Pertempuran di Lembah Hay Tong Jilid 04

Jilid 04

Na Thian Hong tertawa berka-kakan setelah mendengar perkataan orang itu.

"Aku kira kau mempunyai anggapan baru, tuan!" berkata ia dengan menghina. "Apa yang lain orang telah ucapkan, tidak usah kau ulangkan! Urusan kita sekarang sudah tidak bisa dibikin beres lagi, maka aku anggap, sekarang kita mengandal pada masing-masing saja, siapa yang punya kepandaian, ia keluarkan itu, siapa yang kalah ia mesti menyerah, mengaku tak punya kepandaian dan tidak boleh menyesal atau penasaran! Kita dari Englok-pang, kendati tidak bisa bangun selama beberapa tahun ini, tetapi kita tidak sampai mesti dapati sisa makanan dari lain orang. Terima kasih untuk kebaikanmu. Nah, sumpai kita ketemu pula!"

Juga Cukat Pok tertawa dingin atas kejumawaan orang itu.

"Na pangcu, dengan maksud baik aku bicara dengan kau, kau tidak sudi meladeni, terserah pada mu!" ia bilang, "Tetapi, pangcu secara begini saja kau undurkan diri. pihak tuan rumah merasa tidak enak hati. Kau lihat sendiri, di Hiecun ini tidak ada banyak orang, justru sekarang ada ketika yang baik. marilah sekarang kita berdua main main sedikit, dengan begini, kita bisa segera bereskan urusan kedua pihak. Sudah tentu saja, aku harus berikan tanggungan padamu, supaya kau bisa merasa bertetap hati kau ada tamu, seharusnya kau akan dapat perlakuan menuruti hakmu dan kita akan berlaku sebagai tuan rumah. Bukankah kita orang bicara secara baik dan urusan juga mau dibereskan secara damai? Tan cuncu, silakan kau perintahkan agar semua perahu Hiecun di luar muara ditarik pulang, sesudah itu. kau antapkan pasukan besar dan Englok-pang menerjang masuk, jangan sekali kau pegat atau merintangi. Cara ini, aku anggap ada cara yang paling adil!"

Belum sampai Na Thian Hong berikan jawabannya, menerima atau menolak tantangan itu, ketua Kangsan- pang Tiathong-liong Pian Siu Hoo dan ketua Tonglouw- pang Auwyang Cu Him telah berbangkit serta terus berkata dengan berbareng, "Cukat loosu, kau benar ada satu sahabat! Perkataanmu menyatakan suatu penetapan, baiklah, kita trima itu! Untuk bicara terus terang, kita sebenarnya sangat kagum atas nama loosu sekalian, karena masing-masing mempunyai kepandaian sendiri-sendiri, sedang ketika yang baik seperti ini ada sangat sukar dicarinya. Aku harap, loosu, dengan jalan ini kita orang bisa mendapati banyak pengalaman! "

Begitu mendengar ucapannya tamu-tamu itu, Lim Siauw Chong segera berbangkit.

"Satu hal aku ingin terangkan," demikian katanya. "Ketua di sini adalah Tan Tay Yong, meski demikian sebagai tetua dari Kiushe Hiekee, aku pun ada hak untuk bicara. Di sini tuan-tuan hendak uji kepandaian, sebagai sahabat hendak saling merundingkan kebisaan, aku tidak berkeberatan. Tindakan ini ada biasa saja dalam kalangan Bulim. Akan tetapi, apabila di sini tuan-tuan hendak menguji masing-masing, aku menentangi, karena itu berarti permusuhan. Pihak untuk urusan kita kedua pihak, atau untuk lampiaskan ganjelan siapa saja yang berbuat demikian, aku tidak bisa terima baik! Kita kedua pihak, Englok-pang dan Hiecun, akan bertempur sendiri untuk mangkok nasi kita, kita ingin gunakan tenaga sendiri, siapa menang dan siapa kalah, ia mesti terima kesudahannya dengan ikhlas, tapi siapa cari kemenangan karena andeli sahabat, itu tidak seharusnya, perbuatan demikian tidak terhormat, perbuatan demikian bukannya perbuatan dari kalangan Sungai Telaga! Aku Lim Siauw Chong, tidak sudi menipu dan tidak mau berbuat busuk, aku sengaja omong terus terang, supaya di belakang hari tidak timbul omongan yang tidak-tidak. Aku tidak ingin menjadi satu laki-laki yang bercacat!"

Lim Siauw Chong bicara dengan sikap sungguh- sungguh, tidak urung ia telah bikin mukanya Na Thian Hong menjadi merah padam, saking malunya. Ia memang datang dengan berkawan, untuk mengandeli kawan merebut kemenangan. Ia tidak nyana, tetua she Lim itu telah menyindir padanya, tapi ia lekas berbangkit.

"Lim loosu, kau benar!" ia berkata. "Urusan adalah urusannya Englok-pang dengan Giokliong-giam Hiecun, maka dalam urusan ini, biarlah aku Na Thian Hong berhadapan dengan ketua dari Hiecun, dengan begitu orang luar jadi bisa dibilang tidak campur tangan!"

Diam-diam Lim Siauw Chong kutuk kelicinannya Na Thian Hong, karena sudah terang orang she Na ini ketahui sampai di mana kepandaiannya Tan Tay Yong dan tidak ingin ia sendiri yang turun tangan untuk wakilkan Tan cuncu. Meski demikian, di muka umum ia masih bisa tertawa

"Bagus!" ia berseru. "Bagus, aku memang ingin kamu berdua main-main! Ini barulah kelakuannya satu laki- laki!. "

Baru saja Siauw Chong tutup mulutnya, atau Pian Siu Hoo goyangi tangan pada ketua dari Englok-pang.

"Na pangcu, kau jangan repot tidak keruan!" demikian katanya. "Urusan kau orang baik ditunda dulu, sekarang kita baik kemukakan urusan persahabatan, urusan pergaulan kita" Ia menoleh pada Cu-kat Pok dan melanjuti, "Cukat loo-suhu, aku ingin menerima pengajaran dari kau. Aku dengar kebisaanmu Kauwtah Sinna dan tubuh enteng yang sangat terkenal, sekarang apa kau suka turunkan kepandaian-mu itu padaku?"

"Tentu saja!" sahut Cukat Pok dengan cepat. "Sabar," Lim Siauw Chong me-nyelak. "Apa yang

barusan aku bilang, aku anggap harus dijalankan dulu. Tay Yong, apa kau belum juga perintahkan mundur semua perahu di mulut muara, supaya Englok-pang merdeka untuk berlayar masuk? Aku ingin supaya mereka jangan dilarang atau dicegah!"

"Baiklah," jawab Tan Tay Yong pada pamannya itu, tetapi ketika ia mau berbangkit untuk berikan titahnya, Na Thian Hong bikin ia merandek dengan suara tertawanya yang dingin dan ucapan, "Tan cuncu, tunggu sebentar! Kami datang kemari dengan tujuan, lebih dulu gunai adat kehormatan, baru kekerasan apabila itu perlu. Kita juga tidak mau pakai cara: dengan jumlah yang terlebih besar merebut kemenangan. Hiecun mesti diserang, itulah benar. Sesudah jalan menjadi buntu, kita mesti berdaya masing-masing, tetapi tidak malam ini.

Dengan tindakanmu pada malam ini, nyata sekali kau ada satu laki-laki, dan kita, sebaliknya, kita jadi seperti si pengecut, karena menyerang selagi orang tidak bersiap. Kalau benar pertempuran mesti dilakukan, kita baik lalukan itu cara begini: Apabila aku ada punya kepandaian, aku nanti pimpin barisanku datang menyerang. Dan kau, apabila kau ada punya kepandaian, kau boleh menangkis sebisa-bisamu guna lindungi Hiecun. Tegasnya, kita unjuk kepandaian masing-masing! Tan cuncu, beginilah caranya satu eng-hiong. Kita sudah datang, itu tandanya kita tidak takut, umpama kata kau hendak tahan kita, persilakan!"

"Na pangcu, kau benar. Kalau kau kehendaki caramu itu, baiklah, aku bersedia akan iringi kau," Tay Yong jawab.

Mendengar demikian, Lim Siauw Chong menggerendeng dengan pelahan, "Menyerang dengan berterang atau bergelap ada sama saja, itu adalah seperti setengah kati dengan delapan tail "

"Sudah cukup," Cukat Pok lalu menyelak. "Na pangcu, urusan kamu berdua pihak baiklah ditutup dulu, tetapi sekarang mari kita wujudkan pembicaraan kita barusan. Aku ingin terima pengajaran dari Pian loo-suhu, enghiong yang ternama dari daerah Hucun-kang! Kau telah mengadu biru, aku tidak sabaran lagi! Pian loosu, marilah, mari kita main-main untuk beberapa jurus saja, main-main seperti caranya si penjual silat di muka umum!" Pian Siu Hoo yang ditantang hebat, sambut tantangan itu, di saat ia hendak berbangkit, Ie Tong, ketua dari Lankie-pang mendahului ia.

"Pian loosu, tunggu! Demikian orang she Ie itu. "Na pangcu telah undang kita, untuk itu mesti ada perbedaan sahabat jauh dan dekat, sahabat kekal dan bukan. Kau ada seperti saudara angkat, maka itu kau harus mengalah. Apakah bisa jadi, bahwa kita sebagai sahabat- sahabat yang tak berguna tidak boleh turut ambil bagian dalam ini macam piebu? Maka, Pian loosu, sukalah kau nonton saja dulu untuk bantu meramaikan, aku nanti yang layani Cukat loosu main-main sebentaran!.—"

Setelah kata begitu, Ie Tong buka thungsha-nya sambil lemparkan itu ke samping, ia lompat maju menghampirkan Cukat Pok serta terus angkat kedua tangannya memberi hormat.

"Cukat loosee, sudah sejak lama aku kagumi kepandaianmu, kau adalah orang yang jarang ada tandingannya di kalangan Bulim, maka itu aku girang malam ini bisa ketemu kau dalam Hiecun ini! Loosu, le Tong tidak tahu diri, ia ingin minta pelajaran dari kau, maka sudikah kau mengajarkan aku?"

"le pangcu, kau terlalu seejie," Cukat Pok berkata. "Toh tidak ada halangannya untuk orang-orang sebangsa kita main-main satu sama lain untuk tambah pengalaman? Hanya aku kuatir, aku bukan tandinganmu, dengan cara bagaimana kau ingin kita main-main?"

"Kita sebenarnya tidak kenal satu dengan lain, kita berdua tidak bermusuhan," berkata le Tong, "maka itu, main-main kita melulu ada untuk mencoba-coba saja. Cukat loosu, kau terkenal dengan Shacaplak-louw Kimna- hoat-mu, aku ingin kau gunai kepandaian istimewamu itu yang telah tersohor di kalangan Sungai Telaga!"

Cukat Pok tertawa dingin. "Dengan menyebut-nyebut namanya ilmu kepandaian, aku menyesal tidak dapat turuti kehendakmu, le pangcu," ia bilang. "Marilah kita omong biar jelas. Karena kau telah ketahui yang aku Cukat Pok mengerti ilmu Kimna-hoat, aku hendak terangkan padamu, aku bukannya jumawa, tetapi benar, ilmu itu aku telah yakinkan dengan sungguh-sungguh, malahan selama tigapuluh tahun aku berlatih terus dengan tidak pemah alpa barang satu hari. Aku tidak kuatir kau tertawakan aku, le pangcu, siapa saja yang pernah beradu dengan Cukat Pok, ia mesti akui sampai di mana adanya kesempurnaan dari ilmu kepandaianku itu, sebab biasanya belum pemah ada orang yang aku pemah kasih hati di bawahnya sepasang tanganku. Tapi kau, le pangcu, kau berani tantang aku, kau pasti ada mempunyai kepandaian untuk lawan atau kalahkan kepandaianku itu, maka aku harus ambil satu sikap.

Untuk pertahankan nama baikku, tidak bisa tidak, aku harus gunai kepandaianku itu. Oleh karena ini, aku tahu, di antara kita, mesti ada salah satu yang bakal mendapat malu. Maka, le pangcu, selagi di antara kita tidak ada permusuhan, apa kau tidak bisa pilih lain cara? Aku anggap baiklah ditukar suatu cara lain "

le Tong tidak senang mendengar ucapan orang itu, karena ia merasa bahwa dirinya sedang dipermainkan dan diancam secara samar-samar, maka ia keluarkan suara dari hidung.

"Cukat loosu, kau kelihatannya anggap urusan secara sungguh-sungguh sekali," ia berkata. "Main-main di kalangan kita, kalangan Bulim, ada hal umum, maka menang dan kalah juga ada umum, hingga itu sama sekali tidak merupakan halangan suatu apa. Bukankah kita tidak bermusuhan? Maka sudah seharusnya, di antara kita tidak ada dikandung maksud jahat, hingga siapa menang dan siapa kalah, ia tidak harus buat pikiran. Cukat loosu, silakan kau keluarkan kepandaian istimewamu itu, umpama kata aku roboh di bawah tanganmu, satu ahli silat ternama, aku tidak akan jatuh merk! Bukankah begitu, loosu?"

"Ie pangcu, kau ternyata ada seorang yang berpemandangan luas, kau benar ada satu enghiong," Cukat Pok berkata. "Bukannya aku Cukat Pok berpemandangan cupet, aku sengaja omong lebih dahulu, supaya segala apa di antara kita jadi jelas, agar di waktu turun tangan, apabila ada terjadi kesalahan, tidak nanti ada orang yang katakan aku tidak memandang sahabat. Di muka medan pertandingan, satu kali orang gerakkan tangan, tangannya tidak mengenal kasihan lagi. Kau baik hati, le pangcu, sekarang persilakan kau bergerak terlebih dulu?"

Setelah kata begitu, Souwposu lantas mundur, segera buka pakaiannya yang gerombongan, apabila thungsha itu dipegang lehernya dan dibalingkan sambil memutar, sekejap saja, dari satu baju panjang telah menjadi tergulung bulat dan panjang, merupakan seperti sebatang toya.

Tan Tay Yong mengerti maksud orang, ia lompat menghampirkan tamunya itu, serta ulur kedua tangannya akan sambut baju panjang itu.

Ie Tong bisa lihat gerakan orang, yang membikin ia terperanjat. Ia tahu, lawanan itu sengaja pertontonkan kepandaiannya. Tapi ia tidak takut. Ia ketahui, Cukat Pok ada ahli dari Shacaplak-louw Kimna, ilmu "menangkap menyekal" yang terdiri dari tigapuluh enam jalan.

Dengan ilmu itu, gerakan kaki tangannya ada gesit, pandai menangkap tangan dan senjata musuh, melulu dengan tangan kosong. Tapi ia sendiri mengerti Pekwan- ciang, ilmu "Telapakannya Monyet Putih", yang punya perobahan dari tigapuluh enam sampai tujuhpuluh dua rupa, maka ia percaya, dengan ilmu ini ia akan sanggup tandingi musuh.

Demikian, keduanya sudah lantas berhadapan, akan segera bergerak memutari lapangan.

Biasanya, dengan punyai ilmu Shacaplak-louw Kimna, yang ringkasnya dipanggil Kimna-hoat, orang mesti berani merangsek, tetapi tidak demikian dengan Cukat Pok. Dari itu, le Tong heran lihat musuh tidak segera merangsek padanya, hingga terpaksa ia mesti mendekati terlebih dulu.

"Cukat loosu. sambutlah!" berseru ketua Lankie-pang ketika ia lompat maju serta tangannya menyamber muka orang. Dengan tangan kanan ia hanya mengancam, adalah setelah itu, tangan kirinya, dengan Yaptee touwtoh atau "Di bawah daun mencuri buah toh", ia menotok tenggorokan orang.

Cukat Pok bisa menduga gerakan musuh, ia tidak mundur hanya angkat kedua tangannya ke depan dada, selagi tangan kiri musuh mendekati, tangan kanannya melonjor di bawah tangan musuh itu, dengan sedikit gerakan saja, ia sudah kasih bekerja ilmu Kimsie canwan atau "Benang sutera melibat lengan". Tapi Ie Tong juga bisa melihat gelagat, gerakannya pun gesit. Untuk tolong dirinya, ia bikin dua gerakan dengan berbareng, yaitu tangan kiri ia tarik pulang, tangan kanan yang tadi dipakai mengancam, menotok pada lengan kanan lawannya di bctulan urat yang berbahaya.

Lekas sekali Souwposu men-dek, supaya totokan musuh tidak mengenai sasarannya, berbareng menggerakkan kaki, ia bikin tubuhnya berada di samping kanan musuh, adalah dari sini, selagi tubuhnya bangun, tangan kanannya bergerak terlebih jauh, akan hajar pundak orang yang sedikit turun karena gerakan totokannya barusan.

Oleh karena maksudnya tidak kesampaian dan berbareng dirinya terancam bahaya, terpaksa le Tong enjot tubuhnya untuk lompat mundur sampai jauhnya satu tombak lebih, dengan renggangkan diri, ia hendak mengambil sikap lain.

Tetapi Cukat Pok tidak mau pisahkan diri dari musuh, sebaliknya, ia mau rapatkan terus, maka itu di waktu lihat musuh menyingkir, ia barengi merangsek dengan satu lompatan, hingga ketika keduanya injak tanah, mereka tetap berada berdekatan.

Cukat Pok berada di sebelah belakang musuh, tidak tempo lagi sebelah tangannya bergerak ke arah batok kepala musuh akan hajar batok kepala itu.

le Tong telah menduga pada gerakan lawannya, apapula ia pun telah merasai samberannya angin, maka begitu lekas menginjak tanah, tubuhnya ia cenderungkan ke depan. Kaki kirinya melonjor ke depan. Sambil berbuat demikian, tangannya digeraki dari bawah ke atas, akan terjang lengan kanannya Cukat Pok pada bagian sikut. Itu adalah tipu silat Hian-in tokgoat atau "Mega menampak rembulan".

Souwposu batalkan serangannya apabila ia dapat kenyataan musuh telah siap akan celakai sikutnya. berbareng dengan itu, ia majukan kaki kanannya hingga tubuhnya jadi berdiri berendeng dengan musuh itu.

Melainkan tubuh mereka tidak nempel satu dengan lain. Adalah setelah itu ia totok iga kanan orang.

Dengan geraki kaki kirinya ke depan, le Tong singkirkan tubuhnya dari totokan. la juga mau balas menyerang, maka tangan kanannya dari atas turun ke bawah, akan hajar pundak kanan lawan. Gerakan yang sebat ini dibarengi dengan putaran tubuh yang gesit.

Tetapi serangan ini tidak memberikan hasil, karena pihak lawan telah mendului berkelit.

Demikian selanjutnya, dengan bergantian mereka saling menyerang, dua-duanya dengan unjuk kecelian mata, kegesitan tubuh dan kesehatan bergeraknya tangan dan kaki mereka. Masing-masing tidak mau mengalah, tetapi, sama-sama mereka berlaku licin, supaya bisa rebut kemenangan dengan tidak usah diri sendiri kena diserang.

Penonton di kedua pihak telah menyaksikan dengan kagum dan hati berdebar-debar, sebab mereka sama- sama ada gesit, tetapi sesuatu serangan mereka berbahaya sekali, siapa terkena, ia mesti terluka parah. Kecuali lompat jauh, mereka juga lompat tinggi, baik di waktu merangsek maupun di waktu berkelit.

Untuk duapuluh tahun le Tong dari Lankie-pang telah melatih diri dengan Pekwan-ciang, ia ternyata telah dapatkan kesempurnaannya ilmu silat tangan kosong itu. Dan sekali ini ia telah mesti gunakan puluhan macam dari perobahan gerakan tangannya, akan layani ahli dari Kimna-hoat.

Tan Tay Yong berdiri bengong, dalam hatinya ia merasa malu sendiri. Ia, yang namakan dirinya ketua atau cuncu, yang berani kepalai suatu rombongan besar, ternyata tidak punya kepandaian yang berarti apabila ia mesti dipadu dengan dua orang yang sedang adu kepandaian itu. Dengan kepandaian yang rendah, cara bagaimana ia bisa pertahankan diri dan melindungi Giokliong-giam Hiecun dari serangannya Englok-pang?

Musuh ada berkawan banyak dan ini satu saja sudah bukan main liehaynya!

"Syukur siokhu Lim Siauw Chong datang dengan kawan-kawannya.. " demikian ia hiburkan diri.

Pertempuran sudah berjalan dua-puluh jurus lebih, keduanya kelihatan sama tangguhnya. Ie Tong telah saksikan kepandaian lawan, ia lalu ambil putusan, di satu pihak ia mau jaga diri, di lain pihak ia mencari lowongan untuk berikan pukulan yang memutuskan guna merebut kemenangan. Demikian pun pikirannya Cukat Pok, yang telah merasai ketangguhannya musuh, hingga Souwposu tidak berani alpa

Segera juga datang saatnya kedua tangan dari Souwposu bergerak berbareng laksana gunting, mengarah kedua pundak orang, apabila serangan ini mengenai dengan jitu, dua-dua tangan musuh akan menjadi gepeng. Serangan ini hanya dapat dikelit, tapi Ie Tong tidak berbuat demikian, kendati ia ketahui ancaman lawan. Dengan luar biasa sehatnya ia angkat kedua tangannya ke depan dadanya untuk dari situ dengan cepat menyerang jurusan dada Souwposu.

Sekarang dua-dua sedang menyerang, dua-dua serangan ada berbahaya sekali.

Cukat Pok lihat gerakan orang, yang bikin ia kaget berbareng kagum. Ia tahu, andaikata ia berhasil, musuh juga akan berhasil seperti ia. Ia mau singkirkan ini, tapi ia tidak mau batalkan serangannya itu, maka ia mengulur tangannya, dengan kedua kaki tidak bergerak, ia bikin tubuhnya mundur dengan tangan menyerang terus. Ini ada gerakan yang dinamai Sioksin giekut-hut atau "Ringkaskan tubuh dan ciutkan tulang".

Ie Tong tidak sangka musuh akan bersikap demikian, karena kedua tangannya telah terlepas, ia lantas merasai kedua pundaknya terbentur tangan musuh seperti yang tergosok, karena tenaga musuh tidak lagi penuh seperti gerakannya yang pertama, tetapi tidak urung ia segera merasai kedua pundaknya kesemutan.

Terpaksa ia pindahkan kaki kirinya ke kiri dan kaki kanannya terangkat, bukan untuk menyingkir lebih jauh, hanya untuk gedor kuda-kudanya lawan. Dengan jalan ini ia ingin melakukan pembalasan.

Dalam keadaan yang berbahaya itu, Cukat Pok dapat melihat gerakannya kaki musuh, ia lekas mundur dengan sebelah tangan menyabet ke bawah, akan sabet kaki musuh itu, apa mau, gerakannya le Tong cepat istimewa, kendati tangannya bergerak, kaki musuh telah mendului mengenai pahanya, meski serangan itu tidak berbahaya lagi. Cukat Pok dapat perbaiki diri terlebih dulu, merangkap kedua tangannya pada lawan itu, ia segera berkata, "le pangcu, sungguh Pek-wan-ciang ada liehay sekali, aku takluk."

le Tong lekas-lekas membalas hormat.

"Cukat loosu, malam ini barulah aku betul-betul takluk padamu," berkata "Baru sekarang aku dapatkan bahwa namamu tersohor tidak kecewa."

Setelah berkata begitu, le Tong lantas undurkan diri.

Cukat Pok juga hendak mundur ketika seseorang lain dari pihak Englok-pang maju menghampirkan ia serta terus berkata, "Kau tidak ketahui, le pangcu, kecuali Kimna-hoat yang sangat tersohor di Kang-lam dan Kangpak, Cukat loosu juga mempunyai lain kepandaian istimewa ialah ilmu tombak Souw-cu-chio, yang ia tidak mau sembarangan pertontonkan di muka umum! Aku dengar, pada sepuluh tahun yang lalu, dengan ilmu tombaknya ia telah bikin tergetar tujuh propinsi di selatan. Maka sekarang, pangcu, silakan kau beristirahat, kebetulan ada pertemuan ini, aku hendak gunakan ketika ini akan main-main dengan Cukat loosu, aku Cia Kiu Jie ingin terima pengajaran "

"Itu benar," le Tong manggut-manggut. "Dengan begini tidaklah kecewa yang kita orang telah berkumpul di Giokliong-giam ini. Aku pun jadi dapat ketika akan turut menyaksikan Cukat loosu dengan kepandaiannya Souwcu-chio itu!"

Setelah berkata begitu, le Tong lantas mundur.

Cukat Pok ketahui, Kimpian Cia Kiu Jie ada ahli silat ternama dari Ouwlam, bersama Tin-sam-ouw Cui Cu le adalah guru silat dari tingkatan tua (loo-cianpwee) dari Ouwlam, kepandaiannya di air dan di darat ada terkenal, sedang gegamannya cambuk Kimsie Siauw-kauw-pian, ringkasnya Kimpian. Di Ouwlam belum pernah ada tandingannya. Ia pun ketahui, Cia Kiu Jie ada ternama baik, hanya bersama Cui Cu le, ia ada beradat sedikit tinggi dan keras, maka mereka berdua — saudara angkat—tidak suka bergaul dengan sembarang orang.

Maka adalah aneh yang sekarang mereka berdua dapat diundang oleh kawanan coanpang itu.

"Cia loosu, janganlah kau angkat-angkat aku," kata Cukat Pok sambil tertawa. "Namaku ada nama kosong, dan kepandaianku barusan telah dipertunjukkan, maka aku minta janganlah kau suruh aku pertunjukkan lagi keburukanku. Kita orang pun piebu untuk persahabatan, andaikata urusan kedua pihak tidak dapat diselesaikan, kita sendiri tidak seharusnya membawa sikap saling bermusuh. Dengan gunai senjata, itulah berbahaya, aku kuatir salah satu nanti terluka, kejadian itu bisa merugikan persahabatan kita, maka aku pikir, baik kita main-main dengan tangan kosong saja. Dengan jalan ini kita juga bisa menyingkir dari tertawaannya orang banyak "

"Cukat loosu, terang kau merendah saja!" kata Cia Kiu Jie sembari tertawa. "Kami bukannya jumawa atau mengandeli ilmu silat, tetapi apa sih artinya ilmu silat?

Apa namanya kepandaian jikalau kita tidak mampu kendalikan gerakannya kaki dan terutama tangan kita di waktu maju dan mundur? Souw-cu-chio sudah berada beberapa puluh tahun di tanganmu, aku tidak percaya kau bisa melukai atau membahayakan jiwa orang kecuali kau inginkan itu. Kalau dibilang gerakan senjata di tangan sukar dikendalikan, itu hanya ada ucapan untuk justakan orang. Kalau senjata di tanganmu tak bisa terkendali, kita baik jangan omong lagi perihal ilmu silat. Cukat loosu, aku telah omong dari hal yang benar, harap kau tidak tertawakan aku."

"Cia loosu, oleh karena kau kata begitu, aku tidak bisa bantah pula padamu," Cukat Pok mengalah. "Hanya perlu aku terangkan, memang ada satu waktu, satu kali senjata telah digerakkan, bisa kejadian bahwa orang tidak berkuasa lagi. Dengan ucapanmu, Cia loosu, terang kau hendak menyukarkan satu sahabat, kau agaknya tidak sudi memberi ketika. Aku datang ke Giokliong-giam ini selaku sahabat, tujuanku adalah mendamaikan kedua belah pihak, maka kalau karena aku, urusan jadi tambah genting, terang kita bukannya sahabat dari kedua pihak itu!"

"Kalau begitu, Cukat loosu, baiklah, aku nanti kasih keterangan dulu pada semua orang," berkata Cia Kiu Jie.

Cukat Pok manggut, dalam hatinya ia kata, "Aku tidak boleh tidak pandang mata pada orang she Cia ini, ia ada satu orang gagah yang jujur dan terhormat "

Cia Kiu Jie, sudah lantas hadapi orang banyak serta angkat kedua tangannya.

"Adalah kebiasaan dari aku Cia Kiu Jie akan urus urusan lain orang seperti urusan sendiri," ia berkata, "maka itu aku bisa mengerti, bahwa pembicaraanku dengan Cukat loosu barusan, telah berlaku sedikit keliru. Sekarang, selagi tuan-tuan dengar pembicaraan kita barusan, aku minta sukalah tuan-tuan tolong unjuk, bagian manakah dari kata-kataku barusan yang tidak cocok. Aku tidak ingin, karena urusanku sendiri, di luar tahuku, aku nanti bikin gagal urusan besar."

Ketua dari Englok-kang Coanpang, Na Thian Hong, tidak senang dengan sikapnya tamu itu. Ia anggap, setelah diundang datang Cia Kiu Jie mestinya terus berpihak padanya dalam keadaan apa juga, karena ia pun akan tunjang tamu itu sampai di akhirnya. Siapa nyana, sekarang Cia Kiu Jie lebih utamakan kehormatan sendiri. Tapi karena di situ ia masih punyakan lain-lain kawan yang ia andelkan, ia lalu menjawab, katanya, "Cia loosu, kau telah datang bersama aku, untuk kebaikanmu aku haturkan banyak-banyak terima kasih. Dengan apa yang kau ucapkan barusan, aku akur, itu ada ucapannya satu laki-laki. Tentang urusanku, jangan kuatir, untukku, menang atau kalah aku akan menerima. Dalam halnya kau ini, loosu, aku senantiasa berada di belakangmu.

Mengenai urusan di antara Englok-kang dan Giokliong- giam, putusanku sudah tetap, aku akan bergulat sampai di akhirnya, kesudahannya akan terserah nanti pada kekuatannya kedua pihak masing-masing. Cia loosu, persilakan, kau ada merdeka!"

Mendengar itu, Cia Kiu Jie pun tidak puas. Jelaslah bahwa. Na Thian Hong tidak inginkan perdamaian dan mengandung maksud jelek. Tapi, karena sudah terlanjur, ia juga tidak bisa mundur. Ia lalu ambil putusan.

"Na pangcu, terima kasih untuk kebaikanmu," ia berkata, la menoleh pada Cukat Pok akan berkata pula, "Cukat loosu, kau telah dengar kata-katanya Na pangcu barusan. Nyata ia telah berikan kehormatan padaku. Aku percaya, malam ini juga, hal urusan kedua pihak akan ada putusannya. Sekarang, Cukat loosu, silakan kau berikan pengajaran kepadaku, agar aku dapat pelajaran dari kau."

Setelah berkata begitu, Cia Kiu Jie lompat mundur, sembari lompat, tangannya meraba ke pinggangnya, dari mana ia tarik keluar cambuk Kimsie Siauwkau-pian yang lemas, yang dapat dipakai melibat pinggang.

"Baiklah!" Cukat Pok menyahut, serta ia pun mundur, sebelah tangannya juga meraba pinggang, akan loloskan tombaknya, Sun-kong Souwcu-chio, yang pun lemas seperti angkin, tetapi, apabila telah digentak dengan keras, segera menjadi lempang seperti kimpian lawan.

"Cia loosu, terpaksa aku mesti layani kau," ia berkata. "Aku minta dengan kimpianmu, sudilah kau menaruh belas-kasihan kepadaku "

Sambil bersenyum, kedua pihak telah berdiri dengan bersiap.

Cukat Pok sudah lantas putar souwcu-chio di atasan kepalanya, setelah itu dengan tangan kiri ia samber bagian tengahnya. Atas itu, Cia Kiu Jie telah putar cambuknya dengan tubuhnya ikut bergerak.

"Cia loosu, silakan mulai!" Cukat Pok mengundang. Sembari menyahuti, Cia Kiu Jie lompat maju,

cambuknya bergerak menyamber kepala lawan dengan tipu silat Huihong loktee atau "Bianglala merah turun ke tanah".

Cukat Pok menyingkir ke samping kanan, "tombak"- nya menyamber ke atas, guna sambut dan libat cambuk musuh. Menampak lawan dengan sekejap saja hendak bikin senjatanya terlepas, Cia Kiu Jie lantas berhati-hati. Ia lekas tarik pulang tangannya, kakinya yang di depan turut mundur juga, tapi setelah itu, tangan kanannya ia gerakkan ke depan, hingga cambuknyajadi lempang seperti to-ya, dan cambuk ini dipakai menusuk dada orang.

Sekarang Cukat Pok pindahkan kaki kiri ke kiri, tubuhnya ikut mengegos. Guna membarengi, ia sabet pundak kanannya Kiu Jie.

Cepat sekali, Cia Kiu Jie mendek dan terus loncat mundur, sampai lima kaki, tapi baru saja kakinya yang sebelah injak tanah, atau ia telah enjot kaki itu dan tubuhnya juga, buat terus lompat maju ke depan, sedang kimpian terus dipakai menyabet pundak kanan dari lawan. Gerakan ini ada di luar dugaan, cepatnya bukan buatan.

Cukat Pok kagum untuk gerakan luar biasa dari lawan itu. Baru saja ia memukul tempat kosong, jika terlambat, ia akan menjadi korbannya kimpian. Tapi matanya celi dan gesit gerakannya. Sambil mendek, ia geser kaki kiri ke samping, begitu lekas serangan lawan mengenai lowongan, ia barengi maju, akan kirim serangan yang ketigakah. Lagi-lagi ia arah sebelah kanan lengan musuh.

Demikian dua orang pandai ini telah adu kepandaiannya. Mereka berdua sama gagahnya, mata, tubuh, ada sama celi dan gesitnya. Senjata mereka juga ada sama sifatnya, ialah senjata-senjata lemas, dapat dilibat di pinggang, tetapi, jika perlu, dapat dibikin jadi kaku laksana tombak dan toya. Di bawahnya sinar api, kimpian berkelebatan laksana emas dan souwcu-chio berkilau-kilau sebagai perak. Dua- duanya bergerak sebat, menuruti gerakan tubuh masing- masing. Kalangan ada luas tetapi kalangan itu seperti penuh oleh mereka berdua Sekalian penonton yang ahli, kagum berbareng kuatir. Mereka kagum untuk kepandaian orang, sebaliknya mereka kuatir untuk keselamatannya masing-masing, oleh karena mereka tahu, siapa lambat sedikit atau alpa, akan terima bagiannya yang hebat, dan pamornya akan ludes!

Melainkan ahli-ahli lweekang yang dapat menggunakan dua macam senjata tersebut.

Lekas sekali, duapuluh jurus telah dilewati, keduanya masih sama gagahnya.

Sesudah gagal berulang-ulang, dengan siauwkauw- pian, Cia Kiu Jie gunai tipu silat Hongsauw lokhio atau "Angin meniup daun rontok". Sambil mendek, cambuknya menyamber ke bawah, pada kaki lawan. Gerakan ini ada luar biasa cepat.

Coba lain orang yang diserang secara demikian, ia pasti sudah loncat mencelat akan apungi diri. Serangan itu biasanya mesti beruntun, beberapa kali. Cukat Pok tidak berbuat begitu. Kaki kanannya yang berada di depan ia angkat dan pindahkan ke belakang, tubuhnya ikut bergerak, disusul oleh kaki kirinya yang terangkat juga Gerakan ini cepat luar biasa, hanya mendahului sedikit saja daripada siauwkauw-pian, dan ujung cambuk terpisah kira-kira dua tiga dim dari kaki kirinya Souwposu!

Mengetahui bahwa serangannya gagal, Cia Kiu Jie benar-benar menyusul dengan yang kedua kali. Dari kanan, ia putar tubuh ke kiri, sembari menaruh kaki ia maju setindak. Serangan kali ini adalah Giok-tay wieyauw atau "Angin kumala melibat pinggang".

Untuk kedua kalinya, Cukat Pok angkat kakinya seperti yang pertama kali. Ia tidak mau lompat tinggi atau loncat ke samping, memapaki cambuk itu. Hanya sekarang, sambil berkelit, ia geraki souwcu-chio akan sambar cambuk musuh, hingga kedua senjata mengenai satu dengan lain, seperti terlibat, hingga Cia Kiu Jie menjadi kaget.

Sekarang ada saatnya akan ketahui, tenaga siapa terlebih besar, atau tipu siapa terlebih liehay. Guna loloskan senjata masing-masing, keduanya perlu gunakan tenaga lengan dan kekuatan kuda-kudanya, karena jika kuda-kudanya lemah, tubuhnya akan kena tertarik, tubuh itu akan gusruk atau sedikitnya maju ke depan. Atau tangan yang dipakai mempertahankan senjata, akan kena tertarik keluar.

Luar biasa cepatnya, begitu lekas masing-masing gunakan tenaganya, kedua senjata yang terlibat dengan sendirinya terlepas juga. Kelihatannya tangan dan tubuh mereka tidak tergerak, saking cepatnya gerakan mereka masing-masing. Tapi di matanya sekalian ahli, tidak ada suatu apa yang dapat lolos.

Hampir seperti tidak tertampak, kuda-kudanya Cia Kiu Jie bergerak, tapi di pihaknya Cukat Pok, ternyata ia tidak menggunakan seantero tenaganya, dengan begitu, mukanya si ahli silat dari Ouwlam jadi terlindung.

"Terima kasih untuk mengalahnya loosu," berkata Cia Kiu Jie serta perlihatkan hormatnya, la tidak penasaran, tidak menyerang dan tidak menantang lagi. Cukat Pok lekas-lekas unjuk hormatnya, akan balas hormat lawan.

"Cia loosu, justru adalah kau yang menaruh belas kasihan pada ujung tombakmu," ia berkata dengan merendah.

Ketua dari Tonglouw-pang, Auwyang Cu Him, lantas saja tertawa berkakakan.

"Siang atau malam, persobatan akan segera terikat!" ia kata. Ia dapat lihat keadaan, ia dapat terka yang Cukat Pok sayangi kepandaian orang itu dan mau melindungi muka terangnya Kiu Jie.

Mendengar demikian, Cui Cu le berbangkit, akan hampirkan orang she Auwyang itu.

"Auwyang loosu," berkata ia, "jietee kami tidak punya guna karena ia tidak mampu membantu si orang she Na, malah ia telah bikin si orang she Na itu mendapat malu, untuk itu, aku dan saudaraku merasa malu sekali.

Auwyang loosu, sepasang Poankoan-pit-mu ada tersohor di dalam kalangan Sungai Telaga, aku Cui Cu Ie telah lama dengar itu, maka sekarang selagi ada ketikanya, kenapa loosu tidak mau keluarkan, untuk siang-siang merebut muka terang untuk Na pangcu? Dengan kau maju, kita bersaudara juga akan turut mendapat cahaya terang "

Ditegur begitu, Auwyang Cu Him bersenyum sindir. "Cui loosu, dalam pertempuran, siapa berani ambil

kepastian?" ia kata. "Apakah di hadapannya sekalian ahli

silat yang ternama ini kau mengharap kemenangan yang pasti? Itulah tidak bisa terjadi! Hanya di sini ada suatu jalan—di sini, persahabatan kekal atau tidak, memandang muka atau tidak, orang sebenarnya harus berlaku sungguh-sungguh! Siapa-siapa yang mempunyai kepandaian tetapi tidak mau keluarkan di sini, itulah aneh! Kita ada sama-sama sahabat baik, bahwa aku tertawa, itu adalah sebabku sendiri. Cui loosu, kenapa kau bercu-riga tidak keruan? Di pemandangan mataku, souwcu-chio dari Cukat Pok tidak ada bagian yang tidak boleh dipandang enteng, yang sukar dilawan, maka itu aku yang rendah, ingin sekali belajar kenal!. " Cia Kiu

Jie sedang undurkan diri ketika ia dengar ucapan orang itu, yang menusuk hatinya, sebab terang ia sedang dicela, maka dengan air muka sungguh-sungguh ia hadapi ketua dari Tonglouw-pang itu.

"Auwyang loosu, ucapanmu ini, aku Cia Kiu Jie tidak mengerti!" ia berkata. "Apakah kau dapat lihat bagian yang mana yang aku tidak lakukan kewajibanku sebagai sahabat kekal?"

Baru saja dengar begitu, belum sampai Auwyang Cu Him menyahuti, ketua dari Kangsan-pang, Tiat-hong- liong Pian Siu Hoo segera berbangkit dan maju, akan menyelak di antara kedua kawan itu.

"Di kalangan Sungai Telaga, kita orang adalah sahabat-sahabat yang mempunyai she dan nama," ia berkata dengan lekas, "dan kita orang sama-sama telah ikut Na pangcu datang ke Giokliong-giam, maka kalau di antara kita ada hal-hal yang bisa menyebabkan timbulnya buah tertawaan, orang luar niscaya akan tertawakan kita sampai kita mati! Memang, ucapan- ucapan bisa menerbitkan salah mengerti, dari itu segala apa serahkanlah padaku, Pian Siu Hoo! Ada apa juga di antara kita sekarang, nanti saja kita orang bicarakan terlebih jauh, seperginya kita dari sini! Auwyang loosu, kau ingin keluar untuk menemui Cukat loosu itu? Persilakan!"

Dengan tidak tunggu jawaban, Pian Siu Hoo tarik tangannya Cia Kiu Jie untuk diajak duduk di tempatnya, sambil berbisik ia berkata, "Biar bagaimana, Cia loosu, dan kau juga, Cui loosu, sudilah kau memandang pada sahabat-sahabat. Segala apa, apabila dibicarakan di sini, sangat jelek bagi pemandangan, maka biarlah itu ditunda sampai lain kali!"

Cia Kiu Jie tidak kata apa-apa, tetapi ia duduk dengan mendongkol.

Sementara itu, Auwyang Cu Him sudah bertindak, menghampirkan Cukat Pok.

Souwposu tidak dengar apa yang dibicarakan oleh pihak lawan, hanya melihat dari sikapnya, ia mengerti di antara mereka telah terjadi bentrokan. Inilah menggirangkan ia. Tapi ketika ketua dari Tonglouw-pang samperkan ia, ia merandek.

Auwyang Cu Him sudah lantas berkata, "Cukat loosu, Kimna-hoat dan ilmu souwcu-chio-mu yang barusan benar-benar ada kepandaian istimewa, dengan itu, pemandangan mataku, Auwyang Cu Him, menjadi terbuka. Meski demikian, permainan senjata jiwie itu, di mataku belum sampai di pokoknya kesempurnaan, jiwie tentu meninggalkan bagian-bagian yang sengaja tidak mau dipertontonkan! Ini hal, jiwie, menjadikan aku putus asa! Maka itu sekarang aku Auwyang Cu Him minta pengajaran dari kau, Cukat loosu, sudilah kau ajarkan aku! " Cukat Pok belum menjawab atau Hee In Hong telah samperkan padanya.

"Eh, Cukat loosu, apa sih sebenarnya kehendakmu?" ia tegur kawan itu. "Apakah kau berniat borong semua tamu undangan dari Englok-pang? Apakah urusan Hiecun ini kau hendak urus sendiri saja? Kalau begitu kau bikin kita semua yang turut menonton, tidak mendapatkan cahaya terang pada muka kita! Maka, Cukat loosu, aku minta, sudilah kau mengalah, biarlah aku Hee In Hong dapati juga ketika akan minta pengajaran dari loo-suhu yang ternama, agar tidaklah kecewa yang aku dari jauh- jauh telah datang kemari "

Cukat Pok bisa duga maksudnya Kimpwee Kamsan- too, maka itu, mendengar orang tegur atau bangkit padanya, ia tidak jadi gusar, sebaliknya ia tertawa berkakakan. Ia lalu berkata, "Hee loosu, ini bukannya tempat untuk merebut jalanan atau merampas pasar, kau telah datang bukan pada saatnya yang tepat!

Sepasang poankoan-pit dari Auwyang loosu, ketua dari Tonglouw-pang, bukannya senjata yang boleh dibuat permainan, tetapi jikalau kau ingin wakilkan aku dan roboh, awas, jangan kau nanti sesalkan aku dan katakan aku licin licik! Kebetulan sekali, sekarang ini aku sudah mulai merasa tidak ungkulan akan melayani pertempuran yang seperti roda mutar ini! Nah, Hee loosu, kau wakilkanlah aku!"

Lantas, dengan tidak kata apa-apa lagi pada Auwyang Cu Him, Cukat Pok keluar dari kalangan. Ia merasa puas telah pukul sindir pada musuhnya.

Auwyang Cu Him merasa sangat tidak puas, karena ia datang dengan kemendongkolan, untuk tandingi Souwposu, siapa tahu, lawan itu telah tinggalkan ia mentah-mentah. Karena ini, ia jadi tumplek hawa amarahnya pada Hee In Hong.

"Hee loosu, kau memandang terlalu tinggi kepadaku!" ia kata pada orang yang baru ini, serta angkat kedua tangannya. "Hee loosu, Kimpwee Kamsan-too-mu yang mempunyai enampuluh empat jurus, yang sangat terkenal itu, mana aku Auwyang Cu Him sanggup tandingi? Hanya, karena kau telah berikan kehormatan padaku, jika aku tidak paksakan diri menerima itu, kau bisa keliru artikan dan akan katakan aku tidak sudi melayani kau, maka sekarang aku hanya minta, di waktu geraki tangan, sukalah kau berlaku murah, supaya kau bisa kira-kira! "

Hee In Hong bersenyum mendengar ucapan itu. "Dengan begini, kami hanya saling merendah," kata In

Hong.

"Sekarang silakan Auwyang loosu bergerak terlebih dulu, agar aku bisa dapat saksikan keindahannya sepasang poankoan-pit."

Sembari kata begitu, orang she Hee ini lantas siap. Ia memang seorang polos dan ia paling tidak suka banyak pernik.

Auwyang Cu Him segera keluarkan sepasang senjatanya, yang berupa seperti ruyung dengan ujung seperti pit dari hakim, ia cekal itu di kiri dan kanan, lalu dengan letaki itu di atas lengan ia kiri, ia kiongchiu.

"Hee loosu, persilakan!" ia berkata serta terus bergerak, maka sekarang, kedua senjata itu digerakkan ke kiri dan kanan, kaki kanannya diangkat naik, kaki kirinya nancap terus, hingga ia merupakan Kimkee toklip atau "Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki" dan kedua tangan bersikap Taypeng thiancie atau "Burung garuda pentang sayap". Setelah ini, kaki kirinya terus mendek, tangan kanan pindah ke kiri, menindih tangan kiri, kaki kanan berbareng dipindahkan ke kanan, hingga tubuhnya turut pindah juga. Ia bergerak gesit sekali.

Hee In Hong pun telah geraki goloknya, dari tangan kiri ia pindahkan pada tangan kanan, tangan kirinya dipakai menekan belakang golok itu. Dengan tubuhnya ia pun bergerak ke kanan.

"Auwyang loosu, silakan kau berikan pengajaranmu!" ia berkata serta maju.

Oleh karena Auwyang Cu Him pun telah maju, mereka sekarang datang semakin dekat satu dengan lain.

Ketua dari Tonglou w-pang tidak mau berlaku

sungkan-sungkan, dengan gerakan Siangliong cutsui atau "Sepasang naga muncul di muka air" ia totok kedua belah pundaknya Hee In Hong.

Hee In Hong bisa menduga pada totokan ancaman belaka, tetapi dengan lintangi golok di depan dadanya, ia pun bersikap hendak menangkis.

Benar saja, Auwyang Cu Him hanya menggertak, karena begitu lekas sepasang poankoan-pit ditarik pulang, segera diteruskan untuk menotok iga kiri dan kanan lawannya!

Sambil tarik pulang goloknya untuk terus melindungi diri, Hee In Hong mundur sedikit dengan kaki kanan, karena poankoan-pit tidak ditarik pulang, sepasang senjata itu kebentrok dengan golok hingga menerbitkan suara nyaring. Adalah hampir berbareng dengan itu, Hee In Hong gerakkan kaki kirinya maju ke samping, tangannya membarengi, ujung golok mengarah dada. Ini ada gerakan Tooteng kimteng atau "Menyontek jatuh lentera emas".

Auwyang Cu Him kaget melihat kedua senjatanya tidak mengenai sasaran dan ujung golok mendekati dadanya, lekas-lekas ia mendongak ke belakang dengan kaki kanan ditekuk mundur, kepalanya pun diegoskan.

Dengan cara berkelit ini, ia bikin ujung golok lewat di atasan kepalanya. Karena ia tidak mau menyerah, di saat itu, dengan pit-nya ia sampok golok lawan.

Hee In Hong berlaku sebat begitu mengetahui ia tusuk tempat kosong dan kemudian lihat musuh hendak ketok goloknya itu. Ia tidak mundur atau tarik pulang goloknya, hanya ia simpangkan ke kiri juga, tubuhnya ikut pindah. Adalah dari sini, satu kali lagi ia bacok iga kanan musuh.

Dalam keadaan berbahaya itu Auwyang Cu Him hanya bisa tolong diri dengan terus loncat melesat ke depan sampai tujuh atau delapan kaki. Tentu saja, ini ada gerakan yang sangat berbahaya, sebab ayal sedikit saja, golok pasti akan mengenai sasarannya. Tapi juga Hee In Hong tidak diam menonton. Menampak musuh berlaku licin, ia pun ujuk kegesitannya, sambil putar tubuh ia loncat menyusul, hingga lagi-lagi ia datang dekat pada musuh. Beruntung bagi ketua dari Tong-louw-pang ini, ia sudah bisa tancap kaki dan putar badannya, maka begitu lawan sampai, ia bisa melayani lebih jauh.

Sekalian penonton menjadi kagum setelah mereka menyaksikan pertempuran itu. Hee In Hong benar-benar telah keluarkan enampuluh empat jurus dari Kimpwee Kamsan-too, ia mendesak hingga goloknya jadi berkilau-kilau. Tapi juga Auwyang Cu Him keluarkan seratus duapuluh tiga gerakan dari poankoan-pit, ia malahan tidak kuatirkan gempuran, karena ruyung istimewa itu terbikin seanteronya dari besi terisi, kuat dan antap. Coba golok bukan ada di tangannya itu satu ahli, sangat sukar untuk golok itu tandingi sepasang ruyung luar biasa ini.

Gerakan yang cepat dengan gesit juga menyebabkan lewatnya duapuluh jurus lebih dan dua-dua kelihatan masih sama tangguh dan uletnya.

"Pantas ia jumawa sekali," pikir Hee In Hong yang mesti kagumi musuh tangguh itu. Terpaksa ia mendesak, sekarang dengan serangan-serangan dari duabelas gerakan Lianhoan Capjie-chiu Tuihun-too, ialah gerakan dari "Duabelas tangan dari golok yang mengubar roh".

Dengan jalan ini ia tidak mau kasih ketika lagi kepada musuh.

Mula-mula sambil membungkuk, dari samping Hee In Hong majukan diri sambil membacok. Itu ada gerakan Cheecoa kuitong atau "Ular hijau pulang ke guha".

Bacokan menuju ke jurusan bawah.

Guna luputkan diri dari bahaya, Auwyang Cu Him enjot tubuhnya, akan lewat sampai empat kaki, tetapi — seperti telah dibilang, serangannya In Hong ada beruntun-runtun, maka yang pertama tidak memberi hasil, segera menyusul yang kedua, Giokbong hoansin atau "Ular kuma-lajumpalitan" dan Pekhong koanjit atau "Bianglala putih mengalingi matahari". Golok kimpwee- too menyambar pundak kiri. Dengan tunduki kepala berikut tubuhnya, Auwyang Cu Him biarkan golok itu lewat, lalu ia membarengi sambar lengan kanan lawan dengan poankoan-pit-nya.

Dengan Yauwcu hoansin atau "Alap-alap jumpalitan", Hee In Hong jauhkan diri dari bahaya, tetapi berbareng ia bacok pundak kanan orang.

Auwyang Cu Him berkelit ke kiri, dari situ, senjatanya menyam-pok ke kanan, guna tangkis golok musuh, tapi Hee In Hong dengan kesehatan luar biasa sudah tarik pulang goloknya, guna dengan satu runtunan lain, dengan Tokcoa cimhiat atau "Ular berbisa mencari lubangnya" menusuk pada perut lawan.

Syukur bagi Auwyang Cu Him, sebelumnya tusukan sampai, ia telah mendahului menutup dua poankoan-pit- nya, maka tusukan itu segera ditarik pulang, hingga kesudahannya mereka berdua ada sama tangguhnya.

Lim Siauw Chong lantas saja samperkan Hee In Hong serta berkata, "Hee loosu, kau telah tandingkan golokmu dengan sepasang poankoan-pit, itu adalah suatu timpalan sejati, maka di mana kedua pihak sama-sama tidak unjuk kelemahannya, ini ada suatu kesudahan yang harus dihargakan! Mari, loosu, kalau kau hendak lanjuti pertempuran, baik tunggu sampai sebentar lagi!"

Mukanya Hee In Hong menjadi merah, karena ia tahu, kendati mereka belum dapat kepastian kalah atau menang tetapi sudah terang, Auwyang Cu Him ada terlebih licin dan dengan mendahului menutup sepasang senjatanya, ketua dari Tonglouw-pang mengunjukkan kesehatannya yang melebihi yang lain-lain. "Lim loosu," ia menyahut, "meski secara terang aku tidak kalah, toh sudah pasti yang aku telah gagal dengan golokku ini, yang telah duapuluh tahun lebih berada di dalam tanganku. Aku harus mengaku takluk kepada Auwyang loosu yang di Giokliong-giam ini telah bikin aku tak berdaya "

Sementara itu, sambil bersenyum Auwyang Hie-in Sian le berbangkit dan bertindak masuk ke dalam kalangan, maka, menampak padanya, Lim Siauw Chong lekas-lekas persilakan Hee In Hong duduk dan ia papaki orang tua itu, dan berkata padanya, "Sian loosu, kau telah unjuk muka terang pada kita dengan kesudianmu datang ke Giokliong-giam ini, maka kedatanganmu saja sudah cukup! Kepandaianmu di kalangan Sungai Telaga semua orang telah menghargai, maka di sini segala apa kau baiklah serahkan padaku saja "

Tetapi jago tua itu bersenyum dengan manis. "Bukannya begitu, loosu," ia menjawab. "Aku si

tuabangka telah saksikan sekalian sahabat baik munculkan diri, dari itu, aku pun tidak bisa datang kemari dengan tidak berbuat apa-apa, aku merasa kecewa. Di sini ada banyak suhu yang termasyhur, yang di kalangan Sungai Telaga jarang ada ketika untuk diketemui, dari itu aku ingin turut mohon pengajaran, supaya aku si tua bangka dapat tambah pengalaman "

Setelah kata begitu, ia kiongchiu terhadap Englok-pang, "Cuwie coanpang siunia, aku Sian le telah datang kemari, melihat cuwie telah pertunjukkan masing-masing kepandaian, tidak peduli buruknya kebisaanku, aku juga ingin turut ambil bagian, supaya dari cuwie aku bisa terima pengajaran. Tapi aku tidak mau adu kepandaian seperti cuwie barusan, aku sudah tua, melihat itu saja, mataku sudah kabur, kepalaku sudah pusing. Aku tidak mau adu kepandaian secara begitu, apabila aku salah tangan, apa aku bisa tidak jadi mati basah? Aku pernah pelajari beberapa macam permainan, yang mengandal pada tipu daya, dari itu, apabila aku turun piebu, kita hanya mencari tahu saja kepandaian siapa yang terlebih sempurna. Dengan ini kita tidak usah sampai saling melukai. Cuwie suhu, kita orang tidak pernah bermusuhan, maka aku percaya, kau orang niscaya setujui usulku ini. Kalau nanti main-main sudah sampai di akhirnya, kita orang boleh bubaran sambil tertawa Satu hal hanya aku hendak jelaskan. Meski aku majukan usul ini, aku hendak kasih tahu, aku kuatir, karena tidak dapat ketika, aku takut tidak bisa perhatikan pihak yang menjadi lawan, untuk usulku ini, segala apa bisa diatur dengan sederhana, aku tidak usah sampai membikin berabe pada kedua cuncu dan pangcu "

--ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar