Bab 19. kejadian Aneh Di Rumah Makan
Begitu jalan darahnya dibebaskan bocah itu segera melompat bangun dan menerjang keluar dari ruangan itu.
Dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Lim Han-kim mengayunkan tangan kanannya mencengkeram kembali pergelangan tangan kanan bocah lelaki itu, Pada saat itulah dari balik pintu ruangan telah muncul seorang gadis berbaju hijau.
Gadis itu berdiri dengan wajah serius, lamat-lamat hawa amarah menyelimuti wajahnya. Lim Han-kim sedikit tertegun, tapi dengan cepat ia totok jalan darah bocah itu.
"Tuan" terdengar gadis berbaju hijau itu menegur "Harap bebaskan dia ia masih muda, tak tahu urusan, bila sudah berbuat salah dengan tuan sepantasnya bila tuan maafkan."
sekalipun hawa amarah telah menyelimuti wajahnya, namun ia masih berbicara dengan nada lembut dan halus.
"Apa hubungannya denganmu?" tegur Lim Han-kim kemudian.
"Dia adikku"
"Nona tak usah takut, sekalipun saudaramu telah berbuat sesuatu yang salah, aku tak akan melukai dirinya."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu melangkah maju ke depan, wajahnya semakin keren dan serius.
Lim Han-kim segera menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia, katanya: "Rumah makan ini milik nona?"
Gadis itu amat cantik, cuma sayang sikapnya begitu dingin, kaku hingga mendatangkan perasaan tak sedap bagi yang memandang, ia tersenyum lalu jawabnya: "Bebaskan dulu adikku, kemudian kita baru bicara." "Maaf, bicara dulu sampai selesai baru kubebaskan adikmu," tampik Lim Han-kim sambil tertawa hambar
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya. "Baik" katanya kemudian setelah berpikir sejenak.
"Apa yang hendak kau bicarakan, cepat utarakan"
Banyak persoalan yang memenuhi benak Lim Han-kim saat itu, namun ia tak tahu harus diawali dari mana, Untuk sesaat dia cuma termenung tanpa mengajukan satu pertanyaan pun-
"Kenapa diam saja?" tegur gadis berbaju hijau itu ketus, "Ayoh tuan, mulailah bertanya"
" Hanya kalian berdua yang mendiami rumah makan ini?" tanya Lim Han-kim setelah mendeham pelan,
"Masih ada seorang abang" sahut gadis itu sambil tertawa dingin.
"Di mana ia sekarang?" "Sedang menangkap ikan"
Lim Han-kim terdiam sesaat, setelah berpikir sebentar kembali tanyanya: "Dekorasi dalam rumah makan ini amat indah dan berseni, hasil karyamu sendiri?"
"Tuan, hanya urusan tetek bengek macam ini yang hendak kau tanyakan?"
Merah dan terasa panas sepasang pipi Lim Han-kim memperoleh teguran itu, segera pikirnya: "Sungguh memalukan, rasanya memang tak pantas aku mengajukan pertanyaan semacam ini terhadap seorang gadis..." Karena itu sambil menepuk bebas totokan jalan darah pada bocah lelaki itu ia pun berkata: "Teguran nona memang sangat tepat."
Begitu terbebas dari pengaruh totokan, bocah lelaki itu segera melompat bangun, menengok gadis berbaju hijau itu sekejap kemudian kabur dari ruangan.
sebetulnya Lim Han-kim berniat mencengkeram kembali bocah itu, namun gadis berbaju hijau itu segera menghadang gerak majunya dengan merentangkan tubuhnya di tengah jalan.
sangat cepat gerak tubuh bocah itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali tangannya, lalu berkata: "Kenapa nona halangi perbuatanku? Padahal aku tidak berniat mencelakai jiwanya."
"Adikku masih muda, tak tahu apa apa, Biarkan dia pergi, toh di sini masih ada aku yang bertanggung jawab."
Lim Han-kim semakin dibuat tak habis mengerti, kembali pikirnya: "sungguh aneh tingkah laku nona ini, jelas di balik peristiwa ini ada hal-hal yang tak beres."
Meskipun pikirannya penuh diliputi kecurigaan namun wajahnya tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu pun, sambil tertawa hambar ujarnya: "Dalam beberapa hari belakangan ini, apakah nona..."
Karena takut maksud hatinya keburu ketahuan, dia sengaja menarik kata terakhirnya dengan nada panjang, Gadis berbaju hijau itu manggut-manggut, tukasnya: "Dengan obat bius aku telah merobohkan dua orang, Aaai... cuma sayang orang-orang itu nampaknya tak berguna..."
Kontan Lim Han-kim merasakan jantungnya berdebar keras, pikirnya: "orang bilang dunia persilatan amat berbahaya, nampaknya pernyataan ini memang benar. siapa sih yang mengira dalam sebuah rumah makan kecil yang begini sederhana dan bersih serta dikelola dua bersaudara yang lemah lembut, ternyata merupakan sebuah perangkap dunia persilatan yang amat ber- bahaya?"
sementara ia berpikir, gadis berbaju hijau itu telah bertanya lagi: "Apakah hendak kau periksa?"
"Tentu saja harus kuperiksa" jawab Lim Han-kim cepat.
Tanpa banyak bicara gadis berbaju hijau itu membalikkan badan berjalan ke luar dari kedainya menuju ke belakang.
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim mengekor di belakang gadis itu, mereka menaiki sebuah bangunan loteng kecil dan tiba di depan sebuah pintu yang terkunci
Begitu pintu terbuka, terlihatlah isi ruangan itu hanya tumpukan aneka macam barang yang kotor dan berdebu,
Dengan cepat gadis berbaju hijau itu menyingkirkan barang-barang tadi, Benar juga, di balik tumpukan barang tadi tampak dua orang manusia terikat kencang- kencang di situ. orang yang ada di sebelah kiri adalah seorang kakek ceking berjenggot kambing yang tinggal kulit pembungkus tulang, Dia tak lain adalah si Raja monyet ceking Han Si-kong. sedangkan orang yang ada di sebelah kanan merupakan seorang pemuda tampan berjubah biru, dia tak lain adalah Li Bun-yang dari keluarga persilatan bukit Hong-san-
Lim Han-kim merasakan dadanya sakit seperti terhantam martil besar, untuk sesaat ia cuma bisa berdiri tertegun tanpa mengucapkan sepatah kata pun-
"Bagaimana?" tiba-tiba terdengar gadis berbaju hijau itu menegur "Apakah dua orang ini termasuk anggota dunia persilatan?"
Untung sekali aneka warna yang menghiasi wajah Lim Han-kim telah menutupi perasaan kaget dan paniknya, ia berusaha keras untuk menenteramkan perasaannya.
Sambil menyeka peluh dingin yang membasahi jidatnya ia manggut- manggut: "Ehmmm . . . kedua orang ini bagus sekali. Kau telah membuat sebuah jasa besar"
"Hamba tidak membutuhkan apa-apa," sahut gadis itu sedih, "Yang kuharapkan hanya pemberian obat penawar untuk hamba, sehingga penderitaan dan siksaan yang hamba derita setiap tiga hari sekali dapat dihilangkan-"
"Ehmmm, setelah berjumpa majikan nanti, pasti akan kumohonkan pengampunan untukmu ..." sahut Lim Han- kim.
Gadis berbaju hijau itu segera menjatuhkan diri berlutut dan kembali berseru: " Untuk itu hamba ucapkan terima kasih lebih dulu..." "Tidak perlu sungkan-sungkan, oya . . . sudah berapa hari kedua orang ini tersekap di sini?"
" Lebih kurang tiga-empai hari."
"Tiga-empat hari?" pikir Lim Han-kim. "Biarpun tenaga dalam mereka cukup sempurna, tentu ada efeknya juga bila berapa hari tidak makan tidak minum ..."
Tak lama kemudian kembali Lim Han-kim berkata: "Dengan kehadiranku sekarang, kau tak perlu takut lagi. Cepat ambil keluar obat penawarnya."
"obat penawar?" gadis berbaju hijau itu kelihatan bingung, "orang itu tidak meninggaikan obat penawarnya di sini."
Gantian Lim Han-kim yang tertegun, katanya kemudian: "Aaaai... rupanya obat penawar itu tidak diberikan padamu, itu berarti dia tidak percaya kepada nona."
"Yaa betul, dia memang tidak percaya padaku.
Padahal kami cuma rakyat biasa yang mencari sesuap nasi dengan membuka rumah makan disini, kami tak punya hubungan apa-apa dengan orang persilatan sekarang kalian paksa kami untuk melakukan kejahatan, tentu saja kami tak rela berbuat begini..."
"Eeeh, nona," sela Lim Han- kim sambil tertawa. "Kalau cuma berkata padaku sih tak apa-apa. Kalau berjumpa orang lain lebih baik jangan kau singgung soal itu, jangan sampai gara-gara salah bicara mendatangkan bencana kematian buat kalian berdua." "Biarpun mesti mati aku tak takut Tapi kalian sungguh keji, kenapa saudara-saudaraku juga tidak kalian lepaskan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Biar kubawa pergi kedua orang ini" katanya kemudian
"Meskipun tidak rela, tapi di bawah ancaman dan desakan kalian, aku telah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, Dua orang ini tak ada dendam maupun sakit hati dengan kami, tapi aku telah mencampuri hidangan yang mereka makan dengan obat bius. selama hidup aku tak pernah akan tenteram bila teringat kejadian ini."
"Nasi toh sudah menjadi bubur, biar disesalkan juga tak ada gunanya, Kedua orang ini tetap akan kubawa pergi."
"Baiklah, bagaimana pun mereka sudah pingsan beberapa hari, tak ada gunanya dibiarkan terus di sini."
Lim Han-kim segera meloloskan ikatan pada tubuh kedua orang itu, kemudian mengempit mereka dan turun dari loteng.
Baru sampai di depan pintu rumah makan, mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, segera pikirnya: "Bila kubawa mereka tinggaikan tempat ini, si dalang yang sesungguhnya tentu akan menyusahkan dua bersaudara itu bila datang kemari dan tahu kejadian yang sebenarnya. Daripada membiarkan mereka mati konyol, lebih baik kuanjurkan pada mereka untuk secepatnya pergi meninggaikan tempat ini." Berpikir begitu, dia pun balik kembali ke dalam ruangan sambil berseru: "Nona.,." Berubah paras muka nona berbaju hijau itu setelah melihat Lim Han-kim muncul kembali, buru-buru tegurnya: "Mau apa kau balik lagi?"
Lim Han-kim menghela napas sedih setelah melihat sinar matanya penuh rasa takut bercampur kaget, katanya: "Nona tak usah curiga, ada beberapa persoalan yang ingin kusampaikan kepada nona dengan sejujurnya."
"soal apa?"
"sebetulnya aku bukan penyamun dunia persilatan yang sedang nona nantikan."
"Apa? Kau bukan komplotan mereka?"
"Tentu saja bukan, cuma kedua orang korbanmu yang belum sadar ini sebetulnya adalah sahabatku."
"Kalau mereka memang sahabatmu, ajaklah mereka pergi dari tempat ini."
"Justru aku mengkhawatirkan keselamatan nona berdua, Aku khawatir sepeninggalku, mereka akan datang dan mencari nona, kalau sampai terjadi apa-apa, bukankah aku yang jadi biangnya?"
"Mereka belum tahu kalau aku berhasil menawan dua orang, asal tidak diberitahu tentu mereka juga tak tahu."
"Aaaaai... nona bukan anggota dunia persilatan, tentu tidak kau ketahui intrik dan segala akal busuk yang berlaku dalam dunia itu. sekalipun mereka tidak mengetahui berapa orang yang berhasil kau tawan, tapi obat pemabuk yang mereka serahkan padamu tentu sudah dihitung jumlahnya. Asal mereka periksa sisa obat pemabuk yang masih ada, mereka sudah dapat menduga berapa korban yang telah kau kerjai, Nah, jika kau gagal menyerahkan korbannya, bukankah mereka akan bertambah curiga?"
Nona berbaju hijau itu menghela napas. "Aaaaai... betul juga ucapanmu, pil yang mereka serahkan padaku berwarna merah semua dan telah mereka hitung jumlahnya untuk dipakai seorang sebutir..."
Dia alihkan pandangan matanya ke wajah Li Bun- yang serta Han si-kong, kemudian melanjutkan: "sesuai dengan perintah mereka, kucampurkan sebutir pil dalam mangkuk mereka masing-masing. Ternyata betul juga, mereka berdua segera jatuh tak sadarkan diri"
"Aku rasa hanya ada dua jalan yang dapat nona pilih sekarang."
Tampaknya nona berbaju hijau itu berhasil ditundukkan oleh ucapan Lim Han-kim, setelah menghela napas sedih katanya: "Dua jalan yang bagaimana?
Tolong jelaskan."
"Jalan pertama adalah ajaklah saudara-saudaramu untuk kabur dari tempat ini. : Aku bersedia memberi bekalala kadarnya sebagai modal kerjamu di tempat lain. Dunia amat luas, aku percaya nona pasti akan menemukan tempat yang lebih aman di tempat lain."
"Tidak mungkin," gadis berbaju hijau itu gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku serta kakakku telah dicekoki obat racun oleh mereka, Tanpa obat penawar khusus, sehari kemudian kami bakal mati keracunan Aku rasa cara ini mustahil dilaksanakan, lebih baik terangkan jalanmu yang kedua." "Untuk melaksanakan jalan kedua, aku butuh kerja sama dari nona."
"Asal dapat selamatkan kakak serta adikku dari bencana kematian, biarpun harus menerjang lautan api, aku bersedia untuk melakukan"
"Bagus Tahukah nona, kapan kawanan manusia itu akan muncul lagi di tempat ini?"
"Seingatku, semestinya mereka akan datang lagi hari ini."
" Kalau begitu bagus sekali, Tolong ikat juga diriku dalam ruangan di atas loteng sana. Bila kawanan manusia itu sudah sampai di sini, harap nona mengajak mereka naik ke loteng, sementara kau sendiri harus secepatnya pergi dari situ, jangan sekali- kali kau berdiam diri terlalu lama dalam loteng..."
"Tapi... mana boleh aku berbuat begitu? Jika kau pun ikut kuikat, bukankah..."
"Tidak apa-apa, tak usah khawatir Tali tersebut masih belum cukup kuat untuk membelenggu diriku, Asal mereka mau naik ke loteng, aku pasti mampu menghadapi mereka."
Gadis berbaju hijau itu termenung beberapa saat, akhirnya dla mengangguk juga. "Baiklah"
Kembali Lim Han-kim membopong Li Bun- yang berdua naik ke loteng, mengikatnya lagi dengan tangan lalu katanya sambil tertawa: "Tolong nona, ikat juga sepasang tanganku" Tanpa membantah gadis berbaju hijau itu, mengikatkan talinya ketangan pemuda itu, kemudian memasukkannya ke dalam ruangan di atas loteng.
Menunggu sampai gadis berbaju hijau itu sudah berlalu, Lim Han-kim segera bangkit dan duduk. ia perhitungkan posisi terbaiknya untuk turun tangan nanti kemudian baru duduk bersila sambil mengatur pernapasan.
Kurang lebih setengah jam kemudian, mendadak terdengar suara langkah kaki manusia yang menaiki anak tangga bergema datang, menyusul kemudian terdengar gadis berbaju hijau itu sedang berkata: "Semuanya ada tiga orang, sekarang berada di ruang atas, tapi kalian hanya berdua, bagaimana caranya membawa pergi ketiga orang itu?"
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Lim Han- kim memuji di dalam hati, pikirnya: "Tak nyana budak ini cerdik sekali, Rupanya dia sedang memberitahu kepadaku berapa orang musuh yang telah datang."
Buru-buru dia miringkan badannya bersandar pada dinding ruangan, sementara napasnya segera diatur menjadi lemah sekali.
segera terdengar seseorang dengan suara yang kasar dan keras menyahut: "Kau tak usah merisaukan masalah ini"
Blaaammmm
Di antara suara benturan keras dan belerbangnya debu dan kotoran, tahu-tahu pintu ruangan itu sudah diterjangnya hingga terpentang lebar. Gadis berbaju hijau itu segera berseru: "Hei, kenapa kalian menumbuk pintu kamarku hingga rusak? Kalau lain hari aku berhasil menangkap orang persilatan lagi, mereka harus kusimpan di mana?"
Waktu itu Lim Han-kim telah memilih posisi yang paling strategis sehingga sedikit melirik saja ia sudah dapat melihat munculnya dua orang lelaki berbaju serba hitam.
"sudah kelihatan?" Dengan suara keras gadis berbaju hijau itu berteriak, "Jumlahnya persis tiga orang, tidak kurang satupun" selesai berkata, tergopoh-gopoh ia turun dari loteng.
Lelaki berbaju hitam yang ada di sebelah kiri segera menuding ke arah Han si-kong sambil berseru: "Aku kenal dengan orang ini"
"Yaa, aku pun kenal, dia adalah si Raja monyet ceking Han si-kong" sambung lelaki yang di sebelah kanan.
sambil membalikkan wajah Li Bun- yang kembali lelaki di sebelah kiri itu berkata: "Kau kenal tidak dengan orang ini?"
"Tentu saja kenal, orang ini adalah ketua keluarga persilatan bukit Hong-san generasi ketiga, Li Bun- yang."
"Waaah... waaah... tak nyana kedua orang ini adalah tokoh-tokoh kenamaan dalam dunia persilatan" seru lelaki di sebelah kiri sambil tertawa gembira, "Jika kita membawanya pulang, dapat dipastikan hadiah besar sudah menanti kita." Lelaki di sebelah kanan menghela napas panjang, "Aaaai... bicara sejujurnya, aku tidak begitu tertarik dengan segala macam emas, mutiara, intan permata maupun barang antik, Aku cuma berharap siau-cui si bidadari itu sudi menemani aku semalam saja, asal keinginanku bisa kesampaian, biar mati pun aku puas."
"Hei sobat, aku lihat kau ibarat katak buduk yang merindukan rembulan, Nona siau-cui begitu cantik jelita, mana mungkin ia bisa tertarik dengan tampang jelekmu itu?"
"Tapi orang itu kan sudah berjanji, barang siapa dapat membuat jasa besar untuk perguruan bunga bwee, maka permintaan apa pun yang diajukan pasti akan dikabulkan, Betul siau-cui tak bakalan tertarik dengan tampangku, tapi kalau majikan sudah perintahkan masa dia berani membantah?"
"Aaah, ternyata mereka betul-betul anggota perguruan bunga bwee," pikir Lim Han-kim setelah mengikuti pembicaraan tersebut "seebun Giok-hiong betul-betul gila, demi tercapai cita-citanya tak nyana ia begitu tak segan menggunakan segala cara."
sementara itu lelaki di sebelah kiri itu sudah menuding kearah Lim Han-kim sambil berkata: "Entah siapa bocah lelaki itu? Aku rasa kalau dia bukan orang terkenal lebih baik kita enyahkan saja cepat-cepat, daripada menimbulkan kesulitan di kemudian hari."
Lim Han-kim segera merasakan ada sebuah tangan mencengkeram lengan kiri-nya, jelas ia berniat untuk membalikkan wajahnya agar diketahui identitasnya.
Pemuda itu tahu, inilah saat yang dinanti-nantikan. setelah memperkirakan asal suara tersebut, mendadak ia melejit bangun, tangan dan kakinya serentak bergerak menyergap kedua orang itu.
Mimpipun kedua orang lelaki itu tak menyangka kalau mereka telah dikerjai seorang gadis lemah. Tak sempat melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu jalan darah mereka sudah tertotok.
Bruuukk Bruukkkk Kedua orang itu roboh terjungkal ke atas tanah.
selesai menotok jalan darah pada keempat anggota badan kedua orang lelaki itu, Lim Han-kim berkata sambil tertawa: "Waaah... hebat juga perhitungan kalian berdua"
sementara itu si nona berbaju hijau itu sudah muncul kembali di atas Io-teng, setelah menengok Lim Han-kim sekejap. serunya penuh gembira: "Kau seorang diri mampu meringkus mereka berdua sekaligus?"
"Yaa, keberhasilanku tak luput dari kerja sama nona yang baik"
"Aaaai..." gadis berbaju hijau itu menghela napas. "sekalipun kau berhasil meringkus mereka berdua sekarang, tidak tertutup kemungkinan ada rekan lainnya yang segera akan muncul di sini..."
"Tak usah takut Aku akan menunggu di sini sampai nona benar-benar lolos dari bahaya."
sambil menempelkan kedua telapak tangannya pada punggung kedua lelaki itu, ia pun berseru dingin: "Bila aku ingin membunuh kalian berdua sekarang, ini bisa kulakukan semudah membalikkan telapak tangan, cuma aku tahu bahwa kalian berdua adalah orang-orang gagah yang tidak takut mati..."
Biarpun jalan darah keempat anggota badannya tertotok hingga tak mampu memberikan perlawanan, tak urung kedua orang lelaki itu tersenyum senang juga setelah mendengar kata-kata pujian tersebut
setelah tertawa dingin Lim Han-kim berkata lebih jauh: "oleh karena itu aku bermaksud memilih seorang dulu di antara kalian untuk mencicipi bagaimana rasanya ilmu Melepas Tulang Menggeser otot milikku ini, hanya aku tidak tahu siapa di antara kamu berdua yang punya keberanian untuk mencicipinya?"
senyuman yang semula meghiasi wajah kedua orang lelaki itu lenyap seketika setelah mendengar perkataan ini. Untuk sesaat mereka hanya bisa memandangi wajah Lim Han-kim dengan termangu-mangu.
Tahu bahwa kedua orang itu sudah mulai ngeri dan takut, Lim Han-kim tidak mengulur waktu lagi, dicengkeramnya lelaki di sebelah kiri sambil berseru: "Bagaimana jika kau dulu yang merasakan?"
Tangan kanannya bergerak cepat, tahu-tahu ia sudah menggeser tulang lengan kiri lelaki itu.
Sambil mengaduh kesakitan lelaki itu buru-buru berteriak: "llmu silat yang dimiliki saudara Kang jauh lebih hebat ketimbang kemampuanku ..."
"He he he... kalau begitu biar dia yang merasakan dulu," sahut Lim Han-kim sambil tertawa dingin, Disambarnya lengan kanan lelaki di sebelah kanan itu lalu menggeser letak tulangnya. Ilmu menggeser tulang yang dipergunakan Lim Han- kim merupakan jenis ilmu siksaan yang terhitung keji. Daiam posisi tertotok jalan darahnya kedua orang itu tak sanggup mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan rasa sakit, tak pelak mereka pun merintih kesakitan.
Kembali Lim Han-kim tertawa dingin: "Hmmmm, apabila kamu berdua berpendapat masih sanggup mencicipi rasa sakitnya siksaanku ini, obat pemunah racun tak usah diserahkan keluar."
"Tidak, tidak... kami bersedia menyerahkan obat penawar racun itu..." teriak dua lelaki itu hampir serentak,
Tanpa banyak bicara Lim Han-kim menyambungkan kembali tulang lengan kedua lelaki itu, Begitu terasa lengan mereka telah beres, mereka segera mengambil keluar obat pemunah racun dari dalam saku.
Mula-mula Lim Han-kim cobakan dulu ke tubuh kedua lelaki itu, kemudian baru diberikan kepada Han si-kong serta Li Bun- yang. setelah itu dia pun paksa kedua lelaki itu menyerahkan obat penawar racun bagi si nona berbaju hijau, kemudian baru ia berkata: "Nona, sekarang cepatlah bebenah, lalu kaburlah secepat mungkin dari tempat ini"
Sambil berlutut di atas tanah nona berbaju hijau itu berseru: "ln-kong (tuan penolong), harap kau sebutkan namamu. Aku tahu budi kebaikan ini sukar di-balas, tapi dengan mengingat nama in-kong, aku akan berusaha mendoakan kesejahteraan bagimu setiap hari..."
"Tidak usah," Lim Han-kim menggeleng. " Lebih baik nona pergi dari sini secepatnya" sambil berkata, disodorkannya beberapa keping uang emas yang ia janjikan sebagai modal baru pada gadis itu, Termangu gadis itu menerimanya.
Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang, tidak banyak bicara lagi ia turun dari loteng.
Lim Han-kim harus duduk menunggu hampir setengah jam lamanya sebelum Han si-kong dan Li Bun- yang mendusin kembali.
Begitu membuka matanya Han si-kong segera berteriak marah: "Budak busuk. besar nian nyalimu, kau berani meracuni arak dan sayurku? Hmmm Aku si monyet tua bersumpah akan menjagalmu"
Begitu melihat kehadiran Lim Han-kim di tempat tersebut, dengan wajah tertegun segera tegurnya: "siapa kau?"
"saudara Han, masa kau sudah tidak mengenali suaraku, lagi?" sapa Lim Han-kim sembari menjura.
"Ehmmm, kalau didengar dari suaranya sih rasanya sangat kukenal, tapi wajahmu teramat asing bagiku."
"Aku adalah Lim Han-kim"
"omong kosong" sambil melompat bangun Han Si- kong segera berusaha mencengkeram lengan pemuda itu.
Dengan cekatan Lim Han-kim menarik, mundur lengan kirinya sembari mengegos ke samping, kembali serunya: "saudara Han, aku betul-betul Lim Han-kim" "Kau jangan ngaco belo" teriak Han si-kong penuh amarah, "saudara Lim gagah dan tampan, tak mungkin wajahnya begitu jelek macam gendruwo"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai... sesungguhnya wajahku telah dirusak orang"
Li Bun- yang yang selama ini membungkam tiba-tiba ikut menimbrung: "Betul, suara itu memang suara saudara Lim, Aaaai... kalau bukan saudara Lim sendiri, tak nanti orang lain mau menolong kita berdua."
Dengan wajah ragu-ragu Han si-kong mengamati wajah Lim Han-kim beberapa saat, lalu tegurnya lagi: "saudara Lim, siapa yang merusak wajahmu?"
"seebun Giok-hiong"
"Aaaah, lagi- lagi gembong iblis wanita itu," umpat Han si-kong. sambil melompat bangun kembali ia berseru: "Ayoh kita cari budak busuk itu untuk membuat perhitungan saudara Lim. Kita balas dendam dulu baru kemudian berbincang-bincang."
"Tunggu sebentar saudara Han-" cegah Lim Han-kim buru-buru. "Hal ini tak bisa kita salahkan nona tersebut ia dipaksa untuk berbuat begitu, Bayangkan saja, seorang gadis muda diracuni orang lalu dipaksa untuk melakukan hal tersebut, apa ia mampu untuk
melawan?"
"Betul, saudara Han" seru Lim Bun- yang pula sambil tersenyum "Kau tak usah terburu napsu, Mari kita dengarkan dulu penjelasan saudara Lim." setelah Han si-kong duduk kembali, secara ringkas Lim Han-kim baru menceritakan kejadian yang sesungguhnya.
selesai mendengar penuturan itu, sambil menghela napas Li Bun- yang bergumam: "Aaaai... dunia persilatan memang selalu dipenuhi masalah dendam dan keruwetan, entah sampai kapan dunia ini baru menjadi tenang kembali."
sebenarnya Lim Han-kim ingin menceritakan juga kejadian bertemunya Li Tiong-hui dan seebun Giok-hiong di tengah telaga Tay-oh tadi, namun setelah berpikir sejenak. niat itu kemudian diurungkan-
Han si-kong menengok dua lelaki berbaju hitam itu sekejap. lalu serunya dengan geram: " Kalau memang dua cecunguk ini anak buah seebun Giok-hiong, lebih baik kita jagal saja"
"Jangan dibunuh, berilah kesempatan hidup buat mereka, Biar nasib yang menentukan kehidupan mereka selanjutnya," cegah Lim Han-kim sambil menotok beberapa buah jalan darah penting di tubuh kedua lelaki itu.
setelah menyaksikan sendiri betapa menderitanya Pek si-hiang bergelut melawan maut, ia merasa sangat beriba hati dengan nasib manusia di dunia ini. Pemuda tersebut berharap dengan sedikit melakukan amal dan kebaikan bagi umat manusia, ia bisa membawa Pek si-hiang lolos dari lembah kematian Tentu saja hal semacam merupakan rahasia baginya yang tak mungkin diutarakan keluar. Sambil tertawa terbahak-bahak Han Si-kong berseru: "Saudara Lim, kau bakal rugi besar jika berhati begitu welas asih dalam dunia persilatan. BetuI saja kau ampuni jiwa mereka berdua hari ini, di kemudian hari belum tentu mereka berdua pun akan bersikap sama kepadamu"
sekalipun ia bicara begitu, namun kakek ceking ini tidak bersikeras hendak menghukum mati dua lelaki tersebut.
sementara itu Li Bun- yang mengamati terus gerak- gerik Lim Han-kim secara diam-diam. ia melihat kegagahan pemuda tersebut sudah jauh memudar ketimbang baru pertama kali berjumpa tempo dulu.
Tanpa terasa ia genggam lengan kanan pemuda tersebut erat-erat sambil menghibur.
"saudara Lim, bagi kita orang lelaki, yang penting dalam dunia persilatan adalah jiwa yang gagah dan ksatria, Masalah wajah yang tampan atau jelek tak perlu kau risaukan-"
"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li," sahut Lim Han-kim sambil tersenyum, "sudah lama aku tidak mempersoalkan hal ini lagi dalam benakku."
Han si-kong tertawa tergelak "Ha ha ha... tepat sekali" serunya "Hanya orang gagah sejati yang tidak mempersoalkan ketampanan wajah, saudara Lim, terus terang saja aku si engkoh tua betul-betul kagum kepadamu, kagum karena kau tidak murung lantaran perubahan wajahmu. Ayoh jalan Kita cari rumah makan dan minum sampai mabuk. hari ini aku harus menghormati kau dengan tiga cawan arak wangi" Maka berangkatlah mereka bertiga meninggalkan rumah makan Pek sim-thian itu.
Setelah beberapa hari terbius tanpa mengisi perut sama sekali, sesungguhnya Li Bun-yang serta Han si- kong sudah kelaparan Mereka pun percepat langkahnya dengan harapan bisa segera menemukan rumah makan dan mengisi perut sepuasnya.
setelah menempuh perjalanan belasan li, tibalah mereka di sebuah kota yang cukup ramai. Kota ini ramai dan makmur, juga merupakan persimpangan jalan raya utama, tak pelak lagi disinilah konsentrasi perdagangan untuk daerah di sekitarnya, suasana amat ramai, rumah penginapan maupun rumah makan berjajar-jajar sepanjang jalan-
Dengan langkah lebar Han si-kong menyerbu masuk ke dalam sebuah rumah makan merangkap penginapan yang cukup besar dengan merek Tiau- yang- lo", Begitu melangkah masuk ke dalam ruangan- Han si-kong langsung berteriak keras: "Hei pelayan, siapkan arak Cong-goan-ang yang terbaik, daging sapi tiga kati serta delapan macam sayur lainnya, lebih cepat lebih baik"
Waktu itu tengah hari belum tiba, belum saatnya orang makan siang, karena itu suasana dalam rumah makan itu tak seberapa ramai, Tak selang beberapa saat kemudian, sayur dan arak yang dipesan Han si-kong telah dihidangkan-
Dengan lahap Han si-kong meneguk habis dua kati arak sekaligus sebelum berhenti dan berkata: "saudara Lim, sudah dua kali kau selamatkan jiwa aku, si monyet tua, aku lihat hubungan kita sekarang sudah ibaratnya sehidup semati."
"Aaah, cuma urusan sepele, saudara Han tak perlu terlalu dipikirkan," sahut Lim Han-kim tersenyum.
Tiba-tiba Li Bun-yang menghela napas panjang, katanya: "saudara Lim, ke mana saja kau pergi selama berapa hari ini? sudah beberapa kali adikku mengutus orang untuk melacak jejakmu tapi berita saudara Lim ibarat batu yang tenggelam di dasar samudra, tak setitik berita pun yang berhasil kami peroleh." Lim Han-kim tertawa hambar.
"Berbagai pengalaman yang menyedihkan dan mengharukan telah kualami selama beberapa hari ini, Aku sudah bosan dan muak menyaksikan segala pertikaian yang berlangsung dalam dunia persilatan. Aku pikir selanjutnya aku tak ingin melibatkan diri lagi di dalam kancah pergolakan itu"
"Apa?" Han si-kong berteriak sambil menggebrak meja keras- keras, "Kau hendak mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan? saudara Lim, kau masih muda dan gagah, kenapa kau ingin pensiun?"
"Aaaaai..." kembali Lim Han-kim menghela napas, "Tak akan berakhir segala pertikaian yang terjadi dalam dunia persilatan bila setiap orang tak ingin mengakhirinya, Kalau setiap orang tak mau mengalah, bukankah hari-hari dalam kehidupannya hanya akan dilalui dalam segala persoalan yang diwarnai pertikaian berdarah?"
Untuk sesaat Li Bun-yang nampak tertegun, sesaat kemudian ia baru berbisik "saudara Lim, baru berpisah berapa bulan, ke mana larinya semua semangat serta kegagahanmu itu? Apakah sudah terjadi...?"
"Aaaah, tak ada apa-apa"
Han si-kong tertawa tergelak. selanya: "saudara Lim, tahukah kau kenapa aku si monyet tua dan saudara Li datang ketelaga Tay-oh hingga akhirnya dipecundangi orang?"
" Kenapa?"
"Kenapa lagi kalau bukan gara-gara kau, saudara Lim Kami kemari karena mendapat perintah dari nona Li untuk melacak jejakmu. Kau tahu, kegagahan dan kehebatan nona Li telah mendatangkan dukungan dari Ciu tayhiap serta Kim- hud lotiang sekalian jago-jago persilatan untuk mengangkatnya menjadi pemimpin umat persilatan sekarang nona Li sedang berjuang untuk merebut kursi Bu- lim Bengcu"
Mendengar ucapan ini, diam-diam Lim Han-kim berpikir Ternyata apa yang dikatakan seebun Giok-hiong benar, demi merebut kursi Bu- lim Bengcu ternyata Li Tiong-hui tak segan-segan melepaskan iblis wanita itu dengan begitu saja, Aaaai, perempuan ini sungguh egois, demi kepentingan pribadi ia tak segan-segan mengorbankan kepentingan orang banyak.
Ketika Li Bun-yang menyaksikan Lim Han-kim hanya berdiam diri saja, seakan-akan ada yang sedang dipikirkan, tak tahan ia melanjutkan pula: "saudara Lim, rencana apa yang hendak kau lakukan selanjutnya?"
"Aku berniat kembali ke sekitar kota si-ciu sambil melacak jejak adik seperguruanku." "saudara Lim" seru Han si-kong sambil tertawa, "sudah cukup lama adik seperguruanmu itu lenyap bagai ditelan bumi, aku rasa tak gampang untuk menemukan jejaknya, Bagaimana kalau kau ikut kami pulang ke Lam- chong dulu? Di situ para jago dari pelbagai daerah akan berkumpul, siapa tahu dari mulut mereka kau akan berhasil mendapat berita tentang adik seperguruanmu itu"
Lim Han-kim kembali tertawa hambar, "Bukankah kalian berdua hendak ke kota Lam-chong untuk menghadiri pertemuan besar dalam pemilihan Bu-lim Bengcu?"
"oooh, rupanya kaupun sudah tahu?"
"Aaaai... sayang sekali aku harus mengecewakan kalian berdua, aku tak berhasrat untuk hadir di sana."
"Kenapa?" seru Han si-kong dengan mata terbelalak "semua jago dan orang gagah dari kolong langit bakal berkumpul di kota Lam-chong untuk memilih Bu- lim Bengcu, Kita hendak berikrar untuk bersama-sama menentang seebun Giok-hiong, kenapa kau tak berniat untuk menghadiri pertemuan sebesar ini?"
"Aaaah, apa lagi yang mereka cari kalau bukan nama serta kedudukan? Lalu apa beda mereka dengan seebun Giok-hiong?"
Tampaknya ucapan ini kelewat berat bagi yang mendengar, untuk sesaat Han si-kong serta Li Bun-yang cuma bisa tertegun tanpa mampu mengucapkan sepatah katapun. Biarpun Han si-kong seorang jago kawakan, namun wataknya yang polos membuat ia tak sanggup menahan diri lagi, tak kuasa teriaknya keras: "saudara Lim, baru berpisah berapa bulan, rasanya kau sudah banyak berubah"
Lim Han-kim tidak menanggapi hanya pikirnya: "Jika Li Tiong-hui benar-benar ada niat untuk melenyapkan bibit bencana dari muka bumi, seharusnya ia sudah membunuh seebun Giok-hiong sejak dulu, Buat apa ia perebutkan kursi Bu- lim Bengcu?"
Berbeda dengan rekannya yang berangasan, Li Bun- yang jauh lebih tenang dan mampu menguasai diri, setelah menghela napas ia berkata: "setiap orang punya tujuan sendiri-sendiri, kita tak boleh terlalu memaksa, saudara Han- Urusan ini tak perlu kau masukkan ke dalam hati."
Tampaknya Lim Han-kim juga mengerti kalau perkataannya barusan kelewat berat nadanya, maka dia pun tak banyak bicara lagi,
Mendadak Han si-kong meletakkan kembali cawan araknya ke meja, lalu dengan sorot matanya yang tajam ia awasi wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian gumamnya: "Heran ... sungguh heran"
"Ada apa sih?" tanya Lim Han-kim bimbang. "sebetulnya kau benar-benar Lim Han-kim atau
bukan?"
Lim Han-kim segera tertawa, "Biar wajahku sudah rusak hingga kelihatannya jelek, masa suaraku juga ikut berubah?" "seingatku, saudara Lim adalah pemuda yang gagah, bersemangat tinggi dan tak gentar menghadapi persoalan apapun,jauh berbeda dengan watak yang kau perlihatkan sekarang."
Lim Han-kim tidak menanggapi hanya dalam hati kecilnya ia berpikir "sejak wajahku berubah, perangaiku memang beda sekali dengan watak kebiasaanku dulu, tidak heran jika ia menaruh curiga kepadaku."
Terdengar Han si-kong berkata lebih lanjut dengan suara keras: "saudara Li, kita harus berhati-hati, seebun Giok-hiong licik dan banyak akal muslihatnya, kita jangan sampai terjebak oleh siasat busuknya"
Agaknya dari mulut LiTiong-hui adiknya, Li Bun-yang sudah mendengar bahwa wajah Lim Han-kim dirusak orang, karena itu ia sendiripun tak berani memastikan apakah Lim Han-kim yang berada di hadapannya sekarang tulen atau bukan, Untuk sesaat ia cuma termenung saja sambil membungkam.
Melihat gelagat serba kikuk, Lim Han-kim segera bangkit berdiri, katanya: " Kalau toh kalian berdua mencurigai aku, baiklah, aku mohon diri lebih dulu"
Selesai bicara dia membalikkan badandan beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
"Berhenti" hardik Han si-kong tiba-tiba sambil melompat bangun, sebuah serangan dilontarkan ke depan-
Buru-buru Li Bun-yang menghalangi tindakan rekannya itu sambil serunya: "saudara Han- kau tak boleh gegabah" sementara dua orang itu terlibat dalam pembicaraan, Lim Han-kim telah mempercepat langkahnya dan sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan-
"Kenapa kau menghalangi aku?" tegur Han si-kong gusar.
Li Bun-yang menghela napas panjang, "Aaaaai, sebetulnya dia adalah Lim Han-kim tulen, bila saudara Han nekat menyerangnya, bukankah hubungan persaudaraan di antara kita akan menjadi retak?"
"Dari mana kau tahu kalau dia adalah Lim Han-kim tulen?" pelan-pelan Han si-kong duduk kembali, "Lagipula seandainya dia adalah saudara Lim tulen, kenapa dalam berapa bulan yang singkat watak serta perangainya telah berubah sama sekali?"
"Tak bisa salahkan dia," Li Bun-yang gelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa getir
"Kalau seorang pemuda macam dia bisa kehilangan semangat serta keberaniannya hanya dalam berapa bulan saja, hal ini menunjukkan bahwa dia adalah manusia tak berguna, Aku pikir, sekalipun dia betul-betul saudara Lim, rasanya aku, si monyet tua, juga tak perlu
berhubungan lagi dengan sahabat macam dia" "Kaujangan bicara begitu dulu, kau tahu sampai di
mana kemampuan yang dimiliki seebun Giok-hiong?"
Han si-kong nampak agak tertegun, lalu sambil menggebrak meja serunya tertahan "Aaaah, betul juga, kenapa aku si monyet tua begitu tolol Bisa jadi setelah wajahnya dirusak seebun Giok-hiong, ia dipaksa juga untuk minum racun bersifat lambat" Dengan cepat dia melompat bangun dan lari keluar ruangan.
Buru-buru Li Bun-yang menghadang jalan perginya seraya menegur: "Eeei, saudara Han, mau ke mana kau?"
"Sekarang kita sudah tahu kalau saudara Lim dipaksa minum racun, masa kita harus berpeluk tangan saja?"
"Tak mungkin kau bisa menyusulnya" kata Li Bun-yang seraya menggeleng, Kemudian setelah berhenti sejenak, ia meneruskan "Aku lihat kejernihan otak saudara Lim masih baik sekali, ini berarti sekalipun ia benar-benar sudah dicekoki racun, sifatnya juga lambat dan ringan, aku percaya dia masih sanggup untuk menjaga diri"
"sekalipun begitu kita toh tak boleh berpeluk tangan saja tanpa berusaha membantu, apalagi kita sudah tahu keadaannya sekarang"
Tanpa perduli bagaimana pendapat rekannya lagi, dia dorong Li Bun-yang kesamping lalu mengejar dengan langkah lebar. Memang begitulah watak monyet tua ini, berangasan tapi penuh setia kawan, setelah mengetahui rekannya dalam keadaan bahaya, iapun berusaha untuk menolong tanpa memikirkan apa pun resikonya.
Terpaksa Li Bun-yang harus membereskan rekening makan lalu menyusul dengan cepat.
suasana dijalan raya amat ramai manusia berlalu lalang, namun bayangan tubuh Lim Han-kim sudah tak kelihatan lagi.
Tanpa menggubris suasana di sana, dengan nada keras Han si-kong berteriak memang gil "saudara Lim saudara Lim" Dengan langkah lebar dia mengejar ke arah utara.
sebenarnya saat itu Lim Han-kim masih bersembunyi di sudut rumah, Betapa terharunya pemuda ini setelah melihat dan mendengar sendiri rasa panik dan cemas dari Han si-kong, tapi begitu teringat bahwa tujuannya ke kota Lam-chong tak lebih hanya urusan perebutan nama serta kedudukan, rasa muak dan sebal kembali mencuat dalam lubuk hatinya, oleh sebab itu dia pun menahan diri dan tidak berusaha menampakkan dirinya,
Menunggu bayangan tubuh Han si-kong serta Li Bun- yang sudah lenyap dari pandangan mata, ia baru memutar arah meneruskan perjalanannya menuju selatan, Dengan mengambil arah yang berlawanan, tentu saja Han si-kong tak mungkin bisa menyusulnya kendatipun menyusul sampai ke kutub utara.
Dengan langkah santai Lim Han-kim melanjutkan perjalanannya, tanpa terasa belasan li sudah dilalui, Waktu itu senja telah menjelang tiba, cahaya merah yang membara terlihat menghiasi ujung langit sebelah barat. Lim Han-kim merasa hatinya sumpek dan pikirannya kalut, banyak masala h memenuhi benaknya namun ia tak mampu menyelesaikan semuanya.