Pedang Keadilan I Bab 37 : Mewarisi ilmu silat

 
Bab 37. Mewarisi ilmu silat

Manusia berbaju merah itu semakin mendongkol, dengan amarah yang meluap-luap bentaknya: "Tengah hari besok adalah waktu perjamuan yang diselenggarakan majikan kami untuk menjamu para jago dari seluruh kolong langit, sekarang pekerjaanku masih banyak. aku segan berdebat dengan nona..."

"Lalu berapa lama kau bisa menunggu?" tukas si nona. setelah mengangkat kepala memandang cuaca,

manusia berbaju merah itu berkata: "Ia mampu melawan aku sebanyak tiga pu-luh gebrakan tanpa kalah, hitung- hitung ia masih termasuk seorang jago kelas satu dalam dunia persilatan Baiklah, kuberi waktu setengah jam baginya untuk hidup lebih lama."

"Aaah terlalu banyak. aku cuma minta waktu sepeminuman teh saja"

" Hanya sepeminuman teh?" seru manusia berbaju merah itu tertegun, "Maksudmu, setelah lewat sepeminuman teh, maka dia mampu mengalahkan aku?" Di balik nada pembicaraannya itu terselip perasaan tak percaya serta cemoohan.

"Benar, sepeminuman teh kemudian bila kau sanggup menerima tiga jurus serangannya, maka anggap saja kami yang kalah, Aku bersedia menyerah dan menerima semua hukumanmu."

Nada bicaranya yang amat sesumbar ini agaknya cukup menggetarkan perasaan manusia berbaju merah itu. Dengan sorot mata yang tajam dia awasi gadis itu beberapa saat lamanya, kemudian ujarnya: "Aku tetap tidak percaya"

"Kalau begitu coba saja nanti...." kata gadis itu sambil tertawa.

Kemudian sambil menggapai ke arah Lim Han kim, tambahnya: "Coba kau kemarilah" ia lalu balikkan badan dan meninggalkan tempat itu. seakan-akan di balik panggilan itu terselip pengaruh hipnotis yang luar biasa, tanpa disadari Lim Han kim menyahut dan berjalan mengikuti dibelakang tubuhnya.

Gadis berbaju putih itu baru menghentikan langkahnya setelah berjalan sejauh berapa kaki, kepada Lim Han kim katanya seraya tertawa: "Sudah kau dengar semua pembicaraanku tadi? Kini mati hidupku telah kujadikan barang taruhan, maka dalam pertarungan yang segera akan berlangsung kau tak boleh kalah di tangannya"

Dengan sedih Lim Han kim menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya lirih: "Kau toh sudah mengetahui dengan jelas bahwa aku bukan tandingannya, kenapa harus bertaruh dengan cara begitu?"

"Aku yakin kau pasti dapat mengungguli dia. Aku pikir setelah kuserahkan nasib hidupku kepadamu, maka kau pasti akan terangsang untuk membangkitkan kembali semangat juangmu " "Dalam masalah ilmu silat kita hanya bisa andalkan kelincahan dan kekuatan, sekarang terbukti aku bukan tandingannya, meski harus mati aku tak menyesal, tapi kau... kenapa kau mesti melibatkan nasib hidupmu dalam pertarungan ini? Aaai.,. sebentar, kalau aku sudah mulai bertempur, gunakanlah kesempatan ini untuk kabur masuk ke dalam barisan yang kau bentuk itu. "

"Aku sudah berjanji dengan dia, masa kau suruh aku menarik kembali perjanjian ini?"

Lim Han kim menghela napas panjang, -"Aaai kalau

begitu aku.hanya bisa berjuang dengan sepenuh tenaga dan berusaha mencari kesempatan untuk meraih kemenangan meski aku tahu peluang ini sangat kecil Nona, kau harus menjaga diri baik-baik"

Mendadak gadis berbaju putih itu mengeluarkan sebatang jarum emas, katanya: "Percayakah kau dengan ilmu pertabiban-ku?"

"Soal ini,., soal ini. " untuk sesaat Lim Han kim

tertegun dibuatnya.

"Waktu kita sudah tak banyak. kau tak perlu takut," tukas si nona berbaju putih itu cepat, Dari balik wajahnya tiba-tiba muncul senyum kasih seorang ibu terhadap anak-nya. senyuman itu begitu lembut, halus dan penuh kasih sayang, sementara jarum emas di tangannya

pelan-pelan ditusukkan ke atas jalan darah Lim Han kim. Anak muda itu segera merasakan timbulnya hawa bergidik di hati kecilnya, ia tak dapat melukiskan bagaimana perasaan hatinya saat ini. Tahu-tahu dadanya terasa kaku, jarum emas itu sudah menembusi jalan darah Ci kiong hiatnya.

sambil tersenyum gadis berbaju putih itu mengeluarkan sebatang jarum lagi, katanya lebih jauh:

"Balik tubuhmu, jangan takut sekarang kita senasib, jadi tak mungkin aku akan mencelakai dirimu."

Tampaknya Lim Han kini sudah kehilangan kontrol terhadap dirinya, ia tak dapat membantah perintah tersebut pelan-pelan tubuhnya diputar balik membelakangi gadis tersebut

Gadis berbaju putih itu segera menusukkan jarum emasnya di atas jalan darah "Leng tay hiat" di tubuh anak muda tersebut setelah itu sambil tertawa katanya: "sekarang cobalah untuk mengatur pernapasan coba dilihat adakah sesuatu perubahan?"

Lim Han kim mencoba menghimpun hawa murninya dari tan tian, seketika itu juga dia merasakan mengalirnya segulung aliran hawa panas dari urat penting Jin meh dan tok meh yang meluncur dan menyebar ke seluruh tubuhnya seperti air bah yang menjebolkan bendungan Merasakan gejala ini, buru-buru anak muda itu berseru: "Dari dalam dua nadi pentingku terasa aliran hawa panas yang sangat kuat dan deras, aku merasakan tubuhku seolah-olah sedang melayang-layang di tengah udara."

" itulah gejala yang betul, Hawa murni itu terpancing keluar oleh tusukan jarum emasku yang menembusi jalan darah pentingmu, sekarang aliran panas tersebut akan mengalir tiada hentinya, ini berarti juga bahwa tenaga dalammu sekarang ibarat gulungan ombak di sungai Tiang kang yang mengalir keluar tiada putusnya.Jadi sewaktu bertempur nanti, kau tak usah kuatir kehabisan tenaga dalam lagi. "

suara pembicaraan si nona yang semula lembut dan halus kini berubah jadi keren dan serius sekali, lanjutnya: "Ingat baik-baik, jurus kedua dari ilmu pedang naga sakti bernama "Naga air menyeberangi samudra", Bukit golok rimba tombak bagaikan riak air, gelombang gedang tenaga angin terbang di angkasa, dua kata sandi ini harus kau ingat baik-baik, sebab di balik perkataan itulah tersimpan kunci serta inti kekuatan dari jurus ini. ingat terus di dalam benakmu."

Lim Han kim mencoba untuk mengulangi dua kali, setelah itu katanya sambil manggut-manggut: "sudah kuingat" "sekarang dengarkan penjelasanku tentang cara penggunaan jurus pedang itu"

"Aku sudah siap mendengarkan" Tiba-tiba saja Lim Han kim merasakan semangatnya

Gadis berbaju putih itu segera menempelkan bibirnya di sisi telinga anak muda itu, bisiknya: " orang lain tak boleh sampai ikut mendengar "

Bau harum yang segar segera menembusi lubang hidung Lim Han kim bersamaan dengan mendekatnya tubuh gadis berbaju putih itu. Tapi dalam keadaan begini Lim Han kim tak berani berpikiran cabang, seluruh perhatiannya terpusat menjadi satu untuk mendengarkan penjelasan dari gadis berbaju putih itu tentang cara mempraktekkan jurus "naga air menyeberangi samudra."

Pada saat itulah tiba-tiba terdengar manusia aneh berbaju merah itu berteriak lantang: "Aku sudah menunggu sepeminuman teh lamanya"

"sebentar lagi. " sahut gadis itu sambil berpaling dan

tertawa manis. Kemudian ia berbisik lagi disisi telinga anak muda itu. " jurus kelima bernama "Naga terbang burung hong menari" "

"silahkan nona menjelaskan"

"Kau harus ingat baik-baik bait kata ini: Naga terbang menembusi angkasa, Angin mega berubah-ubah. Burung hong menari mengitari bukit, selaksa burung takluk menyembah. " Menyusul kemudian nona berbaju putih

itu mulai menjelaskan arti dari tiap bait kata tersebut, disertakan juga segala perubahan dan kunci-kunci rahasianya.

oleh karena penjelasan itu diberikan sangat cermat, seksama dan amat jelas, tidak susah bagi Lim Han kim untuk mengingatnya di dalam hati. Apalagi pemuda itu sudah memiliki dasar ilmu pedang yang sangat kuat, meskipun jurus pedang yang diwariskan kepadanya saat ini amat mendalam dan luar biasa sehingga sukar untuk dicerna dalam waktu singkat, paling tidak pemuda ini masih bisa mencatatnya di dalam hati.

Mendadak gadis berbaju putih itu mengeluarkan lagi sebatang jarum emas dan langsung ditusukkan kejalan darah Pek hwee hiat di belakang kepala Lim Han kim, katanya kemudian: "Tusukan jarum ini dapat membantu kau untuk memperkuat daya ingatan, dengan demikian semua pelajaran yang baru kau terima tidak mudah terlupakan sekarang kau perlu membuang jauh-jauh semua pikiran dan keruwetan yang masih ada di dalam benakmu, sehingga semua energi dan daya kemampuan yang kau miliki bisa terpusatkan semua untuk menyerap perubahanjurus yang baru kau terima."

Lim Han kim menuruti perkataan gadis itu, dia buang jauh-jauh semua pikiran dan persoalan dari benaknya, kemudian memusatkan seluruh perhatiannya untuk mengingat semua perubahan darijurus pedang yang baru dipelajarinya itu.

Tusukan jarum di atas jalan darah Pek hwee hiatnya sangat membantu mengencerkan otaknya, Begitu pikiran dibuang dari benaknya, maka semua perubahan jurus pedang yang baru dipelajari pun satu persatu melintas di dalam benaknya,

Terdengar manusia berbaju merah itu kembali berteriak dengan suara keras: "sudah selesai belum? Aku mulai tak sabar lagi untuk menunggu."

Dengan penuh kasih sayang gadis berbaju putih itu menggenggam tangan kanan Lim Han kim erat-erat, katanya sambil tertawa: "Sekarang majulah Tak nanti dia mampu menerima dua jurus serangan pedangmu itu"

"Nona juga harus baik-baik menjaga diri"

Pelan-pelan dia lepaskan tangan kanannya yang digenggam gadis itu, kemudian dengan langkah lebar berjalan maju ke tengah arena.

"Jangan lupa" teriak gadis berbaju putih itu lagi. "Aku telah serahkan semua mati hidupku kepadamu, kau tak boleh menderita kekalahan di tangannya."

Lim Han kim merasakan semangatnya berkobar-kobar, hawa murni yang mengalir dalam tubuhnya bergelora terus ibarat gelombang dahsyat yang menjebolkan bendungan Dalam keadaan seperti ini dia hanya ingin bertarung sepuas-puasnya untuk menyegarkan badannya yang dipenuhi dengan hawa murni itu.

Bersamaan waktunya dengan kemunculan Lim Han kim di tengah arena, manusia berbaju merah itu menyongsong pula ke depan dengan langkah pelan- selisih jarak di antara mereka berdua sekarang tinggal beberapa depa, karena itu begitu saling menyongsong mereka pun bertemu muka satu sama lainya.

Ketika jarak mereka tinggal dua depa maka kedua belah pihak pun sama-sama menghentikan langkahnya dan bersiap sedia melancarkan serangan.

Pelan-pelan Lim Han kim mengangkat pedang pendeknya dan siap melepaskan sebuah serangan, Apa yang terpikir di dalam benaknya saat ini hanya satu hal, yakni bagaimana caranya mengalahkan manusia berbaju merah itu.

Sebaliknya manusia berbaju merah itu sendiri merasa amat terkesiap setelah dari sorot mata Lim Han kim ia melihat pertanda kemajuan tenaga dalam yang diperoleh pemuda tersebut serta semangat tempurnya yang berkobar kobar, tanpa terasa piklrnya: "Tak nyana bocah muda ini betul-betul telah mengalami perubahan, Masa di dalam waktu sesingkat ini bocah perempuan berbaju putih itu betul-betul dapat membuat tenaga dalamnya mengalami kemajuan sedemikian pesatnya? seandainya kejadian tersebut memang benar, waaah,., aku sungguh merasa tidak percaya "

Dengan cepat sepasang matanya yang tajam dapat menangkap jarum-jarum emas yang menancap di dada, punggung serta belakang kepala pemuda itu, Tapi dia tak punya kesempatan untuk berpikir lebih jauh, karena pada saat itulah Lim Han kim telah menusuk dadanya dengan menggunakan jurus "awan tebal dari angkasa luar."

oleh karena sudah keder lebih dulu sebelum bertarung, manusia berbaju merah itu tak berani menyongsong serangan tersebut dengan kekerasan ia segera mengegos ke samping untuk menghindarkan diri, sementara tangan kanannya bergerak cepat berusaha mencengkeram pergelangan tangan kanan lawannya.

Lim Han kim segera merendahkan pergelangan tangan kanannya ke bawah, tiba-tiba saja pedangnya berbalik ke atas langsung menusuk bagian atas tubuhnya, pemuda ini cukup mengerti akan kehebatan musuhnya sehingga kewaspadaannya ditingkatkan-

Dia mengerti bahwa penggunaan jurus pedang biasa tak mungkin bisa melukai lawannya itu, maka ketika pedangnya berbalik menusuk ke atas, di tengah jalan secara mendadak ia merubah kembali gerak serangannya. sementara itu si manusia berbaju merah ini tak berani bertarung seperti tadi lagi, jurus dibalas jurus, gerakan dibalas gerakan Dia takut dirinya terjebak oleh perangkap musuh apabila bertindak secara gegabah.

Begitu melihat gerakan pedang lawan membalik ke atas mengancam tenggorokannya, buru-buru dia melompat ke belakang untuk meng hindarkan diri.

sampai detik terakhir dalam benak Lim Han kim masih membayangkan terus perubahan jurus ilmu pedang naga sakti yang baru dipelajarinya. Melihat ada kesempatan baik di depan mata ia tak mau menyia-nyiakan dengan begitu saja.

Dengan bergerak mundurnya manusia berbaju merah itu ke belakang, tanpa sadar pihak lawan telah memberi kesempatan pada Lim Han kim untuk menggunakan jurus serangan dari ilmu pedang naga sakti. Kaki kirinya segera bergeser menuju posisi "kan", sementara kaki kanannya berdiri dengan ujung kaki menempel permukaan tanah, Menggunakan gerak langkah Pat kwa yang dikombinasikan dengan Kio kiong, pedang pendeknya disodokkan kearah dada lawan dari kejauhan,

Menyusul gerakan pedang pendeknya itu, dia bersenandung: "Bukit golok rimba tombak bagaikan riak air, gelombang pedang tenaga angin terbang di angkasa " sebenarnya manusia berbaju merah itu hendak menegur ketika melihat anak muda itu hanya bersenandung setelah mengangkat pedangnya. Belum sempat teguran itu diluncurkan keluar, tiba-tiba terlihat cahaya tajam berkelebat-lebat, tahu-tahu pedang Lim Han kim berikut orangnya sudah menerjang maju ke depan.

Terpaksa dia mengayunkan telapak tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan, sementara tubuhnya berkelit ke sisi kiri, siapa tahu belum sempat tubuhnya berdiri tegak. lagi-lagi pedang Lim Han kim mengancam dadanya.

Tak terlukiskan rasa terkejut orang berbaju merah- itu. Buru-buru tubuhnya berkelit ke sana ke mari sedangkan sepasang tangannya melancarkan serangkaian bacokan.

Terlihat ujung baju anak muda itu berkibar ditengah hembusan angin pukulan, Tu-buhnya juga berputar tiada hentinya seperti gangsingan, setiap kali ancaman pukulan itu hampir mengenai tubuhnya selalu berhasil dihindari secara gesit dan lincah, sementara pedang di tangan pemuda itu seperti besi berani bertemu dengan logam padat Ke manapun ia berusaha menghindar ujung pedang lawan tak pernah bergeser dari depan dadanya.

Terkejut, marah dan penasaran bercampur aduk dalam perasaan manusia berbaju merah itu. sepasang tangannya membacok berulang kali, sedang tubuhnya juga menghindar ke kiri kanan mengikuti gerak serangannya, Dalam sekejap mata ia sudah melepaskan dua puluh empat buah pukulan dan bergeser dalam dua belas posisi yang berbeda.

Akan tetapi pedang di tangan Lim Han kim itu tak pernah meninggalkan posisinya di depan dadanya, seperti sudah menjadi satu dengan bayangan tubuhnya saja. Ke mana pun dia pergi, senjata tersebut menempel terus secara ketat.

sepintas lalu perbuatan kedua orang itu seperti anak- anak yang sedang bermain petak, saling mengejar saling menghindar

Sampai lama sekali belum terlihat salah satu di antara mereka yang melepaskan serangan, padahal mereka berdua telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk menunggu kesempatan terbaik.

setelah puluhan buah serangan yang dilancarkan manusia berbaju merah itu gagal mendesak mundur Lim Han kim, ia tak mau melepaskan serangan lagi secara gegabah, seluruh perhatiannya segera dipusatkan ke ujung pedang anak muda itu. ia sedang menunggu kesempatan yang baik untuk melancarkan gempuran yang dapat merobohkan lawannya.

sebaliknya pedang Lim Han kim meski selalu menempel di depan dada manusia berbaju merah itu, namun dia pun tak pernah berhasil menyodokkan senjatanya ke depan, Hal ini dikarenakan dia pun gagal menemukan kesempatan yang baik untuk mengirimkan serangan mautnya.

Butiran keringat sebesar kacang kedelai mulai jatuh bercucuran membasahi wajah Lim Han kim. Kini kedua belah pihak sudah terjebak dalam posisi saling menunggu, pemuda itu merasa bahwa seluruh tubuhnya saat ini sudah berada dalam kurungan bayangan telapak tangan manusia berbaju merah, Hal ini berarti sedikit saja dia lengah, maka dirinya akan terluka oleh gempuran lawan,

Manusia berbaju merah itu pun mempunyai pikiran yang sama dengan Lim Han kim, Dia merasa pedang anak muda itu selalu mengancam bagian mematikan di dadanya, asalkan pergeseran tubuhnya terlambat setengah langkah saja maka jiwanya akan berada di ujung tanduk.

Kendatipun orang lain tak bisa melihat mimik mukanya karena terkerudung kain merah, tapi dari napasnya yang kedengaran mulai memberat bisa disimpulkan bahwa orang ini mulai kelelahan-

Apabila situasi seperti ini dibiarkan berlangsung terus, pada akhirnya kedua belah pihak akan sama-sama mati kelelahan, Namun posisi sudah berubah jadi simpul mati, siapa pun enggan menjadi orang pertama yang melepaskan posisi mati ini, lagipula siapa pun tidak berani mencabangkan pikiran untuk memikirkan persoalan tersebut.

Tiba-tiba terdengar gadis berbaju putih itu berseru: "Dia sudah tak mampu melancarkan serangan balasan, cepat kau rubah jurus pedangmu"

Teriakan ini dapat juga didengar manusia berbaju merah itu dengan jelas, tapi ia sudah tak mampu memperbaiki posisinya untuk melancarkan serangan balasan.

Diam-diam Lim Han kim menghimpun hawa murninya.

Aliran hawa panas yang meluncur keluar dari Jin meh serta tok meh nya terasa makin lama semakin deras dan menghebat, semangatnya seketika berkobar kembali jurus pedang pun segera diubah menjadi jurus "naga terbang burung hong menari",

Dalam sekejap mata selapis cahaya hijau menyelimuti seluruh angkasa dan memercikkan cahaya berkilauan yang beribu-ribu banyaknya, Kontan saja manusia berbaju merah itu dibuat kalang kabut tidak karuan, Dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya, dia lepaskan dua pukulan dahsyat, Maksudnya dia ingin membendung serangan pedang anak muda tersebut sementara tubuhnya bergerak mundur dari situ siapa tahu cahaya hijau yang menyebar di angkasa itu tahu-tahu sudah mengurung sekujur badannya. Manusia berbaju merah itu jadi amat terkesiap. cepat- cepat ia melepaskan satu sodokan dengan jurus "melukis naga menutul mata."

Terasa hawa dingin yang menusuk tulang mendadak menggulung tiba, tergopoh-gopoh dia menarik kembali tangan kanannya yang dipakai untuk menotok itu.

Cahaya tajam yang menggulung datang itu mendadak menyapu ke atas, seluruh badan manusia berbaju merah itu segera terkurung di balik cahaya pedang ini. Tergesa- gesa orang itu menarik hawa murninya sambil menjatuhkan diri ke belakang, Dia ingin menggunakan gerakan "ikan emas melentik" untuk meloloskan diri dari gempuran itu.

siapa tahu gerak serangan pedang dari Lim Han kim jauh lebih cepat dari pada gerakan tubuhnya, Tahu-tahu cahaya tajam telah menyapu datang dengan kecepatan luar biasa.

Manusia berbaju merah itu buru-buru menarik tengkuknya ke bawah untuk menghindar, tiba-tiba saja kepalanya terasa dingin sekali. Ternyata topi yang dikenakan itu sudah terbabat robek oleh sapuanpedang Lim Han kim, malahan sebagian besar rambutnya ikut pula terpapas rontok. sambil menarik kembali pedangnya Lim Han kim berseru dingin: "Maaf... maaf. "

Dengan sepasang mata terbelalak lebar karena terkejut bercampur heran, manusia berbaju merah itu mengamati Lim Han kim beberapa saat, kemudian dia mengalihkan pula pandangannya ketubuh gadis berbaju putih itu, sampai lama kemudian ia baru berkata: "Tengah hari besok aku pasti akan minta petunjuk kalian berdua lagi, sekarang silahkan kalian berdua masuk ke dalam barisan."

Habis berkata pelan-pelan dia membalikkan badan dan berlalu meninggalkan tempat tersebut Berhubung kain kerudung mukanya belum terlepas, maka susah untuk melihat perubahan mimik wajahnya, tapi kalau didengar dari nada suaranya, jelas ia merasa sedih dan putus asa.

"Tahan" seru gadis berbaju putih itu sambil tertawa, "Nona masih ada petunjuk lain?" Manusia berbaju

merah itu berhenti dan menoIeh.

sambil tertawa gadis itu berkata: "sebelum bertarung tadi kita kan sudah bertaruh, jikalau dia kalah maka aku akan menyerahkan diri untuk menerima hukuman, sebaliknya apabila kau yang kalah maka kau harus mengajak kami pergi menjumpai pemilik bunga bwee, masa kau hendak mungkir?" Manusia berbaju merah itu termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya: "Kau anggap setiap orang bisa menjumpai pemilik bunga bwee? Turuti saja nasehatku, kalian tak usah berjumpa dengannya."

"sebetulnya tusukan pedangnya tadi dapat mencabut nyawamu atau paling tidak membuat kau cacad seumur hidup, Kami sengaja membiarkan kau tetap hidup karena aku berharap kau bisa membawa kami pergi menjumpai pemilik bunga bwee."

"Tengah hari besok majikan kami akan menjamu semua jago dari seluruh kolong langit ditempat ini, toh sama saja kalian dapat menjumpainya besok siang?" Habis berkata kembali dia meneruskan perjalanannya meninggalkan tempat itu.

"Hei, perkataanmu sebenarnya bisa dipercaya tidak?" hardik nona berbaju putih itu gusar.

"Aku hanya bermaksud baik terhadap kalian, tapi jika kamu berdua tetap bersi-keras, yaa apa boleh buat, tentu saja aku akan menghantar kalian untuk pergi menghadapnya"

"Aku hendak membujuk dia, agar berubah piklran dan tak usah menjamu para jago dari seluruh kolong langit."

"Selama hidup majikan kami tak pernah mau menuruti nasehat orang" "Apabila dia enggan mendengarkan nasehatku, paling tidak aku pun akan mengajak dia untuk bertaruh."

Sejak topi yang dikenakan manusia berbaju merah itu terpapas robek oleh senjata Lim Han kim, sebagian rambutnya terurai keluar hingga berterbangan karena hembusan angin, Tapi berhubung raut wajahnya tak nampak karena berkerudung maka orang ini kelihatan jadi amat menyeramkan Sepasang matanya yang tajam tiada hentinya berputar mengamati wajah gadis berbaju putih itu, kemudian katanya:

"Baik ilmu silat maupun kecerdasan majikanku berpuluh kali lipat lebih hebat daripada diriku, sekalipun nona akan turun tangan sendiri pun, aku yakin kau masih bukan tandingannya."

Tampaknya dia masih berusaha keras untuk menghindar dan mencegah gadis berbaju putih itu untuk pergi menghadap pemilik bunga bwee.

"Tak usah kau turun tangan sendiri pun kami tetap bisa mengungguli dirinya, kalau tak percaya lihat saja nanti" kata gadis itu ketus.

Tiba-tiba nada suara manusia berbaju merah itu berubah jadi dingin sekali, tegurnya: "Jadi kau tetap bersikeras hendak menjumpainya?"

"Tentu saja" "Baiklah" kata orang itu kemudian sambil menghela napas panjang, "Sekali pun aku bakal dibunuh karena perbuatan ini, kalian pun jangan harap bisa lolos dalam keadaan hidup, mari ikut aku" Dengan langkah lebar dia meneruskan perjalanannya.

Tiba-tiba gadis berbaju putih itu mempercepat langkahnya menyusul di belakang manusia berbaju merah itu, katanya: "Kau tak usah takut, Bila aku berhasil membujuk pemilik bunga bwee, aku tentu tak akan membiarkan kau dihukum mati."

"Menurut apa yang kuketahui, barang siapa yang pernah berjumpa dengan majikan kami, tak seorang pun di antara mereka yang bisa hidup segar bugar di dunia ini."

"Aku akan menjadi orang yang terkecuali dalam kebiasaan itu."

Manusia berbaju merah itu merasa gusar bercampur mendongkol dia tidak menanggapi perkataan gadis itu, langkahnya malah semakin dipercepat.

Gadis berbaju putih itu segera menggapai ke belakang, Lim Han kim menyusul ke -depan dan berjalan bersanding dengannya, bisiknya: "Ada perintah apa nona?" "Kita akan segera berjumpa dengan pemilik bunga bwee, takut tidak kau..?"

"Mati hidupku tak usah dipersoalkan, justru keselamatan nona itulah yang penting sekali, Apabila nasib kita kurang baik sehingga tewas di tangan pemilik bunga-bwee, lantas siapa yang bisa memimpin pertemuan besar yang akan berlangsung tengah hari besok. " 

"Ucapan saudara ini tepat sekali" sela manusia berbaju merah itu sambil tiba-tiba berhenti "Dari sekarang hingga tengah hari esok tinggal selisih waktu sepuluh jam, cepat atau terlambat bertemu dengan majikan kami toh sama saja, nona Lebih baik kau tak usah bersikeras dengan pendapatmu itu. "

"Aku tahu, kau bukan bermaksud baik, dengan bujukanmu itu kau hanya takut mengajak kami berjumpa dengan majikanmu karena kuatir nyawamu bakal melayang."

"Perguruan bunga bwe mempunyai peraturan pcrguruan yang sangat ketat sebelum mendapat persetujuan dari majikan kami, maka siapa pun dilarang mengajak orang lain untuk pergi menjumpainya, Apabila sekarang aku membawa kalian pergi menjumpainya, maka sesuai dengan aturan aku bakal dibunuh olehnya." Gadis berbaju putih itu termenung sambil berpikir berapa saat lamanya, setelah itu katanya: "Jelek-jelek begitu kau masih terhitung seorang jagoan gagah, Meskipun terancam oleh kematian, namun kau tak mau mengingkari janji dengan begitu saja, Baik-lah Menjumpai majikanmu sih aku tetap akan menjumpainya, hanya kau tak perlu menghantar kami..."

Kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya: "seandainya kami dapat mencarinya sendiri, hal ini tentunya tak akan menyusahkan dirimu bukan?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu lepaskan saja kain kerudung mukamu, Asal aku dapat melihat raut wajah aslimu, maka kau tak perlu mengantar kami lagi untuk pergi menjumpai pemilik bunga bwee,"

sebenarnya ini hanya permintaan sederhana dan bagi manusia berbaju merah tersebut bisa dilakukan dengan gampang sekali, siapa tahu orang itu justru seperti menghadapi persoalan yang maha sulit, untuk sesaat ia ragu dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.

Tiba-tiba gadis berbaju putih itu tertawa dingin,jengeknya: "Kalau dilihat perbuatanmu yang pegang janji, jelas asalmu tentu dari perguruan aliran lurus. seandainya dalam dunia persilatan benar-benar terdapat perguruan bunga bwee, bagaimana pun rahasia dan ketatnya cara kerja mereka, dalam dunia persilatan pasti akan tersiar berita tentang keberadaannya, tapi kenyataannya sekarang tak seorang pun pernah mendengar tentang perguruan bunga bwee"

sekujur tubuh manusia berbaju merah itu mendadak gemetar keras, jelas hatinya sedang bergolak dan mengalami tekanan yang luar biasa.

"Betul juga perkataan ini," pikir Lim Han kim. "Perkumpulan Hian hong kau begitu ketat dan rahasia, tapi dalam dunia persilatan toh tersebar juga kabar berita tentang perkumpulan ini, sedangkan perguruan bunga bwee memiliki kekuatan yang begini luar biasa, mana mungkin tak ada orang yang pernah membicarakan-nya?"

sementara dia masih berpikir, gadis berbaju putih itu sudah berkata lebih lanjut: "oleh karena itu aku berani memastikan kau pasti bukan berasal dari perguruan bunga bwee."

Dengan sepasang mata yang tajam manusia berbaju merah itu mengawasi wajah si nona berbaju putih itu tiada hentinya, kemudian pelan-pelan dia melepaskan kain kerudung merah yang menutupi wajahnya. Ternyata orang itu memiliki kulit muka yang putih dan bersih, panca inderanya sempurna. sesungguhnya dia terhitung seorang lelaki yang tampan tapi anehnya pada sepasang pipinya masing-masing tertera sebuah lambang bunga bwee yang jelas sekali Tampaknya lambang itu dicap khusus dengan besi yang dipanaskan dalam api, lebarnya mencapai satu inci persegi. Dengan adanya lambang ini, maka wajahnya yang semula tampan pun jadi rusak sama sekali.

sembari mengenakan kembali kain kerudung merah pada wajahnya, orang itu ber-kata:

"Aku telah memenuhi permintaan no-na" Kemudian tanpa membuang waktu lagi dia putar badan dan berlalu dari situ dengan langkah tergesa-gesa.

sambil memandang bayangan punggung manusia berbaju merah itu, Lim Han kim berdiri termangu-mangu, hingga bayangan tersebut lenyap daripandangan mata dia baru menghela napas panjang seraya berkata: "sebenarnya apa yang telah terjadi?"

Gadis berbaju putih itu tidak menjawab. setelah menengadah memandang cuaca baru ujarnya: "Bimbinglah aku kembali ke dalam barisan, aku harus beristirahat sebentar dengan tenang"

sesungguhnya banyak persoalan aneh yang ingin ditanyakan pemuda ini, tapi ketika dilihatnya gadis itu sudah membungkam diri sambil termenung, dia pun urungkan niatnya itu, ia tahu, gadis tersebut sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

Ketika mereka berdua kembali ke dalam barisan, Han Si Kong sudah tak sabar lagi menunggu, Beberapa kali hampir saja dia hendak menerjang keluar dari barisan untuk mencari rekannya, untung saja siok bwee berhasil menghalangi niatnya itu. Dayang itu baru merasa lega setelah melihat majikannya kembali dengan selamat didalam barisan. "Ke mana sih kalian telah pergi?" Han Si Kong segera menegur

"Panjang sekali untuk diceritakan Mes-kipun hanya dalam waktu yang amat sing-kat, namun apa yang kusaksikan dan kudengar cukup membuat pikiranku bingung selama tiga hari tiga malam"

"sebetulnya apa yang telah terjadi? Cepat katakan"

Gadis berbaju putih itu mendekati Lim Han kim dan mencabut lepas jarum-jarum emas yang menempel di tubuhnya itu, kemudian katanya: "Barusan kau telah melangsungkan pertarungan sengit melawan orang itu, banyak tenaga murnimu yang terbuang, sekarang kau harus beristirahat dengan tenang."

setelah jarum emas itu dicabut lepas, tiba-tiba saja Lim Han kim merasakan tubuhnya lelah sekali, tanpa sadar dia pejamkan matanya untuk beristirahat. Gadis berbaju putih itu sendiri segera merebahkan diri ke atas tanah sambil mencabut lepas jarum emas dari tubuhnya, siok bwee segera mengambil sebuah selimut dan ditutupkan ke atas badan nona itu.

Menyaksikan semua adegan ini Han Si Kong hanya bisa berdiri terbelalak dengan mulut melongo, bisiknya kemudian kepada siok bwee. "sebenarnya apa sih yang telai terjadi?"

"Mereka sangat lelah, sekarang harus beristirahat dulu secukupnya untuk mengembalikan kondisi badan, lebih baik jangan kau ganggu dulu mereka berdua."

semenjak muda Han Si Kong sudah ber-kelana, dalam dunia persilatan, pengetahuan serta pengalamannya luas sekali, namun ia belum pernah menjumpai kejadian seperti hari ini. Tak heran kalau orang tua tersebut jadi gelagapan dan termangu-mangu tak tahu apa yang mesti dilakukannya.

sementara itu siok bwee sudah duduk berjaga disisi gadis berbaju putih itu. Di antara kerutan alisnya terlihat rasa murung dan kesalnya yang amat mendalam.

sebetulnya Han Si Kong ingin mengajukan berapa pertanyaan untuk menghilangkan rasa herannya, tapi setelah melihat sikap siok bwee yang begitu dingin dan hambar, ia tak berani buka suara lagi, takut kalau ketanggor batunya. Hiang lan yang biasanya lincah dan tak pernah diam, kinipun berdiri kaku di belakang siok bwee dengan alis mata berkernyit saat ini benar-benar suatu pemandangan yang mengenaskan, setiap orang seakan-akan dibebani masalah yang amat berat, Mereka harus menunggu dengan wajah murung, padahal pikirannya kosong melompong. siapa pun tak dapat menjawab apa sebenarnya yang sedang mereka nantikan?

Akhirnya Han Si Kong tak sanggup menahan diri lagi, sambil melompat bangun, katanya: "Kalian berdua tunggulah di sini, aku hendak jalan-jalan sebentar di luar barisan"

"Barisan ini mempunyai perubahan yang tak terhingga, mampukah Kau meninggalkan tempat ini?" tegur siok bwee sambil mendongakkan kepalanya.

Han Si Kong mendengus dingin, di luar dia tetap membungkam diri, sedang di hati kecilnya dia mengumpat dengan marah: "Aku tak percaya hanya mengandalkan beberapa batang bambu itu bisa mengurung aku di sini,"

Ketika ia mengangkat kepalanya kembali tiba-tiba terlihat olehnya berpuluh orang manusia berbaju hitam sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, Pada bahu orang-orang itu terlihat seonggok kayu bakar yang segera ditumpahkan di luar barisan. Mereka bekerja sangat cepat dan tidak menimbulkan suara, Dalam waktu singkat sekeliling barisan bambu itu sudah penuh dengan kayu-kayu bakar. sebenarnya Han Si Kong hendak melaporkan kejadian ini kepada siok bwee dan Hiang lan, tapi ketika dilihatnya seluruh perhatian mereka berdua sedang dicurahkan ketubuh gadis berbaju putih itu, dan seakan-akan tidak memperhatikan urusan lain, maka dia pun urungkan niatnya itu.

Meskipun usia Han Si Kong sudah mencapai lima enam puluh tahunan, namun sifat kanak-kanaknya ternyata belum hilang, sikap kedua orang dayang itu segera membuat hatinya amat mendongkol pikirnya: "Hmmmm... umurku sudah setengah abad lebih, masa aku tak bisa mengendalikan perasaanku jauh melebihi kalian dua orang budak ingusan..? Baik, kita tunggu saja terus, paling banter mereka membakar kayu-kayu bakar itu dan membinasakan kita semua di sini. Beruntung aku lebih tua daripada kalian, paling tidak aku toh hidup lebih lama daripada kalian-"

Terlihat tumpukan kayu bakar itu makin lama semakin bertambah banyak. dalam waktu singkat bukan saja sekeliling barisan itu sudah tertutup rapat, bahkan pemandangan di luar barisan pun sudah tak terlihat lagi karena gundukan kayu bakar itu. Hingga detik itu siok bwee serta Hiang lan masih belum menyadari akan datangnya bahaya itu. seluruh perhatian mereka masih tercurahkan ketubuh gadis berbaju putih itu, agaknya mereka sedang bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan-

Melihat itu Han Si Kong berpikir lagi: Jangan-jangan kedua orang dayang ini sedang memusatkan perhatiannya pada kesehatan majikannya hingga tidak memperhatikan situasi di luar barisan? Kalau memang begitu, aku perlu memberitahukan kejadian ini kepada mereka "

Berpikir sampai di sini, ia pun mendehem beberapa kali sambil menegur: "Nona berdua "

siok bwee berdua tidak berpaling, bahkan seperti tidak mendengar sama sekali panggilan tersebut.

Han Si Kong amat mendongkol dengan memperkeras suaranya ia berteriak lagi: "Hei, kalian sudah mendengar belum panggilanku"

"sstt Bagaimana kalau Jangan bicara dulu?" tukas

siok bwee sambil gelengkai kepalanya, sedangkan Hian lan segera menempelkan ujung jari telunjuknya di atas bibir pertanda agar ia tidak berbisik. Han Si Kong bertambah jengkel, setelah mendengus dingin ia tidak berbicara lagi Matahari mulai tenggelam di langit barat, senja pun mulai menjelang tiba.

Pertama-tama Lim Han kim dulu yang bangun dari tidurnya, ia membuka mata sambil memperhatikan sekeliling tempat itu, tapi begitu melihat tumpukan kayu bakar di luar arena barisan, dengan perasaan terkesiap serunya: "saudara Han, siapa yang menumpuk kayu-kayu bakar itu di luar arena barisan kita?"

"Tentu saja anak buah pemilik bunga bwee" "Mereka sengaja menumpukkan kayu bakar itu di

sekeliling arena, berarti mereka punya rencana untuk membakar mati kita semua di sini."

"Aku rasa pendapatmu itu sangat tepat" Lim Han kim jadi keheranan sekali melihat rekannya itu sedang mendongkol bercampur jengkel, tegurnya sambil tertawa: "saudara Han, kau lagi jengkel dengan siapa?"

"siapa lagi kalau bukan dua orang dayang itu, saudara Lim. Cepat kau mencari akal untuk keluar dari barisan ini, aku ingin menjajal kemampuanku dengan budak-budak itu, Lihat siapa yang lebih tahan uji"

Lim Han kim sudah cukup lama bergaul dengan orang tua itu, ia cukup memahami sifat maupun tabiatnya, maka sambil tersenyum bujuknya: "saudara Han, buat apa kau mesti ribut dengan perempuan macam mereka...?"

"Betul juga perkataan ini," pikir Han Si Kong, " orang setua aku ini kenapa mesti jengkel dengan bocah perempuan?" sambil tertawa geli katanya kemudian- "Benar juga perkataan saudara Lim, cuma dua orang budak itu menjengkelkan sekali, sudah tahu kalau musuh sedang menumpuk kayu bakar di luar barisan untuk membakar mati kita semua, ternyata berapa kali peringatanku sama sekali tidak mereka gubris, coba bayangkan siapa yang tidak mendongkol diperlakukan begini, Hmmm itulah sebabnya aku ingin melihat, dia atau aku yang tak takut mati"

Diam-diam Lim Han kim tertawa geli di dalam hati, pikirnya: "Tak salah lagi kalau orang bilang, orang tua yang sudah mencapai usia enam puluh tahunan, sifatnya akan kembali seperti anak-anak kecil... buktinya saudara Han juga begini. "

Perlu diketahui selama puluhan tahun Han Si Kong berkelana dalam dunia persilatan justru lantaran sifat kesetiaan kawan serta kehangatan hatinya inilah ia selalu berhasil terlepas dari bahaya maut, Ketika ia mengangkat kepalanya kembali, tampak dua orang dayang itu sedang menggenggam tangan majikannya sambil duduk bersila, telapak kanan masing-masing ditempelkan pada telapak tangan gadis berbaju putih itu. Rupanya mereka sedang menggunakan tenaga dalam masing-masing untuk membantu majikannya agar lebih cepat sadarkan diri.

sambil menghela napas panjang Lim Han kim berkata: "Dia tak lebih hanya seorang gadis lemah yang penyakitan, tapi sikapnya terhadap mati hidup begitu hambar sebaliknya kita lelaki sejati yang masih gagah danperkasa, kalau tak bisa bersikap sama seperti dia sungguh merupakan kejadian yang memalukan."

"Kebanyakan orang yang diberi kecerdasan luar biasa, keberaniannya pasti melebihi orang biasa "

"Kini kita sudah terjebak dalam situasi yang berbahaya sekali jikalau tumpukan kayu bakar di luar arena itu sampai di-bakar, dapat dipastikan kobaran api yang membara di sekitar tempat ini luar biasa hebatnya, Kita harus memikirkan jalan keluarnya dengan cepat, biar kubantu untuk menyadarkan nona Pek"

Ia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri gadis berbaju putih itu, telapak tangannya segera ditempelkan ke atas jalan darah Mia bun hiat dipunggungnya, segulung aliran hawa panas dengan cepat menyusup masuk ke dalam tubuh gadis itu.

Kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya jauh melebihi kemampuan dua orang dayang itu. Tak selang berapa saat kemudian air muka si nona berbaju putih yang semula pucat pias itu kini berubah menjadi semu merah, kemudian sepasang matanya yang terpejam pun pelan-pelan terbuka kembali....

Melihat majikannya telah sadarkan diri, siok bwee menghembuskan napas lega sambil berseru: "Nona, hampir saja budak berdua mati ketakutan-.."

Gadis berbaju putih itu memperhatikan sekejap sekeliling arena barisan, la lu sambil tertawa ia berpaling kearah Lim Han kim sembari katanya: "Mereka ingin menggunakan api untuk membakar kita."

"Benar, saat ini sekeliling barisan telah ditumpuk kayu- kayu bakar yang cukup membakar tempat ini selama tiga empat jam. Tak usahlah api tersebut sampai merambat masuk ke dalam arena, hawa panas serta asap yang ditimbulkan oleh kebakaran itu pun sudah cukup menghanguskan kita semua di tempat ini. "

Mendadak Han Si Kong tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha selama puluhan tahun aku berkelana dalam

dunia persilatan, penjara air pernah kucicipi, luka bacokan atau tusukan juga sering kualami, hanya satu yang belum pernah kurasakan yaitu di panggang oleh kobaran api. sungguh beruntung aku mendapat kesempatan pada hari ini untuk mencicipinya. Bagaimana pun aku toh sudah hidup enam puluh tahunan di dunia ini, meskipun harus mati terbakar pun tidak termasuk orang yang berumur pendek." Lim Han kim tahu orang tua ini masih jengkel dengan kedua orang dayang tersebut sebenarnya dia hendak membujuknya dengan beberapa patah kata, namun untuk sesaat dia pun tak tahu apa yang mesti diucapkan, akhirnya pemuda ini pun hanya membungkam diri.

Gadis berbaju putih itu termenung sebentar, kemudian sambil melirik Hiang lan dan siok bwee sekejap. tegurnya: "Tentu kalian berdua telah menyalahi Han locianpwee, ayo cepat minta maaf kepada-nya."

Dua orang dayang itu tak berani membantah, setelah bertukar pandang sekejap mereka maju ke muka dan memberi hormat seraya berkata: "orang bijaksana tak akan menyalahkan orang kecil, Kami masih muda dan tak tahu diri, bila telah menyakiti hati Han locianpwee, harap penghormatan ini dianggap sebagai permintaan maaf kami." selesai berkata, mereka benar-benar membungkukkan badan memberi hormat.

Dengan kejadian ini Han Si Kong malah dibuat rikuh sendiri, buru-buru serunya: "Ha ha ha... mana, mana... masa aku setua ini juga akan mendongkol lantaran kalian bocah perempuan-..."

Dengan alis mata berkenyit Hiang lan berseru: "Han locianpwee, kami berdua toh sudah minta maaf kepadamu, dengan sendirinya rasa gusar Han locianpwee juga ikut lenyap bukan? Tapi sampai sekarang kami berdua masih belum tahu, kapan sih kami telah menyalahi diri cianpwee,.,"

"Yaa, harap locianpwee sudi memberi petunjuk. sehingga di kemudian hari tidak melakukan kesalahan lagi," sambung siok bwee sambil tertawa.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar