Jilid 10 (Tamat)

BEGITU selelesai bicara, tahu-tahu Hek Mahie telah menggerakkan jubahnya. Dan sebelum Siu Lian menyadari apa yang akan tetjadi, lima buah jari yang berkuku panjang hitam telah mencakar dengan dahsyat kearah muka.

Siu Lian insyaf bahwa lawannya kali ini bukanlah tokoh sembarangan. Maka ia bersiap siaga. Ketika lima kuku jari tangan lawan datang mencakar, gadis itu mengegoskan mukanya, seraya kakinya bekerja, menendang dengan junus Walet mencercah bumi.

Dukkk! Bret! Beginilah bahayanya apabila seseorang memandang enteng terhadap lawannya. Hek Mahie sungguh sama sekali tak pernah mimpi, bahwa seorang murid pulau Tho-liu-to dalam segebrakan dapat membuat tokoh sakti seperti Hek Mahie itu hampir kebilangan muka.

Ketika Siu Lian mengirimkan tendangan Hek Mahie telah dapat menduganya. Jurus walet menyarnbar buih, merupakan jurus biasa, sehingga dengan gerak biasa saja, Hek Mahie menggeser tubuhnya untuk menghindar.

Sama sekali Hek Mahie tidak menduga bahwa Siu Lian yanr., sekarang adalah Siu Lian yang telah mendapatkan tambahan inti tenaga Iwekang, yang diperoleh secara tak sengaja dari tubuh Kim Cit Loo. Kecepatan dan tenaga tendangan itu, sangat hebat. Sebelum Hek Mahie semppat menyelamatkan pinggangnya, ia telah kena terhajar dan jubahnya ikut robek karenanya.

Sambil menahan rasa sakit bukan alang kepalang, juga rasa hilang muka yang bukan buatan, Hek Mahie meoggerung dan melompat maju. Matanya berapi-api. Seakan-akan hendak ditelannya gadis itu.

Tulang-tulang pendeta itu berbunyi kemerotokan. Dan dari mulutnya yang tebal terdengar suara mendesis seperti ular kobra. Tangan dua-duanya memanjang. Mulut seperti karet. Tahu-tahu wuttt ! Sambaran cakar tangan pendeta itu menyerang tenggorokan dan mata si gadis.

Satu kemenangan pula pada pihak Siu Lian, dia tenang, tidak termakan oleh api kemarahan seperti Hek Mahie. Melihat datangnya serangan, dan meucium bau kuku yang amis dan busuk, Siu Lian, tahu bahwa pukulan lawan mengandung racun.

Siu Lian tak mau menangkis dengan tangan, akan tetapi secepat kilat ia telah melintangkan batang pedangnya, menahan serangan. Hek Mahie menggeram. Dengan tiba-tiba tangannya mengkeret lagi, dan diputar setengah lingkaran, mencengkeram kearah pinggang si gadis. Tetapi serangan kedua inipun telah disambut dengan sabetan pedang si gadis, sehingga untuk yang kesekian kalinya Hek Mahie menggeram-geram gusar tetapi tak berdaya.

―Hati-hati enci  Lian!  Iblis  buruk  itu  beracun  hingga  keringat- keringatnya!"seru Hong In memperingatkan.

Walaupun tak usah diperingatkan. Siu Lian memang bukan gadis yang semberono. Menghadapi lawan sangat tangguh, dia bertindak sangat hati-hati. Dilain pihak, Sin Hong merasa serba salah. Ia tidak yakin bahwa Siu Lian sanggup menghadapi Hek Mahie seorang diri. Tetapi hendak turun tangan mernbuat, ia kuatir akan menyinggung peraspn gadis itu. Oleh karena itu dia cuma memperhatikan pertarungan itu dengan seksama, siap untuk memberikan pertolongan apabila perlu.

Dalam beberapa saat saja pertarungan Hek Mahie dan Siu Liao telah berlanggsung seratus jurus. Hek Mahie telah mengerahkan seluruh tenaganya, namun dia heran bukan main karena ternyata permainan pedang lawannya dapat mengirnbangi dengan sempurna, bahkan boleh dibilang Siu Lian berada diatas angin.

Sakeliling gelanggang pertarungan itu kini penuh terisi oleh kelebatan sinar pedang yang berdesir-desir tajam. Ke nanapun cakar Hek Mahie meluncur, tentu disambut oleh beberapa kali babatan pedang. Sedangkan Siu Lian sendiri, saat itu tampak benar-benar seperti burung walet yang beterbangan mengitari gunung karang.

Rupanya Hek Mahie kehabisan akal. Dengan segera ditariknya cambuk ular belangnya. Dan tanpa memberi kesempatan, seketika diputarnya cambuk itu, dielecut-lecutkannya, sehingga menimbulkan bunyi meledak-ledak. Serta hawa racun yang busuk dan amis bertebaran sekeliling gelanggang pertarucgan. Merurut perhitungan, tentulah Siu Lian akan mati lemas, atau sesak papas karena keracunan. Namun kali ini Hek Mahie kecele pula. Dengan adanya tambahau darah Inti racun Kim Cit Loo yang rnemasuki badannya, Siu Lian tidak terpengaruh oleh pecut lawan nya.

Kian lama Hek Mahie semakin bingung. Dulu pernah bertarung dengan Tie koan Cai, salah seorang guru gadis ini. Tetapi tukang tenung itu sendiri tidaklah demikian lihaynya. Bahkan saat itu seekor ular piaraan Hek Mahie dapat melukai lawan. Tetapi mengapa hanya seorang muridnya belaka. kini Hek Mahie tak berdaya. Padahal pendeta ini telah bertahun-tahun melatihi diri, menanabah ilmunya.

Saat ini dia turun gunung, menjelajahi bumi Tionggoan dengan keyakinan akan dapat menggulung kedua guru pulau Tho-liu-to itu, Siapa sangka sekaraing, bertemu dengan muridnya yang masih bau kencur, ia malah tak berdaya.

Memang dari depan. Hek Mahie telahah salah perhitungan.

Mungkin tahun-tahun yang lalu ia dapat melukai Tie Kong Cai,

Tetapi hal itu, bukanlala berarti dia ungul terhadap ilmu silat Tho-liu-to,

Akhir-akhir ini Gouw Bian Lie yang merupakan guru utama Lion-san-pai telah menciptakan ilmu pedang baru yang sangat lihai. Yakni ilmu pedang gabungan dengan ilmu golok Kunlunpai. Sehingga walaupun Hek Mahie memeras ingatannya untuk menduga arah gerakan Siu Lian, ia takkan berhasil. Sebab gerakan- gerakansi gadis adalah menrutkan petunjuk ilmu pedang gabungan tersebut.

Pedang ditangan Siu Lian dapat berubah-ubah getaknya, terkadang menyontek atau menusuk ataupun membabat seperti pedang, namun suatu ketika dapat pula membacok atau menyerampang seperti golok.

Denlikianlah, pecut ular belang Hek Mahie dibuat tak berdaya sama sekali.

Suatu ketika pecut Hek Mahie menyambar kaki Sin Lian. Begitu melayang kebawah pecut itu bergulung-gulung, namun ujungnya dapat meletik kearah pinggang si gadis.

Tetapi Sin Lian tidak gugup. Ketika tubuhnya berloncatan menghindari sabetan cambuk, kedua tangannya dikembangkan mirip walet melayang diatas ombak. Pedangnya tahu-tahu menyehnap kebawah tangannya, Dan tesss! Tess!!

Beberapa Kali pedang itu berkelebatan maka pecut Hek Mahie menjadi potonngan-potongan.

―Budak syetan! biar aku mengadu jiwa denganmu!"

Hek Mahie nekat. Pecut buntungnya dilemparkan kearah Ban Le Thong yang masib enak-enakan menonton, sedangkan tubuhnya lantas menubruk maju, menerkam Siu Lian dengan rnaksud mengajiak mati bersama.

Siu Lian gugup, Ia mana sudi mati bersama perdeta tua bangka itu. sedangkau maksudnya untuk menantut balas dendam belum terlaksana.

Sementara pedangnya masih berada dibawah lengan kirinya, maka tak rnungkin lagi ia menyabetkannya kearah lawan. Sebaliknya sepuluh cakar jari Hek Mahie sedang meluncur. Maka tak sempat berpikir lagi, Siu Lian melentingkan tubuhnya kebelakaag, seraya meluruskan pedangnya keatas.

Akibatnya sungguh diluar dugaan. Siu Lian menjerit kesakitan karena baju dan pahanya robek terkena cakar tangan kiri, sementa ra tangan kanan Hek Mahie terbabat pedang butung seketika. Potongan tangau itu terlempar keudara, masih juga memburu kearah Siu Lian yanng sedang terjatuh.

―Bangsat!"   Ban   Lie   Thong   berseru.   Tubuhnya   mengegos menghindari potongan cambuk, sekaligus melancur kedepan, menendang potongan tangan Hek Mahie yang sedang melayang.

Hek Mahie bergulingan kesakitan. Lalu dengan suara gerungan murka, bukannya menerjang maju, akan tetapi melompat kearah jubah putih yang sejak tadi reronggok seperti tumpukan kain kotor.

―Kutu busuk tak tahu budi!"

Seraya berteriak demikian, Hek Mahie mengayunkan tangan kirinya rnencengkeram kearah jubah itu. Aneh bin ajaib Jubah itu melompat kesamping lalu terdengar suara tawarnya.

―Menghadapi kurcaci seperti itu saja tak becus, mau menyerang kawan!

Kiranva jubah putih itu adalah seorang manusia. seorang laki- laki yang kini tampak jelas, berdiri sombong dengan muka menengadah.

Deegan serta merta, Siu Lian membentak marah:

―Bangsat Kauw Lian!"

Benar saja. Laki-laki muda dalain jubah putih itu tidak lain adalah Ong Kauw Lian, sababat Hek Mahie, juga musuh besar Siu Lian maupun Sin Hong,

Demikian kisahnya. hingga pemuda itu kembali ketanah Tionggoan,

Sejak tindakannya membunuh susioknya sendiri, yakni An Hwie Cian, ayah An Sui Lian, rnaka Ong Kauw Lian pergi merantau dengan maksud untuk memperdalam ilmu kepandaiannya. Ia menyadari bahwa dirinya banyak mempunyai musuh-musuh, oleh karena itu ia bermaksud bergabung dengan seorang tokoh sakti yang termasyur juga namanya, yakni Hek Mahie.

Saat itu Hek Mahie sedang berada di Nepal, sedang melatih diri untuk memperdalam ilmu, karena ia bermaksud untuk suatu saat nanti untuk kembali lagi ke tanah Tionggoan, untuk menghadapi lawan-lawannya.

Dalam hat ilmu kepandaian, Ong Kauw Lian tidakiah berada dibawah Hek Mahie. Namun pemuda ini bermaksud untuk memperoleh ilmu menaklukan ular, dan yogasakti dari Hek Mahie. Itulah sebabnya, walaupun merasa tidak takut, akan tetapi perlu mengalah.

Mereka ingat akan tantangan Auwyang Keng Liak, tentang hendak diadakannya pertandingan besar-besaran, phibu yang akan diselenggarakan disebelah utara sungai besar.'

Pada saat inilah akan ditentukan siapakah sebenarnya jago nomor wahid diatas tanah Tionggoan ini. Kedua orang ini bernafsu benar untuk memperoleh gelar itu!

Demikian mereka lantas bergabung, Dan atas usul Hek Mahie, Ong Kauw Lian diharuskan mendirikan perkumputan Ceng-hang- pai yang telah hancur itu di Nepeal.

Ong Kauw Lian menyetujui. Selanjutnya maka Hek Mahie mengirim kabar pada Kim Cit Loo untuk mengambilkan benda pusaka dan kitab pelajaran yang masib tertinggal di Ceng hong san. Itulab sebabnya, rnaka suatu ketika seoring pengemis muda pernah mendatangi puncaak Ceng hong san untuk mengambil peti putih itu.

Tetapi hingga sekian lamanya, benda yang dimaksud belum juga dikirirnican orang kepadanya. Hek Mahie dan Ong Kauw Lian menjadi curiga. Maka sambil bermaksud menjajal ilmu yang baru dipelajarinya, sekaligus melihat perubaban dikalangan kangouw rnereka kembali menjelajahi tanah Tionggoan.

Sungguh tak terduga bahwa didaerah Tionggoan telah muncul pendekar-pendekar muda yang namanya menggemparkan, seperti Sin Hong maupun Siu Lian..

Ketika mereka mencari Kim Cit Loo, mereka hanya menemukan bangkai si nenek Gouw Nio. Dan mereka lantas menduga bahwa tentulah terjadi sesuatu, sebab Kim Cit Loo sendiri tidak berada ditempat.

Dalam Perjaianannya mencari Kim Cit Loo itulah mereka bertemu Ban Lie Thong, hingga terjadinya pertarungan ini.

Sejak semula Ong Kauw Lian telah mengenal Lie Sin Hong. Tetapi dia sangat memandang enteng pemuda itu, dan sama sekali tidak mau menggubrisnya,

Ketika muncul An Siu Lian menbabati ular-ular Hek Mahie, ia berpikir suatu ketika akan menolong gadis itu, apabila keadaannya terdesak. Walaupun ia membenci ayah Siu Lian, akan tetapi terhadap gadis itu, sejak lama Ong Kauw Lian jatuh cinta.

Tetapi ternyata Siu Lian telah berubah lihay dan dapat mengalahkan Hek Mahie. Tentu saja Ong Kauw Lian tidak mau, turun tangan membantu, sebab pada hati kecilnya, iapun suka apabila Hek Mahie terbunuh. Ilmu kesaktian yang dibarapkan dari pendeta itu sudah di perolehrtya, untuk apa pula Hek Mahie baginya?

Demi melihat munculnya Ong Kauw Lian, Siu Lian seperti dibakar oleh bawa kemarahan. Darahnya seakan mendidih, dan seketika ia berinaksud melompat maju, untuk menerjang.

Tetapi kiranya luka dipahanya telah membuat kakinya kejang. Racun kuku Hek Mahe telah menjalar bingga kepangkal pahatnya. Dan bukannya ia dapat menubruk maju, sebaliknya Siu Lian kembali roboh terguling memperdengarkan keluhan.

Lie Sin Hong tidak memberi kesempatan lagi. Begitu menyadari bahwa orang yang baru muncul itu adalah musuh besar yang sedang dicarinya, maka ia memperdengarkan suara teriakannya. Lulu tubuhnya kemudian melayang kedepan tangannya menggerakkaa pedang pusaka Ceng kong pokiam menusuk.

Ong kauw Lian melihat datangnya serangan itu, maka dengan segera meng hindar ke samping, seraya menggerakkan goloknya membacok.

Narnun sungguh dituar dugaannya, pedang Sin Hong terlalu cepat datangnya gisit seperti angin. Tahu-tahu ujung senjata dapat merobek baju dipunggung. Bahkan serangan balasan Ong Kauw Lian yang kelihatannya akan dapat memapas buntung kaki lawan, hanya mengenai angin belaka. Lebih hebat lagi, pedang Sin Hong tampak nya seperti tidak dapat dilihat oleh mata. Senjata itu seakan- akan menjadi angin, dan tahu-tahu telah menusuk tengkuknya.

―Aih!" Ong  Kauw  Lian menjerit  kaget, tubuhnya berlompatan jungkir balik kebelakang sepulnh langkah.

―Bukankah   kau   Lie   Sin   Hong?!"   seru   Ong   Kauw   Lian keheranan. Tengkuknya mengalirkan ketingat dingin.

Dengan Suara mengereng seperti beruang Sin Hong melompat maju mendekati.

―Kau bangsai keji mau lari kemana!"seru Sin Hong. ―Cepat kau gorok lebermu sendiri, sebelum aku mencingcangmu jadi perke del!"

Ong Kauw Lian tertawa mengejek, ―Kau  ini  anak  tukang  gorok  babi  Lie  Kie  Pok,  bisa  apa?!‖ Bapakmu mati dalam sejurus, denganku, apa lagi kau!"

―Tak  perlu  tanyak  mulut!  Manusia  berjiwa  rendah  sepertimu tak patut hidup diatas dunia!"

―Lian-moy, apakah kau terluka?‖ tanya Ong Kauw Lian tiba -

tiba.

Sin Hong menengok kearab Siu Lian, dan terlihatlah olehnya

gadis itu yang rebah sedang ditolong oleh Ban Lie Thong.

Tiba-tiba seeerrr....! Pada saat Sin Hong lerngah seperti itu, tiba-tiba golok Ong Kauw Lian menyambar menbacok ke arah punggung.

Sin Hon terkejut. Sedetik lengah bagi orang-orang kalangan orang sakti termasuk sebuah kerugian besar yang sargat berbahaya. Ong Kauw Lian dengan wataknya yang licik dan keji itu, mempergunakan tipu memecah perhatian lawan dan kiranya Sin Hong kena terpancing. ,

Hampir saja Ong Kauw Lian bersorak kegirangan melihat serangannya akan dapat membinasakan lawan. Akan tetapi rupanya kematia belum saatnya menjatuhi Sin Hong. Pada saatnya yang sangat monentukan itu, Sin Hong Iwekang yang telah terlatih ditubuhnya secara otomatis, bergolak ditubuhnya. Dengan nekat, Sin Hong mengebaskan tangannya kebeakang menghantam golok!

Pletak!

Barangkati disambar geledek pun Ong Kauw Lian takkan percaya bahwa lawannya yang semula diduganya sebagai lawan enteng, ternyata memiliki Iwekang yang sangat dahsyat.

Mungkin Ang Oei Mokpo yang termasyur sebagai iblis nomer satu didunia tak kan mampu mematahkan golok Ong Kauw Lian yang diluncurkan dengan pengerahan lwekang yang tinggi. Tetapi Sin Hong dengan sekali sambar telah dapat membuat ujung golok Ong Kauw Lian kutung sepanjang tiga dim.

―Sin Hong Iwekang! Sin Hong Iwekang!‖

Hek Mahie yang melihat kejadian itu, berseru-seru kaget seraya berlari-lari mencari selamat. Tetapi Hong in dan Hwat Kong mengejarnya, mengepung pendeta, itu dari dua penjuru.

―Sin Hong Iwekang! Sin Hong Iwekang!‖

Ong Kauw Lian sendiri ikut berteriak-teriak gentar. Ia melompat mundur puluhan langkah seraya celingukan mencari jalan untuk mencari selamat.

Tetapi Sin Hong telah mendarat didepannya, dan langsung melancarkan    serangan.    ―Setelah    tahu    kelihaian    orang,    ayo menyerah!" seru Sin Hong.

Ong Kauw Han tak mungkin dapat melarikan diri pula, Maka dengan sekuat tenaga ia melawan. Ilmu golok Cap Peh Lo Hoan To yang berhasil dipelajarinya dari Lie Kie Pok ayah Sin Hong, yang kini telah digabung dengan ilmu pedang Ceng-bong-pai, dan ilmu yoga dari Hek Mahie, dimaiakannya dengan hati-hati. Ia tahu bahwa babaya besar sedang mengancam dirinya.

Baragkali baik Hek Mahie ataupun tokoh-tokon tua yang lain, untuk saat ini takkan begitu mudah mendesak Ong Kauw Lian.

Akan tetapi Sin Hon dengan Sin Tong hoat serta Sin Hong Iweekang yang diwarisinya dari pendekarsakti Sin Hong Cu Kek Beng, kini sudah bukanlah tandingan siapapun.

Ilmu Silat Angin Sakti yang menjadi incaran setiap golongan kang-touw, kini telab dikuasainya dengan mahir. Iwekang yang mengalir datarn tubuhnya, dahsyat bukan main. Apatagi dengan adanya pedang pusaka Ceng-hong-pokiarn ditangan, maka saat ini Sin Hong sudab ibarat harimau tumbuh sayap. Jangankan cuma seorang Ong Kauw Lian, sedangkan andaikata lipat tigapun belum tentu pemuda she Org itu dapat menandinginya.

Selanjutnya, Sin Hong terus mendesak dengan jurus-jurus saktinya. Tubuhnya bergerak lincah secepat angin. pedanguya berkelebat secara gencar mendesak lawan.

Dalam beberapa jurus kemudian, Ong Kauw Lian telah terdesak hebat. Dari pundak, paha dan lengannya mengalir darah pada luka-luka bekas bacokan.

Ong Kauw Lian cuma bisa main mundur belaka. Sama sekali ia tidak mendapatkan kesempataa untuk balas rnenyerang.

Ketika goloknya menangkis sebuah tusukan pedang, tiba-tiba saja pedang itu berubah arah, Ujung pedang seakan berpencar menjadi puluhan jurus dan tahu-tahu lengannya terluka lagi.

Gusar, takut dan cemas, Ong Kauw Lian rnenghadapi perkelahian ini, ia bingung, perhatiannya dicerahkan untuk mencari akal guna melarikan diri. Akan tetapi Cenghiong pokiam di tangan Sin Hong tidak memberi ampun.

Cras! Sebatas pergelangan tangan kiri Ong Kauw Lian terbabat kutung. Ong Kauw Lian menjerit kesakitan, lalu bergulingan seraya dengan ngawurnya mempermainkan golok ditangan kanannya.

Akan tetapi sekali lagi Cras!! Lengan kiri Ong Kauw Lian' kutung lagi sebatas siku. Bukan main dalamnya dendam kesumat terpendam di hati Sin Hong.

Kematian ayah dan ibunya serta saudara-saudara seperguruannya hendak diperhitungkan sekarang. Selama ini Ong Kauw Lian menjerit-jerit kesakitan. Melolong minta ampun, namun Sin Hong tampaknya telah kesetanan. Matanya memancarkah hawa pembunuhan.

―Tak  ada  ampun  untuk  manusia  keji  sepertimu!  Hutang  jiwa ayah ibuku, saudara-saudara seperguruanku, serta ayah Lian Moy, harus kau bayar lunas sekarang!‖

Dan … Crok!‖

Lengan kiri Ong Kauw Lian terbabat hingga ke pangkal pundak. Ong Kauw Lian meraung-raung serta jatuh bangun kesakitan. Tetapi ia tahu ia tidak bakal memperoleh pengampunan dari lawannya ini, maka ia berusaha untuk bertahan.

Dilain pihak pertarungan Hek mahie melawan Hong In dan Hwat Kong juga berjalan tak seimbang. Hek Mahie yang telah menderita luka hebat itu terhuyung-huyung kian kemari, berlari-lari mencari selamat. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka berdarah.

Namun dalam hal ini, memang tak ada niat kedua musuh itu untuk membunuh Hek Mahie. Mereka hanya berudaha mengepung pendeta itu agar jangan sampai sempat melarikan diri atau membantu Ong Kauw Lian.

Ong Kauw Lian semakin payah keadaannya, mirip babi hutan yang sudah terkepung. Dari pundaknya mengucur darah, seperti pancuran. Mukanya celemotan darah, mulutnya menyeringai rnenahan sakit, dan marah serta putuss asa. Sedangkan lawannya, terus menerus mendesak. Tiba-tiba berkelebat dalarn otaknya suatu pikiran. Matanya berkilat seperti serigala melirik kearah tubuh Siu Lian yang tergeletak, sedang ditolong oleb Ban Lie Thong.

Deegan setta merla Ong Kauw Liam berteriak, melolong seperti srigala. Lalu goloknya dibacokkan secara nekat ke arah Sin Hong. Sin Hong menangkis dengan sekuat tenaga. Tetapi pikirnya inilah yang dimaksud oleh Ong Kauw Lian.

Dengan mempergunakan tenaga tangkisan Sin Hong, maka Ong Kauw Lian melayangkan tubuhnya, meluncur ke arah Siu Lian untuk melancarkan serangan.

―Awas! seru Sin Hong memperingatkan Ban Lie Thong.

Tetapi Ban Lie Thong yang terlalu sibuk menyedot darah beracun dari paha Siu Lian menjadi gugup, tak sempat untuk menghindar lagi.

Ban Lie Thong meludah keudara, sekuat tenaga. Maka air liur bercampur darah beracunn itu menyembur kesegala penjuru, sebagian kena menyemprot kemuka Ong Kauw Lian. Namun nasib Ban Lie Thong sendiri tak dapat ditolong. Punggungnya tertembus oleh golok Ong Kauw Lian.

Dua macam jeritan terdenpar membahana, Ban Lie Thong terkiapar jatuh dengan golok memantek punggungnya, sedangkan Ong Kauw Lian seperti monyet kebakar jejingkrakan jungkir balik seraya menutupi mukanya yang hancur melepuh dan berlubang- lubang.

Kejadian ini berlangsung terlalu cepat, dan sangat diluar dugaan Sin Hong. Terhadap Ban Lie Thong ia menaruh kasihan, akan teeapi lebih berkuatir lagi pada ke selamatan Siu Lian. Buru- buru ia menghampiri gadis itu.

Kiranya kesempatan yang cuma beberapa saat ini telah dipergunakan oleh Ong Kauw Lian untuk melarikan diri. Walaupun ia tidak dapat membuka matanya, dan rasa sakit menusuk-nusuk seluruh mukanya, akan tetapi ia lebih takut pada kematian dicincang oleh Sin Hong. Sambil melolong-lolong, Ong Kauw Lian berlompatan menjauhi gelanggang pertarungan. Sin Hong menyadari bahwa telah tertipu. Dengan segera ia mengerahkan ginkangnya untuk mengejar. Secepat angin tubuhnya melayanglayang memburu Ong Kauw Lian. Sedang Ong Kauw Lian sendiri yang semakin ketakutan mengerabkan seluruh tenaga untuk berlari. Berlari entah kemana saja arahnya asal selamat.

Tetapi lacur. Pada jarak kira-kira dua ratus meter tengah ia berlari, tiba-tiba kakinya menginjak tanah kosong. Ong Kauw Lian terkejut setengah mati. Dengan sebelah kakinya ia menjejak tanah. rnaka tubuhnya dengan jurus Bangau Memecah awan, maka tubuhnya berputar membalik, Selanjutoya ia dapat berdiri tegak kembali keatas tanah.

Akan tetapi pada saat itulah, Sin Hong tiba dengan luncuran pedangnya. Kesiur angin tajam menyambar. Secepat itu, ketakutan bebat membuat Ong Kauw Lian putus asa. Dalam otaknya berkelebat keinginan untuk mencari jalan mati yang lebih balk. Dari pada mati dipicis oleh Sin Hon, lebih baik … !

Ujung pedang Sin Hong sedang meluncur Tetapi tubuh Ong Kauw Lian telah bergerak kedepan, meluncur secepat barang jatuh kedalam jurang, bersama lengkingannya yang menyayat. Dan tubuhnya lenyap. ditelan oleh suara gemerciknya air mengalir yang tampak kemilau di dasar jurang,..:

Melihat kejadian itu, maka Sin Hong bersujud. Kedua tangan dirangkapkan kedepan. Suaranya berbisik :

―Ayah  ...  ibu  ...  saudara-saudaraku  ...  dan  paman  An  Hwie Cian, sebagian tugasku telah dapat kuselesaikan. Semoga sekaliannya tenteram diharibaan Thian ...!"

Setelah itu perlahan-lahan Sin Hong menghampiri Siu Lian. yang saat itu telah dapat duduk mengurut-urut luka di kakinya. Gadis itu menaugis sedih melibat kematian Ban Lie Thong orang yang telah menolong jiwanya!

Jugs menangis gembira, karena saat pertemuannya dengan Sin Hong akhirnya berlangsung juga? Akan tempi masih ada sedikit kecewanya walaupun Ong Kauw Lion telah tewas terjerumus ke dalam jurang, ternyata bukanlah dirinya yang dapat memenuhi tuntutan dendatn orang tuanya.

Sementara itu, Hong In dan Hwat Kong yang melihat Sin Hong telah kembali meadekati Siu Lian, lantas membebaskan Hek Mahie.

Hong In In beriari lari mengharnpiri Sin Hong straya kernudian memegangi tangan pemuda itu dengan mesra.

Sin Hong ingin sekali menegur Hong In, atau menarik tangannya dari pegangan gadis itu. Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang gadis.

―Hai   kurcaci-kurcaci   tak   tahu   malu!   Aku   Giok   Yek   Tek rnenantang kalian semua untuk bertemu nanti pada phibu disebelah utara sungai besar! Kalian kira kalian sendiri yang paling cantik, paling tampan dan paling sakti? Huh! Tunggu kuhajar adat nanti ..!"

Hong In. Siu Lian dan Sin Hong ternganga heran. Mereka terkejut, mandapatkan kenyataan bahwa Giok Hwat Kong sebenarnya adalah seorang gadis. Dan bahkan kini menantaag phibu, pada bulan depaa hari purnama.

Tetapi mereka tak sempat berkata suatu apapun, karena Giok Hwat Kong atau Giok Yek Tek telah menghilang di kegelapan hutan.

Tamat

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar