Patung Emas Kaki Tunggal Jilid 15

 
Jilid 15

KOAN SAN GWAT terlongong, tanyanya: “Hwesio tua itu, sebenarnya orang macam apakah dia? ”

“Kitapun tidak tahu, sebenarnya betapa kemampuan kepala gundul itu tiada seorang pun yang dapat meraba secara jelas. Waktu pertama kali bertanding dengan aku jelas dia lebih unggul, tapi sebaliknya ia menyerah kepadaku, secara suka rela mau tunduk dan menjadi anggota. Lolo mengasingkan diri disini juga kepala gundul itu yang menuntun kami kesini maka kami sendiri tidak mengerti orang macam apakah dia sebenarnya!” “Hwesio tua punya asal usul yang luar biasa,” demikian sela Oen Kiau tertawa. “Kalian tidak perlu menyelidiki riwayat hidupnya kini pembicaraan sudah selesai, tiba Santnya kita membicarakan pokok penting. Nak, beberapa urusan yang kuajarkan kepada kau tadi, kau punya pendapat apa? ”

Koan San gwat menyembah seraya menyahut: “Tecu tidak menampik dan akan bekerja sekeras tenaga.”

“Bagus! Sejak sekarang kau adalah majikan baru dari Pek hong kiam ini, kuharap kau bisa memanfaatkannya!” demikian pesan Oen Kiau.

“Tecu bersumpah mati untuk memberantas kawanan iblis dengan wibawa pedang ini, tanpa sembarangan membunuh seseorang yang tidak berdosa!”

“Ai,” Oen Kiau menghela napas, “Biar kuberitahu pada kau, pedang ini adalah senjata iblis, begitu pedang ini muncul pembunuhan berdarah bakal terjadi dimana mana, dikala kau menggunakannya mungkin kau sendiri tidak akan mampu mengendalikan diri pula!”

Koan San gwat bercekat tertegun.

Oen Kiau malanjutkan tertawa “Kau tidak usah takut! Dari hawa ditengah alismu, aku dapat melihat bahwa hatimu suci dan lurus, mungkin pedang akan mendapat perbaikan sifatnya dari kemurnian jiwamu, hilangkanlah sifat sifat iblisnya.

Sekarang cabutlah pedang itu!”

Segera Koan San gwat menekan gagang pedang, serangka pedang segera mencelat lepas. Gubuk yang suram itu seketika ditaburi cahaya pedang yang gemerlapan menyilaukan mata, begitu cemerlang cahayanya sehingga hawa terasa dingin.

Berkatalah Oen Kiau dengan kereng : “Sin lo su sek dan Tay lo jit sek merupakan pedang perguruan kami yang maha sakti, seluruh ilmu pedang dikolong langit ini, intisarinya sudah tercakup didalamnya. Sekarang kumulai menurunkan Siu li kiam sek kepada mu, sementara Hiang ting nanti akan memberi ajaran Tay lo kiam sek, betapa tumit dan luas pelajaran ini, temponya teramat mendesak lagi, maka kau harus rajin, giat dan tekun memperhatikan ajaran ilmu silat ini, jangan kau menyia nyiasan harapan besar kami kepada kau!”

“Anak muda, kau sudah dengar belum.” tiba tiba Tokko Bing menimbrung, “inilah satu anugrah besar yang tiada bandingannya bagi kau!”

“Ui ho! Jangan kau berkata demikian,” Oen Kiau melirik, “Siu lo su sek akupun menyelami kulitnya saja, bicara kesempurnaan dan mendalam aku masih kalah dibanding Cia Ling im, cuma kuharap dengan bakat dan kecerdikan otaknya yang melebihi orang lain dapat mempelajari intisarinya, dapat pula mengembangkannya secara bebas dan lebih luas. Kalau tidak aku tidak berani tanggung apakah nanti bisa mengalahkan Cia Ling im!”

“Ucapan Lolo memang benar, biarlah aku mengundurkan diri lebih dulu, silahkan kalian mulai mengajar kepadanya,” demikianlah ujar Tokko Bing terus mengundurkan diri. Setelah dia keluar, Koan San gwat pun mulai menempuh titik tolak permulaan dari kehidupan selanjutnya.

Puncak Sin li hong di Bun san sedang suasana ketegangan yang memuncak, pihak lurus dan sesat saling berhadapan, dua kelompok kekuatan yang sedang berlawanan sedang bersitegang leher, seumpama air dan api tidak mungkin bercampur baur menjadi satu. Akan tetapi secara kenyataan dua kekuatan yang berlawan ini sebelumnya pernah terbentuk dalam satu badan secara aneh.

Itulah Liong hwa hwe.

Diantara ketiga tingkat X susunan dari bagian, anggotanya yaitu Sian, Mo, Kui, tiga barisan diantara mereka terdapat kaum pendekar dan para kesatria gagah yang benar benar berhaluan lurus, tapi adapula gembong iblis dan para penjahat yang berhaluan sesat dan nyeleweng. Namun mereka terkekang dan dibatasi oleh undang undang kumpulan, lahirnya mereka berkumpul dan tercampur aduk dalam satu wadah. Akan tetapi pergaulan yang tidak wajar ini akan tiba Santnya bubar. Maka suatu ketika bila kekuatan yang mengingat dan membelenggu itu hilang, orang orang itu lantas terpecah menjadi kelompok.

Bahwasannya negatip dan positip tidak mungkin akur, demikian juga lurus dan sesat tidak mungkin hidup bersama, maka keadaan yang saling bertentangan ini sudah tidak mungkin hidup bersama, maka keadaan yang saling bertentangan ini sudah tidak mungkin dihindari lagi, bentrokan yang tidak mungkin dielakan hanya bisa daselesaikan dengan satu cara yaitu berkelahi.

Tapi walau kedua kelompok sudah berhadapan secara langsung, namun mereka belum bentrok secara kekerasan. Mereka sedang menunggu.

Mengawasi puncak yang terbungkus awan tebal, kelihatan sikap Cia Ling im sudah tidak tegas lagi, sebaliknya sikap Go hay ci hang yang ada didepannya kelihatan sangat tenang dan acuh tak acuh.

Suasana yang hening hawa yang panas hanya terdengar dengus napas orang banyak, sinar surya yang cemerlang dari warna merah semakin meninggi dan berubah kuning menyorot makin panas.

Akhirnya Cia Ling im tidak tahan lagi, serunya sambil menggeram “Gundul tua! Pimpinan kalian kapan akan tiba? ”

“Segera tiba!” sahut Go hay ci hang membalik mata, “Sebelum lohor dia akan tiba!”

“Siapakah dia? ” tanya Cia Ling im sambil menengadah melihat cuaca. “Kalau dia datang kau akan tahu sendiri.. Sekarang Lolap tidak leluasa menjelaskan lebih dulu.”

Cia Ling im berpikir sebentar, lalu kata nya mencemooh “Dapatkah dia menandingi aku? ”

“Hal ini Lolap tidak berani memutuskan. Tapi kalau dia berani memikul tanggung jawab keselamatan jiwa sekian baayak orang, sudah tentu Lolap pribadi mengharap dia dapat mengalahkan kau!”

Cia Ling im terloroh loroh, serunya : “Harapanmu itu hanya kosong belaka. Dalam dunia ini, termasuk Ui ho, Lim Hiang ting, aku percaya tiada seorangpun yang dapat melampaui kemampuanku!”

Dengan tawar Go hay ci hang menatapnya sekilas, ujarnya “Ucapanmu masih terlalu pagi kau katakan.”

Cia Ling im menyeringai dingin, dengar memicingkan mata ia menyapu pandang semua rombongan orang dihadapannya, “mungkin pimpinan yang kau istilahkan tadi hanya bualan belaka, sengaja kau mencari kesempatan untuk mengulur waktu belaka!”

“Berapa lama Lolap dapat mengulur waktu? Kalau hari ini kita tidak menentukan kalah menang, pasti kau tidak akan melepas kami semua!”

“Mungkin kau sedang mengatur tipu daya lain, maka sengaja mengulur waktu, supaya akal muslihatmu itu dapat diselesaikan dengan sempurna. Kalau demikian perhitunganmu, kau hanya mencari penyakit sendiri. Kau tahu bahwa sekitar gunung ini sudah kupasang penjagaan yang ketat, permainan itu tidak bakal mengelabui aku.”

“Apakah Lolap orang macam yang kau maksudkan itu? ” “Sulit dikatakan, kau menamakan diri sebagai orang ibadah

hanya sebagai alasan belaka yang benar perut mu itu penuh tipu muslihat yang keji. Tiga hari yang lalu bukankah Liong hwa hwe, bubar gara gara kau?”

Go hay ci hang malah tertawa saja tanpa bicara lagi, namun timbul prasangka jelek dari rombongannya sehingga perasaan mereka kurang tertawa, Sian yu it ouw segera tampil kedepan dan berbisik dipinggir telinganya : “Hweshio tua, jangan kau berkelakar dalam suasana seperti ini …”

Entah berapa banyak pasang mata menatap kearah dirinya, termasuk yang mengandung permusuhan atau tanda tanya persahabatan yang jelas semua pandangan mata itu juga mengandung rasa curiga yang berkelebihan …

Akhirnya Go hay menghela napas, katanya : “Mana bisa Lolap memegang urusan demikian besarnya untuk main main!”

Meski sikapnya sangat teguh dan besar keyakinannya, nauun pandangan curiga orang orang itu tidak menjadi sirna karenanya, malah terasa sang waktu terulur semakin lama, sampai pada akhirnya Go hay ci hang sendiri pun goyang dan hampir kehilangan kepercayaan. Pada Sant itulah tiba tiba ditengah angkasa didengarnya pekik burung bangau yang berkumandang nyaring.

Seperti terlepas dari belenggu, Go hay ci han menarik napas lega, serunya : “Sudah datang! Kenyataannya Lolap tidak menipu kalian!”

Semua hadirin serempak mengadah memandang awan, ingin mereka tahu siapakah sebenarnya yang bakal mewakili keadilan dan menjadi pimpinan pihak golongan lurus ini?

Dari balik awan pelan pelan melayang turun seokor burung bangau besar, dipunggung nya duduk seorang gadis kecil, setelah dekat kelihan jelas itulah Ling koh adanya. Menyusul disebelah belakang melayang pula dua perempuan berpakaian serba putih, mereka tidak lain adalah Li Sek hong dan Liu Ih yu. Dan paling belakang melayang turun pula seorang laki laki muda memanggul pedang, dia bukan lain adalah Koan San gwat.

Pandangan seluruh hadirin maih tertuju keatas. Tapi setelah Koan San gwat hinggap ditanah, dibelakang tidak kelihatan pula orang lainnya.

Sementara itu Ling koh sudah melompat turun dari punggung bangau, wajah Li sek hong dan Liu ih yu menampakkan perasaan kurang tentram dan was was, meski mereka sudah berusaha agar tenang dan sewajar mungkin, namun mimik mereka yang masam itu mana dapat mengelabui pandangan semua orang.

Setelah mereka maju mendekat, tak tahan lagi segera Cia Ling im berseru tanya : “Kepala gundul! Mana orang yang kau maksudkan itu? ”

Gu hay ci hang menunjuk Koan San gwat, sahutnya : “Dia ini bukan? ”

Seluruh hadirin mengeluarkan suara kaget dan heran dengan nada yang berlainan, ada yang tertawa mengejek, ada pula yang menghela napas putus asa.

Gelak tawa yang paling keras adalah Cia Ling im, seSant kemudian baru dia bicara menuding Koan San gwat : “Kepala gundul, sudah setengah harian kau bermain sandiwara, kiranya hanya unruk menonjolkan bocah mestika ini? ”

Wajah Koan San gwar tidak menunjukkan perasaan apa apa. Sebaliknya Ling koh melengking tajam “Cia supek!

Jangan kau memandang ringan Koan kongcu, tiga hari yang lalu bukankan kau tertusuk oleh pedangnya.

Merah muka Cia Ling im bentaknya mendelik : “Budak setan! Berani kau cerewet lagi kubeset kulitmu nanti!”

Ling koh meleletkan lidah, ujarnya: “Su pekli! Pintamu hanya menindas bocah kecil memangnya ucapanku salah …” Cia Ling im mengulur tangan hendak mencengkeram kepadanya, lekas Ling koh sembunyi di belakang Koan San gwat. Koan San gwac lantas unjuk senyum geli katanya : “Ling koh! Jangan kau tidak tahu aturan!”

Lalu ia berputar kearah Cia Ling im, katanya: “Kau pentolan dari kawanan iblis, sedikit banyak tahu aturan dan sikap berwibawa, buat apa muring murang terhadap anak kecil, apakah tidak terlalu iseng? ”

Karuan Cia Ling im malu, teriaknya keras “Bocah busuk! Kau menggelinding pergi, Cun cia tak ada semangat ngobrol dengan kau!”

Koan San gwat tertawa lebar, ujarnya “Memangnya kau sangka aku datang untuk mengobrol kesini? ”

“Lalu untuk apa kedatanganmu? ”

“Aku datang untuk membunuhmu bila perlu. Watakmu bejat, kejam dan culas lagi, namun belum menunjukkan kejahatan keliwat batas, maka kuanjurkan kau …”

“Tutup mulut!” hardik Cia Ling im murka. “Bocah busuk! Apa kemampuanmu berani bicara takabur dengan Cun cia, meski aku sudah pernah kau tipu sekali, karena aku tidak pandang sebelah matamu …”

“Benar! Tusukan pedangku tiga hari yang lalu memang kulakukan untung untugan, namun aku insaf tidak akan ada keuntungan kedua kali, maka hari ini tiada niatku mencari kesempatan untung untungan itu …”

Karena Koan San gwat bicara dengan suara tegas penuh keyakinan lagi, Cia Ling im melengak, sejenak ia termenung lalu katanya: “Agaknya dalam tiga hari ini kau banyak memperoleh kemajuan ….”

Koan San gwat tersenyum lebar tidak menanggapi. Maka Lok Siau hong berkesempatan berteriak dengan riangnya: “ Koan toako, Kemana saja kau tigi hari ini! Wah sulit dan capai benar aku mencari kau …”

“Nona cilik,” ujar Go hay ci hang, “Sant ini dalam keadaan tegang, kau tunggu lain kesempatan untuk bicara dengan Koan toako.”

Bergegas Lok Heng kun memburu maju menarik mundur Lok Siau hong kesebelah belakang. Cia Ling im termenung bimbang, dari sebelah belakangnya Ouw hay ih siu tampil kedepan serta katanya sambil menyeringai iblis “Cin cia!

Ijinkanlah Losia tampil pada babak pertama ini? ”

Cia Ling im manggut manggut. Sebalik nya Koan San gwat lantas mencegah “Jangan tiada waktu kuberikan kepadamu untuk campur dalam soal ini.”

Pek Sian cun terkekeh dingin, ujarnya “Anak muda! Jangan terlalu pongah, betapa tinggi kedudukan Siu lo kun cia, masa beliau sudi bergebrak dengan dedengkot macammu yang tidak kenal asal usulnya. Lohu terpaksa tampil boleh dikata sudah memberi muka kepada kau.”

Koan San gwat menarik muka, katanya kereng : “Mengingat perbuatan jahatmu yang tidak senonoh, dosa mu sudah bertumpuk, hari ini bisa aku potong kepalamu lebih dulu sebagai hukuman setimpal.”

Pek siang cun terkekeh kekeh dingin, jengeknya : “Anak muda! Jangan sombong. Memang Lohu sudah sebal hidup, tapi tiada cara untuk membikin mati diriku.”

“Pok ciang cun! Jangan terlalu percaya pada ilmu sesatmu yang aneh itu, kau sangka badanmu kebal dari senjata tajam, kalau aku segan turun tangan sih menuding sekali turun tangan kutanggung kepalamu bakal copot dari badan kasarmu.”

“Koan San gwat! Thian ki mo kun Ki Houw menimbrung seraya tertawa ngakak, “Ucapanmu terlalu mengagulkan diru, jelek Lo po salah satu tokoh dari Sian pang dulu dia pun kuat menghadapi ujian Lui thing sam ki, masa dia tidak kuasa menandingi sejurus seranganmu”

“Kau tidakpercaya, silahkan tunggu dan saksikan sendiri!” ujar Koan San gwat tersenyum lalu ia tampil satu langkah kedepan serta serunya pula : “Pok Siang cun, kalau kau hendak menggunakan senjata lebih baik lekas keluarkan, supaya kau mati dengan rela”

Dibawah pancaran mata Koan San gwat yang berkilat tajam tanpa sadar Pok Siang cun menyurut mundur selangkah, suaranya gemetar jeri “Kalau dalam sejurus kau tidak mampu bunuh aku bagaimana?”

“Kepalaku akan kupotong dan kupersembahkan kepada kau!” sahut Koan San gwat tertawa lebar.

Kata katanya diucapkan dengan teguh dan kuat, seketika ia mendapat sambutan berbeda beda, ada yang menjerit kaget, ada tarikan napas dalam, banyak diantara hadirin yang tiada percaya akan pernyataan itu, Cia Ling im daa Ki Houw sendiri pun menarik senyum tawanya.

Tampak Pok Siang cun menunjuk rasa gentar, dia tidak percaya Koan San gwat mampu membunuh dirinya dalam satu gebrakan belaka, namun sikap Koan San gwat yang tenang penuh ketenangan itu bisa tidak bisa ia harus dipercaya.

Dalam suasana hening lelap terdengarlah suara kertakan yang menyolok pendengaran, Pok Siang cun sedang mengerahkan tenaga dan menghimpun semangat, tak lama kemudian suara kertakan itu sudah lenyap. Maka terlihatlah badan Pok Siang cun yang gemuk itu makin menjadi tambun dan buntak, itulah pertanda bahwa ilmu khikang dari aliran sesat yang dia pelajari sudah dikerahkan sampai puncak kesempurnaannya, demikian pula tenaga Cun yun ci dijari jari tangannya sudah dikerahkan dengan setekat tenaganya pelan pelan setindak demi setindak ia meluruk maju. Koan San gwat berdiri tegak sambil menggendong tangan tanpa bergeming, katanya tertawa ringan: “Kau tidak menggunakan senjata ?”

Pok Siang cun membentak “Selama hidup Lohu tidak pernah menggunakan senjata, akupun tidak gentar menghadapi senjata apa pun!” lenyap suara kelima jari jari tangannya sudah berkembang terus menubruk maju, di mana jari jarinya menyambar, masing masing mengarah lima jalan darah mematikan didada lawan, Koan San gwat tahu bahwa Cun yang ci lawan amat lihay, meski dirinya pernah menelan pil Ping si san dan tidak usah kuatir tarpengaruh hawa nafsu yang menyesatkan itu, namun demikian, melihat lawan melancarkan ilmu dengan sepenuh tenaga, berasa hebat keluaran musuh sungguh mengejutkan, sudah tentu tidak berani pandang ringan dan menghadapi secara kekerasan.

Sebat sekali badannya melesat, pertama ia berkelit menghindarkan jari lawan, berbareng dengan kecepatan melebihi kilat, mencabut pedang, menabas, tahu tahu pedang sudah kembali kedalam serangkanya mengeluarkan suara “Tak!” yang menyolok pendengaran hadirin.

Tiga gerak serangkai sekaligus dilannarkan bersama dalam waktu yang singkat, sementara tubuhnya berdiri tegak seperti tidak pernah berbuat apa apa, cuma kali ini ia sudah pindah kedudukan.

Pok Siang cun masih menyelonong maju tiga empat langkah lalu berhenti tidak berggerak, kedua lengannya terulur kedepan, gayanya masih tetap seperti semula dengan jari jari tangan mencengkeram. Semetara Koan San gwat sudah kembali kesamping Li Sek hong dan lain lain.

Beberapa tokoh kosen yang berkepandaian tinggi sempat melihat tegas apa yang telah terjadi, selebihnya hanya melihat berkelebatnya selarik sinar putih laksana kilat, siapa menang siapa kalah belum ada kepastian, mereka tidak paham kenapa Koan San gwat mengundurkan diri dari gelanggang. Terdengar Li Sek hong dan Liu Ih yu mengeluarkan jerit tertahan. Cia Ling im dan Sebun Bu yan berpekik dalam tenggorokan, jerit dan pekik masing masing kedengaran berbeda secara nyata karena tiada suara lain yang terdengar.

Tidak lama kemudian baru Cia Ling im bertanya dengan muka dingin: “Anak muda ! Senjata apa yang kau gunakan? ”

Koan San gwat menyahut tawar: “Seharusnya kau sudah tahu, kenapa tanya segala?”

Berubah air muka Cia Ling im, serunya “Tak heran kau berani bertingkah, ternyata kau sudah mendapatkan pedang itu. Tapi belum tentu kau dapat menggertak diriku.”

“Kau sendiri yang menentukan!” Koan San gwat, yang menyahut tawar.

Cia Ling im tidak buka mulut lagi, ia tarik Sebun Bu yam kesamping lalu berbisik bisik entah apa yang sedang mereka rundingkan.

Dalam pada itu Pok Siang cun masih berdiri ditengah gelanggang mendadak batok kepala diatas lehernya itu mencelat terbang sendiri, dari lubang lehernya yang kutUng darah segar menyemprot bagai air ledeng pelan pelan baru jasadnya rubuh terbanting.

Hadirin gempar dan kaget, baru sekarang hadirin paham selarik sinar putih tadi adalah pedang Koan San gwat yang membunuh orang secara gemilang, meski hadirin menyaksikan dengan mata kepala sendiri namun banyak diantaranya yang masih tidak percaya akan kenyataan ini.

Maklum ilmu sesat yang dilatih Pok Siang cun sangat kebal akan segala senjata tajam kekebalan tububnya itu sudah diketahui oleh hadirin, tapi sesuai apa yang dikatakan Koan San gwat, cukup segebrak ia benar benar mengatungi batok kepalanya, jurus apa yang digunakan. Yang digunakan senjata apa? Tidak seorangpun yang melihat jelas. Lok Heng kun dan Lok Siang kun mendadak berlutut dan menyembah, serunya “Syukurlah dendam kematian suami dan penghinaan kami berdua mendapat bantuan Koan kongcu sehingga sakit hati ini terlampias …”

Tersipu sipu Koan San gwat memapah bangun mereka, ujar nya “Cianpwe lekas bangun. Aku hanya menjalankan kewajiban saja …”

Mata Li Sek hong terbelalak, Lok Heng kun benar melihat sikapnya yang ganjil ini lekas mengundurkan diri tidak berani banyak bicara lagi pada Koan San gwat. Setelah mendengus terdengar Li Sek hong bersuara : “Yang kau gunakan tadi adalah Pek hong kiam ?”

Koan San gwat manggut manggut. Berubahlah air muka Li Sek hong, Koan San gwat maklum apa yang terisi dalam benaknya, lekas ia menjelaskan : “Pedang milik Lim siancu adalah barang tiruan, pedang asli ini kuperoleh dari seorang lain.”

“Siapa? ” bertanya Li Sek hong, suaranya tenggelam dalam tenggorokan.

“Oen Kiau Locianpwe !”

“Apa? Sunio masih hidup. …” itulah teriakan bersama Li Sek hong dan Liu Ih yu.

“Benar!” sahut Koan San gwat, terpaksa ia menjelaskan. “Oen locianpwe mengasingkan diri di tempat yang tak jauh dari sini, guruku itu dan Lim siancu berada disana.”

Mendadak Li Sek hong tertawa dingin, katanya . “Aku dapat membayangkan apa yang hendak kau ucapkan, kau tidak perlu bicara bagi mereka, dalam dunia mereka bahwasanya tiada orang macam diriku ini tapi … aku tidak merasa jelas pada mereka, hidup manusia menurut takdir masing masing … sekarang bicaralah jujur kepada aku, apakah kau yakin dapat mengalahkan Cia Ling im? Meskipun kau pegang Pek hong kiam.

Koan San gwat menjawab sejujurnya: “Siu lo su sek dan Tay lo ji sek hanya kuselami kulitnya saja, soalnya waktu sangat mendesak jelas latihankn masih kurang matang, maka pertempuran hari ini, aku sendiri belum berani memastikan

…”

Li Sek hong manggut manggut katanya “Bekerjalah menurut kemampuanmu, bila perlu dari samping aku bisa membantu kau!”

Bergairah semangat Koan San gwat, ujar “Baiklah sekali, dengin mendapat bantuanmu paling tidak pihak kita tidak akan terdesak dibawah angin. Sebetulnya Lim sian cu menyuruh aku jangan bicara sejujurnya, karena kuatir kausalah paham….”

“Lalu kenapa kau bicara sejujurnya?”

“Aku tidak bisa membual, dan lagi aku pun merasa tidak enak mengelabui kau.”

Li Sek hong terharu, ujarnya: “Terima kasih, Kongcu!

Pengertian Toa suci terhadapku agaknya kurang mendalam dari pada kau, dengan ketulusan hati, adalah setimpal bila aku pertaruhkan jiwaku untuk membalas kebaikan budimu.”

Hidung Koan San gwat terasa masam, dadanyapun terasa sesak karena haru. Tapi rombongan Cia Ling im, mulai bergerak, terpaksa Koan San gwat harus tumplek perhatian siap untuk menghadapi segala kemungkinan.

Berkata Li Sek hong tertawa “Kau tidak usah tegang, Cia Ling im tidak akan keluar menghadapi kau sendiri, jiwanya licik dan licin”

“Yang lain masa hanganya dihadapi?” “Jangan kau pandang ringan orang lain, kalau Sebun Bu yam Se gak mo sin Pak hong kui si dan Thian ki mo kun sendiripun adalah musuh utama yang cukup lihay, bila mereka main keroyok, betapapun tokoh tokoh kosen dari pihak kitapun sedikit jumlahnya, seperti kau Liu siancu, Go hay cihang, Sian yu It ouw, malah Ling koh sendiripun boleh di tampilkan bila perlu, kukira tenaganya cukup menggetarkan nyali musuh juga.”

“Cia Ling im tidak sebodoh perkiraan mu, dia pasti menyuruh orang orangnya satu persatu menantang kepada kau.”

“Cara demikianpun tidak usah dikuatirkan, Cia Ling im sendiri tidak ditakuti apalagi orang lain …”

“Namun orang orang itu jangan kau anggap seperti Pek Siang cun, bila setiap orang harus kau layani tiga puluh jurus baru menentukan kalah menang, seandainya kau dapat menang seluruh nya, apa kau mampu menandingi Cia Ling im yang masih bertenaga baru?”

Koan San gwat menggeleng tanda tidak mengerti Li Sek hong lalu menjelaskan : “Berapa cerdik kepandaiannya Cia Ling im, setelah kau melawan tiga orang secara beruntun seluk beluk kepandaianmu sedikit banyak sudah dialami olehnya, apalagi tenagamu sudah terkuras berapapun tajam Pek hong kiam, masa kuat merobohkan dia …”

Tak tertahan Liu Ih yu mejelaskan bicara. “Begitupun tidak perlu kuatir, bila orang lain menantang biar kami saja ynag menghadapi mereka.”

“Dalam hal ini Cia Ling im pun tentu sudah memikir secara sempurna, bila dia menantang, mungkin Koan kongcu tidak alasan menolak, lebih tidak mungkin minta bantuan orang lain mewakilinya.” demikian sanggah Li Sek hong.

Koan San gwat bimbang dan memeras otak, sementara dari rombongan musuh tampil Thian ki mo kun Ki Houw, bibirnya menyebir tiba tiba ia bersuit nyaring, maka dari belakang sana menerjang keluar seekor unta besar bertubur kekar warna hitam, dipunggung unta terselip sebatang tumbak panjang terbuat dari baja.

Ki Houw melayang naik kepunggung unta sambil mengacungkan tumbak bajanya, ia berteriak dengan bengis : “Koan San gwat! keluarlah, mari kita selesaikan dulu persoalan Hwi tho ling dan Cing tho ling cu.”

“Nah, bagaimana!” ujar Li Sek hong tersenyum, “Siapakah yang mewakili tangtangan nya? ”

Cepat Kaon San gwat pun bersuit rendah unta sakti itu segera berlari masuk gelanggang membawa gada mas sakti berkaki satu, sambil menenteng gada masnya, Koan San gwat melejit kepunggung tunggangannya, serunya tertawa lantang “Baik! Memang urusan kita harus diselesaikan lebih dulu!”

Ki Houw melengek, serunya “Aku mohon petunjuk dengan pedang dipinggangmu itu”

Koan San gwat bersikap tenang, sahutnya tersenyum: “Bing to ling cu kenamaan dan menggetarkan dunia karena unta sakti dan gada masku ini, orang lawan orang, unta lawan unta, itulah cara yang paling baik untuk menyelesaikan pertikaian ini, meski pedangku ini amat tajam, tapi tidak akan kugunakan untuk menghadapi kau.”

Ki Houw mengertak gigi, untanya segera dikeprak menarjang kedepan, sementara tumbaknya teracung kedepan menusuk dengan dahsyat. Lekas Koan San gwat menangkis dengan gada masnya, “Trang!” benturan kedua senjata berat mengeluarkan suara keras menusuk kuping, kedua tergetar.

Koan San gwat terkejut, perawakan Ki Houw tidak sekekar dan segagah dirinya, namun kekuatan lengannya benar benar diluar perhitungannya. Mengingat kebesaran Bing tho ling cu pantang dikalahkan, cepat ia kertak gigi, Kim sia cap pwe lun ajaran guru, dikembangkan dengan keras, angin mendesu laksana hujan badai terus merangsak kepada musuhnya.

Mulut Ki Houw mengulum senyum ejek, bahwa Koan San gwat tidak menggunakan Pek hong kiam memang membuat kecewa, namun mempertebal keyakinan dirinya pula, tumbak bajanya dimainkan begitu gencar, seumpama hujan anginpun tidak akan tembus begitulah ditengah gelanggang diatas tunggangan, masing masing mereka bertempur sengit mati matian.

Kim sin pap pwe lun sudah seluruhnya dimainkan oleh Koan San gwat namun ia masih belum mampu menjebol pertahanan cahaya kuning dan putaran tumbak baja lawan, dalam perasaan kejut dan heran, lambat laun ia merasa kuatir dan gugup, sekonyong konyong ia ayun gadanya seraya menghardik keras, senjatanya mengrpuruk kepala lawan.

Keprukan senjata berat ini mengguna selurah kekuatannya. Ki Houw tertawa dingin, cepat ia lintangkan tumbak terus menangkis keatas, maka terdengar pula benturan keras, leletu api berpercik, benturan keras laksana geledek mengguntur menggetarkan gelanggang.

Tumbak baja besar ditangan Ki Houw terpukul putus menjadi dua, sementara gada mas Koan San gwat mencelat lepas dari cekalannya ini pertanda bahwa kedua pihak sudah mengerahkan seluruh tenaganya.

Melihat Koan San gwat tangan kosong Ki Houw menyeringai dingin, dua kutungan tumbaknya segera dimainkan untuk menerjang pula, yang satu menindih dari atas sementara yang runcing menusuk dari depan, dari dua sasaran menyerang Koan San gwat. Karena sedikit lalai, Koan San gwat bermaksud menggunakan kekuatan tenaganya untuk menundukkan Ki Houw, diluar perhitungannya meski luar nya perawakan Ki Houw tidak sekuat dirinya, tapi kekuatan lengannya ternyata tidak lebih asor dari dirinya.

Pertempuran itu belum lagi berhenti, Ki Houw menggunakan kedua senjata kutungan, menusuk dan mengepruk melanjutkan serangannya.

Banyak orang tumplek harapan kepada Koan San gwat jadi mencelos hatinya serangan Ki Houw hampir mengenai Koan San tapi Koan San gwat masih bimbang belum ambil keputusan, ia menjadi bingung apakah perlu dia mencabut Pek hong kiam, karena senjata ampuh ini khusus hanya untuk melawan Cia Liog im, jurus permainan pedangnya pun tidak banyak, apa yang dinamakan Tay lo kiam sek tidak lebih hanya mencakup empat jurus setiap kali dia melancarkan satu jurus berarti Cia Ling im bertambah setitik harapan …

Tapi serangan Ki Hoaw tidak menjadi kendor karena rasa bimbangnya, kedua senjata musuh terpaut beberapa senti dari atas kepalanya, tubuh Koan San gwat mendadak mencelat naik keatas, badannya terbang melintang ditengah udara, sebelah kakinya menendang keatas, telapak kakinya tepat menahan ujung tumbak, kontan dia mengerahkan kekuatan yang maha dahsyat.

Agaknya Ki Houw tidak mengira Koan San gwat bakal mendemonstrasikan kepandaian yang aneh dan lucu ini, sudah tentu betapapun besar kekuatan lengannya, mana kuat menahan injakan kaki Koan San gwat yang hebat, ujung tumbaknya mental keatas dan telak sekali membentur kutungan tumbak lain yang mengepruk turun. “Trang!” lelatu api beterbangan ditengah udara.

Kali ini walau kedua senjatanya sendiri yang beradu, namun kekuatan benturannya justru jauh lebih besar dari benturan pertama tadi, maka mulutnya mengeluarkan suara menguak yang keras, kedua potongan tumbak ditangannyapun terepas dari pegangan, celaka ke dua telpak tanganpun Sakit bukan main karena kulitnya pecah berdarah. Dalam pada itu Koan San gwat sudah kembali pada tempatnya bertengger dipunggung untanya, katanya sambil tertawa berseri “Agaknya kau lebih bersemangat untuk menggempur diri sendiri dari pada menghadapi musuh. Kalau toh demikian sebetulnya tadi aku tidak perlu turun tangan, silahkan kau labrak dirimu sendiri, pertunjukkan tentu lebih menaiik.”

Selamanya Koan San gwat tidak pernah mengolok olok orang setajam itu bagi orang yang berangasan dan bertabiat kasar tentu sudah murka, tapi kelicikan Ki Houw benar benar diluar dugaannya, kedua telapak tangan saling genggam untuk mencegah darah keluar, sahutnya dingin: “Orang she Koan! tidak perlu kau mengejek, pertandingan kita masih belum selesai.”

“Kurasa baik dihentikan saja, apa artinya kalau diteruskan dengan bertangan kosong! Kedua telapak tanganmu terluka, jangan! nanti kau katakan aku mengambil keuntungan.”

“Cara apa pun boleh, yang terang aku tidak sudi mengambil senjataku pula, pertikaian Hwi tho ling dan Bing tho ling cu betapapun hari ini harus diselesaikan.”

“Kalau aku jemput gada kaki tunggalku, apakah kau pun melawan dengan bertangan kosong? ”

“Benar!” sahut Ki Houw bandel, “Hari ini kalau kau tidak mampu menjatuhkan aku dari punggung unta, aku tidak akan menyerahkan Whi tho ling. Dan lagi aku bukan bertangan kosong, matamu kan belum picak dipinggangku masih menyoren sebilah pedang! “Sreng!” segera ia mencabut pedang yang diselipkan dipinggangnya, dibawah cahaya matahari tampak pedangnya itu bekilau menyilaukan mata.

Koan San gwat tahu bahwa lawan sedang mendesak dirinya untuk menggunakan Pek hong kiam. Sejenak ia pikir tiba tiba ia keprak untanya menghampiri gadanya lalu melorot turun menjemput senjatanya itu, sambil melintangkan senjatanya itu ia berkata “Baiklah mari kita tentukan!”

Agaknya Ki Houw tidak mengira akan Koan San gwat, setelah tercengang makinya: “Apa kau tidak tahu malu? ”

Koan San gwat tertawa lebar, sahutnya “Hari ini kita selesaikan Hwi tho ling dan Bing tho ling cu, kau punya otak kau dapat berpikir bahwa Bing tho ling cu angkat nama dan menggegarkan dunia karena membekal gada mas berkaki tunggal ini, maka akupun tidak akan melindungi kebesarannya dangan senjata lain.

Karuan Ki Houw melongo dan bungkam kalau pedang melawan gada Koan San gwat dalam ukuran senjata jelas ia sudah dirugikan namun ia jadi bingung cara bagaimana untuk mengatasi persoalan pelik ini …

“Ki Houw!” Cia Ling im segera berseru “Kau kembali! kalau nama Bing tho ling cu diciptakan dengan sepak terjang macam itu, memang tiada harganya kau memperjuangkan usahamu ini!”

Cemoohan ini terlalu menusuk kuping tapi perbuatan Ki Houw jauh menusuk perasaan, dengan rasa jijik ia merogoh keluar sebentuk Bing tho ling cu milik Koan San gwat yang diberikan sebagai tantangan tempo hari, diatas lencana kebesaran itu ia berludah lalu ditusuk dengan ujung pedang terus dilempar kedepan, serunya “Silahkan ambil kembali, itulah Bing tho ling cu yang menyorot cemerlang diseluruh jagat, pertanda gemilang Bing tho ling cu menegakkan gengsi dan memanggul nama!”

Koan San gwat meraih dan menangkap lencana itu, air mukanya menunjuk kegusaran yang meluap luap. Itulah rasa gusar kerena dihina keluar batas, semua orang ikut merasakan betapa pedih perasaan hatinya.

Tapi kejap lain perasaan Koan San gwat sudah wajar dan tenang, ia bersihkan lencana itu dengan bajunya lalu disimpan kedalam baju, katanya sambil menghela napas. “Cia Ling im! Apapun yang kau katakan aku tidak peduli, yang terang Pek hong kiam baru akan keluar dari serangkanya bila aku berhadapan langsung dengan kau!”

Cia Ling im tertegun, lalu ia berpaling kebelakang memberi tanda lirikan, kepada Pek bong kui si.

Bagaikan bayangan setan Pek bong kui si yang mengenakan kedok hitam segera melayang ketengah gelanggang, dengan suara yang ketus dan kereng berseru : “Koan San gwat! Kalau aku tantang kau, dengan senjata apa kau menghadapi aku? ”

Koan San gwat meliriknya, lalu menyahut dengan tegas : “Aku menolak!”

Agaknya Pek bong kui si tengetar kaget, dari balik kedoknya terdengar kekeh tawanya yang aneh, serunya “Tak nyana Ui ho Siang jin mendidik murid yang lemah penakut tidak becus!”

Koan San gwat tidak ambil perhatian, ia balas mengejek “Anggapanmu aku tidak berani menerima tantanganmu? ”

“Apakah kau punya penjelasan? ”

Tiba tiba Koan San gwat tertawa lantang, serunya : “Kau hanya pentolan dari barisan Kui pang, kedudukanmu jauh dibawah Thian ki mo kun, terhadap Ki Houw saja aku acuh tak acuh masa tidak berani menghadapi tantanganmu? ”

“Lalu kenapa kau menolak tantanganku? ” teriak Pek bong kui si gusar.

“Alasannya cukup sederhana, persoalan ini menyangkut kedudukkan dan tingkatan. Sekarang aku mewarisi kedudukan guruku dengan kedudukkan dan tingkat beliau didalam Liong hwa hwe, bahwasanya baru tidak setimpal menantang kepada aku!” “Liong hwa hwe sudah bubar, kau masih punya kedudukkan kentut apa? ”

“Ucapanmu memang beralasan, tapi aku she Koan adalah manusia sejati, aku tidak punya mianat main tangan terhadap bangsat cecunguk rendah yang tidak berani mengunjuk muka aslinya …”

Pek bong kui si naik pitam akan olok oloknya ini, sembari menjerit keras tiba tiba badannya menubruk maju kedua cakar tangan nya menjalur kedepan mencolok kedua biji mata Kaon San gwat.

Koan San gwat diam saja seakan akan tidak melihat dan tidak terjadi apa apa, unta tunggangannya itu benar benar seekor binatang yang cerdik, lekas ia angkat kaki depan terus menggeser kesamping berputar arah dengan gesit sekali.

Sergapan Pek bong kui si mengenai tempat kosong, namun ia tidak putus asa, dengan tangkas ia berputar dan menubruk maju pula. Pada Saat inilah dari arah samping berkelebat sesosok bayangan abu abu tahu tahu menghadang didepannya, orang ini bukan lain Go hay ci han, katanya “Koan kongcu tidak sudi membuat keramaian dengan kau, lekas menggelinding balik!”

“Kepala gundul! minggir kau, tiada urusanmu di sini!” “Kau bikin keributan, Loceng ada hak untuk menindak kau

kalau kau memang berkelahi biar Loceng mengiringi kau!” demikian tentang Go hay ci hang sungguh sungguh.

“Kepala gunpul! Kau tiada hak campur persoalanku dengan orang she Koan, suruh dia tampil kedepan untuk menyelesaikan, urusannya dengan aku!” demikian damprat Pek bong kui si dengan gusar yang meluap luap.

“Kenapa? ” tanya Go hay ci hang dengan muka membesi.

Tiba tiba Pek bong kui si menanggalkan kedok hitam yang menutupi kepalanya, maka tampaklah muka yang pucat dan rambut panjang, teriaknya bengis “Tanyakan sendiri kepada orang she Koan itu!”

Karuan Go hay ci hang melengak, serunya heran “Ei, kau bukan Pak tong kui si? ”

Setan diantara setan Sebun Bu yam tertawa dingin, timbrungnya “Pik ong kui si membangkang perintah, tadi sudah kubereskan secara rahasia, kutunjuk dia mewakili kedudukannya, semua urusan dalam Kui pang aku ada hak memutuskan nya …”

“Meski demikian, kau harus memberitahu kepada pihak lain lebih dulu …” debat Go hay ci hang.

“Kalau undang undang dan peraturan Liong hwa hwe masih berlaku, mungkin tindakanku itu salah, tapi sekarang tidak perlu berbuat demikian!” demikian sahut Sebun Bu yam.

Sudah tentu Go hay ci hang bungkam, maka Koan San gwat turun dari punggung untanya, katanya “Harap Taysu minggir, persoalan ini memang harusku selesaikan sendiri.”

Go hay ci heng masih ragu ragu, Koan San gwat menambahkan: “Dia bernama Khong ling ling, ayahnya Khong Bun thong mampus ditangan Cayhe!”

Go hay ci hang manggut manggut ujarnya : “Hal ini memang Loceng tidak leluasa ikut campur …” lalu ia mundur kebelakang.

Sambil menatap Koan San gwat, Khong ling ling menantang, “Sekarang kau masih menampa tantanganku? ”

“Bapakmu memang setimpal dihukum mati, namun kematiannya bukan lantaran perbuatanku saja, akan tetapi dendam orang tua jauh lebih berat dari segalanya, memang aku harus memberi kesempatan kepada kau!” Khong Ling ling mendengus semprotnya: “ Kalau aku menantang bertanding melawan Pek hong kiammu itu bagaimana sikap mu.”

Koan San gwat menepekur sejenak, akhirnya ia berpaling kearah Cia Ling im katanya: “Siau lo cun cia! Memang hebat muslihatmu, akhirnya kau paksa aku mengeluarkan Pek hong kiam!”

Cia Ling im menengadah tertawa besar sepuasnya. Sambil menantang pedang Ki Houw segera tampil pula kedalam gelanggang, sementara Khong Ling ling juga suda mencabut sebatang pedang dari punggungnya, cahaya pedangnya suram bentuknya persis dengan pedang ditangan Ki Houw.

Dengan marah Koan San gwat segera bertanya kepada Ki Houw: “Kenapa kaupun ikut maju.”

“Dia adalah istriku, betapa mendalam cinta suami istri, sudah tentu persoalannya merupakan urusanku pula, apalagi menantu boleh termasuk sebagai putra sekandung pula maka aku harus menuntut balas bagi sakit hati mertua, kau tiada alasan menolak diriku dalam penyelesaian dendam kesumat ini!”

Kelihatanya perasaan Koan San gwat bergolak, namun ia menyeringai dingin, katanya “Baiklah kalian suami istri maju bersama!”

Lalu ia mundur beberapa langkah menyelipkan gada masnya kepunggung untanya, lalu ia mencabut pedang, seketika terdengar suara nyaring mendengung seperti keluhan naga, cahaya cemerlang seketika melingkupi seluruh gelanggang Pek hong kiam benar benar menyilaukan pandangan setiap hadirin!

Seluruh hadirin meugeluarkan suara kagum dan helaan napas yang berbeda nada, Ki Houw dan Khong Ling ling menyurut mundur, pedang ditangan mereka adalah pasangan, dari pancaran cahayanya yang tajam tentu bukan pedang sembarangan pedang, ketajamannya luar biasa pula, namun bila dibanding Pek hong kiam, maka tampaklah perbedaan yang menyolok, seperti kunang kunang dibanding rembulan …

Ki Houw dan Khong Ling ling angkat tangan sebelah lalu menggeser langkah mencari posisi, kakinya memasang kuda kuda siap menggunakan langkah tujuh bintang, kelihatannya seperti gaya permulaan dari Siu lo jit sek karuan Koan San gwat tercengang dibuatnya sikapnya jauh lebih prihatin.

Perhitungan Cia Ling im memang cukup lihay, bukan saja ia berhasil mendesak Koan Sin gwat mengeluarkan Pek hong kiam, malah tanpa sayang ia turunkan pula Siu lo jit sek kepada orang luar, secara tidak langsung ia memaksa Koan San gwat menggunakan Tay So su sek untuk melawan.

Tay lo kiam sek mengandung ajaran pedang yang rumit sekali, adalah bukan soal bagi Koan San gwat untuk menang dalam babak pertarungan ini, namun untuk menghadapi Cia Ling im, Tay lo kiam sek nya itu kurang meyakinkan lagi.

Kedua pihak saling pandang sebentar, kejap lain kedua pihak mulai serang menyerang dengan ilmu pedang tingkat tinggi yang tiada taranya, namun pada saat itu pula mendadak terdengar sebuah seruan nyaring “Tahan Tunggu dulu!”

Sesosok bayangan meluncur, itulah Liu Ih yu, ubahnya hinggap kesamping Koan San gwat, tangannya pun menyoren pedang, mata nya memancarkan sorot tajam, katanya “Dua lawan satu kurang adil, mari aku pun ambil bagian, dua lawan dua baru terhitung adil dan setimpal!”

Perbuatan Liu Ih yu yang mendadak ini membuat Cia Ling im berubah hebat rona wajahnya, cepat ia berseru “Sumoy! Apa apaan perbuatanmu ini? ”

Liu Ih yu unjuk senyuman manis, sahut nya “Untuk menambah keramaian. Supaya peradaban Tay lo kiam sek tersimpan, bila turun tangan menghadapi kau kami tambah sebagian harapan pula.” Cia Ling im mencemooh “Mereka adalah suami istri yang mengurus sakit hati mertua dan ayahnya, kau terhitung apa menyelip diantara mereka? ”

Bersemu merah muka Liu Ih yu, sahutnya “Sebagai calon istrinya boleh saja aku ikut Loa suci sudah menjodohkan aku kepadanya!”

Dikala bicara jari telunjuknya menunjuk kesamping, keruan Koan San gwat berjingkrak kaget seperti disengat kala, lekas ia berseru “Liu siancu! Ini … jangan kau berkelakar!”

Berubah air muka Liu Ih yu, katanya bersuara dalam tenggorokkan “Kelakar apa? Apakah Toa suc tidak menjelaskan kepada kau? ”

Baru saja Koan San gwat hendak menyangkal, Go hay cihang sudah tampil kedepan serta menariknya kepinggir, katanya “Koan siheng! Hiang ting siancu sudah beritahu kepada Loceng, dia mohon aku jadi comblang, katanya kau sendiri sudah menyetujui, kenapa pura pura untuk mengakui

…”

Saking gugup hampir saja Koan San gwat hendak membanting kaki, lekas Go hay ci hang berbisik dipinggir telinganya : “Siheng! Segala urusan baiklah dibicaraka belakangan saja, JIWA RATUSAN ORANG INI BERADA DALAM GENGGAMANMU, kuharap kau bertindak demi kepentingan umum lebih dulu, jangan menimbulkan huru hara lainnya!”

Terpaksa Koan San gwat melawan kembali sangkalannya yang sudah menerjang ke ujang mulutnya.

Lekas Go hay mengedip mata pula, lalu serunya lantang mengumumkan : “Jodoh ini sudah putus oleh Hiang ting siancu dan Ui ho berdua, sebetulunya Loceng diserahi tugas ini untuk mengumumkan kepada para hadirin sekalian, namun karena kejadian di luar dugaan selama beberapa hari ini, Loceng tidak punya kesempatan untuk mengumumkan berita gembira ini, kepada saudara saudara sekalian!” Berubah hebat wajah Cia Ling im, serunya. “Benar benar perbuatan liar dan membabi buta.”

Go hay ci hang tertawa, ujarnya : “Ih yu siancu cantik rupawan, Koan siheng tampan dan perwira, perjodohan ini cukap setimpal, mendapat restu dari angkatan tua lagi, kenapa dikatakan perjodohn liar atau menababi buta segala, apa lagi Koan siheng baru saja memperoleh gemblengan dari sorang tokoh aneh yang tingkat dan kedudukannya sejajar dengan Hoat hwa sengjin, itu pendiri Liong hwa hwe maka bolehlah mereka terhitung satu perguruan.”

Wajah Liu Ih yu bersemu merah, suaranya menyindir katanya kepada Cia Ling im : “Apa pula yang dapat kau katakan? ”

Cia Ling im tidak menujukkan reaksi khusus, tapi pandangan Ki Houw memancarkan sorot aneh yang luar biasa, apa makna yang terkandung didalam sorot pandangannya itu hanya Cia Ling im seorang yang tahu, maka segera dia membentak “Ki Houw! Bekerjalah sekuat tenaga. Apapun yang terjadi aku yang bertanggung jawab …”

Cara bagaimana bertanggung jawab? Apa pula yang harus ditanggungnya? Sudah tentu hanya mereka berdua yang tahu. Yang terang setelah Ki Houw mendengar seruannya ini, semangatnya berkobar, air mukanya kembali menampilkan sikap kasar dan keberanian yang menyala nyala, sembari mengabitkan pedang ia berseru : “Dua lawan duapun tak menjadi soal! Lekas dimulai saja!”

Lekas Go hay mundur ketempatnya semula, sebaliknya Khong Ling ling tidak begitu bersemangat seperti semula, Ki Houw segera melirik dengan gusar, bentaknya marah “Hayo jangan melamun saja! Kalau kucapai bagianku, tidak ketinggalan pula bagianmu!”

Agaknya bentakannya ini menyadarkan Khong Ling ling, lekas iapun mengempos semangat dan mengerahkan tenaga dan semua perhatian untuk menghadapi pertarungan yang menentukan ini.

Terasa oleh Koan San gwat bahwa sikap kedua suami istri ini rada aneh dan janggal, mereka menggunakan alasan yang sama untuk menuntut balas bagi kematian khong Bun chong, namun jelas bahwa maksud tujuan mereka tidak sesuai dengan alasan yang dikemukakan.

Hal ini diketahui oleh semua orang, karena kedua sumi istri ini jelas mendapat petunjuk Cia Ling im, untuk mengorek inti sari Tay lo kiam sek yang dipelajarinya dari Oen Kisu, namun dari pembicaraan mereka yang mencurigakan itu, dapat pula disimpulkan bahwa masih ada latar belakang tersembunyi di dalam intrik mereka …

Dalam pada itu Ki Houw dan Khong Ling ling sudah mengambil posisi dan bergaya siap untuk melancarkan labrakan pertama. Liu Ih yu menggenggam pedangnya dengan kencang, siap menghadapi rangsakan musuh, sudah tentu perhatiannya tidak boleh terpecah dengan tekun dan waspada ia siaga.

Suasana tegang mencekam sanubari seluruh hadirin, didalam keheningan yang sekejap itu, mendadak Ki Houw dan Khong Ling ling menghardik bersama, kedua suami isteri melancarkan serangan pertama.

Itulah jurus permulaan dari Siu lo kiam sek yang dinamakan Hun jan cu jiu, (awan mengenaskan kabut berduka) apalagi jurus ini dilancarkan dua pedang bersatu padu, maka perbawanya hebat jauh lebih mengejutkan lagi. Ditengah hawa pedang yang remang remang kehijauan, mengandung tekanan besar bagai gugur gunung, damparan angin pedang laksana hujan badai diprahara seperti teriakan dan keluhan setan dineraka …

Meski Liu Ih yu termasuk satu dewi diantara dewi, menghadapi rangsakan ilmu pedang yang hebat ini sedikitpun ia tidak berani pandang rendah, lekas ia mainkan pedang ditangannya menaburkan gelombang perak yang membungkus dirinya rapat sekali disamping menjaga diri dengan rapat, sasaran pedangnya mengarah kepada Khong Ling ling karena ia melihat titik kelemahan dari rangsakan pedang lawan, sementara Ki Houw yang merangsak lebih kuat ia serahkan kepada Koan San gwat mendapat gemblengan singkat secara keras itu, ilmu pedanguya jauh lebih unggul dari kemampuan semula. Sikap Koan San gwat sangat tenang dan mantap, lincah dan enteng, Pek hong kiam ia katukkan, maka terdengarlah oenturan nyaring menerbitkan lelatu api, kejap lain tampak Ki Houw menyurut mundur menarik pedang dengan muka dingin membeku.

Gaya permainan pedang Koan San gwat adalah jurus permulaan dari Tay lo kiam sek yang dinamakan ka gan si ung (maya pada mulai menentu), meski Tay lo kiam sek yang termasuk ajaran nyeleweng dari aliran iblis, namun sedikit banyak rada mendekati kelurusan, itulah jurus ampuh khusus dari ketenangan untuk mengatasi gerakan, sederhana mengatasi kerumitan, meski hanya gerakan sederhana yang biasa tapi cukup sejurus saja ia lelah berhasil menutup pedang Ki Houw yang mengurung gelanggang.

Apalagi ketajaman Pek hong kiam jauh lebih besar dibanding pedang kuno warna hijau milik Ki Houw itu, benturan keras dibawah rekanan tenaga raksasa, bibir pedang Ki Houw yang tajam itu gumpil sebesar kuku jari.

Begitulah jurus pertama sudah berlangsung, namun cukup menimbulkan berbagai reaksi yang berlainan dari sekeliling gelanggang.

Bagi orang orang yang berpihak kepada Koan San gwat, mengeluarkan suara sorak yang kegirangan dan lega, hanya Li Sek hong saja yang diam diam menghela napas.

Kawanan iblis yang menjadi begundalnya Cia Ling im mulai kuatir dan was was, hanya Cia Ling im dan Sebun Bu yam berdua yang saling pandang serta mengunjnk senyum penuh arti.

Dalam pada itu mengandal keampuhan lwekang Liu Ih yu serta permainan ilmu pedang yang amat mahir serta inggi itu ia berhasil membendung rangsakan Khong Ling ling yang hebat, namun perasaannya masih rada bimbang dan kurang tentram, dengan suara lirih segera ia bertanya kepada Koan San gwat: “Benarkah pedang itu Pek hong kiam? ”

“Tidak salah …!” sahut Koan San gwat, “Kukira Oeu Kiau Locianpwe tidak akan menipu aku.”

Liu Ih yu tertawa getir, katanya : “Kurasa masih ada latat belakang yang belum terang, agaknya dia tidak begitu sakti dan digjaya seperti apa yang pernah kutahu.”

Sahut Koan San gwat tenang: “Wibawa pedang ini tengantung pada orang yang menggunakan aku hanya mampu mengembang pada taraf yang kulakukan ini.”

Jawaban Koan San gwat ini tidak selirih pertanyaan Liu Ih yu, bagi orang yang berdiri rada dekat dapat mendengar dengan jelas. Karuan Liu Ih yu jadi gugup “Bicaralah perlahan sedikit, jangan sampai terdengar oleh Siu lo !”

Koan San gwat tertawa tawa, ujarnya: “Didengar olehnyapun tidak menjadi soal, aku toh tidak mengandal kekuatan Pek hong kiam ini secara keseluruhannya untuk mengatasi dan melawan dia.”

Ujung mulut Cia Ling im segera menampilkan senyum licik yang penuh arti, segera ia bersuara pula mendesak Ki Houw “Thian Ki! lancarkan jurus kelima dan keenam, paksa dia melancarkan tiga jurus yang lain itu”

Pandangan Ki Houw memancarkan kebencian yang meluap luap, sambil menggerung ia kabitkan pedangnya yang sudah cacat terus merangsak maju pula. Sementara disebelah sana Khong Ling ling segera mengiringi perbuatannya, melancarkan serangan yang sama merangsak dari jurusan lain.

Kali ini mereka menyerang dengan jurus jurus Liat yam teng siau dan Mo hwe lian thian, jurus kelima dan keenam dan Siu lo jit sek, kedua jurus ini merupakan serangan membadai dengan kekerasan dan panas, ditengah tengah bayangan sinar pedangnya menyemburlah bara api yang berwarna kehijauan, membayangkan api membara didalam neraka yang menghukum kejahatan, sungguh mengerikan.

Betapapun Siu lo kiam sek memang ilmu pedang iblis yang amat lihay meski lwekang Khong Ling ling jauh dibawahnya namun angin panas yang merembes keluar dari batang pedangnya itu dapat menembus pertahanan hawa dingin Liu Ih yu begitu panas tekanan hawa pedang lawan sehingga ia merasa tertekan dan mandi keringat.

Keadaan Koan San gwat tidak seperti gebrak pertama tadi, tiba tiba ia menghardik. Pek hong kiam seketika mengembankan cahaya perak satu kaki luasnya, begitu hebat tenaga yang di salurkan sampai mendengung keras pertama menusuk kedalam bayangan pedang Ki Houw, lalu sebat sekali ia lancarkan jurus kedua dari Tay lo kiam sek yang dinamakan Si jit tang seng ( surya terbit diufuk timur).

Jurus ini dilandasi kekuatan positip yang maha hebat, begitu serangan membentur pertahanan lawan, Pek hong kiam segera menerjang kearah bara iblis yang menyala kehijauan, laksana cahaya surya menyapu habis kabut te bal di pagi hari, sekejap saja semua sirna tanpa bekas, disusul batang pedangnya menyusul dengan jurus ketiga Pek hong koan jit, laksana geledek menyambar, “Trang!” pedang Ki Houw terpapas kutung, disusul ia putar kesebelah samping, bukan saja membebaskan Liu Ih yu yang terdesak sekaligus patahkan pula pedang panjang Khong Ling ling.

Memang bukan kepalang wibawa Pek hong kiam dilandasi ilmu Tay lo kiam sek, bukan saja berhasil mengobrak abrik rangsakan kedua musuhnya serta mematahkan kedua senjata musuh, malah kekerasan sambe ran angin pedangnyn. berbasil mencabik pakaian Ki Houw dan Khong Ling ling, sekaligus menusuk jalan darah mereka pula.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar