Perintah Maut Jilid 08

 
Jilid 08

PERJAMUAN untuk toa kongcu yang sudah kembali dengan selamat, dan juga perjamuan untuk jie kongcu yang sudah berkepandaian silat.

Orang2 dari gedung keluarga Kang berpesta pora.

Hanya satu orang yang masih menaruh kecurigaan, itulah Goan Tian Hoat.

Goan Tian Hoat memiliki sifat2 yang lebih teliti, masih meragukan asal usulnya Kang Puh Cing. Dalam suasana yang meriah itu Goan Tian Hoat tidak berani mengutarakan kecurigaannya, dengan diam2 bermaksud menyelidiki dengan lebih teliti, menunggu sampai bukti2 dan pakta yang jelas, ia akan membongkar rahasianya.

Sesudah pesta makan, Goan Tian Hoat meminta waktu untuk membikin pengontrolan ke seluruh pelosok gedung.

Dimana harus meletakkan pos penjagaan dan dimana harus membuat perbaikan perbaikan.

Sesudah memeriksa berkeliling ke seluruh gedung keluarga Kang, Goan Tian Hoat kembali lagi.

Diruangan Su-hang, Goan Tian Hoat menjumpai Kang Puh Cing dan Kang Han Cing, kedua saudara itu sedang ber-cakap2, melihat hadirnya Goan Tian Hoat, Kang Puh Cing menyongsong, dengan tawa berkata :

“Saudara Goan, kau tentunya letih, duduklah."

Goan Tian Hoat duduk didepan kedua saudara itu.

Seorang gadis pelayan gedung keluarga Kang membawakan minuman diletakkan depan Goan Tian Hoat dan berkata:

“Silahkan Cong-koan minum teh."

Cong-koan berarti panggilan kepada orang pengurus.

Goan Tian Hoat menganggukkan kepala menerima pemberian teh itu. Kemudian ia membuat laporan tentang hasil penyelidikannya, mengutarakan rencana untuk mengatur gedung keluarga Kang.

Dengan tertawa Kang Puh Cing berkata :

“Sudah kukatakan, semua urusan besar dan kecil untuk keluarga Kang diserahkan pada saudara Goan, apa yang dianggap baik lakukanlah saja, tanpa memberitahu kepada kami berdua, tidak akan kita persalahkan."

Goan Tian Hoat berkata :

“Hal ini terlalu berlebih2an."

Kang Han Cing turut bicara, ia berkata : “Saudara Goan tidak perlu merasa merendah

diri, sebagai seorang pengurus gedung keluarga

Kang, kau harus memiliki kewibawaan, karena itu hak mutlak itu perlu, belum lama, toako sedang memperbincangkan lengcu Panji Hitam itu, apa maksudnya ? Mengapa harus menyamar menjadi toako, menyelusup masuk ke dalam gedung keluarga Kang ? Rencana busuk lengcu Panji Hitam sudah digagalkan. Lain rahasia harus kita bongkar. Persoalan jenazah ayahku yang lenyap tiada bekas, tentunya dicuri orang. Sesudah saudara Goan selesai mengatur, aku hendak keluar seorang diri, menyelidiki rahasia lenyapnya mayat ayah itu."

“Ya." turut berkata Kang Puh Cing, “Apa betul mayat ayah dicuri orang? Untuk apa mayat itu bagi mereka?"

Goan Tian Hoat berkata : “Aku telah melihat dengan mata sendiri bagaimana lengcu Panji Hitam itu membongkar peti mati, tapi isinya sudah menjadi kosong. Menurut hematku, orang yang mencuri jenazah bukanlah komplotan lengcu panji Hitam, kukira mereka juga sedang menyelidiki siapa yang mencuri jenazah itu?"

“Mungkin pada tubuh ayah terdapat sesuatu rahasia?"

“Kukira demikian."

“Bagaimana pendapat saudara Goan?" Goan Tian Hoat berkata :

“Rahasia ? Sudah pasti ! Tidak bisa disangkal lagi. Tapi untuk mengetahui rahasia itu kita harus menyelidiki asal usulnya lengcu Panji hitam. Komplotan lengcu Panji Hitam juga satu komplotan baru. Disamping itu, apa tujuan komplotan mereka? Inilah yang harus kita selidiki.”

“Bagaimana kita harus menyelidiki jejak-jejak lengcu Panji Hitam ?"

Goan Tian Hoat berkata :

“Dari tindak-tanduk mereka, markas lengcu Panji Hitam pasti berada didaerah kita. Mungkin didalam kota, mungkin diluar kota, kalau kita bisa ber-hati2, tidak sulit untuk mencari markas mereka ini."

“Baik." Kang Han Cing berkata tegas. “Esok hari aku akan menyelidiki jejak Lengcu Panji Hitam." Kang Puh Cing berkata : “Sekalian juga menyelidiki komplotan yang telah mencuri jenazah ayah itu."

Kang Han Cing menganggukan kepalanya.

Pada hari berikutnya, betul2 Kang Han Cing meninggalkan gedung keluarga Kang, menyelidiki tentang komplotan2 yang sudah mencuri dan hendak mencuri jenazah ayahnya.

Ber-turut2 selama tiga hari, Kang Han Cing membikin penyelidikan tanpa hasil. Seluruh isi kota Kim-leng telah diselidikinya, sebagian besar sudah diperhatikan baik2. Tak seorangpun yang dicurigai.

Pada sore hari ketiga, Kang Han Cing kembali ke gedung keluarga Kang dengan hati masygul.

Kang Han Cing kembali menempati vila bagian barat, gadis pelayan yang melayaninya adalah gadis pelayan lama, namanya Siao Tian, begitu menampak kembalinya Kang Han Cing, ia menyembah dan berkata:

“Jie kongcu sudah kembali?"

Siao Tian adalah pelayan yang disediakan untuk Kang Puh Cing, karena pelayan Kang Han Cing, Cie Cien tidak kembali lagi, maka pelayan itu diserahkan kepada Han Cing untuk melayani semua kebutuhannya.

Kang Han Cing langsung memasuki kamarnya, duduk bertopang dagu dimeja.

Siao Tian membawakan teh panas, diletakkan didepan Kang Han Cing dan berkata : “Jie kongcu, silahkan minum!"

“Taruh saja !" berkata Kang Han Cing uring2an. Per-lahan2 Siao Tian meletakkan teh itu,

memandang kearah majikan mudanya, dan berkata perlahan :

“Jie kongcu !"

Kang Han Cing menoleh, memandang gadis pelayan itu, ia bertanya :

“Ada urusan apa ?"

Siao Tian berkata : “Hamba hendak mengajukan sedikit pertanyaan. "

“Pertanyaan apa ?" “Tentang cicie Ce Cien.

Ce Cien adalah gadis pelayan Kang Han Cing, Cie Cien-lah yang berjasa besar, memberi kisikan kepada Kang Han Cing sehingga Kang Han Cing tidak mati terbakar.

“Ce Cien?" berkata Kang Han Cing.

Siao Tian bertanya lagi : “Mengapa cici Ce Cien tidak ber-sama2 Kang jiekongcu kembali?"

Kang Han Cing berkata :

“Itu waktu, sesudah ia membawa aku melarikan diri, setibanya diluar kota, Ce Cien berpisah."

Siao Tian bertanya lagi :

“Apa tidak memberitahu kemana kepergiannya

?"

Kang Han Cing berkata : “Menurut keterangannya, ia ingin kembali menjenguk orang tua."

Siao Tian menundukkan kepala kebawah.

Kang Han Cing menjulurkan tangan, mengambil teh yang tersedia, menenggaknya per-lahan2.

Itu waktu Siao Tian masih berdiri termenung, tidak jauh dari Kang Han Cing berada. Hal ini membuat Kang Han Cing menjadi heran, ia bertanya :

“Siao Tian, apa ada urusan lain?"

“Oh....oh...." Siao Tian membuka mulut, maksudnya mengucapkan sesuatu. Tapi batal. “Tidak....tidak. "

Kalau pada hari2 biasa, melihat sikap pelayan yang mencurigakan itu, Kang Han Cing bisa memaksa Siao Tian menceritakan maksud tujuannya, tapi hari ini dia sangat masgul, telah ber-turut2 tiga hari membikin penyelidikan tanpa hasil. Sedangkan komplotan jahat yang berada ditempat gelap terdiri dari dua golongan, satu golongan dari lengcu Panji Hitam, lain golongan datangnya dari orang yang mencuri jenazah itu, tokh tidak berhasil menemukan tanda2 dan bekas2nya.

Kang Han Cing hendak membikin penyelidikan pada malam hari, maka ia tidak mau terganggu. Mengulapkan tangan kepada Siao Tian, berkata:

“Aku mau istirahat sebentar. Pergilah.”

Siao Tian mengiyakan perintah itu, per-lahan2 mengundurkan diri. Sesudah kentongan dipukul dua kali, Kang Han Cing mengenakan pakaian lengkap berwarna hitam, menggembol pedangnya tanpa memberitahu kepada siapapun juga, membuka jendela dan melesat keluar, meninggalkan gedung keluarga Kang untuk meneruskan penyelidikan diwaktu malam.

Kemana ia harus menyelidiki kemisteriusan yang seperti itu?

Kang Han Cing masih ragu2, saat ini matanya lihay segera bisa melihat berkelebatnya sesosok bayangan, rasa curiga itu timbul, bayangan itu meluncur ke arah barat dan lenyap seketika.

Kalau orang lain yang menemukan bayangan itu, mungkin tidak sampai terjadi sesuatu. Dasar nasibnya Kang Han Cing yang apes, ia mudah terpikat, dan mengejarnya cepat.

Sebentar kemudian, gedung keluarga Kang sudah jauh dibelakang.

Jarak dengan bayangan itu semakin lama semakin cepat, tapi kecepatannya memang hebat, Kang Han Cing belum berhasil mengejar.

Hati jago kita sedang ber-pikir2 :

“Dari mana munculnya jago hebat ini? Mengapa memiliki ilmu kepandaian yang begitu bagus?"

Sebagai seorang yang masih berdarah muda, Kang Han Cing tidak mau melepaskan kesempatannya, ia mengempos tenaga dan melesat mengejar. Semakin lama, jarak dari kedua orang itu semakin dekat.

Disaat hampir Kang Han Cing dapat melihat jelas orang yang dikejar tiba2 saja bayangan orang yang didepan lenyap !

Disaat Kang Han Cing tiba ditempat itu, ia tidak berhasil menemukan orang buronan itu.

Ia berpikir :

“Tentunya orang ini sudah mengetahui kalau ada yang mengejar, maka menyembunyikan diri."

Tiba2 .....

Dari balik rimba dibagian barat, muncul sesosok bayangan, berkelebat dengan cepat, sebentar kemudian sudah duapuluh tombak lebih jauh didepannya.

“Maling licik !" Kang Han Cing memaki, “Akan kulihat, kenapa kau akan melarikan diri ?"

Dengan menotolkan kaki, Kang Han Cing juga mengejar lagi.

Dua bayangan hitam dimalam gelap saling susul menyusul, satu didepan dan satu di belakang, tertembus oleh hawa udara malam bagaikan dua bintik bintang kejora membelah angkasa, menuju kearah pegunungan Ceng-liang.

Bayangan hitam yang Kang Han Cing kejar tiba2 menikung, memasuki sebuah rimba dan melenyapkan diri didalam rimba tersebut.

Kang Han Cing adalah kelahiran daerah tersebut, letak pegunungan Ceng-liang san sudah diketahuinya, ia bisa menduga akan adanya penyembunyian yang seperti itu, mengempos semua kekuatan tenaga bagaikan meluncur diatas ujung2 rumput, membayanginya dan masuk kedalam rimba.

Gerakan Kang Han Cing boleh dikatakan sangat cepat; tokh tidak berhasil mendapatkan bayangan yang dikejar, ia memasuki rimba, ia sudah menubruk tempat kosong !

Desis daun pohon berdengung, suara mana ditambah angin membuat suatu kontras, memasang telinganya tajam, lagi2 Kang Han Cing kehilangan jejak orang tersebut.

Orang tadi sudah menyembunyikan diri, tentunya mendekam didalam semak2.

Matanya dan telinga dipasang betul2, Kang Han Cing meneruskan penyelidikan itu.

Tiba2 langkah tapak kaki seseorang terdengar perlahan, se-olah2 ada yang hendak melarikan diri.

Kang Han Cing tertegun, suara itu datangnya dari ujung rimba. Bukan suara orang yang tadi dikejar, jelas sekali dalam ingatannya, orang yang tadi dikejar memasuki kedalam rimba, dan iapun lompat menerkam, tapi hanya menubruk tempat kosong. Orang tadi tidak jauh berada di sekitar dirinya, bagaimana bisa mendadak sudah berada diujung rimba ?"

“Oh !!!"

Tapak kaki yang didengar oleh Kang Han Cing tapak kaki orang lain. Sebagai seorang pemuda yang cerdik, Kang Han Cing telah bisa mengetahui adanya perangkap yang khusus disediakan untuk dirinya.

Kalau saja Kang Han Cing mau menyerah, balik kembali kedalam gedung keluarga Kang, mungkin tidak terjadi berbagai kejadian2 yang berikutnya, tapi Kang Han Cing percaya kepada kecerdikannya, dan lebih percaya kepada ilmu kepandaiannya, walau sengaja dipancing ke tempat ini, diajak ketempat perangkap2 yang sudah dipasang, ia masih tidak gentar.

Dengan dingin ia bergumam :

“Hendak kulihat, kemana diriku akan kalian bawa."

Badannya bergoyang, meluncur kearah datangnya suara derap kaki tadi.

Betul saja, tak lama tampak sesuatu bayangan dengan gerakan yang sangat cepat, ber-gerak2 diantara jalan pegunungan dan lenyap ditikungan.

Adanya penemuan baru itu membuat Kang Han Cing tidak mau melepaskan kesempatan, ia bagaikan asap melepus ditengah udara, mengejar terus.

Jalan2 didaerah pegunungan ber-liku2, dengan kecepatan lari Kang Han Cing, ia berhasil mengintil dibelakang.

Menikung lagi beberapa tikungan, bayangan didepan itu lenyap !

Sampai disini, lagi2 Kang Han Cing tertegun. Ia dibesarkan dikota Kim-leng, tentu saja mengetahui seluk-beluk daerah serta keadaan tempat itu, ia sudah berada didaerah pegunungan Ceng-lian-san. Keadaan sekitar daerah tempat tersebut tidak lepas dari kesan2nya, ada dua rimba daerah itu, arah yang menuju ketimur adalah kelenteng Can eng-tie. Dan menuju kedepannya adalah sebuah wihara biarawati, kelenteng khusus untuk wanita.

Bayangan yang lenyap didepan Kang Han Cing menuju kearah kelenteng biarawati itu, mungkinkah seorang wanita? Wanita dari golongan mana pula ?

Samar2 sudah terbayang oleh Kang Han Cing kalau dirinya itu sudah masuk perangkap. Mundur atau maju ?

Kang Han Cing harus berpikir dua kali, mundur berarti aman ! Tapi tanpa hasil sama sekali.

Maju mungkin dia berhasil mungkin pula kejeblos kedalam perangkap yang sudah dipasang oleh musuh.

Perangkap bagaimanakah yang harus ditakuti? Paling2 komplotan jahat itu menyediakan jago kuat untuk menempur dirinya, dia tidak perlu takut, manusia mana bisa mengekang kebebasan ?

*** Bab 17

SESUDAH mengejar sampai di tempat ini, mundurpun suatu perbuatan yang tolol ! Langkah Kang Han Cing digerakkan menuju kedepan.

Melewati jalan2 batu yang kecil, Kang Han Cing tiba disuatu bangunan, bangunan itu adalah kelenteng khusus untuk wanita-wanita, namanya Vihara !

Pada pintu depan Vihara tersebut terdapat tulisan yang berbunyi Ciok-cuk-am.

Inilah nama dari Vihara tersebut. Pada lain bagian dari Vihara Ciok-cuk-am terdapat tulisan:

“Daerah tempat orang beribadah, turis dilarang masuk."

Penemuan ini menambah kecurigaan Kang Han Cing, ia berpikir :

“Daerah ini adalah daerah terasing, pengunjung dan turis tidak seorang memasuki kedalam, tentu ada apa2nya, mungkinkah markas besar komplotan jahat ?"

Disaat pikiran Kang Han Cing masih ragu2, kakinya sudah bergerak lebih dahulu menotol meluncur dan sebentar saja sudah berada diatas tembok wihara Ciok-cuk-am.

Dari atas bangunan itu, Kang Han Cing memeriksa seluruh pemandangan di bawah, disitu gelap tidak ada tanda2 kalau terdapat perangkap, jauh dibelakang samar2 tembus api penerangan yang redup. Kang Han Cing lompat turun dari tembok tinggi, melewati daerah Tian Keng, per-lahan2 menuju kearah bagian belakang dari wihara Ciok-cuk-am.

Masih tidak menemukan tanda2 yang mencurigakan, Kang Han Cing semakin bingung, ia berpikir :

“Apa   maksud    musuh    mengantar    kesini?

Mengapa tidak ada gerakan mereka ?"

Disaat mata Kang Han Cing menoleh kearah samping, pandangannya menjadi hampir pecah. Maka dia bisa melihat adanya gelagat yang buruk.

Disana terdapat ruangan2, juga ada api penerangan, disalah satu jendela ruangan itu ada tapak2 bekas gempuran, ternyata telah terjadi sesuatu. Tapi tidak ada bayangan orang.

Inilah perangkap, se-olah2 berkata : “Datang kemari !"

Tentunya sudah bersembunyi tokoh2 silat kelas satu didalam ruangan itu, tapi siapa?

Ruangan itu terdapat pintu, pintu masih tertutup.

Kang Han Cing memasang telinga, tidak ada desisan napas dari dalam. Hal ini membuat ia semakin heran, mengapa tidak ada orang ?

Dimisalkan betul didalam ruangan tidak ada orang, mengapa masih ada api penerangan ?

Pintu tertutup, jenjela dihancurkan oleh tenaga dalam, hal ini seakan2 memberitahu kepada Kang Han Cing, kalau mau mengetahui, lihat saja dari jendela itu.

Posisi Kang Han Cing seperti anak panah yang sudah dipasang pada busurnya, sulit untuk tidak dilepas. Kang Han Cing memanjangkan leher, melongok kearah ruangan tersebut.

“Aaaaah     ”

Longokan kepala Kang Han Cing tadi berakibat besar, didalam salah satu ruangan biarawati, disana terdapat satu tempat tidur, diatas pembaringan terkapar sesosok mayat, itulah mayat seorang gadis, gadis telanjang bulat, dadanya tertembus pedang, darah masih mengalir, merah membasahi lantai.

Karena pedang menembus pada bagian yang berbahaya, gadis telanjang itu sudah mati dan kaku.

Apa yang sudah terjadi ? Mudah saja dibayangkan. Tentu ada seseorang yang melakukan perkosaan, kemudian melakukan pembunuhan !

Hati Kang Cing tergerak, ia berpikir :

“Orang tadi menjerumuskan diriku ke-dalam sebuah jebakan. Betul2 jebakan! Orang itu hendak membikin fitnah ! Menjerumuskan diriku ke lembah kekotoran !"

Saat ini, tiba2 terdengar suara bentakan dari sebelah kanan Kang Han Cing :

“Maling gila basa, kau masih belum pergi ?” Suatu desiran angin pedang yang dingin meluncur kearah punggung Kang Han Cing.

Cepat Kang Han Cing membalikkan badan mengelak kesamping, pedangnya dicabut, trang, menindas datangnya serangan itu dan memperhatikan orang yang menyerang. Orang itu adalah biarawati muda, dengan membawa pedang, matanya liar memandang Kang Han Cing dengan wajah beringas.

Setelah berhasil menangkis datangnya serangan gelap tadi, sesudah mengetahui kalau orang yang berada didepannya seorang biarawati muda, Kang Han Cing menyimpan kembali senjata, dengan memberi hormat ia berkata:

“Jangan salah duga, aku Kan Han Cing ...” Maksud Kang Han Cing adalah memberi tahu,

kalau dia sedang mengejar orang ke tempat ini.

Biarawati muda itu membentak dengan gemas : “Aku sudah tahu, kau pernah menyebut

namamu. Putra Datuk Selatan Kang Han Cing." Lagi2 ia menyerang !

Kang Han Cing tertegun, ia mengelak cepat, ilmu kepandaian Kang Han Cing jauh berada diatas biarawati muda itu, maka dia berhasil menekannya, segera ia memberi penjelasan :

“Aku Kang Han Cing, baru saja mengejar orang ketempat ini, tiba2 melihat ada pula terjadi pembunuhan, maka...” Dengan sepasang mata yang seakan mau menyemburkan api, biarawati muda itu membentak :

“Tutup mulut ! Berulang kali kau memper- kenalkan diri, lebih dari tiga kali, aku tahu namamu Kang Han Cing. Sebelum kau menotok jalan darahku, kau sudah memberi tahu nama itu, apa lagi yang hendak aku sangkal ?"

Walau ia bukan tandingan Kang Han Cing, tokh menyerang terus menerus.

Kang Han Cing tidak takut kepada ilmu kepandaian silat orang, tapi lebih takut pada kata2 biarawati muda itu.

“Menotok jalan darahnya ?" Kang Han Cing berpikir. “Bilakah aku menotok jalan darah biarawati muda ini ?”

Tanpa terasa, bulu tengkuk Kang Han Cing bangun berdiri !

“Aaa .. pasti ! Orang itu telah menyamar menjadi diriku, sengaja memancingku ke tempat ini. Ia memperkosa dan membuat pembunuhan, fitnah ! Semua getah kejahatan dijatuhkan kepada diriku !"

Lagi2 Kang Han Cing mengegos dari serangan- serangan biarawati muda itu, dia berteriak:

“Tahan seranganmu ! Beri kesempatan aku bicara !"

Biarawati muda itu tidak mau mendengar keterangan Kang Han Cing, ia menyerang lagi, mulutnya membentak: “Kang Han Cing, karena dirimu menjadi seorang putra seorang datuk persilatan, kau begitu berani, disaat guruku tidak ada, berani mendatangi wihara Ciok-am, memperkosa dan membunuh adik Siu Lan? Masih hendak memberi alasan apa lagi ?"

Gadis yang mati terbaring ditempat tidur tanpa selembar benang bernama Yen Siu Lan, murid Kek- Ciok-cu-am. Anak angkat Ketua Benteng Pengantungan Jaya. Mempunyai hubungan erat dengan Siauw-lim-pay, Ngo-bie pay dan Datuk Barat.

Permainan ilmu pedang biarawati muda itu tidak sehebat permainan ilmu pedang Kang Han Cing, meskipun ilmu pedang biarawati muda itu bukan ilmu pedang biasa, itulah ilmu pedang Loan-po-hong-kiam-hoat, ilmu pedang Ngo-bie-pay yang ternama !

Biarawati muda itu bernama Liauw-in nikouw, ia tidak mau mendengar keterangan Kang Han Cing, lagi2 menyerang dengan gencar.

Didesak terus menerus, betapa sabarpun hati seseorang, tokh akan meledak juga. Pundak Kang Han Cing bergoyang, mundur kebelakang tiga langkah, dengan geram membentak :

“Masih tidak mau menghentikan seranganmu ? Jangan salahkan aku Kang Han Cing yang berlaku kurang ajar."

Liauw-in nikouw membentak :

“Manusia gila basa, lakukanlah apa yang kau suka. Sesudah berani memperkosa, berani membunuh, mengapa tidak berani melakukan sesuatu lagi ? Keluarkanlah ilmu kepandaianmu, kecuali melewati bangkaiku, jangan harap kau bisa keluar dari Ciok cuk-am."

Mulut biarawati muda itu bicara, tangannya tidak tinggal diam, dengan rangkaian tipu ilmu pedang Loan-po-hong-kiam-hoat dari Ngo-bie-pay yang ternama, bagaikan hujan pedang, menyerang Kang Han Cing.

“Engkau tidak tahu diri," berkata Kang Han Cing, “Sesudah aku menyerah terus menerus masih kau tidak mau memberi kesempatan, kau kira aku takut ? Nah ! Terima serangan !”

Begitu Pedang Kang Han Cing dijulurkan kedepan, terdengar suara tang-tang-ting-ting yang riuh, dalam hanya satu kedipan mata, Kang Han Cing sudah menangkis sepuluh kali serangan pedang Liauw in nikouw.

Serangan terakhir dicurahkannya dengan tenaga keras, pedang si biarawati terpental jauh.

Baru sekarang Liauw-in nikouw menjadi pucat pasi, dia hendak mempertahankan pedangnya, tokh tidak berhasil, tenaga dalam Kang Han Cing luar biasa, ia lompat mundur ke belakang, dengan wajah yang pucat pasi.

Disaat itu terdengar suara sebutan nama Budha dan berkata :

“Omitohud, siecu jangan melukainya." Serrrrr.....serrrr....meluncur dua bayangan,

cepat sekali sudah berada di depan sana. Kang Han Cing memang tidak mempunyai niatan untuk melukai Liauw-in nikouw, ia hendak memberi penjelasan, maka hanya mengerahkan sedikit tenaga saja, mementalkan pedang lawan, kedatangan dua orang itu, cepat atau lambat tokh tidak akan mengganggu jalan pertempuran.

Menoleh kearah dua bayangan yang datang mereka adalah laki2, seorang kakek berumur diantara limapuluhan, seorang laki2 berbadan besar yang mengenakan pakaian warna biru.

Laki2 berpakaian biru memandang ke arah si biarawati muda, dia bertanya :

“Liauw In, dimana Siu Lan berada ?”

Ternyata nama si biarawati muda adalah Liauw In nikauw !

***

Bab 18

SEPASANG mata Liauw In nikauw berkaca- kaca, dua butir air mata jatuh menetes. Menudingkan jari ke ruang dalam, ia berkata mendatar :

“Adik Siu Lan sudah menjadi korban kebuasan binatang ini  "

Tidak menunggu sampai pembicaraan Liauw In nikauw berhenti, laki2 berbaju biru itu menoleh kearah padri berbaju kelabu, menghela napas dan berkata : “Betul2 hal itu terjadi !"

Setelah berkata begitu tubuhnya melejit masuk ke ruang dalam dan berteriak :

“Siu Lan.   !"

Tampak jelas pemandangan apa yang terjadi dalam ruang dalam, wajah laki2 berbaju biru menjerit, ia berteriak :

“Moay-moay, betul2 kau dianiaya si bajingan......Aaa. kau mati secara penasaran.”

Padri tua berbaju abu2 merangkapkan kedua tangannya, menyebut nama Budha berkata :

“Omitohud! Kami datang terlambat !”

Dari percakapan orang2 itu se-olah2 kedatangan laki berbaju biru dan si-padri berjubah kelabu atas info dan berita orang lain, siapa yang memberi berita ? Siapa yang mengetahui kalau ada seorang yang diperkosa dan dibunuh didalam vihara Ciok-cuk-am ?

Kesimpulannya sangat singkat, inilah tipu perangkap !

Sebelum Kang Han Cing tiba di tempat ini komplotan2 itu sudah memperhitungkan waktu yang tepat, dan mereka bisa menangkap basah Kang Han Cing, dikambing hitamkan!

Tiba2, laki2 berbaju biru menghadapi Kang Han Cing, sret, dia mengeluarkan golok Hian-to dengan wajah penuh hawa pembunuhan, mengacungkan golok Hian-to itu ke muka Kang Han Cing dan membentak : “Kau yang bernama Kang Han Cing?”

Mereka belum pernah bertemu muka, kalau dalam sekali cetusan orang itu menyebut nama Kang Han Cing, betul2 mengherankan.

Mengetahui kalau dirinya sudah berada didalam sebuah lobang jebakan, Kang Han Cing harus menghadapi dengan segala keberanian, menganggukkan kepala berkata :

“Ya ! Aku bernama Kang Han Cing !”

Laki2 berbaju biru itu juga menganggukkan kepala, ia berkata :

“Bagus! Kau sudah mengaku ! Hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa, pancurkanlah darahmu."

Seiring dengan kata2nya, golok Hian-to menyerang dengan jurus tipu Hui po-liu-kiam yang berarti air terjun mengalir deras, menyerang kearah Kang Han Cing.

Tubuh pemuda kita meleset kesamping, mengelakan serangan itu, kemudian berkata :

“Tunggu dulu ! Orang yang memperkosa dan membunuh adikmu bukan aku."

Serangan laki2 berbaju biru itu tidak mengenai sasaran, segera dia membentak :

“Bukan kau ? Siapa lagi ?"

Berbareng dengan bentakannya, ia memendekkan tubuhnya, dengan posisi pendek menyabetkan golok dan menyerang kembali. Inilah tipu golok Tee-tang to dari Siauw-lim-pay. “Hentikan serangan !" bentak Kang Han Cing.

Bersamaan disaat golok Sian-to membacok kakinya, Kang Han Cing melejit lalu menginjak golok itu, trak, digenjetnya di tanah.

Laki2 berbaju biru terkejut, dia menarik goloknya sekuat tenaga, tidak berhasil. Golok itu sudah tertekan oleh ujung kaki Kang Han Cing, kuat dan kokoh sekali.

Mengetahui tidak ungkulan, laki2 berbaju biru melepaskan pegangannya, tubuhnya melejit kebelakang, meninggalkan senjata ! Dia menderita kekalahan !

Kang Han Cing masih menginjak golok lawannya ditanah, sepasang matanya menatap kearah orang2 yang berdiri didepan.

Padri berjubah abu2 juga terkejut, ia memuji kehebatan dan kekuatan Kang Han Cing, ditatapnya anak muda itu beberapa waktu, dengan dingin berkata :

“Ilmu kepandaian siecu memang hebat, tak percuma menjadi putra seorang datuk persilatan.”

Suara si padri berjubah abu2 mengandung dua arti, memuji ilmu kepandaian Kang Han Cing dan mencemoohkan kepribadian Kang Han Cing, artinya sebagai seorang putra Datuk persilatan, tidak seharusnya melakukan perbuatan yang tidak senonoh !

Disebutnya nama putra Datuk persilatan tentu saja membuat Kang Han Cing tercekat. Sebagai seorang anak pendekar, apa akibatnya jika sampai dicela memperkosa ? Apalagi membuat pembunuhan keji.

Menghadapi padri berjubah abu2, Kang Han Cing berkata :

“Apa taysu juga menganggap kejadian yang terjadi di tempat ini hasil tanganku?"

Padri berjubah abu juga terkejut, hatinya berpikir :

“Putra Datuk persilatan Kang Sang Fung memang luar biasa, mempunyai ilmu kepandaian silat tinggi, mempunyai lidah lihai ! Kukira musuh yang tidak mudah dihadapi."

Karena itu, lagi2 ia menyebut Budha : “Omitohud.   Dikala   terjadinya   pembunuhan,

kecuali sicu seorang, tidak ada bayangan kedua.

Siapa lagi yang melakukan perbuatan terkutuk itu

?"

Liauw In nikouw segera turut campur, ia berteriak :

“Taysu jangan mudah ditipu, kalau bukan perbuatan dia, siapa lagi ? Dialah yang menotok jalan darahku, dia yang menyeret adik Siu Lan, dikatakan lagi…dikatakan lagi..."

Tiba2 selembar wajah biarawati muda itu menjadi merah.

Mudah diduga apa yang dimaksud dari kelanjutan kata2 tadi itu. Walaupun tidak dicetuskan oleh Liauw In nikouw, ketiga orang yang berada ditempat itu sudah menduga, tentunya kata2 kotor dan jorok.

Wajah laki2 berbaju biru memperlihatkan dendam kesumat, menudingkan jari kearah Kang Han Cing, berkata :

“Kang Han Cing, apa lagi yang hendak kau sangkal ?"

Kang Han Cing bungkam.

Fakta dan bukti bicara. Kenyataan telah diambang mata. Kecuali Kang Han Cing pribadi, sampai pecah mulutpun, tidak mungkin mereka bisa percaya kepada keterangannya.

Dada Kang Han Cing dirasakan mau meledak, inilah fitnah ! Fitnah lebih jahat dari pembunuhan. Tapi dia masih berusaha menahan rasa sabar, ditatapnya orang2 di-hadapan itu dengan tenang, dengan suara dingin ia berkata :

“Sudah kukatakan, kalau terjadinya drama ditempat ini bukan perbuatanku. Tapi kalian tidak mau percaya. Pikirlah baik2, kalau aku mau angkat kaki, kukira kalian bertiga ini belum tentu bisa menahan. Tapi biar bagaimana, aku harus memberi keterangan yang lebih jelas lagi."

Wajah si padri berbaju abu2 berubah. Tapi ia tidak membuka mulut.

Laki2 berbaju biru mengertak gigi, bentaknya lagi :

“Tengah malam buta kau mendatangi kelenteng Ciok-cuk-am, memperkosa dan membunuh adikku. Fakta dan bukti telah berada didepan mata. Seribu alasan yang kau keluarkan, tidak mungkin bisa menelan dosa2mu."

Laki2 berbaju biru bernama Yen Siu Hiat, engkoh dari Yen Siu Lan. Kematian sang adik membuatnya cepat naik darah.

Padri berjubah abu2 segera menengahinya, ia berkata kepada laki2 berbaju biru :

“Sabar. Dengar dulu keterangan apa pula yang hendak diketengahkan ?"

Kemudian padri ini menghadapi Kang Han Cing dan berkata :

“Silahkan siecu membuat pembelaan." Kang Han Cing berkata.

“Sebelumnya, bisakah boanpwe mengetahui sebutan jiwie yang mulia ?"

Padri berjubah abu2 berkata.

“Lolap bernama Ciok Sim, menjabat ketua kelenteng Cu-lian-sie. Dia adalah keponakan muridku, namanya Yen Siu Hiat.”

Hati Kang Han Cing tercekat, tentu saja ia pernah mendengar nama ketua kelenteng Cu-lian sie. Kelenteng Cu-lian-sie adalah salah satu ranting cabang partai Siauw-lim-pay, ketua kelenteng bernama Ciok Sim taysu. Ciok Sim taysu adalah tokoh silat golongan tua yang mempunyai kedudukan bisa merendengi dengan ketua partai Siauw lim-pay. Wah ! Laki2 berpakaian biru Yen Siu Hiat adalah anak murid Siauw lim pay ! Permusuhan telah menimpa kepada golongan.

Mengetahui kalau ia sedang berhadapan dengan tokoh Siauw-lim-pay, Kang Han Cing memberi hormat dan berkata :

“Maaf. Ternyata taysu adalah ketua kelenteng Cu-lian-sie. Disini Kang Han Cing minta maaf. Tapi menurut apa yang kutahu, jarak kelenteng Cu- lian-sie dengan tempat ini tidak sampai tiga lie jauhnya, jihui berdua baru saja datang, kemudian mengatakan kalau kalian terlambat, tentunya ada orang yang memberitahu, maka bisa menduga kalau nona Siu Lan telah mendapat ancaman perkosaan dan pembunuhan, siapakah orang yang memberi tahu itu ?”

Sebelum Ciok Sim taysu menjawab pertanyaan Kang Han Cing, laki2 berbaju biru Yen Siu Hiat berdengus dingin, katanya :

“Suheng2 dari kelenteng Cu-lian-sie melihat tindak tandukmu yang mencurigakan, tengah malam buta mendatangi kelenteng Ciok-cuk-am, tentu saja segera memberi laporan. Apa kau hendak membunuh orang itu ?"

Kang Han Cing tidak meladeni Yen Siu Hiat, secara bersungguh2 ia memandang kearah Ciok Sim taysu dan berkata :

“Kejadian dimalam ini adalah suatu perangkap, ternyata aku sudah masuk kedalam jebakan itu. Ada sesuatu orang atau suatu komplotan yang hendak mencelakakan diriku, menjerumuskanku kedalam lembah kenistaan. Tentu saja kalian tidak percaya keteranganku, tapi percaya atau tidak terserah kepada kalian, yang penting aku akan memberitahu tentang bagaimana aku bisa tiba ditempat ini."

Sesudah itu, Kang Han Cing menceritakan sesuatunya dengan jelas, asal mulanya ia terpancing dari gedong keluarga Kang sampai tiba ditempat ini.

Dengan memperlihatkan sikapnya yang terkejut Ciok Sim taysu berkata :

“Apa keterangan siecu bisa dipercaya ?" Kang Han Cing berkata :

“Dimisalkan kalau aku Kang Han Cing betul telah melakukan perkosaan dan pembunuhan, sebelum taysu berdua datang, cukup dengan membunuh seorang lagi dan segera melarikan diri. Tokh kalian tidak akan menemukan aku disini. Untuk apa tetap berdiam disini terus menerus ?"

Pendirian Ciok Sim taysu mulai ragu2, ia bertanya :

“Menurut pendapat siecu, siapa yang melakukan pembunuhan dan perkosaan ?"

Kang Han Cing berkata :

“Taysu pernah mendengar nama lengcu panji Hitam ?"

“Lengcu Panji Hitam ?" Ciok Sim taysu memperlihatkan wajahnya yang tidak mengenal. “Belum pernah lolap mendengar nama ini." Sepasang sinar mata Kang Han Cing me- mancarkan cahaya terang, dengan geram ia berkata :

“Lengcu Panji Hitam adalah pemimpin dari satu komplotan yang mengunakan seragam hitam, menggunakan tutup kerudung hitam, gerak-gerik sangat misterius. Menurut dugaanku, mereka mempunyai tempat persembunyian didaerah Kim Leng.”

Laki2 berbaju biru Yen Siu Hiat berkata : “Keterangan sepihak yang kau kemukakan

belum tentu bisa dipercaya. Apa bukti2 dari ucapanmu ?”

Dengan berani Kang Han Cing berkata : “Buktinya segera menyusul. Didalam waktu sepuluh hari aku akan menyeret dan membekuk batang lehernya manusia terkutuk itu, diserahkan kepada kalian untuk memberi pertanggungan jawab."

Sesudah berkata begitu, Kang Han Cing memberi hormat, lalu melejit meninggalkan Ciok Sim taysu.

Yen Siu Hiat mengeluarkan gereman, maksudnya hendak mengejar larinya Kang Han Cing, tapi Ciok Sim taysu segera menahannya dan berkata :

“Jangan dikejar !"

Dengan masih uring2an Yen Siu Hiat berkata : “Susiok, bagaimana dengan kematian adikku ?

Begitu sajakah membiarkan ia pergi ?" Ciok Sim taysu berkata : “Sabar! Mungkin keterangannya bisa dipercaya. Walaupun ia hendak melarikan diri, Kang-jie kongcu dari gedung Datuk selatan tidak bisa melarikan diri, serahkan saja kepadaku. Dalam soal ini, Put-im suthay dan aku akan berdiri di pihakmu.”

Dengan rasa kemendongkolan yang tidak terhingga, Kang Han Cing meninggalkan kelenteng Ciok-cuk-am, sebentar saja ia sudah kembali ke gedung keluarga Kang.

Ia tidak kembali ke kamarnya, tetapi ia mendatangi kamar Goan Tian Hoat, mengetuknya perlahan dan berkata :

“Saudara Goan Tian Hoat."

Mendengar suara panggilan dan ketokan pintu, Goan Tian Hoat bangun dari tidurnya, cepat2 memakai pakaian dan membuka pintu, tampak olehnya Kang Han Cing yang mengenakan pakaian ringkas, berdiri di muka pintu, dengan terkejut ia bertanya :

“Jie kongcu, apa yang terjadi ?"

Kang Han Cing memasuki kamar Goan Tian Hoat, kemudian ia berkata :

“Aku telah bertemu dengan urusan yang sulit, sengaja datang malam untuk merundingkan."

Hati Goan Tian Hoat semakin kaget, ia mengetahui waktu hampir menjadi pagi, tapi Kang Han Cing mengenakan pakaian ringkas, tentu baru melakukan perjalanan malam. Ia belum tidur. Dengan ilmu kepandaian Kang Han Cing, siapakah yang bisa mempersulit? Tentu ia telah menemukan sesuatu yang luar biasa. Penemuan apakah itu ? Hati Goan Tian Hoat sedang ber- pikir2.

Sesudah memasuki kamar Goan Tian Hoat, Kang Han Cing menemplokkan badannya dipembaringan, ia menceritakan pengalaman2 yang baru saja ditemukan.

Rasa kagetnya Goan Tian Hoat tidak kepalang, menunggu sampai Kang Han Cing selesai bercerita, baru ia berkata :

“Inilah perangkap ! Menggunakan Put-im suthay tidak berada ditempatnya, mereka telah menggunakan kesempatan itu, menjerumuskan dirimu kedalam jerat berbisa."

“Siapa Put im suthay? Lihaikah dia ?" bertanya Kang Han Cing.

Goan Tian Hoat berkata :

“Put im Suthay adalah ketua Vihara Ciok-cuk- am itu, ia termasuk salah seorang jago wanita hebat. Ia adalah kakak seperguruan dari Bu Houw taysu, Bu Houw taysu adalah ketua partai Ngo-bie- pay yang lama, mereka terkenal karena sifat2nya yang luar biasa."

*** Bab 19

SESUDAH menatap wajah Kang Han Cing beberapa waktu, Goan Tian Hoat berkata lagi :

“Didalam soal ini, penjahat itu telah menjerumuskan keluarga Datuk Selatan kedalam persengketaan dengan Siauw-lim-pay dan Ngo-bie- pay. Bukan saja itu, juga sengketa itu melibatkan diri kita dengan Datuk Barat."

“Datuk Barat ?" bertanya Kang Han cing. “Ada hubungan apa dengan Cin Jing Cin ?"

Untuk rimba persilatan dimasa itu, terkenal dengan empat Datuk persilatan. Urutannya mereka sebagai berikut : Datuk Selatan Kang Sang Fung, Datuk Utara Lie Kong Tie, Datuk Timur Sie See Ouw, Datuk Barat Cin Jing Cin. Dari keempat Datuk persilatan itu, Datuk Selatan Kang Sang Fung telah meninggai dunia. Datuk Utara Lie Kong Tie sakit payah karena keracunan.

Kang Han Cing bingung mendengar keterangan Goan Tian Hoat yang menghubungkan terbunuhnya Yen Siu Lan dengan sang Datuk Barat itu.

Yen Siu Lan adalah wanita yang menjadi korban perkosaan dan pembunuhan di dalam vihara Ciok- cuk-am.

Goan Tian Hoat memberi keterangan :

“Laki2 berbaju biru yang bernama Yen Siu Hiat itu adalah jago yang mendapat gelar Pendekar pelajar besi. Salah seorang murid Siauw-lim-pay yang diharapkan. Adik perempuannya yang bernama Yen Siu Lan, telah menjadi murid Put im suthay, yang lebih penting lagi, paman Yen Siu Hiat yang bernama Yen Yu San dengan gelar Hakim bermuka merah. Yen Yu San itu memiliki sifat keberangasan, jarang sekali orang yang dapat mengelakan keonarannya."

“Bagaimana hubungan mereka dengan Datuk Barat Cin Jing Cin ?" tanya Kang Han Cing.

Goan Tian Hoat berkata :

“Yen Yu San adalah pengurus dan orang kepercayaan Datuk Barat Cin Jing Cing."

“Maksudmu ?”

“Ketua benteng Penganungan Jaya datuk barat Cin Jing Cin senang dan gemar kepada persilatan. Menurut cerita, pada tiga tahun yang lalu, secara mendadak saja meninggalkan bentengnya. Semua urusan dari benteng Penganungan Jaya diserahkan kepada Yen Yu San, Yen Yu San adalah orang kepercayaannya, orang yang dianggap pandai oleh Cin Jing Cin. Karena Cin Jing Cin tidak beristeri, dia putus turunan, ia menganggap Yen Siu Hiat dan Yen Siu Lan sebagai anak sendiri, wanita yang mati didalam Ciok-cu-am itu adalah Yen Siu Lan, salah satu dari orang yang dianggap anak olehnya. Bagaimana tidak akan menjadi sulit? Disini letak kecerdikan dan kehebatan si penjahat. Dia memilih calon korban yang tepat, membunuh Yen Siu Lan dan menjatuhkan tuduhan itu kepadamu. Lihay ! Perangkap hebat! Sulit untuk mengelakan getah ini." Untuk mengetahui jalan asal mula Benteng Penganungan Jaya yang akhirnya mentelorkan seorang Datuk Barat Cin Jin Cin, para pembaca dipersilahkan membaca cerita : BENTENG PENGGANTUNGAN.

Kepala Kang Han Cing dirasakan berdenyut sakit, betul2 ia menghadapi persoalan sulit dan rumit.

Terdiam beberapa saat, Kang Han Cing berkata : “Tapi bukan aku yang membunuh Yen Siu Lan."

“Mereka tidak akan percaya semua keteranganmu tentang peristiwa itu. Siauw-lim- pay, ngo-bie-pay, dan dari benteng Penganungan Jaya tidak akan berpeluk tangan. Kukira tidak mudah untuk mengelak gencetan ketiga kekuatan raksasa itu.”

Kang Han Cing berkata :

“Yen Yu San tentunya bisa berpikir."

“Yen Yu San bukan tidak bisa berpikir. Tapi yang mati adalah keponakannya. Karena menyangkut soal pamili, ia tentunya menjadi panik dan tidak mudah untuk menerima keterangan yang bisa memuaskan baginya."

Kang Han Cing berkata :

“Aku telah menjanjikan mereka di dalam waktu sepuluh hari, aku akan menyerahkan orang yang menjadi biang kerok itu, demikianlah, malam2 aku datang kemari untuk meminta pendapatmu, bagaimana pendapat saudara Goan ?" Goan Tian Hoat menggeleng2kan kepala berkata

:

“Sulit ! Sulit ! Musuh telah menggunakan fitnah

menjerumuskan kita kedalam lembah kenistaan, dengan maksud menjatuhkan pamor dan nama baik Datuk persilatan daerah selatan. Mereka sengaja memilih Yen Siu Lan yang dijadikan kor- ban. Kematian Yen Siu Lan mengakibatkan kita bentrok dengan Siauw-lim-pay, Ngo-bie-pay dan benteng Penganungan Jaya. Sedang sipembuat fitnah tentu bisa mengira-ngira, kau hendak mencarinya, kalau saja ia bisa mengeram beberapa waktu, kalau saja kita tidak bisa meringkusnya, tentu saja ketiga kekuatan raksasa ini datang menggencet, betapa hebatpun kekuatan Datuk selatan, tidak mudah untuk mengelakan persoalan ini."

“Maling gila....maling gila...." Kang Han Cing mem-banting2 kaki.

Goan Tian Hoat juga tidak berdaya, memandang kearah Kang Han Cing dan bertanya :

“Jie kongcu, apakah kau sudah bertemu dengan toa kongcu, memberi tahu kejadian ini kepadanya?"

“Belum." Kang Han Cing menggelengkan kepala. Goan Tian Hoat berkata :

“Menurut pendapatku, urusan terlalu hebat dan besar. Lebih baik kita segera mengajak toa kongcu untuk merundingkan."

“Baik. Mari kita temui toako." Pada hari kedua, disaat matahari baru menongolkan kepalanya, dimuka pintu besar gedung keluarga Kang, telah kedatangan empat orang.

Keempat orang yang mendatangi gedung keluarga Kang itu berada dibawah pimpinan seorang biarawati tua, tangan nenek itu menjinjing delapan belas butir mutiara yang dikalungkan menjadi satu. Wajahnya ditekuk masam2, inilah ketua dari vihara Ciok-cuk-am Put-im suthay.

Merendengi Put-im-suthay, adalah seorang padri berjubah abu2 dan seorang laki2 berbaju biru. Mereka adalah ketua kelenteng Cu-lian-sie, Ciok Sim taysu dan si pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat, bersama ketiga orang itu, turut seorang biarawati muda, inilah bukti hidup, Liauw-in- nikauw, yang pernah berkata bahwa dirinya pernah ditotok oleh Kang Han Cing.

Begitu pintu terbuka, Put-im Suthay segera membentak kepada orang keluarga Kang :

“Lekas beritahu kepada toa kongcu kalian, kalau Put-im Suthay dari Ciok-cuk-am dan Ciok Sim Taysu dari kelenteng Cu-lian-sie hendak bertemu."

Pegawai gedung keluarga Kang telah lama mengikuti Kang Sang Fung, dengan sendirinya segala urusan rimba persilatan telah diketahuinya masak2. Menyaksikan kedatangan Put-im suthay dan Ciok Sim-taysu tentu saja ia tidak berani gegabah, memberi hormat dan berkata : “Silahkan jiwie tunggu sebentar. Hamba segera beritahu."

Berlari-lari orang itu memberitahu kedatangan rombongan Put-im suthay.

Tidak lama kemudian, dengan bajunya yang ber-kibar2 Kang Puh Cing berlari datang menyongsong kedatangan Put-im suthay berampat, berulang kali Kang Puh Cing merangkapkan kedua tangannya, memberi hormat dan berkata :

“Ternyata Put-im suthay yang datang, ternyata Ciok Sim taysu juga datang ke dalam rumah kami, silahkan, silahkan masuk !"

Buru2 Kang Puh Cing mempersilahkan keempat tamu itu memasuki ruangan besar. Segera ia memberi perintah kepada orang2nya menyediakan minuman.

Ciok Sim taysu segera menerima penghormatan- penghormatan itu, lalu menudingkan jari kearah pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat dan berkata

:

“Kang toa kongcu, mari kukenalkan, inilah keponakan muridku yang bernama Yen Siu Hiat."

Kang Puh Cing memperlihatkan sikapnya yang sangat terkejut, alis lentiknya terangkat sedikit, memberi hormat dan berkata :

“Selamat bertemu, selamat bertemu, nama pendekar satrawan besi Yen Siu Hiat pernah menggemparkan rimba persilatan. Juga termasuk salah seorang yang kupuji.” Yen Siu Hiat membalas hormat itu dengan sikap yang dingin, ia berkata :

“Aku juga sering dan mengagumi nama Kang toa kongcu."

Put im suthay celingukkan kekanan dan kekiri, ia tidak menampak Kang Han Cing diruangan itu karena itu memandang Kang Puh Cing dan berkata

:

“Kemana Kang jie kongcu ?" Kang Puh Cing berkata :

“Gedung kami sedang dirundung kemalangan, sesudah ayah almarhum meninggal dunia, kembali kemalangan menimpa diriku, aku diculik penjahat sampai tiga bulan. Dan baru saja kemarin dulu berhasil terbebas dari penculikan, pulang kerumah ini.”

Dengan geram Put-im suthay berkata :

“Aku sudah tahu. Yang hendak kutanyakan adalah dimana adanya Kang jikongcu ?”

Kang Puh Cing berkata :

“Selama dua hari ini, jiete membikin penyelidikan2, mencari jejak markas besar penjahat2 itu, sehingga saat ini masih belum kembali. Suthay hendak bertemu dengan jiete? Ada urusan apakah yang begitu penting ?"

Dengan dingin Put-im suthay berkata :

“Alasan menyelidiki markas besar musuh? Huh ! Apa kau tahu tindak-tanduk adikmu diluaran itu

?" Memperlihatkan sikapnya yang terkejut, Kang Puh Cing berkata :

“Mungkinkah jiete telah melakukan sesuatu kesalahan kepada suthay berempat?"

Dengan dingin Put-im suthay berkata :

“Nama Datuk selatan Kang Sang Fung pernah menggemparkan rimba persilatan, begitu juga kedua putranya yang hebat2, ada uang ada kekuasaan, kalau saja jie kongcu hanya melakukan kesalahan biasa, berapa besar pun nyaliku tidak mungkin berani mendatangi gedung keluarga Kang.”

Dengan memperlihatkan senyumannya yang ramah, Kang Puh Cing berkata :

“Umur jiete masih terlalu muda, dimisalkan terjadi sesuatu tindakannya yang menyinggung perasaan orang, kuharap saja suthay bisa memaafkannya."

“Memaafkannya ?! Enak saja bicara." bentak Put-im suthay.

Semakin lama Kang Puh Cing semakin bingung, memandang Put-im suthay dan bertanya :

“Kesalahan apakah yang telah jiete lakukan ?

Harap suthay memberi keterangan."

Put-im suthay memainkan mutiara2nya, dengan dingin ia berkata :

“Dosa2 adikmu itu cukup untuk menghancurkan nama baik keluarga Kang. Aku tidak pantas menceritakannya, tanya saja saudara Yen Siu Hiat."

Kang Puh Cing menoleh kearah Yen Siu Hiat, dan dengan sabar bertanya :

“Saudara Yen Siu Hiat, kesalahan apa yang telah jiete lakukan ? Apakah saudara bisa memberi sedikit keterangan ?"

Yen Siu Hiat mengkerutkan kening, kematian Yen Siu Lan masih terbentang di depan bulu mata, Yen Siu Lan adalah adik kesayangannya, ia masih bersedih, mengeretek gigi dengan gemes dan geregetan berkata :

“Semalam Kang Han Cing mendatangi Ciok-cuk- am, ia memperkosa dan membunuh adikku."

Hampir Kang Puh Cing terlompat, dengan sikapnya yang terkejut, ia berteriak :

“Apa betul ?"

Yen Siu Hiat menudingkan jarinya ke-arah Ciok Sim taysu, kearah Liauw in nikouw dan berkata :

“Urusan semalam masih ada saksi hidup Ciok Sim taysu dan Liauw-in nikouw akan menjadi bukti, mereka bisa membenarkan keteranganku, mungkinkah Kang toakongcu masih tidak percaya?"

Wajah Kang Puh Cing menjadi tegang, menoleh kearah Ciok Sim taysu sebentar, sepatah demi sepatah ia berkata :

“Bagaimana pendapatan Ciok Sim taysu?" “Keterangan Yen Siu Hiat memang tepat." berkata Ciok Sim taysu singkat.

Kang Puh Cing menundukkan kepala sebentar, menghela napas panjang dan berkata :

“Ciok Sim taysu adalah tokoh Siauw lim-pay yang ternama, aku harus percaya kepada keterangannya. Tetapi........ Saudara Yen Siu Hiat. "

Ia memandang kearah pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat.

Yen Siu Hiat berkata : “Maksudmu. "

Kang Puh Cing berkata:

“Urusan ini masih sangat gelap, bisakah saudara Yen Siu Hiat memberi keterangan yang lebih terperinci ?"

Yen Siu Hiat berkata :

“Adikku berguru kepada Put Im suthay di Ciok cuk-am, setiap tahun aku mengunjunginya untuk melihat keadaannya. Tidak disangka, kemarin malam telah terjadi kejadian yang seperti ini. ”

Hampir Yen Siu Hiat mengucur air mata, sedapat mungkin menahan rasa sedih itu dan meneruskan ceritanya.

“Waktu kejadian tepat pada kentongan kedua, disaat aku mendatangi Ciok-cuk-am, terdengar suara benturan2 pedang, mengawatirkan keselamatan adikku, disaat aku dan susiok menuju kesana, adikku sudah mati menggeletak di tempat tidur, waktu itu Kang Han Cing sedang mengambil pedang Liauw-in sumoay, hendak membikin pembunuhan total."

Kang Puh Cing berkerutkan alis, ia berkata : “Ah........ah......apa betul jietee melakukan

perbuatan yang seperti itu ?"

Put-im suthay menggebrak meja, dengan marah membentak :

“Saudaramu telah melakukan suatu perbuatan terkutuk, bukti2 dan saksi2 sudah ada, apa lagi yang hendak disangkal ?"

Digertak dan diancam demikian Kang Puh Cing tidak menjadi gentar. Put-im suthay ada ketua vihara Ciok-cuk-am, ilmu kepandaiannya tidak bisa dipandang ringan. Saudara seperguruan Put- im Suthay yang bernama Bu Houw taysu sedang mengalami masa jaya, menjabat kedudukan ketua partai Ngo-bie-pay.

Disamping itu, ketua kelenteng Cu lian sie Ciok Sim taysu juga termasuk jago silat mandraguna, salah satu cabang partay Siauw-lim-pay.

Disamping itu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat menjadi anak angkat dari ketua Penganungan Jaya, sang paman Yen Siu Hiat yang bernama Yen Yu Sian yang bergelar si Hakim bermuka merah kini menjabat wakil ketua Penganungan Jaya, kedudukan ketua Penganungan Jaya sebagai Datuk barat cukup untuk menjadi bukti, bahwa mereka memiliki kekuatan2 yang luar biasa.

*** Bab 20

SlAUW-LIM-PAY, Go-bie-pay, dan benteng penganungan jaya sedang memberi tekanan kepada keluarga Datuk Selatan.

Terhadap ketiga ancaman kekuatan itu, Kang Puh Cing tidak menjadi gentar, dengan sabar ia berkata :

“Kuharap saja suthay sekalian bisa bersabar, cerita tentang adikku itu agak menyimpang dari sifat2 kebiasaannya. "

Put-im suthay cepat naik darah, dia memotong pembicaraan orang, katanya :

“Oh begitu ? Apa kau kira kami yang sengaja mencari setori ? Membuat cerita burung ?”

Kang Puh Cing berkata :

“Murid suthay telah diperkosa dan dibunuh orang. Tentu bukan cerita burung. Tapi hal ini menyangkut nama baiknya adikku, juga menyangkut nama kebesaran Datuk Persilatan. Bukan aku membela adik sendiri, seharusnya suthay membikin keterangan yang lebih jelas."

Hebat ! Pembelaan yang hebat ! Sebagai Kang toa kongcu, tidak percuma Kang Sang Fung melahirkan putra sebagai Kang Puh Cing. Suaranya tiada gentar, gagah dan jelas, tanpa mengandung kemarahan ia masih belum kehilangan kewibawaannya. Put im suthay terkenal sebagai tokoh silat yang tidak mudah dihadapi, tapi nama Datuk selatan juga bukan nama kosong, ia tidak berani gegabah, wajahnya ditekuk masam2, dengan dingin berkata

:

“Menurut pendapatmu, apa yang harus kami lakukan ?"

Kang Puh Cing menoleh kearah Ciok-Sim taysu, ia berkata kepada padri tersebut.

“Disaat taysu dan saudara Yen Siu Hiat tiba di Ciok-cuk-am, itu waktu jiete masih belum pergi, apa yang jiete katakan kepada kalian?"

Ciok-Sim taysu memiliki kepandaian melebihi orang, menyebut nama budha dan berkata :

“Omitohud. Menurut keterangan Kang-jie kongcu, ia sedang mengejar sesuatu bayangan hitam, dipancing sehingga tiba disana."

Kemudian Ciok Sim taysu mengulang kembali cerita Kang Han Cing.

Put-im-suthay menjadi tidak sabar, ia berkata : “Tapi siapa yang bisa percaya kepada obrolan2

itu ?"

Kang Puh Cing tidak mendebat cemoohan Put- im-suthay, ia berpikir beberapa waktu kemudian berkata :

“Apa lagi yang jiete katakan kepada taysu ?" Ciok Sim taysu berkata : “Menurut keterangan Kang Jie kongcu, tentunya perbuatan lengcu Panji Hitam. Fitnah yang sengaja hendak menjatuhkan pamornya. Tapi. Liauw

In nikouw ini pernah menunjuk dengan pasti, kalau perbuatan2 itu adalah perbuatan Kang jie kongcu."

Kang Puh Cing menoleh kearah Liauw in nikauw, dan biarawati muda itu memandangnya dengan sinar mata penuh kebencian.

Masalah besar yang tidak dapat dipecahkan, memakan waktu dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa, Kang Puh Cing meremas2 tangannya sendiri, per-lahan2 berkata :

“Hingga saat ini, jietee masih belum kembali, aku percaya kepada sifat2 dan kepribadian adikku itu, kukira keterangan yang diberikan oleh Liauw- in nikouw masih membutuhkan pertimbangan. "

Kemarahan Put-im suthay memuncak, lagi-lagi ia memotong pembicaraan orang, katanya :

“Bohong! Menurut apa yang kutahu, di dalam rimba persilatan tidak ada perkumpulan baru yang seperti digambarkan seperti anak buah lengcu Panji Hitam. Apa anak muridku harus menjadi korban percuma? Begitu saja kau mengelakan tanggung jawab ? Melemparkan kepada sesuatu yang tidak ada."

Kang Puh Cing berkata :

“Suthay mempunyai kedudukan baik di dalam rimba persilatan, kita harus memegang teguh panji2 keadilan, menurut pendapat suthay, bagaimana kita harus menghadapi persoalan ini?"

Put-im-Suthay berkata :

“kedatanganku ketempat ini sangat singkat, sengaja aku meminta putusanmu, sebagai putra dari seorang datuk selatan, kau harus bisa mengambil putusan yang tepat. Kalau memang bukan perbuatan adikmu, bila kau bisa menyerahkan pembunuhnya itu?"

“Penjahat pasti kuserahkan !" berkata Kang Puh Cing. “Kalau betul hasil karya itu adalah buah tangan adikku, tentu aku bisa menyerahkan jiete kepadamu. Tidak kubela. Tapi kalau saja ada penjahat lain yang hendak menjerumuskan ke- luarga kami kedalam kenistaan, biar bagaimana kami tidak bisa menolak tanggung jawab itu. Yang penting, berilah kami waktu dengan batas2 waktu tertentu, akan kami selidiki urusan dengan se- baik2nya, membekuk batang leher si penjahat yang asli, untuk diserahkan kepada suthay."

Put-im suthay berkata :

“Menurut pendapat Kang toakongcu, berapa lama bisa membekuk batang lehernya si penjahat?"

Se-olah2 berpikir lama, Kang Puh Cing menggelengkan kepalanya, berkerut alis beberapa waktu, sesudah itu memandang kepada keempat tamunya dan berkata :

“Menurut perkiraanku, paling cepat sepuluh hari, paling lambat satu bulan, didalam waktu satu bulan ini, kukira harus memberi pertanggung jawaban kepada suthay sekalian."

Jawaban Kang Puh Cing kepada Put im suthay dan kawan2 adalah jawaban yang sudah dirundingkan masak2, jawaban yang sudah disetujui oleh Kang Han Cing dan Goan Tian Hoat, sengaja menarik waktu menjadi satu bulan, agar mereka mempunyai banyak waktu dan kebebasan untuk membekuk batang lehernya si penjahat yang asli.

Dengan dingin Put-im suthay berkata :

“Memang Kang toakongcu lebih hebat dari Kang jiekongcu. Menurut janji adikmu, paling cepat tiga hari, paling lambat sepuluh hari ia bisa membekuk batang lehernya si penjahat yang asli. Tentu saja dia sendiri. Kini Kang toakongcu telah memperpanjang tiga kali, didalam waktu satu bulan, bukankah begitu?"

Kang Puh Cing berkata :

“Sehingga saat ini jiete masih belum kembali. Sangat menyesal sekali. Aku harus meminta keterangan jietee, baru bisa men-duga2 dan meng- ira2, betul tidak ia cerita itu, kalau betul jiete telah melakukan perbuatan jahat, mudah saja kuserahkan kepada kalian. Kalau sampai terjadi tipu muslihat musuh sebagai penjahat ulung, tentunya mereka pandai membawa diri dan bersembunyi, waktu satu bulan itu bukanlah waktu yang terlalu lama."

Put-im suthay tertawa dingin, katanya lagi : “Dimisalkan adikmu tidak kembali dalam waktu satu bulan, apa kau meminta perpanjangan waktu lagi ?"

Hati Kang Puh Cing sudah mendongkol, ia tidak mau mengutarakan pada wajahnya, dengan tersenyum berkata:

“Dimisalkan kalau sampai satu bulan jiete belum kembali, apa boleh buat aku harus meringkus adik sendiri, digiring dan digusur ke vihara Ciok-cuk-am, harus diserahkan kepada suthay. Maksud suthay seperti ini, bukan? Baiklah, kalau suthay tidak mempunyai itu kesabaran, kalau saja suthay mampu menemukan jejak adikku, boleh saja ringkus dahulu, mau mencincang atau menggorok lehernya boleh saja."

Sepasang mata Put-im suthay ber-kilat2 ia berkata :

“Inilah janji Kang toa kongcu sendiri, jangan sesalkan orang dikemudian hari.”

Kang Puh Cing menganggukkan kepala, dan berkata :

“Ya. Suthay telah mendapat ijinku."

“Baik. Kami meminta diri." berkata Put-im suthay singkat.

Mengajak Ciok Sim taysu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat dan Lauw in nikouw, Put-im suthay meninggalkan gedung keluarga Kang.

Kang Puh Cing mengantar keempat tamu itu sehingga jauh didepan. ***

Bab 21

SESUDAH betul2 mengetahui Put-im Suthay dkk meninggalkan gedungnya, Kang Puh Cing berjalan masuk menuju kearah ruang dalam, disana ia disambut oleh Goan Tian Hoat.

“Sudah pergi ?" Goan Tian Hoat meminta ketegasan.

Kang Puh Cing menganggukkan kepala, ia berkata :

“Saudara Goan juga sudah mengikuti pembicaraan mereka, bukan ? Bagaimana pendapatmu ?"

Dengan tertawa Goan Tian Hoat berkata : “Biasanya Put-im suthay itu cepat naik darah,

kukira pertempuran tidak bisa dielakan, beruntung

nama datuk selatan masih melindungi kita, ia masih tidak berani berlaku kurang ajar kepada kita, hari ini ia memiliki kesabaran yang luar biasa."

“Tapi ia menggebrak meja, kukira isi meja itu sudah menjadi hancur dan sudah tidak bisa digunakan lagi."

“Langkah Kang toa kongcu sangat tepat, hanya ada sedikit kekurangan." berkata Goan Tian Hoat.

“Di bidang apa?" bertanya Kang Puh Cing. Goan Tian Hoat berkata :

“Kang toakongcu telah melepas janji kepada Put-im suthay, kalau saja mereka bisa menemukan jiekongcu, Kang toa kongcu tidak keberatan kalau mereka meringkus jiekongcu. Inilah persoalan sulit, sedikit banyak bisa mengganggu usaha jiekongcu. Apa toakongcu tidak memikirkan keselamatan adik sendiri ?"

Dengan dingin Kang Puh Cing berkata :

“Aku sedang mendongkol kepada sikap Put im suthay yang seperti itu. Maka telah lepas janji yang seperti tadi. Tapi mengingat ilmu kepandaian jiete, mungkinkah jiete bisa diringkusnya ? Apa lagi jiete mengganti wajah, siapa yang bisa mengenali Kang Han Cing lagi ?"

Betulkah ? Tidak ada yang bisa mengenal Kang Han Cing? Mengapa Kang Puh Cing melepas janji yang menjerumuskan adik sendiri kedalam lembah kesulitan ?

***

Mengikuti perjalanan Put-im-suthay, Ciok Sim taysu, Yen Siu Hiat, dan Liauw in nikouw.

Sesudah berkunjung ke gedung keluarga Kang, mereka dipaksa kembali tanpa hasil. Sebentar kemudian, mereka sudah berada dipegunungan Cin-lian-san.

Seorang padri berjubah abu2 berdiri ditepi jalan, melihat munculnya keempat orang itu, cepat2 menyongsong kedepan, merangkapkan kedua tangan memberi hormat, dan berkata:

“Suhu !"

Ciok-Sim-taysu memandang kearah padri itu, dengan heran ia bertanya :

“Hu-jie, ada sesuatu yang terjadi di kelenteng ?” Padri yang dipanggil Hu-jie itu menjawab :

“Atas perintah kepala bagian penerimaan tamu, teecu diharuskan menunggu di tempat ini menyerahkan sepucuk surat kepada suhu."

Ciok Sim taysu semakin heran, ia bertanya : “Ada apa ?"

“Teecu diharuskan segera menyerahkan surat yang amat penting."

“Dimana surat itu ?" Ciok Sim taysu menjulurkan tangan.

Hu-jie segera merogoh saku, mengeluarkan sepucuk surat, dengan ber-hati2 dengan kedua tangan diserahkan kepada ketua kelentengnya.

Ciok Sim taysu menyambuti surat itu dan bertanya :

“Siapa yang mengirim surat ini ke kelenteng ?" Hu-jie menjawab :

“Ada seseorang yang mengenakan pakaian pengurus rumah tangga datang ke kelenteng, memberitahu kepada suhu bagian penerimaan tamu, surat ini amat penting, penting sekali, dan harus segera diserahkan kepada suhu untuk dibuka sendiri."

Mulut Ciok Sim taysu berkemak-kemik, surat siapa lagi, tangannya segera merobek sampul, disana ia membaca surat itu, tiba2 saja wajah berubah, surat tadi disodorkan kepada Put-im suthay dan berkata :

“Lihat !"

Put-im suthay bertanya :

“Apa ada hubungan denganku ?"

Ciok-sim taysu menganggukan kepala.

Maka Put-im suthay menerima surat itu dan membaca, demikian bunyi tulisan :

"Disampaikan kepada Put-im suthay dan Ciok Sim suthay ditunggu kedatangan jiwie berdua dikota Kui-lian-shia. Segera ! Penting !"

Tertanda tangan : Kang Han Cing.

Tulisan itu sangat indah, suatu tanda bahwa putra Datuk Persilatan daerah selatan Kang Han Cing memiliki pendidikan yang sempurna.

Put-im suthay semakin gemas, mengertek gigi dan berkata :

“Gila! Mengandalkan kekuasaan bapaknya yang sudah mati, ia berani menantang ?”

Ciok Sim taysu menyebut nama budha dan berkata : “Omitohud, bagaimana pendapat suthay

?” Put-im suthay berkata : “Inilah surat tantangan.

Biar bagaimana kita harus segera pergi."

Mengikuti percakapan2 kedua orang tua itu, pendekar sastrawan besi Yen Siu Hiat bisa menduga dari mana datangnya surat itu, ia bertanya :

“Susiok, apa surat Kang Han Cing ?"

Ciok Sim taysu menganggukkan kepala berkata

: “Ya."

“Apa yang dikatakan ?"

“Ia menunggu dikota Kui-lian-shia." “Mari kita segera pergi."

“Sabar." berkata Ciok Sim taysu. “Ia hanya mengundang aku dan Put-im suthay, kalian lebih baik pulang saja ke kelenteng dan ke wihara, tunggu saja disana."

Yen Siu Hiat berkata : “Susiok, dia telah membunuh adikku, bagaimana. "

Tidak menunggu sampai Yen Siu Hiat sampai selesai bicara, Ciok Sim taysu berkata :

“Bukan aku melarang turut sertanya diri kalian. Tapi Kang Han Cing hanya mengundang dua orang, tentu banyak rahasia yang hendak disampaikan. Tidak mau diketahui oleh kalian. Dengan adanya Put-im suthay turut serta, apakah kau tidak percaya ?”

Yen Siu Hiat menundukkan kepala. Put-im suthay menoleh kearah Liauw In nikouw dan berkata :

“Kau juga boleh kembali."

Liauw In nikouw membungkukkan badan menerima perintah itu, dan kembali ke-Ciok-cuk- am.

Put-im suthay memandang kearah Ciok Sim taysu dan berkata : “Mari !"

Seorang biarawati tua dan seorang padri tua itu menuju kearah kota Kui-lian-shia.

Kui-lian-shia berarti kota Topeng Setan.

Lahirnya nama ini dikarenakan kota itu yang mempunyai bentuk seperti topeng setan, se-olah2 muka seorang yang beringas, terdapat ukiran2 yang tidak sama, maka untuk daerah Lam-keng, kota itu dipanggil sebagai kota Kui-lian-shia.

Waktu menjelang sore, peninggalan kota kuno Kui-lian-shia telah membawa sejarah yang menyedihkan, banyak batu2 dan rumput alang2 disekitar daerah itu.

(Bersambung 9)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar