Patung Emas Kaki Tunggal Jilid 22

 
Jilid 22

MATA COA SIN BERKILAT KILAT itu mendadak jelalatan, mendadak ia mendadak ia mendesak kedepan terus menerjang maju Koan San Gwat menyangka orang menyergap kearah dirinya lekas ia angkat patung masnya mengepruk kearah kepalanya. Tak nyana cukup meliukan badan dan melejit kesamping Coa sin sudah melesat lewat seperti angin lesus terus menubruk kearah Ling koh, cukup mengulur tanpan dengan enteng ia cengkeram dan jinjing keatas, bentakanya bengis. “Budak busuk! Tentu kaulah yang membuat gara gara ini!”

Badan Ling koh kontal kantil dijinjing keatas, namun sedikitpun ia tidak kelihatan menjadi takut, hal ini benar benar diluar dugaan Koan San gwat lekas ia angkat patung masnya terus menubruk maju, lekas Coa sin mengangsurkan badan Ling koh kedepan nampak senjatanya, kuatir melukai gadis kecil ini, terpaksa Koan San Gwat menyurut mundur dua tindak, bentakanya. “Lepakan dia!”

“Tidak! Kalau kau ingin berkelahi, akan kugunakan dia sebagai senjata!”

Sungguh gusar Koan San gwat bukan kepalang, namun dia sendiri tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa berteriak. “Mahluk keparat! Sungguh tidak tahu malu, kau mempermainkan anak kecil. ”

“Anak kecil apa. Hmm, budak ini kecil orangnya besar otakanya, bukankah kau mendapat bantuannya yang menolongmu keluar!”

Koan San Gwat tidak mampu menjawab namun ia berteriak pula dengan gugup.”Kau hendak berbuat apa atas dirinya?”

“Akan kulempar kesumur ular supaya dijadikan hidangan ular mereka berpesta pora!”

Saking gugup Koan San Gwat sudah hendak menyerang, menerjang dan melabrakanya, bagaimanapun dia harus berusaha menolong Ling koh, tapi berulang kali Ling koh memberi isyarat dengan kedipan matanya, menghalangi perbuatannya. Lalu dengan seri rawa halus ia berkata kepada Coa sin. “Paman tua! Peganganmu terlalu keras, tengkukku sakit sekali.” Aneh, suaranya kedengaran kalem dan halus, tanpa sadar Coa sin mengendorkan pegangannya.

Mata Ling Koh lantas berkedip kedip, katanya pula tertawa. “Paman tua! Benarkah kau hendak membuang diriku dijadikan umpan ular?”

Coa sin menjadi gusar pula, teriakanya. “Benar! Siapa suruh kau menjual aku?”

“Tidak! Kapan aku pernah menjual kau?” “Kau ngapusi aku, katanya takut ular ” “Kapan aku menipu kau? Ular ular peliharaanmu itu memang amat menakutkan, terpaksa aku minta obat penghindar ular itu kepada kau.”

“Mana obatnya sekarang?”

Ling koh mengeluarkan sekeping obat warna hitam bundar sebesar mata uang, katanya.”Nih, masih ada padaku bukan?”

Sekali raih Coa sin merebutnya kembali tanyanya. “Bukankah kau mengandal kasiat obat ini untuk menolong bocah keparat itu?”

Ling koh berpikir sebentar, akhirnya dia manggat manggut dan mengiakan.

Berubah air muka Coa sin, cepat cepat Ling koh menambahkan. “Diwaktu kau memberikan obat itu kepadaku, kau ada berkata, asal aku membawa obat penghindar ular ini segala macam ular tidak akan berani menggigit aku, setelah kucoba ternyata memang amat manjur, karena iseng dan ingin coba coba lebih lanjut, sengaja aku ke tempat dimana saja yang terdapat ular yang banyak, secara tidak sengaja setelah main terobosan aku tiba ditempat tahanan Koan kongcu ”

Coa sin tertegun, katanya. “Obat ini hanya ada sekeping, kalian berdua cara bagaima kau bisa keluar?”

“Aku pinjamkan obat ini kepada Koan kongcu, lalu dia menggendong aku, akhirnya dengan mudah kami lolos keluar. Paman tua! Cara ini akulah yang memikirkannya, cobalah kau nilai bagus tidak?”

Dengan gusar Coa sin menyahut tertawa “Baik! Amat baik!

Dengan caramu ini kau menjual kepercayaanku padamu!”

Berputar biji mata Ling koh, katanya “Paman, di waktu kau memberikan obat itu padaku, kau tidak melarang aku kemana mana, juga tidak kau jelaskan melarang aku meminjamkan kepada orang lain. Koan kongcu adalah sahabat karibku, aku hanya meminjamkan obat itu, mana boleh kau katakan aku menjual kepercayaanmu !”

“Siapa bilang tidak! Kebetulan bocah keparat ini punya dendam yang amat besar dengan aku, dia merebut empedu ular wulung bertanduk tunggalku, jerih payahku selama bertahun tahun menjadi hampa dan nihil.”

“Darimana aku bisa tahu!” sahut Lin koh aleman dan merengek. “Toh kau tak pernah beritahu kepada aku.”

Coa sin melongo sesaat lamanya, sekian lama ia tidak mampu bersuara lagi, akhirnya ia menghela napas dan lepas tangan, katanya “Setan kecil, terhitung mulutmu pintar bicara biar kali ini kuampuni kau!”

Dengan tangannya Lingkoh mengelus elus tengkukanya yang tercengkram tadi, katanya sambil memonyongkan mulut. “Paman tua! Kau sungguh kejam. Coba lihat begitu keras cengkramanmu sampai kulitku lecet dan mengeluarkan darah! Aduh sakit sekali.”

Coa sin mendorongnya kesamping beberapa langkah, katanya. “Nanti, setelah aku membereskan bocah keparat ini, biar kuberi obat!”

Tetapi dengan bandel Ling koh segera memburu maju pula, serunya. “Paman tua! Kenapa kau tidak sudi melepas Koan kongcu pergi! Bukankah dia tidak bersalah padamu?”

“Minggir!” sentak Coa sin gusar “Jangan kau cerewet lagi!

Harapanku untuk pulih menjadi manusia normal direnggut habis oleh bocah keparat ini, bagaimana juga aku harus mencari gantinya dari anggota badannya.”

“Cara bagaimana mencari ganti? Kalau tidak menyangkut keselamatan jiwa Koan kongcu dan kesehatannya, aku percaya dia pasti akan memberi ganti kerugianmu.”

Koan San Gwat menjadi bingung dan terheran heran, mengenai soal empedu ular itu memang ia pernah dengar dari penuturannya Kang Pan, hatinya selama ini selalu tidak tentram, maka segera, dia menyela bicara. “Cian pwe! Soal empedu yang kau maksud baru terakhir ini kuketahui, kalau memang ada cara untuk mengatasi kesulitanmu itu, tanpa banyak pikir pasti aku. ”

“Koan kougcu!” cepat Li Sek hong menyela bicara, “Jangan sekali kali kau melulusi segala permintaannya, caranya itu kau tidak akan bisa menerimanya !”

“Kenapa?” tanya Koan San Gwat melengak. “Khasiat empedu itu sudah terbaur dan menyatukan diri dengan hawa murnimu cara satu satunya adalah menyedot hawa murnimu itu, apakah kau masih berjiwa?”

Koan San Gwat menjublek sekian lama nya, katanya.”Ternyata begitu duduk perkaranya, Cianpwe! Menurut aturan, memang jiwa ku ini tertunjang karena adanya kasiat empedu ular wulung bertanduk tunggal itu sehingga aku bisa hidup sampai sekarang. Tapi kasiat empedu itupun akan berguna bagi Cianpwe bahwa aku harus mengorbankan jiwa raga sendiri untuk menebus jiwa Cianpwe adalah pantas!”

Coa sin melongo, agakanya ia tidak pernah menduga sifat Koan San Gwat begitu terbuka tangan dan suka rela mengorbankan jiwa sendiri, sesaat ia ragu lalu katanya. “Benarkah kau bisa berbuat begitu bajik dan suka rela?”

“Seorang lak laki sejati harus bisa membedakan baik buruk dan mana benar dan salah, cuma dalam waktu dekat ini aku mempunyai tugas tugas yang amat penting harus segera kuselesaikan, mohon Cianpwe suka menunda sementara waktu. ”

“Anak muda !” seringai Coa sin dingin. “Ucapanmu kedengaran amat merdu, entah apa yang terkandung didalam benakmu yang busuk itu. Setelah kau meninggalkan Jian coa kok, masakah sudi kembali lagi mengantarkan jiwa sendiri?” Koan San Gwat menjadi naik pitam, semprotnya. “Ucapan Cianpwe ini terlalu memandang rendah orang. Aku orang she Koan selamanya berani berkata pasti menepati ianji, masakah kau anggap aku manusia rendah tidak kenal budi!”

Coa sin tergelak tertawa, ujarnya. “Anak muda! Anggap saja aku sudah percaya akan obrolanmu, kenyataanpun tidak mungkin bisa terlaksana. Kasiat empedu itu ada batas batasnya tertentu, setelah setengah bulan, setelah berakar dan bersatu padu dengan darah daging tubuhmu, begini saja marilah kira adakan cara tukar menukar!”

“Cara tukar menukar bagaimana?”

“Kau serahkan hawa murni kasiat empedu itu, bantulah aku menjadi manusia normal kembali. Segala urusan yang hendak kau selesaikan serahkan seluruhnya kepadaku, terhadap kemampuanku, aku percaya kau cukup jelas, segala urusan yang kuselesaikan tanggung jauh lebih sempurna dari kau!”

Koan San gwat menepekur sejenak, mendadak ia berkata tegas. “Boleh!”

Jawaban ini seketika membuat semua orang berjingkrak kaget. Terutama Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin, mereka menentang dengan keras, namun dengan serius Koan San Gwat berkata pula. “Urusan amat sederhana, ti dak lebih hanya memberantas beberapa orang pentolan jahat, mengandal kemampuan Cianpwe, pasti dapat memperoleh kemenangan, dan lagi aku harap Cianpwe sejak saat ini suka mengutamakan jiwa kependekaran, berhati lurus suka menegakkan keadilan bagi kaum lemah, dengan demikian hatiku akan cukup lega...”

“Bagaimana dengan Thio Ceng ceng” tanya Li Sek hong. “Dapatkah persoalan kau wakilkan orang lain?”

Gwat hoa Hujin juga menimbrung “Kau adalah putraku, dapatkah diwakilkan orang lain pula?” Kata Koan San gwat dengan senyum kecut dan rawan “Bu!

Kau masih punya seorang putra lain, anggap saja kau tidak pernah melahirkan aku. Dan lagi Liu Yu hu amat cinta kepada Thio Ceng ceng, biar aku menyempurnakan pernikahan mereka, cuma kau harus membimbing Lau Yu hu kejalan yang benar dan melakukan pekerjaan genah, mengenai diriku, sejak tugas dan tanggung jawab Bing tho ling diberikan kepadaku oleh Suhu, badan kasarku ini seolah olah sudah bukan menjadi milik pribadiku sendiri, tugas untuk melenyapkan manusia sebangsa Cia Ling im, aku sendiripun tidak punya pegangan kuat untuk memberantasnya. Kalau Coa sin sudi mewakili aku muncul di Kangouw, tentu hasilnya akan jauh lebih baik.”

Lalu ia berpaling kearah Coa sin serta menambahkan dengan serius. “Cianpwe! Tangung jawab Bing tho ling boleh kuserahkan kepada kau, asal kau berada didunia luar kau segera umumkan hal ini dikalangan Kangow tentu akan datang banyak orang yang suka membantu segala kesulitanmu, mereka akan memberitahu apa saja yang hendak atau ingin kau lakukan!”

Coa sin melongo sekian saat, ia menjadi bimbang dan kuatir.

Adalah Ling koh berbisik dipinggir telinganya. “Paman tua! Tanggung jawab dan tugas sebanyak itu dapatkah kau pikul seorang diri?”

Coa sin mengerut kening, katanya “Untuk membunuh orang sih amat mudah bagi aku, tapi keadaan dunia ramai diluar sana aku terlalu asing, kudengar bocah ini bicara semua dan rasanya amat berat, aku jadi merasa kewalahan….”

Tapi dengan halus Koan San Gwat membujuk. “Cianpwe tidak usah kuatir, cukup asal kau membawa Ling Koh, banyak dan luas yang dia ketahui, segala persoalan yang menyusahkan dirimu pasti dia bisa berutahu cara untuk mengatasinya. ” “Nanti dulu! Nanti dalu, kurasa urusan masih perlu ku pikirkan lebih masak. Sekian lama aku menetap di Jian coa kok, semua besar keinginanku, setelah pulih menjadi manusia normal lagi akan keluar berfoya foya dan mengecap kesenangan dunia, tapi kalau setiap hari aku harus repot mengurus segala urusan mu yang tetek bengek itu mana ada kesempatan berfoya foya dengan bebas.”

Coa sin berpikir sebentar lalu berkata. “Anak muda! Aku tidak sudi kau tipu mentah mentah, urusanmu terlalu sukar dan rumit daripada aku keluyuran diluar, lebih baik aku tetap tinggal dalan lembah duniaku ini menemani ular ularku.”

Ling koh berjingkiak kesenangan, serunya.”Paman tua, jadi kau tidak akan mempersulit Koan kongcu lagi?”

Coa sin menjengek. “Gara gara ku sendiri yang masuk perangkap jebakan dengan mengajukan syarat penukaran segala. Sekarang jelas aku tidak akan mampu mewakili dirinya menanggung berbagai tanggung jawab dan tugas berat itu, terpaksa harus membiarkannya berlalu…”

Semua orang tidak menduga bahwa urusan akhirnya akan selesai begitu saja, terutama Ling koh saking kegirangan dia berjingkrak dan memeluk Coa sin kencang kencang, serunya. “Paman tua, kau sungguh baik hati.”

“Memang kau setan cilik ini yang nakal” omel Coa sin mendelu. “Kau menimbulkan banyak kesulitan bagi aku, kalau tidak apapun aku tidak perlu kuatir dan harus mempertimbangkan segala, tumbuh sayap pun aku tidak perlu kutir anak muda itu bakal meloloskan diri. sekarang terpaksa

aku harus mengurung diri selama hidupku didalam lembah ular ini.”

”Sebetulnya lebih baik bila kau tidak keluar, dumi diluar sana bahwasanya tidaklah seindah yang kau khayalkan, disana banyak tipu muhlihat dan kekejamann rasa jelus iri hati dan culas ada lebih baik kau berkawan dengan ular ularmu yang jujur dan mungil mungil ini.”

Tiba tiba mata coa sin menyorot terang katanya. “Setan kecil, jadi kau juga suka kepada ular ularku?”

“Ya! Asal mereka tidak menggigit aku aku merasa mereka amat menyenangkan.”

Cepat Coa sin berkata. “Kalau begitu kau tinggal disini saja, biar kuajarkan kepandaian menjinakkan ular kepada kau!

Bukan saja mereka tidak akan menggigit kau, malah suka mendengar perintahmu. ”

Ling koh melengak, tanyanya “Kau ingin supaya aku menetap disini?”

Coa sin manggut manggut, sahutnya “Ya! Setan cilik kau ini agakanya seperti amat berjodoh dengan aku, sejak pertama kali aku berhubungan dengan manusia normal, setiap orang yang melihat aku pasti anggap aku ini mahluk gila dan aneh. Cuma kau sekali buka mulut lantas memanggil aku ‘Paman’, sikapmu cukup simpatik dan suka bicara dan berkelakar dengan aku, kalau tidak masakah aku sudi memberikan obat penghindar ular yang amat berharga itu kepada kau ”

Ling koh masih merasa sangsi, Coa sin segera menambahkan dengan haru. “Hakikatnya kau pun tidak akan selamanya tinggal di sini. Paling lama aku hanya bisa sepuluh tahun lagi, sang tempo belalu tanpa terasa, sepuluh tahun sekejap akan lampau, seterah aku wafat, kau menjadi bebas ”

Terketuk lubuk hati Ling koh oleh kata kata yang merupakan ini, cepat ia berseru “Paman tua, kau tidak akan sependek itu hidup.”

“Ah, budak bodoh! Usia ular satu sama, jenis lain tidak sama, ada yang bisa hidup sampai puluhan tahun ada pula yang hidup sekian tahun. Seperti aku yang berbadan kombinasi antara manusia dan ular ini berapa lama pula bisa hidup. Kalau aku bisa mendapatkan empedu ular wulung tertanduk tunggal dan memulihkan bentuk asliku sebagai manusia normal, mungkin usiaku bisa lebih tua, sekarang apapun tidak perlu dibicarakan lagi. Nak sudikah kau tinggal disini?”

Ling koh berpikir sebentar, lalu menjawab “Aku akan menetap disini menjadi kawan mu, belum tentu hanya sepuluh tahun, asal kau belum meninggal, selama itu aku tidak akan meninggalkan tempat ini!”

Harr dan mendelu perasaan Coa sin, sekali raih ia peluk gadis cilik ini kedalam haribaannya, ia ciumi pipi kanan kiri Ling koh lalu katanya pula “Anak baik! Terima kasih akan kesediaanmu, paling lama hanya sepuluh tahun, mungkan tidak begitu lama, tapi disaat aku masih hidup akan kudidik kau asuh kau bukan saja akan kujadikan kau ratu dalam negri ular, akan kujadikan pula kau seorang teraneh didunia.”

Koan San Gwat terlengong, tanyanya.”Ling Koh! Benarkah kau suah berkeputusan ?”

“Ya! Secara sukarela aku senang tinggal disini. Koan kongcu kuharap kau lebih gemilang dalam perjuangan menegakan keadilan dan kebenaran di Kangouw, mungkin akan datang suatu ketika setelah aku berhasil mempelajari ilmu, biarlah akupun keluar membantu kau!”

Koan San Gwat menunduk tidak bicara lagi, kejap lain ia menjura kepada Coa sin serta berkata. “Harap Cianpwe suka menyusahkan diri merawatnya baik baik…”

Rasa benci Coa sin terhadap Koan San gwat belum hilang, semprotnya gusar. “Memangnya perlu kau tegaskan lagi !

Kalau bukan karena dia, masa demikian gampang aku suka melepas kau demikian saja !”

Kuatir pembicaraan mereka semakin tegang dan bentrok cepat Ling koh menyela bicara. “Koan kongcu, lekaslah kalian pergi! It ouw dan Jip hoat dan lain lain masih menunggu kalian diluar sana, melihat kalian menghilang secara misterius tentu mereka jadi geger bila ada keselamatan kau bertemu dengan Lim Siancu, harap sampaikan kabar beritaku disini, mengenai unta saktimu sebentar akan kuminta paman melepasnya keluar, dia akan menemukan kau !” Waktu bicara berulang kali ia memberi tanda kedipan mata kepada semua orang Gwat hoa Hujin dan Li Sek hong memang sudah gugup hendak meninggalkan tempat itu, cuma Kang Pan seorang yang mengunjuk rasa iba dan berat berpisah.

Koan San Gwat segera menjura kepada Coa sin siap mengundurkan diri.

Mendadak Coa ki berteriak kejut. “Aih dimana Ih yu?”

Memang semula Ih yu berlalu ditempat yang dekat dengan pintu keluar, di saat semua orang ribut ribut dan suasana cukup tegang tadi, entah kapan dia mengeloyor pergi secara diam diam.

Segera Coa sin memeluk tangan dan menepekur sebentar, mendadak ia membuka mata dan berkata. “Dia sudah pergi. Celakanya tongkat ularkupun dibawanya pergi!”

Kontan Kang Pan menjerit lirih. Sementara Ling koh cepat bertanya. “Paman, dari mana kau bisa tahu?”

Diatas tongkatku itu ada kupelihara tiga ekor ular yang paling jahat diseluruh dunia ini, ketiganya sudah dapat kukendalikan sesuka hatiku dengan kekuatan batinku, tadi aku mengerahkan lwekang memberikan tanda peringatan, kuperintahkan ketiga ular diatas tongkatku itu memanggil Ih yu kemari, namun aku tidak mendapat jawaban. Malah ular sanca terbesar yang menjaga mulut gua memberi jawaban katanya dia sudah pergi!”

“Apakah Ih yu bisa mengendalikan ketiga ular itu ?” “Bisa! Diwaktu kusuruh dia menangkap ular wulung bertanduk itu kuatir tenaganya kurang memadai maka kuberikan tongkatku itu supaya ketiga ekor ular itu membantu padanya.”

Berubah air muka Li Sek hong.

Ling kohpun ikut gugup. “Celakalah kalau begitu ...” “Takut apa! Meski ketiga ular teramat jahat, tapi masih

kalah dibanding Ciok tai yang melingkar dibadan Coa ki ini!”

“Bukan takut yang kau maksud, aku menjadi kuatir bagi keselamatan orang lain. Jiwa Liu siancu itu kurang normal, kini mendapati tiga ekor ular jahat itu, mungkin banyak orang akan menjadi korban keganasannya. Yang terang hal ini akan menjadikan tekananan berat bagi Koan kongcu sendiri!”

Coa sin menggeleng kepala, ujarnya. “Urusan orang lain, apa sangkut pautnya dengan kita! Aku justru mergharap bocah keparat itu biar digigit ular berbisa, baru dapat melampiaskan rasa penasaran hatiku!”

“Paman bagaimana juga kau harus segera meringkus Liu Ih yu kembali, paling tidak ketiga ekor ular berbisa itu harus dirampas kembali, supaya Liu siancu tidak mencelakai jiwa orang dengan ketiga ekor ular itu.”

“Tidak mungkin! Aku pernah bersumpah, bila aku tidak pulih menjadi manusia normal sekali kali aku tidak akan keluar dari sini.”

“Kalan begitu berikanlah obat penghindar ular itu kepadaku, bukankah kau sudah memberikan kepada aku...”

“Tidak! Aku hanya punya sekeping ini kuberikan kau sih boleh, tapi bila kau berikan pula kepada orang lain, sekali kali aku tidak setuju. Obat itu merupakan benda pusaka dari lembah ini, kalau obat itu keluar dari lembah ini, bagaimana pula aku mengendalikan ribuan ular yang ada disini. Jikalau mereka melarikan diri, mungkin lebih banyak orang yang akan menjadi korban…”

Saking gelisah Ling kohpun sampai menangis, katanya membanting kaki “Kalau begitu carilah akal, atau aku tidak sudi tinggal di sini menemani kau!”

Kata katanya tarakhir ini membuat Coa Sin melengong, setelah berdiam diri sebentar akhir nya ia berkata. “Terpaksa kusuruh Coa ki saja yang keluar, hanya Giok tai diatas badannya itu yang kuasa menundukan ketiga ular diatas tongkatku itu!”

“Aku ” jerit Kang pan tertegun.

Coa sin manggut manggut, ujarnya. “Bukankah sejak lama kau sudah ingin keluar? Minggatnya Ih yu ini menjadi kebetulan bagi kesempatanmu.”

Kata Kang Pan ragu ragu.”Jadi kau sudah tidak memerlukan aku lagi?”

“Tidak perlu! Sudah cukup ada setan kecil ini.”

“Kemana pula aku harus mencari Ih yu aku masih terlalu asing mengenai dunia luar!”

“Cukup asal kau mengikuti jejak Koan kongcu,” demikian timbrung Ling koh. “Akan datang suatu ketika Liu Ih yu akan datang sendiri mencari kalian!”

Baru saja Koan San Gwat hendak menentang saran ini, cepat Li Sek hong juga berkata. “Koan kongcu, menurut hematku memang kita perlu minta bantuan nona Kang, kalau tidak tiada orang yang akan mampu mengatasi Sumoyku, bila dia mengumbar adatnya, akibatnya pasti amat fatal!”

“Benar!” sela Ling koh pula, “Mungkin kau sendiri tidak akan menjadi soal, Liu sian cu mungkin tidak akan mencelakai jiwamu, tapi lain pula bagi orang lain. Liu Sian cu, It ouw dan Go hay ci hang dan lain lain mereka adalah orang orang yang amat dibenci oleh Liu Siancu!”

Terpaksa Koan San Gwat berkata. “Nona Kang harap lekas kau mengemasi bekalmu, segera kita akan berangkat!”

Merah muka Kang Pan sahutnya. “Aku tiada punya barang apa yang perlu kubawa kecuali ular yang ada diatas badanku ini, apa pun aku tidak punya!”

Mengawsi tubuh orang yang telanjang bulat Koan San Gwat mengerut alis, katanya. “Masakan kau harus keluar dengan keadaanmu seperti itu!”

Baru sekarang Kang Pan sadar bahwa dirinya memang tidak berpakaian, didalam lembah sudah biasa ia bertelanjang, memang tidak punya perasaan malu sedikitpun. Kini melihat Gwat hoa Hujin dan lain lain sama berpakaian, kini ia sendiri berhadapan langsung dengan Koan San Gwat seketika merah jengah mukanya.

Cepat Li Sek hong menanggalkan pakaian luarnya dan diberikan kepada Kang Pan. Mendadak Coa sin terbahak babak. Serunya “Dunia ramai diluar memang tiada apanya yang menarik dan tiada artinya. Seorang perempuan yang cantik elok, kenapa pula harus ditutupi pakaian segala, tempat tempat fital yang paling indah diselubungi segala, agakanya lebih baik aku tidak usah keluar saja!”

Sudah tentu orang lain sama dongkol mendengar ocehannya yang tidak genah itu. Tapi mereka toh maklum, bahwa mahluk aneh setengah manusia setengah ular ini memang tidak pernah hidup dalam keramaian dunia sehingga tidak mengenal tata kehidupan orang serta adat istiadatnya.

Lekas Kang Pa menjura hormat serta katanya. “Coa sin ijinkanlah aku pergi!” “Ya, pergilah!” ujar Coa sin mengulapkan tangan. “Satelah kau menyelesaikan tugas ini, kau boleh tidak usah kembali lagi, disini kau tidak akan merasa kerasan!”

Kang Pan rada bingung dan sangsi, katanya “Coa sin kau tidak suka padaku lagi”

“Kita sudah hidup berdampingan cukup lama, tidak bisa kukatakan aku tidak menyukai kau, justru karena menyukai kau, maka tidak ingin kau selalu memendam diri ditempat tersembunyi ini selama hidupmu, diluar sanalah tempatmu hidup senang dan bahagia pergilah kau mulai tempuh hidup baru!”

Beberapa kata kata ini adalah ucapan biasa, bahwa seorang manusia setengah ular bisa mengeluarkan kata kata seperti ini, seketika membuat semua orang melenggong, terasakan betapapun sanubarinya masih penuh diliputi kehangatan perikemanusiaan.

Dikala mereka sudah meninggalkan lembah dan turun gunung dengan langkah lebar belum jauh mereka menempuh perjalanan, dari sebelah belakang terdengar suara kelentingan nyaring, tak lama kemudian tampak unta sakti tunggangan Koan San gwat sedang berlari mendatangi, kepalanya dielus elus kelengan Koan San Gwat, sikapnya amat aleman dan mesra sekali.

Koan San Gwat menepuk lehernya, katanya penuh iba. “Kawan tua, hampir saja kita tidak bisa bertemu lagi. kali ini untunglah berkat pertolonganmu pula sehingga aku bisa lolos dari segala kesulitan!”

Kang Panpun manggut manggut, katanya “Unta sakti tunggangan Koan koncu ani memang binatang yang cerdik benar henar sakti, Ih yu hanya membawa pedangmu diayun ayunkan sekitar udara pegunungan sini, dia lantas dapat mengendus baunya, secepat terbang terus berlari menyusul kemari, sampai Ih yu yang berlari begitu cepatpun kena disusul!”

Karena orang mengingatkan pedang, sontak Koan San Gwat menjerit kaget. “Celaka! Dimana pedangku?”

“Wah, keadaan semakin menyulitkan!” demikian timbrung Li Sek hong, “Kalau pek hong kiam berada ditangannya, mungkin jauh lebih berbahaya dari ketiga ular itu?”

Kang Pan ikut ketarik, tanyanya. “Apakah pedang itu punya keistimewaan?”

“Ya! Pedang itu peninggalan dari jaman kuno, merupakan sebilah pedang tajam yang dapat mengiris besi seperti memotong tahu, masih lebih banyak lagi manfaatnya!”

“Aku tidak sependapat dengan kau!” ujar Kang Pan. “Dengan mata kepalaku sendiri Coa sin pernah mencoba ketajaman pedang itu, katanya pedang biasa saja yang tak maupu menusuk tembus kulit ular yang dikenkan oleh Ih yu itu. Kukira pedang pendek milik Lehujin yang dipatahkan Coa sin itu jauh lebih berharga malah!”

Li Sek hong melengak mendadak ia bertanya kepada Gwat hoa Hujin. “Apakah pedang pendek milik Hujin itu benama Meh tai?”

“Benar! Darimana Li Siancu bisa tahu?”

“Sayang! Sayang sekali! Pedang itu jauh lebih berhanga dari Pek hong kiam…”

Agakanya Gwat hoa Hujin acuh tak acuh katanya tawar. “Berhargapun tiada gunanya! Begitu direbut oleh Coa sin dengan gampang saja dia patahkan menjadi dua. Kau belum pernah melihat pedang yang dibawa putraku itu.”

“Bagaimana dengan pedang yang dibawa Lau Yu hu?” tanya Koan San Gwat.

“Pedang itu dinamakan Ci seng. ” “Ci seng!” Li Sek hong menjerit kaget, “Bagaimana mungkin Ngo ih kiam beruntun bisa muncul dalam terbuka ini?”

Memang diwaktu Koan San Gwat petama kali melihat Pek hong kiam ditempat kediaman Cen Kiau dulu pernah mendengar kisah ini, tapi Gwat hoa Hujin tidak tahu menahu tentang hal itu, tanyanya heran. “Apa yang dinamakan Ngo ih kiam?”

“Guruku almarhum pernah memperoleh sejilid buku pelajaran pedang, didalam buku itu, ada tercatat nama nama aneh dari kelima pedang mustika itu, masing masing dinamakan. “Ci seng, Ceng so, Meh tai, Ui tiap, dan Pek hong kiam, Pek hong kiam adalah yang terendah nilainya…”

Sedikit berubah tegang air muka Gwat hoa Hujin, dengan terlongong mulutnya berkemik menyebut kelima nama nama pedang itu. Sementara Li sek hong meneruskan berkata. “Ngo ih kiam merupakan pedang pusaka terbesar pula pada jaman ini, tak nyana Hujin bisa memperoleh dua diantara kelima itu…”

“Tidak! Salah ucapanmu! Nama Ngo ih kiam menurut yang kau sebutkan, kecuali Pek hong kiam, empat yang lain semua terjatuh ditanganku!”

Li Sek hong terbelalak, agakanya ia tidak percaya, kata Gwat hoa Hujin tertawa. “Keempat pedang itu semua dibawa pulang oleh Lau Ih yu, sepulangnya merantau.”

“Darimana ia mendapatkan keempat pedang itu aku tidak jelas, mengenai keistimewaan keempat pedang masing masing aku cukup mengetahui, malah pernah kudengar juga bahwa pedang pedang itu terbagi dalam lima warna, hijau, ungu, hitam, kuning dan putih, kalau kelima pedang itu bisa memperoleh semua menjadi koleksi pribadi seseorang digunakan bersama oleh lima orang yang memiliki ilmu pedang tingkat tinggi, seluruh jagat ini tidak akan menemui tandingan. Bahwa akhirnya dia sampai kena dilukai dan menanam permusuhan dengan orang karena dia akhirnya mengetahui bahwa Pek hong kiam terjatuh ditangan seorang perempuan. Untuk merebut pedang itu sehingga ia bertempur, tak nyana akhirnya dia sendiri yang kena dikalahkan dan terkutung sebelah lengan nya ”

“Benar dan orang yang dimaksudkan itu adalah Oen Cianpwe!”

Gwat hoa Hujin lantas melirik kearah Koan San Gwat. Koan San Gwat tersiap bahwa dia sudah kelepasan omong, lekas ia tutup mulut dan menundukkan kepala. Gwat hoa Hujin sudah paham akan maksud hatinya, katanya tertawa. “Nak kau tak usah merasa sulit, Ling koh sudah menjelaskan Mo li Oen Kiau kepadaku, kelak bila aku bentrok sama dia, kau sudah tidak punya tanggungjawab lagi.”

Dengan heran Koan San Gwat hendak bertanya, namun Li Sek hong menyela lebih dulu. “Hujin! Dimana sekarang keempat pedang itu?”

“Setelah Lau Ih yu meninggal,” demikian tutur Gwat hoa Hujin, “Sekarang Ceng so kiam menemani jenasahnya di Khong ham kiong, Ci seng dia berikan kepada putranya Lau Yu hu, Ui tiap diberikan kepadaku sedangkan Meh tai diberikan kepada Tam kiam, setelah Tam ktam mati, kebetulan waktu aku hendak turun gunung mencari anak Gwat lantas kubawa serta, tak kira akhirnya kena dipatahkan oleh Coa sin!”

“Lalu dimana sekarang Ui tiap kiam?” tanya Li Sek hong. “Wakru berada di Khong ham kiong, aku jarang

menggunakan pedang, maka pedang itu kuberikan pada Pelayan dekatku Coh bing untuk menyimpannya, sekarang masih tertinggal di Khong ham kiong ”

“Bagaimana juga harap Hujin segera mengirim orang untuk membawa Ui tiap kiam itu kemari selekasnya dan diserahkan kepada Koan kongcu untuk dipakai. Kalau tidak situasi terlalu menyulitkan bagi kita!” “Anak Gwat, perlukah kau menggunakan pedang itu?” tanya gwat hoa Hujin.

Koan Sau gwat berpikir sejenak, sahutnya. “Perlu! Tanpa pedang Tay lo kiam hoat tidak mampu kukembangkan.”

“Diantara Ngo ih kiam hanya Ceng so saja yang kuasa menandingi Ci seng, lebih baik kalau mengeluarkan Ceng so…” demikian Li Sek hong mengusulkan.

“Jangan, jangan hanya karena sebilah pedang lantas menbongkar kuburan orang.”

“Kalau kita hanya menghadapi Cia Ling im dan Liu sumoy saja sih cukup menggunakan Ui tiap kiam, tapi dari penuturan Hujin tempo hari bahwa Koan kongcu hampir saja menemui ajalnya dibawah tekanan hebat dari Ci seng kiam itu, kalau kali ini mereka bentrok sekali lagi, aku jadi tidak berani membayangkan bagaimana akibatnya.” demikian Li Sek hong coba membentangkan situasi.

Agaknya teregrak hati Gwat hoa Hujin, sesaat ia menepekur mempertimbangkan.

Adalah Koan San gwat malah berkata “Kukira tidak perlu, pertandingan pedang tergantung dari kematangan latihan ilmu pedangnya bukan terletak pada senjatanya.”

“Anak Gwat kurasa uraian Li siancu memang cukup beralasan, Ci seng kiam ditangan Lau Yu hu itu memiliki dayanguna yang ajaib sikapnya terhadapmu kau sendiri sudah melihatnya, kalau kelak kalian bentrok lagi, akupun akan tidak kuasa melerai lagi, jelas aku sudah kehilangan dia, masakah aku harus kehilangan sekali lagi. ”

Koan San Gwat maklum akan maksud hati ibunya, namun dengan tegas dia berkata “Tidak Bu! Meski Lau Yu hu sakit hati dengan ayah, namun pertikaian diantara mereka sulit dijelaskan, sekarang mereka sudah sama meninggal, pertikaian kesumat ini biarlah turut berlalu ditelan masa ….”

Merah muka Gwat hoa Hujin. Sebalikanya Li Sek hong berkata. “Kongcu, jangan kau lupa, Lau Ya hu tidak berpikiran seperti kau!”

“Aku tahu, banyak alasannya kenapa dia amat membenci aku, bukan hanya persoalan dendam sakit hati angkatan tua kami!”

“Maka kau harus berlaku hati hati menjaga segala kemungkinan! Rasa bencinya terhadap kau meresap ketulang sumsum.”

“Aku mengerti! Diwaktu pertanding pedang di Khong ham kiong dulu, dia sudah berniat membunuh aku.. diatas Bong Gwat hong, sekali lagi dia mengatur tipu muslihat untuk mencelakai aku...”

“Benar diakah yang mengatur muslihat hendak mencelakai jiwamu? waktu aku memeriksa keadaan tempat itu, aku masih tidak percaya bahwa dialah yang berbuat.”

“Mungkin juga bukan dia, yang terang pasti mendapat petunjuknya, tapi kejadian itu hanya bisa menyalahkan aku sendiri, kenapa tidak berlaku hati hati, sehingga tertipu mentah mentah oleh budak kecil yang bemama Siu hong itu. ”

Mereka tidak saling debat lagi, sejak itu mereka turun ganung tanpa membuka suara, Koan San Gwat disebelah depan bersama Kang pan diiringi unta sakti, sementara Li Sek hong dan Gwat hoa Hujin disebelah belakang sedang bisik bisik, membicarakan banyak persoalan yang serba rahasia.

Waktu cuaca masih remang remang menjelang fajar, romboagan mereka kembali tiba dipondok desa dimana mereka menginap. Betul juga Sian yu It ouw, Jip hoat dan lain lain karena Gwat hoa Hujin, Li Sek hong mendadak menghilang tanpa karuan mereka sedang ribut dan gelisah. Setelah melihat Gwat hoa Hujin berdua kembali serta membawa pulang juga Koan San Gwat, karuan bukan kepalang girang mereka. Begitulah suasana dalam pondok desa itu dari suasana ribut dan kalut semula kini menjadi pesta pora dalam suasana yang riang gembira, betapa mereka takkan takjub mendengar cerita seperti di dalam dongeng saja. Untuk mengambil Ui tiap kiam dan diberikan kepada Koan San Gwat, maka Gwat hoa Hujin mengutus Jip boat kembali ke Khong ham kiong di Tay pa san.

Untuk menyerapi gerak gerik Cia Ling im yang berpangkalan di Ngo tay san dengan Thian mo kau nya, Koan San Gwat merasa tidak leluasa sembarang bergerak diluaran supaya tidak menimbulkan sesuatu peristiwa yang tidak diinginkan, mereka beramai terus menetap didalam pondok desa itu, tak lupa Ban li bu in dan it lun bing Gwat diutus keluar untuk mencari berita dan menyelidiki situasi di luar.

Soalnya kedudukan mereka di Liong hwa hwe rada rendahan, seumpama kebentur oleh anggota Thian mo kau tentu tidak akan membuat perhatian mereka.

Memangnya nganggur dan tiada pekerjaan apa apa, dari pemilik pondok Gwat hoa Hujin membeli bahan pakaian dan membuatkan baju dan celana untuk Kang Pan. Karena ada ular yang membelit badannya itu, jadi Li Sek hong sulit untuk mengukur badannya terpaksa main raba dan langsung dijahit begitu saja, tak lupa merekapun membuatkan sebuah kantong dari karung untuk menyembunyikan ular putih Kang Pan itu.

Saking tegang, kalau tidak bercakap cakap dengan It ouw dan lain lain tentu Koan San Gwat bercengkerama dengan unta saktinya, atau dia menceritakan pula adat istiadat dan tata kehidupan manusia ramai kepada Kang Pan, hari hari mereka lewatkkan dengan aman dan tenang. Tapi didalam ketenangan itu ada kalanya hatinya bergejolak pula bila memikirkan nasib Thio Ceng ceng. Dikala ia hidup berdampingan dengan Thio Ceng ceng tidak pernah dirasakan oleh nya batapa besar pengaruh anak gadis itu terhadap relung hatinya. Kini setelah dia tahu betapa besar dan murni cinta Thio Ceng ceng terhadap dirinya, baru ia sadar betapa besar ia mengharap harap cemas akan bertemu dengannya…

Thio Cog ceng berada dicengkeraman Lau Yu hu, tentu dari mulur Lau Yu hu dia sudah mendengar kematian Koan San Gwat.

Didalam renungannya sering berbagai pertanyaan yang berbeda beda mengetuk sanubari nya, dan oleh berbagai pertanyaan itulah hatinya semakin risau dan gelisah. Keadaan semacam ini belum pernah terjadi selama ini. Sejak dia mulai berkecimpung di Kangouw dia sudah hidup didalam perjuangan demi menegakan keadilan dan kebenaran, dalam lemparan keperwiraan yang gagah berari, belum pernah terpikirkan olehnya akan persoalan cinta asmara muda mudi.

Serta merta timbul rasa kebencian yang meluap luap terhadap Lau Yu hu. “Kalau Ceng ceng sampai ajal karena aku, pasti aku tidak akan mengampuni dia !” ini hanya tekad dalam sanubarinya saja.

“Kalau Ceng ceng merubah haluan, dan merubah cintanya kepada Lau Yu hu bagaimana? Apakah pantas aku merebut Ceng ceng dari pelukan Lau Yu hu! Aku akan tinggal pergi secara diam diam, biar mereka menempuh hidup baru dan bahagia sampai hari tua biarlah aku mengendam dan mendambakan cinta kasihnya didalam khayalan belaka, akan kupersembahkan jiwa ragaku ini demi kepentingan umat manusia...”

Amat sulit untuk mengambil keputusan ini, siapa akan terima melihat kekasih sendiri di rebut orang lain? Tapi Koan San Gwat merelakan hal ini, watak lurusnya yang suci murni membuat ia mengambil keputusan yang cukup bajik dan mengubah kelapangan jiwanya, dan sebab yang utama dan keputusan yang drastis ini adalah karena cinta Lau Yu hu kepada Thio Ceng ceng serta pengorbanannya jauh lebih besar dan setimpal dibanding apa yang pernah dia berikan sebagai imbalan cinta Thio Ceng ceng.

Suasana tenang itu mereka lewatkan sepuluh hari. Desa kecil ditengah pegunungan yang biasanya sunyi sepi mendadak menjadi ramai dan gaduh. Keramaian ini terjadi karena berdatangan pula serombongan orang. Terutama benda mengejutkan yang dibawa pulang oleh It lun bing Gwat dan Ban li bu in hasil penyelidikkan mereka, yaitu bahwa Hu kaucu (wakil Kaucu) Thian mo kau ini dijabat Sebun Bu yam, kini sudah diganti orang. Koan San gwat adalah orang yang paling kaget dan mencelos hatinya, karena Hu kaucu dari Thian mo kau ini dijabat oleh saudara lain bapaknya sendiri, yaitu Lau Yu hu adanya.

Tak lama kemudian kelima pembantu Koan ham kiongpun sama berdatangan, ternyata Jing Tho, Sui Ki pun diajak datang pula oleh Tay Su. Sedang Jip hoat secara kebetulan bersuara dengan Coh Bing.

Seperti diketahui Coh Bing ditugaskan untuk menjaga dan merawat Khong ham kiong, kenapa sekarang diapun ikut datang? Hal inipun merupakan berita yang amat mengejutkan bagi Gwat hoa Hujin. Ternyata Lau Yu hu sudah pulang kandang, langsung dia membongkar kubuaran ayahnya sendiri dan membawa pergi Ceng so kiam, celakanya pedang pusaka itu kini sudah diberikan kepada Cia Ling im.

Ada lagi sebuah berita mengenai Thio Ceng ceng, katanya setelah mendapat berita akan kematian Koan San Gwat setiap hari kerjanya hanya mengangis dan sesambatan. Wajahnya menjadi pucat bersih dicucuri oleh air matanya kira kira tiga hari yang balu dikabarkan dia menghilang secara misterius.

Kemana dia? Cara bagaimana dia menghilang? Tiada seorangpun yang bisa memberi jawaban. Kejadian yang beturut turut ini sungguh sungguh merupakan suatu pukulan berat bagi Gwat hoa Hujin dan Koan San Gwat beramai terutama perubahan sepak terjang Lau Yu hu yang keliwat batas ini. Bagaimanapun mereka harus lekas lekas bertindak dan mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini. Perubahan apapun yang terjadi, mereka harus benar benar berlawanan dengm pihak Thian mo kau. Setelah Lau Yu hu menjadi Hu kaucu seperti macan tumbuh sayap, sekali kali Cia Ling im akan semakin brutal dan bersimaharaja, jiwa mereka sewaktu waktu terancam bahaya, apalagi Ceng so dan Ci seng dua pedang terlihay dari Ngo ih kiam berada ditangan mereka.

Untunglah meski harus mempertaruhkan jiwa Coh bing berhasil menyelamatkan diri. Membawa lari pula Ui tiap kiam, hanya pedang pusaka terakhir inilah yang menjadi andalan terampuh untuk memberantas musuh musuh laknat yang jahat itu, disamping Ui tiap kiam, Koan San Gwat pun hanya mengandal Tay oo kiam hoatnya saja.

Adanya perubahan besar diluar dugaan ini, mereka tidak bisa terlalu lama menetap di desa pegunungan itu lagi, maka Koan San Gwat pimpin rombongan besar dari puluhan orang itu siap membuat pertempuran secara berhadapan dengan orang Thian mo kau.

Dari Ki sin menuju ke Ngo tai hanya berjarak ratusan li, mengandal kekuatan langkah unta sakti, cuma memakan waktu satu hari, tapi kuda tunggangan orang orang lain tidak mungkin bisa menempuh jarak sejauh itu dengan cepat, terpaksa ia harus menunggu dan menunggu dengan sabar untuk tiba ditempat tujuan bersama.

Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya mereka memasuki daerah pegunungan Ngo tay san, tapi masih amat jauh untuk tiba dipuncak tertinggi Ngo tai san. Mereka berbondong dijalan raya yang lebar, menurut terkaan Koan San Gwat, pihak Thian mo kau sudah tentu mulai begerak lagi , betul juga di luar kota Hap tai sin dipangkalan Ngo tay san, Ki How menuggang seekor unta hitam sedang menghadang ditengah jalan.

Liong Hwa hwe sudah bubar, tiada ikatan kedudukan dan tingkatan lagi diantara mereka, namun sikapnya masih amat pongah dan takabur, mungkin karena Cia Ling im sudah mengajarkan Siu lo jit sek kepadanya, jelas bahwa tingkat kedudukannya didalam Thian mo kau tentu tidak rendah.

Begitu rombongan Koan San Gwat mendekat, unta sakti segera mengumbar adat menerjang maju lebih dulu. Agaknya unta hitam itu sudah menjadi takut karena kekalahannya tempo hari melihat musuh besarnya menerjang tiba ia jadi gugup dan ketakutan, beruntun mundur lagi.

Dengan mengumpat caci Ki Hou melompat turun terus menendang pantatnya keras keras makinya. “Binatang tidak berguna!” Melihat wibawa dan keangkerannya menakutkan unta hitam itu, unta sakti mendongkol dan mengembor keras dan panjang sikapnya amat senang dan puas.

Dengan tertawa Koan San gwat menepuk nepuk lehernya serta katanya. “Kawan tua! Sungguh hebat kau, didalam negara kebinatangan kau boleh dianggap sebagai jagoan yang tergagah dan nomor satu, tiada seekor binatang tunggangan macam apapun yang kuasa menandingi kau…”

Dari punngung unta hitamnya Ki Hau menurunkan sebuah buntalan, didalamnya terbungkus sebuah senjata yang berbentuk aneh dan khusus dibuat untuk dirinya. Senjata ini adalah sebuah patung patung berkaki tunggal warna hitam legam menyerupai patung mas berkaki tunggal milik Koan San Gwat. Cuma kepalanya lebih besar, dengan gigi yang menyeringai muka setan. Untuk senjatanya ini dia menamakan Tok kak kui ong (raja setan berkaki tuggal). Sambil mengayunkan senjatanya itu Ki Hauw menantang. “Koan San Gwat mari turun, lawanlah aku tiga ratus jurus!” “Aku tiada tempo main main dengan kau lekas panggil Cia Ling im kemari!”

“Tanpa kau bisa menjebol pertahananku ini, jangan harap kau bisa berhadapan dengan Kaucu kami!”

It ouw merasa sebal melihat kelakuan tengikanya, apalagi kedudukannya di Liong hwa hwe dulu lebih tinggi dari pemuda lakanat ini, segera ia maju beberapa langkah serta seraya “Koan kongcu berikan kepada Lohu, biar kugencet mampus bocah kurangajar ini!”

Belum Koan San Gwat sempat bersuara, Kang Pan pun yang jelita segera ikut tampil kedepan, serunya “Lo siansing! Jangan kau yang maju!”

“Kenapa Lohu tidak boleh maju?”

“Apakah Lo siansing hendak melawannya dengan bertangan kosong mungkin cukup segebrak saja, jiwamu kau angsurkan kepadanya…”

“Lohu tidak percaya, biar kucoba coba dulu!” Lenyap suara tiba tiba badannya betkelebat menerjang kearah Ki Houw seraya melontarkan sebuah pukulan tangan. Ki Houw mandah tersenyum ejek pelan pelan ia angkat patung hitamnya menyapu miring mengetuk kejari It ouw. Disaat kedua lawan sentuh, dari samping menyelinap sesosok bayangan, entah bagimana tahu tahu sudah menyela di tengah tengah mereka seraya mengebutkan lengan bajunya, telak sekali ia menyampok gada setan Ki Houw menyelonong kesampuag It ouw menjadi gusar, sahutnya.”Apa apaan tingkah lakumu ini nona Kang?”

Kang Pan tertawa sahutnya. “Lo siansing jangan marah, dengan kosong melawan senjata terang kau tidak akan ungkulan, apalagi diatas senjatanya ini ada dilumuri racun jahat, kenapa kau harus mengorbankan jiwa mu dengan sia sia !” Mencelos hati It ouw, matanya terbelalak. Benar juga dilihatnya mata Ki Hou memancarkan sorot tajam dengan senyum sinis, Tok kak kui ong ditangannya sudah diangkat pula, cepat Kang Pan berkelebat maju pula menghadang maju pula didepannya serta kata nya. “Kalau kau memang ingin berkelahi, hanya akulah yang cocok menghadapi kau, aku tidak takut menghadapi racunmu!”

Karena kibasan lengan baju orang tadi, senjata Ki Hou kena disampok menyelonong kesamping maka Ki Hou tahu bahwa gadis ayu ini memiliki lwekang yang cukup ampuh dan lagi memang orang benar benar tidak takut pada racunnya, hal ini benar benar membuat dia mati kutu, hatinya menjadi jeri dan tidak berani gebrak melawannya. Akan tetapi kali ini merupakan kesempatan paling baik, ia jadi merasa getol tidak bisa tercapai keinginannya, tiba tiba biji matanya berputar, sengaja ia tertawa besar dan sesumbarnya. “Koan San Gwat, apakah kau ini laki laki sejati, kok menggunakan tenaga perempuan menjadi anjing pelindungmu?”

Terbakar hati Koan San Gwat, baru saja ia hendak melabrak maju, lekas Li Sek hong berseru mencegah “Koan kongcu! Kau harus mementingkan tugasmu yang utama, segala apa yang harus bisa tahan sabar, rombongan Cia Ling im masih memerlukan kamu untuk menghadapinya, jangan kau bekerja membawa adatmu kemari !”

Apa boleh buat Koan San gwat menghela napan, katanya berpaling kearah Kang pan. “Nona Kang ! Mencapaikan kau saja!”

“Tidak apa! Orang ini memang jahat, aku perlu menghajarnya supaya kapok. Dihadapanku dia berani mentang mentang main racun, nanti bila kubekuk biar kusuruh Siau giok (nama ular putihnya) menggigitnya sekali, biar dia rasakan betapa nikmat orang kena racun!” sembari berkata ia melangkah menghampiri Ki Hou melangkah mundur. “Lho, kenapa lari bukankah mulut cukup garang tadi, kiranya nyalimu lebih kecil dari pada tikus, bukankah kaupun seorang laki laki sejati, masakah takut menghadapi anak perempuan?”

Merah padam muka Ki Houw, karena olok olok ini ia tidak mundur lagi mulutnya gerung sambil mengayun senjatanya. “Perempuan lakanat! Kau terlalu menghina!”

“Ya, keluarkan segala kemampuanmu, mari lawanlah aku!”

Seperti orang kalap segera Ki Houw mengobat abitkan senjatanya maju menerjang dengan membabi buta, rangsakan senjatanya itu boleh di kata cukup hebat dan cepat namun ujung baju orang saja dia tidak mampu menyentuhnya, suatu ketika Kang Pan merasa sebal cukup dia kibaskan pula lengan bajunya, kontan Ki Hou tergentak mundur setengah tumbak. Kang Pan tertawa ejek. “Bebalmu masih terlalu jauh, mengandal kepandaian serendah ini sudah berani bermulut besar mengagulkan diri, menjegal jalan segala, sungguh tidak tahu diri!”

Gerak gerik Kang Pan yang acuh tidak acuh dan seenakanya itu cukup menggentak mundur terjangan Ki Hou dengan senjatanya yang dahsyat, bukan saja Ki Hou yang jadi lawannya amat kaget, Koan San Gwat dan lain lainpun ikut tercengang, hanya diantara mereka yang secara langsung pernah bentrok dengan Ki Houw dan tahu mengukur sampai dimana tingkat lwekang Ki Houw, tak nyana sekarang begitu kena dipukul gentayangan cukup degnan kebasan lengan baju belaka, lawan yang semula seganas harimau, begitu berhadapan dengan Kang Pan menjadi seperti tikus.

Ki Houw merandek sebentar, diam diam ia mengerahkan tenaga murninya sambil kertik gigi ia melabrak maju pula sambil mengayun senjatanya. Kali ini Kang Pan bekerja tidak kepalang tanggung, cepat lengan bajunyapun dikebas keluar memapak senjata lawan, cukup sekali sendal lengan bajanya sudah membelit senjata lawan, cukup sedikit angkat pergelangan tangan, sementara mulut membentak. “Pergilah!”

Bersama senjata beratnya tak terkendali Ki Houw mencelat terbang ketengah udara seperti layang layang putus benang, secara kebetulan melayang jatuh keatas kepala Koan San Gwat melihat gelagat yang jelek ini cepat Li Sek hong melejit maju sembari berteriak memperingatkan. “Koan kongcu, lekas minggir!” buru buru ia mengejar tiba, jarinya yang berkuku panjang segera mencakar ketengah udara mengarah pundak Ki Houw.

Ki Houw menyeringai sadis dan begelak tertawa panjang, dari atas tubuhnya meluncur turun seraya mengeprukan senjata yang besar dan berat laksana sebuah batu gunung menindih keatas kepala Koan San Gwat.

Begitu besar niat Li Sek hong untuk menolong Koan San Gwat, maka dia dulu yang terkena pulutnya dengan menubruk maju tanpa hiraukan keselamatan jiwa sendiri. Tapi Koan San gwatpun tidak tinggal diam, kuatir Li Sek hong terluka oleh senjata lawan yang berbisa, lekas ia jejakkan kedua kakinya sembari kerahkan tenaganya, ia ayun kim sin ditanganya menyanggah keatas.

Karena senjata gada patung mas berkaki tunggal panjang tiga empat kaki meski ia bergerak rada belakang, namun senjatanya menyambar tiba didepan Li Sek hong, “Trang!” kembang api beterbangan ditengah udara, badan Ki Houw seperti seekor burung terbang yang terkena panah ditengah udara, pertama, tergentak mumbul lagi satu tumbak lebih lalu menukik turun pula, lekas ia memburu kedepan dan menyerampangkan patung emasnya dengan setakar tenaga pula, suatu benturan kedua senjata lebih keras memekakkan telinga, gada raja setan ditangan Ki Houw kontan berbentur hancur lebur tercerai berai.

Lekas Ki Houw menjatuhkan diri ketanah terus mengelundng beberapa tumbak jauhnya, beruntung ia terhindar dari gempuran ketiga Koan San Gwat yang lebih dahsyat. Waktu ia berdiri tegak, telapak tangannya berlepotan darah.

Itulah karena tenaga hantaman gada mas Koan San Gwat teramat hebat, pada benturan kedua, bukan saja Tok kak kui ong milik Ki Houw, celakanya telapak tangannya tergetar pecah dan berdarah, lebih mengenaskan lagi dua jari Ki Houw berpindah dari tangannya.

Ki Houw mengertak gigi, menahan sakit dan merasa geram, segera ia menyobek lengan bajunya untuk membalut luka lukanya katanya menyeringai bengis. “Bagus! Koan San Gwat. Dalam jangka begini pendek, lwekangmu ternyata maju begitu pesat, waktu bertanding di sin li hong tempo hari, lwekangmu masih berada dibawahku, tidak lebih kau menang karena mengandal permainan tipu tipu permainan gada mu sehingga menang sejurus, tak nyana hari ini kau sudah membekal lwekang yang begitu hebat sungguh aku harus memuji dan salut kepada kau!”

Koan San Gwat sendiri juga keheranan, sungguh iapun tidak habis mengerti, dulu memang dirinya bukan tandingan Ki Houw, tapi kenyataan hari ini dia berhasil mengalahkan Ki Houw dengan gemilang, jelas bahwa lwekang Ki Houw pasti sudah lebih maju dari dulu, adalah lwekang sendiri pun maju berlipat ganda sungguh mengejutkan.

Meski terluka dan kesekitan, sedikit pun Ki Houw tidak berubah air mukanya, ujarnya “Perduli lwekangmu setinggi langit, toh kou tidak lepas dari tipu dayaku, beruntun kau terkena racun Bu ing hoat hiat sin diatas senjataku, kini tentu sudah meresap masuk kedalam isi perutmu. Aku harus segera membawa pulang berita baik ini kepada Kaucu , nanti sebentar biar aku kemari lagi untuk mengantar jenasahmu!” sehabis berkata segera dia lari sekencang kencangnya tanpa menoleh lagi. Koan San Gwat tahu orang takut dibalasi oleh Kang Pan, namun ia tiada minat mengejarnya, lekas dia berkata kepada Kang Pan “Nona Kang! Bisakah ularmu memunahkan racun?”

“Tidak bisa lagi! Ludahnya sudah kering kalau disuruh membersihkan racun diatas senjatamu, mungkin jiwanya bisa terancam bahaya, kau harus hati hati, jangan sampai orang lain tersentuh olehnya!”

“Bukan racun diatas senjataku, racun dalam tubuhku maksudku ”

Kang pan tertawa geli, ujarnya. “Badanmu mana terkena racun. Kau pernah menelan empedu ular wulung, minum darah ular sanca sakti lagi badanmu sekarang sudah kebal terhadap ratusan jenis racun, kecuali beberapa jenis ular yang terbatas dapat mengancam jiwamu, segala racun apapun tidak akan berguna pada dirimu!”

Koan San Gwat terlongong, demikian pula orang lain ikut merasa lega, kata Li Sek hong sembari menghela napas. “Kenapa tidak kau jelaskan sejak tadi, hampir saja aku ikut berkorban jiwa.”

“Salahmu sendiri yang bertindak terlalu tergesa gesa. Memang sengaja kulempar kearah Koan kongcu, karena senjatanya itu hanya Koan kongcu saja yang mampu menghancukannya karena dia pernah menelan empedu ular wulung bertanduk tunggal, sehingga tenaga nya amat besar. ”

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar