Jilid 10 Kelima jari tangan kirinya tepat mencengkeram pakaian It boen Pit Giok, mengikuti gerakan mundurnya maka tidak ampun lagi diiringi suara yang nyaring, pakaian putih gadis itu tersambar robek.
lt-Boen Pit Giok tidak mengira kalau reaksi pihak lawan jauh lebih cepat dari pada dirinya, sedikit ia ragu-ragu baju bagian atasnya telah tersambar robek sehingga terlihatlah pakaian dalamnya yang berwarna merah
Merab jengah selembar wajahnya, sambil menutupi wajah sendiri buru2 gadis itu putar badan dan melarikan diri,
Walaupun Pek ln Hoei mengenakan kutang lemas pelindung badan dari perguruan seratus bisa, namun kena gebukan dari It boen Pit Giok barusan mengakibatkan darah dalam dadanya bergolak juga, hampir saja ia muntahksn darah segar,
Dalam keadaan rerkejut buru2 badannya loncat lima depa kebelakang, sambil menarlk napas panjang2 dia berusaha menekan dan menenangkan pergolakan darah dalam rongga dadanya.
Dia tahu, seandainya badannya tidak dilindungi oleh kutang lemas pelindung badan tersebut, niscaya ia sudah muntah darah terluka parah, bahkan urat nadinya munhkim sudah pecah dan mati binasa.
Ilmu silat dari luar lautan benar benar lihay! inilah ingatan pertama yang berkelebat dalam benaknya.
Ketika diangkatnya kepala maka ingatan kedua yang berkelebat dalam benaknya adalah:
"It Boen Pit Giok merupakan gadis yang paling cantik dikolong langit dswasa ini" Hatinya bergolak keras karena rasa malu lemah lembut yang diperlihatkan gadis itu
Kutangnya yang kelihatan terbentang didepan mata serta wajahnya yang jengah menahan malu membuat hatinya bergetar keras, sekarang dia baru sadar bahwa kejadian itu tak akan terlupakan olehnya sepanjang masa.
Dikala ia masih berdiri tertegun itulah mendadak lampu lentera itu mulai bergerak delam sekejap mata deruan angin serangan yang maha dahsyat menggulung tiba dari empat penjuru.
Sebelum ingatan ketiga berkelebat dalam benaknya, dari empat penjuru sealah olah muncul selapis jepitan baja yaag mengurung dirinya, hawa udara disekeliling tempat itu seakan akan dipompa keluar semua hingga membuat dia sesak dan dadanya jadi sakit.
Mendadak meraung keras, pedangnya dengan suara payah diguratkan keatas tanah, hawa pedang laksana hembusan taupan dan sambaran petir menyapu empat penjuru.
Jurus ini merupakan jurus kesembilan dari ilmu pedang penghancur sang surya yaitu. "Shia Yang Yauw-Yauw" atau Sinar Surya Terang Benderang, daiam sekejap mata dalam satu jurus pedangnya melepaskan enam gerakan yang berantai mengakibatkan hembusan hawa pedang yang tiada taranya, diiringi pekikan nyaring, cahaya pedang memenuhi angkasa.
lampu lentera merah bergoyang dan melayang kesamping, ditengah gulungan hawa pedang yang medengung keenam gerakan pedang Pek In Hoei mengerat tempat kesasaran Ia menghembuskan nspas panjang, dengan cspat pedangnya ditarik kembali kebelakang, badannya bergeser dan berputar satu lingkaran.
Dua puluh empst orsng gadis berbaju putih yang ada diluar kalangan lambat2 mulai menggerakkan tubuhnja, lampu lentera merah saling tergetar dalam sekejap mata bayangan manusiapun sukar dibedakan lagi dengan jelas.
Menyaksikan hal tersebut pemuda kita terperanjat, buru2 ia pejamkan matanya sambil berpikir:
"Tidak salah kalau ia begitu yakin dengan kehebatan barisan iampu lentera merahnya barisan ini sungguh sangat lihay, ternyata sanggup menimbulkan bayangan yang tak genah dalam benak orang..."
"Aaaaai....." suara belaan napas panjang mendadak bergema dari sisi tubuhnya membuat hatinya bergetar keras, pikirannya yang mulai kalutpun mulai jadi tenang kembali.
Menanti dia membuka matanya kembali tampaklah kedua puluh empat lentera merah tadi sudah berhenti ditengah udara gadis gadis berbaju putih itupun telah berbaris jadi dua barisan, tandu tersebut terletak diatas tanah dan dua orang raksasa penggotong tandu itu sambil silangkan tangannya didepan dada mendampingi It Boen Pit Giok berjalan mendekati kearahnya.
Ketika itu It boen Pit Giok telah mengenakan katn mantel warna abu2 untuk menutupi baju bagian dalamnva air mata masih membasahi pipinya yeng halus.
Tiba jalan kehadapan sianak muda itu dan berhenti kurang lebih empat depa dihadapannya, ditatapnya wajah Pek In Hoei tanpa mengucapkan sepatah katapun, wajahnyaa basah dan mengenaskan sekali. Melihat kesedihan gadis cantik itu timbul rasa kasihan dalam hati kecil Pek In Hoei, seraya membopong pedang mustikanya, ia balas menetap pula wajah gadis itu.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, lama sekali mereka saling pandang tanpa mengucapkan sesuatu. akhirnya pemuda kita tak sanggup menahan diri dan segera melengos kesamping
"Kau adalah satu satunya lelaki sejati yang pernah kujumpai seumur hidupku" ujar It boen Pit Giok tiba2 dengan suara yang lirih
Pek in Hoei mengerutkan alisnya dan segera berpaling kearah gadis itu, ia tak mengerti apa sebabnya gadis tersebut mengucapkan kata2 seperti itu.
Terdengar It-boen Pik Giok dengan suara sedih berkata lebih jauh.
"Tetapi kaupun merupskao satu2nya laki2 yeng paling kubenci....." ia merandek sejenak, lalu dengan suara keras teriaknya:
"Aku benci dirimu"
Pek In Hoei gemetar keras, bagaikan di sambar petir disiang hari bolong ia berdiri mendelong, telinganya mendengar keras dsn benaknya dipenuhi ucapan itu
Air mata mengubur keluar dengan derasnya membasahi pipi It-boen Pit Giok, namun matanya sama sekali tidak berkedip, ia biarkan air matanya merembet kebawah membasahi bajunva.
Dalam keadaan seperti ini Pek In Hoei tidak tabu bagaimana perasaan hatinya sekarang, diapun menatap wajah It Boen Pit Giok yang basah oleh air maia itu dengan wajah tertegun selangkahpun ia tidak bergeser dari tempat semula. "Kau adalah satu2nya lelaki yang menyinggung perasaan halusku sebagai seorang gadis, selama hidup aku akan selalu membenci dirimu..... seru gadis itu kembali sambil menahan isak tangis.
"Akan kuingat selalu ucapanmu itu" jawab Pek In Hoei seraya menjura, kemudian ia mendongak memandang angkasa yeng gelap, lalu bergumam seorang diri. "Selama hidup, akupun tak akan melupakan ucapsnmu itu"
Perlahan lahan It boen Pit Giok angkat tangannya membesut air mata yang menetes keluar, lalu tertawa sedih.
"Akupun berharap agar kau bisa selalu mengingat ingat ucapanku itu. sepanjang masa aku akan selalu mambenci dirimu!".
Pek In Hoei menghela napas panjang, ia pandang wajah gadis itu dalam dalam kemudian putar badan berjalan menuju kekegelapan,
Hatinya yang sedang risau dan bingung membuat langkahnya terasa berat sekali, belum jauh ia melangkah terdengar It boen Pit Giok telah berseru kembali: Tunggu sebentar!". Dengan dingin ia tatap Wajah Pek In Hoei yang berpaling, lalu tanyanya :
"Kau belum beritahu kepadaku siapakah namamu?".
Pek In Hoei melegak diikuti ia mendongak dan tertawa terbahak bahak.
Alis It boen Pit Giok berkerut, namun diam2 dan dengan tenang memandang sianak mada itu tak berkedip. Lama sekali gelak tertawa itu bergema angkasa akhirnya sirap dan suasanapun kembali dalam kesunyian. "Apakah aku demikian gobloknya hingga mengakibatkan kau tertawa begitu keras untuk mengejek diriku tanya gadis itu sambil tertawa sedih.
"Aku sama sekati tidak menertawakan dirimu, aku hanya menertawakan diriku sendiri
Sekilas rasa heran dan tidak habis meegerti berkelebat diatas wajah gadis itu
"Apakah yang membuat kau menetawakan dirimu sendiri?".
"Hingga kini aku baru merasa bahwa antara aku dengan dirimu sama sekali tidak pernah terikat dendam sakit hati ataupun permusuhan apapun juga, sebaliknya kau pun tidak memahami kaadaan diriku, tetapi antara kita berdua telah terjadi suatu ingatan saling mendendam dan napsu ingin saling membunuh, sungguh membingungkan".
"Oooh, jadi kau sedang menertawakan diriku, namapun tidak tahu namun bisa mengucapkan kata kata semacam itu???". dia menghela napas panjang. Kau tentu mengerti bukan akan sepatah kata yang mengatakan:
"Rambut telah beruban bagaikan baru, rambut baru dicukur bagaikan telah lama? "
Pek In Hoei mengangguk.
"Ehmm, itu artinya banyak orang yang sudah berkenalan hampir puluhan tahun lamanya namun setiap kali berjumpa mereka hanya anggukan kepala belaka, tetapi ada pula sebagian manusia yang baru saja kenalan namun mereka telah menganggap bagaikan sehabat lama yang berjumpa kembali. tatoe sekali tidak canggung Canggung, tetapi apa sangkut pautnya dengan dendam sakit hati. ". "Nah, itulah
dia, sejak pertame kali aku berjumpa dengan dirimu dalam hatiku segera timbul rasa benci yang tak terhingg, seakan akan rasa benci yang terpendam dalam hatiku ini sudah lama sekali tersimpan ia disana..."
Dengan pandangan tertegun Pek In Hoei awasi wajahnya yang cantik, dafam hati timbul suatu perasaan yeng sukar dilukis dengan kata kata, otaknya kosong melompong bagaikan selembar kertas putih.
It boen Pit Giok tertawa sedih ujarnya lagi:
"Kau masih belum memberitahukan siapa namamu". "Aku belum memahami ucapan itu" gumam pemuda kita
seraya menggeleng perlahan.
"Pikirkanlah perlahan lahan, Suatu hari kau akan memahami dengan sendirinya".
Mendadak Pek In Hoei temukan suatu perasaan yeng aneh muncul dari balik sinar matanya, namun dengan cepat perasaan tadi lenyap tak berbekas.
"Suatu hari mungkin saja aku akan jadi paham dengan sendirinya"
akhirnya diapun bergumam.
"Aaaai..... kentongan ketiga hampir tiba, malam ini benar benar merupakan suatu malam yang amat panjang......." ia berpaling. "Kau belum siap memberitahukan namamu?".
"Cayhe she Pek bernama Pek In Hoei."
"Pek In Hoei! oooh nama yang indah dan penuh mengandung arti kata syair yang mendalam".
Pek In Hoei tersenyum hambar, ia lirik sekejap kedua puluh empat buah lentera merah itu lalu menyahut: "Namamu pun tidak terlalu jelek, It boen Pit Giok" dia mendongak keatas. "Akupun akan selalu mengingat namamu..."
"Aku tidak butuh kau mengingat ingat namaku, aku hanja berharap kau selalu ingat didalam hati bahwa sepanjang masa aku selalu membenci dirimu".
Pek In Hoei tidak menyangka kalau watak pihak lawan begitu cepat dapat berubah-ubah, ia lirik sekejap wajah It- boen Pit Giok yang adem dan ketus, sekilas rasa bergidik timbul dalam hatinya. Namun ia tidak mengucapkan sesuatu lagi, setelah putar badan segera berlalu menuju ketempat kegelapan.
Memandang bayangan punggung Pek In Hoei yang mulai lenyap dari pandangan, It Boen Pit Giok menghela napas panjang
(Oo-dwkz-oO)
7
SEBENARNYA apa yang sedang kulakukan? apa yang sedang kupikirkan?" ingatan ini berkecamuk terus dalam hatinya, membuat pikirannya terasa kalut dan tidak tenang.
Tanpa terasa ia teringat kembali sewaktu nasib berada dipulau Dewa diluar lautan, rasa sedih dan kesal pada waktu itu terbayang kembali dalam benaknya, terdengar ia bergumam lirih:
"Ucapan suhu sedikitpun tidak salah, sekali injak daratan Tionggoan pelbagai kemurungan akan berkecamuk dalam pikiran, hanya diatas pulau Dewa diluar lautan saja kita baru bisa peroleh ketenangan serta kebahagiaan. Namun dengan cepat dia menggeleng kembali, pikirnya lebih jauh
"Semua kemurungan dan kekesalan hatiku dialah yang berikan kepadaku."
"Aaaaai...... kenapa aku tak dapat melupakan bayangan tubuhnya? Oooh, betapa bencinya hatiku kepadanya"
Padahal iapun sadar bahwa bayargen Pek In Hoei yang tinggi hati dan gagah itu tak dapat hilang dari benaknya.
Hanya saja selama hidup beium pernah dia alami perasaan hati yang mirip cinta namun mirip pula benci semacam ini.
Keadaan muda mudi selamanya memang demikian, setiap kali mereka tak dapat membedakan cinta atau benci, maka tatkala rasa bencinya mencapai pada puncaknya, rasa cintapun akan ikut mencapai pada puncaknya.
Antara cinta dan benci tidak lebih hanya terpaut oleh suatu penghalang yang amat tipis, asalkan dinding pemisah itu berhasil disentuh maka cinta dan benci segera akan bercampur aduk.
Oleh sebab itulah tatkala dalam benak it boen Pit Giok tertera beyangan Pek In Hoei yang tinggi hati dan gagah, dia selalu menganggap itulah sebabnya dia terlalu membenci pemuda itu karena dia telah menyinggung perasaan halusnya, merobohkan gengsinya, tetepi dalam kenyataan rasa cinta telah bersemi dibalik kebenciannya tersebut, hal ini membuat pikirannya mulai goyah dan kegoyahan tersebut mengakibatkan dia kesal, murung dan kebingungan.
Suasana amat sunyi... suara kentongan dibunyikan sebanyak tiga kali bergema dari perkampungan Tay Bie San-cung. "Aaaaai.... kentongan ketiga telah tiba" mendadak It boen Pit Giok angkat kepalanya, titik air mata jatuh menetes dari matanya yang mulai memencarkan cehaya tajam.
Lampu mulai menerangi seluruh perkampungan Tay Bie San cung semua kegelapan terusir pergi dan sinar hiruk pikuk manusia menggema ditengah kesunyian, pintu perkampungan perlahan2 terbentang lebar.
It boen Pit Giok menyeka pipinya yang basah oleh air mata, air mukanya berubah hebat den napsu membunuh menyelimuti wajahnya yang ayu.
Dibawah cahaya rembulan tampaklah dari balik tembok pekarangan perkampungan yang tinggi muncul dua orang lelaki membawa lampu lentera berbentuk bulat, ia berjalan terus hingga kepintu depan lalu berpisah dan membentuk lingkaran setengah busur.
"Hmm! dua orang setan tua ftupun berani menggunakan beberapa buah lampu lenteng tengah untuk menakuti orang!" dengus It boen Pit G!ok mendongkol, ia ulapkan tangannya den segera berseru keras :
"Atur barisan lentera marah!"
Diiringi bentakan nyaring, lentera merah sering berkelebat memenuhi angkasa, dalam sekejap mata kedua puluh empat buah lampu lentera merah itu telah menyebar dibelakang tubuhnya, ditangan kiri gadis2 pembawa lentera itupun telah bertambah dengan sebuah seruling pendek, suasana seram den penuh wibawa.
Mendadak.... terdengar gelak tertawa yang amat nyaring bergema diangkasa dari dalam perkampungan Tay Bie San- cung melayang keluar dua sosok barengan manusia yang tinggi besar. Si Rasul pembenci langil Ku loei dengan mengunakan jubah warna merah, sambil tertawa tergelak malayang ketengah kalangan, sekejab itu tegurnya dengan suara keras
"Haaah.... haaaah..... haaaah. ternyata arak murid tiga
dewa dari luar lautan adalah manusia yang benar2 pegang janji, malam ini sesuai dengan saat perjanjian telah berkunjung kemari, bilamana loolap rada terlambat menyambut kadatangan kalian harap suka dimaafkan. "
Mendadak ia merendek, sinar matanya dari arah tubuh It boen Pit Giok parlahan lahan beralih keatas tanah.
Mengikuti arah sinar matanya gadis it boen pun ikut memandang kebawah, tampaklah mayat manusia bergelimpangan dimana mana, darah warna hitam yang telah membeku dimana keadaannya menyeramkan.
Ku Loei menyentil harpa kunonya berat berat hingga menerbitkan suara getaran amat keras, teriaknya:
"Sungguh berbahagia kematian ketiga puluh orang ini, sungguh tak nyana mereka bisa berpulang kealam baka diiringi irama penukluk iblis pembuvar sukma dari Thiat Tia Sinnie", wajahnya berubah membesi, terusnya lebih jaub, "Atas nama mereka, loolap mengucapkan banyak terima kasih kepadan ahli waris dan sin-nie."
Mereka sama sekali bukan mati dibawah irama musik seruling bajaku...." tukas ft boen Pit Giok kembali melirik sekejap kearah mayat mayat tersebut.
Kematian mereka tanpa meninggalkan bekas luka dibadan, atau mungkin. "
"Siapa bilang mereka mati karena irama serulingku? coba periksa, bukankah mereke mati karena termakan ilmu telapak lembek dari Butong Pay " Sebelum Ku Loei sempat buke suara, kakek kurus kering berjubah hijau yang ada disampingnya telah menyela dengan suara dingin :
Orang2 itu sudah modar semua, apa gunanya kita urusi mereka lagi? kalau memang mereka mati karena ilmu pukulan Butong pay, hutang darah ini bisa kita tagih kepada pihak partai Butong dikemudian hari"
ia maju setindak kedepan, lalu berseru
Loolap adalah Chin Tiong, tolong tanya siapa nama nona?".
Dengan pandangan mendalam It boen Pit Giok memandang sekejap wajah si Rasul Pengutuk Langit Chin Tiong. kemudian lambat2 jawabnya:
"Aku bernama It boen Pit Giok, Saya Gwan Thiat Kie Khek sipenunggang kuda baja dari luar perbatasan It boen Cu Tok yang mati dipuncak Pek Long Hong gurun pasir sebelah utara pada enam beias tahun berselang bukan lain edalah ayahku"
Sekilas rasa keget berkelebat diatas wajah Chin Tiong, Sementara air muka si Rasul Pembenci Langit Ku Loei berubah hebat.
"Enam belas tahun berselang kalian telah bekerja sama untuk membinasakan ayahku dan merampas peternakan Pek Liong
beserta ketujuh belas cabangnya ini malam aku sengaja datang kemari untuk menuntut dendam berdarah ini, aku hendak membalaskan dendam darah ayah dan semua keluargaku, oleh sebab itulah pada dua bulan berselang dengan seruling baja aku telah memberi kabar kepada kalian untuk berjumpa disini pada kentongan ketiga: " Ia merandek sejenak, lalu tambahnya. Sebab malam ini pada kentongen ketiga, enam belas tahun berselang bukan lain adalah saat kematian kedua orang tuaku".
Chin Tiong tertawa seraya,
"Heeh... heeeh.... heeeh.... tadinya aku mengira Thiat Tie Sinnie tidak ingin menyaksikan perkampungan Tay Bie San Cung tancapkan kaki dalam dunia persilatan maka telah turunkan perintah Iblis Tit leng. tak tahunya hanya disebabkan persoalan nona it boen"
Dengan wajah serius sambungnya
"Pada lima belas tahun berselang loolap serta suhengku tidak pernah meninggalkan laut Seng Sut Hay barang setapakpun, apa lagi mengunjungi puncak Pek Liong Hong yang ada digurun pasir sebelah utara. Aku rasa persoalan mengenai ayahmu..."
"Hmm, aku mengerti bahwasanya kalian tidak akan mengakui perbuatan kalian yang terkutuk itu, tapi tahukah kalian bahwa tepat disaat terjadinva peristiwa itu kebetulan suhuku yeng sedang mencari bahan obat obatan digurun pasir dapat menyaksikan semua peristiwa mengerikan didalam peternakan Pek Liong dengan amat jelas apakah dia orang tua bisa keliru mengenali ilmu silat aliran Seng Sut Hay kalian? maka dari itu dalam sekilas pandang saja beliau telah tahu siapakah orang yang melancarkan serangan terkutuk itu
"Haaah..... haaaah... haaah... " Si Rasul pembenci Langit Ku Loei tertawa seram." Seandainya pada saat itu Thiat Tie Sinnie benar benar hadir disitu. kenapa ia tidsk turun tangan nntuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut?".
Titik titik air mata jatuh berlinangan membasahi pipi It Boen Pit Giok yang halus. "Dari tempat kejauhan suhu menyaksikan terjidinya suatu kebakaran hebat ditengah padaeg rumput, ketika beiiau mengejar sampai keaitu, kalian telah membinasakan seluruh orang yang ada dalam peternakan Pek Liong dan sedang kabur dari situ. sebenarnya dia orang tua hendak menyusul kamu sekalian, namun disebabkan ia jumpai diriku yang ada didalam gentong ditengah reruntuhan puing puing rumah, maka tidak sempat menyusui kalian beliau menolong dinku lebih dahulu...
"Hmm, hanya berdasarkan petunjuk itu, kau lantas menuduh kami yang membakar peternakan Pek Liong?" Seru Ghin Tiong ketus, ia tertawa dingin "Perbuatan itu tidak lebih hanya perbuatan perbuatan dari orang gelandangan, apa sangkut pautnya dengan kami?".
"Benar Kami anggota perguruan Seng Sut Hay tidak anti melakukan perbuatan rendah seperti membakar rumah, membunuh orang seperti apa yang kau katakan barusan, rupanya suhumu telah salah melihat".
"Jadi kalian tetap bersikeras tak mau mengaku??" seru It boen Pit Giok sambil menatap wajab kedua orang itu tajam tajam.
Sekalipun Ilmu silat kalian luar lautan sangat ampuh dan lihay, belum tentu kami dari aliran Seng Sut Hay jeri, kenapa tidak berani mengakui perbuatan semacam itu?".
"Heeeh... heeeh... heeeh... jadi kau telah mengaku".
Untuk sesaat Ku Loei dibikin bungkam oleh desakan lawan yang tajam, tak sepatah katapun ranggup dia ucapkan lagi.
Air muka Chin Tiong berubah hebat, tiba tiba serunya: "Meskipun paluhan tahun betselang tiga dewa dari luar
lautan berhasil memaksa suhu kami hingga tak sanggup tancapkan kaki dari daratan Tionggoan dan harus mengasingkan diri, tapi hal mi,belum berarti bahwa ilmu silat aliran luar iautan adalah nomor wahid dikolong langit, aku lihat lebih baik kau jangan membolak balikkan kenyataan dan memfitnah kami dengan tuduhan yang bukan bukan karena andalkan pergaruh Thiat Tie sinnie...".
"Ooooh jadi kalian belum juga mau mengaku?".Teriak It boen Pil Giok dengan gusarnya, tiba tiba dia ayunkan tangan kirinya, Cobs lihat, benda apakah ini?".
Mengikuti gerakan tangan lawan Chin Tiong sagera berpaling, tampaklah diatas telapak It boen Pit Giok yang putih bagus terletak sebuah tanda pengenl besi yang berwarna hitam perak
Begitu menyaksikan benda tadi, air muka si Rasul Pengutuk langit ini kontan berubah hebat... Nama stepa yang terukir diatas tanda pengenal itu? coba jawab!....
benda ini bukan milikku?". teriak sang gadis semakin menjadi, tertawa dingin bergema tiada hentinya.
Air muka Cbin Tiong berubah semakin hebat, setelah hening sesaat jawabnya:
"Tanda pengenal Seng-Gwat-Thiat Pay milikku itu sudah hilang sejak dua puluh tabun berselang, darimana bisa kau daoatkan?".
"Benda inilah' yang berhasil didapatkan suhuku ditengah lapangan peternakan itu".
Ia tarik napas dalam dalam, lalu sambungnya:
"Kau tak usah mungkir lagi, malam ini akan kusuruh kalian saksikan sampai dimanakah kelihayan ilmu silat aliran Luar Lautan, kemudian jiwa kalian baru akan ku cabut". Seruling bajanya diayun ketengah udara dan senandungnya lirih
"Lampu lentera meaciptakan selaksa bayangan, seruling hitam muncul dipintu laksa
Seketika itu juga lampu merah mulai bergerak, gadis2 berbaju merah itupun bergerak silih berganti kesana kemari, dan dalam waktu singkat dua tombak disekeliling kalangan telah terkurung rapat.
Selangkah demi selangkah It boen Pit Giok melangkah kedepan, ujarnya
"Sekarang kalian telah terkurung didalam lampu merahku, tak nanti kalian bisa lolos dengan keadaan selamat...
Ia tutul seruling baja ditangannya hingga menerbitkan suara aneh yang membisingkan kepalam, cahaya tajam berkilauan memenuhi angkasa membuat suasana jadi seram
"Sekarang, rasakanlah dahulu dua belas jurus ilmu aeruling bajaku, kemudian nikmatilah irama penakluk iblis pembuyar sukmaku" serunya dingin.
Ku loei terawa psnjang.
"Loo jie, sekarang adalah saatnya bsgi kita untuk menjajal ilmu bintang dan rembulan berebut cahaya".
Ia sisipkan harpa kuno yang dipeluknya diatas punggung, telapak kanan berputar, diiringi suara desiran tajam serentetan angin teranpan bagaikan sabetan golok membabat keluar.
Chin Tiong putar badannya, lima jari tangannya dipentangkan bagaiken cakar, mengimbangi gerakan Ku Loei dari kanannya, bentuk gerskan satu lingkaran busur dan menyapu keluar.
Dengan bergeraknya tubuh mereka maka terlihatkan sautu kerjasama yang erat srangan msreka tergulung dsn menyapu b»gaikan hembusan angin taupan, menembusi tubuh It boen Pit Giok seketika itu juga terkurung rapat
Dalam pada itu gadis cantik dari luar lautan ini belum melakukan sesuatu tindakan, tatkala dirasanya segulung angin tajam meayambar datang dengan hebatnja dengan cepat Kakinya bergeser kesamping, meoggunaksn ilmu langkah Leng Pou Wie Poh ia hindari datangnya ancaman ilmu pukulan golok perontok pukulan iawan.
Lengannya dipentangkan seruling baja tersebut diiringi musik yang lembut menotok telapak kanan Ku Loei.
Chin Tiong mendengus dingin, lima jarinya dipentangkan lebar2, laksana kaitan ia mencakar keluar, kemudian diikuti telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Seng Lok Goan Yat" atau Bintang Rontok di padang tandus menghantam punggung It boen Pit Giok
Dalam pada itu Ku Loe! sedang didesak mundur oleh serangan lawan, tampaklah It boen Pit Giok mengayun gaunnya hingga beterbangan, seruling bajanya diiringi desiran ysng memekikkan telinga segera menyapu kearah bawah.
Ketika itu sepuluh jari Chin Tiong baru saja dipentang keluar, mendengar irama seruling yang begitu aneh dan tajam itu seketika hatinya lergetar keras, sentilan kesepuluh jarinya pun rada merandek sejenak
Cahaya hitam segera memenuhi angkasa, beribu ribu batang cahaya seruling baja dengan memenuhi angkasa menyapu datang. Chin Tiong meraung keras, tubuh bagian atasnya berjongkok kebawah, sepuluh jarinva menyentil berbareng, desiran angin totokan yeng dingin dan tajam langsung menyambar bayangan seruling yang memenuhi angkasa.
Perubahan ini dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat bayangan seruling seketika sirap dan tahu2 senjata gadis itu telah berhasil dicengkeramnya.
It boen Pit Giok mendengus dingin pergelangannya digelarnya seruling bajanya seketika membentuk tiga buah lingkatan kecil yang dengan cepat membentur pergelangan Chin Tiong dikala jari tangan lawan hampir menggenggam
Tiba2 Ku Loei membentak keras, telapak kanannya diarak balik untuk melindungi diri, tangan kiri menyapu keluar diikuti kakinya maju riga langkah kemuka, dengan Gwat Hoen Lok" atau Sukma Rontok dibawah sinar rembulan ia babat badan lawan.
Dalam sekejap mata Chin Tiong membentak, badannye bergeser mundur enam depa kebelakang, sedangkan Ku Loei menggetarkan sepasang lengannya dan ikut loncat pula delapan depa kebelakang, wajahnya menunjukkan rasa kaget bercampur gusar yang tak terhingga.
Tiga soiok bayangan manusia segera berpisah, It-boen Pit Giok memutar jari telunjuk tangan kirinya membeniuk gerakan setengah busur lalu ditarik melindungi dada, wajahnya serius dan ia tatap seruling sendiri dengan pandangan tajam.
Chin Tiong rangkap sepasang telapaknya, sepuluh jari berbunyi gemerukan yang keras, oleh hantaman seruling gadis sbe It Boen hampir saja sekujur badannya pada kaku.
"Loo toa. apakah kau menderita kerugian?" tegur Chin Tiong. "Loo jie, hati hati dengan budak ingusan ini dia mengerti pula ilmu jari sakti "Tan Cie Saan Tiong" dari kalangan budha".
"Hmmm, kepandaian kalian tidak jelek" jengek It boen Pit Giok sambil melirik sekejap mantelnya yang terhantam hingga robek, "Tenyata mantelku yang begitu lunak dan halus pun berhasil kalian hantam sampai robek!".
Ku Loei tertawa dingin tiada hentinya, tidak gubris ocehan orang sementara hawa murninya segera disalurkan keseluruh badan guna siap siap menghadapi serangan berikutnya.
Tiba tiba sebuah bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, seorang lelaki muda munculkan diri dari balik barisan lampu lentera merah yang telah menyebar diempat penjuru itu.
"Socouw, pil obat ini telah siap" terdengar orang itu berteriak keras.
Mendengar seruan itu air muka Ku Loei maupun Chin Tiong menunjukkan tanda tanda kaget bercampur girang.
Mereka saling bertukar pantangan sekejap, kemudian terdengar Ku Loei bertanya
"Apakah Hoa Tuo mengatakan bawa obat ini harus segera ditelan?"
"Hoa sucouw memerintahkan obat itu segera harus ditelan, sebab sebentar lagi daya kerja obat itu akan menunjukkan hasilnya.
Ku Loei segera menyambut sebuah botol porselen yang ditempatkan kearahnya.
Ke Liat, cepat kau kembali kedalam perkampungan" serunya. Kcmudian dibukanya botol porselen tadi dan ambil keluar dua butir pil yang segera ditelan kedalam perut, setelah itu dia serahkan botol porselen tadi ketangan Chin Tiong.
Tatkala menyaksikan Chin Tiong serta Ku Loei menelan dua buah pil yang dikirim oleh seorang peronda, dalam hati It Boen Pit Giok segera berpikir:
"Rupanya tadi mereka berdua memang sengaja sedang mengulur waktu dengan tujuan hendak menantikan kedatangan obat tersebut, Hmm aku tidak percaya kalau obat tadi sanggup menahan gabungan irama penakluk iblis pembuyar sukma serta barisan lampu merahku".
Maka dia lantas mendengus dingin den berseru:
"Barisan Icmpu merah hanya mengijinkan orang masuk tak mengijinkan mereke keluar, sekarang kau masih ingin melarikan diri?"
Jari jari tangannya yang halus dan putih ramping itu segera bergerak, seruling ditempelkan dibiblr dan berkumandanglah irama seruling yang tinggi melengking bergema diseturuh angkasa.
Tubuh Ke Liat yang sedang lari kemuka seketika merengek ditengah jalan, sepasang kakinya jadi lemas dan tak ampun dia jatuhkan diri berlutut diatas tanah, wajahnya berkerut kencang menahan penderitaan serta siksaan yang hebat, sambil menjerit lengking dari mulutnya segera menyembur keluar darah segar.
Menyaksikan keadaan cucu muridnya menderita sekarat, buru buru Ku Loei lepaskan harpa kunonya dari panggung, sepuluh jari bergerak cegat dan...... Cring! Cring! dua rentetan irama keras segera menghalau gema irama seruling yang berkumandang diangkasa. It boen Pit Giok tertawa dingin.
"Hmmm kalau memang kalian begitu berminat untuk mendengarkan irama Penakluk iblis Pembuyar sukmaku? Nah! pentanglah telinga kelian lebar lebar dsn nikmatilah Irama penghantar kealam baka ini!" jengeknya
"Aku harap kau suka lepaskan cucu muridku ini berlalu dari sini" mohon Chin Tiong.
It been Pit Giok sama sekali tidak menggubris ucapan orang lima jarinya bergerak cepat, irama serulingpun seketika berkumandang kembali memenuhi angkasa.
Mengikuti bergemanya irama seruling tersebut, gadis gadis berbaju putih yang membawa lentera merah itupun mulai bergerak kelana kemari, maka dalam waktu singkat irama seruling yeng rendah berat tadi telah memenuhi setiap ruang kosong disekeliling sana.
Bergeraknya lampu lentera semakin mengaburkan pandangan orang, seolah olah beribu ribu buah lampu secara serentak bergerak berbareng menyumbat dan penuhi setiap ruang kosong disekeliling sana
"Aduh celaka....." teriak Chin Tiong, tanpa mempedulikan keselamatan Ke Liat lagi. ia tarik tangan Ku Loei untuk kemudian sama sama duduk bersila diatas tanah
la pejamkan matanva rapat rapat, dari dalam saku diambilnya due buak genderang yang segera dijepit diantara kakinya dan mulai dipukul berlalu talu.
Ku Loei duduk dengan punggung bersandar punggung dari Chin Tiong yang satu memeluk harpa kuno yang lain menjepit ember kecil, mengikuti irama seruling lawan berlangsunglah duel musik yang menegangkan urat saraf. Beberapa saat telah berlalu dengan cepatnya. gabungan irama musik yeng menggema diangkasa itu membuat telinga siapapun yang mendengar teresa mau meledak. Tiba tiba Ke Liat menjerit keras, sepasang matanya menekan dada keras keras, matanya melotot besar dan menetap wajah It boen Pit Giok tak berkedip.
Bibirnya bergema perlahan namun tak sepatah katapun sanggup diutarakan keluar. sinar matanya memancarkan penderitaan yang bukan kepalang, bslum sampai dua langkah ia maju sempoyongan tubuhnya roboh kembali keatas tanah.
Dan mulutnya menyembur keluar pancuran darah segar yang segera muncrat keempat penjuru dan membasahi seluruh tubuhnya, orang itu menjerit jerit dengan suara serak, kemudian berkelejet beberapa kali dan akhirnya badannya menegang, putuslah jiwanya.
It Boen Pit Giok mengerutksn sepasang alisnya, perlahan lahan ia melengos kesamping. Sejak dilahirkan belum pernah ia saksikan betapa menderita dan tersiksanya eseorang yang sedang msnghadapi sekarat, tanpa terasa timbul suatu perasaan yang aneh dan sukar dilukiskan dangan kata2 dari dasar hatinya.
Pada saat itulah mendadak suara tambur dsn harpa berubah, dari irama yang gencar dan cepat kini berubah jadi lambat dan tenang bagaikan awan diangkasa.
Seketika itu juga irama seruling terbendung, irama harpa yang bercampur dengan irama tambur parlahan laban menggema dan menusuk telinganya.
Perasaan It boen Pit G!ok seketika bergoncang keras, irama harpa lawan dengan cepat menyerang kedalam hatinya, dalam sekejap mata paadangannya jadi kabur dan muncullah suatu bayangan seseorang yang ganteng dan gagah..
"Pek In Hoei" hatinya bergetar keras, ia merasa seakan akan dihadapannya muncul bayangan pemuda itu yang mana sambil tersenyum menghampiri dirinya. Tanpa sadar ia turunkan serulingnya dari bibir.....
Dengan kacaunya irama seruling, maka irama tamburpun semakin meninggi, sekeliling tempat itu segera dipenuhi oleh gabungan irama harpa dan tambur
Ku Loei menyeka air keringat yang telah membasahi wajabnya resa tegang yang menyelimuti wajahnya perlahan menyusut hilang, ia berpaling memandang sekejap wajah It boen Pit Giok yang masih termangu mangu, lalu pikirnya:
"Asalkan irama serulingnya dimainkan sampai tingkat yang ketiga, tenaga kami niscaya akan terkuras habis dan hawa darah dalam urat nadi akan kacau dan akhirnya pecah dan mati Namun kenapa secara mendadak ia menghentikan serangannya den memberi kesempatan kepada kami untuk meloloskan diri dari maut. "
Dia tidak tahu apabila It boen Pit Giok sewaktu menerima pelajaran irama penakluk iblis pembayar sukma dari Thiat Tie Sinnie masih merupakan seorang gadis suci yang tidak dibebani dengan pelbagai pikiran, lagi pula gadis itupun tidak tahu bila irama sakti ini mempunyai daya serang yang begitu hebat hingga sanggup menghancurkan urat syaraf orang.
Maka dari itu tatkala menyaksikan betapa seram dan ngeriuya Ke Liat di saat yang terakhir, hatinya jadi melengak dan saat itulah pikirannya segera terpengaruh oleh serangen irama harpa lawan. Maka dari itu bayangan Pek In Hoei yang melekat terus daiam benaknya segera muncul didepan mata, membuat ia tak sanggup meneruskan permainan serulingnya dan memberi kesempatan bagi Ku Loei serta Chin Tiong untuk berganti napas.
Dengan tertegunnya gedis ini, maka gadis gadis diempat penjurupun mulai kacau terpengaruh irama gabungan lawan, barisan lampu merah yang ampuh dan kuat itupun mulai kacau dan berantakan tidak karuan.
Menyaksikan keadaan pihak lawan, meskipun seluruh tubuh Chin Tiong basah kuyup oleh keringat namun wajahnya kelihatan amat bangga, ia pentangkan matanya memandang kawanan gadis berbaju putih yang mulai limbung den lari kesane kemari tidak karuan, pikirnja dalam hati:
"Tidak sampai teperminum teh lagi mereka pasti akan muntah darah dan modar.
Belum habis ingatan tersebut berkelebat didalam benaknya, tiba tiba terdengar suara bentakan dahsyat laksana guntur membelah bumi disiang hari bolong menggema diangkasa, sesosok bayangan manusia berwarna keperak perakan dengan cepatnya meloncat masuk kedalam barisan.
Chin Tiong tertegun, belum sempat pikiran kedua berkelebat dalam benaknya, serentetan cahaya tajam yang amat menyilaukan mata telah meluncur datang.
Si Rasul Pengutuk Langit ini jadi kaget, buru buru ia menghindar kesamping, namun sayang gerakannya rada terlambat satu langkah. tahu tahu tambur kecil yang dijepit diantara kakinya telah hancur terpapas oleh sapuan senjata lawan. Melihat senjata kesayangannya hancur orang she Chin ini naik pitam, ia balas membemak keras den kesepuluh jarinya dengan membentuk bayangan yang menyilaukan mata segera menyapu keluar.
Pek In Hoei atau sipemuda yang berusan munculkan dari dalam kalangan Itu mendengus dingin, pedangnya diputar membentuk gerakan setengah busur lalu membabat kemuka.
Cahava pedang berkelebat menyilaukan meta, sacara beruntun tiga lapis hawa pedang secara bersusun menyapu tiba.
Chin Tiong berkelit kesamping, sebelum serangan dari kesepuluh jarinya mencapai pada puncaknya, ia sudah didesak balik oleh cahaya pedang lawan yang dahsyat.
"Breeecet.... tubuh hijau bagian dadanya segera tersambar pedang lawan dan muncullah sebuah robekan panjang.
Dengan menahan rasa sakit ia msraung keras, gerakan tubuhnya tetap tak berubah, dengan punggung menempel diatas punggung Ku Loei ia melayang empat depa kemuka. nyaris sekali ia berhasil loloskan diri dari serangan berantai lawan.
Perubahan yang terjadi secara tiba2 ini seketika mengejutkan It-boen Pit Giok, ia mendusin dari lamunannya dan segera menyadari bahwa girinya telah terjerumus kedalam pengaruh orang.
Dalam pada itu Pek In Hoei sambit mencekal pedangnya yang masih basah oleh darah lawan berdiri gagah dibadapannya, dengan serius terdengar ia menegur;
"Apaksh kau terluka?" It-boen Pit Giok berseru tertahan, merah jengah selembar wajhnya, sambil menatap wajah Pek In Hoei tajam2 mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Menyaksikan wajahnya menampilkan rasa terperanjat, sianak muda she Pek ini lantas mengira kalau gadis itu telah terluka, buru-buru ia melangkah kedepan mendekatinya, sekali lagi ia menegur:
"Apakah kau terluka?"
Bukannya berterima kasih, mendadak hawa gusar bercampur malu muncul dari lubuk hati It-boen Pit Giok, sambil ayunkan telapaknya kedepan, makinya kalang kabut:
"Kaulah yang mencelakai diriku, gara2 kau ini hari ini aku menderita kekalahan total!"
Mimpipun Pek In Hoei tidak menyangka kalau secara tiba2 gadis itu bisa menampar wajahnya, disaat ia masih tertegun
Ploook sebuah gaplokan keras telah mendarat dipipinya, seketika Itu juga terbekaslah lima jari yang merah diatas wajahnya yang ganteng.
Pek In Hoei makin tertegun, ia tatap wajab lawan dengan mata terbelalak, sepatah katapun tak sanggup diutarakan.
It boen Pit Giok sendiripun dibikin sadar kembali setelah mendengar gaplokan yang nyaring itu. ia sendiri berdiri tertegun dengan mulut melongo, matanya memandang pemuda itu dengan mata terbelalak dan untuk beberapa saat diapun tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Lama sekali akhirnva hawa gusar menyelimuti wajah Pek In Hoei, tegurnya dengan rasa mendongkol: "Mengapa kau gaplok pipiku? apakah aku sudah salah menolong dirimu?..."
Ia tarik napas dalam2, kemudian dengan suara keras ujarnya kembali:
"Coba libat barisanmu itu, dan lihat pula bajingan2 yang membawa lampu putih diluar barisanmu. Hmm mereka semua membawa tabung rahasia yang berisi cairan racun. Asal selangkah saja aku datang terlambat cairan racun dalam tabung rahasia mereka tentu sudah dimusnahkan kedalam, seandainya sampai terjadi begitu kau anggap jiwa kalian bisa selamat?"
Titik airmata jatuh berlinang membasahi wajah It boen Pit Giok, lama sekeli ia berdiri tertegun sambil menatap wajah Pek Ia Hoei, tiba2 ia tutup wajah sendiri dengan tangan lalu sambil menangis terisak putar badan dan kabut dari situ,
Dalam sekejap mata para gadis pembawa lentera merahpun ikut berlalu dari situ.
Dengan termangu mangu Pek In Hoei memandang bayangan punggung It Boen Pit Giok yang mulai menjauh dari sana, dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan sangsi yang sukar dilukiskan dengan kata kata,
Rupanya sewaktu ia berlalu sambil melangkah perlahan lahan tadi, sepanjang perjalanan bayangan dari It boee Pit Giok selalu muncul dalam benaknya dan ucapan gadis Itu selalu mendengung disisi telinganya, semakin ia berusaha untuk menghilangkan bayangan gadis tadi. bayangan It Boen Pit Giok semakin nyata membekas di hatinya.
Akhirnya ketika ia tiba ditepi tembok kota, pemuda she Pek ini baru dapat memahami apa artinya cinta dan benci, maka buru2 ia lari balik ketempat semula. disana ditemuinya gadis dari luar lautan iru sedang berada dalam keadaan bahaya.
Siapa sangka setelah ia berhasil menyelamatkan jiwanya, bukan terima kasih yang didapatkan sebaliknya ia dipersen sebuah tempelengan oleh gadis tersebut.
Maka pikiran yang mulai terbuka kini terbuka kini, kembali. sebab ia tidak mengerti apa sebabnye wajahnya ditampar olehnya.
"Kaulah mencelakai diriku, gara2 kau sku hampir saja celaka..." Dengan hati tercengang ia membatin. "Kapan aku celakai dirinya?"
Semakin dipikir kepalanya semakin pusing namun belum juga didapatkan alasan untuk nemecahkan teka teki tersebut, akhirnya ia menghela napas panjang dan berseru : "Aaaai hati kaum gadis memang gampang berubah bagaikan awan diangkasa, sukar dipahami oleh siapapun juga."
Pada saat itulah, mendadak dsri tengah kalangan terdengar suara orerg berseru kaget disusul suara Ku Loei berkumendang memecahkan kesunyian:
"Aaaah dia, dia adalah putra sipedang penghancur sang surya dari partai Tiam cong dia adalah anak dari Pek Tiang Hong"
Dengan cepat Pek In Hoei putar badan ditatapnya wajah Ku Loei yang tertampak dengan mata melotot, pemandangan dikala manusia she Ku ini bertarung melawan. Kim In Eng sewaktu ada digunung Cing Shia tempo dulupun segera terbayang dalam benaknya.
"Tidak salah" dia mengangguk tanda membenarkan. "Aku adalal Pek In Hoei putra dari Pek Tiang Hong" "Pek Iin Hoei?" Seru Chin Tiong melengak, dipandangnya sekejap luka didepan dadanya. "Jadi kau yang disebut orang kangouw sebagai sijago pedang berdarah di dingin Pek In Hoei?"
"Cayhe adalah Pek In Hoei, namun bukan sijago pedang berdarah dingin yang kau maksudkan"
Ku Loei sambil membp ong harpa kunonya memandang sekejap kearah Chin Tiong lalu katanya:
"Sedikitpun tidak salah, dia memang bukan sijago pedang berdarah dingin Liong jie pernah berjumpa dengan manusia itu sewaktu ada dikota Yong Shia bahkan pernah minta petunjuk ilmu pedangnya pula, dalam pertarungan itu kedua belah pihak tak ada yeng menang dan tak ada yang kalah. waktu itu aku lantas berani ambil kesimpulan bahwasanya sijago pedang herdarah dingin adalah murid In Eng
Pak In Hoei mengerti yang dia maksudkan pastilah Kim Lang Boen, maka dengan alis berkerut tanyanya:
"Mengenai jejak dari Kim in Eng Cianpwee ?"
"Keparat cilik jadi kau adalah sikeparat busuk yang bersembunyi dibelakang In Eng malam jtu?" tiba2 Ku Loei membentak keras, ia maju selangkah kedepan tambahnya:
"Aku sedang ada maksud mencari dirimu"
"Hmmm akupun sedang kemari untuk mencari dirimu" "Keparat cilik ini rada2 lihay" bisik Chin Tiong sambil
menarik tubuh Ku Loei kesisinya. Dua serangan jari
bintang kejora yang kuhantam keatas dadanya tadi sama sekaii tidak memberikan reaksi apapun juga, kemungkinan besar dia adalah anak murid dan Thay Chi lang Jen, si setan tua diluar lautan, dan telah berhasil melatih ilmu sinkang yang kebal senjata serta pukulan. "
Dsogan pandangan yang tajam Pek In Hoei mengawasi jubah yaag dikenakan Chin Tiong, tiba dari sakunya dia ambil keluar secarik potongan kain, lalu bentaknya keras:
"Kau masih ingat dengan benda ini? sewaktu sda dipuncak gunung Cing Shia. "
Begitu mendengar kata2 Puncak gunung Cing Shia, air muka Rasul pengutuk langit ini seketika berubah hebat dengan hati jeri dia mundur selangkah kebelakang.
Pek In Hoei tahu tindak tanduknya yeng ngawur barusan kemungkinan besar akan berhasil mengetahui salah satu dari pengerubut ayahnya waktu ada dipuncak gunung Cing Shia tempo dulu darah panas dalam dadanva segera bergolak, napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya.
Bekas tanda merah yang ada diantara sepasang alisnya kian lama kian membara hingga akhirnya begitu merah semakin akan darah tegar
Dari sekujur badannya memancar keluar suatu tenaga misterius yeng maha dahsyat yang mana segera mengejutkan hati Ku Loei maupun Chin Tiong. air muka mereka berubah mengenaskan sekali.
-oo0dw0oo-