Pedang Keadilan I Bab 35 : Gadis Cerdik Menaklukkan jago Kawakan

 
Bab 35. Gadis Cerdik Menaklukkan jago Kawakan,

Tubuh si manusia aneh berbaju hitam yang kebetulan sedang mendekat itu persis tertahan oleh gempuran tinjunya, sementara telapak tangan kirinya juga secara kebetulan membendung totokan si manusia aneh berbaju hitam yang mengarah ke dadanya itu.

setelah bertarung dua gebrakan dalam waktu singkat, kedua orang itu sama-sama melompat mundur dari posisi semula.

Han si kong menjadi terkesiap sekali, sewaktu tangannya bentrok dengan sodokan jari lawannya tadi, ia segera merasakan tangannya seakan-akan membentur batu cadas yang keras dan dingin, bahkan hawa dingin yang menusuk tulang menyusup masuk ke dalam tubuhnya. Dalam keadaan begini dia memilih mundur sejauh tujuh delapan depa lebih dulu untuk menyelamatkan diri Lim Han kim sangat keheranan ketika melihat paras muka Han Si kong menunjukkan sikap kurang beres, padahal menurut pengamatannya, bentrokan yang barusan berlangsung berakhir dengan seri, tapi kenyataannya kerugian yang diderita Han si kong kelihatannya jauh lebih besar. Tak tahan ia pun segera bertanya lirih: "Kenapa saudara Han? Menderita kerugian?"

Han si kong hanya menggeleng tanpa menjawab, tampaknya ia sedang memikirkan satu persoalan.

Waktu itu, si manusia aneh berbaju hitam tadi masih berdiri dengan membelakangi mereka bertiga, tubuhnya tak berkutik sementara rambutnya yang panjang serta ujung bajunya yang terurai beterbangan terhembus angin, posisi dimana ia berdiri persis menghadang jalan lewat mereka bertiga.

"Biar aku coba kepandaian orang ini" bisik Hongpo Lan tiba-tiba sambil menyimpan pedangnya, Kemudian ia melompat ke muka dan sebuah pukulan tinju langsung disodokkan ke cunggung orang itu.

sebagai seseorang jagoan yang mementingkan status, pemuda ini enggan main bokong, bersamaan waktunya dengan dilepaskannya serangan tersebut, ia menghardik: "Hati-hati" Manusia aneh berbaju hitam itu tetap berdiri tak bergerak, seakan-akan sama sekali tidak mendengar hardikan Hongpo Lan-

sesungguhnya Hongpo Lan adalah seorang pemuda yang tinggi hati, namun musuh yang dihadapinya hari ini kelewat aneh, karena itu bersamaan waktunya dengan terkaman yang dilakukannya itu sebetulnya tangan kirinya telah disilangkan di muka dada siapmenghadapi sebala kemungkinan yang tak diinginkan.

Tapi begitu melihat orang berbaju hitam itu berdiri tak berkutik bahkan bersikap dingin terhadap serangan yang dilancarkant tiba-tiba saja ia tarik kembali hawa murninya untuk menahan gerak maju tubuhnya.

setelah sepasang kakinya menempel permukaan tanah, kepalan kanannya tiba-tiba disodok ke depan sambil menyalurkan hawa murninya, sebuah pukulan dahsyat pun langsung menghajar punggung lawan.

Tampaknya pukulan tersebut segera akan menghajar telak punggung lawannya, ketika itulah tiba-tiba si manusia berbaju hitam itu mengegos ke samping, gempurannya dahsyat yang dilontarkan itu pun seketika luput dari sasarannya.

"sungguh memalukan" pekik Hongpo Lan di dalam hati, "Andaikata aku tidak berubah pikiran di tengah jalan, gempuran tersebut tentu akan menyebabkan aku menderita kerugian besar."

sementara ia masih berpikir, manusia berbaju hitam itu telah melancarkan serangan balasan, menyusul perputaran badannya sebuah pukulan di lontarkan ke depan.

selisih jarak Hongpo Lan dengan orang berbaju hitam waktu itu masih ada empat lima depa, dalam anggapan anak muda itu serangan musuh tak akan mampu melukai dirinya, ia berniat menunggu sampai lawannya selesai menggunakan jurus tersebut kemudian ia baru mendesak maju sambil mengancam urat nadi pada pergelangan tangannya.

Dalam posisi demikian, menurut perkiraannya, pihak lawan pasti akan gelagapan dibuatnya, Mendadak terdengar Han si kong berteriak keras: " Hati- hati, ia memakai ilmu pukulan im hong ciang"

segulung pukulan aneh yang berhawa dingin tanpa menimbulkan sedikit suara pun menerjang datang.

Begitu mendengar teriakan dari Han si kong, Hongpo Lan segera bereaksi, tanpa banyak cakap ia melejit ke samping untuk menghindar sejauh lima depa dari posisi semula, Kendatipun reaksi dilakukan cukup cepat, tak urung tubuhnya tersambar juga oleh gelombang hawa cukulan yang aneh dan dingin itu. Terasa segulung angin dingin berhembus lewat dari sisi tubuhnya membuat pemuda itu segera bersin berulang kali dan bulu kuduknya pada berdiri

Mendadak terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, bagaikan sukma gentayangan orang berbaju hitam itu sudah mendesak maju lagi ke sisi tubuhnya, Lima jari tangannya yang dipentangkan seperti kuku garuda langsung mencengkeram dadanya.

Buru-buru Hongpo Lan menghimpun hawa murninya.

Dengan menggunakan jurus "melukis naga membuat mata", dua jari tangannya disodokkan ke muka menotok urat nadi pada pergelangan tangan kanan orang berbaju hitam itu, sementara kaki kanannya tiba-tiba melepaskan satu tendangan kilat mengarah iga kiri musuh. 

Dalam posisi yang terburu-buru ini, Hongpo Lan masih sempat melirik kelima jari lawan yang mengancam tiba itu. Ternyata orang itu memelihara kuku yang sangat panjang, tajam, putih berkilat seperti lima bilah pisau belati yang amat tajam.

Meskipun orang berbaju hitam itu berdiri membelakangi Hongpo Lan, namun semua gerak geriknya seperti bermata saja. De-ngan cekatan tubuhnya miring ke samping meloloskan diri dari tendangan lawan, sementara tangannya secepat sambaran petir menyodok perut anak muda itu.

Diam-diam Hongpo Lan menghembuskan napas dingin, Dengan jurus "memetik lima senar harpa" ia lepaskan sebuah sapuan kuat pertarungan yang berlangsung saat ini betul-betul merupakan sebuah pertarungan yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan walaupun orang berbaju hitam itu selalu berdiri membelakangi lawan, namun kekejaman, kehebatan serta keganasan jurus serangannya sangat terarah, gerak geriknya juga lincah, sama sekali tidak kelihatan bebal atau lamban-

Hongpo Lan harus mengerahkan segenap kepandaian yang pernah dipelajarinya untuk menghadapi lawan- Tangannya diputar sedemikian rupa untuk melindungi badan, sebentar pukulan sebentar sodokan, dia pun berusaha menyambar urat nadi lawan-

Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung hampir tiga puluhan jurus. Hongpo Lan dapat merasakan setiap pukulan yang dilepaskan orang berbaju hitam itu segera menambah kuatnya hawa dingin yang menyelimuti sekeliling tubuhnya, puluhan gebrakan kemudian ia merasa tubuhnya seakan-akan terjerumus ke dalam lubang saiju yang membekukan tubuh.

Dalam keadaan begini, di samping ia harus mengerahkan hawa murninya untuk melawan serangan hawa dingin, dia pun mesti mematahkan jurus-jurus serangan musuhnya yang aneh. Lambat laun gerak geriknya jadi semakin lamban, tidak selincah pada awal pertarungan tadi.

sesungguhnya Lim Han kim ada niat turun tangan membantu, tapi dia pun tahu Hongpo Lan adalah seorang pemuda yang tinggi hati, Bala bantuan yang diberikan belum tentu menyenangkan hatinya, terpaksa ia hanya menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap sedia melancarkan serangan pertolongan bilamana perlu.

Mendadak terdengar Han si kong berteriak keras: "llmu pukulan Im hong ciang adalah sejenis ilmu silat amat jahat, hawa dingin yang terpancar keluar bisa menyusup ke tubuh lawan tanpa disadari lawannya yang sedang bertarung. saudara Hongpo, jangan mau tertipu akal muslihatnya, cepat gunakan senjata tajam untuk menghadapinya"

sesungguhnya Hongpo Lan sendiri pun sudah tak tahan menghadapi gencetan hawa dingin yang makin lama makin menjadi itu, ia sadar bila pertarungan berlanjut lebih jauh, dialah yang akan menjadi pihak yang kalah, hanya saja untuk sesaat dia tak tahu bagaimana mesti menghadapi situasi ini. Begitu Han si kong berteriak memperingatkan, ia pun tidak membuang waktu lagi, pedang pendeknya segera diloloskan Begitu senjata berada di tangan, semangatnya kontan berkobar lagi. Dengan menciptakan lapisan hawa pedang untuk membendung serangan orang berbaju hitam itu ia berteriak keras: "saudara, pedangku ini tajam luar biasa, lebih baik kau menggunakan senjata juga untuk menghadapiku..."

"Hmmm, dengan tangan kosong pun aku tetap mampu mengungguli dirimu," sahut orang berbaju hitam itu dingin, Tiba-tiba tangan kanannya diayun ke muka menghajar dari atas ke arah bawah.

Lengan orang ini seakan-akan dipasangi alat pemutar otomatis saja, biarpun harus bertarung dengan membelakangi lawan, gerak geriknya tetap lincah dan cekatan.

Hongpo Lan merasakan hawa dingin yang menusuk tulang menggulung tiba bersamaan dengan serangan itu. Belum lagi pukulannya tiba di sasaran, hawa dingin yang kuat seperti gulungan ombak samudra telah menerpa badannya. Dalam terkesiapnya, buru-buru ia tahan napas, pedangnya langsung disodok ke atas lalu membabat tangan musuh.

orang berbaju hitam itu sama sekali tidak membalikkan badannya, tapi ia cukup tahu akan kehebatan pedang di tangan Hongpo Lan, sebelum serangannya mencapai sasaran cepat-cepat ia tarik kembali ancamannya itu. Bersamaan waktu dengan ditarik balik-nya tangan kanan itu, tangan kirinya telah melancarkan serangan pula. Kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar, dengan disertai desingan hawa dingin ia ancam perut bagian bawah Hongpo Lan.

Diserang atas bawah secara bergantian oleh musuh tangguhnya ini, sekali lagi Hongpo Lan terdesak hingga mesti melompat mundur sejauh lima depa lebih. Malu bercampur mendongkol seketika mencekam perasaan hatinya terutama setelah kegagalannya mengalahkan orang berbaju hitam itu meski senjata telah dihunus, Begitu terdesak mundur sekali lagi ia menerjang maju ke muka, diiringi suara pekikan panjang, edang pendeknya segera diputar melepaskan serangan dahsyat.

Perputaran pedang pendek itu makin lama semakin bertambah cepat Dalam waktu singkat terciptalah segulung hawa dingin yang menyergap dan menggulung tubuh lawan-

Waktu itu kendatipun Hongpo Lan sudah merasakan hawa dingin yang mencekam seluruh tubuhnya makin lama makin bertambah tebal, namun keinginan yang kuat untuk meraih kemenangan memaksanya untuk mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk mendesak keluar hawa dingin yang menyusup tubuhnya sementara permainan pedang pendeknya makin dipergencar dan hebat. Dua puluh gebrakan kemudian Hongpo Lan merasakan gelagat semakin tidak menguntungkan ia merasa hawa dingin yang menyusup tubuhnya makin lama semakin membekukan badan, Kini gerakan tangan serta kakinya mulai bertambah kaku dan lamban, semua kelincahan tubuhnya seolah-olah lenyap dengan begitu saja.

Keadaan tersebut kontan saja membuat perasaan hatinya bertambah terkesiap. ia sadar bila dalam sepuluh gebrakan ia gagal mengalahkan lawannya, bukan saja nama besarnya akan runtuh bahkan bisa jadi ia bakal terluka oleh serangan lawannya.

Dalam gelisah dan cemasnya tiba-tiba saja ia mengeluarkan jurus simpanannya, dengan gerakan " bintang kejora mengejar rembulan" pedangnya dengan menciptakan selapis bianglala berwarna perak menyusup ke dalam tubuh lawan.

Terdengar pekikan panjang yang amat menusuk pendengaran bergema memecahkan keheningan, percikan darah segar berhamburan ke mana-mana menodai seluruh wajah Hongpo Lan-

Manusia aneh berbaju hitam itu bagaikan segulung angin topan meluncur pergi meninggalkan tempat itu dengan kecepatan luar biasa, sementara di atas tanah berumput itu tertinggal dua batang jari tangan yang berwarna hitam pekat. Ha n si kong segera maju menghampiri seraya berseru: "saudara Hongpo, kau berhasil memaksanya meninggalkan kedua jari tangannya.."

Mendadak dia saksikan paras muka Hongpo Lan pucat pias seperti mayat dan gelagatnya kurang beres, buru- buru ia memegangi badannya sambil menegur lagi: " Kenapa kau saudara Hongpo?"

"Aku merasa agak kedinginan"

"Jangan-jangan kau terkena pukulan hawa dinginnya?" seru Han si kong semakin terkejut.

"Tidak apa-apa " kata Hongpo Lan sambil berusaha

mengobarkan kembali semangatnya.

sementara itu Lim Han kim telah datang menghampiri cepat ia tempelkan telapak tangannya pada punggung Hongpo Lan sambil serunya: "Biar kubantu kau, cepat kerahkan hawa murnimu"

"Terima kasih saudara Lim " Hongpo Lan menghela

napas panjang, Belum habis dia berkata, tiba-tiba terasa hawa panas telah mengalir ke luar dari telapak tangan Lim Han kim dan menyusup ke dalam tubuhnya. Buru- buru dia pusatkan semua pikiran dan menyambut hawa panas itu dengan hawa murninya.

sesungguhnya tenaga dalam yang dimilikinya memang sudah sempurna, ditambah lagi ia masih jejaka asli, maka setelah dibantu hawa murni oleh Lim Han kim dalam waktu singkat hawa dingin itu telah banyak hilang.

sepeminuman teh kemudian tiba-tiba Hongpo Lan melompat bangun dan melepaskan diri dari telapak tangan Lim Han kim, serunya: "Banyak terima kasih saudara Lim atas bantuanmu"

"sudah merasa agak baikan?" tanya Lim, Han kim sambil tersenyum.

"Yaa sudah agak baikan- kita tak boleh membuang banyak waktu lagi sehingga membahayakan keselamatan nona Pek. mari kita terjang masuk ke dalam."

"Biar aku membuka jalan" seru Lim Han kim sambil bergerak maju lebih dulu.

sampai saat ini baik Han si kong maupun Hongpo Lan masing-masing telah bentrok dengan pihak musuh, tinggal Lim Han kim seorang yang belum turun tangan-

"saudara Lim, bagaimana kalau mendengarkan dulu perkataanku?" seru Hongpo Lan tiba-tiba.

"Ada apa?" Lim Han kim berpaling,

" Loloskan pedangmu, Mereka sudah melatih telapak tangannya secara khusus sehingga tidak membutuhkan senjata dalam pertarungan, jadi kita tak perlu sungkan- sungkan lagi terhadap mereka." Melihat perhatian yang begitu besar dari rekannya ini, Lim Han kim merasa tak tega untuk menampik maksud baiknya itu, ia segera mengeluarkan pedangnya sambil bersiap sedia.

"saudara Lim, turuti nasehatku, Dalam melancarkan serangannya mereka sertakan hawa dingin yang menyusup tulang, ilmu racun semacam ini sesungguhnya bukan suatu kejadian aneh tapi kalau bertarung dalam jangka waktu lama, maka posisi kita menjadi sangat tidak menguntungkan- oleh sebab itu begitu melancarkan serangan lebih baik gunakan seluruh kemampuan untuk meraih kemenangan Menurut pengalamanku barusan, dalam sepuluh gebrakan pertama mereka masih belum mampu mengerahkan tenaga pukulan berhawa dinginnya semaksimal mungkin, jadi bila kita mampu melukai mereka sebelum sepuluh gebrakan, hal ini juga lebih menguntungkan"

"Terima kasih banyak atas petunjukmu" seru Lim Han kim, dengan pedang terhunus ia segera bergerak maju lebih dulu.

Siapa tahu kejadian yang kemudian mereka alami sama sekali di luar dugaan, sepanja perjalanan mereka tidak menjumpai penghadangan lagi, dengan leluasa ketiga orang itu berhasil mencapai kuburan Liat hu bong.

Tanah lapang di depan kuburan masih tampak sepi dan menyeramkan kuburan yang terbengkalai tetap berdiri angker, namun seluruh manusia berbaju hitam itu justru lenyap tak berbekas.

Han Si kong seketika tertegun setelah menyaksikan pemandangan disekeliling kuburan itu, gumamnya tanpa terasa: "Aneh, sungguh aneh, mereka telah mengerahkan banyak kekuatan ke tempat ini, kenapa sebelum meninggalkan hasil karya telah ditarik mundur semuanya?"

"Paling penting kita tengok dulu keadaan nona Pek," seru Lim Han kim.

"Aaah betul, jika kau tidak menyinggung kembali hampir saja aku lupa dengan tujuan utama kedatangan kita kemari." Dengan langkah lebar ia pun berjalan menuju ke ruang batu itu.

Ternyata ruangan tersebut berada dalam keadaan kosong melompong, bayangan nona berbaju putih beserta kedua orang dayangnya sudah lenyap tak berbekas.

"Aduh celaka" seru Han Si kong sambil mendepak kakinya ke lantai "Mereka pasti sudah ditawan orang- orang berbaju hitam itu."

Lim Han kini termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya: "Setahuku, nona Pek sangat teliti dan pintar, ia selalu sedia payung sebelum hujan, mustahil rasanya kalau mereka bertiga sampai tertawan musuh, mungkin mereka sudah pergi menghindarkan diri sebelum musuh datang menyerbu."

Baru saja perkataan itu selesai diutarakan tiba-tiba terdengar suara merdu seseorang berkumandang datang: " Lim siang- kong, Lim siang kong "

Ketika berpaling, tampak Hiang lan dengan pedang terhunus sedang berlari mendekat.

"Apakah nona Pek baik-baik saja?" Tak sabar Han Si kong segera menegur keras.

"Nona dalam keadaan baik-baik"

Han Si kong segera menghembuskan napas lega, serunya lagi: "Huuuh. kami kuatir kalian tertawan

musuh"

"Hmmm, baik amat dirimu ini" seru Hiang lan sambil tertawa dingin, "Rupanya kau sempat berdoa agar kami tertangkap musuh."

Han Si kong tahu dayang itu salah paham, tapi dia pun segan debat mulut dengan nona ini., maka sambil tertawa cengar cengir ia membungkam diri dalam seribu basa.

Hiang lan berpaling dan memandang Han si kong serta Hongpo lan sekejap. lalu ujarnya sambil tertawa: "Lim siang kong, nona kami mengundang kau untuk berkunjung ke tempat tinggal barunya."

"Tempat tinggal barunya.,.?" gumam Lim Han kim bimbang.

"Yaa, berada di tengah barisan Ngo heng tin itu" kata Hiang lan sambil tertawa.

"Aaah, hampir saja aku lupa "

"Ketika siok bwee si budak busuk itu mengusir kalian semalam, nona kami sadar dari pingsannya, ia segera menitahkan kami agar pindah ke dalam barisan Ngo heng tin. ia bilang kalau terlambat maka kita bisa berabe. Ternyata apa yang dikatakan itu betul juga. Belum lama kami pindah ke dalam barisan tersebut, sekelompok manusia berbaju hitam telah menerjang masuk kemari. "

setelah mengetahui ketiga orang gadis itu selamat, Han si kong merasa sangat lega, tapi bilamana teringat pula dengan kawanan manusia berbaju hitam yang tak nampak batang hidungnya itu, tak tahan ia bertanya lagi: "Lantas ke mana perginya kawanan manusia berbaju hitam itu?"

"Segala sesuatunya sudah berada dalam perhitungan nona, Kawanan manusia berbaju hitam itu datang kemari dengan membawa banyak sekali kayu berwarna putih, rupanya mereka hendak membentuk sebuah ilmu barisan di sekitar kuburan Liat hu bong ini. sungguh goblok kawanan manusia berbaju hitam itu, mereka harus menggelar dulu sebuah peta dan mengukur ke sana kemari lebih dulu sebelum menancapkan sebatang kayu.

Baru beberapa batang kayu mereka persiapkan, suara pekikan panjang yang memekakkan telinga telah berkumandang datang. Begitu mendengar pekikan tersebut, kawanan manusia, berbaju hitam itu segera mencabuti kembali patok-patok kayu itu kemudian seperti anjing kena gebuk mereka melarikan diri terbirit- birit meninggalkan tempat ini."

Membayangkan kembali barisan aneh yang terbentuk dari beberapa batang bambu hijau itu, Han si kong betul- betul tak percaya kalau barisan itu bisa menghindarkan ketiga orang gadis tersebut dari incaran kawanan manusia berbaju hitam itu, tak tahan kembali tanyanya: "Selama kalian bertiga bersembunyi di tempat itu, masa kawanan manusia berbaju hitam itu tidak menjumpai jejak kalian?"

"Di tengah rumput ilalang yang tebal dan tinggi itu kami siapkan permadani dan berbaring di tanah, tentu saja mereka tak akan mengetahui kehadiran kami disini."

Lim Han kim mencoba membayangkan kembali posisi yang dipilih gadis berbaju putih itu membentuk ilmu barisannya. Benar juga, tempat itu memang terletak di antara keribunan rumput ilalang, apabila seseorang bersembunyi di situ dan musuh tidak melakukan penggeladahan secara khusus, memang sulit untuk melacak jejak mereka, Tapi tempat yang dipilihnya itu justru terletak pada pusat tanah pekuburan Liat hu bong itu.

Tiba-tiba terdengar Hiang lan berseru tertahan: "Aduh celaka Nona minta aku segera mengundang kalian masuk. jangan membuang waktu lagi"

Ia segera membalikkan badan dan berlari meninggalkan tempat itu. Terpaksa Lim Han kim, Han si kong dan Hongpo- lan mengikuti di belakang tubuhnya,

setelah mengitari kuburan yang tinggi besar itu, tibalah mereka di depan sebuah ladang rumput ilalang yang rimbun, waktu itu siok bwee menunggu di luar barisan. Begitu melihat kehadiran beberapa orang itu, ia segera memberi hormat sambil serunya: "Nona mengundang siang kong masuk ke dalam barisan"

Ia membiarkan Lim Han kim lewat dari sisi tubuhnya tapi segera menghadang jalan pergi Han si kong serta Hongpo lan. Buru-buru Han si kong menarik Hongpo lan mundur sejauh beberapa depa, bisiknya kemudian: "Nona Pek adalah seorang tokoh aneh yang penuh misterius, sudah lebih dari separuh abad aku hidup di dunia ini tapi belum pernah melihat bahkan mendengar sekalipun bahwa di dunia ini terdapat manusia seaneh dan seampuh dia."

"Bagaimana anehnya?" tanya Hongpo Lan-

"Di dalam benaknya ia hapal di luar kepala segenap ilmu silat paling ampuh dan paling tinggi di dunia ini, tapi dia pribadi justru sangat lemah hingga kekuatan untuk membunuh seekor ayam pun tak ada."

"Ehmmm, meskipun kejadian semacam ini terhitung aneh tapi belum bisa dikatakan aneh sekali, Bila bakatnya tak sesuai untuk berlatih silat tapi sebaliknya memiliki daya ingat serta kecerdikan yang luar biasa ditambah pula memiliki kesempatan yang baik sehingga dia sempat membaca kitab rahasia ilmu silat tingkat tinggi, atau bisa juga secara tak sengaja mendengar orang lain membicarakan soal ilmu silat dan mengingatnya dalam hati, Bisa jadi peristiwa semacam ini akan berlangsung."

"Ada satu hal lagi yang membuatku lebih kagum," kata Han si kong sambil tertawa, "Dengan tubuhnya yang sangat lemah, sedikit kelelahan saja ia segera jatuh tak sadarkan diri, tapi dalam keadaan demikian ternyata ia mampu membangkitkan kembali tenaga dan semangatnya dengan hanya mengandalkan sebuah tusukan jarum emas pada jalan darahnya, bukan cuma wajahnya langsung berubah jadi merah segar, kekuatannya pun jauh lebih hebat dari pada manusia biasa."

Hongpo Lan termenung sambil berpikir sejenak. kemudian katanya: "Kemungkinan besar kepandaian tersebut merupakan ilmu tingkat tinggi dalam kepandaian ilmu pertabiban, Aku kurang begitu paham dalam hal ilmu pengobatan jadi tak berani memberikan komentar serta pandangan."

"Dengan tubuh yang begitu lemah ternyata ia memiliki nyali yang luar biasa, berani menyerempet bahaya. Sega la persoalan bisa diduga sebelumnya, ilmu macam apa pun di-kuasainya, kalau bukan dibilang tokoh sakti yang luar biasa, lalu apa namanya?"

Kembali Hongpo lan termenung sambil berpikir sejenak. kemudian katanya: "Wa-laupun aku belum pernah berjumpa dengan nona Pek itu, namun bila kutinjau dari pembicaraan saudara Han bisa kusimpulkan bahwa nona Pek benar-benar seorang gadis yang memiliki kecerdasan luar biasa, ia begitu yakin dengan kecerdasan serta analisanya sehingga walaupun tidak pandai ilmu silat, ia bisa bersikap tenang dalam menghadapi pelbagai masalah. "

Ia menengadah memandang ke angkasa sambil termenung lagi berapa saat lama-nya, kemudian melanjutkan "Biasanya orang yang memiliki kecerdasan luar biasa selalu menganalisa masalah secara tepat dan akurat, Dia pun biasanya memandang enteng urusan mati hidupnya, itulah yang sering dibilang orang, siapa cerdik ia tentu pemberani."

"Pendapat yang hebat, pendapat yang hebat setelah mendengar keterangan saudara Hongpo, aku si engkoh tua benar-benar telah menambah setingkat pengetahuan Aaai.-. ombak belakang sungai besar selalu mendorong ombak di hadapannya, Memang sewajarnya orang-orang generasi baru menggantikan kedudukan generasi lama, Kalau melihat kau serta saudara Lim yang masih muda tapi begitu gagah, aku si engkoh tua benar-benar merasa gembira bercampur terharu." Hongpo lan tersenyum

"Aku cuma bicara sembarangan saja, tak berani kuterima pujian dari saudara Han, aku rasa justru saudara Lim "

"Kenapa dia?"

"Dia gagah dan luar biasa, bila mengejar kedudukan pasti akan menempati jabatan terhormat, bila bergumul dalam dunia per-silatan, ia bakal menjadi seorang tokoh luar biasa, jadi sewajarnya bila saudara Han membantu serta memujinya, Aai. sayang sekali orangtuaku masih

membutuhkan dampinganku, Coba kalau tidak. akupasti akan menemaninya untuk mengembara dan berjuang dalam dunia persilatan." "saudara Hongpo, tampaknya kau pandai melihat nasib orang?" tanya Han si kong keheranan.

"Ibuku mahir dalam ilmu tersebut, sedang aku hanya pernah mendapat petunjuk satu dua dari beliau, sehingga belum pantas dibilang mahir dalam kepandaian tersebut," Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Tapi aku lihat saudara Lim seperti menyimpan suatu masalah yang susah di utarakan, masalah itu membuatnya selalu murung dan sedih, Apabila kita berharap bisa membangkitkan semangatnya untuk mencari kedudukan dalam dunia persilatan, maka pertama-tama masalah yang mengurungkan hatinya itu harus dihilangkan dulu.

Dalam hal ini saudara Han bisa membujuknya di kemudian hari Misalnya kau membutuhkan tenagaku, tulislah surat secara singkat untukku, maka aku segera akan mengerahkan segenap kekuatan inti yang ada di perkampungan Lak seng tong untuk membantu serta mendukung perjuangannya itu."

"Sejak dulu orang gagah memang patut dipercayai sikapmu begitu istimewa terhadap Lim Han kim "

Belum selesai Han si kong berbicara, ti-ba-tiba terdengar Hiang lan berteriak keras: "Hei, kalian berdua boleh kemari, nona kami mengundang kalian masuk"

Han si kong segera tertawa tergelak. "Ha ha ha... saudara Hongpo, bocah perempuan itu memang tak pernah sopan kalau bicara, harap kau jangan tersinggung "

Kemudian dengan merendahkan suara-nya, dia melanjutkan: "Tapi kalau terhadap saudara Lim, sikapnya halus, lembut dan penuh dengan sopan santun." Hongpo lan hanya tersenyum tanpa bicara.

Melihat gerak gerik yang tak beres pada kedua orang itu, Hiang lan segera mengerling sekejap sambil menegur: "Hmmm, kalau melihat gerak gerik kalian, pasti ada yang dibicarakan tak beres "

Kedua orang itu tidak menanggapi, dengan langkah lebar mereka berjalan maju ke muka.

Waktu itu siok bwee telah menunggu di luar barisan, begitu mereka berdua muncul, dayang itu pun berseru: "Lebih baik kalian berdua mengikuti di belakangku. Awas jangan salah langkah, kalau sampai salah arah dan terperosok ke dalam barisan, itu salah kalian sendiri"

Han si kong tidak mengucapkan sesuatu, tapi dalam hati kecilnya ia berpikir "Huuuh. apa betul balok kayu

dan bambu kecil yang dipatok di beberapa tempat itu benar-benar mampu menjerumuskan orang ?"

Meskipun di hati kecilnya dia tak percaya, toh kedua orang itu mengikuti di belakang siok bwee dengan ketat. Tampak siok bwee mengajak mereka berputar ke sana kemari dalam barisan itu, kadangkala arah yang semestinya bisa dicapai dalam beberapa langkah saja, dayang itu justru mengajak mereka berputar beberapa lingkaran lebih dulu sebelum mencapai sasaran.

Akhimya setelah berputar ke sana kemari beberapa saat, tibalah mereka di pusat ilmu barisan tersebut

Di atas permukaan rumput tampak sebuah permadani merah digelar lebar, si nona berbaju putih itu duduk di atas permadani tersebut sedangkan Lim Han kim duduk di sampingnya, jarak kedua orang itu hampir dua depa lebih.

Hongpo lan mencoba memperhatikan sekejap wajah nona berbaju putih itu, benar juga dia memang seorang nona yang cantik, kecuali agak kurus dan lemah, tak satu pun bagian tubuhnya yang tampak tak sempurna.

Han si kong sendiri meskipun kurang begitu yakin dengan kemampuan ilmu barisan yang dibentuk nona tersebut untuk membendung serangan musuh, tapi ia benar-benar kagum dengan kemampuan serta kepintaran si nona dalam menganalisa setiap masalah.

sambil memberi hormat segera tegurnya: "Tentu nona dibuat terkejut dengan peristiwa barusan-..." "Aku baik sekali," sahut nona berbaju putih itu sambil tersenyum, "silahkan duduk"

setelah Han si kong dan Hongpo Lan duduk di lantai, kembali gadis berbaju putih itu berkata: " Kawanan manusia yang terusir dari sini oleh tingkah pola kalian bertiga itu pasti tak akan rela pergi dengan begitu saja. Aku tebak mereka akan muncul kembali di sini dengan kekuatan yang lebih hebat, berarti pada saat dan kondisi seperti ini kalian tak boleh bentrok secara langsung dengan orang-orang itu. oleh karena peristiwa inilah aku sengaja mengundang kalian bertiga datang ke sini untuk menghindari bentrokan langsung dengan pihak musuh. "

sinar matanya pelan-pelan di alihkan ke wajah Hongpo lan, setelah itu tegurnya: "Tampaknya kau sudah terluka?"

"Yaa, aku terluka oleh semacam tenaga pukulan hawa dingin musuh ketika bertempur tadi, namun sekarang aku sudah merasa agak baikan."

sambil menggelengkan kepalanya gadis berbaju putih itu memotong: "Memang betul, tenaga dalammu sanggup melawan racun dari hawa pukulan tersebut hingga untuk sementara waktu tak sampai kambuh, padahal kenyataannya racun hawa dingin itu telah menyusup ke dalam tubuhmu, Di-tambah lagi dalam kondisi demikian harus melakukan pertarungan sengit, aku duga hawa racun itu sekarang telah menyerang ke isi perutmu, paling tidak kau bakal menderita sakit ringan-"

"Pendapat nona memang sangat hebat, betul, hingga kini racun hawa dingin yang menyusup ke dalam tubuhku memang belum punah. "

"Apabila kau percaya denganku, mari ku- hapuskan sisa hawa racun yang menyerap dalam tubuhmu itu dengan ilmu tusukan jarum."

sebenarnya Hongpo lan bermaksud sekembalinya ke kota si ciu dia baru minta tolong ayahnya mendesak keluar hawa racun dingin itu dengan tenaga dalamnya, tapi setelah mendengar penawaran dari gadis berbaju putih itu, ia pun tidak menampik lagi.

"silahkan nona turun tangan" serunya sambil tertawa.

Dari dalam sakunya nona berbaju putih itu mengeluarkan tiga batang jarum emas, kemudian sambil tertawa ujarnya:

"Hanya sakit sedikit saja, kau tak usah takut" "Jangan lagi cuma ditusuk jarum, biar lengan mesti

dikutungipun aku percaya masih sanggup untuk menahan diri." sahut Hongpo Lan cepat. Nona berbaju putih itu segera bekerja cepat, ketiga jarum emas itu masing-ma-sing ditusukkan kejalan darah "Thian hu hiat", "Pek hiap hiat" dan "ci ti hiat" di lengan kiri pemuda itu. Kemudian sambil tertawa gadis itu berkata lagi: "Tampaknya kau mengerti juga ilmu pengobatan, buktinya hawa racun dingin itu telah kau desak hingga terhimpun semua di urat nadi Jiu tay im hu keng... tapi dengan begitu aku jadi lebih gampang untuk menyembuhkannya "

"Aaah, aku hanya tahu dasarnya saja, harap nona jangan mentertawakan"

"Sekarang duduklah mengatur pernapasan dengan tenang "

Kemudian sambil berpaling ke arah Han si kong, terusnya: "Mulai sekarang hingga tengah hari esok kalian tak boleh meninggalkan barisan ini"

setelah mengatur napasnya yang terengah-engah, kembali tambahnya "Sebentar lagi pasti ada banyak orang yang hilir mudik di luar barisan itu. Kalian tak usah keheranan atau panik, asal berbaring diatas tanah sambil beristirahat aku rasa sudah cukup, mungkin saja dari pembicaraan antara mereka sendiri, kita dapat mengorek sedikit keterangan-"

Han si kong segera berpikir: "Kalau sekarang harus pergi meninggalkan tempat ini, besok toh kami harus datang lagi ke sini untuk menghadiri pertemuan puncak tersebut Rasanya meski tinggal di sini semalam pun sama saja,.,."

Karena berpikir begitu maka ujarnya: "Baiklah Akan kami ikuti pendapat nona,"

Mendadak terdengar siok bwee yang berjaga di mulut barisan berseru keras: "Mereka sudah datang, kita harus segera menyembunyikan diri"

"Maaf" sela Hongpo lan tiba-tiba. "Aku tak bisa memenuhi keinginan nona, karena harus secepatnya kembali ke kota si ciu."

"Kenapa? Apakah kau harus kembali ke kota si ciu?" tanya gadis berbaju putih itu.

"Yaa, aku harus segera kembali ke kota, sebab ayahku sekarang masih menunggu di sana. Meskipun perjalanan kami ini harus kutempuh dengan taruhan nyawa, aku berkewajiban melakukannya tanpa berpikir panjang."

"Aku rasa kau tak perlu berbuat begitu," ucap si nona sambil tertawa,

Hongpo Lan terkesiap. serunya tanpa te-rasa: "Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban utama seorang anak, apa maksud nona dengan perkataan itu?" "Apabila ayahmu sangat menguatirkan keselamatanjiwamu, ia pasti akan melacak jejakmu sampai di kuburan Liat hu bong ini, maka kita tinggal menunggu kedatangannya di tempat ini serta mengundangnya masuk ke dalam barisan."

"Andaikata ayahku tidak kemari?"

"Apabila ayahmu tidak datang kemari, maka hal ini membuktikan bahwa dia adalah seorang tokoh silat yang cerdik, pemberani dan hebat, sekalipun ikatan batin seorang ayah dan anak sangat mendalam, ia tak perlu menyerempet bahaya dengan percuma, apalagi datang mencari gara-gara pada saat yang belum matang,.,."

setelah berhenti sejenak. tambahnya: "Sekarang coba kau pikirkan kembali, mungkinkah ayahmu bakal datang kemari?"

Hongpo lan termenung sambil memutar otak. ia merasa kedua hal tersebut kemungkinan bisa terjadi sehingga untuk sesaat ia tak bisa mengambil keputusan, Akhirnya dia melompat bangun, sambil mencabut jarum emas dari lengannya dia berkata: "Te-rima kasih banyak atas pertolongan nona, Aku tak ingin membuat dugaan serta analisa secara keliru. Maaf, aku terpaksa harus mohon pamit dengan kalian."

"saudara Hong, biar kutemani dirimu" seru Lim Han kim tiba-tiba sambil melompat bangun, "Tidak usah," tampik Hongpo lan seraya menggeleng. "saudara Lim tak perlu menyerempet bahaya bersama diriku, Apa yang dikatakan nona Pek memang benar, apabila tinggal di tempat ini kita punya kesempatan hidup lima puluh persen, maka kalau mencoba keluar dari sini kesempatan hidup kita tinggal sepuluh persen saja."

" Kau tak perlu membujuk dia lagi, sela nona berbaju putih itu tiba-tiba sambil tertawa, "Jangan dilihat dia begitu halus dan lembut, sesungguhnya hatinya lebih keras daripada baja, orang lain mengira dia dingin dan hambar terhadap segala masalah, tiada hal rasa setia kawannya luar biasa, lain halnya bila dia tidak mengutarakan niatnya itu, kalau sudah diutarakan, maka dibujuk pun tak ada gunanya."

" Kau toh mengerti kepergianku kali ini sangat berbahaya dan penuh resiko, kenapa kau bersikeras hendak ikut aku menyerempet bahaya?" tanya Hongpo lan kemudian.

"Aku hanya berniat berbuat begitu, ." sahut Lim Han kim singkat

"Kalian pernah mendengar cerita pendeta tua yang mengiris daging tubuh sendiri untuk makan burung elang?" tanya gadis berbaju putih itu mendadak. "oohh, kau menghendaki kami meniru cara pendeta tua itu? Apabila kematianku bisa menyelamatkan seluruh umat persilatan dari kematian, maka kematianku seorang sudah cukup, Tapi bila kematianku tak banyak membantu memperbaiki situasi, buat apa saudara Lim meski ikut aku mengorbankan nyawa dengan percuma?"

"Ehmm... tak kusangka kau begitu baik hati..." seru si nona sambil tertawa enggan kemudian terusnya "sayang sekali kau hanya tahu satu, tak tahu yang lain."

"Aku siap mendengarkan pendapatmu."

"Dengan kekuatanmu seorang, tak nanti kau mampu menandingi anak buah pemilik bunga bwee itu Tapi apabila kalian berdua turun tangan bersama, maka situasinya akan sama sekali berubah, sekalipun bernasib sial hingga tertawan, kejadian tersebut tentu sempat mengejutkan si pemilik bunga bwee tersebut, atau paling tidak kemampuan kalian sempat membuat mereka kalang kabut.

Asalkan ulah kalian berdua bisa menarik perhatian si pemilik bunga bwee itu, berarti kalian masih memiliki kesempatan untuk hidup terus."

Hongpo Lan dan Lim Han kim seperti baru saja memahami sesuatu tapi juga seperti tidak memahami secara keseluruhan, mereka hanya saling bertukar pandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. sambil membetulkan rambutnya yang kusut terhembus angin, kembali gadis berbaju putih itu berkata sambil tertawa: "Tentu saja lebih baik lagi apabila kalian mampu melukai beberapa orang anak buah pemilik bunga bwee yang paling diandalkan. "

"Kenapa?"

" Karena kemampuan kalian itulah dia baru tergerak hati untuk menawan kalian hidup,hidup," kata si nona tertawa.

"Hmmmm" Lim Han kim mendengus dingin. "sebagai seorang lelaki sejati, kami lebih suka mati daripada dihina orang. Da-ripada tertawan dan menerima cemoohan musuh, aku lebih suka bertarung sampai titik darah penghabisan."

Mendengar perkataan itu si nona berbaju putih itu segera tertawa terkekeh dengan suara keras.

"Apa yang kau tertawakan?" tegur Lim Han kim tidak habis mengerti "Di mana letak kesalahanku?"

"Pendapat orang bodoh, hanya tahu memakai kekerasan tapi tak mau pakai otak "

Berubah hebat wajah Lim Han kim, kontan ia menegur: "^ona, hati-hati kalau ber-bicara, lebih baik jangan menyinggung perasaan orang lain." Nona berbaju putih itu segera menarik kembali suara tertawanya, Dengan sepasang mata yang besar ia awasi wajah Lim Han kim lekat-lekat, lama kemudian ia baru berkata: "Aku tiada maksud mengumpat atau mencemooh dirimu, tapi berbicara menurut masalahnya, kalian tak nanti mampu melepaskan diri dari kepungan anak buah pemilik bunga bwee "

Tiba-tiba tampak siok bwee berlarian mendekat dengan langkah tergopoh-gopoh serunya: "Nona, kawanan manusia berbaju hitam itu telah muncul kembali, bahkan jumlah mereka lebih banyak lagi, paling tidak ada empat lima puluhan orang."

"Tak perlu panik atau gelisah," kata gadis berbaju putih itu sambil tertawa dan manggut-manggut "semua kejadian tersebut sudah berada dalam dugaanku."

setelah mengeluarkan dua batang jarum emas, dia memandang Lim Han kim dan Hongpo lan sekejap seraya katanya lebih jauh: "Mumpung barisan yang mereka bentuk belum jadi, mari kuantar kalian ke luar dari sini."

"Nona, bukankah kau tak pandai ilmu silat?" seru Lim Han kim dengan gelisah, "Kau toh mengerti, anak buah pemilik bunga bwee rata-rata memiliki kepandaian silat yang luar biasa, aku kuatir kami tak sanggup melindungi keselamatanmu" Gadis berbaju putih itu tertawa hambar. "Apabila aku tidak mengantar kalian, jangan harap kamu berdua mampu meloloskan diri dari tempat ini. "

Dia berpaling dan memandang Han si kong sekejap. kemudian melanjutkan "Harap kau sudi menjaga barisanku ini."

"Bagaimana kalau kuantar kepergian nona?" Han si kong menawarkan dirinya.

"Tidak usah, setelah menghantar saudara Hongpo keluar dari barisan ini, kami segera akan balik kemari"

seraya berkata, ia segera menancapkan ke dua batang jarum emas itu ke atas jalan darah di tubuh sendiri

Begitu jarum emas itu menembus jalan darah, paras muka si nona berbaju putih yang semula pucat pasi itu seketika muncul selapis cahaya merah yang segar, sinar matanya pun kelihatan berkilat Dari balik permadani dia mengeluarkan sebuah kotak kemala, kemudian serunya: "Ayo kita segera berangkat"

Tanpa membuang waktu lagi dia berangkat lebih dulu meninggalkan barisan, sementara itu Hongpo lan telah berbisik: "saudara Lim, dari cerita ibuku aku pernah mendengar bahwa di dunia ini terdapat semacam ilmu menusuk jalan darah yang dapat merangsang tenaga kehidupan seseorang yang tersembunyi dalam tubuh.

Konon ilmu sakti tersebut sudah lama punah dari dunia persilatan Kalau kita saksikan perbuatan si nona barusan, agaknya kepandaian yang dipergunakan itu memang ilmu menusuk jalan darah yang telah punah tersebut."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar