Patung Emas Kaki Tunggal Jilid 13

 
Jilid 13

SETELAH MELAMPAUI lautan mega yang bergulung gulung, mereka beranjak didalam hutan pohon siong, kedua ekor bangau besar itu masih bertengger dipucuk pohon. Akhirnya mereka tiba dilapangan pertemuan yang menegangkan tadi terus memasuki pintu gerbang Ci hi sian hu yang megah dan agung.

Beberapa kejap lalu Liu Ih yu dan Li Sek hong sudah menghilang dibalik pintu, Ling koh terus menarikanya masuk, sembari berjalan Koan San gwat berkata “Dipuncak yang tinggi mendirikan gedung besar nan megah ini, sungguh merupakan jerih payah yang tidak ternilai!”

“Jangan kau tertipu oleh keadaan luarnya yang megah ini, setelah didalam nanti mungkin kau akan kecewa.”

Tanpa kuasa Koan San gwat mengikuti langkah orang memasuki sebuah pendopo besar, baru saja ia heran kemana juntrungan kata Liong koh, sementara Liong koh masih menyeretnya terus kesebelah dalam.

Setelah melewati pendopo besar itu mereka menyelusuri serambi panjang yang belak belok, akhirnya Ling koh menyingkap kerai terus menarikanya masuk kedalam.

Begitu berada di dalam betul juga seketika Koan San gwat melongo dibuatnya, baru sekarang ia paham kenapa Ling koh berkata demikian. Bahwasanya bentuk bangunan gedung besar ini adalah sedemikian megah dan angker dilihat dari sebelah luar, namun keadaan dalam justru sangat jorok dan bobrok sekali, kapur dinding sudah luntur dan ngelotok sarang gelegasi bertaburan dimana manana debu diatas lantai tebal beberapa mili, rasanya lembab dan basah lagi, didalam ruangan ini, kosong melompong, disebelah samping sana terletak anyaman kasur dari rumput.

Liu Ih yu dan Li Sek hong masing masing menduduki sebuah kasur rumput bersimpuh dengan tenang dan menunggu, berita ia masuk Liu Ih yu segera menunjuk sebuah kasur rumput yang lain dibadannya, katanya “Silakan duduk!”

Menurut gaya duduk orang pelan pelan Koan San gwat duduk menurut permintaan orang, namun wajahnya mengunjuk rasa heran dan tidak mengerti, Liu Ih yu tersenyum simpul, katanya “Mungkin merasa tempat ini terlalu bobrok bukan?”

Koan San gwat merandek sebentar, lalu sahutnya “Kata kata bobrok sulit diberikan penilaian, cuma keadaan di sini jauh berbeda dengan keadaan luarnya, seperti bumi dan langit layakanya!”

Li Sek hong tersenyum, selanya : “Kau tahu tempat apakah ini? “

Koan San gwat menggeleng, Kata Li Sek hong tertawa : “Disinilah tempat Suci moay berlatih kepandaian, setahun ada tiga ratus enam puluh hari, sedikitnya tigi ratus lima puluh sembilan hari kami menghabiskan waktu ditempat ini…..”

“Kenapa begitu!” ujar Koai San gwat tidak paham, “Banyak tempar diluar yang lebih bagus, disana lebih nyaman dan bersih untuk berlatih ilmu, tidak perlu mengurung diri disini,”

“Itulah jalan menjadi dewa, dalam ke royalan mengajar kemiskinan diantara “Ke” dan “Ke” itu, baru kita dapat menggembleng diri kearah kesempurnaan hidup, dan biasa dalam ketenangan nan sepi lelap.” Seperti paham tapi kurang mengerti, Koan San gwat manggut manggut.

“Bukan kau saja yang tak mengerti,” demikian sambung Li Sek hong, “Seluruh manusia di kolong langit ini tiada seorangpun yang paham kecuali Nabi, karena hal hal seperti itu tidak menjadi suatu dalil yang tetap, sesuatu yang indah didalam dunia ini tidak akan tetap bertahan dimakan waktu, demikianlah seperti bentuk rumah ini, indah diluar keropos didalam. Dewa itulah palsu, itulah dalil yang benar, dalil dalil lapuk itulah yang merupa kehidupan manusia….” ia terloroh loroh rawan nadanya sedemikian sedih dan hampa. Koan San gwat terlongong mematung.

Enam puluh tahun yang lalu, tengah malam Pekli Put ping si sastrawan Rudin yang gagah menempuh ujian memanjat puncak Sin li hong. Tatkala itu ia berusia tiga puluhan, sastra dan ilmu silat yang diyakinkan kepalang tanggung, setelah gagal ujian ia mengembara menghabiskan waktu.

Konon kabarnya di puncak Sin li hong pernah terjdi suatu legenda Dewi bertemu dengan raja, maka besar hasiatnya naik keatas puncak untuk menikmati impian yang muluk muluk dikalangan dewata.

Dikala dia kehabisan tenaga dan napas ngos ngosan, tiba diatas puncak, dilihatnya seorang perempuan sedang berdiri diujung batu yang menjorok keluar sedang menikmati cahaya rembulan, karuan hatinya girang dan kejut pula, sebab ditengah malam buta rata, seorang perempuan berani tinggal sendirian di puncak gunung yang sepi dan di tempat ketinggian yang berbahaya lagi, kecuali bidadari siapa lagi?

Prempuan itu berdiri membelakangi dirinya, perawakan tubuhnya kelihatan ramping langsing, seperti bidadari dari khayangan, karena kedatangannya memang ingin bertemu dengan bidadari, segera ia menghampiri dan menyapa dengan rasa hormat. Begitu perempuan itu membalik tubuh, seketika dia berjingkrak kaget setengah mati. Karena beda dengan bentuk tubuhnya yang elok, raut muka perempuan ternyata begitu jelek, lebih buruk dari wajah setan.

Karena dia yang menyapa lebih dulu, tidak enak tinggal pergi begitu saja maka setelah sekedar basa basi, akhirnya tahu bahwa perempuan itu bernama Oen Kiau. Sejak lahir bentuk mukanya memang sudah teramat buruk maka orang tuanya lantas membuangnya dibawah gunung, untung ketemu oleh seorang sakti, lalu mengasus, membimbing serta mendidikanya sampai besar, orang aneh itu she Oen, dia diangkat menjadi putri angkamya, Oen Kiau adalah asma yang diberikan oleh tokoh aneh yang sakti itu.

Setelah orang aneh itu meninggal belia meninggalkan pelajaran ilmu silat yang amat tinggi dan hebat sekali, tahu bahwa bentuk mukanya yang buruk maka Oen Kiau tidak berani muncul didunia ramai, dia mengasingkan diri di pedalaman gunung nan sepi dan tenang.

Sudah tentu Pekli Put ping tidak tertarik kepada Oen Kiau, namun ia sangat takjub dan mengiri akan kepandaian ilmu silatnya, maka dia berdiam cukup lama dipuncak gunung itu orang mengobrol panjang lebar, sebesar itu Oen Kiau belum pernah berdekatan dengan laki laki muda apa lagi dengan sikap yang mesra pula, sudah tentu mati matian ia mencintai laki laki pujaan hatinya ini. Beginikah akhirnya mereka menjadi suami istri, mereka lebarkan hari hari bahagia itu beberapa bulan lamannya.

Hasrat Pekli Put ping untuk mempelajari berbagai ilmu kepandaian itu teramat besar, dengan tekun ia merangkai semua peninggalan orang aneh itu, alhasil diketemukan olehnya beberapa buku catatan mengenai ilmu silat, Oen Kiau sendiri tidak pandai membaca ia tidak tahu akan rahasia peninggilan ayah angkatnya itu, sebalikanya Pek Put ping seperti memperoleh lotre jutaan besarnya, girang bukan main, namun timbul rasa tamaknya untuk mengangkangi sendiri.

Dengan tekun ia pelajari ilmu ilmu yang tercatat didalam buku peninggalan itu tanpa memberi tahu atau menurunkan pula kepada istrinya. Sampai akhirnya setelah kepandaian silamya jauh melampaui kemampuan istrinya, lama kelamaan ia menjadi sebal dan muak melihat tampang istrinya mesrapun menjadi kasar dan ketus.

Oen Kiau tahu sebab musababnya dan perubahan sikap suaminya itu, semula ia masih berlaku manis diri selalu mengalah saja tapi orang sabar ada batasnya, suatu ketika terjadi perang mulut yang sengit, suami istri berkelahi dan saling serang tidak kenal kasihan lagi, dengan nekad Pekli Put ping melancarkan ilmu ilmunya yang ganas, tujuannya hendak membunuh Oen Kiau. Untunglah orang sakti yang aneh itu sebelumnya meramal bakal terjadi tragedi yang memalukan ini, sebelum ajal dan lumpuh dan semua ilmu peninggalannya yang dipelajari Pekli Put ping, akhirnya Pokli Put ping dibekuk oleh Oen Kiau, namun betapapun hati perempuan rada lemah, apalagi kehidupan suami istri sudah berlangsung sekian lama, maka ia tidak hendak melukai atau menyakiti suaminya, setelah memakinya kalang kabut terus tinggal pergi begitu saja.

Setelah Oen Kiau pergi, pengan ilmu yang dipelajarinya, Pekli Pua ping melakukan perbuatan kotor dan jahat, namun selama ia malang melintang sekian lama menjelajah seluruh dunia tidak pernah menemui seorang lawan yang tangguh, lama kelamaan ia jadi bosan sendiri akan kehidupan Kangouw, setelah puas akhirnya ia kembali ke Sin li hong dan menetap disana melanjutkan pelajaran ilmunya yang masih belum sempurna keseluruhannya.

Buku pelajaran silat peninggalan orang aneh itu terdiri tiga jilid, meski apa yang tercatat didalamnya kurang lengkap dan tidak berurutan, namun setelah dipelajari serta diraba raba lambat laun terjadilah suatu rumus yang dapat dijadikan landasan.

Tay lo sian kip mencatat pelajaran sara menjadi dewa.

Thian mo po lok adalah merupakan inti sari dari kumpulan segala macam ilmu sesat. Sedang Yu Oing hian ki adalah pelajaran cara herlatih mengawasi mayat serta setan yang serba ganjil dan magik.

Ajaran yang tercatat didalam Thian mo po lok dan Yu bing hian king rada gampang dipelajari, rapi bagian Tay lo sian kip lebih su kar diselami.

Setelah mengasingkan diri beberapa tahun memperdalam ilmunya Pekli Put ping menjadi bosan dan kesepian, lalu ia menerima empat murid, yaitu Lim Hiang ting, Cia Ling im Li Sek hong dan Sebun Bu yam, diantara mereka hanya Cia Ling im saja murid laki kaki.

Lim Hiang ting dan Li Sek hong berparas cantik dan berbentuk elok lagi, sebalikanya paras Sebun Bu yam jelek sekali, bahwa Pekli Put ping mau menerima dia sebagai murid mungkin timbul kenangannya terhadap sang istri Oen Kiau.

Diantara keempat murid ini Cia Ling im paling cerdas, berbakat lagi, tapi sifatnya suka ugal ugalan, maka kepandaian yang dipelajari dari Thian mo pok lok pun maju teramat pesat, adalah Sebun Ba yam paling bodoh, terpaksa dia hanya mempelajari ajaran yang ada di Yu bing hian kiang, ilmu rendahan belaka.

Pekli Put ping sendiri belum banyak memahami pelajaran Tay lo sian dip, maka pelajaran yang dia turunkan kepada muridnya hanya terbatas pada Thian mo pok lok dan Yu bing hian kiang saja, karena pelajaran jalan iblis itu mengutamakan kombinasi antara negatif dan positif, maka setiap kali latihan perlu adanya campur baur, begitulah diantara mereka guru dan murid terjadi sesuatu hubungan yang sulit diketahui orang luar, Pekli Put ping tertarik pada Lim Hiang ting, maka Cia Ling im terpaksa gaul dengan Li Sek hong dan Sebun Bu yam, karena itulah Sebun Bu yan sangat setia terhadap Cia Ling im, dan patuh lahir batin.

Sudah tentu tidak pernah timbul hasrat Cia Ling im terhadap Sebun Bu yam, karena ia sudah terpincut pada Lim Hiang ting dan Li Sek hong, tapi Lim Hiang ting adalah idaman gurunya, ia tidak berani menjamahnya, boleh dipandang tidak boleh disentuh, bagi Li Sek hong karena ada tekanan dan perintah sang guru, meski sering latihan bersama, namun hatinnya teramat benci sekali, biasanya ia bersikap adem dan dingin. Demikian juga keadaan Lim Hiang ting, karena perintah dan kehendak sang guru sulit dibangkang ia dipaksa untuk menyerahkan kesuciannya, sudah tentu iapun sangat bermusuhan terhadap Cia Ling im.

Begitulah dalam hubungan yang ruwet diantara kelima murid itu, mereka hidup bersama beberapa lamanya, lambat laun terjadi tiga kelompok didalam kehidupan mereka, Lim Hiang ting dan Li Sek hong satu pihak, Cia Ling im dan Sebun Bu yam pihak kedua, sementara Pekli Put ping merupakan pihak yang lain pula, tapi ia suka memberi angin dan membela kepentingan Cia Ling im, kecuali dilarang menyentuh Lim Kian ting, apapun yang diinginkan tentu disokong, maka Li Sek hong lah yang dijadikan kambing hitamnya, betapa derita hatinnya, tak perlu dikatakan lagi.

Sampai itu Pekli Put ping terus memperdalam Tay lo sian kip, sampai hari tuanya, tiba tiba tumbuh sebuah pikiran aneh dalam benakanya diselaminya bahwa jalan kedewaan tiada harapan ditempuh dengan kekuatan manusia oleh karena itu timbullah hasratnya untuk menghimpun dan mendirikan Liong hwa hwe.

Maka mulailah dia menyebar muridnya dia sendiripun bekerja menarik dan menciduk para tokoh tokoh persilatan diseluruh kolong langit puncak Sin li hong mereka ganti bernama Sian se thian, sebagai tempat tinggal dan tempat pertemuan para orang orang gagah jelasnya sebagai markas besar, setelah berjerit payah setengah tahun, akhirnya Liong hwa hwe berdiri secara resmi, dan saat itupun ia mengadakan pertemuan besar yang pertama.

Pertama kali mereka berhasil mengumpulkan sembilan puluh delapan tokoh tokoh kosen, namun pertemuan kali ini kurang begitu meriah, karena waktunya yang terlalu pendek dan kurang persiapan lagi, lebih banyak orang orang gagah diseluruh dunia ini belum empat ditarik menjadi anggota. Di antara sembilan puluh delapan kosen itu terdiri berbagai golongan dan aliran, kerbau setan serta ular dan malaikat berkumpul bersama, sudah tentu keadaan menjadi kurang serasi dan tidak cocok satu sama lain. Pekli Put ping memempatkan diri di Thian gwat thian sebagai pimpinan dalam dewa diantara dewa, namun ia merasa masih belum puas akan hasilnya ini, maka, kesembilan puluh delapan orang itu di uji dan dipilih, lwekangnya yang hebat dan tinggi ada tujuh belas orang, mereka masuk dalam barisan Siang pang, dia sendiri yang menjadi pimpinan Tingkat kedua adalah Mo pang tanggung jawab pimpinan diserahkan kepada Cia Ling im. Dan yang paling rendah tingkatannya ada empat lima orang yang dimasukkan dalam barisan Kui pang Sebun Bu yam sebagai pimpinan, sementara ketiga pang ini di bawah pengawasan dan petunjukanya pula.

Kesembilan puluh delapan tokoh tokoh kosen itu merupakan tokoh Bu lim yang cukup tinggi kedudukan dan kepandaiannya, namun Pekli Put ping berpendapat tokoh kosen yang betul betul tulrn belum tentu punya nama diluar, dirinya sebagai contoh, maka ia mengeluarkan perintah, lima tahun yang akan datang membuka pertemuan lagi ia tugaskan semua orang mengumpulkan dan menarik sebanyak mungkin kaum cendikia dan kaum persilatan, kalau sejak itu ia membuat aturan aturan dan tara tertib yang ketat dan keras. Pertemuan besar dihadiri sembilan puluh delapan orang, banyak diantaranya mareka hasil kerja berat Cia Ling im dan Sebun Bu yam menarikanya menjadi anggaota, malah tidak sedikit yang datang sendiri tanpa diundang. Sementara kaum lurus karena terdesak oleh keadaan ancaman terpaksa terjun dalam kanca organisasi yang tak benar ini. Tapi Cia Ling im merasa punya sandaran yang cukup kuat tindak tandukanya semakin berani dan mengembangluaskan kekuasaannya, lambat laun ia pun berani menentang atau tak mau dengar semua perintah Pekli Put ping lagi.

Lim Hiang ting dan Li Sek hongpun menyadari situasi yang gawat ini, kalau mereka tinggal diam dan tidak mencari bala bantuan, tentu kelak mereka terdesak dan disudutkan oleh Cia Ling im, maka merekapun giat menarik dan mengumpulkan anggota. Memang jerih payah mereka tidak sia sia, beruntun mereka berhasil mencari beberapa tokoh kosen, yang lama mengasingkan diri, umpamanya Sian yu ti ouw, Ban li bu in, It lun bing gwat dan lain lain.

Sudah tentu Cia Ling impun tidak berpeluk tangan, demi menyebar luas kekuasaan dan wibawanya, tanpa mengenal tata dan menggunakan segala pengorbanan dia menarik entah secara suka rela atau paksa kamrat kamratnya, beruntung usahanya tidak sia sia, iapun berhasil memperoleh bantuan yang cukup tangguh pula, umpamanya Thian mo kun Ki Thian ting dan lain sebagainya….”

Pada hari tuanya Pekli Put ping menerima murid perempuan lagi, itulah Liu Ih yu adanya waktu masuk perguruan ia baru berusia empat belas tahun, terhadap murid kecilnya ini Pekli Put ping termasuk teramat sayang dan memanjakannya, malah dianggapnya sebagai putri sendiri, dalam tempo yang pendek kira kira dua tahun, dengan segala jerih payah sendiri, ia gembleng gadis kecil ini, karena usianya masih kecil, banyak ilmu yang tertera didalam Thian mo pok lok, dimana ilmu yang harus dilatih secara gabungan antara pria dan wanita tidak diturunkan kepadanya, paling hanya diajarkan ilmu yang memperkuat kondisi badan dan ilmu bagian luar yang cukup lihay, oleh karena itu sampai detik ini Liu Ih yu masih gadis suci bersih .

Sementara itu Pak Put ping sudah sedikit demi sedikit menyelami pelajaran Tay lo sian kip, waktu dan perangainya banyak berubah timbul hasratnya meninggalkan jalan iblis yang sesat ini. Tapi karena ajaran iblis sudah mendalam daging dalam tubuhnya, apalagi antara jalan dewa dan iblis itu sendiri saling bertentangan, latih punya latih akibatnya ia tersesat dalam latihan, bagian bawah badannya menjadi lumpuh.

Setelah latihannya tersesat dan menjadi cacad itulah baru dia menyadari bahwa akibat hakikatnya jalan iblis itu tidak mungkin bisa ditempuh dengan sempurna, diinsyafinya pula Cia Ling im kini tidak bisa dipercaya lagi karena kesesatan ilmunya itu. Sayang sekali ia sadar dan bertobat setelah terlambat, tak mungkin lolos dari belenggu kesesatan yang dilandasi oleh nafsu nafsu iblis itu. Oleh karena itu dalam taraf terakhir ia lebih giat menciptakan Tay lo jit kiam yang khusus menundukan Sian to su sek kebanggaan Cia Ling im, Li Sek hong Liu Ih yu bertiga dan tak lupa ia serahkan Cu sian ling kepada Lim Kiang ting.

Kuatir Cia Ling im tidak terima patuh ia berlaku nekad meski jiwa sendiri akhirnya sulit dipertahankan, dia tunjukan kehebatan Pek hong kiam. Sebetulnya jerih payahnya ini merupakan tipuan belaka, karena kejadian itu melulu mengandal kekuatan tenaga dalamnya untuk mengelabui semua orang. Memang Cia Ling im kena digertak dan diapusi mentah mentah, namun dia sendiri mampus tak lama kemudian karena kehabisan tenaga.

Setelah mendengar kisah panjang lebar ini, sekian lama Koan San gwat duduk terlongong, betapapun ia sudah paham asal usul dan seluk beluk Liong hwa hwe tapi asal mula terbentukanya organisasi liar yang mengandung kekuatan besar ini betul betul aneh dan sulit dipercaya….

Setelah termenung sekian lama, akhirnya Koan San gwat bertanya: “Go hay ci hang menyebut Pekli Put ping Ciangwe sebagai Hoat hoa Sing cia…”

“Itu nama gelar luhi sudah dalam Liong hwa hwe,” sahut Li Sek hong. “Untuk seraresahan dengan nama organisasi, setiap anggota dalam Liong hw hwe diharuskan mengganti nama aslinya dengan gelar atau julukan, dilarang keras menggunakan nama aslinya, yang melangsir hukumannya amat berat……”

“Oleh karena itu guruku lantas dinamakan Ui Sianjin.”

Li Sek hong manggut. Tanya Koan San gwat pula “Lalu bagaimana dengan Oen lo ciánpwe ?”

“Entah selanjutnya beliau tidak pernah muncul lagi, dihitung usianya mungkin sekarang sudah hampir seratus tahun, kemungkinan besar beliau sudah wafat “

Koan San gwat merasa kasihan pada pengalaman Oen Kiau yang menyedihkan itu, di saat kemudian dia berkata pula “Bagaimana Hoe hoa Seng cia menyelesaikan ketiga jilid Pit kip itu ?”

Li Sek hong menjelaskan: “Yu bing cin king dan Thian mo pok lok masih ada, tetapi ilmu yang tertera didalamnya sudah kami pelajari semua, tak ada manfaatnya lagi, sedang Tay lo sian kip sudah dibakar oleh Suhu.”

“Bagus sekali, kalau buku itu sampai terjatuh ditangan Cia Ling im dunia akan geger diobrak abrik olehnya.”

“Tapi kalau jatuh ketangan kami, bukankah dapat mengekang dan menundukkan dia?” sanggah Li Sek hong. “Tay lo itu hanya namanya saja sebagai dewa bukan mustahil merupakan ilmu sesat pula, bagi yang mempelajarinya bakal tersesat.”

Bercekat hati Li Sek hong, tanyanya “Darimana kau tahu?”

Berpikir sebentar barulah Koan San gwat menjawab “Secara tiba tiba timbul keinginan Pekli canpwe untuk mendirikan Liong hwa hwe kuduga ia mendapat ilham dari Tay lo sian kip itu, karena kedua buku setan dan iblis itu tak mungkin mencatat hal hal macam ini!”

“Uraianmu memang tidak salah, setelah Subhu memperdalam Tay lo sian kip itu baru timbul pikiran anehnya itu.”

Koan San gwat tertawa tawa tanyanya “Cara bagaimana pula guruku menjadi anggota…..?

“Ui ho adalah undangan Toa suci, bagaimana kejadannya kami tidak tahu. Dua puluh tahun yang lalu Liong hwa hwe dibuka untuk kedua kalinya jauh lebih ramai, tokoh tokoh kosen berkumpul jadi satu, tatkala itu kami bertiga sudah naik pangkat sebagai dewa diantara dewa, sementara Cia Ling im sebagai iblis diantara iblis, pimpinan barisan Mo pang adalah Thian ki mo kun, Sebun Bu yam sebagai ketua setan diantara setan, dan kami jarang mengurus tugas dalam organisasi dari para tokoh yang tercantum dalam Hong sin pang dipilih pula empat Hwe cu, Yi ho adalah salah satu diantaranya, bernama Sian yu it ouw dia termasuk dalam barisan Sian pang dan dua orang yang lain adalah Se gak mo sin dan Pak hong kui si…”

Koan San gwat manggut, ujarnya “Kedua orang inipun pernah kulihat!”

Li Sek hong menjelaskan lebih bnjut : “Semula mereka adalah pimpinan dari berbagai Pang itu, dinaikkan pangkatnya menjadi Hwe cu, oleh karena itu pimpinan Sian pang terjatuh pada Go hay ci hang, begitu pula pimpinan Mo pang dijabat oleh Thian ki mo kun, sementara Kui pang di pimpin oleh Im hong kui si. Jumlah anggota Sian pang ada tiga puluh enam, Mo pang tujuh puluh dua, paling banyak Kui pang harus lengkap seratus orang, boleh dikata merupakan wadah dari kumpulan tokoh tokoh silat yang amat besar.”

“Cara bagaimana pula memilih nama nama yang dicantumkan pada tiap tiap barisan itu ?”

“Semula ditentukan oleh kepandaian silat masing masing, tapi tidak semua dilaksanakan dalam cara yang sama, ada kalanya seseorang yang berkepandaian tinggi, tapi dia rela menempatkan dirinya dibarisan kedua, umpamanya Thian ki moi kun…”

“Aku malah paham akan maksud tujuannya, kalau berada dalam urutan Sian pang paling dia terhitung kelam dua, kalau menempatkan diri di Mo pang, maka dia dapat malang melintang main kuasa!”

“Itu hanya salah satu sebab saja,” ujar Li Sek hong, “Yang penting karena tunduk pada Cia Ling im. Melihat pertemuan Liong hwa hwe kedua Toa suci dapat mengudang tokoh tokoh silat tingkat tinggi, dibanding kekuatannya tidak lebih asor dari dirinya maka dia meneggakkan banyak aturan dan undang undang, kekuasaan dari pertemuan besar ia serahkan pada Mo pang meski kedudukan orang orang dari barisan, Sian pang cukup tinggi, namun hanya bernama kosong begini adalah salah satu perbutan sewenang wenangnya setelah pegang kekuasaan, karena Thian ki mo kun adalah tangan kanannya yang paling setia!”

“Kenapa Lim siancu diam saja?”

“Begitu juga pikiranmu,” Li Sek hong kertak gigi, “Semula akupun tidak paham kenapa Toa suci diam saja mengumbar segala perbuatannya yang keluar batas, baru sekarang aku paham, meski waktu itu ia memegang Pek hong kiam, tapi ia tidak kuasa menundukkan Cia Ling im terpaksa ia tinggal diam tidak tahu menahu!” Sampai sekarang baru Koan San gwat paham seluruh seluk beluk Liong hwa hwe, segala rahasia dan kecurigaan hatinya gusar sirna, cuma masih ada persoalan yang mengganjel dalam hatinya, yaitu hubungan antara gurunya dengan Lim Hiang ing.

Li Sek hong mengerti akan ksangsiaannya ini, sambil menghela napas ia berkata : Liong hwa hwe pada waktu itu betul betul merupakan pertemuan besar amat meriah, Ui ho siangjin dapat mengalahkan beberapa lawan lawannya, hanya dia saja yang mampu bertahan dari rangsakan Liu thing sam ki tanpa cidera.”

“Apa yang dinamakan Lu thing sam ki itu?” tanya Koan San gwat,

“Ujian ilmu silat, Lui thing pertama adalah menerima sergapan kedua burung bangau dari tengah udara, kedua burung itu sudah terlatih, baik kekuatannya luar biasa

….”

Li Sek hong mengunjuk rasa heran dan percaya. Cepat Liu Ih yu menyela “Memang dia pernah menghadapi rangsakan bersama dari Toa pek dan Ji pek, tapi lebih asor dibanding Ui ho, telapak tangannya tercakar bolong, untung aku tiba tepat pada waktunya memberi obat pemunahya kalau tidak sejak tadi jiwanya sudah melayang”

“Kau tahu apa?” dengan Li Sek hong dengan sikap serius, “Untuk menghadapi Cia Ling im selama dua puluh tahun mendatang Toa suci sudah berjerih payah mendidik dan mengasuhnya, kemauan Toa suci membubuhi racun Poh Pang san di kedua cakar masing masing tujuan untuk melenyapkan beberapa begundal Cia Ling im. Koan lote bisa melawan sekali sergapannya terbukti bahwa lwekangnya unggul dibanding Ui ho dulu.

Koan San gwat merasa kikuk, cepat ia menyela, “Harap tanya apa pula kedua ujian yang lain?” “Yang lain menghadapi Siu lo it kiam Sek Cia Ling im dan Tay lo it kiam sek Toasuci. Kedua ujian terakhir ini kukira paling sulit dihadapi!”

“Sudah tentu Meski keempat Hwe cu dapat menghadapi ketiga ujian itu, hanya Ui ho seorang yang dapat lulus dengan gemilang, oleh karena itu bukan saja dia memperoleh kedudukan istimewa dalam Liong hwa hwe, diapun sudah mencuri sanubari Toa Suci!”

Terbayang betapa gagah dan perwiranya sepak terjang gurunya dulu, tak urung Koan San gwat merasa bangga dan senang, namun sampai disini Li Sek hong lantas bungkam tidak mau bicara lagi, setelah menunggu sekian saat, terpaksa Koan San gwat bertanya : “Bagaimana keadaan selanjutnya?”

“Mengadu kepandaian serta mengatur tingkat, setelah berkumpul satu hari satu malam hari kedua semua orang bubar, sebetulnya semua orang setuju setiap lima tahun kumpul satu kali, cuma Ui ho Siangjin seorang yang tidak setuju, dia mengusulkan supaya dua puluh tahun sekali berkumpul, Toa suci menyokong usulnya ini, maka akhirnya diputuskan hari inilah sebetulnya pertemuan yang ketiga.”

Koan San gwat kurang paham, tanyanya “Kalau begitu, sebetulnya Liong hwa hwe tiada sesuatu rahasia yang harus disembunyikan mengapa terhadap luar berlaku begitu misterius ?”

“Itulah salah satu tipu daya Cia Ling im yang culas, demi mengekang barisan yang lain maka sengaja ia membuat tata tertib yang keras, karena kekuasanan tangan Thian ki mo kun, terhadap sesama kawan dalam satu barisan suka memberi kelonggaran, tapi cukup berat. Coba pikir dalam jangka waktu yang sedemikian panjang bukan mustahil banyak mulut usil yang bakal membocorkan rahasia….” “Anggota Liong hwa hwe tersebar luas dimana mana, siapa yang punya kemampuan begitu besar dapat mengawasi mereka satu persatu….”

“Thian ki mo kun sering berkeliling ke mana mana mata kupingnya tersebar luas pula setiap gerak gerik dan jejak para anggota tiada yang lepas dari genggaman tangannya, hanya beberapa orang terbatas saja yang bebas dari pengawasannya. Sudah tentu gurumu adalah salah satu diantaranya.”

“Tapi guruku belum pernah membocorkan hal itu kepadaku!”

“Tindak randuk Ui ho memang sangat cermat dan teliti, tapi ia sudah mengatur sempurna bagi kau, ada maksud kau menjadi anggota untuk menggantikan kedudukan dan jabatannya, mungkin tidak terpikir bahwa urusan berubah begini cepat….”

Koan San gwat melengak, kata Li Sek hong pula tertawa “Untuk tahu lebih jelas silahkan tanya kepada Go hay ci hang, hubungan gurumu amat kental dengan dia. Hal ini aku dengar dari bisikan Toa suci.”

Koan San gwat menjublek, hatinya sedang menerawang dan mencari putusan, dia tahu pesan apa saja yang tertera didalam surat peninggalan Lim Hiang ting, tapi sulit ia mencari alasan untuk menanyakan hal ini.

Sementam didengarnya Li Sek hong bertanya: “Sekarang apa pula yang ingin kau ketahui?”

“Aku ingin tahu bagaimana Hiang ting Siancu menarik guruku sebagai anggota? “

“Hal itu aku kurang jelas, setiap orang menggunakan caranya sendiri, kebanyakan digunakan kepandaian silatnya menundukkan atau membujuk pihak lawan, lalu menarikanya menjadi anggota, tapi ada pula yang mengggunakan cara lain umpamanya cara aku menarik Hiai Lo Sat, Pek kut sin mo dan lain lainnya…”

“Jadi Sian cu yang menarik mereka jadi anggota ?” “Benar, bagaimana kau kenal mereka?”

“Aku pernah mewakili mereka melabrak Ouw hay ih siu tua bangka keparat itu.”

“Kalau begitu tentu kau sudah tahu sebab musabab mereka masuk jadi anggota? “

“Aku tidak tahu, yang jelas permusuhan mereka teramat mendalam”

“Itupun mungkin, selamanya mereka merahasiakan asal mula permusuhan itu, tapi kau pernah bergebrak dengan Pok Sian cun, paling tidak sudah paham akan cacad itu!”

“Ya, tapi aku belum mengerti, aku hanya merasa kepandaian Pok Sian cun merupakan suatu aliran sesat yang aneh, kebutuhan hari itu aku baru saja minum semacam obat penenang, maka sedikitpun aku tak terpengaruh.”

“Lumayan juga bagi kau,” ujar Li Sek hong, “Ilmu silat Pok Sian cun sebetulnya tidak tinggi, namun dia bisa masuk barisan Sian pang, karena dia punya keistimewaan. Pertama dia tidak gampang dilukai atau dibunuh orang. Kedua silatnya mengandung kekuatan yang dapat mengelabui dan seperti menyedot sukma lawannya. Waktu muda dia kepincut pada Lok Heng kun dan adikanya, tapi kedua kakak beradik itu memandang rendah dirinya setelah berkelahi kedua orang ini dibikin oleh maunya yang sesat itu seperti terbius secara tidak sadar kedua kakak beradik ini membuka seluruh pakaian sendiri sampai telanjang bulat, baru saja Pok Sian cun bemaksud menodai kesucian mereka, kebetulan Coh san si Lu Ju yang dan Suhengnya lewat di tempat kejadina kedua Suhengte ini segera melabrak Pok Sian cun mengusirnya pergi, karena pertolongan ini maka Lok Heng kun menikah dengan Si yok hong, sedang Lok Sian kun menikah dengan Li Ju yang, sejak mana kedua keluarga ini mengikat permusuhan yang lebih mendalam dengan Pok Siang cun. Pok Sian cun masuk Liong hwa hwe wajib tolong menolong soal dendam kesumat dan permusuhan pribadi boleh diselesaikan disaat pertemuan besar seluruh anggota. Ilmu silat mereka bertiga rada rendah, terpaksa hanya masuk dalam setan Mo pang, untuk membalas dendam terbuka harus minta bantuan orang, mereka jadi anggota tujuannya memang ingin minta bantuan.”

Tambah pula sedikit pengertian Koan San gwat mengenai latar belakang yang rumit ini.

Terdengar Li Sek hong menghela napas : “Bahwasanya seluruh anggota Liong hwa hwe yang berjumlah seratus lebih itu. kalau tidak tanam budi tentu saling bermusuhan, maka sewajarnya terjadi dua kelompok yang saling bertentangan, karena terkekang oleh aturan aturan dalam perkumpulan sehingga sulit mereka menyelesaikan urusan pribadi.

Pertemuan besar hari ini kalau benar benar terjadi pasti akan banyak tontonan yang ramai, Cia Ling im sudah membawa seluruh kamrat kamratnya, maka perbedaan keda kelompok yang saling berhadapan ini lebih jelas lagi….”

Koan San gwat tidak ingin tahu budi atau dendam orang lain, maka ia hanya bertanya “Bagaimana pula hubungan antara guruku dengan Lim siancu?”

Li Sek hong berpikir sebentar lalu menjelaskan: “Ui ho menerima undangan Toa suci, ia tinggal diatas gunung sekian lamanya, setiap hari bergaul erat dan hubunganpun semakin intim keadaan ini diperhatikan Ca Ling im sudah tentu ia merasa jelas, karena sejak lama dia sudah menaruh hati pada Toa suci, dulu karena masih ada suhu, setelah beliau wafat ia menyangka sikap Toa suci bakal berubah terhadapnya, tak nyana muncullah Ui ho yang menjadi penentang utamanya karuan rasa cemburu membakar hatinya, tapi ia masih takut akan kelihatan Pek hong kiam ditangan Toa suci, maka ia gunakan cara lain untuk merusak hubungan mesra mereka. Dia buka rahasia pribadi Toa suci yang dulu sudah pernah dinodai oleh guru sendiri kepada kepada Ui ho!”

Sek hong manggut manggut, ujarnya “Gagal yang pertama Cia Ling im menggunakan akal nya kedua, kali ini jauh lebih keji secara kekerasan ia putuskan hubungan intim mereka.”

“Tipu daya keji apa?”

Merah muka Li Sek hong, sesaat ia berdiam diri baru pelan pelan melanjutkan : “Dalam mengatur tipu daya ini akupun tersangkut, malah aku sendirilah yañg melaksankan.”

Koan San gwat menatapnya tajam, tapi sikap Li Sék hong sudah wajar, katanya “Tidak usah malu kau tertawakan, terus terang sebetulnya ákupun jatuh hari kepada gurumu sebab laki laki macam dia memang jarang ada dan sulit diketemukan, tapi karena dia berhubungan intim dengan Toa suci, sehingga aku harus menyembunyikan perasaan hatiku, tapi bisikan hatiku ini tidak dapat mengelabui mata Cia Ling im, maka dia menggunakan tak tik kelemahanku ini….”

Biji mata Koan San gwat membelak semakin besar.

Tak tertahan Liu Ih yu menimbrung: “Suci! Apa kau harus membeber rahasia itu?”

“Ya” sahut Lì Sek hong manggut manggut “Aku harus mencurahkan ganjalan hatiku selama ini, apalagi peristiwa memalukan itu sudah lama mencekam sanubariku, sehingga aku merasa bersalah terhadap Toa suci, meskipun dia memaafkan aku, namun ku tak bisa memaafkan diriku sendiri….”

Malam terang bulan, puncak Sin li hong di tabur cahaya nan redup, di mana sedang berkumpul lima orang makan riang gembira.

Lim Hiang ting elok rupawan laksana bidadari, Li Sek hong cantik molek seperti kuntum kembang yang baru mekar, sementata Liu Ih yu seperti seekor burung yang lincah dan senang mengoceh, suara tawa dan senda gurau kumandang dalam perjamuan yang meriah ini, Cia Ling im juga bicara dan senda gurau secara bebas tiada ikatan atau janggalan, Tokko Bing adalah seorang gagah dan kereng. Pertamuan yang dihadiri orang orang penting Liong hwa hwe.

Cia Ling im menuang setengah cangkir arakanya seraya berkata “Sinar rembulan nan cemerlang laksana mencuci bersih alam semesta, minum arak riang gembira, benar benar merupakan kejadian yang paling menggirangkan hatiu, untunglah Ba yan tahu diri tidak keadaan yang semarak ini akan menjadi janggal karena keburukannya itu.”

Toko Bing tersenyum lirih, katanya, “Cia heng sebenarnya tidak boleh kau berkata demikian, bukankah dia begitu baik terhadap kau !”

“Itu persoalan lain, dalam perjamuan semarak ini tanpa dia hadir lebih baik, diantara kami berlima dapat dikisahkan dalam sair dan dilukis pula, kalau terdapat muka buruknya itu, bukankah menghilangkan selera belaka…”

“Suheng!” tak tahan Liu Ih yu ikut bicara “Omonganmu tidak adil bagi Sebun suci”

“Buruk ya buruk, memang aku harus membangkang kenyataan dan mengatakan cantik. Suhu mengganti namanya menjadi Bu yam (tanpa garam), beliaulah orang pertama yang berlaku tidak adil, kenapa kau cuma salahkan aku saja?”

Li Sek hong mendengus hidung, selanya : “Begitu merasuk perhatiannya terhadap kau sikapnya ternyata kasar terhadapnya, apa kau tidak kuantir dia bersedih mendengarkan ucapanmu ?”

“Kalau dia sedih karena kukatakan dia jelek, berarti dia lebih tidak tahu diri, aku boleh berterima kasih akan perhatiannya itu, ia tidak bisa mengatakan buruk menjadi cantik….” Tergerak hati Lim Hing ting, “Kemana Bu yam sumoy?” “Siapa tahu? Mungkin turun gunung, sudahlah jangan

perdulikan dia….”

Tengah mereka bicara tiba tiba didengarnya suara pekik burung bangau, pekikanya seperti gugup dan gelisah jelas dia sedang menghadapi bahaya, serempak semua orang pasang kuping mendengarkan kata Cia Ling im: “Suaranya kedengaran dari kamar latihan siapa yang berani naik keatas Bu yam….”

“Untuk apa dia kekamar latihan?” tanya Lim Hiang ting. “Itu kurang jelas,” sahut Cia Ling im “Mungkin ingin melihat

lihat Pek hon kiam itu…..”

Seketika berubah air muka Lim Hiang ting sebat sekali tubuhnya mendadak melejit terus berlari kearah datangnya suara.

Cepat Cia Ling im berkata : “Kalau be Bu yam adanya, terpaksa aku harus mengulangi perbuatannya, supaya dia tidak bentrok dengan Hiang ting suci!” habis berkata bergegas iapun tinggal pergi.

Li Ih yu adalah gadis kecil yang suka melihat keramaian, cepat iapun berseru, “Aku ikut kesana!”

Li Sek hong segera menarikanya, sahutnya: “Ui ho! Kamar latihan Suci merupakan tempat terlarang, meski hubunganmu kental tapi rasanya kurang pantas kau kesana, dan lagi urusan kami antara saudara seperguruan, kau kesanapun tak bisa turut campur!”

Terpaksa Tokko bing duduk kembali.

Li Sek hong berkata sambil tertawa “Jangan pedulikan mereka mari kita minum sepuasnya.”

Beruntun mereka menghabiskan beberapa cawan, perasaan Tokko Bing makin tidak tentrem. Li Sek hong lantas melirikanya katanya : “Apa kau kuatir akan keselamaran Toa suci?”

Merah muka Tokko Bing, sahutnya: “Siapa bilang…” “Kalau begitu kenapa tingkah lakumu begitu linglung, mari

tenggak lagi secawan besar ini, selamanya aku belum pernah senang seperti hari ini! Ui ho! Apa kau sudi mengiringi aku minum secawan besar ini?”

Tokko Bing tidak tahu kenapa dia menjadi begitu riang, namun tiada alasan menolak terpaksa ia mengerutkan kening, katanya sambil menuding saji perjamuan : “Bukan tidak rela, soalnya tiada cawan besar di sini!”

“Apa kau minum, tentu aku bisa mencari akal!” sembari berkata telapak tangannya membabat miring kedepan, kontan dua poci arak yang bundar buntak cakup itu terpapas persis diperutnya sepeti diiris senjata tajam layakanya, lalu ia ulur sebelah tangan yang lain memencet mulut poci sehingga cawan besar, dalam bekas poci arak ini masih ada sisa setengah cawan arak, sambil mengulum senyum aneh Li Sek hong mengangsurkan satu diantaranya kepada Tokko Bing, katanya “Sayang bersua agak lamban, senang dapat minum bersama?”

Tokko Bing melengak heran, katanya : “Sian cu! Apa maksud ucapanmu?”

“Itulah perasaan hatiku” ujar Li Sek hong tertawa getir, “Mungkin sulit dicari orang kedua seperti kau, tapi sayang kau sudah terpilih oleh Toa suci lalu ada apa lagi yang perlu kaucapkan?”

Bukan pertama kali Tokko Bing menghadapi pandangan Li Sek hong yang membawa perih mengandung kamesraan, tapi tak ia sangka secara berhadapan ia berani melimpahkan isi hatinya, sesaat lamanya ia melenggong tak tahu bagaimana harus menjawab. Li Sek hong tertawa tawar, ujarnya : “Ui ho, legakan hatimu, kecuali secawan arak ini, tanda sesuatu permintaanku yang lain terhadap kau! Silakan habisi arak ini untuk selanjutnya kita hidup dalam arah masing masing.”

Suaranya begitu sedih memilukan, Tokko Bing jadi iba dan tak tahan lagi, sekali raih ia angkat cawan terus ditenggakanya habis, Li Sek hong juga mengadah kepala, sekaligus ia habiskan sisa arakanya, lalu membanting cawan arak itu hancur berantakan diatas lantai.

Dengan gaya yang mempersona ia duduk gemelai, pelan pelan satu persatu mulai membuka pakaiannya selama ini Tokko Bing menatap dengan mata terbelak. Li Sek hong membuka baju luar lalu digelar diatas lantai kiranya bagian dalamnya ia sedikitpun tidak mengenakan pakaian, pelan pelan ia merebahkan diri, sepasang matanya memancarkan cahaya hawa nafsu tenggorokannya berbunyi, genit katanya “Aku letih, tapi hatiku panas sekali, aku hendak tiduran disini, Ui ho! Apakah kau tidak merasa gerah?”

Mendengar kata katanya ini, Tokko Bing segera merasa seluruh badanya seperti dibakar, keringat seperti air hujan membasahi selurh badan.

“Menepuk sisinya yang kosong Li sek hong berkata: “Ayolah jangan lambat lambat lagi! Temani aku tiduran disini, rasanya cukup nyanan dan silir…”

Tanpa sangsi sedikitpun bergegas Tokko Bing mencopoti seluruh pakaiannya, terus rebah disampingnya, Kejap lain dua badan yang hangat membara, dua hati yang terbakar, saling peluk dengan mesranya…

Entah berapa lama berselang, disaat pikiran menjadi jernih, setelah dari impian sorga dunia, beberapa orang sudah berdiri disekeliling mereka. Maka Cia Lim im dan Sebun Bu yan mengulum senyum sinis aneh sebaliknya sikap Lim Hiang ting tenang dan wajar, Cuma Lau Ih yu yang menjerit malu dan kaget.

“Sumoay !” ujar Cia Ling Im seraya menyeringai dingin, “Kuhaturkan selamat kepada kau, hati nan rindu ini sudah tercapai…”

Li Sek Hong terlolong tak bersuara, pelan pelan ia mengenakan pakaiannya.

Sebaliknya Tokko Bing tersipu sipu mengenakan pakaiannya, lalu ia menjura kepada Lim Hiang ting katanya: “Maafkan! Hiang ting….”

Lim Hiang ting mengulapkan tangan, katanya, “Tak apa apa! kejadian yang sudah kuduga sebelumnya, kau tidak perlu salahkan dirimu sendiri siapa yang kuat bertahan dibawah pengaruh obat bius yang keras itu….”

Tokko Bing menghela napas, katanya mendelu “Betapapun karena aku tidak becus, kalau tidak mana bisa terjadi… ai!

Apapun tidak usah dibicarakan lagi, aka harus segera pergi! Kelak bicara lebih lanjut!”

Berubah air muka Lim Hiang ting, katanya. “Kau tidak perlu tergesa gesa. Aku tidak ambil parhatian kejadian ini, secara kebesaran jiwa dan kelapangan dadamu pernah kau memaafkan aku, bahwa kejadian lalu karena terpaksa bukankah keadaanmu sekarang juga demikian! Hatiku malah senang karena terjadi peristiwa ini, diantara kita bukankah jadi berimbang….”

“Tidak! terima kasih, Hiang ting, bagaimana juga aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!”

“Kukuh benar kau ini, baiklah, kalau benar tekadmu hendak pergi terserah, aku pun tidak kuasa menghalangi kau, tapi dapatkah kau kembali lagi?”

Tokko Bing melirik kearah Li Sek hong tanpa bersuara. Lim Hiang ting maklum akan maksud orang, katanya tersenyum : “Baiklah kita batasi sampai dua puluh tahun, kalau dalam jangka panjang ini kau dapat melupakan peristiwa ini, aku akan setia menunggu kedatanganmu kalau tidak terpaksa kita bertemu pula pada pertemuan besar yang akan datang.”

Setelah berpikir Tokko Bing berkata. “Aku akan berlatih mengatasi ikatan mati ini kapan aku dapat memaafkan, sesaat itulah aku akan datang, atau pada pertemuan besar yang akan datang aku akan mengutus wakilku kemari, sebab mungkin saat itu aku sudah tidak didunia fana ini…” habis berkata segera ia melayang pergi.

“Tujuh bulas tahun sudah berlalu sejak peristiwa itu, kira kira tiga tahun yang lalu baru dia kembali ketempat ini, tatkala itu ia sudah berobah, perawakkannya tidak segagah dan seganteng waktu mudanya dulu, tekad dan watakanya jauh lebih keras dan tegas agakanya tidak sia sia Toa suci menunggu dia akhirnya mereka merangkap jodoh yang setimpal…..” demikian Li Sek hong mengakhiri ceritanya.

Koan San gwat terlongong sesaat, lalu katanya “Cerita Sian cu cukup jelas, tapi aku masih kurang paham, dalam kejadian ini agaknya tiada persoalan yang menyangkut Cia Ling im bukan?”

“Ketahuilah Cía Ling im dapat menyelami rasa rindu sepihakku terhadap Ui ho, maka ia mengatur tipu daya ini bersamaku, perjamuan hari itu dia yang mengandalkan obat bius yang digunakan itu adalah Hiang bong sim un san yang keras sekali daya kerjanya, dulu kami pun ternoda karena obatbius ini, tapi menghadapi kecerdikan dan ketelitian Ui ho, sengaja ia mengatur rencana dengan sempurnanya, maka arak itu tidak menunjukkan kegajanjilan apa apa, Toa suci sendiripun diketahui. Poci ku kupapas jadi dua dan buat minum sehingga obatbius itu seketika terbuat dalam arak Sebun Bu yam pura pura membuat onar di kamar latihan, dikala Toa suci memburu ke sana ternyata dia memang sedang menggoda sepasang bangau itu, waktu Toa suci tiba dia merasa dirugikan dan tersinggung lalu merengek kepada suci, maka aku berkesempatan melaksanakan tipu dayaku… aku memang ceroboh dan terbawa nafsu, begitu mudah aku dipedaya……”

“Apa betul Lim sian cu tidak ambil perhatian akan peristiwa ini?”

“Toa suci seorang yang berpandangan luas dan berjiwa besar, iapun maklum akan lihaynya, obatbius itu, sudah tentu dia tidak bisa mengalahkan Ui ho, tapi Ui ho adalah seorang yang jujur dan paling tinggi menjaga gengsi, betapapun ia tidak akan bisa memaafkan diri sendiri. Cia Ling im sudah meraba titik kelemahannya ini, tujuannya adalah mendesak dan mengusir Ui ho, aku sendiri itu memang diapusi olehnya, kukira apa yang kulakukan bakal memperoleh sedikit bagian cinta Tokko Bing kepadaku, namun begitu Ui ho pergi, aku menyesalpun sudah kasep …”

“Selama tujuh belas tahun guruku pergi, bagaimana sikap Cia Ling im terhadap Lim Sian cu ?”

Li Sek hong berkata dengan penuh kedongkolan: “Sudah tentu ia berusaha mengambil hati Toa suci, namun Toa suci sudah dapat meraba akal bulusnya yang licik itu, dengan setia dan penuh kepercayaan ia menunggu kedatangan Ui ho, demikian juga aku teramat benci kepadanya, sejak kejadian itu aku tidak hiraunan dia lagi, akhirnya jerih payah Toa suci ternyata tidak sia sia, aku….. malah menelan pil pahit.”

Koan San gwat menghela napas, ujarnya “Harap Hian cu tidak salah paham akan sikap guruku selama berapa lama itu beliau pun hidup dalam penderitaan, menyembunyikan diri ditengah gurun pasir, tutup pintu mereres diri, apa yang kulakukan bakal memperoleh sedikit hati, mungkin diapun menyesali perbuatannya itu merasa bersalah pula terhadap Sian cu…” “Tidak perlu dia merasa bersalah terhadapku, karena akulah yang mengatur tipu daya itu menjebloskan dia, syukur kalau dia tidak membenci aku.”

“Tidak! Suhu hanya kenal kesalahan sendiri selamanya tidak pernah mengomel terhadap orang lain setelah meninggalkan tempat ini, dengan tunggangan untanya ia menjelajah seluruh dunia, dengaja mencari perkara pada sembilan partai besar, tiga keluarga persilatan besar dan tujuh lembah empat belas pedepokan tujuannya supaya kaum persilatan gusar, mengeroyoknya dan membunuhnya. Soalnya pandangan Suhu terlalu tinggi akan gengsi mesti dengan berbagai usaha ia mencari kematian namun ia tidak akan menggunakan cara yang kotor dan tercela, bahwasanya kepandaian silatnya gembong gembong persilatan di Tionggoan memang terlalu rendah, bukan saja tercapai keinginannya beliau nama Bing tho ling cu malah menggetar kan Kengouw !”

Li Sek hong, manggut msnggut ujarnya pelan “Ilmu silat gurumu saat itu tidak perlu dipersoalkan, berapa banyak tokoh tokoh kosen dalam Liong hwa hwe, siapa mampu menandingi dia. Terhitung apa aliran dan golongan besar itu, tiada seorangpun dari mereka yang setimpal menduduki salah satu dari barisan kami…..”

Sambung Koan San gwat: “Setelah jemu menjelajah seluruh Tionggoan, tujuanpun tidak tercapai, guru makin berputus asa, malah beliau menerima aku menjadi murid, beliau ajarkan semua kepandaiannya kepadaku tanpa ketinggalan sedikitpun, mungkin beliau ada maksud mengirim aku sebagai wakil dalam pertemuan besar kali ini, senentara beliau sendiri berkeputusan menghabisi jiwa sendiri untuk menyatakan terima kasih kepada Sian cu berdua, entah bagaimana guru akhirnya sadar dan membatalkan niatnya itu…” Dengan rasa lega Li Sek hong berkata: “Untung akhirnya dia sadar, kalau tidak berapa besar rasa benciku terhadap diriku sendiri, entah bagaimana setelah tujuh belas tahun ini baru dia berhasil membuka ikatan mematikan yang mengganjel sanubarinya itu…”

Sampai disiini mendadak dari luar ada orang menyambung “Karena Lolap turur campur, jauh ribuan li membawa surat darah Hiang ting Sian cu kepadanya, surat itulah yang menyadarkan kepalanya yang sekeras batu itu.” seiring dengan suaranya Go hay hang yang gundul pelontos berjalan masuk.

“Hweshlo tua! “Liu Ih yu menghardik, “Tempat apa ini?

Kenapa kau terobosan masuk kemari?”

Go hay ciheng menyengir, ujarnya : “Liong hwa hwe sudah berantakan, daerah terlarang bagai Thian gwat thian sudah tidak berlaku lagi.”

“Bukankah kau minta waktu dua jam baru datang? “ Liu Ih yu.

“Lolap tidak ingkar janji, tampak sang surya doyong kesebelah barat, pembicaraan yang panjang lebar tanpa terasa sudah menghabiskan waktu dua jam lebih.” Liu Ih yu mengunjuk rasa malu dan jengah, gugup lagi.

Go hay ci hang tertawa, godanya : “Sian cu tidak usah gelisah, kutanggung urasan ini bakal beres…”

Bertaut alis Lin Ih yu, semprotnya : “Ada urusan apa yang aku harus minta bantuanmu?”

“Sudah tentu kenapa harus tanya, hati Sian cu sendiri sudah paham, urusan ini tidak boleh terburu napsu, pertemuan Koan Siheng jangan dibanding keadaan Ui ho dulu, harus di lakukan setapak demi setapak, meleset sedikit bakal menyesal seumur hidup….” Gusar Lin Ih yu, dibuatnya baru saja ia hendak mengumbar adat, cepat Go hay cihang maju kesampingnya, berbisik bisik dipinggir kupingnya, pelan Pelan Lin Ih yu sabar kembali katanya terlongo: “Apa benar! lalu bagaimana aku baikanya?”

“Pelan pelan! pelan! pelan kalau air tiba bendunganpun jadi, kalau lolap sudah berani bertanggung jawab, Sian cu pasti tidak akan kecewa, kini serahkan Koan siheng selama dua hari ini……”

Lin Ih yu melengak, katanya : “Satu dua hari, kenapa begitu lama?”

“Kalau Sian cu sudah pernah melihat sabar peninggalan Lim siancu, seharusnya ku tahu tempo dan hari ini bahwasanya terlalu cepat batasnya….”

Lin Ih yu tidak banyak bicara lagi, tapi Koan San gwat sendiri yang dibuat keheranan.

Go hay tertawa nyengir, katanya “Koan siheng, urusan jangan terlambat, mari ikut Lolap pergi!”

Koan San gwat sangsi, lekas Go hay menambahkan “Kalau Si heng tidak lekas berangkat, semua rencana yang aku atur diluar gunung itu bakal kocar kacir semua, agakanya Siheng terlalu rendah menilai persoalan ini beberapa orang itu mana bisa menunaikan tugas berat ini. Seandainya mereka bentrok dengan gerombobrolan Cia Ling im….”

Berubah air muka Koan San gwat, cepat ia berseru “Ya benar Lo siansu mari lekas berangkat!”

Li Sek hong melengak, tanyanya tidak mengerti “Koan siheng mengatur rencana apa di luar gunung?”

“Kedatangan Koan siheng sudah bertekad gugur bersama, disekirar Bu san sudah tersebar kawan kawannya yang berani mati, bila pada mereka akan melakukan sergapan dengan nekad….” Merah muka Koan San gwat, katanya : “Lo siansu, jangan kelakar, waktu itu aku masih buta terhadap seluk beluk Liong hwa hwe maka timbul angan anganku yaag bodoh itu kini kita harus cepat keluar!”

Baru sekarang Go hay bicara sungguh sungguh : “Ada sebuah jalan rahasia dibelakang gunng, lewat jalan itu bisa menghemat banyak waktu suruh budak kecil ini menunjukkan jalan!”

Ling koh memicingkan mata, godanya “Hweshio tua, kelihatannya kau amat jelas sekali mengenai segala sesuatu Thian gwat thian!”

Go hay ci hang pelototkan matanya, sentakanya pura pura marah : “Hus! genduk cilik! jangan mentang mentang, awas, akan kubeber caramu mencuri daging anjing tempo hari,” seraya menyabitkan kedua kuncir ramburnya cepat ia menerobos keluar lebih dulu.

Liu In yu tertegun, ujarnya “Agakanya Ling koh banyak mengelabui aku!”

“Somoy,” ujar Li Sek hong, “Kita betul betul orang paling bodoh, Toa suci dan Cia Ling im sama sama mengelabui kita.”

“Sian cu berdua tidak usah banyak curiga,” demikian ujar Go hay, “Ada kalanya mengelabui atau ngapusi seseoang itu ada manfaatnya, sekarang Lolap tidak sempat beri keterangan, nanti setelah mengatur beres orang orang disebelah bawah harap kalian berdua suka mencapaikan diri, bila datang waktunya Lolap dan Koan siheng akan menyelesaikan seluruh urusan ini….” lalu sambil menyeret Koan San gwat ia mendahului melangkah keluar, langkah kakinya laksana terbang, sekejap saja sudah menghilang diluar pintu.

Koan San gwat diam saja diseret Hweshio tua ini maju kedepan menerjang gumpalan mega, tampak Ling koh sedang duduk di atas batu yang diselimuti awan mengembang menunggu mereka, begitu mereka mendekat cepat sekali dia melompat kebalik batu sebelah sana terus terjun didalam lautan mega yang tebal.

Go hay menggandeng Koan San gwat ikut melompat batu besar itu, telinganya merasa angin menderu keras, tubuhnya meluncur turun semakin pesat, cepat ia mengempos hawa meringankan tubuh, sehingga daya luncur tubuhnya menjadi enteng dan lambat.

Maka terdengar Go hay ci hang berkata tertawa : “Tidak usah gugup ada setan cerdik itu menyambut kedatangan kita, terbanting ke bawah pun tidak akan luka!”

Tengah mereka berbicara tiba tiba dirasakan kakinya tergetar seperti menyentuh suatu benda yang lunak, kiranya itulah sebuah jalan besar yang terbuat dari tali rotan begitu mereka masuk jala rotan, jala yang besar itut lantas bergerak kesamping dan meluncur cepat menembus lautan mega, tak lama kemudian pandangan menjadi terang benderang.

Ternyata, mereka sudah berada dibawah gunung.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar