PPKE Bab 02 : Pendekar Kail Emas

 
Bab 02 : Pendekar Kail Emas

Derap telapak kuda itu menyadarkan pikiran semua orang kembali ke kenyataan, mendadak Ciang-bun-jin Hoa-san-pai bersuara "Eh!" berkata:

"Ada apa ini? Bu-tong-sam-kiam pun bisa datang kemari!"

Ho Koan-beng ikut terkejut mendengarnya, di dalam hatinya berpikir:

'Nama Coan-hong Totiang, Coan-kong Totiang dan Coan-soan Totiang dari Bu-tong-sam-kiam menggemparkan dunia persilatan, ketiga orang ini adalah sute dari ketua Bu-tong sekarang Coan-cin Cinjin, jika tiga orang ini bersatu bertarung melawan musuh, di dalam dunia persilatan belum ada orang yang bisa bertahan lebih dari lima puluh jurus, kenapa sekarang bisa bersama-sama datang kemari?'

Dia teringat Gouw-in yang tanpa diketahui tewasnya, jika ketiga orang ini datang kemari dengan tujuan membalas dendam, masalahnya tentu akan semakin rumit. Ketika sedang berpikir, ketiga ekor kuda itu sudah tiba di depannya, Ciang-bun-jin Hoa-san- pai berteriak:

"Yang datang ini apakah Coan-hong Totiang? Cia Thian-cu menyambut anda disini!"

Salah satu diantara ketiga orang itu tertawa keras katanya: "Bagus sekali, benar saja Cia-tayhiap ada disini!" Ketika berkata, ketiga orang itu sudah turun dari atas kuda.

Wajah ketiga orang itu hampir sama, berwajah persegi dengan janggut panjang melayang-layang di depan dada, dipunggung masing-masing terselip sebilah pedang panjang, tiga pasang sorot mata yang berkilat-kilat, auranya membuat orang menghormati-nya.

Saat ini Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok pun sudah keluar menyambut, Coan-hong Totiang mendengus sekali, bertanya:

"Cia-tayhiap apakah dia ini murid anda?"

Ciang-bun-jin Hoa-san-pai melirik sekali pada Ho Koan-beng, teriak:

"Koan-beng, cepat perkenalkan diri pada ketiga Cianpwee dari Bu-tong ini!"

Baru saja Ho Koan-beng akan maju ke depan, Coan-hong Totiang mendadak mencegahnya:

"Kami bersaudara tidak berani menerimanya, hem... hemmm, lebih baik tunggu saja sampai Ang-hoa-kui-bo datang!"

Di dalam kata-katanya seperti ada sesuatu, Ciang-bun-jin Hoa- san-pai tertegun, didalam hati berpikir:

'Tidak memperkenalkan diri ya sudah, apakah muridku begitu tidak berharga?'

Kedua orang ini beramah tamah tapi didalam hati bertentangan, Tui-hong Tayhiap menahan diri dan bertanya:

"Mohon tanya anda bertiga datang kemari, ada keperluan apa?" Coan-hong Totiang berkata dingin:

"Di dalam perguruan kami ada seorang murid yang tidak berguna, aku dengar kemarin malam dia menginap disini, entah sekarang ada dimana?"

Saat dia bicara, tampangnya angkuh sekali, mendengar ini Ciang- bun-jin Hoa-san-pai teringat kedua kepala orang itu, tapi dia tidak mau mengata-kannya, sambil memiringkan kepala berkata:

"Koan-beng, apa kau tahu masalah ini?" Ho Koan-beng jadi merasa resah, jawabnya: "Saudara Gouw kemarin malam masih ada disini, tapi saat Giok-siau-long-kun datang kesini, dia tidak tahu sudah pergi kemana, setelah malam ini. "

Ho Koan-beng takut dengan nama besar Bu-tong-sam-kiam, sesaat gagap tidak meneruskan per-kataannya, Coan-hong Totiang mendengus lagi: "Apakah sudah mati, betul tidak?"

Ho Koan-beng menganggukan kepala: "Mati bersama dengan Ci- hoat-kui Cin Kao, aku sudah menguburkan mereka."

Wajah Coan-hong Totiang berubah dan berkata: "Cia-tayhiap, Ang-hoa-kui-bo sebentar lagi akan datang, saat itu kita harus bertarung jika kami bersaudara menang, maka aku akan membawa murid kesayangan anda, jika kalah, murid perguruan kami yang mati tanpa sebab, kami jadi tidak akan memper-soalkannya lagi?"

Ciang-bun-jin Hoa-san-pai melototkan mata, bertanya: "Apa maksudnya?"

Coan-hong Totiang tertawa dingin:

"Mudah sekali, murid perguruan kami dengan murid anda bersama-sama menghadapi musuh, tapi hanya dia yang tewas, itu tidak bisa tidak membuat orang timbul curiga!"

Ciang-bun-jin Hoa-san-pai tidak bisa menahan diri lagi, dengan marah berkata:

"Kau mencurigai Koan-beng?"

Coan-hong Totiang tidak bicara, hanya meng-anggukan kepala. Mendadak Ciang-bun-jin Hoa-san-pai tertawa keras, lalu berkata:

"Perguruan Hoa-san adalah perguruan luras, muridnya tidak mungkin seperti itu?"

Warna wajah Coan-hong Totiang berubah, juga dengan marah berkata:

"Apakah Bu-tong-pai pun beraliran sesat?"

Setelah dia berkata ini, jarinya sudah hampir menyentuh pegangan pedang, Coan-soan dan Coan-kong yang di belakang, melihat suhengnya ada gejala mau menyerang, kedua orang itupun mempersiapkan dirinya.

Maka situasi berubah jadi sangat menegangkan!

Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara "Ting tang!", Coan-hong Totiang membalikan kepala melihat, lalu berkata:

"He he he, ternyata masih ada orang yang mau membantu!" Suara kecapi itu seperti sengaja bertentangan dengan Coan-hong

Totiang, suara yang dialunkannya sangat merdu sekali, hingga orang yang mendengar-nya merasa tenang dan nyaman.

Hati Coan-hong Totiang tergerak, tanyanya:

"Cia-tayhiap, apakah orang ini dari perguruan Hoa-san?"

Ilmu silat Coan-hong Totiang tidak lemah, tapi setelah dia mendengar suara kecapi ini, dia merasa amarahnya jadi mereda. Harus diketahui, orang yang tinggi ilmu silatnya di dunia persilatan, sering tanpa perlu menggunakan senjata, sudah dapat menaklukan lawannya, suara kecapi ini datangnya tiba-tiba, maka-nya Coan- hong Totiang menanyakannya.

Dengan pandangan tidak mengerti ketua Hoa-sanpai melihat pada anak muda pemetik kecapi itu, berkata:

"Entah!"

Begitu kata-kata ini terdengar, warna wajah Coan-hong Totiang kembali berubah, dia melihat anak muda pemetik kecapi itu sedang memeramkan sepasang matanya, kedua jarinya tidak henti-hentinya memetik snar kecapi, seperti yang sedang hidup di alam yang berbeda.

Dalam sekejap, keadaannya kembali menjadi tenang, selain suara "Ting tang!" dari kecapi itu, udara di sekeliling masih sangat menegangkan.

Coan-hong Totiang menghela nafas, pelan berkata:

"Urusan ini, kita tangguhkan dulu, sekarang lebih baik masuk ke dalam ruangan dulu."

Setelah berkata begitu, dia langsung masuk ke dalam rumah terlebih dulu.

Dalam hati Ciang-bun-jin Hoa-san-pai menjadi tidak mengerti, melihat Coan-hong Totiang begitu, terpaksa dia memanggil Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok ikut masuk ke dalam.

Setelah semuanya duduk didalam ruangan, Coan-hong Totiang berkata pada Coan-kong yang ada di sampingnya:

"Sute, kau menemukan apa pada orang itu?"

Dalam Bu-tong-sam-kiam, Coan-hong Totiang dipandang sebagai orang yang paling teliti, setelah berpikir sejenak, dia berkata:

"Sebenarnya, aku pun tidak menemukan apa-apa, aku malah merasa kecapinya ada keanehan!"

Mendengar kata-kata ini, tiba-tiba Ciang-bun-jin Hoa-san-pai tergetar, ingatannya kembali menerawang, tidak tahan dia jadi berguman:

"Kim-kau-kiam, Kim-kau-kiam.   "

Mendengar ini Bu-tong-sam-kiam jadi tergetar, Coan-kong Totiang kembali berkata:

"Cia-tayhiap apa kau menemukan sesuatu?"

Di tanya begitu, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai segera menceritakan kejadian huruf di atas pintu itu, lalu sambil mengeluh dia berkata:

"Orang ini asal usulnya sangat aneh, apakah dia ada hubungan atau tidak dengan Khu Ceng-hong yang berjuluk Liong-koan-hong (Naga menggulung angin) yang dulu seorang diri bertarung dengan sembilan perguruan besar di dunia persilatan?"

Coan-hong Totiang berpikir sejenak, lalu meng gelengkan kepala: "Ini sulit dikatakan."

Ho Koan-beng yang di pinggir mendengarkan, hatinya menjadi lebih risau, bukankah kedudukan Bu-tong-sam-kiam tidak rendah? Setelah mereka masuk ke dalam ruangan, tidak membicarakan masalah Anghoa-kui-bo, malah membicarakan anak muda pemetik kecapi itu, apa orang itu begitu penting?

Tadinya dia ingin tampil menanyakan, tapi entah kenapa? malah tidak ada keberanian. Pada saat ini, mendadak terdengar suara kecapi "Tang!" lalu berhenti, seluruh orang didalam ruangan tergetar, tubuh Coan-hong Totiang sedikit bergerak, lalu melayang keluar.

Begitu Coan-hong Totiang bergerak, orang-orang yang ada di dalam ruangan juga bergerak mengikutinya, siapa tahu setelah keluar melihat, pada malam yang gelap gulita, di lapangan liar itu tidak terlihat sesosok bayangan apapun!

Ho Koan-beng berpikir-pikir, tidak tahan sambil menghela nafas berkata:

"Haay, dia sudah pergi!"

Sun Cui-giok melihat keadaan begini, sejenak dia jadi emosi, teriaknya:

"Sin-hiong, Sin-hiong.   "

Teriakannya terdengar sampai jauh sekali, tapi hanya ada gema suaranya saja yang menyahut, tapi siapa tahu gemanya belum berhenti, di kejauhan terdengar lagi suara keliningan kuda, dua ekor kuda dengan cepat berlari mendekat.

Wajah semua orang jadi berubah, tidak tahu siapa yang berteriak:

"Ang-hoa-kui-bo sudah datang!" Tadinya semua orang pun sudah membayangkan Ang-hoa-kui-bo sudah datang bersama muridnya, hanya saja setelah di teriaki, di dalam kegelapan malam, hati semua orang menjadi   tegang, begitu memperhatikan, benar saja di depan terlihat ada dua bayangan kuda.

Bu-tong-sam-kiam meloncat kedepan, bersama sama berteriak: "Kami Bu-tong-sam-kiam sudah lama menunggu anda!"

Baru saja ketiga orang itu selesai bicara, terdengar seorang dengan dingin berkata:

"Apakah Ciang-bun-jin Hoa-san-pai ada?"

Tui-hong Tayhiap tidak mau diremehkan, dia meloncat ke depan dan berteriak:

"Cia Thian-cu ada disini!"

Orang yang bicara itu sambil tertawa berkata:

"Bagus, bagus, kalian semua tidak perlu sungkan lagi!"

Selesai bicara wajah orangnya sudah terlihat jelas, seorang nyonya setengah baya yang tinggi besar sudah tiba di depan mereka. Di belakangnya ada satu orang sedang berlari dengan cepat menghampiri.

Orang ini kelihatan usianya ada lima puluh tahun lebih, diatas gelung rambutnya disisipi setang-kai bunga merah yang mencolok, di tangannya memegang sebuah tongkat besi, dialah Ang-hoa-kui- bo Gouw Ci-hiang yang sangat ditakuti oleh orang-orang dunia persilatan!

Setelah dia muncul, sofot matanya laksana mata pisau yang menyapu semua orang, dia berkata:

"Dimana Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek?" Coan-hong Totiang tertawa dingin berkata:

"Gouw Ci-hiang kau datang kesini sebenarnya mencari siapa?" Ang-hoa-kui-bo menghentakan tongkat besi-nya, berkata dingin: "Aku mencari siapa saja!"

Habis bicara, dia menunjuk dengan tangannya pada Ho Koan- beng dan Sun Cui-giok, memiringkan tubuh bertanya:

"Anak Toh, yang kau katakan itu dua bocah ini?"

Hati Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok menjadi tegang, keduanya sudah menghunus pedang.

Giok-siau-long-kun maju ke depan, menyahut: "Betul!"

"Kalau begitu, kedua orang ini kau yang urus!" Habis berkata, tubuhnya berkelebat, tongkat besi sudah menyapu melintang!

Serangan tongkat ini kelihatannya menyerang Bu-tong-sam-kiam, tapi yang dituju ujung tongkat malah menusuk Ciang-bun-jin Hoa- san-pai Cia Thian-cu.

Bu-tong-sam-kiam dan Tui-hong Tayhiap berempat, seumur hidupnya tidak pernah bertarung bersama-sama melawan satu orang, sekarang karena terpaksa oleh keadaan, empat orang ini jadi bersatu melawannya. Pertama-tama Bu-tong-sam-kiam yang bergerak, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai mengikutinya, ompat pedang tajam begitu menyerang, hanya terlihat ribuan sinar perak berkilau- kilau, semua menyerang pada Ang-hoa-kui-bo.

Melihat itu Ang-hoa-kui-bo berkata dingin: "Cukup hebat, bisa digolongkan ke dalam pesilat tinggi dunia persilatan!"

Selesai bicara, tongkat besinya bergerak, dengan jurus Ya-can- pat-hong (Bertarung malam dari delapan penjuru bertarung), dia menggetarkan tongkatnya, menangkis keluar empat senjata lawannya!

Bu-tong-sam-kiam sangat marah, dalam sekejap mata ke tiga orang itu sudah merubah beberapa jurus pedang, dalam kelebatan sinar pedang, setiap jurusnya menyerang titik kematiannya Ang- hoa-kui-bo! Ciang-bun-jin Hoa-san-pai pun mengeluarkan jurus pedang pengejar angin, serangan pedangnya tidak ada celah, laksana air sungai Tiang-kang mengalir ke bawah, dalam sekejap mengepung rapat Ang-hoa-kui-bo!

Lima orang ini begitu bertarung, semuanya menggunakan jurus menyerang, dalam sekejap mata lima-enam jurus sudah terlewatkan!

Di pihak lain, Giok-siau-long-kun Sang-toh pun sudah menyerang, dalam kelebatan serulingnya, telah mendesak Ho Koan- beng dan Sun Cui-giok sampai mundur terus ke belakang!

Semua orang di lapangan tidak ada satu orang pun yang menganggur, semua orang tidak saja ber-tarung demi nama, juga bertarung demi nyawa.

Di saat semua orang sedang tegang bertarung, mendadak terdengar suara keras yang menggelegar, ternyata pohon besar di sisi gunung sudah tumbang, terdengar siulan panjang yang memekakan telinga menembus langit, di dalam bayangan rimba di sisi gunung, laksana kilat melayang turun sesosok bayangan manusia!

Orang itu ternyata adalah anak muda pemetik kecapi itu, saat ini ditangannya membawa pelana kuda, kelihatannya dia seperti siap akan pergi!

Kemunculannya yang mendadak, membuat orang-orang di lapangan tidak peduli yang kenal atau tidak kenal, di dalam hatinya semua jadi terkejut!

Lebih-lebih rasa terkejutnya Sun Cui-giok, gerakannya jadi melambat, hampir saja terkena serangan Sang-toh!

Ang-hoa-kui-bo mengayunkan tongkat besinya, memaksa mundur empat orang lawannya, lalu, berkata:

"Bocah, tenaga dalammu hebat juga? Apa kau ada selera bermain-main?" Anak muda pemetik kecapi itu melihat ke arah jauh, satu bayangan merah dengan cepat sudah berlari mendekat, itu adalah kuda yang dia tunggangi, dia dengan santai memasang pelananya, berkata:

"Walaupun aku belum lama turun gunung, tapi aturan dunia persilatan masih tahu sedikit."

Perkataannya seperti tidak mengerti arah pembicaraan, orang bertanya di timur, dia malah menjawab di barat, Giok-siau-long-kun langsung berteriak:

"Guru, dialah orang yang 'dulu' menyelamatkan wanita hina itu!"

Kata 'dulu' yang dia katakan itu, tentu saja menunjuk pada kejadian tadi malam, mengenai siapa wanita hina itu? tidak perlu ditanyakan lagi, tentu saja mengarah pada Sun Cui-giok.

Setelah mendengar kata-kata ini, di dalam hati Bu-long-sam- kiam, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai dan Ho Koan-beng jadi tergetar, apa lagi Ho Koan-beng, wajahnya tampak sangat gelisah.

Ang-hoa-kui-bo melihat anak muda pemetik kecapi, hatinya sedikit tidak percaya, tanyanya:

"Anak Toh, yang kau katakan itu dia?" Giok-siau-long-kun menganggukan kepala:

"Melihat bentuk tubuh dan bicaranya, sedikit pun tidak salah!"

Ang-hoa-kui-bo bersiul pelan, siapa sangka ketika melihat, dia menjadi marah, katanya: "Bocah, kau sedang apa?"

Ternyata saat Ang-hoa-kui-bo bicara dengan muridnya, anak muda pemetik kecapi itu dengan santai sedang membereskan pelana kudanya, terhadap pembicaraan kedua orang itu, seperti tidak mendengar.

Orang-orang yang ada di pinggir lebih-lebih jadi terkejut, dalam hati semua orang tergerak, mereka berpikir:

'Dihadapan Ang-hoa-kui-bo kau berani melakukan perbuatan begini, tentu sudah bosan hidup."

Saat itu, anak muda pemetik kecapi sudah selesai memasang pelana kudanya, lalu pelan-pelan mengeluarkan satu potongan perak, menimbang-nimbang di tangannya, dengan tidak mempedulikan kata-kata Ang-hoa-kui-bo, dia berkata:

"Aku sudah menumbangkan pohon besar itu, inilah lima liang perak, haay... akhirnya aku sudah bisa melunasi dan bisa bebas!"

Semua orang mendengar perkataannya, malah termasuk Ang- hoa-kui-bo dan muridnya, tapi tidak tahu dia sedang bicara apa? Ketika sedang keheranan.

Tampak seberkas sinar putih melesat, potongan perak itu dengan utuh sudah jatuh di depan Sun Cui-giok.

Di hadapan musuh kuat, dia malah melakukan hal ini, tapi Sun Cui-giok malah sangat sedih dan bersuara gemetar:

"Sin-hiong, kenapa kau memperlakukan aku begini rupa?" Setelah berkata, air matanya sudah bercucuran di kedua pipinya.

Melihat keadaan ini, mendadak Ang-hoa-kui-bo tertawa lepas katanya:

"Bagus, dua-duanya datang demi wanita itu, bocah, kita jadi satu keluarga!"

Semua orang yang mendengar perkataannya, di dalam hatinya bertambah keheranan, hatinya berpikir, 'Ang-hoa-kui-bo malah ingin berhubungan dengan dia? Bukankah ini berita yang menggempar- kan dunia?

Siapa tahu, anak muda pemetik kecapi malah menggelengkan kepala:

"Aku tidak satu keluarga dengan siapa pun!" Kata-kata ini begitu terdengar, hati semua orang kembali jadi tergetar!

Walaupun orang-orang di sana tidak banyak, tapi kedudukan setiap orang cukup bisa menggetarkan dunia persilatan, tapi mereka tidak menyangka, anak muda pemetik kecapi ini tidak memandang terhadap siapapun, bagaimana tidak membuat orang yang sedang keheranan jadi lebih heran lagi!

Selama hidupnya, Ang-hoa-kui-bo tidak pernah mengalah pada orang lain, tapi malam ini setelah bertemu dengan seorang pemuda asing yang sikapnya aneh, di dalam hati dia jadi merasa keheran-an, saat itu dia bertanya:

"Bocah, aku tidak akan menguji ilmu silatmu lagi, dengan mengandalkan keberanian seperti ini saja, sudah cukup membuat kagum orang di seluruh dunia, siapa namamu?"

Tubuh anak muda pemetik kecapi tergetar, dengan nada dalam dia berkata:

"Terima kasih, aku hanya orang kecil yang tidak punya julukan, namaku Sen Sin-hiong!"

"Sen Sin-hiong?" nama ini asing sekali, hampir bersamaan itu ada beberapa orang berteriak keheranan, mereka pikir, kecuali Sun Cui- giok, di wajah setiap orang tampak sinar keheranan.

Setelah Sin-hiong berkata, perlahan melangkah dua langkah, berkata pada Sun Cui-giok:

"Ho-hujin, sejak kecil aku mendapat perlindunganmu, sekarang aku sudah menumbangkan pohon besar itu dan sudah melunasi utang lima liang perak itu, entah Hujin masih ada tugas apa lagi, tugas apa pun asalkan aku mampu melaksanakannya walau harus menempuh bahaya, aku pasti akan melakukan!"

Sun Cui-giok melihat, sampai saat ini Sin-hiong masih mengolok dirinya, hatinya jadi merasa sakit, hampir saja dia pingsan karena kesalnya.

Sin-hiong pelan-pelan mundur kembali ke sisi kudanya, mengangkat kepala berkata:

"Jika tidak ada tugas lagi, dan keinginanku pun sudah tercapai, aku sudah harus pergi sekarang!" Sesudah berkata, baru saja akan naik ke atas kuda, mendadak terdengar seseorang berteriak dingin:

"Tunggu!"

Sin-hiong berhenti, tanpa memalingkan kepalanya dia berkata: "Selain Ho-hujin, kata-kata siapa pun tidak akan kudengar!" Ternyata yang teriak itu adalah Ang-hoa-kui-bo, melihat sikap

Sin-hiong, sekali ingin berhenti langsung berhenti, begitu ingin pergi langsung pergi, tadinya dia masih bisa menahan diri, tapi sekarang jika dia tidak bertindak, orang-orang di dunia persilatan pasti akan mencemoohkan dia, takut pada seorang Boanpwee saja. Ang-hoa- kui-bo tertawa dingin berkata: "Kau mau pergi tidak sulit, tapi harus menerima lima jurus seranganku terlebih dulu."

Dengan kedudukan dia, menghadapi seorang anak muda yang tidak bernama, seharusnya cukup mengatakan tiga jurus, tapi karena melihat sikap Sin-hiong yang aneh, dia merasa lawannya tentu punya kemampuan tinggi, maka dia mengatakan lima jurus. Perlahan Sin-hiong menabahkan tubuh: "Aku dengan kau tidak ada permusuhan juga tidak ada dendam, kenapa memaksa aku bertarung?"

Melihat gurunya begitu sabar melayani Sin-hiong, Giok-siau-long- kun malah sudah tidak sabar lagi, teriaknya:

"Guru, biar aku yang mencoba dia!"

Ang-hoa-kui-bo setuju, maka dia mundur ke pinggir, sambil berkata:

"Anak Toh, dia sama sepertimu, kau jangan melukai dia!"

Sang-toh mendengus dingin, dia ingin sekali dengan satu tusukan seruling menghabiskan nyawa Sin-hiong, tapi di wajahnya dia menyahut:

"Murid tahu!"

Sin-hiong melihat sekali, lalu menggelengkan kepala: "Kau belum mampu!"

Sang-toh marah besar, memaki:

"Kau sombong sekali, Terima jurus ini!"

Begitu suaranya habis, orangnya sudah berada di depan, terlihat bayangan hijau berkelebat, seruling di tangannya sudah menotok ke arah tiga jalan darah mematikan Tiong-teng, Tan-tian, Kian-ki!

Serangannya cukup hebat, begitu jurusnya dilancarkan, serulingnya mengeluarkan suara yang menusuk telinga, empat orang pesilat tinggi yang di pinggir mendengarnya sampai merinding.

Sin-hiong hanya bergerak sedikit, lima jarinya mencengkram, sambil membentak dingin:

"Dengan kemampuan yang hanya begini, mungkin harus belatih lagi beberapa tahun!"

Cengkraman dia itu sangat cepat dan kuat, walaupun bergerak belakangan, tapi tibanya lebih cepat dari pada Sang-toh, sekali bergerak sudah hampir mencengkram pergelangan tangan Giok- siau-long-kun!

Giok-siau-long-kun sangat terkejut, tiba-tiba dia teringat jurus yang digunakan oleh orang yang bercadar itu, bukankah gerakannya sama dengan ini? Di saat terkejut, jurusnya dirubah menjadi jurus Ciam-liong-cut-hai (Naga menyelam keluar dari laut.), ujung seruling menotok pergelangan tangannya Sin-hiong.

Sin-hiong sekali lagi mengeluarkan keluhan:

"Kenapa kau masih tidak tahu diri?"

Habis bicara, tidak terlihat dia bergerak, tahu-tahu sudah berada di belakang Giok-siau-long-kun, telapak tangannya diangkat, baru saja akan meng-hantam, mendadak terdengar seseorang berkata:

"Anak Toh, mundurlah!"

Hantaman telapak tangan Sin-hiong itu hanya berpura-pura saja, jika dia benar-benar menghantam, mungkin siapa pun tidak akan bisa menghalanginya? Saat itu dia segera menarik tangannya, sambil tertawa berkata:

"Sudah kubilang, kau tidak akan mampu?"

Dia berkata, bertindak, atau bertarung dengan orang, semua sikapnya tampak pelan dan tenang, seperti orang pemalas saja, tapi sekali jurusnya keluar, seperti kilat kecepatannya, mungkin di dunia ini tidak ada orang yang bisa menandinginya?

Ciang-bun-jin Hoa-san-pai, Bu-tong-sam-kiam, Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok melihat dengan mata terkejut dan bengong!

Tadi Sun Cui-giok diperlakukan hingga menjadi sangat sedih, saat ini dia malah jadi bersemangat, dia bergumam

"Sin-hiong, Sin-hiong, kau jangan melepaskan mereka yaa!"

Anak yang sepuluh tahun lalu pernah mengalami penghinaan yang amat besar, akhirnya bisa merasa lega, mendengar suara Sun Cui-giok yang mengandung daya tarik itu, mendadak semangatnya jadi bergelora, tangan kanannya perlahan dia mengusap wajahnya, terlihat bedak kuning di wajahnya berjatuhan, dalam sekejap mata, di hadapan mereka tampak seorang pemuda yang sangat tampan dan gagah!

Sun Cui-giok berteriak: "Ini baru Sin-hiong yang sepuluh tahun lalu!"

Ho Koan-beng diam-diam terkejut, dalam harinya berpikir: ‘Ternyata dia datang kesini dengan merubah wajahnya?'

membandingkan dengan dirinya, dia merasa kalah tampannya.

Perlahan Ang-hoa-kui-bo maju dua langkah ke depan, lalu menghentakkan tongkatnya, berkata:

"Bocah, kau sudah merebut hati semua orang! Jika kau tidak menerima lima jurusku, apa kau tidak merasa malu?"

Sin-hiong tertawa: "Betulkah? Aku tidak bertarung tidak apa-apa, tapi jika bertarung, maka tidak akan ada batasan lima jurus saja."

Setelah berkata, dengan tenang berjalan menuju kudanya, mengambil kecapi kuno antik itu, dipukulnya pelan, terdengar suara "Teng!", tahu-tahu di tangannya sudah memegang sebilah senjata yang seperti kail tapi bukan kail, seperti pedang tapi bukan pedang.

Melihat itu, sorot mata Ho Koan-beng melihat ke atas pintu, matanya jadi semakin membelalak lebar.

Ang-hoa-kui-bo terkejut dan berteriak:

"Kim-kau-kiam!" Bukan hanya dia yang berteriak, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai dan lain-lainnya pun ikut berteriak, di wajah masing- masing orang tampak rasa terkejut, keheranan.

Sin-hiong menyentil batang pedangnya sekali, katanya:

"Terima kasih, kalian masih ingat pedang pusaka guruku, itu menunjukan masih menghormati-nya, aku ucapkan sekali lagi banyak terima kasih."

Diam-diam Ang-hoa-kui-bo menghela nafas, di dalam hatinya berkata:

'Ternyata bocah ini adalah muridnya Khu Ceng-hong, kalau begitu tidak mengherankan sifatnya aneh.'

Tapi dia berpikir lagi, dengan kepandaiannya yang telah terlatih puluhan tahun, walaupun dia telah dilatih oleh Khu Ceng-hong, tenaga dalamnya pasti tidak akan mampu menandingi dirinya, dalam lima jurus walaupun mungkin dia tidak bisa menang, tapi juga tidak akan kalah?

Berpikir sampai disini, dia memegang tongkat besinya erat-erat, berkata:

"Silahkan menyerang dulu, jika tidak, orang akan mengira aku hanya berani pada anak kecil saja?"

"Baiklah, ini jurus pertamaku!" Begitu perkataannya selesai, tubuhnya sudah berada di belakang Ang-hoa-kui-bo, secepat kilat pedangnya menusuk!

Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tubuhnya berputar, tongkat besinya menyapu ke belakang, angin yang dibawa oleh tongkat, membuat baju orang-orang yang di pinggir berkibar, tenaga dalamnya sungguh mengejutkan!

Siapa sangka, ketika tongkatnya menyapu, di depan sudah tidak ada siapapun, saat Ang-hoa-kui-bo tertegun, mendadak dia merasa di belakangnya ada angin dingin menyerang, dia tahu Sen Sin-hiong kembali sudah ada di belakang tubuhnya, dia berteriak keras, tongkat besinya laksana naga hitam, berturut-turut menyerang sebanyak dua jurus.

Sin-hiong tertawa keras:

"Bagus, dua jurus menghadapi empat jurus, itu baru adil!"

Setelah kedua orang itu bertarung, Sin-hiong hanya mengeluarkan dua jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo sudah mengeluarkan empat jurus, makanya begitu Sin-hiong mengatakannya, wajah Ang- hoa-kui-bo pun dengan sendirinya menjadi merah.

Hanya saja jurus dia selain keras juga amat dahsyat, walau hanya menyerang empat jurus, tapi orang yang melihat di pinggir, tongkatnya sudah berubah menjadi puluhan banyaknya!

Ketika Sen Sin-hiong berkata, tubuhnya sudah dikurung dengan rapat oleh angin pukulan tongkat Ang-hoa-kui-bo.

Sun Cui-giok terkejut dan berteriak:

"Sin-hiong, bereskan dulu pertarungannya baru bicara."

Dia mengira Sin-hiong hanya bisa bicara saja, siapa duga teriakannya belum selesai, mendadak terlihat sinar pedang di lapangan semakin besar, "Huut huut!" mengikuti angin pukulan tongkat yang berputar-putar, begitu Ang-hoa-kui-bo menyerang dua-tiga jurus, dia pun ikut membalas dua-tiga jurus! bergerak, perubahan jurus Ang-hoa-kui-bo hampir bersamaan waktu sudah tiba!

Tampak di wajah Giok-siau-long-kun ada rasa bangga, dengan sombongnya berkata:

"Tepat lima jurus!"

Sun Cui-giok melihat tubuh Sin-hiong sudah diangkat oleh angin pukulan tongkat, hatinya jadi tergetar, hampir saja dia tidak berani melihatnya.

Ketika tubuh Sin-hiong diangkat oleh angin pukulan tongkat, mendadak terlihat diatas udara dia menyabetkan pedangnya, meminjam tenaga angin pukulan tongkat dia langsung meloncat, dan orangnya sudah berada diatas kuda yang jauhnya tiga tombak.

Empat orang pesilat tinggi yang menonton di pinggir merasa terkejut saling berpandangan, mereka mengira Sin-hiong sudah kalah, saat mereka meneliti lagi, terlihat wajah dia berseri-seri, dan berkata:

"Gouw-cianpwee, terima kasih atas keramahannya!"

Setelah bicara, memandang lagi pada pada pesilat tinggi dari Bu- tong dan Hoa-san, di dalam hati berpikir di kemudian hari aku akan mencari kalian.

Wajah Ang-hoa-kui-bo terlihat tidak enak di pandang, dia menghentakkan kedua kakinya, berteriak:

"Anak Toh, kita kembali lagi ke gunung dan berlatih lima tahun lagi!"

Habis bicara, dia menarik Giok-siau-long-kun, Giok-siau-long-kun tidak mengerti, di dalam hati berpikir:

'Guru tidak kalah, kenapa mau pergi dari tempat ini?"

Tapi tarikan Ang-hoa-kui-bo sangat kuat, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa, dua bayangan itu dalam sekejap menghilang di lapangan liar, bersamaan datangnya sinar pagi.

Kejadian inipun membuat semua orang jadi lebih tidak mengerti! Tapi Coan-kong Totiang dari Bu-tong-sam-kiam terlihat lebih teliti, sambil melihat ke kiri dan kanan, mendadak dia melihat diatas tanah ada sekuntum bunga merah yang mencolok mata, teriaknya:

"Kalian lihat, apa itu?"

Semua orang melihat ke arah yang ditunjuk, sekarang hati mereka baru mengerti apa yang telah terjadi, tapi pada saat ini terdengar suara derap kuda, suara kecapi mengalun di udara, Sin- hiong sudah melarikan kudanya, dalam sekejap mata sudah berlari sejauh dua puluh tombak lebih!

Sun Cui-giok seperti baru bangun dari mimpi-nya, tubuhnya meloncat, langsung mengejar ke depan!

Sambil mengejar, dia memanggil-manggil nama Sin-hiong.

Ho Koan-beng merasa sangat sedih, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai melihat pada murid kesayangan-nya, berkata:

"Beng-ji, sudahlah, Ang-hoa-kui-bo pun harus berlatih lagi lima tahun, sepuluh tahun lagi kau muncul ke dunia persilatan pun tidak terlambat!"

Mereka tadi masih bisa melihat seekor kuda dan seseorang berlari di atas lapangan liar, tapi setelah lewat sejenak, suara kecapi, suara orang, dan dua titik hitam yang satu di depan yang satu di belakang, pelan-pelan telah menghilang.

Ciang-bun-jin Hoa-san-pai menarik murid kesayangannya yang sedang sedih dan marah, bengong sejenak, lalu menganggukan kepala pada Bu-tong-sam-kiam berkata:

"Sobat-sobat, sampai jumpa lagi lima tahun kemudian!"

Dengan hati berat, Bu-tong-sam-kiam pun saling pandang, ambisi mereka jadi terpukul, bersama-sama mereka berkata:

"Cia-tayhiap, sampai ketemu lagi lima tahun kemudian!"

Habis berkata, lima bayangan orang membagi arah, yang satu ke timur yang satu ke barat meng-hilang dari lapangan liar. Setelah lima orang itu pergi, dari dalam rumah muncul satu orang, tentu saja dia adalah Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek, kejadian tadi dia menyaksikan dengan jelas, melihat empat pesilat tinggi paling top di dunia persilatan masa kini semua meninggalkan tempat dengan hati terpukul, dia sendiri bisa berkata apa lagi? Sambil menggeleng-gelengkan kepala, lalu dia pun pergi dengan lesu.

Lapangan liar, kembali keasalnya, jadi tenang lagi.

Sen Sin-hiong berlari di depan, samar-samar dia mendengar di belakangnya ada yang memanggil, beberapa kali dia ingin menghentikan langkahnya, tapi setelah dia berpikir, Sun Cui-giok adalah calon istri Ho Koan-beng, tidak pantas dia menjalin kembali hubungan dengan dia?

Dia mengeraskan hati, di belakang Sun Cui-giok semakin memanggil, dia berlari semakin cepat, sebentar saja dia sudah berlari sejauh tiga lima li.

Matahari sudah tinggi, Sen Sin-hiong baru menghela nafas, di dalam hati menanggung perasaan yang berat.

Keluar dari lapangan liar yang amat luas, di depan ada sebuah kota kecil, sejak kecil Sin-hiong tumbuh disini, terhadap keadaan disekitamya tentu saja sangat hafal, dia tahu kota kecil di depan disebut kota Pek-yang, penduduknya tidak banyak, hatinya berpikir:

'Setelah makan, aku harus pergi ke Siauw-lim-si untuk menyelesaikan persoalan pertama guru.'

Masuk ke dalam kota, dengan hafal sekali dia pergi ke satu rumah makan, pelayan rumah makan melihat penampilan dia yang tidak biasa, buru-buru menyambutnya:

"Tuan muda ingin makan apa? Di rumah makan kami segala makanan ada."

Sin-hiong memperhatikan rumah makannya, karena waktunya masih pagi, tamu di dalam rumah makan belum banyak, hanya meja di sebelah timur, duduk seorang tua yang dandanannya lain dari pada yang lain.

Orang ini berambut putih ikal, wajahnya hitam pekat, sepasang matanya bengong memandang langit langit, entah sedang memikirkan apa? Tangannya memegang gelas arak, tidak henti- hentinya minum arak, terhadap masuknya Sin-hiong, sedikit pun tidak ada perhatian.

Sin-hiong menyahut:

"Siapkan makanan apa saja, setelah makan aku harus segera berangkat lagi!"

Sambil berkata, dia memilih satu meja, tepat duduk berhadapan dengan orang tua itu, terlihat orang tua itu setelah minum, lalu minum lagi berturut-turut beberapa gelas arak.

Sin-hiong jadi keheranan, di dalam hati berpikir:

'Orang ini pasti sedang mendapat kesulitan besar, kalau tidak bagaimana bisa begitu risau?'

Tidak lama kemudian, pelayan rumah makan sudah mengantarkan makanannya, Sin-hiong dengan santai menyantapnya, saat dia mengangkat kepala, mendadak terlihat dari luar rumah makan berlari masuk seorang laki-laki setengah baya.

Orang itu tampak terburu-buni, setelah masuk langsung menuju orang tua itu, dengan gugup berkata:

"Ho Lo-ianpwee, aku mendengar satu berita yang menggemparkan!"

Orang tua itu menaruh gelas araknya diatas meja, lalu bertanya: "Berita apa?"

Laki-laki setengah baya melihat dulu ke sekeliling, melihat di dalam rumah makan tidak ada orang yang dicurigai, baru dengan pelan berkata:

"Aku mendengar perguruan Hoa-san dan Bu-tong-sam-kiam sudah mengunci pedangnya!" Orang tua membelalakan sepasang matanya, dengan keras berkata:

"Apa betul?"

"Tentu saja betul, dan aku mendengar Ang-hoa-kui-bo dan muridnya pun dalam lima tahun ini tidak akan berkelana di dunia persilatan!"

Di dalam rumah makan walaupun tidak ada orang, tapi berita ini sungguh sangat mengejutkan, maka orang tua itu mendadak bangkit berdiri, dengan keras berkata:

"Kau dengar dari siapa? He he he, berita ini mungkin tidak benar!"

Harus diketahui, orang-orang yang disebut oleh laki-laki setengah baya itu, nama mereka tidak satu pun yang tidak menggemparkan dunia persilatan, asalkan salah satu dari mereka berjalan di dunia persilatan, sudah cukup membuat dunia persilatan bergejolak, tidak diduga orang-orang ini hanya dalam satu malam bersama-sama mengundurkan diri, kata-kata ini jika didengar orang, siapa yang bisa percaya?

Laki-laki setengah baya berpikir sejenak:

"Sepertinya seorang pesilat dari perguruan Tiang-pek yang mengatakannya, tentu saja itu tidak akan salah."

Mendengar ini, orang tua berwajah hitam lalu berjalan memutar- mutar di dalam ruangan, lalu cepat-cepat melemparkan satu tail perak diatas meja, berkata:

"Saudara Tan, cepat ikuti aku!"

Tapi baru saja kedua orang itu akan melangkah keluar, terdengar di luar pintu ada suara merdu berkata:

"Nona, kita beristirahat saja dulu di rumah makan ini?"

Sin-hiong melihat keluar pintu, terlihat ada dua orang remaja gadis, satu berbaju putih yang satu lagi berbaju hijau sedang berjalan masuk, gadis berbaju putih itu kulitnya putih bersih, ditambah dia memakai baju putih, membuat orang yang melihatnya merasa dia sangat anggun dan suci.

Sedangkan gadis berbaju hijau kelihatannya seorang pelayan, usianya tidak besar, rambutnya digelung di atas kepala, saat bicara meloncat-loncat sangat lincah sekali.

Gadis berbaju putih tidak bicara, hanya meng-anggukan kepala, lalu pelan-pelan masuk kedalam.

Orang tua berwajah hitam dan silaki-laki setengah baya itu tadinya mau pergi, melihat gadis berbaju putih masuk ke dalam, lalu kedua orang itu lari kehadapan gadis berbaju putih, membungkuk tubuh dan berkata:

"Nona Ong, kebetulan sekali kau datang!"

Gadis berbaju putih melayangkan tangannya, kata-nya tawar: "Kalian sudah makan?"

"Sudah!" jawab kedua orang itu bersamaan.

Melihat ini Sin-hiong jadi merasa keheranan, dalam hatinya berpikir:

'Gadis berbaju putih ini tampaknya lemah gemulai, kenapa kedua orang ini begitu menghormati-nya?'

Setelah gadis berbaju putih duduk, gadis berbaju hijau baru pergi memesan makanan. Orang tua berwajah hitam maju selangkah dan berkata:

"Nona Ong, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri!" Gadis berbaju putih menganggukan kepala:

"Aku sudah tahu, apakah kalian berdua sudah mendapatkan khabarnya Tong-goat-sin-kun (Orang tua sakti dari gunung timur) dan Pak-goat-lo-lo (Nenek sakti dari gunung utara)?"

Orang tua berwajah hitam menelan air ludahnya baru berkata: "Kami dengar mereka berdua sudah pergi ke utara, hanya saja tidak tahu kapan sampainya?"

Gadis berbaju putih itu mendengus dingin, berkata lagi:

"Kalau begitu, kau tentu tahu apa sebabnya Bu-tong-sam-kiam mengundurkan diri dari dunia persilatan?"

Cara bicaranya menunjukkan kedudukannya seperti yang paling tinggi, tapi orang tua berwajah hitam dan laki-laki setengah baya itu bernafas pun tidak berani keras-keras, apa lagi terhadap pertanyaan yang tadi dia tanyakan, membuat kedua orang itu tidak bisa menjawab.

Memang mereka berdua tadinya hanya tahu Bu-tong-sam-kiam mengundurkan diri, mengenai apa sebabnya mengundurkan diri, kedua orang itu tidak ada yang tahu?

Dengan sorot mata tajam seperti pisau, gadis berbaju putih menyapu sekali, lalu tertawa dingin:

"Ho Tiong, kau sudah banyak pengalaman di dunia persilatan, apa masalah sekecil ini pun kau tidak bisa mendapatkannya?"

Sin-hiong mendengar gadis berbaju putih itu menyebutkan nama orang tua berwajah hitam, dalam hatinya berpikir:

'Nama Ho Tiong sepertinya pernah kudengar, kenapa bisa begitu takut pada gadis berbaju putih itu?'

Karena di dalam hati tidak mengerti, diam-diam dia melirik sekali, terlihat wajah Ho Tiong kejang-kejang, sebagian besar mabuknya sudah hilang, sambil gagap dia berkata:

"Kabar ini baru saja aku dengar, mengenai..." Belum lagi dia melanjutkan kata-katanya, tangan mulus gadis berbaju putih diayunkan, memotong perkataannya:

"Sudah, sudah, masalah ini kau tidak perlu repot lagi, Tong-goat- sin-kun malam ini akan tiba, aku akan memberi sebuah tugas padamu." Bagaimana Ho Tiong berani menolaknya, dia menyahut sekali, sepasang mata membelalak besar, tidak tahu gadis ini akan memberikan tugas apa?

Setelah berkata, gadis berbaju putih dengan tenang mengeluarkan sebuah sapu tangan bersulam, mengibaskan di depannya dan berkata lagi:

"Jika kali ini kau tidak bisa menyelesaikannya, kau pulang sendiri ke Heng-san."

Sikap gadis berbaju putih itu dari awal sampai akhir tampak bersikap tenang-tenang saja, tapi begitu Ho Tiong mendengarnya, wajahnya langsung menjadi tegang, dengan suara gemetar berkata:

"Mengorbankan nyawa pun hamba pasti akan menyelesaikannya!"

Kata-kata ini begitu terdengar, hati Sin-hiong menjadi tergetar, dia berkata dalam hati:

'Apa? Ho Tiong sudah menjadi budak orang?' Karena didorong oleh rasa ingin tahunya, saat ini dia jadi memperhatikan percakapan mereka, dia memiringkan tubuhnya sedikit, ingin mendengar tugas apa yang akan diberikan pada Ho Tiong ?

Walaupun dadis berbaju putih ini tidak melihat ke arah Sin-hiong, tapi ternyata sangat teliti sekali, dia melambaikan tangannya berkata:

"Kau kemari!"

Ho Tiong berjalan ke sisi meja, terlihat gadis berbaju putih itu dengan tangannya yang seperti bawang itu menulis beberapa huruf diatas meja, tanya:

"Apa kau sanggup melaksanakannya?"

Ho Tiong merasa berat, sambil gagap berkata: "Ini, ini. "

Dia beberapa kali mengucap ini-ini, jelas tugasnya sangat berat, makanya dia tidak bisa meneruskan kata-katanya, wajah gadis berbaju putih jadi serius, sambil tertawa dingin berkata:

"Kalau begitu, kau terpaksa kembali lagi ke Heng-san."

Entah apa yang ditulis di atas meja itu? hingga membuat Ho Tiong begitu kesulitan, Sin-hiong tadinya ingin mendengar apa yang dibicarakan gadis berbaju putih itu, tidak diduga dia begitu licin, menuliskan apa yang ingin dia katakan diatas meja, Sin-hiong jadi memuji a tas ketelitannya.

Wajah Ho Tiong tidak karuan sekali, berkata: "Ini hamba pasti bisa melaksanakannya."

Gadis berbaju putih tertawa, tangan mulusnya menghapus habis huruf di atas meja, berkata lagi:

"Aku tahu masalah ini sedikit sulit, supaya kau semangat, sekarang kau boleh makan sepuasnya."

Habis bicara, tanpa mempedulikan Ho Tiong lagi, dia berkata pada laki-laki setengah baya.

"Tan Tiong, kau kemari!"

Laki-laki setengah baya dengan gemetaran meng hampirinya, berkata:

"Hamba memberi hormat!"

Sambil tersenyum gadis berbaju putih berkata:

"Tugas kali ini kau cukup bagus melaksanakannya, tugas malam ini kalian berdua bersama-sama melaksanakannya."

Laki-laki setengah baya yang dipanggil Tan Tiong ini masih tidak tahu lugas apa yang harus dilaksanakan malam ini? Hanya saja melihat warna wajah Ho Tiong kesulitan, saat itu buru-buru dia menyahutnya, lalu bersama Ho Tiong duduk di meja lainnya.

Sin-hiong melihat gerak-gerik ke empat orang ini sangat misterius, tidak tahan di dalam hari berkata: 'Mereka membicarakan orang lain aku tidak mau tahu, tapi Bu- tong-sam-kiam dan Ciang-bun-jin Hoa-san-pai aku pernah bertemu dengan mereka, jika bukan karena perintah guru harus dilaksanakan secepatnya, kemarin malam aku tidak akan melepaskan mereka/

Dia berpikir, mendengar mereka malam ini ada masalah, tapi merasa tidak ada hubungannya dengan dirinya, dia jadi tidak ingin melibatkan diri, saat akan memanggil pelayan untuk membayar rekening dan meninggalkan tempat, mendadak dia melihat di luar pintu ada seorang laki-laki besar bertubuh tegap, berjalan masuk ke dalam rumah makan.

Orang ini dipunggungnya terselip sebilah pedang panjang, kedua matanya bersinar, setelah masuk ke dalam rumah makan, matanya melihat ke sekeliling, saat dia melihat gadis berbaju putih, sorot matanya berhenti disana.

Gadis berbaju putih itu sedang makan, terhadap masuknya laki- laki besar berbaju ringkas, dia sepertinya tidak melihat, setelah makan sejenak, dengan pelan dia berkata pada gadis baju hijau yang ada disisinya:

"Ceng-ji, kita berangkat sekarang!"

Gadis berbaju hijau menyahut, mengeluarkan satu potong perak besar, menaruhnya diatas meja, lalu berteriak:

"Pelayan, rekeningnya!"

Pelayan rumah makan segera menghampiri, gadis berbaju hijau sambil menunjuk potongan perak besar diatas meja berkata:

"Uang perak ini untuk membayar rekening kami berempat, apa cukup?

Potongan perak ini kelihatan nilainya lebih dari sepuluh liang, jangan kata untuk makan empat orang ini, walau ditambah sepuluh orang lagi pun cukup, wajah pelayan rumah makan berseri seri, berkata:

"Cukup, cukup." Gadis berbaju putih pelan-pelan berdiri, Ho Tiong dan Tan Tiong ikut berdiri mengantarnya, gadis berbaju putih melambaikan tangan, lalu berjalan keluar bersama dengan gadis berbaju hijau.

Sin-hiong mengawasi terus gerak-gerik mereka berempat, dia menilai mungkin ilmu silat gadis berbaju putih ini sangat tinggi, jika tidak, penjahat besar seperti Ho Tiong, bagaimana mungkin mau tunduk pada dia?

Laki-laki berbaju ringkas yang baru masuk, menatap bayangan punggung gadis berbaju putih, setelah mendengus dingin, lalu duduk di salah satu meja, terhadap Ho Tiong dan Tan Tiong nampak mimik wajahnya sinis.

Selama ini Ho Tiong bergerak di daerah Hoa cong, terhadap golongan hitam di utara, dia hanya mendengar dan yang kenal tidak seberapa, melihat tingkah laku laki-laki berbaju ringkas ini amat sombong, dia tidak tahu amarahnya harus dilampias-kan dimana, dengan bengis dia melototinya, sambil berkata menyinggung:

"Saudara Tan, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri, apa kau tahu golongan hitam di utara masih ada siapa lagi?"

Nama Bu-tong-sam-kiam terkenal di dunia, Ho Tiong mengangkat dirinya dengan hanya menyebut Bu-tong-sam-kiam, tujuannya adalah menyombongkan diri di hadapan orang itu, siapa tahu setelah orang itu mendengar, mendadak dengan sinis mendengus dingin berkata:

"Bu-tong-sam-kiam memang tidak begitu hebat, lalu apa hebatnya Lam-goat-sian-ku? (Dewi kecil dari gunung selatan)"

Nada bicara orang ini hesar sekali, Sin-hiong yang mendengar, dalam hati berkata:!

"Ternyata gadis berbaju putih itu adalah Lam-goat-sian-ku, lalu siapa Pak-goat-lo-lo dan Tong-goat-sin-kun?"

Beberapa kali dia ingin membayar rekening dan pergi, tapi setelah mendengar nama-nama ini, maka dia menduga orang-orang ini adalah orangorang besar yang ternama, hatinya semakin berpikir kadi semakin ingin tahu, apa yang sedang mereka lakukan?

Tiba-tiba Ho Tiong bangkit berdiri, dengan marah berkata:

"Kalau begitu di seluruh dunia ini, andalah yang paling hebat bukan?"

Orang itu tertawa keras:

"Tidak berani, aku Lang Tiong-sun jika bukan ada urusan penting, malam ini ingin sekali mencoba kebisaanmu!"

Begitu orang ini menyebutkan namanya, Ho Tiong merasa tubuhnya tergetar, teriaknya:

"Heh! Ternyata anda adalah ketua perguruan Tiang-pek!" Lang Tiong-sun dengan sombongnya berkata:

"Kau juga tahu namaku?"

Melihat sikap Lang Tiong-sun amat sombong, Ho Tiong jadi marah sekali, baru saja akan memaki, mendadak ditarik oleh Tan Tiong di belakang, dengan pelan berkata:

"Ho Lo-cianpwee, lebih baik kita laksanakan tugas kita saja." Ho Tiong memaksa diri untuk tenang, lalu duduk kembali.

Sin-hiong melihat sejenak, dalam hati berpikir: 'Tidak peduli mereka malam ini akan melakukan apa? aku adalah orang luar, lebih baik jangan melibatkan diri?'

Berpikir sampai disini, lalu memanggil pelayan, membayar rekening dan meninggalkan tempat.

Kota Pek-yang adalah tempat yang sering dia kunjungi sejak kecil, saat itu tidak seramai seperti sekarang, setelah sepuluh tahun kembali mengunjunginya, keadaannya sudah berubah besar, hatinya jadi ada satu perasaan tercengang.

Keluar dari mulut kota, dia berjalan pelan-pelan, mendadak dari pinggir jalan muncul satu orang, Sin-hiong melihat, ternyata orang ini adalah Lam-goat-sian-ku, dalam hati dia berpikir: 'Kenapa dia bisa muncul disini?'

Setelah tertawa, Lam-goat-sian-ku berkata:

"Hei, kenapa kau masih tidak turun dari atas kuda?"

Sin-hiong tidak kenal dengan dia, tidak tahu dia bicara dengan siapa, dia membalikan kepala melihat ke belakang, saat itu mendadak dia merasa ada angin lembut bertiup, lalu pinggang di cengkram hingga merasa kaku, dan terdengar Lam-goat-sian-ku berkata:

"Didepanku, kau tidak bisa berpura pura!"

Sin-hiong tidak mau kemampuannya diketahui orang, hatinya berpikir

'Sungguh cepat gerakannya!'

Dia tidak tahu kenapa Lam-goat-sian-ku memperlakukan dia seperti ini, maka dengan nada dalam dia berkata:

"Nona bicara apa? Aku sedikit pun tidak mengerti!"

Lam-goat-sian-ku menambah tenaganya, Sin-hiong tetap tidak bergerak, dia hanya merasa di atas pinggangnya terasa kaku, di sisi telinga kembali terdengar suara merdu berkata:

"Hemm... hemm... ilmu silatmu ini di depan orang lain boleh berpura pura tidak bisa, tapi didepan aku kau jangan harap!"

Sin-hiong lebih-lebih tidak mengerti, tanyanya:

"Aku tidak bisa satu jurus pun ilmu silat, nona salah lihat orang?"

Tadinya dia ingin memukul keluar senjata Lam-goat-sian-ku yang menempel di pinggangnya, tapi setelah dipikir dengan teliti, dia merasa kurang yakin, sebab dia sadar, tadi Lam-goat-sian-ku dari mulai bicara sampai bergerak menyerang, kecepatan gerakannya, baru kali ini dia melihatnya, jika sekali bergerak dia tidak berhasil, maka itu akan merepotkan sekali.

Lam-goat-sian-ku tertawa dingin: "Tadi di dalam rumah makan, kau diam-diam memperhatikan apa? Jika kau sudah mengetahui rahasia aku, maka terpaksa aku persilahkan kau tidur panjang disini."

Diam-diam Sin-hiong menghela nafas, di dalam hati dia berpikir: 'Kau menulis apa diatas meja? Bagaimana aku bisa Lihu, bicara

orang ini sungguh tidak beralasan sekali.'

Ketika dia berpikir, 'jika keadaan sangat mendesak, mungkin saja dia akan bergerak melawan-nya,' tepat disaat ini, mendadak di depan terdengar suara kuda berlari, sekejap sudah tampak ada seekor kuda berlari dengan cepat menghampiri!

"Heh" Lam-goat-sian-ku terkejut berkata:

"Si tua ini cepat sekali datangnya!"

Baru saja selesai berkata, kuda itu sudah tiba di depannya, Lam- goat-sian-ku tidak enak bicara lagi, lalu menarik lengannya dan pedangnya pun telah ditarik kembali, orang diatas kuda itu sambil berseri-seri dia berkata:

"Nona Ong, siapa dia ini?"

Wajah cantik Lam-goat-sian-ku menjadi merah:

"Dia hanya seorang kecoa, hemm... dia malah berani berniat buruk padaku!"

Kata-katanya hanya berbasa basi, tapi hanya didengar oleh Sin- hiong, yang lainnya dia tidak merasa apa-apa? Hanya setelah mendengar Lam-goat-sian-ku mengatakan dirinya berniat buruk pada dia, diri jadi merasa di hina?

Wajah Sin-hiong jadi berubah, begitu dia akan bergerak, orang yang barusan datang itu tertawa, lalu dua jarinya secepat kilat menyerang Sin-hiong, menotok ke arah Ki-bun-hiatnya Sin-hiong, sambil berkata:

"Berani tidak sopan pada Lam-goat-sian-ku dari Ngo-goat (Lima orang gunung sakti), sama artinya dengan menghina aku Tong- goat-sin-kun!"

Tubuhnya belum turun dari atas kuda, dan masih berjarak cukup jauh dengan Sin-hiong, siapa sangka begitu dia bergerak, bukan saja sangat cepat sudah turun dari atas kuda, serangan kedua jarinya pun sudah hampir mengenai jalan darahnya Sin-hiong.

Bagaimana pun Sin-hiong tidak bisa tinggal diam lagi.

Dalam saat sekejap ini, otak dia sudah berputar, di dalam hati berkata:

'Dua-tiga hari akhir-akhir ini, berturut-turut aku telah berjumpa dengan beberapa kelompok orang, dan orang-orang ini amat sombong, entah dari mana akar masalahnya?"

Baru saja dia akan bertindak, tepat di saat ini, di depan matanya mendadak terlihat sinar pedang berkelebat, Lam-goat-sian-ku berteriak:

"Ini masalahku, siapa yang mengijinkan kau ikut campur?" Mereka berdua satu di depan satu di belakang bergerak bersama-

sama, tapi karena di tangan Lam-goat-sian-ku memegang pedang pusaka, begitu pedangnya bergerak, sudah menyabet pergelangan tangannya Tong-goat-sin-kun, satu arah lagi mengarah ke jalan darah Ki-bun nya Sin-hiong!

Rupanya Lam-goat-sian-ku pun memaksa Sin-hiong terlibat di dalamnya, hingga sebaik apa pun kesabarannya Sin-hiong, saat ini amarahnya jadi timbul, mata dia menyapu sekali, melihat walaupun pedang Lam-goat-sian-ku ditujukan pada dia, tapi gerakan lainnya menyerang Tong-goat-sin-kun, di dalam hati pikir:

'Ada apa lagi ini?'

Pergelangan tangan Sin-hiong diputar, sambil membentak: "Kalian ini mau apa?"

Tangan dia diputar, lima jarinya dibuka, jainya menyentil ujung pedangnya Lam-goat-sian-ku, satu gerakan lagi mengunci pergelangannya Tong-goat-sin-kun!

Maka Lam-goat-sian-ku hanya menghadapi satu pihak, sedangkan Tong-goat-sin-kun dan Sinhiong berdua menghadapi serangan dari dua pihak, pertarungan seperti ini, sungguh jarang dilihat di dunia!

Walaupun Sin-hiong sembarangan memutar tangannya, tapi pertahanan dan serangan dia tepat sekali, kedua orang itu tidak terasa mengeluarkan suara dengusan, hampir bersamaan berteriak:

"Benar saja ada sedikit kemampuan!"

Setelah bicara, kedua orang itu merubah jurusnya, hanya terlihat bayangan orang berkelebat, kedua orang itu sudah menyerang, semuanya satu jurus dengan dua perubahan, kau serang aku, aku juga serang kau, mereka bersama-sama menyerang Sin-hiong.

Hati Sin-hiong merasa bingung, pikirnya:

'Kedua orang ini sungguh tidak dimengerti, bertanya pun tidak langsung melibatkan dirinya, di dunia ini mana ada aturan begini?

Sin-hiong masih duduk diatas kuda, bertarung dengan pesilat tinggi kelas wahid seperti ini, salah sedikit saja akan berakibat fatal, walaupun ketiga orang itu hanya menyerang dua tiga jurus, tapi Sin-hiong sudah merasa amat terdesak!

Saat kedua orang itu menyerang dia, Sin-hiong tidak ingin melawannya lagi, kedua kakinya menjepit perut kuda, tubuhnya sudah berlari ke depan, Tong-goat-sin-kun yang melihat, langsung berteriak: "Bocah, kau ingin melarikan diri!" Tangannya dibalikan, secepat kilat menangkap rambut kuda.

Kuda Sin-hiong adalah kuda hebat, tenaga hentakannya besar sekali, walau berhasil ditangkap oleh dia, kuda itu pun tidak akan berhenti, tapi Sin-hiong takut kudanya terluka, di saat tangan Tong- goat-sin-kun mengenai rambut kuda.

Sin-hiong tertawa dingin berkata: "Kau berani melukai kudaku?" Telapak tangan kanannya laksana golok, disabetkan ke bawah, samar-samar terdengar suara "Weet weet!", Tong-goat-sin-kun terkejut sekali, di dalam hati pikir, orang ini tenaga dalamnya sungguh tinggi sekali.

Dia terpaksa menarik kembali tangannya, mengambil kesempatan ini Sin-hiong bersalto sejauh dua tombak lebih, kudanya dengan dahsyat menerjang keluar.

Tong-goat-sin-kun tidak menduga Sin-hiong bisa lebih cepat dari pada dia, menunggu Sin-hiong turun ke atas tanah, mata dia membelalak besar sekali, sesaat tidak bisa bersuara.

Lam-goat-sian-ku pun tertegun, di dalam hati mereka berdua berkata, pesilat tinggi di dunia persilatan hampir tidak ada satu pun yang tidak mereka kenal, tapi mereka tidak pernah mendengar ada orang yang menyebut diri pemuda ini?

Tong-goat-sin-kun lama tertegun dan menatap, lalu menggeleng- gelengkan kepala berkata:

"He he he, terpaksa aku menggunakan senjata!" Habis bicara, dia sudah mengeluarkan sebuah senjata yang bentuknya aneh, Sin- hiong tidak bereaksi apa-apa? Hanya Lam-goat-sian-ku yang melihat, wajah cantiknya mendadak berubah.

Ternyata senjata dia adalah sebuah cambuk, di ujung cambuknya ada sebuah bola besi, tadi dia mengikatnya di pinggang, maka ketika Sin-hiong bertarung beberapa jurus dengan dia, masih belum tahu dimana senjata dia disimpan?

Berbeda lagi buat Lam-goat-sian-ku, dia tahu kelihayan bola besi itu, makanya dalam sekejap Tong-goat-sin-kun mengeluarkan senjatanya, warna wajah dia sudah berubah beberapa kali.

Sin-hiong hanya tertawa dingin memandang mereka berdua, berkata:

"Kalian benar-benar ingin bertarung?" Pikirnya didalam hati:

'Aku dengan kalian tidak ada dendam apa-apa, jika kalian benar- benar ingin bertarung, aku pun harus menggunakan senjata.' Tong-goat-sin-kun memelototkan sepasang matanya:

"Tadinya aku mengira bocah ini sedikit tidak pantas, sekarang setelah melihatnya malah dia pantas bertarung dengan kami."

Kami yang dia katakan itu, tentu saja termasuk Lam-goat-sian-ku di dalamnya, Sin-hiong baru saja turun gunung, karena mengemban tugas berat, dia benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu yang tidak berguna, tapi tidak diduga justru di tengah jalan, dia bertemu dengan masalah aneh ini.

Kata Sin-hiong:

"Sebenarnya, jika benar-benar bertarung aku pun tidak sanggup menerima dua tiga jurus serangan kalian. Maka biarkanlah aku pergi."

Dia hanya ingin terlepas dari permasalahan ini, maka dia terpaksa menahan diri, tidak ingin melanjut-kan permasalahannya dengan mereka berdua.

Lam-goat-sian-ku berpikir:

'Orang ini di dalam rumah makan sudah mengetahui rahasiaku, tadinya aku ingin membunuh dia, tidak diduga malah bertemu dengan si tua Tong-goat, jika dia ingin pergi, lebih baik suruh dia pergi jauh-jauh, supaya tidak membocorkan rahasiaku.”

Berpikir sampai disini, dia segera memotong perkataannya:

"Tua Tong-goat, dalam pertemuan Ngo-goat kita kali ini, sebenarnya dia tidak ada bagiannya, jika dia ingin pergi, lebih baik biarkan saja dia pergi."

Tong-goat-sin-kun segera memainkan cambuk panjang di tangannya hingga mengeluarkan suara "Weet weet!", rupanya tangan dia sudah gatal sekali, jika tidak bertarung dengan Sin- hiong, maka dia tidak akan puas, berkata:

"Kau tadi bilang bocah ini berniat buruk pada-mu, sekarang kau malah melepaskan dia pergi, hemm... hemm... kulihat kau lah yang berniat buruk?"

Wajah Lam-goat-sian-ku menjadi merah, dia adalah seorang wanita, pikirannya komplek sekali, kata-kata Tong-goat-sin-kun tidak ada maksud apa-apa, siapa tahu malah tepat mengenai tujuan hatinya, dengan sendirinya dia jadi naik pitam berkata:

"Bagus, bagus, bagus, jika kita tidak biarkan dia pergi, coba kau katakan dengan cara apa kita bertarung?"

Kedua orang ini berkata kesana kesini, seperti menganggap Sin- hiong sebuah bola yang ditendang ke timur ditendang ke barat, bagaimana Sin-hiong bisa menahan diri lagi, rubuhnya berputar sekali, langsung berjalan ke depan.

Tong-goat-sin-kun melihatnya, lalu berteriak:

"Bocah, kami belum selesai bicara."

Sin-hiong tidak mempedulikan, sambil mengangkat kepala dengan cepat berjalan ke depan.

Lam-goat-sian-ku merasa harga dirinya dilecehkan, tubuhnya segera meloncat, menghadang di depan Sin-hiong, sambil tertawa dingin berkata:

"Kau mau pergi? Harus mendapatkan persetujuan kami dulu." Begitu kata kata ini terdengar, api amarah di dalam perut Sin-

hiong hampir saja meledak, dia berusaha sekuatnya menahan,

berkata:

"Nona adalah Lam-goat-sian-ku, yang itu pasti adalah Tong-goat- sin-kun."

Lam-goat-sian-ku menganggukan kepala, berkata bangga: "Tidak salah, kau juga tahu nama besar kami!"

Sin-hiong tidak mempedulikan dia, dia tertawa dingin berkata: "Kalau begitu, masih ada seorang Pak-goat-lo-lo kenapa masih belum tiba?"

Lam-goat-sian-ku tidak mengerti apa maksud dia tanyakan ini? dia masih mengira Sin-hiong akan mengutarakan rahasia di dalam rumah makan, saat itu dia siap menyerang, katanya marah:

"Masalah ini kau tidak pantas menanyakan-nya?" Tubuh Sin-hiong tergetar, katanya tawar:

"Sudah lama kudengar di dunia ini ada lima nama gunung yang ternama, di tempat ini sudah muncul tiga gunung, tapi tidak tahu kapan See-goat (Gunung barat) dan Tiong-goat (tengah gunung) bisa tiba?"

Setelah berkata, dia lalu bersiul pelan, kuda merahnya pelan- pelan menghampir dia, Sin-hiong mengambil kecapi kuno lima senar dari pelana, asal mengeluarkan sedikit tenaga, maka Kim-kau-kiam yang telah menggemparkan dunia itu akan keluar dari sarungnya.

Situasi di depan mata tampak segera akan terjadi pertarungan, hanya saja Lam-goat dan Tong-goat melihat dia menanyakan Pak- goat, malah juga menyebut Tiong-goat dan See-goat, di dalam hati jadi tergerak, Tong-goat-sin-kun meloncat kedepan, bertanya:

"Untuk apa kau menanyakan mereka?" Sin-hiong dengan keras berkata:

"Aku ingin sekaligus menghadapi jurus hebat Ngo-goat!"

Kata-kata ini begitu keluar, Lam-goat dan Tong-goat kembali tergetar!

Mereka tidak mengira, Sin-hiong bisa mengeluarkan perkataan sebesar ini? setelah Tong-goat-sin-kun terkejut, cambuk ditangannya dengan cepat menggulung keluar, teriaknya:

"Aku bereskan dulu, bocah sombong ini, baru memperebutkan ketua Ngo-goat dengan mereka!"

Sin-hiong tertawa terbahak-bahak: "Aku siap menemani kalian bermain-main!" Begitu tubuhnya bergerak, sudah berada disisi Tong-goat-sin- kun, jarinya yang seperti kail sudah mencengkram ke arah cambuknya.

Tong-goat-sin-kun marah sekali, dia menggetarkan pergelangan tangannya, tiba-tiba cambuknya menjadi lurus, bola besi di ujung cambuk sampai mengeluarkan suara "Trang trang!", jelas dia sudah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, Sin-hiong memutar tangannya, berteriak:

"Benda apa ini?"

Gerakannya sangat cepat, perubahan jurusnya pun sangat cepat, tapi baru saja tubuh Sin-hiong mendekat, dia merasa kecapi kuno yang dipeluk di tangan kirinya, seperti dihisap oleh satu tenaga yang amat kuat, hampir saja terlepas dari tangannya.

Sin-hiong jadi terkejut, untung reaksinya cepat, tenaga di tangan kiri ditambah, memeluknya dengan lebih erat, pergelangan tangan kanan diputar tetap menangkap ujung cambuk Tong-goat-sin-kun.

Dua jurus berturut-turut yang digunakan Sin-hiong, semuanya bukan cengkeraman biasa-biasa saja, tidak peduli Tong-goat-sin-kun menggunakan jurus sehebat apapun, tampaknya tidak akan lolos dari cengkeraman dia!

Lam-goat dan Tongrgoat tadinya menganggap enteng pada Sin- hiong, sekarang setelah menyaksi-kan kepandaiannya, hati kedua orangini jadi menciut.

Yang paling mengejutkan Tong-goat-sin-kun, adalah saat dia tadi menyerang, bola besi di ujung cambuknya malah tidak bisa menghisap kecapi kuno di tangan Sin-hiong. Harus diketahui, bola besi di ujung cambuknya, sesungguhnya terbuat dari besi magnit yang amat kuat, tidak peduli bertarung dengan siapapun, asalkan dia mengerahkan tenaga dalam, jarak seberapa jauh pun, bisa menghisap senjata lawan.

Tadi Lam-goat-sian-ku di dalam rumah makan, menugaskan Ho Tiong dan Tan Tiong berusaha mencuri senjata Tong-goat-sin-kun, supaya di saat pertarungan memperebutkan kedudukan ketua Ngo- goat, dia bisa menghindar dari kerugian senjata, saat ini Tong-goat- sin-kun malah tidak bisa berbuat apa apa terhadap kecapi kunonya Sin-hiong, dalam keadaan terkejut ini dia merasakan suatu keanehan.

Tong-goat-sin-kun tertegun sejenak, melihat cambuknya sudah hampir tertangkap oleh Sin-hiong, tubuhnya segera berputar, lalu meloncat kebelakang.

Sin-hiong tertawa:

"Bagaimana? Masih ingin bertarung?"

Habis bicara, kedua matanya melihat pada Lam-goat-sian-ku, jarinya memetik-metik senar kecapi, hingga terdengar suara nyaring, lalu berkata lagi:

"Haay! ilmuku hanya bisa ini saja, jika kalian sampai ini pun tidak bisa melawannya, walau berhasil mendapatkan kedudukan ketua, apa gunanya?"

Kata-kata dia ini tampaknya ditujukan pada Tong-goat-sin-kun, tapi samar-samar ditujukan pada Lam-goat-sian-ku juga, Tong-goat dan Lam-goat selama hidupnya tidak pernah menyerah pada siapa pun, tapi kejadian hari ini sungguh membuat mereka terkejut sekali, maka walaupun Sin-hiong menyindir mereka dengan kata-kata, mereka berdua sesaat tidak bisa menjawabnya.

Tapi Tong-goat-sin-kun tidak bisa menerima kekalahan ini, mendadak dia maju selangkah, cambuknya dipegang erat-erat, siap bertarung kembali dengan Sin-hiong.

Sekarang sudah tengah hari, walaupun cuaca di utara matahari teriknya tetap terasa panas, tapi udara di sekeliling mendadak seperti terhenti, Tong-goat dan Lam-goat sudah menyiapkan tenaga dalam sepenuhnya, tapi pada saat ini tiba-tiba terdengar derap kaki kuda, diatas jalan raya datang lagi seekor kuda.

Kuda ini pelan-pelan mendekat, terdengar orang di atas kuda berteriak: "Mmm, sedang apa kalian?"

Di atas kuda duduk seorang nyonya tua, rambutnya sudah beruban, punggung dia sedikit menonjol, duduk di atas kuda, orangnya tidak lebih tinggi dari kepala kuda, tapi di tangannya memegang tongkat yang besarnya sebesar mulut mangkuk, kelihatannya sangat tidak serasi.

Dia berteriak sekali, melihat Tong-goat dan Lam-goat tidak menyahut, dia berkata lagi:

"Kalian sudah bertarung sebelum aku datang? Itu tidak bisa dihitung!"

Sesudah kata-katanya habis, dia mengawasi, terlihat Tong-goat dan Lam-goat berdua seperti sedang menghadapi lawan tangguh, dia tertawa terbahak-bahak dan berkata:

"Walaupun kalian ingin bertarung pun tidak seharusnya memperlihatkan penampilan seburuk ini?"

Habis bicara, pelan-pelan dia turun dari atas kudanya, ketika lewat di samping Sin-hiong, melihat pun tidak, dia lalu berdiri di tengah lapangan, menggoyangkan tongkatnya dua kali, berkata:

"Baiklah, jika kalian berdua sudah gatal tangannya, bertarunglah terlebih dulu, biar aku nenek tua yang menjadi wasitnya."

Dia berkata begitu banyak, tapi tidak ada seorang pun yang mempedulikannya, sekarang dia baru merasa heran, kedua matanya menyapu, melihat Sin-hiong memandang dia sambil tersenyum, dia jadi merasa lebih heran lagi.

Tong-goat-sin-kun dengan nada dalam berkata: "Nenek tua, sementara kau minggirlah dulu." Hati Sin-hiong tergerak, bertanya:

"Apakah dia ini Pak-goat-lo-lo?"

Nyonya tua bungkuk ini menganggukan kepala: "Betul, saudara kecil, siapa namamu?"

Sin-hiong tidak menjawab pertanyaannya, sambil tertawa berkata:

"Anda sudah datang, dimana Tiong-goat dan See-goat?"

Dia melihat Pak-goat-lo-lo sangat ramah, maka perkataannya pun menjadi lebih ramah, Pak-goat-lo-lo tidak bisa berpikir banyak, dia menjawabnya:

"Sudah dekat! Sudah dekat!"

Sin-hiong pelan-pelan mengangkat kepalanya: "Kalau begitu baguslah."

Dia hanya berkata sedikit, Pak-goat-lo-lo jadi tertegun, tepat di saat ini, cambuknya Tong-goat-sin-kun diam-diam sudah datang menggulung.

Begitu tubuh Tong-goat-sin-kun bergerak, Lam-goat-sian-ku pun ikut bergerak, sekarang mereka berdua menghadapi musuh secara bersama-sama, Pakgoat-lo-lo yang melihat, di dalam harinya bertambah bingung lagi, pikirnya:

'Kenapa mereka bersama-sama menyerang seorang anak muda?”

Dia mendengus, baru saja akan melayangkan tangan memisahkan mereka, mendadak dia melihat tubuh Sin-hiong berkelebat, berputar kesampingnya, berkata:

"Lo-lo, mohon anda tegakan keadilan, bagaimana?"

Begitu rubuhnya bergerak, serangan Tong-goat dan Lam-goat jadi tidak mengenai sasaran, mereka bersama-sama mendengus sekali, bentaknya:

"Mau lari kemana?"

Setelah berkata, dua macam senjata hampir bersamaan waktu menyerang lagi.

Pak-goat-lo-lo memutar tongkatnya, mendadak menyerang kedua orang itu, sambil berteriak:

"Urusan bisa dirundingkan, jangan gunakan kekerasan, biar aku nenek tua jadi orang penengah!"

Tong-goat dan Lam-goat kedua menyerang dengan sekuat tenaga, jurusnya sangat ganas, siapa sangka mereka kembali dihalangi oleh Pak-goat-lo-lo, jika kedua orang itu tidak menarik tangannya, maka serangan yang dahsyat ini akan menuju ke arah Pak-goat-lo-lo. 

Sifat Tong-goat-sin-kun lebih cepat emosi melihat Pak-goat-lo-lo mau menjadi orang penengah, dalam keadaan marah dia tidak bisa berpikir panjang lagi, tanpa sadar memakinya:

"Kau nenek tua semakin tua malah semakin linglung, mengandalkan apa kau mau menjadi orang penengah?"

Tenaga di tangannya masih belum dikurangi, terdengar cambuknya bersuara "Weet weet!", jelas dia telah menggunakan tenaga dalam sepenuhnya.

Gerakan Lam-goat-sian-ku lincah sekali, jurus pedangnya ganas, saat Pak-goat-lo-lo menangkisnya, dia berturut-turut sudah merubah tiga jurus yang berbeda.

Melihat mereka bertingkah seolah mau menghabisi nyawanya, tidak tahan Pak-goat-lo-lo menjadi naik pitam, tongkat besinya diayunkan beberapa putaran, sambil berteriak:

"Kalian mau bertarung dulu, ini tepat dengan keinginanku."

Dalam sekejap, ketiga orang itu malah saling menyerang satu sama lain, tapi cara pertarungan mereka lain dari pada yang lain, ketika permulaan, Pak-goat-lo-lo masih melawan Tong-goat dan Lam-goat, tapi semakin bertarung, ketiga orang itu jadi tidak peduli lagi siapa lawannya, mereka bertiga saling bertukar menyerang, malah membiarkan Sin-hiong berdiri di pinggir.

Sin-hiong yang menyaksikan, jadi merasa geli, di dalam hati berpikir: 'Kalian bertarung seperti ini, aku malah jadi orang penengah, dia lalu mengeser dirinya mendekat sedikit, saat ini Tong-goat dan Lam- goat sedang menyerang satu jurus pada Pak-goat-lo-lo, keduanya pun saling menyerang satu jurus, begitu Sin-hiong melihat, dia berteriak:

"Lo-lo, ujung tongkat tiga kiri empat kanan, jurus ini kau akan mendahului mereka."

Pak-goat-lo-lo sedang sengitnya bertarung, tidak peduli siapa yang mengatakannya, ujung tongkatnya segera bergerak menekan ke kanan, dilanjutkan pelan balik menyapu, benar saja Tong-goat dan Lam-goat terdesak oleh jurusnya.

Pak-goat-lo-lo gembira sekali, berteriak: "Saudara kecil, sekarang harus bagaimana?"

Sin-hiong memperhatikan lalu, lalu tertawa: "Bagaimana kalau tiga di depan empat di belakang?"

Pak-goat-lo-lo tertegun, di dalam hati berpikir:

'Tiga di depan masih bagus, empat di belakang bukankah akan menghadap pada dirinya? tapi karena petunjuk dari Sin-hiong tadi tepat dan hasilnya bagus sekali, saat ini dia tidak berpikir panjang lagi, dia membalikkan pergelangan tangannya, menghantam ke depan tiga kali, lalu membalikkan ujung tongkat ke belakang kembali menyapu empat kali!

Ternyata hasilnya sangat bagus, sebab jurus ini kembali telah mendesak Tong-goat dan Lam-goat, kedua orang itu terdesak ke depan dan ke belakang, belum sempat balik menyerang, ujung tongkat Pak-goat-lo-lo menghantam tiga kali di depan empat di belakang sudah datang menyerang, kembali didahului olehnya.

Tong-goat dan Lam-goat tergetar keras, dalam hatinya berpikir: 'Dari mana asalnya dia, bagaimana bisa tahu terlebih dulu?’ Kedua orang itu mendadak mundur ke belakang, Tong-goat-sin-

kun berteriak: "Celaka, bocah itu melarikan diri!"

Pak-goat-lo-lo yang mendengar lalu melihat-nya, benar saja Sin- hiong sudah berada di pinggir hutan.

Tadinya dia tidak memikirkan banyak hal, saat ini dia jadi sedikit mengerti, tubuhnya bergerak dan berteriak:

"Saudara kecil kau tidak boleh pergi!"

Tong-goat dan Lam-goat pun membuntuti berlari dari belakang, baru saja mereka bertiga tiba di pinggir hutan, terdengar satu siulan panjang, bayangan tubuhnya yang aneh itu berkelebat dua kali ke dalam hutan, dengan keras berkata:

"Lo-lo, aku permisi dulu!"

Habis berkata, suara kecapi yang sangat merdu terdengar dari dalam hutan, pelan-pelan menyebar keluar, setelah sampai di telinga ketiga orang, Sin-hiong sudah berlari sejauh sepuluh tombak lebih.

Ketiga orang itu tergetar, mereka saling pandang sekali, lalu bersama-sama bertanya:

"Kau tahu siapa dia?"

Begitu kata-kata ini keluar, ketiga orang itu saling pandang lagi, semua merasa wajahnya menjadi merah, jelas sekali kata-kata ini begitu keluar, di dalam hati mereka bertiga, semua merasa malu.

Harus diketahui, kedudukan Ngo-goat sangat tinggi, tidak diduga tiga dari mereka sudah terjungkal di tangan seorang anak muda yang tidak punya nama, jika kabar ini sampai tersebar, bagaimana mereka masih bisa bercokol di dunia persilatan?

Tong-goat-sin-kun mengeluh:

"Kita berlima tidak perlu bertarung lagi untuk memperebutkan kedudukan ketua, lebih penting kita selidiki dulu asal-usul orang ini."

Ada perasaan yang sama di dalam hatinya Lam-goat dan Pak- goat, Lam-goat-sian-ku seperti teringat sesuatu, di dalam hatinya berkata:

'Apakah orang ini ada hubungannya dengan pengunduran diri Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo? Heh, jika benar dia, itu tidak mengherankan lagi."

Berpikir sampai disini, dalam keadaan reflek hati Lam-goat-sian- ku sepertinya samar-samar ada perasaan putus asa.

Setelah berkata tubuh Tong-goat-sin-kun sudah meloncat keatas! dia lebih dulu mengejar ke depan.

Sin-hiong sekaligus berlari sejauh enam tujuh li, lalu membalikan kepala melihat ke belakang, setelah tahu di belakang tidak ada orang yang mengejar, baru dia melonggarkan tali kudanya, melanjutkan berjalan ke depan, tidak lama kemudian matahari sudah condong ke barat, dari kejauhan terlihat ada satu rumah petani, dalam hatinya berpikir:

'Di depan sudah tidak ada kota lagi, lebih baik aku menginap satu malam di rumah petani itu saja.'

Maka dia berjalan ke'sana, pelan mengetuk pintu.

Tidak lama, pintu dibuka lebar, seorang petani tua keluar dan bertanya:

"Siauya, apa kau tersesat?"

Sin-hiong menggelengkan kepala, menjelaskan tujuannya, petani tua itu memperhatikan lagi pada Sin-hiong dari atas sampai ke bawah, seperti berkata pada dirinya sendiri:

"Hari ini sungguh kebetulan sekali, di tempat ku ini sudah kedatangan tiga orang tamu, bagusnya ada dua orang guru yang akan berangkat, tuan muda silahkan masuk."

Habis berkata begitu dia mengangkat tangan-nya mempersilahkan tamunya masuk.

Mendengar kata-katanya petani tua, Sin-hiong menjadi sedikit ragu, tapi kemudian hatinya berpikir: 'Tidak peduli didalam itu siapa orangnya? Aku baru saja turun gunung mereka pasti tidak mengenal aku."

Masuk ke dalam rumah, Sin-hiong melihat ada seorang hweesio yang gemuk besar dan seorang tosu yang kurus kering sedang berhadapan minum arak, kedua orang itu melihat pada petani tua yang membawa Sin-hiong masuk ke dalam, tapi mereka mengacuhkan, dan meneruskan perbincangan mereka.

Sin-hiong pun tidak merasa tersinggung, terdengar hweesio gemuk itu berkata:

"Hal ini sungguh di luar dugaan semua orang, selain Bu-tong- sam-kiam dan Cia Thian-cu dari Hoa-san-pai, kenapa Ang-hoa-kui- bo dan muridnya pun lima tahun tidak mau keluar rumah?"

Tosu yang kurus kering, minum araknya seteguk, memotong perkataan:

"Kabarnya mereka dikalahkan oleh seorang anak muda, dan anak muda itu ada hubungan dengan Khu Ceng-hong."

Mendengar itu, Hweesio gemuk besar merasa terkejut tanyanya: "Apakah Khu Ceng-hong yang dua puluh tahun lalu, dalam waktu

setengah tahun berturut-turut melabrak sembilan perguruan besar itu?"

Tosu kurus kering menganggukan kepala: "Betul, jika anak muda ini ada hubungannya dengan dia, maka sembilan perguruan besar itu harus bersiap-siap."

Dua orang itu berbincang-bincang sendiri. Petani tua itu menempatkan Sin-hiong disisi, mereka juga tidak mempedulikan, Sin-hiong dengan tenang-nya duduk, tapi dia memalingkan kepalanya ke tempat lain, di dalam hati dia berpikir:

'Sebelum aku pergi ke Siauw-lim-si, lebih baik aku tidak menonjolkan diri dulu.'

Walaupun kedua orang ini sedang membicara-kan dirinya, tapi di dalam kepalanya sedang memikirkan hal lain. Ketika petani tua mengantarkan makan malam, dia bangkit berdiri mengucapkan terima kasih, lalu kembali duduk dan menyantap makan malamnya.

Hweesio gemuk dan tosu kurus makan lagi sejenak, tiba-tiba hweesio gemuk menepuk perutnya sambil tertawa berkata:

"Kita Ngo-goat setiap tahun kumpul satu kali, setiap kali berkumpul tidak ada hasilnya, aku lihat kedudukan ketua, tahun ini harus ada yang menduduki."

Sambil bicara dia bangkit berdiri, menghentakkan sekali tongkat hweesionya, tampangnya seperti yakin bisa merebut kedudukan ketua.

Tosu kurus ikut tertawa:

"Betul, kulihat tahun ini harus ada keputusan." Habis berkata, dia mengayun-ayun kebutan di langannya, sikapnya sombong sekali, seperti tidak mau kalah oleh hweesio gemuk itu.

Hati Sin-hiong tergerak, mendengar nada bicara mereka, rupanya mereka adalah Tiong-goat dan See-goat, lapi Sin-hiong merasa heran kenapa mereka tadi bisa berbincang dengan ramah, setelah bicara mengenai kedudukan ketua, wajah mereka berubah jadi bermusuhan.

Lalu kedua orang itu masing-masing mengeluarkan satu tail uang perak, kelihatannya mereka pun membayar masing-masing, diam- diam Sin-hiong jadi merasa lucu. Begitu mereka menaruh uang peraknya di atas meja, terdengar "Weet weet!" dua bayangan orang bersama-sama melayang keluar, dalam sekejap sudah pergi entah kemana.

Menyaksikan iru, tidak tahan Sin-hiong jadi menggeleng- gelengkan kepala, diam-diam mengeluh:

"Mereka sudah setua itu, malah sampai berangkat pun mau saling mendahului, jadi tidak aneh mereka begitu berambisi dengan kedudukan ketua."

Dia makan pelan-pelan, petani tua itu berjalan keluar, sambil berkata pada Sin-hiong:

"Siauya, kamarmu sudah disiapkan." Sin-hiong cepat-cepat berdiri:

"Lopek berbuat begini, sungguh membuat aku malu." Beberapa kali dia mengucapkan terima kasih-nya.

Memang, sejak kecil dia bekerja pada orang, sepanjang hidupnya sering mendapat penghinaan, sekarang melihat petani tua memperlakukan dia seperti ini, hatinya sungguh merasa tidak enak sekali.

Setelah beberapa kali mengucapkan terima kasihi selesai makan, dia sendiri membereskan piring mangkuk, tapi petani tua itu buru- buru mencegahnya, Sin-hiong dengan emosi berkata:

"Lopek jangan salah paham, sepuluh tahun lalui aku adalah anak yatim piatu yang sering dihina orang."

Petani tua itu seperti tidak mengerti apa yang dia bicarakan, dia hanya membelalakan sepasang matanya, bengong memandang Sin- hiong, tapi, Sin-hiong tidak menyalahkan, kembali dengan sabar dia mengatakannya sekali lagi, mata petani tua itu membelalak jadi lebih besar lagi.

Sin-hiong tersenyum, berkata lagi:

"Lopek, apa kau mengerti maksudku?"

Dia tidak tahu kenapa dirinya membicarakan ini pada petani tua yang kurang pengertian, dia hanya merasakan, dirinya adalah orang yang rendahan, selama sepuluh tahun, dia apa pun tidak menanyakan, apa pun tidak dikatakan, hanya giat belajar ilmu silat pada gurunya, tapi hari ini setelah sepuluh tahun kemudian, dia telah berhasil melatih ilmu silatnya dan turun gunung, saat ini dia seperti berdiri di atas puncak gunung yang paling tinggi, memandang ke bawah gunung, ingin mengerjakan apa. Maka dia bisa mengerjakannya? Petani tua itu menggeleng-gelengkan kepala seperti masih tidak mengerti, dia mengulurkan tangan ingin merebut piring mangkuk di tangan Sin-hiong, tapi Sin-hiong hanya sedikit mengangkat tangannya, bagaimana mungkin petani tua itu bisa merebut dari tangannya, Sin-hiong membawa piring mangkuk masuk ke dalam.

Petani tua itu dengan terkejut memandang Sin-hiong, dalam pikirannya, Sin-hiong adalah orang yang paling aneh dari banyak orang yang pernah dia temui.

Matahari tenggelam di barat, malam telah menutupi bumi. Di atas gunung di timur, sudah muncui bulan purnama.

Di sekeliling terasa tenang sekali, Sin-hiong membawa kecapi kuno, berjalan ke sisi sebuah pohon besar, duduk di atas tanah, dua jarinya dengan lembut memetik, alunan suara kecapi dari dua jarinya menyebar ke sekeliling tempat itu, semakin menyebar ke tanah liar.

Dia tenggelam dalam alunan suara kecapi yang merdu itu, tapi pada saat ini, mendadak dari kejauhan terdengar teriakan:

"Ada disini!"

Sin-hiong tersenyum, dia sudah menebak yang datang ini siapa, dia tetap memeramkan mata memetik kecapi, terhadap hal yang ada di luar, sedikit pun tidak diperhatikan.

Tidak lama setelah suara itu berhenti, lima bayangan orang dengan cepat menghampirinya.

Terdengar salah seorang bertanya:

"Siapa yang lebih dulu tiba?"

Terdengar lagi empat suara orang bersamaan menjawab: "Tentu saja aku!"

Salah satunya berkata:

"Tunggu, tunggu, bocah ini dulu berkata ingin bertarung dengan kita, Ngo-goat, siapa yang duluan maju?" Orang yang bicara adalah Tong-goat-sin-kun, mereka lima orang begitu berkumpul, biasanya masing-masing tidak mau mengalah, selalu ingin lebih dulu, tapi terhadap Sin-hiong, di dalam hati dia baru ada sedikit gentar.

Setelah dia mengatakan ini, Lam-goat-sian-ku dan Pak-goat-lo-lo jadi ragu-ragu sejenak, hweesio gemuk dan tosu kurus yang tadi karena tidak tahu kehebatan Sin-hiong, dengan keras berkata:

"Tentu saja harus aku!"

Setelah berkata, dua macam senjata sudah menyerang kepada Sin-hiong!

Orang-orang ini lucu sekali, demi kemenangan, mereka membuat Sin-hiong sebagai sasarannya, hweesio gemuk itu adalah Tiong- goat-cui-seng (Hweesio mabuk dari tengah gunung), tongkat hweesio di tangannya seberat seratus lima puluh kati lebih, sekali disapukan, hampir bisa menghancurkan batu, membuka gunung.

Yang satunya lagi adalah See-goat-cin-jin (Tosu alim gunung barat), kebutan di tangan dia walaupun ringan, tapi dialiri dengan tenaga dalam, rambut kebutannya dihentaknya sampai menjadi lurus, jika sampai tersapu oleh dia, aneh jika tubuh tidak terjadi ratusan lubang.

Saat itu Sin-hiong sedang asyik memetik kecapi, serangan dua macam senjata yang mendadak itu, dia seperti tidak merasakan, suara "Ting tung!" masih terus mengalun, sedangkan jurus dari dua pesilat tinggi ini sangat cepat! Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat melihat Sin-hiong masih tidak gerak, semua jadi mengkhawatirkan dia.

Baju dia sudah berkibar oleh angin pukulan, tongkat hweesio dan kebutan hampir saja menyentuh bajunya, tiba-tiba Sin-hiong bersiul, secepat kilat dia meloncat terbang ke atas, saat tubuhnya berada di atas udara, dia menepuk pelan kecapi kunonya, terdengar suara "Pang!", pedang emas berkaitnya sudah berada dii tangannya, sekali tangannya mengayun, orang dan pedang sudah menjelma menjadi kelebatan sinar, dari atas udara melesat ke bawah. Kecepatan jurusnya sungguh tiada duanya, dua orang yang menyerang hanya merasa angin dingin menyapu wajahnya, di saat tertegun, hawa dingin dari pedang sudah hampir menusuk pergelangan tangannya!

Maka jangan dikatakan pada dua orang yang menyerang, walau Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat yang berdiri di pinggir pun, jadi terkejut sekali!

Tiong-goat dan See-goat menarik tangannya, Sin-hiong tidak melanjutkan serangannya, tubuhnya dengan entengnya turun di samping Pak-goat-lo-lo tidak sampai lima kaki, sambil mengusap pedangnya, dia berkata:

"Lo-lo, bagaimana jika aku mewakili kau bertanding dengan mereka berempat?"

Dia tersenyum ramah, tapi di wajahnya tersirat sinar keangkuhan.

Mata Ngo-goat semua membelalak besar, tidak tahu siapa yang bersuara, mendadak ada berteriak:

"Heh,Kim-kau-kiam!"

Hati kelima orang itu menjadi ciut, ketika mereka melihat dengan jelas di tangan Sin-hiong adalah Pedang kait emas, mereka baru sadar, apa lagi Tiong-goat dan See goat, mereka tadi mereka masih membicarakan masalah Khu Ceng-hong, tapi saat itu Sin-hiong tidak mempedulikannya, melihat dari hal kecil ini saja, ilmu menahan dirinya sudah bukan lawan orang biasa?

Pak-goat-lo-lo menegakan tubuhnya yang bungkuk, bertanya: "Saudara kecil, apa hubunganmu dengan Liong-koan-hong?" "Guruku!" jawab Sin-hiong dengan serius.

Begitu kata-kata terdengar, lima orang itu menghela nafas panjang, di atas tanah segera terdengar jejakan kaki, ke lima orang ini dalam situasi terpaksa, telah membentuk satu barisan kecil, mengurung Sin-hiong di tengah-tengah. Khu Ceng-hong adalah orang yang paling aneh di dunia persilatan puluhan tahun lalu, dia tidak ada dendam apa pun dengan sembilan perguruan besar dunia persilatan, tapi karena satu perselisihan kecil, malah dalam waktu setengah tahun telah bertarung dengan ke sembilan perguruan besar, akhirnya kalah karena dikeroyok oleh para ketua sembilan perguruan besar itu, sejak itu, tidak terlihat lagi jejaknya di dunia persilatan, orang-orang mengira dia sudah meninggal, tidak diduga dia malah telah mendidik seorang murid yang hebat begini?

Sifat Khu Ceng-hong begitu aneh, bagaimana dengan muridnya, tidak perlu ditanyakan lagi, maka begitu Ngo-goat melihat Sin-hiong membeberkan jati dirinya. Dengan kedudukan mereka, malah tanpa sadar telah mengurung Sin-hiong, besarnya nama Khu Ceng-hong, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan pesilat tinggi biasa dari dunia persilatan?

Sin-hiong seperti melihat keperkasaan gurunya di waktu dulu, dengan bangga dia berkata:

"Kalian mau apa?"

Setelah berkata, Kim-kau-kiamnya diayun-ayunkan di depan tubuh, entah dia mau menyerang atau tidak, tapi bagi mata Ngo- goat, semua orang jadi meningkatkan kewaspadaannya, sebab gerakan Sin-hiong tadi, dulu adalah awal penyerangan Kim-kau- kiam sebelum bertarung.

Lima orang bersiap-siap bertempur.

Mata Sin-hiong menyapu, melihat sikap mereka, dia tahu malam ini pertarungan sudah tidak bisa di hindarkan lagi, tapi dia tidak ada dendam dengan mereka, maka dalam hatinya berpikir:

'He he he, tidak apa, aku akan menunjukan sedikit kemampuanku!'

Sesudah berpikir begitu, Kim-kau-kiamnya berkelebat, menusuk ke Tong-goat, See-goat dan Tiong-goat.

Ketika dia mulai bergerak terlihat perlahan, tusukan pedangnya terlihat jelas, tapi ketika pedang-nya sudah di tengah jalan, malah secepat kilat datang menusuk!

Untungnya ketiga orang ini sudah ada persiap-an, jika tidak, mungkin mereka sejurus pun tidak bisa menahannya.

Ketiga pesilat tinggi ini di desak oleh keadaan, kelihatannya mereka mau tidak mau harus bersatu menghad apinya.

Ketiga orang itu bersama-sama mendengus dingin, begitu bergerak, tiga macam senjata bersamaan datang menggulung.

Lam-goat-sian-ku perlahan menghela nafas, lalu berkata pada Pak-goat-lo-lo:

"Nenek tua, demi nama baik Ngo-goat, mereka bertiga sudah bertarung, kenapa kau masih diam saja?"

Pak-goat-lo-lo menganggukan kepala, mengayunkan tongkat besinya dan berteriak:

"Saudara kecil, maafkan aku!" Sin-hiong menghindar, teriaknya:

"Lo-lo, tidak perlu sungkan."

Lam-goat-sian-ku juga tidak mau ketinggalan, tubuhnya bergerak sambil melayangkan pedangnya, sekarang ke lima orang ini bergabung bersama-sama, kekuatannya jadi berlipat ganda, terlihat sinar pedang laksana kilat, bayangan tongkat laksana gunung, dalam sekejap, Ngo-goat sudah menyerang sebanyak lima enam jurus!

Semangat Sin-hiong jadi timbul, dia tertawa terbahak-bahak dan berkata:

"Ini baru pertarungan!"

Begitu dia menggetarkan tangannya, ribuan bayangan pedang telah terbentuk, hanya terdengar suara "Ssst ssst!", dalam sekejap menyerang sebanyak tujuh-delapan belas jurus! Ngo-goat menyerang sekuatnya, apa lagi Tiong-goat-cui-seng dan Tong-goat-sin-kun berdua, mereka menggunakan jurus dahsyat, kebutannya See-goat-cin-jin menyerang diantara celah- celah serangan, setiap jurusnya menyerang ke titik yang mematikan di seluruh tubuh Sin-hiong, Lam-goat dan Pak-goat membantu di samping, walaupun jurus pedang Sin-hiong hebat sekali, jika dia ingin keluar dari gempuran lawan, kelihatannya tidak begitu mudah.

Malam begitu tenang, tapi hawa pembunuhan menggelora, setelah Sin-hiong bertarung sesaat, melihat kelima orang ini mati- matian menyerang terus, tidak tahan di dalam hati berkata:

'Bertarung seperti ini terus, entah kapan baru bisa selesai?'

Setelah berpikir begitu, dia segera merubah jurusnya, mendadak hawa pedangnya memancar, dia telah mengerahkan jurus-jurus terhebat dari Kim-kau-kiam-hoat, pedangnya bergulung-gulung menyerang, pertarungan jadi berubah, tadi ke lima orang itu berebut menyerang, tapi sekarang di depan Ngo-goat seperti ada belasan pedang yang berkelebatan, yang pertama terdesak mundur adalah See-goat-cin-jin, diikuti oleh Tong-goat, Tiong-goat, Lam- goat dan Pak-goat pun terdesak mundur ke belakang, hanya kurang lebih tiga puluh jurus, Sian-souw-ngo-goat (Lima dewa menguasai benua) yang menggemparkan dunia, semua terdesak mundur oleh dia sejauh kurang lebih satu tombak!

0ooodeooo0
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar