Bab 43. Empat Manusia Buas
Hongpo Lan kuatir Li Bun yang panas hatinya oleh ejekan gadis itu sehingga meneguk teh yang tersedia, buru-buru ia me-nyela: "Nona Giok yan, kau memang luar biasa, Menghasut, mengadu domba, memanasi hati orang... rupanya memang menjadi keahlianmu."
Pelan-pelan Li Bun yang mengangkat cawan air teh itu, lalu sambil menatap wajah Giok yan lekat-lekat, katanya: "Aku hanya ingin mengajukan satu pertanyaan kepada nona, adakah racun dalam air teh ini?"
Giok yan merasakan sinar mata pemuda itu lebih tajam daripada sebilah pisau belati yang secara langsung menghunjam ke dalam ulu hatinya, ia merasa amat terperanjat sambil berpaling ke arah lain sahutnya: "Jika kau takut ada racunnya, lebih baik tak usah diminum" Tiba-tiba Li Bun yang mengangkat cawan itu dan meneguk habis isinya dalam sekali tegukan-
Tindakannya itu dilakukan cepat sekali, sebenarnya Hongpo Lan ingin mencegah namun sudah terlambat, akhirnya sambil menghela napas ujarnya: "saudara Li, kendatipun air teh ini tidak beracun, kau tidak perlu menyabung nyawa "
Sambil meletakkan kembali cawan kosong itu ke meja Li Bun yang tertawa dan menyahut: "Bila air teh itu beracun, kendatipun aku bakal mati keracunan tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan ini pasti akan meningkatkan kewaspadaannya "
Tiba-tiba ia berpaling memandang Giok- yan, kemudian tambahnya seraya tertawa: "Bagaimana menurut pendapat nona atas ucapanku ini?"
"Mau berkorban demi orang lain, tentu saja perbuatanmu itu terhitung perbuatan orang gagah" jawab Giok yan sambil tertawa hambar.
"Kalau begitu nona merasa sangat setuju dengan tindakanku barusan?"
Berubah paras muka Giok yan, ia tak berani menjawab lagi dan segera mengundurkan diri ke sisi meja.
Dengan ilmu menyampaikan suara Li Bun yang segera berbisik kepada Hongpo Lan: "saudara Hongpo, tampaknya nona Giok yan adalah pemimpin dari kawanan gadis penerima tamu, Meskipun dia pintar, tapi agaknya masih kurang berpengalaman dalam dunia persilatan Asal kita memancingnya dengan beberapa kata, tidak sulit untuk memancingnya untuk membocorkan sedikit rahasia."
"Terima kasih atas petunjukmu. "
Kemudian setelah berhenti sejenak, tambahnya: "Apakah saudara Li bisa merasakan adakah racun dalam air teh itu?"
"sifat racunnya tidak terlalu keras," sahut Li Bun yang sambil tertawa.
Jawaban ini sengaja diutarakan agak keras, membuat semua jago yang berada di sekeliling tempat itu dapat mendengarnya secara jelas.
"Apa?" teriak Lo Tay piau keras-keras.
"Li kongcu telah meneguk air teh beracun?"
"Tidak apa-apa," kata Li Bun yang sambil melirik Giok yan sekejap. "Menurut nona ini air teh tersebut tidak beracun"
sebenarnya Giok yan hendak membantah, tapi ketika dilihatnya puluhan pasang mata para jago tertuju ke arahnya, ia takut begitu salah bicara maka kegaduhan segera akan terjadi. padahal saat ini waktunya belum sampai, para jagopun masih berduyun-duyun datang menghadiri pertemuan ini. Andaikata kegaduhan terjadi pada saat ini, majikannya pasti akan menegur dan menyalahkan dia. oleh sebab itulah ia berusaha menahan diri dan membungkam dalam seribu bahasa.
Mendadak terlihat para jago mengalihkan pandangan matanya ke arah jalan masuk, tanpa terasa Hongpo Lan ikut berpaling pula ke arah tersebut Tampak empat orang pendeta berjubah abu-abu pelan-pelan berjalan masuk ke arena perjamuan.
Usia ke empat orang pendeta itu kira-kira limapuluh tahunan, pada kepalanya yang gundul tertera enam buah codet pantangan. Dengan suara lirih Li Bun yang bertanya: "saudara Hongpo, kau kenal dengan keempat orang pendeta itu?"
"Aku amat jarang berkelana dalam dunia persilatan, sedikit tokoh silat yang kukenal, harap saudara Lisudi memberi petunjuk."
"Tidak berani, tidak berani. Keempat orang taysu itu adalah para pendeta siau lim pay dari ruang Tat mo wan. orang yang berjalan di depan adalah ketua ruang Tat mo wan, Coat pin taysu, sedangkan tiga orang di belakangnya adalah para pelindung hukum ruang Tat mo. Keempat pendeta ini termasuk tokoh-tokoh kelas satu dalam partai siau lim. Ditinjau dari kehadiran mereka dalam pertemuan ini, dapat disimpulkan bahwa ketua siau lim memandang serius pertemuan puncak ini."
Belum lagi ke empat orang pendeta itu mengambil tempat duduk- kembali ada tiga orang tosu muncul di pintu masuk ruang pertemuan, Tosu yang berjalan paling depan berusia empat puluh tahunan, jenggotnya panjang berwarna hitam, sedang dua orang tosu di belakangnya berusia dua puluh tiga empat tahunan, bermuka bersih tanpa kumis dan menyoren pedang .
setengah berbisik Hongpo Lan segera tanya: "Ketiga orang totiang ini berwajah angker dan sinar matanya tajam, mereka tentu berasal dari perguruan kaum lurus bukan?"
"Dugaan saudara Hongpo tepat sekali Totiang berjenggot panjang itu adalah salah satu dari tiga bangau partai Butong yang dinamakan si bangau hijau Ui Yap cu, sedang dua orang tosu muda yang mengiringinya dari belakang adalah dua orang murid kesayangan dari ketua Bu tong pay saat ini, si Bangau hitam Thian ceng cu yang bernama Hu im dan Beng gwee."
"saudara Li, pengetahuanmu betul-betul amat luas, aku merasa sangat kagum," puji Hongpo Lan sambil menghela napas.
Mendadak terdengar suara pekikan keledai bergema di luar arena, kemudian tampaklah seekor keledai kecil berbulu putih berlari masuk ke dalam arena perjamuan, di punggung keledai itu berbaring tubuh seseorang.
Kalau keledai itu sudah terlihat amat kecil, maka orang yang berbaring di punggung keledainya itu lebih kecil dari bentuknya. walaupun kakinya diluruskan ternyata panjangnya tak lebih dari tubuh keledai itu. sebuah topi lebar menutupi hampir seluruh wajahnya, sepasang tangannya bersilang di depan dada dan waktu itu ia sedang mendengkur keras, nyenyak sekali tidurnya.
setelah termangu sejenak Li Bun yang berbisik pelan: "saudara Hongpo, pertemuan hari ini bakal ramai sekali, tak nyana dia orang tua pun ikut datang untuk meramai- kan pertemuan puncak ini,"
"Kau maksudkan orang yang berbaring dicunggung keledai itu?" tanya Hongpo Lan setelah menengok keledai itu sekeiap. Buru-buru Li Bun yang menempelkan jari tangannya di atas bibir, bisiknya lagi: "sstt... orang tua ini berwatak aneh sekali, Dia paling suka mengumpat orang, jangan sekali-sekali kau usik dia, kalau bicara pun lebih baik berbisik. Kalau sampai dibuat urusan, kita bakal pusing tujuh keliling."
"Pengetahuanku amat cetek. ternyata aku tak bisa mengenal tokoh besar ini, siapa sih dia?"
" Walaupun orang tua itu punya nama yang besar, tapi jarang sekali umat persilatan dewasa ini yang kenal atau pernah berjumpa dengannya. Aku sendiri pun secara kebetulan dapat berjumpa dengannya tujuh tahun berselang ketika ia menghadiri pesta ulang tahun ibuku yang kelima puluh, Ke-mampuan keledai kecilnya yang sanggup naik turun bukit terjal amat berkesan di hatiku, oleh sebab itulah si orang tua ini meninggalkan pula kesan yang mendalam bagiku."
Baru selesai dia berbicara, tiba-tiba terdengar bentakan keras yang memekikan telinga bergema di udara: "Bocah muda, berani amat kau gabungkan nama aku si orang tua dengan keledaiku ini?"
suara bentakan itu begitu keras dan nyaring membuat para jago yang hadir di situ merasakan telinganya amat sakit Tanpa terasa semua orang celingukan ke sana ke mari berusaha mencari sumber datangnya suara bentakan itu.
sementara itu suara dengkuran masih terdengar amat teratur, sedang keledai putih itu berjalan mengitari meja perjamuan yang ditempati Li Bun yang itu dengan menerobos pula tempat duduk para jago 1ain-nya.
Hongpo Lan segera berbisik: "Tajam amat pendengaran orang tua ini, kalau memang saudara Li kenal, kenapa kau tidak menyapanya?" " Wataknya terlalu aneh, apalagi kalau sedang tidur, lebih baik kita jangan mengusiknya dulu, semisalnya mau menyapa, kita bakalan dicaci maki habis-habisan. "
Tiba-tiba terdengar seseorang mengumpat dengan suara keras: "sialan benar binatang berbulu putih ini, berani betul menerobos meja perjamuan. mau apa sih
berkeliaran terus di sini?"
Li Bun yang segera berseru lirih: "Celaka, entah siapa yang berani menyatroni dia, orang itu pasti bakalan mendapat siksaan besar "
Baru selesai dia berkata, suara orang itu kembali bergema: "Binatang sialan- berani menyepak orang "
Menyusul kemudian terdengar suara benturan keras bergema di udara diikuti suara pecahan cawan yang sangat ramai. Dari meja perjamuan yang berada dua kaki di depan sana terjadi kegaduhan yang luar biasa.
Hongpo Lan segera bangkit berdiri sambil melongok ke depan, ia saksikan seorang lelaki kekar sedang merangkak bangun dari atas tanah, sebuah meja perjamuan telah ambruk berantakan sementara si keledai putih itu masih juga berkeliaran menyusup di antara meja-meja perjamuan yang lain.
Terdengar lelaki itu membentak keras: "Binatang sialan, akan kulihat kau hendak kabur ke mana " Goloknya telah dicabut keluar dan dia siap menyusul ke muka, tapi pada saat itulah seseorang menghadang jalan perginya, lalu membisikkan sesuatu di sisi telinganya.
Lelaki tadi cepat-cepat menyarungkan kembali goloknya, lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kembali ke tempat duduknya.
"Tak kusangka ternyata dalam dunia persilatan dewasa ini masih ada juga yang kenal dengan orang tua itu," kata Li Bun yang setelah menyaksikan peristiwa itu.
"Saudara Li, sudah setengah hari kau singgung orang tua itu, tapi belum kau jelaskan siapa sih locianpwee itu?"
"Si Dewa cebol Cu Gi pernah kau dengar nama ini saudara Hongpo?"
Hongpo Lan termenung berpikir berapa saat lamanya, kemudian sahutnya: "Aku dengar tokoh silat yang paling termashur dalam dunia persilatan dewasa ini adalah si Hakim sakti ciu Huang, tapi ia sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, sedang tokoh kedua adalah si Dewa jinsom Phang Thian hua, disusul kemudian keluarga persilatan bukit Hong san, rasa-rasanya aku belum pernah mendengar nama si Dewa cebol Cu Gi" "Dewa cebol cu locianpwee sudah tiga puluh tahun lamanya mengundurkan diri dari dunia persilatan selama ini belum pernah ia munculkan diri satu kali pun, tak heran kalau saudara Hongpo tidak mengenalnya."
"Bagaimana kalau Cu locianpwee ini dibandingkan dengan si hakim sakti Ciu taihiap?"
"sukar dikata. selama hidupnya Ciu taihiap selalu membela kaum lemah menegakkan keadilan, tak sedikit orang pernah menerima budi kebaikannya, sebaliknya - Dewa cebol Cu Gi agak aneh orangnya, ia tak pernah mau mencampuri urusan orang lain, meski hendak menolong orang pun, dia akan menolong seCara diam- diam. ia tak suka menonjolkan diri karenanya jarang dikenal orang, jikalau gerak-gerik Ciu taihiap diketahui hampir seluruh umat persilatan maka kebalikannya perbuatan dewa cebol tidak diketahui siapa pun."
"Nah itulah dia. Tak heran kalau aku belum pernah mendengar nama besar Dewa cebol Cu Gi"
"Menurut kebiasaan cu locianpwee, ia selalu turun tangan secara diam-diam dan paling segan diketahui orang lain, Kali ini dia telah melanggar kebiasaan tersebut dengan munculkan diri secara terang-terangan, hal ini semakin membuktikan bahwa pemilik bunga bwee memang bukan seorang tokoh yang gampang dihadapi." "Pengetahuan saudara Li amat luas dan sangat mengagumkan, tentunya kau sudah mengetahui asal usul pemilik bunga bwee bukan?"
Dengan cepat Li Bun yang menggeleng, "Kalau masalah itu aku kurang tahu, belum pernah kudengar nama pemilik bunga bwee sebelum peristiwa hari ini. "
Kemudian setelah menghela napas terus-nya: "siapa tahu ada orang yang sengaja menggunakan nama seaneh itu untuk mengelabui umat persilatan agar mereka sukar melacak jejaknya yang sebenarnya "
"Tampaknya ayahku sudah berhasil menemukan titik terang, sayang sekali dia orang tua enggan membicarakan masalah tersebut denganku."
"Ayahmu adalah. "
"Hongpo Tiang hong, di masa lalu umat persilatan menyebutnya si pedang sakti dari Lam kiang."
Berkilat sepasang mata Li Bun yang, serunya tanpa terasa: "Rupanya ayahmu adalah pedang sakti dari Lam kiang, maaf... maaf. "
"Terima kasih, pengetahuan saudara Li benar-benar luas, Ayahku sudah puluhan tahun lamanya hidup mengasingkan diri, ternyata saudara Li masih mengenal juga namanya?" "Aku sendiripun hanya pernah mendengar nama itu dari pembicaraan orang lain, sayang belum ada kesempatan untuk menyambanginya."
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru: "Aaaah, si Dewa jinsom Phang Thian hua juga telah datang"
Meskipun kedudukan si Dewa jinsom Phang Thian hua dalam dunia persilatan amat tinggi, namun gerak geriknya selalu diliputi hawa misteri, sekalipun nama besarnya sudah termashur sejak puluhan tahun berselang hingga hampir semua umat persilatan pernah mendengar namanya, tapi orang yang benar-benar pernah bertemu dengannya hanya beberapa gelintir,jadi jarang sekali ada umat persilatan yang mengenali bagaimana macam bentuk rupa Phang Thian hua itu.
Dengan cepat berita kehadirannya tersebar luas dalam arena perjamuan, suara hiruk pikukpun terhenti seketika, beratus-ratus pasang mata serentak dialihkan ke arah jalan masuk menuju arena perjamuan.
"saudara Li, kau kenal dengan phang Thian hua?" bisik Hongpo Lan.
"Phang Thian hua tinggi hati dan sepanjang tahun bermukim diperkampungan pit tim sancengnya, ia jarang mengadakan hubungan dengan umat persilatan, Prinsipnya selama orang tidak mengganggunya, dia pun tak akan mengganggu orang, tapi bagi mereka yang berani memasuki wilayah kekuasaannya kalau tidak mati biasanya pasti terluka parah. selama puluhan tahun banyak sudah jago persilatan yang menemui ajalnya dalam wilayah kekuasaannya itu.
Karena itulah nama besar Phang Thian hua jadi termashur dan tersebar luas di seluruh dunia persilatan sekalipun ia jarang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi permusuhan yang diikatnya dengan umat silat banyak sekali, Phang Thian hua memang seorang tokoh silat yang begini aneh. "
setelah menghela napas, terusnya: "Dewa cebol Cu Gi, Hakim sakti Ciu Huang serta Dewa jinsom Phang Thian hua terhitung jago-jago tua dengan tiga watak yang berbeda "
Terdengar suara langkah kaki bergema semakin mendekat, kembal terjadi sedikit kegaduhan dalam arena perjamuan, suara bisik-bisik yang bercampur dengan suara bangku yang digeser, Tapi suara kegaduhan itu hanya berlangsung sejenak. dengan cepat suasana pulih kembali dalam keheningan. Begitu sepinya sampai tak kedengaran sedikit suara pun.
Dalam suasana beginilah terlihat empat orang pemuda berbaju biru yang menyoren pedang berjalan masuk ke dalam arena perjamuan dengan langkah tegap. Di belakang keempat orang itu mengikuti seorang kakek berambut putih yang membawa sebuah tongkat kayu, mukanya merah segar bagaikan bocah, sinar matanya tajam penuh wibawa. Di belakang kakek itu mengikuti pula empat orang lelaki berusia empat puluh tahunan, mereka berseragam hitam dengan golok dipinggang serta kotak kayu dipunggung.
"orang ini pasti Phang Thian hua" bisik Hongpo Lan. "ia disebut dewa jinsom, kegemarannya tentu mengumpulkan daun obat, karena itu pula badannya tetap kekar dan wajahnya tetap segar meski usianya sudah amat lanjut."
"Betul," sahut Li Bun yang sambil tertawa, "Konon ia pun pandai ilmu pertabiban sayang sekali ilmu yang dimilikinya itu tidak digunakan untuk beramal dan menolong sesamanya."
"Coba kau lihat, meski sudah tua tapi sikapnya benar- bcnar acuh tak acuh, seakan-akan disini hanya hadir dia seorang." Dengan cepat Li Bun yang berpaling, Betul juga kakek berambut putih itu sedang melangkah masuk ke arena perjamuan dengan pandangan mata ke atas, seolah-olah dia sedang melalui daerah yang tak berpenghuni.
sebetulnya banyak jago yang hadir disitu amat mengagumi namanya dan ingin bertegur sapa dengannya, tapi setelah menyaksikan sikapnya yang acuh tak acuh seperti jumawa itu, serentak suasana jadi hening, siapa pun tak ingin mencari penyakit buat diri sendiri.
Kakek itu langsung mencari tempat duduk di sebuah meja yang masih kosong, sementara ke delapan orang pengikutnya tak seorang pun berani duduk. mereka berdiri berjajar di belakang tubuhnya.
sambil tertawa Li Bun yang berbisik lagi: "Tampaknya Phang Thian hua ini bukan cuma angkuh terhadap orang lain, sikapnya terhadap anak buah sendiri pun begitu keras dan ketat."
Dalam kesempatan itu Giok yan telah berjalan menghampiri Li Bun yang berdua sambil berkata pelan: "Tengah hari sudah menjelang, perjamuan pun akan segera dimulai tempat duduk yang tersedia makin penuh, Aku lihat kalian berdua tak mungkin bisa mengangkangi sebuah meja untuk sendiri..."
"Nona tak perlu gelisah. " tukas Li Bun yang cepat.
Tiba-tiba terlihat seorang lelaki dengan membawa sebuah panji putih bertulisan warna merah berjalan masuk ke dalam arena perjamuan Para jago dapat melihat tulisan itu dengan jelas sekali, tulisan pada panji putih itu berbunyi: "Hian Hong Kau Cu."
sekalipun perkumpulan Hian hong punya pengaruh yang besar dalam dunia persilatan namun jejaknya sukar dilacak hingga menimbulkan misteri bagi umat persilatan apalagi ketua mereka yang ibarat naga sakti kelihatan kepala tak nampak ekornya, hampir semua jago ingin mengetahui siapa gerangan ketua partai besar ini.
oleh sebab itu tak heran bila para jago dibuat terkejut bercampur keheranan setelah membaca tulisan pada panji yang dibawa lelaki itu. sinar mata semua orang sekali lagi dialihkan kejalan masuk ke arena perjamuan itu, semua orang ingin melihat manusia macam apakah ketua Hian hong yang penuh misteri itu.
"saudara Li, kau kenal dengan ketua Hian hong kau?" tanya Hongpo Lan kemudian.
"Kenal,..."jawab Li Bun yang tersenyum
"Apa " tampaknya Hongpo Lan sangat terkejut.
Dalam perkiraannya, kendatipun pengetahuan Li Bun yang amat luas, tapi mustahil kalau dia pun mengenali ketua Hian hong kau yang penuh misteri itu, karenanya ia bertanya sambil lalu. Siapa tahu ternyata pemuda itu mengatakan kalau kenal, tentu saja kenyataan ini membuatnya merasa amat terkejut
Tampaknya Li Bun yang sudah melihat rasa kaget dan curiga dari Hongpo Lan itu, sambil tertawa katanya kemudian: "Kalau dugaanku tak keliru, ketua Hian hong kau itu bakal duduk semeja dengan kita." "Kalau begitu saudara Li tentu kenal sekali dengan ketua dari Hian hong kau..." seru Hongpo Lan semakin tercengang.
Belum habis ia berkata, tampak lelaki pembawa panji putih itu sudah berjalan menuju ke arahnya.
Di belakang lelaki pembawa panji itu mengikuti tiga orang manusia berdandan aneh, wajah mereka tertutup kain kerudung hitam sedang tubuhnya tersembunyi di balik mantel hitam yang lebar. Mantel itu panjangnya sampai permukaan tanah sehingga sepasang kaki pun tertutup rapat, malahan tangan mereka pun mengenakan sarung tangan berwarna hitam.
Kecuali sepasang mata yang lamat- lamat memancarkan sinar tajam, sulit bagi siapapun untuk melihat macam apakah bentuk rupa dan kulit orang- orang itu, Satu-satu-nya pertanda yang bisa diduga para jago adalah perawakan tubuh yang tersembunyi di balik mantel hitam itu tampaknya kecil dan pendek.
Di belakang tiga orang manusia aneh itu mengikuti seorang kakek bemata satu, Kakek itu membawa sebuah tongkat kayu, wajahnya penuh penyakitan dan mata tunggalnya yang setengah terpejam itu memancarkan sinar yang amat lelah, Di belakang kakek bermata satu itu mengikuti juga empat lelaki kekar berpakaian ringkas hitam, sebilah golok tersoren di pinggang masing-masing.
seperti apa yang diduga Li Bun yang tadi, lelaki pembawa panji putih itu berhenti di depan meja yang ditempati mereka berdua dan menancapkan panjinya di atas tanah.
Selesai menancapkan panji tersebut, lelaki kekar itu segera mengundurkan diri dan berdiri berjajar dengan keempat lelaki bersenjata golok itu. Ketiga orang manusia berkerudung hitam itu langsung mengambil tempat duduk. tak seorang pun di antara mereka yang bertegur sapa dengan Li Bun yang berdua.
Hongpo Lan mencoba berpaling ke arah Li Bun yang, ia saksikan pemuda itu cuma duduk sambil tersenyum, terhadap ketua Hian hong kau yang duduk di sisinya ia seperti tidak melihat.
Tampak kakek bermata satu itu menarik bangku dan segera duduk pula di samping Li Bun yang.
Dengan bertambahnya empat manusia aneh tersebut dalam meja perjamuannya Hongpo Lan segera merasa amat tidak leluasa. Bukan saja ia merasa tidak leluasa untuk bicara, bahkan untuk meletakkan sepasang tangan pun rasanya mengganjal. Tiba-tiba terdengar Li Bun yang dengan ilmu menyampaikan suaranya berbisik: "saudara Hongpo tak usah kelewat tegang, sedikitlah bersantap kita semua adalah orang sendiri"
Dengan perasaan terkejut Hongpo Lan berpikir: "Di atas panji itu sudah jelas tertuliskan ketua Hian Hong kau. Kalau dilihat dari dandanan mereka yang begitu aneh, rasanya dugaanku tidak salah, padahal perkumpulan Hian hong kau adalah suatu organisasi rahasia yang penuh misteri, bagaimana mungkin keturunan generasi ketiga dari keluarga persilatan bukit Hong san punya hubungan yang begitu akrab dengan orang Hian hong kau...?"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, kembali pikirnya: "Jangan-jangan ia sudah terpengaruh oleh sejenis obat dari partai Hian hong sehingga sikapnya berubah...?"
Karena berpendapat dugaannya ini benar, tanpa terasa dia amati wajah Li Bun yang tajam-tajam. Tampak sinar mata Li Bun yang amat jernih dan bersih, sama sekali tidak menunjukkan petanda atau gejala bahwa otaknya sudah dipengaruhi semacam obat. Kebetulan Li Bun yang juga berpaling ke arahnya sambil berseru: "saudara Hong-po..."
Kontan saja Hongpo Lan gelagapan setengah mati, ia gugup tak tahu apa yang mesti diperbuat. Melihat kegugupan pemuda itu, sambil tertawa hambar Li Bun yang menegur: "Kenapa kau?"
sikapnya begitu santai, seakan-akan di sekitar situ tidak hadir orang lain.
Aneka kecurigaan berkecamuk dalam benak Hongpo Lan, tapi dia pun merasa kurang leluasa untuk menanyai Li Bun yang di hadapan ketua Hian hong kau itu apakah ia telah dipaksa minum sejenis obat. Dalam gugupnya ia segera alihkan pokok pembicaraan kesoal lain-
"saudara Li, apa benar teh yang kau minum tadi beracun?" tanyanya.
"sebelum meneguk air teh tersebut aku telah membuat persiapan, jadi air teh itu sesungguhnya telah kutumpahkan keluar,saudara Hongpo tidak usah kuatir."
Tampaknya ia sudah melihat bahwa pertanyaan dari Hongpo Lan itu bukan pertanyaan yang sebenarnya hendak ditanyakan karena itu sambil tertawa ia bangkit berdiri dan pindah ke sisi Hongpo Lan, setelah itu baru katanya pelan: "Meskipun perkumpulan Hian hong kau dianggap umat persilatan sebagai partai sesat namun kenyataan belum tentu berita itu benar. Hubunganku dengan mereka cukup erat, hanya saat ini kurang leluasa bagiku untuk memperkenalkan mereka dengan saudara Hongpo, selesai pertemuan puncak ini, aku pasti akan jelaskan latar belakangnya kepadamu. " Tiba-tiba suara teriakan aneh berkumandang datang, memotong pembicaraan Li Bun yang yang belum selesai.
Ketika Hongpo Lan berpaling, ia saksikan empat manusia berdandan sangat aneh sedang berjalan masuk ke dalam arena perjamuan sambil berkaok-kaok dan berteriak aneh. Gerak-gerik mereka seperti orang yang mabuk arak. langkahnya gontai dan tingkah lakunya ngawur, teriak-teriakannya kasar, kotor dan mesum.
setelah melihat jelas wajah keempat orang itu, dengan wajah serius Li Bun yang berkata: "Keempat orang itu adalah empat manusia buas yang paling memusingkan umat persilatan si Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung "
"Jadi mereka adalah Empat manusia buas yang pernah malang melintang dalam dunia persilatan selama puluhan tahun?" seru Hongpo Lan terkejut.
"Betul, tapi keempat orang ini sudah belasan tahun hidup mengasingkan diri dan tak pernah muncul lagi dalam dunia persilatan konon mereka sudah mati. Tak nyana ternyata mereka masih tetap hidup segar bugar bahkan datang menghadiri pula pertemuan puncak ini."
"Aku pernah mendengar nama keempat manusia buas ini dari pembicaraan ayahku, tapi kalau dilihat wajah mereka rasanya tidak sebuas apa yang dilukiskan orang, Andaikata mereka tidak berdandan aneh, tingkah lakunya tidak jumawa dan ngawur, sulit rasanya bagi orang awam untuk mengenali mereka sebagai manusia berbahaya."
"Betul juga ucapanmu saudara Hongpo. coba mereka tidak berdandan aneh dan nyentrik, tingkah lakunya tidak ngawur dan jumawa, aku sendiri pun tak akan menyangka kalau mereka adalah empat manusia buas"
"Kenapa?Jadi saudara Li sendiri pun baru pertama kali ini berjumpa dengan mereka? Darimana kau bisa tahu kalau mereka adalah empat manusia buas yang termashur dalam dunia persilatan?"
"Walaupun aku belum pernah berjumpa dengan keempat manusia buas ini, namun aku pernah melihat lukisan muka mereka, ditambah lagi sikap mereka yang berteriak-teriak macam orang gila, maka dalam sekali pandang saja aku dapat mengenali mereka "
"Apakah lukisan itu persis seperti mimik muka keempat orang itu sekarang?"
"Lukisan itu paling tidak sudah dilukis oleh ibuku sejak limabelas tahun berselang, Meski sudah selisih waktu belasan tahun ternyata keadaan keempat orang itu serta mimik mukanya sama sekali tidak berubah, dari sini kita dapat simpulkan bahwa tenaga dalam yang dimiliki keempat orang ini benar- benar amat sempurna." Dalam pada itu keempat manusia buas itu telah menghentikan langkahnya dengan sorot mata yang liar mereka awasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian manusia berbaju merah yang berada dipaling depan tertawa terbahak-bahak sambil serunya:
"saudara bertiga, sudah lama kita dengar ketua Hian Hong kau adalah seorang wanita cantik, mari kita tengok bagaimana sih bentuk wajah cantiknya itu."
Ketiga orang rekan lainnya yang memakai baju berwarna hijau, hitam dan putih itu serentak mengiakan, dengan langkah lebar mereka berjalan menghampiri Hong-po Lan sekalian-
Agak berubah wajah Li Bun yang menyaksikan tingkah laku keempat orang itu, bisiknya: "Hati-hati saudara Hongpo, keempat orang ini rata- rata berhati kejam dan buas, sedikit saja salah bicara, jiwa orang bisa melayang "
sementara pembicaraan itu berlangsung, keempat orang tersebut sudah berada dekat dengan meja mereka.
Dengan suara keras kembali manusia berbaju merah itu berseru: "Kami empat bersaudara, Dewa, Iblis, setan dan sukma sudah lama mendengar nama besar ketua Hian hong kau, boleh aku tahu siapakah di antara kalian yang menjadi ketuanya?" Waktu itu keempat lelaki bergolok yang berdiri di belakang meja perjamuan telah menggenggam gagang goloknya sambil bersiap sedia, Tampaknya asal ketua mereka memberi perintah, serentak mereka akan maju melancarkan serangan-
Hongpo Lan mencoba memperhatikan tiga orang manusia berkerudung hitam itu, ia sendiri pun tidak tahu siapa di antara mereka yang merupakan ketua Hian hong kau, maka sambil bersiap siaga, ia amati terus gerak gerik ketiga orang manusia berkerudung itu
Terdengar manusia buas berbaju hijau itu berseru dengan gusar: "Masa dengan mengandalkan nama besar kami berempat sebagai empat manusia aneh dari sin ciu pun belum pantas melihat wajah asli dari ketua Hian hong kau?"
Hongpo Lan berpaling memperhatikan wajah keempat manusia aneh itu, ia saksikan hawa pembunuhan telah menyelimuti manusia- manusia buas itu, rupanya mereka pun sudah siap melancarkan serangan.
Dengan perasaan terkejut segera pikirnya: "Meskipun perkumpulan Hiang hong kau belum lama muncul dalam dunia persilatan namun mereka berkembang sangat cepat, pengaruhnya juga amat luas, sebagai seorang ketua dari suatu organisasi besar, tentu saja ia tak sudi menuruti keempat manusia buas itu. Tampaknya pertarungan sengit di antara mereka tak bisa dihindari lagi hari ini." sementara dia masih berpikir, suara Li Bun yang dengan ilmu menyampaikan suaranya telah bergema lagi: "Dalam lukisannya tentang keempat manusia buas ini, ibuku telah mencantumkan juga keterangan tentang sifat-sifat mereka, Keem-pat manusia ini selain kejam dan buas, mereka pun suka membunuh orang bila pembicaraan terasa tak cocok, sekarang mereka belum juga turun tangan, rupanya hal ini disebabkan mereka sadar bahwa ketua Hian hong kau yang dihadapinya cukup tangguh. Kalau bukan lantaran agak jeri, mustahil mereka mau bersabar sampai sekarang "
"Kedua belah pihak sama-sama merupakan tokoh berkedudukan tinggi dalam dunia persilatan, sekalipun kedua belah pihak sama-sama jeri, aku rasa pertarungan sulit dihindari," sahut Hongpo Lan-
"Aku rasa belum tentu demikian- Asal ketua Hian hong kau tidak melayani tantangannya, delapan puluh persen pertarungan ini tak bakalan berlangsung."
"Yaa, akupun berpendapat perselisihan di antara sesama umat persilatan harus dihindari dalam situasi begini, Yang penting bagi kita sekarang adalah bersatu padu menghadapi pemilik bunga bwee, dengan begitu kesempatan hidup bagi kita jadi lebih besar "
"Ketua Hian hong kau adalah seorang yang sangat pintar, Apa yang bisa kita pikirkan tentu terpikirkan juga olehnya, aku yakin pertarungan ini tak bakal terjadi" pada saat itu si Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung telah menghimpun tenaga dalamnya siap melancarkan serangan. Dengan nama besar serta kemampuan keempat manusia buas itu, bila serangan benar- benar dilancarkan, maka kedahsyatannya pasti ibarat gulungan ombak samudra ditengah badai, Hongpo Lan kuatir pengaruh angin pukulan mereka berempat akan mempengaruhi juga dirinya, maka secara diam- diam ia pun menghimpun tenaga untuk bersiap sedia.
Di saat yang kritis dan pertarungan segera akan dimulai inilah tiba-tiba tampak manusia berkerudung hitam yang duduk di sebelah tengah itu bangkit berdiri, dengan suaranya yang merdu ia menegur: "sudah lama aku kagum dengan nama besar Dewa, iblis, setan dan sukma, sungguh beruntung kita dapat bersua hari ini. "
Manusia buas berbaju putih itu segera tampil ke muka menukas: "Dari suaramu yang merdu dan lembut aku bisa menduga bahwa wajahmu pasti cantik jelita, silahkan kaucu membuka kain kerudung mukamu agar kami empat bersaudara dapat menyaksikan wajah aslimu, Kau harus tahu apa yang sudah kami ucapkan tak pernah ditarik kembali, satu tetap satu"
"Celaka" pikir Hongpo Lan. "Bila empat manusia buas ini mendesak terus dengan kata-kata kasarnya, sebagai seorang ketua sebuah organisasi besar ketua Hian hong kau tak akan mampu manahan diri, pertarungan pasti akan terjadi. "
siapa tahu apa yang terjadi kemudian sama sekali di luar dugaannya, terdengar ketua Hian hong kau itu tertawa terkekeh
"He he he hari ini, kita semua adalah tamu
undangan orang, sebagai tamu kita tak pantas menyusahkan tuan rumah sehingga menghilangkan kegembiraan pemilik bunga bwee.
Apabila kalian berempat benar- benar ingin melihat wajahku, dengan senang hati akan kupenuhi, asal kalian berempat dapat meloloskan diri dari pertemuan hari ini, besok pagi akan kutunggu petunjuk kalian berempat."
Manusia berbaju merah itu tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha kami berempat adalah manusia- manusia
yang senang melihat keindahan sampai waktunya nanti harap kaucu sudi membawa serta tiga orang gadis cantik sebagai teman, sehingga Kami berempat bisa mendapatjatah secara adil perlu gontok-gontOkan sendiri berebut perempuan"
sekali lagi Hongpo Lan merasa terperanjat pikirnya: "Ucapan itu terlalu menghina dan mempermalukan orang, apa mungkin ketua Hian hong kau dapat menahan diri..?" Ternyata ketua Hian hong kau tetap bersikap tenang, sahutnya halus: "Tak sedikit anak buahku berwajah cantik jelita, tapi kalian berempat pun harus memiliki kepandaian yang lebih bila ingin memperoleh pelayanan yang memuaskan."
"Baik, kita tetapkan demikian saja" seru iblis jahat yang berbaju hijau itu cepat. "Bila kaucu ingkar janji, setiap saat, setiap waktu bila kami berempat bertemu dengan anggota Hian hong kau, jangan salahkan kalau akan kubunuh mereka semua"
"sebagai ketua partai aku telah mengadakan janji dengan kalian, masa aku bakal ingkar janji?" sahut ketua Hian hong kau sambil duduk kembali.
Keempat manusia buas itu saling bertukar pandangan sekejap, kemudian bersama-sama mencari tempat duduk di meja dekat situ, sambil menarik sebuah bangku si Dewa buas berteriak ketus: "Eeeh... bagaimana kalau kalian menyingkir dan berikan tempat ini kepadaku?"
sebenarnya meja itu sudah ditempati enam orang lelaki bergolok, dandanan mereka gagah dan angker, Namun setelah mendengar teriak dewa buas itu, ternyata tak seorang pun di antara mereka berani membantah serentak mereka bangkit berdiri dan menyingkir ke tempat lain- Dewa buas, iblis jahat, setan gusar dan sukma murung pun segera menempati meja itu.
si sukma murung yang berbaju putih adalah anggota termuda di antara keempat manusia buas itu. Meski paling muda namun sifatnya justru paling jahat dan berangasan sambil menggebrak meja keras-keras teriaknya: "Hei, tengah hari sudah lewat, kenapa sayur dan arak belum juga di-hidangkan-."
seorang gadis cantik berbaju hijau buru-buru menghampiri dan menyahut sambil tertawa: "Harap kalian berempat menanti sejenak lagi, sayur dan arak segera dihi-dangkan."
iblis jahat yang berbaju hijau dengan cepat menyambar tangan gadis berbaju hijau itu, sambil membetotnya ke dalam pelukan serunya: "sebelum sayur dan arak dihidangkan lebih baik kau temani kami berempat dulu untuk menghilangkan kesal."
"Empat manusia buas ini benar-benar kurang ajar dan bedebah" umpat Hongpo Lan di dalam hati, "Di hadapan umumpun mereka berani berbuat semena-mena, Hmmm suatu saat, manusia macam iniperlu dilenyapkan dari muka bumi"
sementara itu paras muka si nona berbaju hijau yang dibetot ke dalam pelukan iblis jahat telah berubah hebat, tapi hanya sejenak kemudian senyuman kembali telah tersungging di ujung bibirnya, Dengan suara lembut katanya: "Budak memang ditugaskan untuk melayani kebutuhan kalian, Bila ingin sesuatu silahkan saja diutarakan, kenapa sih kalian mesti terburu-buru?"