Jilid 09

PERJALANAN yang amat jauh tak mungkin bisa ditempuh dalam sekejap mata, terpaksa sianak muda itu harus menahan sabar, sepanjang jalan mereka ganti kuda sampai beberapa kali, setengah bulan kemudian sampailah mereka dikota Yang- Chiu.

Da!am situasi seperti ini tak seorangpun punya minat untuk menikmati keindahan alam, mereka langsung kembali kegedung Tihu,setibanya didipan pintu, sianak muda itu langsung mencengkeram seorang pengawal dan bertanya:

"Thayjin ada didalam atau tidak ?".

Tindakan secara mendadak ini membuat pengawal tersebut tertegun dan tidak habis mengerti, menanti ia temui kalau orang itu adalah Liem sauw ya, barulah ia buru-buru berlutut memberi hormat.

"Cepat katakan apakah thayjien ada di rumah ?" kembali sianak muda itu menegur.

"Tidak ada, dua bulan berselang thayjin telah minta cuti dan pergi dari gedung !".

"Aduh celaka..." teriak Kian Hoo terjelos, badannya bagaikan diguyur dengan segentong air dingin.

Liauw Boe jauh lebih tenang, buru buru ia bertanya kepada pengawal itu:

"Mengapa thay-jien minta cuti ?".

"Tentang soal ini hamba kurang jelas, ham ba cuma tahu dikarenakan suatu urusan pribadi Thay-jien telah minta cuti beberapa waktu, setelah urusan gedung pemerintah diserahkan Ong Thay-jien untuk mewakilinya, Liem Thay jien lantas berlalu !". Saking cemasnya air matapun jatuh bercucuran membasahi wajah Kian Hoo, ia depakkan kakinya berulang kali dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Menyaksikan perbuatan muridnya, Liauw Boe Hwie lantas menghibur:

"Hoojie, jangan gugup, Thay-jien dapat berlalu setelah menyerahkan tugasnya kepada orang lain, hal ini menunjukkan kalau beliau tidak menjumpai hal-hal diluar dugaan, lebih baik pulanglah lebih dahulu dan tanyakan duduknya perkara hingga jadi jelas !".

Perlahan-lahan Liem Kian Hoo dapat tenangkan hatinya, gedung keluarga Liem terletak dibelakang gedung Pemerintahan, isi gedungpun sederhana sekali, sejak Liem Hujien meninggal kecuali ayah dan anak berdua cuma ada dayang serta mak inang saja yang mengurusi rumah tangga.

Ketika Mak inang itu melihat Kian Hoo telah pulang, ia kelihatan gembira namun iapun tak tahu kemana perginya Liem Koei Lin, katanya setelah Liem thay-jien minta cuti lantas ganti pakaian preman dan berlalu.

Liem Kian Hoo menanyakan pula gerak-gerik ayahnya sesaat berangkat namun tidak mendapatkan tanda tanda yang mencurigakan, meski demikian hatinya jadi agak lega, sebab ditinjau dari penuturan Mak Inang tadi, tingkah laku Liem Koei Lin tenang sekali, sedikitpun tidak perlihatkan tanda tanda gelisah atau gugup, bahkan berangkat diiringi seorang kacung pula.

Namun ada satu hal yang patut dicurigai, dikota Wie-Im, ayahnya sama sekali tak ada sahabat karib, dengan watak Liem Koei Lin tidak mungkin ia seenaknya meletakan jabatan hanya untuk menyambangi seorang sahabat belaka.

Setelah termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba bagaikan mendusin dari impian buru-buru ia lari masuk kedalam kamar baca ayahnya, kemudian menggulung sebuah lukisan diatas dinding dan munculkan sebuah pintu rahasia.

Pintu tadi didorong dan dibalik dinding muncullah sebuah ruang rahasia yang luas dan mempunyai perabot yang rumit tetapi sangat rapi. Liuw Boe Hwie yang menjumpai kejadian ini jadi melengak dan tercengang.

"Sudah delapan sembilan tahun lamanya aku berada disini, sungguh tak pernah kuduga kalau dalam ruang baca masih ada sebuah ruang rahasia" gumannya.

"Tecu sendiripun baru tahu akan rahasia ini menjelang kepergian tecu tempo dulu, dalam ruang rahasia inilah ayah mewariskan Sim-hoat ilmu silat kepada diri tecu, maka dari itu tecu pikir kemungkinan besar ditempat ini dapat ditemukan suatu tanda yang mencurigakan ".

Sembari berkata ia melakukan pencarian yang seksama diseluruh ruang rahasia tersebut, akhirnya ia temukan diatas dinding telah berkurang sebilah pedang kuno yang biasanya tergantung disana, disamping itu diatas meja tulis tertinggal secarik kertas dimana berisikan tulisan dari ayahnya.

"Ditunjukkan putraku Kian Hoo:

Dalam melaksanakan tugas kau bertindak kurang hati-hati, akibatnya pihak penjahat telah mengejar datang kemari. Untung aku selalu waspada dan segera mengetahui akan mara bahaya yang datang mengancam.

Mengingbat urusan amat dserius dan pentaing, maka terpabksa akupun berangkat kekota Wie-Im untuk membuntuti jejak bajingan itu, apabila kau telah kembali dan membaca surat ini, cepat-cepatlah datang membantu aku !".

Ketika sianak muda itu membaca surat tersebut ia jadi tertegun, sebab Liem Koei Lin ayahnya sudah dua bulan lamanya meninggalkan rumah, namun surat tadi baru ditulis setengah bulan berselang. Liauw Boe Hwie yang berdiri dibe!akang si-anak muda itupun dapat membaca isi surat tadi, nampak diapun termenung sambil putar otak, akhirnya seorang tua ini berkata:

"Tentu ayahmu berhasil mengetahui keadaan dirimu dari mulut kawanan bajingan ini dan tahu kalau kau dalam beberapa waktu mendatang bakal pulang kerumah, maka buru-buru ia balik lagi untuk meninggalkan surat tersebut..."

"Mungkin memang demikian duduknya perkara." sahut Kian Hoo setelah termenung sebentar.

"Suhu, agaknya kita harus segera berangkat menuju kekota Wie Im !".

"Tentu saja harus demikian, setelah ayahmu seorang mungkin masih belum sanggup untuk menyelesaikan persoalan ini, maka ia butuhkan bantuanmu."

Demikianlah mereka bertiga pun kembali melakukan perjalanan cepat menuju kekota Wie-lm untung perjalanan tidak terlalu jauh, hanya dua hari kemudian sampailah mereka ditempat tujuan.

Kota Wie lm adalah kampung halaman dari Han Sim seorang panglima tersohor pada ahala Si Han, berhubung itulah kota tersebut sangat ramai sekali.

Setibanya didalam kota, mereka bertiga mengitari seluruh kota satu kali namun tidak menemukan sesuatu jejak apapun.

Menanti malam telah menjelang tiba, mereka bertigapun beristirahat dalam sebuah rumah penginapan, malam itu Kian Hoo tak dapat tertidur karena pikirannya sangat kalut, sedangkan Soen Tong yang ada dikamar tetangga telah mendengkur sejak tadi, begitu keras suara dengkurannya sampai dinding tembok pun bergetar.

Semakin kalut pikirannya sianak muda itu semakin tak dapat pulas, dengan susah payah akhir nya semalaman sudah hampir lewat, sementara rasa ngantuk mulai menyerang benaknya, tiba-tiba

Terdengar suara gaduh berbkumandang dari ddalam kamar Soean Tong yang terbletak disebelah ka-marnya, diikuti gadis tolol itu berkaok-kaok keras.

"Keparat cilik, kau berani pukul aku akan kucabut jiwamu."

Liem Kian Hoo tidak tahu ditengah malam buta begitu si gadis tolol itu sedang ribut dengan siapa, buru-buru ia mengenakan pakaian dan lari ke kamar sebelah.

Tampaklah Soen Tong sedang duduk diatas pembaringan dalam keadaan telanjang bulat sambil berkaok kaok gusar, didepan pembaringan menggeletak sebilah kutungan pedang.

Menyaksikan keadaan tersebut, pemuda kita buru-buru tutup pintu rapat-rapat sebab ia tidak ingin mengejutkan tamu tamu dikamar lain, lagi pula keadaan Soen Tong saat ini tidak patut dilihat orang. setelah itu dengan suara lirih tegurnya:

" A-Tong, jangan ribut, apa yang telah terjadi?".

Hawa amarah berkobar dalam hati Soen Tong, dengan jengkel jawabnya.

"Ketika aku sedang tidur tiba-tiba badanku terasa amat sakit. aku lantas bangun maka kutemui ada seorang keparat cilik sedang menusuk tubuhku dengan senjata, namun pedangnya seketika kena digetar patah oleh tenaga sim-kang daya pental, aku mendusin lagipula tidak terluka buru buru melarikan diri lewat jendela !".

Liem Kian Hoo berpaling, tidak salah lagi jendela dalam keadaan terpentang lebar lebar, ia jadi amat terperanjat.

"Macam apakah orang itu ? " kembali ia bertanya.

"Aku sendiripun tidak tahu sebab tidak nampak terlalu jelas, agaknya seorang pemuda yang berwajah tampan, ilmu silatnya pun tidak jelek, tusukan pedangnya terasa amat sakit sekali bahkan selagi melarikan diri gerakan tubuhnya pun amat cepat !"

"Lalu mengapa tidak kau kejar orang itu ?" Dengan tersipu sipu Soen Tong menyahut:

"Sebelum meninggalkn tempat ini, keparat cilik itu sudah membawa lari semua pakaianku, bukankah kau pernah beritahu kepadaku kalau tidak berpakaian dilarang lari-lari ditempat luaran ? maka aku tidak berani mengejar !".

"Saudara cilik " keluh Soen Tong dengan wajah kecut " Aku benar-benar tidak biasa memakai baju, seandainyra kau bacok akut beberapa kali qdengan sebilah rgolok mungkin aku tidak ambil perduli, namun kalau kau suruh aku mengena kan benda yang halus dan lunak itu, seluruh tubuhku jadi gatal sekali, mau tidurpun rasanya tidak bisa, Untung ditengah malam buta tak terlihat orang maka aku telanjangi diriku sendiri dan tidur."

Liem Kian Hoo dibikin berabe oleh tingkah laku gadis tolol ini, sementara otaknya berputar dan menduga duga siapakah sang pembokong tersebut, seandainya orang itu diutus oleh Kauw Heng Hu, mengapa yang diarah adalah Soen Tong si gadis Blo'on yang gobloknya sudah tidak ketolong an lagi itu ?

Mungkin karena harta ? jelas dalam sakunya tidak membawa intan atau permata bahkan sepotong uang perakpun tak ada, tidak mungkin orang itu ada maksud mencuri barang-barangnya, lagi pula berdasarkan kepandaian yang dimiliki orang itu, jelas dia bukan seorang pencuri biasa.

Mungkin karena dia adalah seorang gadis ? hal ini semakin tidak mungkin lagi, siapa yang sudi main cinta dengan seorang gadis jelek yang berwajah mengerikan bagaikan wewe ? setengah harian lamanya ia putar otak namun tidak berhasil mendapatkan jawaban, terpaksa ia bertanya.

"A-Tong, barang apa yang kau simpan dalam tubuhmu ?" " Tidak ada! " sahut Soen Tong seraya menggeleng, namun sejenak kemudian tiba-tiba ia menjerit:

"Aduh celaka, batok kepala ayahku telah dj curi orang itu !" "Apa ? bukankah batok kepala ayahmu disimpan dalam gua

Kioe~Chi-Tong ?...".

"Tidak, aku benar benar merasa berat hati untuk tinggalkan ayah seorang diri, maka diam diam kusimpan tulang kepalanya didalam saku, karena takut kau tahu maka selama ini aku membungkam.".

" Kau   kau benar benar goblok, tolol!".

Soen Tong Hay telah mengukir seluruh inti sari kitab pusaka Koei-Hua-Pit-Kip diatas tulang kepalanya, demi menghormati jenasah dari seorang jago sakti, Kian Hoo tidak berani berbuat kurang ajar dengan segala menggembol batok kepalanya, maka sengaja ia salin catatan itu diatas sebuah kitab dan tinggalkan tulang kepala tadi didalam gua.

Siapa sangka diam-diam budak jelek yang tololnya tidak ketolongan ini sudah membawanya keluar, walaupun catatan intisari kitab pusaka Koei Hua Pit-Kjp sudah ada salinannya, namun apabila membiarkan benda itu terjatuh ketangan orang lain, kemungkinan besar dapat menimbulkan bencana, terutama kalau sampai terjatuh ketangan Kauw Heng Hu, keadaan bakal semakin runyam.

Ketika Kauw Heng Hu serahkan kitab tadi ketangan Soen Tong Hay, isinya sudah tidak lengkap, sedangkan Soen Tong Hay sendiri selagi menyelidiki kitab itupun diam diam menyembunyikan pula beberapa bagian, maka apa yang didapat mereka berdua sama-sama tidak lengkap, tapi lain halnya kalau orang itu adalah utusan dari Kauw Heng Hu, dengan didapatkannya catatan tersebut berarti ia sudah mendapatkan kitab yang lengkap. Soen Tong yang kehilangan tulang kepala ayahnya merasa amat sedih sekali, ia menangis tersedu sedu, melihat kesedihan orang Liem Kian Hoo jadi tidak tega untuk memaki lebih jauh, terpaksa ia berdiri dengan keadaan serba salah.

Pada saat itulah dari luar jendela mendadak berkelebat lewat sesosok bayangan manusia disusul Liuw Boe Hwie pun muncul dalam ruangan.

"Suhu, telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri A- Tong." ujar Sianak muda itu cepat.

"Aku tahu, ketika mendengar suara yang mencurigakan aku segera keluar dari kamar dan melakukan pengejaran, ternyata orang itu langsung, lari menuju kekuil Han-Ong-Sie, disana ia disambut oleh dua orang siluman tua, karena aku merasa bukan tandingan dari kedua orang siluman tua itu maka terpaksa aku balik kemari !".

"Siapakah kedua orang siluman tua itu ?"

"sebetulnya aku tidak kenal dengan kedua orang itu, namun setelah mendengar penuturanmu aku berani memastikan kalau mereka berdua ada lah Heng-Thian-Siang-li, bahkan keparat cilik yang melakukan pembokongan itubpun bukan orangd sembarangan, kaalau pandangan bmataku tidak salah lihat jelas dia adalah Lie Hong Hwie anak murid sinenek she-Pek.".

"Apa ?" Kian Hoo tertegun, saking kaget dan tercengangnya ia tak sanggup menutup mulutnya kembali.

oO0Oo.

Kuil Han-Ong-Sia terletak diluar kota Wie-Im, bangunannya sudah rusak dan hancur, tem-boknya banyak yang rontok dan berlubang, patung arca Han Ong yang ada dimeja sembahyanganpun tinggal separuh potong, keadaan kuil itu menyedihkan sekali. Lama kelamaan sianak muda itu jadi jengkel hawa amarahnya segera disalurkan keatas patung arca tersebut. Sreeet ! sebuah pukulan dahsyat menghancurkan sisa patung Han-Ong yang berdiri ditengah ruangan.

"Hoo-jie, mengapa kau salurkan hawa amarahmu keatas patung arca tersebut...?" tegur Liuw Boe Hwie.

"Hmmm ! teringat Han Sim pun tidak lebih hanya seorang manusia tak berpedidikan, hanya karena gagah saja lantas sombongnya tidak karuan, bagaimana akhirnya ? iapun tidak mendapat akhir yang baik, manusia macam begini tidak berhak untuk mendapat penghormatan dari generasi yang akan datang !"

Liuw Boe Hwie bungkam dalam seribu baha sa, sedangkan Soen Tong jadi tertarik, iapun menirukan cara sianak muda itu dengan melancarkan sebuah pukulan menghajar sebuah patung Han-Sim.

Siapa sangka ketika angin pukulan itu menghajar telak diatas patung arca tadi, bukannya hancur berantakan sebaliknya patung tadi secara otomatis telah bergeser sendiri kesamping.

"Eeeei saudara cilik, coba lihat patung arca ini bisa bergerak sendiri..." jerit Soen Tong dengan nada kaget.

Belum habis ia menjerit dari balik patung tadi muncul seorang pengemis yang berpakaian kumal dan berambut awut-awutan, sambil tertawa terbahak-bahak ia berseru:

" Han-Ong tidak becus dan memalukan kami kaum pengemis, kalian mau hancurkan patungnya perduli amat dengan kami, tetapi Loo Thay Thay (Nyonya Tua) ini adalah orang baik, kami kaum pengemis pun justru mencari sedekah berkat kebaikan hatinya, kami tak boleh biarkan iapun ikut hancur karena Han Sim." Kbeterangan ini mdenyadarkan Soena Tong bahwasanyba patung itu bisa bergeser sendiri bukan lain lantaran permainan setan dari sipengemis tersebut, ia hendak maju untuk menghantam dirinya namun kena dicegah Kian Hoo.

"Siapakah anda ?" Tegur sianak muda itu setelah mengawasi pengemis tersebut beberapa saat kemudian ia baru berkata lagi:

"Dengan kepandaian yang anda miliki, aku rasa kau pasti bukan pengemis sembarangan !"

"Kaum pengemis tiada tempat tinggal tetap, untuk mencari sedekah harus berkeliaran keempat penjuru, siapa bilang ada perbedaan antara pengemis biasa dan pengemis luar biasa ? ucapan dari engkoh cilik ini sungguh aneh sekali, aku ingin tahu pengemis macam apakah baru bisa dikatakan pengemis biasa ?".

Sekali lagi sianak muda itu dibikin bungkam dalam seribu bahasa, Liauw Boe Hwie yang ada disisinya segera menyambung sambil tertawa:

"Dengan kepandaian lihay yang kau miliki namun justru berada dalam barisan pengemis, itu lah baru dinamakan istimewa !".

"Meskipun aku si pengemis bisa bermain beberapa jurus gerakan kembangan, kepandaian inipun kami siapkan untuk menghadapi anjing-anjing galak, nasibku memang sudah ditakdirkan jelek, lagi pula harus menuruti peraturan nenek moyang-ku, dilarang mencuri dilarang merampas, maka untuk melanjutkan hidup terpaksa aku harus mengemis, apanya yang istimewa ?"

"Hrnmm ! sudah berapa lama kau berada disini ?".

" Kemarin aku sipengemis berhasil mendapatkan sedikit sisa sayur serta beberapa renceh uang kecil yang habis kubelikan arak setengah kati, setelah minum sampai mabuk aku telah tidur semalaman disini !".

"Bagus sekali ! kalau memang kau tidur semalaman disini tentu tahu bukan kemana perginya-tiga orang yang mendatangi kuil ini tadi pagi-pagi buta ?".

"Haaa... haaa... haaa... selama ini aku sipengemis tertidur pulas, sama sekali tidak nampak separuh sosok bayangan setanpun, namun aku memang sudah dibangunkan oleh tiga ekor anjing kurang ajar !"

"Dimana ada anjing ?" sela Soen Tong sambil celingukan. "Kenapa aku tidak lihat anjing yang kau maksudkan itu ?r".

"Haaa... haataa... haaa... tqentu sudah kau rlihat anjing- anjing itu, sebab anjing itu yang satu kehilangan tangan sebelah, yang kedua adalah anjing cilik sedang anjing ketiga adalah seekor anjing betina...".

Mendengar dirinya secara tidak langsung di maki Liauw Boe Hwie naik pitam, bentaknya gusar:

"Manusia kurangajar, pengemis terkutuk ! kami bertanya secara baik-baik, mengapa kau memaki orang seenaknya ?".

Soen Tong yang masih belum paham segera menyela dari samping.

"Suhu, yang dia maksudkan tiga ekor anjing bukanlah ia tidak memaki dirimu ?".

"Tolol, Blo'on ! anjing betina itu adalah kau sendiri " maki Kian Hoo jengkel.

"Kurangajar, kurangajar, kau berani maki aku !" jerit Soen Tong, Kepalannya langsung diayun kedepan menghantam dada pengemis tersebut.

Dengan sebat pengemis tadi mengigos kesamping, tongkat bambunya segera disapu kearah ke kakinya dengan suatu jurus serangan yang sangat aneh, Soen Tong tak sempat berkelit, seketika kakinya kena dihajar.

Namun ia memiliki tenaga pental yang melindungi tubuhnya, bukan saja tidak terluka bahkan malahan memental balikkan tongkat bambu itu sehingga terpental dan balik menyapu kearah kaki pengemis itu sediri.

Air muka pengemis itu berubah hebat, buru-buru ia getarkan tongkatnya kesamping untuk memunahkan datangnya ancaman.

Soen Tong melangkah setindak kemuka, telapaknya yang lebar langsung dihantamkan keatas batok kepala pengemis itu.

Merasakan datangnya ancaman, pengemis itu mendengus gusar, tongkatnya diputar balas menotok dadanya.

Soen Tong terlalu mengandalkan tenaga daya pentalnya, ia tidak menggubris datangnya serangan, dengan gerakan yang tetap ia lanjutkan cengkeramannya kemuka.

"Kraaaak...!" tongkat bambu itu patah jadi dua bagian, sedang Soen Tong pun kesakitan sampai mulutnya tak dapat merapat, sepasang telapaknya langsung menjambret dadanya lalu diangkat ketengah udara.

Setelah itu lawannya dibanting keatas tanah sanbil menekan dirinya keatas tanah, teriaknya penuh kegusaran.

"Kau maki aku sebagai anjing, sekarang aku akan suruh kau merasakan jadi anjing yang menjilat air kencing !"

Permukaan tanah tempat itu penuh dengan debu dan pasir, tenaga Soen Tong pun sangat besar, setelah pengemis itu kena ditekan keatas tanah badannya tak berkutik lagi, keadaannya mengenaskan sekali.

Liem Kian Hoo yang menyaksikan kejadian itu takut ia menindih mati pengemis tersebut, buru-buru bentaknya: "A-Tong. ayoh cepat lepaskan dirinya, aku masih ada pertanyaan hendak diajukan kepadanya !.."

Kena ditegur Soen Tong baru lepaskan pengemis itu, namun kakinya yang besarpun dengan cepat menginjak dada pengemis tadi, serunya:

"Tidak bisa kulepaskan dirinya begitu saja ia harus menirukan gonggongan anjing sebanyak tiga kali, setelah itu aku baru bisa lepaskan dia pergi !".

Dengan sinar mata gusar pengemis itu melototi wajah Soen Tong, mulutnya bungkam dalam seribu bahasa,

Menyaksikan pengemis itu membungkam, Soen Tong menginjak dadanya semakin berat, ancamnya: "Kalau kau tidak mau berteriak lagi, sekali injak kugencet dirimu sampai mati !".

Saking sakitnya pengemis itu sampai gertak gigi, namun ia bersikeras tidak buka suara, mulut nya terkancing rapat-rapat.

Kian Hoo takut ia benar-benar mati diinjak perempuan tolol itu, kembali cegahnya.

"A-Tong, kenapa sih kau tidak bmenuruti perkatdaanku ?".

Kali aini Soen Tong tbak berani membangkang, ia tarik kembali kakinya yang gede sambil mengomel:

"Hmmm ! kalau bukan saudara cilikku mintakan ampun buat dirimu, akan kuinjak dirimu sampai hancur".

Pengemis itu meloncat bangun, dengan gemas ia meludah keatas tanah lalu bangkit berdiri dan lari keluar dari ruang kuil.

"Pengemis sialan, kau masih berani ngeloyor pergi ?" bentak Liuw Boe Hwie gusar.

Ia enjotkan badan segera ikut meluncur kedepan, lengan tunggalnya langsung menotok punggungnya. Dalam pada itu pengemis tadi baru saja lari keluar dari pintu, tahu serangan jari Liuw Boe Hwie telah meluncur tiba, kelihatan ia bakal roboh terjengkang.

Mendadak serentetan cahaya putih meluncur datang dari balik pintu dan langsung menghajar urat nadi Linw Boe Hwie.

Untuk menyelamatkan diri terpaksa si rasul seruling harus lepaskan mangsanya untuk menolong diri lebih dahulu, tangannya berputar menyambut datangnya cahaya putih itu, ternyata sebuah mangkuk gumpil.

Alisnya langsung berkerut, ia bermaksud buang mangkuk itu keatas tanah, namun ketika itulah dari luar pintu telah berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang:

"Haaaa... haaaaa... haaaaa... tua bangka she-Liuw, jangan, jangan kau buang itulah yang diandalkan aku sipengemis tua untuk cari sesuap nasi !".

Bersamaan dengan gelak tertawa itu dari luar kuil melayang masuk seorang pengemis berusia lanjut, rambutnya awut-awutan dan memakai baju compang-camping, sambil mencekal sebuah tongkat bambu warua hijau selangkah demi selakangkah ia berjalan masuk kedalam.

Ketika mengetahui siapakah pengemis tua itu Liuw Boe Hwie pun lantas tertawa.

"Eeeeei... peminta minta tua apakah manusia kurangajar tadi adalah anak buahmu ?"

Selangkah demi selangkah pengemis tua itu berjalan masuk diikuti pengemis muda tadi dengan wajah kesal, kecut dan kusut pengemis tua itu tidak langsung menjawab pertanyaan si Rasul Seruling, matanya melirik sekejap kearah Liem Kian Hoo serta Soen Tong, setelah itu barulah ujarnya:

"Tua bangka she-Liuw, dalam sobal apakah-muriddku telah menyalaahi kalian sehibngga menimbulkan kegusaran kamu semua ?" "Tanyakan saja kepadanya !" pengemis tua itu melotot sekejap kearah pengemis itu, hal ini membuat pengemis tadi dengan badan gemetar segera menjawab.

"Tecu tidak tahu Loo sianseng ini adalah sahabat karib dari Pangcu".

"Gentong nasi ! masa terhadap si Rasul Seruling Liuw Thay- hiap pun kau tidak kenal ? buat apa kau kerkelana didalam dunia kangouw ?".

"Liuw Thay-hiap adalah seorang pendekar sejati yang gagah perkasa, tecu tidak tahu kalau dia orang tua cuma punya tangan sebelah..."

"Apa ?" pengemis tua itu berseru tertahan "Eeeeei tua bangka she-Liuw, mengapa dengan tanganmu ?".

"Aaaaa . . . ! susah susah untuk dikatakan kedua orang itu adalah...".

Sekarang Liem Kian Hoo baru tahu kalau pengemis tua itu bukan lain adalah Pangcu dari perkumpulan Kay-pang yang bergelar To-Si-Sin-Kay atau sipengemis sakti dari dunia jagad Tong Thian Gwat adanya.

Buru-buru ia maju memberi hormat seraya berkata:

"Siauw-tit adalah Liem Kian Hoo, sedang dia adalah murid suhu yang paling akhir Soen Tong adanya !"

Tong Thian Gwat mengawasi kedua orang itu beberapa saat lamanya, lalu dengan nada tercengang serunya:

"Liuw Loo-jie, sejak kapan kau telah menerima dua orang murid yang begitu bagus ? kalau dibandingkan mereka berdua, murid binatang ku ini boleh dikata bagaikan kotoran manusia dibandingkan dengan pualam !".

Sekilas rasa malu berkelebat diatas wajah pengemis itu, dengan sikap sangat hormat ia maju menjura kepada Liuw Boe Hwie, katanya: "Liuw thay-hiap, boanpwee Chi Siang datang mohon maaf kepada kau orang tua, boanpwee benar-benar tidak tahu kalau kau orang tua adalah seorang pendekar sejati, maka tadi banyak menyinggung perasaanmu, untung muridmu telah cukup menghajar diriku, orang budiman tidak akan pikirkan kesalahan orang kecil, harap kau suka ampuni kesalahanku itu.."

Melihat tampangrnya yang patut tdikasihani Liuwq Boe Hwee tidakr tega, sambil tertawa ia lantas berkata:

" Sudah sudahlah, mungkin kau memang cocok untuk jadi ahli waris dari pengemis tua itu, mulutmu tak pernah mengucapkan separuh kata baikpun !"

"Sebenarnya boanpwee juga tidak berani sembarangan menyinggung perasaan orang." ujar Chi Siang lagi dengan wajah kerut.

"Tapi disebabkan kalian bertiga menanyakan tiga orang lainnya, boanpwee kira kalian adalah segolongan dengan mereka maka aku lantas bertindak kurangajar."

"Apa hubunganmu dengan mereka bertiga ?" buru-buru Liuw Boe Hwie bertanya.

Tong Thian Gwat kelihatan rada tercengang.

"Liuw Loo-jie, apakah kau sama sekali tidak tahu akan kejadian yang telah berlangsung dalam dunia persilatan ?" tegurnya.

"Aku tidak tahu, dalam dunia kangouw telah terjadi peristiwa apa ?".

"Aaaaai ! walaupun dewasa ini belum disiarkan secara resmi dalam dunia kangouw, namun secara diam diam dunia kangouw kita sudah berada dalam keadaan yang sangat kritis, membuat hati orang tidak tenang, kami kaum pengemis yang punya pendengaran serta penglihatan yang jauh lebih tajam telah mengetahui akan hal ini lebih dahulu, maka kamipun siap untuk maju duluan.".

"Kamipun tahu kalau anak buahmu tersebar luas baik diutara maupun diselatan, kabar berita kalian paling tajam, ayoh cepat katakan sebenarnya apa yang telah terjadi ?".

"Kemarin dalam kuil ini telah berkumpul beberapa orang gembong iblis yang maha lihay, pernah kalian dengar akan nama Tiga Belas Sahabat ?".

"Pernah ! Heng Thian Siang Li yang muncul ditempat ini kemarin malam bukanlah dua di antaranya ?".

"Eeeeeei, darimana kau bisa tahu ?"

" Aku sih tidak apa apa, aku hanya kenal mereka lagipula karena satu persoalan sedang mencari mereka, coba katakan peristiwa apa yang telah terjadi ?".

Tong Thian Gwat termenung setengah harian, lalu baru menjawab.

"Tempo dulu Tiga belas Sahabat ada maksud mencelakai Bu-lim, kemudian entah apa sebabnya jejak mereka tiba-tiba lenyap tak berbekas, beberapa waktu mendekat ini aku dengar mereka muncul kembali didaratan Tionggoan dan siap mendirikan kembali suatu persekutuan dimana secara terbuka mereka hendak tantang kita orang-orang dari kalangan lurus untuk berduel !".

"Tok Chiu Suseng Kauw Heng Hu tentu berada diantaranya bukan ?" sela Kian Hoo tidak tahan.

" Sauw-hiap, walaupun kau belum pernah terjun kedunia persilatan agaknya persoalan dalam dunia kangouw tidak asing lagi bagimu !" tegur Tong Gwat sambil melirik sekejap kearahnya.

Liem Kian Hoo tersenyum. "Siauw tit mendengar cerita ini dari orang lain belaka, silahkan pangcu lanjutkan perkataanmu!" katanya.

"Diantara tiga Belas Sababat tidak salah lagi memang Tok Chiu Suseng Kauw Heng Hu bertindak sebagai pimpinan, pada waktu waktu mendekat ini ia sedang kumpulkan sahabat lamanya untuk membentuk persekutuan, bahkan telah memilih kota Wie-Im sebagai markas besarnya."

"Menurut apa yang siauw-tit ketahui, diantara tiga belas sahabat ada beberapa orang telah mengundurkan diri dan ada pula yang sudah mati mungkin jumlahnya tidak mencapai tiga belas orang lagi !".

"Tidak salah ! " kembali Tong Thian Gwat membenarkan ia lirik sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan dalam.

"Diantara tiga belas sahabat hanya sepuluh orang adalah orang lama sedang tiga orang lainnya adalah tiga orang perempuan".

"Tiga orang perempuan ? macam apakah mereka itu ?".

" Usia dari bocah bocah perempuan itu tidak terlalu besar, paras mukanya cantik jelita dan ilmu silatnya sangat lihay sekali, sudah banyak anak murid perkumpulanku yang mati binasa ditangan mereka, kamipun tidak tahu ketiga orang bocah perempuan itu berasal dari mana !".

Liem Kian Hoo termenung beberabpa saat lamanyad, menurut dugaaan hatinya ketigba hatinya ketiga orang gadis itu kemungkinan besar adalah Sani serta Lie Hong Hwie, lalu siapakah gadis ketiga?.

Terdengar TongThjan Gwat berkata kembali.

"Kemarin aku mendapat kabar lagi dan tahu kalau mereka hendak berkumpul ditempat ini, maka aku serta muridku Chi Siang lantas datang kemari untuk cari kabar, hasilnya penjagaan mereka ketat sekali, walaupun sudah putar akal gagal juga bagi kami untuk menyusup masuk. Setengah harian lamanya kami berdiam dise kitar sini, akhirnya sembilan orang diantara mereka membubarkan diri dan tersisa Heng Thian Siang Li suami istri menunggu disini, lewat beberapa saat kemudian seorang gadis yang menyaru diri jadi priapun tiba disana, mereka bertiga lantas berlalu, Loo lap buru buru menguntit mereka dari belakang, akhirnya aku lihat mereka masuk kedalam sebuah bangunan besar, sedangkan Chi Siang yang tetap berdiam disini entah bagaimana kemudian bi sa berjumpa dengan kalian bertiga ! ".

"Pangcu, tolong tanya bangunan itu terletak dimana ?" buru-buru Kian Hoo bertanya.

"Tidak jauh letaknya dari sini, penjagaan di tempat itu sangat ketat sekali, aku rasa disitulah tiga belas sahabat beristirahat".

" Pangcu, tahukah kau bahwa disamping Kauw Heng Hu simonyet tua itupun membawa dua orang gadis, apakah mereka juga ada disitu ?".

"Tentang soal ini loohu kurang jelas, jejak Tiga BeIas Sahabat sangat rahasia sekali, sekalipun loohu telah kerahkan segenap tenaga anak buahku pun berita yang kuketahui cuma begini sedikit, sedangkan mengenai bangunan besar itupun belum lama berselang baru berhasil loohu temukan !".

" Eeei pengemis tua, apa rencanamu selanjutnya ?" sela Liuw Boe Hwie.

"Aaaaai, aku sendiripun tidak tahu, diantara tiga belas orang itu rata-rata merupakan jago-jago ampuh, sekalipun aku berhasil mengetahui rencana busuk mereka, satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan adalah kabarkan berita ini kepada partai besar agar mereka bisa sama-sama bertindak.".

"Kalau bertindak demikian maka usaha kita akan terlambat menanti kekuatan mereka sudah terbentuk, sekalipun seluruh jago dikolong langit bersatu padupun belum tentu bisa hadapi mereka dengan gampang, kalau mbau gempur merekda seharusmya kiata lakukan sekabrang juga."

"sekarang bukan Loohu melenyapkan semangat juang diri kita, sekalipun kita beberapa orang bersatu padupun percuma saja, mungkin kita malah akan menghantar kematian dengan percuma".

"Kalau tidak masuk gua macan, mana bisa mendapatkan anak harimau ?...".

" Aaaai Sauw-hiap gagah perkasa dan berhati jantan, tidak malu jadi murid si RasuI seruling, hanya emosimu terlalu berkobar."

Liuw Boe Hwie tersenyum. "Eeeei pemgemis tua, muridku ini cuma mewariskan gelar si Rasul Serulingku belaka, sedang mengenai ilmu silatnya ia jauh lebih ampuh dari pada kepandaianku sekalipun murid dogol yang baru kuterima inipun jauh lebih ampuh berkali lipat daripada diriku sendiri, kalau tidak percuma boleh kau tanyakan kepada muridmu !".

Dengan wajah kikuk Chi Sian tunduk kepala dan membungkam.

Sedangkan Tong Thian Gwat dengan wajah tercengang lantas berseru.

"Liuw Loo-jie, puluhan tahun tidak berjumpa, sebenarnya kau sudah main setan apa saja ?".

"Dewasa ini tiada waktu untuk menerangkan persoalan ini kepadamu, kalau memang kau tahu markas besar dari Tiga Belas sahabat maka urusan tak boleh terlambat lagi, kami siap meluruk dan menghancurkan mereka, mau ikut atau tidak terserah pendapatmu sendiri."

Tong Thian Gwat tertegun beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata: "Liuw Loo-jie, manusia macam kaupun telah tampil kedepan untuk menghadapi persoalan ini, aku sipengemis tua sebagai seorang pangcu mana boleh mengkeret macam kuku kura-kura, mau terjun keair, terjun keapi, aku sipengemis tua akan ikuti kemauan kalian.".

" Haaaaa... haaaa... haaaa... bagus, bagus sekali perkataan macam inilah baru mirip ucapan seorang pengemis tua seperti kau, ayoh berangkat !"

"Suhu, lebih baik kau berpikir tiga kali sebelum bertindak !" sela Chi Siang ragu-ragu.

"Kentut !" maki pengemis tua ini dengan mata melotot. "Coba lihat bagaimana gagahnya anak murid orang lain,

kau benar benar memalukan diriku, kalau kau berani bicara lagi aku sipengemis tua segera usir kau dari perguruan !".

Chi siang jadi ketakutan, ia lantas bungkam dalam seribu bahasa.

Sementara itu srambil menggetartkan tongkat bamqbu ditangannya,r Tong Thian Gwan berkata.

"Ayoh jalan ! ayoh jalan ! ini hari sekalipun nyawa aku sipengemis tua harus lenyap ditangan orangpun harus kuterjang daerah terlarang dari Tiga Belas Sahabat, sekalipun mati aku mati dengan bangga !"

Liuw Boe Hwie melirik sekejap kearah Liem Kian Hoo lalu ikut dibelakang pengemis itu dan berlalu, sedangkan Soen Tong dengan riang gembira berseru:

"Saudara cilik, apakah kita mau pergi berkelahi ? sampai waktunya kau jangan halangi diriku loo, aku hendak bergebrak sampai puas dan sampai lelah !".

"A-Tong, nanti kalau benar-benar sampai berkelahi aku tidak akan menghalangi kemauanmu tapi kaupun harus berhati, orang orang itu bukan manusia sembarangan, jangan sampai kena dipukul orang sebelum kau sempat menghajar orang lain !".

" Haaaa... haaaaa... haaaa... aku tidak takut, ayah telah mewariskan ilmu tahan pukulan kepadaku, sekalipun sekalipun dijotos tidak akan mengapa, tapi kalau kubalas dengan jotosan ku, akan kusuruh mereka rasakan bogem mentah yang luar biasa !".

Tong Thian Gwat serta Chi Siang saling bertukar pandangan, mereka tidak tahu manusia aneh macam apakah kedua orang murid dari Liuw Boe ini.

Dengan gerakan tubuh beberapa orang itu dalam sekejap mata mereka sudah tiba ditempat tujuan.

Tempat itu merupakan sebuah bangunan yang sangat besar dengan tembok pekarangan yang tinggi, didepan pintu berdiri sepasang singa batu yang amat besar, sepasang pintu yang besar dan berwarna merah tertutup rapat.

Sambil menuding pintu besar itu ujar Tong Thian Gwat: "Ditempat inilah, kita hendak terjang masuk secara terang

terangan atau diam diam ?" Liem Kian Hoo tersenyum.

"Kita datang dengan membawa maksud cari keonaran, tentu saja jauh lebih baik menerjang secara terang terangan, A-Tong, coba kau hancurkan dahulu singa-singa batu itu !".

Dengan gembira Soen Tong terima perintang ia maju kedepan dengan langkah lebar, sepasang lengannya dipentangkan memeluk singa batu itu keras-keras lalu digoyangkan beberapa kali, setelah itu mendadak ia angkat singa batu tadi kete-ngah udara dan dilemparkan ke atas singa batu ke dua.

Tubuh singa batu itu ada beberapa tombak dengan berat ribuan kati, seluruh tubuh terbuat dari batu hijau yang keras, namun berada ditangan Soen Tong, arca seberat ribuan kati itu enteng bagaikan barang mainan belaka.

"Bluuuummm!" diiringi bentokan dahsyat, percikan bunga api muncrat keempat penjuru sepasang singa batu yang amat besar itu kontan hancur berkeping-keping.

Tong Thian Gwat adalah seorang jago tua dengan tenaga Iweekang yang amat sempurna, namun setelah menyaksikan kejadian ini hatinya bergidik juga.

"Saudara cilik, apa yang harus aku lakukan kemudian ?" teriak Soen Tong kegirangan.

"Tunggu sebentar, kita lihat dulu bagaimana reaksi dari dalam ruangan tersebut.".

Dengan tingkah laku bodoh Soen Tong ber henti dan awasi pintu tajam tajam, namun aneh sekali walaupun diluar gedung terjadi peristiwa yang menggemparkan, dari balik gedung suasana tetap sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun seolah olah gedung tersebut adalah sebuah gedung kosong.

"Eeeei pengemis tua mungkin matamu sudah lamur." ujar Liuw Boe Hwie sambil tertawa dan melirik sekejap kearah pengemis tua itu.

"Jangan jangan kau sudah bawa kami kedepan sebuah bangunan kosong !".

Merah jengah selembar wajah Tong Thian-Gwat, buru-buru katanya:

"Liuw Loo-jie kalau tidak ingat bahwasanya kau adalah sahabat karibku, cukup mendengar beberapa patah katamu ini aku si pengemis tua akan ajak kau untuk berduel sejak umur dua puluh tiga tahun terjun kedalam dunia kangouw aku sipengemis tua percaya belum pernah salah lihat".

Melihat gurunya disindir, Chi Siang pun lantas berkata "Biarlah kujebolkan pintu gedung ini, kemudian kita periksa apakah didalam bangunan ini benar orang atau tidak."

Seraya berkata ia maju kedepan kemudian pasang kuda- kuda dan melemparkan sebuah pukulan dahsyat keatas pintu tersebut.

"Braaaaak!" pintu tersebut bukan saja tidak jebol bahkan gemilang sedikitpun tidak, bahkan dari dalam bangunan suasana tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.

Merah padam selembar wajah Chi Siang saking malunya, Kian Hoo takut Tong Thian Gwat guru dan murid mendapat malu, buru buru ia-maju kedepan sambil berkata:

"Harap Chi suka mundur selangkah, terhadap benda mati macam begini buat apa harus a-du otot ? biarlah siauw-te gunakan sedikit akal untuk mendobraknya !".

Sembari berkata sepasang telapaknya lantas ditempelkan diatas pintu kemudian dengan cepat badannya meloncat mundur kebelakang. pintu yang tebal dan berat itu bergoyang keras di ikuti ambruk kedalam diiringi suara yang amat keras. Air muka Tong Thian Gwat kontan berubah hebat, kepada Liuw Boe Hwie ia menghela napas sambil berkata :

"Liuw Loo jie, aku benar benar takluk kepadamu, dengan tenaga lweekang yang dimiliki muridmu, aku pengemis tua mengakui bahwa aku masih terpaut jauh sekali."

Liuw Boe Hwie tersenyum.

"Eeeeei pengemis tua, aku nasehati dirimu lebih baik jangan banyak berpikir yang bukan-bukan." katanya. "Bukankah aku pernah berkata kepadamu, muridku ini jauh lihay dari pada mu, muridku ini jauh lebih lihay daripada diriku sendiri, sejak kini aku lihat dunia kangouw lebih baik diserahkan buat kaum muda saja !".

Tong Thian Gwat menghela napas dan membungkam. Sementara itu Soen Tong yang punya sepasang ma ta tajam, tiba-tiba menemukan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat didalam gedung, buru-buru serunya:

"Coba lihat, si mayat hidup..."

Sembari berseru ia terjang masuk kedalam gedung.

Liem Kian Hoo pun dapat melihat bayangan punggung orang itu, ia kenal orang tersebut bukan lain adalah si dukun tua dari suku Leher Panjang yang pernah ditemuinya, atau kata lain antek dari Kauw Heng Hu, hatinya tergolak, ia sadar Kauw Heng Hu pasti berdiam disini.

Namun ia merasa takut Soen Tong yang menemui bahaya seorang diri mendapatkan kerugian besar, buru-buru cegahnya:

" A-tong ! tunggu sebentar..."

Belum habis ia berteriak, tubuh Soen Tong yang gede bagaikan kerbau sudah dilempar orang dari dalam pintu . . . Plaaak ! pantatnya mencium tanah keras keras hingga menimbulkan suara nyaring.

Untung ia punya kulit badan yang atos dan kuat, lagi pula dilindungi oleh Sin-kang daya pental yang maha sakti, sekalipun terbanting keras di atas tanah namun sama sekali tidak terluka.

Dengan cepat perempuan goblok itu meloncat bangun dari atas tanah, sepasang matanya melotot bulat-bulat.

Dalam pada itu gelak tertawa nyaring berkumandang keluar dari balik pintu disusul teguran seseorang dengan suara lantang:

"Kawanan tikus darimana berani bikin onar ditempat ini !".

Bersamaan dengan teguran tadi dari balik pintu muncul enam orang laki perempuan bercampur baur. Usia keenam orang itu rata-rata sudah mencapai setengah baya, kecuali Heng-Thian-Siang-Li sepasang Kekasih Pendendam Takdir, boleh dikata tak seorangpun yang dikenal oleh Kian Hoo, hal ini membuat ia tertegun sebab orang yang ingin dicari seperti Kauw Heng Hu, Sani, Lie Hong Hwio sekalian tak ditemuinya.

"Tiang-Ching-Siancu" Mong-Yong Wan tertawa dingin tiada hentinya setelah berada diluar pintu.

"Aku kira siapa yang sudah datang, kiranya sikeparat cilik yang nyaris lolos dari wilayah Biauw." jengeknya sinis, "Bangsat cilik, kau harus berhati-hati, ini hari tak ada Toan Kiem Hoa yang bakal membantu dirimu lagi !".

Liem Kian Hoo sama sekali tidak menggubris atas ejekan Mong-Yong Wan itu, sinar mata nya dialihkan kearah empat orang lainnya yang tak dikenal dan mengawasi tajam-tajam.

Orang-orang itu bisa menimbulkan diri bersamaan dengan Heng-Thin-Siang-Li, lagipula sikapnya angkuh dan perkasa, kemungkinan besar ke-empat orang ini bukan lain adalah empat diantara Tiga Belas Sahabat yang tersohor tempo dulu.

Ayahnya Liem Koei Lin, bukan lain adalah jago berkerudung maha sakti yang berhasil membubarkan persekutuan Tiga Belas sahabat tempo dulu, ketika orang tua itu membongkar rahasianya serta menyerahkan tanggung jawab masalah itu kepadanya, ia pernah menyerahkan sebuah daftar nama beserta ciri-ciri khas dari masing-masing orang seperti Heng- Thian-Siangli yang punya ciri-ciri aneh tentu saja gampang dikenali, tetapi lain hal nya dengan keempat orang itu. Maka terpaksa ia harus menduga duga menurut analisa sendiri.

Orang pertama yang sangat menusuk penglihatannya adalah dua orang lelaki setengah baya yang memiliki raut muka macam tomat kecuali perawakan badan yang berbeda, mereka mempunyai paras muka yang mirip satu sama lainnya. Ia merasa yakin bahwa mereka berdua pastilah sepasang saudara diantara Tiga Belas Sahabat yang disebut " Jt-Tin- Ching-Hong" Atau segulung angin sejuk Kong Toa Hauw serta " Pan-Loe-Wi In " Atau segumpal awan hitam Kong Toa Kiat, Angin dan awan merupakan benda yang paling sulit ditangkap, mereka pakai gelar gelar macam itu dus berarti menunjukkan pula bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki dua bersaudara ini amat sakti dan luar biasa sekali.

Sedangkan dua orang sisanya ia tidak kenal meski sudah putar otak beberapa saat lamanya. Si pengemis Sakti Tong Gwat lantas berjalan menghampiri sisi tubuhnya, kemudian dengan suara lirih ia bertanya:

"Sauw-hiap, apakah kau kenal dengan beberapa orang itu",

"Tentang Heng-Thian- Siang-Li serta dua bersaudara she- Kong rasanya dugaan siauw-tit tak bakal salah lagi, namun terhadap dua orang kakek tua lainnya siauw-tit jadi bingung, siapakah sebenarnya mereka berdua ?"

"Sikakek yang memakai baju abu abu adalah "Thiat-Hok- Sian" Si Dewa Bangau Baja Cia Tiong Beng, sedang kakek berjubah kuning adalah Koei-Lim-Ciauw-Cu " atau Penebang Kayu dari Kota Koei-Lim Yu Yat adanya, menurut apa yang lohu ketahui, diantara Tiga Belas Sahabat orang inilah paling sulit dihadapi...".

"Siauw-tit mengerti, tempo dulu memang mereka berdua paling kosen diantara tiga belas rekan lainnya." kata Kian Hoo seraya mengangguk.

"Tapi dewasa ini boleh dikata kepandaian " Tok-Chiu- Suseng " si Mahasiswa bertangan keji Kauw Heng Hu lah yang paling lihay, asal Kauw Heng Hu tak ada disini, tidak terlalu sulit bagi kita untuk menghadapi kecnam orang ini !".

Mendengar ucapan tersebut diutarakan dengan penuh keyakinan, mau tak mau TongThian Gwat dibikin setengah percaya setengah tidak, dalam pada itu Liem Kian Hoo telah tampil kedepan, sambil mengawasi keenam orang itu satu persatu ujarnya lambat-lambat:

"Kauw Heng Hu ada dimana ? suruh dia keluar untuk menjumpai diriku !".

"Keparat busuk, apa maksudmu mencari Kauw toaku ?" jerit Mong-Yong Wan sambil tertawa tergeIak.

"Aku dengar kalian Tiga Belas Sahabat kem bali berkumpul disini dan angkat monyet she-Kauw itu sebagai pemimpin dengan maksud membangun kembali peesekutuan Tiga Belas sahabat yang telah bubar, maka sengaja aku datang kemari untuk kasi peringatan kepada kalian, disamping itu akupun hampir suruh Kauw Heng Hu lepaskan kembali dua orang gadis yang ditangkapnya sewaktu ada diwilayah Biauw."

"Keparat cilik, pandai benar kau bermimpi disiang hari bolong, kau anggap Tiga Belas Sahabat lemah dan gampang dianiaya macam tempo dulu ? kali ini kita tiga belas sahabat telah bersatu padu kembali, tujuan kami bukan lain ingin cari orang berkerudung itu untuk bikin perhitungan, sayang terlalu cepat ia bersembunyi maka kami ingin menggunakan dirimu untuk paksa dia munculkan diri.".

" Kalian takb usah buang tendaga dengan percauma." tukas Kiabn Hoo dengan cepat.

"Orang itu sudah tahu jejak kalian, mungkin ia sudah pernah datang kemari untuk mencari kalian semua !"

Air muka keenam orang itu berubah hebat, mereka saling bertukar pandangan sekejap.

Kong Toa Kiat tampil kedepan, ujarnya:

"Cuwi sekalian ! coba lihat bukankah ucapan siauw-te tepat sekali ? kecuali orang itu, siapakah yang memiliki kesaktian begitu hebat sehingga dapat selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa menimbulkan suara maupun tanda-tanda apapun." Ucapan ini membuat jantung Kian Hoo berdebar keras, buru-buru tanyanya:

"Orang itu sudah datang kemari ? ".

"Tidak salah ! " jawab Mong-Yong Wan sambil tertawa dingin.

"Seandainya apa yang kau katakan tidak bohong, maka orang itu memang sudah pernah datang kemari, tetapi kecuali ia selamatkan Toan Kiem Hoa tanpa menimbulkan kegaduhan, ia tidak menunjukkan gerak gerik apapun, ditinjau dari hal ini bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatannya cuma begitu begitu saja, agaknya persiapan kami yang terlalu serius kepadanya hanya merupakan suatu perbuatan yang rada berlebihan belaka ! "

"Omong kosong!" Bentak sianak muda itu amat gusar. "Orang itu bisa menolong orang tanpa menimbuIkan sedikit

suarapun, hal ini sudah cukup menunjukkan kalau kepandaiannya jauh lebih lihay dari kalian semua, seandainya ia ingin memenggal batok kepala kalian semua, pekerjaan ini akan di lakukan dengan gampang sekali."

"Kalau ia betul betul hebat, kenapa tidak berbuat demikian

?"

Kian Hoo terbungkam oleh pertanyaan tadi ia jadi kelabaan

dan tak tahu apa yang harus diutarakan.

Mong- Yong Wan terbahak-babak, ujarnya kembali.

"Toan Kiem Hoa dikurung dalam sekamar dengan gadis suku Biauw itu, kemampuannya untuk menolong seorang lebih banyakpun tidak mampu, apalagi ingin berhadapan muka dengan kami ?"

"Mungkin dia hendak menjajal kbemampuan ku, madka tugas ini iaa serahkan kepadbaku untuk menyelesaikannya !"

Mong-Yong-Wan tertawa dingin tiada hentinya. Kong Toa Hauw yang ada di sisi perempuan itu tak dapat menahan sabar lagi, ia loncat kedepan dan berseru:

"Tiang-Ching-Siancu, buat apa banyak bicara yang tak berguna dengan dirinya, kalau memang keparat cilik ini adalah ahli warisnya, mari sekali gablok kita bunuh dirinya, kemudian coba kita lihat apakah bangsat itu masih bisa bersembunyi lagi atau tidak !". 

Mong-Yong-Wan tersenyum dan mengundurkan diri . "Tenaga sin-kang Kong-heng amat dahsyat baiklah, keparat

cilik ini akan kuserahkan kepada mu untuk dijajal !" katanya.

Sepasang bau Kong Toa Hauw sedikit ber-goyang, laksana kilat ia sudah terjang kedepan, pergelangannya langsung membabat bahu kanan sianak muda itu dengan gerakan yang aneh tapi ampuh, tidak malu ia bergelar segulung angin sejuk.

Liem Kian Hoo pusatkan tenaga membalik pergelangan kemudian melancarkan pula sebuah serangan menyambut datangnya ancaman itu.

"Plaaaaak!" diiringi bentrokan nyaring tubuh Kong Toa Hauw terdesak mundur dua langkah kebelakang, ia berdiri tertegun dan hampir-hampir saja tidak percaya dengan penglihatan sendiri.

"Tiang-Ching-siancu ! " serunya. "Agaknya keparat cilik ini tidak bodoh dan macam gentong nasi seperti apa yang kau katakan !".

"Mungkin dalam beberapa waktu berselang ia mendapat kemajuan pesat lagi dalam ilmu silatnya !" jawab Mong-Yong- Wan sambil tertawa kikuk.

Walaupun Liem Kian Hoo sendiri berhasil duduk di atas angin, tak urung iapun terperanjat, sebab sejak ia mendapat ilmu sakti dari hioloo Ci Liong-Teng kemudian mendapat pula pelajaran sakti dari Soen Tong Hay, ilmu silatnya boleh dikata peroleh kemajuan amat pesat, dalam serangan tadipun ia sudah memakai tenaga sebesar sembilan bagian, siapa sangka hasilnya cuma berhasil memaksa Kong Toa Hauw mundur dua langkah ke belakang belaka, ditinjau dari hal ini bisa ditarik kesimpurlan bahwa selamta sepuluh tahunq kepandaian silrat yang dimiliki gembong iblis ini telah peroleh kemajuan pesat.

Seorang saja sudah begini lihay. apalagi enam orang turun tangan berbareng, kelihaiannya tentu luar biasa sekali.

Sementara ia masih mengeluh didalam hati, memdadak dilihatnya air muka Kong Toa Hauw menunjukkan suatu perubahan, sebagai seorang yang cerdik dengan cepat ia dapat memahami sebab-sebab sebenarnya bahkan mendapatkan pula suatu cara untuk mengatasi kesulitan itu.

Ditinjau dari potongan wajah beberapa orang itu, Kong Toa Hauw berdua termasuk rada jujur dan polos, sedang Heng- Thian-Siang-Li licik dan keji, Cia Tiong Beng latah dan Yu Yat angkuh, dengan watak watak yang berbeda, gampang sekali baginya untuk menggunakan mereka.

Dalam pada itu Kong Toa Hauw telah siap-siap melancarkan serangannya kembali, wajahnya amat keren dan serius.

Liem Kian Hoo pun tidak banyak bicara, tenaga lweekangnya disalurkan hingga mencapai sepuluh bagian, ia siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi.

Tiba-tiba terdengar Kong Toa Hauw membentak keras, telapaknya sekali lagi dilancarkan menghantam dada Iawan.

Sejak tadi sianak muda itu sudah bikin persiapan, tangannya segera menempel diatas telapak lawan, pinjam tenaga pukulan itu tubuhnya mencelat ke-depan dan melayang kearah Kong Toa Kiat, bentaknya: "Eeeei... sahabat, jangan menganggur!". sembari berseru iapun mengirim sebuah pukulan kedepan.

Dalam keadaan tidak siap menghadapi serangan musuh, tentu saja kekuatan Kong Toa Kiat mengalami kerugian besar, terkena hantaman ini tubuhnya terdesak mundur sampai puluhan langkah jauhnya baru bisa berdiri tegak.

Setelah berhasil dalam serangannya, Kian Hoo lantas berpaling dan serunya kepada Soen Tong: "A-tong, kedua orang kakek tua inipun bukan orang baik, bukankah kau kepingin berkelahi ? kenapa masih berpeluk tangan belaka ?".

Sejak badannya terlempar keluar dari pintu tanpa mengetahui siapa yang melakukan perbuatan itu, hati Soen Tong sudah panas sekali, namun ia tak berani turun tangan secara gegabah sebelum ada petunjuk dari sianak muda itu.

Kini mendapat tawaran dari Kian Hoo, tanpa banyak cincong lagi kepalannya langsung disodok kearah perut sidewa Bangau Baja Cia Tiong Beng. Angin pukulan berdesir tajam, jurus serangan ini dilancarkan dengan kecepatan sukar dilukiskan dengan kata-kata, melihat datangnya ancaman Cia Tiong Beng segera lintangkan tangannya menangkis.

"Plaaak....!" dalam bentrokan ini tulang pergelangannya terasa amat sakit, bahkan totokan balasan yang dilancarkan pun mengenai sasaran kosong, dalam bentrokan kali ini memiliki sinkang tenaga pental yang maha sakti, seandainya ia tidak cepat-cepat tarik tangannya hampir-hampir saja tulang jari sendiri tergetar patah oleh tenaga balikan tersebut.

" A-Tong, masih ada seorang kakek tua lagi jangan lepaskan dia pergi !" kembali si anak muda itu berteriak.

Makin bertarung Soen Tong semakin kegirangan, ia putar badan kirim pula sebuah jotosan kearah Yu Yat.

Dari pengalaman Cia Tiang Beng barusan, "Yu Yat" tidak berani menerima datangnya serangan dengan keras, bahunya buru-buru di rendahkan dan menghindar kesamping. Menyasikan kejadian itu, sengaja Liem Kian Hoo tertawa terbahak-bahak dan menjengek:

"Kalian tua-tua bangka sudah bersembunyi selama sepuluh tahun dari keramaian Bu-Iim, kenapa masih begitu tidak becus

? agaknya diantara Tiga Belas sahabat kecuali beberapa orang yang terbatas kemajuannya, lainnya cuma manusia manusia bernama kosong belaka !".

Mendengar ejekan itu air muka keempat orang itu berubah hebat, terutama sekali Kong Toa Hauw, wajahnya berubah jadi hijau membesi, teriaknya keras-keras:

"Bocah keparat, diantara Tiga belas sahabat sudah berapa banyak yang kau temui ?"

"Kecuali kalian berenam aku teblah berjumpa dedngan "Tok-Chiu-aSuseng " Kauw Hbeng Hu, ilmu silatnya tak usah dibicarakan lagi, disamping itu masih ada " Sian-Kian Tan-San " Atau si Sepasang bahu menyungging bukit Lie Put Peng serta "Soat-Su" atau si kakek salju Kok Han, kedua orang ini sudah cuci tangan dari persoalan Bu-lim dan mengundurkan diri dari pelbagai masalah dunia persilatan, tak usah berbicara tentang tiga orang itu, cukup membicarakan dari situasi dewasa ini, aku rasa kecuali Heng-Thian-Siang-Li yang cukup berhak untuk disebut jago kelas wahid, lainnya sama sekali tidak becus. Ooh yaa, setelah kalian berkumpul kembali, apakah kamu semua pernah saling jajal kepandaian ?". Melihat semua orang membungkam, Kian Hoo tersenyum dan berkata kembali:

"Sewaktu pertama kali aku berjumpa dengan Heng-Thian- Siang-Li diwilayah Biauw tempo dulu, tidak sampai sepuluh gebrakan aku telah dipaksa sampai kalang kabut tidak karuan, seandainya Toan Kiem Hoa cianpwee tidak menolong tepat pada waktunya, hampir hampir saja selembar jiwaku melayang. ini hari setelah berjumpa dengan kalian, aku rasa kehebatan mereka kalian berempat masih belum sepadan dengan kehebatan mereka suami istri berdua!...".

Perkataan ini bukan saja diluar dugaan Heng Thian-Siang-Li bahkan Liuw Boe Hwie pun dibikin tertegun sebab menurut cerita sianak muda itu tempo dulu, keadaan yang sebenarnya bukan demikian, tetapi sebagai seorang kangouw kawakan hanya dipikir sebentar saja, ia lantas paham dengan maksud hati sianak muda itu.

Air muka si Dewa awet muda Tonghong It Lip serta Tiang~Ching-siancu " Mong-Yong Wan berubah sangat hebat.

Kiranya ketika Tiga Belas sahabat telah berkumpul kembali, demi gengsi dan nama baik sengaja mereka sembunyikan keadaan sebenarnya dari hasil pertarungan tempo dulu dan mengibul yang bukan-bukan, Kian Hoo sebagai seorang pemuda cerdik segera menangkap akan hal itu dari ucapan Kong Toa Hauw tadi, namun bukan saja rahasia itu tidak dibongkar, malahan ia mengaku terus terang, kejadian ini betul betul ada diluar dugaan sepasang suami istri itu.

Dengan cepat Tonghong It Lip putar otak, sebentar saja ia dapat memahami maksud sianak muda itu, namun ia tak dapat berbuat sesuatu apapun, keadaannya bagaikan si bisu menelan empedu, walaupun pahit namun tbak dapat mengutdarakan kepahitaan tersebut.

Disbamping itu Liem Kian Hoo pun tahu, bahwa orang yang melemparkan tubuh Soen Tong keluar dari pintu tadi bukan lain adalah Tonghong It Lip, kembali sambil tertawa ujarnya.

"Yang lain tak usah dikatakan cukup ditinjau kemampuannya untuk melemparkan tubuh rekanku dari pintu, aku rasa kalian berempat belum tentu bisa berbuat yang sama seperti dia."

Haruslah diketahui, meskipun tiga belas sahabat telah berkumpul jadi satu, namun sebagai orang yang berwatak tinggi hati, diluar mereka rukun padahal dalam hati siapapun tak mau tunduk kepada siapa.

Karena hal inilah sewaktu Kauw Heng Hu mengumpulkan mereka kembali sengaja ia tunjukkan beberapa macam kepandaian sakti yang memaksa semua orang tak bisa bicara, diluar mereka tunduk belum tentu dalam hati merasa puas.

Dan kini Liem Kian Hoo menyanjung-nyanjung Heng-Thian- Siang Li, kebetulan sekali perbuatannya ini justru mengena pada titik kelemahan mereka.

Kong Toa Hauw langsung tertawa dingin, sambil melirik sekejap kearah Mong Yong Wan jengeknya:

"Kiong-hie, kiong-hie... setelah sepuluh tahun bersembunyi diwilayah Biauw, kiranya kalian berdua telah berhasil melatih diri hingga begitu lihay, agaknya kami masih bukan tandingan kalian !".

"Kong toa-heng, harap jangan salah paham." buru-buru Mong-yang Wan menyela. "Keparat cilik ini sengaja hendak mengadu domba kita, agar kita tidak bisa akur dan bekerja sama !".

"Hmmm ! kenapa ucapannya justru tiada berbeda banyak dengan apa yang pernah kalian berdua ucapkan ?".

"Kong Toa-heng !" Tonghong It Lip segera angkat bicara pula, "persoalan yang tak usah kita bicarakan pada saat ini, sekarang lebih baik kita bereskan keparat cilik ini lebih dahulu

!".

Kong Toa Hauw semakin naik pitam, teriaknya: "Dengan kemampuan kalian berdua rasanya tidak terlalu sulit untuk merobohkan keparat cilik ini, mengapa kalian ingin kami tunjuk kejelekan didepan orang ? apakah kalian berdua baru merasa puas apabila kami benar benar mendapat malu besar

?". Selesai berkatar ia peluk tangatn dan mengundurqkan diri kalangran, sedangankan Kong Toa Kiat, Cia Tiong Beng serta Yu Yat pun menunjukkan sikap kurang puas, pertarungan tak mungkin bisa dilangsungkan lagi.

Keadaan memaksa Tonghong It Lip tak bisa berbuat lain, terpaksa sambil keraskan kepala ujarnya kepada Mong-Yong Wan:

"Nio-cu ! mari kita bekerja sama untuk meringkus si budak jelek itu lebih dahulu !"

Mereka tahu sampai dimanakah keampuhan Liem Kian Hoo, lagipula mereka sudah terlanjur mengibul, maka terpaksa mereka cari lawan yang agak lunak lebih dahulu, menurut perhitungan mereka, Soen Tong dapat dibanting keluar dengan gampang rasanya perempuan ini paling enteng untuk dihadapi...

Mong-Yong Wan pun tak dapat turun dari keadaan, terpaksa ia manggut-2.

"Baiklah, aku dengar dari Kauw toako yang mengatakan budak jelek ini adalah putri dari Soen Tong Hay, tak nyana ia berani cari gara-gara dengan kita orang, sebagai angkatan yang lebih tua sudah sepantasnya kalau kita kasi sedikit pelajaran kepadanya !".

Dalam pada itu Soen Tong pun sudah tahu kalau tadi ia dibanting oleh Tonghong It Lip, dengan mata melotot bulat- bulat makinya penuh kegusaran: "Bagus, bagus sekali, kiranya kau sinenek tua yang gendut dan katelah yang banting aku, kalau aku tidak balas membanting dirimu, aku bukan manusia

!".

Ia tidak tahu kalau Heng-Thian-Siang-Li adalah pria menyaru wanita dan perempuan menyaru pria, ia mengira Tonghong lt Lip pun seorang perempuan maka ia maki dirinya sebagai sinenek tua yang gendut lagi kate. Walaupun Tonghong It Lip merasa benci sebab tidak dilahirkan sebagai perempuan sehingga akhirnya ia berdandan sebagai seorang wanita, namun kena dimaki Soan Tong dengan ejekan tersebut iapun dibikin naik pitam.

"Budak jelek, kau cari mati." bentaknya dengan air muka berubah sangat hebat.

Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya meluruk kedepan, telapak disilang sejajar dada dan disodok kemuka.

Berhubung tubuhnya sangat pendek, maka serangannya tersebut hanya mencapai pinggang Soen Tong, jarinya laksana kaitan mencukil seasang biji matanya.

Tempat paling lemah yang tak tercapai oleh tenaga daya pental gadis itu hanya sepasang matanya belaka, buru-buru ia putar tangan mencengkeram urat nadi musuh.

Soen Tong meskipun kasar dan badan, namun dalam pertarungan gerak-geriknya lincah dan gesit, serangan Mong Yong Wan amat cepat namun cengkeramannya jauh lebih cepat, sekali sambar urat nadi Mong Yong Wan sudah kena dicengkeram.

Namun pada saat itulah jotosan Tonghong It Lip telah tiba, tidak ampun lagi serangan tersebut bersarang telak diatas lambungnya.

Suami istri pembenci Takdir dapat mencantumkan diri sebagai salah satu diantara Tiga Belas Sahabat, tentu saja tenaga lweekangnya luar biasa sekali, Soen Tong segera merasakan perutnya amat sakit hingga merasuk ketulang sumsum, lengannya tak sanggup diangkat kembali, persendiannya telah lepas dan patah.

Yang paling celaka adalah Mong Yong Wan urat nadinya kena dicengkeram oleh Soen Tong erat-erat, ketika perempuan tolol itu tergetar mundur kebelakang, iapun ikut terseret, ketika Soen Tong jatuh terjengkang iapun ikut roboh sehingga bergumul jadi satu.

Ketika Soen Tong merasa kesakitan tadi, tanpa sadar cekalannya pada urat nadi lawanpun diperkeras, tidak ampun lagi tulang pergelangan Mong-yong Wan seketika tergencet hancur berantakan seandainya ia tidak memiliki tenaga lwee- kang yang sempurna, niscaya ia sudah roboh binasa.

Karena kesakitan itulah tubuhnya meronta keras-keras, ditengah bentakan keras sepasang kakinya melancarkan tendangan kilat keatas dada Soen Tong membuat perempuan tolol itu kesakitan dan tanpa sadar lepaskan cekalannya.

Ambil kesempatan itulah Mong Yong Wan loncat bangun dari atas tanah dan loloskan diri, dengan demikian sepasang suamib istri inipun tdak dapat bergebarak lebih jauh bsebab tulang tangan mereka tak berani utarakan rasa sakit itu diatas wajahnya.

Liem Kian Hoo pun merasa kuatir bagi keselamatan Soen Tong, meski ia tahu gadis goblok itu dilindungi tenaga sin- kang namun ia tidak lega hati, sambil maju menghampiri dirinya ia menegur:

"A-Tong, bagaimana keadaanmu ?".

"Saudara cilik !" sahutnya sambil menekan perutnya. "Nenek tua itu luar biasa lihaynya, perut ku terasa sakit

sekali.".

"Bukankah kau terluka ?".

"Tidak ! aku tidak bakal terluka, ayah pernah berkata kepadaku, kalau aku terluka maka dari tujuh lubang indranya bakal mengucur darah segar, dan jiwaku tak bakal ketolongan lagi, tapi aku tidak sampai begitu, cuma perutku sakit sekali, Nenek tua itu galak bener, saudara cillk, kau harus balaskan dendam bagiku !" Melihat keadaan gadis itu mirip seseorang yang terluka, Kian Hoo pun berlega hati, ia lantas berpaling kearah Heng- Thian-Siang-li dan tersenyum ujarnya:

"ilmu silat yang kalian berdua miliki benar-benar lihay sekali, apakah kalian masih ada kegembiraan untuk kasi petunjuk satu dua jurus lagi kepadaku ?".

"Keparat busuk ! " teriak Mong-Yong-Wan sambil gertak gigi.

"Kau jangan mengejek terus, suatu hari aku akan suruh kau merasakan bagaimana kelihayan kami ! badanmu akan kuhancur lumatkan hingga berkeping keping !".

"Suatu hari ? kenapa tidak ini hari juga ?" kembali Kian Hoo mengejek.

"Kalian berdua suka membiarkan aku hidup beberapa hari lagi, budi kebaikan sebesar ini entah bagaimana caranya harus kubalas !".

Mong-Yong Wan menjerit keras, ia muntah darah segar dan jatuh tidak sadarkan diri saking khekinya.

Tonghong It Lip amat mencintai istrinya, buru-buru ia peluk tubuh perempuan itu sambil serunya kepada Cia Tiong Beng:

"Cia-heng, hawa darah istrikv telah menyerang kejantung, tolong kau suka membantu aku lancarkan peredaran darahnya

!b".

Sementara itdu Cia Tiong Benag pun sudah menbemukan keadaan yang kurang beres, namun berhubung Mong-Yong- Wan adalah seorang perempuan ia merasa kurang leluasa untuk mengurut tubuhnya maka dengan alis berkerut segera sahutnya:

"Tentang soal ini siauw-te tidak berani melakukannya aku lihat lebih baik Tonghon-heng lakukan sendiri." "Bicara terus terang, persendian lengan sauw te telah copot dari tempat semula, siauw-te sudah tak dapat salurkan tenaga lagi!" kata Tonghong lt Lip sambil tertawa getir.

Cia Tiong Beng dapat melihat bahwa orang itu bukan sedang berbohong, ia lantas terima tubuh Mong-Yong Wan dan menguruti tubuhnya agar aliran darah dapat berjalan kembali dengan lancar, sedangkan Yu Yat meloncat kehadapan Tong hong It Lip, mencekal lengannya dan sekali sodok ia sambung kembali persendiannya yang copot itu, katanya:

"Tonghong-heng, mengapa tidak kau katakan sejak tadi ?".

Saking sakitnya keringat dingin menguncur keluar tiada hentinya membasahi seluruh tubuh Tonghong It Lip, ia menghela napas panjang.

"Aaaaai...! keparat cilik itu benar-benar sudah peroleh seluruh kepandaian silat dari manusia berkerudung itu " katanya, " Sewaktu masih berada diwilayah Biauw tempo dulu, hampir-hampir saja kami dua orang menderita kerugian besar, semuanya ini tidak lain karena nama, berhubung ingin menjaga gengsi maka sengaja kami mengibul aaaai ! inilah yang dikatakan pepatah kuno sebagai : ingin jaga gengsi harus merasakan siksasaan hidup."

Pada saat inilah Kong Toa Hauw baru tahu kalau ia sudah tertipu oleh hasutan Kian Hoo, kontan orang itu naik pitam, hardiknya:

"Keparat cilik, memandang usiamu masih begitu muda, tak nyana licikmu luar biasa !".

"Bukankah mereka bicara tidak jujur lebih dulu ? apa salahnya kalau aku bantu bohongan mereka agar kedengaran jauh lebih sempurna ?".

"Keparat cilik sialan, dengan perbuatanmu yang rendah dan licik semacam ini, kau tak bisa diampuni lagi !". -oo0dw0oo-

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar