Jilid 10 : Golok Iblis Keluar Dari Sarung
Hong Poo kak tahun ini berusia 49 tahun, tinggi badan delapan depa delapan inci. Sewaktu masih kecil ia disebut orang sebagai "raksasa." Dia sangat menguasai ilmu gwakang. Apalagi sepanjang tahun hidup di tengah gunung di daerah perbatasan yang selalu diselimuti salju tebal, tubuhnya benar benar kuat, kekar dan tak malu disebut seorang lelaki bertubuh baja.
Di samping itu, dia pun seorang pedagang yang sangat berhasil. Walaupun dia sangat royal, uang yang dikeluarkan bagai aliran air sungai, namun keuntungan yang diperoleh setiap harinya juga luar biasa banyaknya.
Bila seseorang mampu berdagang besar, mampu mendapat laba besar, paling tidak dia harus seorang yang punya kemampuan dan pengetahuan. Selain hokkie nya mesti luar biasa, otaknya juga mesti encer. Sebelum melakukan sesuatu, biasanya dia akan melakukan persiapan dan penyelidikan yang cermat. Tak mungkin orang semacam ini bertindak secara ceroboh dan gegabah. Tidak terkecuali kali ini.... Sebenamya manusia macam apakah "Ang Ang," si pelacur tingkat tinggi yang belakangan sangat tersohor namanya itu? Peraturan apa saja yang harus diikuti. Siapa pula dua orang tamu lain yang akan datang bersamanya?
Dengan segala upaya dan sarana yang dimiliki, dia lakukan satu penyelidikan yang cermat. Kesimpulannya: Asal usul, latar belakang serta cara kerja Ang ang menimbulkan rasa ingin tahu dalam hatinya. Dia pun sangat memandang hina manusia yang bemama Im hweesio.
Ya, siapa yang tak akan memandang rendah seseorang yang mencatut nama "Taysu," sebuah panggilan terhormat sebagai pendeta untuk membuat sensasi di mana mana dan menjadikan seorang wanita berduit, sebagai sasaran penipuannya?Hong Poo kak ingin sekali mencari sebuah peluang yang paling cocok untuk menghadiahkan kepalannya di atas batang hidung hweesio gadungan itu.Terhadap Leng Giok hong, Hong Poo kak menaruh perasaan ingin tahu yang lebih besar. Kenapa seorang pemuda. tampan dengan latar belakang keluarga yang begitu ternama bisa datang kemari untuk mencari Ang-ang?
Padahal lelaki seusia dia, biasanya tak akan mau mengobral duitnya untuk mencari perempuan macam begini.Tapi, bagaimana pun juga Hong Poo kak merasa sangat lega hatinya. Dia anggap kedua orang itu bukan tandingannya. Ia sudah mulai mempersiapkan diri untuk menikmati secara pelan pelan. jam 7 malam.
Mangkuk dan cawan telah dipersiapkan. Beberapa macam sayur sudah mulai dihidangkan di meja ketika Hong Poo kak melangkah masuk ke dalam ruang mungil itu. la segera melihat ada seorang lelaki tinggi besar yang bercambang sedang duduk di atas sebuah pembaringan dekat pintu.
Hoo Poo kak sendiri tersohor sebagai seorang lelaki kekar. Tapi bila dibandingkan lelaki raksasa itu, ia merasa dirinya kalah jauh. Ketika berada di hadapan lelaki kekar bercambang itu, dia seolah-olah merasa dirinya seperti tidak setinggi apa yang dibayangkan pada hari hari biasa.Tempat ini adalah gudang pencari uang, sedang dia adalah seorang toaya pemberi uang. Biasanya
orang orang yang berada di tempat seperti ini pasti akan sangat menaruh hormat kepadanya. Sangat berbeda dengan lelaki kekar bercambang ini. Bukan saja sikapnya dingin dan kaku, bahkan terkesan sangat jumawa."Kau adalah Hong Poo kak?" terdengar ia menegur dengan suara ketus.
"Ya benar, aku adalah Hong Poo kak. Semua orang panggil aku Hong toa tauke!" Sikap jumawa lelaki bercambang itu sudah menimbulkan perasaan tak puas dalam hati kecil tauke besar ini, dia mulai menunjukkan sikap perlawanan.Lenghou Put heng seperti tidak memahami ketidak senangan tamunya. Kembali tanyanya dengan suara dingin, "Apa betul kau membawa empat macam hadiah, sepasang jinsom tua dari gunung Tiang Pek san, empat stel mantel kulit berbulu, dua belas pasang tusuk konde emas dengan total berat lima puluh tahil serta seperangkat alat tulis yang terbuat dari batu kemala hijau?"
"Betul!"
Belum sempat Hong Poo kak mengumbar amarahnya karena terpacu rasa tak senang yang semakin menjadi, tiba tiba tampak seorang pendeta berjubah putih telah muncul di pelataran gedung. Dia lah Im taysu. Kepalanya yang gundul kelihatan berkilat tertimpa sinar lentera, dari kejauhan sudah terendus bau harum bunga melati yang tersiar dari tubulmya.
"Kau Liem Im?" kedengaran Lenghou Put heng menegur.
"Betul, betul sekali. Nama pinceng sebelum menjadi pendeta adalah Liem Im." "Kau tidak pantang makanan berjiwa?"
"Tidak, tidak pantang," jawab Im taysu dengan wajah berseri, empat penjuru dunia berasal dari kekosongan, semua benda semua kehidupan di dunia ini juga berasal dari tidak ada. Pinceng tak pemah pantang apa pun, toh kembalinya juga kekosongan karena yang ada sebetutnya tidak ada."
Tak diragukan Lenghou Put heng sendiri pun menaruh rasa heran dan ingin tahu yang sangat besar terhadap hweesio kenamaan ini. Namun setelah memperhatikan sekejap dari atas hingga ke bawah, sinar matanya segera dialihkan jauh ke tempat lain, seakan akan dia sudah putuskan untuk tidak melihatnya lagi sepanjang masa.
"Benarkah keempat buah hadiah yang kau bawa terdiri dari sepasang Kuda kemala hijau, Sebuah kopiah bertaburkan mutu manikam dari negeri Persia, enambelas pasang gelang, kalung dan cincin yang bertaburkan berlian dan batu zamrud serta seperangkat kotak perhiasan yang terbuat dari kayu cendana dilengkapi sebuah cermin yang terbuat dari kristal?" terdengar Lenghou Put heng bertanya."Benar!"
Siapa pun tak ada yang mengira kalau hadiah yang dibawa seorang hweesio temyata jauh lebih mewah, mahal dan berharga ketimbang hadiah yang dibawa seorang pedagang besar macam Hong Toa tauke.
Hong Poo kak betul betul naik darah. la tak sanggup mengendalikan emosinya lagi, tiba tiba bentaknya, "Keledai gundul sialan!"Tanpa banyak bicara dia segera maju ke depan dan melepaskan sebuah jotosan ke wajah pendeta itu. Bukan cuma lengannya saja yang panjang lagi besar, gerak serangan yang dilancarkan pun cepat luar biasa! Tampaknya ia benar benar telah menguasai ilmu gwakangnya secara sempuma.
Tampaknya batang hidung Im, hweesio segera akan terhajar hingga hancur... Suatu peristiwa aneh tiba tiba saja terjadi. Temyata tonjokan itu tidak bersarang di atas hidung Im hweesio, melainkan menghantam dada Lenghou Put heng keras-keras.Entah sejak kapan dan memakal gerakan apa, tahu tahu Lenghou Put heng yang semula masih duduk bersila di atas pembaringan, kini sudah berdiri menghadang persis di depan Im hweesio. "Bluuukkk ... !" jotosan Hong Poo kak seketika menghantam telak di atas dada lelaki bercambang itu.Hong Toa tauke tiba tiba merasa terkesiap. Temyata ia seperti menghantam sebuah orang-orangan yang terbuat dari rumput. Bukan musuhnya yang mencelat, justru dia sendiri yang merasakan getaran yang maha dahsyat menghantam badannya. Tak tahan ia mundur beberapa langkah dengan sempoyongan sebelum berhasil berdiri tegak.Paras muka Lenghou Put heng sama sekali tak berubah. la masih berdiri dengan sikap hambar dan tanpa perasaan, golok lengkungnya masih tergantung di pinggangnya, sama sekali tak disentuh.
Dalam pada itu Hong Poo kak telah merogoh ke dalam sakunya dan cabut keluar sebilah golok lemas yang selama ini disembunyikan di balik jubah lebarnya. Sinar mata berapi memancar keluar dari balik matanya.
"Cabut golokmu!'.' Hardiknya penuh emosi. "Tidak bisa."
"Kenapa tidak bisa?"
"Tempat ini bukan tempat untuk membunuh orang."
Hong Poo kak membentak gusar, cahaya golok berkilauan bagaikan bianglala senja, begitu tajam sinamya hingga menyilaukan mata."Golok bagus!" puji Im taysu dari sisi arena.
Belum selesai pujian itu dilontarkan, tiba tiba terdengar suara gemerincing bergema di udara, tahu tahu golok tipis itu udah patah menjadi enam tujuh bagian.
Sama sekali tak terlihat gerakan apa yang digunakan Lenghou Put-heng untuk mamatahkan senjata lawan. Orang cuma melihat berkelebatnya cahaya merah kehitam hitaman membelah angkasa, disusul kemudian suara dentingan nyaring bergema susul menyusul, ke enam tujuh bagian golok yang patah itu sudah berhamburan di seluruh lantai."Hong toa tauke," terdengar Im taysu berseru, "padahal di antara kita berdua tak usah saling berebut. Toh masih ada satu tamu lagi yang bakal datang, Leng kongcu. Rasanya tak berguna kita bersaing duluan.
Apalagi kehadiran pinceng hari ini hanya kepingin menikmati hidangan lezat dari nona Ang, lain tidak." Padri gadungan ini betul betul hebat dan menyenangkan, padahal untuk bisa makan minum sepuasnya di hadapan perempuan cantik sudah merupakan satu kejadian yang langka dan tak gampang.
Leng Giok hong hanya menonton di tepi arena dengan pandangan dingin, dalam waktu singkat ia sudah ambil dua keputusan penting dalam hatinya.
Pertama, selidiki asal usul Im hweesio. Tempat lahirnya, tempat asalnya, keluarganya, pengalaman di masa lampau, aliran ilmu silat yang dimiliki, titik kelemahan yang di miliki, kekasihnya, sanak keluarganya. Semuanya harus sudah diketahui menjelang malam nanti.Kedua. Golok milik Lenghou Put heng. Golok yang berada di tangannya apa benar golok iblis seperti yang tersiar dalam dunia persilatan? Seberapa cepat serangan yang dimiliki? Apa benar dia adalah jagoan golok nomor dua di dunia kangouw, Lenghou Wan?
" Siapa yang bemama Leng Giok hong, Leng kongcu?"
Orang yang bertanya kali ini bukan Lenghou Put heng, melainkan si nona kecil yang bermata besar, berwajah bulat dan sewaktu tertawa mempunyai dua lesung pipit yang kecil bulat.
"Ya, aku orangnya!"
Dengan sepasang matanya yang bulat kecil Wan wan mengawasi pemuda itu dari atas hingga ke bawah, sinar gembira terpancar dari balik matanya.
"Kado yang dibawa Leng kongcu telah diterima nona kami. Harap Leng kongcu bersedia untuk bicara di halaman belakang selesai santap malam nanti."
Diiringi suara tertawa yang merdu, nona kecil itu lari masuk ke dalam. Dari sakunya jatuh selembar kartu, itulah catatan kado yang dikirim Leng Giok hong. Im hweesio segera memungutnya dan mulai dibaca, "Kado ada empat macam, satu kotak kueh manis lapis madu, satu kotak jeruk manis, dua kati arak wangi, sepasang anting perak seberat dua tahil."Sambil berpaling ke arah Leng Giok hong, tiba tiba tanyanya, "Jadi inilah kado mu?"
"Benar."
Bila kado tersebut dibandingkan dengan dua kado yang lain, nilai barang tersebut mungkin hanya sepersekiannya saja. Tapi orang yang terpilih justru pemuda itu.Im hweesio segera tertawa, tertawa tergelak, "Temyata bila satu orang dibanding bandingkan dengan orang yang lain, kejadian ini cukup bikin jengkel hati...