Jilid 33

“BANGSAT CILIK!” Bentaknya sambil tertawa seram “Kau memang betul-betul seorang manusia berbakat alam yang sukar ditemui diantara Bu-lim, kau berhak bermain-main dengan Lohu.”

“Haaa . . . haaa . . haaahaa sebentar lagi kau bakal tahu bukan saja aku punya hak untuk bermain dengan diirmu bahkan mempunyai kekuatan pula untuk membereskan dirimu” sahut Ti Then sambil tertawa terbahak-bahak.

Leng Hu Ih segera menggetakkan taagannya mencabut keluar pedang panjang dari sarungnya sambil melemparkan sarung pedangnya ke samping serunya dengan suara yang amat keras:

“Ayoh! mulai serang!".

"Tunggu sebentar!" tiba-tiba Wi Ci To berteriak mencegah.

Dia segera berjalan kesamping Ti Then dan mengulapkan tangannya minta dia orang mengundurkan diri, lalu kepada Leng Hu Ih ujarnya sambil tersenyum:

"Kiau-tauw dari Benteng kami sudah melayani dua kali pertandingan, kali ini seharusnya adalah giliran Lohu!”

Sinar mata yang amat buas dari Leng Hu Ih berkelebat beberapa kali, dia lantas mengangguk.

"Bagus .... bagus sekali, Lohu dari dulu memang mempunyai maksud untuk terjadinya satu peristiwa seperti ini hari" sahutnya sambil tertawa seram.

Dengan perlahan2 Wi Ci To mencabut keluar pedang panjangnya, dia tersenyum tawar, “Saudara mempunyai julukan sebagai iblis nomor satu didalam Bu-lim, sekalipun diantara kita berdua tidak ada ikatan sakit bati tetapi demi melenyapkan bibit bencana untuk Bu-lim lohu sudah ambil keputusan untuk melenyapkan kau dari muka bumi, karena itulah nanti kalau turun tangan kaupun tidak usah sungkan2 lagi.”

“Baik!" Teriak Leng Hu Ih tertawa seram dengan kerasnya. "Ini hari juga kita tentukan siapa yang menang siapa kalah, kita lihat saja setelah hari ini seluruh Bu-lim adalah milikmu atau milik Lohu!"

"Heee . . . heeee . , , kiranya saudara ingin mcrajai seluruh sungai telaga." Tidak tertahan lagi Wi Ci To tertawa dingin.

"Tidak salah, urusan ini bukannya tidak dapat dikerjakan!" “Sekalipun kau dapat membinasakan lohu jangan harap kau

dapat merajai seluruh Bu-lim, haruslah kau ketahui jago2 Bu-lim yang kepandaiannya jauh melebihi lohu pun masih amat banyak sekali!"

“Hee . . heeee . . . heeee . . . cuma ada dua orang saja, yang satu adalah si kakek pemalas Kay Kong Beng sedang yang lain adalah Suhunya bangsat cilik She-Ti itu, tetapi kedua orang ini aku rasa tidak terlalu sukar untuk dihadapi."

"Haa . . haaa . . . haaa . . . lalu tahukah kau orang siapa sebetulnya Suhu dari Ti Kiauw-tauw?” ejek Wi Ci To sambil tertawa ter-bahak2.

"Lohu dapat menyelidikinya dengan seksama."

"Kau orang sama sekali tidak mengetahui siapakah Suhu dari Ti Kiauw-tauw,

bagaimana kau bisa tahu kalau dia orang tidak sukar untuk dihadapi?”

“Tidak usah banyak omong lagi, ayoh, mulai serang” bentak Leng Hu Ih tidak sabaran lagi kemudian mendesak maju satu langkah kedepan. “Lohu lihat lebih baik kau saja mulai menyerang, tidak perduli kau bagaimana sombongnya dimata lohu kau orang tidak lebih cuma seorang cacad, bagaimana lohu tega untuk turun tangan terlebih dulu terhadap seorang yang sudab cacad?”

Mendengar perkataan tersebut Leng Hu Ih benar-benar dibuat amat gusar, dia segera berpekik nyaring lalu membentak keras.

“Mulutmu jelek harus dihancurkan, lihat pedang!”

Tubuhnya berkelebat kedepan, sekonyong-konyong pedang panjangnya ditusuk kehadapan dada Wi Ci To.

Kecepatan geraknya benar-benar membuat Ti Then yang berdiri disamping pun merasa sangat terperanjat, dia dapat melihat kecepatan gerak dari Leng Hu Ih tidak berada dibawah dirinya, karenanya dia mulai merasa kuatir terhadap keselamatan dari Wi Ci To, dia takut Wi Ci To tidak sanggup menahan datangnya serangan yang begitu gencar dari Leng Hu Ih.

Tetapi bagaimanapun Wi Ci To adalah seorang ahli di dalam ilmu pedang, tampak tubuhnya sedikit miring kesamping dengan amat indahnya dia berhasil menggeserkan kedudukkannya dan dengan amat cepatnya menghindarkan diri dari tusukan pedang Leng Hu Ih ini.

Pokoknya diapun berhasil juga untuk balas melancarkan satu tusukan mengarah badan musuhnya.

Tusukannya ini amat aneh dan dahsyat sekali, pedangnya dari arah bawah menuju keatas menusuk leher dari Leng Hu Ih.

Sebaliknya gerakan dari Leng Hu Ih untuk memecahkan datangnya jurus serangan itupun sangat aneh sekali, tampak sepasang kakinya tidak bergerak tubuhnya bagian atas menjatuhkan diri kebelakang pedang pedangnya dengan mendatarkan dada ditusuk kedepan menutul tubuh pedang dari Wi Ci To, kecepatannya luar biasa sekali. Sekali pandang saja Ti Then dapat melihat kalau di dalam jurus serangannya ini secara diam-diam sudah terkandung satu serangan mematikan yang amat ganas sekali.

Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah, pada waktu pedang panjang dari Wi Ci To menyambar kedepan menangkis datangnya serangan dari Leng Hu Ih itulah mendadak Leng Hu Ih melancarkan satu jurus yang amat aneh.

Pedangnya bagaikan ular dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat berturut-turut menusuk jalan darah "Tiong Ting, Hun Swe serta "Tan Thian" tiga buah jalan darah penting.

Wi Ci To tidak sempat menangkis datangnya serangan tadi, seketika itu juga dia kena terdesak mundur tiga langkah ke belakang.

Leng Hu Ih segera mendesak kedepan pedang panjangnya bagaikan bayangan setan berkelebat keatas kebawah tak ada hentinya menyerang keseluruh tubuh Wi Ci To.

Dalam hati Ti Then merasa sangat tegang sekali, tidak kuasa lagi kepada Nyio Sam Pak yang disampingnya dia berbisik dengan suara yang amat lirih,

"Si bongkok ini sungguh lihay sekali jalannya jurus pedang amat aneh dan ganas,”

"Benar!" sahut Nyio Sam Pak mengangguk. "Katanya ilmu pedangnya ini dia dapatkan dari seorang hwesio Si Ih yang amat lihay.”

Baru saja Ti Then mau membuka mulut lagi mendadak dari dalam sarang musuh berkelebat datang tiga sosok bayangan manusia. Sewaktu dilihat lebih jelas lagi ternyata mereka adalah ketiga orang yang membawa pergi si sastrawan banci serta Thian- shan Ji lang itu.

Ketika memandang pula kearah keenam orang yang ada ditengah kalangan tampaklah mereka dengan mata melotot sedang memandangi dirinya tajam2. Di dalam hati dia segera tahu kalau mereka mempunyai maksud untuk mengerubuti dirinya berdua.

Kepada diri Nyio Sam Pak kembali ujarnya dengan suara yang perlahan:

“Nyio Locianpwe apa kau kenal dengas kesembilan orang itu?” “Kenal . . kenal..” sahut Nyio Ssm Pak dengan cepat, “Dari kiri

kekanan adalah Si kakek tak berbudi Ko Cing Liong, si ketemu tidak

mujur Cing Hiong, si muka aneh Leng Ang Lian, Kui Kok Yau Tong atau si siluman bocah dari lembah setan Yu Si, atau si malaikat botak Yu Sam San, Ci Hua Kui atau si sastrawan rambut merah Gong Pit Kay, sedang tiga orang yang baru datang itu adalah Ang Liuw Ci atau si bisul merah Tiauw Ih, Touw Ciauw Liong atau si naga bertanduk tunggal Lu Cian San serta Sam Cian Lang Ci atau si mata keranjang Si Koan Khei.”

“Anak buah dari si iblis bongkok apakah cuma ini saja yang lihay?” tanya Ti Then kembali.

“Masih ada tujuh, delapan orang yang tidak datang mungkin orang-orang itu sudah mendapat perintah untuk turun gunung menyelesaikan sesuatu tugas.”

“Dari antara kesembilan orang ini Nyio locianpwe percaya bisa sekaligus menghadapi berapa orang?”

“Paling banyak cuma tiga orang saja” sahut Nyio Sam Pak setelah termenung berpikir sebentar, “Ti Kiauw tauw apakah mengira mereka bakal maju mengerubuti kita?”

“Benar, coba kau lihat mereka sudah saling bertukar pandangan, aku rasa sebentar lagi mereka akan bergerak”

“Lalu Ti Kiauw tauw sendiri bisa menerima berapa orang?” balik tanya Nyio Sam Pak.

Didalam hati Ti Then merasa dengan kekuatannya sendiri didalam sekejap saja dia bisa menerima empat orang musuh, tetapi agar membuat pihak sana tidak merasa terlalu malu maka jawabnya;

“Boanpwe sendiri pun cuma bisa menghadapi tiga orang saja, maka itu bilamana mereka bersembiian bersama-sama menyerang kiranya kita bakal menemui kerepotan, kita harus menggunakan cara yang paling cepat dan diluar dugaan turun tangan terlebih dulu membereskan dua orang dari antaranya,”

“Coba kau lihat, mereka sudah datang” tiba-tiba Nyio Sam Pak berteriak dengan air muka berubah hebat,

Sedikitpun tidak salah, Si kakek tak berbudi Ko Cing Liong sekalian bersembilan bersama-sama mencabut keluar senjata tajamnya masing-masing kemudian dengan gagahnya berjalan mengbampiri diri Ti Tben serta Nyio Sam Pak yang masih berdiri tak bergerak.

Menanti setelah mereka hampir mendekati dirinya mendadak Ti Then tertawa nyaring, “Heee .. . hee . . . kalian ingin mengandalkan jumlah banyak untuk memperoleh kemenangan ?”

Baru saja perkataan tersebut diucapkan keluar mendadak tubuhnya berkelebat ke depan, saking cepatnya sehingga orang lain tidak dapat melihat jelas tahu-tahu tubuhnya sudah berada diantara kesembilan orang itu.

Di tengah berkelebatnya sinar pedang yang menyilaukan mata terdengarlah dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memenuhi angkasa.

Diikuii suara jatuhnya dua tubuh manusia ke atas tanah.

Orang yang rubuh binasa diatas tanah adalah si Setan rambut merah Gong Pit Kay serta si naga bertanduk tunggal Lu Cing San.

Bagian badannya yang terkena pedang adalah diatas kening serta pada lehernya, begitu tubuhnya mencapai permukaan tanah napasnya pun ikut putus. Sebenarnya mereka pun sudah bersiap sedia untuk ikut maju mengerubuti Ti Then berdua, mereka pun dapat melihat tubuh Ti Then yang menerjang kearah mereka tetapi walaupun sudah bersusah payah untuk menghindar keadaan masih tidak mengijinkan.

Hal ini seketika itu juga membuat sisanya bertujuh jadi termangu-mangu. Sudah tentu mereka semua adalah jago-jago dari kalangan Hek-to yang sering memperoleh kemenangan didalam menghadapi pertempurannya, mereka semua berani menerjang dan berani beradu jiwa, setelah termangu-mangu beberapa saat lamanya kesadarannya pun jadi pulih kembali, mereka mulai berteriak-teriak dan maju kedepan mengerubuti Ti Then.

Tampak bayangan golok serta pedang berkelebat memenuhi angkasa membuat pandangan jadi kabur, hanya dalam sekejap saja Ti Then sudah terjerumus di dalam dengan keadaan yang sangat berbahaya sekali.

Walaupun dia orang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi tetapi dengan kekuatan seorang diri mana mungkin dia dapat menahan serangan gabungan dari tujuh orang jagoan kelas satu dari kalangan Hek to ini, karena tujuh orang ada empat belas buah tangan sebaliknya dia orang cuma ada dua tangan saja.

Dua tangan tidak mungkin bisa menahan serangan berbareng dari empat belas buah tangan.

Nyio Sam Pak tidak berani berlaku ayal lagi, dengan menggerakkan pedangnya dia pun segera menubruk masuk kedalam kalangan.

Dengan menggunakan jurus Hong In Yong atau angin bertiup ombak menggulung secara terpisah dia menyerang si siluman bocah dari lembah setan Yu Si serta si bisul merah Tiauw Ih berdua.

Dia orang adalah seorang ahli pedang yang sudah sangat terkenal didalam Bu lim bahkan tenaga dalamnya amat tinggi sekali, si siluman bocah dari lembah setan Yu Si serta sibisul merah Tiauw Ih mana berani memandang enteng musuhnya, berturut-turut mereka menggerakan pedangnya menangkis datangnya serangan tersebut.

Demikianlah dengan cepatnya Nyio Sam Pak sudah terjerumus kedalam satu pertempuran yang amat seru sekali melawan si siluman bocah dari lembah setan Yu Si serta si bisul merah Tiauw ih.

Beberapa jurus lewat dengan cepatnya, sewaktu dilihatnya Ti Then yang harus melawan lima orang ternyata sudah terdesak 'U dibawaJi acgin. sec&ra mendadak dibawah angin, secara nendadak dia sudah kirim satu tusukan kearah si ketemu tidak mujur.

“Ayoh kemari seorang lagi!” bentaknya dengan keras. “Kalian lima orang tua bangka mengerubuti seorang pemuda apakah tidak merasa malu?”

“Bagus sekali,” sahut si ketemu tidak mujur Cang Hiong sambil tertawa dingin, “Kalau kau orang tidak ingin berumur panjang, aku si orang tua segera kirim kau pulang ke rumah nenekmu.”

Gada di tangannya dengan mengarah tepat kepala Nyio Sam Pak membacok ke bawah.

Dengan adanya hal ini Ti Then segera merasakan tekanan yang mendesak dirinya jauh lebih enteng lagi, tempo hari sewaktu ada di dalam Benteng Pek Kiam Poo dia pernah membasmi habis kedelapan belas malaikat iblis dari si anjing langit rase bumi, sekalipun sekarang dia merasa si kakek tak berbudi si malaikat botak serta si mata keranjang memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tinggi dari kedelapan belas orang

malaikat iblis tersebut tetapi dia merasa untuk merebut kemenangan bukanlah suatu persoalan yang menyulitkan.

Dugaannya sedikitpun tidak meleset, setelah berlalu puluhan jurus perlahan-lahan dia berhasil merebut posisi yang lebih baik lagi.

Senjata yang digunakan si kakek tak berbudi empat orang adalah toya, pedang, cambuk serta kipas, mereka yang melihat Ti Then dari kedudukan banyak bertahas sedikit menyerang, makin lama berubah jadi kedudukan banyak menyerang sedikit bertahan hatinya mulai merasa terkejut bercampur gusar, empat macam senjata bagaikan titiran air hujan dan tiupan angin topan dengan gencarnya menyerang tubuh Ti Then.

Didalam sekejap saja lima puluh jurus sudah berlalu dengan cepatnya, walau pun si kakek tak berbudi berempat masih berada diatas angin tetapi toya, pedang, cambuk serta kipas empat macam senjata tajamnya untuk menjiwit ujung baju dari Ti Then pun tidak sanggup.

Saat ini Wi Ci To serta si iblis bongkok Leng Hu Ih pun sedang bertempur dengan amat serunya, untuk beberapa saat lamanya tidak dapat ditentukan siapa yang kuat siapa yang lemah.

Sebaliknya Nyio Sam Pak ada sedikit tidak kuat menahan serangan musuhnya, ilmu pedangnya amat lihay sekali tetapi dikarenakan usianya yang sudah lanjut ditambah pula badannya sudah mulai lemah, setelah bergebrak mendekati ratusan jurus gerakannya mulai menjadi perlahan, kelihatannya dia sudah tidak ada harapan lagi untuk merebut kemenangan.

Ti Then, yang melihat akan hal ini diam-diam didalam hati merasa amat cemas sekali mendadak dia bersuit panjang, jurus pedangnya berkelebat semakin cepat lagi menerjang musuh- musuhnya.

Tiba-tiba si malaikat botak Yu Sam San mendengus berat, dengan terhuyung-huyung tubuhnya mundur beberapa langkah kebelakang, dari kaki kirinya mengucur keluar darah segar dengan amat derasnya jelas dia sudah tersambar pedang dari Ti Then.

Ti Then yang serangannya mendapatkan hasil semangatnya semakin berkobar, pedang panjangnya dengan mengikuti gerakannya menekan kebawah kemudian laksana serentetan sinar kilat dengan cepatnya membabat sepasang kaki dari si kakek tak berbudi.

Dengan terburu-buru si kakek tak berbudi meloncat menghindar, sepasang tangannya mencekal toya besinya semakin kencang kemudian dengan mengarah kepala Ti Then membacok kebawah. Jurus serangannye amat kuat dan dahsyat, gerakannya pun cepat bagaikan sambaran kilat.

Ti Then tertawa dingin mendadak tubuhnya miring kesamping kemudian berputar kearah kanan, pedangnya dari gerakan membacok diubah jadi gerakan menusuk dengan menggunakan jurus Huan Liong Ci Hauw atau naga membalik menusuk macan berbalik menerjang si mata keranjang Su Koan Khei terdengar dia berpekik aneh kemudian dengan gugupnya mengebutkan kipasnya menangkis datangnya serangan tersebut tetapi akhirnya dia tidak berhasil juga untuk menghindarkan diri dari seluruh serangan tersebut pinggangnya dengan kerasnya kena tertusuk pedang Ti Then.

“Aduuuh …!”

Dengan amat terperanjatnya dia berteriak keras kemudian ujung kakinya menutul permukaan tanah dengan cepatnya mengundurkan diri sejauh dua kaki ke belakang, kedua tangannya menekan menutupi luka pada pinggangnya kemudian dengan terbirit-birit melarikan diri kedalam sarangnya.

Si malaikat botak Yu Sam Sian pun tidak berani bertempur lebih lama lagi cambuknya dengan cepat disambar kebawah kemudian dengan menyeret kaki kirinya yang terluka mengikuti dari belakang si mata keranjang, mengundurkan diri kedalam sarang dengan ter- gesa2,

Dengan demikian orang yang mengerubuti diri Ti Then kini tinggal dua orang saja yaitu si kakek tak berbudi serta si muka aneh.

Ti Then merasa semakin enteng lagi, serangan yang dilancarkan semakin ganas lagi, seketika itu juga membuat si kakek tak berbudi serta si muka aneh terdesak mundur terus dan tidak kuat untuk bertahan lebih lanjut.

Tetapi pada saat itulah Nyio Sam Pak berhasil dipukul kaki kanannya oleh gada dari si ketemu tidak untung Cang Hiang sehingga terjatuh keatas tanah. Senjata siluman bocah dari lembah setan Yu Si adalah sepasang tombak pendek, ketika dilihatnya Nyio Sam Pak rubuh keatas tanah dia segera tertawa aneh.

Dengan mengambil kesempatan ini sepasang tombaknya dengan disertai tenaga yang dahsyat ditusuk keatas lambung Nyio Sam Pak.

Bilamana tusukannya ini mendapatkan hasil maka seketika itu juga seluruh isi perut dari Nyio Sam Pak akan berserakan diatas tanah.

Tetapi pada saat yang amat kritis itulah mendadak Si siluman bocah dari lembah setan Yu Si menjerit ketakutan, tubuhnya dengan sempoyongan mundur satu kaki lebih kemudian rubuh keatas tanah tak bergerak lagi.

Tepat pada bagian ulu hatinya tertancaplah sebuah gagang pedang yang menembus sampai pada punggungnya. Matinya amat cepat sekali, begitu tubuhnya menggeletak diatas tanah sepasang matanya mendelik keluar dan tidak bernyawa lagi.

Orang yang baru saja turun tangan melancarkan serangan itu bukan lain adalah Ti Then adanya.

Ti Then yang melihat Nyio Sam Pak rubuh diatas tanah dikarenakan jaraknya ada tiga kaki jauhnya didalam keadaan cemas dalam hati segera mengambil keputusan untuk menyambitkan pedangnya guna menolong nyawa dari Nyio Sam Pak.

Begitu pedangnya disambitkan kedepan tubuhnya ikut menubruk maju kedepan tubuh Nyio Sam Pak.

Telapak tangannya bagaikan kilat cepatnya dihantam kedepan menghajar dada dari si ketemu tidak mujur.

Si ketemu tidak mujur yang dikarenakan melihat si siluman bocah dari lembah setan Yu Si secara tiba tiba menemui ajalnya terkena sambitan pedang pada saat ini saking terkejutnya sudah dibuat termangu-mangu, maka itu sewaktu pukulan Ti Then menyambar datang ternyata dia sudah lupa untuk menangkis maupun menghindar, “Braak . .” dengan disertai suara yang amat keras tubuhnya terpukul pental keatas udara, serentetan darah segarpun mengikuti melayang sang tubuh memancar keluar dari mulutnya.

Sewaktu tubuhnya mencapai tanah dia sudah tidak bergerak lagi.

Sebaliknya si bisul merah Tiauw Ih yang melihat kehebatan Ti Then laksana malaikat dari angkasa saking takutnya dia tidak berani bergebrak lebih lanjut, sepasang kakinya menutul permukaan tanah kuat-kuat kemudian mengundurkan diri beberapa kaki jauhnya.

Si kakek tak berbadi serta si muka aneh pun tidak berani maju kembali, dengan perlahan mereka mulai menggeserkan kakinya kebelakang, agaknya mereka bermaksud untuk molor pergi.

Melihat sikap mereka itu Ti Then segera mendesak tiga langkah kedepan.

“Heee - , . heee . . . jangan lari!” bentaknya sambil tertawa dingin. “Kalian bertiga harus bertempur lagi dengan aku”

Air muka si kakek tak berbudi seketika itu juga berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, mendadak dia putar tubuh kemudian bagaikan segulung asap berlalu dengan tergesa-gesa dari sana,

Si muka aneh serta si bisul merah yang melihat si kakek tak berbudi melarikan diri sudah tentu tidak berani berdiam lebih lama lagi disana, mereka pun dengan cepat melarikan diri terbirit-birit dari kalangan.

Ti Then segera tertawa terbahak-bahak kemudian baru putar badannya dan berkata kepada Nyio Sam Pak.

“Bagaimana dengan luka Nyio Locianpwe ?”

Nyio Sam Pak tidak menjawab, sepasang matanya dengan terbelalak lebar-lebar melototi diri Ti Then beberapa saat lamanya dia orang banar-benar dibuat melongo.

Lama sekali baru terdengar dia orang menghela napas panjang kemudian gelengkan kepalanya berulang kali. “Oooh . . . Thian, kepandaian silat dari Kiauw-tauw ini sebetulnya dilatih dengan cara bagaimana?”

Ti Then cuma tersenyum tidak menjawab, dia segera maju kedepan membimbingnya bangun.

"Heeeei, masih untung kakiku tidak sampai putus ..." ujar Nyio Sam Pak kemudian sambil tundukkan kepalanya memperhatikan kaki kanannya. "Ombak belakang sungai Tiang Kang mendorong ombak di depannya, manusia baru menggantikan manusia-manusia lama, perkataan ini ternyata sedikit pun tidak salah. Lolap memang sudah terlalu tua,”

Ti Then yang melihat dia tidak menemui cedera yang berarti segera menoleh memandang kearah pertempuran yang masih berlangsung dengan sengitnya antara Wi Ci To dengan Leng Hu Ih, ketika melihat mereka masih bartempur dengan begitu ramainya tak terasa dia sudah tersenyum.

"Mereka benar-benar sepasang musuh yang bagus!" ujarnya. "Tidak-" Bantah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Si iblis bungkuk

hampir kalah, coba kau lihat keringat sudah mulai mengucur

membasahi keningnya, sebaiiknya keaadaan Wi Poocu masih biasa saja seperti sedia kala . .”

"Tidak salah, si iblis bungkuk tidak bakal bisa bertahan seratus jurus lagi."

"Tetapi ..." ujar Nyio Sam Pak dengan suara yang amat lirih. "Bilamana dia ingin melarikan diri agaknya Wi Poocu tidak bakal bisa menghalangi dirinya."

Ti Then segera mengangguk tanda menyetujui pendapat ini, dia pun sudah bisa melihat kalau Leng Hu Ih adalah seorang manusia yang luar biasa.

Bilamana dia orang dibandingkan dengan diri si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan, dia orang memang jauh lebih tinggi satu tingkat darinya. Terdengar dengan perlahan Nyio Sam Pak menghela napas panjang, lalu gumamnya seorang diri, "Bilamana iblis ini tidak dibasmi maka dia merupakan satu bencana yang tak terhingga dikemudian hari ”

"Tadi dia bilang mau bertempur mati-matian melawan Poocu, entah benar tidak perkataannya itu”

"Menurut penglihatan lolap dia tidak bakal mau bertempur mati2an melawan Wi poocu, dia pasti akan melarikan diri" sahut Nyio Sam Pak tertawa.

Tetapi dia tidak akan berhasil meloloskan dirinya   ”

Perkataannya yang gagah dan tegas ini menunjukkan kalau didalam hatinya dia sudah berniat untuk membasmi si iblis bungkuk Leng Hu Ih tersebut.

Selesai berkata dia segera berjalan menuju kedepan mayat dari si siluman bocah dari lembah satan dan mencabut keluar pedangnya, setelah membersihkan darah yang menempel pada tubuh pedang itu dia baru kembali lagi kesamping badan Nyio Sam Pak.

“Ti Kiauw-tauw ini hari sudah menolong lolap lolos dari kematian, entah lolap harus berbuat bagaimana untuk membalas budimu yang besar itu?” ujar Nyio Sam Pak kemudian sambil memandang diri Ti Then tajam2.

ooOoo 56

“Nyio locinpwe kau tidak usah begitu sungkan2, membasmi kaum penjahat dan menolong sesamanya adalah tugas kami, buat apa Locianpwe memikirkannya didalam hati ?" Seru Ti Then dengan cepat.

Pada saat itulah mendadak terdengar si iblis bongkok Leng Hu Ih yang ada didalam kalangan berteriak keras, dengan cepat dia menoleh kearah tengah kalangan. Tampaklah pada saat itu si iblis bongkok Leng Hu Ih sedang melayang kebelakang untuk mengundurkan diri.

Sejak semula Ti Then sudah memperhatikan dirinya, begitu melihat dia mengundurkan dirinya kebelakang dengan cepat tubuhnya bergerak, maju kedepan untuk menghalangi perjalanan mundurnya.

“Hey Bungkuk ! mati hidup belum ditentukan kau sudah ingin lari

?" bentaknya keras. f

Dibagian dada dari si-iblis bongkok Leng Hu Ih sudah tergores sebuah luka yang panjang, darah segar menetes keluar membasahi bajunya. jelas dia audah berhasil di lukai oleh ujung pedang dari Wi Ci To.

Ketika dilihatnya Ti Then menghalangi jalan mundurnya, pada air mukanya jelas menampilkan rasa gusarnya yang amat sangat;

"Siapa yang menghalangi aku mati!" bentaknya dengan keras.

Pedang ditangannya dengan kecepatan yang luar biasa ditusuk kedada Ti Then.

Dengan cepat Ti Then menggeserkan badannya kesamping, pedangnya dengan menggunakan jurus "Giok Ti Heng Coei" atau seruling pualam berbunyi alun, membabat pinggangnya.

Siapa tahu jurus serangan yang baru saja dilancarkan oleh Leng Hu Ih ini cuma sebuah jurus tipuan belaka, baru saja menyambar sampai ditengah jalan mendadak tubuhnya menyingkir kesamping untuk kemudian berkelebat pergi.

Ti Then segera tertawa terbahak2 bagaikan bayangan setan dia mengikuti dari belakangnya dan menghalangi didepannya.

“Kau tidak bakal bisa lolos dari sini!” teriaknya keras sambil membabat pedangnya ke depan. "Lebih baik kau tinggal disini untuk baik2 bergebrak dengan aku saja” "Baik. Lohu akan mengadu jiwa dengan kau bangsat cilik!" Bentak Leng Hu Ih dengan gusarnya sambil menangkis datangnya serangan itu.

Ditengah suara teriakannya yang amat nyaring kembali dia melancarkan tujuh kali tusukan mengancam tubuh Ti Then.

Ti Then harus mengundurkan diri tujuh tindak baru berhasil memecahkan ke tujuh buah serangan dahsyatnya itu, dengan cepat dia balas melancarkan tujuh buah se rangaa dahsyat pula mendesak dia orang sehingga terpaksa mundur tujuh delapan tindak kebelakang,

Wi Ci To tahu Ti Then tidak bakal menderita kekalahan ditangan Leng Hu Ih karenanya didalam hati dia merasa berlega hati, dia segera berjalan mendekati diri Nyio Sam Pak dan tanyanya dengan penuh perhatian :

"Agaknya tadi Nyio-heng terluka, bagaimana?? Tidak mengapa?" "Tidak mengapa!" Sahut Nyio Sam Pak sambil gelengkan

kepalanya. "Sedikit aku berlaku ayal kaki kananku terkena satu kali gebukan dari gadanya Si ketemu tidak mujur"

"Masih dapat berjalan?” "Bisa!”

"Kalau begitu mari kita serbu kedalam sarangnya dan sekalian membakarnya"

“Tetapi menang kalah diantara mereka belum ketahuan, bagaimana kita..”

Seru Nyio Sam Pak sambil menuding ketengah kalangan dimana Ti Then serta Leng Hu Ih sedang bergebrak dengan amat serunya.

"Kau tidak usah menaruh rasa kuatir terhadap diri Ti Kiauw-tauw" Potong Wi Ci To dengan cepat "Tidak sampai seberapa lama dia sudah dapat membereskan musuhnya.” "Bukan begitu, maksud lolap bilamana kita meninggalkan tempat ini dan anak buahnya ber-sama2 mengerubuti diri Ti Kiauw-tauw bukankah urusan akan berabe?"

“Justru dikarenakan takut anak buahnya menyerbu kesini dalam jumlah yang besar maka aku orang she-Wi bermaksud untuk menerjang dulu kedalam sarangnya dan hancurkan seluruh orang yang ada disana."

Nyio Sam Pak termenung berpikir sebentar akhirnya dia mengangguk. "Baiklah. mari kita masuk!”

Demikianlah dengan cepat mereka berdua berkelebat menaiki tangga didepan sarang tersebut kemudian menerjang masuk kearah dalam.

Leng Hu Ih yang melihat Wi Ci To serta Nyio Sam Pak menerjang masuk ke dalam sarangnya dan dia segera tahu mereka hendak menghancurkan seluruh isinya tidak terasa lagi didalam hati merasa tarkejut bercampur gusar.

Dia meraung keras, ber-turut2 pedangnya dibabat kedepan memaksa mundur Ti Then kebelakang kemudian dengan meminjam kesempatan itu hendak menerjang masuk pula kedalam sarang tersebut dan mencegah Wi Ci To berdua menghancurkan gerakannya.

Sudah tentu Ti Then tidak akan membiarkan dia orang mengundurkan diri dari sana, ditengah suara tertawanya yang amat keras tubuhnya segera meloncat keatas mengejar dari belakang. Sekali loncat Leng Hu ih sudah mencapai tiga kaki jauhnya, ilmu meringankan tubuhnya jelas sangat hebat, tetapi baru saja sepasang kakinya menncapai atas tanah Ti Then pun dalam waktu yang bersamaan melayang lima depa dihadapannya, pedang panjangnya dengan amat gencar melancarkan serangan mendesak dirinya membuat dia orang kembali terkurung didalam bayangan2 pedang yang amat rapat itu.

Sekali lagi mereka berdua bergebrak beberapa jurus banyaknya diatas tangga itu. Leng Hu Ih yang melihat dia tidak berhasil meloloskan diri tidak kuasa lagi segera memaki dengan gusarnya:

"Neneknya . . anak anjing! lohu dengan kalian Benteng Pek Kiam Poo ada sakit hati apa? kenapa kalian mau membasmi kami sampai keakar2nya?”

"Kami Benteng Pek Kiam Poo selalu mengutamakan sifat pendekar untuk membasmi kaum penjahat yang mengacau ketentraman Bu-lim, selamanya kami menganggap kaum penjahat sebagai musuh2 kita yang harus dibasmi" ujar Ti Then sambil tertawa berat.

Leng Hu Ih setelah berhasil menangkis beberapa jurus serangan, mendadak tubuhnya meloncat keatas kemudian berjumpalitan ditengah udara dan melayang turun ditangga yang lebih depan.

Dengan cepat Ti Then meloncat mengejar.

"Mau pergi boleh saja, tetapi sebuah tanganmu harus ditinggal" Serunya sambil tertawa nyaring.

Mendadak Leng Hu Ih putar badannya dan mengayunkan tangannya kebelakang.

"Barang ini kau terimalah !" teriaknya sambil tertawa keras- Segenggam kapur dengan cepatnya menyambar datang.

Ti Then menduga dia orang sedang menyambitkan senjata rahasia ke arahnya tetapi sama sekali tidak menyangka kalau senjata rahasianya adalah segenggam kapur yang khusus digunakan untuk melukai mata, dikarenakan jaraknya terlalu dekat baru saja dia bermaksud menutup matanya keadaan sudah terlambat.

Ada sebagian kecil dari kapur itu sudah tepat menghajar matanya sehingga terasa amat perih.

Mata adalah bagian badan yang paling lemah, setiap jago Bu-lim yang terkena kapur tersebut bilamana bukannya untuk sementara akan jadi buta maka untuk selamanya dia tidak dapat melihat lagi, karenanya keadaan seperti itu sangat berbahaya sekali. Sudah tentu Ti Then tidak terkecuali, dia merasakan sepasang matanya amat sakit, seketika itu juga pandangannya jadi gelap tak dapat melihat suatu apapun.

Rasa terperanjatnya kali ini benar2 luar biasa, dengan gugup dia menghentikan gerakannya dan meloncat turun dan atas tangga.

Dikarenakan dia orang tak dapat melihat suatu apapun, begitu mencapai permukaan tanah seketika itu juga tubuhnya jatuh terjengkang tak dapat bergerak.

Melihat hal itu Leng Hu Ih jadi amat girang sekaii, dengan cepat dia menubruk kebawah.

"Bangsat cilik, serahkan nyawamu!” Bentaknya sambil tertawa keras.

Pedangnya digetarkan dengan cepat mengarah ulu hati Ti Then, dia menyerang kearah bawah.

Walaupun sepasang mata Ti Then sudah jadi buta tetapi telinganya masih tajam dan dapat membedakan datangnya angin serangan.

Dengan gesitnya dia menggelinding ke samping menghindarkan diri dari tusukan pedang tersebut, diikuti tubuhnya meloncat keatas dengan mengikuti arah datangnya angin serangan tadi menyapu ke depan.

Serangannya kali ini mengancam sepasang kaki dari Leng Hu Ih.

Kecepatan serangannya amat dahsyat seperti menggunakan mata yang normal.

Dengan lekas Leng Hu Ih meloncat kesamping untuk menghindarkan diri dari babatan itu, pada wajahnya segera tersungginglah satu senyuman yang amat buas dan ganas sekali,

“Heee . . . . bangsat cilik. kau masih ingin mempamerkan kepandaianmu ?” ejeknya dingin. Air muka Ti Then amat tawar sekali, dengan perlahan-lahan dia menekukkan kaki kirinya kebawah sehingga membentuk gaya setengah berlutut pedang panjangnya dilintangkan didepan dada memperhatikan sikap menanti serangan.

“Hmm.... sekarang adalah kssempaian yang baik buatmu, ayoh maju!” serunya dingin.

Dengan diam2 Leng Hu Ih bergeser tiga langkah kesamping kemudian secara

diam2 menusuk kearah pinggangnya, menanti ujung pedangnya sudah berada satu dua coen dari pinggangnya dia baru membentak dengan keras :

"Awas !”

Mendadak tubuh Ti Then berputar setengah lingkaran, didalam keadaan yang amat kritis dia sudah membabat pedangnya kesamping memukul miring serangaanya itu, kemudian dengan mengikuti gerakan badannya sang pedang membacok kearah dadanya.

Gerakannya amat keras dan aneh sekali. Dengan ter-buru2 Leng Hu Ih meloncat mundur kebelakang.

"Heee . . . heee .... bangsat cilik" teriaknya sambil tertawa seram." Aku mau lihat kau masih bisa terima berapa jurus serangan dari Lohu !"

Selesai berkata tubuhnya bergerak maju lagi melancarkan serangan ganas.

Dengan mengandalkan pendengarannya Ti Then segera menggerakkan pedangnya menangkis serangan tersebut, semakin lama dia merasa semakin tidak tahan akhirnya terpaksa dia meloncat bangun untuk menghindar.

Leng Hu Ih tidak mau memberi kesempatan buatnya untuk bertukar napas. tubuhnya sekali lagi menubruk maju kedepan, serangannya pun semakin lama semakin gencar semakin lama semakin dahsyat.

"Hey bangsat cilik" teriaknya sembari menyerang sembari tertawa seram. "Ini hari kau sudah membinasakan empat orang anak buah dari Lohu, sekarang lohu mau tabas putus sepasang tangan serta sepasang kakimu terlebih dulu untuk membalaskan dendam atas kematian dari mereka berempat! "

Ti Then dengan sekuat tenaga menahan datangnya serangan itu, sembari bertempur tangannya yang lain segera mengucak matanya berusaha untuk mengembalikan penglihatannya tetapi sekalipun sudah berusaha amat lama dia semakin merasa matanya semakin sakit sehingga tak terasa lagi didalam hati dia menghela napas panjang.

"Sudahlah " pikirnya kemudian, “tidak kusangka aku Ti Then ini hari harus menemui ajalnya ditangan Si iblis bungkuk ini tetapi . . bagaimana aku boleh mati dengan sama sekali tidak berharga ini ? Aaku harus mengadu jiwa dengan dirinya."

Baru saja berpikir sampai disitu mendadak dia merasakan lengannya amat sakit sekali agaknya Leng Hu Ih sudah berhasil menggores luka lengannya.

Masih untung luka tersebut tidak terlalu berat, dengan tergesa- gesa dia angkat badannya untuk menangkis.

“Traaaang . . “ dengan tepatnya dia berhasil memukul kesamping pedang dari Leng Hu Ih, dia tidak mau membuaug kesempatan lagi tubuhnya dengan cepat bergerak maju mendesaknya lebih lanjut.

Ssbaliknya Leng Hu Ih tidak mau mengadu jiwa dengan dirinya, ketika dilihat tempat kedudukkannya sudah diketahui dengan cepat tubuhnya meloncat kesamping.

Kemudian dengan perlahan-lahan dia memutar kebelakang badan Ti Then, sambil meringankan tindakannya dengan tanpa mengeluarkan sedikit suara pun dia mendesak maju kembali. Ti Then dengan pusatkan seluruh perhatiannya mendengar, dikarenakan tidak mendengar juga pihak lawannya menyerang terpaksa dia putar badannya melancarkan serangan dengan menggunakan jurus Ya Can Pat huan atau delapan penjuru petempur malam.

Leng Hu Ih tetap berdiam ditempat sama sekali tidak bergerak. “Leng Hu Ih, kau terlalu tolol” Maki Ti Then kemudian sambil

menghentikan gerakammya. “Bagaimana sudah begitu lama kau

masih belum sanggup untuk membinasakan diriku ?”

Didalam hati Ti Then tahu dia hendak melancarkan serangan bokongan kepadanya karena itu di dalam hati dia pun segera mengambil keputusan untuk dengan siasat melawan siasat.

Dia akan berdiri tenang menunggu datangnya serangan musuh, menanti pedangnya sudah menempel badannya dengan menggunakan saat yang amat kritis itulah dia hendak balas melancarkan satu serangan beradu jiwa dengan dirinya.

Karena itu keadaannya jadi semakin tegang lagi, dengan dinginnya dia berdiri menanti.

Leng Hu Ih yang melihat pihak lawannya pun hendak menggunakan tenang ma lawan tenang semakin tidak berani bergerak lagi, sepasang matanya yang buas dengan cepatnya berputar-putar, mendadak dengan perlahan-lahan dia berjongkok memungut sebuah batu kemudian dengan perlahan-lahan bangkit dan mneyambitkan batu itu kedepan tubuh Ti Then.

“Plooook!” dengan disertai suata yang amat nyaring batu itu tepat terjatuh dihadapannya.

Tubuh Ti Then segera kelihatan bergetar amat keras.

Tetapi dia pun tidak turun tangan, dia hendak menanti sampai pedang pihak lawan menempel badannya dia baru melancarkan serangan balasannya. Sebaliknya Leng Hu Ih menduga Ti Then pasti akan terkena pancingannya dan turun tangan melancarkan serangan, karena itu begitu melihat badan Ti Then sedikit tergetar dengan cepat dia ayunkan pedangnya menyerang lengan sebelah kanan dari Ti Then.

Dia tetap mempunyai rencana untuk membacok putus tangan serta kaki Ti Then dulu kemudian baru membinasakan diri Ti Then dengan perlahan-lahan.

Tampaklah sinar pedang berkelebat menyilaukan mata, pedangnya dengan amat tepat sekali berhasil membacok lengan kanan dari Ti Then,

Sedang Ti Then pun dengan menggunakan saat pedang tersebut menempel badannya mendadak dia putar pedangnya dari bawah- ketiak kanannya menusuk kearah belakang.

"Aaaaaah ,„.„..".

Suara teriakan ngeri yang mendirikan bulu roma segera bergema keluar dari mulut Leng Hu Ih.

Ti Then segera merasakan kalau pedangnya dengan amat tepat sekali berhasil menusuk lambung lawannya, didalam hati dia merasa sangat girang sekali, dengan cepat tubuhnya berputar kebelakang kaki kanannya dengan kecepatan yang luar biasa melancarkan tendangan kilat menghajar lambungnya kemudian sembari mencabut keluar pedangnya dia meloncat mundur satu langkah.

Dia sama sekali tidak mendengar suara rubuhnya pihak lawan, karena itu begitu ujung kakinya mencapui permukaan tanah dengan pusatkan seluruh perhatiannya dia siap-siap menghadapi perubahan selanjutnya,

Tetapi walaupun sudah ditunggu beberapa saat lamanya masih belum terdengar juga suara rubuh maupun berjalannya Leng Hu Ih, didalam hati diam2 dia merasa terkejut bercampur curiga, tidak kuasa lagi tanyanya dengan suara keras;

"Hey bungkuk, kau sudah mati?” Leng Hu Ih tidak menjawab.

Tadi dia merasakan pedangnya itu dengan amat tepat sekali berhasil menusuk lambung dari pihak lawannya bahkan pedangnya menancap sangat dalam sekali, menurut keadaan biasa seharusnya pihak lawan sudah menemui ajalnya.

Tetapi kenapa dia tidak mendengar suara rubuhnya pihak lawan? karenanya didalam hati dia merasa tidak paham. pedangnya segera dikibaskan kembali dengan menggunakan jurus Ya Can Pat Hong atau delapan penjuru bertempur malam.

Akhirnya dia sama sekali menemui sasaran yang kosong.

“Apa mungkin dengan membawa luka dia sudah melarikan diri ?” pikirnya didalam hati- “Bilamana memang demikian adanya maka tentunya dia meloncat pergi sewaktu aku mencabut keluar pedangku tadi . . ?”

Berpikir akan hal ini rasa tegang yang mencekam didalam hatinya pun manjadi kendor kembali, dia mulai merasakan lengan kanannya terasa amat sakit.

Ketika dia meraba dengan menggunakan tangannya saat itulah dia baru menemukan kalau luka pada lengannya itu tidak kecil, panjangnya ada dua coen dengan lebar tiga coen bahkan hampir melukai tulangnya, darah segar dengan tak-henti2nya menetes keluar membasahi bajunya, dengan cepat jari tangannya berkelebat menotok jalan darah yang dekat dengan tempat tersebut.

Setelah itu kepalanya didongak memandang kearah sebelah sarang penjahat itu, secara samar2 dia merasakan ada sinar merah yang muncul didaerah sekitar tempat itu, tak kuasa lagi dia bergumam seorang diri;

“Aaah…... itu tentu warna api, Wi Ci To serta Nyio Sam Pak sudah membakar sarang perampok tersebut"

Berpikir sampai disitu mendadak telingany mendengar suara hiruk pikuk yang amat keras sekali berkumandang datang dari tempat kejauhan, Jika didengar dari suara tersebut agaknya berasat dari anak buah dari si iblis bongkok yang sedang melarikan diri kocar kacir dari dalam sarangnya.

"Ehmm .... bilamana diantara orang2 itu ada seorang jagoan yang melarikan diri melewati tempat ini dan melihat aku sedang terluka…”

Berpikir akan hal ini dengan ter-gesa2 dia berjalan menuju kesebelah kanan.

Dia masih ingat disebelah kanas dari tempat itu terdapat sebuah hutan yang amat lebat dia bermaksud untuk bersembunyi beberapa saat lamanya didalam hutan itu, karena mata serta kedua luka dilengannya sudah sukar buatnya untuk bergebrak kembali.

Tetapi baru saja dia berjalan beberapa langkah mendadak terdengarlah suara tersampoknya ujung pakaian berkelebat dating dengan kecepatan yang luar biasa.

Dengan cepat dia putar badannya siap2 menghadapi sesuatu. “Ti Kiauw-tau kau kenapa?”

Suara dari Wi Ci To.

Mendengar suara itu Ti Then segera menghembuskan napas lega, dengan wajah yang menampilkan senyuman pahit dia berkata:

“Gakhu..kau…”

Wi Ci To yang melihat wajahnya sudah dipenuhi dengan kapur menjadi amat terperanjat sekali, dengan cepat dia berlari mendekat.

“Kenapa matamu?” tanyanya dengan cemas.

“Karena sedikit tidak waspada, mataku sudah terkena sambitan kapur dari si iblis bongkok..”

Belum habis dia berbicara tiba-tiba terdengarlah suara dari Nyio Sam Pak berkumandang keluar dari belakang Wi Ci To.

“Aaaah…kau sudah bunuh iblis ini!” teriaknya dengan keras. “Aaaah..dia sunguh-sungguh sudah mati?” Tanya Ti Then kegirangan.

“Kau…kau membinasakan dirinya setelah matamu dibutakan olehnya?” tanya Wi

Ci To dengan terperanjat.

“Benar” sahut Ti Then mengangguk, “Dia ingin menabas tangan serta kaki dari boanpwe tetapi akhirya boanpwe berhasil menusuk dirinya… agaknya boanpwe berhasil menusuk lambungnya”

“Tidak!” seru Nyio Sam Pak membenarkan kesalahannya, “Kau sudah menusuk ulu hatinya”

“Oooh..lalu mayatnya apa rubuh disana?” “Benar”

“Sungguh aneh sekali” gumam Ti Then seorang diri, “Kenapa boanpwe tidak mendengar tubuhnya rubuh keatas tanah?”

“Tentunya dia rubuh keatas tanah dengan perlahan” sahut Wi Ci To memberikan pendapatnya, “Matamu sudah tidak dapat melihat?”

"Benar, aku cuma bisa melihat sinar putih yang rada samar2 dan buram . .”

Wi Ci To dengan ter-gesa2 memasukkan pedangnya kedalam sarung kemudian serunya dengan cemas:

"Mari, lohu gendong kau pulang kedalam perkampungan !"

Tidak menanti Ti Then memberikan jawabannya dengan cepat dia sudah menggendong badan Ti Then dan lari menuju ke perkampungan Thiat Kiam San Cung.

Nyio Sam Pak sambil menenteng pedang-segera mengikuti dari belakangnya.

"Bagaimana dengan sarang mereka ?” tanya Ti Then kemudian ditengah jalan. "Sedang terbakar hebat, anak buah mereka sebanyak seratus orang sudah bubaran bagaikan buuung !". Sahut Wi Ci To.

"Diantara pembantu2 Leng Hu Ih kini cuma Sikakek tak berbudi, Si muka aneh serta sibisul merah tiga orang saja yang berhasil meloloskan diri" Sambung Nyio Sam Pak lebih lanjut. "Boleh dikata pertempuran kita kali ini memperoleh kemenangan total, cuma saja Ti Kiauw-tauw sudah menderita luka. hal ini benar2 membuat lolap merasa tidak tenang".

“Nyio Locianpwe buat apa mengucapkan kata2 tersebut ? sedikit luka dari boanpwe ini tidaklah seberapa buat apa locianpwe merasa kuatir ?".

"Tetapi bilamana sepasang mata dari Ti Then Kiauw-tauw tidak dapat melihat kembali, maka „ . . . "

“Tidak! dia dapat melihat lagi," Sela Wi Ci To dengan cepat." Setelah kembali kedalam perkampungan nanti, asalkan dibersihkan beberapa kali dengan menggunakan air maka dia bisa melihat kembali seperti sedia kala”

“Semoga saja demikian..." sambung Nyio Sam Pak sambil menghela napas panjang.

"Bilamana tidak dapat melihat juga tidak mengapa, nyawa dari boanpwepun ini didapat dari pungutan, ada apanya yang dapat disesali ?"

Di dalam keadaan buta ternyata Ti Kiauw tauw masih bisa melukai dan membinasakan Leng Hu Ih, hal ini sungguh2 sukar untuk dipercaya!"

"Soal ini mungkin dikarenakan dia orang terlalu memandang rendah diriku.

Bilamana bukannya dia ingin membacok putus sepasang tangan serta kaki dari boanpwe kemungkinan sekali dia sudah berhasil membinasakan diri boanpwe.” Mereka bertiga sembari berjalan sembari ber-cakap2, tidak selang seperempat jam kemudian mereka sudah tiba didalam perkampungan Thiat Sam Kiam san Cung.

Nyio Si Ih sekalian yang melihat Ti Then menderita luka jadi merasa terkejut, dengan cepat mereka pada maju mengerubung dan menanyakan parsoalannya..

Tetapi Nyio Sam pak sudah mengulapkan tangannya mencegah, tegurnya:

“Nanti saja kita bicarakan lagi, sekarang cepat ambil beberapa pikul air bersih,”

Huan Ceng Koei serta Cia Pu Leng yang ada dikalangan dengan tergesa2 segera berlalu.

Kepada putranya Nyio Si Ih dengan cepatnya Nyio Sam Pak memberi perintah lagi.

“Si Ih, cepat kau siapkan obat2an dan menolong Ti Kiauw-tauw balutkan lukanya.”

“Baik!” sahut Nyio Si Ih kemudian dengan tergesa-gesa berlalu dari sana. Beberapa saat kemudian Huan, Cio dua orang sudah mengambil empat pikulan air bersih, Wi Ci To segera membimbing Ti Then untuk berjongkok dihadapan air bersih itu dan serunya.

“Mari masukkan kepalamu kedalam air!”

Ti Then segera menurut dan memasukkan kepalanya kedalam air, kapur yang di wajahnya setelah terkena sir segera pada buyar dari kawahnya,

Wi Ci To yang melihat air yang bersih atu sudah tercampur sehingga kotor segera ganti dengan air yang baru.

“Sekarang coba kau membuka matamu dengan perlahan-lahan” katanya,

Sekali lagi Ti Then memasukkan kepalanya kedalam air kemudian dengan ptrlahan-lahan membuka matanya, Ternyata sedikitpun tidak salah, rasa sakit sudah semakin berkurang, kaput yan masih tertinggal didalam matapun sebagian besar sudah larut kedalam air.

Ketika dia angkat kepalanya secara samar2 dia dapat melihat beberapa sosok bayangan yang kabur, dalam hati dia merasa sangat girang sekali.

"Aaah . . , sudah lebih baikan!".

"Sudah dapat melihat??" tanya Wi Ci To dengan cepat.

"Masih sedikit kabur, tetapi sudah dapat melihat bentuk badan orang!".

"Coba ganti sepikul air lagi!”

Setelah mencuci lagi dengan sebaskom air bayangan orang yang semula kelihatan kabur kini jauh lebih jelas lagi, cuma saja jaraknya masih kelihatan jauh.

Wi Ci To yang melihat Nyio Si Ih sudah membawa obat2an datang kesana lantas ujarnya kemudian:

"Sekarang balut dulu lukamu, setelah itu lohu akan bantu mencucikan kembali matamu dengan perlahan".

Demikianlah dengan dibimbing oleh Wi Ci To, Ti Then dibaringkan keatas sebuah pembaringan.

Wi Ci To serta Nyio Sam Pak segera turun tangan sendiri mencucikan mulut luka itu kemudian baru diberi obat dan di bungkus dengan kain.

"Kau sudah banyak mengalirkan darah, sekarang merasa bagaimana?" tanya Wi Ci To tiba2.

"Sekarang aku merasa rada lapar! " sahut Ti Then sambil tersenyum.

"Aaaah ..." seru Nyio Sam Pak tertahan, kepada putranya Nyio Si Ih cepat ujarnya: "Si Ih, perjamuan telah dipersiapkan?".

"Sejak semula telah dipersiapkan " sahut Nyio Si Ih dengan sangat hormat.

"Sekarang Ti Kiauw-tauw tidak dapat makan dimeja perjamuan, . kau cepatlah bawa kemari makanan tersebut".

Nyio Si ih lantas menyahut dan berlalu dari sana.

"Nyio-heng!" tiba? terdengar Wi Ci To berkata. "Disini apakah ada kapas yang bersih?”

"Buat apa Wi Poocu memerlukan kapas?" tanya Nyio Sam Pak melengak.

"Bersihkan matanya!" Sahut Wi Ci To sambil menuding kearah Ti Then. "Matanya harus dibersihkan dengan menggunakan-kapas baru dapat bersih dari kapur".

Nyio Sam Pak lalu memerintahkan anak buahnya untuk pergi mengambil kapas, kemudian dengan rasa girang ujarnya:

"Jika dilihat keadaan ini penglihatan dari Ti Kiauw-tauw akan dapat pulih kembali seperti sedia kala”

“Benar! " sahut Wi Ci To mengangguk. “kapur memang barang yang paling mudah melukai mata, tetapi kalau dapat cepat2 dibersihkan dengan air maka hal itu tidak lagi terlalu bahaya".

Leng Hu Ih selamanya menyebut dirinya sebagai iblis nomor satu didalam Bu-lim dan selamanya bersikap amat sombong sekali, tidak disangka didalam sakunya dia pun memiliki benda yang amat rendah seperti ini! ".

"Mungkin benda ini sudah dipersiapkan untuk menghadapi kita berdua dia sebeenarnya adalah orang dari kalangan Hek-to sudah tentu berbuat apa pun dia tidak takut".

Sewaktu berbicara sampai disana tampaklah Nyio Si Ih dengan membawa nampan makanan yang lezat sudah berjalan masuk ke dalam. Baru saja makanan itu diletakkan di meja orang yang diperintahkan untuk membawa kapas pun sudah tiba.

"Mau cuci mata dulu atau makan dulu?" tanya Nyio Sam Pak kemudian.

“Cuci mata dulu" Sahut Wi Ci To,

Dia mengambil sebuah bangku dan membiarkan kepala dari Ti Then menjulur keluar dari dalam pembaringan dan bersandar diatas bangku tersebut. setelah itu dia mengambil kapas dibasahi dulu dengan air dingin kemudian baru mulai membuka mata dari Ti Then dan membersihkan kapur yang masih tertinggal didalam kelopak matanya itu.

Sesudah dicuci beberapa kali akhirnya rasa sakit yang diderita Ti Then pun jauh berkurang, sedangkan penglihatannya sudah pulih delapan bagian,

"Sekarang bagaimana rasanya ?" tanya Wi Ci To.

“Sudah hampir pulih seluruhnya cuma saja masih merasa sedikit sakit."

“Soal ini tidak bisa terhindar lagi tetapi setelah lewat satu dua hari tentu akan sembuh kembali seperti sediakala, sekarang kau duduklah dan bersantap.”

"Tidak!” cegah Nyio Sam Pak dengan cepat. "Tangan kanan dari Ti Kiauw-tauw masih belum sembuh. biarlah dia tetap berbaring Lolap akan suruh putraku membantu dia!”

Dengan cepat dia menekan badan Ti Then untuk berbaring kembali, setelah itu kepada putranya Nyio Si Ih perintahnya:

"Si Ih, coba kau bantulah Ti Kiauw-tauw untuk menyiapkan makanan itu kepadanya!"

"Tidak perlu begitu. boanpwe bisa makan dengan menggunakan tangan kiri." Seru Ti Then menampik. Tetapi walaupun dia sudah berbicara secara bagaimanapun dia orang tua tidak memperkenankan juga dia makan sendiri. Ti Then tidak dapat berbuat apa-apa lagi terpaksa sahutnya kemudian:

"Kalau begitu silahkan Nyio Locian-pwe pergi bersantap, cuma dikarenakan sedikit luka dari boanpwe membuat Lo-cianpwe pun harus bingung- benar2 membuat boanpwe merasa tidak tenang."

"Baiklah!” ujar Nyio-Sam Pak kemudian dan menoleh kearah Wi Ci To. "Mari kita pergi makan dulu, nanti kita datang lagi!"

Setelab dua orang tua itu pergi Nyio Si Ih mulai membantu Ti Then menyuapinya, dia orang sampai waktu ini masih tidak tahu bagaimana Ti Then terkena sambitan kapur oleh pihak lawan serta bagaimana kesudahan pertempuran melawan Leng Hu Ih, tidak tertahan lantas tanyanya;

“Ti-heng siapa yang sudah melukai matamu itu ?” "Leng Hu Ih”

"Oooh. . . kau sudah bergebrak dengan si iblis bungkuk Leng Hu Ih ?" tanya Nyio Si Ih terkejut.

"Benar."

"Lalu bagaimana kesudahannya ?" Sembari menyuapi makan Ti Then segera menceritakan bagaimana dia sudah mengalahkan diri iblis bungkuk itu.

Ketika Nyio Si Ih mendengar dia orang sudah berhasil membinasakan diri iblis bungkuk Leng Hu Ih tidak terasa lagi sepasang matanya sudah terpentang lebar2, dengan wajah kurang percaya tanyanya dengan terkejut.

"Sungguh ? kau . . . kau bisa menangkan si iblis bungkuk Leng Hu Sian?"

Ti Then cuma tersenyum saja tidak menjawab. xxxx Malam ini dengan alasan hendak menjaga Ti Then Wi Ci To tidur satu kamar dengan diri Ti Then.

Nyio Sam Pak menemani mereka berdua sampai tengah malam baru pamit untuk pulang ke kamarnya.

Setelah melihat bayangan punggungnya lenyap dari balik pintu, Ti Then baru menoleh ke arah Wi Ci To dan tersenyum pahit.

"Siasat kita aku rasa sukar untuk dijalankan lagi" ujarnya dengan suara yang rendah. "Gak-hu punya rencana berbuat bagaimana?”

"Lohu sendiri juga tidak mengetahui cara untuk menghadapi perubahan ini..” sahut Wi Ci To kemudian dengan wajah serius setelah termenung berpikir beberapa saat lamanya.

“Ini hari kita harus membantu Nyio-locianpwe melenyapkan si iblis bungkuk Leng Hu Ih, walau pun urusan terjadi di luar dugaan tetapi boleh dikata perjalanan kita tidak sia-sia, bilamana kita tidak pergi ke perkampungan Thiat Kiam San Cung terlebih dulu bagaimana bisa tahu kalau Nyio locianpwe juga mengundang Cuo It Sian untuk member bantuan?”

“Benar!” sahut Wi Ci To sambil mengangguk "Untung sekali Nyio Cung-cu berkata kalau paling cepat Cuo It Sian baru sampai disini dua puluh hari kemudian, maka itu kita masih punya kesempatan untuk mengubah siasat”

"Gak-hu menduga apakah Cuo It Sian bisa menerima undangan dari Nyio Locian-pwe untuk datang ke perkampungan Thiat Kian San Cung?”

"Delapan bagian dia bisa dating!”

"Tetapi ada kemungkinan juga dia tidak berani datang, karena dia sudah membinasakan anak murid dari Nyio locianpwe, Si elang sakti Cau Ci Beng, sewaktu putra dari Nyio Locianpwe sampai di rumahnya dan menjelaskan maksud hatinya untuk memohon bantuannya membasmi Si iblis bungkuk Leng Hu Ih, mungkin dia sudah menaruh curiga kalau rahasia dimana dia sudah membunuh mati si elang sakti Cau Ci Beng telah diketahui oleh dia orang tua sehingga dengan demikian dia sudah menaruh salah anggapan bahwa undangannya untuk mengunjungi perkampungan Thiat Kiam San Cung hanyalah satu siasat balaka !"

"Sudah tentu dia bisa berpikir sampai kesana, tetapi lohu percaya dia bisa datang karena diapun menduga kalau pembunuhan yang dilakukan ditengah malam buta itu tidak bakal bisa diketahui oleh siapapun juga, maka itu Nyio Cung-cu tidak mungkin bisa mengatahui kalau Cau Ci Beng mati ditangannya, bahkan bilamana dia tidak datang maka hal ini semakin bisa diperlihatkan kecurigaan yang lebih besar !"

Dia berhenti sebentar untuk kemudian katanya lagi :

"Sudah tentu jikalau dia tidak datang kita bisa melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana,"

"Bilamana dia sudah datang apakah Gak-hu merasa dia dapat membawa pedang Biat Hun Kiam-nya ?" tanya Ti Then

“Sukar untuk dibiarakan, dia ada kemungkinan membawa serta pedang tersebut ada kemuugkinan juga tidak membawa pedang itu

. . .”

“Apa maksud perkataanmu itu ?”

“Untuk menutupi rahasia patahnya pedang pendek itu ada kemungkinan dia bisa membawa serta pedang pendek Biat Hun Kiam itu untuk sengaja diperlihatkan kepada Nyio Cung cu sehingga dengan demikian bisa ada orang yang membuktiksn kalau pedang pendek Biat Hun Kiam itu belum pernah terputus , . .”

“Oooh „ , . . sekarang boanpwe paham sudah,” tiba-tiba potong Ti Then sambil tertawa.

“Kau sudah memahami apa?” tanya Wi Ci To melengak.

“Dahulu dia pernah menggunakan pedang pendek Biat Hun Kiam itu untuk melakukan satu perbuatan yang merugikan masyarakat, akhirnya pedang pendek itu patah jadi dua dan secara tidak sengaja sudah didapatkan oleh Gak-hu sehingga menangkap pangkal peristiwa inu, bukan begitu?” ujar Ti Then sambil tertawa.

“Benar” sahut Wi Ci To kemudian sambil mengangguk sesudah berpikir sebentar. “Sekarang kau adalah menantuku, maka aku sudah menaruh kepercayaan kepadamu, peristiwa yang terjadi memang seperti apa yang kau duga, dia memang pernah menggunakan pedang ini untuk melakukan satu perbuatan yang merugikan orang lain.”

“Peristiwa apa?”

Dengan perlahan-lahan Wi Ci To menghela napas panjang. “Orang itu sebetulnya tidak jelek” ujarnya. “Pada masa yang lalu

setelah lulus ujian dia lantas diangkat sebagai pembesar negeri dan memangku jabatan disatu kota tetapi dia orang bersifat jujur dan suka menegakkan keadilan bahkan paling tidak suka melihat cara bekerja dari pembesar lainnya, akhirnya karena tidak betah dia meletakkan jabatan dan kembali kedesa, beberapa tahun kemudian dia mulai berkelana didalam Bu-lim. dikarenakan semasa kecilnya dia pernah memperoleh pelajaran ilmu silat dari seorang manusia aneh di dalam Bu-lim maka tidak sampai satu tahun dia mengembara namanya sudah terkenal sekali diseluruh sungai telaga bahkan di dalam beberapa tahun itupun dia sering melakukan pekerjaan baik maka orang2 sudah menganggap dia sebagai seorang pendekar yang patut dihormati.

Heei.. , , siapa tahu setelah tiba di masa tuanya ternyata perbuatannya malah tidak keruan dan sudah melakukan satu perbuatan yang sangat tercela sekali”

Dia berhenti sebentar untuk tukar napas kemudian sambil tertawa dingin sambungnya:

“Urusan sudah begini, pada suatu tengah malam empat tahun yang lalu, dikarenakan lohu ada urusan hendak pergi menyambangi Yuan Koan Thaysu itu ciangbunjin dari Siauw lim pay ditengah perjalanan melewati sebuah dusun didekat kota Tiong Cing Hu yaitu dusun Sak Peng, mendadak dari sebuah rumah petani berkumandang datang suara jeritan ngeri dari seorang perempuian, lohu dengan cepat mengejar kesana begitu masuk kedalam pintu satu pemandangan yang amat memalukan dan mengerikan terpampang dihadapan mata,

Didalam rumah itu menggeletaklah sepasang suami istri, yang lelaki sudah tertotok jalan darah kematiannya sehingga binasa diatas lantai, yaug perempuan telanjang bulat menggeletak diatas pembaringan, jelas sekali bagian bawah badannya sudah mengalami perkosaan yang ganas, pada dadanya masih mengalir keluar darah segar dengan amat derasnya sedang disamping badannya menggeletaklah potongan pedang pendek tersebut.

Jika ditinjau dari keadaan itu jelas perempuan tersebut sudah diperkosa dulu kemudian baru dibunuh dan alat untuk melakukan pembunuhan itu bukan lain adalah pedang pendek tersebut entah secara bagaimana pedang pendek yang digunakan untuk menusuk dada perempuan itu bisa putus sedangkan pembunuhnya mungkin karena keadaannya amat gugup ternyata potongan pedang itu pun sudah lupa untuk memungutnya kembali.”

Ketika mendengar kisah tersebut sampai disana Ti Then segera mengerti, bangsat tukang perkosa itu bukan lain adalah si pembesar kota Cuo It Sian, tidak terasa lagi hawa amarah sudah membara didalam dadanya.

“Hmm, sungguh ganas perbuatannya!” makinya dengan gusar.

Sekali lagi Wi Ci To menghela napas panjang, sambungnya lagi : “Ketika Lohu melangkah masuk kedalam kamarnya perempuan

tersebut masih belum putus nyawa, begitu bertemu dengan lohu dengan kata kata terputus dia cuma mengucapkan Cuo It Sian tiga kata saja setelah itu napasnya putus dan menemui ajalnya.”

“Dia mempunyai banyak uang, untuk main perempuan masih mempunyai cara yang amat banyak sekali, tidak kusangka ternyata dia masih menggunakan juga cara yang demikian kejamnya. Hmm, patut dibunuh” Wi Ci To tersenyum.

“Manusia adakalanya memang sangat menggelikan” ujarnya lagi dengan perlahan. “Terang-terangan didalam hati mempunyai sifat suka main perempuan tetapi dihadapan orang lain sengaja memperlihatkan sikap yang keren dan berwibawa di wajahnya memperlihatkan sikapnya yang sok suci . . . karena itu untuk melampiaskan napsu binatangnya terpaksa dia melakukan pekerjaan mencuri, demikian pula dengan keadaan dari Cuo It Sian, terang terangan dia kepingin sekali main perempuan tetapi tidak berani memperlihatkan keinginannya itu secara terbuka didalam keadaan yang kebelet pikiran serta kesadarannya jadi terganggu, kesadarannya jadi kalut sehingga tanpa memikirkan akibatnya dia sudah melakukan pekerjaan yang amat rendah dan memalukan itu.”

“Tetapi jikalau ditinjau kekayaan yang berlimpah limpah untuk mencari perempuan atau gundik bukanlah satu soal yang amat sulit, didalam rumahnya dia menyembunyikan perempuan ada siapa yang bakal tahu ?” ujar Ti Then sambil tertawa.

“Dengan usianya yang sudah lanjut boleh dikata sudah patut menjadi kakeknya orang lain, bagaimana pun dia harus memperlihatkan juga kewibawaannya apalagi ada beberapa patah kata entah kau pernah dengar orang berkata atau tidak ?”

“Perkataan apa ?” tanya Ti Then cepat.

“Daripada istri lebih baik gundik, daripada gundik lebih baik budak perempuan, daripada budak perempuan lebih baik memperkosa.”

“Hmmm, sungguh mirip tulang kere!” seru Thi Then sambil tertawa pahit.

Mendadak Wi Ci To mendehem perlahan, senyuman yang menghiasi bibirnya pun

telah lenyap.

“Pokoknya” ujarnya lagi dengan serius, “Perbuatan dari Cuo It Sian memperkosa perempuan itu bukan dikarenakan godaan hatinya saja. sebab yang penting adalah dikarenakan perempuan itu mempunyai wajah yang amat cantik serta bentuk badan yang montok dan menggiurkan.”

“Aaaah.., perempuan ini sangat cantik?” tanya Ti Then tertegun. “Benar.” sahut Wi Ci To mengangguk, “Boleh dikata saking

cantiknya sukar untuk dibandingkan, apalagi sepasang matanya yang hitam dan besar itu membuat setiap orang yang melihatnya pasti akan terpikat. Sudah tentu Cuo It Sian terpikat hatinya oleh kecantikan wajah perempuan itu sewaktu menarik hasil panennya sehingga saking tidak tahannya dia sudah melakukan perbuatan tersebut.”

“Lalu apakah suami dari perempuan itu adalah anak buah dari Cuo It Sian?” tanya Ti Then keheranan-

“Tidak salah, kalau tidak bagaimana perempuan itu bisa mengetahui kalau orang yang memperkosa kemudian membunuhnya adalah hasil perbuatan dari Cuo It Sian?”

Dia berhenti sebentar untuk tukar napas kemudian sambungnya lagi.

“Berbicara selanjutnya, sewaktu loho melihat perempuan itu telah mati untuk menghindarkan diri dari kesalah pahaman dari orang- orang kampung, maka lohu segera pungut kembali potongan pedang itu dan meninggalkan dusun itu kembali ke kota Tiong Cing Hu”

Sewaktu Lohu sampai dirumahnya waktu itu dia masih belum tidur, ketika lohu munculkan dirinya dan bertemu dengan dia kemudian memperlihatkan pula potongan pedang itu dia segera jadi ketakutan bahkan secara tiba-tiba sudah berlutut dihadapan lohu untuk minta diampuni dosanya, dengan memandang jasa yang pernah diperbuat sewaktu berkelana didalam Bu-lim dia berjanji empat tahun kcmudian dia akan bunuh diri dihadapan lohu untuk menebus dosanya”

“Kenapa dia mengajukan permintaan itu?” "Dia bilang dia masih ada perintah dari suhunya yang masih belum diselesaikan, menurut perkataannya sesaat suhunya menemui ajalnya dia minta dia orang bantu mencarikan keturunan dari seorang tuan penolongnya kemudian mewariskan seluruh kepandaian silat itu kepada putra atau cucu dari orang itu, dan selama ini dia masih belum menjalankan tugasnya itu karenanya dia berharap sebelum meninggalkan dunia ini dia ingin menyelesaikan dulu perintah dari Suhunya ini..”

"Perkataannya ini apa sungguh-sungguh?”

"Waktu itu wajahnya dipenuhi dengan air mata bahkan sudah mengangkat sumpah. Lohu segera mempercayainya dan mengijinkan dia hidup empat tahun lagi. Saat itu perduli dia sudah berhasil menemukan keturunan dari tuan penolongnya itu atau tidak dia diharuskan bunuh diri untuk menebus dosa tersebut.”

"Lalu apakah Gak-hu tidak pernah memikirkan bilamana sampai waktunya dia mungkiri sumpahnya dan tidak mau membunuh diri untuk menebus dosanya itu?".

“Lohu pernah memberitahu kepadany dengan jelas bilamana sampai waktunya dia tidak mau bunuh diri untuk menebus dosa tersebut maka pada pertemuan puncak di gunung Hoa san tahun besok dihadapan orang banyak Lohu akan membongkar rahasianya ini”

“Dan potongan pedang itu sebagai barang buktinya ? sambung Ti Then lebih lanjut.

“Benar” sahut Wi Ci To membenarkan.

“Selama tiga tahun ini secara diam-diam beberapa kali Lohu memeriksa gerak-geriknya; aku menemukan dia agaknya memang benar sedang mencari- keturunan tuan penolongnya sesuai dengan pesan terakhir suhunya, tetapi waktu hari itu Lohu mendengar pengakuan dari Hu-Poocu yang berlutut sambil menjelaskan maksudnya mengadakan jual beli dengan Cuo It Sian, Lohu baru merasa aku orang sudah tertipu*, kiranya dia sengaja ulur waktu sebenarnya sedang berusaha untuk mencuri kembali potongan pedang itu untuk melenyapkan bukti”

“Setelah Hu poocu bunuh diri seharusnya Gak-hu lantas mengumumkan kejahatannya”

“Waktu itu dikarenakan sedang mempersispkan perjanjian dengan si anjing langit rase bumi lohu tidak ada waktu untuk mengumumkan kejahatannya dihadapan umum tetapi menanti setelah aku berhasil menghancurkan istana Thian Teh Kong dia sudah berhasil menawan Ih Koen, Cha Cay Hiong serta Pau Kia Yen tiga orang”

“Sewaktu dia orang sesudah memperkosa lalu membunuh perempuan itu, potongan pedang yang lain masih tertinggal didalam badan perempuan itu, akhirnya bagamana dia bisa mengambil kembali potongan pedang yang masih tertinggal itu ?” tanya Ti Then lagi.

“Hari itu setelah lohu perintah kau pergi kegunung Cun san untuk mencuri kembali potongan pedang tersebut, lohu segera berangkat menuju ke dusun Sam Peng untuk mengadakan penyelidikan, saat itulah lohu baru tahu pada malam setelah perempuan itu diperkosa kemudian dibunuh dan tepatnya setelah lohu meninggalkan diri Cuo It Sian dia segera kembali lagi ke perkampungan Sam Peng untuk mengambil keluar potongan pedang yang masih tertinggal dibadan perempuan itu kemudian minjam kesempatan sebelum terang tanah dia sudah bakar habis rumah petani itu, karenanya sewaktu Lohu mengadakan penyelidikan didusun Sam Peng orang2 dusun disekeliling tempat itu semuanya bilang sepasang suami istri itu menemui ajalnya karena rumah yang mereka diami sudah terbakar, mereka sama sekali tidak tahu kalau mereka sudah mati terlebih dahulu ditangan Cuo It Sian.

Ditinjau dari hal ini saja jelas sekali sejak semula dia sudah punya rencana untuk merebut kembali potongan pedang itu dari tangan Lohu dan hendak mencuci bersih dosanya."

-oooOdwOooo- “PERISTIWA ini sekalipun Gak-hu tidak dapat segera mengumumkan dihadapan Bu-lim seharusnya boleh juga diberitahukan kepada para jago yang ada didalam Benteng "ujar Ti Then kemudian. “Kenapa Gak-hu selalu tidak mau berkata?"

“Sesudah potongan pedang itu berhasil dia orang dapatkan kembali lohu sendiri pun tidak mempunyai bukti lagi untuk membuktikan dosanya secara terbuka berarti juga sudah membuka kedoknya yang sebenarnya dia mempunyai pengaruh dan harta yang cukup banyak dan dapat menggunakan uangnya untuk membeli kekuatan dari luar untuk melawan Benteng kita, maka itu Lohu harus berpikir sebelum membeberkan dosa dihadapan umum."

“Tetapi pedang pendek itu sudah disambung seperti sedia kala, sekalipun kita rebut kembali apakah bisa digunakan sebagai bukti atas kejahatannya?”

“Dapat”

“Bagaimana bisa jadi ?” tanya Ti Then tidak paham.

“Pedang pendek itu adalah hadiah dari Nyio Sam Pak kepadanya di kemudian hari setelah ada ditangan kita sekalipun dia mau memberi penjelasan juga tidak bakal jadi terang apalagi ada kau sebagai yang dengan mata kepala sendiri melihat dia membinasakan Cu Kiam Lojien serta Si elang sakti Cau Ci Beng- lain kali di hadapan para jago dalam Bu lim kau bisa menunjukan pula tempat dimana Cu Kiam Lo-jien serta Si elang sakti Cau Ci Beng dikubur.”

Ti Then segsra mengangguk membenarkan.

“Tadi Gak-hu bilang kalau memangnya dia menerima undangan tersebut datang ke Perkampungan Thiat Kiam San cung ada kemungkinan pedang pendek Biat Hun Kiam itu dibawa serta kemudian sengaja diperlihatkan pada Nyio locianpwe sehingga dengan demikian ada orang yang membuktikan kalau pedang pendek itu belum pernah patah.” Tidak menanti dia meneruskan perkataannya Wi Ci To sudah menyambung.

“Sebaliknya alasannya tidak dibawa serta kemungkinan sekali dia takut hilang.”

“Kalau begitu sekarang kita pura-pura mengatakan dia datang dengan membawa pedang pendek itu. kita harus carikan satu akal untuk mendapatkan pedang tersebut”

“Kau punya pendapat apa ?”

“Sebenarnya maksud kita datang kemari adalah hendak melihat wajah serta perawakan dari Nyio Locianpwe kemudian oleh Gak-hu atau boanpwe yang menyamar sebagai Nyio Locianpwe pergi ke kota Tiong Cing Hu untuk memeriksa pedang itu kemudian menukar pedang yang asli dengan yang palsu- Kini kalau memangnya Cuo It Sian akan datang di perkampungan Thiat Kiam San Cung bagaimana kalau kita jelaskan seluruh persoalan itu kepada dia orang tua kemudian minta dia menanyakan pedang Biat Hun Kiam itu sesudah dia tiba didalam perkampungan, bilamana Cuo It Sian membawa serta pedang pendek Biat Hun Kiam itu maka dia akan mengambil keluar untuk diperlihatkan kepada Nyio Locianpwe, saat itulah kita dengan menurut rencana yang semula turun tangan dan biarlah Nyio Locianpwe yang menukar pedang yang asli itu dengan yang palsu".

"Bilamana siasat ini diketahui olehnya?" tanya Wi Ci To setelah termenung berpikir sebentar.

Ti Then segera tersenyum manis.

---ooo0dw0ooo---

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar