PPKE Bab 07 : Tempat tinggal tidak bagus

 
Bab 07 : Tempat tinggal tidak bagus

Matahari sudah berada diatas kepala, bumi semua terlihat jelas, Sin-hiong sudah tiba di bawah gunung Bu-tong, mendadak dia melihat di depan ada sebuah batu cadas yang menonjol, diatasnya tertulis Kie-kiam-yan (Bukit melepas pedang) tiga huruf besar!

Sin-hiong menatap tiga huruf besar itu, di otaknya teringat sebuah cerita, konon saat pendiri Bu-tong Thio Sam-hong mendirikan perguruan Bu-tong, dia hanya mengajarkan ilmu bertahan dan menyehat-kan tubuh, kemudian setelah murid diperguruannya bertambah banyak, berbagai perguruan di dunia persilatan pun ikut berkembang, peristiwa bunuh-membunuh karena dendam sering terdengar, perguruan Bu-tong membuat aturan sangat keras kepada muridnya, tetapi jika ada orang penting dari luar mau naik ke gunung Bu-tong, tidak boleh membawa senjata naik ke atas gunung, di sini bisa dilihat kebesarannya perguruan Bu- tong.

Tidak di duga dua hari ini, di bawah gunung Bu-tong berturut turut muncul dua orang pesilat tinggi, dan kedua orang ini sengaja datang untuk mengacau perguruan Bu-tong, membuat kuil To yang sangat termasyur di dunia ini, hampir saja mengalami mala bukuka yang tidak pernah terjadi selama seratus tahun!

Sin-hiong melihat-lihat, di dalam hati berpikir:

'Aku tidak perlu terlalu memikirkannya, sekali membungkukan tubuh, orangnya sudah meloncat ke atas, naik ke gunung. Mula- mula jalanannya datar, semakin lama semakin naik, setelah berjalan sesaat, ketika hampir melewati setengah gunung, dia masih belum melihat satu pun tosu?

Hati Sin-hiong menjadi merasa heran dan pikir: 'Apakah si tua Thian-ho sudah kemari?' Sekarang pengalaman dia di dunia persilatan sudah semakin banyak, melihat keadaan di depan mata tidak lazim, maka terpikirlah Thian-ho-tiauwsou? Berjalan lagi sebentar, masih tidak terlihat di sekitarnya ada orang, sekarang dia sudah merasa ada yang tidak beres, sekali menghirup nafas, dia sudah melesat ke depan.

Tapi, baru saja dia berlari sekitar sepuluh tombak, mendadak dia melihat di depan berdiri empat orang tosu setengah baya! Sin-hiong segera menghenti-kan langkahnya, tapi saat dia menelitinya, kembali dia terkejut sampai bengong.

Empat orang tosu ini di tangannya memegang pedang, mereka berdiri di sana sedikit pun tidak bergerak, kelihatannya ke empat tosu ini sudah ditotok dengan cara berat jalan darahnya oleh seseorang!

Sin-hiong merasa hatinya merasa berat dan di dalam hati berkata:

'Selain Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi yang berani melakukan hal ini?'

Buru-buru dia menghampiri empat orang itu, dia menyentuh dengan tangannya, terasa yang disentuh dingin sekali, tidak tahan hatinya menjadi tegang, dengan sekali mengeluh dia berkata:

"Hay, sudah mati!" dia melihat ke depan, terlihat di depan sunyi, sedikit suara pun tidak ada, tanpa membuang waktu lagi, dia segera naik ke atas gunung.

Sekarang dia sangat berhati-hati, berjalan sekitar dua puluh tombak lebih, mendadak terlihat di atas tanah tergeletak ada sepuluh lebih tosu, di sudut mulutnya ada yang masih berlumuran darah segar, melihat keadaannya, orang-orang ini mati oleh pukulan telapak tangan yang sangat keras!

Darah Sin-hiong jadi bergolak, harinya menduga-duga, 'tidak peduli siapa yang melakukan-nya? Jika aku bertemu dengan orangnya, aku pasti tidak akan melepaskannya?'

Dia datang kemari dengan tujuan untuk menyelesaikan masalahnya dengan Bu-tong-pai, tapi dia hanya mencari satu orang dari Bu-tong-pai, mengenai murid-murid perguruan, asalkan tidak mengganggunya, Sin-hiong tidak akan mengusik mereka.

Tapi orang yang melakukan ini berbeda sekali, melihat dari kenyataan yang terpangpang, orang ini tidak pandang siapapun, asal berhadapan langsung dibunuhnya, jika orang ini adalah Thian- ho-tiauw-sou, maka kekejaman hati Thian-ho-tiauw-sou, mungkin di atas ketua pulau Teratai?

Sin-hiong berdiri disana, ketika sorot matanya berpaling, tampak dari kejauhan juga tergeletak tiga puluh lebih tosu, para tosu ini tergeletak diatas tanah sedikit pun tidak bergerak, melihat keadaan posisinya, tiga puluh orang ini sepertinya sedang mengatur strategi, hendak menghadang orang yang datang, tapi dalam pertarungan, tiga puluh orang ini bukan lawannya, maka satu persatu tergeletak diatas tanah dengan tangan masih memegang erat-erat pedangnya, keadaannya sangat mengerikan!

Semalaman Sin-hiong berlari tanpa berhenti, tadinya dia sudah merasa sangat lelah, sekarang dia dirangsang oleh pemandangan yang ada di depan mata, dia jadi tidak bisa menahan diri dan kembali berlari ke atas. Berlari tidak jauh, di depan nampak saru kuil To yang megah, terlihat rumah berderetan selapis dilapis yang lainnya menyambung sampai ke puncak, keadaan-nya memang luar biasa!

Tapi saat ini di seluruh kuil To tidak terlihat satu pun bayangan manusia, keadaannya membuat orang merasa dingin mengerikan, walau Sin-hiong pemberani, saat melihat keadaan begini, hatinya merasa merinding.

Perguruan Bu-tong adalah perguruan besar dari aliran lurus di dunia persilatan, muridnya tidak kurang dari tiga empat ratus orang, walaupun kehebatan Thian-ho-tiauw-sou sebesar langit, tidak mungkin bisa membunuh semua orang-orang ini!

Tapi keadaan di depan mata sepertinya begitu, selain empat lima puluh mayat yang ada di depan kuil, satu bayangan manusia pun tidak terlihat!

Pelan-pelan Sin-hiong melangkah masuk ke dalam gerbang, dia melihat di atas tanah kembali tergeletak sepuluh lebih mayat, tidak tahan dia menarik nafas dan berkata di dalam hati:

'Dimana Bu-tong-sam-kiam (Tiga jago pedang Bu-tong)?’ Dia maju mendekat dan ditelitinya setiap mayat, tapi tidak menemukan Bu-tong-sam-kiam, tidak terasa dia menganggukan kepala sambil berguman:

"Rupanya orang-orang ini hanya murid biasa, tentu saja tidak mampu melawan orang seperti Thian-ho-tiauw-sou, pesilat tinggi kelas wahid, mengenai Bu-tong-sam-kiam dan ketua mereka Coan- cin totiang, Thian-ho-tiauw-sou tidak mudah mengalahkan mereka1"

Berkata sampai disini, dia langsung terpikir Bu-tong-sam-kiam pasti masih berada di dalam, saat ini dia malah mendapat persoalan sulit, yaitu jika bertemu dengan ketua Bu-tong, haruskah dia ber- tarung dengannya?

Sambil berpikir dia melangkah masuk ke dalam gerbang kuil To, di depan ada satu pekarangan yang amat luas, ditanami pepohonan, tepat di depan ruangan besar, tapi, saat inipun tidak terlihat ada orang?

Dia sangat tidak mengerti, baru saja meng-angkat kakinya, mendadak serangkum hawa dingin pedang datang menyerang, buru-buru Sin-hiong menghindar dan berteriak:

"Cayhe, Sen Sin-hiong.   "

Orang itu sedikit pun tidak peduli dengan kesal berkata: "Walau Sen Kiu-hiong juga akan aku bunuh!"

Sin-hiong melihat, orang ini kepalanya memakai topi Kiu-lian- koan, godek kumis dan janggutnya panjang sampai ke dada, usianya sekitar empat puluhan, setelah serangan pedangnya gagal, dia jadi sedikit terkejut, didalam hati berkata:

'Apakah datang lagi seorang pesilat tinggi dunia persilatan?'

Orang ini namanya Bu-coan, dia angkatan kedua di Bu-tong, ilmu silatnya bisa disebut yang paling tinggi, tapi sifatnya tidak sabaran, begitu melihat Sin-hiong tertegun memandanginya, tidak tahan dia jadi marah berkata:

"Sebenarnya kalian datang berapa banyak, kenapa tidak sekali gus saja datangnya?"

Hati Sin-hiong tergerak dan berkata lagi:

"Cayhe, Sen Sin-hiong, bukan sekelompok dengan orang-orang yang kemarin malam, Totiang salah orang!"

Bu-coan Totiang sedikit tertegun, mendadak dia mundur kebelakang dan berteriak:

"Kau ini Kim-kau-kiam-khek?"

Sin-hiong melihat kelakuannya seperti menghadapi musuh, sesaat dia tidak tahu harus menjawab apa, dia menganggukan kepala dan berkata:

"Betul!"

Warna wajah Bu-coan berubah dengan suara gemetar berka ta: "Bagus sekali, kalian datang bergelombang, malapetaka

perguruan Bu-tong benar-benar sudah tiba!"

Tadinya Sin-hiong ingin mendahului Thian-ho-tiauw-sou datang kesini, tapi ternyata masih terlambat selangkah dan perguruan Bu- tong sudah berantakan, walau dia ingin membalas budi guru, melaksanakan wasiat gurunya, sekarang dia sudah tidak bisa mengatakannya lagi.

Setelah Bu-coan Totiang berkata, di belakang terdengar lagi suara derap kaki, dalam sekejap keluar lagi sepuluh tosu.

Salah seorang setelah melihat lalu berkata:

"Bu-coan Suheng, kita terpaksa menerima karmanya!"

Wajah Bu-coan sangat serius, dia menyabetkan pedangnya menyerang Sin-hiong sambil berteriak:

"Kau sudah datang kemari, kenapa masih belum bergerak?"

Begitu Bu-coan bergerak, puluhan tosu di belakangnya juga ikut bergerak, dalam sekejap sudah mengurung ketat Sin-hiong di tengah tengah. Sin-hiong menggeleng-gelengkan kepala, dalam hati berpikir: 'Kenapa orang orang ini tidak menurut aturan?'

Begitu mengangkat tangan, Kim-kau-po-kiam sudah berada di tangannya dia berkata:

"Kalian bisa tidak dengarkan aku dulu!"

Bu-coan menyerang tiga kali, sambil tertawa dingin berkata: "Mau bilang apa lagi?"

Tiga jurus serangan ini sangat dahsyat, jika Sin-hiong tidak bergerak, kelihatannya dia akan terkurung di dalam barisan pedang.

Dia sadar, tosu-tosu yang mengurungnya bukanlah pesilat biasa, Bu-coan Totiang telah melancarkan serangan pedangnya tiga jurus, puluhan tosu di sekelilingnya pun menusukkan pedang tiga kali, jika dihitung maka ada tiga puluh lebih tusukan!

Sin-hiong terdiam, matanya menyapu, sekali menggetarkan pedangnya, sinar pedangnya memancar keluar, memaksa mundur tosu-tosu yang paling dekat dengannya, lalu dia meloncat keluar kurungan mereka!

Salah satu tosu berteriak:

"Awas dia akan menyerang dari samping!"

Ketika berkata, sudah ada puluhan tosu datang menutupi kekosongan, tapi menunggu mereka tiba, Sin-hiong sudah menembus dua ruangan, turun di kamar belakang.

Puluhan orang orang ini jadi berubah wajahnya, Bu-coan buru buru berteriak:

"Bu-keng Sute, cepat pukul kentongan isyarat!"

Setelah berkata, dia sendiri membawa saudara seperguruannya mengejar ke belakang.

Setelah tiba dibelakang, Sin-hiong melihat keadaan sangat sepi, tidak terlihat seorangpun, dia jadi bertambah keheranan. Di dalam hati dia tidak mengerti, kenapa perguruan Bu-tong bisa sekacau ini?

Ketika berpikir, mendadak suara lonceng menggema, dia masih belum tahu apa yang terjadi, pada saat itu di depannya muncul lagi dua puluh lebih tosu, Sin-hiong melihatnya lalu bertanya:

"Mohon tanya Totiang, dimana Coan-cin Totiang berada?"

Melihat dia begitu bertanya langsung menanya kan ketuanya, wajah semua orang jadi berubah, tidak saru pun yang menjawab, malah selangkah demi selangkah maju mendesak dia.

Sin-hiong mengerutkan alis, di dalam hati berpikir: 'Apa sebenarnya yang terjadi?'

Dia menyentil-nyentil pedang pusakanya dan berkata lagi:

"Kalau begitu aku tanya satu orang lagi, dimana Coan-hong Totiang?"

Saat dia menanyakan dua pertanyaan ini, mimik wajahnya biasa- biasa saja, tapi bagi pen-dengaran tosu-tosu ini sangat mengejutkan!

Semua ini karena ketua perguruan Bu-tong telah terluka parah, sedangkan Bu-tong-sam-kiam entah berada dimana? Kalau tidak mana mungkin mereka membiarkan orang seenaknya meraja lela.

Sin-hiong berturut-turut menanyakan dua pertanyaan, melihat mereka satu pun tidak menjawab, dia sadar menanyakan terus juga tidak ada gunanya, baru saja mau mencari ke arah kanan.

Disaat tubuhnya mau bergerak tapi belum gerak, Bu-coan sudah tiba dengan membawa sepuluh lebih tosu!

Suara lonceng masih tenis bergema tidak putus putusnya, pelan- pelan di dalam pekarangan yang kecil ini, dari atas rumah sampai di bawah rumah, malah disetiap sudut sudah penuh oleh orang orang.

Orang-orang ini semuanya melototi dia, melihat keadaannya mereka akan melemparkan tanggung jawab peristiwa kemarin malam pada diri Sin-hiong.

Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata:

"Kenapa? Kalian ingin melampiaskan amarah kalian padaku?"

Baru selesai bicara, di hadapan dia sudah berdiri lima enam tosu menghadang jalannya, Sin-hiong melihat dengan dingin berkata:

"Kalian sungguh ingin melakukannya, kalau begitu silahkan coba."

Ssst! Dia menusukan pedanghya pada lima enam orang tosu yang ada di hadapannya!

Lima enam orang tosu itu bersama-sama menghindar, pedang ditangan pun bersamaan mem-balas menyerang, pada saat ini dari depan dan belakang, kiri dan kanan Sin-hiong sekali gus muncul tidak kurang tiga empat puluh tosu, mereka juga bukan orang biasa, begitu Sin-hiong menusukan pedangnya, mereka juga bersamaan membalas menyerang, dalam sekejap menyerang tidak kurang dari empat puluh tusukan pedang.

Mata Sin-hiong bersinar, sambil membentak, menyabetkan Kim- kau-po-kiam nya dengan dahsyat, lalu berteriak:

"Sebenarnya kalian punya berapa banyak kehebatan, silahkan keluarkan semuanya?"

Serangan pedang dia hampir mengerahkan seluruh tenaganya, menyerang ke segala arah, angin serangannya mengeluarkan suara ssst ssst sst, dengan dahsyat membalas menyerang!

Walaupun orang-orang dari Bu-tong banyak, tapi mereka ini bukan pesilat tinggi di perguruan, mana mungkin bisa menahan serangah dahsyat Sin-hiong, puluhan tosu yang ada di sebelah kanan, sudah dipaksa mundur dua langkah ke belakang.

Sin-hiong tidak mau membuang waktu sedikit pun, dia langsung mengikuti maju, serangannya semakin dahsyat, puluhan tosu yang tadi saja sudah kewalahan menahannya, melihat dia maju mengikuti gerakannya, wajah semua orang jadi berubah, Bu-coan Totiang teriak:

"Hadang dia, hadang dia!"

Setelah berkata, membawa dua tiga puluh tosu di belakangnya, menerjang ke arah Sin-hiong.

Puluhan tosu itu tadinya mau mundur, begitu diteriaki oleh Bu- coan Totiang, tanpa menghiraukan nyawanya kembali maju menyerang!

Melihat keadaan ini, di dalam hati Sin-hiong berkata:

'Dibelakang pasti ada rahasia apa, jika tidak, tidak mungkin mereka menghadang aku dengan tidak mempedulikan nyawa mereka.'

Setelah berpikir, dia mengayunkan pedang pusakanya, tapi dia tidak ingin melukai orang yang tidak ada sangkut pautnya, dia lalu mengambil nafas dalam-dalam, orangnya sudah meloncat tinggi sekali, "Huut!" melayang lewat di atas kepala puluhan tosu!

Bu-coan dan kawan-kawan jadi semakin terkejut!

Ternyata di bagian belakang benar ada sesuatu, ketika tubuh Sin- hiong melayang, mendadak di atas atap rumah muncul seorang tosu tua berusia tujuh puluh tahun lebih!

Munculnya orang ini, membuat tosu-tosu yang berada di bawah rumah jadi tambah terkejut, wajahnya menjadi pucat, Bu-coan dengan suara gemetar berkata:

"Guru, luka anda belum sembuh, jangan bertarung!" Tosu tua itu tersenyum dan berkata:

"Tidak apa-apa!"

Saat ini Sin-hiong sedang menerjang ke arah-nya, dia bisa saja mengambil kesempatan menyerang, tapi dia tidak melakukannya, tubuhnya malah menghindar membiarkan Sin-hiong bisa tunin dengan tenang. Di bawah rumah ada orang mengeluh, berkata:

"Hay, jika Coan-hong Supek sekalian ada disini, maka peristiwa ini tidak akan terjadi!"

Sin-hiong sedikit terperangah dan bertanya:

"Apakah ini Coan-cin Totiang?" "Betul!" katanya sambil mengangguk.

Sin-hiong melihat wajahnya sangat pucat, walaupun tampak sangat tenang, tapi setelah bicara nafasnya sedikit memburu, tidak tahan di dalam hati berkata:

Tampaknya dia kemarin malam telah ber-tarung dengan Thian- ho-tiauw-sou, dan mungkin sudah terlukai Aku tidak boleh mengambil kesempatan saat lawan sedang terluka?'

Setelah berpikir dia berkata:

"Cayhe Sen Sin-hiong.   "

Dia belum selesai bicara, Coan-cin Totiang sudah menyelanya: "Aku sudah tahu maksud kedatangan anda, kenapa masih belum

bergerak?"

Begitu kata-kata ini keluar, terdengar "Huut huut!" berturut tumt puluhan tosu sekaligus meloncat keatas, salah satunya berteriak:

"Guru, anda tidak bisa bertarung?"

Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit, di dalam hati berkata: 'Ketua perguruan Bu-tong ini boleh juga, walaupun dalam

keadaan terluka parah, tapi penampilannya masih segagah ini, dibandingkan dengan hweesio Siauw-lim, mereka lebih hebat!'

Sin-hiong bersifat jujur, melihat perguruan Bu-tong baru saja mengalami mala petaka, dan ketua mereka terluka parah, walaupun urusannya lebih penting lagi, tetap harus di tangguhkan, tapi dia berharap bisa membuktikan apakah orang yang kemarin malam datang kesini Thian-ho-tiauw-sou atau bukan, maka dia berkata: "Mohon tanya, apakah orang yang kemarin malam datang kemari adalah Thian-ho-tiauw-sou?"

Di samping ada seorang dengan keras menjawab: "Betul, kau sendiri sudah tahu buat apa masih menanyakan?"

Sin-hiong menghela nafas dengan pelan berkata: "Perguruan anda baru saja mengalami musibah dan ketua juga terluka parah, aku tidak bisa melempar batu ke dalam sumur, hemm... hemm... aku akan mencari Thian-ho-tiauw-sou itu."

Setelah berkata, dia langsung lari ke bawah gunung!

Dalam pikirannya, Siauw-lim, Bu-tong, Go-bi, Kun-lun, Hoa-san, Tiang-pek, Kong-tong, Bu-tai dan Tiam-jong sembilan perguruan besar, hanya dia yang pantas menghadapinya, sekarang Thian-ho- tiauw-sou mendadak menyerang Bu-tong, apa pun alasannya dia tidak bisa menerimanya?

Sin-hiong sudah pergi jauh, orang-orang Bu-tong-pai jadi terkejut tidak mengerti.

Mereka tidak tahu kenapa Sin-hiong mendadak pergi, yang lebih mengejutkan lagi adalah Sin-hiong mau menghadapi Thian-ho- tiauw-sou.

Coan-cin Totiang kemarin malam pernah bertarung dengan Thian-ho-tiauw-sou, lukanya tidak ringan, melihat Sin-hiong mendadak pergi, sesaat dia mendapat satu perasaan, katanya:

"Hanya dia yang paling pantas menghadapi Thian-ho-tiauw-sou, tapi tidak peduli siapa yang menang siapa yang kalah, semuanya bukan keberuntungan bagi dunia persilatan!"

Kata-kata ini maknanya besar, tapi tosu-tosu di sampingnya semua tidak bisa mengerti.

Sin-hiong berlari keluar dari mulut gunung, setelah berpikir sejenak, dia berguman:

'Tiga murid Thian-ho-tiauw-sou kemarin malam masih muncul di Po-cia-tian, mereka pasti belum pergi jauh.' Berkata sampai disini, dia kembali ke jalan itu lagi.

Sampai di penginapan, pelayan yang seharian tidak melihat dia, begitu melihat Sin-hiong kembali ke penginapan sambil membawa gitar kunonya, tidak tahan dengan keheranan bertanya:

"Siauya, kukira sudah pergi?"

Sin-hiong sembarangan menjawabnya, kembali ke dalam kamarnya, hatinya berpikir:

'Apakah Hui-lan sudah kembali belum', maka dia berjalan ke depan pintu kamar Hui-lan, dengan pelan mengetuk pintu beberapa kali, tapi pintu kamar masih tertutup rapat.

Sin-hiong teringat saat dirinya kemarin malam pergi, di hadapan Hui-lan masih ada tiga orang musuh, diri sendiri pergi begitu saja, bagaimana Hui-lan menghadapi mereka?

Terpikir sampai disini, hatinya jadi merasa resah, katanya, 'jika sampai terjadi apa-apa pada Hui-lan, dan ketua pulau Teratai mengetahuinya, mungkin ketua pulau Teratai tidak akan melepaskan dirinya?

Dia tertegun sejenak, buru-buru keluar dari penginapan, sampai di tempat kemarin malam, terlihat pohon melambai-lambai, tidak ada seorang pun disana?

Saat ini matahari sudah tenggelam di barat, bumi diselimuti oleh kegelapan, Sin-hiong berjalan ke kiri sekitar tujuh delapan li, mendadak di depan terdengar suara aneh "Haay!"

Sin-hiong berbelok, tepat di saat ini ada satu bayangan hitam yang amat besar menerkam ke arahnya.

Gerakan bayangan hitam ini sangat cepat, dalam sekejap sudah dekat dengannya!

Sin-hiong meneliti, terlihat bayangan hitam ini, seorang manusia berkaki dan tangan, tapi penampilannya sangat menakutkan, mulut menganga gigi menonjol, rupanya adalah seekor kingkong besar. Setelah mahluk aneh ini muncul, "Ccct!" kembali menerkam ke arah Sin-hiong!

Sin-hiong berteriak "Heh!":

"Binatang, kau cari mati?"

"Huut!" telapak tangannya menyapu, satu angin pukulan yang keras sudah menggulung ke arahnya.

Kingkong itu sepertinya tahu kedahsyatan serangannya, "Cccet cccet!" beberapa kali, tubuhnya yang besar itu bergoyang-goyang, sapuan telapak tangan Sin-hiong itu meleset di samping tubuhnya!

Sin-hiong berteriak:

"Hebat juga, tentu pemiliknya bukan orang biasa!"

Belum sempat dia bergerak lagi, lima cakar mahluk aneh yang seperti kail, secepat kilat ingin menangkap bahu kanan dan kirinya!

Sin-hiong tergetar, hatinya berpikir sebenarnya mahluk aneh ini manusia atau setan? telapak tangan-nya segera memotong, angin pukulan seberat gunung didorong keluar!

Kali ini mahluk aneh itu tidak menduganya, cakarnya belum sampai, telapak angin Sin-hiong sudah datang, terdengar suara keras "Buum!", tubuhnya sudah dihantam melayang keluar sejauh lima enam tombak!

Tidak menunggu mahluk aneh itu turun, Sin-hiong sudah menerjang lagi ke depan.

Ternyata pukulan tangannya tadi telah membuat mahluk aneh itu terluka berat, setelah turun ke tanah dia masih berbunyi "Ciit ciit!" rupanya kesakitan.

Sin-hiong menekan dengan menginjakan kakinya dan membentak:

"Binatang, kenapa kau menyerang aku?" Perkataannya belum selesai, mendadak dia merasa di belakang rubuhnya ada angin berhembus, kembali terdengar suara "Ciit ciit!" yang menusuk telinga, Sin-hiong segera membalikan tubuh, tampak di depan mata muncul lagi tiga ekor mahluk aneh. Melihat ini Sin-hiong berpikir: 'tempat ini sangat aneh, tubuhnya sedikit bergerak, tiga mahluk aneh itu sudah datang menyerang dari tiga arah, dan gerakannya sama cepatnya!

Sambil membalikan tubuh, Sin-hiong menyapu dengan telapak tangannya, tiga ekor mahluk aneh itu seperti tahu pukulannya sangat lihay, secepat kilat mereka meloncat mundur ke belakang. Tiga pasang matanya menatap pada temannya yang berada di tanah, sambil berbunyi "Ciit ciit!" tidak henti-hentinya.

Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:

"Kelihatannya empat ekor mahluk aneh yang seperti kera ini, adalah peliharaan orang, kenapa aku tidak coba melihat majikannya?"

Dia tidak bergerak, tiga mahluk aneh yang di pinggir pun tidak bergerak, ketiga mahkluk itu hanya mengawasi dia, jika Sin-hiong mau membunuh teman mereka, mungkin mereka akan menyerang tanpa mempedulikan nyawa mereka!

Sin-hiong mengangkat kaki kanannya, mahkluk aneh yang di bawah berguling beberapa kali, tapi kaki kirinya pincang, gerakannya tidak bisa leluasa, setelah berteriak "Ciit ciit!" beberapa kali, segera ada satu temannya datang membantu dia dan berjalan ke atas gunung!

Dua ekor mahluk aneh lainnya masih tetap mengawasi Sin-hiong, ternyata mereka berdua juga tahu bukan lawannya Sin-hiong, menunggu kedua temannya sudah jauh, mereka baru pelan-pelan meninggalkan tempat.

Dalam hati Sin-hiong tertawa, lalu mengikuti mereka dari belakang.

Setelah menembus dua hutan yang lebat, terlihat empat bayangan di depan berkelebat, lalu menghilang!

Hati Sin-hiong tergerak, dia berlari ke sana dan melihat, tampak di bawah kakinya ada sebuah lembah kecil, karena hari sudah gelap, dan malam inipun tidak berbulan, maka ke empat ekor binatang yang seperti kingkong itu tidak terlihat dimana bersembunyi, untuk sesaat masih belum bisa diketahuinya!

Dia bolak balik sejenak, akhirnya menemukan satu jalan gunung, tanpa banyak berpikir lagi dia langsung menelusuri jalan itu.

Karena ini adalah sebuah lembah, makanya di bawah lebih gelap dari pada diatas, setelah Sin-hiong berjalan beberapa saat, dengan ketajaman pandangan matanya, saat ini bisa melihat sejauh lima enam tombak.

Sin-hiong berjalan pelan-pelan, sambil berjalan sambil mengawasi ke sekelilingnya, saat ini dia sudah berjalan hampir sejauh tiga empat puluh tombak, hatinya berpikir, 'jika di tempat ini ada keanehan, saat ini seharusnya sudah ada gejalanya.'

Baru saja berpikir demikian, mendadak ada seseorang berteriak: "Jalan gunung berputar-putar, setelah pohon Liu yang gelap,

timbul bunga yang terang, apakah kedua kalimat ini bisa menyambungnya?"

Sin-hiong terkejut, dai merasa suara ini seperti di kenalnya?

Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara wanita yang mendengus lalu dan berkata:

"Aku tidak mau mengatakannya, aku tidak mau mengatakannya!"

Mendengar suara ini, Sin-hiong tambah terkejut, kenapa Hui-lan juga ada disini?

Dalam sekejap, pikirannya timbul perasaan aneh aneh, entah kenapa mereka bisa berkumpul?

Dia seperti merasa dirinya sedang mimpi, ternyata tadi yang mula-mula berbicara adalah Sin-kiam-jiu Ho Koan-beng!

Sin-hiong berpikir sesaat, karena kakinya tidak hati-hati, telah membentur satu pohon besar, saat ini ilmu silat Ho Koan-beng sudah jauh berbeda dengan dulu "Heh!" dia berteriak sekali dan berkata:

"Mungkin Sen Sin-hiong yang kau katakan itu sudah tiba, aku juga mau menemui dia!"

Sin-hiong tergetar, tepat di saat ini, mendadak terlihat dari belakang satu pohon besar meloncat keluar satu bayangan hitam!

Baru saja orang ini muncul, sudah tertawa dingin berkata:

"Sen-tayhiap, kita sungguh berjodoh sekali, untuk ketiga kalinya kita bertemu!"

Yang berkata tentu saja Ho Koan-beng, setelah dia berhenti berkata, Sin-hiong melihat rambutnya tampak awut-awutan, janggut dan kumisnya tumbuh panjang, jika tidak teliti, mungkin tidak bisa mengenali dia.

Sin-hiong tahu, semua karena berlatih ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to, sehingga tampang dia jadi begini, saat itu dia menganggukan kepala dan berkata:

"Saudara Ho, selamat!"

Ho Koan-beng membereskan rambutnya yang awut-awutan itu dengan dingin berkata:

"Kau sudah tahu lebih bagus, apa kau merasa iri?"

Ketika dia berkata, tingkahnya sangat sombong, berbeda jauh dibandingkan saat di kuil terbengkalai itu, Sin-hiong berpikir mungkin dia sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-toitu?

Berpikir sampai disini, dia tetap tidak mau membuka rahasianya, dia berkata:

"Tidak, aku kemari mencari seseorang."

Wajah Ho Koan-beng tersirat sinar aneh, dengan rasa iri yang kental berkata: "Sen.-tayhiap, aku harus memberitahukan satu hal, ketika bintang keberuntungan perjodohanmu sedang gemerlap, buatmu bukan satu hal yang baik."

Sin-hiong tahu apa maksud kata-kata dia, yaitu menunjuk pada Cui-giok dan Hui-lan, hatinya berpikir:

'Di dunia ini tadinya tidak ada masalah, hanya orang bodoh saja yang merepotkan dirinya sendiri, apa lagi Ho Koan-beng, tadinya dia memang sudah tidak suka?'

Maka sambil tersenyum dia berkata:

"Saudara Ho, apakah nona Lim baik-baik saja?" Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:

"Kali ini kau harus berterima kasih padaku, jika tidak, mungkin saat ini dia sudah berada di tangannya Hoa bersaudara!"

Sin-hiong tergetar dan bertanya:

"Kalau begitu, dimana Hoa bersaudara berada?"

"Sudah dibunuh olehku!" kata Ho Koan beng sambil tertawa dingin.

Sin-hiong membelalakan sepasang matanya, dia tidak menduga, dalam waktu sesingkat ini, ilmu silatnya bisa maju sepesat ini, jika bukan karena sudah berhasil melatih ilmu silat yang ada didalam Hiang-liong-pit-to, mana mungkin bisa membunuh Hoa bersaudara? 

Tidak tahan dia menghela nafas dan berkata:

"Jika begitu, aku harus mengucapkan selamat pada saudara Ho."

Ho Koan-beng dengan bangga mencabut pedang dari punggungnya lalu menggetarkannya dan berkata:

"Aku sudah bilang, saat kita bertemu lagi, aku pasti mengalah dulu tiga jurus padamu, he he he, hari ini tepat waktunya!"

Mendengar kata-kata ini, hati Sin-hiong jadi bergejolak, pikirnya: 'Walaupun kau sudah memperoleh ilmu silat di dalam Hiang- liong-pit-to itu, kau bisa apa terhadap diriku?'

Baru saja dia mau mencabut Kim-kau-po-kiam, mencoba ilmu silatnya Ho Koan-beng, tapi setelah berpikir lagi, pertama diri tidak ada permusuhan dengan Ho Koan-beng, kedua walaupun saat ini Hui-lan ada ditangannya, jika terjadi apa-apa pada dia, bukankah seluruh dosanya jadi ditimpakan pada dia?

Akhirnya Sin-hiong menahan diri dan berkata:

"Aku dengan saudara Ho selama ini tidak ada dendam, kenapa harus bertarung?"

Ho Koan-beng memegang pedangnya lebih erat lagi, hidungnya mengeluarkan suara "Hii!" lalu berkata:

"Tidak ada dendam? Kata-kata ini kau tujukan untuk siapa?"

Setelah berkata begitu, dia mendesak maju satu langkah dan teriak:

"Kuhitung sampai tiga, jika kau tidak mencabut senjatamu, maka jangan salahkan aku marga Ho menyerang!"

Setelah itu hitungan satu sudah diteriakannya! Wajah Sin-hiong masih tetap tidak berubah, tapi otaknya berputar dengan cepat.

Ketika Ho Koan-beng sudah menghitung dua. Sepasang mata Ho Koan-beng dengan kesal melototi dia, dengan marah berkata:

"Hanya tinggal saru hitungan lagi, jika kau masih berpura-pura, aku tidak akan sungkan lagi!"

"Jika saudara Ho bersikukuh ingin bertarung dengan aku, aku hanya bisa melayaninya, tapi aku masih ada persoalan yang ingin dibicarakan pada saudara Ho, harap saudara Ho bersabar dulu?"

Ho Koan-beng dengan dingin berkata: "Masalah apa, coba kau katakan?" Sin-hiong melihat ke arah pohon, katanya lagi: "Nona Lim yang saat ini ada di tangan saudara Ho, adalah putrinya ketua pulau Teratai, nona Sun ditangkap oleh Ngo-ki-thian-cun, nona Lim dan aku sudah mengejar di sepanjang jalan, tidak diduga kemarin malam bertemu dengan tiga muridnya Thian-ho-tiauw-sou?"

Mendengar Cui-giok jatuh ketangan Ngo-ki-thian-cun, Ho Koan- beng membelalakan sepasang matanya, perhatiannya nampak jelas diwajahnya, tapi dia masih tidak tahu Ngo-ki-thian-cun itu siapa, maka dia bertanya:

"Siapa itu Ngo-ki-thian-cun, dia bisa merebut Sun Cui-giok di tangannya Sen-tayhiap, jelas dia bukan orang biasa, aku ingin sekali menghadapinya!"

Sin-hiong tidak mau menjelaskan, katanya lagi:

"Nona Lim sudah ditolong oleh saudara Ho, aku ada satu permintaan, yaitu tolong saudara Ho lepaskan dia, supaya di kemudian hari jika bertemu dengan ketua pulau Teratai, tidak terjadi kesalah pahaman!"

Sin-hiong ingin mendamaikan permasalahan, tapi Ho Koan-beng berbeda pikirannya, saat ini rasa dengki Ho Koan-beng sudah menutupi segalanya, walau ada masalah sebesar apa pun dia tidak mau peduli, apa lagi hanya seorang putrinya ketua pulau Teratai?

"Ingin aku lepaskan dia tidak sulit, tapi Sen-tayhiap harus menyanggupi satu syaratku!"

"Silahkan katakan saja." "Hadapi tiga jurusku!"

Akhir-akhir ini Ho Koan-beng telah berhasil melatih ilmu silat Hiang-liong-pit-to, ambisinya sedang menggelora, dia ingin menjagoi dunia persilatan, maka dia harus mencari beberapa orang untuk mencobanya, Sin-hiong tepat menjadi percobaan nya, maka bagaimana pun caranya dia harus memaksa Sin-hiong bertarung?

Dari tadi Sin-hiong terus bersabar/ sekarang dia sudah tidak bisa bertahan lagi, maka pelan-pelan dia mencabut pedang pusakanya sambil tertawa berkata:

"Jika demikian, aku terpaksa melayani!" "Aku akan mengalahdulu tiga jurus padamu!" Sin-hiong menggelengkan kepala:

"Aku dan kau mencoba ilmu silat, tidak perlu ada yang mengalah, lebih baik saudara Ho menyerang lebih dulu!"

Sin-hiong menghadapi orang selalu dengan jujur, tapi hati Ho Koan-beng saat ini sangat kejam, terpikir Cui-giok dengan dia saling mencintai, malah sudah hampir menikah, tidak diduga di tengah jalan Sen Sin-hiong menyelak, jika. tidak ada dia, bukankah sekarang dia dengan Cui-giok sudah menjadi suami istri yang mesra?

Semakin dipikir dia jadi semakin marah, semakin marah jadi semakin ingin membunuh Sin-hiong, sekarang Sin-hiong tidak mau menyerang duluan, ini cocok dengan hatinya, maka dia mengayun kan pedangnya dan berkata:

"Kalau begitu aku tidak sungkan lagi!"

Setelah bicara, dia langsung menggetarkan pedangnya membentuk tiga gulungan perak, langsung menusuk ke arah tiga jalan darah penting di dada Sin-hiong!

Sin-hiong melihat, tusukan pedang ini adalah jurus Ki-ku-sian- thian (memukul tambur menggetar langit) yang hebat dari jurus pedang perguman Go-bi, hatinya jadi tergerak, pikirnya:

'Apakah ini ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to itu?'

Pikiran ini secepat kilat lewat diotaknya, Kim-kau-po-kiam segera ditusukan miring, tepat di celah-celah gulungan pedang lawannya, Ho Koan-beng berteriak:

"Bagus!"

Dia memutar pergelangan tangannya, ujung pedang mendadak membentuk enam titik sinar perak, luas sasarannya juga membesar, dia masih mengguna-kan jurus itu Ki-ku-sian-thian, tapi telah menutup celahnya, sasaran ujung pedangnya, masih tetap jalan darah penting di dada Sin-hiong, tapi tadi tiga titik sekarang menjadi enam titik!

Sin-hiong tergetar dan berteriak:

"Jurus pedang bagus!"

Kaki berputar seperti angin, sekali menggetar-kan tangan dia pun menusukan pedangnya enam kali!

Melihat sekali menyerang, sudah memaksa Sin-hiong berpindah tempat, kepercayaan diri Ho Koan-beng jadi meningkat, sedikit mengangkat tubuh, kakinya sudah menendang beruntun enam kali, dan tangannya berturut-turut menusukan pedang tiga kali!

Ilmu silat dan jurus pedang seperti ini, sungguh jarang terlihat di dunia persilatan, Sin-hiong tidak berani bertindak sembrono, dia mengetatkan pedangnya, sinar pedang laksana kilat menyambar, enam gerakan pedang nya dipecah, tiga menghadapi yang di atas, tiga lagi menghadapi yang di bawah, tetap menangkis kembali serangannya Ho Koan-beng!

Ho Koan-beng terkejut, tapi sekarang dia semakin bertarung semakin berani, teriaknya:

"Ini seharusnya jurus ketiga!"

Tubuhnya belum turun, ujung pedangnya mendadak berputar, dari atas menyerang ke bawah dengan tiga putaran, jurus pedang ini adalah jurus hebat dari perguruan Kunlun yang disebut In-liong- sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali)!

Diam-diam Sin-hiong menghela nafas dingin, di dalam hati berkata:

‘Ternyata ilmu silat Hiang-liong-pit-to semua-nya adalah jurus- jurus inti dari seluruh ilmu silat di dunia persilatan! Melihat tiga jurus dari Ho Koan-beng, di dunia ini sudah jarang ada tandingannya!'

Walaupun hatinya berpikir demikian, tapi dia masih tidak berniat buruk pada Ho Koan-beng, sedangkan sebab Ho Koan-beng tidak mau melepas-kan dia, karena ditimbulkan oleh hatinya yang dengki, hati dengki ini mendorong semangat Ho Koan-beng, sehingga dengan cara apa pun harus mengalahkan Sin-hiong.

Serangan pedang Ho Koan-beng sangat cepat dan kejam, tiga gulungan angin menekan ke bawah, dalam radius lima enam tombak semua di bawah ancaman pedangnya, kekuatannya sangat mengejut-kan!

Mendadak Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiam di tangannya, terlihat sinar pedang mengem-bang, dua sinar pedang ini beradu, terdengar suara keras "Ssat!", dua bayangan orang terpental, tubuh Ho Koan-beng terpental sejauh satu tombak lebih.

Sin-hiong tertawa tawar dan berkata:

"Saudara Ho, kita seimbang?"

Dalam sekejap, wajah Ho Koan-beng tampak berubah beberapa kali, entah dia terkejut atau gembira, dengan bengong dia memandang pedang di tangan-nya, wajahnya seperti kebingungan.

Benturan tadi, tidak bisa dikatakan Ho Koan-beng kalah, sebab serangannya dari udara, biasanya orang sulit mengendalikan tenaga, orang yang di tanah tentu saja lebih menguntungkan, walaupun Ho Koan-beng terlontar, itu tidak bisa dikatakan kalah. Makanya saat Sin-hiong mengatakan seimbang, wajahnya tampak sinar kebingungan.

Ho Koan-beng sudah beberapa bulan berlatih ilmu silat yang ada di dalam Hiang-liong-pit-to, semua ilmu silatnya adalah inti dari ilmu silat berbagai perguruan besar, tidak diduga dengan kepandaiannya sekarang dibandingkan dengan Sin-hiong, tetap saja dia tidak bisa mengalahkannya, di dalam kegembiraan nya, dia tetap ada sedikit perasaan kecewa.

Ho Koan-beng tertegun sejenak, mendadak dia teringat dua kalimat di dalam Pit-to itu, sambil menganggukkan kepala dia berkata:

"Sen-tayhiap, kata-katamu tidak salah, kita memang seimbang!" Setelah berkata, pelan-pelan mendekati dan berkata lagi: "Tapi aku masih punya dua kalimat yang ingin ditanyakan, setelah kau mengatakannya, maka aku akan melepaskan nona itu!"

Sin-hiong jadi naik pitam mendengar ini, dia berkata: "Saudara Ho mau ingkar janji; masih ingin menguji aku?" Ho Koan-beng sambil tertawa berkata:

"Maaf, yang aku katakan ini tidak melibatkan orang, juga tidak melibatkan masalah di dunia persilatan, hanya ada dua kalimat sajak yang tidak dimengerti, jadi ingin bertanya pada saudara."

Tidak menunggu dia mengatakan Sin-hiong sudah berkata: "Apakah 'Jalan gunung berputar-putar', dan 'setelah pohon Liu

yang gelap timbul bunga yang terang'?"

Ho Koan-beng menganggukan kepala:

"Betul, saat tadi aku mengatakan kalimat ini, pasti saudara mendengarkan?"

Sin-hiong adalah orang jujur, berpikir dua kalimat ini tidak ada apa-apanya, maka dia berkata:

"Dua kalimat sajak ini artinya sama, tapi setelah diteliti ada sedikit berbeda."

Ho Koan-beng menggerakan lima jarinya, wajahnya mendadak jadi terang buru-buru berkata:

"Betul, betul, katakan dimana berbedanya!"

Sin-hiong tidak berpikir ada maksud ter-selubung, dia sungguh- sungguh memikirkannya, mana dia tahu, dua kalimat ini adalah dua jurus terhebat di dalam Hiang-liong-pit-to itu, jika Sin-hiong benar- benar berhasil memecahkannya, dan pikiran Ho Koan-beng terbuka, mungkin nanti dia tidak saja tidak akan melepaskan Hui-lan, mungkin dia malah ingin mencoba lagi bertanding dengan Sin-hiong.

Pada saat yang genting ini, tidak lebih dari sepuluh tombak di samping mereka, tiba-tiba terdengar suara aneh "Ciit ciit!", Sin- hiong jadi terkejut dan berkata: "Ooo! Datang lagi!"

Melihat siasatnya hampir berhasil, tapi diganggu oleh beberapa suara aneh ini, sehingga pikiran Sin-hiong jadi buyar, kemarahan Ho Koan-beng hampir meledak, matanya segera menyapu, mendadak dari dasar lembah meloncat keluar lima bayangan hitam!

Sin-hiong tahu, lima bayangan hitam yang datang ini, selain empat ekor mahluk aneh, yang satu lagi pasti adalah pemilik empat mahluk aneh ini.

Dugaan dia tidak salah, lima bayangan hitam ini dalam sekejap sudah tampak jelas, salah satunya seorang kakek tua yang berambut putih, kedua matanya merah seperti berdarah, di tangan kanannya memegang tongkat, yang paling membuat orang terkejut setelah melihatnya, adalah diatas tongkat itu digantung lima buah tengkorak putih menakutkan!

Empat ekor mahluk aneh yang seperti kingkong begitu lihat Sin- hiong, langsung bersuara "Ciit ciit!", orang tua yang memegang tongkat tengkorak itu dengan dingin bertanya:

"Tadi siapa yang telah melukai anakku?"

Baru saja Sin-hiong mau menjawab, Ho Koan-beng dengan marah berteriak:

"Kukira mahluk aneh apa, setiap malam loncat-loncatan di dalam lembah, ternyata kau kakek tua yang membawa empat ekor hewan besar, hem... hem... malam ini aku tidak akan melepaskan kalian lagi!"

Orang tua yang kedua matanya merah itu melototi dia sekali lalu mendengus dingin dan berkata:

"Sombong sekali mulutnya, sudah puluhan tahun tidak ada orang yang berani bersikap sombong dihadapanku GoanThian-hoa!"

Satu langkah demi satu langkah Goan Thian-hoa maju mendesak ke depan. Mendengar orang tua ini menyebutkan nama-nya, Sin-hiong diam-diam terkejut, menurut kabar yang tersiar Goan Thian-hoa ini adalah mahluk aneh setengah manusia setengah hewan, puluhan tahun lalu terkenal dengan kekejamannya, gurunya juga pernah berpesan pada dia supaya berhati-hati jika bertemu dengannya, malam ini dia harus hati hati sekali.

Ho Koan-beng yang baru saja berhasil meningkatkan ilmu silatnya, semangatnya sedang menggebu-gebu, walaupun raja langit yang datang, dia juga ingin mengusiknya, apa lagi Goan Thian-hoa orang tua aneh yang tidak mencolok mata ini?

Dia sangat kesal pada Goan Thian-hoa karena telah menggagalkan pembicaraan dia dengan Sin-hiong begitu Goan Thian-hoa datang mendekat, dia pun maju mendekat, tampaknya, Ho Koan-beng berambisi bertarung dengannya.

Mata Goan Thian-hoa menyorot sinar kejam, bentaknya:

"Kau bocah cilik, rupanya tidak pernah mendengar dulu Toan- hun-cian (Lembah putus nyawa) ini tempat apa, berani beraninya bertingkah di hadapan-ku, sungguh-sungguh sudah bosan hidup!"

Setelah berkata, dia memutar tongkat tengkorak di tangannya, dengan dahsyat menghantam!

Ho Koan-beng maju menghadang jurus pedangnya berturut-turut di lancarkan keluar, setiap jurus pedang dia adalah jurus inti dari berbagai perguruan besar, jurus pedang macam ini bukan saja beraneka ragam, juga banyak sekali perubahannya, Ho Koan-beng masih belum merasakan kehebatan yang terkandung dalam jurusnya, tapi walaupun demikian, Goan Thian-hoa pun tidakbisa berbuat apa-apa terhadapnya!

Saat Goan Thian-hoa mengayunkan tongkat menyerang, tidak tahan dengan tertawa dingin berkata:

"Tidak heran kau berani memandang rendah orang, ternyata memang punya kemampuan?"

Gerakannya mendadak berubah, terlihat dia seperti meloncat tapi bukan meloncat, seperti berjalan tapi juga bukan, berputar-putar beberapa putaran, tengkorak di tangannya digoyang-goyang sehingga mengeluarkan suara ramai, membuat orang yang mendengarnya menjadi risau.

Ho Koan-beng marah dan berkata:

"Kau mau mainkan jurus apa?"

Ujung pedangnya disabetkan, mendadak terlihat sejalur hawa pedang dingin berputar-putar di sekelilingnya, walaupun Goan Thian-hoa menyerang dengan berbagai jurus aneh, tapi tetap tidak bisa melukainya!

Sehingga bukan saja Goan Thian-hoa yang terkejut, Sin-hiong pun tergetar karenanya.

Alis panjang Goan Thian-hoa bergerak, tiba-tiba mulutnya mengeluarkan satu suara aneh "Ciit!", empat bayangan hitam di belakang dia, tahu-tahu sudah maju menerjang ke arah Sin-hiong.

Tapi begitu pedang pusakanya diayunkan, empat bayangan hitam yang datangnya sangat cepat, tapi tidak ada satu pun yang berani mendekati dia.'

Tapi, empat mahluk aneh yang kelihatannya seperti kingkong ini, setelah mundur selalu kembali maju lagi, dari kejauhan mengancam Sin-hiong, rupanya sengaja mengganggu dia, supaya dia tidak dapat membantu Ho Koan-beng?

Di dalam hati Sin-hiong merasa lucu, katanya:

'Kalian empat ekor hewan walaupun sudah pintar, tapi tetap saja tidak sepintar manusia, hanya mengandalkan ini sudah mau menghadang aku?

Maka dia mengerahkan tiga jurus pedang dari jurus Kim-kau- kiam, "Sst sst!" terdengar desiran pedang, empat mahluk aneh di depan sudah didesak sampai meloncat-loncat kesana-kemari, mulutnya mengeluarkan suara "Ciit ciit!".

Goan Thian-hoa mencuri pandang, melihat jurus pedang Sin- hiong amat lihay jika dia berniat melukai empat mahluk aneh itu, mungkin sudah dari tadi terluka, hatinya jadi gelisah, tongkat tengkorak ditangan nya sengaja membuat sedikit lubang Ho Koan- beng tidak berpikir panjang lagi, jurus pedang-nya segera maju menyerang, perkiraannya kali ini dia pasti berhasil, siapa sangka baru saja pedangnya menusuk, Goan Thian-hoa seperti angin menerobos ke sisi kanannya, telapak tangannya menyabet, menge- luarkan angin dingin datang menyerang!

Begitu jurusnya tidak berhasil, Ho Koan-beng sudah sadar akan bahaya, belum sempat dia bergerak, mendadak merasa angin dingin menyapu wajahnya, seluruh tubuhnya tidak tahan jadi merinding, satu hawa yang amat dingin sudah menerjang tubuhnya!

Ho Koan-beng terkejut, tubuhnya buru-buru mundur kebelakang, tapi tetap terlanbat satu langkah, hawa dingin itu sudah melanda, akhirnya dia tidak tahan lagi seluruh tubuhnya gemetaran.

Sin-hiong baru saja menyelesaikan tiga jurus-nya, melihat Ho Koan-beng dalam keadaan bahaya, dia berteriak, lalu menerjang kesana!

Goan Thian-hoa tertawa dingin dan berkata:

"Kau telah melukai keluargaku, kau juga tidak bisa dimaafkan!" Setelah berkata, tongkat tengkoraknya sudah menggulung!

Sin-hiong tertegun, tidak terpikir empat mahluk aneh itu dikatakan keluarganya?

Tapi keadaan di depan mata tidak memberi dia waktu untuk berpikir, ketika Goan Thian-hoa menggerakkan tongkatnya, empat ekor kingkong yang berdiri di belakang Sin-hiong juga datang menyerang, Sin-hiong tersenyum dan berkata:

"Seluruh keluarga kalian sudah bergerak semua!"

Dia menggetarkan pedang pusaka, sekejap saja sudah menyabetkan tiga kali!

Mata merah Goan Thian-hoa membelalak besar sekali, di dalam hati berkata:

"Apa yang terjadi, kelihatannya usia kedua orang ini tidak besar, tapi jurus pedangnya yang satu lebih tinggi lagi dari pada yang lainnya, jika diganti oleh orang lain, mungkin tidak akan bisa menahan lima jurusnya!"

Goan Thian-hoa lahir dari ayah manusia dengan ibu kera, sejak kecil berkumpul dengan kera, setelah besar, diambil oleh seorang aneh dan dijadikan murid-nya, maka dia memiliki ilmu tinggi, setelah orang aneh itu meninggal, dia kembali lagi ke tempat asalnya, dan berkumpul dengan kera-kera, selama puluhan tahun dia hanya bergerak di daerah Biauw, jarang sekali bertemu lawan tanding, tapi karena perbuatannya sangat keji, setiap orang yang berhasil dibunuhnya, kepalanya selalu dipenggal, setelah dijemur kering digantung di atas tongkatnya itu, makanya orang-orang dunia persilatan sedikit banyak mendengar nama besarnya, tapi entah kenapa dia sekarang membawa empat ekor kera pintar datang kemari?

Empat ekor kera pintar itu rupanya sangat takut pada Sin-hiong, begitu sinar pedang keluar, mereka berempat langsung mundur, Goan Thian-hoa yang melihat menjadi marah, dia memutar tongkat tengkoraknya sampai mengeluarkan suara "Weet weet!", dalam waktu sekejap sudah melancarkan serangan lebih dari delapan jurus!

Sin-hiong mengkhawatirkan luka Ho Koan-beng dan keselamatan Hui-lan, makanya dia tidak ingin berlama-lama bertarung dengan lawannya, sehingga dia melancarkan serangannya dengan sangat dahsyat, dan setiap serangannya ditujukan ke tempat kematian Goan Thian-hoa, walaupun Goan Thian-hoa telah menyerang delapan jurus, tapi dia tidak bisa mendesak Sin-hiong, malah dia sendiri yang didesak Sin-hiong mundur dua tiga langkah ke belakang!

Hal ini membuat hati Goan Thian-hoa menjadi semakin terkejut! Empat ekor kera pintar yang dibawanya, begitu melihat Goan Thian-hoa dalam bahaya, mereka berteriak-teriak aneh, empat kera itu kembali menerjang ke arah Sin-hiong tidak peduli lagi akan bahaya!

Sin-hiong menyabetkan pedangnya melintang, baru saja empat ekor kera pintar itu maju, tidak menduga Sin-hiong merubah jurusnya secepat ini, tiga ekor di antaranya segera menghentikan gerakannya, tapi salah satunya terlambat, terdengar suara keras "Craak!", sebelah lengannya sudah dipotong oleh pedang Sin-hiong.

Kera itu menjerit dan jatuh ke tanah berguling sejauh dua tiga tombak, terus menjerit jerit kesakitan.

Wajah Goan Thian-hoa berubah hebat, dia masih ingin bertarung tapi melihat kera yang roboh itu masih menjerit jerit, terpaksa dia menghampirinya.

Begitu melihat kera itu mencucurkan darah terus, mungkin akan segera mati jika tidak segera dihentikan darahnya, maka buru-buru dia menjulur-kan tangan menghentikan aliran darahnya, sambil melototi Sin-hiong berkata:

"Kau sungguh kejam, malam ini sementara melepaskanmu, di kemudian hari aku pasti membuat perhitungan kembali dengan kau!"

Tidak menunggu Sin-hiong menjawab, dia berteriak "Ciit!", suaranya sangat pilu, mengangkat kera yang terluka itu, bersama dengan tiga kera lainnya dalam sekejap sudah menghilang entah kemana.

Sin-hiong tidak mengejar, dia berjalan ke samping Ho Koan-beng terlihat dia menggulung tubuhnya sambil gemetaran, ketika menyentuh tubuh-nya, dia merasa sangat dingin, dia jadi terkejut dari di dalam hatinya berkata:

"Dia terkena pukulan telapak tangan apa dari Goan Thian-hoa, kenapa bisa jadi begini?"

Walaupun ilmu silatnya sangat hebat, tapi seumur hidup dia belum pernah mengobati orang, setelah sejenak ragu-ragu, mendadak dia teringat Hui-lan yang ada di sekitar sini, maka dia berteriak: "Nona Lan, nona Lan!"

Setelah beberapa kali berteriak, dia tidak mendengar jawaban dari Hui-lan, di dalam hati berpikir:

'Hui-lan tentu telah ditotok jalan darahnya oleh Ho Koan-beng, sebab menurut sifatnya, tidak mungkin dia tidak menjawab."

Setelah. berpikir begitu, lalu dia mengangkat tubuh Ho Koan- beng langsung berjalan menuju ke tempat tadi dia muncul!

Setelah dia cukup lama berada di dalam lembah, terhadap gelapnya tempat itu mata dia sudah biasa maka sekarang dia bisa melihat dengan jelas keadaan di sekelilingnya, begitu berjalan ke belakang pohon besar itu, terlihat tidak jauh di sebelah kiri ada satu batu cadas yang menonjol, dibawah batu itu samar-samar tampak ada sebuah gua, hatinya jadi tergerak, maka sambil membawa Ho Koan-beng dia berjalan ke sana.

Tiba di depan mulut gua, terdengar suara riak air, di dalam hatinya berpikir, 'mungkin nona Lan tidak ada didalam?'

Dia ingin menanyakan pada Ho Koan-beng tapi saat ini Ho Koan- beng sudah pingsan, terpaksa dia berteriak lagi beberapa kali, melihat di dalam masih tidak ada orang yang menjawab, maka dia melihat-lihat lagi ke sekeliling tampak di sekitar ini selain gua itu, tidak ada tempat lain lagi, maka dia menaruh Ho Koan-beng ke bawah, lalu masuk ke dalam gua itu.

Berjalan sesaat, terlihat di depan ada sinar perak berkelap-kelip, dia tahu itu adalah riak air, di dalam hatinya berpikir:

'Aku sudah masuk ke dalam, jika di dalam ada orang, seharusnya sudah menemukannya.

Baru saja berpikir begitu, mendadak di dalam kilatan riak air itu, seperti ada satu bayangan hitam, buru-buru dialari ke depan dan menjulurkan tangan menangkap bayangan itu, ternyata bayangan itu memang manusia? Orang ini setengah tubuh bawahnya berada di dalam air, setengah lagi tubuhnya di atas air, begitu Sin-hiong menyentuh orang itu, dia sadar ini adalah tubuh wanita, saat ini dan di tempat ini selain Hui-lan di dalam pikirannya hampir tidak ada orang lain lagi!

Sin-hiong mengangkat orang itu keluar dari air, walau di dalam gua gelap, tapi dari bentuk wajahnya bisa dikenal dia adalah Hui- lan, maka dia menepuk jalan darah Joan-ma (lemas, mati rasa), tidak lama kemudian, dia melihat Hui-lan mulai sadar.

Tidak terasa dia berteriak gembira, tapi Hui-lan yang baru sadar, masih mengira dipeluk oleh Ho Koan-beng, tanpa berpikir lagi dia langsung mengangkat tangan menempelengnya.

Di dalam gua sangat gelap, ditambah Sin-hiong tidak mengira Hui-lan setelah sadar, bisa memberi dia sebuah tempelengan, dalam keadaan tidak siap, terdengar suara "Paak!", pipi Sin-hiong sudah terkena tempelengan keras!

Sin-hiong terkejut dan berteriak: "Nona Lan, aku ini Sen Sin- hiong!

Mendengar dia adalah Sin-hiong, mula-mula Hui-lan tertegun, akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya, balik memeluk Sin- hiong, dengan suara gemetar berkata:

"Sin-hiong, benar ini kau?"

Kali ini, Sin-hiong kembali tidak siap, dia hampir tidak bisa bernafas, setelah menghela nafas panjang berkata:

"Benar, aku ini Sen Sin-hiong!"

Dia tidak mengatakan ini masih bagus, setelah mengatakannya, Hui-lan malah memeluknya lebih erat lagi.

Sin-hiong jadi tertegun, mendadak dia seperti mencium bau harum dari rambutnya Hui-lan, walau-pun dia tidak ada pikiran cabul, tapi dalam keadaan begini, tidak terasa pikirannya jadi tergerak! Hui-lan menggoyangkan tubuhnya, berkata:

"Marga Ho itu jahat sekali!"

"Bagaimana jahatnya?" tanya Sin-hiong. "Dia, dia. "

Hui-lan mengatakan beberapa kali 'dia', tapi dalam sesaat tidak tahu harus berkata apa!

Sin-hiong dan Hui-lan berdua, seumur hidup-nya tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenisnya, hati kedua orang itu masih polos suci, apa yang dipikirkan langsung dikatakan, tidak mengerti antara laki-laki dan wanita ada perbedaan, makanya Hui-lan hanya bisa mengatakan beberapa kata "dia" saja, kata selanjutnya tidak tahu harus mengatakan apa.

Setelah berpikir-pikir, di dalam hati Sin-hiong samar-samar seperti mengerti, maka dengan kesalnya berkata:

"Apakah dia bermaksud jahat? Kita sekarang cari dia!"

Kata-kata Sin-hiong ini keluar dari lubuk hati-nya, tapi begitu terdengar di telinga Hui-lan, hatinya jadi sangat senang dia hanya bersuara "Mmm!", Sin-hiong sudah membopong dia lari keluar gua!

Ternyata saat ini sudah tengah malam, bulan sudah keluar dari awan yang tebal, keadaan di lembah samar-samar bisa dilihat, kedua orang itu berlari keluar gua, terlihat Ho Koan-beng menggulung tubuh-nya, tergeletak di tanah sedikit pun tidak bergerak.

Tadinya Sin-hiong memang akan mencari dia, tepi setelah melihat keadaannya, hatinya jadi timbul rasa tidak tega, maka dia bertanya:

"Nona Lan, menurutmu bagaimana cara menyembuhkan dia?" Hui-lan mendengus dan berkata:

"Orang macam dia biarkan saja mati, buat apa menolongnya?" Sin-hiong berpikir, hatinya timbul juga rasa benci kepada Ho Koan-beng tapi setelah terpikir Cui-giok, hatinya kembali timbul rasa penyesalan, sambil menggelengkan kepala dia berkata:

"Tidak, bagaimana pun kita tidak bisa membiarkan orang dalam kesulitan!"

Hui-lan mencibir bibirnya dan berkata:

Aku tidak peduli?"

Tampak dia masih membenci Ho Koan-beng Sin-hiong tidak enak berkata lagi, tiba-tiba dia teringat dia masih memiliki Ho-siu-oh berusia ribuan tahun, di dalam hatinya berpikir, mungkin benda ini ada gunanya buat dia?

Berpikir sampai disini, dia mengeluarkan kotak kecil berwarna emas itu, Hui-lan yang melihat, tidak tahan jadi terkejut dan berkata:

"Kau mau apa? Jangan melakukan hal itu!"

Sin-hiong tahu Ho-siu-oh adalah pusaka, di dunia tidak ada benda lain yang bisa dibandingkan dengannya, apa lagi dia telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, demi pusaka di dalam kotak ini, entah berapa orang persilatan yang mati karenanya, jika untuk menolong orang lain masih bisa dimengerti, tapi menggunakan pusaka ini untuk menolong Ho Koan-beng, dan Ho Koan-beng malah musuh cintanya!

Sin-hiong tertegun sejenak, tapi akhirnya dia memutuskan menolong orang lebih penting, maka dia tidak mau menuruti nasihat Hui-lan, pelan-pelan membuka tutup kotak itu, bau harum sudah tercium.

Wajah Hui-lan berubah dan menyerit:

"Jangan, jangan, lebih baik dimakan sendiri, jangan digunakannya untuk menolongnya!"

Sin-hiong menghela nafas: "Nona Lan, kita hanya menolong dia sekali ini saja, lain kali walaupun bertemu lagi, aku tidak akan mempedulikannya, menurutmu bagaimana?"

Hui-lan masih marah, dia menggeleng- gelengkan kepala, tidak sependapat dan berkata:

"Kau tidak tahu hati orang ini busuk sekali, saat dia menangkap aku, pernah beberapa kali mengatakan pada aku akan membunuhmu, kau malah mau menggunakan Ho-siu-oh menolongnya, aturan apa ini?"

Saat Hui-lan mengatakan ini, dia menampakan perasaan sebenarnya, setelah mengatakannya dia malah hampir menangis.

Sin-hiong menghela nafas, katanya:

"Nona Lan, aku juga tahu itu!" Hui-lan keheranan dan berkata:

"Kau juga tahu! Aneh sekali! Kalau begitu coba kau katakan, kenapa masih mau menyelamatkan dia!"

Sin-hiong hanya tahu harus menolong Ho Koan-beng, tapi jika ditanya alasannya kenapa, dia sungguh tidak tahu jawabannya, dengan lesu menun-dukan kepala, mengambil sedikit Ho-siu-oh, tanpa pikir lagi menyuapkannya ke mulut Ho Koan-beng!

Hui-lan menjadi sangat marah, wajahnya jadi pucat, dengan keras dia menghentakan kakinya, secepat kilat berlari ke atas gunung!

Sin-hiong masih mengeraskan hati, setelah menyuapkan Ho-siu- oh ke mulut Ho Koan-beng, lalu mencari air bersih dan diberikan padanya, setelah merasa cukup, dia baru mengejar Hui-lan keluar.

Sekarang dia sepertinya merasa punya hutang pada Hui-lan?

Bagaimana pun harus mengejar dia!

Di sepanjang jalan dia terus berpikir, 'Hui-lan pasti kembali lagi kepenginapan', maka laksana sebuah meteor dia berlari menyusul! Sekarang sudah tengah malam, di sekeliling sangat sepi, tidak lama mengejar, benar saja dia melihat tubuh Hui-lan yang langsing sedang berjalan sendirian didepan, buru-buru dia berteriak:

"Nona Lan tunggu!"

Tidak berteriak masih bagus, setelah berteriakJ Hui-lan malah mempercepat larinya!

Sin-hiong tidak mau menyerah, dia segera mengambil nafas, dengan lima enam kali loncatan, dia sudah berhasil mengejar Hui- lan dan berkata lagi:

"Nona Lan, tolong kau dengarkan aku dulu?"

Hui-lan masih tidak mau peduli, saat Sin-hiong berhenti, dia sudah lari lagi sejauh lima enam tombak!

Sin-hiong sudah menetapkan hati, dia tidak akan berhenti sebelum berhasil, tubuhnya berkelebat dalam sekejap sudah

.mengejar kembali Hui-lan dan berdiri di tengah jalan berkata: "Nona Lan, apakah kau bisa mendengarkan penjelasanku dulu?"

Hui-lan diam tidak menjawab, dia melangkah kesisi jalan, Sin- hiong pun melangkah kesisi jalan, Hui-lan kekiri, dia juga kekiri, Hui- lan melotot dengan marah berkata:

"Mau apa kau?"

"Aku hanya ingin menjelaskan, setelah aku menjelaskan, kau mau jalan lagi juga tidak apa apa!"

"Aku tidak mau dengar!" "Benarkah?" kata Sin-hiong tertegun.

Hui-lan melihat ketika Sin-hicng mengatakan ini, wajahnya samar-samar ada ekspresi sedih, dia jadi tertegun dan bertanya:

"Kau sudah menolongnya, kenapa harus menjelaskan padaku?" Sin-hiong menggelengkan kepala:

"Aku bukan mau menjelaskan, nona, selanjut-nya aku tidak berhutang apa-apa lagi pada dia?"

Jelas di dalam kata-katanya mengandung arti yang dalam, Hui- lan bertanya:

"Apa arti kata katamu?"

Dengan lemas dan tubuh bergetar, Sin-hiong lalu menceritakan keadaan dirinya sepuluh tahun yang lalu, dan dikemudian hari apa yang terjadi setelah kembali ke rumah Sun Cui-giok, lalu Cui-giok dalam keadaan bagaimana meninggalkan rumahnya, terakhir dia berkata lagi:

"Saat ini ilmu silat Ho Koan-beng sudah maju pesat, setelah aku menyelamatkannya, dia bisa pergi menolong Sun Cui-giok, sedangkan diriku, tugas dari guruku masih belum selesai, walaupun aku berniat pergi ke Ngo-ki-hong, tapi saat ini mungkin tidak sempat, mengenai bagaimana dia setelah sembuh menghadapi aku, itu urusan dia sendiri?"

Entah kenapa? setelah mendengar cerita Sin-hiong, kedua mata Hui-lan berlinang air mata, lalu berteriak:

"Hiong-ko!" dia langsung memeluk.

Sin-hiong tidak menghindar, dia membiarkan Hui-lan sepuasnya menyandar di dadanya, kedua matanya bengong memandang jauh, hati dia seperti merasa-kan semacam perasaan indah.

Sepanjang hidupnya, saat dia masih kecil, sudah mengalami berbagai penghinaan, hatinya selalu merasakan semacam kekosongan, setelah 'turun gunung, dia kembali memaksa menekan sifatnya yang bebas, terhadap siapa pun dia menampakan wajah yang dingin, tapi hatinya sebenrnya sangat hangat.

Sekarang, Hui-lan sudah mengerti dirinya, dengan pelan dia berkata:

"Hiong-ko, aku rela menemanimu mengunjungi seluruh pelosok dunia!"

Hati Sin-hiong tergerak, lalu berkata "Kau jangan berkata bodoh, jika ayahmu tahu, dia tidak akan mengizinkanmu!"

Hui-lan mengangkat kepalanya dan bertanya: "Kenapa?"

Sin-hiong menundukan kepala, melihat air matanya masih belum kering otaknya tiba-tiba berkelebat satu pikiran aneh, tanyanya:

"Bukankah karena kasihan padaku, jadi kau rela ikut denganku?" Hui-lan menggelengkan kepala:

"Tidak peduli kau mau bilang apa, aku tetap akan ikut denganmu!"

Sin-hiong sangat terharu, baru saja mau bicara, mendadak terdengar seseorang berkata:

"Hemm... hemm... sangguh menggelikan?"

Dua orang yang sedang dimabuk cinta itu, tidak menduga di belakangnya ada orang begitu mendengar suara ini, ternyata dia adalah Ho Koan-beng yang baru saja ditolong Sin-hiong!

Hui-lan mendadak meloncat dengan marah berkata: "Mau apa kau ikut kesini?"

Ho Koan-beng tertawa dingin:

"Kau bisa ikut dia, apakah aku tidak boleh mengikutinya?"

Walaupun Ho Koan-beng dalam keadaan setengah pingsan, tapi pembicaraan kedua orang ini dia dapat mendengarnya jelas, dia berpikir, 'ternyata Sen Sin-hiong masih memiliki sebuah pusaka yang sulit didapat, jika dia mendengar kata-kata Hui-lan, benar-benar memakan semua Ho-siu-oh itu, mungkin ilmu silatku seumur hidup tidak akan bisa mengejar-nya?

Setelah dia sadar, dia segera mengejar, ketika dia meloncat- loncat, dia merasakan gerakannya semakin lincah dan ringan, sehingga bertambah keinginan merebut Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun itu dari tangan Sin-hiong. Tapi dia sadar, walaupun ilmu silatnya sekarang sudah maju pesat, jika ingin mengalahkan Sin-hiong, bukan satu hal yang mudah, maka dia terpaksa menggunakan siasat.

Sin-hiong masih belum sadar, ketika melihat Ho Koan-beng mengikutinya, maka dia berkata:

"Ho-heng, bagaimana keadaanmu sekarang?"

Ho Koan-beng pura-pura tidak tahu dia memiliki Ho-siu-oh, setelah tersenyum dia berkata:

"Terima kasih Sen-tayhiap, aku sekarang sudah baik!"

"Baguslah, tapi aku ada satu hal yang harus kuberitahukan padamu, yaitu masalah nona Sun, jika saudara Ho sempat, pergilah ke Ngo-ki-hong!"

Setelah berkata, lalu mau pergi bersama dengan Hui-lan.

Mana mungkin Ho Koan-beng membiarkan Sin-hiong pergi begitu saja, buru-buru dia berkata:

"Sen-tayhiap tunggu, aku masih ada yang perkataan yang ingin kusampaikan!"

Sin-hiong terpaksa menghentikan langkah dan tanya:

"Saudara Ho masih ada apa lagi?" Otak Ho Koan-beng berputar katanya:

"Saudara Sen tadi mengatakan apa Ngo-ki-hong dan Ngo-ki- thian-cun, aku sedikit pun tidak tahu, apakah saudara Sen bisa menerangkannya?"

Hui-lan melihat saat dia berkata, bola matanya berputar-putar, dia sadar ada udang dibalik batu, dia segera berkata:

"Hiong-ko jangan sampai tertipu olehnya, orang ini sedang bersiasat!"

Sambil tertawa Sin-hiong berkata:

"Ngo-ki-thian-cun namanya Tonghong Ki, saudara Ho murid dari perguruan ternama beraliran lurus, kenapa bisa tidak tahu?" Ho Koan-beng berpura-pura "Aah!" katanya:

"Ternyata dia?"

Wajahnya tampak seperti terkejut, pura-pura terkejut mendengar nama besar Ngo-ki-thian-cun, sebenarnya dengan ilmu silatnya sekarang, walau Tonghong Ki dia tidak merasa takut?

Hui-lan tertawa dan berkata:

"Bagaimana? Dia kan sudah tahu, hemm hemm sudah tahu masih berpura-pura bertanya, mana mungkin niatnya baik?"

Terhadap Ho Koan-beng bisa dikatakan Hui-lan sama sekali tidak percaya, walaupun Sin-hiong tadi pernah mengatakan selanjutnya tidak akan mempeduli kan Ho Koan-beng lagi, tapi dia bersifat sungkan, setelah bertemu lagi, dia malah merasa tidak enak?

Ho Koan-beng melangkah dua langkah dan berkata:

"Saudara Sen, kita harus mempertegas, Cui-giok hilang karenamu, tentu saja kau harus mencarinya kembali, jika saudara Sen merasa   kurang tenaga, dan memerlukan bantuanku, tentu saja dengan senang hati aku akan membantunya?"

Sin-hiong tertegun, kata-kata Ho Koan-beng walaupun sangat licik, tapi itupun kenyataan, setelah berpikir-pikir dia berkata:

"Terima kasih atas bantuannya, jika saudara Ho tidak mau mencarinya, nanti setengah tahun kemudian aku akan mengantarnya ke Hoa-san."

Setelah berkata begitu, dia langsung pergi bersama dengan Hui- lan.

Ho Koan-beng menatap bayangan belakang Sin-hiong dengan Hui-lan, rasa irinya timbul lagi, di dalam hatinya berpikir:

'Kalian sungguh enak sekali, hemm hemm lihat saja, setelah kubuat kacau, nanti kalian bisa apa padaku?" Terhadap Sin-hiong, sekarang dia sudah tidak ada apa-apa lagi, menunggu kedua orang itu pergi jauh, diam-diam dia mengikutinya dari belakang.

Sebenarnya hati Ho Koan-beng tadinya sangat polos, karena selama setengah tahun terakhir ini, dia telah mendapatkan Hiang- liong-pit-to itu, lalu pontang panting ingin bersembunyi, menghindar dari incaran orang, maka telah menghabiskan pikirannya, ditambah mendapat rangsangan dari Sin-hiong dan Hui-lan, sifatnya pelan- pelan jadi berubah, dengan tidak sadar dia sudah menjadi orang licik.

Keesokan hari, Sin-hiong dan Hui-lan sudah meninggalkan Po-cia- tian, tujuan Sin-hiong sekarang hanya berniat mencari Thian-ho- tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun berdua, menurut perkiraannya, dua orang ini pernah menampakan diri di daerah Ho-pak, walaupun sekarang mungkin sudah pergi, tapi mungkin perginya tidak jauh.

Kedua orang itu pelan-pelan memacu kudanya di jalan raya, karena di sekitarnya adalah pegunungan, paling biasa digunakan oleh orang-orang dunia persilatan, maka kedua orang itu sambil berjalan sambil mengawasi sekelilingnya?

Tapi walaupun kedua orang ini sudah berjalan dua tiga hari, di sepanjang jalan masih belum menemukan apa-apa, sampai akhirnya mereka sudah hampir keluar dari daerah Ho-pak.

Tiba-tiba hati Sin-hiong tergerak dan bertanya: "Kalau pergi ke Go-bi kira-kira masih berapa jauh?" Hui-lan menggelengkan kepala:

"Aku belum pernah pergi ke Su-chuan, kita berjalan saja pelan- pelan lihat apa yang nanti terjadi."

Sin-hiong berpikir-pikir dalam hatinya, 'jika ingin menemukan Thian-ho-tiauw-sou dan Ngo-ki-thian-cun, mungkin hanya bisa dengan keberuntungan saja, sekarang sudah tiba di daerah Su- chuan, lebih baik aku bereskan saja salah satu keinginan guru yang ditugaskan padaku.' Tanpa terasa dia menganggukan kepala, baru saja akan memacu kudanya, mendadak dari belakang terdengar derap kaki kuda yang cepat sekali!

Hui-lan memalingkan kepala kebelakang, tidak tahan dia terkejut dan berkata:

"Hiong-ko, kau lihat orang ini bukankah dia Ho Koan-beng?"

Sin-hiong melihat orang ini memakai baju putih, kudanya seekor kuda putih, pedang panjang diselipkan dipunggungnya, sambil memacu kudanya kelihatan gagah sekali!

Sin-hiong menganggukan kepala dan berkata: "Memang dia!"

Ketika dia berkata, Ho Koan-beng sudah tiba di depannya, dia teriak:

"Saudara Sen, kita sungguh berjodoh, tidak diduga bisa bertemu disini?"

Sin-hiong bersuara "Mmm!" dan berkata:

"Entah saudara Ho saat ini mau pergi kemana?" Mata Ho Koan-beng berputar sekali, berkata:

"Aku mendengar sebuah kabar, jadi sedang mencari Sen-tayhiap, tidak diduga bertemu disini."

Hui-lan mendengus dan berkata:

"Kau mendapat kabar bagus apa, hingga mau mencari kami?"

Dengan kesal Ho Koan-beng melihat Hui-lan sekali, lalu berkata dingin:

"Bukankah saudara Sen mau mencari Ngo-ki-thian-cun? Yang ingin aku kabarkan justru orang ini!"

Sin-hiong jadi bersemangat kembali tanyanya: "Dimana saudara Ho bertemu dengan dia?" Ho Koan-beng bertingkah misterius berkata:

"Saudara Sen mengatakan dia menawan Cui-giok, tapi saat aku bertemu dengan dia, dia hanya seorang diri!"

Sin-hiong memalingkan kepala melihat Hui-lan, Hui-lan yang pintar, di dalam hati timbul curiga lalu bertanya:

"Kau katakan dulu dimana bertemu dengan dia?"

Diam-diam Ho Koan-beng menghela nafas, di dalam hatinya berkata:

'Kau sungguh pintar, tunggu setelah aku membereskan Sen Sin- hiong baru kau tahu rasa', saat itu dia pura-pura tertawa dan berkata:

"Percaya atau tidak terserah kalian, mungkin dia sekarang sudah pergi ke Ngo-ki-san!"

Pikiran Sin-hiong hanya ingin menolong orang, tanpa pikir panjang berkata:

"Bagus sekali kalau begitu, Ngo-ki-san tidak jauh dari sini, jika sekarang kita mengejarnya masih keburu!"

Hui-lan tertawa dingin dan berkata:

"Hiong-ko, jangan termakan siasat orang licik!"

Wajah Ho Koan-beng berubah dengan marah berkata:

"Kau bicara sembarangan saja, tolong tanya siapa orang yang licik?"

Hui-lan tidak mau mengalah dia mendengus dan berkata: "Didalam hati kau mengerti sendiri!"

Ho Koan-beng naik pitam, "Ssst!" dia men-cabut pedangnya dan berkata:

"Jika kau masih sembarangan bicara, maka aku tidak akan sungkan lagi?" Bagaimana Hui-lan bisa takut padanya, baru saja mau membalas, Sin-hiong khawatir jika begini terus akan membuang waktu, maka dia cepat-cepat berkata:

"Kalian berdua jangan bicara lagi, jika saudara Ho sudah tahu Ngo-ki-thian-cun pergi ke Ngo-ki-san, maka silahkan saudara Ho membawa jalan, bagaimana pun kita harus menolong Cui-giok kembali!"

Wajah Ho Koan-beng tampak tertawa senang dan berkata: "Ini baru kata-kata yang pantas!"

Setelah berkata dia membalikan kudanya dan dipacu menuju ke provinsi Su-chuan!

Sekarang Hui-lan sedang jatuh cinta pada Sin-hiong, dia tahu perjalanan ini sangat berbahaya, tapi dia tidak tega menentang keinginan Sin-hiong, maka dengan pelan berkata:

"Hiong-ko, Aku lihat sorot mata orang ini tidak benar, jika tetap mau pergi, kita harus sangat waspada!"

Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong melihat nya, katanya: "Adik Lan kau tenang saja, aku akan waspada!"

Sesudah kata-kata ini keluar, hati Hui-lan merasa melayang, selama dia berjalan dengan Sin-hiong, baru pertama kalinya Sin- hiong memanggil dia 'adik Lan', dia merasa hatinya manis sekali, hampir melupakan apa yang dinamakan bahaya.

Tidak lama setelah Ho Koan-beng pergi, Sin-hiong dan Hui-lan pun mengikutinya dari belakang.

Jarak ke Ngo-ki-san hanya ertam tujuh puluh li saja, ketiga orang itu memacu kudanya dengan cepat, ketika matahari terbenam mereka sudah tiba di kabupaten Ngo-ki-san, Ho Koan-beng menghentikan kudanya dan berkata:

"Kita jangan masuk ke dalam kota, langsung saja naik ke atas puncak gunung!" Tentu saja Sin-hiong setuju, melewati sudut benteng kota, di depan sudah samar-samar terlihat sinar lampu berwarna kuning padam, kiranya itu adalah rumah rumah penduduk di bawah gunung, ke tiga orang itu beristirahat sebentar, menitipkan kudanya pada satu keluarga bukuni, lalu naik gunung menelusuri jalan.

Dua belas bukit Ngo-ki-san adalah daerah berbahaya yang ternama, di atas bukit tebingnya tinggi tinggi dan penuh oleh batu- batu yang bentuknya aneh aneh, Ho Koan-beng dulu pernah berkunjung kesini mengikuti gurunya Hoa-san tayhiap, makanya dia sangat hafal jalan-jalannya.

Sambil berjalan cepat Ho Koan-beng memutar otaknya, dia ingin sekali membunuh Sin-hiong, tapi tidak mau kehilangan Ho-siu-oh berusia ribuan tahun yang dimiliki Sin-hiong! Maka dia terus memikirkan satu cara yang bagus.

Ketiga orang itu berlari sejenak, sesudah hampir melewati tengah gunung, terlihat di bawah kaki adalah sungai Yang-cu yang seperti ular naga, Sin-hiong menghentikan langkah dan bertanya:

"Saudara Ho, Ngo-ki-san demikian besar, kemana kita harus berjalan, baru bisa bertemu dengan Ngo-ki-thian-cun?"

Ho Koan-beng sedang membelakangi Sin-hiong, kedua matanya pura-pura melihat ke atas puncak, wajahnya samar-samar tampak hawa membunuh, sebenarnya dia sedang membawa Sin-hiong ke tepi jurang di sisi sungai, yaitu ingin mengambil kesempatan saat Sin-hiong tidak bersiaga, lalu mendorongnya jatuh ke dalam sungai, tapi jika dia bertindak begini, Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun itu pun akan jatuh ke sungai bersama Sin-hiong?

Otaknya berputar cepat, ketika hatinya sedang tidak risau, mendadak diatas puncak terlihat satu bayangan orang yang bergerak sangat cepat!

Munculnya orang ini sangat mendadak, sampai Ho Koan-beng sendiri pun tidak tahu siapa dia, ternyata saat ini Hui-lan pun sudah melihatnya, buru-buru dia menarik Sin-hiong sambil terkejut berkata: "Hiong-ko, di puncak ada orang!"

Sin-hiong sedang memperhatikan sungai, setelah mendengar ini dia langsung melihat ke atas, bayangan orang itu tepat berkelebat menghilang!

Ho Koan-beng mengambil kesempatan ini untuk mengelak dan berkata:

"Dia benar atau bukan belum bisa dipastikan, kita ke puncak saja untuk melihatnya!"

Setelah itu dia langsung mendahului berlari, Sin-hiong dan Hui- lan mengikutinya naik ke puncak!

Gerakan ketiga orang ini cepat sekali, sebentar saja sudah sampai di puncak gunung, tapi disana tidak terlihat siapanya, Ho Koan-beng yang berniat buruk, tidak ingin Sin-hiong menemukan orang itu, supaya dia bisa mengambil kesempatan menyerangnya!

Tadinya Hui-lan masih bercuriga pada Ho Koan-beng, saat melihat di puncak muncul seseorang, tidak tahan hatinya jadi tegang, di dalam hatinya berpikir jika Sin-hiong menemukan Ngo-ki- thian-cun, dengan ilmu silatnya digabungkan dengan Ho Koan-beng, bisa saja merebut kembali Cui-giok, tapi jika saat itu Cui-giok tidak menginginkan Ho Koan-beng malah ingin bersama dengan Sin- hiong, dia harus bagaimana?

Hati wanita semuanya sempit, tidak terkecuali Hui-lan, tujuan dia berbeda dengan Ho Koan-beng, tapi dalam cara berpikir, saat inipun tidak meng-inginkan Sin-hiong menemukan orang itu!

Sin-hiong berputar dua putaran dan berkata:

"Orang ini ilmu silatnya cukup tinggi, menurut pandanganku, kebanyakan dia adalah Ngo-ki-thian-cun!"

Hati Ho Koan-beng jadi tegang, tapi dia masih berpura-pura dan berkata:

"Perkataan saudara Sen mungkin saja, tapi bagaimana kita bisa menemukan dia?" Sin-hiong melangkah dua langkah ke depan, melihat di depan ada setumpukan batu aneh, bayangannya di bawah sinar bulan, tampak dingin mengerikan. Sin-hiong melihat sekali dan berkata:

"Kita coba ke depan melihatnya!"

Setelah berkata, dia mencabut Kim-kau-po-kiam, selangkah demi selangkah maju ke depan.

Ketiga orang itu pelan-pelan berjalan, kedua mata Ho Koan-beng terus memperhatikan keadaan sekeliling, mendadak telinga dia terdengar satu suara aneh di sebelah kanan, harinya tergerak dan berteriak:

"Saudara Sen perlahan saja, biar aku kesana melihat-lihat."

Dia berniat buruk, pergi kesana mencari tempat bagus untuk menyerang, hatinya berpikir:

'Aku sudah menghabiskan waktu sebanyak ini, jika terus begini, kesempatannya akan hilang.'

Maka dia sudah lari ke sana tidak menunggu jawaban dari Sin- hiong.

Sin-hiong dan Hui-lan masih mengira dia benar benar ke sana untuk melihat-lihat keadaan, kedua orang itu menghentikan langkahnya, siapa tahu setelah menunggu sesaat, Ho Koan-beng masih belum kembali.

Sin-hiong jadi mengkhawatirkannya dan berkata:

"Apakah dia sudah menemukan Ngo-ki-thian-cun, mungkin saja mereka sedang bertarung!"

Hui-lan menggelengkan kepala:

"Tidak mungkin!"

Entah apa sebabnya? Terhadap Ho Koan-beng Hui-lan selalu tidak bisa percaya seratus persen, sekarang dia sudah bisa melihat jelas, Sin-hiong sangat jujur, tapi Ho Koan-beng penuh kelicikan, makanya dia sangat mengkhawatirkan Sin-hiong. Sin-hiong tidak bicara, menunggu lagi sesaat, tapi Ho Koan-beng masih tidak muncul, maka dia berkata lagi:

"Mungkin dia sudah mengalami hal yang tidak diinginkan, kau tunggu disini, biar aku pergi kesana melihatnya!"

"Aku juga ikut!" kata Hui-lan cemas.

Sin-hiong dengan lembut memandang dia dan berkata:

"Adik Lan, kau jangan menempuh bahaya, ada aku sudah cukup."

Bagaimana Hui-lan bisa tenang dia tahu Sin-hiong melakukan ini karena mau melindungi dirinya tapi dia tidakbisa membiarkan Sin- hiong menempuh bahaya sendirian. Saat itu berkata: .

"Tidak apa, aku bisa melindungi diri sendiri."

Setelah berkata, sepasang matanya melihat Sin-hiong dengan penuh cinta, Sin-hiong hanya merasa hatinya melayang, sesaat tidak tega menolaknya, maka menganggukan kepala, bersama Hui- lan pergi kesana.

Batu-batu disini selain tinggi juga besar-besar, puncak yang hijau bisa terlihat dari kejauhan, saat ini malam sudah larut, kadang- kadang masih terdengar suara pekikan kera.

Kedua orang itu menembus beberapa tumpuk-an batu, mendadak di depan mata ada lapangan luas ke bawah, Sin-hiong menghentikan langkahnya, berkata:

"Adik Lan hati-hati, kau ikut di belakangku!"

Hui-lan menyahut sekali, mengikuti Sin-hiong dari belakang, sepasang mata hitam yang besar dibuka lebar-lebar, dalam hatinya berpikir:

'Tidak peduli Ngo-ki-thian-cun atau Ho Koan-beng, siapa saja dari mereka asal menyerang Sin-hiong, aku pun akan pertama menyerangnya.

Keadaan lapangan ini juga aneh, semakin kedua orang itu turun terasa jalannya berliku-liku, walaupun di langit ada sinar bulan yang tipis, tapi keadaan di depan mata cukup gelap.

Hui-lan menghela nafas panjang, katanya:

"Hiong-ko hati-hati, aku lihat disini sedikit aneh?"

Sin-hiong tidak menjawab, tapi tangannya lebih erat memegang pedang pusakanya, berjalan tidak jauh, lapangannya mendadak jadi datar, di depan ada sebuah hutan, sinar bulan dengan susah payah menembus ke bawah, angin bertiup lemah, di dalam hutan terdengar suara daun pohon ditiup angin, Hui-lan berkata lirih:

"Tempat ini angker sekali, jika ada orang pasti bukan orang baik- baik?"

Perkataannya belum selesai, tiba-tiba terdengar suara jeritan mengerikan yang tajam sekali di belakang hutan!

Sin-hiong tergetar dan berteriak:

"Ini suaranya saudara Ho, kita segera ke sana!"

Dia membalikan tangan menarik Hui-lan, sambil berteriak "Lari!" dua bayangan orang itu melesat ke dalam hutan!

Gerakan mereka cukup cepat, tapi setelah tiba di dalam hutan dan melihat, di sekeliling tempat itu, setengah bayangan orang pun tidak ada?

Setelah Sin-hiong melihat-lihat, dia berkata:

"Heran, kenapa tidak terlihat satu orang pun?"

"Mendengar suara tadi, sepertinya berasal dari tempat ini, hemm hemm, sungguh ajaib sekali!"

Walaupun kedua orang itu sedang berbicara, tapi kakinya tetap berjalan kesana-kemari, Hui-lan menggetarkan pedangnya, membuat ujung pedangnya mengeluarkan bunga pedang tiba-tiba di tanah tampak ada jejak kaki!

Sin-hiong yang ikut melihat langsung berteriak: "Di depan, cepat kesana!"

Hati Hui-lan selalu tidak bisa tenang tapi dia saat ini dia tidak enak memberitahukan pada Sin-hiong dia khawatir membuyarkan konsentrasinya.

Sekarang kedua orang ini sudah keluar dari hutan, terlihat di belakang hutan ada parit yang dangkal, Sin-hiong melihat-lihat, lalu dengan Hui-lan berjalan menelusuri parit, berjalan sesaat, mendadak parit itu jadi melebar, Sin-hiong bersuara "Iiih!" dan berkata:

"Suara airnya begitu besar, kenapa kita tadi tidak mendengarnya?"

Hui-lan melihat ke belakang, lalu menunjuk dengan tangan dan berkata:

"Hiong-ko, kau lihat, kita sudah belok dari sudut gunung, tentu saja tidak bisa mendengarnya!"

Sekarang Sin-hiong pun merasakan ada sesuatu yang ganjil, sebab mereka tadi mendengar suara jeritan dari Ho Koan-beng, dan suaranya datang dari belakang hutan, tapi sekarang bukan saja mereka sudah melewati hutan, malah sudah belok dari sudut gunung, tapi satu bayangan orang pun tidak terlihat, bagaimana tidak membuat orang jadi keheranan?

Sin-hiong mengerutkan alis, nada bicaranya seperti pada dirinya saja, katanya:

"Coba kita jalan lagi ke depan, pasti menemukan salah satu dari dua orang itu!"

Dua orang yang dia katakan itu, tentu saja ditujukan pada Ho Koan-beng dan bayangan hitam yang tapi sekelebat menghilang, hanya langit yang tahu, bagaimana dia bisa memastikan bayangan hitam itu adalah Ngo-ki-thian-cun?

Semakin ke atas gunung, airnya semakin besar, keadaan yang tidak normal ini sangat mengherankan mereka, sesudah lewat hampir dua jam, kedua orang sudah merasa tidak sabar lagi, tapi di depan mata mendadak ada satu danau.

Walaupun danau ini tidak besar, tapi percikan air yang diterjang oleh air terjun itu, dimalam hari pemandangannya sangat indah!

Sin-hiong tidak tahan merasa kagum, berkata: "Sungguh tempat yang bagus sekali!"

Mendengar ini, Hui-lan, tidak tahan tertawa dan berkata: "Kau masih bisa menikmati pemandangan ini!"

Baru saja dia selesai bicara, mendadak dari balik air terjun terdengar suara rintihan, kedua orang jadi terkejut, Sin-hiong berteriak:

"Saudara Ho, saudara Ho    "

Dia berteriak beberapa kali, tapi kembali tidak ada yang menjawab.

Hui-lan menarik dia dan berteriak:

"Hiong-ko jangan kesana!"

Sin-hiong tidak peduli, ternyata dia seperti mendengar suara Ho Koan-beng jika Ho Koan-beng terluka, menurut sifatnya, walau di sana sarang singa, dia tetap harus menyelidikinya.

Di balik air terjun setelah terdengar sekali teriakan, lama sekali tidak ada teriakan lagi, Sin-hiong merapihkan bajunya dan berkata pada Hui-lan:

"Adik Lan kau tunggu disini, aku kesana sebentar saja!"

Hui-lan terkejut sekali dan berkata: "Bagaimana bisa kau pergi seorang diri?" Walaupun Hui-lan sangat khawatir, tapi dia sekarang sudah tahu sifat Sin-hiong tahu tidak bisa mencegahnya, terpaksa dia memperingatinya:

"Kau harus berhati-hati sekali, jika tidak ada apa-apa? Cepat kembali lagi!" Sin-hiong menganggukan kepala, lalu mengambil nafas, tubuhnya meloncat ke atas masuk ke balik air terjun itu!

Di balik air terjun itu apakah ada tempat untuk berpijak, dia tidak mempedulikannya, saat tubuhnya meloncat ke atas, Kim-kau-po- kiam sudah disabetkan tiga kali, dalam liati dia pikir, 'jika di dalam tidak ada tempat untuk berpijak kaki, asalkan dia meminjam sedikit tenaga ujung pedang, bagaimana pun tidak akan tenggelam!

Tapi baru saja dia menembus air terjun, mendadak dia merasa dari depan ada angin dahsyat datang menyerang, dia tahu di dalam pasti ada orang bersembunyi, sambil menggunakan pedangnya dia masih bisa membelokan angin serangan itu di udara!

Orang yang di dalam gua itu terkejut, tidak menduga di udara Sin-hiong masih mampu meloloskan dirinya, mengambil kesempatan sebelum Sin-hiong turun kebawah, dia secepat kilat sudah melesat ke dalam!

Sin-hiong turun di depan mulut gua tanpa basah sedikitpun, tapi dia tidak mempedulinya, dia tidak tahu siapa yang sembunyi di dalam gua ini, saat itu dengan nada dalam dia berkata:

"Siapa yang ada di dalam, aku Sen Sin-hiong mau masuk     "

Setelah berkata, tangan kanannya menghunus pedang, telapak tangan kiri melindungi dada, langsung menerjang masuk!

Ketika dia menghentikan langkahnya, terlihat keadaan di dalam gua berbeda sekali dengan di luar gua, di dalam gua selain kering sekali, juga seperti ada orang yang tinggal disini!

Dia sudah masuk ke dalam sarang singa, tentu saja harus hati- hati sekali, pelan-pelan maju ke depan, berjalan tidak jauh, mendadak terlihat di depan sinar bulan menembus, dia berpikir, "tempat ini aneh sekali, tapi tidak tahu siapa orangnya yang tinggal disini?"

Sin-hiong berjalan ke depan, mendadak terlihat di sebelah kanan ada satu pintu batu, maka dia berjalan ke sana. Siapa duga, setelah dekat dia melihat di dalam ada tiga kamar yang berhubungan, yang paling mengejutkan dia adalah di kamar paling belakang bertumpuk tidak kurang ribuan liang emas, Sin- hiong yang melihat jadi terkejut sampai bengong?

Melihat keadaannya, gua batu bertirai air terjun ini adalah tempat penyimpanan barang jarahan seorang perampok besar, tapi tadi ada orang yang diam diam menyerang dirinya, apakah dia pemilik gua ini?

Dia teringat suara rintihan di luar gua tadi, suara itu jelas adalah suaranya Ho Koan-beng dia tidak mungkin salah dengar? ^

Setelah berpikir, dia tidak mau masuk ke dalam kamar itu, supaya tidak dituduh orang mencuri barang lalu melangkahkan kakinya jalan ke depan.

Berjalan sampai di kamar paling belakang, dia sudah sampai ke ujung gua, jika maju lagi ke depan kelihatannya tidak ada jalan keluar, Sin-hiong mengikuti sinar bulan melihat keatas, terlihat diatas ada saru lubang kecil, sinar bulan yang tipis itu tembus dari lubang itu.

Dia masih menduga-duga, gua ini tidak luas, selain rumah batu itu, tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, jika di dalam gua ada orang, orang itu pasti bersembunyi di salah satu dari tiga kamar itu.

Berpikir sampai disini, Sin-hiong berjalan balik ke asalnya, dia sengaja melangkah dengan keras, sampai di pintu kamar, berpikir juga tidak, langsung masuk ke dalam!

Masuk ke kamar pertama, kedua, di dalam tidak ada orang, saat dia masuk ke kamar ketiga, "Buum!" di belakangnya jatuh sebuah batu besar, tepat menutupi pintu kamar!

Sin-hiong terkejut, dia menyapu ke belakang, tapi batunya sekeras baja, terdengar "Paak!" di atas pintu batu berjatuhan debu batu, tubuh dia malah terpental ke belakang selangkah oleh tenaga balik!

Dia menghela nafas dingin, di dalam hatinya berpikir: "Aku tidak mendengar nasihat Hui-lan, akhir-nya terjebak oleh siasat licik orang!

Ketika berpikir, mendadak dari luar terdengar tawa dingin dan berkata:

"Saudara Sen, kenapa kau lari ke dalam?"

Mendengar suaranya, ternyata adalah Ho Koan-beng, sekarang dia sudah mengerti semuanya, suara jeritan mengerikan, suara rintihan itu, kelihatan-nya itu sengaja dilakukan, supaya dapat memancing dirinya masuk kesini, tidak disangka sesudah memper- lakukan dia begitu baiknya, Ho Koan-beng masih menggunakan siasat menghadapi dirinya, hati orang sungguh sulit ditebak?

Berpikir sampai disini, dia menghela nafas, berkata:

"Saudara Ho, aku sungguh kagum padamu telah menghabiskan seluruh kepintarannya, saat ini kau menahan aku di dalam sini, apakah hanya karena masalah Cui-giok?"

Ho Koan-beng tertawa dan berkata:

"Ini hanya salah satu sebab!"

Sin-hiong merasa tidak mengerti dan berkata: "Kalau begitu mohon beritahukan sebab kedua?" Ho Koan-beng terhenti sejenak lalu berkata:

"Beberapa hari lalu, aku telah terkena pukulan Im-hong-ciang (Telapak tangan dingin) nya Goan Thian-hoa, coba katakan, saudara Sen menggunakan apa menyembuhkan aku?"

Tidak menunggu Ho Koan-beng menyelaskan selanjutnya, Sin- hiong sudah dapat menerka apa sebab keduanya, di dalam hati berpikir, dulu Ho Koan-beng orangnya cukup baik, kenapa dalam waktu singkat bisa berubah jadi begini?'

Walaupun Sin-hiong membenci dia, tapi di dalam hatinya, sangat menyayangkan dia berlaku ke jalan yang salah. Ho Koan-beng menjaga di luar, melihat Sin-hiong tidak bicara, dengan dingin berkata:

"Saudara Sen kalau mau berpikir dulu juga bagus, aku harus membereskan dulu wanita hina itu baru kesini lagi!"

Setelah berkata begitu dia berjalan keluar!

Sin-hiong jadi sangat gelisah, sekuatnya dia memukul pintu batu itu, tapi sampai lengannya sakit, tetap saja tidak berguna, maka dia berjalan menge-lilingi kamar itu dua putaran, terpikir dia sendiri di dalam tidak masalah, tapi Kui-lan bukanlah lawannya Ho Koan- beng?

Berpikir sampai disini, hatinya cuma bisa semakin gelisah.

Hari sudah terang Ho Koan-beng masih belum kembali, di dalam hatinya berpikir orang ini banyak siasat licik, Hui-lan seorang diri diluar, mungkin sekarang sudah dibunuhnya?

Dia berpikir kesana-kemari tanpa ada hasil, di dalam hati sudah ada satu keputusan, yaitu tidak peduli menggunakan cara apa pun, dia tidak boleh menyerahkan Ho-siu-oh itu pada dia?

Tengah hari juga sudah lewat, malam sudah tiba, tetap saja belum mendengar ada derap kaki Ho Koan-beng, merasa gelisah saja juga tidak ada gunanya, Sin-hiong sekalian saja duduk bersila, berusaha memikirkan cara meloloskan diri.

Tapi begitu dia bersila langsung terasa perutnya kosong, dia sadar sudah seharian dia tidak makan, hatinya berpikir, dalam gua ini sulit mendapat makanan, tampaknya dia akan mati kelaparan!

Setelah berpikir lagi sesaat, dia merasa perutnya semakin melilit, walau memaksa menahan-nya, tapi perut lapar tidak bisa dibandingkan dengan hal lain, semakin dipikir semakin lapar saja, dalam keadaan perut lapar dia berjalan berputar-putar di dalam kamar.

Dalam keadaan sulit menahannya, tiba-tiba Sin-hiong terpikir Ho- siu-oh, tapi saat keinginannya tergerak, kembali menggeleng- gelengkan kepala:

"Tidak boleh, tidak boleh, bagaimana bisa aku menggunakan pusaka yang sulit didapat ini untuk mengisi perut?"

Tapi, semakin mau menahannya, rasa laparnya semakin lihay, dengan susah payah dia menahan sampai hari kedua, akhirnya dia sudah tidak bisa menahannya lagi, dengan sendirinya dia mengeluar-kan kotak kecil warna emas itu, saat dia melihatnya, kembali memaksakan diri memasukan kembali ke dalam baju.

Hari kedua sudah lewat, Sin-hiong merasa kepala berputar-putar, mata berkunang-kunang, di dalam hatinya berpikir jika begini terus, menunggu sampai dirinya lemas tidak bertenaga, Ho Koan-beng bisa diam-diam datang dan dirinya tidak ada tenaga melawannya, bukankah Ho Koan-beng bisa dengan mudah merebut Ho-siu-oh ini?

Berpikir sampai disini, hatinya jadi tergetar keras, kembali dia mengeluarkan kota kecil itu, menatap lama sekali, tapi dia masih tidak berani menggunakannya!

Hari ketiga bukung, bukan saja laparnya amat menyiksa, dia juga merasa sangat haus, di dalam hatinya berpikir:

"Aku dikurung di dalam gua ini, tidak apa mati kelaparan, tapi perintah guru masih belum selesai, walaupun mati juga tidak bisa mempertanggung jawabkan pada guru di akhirat!

Akhirnya dia tidak ragu-ragu lagi, dia meng-ambil sebagian Ho- siu-oh, dengan nekad memasukan ke dalam mulutnya!

Ho-siu-oh yang berusia ribuan tahun sungguh hebat khasiatnya, baru saja masuk ke dalam perut, Sin-hiong langsung merasakan ada arus hangat menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa hausnya langsung meng-hilang, buru-buru dia bersemedi untuk melancarkan peredarannya, saat ini dia merasa hawa murninya bergolak, tenaga dalamnya terasa bergolak, semangat-nya sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari pada hari-hari biasanya!

Dia segera mencoba kekuatannya, dengan hebat menghantam menggunakan telapak tangannya, terdengar suara keras "Buum!" batu besar yang berat-nya ada ribuan kati itu, telah bergeser sedikit!

Melihat itu, Sin-hiong tidak terasa menjadi sangat senang, di dalam hati berkata:

"Asal aku memukul tiga kali lagi, bukankah aku sudah bisa keluar?"

Ketika otaknya berputar, telapak tangannya sudah diangkat, tapi pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di mulut gua.

Sin-hiong segera menurunkan lengannya, terdengar Ho Koan- beng dengan sombong berkata:

"Kau tidak akan bisa lari kemana pun, bagai-mana pun aku harus menangkapmu?"

Sin-hiong tergerak, di dalam hatinya berpikir ternyata benar Ho Koan-beng pergi mencari Hui-lan, tapi entah kenapa bisa sampai menghabiskan waktu tiga hari lamanya?

Terdengar Hui-lan memakinya:

"Kau bangsat berhati busuk, kulihat akhirnya kau akan mati tidak wajar!"

Ho Koan-beng berkata dingin:

"Aku tidak peduli mati wajar atau tidak, asalkan kau bisa membujuk dia memberikan Ho-siu-oh itu, maka aku akan melepaskanmu!"

Mendengar ini, kemarahan Sin-hiong naik sampai rambut pun berdiri, dia tidak menduga Ho Koan-beng bisa melakukan perbuatan yang begini, tadinya dia mau mengambil kesempatan sebelum mereka sampai di depan pintu, dia membuka pintu dengan mendobraknya, tapi setelah dipikir-pikir, orang ini sungguh tidak bisa dibiarkan hidup, jika tidak, entah berapa banyak orang lagi yang dicelakai dia?

Tapi pikirannya sudah terlambat satu langkah, saat ini Ho Koan- beng sudah masuk kedalam gua. "Disini?" tanya Hui-lan

Ho Koan-beng menganggukan kepala, Hui-lan berteriak: "Hiong-ko, kau tidak apa apa?"

Dalam waktu yang sempit ini, otak Sin-hiong mendadak berputar, di dalam hati berpikir:

'Kenapa aku tidak tipu saja mereka!

Berpikir sampai sini, maka dia pura-pura tidak mendengarnya, hati Hui-lan tergetar, 'dengan gelisah bertanya:

"Bukankah kau sudah mengurung dia tiga hari? Aduh, mungkin sudah tidak bisa bergerak karena kelaparan!"

Setelah berkata, dia berontak ingin berlari ke depan, tapi Ho Koan-beng mencengkram pergelangan tangan dia, begitu Hui-lan bergerak, mendadak merasa pergelangan tangan mati rasa, Ho Koan-beng berkata dingin:

"Sabar, kau begini pun tidak bisa masuk!"

Walaupun berkata demikian, tapi otak dia berputar, sambil memegang tangan Hui-lan dia maju mendekat, begitu melihat Sin- hiong roboh duduk di tanah tidak bergerak, dengan pelan memanggil:

"Saudara Sen, temanmu sudah datang!"

Sin-hiong tetap diam tidak mempedulikan, Ho Koan-beng tertawa dingin berkata lagi:

"Di antara kalian, siapa pun yang tersiksa sama saja!"

Setelah berkata, lima jarinya mencengkram lebih erat lagi, Hui- lan hanya merasa pergelangan tangannya seperti dijepit oleh besi panas "Aduh!" dia berteriak keras, Ho Koan-beng berkata lagi:

"Bagaimana, jika kedua belah pihak tersiksa, sangat tidak menguntungkan sekali!" Tadinya Sin-hiong masih ingin terus berpura pura, tapi melihat Hui-lan kesakitan, hatinya jadi tidak tega, akhirnya berkata:

"Saudara Ho, kau ada masalah apa hadapilah aku, buat apa melampiaskan pada seorang wanita yang lemah dan tidak berdosa?"

Ho Koan-beng tertawa keras dan berkata:

"Jika kau menyerahkan Ho-siu-oh itu padaku, aku jamin kalian berdua tidak apa-apa?"

Sin-hiong berjalan ke sisi pintu batu:

"Aku mendapatkan Ho-siu-oh ini dengan tidak sengaja, jika saudara Ho menginginkannya, silahkan buka dulu pintunya!"

Ho Koan-beng sangat senang dan berkata:

"Janji laki-laki sejati!"

Hui-lan mendadak menyela:

"Hiong-ko, jangan dengarkan dia!" Sin-hiong dengan emosi berkata:

"Jika saudara Ho sampai tidak percaya pada-ku, bisnis kita ini batalkan saja!"

Ho Koan-beng berpikir-pikir sebentar, sambil tertawa berkata: "Tidak, tidak, sekarang kubuka pintunya!"

Setelah berkata, jarinya menekan di atas tembok batu, terdengar suara "Buum!", pintu batu itu sudah berguling ke samping!

Sin-hiong meloncat keluar, melihat tangan Ho Koan-beng mencengkram jalan darah Hui-lan, satu tangan lagi memegang pedang, wajahnya tampak tersenyum licik, dia berkata:

"Bagaimana, sudah saatnya menepati janji bukan!"

Mata Sin-hiong melotot dan menyorot sinar yang tajam, dengan kesalnya berkata:

"Ho Koan-beng, aku memperlakukanmu dengan baik!" Ho Koan-beng melihat wajah dia penuh dengan hawa membunuh, tidak tahan mundur ke belakang dan berteriak:

"Saudara Sen, kau harus pandai melihat keadaan, jika kau maju satu langkah lagi, aku terpaksa membunuh dia!"

Sin-hiong tidak pedulikan, mendadak dia maju selangkah! Ho Koan-beng melihat dia malah tidak takut ancaman, hatinya jadi tergetar dan berteriak:

-oo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar