Imam Tanpa Bayangan II Jilid 09

 
Jilid 09

"SELAMA ratusan tahun belakang ini dalam dunia persilatan telah tersiar berita yang mengatakan bahwa diluar lautan terdapat tiga buah pulau dewa di atas setiap pulau dewa itu terdapatlah keraton marmer yang sangat indah, dan dalam keraton tadi hidup tiga orang kakek tua, mereka telah berhasil melatih ilmunya hingga mencapai taraf seperti dewa, api dan air tidak bisa menghancurkan tubuh mereka." "Aku tidak percaya"

Belum habis sianak muda itu menyelesaikan kata katanya, mendadak dati tempat kejauhan terdengarlah suara keleningan yang merdu serta irama musik yang merdu merayu berkumandang datang.

Dengan wajah melengak Pek in Hoei segera berpaling, tampaklah dari balik kabut yang menyelubungi sekitar tempat itu entah sejak kapan telah muncul dua baris lentera merah yang perlahan lahan sedang bergerak mendakat.

Dalam sekilas pandang, ia dapat menghitung jumlah lentera merah yang terbagi jadi dua barisan itu berjumlah dua puluh empat buah

Mendadak air muka Ouw Yang Gong berubah hebat.

„Waduh .... celaka, mungkin permaianan yang barusan kumaksudkan telah datang

Kabut putih laksana sutera, lampu lampu lentera itu bermunculan dari balik kabut

tadi ditengah malam buta warna warni lampu lentera tadi menambah kesetaraan dan kemisteriusan

Angin malam berhemnbus lewat membayarkan kabut yang menyelibungi seluruh jagad, di tengah kesunyian nampaklah kedua puluh empat buah lentera merah itu dengan terbagi jadi dua barisan perlahan lahan bergerak menuju kearah perkampungan Tay-bie san-cung.

Memandang lampu2 lentera merah yang bergerak secara misterius itu, dengan rasa tercengang Pek in Hoei berbisik:

„Sungguh aneh sekali kemunculan kedua puluh empat buah lentera merah ini, sedikitpun tak ada suara yang kedengaran „Dilihat dari keanehan serta kemisteriusan lampu lampu lentera merah ini, semakin jelas menunjukan kalau mereka datang dari tiga pulau diluar lautan"

Belum habis ia berseru, mendadak manusia aneh ini menjerit keras

„Aduh celaka dibalik irama musik itu ada setannya" Dengan    wajah    tertegun    Pek   in   Hoei    berpaling.

Ditatapnya wajah Ouw-yang Gong dengan sinar mata

penuh tanda tanya.

„Coba kaudengar!" Ouw yang Gong berseru kembali.

„Irama musik itu seakan akan membetot isi peruiku, aduh hatiku seperti diiris iris dengan pisau tajam. "

Mendadak ia tekan lambungnya dengan sepasang tangan, sementara badannya berdiri termangu mangu disitu. Sebentar saja seluruh wajah dan tubuh OuW-yang Cong telah basah kuyup bermandikan keringat, badannya berkerut tiada hentinya seolah2 sedang menahan rasa sakit dan penderitaan.

„Eeeei ular asep tua, kenapa kau?" segera tegurnya dengan nada kaget.

Ouw-yang Gong pejamkan matanya geleng kepala berulang kali, mendadak ia jatuhkan diri duduk bersila keatas tanah kemudian bersemedi dan mengerahkan segenap tenaga lweekang yang dimilikinya untuk melawan suara lembut yang menyerang hebat itu.

Pek in Hoei benar benar dibikin tercengang dan tidak habis mengerti atas sikap ouw-yang Gong yang seakan akan tersiksa hebat itu, pikirnya dalam hati:

„Kenapa irama musik itu lama sekali tidak mempengaruhi diriku? Sedangkan si uler asep tua kelihatan begitu tersiksa dan menderita? .... Aneh aneh sekali" Otaknya telah diperas sedemikian rupa namun belum berhasil juga meremukan sebab sebabnya, maka akhirnya ia pusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengar.

Namun disaat yang amat singkat itulah irama musik yang lembut merdu tadi sudah tidak kedengaran lagi suasana disekeliling tempat itu telah pulih kembali dalam kesunyian.

Hatinya jadi bergidik, segera pikirnya lebih jauh:

„Suara irama musik jfu muncul tanpa suara pergi tanpa gerakan, bahkan bisa melukai isi perut orang tanpa terasa... oooh sungguh mengerikan sekali..."

Ketika ia berpaling lagi, terlihatlah kedua puluh empat lampu lentera merah tadi sudah berada kurang lebih empst tombak dihadapannya, lampu lampu itu bergoyang tiada hentinya dari balik kabut yang menyelubunginya.

Sekarang, Pek In Hoei dapat melihat jelas bahwasanya dari balik kabut muncul dua baris gadis gadis muda berbaju putih berdandan dayang keraton yang membawa sebuah ranting bambu berwarna keperak perakan ditangan kiri dan sebuah lampu lentera merah ditangan kanannya.

Gerak genk gadis gadis cantik itu ringan dan enteng seakan akan tidak menempel tanah, dipandang dari kejauhan mereka mirip para bidadari yang baru turun dari kahyangan.

Pek In Hoei merasa amat tercengang dengan kemunculan dua baris gadis gadis cantik yang sargat misterius ini, tanpa sadar rasa bergidik muncul dari dasar hatinya, bulu kuduknya sama sama pada bangun berdiri.

Ia tarik napas panjang panjang, dengan mulut membungkam ditatapnya kedua puluh empat lentera merah itu muncul dari balik kabut, untuk beberapa saat lamanya dia lupa untuk meninggalkan tempat itu.

Mendadak...... sisi telinganya berkumandang suara teguran yang lembut dan merdu:

„Hei! Apakah Kau anggota perkampungan Tay-bie-san- cung?. "

Ucapan itu amat lembut, halus dan enak didengar, seakan akan bisikan mesrah sang kekasih membuat hati tergoncang keras dan badan terasa nyaman

Pek In Hoei berseru tertahan, ia tidak temukan suara tadi berasal dari mana, jika memandang sekelilingnya maka kecuali terlihat kabut yang mulai buyar, Ouw-yang gong yang masih duduk bersila ditanah serta dua baris gadis gadis keraton itu

tidak tampak bayangan manusia lainnya ada disitu.

Ingatannya segera ditujukan kearah dua baris gadis yang membawa lampu lentera itu.

Sedikitpun tidak salah, terdengar suara kembali berkumandang disisi telinganya:

„Hei! Sudah kau dengar pertanyaanku tadi   ?"

"Kau sedang berbicara dengan diriku" bentak Pek In Hoei. „Sudah tentu dengan dirimu" berjalan didepan tadi berhenti, di bawah sorotan dua puluh empat buah lentera tampak dua orang lelaki kekar berjubah merah dan berperawakan tinggi kekar sambil menggotong sebuah tandu munculkan diri dari barisan.

Warna tandu itu putih keperak perakan diatas atap tandu terdapat sebutir mutiara yang memancarkan cahaya kehijau hijauan. Dikala Pek ln Hoei masih berdiri termangu-mangu, kedua orang lelaki kekar itu sambil menggotong tandunya telah berada kurang lebih tiga depa dihadapannya.

Kain horden tersingkap dan dari balik tandu muncul selembar wajah yang cantik jelita.

„Hanya kau seorang diri berdiri disitu kalau aku tidak ajak kau bicara lalu dianggapnya aku lagi bicara dengan siapa?" terdengar dara ayu itu menegur.

Begitu wajah gadis itu munculkan diri Pek In Hoei segera pusatkan seluruh perhatiannya keatas wajah dara tadi.

Ssbib ia merasa kecantikan wajah gadis itu benar benar sukar dilukiskan dengan kata kita dibawah sorotan cahaya mutiara wajahnya tampak begitu agung, begitu ayu dan menawan seakan akan bidadari.

Sinar mata gadis itu tajam sekali, dalam suatu adu pandangan Pek in Hoei merasa hatinya bsrdebar keras, timbul perasaan rendah diri dalam hatinya hingga tanpa sadar ia telah tundukkan kepalanya rendah rendah.

„Kau tidak berani adu pandang dengan diriku?" tegur sang gadis sambil tersenyum tatkala menyaksikan sikap sianak muda itu.

"Apa kau bilang?" darah panas segera bergolak dalam dada Pek Ia Hoei, alisnya? berkeiut dan sinar matanya kembali menatap wajah gadis itu tajam tajam.

Gadis itu tidak mengira kalau sianak muda itu bisa memandang dirinya dengan cara begitu, ia merasakan betapa tajam dan hebatnya sinar mata orang membuat hati sendiri timbul suatu perabaan aneh yang sukar dilukiskan dengan kata kata. ia tertegun, sekilas rasa jengah berkelebat diatas wajahnya, namun dengan cepat, air mukanya berubah jadi dingin kembali, sepasang alis berkerut kencang dan hardiknya nyaring:

„Hm! Kenapa kau melototi diriku?" "Hm Kau mengatakan aku tak berani memandang dirimu, maka aku pandang dirimu sekarang..... Eeeei......... sekarang kembali kau melarang aku memandang dirimu. Hmmm, kurang ajar! Sebenarnya bagaimana maksudmu? Suruh lihat wajahmu arau tidak?"

"Sekali aku bilang tak boleh memandang ayoh cepat berpaling kearah Iain"

Pek in Hoei melegak, ia tidak menyangka kalau sikap gadis ini benar benar tak tahu aturan, dengan dingin ia melirik sekejap kearah gadis itu lalu melengos kearah lain.

Sikap pemuda kita yang acuh tak acuh kontan menggusarkan hati gadis itu, air mukanya berubah hebat, tangannya yang berada dibalik jendela mendadak disentil kedepan, serentetan angin totokan segera menyambar kedepan.

Merasakan dirinya diserang laksana kilat Pek in Hoei putar badannya meloloskan diri dari aacaman tersebut, terasa jalan darah Ming-bun -hiat diafas pinggangnya terhajar telak, namun untung bawa sinkangnya segera melinduogi badan hingga isi perutnvg tidak sampai terluka,

Dengan cepat ia berpaling tampaklah gadis itu sedang memandang kearahnya dengan mata terbelalak, sinar matanya mengandung rasa heran dan tercengang yang tak terhingga.

„Hei, apa yang telah kau lakukan?7" bentak pemuda kita dengan nada gusar. Gadis itu mengkerutkan alisnya. bibirnys yang kecil terbuka sedikit, dengan termangu mangu ia menatap wajah Pek In Hoei tak berkedip, untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun sanggup diutarakan keluar. „Hai, keparat cilik kenapa kau meraung macam anjing kesakitan"

mendengar suara teriakan Ouw-yang Gong berkumandang dari arah belakang

Dengan cepat Pek in Hoei berpaling ia lihat 0uwyarg Gong mengerdipkan matanya berulang kali kepadanya. lalu maju beberapa jangkah kedepan dsn menjura kearah gadis itu.

"Nona, tolong tanya apakah kau datang dari tiga pulau dewa didasar lautan?".

„Eeei... sungguh aneh, darimana kau bisa tahu kalau aku berasal dari luar lautan?"

„Haah... haaah... haah meski pun sudah hampir enam puluh tahun lamanya tiga dewa dari luar lautan tidak tancapkan kakinya kembali didaratan Tionggoan, namun ilmu sakti seruling baja sembilan lubang dari Thiat Tie Thaysu masih tefap berkumandang dalam dunia persilatan irama musik yang barusan noaa perdengarkan bukankah merupakan irama penakluk iblis pembuyar sukma dari dia orang tua?".

Mendengar manusia aneh itu menyanjung nyanjung nama gurunya, wajah gadis itu segera benseri seri.

"Sungguh tak kusangka didaratan Tionggoan masih ada orang yang mengenal ilmu kami milik suhuku sungguh luar biasa•

Biji matanya berputar, kemudian tanyanya :

„Entah siapakah nama cienpwee?". "Haaah... haaah... haaah... aku- bernama Owyang Gong, orang tahu diriku sebayai si huncwee gede. Ooh yaah, dan siapa nama nona..."

Gadis manis iiu melirik sekejap kearah huncwee gede yang berada diitengah Ouw-yang Gong, kemudian tersenyum dan menjawab:

"Boanpwee bcrnama It Boen Put Giok

Mendenger gedis ini she It Boen pula seperti halnyas It Boen Liong yang baru saja berlalu, tanpa terasa Pek In Hoei melirik sekejap kearahnya dalam dalam.

It Boen Put Giok pun melirik sekejap kearah Pek in Hoei. kemudian bertanya „Cianpwe?, apskah dia adalah muridmu?". „Oooh bukan bukan, aku tidak mempunyai hokkie sebesar itu untuk menerima dirinya sebagai muridku, dia bukan lain adalah sahabat kecilku.."

"Hmm, tidak aneh kalau lagaknya begitu congkak" sekali lagi gadis itu melirik sekejap kearah Pek In Hoei" Meskipun ilmu?silat yang dimilikinya sangat libay, namun itu saja tak ada artinya sebab ia tak bakal bisa menerjeng keluar dari barisan lampu morahku, karena kesombonganya dia tak nanti bisa mendalami inti sari ilmu silat yang paling atas"

Pek In Hoei mendengus dingin, sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu Ouwyang Gong telah mengerdipkan matanya berulang kali.

Sekalipun begitu. dengusannya tsdi telah cukup merubah air muka It-boen Pit Giok jadi dingin dan kaku dengan suara yang ketus ia berseru kembali :

„Hmmm ! kalau kau tidak percaya, ayoh ikutilah diriku masuk kedalam perkampungan Tay Bie San cung, nanti kau akan saksikan sendiri betapa liheynya Ang Teng Toa tin ku itu. " "Nona jangan kau rewelsi dirinya lagi, dia adalah seorang bocah tolol...... " karena situasi semakin tidak menguntungkan maka haru buru Ouw yang Gong menimbrung

Dengan termangu mangu Pek in Hoei berdiri membungkam disitu, suatu perasaan aneh berkelebat dalam benaknya, dia merasa heran apa sebabnya Ouwyang Gang yang pada hari hari biasa merupakan manusia yang berani bicara berani berbuat, Tidak takut langit dan tidak takut bumi namun terhadap It boen Pit Giok yang misterius dan aneh ternyata sikapnya begini menghormat, ia tidak habis mengerti apa sebabnya manusia kukoay itu bersikap demikian.

Semeantara itu Ouwyang Gong sendiri sama sekali tidak menduga kalau Pek In Host telah memandang rendah dirinya, terdengar dia berkata lebih lanjut :

"Nona, kecuali Thiat Tie thaysu cianpwee, apakah Poh Giok Ca Ko Ek loocianpwee serta Tay Chi Loo Seng Sian masih. "

„Terima kasih atas perhatianmu, supek semuanya berada dalam keadaan eehas walafiat.".

"Nenek kunyuk, anak monyet! panjang benar usia kura kura setan tua itu" maki Ownyang Gong dalam hatinya. Sampai sekarang belum juga modar modar, sudah seratus dua puluh tahun mereka hidup di kolong langit sudah

sepantasnya kalau

orang Orang itu masuk keliang kubur?".

Pada saat itulah mendadak Pek In Hoei maju selangkah kedepan, lalu Ia berseru lantang

„Cayhe sudah ambil keputusan untuk mohon petunjuk dalam ilmu barisan lampu merahmu itu, akan kulihat sampai dimanakah kelihayan iimu kepandaian dari tiga Dewa Hay Gwa Sam Sian".

It-hoen Pit Giok mencibirkan bibirnya menunjukkan sikap memandang hina anak muda itu, ia singkap horden dan dengan ringan loncat keluar.

Selama ini dua orang manusia raksasa itu bagaikan pagoda baja berdiri kaku disitu dengan wajah adem dan tidak menunjukkan perasaan apa2 terhadap kejadian yang berlangsung disitu buksn saja tidak ambil gubris melirikpun tidak.

Dalam pada itu It boen Pit Giok telah loncat kehadapan Pek in Hoei, serunya dengan nada dingin:

"Sebentar lagi kau akan saksikan ilmu sakti ysng manunggal dari Kay Gwa Sam Sian"

Bersamaan dengan seiesainya ucapan itu, dua orang gadis yang membawa lanlera merah itu segera loncat kebelakang It Boen Pit Giok.

Kabut telah buyar, udara malam tampak bersih tak bermega, rembulan memancarkan cahayanya yang redup menyinari tubuh gadis yang cgntik jelita itu.

pakaian putih yang ia kenakan entah buat dari apa, terkena sorotan sinar rembulan memantulkan cahaya keperakan yang sangat menusuk pandangan.

Dalam keadaan seperti ini walaupun dalam hati kecilnya Pek In Hoei benci dengan sikapnya ysng dingin, angkuh dan ketus, namun tak urung memuji pada kecantikan wajahnya yang amat menawan hati itu

Pikirannya didalam hati :

„Walaupun Wajahnya febih cantik daripada Hee Siok Peng maupun Wie Ghin Siang, namun kecantikan wajahnya seolah2 berasal dari langit, tidak gampang diterima oleh umat manusia, ditambah pula sikapnya yang begitu dingin dan ketus, lebih2 membuat orang tidak berani mendekatinya. Aaaaai., keadaan gadis ini jauh lebih sukar dipahami daripada gsdis Wie Chin siang maupun Hee Siok Peng..."

ketika teringat akan diri Hse Siok Peng, ia teringat kembali betapa sedihnya gadis itu menangis tatkala ia berlalu dari lembah seratus bisa, kesedihan ysng tercermin, diatas wajahnya membuat sianak muda itu diam2 menghela napas panjang.

"aaai.     kenapa dia adalah putri dari musuh besarku?"

Maka ia berusaha keras untuk menekan perasaan serta pikirannya sendiri untuk tidak memikirkan dia lagi.

Mika diapun alihkan kembali sinar matanya kearsh It boen Pit Giok yang berdiri dibadapannya, delam sekilas pandang ini Intinya tanpa terasa jadi makin gusar, segera teriaknya :

"Hmmmm, Luar lautan hanya merupakan tempat tinggal manusia2 liar yang tidak beradab. kepandaian lihay mgcam apalagi yang bisa kalian miliki? memandang wajahmu yang sombong dan tinggi hati, aku rasa tidak ada kepandaian apa2 lagi yang patut kau perlihatkan dihadapanku"

Sungguh hebat ucapannva kali Ini, kalau dibandingkan makian dari It Boen Pit Giok tadi boleh dibilang laksana langit dan bumi, kali ini bukan saja suaranya keras, ketus dan dingin bahkan kata2nya pedas dan sangat menusuk perasaan, membuat dua orang gadis keraton yang membawa lampu lentera itupun berubah hebat mukanya.

Ouw yang Gong sendiri diam2. merasa tobat dalam hatinya. Aduuh celaka ! keparat cilik tolol ini kembali mengumbar napsu kerbaunya, waaah... waaah kalau

sampai mengusarkan Pob Giok Cu Ko Ek si tua bangka itu hingga muncul kembali dideretan Tionggoan, dunia kangouw bakal tidak aman lagi! sialan..... goblok benar keparat kunyuk ini".

Tatkala dilihatnya air muka It-boen Pit Giok telah berubah jadi hijau membesi saking gusarnya, dalam hati diam2 ia bergidik, buru buru tangannya berkelebet menutupi mulut Pek In Hoei agar tak bisa berbicara lebih lanjut.

"Kau.... kau..... kau berani memaki kami sebagai orang2 liar yang tak beradab... " teriak It boen Pit Giok dengan suara gemetar.

Ouwyang Gong tidak ingin urusan makin kacau, buru2 ia tertawa terbahak-bahak dan menukas

"Nona It boen, kau tak usah marah semacam itu! bukankah sejak permulaan tadi sudah kukatakan bahwa dia adalah seorang kunyuk goblok? tak usah kau anggap ucapanya sebagai kata yeng susungguhnuya"

"Apa yang cavhe ucapkan merupakan tanggung jawab dari diriku sendiri.... " Sela Pek In Hoei sambil melemparkan sebuah kerlingan menghina kearah orang tua itu " Aku tidak akan jeri atau takut terhadap tiga dewa atau empat setan dari luar lautan!"

"Kau... apa varg kau katakan? coba... coba kau ulangi sekali lagi ?" saking gusarnya sekujur badan gadis she It Boen ini gemetar keras

Pek In Hoei mendengus dingin. "Ham meskipun cayhe bukan seorang yang super luar biasa, namon aku belum jeri terhadap tiga dewa empat setan dari luar lautan

"Nenek, maknys.. cucu kura kura... anak sialan, tutup bacot anjingmu, lekas kau kurangi perkataanmu yang sama sekali tak berguna itu?.... " berkata 0uw Yang Gong dengan gusarnya. Pek Ia Hoei melirik sekejap kearah Ouw yang Gong, lalu meludah kelantai.

"Hey manusia edan, bukankah kau masih berhutang satu syarat dariku?" "Benar! " sahut huncwee gede setelah tertegun sesaat. "Tiga permintaan jang menyiksa baru kulaksanakan dua buah"

"Bagus sekali! kalau begitu sekarang dengarkanlah baik baik, sekarang juga aku minta agar kau jangan mencampur! urusanku lagi, aku perintahkan dirimu segera tinggalkan tempat ini".

Mula mula pemuda kita memandang Oowyang Gong sebagai seorang locianpwee yang pegang janji dan setia kawan, tetapi sekarang setelah terjadinya peristiwa ini, dia anggap kakak tua she Oawysng ini sebagai tua bangka tolol yang takut urusan, oleh sebab itulah dia usir orang tua ini agar segera berlalu.

Ucapan iersebut benar benar menggusarkan hati uler asep tua ini, airmukanya kontan berubah hebat.

"Nenek monyet, cucu kura kura...maknya" makinya kalang kabut, namun sejenak kemudian dia telah menghela napas panjang.

Memandang wajah Pek In Hoei yang diliputi kegusaran dia menghela napas dan berpikir didelam hati.

"Aaai.... mana kau bisa memahami maksud hatiku. " kiranya tujuh puluh tahun berselang diam diam dunia persilatan amat kacau. setiap partai sama2 pada berdiri sendiri ling unntuk berebut kekuasaan, oleh karena itu- setiap partai sama sama memperdalam ilmunya untuk berusaha menonjolkan diri dalam Bulim.

Suatu musim gugur, dari samudra Seng It Hay tiba tiba muncul sepasang suami istri yang masih muda, mereka berdua dengan andalkan kepandaian silat yang sangat hebat dan lihay dalam waktu yang singkat telah menjagal habis semua ciangbunjien i «embilan partai besar, hingga nama 5eng Sut Hay Siang Mo atau sepasang sadis dari laut Seng Sut Hay amar menggetarkan dunia persilatan.

Si iblis sakti Liong Pek ini tak lain adalah suhu dari Si Rasul pembenci langit Ku Loei, sedang istrinya Pek Giok Jien Mo atau siiblis, Khiem kumala hijau bukan lain adalah suhu dari Xoe Thien Jien siau Kim In Eng.

Berhubung tindak tanduk serta perbuatan perbuatan sepasang iblis dari lauy Seng Sut Hay ini, akhirnya menggusarkan tiga orang pertama sakti yeng tinggal jauh diluar lautan, dengan kepandaian saktinya mereka mereka hendak mengusir kedua orang iblis itu dari atas daratan tionggoan.

Akhirnya dalam pertemuan para jago di atas gunnng Hoang san, dibawah kerjasama Thay Ghi Siansu serta Pob Giok cu Ko Eng dalam jurus yeng kedua puluh delapan mereka berhasil mengalahkan sepasang iblis dari laut Seng Sut Hay ini, sedangkan Thiat Tay Sin nie dengan seruling berlubang sembilannya memperdengarkan irama penakluk iblis pembuyar sukma yang akhirnya memaksa khiem kuno dari Pek Giok Jien Mo kehilangan ketujuh lembar senarnya. Sejak kekalahan tersebut sepasang iblis kembali kelaut Seng Sut Hay untuk mengasingkan diri, sedang Thay Chi siansu bertiga pun lenyap tak berbekas dari muka bumi.

Sejak peristiwa itulah nama besar dari Hay Gwan Sam Sian menggetarkan seluruh sungai telaga, walaupun orang kangouw semua tahu bahwa diluar lautan terdapat tiga buah pulau dewa namun tak seorang pun pernah berkunjung kesitu. dan tak seorangpun yang pernah melihat ketiga orang dewa tadi muncul kembali dalam dunia periilatan, maka lama kelamaan kejadian itupun mulai dilupakan orang.

Sungguh tak nyana enam puluh tahun kemudian, Hay Gwaa Sam Sian telah mengutus seorang muridnya datang kedaratan Tionggoan bahkan telah bertemu dengen anak murid dari sepasang iblis Seng Sut Hay Siang Mo untuk bertanding ilmu silat didalam perkampangan Thay Bie Sen cung.

Seandainya kabar berita ini tersiar keluar, niscaya seluruh dunia persilatan akan gempar dibuatnya.

Tatkala Ouwyang Gong pertama kali belajar ilmu silat dahulu, ia sudah pernah mendengar tentang kisah kegagahan tiga dews dari luar lautan mengalahkan sepssang iblis didaratan Tionggoan. maka dia pun mengerti sampai dimanakah kelihayan orang tidaklah aneh kaiau orang tua ini tidak berani mencari gara2 dihadapan It boen Pit Giok.

Siapa sangka Pek In Hoei masih muda dan berdarah panas, karena tidak senang menyaksikan sikap serta tingkah laku It Boen Pit Giok yang jumawa den ketus telah bentrok dengan dirinya, bahkan mengajukan pula satu2nya syarat yang pernah dijanjikan dua tahun berselang untuk mengusir dia pergi dari situ. Memandang wajah sianak muda yang gagah dan penuh semangat, orang tua itu menghela napas panjang, pikirnya:

"Siapa yene bilang aku jari kepadanya? aku takut dengan robohnya gadis ini kemungkinan besar aksn memancing kehadirannya kembali tiga manusia dewa dari luat lautan iiu, seandainya dalam keadaan gusar merek telah melakukan perbuatan2 yang tidak menguntungkan umat Bulim hingga terbitkan gelombang badai dalam dunia kangouw, siapa yang sanggup mengusir mereka? siapa ysng sanggup memikul tanggung jewab ini? dalam dunia persilakan dewasaa ini, kepandaian silat siapa yssg lebib lihay dari mereka?"

Dalam sekejap mata itulah dalam benaknya tiba2 teringat kembali peristiwa dilembah seratus bisa tempo dulu. teringat ,kembali akan ucapan dari Ke in Sin nie sewaktu hendak mengobati Pek In Hoei yang keracunan hebat.

Dibawah sorotan sinar rembulan yang redup, seakan2 ia saksikan bekas merah darah yang ada diatai kening Pek In Hoei kembali memancarkan cahaya aneh.

ekilas bayangan datang berkelebat d!depan metanya, dengan wejah keren dan serius segera ujarnya

"Baiklah, aku segera akan angkat kaki dari sini, tapi aku tetap berharap agar kau jaagao terlalu mengikuti psrasaan sendiri hingga megakibatkan dunia persilatan jadi kacau dan tidak tenteram"

It Boen Pit Giok yang mendengar ucapan tersebut dari sisi kalangan segera tertawa dingin,

"Terhadap manusia bandel yang keras kepala macam dia, buat apa kau bersikap begitu baik?" serunya. "Hinmm ! perbuatanmu tidak lebih bagaikan mementol khiem didepan kerbau dungu"

Ouwyang Gong tidak menanggapi ucapan gadis itu, sebaliknya dia segera menjura dan berpesan

"Nona. aku berharap setelah nona memenuhi janjimu dengan anak murid dari sepasang iblis Ssng Sut Hay Siang Mo janganlah melakukan perbuatan2 lain yang keterlaluan, agar tindak tandukmu tidak sampai mencemarkan nama baik ketiga

oang suhumu yang pernah datang kedaratan Tionggoan dengan membawa misi yailu mengusir kaum iblis dari muka bumi..." "Ehmmm!" It boen Pit Giok mengangguk. "Maksud kedatanganku kedaratan Tionggoan kali ini tidak lebih hanya yntuk memenuh janji kami dengan Sirasul Pembenci langit Ku Loei serta si Rasul Pengtuk langit Chin Tiong, aku datang kesini bukan untuk mencari musuh dengan kawan2 dunia persilatan, harap cianpwee legakan hati".

"Kalau memang nona sungguh berbuat begitu, akupun bisa berlega hati".

Dia ayun huncwee gedenya kearah Pek In Hoei dsn serunya:

"Kalau begitu kita sampai jumpa lagi lain kesempatan. "

Mendadak hatinya torasa sedih, bisiknya lirih.

Selama gunung tetap menghijau dan air sungai tetap mengalir, aku harap bisa berjumpa lagi dengan dirimu dikemudian hari, abu harap namamu dalam waktu singkat dapat menggentarkan seluruh jagat"

Secara tiba tiba Pek In Hoei pum marasakan hatinya sedih, dia segera menjura dan serunya; "Terima kasih atas bantuan yang cianpwee berikan kepadaku selama ini."

"Cucu kura kura... maknya" tiba2 Ouwyang Gong memaki. Kau seharusnya sebut aku sebagai siuler asep tua, kenapa kau panggil cianpwse kepadaku

Pek in Hoei tertegun, namun dengan cepat dia berseru : "Uler asep tua selamat tinggal"

Ouwyang Gong tertawa terbahak bahak,- badannya segara mencelat empat tombak keudara dan didalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kegelapan.

Gelak tertawanya yang nyaring menggema tiada hentinya diudara, namun Pek in Hoei tetap berdiri termangu mangu ditempat semula, rasa menyesal tiba tiba muncul dari dalam hati kecilnya.

"Hmmm sungguh tak nyana kau adalah seorang manusia yang begitu romantis" sindir It boen Pit Giok dengan nada dingin. Manusianya entah sudah sampai dimana, kau masih berdiri ketolol tololan disitu sambil memandang langit".

Ketika itu Pek In Hoei sedang murung dan kesalnya bukan kepalang, kini setelah mendengar sindiran dari gadis tersebut hawa gusarnya kontan memuncak, dengan cara melotot ia menoleh kebelekang.

"Kalau aku tidak memandang dirimu sebagai seorang perempuan, sejak tadi kau telah...." "Kau berani berani berbuat apa terhadapku?"

„Kalau kau seorang lelaki, aku pasti akan cabut selembar jiwamu"

Sekujur badan It Boen Pit Giok mendadak gemetar keras, dari matanya memancar keluar cahaya murung dan kesal yang bukan kepalang, terdengar gadis itu bergumam seorang diri, Mengapa dia ucapkan kata kata semacam itu kepadaku..."

Dalam waktu yang amat singkat itulah baru sadar bahwa dia sengaja menyindir Pek In Hoei bukan lain adalah ingin mendengar pemuda itu bicara lebih banyak lagi, agar dia bisa memandangi wajahnya yang diliputi rasa gusar.

Ia teringat pula sebagaimana setiap hati dia hanya memandang ombak yang memecah ditepi pantai sewaktu masih ada dipulau Bong Lay to dilautan Timur, meskipun di atas pulas itu terdapat pelbagai macam binatang yang jinak, namun yang dipikirkan terus menerus waktu itu hanyalah keadaan didaratan Tionggoan.

Beberapa kali dia hendak menunggang rakit untuk menyebrangi samudra dan datang kedaratan Tionggoan untuk melihat pemandangan disitu, berkenalan dengan manusia yang ada disana

Karena sejak kecil dia dipelihara dan diambil murid oleh Thiat Tie Sinnie, apalagi sangat dimanja oleh guru gurunya maka terbentuklah tabiat yang sombong dan jumawa dalam hati kecil gadis ini.

Tetapi.   siapa sangka ketika ia mendapat perintah untuk

datang kedaratan tionggoan guna mencari murid dari Seng Sut Hay Sieng Mo serta mencari tahu asal usulnya. diluar perkampungan Tay Bie San cung ia telah berjumpa dengan Pek in Hoei yang sombong dan tinggi hati.

Selama hidnp belum pernah ia berjumpa dengan orang yang berani menatap langsung wajahnya, lebih lebih manusia yang berani mencari gara gara dengan dirinya oleh sebab itu dia sangat memperhatikan pria ganteng yang ada dibelakannya ini. Tatkala dia menatapi wajahnya yang ganteng, dalam hati tiba tiba muocul suatu perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata kata, membuat dia ingin sekali mengucapkan beberapa patah kata dengan dirinya, memandang lebih lama lagi wajahnya.

Namun ketika la melukai perasaannya, diapun dengan kata kata yang tajam menusuk perasaannya.

Sekilas rasa menyesal dan sedih terlintas diatas wajahnya. alisnya yang tebal perlahan lahan menjungkat keatas, Sekarang dia baru meresa menyesal, tidak seharusnya ia lukai perasaannya, tidak seharusnya dia paksa si anak muda itu mengucapkan kata kata yang begitu galak.

Sebaliknya Pek in Hoei sendiripun merasakan hatinya bergetar keras tatkala melihat gadis itu menunjukkan sikap sedih dan murung, tak tertahan timbul rasa sesal pula dalam hatinya;

Diam diam ia menghela napas panjang pikirnya: "Aaaai... buat apa aku cari gara gara dengan dirinya? dia

hanyalah tidak lebih seorang gadis yang sudah terbiasa dimanja hingga akibatnya jadi sombong dan tinggi hati, apa gunanya aku menyindir dan menyakiti hatinya? bukankah aku sama eekali tidak kenal dengan dirinya? apa gunanya mengucapkan kata kata sepedas itu!".

Hampir saja dia maju kedepan untuk minta maaf, namun gengsi seorang pria memaksa dia tidak berbuat begitu, hanya diliriknya sekejap wajah gadis itu kemudian perlahan lahan berlalu

Belum sampai beberapa langkah dia berlalu mendadak terdengar It been Pit Giok membentak keras:

"Kembali". Matanya melotot bulat bulat, dengan penuh kegusaran teriaknya

"Apskah hanya begini saja kau lantas hendak berlalu?". "Lalu kau mau apa ?" tanya Pek in Hoei seraya berpaling

suaranya hambar.

"Asalkan kau dapat menahan sembilan jurus ilmu seruling bajaku, akan kubiarkan kau berlalu dari sini dengan leluasa".

"Kau benar benar hendak paksa aku untuk turun tangan" ditatapnya wajah gadis itu dalam dalam lalu putar badan,

"Hmm! semua lelaki yang ada dikolong langit tak ada seorangpun manusia baik baik terutama sekali kau, kau adalah manusia ysng paling jelek, paling jahat malam ini, kalau aku tidak berhasil mcmatikan kecongkakanmu itu, kau pasti akau benar benar menganggap bahwa diluar lautan benar benar tiada ilmu sakti yang bisa diandalkan

"Haaah.... haaah..... haaaah..... baiklah! akan kuberi kesempatan kepadamu untuk melihat sampai dimanakah kelihayan dari ilmu silat daratan Tionggoan.

Perlahan lahan It boen Pit Giok mengetarkan seruling besinya yang panjang dan ramping itu hingga memancarkan selapis Cahaya hitam yang menyilaukan mata, serentetan suara aneh yang tinggi melengking seketika membumbung keangkasa,

Mendadak lampu lentera berwarna merah itu mulai bergerak, ditengah kegelapan lampu tadi menyebar keempat penjuru dan mengurung Pek in Hoei ditengah kalangan.

Cahaya retak berkelebat lewat, it boen pit giok sambil putar seruling besinya perlahan lahan menotok dada Pek In Hoei Gerakan ini sepintas lalu nampak amat lambat namun arah yang diserang bukan saja jitu bahkan aneh dan luar biasa sekali.

dalam waktu singkat dia telah mengunci seluruh jalan mundur pihak lawan.

Menyaksikan kehebatan lawsn pek in Hoei terkesiap. berbagai jurus serangan berkelebat dalam benaknya, namun ia merasai setiap jurus serangan yang ada dalam benaknya terasa sulit untuk menyambut serangan seruling lawan, kecuali mundur ke belakang rasanya tiada cara lain untuk menghadapinya,

Meskipun sianak muda itu sadar, bilamana dia mundur kebelakang maka serangan musuh pasti akan membanjir datang bagaikan bendungan yang bobol, namun dia dipaksa oleh ancaman seruling yang semakin mendekat, membuat dia mau tak mau harus mundur selangkah kebelakang.

Melihat musuhnya mundur It boen Pit Giok tersenyum manis, serulingnya menekan kebawah, serentetan suara Jang rendah dan tidak enak didengar seketika berkumandang diangkasa. mengikuti arah mundur lawan kembali ia kirim satu serangan

mematikan.

Oleh irama seruling yang rendah dan tidak sedap didengar itu Pek In Hoei merasakan pikirannya jadi kacau, ia semakin

bingung harus menggunakan jurus serangan bagaimana untuk menghadapi lawannya. Dalam keragu raguannya itu, bayangan

asing bagaikan ambruknya gunung Thay san segera meluruk keatas tubuhnya; Ia jadi gugup den kaget, dalam keadaan terdesak pemuda kita ini meraung keras, sepasang telapaknya dengan jurus "Nuh cang Ku Tan" atau sampan terpencil tenggelam kesungai dengan dahsyatnya membabat keangkasa.

"Hmmmm ilmu kepandaian aliran Hoa san" jengek It boen Pit Giok, pergelangannya segera ditekan kebawah, seruling besinya dengan membentuk satu lingkaran busur segera menotok urat nadi diatas petgelangan lawan.

"Coba kau saksikan jurus serangganku ini" teriak Pek In Hoei lagi sambilan langkah sepasang kakinya.

Telapak dikobarkan kemuka, telapak kanan mendadak menegak, jari tengah laksana kilat menotok tubuh musuh.

Serentetan angin totokan dengan tajamnya menembusi angkasa menghajar urat nadi lawan.

"Eeeei..... bukankah ilmu tersebut adalah ilmu jari Kim Kongci dari partai Siauw~lim?" seru It boen Pit Giok.

Pek In Hoei meraung gusar, dengan tapak sebagai ganti golok mendadak is membabat keluar, angin pukulannya menderu dengan dahsyatnya segera menyapu telapak musuh yang mencekal seruling.

Tubuh It boen Pit Giok bagaikan ranting pohon liuw yang lemas, dengan enak ia melayang kesana kemari melepaskan diri dari ancaman musuh, teriaknya kembali

"Hmm ! jurus serangan ini tidak lebih merupakan jurus "Hong Na Tiap Coei" atau pohon rindang memenuhi bukit dari ilmu telapak Cian-sau ciang hoat aliran Thian san Pay, tidak mengherankan"

Menyaksikan setiap jurus serangan yang gunakan segera berhasil ditebak sumbernya oleh gadis itu, dalam hati Pek In Hoei merasa sangat terperanjat, buru2 ia mundur dua langkah kebelakang, jurus "Hong Nia Tiap Coei" tersebut belum sampai digunakan seluruhnya telapak tangan segera ditarik kembali kemudian sekali tonjok ia kirim sebush bogem mentah lagi ketubuh musuh,

"Aaaah..... bukankah gerakan ini adalah jurus kesebelas dari Bu-tong Tiong Koen?..."

Dengau enteng badannya melesat kesamping, serulingnya dilintangkan didepan dada lalu mengemplang sejajar kemuka. diantara pekikan irama seruling yang kacau terlintas sekilas cahaya hitam yang barsusulan.

"He sabenarnya kau anak murid partai mana ?" tegurnya dengan nada tercengang.

Pek In Hoei bersuit lantang, sepasang kakinya menjejak tanah dan dengan suatu gerakan secepat kilat meloncat satu tombak kebelakang, dengan gerakan yang manis ia berhasil meloloskan diri dari datangnya ancaman bayangan seruling yang bersusunan

[a sadar musuhnya kali ini bukan saja memahami ilmu silat berbagai aliran bahkan seruling besinya dapat mengeluarkan berbsgai irama aneh yang bisa menyesatkan pikiran musuh.

Ditambah lagi jurus serangannya yang kukoay dan ampuh, bilamana ia kurang hati hati maka kemungkinan besar badannya akan terkurung dibawah senjata lawan dan roboh dalam lima jurus kemudian.

Oleh sebab itulah sebelum kejadian yang tidak diharapkan berlangsung, ia gunakan ilmu meringankan tubuh yang terkenal dari partai Kun lun untuk melepaskan diri

It boen Pit Giok membentak njaring, seakan akan seekor burung walet yang terbang diangkasa. dengan membsws serentetan bsyacgan cahaya yang memanjang ia kejar si anak muda itu.

Begitu mendengar irama musik yang kacau. Pek in Hoei sadar bahwa pihak musuh telah mengejar datang, segera ia bersuit panjang, sepasang telapak membentang kesamping, badannya dengan sebat dan indah berputar saja lingkaran ditengah udara, setelah berputar dua kali badannya telah berada kurang lebih satu tumbak dari permukaan.

It been Pit Giok membentak nyaring, serulingnya bergetar keras, sambil mengirim satu pukulan udara kosong dengan telapak kirinya ia meluncur ketengah udara dan mengejar dengan jurus serangan yang tak berubah.

Menyaksikan kelihayan lawan Pek In Hoei terperanjat, buru buru ia tarik napas panjang, sepasang kakinya cepat menjejak tanah kemudian melayang datar kesamping, serentetan cahaya merah yang amat menyilaukan mata, segera melindungi seluruh tubuhnya.

Begitu pedang diloloskan dari sarung. segera terdengarlah bentrokan nyaring berkumandang diangkasa, dengan jitu dan tepat ia berhasil menyampok datangnya serangan dari seruling besi tadi.

Percikan bunga api bermuncratan ditengah udara, tubuh It Boen Pit Gfok segera tertekan kebawah den melayang balik keates peremukaan tanah.

Sedangkan Pek In Hoei sendiri dengan tenang melayang pula keatas tanah, ia berdiri kurang lebih tujuh depa dihadapan

gadis tersebut dengab wajah serius, pedangnya dilintangkan didepan dada dan menatap musuh dengan pandangan dingin. Buru feuru It boen Pit Giok memeriksa serulingnya. tiba tiba ia jumpai seruling kesayangannya telah gumpil kedalam setengah coen lebih oleh goresan pedang lawan.

Air mukanya seketika itu juga berubah hebat, hampir hampir saja ia menangis saking dongkol dan sedihnya, sebsb seruling besi berlubang sembilan yang panjangnya mencapai empat depa ini merupakan senjata keseyangan suhunya dikala berkelana dalam dunia persilatan tempo dulu, sepanjang masa belum pernah cacat atau rusak, siapa sangka kini gumpil dan tergores oleh pedang mustika Pek In Hoei, tentu saja hatinya terasa amat sedih.

Sambil menggigit bibir segera teriaknya

"Benar benar nyalimu, berani merusak senjata seruling milik suhuku, Ini hari aku bersumpah akan membinasakan dirimu"

Serulingnya perlahan laban diangkat keatas udara, dengan wajah serius dan keren ditatapnya wajah lawan tak berkedip kemudian maju lima langkah kedepan.

Rasakanlah delapan belas jurus ilmu seruling penakluk iblisku" serunya dengan suara yeng adem.

Hanya didalam lima langkah tersebut seruling baja ditangan gadis itu telah berubah berulang kali jelas It boen Pit Giok sudah menggunakan inti sari ilmu seruling penakluk iblisnya yang paling lihay untuk mengalahkan dirinya. Ia tarik napas dalam dalam, pelbagai ingatan berkelebat dalam benaknya, terakhir ia ambil keputuoan untuk menggunakan ilmu pedang penghancur sang surya guna menghadapi gadis she It Boen ini.

"Sekalipun kepandaian silatku sejelek dan secetek apapun, paling sedikit rasanya masih sanggup untuk menahan lima jurus serangannya yang terakhir" pikirnya. Belum habis dia berpikir, serangan seruling dari It boen Pit Giok telah mendului tiba

Terasa cabaya hitam berkelebat lewat empat bagian diluar tubuhnya tahu tahu sudah terbendung oleh cahaya seruling tersebut, sekilas sinar tejam laksana kilat menghajar jalan darah "Chiet Kun" diatas dadanya.

Cepat cepat pek In Hoei gerakan tangan kirinya, ujung pedang bergetar keras menciptakan selapis cahaya tajam yang menggidikkan, dengan jurus "Si Jiet Tong Seng"

s Sinar Surya terbit ditimur pemuda kita melancarkan serangan balasan

Trang... untuk kesekian kalinya pedang dan seruling saling bentrok satu sama lain, namun dengan cepat kedua belah pihak sama sama tarik kembali senjatanya masing masing, Pek In Hoei mundur setengah langkah kebelakang, bedan bagian atasnya miring setengah coen kesamping kemudian meraung keras, cahaya pedang berkelebat lewat, secara beruntun ia melepaskan sebuah serangan berantai.

"Chit Liong Jut Seng" atau Sang Surya Muncul, "Hoo Ek Haong Kiong" dan Hoo Ek menarik gendewa, "Kioe Chi khiem Ti" atau Sembilan Irama miringkan pedang delam sekejap mata tiga jurus serangan yeng maha dahsyat membumbung menyelimuti angkasa, hawa pedang menderu2 bagaikan gelungan ombak yang tiada putusnya menggulung dan melanda kedepan tiada hentinya.

Tadi berhubung dia kehilangan posisi yang menguntungkan maka keadaannya dipaksa keposisi yang terdesak hingga ia tak sanggup melancarkan serangan balasan. maka dari itu sekarang setelah memperoleh perisi yang lebih baik, serangan gencar yang maha dahsyatpun dilepaskan tanpa sungkan sungkan. Didesak oleh gulungan bawa pedang ysng berlapis lapis dan dahsyat laksana gulungan ombak yang tiada putusnya itu, It boen Pit Giok tak sanggup berdiri tegak lagi, buru buru ia mundur tiga langkah kebelakang, serulingnya diputar kedepan mengirim dua serangan berantai, dengan susah payah akhirnya ia berhasil juga menahan serangan pedang lawan yang sangat hebat itu

Mimpipun dia tidak mengira kalau kepandaian ilmu pedang lawan telah mencapai puncak kesempurnaan yang begitu dahsyat, menggunakan kesempatan sedetik itu serulingnya segera balas mengirim serangan gencar guna membendung serangan pedang lawan yang saling susul menyusul. Pek In Hoei yang melancarkan ilmu pedang menghancur sang surya dengan pedang Sie Jie Kiam kelihatan jauh lebih gagah lagi. selangkahpun ia tak berhasil dipaksa hergeser dari tempat semula, semua serangan balasan lawan berhasil ia patahkan setengah jalan.

It boen Pit Giok tidak mengira kalau pertahanan musuh begitu ketat den kuat, menyaksikan serangan balasannya berhasil dipatahkan semua oleh lawanya ditengah jalan, ia jadi putus asa, serangannya jadi kendor dan tenaganya jauh berkurang.

Melihat kesempatan baik ini Pek in Hoei segera membentak nyaring pedangnya dengan ringan membabat keluar diri sampirg dan bergerak maendekati tubuh lawan dengan mengikuti gerakan serulieg itu.

Dalam melancarkan serangan ini dia telah menggunakan, ilmu pedang Liuw in Klam Hoat dari partai Go bie, gerak geriknya bukan saja enteng dan ringan bahkan cepat dan mantap, jauh berbeda dengan gerakan ilmu pedang penghancur sang surya dari partai Tiam cong Dalam suatu kesempatan pedangnya mendadak nyelenong masuk kedalam dan tahu2 sudah berada didalam pertahanan tubuh lawan

It boen Pit Giok menjerit kaget, sebelum dia sempat bergerak, sesaat pedang musuh tanpa mengeluarkan sedikit suarapun tahu2 sudah membabat iganya.

Untung diapun bukan seorang jagoan yang berkepandaian cetek, kendati terancam mara bahaya pikirannya tidak sampai jadi bingung, jari tangannya segera disentil kedepan, serentetan tenaga serangan yang tajam dengan cepat menggulung keluar.

Tring.... dalam suatu bentrokan pedang Sianak muda itu tergetar keras dan miring empat coen kesamptng dengan mengeluarkan suara yang amat nyaring.

Menggunakan kesempatan itu It been Pit Giok bergeser kesamping, melalui lubang jarum yang amat sempit dia meloloskan dari ancaman, sementara seruling bajanya menjangkau dan menutul tepat menghantam jalan darah "Ci Tong Hiat"didada . Pek in Hoei.

Tetapi dalam detik yang bersamaan itu pedang ditangan kiri sianak muda itu telah bergerak, lima jaring dipentang dan menyambar kemuka menggunakan jurus serangan "Kim Liong Tan Jiauw" atau naga emas mementang cakar.

Semua gerakan ini merupakan serangan jarak dekat oleh sebab itu dilakuksn dengan kecepatan bagaikan kilat, dalam sekejap mata Pek in Hoei telah membentak keras den loncat mundur lima depa kebelakang.

-oo0dw0oo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar