Perintah Maut Jilid 10

 
Jilid 10

ORANG TUA berbaju hijau itu berkata :

“Ya ! Ayahmu tidak segera menerima tawaran itu, tapi. dia juga tidak menolak !”

“Dia tidak akan menerima." berkata Kang Han Cing.

“Tentu saja. Kita harus memberi waktu agar ia berpikir. ”

Didalam hati Kang Han Cing berkata : “Huh ! Dengan jiwa kepribadian ayah, mana mau berkomplotan dengan kalian ?"

Terdengar suara orang tua berbaju hijau itu berkata : “Tunggu punya tunggu, kita orang belum menerima keputusan ayahmu, dan berita yang didapat adalah berita kematiannya. Sayang ! Maka kedudukan hu-huat ini masih kosong. Kalau saja jiekongcu bersedia menerima kedudukan itu, tetap dipertahankan kedudukan hu-huat, kedudukan yang disediakan untuk datuk selatan jatuh kepadamu, ahli waris Kang Sang Fung yang ternama."

Hati Kang Han Cing tergerak, pikirnya : “Oh.....pantas saja berulang kali ia menanyakan kematian ayah, mereka masih meragukan kematian ayah. Dugaan mereka ialah ayah tidak mau menerima jabatan hu-huat golongan Perintah Maut. Juga tidak berani menolak tegas, karena itu menyingkirkan diri berpura2 mati dan entah lari kemana."

“Bagaimana ?" Desak lagi si orang tua berbaju hijau.

“Sangat menyesal," berkata Kang Han Cing. “Aku tidak mempunyai minat untuk menduduki kursi empuk itu."

Wajah orang tua berbaju hijau berubah, menengok kepada Suto Lan, hem....hem. ia

berdengus. Kemudian mengeluarkan suara ancaman, katanya : “Lebih baik berpikirlah sekali lagi."

Suara tadi begitu dingin dan kaku, mengandung ancaman serta kekerasan.

“Golongan Perintah Maut adalah golongan baru. Aku tidak kenal sama sekali. Karena itu aku menolak." jawab Kang Han Cing.

“He, he…” orang tua berbaju hijau tertawa seram. “Hanya dua jalan tersedia, jalan hidup adalah menerima kedudukan hu-huat. Dan menolak berarti jalan Kematian."

Hati Suto Lan juga kebat-kebit, cepat mengirim lirikan kearah Kang Han Cing, dengan maksud membantu si pemuda agar tidak terlalu tegas memberi putusan yang mengakibatkan buruk.

Kang Han Cing melihat adanya kedipan mata itu, tokh ia berpura2 tidak tahu. Hal ini lebih membingungkan Suto Lan, cepat2 ia bangkit dari tempat duduknya, menghampiri sang ayah angkat :

“Ayah, jiekongcu masih belum paham seluk- beluk golongan kita, biar aku yang membujuknya. "

Akhirnya orang tua berbaju hijau itu mau mengalah, ia berkata :

“Baiklah. Biarkan saja ia berpikir tenang satu malam, besok aku minta putusannya."

“Besok." berkata Suto Lan.

Orang tua berbaju hijau berkata : “Nah! Kalian boleh keluar."

Suto Lan mendekati Kang Han Cing dan berkata

: “Kang jiekongcu, turut aku.”

Tanpa diperintah kedua kali Kang Han Cing mengikuti Suto Lan. Mereka meninggalkan kamar orang tua berbaju hijau.

Ditengah jalan, setengah berpikir Suto Lan berkata : “Hei, mengapa kau tarik urat dengan ayahku ?"

Dengan dingin Kang Han Cing berkata: “Maksudmu ?"

Suto Lan berkata : “Tidak bisakah berunding secara baik2 ?"

“Aku bukanlah seorang yang mudah dipaksakan,” Jawab Kang Han Cing. Dengan perlahan Suto Lan berkata : “Demi kepentingan, demi hari depanmu, demi hubungan kita, ada baiknya juga….”

Kang Han Cing menggelengkan kepala. Inilah penolakan.

Suto Lan menghela napas, ia berkata perlahan : “Kau masih belum kenal peraturan golongan Perintah Maut. Peraturan disini tidak mengenal istilah kawan, kita semua adalah lawan ! Istilah kawan berarti menurut perintah. Karena itu golongan kita dinamakan golongan Perintah Maut. Dan bagi orang yang tidak bisa diajak berkawan, orang itu adalah musuh, bagi seorang musuh, hanya jalan kematian yang tersedia."

“Oh ! Begitu ?" jawaban Kang Han Cing acuh tak acuh.

Demikian mereka bercakap2, dan tiba dikamar Suto Lan.

Sebelum memasuki kamar itu, tiba2 terdengar suara bentrokan senjata, datangnya dari arah jauh. Itulah suara pertempuran !

Suto Lan berkerut alis, ia memasang kupingnya panjang2, sayup2 terdengar lagi suara benturan senjata.

Kang Han Cing juga bisa merasakan adanya hawa mesiu digedung besar itu, ia memperhatikan dengan seksama, kecuali suara benturan terdengar juga suara bentakan2. Ada juga suara pekikan panjang. “Oh !" Kang Han Cing berpikir didalam hati. “Seperti ada pertempuran besar !"

Wajah Suto Lan semakin berkerut, ia menoleh kearah Kang Han Cing dan berkata :

“Jiekongcu, masuklah ke kamar. Aku hendak memeriksa sebentar.”

Sesudah itu Suto Lan meninggalkan Kang Han Cing.

Kang Han Cing masuk ke dalam kamar Suto Lan, keadaannya tidak ubah seperti seorang anak kecil. Ia berkepandaian silat, tapi tidak bertenaga. Percuma saja ilmu2 yang lihai dan hebat itu.

Suara pertempuran2 itu datang semakin keras, suatu tanda bahwa ada penyerangan dari luar, tentu orang2 yang menyadi musuh dari golongan Perintah Maut.

“Siapa yang datang?" hati Kang Han Cing berpikir. “Toako yang hendak menolong aku ? Oh ! Mungkinkah Put-im suthay dan Ciok Sim taysu?"

Kalau menurut hati kecil Kang Han Cing, ia hendak mendatangi datangnya suara pertempuran itu. Tapi ia belum tahu golongan mana yang datang. Mungkin juga kawan, mungkin juga lawan.

Mengingat ilmu kepandaiannya sudah tidak bisa digunakan, Kang Han Cing mengeluarkan keluhan panjang, ia menemplokkan badan, duduk dibangku kamar.

Semakin lama, suara pertempuran semakin dekat. Suara beradunya senjata semakin gencar. Sebagai seorang ahli silat, walau ia tidak bertenaga, rasa ingin tahunya bertambah. Kang Han Cing bangkit berdiri, ia membuka pintu kamar.

Tiba2 terasa satu jalur hawa dingin yang menyerang.

Gedebuk...Kang Han Cing jatuh ditotok orang. Tidak sadarkan diri lagi. Ada seseorang yang menyerang pemuda itu, menotoknya sehingga merobohkan Kang Han Cing.

Tentu saja, didalam keadaan tiada daya Kang Han Cing tidak bisa mengelakan serangan totokan itu.

***

Berapa lama Kang Han Cing tidak sadarkan diri? Hal ini tidak diketahui pasti. Di saat si pemuda siuman, ia mendapatkan dirinya ditempat lain, itulah ruangan pendopo, ruangan pendopo dari sebuah kelenteng yang sudah rusak, ia tidak berada di dalam kamar Suto Lan lagi.

Seorang tosu berjubah hijau, dengan jenggot panjang, berdiri didepan Kang Han Cing, melihat pemuda itu sudah sadarkan diri, ia memberi hormat berkata :

“Jiekongcu !"

Kang Han Cing lompat duduk, terasa kedua tangannya masih ditotok orang, tidak bisa digerakkan, didalam kemarahan, ia berkata : “Apa artinya permainan ini ?” Tosu berjubah hijau ini menjawab : “Maaf !

Hamba hanya mendapat perintah."

Dengan warna pakaian yang berbentuk hijau, Kang Han Cing menduga kepada komplotan ayah angkat Suto Lan dkk itu, segera ia membentak : “Apa ? Kau mendapat perintah si kakek itu ? Jangan mengimpi ! Sudah kukatakan kepadanya, aku tidak bisa menerima tawarannya."

Tosu berjubah hijau tertegun sebentar, kemudian dia sadar akan kesalahannya, dengan tertawa berkata : “Jiekongcu salah paham, kami bukanlah orang2 dari gedung Liong-tan."

“Gedung Liong-tan ?” Kang Han Cing tidak mengerti.

“Gedung Liong-tan adalah gedung yang belum lama Jiekongcu tempati, itulah gedung penjahat. Dari tempat itulah kami menolong jiekongcu,” tosu berjubah hijau memberi keterangan.

Ternyata mereka adalah rombongan baru, orang2 yang menolong Kang Han Cing dari golongan Perintah Maut.

Dengan berkerutkan alis, Kang Han Cing bertanya lagi : “Kalian bukan satu golongan ?"

Tosu berjubah hijau berkata : “Kita orang dari Lembah Baru. Tidak bisa disamakan dengan orang2 ini.”

“Lembah Baru ?" Kang Han Cing semakin bingung, lagi2 suatu nama yang masih asing. “Dimanakah letak lembah baru itu ?" Tosu berjubah hijau dari lembah baru tersenyum2. Kang Han Cing bertanya lagi : “Bagaimana asal usulnya orang2 Perintah Maut itu?"

Tosu berjubah hijau menjawab, “Munculnya mereka masih sangat misterius, pinto juga belum tahu jelas. Menurut cerita, tokoh2 pimpinan mereka sangat dirahasiakan. Kini sedang mengundang banyak jago2 silat yang bisa digunakan. "

“Bagaimana keadaan Lembah Baru?"

Tosu berjubah hijau menjawab : “Partai lembah baru tidak bisa disamakan dengan golongan Perintah Maut. Lembah baru adalah wadah untuk penegak keadilan dan kebenaran. Jangan disamakan dengan mereka."

Dengan dingin Kang Han Cing bertanya : “Kalian telah menculik diriku ketempat ini, apalagi maunya

?"

“Jiekongcu salah paham,” berkata tosu berjubah hijau. “Untuk jelasnya, Tan Siao Tian tongcu berada diruang tengah, biar kuantar jiekongcu. Ia bisa memberikan keterangan yang lebih jelas."

“Baik." berkata Kang Han Cing. “Pertemukan aku kepada pemimpin kalian."

“Silahkan,” berkata tosu berbaju hijau mengajak Kang Han Cing meninggalkan ruangan kelenteng.

*** Bab 27

KANG HAN CING berjalan di belakang si tosu dari lembah baru, ia melangkahkan kakinya keluar, matanya memeriksa sekitar tempat itu. Dipekarangan terdapat tanaman2 bunga dan pepohonan teratur rapi, jauh didalam kelenteng terdapat hiolo dan ukiran naga.

Tosu dari Lembah baru itu melewati jalan kecil yang terbuat dari batu, dan akhirnya berhenti disebuah bangunan, menoleh kebelakang, memandang Kang Han Cing dan berkata : “Jiekongcu, silahkan !"

Memasuki bangunan ini, disana sudah berduduk seorang tinggi besar, matanya rusak sebelah. Pada kursi sebelah kiri dari orang tua bermata satu itu, duduk seorang laki2 setengah umur, wajahnya ke-kuning2an.

Dan disebelah kanan juga terdapat beberapa buah kursi, kursi itu kosong, tidak diduduki orang.

Dari jauh sudah terdengar suara orang tua bermata satu yang keras : “Jiekongcu sudah datang."

Si tosu memberi hormat dan menjawab, “Sudah

!"

Dan ini waktu Kang Han Cing menampilkan diri.

Maka tosu berjubah hijau berkata kepada Kang Han Cing, “Inilah pimpinan kami, Tan Siao Tian tongcu." Ia menunjuk kearah si-laki2 berwajah ke- kuning2an itu, serta berkata : “Inilah wakil pimpinan kami, Kong Kun Bu tongcu."

Laki2 berwajah ke-kuning2an Kong Kun Bu menganggukkan kepala kepada Kang Han Cing, inilah tanda penghormatan.

Kedua tangan Kang Han Cing masih berada didalam keadaan tertotok, ia hanya menganggukkan kepala, membalas hormat itu.

Orang tua bermata satu menoleh kearah si baju hijau dan bertanya : “Sudah kau ceritakan maksud tujuan kita kepada jiekongcu ?”

Tosu berjubah hijau menjawab : “Belum sempat hamba beritahu.”

Orang yang bernama Tan Siao Tian memancarkan cahayanya terang.

Wah ! Kalau begini naga2nya Kang Han Cing jatuh kedalam satu komplotan baru, komplotan lain yang lebih misterius dari komplotan Perintah Maut.

Di dalam hati Kang Han Cing berpikir : “Urusan apa lagi yang mereka hendak rundingkan? Mungkinkah kematian ayah ? Atau menawarkan kedudukan lain dari golongan partai baru?"

Disaat ini, orang tua bermata satu memandang kearah Kang Han Cing, per-lahan2 ia berkata :

“Mendapat perintah kokcu, kami ditugaskan untuk menyambut jiekongcu.” Kokcu berarti ketua lembah. Ternyata orang tua bermata satu dan kawan2 mendapat tugas dari seseorang, mendapat tugas untuk menyambut kedatangan Kang Han Cing.

Kang Han Cing mengkerut alis, ia berkata : “Siapa kokcu kalian itu ?"

Tentu saja mereka hanya menyebutnya sebagai Kokcu, sedangkan Kang Han Cing tidak tahu dimana adanya Lembah Baru. Siapa yang menduduki kursi kokcu ? Karena itulah ia wajib mendapat penjelasan.

Orang tua bermata satu berkata : “Kita sekalian hanya mendapat tugas, inilah yang bisa diterangkan. Lain tidak.”

“Maksudnya ?" berkata Kang Han Cing.

“Kokcu hendak merundingkan sesuatu dengan jie kongcu."

“Urusan apa?"

“Maaf. Kami belum tahu."

“Uh ! Lembah baru masih terlalu asing. Apa lembah yang menghasilkan Lengcu Panji Hitam dan lengcu Panji Hijau?”

“Jie kongcu salah paham." berkata si kakek bermata satu Tan Siao Tian. “Orang2 itu tidak sependapat dengan kita."

“Tongcu bisa mengetahui asal usul mereka?” bertanya Kang Han Cing. Ia wajib meminta sedikit keterangan dari adanya golongan Perintah Maut, ia tersiksa dan terfitnah oleh golongan2 itu. Orang tua bermata satu Tan Siao Tian menggelengkan kepala berkata : “Belum tahu."

“Apa tongcu belum pernah mendengar cerita tentang munculnya orang yang bernama lengcu Panji Hitam dan lengcu Panji Hijau?"

“Pada hari2 terakhir ini, memang betul ada sesuatu komplotan yang sering berkeliaran disekitar kota Kim-leng, baru semalam kita tahu kalau kongcu jatuh kedalam tangan mereka. Demikianlah kita menolongmu dan dibawa kesini."

Kang Han Cing berkata :

“Kalian bisa menolong aku dari tangan mereka, mana mungkin tidak mengetahui asal usul orang itu ?”

Orang tua bermata satu Tan Siao Tian menjadi tidak sabaran, ia berkata :

“Sudah kukatakan. Asal usul mereka masih serius. Jangan banyak tanya lagi !"

Hati Kang Han Cing tercekat, dari logat suara Tan Siao Tian ia tahu banyak tentang adanya orang2 dari golongan Perintah Maut. Dan tidak mau bicara dengannya lagi. Karena itulah ia berpikir : “Aku sedang berhadapan dengan dua kekuatan baru, satu kekuatan dari golongan Perintah Maut, lainnya adalah golongan orang2 ini dari Lembah Baru."

Kang Han Cing bingung memikirkan hari depannya.

Menurut cerita Goan Tian Hoat, lengcu Panji Hitam mengorek peti mati sang ayah, peti mati itu adalah peti mati kosong ! Kemana perginya jenazah sang ayah ?

Suatu bukti kalau mayat itu sudah dicuri golongan lain. Mungkinkah dicuri oleh golongan dari Lembah Baru ?

Hanya golongan Perintah Maut dan golongan Lembah Buru yang masih asing bagi penilaian Kang Han Cing, karena itulah ia berkata : “Masih ada satu pertanyaan, bisakah tongcu sekalian menjawab ?"

“Katakan !" berkata si kakek bermata satu Tan Siao Tian.

“Mayat    ayah     almarhum     dicuri     orang.

Mungkinkah tongcu bisa memberi keterangan ?"

Orang tua bermata satu Tan Siao Tian terkejut sebentar, menganggukkan kepala berkata :

“Menurut cerita yang tersebar, jenazah Datuk Selatan Kang taysianseng, telah lenyap dari tempatnya. Keadaan yang jelas kami tidak tahu sama sekali. Hanya itu saja yang bisa diberi tahu.”

Dengan sepasang sinar mata yang ber-kilat2 Kang Han Cing memperhatikan orang2 didepannya, ia membentak :

“Apa bukan perbuatan kalian ?"

Wajah orang tua bermata satu berubah, wajah laki2 berwajah kuning Kong Kun Bu juga berubah, segera ia membentak : “Tidak baik menduga sembarangan. Kami dari Partai Baru tidak akan melakukan perbuatan yang seperti itu.”

Betul2 Kang Han Cing pemberani, ia berkata menantang :

“Dua kekuatan baru yang belum lama hadir didalam rimba persilatan adalah kekuatan Perintah Maut dan kekuatan Lembah Baru. Dua kekuatan yang masih belum diketahui jelas tujuan hidupnya. Lengcu Panji Hitam membuka peti. Dan mendapatkan peti itu sudah kosong ! Suatu bukti kalau orang yang mencuri mayat ayah bukanlah dari golongan Perintah Maut, maka kalau bukan perbuatan mereka, perbuatan siapa lagi ? Kecuali golongan Lembah Baru, mungkinkah ada kekuatan besar yang ketiga ?"

“Hua, hua, haaa, haaaa....." Orang tua bermata satu Tan Siao Tian tertawa berkakakan. “Penilaian yang salah. Penilaian yang egoistis. Kita orang tidak mempunyai dendam permusuhan dengan Kang taysianseng. Mengapa harus mencuri mayatnya ? Tiada guna."

Menyaksikan sikap orang yang bersungguh- sungguh, Kang Han Cing harus bisa percaya kepada keterangannya, ia semakin bingung, tiada henti2nya berpikir, siapa orang yang mencuri mayat ayah ? Bukan rombongan lengcu Panji Hitam. Juga bukan rombongan si kakek bermata satu. Siapa lagi?

Menurut apa yang dia tahu, untuk rimba persilatan dimasa itu, dua kekuatan baru yang baru menongolkan kepala adalah kekuatan Perintah Maut dan kekuatan lembah baru. Mungkinkah masih ada kekuatan ketiga?

Oh......Apa betul seperti apa yang didesas- desuskan, ayah itu belum mati ?

Tidak mungkin ! Telah disaksikan dan dibuktikan sang ayah terbaring, terlena didalam peti mati. Tiada napas, tiada nadi, mungkinkah orang yang sudah mati bisa bangkit kembali? Mungkinkah terjadi pembangkitan orang mati hidup baru?

Disaat Kang Han Cing sedang memikirkan dengan cara bagaimana sang ayah bisa hidup bangkit kembali, orang tua bermata tunggal Tan Siao Tian berkata :

“Bencana rimba persilatan diambang pintu, kekuatan jahat mulai berkuasa. Karena itulah kokcu kami mengundang keempat Datuk persilatan dan anak murid keempat Datuk persilatan berkumpul menjadi satu. Merundingkan cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini. Kalau saja jiekongcu mempunyai usul baru, beritahu kepada kokcu kami."

“Ah...” Kang Han Cing mengeluh di dalam hati. “Mengapa mereka juga hendak mengundang empat Datuk Persilatan ? Kecuali mereka juga sudah mengundang Datuk Timur, Datuk Utara?"

Orang2 dari Lembah baru itu menantikan jawaban Kang Han Cing. Kang Han Cing mengajukan pertanyaan : “Dimana kokcu kalian berada ?" Orang tua bermata satu Tau Siao Tian berkata : “Perintah kokcu agar kita tidak boleh bentrok dengan golongan Perintah Maut. Tujuan utama adalah mengundang dirimu ke lembah baru. Tapi apa boleh buat ! Kau jatuh kedalam tangan mereka, terpaksa kami menggunakan kekerasan, menyatroni dan menyerbu markas mereka untuk daerah Kang-lam. Menolong dirimu. Karena itulah, tentu menimbulkan efek2 yang tidak baik. Aku tidak berdiam lama2 disini, maksudku segera mengajak kau menemukan kokcu, marilah. Marilah, kita menuju ke lembah Baru."

Sesudah itu, Tan Siao Tian memandang kearah Sitosu berjubah hijau dan berkata :

“Silahkan ajak jiekongcu ber-kemas2 siap berangkat. Aku juga masih harus mengurus sesuatu lagi."

Betul2 orang tua bermata satu Tan Siao Tian mengajak laki2 berwajah kuning Kong Kun Bu meninggalkan ruangan.

Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu adalah pemimpin dan wakil pemimpin gerakan partai baru di tempat itu, mereka meninggalkan Kang Han Cing.

Tosu berbaju hijau memberi hormat kepada Kang Han Cing dan berkata : “Silahkan jiekongcu."

Kang Han Cing hendak membebaskan diri tapi tenaganya sudah hilang karena adanya obat pembuyar tenaga dari Suto Lan. Kini ia juga mendapat totok2an lemah, apa boleh buat, ia harus menurut mereka. ***

Pada sore harinya, Kang Han Cing yang sedang istirahat mendapat kunjungan dari tosu berbaju hijau, tosu itu berkata :

“Tan Siao Tian tongcu hendak segera berangkat. Maka pinto diharuskan berunding dengan jiekongcu."

“Runding apa ?" tanya Kang Han Cing.

Tosu berbaju hijau mengeluarkan sapu tangan hitam, dengan nada suara menyesal ia berkata :

“Untuk dicetuskan memang terlalu kurang ajar, tapi apa boleh buat, sebelum jie kongcu meninggalkan ruangan ini ada lebih baik mendapat penutupan mata."

Dengan dingin Kang Han Cing berkata : “Huh! Takut aku menyatroni kelentengmu dikemudian hari?"

“Bukan itu." berkata sitosu. “Inilah perintah atasan. Untuk sementara masih harus dirahasiakan. Di antara kita belum tentu menjadi musuh. Mungkin juga kawan."

“Silahkan !" Kang Han Cing memasang badan. “Maaf !" dan betul tosu itu menutup kedua mata

Kang    Han    Cing,    diajaknya    mereka    keluar

meninggalkan kelenteng.

Diluar kelenteng sudah tersedia sebuah kereta. Dengan mata tertutup Kang Han Cing dipepayang masuk kedalam kereta itu, begitu tutup kereta tersingkap, terdengar suara si tosu: “Tongcu, sampai disini saja."

“Silahkan !" inilah suara Tan Siao Tian.

Terdengar suara roda kereta bergerak, dan kereta itu meninggalkan kelenteng sitosu berbaju hijau.

Goncangan2 kereta membuat Kang Han Cing tidak tenang, dari napas yang ada ia tahu kalau didepannya terdapat Tan Siao Tian. Karena itu ia bertanya :

“Tan Siao Tian tongcu, sudah boleh membuka tutup kerudung mata ini ?"

“Sebentar lagi." berkata Tan Siao Tian. “Tidak lama akan kubuka.”

“Mungkinkah harus menunggu diluar kota ?” bertanya Kang Han Cing.

Tan Siao Tian tidak menjawab, dan Kang Han Cing juga turut istirahat. Ketoprak....

ketoprak...ketoprak...Suara derap langkah kaki kuda mengiringi gelinding2 roda kereta keluar kota. Satu jam kemudian, terdengar suara Tan Siao Tian :

“Jiekongcu, kain penutup mala jie-kongcu sudah boleh dibuka."

Sreet.   penutup mata Kang Han Cing terbuka.

Waktu sudah menjadi malam, keadaan gelap gulita, maka walau dengan mata terbuka Kang Han Cing juga tak bisa melihat dimana ia berada. Kereta itu masih berjalan terus. Kang Han Cing memperhatikan jalan kereta didalam kegelapan, tampak tiga mata menyorot terang, itulah sepasang mata Kong Kun Bu dan mata tunggal Tan Siao Tian. Ketiga sinar itu bercahaya kemilauan, sedang memperhatikan dirinya.

Teristimewa mata tunggal Tan Siao Tian, didalam kegelapan seperti itu seolah-olah bintang fajar yang berkelap kelip. Bercahaya dan berbinar.

Hati Kang Hin Cing terkejut, ia berpikir : “Latihan tenaga orang ini pasti hebat.”

Tentu saja Kang Han Cing tidak menjadi takut. Ia tertawa kepada orang yang menjaga dirinya baik2 itu.

Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu tidak tahu kalau Kang Han Cing sudah terkena racun pelemas tenaga, karena itu Kang Han Cing tidak bisa menggunakan ilmu kepandaiannya, maka kedua jago tadi menjaga dengan baik2, tidak lepas dari hadapannya.

Demikianlah, Kang Han Cing diajak ke suatu tempat yang masih asing, tempat yang dikatakan bernama Lembah Baru.

Sebentar kemudian, kereta yang berjalan terasa terhenti. Terdengar suara Tan Siao Tian berkata: “Jiekongcu, mari kita turun."

“Apa sudah sampai ?" bertanya Kang Han Cing.

Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu tidak menjawab, satu persatu keluar dari kereta. Menunggu turunnya Kang Han Cing. Kang Han Cing juga melangkahkan kaki menuruni kereta.

***

Bab 28

DIDEPANNYA adalah sebuah rimba gelap, rimba belukar. Di-sana sudah tersedia sebuah kereta lain, seorang laki2 dengan menyoren pedang membukakan pintu kereta itu.

Tan Siao Tian memandang kearah Kang Han Cing dan berkata : “Silahkan jiekongcu ganti kereta."

Pertukaran kereta terjadi. Mereka meninggalkan kereta lama, dan duduk dikereta yang baru itu. Kereta yang sudah tersedia.

Secepat mereka menaiki kereta itu, kuda terkejut, taarrrrr. gelinding kereta berjalan cepat.

Dan sesudah itu, sayup2 Kang Han Cing masih bisa menangkap deru kereta yang lain, itulah suara kereta lama. Kaburnya bertentangan dengan arah mereka.

Kedua kereta mengambil arah yang bertentangan, masing2 berjalan pergi. Semakin lama semakin jauh, akhirnya tidak terdengar suaranya sama sekali.

Kang Han Cing masih bisa memperhatikan deru suara kereta itu, hatinya bergumam : “Sengaja mereka berganti kereta untuk menghindari penguntitan orang. Mengelakkan pengejaran. Dengan adanya penggantian kereta yang seperti ini, kalau ada orang yang hendak menolong, tentu mengejar kereta pertama. Dengan demikian mereka dapat mengelakan banyak kerewelan. Lembah Baru juga komplotan yang misterius, entah golongan baru dari mana !"

Pada malam harinya Kang Han Cing melewatkan waktu didalam kereta.

Hari menjadi pagi, kereta masih belum dihentikan, tidak lama kemudian terdengar suara hiruk pikuk orang, gerak kereta juga diperlambat.

Berjalan lagi beberapa saat suara hiruk pikuk kian ramai, tanpa membuka matanya Kang Han Cing bisa menduga2, tentunya sudah tiba disebuah kota yang besar dan ramai.

Akhirnya kereta terhenti, terdengar langkah orang yang mendekati kereta, dengan hormat ia berkata : “Tuan Tan Siao Tian, sudah lama hamba menunggu ditempat ini."

Tan Siao Tian membuka pintu kereta, ia berjalan keluar, dan mengajukan pertanyaan kepada orang yang membuat penyambutan : “Apa sudah menyediakan kamar?"

Orang itu menjawab : “Semalam sudah kami borong."

“Oh....." Kang Han Cing menganggukkan kepala. “Ternyata mereka hendak menggunakan penginapan ini untuk istirahat, melakukan perjalanan malam dan istirahat diwaktu siang."

Dugaan Kang Han Cing tidak salah, orang2 dari Lembah Baru membawa Kang Han Cing menuju ketempat markas besar mereka. Dengan melakukan perjalanan malam dan istirahat diwaktu siang. Untuk mengelakan banyak gangguan.

Tan Siao Tian menoleh kearah Kong Kun Bu, ia berkata : “Saudara Kong Kun Bu, boleh persilahkan jiekongcu turun kereta."

Kang Han Cing meninggalkan kereta itu dengan dipepayang oleh Kong Kun Bu.

Tan Siao Tian berkata : “Jiekongcu, tentunya kau sudah sangat letih. Kita istirahat ditempat ini untuk selanjutnya melakukan perjalanan."

Disana sudah bertambah seorang laki2 berbadan besar dan tegap, orang itu memberi petunjuk dimana mereka harus bermalam.

Di tempat mereka berada adalah jalan yang agak sepi, dengan diapit oleh Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu, dengan diantar oleh laki2 berbadan tegap itu, mereka memasuki ke sebuah rumah penginapan.

Rumah penginapan itu bertingkat dua, terdiri dari lima baris ruangan2, masing2 baris terpisah dan tersendiri.

Dua pelayan rumah penginapan menyambut datang, mereka mengantar ke-kamar2 yang sudah diborong oleh rombongan tersebut. Sesudah mempersilahkan tamu2nya memilih kamar masing-masing, seorang pelayan datang dan berkata : “Tuan2 sekalian hendak membersihkan badan ?"

Tan Siao Tian menolak penawaran itu, ia berkata : “Tidak perlu ! Semalam suntuk kami tidak istirahat, sangat letih, kami membutuhkan waktu istirahat."

Pelayan itu segera memperlihatkan wajahnya yang merah, ia berkata : “Baik......biar hamba bawakan air minum saja."

Sesudah itu, betul2 si pelayan rumah penginapan berjalan pergi.

Tan Siao Tian menoleh kearah Kong Kun Bu dan berkata : “Saudara Kong Kun Bu, tentunya jie- kongcu sangat letih, ajaklah istirahat di kamar sebelah."

Kong Kun Bu mengiyakan perintah itu, menoleh kearah Kang Han Cing dan berkata: “Jie Kongcu, biar aku yang menemani."

Hati Kang Han Cing berdengus dingin : “Huh? Menemani? Bilang saja mengawal diriku. Takut aku kabur."

Tapi ia tidak mengutarakan perasaan itu, menganggukkan kepala dan berkata: “Baik, aku juga sangat letih sekali."

Kang Han Cing dan Kong Kun Bu mendapat satu kamar tersendiri, kamar ini tersedia dua tempat tidur, adalah kamar yang besar, sangat bersih. Diantara kedua tempat pembaringan terdapat meja, meja itu tidak jauh dari jendela, Kang Han Cing dan Kong Kun Bu mengambil tempat2 tersendiri.

Ini waktu seorang pelayan berjalan masuk, ia membawa sebuah nampan, disana berisi teko dan cangkir. Meletakan minuman itu dimeja, ia berkata kepada Kang Han Cing dan Kong Kun Bu, “Silahkan tuan2 minum."

Servise si pelayan memang agak memuaskan, diambil dua cawan teh, diisi dengan teh. Sambil menuang minuman itu si pelayan berkata : “Kamar ini adalah kamar yang terbersih dari rumah penginapan kami, kami juga menyediakan teh-teh liongkin yang istimewa, sesudah tuan2 meminum akan bisa merasakan keistimewaan dari teh kami ini.”

Ia menyodorkan cangkir kearah Kong Kun Bu dan menyodorkan kearah Kang Han Cing.

Disaat ini si pelayan mengedip2kan mata pada Kang Han Cing. Dengan membelakangi Kong Kun Bu. Sepasang sinar mata itu bercahaya bening dan jeli.

Hati Kang Han Cing tergerak, sepasang sinar mata yang tidak asing. Ia berpikir sebentar, dan disaat ini terdengar satu suara yang persis seperti suara semut, “Lekas minum teh ini !"

Itulah suara Suto Lan ! Hati Kang Han Cing semakin tergerak, ia memperhatikan betul2, dan betul saja si pelayan adalah penyamaran Suto Lan. Pantas saja sinar mata itu tidak asing baginya. Suto Lan mengenakan pakaian pelayan rumah penginapan, sesudah memberi teh kepada Kang Han Cing, ia menghadap Kong Kun Bu dan berkata

: “Tuan masih membutuhkan tenaga hamba?"

“Tidak." berkata Kong Kun Bu, “kalau kuperlu aku bisa panggil."

Suto Lan mengundurkan diri.

Mengantar kepergian Suto Lan, hati Kang Han Cing berpikir: “Ia menyamar menjadi seorang pelayan, menyerahkan teh minuman kepadaku. Mungkinkah mengandung obat penawar racun lumpuh ?”

Tidak salah lagi ! Dengan alasan apa ia memberi kisikan kepadaku agar cepat segera minum teh pemberiannya?

Disaat Suto Lan memberikan teh kepada Kang Han Cing, dengan tekanan gelombang suara tinggi, Suto Lan telah menyuruh Kang Han Cing cepat meminum minuman itu, tentunya mengandung arti penting.

Hati Kang Han Cing masih berpikir terus. “Beberapa hari dari gerak-gerik partai baru,

orang2 ini mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Mereka bisa mengambil dirinya dari komplotan perintah Maut tentu mempunyai keistimewaan tersendiri."

Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu tidak tahu kalau Kang Han Cing itu sudah terkena racun pelemas badan, tenaganya tidak bisa digunakan, maka mereka membuat penjagaan yang ketat. Dan sekarang Suto Lan membikin pengejaran, Suto Lan hendak menolong dirinya.

Kang Han Cing mengeringkan cawan teh pemberian Suto Lan.

Kong Kun Bu memiliki pengalaman Kang-ouw yang luas, mendapat tawaran minuman teh, ia tak segera meminum. Diperhatikannya beberapa saat, di-cium2 beberapa waktu, dan dia betul2 membuktikan kalau teh itu tidak mengandung racun baru menganggukan kepala berkata : “Daun teh ini memang betul daun teh Liongkin yang istimewa."

Dan ia juga mengeringkannya.

Kang Han Cing memuji kecerdikan Kong Kun Bu, pantas saja Tan Siao Tian memberi tugas pengawalan dirinya kepada Kong Kun Bu. Ternyata jago partai baru ini memang memiliki ketajaman yang luar biasa.

Mereka sama2 letih, melakukan perjalanan terus menerus. Dan kini Kang Han Cing harus membebaskan diri dari pengawasan Kong Kun Bu. Tapi semua itu tidak mudah dilakukan.

Berbaring beberapa saat, sengaja Kang Han Cing menguap. Memandang kearah Kong Kun Bu, ia berkata: “Kong Kun Bu tongcu, apa kau tidak letih? Aku sangat mengantuk mau tidur dahulu."

“Silahkan !" berkata Kong Kun Bu.

“Jie kongcu bebas bergerak. Lebih baik memang kita istirahat, untuk menyiapkan perjalanan lagi disore hari." Tanpa banyak bicara lagi, Kang Han Cing membaringkan diri. Ia sedang me-mikir2 tentunya Suto Lan sedang merencanakan sesuatu yang bisa membantu usaha dirinya. Air minum sudah bercampur obat penawar racun lemas. Ia harus menyembuhkannya cepat.

Membelakangi Kong Kun Bu, Kang Han Cing mengatur peredaran jalan darahnya, betul saja. Beberapa saat kemudian, kekuatan yang lenyap itu pulih kembali, peredaran jalan darah berputar dengan bebas, tiada gangguan. Air minum pemberian Suto Lan mempunyai unsur penawar racun pelemas.

Kang Han Cing yang pernah istirahat dan mendapatkan pengobatan racun jahat dari komplotan Perintah Maut dikelenteng Pek-yun- koan, ia telah meminum banyak obat Swat-ci-tan. Obat Swat-ci tan adalah hasil ramuan buatan Tian Hung totiang yang mujarab, memakan jerih payahnya belasan tahun, tokh hanya menelorkan duaratus empat puluh butir, separuh dari jumlah ini telah dimakan oleh Kang Han Cing dalam waktu empat hari berturut2, bagaimana ia tidak mendapat kemajuan cepat ?

Maka sesudah mendapat obat penawar racun lemas yang tepat, dibantu dengan tenaga latihan Kang Han Cing, sebentar saja ia bisa memulihkan kekuatannya yang lenyap.

*** Bab 29

KONG KUN BU selalu memperhatikan gerak- gerik Kang Han Cing, tampak putra datuk selatan itu sedang terbaring, sangkanya sangat letih, apalagi telah ditotok jalan darahnya, tentu lebih letih lagi, ia tidak banyak membikin perhatian, dan ia duduk melatih diri.

Kang Han Cing bukan pemuda biasa. Tanpa banyak kesulitan, sebenarnya ia bisa menembus totokan-totokan yang mengekang kebebasannya. Inilah hasil dari latihan2 dan hasil dari obat Swat- ci-tan.

Pada tengah hari, laki2 berbadan tegap yang menyambut mereka itu masuk ke kamar menyilakan Kang Han Cing dan Kong Kun Bu bersantap siang.

Kong Kun Bu dan Kang Han Cing serta laki2 itu keluar, mereka bersantap diruang tengah disana Tan Siao Tian sudah menunggu.

Begitu melihat kedatangan Kang Han Cing, cepat2 Tan Siao Tian berkata : “Jiekongcu, mari kita makan.”

Kang Han Cing tidak banyak tawar ia melahap apa yang tersedia.

Ditengah perjamuan, Tan Siao Tian menunjuk kearah laki2 berbadan tegap itu dan berkata: “Inilah hiangcu kami yang bernama Pok Tay Goan. Kuperkenalkan."

Kang Han Cing dan Pok Tay Goan saling menganggukkan kepala. Sesudah mereka hampir selesai makan, Tan Siao Tian berkata lagi : “Sesudah makan sore, sebentar kita harus melanjutkan perjalanan. Maka semua orang boleh istirahat."

Kang Han Cing memandang Tan Siao Tian dan bertanya : “Ada sesuatu hal yang hendak kutanyakan !”

Tan Siao Tian berkata : “Katakanlah."

Kang Han Cing memandang kepada ketiga jago dari partai baru itu baru bertanya : “Kita telah melakukan perjalanan satu malam, dimanakah Lembah Baru itu berada ?"

Tan Siao Tian tertawa, katanya : “Jiekongcu tidak perlu terburu-buru, jiekongcu akan segera tahu."

Kang Han Cing mengajukan pertanyaan lain : “Bagaimana keadaan Kokcu kalian? Dimanakah dia berada ?"

Tan Siao Tian berkata : “Disaat kami mendapatkan tugas menyambut Jiekongcu, Kokcu tidak keluar dari lembah. Tentu saja masih berada di lembah Baru."

Dimana ada Lembah Baru? Kang Han Cing tidak tahu. Jawaban itu sama saja tidak menjawab.

“Berapa lamakah harus melakukan perjalanan menuju Lembah Baru?” bertanya Kang Han Cing.

“Dari sini ke lembah baru, masih memakan waktu empat atau lima hari lagi !" “Ho….” Kang Han Cing membelalakan mata, “Begitu jauh ?”

Dan disaat ini, mereka sudah selesai makan siang. Tiba2 seorang laki2 berpakaian ringkas lari masuk. Pok Tay Goan adalah pemimpin cabang partai baru untuk daerah itu, ia meninggalkan kursinya, menyambuti orang tersebut dan bertanya perlahan : “Ada apa ?"

Orang tersebut dengan membungkukkan setengah badan lalu berkata : “Si kusir kereta Tee Lo Liok memberitahu kepada hamba agar memberi laporan kepada hiancu. Tadi ia melihat seorang hweeshio yang mundar-mandir didepan rumah penginapan, gerak-geriknya sangat mencurigakan."

Pok Tay Goan berkata : “Para hweeshio sering meminta derma, biasa saja. Kau boleh keluar."

“Baik." jawab orang itu, sebelum ia berjalan keluar tiba2 berkata lagi: “Hiancu, hweeshio itu langak-longok di sekitar kita. Kukira mata2 musuh."

“Aku tahu,” Pok Tay Goan berkata singkat.

Sesudah memberi laporan, anak buah itu mengundurkan diri.

Pok Tay Goan kembali lagi.

Percakapan mereka itu sudah dapat didengar oleh Kang Han Cing, juga didengar oleh Tan Siao Tian dan Kong Kun Bu.

Masing2 memikirkan cara untuk menghadapi kedatangannya hweeshio misterius itu. ***

Sore harinya.

Rombongan dari partai baru yang mengundang Kang Han Cing ke lembah baru itu meninggalkan kamar masing2 siap meneruskan perjalanan.

Dengan diapit oleh Kong Kun Bu dan Tan Siao Tian, Kang Han Cing berjalan, didepannya menggunakan langkah lebar Pok Tay Goan sebagai perintis.

Begitu keluar dari rumah penginapan, mata Kang Han Cing yang tajam ini bisa melihat adanya seorang hweeshio berjubah abu2 berdiri jauh, melihat munculnya Kang Han Cing, hweeshio itu cepat2 membalikan badan dan meninggalkan tempat tadi.

Itulah hweeshio yang mencurigakan ! hweeshio yang dilaporkan oleh anak buah dari partai baru sebagai hweeshio yang longak longok memperhatikan gerak-gerik mereka.

Kang Han Cing tidak berhasil menemukan bayangan si gadis berbaju hijau Suto Lan, maka ia menduga bahwa hweeshio itu adalah salah satu dari rombongan Suto Lan.

Kang Han Cing naik kereta maka kain penutup kereta ditutup.

Tan Siao Tian menoleh kearah Pok Tay Goan. Orang yang kita sebut belakangan menganggukkan kepala, memonyongkan mulut kearah bayangan hweeshio berjubah abu2 itu. Sebelah mata Tan Siao Tian yang masih bisa melihat memancarkan cahaya tajam, ia tertawa dingin.

Tidak lama kemudian, kereta diberangkatkan. Karena kain penutup diturunkan, maka Kang

Han Cing tidak bisa melihat jalan-jalan yang

dilewati.

Beberapa saat kemudian kereta dikaburkan lebih cepat, suatu tanda mereka telah meninggalkan kota tadi.

Kang Han Cing masih ber-pikir2, Suto Lan berani menyamar menjadi pelayan rumah penginapan dan memberi obat penawar racun lemas, suatu bukti bahwa gadis itu memiliki rencana2 yang baik. Adanya hweshio berjubah abu-abu itu adalah suatu bukti bahwa mereka juga sudah berada didalam kota. Dan karena tidak membuat pencegatan didalam kota, pasti mereka akan melakukan pencegatan disuatu tempat strategis diluar kota.

Kang Han Cing masih mengharapkan datangnya pertolongan.

Kang Han Cing sebagai seorang laki-laki tentu mempunyai kelemahan didalam persoalan wanita. Kalau saja ia bisa menggunakan kecerdikannya, dengan adanya golongan perintah maut ia tidak akan mengharapkan pertolongan Suto Lan.

Kemisteriusan Pok Tay Goan, Kong Kun Bu dan Tan Siao Tian membuat rasa antipati, mereka tidak berkata secara terus terang2, karena itu Kang Han Cing menduga etikat tidak baik dari partay ini. Ia hendak membebaskan diri dari undangan mereka.

Kang Han Cing masih mengharap2kan datangnya pertolongan. Tapi harapan itu menjadi kecewa, tiada tanda2 penyergapan.

Ketoprak....ketoprak..... Kereta berjalan terus. Puluhan lie lagi dilewatkan, tiba2 terdengar suara Pok Tay Goan diluar kereta.

“Kong Kun Bu tongcu, didepan adalah jalan pegunungan, disana berdiri dua orang hweeshio berjubah abu2. Se-olah2 sedang menunggu sesuatu."

“Jalan terus !” Kong Kun Bu memberi perintah. Pok Tay Goan memberi laporan baru, katanya :

“Kedua hweeshio sudah berdiri dari tempat duduk

mereka.”

Tidak ada instruksi dari Kong Kun Bu, begitu juga dari Tan Siao Tian.

Karena itu kereta yang membawa Kang Han Cing meluncur terus, mereka hendak meliwati dua hweeshio yang melintang di jalan.

Begitu tiba disana, terdengar bentakan dua hweeshio tersebut: “Hentikan kereta !"

Tanpa dihentikan, karena datangnya secara mendadak kedua hweeshio tadi mencegat kuda2, maka terdengar ringkikan, sret, sret. kereta

terhenti dengan paksa.

Terdengar suara bentakan Pok Tay Goan yang marah: “Keledai gundul, apa mau kalian?" Seorang hweeshio yang dikiri dengar sabar berkata: “Omitohud, mengapa siecu begitu kotor mulut? Memaki orang sembarangan?"

Dengan masih marah Pok Tay Goan membentak: “Apa maksud kalian?"

Seorang hweeshio yang dikiri membentak: “Atas perintah atasan, kami mendapat tugas untuk menunggu ditempat ini."

“Kalian hweeshio dari mana ?” Bentak Pok Tay Goan.

“Kami dari Siauw-lim-pay….”

“Huh ! Siauw-lim-pay ?" Pok Tay Goan tertawa dingin. “Nama Siauw-lim pay boleh menakutkan orang. Tapi tidak bisa menggentarkan kita."

Ini waktu, Kang Han Cing, Kong Kun Bu dan Tan Siao Tian masih berada didalam kereta.

Mengikuti perdebatan2 itu Tan Siao Tian menoleh ke arah Kong Kun Bu, ia memberi perintah : “Saudara Kong Kun Bu, coba kau lihat keadaan !"

Kong Kun Bu lompat keluar dari kereta, ia menghadapi rintangan kedua hweesio Siauw-lim- pay.

Didalam kereta Tan Siao Tian masih menunggu Kang Han Cing.

Pok Tay Goan segera memberi laporan pada Kong Kun Bu: “Lapor kepada tongcu, dua hweeshio ini menyebut diri mereka hweeshio Siauw lim-pay, mereka menghadang perjalanan kita." Kong Kun Bu menghadapi kedua hweeshio dan berkata: “Siapa yang memberi perintah kepada kalian?"

Sebelum kedua hweeshio itu menjawab, dari dalam semak2 muncul seorang biarawati tua, dan dua orang hweesio tua. Dibelakang ketiga orang itu, turut pula seorang lak¡2 berpakaian ringkas dan empat orang hweeshio membawa golok. Jumlah pencegat menjadi besar !

Rombongan yang baru datang adalah ketua Ceng-lian-sie Ciok-sim Taysu dan ketua Ciok cuk- am Put-im Suthay dan muridnya Liauw-in nikauw, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat beserta seorang hweeshio lagi adalah hweeshio Siauw lim- pay ketua pengurus Lo-han-tong Ciok Beng Taysu. Juga turut serta beberapa murid jago Siauw lim- pay.

Menyaksikan kehadiran orang2 itu, Kong Kun Bu mengeluh. Seperti apa yang sudah mereka rencanakan perjalanan yang membawa Kang Han Cing sangat dirahasiakan. Tokh masih bisa diketahui orang dan mereka membuat pencegatan.

Put-im suthay langsung kedepan, menghadapi Kong Kun Bu dan membentak : “Hei, kalian datang dari kota Kim-leng?"

Dengan nada yang tidak kalah dinginnya Kong Kun Bu menjawab pertanyaan itu, “Tidak salah. Apa maksud kalian ?”

Put-im suthay tidak segera menjawab pertanyaan itu, ia balik bertanya lagi: “Siapa yang berada di dalam kereta ?" “Tidak perlu tahu !” bentak Kong Kun Bu.

“Huh ! Apa kau tahu, dengan siapa kau sedang berhadapan?" bentak Put-im suthay.

Kong Kun Bu menjawab: “Ketua Ciok-cuk-am, Put-im suthay !”

Hal ini mengejutkan Put-im suthay, ia sedang berpikir2, bagaimana musuh itu bisa mengetahui asal-usulnya ? Tapi ia tidak gentar, segera mengulang pertanyaannya : “Aku hendak mengetahui siapa lagi yang berada didalam kereta.”

Kong Kun Bu menjawab : “Tongcu Lembah kami."

“Suruh dia turun !" bentak Pui-im suthay. Inilah perintah.

“Hei..." Kong Kun Bu berdengus. “Hanya karena sepatah ucapan suthay, maka tongcu kita diharuskan menerima perintah itu ?"

“Menurut pendapatmu, bagaimana ?" bentak Put-im suthay.

Dengan tenang Kong Kun Bu menjawab: “Sebelum suthay membuat pencegatan, apa suthay sudah membuat penyelidikan bagaimana asal usul kami ?"

“Tidak perlu tahu. Tugasku adalah menyeret keluar dirinya. Cukup !"

Kong Kun Bu berkata: “Suthay belum tahu partai kami, tidak seharusnya menghalang ditengah perjalanan." “Partai apa ?” bertanya Put-im suthay. “Paling- paling partai yang tidak mendapat suara dan dukungan. Aku tidak perlu mau tahu, maksudku adalah orang yang berada didalam kereta."

“Hua, haa, haa, haaaa...” Kong Kun Bu tertawa berkakakan. “Kata2 Suthay ini sangat keterlaluan. Ketahuilah, partai kami tidak pernah menampilkan diri didalam rimba persilatan. Hal ini bukan berarti takut kepada sengketa rimba persilatan. Kami tidak pernah mempunyai kamus istilah takut itu."

Baju Put-im Suthuy ber-kibar2 suatu tanda bahwa ia hendak mulai bergerak.

Tiba2 Ciok Beng taysu dari Siauw-lim pay teringat sesuatu, ia menoleh kearah Ciok Sim taysu dan ber-bisik2.

Wajah Ciok Sim taysu berubah. Cepat2 ia lompat kedepan, merangkapkan kedua tangan dan berkata : “Omitohud, bisakah kami bertanya ? Dari partai mana tuan2 sekalian ?"

Sebelum Kong Kun Bu menjawab pertanyaan itu, terdengar satu jawaban dari dalam kereta: “Partai Baru dari Lembah Baru !"

Seorang bermata satu keluar dari kereta suaranya gagah orangnyapun gagah. Inilah Tongcu dari partai baru yang bernama Tan Siao Tian.

Karena mengetahui musuh datang dengan berjumlah besar, Tan Siao Tian meninggalkan Kang Han Cing di dalam kereta dan siap menghadapi tantangan orang itu. Tan Siao Tian memicingkan sebelah matanya yang masih bisa digerakkan, maka kedua mata Tan Siao Can itupun lenyap, tersenyum mengejek dan berkata :

“Kukira cecunguk2 dari mana yang berani menghalang kereta partai baru, ternyata jago2 silat dari Siauw-lim-pay dan Ngo-bie-pay. Selamat bertemu !"

Ciok Beng taysu yang mendengar disebutnya nama partai baru, hatinya berkata: “Seperti apa yang sudah kuduga...seperti apa yang sudah kuduga...”

Lain Ciok Beng taysu, lain pula Ciok Sim taysu, ia mempunyai pikiran tersendiri, ia memuji kecepatan gerakan Tan Siao Tian, dan memuji kehebatan dan kecekatan jago silat bermata satu itu.

Ciok Sim taysu merangkapkan kedua tangan menyebut nama Budha dan berkata: “Omitohud. Siecu memiliki kepandaian yang hebat, bagaimanakah sebutan siecu yang mulia?"

Saat ini, Ciok Beng taysu segera mencegah saudaranya: “Sute, jangan kau berlaku kurang ajar. Siecu ini adalah pemimpin rimba persilatan untuk dari daerah Boan, Coan dan Hiap, jago tiga daerah yang ternama Tan Siao Tian.”

“Aaahhh…” Ciok Sim taysu terkejut hatinya bergumam. “Jago tiga daerah pendekar Tan Siao Tian, dengan gelar Jaksa bermata Satu, pernah menggemparkan rimba persilatan, boleh dikata raja daerah untuk daerah Boan, Coan dan Hiap, Tan Siao Tian menjadi pemimpin rimba persilatan. Bagaimana bisa menjadi salah satu tongcu dari partai baru?”

Berpikir seperti itu, cepat2 Ciok Sim taysu berkata, “Maaf. Ternyata Tan Siao Tian siecu, maaf kepada kelancanganku.”

Terdengar suara Tan Siao Tian yang berbatuk kering, ia berkata: “Siauw-lim-pay dan Ngo bie-pay adalah partai2 kesatria, siecu sekalian juga termasuk jago2 panca guna dari partai2 kalian, sungguh membuat aku tidak mengerti. Mengapa menghadang kereta kami ?”

Giliran Put-im suthay yang maju kedepan, ia berkata, “Pertanyaan Tan tayhiap ini biar aku yang menjawab, didalam kereta kalian adakah putra kedua Kang toakong ? Orang yang bernama Kang Han Cing ?"

Pendekar tiga daerah Tan Siao Tian tidak menyangkal pertanyaan itu, ia menganggukkan kepala dan berkata: “Betul. Kang jiekongcu memang berada didalam kereta.”

Put-im suthay berkata: “Nah ! Apa Tan-tayhiap pernah mendengar drama pembunuhan di Ciok- cuk-am ?”

“Kami baru mendengar berita itu belum lama,” berkata Tan Siao Tian.

Pul im taysu berkata : “Orang yang sudah melakukan perkosaan dan pembunuhan kepada muridku itu adalah Kang Han Cing, bagaimana penilaian Tan tayhiap?" “Oh........bersedih atas kematian murid sendiri. Sudah seharusnya suthay membalaskan." Berkata Tan Siao Tian.

“Nah ! Kuharap saja Tan tayhiap bisa menyerahkan Kang Han Cing." Put-im suthay mengira dapat angin baru.

“Ha, ha, ha......." Tan Siao Tian tertawa berkakakan. “Apa yang terjadi di dalam Ciok-cuk am, partai baru tidak tahu menahu, kami mendapat perintah Kok-cu kami untuk mengajak Kang Jie kong-cu, lain urusan kami tidak tahu. Cukup."

Sepasang sinar mata Put-im suthay berkilat, ia membentak: “Serahkan Kang Han Cing kepadaku !"

Tan Siao Tian berkata : “Kuharap saja suthay tidak menentang langkah kebijaksanaan Partai Baru. !”

“Kesabaranku sangat terbatas." berkata Put-im suthay. “Kalau Tan tayhiap hendak menjadi orang penengah, baiklah mari kita bertanding."

Wajah Tan Siao Tian menjadi begitu masam, sikapnya menjadi dingin, dengan kaku dan sombong ia berkata : “Langkah kebiyaksanaan suthay seorang? Atau termasuk hasil perundingan kedua tokoh Siauw lim-pay juga ?"

Put-im suthay masih sangat marah, ia membentak : “Kau boleh hitung pula rekeningku. Tidak ada hubungan dengan Siauw-lim-pay !”

Maka, Ciok Sim Taysu turut bicara, ia berkata : “Omitohud. Ada sesuatu hal yang Tan tayhiap belum ketahui, orang yang menjadi korban di Ciok- cuk-am bernama Yen Siu lan. Yen Siu Lan adalah murid Put-im suthay, Yen Siu Lan juga menjadi keponakan muridku. Bagaimana lolap bisa melepaskan diri? Bagaimana Siauw-lim-pay bisa berpeluk tangan ?"

Ciok Beng taysu juga memberi keterangan : “Ya. Yen Siu Lan adalah adik kandung Yen Siu Hiat, Yen Siu Hiat adalah muridku. Bukan saja melibatkan partay kami ke dalam persengketaan itu, kami kira akan turut pula partay Ngo-bie-pay !"

Ketiga orang itu sudah bertekad untuk merebut Kang Han Cing dari tangan Tan Siao Tian dkk.

Di saat ini, tiba2 terdengar satu tertawa garing, dari dalam kereta berjalan turun seorang, itulah Kang Han Cing yang menampilkan diri.

Memberi hormat kepada orang2 yang berada ditempat itu, Kang Han Cing berkata terang : “Kang Han Cing berada ditempat ini apa yang para suhu hendak lakukan?"

***

Bab 30

HATI Tan Siao Tian tercekat, sebelum ia meninggalkan kereta, ia telah menotok beberapa jalan darah Kang Han Cing. Dengan maksud mencegah terjadinya sesuatu yang berada diluar dugaan. Sesudah menerima totokan2 itu, Kang Han Cing bisa membebaskannya, betapa hebat ilmu kepandaian si pemuda. Ia bingung, siapa pula yang membebaskan totokan itu ?

Munculnya Kang Han Cing membuat Put-im suthay semakin liar, ia membentak : “Pemuda bergajul, kau sudah bersedia menyerahkan diri ?"

Kang Han Cing ter-senyum2 memperhatikan wajah jago2 yang berada di tempat itu beberapa saat, dan terakhir berhenti diwajah Put-im suthay, ia berkata :

“Suthay hendak mencari Kang Han Cing atau mencari orang yang membunuh nona Yen Siu Lan?"

“Yang membunuh muridku adalah Kang Han Cing. Siapa lagi kalau bukan mencari kau?"

Kang Han Cing memberi keterangan: “Nah! Silahkan kalian2 menjadi saksi, aku Kang Han Cing berada didepan kalian, kalau kalian hendak mencari setori, silahkan, tapi Kang Han Cing bukanlah orang yang melakukan perkosaan dan pembunuhan di Ciok-cuk-am. Kalau saja kalian hendak mencari si pembunuh Yen Siu Lan dan dijatuhkan ke atas kepala Kang Han Cing, inilah suatu kesalahan yang terbesar."

Put-im suthay membentak keras: “Tutup mulut ! Muridku Liauw-in telah melihat dengan mata sendiri. Tidak bisa salah lagi.”

Liauw-in nikauw juga berada ditempat itu, ia menganggukkan kepala dan membenarkan keterangan Put-im suthay. Ini berarti bahwa ia telah melihat dengan mata sendiri, bagaimana Kang Han Cing membunuh Yen Siu Lan.

Betulkah Liauw-in nikauw melihat Kang Han Cing melakukan pembunuhan? Jawaban tidak lama lagi !

Kang Han Cing berkata : “Liauw-in nikauw salah mata."

“Mungkinkah muridku sudah buta ?" Put-im suthay mem-bentak2.

“Murid suthay tidak buta. Tapi salah mata." berkata Kang Han Cing, “Bukan Liauw-in nikauw saja yang salah mata. Begitu juga suthay dan Ciok- sim taysu berdua, orang yang kalian temukan di kota Kui-lien-shia adalah Kang Han Cing, tapi itulah Kang Han Cing palsu. Apa kalian masih belum bisa membedakan ?"

Disebutnya nama Kui-lien-shia membuat Put-im suthay semakin ber-jingkrak2, di tempat itu ia dipermainkan oleh Suto Lan yang menyamar jadi Kang Han Cing. Inilah kekalahan untuk pertama kalinya yang pernah dialami olehnya. Kekalahan bukan dikarenakan kekalahan ilmu silat, karena Suto Lan menaburkan racun2 pelemas yang membuat mereka tidak berdaya.

“Tutup mulut." Put-im suthay membentak. “Asam yang kutelan lebih banyak dari nasi yang kau makan. Bagaimana kau hendak mengakali aku?"

“Tapi sudah menjadi kenyataan kalau suthay diakali orang." berkata Kang Han Cing. Ciok Beng taysu menjabat ketua Lo-han-tong dari gereja Siauw-lim-sie, bagian Lo-han-tong adalah wakil dari ketua partai, mengurus keributan dan kericuhan2 di-dalam gereja dan diluar gereja. Karena itu pengalamannya sangat luas, ia memperhatikan Kang Han Cing beberapa waktu dan bisa menilai sampai dimana kejujuran pemuda itu, semakin diperhatikan, keyakinannya semakin tebal. Si pemuda bukanlah seperti orang yang bergajul, dan mendengar sangkalan2 Kang Han Cing yang diperkuat, iapun turut bicara :

“Kalau menurut keterangan Kang siecu, tentunya sudah bisa mengetahui siapa orang yang membunuh Yen Siu Lan."

Kang Han Cing berkata : “Aku belum tahu asal usul orang itu, tapi sedikit banyak sudah bisa memberi gambaran."

Ciok Beng taysu me-muntir2 biji tasbihnya, ia berkata : “Bisakah Kang siecu memberi keterangan

?"

“Sudahkah taysu mendengar cerita tentang Lengcu Panji Hitam yang menyerang gedung Hai- yang-pay ? Dan tentunya sudah mendengar lengcu panji hijau membuat penyerangan dikelenteng Pak- yun-kuan ? Bagaimana lengcu panji hitam memaksa Datuk Utara ?”

Put-im suthay membentak: “Ada hubungan apa urusan2 itu dengan dirimu ?"

Kang Han Cing berkata : “Diatas pimpinan lengcu Panji Hitam dan Lengcu Panji Hijau masih ada seseorang yang lebih berkuasa, mereka mengumpulkan jago2 silat, tindak-tanduknya sangat misterius...” Kang Han Cing menceritakan pengalamannya.

Ciok Beng Taysu, Ciok Sim taysu, dan Put-im suthay mendengarkan keterangan Kang Han Cing.

Menutup ceritanya, Kang Han Cing berkata : “Nah ! Orang yang pernah mengirim surat kepada Put-im suthay dan Ciok Sim taysu, yang mengaku dirinya Kang Han Cing adalah perbuatan orang jahat yang menyamar diri boanpwe, waktu itu boanpwe bersembunyi di-semak2 pohon, sesudah orang yang memalsukan boanpwe itu melarikan diri, boanpwe mengejar dan membuntuti sehingga tiba disekitar daerah Liong-tan, disuatu gedung besar, boanpwe terkena obat racun jahat dan tertangkap musuh. Baru kemarin pagi ditolong oleh Tan Siao Tian tongcu dari Partai Baru...”

Ciok Beng taysu bertanya : “Apa yang Kang siecu ketahui tentang mereka ?”

Kang Han Cing berkata : “Penghuni gedung besar itu adalah seorang tua berbaju hijau, mereka menawarkan jabatan huhoat kepadaku. ”

“Mereka yang membunuh Yen Siu Lan?”

“Ya. Dikatakan kalau nona Yen Siu Lan telah menghianati golongannya, maka mereka memberikan hukuman. "

Tiba2 terdengar suara bentakan Yen Siu Hiat : “Tutup mulut ! Mana mungkin adikku mau berkomplot dengan musuh? Bohong ! Semua ini hanya berupa kebohongan ! Fitnah !" Liauw In nikouw berdiri disamping Put-im suthay, matanya yang lentik terangkat sedikit, wajahnya yang hitam itu tampak senyum dingin, tidak ada orang yang tahu, apa yang sedang dipikirkan olehnya ?

Wajah Put-im suthay seperti jeruk peras yang asam, menoleh kearah Ciok Beng taysu dan berkata : “Lebih baik taysu jangan mendengar obrolan bocah ini, ia pandai memutar lidah."

Sepasang mata Kang Han Cing bersinar, ia berkata dingin : “Dimana aku berputar lidah ?"

Put-im suthay berkata dingin, “Daerah disekitar Liong-tan adalah suatu gedung yang besar, itulah gedung dari perusahaan Cen-Yen piauwki. Mana mungkin Cen-Yen piauwki menjadi sarang musuh? Keteranganmu ini tidak masuk diakal."

Ciok Sim taysu menganggukkan kepala dan berkata: “Keterangan suthay memang betul. Di- sekitar daerah Liong tan adalah daerah miskin. Rata2 penduduknya hanya petani biasa, di sana hanya terdapat sebuah gedung yang megah dan besar, itulah gedung Ban-Cen-San dari Cen-Yen piauwki, sudah lama gedung besar itu dikosongkan."

Put-im suthay juga berkata, “Kebohongan yang kedua, kebohongan yang mengatakan kalau Yen Siu lan menjadi salah satu anggota komplotan jahat, ketahuilah, sifat Yen Siu Lan itu sangat halus perangainya, selama ia berguru kepadaku belum pernah meninggalkan Ciok-cuk-am, bagaimana bisa memihak kepada musuh ? Inilah kebohongan kedua ! Dia sudah memperkosa Yen Siu Lan, dia sudah membunuh Yen Siu Lan. Anak bergajul biar bagaimana aku tidak bisa melepaskan dirimu, semua keterangan2nya hanya berupa keterangan palsu, keterangan bohong !"

Kata2 yang tadinya ditujukan kepada Kang Han Cing, terakhir ditujukan kepada Ciok Beng taysu.

Tiba2.....

Dari semak2 rimba terdengar suara tertawa berkakakan, suara itu garing dan merdu, dan demikian katanya : “Keterangannya tidak bohong !"

Semua mata ditolehkan kearah datangnya suara itu, disana tampak seorang pemuda berpakaian hijau, orang ini mempunyai dedak perawakan Kang Han Cing, berpakaian Kang Han Cing, dan berdandan seperti Kang Han Cing, yang lebih aneh lagi adalah muka orang ini adalah muka Kang Han Cing ! Aha !!! Dua Kang Han Cing kembar berada disatu tempat yang sama !

Semua mata terbelalak, menduga kepada saudara kembar Kang Han Cing. Tapi saudara Kang Han Cing adalah Kang Puh Cing, meskipun demikian Kang Puh Cing tidak memiliki wajah yang serupa dengan Kang Han Cing.

Bukan saja Put-im taysu, Ciok Beng taysu, Ciok Sim taysu den lain2nya, orang2 dari partai baru, seperti Tan Siao Tian, Kong Kun Bu, Pok Tay Goan dan lain2nya juga berubah, mereka bingung menghadapi situasi yang seperti itu. Hanya Kang Han Cing yang tidak menjadi heran, tentunya Suto Lan yang menyamar menjadi dirinya.

Put-im suthay mengganti arah, sepasang matanya menjadi liar kembali, ia membentak kepada Kang Han Cing yang baru datang, “Hei, kau siapa ?"

Kang Han Cing yang baru datang tertawa kecil, memperlihatkan dua baris gigi yang putih, ia berkata tenang : “Boanpwe bernama Kang Han Cing !"

Put-im suthay membentak lagi : “Kau yang membunuh Yen Siu Lan ?”

Kang Han Cing yang baru datang menantang sepasang sinar mata Put-im suthay dan balik bertanya : “Bagaimana suthay tahu kalau aku yang membunuh orang ? Apa suthay melihat dengan mata sendiri ?"

Tanpa mengucapkan ba dan bu, tangan Put-im suthay bergerak, sejulur kekuatan keras menyambar kearah Kang Han Cing yang baru datang itu, inilah seluruh kekuatan Put-im suthay yang ada, gerakannya cepat tangannya kuat, meluncur kearah dada si Kang Han Cing yang baru datang.

Kang Han Cing yang baru datang mengibaskan lengan baju, dengan mudah ia mengelakan serangan Put-im suthay, serangan kekuatan yang seperti membelah gunung itu lenyap tanpa bekas ! Orang2 yang berada ditempat itu terdiri dari jago2 kelas satu, siapa Put-im suthay dari Ciok- cuk-am semua orang mengerti, Put-im suthay adalah kakak seperguruan dari ketua Ngo-bie-pay Bu Houw suthay yang ternama. Untuk rimba persilatan di-masa ini, para ketua partaipun harus menjunjung tinggi martabatnya, tidak berani sembarang berkata, ini suatu bukti betapa hebat ilmu kepandaian Put-im suthay, tokh bisa dielakkan dengan mudah oleh seorang yang tidak ternama. Betulkah seorang yang baru datang itu adalah Kang Han Cing palsu ?

***

Bab 31

SEMUA orang kagum atas ilmu kepandaian Kang Han Cing yang baru datang. Semua orang kagum atas kepandaian si pemuda yang bisa menelan kekuatan raksasa Put-im suthay.

Diantaranya termasuk juga putra kedua datuk selatan Kang Han Cing. Ia berpikir: “Hebat! Tidak kusangka Suto Lan memiliki ilmu kepandaian yang begitu tinggi."

Sangka Kang Hai Cing, orang yang menyamar itu adalah si gadis berbaju hijau Suto Lan.

Ciok Sim taysu dan Ciok Beng taysu saling pandang, mereka sedang me-mikir2, bagaimana asal-usul Kang Han Cing yang baru datang? “Suheng," berkata Ciok Sim-taysu perlahan, “Bisa melihat ilmu kepandaiannya?"

Wajah Ciok Beng taysu juga menjadi tegang, ia berkata perlahan: “Kalau mataku tidak lamur, pemuda ini adalah ahli waris Liu Ang Ciauw."

“Aaaa......." Ciok Sim taysu melompongkan mulut. “Mungkinkah. "

Sedikit petikan tentang cerita Liu Ang Ciauw. Liu Ang Ciauw adalah cucu murid si-kakek

Botani, di masa mudanya pernah ter-gila2 kepada

Lu Cu Kok, Lu Cu Kok mendapat didikan2 dari banyak tokoh silat, Lu Cu Kok telah mendapat pelajaran dari Tay-pek-sian-ong. Karena itu ilmu kepandaiannya hebat dan tinggi.

Cinta Liu Ang Ciauw hanya cinta sepihak, hati Lu Cu Kok sudah diserahkan kepada Cie Ceng Khiu. Dan mengabaikan cinta Liu Ang Ciauw. Karena itulah, Liu Ang Ciauw patah hati, kabur dan menuju kedaerah Tong-hay.

Didaerah Tong-hay, Liu Ang Ciauw mendapat penemuan2 ajaib, menciptakan dirinya sebagai suatu tokoh mandraguna tiada tandingan. Karena itulah, si gadis mengoordinir Barisan Pendukung Liu Ang Ciauw, dengan membawa orang2 daerah Tong-hay, Liu Ang Ciauw membuat penyerangan ke daerah Tionggoan, mencari Lu Cu Kok untuk membikin perhitungan lama. Cerita ini terdapat dalam judul yang berbunyi PENYERANGAN DARI LUAR DAERAH. Dan tentang cinta kasih Lu Cu Kok dan Liu Ang Ciauw, para pembaca dipersilahkan membaca cerita dengan judul ANAK PENDEKAR. Demikianlah sedikit banyak tentang Liu Ang Ciauw.

Ciok Sim Taysu dan Ciok Beng taysu mencurigakan kalau Kang Han Cing yang baru datang adalah ahli waris keturunan Liu Ang Ciauw.

Wajah Put-im suthay ber-ubah2, marah dan kesal, penasaran dan sakit hati.

Srettt...ia mengeluarkan pedangnya, dengan harapan bisa mengimbangi keuletan tenaga lawan.

Sebelum Put-im suthay bergerak menyerang Kang Han Cing yang baru datang, Ciok Beng taysu menyelak cepat, merangkapkan kedua tangannya dan berkata: “Tunggu dulu! Ada beberapa patah kata yang hendak lolap ajukan."

“Huh !" Put-im suthay mengeluarkan suara dingin. “Tanyalah dahulu."

Jaksa Bermata Satu Tan Siao Tian cs. Ber- jaga2, ia kuatir Kang Han Cing dicelakai oleh rombongan Ngo-bie-pay dan Siauw lim-pay. Entah dari mana muncul pula seorang Kang Han Cing, ilmu kepandaian Kang Han Cing yang baru datang ini lebih lihay dari Kang Han Cing aselinya, begitu mudah menyengkelit ilmu kepandaian Put-im suthay.

Seperti dugaan Kang Han Cing, Tan Siao Tian juga menduga jago dari Perintah Maut. Tan Siao Tian belum tahu, kalau ada seorang gadis yang berbaju hijau yang bernama Suto Lan pernah menyamar Kang Han Cing, karena itu ia tidak tahu bahwa ilmu kepandaian Suto Lan masih berada di bawah Kan Han Cing, sedangkan orang yang baru datang adalah Suto Lan.

Begitu juga sangka Tan Siao Tian, orang yang datang juga dari golongan Perintah Maut, karena itu ia membiarkan terjadi pertempuran, kalau golongan Perintah Maut menggempur Siauw-lim- pay dan Ngo-bie-pay, maka yang untung adalah Partai Baru.

Dengan mudah ia bisa meneruskan perjalanan ber-sama2 Kang Han Cing menuju ke lembah baru.

Tan Siao Tian mengharapkan cepat2 terjadi bentrokan.

Ciok Beng taysu menggagalkan maksud Tan Siao Tian, sesudah berhasil meredakan kemarahan Put-im taysu, ia menghadapi Kang Han Cing imitasi, per-lahan2 berkata :

“Ilmu kepandaian Siecu memang hebat. Mengapa harus memalsukan Kang jiekongcu? Membunuh Yen Siu Lan?"

Tentu saja Kang Han Cing imitasi tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dengan tawar ia mengelakkan inti persoalan katanya : “Hari ini aku mempunyai urusan penting dengan saudara Kang, kalau kalian ada urusan, lain kali sajalah kita sambung."

Dengan sungguh2 Ciok Beng taysu berkata : “Jiwa manusia tidak bisa disamakan dengan jiwa semut, sebelum siecu memberi pertanggungan jawaban, jangan harap meninggalkan tempat ini." “Oh....begitu?" berkata Kang Han Cing imitasi. “Baiklah. Siapa diantara kalian yang berada ditempat ini yang bisa menandingi diriku ? Nah ! Kalau saja bisa, tentu saja aku mendengar perintah."

Kata2 ini sungguh temberang ! Apalagi diucapkan didepan Ciok Beng taysu yang menjadi pemimpin bagian Lo-han-tong Siauw lim-pay. Didepan ketua Ciok-cuk-am Put-im taysu dan kawan2. Betul Put-im suthay menjadi naik darah ia membentak : “Belum pernah aku melihat manusia congkak yang seperti ini."

Wajah Ciok Beng taysu juga berubah. Tapi ia bisa menekan gejolak hati itu, katanya : “Menurut pendapat lolap, asal usul siecu bukan asal usul biasa, bisakah memberi sedikit keterangan?"

Kang Han Cing imitasi berkata: “Aku masih banyak urusan. Lain kali sajalah."

Ciok Beng taysu adalah jago terkuat dari partai Siauw-lim-pay, karena ia memiliki ilmu kepandaian silat yang betul2 tinggi. Ia berusaha menekan gejolak jiwa, tokh tidak bisa dihina terus menerus. Karena itu ia menghadapi Kang Han Cing itu dan berkata : “Siecu terlalu sombong. Apa boleh buat lolap tidak bisa berpeluk tangan."

Kang Han Cing imitasi berkata : “Sudah kukatakan, kita menentukan sesuatu diatas ilmu silat. Siapa yang kuat ia berkuasa. Yang harus tunduk dibawah kakinya. Setuju ?" “Ho, ho, ho...” Ciok Beng taysu tertawa, ia menggebrak tongkat besinya dan berkata, “Baiklah, biar aku yang melayanimu."

Tiba2 Put-im taysu menyelak lagi, ia berkata : “Tunggu dulu ! Serahkan kepadaku saja."

Dan betul Put-im Taysu menghadapi Kang Han Cing imitasi.

Ketegangan memuncak lagi. Tiba2 .......

“Hua, hua, hua....." terdengar satu suara tertawa besar, terdengar dari tempat jauh, tapi menggema seperti guntur di siang hari bolong. Seolah memecah belah dan mengacaki keramaian ditempat itu !

Semakin lama suara tertawa itu semakin mengakak, se-olah2 hendak menenggelamkan bumi, memecahkan langit.

Satu bayangan besar bagaikan jatuh dari awang2 terbang meluncur datang, dan sebentar kemudian disana telah bertambah seorang tua berwajah merah, mukanya lebar, kepalanya besar, ia menggembol pedang sikapnya gagah dan agung.

Inilah wakil ketua benteng Penganungan jaya Yen Yu San.

Sebagai ketua benteng Penganungan Jaya, Yen Yu San mewakili Cin Jin Cin didalam segala urusan. Termasuk urusan benteng Penganungan Jaya, termasuk urusan2 Datuk Barat itu. Sama saja dengan duplikat Cin Jin Cin.

Orang selalu menghubungkan Yen Yu San dengan datuk Barat Cin Jin Cin. Kedudukan Yen Yu San berarti kedudukan merangkap dengan Cin Jin Cin.

(Bersambung 11)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar