Patung Emas Kaki Tunggal Jilid 12

 
Jilid 12

KARUAN LI SEK HONG makin gugup dan gusar, pedang ditangannya mendadak diputar kencang, laksana kepala ular tiba tiba mematuk, cepat laksana kilat Cia Ling im memelintir pedang, pedang menjurus keposisi Tiong king dan sedikit digentak keatas kontan terdengar suara benturan nyaring, pedang di tangan Li Sek hong terpental terbang dari cekalannya, terdengar ia terloroh loroh, serunya : “Kenapa kau begitu tidak becus, masa permainan membacok kayu juga dipamerkan dihadapan seorang ahli…….” gerak pedangnya membuncar, mulutnya menyeringai lebar, ujarnya pula : “Kini tibalah saatnya kau menyerahkan Cu sian ling!” Li Sek hong sudah tidak bersenjata lagi, badannya terancam ujung pedang lawan, namun sikapnya masih begitu tegas dan berani, katanya sambil angkat kepala “Tidak akan kuserahkan! Meski kau bunuh aku juga tidak akan kuserahkan!”

Liu Ih yu dan It ouw sangat gugup, namun mereka tidak berani maju. Sementara ujung pedang Cia Ling im masih mengancam, seringainya makin sadis, desis nya : “Aku tidak perlu harus mendapatkan Cu sian ling itu menurut situasi sekarang, cukup mengandal pedangku ini, aku dapat menguasai Sian pang, menempatkan diri dalam Thian gwat thian…”

Dengan ketus Li Sek hong menukas : “Tanpa memegang Cu sian ling, paling sedikit separuh dari seluruh anggota tidak akan tunduk kepada kau.”

“Itupun tidak sulit! Yang menentang kebijaksinannku, cakup sstu hukuman bagi mereka, mati!”

Li Sek hong tertawa dingin, jengekanya “Dapatkah kau membunh nabi mereka?”

Dengan sombong Cia Ling im menjawab : “Asal aku dapat menguasai separuh diantaranya, tak usah kuatir mereka terbang kelangit.”

“Berani kau berbuat demikian? Meski Toa suci pergi meninggalkan urusan duniawi ini, tapi bila kau bersimaharaja secara kejam, akan datang suatu ketika dia akan meluruk kepada kau…”

Cia Ling im jadi tertegun, agakanya ucapan terakhir ini memang menusuk perasaan hatinya, sejenak ia berdiam diri, akhirnya berteriak dengan murka : “Asal kubunuh kalian, memangnya Cu siang ling tidak menjadi milikku kalau Lim Hiang ting berani datang, dia akan berlutut dihadapan Ci sian ling!” “Tapi kau harus tahu Cu sian ling hanya lambang kekuasaan tertinggi, bila orang tidak mau mematuhi aturan, maka perintah atau undang undang itu tidak akan berguna lagi, sekarang aku sebagai pejabat kekuasaan ini, kau berani beri ku kurang ajar dan mentang mentang terhadap aku Memangnya Lim Hiang ting takut pula menghadapi kau?”

Cia Ling im gelak gelak, ujarnya: “Analisamu salah. Cu sian ling tidak membawa pengaruh bagi diriku, sebalikanya terhadap dia yang sangat patuh itu, kau tahu ia paling benci terhadp aku, tapi karena terkekang oleh undang unding Cu sian liang kenapa, selanjut nya dia tidak akan tunduk pula….”

“Orang rendah hina dina, entah begaimana Suhu angkat kau sebagai muridnya.” demi kian maki Li Sek hong gusar.

Sikap Cia Ling im semakin pongah dan sombong, ujarnya sambil terkekeh kekeh “Ucapanmu salah dan lebih payah lagi. Ketahuilah bahwasanya guru kita sebenarnya seorang sontoloyo, manusia keparat, kalau tidak tak mungkin mendirikan perkumpulan sesat macam Liong hwa hwe ini, mendirikan undang undang dan aturan aturan tengik, yang lebih celaka dia suruh kalian mempelajari kepandaian hitam yang makin menjerumuskan nurani dan nalar manusia sehat…. sebenarnyalah dia ialah kakek moyang dari iblis durjana, setelah tiba hari tuanya entah bagaimana jalan pikirannya, ia berangan angan gila ingin menetapkan dirinya dalam kehidupan dasata, kuat nya dia Cau hwe jip mo dan modar. Meski ia serahkan Cu sian ling kepada Lim Hiang ting sebagai pegang kekuasaan, tapi ia menentukan sipaya Sian, Mo dan kui tiga pang berdiri sejajar dari sini menandakan pula bahwa jiwa iblisnya tersesat masih mendarah daging dalam sanubarinya.

Berubah hebat air mukanya Li Sek hong teriakanya baringas : “Mau bunuh silahkan bunuh! Cu sian ling sudah menyembunyikan pada suatu tempat yang cukup aman. aku berani bertaruh selama hidupmu kau tidak akan berdaya memperolehnya.”

Omong kosong! Kalau aku obrak abrik atau membongkor seluruh Ci hi thian hu ini masa tidak bisa mendapatkannya.”

Li Sek hong membusungkan dada jengekanya, “Kau tidak percaya silahkan kau cari saja.”

Cia Ling im jadi gusar dan beringas, teriakanya: “Kau tidak mau serahkan !”

“Tidak!”

Sikap Cia Ling im semakin bengis dan buas, pedang panjang ditangannya kontan bergetar mengeluarkan suara medengung betapa hebat getaran ujung pedang ini, baju didepan dada Li Sek hong koyak koyak tidak karuan dan beterbangan dadanya yang montok segera mencelat keluar.

Seluruh hadirin menonton dengan perasaan cemas dan mencelos hatinya, tapi mereka tidak berani berbuat apa apa, Koan San gwat yang tidak tahan lagi segera tampil ke depan seraya membentak “Nanti dulu! Begitu hina tidak tahu malu dan caramu mempermainkan kaum hawa, terhitung orang apa

?”

Dengan lirikkan mencemoohkan hina Cia Ling im melirik kepadanya, dengusnya “Bocah keparat yang tidak mengenai mati dari mana kau?”

Teriakanya Koan San gwat dengan lantang “Bing tho ling cu, murid Ui ho itulah aku, hari ini ingin aku menggasak iblis lakanat macam tampangmu ini,”

Sambil bicara ia membungkukkan tubuh, memungut pedang panjang Li Sek hong yang tadi jatuh didepannya. Sambil menenteng pedang dan mengangkat dada Koan San gwat menerjang maju. Tindakan Koan San gwat ini benar benar diluar dugaan semua hadirin, karuan semua orang heran dan terkejut yang paling gugup justru Liu Ih yu, sambil memburu dibelakangnya ia berseru  “Hai jangan kau antar kematianmu!”

Tapi hati Koan San gwat sudah dibikin gusar, sedikitpun dia tidak hiraukan seruan orang, setengah tombak dihadapan Cia Ling im. Sedang ia tudingkan kemuka orang ia lalu memaki dengan sikap gagah dan garang “Iblis lakanat! mungkin ilmu silat aku orang she Koan tidak setanding melawan kau. Tapi menghadapi manusia durjana macammu ini Tuhanpun tidak akan memberi ampun kepadamu, sebadai seorang laki laki sejati aku orang she Koan tidak mandah membiarkan perbuatanmu yaag terkutuk ini, kupenggal kepalamu….”

Caci maki Koan San gwat cukup pedas dan menusuk kuping, Cia Ling im melongo dan menjublek ditempatnya, akhirnya ia berpaling dan bertanya: “Siapakah bocah liar ini?”

Orang orang di belakangnya itu tiada seorangpun yang kenal Koan San gwat maka mereka hanya mendelong saja tiada yang memberi jawaban, akhirnya Liu Ih yu yang menjawab: “Dia adalah murid Ui ho Siang jin! Kalau kau berani melukai dia hari hari suatu ketika Ui ho dan Toan suci pasti akan membuat perhitungan terhadapmu!”

Cia Ling im bergelak tawa, ujarnya: “Ui ho orang itu sebetulnya cakup cerdik dan seksama, kenapa bisa mengambil murid dungu dan kurang ajar ini….”

Koan San gwat tidak kuasa menahan gejolak hatinya lagi, semprotnya mendelik “Iblis lakanat! Jangan cerewet majulah terima kematianmu.”

Cia Ling im masih gelak gelak seperti orang gla, ujang pedangnya menunjang tubuhnya yang bergoyang goyang melarikpun ia tak sudi kearah Koan San gwat.

“Iblis durjana, angkat pedangmu awas aku mulai.” Ciang Ling im menghentikan tawanya jengekanya dingin “Bocah keroco! kuseratkam bocah ini kepada kau.”

Terdengarlah Kih Cu seng mengankan lalu tampil kedepan, Cia Ling im serahkan pedangnya kepadanya serta tertawa dingin: “Kalau kau tidak mampu menundukan dia dilam tiga jurus kedudukanmu sebagai Hwe cu terpaksa kucabut.”

Dengan sikap acuh tidak acuh Kih Cu seng terima pedang itu, sambil menyeringai serta pelirikan memandang rendah ia menghadapi Koan San gwat, ejeknya “Bocah keparat silahkan serang. Sin lo cun cia memberi batat tiga jurus padaku sudah terlalu banyak, satu gebrak bila tetap bisa mempertahankan batok kepalamu serta merta kuserahkan jiwa Lohu kepadamu.”

“Tidak! Aku bukan menantang kau!” ujar Koan San gwat menggeleng.

Kih Bu seng menarik muka, gerungnya gusar: “Kau kira Siu lo cun cia sudi menghadapi kau! Lohu saja rada merendahkan derajat melawanmu.”

Berkilat mata Koan San gwat, tanyanya berpaling kebelakang : “Apakah orang ini patut digasak?”

It ouw segera menyahut “Orang orang yang berdiri dipihak sana patut dibunuh semua !”

Koan San gwat berpaling pula menghadapi Kia Cu seng, jengekanya “Baik kubereskan kau dulu baru kuhadapi iblis lakanat itu.”

Saking gusar muka Kih Cu seng sampai membesi hijau, sambil melintangkan pedang didepan dada ia berteriak: “Bocah keparat! Laporkan kematianmu kehadapan Giam lo ong !”

Tanpa banyak bicara Koan San gwat gerakkan pedangnya, “Sret” pedang panjang tiba tiga kaki, namun sinarnya dapat mulur sampai setengah rumbak. Kih Cu seng menjengek dingin, pedangnyapun terangkat balas menyerang dengan sebuah tebasan, kedua pihak sama menggukan jurus serangan mematikan. Cepat sekali sambaran sinar pedang kedua pihak, kontan keduanya surut mundur setindak. Semua hadirin melongo, belum lagi batang pedang mereka saling bentur kenapa bisa terjadi perubahan yang ganjil ini? Kejap dilain saat semua hadirin bersuara kaget dan heran.

Bahwasanya cara permainan pedang Koan San gwat benar benar di luar dugaan mereka sejurus pedang tadi dari jarak yan masih cukup jauh namun sinar mencorong keluar dari hawa pedangnya dapat mencapai jarak yang cukup jauh, laksana sinar melampaui bayangan mantap dan tenang laksana air rawa sekokoh dinding besi, sekali gerak mengandung dua inti sari perubahan yang hebat antara tenang dan aksi, kedua unsur ini dapat di satu padukan dalam kilasan gerakan pedangnya itu.

Berubah hebat air muka Khi Cu seng waktu menunduk tampak dadanya sudah tergores luka berdarah, jelas kena tertabas oleh kilasan ujung pedang lawan. Seketika suasana sangat hening. Akhirnya dia bersuara sambil membelalakan mata. “Bagus bocah keparat jiwa Lohu kuserahkan kepada kau!” begitu melintangkan pedang terus menusuk dada sendiri. Cepat Cia Ling im melejit tiba seraya menjentik, “Trang” pedang itu kena diselentik jatuh ditanah.

Sejenak Khi ca seng terlongong, lalu menjerit dengan penuh derita : “Cun cia apakah Lohu tidak malu menyambung jiwa ini…”

“Kau tidak salah” ujar Cia Ling im menggeleng, “Akulah yang pandang rendah bocah bagus ini!” lalu ia menggumam : “Bocah ini menyembunyikan kepandaian, jurus serangannya itu kalau aku sendiri yang menghadapi, mungkin juga tidak akan mampu…….”

“Baik sekali, boleh kau mempersiapkan diri menyambut jurusku yang kedua,” tantang Koan San gwat. Terpancar sinar aneh dari biji mata Cia Ling im, dengusnya: “Anak muda jangan sombong, jurus pedangmu tadi cuma untung untungan belaka, kalau kau berani melancarkan nya sekali lagi, jangan kau kira bisa mempersulit Cun cia. Aku cuma heran, kemampuan Ui ho belum setimpal dia menciptakan ilmu pedang yang selihay itu, jurus seranganmu tadi kau pelajari dari siapa…?”

Koan San gwat tertawa besar, ujarnya: “Kalau dikatakan mungkin kau tidak percaya, jurus tadi tercipta setelah kucangkok dari permainan pedangmu dan Sek hong Sian cu.”

“Anak muda! Jangan kau main lidah, baru hari ini kulihat tampangmu….”

“Bukankah tadi kalian bertanding pedang, ilmu pedang kalian memang tiada tandingan nya, tapi jangan kau anggap tiada lubang kelemahannya aku hanya mengombinasikan inti sari dari kedua unsur ini…”

Berubah air muka Cia Ling im, tanyanya : “Apa benar ucapanmu?”

“Menitik beratkan pada ucapanmu ini, dapat kusimpulkan bahwa latihan dan pengetahuan didalam ilmu pedang ternyata masih cetek, cobalah kau periksa dan layangkan kembali pikiranmu pada permainan jurus pedang tad i, pasti kau dapat memperoleh jawaban dari pertanyaanmu sendiri?”

Cia Ling im terlongong sebentar, akhir nya ia berkata pula. “Bagus, anak muda. Ingin aku lihat berapa banyak hasil curian mu ini !”

“Sekali kau mengucapkan perkataan bodoh, ilmu pedang yang tinggi dan bebat itu, mana bisa ditiru dan dipelajari sepersis mungkin, sedikit banyak pendapatan dari sekilas pandang orang itu hanya tergantung dari bakat dan kecerdikan orang, mana kau melansir dengan istilah mencuri belajar! Jurus yang sama bila dilancarkan oleh orang lain, dalam taraf dan tingkatan tertentu ada batas dan perbedaannya, apalagi permainanku tadi sudah kukombinasikan dengan permainan ilmu pedang lain…”

Beruntun kena dicemooh dan diolok begitu rupa bocah ini memberi kuliah pula dalam pelajaran ilmu pedang, dari malu ia menjadi gusar, entah bagaimana tangannya menggape pedang yang terjatuh diatas tanah melejit naik dan kembali ketangannya, lalu dengan suara keras dan bengis ini mendesis

: “Anak muda mulutmu manis, pintar putar lidah lagi. Aku akan menggunakan Siu lo su sek supaya kau dapat memperoleh pelajaran lebih banyak.”

Liu Ih yu menjadi gelisah, teriakanya. “Siu lo? Apa kau tidak mulu, mana boleh kau gunakan keempat jurus permainan itu menghadapi dia ….”

Cia Ling im menyeringi ia sadis, ejekanya dingin : “Adikku cilik, selamanya belum pernah kulihat kau begini prihatin terhadap pemuda, hari ini diluar biasanya, jangan lupa dia murid Ui ho, apa kau tak takut menyungsang sumbel aturan dan tingkat kedudukan….”

Muka Lu Ih yu seperti melebar saking marah dan berubah pucat, giginya berkerutukkan, namun sepatah katapun tidak kuasa diucapkan saking menahan gusar.

Cia Ling im terkekeh dingin pula, ujanya “Selama beberapa tahun ini ingin aku melawan sesuatu yang membuat hatimu menderita sedih, tak duga hari ini aku memperoleh kesempatan ini…”

Mendengar kata kata orang makin menusuk perasaan, Koan San gwat merasa sebal sambil membentak pedang berputar mengikuti gerak badannya terus merangsak maju, sekali ujung pedangnya melancarkan lima serangan tipu tipu pedang yang cukup berat kuat dan aneh perubahannya.

Meskipun Cia Ling im bisa mematahkan dan menangkis seluruh serangan ini, namun gerak geriknya kelihatan rada runyam, saking gugup ia berteriak keras “Anak muda permainan pedang apa pula ini…”

Permainan pedang Koan San gwat tidak ubahnya seperti main sulapan belaka, namun mulutnya menyahut : “Kau punya mata, masa kau sendiri tak bisa melihat jelas…”

Tiba tiba Cia Ling im membacok pedang memuntahkan jurus rangsakan Koan San gwat seraya berteriak : “Bocah keparat! Kau gunakan Kim sin cap pwe lun ciptaan Ui ho untuk menggertak dan mengelabui orang!”

Tergerak hati Koan San gwat, diam diam ia kagum akan pandangan dan kecerdikan otaknya. Karena serangan yang sesungguhnya serabutan tidak beraturan itu memang Kim sin cap pwe lun (delapan belas jurus ilmu gada mas) ciptaan Tokko Bing, Kim in (patung mas) adalah senjata berat, setiap tipu tipu serangannya dilandasi kekuatan hebat dengan ayunan yang kuat pula, yang berbeda dengan permainan pedang yang berintikan kelincahan itu.

Soalnya Koan San gwat tahu bahwa kepandaian silat lawan sudah mencapai tingkat hampir sempurna keseluruhannya.

Walaupun diam menonton dua pedang tadi ia dapat mencangkok satu dua jurus ilmu pedang, tapi bila orang menaruh sedikit perhatian dan menyelami dengan cermat hasil kombinasi ilmu pedangnya itu tidak akan ada gunanya.

Maka jalan satu satunya ia harus main gertak, sehingga lawan ciut nyalinya namun betapa sulit untuk menggertak dan main ancam terhadap seorang ahli dalam bidangnya ini.

Setelah ia pikir bolak balik akhirnya baru dia berkeputusan, yaitu menggunakan permainan gada masnya yang berat itu dialancarkan secara lucu dan aneh dalam permainan ilmu silatnya. Maka permainan gada dan senjata pedang harus menghayati permainan yang betul betul bisa di selami oleh akal sehat. Kim sin cap pwe lun adalah ilmu gada ciptaan Tokko bing, tiap kali dimainkan laksana kuda sembrani terbang diangkat, seperti cahaya surya pagi yang cemerlang, sekitar tubuhnya diliputi cahaya terang yang menyilaukan mata. Sekali gebrak usaha Koan San gwat ternyata berhasil, namun baru sampai jurus ketujuh sudah konangan oleh lawan. Meski ia terkejut, namun lahirnya masih berlaku tenang jengekanya dingin “Berani kau mengagulkan diri sebagai seorang ahli, ternyata mengeluarkan kata kata yang memalukan!”

Cia Ling im melengak, serunya: “Masa ucapanku salah.

Dengan Cap pwe lun, dua puluh tahun yang lalu, Ui ho mampu melawan Kui thing sam ki dalam ujian masuk Liong hwa hwe, maka dia diangkat jadi salah satu Hwe cu, adegan waktu itu masih segar dalam ingatanku…”

“Melakukan perjalanan berapapun jauhnya, pasti ada titik permulannnya, perubahan segala tindak tanduk terletak di paling belakang. Silahkan kau belajar kenal keseluruhan permainanku dulu baru nanti memberi keririk atau boleh kemukakan analisamu.”

Digoda sedemikian rupa merah padam muka Cia Ling im, gerungnya gusar: “Anak muda! Berapa jurus permainan ilmu pedangmu ini?”

“Sembilan jurus, tadi sudah kulancarkan tujuh jurus, inti sari dan kehebatannya terletak pada jurus terakhir!”

“Sebetulnya sejak tadi aku dapat balas menyerang, mengingat ucapanmu ini terpaksa aku harus menunggu dua jurus yang terakhir, setelah itu baru aku gunakan Siu lok su sek untuk menghadapi kau!”

“Boleh! Setelah kau menyaksikan permainanku, menjadi giliranku menonton permainanmu. Tapi lebih baik kau berlaku waspada kedua jurus terakhir ini mengandung banyak perubahan yang tak mungkin dapat kau selami dalam waktu singkat, aku kuatir kau tidak akan mampu meloloskan jiwamu!”

Lahirnya Cia Ling im bersikap marah marah dan menghina serta tak acuh, padahal dalam hatinya sudah terpengaruh oleh gerakan orang, pengetahuan dan kepandaian serta keberanian anak muda ini jauh melebihi kemampuan gurunya, Ui ho Siang jin tidak boleh dibuat mainan, anak muda ini kelihatannya jauh lebih unggul lagi. Karena timbulnya rasa kuatir ini, serta merta dengan tekun dan seksama ia perhatikan gerak gerik musuh mudanya ini.

Koan San gwat mandah tersenyum, lagi lagi pedangnya terayun kedepan dengan jalan melingkar dan meliuk seperti sedang menulis satu huruf tulisan, benar benar aneh dan sulit diraba, tergerak hati Cia Ling im, dia tahu separuh dari permainan lawan mencangkok ilmu pedangnya sendiri, sedang separuh yang lain entah hasil curian dari mana, tapi kombinasi kedua ilmu pedang ini ternyata hebat perbawanya, cepat ia melejit menghindar, tapi otakanya seperti terkuras untuk menyelami permainan pedang yang lucu ini. Serangan pedang Koan San gwat ini bukan saja cepat juga tepat, dalam permainan pedang ia campur adukan permainan cambuk lemas Liok Siau hong yang bergerak seperti ular sakti, ternyata hasilnya amat mengesankan sekali karena Cia Ling im di desakanya mundur berulang ulang untuk menyelamatkan diri.

Diam diam Cia Ling im bersyukur dalam hati. “Untung aku tidak kena, kalau tidak pasti sudah cidera oleh serangan lihay ini.”

Bahwasanya permainan Koan San gwat tidak dilandasi inti sari ilmu pedang, dia cuma bermodal kecerdikan otak dan bakatnya saja, sewaktu waktu mengkombinasikan satu jurus ilmu pedang orang lain yang pernah di lihat dan sudah apal dalam ingatannya, ingat satu tipu melancarkan satu jurus begitu seterusnya. Maka terdengarlah It ouw berteriak memuji : “Bagus sekali anak muda! Sungguh menyenangkan dan berarti.”

“Hanya sejurus kau bisa mendesak Sin lo cua cia seperti kera joget, cukup setimpal kau bercokol dalam barisan Siang pang….”

Cia Ling im mendengus dongkol mendengar olok olok itu, dalam hati ia berharap supaya lawan mudanya ini cepat melancarkan jurus permainan yang terakhir. Bagi seorang ahli pedang yang benar benar sudah mencapai tingkat yang paling tinggs setiap kali menghadapi dengan semangat yang ber gelora, gairahnya luar biasa, sambil mecari akal untak mengatasi dan mematahkan serangan musuh, disamping iapun ingin mencangkok kelebihan ilmu lawan untuk menambah perbendaharaan ilmu pedangnya sendiri.

Sebetulnya tidak petlu dibikin heran bahwa permainan gado gado Koan San gwat tiada dilandasi aturan, tapi waktu menghadapi Kih Cu seng tadi, dibanding permainan terakhir itu betul betul terpaut amat jauh dan berbeda besar.

Untuk selanjutnya Koan San gwat harus memeras otakanya baru pedang panjangnya terulur kedepan dan lambat lambat menusuk Cia Ling im terlongong. Besar harapan nya terhadap jurus paling terakhir ini, di luar dugaan Koan San gwat melancarkan sejurus ilmu pedang yang paling umum, yaitu Ka ceng jit hou.

Sembari menerawang, diam diam kedua mata Cia Ling im menatap layu pedang lawan dengan seksama.

Tapi pedang panjang Koan San gwat tetap maju lambat lambat, kira kira satu dim didepan dadanya, keadaan tetap semula tanpa menunjukan sesuatu perubahan. Cia Ling im jadí sulit mengambil keputusan dan menentukan tindakan dirinya, maka dia diam saja namun sudah ia kerahkan hawa murninya sehingga tubuhnya sekeras basa, diam diam ia memperhitungkan andai kata lawan menusukan pedang nya, dirinya tentu tidak luka.

Setelah ujung pedang Koan San gwat menyentuh dadanya, baru dengan suara tegas ia berkata: “Kau sudah kalah!

Pedangku sudah menusukmu!”

Dengan tertegun Cia Ling im bertanya: “Jurus apa ini?”

“Ka ceng jit hou ( Ka ceng menusuk harimau)!” Hampir saja Cia Ling im berjingkrak saking gusarnya,

teriakanya beringas : “Apa! Jadi benar Ka ceng jit hou, kenapa kau gunakan jurus yang paling umum ini…..”

“Meskipun jurus ini terlalu umum, tapi besar manfaatnya untuk menundukan musuh.”

“Kentut! Bila tahu kau menggunakan jurus bau ini, sekaligus aku bisa melancarkan dua belas perubahan serangan pedang menggasakmu, kau akan mampus dengan badan hancur tercerai berai…”

“Aku percaya kau mampu melakukan, tapi kau tidak berani, karena kau sendiri tidak punya keyakinan, pengetahuan ilmu pedang amat luas dan tinggi, seseorang tak dapat memyelami keseluruhannya meski orang melancarkan jurus biasa yang paling umum, bila penggunannya tepat pada kondisi dan situasinya merobah yang biasa menjadi sesuatu yang ajaib dan hasilnya pasti biasa dan tanpa disadari oleh pihak lawan.”

Terdengar It ouw memuji berteriak memuji: “Hebat!

Saudara cilik! Aku orang tua betul betul tunduk lahir bathin terhadap kau.”

Maka berkatalah Koan San gwat lebih lanjut: “Kehebatan setiap jurus ilmu pedang tergantaung pada orang yang menggunakan nya, jurus tadi kalau di lancarkan orang lain, melirikpun kau tídak sudi melayani, tapí di saat ini di tempat seperti ini dalam keadaan seperti ini pula, kau sulit bertindak meletakkan keputusan hatimu. Bukan sedikit tokoh kosen yang berhadapan di medan laga, yang terjungkal oleh tipu permainan musuh karena dia lena memperhatikan titik yang paling tidak menyolok pandangan, seumpama naga besar terbenam mati dalam air kubangan. Meski yang kuuraian ini hanya pengetahuan cetek yang paling umum, namun merupakan suata kenyataan pula yang tidak bisa disangkal.”

Bukan kepalang berang Cía Ling im, teriakanya mencak mencak “Bocah busuk! Kau memang cerdik. Kau sudah memperoleh kesempatan yang baik, kenapa kau tidak menusuk aku?”

“Tidak…!” ujar Koan San gwat tertawa. “Tadi sudah kukatakan aku hendak memenggal kepalamu, jadi bukan menusuk jantungmu.”

“Kau kira mudah melaksanakan ancaman mu ?”

“Aku tahu, hawa murni pelindung badan mu sudah kau latih begitu hebat, maka aku tidak akan ambil keuntungan, kau tahu kapan aku menggunakan tenaga dalam batang pedang ku? Tindakanku ini merupakan peringatan saja, supaya kau tidak selalu mengagulkan diri sebagai tokoh atau ahli pedang, begitu picik pandanganmu merendahkan kaum persilatan!”

Merah padam muka Cía Ling im, lekas ia kendorkan tenaga serta membubarkan pertahanan hawa murninya, sebagai orang yang mempunyai kedudukan dan tingkat kepandaian tinggi, keadanannya yang runyam menghadapi anak muda ini sudah memalukan, kalau dia tetap keras kepala bisa meruntuhkan gengsi dan menjatuhkan nama belaka.

Mendadak Koan San gwat menegakkan pergelangan tangan dan menyarung pedang, kontan ujung pedang amblas menembus sela sela, tulang iganya. Cia Ling im menjerit ketakutan, badanay meacelat terbang jumpalitan kebelakang, begitu besar daya kekuatan kedua kakinya, Koan San gwat ikut terseret maju beberapa langkah hingga pedang yang dipegang nyapun terlepas.

Dengan badan tertancap pedang Cia Ling im berputar satu lingkaran di tengah udara, di kala kakinya menginjak tanah dan berdiri tegak pula, raut mukanya berubah kaku dan membesi hijau, suaranya seperti binatang buas “Bedebah!

Perbuatanmu rendah hina dina…”

Hadirin ikut kaget dan berubah air mukanya, mereka tidak menduga Koan San gwat bakal bertindak begitu memalukan.

Dengan tenang Koan San gwat berkata. “Aku orang she Koan selamanya tak pernah berbuat curang, aku bertindak dengan hati nurani polos, aku tidak kenal apa yang dinamakan licik atau picik, tapi menghadapi raja iblis macam tampangmu ini….”

Cia Ling im menjublek, mematung oleh caci maki itu.

Berkata pula Koan San gwat sambil tertawa, “Kudengar gelarmu adalah Siu lo cun cia, dari julukan ini aku tahu bahwa kau pentolnya lingkungan iblis laknat, kenapa dinamakan iblis karena tindak tanduk dan sepak terjangmu nyeleweng dari jalan kemanusiaan, salahmu sendiri megendorkan pertahananmu kalau aku bertindak karena adanya kesempatan baik ini merupakan perbuatan iblis untuk menundukkan iblis pula, kenapa kau memaki tindakan aku rendah atau hina dina segala?”

Dengan kedua tangannya Cia Ling im lalu mencabut pedang yang menancap didadanya menutup lubang lukanya dengan telapak tangan, bentakanya keras “Kalau keparat ini tidak dilenyapkan, Mo pang kita tidak akan angkat diri dan menjagoi Kangouw!”

Orang orang dibelakangnya serempak bergerak dan siap bertindak, mereka berpencar mengepung Koan San gwat Li Sek hong dan Liu Ih yu menghadapi bersama, sarentak mereka menyerbu ketengah demikian juga It ouw tidak mau ketinggalan ikut menerjang kedepan merintangi aksi mereka.

Cia Ling im menuding seraya berteriak: “Kau sudah terluka, anak buahmu mampu menghadapi kami.”

Berubah air muka Cia Ling im, mulutnya bungkam seketika, situasi tidak menguntungkan pihakanya kecuali dirinya anak buahnya tiada yang boleh diketengahkan, meski mereka main keroyak, belum tentu bisa mengalahkan Li Sek hong dan Liu Ih yu berdua, apalagi pihak musuh ada Koan San gwat dan It ouw adalah lawan yang paling tangguh.

Suasana tegang melingkup sanubari setiap hadirin, sesaat saling berhadapan dengan kaku akhirnya Cia Ling im buka suara: “Li Sek hong! Anggaplah kau beruntung hari ini aku ditipu oleh keparat ini, tapi kau harus waspada, lukaku ini dalam tiga hari pasti bisa kusembuhkan, datang pada waktunya akan kulihat bagaimana cara kau hendak menyembunyikan diri.”

“Tiga hari lagi, aku pun punya cara untuk menghadapi kau,” Li Sek hong dengan berani.

Dingin muka Cia Ling im, jengekanya. “Baik kau tunggu saja! mundur!”

Orang orang yang mengepung diluar lingkaran itu serempak mengundurkan diri, berbondong bondong mereka mengintil dibelakang Cia Ling im menuju kepuncak luar, setelah mereka puluhan tumbak jauhnya, baru Koan San gwat bicara, “melenyapkan kejahatan harus tegas dan secepat mungkin, kenapa Sian cu menanam bibit bencana ini?”

“Kau tidak tahu!” sahut Li Sek hong seraya geleng kepala dan menghela napas.

Tengah mereka bicara bayangan Ling koh tampak menerobos keluar dari bawah loteng, teriaknya dengan tangan kosong “Sian cu! Celaka, Pek ….” Li Sek hong segera menghardikanya dengan gusar. “Setan Cilik! Kenapa kaupan naik kemari?”

Karena dampratan yang keras ini Ling koh menghentikan langkah dan tidak berani melanjutkan kata katanya.

Lekas Ih yu bicara dengan nada berat. “Suci! Urusan agakanya makin runyam, Toa suci agakanya pergi membawa Pek heng kiam pula.”

Berkatalah Li Sek hong prihatin : “Sejak tadi sudah kutahu, maka aku bertahan mati matian, kalau tidak…”

Lekas Liu Ih yu angkat jarinya kedepan mulut sambil mendesis : “Jangan keras keras, supaya tidak kedengaran mereka! Sekarang bagaimana kita bertindak?”

Li Sek hong berpikir sebentar lalu katanya: “Bekerja menurut situasi saja. Yang penting sekarang lekas selesaikan urusan dibawah! Mari kita pun turun kesana, jangan terlambat supaya mereka tidak bertindak diluar batas…”

Liu Ih yu manggut sambil mengiakan, ia lepas baju luarnya diserahkan kepada Li Sek hong, mereka berlari lari kecil menuju keluar, Ling koh mengintil di belakang mereka.

Berkatalah It ouw sambil menepuk pundak Koan San gwat : “Saudara kecil, untung kau ikut memburu keatas, kalau tidak entah bagaimana akibatnya…”

Koan San gwat berdiri terlongong katanya “Lo ouw, aku masih merasa heran!”

“Nanti kami bicara lagi! Liong hwa hwe tiada rahasianya lagi, nanti bila ada waktu biar aku tua bangka ini memberi perjelasan kepadamu, kini tugas kita masih banyak dibawah sana!” lalu ia gandeng tangan Koan San gwat memburu keluar.

Mereka berloncatan pula dilautan mega setelah keluar dari lapisan awan, mereka melayang turun diatas panggung batu, tampak orang orang dibawah panggung sudah terbagi dalam dua kelompok, kedua kelompok berhadapan.

Keadaan sudah morar marit tidak terbagi atas barisan Sian, Mo atau Kui lagi mereka berkumpul tercampur baur tanpa teratur.

Kelihatannya Li Sek hong belum lama turun ke bawah, ia heran dan melengak akan keadaan yang dihadapinya ini, sunyi sebentar lalu dengan muka dingin Li Sek hong membuka suara. “Maksud siapa yang menyuruh kalian membagi diri dalam dua kelompok ini?”

Segera Go hay ci hang tampil dari kelompok sebelah kiri, sahutnya sambil merangkap tangan : “Lolap lah yang mengatur demikian:”

Li Sek hong melengak, katanya : “Dari mana kau tahu?”

Wjah Go hay ci hang menunjuk rasa iba yang menyedihkan, katanya : “Sebulan yang Lolap sudah mendapat petunjuk Ui ho dan Hiang ting Sian cu, aku tahu bahwa Liong hwa hwe hari ini pasti bubar…”

“Apa!” hardik Li Sek hong, “Jadi kalian sudah berunding sebelumnya!”

Bersabdalah Go hay ci hang : “Derita tiada ujung pangkalnya, kembali mencapai tepian. Hian ting Sian cu sudah menyadari segala kebejatan duniawi ini, Sian cu kenapa kau sendiri malah belum menyadari akan hal ini…”

“Sudah berantakan bagaimana aku harus bertanggung jawab dan membereskan persoalan ini ….”

“Yang bijaksana memperoleh keberuntungannya, yang jahat pasti terhukum sesuai dengan perbuatannya, bajik atau jahat hati nurani manusia, terletak pada kepribadian orang itu sendiri, untuk membaurkan bijak dan jahat itu harus dalam suatu godokan, memang tekad Hoat hoa Seng cia harus dipuji, sayang sepak terjangnya keluar batas kehendak yang kuasa. Lolap sudah menjelaskan pada para sahabat, untuk selanjutnya Dewa, Iblis dan Setan boleh mengambil jalan hidupnya sendiri, kalau Sian cu punya minat menyadarkan pikiran sesat mereka, Lolap dan sekalian sahabat yang sehaluan rela menghambakan diri….”

Lalu ia menghampiri kearah Cia Ling im serta menudingnya, ujarnya “Selama puluhan tahun Lolap berjerih payah, baru hari ini terhitung berhasil usahaku, bila Cun cia memilih jalan benar menempuh jalan suci, kemana pun kau berada bukankah bisa bertindak bebas dan hidup laksana dalam dunia kedewaan. Atau sebalikanya kau akan tenggelam dalam kebejadan iblis….”

“Keparar gundul! Tidak kukira bila kau punya angan angan begitu besar, mencerai beraikan Liong hwa hwe yang besar dan berwibawa dalam sekejap mata belaka. Kau tunggu saja, cepat atau lambat aku akan membuat perihitungan dengan mu…”

Go hay ci hang menghela napas, sahut nya “Selama hayat masih dikandung badan, sebelum ajal, Lolap tidak akan menyia nyia kan setiap kesempatan, harapan masih ada untuk menyadarkan Cun cia dari kesesatan dan mengambil pada jalan suci….”

“Boleh kau tunggu dan buktikan! Mungkin akulah yang akan menarik kau kedalam dunia iblis!”

Go hay ci hang merangkap kedua telapak tangan kedepan dada. tiba tiba badannya memancarkan cahaya kuning mas yang cemerlang menyilaukan mata, serunya lantang “Kalau aku tidak masuk neraka, siapa yang masuk neraka…….”

“Omong kosong !” sentak Cia Ling im naik pitam, “Siapa sehaluan ikut aku pergi!”

Sambil angkat tangan ia beranjak pergi kamrat kamratnya berbondong bondong berderap mengikuti jejakanya. Kejap lain suasana hening lelap mencekam sanubari mereka yang berdiri menjublek tanpa bergerak.

Setelah bayangan Cia Ling im para begundalnya lenyap dari puncak Sin li bong, Koan San gwat alihkan pandangannya It ouw, sorot matanya mengunjuk pertanyaan tentang seluk beluk dan lantaran belakang Liong hwa hwe ini.

Beruntun pandangan matanya menyapu raut wajah beberapa orang, rona wajah mereka tampak hampa dan mendelu, seperti seseorang yang kehilangan sesuatu, gegetun dan sayang pula. Sulit dilukiskan satu persatu mimik mereka yang berlainan.

Akhirnya It ouw menghela napas dan membuka kesunyian: “Sungguh tidak nyana, organisasi yang jaya dan digdaya ini, akhirnya bubar demikian saja…”

Go hay ci kang tertawa, ujarnya “Bubar lebih baik. Dalam kolong langit ini tiada perjamuan yang tidak akan bubar, apalagi perkumpulan macam ini, naga dan ular atau sarang baik yang jahat sulit dibedakan. Dua tiga ratus tokoh tokoh silat Bulim, membawa dendam sakit hati serta budi pekerti mereka dalam suatu wadah yang sulit diselesaikan, kalau pertikaian dilanjutkan, entah apa pula yang bakal terjadi, ada lebih baik sebulum terlanjur dibubarkan saja, demikian kita semua bebas dari belenggu dan ikatan!”

“Kepala gundul!” seru It ouw sambil mendelik, “Pandai kau menyembunyikan diri, bila tahu aku sehebat ini keduduken Hwe cu segala tak pecuma ku jabat, sejak kapan kau berhasil menyempurnakan Kong cing sin hoat!”

“Sejak lama Lolap sudah berhasil melatihnya!” sahut Go hay ci hang tertawa, “Karena kuatir kebentur kesulitan maka tidak pernah kukembangkan ilmu itu, kalau tidak mana bisa aku berlenggang bebas, mana ada kesempatan mengatur segala rencana ini…” It ouw mendengus katannya “Keparat gundul! agakanya sejak lama kau berniat membubarkan Liong hwa hwe, kenapa kau tidak mau merebut kedudukan Hwe cu, bukankah mengandal kedudukanmu itu kau lebih bebas bergerak mengatur segala rencanamu.”

“Bukankah sudah Lolap katakan tadi, dengan segala kebebasan dari ikatan dan dinas aku bisa bekerja lebih banyak! apalagi meski Lolap tidak menghambat Hwe cu sepak terjang orang orang Liong hwa hwe tidak lepas dari pengawasan Lolap.”

Seperti tertawa It ouw berkata “Aku tahu, sejak lama memang kau sudah sekongkol dengan Ui ho…”

“Bukan Ui ho saja,” sela Go hay,” Hiang ting Siau cu juga punya maksud yang sama, cepat atau lambat Liong hwa hwe harus bubar, soalnya kekuatan iblis makin lebar dan kuat, jalan kesucian bakal terdesak bila kekuatan dan pengaruh mereka sudah besar makin kuat, untuk membubarkannya tentu tidak mudah lagi. Titik tolak persoalan ini kukira kau cukup jelas, tak perlu Lolap banyak mulut lagi!”

Baru sekarang Li hong menimbrung bicara “Cia Ling im manusia serigala berhati harimau, diam diam ia menumpuk kekuatan dan mengincar senjata pusaka, tindak tandukanya sebagai bukti. Sudah lama Toa suci menyinggung hal ini kepada aku dan Ih yu. Sayang sekali dalam saat yang menentukan dia justru pergi meniggalkan tugas berat ini….”

Go hay menjelaskan “Sebetulnya Hian ting Sian cu sudah mengatur segalanya, demikian juga Lolap sudah mengatur rencana untuk mengadakan akibat ini, cuma kami tidak mengira ambisi Cia Ling im sedemikian besar dan bertindak sedemikian cepat, belum lagi pertemuan besar dibuka dia sudah bertindak lebih dulu, hingga Lolap tidak sempat melaksanakan rencana semula, untunglah Koan suheng cukup cerdik….” Li Sek hong mengulapkan tangan, ujarnya . “Omong kosongku tak usah kau bicarakan lagi. Kemana Toa suci dan Ui ho memyembunyikan diri?”

“Hal ini Lolap kurang jelas, yang terang mereka sudah mendapatkan kemurnian hidup jiwa manusia, mungkin mereka tidak akan muncul pula dalam masyarakat.”

Li Sek hong melenggong, lalu katanya dengan hambar ”Memang mereka merupakan pasangan yang setimpal… cuma tidak seharusnya ia membawa Pek hong kiam, hampir aku mati konyol oleh perbuatan Cia Ling im.”

“Kiranya Sian cu marah kerena hal ini, kalau begitu pengertianmu terhadap Hiang ting Sian cu salah, ketahuilah justru untuk membantu dan menyelamatkan jiwa kalian maka dia bawa serta Pek hong kiam itu!”

“Omong kosong!” sentak Li sek hong muring, “Pek hong kiam merupakan barang pantangan peninggalan guru, justru karena takut menghadapi kehebatan senjata pusaka itu maka Cia Ling im dan begundalnya takut berontak!”

“Itu hanya tipu daya peninggalan Hoa Seng cia belaka, ketahuilah Pek hong kiam tidak lebih seperti senjata tajam umumnya, jangan kalian percaya bahwa pedang itu digjaya atau sakti seperti kabar angin itu. Hal ini baik kujelaskan sekarang, tapi bila sampai di ketahui oleh gerombolan iblis itu, tanggung dunia ini, bakal geger…”

“Apa benar?” tanya Li Sek hong dan Ih yu melengak. “Sedikitpun tidak salah, sebelum Hiang ting Sian ca pergi

beliau ada memberi tahu rahasia ini, maka diapun membawa serta, supaya gembong gembong iblis itu merasa jeri dan was was, hingga mereka tidak berani bersimaharaja….”

Sek hong menjublek ditempatnya, sekian lama baru bersuara sambil menghela napas: “Payah kalau begitu, tiga hari lagi bila Cia Ling im meluruk datang, cara bagaimana kita menghadapi mereka?”

“Sian cu tidak usah kuatir, Lolap punya cara untuk memukul mundur mereka!”

Li Sek hong ingin bertanya lebih lanjut namun Go hay ci hang menggoyang tangan ujarnya “Harap Sian cu percaya pada Lolap cara ini belam bisa kuumumkan!”

“Sungguh sulit untuk dipercaya bahwa Pek ho kiam hanya tipuan belaka,” kata Li sek hong “Karena terpaksa Seng cia (guru Li sek hong dll) melakukan hal itu, dulu waktu dia menerima lima murid, sebetulnya paling sayang pada Sin lo cun cia, maka dia turunkan seluruh kepandaiannya, maksudnya akan mendidikanya sebagai ahli waris….”

“Hal itu aku sudah tahu” ujar Li Sek hong tidak sabar, “Buktinya Suhu memang menurunkan Siu lo su sek kepadanya saja !”

“Rencana semula memang demikian, tapi akhirnya dalam usaha mencapai Dewa melalui jalan iblis Seng cia melihat tindak tanduk serta angan angannya yang berambisi besar, baru beliau sadar dan insyaf bahwa tidak mungkin murid laki laki ini dapat memperoleh sukses besar. Soalnya Seng cia sendiri saat mana sudah Cau hwe jip mo, tak mampu menundukkan dia, terpaksa ia ciptakan ilmu lain yaitu Tay lo jit sek, diturunkan kepada Sian cu bertiga, tujuan untuk mengekang dan memundukkan Siu lo su sek itu, alhasil Tay lo jit sek sebetulnya merupakan ilmu yang mengandung kekerasan, harus dilandasi dengan tenaga positip, jauh berlainan dengan kondisi badan Sian cu bertiga maka sulitlah dilatih sampai puncak yang sempurna….”

“Hal itu memang benar, Toa suci mendapat anugrah yang begitu besar dengan paksa ia gunakan tiga macam hawa murni dalam tubuhnya untuk meleburnya kedalam hawa pedang, paling hanya dapat mengembangkan tujuh bagian perbawanya saja, aku dan Ih yu jauh ketinggalan malah…..”

“Bahwa Hiang cing Sian cu memperoleh ajaran asli dari Tay lo jit sek adalah kjadian terakhir, tapi latihannya itu paling paling hanya berimbang melawan Cia Ling im. Dikala Seng cia mangkat dulu, dengan tenaga kalian bertiga mungkin juga belum tandingannya!”

Li Sek hong menunduk bungkam, mungkin ia mengakui akan apa yang dikatakan ini.

Berkata pula Go hay ci hang : “Setelah Seng Cia Ling im tidak setimpal menerima warisan itu, maka Hiang ting Sian cu lah yang di pilih, namun beliau masih kuatir kalian tidak akan mampu menundukkan dia, bukan mustahil selalu dipermainkan olehnya, maka ia menggunakan akal bulus atas Pek hong kiam itulah, waktu menganugrahkan pedang dulu, Sian cu juga hadir, kukira masih segar dalam ingatan kalian adegan waktu itu.”

Li Sek hong menunduk lebih dalam orang di sekitarnya jadi gelisah ingin mendengar seluk beluk persoalan ini namun mereka tidak berani minta penjelasan. Terutama sikap Koan San gwat paling menyolok, melihat kelakuan ini terpaksa Liu Ih yu menjelaskan. “Tatkala itu akupua hadir…”

“Aku dan Sian Cu sudi memberi penjelasan?” pinta Koan San gwat:

Liu Ih yu mulai bercerita, “Waktu itu aku berusia enam belas, baru beberapa tahun belajar kepandaian dari Suhu. Suatu hari mendadak Suhu mengumpulkan kami beramai dengan tegas dan hikmat mengumumkan :

“Aku tahu ajalku tidak lama lagi, sayang Ling hwa hwe belum lama kudirikan, tokoh tokoh kosen yang ditarik masuk anggotapun belum sempurna, tanggung jawab dan tugas berat ini terpaksa kalian harus pikul bersama. Cu sian ling merupakan lambang kekuasaan tertinggi dari Liong hwa hwe, dengan memegang lencana sebesar ini, tentu mati hidup jiwa seluruh anggota tergenggam ditangannya, maka aku harus menyerahkan kepada seorang ahli waris yang benar benar pilihan! tatkala itu kami menduga pilihan yang dimaksud Suhu pasti Cia Ling im, demikian pula sikapnya waktu itu sangat pongah dan takabur, seolah olah jabatan tertinggi sudah bakal menjadi milikanya…” sampi disini ia bementi untuk ganti napas, semua orang mendengar dengan perasaan tegang.

Maka Liu Ih yu melanjutkan “Siapa tahu akhirnya Suhu justru memilih Toa suci waktu Toa suci bertutur menerima lencana kebesaran itu, berubah hebat air muka Cia Ling im, kedua biji matanya melotot keluar saking gusar, hampir saja dia menerjang maju merebutnya. Soalnya guru sudah Cau hwe jip mo, badannya sudah cacad dan lumpuh separuh, apa lagi Se bun Bu yam sekelompok dengan dia, sungguh kami sangat kuatir mereka bisa berontak, tak nyana Suhu sudah tahu maksud mereka setelah begitu menyerahkan Cu sian ling, lalu beliaupun mengeluarkan sebatang pedang, itu lah Pek hong kiam adanya… sambil menyoren pedang itu guru berkata lantang “Walau cu sian ling sebagai lambang kekuasaan tertinggi, namun tidak lebih medali itu cuma bersipat simbolis belaka, tidak punya kekuatan mengekang sesama mausia supaya Cu sian ling dapat mengembangkan hak kekuasaannya, aku anugrahkan pula Pek hong kiam sebagai dasar kekuasan itu. pedang ini teramat manjur dan sakti, sesuai dengan namanya, setiap kali pedang keluar dari serangkanya harus mendapatkan korban darah yang setimpal, sekarang biar kucoba kekuatan pedang pusaka ini. Sembari berkata Suhu melolos pedang cahaya putih kemilauan menyilaukan mata, Suhu melemparkan pedang kedepan tampak tertarik sinar terang mencorong kedepan, kontan gugusan gunung batu puluhan tombak didepan nya terbutuk bolong delapan sembilan kaki lebarnya, akhirnya pedang itu terbang kembali sendiri ketangan Suhu. Pertunjukan hebat inilah yang menindas sikap pedang Cia Ling im, Suhu menyerahkan Pek hong kiam kepada Toa suci, kata beliau: Hian ting dengan memegang medali dan pedang ini, kau adalah orang pertama dalam Liong hwa hwe kuharap kau dapat pegang setiap kesempatan baik dan menyebar luas kekuasan Liong hwa hwe yang digjaya tak peduli siapa saja bila tidak tundukan petunjuk atau perintahmu, bunuh saja habis pekara.”

“Sambil berlutut Toa suci menerima pedang, selanjutnya Suhu suruh kita berlutut dan menyembah kepada Toa suci, kami sama bersumpah menerima dan patuh akan pimpinan nya. Mesti dalam hati merasa tidak senang, namun takut menghadapi wibawa Pek hong kiam yang luar biasa itu, terpaksa Cia Ling im dan Sebun Bu yam juga berlutut! Suhu tertawa senang dan riang, beliau mangkat begitu saja….” bercerira sampai disini suaranya rada tersendat haru, semua pendengarnyapun menghela napas pendek, mengendor rasa tegangnya.

Berkatalah Go hay ci heng pelan pelan. “Apa yang diuraikan Sian cu jauh lebih lengkap dan jelas dari apa yang telah Lolap ketahui….”

Li Sek hong menimbrung: “Kekuatan Pek hong kiam sudah kami saksikan bersama, mana bisa merupakan tipuan belaka?”

“Kecuali Hian ting Sian cu mungkin hanya Lolap yang tahu akan hal ini. Dan lagi memperoleh pedang itu Hiang ting Sian cu sendiri masih belum tahu, di luar tahu orang diam diam ia mencobanya, baru ia sadar jerih payah dan maksud Seng cia.”

“Bagaimaaa penjelasan hal itu?” tanya Li Sek hong.

Kini ganti Go hay ci hang yang menutur “Setelah Hiang ting Sian cu pegang kuasa, sesuai dengan janji dan tugas tugas yang diterimanya, dia mengembang luaskan liong hwa hwe, waktu itu Lolap dan Ui ho belum masuk anggota. Suatu ketika dia bersua dengan lolap di Lu ling sub, sungguh harus dipuji pandangan Hiang ting Sian cu, dia tahu bahwa Lolap membekal kepandaian silat, maka dia paksa aku masuk anggota, sudah tentu Lolap keberatan dan menolak, karena tidak sepakat, akhirnya berkelahi dengan Kong bing hoat sin untung Lolap kuat menandingi Tay lo ju sek sudah tentu lwekang Hiang ting waktu itu masih belum setinggi sekarang, sampai akhirnya saking kewalahan ia mengeluarkan Pek hong kiam hendak membunuh Lolap, semula Lolappun merasa keder melihat pancaran sinar Pek hong kiam yang mencorong benderang itu agakanya Hiang ting Sian cu sudah dipengaruhi oleh kemarahan hatinya, hendak menunjukkan wibawa pedang itu menundukkan Lolap, alhasil sekali gebrak malah ia memperlihatkan kelemahan sendiri….”

“Bagaimana kejadiannya?” tanya Li Sek hong terkejut. “Watu itu Hiang ting Sian cu ingin mencoba pedangnya itu

pada batu gunung akibat nya batu itu memang tertusuk

bolong, tapi bukan karena kedigjayaan pedang itu sendiri, tapi karena kekuatan lwekang Hiang ting Sian cu yang melandasinya, pedang itu amblas sampai satu kaki lebih, dinilai dari kekuatan lwekang seseorang, hasil pertunjukkan ini boleh dikata merupakan suatu kejadian yang cukup hebat….”

“Kau ngelantur kemana, bagaimana kesudahannya?” desak Li Sek hong tak sabar.

“Kwalitet besi untuk membuat pedang itu agakanya kurang baik dan terlalu keras ujung pedang ternyata, putus !”

“Putus!” teriak Li Sek hong dan Liu Ih yu berjingkrak. “Ya, ujung pedang putus kira kira satu dua dim, ternyata

pedang itu terbikin dari semacam tembaga pilihan yang bisa mengeluarkan cahaya bila digosok halus… maka sejak kejadian itu Hiang ting Sian cu tidak pernah meninggalkan Pek hong kiam, dan sejak itu pula ia tontonkan permainan kepada yang lain!” “Tak heran Toa suci selalu menolak bila membicakan pedang itu, malah dia lebih giat berlatih memperdalam ilmu silatnya….” demikian ujar Li Sek hong lesu.

“Bakat dan kecerdikan Hiang ting Sian cu melebihi orang lain, sukses yang bakal dicapainya kelak jauh lebih besar dari perhitungan Lolap semula.”

“Kepala gundul!” tiba tiba It ouw menimbrung, “Bahwa Hing ting Sian cu tidak kuasa menundukan dengan ilmu pedangnya, cara bagaimana pula dia berhasil mengajak kau jadi anggota?”

“Hebat memang Hiang ting Sian cu, akhir nya Lolap tundak akan bujukannya.”

“Percakapan kalian itu tentu sangat berkesan, bolehkah Lo siansu mengisahkan kejadian masa lalu itu, supaya kami beramai tambah pengalaman.”

Go hay ci hang berpikir sebenrar, lalu katanya dengan sikap serius “Untuk ini Lolap tidak bisa melulusi!”

Koan San gwat tahu ia tak bisa memaksa, maka dengan hambar ia menghela napas, semua orang berdiri diam, semua dicekam rasa kuatir dan gelisah, sepeminum teh kemudian baru Koan San gwat membuka kesunyian “Kini aku masih setengah mengerti tentang seluk beluk Liong hwa hwe, siapa diantara kalian yang sudi memberi penjelasan selengkap nya?”

“Seluk beluk Liong hwa hwe tidak akan habis dijelaskan dalam dua tiga patah kata saja.” demikian ujar Go hay tertawa, “Kalau Koan si heng ingin tahu segala asal usul dan seluk beluk Liong hwa hwe, serta cara bagaimana gurumu masuk menjadi anggota, cuma kedua Sian cu dan Lolap saja yang tahu paling jelas.”

“Hwesio tua,” seru Liu Ih yu, “Apa yang kau tahu juga terbatas biar aku yang manjelaskan kepadanya.!” “Kalan Sian cu sudi mencapaikan diri lebih baik, Lolap tidak berani banyak mulut…”

Mata Li Sek hong mendelik, lekas Liu Ih yu menambahkan : “Suci, aku hanya mengatakan beberapa persoalan yang bisa dibicarakan saja.”

Mendad k Li Sek hong tertawa getir, katanya: “Kalan mau bicara tidak usah pakai tedeng aling, buat aku tidak menjadi soal.”

Agakanya Liu Ih yu cukup prihatin, kata nya lirih “Mari kita bicara diatas…! banyak persoalan yang tidak boleh didengar orang banyak.”

Berpikir Koan San gwat, ini betul betul suatu pertemuan rahasia, tempat yang misterius, dibelakang misterius itu ada pula rahasia nya, maka makin besar hasratnya untuk membuka tabir rahasia ini, cepat ia menganggukkan kepala.

Baru saja Liu Ih yu bergerak, Go hay berkata “Sian cu, kuharap kalian jangan bicara lama Lolap masih ada urusan yang perlu dirundingkan dengan Ciheng.”

“Hwesio tua,” seru Liu Ih yu mendelik “Tak usah kau bertingkah, siapa pun yang hendak kau temui, pasti bukan urusan baik.”

“Ui ho ada pesan sesuatu kepadaku supaya disampaikan kepada Koan siheng, urusan ini persoalan besar, kalau tidak Lolap tidak akan minta minta kepada kau. Lolap kuatir Sian cu…”

“Hwesio tua, coba kau bicara sekejap lagi!” demikian ancam Lin Ih yu dengan gusar.

“Aku merendah diri demi jiwa ratusan orang yang hadir ini.

Harap Sian cu maklum…” ‘“Apa katamu?” “Sarat peninggalan Hiang ting Sian cu untuk kalian, sudah menjelaskan secara terang tak perlu Lolap banyak bicara lagi

!”

Dengan rasa tidak percaya Liu Ih yu mendesak “Benarkah dia! Jangan kau salah duga! Tadinya untung untungan belaka…”

Segera Go hay bicara dengan sikap serius “Tiada untung untungan yang terjadi dalam dunia ini, setiap kerja yang membawa hasil tentu ada sebab musababnya, waktu Lolap mendapat petunjuk Hiang ting Sian cu pun tidak percaya, kini….”

Liu Ih yu mengertak gigi, katanya : “Sudahlah, tak perlu kau cerewet lagi, dua jam kemudian boleh kau menyusul keatas, ku tanggung….”

“Sepatah kata Sian cu laksana ribuan karat mas beratnya, Lolap mengucapkan terima kasih. Sebetulnya hal ini tidak merugikan Sian cu, sesuatu hal yang ingin diselesaikan biarlah terjadi menurut hukum alam, kelak pasti akan membawa kekuatiran. Pandangan Sian cu cukup lihay dan tahu persoalan, seperti Ui ho dan Hiang ting Sian cu, betapa bahagia dan gembira mereka hidup sekarang.”

Merah muka Li Ih yu ujarnya malu malu “Omong kosong, kau tidak usah cerewet !”

Koan san gwat bingung dibuatnya, lekas Go hay berkata padanya : “Si heng boleh silahkan. Dua jam lagi Lolap akan menyusul ke atas, waktu itu ada beberapa persoalan mohon petunjukmu….” lalu ia membalik tubuh mengajak seluruh hadirin mengundurkan diri.

“Adik Ih yu,” ujar Li sek hong, “Kau dengar nasehatnya! dulu kami salah mata, tidak tahu bahwa kepala gundul ini punya kemauan besar. Ambilah diriku sebagai contoh kerena ceroboh dan bertindak keluar batas ak hirnya aku mengalami impian buruk belaka.” Liu Ih yu termenung sebentar baru memgangguk dan berkata kepada Koan San gwat “Marilah keatas!” lalu ia mendahului melejit ke dalam gumpalan mega, Li sek hong ikut dibelakangnya lekas Liong koh menarik lengan Koan San gwat terus diseretnya melompat tinggi meleset kedalam awan.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar