Pedang Keadilan I Bab 22 : Mewarisi ilmu Pedang Naga sakti

 
Bab 22. Mewarisi ilmu Pedang Naga sakti,

setelah berhenti sejenak untuk termenung beberapa saat lamanya, ia melanjutkan kembali: "Aku sendiri hanya mengetahui garis besarnya saja cara untuk melatih diri itu, Kalau dilihat dari lukamu, tampaknya tidak enteng, jelas racun api sam-yang telah merasuk ke dalam perutmu, jika tidak diobati secepatnya, maka selewatnya malam ini mungkin akan lebih sulit lagi untuk menyembuhkannya."

"Tapi aku sama sekali tidak merasa sakit karena luka ini," sela Lim Han-kim sambil menggerakkan lengan kirinya.

"Kehebatan dari ilmu silat ini adalah membuat sang korban pukulan sama sekali tidak menyadari kalau isi perutnya sesungguhnya sudah menderita luka yang amat parah, Menunggu kau sadar kalau keadaan luka itu tak beres, mungkin jiwamu sudah tak tertolong lagi."

"Terima kasih banyak atas petunjuk Lo-cianpwee." "Kau terluka gara-gara aku, masa aku hanya duduk

berpeluk tangan saja membiarkan kau menderita. Cuma cara pengobatan atas luka pukulan ini tidak gampang, Kita harus mempersiapkan diri baik-baik sebelum turun tangan-"

"Tapi bagaimana cara pengobatannya?" tanya Lim Han-kim tenang.

Nadanya sangat datar tanpa emosi, seakan-akan ia tidak terpengaruh sama sekali oleh kondisi kesehatannya yang terancam bahaya maut itu.

"Mula-mula kita harus menggunakan jarum emas untuk menusuki jalan-jalan darah yang tersumbat, setelah itu baru mendesak ke luar hawa racun panas dengan menggunakan tenaga dalam."

"Tapi luka yang diderita Locianpwee belum sembuh betul, mana mungkin kau bisa membantu diriku untuk penyembuhan? Ketua Kuil Awan Hijau pandai dalam ilmu pertabiban, biar dia saja yang menolongku untuk mendesak ke luar hawa racun itu. "

"Betul si ketua Kuil Awan Hijau cakap dalam ilmu pertabiban dan obat-obatan, tapi bukan berarti dia juga mampu mengusir keluar hawa racun panas hasil pukulan ilmu sam-yang-ciang dari tubuhmu."

setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "Nak. jangan kuatir. Apabila aku tak yakin bisa membantumu mengusir keluar hawa racun panas itu dari dalam tubuhmu, tak nanti aku bakal pamer kemampuan di hadapanmu."

"Aku bukan bermaksud mencurigai kemampuan Locianpwee, tapi khawatir tindakan tersebut akan mempengaruhi keadaan luka Locianpwee yang sedang dalam taraf penyembuhan Tapi kalau Locianpwee berkata tidak mengganggu, baiklah, silahkan Locianpwee mulai bertindak."

Ciu Huang segera menyingkap selimutnya dan melompat turun dari pembaringan, setelah itu katanya: "Alat yang dibutuhkan dalam pengobatan itu tak lengkap di sini, Lebih baik pindah ke kamarku saja."

"Aku siap menurut perintah"

Dengan mengikuti ciu Huang, mereka berjalan menembusi beberapa gedung dan halaman sebelum akhirnya tiba di kamar tidur hakim sakti tersebut, Ciu Huang segera menutup rapat pintu kamarnya dan memadamkan lentera. Dari bawah bantalnya ia mengeluarkan sebuah kantung kulit kambing yang lebarnya lima inci. Dari dalam kantung itu dikeluarkan tiga batang jarum emas serta dua buah benda putih yang bentuknya seperti telur burung puyuh, katanya kemudian "Nak. dua biji pil ini merupakan obat pemunah racun yang sangat ampuh, coba kau telan dulu dua biji sekaligus."

Lim Han-kim segera menerima pil itu dan langsung ditelan, serunya: "Aku turut perintah"

"sekarang lepaskan baju atasmu" Lim Han-kim ragu- ragu sesaat, tapi kemudian mengikuti perintah dan melepaskan baju atasnya. "Nak, kau harus menahan sakit"

"silahkan Locianpwee turun tangan Ha-nya beberapa batang jarum emas itu tak akan menyusahkan diriku, aku percaya masih sanggup untuk menahan rasa sakit itu." "setelah kutusuk jalan darahmu dengan jarum emas, kau mesti pejamkan mata rapat-rapat dan jangan sekali- kali coba mengintip."

"Kenapa?" tanya Lim Han-kim keheranan "sewaktu aku menggunakan jarum emas nanti, tubuhmu tak boleh bergerak sama sekali, sebab bila sedikit melenceng saja maka jiwamu bakal terancam bahaya maut. Apalagi jalan darah yang harus kutusuk untuk mengusir hawa racun panas nanti merupakan jalan darah rahasia yang sukar sekali ditentukan letaknya secara tepat. selain itu aku pun tak ingin orang lain mencuri lihat ilmu tusukan jarumku ini."

Walaupun Lim Han-kim merasa alasan itu kelewat dibuat-buat serta dipaksakan, namun ia tak membantah, sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat. Tak lama kemudian ia merasa luka di lengannya terasa sakit sekali.

Lamat-lamat dia merasa Ciu Huang dengan jarum emasnya telah menusuki belasan jalan darah pentingnya. sekilas perasaan ingin tahu tiba-tiba muncul dalam benaknya, dia ingin sekali membuka matanya untuk mengintip. tapi niat tersebut segera diurungkan karena teringat kembali pesan wanti-wanti yang disampaikan ciu Huang barusan-

Mendadak terdengar suara Ciu Huang bergema lagi: "Nak. tahanlah rasa sakit berikut ini." Baru saja Lim Han-kim hendak menjawab, mendadak jalan darah "sin-teng-hiat" nya terasa kaku, tahu-tahu ia sudah jatuh tak sadarkan diri, Entah berapa saat sudah lewat. Ketika anak muda itu sadar kembali dari pingsannya, pertama-tama yang dirasakan olehnya adalah hawa dingin yang amat tebal serta suara gemericiknya air yang mengalir, dia tak tahu berada di mana sekarang.

Menyusul kemudian ia merasa seluruh pakaiannya telah dilucuti, Kini tinggal celana dalam saja yang masih menempel, Tubuhnya ditelentangkan di atas batu yang dingin dan keras, Batu itu sebagian besar terendam dalam air sehingga yang masih nongol di permukaan air cuma setengah inci saja.

Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa malu bercampur gusar. Malu karena menganggap dirinya telah dipermainkan orang. Dengan cepat dia melompat bangun dari atas batu itu. Ternyata saat itu ia berada di sebuah mata air yang dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya, Air mengalir dari sekeliling batu yang tinggi dan terjal membuat tempat di mana dia berada menjadi sebuah telaga yang lebar.

Luas telaga itu lebih kurang setengah hektar Airnya dingin seperti es dan hawa dingin yang menusuk tulang menyelimuti sekeliling tempat itu. Di tengah bukit yang sepi dan dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya itu, selain suara gemercik air, boleh dibilang tak kedengaran suara yang 1ain- Lim Han-kim mencoba memperhatikan sekeliling tempat itu, namun tak tampak sesosok bayangan manusia pun-

Agaknya hanya dia seorang yang ditinggal dalam telaga dingin itu, Padahal dia masih ingat dengan jelas dirinya sedang diobati dalam kamar tidur Ciu Huang, malah jalan darahnya di-tusuki dengan jarum emas, tapi bagaimana mungkin ia berada di tengah telaga dingin saat ini?

Jika ditinjau dari tempat di mana ia berada sekarang, jelas batu itu terletak di tengah telaga, selain terjun ke dalam air, rasanya tak ada jalan lain untuk menepi, padahal selama hidup ia paling takut dengan air, maka untuk berapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa mengawasi air telaga sambil termangu-mangu.

Ia mencoba memperhatikan bekas luka di lengannya, Di situ ia masih melihat bekas tusukan-tusukan jarum pada jalan darahnya. Pada saat itu langit makin lama semakin gelap. Malam yang kelam pun menjelang tiba, pemandangan di sekeliling tempat itu mulai kabur dan tak jelas dipandang.

Lim Han-kim merasakan hawa dingin makin lama makin mencekam hingga merasuk ke tulang. Dalam keadaan begini mau tak mau dia harus duduk bersemedi untuk melawan rasa dingin yang membekukan itu Dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, begitu hawa murni disalurkan dari Tan-tian, segulung aliran hawa panas segera menyerbak ke atas mencairkan peredaran darahnya yang membeku. Dalam sekejap mata kebugaran tubuhnya telah pulih kembali.

Entah berapa saat sudah lewat, mendadak terdengar suara seseorang yang rendah dan berat berkumandang datang: "Nak, coba kau atur pernapasan untuk memeriksa, apakah masih ada sisa racun yang belum terusir dari dalam tubuhmu."

Lim Han-kim dapat segera mengenali suara itu sebagai suara Ciu Huang, tak kuasa lagi segulung api amarah bergelora di dalam dadanya, sambil tertawa dingin serunya: "Locianpwee, apa maksudmu menelanjangi aku dan meninggalkan tubuhku di tengah telaga yang begitu dinigin?"

Terdengar jawaban dari ciu Huang bergema dari kejauhan- "Nak, kau harus tahu sam-yang-khikang merupakan ilmu tenaga dalam aliran tingkat atas yang bersifat panas. Aku sengaja menceburkan badanmu ke dalam telaga dingin karena berniat membiarkan hawa dingin merasuk ke tubuhmu serta memunahkan racun hawa panas yang mengeram di tubuhmu.

Khasiatnya bukan saja lebih manjur daripada minum obat, bahkan di saat hawa panas saling bentrok dengan hawa dingin dan memaksa kau mengerahkan tenaga dalam untuk melawan hawa dingin yang merasuk ke tubuhmu, secara otomatis tindakanmu tersebut akan memancing daya kemampuan tubuhmu sendiri untuk menghapuskan racun panas."

Mendengar penjelasan itu diam-diam Lim Han-kim berpikir: "ooooh, begitu rupa-nya. Tapi semestinya dia jelaskan dulu kepadaku sehingga aku tak perlu salah paham "

Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Nak. saat ini merupakan tengah malam yang paling dingin. Telaga tersebut terletak di tengah bukit yang menghimpun semua aliran air gunung. Hawa dingin yang menyelimuti tempat tersebut amat menusuk tulang, Apabila kau bersedia terjun ke dalam telaga serta membiarkan badanmu terendam beberapa saat, maka bukan cuma hawa racun panas dari sam-yang-ciang akan pUnah, tenaga dalammu juga akan peroleh kemajuan."

selama hidup Lim Han-kim paling takut dengan air, buru-buru dia berseru: "Aku rasa racun panas dalam tubuhku telah punah, Tak usah berendam lagi. "

"Kalau memang begitu mendaratlah, sekarang kesehatanmu sudah pulih banyak tapi berhubung ada urusan lain aku tak bisa berdiam terlalu lama di sini, berarti saat berkumpul kita pun tak banyak lagi. Mulai malam ini aku akan mulai mewariskan beberapa macam ilmu silat kepadamu." Lim Han-kim mencoba memperhatikan sekeliling tempat itu ia lihat jarak terdekat antara telaga dengan daratan adalah tiga kaki, padahal ia merasa ilmu meringankan tubuhnya belum mampu mencapai jarak tersebut dalam sekali lompatan saja, sementara di antara telaga dengan daratan juga tak ditemukan sesuatu benda sebagai batu lompatan, Berarti, ia mesti menceburkan diri ke dalam telaga.

Hal mana kontan saja membuat perasaannya amat cemas, buru-buru teriaknya keras-keras: "Locianpwee, ilmu meringankan tubuh yang kumiliki masih belum mampu mencapai daratan dalam sekali lompatan, bersediakah kau membantu aku?"

"Air telaga itu tak dalam, masuklah ke telaga dan menyeberang ke mari."

Diam-diam Lim Han-kim berpikir lagi: "Selama hidup aku paling takut dengan air, kalau aku mau mencebur ke dalam air, buat apa mesti minta bantuanmu?"

Meski menggerutu di dalam hati, di luar ia berkata lagi: "Aku tak pandai berenang. Asal Locianpwee melemparkan seuntai ranting kering aku percaya bisa mendarat."

Meskipun Ciu Huang merasa keheranan, namun ia tak membantah lagi. seuntai ranting kering segera dilontarkan ke dalam telaga. Lim Han-kim segera bangkit berdiri, hawa murninya dihimpun ke seluruh tubuhnya, setelah memperhatikan letak ranting kayu itu ia melejit ke udara, Ujung kakinya menutul di atas ranting tersebut dan menggunakan daya pental tadi melayang turun di daratan.

Padahal berbicara dari ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sekarang, kendatipun ia tak mampu mencapai daratan dalam sekali lompatan, namun untuk jarak sejauh tiga kaki ini, asal ia meminjam daya apung air telaga tersebut sesungguhnya tak susah baginya untuk mencapai daratan dengan gampang. Tapi berhubung sejak lahir ia sudah menaruh perasaan yang sangat takut terhadap air, ternyata ia tak berani untuk mencobanya.

Tampak Ciu Huang sedang duduk bersila bersandar pada sebatang pohon cemara besar, di sisinya terletak sebilah pedang pendek. Dalam sekilas pandang saja Lim Han-kim dapat mengenali pedang pendek dengan sarung kulit ikan hiu dan gagang berwarna kuning emas itu adalah pedang Jin-siang-kiam yang dihadiahkan ketua muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo Lan kepadanya.

Di samping pedang pendek itu teronggok pakaian miliknya. Waktu itu Ciu Huang telah melepas kain pembalut yang membungkus kepalanya, kini yang tampak hanyalah bekas-bekas luka yang memenuhi wajah dan kepalanya, Dari bekas-bekas luka yang tersisa pemuda tersebut dapat membayangkan betapa parahnya luka yang diderita orang ini dulu.

Dengan cepat Lim Han-kim mengenakan pakaiannya, kemudian berkata: "Terima kasih banyak atas budi pertolonganmu Lo-cianpwee,"

ciu Huang mengambil pedang Jin-siang -kiam yang tergeletak di sisinya itu, lalu tanyanya: "Apakah ibumu yang menyerahkan pedang ini kepadamu?"

"Oooh bukan, seorang sahabat yang menghadiahkan kepadaku,"

ciu Huang segera meloloskan pedang itu dari sarungnya, cahaya berkilauan segera memancar di tengah kegelapan malam, sesudah mengamati beberapa saat, ia berkata: "Pedang ini terbuat dari campuran baja dengan emas, meskipun tak bisa dibandingkan dengan ketajaman pedang jian-kun atau Mo-sia-kiam, tapi terhitung juga sebilah pedang mustika yang sangat langka, Boleh tahu siapa yang menghadiahkan kepadamu?"

"Ketua muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo Lan namanya."

"Hongpo Lan-.. Hongpo Lan-..?" gumam ciu Huang, "Bagaimana bentuk rupa orang ini? Berapa usianya?" "Wajahnya tampan tapi dingin dan selalu serius, usianya lebih tua sedikit ketimbang umurku, lebih kurang dua puluh tiga- empat tahunan, kenapa? Locianpwee merasa kenal dengannya?"

"Dengan usiaku setua ini tentu saja temanku sepantaran dengan usiaku juga, lebih kurang enam puluhan tahun, Memang aku kenal dengan beberapa orang sobat muda tapi tak banyak jumlahnya, Bentuk pedang ini nampaknya meski antik namun sarungnya jelas buatan baru. Bila dugaanku tak salah, pedang ini belum lama di-tempa, paling banter usianya baru tiga puluh tahunan. "

Setelah berhenti sejenak. kembali kata-nya: "Tapi bentuk pedang ini luar biasa pendeknya, apabila si penempa pedang bukan seorang ahli pedang, mustahil ia dapat menempa pedang sependek ini."

"Dugaan Locianpwee tepat sekali, ilmu silat yang dimiliki Hongpo Lan memang tidak berada di bawah kemampuanku"

"Tapi pedang tersebut jelas bukan hasil tempaannya "

sesudah berhenti sejenak. terusnya: "Apakah pemilik tua perkampungan Lak-seng-tong masih hidup di dunia?" "Aku belum sempat menyambanginya, tapi dari pembicaraan anggota perkampungan Lak-seng-tong bisa diketahui bahwa dia masih hidup segar bugar di dunia ini."

"Kau tahu siapa namanya?"

"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu tahu," sahut Lim Han-kim sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

Ciu Huang termenung berpikir berapa saat, mendadak ia melompat bangun sambil bergumam: "Aaaaah, pasti dia Pasti dia"

"siapa?" tanya Lim Han-kim tak habis mengerti. "Pedang sakti dari Lam-Kiang, Hongpo Tiang- hong "

sekilas rasa gembira menghiasi wajahnya, terusnya: "Jika dia masih segar bugar di dunia, maka aku. " Tiba-

tiba ia menghentikan kata-katanya dan tidak dilanjutkan lagi.

Lim Han-kim memang paling tak suka bicara, maka dia pun tidak bertanya lebih lanjut, Pelan-pelan ciu Huang berkata lebih jauh: "Sesungguhnya aku sedang merasa serba salah, haruskah kuwariskan ilmu pedang naga sakti kepadamu atau tidak. Tapi apabila si pedang sakti dari Lam-kiang masih hidup di dunia ini, aku berkeputusan akan tetap mewariskan ilmu tersebut kepadamu" "Apa hubungan antara niat Locianpwee mewariskan ilmu pedang naga sakti kepadaku dengan si pedang sakti dari Lam-kiang?" tanya Lim Han-kim tidak habis mengerti.

"sangat besar hubungannya. jika si pedang sakti dari Lam-kiang sudah meninggal dunia, terpaksa aku pun akan membawa ilmu pedang naga sakti kepadamu juga tak ada gunanya, Aaaai.,. Meski aku menguasai ilmu pedang tersebut namun sepanjang hidupku belum pernah kupakai untuk menghadapi musuh. "

Lim Han-kim semakin tak mengerti, tanyanya: "Locianpwee, apa maksudmu? Maafkan kebodohanku, aku benar-benar tidak mengerti apa yang Locianpwee maksudkan"

Hakim sakti Ciu Huang mengelus jenggotnya yang putih, lalu ujarnya: "Dulu aku dan pedang sakti dari Lam- kiang, Hongpo Tiang- hong adalah sahabat karib, Kami ternama bersama, Waktu itu kami sama-sama masih muda, membenci kejahatan dan bertekad memberantas ketidakadilan dalam dunia persilatan Belum pernah satu pun jago lihai dari kalangan hitam yang berjumpa dengan kami berhasil lolos dari ujung pedang kami sehingga walaupun para jago dari rimba hijau mendendam kepada kami, namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Akibatnya nama besar kami makin lama semakin tenar, tapi dendam dan permusuhan yang kami buat pun kian lama kian bertambah banyak. Akhirnya kami kena dihasut orang sehingga saling bertarung sendiri dengan sengitnya..."

Tampaknya pendekar besar yang ternama ini menaruh perasaan menyesal yang amat sangat atas kejadian lama. Berbicara sampai di situ, tiba-tiba saja dia menghela napas sedih, ditatapnya angkasa dengan termangu, sampai lama kemudian ia baru melanjutkan dengan hambar:

"Dalam pertarungan itu kami saling bertarung sebanyak lima ratusan jurus, bertempur sampai sama- sama kehabisan tenaga, tapi keadaan tetap berimbang, menang kalah susah ditentukan-..."

Membayangkan bagaimana sepasang sahabat saling bertarung begitu sengit, tanpa terasa Lim Han-kim turut merasa pedih, katanya: "Nama besar menyusahkan orang, seandainya Locianpwee berdua bukan ternama bersama, sekalipun diadu domba orang lain pun belum tentu akan saling bentrok sendiri"

"Memperebutkan nama sebetulnya cuma alasan, yang benar pertarungan itu dikarenakan sebab-sebab lain-"

"Lalu apa penyebabnya?" tanya Lim Han-kim keheranan- "Sudah belasan tahun lamanya persoalan ini mengganjal dalam dadaku, belum pernah kuceritakan kepada orang lain, selain Hongpo Tiang- hong dan aku, hanya seorang saja yang tahu masalah ini."

"Siapa dia?"

" orang itu adalah nyonya Hongpo" "Aaaah Nyonya Hongpo...?"

"Benar, nyonya Hongpo, Aaaaai.,. separuh masa hidup aku hidup malang melintang dalam dunia persilatan tanpa tandingan siapa umat persilatan yang tidak mengagumi nama besarku, Tapi siapa pula yang bisa membayangkan betapa sepinya kehidupanku ini dilewatkan- Setiap hari aku sibuk mencampuri urusan orang lain, sebetulnya aku hanya ingin menggunakan alasan tersebut untuk membunuh waktu, Aku menyerempet bahaya tak lain untuk melenyapkan kemasgulan dan kehampaan perasaanku."

"Aaaah... rupanya dia mengalami penderitaan sedalam itu." Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Aaaai... orang lain mengagumi nama besarnya, menganggapnya sebagai tonggak dunia persilatan, tapi siapa yang bisa membayangkan kesedihan, kesepian dan kemurungan hatinya? Ya a a ia memang seorang tua yang

kesepian " Sementara itu ciu Huang telah berkata lagi sesudah menghela napas panjang: "Setelah lolos dari kematian kali ini, aku mulai banyak menyadari akan kesilafanku di masa lalu, pandanganku terhadap nama serta kedudukan juga jauh lebih hambar, Aku mulai rindu terhadap sahabat-sahabat lama, apalagi usiaku kini makin lanjut. sekalipun tidak mati terbunuh oleh musuh besar, aku tak akan lolos dari takdir, Bila kubiarkan ilmu pedang naga sakti ikut terkubur bersama hayatku, sehingga ilmu sakti itu punah, aku pun merasa terlalu sayang. Tapi ilmu pedang naga sakti merupakan ilmu pedang tingkat atas. Biar pun aku memahami dasar jurus pedangnya serta cara untuk melatihnya, namun tidak memahami rahasia untuk menghadapi musuh sehingga biar pun ilmu itu sudah kuwariskan kepadamu, titik kelemahan masih terdapat di mana-mana, jadi tak mungkin bisa digunakan untuk menghadapi lawan-"

"Kalau memang begitu, buat apa aku mempelajarinya?"

"Nak. kau jangan terburu napsu, aku belum selesai bicara, ilmu pedang naga sakti merupakan sebuah ilmu sakti peninggaLan seorang pendekar pedang kenamaan yang disalin dalam sejilid kitab pusaka. Kitab itu terbagi menjadi dua bagian, Bila kedua bagian itu tergabung jadi satu, maka ilmu pedang tersebut baru bisa dilatih secara lengkap. Waktu itu aku dan pedang sakti dari Lam-kiang, Hongpo Tiang- hong masing-masing membawa satu bagian, Bagian atas mengajarkan cara berlatih sedang bagian bawah merupakan Ko-koat (teori)-nya. Akibatnya aku hanya memiliki bagian atas sedang Hongpo Tiang- hong memiliki bagian bawahnya. Berhubung ilmu pedang itu kelewat mendalam, maka walaupun aku sudah mendapatkan cara berlatihnya, toh tak berhasil memakainya untuk melawan musuh."

"ooooh..., begitukah ceritanya?" Lim Han-kim merasa sangat keheranan-

"Gara-gara masalah ini, aku telah membuang banyak pikiran dan tenaga. Namun setiap kali menggunakan jurus pedang itu, aku selalu merasa titik kelemahannya terlalu banyak. selama belasan tahun terakhir belum pernah kugunakan jurus pedang itu untuk melawan musuh, Aku pikir pasti di bagian bawah kitab itulah semua perubahan dalam menghadapi musuh tercatat rapi.

Berhubung kitab bagian atas memuat jurus-jurus pedangnya, aku percaya keadaan yang dihadapi Hongpo Tiang-hong tak jauh berbeda dengan keadaanku, ia pasti tak berhasil menggunakan ilmu pedang naga sakti tersebut"

"Apakah Locianpwee masih tetap membenci Hongpo Tiang-hong?" "Setelah berlangsungnya pertempuran sengit itu, kami sama-sama merasa menyesal, Meskipun dalam suatu perjamuan sederhana kami telah saling memaafkan, namun selama belasan tahun terakhir kami belum pernah saling bertemu lagi."

"Kenapa begitu?"

"Selama masa ini meski dia pernah melacak jejakku ke mana-mana, tapi aku selalu berusaha menghindarinya.

Mungkin dia lalu tahu kalau aku sudah bertekad tak akan menjumpainya lagi, maka dia pun tidak memaksakan diri untuk melacak jejakku lagi. Waktu berlalu begitu cepat, kini kita sama-sama sudah lanjut usia. bila mengenang kembali masa lampau, hatiku benar-benar merasa amat pedih."

"Kalau memang Locianpwee sudah menyesal kenapa tidak bertemu saja dengan Hongpo Tiang- hong?"

"Aaaaai... aku mempunyai kesulitan yang susah diutarakan keluar, sudah belasan tahun lamanya penderitaan itu terpendam di hatiku, malam ini aku harus mengutarakannya keluar, Walaupun pertarungan kami waktu itu disebabkan adu domba orang lain, tapi alasan yang sesungguhnya adalah kami sama-sama mencintai seorang gadis yang sama. Gadis itu pun menaruh kasih yang sama terhadap kami berdua, oleh sebab ia susah memilih satu di antara kami berdua, Akhirnya dia pun bertahan terus tanpa kawin, Dalam hati kecil kami sama- sama mengerti, kecuali satu di antara kami berdua mati, tak mungkin gadis itu akan kawin- sebab itulah setelah pertempuran waktu itu secara diam-diam aku pergi menjauhkan diri Menanti sampai mereka sudah menjadi suami istri selama tiga tahun, baru aku muncul lagi dalam dunia persilatan"

Lim Han-kim menghela napas panjang, pujinya: "Locianpwee, kau benar-benar berjiwa besar, sungguh mengagumkan sungguh mengagumkan"

"Tapi nak. aku harus membayar dengan harga yang mahal, Selama belasan tahun ini aku harus hidup dalam kesepian dan kerinduan"

Kata-kata tersebut diungkap dengan perasaan yang amat mengenaskan, ingin sekali Lim Han-kim mengucapkan beberapa kata menghibur, tapi ia tak tahu harus mulai dari mana, terpaksa dia pun membungkam diri

Tiba-tiba Ciu Huang bangkit berdiri, gumamnya: "Aaaaai,., sudah tua, benar-benar sudah tua, masa lampau ibarat asap. buat apa dipikirkan lagi. "

Dia alihkan sorot matanya ke wajah Lim Han-kim, kemudian serunya: " Kemarilah nak, segera kuwariskan ilmu pedang naga sakti kepadamu." Lim Han-kim menurut dan berjalan menghampirinya, Dengan wajah serius Ciu Huang berkata: " Ilmu pedang naga sakti merupakan ilmu sakti tingkat atas. Kalau bukan orang cerdik, mustahil dapat mempelajarinya.

Malam ini kuwariskan ilmu tersebut kepadamu, Kesatu sebagai rasa terima kasihku karena kau jauh-jauh datang mengantar obat untukku, kedua untuk memenuhi keinginan ibumu dan ketiga aku tak tega membiarkan ilmu langka ini turut terkubur bersama hayatku. Masalah kau bisa mempelajarinya atau tidak tergantung pada kemampuanmu Mungkin kau bisa mengandalkan ilmu tersebut untuk menjagoi dunia persilatan serta mengungkap rahasia asal usulmu. Mungkin juga kau alami nasib seperti aku, hanya mempelajari ilmu kosong yang tak bisa dipakai untuk menghadapi musuh."

"ilmu silat Locianpweejauh lebih hebat dari kemampuanku, sudah belasan tahun diselidiki pun tak berhasil memecahkan rahasia ilmu tersebut, apalagi aku yang bodoh ini, Mungkin aku bakal menyia-nyiakan harapan mu."

"Nanti kuberikan sebuah benda kepadamu Bawalah benda itu menghadap Hongpo Tiang- hong, ia pasti akan mewariskan ilmu yang tertera dalam kitab bagian kedua itu kepadamu."

"Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga." Membayangkan kembali ucapan ciu Huang tadi, bila menguasai ilmu tersebut ia bisa menjagoi dunia persilatan serta menyingkap rahasia asal usulnya, lamat- lamat Lim Han-kim mulai merasa bahwa asal usul dirinya menyangkut sebuah rahasia besar dari dunia persilatan ia mesti memiliki ilmu silat yang maha tinggi untuk memikul beban berat tersebut. oleh sebab itulah anak muda ini tidak menampik lagi niat Ciu Huang untuk mewariskan ilmu tersebut kepadanya.

Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela napas panjang: "Menurut pengamatanku selama beberapa tahun ini keadaan Hongpo Tiang- hong tentu seperti diriku, menaruh rasa rindu dan menyesal terhadap persahabatan yang pernah kami bina dulu, maka bila ia melihat benda pemberianku itu sudah pasti tak akan menampik keinginanmu. "

Ia mendongakkan kepalanya sambil menghela napas berat, lanjutnya: "Tapi hal itu cuma pengamatanku saja. Hati manusia sukar diduga, Mungkin saja saat ini dia sudah melupakan sama sekali sobat lamanya ini, lupa dengan persahabatan yang pernah kami bina dulu, Dalam hal ini aku tak bisa apa-apa, jadi ia mau mewariskan ilmu tersebut kepadamu atau tidak. aku tak berani jamin-"

"Terlepas Hongpo Tiang- hong mau mewariskan teori ilmu pedang naga sakti itu kepadaku atau tidak. aku tetap menaruh perasaan terima kasih yang mendalam atas kebaikan Locianpwee ini."

Hakim sakti Ciu Huang tertawa dingin, serunya cepat sambil menggeleng: "selamanya aku bertindak bukan untuk mencari rasa terima kasih orang terhadapku, aku bertindak asal perasaanku berkata begitu."

Lim Han-kim mengerti orang ini dianggap seorang pendekar besar masa kini, dengan sendirinya apa yang diperbuat jauh berbeda dengan orang biasa, karena itu dia pun tak banyak bicara lagi,

Diam-diam Hakim sakti Ciu Huang menghimpun tenaga murninya, lalu sambil memungut pedang Ji-siang- kiam dari atas tanah, ujarnya serius: "Perhatikan baik- baik, nak"

Cepat-cepat Lim Han-kim menghimpun seluruh perhatiannya untuk memperhatikan gerakan kakek itu.

Terdengar ciu Huang berkata: " Kunci dari ilmu pedang tingkat atas terletak pada hati mengendalikan perasaan, perasaan mengendalikan pikiran dan pikiran mengendalikan gerak pedang "

Ketika Lim Han-kim mencoba memperhatikan dengan seksama, ia jumpai orang tua itu telah pejamkan matanya, sikap serta mimik mukanya begitu serius dan keren membuat orang segan untuk menyerang-nya, cukup dilihat dari gayanya tersebut sudah bikin hati orang merasa kagum.

sambil melintangkan pedangnya di depan dada ciu Huang berdiri dengan wajah serius, mendadak sambil melotot besar bentaknya: "Jurus pertama dari ilmu pedang naga sakti, naga perkasa membumbung ke langit"

Tangan kirinya diayun membentuk satu gerakan aneh, sementara pedang pendek di tangan kanannya menuding ke langit, tubuhnya tiba-tiba membumbung ke angkasa setinggi satu tombak. kemudian secara mendadak pedangnya menyodok ke bawah diiringi badannya meluncur pula ke atas tanah.

sejak kecil Lim Han-kim sudah mendapat petunjuk guru kenamaan, dasar ilmu pedangnya boleh dibilang cukup matang, Dalam pandangan orang lain mungkin gerak mengangkat pedang ke atas lalu menyodok ke bawah itu sangat umum dan tiada sesuatu yang aneh, tapi Lim Han-kim yang memperhatikan pedang pendek di tangan orang tua itu justru menemukan kenyataan dalam waktu sesingkat itu bahwa ujung pedang sudah bergeser ke beberapa tempat secara beruntun, bahkan tempat yang diserang merupakan tempat-tempat yang susah dijaga.

sementara dia masih termenung, ciu Huang telah menarik kembali pedang pendeknya sambil berkata: "Untuk menggunakan jurus ini, orang harus memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna, dengan begitu kombinasi kerja samanya baru lebih mantap. Nak, yakinkah kau dapat mempergunakannya?"

"Walaupun aku merasa belum mampu menandingi ketenangan serta kemantapan Locianpwee, namun aku yakin masih dapat mempergunakannya."

"Bagus sekali, semestinya jurus ini memiliki perubahan yang banyak sekali, namun aku tak berhasil memecahkannya, seperti misalnya pedang itu tak pernah meninggalkan posisinya di depan tubuh, tapi dari mana pun musuh menyerang semua ancaman dapat dipunahkan secara gampang. Hal ini membuktikan kalau jurus pedang ini benar-benar amat lihay, sayang aku tak berhasil meraba perubahan gerakannya meski samar- samar dapat kurasakan bahwa jurus itu mengandung perubahan yang tak terhingga."

"Yaaa, aku sendiri merasa gerakan tubuh Locianpwee menyusul gerak pedang tersebut susah diikuti dengan mata telanjang."

"Ha ha ha ha " Ciu Huang tertawa tergelak "Bagus,

bagus sekali Rupanya kau sudah dapat menilai berharganya ilmu pedang ini, Cukup ditinjau dari beberapa patah katamu barusan, aku sudah mengerti bahwa aku tidak salah memiliki ahli waris " setelah berhenti sejenak. ia kembali melanjutkan dengan serius: "Nak. perhatikan lagi baik-baik, jurus kedua Naga Air Menyebrangi samudra"

Lim Han-kim memperhatikan dengan seksama, ia saksikan ujung pedangnya bergerak membuka jalan diikuti gerak tubuh di belakangnya, putar kiri belok kanan setelah berputar satu lingkaran akhirnya balik kembali ke posisinya semula.

"Nak, dapatkah kau jumpai di mana letak kehebatan dari jurus serangan ini?" tanya Ciu Huang kemudian sambil menarik kembali pedangnya.

Lim Han-kim termenung berpikir sebentar kemudian sahutnya: "Aku bodoh, sayang tak bisa mengintip rahasia dari jurus tersebut, tapi rasa-rasanya kunci dari jurus ini terletak pada gerak langkahnya, betul begitu?"

"Tepat sekali," Ciu Huang manggut-manggut penuh rasa kagum. "Dasar perubahan jurus kedua ini memang terletak pada pergeseran posisi kaki kita, Di luar langkah itu mengikuti posisi Pat-kwa, padahal di balik Pat-kwa juga mengandung unsur ngo-kiong. sayang aku tidak mengetahui perubahan gerak pedangnya, sehingga meski sudah belasan tahun aku peras otak. namun tak pernah berhasil menggunakannya untuk menghadapi musuh." "Samudra luas tak ada batasnya, naga air tentu saja dapat bergerak tanpa hadangan, menurut arti nama jurus tersebut tampaknya apa yang Locianpwee duga memang sudah tepat sekali."

"Gerak perputaran yang barusan kupraktekkan ini tampaknya saja sangat sederhana, padahal posisi kaki susah sekali dilatih, Asal kau dapat menghapalkan gerak langkahnya pada malam ini, kuanggap kau sebagai orang yang sangat cerdas."

"Aku pasti akan mempelajarinya dengan sepenuh tenaga."

"Coba kau ikuti di belakangku, perhatikan setiap posisi langkahku dan tirukan, Asal mau diperhatikan aku percaya kau bisa menguasainya dalam waktu cepat." Lim Han-kim mengiakan dan segera mengikuti di belakang ciu Huang mempelajari gerak langkah jurus serangan tersebut Apa yang diucapkan ciu Huang tadi ternyata terbukti Gerak langkah yang tampaknya tak sulit untuk dipelajari itu ternyata tak mudah dikuasai, sudah hampir satu jam lamanya Lim Han-kim coba mempraktekkan namun belum juga berhasil seperti apa yang diharapkan.

Tapi bagi pandangan ciu Huang, kemampuan yang berhasil dicapai Lim Han-kim sekarang sudah melebihi dari cukup, ia malah memuji tiada hentinya, Dulu ketika baru pertama kali ia memperoleh kitab bagian atas ilmu pedang naga sakti tersebut, dia harus menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk mempelajari jurus "Naga Air Menyebrangi samudra" ini, itu pun sampai lupa makan dan lupa tidur, siang malam terus berlatih tak henti-hentinya.

Lim Han-kim hanya membutuhkan waktu selama satu dua jam untuk menguasai garis besar gerakan jurus itu, tentu saja orang tua tersebut sangat memuji kemampuannya.

Pada awal latihan, Lim Han-kim merasa setiap langkah dan gerakannya amat kaku dan tidak terbiasa, ia merasa setiap gerak putaran badannya seolah-olah saling bertentangan dengan pengerahan tenaga, tapi lambat laun setelah sedikit menguasai, kegembiraannya kian meningkat ia pelajari berulang-ulang tiada hentinya, sedetik pun enggan berhenti. Dengan ciu Huang yang selalu memberi petunjuk dari samping, kemajuan yang dicapai anak muda itu pun semakin meningkat.

Tanpa terasa fajar pun mulai menyingsing. sang surya mulai muncul dari kaki bukit, memancarkan cahayanya yang ke- emas- emasan. Ciu Huang mendongakkan kepalanya menarik napas panjang, ujarnya: "Nak, latihan kita hari ini berhenti sampai di sini dulu, Tiga hari kemudian kita bersua lagi di lembah ini."

Kemudian sambil menuding sebuah bukit kecil yang berada di arah tenggara, katanya lebih jauh: "setelah melewati bukit tersebut kau akan tiba di lereng bukit, dari situ kau bisa melihat letak Kuil Awan HHijau."

" Kenapa? Locianpwee tidak bermaksud pulang ke kuil?"

"Tidak, aku tidak balik ke situ...," selesai bicara ia balik tubuhnya dan berjalan menuju ke arah Barat, sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan, Memandang hingga bayangan punggung ciu Huang lenyap dari pandangan Lim Han-kim baru meneruskan perjalanannya sesuai dengan petunjuk.

Benar juga, setelah melewati bukit kecil dan menuruni lerengnya, ia dapat menyaksikan bangunan Kuil Awan HHijau. Terburu-buru Lim Han-kim menuruni lereng menuiu ke dalam kuil, Waktu itu para tosu dalam kuil telah bangun dan membersihkan halaman Ketika melihat Lim Han-kim muncul di pintu gerbang, serentak mereka memberi hormat, tapi tak seorang pun yang ber-tegur sapa.

Tergopoh-gopoh Lim Han-kim masuk ke dalam kuil, ia jumpai sarapan telah disiapkan di atas meja, malah masih mengepulkan hawa panas, jelas hidangan baru saja tersedia, Waktu itu Lim Han-kim putar otak terus mengingat-ingat perubahan posisi langkah dari jurus pedang yang baru dipelajarinya karena takut lupa. setelah buru- buru sarapan pagi, dia kembali ke kamarnya untuk berlatih beberapa kali, kemudian baru beristirahat.

Tiga hari pun berlalu tanpa terasa, selama tiga hari ini Lim Han-kim merasakan ketenangan yang luar biasa, Kecuali seorang tosu kecil yang tiap kali datang mengantar hidangan, tak seorang pun yang ke sana mengusik ketenangannya, malahan ketua Kuil Awan Hijau puncak pernah muncul.

Hari ini adalah hari pertemuannya dengan ciu Huang. Dua jurus pedang yang dipelajarinya tempo hari, setelah dilatih selama beberapa hari ini, boleh dibilang ia sudah hapal sekali.

Ketika melihat waktu pertemuannya dengan Ciu Huang masih lama, tiba-tiba saja ia teringat dengan ci Mia-cu yang sudah beberapa hari tak bertemu dengannya, Dia tak tahu apakah Li Bun-yang serta Han Si-kong telah balik atau belum, apakah Yu siau-liong ada kabar beritanya atau tidak...

Teringat beberapa masalah itu, dia pun mengayunkan langkahnya menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. Waktu itu sudah mendekati magrib, matahari yang bersinar lemah dari langit Barat memancarkan cahayanya yang kemerah-merahan, ia saksikan ci Mia-cu sedang duduk bersila mengatur pernapasan di dalam kamarnya. Baru saja Lim Han-kim menyingkap tirai siap melangkah masuk ke dalam ruangan, Ci Mia-cu telah sadar dan membuka matanya, bahkan langsung turun dari pembaringan dan berjalan menghampirinya.

"Ada urusan apa Lim kongcu?" tegurnya. "Aaaah, rupanya aku mengganggu ketenangan

totiang, sebenarnya aku hanya ingin mencari tahu beberapa persoalan, begitu peroleh jawaban, aku segera pergi dari sini."

"Tanya saja terus terang, toh aku sudah selesai bersemedi."

"Bagaimana kabar berita adikku yang lenyap itu?

Apakah ia sudah pergi ke tempat tinggal si dewa Jinsom Phang Thian-hua?"

"Kemarin baru saja aku terima surat lewat burung merpati yang mengabarkan bahwa sepanjang jalan hingga kini belum tampak jejaknya, kalau bukan salah jalan, mungkin ia sudah berubah pikiran dan mengambil arah lain-"

Lim Han-kim bertambah gelisah, alis matanya berulang kali dikerutkan kencang-kencang, ujarnya kemudian: "Aku benar-benar khawatir, jangan-jangan ia sudah mengalami sesuatu musibah." "Adikmu bukan orang yang berumur pendek, kau tak usah terlalu menguatirkan keselamatannya . "

"Aaaai. " Lim Han-kim menghela napas panjang,

"Usianya masih begitu muda, aku benar-benar khawatir membiarkannya mengembara seorang diri dalam dunia persilatan"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar