Bangau Sakti Jilid 47 Tamat

 
Jilid 47 (Tamat)

"Ngm!" Swat Lo Kongcu manggut-manggut, ia menyentuh sepasang laba-laba itu.

Seketika Bee Kun Bu merasa seperti ada dua batang jarum menusuk bahunya yang terkena panah beracun, ia tidak merasa sakit, sebab kalah oleh rasa ngilu yang sangat hebat

Kemudian baru ia merasa sakit Hal itu membuat Bee Kun Bu bergirang dalam hati, lantaran sudah bisa merasakan sakit.

Kelihatannya Swat Lo Kongcu bersungguh-sunggun mengobati bahunya, namun Bee Kun Bu tetap mencengkeram nadinya.

Beberapa saat kemudian, Bee Kun pu merasa sedikit nyaman, Kenyamanan itu ngantuk dan merasa ingin tidur.

Bee Kun Bu tereengang, Kenapa punya perasaan demikian? pikirnya sambil memandang Swat Lo Kongcu.

sedangkan wanita itu terus menatap bahunya sambil tersenyum aneh, membuat Bee Kun Bu tersentak karena merasa ada sesuatu yang tak beres, Tapi ia tidak bisa mengetahui hal itu, kecuali merasa mengantuk sekali

Karena itu, Bee Kun Bu pun mengerahkan tenaganya mencengkeram nadi Swat Lo Kongcu, Namun ketika itu pula Swat Lo Kongcu tertawa sambil melesat pergi.

Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, sebab ia merasa tak bertenaga sama sekali, ia ingin berteriak, tapi tak mampu mengeluarkan suara.

Sayup-sayup ia masih mendengar suara tawa Swat Lo Kongcu yang bernada mengejeknya, ia ingin bergerak, namun badannya sama sekali tidak bisa bergerak sedikit pun. Kini barulah disadari kalau dirinya telah terjebak oleh rencana busuk Swat Lo Kongcu.

Plaak! Mendadak Swat Lo Kongcu memukulnya dari belaka ng, sehingga membuat Bee Kun Bu roboh seketika.

*****

Bab ke 43 - Ingin Menolong Sang Kekasih Malah Terkurung

Setelah Bee Kun Bu roboh, Swat Lo Kongcu membuka sebuah pintu di dalam rumah itu.

"Co Hiong! Engkau bilang Bee Kun Bu sangat lihay, tapi lihatlah! Dia telah roboh di tanganku?"

Ketika Swat Lo Kongcu memanggil nama tersebut hati Bee Kun Bu berdebar tegang, Dia sama sekali tidak menyangka Co Hiong berada di dalam rumah juga.

"Aku telah melihatnya!" Terdengar suara sahutan, itu memang suara Co Hiong.

Sudah sekian lama Bee Kun Bu tidak bertemu Co Hiong yang jahat dan berhati licik itu. Keberadaannya di situ, tentu akan menyusahkan dan membahayakan dirinya pula.

Co Hiong berjalan ke luar dari pintu itu. Matanya memandang Bee Kun Bu yang tergeletak di lantai senyumnya tampak dingin dan mengejek Bee Kun Bu.

"Wuah! Saudara Bee!" Co Hiong memberi hormat padanya, "Sudah lama kita tak bertemu, apa kabar selama ini? Apakah engkau baik-baik saja?"

Bee Kun Bu diam saja dengan mata menatap Co Hiong, penuh kebencian

"Swat Lo Kongcu!" ujar Co Hiong, "Kalau engkau bisa membawa Bee Kun Bu ke Tionggoan dengan keadaannya yang seperti ini tentu engkau dapat menguasai rimba persilatan di Tionggoan."

"Hi hi!" Swat Lo Kongcu tertawa cekikikan "Me-mang benar apa yang engkau katakan, Daerah Miauw yang terpencil ini tiada gunanya, Aku harus ke Tionggoan untuk menguasai sembilan partai besar di sana!"

Sungguh omongan besar, tapi Co Hiong cuma ter-tawa- tawa saja.

Swat Lo Kongcu tertawa cekikikan lagi seusai berkata begitu, Co Hiong tertawa gelak pula, lalu mendekati Bee Kun Bu yang tak mampu bergerak itu.

"Saudara Bee, setiap kali engkau dalam bahaya selalu dapat meloloskan diri itu bukan berarti engkau berkepandaian tinggi, melainkan karena bernasib mujur saja, Kini berada di Tok Sui Tong, aku ingin lihat bagaimana engkau meloloskan diri."

Seusai berkata begitu, Co Hiong tertawa gelak, Suara tawanya itu sungguh mengejutkan Lie Ceng Loan dan Kun Lun Sam Cu yang berada di luar rumah.

Lie Ceng Loan mengenali suara tawa itu, sehingga wajahnya langsung berubah pucat pias.

"Co Hiong juga berada di dalam rumah itu!" ujar gadis itu. "Apa?" Hian Ceng Totiang terkejut "Co Hiong berada di

dalam rumah itu?"

"Ya!" Lie Ceng Loan mengangguk

"Kalau begitu, Kun Bu dalam bahaya!" ujar Hian Ceng Totiang dengan air muka berubah hebat

"Kakak But Kakak Bu.,.!" Lie Ceng Loan berteriak-teriak. "Cepatlah engkau ke luar, jangan terpedaya oleh mereka!"

Bee Kun Bu yang di dalam rumah mendengar suara teriakan Lie Ceng Loan, namun sama sekali tidak bisa mengeluarkan suara, kecuali berkeluh dalam hati

Setelah Lie Ceng Loan berteriak, suara tawa Co Hiong berhenti Betapa gugup dan paniknya Lie Ceng Loan, sebab ia tidak mendengar suara sahutan Bee Kun Bu. Tanpa banyak berpikir lagi, ia langsung menerjang ke arah pintu rumah itu sambil melancarkan sebuah pukulan, Namun pukulan Lie Ceng Loan tak mampu menghancurkan pintu.

"Guru, Paman guru!" serunya, "Cepatlah bantu aku menghancurkan pintu itu!"

Kun Lun Sam Cu mulai maju, Tapi, mendadak mereka merasa ada desiran angin, yang membuat ke tiganya berhenti

Muncullah seorang wanita berbadan pendek di hadapan mereka, Cepat Kun Lun Sam Cu segera melancarkan pukulan, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya pukulan mereka bertiga itu.

Akan tetapi, tiba-tiba wanita pendek itu menggerakkan tangannya, Tampak cahaya kekuning-kuningan berkelebat Ternyata sebuah jala yang dibuat dari kawat tembaga, jala itu bergerak ke arah Kun Lun Sam Cu.

seketika Kun Lun Sam Cu meloncat mundur, sebab ketika itu juga tereium bau aneh, Tahulah mereka bahwa jala itu mengandung racun.

Di saat Kun Lun Sam Cu meloncat mundur, wanita pendek itu mengejar sambil menyebarkan jalanya.

sementara itu Lie Ceng Loan telah berhasil menghancurkan pintu rumah dengan pukulan-pukulan dahsyat Langsung saja gadis itu menerjang ke dalam.

Setelah menerjang ke dalam, Lie Ceng Loan merasa ada sebuah tangan mencengkeramnya Cepat-cepat ia berkelit

"Kakak Bu! Di mana engkau?" serunya karena di dalam rumah telah berubah gelap.

Tiada sahutan dan tiada penyerangan lagi, membuat Lie Ceng Loan tertegun.

"Kakak Bu! Kakak Bu! Kakak Bu...!" ia berteriak lagi berulang kali, namun tetap tiada sahutan. Lie Ceng Loan gugup dan penasaran. Kebetulan ia melihat ada pintu di situ. Segeralah ia menendang pintu itu sampai terbuka, kemudian melangkah masuk, Kosong tidak terdapat seorang pun di dalam. Gadis itu ke luar lagi, lalu menendang pintu lain.

pintu terbuka, tapi tiada seorang pun di dalam, Lie Ceng Loan bertambah cemas, keringat dingin mulai mengucur Setelah itu, ia mendekati pintu yang lain. Tanpa banyak pikir lagi langsung saja ia menendang pintu tersebut, juga tiada seorang pun di dalarn.

Akan tetapi, di dalam kamar itu terdapat sebuah pintu terbuka, tapi tiada seorang pun di dalam, Lie Ceng Loan bertambah cemas, keringat dingin mulai mengucur Setelah Itu, ia mendekati pintu yang lain. Tanpa banyak pikir lagi langsung saja ia menendang pintu tersebut, juga tiada seorang pun di dalam.

lubang di lantai Lie Ceng Loan memandang lubang itu, lama sekali barulah ia melesat ke pinggir lubang tersebut.

Gadis itu memandang ke dalam lubang, Gelap gulita, tak tampak apa pun di dalamnya, sebentar kemudian Lie Ceng Loan meloncat ke dalam, Cukup dalam lubang itu.

"Kakak Bu! Kakak Bu.-!" teriak gadis itu.

Tetap tiada sahutan, membuatnya semakin panik dan gugup, Kemudian setelah meraba ke sana ke mari ia tahu ada sebuah terowongan, Lie Ceng Loan berjalan ke dalam dengan penuh kewaspadaan

Tak lama kemudian, mendadak ada sedikit cahaya di depannya, Lie Ceng Loan mempereepat langkahnya menuju ke sana, Ternyata di tempat itu bergantung sebuah lampu minyak.

Lie Ceng Loan berhenti di bawah lampu minyak itu, lalu menengok ke sana ke mari. Dilihatnya ada dua buah jalan. Gadis itu mengerutkan kening, sebab tidak tahu harus mengambil jalan yang mana, Mendadak dari salah sebuah jalan itu terdengar suara tawa orang, menyusul terdengar pula suara orang berseru.

"Nona Lie! Sudah lama kita tidak bertemu, apa kabar?"

Begitu mendengar suara itu Lie Ceng Loan tahu kalau orang itu Co Hiong, Matanya memandangi ke arah lubang itu dengan waspada.

Tampak Co Hiong melangkah ke luar dari situ, wajahnya cerah berseri-seri.

"Di mana Kakak Bu?" tanyanya pada Co Hiong. "Kenapa begitu bertemu langsung menanyakan Bee Kun

Bu?" tanya Co Hiong sambil menggeleng-geleng kepala.

"Di mana Kakak Bu, cepat katakan!" desak Lie Ceng Loan.

"Swat Lo Kongcu mengobati bahunya yang terkena panah beracun, Bee Kun Bu malah berlaku kurang ajar terhadapnya, maka dia ditangkap!" jawab Co Hiong sambil memandang gadis itu.

"Omong kosong!" dengus Lie Ceng Loan. "Kakak Bu bukan orang semacam itu!"

"Oh, ya?" Co Hiong tertawa, "Dia bukan orang semacam itu? Kalau begitu aku telah keliru memper-salahkannya."

"Sebetulnya Kakak Bu berada di mana, cepatlah katakan!" desak Lie Ceng Loan.

"Nona Lie!" Co Hiong tersenyum-senyum. "Walau kita tidak bersama, siang malam aku selalu merindukanmu, Apakah engkau tidak rindu padaku?"

"Co Hiong!" bentak Lie Ceng Loan gusar dengan wajah kehijau-hijauan, "Omong apa engkau?"

"Omongan yang berdasarkan suara hati," sahut Co Hiong sambil menyengir "Engkau tidak mau katakan di mana Kakak Bu, aku akan pergi mencarinya." ujar Lie Ceng Loan.

"Oh? Ha ha!" Co Hiong tertawa gelak, "Engkau boleh terus menuju ke dalam, tapi engkau pasti mati."

"Kalaupun harus mati, aku tetap mati bersama Kakak Bu," ujar Lie Ceng Loan sungguh-sungguh.

"Nona Lie!" Co Hiong menjulurkan tangannya, ingin memeluk gadis itu, "Engkau masih muda dan cantik jelita, kenapa harus cari mati?"

Lie Ceng Loan mengelak, sehingga Co Hiong tidak berhasil memeluknya, Akan tetapi, Co Hiong bergerak cepat mengejamya.

Pada saat itu, Lie Ceng Loan baru berjalan dua langkah, maka bahunya terpegang oleh Co Hiong.

Seketika gadis itu langsung mengayunkan tangannya melancarkan sebuah pukulan ke belakang, Tapi Co Hiong segera menekan bahunya, bahkan sekaligus menotok

Lie Ceng Loan dengan cepat menggerakkan badan-nya, mengelak dari totokan lawan, Co Hiong tertawa aneh, ia tidak menyangka gadis itu dapat berkelit

kemudian kembali menyerangnya, sementara Lie Ceng Loan terus berkelit ke sana ke mari, Tak terasa Co Hiong telah menyerangnya belasan jurus, namun Lie Ceng Loan tetap berhasil berkelit

Sebetulnya Lie Ceng Loan sama sekali tidak berniat bertarung dengan Co Hiong, sebab saat itu sangat mencemaskan Bee Kun Bu.

Co Hiong pun terkejut bukan main, karena semua serangannya dapat dipatahkan gadis itu. Maka lelaki itu segera menghimpun hawa murninya, lalu melesat ke depan menghadang di hadapan Lie Ceng Loan. "Engkau menyerangku belasan jurus, aku tidak balas menyerangmu," bentak Lie Ceng Loan gusar, "Engkau kira aku lakul padanui, ya?"

"Nona Lie!" Co Hiong lertawa-tawa, "Engkau hanya mencintaiku bagaimana mungkin takut padaku? Ya, kan?"

Bukan main gusarnya Lie Ceng Loan mendengar itu.

Tangannya langsung bergerak menyerang Co Hiong dengan jurus Hun Hoa Soh Liu (Dahan Bergoyang Bunga Berlaburan).

Co Hiong berkelit, kemudian mendadak sebelah tangannya menjulurkan ke depan, tepatnya pada sepasang payudara gadis itu. Sebuah serangan ringan.

Lie Ceng Loan meloncat mundur, maka serangan Co Hiong tidak mengenai sasaran, Akan tetapi, Co Hiong cepat- cepat melesat ke depan memburunya.

"Kenapa engkau terus mengejarku?" bentak Lie Ceng Loan gusar "Mau cari perkara denganku?"

"Nona Ue...," Co Hiong menarik nafas panjang.

ia memang jahat licik dan banyak akal busuknya, Namun terhadap Lie Ceng Loan, kelihatannya bersungguh-sungguh.

Lie Ceng Loan sama sekali tidak meladeninya. Hati-nya terlanjur sangat mencintai Bee Kun Bu. Karena itu, Co Hiong selalu berupaya memecah belah kan mereka, sekaligus mengambil hati gadis itu.

Tapi cara yang digunakan Co Hiong sangat rendah dan cenderung kurang ajar, sehingga membuat Lie Ceng Loan tidak menyukai nya.

Kali ini mereka berdua berada di tempat tersebut boleh dikatakan merupakan kesempatan emas bagi Co Hiong, Bagaimana mungkin ia akan melepaskan kesempatan itu? Co Hiong tiba di daerah Miauw sudah sekian Iama. Selain Swat Lo Kongcu, tidak seorang pun yang tahu, bahkan Liat Pah To dikelabui oleh Swat Lo Kongcu.

Selama berada di tempat rahasia yang disediakan Swat Lo Kongcu, Co Hiong terus menerus melatih ilmu silatnya, Di samping itu, segala perbuatan Swat Lo Kong-cu juga atas rencana Co Hiong. Semua itu Liat Pah To tidak mengetahuinya sama sekali

"Nona Lie...," Co Hiong menarik nafas panjang, "Aku akan cari gara-gara dengan semua orang yang di kolong langit Namun tidak dengan engkau! Aku berkata se-sungguhnya."

"Kalau begitu, kenapa dari tadi engkau terus memburu diriku?" tanya Lie Ceng Loan sambil menatapnya tajam.

"Nona Lie, sudah sekian lama kita tidak bertemu apakah dalam hatimu tiada sesuatu yang ingin disampaikan pada ku

?H

"Hmm!" dengus Lie Ceng Loan sinis. "Perkataan apa yang harus kusampaikan padamu ?M

"Nona Lie. " Co Hiong tersenyum getir "Apakah hingga

saat ini engkau masih tidak tahu isi hatiku?" "Aku tahu!" ujar Lie Ceng Loan ketus.

"Oh?" Wajah Co Hiong berseru "Syukurlah kalau begitu!"

"Engkau selalu berpikir, harus dengan cara bagaimana mencelakai orang lain agar memperoleh keuntungan! Ya, kan?" sahut Lie Ceng Loan sambil tersenyum menghina.

"Aaaakh. " keluh Co Hiong, "Nona Lie, kenapa engkau

memandang diriku begitu rendah? Kalau tidak sudi memaafkanku, aku tidak bisa bilang apa-apa. Namun kini kita masih berada di daerah Miauw, sedangkan tidak lama lagi Swat Lo Kongcu ingin berangkat ke Tionggoan! Nah, alangkah baiknya kita melewati hari-hari yang indah di daerah Miauw ini saja! Bagaimana menurutmu?" "Engkau sedang bermimpi, ya? Bagaimana mungkin aku akan bersamamu?" sahut Lie Ceng Loan dengan kening berkerut

"Kalau tidak mau bersamaku, tentunya engkau tidak bisa pergi dari Tok Su,i Tong." ujar Co Hiong memberitahukan "Apalagi engkau bersedia bersamaku, maka kita akan melewati hari-hari yang penuh kebahagiaan di sini"

"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang engkau ucapkan."

Tidak mengerti?" "Ya!"

Tahukah engkau bagaimana keadaan Bee Kun Bu sekarang?"

Ketika Co Hiong menyebut nama tersebut, guguplah Lie Ceng Loan dan langsung menyerang.

Co Hiong terpaksa berkelit Lie Ceng Loan cepat-cepat melesat lagi meninggal kan. Akan tetapi, Co Hiong tetap mengikutinya dari belakang.

Lie Ceng Loan terus berlari Walau telah belasan depa, belum mencapai ujung terowongan itu.

"Kakak Bu! Kakak Bu...," Lie Ceng Loan terus menerus berteriak memanggil Bee Kun Bu, namun tiada sahutan sama sekali

Lemaslah sekujur badan Lie Ceng Loan, itu bukan karena badannya terluka atau terkena racun, melainkan karena merasa cemas terhadap Bee Kun Bu.

sementara Co Hiong terus mengikutinya, ia tidak melancarkan serangan gelap terhadap gadis itu, hanya berusaha membujuknya

Tapi Lie Ceng Loan menganggap angin lalu, sama sekali tidak mendengarnya, Berselang beberapa saat kemudian, di depan tampak terang benderang Lie Ceng Loan berhenti, ternyata tempat yang terang benderang itu sebuah ruang batu, Beberapa buah obor yang menyala menancap di dinding ruang batu tersebut

Dekat dinding, terlihat sebuah kursi terbuat dari batu pualam, seorang wanita duduk di atasnya.

Siapa wanita itu? Tidak lain Swat Lo Kongcu, Begitu melihat wanita itu, Lie Ceng Loan langsung menerjang ke arahnya.

Akan tetapi, Swat Lo Kongcu mengibaskan tangannya, sehingga membuat Lie Ceng Loan berhenti di tempat

"Mana Kakak Bu?" tanya gadis itu. "Engkau menanyakan Bee Kun Bu?" tanya Swat Lo Kongcu sambil tertawa.

"Ya!" Lie Ceng Loan mengangguk "Tentunya dia berada di Tok Sui Tong!" Swat Lo Kongcu memberitahukan dan tetap tertawa.

"Dia mempereayaimu dapat mengobatinya, tapi sebaliknya engkau malah mempunyai tukas Lie Ceng Loan sambil menuding Swat Lo Kongcu, "Perbuatanmu itu rendah sekali?"

"He he!" Swat Lo Kongcu tertawa terkekeh "Siapa suruh dia begitu gampang terpedaya?"

"Kakak Bu lelaki sejati yang tak pernah menipu orang lain, maka bagaimana dia tahu dirinya akan dipedaya begitu?" sahut Lie Ceng Loan sengit.

"Oh?" Swat Lo Kongcu tidak gusar, sebaliknya malah terus tertawa, seakan gembira sekali.

Lie Ceng Loan ingin menyerang Swat Lo Kongcu, Namun di saat bersamaan ia mendengar suara Co Hiong di belakangnya

"Swat Lo Kongcu, saat ini walau Bee Kun Bu terkena dua macam racun, dia masih hidup, kan?"

Tidak salah!" Swat Lo Kongcu manggut-manggut Co Hiong tidak berkata apa-apa lagi Hanya memandang gadis itu.

Wajah gadis itu pucat pias, ia sudah tahu maksud tujuan Co Hiong, kemudian tanya nya.

"Engkau pikir mau bagaimana?" Tetap perkataan itu," sahut Co Hiong.

"Perkataan apa?" Lie Ceng Loan mengerutkan kening

"Swat Lo Kongcu berhasil menawan Bee Kun Bu, maka dia ingin membawanya ke Tionggoan, agar nama Swat Lo Kongcu terkenal di rimba persilatan Tionggoan."

"Apal" Lie Ceng Loan terbelalak

"Sedangkan Tok Sui Tong ini.,.," Co Hiong tersenyum "Akan diserahkan padaku untuk dihuni, jadi engkau harus berada di sini menemaniku Barulah Swat Lo Kongcu akan mengampuni nyawa Bee Kun Bu."

Wajah Lie Ceng Loan semakin memucat Gadis itu berdiri mematung. Co Hiong menatapnya sambil tersenyum-senyum.

"Engkau boleh berpikir perlahan-lahan di sini, Nanti kami ke mari menengokmu.

Usai berkata begitu, ia dan Swat Lo Kongcu meninggalkan ruang batu itu.

Blam! Pintu ruang batu itu tertutup. Lie Ceng Loan berdiri termangu-mangu di tempat Tadi Co Hiong mengatakan bahwa Bee Kun Bu terkena dua macam racun, apakah itu benar?

Padahal waktu itu Bee Kun Bu mencengkeram nadi Swat Lo Kongcu, kenapa bisa berbalik, Swat Lo Kongcu yang menawan-nya? Lie Ceng Loan terus berpikir

Lama sekali barulah ia membalikkan badannya. Ia tahu di ruang batu itu cuma terdapat ia seorang diri, Co Hiong menyuruhnya berpikir perlahan-lahan. ia tidak berpikir, sebab tidak mungkin akan hidup bersama Co Hiong di Tok Sui Tong ini, Daripada hidup bersama Co Hiong, lebih baik mati saja! Tiba-tiba ia teringat pada Bee Kun Bu, seketika wajahnya berubah murung dan mulai mengucurkan air mata, Mereka lelah saling mencinta begitu lama, tapi hingga saat ini masih belum bisa melangsungkan pernikahan, malah harus terus menerus mengalami kejadian-kejadian yang di luar dugaan.

Oleh karena itu, ia mengambil keputusan apabila berhasil meloloskan diri bersama Bee Kun Bu, tidak mau berkecimpung dalam rimba persilatan lagi. ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di suatu tempat terpencil saja.

Gadis itu terus menangis terisak-isak, entah berapa lama kemudian, barulah berhenti menangis, ia mendekati pintu ruang batu itu, ternyata pintu itu terbuat dari batu yang sangat tebal.

Lie Ceng Loan coba mendorong, namun pintu batu itu sama sekali tidak bergerak ia menarik nafas panjang, kemudian duduk di kursi batu pualam.

ia tidak bisa meloloskan diri dari ruang batu berarti juga tidak bisa pergi mencari Bee Kun Bu. Hatinya mulai berduka, isak tangis pun meledak kembali.

Namun tak lama kemudian, mendadak ia mendengar suara ketukan. Suara itu berasal dari dinding samping, Namun Lie Ceng Loan tidak begitu memperhatikan suara itu.

Tok! Tok! Tok! Terdengar lagi suara itu.

Lie Ceng Loan mengerutkan kening, perlukah ia bangkit berdiri mendekati dinding itu. Terdengarlah suara lirih memanggil namanya.

"Nona Lie! Nona Lie, dapatkah engkau mendengar suara ku?"

Lie Ceng Loan tereengang, ia mengenali suara itu, tapi tidak ingat siapa orangnya.

"Ya, Ya... aku dengar," sahutnya. "Engkau dapat mendengar suaraku?" Orang itu masih terus bertanya, "Engkau dapat dengar suaraku?"

Agaknya orang itu tidak mendengar suara sahutan Lie Ceng Loan, Gadis itu berpikir sejenak, lalu memungut sebuah batu kecil, kemudian diketukkan pada dinding itu tiga kali.

"Nona Lie, kalau engkau dapat mendengar, ketuklah dinding ini tiga kali!"

Lie Ceng Loan menurut, ia yakin orang itu tidak berniat jahat Setelah mengetuk tiga kali, terdengarlah suara itu.

"Nona Lie, mungkin engkau telah lupa padaku! Aku pernah bertemu kalian di atas bukit itu, Aku pun pernah berpesan pada kalian, apabila kalian berhasil meloloskan diri dan kembali ke Tionggoan, tolong beritahukan pada keluargaku bahwa aku berada di daerah Miauw!"

Mendengar itu, Lie Ceng Loan segera teringat siapa orang nya. ia ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkannya, sebab tahu orang itu tidak dapat mendengar suaranya.

"Nona Lie, engkau diam di situ! Aku akan berupaya menolongmu."

Tok! Tok! Tok!

Lie Ceng Loan mengetuk dinding itu dengan batu, pertanda ia telah mendengar apa yang dikatakan orang itu.

Saat ini, hati Lie Ceng Loan terasa lega sekali, karena orang itu akan berupaya menolongnya, Walau ia tidak tahu bagaimana cara orang itu akan menolongnya, dan berhasil atau tidak, namun hatinya sudah lebih tenang daripada tadi.

Setelah itu, Lie Ceng Loan kembali duduk di kursi batu pualam, tetapi tak seberapa lama kemudian, mendadak dirasakannya kursi itu berputar ia terkejut dan cepat-cepat meloncat meninggalkan kursi tersebut.

Setelah sepasang kakinya menyentuh lantai, ia segera memandang ke arah kursi pualam, Dilihatnya kursi pualam itu berputar lebih cepat, bahkan makin naik, dan kemudian tampak sebuah lubang besar di bawahnya.

Lie Ceng Loan sama sekali tidak menyangka, kalau di bawah kursi batu pualam terdapat sebuah jalan rahasia, ia memandang ke arah lubang itu, tapi tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Tak lama kemudian kursi batu pualam berhenti berputar, dan tampak seorang muncul dari lubang itu, Begitu melihat orang tersebut Lie Ceng Loan merasa girang, karena orang itu adalah orangtua yang di atas bukit

"Cianpwee. "

Orang tua itu segera memberi isyarat agar Lie Ceng Loan tidak melanjutkan ucapannya, lalu merangkak ke luar dari lubang tersebut

Setelah sampai di atas, ia lalu cepat-cepat memutar kursi batu pualam, dan dalam waktu sekejap kursi itu sudah kembali seperti semula.

"Nona Lie, aku adalah ahli membuat alat rahasia di Tionggoan." Orang tua itu memberitahukan "Begitu aku tiba di daerah Miauw, Swat Lo Kongcu dan Liat Pah To memaksaku untuk membuat berbagai macam ruang ra-hasia."

"Oooh!" Lie Ceng Loan manggut-manggut "Aku tahu mereka berdua tidak dapat dipereaya, maka di setiap ruang rahasia telah kupasang semacam alat rahasia, dan mereka berdua sama sekali tidak mengetahui nya."

"Kalau begitu, cepatlah Cianpwee membawaku ke luar!" desak Lie Ceng Loan.

"Itu. " Orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala,

"Untuk sementara ini masih tidak bisa." "Kenapa?" tanya Lie Ceng Loan. "Swat Lo Kongcu dan Liat Pah To memang tidak tahu terowongan rahasia itu, tapi orang Han yang bernama Co Hiong telah menaruh curiga padaku," jawab orangtua itu.

"Aku tahu, dia memang cerdas tapi jahat, licik dan banyak akal busuknya," ujar Lie Ceng Loan.

"Co Hiong mendengar pembicaraan kita tadi, sebab dia berada di sekitar sini Dia membentak-bentak menanyakan apa yang kulakukan."

"Haah?" Air muka Lie Ceng Loan berubah, "Kalau begitu, dia pasti sudah tahu akan terowongan rahasia itu!"

"ltu belum tentu, Tetapi... apabila dia muncul se-karang, aku pasti mati dan engkau pun pasti celaka," sahut orangtua itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Lie Ceng Loan tahu akan kesulitan orangtua itu, maka tidak mendesaknya agar membawanya ke luar, Mereka berdua cuma saling memandang, lama sekali barulah orangtua itu membuka mulut

"Sudah lewat sekian lama, kupikir Co Hiong telah pergi Nona Lie, aku akan membawamu meninggalkan ruang batu ini."

"Terimakasih!" ucap Lie Ceng Loan, "Apakah Cianpwee tahu di mana kakak seperguruanku?" tanyanya.

"Aku cuma tahu bahwa Swat Lo Kongcu akan membawa Bee Kun Bu yang tak bisa bergerak ke Tionggoan, tapi tidak tahu dia berada di mana?"

"Aaakh.,,." Lie Ceng Loan menghela nafas, "Oh ya, bolehkah Cianpwee memberitahukan padaku tentang ruang- ruang rahasia yang digunakan untuk menyekap orang?"

"Boleh, Tapi aku sama sekali tidak tahu Bee Kun Bu disekap di mana." Orang tua itu memberitahukan "Kalau engkau sudah ke luar dari sini, engkau boleh coba men- carinya,"

"Terimakasih, Cianpwee!" ucap Lie Ceng Loan dan sekaligus menjatuhkan diri berlutut di hadapan orangtua itu.

"Nona Lie " Orang tua itu cepat-cepat membangun kan Lie Ceng Loan. "Jangan begini!"

"Sekali lagi kuucapkan banyak-banyak terimaskih pada Cianpwee!" ucap Lie Ceng Loan dengan air mata berderai- derai.

Orang tua tersebut tersenyum, kemudian memutar kursi batu pualam, dan tak Iama muncullah sebuah lubang.

Mereka berdua masuk ke lubang, kemudian orangtua itu memutar kursi batu pualam lagi, agar kembali ke posisi semula.

*****

Bab ke 44 - Co Hiong Menemui Ajalnya

Setelah berada di dalam lubang itu, orangtua tersebut memasang pendengarannya dengan seksama.

"Cianpwee mendengar sesuatu?" tanya Lie Ceng Loan.

Tiada suara apa pun," jawab orangtua itu dan memberitahukan "Nona Lie, aku punya sebuah buku kecil, yang memuat semua gambar dan ruang rahasia di Tok Sui Tong ini. Kini buku ini kuserahkan padamu. Apabila engkau menghadapi suatu ruang rahasia, buku kecil inilah kamusnya."

Terimakasih, Cianpwce!" ucap Lie Ceng Loan sambil menerima buku itu, lalu disimpannya ke dalam baju-nya.

Orang tua itu mengajak Lie Ceng Loan berjalan ke depan dan berselang sesaat tampak ada cahaya di depan

"Aku akan ke luar dulu, kalau terjadi sesuatu di luar dugaan, janganlah engkau ke luar, agar tidak menyia-nyiakan pertolonganku!" ujar orangtua itu berpesan "Engkau ingat?" "lngat" Lie Ceng Loan mengangguk

Orang tua itu lalu berjalan ke depan, setelah itu barulah Lie Ceng Loan mengikutinya dari belakang.

Tak seberapa lama kemudian, orangtua itu sudah di luar sedangkan Lie Ceng Loan bersembunyi di terowongan itu.

Lie Ceng Loan menarik nafas lega, karena di luar tiada suara apa pun, Namun begitu ia hendak ke luar, tiba-tiba di luar terdengar suara tawa, yang disusul suara bentakan.

Lie Ceng Loan mengenali suara tawa itu, yaitu suara tawa Co Hiong.

"Mau berbuat apa engkau di sini?" Ti... tidak," sahut orangtua itu bergemetar, Tidak?" bentak Co Hiong Iagi. "Di sini tempat terpencil! Aku telah melihatmu ke luar masuk di sini!

Kau masih mengatakan tidak berbuat apa-apa? Cepat bawa aku ke dalam agar aku melihat dengan jelas!"

"Co Hiong?" Orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Kalau engkau tidak pereaya aku pun tidak bisa apa-apa, tetapi kalau engkau menyuruhku agar membawamu masuk, aku tidak dapat melaksanakan Sebab aku bekerja untuk Swat Lo Kongcu, jadi orang lain tidak boleh mengetahuinya!"

"Engkau ingin menekanku dengan nama Swat Lo Kongcu?" tanya Co Hiong sambil tersenyum dingin "Aku tidak pereaya kalau engkau tidak takut pada Swat Lo Kongcu!" sahut orangtua itu.

"Ha ha" Co Hiong tertawa gelak, Tidak salah! Di sini dia adalah majikan, sedangkan aku hanya merupakan tamu! Dia ingin ke Tionggoan, namun harus menuruti petunjukku. Maka kalau aku membunuhmu apakah dia akan mempersalahkan aku?"

Lie Ceng Loan melongok ke luar. Dilihatnya Co Hiong berdiri di hadapan orangtua itu, dan wajah orangtua itu tampak pucat pias. "Kalau engkau berkeras ingin masuk, aku akan membawamu masuki" ujar orangtua itu sambil membalikkan badannya.

"Engkau harus tahu kelihayanku, Apabila engkau berani macam-macam, berarti engkau cari mali!" ancam Co Hiong.

Orang tua itu diam saja, kemudian berjalan memasuki terowongan itu, sedangkan Lie Ceng Loan segera bersembunyi di balik sebuah batu besar.

Setelah berjalan beberapa langkah, orangtua itu memberi isyarat kepada Lie Ceng Loan, agar Lie Ceng Loan turun tangan terhadap Co Hiong.

Gadis itu tersentak, sebab ia tahu jelas betapa tingginya kepandaian Co Hiong, Kalau ia turun tangan menyerang Co Hiong tapi tidak berhasil, ia dan orangtua itu pasti akan celaka.

Tapi dalam keadaan begini, mau tidak mau ia harus melakukannya, Adapun mengenai berhasil atau tidak, itu urusan ke dua.

Sementara orangtua itu terus berjalan ke dalam, dan Co Hiong terus mengikutinya dari belakang

Padahal orangtua itu tidak melihat Lie Ceng Loan berada di mana, sebab gadis itu bersembunyi di balik sebuah batu besar, lagipula di dalam terowongan itu sangat gelap, Namun orangtua itu yakin, Lie Ceng Loan telah melihat isyaratnya tadi.

Hati Lie Ceng Loan berdebar-debar tegang ketika Co Hiong semakin mendekati tempat persembunyiannya.

Setelah Co Hiong sampai di dekatnya, Lie Ceng Loan menghimpun Lweekangnya, kemudian disalurkan pada telapak tangannya, ia mengerahkan seluruh Lweekangnya, karena harus berhasil menyerang Co Hiong dengan satu kali pukulan, Sebab kalau tidak, ia dan orangtua itu pasti akan celaka. Kini Co Hiong semakin mendekat, dan hati Lie Ceng Loan pun bertambah tegang, Perlahan-lahan ia mengangkat sebelah tangannya dan menyalurkan seluruh tenaga dalamnya.

sedangkan Co Hiong sama sekali tidak tahu, bahwa di dalam terowongan yang gelap itu bersembunyi seseorang.

Tidak ada apa-apa kan?" Orang tua itu mengoceh, "Apa yang mau engkau lihat di dalam begini?"

Lie Ceng Loan tahu, bahwa orangtua itu mengoceh untuk memecahkan perhatian Co Hiong.

"Diam!" bentak Co Hiong, yang telah melewati tempat persembunyian Lie Ceng Loan dua langkah.

Bum! Lie Ceng Loan menyerangnya dengan pukulan dahsyat

karena begitu dekat, maka Co Hiong tidak bisa berkelit, sehingga pukulan yang dilancarkan Lie Ceng Loan tepat mengenai punggungnya.

Bum! Lie Ceng Loan melancarkan sebuah pukulan lagi, yang menghantam dada Co Hiong.

"Aaakh,,.!" jerit Co Hiong dan seketika badannya terpental ke luar, ia ingin balas menyerang, namun sudah tidak bertenaga, sebab pukulan ke dua itu telah menghantam Hwa Kai Hiatnya, ia jatuh terkapar di tanah, dan mulutnya menyemburkan darah segar

Setelah Co Hiong menjerit, barulah Lie Ceng Loan tahu bahwa ke dua pukulannya telah berhasil melukai Co Hiong.

"Uaaakh.-.!" Co Hiong menyemburkan darah segar lagi. "Cianpwee! Aku telah berhasil melukainya!" ujar Lie Ceng

Loan memberitahukan

Orang tua itu segera berlari menghampiri Co Hiong, yang wajahnya pucat pias dan tergeletak dengan nafas memburu. Perlahan-lahan orangtua itu mengangkat sebelah tangan nya t kelihatannya ingin menghabiskan nyawa Co Hiong.

Lie Ceng Loan adalah gadis berhati bajile Walau ia tahu jelas Co Hiong sangat jahat dan licik, tapi merasa tidak sampai hati melihatnya dibunuh oleh orangtua itu.

"Cianpwee, dia sudah terluka parah. Cianpwee tidak perlu membunuhnya lagi." cegah Lie Ceng Loan.

"Orang itu harus dibunuh." sahut orangtua itu. "Kalau tidak pasti akan menimbulkan penyakit di kemudian hari."

"Dia telah terluka parah dan tak mampu melawan, untuk apa membunuhnya lagi?" ujar Lie Ceng Loan sambil menarik nafas.

Orang tua itu memandang Lie Ceng Loan, Kelihatannya ia tidak pereaya akan pendengarannya, sebab tidak menyangka kalau gadis itu berhati bajik, Akan tetapi, kalau saat ini Co Hiong tidak dilenyapkan kelak pasti akan mencelakai Lie Ceng Loan.

"Nona Lie, tentang ini aku tidak bisa menurutimu," ujar orangtua itu.

Lie Ceng Loan mengarahkan pandangannya pada Co Hiong, Wajah Co Hiong yang tampan itu pucat pias dan nafasnya semakin memburu, Co Hiong pun memandangnya dengan mata redup, Lie Ceng Loan merasa tidak enak, sebab telah melakukan serangan gelap terhadapnya.

Oleh karena itu, Lie Ceng Loan menghampirinya, lalu bertanya dengan suara rendah.

"Saudara Co! Apakah lukamu parah sekali?"

Co Hiong memandangnya dengan mata redup, kemudian menyahut sambil tersenyum, Ternyata Nona Lie, Walau aku telah terluka parah, namun tidak akan mempersalahkanmu."

Mendengar ucapan itu, Lie Ceng Loan semakin merasa tidak enak dan tidak tega. "Cianpwee!" ujar Lie Ceng Loan kepada orangtua itu, "Dia telah terluka parah sehingga tak mampu bergerak Karena itu lebih baik ditotok jalan darahnya, agar dia tetap berada di sini saja!"

"Nona Lie, ini tidak bisa." Orang tua itu menggelengkan kepala, "Engkau harus tahu, bahwa kita masih dalam keadaan bahaya di tempat ini, Lagi pula Bee Kun Bu berada di tangan Swat Lo Kongcu, dan Kun Lun Sam Cu pun telah ditangkap, maka kita harus cepat-cepat menolong mereka, Kalau cuma ditotok, penjahat ini tentu masih akan merusak rencana kita menolong mereka!"

Lie Ceng Loan terdiam, kemudian menarik nafas panjang. "Aku yang turun tangan, jadi engkau tidak perlu merasa

tidak enak," ujar orangtua itu melanjutkan "Engkau boleh tidak menyaksikannya."

Lie Ceng Loan terus menggeleng-gelengkan kepala, dan air matanya telah berderai-derai.

sedangkan orangtua itu mengangkat sebelah tangannya, Co Hiong memejamkan matanya sambil menghela nafas.

"Aku tidak menyangka akan mati di tangan orang yang tak terkenal!" gumamnya.

"Cianpwee berhenti," seru Lie Ceng Loan.

Orang tua itu menoleh kepalanya ke arah Lie Ceng Loan sambil mengerutkan kening.

"Kalau engkau melarangku membunuhnya, aku pun tidak mau mencampuri urusan kalian lagi!" ujarnya.

"Cianpwee jangan menyalahkan aku!" Wajah Lie Ceng Loan pucat pias. "Entah sudah berapa kali orang itu memperdayaku, dan tahu bahwa dia orang jahat, namun aku merasa tidak tega,.."

"Nona Lie!" Orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala. "Hatimu begitu bajik, tidak pantas engkau jadi kaum Bu Lim." Sementara Co Hiong mulai membuka matanya.

"Nona Lie, engkau membelaku, aku sangat terharu dan berterimakasih padamu," ujarnya.

Usai berkata begitu, Co Hiong memejamkan matanya lagi, dan Lie Ceng Loan menatapnya. Gadis itu ingat sejak bertemu Co Hiong, Walau orang tersebut sangat jahat dan berhati licik, namun ia bersungguh-sungguh terhadapnya, Oleh karena itu, Lie Ceng Loan semakin merasa tidak tega menyaksikan kematiannya.

"Saudara Co, aku telah berusaha membujuk Cian-pwee ini, tapi Cianpwee ini tidak mau dengar, harap engkau tidak mempersalahkan aku yang telah melakukan serangan gelap terhadapmu!" ujar Lie Ceng Loan terisak-isak.

"Nona Lie!" Co Hiong tersenyum, "Aku senang dan rela mati di tanganmu Aku juga tidak akan mempersalahkanmu yang telah menyerangku."

"Saudara Co!" Lie Ceng Loan menarik nafas panjang, "Entah sudah berapa banyak orang yang tak berdosa mati di tanganmu, engkau harus tahu tentang itu."

"Aaaakh.-.!" Co Hiong menghela nafas, "Aku tahu itu, namun maksudmu ditujukan pada Liong Giok Pin kan?"

"Ya." Lie Ceng Loan mengangguk

"Aku memang bersalah terhadapnya tapi aku sama sekali tidak mencintainya." Co Hiong memberitahukan

"Saudara Co!" Lie Ceng Loan menggeleng-ge!eng-kan kepala, "Kenapa engkau begitu jahat? Padahal wajahmu sangat tampan. Kalau engkau berhati baik, tentu engkau bisa hidup tenang, damai dan bahagia!"

"Nona Lie, aku... aku memang jahat" Co Hiong tampak semakin lemah, "Bahkan aku pun pernah ingin menodaimu, itu lantaran saking cinta padamu." "Engkau salah, Cinta tidak bisa dipaksa dengan cara begitu." Lie Ceng Loan menarik nafas panjang.

"Aaaakh." keluh Co Hiong, "Nona Lie, tahukah engkau, siapa yang membunuh Souw Peng Hai guruku itu?"

"Aku tidak tahu."

"Aku yang membunuhnya." Co Hiong memberitahukan "Karena aku ingin menyerakahi kitab ilmu silat Sam Im Sin Ni."

Mendengar ucapan itu, Lie Ceng Loan terdiam

"Nona Lie, aku mendengar ada suara di luar, cepatlah engkau pergi, lihat siapa yang berada di luar!" ujar orangtua mendadak

Lie Ceng Loan terkejut dan segera melesat ke luar pada waktu bersamaan, terdengarlah suara jeritan Co Hiong yang menyayatkan hati, itu membuat Lie Ceng Loan langsung berhenti, bahkan nyaris terkulai ia tahu, bahwa orangtua itu telah turun tangan membunuh Co Hiong, ia berdiri tertegun di tempat, lama sekali barulah bertanya.

"Dia... dia sudah mati?"

"Nona Lie!" sahut orangtua itu, "Engkau tidak perlu menaruh kasihan padanya. Sejak dia berada di daerah Miauw ini, sudah ribuan orang Miauw mati di tangannya, itu karena Swat Lo Kongcu sangat menurut padanya, maka dia memang pantas mati."

"Cianpwee, aku tahu itu."

"Kalau begitu, kenapa engkau berduka?"

"Aku berduka karena telah melakukan serangan gelap terhadapnya, Aku merasa perbuatanku itu kurang pantas, sehingga terus merasa tidak enak dalam hati." ujar Lie Ceng Loan memberitahukan

"Nona Lie harus tahu, orang itu pun telah sering melakukan serangan gelap terhadap orang lain, maka seranganmu itu merupakan ganjaran baginya," sahut orangtua itu dan menambahkan "ltu sudah merupakan takdirnya."

"Cianpwee. "

"Mayat Co Hiong biar di sini saja. Aku akan membawamu pergi menemui Kun Lun Sam Cu."

"Di mana guru dan paman guruku?"

"Mereka bertiga telah ditangkap, maka kita harus segera pergi menolong mereka."

"Cianpwee, terimakasih" ucap Lie Ceng Loan "Kita bisa hidup karena atas bantuan Cianpwee."

"Nona Lie!" Orangtua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Aku ini terhitung apa? Sama sekali tidak bisa meninggalkan Tok Sui Tong ini, malah masih harus mengandal pada kalian agar aku bisa kembali ke Tionggoan."

Semula Lie Ceng Loan agak mempersalahkan orang-tua itu yang telah membunuh Co Hiong, Namun Kini setelah mendengar apa yang dikatakannya timbullah rasa salut dalam hatinya, sebab orangtua itu tak berbangga diri karena telah menolong dirinya.

"Cianpwee, apakah kita mampu menolong ke tiga guruku?" tanya Lie Ceng Loan mendadak

"Para penjaga di sana tidak berkepandaian tinggi, maka dengan tenaga kita berdua, aku yakin kita bisa menolong mereka."

"Cianpweer Lie Ceng Loan menatapnya da!am-dalam. "Cianpwee selalu bilang tidak bisa meninggalkan Tok Sui Tong ini. Kini Cianpwee telah menolongku, bahkan aku pergi menolong ke tiga guruku pula, Apakah Cianpwee tidak khawatir akan diketahui Swat Lo Kongcu?"

"Cepat atau lambat Swat Lo Kongcu pasti akan mengetahui sahut orangtua itu sambil tersenyuni getir. "Jadi biar dia tahu saja." "Dia tidak akan membunuhmu?"

Terus terang," Orangtua itu menarik nafas panjang. "Kalaupun dia tidak membunuhku aku pun tidak akan bisa

hidup lama."

"Lho?" Lie Ceng Loan tereengang, "Kenapa?"

" Aku telah diracuni Swat Lo Kongcu, maka setiap bulan dia pasti berikan aku obat, dan karena itu aku masih sisa hidup. Apabila satu bulan saja dia tidak memberiku obat" itu, aku tentu akan mati." Orangtua itu memberitahukan.

"Apakah racun itu tidak ada obat penawarnya?" "Ada, tapi aku tidak mendapat kan nya."

"Jadi. " Lie Ceng Loan mengerutkan kening, Vobat

penawar itu berada di mana?"

"Obat penawar itu semacam rumput, adanya di Mo Kui Ceh Yi. Kalau aku makan rumput itu, maka racun yang mengidap di tubuhku akan punah." Orangtua itu memberitahukan. "Tapi. di mana Mo Kui Ceh Yi itu, aku

sama sekali tidak mengetahui nya."

Padahal Lie Ceng Loan cuma sekedar bertanya, namun ia justru tahu tentang rumput itu, maka gadis itu merasa girang sekali

"Cianpwee, apakah rumput itu berdaun tujuh?" tanyanya. "Betul! Kok engkau tahu?" Orangtua itu terbelalak

"Cianpwee! Bee Kun Bu masih punya sebatang rumput itu." Lie Ceng Loan memberitahukan dengan wajah berseri

"Oh?" Orangtua itu kelihatan kurang pereaya. "Mo Kui Ceh Yi berada di gurun pasir, aku cuma mendengar dari orang, Apakah kalian pernah ke tempat itu?"

"Kami pernah ke sana, bahkan nyaris mati di sana," sahut Lie Ceng Loan. "Ke tiga guruku menjadi tidak waras karena terkena semacam racun, tapi kini telah sembuh setelah makan rumput itu."

"Oh, syukurlah! Kalau begitu, aku masih punya harapan untuk kembali ke Tionggoan! Aaakh! Aku sudah rindu sekali pada kampung halamanku! Mungkin cucuku sudah besar sekali!"

"Cianpwee pasti bisa pulang ke kampung halaman," ujar Lie Ceng Loan sambil tersenyum.

"Ayoh, kita ke sana!" ajak orangtua itu sambil berjalan, lalu Lie Ceng Loan mengikutinya dari belakang.

Setelah menempuh perjalanan beberapa mil, mereka melihat orang-orang Miauw sedang berlalu lalang, Lalu ke duanya tampak berusaha menghindari orang-orang Miauw itu.

"Kehebatan Swat Lo Kongcu mengerahkan burung-burung elang, membuat orang-orang Miauw yang di luar Tok Sui Tong tidak berani menyerang ke mari. Kalau Swat Lo Kongcu tidak memiliki burung-burung elang itu, kita pun tidak perlu takut padanya," uj'ar orangtua itu memberitahu kan.

"Kalau begitu, kita harus menolong ke tiga guruku dan Bee Kun Bu, setelah itu barulah kita berunding," usul Ue Ceng Loan.

"Kini aku merasa punya harapan untuk meninggalkan Tok Sui Tong, Jadi aku harus berupaya menolong mereka," ujar orangtua itu bersungguh-sungguh.

Tapi.,.," Ue Ceng Loan tersenyum getir, ".,.Bee Kun Bu telah terkena dua macam racun, sehingga sekujur badannya tidak bisa bergerak Jadi bagaimana baiknya?" "Aku pernah membuat sebuah ruang rahasia, khusus untuk menyimpan berbagai macam obat penawar racun, Setelah kita berhasil menolong mereka, aku akan pergi mencuri obat penawar racun itu." "Terimakasih, Cianpwee!" ucap Lie Ceng Loan, Wa-jah gadis cantik itu tampak berseri-seri.

Ke duanya terus bereakap-cakap sambil melanjutkan perjalanan Beberapa saat kemudian sudah sampai di sebuah lembah.

Di dalam lembah itu terdapat sebuah sungai kecil berair sangat jernih, Keadaan di tempat itu bahkan terlihat sangat indah dan menarik, Namun mereka tidak melihat seorang pun berada di situ.

"Cianpwee, untuk apa kita ke mari?" tanya Lie Ceng Loan heran.

"Jangan bersuara!" sahut orangtua itu dengan suara rendah, "Aku akan memancing dua penjaga di sana, Kepandaian mereka di atasku, maka kuminta engkau yang turun tangan lho!"

"Apakah penjara bawah tanah itu berada di sini?" tanya Lie Ceng Loan lagi.

Orang tua itu mengangguk, kemudian ia berteriak-teriak dengan bahasa Miauw, Lie Ceng Loan tidak mengerti apa yang diteriakan itu, Namun sesaat kemudian muncul dua orang Miauw dari sebuah gua. Ke dua orang Miauw itu berbadan tinggi besar.

Lie Ceng Loan melihat ke dua orang Miauw itu membawa tombak gemerlapan Hatinya sempat merasa cemas juga.

"Ke dua orang itu adalah penjaga di sana!"

Lie Ceng Loan manggut-manggut, Kemudian orangtua itu maju menyapa keduanya, Agaknya kedua penjaga itu mengenal si orangtua. Namun seketika ke duanya mengernyitkan kening tajam begitu melihat Lie Ceng Loan berada di situ.

"Mau apa engkau ke mari?" tanya salah seorang Miauw itu, "Dan siapa gadis itu?" "Aku datang untuk mengontrol alat-alat rahasia yang di penjara bawah tanah, Kalau ada kerusakan, harus segera kuperbuiki," sahut orangtua itu sambil tersenyum "Jadi kalian berdua tidak perlu mencurigaimu

"Semua alat rahasia di penjara bawah tanah tiada kerusakan, Kenapa engkau datang saat ada orang di tawan di dalam?" tanya orang Miauw sambil menatap orangtua itu.

"Karena ada tahunan di dalam, maka aku harus memeriksa alat-alat rahasia yang di dalam penjara bawah tanah itu," sahut si orangtua mencoba meyakinkan "Aku khawatir para tahanan itu akan kabur."

"Baik, mari ikut kami ke dalam!" ajak salah seorang Miauw.

Mendadak Lie Ceng Loan bergerak menyambar senjata mereka, Semula ke dua orang Miauw itu terkejut Ketika melihat Lie Ceng Loan yang memegang senjata mereka, seketika juga ke duanya tertawa gelak.

"Kenapa kalian tertawa?" bentak Lie Ceng Loan gusar "Engkau cantik jelita dan lemah gemulai, kok mampu

memegang senjata kami?" sahut salah seorang Miauw, "Engkau ingin merebut senjata kami, ya?" "Benar." Lie Ceng Loan mengangguk "Baik, silakan rebut!" tantang ke dua orang Miauw itu.

Lie Ceng Loan cepat mengerahkan Lweekangnya, Sekejap saja senjata itu telah berpindah ke tangan nya.

Hal itu membuat ke dua orang Miauw membelalak kaget Mata mereka menatap Lie Ceng Loan dengan mulut ternganga lebar Belum ke duanya tersadar, Lie Ceng Loan telah bergerak cepat melancarkan dua buah pukulan.

Plak! Bukk!

Ke dua orang itu terpental, kemudian jatuh dengan mulut mengeluarkan darah segar Bahkan seketika ke duanya tergeletak pingsan. Orang tua itu segera menarik Lie Ceng Loan ke gua.

Suasana gelap sekali di dalamnya, membuat matanya tidak dapat melihat apa pun. Orang tua itu segera menyalakan sebuah obor Suasana terang membuat Lie Ceng Loan mampu melihat ruangan itu, Namun tak ada yang terlihat kecuali hanya beberapa buah batu.

Orang tua itu cepat-cepat memutar salah sebuah batu, Maka terdengarlah suara gemeretak dari gesekan batu tersebut

Tampak sebuah lubang dari balik batu tadi, Seberkas cahaya membias lewat lubang itu.

Lie Ceng Loan segera melongok ke dalam lubang itu.

Ternyata di dalam lubang merupakan sebuah ruang bawah tanah. Terlihat olehnya Kun Lun Sam Cu berada di dalam.

Kebetulan Kun Lun Sam Cu mendongakkan kepala memandang ke atas. Begitu yang dilihat Lie Ceng Loan, giranglah Kun Lun Sam Cu.

"Ceng Loan! Apakah Pek Yun Hui telah berhasil menyerbu ke mari?" tanya Kun Lun Sam Cu serentak

Tidak!" sahut Lie Ceng Loan sambil tersenyum getir, Tapi seorang Cianpwee telah menolongku sekarang dia datang ke mari untuk menolong Guru dan Paman guru!"

Walau merasa agak kecewa karena Pek Yun Hui belum menyerbu ke mari, Kun Lun Sam Cu merasa gembira karena akan ke luar dari penjara bawah tanah.

Mereka bertiga lalu naik ke atas, Orang tua itu cepat-cepat menghampiri Kun Lun Sam Cu.

"Guru, Paman guru!" Lie Ceng Loan memberitahukan "Cianpwee ini yang menolong kita."

Kun Lun Sam Cu segera menjura memberi hormat pada orangtua itu. Namun ketika kembali mendongak "Eh? Ternyata dirimu." seru Hian Ceng Totiang terkejut melihat orangtua dari Tionggoan itu, Ternyata dia masih ingat pertemuan kemarin di bukit

"Benar!" Orangtua itu manggut-manggut sambil tersenyum. Terima kasih atas pertolonganmu," ucap Hian Ceng

Totiang.

"Sama-sama," sahut orangtua itu tetap dengan ter-senyunt "Bee Kun Bu tertawan oleh Swat Lo Kongcu, untuk menolongnya memang terlalu sulit!"

"Kenapa sulit? Apakah Cianpwee tidak tahu di mana dia ditawan?" tanya Lie Ceng Loan cemas.

"Semua ruang rahasia di Tok Sui Tong memang aku yang membuat tentu aku tahu jelas semua alat rahasia yang ada. Namun...," orangtua itu mengerutkan kening.

"Kenapa?" tanya Lie Ceng Loan cepat

"Bee Kun Bu pasti ditawan di salah sebuah ruang rahasia, Tapi tidak gampang mendekati ruang rahasia itu!" jawab si orangtua menjelaskan

"Kalau begitu, lebih baik aku seorang diri yang pergi menolongnya, Cianpwee cukup menjelaskan semua ruang rahasia itu saja!" pinta Lie Ceng Loan.

"Bajk." Orang tua itu manggut-manggut "Banyak orang ke sana justru merepotkan Jadi lebih baik Nona Lie pergi seorang diri saja."

sebetulnya Kun Lun Sam Cu tidak setuju, tapi apa yang dikatakan orangtua itu masuk akaI. Maica akhirnya mereka hanya diam.

"Swat Lo Kongcu ingin membawa Bee Kun Bu ke Tionggoan, agar namanya terkenal Karena itu, Bee Kun Bu pasti disekap di ruang yang paling - rahasia," ujar orangtua itu. "Di mana ruang yang paling rahasia itu?" tanya Lie Ceng Loan. "Harap Cianpwee memberitahukan padaku!"

"Dari sini terus berjalan ke depan, Nanti akan bertemu sebuah rimba bambu. Di dalam rimba bambu itu terdapat sebuah batu besar Engkau harus mendekati batu besar itu, lalu menuju ke kiri tujuh langkah Di situ akan kau lihat sebuah telaga, Duduk seorang di tepi telaga itu, Dia adalah penjaga di situ, Engkau harus menakJukannya!"

"Bagaimana tingkat kepandaian orang itu?" tanya Lie Ceng Loan.

"Yang berkepandaian tinggi di Tok Sui Tong ini hanya ada tiga orang, yakni Swat Lo Kongcu, Liat Pah To dan Co Hiong, Kini Co Hiong telah mati, maka yang lain bukan lawanmu!" Orangtua itu memberitahukan. "Engkau boleh berlega hati tentang itu."

"Setelah aku berhasil menaklukan orang itu, lalu harus bagaimana?"

Tempat duduk orang itu adalah sebuah batu, itulah alat rahasia untuk membuka sebuah terowongan. Orang tua itu memberi petunjuk "Engkau harus memutar batu itu tiga kali, Maka akan muncul sebuah lubang yang merupakan terowongan menuju ruang rahasia itu."

"Terima kasih atas petunjuk Cianpwee!" ucap Lie Ceng Loan, kemudian memberi hormat pada Kun Lun Sam Cu. "Guru, Cianpwee ini akan bersama Guru di sini. setelah berhasil menolong Kakak Bu, aku akan ke mari Sebab Cianpwee ini masih harus pergi mencuri obat penawar racun untuk Kakak Bu."

"Anak Loan!" pesan Kun Lun Sam Cu serentak "Engkau harus berhati-hati!" Lie Ceng Loan mengangguk lalu melesat pergi.

***** Bab ke 45 - Muncul Na Siao Tiap Menunggang Bangau Sakti

Tak seberapa lama kemudian, Lie Ceng Loan sudah sampai di rimba bambu, Memang terdapat sebuah batu besar di sana, Cepat-cepat ia mendekati batu besar itu, lalu membelokkan langkah ke kiri tujuh tindak.

Setelah menuju ke kiri tujuh langkah, terjadilah suatu keanehan. Gadis itu melihat sebuah telaga yang cukup besar seseorang duduk di atas batu dengan tangan memegang seekor ular merah.

Melihat ular itu, tertegunlah Lie Ceng Loan. Ular itu amat indah pasti sangat beracun pula, Orang Miauw itu kelihatan berkepandaian biasa, tapi ular kecil merah yang di tangannya itu sulit dihadapi

Setelah memperhatikan sejenak, Lie Ceng Loan lalu memungut sebutir batu, dilemparkannya ke telaga.

Plum!

Orang Miauw itu tampak terkejut Dengan cepat ia memandang ke telaga.

"Siapa?" bentaknya sambil menoleh ke sana ke mari.

Lie Ceng Loan ternyata telah bersembunyi. Sebentar orang Miauw itu tampak menarik nafas, Sebentar kemudian Lie Ceng Loan kembali memungut batu lalu dilemparkannya ke telaga.

Plum!

Orang Miauw itu terkejut/bukan main. Kemudian cepat meloncat ke rimba bambu, Berdiri di situ sambit menengok ke sana ke mari, Namun tidak melihat siapa pun di situ, sebab Lie Ceng Loan telah bersembunyi lagi.

Orang Miauw itu menggaruk-garuk kepala kebingungan Ada batu jatuh ke telaga, tapi tidak ada orang, Hal itu membuatnya merasa tak habis pikir Ketika ia berdiri terbengang-bengong begitu mendadak muncul Lie Ceng Loan di belakangnya.

Namun orang Miauw itu tidak mengetahui nya, sampai Lie Ceng Loan melancarkan sebuah pukulan ke arah punggungnya.

Ketika merasa ada desiran angin di belakang, orang Miauw itu merasa ada sesuatu yang membahayakan dirinya.

Blukk!

Orang Miauw itu melenguh terkejut Tubuhnya langsung terpental karena pukulan Lie Ceng Loan mendarat ke punggungnya, Tanpa mempedulikan orang Miauw itu, Lie Ceng Loan melesat ke arah batu yang diduduki orang Miauw itu, Akan tetapi, mendadak ia mendengar suara mendesis- desis di belakangnya.

Gadis itu segera menoleh, ternyata ular merah sedang mengejarnya dengan lidah dijulur-julurkan.

Lie Ceng Loan segera memungut sebuah batu kecil, lalu disambitkan ke arah ular merah itu.

Pletakl Kepala ular itu remuk seketika.

sedangkan Lie Ceng Loan cepat-cepat mendekati batu itu.

Diputarnya tiga kali sesuai petunjuk orangtua Tionggoan.

Bummm!

Mendadak di dekat ia berdiri muncul sebuah lubang.

Lie Ceng Loan memandang ke dalam lubang-lubang itu, Dilihatnya ada sedikit cahaya.

"Kakak Bu! jangan takut, aku datang hendak menolongmu!" teriak Lie Ceng Loan.

Setelah berseru, gadis itu meloncat ke dalam Ketika sepasang kakinya menyentuh dasar lubang, Lie Ceng Loan melihat sebuah terowongan, Tanpa banyak berpikir langsung saja ia memasuki terowongan itu. Baru beberapa langkah ia menyusup ke dalam mendadak didengarnya suara pereakapan orang.

Karena merasa curiga, gadis itu segera bersembunyi sambil mendengar dengan penuh perhatian

"Bee Kun Bu ditawan di sini, kalian harus hati-hati menjaganya!" Suara wanita itu terdengar di telinga Lie Ceng Loan. Terkejutlah hatinya setelah mengetahui kalau pemilik suara itu tak lain Swat Lo Kongcu.

"Kongcu jangan merasa khawatir!" sahut seseorang, "Kami tidak akan membiarkan orang lain memasuki ruang rahasia ini."

"Kalian harus baik-baik memelihara burung-burung elang itu," pesan Swat Lo Kongcu, "Kalau tiada burung-burung itu, Tay Cih Su pasti telah berhasil menyerbu ke mari,"

Hati Lie Ceng Loan semakin penasaran ketika mendengar Swat Lo Kongcu menyinggung tentang burung-burung tersebut ia pun terus memasang pendengaran dengan penuh perhatian

"Orang yang memelihara burung-burung elang itu tidak cukup, aku harus mengirim beberapa orang ke sana, Kalau ada musuh menyerbu, kapan saja burung-burung itu harus dilepaskan untuk menghadapi musuh!" ujar salah seorang.

"Ha ha ha!" Swat Lo Kongcu tertawa, "Siapa pun memusuhi kita pasti mati, Namun tidak lama lagi aku akan membawa Bee Kun Bu ke Tionggoan, Tentu ini akan menggemparkan rimba persilatan di sana, Namaku akan terkenal! Dan inilah tujuanku belajar ilmu silat!"

"Apabila nama Kongcu terkenal, tentunya kami pun akan terkenal pula," tukas beberapa orang sambil tertawa gembira.

"He he he!" Swat Lo Kongcu tertawa terkekeh-kekeh karena merasa bangga, sepertinya saat ini ia telah menguasai rimba persilatan Tionggoan. "Celaka!" seru Lie Ceng Loan dalam hati, sebab Swat Lo Kongcu dan beberapa orang berada di ruang rahasia itu.

Baginya sulit turun tangan menolong Bee Kun Bu. Oleh karena itu, ia terpaksa harus menunggu

Tak seberapa lama kemudian, terdengarlah suara langka

h. Suara Swat Lo Kongcu pun terdengar semakin jelas.

Lie Ceng Loan segera menutup pernafasan, tidak berani bergerak sedikit pun di tempat persembunyian

Tak lama muncullah Swat Lo Kongcu bersama orang- orang. Karena terowongan itu sangat gelap, Swat Lo Kongcu tidak melihat Lie Ceng Loan yang bersembunyi

Setelah mereka ke luar, barulah Lie Ceng Loan menarik nafas lega, dan bergirang dalam hati.

Apabila Swat Lo Kongcu dan para anak buahnya meninggalkan tempat itu, ia akan segera menolong Bee Kun Bu, Oleh karena itu, Lie Ceng Loan langsung menerobos ke dalam. Setelah membelok arah dilihatnya ada sebuah ruangan yang sangat indah dan terang benderang.

Sampai di dalam ruangan terang ia melihat Bee Kun Bu terbaring di tempat tidur tak bergerak sama sekali Gadis itu pun langsung menubruknya dengan air mata berderai-derai.

Bee Kun Bu terdiam Badannya tak bergerak dan mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara.

Kemunculan Lie Ceng Loan yang mendadak itu, membuat Bee Kun Bu terbelalak kelihatannya seperti tidak pereaya akan pandangannya, bahwa Lie Ceng Loan yang muncul di hadapannya.

"Kakak Bu...!N panggil gadis itu dengan suara rendah, Kemudian dipanggulnya di punggung, untuk dibawa meninggalkan ruang itu.

Ketika Lie Ceng Loan sampai di pintu, mendadak mendengar suara pereakapan orang. "Swat Lo Kongcu berpesan pada kita, harus hati-hati menjaga Bee Kun Bu. Kalau sampai dia lolos, celakalah kita!"

"Ha hal Siapa yang akan datang menolongnya? itu tidak mungkin kan?"

Tapi biar bagaimana pun kita harus berhati-hati, Sebab Bee Kun Bu merupakan tawanan penting....

Plak! Plak!

Terdengar dua kali pukulan, ternyata Lie Ceng Loan telah menyerang mereka secara mendadak tanpa memberi ampun.

"Aaakh.,.!"

Ke dua orang itu menjerit Tubuh mereka langsung ambruk Nafas mereka seketika terhenti

Lie Ceng Loan menarik nafas lega, lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu sambil memanggul Bee Kun Bu di punggungnya.

Setelah ke luar dari terowongan, gadis itu segera mengerahkan ilmu ginkangnya menuju ke tempat Kun Lun Sam Cu dan orang Tionggoan menunggunya, Ketika melihat Lie Ceng Loan muncul, ke empat orang itu langsung terperanjat girang, "Bagaimana, berhasil?"

"Berhasil!" sahut Lie Ceng Loan sambil menurunkan Bee Kun Bu dari panggulan. T"api sekujur badan Kakak Bu tidak bisa bergerak dan tak bisa bicara."

"Jangan khawatir!" ujar Orangtua itu. "Aku akan segera pergi mencuri obat penawar racun itu, kalian tunggu di sini!"

Orang tua itu melesat pergi, sementara Lie Ceng Loan duduk di sisi Bee Kun Bu dengan wajah murung.

"Anak Loan, kenapa engkau tampak begitu murung ?" tanya Giok Cin Cu.

"Aku. " Air mata gadis itu bereucuran "Aku sangat

mencemaskan Kakak Bu. " Tidak usah cemas, Bukankah orangtua itu telah pergi mencuri obat penawar racun untuk Kun Bu?" ujar Giok Cin Cu.

"Aku khawatir. " Lie Ceng Loan menarik nafas,

".,.orangtua itu tidak berhasil mencuri obat penawar racun itu!"

"Engkau jangan terlalu khawatir!" ujar Hian Ceng Totiang, "Selama ini orangtua tersebut sangat jujur terhadap Swat Lo Kongcu, Rasanya tak mungkin dia dicurigai Baginya untuk pergi mencuri obat penawar racun itu, lebih mudah dari pada engkau menolong Kun Bu tadi."

Lie Ceng Loan manggut-manggut Kecemasannya perlahan-lahan lenyap menyadari kebenaran itu.

Beberapa saat kemudian, orangtua itu telah kembali dengan wajah berseri Tangannya tampak membawa sebuah botol kecil

"Bagaimana, Cianpwee?" tanya Lie Ceng Loan tak sabaran.

"Aku berhasil," jawab orangtua itu sambil memberikan botol kecil kepada Lie Ceng Loan, "Di dalam botol ini berisi obat penawar racun."

Lie Ceng Loan segera menerima botol kecil itu dengan perasaan girang sekali

"Bee Kun Bu terkena dua macam racun, maka harus makan semua obat itu!" pesan orangtua tersebut

Lie Ceng Loan membuka tutup botol kemudian semua obat yang di dalamnya dituang ke dalam mulut Bee Kun Bu, Bee Kun Bu menelan obat-obat itu.

Kini semua orang mengerumuni Bee Kun Bu, ingin tahu bagaimana reaksi obat itu. Beberapa saat kemudian, wajah Bee Kun Bu mulai memerah. Keningnya tampak mulai mengucurkan keringat "Kenapa Kakak Bu seperti itu?" tanya Lie Ceng Loan terkejut

"Memang harus begitu," sahut si orangtua, "ltu cara kerja obat yang dimakannya tadi."

Lie Ceng Loan berlega hati perlahan dihapusnya keringat yang terus mengucur di kening Bee Kun Bu.

"Kakak Bu, bagaimana rasanya?"

"Aku merasa mulai membaik," sahut Bee Kun Bu.

Suara sahutannya justru membuat Lie Ceng Loan tertegun Gadis itu tidak menyangka Bee Kun Bu sudah bisa berbicara.

Sesaat kemudian, badan Bee Kun Bu sudah bisa bergerak Perlahan-lahan ia bangkit berdiri orang-orang merasa gembira dan bersyukur melihatnya.

Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu pada orangtua itu. "Ha ha!" Orang tua itu tertawa, "Sama-sama."

"Kakak Bu!" Lie Ceng Loan menggenggam tangannya seraya berkata, "Kalau tiada Cianpwee ini, kita semua masih terkurung!"

Bee Kun Bu menjura lagi pada orang itu.

"Oh ya!" Lie Ceng Loan teringat sesuatu, "Kakak Bu, bukankah engkau masih menyimpan sebatang rumput yang dari Mo Kui Ceh Yi?""

"Betul" Bee Kun Bu mengangguk "Memangnya kenapa?" "Cianpwee ini terkena semacam racun." Lie Ceng Loan

memberitahukan "Hanya rumput itu yang dapat memunahkan racun tersebut !H

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, lalu mengeluarkan rumput itu dan diberikan pada si orangtua. "Cukup dengan sehelai saja!" ujar orangtua itu lalu memetik sehelai daun rumput Kemudian langsung dimasukkan ke dalam mulutnya.

Ketika orangtua itu sedang mengunyah daun rumput, dari kejauhan mendadak terdengar suara terompet saling bersahutan Ke limanya hanya bisa saling pandang memandangi karena tidak tahu apa yang telah terjadi.

"Suara terompet itu menandakan bahwa telah terjadi sesuatu," ujar Bee Kun Bu. "Entah apa yang terjadi?"

"Kita harus pergi ke tempat yang tinggi untuk me-lihat!" ujar Kun Lun Sam Cu serentak

Mereka berenam segera pergi ke tempat yang tinggi Semua berdiri sambil menengok kesana ke mari. Tampak begitu banyak orang-orang Miauw menuju ke tepi telaga beracun

Tak lama kemudian, terdengarlah suara pekikan aneh di seberang bukit. Ternyata suara pekikan burung ,elang, Burung-burung itu terbang menuju ke tengah telaga beracun dengan cakar mencengkeram batu.

Terlihat beberapa buah perahu sedang berlayar menuju ke Tok Sui Tong, Melihat perahu-perahu itu, Bee Kun Bu langsung merasa girang.

"Pasti Kakak Pek dan saudara Sie Bun menyerbu ke mari!" "Aaakh..." keluh orangtua itu. "Mereka cuma mencari mati

saja!"

"Belum tentu," sahut Lie Ceng Loan. "Sebab Kakak Pek sangat pintar, mereka pasti sudah bersiap menghadapi burung-burung elang itu!"

Perahu-perahu besar itu terus melaju, barulah Bee Kun Bu dan lainnya dapat melihat dengan jelas, ternyata banyak orang Miauw di dalam perahu-perahu itu dengan busur dan panah di tangan, kelihatannya mereka sudah bersiap memanah burung-burung elang itu. "Pereuma!" Orang tua itu menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa pereuma?" tanya Bee Kun Bu.

"Burung-burung elang itu telah terlatih, tidak gampang memanahnya!" ujar si orangtua, "Perahu-perahu itu akan tenggelam tertimpa batu."

Sementara beberapa burung elang sudah semakin mendekati perahu-perahu besar itu, Sebentar lagi pasti terjadi hujan batu.

Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan, Kun Lun Sam Cu, dan orangtua itu menyaksikannya dengan hati berdebar-de-bar tegang, Mendadak mereka mendengar suara pekikan nyaring, Suara pekikan itu berbeda sekali dengan suara burung-burung elang, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan langsung kegirangan karena tahu kalau suara itu milik Hian Giok, si Bangau Sakti.

Akan tetapi, di angkasa sama sekali tidak tampak burung Bangau Sakti itu, padahal mereka mendengar jelas suara pekikannya.

"Apakah Kakak Siao Tiap datang?" tanya Lie Ceng Loan tertegun

"Mungkin bukan," gumam Bee Kun Bu terlihat ragu-ragu. "Pasti dia," ujar Lie Ceng Loan yakin.

"ltu suara Bangau Sakti, tidak mungkin suara burung lain!" ujar Hian Ceng Totiang.

"Sejak meninggalkan Kwat Cong San, sama sekali tiada kabar berita tentang Na Siao Tiap, Bagaimana mungkin dia akan muncul di sini?" Bee Kun Bu kelihatan tidak pereaya.

"Aku yakin itu pasti Kakak Siao Tiap, Mungkin dia telah bertemu Paman Na, lalu diberitahu olehnya bahwa kita berada di daerah Miauw ini, jadi Kakak Siao Tiap menyusul kita!" ujar Lie Ceng Loan menduga.

"Ngmm!" Bee Kun Bu manggut manggut, memang masuk akal apa yang dikatakan Lie Ceng Loan, Nyatanya justru begitu, Karena Na Siao Tiap rindu pada Na Ilai Peng, Pek Yun Hui dan lainnya, sehingga gadis itu kembali ke gua Thian Kie, Naliai Peng memberitahukan padanya, bahwa Pek Yun Hui dan lainnya telah berangkat ke daerah Miauw menyusul Lie Ceng Loan. Karena itu, Na Siao Tiap juga berangkat dengan menunggang Bangau Sakti itu.

Namun bertepatan dengan kedatangannya, muncul burung-burung elang ganas itu.

Ketika mereka sedang menduga-duga, terdengar lagi suara pekikan Hian Giokyang amat nyaring, Ke limanya langsung memandang ke angkasa, Tampak setitik cahaya meluncur bagaikan meteor menuju ke tempat itu.

Tidak salah! itu pasti Hian Giok, Ketika mendengar suara pekikan itu, burung-burung elang seperti terkejut bukan main, bahkan tampak ketakutan

Semula burung-burung elang itu terbang menuju ke perahu-perahu besar yang sedang berlayar, tapi setelah mendengar suara pekikan Bangau Sakti, mereka tak berani terbang ke sana lagi, Semua berterbangan kabur entah ke mana, Batu-batu yang dicengkeram dijatuhkan di sembarang tempat

"Horeee!" seru Lie Ceng Loan menyaksikan itu.

Tapi orang-orang Miaw di daratan mulai melepaskan panah ke arah perahu-perahu besar Namun orang-orang Miauw yang di perahu segera mengeluarkan tameng menangkis hujan panah itu.

"Kita harus ke sana membantu Kakak Pek!" seru Bee Kun Bu. "Benar!"

Mereka berenam segera mengerahkan ilmu ginkang menuju ke tempat itu, Tak lama ke limanya sudah sampai di tepi telaga beracun. Terlihat Swat Lo Kongcu dan Liat Pah To sedang mengatur orang-orangnya untuk memanah perahu-perahu besar yang semakin menepi ke daratan.

"Kakak Pek! Saudara Sie Bun!" Bee Kun Bu berteriak girang, ia telah melihat ke dua orang itu di perahu. "Akhirnya kalian datang juga!"

Pek Yun Hui bersiul panjang, kemudian mendadak melesat ke daratan dengan menggunakan ilmu ginkang, Namun seketika itu pula terlihat puluhan anak panah meluncur laksana kilat ke arahnya.

Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan, Kun Lun Sam Cu, dan si orangtua terkejut bukan main menyaksikan itu. Sebab, tubuh Pek Yun Hui masih melayang di udara, sedangkan panah- panah itu meluncur secepat kilat ke arahnya, Bagaimana mungkin Pek Yun Hui dapat berkelit? Kalau jaluh, Pek Yun Hui pasti mati di telaga beracun itu.

Akan tetapi, Pek Yun Hui tampak tenang sebab ia berkepandaian tinggi Mendadak ia menarik nafas dalam- dalam menghimpun hawa murninya, seketika badannya melambung ke atas, lalu kakinya menginjak panah-panah yang sedang meluncur itu sambil melesat ke arah daratan.

Sungguh menakjubkan gerakannya itu, membuat Kun Lun Sam Cu dan si orangtua melongo menyaksikannya, Begitu sepasang kaki Pek Yun Hui menginjak dara tan, langsung saja ia menggerakkan pedangnya. Ter-dengarlah suara jeritan menyayat hati, Beberapa orang Miauw terkapar dengan badan berlumuran darah.

Air muka Swat Lo Kongcu berubah hebat, mau tidak mau ia harus maju melawan Pek Yun Hui. Dan pertarungan pun tak terelakkan Jurus-jurus tingkat tinggi saling mereka ke )uarkan.

Akan tetapi dalam beberapa jurus Pek Yun Hui sudah berada di atas angin. Swat Lo Kongcu membalikkan badan berusaha kabur! Namun Bee Kun Bu sudah berdiri di situ. Begitu melihat kemunculan pemuda itu ter-belalaklah Swat Lo Kongcu.

"Engkau masih ingin kabur?" bentak Bee Kun Bu dingin.

Swat Lo Kongcu mundur selangkah Namun seketika dirasakan ada sesuatu benda tajam menyentuh punggung- nya, sehingga membuatnya tak berani bergerak sama sekali

"Swat Lo Kongcu telah berada di tangan kami!" seru Pek Yun Hui, ternyata ujung pedangnya menuding punggung Swat Lo Kongcu, "Kalian semua cepat berhenti, jangan mati konyol!"

seketika orang-orang Miauw yang sedang bertempur melawan sukunya sendiri, langsung berhenti dan sekaligus membuang senjata masing-masing.

"Nona Pek!" Dua orang Miauw berusia lanjut menghampiri Pek Yun Hui lalu memberi hormat "Kali ini kalau tiada Nona Pek dan Tuan Sie Bun, kami suku Miauw pasti celaka semua di tangan Swat Lo Kongcu!"

Setelah ke dua orang Miauw berusia lanjut itu berkata demikian, terdengarlah suara sorak-sorai gemuruh. Semua orang Miauw tampak gembira sekali

"Wanita ini penjahat suku Miauw, bagaimana harus menghukumnya Terserah pada kalian," ujar Pek Yun Hui

"Beset kulitnya!" seru orang-orang Miauw, Mereka tampak begitu geram melihat wanita itu.

itu tidak perlut" Pek Yun Hui tersenyum "Wanita ini telah banyak melakukan kejahatan, bahkan sering membantai orang-orang Miauw, maka jangan dibiarkan hidup!"

"Pek lie Hiap, mohon ampuni nya...!" Cesss!

Sebelum Swat Lo Kongcu menyelesaikan ucapannya, pedang Pek Yun Hui telah menembus punggungnya. "Aaaakh...!"

Swat Lo Kongcu memekik, Tubuhnya langsung terkulai dengan lumuran darah, Nyawanya pun melayang seketika.

"Liat Pah To!" seru Pek Yun Hui pada lelaki berambut merah yang sedang bertarung dengan Sie Bun Yun. "Swat Lo Kongcu telah mati, pereuma engkau melawan lagi!"

Liat Pah To segera menyerang bertubi-tubi pada Sie Bun Yun, kemudian melesat ke arah mayat Swat Lo Kongcu, ia merangkul mayat itu sambil menangis gerung-gerungan, Ternyata Liat Pah To amat mencintai Swat Lo Kongcu.

"Liat Pah To!" ujar Pek Yun Hui sambil menggeleng- gelengkan kepala, "Sulit bagimu untuk hidup, lebih baik bawa mayat Swat Lo Kongcu bersama terjun ke telaga beracun itu, daripada harus disiksa ribuan orang-orang Miauw!"

Liat Pah To menggendong mayat Swat Lo Kongcu. selangkah demi selangkah menuju ke telaga beracun, kemudian melompatlah dia ke sana.

Liat Pah To dan mayat Swat Lo Kongcu tenggelam seketika, Semua orang Miauw diam, sehingga suasana berubah hening, Liat Pah To dan mayat Swat Lo Kongcu tidak timbul lagi, mungkin telah berubah tulang-belulang di dasar telaga beracun itu.

Kini daerah Miauw telah aman. Tentu saja sangat menggembirakan suku tersebut Setelah hening beberapa saat, mendadak terdengarlah suara tepuk-sorak yang gegap- gempita.

"Kakak Pek," ujar Lie Ceng Loan tiba-tiba kepada Pek Yun Hui "Co Hiong juga berada di Tok Sui Tong ini!"

"Apa?" Pek Yun Hui terkejut "Dia berada di sini?"

"Ya!" Lie Ceng Loan mengangguk "Tapi dia telah mati!"

Pek Yun Hui terbelalak "Bagaimana dia bisa mati? Siapa yang membunuhnya?"" "Boleh dikatakan aku yang membunuhnya," jawab Lie Ceng Loan, lalu menuturkan tentang kejadian itu dengan wajah murung.

"Adik Loan!" Pek Yun Hui menepuk bahunya, "Engkau tidak perlu berduka, Co Hiong memang pantas mati, itu merupakan ganjarannya."

Mendadak terdengar suara pekikan Hian Oiok di udara, Mereka segera menengadahkan kepala, Tampak Hian Giok sedang terbang di udara, dengan Na Siao Tiap duduk di punggung burung bangau itu.

"Nona Nal Kenapa engkau tidak mau turun?" seru Bee Kun

Bu.

Na Siao Tiap tidak menyahut, cuma meIambai-Iam-baikan

tangannya ke arah mereka.

"Kakak Siao Tiapl" Air mata Lie Ceng Loan mulai meleleh. "Kenapa engkau tidak mau turun menemui kami?"

Na Siao Tiap tetap tidak menyahut, hanya terus menerus melambaikan tangannya ke arah mereka.

sedangkan Hian Giok mulai terbang ke atas, Makin lama makin tinggi, lalu lenyap dari pandangan semua orang. Bee Kun Bu menghela nafas, "Aku tahu dia mau ke mana. Pasti menuju ke Pek Hoa Hok tempat tinggal almarhumah ibunya."

"Kakak Siao Tiap mungkin masih marah padaku," ujar Lie Ceng Loan terisak-isak.

"Dia tidak marah padamu," sahut Pek Yun Hui, "Dia cuma ingin hidup menyendiri di Pek Hoa Hok itu, Kalau dia tidak muncul tepat pada waktunya, kita semua pasti sulit meninggalkan Tok Sui Tong ini!"

"Kakak Siao Tiap.,.," Air mata Lie Ceng Loan ber-derai- derai, "Entah kapan aku akan bertemu dia lagi." "Jangan khawatir!" Pek Yun Hui tersenyum getir "Kelak engkau pasti bisa bertemu dia lagi."

"Adik Pek," ujar Sie Bun Yun, "Bagaimana kalau kita meninggalkan Tok Sui Tong ini sekarang?"

"Baiklah!"

Pek Yun Hui mengangguk Akan tetapi, para tetua suku Miauw menahan sehingga membuat mereka merasa tidak enak untuk menolak

Para tetua suku Miauw mengadakan pesta besar-besaran selama tiga hari tiga ma!am.

Tiga hari kemudian, mereka meninggalkan Tok Sui Tong dengan salah sebuah perahu besar Setelah mendarat mereka langsung berangkat ke Tionggoan

SebuIan kemudian, mereka telah tiba di Kang Lam. Satu hal membuat mereka semua merasa gembira sekali, yakni kini rimba persilatan di Tionggoan telah aman, tenang dan damai, Tidak terjadi pertikaian apa pun lagi.

Setelah tiba di Kang Lam, si orangtua yang menolong Lie Ceng Loan berpamit untuk pulang ke kampung halamannya, sedangkan Pek Yun Hui, Sie Bun Yun, Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan, dan Kun Lun Sam Cu terus menuju ke gunung Kwat Cong San.

Ketika tiba di gunung Kwat Cong San di hadapan gua Thian KJe, mereka tidak melihat Na Hai Peng, Pek Yun Hui berlari ke dalam gua itu, ia mendapatkan sepucuk surat dari Na Hai Peng, menyatakan bahwa ia telah berangkat ke Pek Hoa Hok. ia akan menunggu Na Siao Tiap di tempat itu.

Tentang Pek Yun Hui mau kembali ke istana di ibu kota atau tidak, itu terserah Pek Yun Hui saja.

Setelah membaca surat itu, mereka cuma saling memandang, lama sekali barulah Sie Bun Yun membuka mulut

"Adik Pek, bagaimana menurutmu?" "Maksudmu?" tanya Pek Yun Hui balik bertanya.

"Engkau adalah Lan Tay Kongcu, tentunya harus kembali ke istana ibu kota, Ya, kan?" sahut Sie Bun Yun sambil menatapnya.

"Aku adalah Pek Yun Hui, jadi tidak perlu kembali ke istana ibu kota lagi!" ujar Pek Yun Hui sambil menatap Sie Bun Yun dengan penuh cinta kasih.

"Kalau begitu...," Sie Bun Yun tersenyum bahagia "Bagaimana engkau ikut aku pergi mengunjungi guruku di Thao Khong To?"

"Ng!" Pek Yun Hui manggut-manggut dengan wajah agak kemerah-merahan.

"Oh ya!" Tiba-tiba Pek Yun Hui mengerutkan ke-ning, "Masih ada satu hal yang harus kita selesaikan."

Tentang hal apa?" tanya Sie Bun Yun heran.

"Kita berdua harus pergi mengunjungi Souw Hui Hong, sebab hingga saat ini kita masih belum tahu siapa pembunuh ayahnya. "

"Kakak Pek!" sela Lie Ceng Loan, "Aku tahu!"

"Engkau tahu?" Pek Yun Hui terbelalak "Beritahu-kanlah, siapa yang membunuh Souw Peng Hai?"

"Yang membunuh Souw Peng Hai adalah Co Hiong!" jawab Lie Ceng Loan memberitahukan

"Darimana kau tahu?" tanya Pek Yun Hui, heran "Sebelum Co Hiong menarik nafas penghabisan, dia

berterus terang padaku." Lie Ceng Loan menjelaskan

"Kalau begitu, aku dan Kakak Yun harus berangkat ke Toan Hun Ya memberitahukan pada Nona Souw, agar dia tidak mencurigai Adik Siao Tiap," ujar Pek Yun Hui.

"Aku ikut!" ujar Lie Ceng Loan. "Engkau tidak usah ikut!" cegah Pek Yun Hui, "Bu-kankah engkau harus tetap bersama Bee Kun Bu?"

"Benar!" timpal Kun Lun Sam Cu sambil tertawa, "Kami semua harus kembali ke gunung Kun Lun, dan sekaligus merayakan pesta pemikahan Bee Kun Bu dengan Lie Ceng Loan!"

"Guru..!" Wajah Lie Ceng Loan langsung memerah. "Ha ha ha!" Kun Lun Sam Cu tertawa gelak "Sudah

waktunya kalian berdua melangsungkan pernikahan."

"Benar, benar!" Pek Yun Hui manggut-manggut sambil tersenyum "Mereka berdua memang harus segera menikah."

"Kakak Pek juga harus segera menikah dengan Ka-kak Sie Bun," ujar Lie Ceng Loan mendadak

Wajah Pek Yun Hui langsung memerah "Adik Loan, engkau berani menggoda aku?"

"Siapa suruh Kakak Pek menggoda aku duluan?" sahut Lie Ceng Loan sambil tertawa. "Makanya jangan suka menggoda orang...I"

Ucapan Lie Ceng Loan terhenti, sebab mendadak mereka mendengar suara-suara bentakan yang diiringi suara senjata tajam pula.

"Eh?" Sie Bun Yun mengerutkan kening. "Siapa bertempur di situ?"

"Mari kita pergi lihat!" ajak Pek Yun Hui.

Mereka segera melesat ke tempat itu. Tampak seseorang sedang melawan beberapa orang yang dari golongan hitam

"Berhenti!" bentak Pek Yun Hui.

seketika mereka menghentikan pertarungan Orang yang dikeroyok segera menghampiri Pek Yun Hui.

"Nona Pek...!" "Eh? Engkau?" Terbelalak Pek Yun Hui melihat orang itu, ternyata orang itu Wang Han Siang, salah seorang lagi tak lain Mo Lun.

"Aku.,.," Wang Han Siang menundukkan kepala.

"Dia yang mencuri Kui Goan Pit Cek milik Nona Na Siao Tiap." Mo Lun memberitahukan Tapi hingga saat ini dia tidak mau mengaku!"

"Wang Han Siang!" Pek Yun Hui menatapnya tajam "Betulkah engkau yang mencuri Kui Goan Pit Cek itu?"

"Benar!" Wang Han Siang mengangguk "Karena itu, aku ke mari ingin bertemu Nona Na Siao Tiap untuk mengembalikan Kui Goan Pit Cek itu, Tapi Mo Lun dan teman-temannya terus mengejarku."

"Mana Kui Goan Pit Cek itu, cepat serahkan padaku!" pinta Pek Yun Hui.

Wang Han Siang segera menyerahkan kitab pusaka itu kepada Pek Yun Hui. Setelah menerima kita tersebut, Pek Yun Hui membentak

"Cepatlah kalian pergi!"

Wang Han Siang tidak berani membantah, langsung kabur dari situ, Begitu pula Mo Lun dan teman-temannya.

Tidak disangka Wang Han Siang yang mencuri kitab pusaka ini," gumam Pek Yun Hui sambil menggeleng- gelengkan kepala, "Kui Goan Pit Cek ini harus dikembalikan pada Adik Siao Tiap!"

"Menurutku tidak usah dikembalikan pada Nona Na!" ujar Sie Bun Yun. "Lebih baik dihancurkan saja. Kalau lidak, mungkin akan menimbulkan bencana lagi!"

"Betul" Pek Yun Hui manggut-manggut, lalu mengerahkan Lweekangnya, seketika itu juga Kui Goan Pit Cek hancur tidak karuan "Baiklah!" ujar Kun Lun Sam Cu. "Kami pun harus mohon pamit pulang ke gunung Kun Lun!" Kun Lun Sam Cu segera beranjak meninggalkan tempat itu. Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan mengikuti mereka di belakang, Akhirnya lenyaplah ke lima orang itu dari pandangan mata Pek Yun Hui dan Sie Bun Yun yang masih berdiri terpaku di tempat itu.

T A M A T
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar