bagus. Gadis itu sangat cantik sekali. Tubuhnya indah dan mulus. Kita harus membawa dia."

"Tapi kita telah kehilangan banyak waktu. Musuhku belum semua terbunuh. Lagi pula bukankah ada seorang gadis yang sangat mencintaimu sedang menunggu kedatanganmu guru!" Kata Pura Saketi.

Dari mulut pemuda itu kemudian terdengar jawaban. Walau suara yang keluar berasal dari satu mulut, namun yang terdengar adalah suara kakek kakek.

"Bocah! Urusanku dengan kekasihku lain. Kesempatan seperti ini tidak datang seumur hidup sekali. Gadis ini sungguh sangat sempurna. Dia pasti masih perawan, masih suci. Selagi kedua temannya ada didepan rumah. Kita boyong saja dia."

Belum sempat Pura Saketi memberi jawaban. Atas kehendak arwah Iblis Kolot si pemuda menggerakkan tangannya ke arah dinding kamar mandi.

Brak!

Dinding hancur menjadi kepingan, membuat Anjarsari yang baru saja selesai memakai pakaian dalam sebelah bawah terkejut. Dia hendak mendamprat marah namun urung ketika melihat orang yang datang adalah seorang pemuda remaja tampan namun kurang ajar.

Tapi ketika melihat betapa tatapan mata pemuda itu liar seperti mata iblis yang kelaparan, Anjarsari pun berteriak.

Tapi teriakannya terlambat. Tangan pemuda itu bergerak menotok punggungnya membuat gadis ini tidak sempat lari atau membela diri. Selagi berteriak minta tolong, Anjarsari merasakan tubuhnya telah dibawa berlari dengan kecepatan laksana terbang.

Berada diatas bahu kanan dalam panggulan Pura Saketi yang ada dalam diri Anjarsari hanyalah rasa sesal. Melihat sikap

-- 59 Kolektor E-Book -- pemuda penculiknya yang berani, mengelus, meraba dan membelai pinggulnya si gadis sadar dirinya saat itu berada dalam ancaman bahaya besar. Bahaya besar itu berupa malapetaka bagi seorang wanita.

Ketika Pura Saketi membawa gadis ini ke balik pohon besar tak jauh dari padang rumput hijau, lalu membaringkan tubuhnya diatas tumpukan daun daun menghijau. Anjarsari pun mulai berteriak ketakutan.

"Pemuda keparat terkutuk! Lepaskan aku! Jangan pernah memperlakukan diriku seperti binatang!" Jerit sang dara. Dalam takutnya Anjarsari mulai menyesali mengapa sebelumnya dia menolak keinginan Raja yang berniat mengantarnya ke belakang rumah. Mengapa dia begitu sombong dan bersikap angkuh pada Raja.

Kini dia sadar tidak ada yang dapat menolongnya.

Tidak ada pilihan lain, Anjarsari pun kemudian salurkan tenaga dalam ke bagian punggung yang kena ditotok.

Beberapa kali dia berusaha memusnahkan totokan itu, namun usaha yang dilakukannya ternyata sia-sia.

Upaya yang dilakukan oleh Anjarsari ternyata diketahui oleh Pura Saketi dan Arwah Iblis kolot yang ada didalam diri pemuda itu. Sambil tersenyum Pura Saketi jatuhkan diri, berlutut disamping Anjarsari. Setelah julurkan lidah basahi bibir dia berkata,

" Gadis cantik jelita. Bertemu denganmu itu suatu anugerah, walau mungkin bagimu ini adalah musibah. Jangan takut. Biarkan saja totokan itu. Pengaruh totokan dipunggungmu akan lenyap setelah sehari ke depan. Saat ini lebih baik aku melenyapkan totokan di lehermu agar kau bisa bicara. Suaramu pasti merdu dan rintihanmu itulah yang kutunggu!" Usai berkata demikian Pura Saketi ulurkan jarinya. Jari tangannya diusapkan ke leher Anjarsari yang putih jenjang.

Satu usapan dilakukan agar Anjarsari dapat berbicara lagi.

Setelah dapat berbicara Anjarsari segera mendamprat dengan mata mendelik nyalang wajah berubah garang.

"Pemuda jahanam! Siapa kau? Perbuatanmu sangat kurang

-- 60 Kolektor E-Book -- ajar sekali. Berani mengintip saat aku sedang bersalin pakaian. Kau telah berbuat kesalahan besar. Nyawa busukmu tidak akan kuampuni! "

Pura Saketi menyeringai. Seringai Pura Saketi yang asli disusul dengan senyum lainnya, senyum aneh dingin yang seakan datang dari penghuni alam kubur. Anjarsari tiba-tiba diam tercekat.

Dia sampai tidak menyadari bahwa jemari tangan Pura Saketi yang tadi mengusap leher memusnahkan totokan kini masih bertengger didada disebelah atas. Kurang ajarnya tangan itu kemudian merayap bergeser ke bagian dada sebelah bawah.

Anjarsari kembali berteriak marah.

'Ha ha ha! Kau bertanya siapa aku? Aku adalah pangeranmu. Pangeran cinta yang akan memberimu pengalaman indah yang tidak mungkin kau lupakan.Kau tidak usah gusar, tidak perlu takut.bahkan marahpun bagimu tidak penting lagi. Kita akan bersenang-senang, sebentar lagi kau akan menjadi puteri cinta pangeranmu ini!"

setelah berkata demikian tubuh Pura Saketi tiba-tiba bergetar seperti ada sesuatu yang menyentak dari bagian dalam.

Kemudian matanya berubah menjadi nyalang. Dia menggeram, sikapnya berubah lebih kasar. Dan ketika bicara suaranya bukan lagi suara Pura Saketi yang asli, melainkan suara arwah gurunya.

"Muridku jauh lebih lembut dibandingkan diriku. Tapi dia masih cetek pengalaman dan kurang mengerti bagaimana caranya memperlakukan wanita. Aku adalah Iblis Kolot, guru dari pemuda ini. Anak gadis, sebentar lagi kau tidak akan menyesal karena aku lebih tahu bagaimana caranya menyenangkan wanita. Mula-mula kau memang pasti menolak, tapi setelah tahu kehebatanku kau akan meminta lagi...lagi dan lagi. Ha ha ha!"

Anjarsari kini ketakutan setengah mati. Dia tidak tahu mahluk

seperti apa yang dihadapinya.

Mengapa ada dua suara, dua sifat berbeda dalam satu tubuh. "Kau....iblis terkutuk! Mahluk keparat satu tubuh satu wajah tapi

memiliki seribu kelakuan seribu sifat berbeda. Lepaskan aku!" teriak gadis ini dengan berurai air mata.

-- 61 Kolektor E-Book -- "Aku baru hendak memeluk mengapa sudah minta dilepaskan?!" Sahut Pura Saketi dengan suara kakek kakek.

Kemudian tanpa menghiraukan teriakan gadis itu .Pura Saketi tangannya gentayangan seperti setan, membuat Anjarsari merasa nyawanya terlepas dari badan.

Tapi sebelum bencana yang jauh lebih buruk menimpa diri gadis angkuh yang satu ini. Tiba tiba saja terdengar suara teriakan menggeledek.

"Kebajikan seharusnya ditebar dipenjuru bumi agar tidak merana karena kegemaran insan yang kerap berbuat dosa. Langit mestinya dipenuhi awan kemuliaan dari budi pekerti. Mengapa manusia suka memenuhi pintu langit dengan jelaga dosa! Wahai anak ingusan berpakaian biru ditumpangi arwah sesat tercela!

Hentikan perbuatan busukmu!"

Suara teriakan pertama disusul dengan suara teriakan lain yang tidak kalah kerasnya.

"Sudah tiba waktunya kebusukan dan angkara murka disingkirkan dari dunia. Selamatkan gadis itu, enyahkan si terkutuk yang hendak menodainya!" Suara teriakan lenyap.

Pura Saketi dan arwah Iblis Kolot yang bersamanya terkesiap. Belum sempat pemuda ini bangkit dan melihat siapa yang datang. Tahu tahu terdengar suara menderu disertai sambaran halus dibelakangnya. Karena saat itu posisinya setengah rebah menelungkup diatas Anjarsari. Walau sadar ada bahaya datang mengancam dari sebelah belakang. Pura Saketi tidak sempat bergulingan selamatkan diri.

Tahu tahu bahu dan pakaian disebelah punggung sudah

dicekal, disentakkan dengan keras ke udara.

Sebagai pemuda yang memiliki ilmu kesaktian sangat tinggi, diperlakukan seperti itu tentu Pura Saketi tidak tinggal diam. Dia segera hantamkan siku kirinya kebelakang sedangkan tubuh kemudian diputar. Sekilas dia melihat dua sosok kakek dibelakangnya. Kedua kakek itu berdiri di atas selembar sapu tangan empat persegi berukuran besar. Sapu tangan itulah yang menjadikan tubuh mereka bisa melayang dengan leluasa. Walau

-- 62 Kolektor E-Book -- kaget tidak menyangka orang dapat menyerangnya dengan cepat. Namun tanpa banyak pikir lagi dia ayunkan tinju tangan kanannya ke arah kakek berpakaian putih hitam yang berada didepannya.

Selagi tinju menderu disertai tebaran hawa Panas luar biasa, Pura Saketi merasa tubuhnya terangkat naik lalu..

Wuus!

Dengan kecepatan laksana kilat orang yang mencekalnya membanting Pura Saketi ke batang pohon.

Tanpa dapat dicegah Pura Saketi meluncur ke arah pohon.

Dua kakek yang berdiri diatas selembar sapu tangan yakin begitu tubuh terhempas ke batang pohon, pemuda berpakaian biru pasti bakal menemui ajal atau setidaknya akan mengalami patah tulang dibeberapa bagian tubuhnya.

Dugaan itu meleset. Dua kakek yang saat itu melayang turun ke bawah lalu jejakkan kaki diatas tanah jadi terkesima ketika melihat pemuda yang dibanting ke pohon ternyata memutar tubuhnya sedemikian rupa.

Wuut

Kepala yang seharusnya membentur pohon berbalik, kedua kaki menggantikan posisi kepala. Begitu dua kaki menyentuh batang pohon Pura Saketi jatuhkan diri dengan mulut semburkan sumpah serapah.

Si kakek kurus tinggi yang bukan lain adalah Kanjeng Empu Basula bersikap tenang. Dia tidak menanggapi ucapan Pura Saketi. Sebaliknya dia memungut sapu tangan sakti dan melipatnya.Sapu tangan dilipat rapi. Ketika benda itu dikebutkan ke udara. Sapu tangan berubah mengecil, ciut kembali ke ukuran semula. Benda itu lalu disimpannya dibalik saku celana. Pada saat yang sama Galuh Permana yang datang bersama Kanjeng Empu Basula tanpa bicara apa-apa segera hampiri AnjarSari yang rebah tergolek dibawah pohon dalam keadaan tidak berdaya.

Setelah memperhatikan dan mengetahui Anjarsari dalam

keadaan tertotok dibagian punggung, kakek berpenampilan buruk ini segera miringkan tubuh gadis itu. Dua totokan dibagian punggung Anjarsari segera dimusnahkan oleh si kakek, membuat

-- 63 Kolektor E-Book -- Anjarsari dapat bebas bergerak dan segera berlari ke arah Kanjeng Empu Basula.

"Aku sangat berterima kasih, padamu juga pada kakek sahabatmu itu, orang tua!" Kata gadis itu dengan perasaan lega.

Tapi kelegaan hati karena telah ditolong dan dibebaskan hanya berlangsung sesaat. Begitu ingat dengan perbuatan yang dilakukan Pura Saketi kemarahan Anjarsari meluap kembali.

"Pemuda jahanam! Kau bersama mahluk aneh yang mendekam dalam tubuhmu sudah selayaknya dimusnahkan!" Berkata demikian Anjarsari salurkan tenaga dalam ke bagian tangannya. Sekejab kemudian kedua tangan si gadis telah berubah putih menyilaukan. Sadar Anjarsari hendak menghantam Pura Saketi dengan pukulan sakti, Kanjeng Empu Basula yang sebelumnya pernah bertemu dengan Anjarsari saat bersama dengan Raja dan Dewi Kipas Pelangi, segera mencegah.

"Jangan lakukan! Pemuda berpakaian biru berambut seperti

ijuk itu bukan lawanmu!"

"Tapi Kanjeng....!" Tukas Anjarsari merasa tidak bisa menerima teguran sang Kanjeng. Si kakek tersenyum.

"Percayalah padaku." Ujar Kanjeng Empu Basula lirih. Walau kecewa keinginannya tak bisa diwujudkan, Anjarsari turunkan kedua tangan dan tarik tenaga dalam yang sempat dia salurkan ke bagian tangan.

Cahaya putih benderang yang memancar dari kedua tangan gadis itu meredup lalu lenyap.

Sang Kanjeng memberi isyarat pada sahabatnya.

Orang tua berambut putih berjenggot dan bercambang lebat segera mendekat ke arah sang Kanjeng.

"Dia adalah sahabatku. Namanya Galuh Permana!" Menerangkan si kakek. Kemudian pada Galuh Permana, sang Kanjeng berucap pula.

" Gadis ini adalah sahabat pemuda yang pernah kuceritakan padamu. Namanya Anjarsari!"

Galuh Permana manggut mangut.

"Mengapa kau bisa berpisah dengan pemuda itu wahai anak

-- 64 Kolektor E-Book -- gadis?!" Tanya Galuh Permana sambil tatap gadis cantik yang berdiri disebelah kiri Kanjeng Empu Basula.

"Yang menjadi gara-gara adalah pemuda terkutuk itu!" Sambut Anjarsari sambil menatap geram pada Pura Saketi.

Semua mata kini tertuju pada pemuda itu.

Ketika semua mata memandangnya Pura Saketi bukannya menjadi jerih, sebaliknya malah tertawa tergelak gelak.

Sambil menahan kemarahan akibat keinginan nafsu busuknya tidak terlaksana pemuda itu berkata,

" Ternyata kalian telah mengenal gadis cantik itu. Dan ketahuilah, umur kalian berdua tidak akan lama lagi!"

Kanjeng Empu Basula tersenyum memperhatikan. Sebagai orang tua sakti yang berpenglibatan batin tajam dia dapat melihat sekaligus merasakan ada sesuatu bersembunyi dalam diri pemuda itu.

Sebaliknya Galuh Permana segera menyahuti.

" Takdir kematianku tidak ditentukan oleh pemuda ingusan sepertimu. Kau tidak perlu bicara sombong didepan kami!"

Pura Saketi tersenyum sinis.

Mata jelalatan menatap ketiga orang di depannya silih berganti.

Ketika Kanjeng Empu Basula, kakek yang selama ini dikenal sebagai mahluk alam roh pusatkan perhatian pada pemuda yang kini menatapnya. Dan bentrok pandangan terasa adanya getaran yang membuat Sang Kanjeng yakin ada mahluk alam arwah yang bersemayam dalam diri pemuda itu.

"Mungkin dia pemuda yang selama ini telah menimbulkan banyak masalah. Jika benar dugaanku, arwah yang mendekam dalam dirinya pastilah arwah Iblis Kolot. Kakek terkutuk yang kehadirannya sangat ditunggu oleh kekasihnya di bukit Batu Berlumut." Batin Kanjeng Empu Basula dalam hati.

"Anak muda siapa dirimu?" Tanya Galuh Permana. Suaranya yang lirih memecah keheningan.

Pura Saketi pencongkan mulutnya. Namun dia menjawab juga pertanyaan orang.

-- 65 Kolektor E-Book -- "Aku Pura Saketi! Putera Pendekar Sesat!" Jelas pemuda itu tanpa malu malu.

"Orang tuanya manusia sesat, tidaklah heran anaknya seperti iblis bertubuh manusia!" Teriak Anjarsari marah.

"Ah, gadis cantik! Aku suka dengan gadis ketus sepertimu.

Kalau saja dua tua bangka itu tidak datang membuat kekacauan. Selangkah lagi kita pasti sudah bersenang senang. Gara gara mereka aku kehilangan kesempatan terbang ke surga! Ha ha ha!"

"Bangsat terkutuk! Sebaiknya pergilah ke neraka!" Teriak Anjarsari.

Sambil berteriak demikian tahu tahu Anjarsari telah berkelebat ke depan.

Melihat tindakan nekat yang dilakukan gadis itu Kanjeng Empu Basula berteriak mencegah.

Galuh Permana yang berada disamping si gadis agak disebelah depan bahkan berusaha meraih tangan Anjarsari. Tapi Anjarsari berkelit hindari jangkauan si kakek.

Dalam gerak laksana seekor walet yang menyambar mangsanya, Anjarsari menghantam Pura Saketi dengan pukulan sakti Kesengsaraan Di Ujung Maut. Serangan yang dilakukan Anjarsari bukanlah serangan biasa. Ilmu pukulan yang dilepaskannya sanggup menghancurkan batu gunung dan menimbulkan gelombang dahsyat .

Ketika dua tangan dikibaskan ke arahnya. Pura Saketi melihat dua rangkum cahaya hijau terang besar bergemuruh melabrak tubuhnya. Mendahului serangan itu hawa dingin luar biasa menyambar tubuhnya.

Walau telah alirkan tenaga dalam kesekujur tubuh, pemuda itu sempat tergontai.

Anehnya Pura Saketi masih sempat sunggingkan seringai mengejek.

Tanpa berusaha menghindar dari serangan hawa dingin dan dua cahaya hijau terang, si pemuda tarik kaki ke belakang.

Sedangkan kaki kanan ditekuk, kepala dan punggung dibungkukkan sedemikian rupa.

-- 66 Kolektor E-Book -- Secepat dia tarik kedua tangan ke belakang secepat itu pula dia menghantamkannya ke depan.

Dari kedua telapak tangan pemuda itu berkiblat cahaya merah berpijar melesat bergulung-gulung, melabrak benda apa saja yang dilaluinya lalu menghantam pukulan sakti yang dilepaskan oleh Anjarsari.

Hawa dingin yang sempat menyelimuti kawasan itu akibat pukulan yang dilancarkan Anjarsari seketika lenyap. Sebagai gantinya hawa luar biasa panas laksana lautan api memanggang semua orang yang berada disana.

Melihat kenyataan ini, Kanjeng Empu Basula yang segera mengenali ilmu pukulan sakti yang dilepaskan Pura Saketi segera berseru.

"Anjarsari, menyingkir! Dia menghantammu dengan pukulan Bara Neraka. Ilmu itu pasti didapatnya dari Iblis Kolot sang arwah yang kini mendekam didalam tubuhnya!' Teriakan itu membuat Galuh Permana yang menyadari ganasnya pukulan Bara Neraka segera berusaha membantu Anjarsari dengan melepas pukulan sakti yang tak kalah dahsyat bernama Rindu Dalam Kekecewaan.

Ketika kakek ini kibaskan tangan ke depan dengan gerak melambai. Dari sepuluh ujung jemarinya melesat sepuluh cahaya kelabu yang sangat redup namun berkecepatan tiga kali lebih Cepat dari pukulan Bara Neraka yang dilepaskan Pura Saketi.

Sementara itu dalam waktu yang bersamaan, Kanjeng Empu Basula sambil melompat ke arah Anjarsari juga menghantam ke arah lawan dengan pukulan sakti Alam Baka Membuat Perhitungan.

Diserang oleh tiga pukulan sekaligus, membuat pukulan Bara Neraka yang tadinya memancarkan cahaya merah benderang dan hawa panas luar biasa seketika berubah meredup. Tubuh Pura Saketi bergetar akibat digempur oleh tiga kekuatan dahsyat yang datang dari tiga arah.

Sambil menggeram pemuda ini lipat gandakan tenaga dalamnya. Bersamaan dengan itu dia juga berucap ditujukan pada arwah Iblis Kolot yang berada dalam tubuhnya.

-- 67 Kolektor E-Book -- "Tua bangka tolol! Bantu aku jangan cuma diam berpangku tangan. Salah satu dari kakek itu sepertinya sudah mengetahui kau ada bersamaku!"

"Murid keparat! Biarkan saja si kakek jerangkong tahu aku bersamamu. Dan harap kau bisa bicara sedikit lebih sopan pada gurumu ini. Sejak tadi aku juga sudah membantumu, apakah kau tidak merasa kubantu!" Damprat sang arwah tidak kalah sengit

"Entahlah kau mahluk halus, mana aku tahu kau berbuat apa terkecuali kau mengambil alih tubuhku sepenuhnya!" dengus Pura Saketi.

Sambil berkata demikian dia lambungkan tubuhnya untuk menghindari tiga serangan maut yang tertuju padanya. Dan dari tiga serangan itu dia merasakan serangan yang dilakukan Galuh Permana dan Kanjeng Empu Basula yang paling berat.

Dengan dibantu oleh arwah Iblis Kolot, kini dia menghantam lagi dengan pukulan Bara Neraka yang kemudian disusul dengan pukulan sakti Iblis Menembus Langit.

Cahaya merah terang kembali berpijar, dari tangan kiri menderu cahaya biru kehitaman. Kedua pukulan yang sama sama mengandung hawa panas luar biasa itu akhirnya beradu keras dengan tiga pukulan sakti yang dilepaskan oleh ketiga lawannya.

Buum! Byar! Byar!

Tiga ledakan dahsyat mengguncang tempat itu, membuat tanah serasa dilanda gempa luar biasa dansyat. Pohon-pohon bertumbangan, tanah dan bebatuan berpelantingan diudara.

Serpihan bunga api dan asap tebal membubung diudara. Di tempat terjadinya ledakan terlihat tiga buah lubang besar menganga lebar sedalam tinggi tubuh orang dewasa.

Pura Saketi sendiri jatuh terpelanting. Pakaian biru disebelah depan hangus karena sebagian pukulan yang dilepaskannya berbalik menyerang diri sendiri.

Pemuda itu secepatnya bangkit berdiri. Tapi dadanya berdenyut sakit, nafas sesak dan tenggorokan laksana terbakar. Pura Saketi kemudian memilih untuk memulihkan diri. Setelah itu

-- 68 Kolektor E-Book -- dia dan arwah Iblis Kolot berencana untuk menghabisi dua kakek sakti itu bersama Anjarsari dengan serangan ilmu sakti Aksara iblis.

*****

Sementara itu Jauh didepannya diseberang lubang menganga. Meski Anjarsari berhasil diselamatkan ditolong oleh Kanjeng Empu Basula.

Namun akibat bentrok dengan pukulan lawan membuat sekujur tubuhnya serasa luluh lantak. Sang Kanjeng membaringkan gadis ini di tempat yang aman, dan Anjarsari berusaha melenyapkan hawa panas luar biasa yang menyerang bagian tubuh disebelah depan.

Kanjeng Empu Basula meski sempat mengalami guncangan hebat dibagian tubuh sebelah dalam ternyata juga masih memikirkan keselamatan Galuh Permana sahabatnya.

Dalam kegelapan asap dan debu yang menyelimuti kawasan itu, matanya nyalang mencari-cari. Dia kemudian melihat Galuh Permana tergeletak menelentang tak jauh dari sebatang pohon yang ambruk dalam keadaan terbakar dikobari api.

Melihat pakaian si kakek yang robek, hancur dibeberapa bagian, Kanjeng Empu Basula menyangka sesuatu yang buruk menimpa diri sahabatnya itu.

Dengan perasaan cemas sang Kanjeng segera datang menghampiri. Sesampai didepan sahabatnya ,dia memperhatikan lebih seksama.

"Sahabat Galuh, kau tidak apa-apa?" tanya Kanjeng Empu Basula. Orang tua didepannya menggeliat, bangkit lalu tersenyum. Galuh Permana gelengkan kepala. Orang tua itu mengusap Wajahnya yang pucat kotor.

"Jangan perdulikan aku! Lebih baik urus gadis itu. Aku tidak apa-apa. Aku cuma mengalami guncangan dalam. Dan juga pakaianku ini seharusnya memang mesti diganti !" Ujar si kakek sambil memperhatikan pakaiannya yang sudah tidak utuh lagi.

Kanjeng Empu Basula tersenyum. Selagi Galuh Permana

-- 69 Kolektor E-Book -- berusaha memulihkan diri akibat menderita cidera dibagian dalam, Sang Kanjeng kembali hampiri Anjarsari.

Tapi dia melihat gadis cantik itu sudak duduk bersila dan tengah mengerahkan hawa sakti kesekujur tubuhnya.

Merasa tidak ada lagi yang perlu dibantu, Kanjeng Empu Basula berusaha menembus kepekatan asap mencari keberadaan Pura Saketi.

Pada saat yang bersamaan Pura Saketi sudah pulih dari cedera dalam yang dialaminya. Dia lalu bangkit. Dengan penasaran disertai kemarahan luar biasa dia memperhatikan ke depan. Saat itu terlihat Kanjeng Empu Basula seperti tengah mencarinya. Dua musuh lainnya tidak kelihatan.

"Satu yang terlihat, satu yang kuhabisi. Jika yang dua lagi munculkan diri mereka juga harus kulenyapkan!" Ujar Pura Saketi geram. Saat itu dia memang telah bersiap untuk menggunakan ilmu Aksara Iblis.

Sayangnya baru saja Pura Saketi salurkan tenaga dalam ke bagian dada dan perutnya. Tiba tiba saja terdengar suara mengiang ditelinganya.

"Dasar kekasih tidak tahu diri. Ditunggu lama tidak juga munculkan diri'. Perlu apa mengurusi masalah yang tidak penting. Apakah kau tidak lagi mencintai aku dan lebih mengutamakan memenuhi hajat nafsu busukmu. Jangan membuat perkara baru! Cepat datang kemari, temui kekasihmu ini. Jika tidak ikatan tali kasih terhenti sampai disini, perkawinan menjadi batal dan rencana besar biar kuurus sendiri!"

Suara mengiang lenyap. Bagi Pura Saketi suara mengiang

yang didengarnya tidak begitu berarti dan hanya menimbulkan kebingungan sesaat. Sebalik nya bagi arwah Iblis Kolot suara yang didengarnya demikian besar artinya. Dia tahu orang yang baru bicara melalui suara mengiang itu tak lain adalah Sang Kuasa Agung kekasihnya.

Sang kekasih rupanya sudah tahu apa yang dia perbuat. Ini membuatnya cemas. Maka tanpa pikir panjang lagi, arwah Iblis Kolot berucap ditujukan pada Pura Saketi.

-- 70 Kolektor E-Book -- "Tunda dulu niatmu untuk menghabisi mereka. Kita harus menemui kekasihku. Aku tidak mau dia marah dan kecewa. Aku tidak ingin kekasihku memutuskan hubungan yang telah terbina selama sepuluh tahun. Mari kita pergi...!" dari mulut yang sama terdengar ucapan bernada kecewa.

"Tapi...mereka masih hidup. Aku harus...!" Ucapan Pura Saketi terputus. Terjadi tarik menarik kepentingan hingga membuat tubuh itu terguncang.

"Ayo pergi, murid keras kepala!" teriak arwah Iblis Kolot. Bersamaan dengan itu sang arwah juga membuat gerakan menyentak. Tubuh pemuda itu terhuyung. Walau Pura Saketi berusaha mempertahankan diri, namun arwah Iblis Kolot didalam tubuhnya telah memaksanya berlari tinggalkan tempat itu.

Beberapa saat setelah Pura Saketi berlalu. Keadaan disekitarnya kembali berubah terang. Kepulan asap tebal dan debu lenyap. Disana sini terdengar suara gemeretak. Suara api membakar ranting dan dedaunan.

Galuh Permana yang saat itu sudah pulih segera hampiri Kanjeng Empu Basula yang berdiri tegak terpaku. tidak lama setelahnya Anjarsari juga ikut bergabung bersama mereka.

"Kemana pemuda itu?" Tanya Galuh Permana sambil menatap ke depan.

"Manusia pengecut itu! Dia pasti melarikan diri!" Geram Anjarsari penasaran juga kecewa. Ucapan si gadis ditanggapi sang Kanjeng dengan tersenyum.

"Dia belum kalah. Dia juga bukan pengecut. Dia pergi karena ajakan arwah sesat yang berada dalam dirinya."

"Arwah sesat!" desis Anjarsari sambil tatap kakek disampingnya dalam dalam. Kanjeng Empu Basula anggukkan kepala.

"Aku sudah tahu siapa pemuda itu." Jelas sang Kanjeng. Dia pun lalu menceritakan tentang arwah yang menumpang tinggal dalam tubuh Pura Saketi

"Iblis Kolot adalah manusia paling keji dimasa hidupnya.

Setelah mati dia tetap menebar kejahatan dimana mana. Aku yakin semua kejahatan pemuda itu sangat dipengaruhi oleh arwah gurunya."

"Pantas saja suara pemuda itu berubah ubah" Gumam Anjarsari sambil mengangguk tanda mengerti.

"lalu apa yang akan kita lakukan?"tanya Galuh Permana sambil mengusap janggutnya yang panjang tidak terawat.

Kanjeng Empu Basula terdiam dan berpikir sejenak. Setelah itu dia berujar.

"aku tahu kemana pemuda itu pergi. Dia pasti mengikuti kehendak gurunya yang ingin bertemu dengan kekasihnya. Aku tidak ingin perkawinan mereka terjadi."

"Memangnya kenapa bila sampai perkawinan mereka terlaksana?!" tanya Anjarsari.

"Perkawinan itu bisa membuat kita mendapat masalah luar biasa besar!" Tegas Kanjeng Empu Basula khawatir.

"Jadi tunggu apa lagi? Aku juga ingin memastikan siapa perempuan yang mengaku sebagai Sang Kuasa Agung itu. Kalau dia Sang Kuasa Agung palsu aku ingin tahu bagaimana nasib Kuasa Agung yang asli!" Geram Galuh Permana dalam kerisauan.

"Jika demikian mari kita susul dia!" Sambut Kanjeng Empu Basula.

Ketiga orang ini pun kemudian berlalu tinggalkan tempat itu. 

TAMAT
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar