PSDLL Bab 08 : Kasih seorang pendekar

 
Bab 08 : Kasih seorang pendekar

Saat ini Giam-lo-cun-cia mendadak membuka sepasang matanya, dua sorot mata yang bersinar gelap namun damai berkata:

"Kemarilah, bocah."

Pek Soh-jiu dengan perasaan tidak tenang maju kedepan, berkata:

"Lo-cianpwee ada nasihat apa?"

Giam-lo-cun-cia "keek!" sekali berkata:

"Aku telah membalikan aliran darah dan membalikan jalan darahmu, membuat seluruh tenaga dalammu, tidak peduli maju atau mundur jadi lancar, selanjutnya jalan darahmu bisa dengan sekehendak hati berpindah tempat, juga bisa dengan otomatis menahan tenaga dalam lawan yang mengenai dirimu, keek... di dunia persilatan walau pun tidak sedikit orang berbakat dan berkemampuan hebat, yang dapat dengan sukses tenaga dalamnya mencapai tingkat tertinggi ini, kaulah yang pertama."

Dia menghentikan bicaranya sejenak, setelah meluruskan nafasnya berkata lagi:

"Aku telah menggunakan cara Kai-teng-siu-kang (membuka gunung mengirim keahlian) menyalurkan seratus tahun latihan tenaga dalamku kedalam tubuhmu, sekarang di seluruh dunia persilatan, kau sudah tidak ada lawan lagi."

Pek Soh-jiu mendengarnya jadi tergetar berkata: "Lo-cianpwee, kita tidak saling kenal, pemberian anda ini bukankah sedikit terlalu beresiko!"

"Ha...ha...ha" Giam-lo-cun-cia tertawa terbahak bahak sesaat berkata, "Apakah kau melihat aku ini orang yang sembarangan mengambil resiko? Aku beritahu, selama tiga puluh tahun ini orang licik yang mati ditanganku, jumlahnya sudah melebihi tiga puluh, jika aku tidak melihat kau orangnya bisa dipercaya, hemm, bagaimana bisa membiarkanmu hidup sampai saat ini!"

"Kalau begitu, Lo-cianpwee ingin aku lakukan apa?" "Tidak perlu terburu buru, bocah! Aku ingin beri tahukan

padamu satu hal yang menyakitkan hati dimasa lalu.     "

berhenti sejenak lalu dilanjutkan lagi:

"Apakah kau pernah dengar perguruan Thian-ho?" "Aku pernah mendengarnya."

"Apakah kau tahu siapa itu Thian-ho-leng-cu?" "Thian-ho-sat-kun."

"Tidak salah, tapi, Leng-cu melampiaskan kegemarannya pada air dan gunung, mendamaikan diri di alam bebas, bukan saja kekuasaannya jatuh ke tangan orang lain, juga membawa mala petaka berdarah bagi dunia persilatan. "

"Aku pernah bertemu dengan beliau, dia memang orang tua yang sangat terbuka"

"Justru karena itu, istrinya Leng-cu yaitu Ang-kun-giok- hui Hai Keng-sim dengan leluasa mengambil kekuasaannya, lalu diam-diam memelihara pengikut setia, di dalam perguruan Thian-ho, mendirikan lagi Hek-it-kau (Aliran baju hitam), yang diketuai oleh dua orang kepercayaannya sebagai ketua dan wakil ketua. " "Apakah mereka itu adalah para orang baju hitam bertopeng itu?"

"Benar, haai... Hek-it-kau meraja lela di dunia persilatan, melakukan segala kejahatan, maka di dalam dunia persilatan timbul keadaan api di dalam sekam."

"Berbagai perguruan di dunia persilatan, apakah tidak ada satu orang pun yang berani melawannya?"

"Dalam berbagai perguruan tidak ada orang yang berbakat, melindungi diri sendiri saja sudah kewalahan, apalagi melawan Hek-it-kau! Namun akhir-nya masalah mi membuat marah Sin-ciu-sam-coat, di dalam satu pertarungan sengit mereka berhasil menyapu sarangnya, habislah pasukan intinya Hek-it-kau, ketua dan wakil ketuanya juga mengalami luka parah, maka aliran sesat yang melakukan kejahatan di dunia persilatan ini seperti Bunga Eng, hanya sebentar mekarnya, lalu   hancur lebur. "

"Lalu Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim mengigat luka ketua dan wakil ketua Hek-it-kau, mereka kembali dengan mengancam para pesilat tinggi dari berbagai perguruan untuk melakukan serangan diam-diam ke perumahan Leng- in, mengakibatkan Sin-ciu-sam-coat yang sebagai pembela kebenaran di dunia persilatan, dua orang mati satu terluka, keluarga hancur, betul tidak locianpwee?"

Ciam-lo-cun-cia melihat mata Pek Soh-jiu mengandung hawa membunuh, alis mengangkat tinggi, wajahnya marah sekali, tidak tahan dia jadi bengong betapa saat berkata:

"Apa kau keturunan Sin-ciu-sam-coat?"

"Aku telah mengatakan pemberian Lo-cianpwee terlalu berisiko!" "Ha...ha...ha" Giam-lo-cun-cia tertawa lepas beberapa saat, lalu berkata:

"Dulu aku sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, tiga puluh tahun menghadap dinding untuk menyadarkan diri, terhadap kebencian hati pada Sin-ciu-sam-coat sudah lama hilang "

"Harapan Lo-cianpwee telah terkabulkan, kebenciannya tentu saja hilang. Tapi dendam ayah tidak bisa dimaafkan, aku mungkin akan mengecewakan Lo-cianpwee atas budi memberikan kesuksesan padaku!"

Giam-lo-cun-cia melototkan sepasang matanya berkata: "Kau mengira aku pembunuh ayahmu?"

"Apakah salah?" Kata Pek Soh-ciu dingin.

"Bocah, kau sungguh kurang pengalaman, otakmu tampaknya pintar sekali, namun karena niat membalas dendam, malah telah menutupi kepintaran-mu."

"Lo-cianpwee sedang menasihati aku?" Giam-lo-cun-cia mendengus berkata:

"Dengan usiaku yang sudah setua ini, tidak keterlaluan kalau menasihatimu. Haai... apakah tidak terpikirkan oleh kau aku adalah orang cacad, tinggal di dalam gunung liar, bersembunyi sudah ada tiga puluh tahun?"

"Ini......" Pek Soh-jiu diam-diam berpikir, Giam-lo-cun- cia memang pernah mengatakan dia telah mengalami siksaan hidup selama tiga puluh tahun, saat itu dia belum tahu dirinya adalah keturunannya Sin-ciu-sam-coat, kelihatannya aku salah menyalahkan dia.

Setelah masalahnya jelas, dengan sendirinya timbul penyesalan di dalam hati terhadap orang tua cacad yang asing ini, apalagi pemberiannya sudah terlalu besar. Maka dia buru-buru membungkukkan tubuh menghormat. berkata:

"Tepat sekali Lo-cianpwee menasihatiku, aku...keek, sungguh bodoh sekali."

Sambil menghela napas Giam-lo-cun-cia berkata: "Kecurigaanmu bukan tidak ada alasan, dulu aku adalah ketuanya Hek-it-kau Ho-giam-Io (Raja neraka hidup) Liauw Ji-ang. "

"Lalu kenapa Lo-cianpwee sampai jadi sedemikian buruk?"

"Waktu itu aku terluka oleh Pouw-ci-sin-kang Hong San- ceng, sudah tidak mampu bertarung lagi, Sin-cin sam-coat sudah tidak mengejar dan mengancam aku lagi, tapi wakil ketua Hek-it-kau Oh-long (Srigala jahat) To Co an malah tidak membiarkan aku, dia bersekongkol dengan istriku, memaksaku menyerahkan cara membuat Ngo-tok-tui-hun- cian, lalu memenggal sepasang kaki ku, dan melemparkan aku ke dalam jurang. "

"Semalam suami istri ratusan hari mengingatnya, Isteriya Lo-cianpwee kenapa bisa sekejam itu!"

"Keek, wanita hina itu sudah lama berselingkuh dengan Oh-long,aku......haay. "

"Istri Lo-cianpwee, pasti seorang wanita yang cantik sekali."

Giam-lo-cun-cia jadi bersemangat lagi berkata: "Bocah, jika kau lahir lebih pagi sepuluh tahun, maka kau akan tahu nyonya ketua Hek-it-kau Cu Kwancing, benar-benar adalah wanita cantik yang memikat dunia."

Pek Soh-jiu tertegun: "Cu Kwan-cing. " Sepasang mata Giam-lo-cun-cia melotot:

"Kenapa? Aku tidak pantas? Aku hanya lebih tua lima puluh tahun saja dari dia, hemm, kau jarang melihatnya jadi merasa aneh." Dia baru saja habis bicara, dia seperti teringat Pek Soh-jiu kenal dengan Cu Kwan-cing, kembali berkata, "Beritahu aku, bagaimana kau bisa kenal dengan dia?"

Pek Soh-jiu tidak menduga wanita iblis yang cantiknya aduhai itu adalah istrinya Giam-lo-cun-cia, jika bukan mendengar sendiri, dia hampir saja tidak percaya, tapi bicara soal usia mereka, Giam-lo-cun-cia hanya pantas jadi kakeknya Cu Kwan-cing, bunga jatuh ke laut, tidak terhindar kesedihan pun terjadi! Tapi melihat warna wajahnya Giam-lo-cun-cia, terhadap istri mudanya yang cantik, yang selingkuh, yang mencelakai suami, dia masih tetap mencintainya, dia sendiri malah telah membunuh istrinya, harus bagaimana mencerita-kan pada orang tua ini? Sesaat, dia jadi gagu sulit menjawabnya.

Giam-lo-cun-cia mendadak mengangkat alisnya berteriak marah:

"Bocah, apa   yang   telah   kau   lakukan   dengan   dia?

Katakan!"

Pek Soh-jiu terpaksa dengan sekali mengeluh berkata: "Harap Lo-cianpwee memaafkan, aku. telah

membunuh dia. "

Giam-lo-cun-cia seperti tersambar petir, seluruh semangatnya jadi mati rasa, lama, orang tua cacad yang lama terkurung digunung liar ini, mendadak tertawa keras yang tidak lebih enak di dengar dari pada tangisan, dua baris air mata tua seperti aliran sungai mengalir. Pek Soh-jiu melihat Giam-lo-cun-cia karena kematiannya Cu Kwan-cing, sedihnya sampai sedemikian parah, jadi tidak tahan buru-buru berkata:

"Lo-cianpwee, aku.    haay, sungguh terpaksa sekali, jika

'Lo-cianpwee ingin membalaskan dendam istri. ”

"Tidak," Giam-lo-cun-cia mendadak menghentikan tangisnya berkata, "Aku tidak menyalahkanmu, membunuh wanita hina itu, memang ini juga satu diantara dua hal yang aku ingin kau lakukan untukku, tadi hanya karena terlalu kebetulan sekali, jadi tertawa."

Setelah Giam-lo-cun-cia berkata demikian, Pek Soh-jiu baru merasa hatinya sedikit lega, dia sungguh tidak ingin orang tua cacad yang seperti lampu kehabisan minyak ini, saat akan menemui ajalnya, masih menerima siksaan yang pedih, maka dengan lapang dada dia berkata:

"Lo-cianpwee masih ada pesan apa?"

Karena emosinya bergejolak, Giam-lo-cun-cia yang sudah sampai keadaan lampu kehabisan minyak, tadinya nyawanya masih bisa bertahan tiga sampai lima jam lagi, sekarang dia sudah sampai diujung batas, saat ini dia mulutnya menganga, nafasnya walau pun lemah, namun masih terngengah-engah. Beberapa saat, dia baru mi lanjutkan berkata:

"Satu lagi......yaitu......yaitu laki yang selingkuh itu.   Oh-

long...   kau......   bunuhlah   dia......   dengar          bocah,

Oh......Long itu......sekarang ini ada di Thian-ho- leng....mungkin..... dia itu adalah pembunuh ayahmu......

dan juga......wanita hina itu......pernah menangkap.    "

Menangkap apa? Dia tidak bisa menyelesaikan kata- katanya, kepala besar dengan rambutnya yang acak acakan itu roboh, orang hebat yang aneh ini, telah menyelesaikan hidupnya yang menyedihkan.

Ini adalah akibat yang pasti, tapi meninggalkan kesedihan yang berat bagi Pek Soh-jiu, karena Giam-lo-cun- cia menyalurkan seratus tahun tenaga dalam pada dirinya, akibatnya jadi begini, dengan berlinang air mata, dia menguburkan jenasah Giam-lo-cun-cia, menghadap pada gundukan tanah kuning, dia sedang memikirkan pesan terakhir Giam-lo-cun-cia:

"Oh-long sekarang ada di Thian-ho-leng, mungkin dia adalah pembunuh ayahmu. "

Tidak salah, Ngo-tok-rui-hun-cian adalah senjata rahasia khusus Giam-lo-cun-cia, tapi berhasil dikuasai oleh istrinya Cu Kwan-cing dan Oh-long To Cu-an, dan To Cu-an adalah wakil ketuanya Hek-it-kau, nyawa yang lolos dari tangannya Sin-ciu-sam-coat, maka otak yang diam-diam menyerang perumahan Leng-in, sudah tentu Oh-long ini. '

Jejak musuh sudah diketemukan, dia tidak tidak bisa tinggal lebih lama lagi, sekali bersiul ke langit, dia langsung ingin berlari pulang tapi, kakinya jadi tertahan lagi, diam- diam berpikir:

"Bukankah Giam-lo-cun-cia pernah mengatakan Cu Kwan-cing pernah menangkap. ? Jika yang dia tangkap itu

adalah manusia, pasti dikurung di suatu tempat rahasia, sekarang Cu Kwan-cing dan Giam-lo-cun-tia sudah mati, jika dirinya pergi begitu saja, bukankah akan memutuskan harapan orang itu untuk bisa hidup? Keturunannya Sin-ciu- sam-coat, mana bisa tidak menolong orang yang ada dalam kesulitan?" maka dia balikan tubuh, kembali lagi ke goa tempat tinggalnya Giam-lo-cun-cia.

Setelah menyelidiki dengan seksama, dia menemukan batu besar yang bisa digerakan, sepasang tangan pelan mengangkatnya, maka terlihatlah satu lubang goa kecil yang hanya cukup masuk satu tubuh saja.

Sinar bulan tidak bisa mencapai ke dalam, goa kecil itu tentu saja gelap gulita, tapi sekarang dia memiliki tenaga dalam latihan ratusan tahun, matanya jadi sangat tajam sekali? Melihat sebentar, dia sudah dapat melihat sesosok tubuh manusia yang menggulung, memang dia adalah Siau Yam yang hilang di pantai sungai. Dia sangat gembira sekali, dia mengulurkan tangan, dengan cepat menggendong Siau Yam keluar goa, lalu menepuk-nepukan telapaknya dengan cepat, membuka totokannya, menekuk sikutnya, memeluk erat di dalam pelukannya berkata:

"Adik Yam, kau sudah mengalami kesusahan..." Siau Yam tersenyum manis:

"Wanita itu sungguh jahat, dia diam-diam menebarkan asap beracun, membuat aku jadi tidak sadarkan diri, kemudian dia meminta padaku, ingin dengan kau......

dengan kau.    hemm, sungguh tidak tahu malu."

"Keek!" sekali Pek Soh-jiu berkata, "Adik Yam kau jangan marah, wanita yang tidak tahu malu itu, sudah mati digigit Sian-giok!"

Siau Yam memelalakan mata berkata: "Sungguh? Sian- giok itu apa? Dia bisa menggigit orang?"

Pek Soh-jiu setelah menceritakan dengan singkat bagaimana pengalaman dia mendapatkan ular pintar Sian- giok, berkata:

"Tentu saja benar, saat itu aku juga sudah terkena racun yang dia lakukan dengan diam-diam, jika bukan karena Sian-giok, mungkin juga tidak bisa lolos dari tangan jahat dia." Siau Yam mendadak bangkit berdiri, sepasang mata melotot, menatap Pek Soh-jiu berkata:

"Apa Racun Toan-hun-cauww itu sudah sembuh?" Wajah Pek Soh-jiu menjadi merah berkata: "Sudah..." "Bagaimana sembuhnya?"

"Keek, adik Yam, aku sudah sembuh bukankah itu bagus? Buat apa bertanya terus seperti ini!"

"Tidak, tentu kau kembali mendapatkan seorang wanita busuk, aku tidak mau, kau katakan, siapa wanita busuk itu?"

""Haai, adik Yam, ini tidak bisa salahkan aku, siapa suruh kau tidak baik-baik menjaga aku!"

"Hemm, aku hampir saja kehilangan nyawa, kau malah sebaliknya menyalahkan aku, baik, biar aku mengalah pada kalian saja..." benar saja setelah mengatakan langsung pergi, tubuh berkelebat, langsung lari keluar goa.

Pek Soh-jiu mengejar keluar goa, menangkap lengan dia berkata:

"Adik Yam, kau dengarkan aku dulu " “Dengarkan? Baik, kau katakan siapa wanita itu." Pek Soh-jiu tertawa berkata:

"Sebenarnya, keek, dia itu juga bukan orang luar. "

"Hemmm, bukan orang luar? Sudah menjadi Istrimu, dia itu tentu saja bukan orang luar."

"Haay, bukan itu maksudku, karena... dia itu adalah cicimu."

"Puuih, sudah jelas kau tahu aku adalah seorang anak tunggal, dari mana datangnya seorang cici!" "Sungguh, aku tidak membohongimu."

"Ooo, kalau begitu dia itu jika bukan Wie Pui-hoa pasti Giok Ie-ko benar."

"Bukan Suci, tapi adalah kakak sedarahmu sendiri. "

"Aku tidak percaya, kau menipu aku. "

Perkataan Siau Yam belum habis, dalam bayangan gelap saru tombak lebih melangkah keluar tiga sosok bayangan orang, yang paling depan adalah orang tua yang tamburnya beruban, bajunya merah api, dibelakang dia ada dua orang wanita cantik yang satu berbaju kuning yang satunya lagi berbaju biru, dibawah sinar bulan, tampak mempesona, seperti dewi turun dari khayangan.

Disaat Siau Yam keheranan, wanita baju kuning itu sudah maju beberapa langkah, tangannya, menggenggam telapak tangan kanannya dengan lembut berkata:

"Kau ini pasti adik Yam kan? Sungguh membuat kau menderita saja, namaku Su Lam-ceng, mari, aku perkenalkan."

Sifatnya Siau Yam, ada sedikit liar, kecuali guru dia Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim yang dia tidak berani membangkangnya, hanya Pek Soh-jiu yang sedikit bisa membuat dia jadi penurut, namun wajah dan senyumnya Su Lam-ceng yang hangat, bicaranya yang familiar, sepertinya ada satu tenaga yang sulit bisa menahannya, dia malah tanpa sadar ditariknya maju ke depan. Pertama, Su Lam-ceng menunjuk Thian-ho-sat-kun berkata:

"Ini adalah ayahmu, ketua sebenarnya dari Thian-ho- leng, Thian-ho-sat-kun Siau Ji-po."

Sepasang mata Siau Yam membelalak, mengawasi Thian-ho-sat-kun, lalu mengawasi Su Lam-ceng, terakhir menatap Pek Soh-jiu berkata: "Ciu koko, apa ini betul?" Pek Soh-jiu menghela napas: "Menjadi seorang anak yatim piatu hampir selama dua puluh tahun, sekali bertemu dengan ayah kandung dengan mendadak, di dalam hati pasti sulit bisa menerimanya, namun, ini adalah kenyataan yang sebenarnya, dan juga kau masih ada seorang kakak yang sebapa tidak seibu, dia adalah Hud-bun-it-mo yang menggemparkan dunia persilatan.

Saat ini Thian-ho-satf-kun dengan berlinang air mata, datang mendekat berkata:

"Anak Yam, kau lihat kaki ayah, kita ayah dan anak bertiga di tempat yang sama semuanya sama tumbuh sebuah tanda lahir merah, ini adalah tanda yang diberikan oleh langit pada kita ayah dan anak, kau masih tidak panggil ayah... "

Siau Yam tidak bisa menahan lagi, dia maju ke depan, memeluk Thian-ho-sat-kun, dengan emosi berteriak "Ayah!", lalu menangis dengan sedihnya.

Lama... Thian-ho-sat-kun menahan tubuhnya, dengan kasih sayang mengusap rambut halusnya berkata:

"Beritahu ayah, apakah bocah itu telah menyulitkanmu?" Siau Yam tertegun:

"Siapa yang ayah bicarakan?"

"Hemm!" Thian-ho-sat-kun berkata, "Kecuali bocah she Pek itu siapa lagi!"

Dua baris air mata masih menempel dipipinya Siau Yam, dia malah "Psss!" tertawa berkata:

"Benar, ayah tidak katakan aku hampir saja lupa, dia.....sengaja khusus mempersulit aku..."

Thian-ho-sat-kun membelalakan mata berkata: "Anak manis jangan takut, biar ayah hajar dia."

Siau Yam buru-buru menarik lengan baju Thian-ho sat- kun:

"Ayah! Dia juga sangat kasihan, kita ampuni dia sekali ini."

Thian-ho-sat-kun dengan wajah seperti marah berkata: "Bocah ini semakin dilihat semakin tidak

menyenangkan, aku hanya ada dua orang putri, malah

semuanya ditipu dia, terakhir malah ditambah kerugian seorang murid lagi. Hemm, jika tidak menghajar dia, sungguh sulit meredakan kekesalan hati."

Pek Soh-jiu tersenyum pada Su Lam-ceng berkata: "Mereka ayah dan anak bersatu, aku jadi tidak bisa

melawannya! Adik Ceng kau harus bantu aku ya."

Su Lam-ceng mencibirkan bibirnya berkata: "Orang yang tahu keadaan baru disebut orang pintar, suruh aku bantu kau lebih baik aku bantu guru saja, lebih aman."

"Ha...ha...ha jangan takut, adik kecil, kakak yang tua ini akan membantumu." Diikuti tertawanya, Oh-kui Ouwyang Yong-it, dan Sangguan Ceng-hun bergandengan berjalan keluar, pertama-tama mereka mengedip-ngedipkan mata pada Pek Soh-jiu, lalu membungkuk menghormat pada Thian-ho-sat-kun berkata:

"Apa kabar Lo-cianpwee."

Thian-ho-sat-kun bersuara "Hemm!" lalu melotot pada Ouwyang Yong-it berkata:

"Kau akan membantu bocah itu, betul tidak?"

Ouwyang Yong-it menggeleng-gelengkan kepala berkata: "Tidak, aku akan bantu Lo-cianpwee." "Aku jelas-jelas mendengar kau mengatakan akan bantu dia, kenapa dalam sekejap sudah tidak mengaku lagi?"

"Keek, jika Lo-cianpwee benar-benar telah menghajar adik kecilku! Walau memukulnya tidak sakit tidak berasa, masih saja akan ada orang yang merasa sedih beberapa hari, dengan demikian kebencian Lo-cianpwee belum terhapuskan, lalu amarahnya mungkin malah akan meletuskan kulit perut."

"Ha...ha...ha...!" Thian-ho-sat-kun tertawa terbahak- bakah sejenak berkata, "Betul juga, bocah ini juga kasihan sekali, kita ampuni dia saja kali ini."

Pemandangan bahagia sekeluarga ini, malam hari di gunung liar ini telah menimbulkan kegembiraan yang sampai kepuncaknya, lama, Thian-ho-sat-kun baru menghentikan tawanya, sambil memegang tangan Siau Yam berkata:

"Anak Yam, bagaimana kabar ibumu?"

"Ibuku?" Siau Yam keheranan berkata, "Ayah! Siapa ibuku?"

Thian-ho-sat-kun tertegun:

"Anak Yam! Kau ini bagaimana? Bukankah kau ini muridnya Thian-ho-leng?"

"Betul, aku memang muridnya Thian-ho-leng."

"Yang menguasai Thian-ho-leng bukankah Ang-kun- giok-hui Hai Keng-sim?"

"Benar dia, dia itu adalah guruku."

"Apa? Dia itu gurumu? Dia tidak memberitahukan, dia itu adalah ibu kandungmu?"

"Aaa. " Ini sungguh sulit dipercaya, tapi beritanya keluar dari mulutnya Thian-ho-sat-kun, membuat orang tidak bisa tidak percaya, tapi, kenapa Ang-kun-giok-hui melakukan demikian, sebenarnya apa tujuannya? Tentu saja, Ang-kun- giok-hui berambisi menguasai dunia persilatan, tapi ini apa hubungannya dengan mengakui anak kandung sendiri?

Tidak ada orang yang bisa menjawab teka-teki ini, dan Siau Yam tidak tahan bertanya:

"Ayah, jika kau ketuanya perguruan ini, lalu mengapa meninggalkan Thian-ciat-leng? Dan malah sekali meninggalkan hampir dua puluh tahun?"

"Haai......" Thian-ho-sat-kun menghela napas panjang berkata, "Ayah meninggalkan Thian-ciat-leng, adalah untuk mengabulkan harapan ayah berkeliling dunia, tidak diduga ketika sampai di pegunungan Hoai-ie, aku diam-diam telah diracun orang, ayah terpaksa memetik beberapa macam rumput obat, mencari satu lembah mati untuk menyembuhkan racun, siapa tahu dasar sedang sial, petaka datangnya bukan hanya satu, walau pun telah menawarkan racun, tapi jalan darahnya jadi tersesat, jika bukan bertemu dengan kera pintar Hoan-nio itu, ayah tidak akan bernyawa lagi!"

Dia menghentikan bicaranya sejenak, mendadak mengangkat alis berkata lagi:

"Wanita hina itu jika tidak mengakui anak kandung sendiri, siapa yang tahu dia tidak mencelakai suaminya sendiri, hemm, ayah seumur hidup tidak berselisih dengan orang, kali ini terpaksa menggunakan kekerasan, untuk membersihkan perguruan."

"Lalu! Ayah! Apa kita akan pergi ke Thian-ciat- leng?

Atau. " "Ha ha ha!" Thian-ho-sat-kun tertawa, "Jika sudah masuk ke dalam gunung pusaka, bagaimana bisa kita pulang dengan tangan hampa, jalanlah, kita hadapi para teman-teman dunia persilatan dari aliran hitam mau pun putih."

Lalu, mereka kembali masuk ke pegunungan Kwo-tiang untuk menyelidiki, pergi mencari sarangnya Goan Ang, tentu saja, mereka bertemu dengan tidak sedikit pesilat tinggi dari berbagai aliran, karena mereka tidak ingin membuat masalah, dengan cepat tiba di Thian-ciat-leng, dengan tidak terjadi pertengkaran, tapi, akhirnya Pek Soh- jiu tetap saja bisa dikenali orang, Ho-leng-ci adalah pusaka alam, Pouw-long-tui juga adalah pusaka yang tiata tara, di bawah dorongan ingin memiliki, ada orang yang mulai melakukan penyerangan pada dia, mereka telah menerobos banyak sekali hadangan berbahaya, akhirnya di kepung oleh para pesilat tinggi dari berbagai aliran yang banyaknya sepuluh kali lipat dari mereka, saat itu tepat di hari yang paling gelap saat akan fajar, dalam pertarungan itu mereka kembali terpisah, setelah musuh mundur semua, haripun terang benderang, disisi Pek Soh-jiu, hanya tinggal Su Lam- ceng seorang, untungnya tempat tujuan sudah tidak jauh, berkumpul lagi tentunya tidak akan sulit, sehingga, mereka berdua bergandengan berlari melanjutkan perjalanan.

Mendadak tercium bau amis darah, terbawa mengikuti angin masuk kehidung mereka, Pek Soh-jiu berlari kesamping menuju arah bau aneh itu, belum lagi mereka berlari sampai tiga tombak, sudah melihat mayat mayat bergelimpangan diatas tanah, luka mereka semuanya sama atas kepalanya pecah, mati terkena sekali pukulan.

Mulai dari sini terus ke depan, di sepanjang jalan mereka menemukan tidak sedikit mayat yang tewas terkena pukulan keras, sepertinya para pesilat tinggi dari berbagai aliran yang berniat merebut pusaka tidak ada satu pun yang selamat.

Su Lam-ceng dengan menghela napas, perlahan bn kata: "Orang yang berhasil merebut Ho-leng-ci ini, bukan saja

ilmu silatnya sudah sampai tingkat teratas, tindakannya yang kejam juga jarang ditemui didunia!" baru saja habis bicara, Pek Soh-jiu mendadak menangkap pelelangan tangan kanannya, tubuhnya bergerak, meloncat melintang lima kaki, tepat berada di belakang satu pohon besar, baru saja dia bengong, di belakang dirinya sudah terdengar satu letusan yang keras sekali, terlihat dahan dan daun-daun berterbangan, debu berhamburan, diatas tanah, sudah tampak satu lubang dalam yang besar sekali.

Hati Su Lam-ceng tergetar keras sekali, dia tidak pernah terpikir ada tenaga telapak yang sedahsyat ini, saat dilancarkan sedikit pun tidak mengeluarkan tanda-tanda, tidak aneh begitu banyak orang bisa mati mendadak, dia tertawa manis pada Pek Soh-jiu, berkata:

"Ciu koko! Terima kasih, tenaga telapak orang ini terlalu dahsyat, kita harus hati-hati sekali."

Pek Soh-jiu mendengus dengan dingin, sorot matanya ditujukan pada sebuah pohon yang ada didepannya dengan sorot mata sinis berkata:

"Keluarlah, tuan seorang yang ternama di dunia persilatan, memalukan melakukan tindakan seperti pencuri ayam ini!"

"He...he...he" diiringi tawa panjang, keluar seorang tua berusia lima puluh tahunan yang bertubuh pendek gemuk, sepasang mata elangnya yang bersinar, memperhatikan Pek Soh-jiu dari atas sampai kebawah, berkata: "Membunuh orang demi melindungi diri, apakah itu salah?"

Pek Soh-jiu dengan benci mengeluarkan "Heng!" sekali berkata:

"Alasannya cukup bagus, tapi tindakannya sangat hina." "Setiap orang yang berani masuk ke bukit Ci-ih, tentu

ada alasan untuk mati, kalian berdua juga tidak terkecuali!"

"Asalkan kau punya keyakinan itu, nyawa kami berdua akan kami serahkan padamu."

"Baik, terima ini."

Sebuah cengkeraman meluncur, datangnya laksana kilat, dilangit mengaris seperti lembayung, jurus baru dimulai, ujung cakarnya sudah sampai di depan tubuh.

Pek Soh-ciu tidak menghindar juga tidak mengelak, tubuhnya seperti sebatang pohon Liu, bergoyang-goyang terhadap cengkeraman yang amat keji Itu, orang tua bertubuh pendek gemuk berturut-turut beberapa kali merubahnya, akhirnya ditarik kembali tanpa hasil. 

Sekali tertawa panjang, orang tua pendek itu mundur tiga langkah kebelakang, berkata:

"Kepandaian Siauhiap hebat sekali, tidak tahu siapa nama anda?"

"Aku Pek Soh-jiu, tampaknya Cianpwee adalah Goan Ang, GoanTayhiap?"

"Tidak salah, aku memang Goan Ang, nona ini siapa?" Su Lam-ceng memberi hormat: "Aku Su Lam-ceng,

harap Goan Cianpwee memberi petunjuk."

"Ha ha ha!" Goan Ang tertawa, "Walau pun aku telah berhasil mendapatkan Ho-leng-ci, tapi tidak berani menguasai sendirian, setiap teman yang datang ke bukit Giok-hong, asalkan dapat lolos terhadap cengkeraman tanganku, maka dia ada kesempatan mendapatkan Ho-leng- cii. "

Pek Soh-jiu berkata:

"Aku tidak ada niat memiliki Ho-leng-ci, hanya tertarik mendapatkan dua helai daun Leng-ci saja, sudah cukup."

"Hemm!" Goan Ang berkata, "Baiklah, kalian ikut aku."

Lengan baju yang besar itu sekali diayunkan, tubuhnya yang pendek gemuk sudah melayang naik ke atas, ketika di udara bergerak bayangannya sudah berada tiga tombak lebih, ketinggian ilmu silatnya, sungguh mengejutkan orang.

Pek Soh-jiu suami istri mengikuti dari belakang, menempel ketat satu langkah pun tidak tertinggal, dalam sekejap mereka tiba diatas puncak tebing yang tingginya sampai sebuah jejak burung terbangpun tidak ada.

Setelah menghentikan langkah, Goan Ang dengan tertawa dingin berkata:

"Ho-leng-ci ada di bawah jurang yang tertutup awan ini, kalian berdua jika tidak takut, silahkan ikut aku untuk mengadu keberuntungan."

Habis bicara tubuhnya seperti burung bangau terbang, meloncat ke dalam jurang yang dalamnya tidak terlihat, dan ditutupi awan itu, Pek Soh-jiu melirik pada Su Lam-ceng berkata:

"Adik Ceng di bawah jurang pasti tempat yang sangat berbahaya, kau. "

Su Lam-ceng mencibirkan bibirnya, menghentikan pembicaraan yang belum selesai dia berkata: "Kau kira aku takut mati? Hemm!" bayangan kuning berkelebat, dia langsung meloncat ke dalam jurang yang dalam itu.

Seperti panah yang sudah di tarik diatas busur, mau tidak mau harus dilepas, Pek Soh-jiu bersiul sekali, tubuhnya sudah melayang datar, lalu menghirup nafas, pelan-pelan turun ke dalam jurang yang dalam, yang tidak tahu akan bernasib sial atau beruntung.

Terasa sebuah hembusan hawa dingin yang aneh sekali, seperti jutaan benang juga seperti satu jaring ikan yang besar sekali, dari segala arah menciut ke tengah, seluruh otot di tubuhnya bergetar, tenaga dalam yang sudah di pusatkan, hampir saja buyar semua, diam-diam dia berkata, "Celaka." Segera dia mengayunkan telapak tangan kanannya, sekuat tenaga dipukulkan ke tebing di sebelah kiri, tubuh yang melayang, menggunakan tenaga balik turun ke arah kanan, dalam waktu sekejap mata, lima jari tangan kanan telah di tanjapkan ke tebing dingin yang dekat tubuhnya, namun apa yang disentuh lima jari, seperti pasir, sama sekali tidak bisa dipergunakan untuk menahan beban, tidak ada kesempatan untuk dia menggunakan gerakan lain, huut... dia sudah jatuh kedalam jurang dengan anginnya yang dingin itu, untungnya ilmu silat dia sudah sampai tingkat teratas, walau pun jatuhnya tidak ringan, namun lukanya tidak mengganggu.

Dia melakukan pernapasan sebentar, lalu dengan kewaspadaan yang tinggi mengikuti jurang yang tandus ini maju ke depan, mendadak, dia menemukan di telapak tangan kanannya, masih menggenggam satu batu kecil yang terbawa saat tadi jatuh ke dalam jurang, karena terlalu tegangnya jadi hingga sekarang belum dibuang, maka dengan tertawa tidak bersuara, melemparkan batu kecil itu. Batu kecil itu terlepas dari tangan, dia merasakan hawa dingin di dalam jurang sepertinya mendadak jadi meningkat, dengan tenaga dalamnya yang sudah sampai tingkat tertinggi, malah sampai tidak tahan tubuhnya gemetar kedinginan.

"Apakah batu kecil itu ada kegunaannya untuk menahan dingin?" diam-diam dia berpikir, lalu membalikan tubuh menuju ke tempat tadi dia melempar batu.

Batu itu ternyata sebutir batu kecil bundar sebesar kelereng yang warnanya merah tua, baru saja mengambil batu itu ke dalam tangannya, satu hawa yang hangat menelusuri lengannya naik ke atas, sungguh segala ini seperti yang sudah diatur oleh alam, dia jatuh ke dalam jurang yang dingin, tapi malahan tanpa sengaja mendapatkan batu aneh yang bisa menahan dingin, membuat keberanian dia semakin bertambah, segera dia melakukan pencarian keberadaan-nya Su Lam-ceng, tapi setelah hampir menghabiskan waktu dua jam, satu bayangan orang pun tidak di temukan, mungkin Su Lam- ceng sudah masuk duluan, dia terpaksa berlari ke depan mengikuti jalan setapak.

Di ujung jalan, adalah sebuah pintu batu yang terbuka lebar, dia sedikit ragu tapi lalu melangkah masuk kedalam.

Di dalam ternyata adalah lapangan es yang luasnya kurang lebih seratus tombak, ada kebun bunga yang telah diatur manusia, bermacam-macam bunga aneh tumbuh, membuat lapangan es ini menjadi indah, saking indahnya, hampir membuat orang terpesona.

Pek Soh-jiu mengikuti jalan kecil di kebun melangkah maju, terhadap harum yang keluar dari pot bunga, dia sedikit merasakan perasaan mabuk. Di saat dia sedang menikmatinya, mendadak terdengar satu teriakan, delapan orang laki-laki besar dengan menghunus golok bulu tipis, menerjang kearah dia, mereka tanpa basa-basi bergerak bersama-sama mengeluarkan serangan, dia merasa sebuah tekanan yang sangat dahsyat dari atas kepala sampai ujung kaki.

Dia dapat melihat jurus delapan orang ini sangat kompak tidak ada celah, bagaimana pun mencoba, sulit bisa menghindar dari serangan ini, tapi wajah dia tampak sangat tenang, dia sedikit pun tidak tampak gelisah menghadapi serangan delapan orang ini, mendadak tubuhnya berputar secepat angin kencang, disekelilingnya segera terdengar suara trang trang trang, delapan bilah golok sayap tipis yang sangat tajam, delapan laki-laki besar yang ilmu silatnya cukup tinggi, bersamaan terbang jatuh sejauh satu tombak lebih, diatas lantai es yang putih itu tinggal sekuntum bunga darah merah yang mencolok mata.

"Bocah, sudah sampai keajalnya, masih berani melakukan kejahatan menggunakan ilmu silat. "

Dari sebuah lubang goa, berturut-turut meloncat keluar tiga orang, yang paling depan adalah seorang tua yang kumis dan rambutnya sudah putih semua, memakai baju biru, ditangannya memegang sebuah pipa bako, tampangnya sangat angker.

Yang lainnya seorang nyonya tua baju hijau, matanya menonjol keluar hidung terbalik, di lengan kanannya membelit sebuah pecut tujuh bagian wajahnya buruk sekali, langkahnya terlihat mantap sekali.

Yang terakhir adalah seorang laki-laki besar setengah baya dengan wajah dingin, di punggungnya ada sepasang Wan-yo-pit (Wan-yo= semacam bebek yang berpasangan dengan satu pasangannya saja seumur hidupnya; Pit=pena), sepasang matanya bersinar tampak wajahnya keheranan.

Sorot mata Pek Soh-jiu menyapu dia sekali, lalu berkata dingin:

"Aku tidak ingin lebih banyak lagi membunuh orang tidak berdosa, harap kalian bertiga panggilkan Goan Ang keluar untuk menjawab pertanyaan ku."

Orang tua berrambut putih tertawa: "Ketua Goan adalah seorang yang terhormat, bagaimana orang seperti kau ini bisa sembarang bertemu dia!"

Pek Soh-jiu dengan angkuhnya mendengus sekali, katanya:

"Jika kalian berniat menghalangi jalan, aku terpaksa menggunakan kekerasan."

Laki-laki besar setengah baya yang wajahnya dingin mendadak maju selangkah berkata:

"Berani bertingkah dihadapan Im-yang-sam-ih (Tiga serangkai Im-yang), kau sudah bosan hidup, mari, biar aku Tiauw Pat-ya menghabisimu."

Disaat bicara, Huan-yang-pienya sudah berada ditangan, tapi terhadap Pek Soh-jiu yang bisa menahan hawa dingin, dan dalam satu jurus bisa melukai Peng-kok-pat-hiong (Delapan jago dari lembah es) merasakan sedikit ragu-ragu, dia adalah seorang yang licin, maka dia tidak mau menyerang duluan.

Pek Soh-jiu mengangkat alisnya: "Bagus, terima ini." Kaki kirinya melangkah, telapak tangan kanannya memukul dengan jurus Hoa-liong-tian-ceng (Menggambar naga menitik mata), jari telunjuk dan jari tengah dengan membawa suara ssst... sudah hampir mengenai wajah Tiauw Pat-ya.

Angin jarinya seperti senjata tajam, bersuit tajam memecah angin, jurus serangan yang tampak asal-asalan ini, ternyata dahsyatnya luar biasa, wajah Tiauw Pat-ya berubah, tidak tahan dia mundur kebelakang beberapa langkah, tapi sepasang jari pek Soh-ciu seperti belatung menempel di tulang, saat tubuh Tiauw Pat-ya berkelibat menghindar, sepasang Pit ditangannya juga mengeluarkan jurus hebatnya melindungi diri, namun tetap tidak bisa menahan ancaman dari sepasang jari Pek Soh-jiu, wajahnya yang pucat dingin itu mengeluarkan tetes-tetes keringat sebesar kacang.

Orang tertua dari Im-yang-sam-ih Thian Ceng, dan orang kedua Lai San-siu melihat pertarungan ini dengan wajah berubah, segera dua suara teriakan terdengar, pipa bako dan pecut bersamaan waktu menyerang Pek Soh-jiu.

"Ha...ha...ha" terdengar tawa yang keras, menggema di seluruh lembah es, Im-yang-sam-ih tampak tertegun seperti patung ayam, ternyata semuanya telah tertotok jalan darahnya oleh Pek Soh-jiu dengan jurus yang tidak terbayangkan. Pek Soh-ciu tidak mempedulikan lagi mereka bertiga, tubuhnya berkelebat, berlari mengikuti jalan lorong.

Keluar dari lorong, adalah sebuah ruang goa es yang besar sekali, esnya keras berkilauan, putih seperti giok, embun putih yang ditimbulkan oleh hawa dingin menguap keluar dari balok es, segumpal hawa putih yang seperti embun atau asap, menutupi seluruh ruang, bukan saja hawanya sangat dingin sekali, sampai jarak pandang pun tidak bisa mencapai lima kaki lebih.

Dengan hati hati dan pelan Pek Soh-ciu maju kedepan, dia juga memindahkan batu kecil berwarna merah itu kedepan dadanya, diam-diam mengerahkan tenaga dalam, menghisap daya panasnya.

Mendadak, langkah dia terhenti, sepasang matanya melotot, menatap tajam pada satu bayangan orang didepannya.

Itu adalah satu bayangan seorang tua yang tubuhnya tinggi besar, rambut dan kumisnya berdiri keras, sepasang mata ikannya, melotot seperti bel tembaga, tapi hidungnya bengkok mulut menganga, sedikit pun tidak ada tanda kehidupan, ternyata sebuah mayat yang sudah lama mati kedinginan, selanjutnya setiap jarak yang tidak jauh, dia pasti menemukan mayat yang serupa, mereka ada yang dalam posisi duduk ada yang terlentang, posisinya berbeda- beda, menggambarkan suasana yang menyeramkan pada lembah dingin yang aneh ini.

Mendadak, mata dia menjadi terang, sepasang kakinya langsung meloncat, dia sudah melewati sepuluh lebih hweesio dan berdiri dibelakang mereka, sepasang matanya bersinar, mengeluarkan sinar keheranan.

Tampak dua belas orang hweesio dan tiga orang pendeta To diam seperti patung, mereka semua menutup matanya, duduk bersila sedang mengerahkan tenaga dalam dari aliran Budha dan To melawan dinginnya hawa di dalam goa.

Setelah diam-diam dia mengawasi mereka sejenak, tidak terasa dia menghela napas, dia tahu mereka adalah seluruh kekuatan inti dari Siauw-lim-sie di bawah ketuanya, dan tiga tetua dari Bu-tong yaitu Ceng-yang, Cuan-yang, Cu- yang, jika membiarkan mereka mati disini, tidak saja membuat dua perguruan aliran lurus dari dunia persilatan ini sulit bisa bangkit kembali, juga akan membuat kerugian yang amat mengerikan bagi dunia persilatan. Namun saat ini dia seperti Budha tanah menyeberang sungai, melindungi diri sendiri saja sulit, apalagi dengan kekuatan seorang diri, walau pun tenaga dalamnya lebih tinggi lagi juga sulit bisa menghilang-kan racun yang dialami sepuluh lebih orang-orang ini, terpaksa dia sementara melepaskan menolong mereka, pikirnya nanti setelah bertemu dengan Goan Ang, dia akan memaksa menyerahkan Ho-leng-ci, baru menentukan cara menolong mereka.

Keluar dari bagian goa ini, hawa dingin sudah tidak sedingin tadi, dengan lega dia menghela nafas, melanjutkan larinya kedepan.

Sekarang di hadapannya ada sebaris rumah yang dibangun oleh batu dan papan, pohon bambu tampak di mana-mana, ada satu parit mengalir melintang, pemandangannya luar biasa, segulung hawa yang hangat, ditiup angin menerpa mukanya, dibandingkan dengan ruangan es yang tadi dilalui, benar-benar dunia yang berbeda sekali.

Saat ini matahari berada ditengah-tengah kepala, sinar matatari dari atas tebing yang tinggi curam menyinari lembah yang misterius sulit di duga ini, tampak sinarnya sudah lemah tidak bertenaga, saat dia mengawasi kesekeliling, sebaris pasukan pesilat dengan baju ringkas, keluar dari belakang rumpun bambu, orang yang meminpin di depan, alisnya tebal matanya besar, tampangnya sangat galak, dia mengayunkan golok panjang ditangannya, lalu bayangan orang berkelebatan mengepung Pek Soh-jiu di tengah lingkaran.

"Hemm!" Pek Soh-jiu berkata dingin, "Panggil Goan Ang keluar menemui aku, jika tidak jangan salahkan aku bertindak kejam!" Terhadap teriakan Pek Soh-jiu, pengepungnya sedikit pun tidak mempedulikannya, sambil memeluk golok panjang, mereka berdiri tegak tanpa perasaan, diatas wajahnya sedikitpun tidak ada ekspresi.

Pek Soh-jiu mendengus, telapak tangan kanannya mendadak dikibaskan, dengan lima puluh persen tanaga dalamnya, didorongkan kedepan, mendadak satu sinar golok berkelebat, sebuah tirai sinar, menahan tenaga telapaknya, di kedua sisi kiri kanan dan belakang tubuh, juga bersamaan waktu datang menyerang tiga kelompok tirai golok, namun gerakan-nya melayang-layang, begitu menyentuh langsung menghindar, Pek Soh-jiu hanya menyerang satu jurus, mereka telah menyerang empat jurus, juga telah berganti tiga tempat.

Pek Soh-jiu terkejut, dia tidak menduga di dalam lembah yang misterius ini, ada barisan golok sehebat ini, dia segera mengumpulkan hawa murni kedalam Tan-tian, tenaga dalamnya menyebar keseluruh tubuh, tubuh mendadak berputar, sepasang tangan melayang-layang, dalam sekejap mata, menyerang berturut-turut delapan telapak tangan, sekejap kemudian terdengar beberapa kali suara jeritan mengerikan, sekeliling kembali menjadi hening, namun sepasukan pesilat berbaju ringkas ini, sudah roboh setengahnya.

"Ha...ha...ha seumur hidup aku belum pernah mengagumi orang, ilmu silat sehebat Pek Siauhiap ini, sungguh-sungguh belum pernah terlihat dalam seratus tahun, namun. "

Akhirnya Goan Ang menampakkan diri, di belakangnya mengikuti seorang laki-laki besar setengah baya yang tampan, bermulut tajam, pipinya tipis, matanya berputar- putar. Melihat Pek Soh-jiu yang dapat melalui lorong es, dan kepandaian hebat yang tadi diperagakan, tampaknya memuji, tapi di dalam kata-katanya, sedikit pun tidak mengadung ketakutan.

Pek Soh-jiu berkata dingin:

"Maksudmu, orang she Pek terlalu lama hidup?"

Goan Ang menyipitkan sepasang matanya, wajahnya yang bulat tampak bersinar dingin, katanya:

"Bukan, bukan, aku hanya merasa sedikit sayang saja." Pek Soh-jiu mendengus:

"Anda tidak perlu menakut-nakuti, jika masih punya kepandaian lain, silahkan keluarkan biar menambah pengetahuanku."

"He he he!" Goan Ang tertawa, "Terhadap orang yang telah keracunan, tidak perlu menggunakan jurus hebat lagi, he. "

Hati Pek Soh-jiu tergerak, dia segera mengerahkan tenaga dalam, benar saja diantara Ciu-wie, ada satu hawa yang dingin, wajah dia berubah berkata:

"Aku mengikuti anda datang kemari, hanya menginginkan dua helai daun Ho-leng-ci, untuk menyembuhkan penyakit pamanku, tidak diduga anda malah ingin menghabisi orang-orang Bulim dalam satu pukulan, hemm, walau pun aku terkena racun aneh, tapi aku masih mampu menghabisi nyawa orang she Goan dibawah telapak tanganku."

"Siauhiap sepertinya terlalu percaya diri.'" "Kalau tidak percaya, boleh kau coba?" "Aku justru menginginkan."

"Baik, terima ini." Kakinya melangkah, menciutkan jarak jadi inci, lima jarinya dibuka, secepat kilat mencengkram perge-langan tangan kanan Goan Ang.

Goan Ang melihat Pek Soh-jiu lalu melayangkan telapaknya, tapi angin jari Pek Soh-ciu sudah menyentuh diatas jalan darahnya, kecepatan gerak ini sangat mengejutkan dirinya, tapi ilmu silat dan refleknya berada diatas rata-rata orang, walau jurus Pek Soh-jiu ini dahsyat, tetap saja tidak bisa melukainya, terlihat dia mundur selangkah lalu lengan kirinya diayunkan, sebilah golok lentur seperti seekor ular pintar membabat kearah Pek Soh- jiu.

Pek Soh-jiu mendengus, gerakan telapak tangan kanannya berubah, lima jari turun kebawah, dari kejauhan dia menjentikan jarinya, lima jalur angin, menotok kearah jalan darah di rubuh bagian bawah Goan Ang.

Hati Goan Ang tergetar, kaki kanannya bergeser kesamping, melangkah melintang tiga langkah, sebelah lengannya diputar, golok lentur dengan mengeluarkan bunyi ssst...membelah angin, dengan cepat membabat bahu kiri Pek Soh-jiu.

Pek Soh-jiu sedikit memiringkan tubuh, menghindar satu babatan golok ini, mendadak dia membentak keras, telapak tangan kanan diputar lalu didorongkan, tenaganya telah menjelma menjadi ribuan benang perak, seperti air raksa tumpah ke tanah, segera menutup Goan Ang tanpa celah.

Goan Ang diam-diam mengeluh, "Celaka." Mendadak tubuhnya terasa kesemutan, seluruh tubuh mendadak kaku tidak bertenaga, selain golok lentur yang tajamnya bisa memotong rambut yang terbang itu, telah jatuh ketangan Pek Soh-jiu, dia sendiri juga seperti sebuah patung kayu, berdiri tertegun tidak bisa bergerak. Pek Soh-jiu dengan dingin berkata:

"Jika kau sayang pada nyawamu, kita bisa berbicara dengan jujur. "

Goan Ang mengeluh sedih:

"Kepandaian Siauhiap hebat sekali, orang she Goan dengan tulus mengaku kalah, kau ingin bagai-mana, silahkan saja perintahkan."

"Dimana istri ku Su Lam-ceng?"

"Dia lebih beruntung dibandingkan Siauhiap, dia di bawa oleh Jit-kaw kokcu (ketua lembah tujuh kepandaian) Bong San-san, melalui jalan rahasia lain masuk ke dalam lembah gunung, penjaga lembah dari kami sedang memancing mereka masuk ke daerah mati, keadaan selanjutnya bagaimana, aku masih belum tahu."

"Baiklah, kau serahkan dulu delapan belas butir obat penawar padaku, lalu kita bicarakan lebih jelas lagi."

"Siauhiap seorang diri, buat apa perlu begitu banyak obat penawar?"

"Aku ingin menolong lima belas orang Siauw-lim dan Bu-tong yang ada di goa es, dan meninggalkan dua butir obat untuk istriku. "

"Haai!" Goan Ang mengeluh, dengan pelan, berkata pada laki-laki besar setengah baya yang berdiri tertegun satu tombak lebih:

"Ji-te, harap berikan obat penawar pada Pek Siauhiap, kita mengaku kalah!"

Laki-laki besar itu berkata dingin:

"Sisa obat penawar tinggal sedikit, tidak cukup untuk keperluan sepuluh orang lebih." Goan Ang mendengarnya jadi tertegun berkata:

"Tidak peduli isinya ada berapa banyak, semua serahkan saja pada Pek Siauhiap."

Laki-laki besar itu bersuara "Hemm!" berkata:

"Obat perawar ini sulit membuatnya, ingin memberikan semuanya pada orang ini, maaf aku tidak bisa menurutinya!"

Goan Ang bengong:

"Adik kedua, kau.    "

Laki-laki besar itu tidak mempedulikan Goan Ang lagi, dia menepuk tangannya berkata:

"Tangkap orang she Pek itu."

Segera bayangan orang berseliweran, keluar puluhan orang pesilat berbaju ringkas, namun wajah mereka, tampak merasa ragu-ragu.

Goan Ang melihat keadaannya begini jadi marah teriak: "Cuan-ce, berani kau melupakan budi, mengkhianati

aku?"

Dengan dingin Cuan-ce berteriak pada orang orang yang mengepung Pek Soh-jiu berkata:

"Orang ini sudah terkena racun dan segera akan bereaksi, tidak perlu ditakutkan lagi, kalian serang saja dia. "

Hati Pek Soh-jiu diam-diam terkejut, buru-buru mencoba tenaga dalamnya, benar saja satu aliran hawa dingin, pelan- pelan menyebar ke kaki dan tangan, tenaga dalamnya jadi hanya bisa digunakan lima puluh pemen

Saat ini sinar golok dan bayangan pedang, dari segala arah sudah datang menyerang, para pesilat itu tanpa tanggung-tanggung menyerang ke tempat-tempat yang mematikan.

Pek Soh-ciu sadar jika dia bergerak melakukan perlawanan, racun dingin itu bisa lebih cepat menyebar, namun nyawanya sangat berharga, asal masih ada harapan, bagaimana pun tidak akan membiarkan orang sembarangan mengambilnya! maka dia mengerahkan sisa tenaganya, menggunakan golok sebagai pedang, menyerang dengan jurus pedang yang amat dahsyat.

Satu jurus Ciu-hong-su-khi (angin musim gugur timbul di empat penjuru), terlihat sinar golok seperti kilat berputar bintang melayang, menimbulkan suara ssst. yang

menakutkan orang, mendadak warna merah herterbangan di barengi suara jeritan kesakitkan, para pesilat yang menyerang dia, ada lima tewas tiga terluka, dalam satu jurus delapan orang telah roboh.

Tapi keadaan dia juga semakin parah, kakinya sempoyongan, keringat dingin mengucur dari pelipis-nya, aliran darahnya jadi cepat, membuat dia tidak tahan mengeluarkan dengusan satu kali, ketika orang-orang yang mengepung dia kembali melakukan penyerangan, dia tetap terpaksa melakukan cara bertarung minum arak beracun melepas dahaga.

Goan Ang yang melihat, matanya seperti timbul bara, dengan keras membentak:

"Berhenti!"

Cuan-ce dengan mata dingin melirik dia berkata:

"Buat apa berteriak? Nanti juga aku akan membereskanmu, sekarang tenanglah dulu!"

Goan Ang tidak menduga orang kepercayaan-nya, bukan saja memimpin kelompok berkhianat, malah ingin membunuh dirinya, sesaat kepedihan menyerang jantungnya, saking marahnya hingga memuntahkan darah segar, orang yang seperti dia, penguasa setempat yang menggemparkan dunia persilatan, bagaimana bisa menerima siksaan ini, lebih baik dia mati dari pada hidup seperti ini, maka dengan menghela napas yang panjang, segera akan menggigit lidah mengakhiri hidupnya, tepat disaat ini dua bayangan orang yang bertubuh ramping, dari belakang lembah berlari mendekat, hanya beberapa kali loncatan, orangnya sudah tiba dilapangan pertarungan.

Goan Ang melihat orang yang datang itu adalah Jit-kaw Kokcu Bong San-san dan istrinya Pek Soh-jiu Su Lam-ceng, maka dia membatalkan niatnya bunuh diri, dengan keras memanggil:

"Bong Kokcu.    "

Bong San-san melihat Su Lam-ceng sudah berlari pada Pek Soh-jiu yang sedang bertarung, dia jadi menghentikan langkah, dia mendekati Goan Ang, berkata:

"Ada perlu apa? Goan Tayhiap."

"Keek!" sekali Goan Ang berkata, "Aku ingin.    keek,

minta pertolongan Bong Kokcu.    "

Bong San-san dengan genit tertawa berkata:

"Maksud Goan Tayhiap ingin aku membuka jalan darahmu?"

"Betul......betul. "

"Sayang cara menotok Pek Siauhiap, aku tidak mampu membukanya, namun asalkan Goan Tayhiap bisa memberitahukan keberadaan Ho-leng-ci padaku, aku bisa jamin keselamatanmu." "Keek... kita berhubungan atas dasar kebenaran dan moral, Bong Kokcu tidak seharusnya mengambil kesempatan dalam kesempitan."

"Meski perdagangan gagal persahabatan tetap masih ada, aku tidak akan memaksa orang, namun, bisa mempertahankan gunung selama masih hijau, tidak usah takut tidak ada kayu bakar, Goan Tayhiap bisa pertimbangkan lagi."

Goan Ang mengeluh:

"Ho-leng-ci memang satu pusaka di dunia, tapi jika tidak di minum bersama-sama dengan air liurnya ular Sian-giok, sama saja dengan minum racun yang amat berbisa, ketua walau pun mendapatkan Ho-leng-ci, hanya akan mendatangkan mala petaka yang tidak ada habisnya."

Bong San-san mencibirkan mulutnya, berkata:

"Lalu kenapa Goan Tayhiap tidak sekalian saja merelakannya!"

Goan Ang mengemtkan alis:

"Sayang aku telah menjelajahi seluruh ribuan pegunungan, tapi tetap sulit mendapatkan ular Sian-giok itu!"

Bong San-san tertawa dingin, berkata: "Jika Goan Tayhiap telah menjelajahi ribuan pegunungan, dan masih belum mendapatkan ular Sian-giok itu, sungguh sulit orang bisa mempercayainya!"

Goan Ang menggelengkan kepala sambil menghela napas:

"Jika bisa mendapatkan Sian-giok, bagaimana aku bisa berakibat begini. " Bong San-san pikir, kata-kata dia memang tidak salah, jika dia telah minum Ho-leng-ci, di dunia ini, siapa yang bisa melukai dia, namun, dia tetap dengan tawar berkata:

"Baiklah, jika Goan tayhiap tidak punya Sian-giok, aku hanya menginginkan Ho-leng-ci saja."

GoanAng dengan serius berkata:

"Aku menyimpan Ho-leng-ci di tempat yang sangat rahasia. "

"Jika Goan Tayhiap ada kesulitan, maka tidak perlu mengatakannya."

"Tidak, aku sudah bertekad memberikan Ho-leng-ci pada Kokcu, hanya saja peta penyimpanan pusakanya ada di dalam pegangan golok ditangan Pek Siauhiap, jika Kokcu ingin mendapatkan Ho-leng-ci, harus menolong Pek Siauhiap terlebih dulu."

"Apakah   aku    tidak    boleh    merampas    senjatanya?

Menolong orang bukankah akan sangat repot sekali!" "Tidak, ini adalah satu satunya permintaan aku. "

"Baiklah, aku menurut padamu sekali ini.    "

"Tunggu, Bong kokcu! Di dalam kantongku masih ada sebutir obat penawar racun, harap ambil dan berikan pada Pek Siauhiap untuk menawarkan racun rumput es nya, cepat. "

Jit-kaw Kokcu Bong San-san, sebenarnya juga seorang ahli menggunakan racun, di dunia persilatan asal menyebut Pek-tok-lo-cia (iblis seratus racun) Bong San-san, siapa pun akan merasa sakit kepala, dia melihat wajah Pek Soh-jiu yang terlihat hijau ungu, langkahnya kacau, benar saja bahayanya sudah sampai diatas alis, tidak ragu ragu lagi, dengan cepat mengambil obat penawar racun dari kantongnya Goan Ang, mulutnya berteriak, dia sudah bergerak seperti asap berwarna merah muda.

Saat ini Su Lam-ceng sedang sibuk oleh Cuan-ce dan lima orang laki-laki besar, walau pun tahu keadaan Pek Soh-jiu sangat kritis, namun dia tidak mampu membagi tubuh.

Datangnya Bong San-san sangat tepat waktu, begitu angin pukulannya sampai, seperti air mendidih menciprat es, hanya dalam waktu singkat, dia sudah menerjang mendekati Pek Soh-jiu, lalu menjentikan jarinya, melemparkan pil mujarab penawar racun itu ke dalam mulut Pek Soh-jiu, sesudah itu sepasang telapak tangannya dikibaskan kekiri dan kekanan, kembali menjatuhkan beberapa pesilat yang datang menyerang, baru dengan tertawa genit berkata:

"Obat penawar racun ini diberikan oleh Goan Kokcu untuk saudara kecil. Cepat gunakan tenaga dalam mengusir racunnya, para anak setan ini, serahkan saja pada cici."

Di mulutnya berkelakar, tapi sepasang telapak tangannya melancarkan jurus yang mematikan, para anak buah setia yang di pupuk bertahun tahun oleh Cuan-ce, dalam waktu singkat, hampir tidak ada satu pun yang selamat, satu rasa terkejut yang amat sangat, membuat Cuan-ce berniat untuk mundur, namun begitu tekanannya berkurang, Su Lam- ceng sudah meloncat menghadang jalannya Cuan-ce.

"Orang she Cuan, sudah tiba saatnya kita selesaikan, terima ini. "

Lima buah bendera besi, dihamburkan dengan jurus Boan-thian-hoa-ie (Hujan bunga memenuhi udara), walau pun Cuan-ce bisa tumbuh dua buah sayap, tetap sulit lolos keluar dari senjata rahasia dia ini, maka dia berikut empat orang anak buah setianya, bersama-sama menjerit ngeri roboh ke bawah.

Pertarungan sengit sudah selesai, di dalam lembah sepi ini, sudah kembali jadi tenang, tapi Goan Ang mengerutkan sepasang alisnya, wajahnya semakin berubah jadi serius berkata:

"Lewat dua jam lagi, seluruh lembah akan berubah jadi semakin dingin, jika Pek Siauhiap belum bangun, terpaksa aku menemani dia mati disini."

Pek-tok-lo-cia Bong San-san berkata:

"Bagaimana jika aku pindahkan kau dulu ke dalam kamar?"

Goan Ang menggelengkan kepala berkata:

"Pek Siauhiap adalah mutiara terang embun dewa, bunga hebat dunia persilatan, aku sudah tua, bisa menemani dia mati disini, itu malah harapanku."

Bong San-san keheranan berkata:

"Aku sungguh tidak mengerti, Goan Tayhiap bagaimana bisa ditotok oleh dia. "

"Itu tidak bisa salahkan dia, jika bukan aku memancing dia datang kemari, bagaimana dia bisa menempuh bahaya ini!"

"Tidak diduga Goan Tayhiap yang disebut-sebut bertangan kejam, bisa berlapang dada seperti ini!"

"Kehidupan manusia seperti embun pagi, seluruh ambisi ingin punya nama ingin menang, akhir-nya tetap saja menjadi segunukan tanah kuning! Pengkhianatan Cuan-ce, membuat aku jadi sadar, jika Pek Siauhiap beruntung bisa lolos dari ujian yang sulit ini, aku akan menggunakan sisa hidupku, membantu dia mendirikan satu pahala besar." Baru saja habis bicara, mendadak satu bayangan orang berkelebat, satu angin lembut yang hangat, mengikutinya datang melayang, dia merasakan seluruh jalan darahnya menjadi lancar semua, seluruh aliran darah sudah terbuka kembali, dia segera bangkit berdiri, sambil memegang tangan berototnya Pek Soh-jiu berkata:

"Terima kasih, saudara Pek! Mari kita masuk ke dalam rumah berbincang-bincang. "

Ini adalah gedung besar yang sangat mewah, satu- satunya yang sangat berbeda, adalah pintu dan jendalanya ditutup rapat dengan karpet kulit, untuk mencegah hawa dingin masuk ke dalam.

Goan Ang menggunakan tangannya menekan pelan sebuah bata persegi, memunculkan lubang goa yang kecil, dia mengulurkan tangan mengeluarkan sebuah kotak papan sepanjang kira-kira satu kaki, memberikannya pada Bong San-san berkata:

"Inilah Ho-leng-ci yang menggemparkan dunia persilatan, harap ketua menyimpannya baik-baik."

Mata Pek Soh-jiu menyorot sinar aneh, begitu melihat kotak papan, dia mau bicara tapi tidak jadi, kelihatan sekali wajahnya sedikit tidak tenang.

Bong San-san menerima kotak papan, sambil tersenyum pada Pek Soh-jiu berkata:

"Jika cici tidak salah menduga, adik kecil sudah berhasil mendapatkan ular pintar Sian-giok yang sama berharganya dengan Ho-leng-ci, bisakah cici melihatnya?"

Dari dalam dadanya Pek Soh-jiu mengeluarkan ular pintar Sian-giok diserahkan pada Bong San-san berkata: "Aku tanpa sengaja mendapatkan dia, usianya sudah tua makanya jadi pintar, dapat mengerti maksud manusia, ketua tidak perlu khawatir."

Bong San-san setelah memain-mainkannya sebentar, mengembalikan pada Pek Soh-jiu berkata:

"Masing-masing barang memiliki masing masing pemilik, manusia sama sekali tidak bisa memaksakan memilikinya, cici meminjam bunga mempersembahkan pada Budha, Ho-leng-ci ini, aku serahkan pada adik kecil saja."

Pek Soh-jiu bengong berkata:

"Tadi aku sudah mendapat pertolongan dari cici, aku sudah sangat berterima kasih, seumur hidup akan kuingat, jika Ho-leng-ci adalah pemberiannya Goan Tayhiap, aku tidak bisa menerimanya."

Goan Ang di pinggir membujuknya, katanya:

"Pek-tok-sin-kang nya Bong Kokcu, tiada duanya di dunia, pusaka alam di lembah Jit-kaw, melebihi pusaka yang ada dimana-mana, jika dia dengan tulus memberikan Ho-leng-ci, maka adik kecil tidak perlu sungkan."

Di bawah hati yang tulus sulit menolaknya, Pek Soh-jiu terpaksa menerima kotak papan itu, katanya:

"Aku tidak tahu, bagaimana cara menggabungkan Ho- leng-ci dengan air liur ular untuk bisa dipergunakan, mohon penjelasan dari Goan Tayhiap."

Goan Ang dengan terperinci menjelaskan cara menggunaannya, lalu sambil tertawa lega berkata:

"Kita menyesalkan pertemuan kita terlambat, saudara Pek jika masih memandang Lo-ko, harap jangan menyebut aku dengan tayhiap lagi." Pek Soh-jiu membungkukan tubuh menghormat berkata:

"Perintah Goan Lo-ko, aku tidak berani tidak menurut, selanjutnya harap Lo-ko jangan bosan-bosan memberi nasihat padaku."

Pek-tok-lo-cia tertawa:

"Jika telah mengakui Lo-ko, maka harus mengakui juga seorang Lo-ci, jika tidak adik Pek terlalu berat sebelah."

Saat ini Su Lam-ceng sedang berdiri disamping Pek Soh- jiu, mendengar hal itu, dia langsung menyahutnya:

"Cici San telah memberi banyak pada kami suami istri, bisa mendapatkan cici sepertimu, kami suami istri sangat senang, namun cici adalah wanita cantik yang masih muda, kata tua itu, kami suami istri mungkin sulit untuk menurutinya."

Pek-tok-lo-cia Bong San-san sambil memegang tangan Su Lam-ceng berkata:

"Mulut kecil yang pandai sekali bicara, adik Pek mendapat pembantu sepertimu yang sifatnya keibuan dan setia, tidak tahu dia sudah berapa generasi bertapa-nya."

Belum habis Bong San-san bicara, mendadak dia menemukan Pek Soh-jiu sedang membelalakan sepasang matanya, menatap tegang pada Su Lam-ceng, wajahnya, juga nampak sedikit kebingungan, tidak tahan dia jadi merasa heran berkata:

"Kenapa adik Pek! Apakah Cici salah bicara apa?"

Pipi Su Lam-ceng sedikit merah, menghela napas pelan berkata:

"Dia bukan menyalahkanmu, cici San! Tapi aku......berbuat salah pada dia, membuat kandunganku. " Pek Soh-jiu menjadi emosi berkata:

"Kita masih muda, adik Ceng tidak perlu di simpan dihati."

Bong San-san dan Goan Ang, tidak tahu ada masalah apa diantara sepasang sejoli pendekar ini. Namun masalah pribadi suami istri orang lain, orang ketiga tentu saja tidak enak terlibat, tapi Bong San-san bagaimana pun adalah seorang wanita, sedikit-sedikit sudah tahu, karena Pek Soh- jiu mengatakan mereka masih muda, kebanyakan masalahnya, masalah antar muda mudi, dia hanya tidak enak mengatakannya saja.

Terakhir, tetap Pek Soh-jiu yang memecahkan keadaan canggung ini, dia berkata pada Bong San-san:

"Cici San! Aku juga punya satu permintaan maaf padamu."

Bong San-san tertawa berkata:

"Kau tidak perlu sungkan, kecuali meminta cici memetik bintang dilangit, semua permintaanmu akan cici kabulkan."

Pek Soh-jiu mengepal tangan membungkuk berkata: "Aku berterima kasih dulu pada Cici. "

"Kalau begitu, katakanlah."

"Di lembah cici apa ada seorang yang bernama Tok-hou (Monyet racun) The Hoan?"

"Tidak salah, apa dia telah menyerangmu?"

"Hanya sedikit salah paham, tapi aku kelepasan tangan telah membunuhnya."

"Tidak apa-apa! Orang ini sangat liar sulit dikendalikan, cici juga sudah lama ingin menghabisi dia, sekarang kau telah membunuhnya, tidak bedanya dengan telah menghilangkan satu kanker racun di lembah ini, cici malah harus berterima kasih padamu."

Su Lam-ceng berkata:

"Ciu koko! Jika cici San tidak menyalahkan kita, rasanya sudah tidak ada urusan lain, hanya kita sampai sekarang masih belum melihat guru dan yang lainnya, aku sungguh tidak bisa tenang."

Pek Soh-jiu juga mengkhawatirkan Thian-ho-sat-kun dan putrinya bertiga, mendengar kata kata ini dia berbalik pada Goan Ang berkata:

"Lo-ko! Kapan hawa dingin di dalam lembah bisa menghilang?"

"Kira-kira masih perlu satu jam lagi, sekarang gelisah juga tidak ada gunanya, adik! Sekarang kita istirahat dulu sebentar, nanti aku antar kalian mencari teman-temanmu itu."

Hawa dingin di dalam lembah, tidak bisa di tahan oleh kekuatan manusia, walau hati Pek Soh-jiu gelisah, juga terpaksa menunggu satu jam lagi.

Akhirnya, hawa dingin telah lewat, Goan Ang membagikan pada mereka setiap orang sebutir batu warna ungu gelap berkata:

"Di lembah ini kecuali setiap hari di waktu tengah malam jam sebelas sampai jam satu dan tengah hari jam sebelas sampai jam satu hawanya sangat dingin sekali, di waktu lainnya hawa dingin yang dikeluarkan-nya, untuk orang yang berlatih silat masih mampu menahannya, hanya ada beberapa gua yang sangat dingin, apalagi orang yang masuk kedalamnya terlebih dulu kena racun rumput es, maka begitu masuk ke dalam goa es, akan kehilangan daya tahannya, tapi sebuah barang  pasti ada barang penakluk lainnya, dengan mempunyai sebutir batu es kecil ini, kecuali waktu yang paling dingin tadi dan terhadap rumput es, bisa dikatakan semua akan lancar tidak ada yang menghalangi.

Dari dalam dadanya Pek Soh-jiu mengeluarkan sebuah batu bulat berkata:

"Batu bulat aku ini, juga dapat menahan dingin, tidak tahu apakah ini sejenis dengan batu es?"

Goan Ang melihat batu bulat itu bersinar ungu, bisa membuat kumis dan alis tersorot, tidak tahan dia tertawa terbahak-bahak, katanya:

"Ini sungguh-sungguh sudah ditakdirkan, aku telah menjelajahi seluruh lembah es, tidak pernah mendapatkan sebutir Thian-can-peng-bo (Biang es langit), tidak diduga adik Pek bisa mendapatkannya tanpa disengaja, batu ini bisa menahan api dan air, orang yang memegang batu ini asalkan menggunakan tenaga dalam menggerakan kilap ungunya, tidak saja bisa menahan panas dan dingin, air atau api pun bisa dilaluinya tanpa cidera, selain itu racun apa pun, juga tidak bisa melukai orang yang memegang batu ini, adik kecil! Selamat."

Pek Soh-jiu mendengar begitu berharganya batu kecil ini, dia merasa tidak enak hati, maka dia memberikan Thian- can-peng-bo kepada Goan Ang berkata:

"Lo-ko! Batu ini tadinya juga milik lembah ini, sepantasnya mengembalikannya pada pemiliknya, apalagi saat ini aku sudah tidak memerlukannya lagi, harap Lo-ko menerimanya kembali."

Goan Ang berkata:

"Pusaka alam, orang yang berbudi yang baru dapat memilikinya. Jika aku harus mendapatkannya, buat apa menunggu sampai hari ini, apa lagi adik Pek mempunyai tugas berat, batu pusaka yang didapat karena nasib ini, pasti akan berguna bagi adik Pek, simpanlah, temanmu mungkin sedang dalam bahaya, kita tidak bisa menunggu lagi."

Karena Goan Ang bersikeras tidak mau menerimanya, Pek Soh-jiu juga tidak enak memaksa terus, terpaksa dia menyimpan batu pusaka, mengikuti Goan Ang dan lainnya berlari menuju goa es, keadaan goa es tetap seperti semula, yang berbeda adalah orang yang terkena racun dingin, mereka tampak bertambah kepayahan, setelah mendapat pertolongan Goan Ang menggunakan obat penawar khusus, maka mereka berturut-turut sadar kembali, tianglo Siauw- lim-sie Pek Can taysu pelan-pelan bangkit berdiri, sambil mengangkat alis panjangnya, menyebutnama Budha berkata:

"Goan Sicu akhirnya bisa sadar dan kembali ke jalan benar, aku harus berterima kasih pada Budha atas. "

"Ha ha ha!" Goan Ang tertawa keras dan berkata panjang, "Aku tidak berani membohongi taysu, Aku orang she Goan memang sudah sadar, namun kalau taysu mengatakan atas jasanya pada Budha, orang she Goan sulit bisa menyetujuinya."

"Hemm!" Pek Can taysu berkata, "Sicu berkata begini, tidak tahu apa tujuannya?"

"Mudah sekali, aku menolong kalian semua, hanya untuk menghormati tujuannya adikku saja, ketua tidak tanya dulu sebabnya, malah mengambil kesimpulan sendiri memberikan jasanya pada Budha, bukankah itu akan membuat orang yang memberikan budi, hatinya jadi merasa dingin!"

Pek Soh-jiu tersenyum berkata: "Kau ini kenapa? Loko, Aku tidak bermaksud menolong orang mengharapkan imbalan. "

Ketua Siauw-lim-sie Pek Hui taysu menegakan satu telapaknya, menyapa pada Pek Soh-jiu berkata:

"Sicu kecil tidak mengingat perlakuan jahat yang telah lewat, kebesaran hatinya begitu besar, selanjutnya aliran Siauw-lim-sie selamanya akan menjadi teman setianya Sicu kecil."

"Terima kasih, tapi.    "

Goan Ang menggoyangkan tangan berkata:

"Ketua Siauw-lim-sie sekali bicara akan memegang teguh janjinya, adik kecil tidak perlu menjelaskannya lagi." Sejenak menghentikan kata-katanya, lalu mengepal tangan menghormat pada Pek Can taysu berkata:

"Dalam peristiwa Yun-liu, Orang she Goan sama sekali tidak ada niat menfitnah Siauw-lim, hanya saja Toa- hweesio kebetulan hadir dipertemuan itu, mengenai nama baik Toa-hweesio, orang she Goan tentu saja akan bertanggung jawab menjernihkannya."

Tiga angkatan tua Bu-tong juga bersamaan mengucapkan terima kasih pada Pek Soh-jiu, mereka juga bersedia membantu pekerjaan Pek Soh-jiu di dunia persilatan dengan sekuat tenaganya dan seluruh kekuatan perguruan.

Goan Ang mengambil kesempatan ini menjelaskan niat Pek Soh-jiu mengatasi mala petaka dunia persilatan, dan juga membalas dendam kematian ayahnya, akan pergi ke bukit Thian-ciat, berharap Siauw-lim dan Bu-tong bisa bersama-sama mendukung-nya, tentu saja masalah ini tidak bisa ditolak, maka dua perguruan besar yang pemimpin dunia persilatan ini, menggabungkan diri ke dalam rombongan Pek Soh-jiu. Mereka melalui lorong es, hingga ke mulut goa, tapi tidak menemukan Thian-ho-sat-kun dan putrinya, Ouwyang Yong-it dan Sangguan Ceng-hun, setelah berbelok ke lorong rahasia lain, baru bisa berkumpul dengan mereka, ternyata Thian-ho-sat-kun banyak akalnya, dia tidak saja bisa menghindarkan serangan hawa dingin, juga bisa menemukan jalan rahasia menuju ke belakang lembah, ini malah jadi menghindarkan beberapa kesulitan.

Sekarang, serombongan pesilat tinggi yang terdiri dari orang biasa, hweesio dan pendeta To, berada dalam perjalanan menuju ke bukit Thian-ciat, di pimpin seorang tua tinggi besar, rambutnya putih berbaju merah, dibelakangnya mengikuti tiga laki-laki tiga wanita, dengan baju berkibar-kibar, berjalan memimpin di depan.

Di belakang mereka ada Jit-kaw Kokcu, Pek-tok-lo-cia Bong San-san dengan delapan pesilat tinggi dari lembah Jit- kaw, mereka semuanya adalah laki-laki bertubuh tegap, berrambut panjang terurai menutup bahu, berbaju ketat menyandang pedang, di belakang orang-orang lembah Jit- kaw, tampak Goan Ang dan Im-yang-sam-ih, Peng-kok-pat- hiong, paling belakang adalah murid-muridnya Siauw-lim dan tiga angkatan tua Bu-tong.

Kekuatan rombongan ini sangat mengejutkan, jika mengatakan masih ada orang yang berniat mengusik mereka, ini tidak bedanya dengan serangga menerjang api, mencari jalan mati sendiri, tapi Pek Soh-jiu sedikit pun tidak berani berpikiran gegabah, dia tahu di dalam dunia persilatan, banyak sekali orang-orang tidak menggunakan aturan, yang melihat keuntungan lupa kesetia kawanan, dari tempatnya sekarang ke bukit Thian-ciat jaraknya masih ribuan lie, hidup mati beruntung atau mala petaka, masih dalam tanda tanya. Bukit Thian-ciat tadinya adalah nama gunung Suku, sepuluh li diutara kabupaten Jin-ciu provinsi Su-cuan, di puncak gunung ada tebing batu seperti benteng kota, makanya juga disebut gunung Si-ceng, diakhir dinasti Si- wie, pejabat Kang-ciu Lu-teng menyerang pemberontak Liauw-jin, para orang-orang Liauw menduduki gunung untuk bertahan, ada seorang jendral yang mampu menahan serangan ribuan tentara karena keadaan gunungnya, setelah Lu-teng dan The Cu-lo memancing musuhnya dibawah gunung, baru dapat mengalahkannya. Bisa dibayangkan keadaan gunungnya yang begitu strategis, untungnya Thian-ho-sat-kun, tadinya juga pemilik gunung Thian-ciat ini, dia hafal sekali akan keadaan gunungnya, maka kesulitannya tidak terlalu banyak.

Mereka merencanakan dari Jin-hoa, melalui selatan An- hwi, menerobos Ho-pak langsung ke Su-cuan, namun baru saja tiba di sebelah tenggara Yam-su, sudah bertemu dengan beberapa orang yang mencari masalah.

Masih berjarak setengah lie dari kabupaten Yam-su, di pinggir jalan ada sebuah hutan yang lebat, Wie Pui-hoa dan Giok Ie-ko dari Thian-ho-leng memimpin sepuluh lebih pesilat tinggi, sedang menanti di pinggir hutan menunggu kedatangan mereka.

Begitu bertemu musuh, mata menjadi sangat terang, Giok Ie-ko langsung datang menyambut sambil mengangkat alis berkata:

"Orang she Pek, hari ini bisa melarikan diri, besok tidak akan lolos, aku akan memberi kau satu kesempatan lagi."

Satu sinar membunuh, menyorot keluar dari sepasang matanya Pek Soh-jiu, berkata:

"Aku sedang mendengarkannya." "Bawa istrimu dan ikut aku ke Thian-ciat-leng untuk menerima hukuman. "

"Mmm, memang benar satu kesempatan yang bagus sekali, tapi aku juga ada satu permintaan kecil pada nona!"

"Ooo, coba katakan."

"Nona dengan Sucimu, akan kuberi kelonggaran, kalau orang yang lain? Cukup tinggalkan sedikit tanda mata saja."

Selesai berkata itu, terdengar sebuah suara teriakan yang seperti geledek, lalu melayang keluar satu bayangan orang yang kurus, gerakan dia menimbulkan angin keras, keadaannya sangat menakutkan orang, dalam hati Pek Soh- jiu tahu ilmu silat orang ini sangat hebat, diam-diam memusatkan tenaga dalamnya, lalu melihat pada orang itu.

Dia adalah seorang yang tinggi kurus seperti sebatang bambu, dibawah bajunya yang sampai kelutut, tampak sepasang kaki dibungkus kulit berbulu hitam, tampangnya membuat orang tidak ingin melihatnya, wajahnya yang kurus hanya ada kulit tanpa daging, tertanam dua butir mata yang bersinar, dia melotot pada Pek Soh-jiu, berkata dingin:

"Bocah! Kau ini yang ingin kutinggalkan sedikit tanda?

He he he, biar aku congkel dulu sepasang matamu."

Habis berkata orang ini langsung mengeluarkan serangan, gerakannya sangat lincah, lengan kanannya dijulurkan, malah bisa mencapai lima kaki, lima jarinya yang kurus kering dengan angin serangannya, hampir saja menotok diatas wajahnya Pek Soh-jiu.

Wajah Jit-kaw Kokcu Bong San-san sedikit berubah, dia takut Pek Soh-jiu tidak tahu kelihayannya orang ini, buru buru teriak: "Adik Pek! Dia adalah seekor naga beracung sepuluh jarinya telah dioles dengan racun mematikan, ilmu Tong- pik-kang (ilmu memanjangkan tangan) dan Tai-eng-jauw (Elang cakar besar) nya bisa disebut salah satu ilmu terhebat di dunia persilatan! Kau harus hati-hati sedikit!"

Tangan yang telah dijulurkan oleh Tok-jauw-kauw-liong (Cakar beracun naga durhaka), mendadak ditarik kembali, sepasang bola matanya berputar-putar, menatap Bong San- san dengan bangganya berkata:

"Nona Bong! Kau mengatakan bocah ini adalah adikmu? Keek, kenapa bukan dari tadi kau katakan, hampir saja Ciang Pu-hai melakukan kesalahan besar!"

"Hemm!" dengan dingin sekali Bong San-san berkata, "Kau tidak perlu memuji, Bong San-san juga tidak akan menerima penghormatanmu."

Tok-jauw-kauw-liong Ciang Pu-hai "Ha ha ha!" Nona Bong! Kita sama-sama orang ternama di dunia persilatan, sepuluh tahun berhubungan, tidak terhalang oleh panas atau dingin, apakah kau sedikit pun tidak ada perasaan?"

Bong San-san mencibirkan bibirnya:

"Kau lebih baik mengaca dulu dalam air kencing sendiri, lihat wajahmu yang sejak dilahirkan sudah memalukan."

Wajah Ciang Pu-hai berubah, dengan marahnya menatap pada Pek Soh-jiu berkata:

"Bagus, bagus, biar aku bunuhmu dulu, supaya putus harapan wanita kecil itu." Habis bicara, bayangan telapak memecah angin, lima jari sedahsyat gunung runtuh, gelombang laut menerjang, mencengkram ke arah bahu Pek Soh-jiu. Pertama-tama Pek Soh-jiu mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengerakan sinar ungu Thian-can-cu di dalam dadanya, lalu sembarangan memungut sebatang ranting pohon, pergelangan tangan sedikit digetarkan, dengan cepat menotok keluar, ujung ranting memecah angin seperti anak panah, langsung menusuk kearah telapak tangannya Ciang Pu-hai yang datang.

Ciang Pu-hai mendengus, lengan kanannya ditarik, telapak tangan kiri berganti menyerang keluar, meski jaraknya kurang lebih lima kaki, tapi begitu menjulurkan tangan, langsung mencapainya, terlihat hanya dalam sekejap, jari kurus keringnya itu, sudah mencapai dibawah ketiaknya Pek Soh-jiu.

Pek Soh-jiu terkejut, dia tidak menduga Tong-pik-kang nya Ciang Pu-hai sedemikian lihaynya, sekali tidak menduganya, hampir saja dia terkena serangan lawan. Untungnya dia memiliki tenaga dalam latihan seratus tahun, jalan darahnya bisa dengan otomatis berubah tempat, jika tidak, hanya dalam satu jurus ini saja, dia sudah tidak bisa mundur dengan selamat.

Namun hati Ciang Pu-hai lebih terkejut, sebab dia sudah mengerahkan delapan puluh persen tenaga dalamnya, tepat mengenai jalan darah besar Thian-su lawannya, asalkan tubuh manusia yang dibentuk oleh darah dan daging, walau tidak mati, juga akan mengalami luka parah, apa lagi diatas jarinya, telah dilumuri racun mematikan, walau pun punya tenaga dalam pelindung tubuh, juga sulit menahan serangan racunnya, sekarang dibawah dua serangan mematikan, dia malah sedikit pun tidak berhasil, malah jari tangan kiri dan tulang pergelangannya, telah remuk oleh getaran tenaga dalani, lawannya.

Tok-jauw-kauw-liong yang sudah sepuluh tahun meraja lela di dunia persilatan, malah telah diremukan sebelah tangannya oleh seorang Boanpwee dalam satu jurus, bukan saja ini penghinaan yang tidak pernah dia alami seumur hidupnya, juga hal yang hampir membuat orang sulit untuk bisa mempercayainya, namun kenyataannya sudah terjadi di depan mata, sakit yang menyayat hati membantah keraguan hatinya, tapi dasar sifatnya licik, dia sudah biasa tidak mempedulikan aturan dunia persilatan, dalam hati walau pun bencinya sampai ingin memakan bulat daging Pek Soh-jiu, akhirnya ditahan sebab ilmu silatnya kalah dari musuhnya, sambil memegangi tangan yang remuk dia mundur tiga langkah kebelakang, mulutnya tertawa aneh berkata:

"Orang she Pek, berani sekali diam-diam kau melukai orang? Baiklah, lewat hari ini masih ada hari esok, asal aku tidak mati, pasti akan membalaskan dendam ini."

Pek-tok-lo-cia dengan sinis berkata:

"Aku dengar sekecil apa pun dendam Tok-jauw-kauw- liong pasti membalasnya, dendam karena tangan remuk, buat apa menunggu hari lainnya?"

Ciang Pu-hai marah sekali, dia teriak:

"Wanita hina! Walau pun aku terkena serangan gelap, ingin membunuhmu itu bukan hal yang sulit."

"Hemm!" Pek-tok-lo-cia berkata dingin, "Walau aku tidak suka memukul anjing yang sudah jatuh kedalam air, jika kau bersiteguh ingin mencari mati, terpaksa aku meluluskan." Dari dalam satu kantong kulit, dia mengeluarkan sarung tangan yang mengeluar-kan sinar perak, dengan gerakan yang sangat cepat memakainya, lalu dengan wajah dingin, berkata:

"Menyesal? Orang she Ciang panggil tiga kali nona besar, merangkak di tanah menyembah dua kali, asal Bong San-san senang, mungkin akan mengampuni nyawa anjingmu."

Ciang Pu-hai jadi sedikit sedikit menyesal, sebab ilmu silatnya tidak lebih tinggi dari Bong San-san, sekarang tangan kirinya tidak bisa digunakan, bagai-mana dia bisa melawan Jit-kaw Kokcu! Hanya saja kata katanya Bong San-san terlalu keji, walau kulit wajah lebih tebal lagi, juga sulit bisa menahan amarah ini. terpaksa sepasang ahli menggunakan racun ini, melaku-kan pertarungan yang amat sengit.

Disisi lain, Wie Pui-hoa dengan Siau Yam juga sedang bersitegang, sudah diambang pertarungan. Sebabnya adalah Wie Pui-hoa dengan kedudukannya sebagai kakak tertua di perguruan, ingin Siau Yam menerima hukuman peraturan perguruan, karena Siau Yam sudah tahu akar persoalannya, tentu saja tidak mau menyerah begitu saja, terakhir, Wie Pui-hoa dengan mengeluh panjang berkata:

"Sam-sumoi begini keras kepala tidak mau sadar, Suci jadi tidak bisa mempertimbangkan hubungan kita sebagai saudara seperguruan." Thian-ho-leng di tangannya dilambaikan ke belakang, sepuluh lebih pesilat tinggi dari perguruan Thian-ho yang berwajah sadis, semuanya langsung maju menyerang.

"Ha ha ha!" Ouwyang Yong-it tertawa, "Adik Sangguan!

Mari kita ikut meramaikannya." Sangguan Ceng-hun menyahut:

"Baik." Maka mereka bersama-sama keluar maju", menerjang, menyambut pesilat tinggi perguruan Thian-ho bertarung sengit. Pek Soh-jiu, Siau Hun, Siau Yam, Su Lam-ceng, juga meloncat keluar, masing-masing menghadang beberapa musuh, melakukan pertarungan seru.

Pek Soh-jiu tetap dengan ranting pohonnya, melawan lima pesilat tinggi, ranting pohonnya bergerak kemana, menimbulkan angin keras, walau lawannya banyak, dia tetap saja masih kelebihan tenaga.

Siau Hun bertarung dengan tiga orang pesilat tinggi, Su Lam-ceng juga menggunakan pedang Im-cu, memaksa dua orang murid perguruan Thian-ho mempertahankan nyawanya, hanya Siau Yam bertarung satu lawan satu, dengan Ji-sucinya Giok Ie-ko, Suci dan Sumoi ini bertarung seimbang, didalam perguruan Thian-ho satu satunya yang tidak bertarung, tinggal Wie Pui-hoa seorang, dengan sepasang alis berkerut, wajahnya serius, diam tidak bersuara mengawasi seluruh lapangan pertarungan, dia tampak terkejut keheranan.

Dia didalam hati dia berpikir, prajurit yang berpisah tiga hari, sungguh harus dilihat dengan mata yang berbeda, tingginya kepandaian Pek Soh-jiu, sudah membuat hatinya terkejut, malah dengan penampilan Siau Yam hari ini belum tentu dia bisa menandinginya, kelihatannya pertarungan hari ini, murid-murid perguruan Thian-ho akan mengalami kekalahan total.

Tapi, sebagai murid tertua perguruan Thian-ho, walau pun mati berlumuran darah dalam pertarungan, juga tidak boleh melarikan diri, maka dia menghentakan kakinya, akan langsung menerjang ikut kedalam pertarungan.

Mendadak, satu tiupan angin yang dingin sekali, pelan- pelan meniup kerubuhnya, dalam pikirannya dia ingin menghentakan kaki, melayangkan bendera menyerang musuh, tapi dia tidak bisa memerintahkan tubuhnya, jelas jelas dia merasakan akan meloncat, hasilnya malah sedikit pun tidak bergerak, keterkejutan ini, hampir membuat dia mati ketakutan, hingga sampai Thian-ho-sat-kun melangkah ke depan dia, baru sadar ketika angin dingin menerpa dirinya, jalan darah dia sudah tertotok.

Thian-ho-sat-kun mengambil bendera Thian-ho-leng dari tangannya, mulutnya dengan tegas membentak:

"Kau murid perguruan Thian-ho?" "Benar, Cianpwee."

"Lalu siapa pemilik Thian-ho-leng ini?" "Guru ku Ang-kun-giok-hui Hai Keng-sim."

"Baik, kau pulang beritahu dia, dalam waktu setengah tahun, aku pribadi akan datang ke Su-ceng."

"Sebutan Cianpwee adalah. "

"Siau Ji-po."

"Aku sudah mengingatnya." "Baik, pergilah."

Satu angin dingin yang lembut namun tidak bisa ditahan, menerbangkan pada dirinya, dia tidak mampu menghentikan tubuh, tapi merasakan tenaga dalamnya mulai lancar, jalan darahnya sudah terbuka kembali, maka dengan menusatkan tenaga dalamnya, di saat luncuran tubuhnya akan habis, dengan pelan dia turun di atas tanah, tempat dia berdiri, sudah menjauh sepuluh tombak lebih dari lapangan pertarungan.

Dengan bengong dia menatap Giok Ie-ko yang lari. sempoyongan mendekatinya, lalu melihat mayat-mayat' anak buah Thian-ho-leng yang bergelimpangan dilapangan pertarungan, rasanya seperti mimpi buruk, lama. dua orang Suci Sumoi yang lolos dari maut, dengan sedih lari meninggalkan tempat itu.

Untuk pertama kalinya Pek Soh-jiu mencoba kepandaiannya setelah dia sukses melatih ilmu silat. Thian- ho-leng yang disegani oleh ratusan perguruan itu tampak seperti rumput kering, sehingga setelah pertarungan di Yam-su, dia menjadi seorang pesilat hebat yang diketahui oleh semua orang, perguruan yang tidak mau diperbudak Thian ho-Ieng, tidak tanggung lagi datang menggabungkan diri, kekuatan dan ketenarannya bisa dikatakan tidak pernah ada di dalam sejarah.

0-0dw0-0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar