Imam Tanpa Bayangan II Jilid 02

 
Jilid 02

Sianak muda itu menjerit keras, setelah loncat keluar dari selokan, ia segera lari secepat cepatnya turun gunung. Napasnya mulai tersengkal-sengkal larinya jadi lebih lambat, memandang cahaya api nun jauh di puncak gunung, tanpa terasa air mata jatuh berlinang-linang

Banyak bukit serta selokan telab dilewati, namun ia masih terus lari... terus jalan menjauhkan diri dari gunung Tiam Cong. Suasana amat gelap, rembulan diangkasa Lenyap tertutnp awan hitam... bahkan bintangpun lenyap tak berbekas...

Guntur tiba tiba menyambar dan membelah bumi diiringi suaranya yang keras, kilat berkilauan, angin berhembus makin kencang, hujanpun turun dengan derasnya membasahi permukaan bumi, seakan-akan air hujan tersebut hendak membersihkan noda darah yang telah mengotori jagat.

Seluruh wajah, rambut serta pakaian Pek In Hoei basah kuyup tersiram air hujan, begitu deras hujan yang turun membuat sepasang matanya hampir2 saja tak dapat dipentangkan.

Kepalanya mulai pening, badannya limbung tak bertenaga dan kakinya gentayangan lemas ...... tapi ia coba terus lari... lari... namun baru saja melangkah beberapa tindak, badannya gontai dan roboh keatas tanah... Pingsan

Hujan semakin deras, namun matanya terasa tak sanggup dibuka kembali, ketegangan serta lelah semalam suntuk membuat sianak muda itu tak kuasa mempertahankan diri ia roboh tak sadarkan diri.

Entah berapa lama sudah lewat, tiba2 ia tersentak oleh suara nyanyian yang amat merdu, begitu lembut dan halus suara itu membuat ia sadar kembali dari impiannya. Sepasang matanya perlahan-lahan dipentangkan, tampak bulu burung merak yang indah menghiasi sekujur tubuhnya, ia tertidur di atas loteng yang dibangun dari bambu.

buIu burung merak ingatan ini berkelebat dalam benaknya, dengan rasa girang segera gumamnya. "Aku tidak mati ! Aku belum mati ! sebab orang mati tak akan bisa melihat bulu bururg Merak.

Dengan cepat ia meroncat untuk bangun, tapi baru sedikit saja badannya bergerak mulutnya segera meringis kesakitan seluruh tulang serta persendiannya terasa linu bagaikan retak.

Namun akhirnva ia berhasil juga untuk bangun dan duduk disisi pembaringan sebab nyanyian yang amai merdu tadi menimbulkan rasa ingin tahu dalam hatinya.

"Siapa yang sedang menyanyi ?? begitu merdu suaranya".

Perlahan-lahan Pek In Hoei bangun berdiri, tampak cahaya sang surya memancar masuk lewat jendela menyinari sepatunya yang penuh lumpur serta dua tapak kaki yang kotor.

Ia jadi tertegun, pikirnya "Bukankah kemarin malam aku roboh taidak sadarkan diri diatas tanah berlumpur? sekarang... aku kok berada diatas loteng yang indah ?? sungguh aneh sekali, siapakah pemilik loteng ini ? apakah orang yang senang menyanyi itu.

Dengan menahan rasa Imu dan sakit pada seluruh badannya, selangkah demi selangkah sianak muda itu turun dan loteng berjalan menuju kearah berasalnya suara nyanyian itu.

Hutan yang rindang terbentang didepan mata, kuntum bunga yang segar dan menyiarkan bau wangi tersebar dimana-mana membuat suana terasa nyaman dan syahdu... Pek In Hoei tarik napas dalam, ia berjalan menembusi kebun bunga . . hutan rindag dan terus maju kedepan.

"Aaaaaah ! bukankah tempat ini ada dipropinsi Tiam Hay sianak muda itu berseru tertahan.

Puncak gunung nan hjau terbentang didepan mata, tinggi dan runcing menjulang

ketengah angkasa, sebuah telaga dengan air yang jernih bagaikan membentang ditepi bukit, pemandangannya &aat indah dan menawan hati.

Seekor kijang kecil segera menarik perhatian Pek in Hoei, ia alihkan sinar matanya keatas binatang kecil itu, perlahan lahan didekatinya binatang itu, namun kijang tadi segera mendusin akan bahaya yang mengancam dengan lincahnya "Ia" lari masuk kehutan

Pek in Hoei tercengang, ia melangkah masuk kebutan disitulah suara nyanyian yang berkumandang merdu tadi tiba tiba lenyap tak berbekas.

"Siauw Hoa... siauw Hoa... kau hendak ke mana??? ayoh cepat kembali suara yang merdu itu tiba tiba menggema

di angkasa. "Wah, bukankah suara ini suara dari yang menyanyi tadi" pikir Pek in hoei.

Ranting dan daun bergoyang, dari balik hutan muncullah seorang gadis muda yang sangat cantik, ia membawa sebuah cangkul dari perak serta sebuah keranjang bambu berwarna hijau.

(Oo-dwkz-oO)

2

SUNGGUH cantik gadis ini batin sianak muda itu dengan hati berdebar keras.

Gadis itu mempunyai sepssang mata yang indah bagaikan bintang Timur, hidung yang mancung, bibir yang kecil mungil serta biji mata yang gede.

Baru saja ia berjalan keluar dari hutan segera berjumpa dengan Pek In Hoei yang sedang berdiri termagu2.

Melihat sikap sianak muda itu. Teriaknya: "Hey, siapa suruh kau berjalan keluar"

Pek In Hoei menengok kekanan kekiri mecarikan orang yang sedang diajak bicara oleh gadis itu tak sesosok bayanganpun kelihatan. Ia baru mengerti bahwa gadis manis tersebut Sedang ajak dia berbicara, merah jengah selembar wajahnya

"Oooo nona !" serunya sambil bongkokan badan memberi hormat, rasa sakit tiba2 «enyerang pinggangnya, pemuda itu menjerit2 jatuh terjengkang keatas tanah.

Menyaksikan sianak muda itu roboh gadis manis itu tertawa cekikkan, ia maju menghampiri dan berseru. "Apa itu nona atau bukan, sudah kubilang kalau badanmu sedang keracunan dan seluruh badan lak bertenaga, kenapa kau tinggalkan loteng datang kemari ....

Hmmm, enakkan rasanya kalau jatuh terjengkang !"

"Nona, sejak kapan kau peringatkan diriku ???"' tanya sang pemuda sambil merangkak bangun.

"Tadi pagi, waktu kau masih tidak sadarkan diri bukankah sudah kukatakan kepadamu?"

Pek In Hoei tertawa getir.

Kalau toh sudah mengerti kalau aku masih pingsan, darimana bisa kudengar perkataanmu? mungkin nona ini rada dogol?" pikirnya.

Dalam pada itu gadis tadi sudah letakkan cangkulnya keatas tanah dan mengambil setangkai daun berwarna merah dari keranjangnya.

"Pagi tadi sewaktu aku sedang pergi mencari bahan obat, kutemui kau berbarirg di loteng bulu Merakku. Waaaah !

"bahkan kau sudafo bikin kotor lotengku. Mula2 hatiku merasa tidak senang tapi setelah menjumpai hawa hitam diatas wajahmu, aku tabu kalau kau jatuh tidak sadarkan karena keracunan, maka akupun cepat pergi carikan obat untuk memunahkan raCun dalam tubuhmu" suaranya merdu tapi perkataannya cepat, seolah2 burung nuri yang berkicau diatas pohon pada pagi hari yang cerah, membuat pemuda kita jadi, melongo dan ter-mangu2. Aduuuuh . . .

sungguh merdu suaramu pujinya.

"Eeeeeei ....... kenapa sih kau?" tegur sang gadis dengan alis berkerut kencang. Hey, dengarkan perkataanku! masukkan daun ini kedalam mulutmu lalu kunyah hingga lumat dan segera telan kedalam perut, kalau tidak kau telan sebelum tengah hari nanti racun itu akan mulai bekerja didalam tubuh mu dan kau bakal mati 1"

"Kau suruh aku makan rumput?." tanya Pek In Hoei tersipu-sipu.

Meledaklah gelak tertawa gadis manis iiu begitu cantik dara tersebut terutama sepasang dekiknya yang ada dipipi.

"Aku tahu kalau kau bukan kerbau atau kambing, tentu saja aku tidak snruh kau makan rumput sambil tertawa. "Maksudku, kalau kau kunyah rumput merah itu kedalam mulut, keadaannya jauh lebih manjur dari pada dimasak dan diminum dengan air !"

"Nona, benarkah aku Keracunan ??".

"Hmmm, kalau kau tidak percaya yaab sudahlah, syukur kalau kaucepat mati !" bibir nya yang kecil segera dicibirkan.

"Nona .... jangan marah jangan marah. Segera kumakan rumput ini".

"Huuuu siapa suruh kau makan rumput?"

"Rumput itu adalah obat untuk memunahkan racun dalam tububmu. Merah jengah sepasang wajah Pek In hei akhirnya dengan tersipu-sipu ia masukan rumput tadi kedalam mulut dan dikunyah dengan susah payah akhirnya Pek In Hoei krhasil juga menelan rumput merah itu kedalam perut melihat senyuman, yang mengiasi bibir gadis itu, dengan jengkel segera serunya :

"Ooooooh pahit sekali ! eeeei kenapa kau menertawakan aku ?? kiranya kau sedang menipu aku yaah?"

"Aku adalah anggota berguruan seratus racun, tidak nanti kubohongi dirimu !". "Perguruan seratus racun? apakah kau anggota dari perguruan Seratus Racun ?" Tanya Pek In Hoei sangat terperanjat.

Gadis manis itu mengangguk "Benar ! dari mana kaupun tahu?"

Mendadak ia saksikan air muka Pek In Hoei berubah jadi merah padam buru buru serunya:

"Cepat bongkokkan badanmu !".

Perut sianak muda itu mulai mengerutkan berbunyi keras rasa sakit yang sukar di tahan menyerang segenap isi perut, keringat sebesar kacang kedelai mengucekkan keluar dengan derasnya sementara wajahnya berubah jadi merah padam .

Tiba tiba ia pegang perutnya kencang kencang dan muntahkan segumpal air berwarna kuning dari mulutnya, bau amis dan busuk segera tersebar diangkasa membuat yang mencium ikut merasakan perutnya mual.

Laksana kilat gadis itu sambar pergelangan angan sianak muda itu, dalam sekali ayun ia lempar tubuhnya masuk kedalam telaga.

Begitu tercebur kedalam air, rasa dingin yang luar biasa menyerang kedalam iubuh, ia menggigil kedinginan . .

Tapi pada saat itu juga ia rasakan aliran hawa panas bergerak dan lambungkan msnyambar keseluruh tubuh, membuat hawa dingin yang semula membekukan badan segera terusir lenyap.

Terdengar gadis muda itu tertawa cekikikan.

"Kau jadi orang tidak jujur, maka kau harus rasakan sedikit kepahitan" Tatkala menyaksikan tubuh Pek In Hoei sebenarnya tenggelam sebentar lagi muncul diatas permukaan air, seolah olah dia tak bisa berenang, buru2 tanyanya lagi :

"Hey, bisakah kau berenang ?" "Kau tak usah urusi diriku".

"Hmmm! aku sengaja mau urusi dirimu, kau mau apa

??",

Serentetan cahaya berkelebat membelah bumi, tahu tahu gadis itu sudah lemparkan sebuah ikat pinggang ketengah telaga.

Pek In Hoei mesakan pandangannya jadi kabur, tahu tahu tubuhnya sudah lepas dari telaga dan ditarik naik keatas daratan.

Pada waktu itu seluruh badannya basah kuyup, rambutnya kusut dan awut awutan tidak karuan, dengan keadaan yang sangat mengenaskan ia melototi sianak gadis itu.

"Hey, siapa namamu?" mendadak gadis itu menegar dengan sepasang alis berkerut.

"Buat apa kau tanyakan persoalan ini" tukas Pek In Hoei dengan hati mendongkol, "kenapa kau lempar diriku kedalam air dingin?"

"Hmmm kau memang benar benar manusia yang tidak tahu diri, tadi racun yang mengeram dalam tubuhmu baru saja membuyar keluar, seanidainya kau tidak bsrendam, dalam air maka hawa racun yang telah keluar tadi akan mssuk kembali kedalam tubuhmu lewat pori pori didalas kulit, jika sampai demikian keadaannya, bukankah usahaku selama hampir setengah jam untuk memetikkan rumput merah bagimu akan sia sia belaka?" "Oooooooo ! kiranya kau sedang menolong jiwaku, kalau begitu nona aku harus ucapkan banyak terima kasih kepadamu!".

"Tak usah kau berterima kasih kepadaku^ jawab dulu pertanyaan yang telah kuajukan tadi!".

"Cayhe bernama Pek In Hoei !".

"Pek In Hoei ? ? ?" gumam gadis itu, ia mendongak dan memandang awan diatas langit.

"Kau maksudkan awan yang melayang ditengah angkasa itu?".

"Nona, kau suka benar bergurau, nama cayhe memang betul betul Pek In Hoei !".

"Sungguh Inilah namamu" ia berpikir sebentar lalu ujarnya kembali

"Eeeeeeei ! kenapa kau tidak- menanyakan namaku?". "Oooouw... masf maaf.. ! bolehkah cayhe mengetahui

nama besar nona ??

"Cisssss ! aku bernama Hee Siok Peng, Hey Pek In Hoei I coba kaiakan bagus tidak namaku?".

"Bagus.... bagus nona punya nama yang sangat bagus dan indah didengar. mata Hee Siok Peng dialihkan keatas wajah sang pemuda yang basah kuyup, kemudian ujarnya :

"Kau benar benar seorang kutu buku, apa kau tidak merasa tidak enak dengan baju basah kuyup, seperti itu ?". pek In Hoei tertawa getir.

Apa gunanya aku ribut ? bukankah disinipun tak ada pakaian yang cocok bagiku.

Hee Siok Peng berpikir sebentar, mendadak dengan perasaan tercengang ia menegur: "Eeeeeei . . . apa sebabnya kau jatuh tidak sadarkan diri didepan loteng bambuku?".

Dingatkan kembali oleh gadis manis ini dalam benak Pek In Hoei segera terbayang lagi peristiwa yang telah terjadi kemarin malam, dimana ia saksikan sendiri Go Kiam Lam sang ketua dari perguruan Boe Liang Tiong melakukan penjagalan manusia secara besar besaran kemudian membakar gunung Tiam Cong, lalu begaimana ia dikejar hingga badan tersiksa dan akhirnya }atuh pingsan...

Ia menghela napas panjang. "Tempat manakah ini ?". "Kau bukan orang propinsi In Lam ?." tempai ini adalah Tiam Hay, apakah kau tidak tabu ? Hey sebenarnya kau datang dari mana?".

"Aku datang dari gunung Tiam Cong !". "Kau berasal dari partai Tiam Cong ?" seru Hee Siok Peng dengan mata terbelalak Pek In Hoei ingin anggukkan kepala tapi setelah dipikir sejenak akhirnya menggeleng. Aku mengerti bahwa kau tidak pandai bersilat kata gadis itu. "Eeei apakah kau tidak ingsn belajar silat ?".

"Tidak! aku palmg benci belajar silat !". Mendadak ia rasakan badannya sangat tidak nyaman karena baju yang basah hampir merata semua diatas badannya, maka ia kebaskan pakaian yang basah itu.

"Oouw! aku lupa kalau pakaianmu basah, ayoh cepat ikuti diriku!"

Gadis itu ambil kembali cangkul serta keranjang bambunya, lalu sambil melirik sekejap ke tubuh pemuda tersebut katanya lagi:

Bukan saja kau mirip seorang kutu buku, kaupun seorang manusia dungu, masa pakaian yang sudah basahpun tidak tahu bagaimana harus diganti, apa lagi mau belajar silat. Huuuuu ! bodohnya benar benar tak ketolngan lagi".

Pek In Hoei tidak memperdulikan ocehan gadis tersebut, dalam hati diam diam pikirnya

"Siapa bilang aku tak tahu kalau bajuku basah? cuma aku merasa tidak enak kalau sampai telanjang dihadapaomu. Hmmm, sedang mengenai belajar silat . . . ayah yang memaksapun aku tidak sudi apa lagi kau setiap manusia punya ciia cita serta mendapat yang berbeda, siapa bilang aku aku seorang manusia dungu?"

"Aku ingin membawa kau pergi kesuatu tempat yang terindah dikolong langit dan memperkenalkan dirimu dengan seorang manusia yang paling aneh didalam jagad, maukah kau ikuti diriku ?" terdengar Hee Siok Peng bertanya.

"Aku tak bica ikuti dirimu, aku masih urusan penting yang harus dikerjakan hendak pergi kegunung Cing Shia"

Maukah kau melakukan sesuatu pekerjaan bagi diriku kembali terdengar gadis itu bertanya.

Pek In Hoei angkat kepalanya» ia merasakan sinar mata yang amat tajam dari gadis cantk itu membuat jantungnya berdebar keras merasa hatinya tak bisa menampik permintaan dara secantik dan semanis itu. Maka ia mengangguk. "Aku mau lakukan pekerjaaa bagimu' Kalau begitu mari ikutlah aku pergi keladang harta dipuncak gunung Pek-Giok hong '

"Gudang harta dipuncak Pek giok-hong?" rentetan cahaya mata yang aneh dan sukar dilukisan dengan kata kata memancar keluar dari balik mata sianak muda kita

"Perguruan Pek-Tok-Boen adalah milikmu ? ..." "Betul Avahku Hee Ciong Lam adalar ketua dari perguruan Seratus Racun"

Pek In Hoei tertegun, kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia putar badan dan pergi,

"Hey, kau hendak kemana?" seru Hee Siok Peng melengak.

Pek In Hoei tidak menggubris, ia pura pura tidak mendengar dan meneruskan langkahnya berlalu dari situ.

Pek In Hoei Kau adalah seorang manusia atau bukan" "Apa katamu Mendengar makian tadi dengan gusar Pek

In Hoei berpaling.

"Aku telah menyelamatkan jiwamu sedang kaupun sudah setuju untuk melakukan sesuatu pekerjaan bagiku kenapa sekarang kau malah tinggal pergi? Sebagai seorang lelaki jantan, seorang lelaki sejati, apa pernah diucapkan keluar tak pernah diingkari kembali, apakah aku salah memakimu?"

Begitu cepat perkataan itu diutarakan buat Pek In Hoei berdiri menjublak, ia rasakan perkataan gadis manis itu bagaikan berpuluh puluh batang pisau yang menusuk hatinya, membuat mulutnya membungkam tak sanggup mencucapkan sepatah katapun.

"Hmmm... Semula aku mengira kau adalah seorang manusia jujur. Kembali gadis itu mengomel "Siapa tahu kiranya kau adalah seorang manusia siauwjien yang pandai mengingkari janji." Tanpa berpaling lagi ia ambil keranjang obatnya dan berlalu dari situ.

Eecei... nona Hee, Nona Hee tunggu sebentar" cepat cepat Pek In Hoei mengejar kedepan. "Aku suka mengikuti dirimu pergi kepuneak Pek Giok Hong" "Sungguh?™ Hee Siok Perg berhenti dan memandang kearahnya dengan sinar mata kegirangan. "Kalau begitu ayoh kita segera berangkat."

Ditengah jalan, sewaktu gadis itu menyaksikan Pck In Hoei bisa mengimbangi gerakan larinya dengan begitu ringan dan lincah dengan perasaan tercengang tegurnya: "Kau perrah belajar ilmu silat?" "Tidak. Aku tidak suka belajar siiat, cuma saja karena seringnya aku ikut ayahku melakukan perjalanan maka gerakan kakiku dengan sendirinya jadi enteng dan ringan. Apakah ada yang tidak benar."

"Tidak ada. Sttt, jangan bersuara lagi ayoh ikuii dirikd!" Tubuhnya segera berbelok kekanan dan kemuka, gerakao tubuhnya lincah dan menawan, ditambah pula parasnya cantik hal ini menambah keagungan gadis itu.

Memandang lekukan badannya yang padat mendadak timbul suatu perasaan dalam hati Pek ln Hoei, pikirnya. Belum pernah kutemui gadis secantik dan semenarik nona ini dan akupun tak pernah bercakap2 dengan dara seayu itu sungguh aneh kenapa hatiku bisa begitu tertarik dengan dirinya ?

Sementara ia masih berpikir, mereka sudah melewati sebuah hutan dan masuk kedalam sebuah selat sempit.

"Sekarang kita sedang melewati lorong raasa di belakang gunung" terdengar Hee siok Peng berkata sambil menoleh kebelakang.

"Didepan sana penuh dengan anggota guruan kami, maka aku tak dapat membawa kau naik kepuncak Pek Giok Hong lewat situ, sebab daerah sekitar sana telah dijadikan daerah terlarang oleh ayahku."

"Lalu apa sebabnya kau membawa aku pergi kesana ?" "Karena aku hendak minta pertolonganmu untuk menolong seseorang"

Mendengar jawaban itu Pek in Hoei tertawa getir.

"Kau bukannya tidak tahu kalau aku sama sekali tidak senang akan ilmu silat mana mungkin aku bisa menolong orang lain? Jangan-jangan sebelum memasuki daerah terlarang dari perguruan seratus racaa kalian, selembar j;waku sudah keburu melayang!"

"Jangan kuatir Justru karena kau tidak mengerti ilmu silat jiwa orang itu baru bisa ditolong, kalau tidak, buat spa kubawa dirimu nak keatas gunung?"

"Eeei ! Sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Ada seorang manusia aneh yang mempunyai ilmu silat sangat tinggi terkurung diatas sana. Ceritanya begini selama hidup orang itu malang melintang didaiam persilatan dengan andalikan Huncwee yang besar, tak pernah ia temui tandingan, tetapi pada suatu hari ia telah berjumpa dengan ayahku, orang itu tidak percaya dengan kepandaian menggunakan racun ayahku, maka bertarunglah dia dengan ayahku"

"Apakah mereka mempertaruhkan kepandaian racun dari ayahmu?" Hec Siok Peng mengangguk. Si Huncwee gede menganggap ilmu silatnya nomor wahid di kolong langit, maka ia bertaruh bahwa ayahku tak bisa meracuninya Siapa sangka dikala mereka berdua sedang bercakap-cakap itulah ayah sudah melepaskan racunnya membuat orang itu buru buru menutup pernapasan dan berusaha mengusir racun tadi dari dalam tubuhnya"

Ketika bercerita sampai disana, sampailah kedua orang itu didepan sebuah gua, gadis itu langsung masuk kedalam gua tadi dan serunya: "Hei. Hati hati !"

Dengan sangat hati hati Pek In Hoei menerobos masuk kedalam gua, ia temukan gua itu sangat lebar sebuah tangga batu menghubungkan mulut gua dengan ruang dalam.

"Ouw batu ini langsung menghubungkan tempat ini dengan gudang harta" kembali Hee Siok Peng menjelaskan, "Si Huncwo gede dikurung disana dan hingga kini tak bisa keluar lagi'

berapa lama si Huocwee gede di dalam gua tersebut?" "hgga kini sudah ada tujuh belas tahun lebih

"Apa? tujuh belas tahun sudah begitu lama?" seru Pek In Hoei terkejut.Hee Siok Peng tersenyum.

"Ayahku sangat pintar, ia tahu bahwa kurungannya tak mungkin bisa mengurung huncwee gede, maka ia lantas bertaruh dengan dirinya, ia suruh orang itu menyanggupi untuk naik sendiri kepuneak Pek-Giok hong kemudian pintu goa ditutup oleh ayah dengan delapan lembar sarang laba laba beracun. Dia harus menunggu sampai pada itu hari ada seorang manusia yang tidak mengerti ilmu silat membukakan sarang laba itu baginya, saat itulah dia baru boleh bebas."

"Kalau begini keadaannya, bukankah sepanjang hidup ia tak bisa keluar lagi dari gua itu ?" seru Pek In Hoei setelah berpikir sejenak, coba kau bayangkan, seandainya ayahmu tidak ingin ia lolos dari kurungannya mana sudi dia biarkan seorang manusia yang tak mengerti ilmu silat mendekat gudang hartanya ?"

Dengan sinar mata kagum Hee Siok Peng melirik sekejap kearah Pek In Hoei. "Sedikitpun tidak salah, justru dengan maksud itulah maka ayahku menjadikan puncak Pek Giok Hong sebagai tempat terlarang, siapapun dilarang mendekati tempat itu."

la merandek sejenak dan tambahnya "Sejak kecil aku telah bertemu dengan dia, selalu Ingin melepaskan dirinya tapi. aku tak berani berbuat demikian, sebab tak mungkin bagi orang yang mengerti ilmu silat untuk membebaskan dirinya."

"kenapa?" tanya Pek rn Hosi tercengang.

"Sstt ... !" tiba tiba Hee Siok Peng meletakkan telunjuknya keatas bibir, ia hembuskan napas dan bisiknya lirih jangan bicara lagi sekarang kita sudah tiba di puncak, hati hati jangan sampai ketahuan ayahku."

Ia turunkan cangkulnya lalu perlahan lahan memanjat keatas. Pek In Hoei membuntuti dari belakang itu semuanya mereka harus lewati tujuh puluh buah lebih undakan batu untuk mencapai puncak lorong.

Setibanya diatas Hee Siok Peng mendorong sebuah pintu rahasia kemudian meloncat keluar tatkala dirasakan keadaan aman baru loncat, keluar dari lorong rahasia. baru saja Pek ln Hoei ikut loncat keluar dari dalam lorong, segera terdengar suara bentakan keras berkumandang datang.

"Bangsat acak kura kura, siapa kau ?"

"Hei Huncwee gede, aku !" sahut Hee Siok Peng sambil munculkan diri dari balik pintu batu.

"Haaaah .... haaaah      haaaah cucu kura kura, hei setan cilik kau berani membohongi aku? Terang terangan aku tahu masih ada seorang keparat busuk disitu ! Ayoh bilang siapa dia ?" Hee Siok Peng menoleh kearah Pek ln Hui dan menjulurkan lidahnya, kemudian sambi perlihatkan muka setau ia tarik sianak muda itu untuk maju kedepan.

Kena ditarik oleh tangan sang gadis yang halus tanpa terasa Pek In Hoei ikut maju kedepan.

"Sebetulnya simanusia huncwee gede itu baik atau orang jahat ?" tanyanya kemudian.

Sebelum Hee Siok Peng sempat menjawab orang yang ada didaiam sudah meraung gusar.

"Kurang ajar! Siapa berani menuduh aku hunewee gede Ouwyang Gong adalah telur busuk ? Kurobek mulutnya yang kumal."

"Hmmm ! Aku yang bicara kau mau apa?"

Mendengar seruan sianak muda itu, air muka Hee Siok Peng berubah hebat, buru buru ia tarik tangan In Hoei dan diajak ngeloyor dari tempat itu. Siapa sangka pada saat itulah orang tadi tertawa terbahak bahak.

"Haaaah .. haaaah,, haaaaah     mau lari kemaua ? Ayoh

kembali " gertaknya.

Seketika itu juga Pek In Hoei merasakan sekujur badannya jadi kaku, diikuti munculnys serentatan tenaga penghisap yang luar biasa menyedot badannya membuat dia tanpa terasa terseret kebelakang.

Pemuda itu jadi kaget, buru buru ia meronta dengan segenap tenaga namun usahanya sia sia belaka, bukan saja ia gagal untuk meloloskan diri dari pengaruh sedotan lawan, bahkan ia tertarik kebelakang makin cepat.

"Eeei hunewee gede apa yang hendak kau lakukan ? Dia sama sekali tidak tahu akan ilmu silat?" teriak Hee Siok Peng dengan hati gelisah. "Apa ? Dia tidak mengerti ilmu silat?"

Bersamaan dengan terdengarnya teriakan itu, Pek in Hoei merasakan daya hisap yang membelenggu sekujur badannya lenyap sekeiika itu juga, badannya jadi kendor dan tanpa bisa dicegah lagi ia mundur sempoyongan kebelakang lalu jatuh terjengkang diatas tanah, saking kerasnya ia terbanting kaki dan pinggangnya terasa nyeri sakit.

Dengan penuh kegusaran ia mendongak Tampak delapan lembar sarang laba laba memancarkan sinar terpantek didepan pintu, dibelakang sarang laba laba tadi muncul sepasang sepatu berbulu kambing yang besar dan mengerikan.

Dengan cepat ia loncat bangun, tapi tatkala sinar matanya membentur dengan tubuh orang itu kembali ia dibikin terperanjat. Kiranya orang itu memakai kain mantel bulu kambing yang panjangnya mencapai cmpat depa dengan baju rangkapan dari kulit kambing pula ditambah cambangnya yang lebat dan awut2ar, sekilas pandang dapat dibilang dia tidak mirip manusia tapi lebih mirip dengan seekor kambing tua.

Manusia aneh itu memiliki hidung gede yang mekar dan berwarna merah membara serta sepasang mata yang sipit dan kecil sehingga bentuknya bukan saja tidak sesuai bahkan kelihatannya sangat aneh.

Sebuah Huncwee gede sepanjang empat depa dengan luas keliling seperti lengan dicekal dalam genggaman, seraya tertawa terbahak bahak seru orang itu:

"Hei cucu kura kura, anak kurang ajar Akhirnya kau datang juga !."

"Kau kenal aku tanya Pek In Hoei melengak. Perlahan lahan si Hancwee gede bangun dari pembaringannya, menghisap huncwee nya dalam dalam lalu menyemburkan segumpal asap putih yang tebal dan bau pedas keatas wajah Pek ln Hoei hingga membuat sianak muda itu jadi gelagapan dan terbatuk batuk.

"Keparat cilik, cucu kura kura! cuma semburan Huncwee saja kau tak kuat, rupamu benar benar tak tahu akan ilmu silat? bagus, bagus! hey setan cilik yang pintar kali ini kau telah membantu diriku" Seru Ouwyang Gong seraya busungkan perutnya yang buncit. walaupun Cayhe tidak tahu akan ilmu silat belum tentu aku sudi menolong kau untuk lolos dari kurungan" Gerutu Pek In Hoei sambil mengusap airmatanya. Sebab menolong manusia macam kau, sama artinya menuangkan bibit bencana bagi umat manusia"

"Plaaaak! dengan hati mendongkol Ouwyang Gong tepuk perutnya keras2. "Kentut nenekmu yang bau! bangsat telur busuk. belum pernah aku orang she Ouwyang dimaki orang seperti ini hari, kamu memang telur busuk cilik yang memuakkan".

Huncwee gedenya diangkat lalu laksana titiran angin puyuh ia ayun senjatanya kemuka menghajar jalan darab bisu ditubuh Pek In Hoei, kemudian tangannya diayun dan diputar, seketika itu juga badan sianak muda tadi kena dihantam sampai mencelat kebelakang sejauh empat depa dan jatuh terbanting diatas lantai keras.

"Hey ! Huncwee gede, epa yang hendak kau lakukan?" Teriak Hee Siok Peng dengan hati gemas.

"Hnimm sialan kurang ajar belum pernah aku jumpai keparat cilik yang dungu dan bloon macam dia, cucu kura kura berani benar dia maki aku Hmmm! kalau menuruti tabiatku pada masa lalu dari tadi nyawanya sudah kucabut".

Hee Siok Peng tertawa geli.

"Masa sudah begitu tua, kau masih punya nyali untuk layani seorang bocah cilik... hu... sungguh tidak tahu malu kemudian dengan wajah serius, tambahnya

"Aku membawa dia datang kemari untuk menolong dirimu kalau sampai kau bikin dia dongkol dan tak mau membukakan sarang laba-laba bagimu.... aku tidak tahu lhoo akan kulihat bagaimana caramu untuk berjalan keluar dari situ Ouwyang Gong melegak, biji matanya brputar putar dan akhirnya ia pentang mulut yang lebar tertawa terbahak-bahak. Haaaaa .... haaaaa .... haaa . . . aku kan cuma ajak dia bergurau saja, cuma guyon begitu saja lantas dia marah sama aku !".

"Cissssss, siapa kesudian melihat tampangmu cengar cengir macam kuda meringis"

Jengek Hee Siok Peng sambil mencibirkan bibirnya.

Ia maju menghampiri Pek In Hoei dan menariknya bagun dari atas tanah.

"Jangan gubris dia lagi, dia sedang pura2 edan !'

"Hey, sahabat cilik, tadi aku cuma ajak kau guyon, tentu kau tidak marah sama aku bukan ?" buru buru Ouwyang Gong berteriak dengan hati gelisah.

Menyaksikan jenggot Ouw yang Gong tiada hentinya bergetar ditambah pula wajahnya menunjukkan rasa sesal, hawa gusar dan rasa mendongkol dalam hati Pek In Hoei seketika itu juga lenyap tak berbekas, ia gelengkan kepalanya." "Sudah .... sudahlah, aku tak ingin banyak ribut dengan dirimu, kau tak boleh panggil aku dengan sebutan sahabat cilik aku bernama Pek In Hoei".

"Bagus .... bagus namamu Pek In Hoei memang sangat bagus dan menarik !".

Seraya berkata matanya melirik Hee Siok Pcng dan perlihatkan muka setan,

"Hey setan cilik yang pintar, hebat juga penglihatanmu ". "Cisssss! kau situa bangka yang tidak tahu diri, makin tua

makin menjadi . . .

Saking malunya digoda, air muka gadis itu berubah jadi merah jengah, tak sanggup ia teruskan kata katanya,

"Baik .... baiklah anggap saja perkataanku sebagai kentut busuk yang baru dilepaskan !" tukas Ouw yang Gong cepat.

Air muka Hee Siok Peng berubah semakin merah, sambil mendepak-depakkan kakinya keatas tanah ia tarik tangan Pek In Hoei untuk diajak pergi dari situ.

"Ayoh kita pergi dari sini? jangan pedulikan dia lagi biar dia terkurung seratus tahun lagi

"Heeeee heeeeey heeeeey... jangan pergi dulu. jangan pergi dulu   " Ouw Yang Gong jadi cemas." Pek in Hoei coba kau kesinilah, aku hendak menyampaikan sesuatu kepadamu !".

Sianak muda itu berhenti dan berpaling memandang siorang tua aneh itu. "Pek In Hoei inginkah kau belajar silat

??? kalau mau, sekarang juga angkatlah aku sebagai gurumu.

"Terima kasih atas kebaikanmu, aku tidak ingin belajar silat". "Apa ??? kau tidak mau belajar silat ? goblok.. Tolol... Dogol... Blo'on...! hey cecunguk cilik dengan memiliki ilmu silat, segala penjuru kolong langit bisa kau kunjungi, Kenapa kau tidak mau menerima tawaranku"

Pek In Hoei tetap gelengkan kepalanya berulang ulang kali,

"Watakku memang tidak suka belajar silat.”

"Kalau kau tidak belajar silat, mana bisa Mengimbangi kenakalan sisetan Cilik yang banyak itu? bukankah kau bakal digoda dan dianiaya terus menerus olehnya?"

"Cissssss !" kembali Hee Siok Peng mendengus sambil cibirkan bibirnya yang kecil. "Memang sudah jadi kenyataan bahwa gading tidak akan didapatkan di tubuh anjing! Huuuuu... sialan !"

Ouw yang Gong garuk garuk kepalanya sambil menyengir, lama sekali ia putar otak akhirnya ujarnya lagi: "Pek In Hoei, aku bisa menjadikan kau bagai manusia yang paling kosen diseluruh kolong langit Dengan pandangan menjengek Pek In Hoci melirik sekejap kearah Ouw yang Gong lalu jawabnya :

"Kalau kau sendiri adalah manusia omor wahid di kolong langit mengapa dirimu bisa di kurung orang ditempat ini?"

"Apa maksudnya... maknya.. telur busuk... cucu kura kura...."Kontan Ouw yang Gong mencak mencak dan memaki kalang kabut. "Hee Giong Lam situa bangka jelek itu adalah manusia terkutuk yang rendah martabatnya. ".

"Hey, huncwee gede, kau berani memaki ayahku?" tukas Hee Siok Peng naik darah. "Eeeeeeeei .... eeeeeei ... aku salah omong baik . . baiklah

. . tadi aku memang sudah salah omong, aku lupa kalau ayahmu adalah orang paling paling baik didalam jagat . orang yang paling mulia kolong langit maaf yaah nona cilik yah heeeeh heeeh"

Bicara sampai disitu orang tadi menghela nafas panjang, tambahnya:

”Selama hidup aku Cuma setu kali ini saja jatuh ke cundang ditangan orang lain, siapa suruh aku adu kepandaian melepaskan racun dengan Rasul Bisa Hee Giongiok Lam kemari...” serunya ”aku malah terkurung didalam gua ini ... ..Neneknya aku bener bener lagi sial "

Tingkah laku Ouw-yang Gong yang lucu menggelikan itu seketika memancing gelak tertawa dari Pek ln Hoei. tak kuasa lagi pemuda itu tertawa terbahak bahak.

”coba kau pikir" kembali Ouwyang gong mengomel. "Dengan kepandaian silat yang kumiliki masa tidak

mampu untuk memutuskan kedelapan lembar sarang laba laba itu ? Selama bidup aku paling mengutamakan pegang janji sekarang iku sudah terlanjur berjanji selamanya tak akan kusesali lagi. Begitu pula dengan peristiwa yang telah terjadi, karena aku suiah terlanjur berjanji bahwa seandainya bukan orang tak mengerti ilmu silat yang membantu aku membuka serang laba laba tersebut aku tidak akan keluar maka selama ini aku sabar terus menanti. Eeeeei siapa tahu sekarang muncul kau yang tak tahu ilmu silat hendak bantu aku untuk memutuskan sarang laba laba itu, sebagai rasa terima kasihku aku hendak mewariskan ilmu silatku kepadamu. Aaaaai.. tak tahunya kaupun tak sudi menerima tawaranku ini" la menghela napas panjang, kepalanya kembali digaruk garuk, lama sekali si huncwee gede Ouw yang Gong membungkam dalam seribu bahasa.

"Hei!" tiba-tiba ia berseru. Kau tak suka jadi muridku, bagaimana kalau anggap saja aku sebagai sahabatmu? Akan kuwariskan seluruh kepandaian silatku kepadamu

.bagaimana ? Tentu kau mau bukan?"

Hee Siok Peng mendengus dingin. “Hmmm ! Huncwee gede siasat setanmu itu kuketahui semua, kau hendak hadiahkan seluruh kepadaian silatmu kepadanya? kau sendiri berubah jadi tak pandai ilmu silat, dalam keadaan begitu kau bisa putuskan sendiri sarang laba laba itu agar tidak hutang budi sama orang lain. Hmm jangan mimpi kau bisa berbuat begitu!"

Pek In Hoei yang ikut mendengarkan pembicaraan itu segera tertawa getir. “Aku memang betul betul tidak ingin belajar ilmu silat."

Ia merandek sejenak lalu tambahnya:

"Tapi aku suka membantu kau untuk memutuskan sarang laba laba itu"

"Sungguh ? Sungguhkah perkataanmu itu ? " Dengan sepasang mata Terbelalak besar Ouw-yang Gong berteriak kegirangan.

Pek ln Hoei manggut2, perlahan lahan ia maju mendekati sarang laba laba itu dan bersiap memutuskannya, namun dengan cepat perbuatannya itu dicegah oleh Hee Siok Peng

Sambil mengerdipkan matanya kearah pemuda itu, ujar sang gadis. Seandainya kau membantu dia untuk memutuskan sarang laba laba itu, maka sekeluarnya dari kurungan dia pasti akan memusuhi perguruan seratus racun kami, jikalau dikemudian hari ayahku mencari kau untuk mempertanggung jawabkan persoalan ini apa yang hendak kau lakukau?" Pek In Hoei kau tidak usah takut" teriak Ouw yang Gong sambil putar huncwee gedenya sehingga menimbulkan deruan angin puyuh yang amat santar. Kalau rasul bisa sitelur busuk tua itu berani cari gara2 dengan dirimu, maka sihuncwee gede akan hantam tubuhnya sehingga ia terkencing2 saking takutnya!".

Menyaksikan Hee Siok Peng sedang melototi dirinya, kakek tua itu buru-buru julurkan lidahnya dan membungkam.

Lama sekali ia berdiam diri akhirnya sambil putar sepasang biji matanya ia berkata:

Hey Pek In Hoei, kalau kau suka memutuskan sarang laba laba itu dan menolong aku lolos dari kurungan, setelah keluar dari tempat ini akan kululusksn tiga permintaanmu!"

Pek In Hoe tidak langsung menjawab, ia berpikir sebentar kemudian mengangguk.

Baik ah ! kita tentukan dengan sepatah kata itu

Seraya berkata pemuda itu maju selangkah kedepan, dalam Sekejap mata kedelapan lembar sarang laba-laba tadi sudah dibetot sampai putus. Ouw yang Gong bersuit nyaring, tubuhnya laksana hembusan angin puyuh meluncur keluar dari dalam gua, diiringi huncwee gedenya berputar kencang, bangunan gua itu seketika hancur berantakan dan roboh keatas tanah ia tertawa terbahak- bahak. teriaknya : "Akhirnya aku berhasil juga lolos dari kurungan, ini hari juga akan kuhajar sianak bisa, si cucu bisa dari Hee Giong Lam si telur busuk tua itu "

Badannya berkelebat, sambil mengempit tubuh Pek In oei bagaikan sambaran kilat loncat keluar dari gua dan lari kearah puncak Pek-Giok Hong Waktu itu tengah bari sudah tiba sang surya memancarkan cahayanya dengan terang.

Dari balik gua batu terdengar teriakan serta seruan Hee Siok Peng berkumandang keluar, diikuti gadis itu muncul sambil berlari-lari. Tapi, Pek In Hoei sudah dibawa Ouw- yaug Gong loncat keluar dari gua terebut.

Selama hampir tujuh belas tahun lamanya Ouw- yang Gong terkurung didaiam gua, sedikit kebebasanpun tak ada. Kini setelah lolos dari kurungan, dengan amat girangnya ia tertawa terbahak bahak dan lari kesana kemari seperti orang gila.

Sungguh cepat lari orang aneh itu, Pek In Hoei yang dibawa lari merasakan pandangannya kabur, undak undakan batu yang menghubungkan bawah bukit dengan mulut gua serasa berlalu dengan cepatnya, tekanan hawa udara yang menyambar tubuhnya membuat dia jadi sesak napas.

Mendadak sianak muda itu menyaksikan Hee Siok Peg muncul dari balik gua dan segera terjun ke bawah bukit tanpa mengikuti undak undakan batu itu.

Hatinya jadi sangat terperanjat. "Siok Peng, kau " jeritnya.

Waktu itu ouw-yang Gong mengempit tubuh Pek In Hoei dengan tangan kirinya dia sedang siap meloncat kebawah, rontaan si anak muda itu secara tiba tiba sangat mengejutkan hatinya, hampir hampir saja cekalannya terlepas.

"Neneknya, cucu kura kura, kau pingin cari mati." kontan makian kotor meluncur keluar dari mulut kakek itu kepitannya diperkencang, huncwee gede ditangan kanannya mendadak meluncur kemuka menghantam undakan batu Tring .... Ditengah percikan bunga api dengan meminjam tenaga pantulan tadi daya luncur badannya yang amat cepat seketika tertahan.

Dalam pada itu Pek in Hoei yang kena kempit Ouw-yang Gong keras keras, merasakan tulang badannya seakan akan mau patah, segera teriaknya keras keras:

"Aduuuh tulang badanku seakan akan mau remuk kena jepitanmu yang keras eeei! Lepaskan aku... , cepat 1epaskan aku "

"Bocah dungu, jangan ribut. aku sudah mengerti apa yang sedang kau cemaskan."

Dengan enteng dan sebat badan mereka berdua berputar satu lingkaran ditengah udara, lalu berjumpalitan dan akhirnya melayang turun keatas permukaan tanah dengan enteng, begitu tiba dibawah Pek In Hoei segera dilepaskan.

Separuh badan sianak muda itu terasa hampir kaku, dengan langkah gentayangan ia mundur beberapa langkah kebelakang, lalu dengan hati cemas perhatiannya dialih kan keatas puncak.

Tampak tubuh Hee Siok Peng dengan ringannya sedang melayang turun kebawah bajunya berkibar terhembus angin, begitu cantik dan menarik seakan akan bidadari yang baru turun dari kayangan.

Ouw-yang Gong tertawa terbahak bahak bajunya yang lebar dikebaskan keatas, Segulung angin pukulan yang lunak segera menghembus keluar, terasa pandaogan jadi kabur tahu2 Hce Siok Peng telah tiba diatas permukaan tanah.

Budak cilik, sungguh besar nyalimu Teriak Ouw-yang Gong sambil menyambar pergelangan gadis itu. Berani betul kau loncat turun dan tebing yang begitu tinggi bila kau tidak takut patah tulang kakimu Hmmm kalau toh mau mengejar anak laki2, masa nyawa seudiripun tidak diurusi

Wajah Hee Siok Peng yang semula pucat bias bagaikan mayat seketika berubah jad merah padam setelah kena dimaki oleh Ouw yang Gong, ia kebas tangannya melepaskan diri dari cekalan manusia aneh itu, kemudian, serunya jengkel :

"Cisss Makin tua tambah makin menjadi, dasar tua tua keladi, omongannya makin lama makin tidak keruan, hati hati kurobek lidahmu itu"

"Hmmm ! Kau berani berbuat begitu terhadap loohu ?? Heeeh . . ceeeh heeeh . seketika ini juga akan kubawa bocah dungu tersebut pergi dari sini !"

"Kau berani ?" Dengus Hee Siok Peng dengan wajah merah padam, sikapnya sangat aneh.

Rupanya sikap aneh gadis itu menakutkan hati Ouw- yang Gong, wajahnya langsung berubah jadi serius

"Tidak berani... aku tidak akan berani berani lagi " serunya berulang ulang kali.

Menyaksikan tingkah laku Ouw-yang Gong yang lucu serta teringat sikap gelisah yang diperlihatkannya tadi, dengan senyum malu Hee Siok Peng melirik sekejap kearab Pek in Hoei. Dalam pada itu sianak muda tadi sedang berdiri melongo sambil memperlihatkan gerak gerik kedua orang itu, tatkala melihat Hee Siok Peng tersenyum malu sambil melirik kearahnya, ia makin tertegun, matanya sampai terbelalak lebar dan mulut nya melongo

"Eeeei     kenapa kau ??" Tegur sang gadis dengan cepat.

Pek In Hoei kaget, cepat cepat ia melengos kesamping dengan muka merah jengah pada saat itu pula sianak muda ini menemukan adanya sesosok bayangan hitam laksana kilat melayang tiba.

Wajahnya makin terperanjat, mulutnya membuka makin lebar Belum sempat ia berteriak Ouw yang Gong sudah berkata:

"Hmm . dikoloog langit tidak ada gadis yang punya muka begitu tebal macam kau, tidak aneh kalau si racun tua. "

"Hmmm, siuler asap, kau berani memaki putriku ?" Dengusan dingin berkumandang datang disusul munculnya seorang kakek tua di tempat itu

"Neneknya. . cucu kura kura . . hey racun tua, kebetulan sekali kedstanganmu ... " Teriak Ouw-yang Gong begitu berjumpa dengan kakek berbaju hitam itu, huncweenya langsung diayun ketengah udara menghantam batok kepala orang itu.

”Racun tua sialan, coba rasakan dulu kemplangan huncweeku Ini"

Kakek tua berbaju hitam itu mendengus dingin, badannya berkisar kesamping sejauh empat depa, kedua jarinya diayun mendatar kemuka dan ... Criiit . . ! Ia hantam datangnya ancaman buncwee itu. Ouw-yang Gong mendesis rendah huncwee gedenya mendadak ditekan kebawah, laksana seekor ular berbisa senjata itu meletik kemuka lalu membabat kedua jari lawan.

Kakek tua berbaju hitam tu tidak sudi dirinya termakan api dalam huncwee tersebut, sambil mencaci maki buru buru ia melengos kesamping.

“Ular asap sialan bajingan tua. hatimu betul betul amat keji ... ”Ditengah bentakan keras, tangan kanannya berputar membentuk satu lingkaran busur lima jari tangan kirinya dipentang lebar lalu menghantam keluar dengan jarak ini burung merak mementang sayap.

"Heeeb . heeeh . . heeee . ecee jurus burung merak mementang sayap yang amat indah" Ejek Ouw-yang Gong sambil tertawa aneh. "Coba kau lihat gerakan Ular racun melepasku kentutku !"

Huncweenya digetarkan kemuka, serentetan bayangan hitam segera menyapu udara seakan akan menempel diatas telapak lawan ia bendung datangnya ancaman lima jari lawan,
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar