Pendekar Patung Emas Jilid 02

 
Jilid 02

Untuk beberapa saat lamanya majikan patung emas itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, kemudian dengan nada yang amat dingin bertanya:

“Kau tidak mau menurut perintahku?”. “Tidak salah ?” Sahut Ti Then dengan tegas.

Tiba-Tiba Majikan patung emas itu tertawa terbahak-bahak, ujarnya:

“ Aku paham sebab apa kau tidak mau menyalankan perintah sesuai dengan perjanyian, kau takut aku memerintahkan kau pergi membunuh Wi Ci To bukan?.”

“Apa mungkin aku salah menerka?” Sahut Ti Then sambil tertawa dingin. Suara tertawa Majikan patung emas itu mendadak berhenti, dengan suara yang mantap tetapi tegas serunya:

“Sama sekali salah besar, tujuanku sama sekali tidak mendatangkan kerugian pada diri Wi Ci To mau pun anak muridrnya, yang ada adalah sesudah perjanyian kita satu tahun penuh dan kau tidak mau meneruskan menjadi suami istri dengan Wi Lian In, saat itulah akan mendatangkan sedikit kerugian dan kesedihan pada diri Wi Lian In. “

“Aku tidak percaya” ujar Ti Then sambil menggelengkan kepalanya.

“Boleh saja aku mengangkat sumpah sekarang juga bilamana pekerjaan yang aku lakukan ini mendatangkan kerugian pada orang- orang dari Benteng Pek Kiam Po, aku akan mendapatkan kematian dengan cara yang mengerikan.”

Ti Then yang mendengar sumpahnya di ucapkan begitu jujur serta tegasnya tidak terasa dia menjadi semakin bingung, ujarnya kemudian:

“Kalau benar tidak akan mendatangkan kerugian pada orang- orang dari benteng Pek Kiam Po lalu ada urusan apa sebenarnya kau menjuruh aku pergi menjadi suami Wi Lian In ?”

“Tadi aku sudah bilang, sebab musababnya aku tidak akan mernberitahukan padamu sekarang juga. “

“Bagaimana ini bisa jadi, pada saat sesudah aku menjadi suami Wi Lian In bilamana kau memerintahkan aku untuk melakukan pekerjaan yang merugikan orang-orang benteng Pek Kiam Po aku akan segera membatalkan perjanyian kita sedang kau pun tidak dapat membunuh aku karena pembatalan perjanyian itu “

Majikan patung emas itu termenung berpikir keras beberapa saat lamanya, kemudian barulah sahutnya:

“Aku hanya dapat menanggung tidak sampai mengganggu seutas rambut pun dari orang-orang benteng Pek Kiam Po” Dalam hati diam-diam Ti Then berpikir keras, asalkan satu tahun telah lewat, dirinya akan meneruskan menjadi suami istri dengan Wi Lian In atau tidak sebenarnya bukan merupakan urusan yang sangat besar, sambil menghela napas panjang sahutnya

”Baiklah, tetapi ada satu hal yang harus kau ketahui, bilamana Wi Lian In tidak mau dikawinkan dengan diriku hal itu bukan salahku.”

”Dengan bakat serta wajahmu” ujar majikan patung emas itu. “Kemudian di tambah dengan sedikit permainan kemungkinan sekali tidak sampai tiga bulan kau telah berhasil mendapat kecintaannya!”

Dia berbenti sejenak, kemudian sambil tertawa lanjutnya lagi: “Yang dimaksud dengan sedikit permainan, selain kau harus

berusaha untuk memasuki Benteng Pek Kiam Po dan merebut kepercayaan serta kecintaan dari Wi Ci To dan putrinya kau pun harus menggunakan sedikit kepandaianmu agar Wi Lian In merasa benci dan bosan terhadap “In Tiong Liong atau sinaga mega Hong Mong Ling.

Ti Then menjadi tertegun untuk sesaat lamanya dia tak dapat berbuat apa apa tanyanya kemudian:

Siapa itu si Naga mega Hong Mong Ling ?

"Murid kesajangan dari Wi Ci To, juga merupakan bakal suami dari Wi Lian In.

"Haaa??? Wi Lian In sudah dijodohkan kepada orang lain ? "Benar !”sahut Majikan patung emas itu. “Itu merupakan suatu

urusan yang baru saja terjadi setengah tahun yang lalu, oleh karena Si naga mega Hong Mong Ling itu tumbuh dengan wajah yang sangat tampan, bakat serta tindak tanduknya pun sangat menarik akhirnya dia berhasil memenangkan hati Wi Lian In sehingga menjadi kekasihnya bahkan dengan demikian dia berhasil pula diangkat Wi Ci To sebagai bakal menantunya.”

Mendangar penjelasan itu Ti Then mengerutkan alisnya, ujarnya: “Jika demikian adanya, kau menginginkan aku untuk pergi merusak dan mengacau perjodohan orang lain ?”

“Tidak!” sahut majikan patung emas, “Menurut penglihatanku Wi Lian In jauh lebih cocok bila dijodohkan kepadamu dari pada harus dijodohkan dengan Hong Mong Ling itu.”

“Kau terlaiu memuji” sahut Ti Then sambil tertawa tawa.

Majikan patung emas itu tidak menggubris perkataannya dan lanjutnya lagi:

"Secara diam-diam aku pernah mengadakan pemeriksaan dan telah kutemui kalau Hong Mong Ling itu sekalj pun bakatnya sangat bagus tetapi sifatnya sebenarnya tidak baik hati tidak jujur secara sembunyi sembunyi sering dia keluar benteng untuk bermain dengan pelacur-pelacur"

Ti Then mengucak-ucak matanya, mendadak tertawa terbahak- bahak, ujarnya:

“Ha .. ha .. , ha . . . aku sekarang paham, aku sekarang sudah paham benar-benar “

“Kau sudah memahami tentang apanya?” tanya majikan patung emas itu sambil tertawa pula.

“Kau adalah Pocu dari benteng Pek Kiam Po, sipedang naga emas Wi Ci To, bukankah begitu? “

“Ha . . ha ha . . bagaimana kau bisa punya pikiran kalau aku adalah si Pedang naga emas, Wi Ci To?”

”Sesudah kau menjodohkan putrimu kepada Hong Mong Ling karena mengetahui kalau perbuatan serta tindak tanduknya tidak lurus sehingga timbullah pikiran untuk membatalkan perjodohan ini, tetapi dikarenakan cintanya putrimu terhadap dirinya sudah sangat mendalam, di dalam keadaan yang sangat kepepet inilah terpikir olehmu akan menggunakan cara ini dan meminta aku pergi merusak hubungan seerta perasaan cinta diantara mereka berdua kemudian memperisteri putrimu itu, dengan tindakan ini kau akan berhasil menolong putrimu dari penderitaan dikemudian hari.”

Majikan patung emas itu tertawa terbahak-terbahak lagi sahutnya.

“Ha . . ha . otakmu ternyata sangat tajam sekali, hanya sajang semua dugaanmu salah besar. “

Ti Then mana mau mempercayai omongannya, sambil tersenjum ujarnya lagi:

”Alasanku hingga bisa kerkata demikian adalah ilmu pedang yang kau miliki jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ilmu ilmu yang lain, bahkan sekali pun kau menggunakan kekerasan juga tidak akan mengganggn orang-orang dari benteng Pek Kiam Po itu, tentang hal ini saja sudah cukup membuktikan kalau kau adalah majikan dari benteng Pek Kiam Po itu. “

Dengan nada yang sangat kalem dan halus sahut majikan patung emas jtu

”llmu pedang dari benteng Pek Kiam Po sekali pun tidak jeiek tetapi dengan ilmu kepandaian yang kau berhasil pelajari sampai kini sudah cukup untuk mengalahkan dia di dalam ratusan jurus saja, sedang mengenai aku sekali pun menggunakan kekerasan juga tidak akan mengganggu seujung rambut pun dari orana orang benteng Pek Kiam Po tetapi aku belum pernah tidak menjetujui kalau kau mau rneninggaikan Wi Lian In sesudah perdianyian kita satu tahun penuh. Bilamana aku adalah Wi Ci To maka aku akan memutuskan kalau selamanya kau tidak diperkenankan meninggalkan dia bahkan harus hidup bersama dengan dia hingga tua, coba kau pikir betul tidak perkataanku ini?

Pikiran Ti Then terus berputar, terasa olehnya kalau perkataannia sedikit pun tidak salah bahkan sangat beralasan sekali membuat dia segera terjerumus kedaiam pikiran-pikiran yang sangat ruwet, tetapi dia malas untuk bertanya, lebih banyak lagi dengan perlahan- perlahan mulai merebahkan diri diri di atas batu cadas dimana setiap malam dia tidur, dengan tidak bersemangat tanyanya “Kau masih mau pesan apa lagi?-

“Sudah tidak ada” sahut majikan patung emas, “aku hanya merintahkan padamu di dalam tiga bulan ini kau harus berhasil manyadi suami istri dengan Wi Lian In itu, perkataan lain boleh kita bicarakan tiga bulan kemudian.

”Bilamana dia tetap kukuh tidak mau dikawinkan dengan diriku lalu bagaimana?

”Bila perlu, gunakanlah tentera dahulu bisa disusul dengan upacara, sehingga urusan jadi kenyataan. Saat itu aku tidak takut kalau dia tidak mau . . he, he... “

Sehabis berkata mendadak dia menyatuhkan sebuah buntalan yang kelihatan sangat berat sekali, ujarnya lagi

“Di dalam buntalan itu telah aku sediakan tiga ratus tahil uang perak sebagai ongkcos jalanmu besok pagi sesudah kau turun gunung pergilah membeli beberapa buah pakaian yang bagus, kau harus dandan lebih gagah dan lebih perlente”

Dengan perlahan Ti Then bangkit dan memungut buntalan uang perak itu, sambil tertawa pahit sahutnya

“Semoga saja sebelum aku berhasil mencapai benteng Pek Kiam Po dapat bertemu dengan seseorang yang bisa mengalahkan diriku

.”

“Hee . . he . kecuali aku serta sikakek pemalas Kay Kong Beng jangan harap di dalam hidupmu ini bisa bertemu ddengan seorang lawan tangguh yang bisa mengalahkan dirimu”

Beberapa hari kemudian terlihatlah Ti Then telah munculkan dirinya di atas loteng kedai arak dikota Go-bi dalam keresidenan Siok Si. Dia telah berdiam di atas loteng penjual arak ini selama tiga hari berturut turut.

Kedai arak yang memakai merek Go bi lo ini mem punyai bentuk yang paling mewah di dalam kota itu, arak mau pun masakan dari kedai itu pun merupakan yang paling baik dan paling terkenal, tetapi ke semuanya ini bukanlah dikarenakan hal ini saja sehingga loteng “-Go bi Lo” ini menjadi sangat ramai dan terkenal, alasan yang lebih tepat adalah dikarenakan orang-orang yang setiap hari mengunjungi kedai arak arak itu tak lebih merupakan, orang-orang dari kalangan persilatan.

Sedang kedai arak ini dapat digemari oleh orang-orang dari kalangan persilatan alasan yang paling kuat adalah dikarenakan jaraknya dengan benteng Pek Kiam Po sangat dekat sekali.

Si kakek pemalas Kay Kong Beng sekali pun dikenal oleh orang- orang Bu lim sebagai jago nomor wahid di dalam dunia saat ini tetapi benteng Pek Kiam Po ini merupakan sebuah partai perguruan yang memiliki kekuasaan paling kuat dalam Bu-lim, oleh karena itulah kota Go-bi ini boleh dikata sudah merupakan kota yang paling banyak dikunjungi oleh orang orang dari kalangan persilatan.

Setiap hari Ti Then tentu berada di dalam loteng kedai arak itu hingga jauh malam baru meninggalkan tempat itu, dandanannya masih tetap tidak berubah, ditengah rambutnya yang terurai tidak karuan terbentanglah sebuah wajah yang sangat dengkil, pada tubuhnya pun masih mengenakan pakaian compang camping yang amat kotor hanya saja pelajan dari kedai itu tak ada seorang pun yang berani memandang rendah terhadap dirinya bahkan pelajannya jauh lebih ramah daripada yang lain-lainnya.

Karena mereka-mereka itu sudah memiliki pengalaman yang sangat luas sekali, mereka tahu bentuk luaran yang semakin aneh kepandaian yang dimiliki orang itu semakin lihay, tamu-tamu semacam ini tidak boleh diperlakukan tidak sopan barang sedikit pun. Sudah tentu hal ini termasuk juga Ti Then yang memakai pakaian tidak karuan.

Seorang pelajan kedai dengan membawa secawan teh wangi dengan perlahannya di letakkan di hadapannya, wajahnya memperlihatkan senjuman yang manis, ujarnya:

“Khek-koan si naga mega Hong Mong Ling itu sudah datang. “ Tak terasa semangat Ti Then menjadi bangkit kembali, dengan perlahan tanyanya: “Dimana?

Dengan cepat pelajan itu mendekati telinganya sambil berbisik sahutnya:

“Orang yang memakai baju berwarna hijau muda dan duduk dimeja ketiga dari sini itulah dia orangnya, “

Dengan cepat Ti Then menoleh memandang ke sana, terlihatlah dimeja itu duduklah dua orang pemuda yang baru saja duduk tidak lama, salah satu diantara mereka merupakan seorang pemuda yang memakai baju berwarna hijau muda sinaga mega Hong Mong Ling

… wajahnya sangat tajam, sikapnya gagah dan merupakan seorang lelaki bagus yang sukar di carikan tandingannya, tak terasa lagi diam-diam hatinya memuji, pikirnya:

“Hm… wajahnya ternyata demikian tampannya bahkan kelihatannya merupakan seorang pemuda yang jujur dan lurus hatinya . He . . . he ... tidak disangka kalau pemuda semacam ini ternyata gemar pipi licin dan suka main perempuan” .

Begitu pikiran tersebut berkelebat di dalam pikirannya, segera tanyanya lagi dengan perlahan.

“Orang yang duduk bersama dia itu siapa?”

“He …he . .. hi . . hihi…” pelajan itu ternyata hanya tertawa nyaring saja sedang mulutnya tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ti Then segera mengambil keluar sekeping perak dan di lemparkan ke atas bakinya,tanyanya:

“Ini . . sudah cukup tidak?”

Dengan cepat pelajan itu mengambil kepingan perak tersebut dan dimasukkan ke dalam sakunya, kemudian sambil tertawa barulah sahutnya.

“Dia adalah putra dari Hartawan Cang bernama Bun Piauw dengan sebutan “Go-bi Te Ci atau tikus rakus dari Go-bi, dia merupakan seorang putra hartawan yang suka pelesiran, pada waktu dekat-dekat ini sering sekali bersama sama dengan si naga mega Hong Mong Ling bermain dan berpesta, pada waktu seperti ini mereka minum arak di sini tetapi sesudah malam tiba mereka akan secara sembunyi sembunyi pergi ketempat pelacuran Toaw Hoa Yuan mencari pelacur terkenal Liuw Su Cen untuk main-main.”

“Dimana itu letaknya tempat pelucuran Touw Hoa Yuan ?” tanya Ti Then sambil manggut-manggut.

“Belakang jalan raja ini ?” “Baiklah terima kasih.”

Tetapi pelajan itu tidak pergi, sambil tertawa ujarnya

”Khek koan mencari Hong Kouw-ya dari benteng Pek Kiam Po ini entah ada urusan apa ? “

Dengan perlahan Ti Then mengangkat cawannya. dan meneguk habis isinya, kemudian dengan menundukkan kepalanya barulah sahutnya.

“Kau mau minta jawaban dari diriku harus beri persen dulu? “

Pelajan itu menjadi serba susah dan tidak berani bertanya lebih banyak lagi, sambil tertawa perlahan dia mengundurkan diri dari tempat itu.

Dengan cepat Ti Then menghabiskan hidangannya kemudian meletakkan sekeping perak ke atas meja kembali ke dalam penginapannya.

Tidak selang lama dia sekali lagi keluar dari penginapan itu, pada saat ini pemilik kedai serta pelajan itu dengan sinar mata yang mengandung keheran-heranan memandang kearahnya.

Kiranya seorang pemuda yang rambutnya tidak karuan serta mernakal baju compang camping yang sangat dekil itu kini telah berubah menjadi seorang kongcu yang sangat tampan serta perlente. Tangannya dengan menggojangkan sebuah kipas yang berlapiskan emas dengan langkah serta gaja seorang hartawan dengan perlahannya berjalan menuju kesarang pelacuran Touw Hoa Yuan itu.

Pada saat itu malam terah tiba, lampu-ampu mulai dipasang menyinari seluruh tempat, sedang jalanan menuju kesarang pelacuran itu pun kelihatan mulai ramai orang yang lewat.

Saat itu Ti Then dengan langkah yang sangat perlahan telah tiba di depan sarang pelacuran, kemudian dengan tanpa riku lagi dia mulai memasuki halaman rumah itu, terlihatlah seorang penjaga tempat itu dengan cepat mempersilahkan dia untuk duduk, menjuguh teh wangi, kemudian barulah sambil tertawa katanya :

“Kongcu, kau…”

“Cepat undang ibu germo kalian ke luar” sahut Ti Then sambil ulapkan tangannnya,

Penjaga itu menjadi termangu-mangu, sambil tertawa paksa ujarnya lagi:

“Bilamana kongcu mau mencari seorang nona untuk menemani malam ini hambamu masih bisa mencarikan satu orang untuk kongcu nikmati.”

”Kau sanggup untuk mencarikan?” tanya Ti Then sambil melirik kearahnya.

“Benar . . benar…”

“Kalau begitu sangat bagus sekali aku akan menemui nona Liuw Su Cen?-

Penjaga itu menjadi tertegun, tanyanya dengan agak gugup. “Nona..nona Liuw Su Cen?”

“Tidak salah” sahut Ti Then sambil mengangguk.

Air muka penjaga itu segera berubah menjadi merah padam, dengan gugup. ujarnya: “Ini . ini . ini .”

“Bagamana ? tidak bisa bukan ? “ ujar Ti Then sambil tertawa dingin tak henti-hentinya,

“Benar” sahut penjaga itu sambil ter tawa paksa.” Hanya nona Liuw seorang yang harus ditentukan oleh Ku-Ie. “

Dari dalam sakunya Ti Then mengambil keluar uang perak sebanyak sepuluh tail dan dilemparkan kearahnya, sahutnya.

“Cepat undang Ku-Ie itu datang kemari ? “

Satu kali keluar uang telah memerseni sebanyak sepuluh tail perak, sekali pun pun cucu raja atau hartawan pun juga tidak akan sebanyak itu.

Dengan cepat penjaga itu menerima uang sepuluh tail perak tersebut, saking girangnya air mukanya telah berubah menjadi pucat pasi, beberapa kali dia mengucapkan terima kasihnya kemudian dengan cepat putar tubuh dan pergi.

Tidak selang lama seorang wanita berusia pertengahan yang berdandan amat menjolok telah keluar dan mendekati diri Ti Then.

Dangan segera Ti Then bangkit, tanyanya:

“Ku Ie. . ?”

Wanita berusia pertengahan itu mengangguk, sambil tertawa matanya tak henti-henti nya melirik kearahnya, kemudian barulah tanyanya:

“Kongcu she apa??” “Aku she Lu

”Ooh . Lu kongcu, entah berasal dari mana???” tanya Ku le itu sambil tertawa:

“Tiang An”

“Ooh.. senjuman yang menghiasi bibir wanita itu pun semakin manis “ “Kiranya adalah Lu Toa Kongcu yang telah datang menyambangi, maaf. .. maaf, aku tidak datang menyambut”

Ti Then hanya tertawa tawar, sahutnya:

”Mana, mana…”

“Silahkan duduk, Silahkan daduk.

Kemudian kuberkata pada penjaga yang berada di samping tubuhnya.

“Cepat kau sediakan sepoci teh wangi yang paling terkenal. “ Penjaga itu segera menyahut dan pergi melakukan perintahnya,

setelah itulah si Ku Ie itu barulah duduk di hadapan Ti Then, sambil tersenjum katanya.

“Lu Toa Kongcu adalah seorang cerdik pandai yang telah sangat terkenal di kota Tiang An, baik di dalam hal surat mau pun pelesiran semuanya merupakan ilmu yang telah terkenal diseluruh tempat, ini hari dapat berkunjung ketempat ini sungguh merupakan kebahagiaan dari kami semua”

“Ha ..ha.. mana, mana…aku pernah mendengar katanya wajah dari nona Liuw amat cantik bahkan tak ada bandingannya di dalam kota ini kali ini dari tempat jauh aku datang kemari harap Ku Ie mau memenuhi harapanku ini. “

Ku Ie itu menjadi demikian girangnya, sahutnya dengan cepat, “Su Cen bisa mendapatkan perhatian yang demikian besarnya

dari Lu Toa kongcu sungguh sangat beruntung sekali, harap kongcu tunggu sebentar aku akan panggil dia datang.

Sehabis berkata dengan cepat dia bangkit dan berlalu.

Tidak lama kemudian seorang gadis cantik yang mem punyai bentuk tubuh ramping kecil serta sangat padat dengan sangat menggiurkan sekali berjalan di belakang tubuh Ku le itu, lagaknya kemalu maluan seperti seorang gadis pemalu. Pelacur terkenal Liuw Su Cen ini usianya baru tujuh-delapan belas tahunan, mem punyai bentuk wajah seperti kwaci, alisnya hitam disertai dengan sepasang matanya yang sangat indah, bibirnya kecil mungil berwarna merah sedang kulit tubuhnya putih bersih bagaikan salju, ditambah lagi dandanan yang memakai barang yang paling mahal, sehingga sangat mirip sekali dengan seorang bidadari yang turun dari kahjangan.

Ku le yang melihat sikap kemalu maluan darinya segera menarik ke hadapan Ti Then, sambil tertawa ujarnya.

“Cen-ji, cepat beri hormat kepada Lu Toa Kongcu ini, dia adalah putra dari panglima Tiang An Pembesar Lu Aan merupakan seorang siucay yang sangat terkenal dikota Tiang An, ini hari dengan tidak menghiraukan perjalanan yang jauh datang menyambangi dirimu.” 

Dengan sikap, yang mash kernalu-maluan Liuw Su Cen dengan sangat hormatnya memberi hormat pada Ti Then, kemudian dengan merdu ujarnya :

"Lu Toa kongcu harap memberi petunjuk. “ Ku le itu pun tersenjum, ujarnya kemudian:

“Sudahlah, marl aku akan memimpin kongcu menuju ke dalam kamarnya,”

Ti Then dengan tanpa sungkan lagi berdiri dan mengikuti di belakang tubuhnya berjatan masuk, sesampainya di depan pintu sebuah kamar yang pintunya tertutup horden dengan perlahan Ku Ie itu mendorong dirinya artinya menjuruh dia masuk ke dalam kemudian barulah ujarnya dengan perlahan :

"Aku akan pergi memerintah orang untuk membantu kongcu menjediakan arak serta sedikit sajuran. “

Sehabis berkata dengan perasaan yang amat girang meninggalkan tempat tersebut.

Dengan perlahan-lahan Ti Then menyingkap tirai itu dan berjalan masuk, terlihatlah Liauw Su Cen itu dengan menundukkan kepalanya duduk di depan meja rias segera dia maju ke depan memberi hormat, sambil tersenjum ujarnya:

“Kedatanganku yang mengganggu ketenangan nona harap nona tidak sampai marah.

Liuw Su Cen pun segera membungkukkan tubuhnya membalas hormat, sahutnya sambil tersenjum.

“Mana, mana kongcu silahkan duduk.”

Dengan perlahan Ti Then duduk ke atas kursi sedang matanya dengan tak henti-hentinya berputar menikmati keindahan dari kamarnya itu, diam-diam pikirnya.

“Hm .. tak nyana kamar ini dapat diatur demikian rapi serta indahnya

Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas wajah gadis itu, dan katanya.„

“Aku telah lama mendengar tentang kecantikan serta kecerdikan dari nona setelah bertemu hari ini dan dapat melihat dengan mata kepala sendiri atas kecantikan wajah nona membuat aku benar¬benar merasa sangat beruntung sekali.

“Ha.. .kongcu terlalu memuji, dengan kejelekan wajahku ini ternyata bisa mendapatkan pujian serta perhatian dari kongcu membuat aku merasa amat malu. “

“Aku dengar katanya nona Liuw bukan saja berwajah cantik tetapi kepandajan di dalam menari menyanyi mau pun membuat syair sangat tinggi sekali, malam ini aku sangat mengharapkan nona mau memamerkan di hadapanku agar aku benar benar terbuka mata untuk menikmatinya. -

Wajah Liuw Su Cen itu segera berubah menjadi kemerah merahan, ujarnya dengan kemalu maluan:

“Hanya sedikit permainan yang sangat jelek masih mengharapkan Lu kongcu jangan sampai mentertawakan.” Pada saat kedua orang bercakap-cakap itulah seorang pelajan dengan membawa arak serta sajuran masuk ke dalam kamar.

Liuw Su Cen melihat sajur serta arak telah dihidangkan, dengan lemah lembut yang sangat menggiurkan ujarnya.

“Kongcu silahkan duduk.”

“Terima kasih atas perhatian nona.”

Begitulah kedua orang itu segera duduk saling berhadapan, dengan perlahan Liuw Su Cen mulai mengangkat poci arak dan memenuhi cawan Ti Then kemudian cawannya sendiri, ujarnya.

"Aku akan menghormati kongcu dengan satu cawan terlebih dahulu"

Segera Ti Then mengangkat cawannya dan meneguk isinya hingga habis.

Tiba-tiba dilihatnya Liuw Su Cen sambil menutupi mulutnya dengan tangan tertawa merdu tak henti-hentinya seperti teringat akan sesuatu yang sangat lucu baginya:

Ti Then, menjadi tertegun dibuatnya, tanyanya “Kenapa nona tertawa?”

“Nama besar dari Lu kongcu kudengar sangat lama sekali” sahut Liuw Su Cen sambil tetap tertawa. “Tetapi setelah bertemu ini hari ternyata jauh berbeda dengan apa yang aku dengar"

“Ooh….” sahut Ti Then sambil tertawa pula, “entah menurut kabar yang kau dengar Lu Kongcu itu orangnya bagaimana? dan Lu kongcu yang kau lihat ini hari bagaimana pula?? “

“Bila aku katakan harap kongcu jangan sampai marah"

”Ooh . . . tentu tentu aku tidak marah, harap nona cepat katakan Dengan manyanya Liuw Su Cen itu tersenjum senjum, kemudian

barulah ia berkata “Menurut kabar yang aku dengar katanya Lu Kongcu jadi orang suka pelesiran dan gemar bermain main dengan perempuan bahkan jadi orang amat sombong, sedang kini setelah aku bertemu dengan Lu kongcu sendiri ternyata sama sekali tidak tampak adanya tanda- tanda seperti itu, bahkan sikapnya sangat gagah serta jujur.

Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa terbahak-bahak, katanya:

"Nona terlalu memuji, aku memang merupakan seorang yang sangat sombong dan suka menangan sendiri, kalau nona tidak percaya boleh kau lihat nanti"

"Di samping itu" ujar Liuw Su Cen sambil tersenjum," Pada alis kongcu kelihatan samar-samar mengandung perasaan sedih serta bingung agaknya dalam hati masih punya urusan yang sangat memakan pikiran, tentang hal ini juga tidak mirip dengan apa yang aku dengar..."

"Ooh..kiranya nona pun masih pandai melihat wajah orang" "Ehm..hanya memandang saja juga bisa, kali ini kongcu

meninggalkan kota Tiang An tentunya bukan dikarenakan untuk

mencari kesenangan saja bukan?"

"Aku datang karena tertarik oleh nama serta kecantikan dari nona, urusan yang lain tidak ada"

"Baiklah, bagaimana kalau aku memainkan satu lagu untuk kongcu dengarkan" maka mulailah dia mengambil khim dan menyanyikan sebuah lagu, lagu ini memiliki nada kesedihan yang amat mendalam.

Ditengah alunan suara yang sangat merdu itu nada suaranya membawa kesedihan yang tak terhingga, membuat orang yang mendengar suara nyanyian itu tak terasa tergerak juga hatinya.

Dengan perlahan Ti Then meletakkan kembali cawan araknya, sambil tertawa tawar ujarnya: ”Nyanyian dari nona keluar dari dasar lubuk hati, membuat orang yang mendengarkannya ikut juga terjerumus ke dalam lembah kesedihan. Hei.. sekarang aku tidak ingin memikirkan urusan yang membuat kesedihanmu timbul kembali harap kau pun jangan menyanyikan lagu yang bisa membuat air mataku meleleh keluar "

Liuw Su Cen hanya tersenjum saja, sesaat kemudian barulah sahutnya dengan perahan :

”Kalau memang demikian adanya, aku akan menyanyikan sebuah lagu yang lebih enak lagi. “

Jari tangannya yang ramping kecil serta halus itu mulai bermain diantara senar-senar Khiem tersebut, baru saja dia akan mulai menyanyi tiba-tiba diluar pintu kamar itu berkumandang datang suara tiga kali ketukan.

“Siapa?”

“Aku.”

“Ooh. . Ku le, silahkan rnasuk.

Ku Ie dengan perlahan mendorong pintu dan berjalan masuk, kenapa Ti Then dia hanya tersenjum-tersenjum saja sedang langkah kakinya meneruskan perjalanannya hingga di samping tubuh Liuw Su Cen, ujarnya kemudian dengan suara yang perlahan di samping telinganya.

“ Ku le . . beritahukan saja padanya kalau tubuhku ini hari masih tidak enak, suruh besok datang lagi.

Ku le segera melirik sekejap kearah Ti Then, sedang pada wajahnya pun terlihat terlintas senjuman yang dipaksa, ujarnya:

"Tidak mungkin. Bilamana bilang tubuhmu tidak enak tentu dia akan paksa masuk juga.

Air muka Liuw Su Cen segera berubah ujarnya dengan agak gusar. “Kalau begitu bilang saja padanya kalau aku sekarang masih ada tamu, suruh dia besok kembali lagi.

"Tetapi dia sukar sekali untuk bisa datang kemari, bagaimana kini menjuruh dia pulang dengan tangan kosong?”

“Ku le,” ujar Liuw Su Cen dengan nada yang tidak senang. “Kau hanya mengajari aku tiara menari, cara menghadapi orang lain tetapi belum pernah kau beri pelajaran tentang cara memisahkan tubuh menjadi dua ? “

“Aku lihat kau budak semakin bicara semakin tidak genah-genah” “Kalau begitu kau suruh aku harus berbuat bagaimana? “ Dengan setengah berbisik sahut Ku Ie itu.

“Keluar temuilah dia sebentar asalkan kau sudah bicara beberapa patah kata dengan dia sudahlah cukup, pokoknya tidak sampai membuat dia merasa tersinggung.”

Liuw Su Cen ragu ragu sejenak kemudian barulah dia menoleh tersenjum kepada Ti Then ujarnya

“Kongcu, aku ada sedikit urusan yang harus dikerjakan segera kini mohon pergi sebentar tentu kongcu tidak akan marah bukan?

“Siapa yang telah datang? , tanya Ti Then dengan nada yang kurang senang.

“Ooh . . seorang . . seorang tamu yang tidak boleh aku singgung perasaannya dia baru saja datang.” sahutnya dengan kemalu maluan.

”Kenapa tidak boleh menyinggung perasaannya ? “

“Karena dia punya asal usul yang terkenal- sahut Liuw Su Cen sambil menundukkan kepalanya.

”Orang orang yang bisa berkenalan dengan nona tentu paling sedikit harus punya asal usul yang terkenal, tetapi malam ini aku harus lihat dulu sebenarnya siapakah orang itu, bilamana asal usulnya tidak bisa mengalahkan asal usuIku, maka silahkan dia cepat cepat menggelinding dari sini,”

Ku le melihat sikapnya yang ketus serta sombong itu tak terasa lagi mendiadi sangat cemas, dengan cepat ujarnya.

“Kongcu harap jangan bicara begitu sekali pun dia bukan putra atau murid dari seorang pembesar kerajaan tetapi merupakan seorang yang telah sangat terkenal sekali namanya, orang orang seperti kami ini mana berani menyinggung perasaannya.”

Sepasang alis Ti Then dikerutkan dalam-dalam, dengan tidak sabar tanyanya:

“Siapa toh sebenarnya orang itu ?”

“Seorang pendekar pedang dari benteng Pek Kiam Po yang disebut sebagai sinaga mega Hong Mong Ling.”

“Hu…” ujar Ti Then “Aku kira siapa orangnya yang begitu terkenal serta terhormatnya, tidak terkira hanya seorang budak kasar yang suka main kepalan”

Baru perkataan itu diucapkan mendadak:

“Brak…” pintu kamar itu telah diterjang hingga rubuh, seorang pemuda dengan sangat gagahnya telah berdiri di depan pintu kamar itu, dengan nada yang berat dia tertawa dingin tak henti- hentinya,ujarnya

“Tidak salah” Cayhe adalah seorang budak kasar yang suka main kepalan saja yang bisa memaksa seseorang berlutut di hadapannya sambil memaki ajah ibunya sendiri “

Orang yang baru saja datang itu tidak lain adalah si naga mega Hong Mong Ling adanya, dan di belakang tubuhnya berdirilah seseorang yang tidak lain adalah si tikus rakus dari Go-bi, Cang Bun Piauw.

Dengan pandangan yang sangat dingin Ti Then melirik sekejap kearahnya kemudian barulah bentaknya “Bocah bangsat dari mana yang berani mengganggu kesenangan dari Kongcu Ya mu?? apa kalian sudah bosan hidup lebih lama lagi?”

Ku Ie yang melihat mereka berdua dengan sama-sama gusar telah saling berhadapan segera menjadi gugup dan bingung dibuatnya, sambil menggojang-gojangkan tangannya ujarnya :

"Kalian berdua jangan gusar, semuanya ini adalah salahku. Hei...Hong Siangkong mari aku kenalkan kepada kalian, Kongcu ini adalah putra kesajangan dari Panglima perang Lu Ko Sian Lu Thayjin dari kola Tiang An, ini hari dia …"

Dengan sangat kasar si naga mega Hong Mong Ling itu mendorong dia ke samping kemudian dengan langkah yang lebar berjalan masuk ke dalam kamar, sinar matanya dengan sangat tajam memandang Ti Then tanpa berkedip sedang mulutnya tertawa dingin tidak henti-hentinya, ujarnya kemudian :

“ He . . he . Hm . Hm.. Kiranya adalah seorang pemuda yang gemar pelesiran. Sungguh bagus sekali, aku Hong Mong Ling selamanya memang paling suka mencari gara-gara dengan seorang Kongcu yang dojan pelesiran.

Berkata sampai di situ mendadak suara ucapannya berubah, dengan keras bentaknya :

”Bertutut!”

Ti Then sama sekali tidak menggubris dirinya malah dengan tenangnya dia mengangkat poci berisi arak dan dituangkan ke dalam cawannya setelah itu dengan perlahan diteguknya hingga habis, kepada Liuw Su Cen ujarnya.

”Nona Liuw bukankah kau tadi bilang mau menyanyikan sebuah lagu untukku!”

Sejak munculnya Hong Mong Ling ditempat tersebut dengan perlahan-lahan Liuw Su Cen telah menyingkir keujung kamar, kini mana dia berani mengucapkan sepatah kata pun. Hong Mong Ling melihat perkataannya sama sekali tidak digubris bahkan seperti di sampingnya tidak terdapat orang dengan seenaknya bergerak, tak terasa lagi kegusarannya memuncak.

Sambil tertawa dingin tubuhnya dengan cepat menubruk maju ke depan telapak kanannya men jambar mencengkeram urat nadi ditangan kanan Ti Then.

Sambarannya ini dilakukan bagaikan kilat cepatnya, sekali pun orang yang memiliki kepandaian silat pun belum tentu bisa menghindarkan diri dengan mudah.

Tetapi gerakan dari Ti Then jauh lebih cepat beberapa kali lipat dari dirinya.

Tangan kanannya sedikit diangkat ternyata telah berhasil mencengkeram urat nadinya terlebih dahulu, kemudian disusul tangannya melayang dan diputar sepasang kaki Hong Mong Ling segera meninggalkan tanah, tubuhnya bagaikan sebuah baling- baling berputar dengan kencangnya ditengah udara. Sebelum tubuhnya rubuh ke atas tanah belakang batok kepalanya telah keburu kena hajaran telapak tangan Ti Then.

Begitu tubuhnya rubuh ke atas tanah, dia segera jatuh tak sadarkan diri sedang tubuhnya dengan terlentang kaku bersandar di bawah kaki Ti Then.

Si tikus rakus dari Go-bi Cang Bun Piauw begitu melihat gelagat tidak baik dengan cepat memutar tubuhnya siap lari keluar dari kamar itu, siapa tahu baru saja kakinya diangkat siap lari belakang batok kepalanya telah keburu dihajar oleh cawan arak yang dilontarkan Ti Then, tak tertahan lagi tubuhnya sedikit bergojang dan jatuh rubuh tak sadarkan diri pula di atas tanah.

Melihat kejadian yang berlangsung hanya sekejap itu tetapi sangat mengejutkan tersebut tak tertahan lagi air muka Ku le berubah menjadi pucat pasi, teriaknya.,

“Celaka : wah . . celaka “bencana ini terlalu besar mak .” Dengan tenangnya Ti Then bangkit berdiri dan menggusur tubuh si tikus rakus dari Go-bi, Cang Bun Piauw, itu ke dalam kamar, kemudian berjaian kembali ke tempat semula, ujarnya sambil tersenjum

”Jangan takut, sekali pun ada urusan yang lebih besar pun aku ada di sini yang menanggung”

Dengan wajah yang hampir menangis kata Ku le itu lagi

“Lu kongcu kau tidak tahu sekali pun kau berhasil mengalahkan dirinya tetapi bagaimana pun juga merupakan tamu dari tempat kami ini, begitu kongcu nanti meninggaikan tempat ini urusan sudah beres, sedang kami. harus tetap menetap ditempat ini seteiah terjadinya urusan ini kami Touw Hoa Yuan juga akan sulit untuk menghindarkan diri dari bencana"

Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa nyaring sahutnya

“Ku Ie, pengetahuanmu terhadap benteng Pek Kiam Po itu seberapa banyak?”

“Nama benteng Pek Kiam Po telah menggetarkan seluruh dunia, pendekar-pendekar pedang dari dalam Benteng pun tak seorang pun yang bukan merupakan jago berkepandaian tinggi, tentang ini semuanya sudah mengetahui dengan sangat jelas”

”Tetapi ada satu urusan yang tidak kau ketahui” Ku le menjadi termangu-mangu, tannya :

”Urusan apa ??”

”Orang-orang Benteng Pek Kiam Po dari Pocu sendiri Wi Ci To sampai bawahannya pun dan murid-muridnya semuanya merupakan orang yang jujur dan berpikiran lurus, mereka tidak mungkin akan bermain atau membalas dendam terhadap Touw Hoa Yuan mu ini hanya dikarenakan urusan sekecil ini. “

Ku Ie memandang sekejap kearah si naga mega Hong Mong Ling yang rubuh terlentang di atas tanah, dengan ragu-ragu ujarnya: ”Tentang ini sukar untuk dibicarakan, misainya saja dengan Hong Siangkong ini, dia…”

Ti Then tertawa terbahak-bahak, potongnya:

“Dia pun tidak pernah melakukan kejahatan-kejahatan yang melampaui batas hanya sajang jadi orang dia punya sedikit cacad jaitu gemar akan pipi licin dan suka main perempuan”

Dia berhenti sejenak kemudian tambahnya:

“Apalagi Hong Mong Ling yang sering mencari kesenangan ditempat ini semuanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga tidak diketahui oleh bakal mertuanya, ini hari dia mendapatkan sedikit kerugian sekali pun telah pulang juga tidak berani lapor, maka itu kau legakanlah hatimu.”

Dengan perlahan-perlahan Ku Ie menghembuskan napas, ujarnya kemudian :

”Perkataan memang Kongcu ucapkan seperti itu, hanya aku takut kalau Hong siangkong ini menyatuhkan seluruh kegusarannya kepada diri kami dikemudian hari.”

”Aku akan menyamin kalian kalau sejak hari ini dia tidak akan berani menginyak tempat ini lagi.”

Ku Ie memandang sekejap lagi kearah Hong Mong Ling yang rebah tak sadarkan diri di atas tanah, tanyanya

"Kini dia jatuh tak sadarkan diri ditempat ini, kita harus berbuat bagaimana?.”

“ Kau punya kereta kuda ?”

“Ehm..ada sebuah, biasanya digunakan nona-nona untuk pesiar keluar kota”

“Perintahkan orang-orang untuk siapkan kereta, aku akan menghantar sendiri mereka-mereka ini ke dalam benteng Pek Kiam Po” Mendengar perkataan itu Ku Ie menjadi sangat terkejut, tanyanya:

“Kongcu tidak takut dengan orang-orang dari benteng Pek Kiam Po?”

“Aku ada cara untuk menghadapi mereka”

Sambil menuding kearah Cang Bun Piauw ujarnya Ku Ie itu lagi: “Cang siangkong ini bukan anggota dari benteng Pek Kiam Po,

apa kongcu juga akan menghantar dia ke dalam Benteng?”

“Tidak salah” sahut Ti Then sambil mengangguk.

Dalam hati Ku Ie memangnya mengharapkan semua urusan dengan cepat dibereskan perkataan itu dengan cepat dia keluar kamar untuk menyiapkan kereta.

Setelah Ku Ie berlalu dari dalam kamar barulah dengan perlahan Ti Then memutar tubuhnya, ujarnya kepada Liuw Su Cen sambil tersenjum

“Heei…aku telah membuat kesalahan kepada kawan nona, harap nona tidak menjadi marah"

Pada saat ini sebaliknya pada wajah Liuw Su Cen menampilkan perasaan girangnya, sambil tertawa sahutnya

“Lu Kongcu harap jangan bicara demikian, Hong siangkong ini memang seharusnya mendapatkan hajan, aku sama sekali tidak punya perasaan apa pun terhadap dirinya, pada waktu-waktu yang lalu pun aku terpaksa baru mau menemui dia"

Berkata sampai di situ, mendadak dia merendahkan nada suaranya, tanyanya:

“Lu kongcu pada kemudian hari apa kau mau datang lagi?” ”Tentang ini sukar dipastikan mungkin datang mungkin tidak

datang lagi. .. “ Air muka Liuw Su Cen berubah menjadi kemerah merahan, sambil menundukkan kepalanya dia tertawa malu-malu katanya:

“Bilamana kongcu tidak menampik harapanku ini dan tidak bosan dengan wadiahku harap mau datang berkunjung lagi,”

“ Baiklah” Sahut Ti Then sambil mengangguk. “Kalau aku ada waktu yang luang tentu akan segera berangkat kemari”

Pada saat itulah Ku Ie dengan perlahan berjalan masuk, katanya: “Kereta kuda sudah dipersiapkan, kongcu akan berangkat

kapan.?”

“Sekarang juga” sahutnya sambiI bangkit berdiri.

Sehabis berkata dari dalam buntaiannya dia mengambil keluar ratusan tail uang perak yang dengan perlahan diletakkan ke atas meja, kemudian membungkuk memanggul tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw berjalan keluar dari kamar itu.

Ku Ie yang melihat sekali keluar uang ratusan tail banyaknya menjadi amat girang, dengan membuntuti di belakang tubuhnya dia mengucapkan terima kasihnya dengan tidak henti hentinya, ujarnya.

“Lu Kongcu, pada kemudian hari harap datang lagi, bila kau datang aku akan memerintahkan Liuw Su Ceng untuk masakkan beberapa macam sajuran untuk menyambut kedatangan Kongcu, Su Cen kami ini bukan saja sangat pandai di dalam menari menyanyi serta membuat syair dia pun pandai memasak!”

Ti Then hanya menyahut dengan sembarangan, dengan cepat dia membopong, tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw keluar dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu tidak salah lagi di depan telah tersedia sebuah kereta kuda yang amat mewah, dengan cepat dia mengangkat kedua orang itu ke dalam kereta sedang dirinya pun mengikuti duduk di dalam kereta tersebut. Orang yang menjadi kusir kereta tak lain adalah penjaga yang diberi upah dirinya tadi, dengan cepat dia menutup pintu kereta dan manyalankan keretanya dengan cepat.

Dengan perlahan lahan Ti Then mulai menggeserkan diri mendekati kusir kuda, tanyanya,

“Kau tahu tidak jalan menuju ke benteng Pek Kiam Po ? “

”Tahu . tahu . pada tahun yang lalu ketika Pocu merajakan ulang tahunnya yang keenam puluh di dalam Benteng telah diadakan perlombaan, hamba pada saat itu juga ikut masuk ke dalam benteng untuk melihat keramaian.

“ Ehm... itu sangat bagus sekali perjalanan menuju kebenteng Pek Kiam Po masih ada dua puluh li jauhnya aku akan berbaring untuk beristirahat sebentar, bilamana kereta sudah tiba di bawah sebuah pohon siong yang tua kau hentikanlah kereta kuda dan memanggil bangun diriku.”

“ Baik....baik kongcu silahkan beristirahat, hambamu tidak akan

salah mencari jalan.”

Dengan perlahan Ti Then masuk ke dalam kereta kembali, tangannya dengan sangat cepat sekali rnenotok jalan darah pingsan ditubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw setelah itu barulah dia membaringkan diri untuk beristirahat.

Dengan cepat dia telah jatuh tidur dengan njenyaknya, dikarenakan dia telah kebiasaan untuk berkelana keseluruh tempat oleh karena itu sejak dahulu telah terbiasa dengan tidur ditempat mana-mana, asalkan dalam hatinya tidak memikirkan urusan apa- apa maka dengan cepat dia telah jatuh pulas dengan njenyaknya.

Kereta kuda itu dengan mengikuti jalan raja di bawah gunung itu berlari selama satu jam lamanya, sesampainya di bawah pohon siong tua yang dimaksudkan oleh Ti Then dengan cepat penjaga sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu menghentikan keretanya dan turun untuk memanggil diri Ti Then, teriaknya

”Lu kongcu....Lu Kongcu kau sudah mendusin belum?” Pada saat kereta kuda itu berhenti Ti Then telah mendusin dari tidurnya mendengar panggilan itu dengan perlahan dia duduk dan tanyanya

“Ehm ...sudah sampai??”

“Belum, bukankah tadi kongcu meme¬san pada hamba untuk memanggil kongcu ditempat ini ? ?”

“Ehm . .“ Segera dia membuka pintu kereta kuda itu dan meloncat turun, kepalanya diangkat memandang sejenak keadaan cuaca, ujarnya kemudian

“Sudah kentongan kedua ?”

”Benar, setelah berjalan dua li lagi kita akan tiba di dalam benteng Pek Kiam Po itu“

Dengan tangannya Ti Then menggosok gosok wajahnya sehingga kesadarannya pulih kembali, kemudian dengan menyeret keluar tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw dari dalam kereta kuda ujarnya

“Cukup, sekarang kau boleh pulang”

Penjaga sarang pelacuran itu di tertegun, tanyanya:

“Kongcu tidak rnenghantar mereka sampai di dalam Benteng Pek Kiam Po?”

“Sudah tentu harus dihantar. “Tetapi . tetapi “ kenapa?”

”Bilamana aku menggunakan kereta kuda dari Touw Hoa Yuan kalian menghantar mereka masuk ke dalam Benteng, tentu Wi Pocu tidak akan mengam puni Hong Mong Ling ini ... dimana bisa mengam puni orang lakukanlah pengam punan itu terhadap setiap orang, buat apa kita berbuat keterlaluan.”

Agaknya penjaga itu dibuat sadar oleh perkataan dari Ti Then ini, segera sahutnya: ”Ooh...agaknya kongcu tidak ingin menjelaskan urusan yang sebenarnya kepada Pek Kiam Pocu, Wi Ci To?”

“Benar, “

Sepasang mata penjaga Touw Hoa Yuan itu sedikit melirik kearah tubuh Cang Bun Piauw yang menggeletak di atas tanah, lalu ujarnya lagi:

“Kalau begitu, Lu kongcu akan menggunakan cara apa untuk menjelaskan tentang Cang siangkong ini kepada diri Wi Ci To itu pimpinan dari benteng Pek Kiam Po “

“Biar Hong Mong Ling yang menjelaskan sendiri”

Penjaga itu tertawa, setelah memberi hormat lalu ujarnya: “Kalau memangnya begitu, hamba akan segera kembali”

Sehabis berkata dia kembali ke atas kereta dan memutar haluan untuk kembali ke dalam sarang pelacurnya.

Sebelum berangkat terdengar Ti Then telah memesan wanti- wanti lagi ujarnya dengan agak keras:

“Setelah peristiwa ini bilamana terdapat orang lain yang rnencari berita tentang urusan yang sebenarnya terjadi, kalian orang-orang dari Touw Hoa Yuan boleh menjelaskannya dengan sejujurnya tetapi jangan bilang kalau kau pernah menghantar mereka berdua hingga tempat ini, cukup kau bilang aku telah membawa mereka berdua sampai diluar kota"

”Baik..” sahut penjaga itu, pecutnya diajunkan kepantat kudanya, dengan sangat cepat kereta kuda itu meluncur kearah kota.

Ti Then berdiam diri hingga kereta kuda itu jauh dari pandangannya barulah dengan perlahan mulai membuka pakaian serta sepatunya yang baru serta mewah itu, kemudian rambutnya dibuat kacau sehingga kembalilah bentuknya seperti semula.

Kiranya sekali pun diluar dia memakai pakaian yang sangat bagus dan mewah tetapi di dalam tubuhnya masih tetap memakai pakaiannya yang sudah dengkil serta compang camping itu, sehingga begitu pakaian barunya dicopot maka di dalam sekejap saja dari seorang “Lu Kongcu yang perlente berubah menjadi wajah asli dari Ti Then yang kotor serta dengkil.

Sesudah membuka pakaian serta sepatu barunya dengan cepat disimpannya benda-benda itu sesuatu tempat yang sangat tersembunyi disekitar tempat itu sesudah itulah dengan langkah yang cepat pula berjalan kembali ke bawah hohon siong tua dan sambil mengempit tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw berjalan ke depan.

Setelah berjalan puluhan tindak lamanya tiba-tiba di dalam benaknya teringat kembali akan kata-kata dari Majikan patung emas

: Sesudah turun gunung aku bertindak seperti seekor cacing dalam perutmu selamanya akan mengikuti kau kemana pun juga.” Pikirannya segera berkelebat diam diam batinnya:

“Hm . . kenapa aku tidak mau mencoba-coba untuk membuktikan apa benar dia terus mengikuti diriku ?

Berpikir sampai di situ tanpa ragu ragu ujarnya. .

“Aku akan segera memasuki Benteng Pek Kiam Po, coba lihat permainanku ini bagus tidak ?

Tetapi setelah suara itu berkumandang, keluar lama sekali tetap tidak terdengar suara sahutan: ”Apa mungkin Madikan patung emas tidak ikut datang kemari ?”

”Atau mungkin dia sengaja tidak mau memberi jawabannya?” Pikirannya segera berkelebat lagi, batinnya.

“Hm...hm...agaknya perkataan yang diucapkan tempo hari hanya untuk menggertak diriku saja. Hm...Hmm...

Berpikir sampai di sini dengan segera dia mempercepat langkah kakinya berjalan kearah Benteng Pek Kiam Po.

Perjalanan menuju kebenteng Pek Kiam Po itu makin lama terlihat makin cepat, jalan raja yang menghubungkan Benteng itu dengan kota Go bi pun dibuat demikian lebar serta ratanya, sungguh tidak nyana kalau dapat dibuat sedemikian bagusnya.

Baru saja dia lari dengan cepatnya ke depan, tiba-tiba tetlihatlah olehnya di atas tanah bertuliskan enam buah tulisan yang sangat besar sekali.

“Semoga kau cepat mencapai hasil yang dicita-citakan. “

“ Haa....Tidak salah lagi tulisan dari Majikan Patung Emas”. Ti Then menarik napas panjang-panjang, pada air mukanya pun dengan perlahan-lahan timbul perasaan apa boleh buat, sambil tertawa pahit dia mengangkat bahunya, dan ujarnya:

“Kalau kau memangnya sudah datang aku mau memberitahukan padamu akan suatu urusan, tiga ratus tahil perak yang kau berikan kepadaku kini sudah kuhamburkan hingga habis.”

Sehabis berkata dengan rnenggunakan kakinya menghapus tulisan di atas tanah, setelah itu barulah melanjutkan perjalanannya menuju ke depan.

Setelah berjalan kurang lebih ratusan tindak terlihatlah jawaban dari Majikan Patung Emas yang ditulis di atas tanah ditengah jalan juga.

Kira-Kira tulisan itu berbunyi:

Kau jadi orang terlalu sosial, sikapmu yang dernikian sosialnya terhadap Liuw Su Cen membuat orang merasa sajang, kini aku beri seratus tail perak lagi harap kau gunakan lebih hemat lagi, jangan di hambur hamburkan seenakmu ?

Di samping beberapa patah tulisan itu terletaklah sebuah bungkusan yang berisikan uang perak.

Ti Then segera memungut buntalan itu dan dimasukkan ke dalam sakunya, setelah menghapus tulisan itu sambil tertawa ringan ujarnya:

“Untuk mencuri seekor ajam juga harus disediakan segenggam beras, Liuw Su Cen bagaimana pun juga merupakan seorang pelacur yang sangat terkenal dan punya nama yang cemerlang sekali pun kuberi ratusan tail perak kepadanya juga tidak mengapa, perlu apa kau demikian kikirnya.”

“Kau mau ikut aku memasuki Benteng Pek Kiam Po tidak ?”

Sehabis berkata dengan kecepatan yang luar biasa dia berlalu dari tempat itu.

Kali ini setelah berjalan seratus tindak baru terlihat jawaban dari Majikan Patung Emas, jawaban nya sangat singkat sekali hanya tertuliskan satu huruf saja jakni

”Ikut.”

Tak terasa lagi tirnbul perasaan yang sangat tertarik dan girang sekali di dalam hatinya.

Sekali pun dia belum pernah memasuki Benteng Pek Kiam Po tetapi dia tahu dengan amat jelas kalau penjagaan di dalam Benteng Pek Kiam Po tetapi amat rapat dan keras sekali, tidak mungkin seseorang dapat menjusup ke dalam dengan sangat mudah tanpa ditemukan oleh penjaganya. Sudah tentu dengan kepandaian yang dimiliki Majikan Patung Emas dia bisa menjusup ke dalam benteng Pek Kiam Po tanpa diketahui oleh penjaganya, tetapi persoalannya yang penting, Dapatkah dia bertahan lebih lama di dalam Benteng Pek Kiam Po itu ????

Tugas dirinya yang terutama di dalam memasuki Benteng Pek Kiam Po ini adalah memperistri Wi Lian In tetapi tugasnya ini tidak mungkin akan mencapai hasilnya di dalam satu hari satu malam saja, bila mana dirinya harus berdiam selama setengah tahun di dalam benteng ini apa mungkin dia pun dapat menyembunyikan diri di dalam Benteng selama setengah tahun lamanya tanpa diketahui oleh orang lain ??

Hal ini tidak mungkin akan bisa terlaksana!

Tetapi bilamana dia dapat bertahan dan bersembunyi di dalam Benteng Pek Kiam ini selama setengah tahun lamanya tentu tanpa diragu-ragukan lagi dia merupakan anggota dari Benteng Pek Kiam Po ini.

Sedang bilamana dia benar-benar merupakan salah satu anggota dari Benteng Pek Kiam Po ini maka tidaklah akan sukar untuk menjelidiki sebenarnya rencana busuk apakah yang sedang disusun olehnya untuk dilaksanakan oleh dirinya sendiri.

Ti Then yang sembari jalan sambil berpikir semakin terasa amat tertarik dan girang, tak terasa dia tertawa tergelak, ujarnya:

“Sungguh bagus sekali, dengan demikian bilamana aku membutuhkan petunjuk darimu maka sembarangan waktu aku bisa meminta keterangan, tetapi aku harus menggunakan cara apa untuk mengadakan hubungan dengan dirimu ?”

Sehabis berkata dia melanjutkan lagi perjalanannya ke depan.

Seperti yang semula kali ini pun pada ratusan tindak baru ditemukan jawabannya.

“Hubungan dilakukan pada malam hari ketuklah jendela sebanyak tiga kali dan sulutlah lampu minyak didekatnya, tetapi aku tidak tentu akan munculkan diri”

Di sampingnya terlihat ada tulisan yang tertuliskan:

“Sudah cukup, di depan sudah ada anak buah dari Benteng Pek Kiam Po yang melakukan jaga malamnya, kau tidak perlu bertanya lagi-

Ti Then pun dengan cepat menghapus tulisan-tulisan itu, setelah itu dengan langkah yang lebar melanjutkan perjalanan ke depan.

Jalanan gunung itu berkelok-berkelok dan berputar-berputar diantara lereng gunung, puncak gunung Go bi san dipandang ditengah malam yang buta itu kelihatan semakin menjeramkan, puncaknya yang aneh serta banyak berserakan disekitar tempat itu, pohon siong tumbuh bagaikan mega rapatnya, tebing-tebing yang amat curam diselingi dengan jurang yang amat lebar dan dalam menambah keseraman sekitar tempat itu, di sekitar tempat itu pun sering terdengar suara pekikan dari kera-kera yang berkeliaran ditambah dengan desiran pohon siong tertiup angin memecahkan kesunyian malam yang mencekam .

Ti Then belum pernah mengunjungi Benteng Pek Kiam Po hanya dia pernah dengar orang bilang katanya Benteng Pek Kiam Po itu terletak di bawah puncak Sian Ciang Jen itu, hanya dia tahu asalkan mengikuti jalan gunung ini terus berjalan ke atas maka akhirnya akan sampai juga ke dalam benteng Pek Kiam Po itu.

Dengan mengikuti jalanan gunung itu dia berjalan kurang lebih satu li jauhnya setelah melalui sebuah jembatan gantungan mendadak di hadapannya berkelebat sebuah bajangan manusia yang melayang turun dari atas pohon, dalam hati segera dia tahu kalau orang itu tentunya penjaga malam dari Benteng Pek Kiam Po, dengan cepat dia menghentikan langkah kakinya dan berdiri diam ditempat.

Orang yang datang itu adalah seorang pemuda yang memakai pakaian singsat berwarna hitam pekat, pada punggungnya tersoren sebilah pedang yang berwarna hitam pula, sesaat ketika dia melayang turun dari atas pohon sama sekali tidak menimbulkan suara sedikit pun hal ini memperlihatkan kalau kepandaiannia tidak lemah.

Begitu Ti Then melihat kalau pemuda itu menjoren sebilah pedang yang berwarna hitam segera dia tahu kalau orang itu termasuk di dalam "Pendekar pedang hitam" dari Benteng Pek Kiam Po.

Kiranya di dalam Benteng Pek Kiam Po ini para pendekar pedang yang tergabung di dalamnya dibagi menjadi tiga macam jaitu ’Pendekar Pedang Merah’, Pendekar pedang putih’ dan Pendekar Pedang Hitam’, diantara ketiga tingkatan itu kedudukan “Pendekar pedang Merah lah yang tertinggi kemudian disusul oleh “Pendekar Pedang Putih dan akhirnya baru “Pendekar pedang hitam.

Orang-Orang dari “Pendekar Pedang Hitam: bilamana hendak naik ke dalam kedudukan “Pendekar pedang Putih haruslah mendapat pengujian dari para “Pendekar pedang merah “ terlebih dahulu sedang dari pendekar putih bilamana akan naik kependekar pedang merah harus diuji oleh Majikan Benteng ini sendiri sedang setiap orang yang telah naik di dalam kedudukan ,”Pendekar pedang merah” barulah diperkenankan berkelana di dalam dunia kang ouw sebaliknya pendekar pedang putih serta pendekar pedang hitam tidak diperkenankan keluar dari Benteng untuk mengadakan perjalanan di dalam Bu-lim, bilamana mendapat perintah untuk dilaksanakan di dalam Bu-lim mereka pun tidak diperkenankan dengan menggunakan kedudukan pendekar pedang putih atau pendekar pedang hitam untuk menyebut dirinya.

Oleh karena itulah sekali pun orang-orang di dalam Bu-lim tahu kalau di dalam Benteng Pek Kiam Po terdapat pendekar pedang hitam serta pendekar pedang putih tetapi selamanya belum pernah menemuinya sendiri.

Sesuai dengan namanya tentu keadaannya pun harus sama dan jika menurut penilaian dengan tingkatan itu maka kepandaian yang dimiliki orang orang dari pendekar pedang hitam seharusnya paling cetek dan paling lemah tetapi setelah Ti Then melihat sendiri pendekar pedang hitam yang berdiri di hadapannya segera tahu kalau pemikiran dirinya pada waktu yang lalu adalah salah besar, diam-diam dalam hatinya sangat memuji, pikirnya:

“Hanya seorang pendekar pedang hitam saja sudah memiliki kepandaian yang demikian tingginya apalagi kepandaian silat dari orang orang pendekar pedang merah kelihatannya kepandaian silat yang dimili si sipedang naga emas Wi Ci To tidaklah lemah sesuai dengan dugaan dari majikan patung emas semula...

Dia bisa punya pikiran seperti ini dikarenakan majikan patung emas pernah berkata kepadanya kalau dia sudah sanggup untuk mengalahkan sipedang naga emas Wi Ci To di dalam ratusan jurus saja.

Di dalam sarang pelacuran Touw Hoa Yuan dia bisa berhasil membekuk batang leher Hong Mong Ling dari "Pendekar pedang merah’ kesemuanya ini hanya hasil dari luar dugaannya. Baru saja pikiran-pikiran itu berkelehat di dalam benaknya dengan kecepatan bagaikan kilat. Pendekar pedang hitam yang menghalangi perjalanannya itu telah membuka mulut bertanya:

“Kawan siapa namamu, ditengah malam buta ini naik gunung ada urusan apa yang penting”

Sikap serta nada ucapannya tidak sombong juga tidak halus, sepasang matanya yang sangat tajam dengan tak henti-hentinya memandang kearah Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw yang dikepit diketiak Ti Then.

Dikarenakan malam yang semakin larut ditambah lagi jaraknya masih ada tiga empat kaki jauhnya oleh karena itu sama sekali dia tidak menduga kalau diantara dua orang yang dikempit di bawah ketiak Ti Then itu adalah Si naga mega Hong Mong Ling dari "pendekar pedang merah" Benteng Pak Kiang Po.

Dengan cepat Ti Then membungkukkan dirinya memberi hormat dan sahutnya:

“Cayhe Ti Then, tadi malam ketika berjalan diluar kota Go-bi telah menemukan kedua orang ini dipukul tak sadarkan diri dan menggeletak di tengah jalan. Oleh karena kenal kalau salah satu diantaranya adalah ’Pendekar Pedang Merah’ dari Benteng Pek Kiam Po maka sengaja aku datang menghantarkan mereka”

Dengan sedikit pun tidak ragu-ragu dia telah melaporkan nama aslinya kepadanya karena di dalam hatinya dia telah mengambil keputusan, dia merasa sekali pun dirinya menerima perintah yang mengharuskan memperistri Wi Lian In tetapi bagaimana pun juga urusan ini menyangkut nama baik dari seorang nona, dirinya harus menanggung segala beban serta resikonya dan tidak mungkin menggunakan nama palsu untuk meni punya.

Pendekar pedang hitam itu begitu mendengar perkataan tersebut air mukanya segera berubah hebat, dengan cepat dia maju dua langkah ke depan, begitu melihat orang yang berada di bawah ketiak sebelah kanan dari Ti Then adalah bakal menantu kesajangan dari majikan Benteng Pek Kiam Po perasaan terkejutnya semakin menghebat, serunya.

”Ooh Thian... .dia. kenapa dia,”

“Hanya jatuh tidak sadarkan dirinya saja, agaknya di dalam tubuhnya tidak mengalami cedera apa pun.

Dengan perasaan yang arnat terkejut tanya pendekar pedang hitam itu lagi : “Siapa orang yang satunia ?

“Cayhe juga tidak kenal..”

“Tetapi dia bukan orang dari Benteng kami.” ujar pendekar pedang hitam

”Tadi dia menggeletak bersama-sama dengan kawan pendekar pedang merah ini, maka itu cayhe terpaksa bawa sekalian kemari.”

“ Dengan tiara bagaimana dia bisa terluka.”

“Tidak tahu” sahut Ti Then sambil menggelengkan kepalanya. Ketika cayhe hendak mamasuki kota telah menemukan mereka menggeletak ditengah jalan diluar kota”

Dengan perasaan yang sangat terkejut dan ragu ragu pendekar pedang hitam itu tak henti-hentinya memandang kearah tubuh Hong Mong Ling yang tidak sadarkan diri itu, gumamnya:

”Sungguh heran, “ sungguh mengherankan sekali, di dalam Bu- lim saat ini ada siapa yang berhasil memukul dia hingga seperti ini

?. “

Ti Then segera tersenjum ujarnya:

”Menanti dia sadar kembali tentu akan mengetahui dengan lebih jelas lagi.”

Pendekar pedang hitam itu tidak berani berlaku ajal lagi, sambil mengangguk sahutnya : “Baik silahkan saudara mengikutiku masuk ke dalam Benteng Sehabis berkata dia maju menyambut tubuh Hong Mong Ling dan memutar tubuhnya berlalu,

Ti Then dengan mengempit tubuh Cang Bun Piauw terpaksa mengikuti di belakang orang itu, tanyanya:

”Jaraknya dari sini sampai ke dalam Benteng masih seberapa jauhnya ? “

”Tidak jauh, segera akan tiba.”

”Ehm...saudara termasuk pendekar pedang hitam dari Benteng Pek Kiam Po?”

”Benar” sahut pendekar pedang hitam itu. ”Cayhe She Ki bernama Hong?”

”Ooh jaa... Lo-heng tadi bilang she Ti, Ti apa ?.” “Ti Then” “ Sahut Ti Then singkat,

“Ti Then? 'Sepertinya nama ini pernah kudengar, agaknya..Hmm.. tak dapat kuingat kembali Kakinya didepakkan ke atas sesaat kemudian tiba-tiba dengan kejut bercampur girang menoleh kembali memandang kearah Ti Then, ujarnya:

“Kau adalah si pendekar berbaju hitam Ti Then?” Ti Then hanya tersenjum saja, sahutnya:

“Hek Ie Hiap tiga buah kata, cayhe tidak sanggup menerimanya,

“Aku dengar ilmu pedangniu amat tinggi, bukan begitu? tanya Ki Hong dengan girangnya.

“Tidak benar “sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya “Pada saat ini ada siapa yang dapat menandingi kehebatan serta kelibayan dari ilmu pedang Benteng Pek Kiam Po?”

Ki Hong masih tetap meneruskan perjalanannya menuju ke dalam Benteng Pek Kiam Po, sembari berjalan ujarnya: “Cayhe sering mendengar katanya ilmu Pedang dari Lo-heng bisa rnenandingi pendekar pedang merah dari Benteng kami orang- orang yang memiliki usia seperti Lo-heng sekarang hanya

Hong Mong Ling seorang, karena itulah Lo-heng boleh dikata merupakan bintang diantara kami orang-orang muda.

“Ki-heng terlalu mernuji” sahut Ti hen sambil tertawa. ”Kepandaian yang cetek dari Cayhe mana bisa dibandingkan dengan kelihayan ilmu pedang pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam po. “

“Aah .,, Ti-heng terlalu sungkan, nama besarmu sekali pun Pocu dari benteng kami pun telah mengenalnya.

“Haa ...”Sahut Ti Then. “Bisa mendapatkan penghargaan dari orang berkepandaian tinggi sungguh membuat Cay he merasa sangat bahagia.. . Bagaimana pandangan Pocu kalian tentang diriku ini?

“Menurut apa yang diucapkan majikan Benteng kami kepada orang lain, Kaum pendatang baru di dalam Bu-lim yang paling menonjol pada saat ini ada tiga orang, diantara ketiga orang itu adalah Ti-heng sendiri, kemudian bakal menantu majikan benteng kami jaitu Hong Kouw-ya dan yang terakhir adalah . -

“ Bukankah si Hong Liuw Kiam Khek atau sipendekar pedang suka pelesiran Ing Ping Siuw ini?” Timbrung Ti Then.

“Benar, apa Ti-heng pernah bertemu muka dengan si pendekar pedang suka pelesiren Trig Ping Siuw

”Belum pernah, hanya pernah mendengar nama besarnya. - ”Cayhe dengar ilmu pedangnya sangat tinggi sekali bahkan

pernah dengan menggunakan pedangnya membabat habis Lauw San Lak Hiong atau enam penyahat dari gunung Lauw san”

“Benar, Lauw San Lak Hiong bukanlah merupakan lawan yang sangat enteng, tetapi Ing Ping Siuw ternyata bisa menahan serangan keenam orang itu bahkan di dalam sekejap saja membunuh habis mereka, sungguh bukan merupakan pekerjaan yang mudah ”

Sedang mereka berbicara itu dari hadapan jalanan gunung itu telah muncul seorang pendekar pedang hitam yang melintangkan pedangnya menghalangi perjalanan mereka teriaknya dengan keras “Siapa yang datang?”

“Saudara, aku adanya” sahut Ki Hong dengan cepat.

“Oooh . .”segera pendekar pedang hitam itu memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung kemudian berjalan ke depan menjongsong datangnya Ki Hong tetapi ketika melihat datangnya membopong tubuh sinaga mega Hong Mong Ling sedang di belakang tubuhnya pun berjalan seorang pemuda yang asing, tak terasa dia menjadi amat terkejut, serunya:

”Aduh   terjadi urusan apa?”

Ki Hong segera menjelaskan yang sebenarnya bahkan rnemperkenalkan orang itu kepada Ti Then, tanyanya kemudian

”Kau sudah bertemu dengan kepala barisan Shia Kiauw To ???” ”Aku tidak melihat dia berjalan keluar, mungkin masih berada di

dalam Benteng”

“ Kalau begitu bagus sekali, Siauw-te akan masuk mencari dia untuk memberi laporan.

Sehabis berkata segera dia memimpin jalan menuju kedalarn Benteng.,

“Siapa itu kepala barisan she-Shia ?” tanya Ti Then.

“Oooh... dia adalah seorang pendekar pedang merah dari benteng kami, sebutannya sebagai Juan Sim Kiam atau si pedang penembus ulu hati, Shia Pek Tha din merupakan salah satu dari murid-murid kesajangan majikan Benteng kami, ini malam dialah yang bertugas sebagai kepala regu jaga asal kita menemukan sesuatu urusan harus dilaporkan kepada dirinya terlebih dahulu”sahut Ki Hong. “Ooh kiranya sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha, pada tahun yang lalu dikota Tiang An Cayhe pernah bertemu dan minum arak bersama dengan dia, ehm dia memang merupakan seorang yang sangat periang dan suka bergaul.”

“Dengan cara bagaimana Ti Then bisa berkenalan dengan dirinya?”

”Pada suatu malam pada tahun yang lalu” sahut Ti Then “ketika Caybe sedang berpesiar didaerah istana delapan dewa, tiba-tiba kulihat didekat tempat itu tiga orang sedang bertempur, ketika aku melihat lebih dekat lagi segera kukenal kalau dua diantaranya adalah iblis dari kalangan Hek to, ketika aku lihat Shia Pek Tha agaknya tidak kuat melawan mereka maka aku munculkan diri untuk menolong menggempur mundur kedua orang itu, demikanlah kami berkenalan dan ketika saling omong-omong itulah baru aku ketahui kalau dia merupakan pendekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po. Keesokan harinya Shia Pek Tha mengundang cayhe minum arak di atas loteng Cuang Yuan Lo... ”

Ki Hong menjadi amat girang, ujarnya

“Jika dernikian adanya, maka Ti heng dengan kepala regu Shia Pek Tha merupakan kawan lama, nanti bilamana bertemu dengan Ti heng tentu akan sangat girang”

Sembari berbicara mereka telah berjalan berputar putar di dalam puncak gunung itu sebuah bangunan yang sangat megah dan kokoh kuat segera terbentang di hadapan mata, ketika dipandang lebih teliti lagi terlihatlah benteng Pek Kiam Po yang sangat terkenal dan menggetarkan kangouw ini mem punyai bentuk bangunan yang amat aneh tetapi sangat angker.

Bangunan itu didirikan di bawah tebing yang amat curam disekelilingnya dikelilingi oleh tembok yang amat tinggi, di depan pintu benteng berdirilah sebuah loteng pengintai sehingga keadaannya mirip sekali dengan sebuah kota kecil. setiap ruangan di dalam benteng tersebut terang benderang sehingga kelihatan besar keangkerannia. “Benteng Pek Kiam Po. “ tiga buah tulisan yang amat besar terpancang jauh tinggi di depan pintu benteng dan terlihat terbuat dari emas murni di bawah sorotan sinar rembulan memancarkan sinarnya yang menyilaukan mata.

Benteng Pek Kiam Po. Inilah Benteng Pek Kiam Po yang mewakili keadilan dan kebenaran di dalam dunia Kangouw.

Oleh karena di dalam hati Ti Then memangnya mem punyai suatu rencana yang tertentu begitu melihat benteng Pek Kiam Po yang amat megah serta angker itu tak terasa lagi menjadi amat tegang.

Untuk menenangkan pikiran serta hatinya dia menarik napas panjang-panjang, kemudian ujarnya:

“Ehm . sungguh besar benteng ini mungkin seluruh benteng ini berisi ribuan orang banyaknya?”

Ki Hong hanya mengia saja tanpa memberikan penjelasan yang lebih panjang. Agaknya semua anggota dari benteng Pek Kiam Po itu mem punyai kewajiban untuk menutup mulutnya rapat-rapat terhadap segala rahasia dari benteng itu sehingga mereka sama sekali tidak mau membuka rahasia di depan orang luar.

Ti Then pun segeta merasakan kalau pertanyaannya sudah keterlaluan, segera dia putar haluan ujarnya lagi:

”Tebing itu pun amat besar sekali, apa tebing itu yang disebut sebagai Sian Ciang Jen ??.

”Tidak salah” sahut Ki Hong” Sian Ciang Jen ini jauh lebih indah dari Sian Ciang Jen yang terdapat di atas gunung Hoa San.

Ketika itulah mereka telah sampai di depan pintu benteng yang sangat besar itu.

Dua orang penjaga pintu benteng begitu melihat yang datang adalah orang sendiri segera membukakan pintu mempersilahkan Ki Hong serta Ti Then masuk, segera Ki Hong membawa Ti Then kesebuah ruang tamu yang amat luas dan meletakkan tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw ke atas kursi, ujarnya kemudian:

"Ti heng, silahkan menunggu sejenak, aku hendak memberi laporan sebentar kepada Shia-te “

Baru saja dia selesai berbicara, tiba-tiba dari luar ruangan tamu yang luas itu berkumandang datang suara yang amat nyaring dan sedikit serak-serak yang sedang bertanya :

“Ki Hong, kau membawa siapa datang kemari ?”

Sehabis berkata seorang lelaki berusia pertengahan yang memiliki bentuk tubuh yang tinggi besar dan amat kekar berjaIan masuk ke dalam ruangan itu.

Wajah dari orang lelaki berusia pertengahan itu amat keren dan gagah, wajahnya persegi dengan telinga yang besar, alisnya tebal bagaikan sapu, matanya bagaikan bola mata seekor harimau hidungnya bagaikan hidung singa, berewoknya memenuhi seluruh wajahnia sedang tubuhnya memakai baju berwarna merah darah dengan sebilah pedang berwarna merah yang disorenkan dipinggangnya, sikap serta tindak tanduknya memperlihatkan seorang yang amat gagah sekali.

Orang ini tidak lain adalah sipedang penembus ulu hati, Shia Pek Tha adanya.

Ketika sinar matanya bertemu denga tubuh Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw yang bersandar di atas kursi dengan lemasnya itu tak terasa air mukanya berubah hebat, kakinya sedikit menutul tanah dengan kecepatan yang luar biasa melayang ketengah udara dan berkelebat ke samping tubuh kedua orang itu.

Tetapi ...ketika dia berjaIan lebih dekat lagi dan dapat melihat wajah dari Ti Then dengan sangat jelas, air,mukanya terlintaslah perasaan tertegunnya, serunya:

“ Kau ...Ti Then??”

Ti Then segera merangap tangannya memberi hormat, ujarnya: “Sejak perpisahan..apa.Shia..heng baik-baik saja??”

Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha menjadi amat terkejut bercampur girang, sambil memandang kearah Hong Mong Ling serta Cang Bun Piauw dua orang tanyanya

“Sebenarnya apa yang telah terjadi?”

“Ketika tadi siauwte berjalan hendak memasuki kota Go bi menemukan kedua orang ini menggeletak di pinggir jalan agaknya mereka telah dipukul hingga jatuh tidak sadarkan diri, karena siauwte kenal diantara mereka dua ada seorang yang merupakan pandekar pedang merah dari Benteng Pek Kiam Po maka sengaja datang mengantar mereka kembali ”

Si pedang penembus ulu hati Shia Pek Tha setelah mendengar perkataan itu segera memeriksa keadaan dari Hong Mong Ling dan mengadakan pemeriksaan dengan teliti pada seluruh tubuhnya setelah itu barulah dia membuka kelopak matanya, ujarnya

“Ehm . . tidak ada tanda-tanda terIuka dalam, agaknya hanya tertotok jalan darah pingsannya saja"

”Oooh... kiranya hanya tertotok jalan darah pingsannya saja”sahut Ti Then.

Pada saat itu sipedang penembus ulu hati Shia Pek Tha telah memutar tubuhnya berkata kepada Ki Hong ujarnya.

“Cepat undang Pocu serta Siaocia datang.”

Ki Hong menyahut dan segera berlalu dengan targesa gesa dari dalam ruangan.

Setelah itu barulah dengan perlahan Shia Pek Tha memeriksa keadaan dari Cang Bun Piauw, ketika menemukan kalau Cang Bun Piauw pun juga tertotok jalan darah pingsannya tak terasa lagi menjadi mengerutkan alis dalam dalam, ujar nya:

“Sungguh mengherankan sekali, bagaimana bisa terjadi urusan seperti ini?” “Shia heng apa kenal dengan orang ini ? “

“Kenai” sahut Shia Pek Tha. orang ini bernama Cang Bun Piauw dengan julukan sitikus rakus dart Go-bi dia merupakan seorang yang paling gemar pelesiran, bukan saja berjudi, mabok mabok kan serta suka main perempuan bahkan perbuatannya pun tidak ada yang merupakan pekerjaan baik-baik:”

“Benar..memang hal ini amat aneh dan mengherankan sekali” “Kalau benar mereka hanya ditotok jalan darah pingsannya

kenapa Shia heng tidak membantu membebaskan jaIan darahnya yang tertotok.?..”

”Tidak” sahut Shia Pek Tha sambil menggelengkan kepalanya, ”Menanti setelah suhu datang baru kita bicarakan lagi, suhuku mem punyai pangetahuan yang sangat luas di dalam cara menotok jalan darah dari seluruh penjuru dunia, asalkan dia orang tua melihat sendiri cara menotok jalan darah ini kemungkinan sekali bisa mengetahui siapakah sebenarnya orang yang merubuhkan mereka.”

Setelah itu dia bangkit berdiri, kepada Ti Then sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya:

”Aku orang she-Shia seharusnya mengucapkan banyak terima kasih terlebih dahulu pada Lo-te.”

“Oooh... tidak perlu sungkan-sungkan”

"Sesudah perpisahan kita di kota Tiang An di dalam sekejap saja sudah lama tidak bertemu selama ini Lo-te baik-baik bukan ?”

Mendengar perkataan itu Ti Then tertawa pahit, sahutnya: ”Sangat buruk, semakin lama semakin miskin”.

Sejak tadi Shia Pek Tha telah dapat melihat si pendekar baju hitam yang berdiri di hadapannya sekarang jauh berbeda keadaannya dengan sewaktu bertemu dikota Tiang An pada tahun yang lalu, ketika tahun yang lalu dia bertemu dengan Ti Then bukan saja pakaian yang dipakainya sangat mewah serta perlente bahkan keadaannya pun sangat gagah, sedang kini Ti Then telah berubah demikian miskinnya sehingga baju yang dipakai pun compang camping tidak karuan dan sangat dengkil sekali tidak terasa hatinya menjadi amat terkejut bercampur heran, kini ketika mendengar dia bilang kalau dirinya semakin lama semakin miskin tak tertahan tanyanya:

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar