Bab 28. Cinta Membelenggu Datuk sepuluh Penjuru.
setelah menghela nafas panjang, anak muda itu pun menghibur: "Adik Hui, kau tak usah bersedih hati, kita keluarga Li adalah anggota persilatan yang punya kewajiban menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia persilatan sekalipun tiga generasi angkatan tua kita dicelakai orang munafik namun kejadian itu tidak akan mengubah sikap kita. Kini adik Hui bisa menjabat sebagai ketua Hian-hong-kau, dengan kecerdasanmu yang melampaui diriku sendiri, Kejadian ini benar- benar merupakan rejeki bagi umat persilatan- Kau tak usah kuatir, aku pasti akan mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki untuk membantu perjuanganmu."
"Aku si monyet tua bersedia bergabung dengan Hian- hong-kau dan siap melaksanakan perintah nona," sambung Han si-kong dengan suara lantang. Tampaknya semangat siang Lam-ciau ikut berkobar setelah mendengar kata-kata Li Bun-yang itu, dengan mata berkilat pujinya: "sudah ratusan tahun lamanya keluarga bukit Hong-san termashur dalam dunia persilatan, bahkan namanya sama cemerlang dengan kedudukan sembilan partai besar, setelah kulihat dan alami sendiri sekarang, aku benar-benar percaya bahwa nama besar itu bukan kosong belaka."
Beberapa patah kata yang bersemangat ini tidak mengurangi rasa pedih Li Tiong-hui, terdengar ia berseru: " Engkoh Yang, aku hanya seorang gadis kecil, mana aku mampu berbuat banyak..."
"Aku kurang begitu mengerti maksud perkataanmu itu," kata Li Bun-yang kurang paham.
"Kalau engkoh Yang tidak tahu, yaa sudahlah," ucap Li Tiong-hui menyeka air matanya. Kemudian setelah melirik Lim Han-kim sekejap. dia alihkan pandangan matanya ke wajah nyonya setengah umur itu, 1anjut-nya: "Apakah locianpwee masih ada petunjuk lain, aku siap mendengarkan semua petunjukmu itu."
Lim Han-kim merasa betapa tajamnya pandangan mata Li Tiong-hui itu, ibarat sebilah pisau tajam yang menghunjam di ulu hatinya. sesungguhnya semangat jantan pemuda ini pun tergugah seperti halnya dengan Li Bun-yang serta Han si-kong, tapi apabila ia teringat kembali dengan asal-usul dirinya yang serba misterius, ucapan ciu Huang yang secara samar-samar memberi petunjuk bahwa ia menanggung dendam yang maha besar sehingga kemungkinan besar waktunya akan tersita habis di kemudian hari, maka ia ragu untuk memberi kesanggupannya guna membantu Hian-hong- kau. ia kuatir janji yang harus ditepati di kemudian hari justru akan menjadi belenggu yang menghambat gerak geriknya.
selain itu dia pun merasakan bahwa sikap Li Tiong-hui terhadapnya seakan-akan sikap seorang musuh yang mengancam korbannya. Apabila ia bersedia menuruti perintah perempuan itu, maka dia bakal terikat dan tak ada keuntungannya sama sekali terhadap pribadinya. oleh sebab beberapa alasan inilah maka dia berlagak dingin, hambar dan sama sekali tidak memberi komentar "Nona Li," terdengar nyonya setengah umur itu menghela napas panjang, "Mulai detik ini kau adalah ketua Hian-hong-kau. sebagai keturunan keluarga persilatan kenamaan, aku berharap apa yang telah kau janjikan selalu dipegang teguh dan jangan diingkari kembali, selain daripada itu kau pun tak usah mengikuti tata cara yang berlaku pada umumnya untuk suatu upacara peresmian"
"Locianpwee tak usah kuatir. setelah kusanggupi tentu saja aku akan pegang janji, apalagi saat ini Locianpwee sedang menderita sakit, upacara peresmian bisa dihapuskan saja."
"Baik, upacara pelantikan bisa dihapus, tapi tatakrama partai tak boleh diabaikan, Nona, terimalah satu sembah sujudku lebih dahulu."
Selesai berkata, ia benar-benar jatuhkan diri berlutut, Siang Lam-ciau serta gadis cantik berbaju hijau itu serentak mengikuti jejak nyonya setengah umur itu, menjatuhkan diri berlutut di hadapan nona tersebut.
Li Tiong-hui tahu, tata krama partai memang tak boleh diabaikan maka dia pun tidak menampik sembah sujud tersebut, katanya kemudian- " Harap kalian segera bangkit berdiri" setelah berdiri kembali nyonya setengah umur itu menghembuskan napas panjang, katanya pelan- "Aaaai, akhirnya satu keinginanku telah terkabulkan-."
Pelan-pelan ia mundur balik kebangkunya, setelah itu melanjutkan "sekarang aku hendak menyingkap sebuah rahasia besar dunia persilatan yang telah kusimpan selama puluhan tahun-..."
serentak para jago memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan, suasana jadi sangat hening, Dengan termangu nyonya setengah umur itu mengawasi cahaya lilin di atas meja tanpa berkedip. tampaknya ia sedang mengumpulkan kembali kenangan-nya di masa lampau, sampai lama kemudian dia baru bertanya sambil menghela napas panjang: "Adakah di antara kalian yang mengetahui siapa diriku ini?"
Para jago saling berpandangan tanpa menjawab, setelah hening cukup lama Han si-kong baru berteriak tiba-tiba: "Aaaah, teringat aku sekarang, cuma aku tak berani memastikan, bila salah dugaanku tolong sudi dimaafkan-"
"Tidak mengapa, katakan^"
"Tiga puluh tahun berselang, di dalam dunia persilatan pernah muncul seorang pendekar wanita yang cantik jelita bagaikan bidadari dari kahyangan Meski saat kemunculannya di daratan Tionggoan, khususnya dunia persilatan, pada umumnya relatip cukup singkat, namun berhubung kecantikan wajahnya tiada tandingan Nama besarnya dengan cepat termashur di mana-mana, bukan saja menggemparkan Utara serta selatan sungai besar, bahkan para jago persilatan yang berada jauh di luar perbatasan serta Pek-san Hek-sui pun sama-sama menghadiahkan julukan "siu-hoa siancu" Dewi Bunga Malu kepada perempuan ini, sedang nama aslinya malah tidak banyak yang tahu.
"Yaa, itu semua hanya sanjungan rekan-rekan persilatan kepadaku. " sela nyonya setengah umur itu
sambil tersenyum
"oooh,jadi locianpwee adalah Dewi Bunga Malu? Aku pernah mendengar ibuku menyinggung tentang kejadian ini" seru Li Bun-yang pula dengan wajah tercengang.
"Namaku yang sebenarnya adalah Tan Giok-hiong, sebutan Dewi Putri Malu hanyalah pemberian dari umat persilatan kepadaku. " setelah menghela napas
panjang, tiba-tiba nada pembicaraannya berubah jadi amat pilu, lanjutnya: "Tiga puluh tahun sudah lewat....
Aaaai, impian indah di masa lalu telah berubah jadi kepedihan di hari ini, Bunga tumbuh, bunga mekar dan akhirnya layu dan rontok. Tiada yang langgeng di dunia ini. setelah saudara Han berhasil menebak jitu asal- usulku, tentu kau juga tahu bukan tentang seorang pendekar pedang muda yang muncul dalam dunia persilatan bersama waktunya dengan kemunculanku. Dia gagah dan perkasa, ambisinya sangat besar, cita-citanya hendak menjagoi seluruh dunia persi1atan. "
"Kau maksudkan si jago gedang naga sakti Kang Bok- hong?" seru Han si-kong sambil melompat bangun.
Tan Giok-hiong tertawa getir.
"Benar, dialah yang kumaksud, Kehadirannya bagaikan segulung angin puyuh, menggetarkan seluruh dunia persilatan, tapi waktu perginya juga seperti asap yang lenyap dari udara "
"Kalau begitu kau adalah. "
" istrinya" potong Tan Giok-hiong cepat "Dia adalah suamiku, dua puluh lima tahun berselang kami berjumpa dalam suatu ketidaksengajaan, waktu itu meskipun aku sudah berusia duapuluh dua tahun, namun sifat kekanak- kanakkanku belum luntur Aku sangat binal dan liar.
Ketika kami berjumpa, tanpa sengaja, aku memaksa dia untuk beradu pedang denganku, Waktu itu dia mengalah, tapi aku bukan saja tak sudi menerima kebaikannya itu malahan kugunakan kata-kata yang paling keji untuk memanasi hatinya dan memancing amarah-nya, padahal kepandaian silat yang dimilikinya masih sepuluh kali lipat lebih hebat ketimbang kepa ndaianku. Akhirnya atas desakan dan pancinganku berkobar juga hawa amarahnya, ia segera melancarkan sebuah serangan kilat, hanya dalam satu gebrakan saja ia berhasil memaksa senjataku terlepas dari genggaman"
"lbu, betulkah kepandaian silat yang dimiliki ayah begitu lihai?" sela gadis cantik berbaju hijau itu tiba-tiba.
Tan Giok-hiong tertawa getir, lanjutnya: "Padahal di dalam serangannya tersebut dia belum menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya, namun pedang yang berada dalam genggamanku berhasil digetar olehnya hingga mencelat sejauh tiga kaki. Waktu itu aku malu bercampur mendongkol.
Dalam keadaan demikian aku menangis tersedu-sedu, ia berusaha menghiburku membujukku dengan kata-kata manis bahkan minta maaf kepadaku, tapi aku tidak menggubris. Tangisku malah makin men-jadi-jadi, Akhirnya dia memungut kembali pedangku dan mematahkan pedang sendiri jadi dua bagian dan dibuang ke atas tanah, namun perbuatannya ini belum mampu melenyapkan rasa mendongkolku, Di saat dia kehabisan daya dan bermaksud meninggalkan tempat itu, tiba-tiba kusambar pedang ku sendiri lalu kutusuk tubuhnya "
"Aduh.. ibu, kenakah tusukanmu itu?" Gadis cantik itu menjerit kaget.
"Yaa," tusukan itu persis mengenai bahu kirinya sedalam tiga inci, Darah segar segera bercucuran amat deras. Padahal berbicara dari kehebatan ilmu silat yang dimilikinya, sekalipun kulancarkan serangan bokongan pun rasanya sulit untuk melukai dirinya, agaknya dia memang sengaja membiarkan badannya tertusuk pedang ku sehingga rasa mendongkolku dapat terlampiaskan"
Tiba-tiba gadis cantik itu mengalihkan sepasang matanya ke wajah Lim Han- kim kemudian ujarnya dengan sedih: "Betulkah ayah adalah seorang yang begitu baik di dunia ini? Aaai, selain ayah, mungkinkah di dunia ini masih terdapat lelaki baik lainnya?"
Tan Giok-hiong menoleh memandang putrinya sekejap. kemudian melanjutkan kata-katanya: "setelah menusuk tubuhnya, entah karena masih menyesal atau rasa gusarku belum padam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun aku segera berlalu meninggalkan dia "
Dia menengadah dan menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak terusnya:
"setelah berlarian belasan li jauhnya tiba-tiba aku merasa bahwa tindakanku ini kelewatan dan tidak berperasaan, maka aku segera berlari balik untuk mencarinya, tapi tempat itu amat sepi dan tak kutemukan sesosok bayangan manusia pun, akhirnya sambil mengawasi ceceran darah yang menodai permukaan tanah aku menangis tersedu-sedu." "soal cinta dan soal berbakti merupakan dua hal yang aneh, manusia mana di dunia ini bisa memahaminya?" sela Li Tiong-hui pelan-
Tan Giok-hiong tersenyum, sambung-nya: "semenjak peristiwa hari itu, aku selalu berusaha untuk melacak jejaknya, tapi dunia amat luas ke mana aku harus mencari jejaknya? Dengan mengorbankan waktu selama satu tahun aku belum berhasil juga menemukan jejaknya. Ketika suatu hari aku berkelana ke wilayah Kui- ciu dan berjumpa dengan lima manusia aneh dari Lam- thian, aku terluka oleh racun mereka serta ditawan di bukit Ai-lau-san.
Agaknya lima manusia aneh itu punya maksud yang jahat, bukan saja mereka enggan membunuhku malahan luka racunku di obati sampai sembuh, Di saat yang kritis tiba-tiba dia muncul di sarang kelima manusia aneh itu. setelah bertarung mati-matian selama sehari semalam akhirnya kelima manusia aneh itu berhasil dikalahkan dan aku pun tertolong dari ancaman bahaya "
"sayang aku tak sempat melihat bagaimana rupa ayahku itu," sela si nona cantik berbaju hijau itu sambil menghela napas sedih.
Dengan nada pedih Tan Giok-hiong ber-kata: "Nak, coba perhatikan lukisan yang tergantung di dinding itu, dialah ayahmu almarhum." serentak para jago berpaling ke arah yang ditunjuk. di belakang hiolo besar, di antara asap putih yang menyelimuti ruangan, tampak sebuah lukisan tergantung di atas dinding.
Terdengar gadis cantik itu berseru keras: "lbu, kenapa tidak kau beritahukan kepadaku sejak dulu? sudah sering kali aku mendampingi lukisan ayahku, tapi tak pernah kutahu kalau dia adalah lukisan ayah kandungku. "
Cepat-cepat dia berjalan menghampiri lukisan tersebut, ujung bajunya segera dikebaskan membuyarkan asap putih yang menyelimuti seluruh ruangan, begitu asap buyar maka muncullah lukisan itu dengan jelas.
Lukisan tersebut menggambarkan seorang sastrawan setengah umur yang berwajah tampan, orang itu duduk bersila namun mimik mukanya sama-sama memancarkan penderitaan yang luar biasa, seakan-akan sedang menahan sakit akibat luka yang parah.
Menyaksikan lukisan ini tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Li Bun-yang, pikirnya: "Walaupun lukisan ini menggambarkan posisi serta gaya yang berbeda, namun lukisan yang tergantung di sini dan di luar ruangan jelas berasal dari karya satu orang yang sama, namun beda sekali dengan tulisan di kedua sisinya tulisan itu penuh
tenaga dan gaya tulisannya sangat indah, Hal ini menunjukkan bahwa emosi pelukis itu sedang bergelora sehingga tanpa disadari gejolak perasaannya terekam juga dalam tulisan-tulisannya " Terdengar nyonya setengah umur itu berkata: "Nak. lukisan-lukisan itu merupakan pelampiasan emosi ayahmu menjelang saat ajalnya, setelah menulis dan melukis hasil-hasil karya tersebut, ia mulai mengobati lukanya, tapi pada akhirnya karena duka yang dideritanya terlampau parah dan gejolak emosinya tak berhasil ditenangkan tiga hari kemudian lukanya bertambah parah dan menyebabkan ajalnya tiba, itulah akhir dari kehidupan bahagia kita bertiga "
setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya: "Cuma pada waktu itu kau belum dilahirkan sehingga belum diketahui lelaki atau perempuan Kasihan ayahmu itu belum sempat melihat bagaimana wajahmu tapi harus pergi untuk selamanya Malahan sebelum ajalnya tiba,
ayahmu masih sempat melampiaskan perasaannya, dia bilang amat rindu kepadamu. Aaai.. setelah menumpas lima manusia aneh serta menyelamatkan jiwaku dulu, kami sempat melewati suatu kehidupan yang riang gembira, ia membawaku ke suatu tempat dengan pemandangan alam yang sangat indah.
Lukaku diobati lalu kami hidup berkumpul tak pernah berpisah kecuali setengah tahun sekali dia turun gunung membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari kami. selama tiga tahun hubungan cinta kami makin mendalam dan masing-masing pihak sudah bertekad tak akan pernah berpisah lagi, tetapi ayahmu yang tinggi hati itu belum pernah menyinggung tentang soal perkawinan denganku, sedang aku pun rikuh untuk mengutarakan masalah ini, maka aku pun beralasan bosan hidup di tempat yang sepi dengan harapan ia menahanku dengan ikatan perkawinan"
"siapa sangka dia malah berkata sambil tersenyum: " Kalau memang adik Hiong bosan hidup di tempat yang sepi, mari kutemani kau turun gunung mencari kesenangan- Tentu saja jawaban ini membuat aku serba salah, terpaksa apa yang telah kuutarakan harus dilaksanakan tiga tahun kemudian kami muncul kembali dalam dunia persilatan.
"Nama besar jago pedang naga sakti kian lama kian bertambah terkenal, tapi cintaku kepadanya lama kelamaan berubah jadi benci, akhirnya pada suatu malam bulan purnama aku meninggalkan dirinya tanpa pamit "
Tiba-tiba gadis cantik berbaju hijau itu menghela napas panjang, ujarnya: "Kepergian ibu tanpa pamit tentu menyedihkan perasaan ayah" Tan Giok-hiong turut menghela napas panjang.
"Meskipun ayahmu berwatak aneh dan suka menyendiri namun perasaan cintanya amat mendalam. Kepergian ibu tanpa pamit membuat ia jadi gila saking gelisahnya "
"Apa? Ayahku jadi gila?" "Benar, ia jadi gila. Dari seorang pemuda perlente berwajah tampan berubah jadi seorang manusia aneh berambut awut-awutan dan pakaian tak karuan, ia mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan, semua tempat didatangi dan diobrak abrik, waktu itu orang-orang yang ternama muncul bersama dengan kemunculannya, kecuali empek siang masih ada lagi si Hakim sakti Ciu Huang, si dewa Jinsom Phang Thian-hua serta beberapa orang lagi.,,."
Pelan-pelan sinar matanya menyapu wajah para jago, kemudian melanjutkan "Agaknya beberapa orang itu mempunyai pandangan yang salah terhadap dia, mereka mencarinya dan beradu pedang "
sorot matanya kembali melirik siang Lam-ciau sekejap. lalu terusnya: "Kecuali dia, menurut apa yang kuketahui dari tiga orang yang mencari dia untuk beradu pedang, satu persatu berhasil memenuhi harapan mereka "
"Aaaaai, entah ayah berhasil menang atau kalah dalam pertarungan itu?" bisik si nona cantik tanpa sadar.
"Tentu saja menang, meskipun aku tidak menyaksikan sendiri keperkasaannya dalam menghadapi beberapa orang jago lihai itu, namun ditinjau dari tiadanya orang yang mengusiknya lagi semenjak peristiwa itu dapat disimpulkan kalau dialah yang menang."
"Aaaai. sungguh gagah ayahku" "Tidak seorang pun jago persilatan pun di dunia ini yang sempat menyaksikan jalannya beberapa pertarungan yang menggetarkan bumi itu, namun peristiwa tersebut cukup menggemparkan seluruh dunia persilatan, Tentu saja akupun ikut terkejut oleh kejadian ini, karena kuatir ia terluka di tangan orang, maka akupun tergesa-gesa pergi mencarinya. Di tengah jalan itulah aku bertemu dengan empek siang mu ini. "
"Waktu itu aku sedang diganggu beberapa orang jago dari rimba hijau, untung siang tayhiap datang menolong dan menyelamatkan aku dari bahaya maut "
Ia berpaling dan memandang siang Lam-ciau sekejap dengan pandangan minta maaf, kemudian terusnya: "Tapi ketika itu aku hanya menguatirkan keselamatan Kang Bok hong, Tanpa berucap terima kasih aku segera pergi meninggalkan dirinya. Akhirnya aku berhasil menemukan Kang Bok-hong. Meski dia sudah agak sinting namun masih dapat mengenali diriku. "
sekulum senyuman lembut segera menghiasi wajahnya, terusnya: "Kali ini akulah yang membantu dia. Kubawa dia ke tempat yang sepi sekali dan tinggal di sebuah dusun yang terpencil Kutemani dia dan obati penyakitnya, seperti diketahui sakit gilanya lantaran aku, maka dalam perawatan yang teliti tak sampai setengah tahun kemudian penyakit gilanya telah sembuh sama sekali, Ketika sakitnya belum sembuh, aku hanya menguatirkan keadaan penyakitnya itu dan tak pernah memikirkan masalah lain, tapi setelah penyakitnya sembuh, aku pun jadi teringat akan suatu kejadian yang sangat aneh."
"Apakah lantaran dalam setengah tahun ini tak ada orang yang mengusik ketenangan kalian di dusun itu?" sela Li Tiong-hui,
"Benar, ketika aku mengajak suamiku datang ke dusun tersebut secara samar-samar dapat kurasakan banyak orang ikut menguntit sampai di situ, tapi setelah menetap di situ malahan tak tampak seorang manusia pun yang datang menyatroni kami, benar-benar dapat melewati kehidupan selama setengah tahun itu dengan tenang "
Ia berpaling memandang putrinya sekejap. kemudian setelah berhenti sebentar lanjutnya: "Penghidupan selama setengah tahun itu merupakan saat-saat yang paling gembira dalam hidupku, ayahmu yang tinggi hati seratus persen tunduk di bawah keinginanku, singa yang ganas telah berubah jadi amat jinak."
"ibu, kau memang sangat hebat." puji gadis cantik itu sambil tertawa, Tan Giok-hiong menghela napas panjang, kembali lanjutnya: "Setelah dia sembuh dari sakit gilanya, kami pun segera menikah. setelah hidup penuh rintangan dan cobaan akhirnya apa yang menjadi harapan kami pun terkabulkan Bisa dibayangkan betapa gembiranya perasaan hatiku waktu itu. Kang Bok hong tidak lagi mencampuri urusan dunia persilatan, padahal dengan nama besarnya yang sudah menggetarkan seluruh kolong langit, siapa saja menaruh berapa bagian rasa jeri kepadanya, asal dia tidak mencari orang lain tentu saja orang pun tak akan datang mencari dirinya."
"Dalam melewati kehidupan kami yang paling gembira dan bahagia itu, sepanjang hari kami berpesiar ke tempat-tempat terkenal berpesiar di tempat berpemandangan indah, Kami tak pernah membicarakan soal dunia persilatan, Akupun memusatkan perhatian mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Tak nyana kehidupan kami yang berbahagia itu tidak berlangsung lama, saat aku hamil tiga bulan, tiba-tiba ia pergi dari dusun itu, Dalam surat yang ditinggalkan, ia memberitahu kepadaku hendak mengunjungi seorang sahabat karibnya. Kepergiannya kali ini paling lama sepuluh hari tentu sudah balik kembali."
"Meski dia menepati janji dan pulang pada waktunya namun seluruh tubuhnya sudah terluka parah, Dalam keadaan itulah ia menulis kata-kata syair ini sambil bersemedi Aku tahu dia tak ingin mati, ia tak tega meninggalkan istrinya serta anaknya yang belum lahir, ia menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya bergulat melawan maut, tapi akhirnya karena luka yang dideritanya begitu parah ditambah lagi hawa amarah yang menggelora di dalam dadanya, tak sampai tiga malam ia mati karena luka yang semakin parah.
sebelum menghembuskan napasnya yang penghabisan ia minta maaf kepadaku berulang kali karena tak bisa mendampingi aku sampai tua nanti Dia pun minta aku memutuskan sendiri masa depanku selanjutnya, jangan sampai terbeban karena nama atau adat, Aku sudah terlalu banyak berhutang kepadanya, mana mungkin aku bisa menghianati cintanya itu?
Betul dia suruh aku mencari pasangan hidup lagi, namun dari ucapannya ini menandakan betapa mendalamnya dia cinta kepadaku, betapa besarnya jiwa dia... tapi beberapa patah kata itu justru bagaikan sebilah pisau tajam yang menghunjam ke ulu hatiku. "
Li Tiong-hui menghela napas panjang, selanya: "Kang Locianpwee benar-benar seorang yang cerdas dan berjiwa besar, kebesaran jiwanya ini sukar ditandingi siapa pun. "
Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kata-katanya: "Waktu itu aku mendongkol bercampur gelisah, tanpa sadar aku pun mengucapkan sumpah berat, Aku bersumpah apabila dalam hidupku berikut sampai jatuh hati lagi kepada orang lain, biar aku sakit parah selama hidup dan tak bisa mati dengan tenang." Mendengar kata-kata tersebut para jago merasa terkesiap. pikir mereka tanpa sadar: "Jangan-jangan dia termakan oleh sumpah sendiri..."
Tentu saja ingatan tersebut hanya melintas di dalam benak setiap orang, siapa pun segan mengutarakannya keluar.
Kembali Tan Giok-hiong meneruskan kata-katanya: "Di saat sumpah berat itu meluncur ke luar dari mulutku, dia putus napas dan pergi untuk selamanya, Kejadian itu benar-benar membuat hatiku hancur dan pedih sekali, Aku menangis empat hari empat malam tanpa berhenti, sampai air mataku berubah jadi cucuran darah. "
Mendadak ia berpaling memandang putrinya sekejap. setelah itu lanjutnya: "Coba aku bukan lagi mengandung kau, aku benar-benar tidak memiliki keberanian untuk melanjutkan hidup seorang diri, Terbayang aku sedang mengandung darah dagingnya, terpaksa aku harus menahan rasa sedih dan perasaan hancur luluh ini untuk melanjutkan hidup dan mengubur jenasahnya.
"Setelah mengebumikanjenasah suamiku ini, akupun mencari sebuah tempat sepi dekat dusun tersebut untuk menetap. Bertahun-tahun lamanya aku hidup mendampingi kuburannya, Rencanaku waktu itu setelah melahirkan anak. aku putuskan tak akan mewariskan ilmu silat kepadanya, Aku ingin anakku belajar sastra atau mungkin jadi seorang petani biasa, aku tak ingin anakku terlibat lagi dalam semua persoalan dan masalah dalam dunia persilatan sehingga mengikuti jejak suamiku. "
Bicara sampai di sini ia berhenti sejenak. dengan sorot matanya yang sayu ditatapnya wajah beberapa orang itu sekejap. kemudian sambungnya: "Tapi sayang perhitungan manusia tak bisa mengungguli keinginan takdir, selama berapa bulan aku tinggal di gubuk itu tanpa kejadian sesuatu, apa pun, kesedihan dan kepedihan telah melumatkan semangatku tapijuga semakin mengukuhkan niatku untuk menemani kuburan suamiku selamanya."
"Malam itu hujan badai sedang berlangsung, tiba-tiba aku merasa perutku sakit sekali seperti diremas-remas, Bayangkan saja bagaimana keadaanku waktu itu, seorang nyonya tanpa pengalaman yang hidup memencilkan diri di tengah hutan, di tengah hujan badai yang amat deras dan baru saja tertimpa kemalangan tiba-tiba harus melahirkan-.. tapi aku sama sekali tak takut, gentar pun tidak, Kurang lebih menjelang tengah malam, akhirnya lahirlah anak Hong."
Kembali Li Tiong-hui menghela napas panjang, pujinya dengan sedih: "Locianpwee, hatimu keras bagaikan baja, aku benar-benar kagum akan kehebatan dan ketegaranmu." Tan Giok-hiong tertawa pedih, lanjutnya: "Pada saat sepuluh hari setelah aku melahirkan anak Hong, malam itu tiba-tiba di muka gubukku kedatangan enam-tujuh orang asing, Dandanan orang-orang itu beraneka ragam, ada pendeta, ada rahib ada pula manusia biasa. Mereka berkoar ingin membuat perhitungan dengan suamiku almarhum, Dasar watakku tinggi hati, meskipun belum lama melahirkan, aku tak sudi dihina orang seenaknya.
Tanpa perduli kesehatanku masih lemah, aku pun cabut pedangku dan bertarung mati-matian melawan mereka."
"Entah siapa di antara pengeroyokku itu, dalam pertarungan sengit yang sedang berlangsung tiba-tiba ia lepaskan senjata rahasia beracun yang persis melukai tubuhku, Di saat jiwaku terancam bahaya maut inilah siang Lam-ciau muncul tepat pada waktunya."
"Dengan mengandalkan sepasang telapak tangannya dia babat semua pengeroyok itu hingga tumpas, walaupun ia berhasil menolongku tapi karena terlalu lemah, begitu melihat para musuhku telah tumpas, tenagaku juga ikut buyar aku pun jatuh pingsan. "
"Kasihan benar nasibmu ibu. "jerit gadis cantik itu
tiba-tiba. Air mata pun jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Dengan penuh kasih sayang nyonya itu membelai rambut putrinya, katanya lembut: " jangan menangis anak Hong, aku masih ada banyak perkataan yang harus disampaikan aku tak punya banyak waktu lagi. "
Ia menghembuskan napas panjang, lalu lanjutnya: "Ketika sadar kembali dari pingsanku, aku temukan tubuhku sudah berbaring di atas pembaringan, sementara putriku yang bernasib jelek itu sedang tidur nyenyak di sisiku, Kamar itu kosong kecuali cahaya lentera yang redup, aku tidak melihat bayangan siang Lam-ciau yang telah menyelamatkan kami itu "
"Kenapa? Apakah empek Siang telah pergi?" tanya gadis cantik itu sambil memandang Siang Lam-ciau sekejap.
"Empek Siang adalah seorang lelaki sejati yang berjiwa besar, Setelah menyelamatkan ibu, ia segera bersembunyi di luar rumah, tapi di saat aku berusaha meronta bangun, tiba-tiba saja ia muncul lagi di muka pintu dan menasehati aku agar jangan sembarangan bergerak. Dia bilang aku sudah terkena senjata rahasia yang sangat beracun dan butuh pil penawar racun dari si Dewa jinsom Phang Thian-hua untuk memunahkannya, ia minta aku beristirahat saja di situ sementara dia akan berangkat mencari Phang Thian-hua untuk memperoleh pil tersebut.
Sebelum pergi dia pun meninggalkan sebotol pil mustika yang harus kuminum sebutir setiap dua belas jam untuk memperiambat daya kerja racun itu." "lbu, kenapa sih empek siang bersikap begitu baik kepadamu?" Tiba-tiba gadis cantik itu menyela, Tan Giok-hiong tidak menyangka putrinya akan mengajukan pertanyaan seperti ini, untuk berapa saat lamanya ia jadi tertegun dan tak tahu apa yang mesti diucapkan-
Bagi para jago, tentu saja jawabnya sudah jelas dan gamblang, namun siapa saja merasa rikuh untuk ikut menimbrung, maka untuk berapa saat suasana dalam ruang itu jadi sepi.
Tan Giok-hiong berpaling memandang Siang Lam-ciau sekejap^ lalu pikirnya: "Sesungguhnya dia adalah seorang pendekar besar yang ternama. justru gara-gara ingin melindungi kami berdualah menyebabkan ia memperoleh akhir seperti ini. Budi kebaikannya terhadap kami berdua lebih tinggi daripada gunung, semisalnya dia melamarku, mungkin susah bagiku untuk menampik pinangannya, tapi ia berhasil mengubah rasa cinta kasihnya yang begitu mendalam menjadi rasa kasih yang luar biasa terhadap kami berdua.
Delapan belas tahun lamanya dia melindungi keselamatan jiwaku, bila aku bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengutarakan rasa cintaku yang mendalam kepadanya, paling tidak pelampiasan perasaanku ini bisa menjadi pelipur lara baginya..."
Berkata sampai di situ, pelan-pelan dia melanjutkan: "sebab empek Siang amat cinta kepadaku, demi kita berdua ia rela memendam nama besarnya, mengubur karier dan masa depannya dan melindungi kita selama delapan belas tahun, Ketahuilah kita berdua bisa hidup hingga hari ini tak lain semuanya ini berkat pemberian dan kasih sayang empek siang terhadap kita berdua."
Meskipun para jago sudah memahami perasaan hatinya, namun siapa pun tidak menyangka kalau dia begitu berani mengutarakan perasaan hatinya di hadapan orang banyak. Kalau kejadian itu berlangsung jaman sekarang, mungkin hal ini tidak mengherankan, tapi jaman dulu segalanya masih tabu, apalagi seorang wanita mengutarakan isi hatinya di depan orang banyak. boleh dibilang peristiwa semacam ini langka sekali,
Terdengar Tan Giok-hiong melanjutkan kembali kata- katanya: "Meskipun empek siang menaruh perasaan cinta kepadaku, tapi ia adalah seorang lelaki yang gagah. selama delapan belas tahun belum pernah dia ucapkan sepatah kata cinta pun kepadaku atau melakukan suatu perbuatan serta tindakan yang melanggar sopan santun, Hubungan kami tetap suci bersih, kami tak pernah melanggar etika kesopanan.
Aku cinta ayahmu tapi juga amat mencintai empek Siang mu yang berhati tulus itu, dengan kesucian badanku serta kasih sayang yang mendalam selama delapan belas tahun aku bayar cinta kasih ayahmu dulu, tapi selama ini justru menyia-nyiakan kasih sayang empek siang kepadaku, Moga-moga saja dalam penitisanku mendatang bila aku dilahirkan sebagai seorang gadis lagi, aku bersedia kawin dengan empek Siangmu untuk membayar budinya selama ini.
Sekali pun orang di seluruh dunia akan memakiku sebagai perempuan jalang, tapi aku berani berhadapan dengan siapa pun karena aku anggap perbuatanku selama ini bersih."
Tiba-tiba gadis cantik itu menjerit keras lalu menubruk ke dalam pelukan ibunya dan menangis tersedu-sedu, sementara Li Tiong-hui dengan wajah serius berkata: "Kebesaran jiwa locianpwee jarang dijumpai, aku benar- benar kagum sekali kepadamu."
Sambil membelai putrinya yang masih menangis tersedu, Tan Giok-hiong menyahut seraya menghela napas: "Nona Li tak usah memuji aku..."
Kemudian sambil memandang putrinya dan menepuk bahunya dia menghibur: "jangan menangis lagi, Nak.
Ayahmu almarhum adalah seorang berhati keras, Selama hidup ia tak pernah melelehkan air mata, sebagai putrinya kau harus menuruni watak ayahmu itu, hati harus sekeras baja..."
Gadis cantik itu segera menyeka air matanya dan benar-benar berhenti menangis, setelah pejamkan matanya Tan Giok-hiong berkisah lagi: "sesuai dengan pesan empek siang mu itu, setiap dua belas jam aku menelan sebutir pil pemberiannya. Benar juga, di saat aku menghabiskan pil terakhir yang ditinggalkan ia telah muncul kembali di rumah. Kalau dilihat dari wajahnya yang lelah dan bajunya yang kotor, jelas ia baru saja menempuh perjalanan jauh serta melangsungkan pertarungan sengit, tapi ia benar-benar berhasil membawa pulang pil pemunah racun hasil ramuan si Dewa jinsom Phang Thian-hua. Berkat pil penawar racun itulah racun di tubuhku berhasil dipunahkan dan selamatlah jiwaku."
Kisah ini penuh darah dan air mata, para jago merasa perasaannya tercekam sehingga semuanya memperhatikan dengan seksama. Terdengar Tan Giok- hiong melanjutkan kisahnya: "selama hamil dan sedih karena matinya suamiku, aku belum pernah beristirahat sehari pun dengan tenang, Di-tambah lagi aku terlibat dalam pertarungan sengit yang mengakibatkan luka parah, kendatipun racun yang bersarang di tubuhku berhasil dipunahkan pil penawar racun ramuan Phang Thian-hua, tapi akibatnya aku mendapat serangan penyakit lain yang parah.
Mungkin jika penyakit itu diobati waktu itu aku masih punya harapan untuk sembuh, tapi rasa ingin menangku membuat aku mengira dengan andalkan ilmu silatku waktu itu masih mampu melawan sakitku, Akhirnya tiga tahun tertunda tanpa pengobatan, jadilah penyakit itu penyakit maut yang mematikan. Dalam keadaan begini biar ada tabib lihai pun sulit rasanya untuk mengobati sakitku ini."
"Selama tiga tahun aku melakukan penyelidikan secara diam-diam atas mereka yang berkomplot membokong kami malam itu, ternyata yang terlibat dalam komplotan tersebut mencakup partai siau-lim dan Bu-tong sebagai dua partai besar.
Kenyataan ini membuat hatiku amat murka, aku bertekad menggunakan sisa hidupku untuk menciptakan badai pembunuhan paling keji dalam dunia persilatan Pada saat inilah secara kebetulan aku bertemu dengan ketua Hian-hong-kau, yaitu Ui-sik tojin."
" Walaupun waktu itu aku sudah menderita penyakit maut yang tak tersembuhkan lagi, namun dengan andalkan ilmu silatku, aku berhasil menghambat daya kerja penyakitku"
"Sebetulnya Ui-sik tojin adalah teman kami suami istri berdua dulu, Ketika dia tahu aku telah kehilangan suami, tiba-tiba muncul niat jahatnya untuk memperkosa aku.
Kebetulan waktu itu saudara siang sedang pergi karena ada urusan, hidung kerbau itu menggunakan alasan hendak menghilangkan kangen denganku karena sudah lama tak bertemu, ia tinggal di rumah kami, saat itulah dia bercerita kepadaku bagaimana membawa perkumpulan Hian-hong-kau nya melebarkan sayap sampai di utara dan selatan sungai besar "
Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak untuk tukar napas, kembali terusnya: " Untuk menarik simpatiku waktu itu dia telah membocorkan rahasia partai- nya. selain itu dia pun memberitahu kepadaku bagaimana caranya mengendalikan anak buahnya. saat itu aku sedang marah dan penuh rasa dendam setelah mendengar penuturannya diam-diam timbul niatku untuk merebut kedudukan sebagai ketua partai tersebut."
Han si-kong yang selama ini membungkam, tiba-tiba ikut menimbrung: "sebetulnya Ui-sik tojin adalah seorang perampok ulung yang cukup termashur dalam dunia persilatan. Dia pandai menggunakan berbagai macam obat pemabuk dan sudah banyak melakukan kejahatan, sudah sepantasnya nyonya membunuhnya untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan,"
Tan Giak-hiong tersenyum.
"Seandainya kubunuh Ui-sik tojin dengan begitu saja, perkumpulan Hian-hong-kau mustahil bisa sejaya saat ini. sudah barang tentu aku pun tak nanti bisa jadi ketua partai ini. Ketika kulihat daftar anggota perkumpulannya meski bukan terdiri dari jago-jago tangguh, namun susunan organisasi mereka sangat rapi, sistem pengendalian anggotanya juga hebat, dalam keadaan penuh rasa dendam dan balas dendam, sodoran ini benar-benar merupakan pancingan yang luar biasa."
"Aku cinta suamiku tapi telah kehilangan dia. Di saat hamil aku pun mendapat serangan yang tak berperasaan, hatiku waktu itu penuh diliputi rasa benci dan dendam. Aku ingin balas dendam dan ingin menciptakan badaupembunuhan paling brutal dalam dunia persilatan, padahal Ui-sik tojin adalah manusia yang kubutuhkan tenaga-nya, buat apa aku mesti membunuhnya?"
"Dengan hati sejahat ular berbisa aku bohongi dia dengan aneka janji sehingga ia mati-matian percaya kepadaku, mengajakku mengunjungi semua kantor cabangnya di pelbagai wilayah, cuma waktu itu Hian- hong-kau baru saja tancapkan kaki di daratan Tionggoan, kekuatan dan pengaruhnya belum besar, kantor cabang paling besar waktu itu adalah pesanggrahan Tho-hoa- kit."
"Waktu itu aku sudah bertekad hendak merampas kedudukan ketua Hian-hong-kau dari tangannya, maka aku bohongi dia habis-habisan. Aku suruh dia buatkan sebuah topeng tembaga untukku dan mengajakku ke mana-mana sambil memperkenalkan kepada anggotanya bahwa akulah ketua Hian-hong-kau yang sesungguhnya."
" Waktu itu dia sudah percaya penuh kalau aku bakal kawin dengannya, maka semua permintaanku dikabulkan, selangkah demi selangkah aku mencapai kesuksesan sebaliknya dia pun selangkah demi selangkah berjalan menuju kekematiannya."
"Di kala aku berhasil menguasai semua rahasia partainya, jarak hari yang kujanjikan untuk menikahinya tinggal dua hari lagi, Waktu itu ia sedang pusatkan perhatiannya untuk mempersiapkan perkawinan, sedang aku pun pusatkan perhatian untuk mempersiapkan kematiannya, meski hatiku penuh diliputi rasa dendam dan benci, bukan berarti aku sudah kehilangan semua perasaanku Bila membayangkan kembali sikapnya kepadaku selama ini, ternyata aku tak tega untuk turun tangan."
"Ibu, jadi kau telah mengampuni jiwanya?" tanya gadis cantik itu ingin tahu.
"Tidak. setelah melalui berapa kali pemikiran dan pertimbangan akhirnya aku tetap membunuhnya, Aku pun jadi ketua Hian-hong-kau yang sebenarnya dengan bantuan empek siang serta ilmu pelet yang ditinggalkan Ui-sik tojin, sepuluh tahun perjuanganku dengan susah payah akhirnya berhasil membangun partai Hian-hong- kau sehebat dan sejaya saat ini. "
Pelan-pelan dia alihkan sinar matanya ke wajah Li Tiong-hui, kemudian ujarnya: "Nona Li, bukan aku sengaja bicara besar, Dengan kekuatan dan pengaruh Hian-hong-kau saat ini, kemampuan kami sama sekali tidak berada di bawah kekuatan sembilan partai besar Dalam kotak besi itu tercantum secara jelas daftar nama anggota partai, peraturan partai, nama-nama para ketua cabang serta sebab musabab kesediaan mereka jual nyawa untuk partai Hian-hong-kau. Aku percaya dengan kepintaran nona Li dalam sekali baca saja sudah memahaminya "
Setelah menghembuskan napas panjang kembali dia melanjutkan: "Sesungguhnya kekuatan ini merupakan sebuah kekuatan maha dahsyat yang beraliran sesat.
Maksudku mewariskan jabatan ketua kepada nona tak lain berharap dengan andalkan kecerdasan nona, kau bisa mengubah daya kekuatan yang jahat dan sesat ini menjadi aliran lurus yang benar."
Waktu itu, paras muka perempuan ini telah berubah jadi merah bercahaya, matanya bersinar-sinar dan kelihatan segar sekali, tanda-tanda sakitnya boleh dibilang sudah lenyap sama sekali, Diam-diam Li Tiong- hui menghela napas panjang, ia tahu obat racun yang ditelan perempuan tersebut sudah mulai beraksi, inilah saat indahnya matahari di saat menjelang datangnya senja, sejenak lagi cahaya itu pasti lenyap berganti dengan kegelapan. Maka sambil membungkukkan badan memberi hormat, katanya:
"Locianpwee tak usah kuatir, setelah aku bersedia menerima jabatan itu tentu akan kulaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya, Cuma saja aku tak berani menjamin bisa mewujudkan apa yang lo-cianpwee cita- citakan itu. "
"Kepintaran nona Li tiada tandingannya di kolong langit, asal kau bersedia melakukan dengan sungguh hati, aku percaya usahamu tak mungkin gagal. "
"Locianpwee terlalu memuji."
Tiba-tiba dua tetes air mata jatuh bercucuran membasahi pipi Tan Giok-hiong, tanpa berbicara lagi ia peluk putrinya erat-erat. Tampaknya ia sudah mulai merasakan adanya perubahan dalam isi perutnya, itu berarti daya kerja obat yang menopang kehidupannya sudah mulai luntur dan berkurang kasiatnya, sekali dia roboh maka keadaannya ibarat lentera yang kehabisan minyak. tak seorang manusia pun di dunia ini yang dapat memperpanjang usianya lagi.
Berhadapan dengan maut yang setiap saat akan tiba, dia merasa masih ada banyak persoalan yang hendak disampaikan kepada putrinya, tapi dia tak tahu harus mulai dari mana, sehingga untuk berapa saat lamanya dia membungkam diri sampai lama kemudian ia baru berkata: "Anak Hong, sepeninggal ibu kau harus menuruti semua perkataan empek siangmu, ia sangat mencintai kita berdua, kita pun hutang budi kepa-danya, kau tak boleh membuat dia marah. " Mendadak ia menengadah lalu roboh ke belakang, cepat-cepat Li Tiong-hui menyambar urat nadi pada pergelangan tangan Tan Giok-hiong, serunya tertahan: "Locianpwee..."
Hawa murninya segera disalurkan ke luar, segulung hawa panas dengan cepat mengalir masuk ke dalam tubuh perempuan itu.
"Nona Li. " bisik Tan Giok-hiong lirih. "Rawatlah
anakku baik-baik, dia dia belum tahu urusan."
Bicara sampai di situ ia sudah tak tahan lagi, matanya dipejamkan dan napas penghabisan pun dihembuskan.
"lbu.,." Perempuan cantik itu menjerit histeris, lalu sambil menubruk tubuh ibunya dia menangis tersedu- sedu.
Pelan-pelan Li Tiong-hui melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan kiri Tan Giok-hiong, sambil menghela napas sedih bisiknya: "Begitu cepat daya kerja obat itu berlalu, benar-benar di luar dugaanku. "
"la sudah menderita sakit delapan belas tahun lamanya," sela Siang Lam-ciau serius. "Kekuatan hidupnya ibarat api yang hampir padam, mana mungkin ia bisa bertahan lebih lama?"
Di atas kerutan wajah orang tua ini terlintas keseriusan yang luar biasa, ia tidak melelehkan air mata, tapi kesedihan yang luar biasa jelas tertanam di balik perasaan hatinya. Sementara itu, si nona cantik tersebut sudah menangis mati hidup. isak tangis yang begitu memedihkan hati membuat suasana dalam ruangan itu terasa begitu suram dan berat.
Li Tiong-hui menghela napas sedih, bisiknya: "orang yang telah mati tak mungkin hidup kembali, Siang locianpwee, bujuklah nona Kang agar jangan menangis lagi."
Siang Lam-ciau segera ayunkan tangannya menotok jalan darah gadis cantik itu, kemudian ujarnya dengan suara rendah dan berat: "Nona Li sudah menjadi ketua Hian-hong-kau, dalam urusan kematian ini harap kau berikan usul dan keputusan, Aku tak tega menyaksikan kepergiannya, untuk sementara waktu aku ingin mengajak anak Hong menghindari tempat ini selama tiga hari. Tiga hari kemudian aku pasti datang menunggu perintah dan berbakti selama tiga tahun kepadamu. "
Sesudah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Tapi aku perlu beritahu lebih dulu, selama hidup aku hidup bebas tanpa ikatan sebelum akhirnya terbelenggu oleh cinta yang mengakibatkan aku mengalami nasib begini di hari tua, maka dalam tiga tahun masa baktiku kepadamu, aku hanya mau menuruti perintahmu dalam menghadapi musuh, sedang masalah perkumpulan aku tak mau tahu.." " kalau cuma urusan kecil tentu saja aku tak akan mengganggu ketenangan Locian-pwee, jadi dalam hal ini locianpwee tak usah kuatir."
"Kalau begitu, urusan penguburan kuserahkan kepadamu, maaf aku harus berangkat lebih dulu,"
Selesai berkata dia gendong gadis cantik itu dan berlalu dari sana, Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan, sepeninggal siang Lam-ciau, dengan kening berkerut Han si-kong segera berkata: "Biar aku pergi mencari peti mati dulu untuk mempersiapkan layonnya"
"Kalau dugaanku tak meleset, semestinya ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya," sahut Li Tiong-hui.
Bicara sampai di situ ia segera menyingkap tirai dan masuk ke ruang belakang, Perabot dalam ruang belakang sangat sederhana, kecuali sebuah pembaringan kayu hanya terdapat meja dan bangku,
Dengan cepat Li Tiong-hui membuka kotak besinya, benar juga pada lapisan teratas terdapat sepucuk surat, surat itu berbunyi demikian: "Di bawah pembaringan kayu terdapat peti mati batu. Dalam peti terdapat dua potong batu dingin berusia seribu tahun. Asal peti batu ditutup rapat maka jenasah akan tetap utuh. Berita kematianku harap dirahasiakan danjangan sampai bocor keluar." Surat itu ditulis sangat rapi, jelas tulisan dari Tan Giok- hiong yang telah dipersiapkan sejak lama dan disimpan dalam kotak besi itu, Di bawah tumpukan surat terdapat sejilid kitab bersampul putih, pada sampul itu tertuliskan: " Kitab Rahasia ilmu Pedang dan pukulan dari Kang Bok hong."
Tapi di sisinya tertera dua baris huruf kecil yang berbunyi: " orang sakti selalu muncul di permukaan bumi. Dunia persilatan tak pernah ada orang nomor satu."
Di bawah kitab tersebut terdapat lagi sebuah kitab bersampul kuning, pada sampulnya tertera empat huruf besar yang berbunyi: "Kitab suci Hian-hong."
Di sisinya terdapat juga dua baris tulisan kecil yang berbunyi:
"Kitab tak boleh dilihat empat mata, Hukum tak boleh diwariskan enam telinga."
“Siapa berani melanggar pantangan ini, pasti mengalami nasib tragis. Ingat ..Ingat.”
Li Tiong-hui menghela napas panjang, disimpannya kembali kitab-kitab itu dan ditutupnya kembali kotak besi itu, kemudian ia menggeser pembaringan kayu. Benar juga di bawah pembaringan itu terdapat sebuah peti mati batu. Ketika dibuka penutupnya segera berhembus ke luar hawa dingin yang menusuk tulang, ia segera keluar dari ruangan itu, membopong jenasa h Tan Giok-hiong dan membaringkannya ke dalam peti mati batu itu.
Setelah menutup rapat peti itu, ia geser kembali pembaringan kayu di atasnya dan mulai berdoa: "Lo- cianpwee, beristirahatlah dengan tenang, Aku pasti akan menggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk menyelesaikan harapanmu dan membawa kekuatan sesat Hian-hong-kau kembali kejalan yang benar. Apabila usahaku berhasil, perkumpulan Hian-hong kau pasti kububarkan dan kitab suci Hian-hong kubakar lumat hingga tak menjadi bibit bencana bagi dunia persilatan. "
Selesai berdoa, pelan-pelan ia tinggalkan ruangan itu,