PPKE Bab 11 : Cinta dan benci saling menekan

 
Bab 11 : Cinta dan benci saling menekan

Rambut kacau Thian-ho-tiauw-souw sehelai demi sehelai berdiri, kedua mata ketua pulau Teratai membelalak besar, didalam mata menyorot sinar, satu jurus tadi, jelas kedua orang sudah mengerahkan seluruh kemampuannya.

Diam-diam Sin-hiong terkejut, dalam hatinya berkata:

"Walaupun guru masih hidup, mungkin ilmu silatnya masih kalah."

Hui-lan menempel rapat pada Sin-hiong, tubuh nya sedikit gemetaran.

Sang-toh dengan dingin melihat ke lapangan, lalu melihat Sin- hiong berdua, melihat Hui-lan dengan mesra menyandar pada Sin- hiong, dengan penuh iri dia mendengus sekali.

Cui-giok yang tergeletak di tanah entah telah memakan obat apa, dia terus terbaring disana dengan tenang, terhadap pertarungan seru di lapangan, sedikit pun tidak merasakan.

Ketua pulau Teratai mendengus dan berkata:

"Tua bangka Thian-ho, kau boleh mengguna-kan senjata!" Thian-ho-tiauw-souw pun mendengus dan berkata:

"Kita bertarung dengan tangan kosong dulu seratus jurus!" Ketua pulau Teratai tertawa berkata:

"Kalau begitu tidak sampai lima puluh juras, aku pasti sudah mengalahkan anda!"

Setelah berkata "Huut!" menyerang dengan sebelah telapak tangan! Thian-ho-tiauw-souw tidak menghindar, juga tidak menyambut serangan telapak tangan, dalam sesaat, hanya terdengar "Huut huut!" menggetarkan pegunungan, kedua orang sudah saling menyerang dua puluh jurus lebih!

Gerakan ketua pulau Teratai laksana angin, Thian-ho-tiauw-souw juga bergerak cepat, saking cepat dua bayangan itu bergerak, Sin- hiong pun tidak bisa membedakan kedua orang itu.

Sedangkan Sang-toh, sambil memperhatikan pertarungan, diam- diam berkata dalam hatinya:

"Dalam pertarungan ini, jika Thian-ho-tiauw-souw yang menang tidak akan terjadi apa-apa, tapi jika ketua pulau Teratai yang menang, maka persoalanku dengan Sin-hiong semakin berat, walaupun ketua partai teratai tidak akan membunuhku, tapi rencana aku terhadap Cui-giok selama sepuluh hari terakhir akan menjadi sia-sia."

Setelah dia berpikir, diam-diam dia mendekati j Cui-giok.

Tapi meski Hui-lan orangnya kecil tapi sangat! teliti, dia menyentuh Sin-hiong dengan pelan berkata:

"Hiong-ko, waspadai orang itu!"

Perkataannya belum selesai, tangan Sang-toh sudah dijulurkan. Sin-hiong langsung berteriak dan berkata:

"He he he, kau mau apa?"

"Aku mau apa bukan urusanmu?"

Sambil menotokan serulingnya, orangnya maju selangkah ke depan!

Sin-hiong menjadi marah "Huut!" telapak tangannya menghantam katanya dingin:

"Justru aku mau mengurusnya, kau mau apa?" Pukulan telapak tangannya bergerak dari atas ke bawah, tenaganya sangat dahsyat, Sang-toh memiringkan tubuh, dalam sekejap balas menyerang tiga jurus!

Sang-toh yang dihalangi oleh Sin-hiong, jadi tidak bisa berkutik, Hui-lan diam-diam maju ke depan, ketika dia melihat Cui-giok, dia jadi tertegun.

Wajah Cui-giok walaupun pucat, tapi tetap tidak bisa menutupi kecantikannya yang alamiah, Hui-lan berkata dalam hati:

"Tidak heran mereka bertiga bertarung nyawa demi dia, jika aku juga seorang laki-laki, mungkin aku juga ikut ambil bagian?"

Tadinya Hui-lan ingin mengambil kesempatan membawa Cui- giok, setelah sekarang melihatnya, tidak tahan dia merasa ragu- ragu.

Ketika dia bersama dengan Sin-hiong, dia pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri Sin-hiong dengan Ho Koan-beng bertarung mati-matian demi Cui-giok, saat itu dia belum melihat Cui-giok, sekarang setelah melihatnya, rasa cemburu dia jadi meningkat.

Dia seorang wanita, semua wanita pencemburu, tentu saja Hui- lan pun tidak terkecuali.

Dia bengong melihatnya, lama sekali masih belum lusa memutuskan apakah menolong Cui-giok atau tidak.

Pada saat ini, empat orang yang bertarung sudah terjadi perkembangan!

Sin-hiong sudah mencabut pedang pusakanya, di bawah serangan dahsyat dia, Sang-toh sudah didesaknya sampai terus mundur ke belakang!

Di lain pihak, pertarungan ketua pulau Teratai dengan Thian-ho- tiauw-souw semakin lama semakin seru, tidak bisa dibedakan siapa yang lebih unggul.

Hui-lan masih tertegun, mendadak terdengar Cui-giok mengeluarkan suara, suaranya begitu lemah, setelah menelitinya, baru bisa mendengar Cui-giok sedang memanggil-manggil nama Sin-hiong.

Mungkin Cui-giok dulu sudah diberi makan obat oleh Sang-toh, dan obat ini harus menunggu waktu tertentu baru bisa siuman, saat ini, suara Cui-giok bertambah keras!

Cui-giok dengan lemah memanggil: "Sin-hiong, Sin-hiong.   "

Dia terus menerus memanggil nama Sin-hiong, bukan saja Sin- hiong sudah mendengarnya, Sang-toh pun sudah mendengarnya!

Hati Sang-toh dan Hui-lan merasa tenggelam, tapi sekarang dia sedang bertarung dengan Sin-hiong, jurus pedang Sin-hiong begitu dahsyat, sedikit saja gerakanbta lamban, terdengar "Paak!" dua macam senjata beradu, Sang-toh tergetar oleh tenaga dalam Sin- hiong hingga mundur dua langkah kebelakang!

Dia tertegun, akhirnya sambil mengangkat kepala dia menghela nafas:

"Sudahlah, sudahlah, aku benar-benar telah Bermimpi indah! "

Harinya terasa patah, setelah bicara, langsung lari meninggalkan tempat itu.

Tindakannya terlalu mendadak, Sin-hiong yang melihat jadi bengong melihat bayangan Sang-toh berlari menjauh, timbul satu perasaan yang sulit dikatakan.

Dia tahu Sang-toh sangat mencintai Cui-giok, juga tahu demi mengobati racun di tubuh Cui-giok, Sang-toh tidak tanggung- tanggung jauh-jauh datang kemari mencari Ong Leng, sekarang dia pergi dengan hati yang hancur, kepedihan di dalam hatinya sulit digambarkan dengan kata-kata.

Sin-hiong bengong berdiri disana, satu orang lagi pun sudah mundur ke sisi.

Orang ini tentu saja salah Hui-lan, ternyata dia sudah bisa melihatnya, dia dengan Cui-giok di dalam hati Sin-hiong, jelas Cui- giok lebih penting, dia adalah wanita yang berhati tinggi, hatinya sedih, tapi tidak ditunjukan di wajahnya. Sin-hiong membalikan tubuh dan berteriak: "Adik Lan, tolong aku?"

Hui-lan pura-pura tidak mendengar, matanya yang besar melihat ayahnya di lapangan. Saat ini, kedua orang yang melakukan pertarungan sudah semakin sengit, terlihat sudah melewati empat puluh jurus, ketua pulau Teratai sudah berada di atas angin.

Sin-hiong tidak tahu isi hati Hui-lan, dia berkata lagi: "Adik Lan, tolonglah aku?"

"Aku tidak ada waktu!" kata Hui-lan dingin.

Sin-hiong tertegun, jelas dia berdiri di sana tidak bekerja, kenapa berkata 'tidak ada waktu'?

Di tanah Cui-giok mendengar suara Sin-hiong, wajahnya cantiknya segera berkelebat sinar warna merah dan berteriak:

"Sin-hiong, Sin-hiong, kau ini Sin-hiong?"

Sin-hiong merasa senang, dia maju ke depan dan bertanya: "Nona Sun, bagaimana keadaanmu?"

Sebuah kalimat bertanya keluar mulutnya, laksana sebuah tenaga sembrani berputar di lapangan, dua orang itu menangis. Satu Cui- giok, yang satu lagi adalah Hui-lan.

Cui-giok menangis karena berterima kasih, tapi Hui-lan mencucurkan air mata sedih.

Tapi sekarang, Sin-hiong hanya bisa melihat Cui-giok seorang sedang menangis, sebab dia sedang membelakangi Hui-lan, air mata disana walaupun membuat orang pilu, tapi dia tidak melihatnya.

Mendadak terdengar ketua pulau Teratai berteriak: "Bagaimana, jurus ke empatpuluh delapan!"

Setelah berkata, diikuti dengan "Buum!" dua bayangan orang bergoyang-goyang, ketua pulau Teratai hanya bergoyang-goyang dua kali tubuhnya sudah mantap kembali, tapi Thian-ho-tiauw-souw sampai mundur dua langkah ke belakang!

Wajah Thian-ho-tiauw-souw sedikit berubah dan berteriak:

"Lo-lim, kau memang hebat, kita bertemu lagi sepuluh tahun kemudian!"

Setelah berkata, dia memungut pancingannya Secepatnya berlari meninggalkan tempat itu

Ketua pulau Teratai menunggu dia sudah jauh baru berteriak: "He he he, beruntung menang setengah jurus!"

Saat dia membalikan tubuh, tidak tahan dia kembali terkejut dan berkata:

"Anak Lan, kau menangis?"

Rasa terkejutnya dia berakibat sangat luar biasa, sebab seumur hidup, dia hanya ada seorang putri, putrinya adalah nyawanya, dia tidak kenal dengan Sin-hiong, hanya melihat Hui-lan sangat baik dengan dia, maka ketua pulau Teratai selalu membantu Sin-hiong.

Air mata Hui-lan belum kering, dengan suara gemetar berkata: "Ayah, kita pulang!"

Wajah ketua pulau Teratai berubah dengan kesal berkata:

"Cepat katakan, siapa yang telah menghinamu, aku akan cincang dia sampai hancur!"

Perasaan hatinya seperti ini, bagaimana Hui-lan bisa mengatakannya, setelah ketua pulau Teratai mengajukan pertanyaan ini, Hui-lan merasa hanya ayahnya baru orang terdekat dia, maka dia jadi menangis semakin menjadi-jadi.

Sorot mata ketua pulau Teratai menyapu, di lompat ini selain Sin- hiong, tidak ada orang lain lagi, tanpa berpikir lagi, dia meloncat ke depan dan berteriak:

"Bocah, kau yang menghina putriku?" Sin-hiong sedang menggunakan tenaga dalam mengobati Cui- giok, mendengar ketua pulau Teratai Hui-lan pun menangis, dia jadi tertegun, bengong melihat ke arahnya, ketua pulau Teratai dengan bengis sudah meloncat datang.

Dengan sangat tidak mengerti dia berkata: "Lo-cianpwee, aku tidak menghina dia?"

Hui-lan melihat ayahnya mau menyerang Sin-hiong, dia jadi terkejut, dalam lubuk hatinya dia masih sangat mencintai Sin-hiong, maka dia berjalan dua langkah dan berkata:

"Ayah, tidak ada hubungannya dengan dia!"

Ketua pulau Teratai mendengus, berkata: "Kalau begitu kau katakan, kenapa kau mengucurkan air mata?"

Hui-lan tahu, jika dia menceritakan isi hatinya, Sin-hiong dan Cui- giok pasti akan terkena dampratan, maka dia terpaksa berbohong:

"Aku lihat ayah menang, jadi merasa senang sampai mencucurkan air mata!"

Setelah berkata, dia pura-pura tertawa, tapi tawanya sangat dipaksakan.

Ketua pulau Teratai sudah tahu putrinya berbohong tapi dia tidak bisa memikirkan alasannya dan berkata:

"Baiklah, asal kau sudah puas mainnya, kita boleh pulang!"

Mendengar ini, mata Hui-lan kembali menjadi merah, hampir saja menangis lagi. '

Telapak tangan Sin-hiong baru saja mencapai jalan darah penting Cui-giok, mendengar dua orang itu mati pergi, dia jadi gelisah sekali, tapi saat ini dia tidak bisa bicara, keringat di kepalanya jadi bercucuran.

Tapi keadaan ini dilihat oleh Hui-lan, dia mengira Sin-hiong ingin segera menyembuhkan Cui-giok, tidak segan-segan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, rasa cemburunya jadi semakin tinggi, di dalam hati berkata:

"Dia dulu berkata sangat enak, wanita di tanah itu adalah calon istrinya marga Ho, hemm... dia hanya sembarangan bicara saja!"

Berpikir sampai disini, tanpa mempedulikan Sin-hiong lagi, dia langsung pergi bersama ayahnya!

Sin-hiong semakin gelisah, tapi saat ini penyaluran tenaga dalamnya sedang dalam keadaan genting, jangan kata melangkah, sedikit tidak konsentrasi puntidakboleh.

Melihat dua bayangan orang semakin jauh, dalam keadaan gelisah, dia merasa tenaga dalamnya buyar, dia jadi terkejut sekali, buru-buru dia memusat-kan kembali tenaga dalamnya, barulah bisa menyela-matkan nyawanya sendiri dan Cui-giok.

Tidak lama berselang, jalan darah Cui-giok akhirnya sudah bisa dilancarkan oleh tenaga dalamnya "Waa!" memuntahkan air racun, tapi karena Sin-hiong ladi konsentrasinya pecah, saat melepaskan tangannya, laksana terkena penyakit parah "Bluuk!" roboh ke bawah.

Walaupun jalan darah Cui-giok sudah lancar, tapi hawa racun di dalam tubuhnya belum bersih benar, tubuhnya masih lemas tidak bertenaga, melihat Sin-hiong roboh dia jadi terkejut dan berteriak: "Sin-hiong, kau kenapa?"

Dalam pikirannya, karena Sin-hiong telah menghabiskan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya maka dia jadi lemas dan roboh ke bawah, hatinya jadi semakin berterima kasih padanya.

Sin-hiong menggelengkan kepala:

"Aku tidak apa apa!"

Setelah berkata, buru-buru duduk bersemedi.

Tidak lama kemudian, pelan-pelan Sin-hiong membuka matanya sambil menghela nafas berkata: "Nona Sun, kau sekarang sudah baikan?"

Cui-giok melihat Sin-hiong begitu membuka matanya langsung menanyakan keadaan penyakitnya dengan penuh perhatian, dengan sangat berterima kasih dia berkata:

"Aku tidak apa-apa, kau?"

"Baguslah, mari kita cepat kejar mereka!"

Cui-giok sedikit tertegun, tapi melihat Sin-hiong begitu tergesa- gesa, dia tahu pasti ada masalah, dia tidak enak menanyakannya, menunggu Sin-hiong sudah berdiri, buru-buru dia berkata:

"Mereka belum jauh, jika kita cepat masih bisa mengejarnya!"

Walaupun berkata demikian, baru saja berjalan beberapa langkah, tubuhnya sudah sempoyongan, Sin-hiong yang melihat jadi amat gelisah, di dalam hatinya berpikir, dengan cara ini mengejar mereka, hanya akan semakin jauh, tapi selain begini, ada akal apa lagi.

Tadinya dia berpikir akan membopong Cui-giok mengejarnya, tapi di siang hari bolong, jika dilihat oleh orang di jalan, tentu akan memalukan, tapi jika bukan begitu, ketua pulau Teratai dan putrinya tidak akan bisa dikejar lagi.

Sin-hiong sangat gelisah, tapi tidak terpikir cara lain, sambil berjalan dia terus mengusap keringat. Cui-giok yang melihat lalu bertanya: "Sin-hiong, kenapa kau tergesa-gesa mengejar mereka?"

Sin-hiong mengeluh berkata:

"Budi ketua pulau Teratai besar sekali padaku, malah pernah menyelamatkan nyawaku, jika membiarkan mereka pergi begitu saja, sampai tidak bisa mengucapkan terima kasih, sungguh hatiku tidak bisa tenang?"

Cui-giok memutar matanya dan berkata lagi: "Apa tidak ada hal lain lagi hingga harus begini tergesa-gesa?"

Sin-hiong hanya ingin mengejar mereka, dalam keadaan terburu- buru tidak berpikir banyak dan berkata:

"Nona Hui-lan sangat baik padaku, aku pernah berjanji pada dia setelah urusanku selesai, aku akan menemani dia bermain ke pulau Teratai, mengenai hal ini juga harus ada penegasan!"

Setelah berkata begitu, baru dia merasa kata katanya tidak pantas, terpaksa dia tertawa kaku.

Tiba-tiba Cui-giok menghentikan langkahnya: "Aku sangat lelah!"

Sin-hiong tertegun, wajahnya tampak gelisah. Cui-giok melihat Sin-hiong dan berkata: "Sin-hiong, apakah kau tidak bisa menggendongku?"

Wajah Sin-hiong jadi merah, katanya gugup: "Di jalan banyak orang!"

Cui-giok menggelengkan kepala:

"Tidak apa-apa, kau ingin mengejar mereka, jika tidak menggendongku bagaimana bisa mengejar mereka?"

Sin-hiong merasa betul juga, tapi walau-pun dia dengan Cui-giok sejak kecil besar bersama-sama, tapi sejak mereka sudah dewasa, hari ini adalah kedua kalinya mereka bertemu dan bercakap-cakap, apa lagi, Cui-giok adalah calon istrinya Ho Koan-beng, bagai-mana mungkin dirinya menggendong dia berlari di siang hari?

Dia jadi kesulitan, Cui-giok tersenyum dan berkata:

"Kalau begitu, aku ada satu permohonan, entah kau bisa menyanggupinya tidak?"

Perkataan Cui-giok berbelit-belit, Sin-hiong sama sekali tidak mengerti, terpaksa menjawabnya:

"Katakan saja!"

"Sebenarnya akupun tidak ada permintaan apa-apa, hanya....

hay, sudahlah jangan dikatakan lagi." Melihat dia tidak jadi mengatakannya, tidak tahan Sin-hiong jadi mengeluh panjang, Saat ini kau masih berkelakar, tadinya dia mau memakinya, tapi sesaat tidak bisa membuka mulut, akhirnya menelan kembali kata-katanya yang sudah sampai dibibirnya.

Cui-giok melihat Sin-hiong, wajahnya menjadi merah dan berkata:

"Bolehkan aku memanggil nona itu Cici? Jika kita bertemu dengan dia, mohon kau perkenalkan kami!"

Ternyata kata-kata ini mengandung makna yang dalam, Sin- hiong mendengarnya sampai wajah-nya menjadi merah, didalam hati berkata:

'Kau terlalu banyak pikiran, hay! Masalah ini bagaimana mungkin?'

Cui-giok melihat Sin-hiong tidak menjawab, dengan sedih berkata:

"Aku tahu kau masih memikirkan masalahku dengan Ho Koan- beng, tapi itu sudah berlalu!"

Sin-hiong mundur ke belakang, terkejut dan berkata: "Nona Sun! Bagaimana boleh begini?"

"Aku sekarang hanya tinggal seorang diri, mengenai masalah aku sendiri, tentu saja harus aku sendiri yang menentukannya."

Sin-hiong menggelengkan kepala, dengan sedih sekali berkata: "Kau tidak boleh begini, hay, sama sekali tidak boleh begini."

"Tidak peduli bagaimana, aku harus bersamamu, mengenai nona itu, dia menjadi Ciciku juga tidak apa-apa!”

Kata-kata dia sudah semakin jelas, tidak peduli Sin-hiong punya pikiran ini atau tidak, sekarang bagaimana pun harus menyatakan pendiriannya?

Tapi, Sin-hiong malah jadi membisu! Sebenarnya dalam hati dia, masih mencintai Cui-giok, juga mencintai Hui-lan, tapi bagaimana pun Cui-giok adalah orangnya Ho Koan-beng, beberapa kali Ho koan-beng ingin membunuh dia, jika bukan karena Cui-giok, bagaimana mungkin dia bisa begitu sabar terhadap Ho Koan-beng?

Melihat Sin-hiong tidak bicara, maka Cui-giok berkata lagi:

"Sin-hiong, jika kau tidak mau, maka kau kejar mereka sendiri, supaya aku tidak menjadi bebanmu?"

Sin-hiong jadi merasa sulit, setelah dipikir lalu berkata:

"Kita jalan saja dulu, sekarang buat apa membicarakan hal yang memusingkan kepala ini?"

Cui-giok tersenyum, dia mengerti Sin-hiong sudah tergerak hatinya, kedua orang pelan-pelan berjalan lagi ke depan.

Kedua orang selangkah demi selangkah berjalan, Sin-hiong ingin menyewa kereta supaya Cui-giok tidak perlu berjalan, tapi tidak beruntung, di sepanjang jalan tidak ada kereta tumpangan, walaupun ada juga sudah penuh orang.

Saat kedua orang itu tiba di sisi Huang-ho, mereka tidak bisa berbuat apa-apa, sebab hari sudah mulai gelap.

Sin-hiong melihat di sisi sungai kebetulan ada satu perahu yang akan menyeberang sungai maka bersama Cui-giok naik ke atas perahu.

Baru saja kedua orang itu naik ke atas perahu, terdengar tukang perahu berteriak:

"Anginnya besar arusnya deras, para penum-pang harap jangan sembarangan bergerak!"

Di depan dan di belakang perahu ada seorang tukang perahu, semua penumpang diapit oleh kedua tukang perahu itu, tukang perahu yang di depan mendorong dengan tongkatnya, dan perahunya mulai bergerak, lalu ada seorang berteriak: "Berangkat!"

Siapa sangka baru saja perahu ini berlayar sejauh kurang lebih lima enam tombak, mendadak di daratan ada seseorang berlari tergesa-gesa, dia sambil berlari sambil berteriak:

"Hei? Tunggu! Tunggu!"

Tukang perahu di belakang menggoyang-goyangkan tangannya dan berteriak:

"Tidak bisa, kau tunggulah perahu berikut-nya!"

Orang itu seperti terburu-buru, kembali berteriak-teriak: "Hei hei, di atas perahu masih banyak yang kosonglah!"

Saat ini arus sungai sangat deras, tukang perahu yang di belakang mengendalikan perahu dengan konsentrasi penuh, tidak mempedulikannya lagi.

Sebuah gelombang air menghantam perahu, dan perahunya bergoyang-goyang, Cui-giok berkata: "Baguslah jika perahu ini tenggelam!"

Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Kenapa kau ada pikiran seperti ini?"

"Perahu tenggelam pasti akan diantarkan ke istana naga, saat itu kita bisa bertemu dengan raja naga, bukankah itu bagus?"

Usia dia sudah tidak kecil, tapi kedengarannya seperti bicara anak kecil saja, Sin-hiong tahu kata-katanya ada maksud tertentu, setelah tersenyum, maka dia tidak pedulikan dia lagi!

Karena menganggur, iseng-iseng Sin-hiong membalikkan kepala melihat ke belakang, tepat pada saat mi, sebuah kejadian aneh terjadi.

Karena orang tadi tidak berhasil menghentikan perahu, dia mengambil beberapa batang ranting pohon dan dilemparkan ke sungai, ranting-ranting itu menyebar dengan jarak tertentu, lalu dengan beberapa loncatan saja orang itu sudah naik ke belakang perahu.

Tukang perahu di belakang sedang mengawasi ke depan mengendalikan perahu, tentu saja tidak tahu di belakang perahu ada orang naik ke atas perahu.

Orang ini ilmu meringankan tubuhnya sangat hebat, berdiri dengan satu kaki di atas batang kendali di belakang tukang perahu itu, ketika tukang perahu menggerakan perahu ke kiri dan ke kanan, sedikit pun tidak merasakannya, Sin-hiong berkata di dalam hati: 

"Walaupun ilmu silatmu sangat hebat, tapi dengan memamerkannya seperti ini, bukanlah tindakan seorang jagoan dunia persilatan?"

Ketika sedang berpikir, tiba-tiba satu gelombang besar datang menghantam perahu lagi, ujung perahu turun ke bawah, tukang perahu itu bercucuran keringat mengendalikan perahu, dan tubuhnya ikut jadi miring, siapa sangka tepat di saat ini, orang di belakang perahu itu mengaitkan kakinya, situkang perahu masih mengira itu adalah gelombang besar, begitu menegakkan tubuhnya, kali ini sedikit tidak bisa dikendalikan, dia merasa tubuhnya melayang jatuh keluar perahu,

Sin-hiong tergetar, di dalam harinya berpikir: 'Nyawa seluruh penumpang di perahu ada di tangan si tukang perahu itu, mana boleh orang itu berkelakar seperti ini?’

Setelah berpikir, tubuhnya melayang keluar lalu mengulurkan tangan, menarik kembali tubuh tukang perahu kedalam perahu.

Kecepatan gerakannya sulit digambarkan, sebab saat dia bergerak, tubuh tukang perahu itu sudah berada di luar perahu, tapi ketika dia keluar dan masuk lagi, orang-orang di dalam perahu hanya sedikit yang tahu, terdengar seseorang dengan pelan berkata: "Hebat sekali!"

Sin-hiong tersenyum pada orang itu, berkata: "Terima kasih!"

Saat Sin-hiong meloncat, Cui-giok sudah mengetahuinya, dia melihat ketika Sin-hiong berada di udara, dia terkejut sampai bercucuran keringat dingin, tapi tukang perahu yang selamat dari maut, masih tidak tahu apa yang terjadi, dia menarik nafas panjang dan berkata:

"Ombak yang sangat besar sekali!"

Ternyata saat Sin-hiong meloncat keluar menyelamatkan orang, orang yang berdiri di bagian kendali perahu itu sudah masuk ke dalam perahu, orang-orang di dalam perahu sedang mabuk perahu, maka tidak ada satu orang pun yang tahu.

Cui-giok menghela nafaspanjang dan berkata: "Buat apa kau menempuh bahaya sebesar ini?"

Sin-hiong tersenyum tidak menjawab, dia hanya menganggukan kepala, mendadak terdengar satu orang berteriak:

"Bagus, perahunya sudah merapat!"

Semua orang hanya merasa perahunya jadi ringan, ada orang sudah meloncat meninggalkan perahu.

Orang itu masih berdesakan di belakang tubuh Sin-hiong, orang- orang sudah pada turun perahu, Sin-hiong menuntun Cui-giok baru saja tiba di kepala perahu, mendadak dia merasa di belakang tubuhnya ada yang mendorong, tubuhnya sedikit berkelebat dan berkata:

"Saudara, perahunya sudah merapat, kenapa masih terburu- buru!"

Hati orang itu jadi tergetar, dia tadi sengaja menabrak, tidak diduga Sin-hiong sudah tahu, terpaksa dia berkata:

"Maaf, aku ada urusan penting harus buru-buru!" Setelah berkata, dia meloncat ke darat.

"Kau kenal orang ini?" tanya Cui-giok. Sin-hiong sembarangan menjawab:

"Orang-orang di dunia ini semuanya adalah saudara, berbasa- basi itu hal yang biasa."

"Aku lihat orang ini hatinya tidak lurus!"

Sin-hiong melihat keluar perahu berkata tawar: "Kalau begitu kita sedikit hati-hati!"

Kedua orang naik ke darat, sekarang Cui-giok sudah merasa lebih baik, tapi racun di dalam tubuhnya masih belum hilang semua, kepalanya merasa masih pusing dan tubuhnya lemah tidak bertenaga.

Sin-hiong melihat-lihat cuaca, katanya:

"Malam ini kita tidak bisa meneruskan perjalan an, kita menginap dulu satu malam!"

Cui-giok tahu, sebenarnya Sin-hiong ingin mengejar waktu, mengatakan tidak bisa meneruskan perjalanan, semua hanya demi dirinya. Saat itu dia berkata:

"Kita cari dulu satu penginapan, setelah kau menyewakan kamar, kau sendiri segera mengejar mereka, mungkin masih bisa keburu."

Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata: 'Kata-katanya masuk akal juga, setelah aku berhasil mengejar mereka, lalu kembali lagi kesini, bukankah sama juga?'

Di benaknya mendadak berkelebat bayangan orang tadi, dia jadi merasa khawatir maka berkata:

"Kau jangan pikirkan itu dulu, nanti kita melihat keadaan!"

Sambil bicara dia berjalan, tidak lama kemudian mereka sampai di depan satu kota.

Kota ini cukup besar, sore hari orang-orang ramai berlalu lalang, Sin-hiong menuntun Cui-giok berjalan di jalan raya, setelah berputar-putar baru menemukan satu penginapan.

Siapa sangka, baru saja melangkah masuk ke dalam penginapan, orang yang tadi di atas perahu penyeberangan sudah berada di dalam penginapan!

Terlihat dia duduk di atas satu kursi di sisi meja, di atas meja disediakan lima pasang sumpit, masakan dan arak juga sudah diantarkan, tapi hanya dia seorang diri sedang makan dengan lahap sekali.

Cui-giok menyentuh Sin-hiong perlahan:

"Sin-hiong kau sudah melihatnya?"

Sin-hiong menganggukan kepala, saat ini satu orang pelayan datang menghampiri dan bertanya:

"Siauya mau makan apa?"

Sin-hiong tidak menjawab pertanyan pelayan dia berkata: "Ada kamar yang bersih tidak?"

"Ada... ada!" kata Pelayan berulang-ulang

Sin-hiong menyuruh pelayan untuk melihat dulu,

Cui-giok tidak tahu apa tujuannya, terpaksa mengikuti dari belakang.

Masuk ke dalam satu pekarangan, Sin-hiong memilih dua kamar, dari dalam ke dua kamar itu bisa melihat dengan jelas keadaan di ruang makan, lalu dia memesan makanan dan pelayan itu pun pergi.

Cui-giok melihat dulu ke kiri dan kanan lalu berkata:

"Tempat ini cukup bagus, kita bisa melihat perbuatan orang itu?" Sin-hiong menyahut sekali, lalu mengeluarkan buku pengobatan

Kim-ciam-tok-su, membalik-balikan beberapa lembar dan bertanya: "Nona Sun, dimana kau masih merasa tidak nyaman?"

Sun Cui-giok mengerutkan alis:

"Seperti di antara perut kecil!"

Sin-hiong membolak-balik lembaran, sesaat masih belum menemukan resep yang tepat, dia mengeluh dan berkata:

"Aku tidak bisa memikirkan, resep penawar racunnya banyak sekali, tapi aku tidak menemukan satupun, nona Sun, bagaimana kalau kau sendiri saja yang melihatnya?"

Cui-giok menerima buku itu, dengan teliti membolak-balik membaca, mendadak dia berteriak:

"Lihat! Bukankah resep ini?"

Sin-hiong melihat, diatas tertulis: "Cian-cu-ting, Su-ju-li, Ci-ju-ki- goan, Ho-ju-yu-lim, bisa mengobati lima racun!" Sin-hiong berkata:

"Benar, tapi Cian-cu-ting sangat sulit dicari!" Baru saja selesai bicara, mendadak seseorang di dalam ruang makan berteriak:

"Bagus! Kau sudah menghabiskan semua araknya!"

Sin-hiong dan Cui-giok melihat, di dalam ruang makan saat ini sudah bertambah satu orang, orang ini memakai baju kuning, di punggungnya terselip sebilah pedang panjang, sepasang matanya memancarkan sinar berkilat-kilat, tampangnya sangat luar biasa.

Orang yang pertama datang itu tertawa: "Siapa suruh kau telat!" Setelah berkata, kembali dia minum araknya. Orang yang berbaju kuning itupun tidak sungkan, langsung makan dengan lahapnya.

"Kau tahu siapa mereka?" tanya Cui-giok. Sin-hiong menggelengkan kepala, tepat di saat ini, seorang laki-laki besar berbaju merah juga melangkah masuk ke ruang makan.

Dua orang yang pertama datang tidak mempersilahkan dia, tapi laki-laki besar baju merah itu langsung duduk dan makan dengan lahap.

Sin-hiong melihat sampai mengerutkan alis, di dalam hati terus membaca, merah kuning biru, mendadak dia seperti sadar sesuatu, di dalam hati berkata:

'Diatas meja sudah disediakan lima pasang sumpit, saat ini sudah datang tiga, apakah masih ada putih dan hitam yang belum tiba?' Baru saja berpikir begitu, benar saja di pintu masuk kembali muncul dua orang satu berbaju putih dan satu lagi hitam.

Setelah kedua orang itu duduk, kelima orang itu dengan diam melahap makanannya, siapa pun tidak ada yang berbicara.

Diantara lima orang ini, orang yang usianya paling tua tampak tidak lebih dari empat puluh tahun, diantaranya orang yang berbaju putih yang terlihat paling muda, kelihatannya tidak berbeda jauh dengan Sin-hiong.

Matahari sudah tenggelam di barat, lampu di ruang makan sudah dinyalakan, orang di dalam ruangan tidak sedikit, tapi lima orang tamu di tengah ruangan seperti tidak ada orang saja, mereka hanya melahap makanan mereka.

Setelah melihatnya Sin-hiong berkata:

"Tidak ada urusan dengan kita, lebih baik kita makan saja dulu."

Siapa sangka, pada saat ini, salah seorang mendadak mendengus dan berkata:

"Hemm hemm belum tentu!"

Sin-hiong terkejut, dia tidak mengira kata-katanya didengar oleh orang itu, begitu melihatnya terdengar satu orang lagi berkata:

"Menurut pandanganmu bagaimana?"

Ternyata orang berbicara itu adalah laki-laki baju biru yang dilihat Sin-hiong di atas perahu tadi, terlihal kedua mata dia melotot dengan dingin berkala

"Apa yang bagaimana? Terpaksa bertarung!"

Begitu kata-kata ini keluar, empat orang lainnya jadi bersemangat dan bersama-sama berkata:

"Bagus sekali, kita Huang-sat-ngo-kiam (Lima pedang dari pasir kuning) bersama-sama akan bertarung dengan dia!"

Lima orang itu berteriak-teriak di dalam ruang makan, tapi, semua orang di dalam ruangan tidak tahu siapa yang akan dihadapi mereka? Tapi sejak mereka menyebutkan julukan Huang-sat-ngo- kiam, di dalam ruangan kembali hening tidak ada suara, ternyata julukan Huang-sat-ngo-kiam ini sangat besar sekali pengaruhnya!

"Kau pernah mendengarnya?" kata Cui-giok pelan. "Tidak pernah!" Sin-hiong menggeleng.

Dua orang ini sudah selesai makan, Sin-hiong kembali berkata:

"Kau istirahatlah sebentar, aku pergi sebentar mencari Cian-cu- ting."

Setelah berkata, dia keluar kamar, saat lewat ruang makan, laki- laki berbaju biru mendengus sekali dan berteriak:

"Hei! Berhenti!"

Sin-hiong tahu laki-laki itu memanggil dirinya, lapi dia pura-pura tidak mendengar dan meneruskan jalannya.

"Kau dengar tidak? Heh, jika masih berjalan akan kupatahkan kaki anjingmu!"

Setelah berkata, tampak dia sedikit mabuk, tapi karena perkataannya sangat kasar, hari Sin-hiong yang sedang kesal, begitu diusik maka meledaklah amarah-nya. Dia menghentikan langkahnya dan bertanya: "Saudara ada urusan?"

Orang itu tertawa dingin:

"Urusan! Hemm hemm, karena saat ini kami tidak ada waktu, kuberitahu, malam ini kau tidak boleh keluar kota."

Sin-hiong marah dengan dingin berkata:

"Aku keluar kota atau tidak, apa urusannya denganmu?"

Baru saja orang itu mau maju menerjang, laki-laki baju kuning disisinya sudah bangkit berdiri dan berkata:

"Losam, ada apa kau dengan dia?"

Baru saja orang berbaju biru mau mengatakan kehebatan ilmu silat Sin-hiong, mendadak di pintu muncul satu orang!

Wajah dia jadi berubah sambil berteriak dingin: "Sudah datang!"

Huang-sat-ngo-kiam segera bersiap-siap, orang yang masuk ini wajahnya tampan, begitu melihat Sin-hiong yang masih berada di dalam ruang makan, tidak tahan orang itu bersuara "Iiih!" dan berkata:

"Sen-tayhiap, kita jumpa lagi!"

Setelah orang ini muncul, hati Sin-hiong jadi tergetar.

Lima orang itu lebih-lebih tergetar, otaknya berputar cepat, di dalam hatinya berpikir ternyata merek berdua saling kenal?

Di antara semua orang hanya laki-laki berbaju biru di dalam hatinya mengerti, sebab dia pernah menyaksikan kehebatan ilmu silat Sin-hiong, dan juga pernah mencoba jurus pedang orang yang baru masuk ini, dia tahu jika kedua orang ini bersatu, mungkin mereka berlima bukan lawannya.

Ternyata orang yang masuk adalah Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng, entah kapan dia bermusuhan dengan orang ketiga Huang-sat-ngo- kiam, Lan-ie-kiam (Pedang bulu biru) Nie Cing, itulah sebabnya Nie Cing buru-buru pergi ke pantai selatan Huang-ho untuk mengumpulkan empat jago pedang lainnya untuk menghadang Ho Koan-beng.

Mata Ho Koan-beng menyapu, dalam hati dia sudah mengerti, sambil tertawa keras dia berkata:

"Saudara tua Ni, apa orang-orangmu sudah berkumpul semua? He he he, dengan kemampuan kalian berlima, terhadap aku saja Ho Koan-beng, kalian sudah tidak mampu menghadang, malah berani mengusik lagi Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong?"

Kata-katanya begitu terdengar, orang-orang yang ada di seluruh ruangan jadi membeku, di antaranya tentu saja Huang-sat-ngo- kiam, Lan-ie-kiam yang mendengar, mabuknya jadi hilang setengah. "Terima kasih!" kata Sin-hiong tertawa. Tadinya dia mau memberitahukan keberadaan Sun Cui-giok di dalam penginapan ini, tapi setelah berpikir lagi, disini banyak orang, lebih baik mencari obat dulu saja.

Setelah berkata dia langsung jalan keluar pintu.

Apa yang akan terjadi di dalam ruangan makan, Sin-hiong sudah malas memikirkannya, saat ini di benaknya sedang memikirkan masalah Cui-giok dengan Ho Koan-beng, apa yang akan terjadi setelah mereka bertemu? dia jadi mengkhawatirkannya.

Setelah Ho Koan-beng muncul, hatinya jadi tertarik dengan pertengkaran yang sulit melepaskan diri, mengenai hal mengejar ketua pulau Teratai dan putrinya, itu hal yang lain lagi.

Dia sudah jalan beberapa lama di jalan raya dan bertanya ke beberapa toko obat, tapi semua toko tidak ada yang menjual Cian- cu-ting, terpaksa dia kembali lagi kepenginapan.

Di dalam ruangan makan, sudah tidak telihat lagi Huang-sat-ngo- kiam dan Ho Koan-beng, Sin-hiong masuk ke kamar Cui-giok, Cui- giok buru-buru bangkit berdiri dan berkata:

"Ho Koan-beng sudah pergi!"

"Kau sudah tahu, seharusnya kau berusaha menemui dia!" Cui-giok memonyongkan mulut mungilnya:

"Aku tidak mau bertemu dengan dia lagi, dari bicaranya kulihat dia selain sangat sombong, juga orangnya sangat licik."

Sin-hiong berpikir, entah Ho Koan-beng berkata apa lagi? Jika tidak bagaimana Cui-giok bisa tahu Ho Koan-beng selain sombong juga sangat licik?

Dia menghela nafas panjang:

"Tidak perduli bagaimana? Bagaimana pun dia adalah    "

Tadinya dia ingin berkata 'calon suamimu', tapi jika mengatakan ini, pasti akan membuat Cui-giok sangat sedih, makanya dia tidak jadi mengucapkan-nya.

Cui-giok seperti tahu yang dipikirkannya, dengan tertawa terpaksa berkata:

"Aku sudah beristirahat, sekarang sudah jauh baik, lebih baik kita melanjutkan perjalanan saja!"

Sin-hiong tahu dia sengaja ingin menghindar dari Ho Koan-beng, walaupun hatinya tidak mau, tapi dia tidak tega menolaknya, terpaksa Sin-hiong memanggil pelayan, membayar rekening dan pergi melanjutkan perjalanan.

Saat ini malam sudah larut, tadinya Sin-hiong ingin membelikan seekor kuda buat Cui-giok, tapi karena tidak ada yang menjual kuda, dua orang itu hanya berjalan pelan-pelan keluar kota.

Sebenarnya Cui-giok belum sembuh total, tapi meskipun begitu sekarang kesehatan dia lebih baik dari sebelumnya, jalan sejenak, terlihat waktu sudah hampir jam sembilan malam, mendadak dari hutan di depan terdengar suara benturan senjata.

Cui-giok berteriak:

"Di depan ada orang sedang bertarung!"

Secepat kilat Sin-giong mengangkat dia: "Jangan bersuara!"

Hanya beberapa loncatan, dia sudah sampai di sisi hutan itu, lalu dia melihat Ho Koan-beng sedang bertarung sengit dengan Huang- sat-ngo-kiam.

Tubuh Cui-giok sedikit bergetar dan berkata:

"Tidak mau bertemu dia di sana, tidak diduga malah bertemu disini, hai...!"

Dia mengeluh pelan, begitu melihat pertarungan, kembali dia terkejut berkata:

"Iiih, kepandaian Ho Koan-beng sudah maju pesat!" Sin-hiong menganggukan kepala: "Benar! Ilmu silat Sang-toh pun sudah maju pesat."

Cui-giok memandang tidak mengerti, Sin-hiong pura-pura tidak melihatnya, tapi di dalam hatinya diam-diam mendengus dan berkata:

"Ilmu silat mereka berdua maju pesat tapi apa gunanya? Kecuali mereka berdua bersatu, baru masih bisa menahan seranganku seratus jurus!'

Tapi dia tidak mengatakan apa-apa, matanya melihat ke arah enam orang yang sedang bertarung, terlihat mereka semakin bertarung semakin seru!

Huang-sat-ngo-kiam bukan saja masing-masing mempunyai ilmu silatnya cukup bagus, apa lagi jika mereka bersatu, kekuatan jurus gabungan pedangnya, Ho Koan-beng juga tidak bisa menerobos keluar.

Ho Koan-beng mendengus dingin, jurus hebat dari berbagai perguruan sudah dikeluarkannya, walaupun berada dalam keroyokan Huang-sat-ngo-kiam, dia tetap mampu bertahan dan menyerang, langkah kakinya sedikitpun tidak kacau! Sin- hiongberpikir: 'Untung yang dihadapinya adalah Huang-sat-ngo- kiam, jika diganti oleh pesilat tinggi biasa, mungkin tidak mampu menahan lima puluh jurus serangan Ho Koan-beng!;

Baru saja dia berpikir, mendadak di lapangan terdengar satu teriakan keras, pemuda berbaju putih sedang menyerang hebat dengan pedangnya.

Pedangnya berkilat-kilat menyilaukan mata, menyerang Hwan- sui-hiat dan Hong-fu nya Ho Koan-beng!

Ho Koan-beng bersiul panjang, pedangnya bergetar-getar dan "Ssst ssst!" menghindar serangan dahsyat pemuda berbaju putih, sekali memutar pergelangan tangan, mendadaknya menyerang laki- laki baju merah.

Laki-laki berbaju merah mengangkat pedang panjangnya, tubuh lima orang itu mendadak mundur lalu maju kembali, tampaknya mereka sedang menjalankan suatu siasat, sinar pedang sangat kerap, bersilang membentuk jaring rapat, dengan suara memekakkan telinga, siasatnya memang luar biasa.

Ho Koan-beng segera mengayunkan pedang panjangnya, satu jurus Ji-long-jian-cong (Ombak besar seribu lapis), baru saja jurusnya di keluar setengah jalan, mendadak berubah jadi Peng-sa- bu-jang (Pasir datar tiada batas), dua jurus ini adalah inti jurus hebat dari berbagai perguruan besar, pedangnya menusuk ke arah dua bayangan orang berwarna merah dan kuning.

Bukan saja dia tidak bertahan, malah sekuat tenaga menyerang, angin pedang semakin membesar, dalam sekejap sudah saling serang tiga puluh jurus lebih dengan Huang-sat-ngo-kiam!

Sebenarnya jurus pedang Huang-sat-ngo-kiam sangat hebat, orang yang paling tua adalah orang berbaju merah yang bernama Cin Beng, nomor dua laki-laki baju kuning Hong Cin, Nie Cing adalah saudara ketiga, nomor empat He-it-jiu Ong Kun, pemuda baju putih Lim Ceng adalah yang paling kecil, tapi diantara lima orang ini, jurus pedang Nie Cing dan Lim Ceng yang paling keji.

Walaupun jurus pedang kelima orang ini berbeda-beda aliran, tapi ke lima orang ini di waktu senggang telah melatih semacam barisan yang bernama Ngo-lui-kiam-tin (Barisan pedang lima halilintar), di dalam dunia persilatan, entah sudah berapa banyak pesilat tinggi yang termasyur pernah dikalahkan oleh Ngo-lui-kiam- tin mereka.

Ketika pertarungannya sedang sengit, tiba-tiba pedang Ho Koan- beng menusuk dengan dahsyat kepada pemuda berbaju putih Lim Ceng, Lim Ceng bergeser sedikit, sengaja memberi kesempatan pada Ong Kun menyerang dengan pedangnya!

Pedang Ho Koan-beng jadi tidak mengenai sasaran, tapi dia tidak gentar, dia mengangkat tangan kanan, menyabetkan pedangnya dari samping, tepat menyambut pedang Ong Kun.

Ong Kun sangat lincah dia berteriak, sekali gus menusukan pedangnya dua kali! Ho Koan-beng menekan tangannya, pedang panjangnya berputar dari kiri ke kanan, masing-masing pedangnya menusuk pada kelima orang itu.

"Jurus yang bagus!" teriak Nie Cing, lima jarinya secepat kilat menyerang, dan tangan kanannya menyabetkan pedangnya, lima jari kiri mencengkram, pedangnya menusuk jalan darah penting Ho Koan-beng!

Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya, dengan dahsyat balas menusuk dia!

Jurus-jurus pedang Ho Koan-beng diambil dari inti sari jurus pedang berbagai peguruan besar, jika satu lawan satu, kelima Huang-sat-ngo-kiam ini tentu bukan lawannya.

Dengan Ngo-lui-kiam-tin, Huang-sat-ngo-kiam mengurung dia, berisan ini dengan teratur mengatur serangan dan bertahan, serangannya dahsyat, sedikit pun tidak mengendur!

Walaupun Cui-giok tidak ingin bertemu dengan Ho Koan-beng, tapi di dalam hatinya tetap saja masih mengkhawatirkan dia dan tanyanya:

"Sin-hiong, menurutmu Ho Koan-beng bisa menang atau tidak?" Sin-hiong mengangkat kepalanya:

"Kulihat Huang-sat-ngo-kiam juga tidak lebih lemah!"

"Kalau begitu hasilnya akan seri!" kata ui-giok sambil tersenyum. "Belum tentu juga?" Sin-hiong juga tersenyum.

"Kenapa?"

"Jurus pedang siapa pun bisa menggunakan-nya, tapi hasil latihan setiap orang masing-masing berbeda, maka ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah, mereka dua kelompok ini bertemu dengan tandingannya, siapa yang menang siapa yang kalah itu tergantung pengalaman mereka menghadapi lawan."

Cui-giok kagum: "Kalau begitu di dunia persilatan apa yang disebut seri itu hanya membohongi orang saja, begitu?"

Sin-hiong tidak menjawab, sorot matanya melihat kembali ke lapangan dan berkata:

"Ho Koan-beng sudah hampir menang!"

Ketika di lihat dengan teliti, terdengar Ho Koan-beng sekali berteriak:

"He he he, bagaimana dengan jurus ini?"

Terlihat gulungan sinar pedang mengembang besar, bayangan pedang berkelebat dengan jurus Ya-can-pat-hong (Bertarung malam dari delapan arah), pedang Huang-sat-ngo-kiam berputar-putar ke bawah, berebut mendahuluinya.

Cui-giok tidak melihat Ho Koan-beng akan meraih kemenangan, dia berkata:

"Aku lihat tidak mungkin!"

Baru saja selesai berkata, mendadak terlihat pedang Ho Koan- beng balik menggulung, kecepatan jurusnya, hampir tidak bisa di ikuti mata, dalam sekejap sudah tiba.

Huang-sat-ngo-kiam terkejut, Cin Beng segera menggetarkan pergelangan tangannya, menyerang pada Beng-bun-hiat Ho Koan- beng.

"Lepas" bentak Ho Koan-beng.

Kekuatan serangannya sangat dahsyat, pedang di tangannya bergulung-gulung membentuk lima gulungan sinar, kekuatannya sedikit pun tidak berkurang, dua hawa pedang saling beradu, terdengar satu suara keras "Traang!", benar saja pedang panjang Cin Beng terlepas dari tangannya.

Begitu berhasil Ho Koan-beng tidak membuang kesempatan, pedang panjangnya bergerak-gerak cepat, mengambil posisi menyerang! Orang tertua Huang-sat-ngo-kiam Cin Beng terdesak mundur, barisan pedangnya segera menjadi kacau.

Hong Cin dengan susah payah menangkis tiga jurus, keningnya sudah bercucuran keringat, dia segera berteriak:

"Losam, serang kirinya!"

Nie Cing mengayunkan pedangnya "Ssst!" menusuk pada Kian- cin-hiat di sisi kiri Ho Koan-beng!

Pemuda baju putih Lim Ceng bergerak lincah, kakinya berputar- putar seperti angin dan berteriak:

"Kuserang dia dari kanan!"

Walaupun barisan pedang mereka sudah kacau, tapi ilmu silat masing-masing orang masih ada, di bawah tekanan bersama empat orang itu, akhirnya keadaannya bisa sedikit dikembalikan.

Sin-hiong menghela nafas:

"sekarang Huang-sat-ngo-kiam bertarung mengandalkan tenaga masing-masing, sayang kurang menggunakan otaknya!"

Melihat beberapa jurus tadi, mata Cui-giok terasa berkunang- kunang, setelah Ho Koan-beng menampilkan kehebatannya, di dalam hati dia sedikit banyak terharu juga, tidak tahan dia jadi menghela nafas juga.

Walaupun suaranya pelan sekali, tapi enam orang yang berada di lapangan telinganya sangat tajam, Ho Koan-beng segera menyabetkan pedang pusakanya dan berteriak:

"Pesilat hebat siapa telah datang kesini, kenapa tidak menampakkan diri?"

Pertarungan Ho Koan-beng dengan Huang-sat-ngo-kiam, dia hanya mampu sedikit diatas angin, jika suara nafas di dalam hutan ini adalah dari kelompok Huang-sat-ngo-kiam, maka dia akan sulit bisa lolos dari cengkraman mereka.

Huang-sat-ngo-kiam pun mengharapkan orang itu adalah dari teman mereka, setelah Ho Koan-beng menanyakannya, kelima orang ini membelalakan mata nya, menunggu jawaban dari orang ini.

Siapa sangka, di dalam hutan tampak kosong tidak ada orang, Ho Koan-beng marah sekali dan berkata:

"Kau tidak mau keluar, apakah harus aku mempersilahkan kau keluar?"

Setelah berkata, orangnya sudah menerjang!

Baru saja dia sampai di sisi hutan, mendadak dari dalam hutan terdengar suara "Ssst!" dan satu orang berkata:

"Saudara Ho, sesudah bertemu dengan pesilat tinggi, aku sebagai penonton jadi merasa gatal tangan, mohon dimaafkan oleh kalian!"

Tentu saja dia adalah Sin-hiong, karena Cui-giok sudah menimbulkan suara, maka Sin-hiong menyuruh dia keluar menemui Ho Koan-beng, tapi Cui-giok bersikukuh tidak mau keluar.

Sin-hiong tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa dia keluar, tapi mata Ho Koan-beng tajam sekali, dia sudah melihat masih ada orang yang bersembunyi, setelah menghentikan langkahnya, dia berkata lagi:

"Siapa yang seorang lagi?"

Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, Ho Koan-beng sudah melihat, aku tidak bisa tidak harus mengatakannya, tapi jika dia mengatakan khawatir Cui giok menjadi marah, dia jadi ragu- ragu sejenak dan akhirnya berkata:

"Seorang teman, nanti dia juga akan bertemu denganmu!" "Temanku?"    tanya    Ho    Koan-beng    tertegun.    Sin-hiong

menganggukan kepala, tapi Ho Koan-beng merasa ragu-ragu dan

berkata:

"Aku tidak percaya, aku harus melihatnya sendiri!" Setelah berkata, maka dia segera masuk ke dalam hutan! Sin-hiong terkejut, tubuhnya berkelebat dan berkata:

"Buat apa saudara Ho terburu-buru, bisakah kau selesaikan masalahmu dulu?"

Gerakan dia sangat cepat, Huang-sat-ngo-kiam yang melihat Sin- hiong berkelebat keluar, mereka tertegun, sebab gerakannya sangat cepat, selain Nie Cing, empat orang lainnya jadi sangat terkejut. Ho Koan-beng tertawa dingin:

"Mereka bukan lawanku, buat apa meneruskan pertarungan lagi?"

Melihat Ho Koan-beng menghina dihadapan mereka, kelima orang itu jadi marah besar, orang tertua Huang-sat-ngo-kiam memungut pedangnya di tanah dan berkata:

"Kita kurung dia lagi!"

Lan-ie-kiam pertama-tama menerjang maju sambil marah berkata:

"Toako kita hanya kurang hati-hati, tidak bisa dihitungkan sudah menang!"

Ong Kun pun maju mengikutinya sambil berteriak:

"Kita tidak peduli dengan cara apapun jangan biarkan dia keluar dari hutan ini!"

Ho Koan-beng membalikan tubuh dengan dingin berkata: "Melarikan diri? Hemm hemm kalian hanya mengangkat diri

sendiri saja!"

Secepat kilat pedangnya sudah menyerang lagi pada mereka! Dia sambil menyerang, berteriak:

"Sen Sin-hiong, kau tunggu sebentar!"

Kejadiannya sudah begini rupa, Sin-hiong tidak menunggu juga tidak bisa, ketika mereka berenam bertarung lagi, Sin-hiong mundur kembali ke dalam hutan.

Baru saja dia melangkah dua langkah, tiba-tiba Cui-giok yang ada di belakang berkata:

"Sin-hiong, aku tidak mau menyulitkanmu."

Sin-hiong melihat, terlihat wajah Cui-giok menjadi merah dan membela diri, katanya:

"Calon istri berwajah buruk akhirnya harus menemui mertua juga, bukankah begitu?"

Setelah berkata, pelan-pelan berjalan keluar!

Ho Koan-beng sedang sengit bertarung, melihat di sisi Sin-hiong ada seseorang, tidak melihat tidak apa-apa, sekali melihat, hatinya jadi tergetar keras, tangan-nya jadi melambat, Huang-sat-ngo-kiam segera ber-gerak cepat, lima pedang langsung melibat, pedang Ho Koan-beng terlepas dari tangannya, dilontarkan mereka ke udara!

Sebenarnya walaupun dia sudah tidak mengharapkan lagi pada Sun Cui-giok, tapi setelah bertemu perasaannya jadi bergolak lagi, melihat calon istrinya berdiri bersama Sin-hiong, bagaimana pun dia tidak bisa mengendalikan diri!

Saat Ho Koan-beng tertegun, Huang-sat-ngo-kiam mengambil kesempatan ini menyerang, mereka berlima bersama-sama berteriak:

"Terima ini!"

Pikiran Ho Koan-beng sedang tertuju pada Cui-giok, saat ini dia tidak bergerak melawan, jika keadaannya terus begini, tangan dan kakinya pasti dipotong orang!

Pada saat yang kritis ini, mendadak satu bayangan orang berkelebat dan berkata:

"Ini bukan perbuatan seorang kesatria?"

Begitu berkata orangnya sudah tiba, sekali menyabetkan pedangnya, laksana bunga terbang di perbatasan, pedangnya menyabet ke arah wajah ke lima orang itu! "Heh! Kim-kau-kiam-khek!" teriak Nie Cing.

Hati ke lima orang itu tergetar, dalam sekejap mata Huang-sat- ngo-kiam merubah arah pedangnya dari menusuk Ho Koan-beng, jadi menusuk Sin-hiong.

Sin-hiong menyabetkan pedang hanya untuk menyelamatkan Ho Koan-beng, melihat mereka jadi menyerang dirinya, tangan kirinya segera menarik Ho Koan-beng keluar dari barisan pedang dan berkata:

"Kalian nanti bicara, pertarungan ini serahkan padaku!"

Setelah berkata seperti ini, dalam hati Sin-hiong pun terasa sedikit asam!

Sekarang Huang-sat-ngo-kiam sudah bersama-sama menyerang, Sin-hiong tidak bisa memikirkan hal lain, tapi terpaksa memfokuskan pikirannya pada kelima orang ini, dia menyabetkan pedangnya sambil memaksa dirinya tertawa:

"Aku sedang menjodohkan orang, kalian jangan begitu serius!"

Dia hanya mengeluarkan dua jurus, tapi dua jurus ini adalah yang jurus terhebat dari jurus menyerang dan bertahan, Huang-sat- ngo-kiam sekuat tenaga menyerang, tapi satu inci pun tidak bisa maju!

Cin Beng bersuara "Heh!" dan berteriak:

"Kim-kau-kiam-khek memang bernama besar!"

Pedangnya dengan cepat menyerang ke arah Thian-keng-hiat Sin-hiong!

Sin-hiong memutar tubuhnya dan berkata:

"Terima kasih!"

"Huut!" pedangnya menyerang dengan hebat!

Cin   Beng    terpaksa    menghindar,    tapi    Sin-hiong    tidak mempedulikan dia, sekali mengetarkan pedang bunga pedangnya menyapu dari mulai nomor dua Huang-sat-ngo-kiam sampai ke yang paling bontot!

Begitu dia menyerang, ke lima orang itu semuanya dipaksa hanya bisa bertahan.

Lim Ceng melihat umur Ho Koan-beng dan Sin-hion tidak berbeda jauh dengan dirinya, tapi kehebatan jurus pedangnya susah dihadapi, dia yang masih berjiwa muda jadi tidak terima, dan berkata:

"Kita coba bertarung beberapa jurus lagi!"

Sebenarnya, kata-katanya tidak ada gunanya, jika Sin-hiong bukan karena memberi waktu pada Ho Koan-beng berbicara dengan Sun Cui-giok, jurus pedang Sin-hiong akan lebih dahsyat lagi!

Ho Koan-beng pelan-pelan berjalan Beberapa langkah dan berkata

"Nona Sun, apa kabarnya!"

Cui-giok tergetar, dia sadar, Ho Koan-beng memanggil dia nona Sun, tidak memanggil namanya, apa yang dipikirkan dalam hatinya? Sudah sangat jelas terlihat.

Cui-giok menganggukan kepala:

"Baik, bagaimana dengan kau?"

Tidak perduli apa yang terjadi, terhadap Ho Koan-beng dia masih merasa sedikit penyesalan, maka suara yang keluar kecil sekali.

Ho Koan-beng maju lagi dua langkah, menatap wajah Cui-giok yang pucat, mendadak sebuah pikiran melayang di kepalanya, hatinya terasa tergetar, dalam hatinya berkata:

'Dia adalah calon istriku, jika bukan karena aku tidak punya kemampuan, bagaimana mungkin aku mau menyerahkan calon istriku jatuh ke pelukan Sen Sin-hiong? Hemm hemm Sen Sin-hiong juga manusia, kenapa aku harus mengalah padanya!" Pikiran ini begitu berputar diotaknya, dia merasa dirinya harus kuat, dengan menghela nafas panjang dia berkata:

"Cui-giok, ikutlah denganku!"

Cui-giok tergetar, pertanyaan ini membuat dia tertegun.

Ho Koan-beng mendengus danberkata lagi: "Nyawa Sen Sin- hiong tinggal lima hari lagi, apa kau tahu?"

Kata-kata ini begitu keluar, Cui-giok jadi lebih terkejut lagi, sepasang matanya membelalak besar, sesaat dia tidak bisa berkata, sepatah kata pun.

Ho Koan-beng tertawa dingin:

"Jika aku tidak mengatakannya kau pun tidak akan tahu, sekarang sembilan ketua perguruan besar di dunia persilatan sedang menunggu dia di bukit Lui-hong di gunung Bu-Ii, walaupun ilmu silat dia lebih tinggi lagi, bagaimana mungkin bisa melawan sembilan ketua perguruan besar?"

Cui-giok merasa hatinya jadi tenggelam, tapi dia berpikir, aku mencintai dia bukan mengharapkan apa-apa dari dia? Walau hanya cinta lima menit saja, itupun sudah cukup!

Pelan-pelan dia menghela nafas dan berkata: "Aku tetap sangat mencintai. dia, Koan-beng, maafkan aku, aku tidak akan ikut denganmu."

Ho Koan-beng merasakan hatinya dingin, rasa dinginnya menjalar mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepala, dia tidak mengira Cui-giok bisa mengatakan hal ini, seperti pepatah yang berkata, 'hati wanita mau berubah langsung berubah/ tapi dia tetap bersabar dan berkata:

"Cui-giok, sudah kau pikirkan masak-masak?"

Saat Ho Koan-beng mengucapkan kata-kata ini, suaranya terasa gemetar, walaupun dia sekuatnya mengendalikan perasaan, tapi kemarahannya sudah diluar batas! Cui-giok menundukan kepala, katanya pelan:

"Sudah kupikirkan, Koan-beng, lupakanlah aku!"

Suara dia begitu lembut seperti tidak ber-tenaga, setelah berkata, dua tetes air mata turun di kedua pipinya.

Ho Koan-beng jelas mencintainya, tapi di dalam hatinya, dia sudah tidak bisa kehilangan Sinhiong, makanya setelah dipikir-pikir, dia tetap dengan tegar mengucapkannya.

Ho Koan-beng menggetarkan sepasang tangannya, sambil menggelengkan kepala berkata:

"Cui-giok, aku tidak percaya, kau mengatakan isi hatimu?"

Cui-giok sudah tidak bisa bicara, setelah terisak-isak, baru dengan gagap berkata:

"Lupakanlah aku!"

Ho Koan-beng sudah menggunakan segala cara, sudah menggunakan segala kata, melihat tidak bisa merubah hati Cui-giok lagi, timbul kebenciannya, dia jadi naik pitam, dengan dingin berkata:

"Aku tidak bisa mendapatkanmu, kau juga jangan harap bisa ikut dengan dia?"

Kata 'dia' ditunjukkan kepada Sin-hiong, walaupun Sin-hiong sedang bertarung sengit, tapi kata ini tetap saja seperti jarum menusuk kedalam telinga-nya, sekali menggetarkan pergelangan tangan, dia mendesak mundur Huang-sat-ngo-kiam satu langkah ke belakang!

Ho Koan-beng melihat pada Sin-hiong dan bertanya:

"Sen-tayhiap, seharusnya kau sudah tahu Cui-giok adalah calon istriku, bukan?"

Sin-hiong dengan berat menganggukan kepala, Ho Koan-beng kembali dengan dingin berkata: "Kalau begitu, jika aku tidak bisa mendapatkan dia, terpaksa aku membunuh dia!"

Kata-kata ini begitu keluar, Sin-hiong dan Cui-giok tergetar karenanya!

Huang-sat-ngo-kiam dengan Sin-hiong dalam sekejap mata menjadi berhenti, saling berhadapan, ke lima orang itu tidak mengerti persoalan yang terjadi, tapi mereka diam tidak berkata.

Walaupun hati Sin-hiong sangat marah, tapi dia merasa memang kenyataannya begitu, sesaat dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, di dalam hatinya berpikir:

'Asalkan kau berani bergerak menyerang Cui-giok, maka aku tidak bisa tinggal diam.'

Cui-giok tidak perlu dikatakan lagi, kepedihan hatinya mungkin lebih sakit dibandingkan dengan Sin-hiong dan Ho Koan-beng.

Suasana di lapangan dalam sekejap berubah menjadi hening, ketiga orang yang terlibat cinta segi tiga ini tidak tahu sedang menunggu apa, setelah lama dan lama, satu orang pun tidak ada yang berkata.

Mendadak, ada sebuah suara seruling yang kecil sekali terdengar dari kejauhan, suara serulingnya sangat pilu, Sin-hiong yang mendengar, di dalam hati diam-diam mengeluh dan berkata:

"Satu saja sudah sulit, sekarang ditambah satu lagi?"

Ternyata Ho Koan-beng pun sudah tahu siapa yang meniup seruling ini? Setelah sedikit tergetar, dia berteriak:

"Sang-toh!"

Dia dengan Sang-toh, tidak pernah bertemu setelah kejadian dulu, keduanya juga tidak tahu ilmu silat masing-masing sudah maju pesat, maka setelah Ho Koan-beng berteriak, dengan sombong melihat ke arah suara seruling itu.

Suara seruling itu pelan-pelan makin lama makin keras, tidak lama kemudian, di dalam kegelapan muncul lagi seorang pemuda tampan!

Orang ini memang Sang-toh, terlihat dia sambil tersenyum berkata:

"Ho-heng, kau juga ada disini!" Ho Koan-beng berkata dingin:

"Betul, kau juga datang kesini!"

Sang-toh menganggukan kepala, lalu berkata pada Sin-hiong: "Sen-tayhiap, aku harus memberitahu kau satu berita!" "Silahkan katakan saja!"

"Sembilan ketua perguruan besar sudah menunggumu di bukit Lui-hong di gunung Bu-li, apa kau sudah tahu?"

Sin-hiong tergetar, tapi dia tetap dengan tegas berkata: "Jika tahu lalu kenapa?"

Sang-toh memalingkan kepala:

"Ho-heng, kita adalah orang yang harus dikasihani!"

Ho Koan-beng tergerak, tapi dia ingat ilmu silat Sang-toh, jika benar-benar bertarung, mungkin dia tidak akan bisa mampu menahan lima jurus Sin-hiong, tidak tahan dia jadi sedikit putus asa, dengan tawar berkata:

"Betul!"

Di dalam hati Sang-toh punya pikiran yang sama, dulu Ho Koan- beng bukan lawan dia, sekarang kelihatannya juga tidak akan mampu bertahan tiga jurus Sin-hiong, makanya setelah berkata, sikapnya kembali menjadi dingin.

Kedua orang ini saling mengukur, sama-sama tidak tahu telah mendapatkan keberuntungan, maka wajah kedua orang ini dan Sin- hiong terlihat sangat tegang. Sin-hiong memutar otaknya, dalam hati berkata: 'Waktu lima hari masih keburu, hai...! Bagaimana menghadapi kedua orang ini?"

Dia melihat-lihat pada kedua orang itu dan berkata:

"Jika kalian berdua sudah tidak ada keperluan lagi, sekarang aku mau pergi!"

"Sin-hiong, aku ikut kau!" teriak Cui-giok. Sang-toh dingin berkata:

"Ho-heng, calon istrimu mau ikut dengan dia!"

Dia sengaja menghasut Ho Koan-beng, di dalam hatinya berpikir:

'Biar aku menambah berat kata-kataku juga tidak apa-apa makanya setelah berkata, tidak menunggu jawaban dari Ho Koan- beng dia kembali berkata pada diri sendiri:

"Hai...! Memakai topi hijau bukankah juga bagus (Cemburu)?"

Ho Koan-beng licik dan banyak akal, jelas dia sudah tahu Sang- toh sedang menghasut, tapi karena Sang-toh mengatakan di depan mukanya, bagaimana pun dia tidak bisa menerimanya.

Maka Ho Koan-beng berteriak:

"Kalian berdua, berhenti!"

Sin-hiong menghentikan langkahnya dengan dingin berkata: "Kau masih ada keperluan apa?"

"Kau boleh pergi, tapi dia tidak boleh ikut." Setelah berkata menunjuk pada Cui-giok.

Cui-giok melihat sekali pada Sin-hiong:

"Sin-hiong, mari kita pergi!"

Hati Sin-hiong terjadi pertentangan, dia berhenti beberapa saat, tapi sulit bicara.

Setelah berkata, Cui-giok pelan-pelan berjalan ke sisi Sin-hiong! Ho Koan-beng berteriak:

"Kalau kau melangkah lagi satu langkah, maka aku tidak akan segan-segan lagi!"

Setelah berteriak, dia sudah memungut pedangnya, tampak jika Cui-giok melangkah lagi, mungkin dia akan benar-benar menyerang, tapi, saat ini Cui-giok sudah melangkah lagi dua langkah!

Ho Koan-beng marah sekali "Huut!" pedang-nya menyerang!

Tubuh Cui-giok masih belum pulih, tentu saja tidak bisa menangkis serangan ini, terlihat angin pedang sudah menyentuh bajunya, mendadak Sin-hiong mendengus dan berkata:

"Kau tidak boleh melukai dia!"

Tubuhnya berkelebat, menarik Cui-giok ke samping!

Siapa sangka, Ho Koan-beng sudah menduga, maka tidak menunggu jurusnya mati, dia merubah arah pedang, hawa pedang yang dingin menusuk ke arah pergerakan Sin-hiong!

Sang-toh terkejut, di dalam hati berkata:

'Ilmu silat Ho Koan-beng sehebat ini, kita bisa bersatu mengalahkan Sin-hiong!'

Setelah berpikir mendadak dia berteriak:

"Berhenti, aku masih mau bicara!" "Kau mau bicara apa cepatkatakan!"

Sang-toh melihat pada Ho Koan-beng dan berkata:

"Ho-heng, aku mau mengajukan satu usul, apakah kau mau menyanggupinya?"

"Silahkan katakan!"

"Kita bersatu melawan Sen Sin-hiong seratus jurus, bagaimana?" "Kau bersatu dengan aku?"

Dia masih tidak percaya Sang-toh mampu, maka setelah mengatakan, wajahnya masih tampak ragu-ragu.

Tadinya malam ini Huang-sat-ngo-kiam adalah peran utama, tapi sekarang lima orang ini malah menjadi peran pembantu.

Hong Cin dengan nada tidak percaya berkata:

"Apa Kim-kau-kiam-khek sanggup melawan mereka berdua?" Nie Cing menggelengkan kepala:

"Tampaknya ilmu silat marga Sen tidak lemah, tapi sebelum bertarung sulit mengatakannya."

Cin Beng menghela nafas:

"Dalam satu malam kita sudah bertemu dengan tiga pesilat tinggi masa kini, tidak sia-sia kita datang kesini."

Perbincangan beberapa orang ini dalam nada-nya mengandung keharuan, tadi Sang-toh mengatakan sembilan ketua perguruan besar sedang berada di gunung Bu-li menunggu kedatangan Sin- hiong, ini benar-benar berita besar, tidak diduga Sang-toh malah berani bersatu dengan Ho Koan-beng menantang Sin-hiong, bukankah ini berita besar yang lebih besar dari berita besar tadi?

"Betullah!" kata Sang-toh tersenyum. "Tapi jika kita berdua bisa mengalahkannya, maka nona Sun harus ikut dengan salah satu diantara kita!"

Terdengar seseorang dengan dingin berkata: "Bagaimana jika kalah?"

Sang-toh melihat orang bicara adalah Sin-hiong, maka dia berkata:

"Tentu saja nona Sun ikut denganmu, kita selanjutnya tidak akan ikut campur lagi!"

Tiba-tiba Ho Koan-beng bergerak dan berkata: "Kucoba dulu tenaga dalammu!"

Pedang pusakanya di putar ke kanan, sinar pedang yang menyilaukan mata bergerak dengan jurus membunuh Liu-an-hoa- beng dari Hiang-liong-pit-to!

Sang-toh tertawa dingin, seruling giok disabet-kan miring, tampak seperti akan menotok pergelangan tangan Ho Koan-beng, tapi dalam sekejap mata, sudah menuju ke arah Koan-goan-hiat Ho Koan-beng!

Ho Koan-beng tergetar, di dalam hatinya berpikir, jurus pedang apa ini?

Jurus Liu-an-hoa-beng nya belum mati, sekali digetarkan, ujung pedang mengeluarkan kilatan sinar perak, terdengar suara "Paak!", dua-duanya terdorong ke belakang satu langkah!

Keduanya tertegun, Ho Koan-beng berteriak:

"Heh! Kau sudah mendapatkan ilmu silat dari Hu-houw-pit-to!"

"Kau juga sudah mendapatkan ilmu silat dari Hiang-liong-pit-to?"

Kedua orang itu bersama-sama saling bertanya, tapi wajah mereka tampak warna yang aneh.

Ho Koan-beng tertawa dan berkata:

"Cukup, Hiang-liong bersatu dengan Hu-houw, siapa lagi didunia ini yang bisa melawannya?"

"Jadi kau setuju dengan kata-kataku?" Ho Koan-beng mengayunkan pedangnya:

"Tentu saja!"

Sekarang dia merasa sangat kuat, ketika pedang nya menyerang kekuatannya seperti jadi bertambah!

Sin-hiong menarik Cui-giok ke belakang dan berkata: "Kau tenang saja, aku bisa mengatasi mereka!"

Setelah berkata, dia menghunus pedang pusakanya, mengarahkan ke kanan menyerang Ho Koan-beng. Ho Koan-beng tertawa dingin, memutar tubuhnya, pedangnya menusuk Leng-tai-hiat nya Sin-hiong!

Sin-hiong bergeser, mendadak terasa di sisinya ada angin keras, sambil tertawa Sang-toh berkata:

"Terima dua jurusku!"

Dia mengangkat seruling gioknya, dengan dahsyat menyerang dua jurus!

Sin-hiong berdiri tidak bergerak, telapak tangannya menghantam.

Sang-toh marah, tangan kiri menggunakan telapak, tangan kanan memakai seruling giok, dengan jurus Kui-ong-pat-hwee (Raja setan mengendalikan api), dua angin pukulan menerjang ke depan.

Ho Koan-beng pun tidak tinggal diam, berturut turut dia mengayunkan pedangnya, berkerja sama menyerang Sin-hiong!

Sin-hiong dengan sinis berkata:

"Masih jauh dari seratus jurus, kalian sudah mengerahkan seluruh tenaga?"

Sepasang kakinya bergerak-gerak, telapak tangan kiri memukul delapan kali, pedang pusaka di tangan kanannya berkelebatan, menimbulkan angin pusaran menerjang langit, mendesak mundur Sang-toh ke belakang dua langkah, Ho Koan-beng harus berturut- turut menggunakan tiga jurus yang berbeda, baru bisa bertahan tidak terdesak mundur ke belakang.

Kedua orang itu sangat terkejut, Sang-toh mendengus dan berkata:

"Aku tidak percaya!"

Seruling gioknya dengan cepat menotok Ki-bun-hiat nya Sin- hiong, Sin-hiong tertawa, tangan kiri mengait, ingin memecahkan jurus ini, siapa sangka Sang-toh mendadak menyabetkan seruling gioknya, tangan kirinya melancarkan jurus Houw-siau-san-lim (Harimau bersiul di gunung dan di hutan), menotok bahu kiri Sin- hiong, seruling gioknya diayunkan lalu dibalikkan, dengan hebatnya menyerang titik saluran Thian-tai-hiat nya Sin-hiong!

Sang-toh menggunakan sepasang tangannya secara bersamaan, satu jurus dengan tiga perubahan, menyerang secara tiba-tiba dari tiga arah, Sin-hiong jadi sedikit tertegun!

Pada saat ini, di belakang tubuhnya tampak sinar pedang, pedang panjangnya Ho Koan-beng pun sudah datang menyerang kembali!

Sin-hiong jadi tergetar, ternyata arah serangan Ho Koan-beng adalah arah mundurnya Sin-hiong!

Dia memutar otaknya dengan cepat, tangan kirinya menangkis, menahan tiga perubahan jurus Sang-toh, Kim-kau-po-kiam melancarkan jurus Lui-tong-ban-bu (Halilintar menggoyangkan selaksa benda) melibat ke arah pedang Ho Koan-beng.

Ho Koan-beng dan Sang-toh mendengus dingin, pedang dan seruling mendadak merubah arah serangannya, yang satu menyerang dari atas, yang satu menotok ke bawah, kerja samanya begitu sempurna, menekan kembali jurus Sin-hiong!

Sin-hiong jadi menghela nafas dingin, dalam hati berkata: 'Seharusnya Hiang-liong dan Hu-houw adalah dua macam ilmu

silat yang sangat berbeda, kenapa setelah bergabung malah sangat sempurna, tidak ada celah sama sekali, he he he, kelihatannya benar-benar harus bertarung seratus jurus baru bisa menentukan pemenangnya!"

Dia mundur kebelakang, lalu maju menyerang lagi enam jurus pedang!

Dalam beberapa jurus ini ketiganya mengeluarkan jurus-jurus yang sangat hebat, Huang-sat-ngo-kiam sampai membelalakan matanya besar-besar, bernafas pun jadi tertahan menyaksikannya!

Cui-giok sangat khawatir, tangannya basah oleh keringat dingin. Tubuhnya juga belum pulih, saat inipun harus menyandar pada satu pohon kecil, karena terlalu tegang sehingga jatuh ke bawah.

Sang-toh dan Ho Koan-beng tahu ilmu silat Sin-hiong terlalu tinggi, tapi kedua orang ini sekarang semakin mengerti inti sari dari kedua macam ilmu silatnya, pedang dan seruling bersatu, dalam sekejap sudah menyerang lebih dari dua puluh jurus.

Sebenarnya ilmu silat Sin-hiong jauh lebih tinggi dari pada Sang- toh dan Ho Koan-beng, tetapi jika dua orang ini bergabung, dan menggunakan ilmu silat yang sudah lama menghilang di dunia persilatan, maka dia jadi tidak bisa mengembangkan jurusnya.

Ho Koan-beng dan Sang-toh sudah bergabung menyerang, bukan saja kerja sama jurusnya sangat sempurna, hati mereka pun sekarang sudah saling mengerti, sehingga kekuatannya bertambah sangat besar, walaupun Sin-hiong telah mengerahkan seluruh tenaganya, tetap saja dipaksa mundur beberapa langkah ke belakang.

Maka, bukan saja membuat kening Cui-giok bercucuran keringat, hati Huang-sat-ngo-kiam pun jadi berdebar-debar.

Sekarang cuaca sudah hampir tengah malam, pertarungan ketiga orang ini sudah berlangsung hampir empat jam.

Sin-hiong yang dikeroyok dua orang, setelah mundur beberapa langkah, sebisanya menyerang beberapa jurus, baru bisa memantapkan posisinya, tapi kepalanya sudah bercucuran keringat.

Malam yang hening ini, di dalam hutan terlihat hawa pedang menerjang ke atas langit, dari kejauhan hanya terlihat tiga bayangan orang meloncat berputar-putar, tidak bisa membedakan siapa menyerang siapa yang bertahan.

Dalam sela-sela serangannya Ho Koan-beng dengan keras bertanya:

"Sang-heng, sudah berapa jurus sekarang?" "Kurang lebih lima puluh jurus!" jawab Sang-toh

Semangat Ho Koan-beng jadi lebih tinggi, dengan keras berkata: "Jangan biarkan dia melewati seratus jurus!" "Tentu saja!" jawab Sang-toh.

Sin-hiong menusukan pedangnya dua kali, juga dengan keras berkata:

"Bagus sekali, kita batasi sampai seratus jurus, jika aku kalah, selanjutnya aku tidak akan menggunakan pedang lagi dan tidak berkelana di dunia persilatan lagi..."

Kata-katanya begitu terdengar, hati semua orang jadi tergerak!

Harus tahu, kata-kata Sin-hiong ini tidak bedanya dengan mempertaruhkan nama besarnya, tapi mendengar nada bicaranya, dia seperti sangat yakin bisa mengalahkan kedua orang ini.

Waktu terus berlalu, satu detik satu menit berlalu, tiga orang itu terus bertarung, dalam hati Sang-toh diam-diam terkejut:

'Dengan kekuatan kita dua orang jika masih tidak bisa mengalahkan Sin-hiong, seumur hidupku, jangan harap pada suatu hari nanti bisa melebihi dia!"

Setelah berpikir begitu, kembali dia menyerang beberapa jurus dengan dahsyat!

Bayangan bulan sudah miring ke barat, waktu tampak sudah lewat tengah malam, sudah hampir jam tiga pagi!

Enam puluh jurus sudah lewat, hati Cui-giok nasih berdebar- debar, mulutnya tenis menghitung:

"Enam puluh saru, enam puluh dua......tujuh puluh.   delapan

puluh jurus.   "

Semakin menghitung, hatinya jadi semakin tegang!

Pertarungan ketiga orang itu semakin seru, tiba-tiba terdengar satu teriakan "Heh!", kilatan sinar di tangan Sin-hiong mendadak memanjang, hawa pedang berputar, dia menyerang dengan jurus Tiang-hong-koan-jit (Pelangi menembus matahari)! Terasa ada hawa pedang yang sangat dingin berkesiur, mendadak terjadi tiga kali getaran pedang, di tempat yang paling tepat Sin-hiong menlancarkan tiga jurus pedang!

Ketiga jurus pedangnya begitu keluar, segera mendesak mundur Sang-toh dan Ho Koan-beng dua langkah ke belakang.

Mengambil kesempatan yang sempit ini, Sin-hiong meluruskan nafasnya lalu dengan keras berteriak:

"Sudah jurus ke delapan puluh enam, paling banyak hanya tinggal empat belas jurus!"

Ho Koan-beng bersiul panjang dan berkata:

"Betul, dalam empat belas jurus ini di antara kita harus ada pemenangnya!"

Sang-toh mengepalkan jarinya dengan erat sekali, juga berkata: "Jika kami kalah, aku Sang-toh akan pergi, selanjutnya tidak akan

pernah muncul lagi di dunia persilatan!"

Ho Koan-beng dengan nada dalam berkata:

"Aku marga Ho juga sama!"

Kedua orang ini semuanya sudah bersumpah berat, tapi sekarang tinggal empat belas jurus lagi!

Sin-hiong berkata dingin:

"Dari tadi aku sudah berkata, bagus sekali kalianpun punya pikiran yang sama denganku!"

Setelah berkata, kakinya perlahan melangkah, mencari posisi yang menguntungkan.

Sang-toh dan Ho Koan-beng pun berputar satu putaran, Sang-toh berteriak:

"Saudara Ho, aku menyerang dulu!"

Dengan mengeluarkan suara siulan yang tajam seruling gioknya datang menotok, begitu bergerak sudah menotok tiga tempat! Sin-hiong mendengus:

"Delapan puluh tujuh, delapan puluh delapan, delapan puluh sembilan!"

Ho Koan-beng ikut bergerak, sambil marah berkata: "Tiga jurus pedangku belum dihitung!"

"Ssst ssst ssst!" dengan dahsyat dia menyerang tiga jurus! Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:

"Tiga jurus akupun harus dihitung!"

Tiga orang sambil bertarung terus berkata, dalam sekejap masing-masing menyerang tiga jurus!

Sekarang sebelas jurus lagi sampai seratus jurus, Sin-hiong menyerang tiga jurus, Kim-kau-pokiam nya kembali diayunkan, kembali menyerang satu jurus lebih dulu, dan berteriak:

"Jurus ke sembilan puluh!"

Jurus Hui-pouw-liu-cian (Air terjun terbang mengalir keparit) ini adalah jurus membunuh di dalam jurus Kim-kau-kiam, "Ssst ssst!" tidak menunggu kedua orang lawannya membalas, sudah berubah lagi menjadi jurus Lok-yap-kui-ken (Daun jatuh kembali keakar).

Ho Koan-beng berteriak:

"Sudah jueus ke sembilan puluh satu, he he he! Kau tinggal sembilan jurus lagi menyerang!"

Tiba-tiba dia merubah jurus pedangnya, berturut-turut mengeluarkan jurus membunuh dari Go-bi-pai dan Bu-tong-pai yang hebat, sekuatnya melancarkan dua jurus serangan!

Kedua orang terus mengeluarkan jurusnya, Sang-toh pun tidak mau ketinggalan, dengan dingin berkata:

"Lihat bagaimana dengan dua jurusku?"

Sebentar saja ketiga orang ini masing-masing kembali menyerang dua jurus, karena semuanya menyerang dengan keras, terasa angin keras saling menggetarkan, setelah terdengar sebuah suara keras, ketiga orang itu masing-masing mundur dua langkah!

Sang-toh dan Ho Koan-beng mengabungkan tenaganya, walaupun telah mendesak Sin-hiong mundur dua langkah, tapi mereka berdua pun mundur dua langkah, wajah kedua orang itu menjadi sangat serius, jumlah sembilan jurus ini berkelebat di hati mereka bertiga.

Ketegangan di lapangan sudah sampai puncaknya, Huang-sat- ngo-kiam yang menonton di pinggir, masing-masing meraba dengan tangannya, baju ke lima orang itu sudah basah semua.

Apalagi Cui-giok, dia tadi menyandar di sisi pohon, sekarang dia malah memeluk pohon itu dengan erat, karena tidak tahan oleh situasi di lapangan, nafasnya jadi sedikit terngengah-engah.

Dia sudah tidak berani melihatnya lagi, ketiga laki-laki yang berada di depan matanya ini, bertarung mempertaruhkan nyawa karena dirinya.

Sin-hiong memetik senar gitarnya, dengan nada dalam berkata: "Tinggal sembilan jurus lagi!"

Wajah Ho Koan-beng tegang, dia tidak bicara.

"Betul, sembilan jurus ini adalah penentuan siapa yangbakal menang!" teriak Sang-toh.

Setelah berkata, kembali dia berteriak, kedua orang itu sekarang seperti sudah ada pengertian tanpa berkata lagi, mereka berpencar, di iringi oleh suara "Ssst ssst!", mereka menyerang, satu d idepan dan satu di belakang menyerang Sin-hiong satu jurus!

"Bagus!" teriak Sin-hiong.

Kim-kau-po-kiamnya bergerak, hawa pedang keluar bersama sinar putih membacok mereka berdua!

Tapi, kali ini Ho Koan-beng1 dan Sang-toh menggunakan jurus tipuan, baru saja pedang Sin-hiong bergerak, senjata kedua orang itu sudah ditarik kembali, lalu bayangan itu menjadi satu, dengan dahsyat menyerang lagi!

Sin-hiong terkejut, terdengar Ho Koan-beng tertawa dingin: "Sembilan puluh dua, sembilan puluh tiga, hemm hemm kau

tidak akan bisa melewati sembilan puluh lima jurus!"

Sin-hiong langsung menyambut serangannya, siapa sangka, kali ini Ho Koan-beng dan Sang-toh kembali menggunakan jurus tipuan, Sin-hiong tidak bergerak masih bagus, begitu bergerak kedua orang itu dengan cepat sekali menyerang balik!

Huang-sat-ngo-kiam jadi terkejut wajah mereka berubah!

Mata Cui-giok pun berkunang-kunang, hampir saja dia jatuh pingsan, sekuat tenaga dia menahan, dengan pelan berteriak:

"Sin-hiong, aku telah mencelakakanmu!" Tapi, teriakannya belum selesai, tiba-tiba terdengar Sin-hiong berteriak keras, sinar pedang di tangannya mengembang besar, dengan keras berkata:

"Lihat saja, siapa yang tidak bisa melewati jurus ke sembilan puluh lima!"

Di secara cepat membalikkan tangan pedang-nya melibat, keganasan jurus pedangnya, tidak pernah terlihat di dunia persilatan!

Ho Koan-beng dan Sang-toh mengira tadi bisa mengalahkan Sin- hiong, tidak tahunya di saat berbahaya, dia masih punya sebuah jurus ganas, kedua orang itu sedikit tertegun, lalu terdengar "Paak paak!" senjata ke dua orang itu sudah di tempel dan dilontar-kan ke udara.

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar