Pedang Keadilan I Bab 06 : sepasang Ular Dari Laut Timur

 
Bab 06. sepasang Ular Dari Laut Timur

"Kalau didengar dari penuturan Li kong-cu, apakah pil jinsom seribu tahun milik siangkong juga dicuri oleh orang-orang dari pesanggrahan Bunga Tho?" tanya Ci Mia-cu.

"Itu sih tidak" sahut Li Bun-yang setelah berpikir sejenak, "Tampaknya sipencuri obat itu sudah cukup lama menguntit di belakang saudara Lim dan kebetulan saja mereka baru turun tangan setelah berada di pesanggrahan Bunga Tho " Perlahan-lahan sinar matanya dialihkan ke wajah Lim Han-kim, setelah menatapnya sekejap. ia melanjutkan "Tanpa disengaja sesungguhnya saudara Lim telah mengatur suatu pertarungan antara dua macan yang amat menarik. Bahkan babak permainan yang menarik ini sudah di mulai. setelah adikku tiba di kota Kim-leng nanti, bagaimana kalau kita putuskan untuk turut serta di dalam pertarungan tersebut?"

Lim Han-kim mengernyitkan alis matanya rapat-rapat, ia seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkan kemudian. Pemuda ini sangat jarang melakukan perjalanan di dalam dunia persilatan tidak banyak tipu muslihat dan kejahatan dunia persilatan yang diketahui olehnya.

Maka sewaktu Li Bun-yang memujinya karena sudah mengatur pertunjukan pertarungan antara dua ekor macan, ia merasa tidak habis mengerti, tapi lantaran ia paling segan banyak bicara, dia pun enggan banyak berta-nya. Agaknya Li Bun-yang dapat memahami perasaan hati Lim Han-kim, sambil tersenyum tegurnya: "Apakah saudara Lim meragukan perkataanku?"

"Aku benar-benar tidak memahami maksud pembicaraanmu itu."

"Bukankah si pencuri obat mustika itu telah meninggalkan secarik sapu tangan? Bahkan di atas saputangan itu secara berani meninggalkan pula lambang mereka? Hal ini membuktikan pihak lawan mempunyai asal usul yang luar biasa, bukan saja berani berbuat, berani mengaku, bahkan sebelum bertindak telah melakukan segala persiapan secara matang,"

"Ehmmm, pendapat saudara Li sangat tepat," Lim Han-kim manggut-manggut.

Setelah tersenyum Li Bun-yang meneruskan lagi: "Padahal orang-orang dari pesanggrahan Tho-hoa-kit pun agaknya sudah tahu kalau saudara Lim membawa sebotol pil jinsom seribu tahun, hanya sayang mereka terlambat bertindak sehingga kedahuluan orang lain. Aku pun tahu bahwa mereka sudah menyusun rencana pencurian obat itu secara rapi dan sempurna.

oleh karena obat mustika milik saudara Lim kedahuluan dicuri orang itulah, jerih payah mereka gagal total, siapa sangka di saat mereka kalang kabut, pemimpin mereka pun belum hadir disana lantaran makin dekatnya saat pertemuan gelap di antara mereka, Akhirnya berhasillah pencuri obat itu melarikan diri dari kepungan mereka."

"Ehmm..." Lim Han-kim manggut-manggut. "Pengetahuan serta pengalaman saudara Li betul-betul luas dan hebat, aku merasa kagum sekali"

"Tampaknya pemimpin Tho-hoa-kit mempunyai peraturan yang ketat dan keras, Hal ini bisa dibuktikan dari kenekadan dua orang gadis yang ingin bunuh diri di tepi sungai kemarin. Kemudian saudara Lim menghadiahkan sapu tangan peninggalan pencuri obat itu kepada mereka yang menyebabkan jiwa kedua orang gadis itu terselamatkan.

Dengan adanya pertanda itu, bisa dibayangkan bahwa pertarungan antara pihak Tho-hoa-kit dengan si pencuri obat tersebut tak dapat dihindari lagi. "

"Aku kuatir justru peristiwa ini akan merepotkan pihak Kuil Awan Hijau kami juga " Tiba-tiba Ci Mia-cu

menyela.

Dengan perasaan tak habis mengerti Yu siau-liong bertanya: "Bagaimana mungkin peristiwa itu akan mendatangkan kerepotan juga terhadap pihak Kuil Awan Hijau? Aaaaiii. semakin didengar aku merasa makin

kebingungan"

Walaupun ia cerdik, namun bagaimanapun juga sifat kekanak-kanakkannya belum hilang. sudah barang tentu dia tak akan bisa memahami adu cerdik yang sedang berlangsung di dalam dunia persilatan ini. sambil tersenyum Ci Mia-cu berkata:

"Tho-hoa-kit mempunyai anak buah yang tersebar di mana-mana. Penjagaan mereka amat ketat, peraturan organisasi pun sangat keras, Bahkan mereka berusaha merahasiakan gerak gerik mereka sedapat mungkin, Hal ini membuktikan kalau mereka enggan orang lain tahu kalau di balik pesanggrahan Tho-hoa-kit sebenarnya tersembunyi suatu kekuatan yang maha dahsyat. Kini kalian sudah mengetahui rahasia tersebut, aku yakin mereka pasti tak akan melepaskan kalian begitu saja."

"Kalau menurut dugaanku, mereka masih belum punya waktu untuk mengurusi persoalan ini." ujar Li Bun-yang. "Ketika berada di pesanggrahan Tho-hoa-kit, saudara Lim boleh dibilang telah mendemonstrasikan ilmu silatnya yang maha tangguh, hal mana cukup menghilangkan perasaan memandang rendah mereka pada musuh.

Apalagi tujuan terutama mereka saat ini adalah mendapatkan pil mustika tersebut, jelas jago-jago tangguh yang tersedia dihimpun untuk merebut kembali pil mustika tersebut. Aku rasa pemimpin Tho-hoan kit belum tentu berani memecah kekuatannya untuk menghadapi dua musuh secara bersamaan waktunya."

setelah menggoyangkan kipasnya beberapa kali, ia tertawa tergelak. Ianjutnya. "Bagaimanapun juga ketua Kuil Awan Hijau cukup punya nama dalam dunia persilatan, terutama untuk wilayah Kang lam, Ketua Tho- hoa-kit pasti akan berpikir beberapa kali lebih dulu sebelum berani mengusik Kuil Awan Hijau ini. "

"Kalau tidak datang memang lebih baik.. Tapi kalau mau datang tentu kekuatannya bagaikan angin puyuh yang menimbulkan gelombang dahsyat" "Koancu tak usah kuatir, kerepotan ini datang karena kehadiranku. Bila benar-be-nar terjadi sesuatu, aku Li Bun-yang tak bakal berpeluk tangan saja." Tiba-tiba Ci Mia-cu angkat kepalanya melihat waktu, lalu berkata: "Ciu tayhiap sudah hampir siuman, aku mesti pergi ke kamar sakit untuk menjenguknya, harap kalian tunggu sebentar di sini. "

"LoCianpwee, bolehkah aku ikut?" Lim Han-kim menyela tiba-tiba,

Ci Mia-cu berpikir sebentar, kemudian mengangguk "Baiklah Tapi ia masih berada dalam keadaan tidak sadar saat ini, kurang baik kalau terlalu banyak orang yang ke sana, dapat mengganggu ketenangan tidurnya."

"Kalau begitu biar kami menunggu di sini, saudara Lim seorang saja yang ikut" kata Li Bun- yang tertawa .

Ci Mia-cu manggut-manggut "Asal keadaan luka Ciu tayhiap tiada perubahan yang luar biasa, aku segera akan balik ke mari."

Sambil bangkit, ia berjalan keluar dari ruangan. Lim Han-kim segera mengikuti di belakangnya.

Sesudah melalui dua buah pelataran mereka langsung masuk ke gedung utama, dengan perasaan heran Lim Han-kim segera berpikir: "Bukankah luka yang diderita Ciu tayhiap amat parah? Kenapa ia dibaringkan di gedung utama.,.? Apa tidak berbahaya?"

Ia mencoba memperhatikan keadaan di sekelilingnya, tampak di ruang utama keadaan kosong melompong, Kecuali patung-patung yang tinggi besar boleh dibilang tak nampak barang lain.

Sementara itu Ci Mia-cu berjalan menuju ke arah patung raksasa itu, tubuhnya tampak menyelinap ke balik patung lalu menggapai ke arahnya dan tahu-tahu badannya sudah lenyap dari pandangan.

Lim Han-kim segera mempercepat langkahnya menyusul ke depan, Ternyata antara patung besar dengan dinding belakang ruang utama itu terdapat suatu jarak pemisah. Pada jarak pemisah itulah terbuka sebuah pintu rahasia. Waktu itu Ci Mia-cu sedang menantinya di balik pintu rahasia tersebut. Buru-buru Lim Han-kim memasuki ruang rahasia itu, setelah melewati pintu rahasia teriihat anak tangga terbuat dari batu yang menjorok turun ke bawah.

Sambil menghela napas Ci Mia-cu ber-kata: "Ciu tayhiap adalah seorang pendekar yang berhati jujur dan lurus. ia sangat membenci segala macam kejahatan Tak sedikit jago-jago dari golongan rimba hijau (penjahat) yang teriuka di tangannya. Selama puluhan tahun terakhir nama serta pamornya selalu menggemparkan dunia persilatan Tapi justru karena itulah dia pun mempunyai banyak musuh besar yang tersebar baik di Utara maupun selatan sungai besar. Waktu itu dua kali aku pernah mendapat pertolongannya sehingga selembar jiwaku bisa selamat hingga kini.

Meski sekarang aku sudah tidak mencampuri urusan keduniawian lagi dan tidak pernah juga mencampuri urusan dunia persilatan, tapi terhadap tuan penolong yang pernah, menyelamatkan jiwaku ini. Aaaaai

Bagaimana pun aku mesti mengerahkan segenap kemampuanku untuk menolongnya "

sembari berbicara, ia menuruni anak tangga, itu menuju keruang bawah. setelah melewati dua lapis anak tangga, tiba-tiba Cia Mia-cu mengayunkan tangannya ke dinding, Pintu rahasia tersebut secara otomatis menutup sendiri rapat-rapat.

setelah menghembuskan napas panjang, imam itu berkata lebih jauh: "sesungguhnya jelek-jelek begini aku masih punya sedikit nama besar di wilayah Kang lam, tapi permusuhan Ciu tayhiap dengan pihak rimba hijau sudah terlalu dalam. Lagipula di antara musuh-musuh besarnya terdapatpula gembong iblis yang berkepandaian tinggi, ditambah sekarang luka yang dideritanya amat parah. Andaikata berita ini sampai tersiar dalam dunia persilatan, dan semua orang tahu kalau akulah yang telah menolongnya serta menyembunyikannya di kuil awan hijau ini, keadaan bisa sangat berbahaya aaaai itulah sebabnya aku terpaksa melakukan persiapan yang matang dan mengadakan penjagaan lebih ketat. Bisa dibayangkan selama ini betapa kuatir-ku atas keselamatan jiwa ciu tayhiap."

Lim Han-kim hanya mendengarkan penjelasan tersebut tanpa menjawab, sementara air mukanya masih tetap diliputi kemurungan yang mendalam, setelah melalui berapa tikungan, tiba-tiba lorong rahasia itu bergerak naik ke atas, Berapa kaki kemudian lorong bertambah lebar, dua orang imam muda yang bersenjata pedang nampak duduk di anak tangga dengan sikap penuh kewaspadaan

Begitu melihat kedatangan Ci Mia-cu, mereka segera maju menyambut. "Bagaimana keadaan luka Ciu tayhiap?" tanya Ci Mia-cu kemudian dengan suara setengah berbisik.

Imam muda yang berada di sebelah kiri segera menjawab: "Keadaannya tidak bertambah buruk. juga tidak nampak lebih segar."

"Dia sudah sadar?" "Belum, sejak minum obat dia belum membuka matanya barang sekejappun, tapi napasnya sangat teratur, kelihatannya ia tertidur nyenyak sekali"

Ci Mia-cu memberi tanda kepada Lim Han-kim agar jangan berbicara, dengan langkah perlahan ia meneruskan perjalanannya, Dua orang imam muda itu segera memburu ke atas dan mendorong ke arah dinding, sebuah pintu rahasia segera ter-buka.

Di balik pintu rahasia itu terdapat sebuah kamar yang diatur sangat rapi dan bersih, Di sudut sebelah kiri terlihat sebuah hiolo batu setinggi lima depa. Di sisinya terdapat sebuah pembaringan kayu yang cukup lebar, seorang lelaki tinggi besar berbaring tenang di atasnya.

Hampir sekujur badan orang itu dibalut dengan pembalut putih, Kepala berikut wajahnya juga terbungkus oleh kain putih, sehingga sekilas dipandang orang itu bagaikan sebuah gulungan kain putih, Hal ini jelas menandakan bahwa luka yang dideritanya teramat parah.

Lamat-lamat terdengar pula suara tarikan napasnya yang rendah, lemah tapi teratur, ia memang nampak tertidur amat nyenyak

Dengan suara setengah berbisik Ci Mia-cu menerangkan: "sesungguhnya ruangan ini merupakan ruang rahasiaku untuk melatih ilmu tenaga dalam, selain kokoh bangunannya, juga terletak amat rahasia "

Belum habis dia memberi penjelasan, mendadak terdengar suara bentakan yang amat nyaring bergema tiba memotong pembicaraan tersebut, Berubah hebat paras muka Ci Mia-cu setelah mendengar bentakan itu, kepada dua orang imam muda penjaga pintu itu perintahnya: " Cepat kalian keluar, tengok apa yang telah terjadi"

Dua orang imam muda itu mengiakan dan segera mengundurkan diri dari situ dengan langkah cepat.

"Totiang." Lim Han-kim segera berbisik, "Apakah ada orang yang datang menyatroni Kuil Awan Hijau?"

"orang itu tak ada dalam kuil. Ruang rahasia ini langsung tembus dengan sebuah ruang batu di bawah sebuah bukit belakang kuil. Demi keselamatan ciu tayhiap. aku telah titahkan berapa orang muridku untuk menyongsong kedatangan mereka, sedang di atas ruang rahasia ini terdapat juga dua orang penjaga. Bentakan tadi berasal dari atas ruang rahasia aaaai walaupun

ruang rahasia ini dibangun sangat rahasia dan kokoh, tapi oleh karena jaraknya dengan permukaan tanah terlalu dekat, bila bertemu dengan jagoan yang ahli dalam ilmu bangunan, jejak kami tak susah untuk diketahui secara mudah." Berkilat sepasang mata Lim Han-kim, bisiknya: "Totiang, ada dua tiga patah kata : yang tak pantas diucapkan, bolehkah aku utarakan?"

"Katakan saja Lim kongcu" Ci Mia-cu manggut- manggut.

"sebenarnya antara Ciu taymap dengan keluarga Lim kami apa ada hubungan akrab?"

Ci Mia-cu berpikir sebentar, lalu jawab-nya: "ciu tayhiap pernah menyelamatkan jiwa anggota keluarga Lim kalian."

Lim Han-kim tertegun, "Bagaimana ceritanya hingga totiang bisa kenal dengan ibuku? Seingat aku yang muda, ibuku belum pernah meninggalkan lembah Hong- yap-kok barang selangkah pun."

Paras muka Ci Mia-cu berubah jadi amat berat dan aneh sekali, "Benarkah ibumu belum pernah memberitahukan kejadian di masa lampau kepadamu?"

"Belum, Ketika aku hendak meninggal kan rumah, dengan air mata berlinang ibu hanya berpesan agar bagaimanapun juga aku harus serahkan sebotol pil jinsom seribu tahun ini kepada totiang, Siapa sangka obat itu telah dicuri orang "

Ci Mia-cu menghela napas panjang, tukasnya: "Nak, kau adalah seorang bocah bernasib sangat buruk, aaaai.,. Sebelum aku menjadi pendeta dulu, aku bersama ayah dan ibumu belajar silat pada perguruan yang sama. Ayahmu lebih muda tiga tahun dari usiaku dan menempati urutan kedua, ibumu paling muda sehingga aku dan ayahmu memanggilnya sam-moay (adik ketiga) "

Selapis cahaya terang memancar dari balik wajahnya, jelas ia sedang membayangkan kembali kenangan masa lampau yang teramat manis baginya.

"Lantas di mana ayahku?" Tiba-tiba Lim Han-kim menukas.

"la sudah mati."

"Siapa yang telah membunuhnya?"

"Aaaaai.. Panjang sekali ceritanya, tak mungkin aku bisa menjelaskannya dalam waktu singkat Sedang ibumu enggan memberitahukan persoalan ini kepadamu, mungkin dia pun mempunyai kesulitan sendiri."

Baru saja Lim Han-kim hendak berkata lagi, tiba-tiba terdengar suara langkah manusia yang tergopoh-gopoh berkumandang datang, seorang imam muda setengah berlari masuk ke dalam ruangan. ci Mia-cu segera menegur: "Apakah ada orang mencari gara-gara di kuil?" "Benar, Kuil Awan Hijau kita telah dikepung rapat- rapat, sekarang Li siangkong sedang bercakap dengan para pendatang."

"siapa mereka?"

"Pemimpin nya seorang lelaki tinggi besar berusia empat puluh tahuna "

Cia Mia-cu berpaling memandang pembaringan kayu itu sekejap. lalu kepada imam muda itu bisiknya: "Kau tinggal saja di sini merawat Ciu tayhiap "

Lalu sambil berpaling ke arah Lim Han-kim tambahnya: "Ayo kita ke atas, mari kita lihat dari golongan mana yang telah datang mencari gara-gara "

selesai berkata ia segera berjalan meninggalkan ruangan. Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, dia mengikuti di belakang imam tersebut berjalan ke luar dari ruang rahasia.

setelah mengetahui akan hubungan yang begitu akrab antara ketua Kuil Awan Hijau dengan ayah ibunya, timbul perasaan yang amat hormat dalam hati pemuda ini terhadap imam tersebut

Mengetahui kuilnya kedatangan musuh yang tangguh, apalagi kejadian ini menyangkut juga keselamatan jiwa ciu tayhiap. sudah barang tentu pemuda kita ini tak dapat berpeluk tangan saja. setelah keluar dari ruang bawah tanah, Ci Mia-cu mengajak Lim Han-kim menuju ke belakang kuil. Dengan melalui sebuah jalan setapak sampailah mereka di tepi sebuah bukit kecil. Waktu itu Li Bun-yang dan Yu siau- liong telah berdiri saling berhadapan dengan sembilan orang lelaki bersenjata lengkap.

Ci Mia-cu segera melangkah mendekati kepada lelaki tinggi besar yang agaknya menjadi pemimpin rombongan itu tegurnya: "Sobat, boleh kutahu siapa namamu dan apa keperluanmu datang mengunjungi kuil kami?"

Lelaki tinggi besar itu mengalihkan sinar matanya ke arah ketua Kuil Awan Hijau, setelah mengawasinya sekejap ia balik ber-tanya: "Jadi kaulah ketua Kuil Awan Hijau?"

"Benar"

"Bagus, aku si Golok Sakti Roda Mas Thio Tay-kong memang khusus datang ke mari untuk mencari kau"

"Apa maksudmu datang mencariku?"

"Aku datang untuk melaksanakan perintah orang" "Boleh aku tahu perintah dari siapa itu?"

Golok Sakti Roda Mas Thio Tay-kong mendongakkan kepalanya tertawa tergelak, serunya: "Hahahaha.... dalam dunia persilatan dewasa ini tidak banyak yang bisa memberi perintah kepadaku..."

"Ituah sebabnya aku kurang mengerti."

"Koancu tak usah menyindir aku, asal tahu saja aku datang hanya melaksanakan perintah, itu sudah cukup bagimu."

"Baiklah, kalau memang Thio tayhiap segan untuk mengatakan melaksanakan perintah siapa, aku pun tak berani teria lu memaksa lagi. cuma boleh kutahu ada urusan apa kau datang ke mari?"

"Pertama, aku ingin mencari tahu kabar tentang seseorang."

ci Mia-cu segera tertawa, "Sudah lama aku mengundurkan diri dari keramaian keduniawian dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi. Kecuali menguniungi beberapa orang sahabat dan rekan sealiran agama, akujarang mengetahui kabar berita tentang orang lain."

"Hmmmm " Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong

mendengus, "Pandai amat koancu berusaha cuci tangan bersih-bersih, tapi sayang orang yang hendak kuketahui kabarnya itu kecuali totiang seorang, mungkin tiada orang kedua yang bakal mengetahuinya." sementara itu Li Bun-yang yang menyaksikan ketua Kuil Awan Hijau telah terlibat dalam pembicaraan serius dengan Thio Tay- kong, dia pun tidak memaksakan diri untuk tampil ke depan, Bagaimanapun juga ia hanya berstatus tamu saja di sana, karena itu sambil mundur ke samping, dia hanya mengawasi jalannya pembicaraan itu tanpa komentar.

Dalam pada itu Ci Mia-cu telah bertanya dengan wajah serius setelah termenung be-berapa saat: "sebenarnya siapa sih yang dimaksud Thio tayhiap?"

" orang itu mempunyai nama yang amat besar dalam dunia persilatan. Boleh dibilang semua jago yang berada di tujuh propinsi wilayah Selatan dan enam propinsi di Utara sungai besar pasti mengenalnya."

"Thio tayhiap tak usah putar-putar lagi. Langsung saja kau sebut siapakah orang itu?"

"si hakim berwajah besi Ciu Huang" Ci Mia-cu segera tersenyum

"Waaaah... ternyata benar-benar seorang tokoh yang punya nama besar dalam dunia persilatan. Aku dengar ia sangat termashur dan ditakuti orang-orang dari kalangan rimba hijau. " "Maaf totiang, aku bukan ke mari untuk mendengar tentang kehebatannya, yang ingin kuketahui adalah kabar berita tentang Ciu Huang."

"Nama besar orang ini memang amat termashur di dalam dunia persilatan, tapi sayang aku tak punya jodoh untuk bertemu dengannya"

Berubah hebat air muka Thio Tay-kong, dengan suara dingin tegurnya: "Harap koancu membuka matanya

lebar-lebar, perhatikan, yang bermaksud baik tak akan ke mari, kalau sudah ke mari tentu membawa maksud tak baik.,., lebih baik kau berikan kerja sama yang baik kepada kami"

Ci Mia-cu mengalihkan sinar matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu gumamnya: "Langit amat bersih dan cerah, hari ini cuaca benar-benar sangat indah dan segar "

"Hmmmm, koancu tak usah melantur terus." tukas Th^o Tay-kong ketus, "Tentunya kau tak ingin menyaksikan Kuil Awan HHijau yang begini indah dan rindang akan musnah terbakar bukan-..?"

"Hahaha Thio tayhiap. pernahkah kau bayangkan

apa yang akan terjadi sebelum kau lepas api membakar kuilku?" tanya Ci Mia-cu tertawa keras. "Hmmmmm Apakah kau ingin memaksa aku untuk membunuh beberapa orang lebih dulu?"

"Tepat sekali sebelum melepaskan api, lebih baik bunuh dulu beberapa orang "

"sayang siapa membunuh orang dla harus membayar dengan nyawa sendiri," sambung Li Bun-yang dingin.

Hawa pembunuhan segera mencorong keluar dari balik mata Thio Tay-kong, ditatapnya Ci Mia-cu lekat- lekat, kemudian serunya: "Ketahuilah, memandang pada hubungan kita dulu yang pernah bersahabat aku tak segan membujukmu. "

"Maksud baik itu biarlah kusimpam didalam hati saja." tukas Ci Mia-cu.

"Koancu, ciu Hiang sudah terluka tujuh belas pedang, isi perutnya juga telah terluka oleh pukulan sam-yang- ciang. jangan lagi tubuhnya terdiri dari daging dan darah, sekalipun terbuat daribaja dan kawat pun belum tentu jiwanya bisa lolos dari ancaman maut. Buat apa sih koancu membela seseorang yang sudah hampir mampus? Apakah koancu tidak merasa bahwa perbuatan semacam itu sangat bodoh. ?"

Kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya: "Mungkin juga dia sudah mati, Gara-gara sesosok mayat koancu harus mengikat tali permusuhan dengan manusia tangguh, tidakkah perbuatan semacam ini terlalu bodoh?"

"Apa boleh buat? sudah kubilang aku sama sekali tak kenal dengan ciu tayhiap kecuali pernah mendengar nama besarnya. Tapi kau si Golok sakti Roda Emas ngotot minta orang kepadaku, bagaimana caraku untuk menemukan seseorang macam Ciu-tayhiap untuk diserahkan kepadamu?"

Dengan sorot maTayang dingin Thio Tay-kong berpaling memandang sekejap kedelapan orang lelaki bersenjata lengkap yang ada di belakangnya, lalu tegurnya dingin, "Pernahkah koancu dengar tentang nama besar sepasang Ular Dari Lautan Timur?"

Dalam hati kecilnya Ci Mia-cu merasa bergetar keras, paras mukanya berubah hebat, tapi hanya sekejap kemudian sudah pulih kembali ketenangannya, "Aku sudah jarang sekali mencampuri urusan dalam dunia persilatan, karena itu aku pun jarang sekali mendengar tentang tokoh-tokoh sakti yang belakangan muncul dalam dunia kangouw."

Thio Tay-kong tertawa keras. "Hahahah. Tampaknya

totiang sudah benar-benar keblinger, semoga kau bersedia menuruti nasehatku, janganlah gara-gara sesosok mayat harus bermusuhan dengan musuh tangguh." Yu siau-liong yang mengikuti jalannya pembicaraan selama ini, kini tak bisa menahan diri lagi, tiba-tiba ia menyela: "Kau tak usah mencari suhuku, cari aku pun sama saja"

sekilas hawa pembunuhan menyelimuti wajah Thio Tay-kong, tapi hanya sebentar saja ia sudah tenang kembali jelas dalam hali kecilnya dia pun merasa agak ngeri terhadap nama besar ketua Kuil Awan Hitam ini.

Tanpa memperdulikan ejekan dari Yu siau-liong, kembali katanya kepada Ci Mia-cu sambil memberi hormati "Delapan orang sahabat yang datang bersama aku sekarang tali lain adalah anak buah dari sepasang Ular Dari lautan Timur " setelah berhenti sejenak. la

kembali meneruskan.

" Harap koancu berpikir tiga kali sebelum bertindak, apalah artinya membela seseorang yang sudah hampir mampus, atau bahkan sudah mampus lama sehingga mesti menanam bibit permusuhan dengan sepasang Ular Dari lautan Timur, Apakah hal ini tidak terlampau rugi bagimu?"

Ci Mia-cu tertawa hambar. "Terserahlah apa yang hendak saudara Thio katakan lagi sekali lagi kutegaskan kepadamu, hingga detik ini aku belum pernah bertemu dengan orang yang bernama Ciu Huang Ciu Tayhiap. jadi. biar kau paksapun tak ada gunanya." Tampaknya kedelapan orang lelaki bersenjaTayang ada di belakang Thio Tay- Huang itu sudah tak dapat menahan sabarnya lagi. seorang di antaranya segera berseru sambil tertawa dingin,

"Kalau toh persoalan ini tak dapat diselesaikan secara baik-baik. saudara Thio, kau tak usah membujuk lagi"

Dengan suara lantang kembali si Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong menyela: "seandainya aku tidak memperoleh beriTa yang pasti untuk membuktikan kalau Ciu Huang benar-benar berada di Kuil Awan Hijau ini, aku tak mungkin berani mencari gara-gara dengan menyatroni kuil Anda. Kini situasi sudah memuncak. perundingan pun menemui jalan buntu, Apabila koancu tetap bersikeras tak mau menyebutkan kabarjejakdari Ciu Huang, apa boleh buat, jangan salahkan lagi kalau aku orang she-Thio terpaksa harus menggunakan kekerasan"

selama ini Lim Han-kim hanya berdiri termangu- mangu di sisi arena tanpa bergerak. Wajahnya tetap murung dan sedih, se-akan- akan situasi dl hadapannya sama sekali tidak berpengaruh terhadapnya, sementara itu Ci Mia-cu telah berkata lagi: "Biarpun aku sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan dan tidak mencampuri urusan keduniawian lagi, bukan berarti aku rela diancam orang dengan seenaknya, Tidakkah Thio tayhiap merasa bahwa sikapmu yang kelewat memaksakan kehendak sangat menghina diriku?" "Kalau toh koancu enggan menuruti nasehatku, aku juga tak dapat berbuat apa-apa lagi. " sahut Thio Tay-

kong dingin- Selesai berkata ia segera mengundurkan diri sejauh delapan depa dari arena dan tidak banyak bicara lagi.

Agaknya sebelum tiba di Kuil Awan Hijau, orang-orang ini telah menyusun rencana mereka dengan rapi, yaitu mengajukan si Golok sakti Roda Emas sebagai perunding. siapa tahu ketua dari Kuil Awan HHijau ini sama sekali tidak memberi muka kepadanya.

Dalam keadaan begini terpaksa anak buah sepasang Ular Dari Lautan Timurlah yang mesti tampilkan diri untuk menyelesaikan persoalan ini secara kekerasan .

Tapi ada satu hal yang sama sekali di luar perhitungan Thio Tay-kong, yakni kehadiran Li Bun-yang dari bukit Hong-san yang tepat pada saat kedatangan mereka, ia tahu keluarga persilatan ini mempunyai nama besar yang amat termashur di dalam dunia persilatan-

Bukan saja pergaulan mereka sangat luas, ilmu silat yang dimiliki pun sangat hebat. Hampir semua aliran perguruan maupun partai punya hubungan yang akrab dengan mereka, malahan dari pihak rimba hijau pun rata-rata memberi muka kepada mereka.

Akan tetapi anak buah sepasang Ular Dari Lautan Timur itu nampaknya tidak memandang sebelah mata pun terhadap Li Bun-yang. Begitu Thio Tay-kong mundur dari arena, serentak mereka bergerak maju, Buru-buru Thio Tay-kong mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya membeli peringatan kepada anak buah sepasang Ular Dari Lautan Timur itu:

"Pemuda berjubah panjang yang membawa kipas itu adalah keturunan ketiga dari keluarga persilatan bukit Hong-san, ilmu silatnya hebat dan pengalamannya luas, kalian tak boleh pandang ringan kemampuannya.jika dilihat dari sikap maupun gerak geriknya, tampaknya ia sudah memutuskan membantu ketua Kuil Awan Hijau, walau usianya yang masih muda, jangan sekail- kali kalian pandang enteng kemampuan-nya. Harap saudara sekalian bersikap lebih hati-hati..."

sementara itu, anak buah sepasang Ular Dari Lautan Timur telah bergerak maju sambil meloloskan senjata tajam masing-masing. Tampaknya mereka sudah bersiap sedia melancarkan serangan.

Sebaliknya Ci Mia-cu sendiri meski nampaknya tetap tenang dan seakan-akan tidak terpengaruh oleh situasi di hadapannya. Diam- diam ia merasa amat kesal, Biarpun sepasang Ular Dari Lautan Timur biasanya bergerak dan malang melintang di sekitar sungai besar, namun daya pengaruh mereka sebenarnya sudah lama menyusup ke dalam wilayah Kang lam. Kehebatan mereka sudah amat termashur di kolong langit. Maka diam-diam ia pun berpikir: "Aaaai Terlepas pertarungan hari ini akan menang atau kalah, yang pasti ketenangan Kuil Awan HHijau akan terusik, dan mulai saat ini musuh serta bencana tentu akan datang secara beruntun-..."

Mendadak terdengar seorang lelaki kekar yang nampaknya pemimpin dari rombongan delapan orang itu membentak keras: "Hey, hidung kerbau tua, mengapa tidak kau lolos senjatamu? Apa lagi yang kau tunggu?"

sekilas hawa amarah melintas di wajah Ci Mia-cu yang serius, jawabnya dingin, "sudah lama aku mengundurkan diri dari keramaian dunia, senjata tajam tak pernah kujamah lagi."

"Hmmm, kalau memang ingin cepat mampus, jangan salahkan aku lagi. " tukas lelaki kekar itu sambil

menggetarkan ruyung lemas berserat emasnya.

Buru-buru seorang imam muda lari mendekat sambil menyerahkan sebuah kebutan (Hud-tim) ke tangan ketua Kuil Awan Hijau. sambil menyambut senjata kebutan itu dan bersiap sedia menghadapi serangan, kembali Ci Mia- cu berkata serius: "Antara aku dengan sepasang Ular Dari Lautan Timur belum pernah terjalin hubungan apa- apa "

"Makanya kau tak usah berlagak pilon lagi," potong lelaki kekar itu sinis, "Asal kau bersedia mengakui saja guru kami tak akan menyalahkan dirimu, bahkan akan terjalin hubungan persahabatan yang lebih akrab."

"Aku tak berani bersahabat dengan sepasang Ular Dari Lautan Timur, Namun aku pun enggan bermusuhan dengan kalian, asal kamu semua bersedia tinggalkan tempat ini, hal tersebut sudah cukup bagiku."

"Hmmm, besar amat bacotmu" teriak lelaki itu penuh amarah, " Kalau aku tak berhasil meratakan Kuil Awan Hijau ini dengan tanah hari ini, malu kami sebagai murid sepasang Ular Dari Lautan Timur untuk tancapkan kaki lagi di dunia persilatan"

Tanpa membuang waktu ia segera menyerang ke muka. Ruyung lemasnya digetarkan hingga teggng lalu ditusukkan lurus ke muka. Dengan cekatan ci Mia-cu mengegos ke samping. Kebutannya digetarkan lalu menyambar datangnya tusukan ruyung tersebut.

Jangan dilihat kebutan itu kecil sekali bentuknya, ternyata babatan yang kelihatan ringan itu menghamburkan kekuatan yang maha dahsyat, secepat sambaran petir ujung kebutan mengancam pergelangan tangan musuhnya.

Walaupun dalam hati kecilnya lelaki kekar itu merasa amat terperanjat ia tak berani berayal Cepat-cepat pergelangan tangannya digerakkan ke bawah untuk menghindar, Ruyung lemasnya yang sedang meluncur ke depan ditarik ke belakang secara paksa.

Hud-tim atau kebutan merupakan senjata lunak yang luar biasa hebatnya, Ketika bulu-bulunya melilit di atas ruyung musuh, kuatnya bukan kepalang, Meskipun lelaki kekar itu sudah berhasil menarik kembali senjatanya dalam sebuah sentakan kuat, namun ia tak berhasil mementalkan senjata kebutan yang melilit di atas senjatanya itu.

Tiba-tiba Ci Mia-cu menggetarkan pergelangan tangannya, tenaga dalam yang disalurkan dilipat gandakan, kemudian membetotnya ke belakang, Dengan begitu, kedua belah pihak pun saling tarik menarik dengan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya.

selang seperminum teh kemudian, lelaki itu tak mampu menahan diri lagi, Kuda-kudanya tergempur, badannya terjengkang ke muka. sebaliknya Ci Mia-cu tetap berdiri tanpa tergoyah sedikit pun-

Tak terlukiskan rasa gusar lelaki kekar itu setelah menderita kekalahan hanya dalam sekali gebrakan saja. ia membentak keras, dengan jurus "Menyapu Rata selaksa Prajurit," ia lepaskan sebuah pukulan ke depan-

Ci Mia-cu segera mengebaskan Hud-tim-nya dengan jurus "Melangkah santai di Awan Hijau." Tahu-tahu badannya sudah melayang ke samping menghindarkan diri dari ancaman tersebut setelah dua serangan berantainya gagal mengenai sasaran, lelaki kekar itu semakin gusar dibuatnya, Ruyung lemasnya diputar kencang-kencang sampai menimbulkan suara deruan yang memekikkan telinga.

Dalam sekejap mata, seluruh angkasa telah diliputi bayangan ruyung yang amat menyilaukan pandangan Dengan kekuatan bagaikan amukan ombak di tengah samudra, serangan itu mengurung tubuh ketua kuil Awan Hijau rapat-rapat. Ci Mia-cu tidak gentar menghadapi ancaman ini. Dengan gerak tubuhnya yang enteng dan lincah seperti gerakan awan di angkasa, ia terbang kian ke mari di tengah kurungan bayangan ruyung lawan, sementara senjata hud-timnya menyapu kian ke mari menahan datangnya ancaman. Dalam waktu singkat, semua serangan gencar lelaki itu berhasil dipunahkan sama sekali.

Tak terlukiskan rasa terkejut si Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong menyaksikan keampuhan lawannya, diam- diam pikirnya: "Nama besar ketua Kuil Awan Hijau ternyata bukan nama kosong belaka, Apa-lagi ada Li

Bun-yang dari Bukit Hong-san yang membantu di pihak mereka, nampaknya pertarungan hari ini sukar bagiku untuk meraih keuntungan." sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar lelaki bersenjata ruyung itu mendengus dingin, pertarungan yang berjalan sengit pun tahu-tahu berpisah, Tampak Ci Mia-cu dengan wajah serius, Air mukanya pucat kehijau- hijauan, dengan suara dingin ia berkata: "Walaupun aku tak ingin melukai orang, sebaliknya aku pun enggan terluka di tangan orang lain. HHmmmm Jika kau memaksa aku terus dengan serangan-serangan kejimu, jangan salahkan kalau aku bersikap kasar"

Rupanya lelaki beruyung itu habis kesabarannya ketika dalam pertarungan yang berlangsung lama itu ternyata ia gagal meraih kemenangan. secara diam-diam ia gunakan ilmu jari Im-hong-cinya melancarkan sebuah totokan mematikan Dalam kurungan bayangan ruyung yang menyelimuti angkasa, tak heran bila serangan bokongan itu segera mendatangkan hasil yang nyata.

Ci Mia-cu hanya merasakan segulung desingan angin dingin menerjang bahunya, tahu-tahu ia sudah terhajar oleh bokongan musuh, Tak tertahan lagi, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, Dengan menghimpun hawa murninya untuk menahan rasa sakit, dia membalikkan tangan menggunakan jurus "Memancing ikan Di sungai Langit" Kebutannya berbalik menghantam punggung lelaki kekar itu

Biarpun ia terluka parah, namun serangan itu dilancarkan dengan kekuatan yang maha hebat, setiap bulu kebutannya boleh dibilang telah disaluri tenaga dalam yang maha dahsyat.

Mimpi pun lelaki beruyung itu tak mengira, musuhnya yang sudah terkena bokongan ilmu jarinya ternyata masih sanggup melancarkan serangan balasan dengan kedahsyatan yang mengerikan Belum sempat ia berbuat sesuatu, tahu-tahu rasa sakit yang menyayat hati telah menyerang tiba, permukaan tubuhnya yang tersambar kebutan musuh langsung saja terluka lebar, darah segar bercucuran membasahi permukaan tanah.

Menyaksikan pemimpin mereka menderita kerugian besar, para jago anggota sepasang Ular Dari Lautan Timur tak dapat menahan diri lagi, serentak mereka siapkan senjata tajam dan bersiap-siap mengeroyok.

sambil tertawa dingin Li Bun-yang segera mengejek: "Ooooh, rupanya anak murid didikan sepasang Ular Dari Lautan Timur tak lebih hanya sekelompok manusia yang mencari kemenangan dengan cara mengeroyok....

Heheheh. begitukah adat kalian?"

selama ini, si gadis berbaju hijau serTayu Siau-liong sudah habis kesabarannya melihat pertarungan yang sedang berlangsung. sejak semula mereka sudah bersiap-siap untuk turun tangan, hanya saja belum menemukan kesempatan yang tepat. Maka begitu Li

Bun-yang buka suara, mereka berdua serentak melompat ke arena siap melancarkan serangan- Dua batang gedang bergulung-gulung membentuk lapisan kabut yang amat menyilaukan mata, dari kiri dan kanan mereka himpit musuhnya dari dua jurusan yang berbeda.

sejak menderita kerugian di tangan gadis berbaju hijau tadi, rasa dongkol Yu siau-liong belum tersalurkan, Kini begitu ada kesempatan, ia segera melancarkan serangan habis-habisan- ia ingin gunakan kesempatan ini untuk menunjukkan kemampuannya di hadapan gadis berbaju hijau itu. Tampak pedangnya berputar kencang, lalu menyerobot masuk ke depan menusuk dada seorang lelaki bersenjata.

Kalah cepat dalam melepaskan serangannya tadi, tusukanpedang nona berbaju hijau itu segera terhadang oleh lompatan Yu Siau-liong ke depan. Meski begini ia tak mau mengalah dengan begitu saja. pedangnya cepat- cepat diputar lalu balik menyerang lelaki yang sudah terluka parah itu.

Jangan dilihat sepasang bocah laki perempuan ini masih berusia muda. Yang satu sudah memperoleh warisan ilmu silat keluarganya, sedang yang lain hasil didikan seorang guru kenamaan.

Ditambah lagi mereka berdua belum tahu urusan dunia. selain usia mereka seimbang, rasa ingin menangnya pun amat kuat, Tak heran begitu serangan dilancarkan segenap kemampuan yang dimilikinya segera dikerahkan.

Lelaki yang melancarkan serangan paling muka itu hanya bersiap-siap untuk menghadapi Li Bun-yang serta Ci Mia-cu, terhadap Yu Siau-liong boleh dibilang ia tidak memikirkannya di dalam hati.

Melihat tusukan pedang Yu Siau-liong menyambar tiba, golok yan-leng-to nya segera dikebaskan dengan jurus "Burung Rajawali Mementang sayap." Dalam anggapannya babatan tersebut pasti dapat mementalkan pedang di tangan bocah lelaki itu, atau paling tidak menggetarkan senjatanya. siapa tahu sikap memandang ringan musuhnya ini mengakibatkan kematian baginya.

Tusukanpedang Yu Siau-liong yang sedang menyambar datang itu tahu-tahu melenceng ke samping lalu menerobos maju ke muka, menyusul gerak serangan tersebut tubuhnya mendesak ke muka.

"Traaaaaang..."

Di tengah bentrokan nyaring, golok Yan-leng-to itu sudah mencelat ke sisi arena, Baru saja lelaki kekar itu menyadari gelagat tidak menguntungkan, keadaan sudah terlambat Golok Ya n- leng-to nya sudah terkunci oleh babatan pedang Yu siau-liong, Untuk sesaat ia jadi gelagapan dan tak mampu menarik goloknya kembali, ter-gopoh-gopoh badannya mundur sejauh tiga langkah. Pedang Yu Siau-liong bagaikan bayangan tubuhnya saja, tiba- tiba menyongsong ke muka dengan jurus "Awan semi Terbentang Lebar," selapis cahaya pedang menyelimuti seluruh angkasa. Tidak menanti sampai lelaki kekar itu mengubah gerak badannya, ujung pedangnya sudah nyelonong masuk ke depan- Cahaya kilat berkelebat, dengan jurus "Gadis Cantik Melempar Peluru", pedangnya menusuk dada musuh.

Jeritan ngeri yang menyayat hati segera berkumandang memecah kesunyian Ujung pedang yang tajam langsung menembus dada hingga nongol di punggungnya, percikan darah segar berhamburan membasahi lantai, kematiannya benar-benar mengerikan-

Berhasil menghabisi musuhnya dalam sekali gebrakan, Yu Siau- liong merasa amat bangga, setengah mengejek ia menoleh ke arah gadis tersebut Waktu itu si nona berbaju hijau sedang memutar prdang nya bagaikan pusingan roda kereta, belum sempat lelaki yang terluka parah itu menggerakkan ruyung nya untuk menangkis, tahu-tahu ujung pedang telah tiba di hadapannya.

Di antara kilatan cahaya tajam, tak ampun tubuhnya terbabat putus menjadi dua bagian.

Menyaksikan peristiwa ini diam-diam Li Bun-yang mengerutkan dahinya rapat-rapat, tapi belum sempat dia mengucapkan sesuatu, mendadak terdengar dua bentakan nyaring bergema memecah keheningan sebilah golok besar dan sebatang tombak berantai perak telah menyerang nona berbaju hijau itu sampai menimbulkan desingan angin tajam.

Dengan gesit dan cekatan nona berbaju hijau itu memutar pedangnya sambil menghindar ke samping, Kemudian pedangnya berputar, dengan jurus "Naga sakti Muncul Tiga Kali," ia bentuk selapis cahaya pedang yang menyergap secara berpisah ke arah dua orang lawannya.

Yu siau-liong merasa semangatnya makin berkobar Dengan cekatan tangan kirinya melolos senjata pena baja dari punggungnya, lalu mengimbangi permainan pedang secara beruntun ia serang empat orang lelaki kekar lainnya.

Dari delapan orang murid sepasang Ular Dari Lautan Timur, dua orang di antaranya sudah tewas, sisanya enam orang, Dua orang mesti menghadapi gadis berbaju hijau itu sedang Yu siau-liong menghadapi empat orang sisanya.

selama pertarungan sengit berlangsung, Lim Han-kim hanya berdiri tenang di sisi arena. Diam-diam ia telah mengerahkan tenaga dalamnya membuat persiapan, asal Yu siau-liong menjumpai ancaman bahaya maut, ia telah siap memberikan bantuan-nya. sebaliknya si Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong mengikuti jalannya pertarungan dengan wajah serius dan tegang. Ketua Kuil Awan Hijau Ci Mia-cu yang tersohor dalam dunia persilatan dengan ilmu silatnya yang ampuh telah dapat ditakarnya, Tapi kehebatan serta keganasan ilmu pedang Yu siau- liong serta gadis berbaju hijau itu sama sekali di luar dugaan-nya.

Melihat bayangan pedang kedua orang itu meluncur dan melayang dengan hebat-nya, bukan saja tidak menunjukkan tanda-tanda kalah, bahkan lebih banyak menyerangnya daripada bertahan, Meskipun anak murid sepasang Ular Dari Lautan Timur mengeroyok dengan enam lawan dua, ternyata mereka tak berhasil meraih kemenangan hal ini membuat perasaannya makin lama makin khawatir.

Tanpa terasa pikirnya: "Kalau dilihat posisi saat ini, keadaanku sungguh berbahaya padahal dipihak mereka masih ada dua orang yang belum turun tangan, Li Bun- yang dari keluarga persilatan Bukit Hong-san sudah termashur sebagai jagoan yang sukar dihadapi ilmu silatnya pasti tidak berada di bawah kemampuan ketua Kuil Awan Hijau.

sedang pemuda berbaju putih itu nampak begitu tenang dan santai. jelas dia pun bukan manusia sembarangan. Aaaaai, nampaknya dalam pertarungan

hari ini, pihak kami lebih banyak kalahnya daripada menang " sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar Yu siau- liong membentak keras, pedangnya dalamjurus "Awan Hitam Menutupi Rembulan," telah menciptakan selapis hawa pedang yang berlapis- lapis, Di bawah perlindungan cahaya putih itulah diam-diam pena bajanya melancarkan tusukan kilat.

Jeritan ngeri yang menyayat hati kembali berkumandang membelah angkasa, Lagi-lagi seorang murid sepasang Ular Lautan Timur tergeletak dengan bermandi darah.

Gelisah dan mendongkol perasaan gadis berbaju hijau itu melihat Yu siau-liong berhasil merobohkan seorang musuh lagi. pedangnya segera diputar lebih kencang, dengan mengeluarkan ilmu simpanan keluarganya "Bentangan Layar Menyeberangi Kesengsaraan."

Di antara kilatan cahaya tajam, ia tangkis tusukan tombak lawan, tubuhnya berbareng dengan serangan itu mendesak maju lebih ke depan, ia tangkis bacokan golok Yan-leng-to sambil melepaskan sebuah babatan maut,jeritan ngeri yang menyayat hati kembali berkumandang lelaki bersenjata golok Yan-leng-to itu sudah terbacok bahunya hingga terbelah jadi dua potong.

Dalam waktu singkat dari delapan orang murid sepasang Ular Dari Lautan Timur, separuh di antaranya sudah terluka parah atau tewas, kejadian ini membuat Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong tak sanggup menahan diri lagi sambil melolos Roda Emasnya dari punggung dan meloloskan golok tipis dari pinggangnya, ia membentak keras: "Tahan"

Waktu itu keempat lelaki yang sedang bertempur sudah merasa amat kaget dan sedih setelah melihat saudara-saudara seperguruannya tewas, Apa daya kedua orang musuh mereka bukan saja berilmu tinggi, serangannya pun ganas dan telengas. Mereka sadar jika pertempuran ini dibiarkan berlangsung terus, niscaya mereka akan tertumpas semua.

Maka begitu mendengar bentakan nyaring dari Thio Tay-kong, cepat-cepat mereka manfaatkan kesempatan ini untuk mengundurkan diri, sambil melepaskan sebuah serangan serempak mereka melompat ke belakang,

Baru saja Yu siau-liong dan gadis berbaju hijau itu siap mengejar, Li Bun-yang dan Lim Han- kim telah menghardik mereka. Mengawasi jenazah yang tergeletak di tanah, tiba-tiba gadis berbaju hijau itu mengejek sambil tertawa:

"Ternyata anak murid sepasang Ular Dari Lautan Timur cuma gentong nasi belaka.,.,hmmmm Dengan mengandalkan ilmu silat semacam ini juga berani jual lagak di Kuil Awan Hirjau benar-benar manusia tak tahu diri" sebaliknya Yu siau-liong sambil angkat bahu dan menuding si Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong dengan ujung pedangnya berkata pula seraya tertawa: "Eeeiii apa kau baru puas setelah mencabut keluar senjatamu dan berteriak teriak macam orang kebakaran jenggot? Kalau tak puas, lebih baik kau maju sendiri saja, jangan biarkan anak cucu ular-ular itu menghantar nyawa dengan percuma."

Meskipun sikapnya tetap tenang, namun nada ucapannya jauh lebih tajam dan menyakitkan hati daripada perkataan gadis berbaju hijau itu. Golok sakti Roda Emas Thio Tay-kong memandang sekejap mayat- mayat yang tergelepar di tanah, lalu sambil tertawa dingin ujarnya kepada ketua Kuil Awan Hijau:

"Dendam berdarah atas kematian anak murid sepasang Ular Dari Lautan Timur ini akan kucatat atas nama ketua Kuil Awan Hijau, Hmmm Dalam sepuluh hari mendatang, sepasang Ular Dari Lautan Timur akan berkunjung sendiri ke Kuil Awan Hijau untuk menagih hutang darah ini."

Ci Mia-cu bukan bocah kemarin sore, dia tahu Thio Tay-kong hendak menggunakan alasan tersebut untuk menyelamatkan mukanya, maka sahutnya sambil tertawa hambar: "sejak mengundurkan diri dari dunia persilatan, aku belum pernah melukai siapa pun, terserah Thio tayhiap mau bicara apa" 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar