Jilid 03 : Di Balik Tembok Pekarangan Tinggi
Warung penjual bakmi ini semestinya belum buka usahanya, tapi sekarang sudah ada tamu yang muncul di situ.
Warung bakmi ini sangat sederhana dengan perabot ala kadamya. Kecuali berjualan bakmi di siang dan malam hari, warung ini pun berjualan sarapan dengan menu sangat sederhana, semacam bakpao berisi sayuran, bakpao yang kurang cocok bagi mereka dengan lambung kurang baik karena bakpao semacam ini agak sukar dicemakan dalam perut.
Saat itu ada seorang tamu sedang duduk dekat pintu sambil menikmati sarapan. Meski pakaian yang dikenakan tidak termasuk halus dan mewah tapi mempunyai potongan serta jahitan yang rapi dengan bahan pilihan. Sebuah topi lebar menghiasi kepalanya, nyaris menutup hingga di atas alis matanya.
Sewaktu sarapan pun dia tidak lepaskan topi lebar itu, seolah olah khawatir ada orang mengenali wajahnya.
yang terlihat dengan jelas tinggal hidung, mulut serta tangannya.Hidungnya kelihatan sangat mancung, garis bibirnya juga sangat kentara... memberi kesan kalau dia adalah seorang lelaki yang keras kepala dan ulet. Agaknya bibir itu seringkali dibiarkan tertutup rapat, jelas dia termasuk seseorang yang tidak terlalu suka bicara.
Jari tangannya panjang panjang tapi penuh tenaga, seharusnya terhitung sepasang tangan yang sangat indah, hanya saja bentuk tulangnya sedikit lebih besar daripada orang kebanyakan.
Bila ditinjau dari beberapa segi ini, semestinya dia adalah seorang lelaki yang bertubuh kekar, berwajah tampan dan punya watak yang mantap.
Kenapa sepagi ini, orang macam dia sudah muncul di dalam, warung bakmi yang begitu sederhana?
Di depan warung bakmi itu berdiri dinding pekarangan yang amat tinggi. Pintu rumah gedung bertembok tinggi itu masih tertutup rapat, jarang kelihatan ada orang keluar masuk dari tempat itu, bahkan suara pun sama sekali tak kedengaran. Rumah siapakah itu? Siapa yang berada dibalik tembok pekarangan tinggi itu? Tak seorang pun yang tahu.
Tampaknya seluruh perhatian pemuda yang berada di dalam warung bakmi itu sedang tertuju ke dalam gedung besar di balik dinding pekarangan tinggi itu.
Kelihatannya dia memang sengaja datang ke situ lantaran masalah gedung besar di balik tembok pekarangan tinggi.
Ketika selesai sarapan pagi, cahaya putih baru saja muncul dari ufuk timur. Suara ayam berkokok bergema dari kejauhan sana, terlihat sebuah kereta muncul dari kejauhan berjalan di atas jalan berlapis batu dan menimbulkan suara gemerutuk yang nyaring.
Pada saat itulah tiba tiba terlihat pintu sempit di depan warung itu dibuka orang, terbuka dengan menimbulkan suara denyit yang keras.
Mungkin pintu itu sudah kelewat lama tak pemah dibuka orang, maka sewaktu dibuka menimbulkan suara denyit yang keras seakan akan suara raungan seseorang yang sedang sekarat.
Dari balik pintu berjalan keluar seseorang, dia kelihatan sangat segar dan penuh semangat. Bukan saja wajahnya bersinar, bahkan kelihatan merah bercahaya seolah-olah baru saja melakukan sesuatu pekerjaan yang memuaskan hati.Dia adalah seorang lelaki berusia limapuluh tahunan yang berdandan sangat mewah. Biarpun sudah berusia lewat setengah abad, namun penampilannya masih tetap rajin dan bersih. Jelas dia adalah seseorang yang sudah biasa dihormati orang. Baru saja pintu pekarangan terbuka, sebuah tandu kecil telah menyusul muncul dari balik gedung itu, berjalan mendahului orang tadi dan berhenti di depannya. Orang itu segera naik ke dalam tandu, pintu gedung pun ikut ditutup kembali.
Tak selang berapa saat tandu beserta orang tadi sudah berada jauh di ujung lorong jalan lalu lenyap dari pandangan mata.
Kerjasama antara orang tadi dengan tandunya benar benar sangat serasi, seakan akan mereka sudah cukup lama melatihnya.
Gedung dengan dinding pekarangan tinggi itu kembali tercekam dalam keheningan, sepi dan misterius seperti semula.
Misteri. yang paling penting memang misteri.
Bukan saja bangunan gedung itu penuh diliputi misteri, lelaki setengah umur yang nampak kaya dan berwibawa itu pun menampilkan kemisteriusan yang sangat mencengangkan.Bila ditinjau dari penampilan serta dandanannya, orang itu semestinya adalah seorang saudagar kaya raya yang dihormati dan disanjung orang banyak. Tapi bila ditinjau dari sikap serta gerak-geriknya tadi, perbuatan orang itu tak ubahnya seperti perbuatan seorang pencuri.Dengan berlalunya tandu tadi, pemuda yang duduk dalam warung bakmi pun ikut bangkit berdiri, meletakkan kembali sumpitnya, membayar uang sarapan lalu keluar dari tempat itu dan menelusuri lorong sempit menyusul ke arah mana lenyapnya tandu tadi.Langkah kakinya sangat ringan.
Ketika meletakkan kembali sumpitnya tadi, dia lakukan sama seperti apa yang dilakukan orang lain, diletakkan disamping mangkuk. Hanya saja ia letakkan di sebelah kiri dari mangkuknya.Temyata pemuda itu menggunakan tangan
kirinya untuk memegang sumpit, dia adalah seorang kidal. Orang semacam ini, biasanya selagi membunuh orang pun dia akan gunakan tangan kirinya juga.