Perintah Maut Jilid 14

 
Jilid 14

LAGI2 Yen Yu San bergeleng kepala, ia berkata : “Surat ini bukan surat laporanku, inilah surat

laporan dari anak buah mereka kepada pucuk pimpinannya."

“Oh! Begitu?” Akhirnya Lie Siauw San seperti mengerti. “Didalam rumah makan ini masih ada anggota musuh ?" “Ya !” Yen Yu San menggebrak meja. “Masih ada musuh didalam selimut."

Ini waktu Yen Siu Hiat turut bicara.

“Jiesiok, mungkinkah pembicaraan kita dapat ditangkap mata2 musuh ?”

Sepasang alis Yen Yu San ber-kerut2 dalam2, ia sedang memecahkan problem yang tersulit. Dari mana pihak musuh bisa menangkap pembicaraan2 itu dengan jelas ?

Lie Siauw San masih membolak-balik surat laporan itu, ber-geleng2 sebentar, ia mengemukakan pendapat :

“Dari corak dan bentuk tulisan ini, boan-seng kira adalah tulisan seorang wanita, mungkinkah musuh menyuruh mengutus seorang gadis menyelinap kesini ?"

Sedari tadi, Cin Siok Tin tidak turut ambil bagian, tiba2 saja ia berkata : “Dugaan saudara Lie Siauw San memang tepat !”

Lie Siauw San menjadi heran, ia menoleh dan memandang gadis itu, kemudian bertanya :

“Apa nona Tin sudah tahu siapa yang menggunakan nama samaran Duta Keliling itu ?"

Cin Siok Tin tertawa manis, ia berkata : “Tentu saja aku tahu."

Lie Siauw San semakin heran, ia bertanya : “Ternyata nona Cin sudah mengetahui adanya komplotan ini?" Yen Yu San juga memandangnya dengan tegang, ia bertanya: “Siok Tin, siapa mata2 musuh?"

Menunjukkan jarinya ke hidung sendiri, Cin Siok Tin berkata: “Itulah aku !"

“Kau ???" Wajah Yen Yu San berubah.

Dengan ber-sungguh2, dengan membawakan sikapnya yang keren, Cin Siok Tin tiba2 berkata:

“Yen tayhiap, apa kau kira aku ini betul-betul keponakanmu yang bernama Cin Siok Tin ?”

Menengok kearah puteri Penganungan Jaya itu, Yen Yu San menganggukkan kepala dan berkata:

“Ya ! Seharusnya aku bisa menduga, kau adalah samaran dari orang2 partai Ngo-hong bun."

“Tepat !" Si gadis menganggukkan kepala. “Sayang sekali! Pikiranmu itu bekerja terlalu lambat, sudah terlambat!"

Lie Siauw San memperlihatkan sikapnya yang bingung, memandang kearah Cin Siok Tin dan bertanya: “Nona berpihak kepada musuh?"

Meng-geleng2kan kepala beberapa saat Lie Siauw San berkata lagi:

“Tidak mungkin, tidak mungkin... masa seorang putri benteng Penganungan Jaya mengabdi kepada kepentingan musuh?"

“Hie hie hie...” Cin Siok Tin tertawa ngikik, “Kalian sudah terlambat, otak kalian bekerja terlalu lamban."

“Apa yang terlambat ?” bentak Yen Yu San. Ia sudah siap untuk meringkus gadis ini, gadis musuh yang diselundupkan dengan wajah Cin Siok Tin.

Tanpa gentar oleh kewibawaan Yen Yu San, gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu berkata:

“Minuman yang kalian minum telah kutaburi dengan racun, racun2 itu kusimpan dijari kuku, tiada warna, tiada bau dan tiada asap, kalian sudah keracunan, jangan harap bisa bergerak.”

“Kau ....kau....” Lie Siauw San memperlihatkan wajah yang gugup.

“Tidak percaya ?" berkata Cin Siok Tin palsu. “Cobalah !"

“Nona,” berkata Lie Siauw San.

“Aku tidak mempunyai permusuhan denganmu, mengapa turun tangan begitu jahat ?"

Si gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu menoleh kearah Lie Siauw San, dengan ekor matanya yang dingin berkata : “Kau turut serta didalam persengketaan ini, salahmu sendiri, kalau kau sampai celaka.”

Tiba2 terdengar suara Yen Yu San yang galak tertawa besar dan berkata :

“Budak hina, kau kira aku orang apa, mana bisa ditipu olehmu ?"

Mulut Yen Yu San dipentangkan, dari sana menyembur arak dan makanan, ditujukan kearah gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu. Inilah orang yang menggunakan nama samaran Duta Keliling dari partay Ngo-hong bun ! Orang yang diselundupkan kedalam organisasi Benteng Penganungan Jaya.

Semburan Yen Yu San meluruk kearah si Duta Keliling Ngo-hong-bun.

Hal ini mengejutkan gadis tersebut, ia memiringkan tubuh, dengan maksud mengelakkan semburan hujan arak tadi. Gerakannya memang hebat. Dengan lincah arak itu berhasil dielakkan.

Yen Yu San mengibaskan lengan baju menutup jalan lari musuhnya. Serta merta ia berteriak: “Siu Hiat, jaga pintu, jangan biarkan dia melarikan diri."

Secepat itu pula, sreet, Yen Siu Hiat telah mengeluarkan pedang, ia mengundurkan diri dan menjaga dipintu. Dengan ewah ia berkata :

“Perempuan jalang, arak yang sudah kau taburi racun itu tidak pernah kuminum, kita telah mengetahui penyamaranmu, hayo ! menyerah !”

Lie Siauw San tertawa nyengir, ia ber-teriak2 : “Nona....nona...eh ! Bagaimana dengan

keadaanku ? Mereka tidak pernah minum arak beracunmu, hanya aku seorang diri saja yang….”

Sambil mengoceh kian kemari, tangan Lie Siauw San mengambil cawan arak kembali, kroook, ia mengeluarkan arak yang sudah diminum tadi, memenuhi cawan, tidak lebih tidak kurang, pas satu cawan.

Sepasang mata gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin ber-kilat2, dengan dingin dan meng- angguk2kan kepala, ia berkata : “Dugaanku tidak salah ! Kau adalah orang berkerudung dimalam hari!"

Lie Siauw San adalah si pendekar misterius yang pernah menolong Yen Yu San dari kesusahan.

Dengan tertawa Lie Siauw San berkata : “Mata nona memang hebat. Tapi nona sudah terlambat."

Yen Yu San tertawa berkakakan dan berkata : “Lote, kau memang hebat ! Kalau bukan dengan

pesanmu   tadi,   aku   bisa   mengambil   langkah

ceroboh. Hampir saja kita tidak berhasil menangkap mata-mata musuh."

“Maaf !" berkata Lie Siauw San. “Untuk menghadapi musuh didalam selimut, terpaksa mengambil langkah-langkah yang seperti tadi.”

Disaat Lie Siauw San dan Yen Yu San ber- cakap2, gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu bergerak, secepat kilat sudah berada didepan Yen Siu Hiat, menyerang dan membentak :

“Minggir !”

Yen Siu Hiat selalu bersiap siaga, pedangnya dijatuhkan, menyabet kearah gadis tersebut.

Luar biasa ! Luar biasa cepat gerakan Yen Siu Hiat, lebih luar biasa cepat lagi dari gerakan si gadis, tanpa disangka, bayangannya lenyap mendadak, tangannya masih menjulur, kini menepuk kearah pundak Yen Siu Hiat.

Hal ini membingungkan Yen Siu Hiat, untuk mengelakkan serangan itu memang agak sulit, terpaksa dan apa boleh buat, ia lompat kesamping, dan itulah maksud dan tujuan si gadis, maka ia bisa bebas lompat meninggalkan ruangan tadi.

Jangan terlalu cepat bergirang hati ! Si gadis menjadi gelagapan karena ada sesuatu bayangan yang menghadang didepan, disaat ia mementang lebar2 kedua matanya, itulah si pemuda sastrawan tolol Lie Siauw San yang sudah melintang, jaraknya begitu dekat, hampir saja mereka saling tumbuk.

Gerakan Lie Siauw San tiada tara, terlalu cepat, inilah yang membingungkan si gadis samaran.

Si gadis juga memiliki ilmu kepandaian hebat, tangannya berputar, kelima jari disentilkan, bagaikan bunga bwee menyodok kearah dada Lie Siauw San.

Gerakannya seperti gerakan biasa, cukup indah dan sangat menarik, tapi itulah ilmu kepandaian yang tercatat didalam pusaka goa siluman, ilmu kepandaian ganas yang bisa menghancurkan urat nadi.

Lie Siauw San tertawa ringan, katanya:

“Ilmu kepandaian dari pusaka goa siluman! Hei, nona cukup kejam !"

Tangan kirinya dijulurkan, siap memegang pergelangan tangan si gadis.

Orang yang memalsukan Cin Siok Tin adalah gadis muda belia, tentu saja tidak membiarkan tangannya yang putih mulus dipegang oleh tangan laki2, ditarik kembali, ia mengelakan cengkeraman. Gerakan Lie Siauw San cukup lincah, selalu membayangi serangan lawan.

Gadis itu adalah akhli waris penghuni goa siluman, tujuh kali mengelak dan tujuh kali pula ia menotok ke-bagian2 yang lemah.

Betapa cepatpun gerakannya, ia belum berhasil melepaskan diri, Lie Siauw San memiliki gerakan yang lebih cepat dan mengubah jurus2 yang tadi cepat seperti hendak memegang pergelangan tangan orang, membayanginya dan mengelakkan serangan.

Setiap serangan gadis seperti datang menyodorkan diri !

Gadis ini mengenakan kedok kulit tipis, didalam kemarahan yang meluap-luap, wajahnya tidak memperlihatkan perobahan.

Lie Siauw San memaparkan kedua tangan, dilintangkan dan berkata.

“Lebih baik nona tau diri. Marilah kembali atau terpaksa dan apa boleh buat kuringkus secara paksa!"

Si gadis memperlihatkan matanya yang mendelik, ia berkata marah, “Baiklah! Aku menyerah."

Tapi menyerahnya gadis ini bukan menyerah tanpa syarat, tiba2 sang tangan terayun, senjata rahasia menyerang Lie Siauw San.

“Ett," tangan Lie Siauw San telah menangkap datangnya senjata  rahasia itu, dengan dingin  ia berkata: “Lebih baik nona tahu diri, jangan sekali2 mengulang permainan yang seperti ini.”

Gadis itu memperhatikan Lie Siauw San beberapa waktu, ia berkata :

“Baiklah. Tapi ingat ! Putri ketua benteng Penganungan Jaya masih berada di tangan kami."

Lie Siauw San berkata :

“Dikarenakan adanya putri Penganungan jaya itu berada dipihakmu, maka kami memaksa kau masuk kembali."

Demikianlah, gadis itu digiring masuk.

Dibawah kurungan Lie Siauw San, Yen Yu San dan Yen Siu Hiat, gadis itu tidak berdaya.

Yen Yu San membentak : “Dibawa kemanakah Cin Siok Tin ?"

“Tentu saja dimarkas partai,” jawab gadis itu. “Dimana markas partai kalian?" tanya Yen Yu

San.

“Markas partai masih bersifat sementara. Dimana pimpinan kami berada itulah markas partai."

“Dimana sekarang pemimpin kalian berada ?" bertanya Yen Yu San.

“Tidak tahu." jawab si gadis.

“Eh, tidak mau bicara ?” Yen Yu San mengancam. “Kecuali pemimpin Ngo-hong-bun, tidak ada orang yang tahu dimana markas partai berada." jawab si gadis.

“Siapa nama pemimpinmu ?" bertanya Yen Yu San.

“Kau kira, bisa kuberitahu ?” jawab si gadis menantang.

***

Bab 46

“EHEM.....didalam keadaan seperti ini, masih berani kau tidak mau berterus terang ?”

Disaat ini, Lie Siauw San turut bicara.

“Ia memang tidak perlu bicara, aku tahu dimana markasnya, aku tahu dimana dan siapa nama pemimpinnya."

Yen Yu San menoleh kearah Lie Siauw San dan bertanya : “Lote tahu siapa pemimpin mereka?"

“Seorang bertopeng perunggu yang bernama Sam-kiongcu." jawab Lie Siauw San.

Gadis yang tertawan itu terbelalak, memandang kearah Lie Siauw San dan berteriak : “Ih, siapa kau

?"

Si gadis heran atas reaksi Lie Siauw San yang begitu kontras, jawaban Lie Siauw San yang begitu tepat. Lie Siauw San tertawa, ia berkata berkelakar, “Aku she Lie namanya Siauw San. Sudahkah nona ketahui bukan ?"

Si gadis menundukkan kepala, ia harus mengakui kesalahannya. Tapi ia memang bersifat kepala batu, memandang kepada Yen Yu San dan Lie Siauw San, ia bertanya : “Apa maksud kalian?"

“Apa maksud Ngo-hong-bun menangkap Cin Siok Tin, begitu pula tujuan kita."

“Hmmm. "

Lie Siauw San berkata : “Untuk pertanyaan ini, aku bisa memberi kepastian. Jawaban sangat singkat, ialah: Sebelum nona Cin Siok Tin bisa kembali, untuk sementara kau adalah wakilnya."

Gadis tersebut tertawa dingin tanpa membawakan sikap gentar ia berkata :

“Hendak menggunakan diriku ditukar dengan Cin Siok Tin. Huh ! Jangan mengimpi."

Lie Siauw San tertawa berkata :

“Biar bagaimana, kau adalah orang yang terdekat dengan Sam-kiongcu, sedikit banyak harus mengetahui partai Ngo-hong-bun, kukira kau harus maklum."

Wajah gadis tersebut berubah, ia membentak: “Kalian hendak menyiksa orang?"

Lie Siauw San tertawa tawar, katanya:

“Rencana partai Ngo-hong-bun sudah bukan rahasia lagi. Aku tahu lebih banyak dari apa yang hendak kau katakan. Tidak guna mengompres. Hanya dengan sepucuk surat, kukira Sam-kiongcu bersedia menukar Cin Siok Tin dengan dirimu."

Gadis yang menggunakan wajah Cin Siok Tin ini memandang lawan2nya yang tangguh, ia berkata lagi: “Bagaimana rencanamu untuk melepas diriku?"

Lie Siauw San berkata: “Sebelum nona Cin Siok Tin yang asli balik kembali, Cin Siok Tin palsupun tidak apalah. Kau boleh menjadi raja untuk beberapa hari."

Disamping mereka, tidak henti2nya Yen Yu San menganggukkan kepala, menyetujui dan memuji jawaban2 Lie Siauw San. Ia tidak mengemukakan komentar. Gadis yang memalsukan Cin Siok Tin itu bertanya lagi : “Kalian tidak takut aku melarikan diri ?"

“Inilah yang kukawatirkan." berkata Lie Siauw San. “Tapi tidak apa, untuk sementara aku bisa menotok jalan darahmu, seperti ini !"

Cees.......cret.......

Hanya beberapa ketokan jari, Lie Siauw San telah menutup peredaran jalan darah si gadis.

Gadis itu menggigil dingin, memandang Lie Siauw San dengan sinar mata gemas, ia berkata dengan suara ancaman:

“Lie Siauw San, pada suatu hari kau akan bisa merasakan pembalasanku, itu waktu jangan harap kau bisa lolos dari kekejamanku."

Lie Siauw San tidak takut segala ancaman, ia berkata: “Tunggu saja sampai itu waktu, tapi sekarang kau sudah jatuh ditangan kami, jangan men-coba2 untuk membebaskan totokan itu karena bisa merusak urat nadi dan menghancurkan hari depanmu."

Gadis tersebut menundukkan kepala, dia harus menyerah.

Lie Siauw San menoleh dan memandang Yen Yu San, ia bertanya:

“Apa ada anggota wanita lain yang menyertai rombongan benteng Penganungan Jaya ?”

“Ada." jawab Yen Yu San, “Seorang dayang perempuan yang bernama Kui Hoa. Ia memang disediakan untuk menyertai dan melayani Cin Siok Tin."

“Sukurlah," berkata Lie Siauw San, “Tolong lotiang beri tugas kepada Kui Hoa untuk menemani nona ini."

Si gadis yang memalsukan Cin Siok Tin mengeluarkan suara dengusan dari hidung ia berkata :

“Huh ! Mengapa kau tidak bicara berterus terang, menyuruh Kui Hoa meng-amat2i diriku?"

Yen Yu San sudah menoleh kearah Yen Siu Hiat, ia memberi perintah : “Panggil si Kui Hoa."

Yen Siu Hiat mengiyakan perintah paman itu, ia mengundurkan diri.

Tidak seberapa lama kemudian, Yen Siu Hiat balik kembali, dibelakangnya turut serta seorang dayang perempuan yang berbaju hijau, umurnya diperkirakan diantara delapan belasan. Gadis ini segera memberi hormat kepada Yen Yu San dan berkata : “Ada sesuatu yang Kui Hoa harus kerjakan ?"

Yen Yu San mengurut jenggot, mendekati Kui Hoa dan membisiki.

Kui Hoa menoleh ke arah Cin Siok Tin, meng- angguk2kan kepala dan berkata : “Hamba tahu.”

Lie Siauw San menoleh kepada Cin Siok Tin dan berkata : “Nona manis, silahkan balik ke kamar."

Maka dengan digiring oleh Kui Hoa, sang nona manis itu menuju ke kamar Cin Siok Tin.

Sesudah kepergian mereka, lagi2 Yen Yu San mengurut jenggot, ia berkakakan dan berkata :

“Lote, hebat ! Kau betul2 hebat. Ternyata kau telah mengetahui betul selak beluk keadaan partai Ngo-hong-bun. "

“Hanya kebetulan saja," Lie Siauw San merendah diri.

Yen Yu San menatapnya dalam2 dan bertanya : “Siapakah   yang   menjadi   pimpinan   tertinggi

partai Ngo-hong-bun ? Siapa pula Pemimpin

golongan Perintah Maut ?” Lie Siauw San berkata :

“Pemimpin golongan Perintah Maut bernama Suto Cang. Golongan Perintah Maut telah menggabungkan diri dengan partai Ngo-hong-bun. Dan orang yang mengepalai partai Ngo-hong-bun bernama Toa kiongcu. Dibantu oleh Sam-kiongcu.”

“Apa lote bisa menceritakan sedikit tentang mereka ?" bertanya Yen Yu San.

Lie Siauw San tertawa nyengir, jawabnya : “Hanya didalam suatu kebetulan, boanseng bisa menyelidiki dan mengetahui hal ini, sedangkan asal usul Sam-kiongcu dan Toa-kiongcu, boanpwe masih belum jelas. Burung merpati yang boanseng tangkap itu masih berada dikamar boanseng, ada baiknya kalau diserahkan kepada lotiang, besar sekali kegunaannya."

Dengan tertawa besar Yen Yu San berkata : “Sudah berada didalam dugaanku, kalau burung merpati itu sengaja ditangkap olehmu.”

Kemudian ia menoleh dan memberi perintah kepada Yen Siu Hiat : “Su Hiat, lekas ambil burung merpati itu."

“Burung merpati diikat pada tiang jendela." tambah Lie Siauw San.

Yen Siu Hiat segera menjalankan perintah untuk mengambil burung merpati dari partai Ngo hong-bun.

Sambil menunggu kembalinya Yen Siu Hiat, Lie Siauw San dan Yen Yu San merundingkan acara selanjutnya, taktik perang untuk menghadapi partai Ngo-hong bun.

Tidak lama kemudian, Yen Siu Hiat balik kembali dengan burung merpati di tangan. Yen Yu San sudah mengeluarkan alat2 tulis dan kertas, diserahkan kepada Lie Siauw San. Dengan mengikuti dan mencontoh tulisan2 gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu, Lie Siauw San memberi laporan palsu, digulungnya kembali surat kecil itu, dimasukkan kedalam tabung, dan diikat kembali ke kaki burung merpati.

Burung merpati itu dilepas, gibrik2 sebentar, membelah angkasa meninggalkan mereka. Dengan tujuan markas partai Ngo-hong-bun.

Sesudah selesai dengan pekerjaan2 tadi, Lie Siauw San memberi hormat dan meminta diri.

Yen Yu San telah mendapat kisikan-kisikan dan petunjuk2 yang penting, ia mengantarkan Lie Siauw San. Membisiki sesuatu ditelinga Yen Siu Hiat.

Wajah Yen Siu Hiat berubah, dengan ragu2 bertanya : “Jiesiok, apa berita ini bisa dipercaya?"

“Tentu saja." berkata Yen Yu San. “Lekas kerjakan !”

“Baik." Yen Siu Hiat meninggalkan sang paman.

Sesudah itu, Yen Yu San meng-urut2 jenggot, ia segera keluar dan memanggil, “Dimana Beng-bu ?"

“Siap !” seorang laki2 dari benteng Penganungan Jaya berlari masuk. “Apa congkoan ada lain perintah ?”

Yen Yu San memberi perintah: “Beritahu kepada semua orang, kita siap berangkat.” Laki2 yang bernama Beng-bu itu mengundurkan diri.

Kini Yen Yu San telah mempernahkan orang2nya, menuju ke kamar Cin Siok Tin, disini seorang anggota partai Ngo-hong-bun yang menyamar menjadi putri penganungan jaya masih dikawal oleh Kui Hoa.

Melihat sang pengurus benteng datang, cepat2 Kui Hoa menyambut dan berkata: “Congkoan!"

Yen Yu San memberi perintah: “Lekas ber-siap2, kita segera berangkat."

Gadis yang menyamar menjadi Cin Siok Tin itu memandang Yen Yu San dan bertanya: “Hendak kemana kau bawa diriku ?"

“Akan kuantar ke suatu tempat yang baik." berkata Yen Yu San.

Sesudah itu ia melirik ke arah Kui Hoa memberi perintah agar Kui Hoa ini memayang dan mengawal orang tawanannya.

Kui Hoa mengerti, segera sesudah ia memberesi perbekalan mereka, menggandeng tangan orang tawanannya dan berkata : “Nona, biar hamba membantu kau berjalan."

Tidak menunggu kerelaan Cin Siok Tin palsu, dengan setengah menyeret Kui Hoa mendorongnya.

Gadis itu beradat keras, mengibaskan diri dan membentak: “Tidak perlu kau pepayang, aku bisa berjalan seorang diri." Sepasang sinar mata Yen Yu San memancarkan kemarahan, ia membentak:

“Lebih baik nona tahu diri, aku bukanlah seorang yang mudah diperlakukan seperti itu."

Mendapat dukungan pengurusnya, Kui Hoa tidak sungkan2 lagi menyeret dan mendorong gadis tersebut, dianggap seperti majikan sendiri, mereka berjalan bersama-sama: “Lebih baik hamba yang membantumu."

Mereka keluar dan sesudah membikin perhitungan makan dan sewa kamar, tiba diluar dipenginapan, disana sudah tersedia kereta.

Beng-bu bekerja gesit, segera membuka pintu kereta, membiarkan Kui Hoa yang memayang gadis tawanan itu menaiki kereta.

Kuda tunggangan Yen Yu San yang berwarna merah sudah tersedia, begitu mengetahui mereka sudah menaiki kereta, dengan sekali congklang, Yen Yu San berangkat.

Iring2an benteng Penganungan jaya meninggalkan rumah penginapan.

***

Iring2an kereta dari rombongan benteng Penganungan jaya menuju kearah vihara Ciok- cuk-am.

Beberapa saat kemudian kereta mereka tiba ditempat tujuan. Didepan pintu vihara, Yen Yu San menoleh kearah Beng-bu dan berkata: “Beritahu kedatangan kita."

Beng-bu menunggang seekor kuda yang berwarna putih, ia adalah anak buah Yen Yu San yang boleh dipercaya, kini ia lompat turun dari kuda tunggangan, berjalan kearah pintu dan mengetuk pintu vihara.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka per- lahan2, satu kepala nongol disana, itulah kepala Liauw-in-nikouw, murid kesayangan Put-im Suthay.

Tidak menunggu teguran, Beng-bu berkata : “Tolong beritahu kepada ketua vihara bahwa

Pengurus benteng Penganungan Jaya Yen Yu San

beserta rombongan berkunjung datang."

Liauw-in-nikouw segera mengenali orang-orang dari benteng Penganungan Jaya, dan dia juga melihat hadirnya si Hakim bermuka merah Yen Yu San, cepat2 membuka pintu memberi hormat dan berkata : “Silahkan masuk !"

Beng-bu segera lari kearah kereta, membuka pintu. Disana Kui Hoa sudah memayang orang tawanannya turun dari kereta.

Yen Yu San segera memberi perintah kepada rombongannya.

“Kecuali Kui Hoa bersama nona Cin Siok Tin, yang lain2 tunggu saja disini." Maka dengan mengajak Kui Hoa dan Cin Siok Tin palsu, Yen Yu San memasuki vihara Ciok-cuk- am.

Liauw in nikauw segera mempernahkan mereka diruang tamu, memberi hormat dan berkata :

“Silahkan tunggu sebentar, biar kami beritahu kepada suhu."

***

Bab 47

KEPERGIAN Liauw in nikauw tidak terlalu lama, Put-im suthay tampil ditempat itu, tangannya me- megang2 biji tasbih, wajahnya dingin dan kaku, ia merangkap kedua tangan memberi hormat dan berkata : “Omitohud, sudah lamakah Yen tayhiap menunggu ?"

Yen Yu San membalas hormat itu, dia berkata : “Rombongan kami sedang sengaja membikin kunjungan ke sini."

Put im taysu menoleh kearah Cin Siok Tin palsu, menudingkan jarinya dan bertanya: “Siapa nona ini ?"

“Putri ketua kami." jawab Yen Yu San.

Cin Siok Tin palsu itu tiba2 turut menyelak bicara, dengan dingin berkata :

“Mengapa Yen Tayhiap membohongi orang dan membohongi diri sendiri, terus terang saja beritahu kepada nikouw tua, aku adalah Duta Keliling dari partay Ngo hong-bun dan aku menjadi orang tawanan."

Liauw In yang menyertai Put-im-suthay tertegun, dengan heran memandang kearah Cin Siok Tin imitasi.

Wajah Put-im-suthay yang kaku dan dingin menoleh kearah Yen Yu San, dengan nada yang tak sedap ia bertanya : “Yen tayhiap, siapa orang ini ?”

Dengan canggung sekali Yen Yu San terpaksa berkata : “Betul2 dia adalah anggota partay Ngo- hong-bun yang sudah jadi tawanan."

Dengan tidak puas, Put-im-suthay membikin teguran : “Tadi dikatakan sebagai putri ketua Benteng Penganungan Jaya Cin Siok Tin?"

“Benar !" Yen Yu San memberi pembelaan, “Ceritanya sangat panjang, putri ketua kami telah menjadi orang tawanan partai Ngo-hong-bun. Dan orang ini telah memalsukannya, dan dapat diketahui oleh kita. ”

Wajah Put-im Suthay semakin masam, ia membentak : “Apa maksudmu menggiringnya ke tempat ini? Apakah hendak mencari putri ketua kalian yang hilang itu? Eh ! vihara Ciok-cuk-am tidak ada hubungan dengan partai Ngo-hong-bun, Yen tayhiap salah alamat."

Beginilah kira2 sikap dan tabiat Put-im Suthay, mau menang sendiri, sombong dan angkuh, tidak perduli berhadapan dengan si hakim bermuka merah Yen  Yu  San  yang  ternama, tidak  perduli orang dari benteng Penganungan Jaya, tidak segan2 lagi ia menceplos.

Yen Yu San tertawa berkakakan, dengan sabar ia berkata : “Oh ! Suthay salah menduga maksud baik pihak kita."

“Katakan maksud baik itu!" berkata Put im Suthay singkat.

Yen Yu San berkata: “Kedatanganku ke tempat ini adalah membawa berita penting, ada sesuatu yang mau dirundingkan."

“Soal apa yang mau dirundingkan?" bertanya Put-im suthay.

Yen Yu San menunjuk kearah Cin Siok Tin, sesudah itu baru berkata:

“Maksudku, orang tawanan ini hendak dititipkan sebentar, sesudah itu..."

“Tidak bisa." Put-im suthay menolak. “Vihara Ciok-cuk am tidak menerima tamu, kalau yang mau dirundingkan oleh Yen layhiap itu menyangkut urusan orang tahanan, aku menolak. Jangan terlalu lama disini !"

Inilah pengusiran !

Yen Yu San menyabarkan diri, ia mempunyai adat yang boleh dikata beringas dan cepat marah, tapi disini masih ada orang yang lebih cepat marah darinya. Didalam soal ini, ia harus menyerah kepada Put-im suthay. Sedapat mungkin menyabarkan diri, ia berkata: “Kedatanganku ke tempat ini, adalah menyangkut lain urusan yang lebih penting….”

“Urusan penting yang bagaimana ?” suara Put- im Suthay begitu kurang menyedapkan.

“Tidak baik bicara ditempat ini,” berkata Yen Yu San, “Adakah tempat yang lebih tenang ?”

Put-im Suthay memandang sang tamu itu beberapa waktu, dengan setengah terpaksa ia menganggukkan kepala, katanya : “Baiklah. Mari kita ke belakang."

Sesudah itu Put-im suthay berbalik badan, meninggalkan Yen Yu San cs, dan berjalan ke belakang.

Yen Yu San lebih kenal kepada sifat2 Put-im suthay, ia tidak menganggap perlakuan itu sebagai kekurang ajaran, memandang kearah Kui Hoa dan berkata : “Kui Hoa, kalian berdua disini saja.”

Inilah suatu pesan agar Kui Hoa bisa mengawasi sang orang tawanan dengan lebih teliti.

Sesudah memberi pesan tadi, Yen Yu San mengejar Put-im suthay, menuju ke arah ruang belakang.

Put-im suthay mengajak Yen Yu San ke suatu tempat ruangan yang agak kecil, disana terdapat sebuah meja dan dua bangku, dia menyilahkan tamunya duduk.

Liauw in nikauw segera membawakan teh untuk Yen Yu San. Memandang hadirnya Liauw in nikauw, hati Yen Yu San tergerak, ia berkata:

“Suthay, bisakah kau memberi perintah kepadanya untuk menjaga dipintu?"

Jawaban Put-im suthay sangat singkat, katanya

:

“Ciok cuk-am selalu aman. Hanya ada seorang

nenek tua tukang sapu dan muridku ini. Jangan takut pembicaraan didengar oleh orang lain."

Yen Yu San berkata: “Urusan ini terlalu besar.

Lebih baik kita ber-hati2."

Put-im suthay berkerut alis dan berkata :

“Hei, orang menggembar-gemborkan si hakim bermuka merah begini jago, karena adanya kau duduk sebagai pengurus benteng Penganungan Jaya, maka partai itu juga disegani orang, berapa gelintir orang yang berani menempur Hakim bermuka merah, tidak disangka, apa yang digembar-gemborkan orang itu sangat jauh dari kenyataan, pembicaraan mereka itu ber-lebih2an."

Inilah suatu penghinaan, mencemoohkan si Hakim bermuka merah Yen Yu San yang mempunyai nyali kecil.

Yen Yu San hanya tertawa meringis, dengan menyabarkan diri berkata :

“Urusan ini menyangkut hari depan rimba persilatan, juga menyangkut vihara Ciok cuk-am, kemudian Ngo-bie-pay dam Siauw-lim-pay…..” Hati Put-im suthay mulai tergerak, ia bertanya : “Begitu hebat? Baiklah! Liauw-in, jaga dipintu, tidak perduli siapa, jangan kasih mereka masuk.”

Kata yang terakhir ditujukan kepada Liauw-in- nikauw.

Terdapat sedikit perobahan pada wajah Liauw in-nikauw. “Baik,” ia menjawab perintah sang guru. Meninggalkan ruangan itu pergi ke pintu, menjaga sesuatu yang tidak diinginkan.

Sesudah selesai dengan Liauw-in-nikauw, Put- im suthay berkata : “Nah! Kita sudah boleh mulai, bukan?"

Per-lahan2 Yen Yu San berkata : “Duduk persoalan dimulai dari munculnya sesuatu partai yang bernama partai Ngo-hong-bun."

“Partai Ngo-hong-bun ?” Put-im suthay berkerut alis. “Partai apakah yang menamakan partai Ngo- hong-bun ?"

Yen Yu San berkata :

“Aku sendiripun masih gelap. Adanya partai yang bernama partai Ngo-hong-bun lebih berbahaya dari golongan Perintah Maut. Sebelumnya mana kutahu kalau ada sesuatu golongan yang bernama partai Ngo-hong-bun. Jangan coba meremehkan kekuatannya. Hanya salah satu cabang partai Ngo-hong-bun, golongan yang bernama Perintah Maut memiliki empat Lengcu Panji berwarna, tiap lengcu panji memiliki ilmu kepandaian silat tinggi. " Tiba2 Put-im suthay memotong pembicaraan, katanya:

“Yen tayhiap telah membuktikan sendiri ? Atau hanya mendengar cerita orang saja ?”

“Inilah pengalaman2ku semalam." berkata Yen Yu San.

Sesudah itu diceritakan bagaimana golongan Perintah Maut telah menculik Cin Siok Tin, inilah yang menyebabkan Yen Yu San mengundurkan diri didalam persengketaan Kang Han Cing.

Dijelaskan pula secara terperinci, bagaimana ia ditantang oleh partai Ngo-hong bun, bagaimana ada seseorang yang memalsukan dirinya, bagaimana Lie Siauw San membantu menangkap Cin Siok Tin palsu, dan berikutnya.

Put im suthay berpikir sebentar, baru mengajukan pertanyaan:

“Dari keterangan Yen tayhiap, partai Ngo-hong- bun memiliki jago2 kelas satu, Suto Cang dan keempat lengcu panji berwarna itu berkepandaian silat tinggi, tentu bukan ilmu silat kampungan, dari ilmu silat golongan manakah ilmu kepandaian mereka itu ?"

Yen Yu San berkata : “Aku sudah tua. Sulit membedakan aliran dari mana."

Put-im suthay bertanya lagi.

“tentang sastrawan muda yang bernama Lie Siauw San, ilmu kepandaiannya juga hebat, mana mungkin seorang biasa, apa Yen tayhiap bisa menduga asal usulnya ?" Rasa tinggi hati Yen Yu San hampir tertekan, ia harus mengakui kekalahannya, menggeleng- gelengkan kepala dan menarik napas.

“Ilmu kepandaian sastrawan muda yang bernama Lie Siauw San itu terlalu liehay, jauh berada diatas diriku."

“Bagaimana kalau dibandingkan dengan bocah yang memalsukan Kang Han Cing beberapa hari yang lalu?” Bertanya lagi Put-im-suthay.

Yen Yu San sulit memberi jawaban, berkemak- kemik beberapa saat, baru ia menjawab :

“Kedua2nya berada diatas diriku. Entahlah." Put-im suthay bertanya lagi :

“Yen tayhiap mengatakan kita hendak merundingkan sesuatu, urusan apakah yang hendak dirundingkan ?"

Dengan bersungguh2 Yen Yu San berkata : “Baru saja aku mendapat info rencana partai

Ngo-hong-bun,    sesudah    memalsukan    diriku,

langkah berikutnya, mereka menghantarkan kelenteng Ceng-lian-sie dan Ciok-cuk-am, suthay dan Ciok-Sim taysu adalah dua tokoh yang mereka harus coret dari. ”

“Bagus !" Put-im suthay mengebrak meja. “Biarkan saja mereka datang, hendak kulihat, apa yang mereka bisa lakukan?"

“Sabar,” berkata Yen Yu San, “Menurut rencana mereka, hanya Ciok Beng taysu yang diberi kesempatan hidup.” “Huh ! Mengapa ?" bertanya Put-im suthay. “Takut sama Siauw lim sie?"

“Bukan itu." berkata Yen Yu San. “Hanya disebabkan oleh unsur lain, beberapa hari yang lalu kita telah mencegah Kang Han Cing, dan pernah cekcok mulut dengan orang2 dari Partai Baru. Disinilah kehebatan Ngo-hong-bun. Dengan menyarukan diri sebagai orang2 dari Partai Baru dan memberi kesempatan kepada Ciok Beng taysu memberi laporan, Siauw lim pay akan bentrok dengan partai baru, Siauw lim pay dan Ngo-bie-pay pasti menjatuhkan kemarahannya kepada partai baru. Dan akan terjadi pertarungan besar-besaran, partai Ngo-hong-bun akan bisa menarik keuntungan dari kekeruhan itu."

Put-im suthay bisa diberi mengerti, berulang kali ia menganggukkan kepala :

“Memang rencana luar biasa, tentunya Yen tayhiap mendapat info dari si pemuda sastrawan yang bernama Lie Siauw San itu ?"

“Ya,” Yen Yu San menganggukkan kepala, “Lie Siauw San mendengar keterangan tadi dari perintah2 Sam-kiongcu.”

“Kapan gerakan partai Ngo-hong-bun untuk menjalankan rencananya ?" bertanya Put-im suthay.

“Pada malam ini." berkata Yen Yu San.

*** Bab 48

“BAGUS." berkata Put-im suthay. “Hendak kulihat, sampai dimana tingginya ilmu kepandaian silat mereka."

“Hari ini Kwee hu-huat mengajak empat panji berwarna, sesudah menghancurkan Ceng-lian- sie. "

“Mereka menyerang Ceng-lian-sie lebih dulu ?" bertanya Put-im suthay.

“Apa suthay bisa berpeluk tangan ?"

“Tentu saja tidak." jawaban Put-im suthay spontan.

Yen Yu San berkata :

“Mereka telah merencanakan gerakan masak2, jumlah partai Ngo-hong-bun tidak sedikit. Karena itulah aku tidak bisa berpeluk tangan, aku juga harus menempur mereka, tapi bagaimana dengan orang tawanan perempuan itu ? Bisakah dikirim untuk sementara ?”

“Baiklah." Put-im suthay akhirnya ngalah, “Tinggal saja disini."

“Terima kasih sebelumnya." berkata Yen Yu San. “Kapan kita menuju ke Ceng-lian sie ?” bertanya

Put-im suthay.

Yen Yu San berkata :

“Partai Ngo-hong bun belum tahu kalau Yen Yu San itu Yen Yu San asli, sangka mereka adalah samaran dari Han Sie Yong. Karena itu berita ini, kita berangkat tepat pada waktunya, jam dua, bagaimana ?"

“Baiklah." Put-im suthay setuju. “Makanlah disini dahulu, kemudian kita sama2 berangkat."

Sesudah itu Put-im suthay memanggil Liauw in : “Liauw in, siapkan makanan.”

Liauw in nikauw berdiri di pintu, semua percakapan dari Yen Yu San dan gurunya dapat ditangkap, mendapat perintah tadi, segera ia membungkuk dan menyiapkan makanan.

Yen Yu San dan Put im suthay merencanakan, bagaimana mereka akan menghadapi partai Ngo- hong-bun dan melanjutkan perundingannya.

Tidak lama kemudian, Liauw-in balik kembali dan menyatakan kalau makanan sudah tersedia.

Alhasil, terjadi persepakatan, Put-im suthay setuju memberikan bantuan kepada Ceng-lian-sie, apalagi ada kelebihan tenaga dari si hakim bermuka merah Yen Yu San, siapa yang harus mereka takutkan?

Putusan berikutnya adalah mereka tidak menggunakan banyak tenaga, Put im suthay dan Yen Yu San berdua sudah cukup. Meninggalkan beberapa orang-orang benteng penganungan jaya dengan maksud agar orang2 itu bisa membantu Kui Hoa mengawasi orang tawanannya.

Ketua vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay bersama Hakim bermuka merah Yen Yu San meninggalkan tempat itu, menuju ke arah kelenteng Ceng-lian-sie. ***

Dengan Beng-bu sebagai pemimpin utama benteng Penganungan Jaya, membuat penjagaan divihara Ciok-cuk-am.

Kui Hoa dan Liauw-in nikauw mengawasi orang tawanan mereka.

Sebelum berangkat, Yen Yu San meninggalkan pesan kepada Beng-bu agar mereka bisa ber-hati2 karena itulah penjagaan tidak pernah lengah!

Para jago benteng Penganungan Jaya bersembunyi di-semak2 gelap, mengawasi keadaan disekitar vihara Ciok-cuk-am.

Dibelakang vihara, tiga baris ruangan2 terang benderang.

Disalah satu ruangan itu, terdapat tiga wanita, mereka adalah Kui Hoa, Liauw-in nikauw dan Duta Keliling Ngo-hong-bun yang sudah tertawan.

Tiga perempuan muda yang cantik jelita. Masing2 memikirkan urusan sendiri, tidak seorangpun yang bicara.

Waktu2 yang tegang berlalu....

Beberapa lama kemudian, tiba2 saja Liauw In nikauw berjalan mundar-mandir, ia berpantun:

“Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali.”

Eh! Seorang biarawati juga melagukan dendang asmara cinta ? Kalau saja ditempat indehoy, suara itu akan mendapat sambutan spontan dari sang pria, jawabannya sangat mudah.

Dan kini juga ada jawaban-yawaban suara keluar dari mulut Cin Siok Tin palsu :

“Dimana adanya orang kita, disitulah musuh mati.”

Jawaban yang tidak sesuai dengan jawaban aslinya !

Pantun cinta kasih remaja ini diselewengkan ?

Kui Hoa tidak mengerti akan adanya penyelewengan2 pantun itu, tapi sebagai seorang pelayan dari benteng Penganungan jaya yang terkenal, pengalaman Kang-ouwnya cukup kuat. Dia bisa menangkap sesuatu yang kurang beres, hatinya tergerak, memandang ke arah Liauw-in nikauw, juga kearah orang tawanannya, ia bertanya :

“Hei apa yang sedang kalian permainkan ? Aku tidak mengerti."

Liauw in nikauw yang tadinya sedang berhadapan dengan Cin Siok Tin palsu itu tiba2 menolehkan kepala, memandang ke arah Kui Hoa dan menjawab :

“Tentu saja kau tidak bisa mengerti.”

“Kalian seperti......” Kui Hoa tidak meneruskan suaranya.

“Ya !" berkata Liauw in nikauw. “Kami adalah satu golongan. Tentu saja kau tidak mengerti." “Satu golongan? Ah.....kau...." hati Kui Hoa tercekat. Dia tersadar, hatinya semakin was2.

Liauw in nikauw tertawa cekikikan, katanya : “Baru mengerti? He, he. "

“Apa kau bukan murid Put-im suthay?” berteriak Kui Hoa.

“Siapa yang bilang bukan murid Put-im suthay ! Sayang sekali ! Nenek tua itu lebih goblok sepuluh kali dari dirimu.”

Sreet......Kui Hoa mengeluarkan pedang, mundur ke belakang dua langkah, ia membentak: “Berani kau berhianat ? Kau membangkang perintah guru sendiri ?"

Liauw in nikauw berkata :

“Tidak lama lagi dunia ini akan berubah menjadi dunia partai Ngo-hong-bun. Dan kau menyebut2 nama Put-im suthay, tidak guna, he, he, lebih baik menyerahlah. Ayo ! ber-sama2 meninggalkan tempat ini, mungkin kami bisa memberi pengampunan kepada dirimu."

Kui Hoa melintangkan pedang didepan dada, dengan dingin ia berkata :

“Kalian mengimpi ! Disekeliling tempat ini masih banyak orang benteng penganungan jaya, hanya sekali teriak, mereka bisa mengepung kalian."

Liauw in nikouw tidak menjadi gentar ia berkata

: “Mereka ? Huh! Tidak satupun yang kupandang mata." Secepat itu pula tangan Liauw in nikouw bergerak, dari sana melepus segumpalan asap putih, menyerang kearah Kui Hoa.

Kui Hoa sudah siap sedia, menyabetkan pedang dan mengelak kesamping, tapi terlambat ! Semacam bau harum semerbak menyerang hidungnya, kedua kakinya menjadi lemas, gedubrak….ia jatuh dan tidak sadarkan diri.

Ternyata Liauw-in nikauw adalah satu komplotan dengan partai Ngo-hong-bun ! Jatuhnya Kui Hoa sudah berada didalam perhitungan. Tanpa menoleh lagi, ia membungkukkan badan dan memberi hormat kepada Cin Siok Tin dan berkata: “Hamba Sim Siang memberi hormat kepada Sie- cia."

Sie-cia berarti utusan partai. Orang yang memalsukan kedudukan Cin Siok Tin itu mempunyai kedudukan diatas Liauw-in nikauw. Dia adalah Duta Keliling!

Sang utusan partai segera bertanya: “Kau menjadi anggota dari mana?"

“Anak buah lengcu panji hijau," jawab Sim Siang.

Cin Siok Tin palsu berkata:

“Jalan darah2ku telah ditotok oleh Lie Siauw San, ilmu silatku tidak bisa digunakan. Lekas gendong diriku meninggalkan tempat ini. Sebentar malam, kita berkumpul dikota Kui-lian-sha. Disana masih banyak orang kita.” “Baik." Liauw-in nikauw menerima perintah. Menoleh kearah Kui Hoa dan bertanya: “Bagaimana mempernahkan dirinya?"

“Aku takut ia membocorkan rahasia," berkata utusan partai Ngo-hong-bun itu. “Malam ini adalah malam yang menentukan, jangan takut. Ceng-lian- sie, Ciok-cuk-am dan segala tetek bengeknya, tidak satupun yang bisa lolos dari kematian. Orang kita sudah siap membereskannya. Lekas kita berangkat."

“Baik.” Liauw in nikauw sudah membuka jubahnya, mengikat rambutnya yang panjang mendekati Cin Siok Tin siap untuk digendong dan dibawa lari.

Tiba2....

“Mau lari? Hei.....” Itulah suara ketua Vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay !

Wajah Liauw in nikauw berubah, tapi ia sangat pandai membawa diri, se-olah2 tidak terjadi sesuatu ia bersorak girang : “Ah...suhu sudah balik kembali !"

Terdengar desiran suara angin, didepan pintu sudah bertambah dua orang, yang satu adalah Put- im suthay, satunya lagi adalah si Hakim bermuka merah Yen Yu San.

Wajah Put-im suthay ditekuk masam2, galak dan beringas, memandang Liauw-in nikauw, ia membentak : “Murid durhaka, masih berani memanggil suhu kepadaku ?”

Liauw-in nikauw membuka mulut, katanya : “Apa suhu batal pergi ke kelenteng Ceng lian- sie? Mengapa begitu cepat kembali? Suhu marah kepada siapa?"

Dengan senyum yang menarik, Liauw in nikauw memberi hormat kepada Pui-im suthay, mendatang semakin dekat.

Menyaksikan adanya adegan yang seperti itu, hati Yen Yu San menjadi terkejut, ia bergumam: “Wanita luar biasa. Ketenangan patut dipuji."

Tentu ada sesuatu yang diandalkan oleh Liauw in nikauw, karena itu Yen Yu San segera memberi peringatan : “Suthay, awas obat bius racun jahat !"

Terdengar suara bentakan Put-im suthay yang marah sekali : “Biar kuhajar mampus.”

Berbareng dengan ucapannya tangannya terayun, memukul Liauw in nikauw.

Kalau saja pukulan itu mengenai sasaran, bisa saja batok kepala Liauw in nikauw menjadi hancur, hal ini maklum, mengingat betapa sakit hatinya seorang guru dipermainkan oleh murid sendiri, murid yang dibina sedari kecil.

Liauw in nikauw melentirkan kaki, mengelakan pukulan Put-im suthay tadi, ia sudah berada disebelah sisi sang utusan partai Ngo-hong-bun, dengan perlahan bertanya :

“Bagaimana kalau melepas tanda bahaya minta pertolongan ?"

Cin Siok Tin palsu bergoyang kepala berkata : “Tidak perlu ! Mereka tidak berani mengganggu selembar rambutku. Lekas kau lari, meninggalkan tempat ini !"

“Baik." Liauw in nikauw menganggukkan kepala, melejit dan hendak lari dari tempat itu.

Put-im suthay sudah mengirim pukulannya yang kedua, ia tidak memberi kesempatan banyak kepada sang murid durhaka, kali ini Liauw-in nikauw mengelak sambil membentak : “Nenek tua, jangan katakan aku kurang ajar.”

Sebutan panggilan guru dirubah menjadi nenek tua. Inilah suatu pendurhakaan !

Wajah Put-im suthay berubah, dengan kemarahan yang me-luap2 membentak :

“Murid durhaka, aku tidak mau menjadi orang kalau tidak mem-beset2 kulitmu."

Dengan tenang Liauw in nikauw membalas : “Nenek tua, apa betul kau kira aku takut kepadamu ?"

Betul saja ! Kini Liauw in nikauw membikin serangan balasan. Mengelak dan entah dengan cara bagaimana, tangannya tertojos kedepan, mengarah dada Put-im suthay.

***

Bab 49

BERBEDA dengan hari2 biasa, Liauw in nikauw mengubah gerak permainan ilmu silat, lincah dan gesit, suatu saat ia melewati pertahanan sang guru, melesat keluar. “Suhu." katanya tertawa. “Selamat tinggal."

Yen Yu San hendak turut ambil bagian dalam pencegatan itu, tapi tidak berhasil, betul2 ia jatuh pamor, sebagai pengurus Benteng Penganungan Jaya ia tidak berdaya mencegah kepergian Liauw in nikauw, itulah gerakan terhebat dan tercepat, memang pandangan Yen Yu San luar biasa, hatinya tercekat dan bergumam : “Mungkinkah gerakan ilmu silat pusaka dari goa siluman ?"

Kalau betul apa yang dipermainkan oleh Liauw in nikouw adalah permainan ilmu silat pusaka dari goa siluman, hal itu betul-betul sulit untuk ditandingi.

Kemarahan Put im suthay tidak tertahan, ia gagal membekuk batang leher sang murid, Liauw in nikouw sudah lari jauh karena itu ia mengejar dan berteriak : “Murid durhaka, masih mau lari ?”

Terjadi pengejaran, tapi Liauw in nikouw mempunyai gerakan yang lebih cepat dan lebih gesit dari sang guru, sebentar lagi ia akan lepas dari pandangan mata semua orang, berlompat dari satu genting ke lain genting rumah.

Tiba2......

Rasa girang Liauw in nikouw yang baru saja lolos dari bekukan sang guru lenyap mendadak, didepannya menghadang sesuatu bayangan, “Jangan ter-buru2 !" demikian bayangan itu mencegah. “Aaaaa......" Liauw in nikouw tercekat, bletak ....

Tanpa bisa dielakkan ia terpukul jatuh. Gedubrak. Liauw ia nikouw tidak bangun kembali, jatuh menggelinding dari atas wuwungan rumah.

Put-im suthay hanya bisa turut menyaksikan adanya bayangan itu, tapi ia belum melihat jelas orang yang membantu dirinya menangkap Liauw-in nikauw, karena itu ia berteriak: “Pendekar dari mana yang datang ?”

Yen Yu San segera mengenali suara si pendekar ajaib Lie Siauw San. Karena itu ia menalangi menjawab: “Itulah suara Lie Siauw San. Dia sudah pergi jauh."

Put-im suthay mengeluarkan dengusan dari hidung ia berkata: “Lie Siauw San yang pernah kau ceritakan itu."

Yen Yu San menganggukkan kepala.

Liauw in nikauw meringkuk dan menggeletak di tanah, tidak berdaya lagi.

Put-im suthay menoleh kearah murid durhaka itu, kemarahannya merangsang kembali, tangannya terayun, memukul batok kepala sang murid sambil membentak: “Murid durhaka, terima kematianmu."

Disaat ini Yen Yu San menyodorkan tangan, suatu kekuatan meluncur mencegah terjadinya pembunuhan, ia berteriak: “Suthay, tunggu sebentar !"

Put-im suthay mendelikkan mata, mempelototkan dan tidak puas kepada Yen Yu San, ia membentak: “Apa yang harus disayangkan? Mengapa kau membela seorang murid pendurhaka?”

Dengan suara perlahan Yen Yu San berkata: “Menurut hematku, orang ini sudah bukan muridmu lagi."

Put-im suthay tertegun sebentar, diperhatikannya sekali lagi, itulah wajah Liauw in nikauw, pakaian Liauw in nikauw dan bentuk tubuh Liauw in nikauw, mengapa dikatakan bukan Liauw in nikauw ?

Diulang kembali ingatan2nya, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh sang murid bukanlah gerakan-gerakan tipu silat yang diberikan olehnya, gerakan-gerakan itu sangat aneh dan cepat, jauh berada diatas daripada ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Ngo-bie-pay. Ilmu kepandaian hebat.

“Baiklah." akhirnya Put-im suthay mau mengalah. “Mari kita seret kedalam memeriksa dirinya."

Dengan sekali tenteng, Put-im suthay membawa Liauw in nikauw kedalam ruangan dalam. Dengan penuh kebencian dibantingnya tubuh tadi, kemudian menyeret sebuah bangku duduk didepannya, memperhatikan dan memandang beberapa saat, segera ia membentak :

“Hei, bagaimana bisa terjadi hal ini ?" Gedubrak......

Pantat anak buah Ngo-hong-bun ini membentur lantai, dia meringis kesakitan, tapi memuaskan hatinya, ia tidak mau menyembah kepada Put-im suthay. Dia sangat keras kepala. Walau jalan darahnya telah ditotok, ia tidak berusaha untuk memperbaiki posisi itu.

“Ayo !” bentak Put-im suthay. “Mengaku !"

“Huh !" nikouw palsu itu mengeluarkan suara dengusan.

“Nama aslimu Sim Siang, bukan ?" bentak Put- im suthay. “Kau adalah anak buah dari lengcu panji hijau."

Sim Siang mengubah wajah menjadi Liauw in nikauw, karena itu dialah yang memfitnah Kang Han Cing dahulu. Sim Siang menyibakkan rambutnya, dengan dingin berkata :

“Ternyata kau sudah mengikuti semua percakapan kami tadi, apa lagi yang harus ditanya

?"

“Aku hendak mendapat keterangan dari mulutmu." berkata Put-im suthay.

“Kalau aku tidak mau, bagaimana ?" bertanya Sim Siang menantang.

Pok.... tangan Put-im suthay terayun, menempeleng pipi Sim Siang yang berani memalsukan muridnya itu.

“Inilah akibatnya !” berkata Put-im suthay. “Kau akan merasakan yang lebih hebat lagi."

*** Bab 50

DARAH MERAH meleleh keluar dari mulut Sim Siang, pukulan Put-im suthay tidak kepalang tanggung, itulah pukulan yang terberat. Tapi Sim Siang berkepala batu, dengan geregetan ia berkata

:

“Kau memang berani. Nenek kropot, walau pasang pedang dileherku, jangan harap kau bisa mendapat keterangan."

“Kau kira aku tidak berani ?"

Betul2 Put-im suthay siap mengambil pedangnya.

Sim Siang melirik dengan ewah, ia berkata : “Tentu saja kau berani. Memang kau seorang

pemberani. Aku sudah jatuh ke dalam tanganmu,

mau menempeleng, mau membunuh, inilah hak kepribadianmu. Yang penting, ingatlah baik2, kau nenek tua ini tidak mungkin hidup sampai matahari menyingsing."

Put-im suthay mengeluarkan suara lengkingannya yang menyeramkan, ia berkata : “Nah! Akan sedikit2 kukuliti dagingmu."

Pedang Put-im suthay digeserkan, mengoles ke arah pipi Sim Siang.

Sim Siang menjerit kaget, ia memiringkan sedikit kepalanya, dengan maksud mengelakan irisan pedang tadi.

Tapi gerakan Put-im suthay begitu cepat, latihannya selama puluhan tahun tidak cuma, kecepatan pedang dan gerakan itu tidak bisa dielakkan, cret, pipi Sim Siang yang licin ini tergores sedikit.

Dari sana menyembur darah ? Tidak ! Pipi buatan, berkedok kulit yang tipis, hanya melotek, tiada darah yang keluar dari sana.

Put-im suthay tidak bekerja sampai situ, brebet......dia menguliti kedok kulit palsu itu. Maka wajah Liauw in nikauw pun lenyap berganti dengan lain wajah, wajah seorang gadis yang sangat cantik jelita.

Seorang wanita paling sayang kepada kulit mukanya, Sim Siang ini tidak terkecuali. Dia tidak gentar untuk disiksa, tapi mendapat ancaman merusak pipi itu, ia menjadi menangis, mengeluarkan suara lengkingan panjang dan berteriak :

“Nenek tua ! Bunuhlah l Bunuh aku ! Aku tidak mau hidup lagi."

Yen Yu San berkata :

“Kalau kau bersedia memberi sedikit keterangan tentang partai Ngo-hong-bun, kami bersedia memberi pengampunan."

“Tidak ...!” Sim Siang menjerit.

Put-im suthay membentak : “Apa muridku Liauw in sudah mati ditanganmu ?”

“Aku tidak tahu !” menjerit Sim Siang.

“Tidak tahu ?" Put-im suthay mengancam. “Aku bisa memaksa kau memberi keterangan." “Betul2 aku tidak tahu." berteriak Sim Siang lagi.

“Baiklah, akan kupotong dahulu sebelah kupingmu, akan kulihat apa betul2 kau tidak tahu

?"

Pedang Put-im suthay digerakkan kedepan per- lahan2 hendak mengirisi telinga Sim Siang.

Duta keliling dari partai Ngo-hong-bun yang mengenakan wajah Cin Siok Tin tiba2 membentak : “Tahan pedang itu !"

Put-im suthay menoleh ke arahnya dan bertanya : “Apa kau hendak menalangi memberi keterangan ?"

Duta keliling itu menoleh ke arah Sim Siang dan berkata :

“Apa yang hendak mereka ketahui, tidak perlu dirahasiakan lagi. Tidak lama, mereka akan bisa merasakan penghidupan didunia lain. Jawablah pertanyaan2 itu menurut apa yang tahu."

Ia mempunyai pegangan kuat, karena penyerangan dari partai Ngo-hong-bun segera tiba sebelum matahari menyingsing, Put-im suthay dan kawan2 akan terbasmi habis. Karena itulah rahasia mereka tak perlu ditutup lagi.

Sim Siang itu masih meratap, memandang kearah sang duta keliling dan berkata : “Betul? aku tidak tahu! Aku baru saja mendapat tugas disini."

Yen Yu San bertanya : “Siapa yang membunuh Yen Siu Lan ? Kau ?" “Bukan !" Sim Siang menggelengkan kepala.

“Siapa ?" bentak Put-im suthay, “Siapa yang membunuh Yen Siu Lan?"

“Lengcu....lengcu Panji Hitam." akhirnya Sim Siang memberi keterangan.

Sepasang mata Put-im suthay seperti hendak memancarkan api, ia membentak lagi :

“Dengan alasan apa lengcu Panji Hitam membunuh Yen Siu Lian?"

Sim Siang ragu2, ia menoleh kearah sang duta kelilingnya, inilah permintaan setuju. Duta keliling itu menganggukkan kepala, artinya sangat jelas, ia tidak keberatan kalau Sim Siang memberi keterangan maka Sim Siangpun berkata:

“Lengcu panji hitam membunuh Yen Siu Lan dengan maksud mengadu domba, agar terjadi bentrokan2 diantara kalian dan Kang Han Cing..”

Tiba2 ....

Diluar kamar itu terdengar suara tertawa panjang, katanya : “Suthay, sudah jelas, bukan?”

Wajah Put-im suthay berubah, ia menoleh kesana dan membentak : “Siapa disitu ?"

“Kang Han Cing......” suara itu semakin lama semakin perlahan dan akhirnya lenyap.

(Bersambung15)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar