PPKE Bab 04 : Seperti bayangan mengikuti bentuk

 
Bab 04 : Seperti bayangan mengikuti bentuk

Dua orang yang datang itu adalah Lam-goat-sian-ku dan pelayannya Ceng-ji, pada saat kedua orang itu muncul, ada satu bayangan manusia juga bersamaan meloncat keluar ke arah yang berlawanan.

Sai-hoa-to Ong Leng berteriak:

"In-kong, In-kong    "

Lam-goat-sian-ku tertawa dingin dan berkata: "Orang-orang di dunia persilatan semua mengatakan kita sudah kalah di tangan Kim- kau-kiam-khek, kenapa setelah melihat kita dia masih melarikan diri?"

Hati Sin-tung-thian-mo pun punya perhitungan sendiri, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menggerakan tongkatnya, dengan tertatih-tatih pergi menghilang di kegelapan malam.

Ceng-ji berteriak:

"Sian-ku, apa kita harus mengejarnya?"

Dengan mata dingin Lam-goat-sian-ku memandang bayangan punggung Hiang Pu-cia, katanya:

"Mengejarnya sudah pasti, tapi. "

Perkataannya berhenti sebentar, lalu berkata lagi: "Ong-tayhiap, dimana peta itu?"

Sai-hoa-to mengeluh panjang, lalu berkata:

"Nona Ong, terus terang saja, peta rahasia itu tidak ada ditanganku, sepuluh hari yang lalu kudengar masih muncul di Soa- say, apakah nona tidak pernah mendengar kabarnya?"

Lam-goat-sian-ku mengerutkan alis, tanyanya: "Benarkah perkataanmu ini?"

"Kenapa nona juga tidak percaya kata-kataku, demi peta yang tidak ada gunanya ini, aku hampir mengalami mala petaka, keluargaku sudah musnah, malah hari ini dan untuk selanjutnya, selain Kim-kau-kiam-khek yang menyuruh aku, walau aku harus mati aku pun tidak akan menolaknya, siapa pun orang dunia persilatan yang datang ingin berobat, mati pun aku tidak akan melayaninya!"

Habis berkata, dia berjalan selangkah demi selangkah memiju tiga buah peti mati itu, sepasang matanya berlinang air mata, kesedihan hatinya tidak perlu diutarakan lagi.

Tadinya Lam-goat-sian-ku masih ingin ber-tanya lagi, tapi setelah melihat keadaannya, walaupun ada pertanyaan pun sudah tidak bisa ditanyakan lagi. Kata-kata Sai-hoa-to Ong Leng walaupun tidak enak di dengar, dia pun tidak enak melakukan tindakan, setelah melihat- lihat waktu, dia berkala:

"Ceng-ji, lebih baik kita kejar dia dulu saja." Ceng-ji menyahut, dalam sekejap mereka berdua pun menghilang di kegelapan malam.

Waktu sudah menunjukan tengah malam, di atas jalan raya ada seorang penunggang kuda sedang memacu kudanya, dia adalah Sin-hiong.

Ketika berada di rumah Sai-hoa-to, tadinya dia tidak berniat langsung pergi meninggalkan tempat itu, setelah melihat yang datang adalah Lam-goat-sian-ku, khawatir dia mengusik masalah lama, sehingga dirinya terganggu, maka dia lari keluar ke arah berlawanan.

Sekarang, malam begitu kelam, tapi hati Sin-hiong sedikit bergejolak, dia teringat Sun Cui-giok, asal Lihiap berbaju merah itu tidak berniat buruk padanya, aku pasti bisa membebaskan Sun Cui- giok.

Berlari sebentar, dia baru memperlambat kudanya, jam tiga malam sudah lewat, jam lima pun sudah lewat, sampai hari sudah terang dia masih tidak berhenti, sekarang ini dia hanya punya satu tujuan. Pergi ke kuil Siauw-lim-si di Song-san.

Saat terpikir   kuil   Siauw-lim-si,   wajahnya   tampak   sinar keangkuhan, di dalam hati dia berpikir:

'Kuil Siauw-lim-si adalah sumber ilmu silat di seluruh dunia, sejak dahulu diagungkan oleh orang-orang dunia persilatan, hemm... hemm... jika dua hari kemudian, seorang anak muda yang tidak punya nama bisa mengalahkan ketua mereka, siapa yang bisa percaya. Sepuluh tahun lalu anak muda ini masih seorang anak yang bekerja pada orang sebagai pengambil kayu bakar, sepuluh tahun kemudian malah bisa melakukan hal yang menggemparkan dunia?'

Dia membayangkan dan membayangkan, tidak terasa wajahnya jadi berseri-seri.

Sepanjang perjalanan Sin-hiong tidak berhenti, dalam perjalanan dia hanya makan sedikit, lalu kembali melanjutkan perjalanannya, tiga hari kemudian pada tengah hari, dia sudah tiba di Mong-kin di provinsi Ho-lam.

Mong-kin adalah sebuah kabupaten besar di Ho-lam, dengan melakukan perjalanan seperti yang Sin-hiong lakukan sekarang, besok di waktu ini dia sudah bisa tiba di Song-san. Hati dia sedikit bergolak, berjalan melalui jalan raya, terlihat orang ramai berlalu lalang, di dalam hati dia berkata: .

"Bagaimana pun hari ini aku tidak bisa tiba di Song-san, lebih baik beristirahat dulu disini satu malam, sekalian melihat-lihat keadaan."

Harus diketahui sejak turun gunung, dia jarang berhenti dalam melakukan perjalanan, sehingga kadang-kadang dia berjalan di tempat yang sepi, jarang sekali tiba di kabupaten besar seperti Mong-kin ini, maka kali ini setelah menetapkan hati, dia menghentikan perjalanannya, melihat-lihat dimana ada tempat untuk istirahat.

Tiba-tiba dia melihat ada dua orang hweesio tinggi besar berjalan di depannya.

Hweesio dan tosu di dunia ini banyak sekali, dua orang itu lewat begitu saja di hadapannya, tadinya dia tidak terlalu memperhatikan, hanya ada salah seorang di saat akan lewat, mendadak berkata:

"Bu-keng Suheng, apa kau pernah mendengar nama Kim-kau- kiam-khek?"

Hati Sin-hiong tergetar, matanya segera melirik, terdengar seorang lagi menjawab:

"Tidak pernah dengar, tapi sekarang sudah banyak mendengarnya!"

Tadinya Sin-hiong masih ingin mendengarkan lanjutannya, tapi kedua hweesio itu sudah berjalan jauh. Dia melakukan perjalanan memang ingin pergi ke Siauw-lim-si, begitu mendengar percakapan ini, dia segera tahu mungkin kedua hweesio ini akan pergi ke kuil Siauw-lim-si.

Dia berpikir-pikir, di dalam hati berkata:

'Tidak percuma kuil Siauw-lim-si disebut perguruan besar yang ternama, belum lagi dia tiba, mereka sudah mempersiapkan diri dan meningkatkan kewaspadaannya,'

Dia berputar dua kali di jalan raya, lalu ber-jalan menuju sebuah penginapan.

Saat ini, saatnya makan malam, di dalam rumah makan sudah banyak orang, ketika Sin-hiong masuk sudah tidak ada tempat kosong lagi, pelayan rumah makan menyambutnya dan berkata:

"Siauya mau menginap?"

Sin-hiong menganggukan kepala, tadinya dia ingin makan saja, hanya begitu melihat di ruangan makan sudah penuh orang, maka sekalian saja dia memesan kamar dulu baru makan, maka dia menjawab:

"Boleh juga, kau carikan aku satu kamar dulu."

Pelayan itu dengan wajah berseri-seri men-jawab sambil membawa Sin-hiong ke pekarangan belakang dan berkata: "Aku tahu Siauya ingin makan, tapi di luar terlalu banyak orang?

Biar aku nanti mengantarnya ke dalam kamar."

Perkataannya cocok dengan keinginan Sin-hiong, saat itupun dia pesan dua macam masakan, dan pelayan segera pergi mengurusnya. ^.

Setelah Sin-hiong duduk, dalam hati berpikir 'Di tempat ini lebih baik berlaku sopan sedikit, maka dia menggantungkan kecapi kunonya diatas dinding, dengan tampangnya yang sangat tampan, persis seperti seorang pelajar yang baru

Tidak lama, pelayan sudah mengantarkan makanan, setelah Sin- hiong selesai makan, baru saja bangkit berdiri ingin berjalan-jalan, tiba-tiba terdengar suara kaki berjalan dan satu suara merdu yang berkata:

"Kamar yang ini saja!"

Suaranya buat pendengaran Sin-hiong terasa seperti hafal sekali, hatinya berpikir:

'Cepat benar kedatangan mereka!' Terpaksa dia menunda langkahnya, setelah suara kaki itu lewat di pintu kamar, diam-diam dia membuka pintu, benar saja dia melihat Lam-goat-sian-ku dan Ceng-ji sudah lewat dari pintunya.

Setelah kedua orang itu cukup jauh, baru dia pelan-pelan berjalan keluar, siapa sangka baru saja sampai di mulut loteng, di depan tiba-tiba ada seorang hweesio yang mendekat kepada Sin- hiong, sambil mengucapkan 'O-mi-to-hud' lalu berkata:

"Mohon tanya apakah Sicu marga Sen?" Sin-hiong terkejut dan menjawab:

"Benar, aku Sen Sin-hiong, entah guru ada perlu apa?"

"Kalau begitu, Sicu ini pasti adalah Kim-kau-kiam-khek Sen Sin- hiong yang akhir-akhir ini terkenal di dunia persilatan."

Sin-hiong berpikir cepat: "Terima kasih, sebenarnya aku tidak berani menerima sebutan ini."

Hweesio itu pelan-pelan melangkah dan berkata: "Melihat hati Sicu yang terbuka ini, tidak perlu malu mendapat julukan Kim-kau- kiam-khek."

Hweesio ini sambil berkata sambil meng-halangi jalan di mulut loteng, tidak naik juga tidak berniat turun, jika saat ini Lam-goat- sian-ku keluar, pasti dia akan melihat Sin-hiong dan mungkin akan menambah kerepotan.

Setelah berhenti sejenak, hweesio itu kembali berkata:

"Aku Ci-hui dari Siauw-lim-si, ada satu masalah yang ingin dibicarakan dengan Sicu, entah Sicu ada waktu atau tidak?"

Tubuh Sin-hiong tergetar, dalam hati berpikir:

'Belum sampai di Siauw-lim-si, mereka sudah datang mencariku, entah apa tujuan orang ini?" Saat itu dia memiringkan tubuh dan berkata:

"Di ruang makan sangat ramai, jika Taysu bersedia, bagaimana jika berbicara di dalam kamar?

Setelah berbicara, dia mengangkat tangan mempersilahkan.

Ci-hui Taysu tidak sungkan-sungkan, kedua orang itu lalu masuk dan duduk di dalam kamar, mata Ci-hui Taysu memandang kecapi kuno di atas dinding, Sin-hiong jadi waspada, pikirnya:

'Walaupun kau berniat buruk, mungkin masih belum mampu.'

Ci-hui Taysu menarik kembali sorot matanya, dengan suara seperti mengeluh dia berkata:

"Beberapa puluh tahun yang lalu, pedang pusaka ini pernah membuat geger di perguruan kami, saat itu aku masih kecil, tapi tahu guru Sicu bertarung demi gengsi, sehingga kedua belah pihak tidak bisa berdamai, mungkin Sicu pun tahu hal ini."

Sin-hiong menganggukan kepala, Ci-hui Taysu melanjutkan: "Sicu tahu akan hal ini sangat bagus, aku datang kemari hanya ada satu permohonan kecil."

Saat dia mengatakan ini, wajahnya tampak tenang, Sin-hiong bertanya:

"Entah apa permohonan Taysu?"

"Masalah yang sudah lewat biarkan saja lewat, entah Sicu ada niat berdamai atau tidak, ini tergantung pikiran Sicu."

Maksud kata-katanya, mengharapkan Sin-hiong membatalkan kepergian ke kuil Siauw-lim-si, Sin-hiong tertegun, didalam hati pikir:

'Bagaimana bisa? Guru memperlakukan aku seperti anak sendiri, wasiat beliau sebelum meninggal dunia, menyuruh aku mengunjungi sembilan perguruan besar di dunia persilatan, jika kuil Siauw-lim-si juga tidak bisa dikunjungi, perguruan lainnya tidak perlu diceritakan lagi.'

Tadinya dia ingin menolak, tapi ketika mata-nya tidak sengaja melihat wajah Ci-hui Taysu yang penuh welas asih, walau hatinya ada niat menolak, tapi sesaat tidak bisa mengatakannya.

Ci-hui Taysu adalah hweesio berilmu tinggi, begitu melihat wajah Sin-hiong, dia sudah tahu kesulitannya, saat itu sambil tersenyum dia berkata lagi:

"Perintah guru seperti perintah ayah, aku rasa di dalam hati Sicu pasti ada kesulitan?"

"Mata Taysu tajam sekali, walaupun aku berniat menyanggupinya, tapi perintah guru tidak bisa ditolak, terpaksa mengecewakan niat baik Taysu."

Ci-hui Taysu berpikir sejenak, mendadak dia mengambil dua sumpit di atas meja, satu diberikan pada Sin-hiong, Sin-hiong masih belum tahu apa tujuannya, Ci-hui Taysu sudah berkata:

"Aku adalah kepala cabang Siauw-lim-si bagian barat, jika Sicu tidak bisa menolak perintah guru, terpaksa aku mencoba dulu kehebatan ilmu silat Sicu, jika Sicu menang, silahkan datang ke Siauw-lim-si, jika kalah?. "

Sin-hiong melanjutkan:

"Itu hanya bisa menyalahkan aku belajar ilmu silat kurang mahir, walau pergi pun tidak akan ada hasilnya, lalu buat apa pergi?"

Ci-hui Taysu menganggukan kepala:

"Hanya saja, aku sudah sepuluh tahun lebih tidak pernah menggunakan senjata, bagaimana kalau kita menggunakan sumpit di tangan masing-masing untuk mencobanya?"

Hati Sin-hiong tergerak, pikirnya:

'Akalnya bagus juga, saat itu dia sudah memegang erat sumpitnya dan berkata:

"Jika begitu, silahkan Taysu menyerang ter-lebih dulu?"

Ci-hui Taysu tidak sungkan-sungkan lagi, diam-diam menghirup nafas, teriaknya, "Siap"! dia melayangkan sumpitnya, menotok ke arah jalan darah Kian-hu-hiat Sin-hiong! '

Dua orang itu saling berhadapan, jaraknya tidak sampai empat lima kaki, dengan ilmu silatnya, mereka bisa menewaskan lawannya, di luar walaupun tampak beramah-ramah, tapi ketika bertarung, malah lebih lihay dari pada menggunakan senjata yang sebenarnya.

Sin-hiong tidak berani lengah, sumpitnya menangkis lalu balik menyerang.

Siapa sangka jurus Ci-hui Taysu, kelihatannya diarahkan ke jalan darah Kian-hu-hiat di tubuh sebelah kiri Sin-hiong, tapi ketika Sin- hiong menangkis, terlihat pergelangan tangan dia sedikit diangkat, mendadak arahnya berubah, menotok jalan darah Kian-hu-hiat di sebelah kanan tubuh Sin-hiong.

Sin-hiong sedikit terkejut dan berteriak: "Jurus bagus!" Tubuhnya merendah ke belakang, lengan kanan kembali menangkisnya, tapi tidak memberi kesempatan Ci-hui Taysu meneruskan serangannya, tangannya langsung menotok jalan Hwan-sui-hiat Ci-hui Taysu.

Kecepatan jurusnya, sungguh tidak bisa dibayangkan, dalam sekejap Sin-hiong sudah bisa balik menyerang, wajah Ci-hui Taysu jadi berubah, sumpit di tangannya memdadak di gunakan sebagai tongkat hweesio, secepat meteor menyapu melintang.

Jika Sin-hiong tidak segera merubah jurusnya dan menarik tangannya, 'senjata' di tangannya ada kemungkinan akan terpukul dan terlepas dari tangan-nya, sepasang mata Sin-hiong jadi bersinar, otaknya berputar cepat, di dalam hati berkata:

'Jika aku tidak mengeluarkan kemampuanku, mungkin dia tidak mau mengaku kalah?'

Mengambil kesempatan sumpit Ci-hui Taysu datang menyapu, dia segera mengerahkan seluruh tenaga di lengan kanannya, jurusnya pun berubah jadi memotong melintang, menyambut jurus lawan.

Diam-diam Ci-hui Taysu merasa senang, di dalam hati berpikir: 'Jurus pedangmu mungkin sangat hebat, tapi jika bertarung

tenaga dalam dengan aku, bukankah itu hanya mempermalukan diri sendiri?

Dia merasa yakin sebab tenaga dalamnya sudah dilatih puluhan tahun, dibandingkan Sin-hiong berlatih sejak kecil sampai sekarang, dia pasti menang.

Saat itupun dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya disalurkan ke lengan kanannya, hanya terdengar sebuah suara nyaring "Paak!", dua buah sumpit sekali bersentuhan langsung berpisah lagi, Ci-hui Taysu bergoyang dua kali, Sin-hiong masih duduk di tempatnya tidak bergerak, sambil tertawa dia berkata:

"Terima kasih!" Otot di wajah Ci-hui Taysu kejang-kejang, sambil menghela nafas panjang dia berkata:

"Sejarah puluhan tahun lalu rupanya akan terulang lagi, aku sudah mencegah semampunya. Terima kasih Sicu tidak melukai aku."

Sesudah berkata, pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu berjalan keluar pintu.

Sin-hiong berdiri lalu berjalan ke pintu mengantarnya, tiba-tiba matanya menjadi terang, di luar pintu sudah berdiri dua orang gadis, yang satu berbaju putih yang satu lagi berbaju hijau.

Dua orang ini adalah Lam-goat-sian-ku dan Ceng-ji, dua orang ini tinggal di kamar seberang sana, tadinya tidak terpikir Sin-hiong bisa berada disini, karena tadi terdengar suara beradunya sumpit, telinga kedua orang ini sangat tajam, dengan cepat berlari datang.

Ceng-ji menatap bayangan punggungnya Ci-hui Taysu dan berteriak:

"Sian-ku, dia nakal sekali, sekarang kembali menghina hweesio dari Siauw-lim-si!"

Usia dia masih kecil, dan suka usil, kadang-kadang dimaki Lam- goat-sian-ku sehingga jadi nakal, maka begitu berkata dia langsung berkata seperti ini terhadap Sin-hiong.

Dengan kesal Lam-goat-sian-ku melihat sekali pada Sin-hiong, lalu dengan marah berkata:

"Kau menyebarkan berita kemana-mana, bahwa kami Sian-souw- ngo-goat pernah dikalahkan olehmu, hemm... hemm... malam ini mau tidak mau aku harus mencobamu."

Setelah berkata, dia menarik Ceng-ji, dua orang itu kembali mundur ke depan pintu kamar mereka, tapi tidak masuk ke dalam, mereka mengambil posisi hanya mengawasi, asalkan Sin-hiong pergi kemana, mereka pun akan mengikutinya.

Tadinya Sin-hiong ingin menjelaskan, tapi Lam-goat-sian-ku tidak memberi dia kesempatan untuk menjelaskan, dia berjiwa muda, begitu berpikir tidak tahan dia jadi marah dan berkata:

"Sengaja aku akan jalan-jalan keluar, aku mau lihat kalian bisa berbuat apa padaku?"

Baru saja dia mengangkat kakinya mau melangkah keluar, sebuah pikiran berkelebat di dalam kepalanya, tidak tahan dia berkata pada dirinya:

"Tidak bisa, jika aku pergi, dan mereka juga ikut di belakangku, di siang hari bolong begini, bukan-kah akan ditertawakan orang."

Dulu dia punya pengalaman dengan wanita berbaju merah, kali ini tentu saja dia harus lebih hati hati, terpaksa dia kembali lagi ke dalam kamar.

Tadinya Sin-hiong ingin pergi melihat-lihat kota Mong-kin, tidak di sangka malah di buat kacau oleh orang, nanti malam, Lam-goat- sian-ku masih mau mencoba dia, karena merasa kesal, maka dia tidur di atas ranjang.

Kemarin malam, dia semalaman tidak tidur, setelah berbaring diatas ranjang tidak terasa dia jadi tertidur lelap.

Ketika bangun, pelayan sudah mengantarkan nasi, Sin-hiong makan sedikit, lalu diam-diam menyuruh pelayan membawa kudanya dan menunggu dia di luar pintu, berkata:

"Aku ada urusan harus melanjutkan perjalanan, ini lima liang perak, lebihnya buat tip saja."

Pelayan itu berulang-ulang mengucapkan terima kasih, dengan gembira meninggalkan tempat itu.

Setelah pelayan itu pergi, Sin-hiong berjalan ke sisi jendela melihat keluar, waktunya sudah hampir malam, lalu diam-diam dia keluar dari jendela belakang.

Dia mengira kali ini tidak ada orang yang tahu, tapi baru saja turun dari jendela, terdengar di belakang ada yang berteriak: "Berhenti, kau telah mencuri barang orang?"

Sin-hiong membalikan kepala melihat, ternyata dia adalah Ceng- ji, tidak tahan wajahnya menjadi merah dan berkata:

"Nona Ceng, sungguh aku tidak berkata seperti itu, mohon kau beritahu Lam-goat-sian-ku, ini salah paham yang amat besar."

Dia tidak tahu siapa nama Ceng-ji, hanya mendengar Lam-goat- sian-ku memanggil dia Ceng-ji, maka dia juga panggil dia nona Ceng.

Dengan wajah serius Ceng-ji berkata:

"Aku tidak peduli kau berkata atau tidak, aku mendapat perintah dari Sian-ku, menjaga disini, hemm.. hem,... benar saja perkiraan Sian-ku, kau ingin melari-kan diri melalui jendela belakang?"

Merah wajah Sin-hiong masih belum hilang, walaupun dia bukan seorang pencuri, sekarang pun seperti menjadi orang gila, tidak tahan di dalam hati dia jadi merasa kesal, dan berkata:

"Percaya atau tidak terserah, aku harus melanjutkan perjalananku!"

Setelah berkata begitu, dia langsung melangkah ke depan. Ceng-ji melihat dia mau pergi, maka berteriak:

"Kau benar-benar mau pergi?"

Sin-hiong tidak peduli lagi, Ceng-ji khawatir diri melarikan diri, secepat kilat mencabut pedang di punggungnya, dengan jurus Kau- hu-bun-lu (Pencari kayu bakar bertanya jalan) dia menusuk Sin- hiong.

Sin-hiong sedang berjalan ke depan, merasa di belakang ada suara senjata membelah angin, dia tahu Ceng-ji sudah menyerang, tubuhnya mendadak mencelat ke belakang, turun di belakang Ceng- ji, sambil tertawa berkata:

"Nona Ceng, kau tidak mendengar kata-kataku, terpaksa aku lumpuhkan kau sejenak." Telapak tangan kanan secepat kilat menepuk, Ceng-ji tidak menduga Sin-hiong bisa mundur ke belakang, ketika dia sadar dia hanya merasa pinggang-nya kesemutan, lalu tidak bisa bergerak lagi.

Setelah Sin-hiong melumpuhkannya, khawatir Lam-goat-sian-ku datang, buru-buru dia berlari keluar, lalu naik ke atas kudanya dan memacu keluar kota.

Saat ini malam baru saja tiba, di jalan ramai oleh orang, dengan susah payah Sin-hiong tiba di gerbang kota, begitu melihat ke belakang, ribuan rumah di kota Mong-kin sudah menyalakan lampu, kedua kaki Sin-hiong menjepit perut kuda, maka kudanya berlari cepat ke depan.

Keluar dari Mong-kin, pejalan kaki sudah semakin sedikit, Sin- hiong terus memacu kudanya, selama lima-enam jam, sudah puluhan li dia mening-galkan kota Mong-kin.

Dia menarik nafas lega, setelah tahu Lam-goat-sian-ku tidak akan bisa mengejarnya lagi, dia baru memperlambat jalannya, ketika malam sudah larut dia sudah menembus keluar dari kata Yan-si, dan melanjutkan perjalanannya kira-kira dda jam, di depan samar-samar tampak hutan gunung.

Sin-hiong melihat, dia merasa dia sudah tiba di lereng gunung Song, saat itu dia menghentikan kuda-nya, melihat di pinggir gunung ada satu titik sinar lampu, hatinya tergerak dan berkata didalam hati:

'Sudah selarutku, orang disana masih belum tidur, biar aku ke sana minta segelas air untuk minum?'

Setelah berpikir, maka dia melarikan kudanya kesana.

Berjalan kira-kira sepuluh tombak lebih, mendadak di tempat yang ada lampu itu terdengar suara "Trang!" belum hilang suara itu di sisi bayangan hutan sudah berjalan keluar sebaris hweesio kecil.

Para hweesio kecil ini datang menghampirinya, jumlahnya ada dua puluh lebih, di tengahnya berjalan seorang hweesio berbaju abu-abu, baru saja Sin-hiong akan menghindar, tapi sudah tidak keburu lagi, terpaksa dia berdiri disana tidak bergerak.

Seorang hweesio berbaju putih sedang berjalan, melihat di tengah jalan berdiri seseorang, mata tajam-nya menyapu, melihat orang ini sedang memeluk kecapi kuno lima senar, buru-buru dia berteriak pelan, para hweesio kecil di belakangnya segera membagi kedua sisi lalu berhenti, hweesio berbaju abu-abu seorang diri datang menghampiri.

Sin-hiong sedikit terkejut, di dalam hati berpikir, 'apakah dia bertemu dengan hweesio Siauw-lim-si? Hweesio berbaju abu-abu itu sudah merangkap kan telapaknya dan berkata:

"Apakah Sicu ini Sen-tayhiap?"

Sin-hiong pun membalas dengan bersoja:

"Betul, aku Sen Sin-hiong, tidak tahu siapa Tay-suhu ini?" Hweesio berbaju abu-abu itu memperhatikan Sin-hiong,

wajahnya menunjukan rasa tidak percaya dan berkata:

"Aku Ci-chan, kepala cabang kuil siauw-lim-si bagian selatan, tadi aku mendapat kabar dari Suheng Ci-hui, hari hari ini Sicu akan datang, tapi tidak menduga datangnya begini cepat, mohon dimaafkan tidak menyiapkan penyambutan."

Ternyata hweesio yang dipanggil Ci-chan ini sudah mendapatkan perintah, makanya hanya berjaga-jaga saja terhadap Sin-hiong, setelah berbicara, sorot matanya yang tajam hanya melihat Sin- hiong dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas, sedikit pun tidak ada tanda-tanda ingin bertarung.

Setelah mendengar perkataannya, Sin-hiong baru tahu tempat ini adalah kuil cabang dari Siauw-lim-si bagian selatan, di dalam hati dia berpikir:

'Aku sudah datang, kenapa tidak segera saja menyelesaikan masalahnya, maka saat itu dia berkata:

"Tidak apa-apa, apakah Hong-tiang Bu-su Lo-cianpwee saat ini ada di kuil?"

Kata kata ini tanpa tedeng aling-aling, Ci-chan taysu begitu mendengar wajahnya jadi berubah dan berkata:

"Sekarang sudah malam, dari sini ke kuil kami berjarak puluhan li, dan jalannya jalan gunung, walau-pun ilmu meringankan tubuh Sicu sangat hebat, mungkin besok pagi baru bisa tiba, jika Sicu berkenan, sementara silahkan menginap satu malam di kuil aku, masalah Sicu dengan perguruan kami, diselesaikan besok saja, bagaimana?"

Sin-hiong berpikir, dia merasa masuk akal, maka berkata: "Merepotkan Taysu saja?"

Ci-chan Taysu tertawa, katanya:

"Sicu adalah orang terhormat, mau singgah di kuil kami, sudah satu kehormatan bagi perguruan kami, mana berani berkata merepotkan."

Setelah berkata, lalu dia berjalan di depan membawa jalan ke kuil.

Kuil ini terlihat besar sekali, ruangannya megah, patung-patung Budhanya komplit, begitu melihat Sin-hiong berkata di dalam hati:

'Kuil Siauw-lim-si adalah kuil paling tersohor di dunia persilatan, cabang kuil nya saja sudah demikian hebat, kuil pusatnya jangan dikatakan lagi.'

Berpikir sampai disini, di dalam hati segera timbul perasaan hormat.

Ci-chan Taysu menempatkan Sin-hiong di sebuah kamar tamu, kedua orang itu tidak banyak berbincang, Sin-hiong tahu Siauw-lim- pai adalah perguruan beraliran lurus yang ternama, tentu saja tidak akan mencelakakan dirinya, maka dengan tenang dia tidur.

Pagi hari, Sin-hiong sudah berpakaian rapih, mendadak di luar pintu terdengar suara kaki berjalan yang terburu-buru, belum sempat dia membuka pintu, sudah terdengar "Tok tok!" suara mengetuk pintu, pintu kamar pun dibuka, Ci-chan Taysu berdiri di depan pintu sambil memegang tongkat hweesio dengan wajah marah.

Sin-hiong melihat kemarin malam dia masih ramah, kenapa pagi ini berbeda sekali? Tidak tahan dengan kebingungan dia bertanya:

"Taysu datang dengan muka marah begini, apakah karena aku datang kesini?"

"Hemm!" Ci-chan Taysu marah dan berkata:

"Walaupun sifat Khu Ceng-hong aneh, tapi dia adalah orang jujur, tidak di sangka telah mendidik seorang murid seperti ini? Aku sungguh menyayangi-nya?"

Sin-hiong terkejut, di dalam hati berpikir: 'Kata-kata dia jelas- jelas memuji guru, tapi arti di dalam kata-katanya malah memaki aku, apa sebabnya?'

Otak dia berputar, diam-diam di dalam hati kembali berkata: 'Sebelum guru wafat, pernah berkata sembilan perguruan besar

di dunia persilatan, walaupun masing masing menyebut dirinya

adalah aliran putih dan ilmu silat lurus, tapi tetap saja Siauw-lim-pai yang paling jujur dan terbuka, hari ini setelah aku melihatnya, mungkin itu tidak benar?'

Sin-hiong dengan kebingungan bertanya: "Kata-kata guru ini sungguh membuat aku bingung, tolong katakan lebih jelas?"

Ci-chan Taysu masih marah, berkata dingin: "Orang jujur tidak perlu secara diam-diam melakukan hal yang tidak terpuji, kau masih mau berpura-pura?"

Begitu perkataannya habis, Sin-hiong jadi tertegun bingung, dengan nada dingin dia berkata:

"Tay-suhu adalah seorang hweesio berilmu tinggi, jangan sembarangan menuduh orang?" Ci-chan Taysu bertambah marah dan berkata:

"Aku menuduhmu? He he he, kalau begitu biar aku mencoba dulu ilmu silatmu."

Sin-hiong menghirup nafas panjang, sesaat dia tidak tahu apa yang terjadi, melihat Ci-chan Taysu terus mengancam dia, tidak tahan di dalam hatinya pun jadi marah, dia mengambil kecapi kunonya, sambil tertawa dingin berkata:

"Apa aku takut padamu?"

Kemarahan Ci-chan Taysu memuncak, dia tidak bisa menahan diri, sambil mundur ke belakang dia berteriak:

"Bagus bagus bagus, di luar tempatnya luas, kita kelapangan rumput untuk bertarung, lihat siapa yang lebih unggul!"

Setelah berkata, dengan menenteng tongkat hweesionya, dia langsung pergi ke lapangan.

Tadi Sin-hiong dimaki tanpa alasan, sekarang terus-menerus didesak, walaupun kesabarannya sangat tinggi, tetap saja akhirnya tidak bisa menahan amarahnya, tanpa berpikir panjang, dia menegakan tubuh mengikutinya ke luar lapangan.

Saat ini di luar kuil sudah berdiri dua puluhan hweesio kecil yang berdiri di kedua sisi lapangan, Ci-chan Taysu berdiri di tengah, Sin- hiong melihatnya seperti itu, tahu mereka sudah mempersiapkan langkah kedua, saat itu dia tidak pedulikan keadaan, dia berjalan ke tengah-tengah dan berteriak:

"Kalian mau maju bersama-sama, atau Tay-suhu sendiri yang maju duluan."

Ci-chan Taysu mengangkat tongkat hweesio-nya, dengan marah berkata:

"Sombong sekali, coba terima dulu dua pukulan tongkatku!" Setelah berkata, dia memutar tongkat-nya, "Weed!" menyapu. Sin-hiong sadar, hari ini mau tidak mau dia harus bertarung, ketika ini mendadak dia seperti melihat keperkasaan gurunya sepuluh tahun yang lalu, darahnya terasa bergejolak, Kim-kau-kiam nya pun langsung disabetkan.

Ci-chan Taysu mendengus, tongkatnya diayun-ayunkan, dalam sekejap sudah menyerang tujuh delapan jurus!

Sin-hiong mengerahkan tenaga dalamnya dan pedangnya digetarkan, titik-titik sinar perak laksana hujan, menebar di sekeliling Ci-chan Taysu, inilah jurus Sin-hoan-put-ie (Berputar-putar tidak berhenti) jurus paling lihay dari jurus Kim-kau-kiam!

Di dalam setengah bulan lebih ini, Sin-hiong belum pernah menunjukan kehebatan jurus Kim-kau-kiam, walau bertemu dengan pesilat yang lebih tinggi sekalipun, dia bisa dengan tenang melumpuhkan, tapi keadaan hari ini berbeda, karena dia marah, dia telah menggunakan jurus paling hebatnya!

Begitu jurus ini di keluarkan, Ci-chan Taysu segera merasakan di sekelilingnya penuh dengan bayangan dingin, dia jadi terkejut, dia membentak, dari ribuan bayangan tongkat sekarang berubah jadi satu, dengan dahsyat menyerang Sin-hiong.

Sin-hiong tertawa dingin, pergelangan tangan-nya diputar, satu kilatan dingin sudah menerjang ke titik saluran Koan-goan nya Ci- chan Taysu dan berteriak:

"Jika Tay-suhu tidak mundur, aku tidak akan segan-segan lagi menusuk."

Segulung cahaya berkelebat di depan mata Ci-chan Taysu, tahu- tahu ujung pedang Sin-hiong sudah hampir mengenai sasaran, ketika dia terkejut, dua puluh orang hweesio kecil yang melihat dia dalam bahaya, semua bergerak mengangkat tongkatnya, langsung mengurung Sin-hiong di tengah.

Sin-hiong tertawa terbahak-bahak dan berkata:

"Tidak di sangka Siauw-lim-pai yang dikata-kan partai lurus, hari ini ternyata bisa mengeroyok orang!" Setelah berkata, dia menggerakan pedangnya, terdengar ".Tring tring trang trang!", diantara dua puluh hweesio kecil itu, sudah ada lima buah tongkat terpental ke udara.

Hati Ci-chan Taysu jadi tergetar!

Pada saat ini, terdengar ada orang mengucap-kan "O-mi-to-hud!" lalu berkata:

"Sen sicu sungguh menepati janji."

Sin-hiong mengangkat kepala melihat, terlihat Ci-hui Taysu pelan-pelan berjalan keluar dari sisi gunung, di belakangnya, juga ada dua puluhan hweesio kecil mengikutinya.

Sin-hiong tersenyum dan berkata:

"Tay-suhu pun datang untuk mencegah aku?"

Ci-hui Taysu merangkapkan telapaknya dan berkata:

"Maaf, aku mendapat perintah ketua, khawatir Ci-chan Sute bukan lawannya Sicu, maka menyuruh aku menghentikan dia."

Ci-hui Taysu berkata, sambil menghampiri, ketika dia berhenti, dua puluh orang hweesio kecil masih berjalan terus setelah mendekati Sin-hiong baru menghentikan langkahnya.

Maka keadaannya mendadak jadi berubah.

Mata Sin-hiong menyapu, melihat hweesio yang mengurung dia tepat ada empat puluh orang hatinya tergerak, dalam hatinya berkata:

'Guru pernah berkata, ilmu barisan Siauw-lim-si yang disebut barisan Lo-han namanya sangat terkenal di dunia persilatan, entah sudah berapa banyak pesilat tinggi ternama yang telah dikalahkannya, tampak nya sekarang akan digunakan untuk menghadapi diriku.'

Berpikir sampai disini, tidak terasa diam-diam dia menghela nafas dan berkata: "Bagus kalau begitu, aku ingin mencoba ilmu silat terhebatnya perguruan Siauw-lim!"

Ci-hui Taysu tersenyum, mendadak berkata pada Ci-chan Taysu: "Hanya dengan setengah strategi menghadapi lawan, mungkin

kita masih bukan lawannya Sen-tayhiap?"

Ci-chan Taysu mundur selangkah kebelakang:

"Suheng jangan membesar-besarkan lawan, kita coba dulu saja."

Dia lalu menyiapkan tongkatnya, dua puluh orang hweesio kecil di belakangnya pun merapat dan bersiap-siap, tidak membuang waktu lagi, tongkatnya sudah datang menggulung.

Begitu Ci-chan Taysu bergerak, dua puluh orang hweesio kecil itu pun ikut bergerak, dalam sekejap mata, Ci-hui Taysu dengan dua puluh hweesio kecilnya juga dari arah berlawanan datang menyerang.

Dua pesilat tinggi dari Siauw-lim-si melakukan pengeroyokan, ditambah empat puluh hweesio kecil, tampak seperti puluhan ribu naga meliuk-liuk di udara.

angin pukulan yang ditimbulkan oleh tongkat sangat dahsyat, mengurung Sin-hiong dengan bayangan tongkatnya di tengah- tengah.

Sin-hiong tidak berani lengah, dia meng-gerakan pedang pusakanya, kilatan perak berkelebat menyerang kearah Ci-chan Taysu!

Ci-chan Taysu sudah mengetahui kehebatan Sin-hiong, dia tidak berani terlalu dekat, ketika pedang Sin-hiong menyerang, dia sedikit mundur ke belakang, di pihak Ci-hui Taysu, dua puluh satu tongkat dengan cepat sudah datang menggulung, menutup kekosongan.

Sin-hiong tidak terlalu mendesak, begitu kelompok Ci-chan mundur, dia menggetarkan pedang membentuk kilatan perak ribuan tombak, tahu-tahu menyerang ke kelompok Ci-hui Taysu! Hanya satu garakan pedangnya, tapi tampak seperti ada dua pedang yang menyerang, begitu pedang diangkat lalu disabetkan, hanya sekejap mata hampir seluruh hweesio itu diserang pedangnya!

"Heh!" Ci-hui Taysu berteriak, "jangan menangkis!"

Tubuhnya dimiringkan, "Weed weed!" tongkat nya menyapu dua kali!

Ci-chan Taysu pun tentu saja tidak tinggal diam, sesudah mundur dia langsung maju lagi, kedua orang itu bersama-sama menyerang, ditambah empat puluh hweesio kecil itu, walaupun para hweesio kecil ini masih berusia muda, tapi dasar ilmu silat mereka sudah kuat, menyerang bersama dengan kedua orang tua itu, sedikit pun tidak terlihat ada celahnya, walaupun jurus pedang Sin-hiong sangat cepat, tapi dalam waktu singkat jika ingin memukul mundur mereka, itu adalah hal yang tidak mungkin.

Dalam sekejap, Sin-hiong sudah menyerang sebanyak empat- lima jurus.'

Setiap kali jika dia melakukan serangan, empat puluh hweesio ini mundur ke belakang, jika dia menyerang ke timur, orang-orang di kedua sisinya datang menyerang membantu rekannya, maka walau pun dia menyerang, tapi tidak bisa berbuat apa-apa pada mereka?

Sin-hiong mengerutkan alisnya, di dalam hati berkata:

'Jika terus menerus begini, bagaimana aku bisa naik gunung.'

Ketika dia berpikir, mendadak dia mendapat satu akal, saat ini dua puluh satu batang tongkat di pihak Ci-hui Taysu telah datang menekan, Sin-hiong bersiul panjang, dia memutar pedangnya membentuk gulungan angin keras, membawa senjata dua puluh hweesio kecil itu bergeser ke samping, lalu dengan dahsyat pedangnya menyerang Ci-hui Taysu.

Buru-buru Ci-hui Taysu menangkis dengan tongkatnya, tapi serangan susulan kedua dan ketiga Sin-hiong sudah berturut-turut menyerang, kecepatan serangannya sulit dibayangkan, sekarang Ci- hui Taysu seperti berhadapan sendirian, Sin-hiong menyerang tiga jurus, Ci-hui Taysu sudah didesak mundur sebanyak lima-enam langkah.

Begitu Ci-hui Taysu mundur, serangan bersama dari kedua sisi dengan sendirinya muncul satu celah besar, Sin-hiong tidak membiarkan mereka mengambil nafas, dia membalikan tubuh menusukan pedangnya tujuh-delapan kali, empat puluh hweesio disisi tubuhnya hanya merasakan kelebatan pedang, semua jadi ikut mundur ke bel akang.

Ci-hui Taysu dan Ci-chan Taysu dengan perasaan berat mengeluh, di dalam hati mereka, saat ini merasa sangat sedih.

Sin-hiong mengusap pedang melihat ke sekeliling, dengan gagahnya berkata:

"Masih ada berapa banyak orang dari Siauw-lim-pai, silahkan maju semua."

Udara dipagi hari amat segar, tapi empat puluh hweesio itu tertekan oleh keperkasaan dia, semua orang membelalakan matanya besar-besar, siapa pun tidak ada yang berani mengeluarkan suara.

Tepat pada saat ini, terdengar satu orang dengan lembut berkata:

"Dua Sute kurang rajin berlatih silat, tapi Sicu pun tidak seharusnya memandang rendah mereka."

Selesai berkata, terlihat di sebelah timur dan barat muncul dua orang hweesio berbaju abu-abu, salah satunya berperawakan kurus kecil, tapi yang sarunya lagi malah tinggi besar, kedua tangannya masing-masing memegang tongkat hweesio dalam sekejap mata sudah berada di tengah lapangan.

Sambil tertawa Sin-hiong berkata: "Betul, tapi jika aku tidak mengatakannya, mungkin kedua Tay-suhu ini tidak akan muncul!"

Hweesio yang berperawakan kurus kecil memperhatikan Sin- hiong sekali dan dengan suara lembut berkata:

"Ilmu silat Sicu sangat hebat, sayang kemarin malam di kuil kami hanya muncul sekelebat saja, kenapa hari ini bisa bertarung dengan terang-terangan, apakah ini yang disebut kelakuan seorang laki-laki sejati, datang terang-terangan, pergi dengan diam-diam!"

Maksud kata-katanya penuh dengan ejekan, tapi begitu Sin-hiong mendengar, dia jadi teringat sikap Ci-chan Taysu tadi, di dalam hati dia segera mengerti, ternyata ada orang yang menyamar dirinya datang mengacau.

Sin-hiong berkata:

"Apakah ada orang yang berani menggunakan namaku datang mengacau di kuil Siauw-lim-si?"

Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong berpikir, dia belum lama turun gunung! Orang yang dikenalnya pun sangat terbatas, kali ini dia datang ke kuil Siauw-lim-si, dia sendiri pun tidak memberi tahu pada orang lain, mungkin tidak ada orang kedua tahu hal ini.

Ci-keng Taysu melihat Sin-hiong berkata berputar-putar, dia masih mengira dia sudah mengakui-nya, maka dia berkata lagi:

"Nama sehutanku Ci-keng, ini adalah suteku yang paling besar namanya Ci-goan, dua orang yang tadi bertarung dengan Sicu tidak perlu aku perkenal-kan lagi, terus terang saja, walaupun ilmu silatku di kuil Siauw-lim-si tidak seberapa? Tapi siapa pun orang kalau berani mengacau dihadapanku, aku tentu tidak bisa membiarkan!"

Setelah berkata, tubuhnya pelan-pelan ber-gerak, menggoyangkan dua kali tongkat hweesionya, menampakkan dia siap bertarung.

Tadinya Sin-hiong mau menjelaskan orang yang datang kemarin malam bukan dirinya, tapi setelah melihat kelakuan hweesio ini walaupun lembut, tapi kata-katanya tidak enak didengar, apa lagi setelah berkata dia menunjukan sikap siap bertarung, itu tandanya kalau bukan menantang dirinya lalu apa lagi? Dia menggetarkan Kim-kau-kiam, mengeluar-kan kilatan sinar yang mencolok mata, sambil tertawa berkata:

"Jika Tay-suhu sudah berkata begitu, aku marga Sen tidak bisa berkata apa-apa lagi, apa kalian berempat mau bersama-sama maju?"

Otot tipis di wajah Ci-keng Taysu bergerak-gerak katanya:

"Ilmu silat Sen-tayhiap sangat hebat, jadi kami tidak akan sungkan lagi."

Dia mengatakan ini hanya untuk mengalihkan perhatian, setelah berbicara, langsung berteriak "Maju!", empat orang hweesio besar generasi huruf Ci, sudah bersama-sama maju menyerang!

Begitu empat orang ini bergerak, empat puluh hweesio kecil yang berdiri di pinggir pun mengikuti-nya, hanya saja para hweesio kecil yang tidak terlalu mendesak, tapi setiap ada kesempatan, maka secepat kilat menyerang dengan tongkatnya.

Ci-keng Taysu berempat mengayunkan tongkat beratnya, jurusnya dahsyat, ke empat orang itu bersama-sama menyerang, kekuatannya entah berapa kali lipat, apa lagi ditambah empat puluh hweesio kecil membantu nya, dengan kekuatan seperti ini, siapa pun pesilat tinggi di dunia ini, mungkin tidak ada orang yang mampu menghadapinya lebih dari tiga puluh jurus!

Bayangan tongkat memenuhi langit, bayangan orang berkelebatan, empat pesilat tinggi dari Siauw-lim-si sudah menyerang tidak kurang dari dua puluh pukulan tongkat!

Tubuh Sin-hiong sedikit gemetaran, sejak dia turun gunung, pertarungan kali ini bisa disebut pertarungan yang paling dahsyat, angin pukulan tongkat terasa menggetarkan, membuat bajunya berkibar-kibar, tiba-tiba Sin-hiong berteriak, pedang pusakanya menciptakan gulungan sinar perak yang berkilau-kilau, menutup langit juga dengan dahsyat membalas serangan tujuh delapan jurus!

Ci-keng Taysu berempat merasa setiap kali meraka menyerang, sepertinya selalu ditekan Sin-hiong, sinar pedang dia seperti air raksa tumpah ke tanah, hati ke empat orang itu jadi dingin, masing- masing sekuat tenaga menyerang lagi tujuh delapan jurus!

Empat puluh hweesio yang ikut mengurung, tadinya masih bisa sesekali menyerangkan tongkatnya, sekarang mereka mendadak merasa setiap serangan pedang Sin-hiong selalu ada hawa dingin yang lewat di wajah, masing-masing jadi mengetatkan jurusnya, begitu ke empat hweesio menyerang tujuh delapan jurus, mereka pun ikut menyerang dua tiga jurus. .

Maka begitu ke empat puluh empat orang hweesio menyerang, maka akan terbentuk seratus lebih bayangan tongkat menyerang pada Sin-hiong!

Diam-diam Sin-hiong menghela nafas dingin, di dalam hatinya berpikir:

'Melihat keadaannya, mau tidak mau aku harus melukai beberapa orang.'

Maka dia mengangkat pedangnya, jurusnya segera berubah, dia sudah mengeluarkan jurus yang paling lihaynya dari jurus Kim-kau- kiam secara berturut-turut, terlihat sinar pedang membesar, laksana layar langit menutup dari atas, walaupun empat puluh lebih hweesio dari Siauw-lim-si berusaha menahan, tapi tidak bisa berbuat apa- apa, sebaliknya, saat Sin-hiong membalas menyerang, sudah ada empat lima hweesio kecil yang terluka dan jatuh ke tanah!

"Heh!" Ci-keng Taysu berteriak, "sungguh hebat!" tanpa menghiraukan bahaya maju menyerang!

Melihat Ci-keng Taysu tanpa mempedulikan bahaya maju menyerang, tubuh Sin-hiong malah mundur sedikit kebelakang, dan berturut turut menusukan pedangnya tiga kali, tiga tusukan ini ditujukan kepada Ci-goan, Ci-hui dan Ci-chan bertiga.

Ci-keng Taysu membelalakan sepasang mata-nya, dia merasa ini adalah kesempatan terbaik dia untuk menyerang, "Weet weet!" dia menyapukan tongkatnya, mengarah jalan darah besar di tubuh Sin- hiong dari atas sampai bawah! Ci-goan Taysu bertiga pun segera menggetar-kan tongkatnya, siapa tahu belum lagi jurus mereka dilancarkan, secepat kilat Sin- hiong membalikan tubuhnya, ujung pedang dari bawah tiba-tiba dilontarkan ke atas, gerakan ini berbalik dengan gerakan Ci-keng Taysu, walaupun jurus Sin-hiong bergerak belakangan, tapi tiba lebih dulu, sekali mencongkel, Ci-keng Taysu hanya merasa ada hawa dingin menyerang, dia memutar tongkatnya, serangan Sin- hiong tidak mengendur, sekali menyabetkan pedang, tiga orang hweesio kecil yang menyerang dari belakang kembali dilukainya roboh ke tanah!

Hanya dalam waktu singkat, di pihak Siauw-lim-si sudah ada delapan hweesio yang terluka dan roboh ke tanah, suara rintihannya masuk ke dalam telinga Sin-hiong, dia mendadak merasa tidak tega, di dalam hati berkata:

"Hay...! Tujuanku kemari hanya ingin bertemu pada ketua Siauw- lim-si, Bu-su Taysu seorang, buat apa melukai orang-orang yang tidak berdosa?"

Berpikir sampai disini, pikirannya tergerak, maka dia memutuskan malam ini datang kembali kemari, "Ssst sst!" dia menyabetkan pedangnya, lalu meloncat, langsung berlari ke bawah gunung!

Siapa tahu walaupun rencananya bagus, tapi kenyataannya orang lain tidak membiarkan dia, tepat ketika dia berhenti, terlihat di depannya ada bayangan orang berkelebat, seorang hweesio berbaju kuning yang kurus kering, sudah menghadang di hadapannya.

Hweesio itu kelihatan sudah berusia tujuh puluh tahunan, sedang meredupkan sepasang mata-nya, di lehernya dikalungkan sebuah tasbih, penam-pilannya damai sekali, Sin-hiong terpengaruh oleh kecepatan gerakannya, tidak tahan jadi tertegun dan bertanya:

"Tay-suhu menghadang jalanku, apakah tidak mengizinkan aku turun gunung?"

Hweesio itu pelan-pelan membuka matanya sambil merangkapkan telapaknya berkata: "Sicu sudah datang ke kuil kami, buat apa terburu-buru pergi?"

Saat ini Ci-keng Taysu berempat sudah terbang menghampiri, begitu melihat hweesio tua kurus kering ini, buru-buru merangkapkan telapaknya menghormat, sambil memanggil Supek, ke empat orang itu mundur dengan hormat ke belakang.

Melihat ke empat orang ini begitu meng-hormati orang ini, dan juga memanggil Supek, Sin-hiong jadi sadar kedudukan hweesio tua kurus kering ini amat tinggi, jika bukan ketua Siauw-lim-si, juga pasti saudara seperguruannya ketua Siauw-lim-si.

Dugaannya sedikit pun tidak salah, hweesio tua kurus kering ini adalah Sute ketua Siauw-lim-si, Bu-cu Taysu, dia juga salah satu dari tiga tetua Siauw-lim-pai yang masih ada, tingkat ilmu silatnya, tampak tidak dibawah Suhengnya Bu-su Taysu.

Nama seseorang seperti bayangan pohon, Sin-hiong tidak berani bertindak sembarangan, dia berkata:

"Bukan aku ingin buru-buru pergi, karena kemarin malam ada orang yang menggunakan nama-ku, sebelum masalahnya jelas, aku terpaksa menunda sebentar."

Bu-cu Taysu mengeluh, sepasang matanya mendadak membelalak besar, satu sorot mata yang dingin menyorot ke arah wajah Sin-hiong dan berkata:

"Kalau begitu ternyata benar, menurut pendapatku, murid Khu Ceng-hong tidak mungkin berbuat begitu."

Mendengar ini, dalam hati Sin-hiong timbul perasaan bangga dan berkata:

"Terima kasih atas pujian Tay-suhu!" Bu-cu Taysu berpikir sejenak, berkata lagi:

"Tapi, Sicu kecil sudah datang kesini, masalah dengan perguruan kami, lebih baik diselesaikan secepatnya!"

Sin-hiong tergerak, di dalam hati berpikir: Hweesio tua ini masih mudah marah saat itu sambil menghela nafas dia berkata lagi: "Saatnya tentu saja tidak akan lama lagi, Tay-suhu tenang saja, aku sudah datang kemari, tengah malam ini aku pasti datang untuk bertemu dengan Bu-su Lo- cianpwee!"

Bu-cu Taysu tersenyum, dia mengayunkan tangannya, Ci-keng berempat semua mundur ke pinggir, tidak terlihat dia bergerak, tahu-tahu tubuh-nya sudah meloncat ke atas, orangnya masih di udara dia sudah berkata:

"Kalau begitu, aku dan saudara seperguruan akan menanti anda."

Setelah berkata, dalam sekejap mata tubuhnya sudah menghilang di tengah gunung, kecepatannya sungguh jarang terlihat di dunia persilatan!

Dengan penuh pertanyaan, pelan-pelan Sin-hiong berjalan turun gunung, saat ini sudah hampir tengah hari, dia berputar dua putaran, di sekitar lereng gunung sembarangan makan sedikit makanan, tapi tidak melihat satu pun bayangan orang yang men- curigakan! Ketika sore hari, Sin-hiong kembali fagi! Dia tidak berani bertindak sembarangan menghadapi kuil Siauw-lim-si, maka dengan hati-hati sekali berjalan menelusuri pinggir gunung, setelah berjalan sejenak baru menggunakan ilmu silat meringan-kan tubuh naik ke puncak gunung!

Ilmu meringankan tubuhnya memang hebat, tidak sampai satu jam, dia sudah naik setengah gunung lebih.

Saat ini, di puncak gunung sudah ada titik-titik sinar lampu, suara "Duuk duuk!" dari tambur dan "Tang tang!" dari gong tidak henti- hentinya terdengar, kiranya para hweesio Siauw-lim-si sedang melaksana-kan pelajaran malam.

Ketika sedang melihat-lihat, mendadak dari hutan di sebelah kanan terdengar suara "Ssst ssst!", lalu dua bayangan orang dengan kecepatan tinggi berkelebat di depan matanya!

Sin-hiong tergerak lalu dia pun menambah kecepatan, dalam dua tiga loncatan sudah hampir mengejar mereka. Begitu melihat, di dalam hati berpikir, 'ternyata mereka berdua?'

Ilmu silat kedua orang itu tidak lemah, tapi dibandingkan dengan Sin-hiong, masih kalah satu dua kelas, dua orang itu berlari di depan, diam-diam Sin-hiong mengikuti dari belakang, kedua orang itu masih belum tahu ada yang mengikutinya.

Ketika kedua orang itu sudah sampai di pinggir hutan, mendadak menghentikan langkah, salah satunya berkata:

"Sian-ku, waktunya masih terlalu pagi?"

Ternyata dua orang ini adalah Lam-goat-sian-ku dan Ceng-ji, kemarin malam di dalam penginapan, Ceng-ji telah di totok jalan darahnya oleh Sin-hiong, setelah Sian-ku datang, Ceng-ji menceritakan kejadian-nya, usia Lam-goat-sian-ku walaupun tidak besar, tapi pengalaman di dunia persilatan sudah banyak, setelah dipikir dengan teliti, maka dia segera datang ke kuil Siauw-lim-si bersama Ceng-ji.

Sin-hiong berjalan melalui jalan raya, sedang mereka berdua berjalan melalui jalan kecil. Ketika Sin-hiong beristirahat di dalam gunung, kedua orang ini diam-diam naik ke atas gunung, setelah merobohkan hweesio Siauw-lim-si sebanyak lima-enam belas orang, akhirnya menuliskan Kim-kau-kiam-khek lalu pergi.

Dalam pikiran Lam-goat-sian-ku, tidak peduli Kim-kau-kiam-khek naik ke atas gunung atau tidak, dia sudah membuat satu kesan buruk untuk dia, setelah dia mengetahuinya pasti akan datang kesini, maka kedua orang itu malam ini secara diam-diam naik ke atas gunung untuk melihatnya.

Siapa sangka masalah ini sudah ketahuan, dan yang lebih diluar dugaan mereka adalah saat ini Sin-hiong sedang mengikuti mereka dari belakang?

Lam-goat-sian-ku melihat cuaca, berkata:

"Ceng-ji, kita tunggu disini, kita menunggu di timur dan barat, jika menemukan sesuatu, maka ber-tepuk tangan tiga kali sebagai tanda." Ceng-ji menganggukan kepala, setelah Lam-goat-sian-ku selesai berkata, langsung jalan kearah barat.

Setelah Lam-goat-sian-ku pergi, Ceng-ji menoleh ke belakang, baru saja melangkah dua langkah, tiba-tiba dia merasa di belakangnya bertiup angin kecil, Ceng-ji terkejut, dengan reflek dia mencabut pedangnya dari punggung, tapi dipunggung hanya tertinggal sarung pedang yang kosong.

Wajah cantik Ceng-ji menjadi pucat karena terkejut, baru saja mau bertepuk tangan tiga kali, tapi dia tidak tahu apakah orang yang datang ini adalah Sin-hiong atau bukan, ketika dia terbengong, tiba-tiba dia merasa lehernya kesemutan, sepertinya ditiup oleh orang, hatinya kembali terkejut, dia melihat-lihat ke sekeliling, setengah bayangan orang pun tidak terlihat!

Ceng-ji berputar dua putaran lalu berguman:

"Tidak peduli kau atau bukan, aku tepuk tangan tiga kali dulu saja."

Dia .mengangkat telapaknya saat akan bertepuk, mendadak merasa sikutnya kesemutan, saat membalik kan kepala melihat ke belakang, di belakang tubuh sudah berdiri seseorang!

Rasa tekejut Ceng-ji kali ini amat sangat, saat dia melihat jelas orang yang berdiri di belakang adalah Sen Sin-hiong yang dia cari itu, baru saja akan bertepuk tangan lagi, tiba-tiba Sin-hiong memukul tangannya dengan gagang pedang, sambil tersenyum bertanya:

"Nona Ceng, apakah kalian kemarin malam sudah datang kemari!"

Ceng-ji yang sudah dipukul oleh Sin-hiong, jadi tidak bisa mengangkat tangannya, tidak tahan sambil marah berkata:

"Tidak tahu!"

Teriakan Ceng-ji ini menimbulkan perasaan heran Lam-goat-sian- ku, dari kejauhan dia bertanya: "Ceng-ji, kau sedang bicara dengan siapa?"

Sin-hiong takut dia berteriak lagi, dia memutar pegangan pedang menotok jalan darah Ceng-ji, ketika Lam-goat-sian-ku berlari datang, Ceng-ji sudah dikempit Sin-hiong entah dibawa pergi kemana?

Lam-goat-sian-ku bersuara "Iiih!" teriaknya:

"Ceng-ji! Ceng-ji.   "

Suaranya terdengar sampai jauh, tapi jejak Ceng-ji sudah menghilang.

Dia tidak berteriak tidak apa-apa, sekali berteriak telah mengejutkan para hweesio Siauw-lim-si, tidak lama setelah dia berteriak, dari kejauhan ada empat bayangan orang berlari mendekat!

Lam-goat-sian-ku tertegun sejenak. Sesaat dia masih belum menentukan apakah dirinya harus menghindar atau tidak, mendadak dari sisi kiri berhembus angin kecil, sesosok bayangan manusia secepat kilat sudah menyambut kedatangannya!

Lam-goat-sian-ku terkejut, baru saja akan mengejarnya, mendadak di belakang terdengar suara "Mmm..!", Lam-goat-sian-ku segera membalikkan tubuh, melihat, terlihat Ceng-ji sedang terbaring disisi satu pohon besar?

Tidak perlu bertanya lagi, dia sudah tahu apa yang terjadi, buru- buru dia membuka totokan Ceng-ji dan berteriak:

"Cepat kita kejar!"

Begitu melihat, dia melihat empat bayangan orang itu sudah berbelok ke arah lain.

Lam-goat-sian-ku sadar ini sengaja dipancing oleh Sin-hiong tapi dia sedikit pun tidak merasa berterima kasih, dia bersuara "Hemm. !" lalu lari ke puncak gunung bersama dengan Ceng-ji!

Mereka berdua terus lari ke depan, tapi setiap berjarak sekitar sepuluh tombak, di atas tanah selalu tergeletak dua orang hweesio, para hweesio ini sepertinya sedang terlelap tidur, kelihatannya telah ditotok jalan darah tidurnya!

Diam-diam Lam-goat-sian-ku merasa heran, jika orang yang melakukannya adalah Sen Sin-hiong, jarak waktu dia berangkat tidak berbeda jauh dari pada dirinya, bukan saja dia bisa menghindar dari empat orang hweesio, malah ketika dia berlari ke depan, di sepanjang jalan bisa menotok hweesio sebanyak ini, ilmu silatnya sungguh sudah sampai ke titik menakutkan!

Sekarang sudah hampir jam sembilan malam, Lam-goat-sian-ku dan Ceng-ji sudah tiba di depan gerbang kuil. Terlihat di seluruh kuil gelap gulita, di dalam dan di luar kuil nampak sepi, seperti tidak ada orang saja!

Melihat ini, Lam-goat-sian-ku kembali merasa heran, melihat keadaan sekarang, apakah Sen Sin-hiong itu masih belum sampai?

Ketika dia bertanya-tanya, tiba-tiba di belakang tubuh terdengar suara "Sreek sreek!", suara ini walau kecil sekali, tapi dengan kemampuan ilmu silatnya Lam-goat-sian-ku, tentu saja tidak sulit bisa men-dengarnya, begitu dia memutar tubuh, empat orang hweesio berbaju abu-abu sudah berdiri di belakang tubuhnya.

Lam-goat-sian-ku mendengus dan berkata:

"Kalian bersembunyi seperti ini mau apa?"

Hweesio yang datang ini adalah Ci-keng Taysu dan kawan- kawannya, empat orang ini adalah murid terhebat di generasinya, mereka sedang kesal sebab tidak bisa menghalangi kedatangan Sin- hiong.

Malam ini kuil Siauw-lim-si bersiaga penuh seperti akan menghadapi musuh berat, setelah larut malam, selesai pelajaran malam, seluruh lampu dari depan sampai belakang dipadamkan, tapi setelah berjaga-jaga setengah malaman, bukan saja murid di bawah gunung tidak ada yang melapor, dan juga tidak menemukan jejak musuh seorang pun? Sebenarnya, mereka tidak tahu, murid-murid yang disebar di bawah gunung telah ditotok jalan darahnya oleh orang secepat kilat.

Ci-keng Taysu berempat ditugaskan menjaga pintu gerbang, tadi mereka menemukan di bawah gunung ada orang, tapi selelah mengejarnya sebentar, orang itu sudah menghilang, saat ini baru saja kembali lagi ke pintu gerbang, mendadak melihat Lam-goat- sian-ku muncul bersama dengan pelayannya, empat orang itu segera keluar mengikutinya.

Ci-keng Taysu sambil tersenyum berkata:

"Apakah yang datang ini Lam-goat-sian-ku?" Lam-goat-sian-ku mendengus dingin:

"Aku tanya kalian, apakah kalian berempat ini datang untuk menghadang aku?"

Tay-suhu Ci-goan menggerakan tubuhnya yang gemukbesar itu dan berkata:

"Maaf. "

Kata-kata selanjutnya belum selesai, dia membentak, tongkatnya diangkat menyerang ke belakang tubuh Lam-goat-sian-ku!

Lam-goat-sian-ku tidak meyangka dia akan diserang, baru saja mau mencabut pedangnya untuk melawan, mendadak seseorang dengan lembut berkata:

"Dimana Bu-su Lo-cianpwee?"

Begitu perkataannya habis, orangnya muncul, dialah Sin-hiong! Saat ini tongkat Tay-suhu Ci-goan sedang menyapu, ketika Sin-

hiong berkelebat, tepat ketika tongkat Ci-goan menghantam ke

bawah, hanya terdengar "Weet!" orangnya sudah berlari menuju ke ruangan besar!

Maka enam orang yang di luar kuil jadi saling pandang terkejut! Ci-keng Taysu berempat adalah orang yang bertugas menjaga gerbang, Lam-goat-sian-ku berdua dengan pelayannya, berniat mau bertarung dengan dia, enam orang ini punya tujuan sama, setelah tertegun, enam bayangan orang segera meluncur mengikutinya.

Gerakan Sin-hiong sangat cepat, tapi saat dia mau masuk ke dalam ruangan besar, mendadak dia merasakan ada angin kencang mendorong keluar, kemudian seseorang membentak:

"Keluar!"

Tubuh Sin-hiong sedikit tergetar, mengikuti angin pukulan, di udara dia bersalto dua kali, tahu-tahu pedangnya sudah dipegang, terlihat satu kelebatan sinar perak menyabet ke bawah, sambil tertawa dia berkata:

"Belum tentu!"

Dia menunjukan kehebatan ilmu meringankan tubuhnya, sambil pedangnya dengan cepat disabetkan ke bawah, terdengar orang di dalam ruangan berteriak:

"Ilmu meringankan tubuh yang hebat, jurus pedangnya juga hebat!"

Sedikit mengangkat telapak tangannya, telapak tangan kiri menggantikan telapak tangan kanan, satu angin keras kembali menyerang Sin-hiong!

Rupanya orang di dalam ruangan itu tidak mau Sin-hiong masuk ke dalam ruangan, tapi sifat Sin-hiong juga aneh sekali, semakin orang tidak mengijin-kan dia masuk, dia semakin memaksa menerjang masuk!

Saat ini enam orang di belakang sudah datang, empat buah tongkat dan dua bilah pedang, semuanya menyerang sejurus pada Sin-hiong!

Selarang di depan dan di belakang diserang musuh, tidak peduli lagi dia maju atau mundur, jika dia tidak membuat gerakan yang mengejutkan, bagaimana pun dia tidak akan lolos dari bahaya.

Apa lagi, saat ini tubuhnya berada di udara? Serangan pedang Sin-hiong tadi, bukan saja tidak bisa memukul mundur orang itu, saat angin pukulan kedua lawan menembus keluar, malah meng-angkat tubuhnya sedikit ke atas, Sin-hiong sadar ilmu silat orang ini jauh lebih tinggi dari pada Ci-keng Taysu berempat!

Tidak sulit bagi dia menghadapi serangan ini, tapi tidak terpikir juga oleh enam orang di belakang yang ikut menyerang, hatinya tergetar, di saat bahaya ini, dia menarik nafas mengerahkan tenaga dalamnya, kaki kirinya menopang ke kaki kanan, tubuhnya kembali melesat ke atas, jurus dahsyat dari tujuh orang dari depan dan belakang, jadi lewat di bawah kaki dia!

Menyaksikan ini, tujuh orang pesilat dunia persilatan jadi terkejut sekali!

Tapi, yang lebih mengejutkan mereka masih ada di belakang, tepat ketika ke tujuh orang itu tertegun, tubuh Sin-hiong sudah turun ke bawah, lalu dengan tepat menerjang masuk ke dalam ruangan besar!

Sekejap mata, ke tujuh orang itu terkejut sampai bengong.

Sin-hiong tidak mempedulikan mereka, setelah tubuhnya berhenti, sorot matanya menyapu, terlihat di tengah ruangan duduk satu orang, saat inipun sedang bangkit berdiri dan berkata:

"Ilmu meringankan tubuh dan jurus Sicu tadi bisa dikatakan tiada dua nya di dunia, tapi aku Bu-in masih ingin mencobanya!"

Kata-kata ini membuat Sin-hiong merasa tersanjung! Sebab jika kata-kata ini keluar dari mulut orang lain, nilainya tidak seberapa, tapi kata-kata ini keluar dari mulut salah satu tiga tetua Siauw-lim-si Bu-in Taysu, dan Siauw-lim-si adalah lambang kekuatan dunia persilatan, murid dari perguruan ini tidak pernah memuji siapa pun, hari ini dia bisa memuji Sin-hiong, bagaimana Sin-hiong tidak merasa bangga?

Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Kata-kata Tay-suhu sungguh membuat aku malu, silahkan Tay-suhu keluarkan jurusnya!" Bu-in Taysu mengangkat kepala dan tanpa sungkan berteriak:

"Kalau demikian, aku tidak sungkan lagi!" Dia lalu mengayunkan telapak tangannya, menyerang Sin-hiong dengan dahsyatnya!

Serangan telapak tangannya kelihatan sedikit pun tidak bertenaga, tapi begitu telapaknya sampai di tengah jalan, mendadak terjangan anginnya menguat, enam orang pesilat tinggi yang berdiri di belakang Sin-hiong pun merasakan angin pukulan ini menerpa wajah, menimbulkan rasa sakit, bisa dibayangkan dahsyatnya pukulan telapak tangan ini!

Sin-hiong melemparkan pedangnya teriaknya: "Bagus!"

Setelah berkata, ujung pedangnya pelan-pelan menyabet, inilah salah satu jurus hebat dari jurus Kim-kau-kiam yang dinamakan Ceng-cui-boan-ta (Meniup ringan memukul pelan)!

Walaupun jurusnya dilancarkan lambat, tapi Bu-in Taysu seperti sudah tahu kelihayan jurus ini, dia membalikan telapak tangan, lima jarinya yang seperti kaitan, dengan cepat mengunci pergelangan tangan Sin-hiong!

Sin-hiong berkelebat, setelah meloncat lalu dia berputar, dia tetap melanjutkan tusukannya.

Tadinya Lam-goat-sian-ku mau membantu menyerang, tapi melihat gerakan mereka begitu pelan, kelihatannya seperti anak kecil sedang bermain-main, di dalam hati dia kebingungan, siapa sangka di saat dia berpikir, kedua orang itu sudah menambah jurusnya lagi, sekarang mereka bergerak dengan kecepatan dan kedahsyatannya, mungkin sejak lahir baru kali ini dia menyaksikannya!

Wajah Bu-in Taysu berubah, tadi dia sudah menyerang dua jurus, tubuhnya tidak 'pernah bergeser sedikit pun, ketika jurus kedua Sin- hiongdilancarkan, dia tidak bisa lagi tidak bergerak, mantel besarnya mengembang, membalas dengan sebuah pukulan telapak tangan. Kecepatan pukulan tangannya sudah menggunakan seluruh kemanpuannya, dia menghantam dengan dahsyat ke arah pedang pusaka Sin-hiong!

Sin-hiong tersenyum dan berteriak: "Jurus telapak tangan yang bagus!" Dia segera menarik pergelangan tangannya, mendadak jurus Ceng-cui-boan-ta berubah menjadi jurus San-tian-keng-hong (Kilat mengejutkan pelangi), kecepatan gerakan pedangnya pun sulit digambarkan, dalam waktu sekejap mata, ujung pedang sudah hampir memotong punggung telapak tangan Bu-in Taysu! Burin Taysu mengeluh sambil berkata: "Jurus pedang ini, bisa dikatakan hasil karya terhebatnya Khu-tayhiap!"

Walaupun perkataannya sangat santun, tapi jurus telapak dan gerakannya sedikit pun tidak lambat, perkataannya belum selesai "Hut hut hut!" berturut-turut dia menyerang dua tiga telapak tangan!

Serangan pedang Sin-hiong kali ini tampak akan berhasil, tapi tidak diduga begitu Bu-in Taysu menghantam, angin pukulan yang bergetar, bisa merubah sedikit arah pedang, Sin-hiong terkejut, tepat di saat ini, sebelah telapak tangan Bu-in lainnya, secepat kilat datang menyerang!

Sin-hiong terkejut, lengannya dijulurkan, pedangnya menyabet ke samping!

Dia tidak ingin melukai musuhnya, asal kan dirinya selamat sudah cukup, siapa tahu begitu Bu-in Taysu mendapat kesempatan, tubuhnya maju mendesak, lengan bajunya sekali digetarkan, satu jurus Liu-in-hui-siu (Awan mengalir lengan baju terbang) sudah dilancarkan, Sin-hiong hanya melihat bayangan orang berkelebat, sebuah angin pukulan yang dahsyat sudah datang menggulung ke arah wajahnya!

Kekuatan terpaan angin ini, hampir membuat Sin-hiong tidak bisa membuka matanya!

Empat orang hweesio besar dari Siauw-lim-si yang berdiri di pinggir melihat keadaan ini, wajahnya tampak gembira, di dalam hati mereka berpikir:

'Jika Kim-kau-kiam-khek sampai tidak bisa mengalahkan paman guru Bu-in, maka tidak perlu lagi datang ke paman guru Bu-cu.”

Wajah cantik Lam-goat-sian-ku tampak sedikit gelisah, dia pun mengharapkan Sin-hiong kalah, tapi di dalam hati seperti merasa mengkhawatirkan Sin-hiong.

Merasa kipasan lengan baju Bu-in Taysu amat dahsyat, Sin-hiong segera membentak "Heh!", satu jurus Cian-li-peng-swat segera di lancarkan (Seribu Li semua es), jurus ini adalah jurus terhebat dari jurus pedang Kail emas, terlihat ribuan titik-titik bunga perak, dilanjutkan dengan suara keras "Sreet!", bayangan orang mendadak berpisah, dan Sin-hiong berteriak:

"Maaf Bu-in Taysu!"

Setelah berkata, tubuhnya sudah berlari masuk ke dalam ruangan besar ke dua!

Kejadian ini bukan saja di luar dugaan ke enam orang yang ada di belakang, Bu-in Taysu pun tergetar!

Lengan bajunya sudah robek dipotong pedang Sin-hiong, wajahnya tampak merasa malu, dengan perasaan berat dia berjalan dua langkah dan berkata:

"Ci-hui, kau kemari!"

Hweesio Ci-hui terdiam seribu bahasa, lalu maju ke depan, Bu-in Taysu kembali berkata:

"Kedudukanku, hari ini aku serahkan padamu! Jika sepuluh tahun kemudian aku beruntung masih hidup, aku akan membalas penghinaan ini."

Habis berkata, dengan lesu dia berjalan ke bawah gunung!

Enam orang di sisi begitu mendengar kata-kata ini, tidak peduli dari hweesio Siauw-lim-si atau bukan, semua merasa hatinya menjadi dingin, harus diketahui dengan kedudukan dan ilmu silatnya Bu-in Taysu, masih tidak bisa melupakan penghinaan ini, kalau begitu, kekalahan dia tadi, mungkin orang luar tidak bisa merasakannya.

Ci-hui Taysu merangkapkan telapak meng-antar kepergiannya, di d alam hati dia juga merasa kosong.

Saat ini, Sin-hiong sudah masuk ke dalam ruangan besar kedua, terlihat Bu-cu Taysu yang bertemu kemarin malam sedang tersenyum menjaga pintu dan berkata:

"Sicu sungguh menepati janji, aku sudah lama menunggu."

Sin-hiong membungkuk menghormat: "Harap Tay-suhu bisa memberi petunjuk!" Bu-cu Taysu melihat, tidak terasa di dalam hati berkata:

'Ilmu silat anak ini tidak bisa diukur, tapi sikapnya sangat sopan, tampaknya sangat berbeda dengan sifat Khu Ceng-hong dulu?"

Saat itu dia memiringkan sedikit tubuhnya dan pelan-pelan melepaskan tasbih di leher, kembali berkata:

"Aku akan menggunakan 108 butir tasbih Budha ini untuk mencoba kepandaian Sicu!"

Sin-hiong menegakan tubuhnya dan sambil tersenyum berkata: "Kalau begitu, aku akan mulai bertindak!"

Kim-kau-kiam dijulurkan, menusuk ke arah kiri dan kanan jalan darah Kian-keng di bahu Bu-cu Taysu.

Tanpa menggerakan tubuhnya, Bu-cu Taysu menangkis dengan tasbih di tangannya, Sin-hiong terpaksa menarik kembali pedangnya, Bu-cu Taysu berteriak, tasbih di tangannya mendadak melesat, setiap butirnya menuju salah satu jalan darah Sin-hiong, seratus delapan butir tasbih ini satu pun tidak ada yang meleset, menutup seratus delapan jalan darah besar maupun kecil!

Tubuh Sin-hiong tergetar, dia memutar pedang nya membentuk tabir pedang yang rapat, melindungi seluruh jalan darah di tubuhnya, sehingga tasbih Bu-cu Taysu membentur pedangnya, terdengar suara "Ting ting tang tang!" tidak berhenti-hentinya, meskipun tasbih Bu-cu Taysu tidak mengenai dirinya, tapi kedua lengan Sin-hiong terasa kesemutan!

Bu-cu Taysu berteriak:

"Sungguh kepandaianmu hebat sekali!"

Segera dia menggerakan kaki dan tangannya, tasbih yang berceceran mendadak jadi meluncur ke tangannya, sesudah bersatu lagi laksana sebuah pecut saja, datang melilit pinggangnya Sin- hiong!

Dalam pertarungan sejurus tadi, untung saja Sin-hiong tidak sampai kalah, sekarang semangatnya jadi menggelora, dia menggerakan pedangnya mem-

bentuk beberapa bunga pedang, dengan keras berteriak: "Kepandaian Tay-suhu juga tidak lemah!" Lalu kedua orang itu dalam sekejap mata sudah saling menyerang lima enam jurus, saling tidak bisa mengungguli lawannya, setiap kali merapat langsung berpisah lagi, saat ini, dari belakang pelan-pelan masuk lima orang.

Lima orang ini adalah Lam-goat-sian-ku dan lain-lain, hanya tidak terlihat Ci-hui Taysu seorang.

Ci-keng Taysu dengan wajah penuh perhatian menyaksikan dua bayangan yang bertarung di tengah ruangan, terlihat kedua orang itu berputar-putar, tidak terasa dia menghirup nafas dingin, di dalam hati berkata:

"Anak ini sudah bertarung dengan paman guru Bu-in, sekarang masih dapat bertarung dengan paman guru Bu-cu begitu lamanya, tampaknya pintu inipun tidak bisa menahan dia."

Lam-goat-sian-ku pun lama memperhatikan, dia seperti sedikit terharu, di dalam hati berpikir:

'Ilmu silat orang ini sungguh hebat sekali, selama ada dia, kami Sian-souw-ngo-goat jangan harap bisa berdiri di dunia persilatan.”

Setelah berpikir demikian, dia sudah bertekad memusnahkan Sin- hiong!

Tepat pada saat ini, mendadak Bu-cu Taysu berteriak keras, tasbihnya menjelma jadi bayangan pecut, menyerang ke empat titik jaan darah di seluruh tubuh Sin-hiong!

Sin-hiong memiringkan tubuh, menusuk dengan jurus Ban-li-in- san (Awan gunung tampak selaksa li), dengan cepat memotong pecutnya Bu-cu Taysu.

Wajah Bu-cu Taysu terlihat sangat serius, sambil menggetarkan pergelangan tangannya, dia memusatkan seluruh tenaga dalam ke lengan kanannya, butir-butir tasbihnya dengan tekanan ribuan kati sudah menekan ke seluruh tubuh Sin-hiong.

Sin-hiong merasa ada angin pukulan yang menekan dadanya, buru-buru dia merubah jurusnya, siapa tahu tasbihnya Bu-cu Taysu seperti ada tenaga sedotan yang sangat besar, hanya terdengar suara keras "Ssst ssst!" pelan-pelan menyedot pedangnya Sin-hiong.

Memang ini adalah serangan terakhir Bu-cu Taysu yang telah mengerahkan seluruh tenaga dalam-nya, jika jurus ini gagal, dia akan kehabisan tenaga, walaupun Sin-hiong tidak menyerang, dia pun harus tahu diri mundur mengalah.

Sin-hiong terkejut, tangannya memegang erat-erat pedang pusakanya, tapi tenaga dalam dia masih di bawah Bu-cu Taysu, walau telah mengerahkan seluruh tenaganya, pedangnya pelan- pelan masih tertarik.

Lima orang di belakang yang melihatnya, semua menahan nafas, dan berdebar-debar.

Tiba-tiba, sebuah pikiran aneh berkelebat di kepala Lam-goat- sian-ku, dalam hatinya berkata:

'Jika Sin-hiong sampai kalah, apakah aku yang harus bertarung melawan Bu-cu Taysu?” Kenapa dia bisa berpikir seperti ini, mungkin dia sendiri pun tidak tahu?

Hanya saja, ketika pikirannya sedang bimbang, pedang pusaka Sin-hiong tinggal lima cun dari sisi tubuh Bu-cu Taysu. Asalkan mendekat sedikit lagi, tangan Bu-cu Taysu yang lain bisa memukul, meski-pun pelan, sehebat apa pun kemampuan Sin-hiong, mungkin tidak berdaya melawannya, akhirnya dia harus kembali lagi ke gunung untuk berlatih beberapa tahun lagi.

Kepala Sin-hiong sudah mengeluarkan keringat, tiba-tiba di depan matanya terbayang wajah gurunya yang tersenyum penuh kasih sayang, tampaknya wajah tersenyum beliau ini terjadi ketika telah mengalahkan berbagai perguruan, di dalam hati dia jadi berpikir:

'Jika dia sendiri tidak bisa mengalahkan Siauw-lim-pai ini, apa bisa disebut muridnya Khu Ceng-hong?’

Berpikir sampai disini, segera matanya menjadi terang, entah ada tenaga yang datang dari mana, maka dia berteriak keras, pedang pusakanya didorong lalu disabetkan, terdengar "Trang!" yang keras, tasbih di tangan Bu-cu Taysu sudah terpotong jadi dua oleh Sin- hiong, "Ting ting ring!" butiran tasbih jatuh ke tanah.

Wajah Bu-cu Taysu berubah hebat, tubuhnya tergetar dan berkata:

"Sicu memang hebat, aku mengaku kalah!" Habis berkata, lalu dia meloncat dan menghilang di kegelapan malam.

Di sekeliling terdengar keluhan pelan, ternyata ketika kedua orang itu bertarung sengit, di dalam ruangan kedua sudah berdiri tidak kurang seratusan hweesio Siauw-lim-si.

Keluhan seperti ini, tentu saja menyayangkan Bu-cu Taysu, tapi bagaimana mereka bisa tahu, setelah pertarungan ini tenaga dalam Sin-hiong pun sudah terkuras banyak, tubuhnya bergoyang-goyang dua kali, hampir saja jatuh ke tanah.

Buru-buru dia memejamkan sepasang matanya, diam-diam mengumpulkan, ketika mengangkat kepala, terlihat seorang hweesio tua yang rambut dan janggut-nya sudah putih berjalan menghampiri.

Baru saja Sin-hiong mau membuka mulut, hweesio tua itu sudah berkata:

"Di bawah jenderal yang kuat tidak ada prajurit yang lemah, kelihatannya sejarah dua puluh tahun yang lalu kembali akan terulang."

Begitu hweesio tua itu keluar, para hweesio di sekeliling semuanya memberi hormat, Sin-hiong jadi tergerak, dalam hati berkata:

"Orang ini pasti ketua Siauw-lim-si, Bu-su Taysu." Siauw-lim-pai adalah pemimpin dunia persilatan, walaupun sepuluh tahunan terakhir ini, masing masing perguruan saling berebut kekuasaan, tapi terhadap Bu-su Taysu, mereka masih menghormatinya. Sin- hiong memaksakan diri supaya tenang, sambil mengepalkan telapak tangan berkata:

"Terima kasih, aku datang kemari atas wasiat guru aku, harap Lo-cianpwee bisa mengerti!"

Ketua Siauw-lim-si tersenyum dan berkata: "Sicu kecil berturut- turut telah mengalahkan dua adik seperguruanku, ilmu silatnya sudah lebih tinggi dari pada guru Sicu dulu, tampaknya ombak di belakang Tiang-kang mendorong ombak yang depan, jika Pinceng pun kalah di tangan Sicu kecil, murid-murid Siauw-lim-si tidak akan pernah lagi muncul di dunia persilatan."

Kata-kata ini begitu keluar, tidak saja para hweesio besar kecil dari Siauw-lim-si sangat terkejut, Sin-hiong pun tidak tahan jadi tergetar.

Memang kata-kata Bu-su Taysu ini, tidak ber-beda dengan menggunakan nama baik ratusan tahun Siauw-lim-pai sebagai taruhannya, dengan kata lain, jika dia pun kalah oleh Sin-hiong, maka di kemudian hari tidak ada lagi nama Siauw-lim-pai. Taruhan dia sungguh terlalu berat, mungkin tidak masalah Siauw-lim-pai mengorbankan beberapa orang, tapi jika mengorbankan seluruh orang-orang Siauw-lim-si, hal ini tidak pernah terjadi selama ratusan tahun sejarah Siauw-lim-si.

Tapi, jika Bu-su Taysu tidak ada keyakinan bisa menang, dengan kedudukan dia dan pengalamannya, bagaimana pun dia tidak akan melakukan hal sebodoh ini?

Semua mata para hweesio membelalak besar, nafas semua orang seperti terhenti, hati berdebar-debar, keringat dingin di punggung bercucuran.

Lam-goat-sian-ku adalah seorang wanita, tentu saja akan lebih teliti dibandingkan orang lain, melihat keadaan begini, tidak tahan di dalam hati berkata:

"Hweesio tua Bu-su ini sungguh pandai mengambil kesempatan, Sen Sin-hiong sudah bertarung setengah malaman, tenaga dalamnya belum pulih, dia sekarang malah bertingkah seperti orang jujur, hemm.. hemm... orang-orang Siauw-lim-si ternyata sama saja?"

Walaupun dia mengharapkan Sin-hiong kalah, tapi menyaksikan ketidak adilan ini, dia jadi memihak pada Sin-hiong.

Sin-hiong jujur, dia tidak banyak pikiran, melihat Bu-su Taysu menyatakan ini, di dalam hatinya malah jadi tidak tenang dia berkata:

"Terlalu berat kata-kata Tay-suhu ini, bagiku cukup melaksanakan perintah guruku saja, mengenai masalah perguruan anda di kemudian hari, kiranya terlalu pagi dikatakan sekarang, sebelum tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah."

--oo0dw0oo—
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar