Perintah Maut Jilid 13

 
Jilid 13

MENGIKUTI percakapan sampai disitu kemarahan Yen Yu San me-luap2, dengan mengertek gigi otaknya bekerja :

“Apa yang dikatakan oleh orang misterius tadi menjadi kenyataan. Komplotan jahat dari partai Ngo-hong-bun ini hendak mencelakakan diriku. Ternyata sudah menyiapkan orang untuk menyamar menjadi diriku. Bah ! Hendak kulihat bagaimana kalian mengerjai diriku ?"

Tidak lama kemudian, lagi2 terdengar derap kaki kuda mendatangi, itulah seorang anggota partai Ngo-hong-bun, lompat turun dan memberi laporan :

“Lapor kepada Kwee hu-huat, Yen Yu San sudah meninggalkan rumah makan. Sedang menuju ke tempat ini."

Kwee hu-huat menganggukkan kepala, suatu tanda bahwa ia mengerti.

Sesudah memberi laporan, orang tersebut mencongklang kudanya, dan mengundurkan diri. Kwee hu-huat memandang kearah empat panji berwarna, ia berkata :

“Nah ! Sudah waktunya membuat persiapan, urusan boleh diserahkan kepada lengcu Panji Putih. Yang lain2nya boleh bersembunyi."

Sesudah berkata seperti itu, Kwee hu-huat mengajak Lengcu Panji Hijau, lengcu Panji Merah dan Lengcu Panji Hitam mengundurkan diri, bersembunyi di-semak2. Membiarkan lengcu Panji Putih menghadapi Yen Yu San.

Tentu saja Yen Yu San yang akan datang hanya seorang Yen Yu San imitasi tiruan, Yen Yu San yang asli berada tidak jauh dari atas kepala mereka.

Yen Yu San memasang mata lebar2, dari posisi yang diambil oleh lengcu panji putih, mudah untuk dibayangkan apa akibatnya kalau dia yang menghadiri pertemuan ini.

Disana hanya Lengcu Panji Putih seorang, tapi begitu masuk, maka dari keempat penjuru berlompatan dan disergap musuh, kalau dia kurang siap siaga pasti celaka !

Dari atas pohon, Yen Yu San bisa menyaksikan persiapan2 dari orang2 Ngo-hong-bun itu. Demikian juga si orang misterius diatas pohon satunya lagi, tentu bisa mengetahui persiapan mereka. Tapi Yen Yu San palsu yang masih berada jauh disana belum mengetahui akan adanya perangkap tentunya mudah terjebak. Mengingat keamanan orang yang memalsukan dirinya, Yen Yu San menoleh ke arah pohon bersembunyinya si orang misterius, dengan menggunakan gelombang tekanan tingginya ia bertanya :

“Bu-beng tayhiap, bagaimana memberi kisikan kepada kawanmu?"

Bu-beng tayhiap berarti pendekar tanpa nama. Tidak ada jawaban !

Yen Yu San berkerut alis. Mungkinkah si orang misterius sudah pergi ? Karena itu ia memanggil sekali lagi :

“Bu-beng tayhiap !"

Masih tidak ada jawaban. Betul2 orang misterius itu sudah pergi ! Tentunya memberi tahu rencana komplotan partai Ngo-hong-bun kepada kawannya, agar Yen Yu San palsu kedua lebih ber- hati2 tidak terjerumus ke dalam perangkap musuh.

Yen Yu San memuji ilmu meringankan tubuh si orang misterius itu, betul2 hebat ! Tanpa diketahui olehnya, tanpa diketahui oleh beberapa orang yang berada dibawahnya, ia bisa meninggalkan pohon tempat persembunyiannya.

Yen Yu San pernah berjanji kepada si orang misterius, ia tidak akan menggagalkan rencana manusia aneh itu, dia diam diatas pohon. Memperhatikan gerak-gerik lengcu Panji Putih di bawah. Lengcu Panji Hijau, Lengcu Panji Merah, dan Lengcu Panji Hitam, Yen Yu San palsu dan Kwee hu-huat sudah bersembunyi dibalik semak2 dalam kegelapan malam.

Detik2 yang tegang berlalu.

Waktu segera mendekati jam dua pagi, suasana hening dan sepi, hanya tampak lengcu Panji Putih yang berjalan mundar mandir dibawah pohon.

Diwaktu yang seperti inilah terdengar derap suara langkah kaki kuda, tujuannya adalah rimba itu.

Lengcu Panji Putih yang menunggu kedatangannya, Kwee hu-huat yang bersembunyi dibalik semak2, dan Yen Yu San yang bersembunyi diatas pohon sudah menduga akan kehadiran Yen Yu San imitasi.

Betul saja ! Suatu bayangan meluncur datang, jenggotnya panjang, menggembol pedang, lompat turun dari kuda tunggangan, berjalan ke arah yang ditunjuk.

Orang itu juga berupa si Hakim bermuka merah, Yen Yu San !

Lengcu Panji Putih telah menyongsong kehadirannya, memberi hormat dan berkata :

“Yen tayhiap betul2 menepati janji, sudah lama kami tunggu ditempat ini."

Yen Yu San imitasi masih duduk diatas kuda tunggangannya, dengan suara geram membentak: “Tuan inikah yang menantang diriku kemari?" kini ia lompat turun dari kuda tunggangannya.

Yen Yu San asli yang nongkrong diatas pohon dalam hati tertawa geli. Katanya berpikir :

“Siapa orang ini ? Pandai sekali dia membawa diriku, heh! Sampaipun logat2 suaranyapun mirip.”

Terdengar suara lengcu Panji Putih : “Aku adalah lengcu Panji Putih dari golongan Perintah Maut!"

Yen Yu San imitasi membentak: “Dimana ketua golonganmu ?”

Lengcu panji putih berkata: “Akulah yang diutus untuk berbicara dengan Yen tayhiap."

Yen Yu San imitasi mengeluarkan suara dihidung, ia berkata: “Oh! Ketua kalian mempunyai kedudukan yang sangat tinggi? Memandang rendah diriku, heh?"

Yen Yu San asli yang nangkring diatas pohon tertawa geli, ia berpikir :

“Apa yang disuarakan oleh orang itu adalah suaraku, kalau aku yang menghadapi mereka, aku juga berkata seperti itu."

Terdengar suara lengcu Panji Putih berkata: “Yen tayhiap jangan berkata seperti itu."

“Mengapa ?" bentak Yen Yu San. Lengcu Panji Putih berkata:

“Rimba persilatan dimasa ini telah berada dibawah tangan Ngo hong bun, dan kami mendapat tugas didaerah ini, tentu saja kami yang keluar berbicara dengan Yen tayhiap."

“Bah ! Aku sudah lama tidak dengar nama pantai Ngo-hong-bun."

“Yen tayhiap kurang pengalaman," berkata lengcu panji putih.

“Apa kalian yang sudah menculik Cin Siok Tin

?"

“Bukan menculik,” berkata lengcu Panji putih.

“Hanya menjamu untuk beberapa hari. Kami jamin, nona Cin Siok Tin berada dalam keadaan sehat walafiat.”

“Katakan maksudmu !" bentak Yen Yu San. “Partai Ngo-hong-bun tampil kembali sebagai

salah satu partai besar, karena itu Ngo-hong-bun

ingin berkuasa diatas takhta, kami mendapat tugas untuk bicara langsung dengan Yen tayhiap, bisakah Yen tayhiap bernaung di bawah panji kebesaran kami ?"

“Maksudmu, hendak menaklukkan benteng Penganungan Jaya?"

“Yen tayhiap harus ingat kepada keselamatan nona Cin Siok Tin,” lengcu Panji Putih memberi ancaman.

Yen Yu San bergeram :

“Eh, mau menekan orang ? Biar kucekuk dulu barang lehermu, sesudah itu, baru aku mencari pemimpin golonganmu.” “Mau mencekuk batang leher orang?” lengcu Panji Putih juga tertawa dingin. “Boleh ! Mari kita main2 untuk beberapa jurus. Batang leher siapa yang akan dicekek ?"

***

Bab 41

LENGCU PANJI PUTIH tidak perlu gentar kepada keangkeran Yen Yu San, walau si hakim bermuka merah terkenal lama di rimba persilatan. Hal ini bisa dimengerti, karena bala bantuan yang masih cukup banyak.

Alis dan jenggot Yen Yu San kembaran ber- kibar2, kemarahannya semakin meningkat, ia membentak :

“Bah ! Mentang2 menjadi anggota Ngo-hong- bun, berani petantang petenteng di hadapanku? Sini ! Keluarkan senjatamu, kalau tidak kutunjukkan, kau tidak tahu sampai dimana lihainya benteng Penganungan Jaya."

“Mau main senjata ? Boleh !" Lengcu Panji Putih mengeluarkan pedang dan ia menantang, “Yen tayhiap hendak ber-main2. Silahkan. Silahkan keluarkan senjata."

Yen Yu San imitasi itu tertawa ngakak, ia berkata:

“Puluhan tahun aku berkelana dirimba persilatan, belum pernah menggunakan senjata untuk melawan cecunguk yang tidak ternama." Yen Yu San asli yang mendengar ucapan tekebur seperti itu, hatinya menjadi bangga. Ia menganggukan kepala beberapa kali.

Lengcu Panji Putih melintangkan pedang didada, ia berkata:

“Kalau Yen tayhiap kukuh tidak mau menggunakan senjata, baik, boleh menyerang dahulu.”

Ilmu kepandaian lengcu Panji Putih juga bukan ilmu kepandaian biasa, maka ia tidak segan berhadapan dengan seorang ternama yang seperti Yen Yu San.

Yen Yu San imitasi berkata:

“Aku tidak menggunakan senjata juga tidak akan menyerang lebih dahulu. Jangan banyak mulut! Lekaslah mulai !"

“Baik," berkata lengcu Panji Putih, “Yen tayhiap adalah jago kawakan. Tentu tidak mau menyerang orang lebih dahulu. Awas ! Aku menyerang !"

Tangan si lengcu Panji Putih tersentak, membuat dengungan suara pedang, terlihat kilauan cahaya yang terang menembusi kegelapan, menyerang dan membacok kearah Yen Yu San imitasi.

Gerakan dan serangan lengcu panji putih memang hebat, suatu tanda kalau orang inipun memiliki ilmu kepandaian yang lihai.

Yen Yu San imitasi tertawa, “Serangan yang bagus !" ia mengeluarkan pujian. Tubuhnya tidak menyingkir, juga tidak mengelakkan datangnya bacokan pedang, tangannya terangkat, memapaki serangan itu.

Inilah cara2 pertahanan yang luar biasa, dengan tangan hendak melawan pedang, kecuali meremehkan ilmu kepandaian lawan, juga mengagulkan diri sendiri.

Gerakan pedang si lengcu Panji Putih memang cepat, gerakan tangan Yen Yu San palsu lebih cepat lagi, disaat tangan dan pedang beradu, dibalikkannya cepat, trang, punggung pedang terpukul pergi dan gagallah serangan lengcu panji putih.

Yen Yu San asli yang menonton jalannya pertandingan terkejut, “Eh, ilmu silat apakah ini ?" ia mengeluh didalam hati.

Pedang lengcu Panji Putih dipukul pergi tangannya kesemutan, hampir tidak kuat memegang senjata itu. Cepat2 lompat ke belakang, membuat posisi baru.

Yen Yu San imitasi tidak membiarkan lawan itu mencari kedudukan yang lebih baik, ia tertawa panjang, membayangi gerakan lawannya, ia menubruk kedepan, mulutnya membentak:

“Nah ! Terima pukulanku !”

Dengan tangan kiri Yen Yu San imitasi ini memukul lengcu Panji Putih.

Lengcu Panji Putih mengalami kegagalan, ia kalah gesit karena itu harus mundur kebelakang, kini diuber pula kedepan, kemarahannya me- luap2, pedangnya di-sentak2 menusuk dan menyabet.

Yen Yu San imitasi tidak memandang mata pada ilmu kepandaian tadi, tangannya masih diluruskan, lagi2 kejadian aneh, tangan Yen Yu San yang membentur pedang tidak terluka, karena ia memapaki datangnya punggung pedang menyentilnya pergi.

Terdengar dengungan pedang yang terpukul, tubuh lengcu Panji Putih terpental ke belakang termundur lagi sampai lima langkah, baru ia bisa berdiri tetap.

Yen Yu San imitasi tidak mengejar, ia tertawa berkakakan dan berkata:

“Huah, huah, huah...bagaimana ilmu pukulanku?"

Dua kali gempuran membuat lengcu Panji Putih mundur sampai dua kali, kedudukannya sudah berada di posisi didepan rimba dimana terpasang perangkap, tapi Yen Yu San yang berada didepannya tidak mengejar.

Mengetahui belum berhasil memikat hati lawannya untuk memasuki basis perangkapnya, Lengcu Panji Putih membentak : “Biar aku mengadu jiwa."

Pedangnya dilengkungkan, menubruk kembali, menabas, membacok, menusuk dan menancap, terjadi kilatan sinar pedang memecah kegelapan, berbayang2 banyak perobahan mengurung Yen Yu San ditengah. Diterjang seperti tadi, Yen Yu San imitasi termundur juga selangkah.

Lengcu Panji Putih meneruskan penyerangan2nya, mengurung Yen Yu San imitasi kedalam cahaya kilauan pedang.

Tiba2... terdengar suara lengkingan panjang, dari kurungan bayangan pedang tadi, si Yen Yu San imitasi berhasil mencelat keluar tapi ia tidak meneruskan pertempuran itu, berdiri dengan ringan, dengan congkak membentak :

“Nah ! Sudah kau saksikan, kalau aku mau membunuh dirimu, terlalu mudah, bukan ? Hayo ! Suruh pemimpinmu keluar !”

Lengcu Panji Putih tidak kena gertakan, walau ilmu kepandaiannya bukan tandingan Yen Yu San itu, tokh ia tidak mau mundur. Kini menerjang lagi berulang kali, malah makin nekad dan semakin cekatan.

Yen Yu San menghadapi setiap serangan dengan situasi yang tenang, satu saat ia menyentil ujung pedang seraya membentak :

“Lepas !" Tring......

Pedang Lengcu Panji Putih terpental keatas, inilah kejadian yang sudah berada dibawah perhitungan. Setelah mengukur ilmu kepandaian penjabat ketua Penganungan Jaya Yen Yu San, hal itu sudah pasti terjadi.

Lengcu Panji Putih membalikkan badan, meninggalkan pedangnya, meninggalkan Yen Yu San imitasi, ia masuk kedalam rimba melarikan diri.

“Selamat tinggal !" Sebelum bayangan itu lenyap lengcu Panji Putih masih sempat mengeluarkan suara cemoohan.

“Tunggu dulu !" Yen Yu San imitasi membentak, tubuhnya juga melejit, memasuki rimba jebakan.

Wah ! Menerjang api kematian !

Yen Yu San asli yang sembunyi diatas pohon terkejut, hatinya berpikir :

“Sudah tahu kalau di dalam rimba itu ada persembunyian musuh, mengapa dia masuk juga?”

Diatas pohon Yen Yu San sudah bisa membedakan, Yen Yu San yang di bawah adalah jelmaan si orang misterius tadi. Ilmu silatnya memang tinggi, bagaimana ia menghadapi kepungan musuh2 dari Perintah Maut ?

Betul saja ! Terjadi perubahan yang luar biasa. Lengcu Panji Hijau, Lengcu Panji Merah, lengcu

Panji Hitam dan Kwee hu-huat yang bersembunyi dibalik rimba bergerak, terjadi suara bentakan2, terjadi desingan2 senjata rahasia, semua ditujukan ke arah orang misterius yang menyamar menjadi Yen Yu San.

Berbareng, terdengar suatu lengkingan panjang yang menyayatkan hati, suatu tubuh yang mumbul keatas gemeletuk, tubuh itu jatuh ditanah. Terjadi korban ! Kejadian tadi berlangsung sangat cepat, Yen Yu San asli menjadi tertekan, sangkanya tentu si orang misterius yang dibokong musuh, kakinya bersiap untuk lompat turun, melihat situasi keadaan.

Tiba2 disaat ini, terdengar lagi dengungan suara si orang misterius yang seperti semut.

“Sudah lupa kepada janji Loenghiong ?”

Rasa kaget Yen Yu San lebih2 lagi, ternyata si orang misterius memiliki ilmu silat yang begitu tinggi, jelas sudah dilihat olehnya bagaimana Yen Yu San imitasi itu masuk ke dalam rimba, dengan cara bagaimana pula sudah nangkring diatas pohon disebelah? Betul2 menakjubkan!

Perkembangan berikutnya lebih mengherankan Yen Yu San lagi, terdengar Kwee hu-huat tertawa seram berkata:

“Lekas tanam orang ini !"

Terdengar suara keresak keresek, tak lama muncul lengcu panji putih, lengcu panji merah, lengcu panji hijau dan lengcu panji hitam.

“Liok hiangcu kau boleh beri perintah untuk Yen Yu San pergi." berkata Kwee hu-huat.

Ternyata lengcu Panji putih she Liok !

“Baik,” lengcu panji putih membungkukkan badan menerima perintah.

Kwee hu-huat mengurut jenggotnya dan berkata

: “Sampai disini, urusan untuk tahap pertama sudah beres, kalian boleh kembali ke masing2 tempat."

Tubuh Kwee hu-huat melejit, meninggalkan keempat lengcu panji berwarna.

Lengcu Panji merah, lengcu Panji hitam juga berangkat.

Gerakan mereka gesit2, hal ini mengejutkan Yen Yu San asli yang masih sembunyi diatas pohon, yang sudah disaksikan bukan saja lengcu Panji putih yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, ketiga Panji lainnyapun demikian juga. Begitu juga Kwee hu-huat, memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat.

Tampak lengcu Panji putih, sesudah mengantar kepergian Kwee hu-huat dan ketiga lengcu lainnya, lengcu panji putih memasuki rimba, ia berteriak : “Dimana Han Sie Yong?"

Dari balik semak2 rimba sebelah kanan terdengar suara yang menyahut: “Hamba sudah berada disini.”

Han Sie Yong adalah nama dari orang yang berkerudung mengenakan jubah biru itu, orang yang siap memalsukan Yeu Yu San, cepat2 ia menghampiri lengcu Panji Putih dan memberi hormat.

Memandang kearah orang berkerudung Han Sie Yong, lengcu panji putih berkata:

“Yen Yu San sudah berhasil disingkirkan. Mulai saat ini, kau adalah si Hakim bermuka merah Yen Yu San! Tidak perlu menggunakan tutup kerudung muka lagi."

Han Sie Yong membungkukkan setengah badan, mencopot kerudung mukanya.

“Aaaaa.....” Seorang wajah Yen Yu San lagi berada di tempat itu !

Tentu saja perkembangan sampai disini tidak mengejutkan Yen Yu San lagi, adanya Yen Yu San dirumah makan adalah kawan si orang misterius, Yen Yu San yang menempur lengcu panji putih adalah si orang misterius pribadi, dan Yen Yu San imitasi yang di bawah ini pula adalah samaran Han Sie Yong.

Disana hadir keempat manusia yang menggunakan wajah Yen Yu San. Tiga manusia imitasi dan seorang Yen Yu San asli.

Rencana apa yang hendak digunakan oleh partai Ngo-hong-bun menggunakan wajah Yen Yu San ?

Mudah diterka, Dengan menyamar menjadi seorang Yen Yu San, berarti benteng penganungan Jaya sudah terjatuh kedalam tangan mereka.

Beruntung Yen Yu San asli masih bersembunyi diatas pohon, dia bisa menonton adanya sandiwara2 itu.

Dibawah Yen Yu San asli, Yen Yu San palsu sedang ber-hadap2an dan Lengcu Panji Putih, terdengar perintah lengcu Panji Putih :

“Nah! Kau boleh ajak Cin Siok Tin kembali menunggu perintah dikemudian hari.” “Baik." Han Sie Yong yang menyamar menjadi Yen Yu San itu menerima perintah.

Lengcu Panji Putih sudah membuat segala persiapan, maka ia bertepuk tangan tiga kali. Itulah code2 rahasia.

Suara tepukan itu bergema jauh, maka jauh didepan mereka tampak api penerangan yang berkelap kelip.

Itulah sambutan dari kode rahasia !

Menunggu lagi beberapa saat, empat orang berpakaian abu2 menggotong sebuah tandu lari ke arah mereka. Sebentar kemudian, tandu itu sudah berada didepan mata mereka.

***

Bab 42

TERDENGAR SUARA lengcu Panji Putih tertawa berkakakan, ia memandang Han Sie Yong dan berkata :

“Yen tayhiap, sudah kujanjikan kalau kami menjamin keselamatan nona Cin Siok Tin, nah! Itulah nona Cin Siok Tin !"

Kain tandu tersingkap, dari sana loncat keluar seorang gadis berpakaian merah, itulah putri tunggal Datuk Barat Cin Jin Cin, namanya Cin Siok Tin.

Han Sie Yong memberi hormat kepada lengcu Panji Putih dan berkata : “Lengcu betul2 seorang yang boleh dipercaya, dengan ini aku mengucapkan banyak terima kasih."

“Dia membawakan lakon Yen Yu San !

Diatas pohon, Yen Yu San asli tertawa dingin ! “Sandiwara yang baik ! Kalian pandai bermain

eh?"

Cin Siok Tin segera melihat hadirnya sang paman, tentu saja ia tidak tahu kalau itu paman palsu, ia lari dan menubruk ke arah Yen Yu San imitasi, ia berteriak: “Paman Yen Yu San. "

Han Sie Yong menyambut kedatangan Cin Siok Tin, merangkulnya, bagaikan seorang paman yang betul2 mengasihi, mengelusi rambut gadis itu dan berkata: “Kau tidak menderita sesuatu?"

Dari kedua kelopak mata Cin Siok Tin mengucur tetesan2 bening, ia menangis dan menunjuk ke arah lengcu panji putih, berkata kepada Han Sie Yong: “Mereka semua adalah perampok2. "

Dengan tertawa lengcu Panji Putih berkata: “Maaf ! Sebelum kami mendapat penyelesaian,

nona menjadi tamu agung kita, kini urusan sudah beres, harap jangan taruh dalam hati.”

Sesudah itu, ia memberi hormat kepada Han Sie Yong dan berkata :

“Yen tayhiap, kuharap saja bisa memegang janji, mulai saat ini, partai Ngo hong-bun dan benteng Penganungan Jaya tetap bekerja sama.” Tanpa menunggu jawaban Han Sie Yong, lengcu Panji Putih mengajak ke empat anak buahnya yang menggotong joli tadi berangkat dan meninggalkan Cin Siok Tin.

Han Sie Yong menowel janggut sang keponakan, ia berkata : “Siok Tin, mari kita berangkat pulang."

Cin Siok Tin meng-edip2kan matanya, menunjuk kearah lenyapnya bayangan rombongan lengcu panji putih dan bertanya.

“Paman Yen Yu San, dari golongan manakah orang2 itu ?"

Han Sie Yong mengurut2 jenggot berkata : “Mari kita kembali dahulu !”

Disaat itu, lengcu Panji putih sudah menyiapkan kuda tunggangan untuk Cin Siok Tin. Maka Han Sie Yong menaiki kuda merah milik Yen Yu San, Cin Siok Tin menaiki kuda putih yang ditinggalkan oleh partai Ngo-hong-bun, ber-sama2 meninggalkan Tay-biao-hong.

Menyaksikan kepergiannya manusia palsu itu, Yen Yu San hendak membuka suara. Tapi dicegah oleh suara kecil dari orang misterius dari sebelah pohonnya:

“Lo-enghiong, belum waktunya bergerak."

Yen Yu San tertegun sebentar, dengan gelombang tekanan suara tinggi, ia bertanya:

“Mungkinkah masih ada komplotan penjahat bersembunyi?" “Betul,” berkata orang misterius itu. “Dari enam anak buah lengcu Panji Putih, mereka hanya berangkat empat orang, masih ada dua yang belum pergi!"

“Apa kita harus menunggu kepergian mereka?" bertanya Yen Yu San.

“Tentu."

“Sampai kapan kita harus menunggu?" “Sabarlah sebentar. Tidak lama lagi."

Yen Yu San berkata: “Bu-beng tayhiap, terima kasih kepada bantuanmu, tapi komplotan penjahat sudah menyamar menjadi diriku, mereka membawa keponakan muridku itu."

Orang misterius berkata : “Jangan khawatir, kujamin nona Cin Siok Tin bisa balik kedalam tangan lo-enghiong.”

Yen Yu San bertanya lagi : “Masih ada sesuatu yang membingungkan, bisakah enghiong memberi tahu sesuatu keterangan ?"

“Tentang apa?" jawab orang misterius. “Siapakah orang yang menjadi korban tangan

mereka ?" tanya Yen Yu San.

Si orang misterius tertawa kecil dan bertanya : “Bagaimana dugaan lo-enghiong ?"

“Tidak tahu." berkata Yen Yu San. “Tindak tanduk tayhiap memang misterius sekali." “Lo-enghiong memuji. Sebentar lagi akan terbukti siapa orang itu. Untuk sementara tidak kujawab dahulu. "

Disaat mereka sedang ber-cakap2 ini, tentu saja dengan gelombang suara tekanan tinggi, terdengar suara gemeresek mencelat dua bayangan meninggalkan rimba, dua bayangan itupun turun gunung. Mereka adalah dua orang anggota lengcu Panji Putih.

“Oh !” Yen Yu San mengeluarkan keluhan napas lega. Beruntung ia tidak ter-gesa2, nyatanya lawan sangat ber-hati2, gerak-gerik komplotan Ngo-hong- bun itu memang hebat, lengah berarti kehancuran.

Sampai disini, terdengar lagi suara si orang misterius: “Lo-enghiong, mari kita berangkat pulang !"

Dari pohon sebelah, lompat turun seorang, itulah seorang misterius dengan wajah Yen Yu San.

Yen Yu San masih menguatirkan keponakan perempuannya, ia juga lompat turun, berjalan berendeng, kedua wajah Yen Yu San itu turun gunung.

Tidak lama kemudian, mereka sudah berada tidak jauh dari kota Kim-leng.

Disaat ini si orang misterius yang masih menggunakan wajah Yen Yu San menudingkan telunjuk ke arah suatu tempat, ia berkata:

“Lo enghiong, lihat ! Mereka menunggu di sana!"

Yen Yu San asli melongok kearah tempat yang ditunjuk, betul saja, dimuka rumah makan disana tertambat dua ekor kuda, berwarna merah dan seekor kuda putih. Yang merah adalah kuda tunggangannya, yang putih adalah kuda yang disediakan oleh partai Ngo-hong-bun yang khusus untuk Cin Siok Tin.

Yen Yu San berpikir, “Eh, mengapa mereka berhenti disini, tidak langsung memasuki kota?”

Mereka menghampiri kuda itu, dalam rumah makan terdengar suara seorang gadis yang garing merdu: “Paman Yen Yu San, apalagi yang harus ditunggu ditempat ini ?"

Itulah suara puteri benteng Penganungan Jaya Cin Siok Tin.

Terdengar suara Yen Yu San yang dicetuskan oleh Han Sie Yong: “Kita harus menunggu mereka."

“Siapa orang yang ditunggu?" bertanya nona Cin Siok Tin.

Han Sie  Yong menunjuk  dan berkata:  “Nah !

Mereka sudah datang.”

Han Sie Yong menggunakan wajah Yen Yu San, maka Cin Siok Tin memanggil paman kepadanya.

Dari luar rumah makan itu, muncul dua orang Yen Yu San.

Kini hadir 3 wajah Yen Yu San.

“Ha, ha, ha…." terdengar suara Yen Yu San yang disebelah kiri. Inilah Yen Yu San imitasi, ia berkata kepada Han Sie Yong, “Saudara Goan, banyak menyusahkan dirimu. Sudah waktunya kita berangkat." Han Sie Yong juga tertawa, ia mencelat meninggalkan rumah makan, ber-sama2 si orang misterius meninggalkan tempat itu.

Han Sie Yong dipanggil saudara Goan?

Yen Yu San ditinggalkan terlongong-longong berpikir beberapa waktu, akhirnya ia sadar, orang yang dipanggil saudara Goan ini orang yang telah menyamar menjadi Han Sie Yong. Orang ini pula yang menyamar menjadi dirinya dirumah makan.

Dan orang misterius adalah komplotannya dua Yen Yu San.

Sekarang, Yen Yu San sudah mendapat gambaran yang lebih dalam. Tentunya orang she Goan inilah yang menyamar menjadi dirinya, menunggang kuda merah menuju ke arah Tay- biao-hong, itu waktu si orang misterius meninggalkan tempat persembunyian di atas pohon, tentu turun gunung mengambil kuda, menyamar pula menalangi dirinya menepati janji.

Orang she Goan segera membekuk batang leher Han Sie Yong yang sembunyi, diangkatnya keatas pohon, menunggu si orang misterius menguber lengcu Panji Putih, dengan kecepatan yang tiada tara telah menukar Han Sie Yong menjadi Yen Yu San, maka dilemparkannya tubuh Han Sie Yong menjadi sarang senjata rahasia.

Han Sie Yong asli menjadi korban senjata rahasia kawan sendiri.

Dan orang she Goan ini menyamar menjadi Han Sie Yong. Dugaan2 Yen Yu San memang tidak meleset jauh. Karena itu segera ia berteriak : “Hei, jiwie tayhiap tunggu dulu !"

Tapi si orang misterius dan si orang she Goan sudah lenyap jauh, mereka tidak menghiraukan panggilan itu.

Cin Siok Tin masih bingung menghadapi kedua Yen Yu San, baru sekarang ia menghampiri sang paman asli, ia berkata : “Hei, berapa banyak paman Yen Yu San, siapa pula kedua orang itu?"

Yen Yu San tertawa menyengir, mempaparkan kedua tangan berkata : “Aku sendiripun tidak tahu siapa kedua orang itu."

Nona Cin Siok Tin menjebikan bibir, dengan kolokan dan manja ia berkata : “Ah, paman Yen Yu San selalu menganggap aku masih kanak2, banyak sekali yang disembunyikan."

***

Bab 43

KINI SADARLAH DIA, Yen Yu San yang satu inilah Yen Yu San asli.

Yen Yu San tertawa, memberi hiburan kepada sang keponakan berkata : “Siok Tin, kapankah aku membohongi dirimu ?”

Cin Siok Tin semakin manja, ia berkata :

“Yang seorang menggunakan wajah paman, yang seorang lain juga berwajah paman, sesudah menolong diriku dari tangan penjahat, kita mau menunggu orang disini, ternyata dua orang berwajah sama lagi yang datang, mereka berkomplot, kalian datang ber-sama2. Mengapa bisa tidak kenal kepada mereka. Aku tidak percaya."

Yen Yu San mengurut-urut jenggot, dengan pelahan2 berkata :

“Betul2 aku tidak tahu, siapa dan bagaimana asal usul mereka? Masih dalam suasana teka teki. Mari kita pulang, nanti saja aku ceritakan."

Dengan bujukan2 akhirnya Cin Siok Tin yang manja mau mengerti.

Yen Yu San mengajak putri ketua Penganungan Jaya ini balik kembali ke kota.

Didepan rumah penginapan, seorang pelayan menyambut kedatangan mereka : “Lo-enghiong, nona sudah kembali ?”

Yen Yu San menganggukkan kepala, memasuki kamar2 yang mereka pesan.

Yen Siu Hiat dan anak buah benteng penganungan jaya tidak tidur, begitu melihat kedatangan Yen Yu San, semua orang bersorak.

Dengan girang Yen Siu Hiat berkata: “Jiesiok, kau berhasil menolong nona Cin Siok Tin dari tangan mereka ? Bagaimanakah tokoh2 partai Ngo- hong-bun itu?"

Berulang kali Yen Yu San menggelengkan kepala, inipun suatu tanda bahwa dia pun tidak mengerti jelas. Memandang ke arah Yen Siu Hiat dan bertanya :

“Siu Hiat, pemuda sastrawan yang bernama Lie Siauw San itu masih berada dirumah penginapan

?"

Wajib curiga kepada pemuda itu !

Yen Siu Hiat tertegun, hatinya ber-pikir2, mengapa sang jiesiok segera menanyakan seorang pemuda sastrawan yang baru dikenal ? Ia biasa menghormati paman itu, segera menjawab :

“Sudah kusuruh Beng Hu yang menjaga, Beng Hu melihat dua kali, pemuda she Lie itu sudah tidur."

Yen Yu San bertanya lagi : “Apa kau sudah melihat sendiri ?"

Yen Siu Hiat berkata : “Pintu dan jendela didepan dan belakang sudah dipasang orang. Keponakanmu tidak melihat sendiri."

Yen Yu San mengeluarkan suara dengusan dari hidung, suatu tanda bahwa tidak puas pada sikap Yen Siu Hiat.

Tiba2 Cin Siok Tin turut bicara: “Paman Yen Yu San, ada urusan apa dengan Lie Siauw San yang kau tanyakan? Dan siapa orang itu?"

Yen Yu San berkata : “Aku mempunyai kecurigaan besar, kalau si orang misterius mempunyai hubungan erat dengan pemuda sastrawan yang mengaku Lie Siauw San ini.” Cin Siok Tin bertanya lagi : “Maksud paman, mereka dari komplotan penjahat?"

“Bukan." Yen Yu San menggelengkan kepala. Yen Siu Hiat sudah membawakan cangkir teh,

diserahkan kepada Yen Yu San, dan ia bertanya. “Bagaimana pengalaman jiesiok tadi ?"

Berulang sampai tiga kali Yen Yu San menarik napas, dengan lesu ia berkata :

“Pengalamanku dimalam ini adalah pengalaman yang tergetir, belum pernah aku menemukan kejadian yang seperti ini dan belum pernah kubayangkan pada sebelumnya.”

Sepasang sinar mata jeli Cin Siok Tin memandang kearah Yen Yu San, ia berkata : “Paman Yen Yu San, hayo ! Ceritakan pengalaman tadi."

Per-lahan2 Yen Yu San berkata : “Orang yang menolong dirimu dari kaum penculik itu bukanlah aku."

“Aku tahu.” berkata Cin Siok Tin. “Tentunya dua orang yang menyamar menjadi paman tadi, bukan?"

Yen Yu San tertawa dan berkata: “Ya! Orang yang menyamar menjadi diriku lebih dari dua orang, masih ada dua wajah Yen Yu San lainnya, itulah komplotan penjahat yang bernama Han Sie Yong, jumlah Yen Yu San palsu ada tiga orang. Ditambah aku yang asli, wajah Yen Yu San total jendral 4 lembar!" Hati Cin Siok Tin tercekat, ¡a berteriak: “Begitu banyak yang menyamar menjadi paman Yen Yu San?"

“Ya." Yen Yu San menganggukan kepala. “Terus terang kuceritakan, kepergianku tadi bukan berusaha. Aku hanya menjadi seorang penonton."

Semakin lama, perasaan heran Yen Siu Hiat semakin menjadi, ia berkata: “Tentunya ada musuh pula dari kaum penculik itu?"

“Paman Yen Yu San," Cin Siok Tin juga turut bicara, “Lekaslah, ceritakanlah !"

Yen Yu San mengeringkan minumannya kemudian ia bercerita dari asal mula, sehingga terakhir berhasil membawa Cin Siok Tin pulang.

Sepasang mata Cin Siok Tin ter-putar2, ia berkata :

“Dari cerita paman Yen Yu San tadi, si orang misterius memiliki ilmu kepandaian tinggi. Hebat sekali.”

“Ya,” berkata Yen Yu San mengelus jenggot, “Ilmu kepandaian orang ini mungkin berada diatas ketua partai Siauw-lim-pay Tay ciok taysu."

“Bagaimana kalau dibandingkan dengan ilmu kepandaian paman Yen Yu San ?" bertanya Cin Siok Tin.

Yen Yu San menyengir, “Aku mana bisa ditandingkan dengan dirinya.” ia berkata.

Cin Siok Tin meng-geleng2kan kepala berkata : “Bohong ! Menurut keterangan ayah ilmu kepandaian paman sudah mencapai taraf tertinggi, kecuali dua tiga orang, tidak ada yang bisa menandingi lagi."

“Dan orang misterius ini termasuk salah satu dari orang yang berada diatas diriku."

“Aku tidak percaya." berkata Cin Siok Tin. Dengan sungguh2 Yen Yu San berkata :

“Sungguh !”

“Suatu saat, akan kujajal orang itu," berkata Cin Siok Tin.

“Kau jangan mencoba menjajalnya." Yen Yu San menggelengkan kepala.

Yen Siu Hiat turut bicara : “Jiesiok curiga kalau si orang misterius adalah samaran Lie Siauw San

?"

Yen Yu San ragu2 untuk beberapa waktu, ia berkata :

“Inilah kecurigaanku, munculnya Lie Siauw San ini sangat mendadak, ia pandai membawa diri, dedak dan potongan badan mereka agak bersamaan, tapi.  "

Yen Siu Hiat segera berkata : “Biar kulihat, apa dia masih tidur di-sana.”

Cepat2 Yen Yu San mencegah dan berkata : “Jangan ! Kalau betul samarannya, dia pun sudah kembali. Mengapa harus diganggu lagi? Sudahlah! Kalian boleh tidur."

*** Hari kedua, baru saja Lie Siauw San selesai bercuci muka, terdengar derap langkah kaki cepat, kemudian berhenti didepan pintu.

“Tok ! Tok ! Tok !" terdengar suara ketukan. “Apa saudara Lie Siauw San sudah bangun?"

“Siapa ?" bertanya Lie Siauw San.

Tampak pintu terdorong, seorang sastrawan berdiri disana, itulah si sastrawan besi Yen Siu Hiat, memberi hormat dan berkata: “Selamat pagi !”

“Oh !" Lie Siauw San tidak mencela kecerobohan orang yang mendorong pintu mendadak, “Selamat pagi, silahkan duduk !”

Yen Siu Hiat berkata :

“Kemarin pamanku mendapat kecocokan dengan saudara Lie Siauw San. Karena itu pagi- pagi memberi perintah kepadaku untuk memberi tahu, mengajak makan sebentar. Takut kalau saudara ada urusan dan keluar, maka pagi2 datang mengganggu."

“Tidak apa." berkata Lie Siauw San. “Paman saudara adalah tokoh rimba persilatan yang ternama, kalau ada panggilan, tentu wajib menerima panggilan. Apa lagi berupa undangan makan, lebih2 tidak bisa diabaikan."

Yen Siu Hiat mengajak Lie Siauw San meninggalkan kamar itu, orang yang dicurigai tidak memperlihatkan tanda2 lain, hal ini semakin menyulitkan Yen Siu Hiat. Mereka tiba ditempat Yen Yu San, si-jago tua bangkit berdiri, tertawa berkakakan dan berkata: “Selamat pagi, saudara Lie Siauw San."

Lie Siauw San membalas hormat itu, “Selamat pagi."

Disebelah Yen Yu San duduk seorang gadis, inilah putri ketua Penganungan Jaya Cin Siok Tin.

Sambil menunjuk ke arah si gadis, Yen Yu San berkata : “Mari kuperkenalkan, itulah putri ketua kami, nona Cin Siok Tin."

Lie Siauw San menganggukkan kepala, memberi penghormatan kepada gadis itu.

Setelah itu Yen Yu San menunjuk ke arah Lie Siauw San berkata : “Inilah saudara Lie Siauw San.”

Cin Siok Tin juga membalas hormat.

“Silahkan duduk !" berkata Yen Yu San, ia sedang menyelidik gerak prilaku dan suara nada Lie Siauw San.

Lie Siauw San membawakan sikapnya yang biasa, se-olah2 tidak tahu kalau dirinya itu sedang mendapat sorotan.

Yen Yu San mengadakan perjamuan makan.

Sesudah mereka ber-cakap2 kebarat dan ketimur, Yen Yu San berkata :

“Nona Cin Siok Tin inilah yang baru saja lolos dari tangan kaum penjahat, baru saja pulang kembali.” “Lotiang mempunyai nama besar dalam kalangan rimba persilatan, betapapun beraninya kaum penjahat itu, tentulah mereka tidak berani tidak mengembalikan nona Cin dengan selamat, hal ini sudah didalam perhitungan.”

Yen Yu San masih memperhatikan gerak-gerik Lie Siauw San yang dicurigakan, ia hendak mencari persamaan2 suara2 Lie Siauw San dengan suara si pendekar misterius tadi malam. Tapi tidak mudah untuk menemukan persamaan2 tersebut, suaranya berbeda.

“Ha, ha….” Yen Yu San tertawa. “Ada sesuatu yang saudara Lie Siauw San tidak tahu, kemenangan kami malam hari bukan atas kekuatan ilmu silatku, kami mendapat bantuan dan dukungan tokoh silat hebat. Semalam disini telah terjadi sesuatu."

“Terjadi sesuatu?" berkata Lie Siauw San kaget, “Apakah yang terjadi ? Boan-seng tidur terlalu pulas. Tidak mendengar suara apa2."

Yen Yu San tertawa dingin, hatinya bergumam : “Masih hendak berlagu ? Huh ! Hendak kulihat, sampai dimana kau bisa ber-pura2."

Dan sambil berpikir begitu, Yen Yu San berkata

: “Kejadian bukan disini. "

Dan diceritakan jalannya keanehan2 sehingga Cin Siok Tin berhasil diterima pulang dengan selamat. Lie Siauw San mendengar dengan penuh minat, menunggu sampai Yen Yu San selesai bertutur, kemudian berkata :

“Betul tokoh silat yang misterius, lo-tiang mempunyai pengalaman luas, mungkinkah tidak bisa melihat jurus2 tipu silatnya dari aliran mana

?”

Sepasang mata Yen Yu San bersinar terang, hatinya bergumam : “Nah ! Akhirnya beber juga penyamaranmu. Seorang sastrawan mana mungkin bisa mengetahui tentang jurus2 tipu silat?”

Memperhatikan Lie Siauw San beberapa waktu, Yen Yu San berkata : “Aku belum bisa menduga asal usul pendekar misterius itu, tapi yang menjadi kawan seperjoangannya adalah seorang she Goan, dia memanggil dengan sebutan saudara Goan. Didalam rimba persilatan, orang she Goan tidak terlalu banyak. Kalau saja bisa menyelidiki asal usul kawannya itu, tidak sulit menyelidiki asal usulnya pula.”

Hati Lie Siauw San tercekat, mulutnya melompong.

Hal ini tidak lepas dari penilaian Yen Yu San, ia berkata lagi.

“Menurut keterangan Yen Siu Hiat, tadi malam diatas wuwungan kamar saudara seperti ada bayangan bergerak, itu waktu aku belum kembali, Siu Hiat menyuruh orang membikin penyelidikan...” Rasa kaget Lie Siauw San semakin menjadi, cepat2 ia bertanya : “Apa berhasil menemukan sesuatu ?”

Yen Yu San berkata: “Gerakan bayangan itu terlalu gesit, sekali berkelebat, diapun lenyap."

Lie Siauw San meng-gosok2 kedua tangannya, me-remas2nya pula, sesudah itu ia berkata :

“Mungkinkah bayangan dari komplotan penjahat?"

Yen Yu San tertawa, dengan bangga ia berkata : “Dan waktu itu akupun kembali. Perselisihan yang tidak terlalu jauh. Menurut dugaanku, pendekar misterius yang membantu itu juga mengambil rumah penginapan yang sama. "

Lie Siauw San tertawa nyengir dan berkata : “Rumah penginapan ini cukup luas, banyak

kamarnya. Orang2 dari beberapa golongan bisa saja menetap disini. Kalau ada jago silat yang lihay, tentu tidak sangat mengherankan. Sukur saja kalau ada seseorang yang selalu bersedia membuat pembelaan."

“Oh ! Begitu ?" berkata Yen Yu San. “Kalau penilaianku tidak salah, saudara Lie Siauw San juga mengerti sedikit ilmu silat."

Lie Siauw San tertegun untuk beberapa waktu, kemudian ia tertawa ngakak, katanya:

“Inilah penilaian yang kurang tepat, boan-seng hanya mempelajari ilmu yang tercatat didalam buku pelajaran biasa saja. Tidak ada hubungannya dengan ilmu pedang dan golok.” Sedari tadi, Cin Siok Tin memperhatikan gerak- gerik Lie Siauw San, sepasang mata si gadis belum pernah lepas dari wajah pemuda itu, sekarang ia tertawa dan turut serta didalam perdebatan itu katanya: “Saudara Lie Siauw San, apa hanya buku buku pelajaran biasa saja yang dibaca?"

“Tentu saja hanya pelajaran biasa." jawab Lie Siauw San.

“Aku tidak percaya." berkata Cin Siok Tin. “Biasanya penilaian paman Yen Yu San itu belum pernah meleset."

“Uh.    " Lie Siauw San gelagapan.

Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Yu San dan berkata:

“Paman Yen Yu San, apa kau tidak bisa membedakan suara orang?"

Muka Cin Siok Tin tertuju kearah Yen Yu San, secara diam2 tangannya merogoh kantong, secepat itu pula dikibaskan kearah Lie Siauw San, sebatang jarum halus meluncur kearah alis si pemuda sastrawan.

Yen Yu San menjadi kaget, cepat2 ia berteriak: “Jangan !"

Disaat Yen Yu San hendak menepuk jarum itu, ia sudah terlambat !

Dengan sangat kebetulan pada saat jarum menyambar alisnya, Lie Siauw San mengangkat cangkir teh, menenggaknya sambil menundukkan kepala, demikianlah serangan jarum Cin Siok Tin lewat beberapa dim di daun telinga. Langsung menoblos tembok, ia nyaris dari bahaya kematian.

Dari teriakan Yen Yu San tadi, Lie Siauw Sian juga terkejut, tangannya menjadi gemetaran cepat2 ia berteriak : “Ada apa ?"

Cin Siok Tin menjebikan mulutnya yang kecil mungil, ia tidak puas atas teriakan sang paman, katanya manja : “Paman Yen Yu San, mengapa kau bingung tidak keruan, aku hanya hendak menjadikannya sebagai kelinci percobaan.”

***

Bab 44

SEOLAH-OLAH tidak tahu kalau jiwanya itu terancam bahaya maut, Lie Siauw San memperlihatkan rasa bingungnya yang tidak terhingga, ia bertanya lagi : “Lotiang ada urusan apakah ?"

Yen Yu San menarik napas lega, tanpa disadari oleh orang yang bersangkutan, Lie Siauw San berhasil menolong jiwa sendiri. Karena itu cepat2 ia berkata :

“Keponakanku ini memang ada sedikit nakal, ia hendak menjajal, apa betul2 kau tidak berkepandaian silat.”

“Oh...jangan! Jangan!" berkata Lie Siauw San. “Mana boleh di-coba2? Betul2 boanseng tidak berkepandaian silat." “Karena itulah aku melarang ia menjajal lagi," berkata Yen Yu San.

Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Siu Hiat, ia berkata :

“Yen-toako, apa yang semalam dikatakan oleh paman Yen Yu San, bukankah saudara Lie Siauw San ini mempunyai dedak perawakan yang sama dengan tokoh misterius yang pernah menolongnya?"

Sambil berkata seperti itu, tidak henti2nya Cin Siok Tin meng-edip2kan mata.

Yen Siu Hiat masih belum mengerti akan makna arti putri ketua Penganungan Jaya itu, ia tertegun beberapa saat.

Cepat2 Lie Siauw San berkata : “Masakan seorang sastrawan tolol yang sepertiku ini hendak di-banding2kan dengan seorang jago hebat?"

Cin Siok Tin tidak menggubris ucapan Lie Siauw San, ia cepat berkata :

“Hayo! Coba katakan, apa yang paman Yen Yu San ceritakan?"

Yen Siu Hiat berkata: “Menurut keterangan jie- siok, dedak perawakan si pendekar misterius agak mirip dengan saudara Lie Siauw San."

Lie Siauw San tertawa tawar, menyeringai dan berkata:

“Keterangan itu memang masuk diakal, lotiang tentu bisa membedakan, kalau pendekar misterius itu mempunyai dedak perawakan yang mirip dengan boan-seng, hal itu tidak akan salah lagi. Boan-seng percaya. Tapi...bentuk2 tubuh dan dedak perawakan orang, belum tentu harus berbeda, orang yang mempunyai dedak perawakan hampir sama dengan dedak perawakan boan-seng bukan satu saja, belum tentu boan-seng seorang."

Cin Siok Tin menoleh kearah Yen Yu San, ia mendesak :

“Paman si pendekar misterius apa tidak mempunyai ciri2 lain ?"

“Kukira hanya dedak perawakannya yang hampir sama." jawab Yen Yu San.

“Apa kau yakin bukan saudara Lie Siauw San ?” Cin Siok Tin tidak mau menyerah kalah. “Memang mirip sekali." berkata Yen Yu San,

“Tapi saudara Lie Siauw San sudah menyangkal.

Kukira betul2 bukan dia.”

Cin Siok Tin tertawa ewah, dengan nakal dan binal ia berkata :

“Aku bisa membuktikan bahwa pendekar misterius itu adalah jelmaan saudara Lie Siauw San."

Mata Yen Yu San terbelalak, ia bertanya. “Maksudmu ?”

Cin Siok Tin memandang kearah Lie Siauw San, ia berkata :

“Kalau bukti sudah berada didepan mata, kuharap saudara tidak membuat penyangkalan." “Silahkan." berkata Lie Siauw San menantang.

“Menurut cerita paman, si pendekar misterius pernah bersembunyi disuatu pohon tinggi ber- sama2 paman bukan?"

“Pohon itu tentu sangat besar dan tinggi." berkata Cin Siok Tin lagi.

“Ya."

“Itulah pohon tua yang sudah berumur ratusan tahun."

“Ngg. "

Cin Siok Tin semakin puas, ia berkata :

“Maka keadaan pohon itu bukan pohon biasa, sebuah pohon yang tak pernah terpijak binatang atau manusia manapun juga, tentu banyak lumutnya, betapa hebat ilmu kepandaian si pendekar misterius, lama kelamaan, lumut2 itu bisa saja nyangkut beberapa. ”

Sengaja atau tidak disengaja, mata Cin Siok Tin memeriksa kearah sepatu Lie Siauw San.

Tepat ! Penilaian seorang wanita memang banyak mempunyai keistimewaan. Karena itulah, pandangan Yen Yu San dan Yen Siu Hiat juga ditujukan kearah sepatu Lie Siauw San. Betul saja

! Dibagian pinggiran sepatu itu terdapat lumut- lumut hijau.

Lie Siauw San menundukkan kepala memandang sepatu tersebut, mulutnya berteriak :

“Aaaah.....oh.......lumut hijau ini yang nona maksudkan? Disaat aku jalan diluar kota, sebelum memasuki rumah penginapan pernah terpeleset, maka terdapat cepretan2 lumut."

Yen Yu San sudah memastikan, kalau pemuda misterius yang menolong dirinya adalah sastrawan muda yang mengaku bernama Lie Siauw San ini, tapi caranya tidak sekasar Cin Siok Tin, berbeda dengan cara Cin Siok Tin, ia tidak mau membuat orang semakin canggung, karena itu tertawa puas dan diam saja.

Cin Siok Tin tidak mau menyerah seperti pamannya, mulutnya digigit keras2, ia berkata lagi:

“Satu fakta lain yang tidak bisa disangkal."

Lie Siauw San mulai kewalahan, ia memandang gadis pandai itu.

Cin Siok Tin berkata : “Paman Yen Yu San, disaat si pemuda misterius mengejar lengcu Panji Putih memasuki rimba, pernah terjadi hujan senjata gelap, bukan ? Nah ! mungkinkah kalau beberapa senjata gelap itu menyangkut di- baju2nya ?”

Hal itu mungkin saja terjadi !

Lie Siauw San masih mengenakan pakaian panjang yang kemarin, ia duduk tidak jauh dari Yen Yu San, maka baju panjang itu ber-kibar2, betul saja, dibeberapa tempat tertembus oleh senjata2 yang halus.

Bukan Cin Siok Tin saja yang bisa melihat adanya tanda2 itu, Yen Yu San juga bisa melihat adanya lubang2 kecil tertembus oleh jarum2 halus senjata rahasia. Lie Siauw San memang lihai, dalam keadaan yang terjepit seperti itu, tokh ia masih mau menyangkal, katanya : “Nona Cin Siok Tin, masih ada sesuatu yang kurang diperhatikan olehmu."

“Dibagian mana?" bertanya Cin Siok Tin.

Lie Siauw San berkata : “Menurut cerita Yen lotiang, si pendekar misterius telah keluar, dirinya menempur musuh, ia mengenakan pakaian panjang biru, tapi aku tidak mengenakan pakaian itu.”

Cin Siok Tin berkata : “Tidak guna untuk memperdebatkan warna pakaian, dalam malam gelap, warna2 pakaian itu mudah disarukan. Biru atau hijau, putih atau kelabu, sepintas selalu hampir sama saja ! Apalagi orang pun mudah menggunakan pakaian rangkap, bukan? Bisa saja seseorang mengenakan pakaian hijau didalam, mengenakan pakaian biru diluar ?”

Menghadapi seorang gadis pandai yang seperti Cin Siok Tin, Lie Siauw San tidak berdaya, mengangkat pundak berkata :

“Kalau nona Cin hendak memaksakan aku sebagai seorang pendekar, apa boleh buat. Sebagai seorang sastrawan tolol yang sepertiku, sangat senang sekali mendapat pujian2 yang seperti itu."

“Tidak menyangkal lagi, bukan?" berkata Cin Siok Tin.

“Kalau betul2 pendekar misterius itu adalah jelmaan boan-seng, buat apa disangkal?" berkata Lie Siauw San. “Itulah. Bagaimana harus menyangkal? Akui saja." berkata Cin Siok Tin.

“Sayang sekali." berkata Lie Siauw San. “Boan- seng bukanlah pendekar misterius itu."

Sesudah mana ia menoleh Yen Yu San, mulutnya ber-gerak2, menggunakan gelombang tekanan suara tinggi, suaranya yang hanya bisa ditangkap oleh Yen Yu San seorang, ia mengucapkan beberapa patah kata, kata2 ini tidak bisa ditangkap oleh Cin Siok Tin, juga tidak diketahui oleh Cin Siok Tin, karena mulut Lie Siauw San tidak tertujukan kepadanya.

Mendengar suara yang seperti semut itu wajah Yen Yu San tertegun.

Cin Siok Tin hendak memaksakan Lie Siauw San agar mengakui penyamarannya. Disaat ini Yen Yu San sudah mengulapkan tangan, ia berkata :

“Siok Tin, sudahlah ! Kukira pendekar misterius berkepandaian silat tinggi itu bukanlah jelmaan saudara Lie Siauw San. Kalau betul sebagai jelmaannya, mengapa ia harus menyangkal terus menerus ? Sudahlah ! Tidak perlu kita berdebatan."

Nada suara Yen Yu San berubah, berubah karena sudah mendengar suara2 yang seperti semut halus tadi.

Kalau sebelumnya ia memihak kepada Cin Siok Tin, kini ia memihak kepada Lie Siauw San.

Cin Siok Tin menjadi heran, ia memandang kearah sang paman, dengan tidak mengerti berkata: “Eh, bagaimana paman bisa merubah haluan ?”

Yen Yu San tidak menjawab teguran Cin Siok Tin, menoleh kearah Yen Siu Hiat dan berkata:

“Siu Hiat, beritahu kepada tuan pengurus, semua rekening saudara Lie Siauw San ini masukkan ke dalam rekening kita, dan jangan lupa, minta tambahan arak dan makanan lagi."

Yen Siu Hiat menerima perintah, ia meninggalkan meja perjamuan.

***

Bab 45

“OH !" berkata Lie Siauw San. “Mana boleh ? Jangan. "

“Aku paling tidak suka kepada orang yang banyak mengunakan peradatan." berkata Yen Yu San.

Lie Siauw San bungkam.

“Sudahlah, kita makan minum lagi,” berkata Yen Yu San.

Apa boleh buat, Lie Siauw San harus menerima kebaikan2 itu.

Makan dan minum lagi beberapa waktu, tiba- tiba Lie Siauw San seperti teringat sesuatu, ia berkata : “Oh.  "

“Ada apa?" bertanya Yen Yu San. “Pagi2   sekali,   boanseng    menemukan sesuatu. "

“Apakah yang saudara temukan?" bertanya Yen Yu San.

“Sebelumnya," berkata Lie Siauw San perlahan, “Bisakah boanseng mendapat sedikit keterangan ?”

“Keterangan apa ?”

“Untuk mengirim dan menerima berita, apakah benteng Penganungan Jaya menggunakan burung merpati ?"

Yen Yu San berkerut alis, lagi2 suara yang mengandung kemisteriusan. Dari mana Lie Siauw San tahu kalau benteng Penganungan Jaya menggunakan burung merpati sebagai penyebar dan penerima berita ?

Karena mengingat bahwa pemuda ini telah menolong dirinya, Yen Yu San tidak perlu sungkan2 lagi, ia menganggukkan kepala dan berkata :

“Saudara memang hebat ! Tepat ! Kadang kala benteng Penganungan menggunakan burung merpati sebagai penyebar dan penerima berita."

Lie Siauw San bertepuk tangan dan berkata : “Nah ! Tepat. Tidak salah lagi !"

“Dari mana saudara bisa menduga kalau kami menggunakan burung merpati ?" bertanya Yen Yu San.

Dengan tenang, sepatah demi sepatah Lie Siauw San berkata : “Boanseng tidak biasa bangun siang, setiap pagi sebelum matahari terbit, boan-seng gerak jalan, hari ini tidak terkecuali, disaat boanseng jalan2, tiba2 terbang mendatangi seekor burung merpati, keluarnya dari deretan kamar lotiang, dari burung inilah pula terjatuh sebuah bungbung kecil. Boanseng segera menduga kepada surat2 penting, dari arah dan datangnya burung merpati ini, boanseng menduga kepada burung merpati benteng Penganungan Jaya. Betul2 saja burung merpati kepunyaan lotiang.”

Dengan heran Yen Yu San berkata : “Eh! Kita tidak melepas burung merpati. Darimana pula munculnya burung itu?”

Lie Siauw San berkata : “Boanseng takut surat itu dipungut orang yang tidak wajib memungut. Demikianlah maka boanseng bawa surat itu kalau saja lotiang membacanya pasti tahu isi berita."

Dari dalam saku bajunya, Lie Siauw San menyerahkan sebuah tabung kecil.

Yen Yu San menerima tabung itu, alisnya berkerut semakin dalam, ia berkata : “Tabung ini bukanlah milik benteng kami."

Lie Siauw San tertawa dan berkata :

“Terbang burung merpati dari daerah sini, walau bukan burung merpati benteng penganungan Jaya, mungkin sedikit banyak ada hubungan dengan benteng lotiang, apa salahnya memeriksa." Anjuran Lie Siauw San mengandung arti dalam. Yen Yu San bisa menerima, menganggukkan kepala berkata : “Betul juga."

Membuka tabung itu, Yen Yu San bisa membaca isi surat, wajahnya berubah.

Apa yang tertulis pada catatan2 itu adalah keterangan jelas dan terperinci dari jalanannya pertempuran2 dimalam hari, itulah surat laporan kepada partai Ngo-hong bun, tentunya dari salah satu dari anggota Perintah maut.

Tidak ada tanda tangan. Hanya menggunakan code-code, code itu menggunakan tanda Duta Keliling, tulisan itu mungil dan baik, tulisan dari buah tangan wanita.

Tanpa melepas surat laporan sang Duta Keliling kepada partai Ngo-hong-bun, Yen Yu San mematung di tempat.

Lie Siauw San bertanya : “Lotiang, apa yang tertulis disana ?”

Yen Yu San menyerahkan laporan itu dan berkata : “Lihatlah !"

Lie Siauw San menerima surat itu, dan ia mulai membaca dengan teliti, sesudah selesai membaca, mendongakkan kepala dan memandang Yen Yu San, dengan tertawa ia berkata:

“Ahh, inilah jalannya kejadian dimalam hari. Tentunya surat lotiang untuk ketua benteng Penganungan Jaya. Sangat beruntung sekali jatuh ditangan boanseng, sehingga rahasia tidak jatuh ke tangan orang lain, kalau saya lotiang mau mengirim lain burung merpati, tentu beres."

Yen Yu San meng-geleng2kan kepala dan berkata:

“Lote bukan orang dari rimba persilatan, tidak begitu mengetahui selak seluk diantara golongan kita. Inilah surat laporan untuk Ngo-hong-bun."

Dengan membelalakkan mata, Lie Siauw San berkata :

“Eh, mengapa lotiang mau mengirim surat laporan kepada partai Ngo hong-bun? Ha, hua, haaa....boanseng mengerti, tentunya lotiang hendak meng-olok2 partai tersebut, hendak mencemoohkan mereka. Rencana memalsukan pengurus Benteng Penganungan Jaya mengalami kegagalan !”

(Bersambung 14)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar