Pedang Keadilan I Bab 18 : Menguak Rahasia Di Tepi Hutan

 
Bab 18. Menguak Rahasia Di Tepi Hutan.

Biarpun sudah cukup bagi si kepalan baja Ku Hui untuk menderita kerugian besar, ia merasa urat nadi pada lengan kanannya terhantam keras-keras, separuh badannya seketika menjadi kaku, seluruh lengan kanan itupun tak mau menurutiperintahnya lagi dan terkulai lemas.

Berhasil dengan pukulannya, Lim Han-kim segera melompat mundur sejauh empat lima depa dari posisi semula, Han si-kong kuatir si kepalan baja Ku Hui tak sanggup menahan rasa mendongkol ini karena kekalahannya hingga nekad beradu jiwa, buru-buru ia maju menyongsong dan berseru sambil tertawa terbahak:

"Ha ha ha ha... kemampuan kalian berdua benar- benar berimbang. saudara Ku memiliki ilmu ki-na-jiu-hoat yang hebat..."

sementara itu si kepalan baja Ku Hui berdiri termangu sambil mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.

Diam-diam ia salurkan hawa murninya untuk memper- lancar peredaran darahnya, sampai lama sekali ia baru bisa menggerakkan lengan kanannya itu.

Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali ujarnya: "llmu silatnya jauh lebih hebat daripada kepandaianku Aaai. padahal aku harus mengaku kalah

sejak tadi." Lim Han-kim sendiri hanya berdiri serius tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

si Kepalan baja Ku Hui berpaling memandang Han si- kong sekejap. kemudian ujarnya lagi: "saudara Han tidak usah mungkir lagi, Tepat sekali ucapanmu, ilmu silat yang dimiliki saudara Lim memang sangat hebat dan jauh di atas kemampuanku "

Tiba-tiba ia merangkap tangannya di depan dada dan memberi hormat kepada Lim Han-kim. walaupun orang ini rada bodoh namun ia termasuk polos dan terus terang, Kalau sebelum bertarung tadi sikapnya angkuh dan jumawa, maka setelah menderita kekalahan ia mengakui kekalahannya secara jantan, Nyata sekali apa yang dipikir dan apa yang dijalankan memang satu arah.

"Tidak berani," sahut Lim Han-kim sambil membalas hormat "Aku hanya bernasib lebih baik sehingga beruntung bisa menangkan satu jurus darimu, Kemenangan macam ini tidak terhitung apa-apa "

"saudara Lim tidak usah merendah, Ke-kalahan kali ini benar-benar kekalahan yang ikhlas." Lim Han-kim tersenyum, "Ilmu kepalan saudara Ku benar-benar kuat dan dahsyat, aku merasa kagum sekali."

"Terima kasih, terima kasih. ilmu silat saudara Lim betul- betul luar biasa, kau adalah jago lihai pertama yang pernah kujumpai selama ini."

"Kalian berdua tak usah saling merendah lagi," sela Han si-kong kemudian sambil tertawa, "Pepatah kuno bilang, kalau tidak bertempur maka tak akan saling mengenal Mari kita cari tempat untuk minum beb erapa cawan, biar aku yang mentraktir untuk merayakan perkenalan kalian berdua."

"Di tengah hutan belantara yang begini sepi, ke mana kita akan mencari rumah makan?" tanya Lim Han-kim.

Ku Hui segera tertawa.

"Selama hidup aku hanya mempunyai satu kesenangan yaitu arak wangi, ke manapun pergi aku selalu membawa persediaan satu guci. Hanya sayang kita tak punya hidangan sebagai teman minum arak."

"Di tengah gunung, paling cocok kalau kita berburu beberapa ekor binatang liar." usul Han si-kong. "Kemudian kita bikin api unggun dan memang gang hasil buruan itu sambil minum arak. Wooow... Pasti nikmat dan menyenangkan" "Ehm, betul Usul ini memang bagus sekali," seru Ku Hui. ia celingukan sekejap di sekitar situ, kemudian meneruskan "Di sebelah sana terdapat hutan belantara yang cukup luas, mungkin kita bisa peroleh beberapa ekor buruan di situ."

Ha bis berkata ia berangkat lebih dulu menuju ke hutan tersebut setelah tiba di tengah hutan, Ku Hui segera berbungkuk mengambil sebutir batu kemudian disambitkan ke dalam pepohonan

Diiringi suara desingan tajam, batu itu melesat menembusi hutan mengejutkan kawanan burung yang segera beterbangan. Menggunakan kesempatan itulah Han si-kong mengayunkan tangannya berulang kali, selapis batu kerikil segera berhamburan ke udara disusul dengan rontoknya beberapa ekor burung.

Ku Hui segera memburu ke dalam hutan dan muncul kembali sambil menenteng tiga ekor ayam hutan, serunya kemudian sambil tertawa: "Ilmu sambitan dari saudara Han betul- betul luar biasa, biarpun dilepaskan dalam kegelapan ternyata bisa mengenai sasaran dengan tepat. Tiga ekor ayam hutan ini cukup buat kita bertiga isi perut."

"sangat memalukan padahal aku telah melepaskan enam biji batu gunung tapi nyatanya cuma tiga ekor burung yang berhasil kujatuhkan, Kalau kejadian ini sampai tersiar ke luar, tentu kawan-kawan umat persilatan akan mentertawakan aku."

"Padahal kemampuanmu itu sudah luar biasa,..." kata Ku Hui.

Mereka bertiga pun masuk ke dalam hutan untuk mengumpulkan ranting- ranting kering, setelah itu mereka cari tempat di luar hutan dekat sebuah batu besar untuk duduk, memasang api unggun dan mulai bekerja membersihkan ketiga ekor ayam hutan itu.

Kemudian Han si-kong membungkus ketiga ekor ayam hutan itu dengan lumpur dan dimasUkkan ke dalam api unggun untuk dibakar, sementara Ku Hui mengeluarkan sebuah kantung kulit dari sakunya dan berkata sambil tertawa:

"Di dalam kantung kulit ini masih tersimpan arak wangi seberat tiga kati, walaupun tidak terlalu banyak jumlahnya, tapi merupakan arak pilihan berusia di atas seratus tahun yang cukup bagi kita bertiga untuk minum sampai mabuk. "

sambil berkata ia membuka penutup kantung kulit itu. segulung bau arak yang sangat tebal segera menyelimuti seluruh angkasa dan menusuk penciuman setiap orang. sambil menelan air liurnya berulang kali, Han si-kong mengomel: "Waaah.... arak wangi, arak wangi... cukup dari baunya saja sudah membuat air liurku bercucuran..."

si kepalan baja Ku Hui segera menyodorkan kartung kulit itu sambil ujarnya: "Di tengah hutan begini tak ada cawan, Lebih baik kita minum langsung dari kantung, saudara Han, silahkan minum seteguk dulu untuk mencicipi bagaimana rasanya arak ini."

Han si-kong tidak menampik lagi, ia sambut kantung kulit itu dan meminumnya satu tegukan, kemudian pujinya berulang kali: "Bagus sungguh bagus Benar- benar arak bagus."

"saudara Lim." kata Ku Hui kemudian sambil berpaling ke wajah Lim Han-kim. "Bagaimana kalau ikut minum satu te-gukan?"

"Aku jarang sekali minum arak. tampaknya tak mungkin bisa mengimbangi kalian berdua."

si kepalan baja Ku Hui tertawa terbahak-bahak. diambilnya kantung kulit itu dan sekaligus meneguk tiga tegukan besar. setelah arak masuk perut, gelak tertawa mereka terdengar makin nyaring, begitu kerasnya suara tersebut hingga bergema di seluruh bukit.

Tiba-tiba saja Lim Han-kim menangkap di balik suara tertawa itu terselip nada yang aneh, ketika ia berpaling tampaklah Ku Hui sudah menangis tersedu-sedu, entah sejak kapan suara tertawanya ternyata sudah berubah menjadi isak tangis, Tampak air matanya bercucuran amat deras, ia menangis dengan amat sedihnya.

Diam-diam Lim Han-kim merasa terkesiap, tanpa terasa pikirnya: "jangan-jangan orang ini memiliki penyakit aneh. Kalau tidak. kenapa sebentar menangis

sebentar tertawa? Apa maksudnya "

Berbeda dengan Han si-kong yang sudah lama melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sehingga pengetahuan dan pengalamannya sangat luas. begitu melihat mimik muka Ku Hui, ia segera tahu kalau dalam hati kecilnya orang itu sedang, dipenuhi perasaan kesal yang meluap-luap. hingga setelah meneguk beberapa tegukan arak tadi, ia tak bisa menahan diri lagi dan melampiaskan ke luar seluruh gejolak emosinya Karenanya ia mendeham dulu beberapa kali membuat si kepalan baja Ku Hui agak sadar "dulu dari pikirannya yang kabur," setelah itu ujarnya dengan suara keras:

"Saudara Ku, sebenarnya persoalan menyedihkan apa yang mencekam perasaanmu hingga kau tak bisa mengendalikan diri? Dapatkah kau memberitahukan kepadaku?"

si kepalan baja Ku Hui berhenti menangis, sahutnya sambil menyeka air mata dari wajahnya: "Aku bukan sedih karena masalah pribadiku." "Lantas saudara Ku bersedih hati untuk siapa?" tanya Han si-kong keheranan.

"Aku menangis untuk Thian-hok sangjin."

Mendengar persoalan telah kembali ke rel yang sebenarnya, Lim Han-kim merasa semangatnya berkobar kembali, cepat dia menyambung: "Di mana sih letak kelebihan Thian-hok sangjin sehingga pantas bagi saudara Ku untuk menangisi baginya?"

"Kami tiga orang gagah Juan-tiong-sam-gi sudah puluhan tahun lamanya malang melintang dalam dunia persilatan, sepanjang hidup kami hanya dua orang yang kami kagumi. "

"Dua orang yang mana?"

"Yang satu adalah Thian-hok sangjin, sedang yang lain adalah si Hakim berwajah besi Ciu Huang pendekar Ciu. walaupun Ciu tayhiap adalah seorang tokoh yang sangat dihormati setiap orang, akan tetapi Thian-hok Sangjin pernah menyelamatkan jiwa kami bertiga. oleh sebab itu dalam hubungan persahabatan hubungan kami dengan Thian-hok sangjin terhitung lebih akrab, Kini kami saksikan dia pergi mengikuti siluman perempuan tersebut menuju istana racun, tapi tak berdaya menyelamatkan jiwanya, bagaimana mungkin kami dapat mengendalikan rasa sedih dan kesal dalam hati kami?" "Thian-hok sangjin sendiri yang rela mengikuti perempuan tersebut menuju ke istana racun, aku percaya ia tentu mempunyai perhitungan sendiri yang matang." Cepat-cepat Ku Hui menggeleng.

"Biar pun aku tak pernah berkunjung ke istana racun, namun sudah sering mendengar lotoa kami membincangkan masalah tersebut, Konon tempat itu adalah sebuah tempat yang amat gersang dan berbahaya, bukan saja tidak tampak aneka tumbuhan bahkan dipenuhi pelbagai jenis binatang beracun seperti kelabang, kalajengking, ular beracun, tawon beracun dan lain sebagainya.

Pokoknya hampir semua binatang beracun terdapat di sana, atau dengan perkataan lain, istana beracun itu dikelilingi oleh beribu-ribu jenis makhluk beracun itu.

Aaaai-... jangan sebut dulu penghuni istana itu, cukup dilihat istananya saja sudah membuat hati orang bergidik"

"Benarkah di kolong langit terdapat tempat semacam ini?" seru Lim Han-kim setengah tak percaya.

"Benar-benar terjadi Malahan lotoa kami berkesempatan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, jadi tak mungkin salah."

"Di kolong langit yang maha luas, segala keanehan mungkin teejadi, kita tak boleh tak percaya kalau benar- benar ada tempat semacam itu," kata Han Si-kong menimpali

Berkilat sepasang mata Lim Han-kim. Setelah memandang Ku Hui sekejap, katanya lagi: "Thian-hok Sangjin rela mengantar diri ke istana racun. Di balik tindakannya itu tentu terselip sebab-sebab tertentu. Aku percaya saudara Ku pasti mengetahuinya bukan?

Bersediakah kau memberitahukan kepada kami berdua?"

Si kepalan baja Ku Hui agak tertegun, "Kalau soal ini... aku sendiri pun kurang jelas "

setelah berhentik sejenak, kembali terusnya: "Tapi ada satu hal yang kuketahui secara pasti, yakni kemauan Thian-hok sangjin berangkat ke istana racun bukan disebabkan masalah dendam pribadi, sebaliknya ia justru berkorban demi keselamatan umat persilatan di seluruh kolong langit, Coba bayangkan ada berapa orangkah di dunia ini yang berjiwa sebesar dia?"

Berkerut sepasang alis mata Lim Han-kim, serunya: "saudara Ku, kalau toh kau tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, dari mana kau bisa mengatakan bahwa kepergian Thian-hok sangjin ke istana racun kali ini adalah demi keselamatan jiwa umat persilatan di seluruh kolong langit?"

sementara itu ketiga ekor ayam hutan yang dibakar sudah matang, bau harum mulai tersiar menyengat penciuman Han si-kong segera mendongkel ke luar ayam-ayam itu dari balik api, melepaskan lumpur yang membungkus di luarnya, membersihkan bulunya dan merobek robek ayam itu menjadi berapa bagian, bau harum makin menusuk hidung.

Kakek itu mengambil dua potong ayam dan dibagikan kepada Ku Hui serta Lim Han-kim, setelah itu diambilnya lagi sepotong dan langsung digigit, ujarnya kemudian sambil tertawa: "Ehmmm harum nian ayam ini, ayoh

makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"

Waktu itu sesungguhnya Ku Hui sedang terpojok dan tak mampu menjawab pertanyaan Lim Han-kim, Tindakan Han si-kong dengan menyodorkan potongan ayam hutan itu tak lain adalah menyelamatkan dia dari malu, dan tanpa sungkan disikatnya daging ayam itu sambil katanya kepada Lim Han-kim: "Lote, mari kita makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"

Melihat dua orang rekannya makan dengan penuh kenikmatan, timbul juga rasa lapar Lim Han-kim, maka tanpa banyak bicara lagi dia pun ikut menyikat daging ayam itu.

Begitulah, sambil menikmati daging ayam dan meneguk arak wangi ketiga orang itu melewatkan malam yang dingin dengan penuh kegembiraan sepanjang menikmati hidangannya Ku Hui putar otak tiada habisnya berusaha mencarikan jawaban yang tepat untuk menghadapi pertanyaan Lim Han-kim tadi.

sebaliknya Lim Han-kim dengan pandangannya yang tajam mengawasi terus gerak-gerik Ku Hui, membuat lelaki ini menjadi semakin gelisah dan tak tenang. Pada dasarnya ia memang agak bodoh sehingga dalam cemasnya ia semakin tak peroleh jawaban yang lebih tepat untuk menghadapi pertanyaan orang, sampai habis seekor ayam, jawaban belum juga ditemukan

Han si-kong yang berpengalaman segera dapat merasakan kegelisahan rekannya itu dari perubahan mimik wajahnya, maka dia pun bertanya: "Apakah saudara Ku sedang menjalankan perintah saudaramu?"

Pertanyaan ini segera menggerakkan otak Ku Hui, buru-buru sahutnya: "Yaaa, benar, Aku memang sedang melaksanakan perintah toako..."

Ia berbatuk-batuk sebentar lalu meneguk arak wanginya, setelah itu melanjutkan. "Aku mendapat perintah datang ke sini untuk mengawasi gerak-gerik Thian-hok sangjin, sebentar lagi aku harus pulang untuk memberi laporan. "

"Kalau begitu saudara Ku benar-benar tidak mengetahui latar belakang di balik persoalan ini?" tanya Lim Han-kim. Si kepalan baja Ku Hui menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, sahutnya cepat: "sekalipun aku tidak mengetahui latar belakang di balik persitiwa ini, namun tak salah lagi jika kukatakan kepergian Thian-hok sangjin kali ini ke istana racun adalah demi keselamatan umat persilatan. Bila saudara Lim ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya, lebih baik kau ikut aku bertemu dengan toako"

"jadi mesti berangkat ke Juan-tiong?"

"Tidak usah, Kau tak perlu ke Juan-tiong, sebab ketika berangkat ke mari aku telah berjanji dengan kedua saudara angkatku untuk bersua di rumah makan Ki-eng- lo di kota si- ciu."

Rupanya orang kedua dan ketiga dari orang gagah Juan-tiong adalah orang-orang yang polos dan agak bodoh, Mereka berangasan dan gampang naik emosi, hanya lotoa mereka seorang yang cerdik, banyak akal dan sempurna dalam ilmu sastra maupun ilmu silat.

"saudara Ku, masih berapa lama lagi hari pertemuan kalian?" tanya Han si-kong kemudian.

"Tidak terlalu lama,.. tidak terlalu lama," jawab Ku Hui setelah berpikir sebentar. "selewatnya malam ini paling banter tinggal tiga hari." "Kerelaan Thian-hok sangjin mengikuti perempuan itu menuju ke istana racun benar-benar merupakan kejadian yang di luar dugaan, Aku percaya sekalipun tindakannya itu bukan demi menyelamatkan jiwa umat pesilatan di kolong langit, sudah pasti disebabkan alasan-alasan yang mengejutkan hati. "

Dia angkat kepalanya memandang rembulan di angkasa, lalu setelah menghela napas panjang terusnya: "Perempuan yang duduk di atas tandu itu meski pandai menggunakan benda beracun, namun mengandalkan ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin serta kemampuan si kakek dari marga Pek itu sesungguhnya sudah cukup untuk menandingi kemampuan Dewi seratus- racun, bahkan mempunyai kesempatan memenangkan pertarungan itu.

Tapi nyatanya ia rela menyerah dengan begitu saja dan berangkat ke istana racun secara ikhlas, Di balik semua kejadian ini tentu terdapat rahasia yang sukar diutarakan, suatu masalah yang maha penting yang telah memaksa Thian-hok sangjin menyerahkan diri secara sukarela."

Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi niat tersebut diurungkan kemud ian, Dia mendongakkan kepalanya memandang rembulan di angkasa dan menghembuskan napas panjang. si kepalan baja Ku Hui melirik Lim Han-kim sekejap. kemudian ujarnya pula: "saudara Lim tak usah cemas. Asal kita berangkat ke si-ciu dan menjumpai toakoku, maka latar belakang peristiwa ini pasti akan segera kau ketahui, Bukan aku sengaja menyombongkan diri, kecuali saudara angkatku itu, mungkin di kolong langit sudah tiada orang kedua yang mengetahui latar belakang peristiwa itu." Lim Han-kim tersenyum.

"Gara-gara Thian-hok sangjin menyerahkan diri masuk ke istana racun, saudara Ku telah menangis dengan begitu sedihnya, Aku pikir hubUngannya dengan kalian tiga orang gagah dari juan-tiong tentu akrab sekali, saudara Ku, walaupun kau tidak mengetahui latar belakang kerelaannya menuju ke istana racun, tentu kau sangat mengetahui watak serta tabiat Thian-hok sangjin pada masa hidupnya. Bersediakah kau memberi penjelasan?"

"Thian-hok sangjin pernah menyelamatkan jiwa kami tiga orang gagah dariJuan-tiong. Andaikata ia tidak tampilkan diri untuk menolong, mungkin dalam dunia persilatan saat ini sudah tiada nama Juan-tiong-sam-gi lagi. "

Tampaknya ia harus bersusah payah untuk mengungkapkan beberapa patah kata itu. Selesai bicara ia terbatuk-batuk berapa saat, akhirnya setelah meneguk beberapa tegukan arak, baru ia meneruskan: "saudara Lim, terus terang saja kukatakan, terhadap akal muslihat segala macam aku benar-benar tidak mengerti bahkan memahaminya, sehingga gara-gara ini beberapa orang sahabat karibku dalam dunia persilatan memanggilku sebagai si kepalan baja berhati batu. Berbeda sekali dengan lotoaku itu, dia berpengalaman pintar, banyak akal dan tahu membaca keadaan, sehingga selama ini semua tindak-tanduk kami selalu diatur oleh lotoa kami itu."

Walaupun Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia persilatan, namun rasa ingin tahunya telah terpancing oleh pelbagai kejadian aneh dalam dunia persilatan ini. setelah menghela napas panjang katanya: "Aaai....

seandainya aku tak ingin buru-buru kembali ke kota Kim- leng, aku betul- betul ingin mengikuti jejak Thian-hok sangjin dengan mengunjungi istana racun di tempat gersang itu" Berbicara sampai di sini, dia pun bangkit berdiri

"Bagaimana? saudara Lim hendak pergi?" tegur Ku Hui.

"Yaa, aku masih ada urusan penting yang mesti segera diselesaikan sekarang juga aku hendak pulang ke kota Kim-leng"

Ku Hui segera menjura. "Bila saudara Lim tidak keberatan, bila kebetulan lewat diJuan-tiong, jangan lupa mampir ke rumahku."

"Terima kasih juga untuk arak wangimu malam ini." sahut Lim Han-kim sambil balas memberi hormat.

selesai bicara ia balik badan dan berlalu dengan langkah lebar, Buru-buru Han si-kong memberi hormat pula kepada Ku Hui seraya berkata: "Sekarang Thian-hok sangjin telah berangkat ke istana racun, aku rasa saudara Ku juga tak perlu berdiam lebih lama lagi di sini, Lebih baik cepat-cepat temui kakakmu agar rencana pertolongan segera disusun, Aku percaya kakakmu yang cerdik pasti punya rencana yang jitu. Aduh, aku pun hendak mohon diri juga."

"Kalian berdua baik-baiklah menjaga diri dijalan, Aku tidak mengantar lebih jauh."

sambil tertawa Han si-kong mengulapkan tangannya lalu segera melakukan perjalanan, Dalam sekejap mata ia sudah berada puluhan kaki jauhnya menyusul di sisi Lim Han-kim.

"Lote." bisiknya kemudian. " Hendak ke mana kita?" Lim Han-kim menghela napas panjang,

"Aaai... meskipun persoalannya sudah agak terlambat, namun aku tak bisa tidak mesti mengerahkan segenap tenaga dan pikiran yang kumiliki untuk menemukan kembali obat jinsom berusia seribu tahun itu."

"Bagus sekali, Aku juga hendak balik kepesanggrahan Tho-hoa-kit untuk membuat perhitungan dengan Lik-ling si budak busuk itu."

Lim Han-kim tertawa sedih.

"Kepergian kita kali ini meski bisa temukan Lik-ling dan merampas balik obat jinsom berusia seribu tahun itu, mungkin tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa Ciu tayhiap, Aaaai,., sebelum meninggalkan rumah, ibuku sudah wanti-wanti berulang kali, ia bilang obat jinsom itu punya pengaruh yang sangat besar dengan keselamatan seseorang, tak nyana aku telah menghilangkannya sehingga mengakibatkan jiwa Ciu tayhiap terancam, Aaaai, entah bagaimana aku mesti memberi laporan kepada ibuku nanti."

"Lote, kau tak usah kelewat menyesali diri sendiri," bujuk Han si-kong sambil menghela napas pula, "Perlu diketahui, seorang jago yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, mati hidup sukar di-duga, sebaliknya Ciu tayhiap sudah puluhan tahun lamanya tersohor dalam dunia persilatan, setiap umat persilatan yang menyinggung tentang dia, ada yang menghormatinya seperti dewa tapi ada juga yang bencinya sampai merasuk tulang. Ada sementara orang yang menguatirkan keselamatanjiwanya dan selalu mohon kepada Thian agar melindungi jiwanya, tapi tidak sedikit yang mengutuk dan menyumpahi-nya. Bila seseorang telah berada dalam situasi macam begini, mati atau hidup memang sama-sama susahnya "

setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia seperti teringat dengan suatu persoalan yang sangat penting, kembali lanjutnya: "Lote, maaf jika aku banyak bertanya. Apa sih hubunganmu dengan Ciu tayhiap itu sehingga kau bersedia mempertaruhkan jiwa untuk menghantarkan obat mustika itu untuknya?"

Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku sendiri pun kurang jelas," sahut-nya. "Yang

kuketahui hanyalah melaksanakan perintah dari ibuku."

"ooooh. rupanya begitu" Han Si-kong manggut-

manggut, dia pun mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, "Kalau begitu kepergian lote kali ini merupakan perjalanan perdanamu mengarungi dunia persilatan?"

"Tepat sekali, Aaaai. seandainya aku memiliki sedikit

saja pengalaman dalam dunia persilatan, tak nanti aku sampai dipecundangi Han-gwat si budak kecil itu sehingga obat mustikaku tercuri." "Setahuku, obat mustika yang ada di dunia saat ini tak satu pun yang bisa menangkan obat Jinsom seribu tahun hasil racikan si dewa Jinsom Phang Thian-hua, boleh aku tahu apakah jinsom seribu tahunmu itu merupakan hasil racikan dari Phang Thian-hua?"

"Walaupun aku kurang begitu mengerti tentang keadaan yang sesungguhnya, namun berdasarkan analisaku, pil jinsom berusia seribu tahun itu memang benar-benar hasil racikan dari Phang Thian-hua.

Semisalnya obat itu bisa diperoleh secara gampang, tak nanti ibuku akan berpesan berulang kali serta mengirimku sendiri untuk menempuh perjalanan jauh . "

Han Si-kong angkat kepalanya memandang rembulan dan bintang yang bertaburan di angkasa, setelah itu bisiknya:

"Sementara menempuh perjalanan, baiklah aku beritahu sedikit tentang pengetahuan dunia persilatan kepadamu, agar di kemudian hari bila bertemu dengan jago tangguh, kau sudah mempunyai persiapan yang matang"

"Terima kasih atas kesediaanmu, Aku siap mendengarkan."

Han si-kong mendehem beberapa kali untuk memperlancar tenggorokannya, setelah itu baru ujarnya: "Dalam dunia persilatan saat ini, terlepas dari kesembilan partai besar, orang yang memiliki kedudukan dan nama paling tinggi adalah Ciu tayhiap Ciu Huang, Thiang-hok sangjin, si dewa jinsom Phang Thian-hua dan Datuk sepuluh penjuru Siang Lam-ciau. Tapi keempat orang itu jarang sekali saling berhubungan nama yang diperoleh pun berbeda.

seperti Thian-hok sangjin, ia jarang sekali bergerak dalam dunia persilatan sehingga tidak banyak jago silat angkatan muda yang mengetahui nama besarnya, sebaliknya Ciu Huang Ciu tayhiap ibarat naga sakti yang tampak kepalanya tak tampak ekomya, sebentar muncul sebentar menghilang,jejaknya sukar diikuti lagi pula tidak senang mencampuri urusan orang lain-

Di antara keempat orang itu, dialah terhitung jago yang paling banyak membunuh orang, tapi namanya juga paling termashur sehingga ada sementara orang memandangnya sebagai Buddha penyelamat kehidupan, tapi ada pula yang menganggapnya sebagai duri dalam daging "

Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim, diam-diam pikirnya di dalam hati: "orang ini kecuali berwatak agak berangasan sesungguhnya tak hilang sifat adil dan jujurnya, Kalau diingat bagaimana ibuku memerintahkan aku untuk menempuh perjalanan jauh, lalu suhu mengambil resiko sampai terluka parah gara-gara sebotol pil jinsom seribu tahun dan kejadian- kejadian lain, rasanya semua peristiwa ini di luar kebiasaan, Tentu antara aku dengan ciu Huang mempunyai kaitan hubungan yang amat besar, atau bisa juga dia adalah sahabat karib suhuku... Yaa, kenapa tidak kugunakan kesempatan ini untuk menyelidiki wataknya?"

Berpikir sampai disitu, iapun bertanya: "Locianpwee mempunyai pengetahuan yang amat luas. Tentang kaum persilatan pun Locianpwee memahami bagaikan melihat jari tangan sendiri Bersediakah kau memberikan tanggapan tentang watak serta tabiat Ciu tayhiap. Ciu Huang?"

"llmu silatnya maha sakti, orangnya jujur, adil dan tidak berat sebelah, Paling senang mencampuri urusan dunia yang tak adil, sehingga karena kebiasaannya itulah ia dipanggil orang sebagai Hakim sakti,"

"Kalau begitu dia adalah seorang tokoh yang baik sekali?"

"Yaa, dia adalah seorang pendekar besar yang pantas dihormati semua orang memanggilnya Ciu tayhiap dan tak ada yang memanggil namanya, dari sini bisa disimpulkan betapa hormatnya umat persilatan terhadapnya." "Lantas bagaimana pula dengan tabiat si Dewa jinsom Phang Thian-hua?"

"Phang Thian-hua seorang jago yang senang menyendiri sepanjang hidupnya ia amat jarang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi kecerdasan serta kehebatan ilmu silatnya merupakan orang paling top dalam seratus tahun belakangan ini. Bukan cuma paham ilmu pengobatan dan pertabiban bahkan dia pun menguasai ilmu tanah dan bangunan perkampungan Pit-tim-san-ceng yang dibangunnya penuh dilengkapi aneka alat rahasia yang memiliki perubahan tak terduga.

Walaupun hanya rerumputan atau pepohonan, semuanya mengandung hawa pembunuhan yang mengerikan selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah kudengar ada jago silat yang berhasil masuk keluar dari perkampungan Pit-tim-san-ceng dengan selamat tanpa seijin Phang Thian-hua."

"Aaah... pernah kah Locianpwee mengunjungi tempat itu?"

"Aku hanya pernah mendengar cerita yang beredar dalam dunia persilatan, sedang diriku pribadi belum pernah mengunjungi perkampungan itu."

"Phang Thian-hua memiliki kepandaian yang luar biasa, dapat membangun bangunan yang penuh dengan alat rahasia, menguasai ilmu pertabiban dan obat- obatan, Kehebatannya tiada tandingan, tapi bagaimana jika ilmu silatnya dibandingkan dengan kemampuan ciu tayhiap?"

"Waah... kalau soal ini... kalau soal ini..." Han si-kong agak gelagapan, tapi sesudah mendehem beberapa kali, terusnya: "ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini telah mencapai puncak kesempurnaan. Kalau kedua orang itu tidak saling berhadapan dan melakukan - duel, rasanya sulit bagi kita orang awam untuk menentukan siapa yang lebih mengungguli siapa "

"Kalau menurut pandangan Locianpwee pribadi?" "Kalau lote tetap ingin tahu, aku hanya bisa

mengatakan kepandaian mereka berimbang."

Tampaknya Lim Han-kim sudah terpancing oleh rasa ingin tahunya setelah mendengar penuturan Han si-kong yang panjang lebar tentang dunia persilatan, Kini, tak tertahan lagi ia bertanya lebih lanjut: "siapa pula tokoh silat yang disebut Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau? Kenapa namanya bisa disejajarkan dengan si dewa jinsom Phang Thian-hua, Ciu tayhiap serta Thian-hok sangjin?"

"Bila kita harus membedakan mereka menurut tingkatan dalam dunia persilatan semestinya kedudukan siang Lam-ciau masih setingkat lebih tinggi bila dibandingkan dengan ciu tayhiap atau Phang Thian-hua."

"Apakah Datuk sepuluh penjuru masih hidup segar bugar dalam dunia persilatan hingga detik ini?" desak Lim Han-kim.

"Waaah. kalau soal itu aku kurang jelas, ia sudah

bertahun-tahun tak pernah memUnculkan diri dalam dunia persilatan sedang jagoan yang benar-benar pernah bersua dengannya juga sangat sedikit, Tapi anehnya setiap jangka waktu tertentu, dalam dunia persilatan selalu muncul surat hasil tulisannya yang berisikan ramalan-ramalan yang mengejutkan bahkan ramalannya selalu tersebar dengan cepat dalam dunia persilatan, Walaupun tidak selalu tersebar luas sampai utara maupun selatan sungai besar, tapi sudah pasti menggetarkan suatu wilayah tertentu."

"Apakah ramalannya selalu tepat?" tanya Lim Han-kim keheranan

"Yaa, tepat sekali, tak satu pun ramalannya yang meleset."

"Bila apa yang Locianpwee katakan benar, bukankah kemampuannya sudah melebihi dewa?" seru Lim Han- kim dengan nada penuh ragu. Han si-kong segera tertawa terbahak-bahak "Hahahaha... lote, kau tak usah banyak pikir lagi, tentang masalah tersebut selama puluhan tahun terakhir ini sudah begitu banyak orang yang menaruh rasa ragu dan curiga, malahan ada yang membuang banyak tenaga untuk menyelidiki palsu aslinya tulisan itu. Ada pula yang mengembara sampai ke ujung dunia untuk menyelidiki jejak si Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau, tapi akhirnya tak seorang pun yang berhasil mengungkap teka teki ini.

Apakah siang Lam-ciau masih hidup di dunia ini atau tidak juga tidak diketahui orang, apalagi asli tidaknya surat ramalan tersebut memang tulisan siang Lam-ciau atau bukan, hingga kini tetap merupakan tanda tanya besar, Rahasia yang penuh diliputi misterius ini membuat siapa saja tak habis mengerti.

Tapi dengan berlalunya sang waktu, daya tarik umat persilatan terhadap persoalan ini pun makin surut.

Menurut pendapatku, rahasia tersebut mungkin tetap akan menjadi teka-teki hingga akhir jaman, tak seorang pun yang bisa menebak secara tepat apakah siang Lam- ciau masih hidup di dunia ini atau tidak."

Pelbagai pertanyaan segera berkecamuk dalam benak Lim Han-kim, taktahan ia bertanya lagi: "Masa di kolong langit tak ada ahli tulisan yang bisa membedakan asli tidaknya surat itu hasil karya siang Lam-ciau atau bukan?" "Yaaa, justru di sinilah letak keanehan tersebut." "Apakah Locianpwee dapat menjelaskan?"

"Untuk menentukan asli tidaknya tulisan itu, umat persilatan di seluruh kolong langit pernah berkumpul di loteng oi-hokslo, bahkan dari segala pelosok negeri dikumpulkan hasil karya siang Lam-ciau sebagai bahan perbandingan, Lalu diundang pula dua belas orang ahli tulisan untuk men-cocokan tulisan dalam surat ramalan itu dengan hasil- hasil karyanya yang telah ada, namun usaha tersebut tak pernah berhasil menentukan kesimpulan. "

"Kalau begitu kita bisa simpulkan tulisan dalam surat ramalan itu memang hasil karya siang Lam-ciau pribadi?"

"Tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan itu tidak percaya kalau beliau masih hidup di kolong langit"

"Aaaai. kalau begitu aneh sekali," ucap Lim Han-kim

sambi mendongakkan kepalanya dan menghela napas panjang.

"Lote, lebih baik kau lupakan saja persoalan ini untuk sementara waktu. selama puluhan tahun sudah begitu banyak jago peras otak dan tenaga untuk memecahkan rahasia ini namun gagal, apalagi dengan kemampuan kau seorang." "Menurut perasaanku, tampaknya di balik teka teki ini terkandung suatu rahasia besar yang dapat menggetarkan seluruh umat persilatan."

"Tepat sekali," sahut Han si-kong sambil tertawa, "Tapi sehari rahasia itu belum terungkap. orang yang tidak percayapun harus mempercayainya."

"Menurutku belasan orang yang ahli dalam ilmu tulisan pun tak bisa membedakan asli tidaknya tulisan dalam surat ramalan itu, aku yakin tulisan itu tentu bukan hasil karya orang lain. Bisa jadi benar-benar hasil karya siang Lam-jau pribadi."

"Darimana kau bisa tahu?" tanya han si-kong sambil gelengkan kepalanya dan tertawa.

"Aaaah, aku hanya berbicara menurut apa yang kudengar, belum tentu dugaanku benar. Di tahun-tahun pertama penyelidikan peristiwa ini memang menggemparkan dunia persilatan.

Tak sedikit jago persilatan turut campur. Namun setelah dilakukan penyelidikan selama puluhan tahun tanpa berhasil menemukan sesuatu keterangan, persoalan pun jadi memudar sendiri, Meski nama siang Lam-ciau masih beredar dalam dunia kangouw namun mati hidupnya sudah tidak menjadi perhatian orang lagi. Yang menjadi pusat perhatian justru surat ramalannya yang beredar dalam dunia persilatan sebab selama puluhan tahun setiap ramalannya tak ada yang meleset. semua kejadian nyata benar-benar terjadi, oleh karena itu surat ramalan itu sudah menjadi panutan umat silat. Begitu tersiar setiap jago pasti mengetahuinya. Lim Han- kim menghela napas panjang.

"Aaai... Dunia benar-benar telah berubah. Hanya berdasarkan beberapa tulisan dari orang yang mati hidupnya tidak ketahuan saja sudah cukup menggemparkan dunia persilatan. Kejadian ini benar- benar suatu peristiwa yang memedihkan hati." Han si- kong tertawa terbahak-bahak.

"Ha ha ha ha... saudara cilik, kita tak perlu risau gara- gara persoalan itu, sudah puluhan tahun persoalan itu menggemparkan dunia namun tak pernah tuntas.

Dengan andalkan kemampuan kita berdua mana mungkin rahasia besar ini bisa terpecahkan?"

Lim Han-kim menghela napas panjang dan tidak berbicara lagi, mendadak ia percepat langkahnya meneruskan perjalanan. semalaman mereka melakukan perjalanan. Ketika fajar mulai menyingsing mereka sudah menempuh perjalanan sejauh seratus lie lebih.

Tiba-tiba Han si-kong menghentikan langkahnya sambil berseru: "saudara cilik, kita harus beristirahat dulu." "Keinginanku untuk pulang sekarang bagaikan anak panah di atas busur, kalau bisa aku ingin punya sayap dan terbang kembali."

"Aaai... saudara cilik, buat apa kau tergesa-gesa? sekalipun kita sudah mendapatkan pil mustika seribu tahun itu sekarang, belum tentu sempat menyelamatkan jiwa ciu tayhiap."

Lim Han-kim menghela napas sedih, ia bungkam diri Begitulah, setelah beristirahat sejenak kembali mereka berdua meneruskan perjalanan.

Han si-kong sudah lama berkelana dalam dunia persilatan ia sangat hapal dengan jalanan di sekitar situ. Dengan andalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang itu, perjalanan dapat ditempuh lebih cepat lagi, Menjelang matahari terbenam, mereka telah tiba di kuil awan hijau di bukit Ciong-san-

Tampak seorang gadis berbaju hijau yang menggembol pedang dipunggungnya datang menyongsong, dalam sekejap mata ia sudah tiba di hadapan kedua orang itu

"Berhenti" terdengar gadis itu membentak nyaring.

Lim Han-kim berpaling, ia segera kenali orang itu sebagai adik misan Li Bun-yang dari bukit Hong-san, cepat- cepat sapanya sambil menjura: "Nona" "Aaaah Rupanya kau sudah pulang" Gadis berbaju hijau itu berseru keheranan.

Mendadak wajahnya berubah amat serius, tegurnya lagi dingin. "Diam-diam kau sudah ngeloyor sampai ke mana? Hmmm Gara-gara kau, kami sampai harus mencarimu di mana-mana..."

Lim Han-kim sudah tahu kalau gadis ini terbiasa dimanja sejak kecil sehingga tabiatnya agak berangasan, diapun tidak meladeni, tanyanya sambil tersenyum "saudara Li ada di dalam kuil?"

"Kau menanyakan kakak misanku?" seru gadis berbaju hijau itu dengan wajah cemberut.

"Dia ada di dalam kuil?" "Tidak ada, kenapa?"

"Tahukah nona, kakak misanmu telah pergi kemana?" tanya Lim Han-kim lagi dengan kening berkerut.

"Kau benar-benar tidak tahu atau sengaja bertanya untuk mempermainkan aku?"

"Tentu saja benar-benar aku tidak tahu, buat apa aku permainkan dirimu?"

"Dia pergi mencarimu" seru gadis berbaju hijau itu marah. "Apa? Masa ketua kuil iuga tidak ada?"

"Hmmm... kau pergi tanpa pamit masih mendingan, adik kesayanganmu juga kabur tanpa pamit"

"Apa? Dia juga pergi?" Lim Han-kim makin terkejut. "Hmmm gara-gara kalian, ketua kuil awan hijau

sampai mengutus segenap anak muridnya pergi mencari kalian dimana-mana"

Lim Han-kim tidak bicara lagi, dia melangkah menuju ke kuil.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar