Jilid 30
"Aku senang menunggu kuda ke dalam, kalian mau apa?" Beberapa orang itu saling memandang, Mereka ter-heran- heran kenapa pemuda berbaju hijau itu tak tahu aturan sama sekali?
Namun mereka tahu bahwa pemuda tersebut teman Sie Bun Yun, maka mereka tidak berani berlalu kurang ajar terhadapnya, Kemudian salah seorang segera menjura sambil berkata ramah.
"Kalau siauhiap terus ke dalam, di situ cuma ada jalan setapak yang tak dapat dilalui kuda, Karena itu, lebih baik kuda siauhiap diserahkan pada kami saja."
Karena orang itu berlaku sopan dan ramah, maka Pek Yun Hui pun merasa tidak enak kalau berkeras kepala.
ia tersenyum dingin sambil meloncat turun, kemudian melesat ke dalam, Semakin ke dalam semakin sempit pula jalan yang dilaluinya.
Berselang beberapa saat kemudian, ia berhenti sambil mengerutkan kening, Ternyata di hadapan terbentang sebidang tanah kosong, dan terdapat empat buah jalan.
Pek Yun Hui mendongakkan kepala memandang ke depan. Di sana hanya tampak ada pohon bambu yang linggi- tinggi, tidak tampak rumah sama sekali, Gadis itu tampak kebingungan, karena tidak tahu harus mengambil jalan yang mana, Akhirnya ia sembarangan memilih sebuah jalan, Setelah melangkah kurang lebih sepuluh depa, ia pun merasakan adanya gelagat tidak beres.
pohon bambu semakin jarang, tapi jalanan yang dilaluinya juga semakin berliku-liku dan banyak tikungan-nya. Tak seberapa lama kemudian, Pek Yun Hui mengira dirinya sudah keluar dari jalanan itu. Akan tetapi, setelah diperhatikannya, ternyata ia masih tetap berada di tempat semula.
Pek Yun Hui tahu, kini dirinya berada di dalam semacam formasi, Pantas tadi Sie Bun Yun mengatakan tidak gampang memasuki Cui Cuk San Cung ini, tidak tahunya ada semacam formasi di tempat ini. Dia tinggal pergi menemui piauw moynya, dan dibiarkan dirinya tersesat di tempat ini. Gadis itu berduka sekali, bahkan juga tampak kesal
ia mulai melangkah lagi, tapi tetap tidak bisa keluar dari tempat itu. Akhirnya ia mencabut pedangnya, kemudian mendadak membabat sebatang bambu yang berukuran besar.
Braak! Pohon bambu itu langsung tumbang. Ketika ia baru mau membabat pohon bambu lain, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring.
"Bocah liar dari mana, berani mengacau di Cui Cuk San Cung? Engkau harus diberi sedikit pelajaran!"
Tampak berkelebat sosok bayangan laksana kilat. Pek Yun Hui mendengus dingin sambil mundur selangkah
Di hadapannya telah berdiri seseorang, ternyata seorang gadis.
Usia gadis itu sebaya dengan Pek Yun Hui, amat cantik tapi wajahnya tampak gusar sekali. ia terus melototi Pek Yun Hui, lama sekali barulah berianya.
"Siapakah kau?"
"Kenapa engkau harus tahu siapa aku?" sahut Pek Yun Hui dingin.
"Engkau lelah menumbangkan sebatang pohon bambu, kok masih berani bersikap begitu kasar?" Gadis itu melotot lagi.
"Aku senang menumbangkan semua pohon bambu yang ada di sini, engkau mau apa?" Pek Yun Hui mengayunkan pedangnya.
Braaak! Tampak sebatang pohon bambu tumbang lagi. "Bagus!" Gadis itu gusar sekali, "Dasar bocah liar! Engkau
dideking oleh siapa sehingga berani mengacau di sini? Apakah Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng?" Pek Yun Hui tahu nama tersebut dari Sie Bun Yun, karena masih dalam keadaan kesal, maka ia pun sengaja menjawab demikian.
"Tidak salah! Aku adalah paman gurunya!"
"Hah?" gadis itu tertegun, "Engkau punya hubungan apa dengan orang itu?"
"Aku adalah paman gurunya! Engkau tidak dengar ya?" sahut Pek Yun Hui.
Mendadak gadis itu tertawa cekikikan sambil memegang perut, sebaliknya Pek Yun Hui malah melototinya.
Perlu diketahui, Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng berkedudukan tinggi di rimba persilatan, bagaimana mungkin punya paman guru yang masih begitu muda?
"Phui! jangan omong besar!" bentak gadis itu. "Kalau engkau adalah orang ekspedisi Thian Liong, maka kesalahanmu pun bertambah! Tapi mengingat usiamu masih muda, aku akan bermohon pada ayahku agar meringankan hukumanmu! Ayoh, mari ikut aku!"
"Berdasarkan apa aku harus mengikutimu?" sahut Pek Yun Hui dingin.
"Untung aku yang menemukanmu, kalau ditemukan orang lain, mungkin engkau sudah ditangkap! Ei! Kok tidak mau dengar perkataan ku ?"
"Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa, "Aku justru tidak pereaya, ada kelihayan apa di Cui Cuk San Cung ini!"
"Hei, bocah liar!" Air muka gadis itu berubah, "Eng-kau sungguh bermulut besar! Aku beritahukan, ayahku tidak akan bergabung dengan partai Thian Liong! Kalian jangan bermimpi, mau ikut aku tidak?"
Setelah itu, gadis tersebut pun mengeluarkan senjatanya yang berupa tongkat trisuIa. "Bagus!" seru Pek Yun Hui. "Mau berkelahi ya? Aku lihat engkau masih berbau pupur, maka aku akan mengalah tiga jurus padamu!"
Wajah gadis itu langsung memerah, lalu maju sambil menyerang Pek Yun Hui dengan jurus Tok Coh Yu Hong (Duduk Tenang Seorang Diri), ujung tongkat trisu!a itu mengarah dada Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui segera melintangkan pedangnya, kemudian mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu (litnu Langkah Ajaib) menghindari serangan itu, Setelah itu, mendadak ia menggerakkan pedangnya menyerang gadis itu, Yang dikeluarkannya adalah jurus Ombak Laut Men-deru Balik.
Betapa terkejutnya gadis itu, sebab mendadak pemuda berbaju hijau itu menghilang dari hadapannya, Lebih terkejut lagi pedang pemuda berbaju hijau itu telah mengarah lengan kirinya.
Secepat kilat gadis itu mengayunkan tongkat trisu!a~ nya. ia mengeluarkan jurus Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau BergoyangCepat), pedang Pek Yun Hui tertangkis.
"Bagus!" seru Pek Yun Hui memujinya.
Setelah pedangnya tertangkis, Pek Yun Hui pun langsung menggerakkan pedangnya menyabet pinggang gadis itu dengan jurus Yang Hui Touw Coan (Matahari Berputar).
Gadis itu berkelit, tapi Pek Yun Hui merubah jurus itu dengan jurus Seng Cah Put Cih (Berhambur Tak Teratur), Tampak berkelebatan sinar pedang mengitari badan gadis itu.
Terkejutlah gadis tersebut, lalu secepat kilat meloncat mundur Akan tetapi, tangan kiri Pek Yun Hui justru ikut menyerang laksana kilat, ia menggunakan jurus Fan Yun Fan Ih (Awan Dan Hujan Berbalik), yaitu salah satu jurus dari Kui Goan Pit Cek, tergolong ilmu mencengkeram. Gadis itu sama sekali tidak menduga akan serangan tersebut, lagi pula jurus itu sangat aneh, sehingga gadis tersebut tidak dapat berkelit.
"Ha ha!" Pek Yun Hui tertawa sambil memperlihatkan sekuntum bunga yang di tangannya, Ternyata bunga itu tadi menghias di rambut gadis tersebut, tapi kini telah berpindah ke tangan Pek Yun Hui. "Kepandaianmu sungguh hebat!"
Disindir demikian, wajah gadis itu langsung memerah ia membentak keras sambil mengerahkan ilmu an-dalannya, Tampak tongkat trisulanya berkelebatan menyerang ke arah Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui juga segera mengerahkan ilmu pedang andalannya, maka terjadilah pertarungan yang amat seru dan dahsyat Gadis itu mati-matian menyerang Pek Yun Hui, lantaran ingin menebus kekalahannya tadi, sedangkan Pek Yun Hui juga ingin menundukkan gadis itu, sehingga ia pun balas menyerang dengan hebat. Ketika mereka bertarung dengan seru dan sengit, mendadak muncul seorang tua dan seorang pemuda sambil membentak
"Berhenti, anak Hung!" "Adik Hung, cepat berhenti!"
Pek Yun Hui tahu, bahwa pemuda itu adalah Sie Bun Yun, dan seketika ia tersentak sadar, gadis yang sedang bertarung dengan dirinya tidak lain adalah adik misan perempuan Sie Bun Yun itu.
Setelah mendengar suara bentakan itu, Pek Yun Hui pun segera mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu, tahu-tahu ia sudah berdiri beberapa depa dari gadis tersebut
"Gerakan yang sungguh indah dan hebat!" Orang tua itu mengeluarkan suara pujian
Pek Yun Hui segera mengarah pada orang tua itu, berbadan tinggi besar dan sepasang matanya menyorot tajam. sedangkan Sie Bun Yun langsung mendekati gadis itu dengan wajah berseri
"Adik Hung, engkau masih ingat padaku?" tanyanya. "Engkau. " Gadis itu menatap Sie Bun Yun dengan penuh
perhatian, lalu berseru girang, "Aku ingat! Engkau adalah
kakak A Yun!"
Gadis itu memang berseru girang, tapi sama sekali tidak mengandung cinta kasih, itu membuat Pek Yun Hui membatin
"Sie Bun Yun, mungkin engkau akan kecewa, karena adik misan perempuan itu telah melupakan masa kecilnya denganmu."
"Adik Hung!" Sie Bun Yun tertawa gembira, "Syu-kurlah engkau masih ingat, sudah enam tahun, aku pasti sudah banyak berubah kan?"
"Tidak," sahut gadis itu sambil tersenyum. "Engkau tetap begitu."
Sie Bun Yun menjulurkan tangannya menggenggam tangan gadis itu, namun gadis tersebut justru mengelak
Sie Bun Yun tertegun Kemudian ia baru sadar bahwa adik misan perempuannya itu telah besar, bagaimana mungkin sembarangan menggenggam tangannya seperti ketika masih kecil?
"Ayah!" Gadis itu mendekati orang tua itu. "Orang itu...
menghinaku."
Orang tua itu membelai-belai rambut gadis tersebut dengan penuh kasih sayang seraya berkata.
"Saudara kecil itu adalah teman A Yun, bagaimana mungkin dia akan menghinamu?"
"TapL.," Gadis itu membanting-banting kaki, "Dia jahat sekali!" "Oh?" Orang tua itu tertawa gelak, "Bagaimana jahatnya dan bagaimana dia menghinamu? Beritahukanlah!"
Gadis itu menoleh memandang Pek Yun Hui, tetapi kegusaran Pek Yun Hui telah reda, maka ia menatap gadis itu sambil tersenyum-senyum.
Tertegunlah gadis itu, bahkan hatinya pun berdebar-debar tidak karuan ditatap dengan cara begitu.
"Dia... dia... dia. " Gadis itu tergagap dengan wajah
memerah.
Menyaksikan putrinya tergagap-gagap, orang tua itupun melongo, lalu berkata dengan suara rendah.
"Anak Hung! Beritahukanlah! Kenapa dia?"
"Dia... dia begitu turun tangan, langsung. langsung
merebut bunga yang menghiasi di rambutku," jawab gadis itu setengah berbisik dengan wajah tampak kemerah-merahan.
"Eh?" Orang tua itu memandang rambut putrinya, "Jangan omong sembarangan, bukankah bunga itu masih menghias di rambutmu?"
Gadis itu tertegun, lalu cepat-cepat meraba ram-butnya.
Ternyata bunga itu memang menancap di rambutnya, Heranlah gadis itu, kemudian memandang Pek Yun Hui. justru Pek Yun Hui memperlihatkan wajah setan untuk menggodanya. Gadis itu tak tertahan dan langsung tertawa geli.
"Ayah!" ujar gadis itu manja, "Aku salah ingat!"
"Kalau begitu. " Orang tua itu tertawa terbahak-bahak
"Harus dipukuI."
Kenapa bunga itu bisa menancap lagi di rambut gadis tersebut? Ternyata ketika melewati sisi gadis itu, dengan gerakan kilat Pek Yun Hui menancapkan bunga itu ke rambut nya. "Saudara Bun Yun, mereka berdua adalah..." tanya Pek Yun Hui.
"Saudara kecil! ini adalah adik misan perempuan-ku.,.," Sebelum Sie Bun Yun usai memperkenalkan gadis itu segera menyambung.
"Namaku Ling Hung, Bocah liar, bolehkah aku tahu namamu?"
"Eh? Anak Hung, jangan kurang ajar!" tegur orang tua ilu. "Bocah liar bernama Pek Yun Hui," sahut Pek Yun Hui
sambil tersenyum.
"Ha ha!" Orang tua itu tertawa gelak "Engkau masih muda, namun sudah berkepandaian tinggi, Aku kagum sekali Sudah lama aku mengundurkan diri dari rimba persilatan, tak disangka dalam Bu Lim telah muncul pendekar muda, Bagaimana kalau ikut aku ke dalam Cui Cuk San Cung untuk bereakap-cakap?"
Tapi...." Wajah Pek Yun Hui agak kemerah-me-rahan, "... aku ke mari tidak membawa kado, sebaliknya malah telah menumbangkan dua batang pohon bambu."
Siapa orang tua itu? Tidak lain adalah majikan Cui Cuk San Cung Ling Kie Ngiap, julukannya adalah Cui Cuk Cin Ong (Orang Tua Sakti Bambu Hijau). Ketika mendengar Pek Yun Hui berkata begitu, ia pun tertawa terbahak-bahak
"ltu tidak apa-apa," ujarnya.
"Saudara kecil tidak usah berlaku sungkan-sungkan, itu akan membuat pamanku jadi tidak enak," sela Sie Bun Yun.
"Baiklah." Pek Yun Hui mengangguk "Aku memang sangat kagum akan Cui Cuk San Cung ini."
Ling Kie Ngiap tersenyum, lalu mengayunkan kaki-nya. sedangkan yang lain segera mengikutinya dari be-lakang.
Keluar dari rimba bambu dan berbelok lagi beberapa kali, tampaklah puluhan rumah di sana, Namun sungguh mengherankan, semua rumah itu dibikin dari bambu. Ling Kie Ngiap mengajak Pek Yun Hui menuju rumah bambu yang paling besar, yaitu tempat tinggal orang tua tersebut
Setelah berada di ruang depan, Pek Yun Hui melihat semua kursi meja juga dibikin dari bambu, dan tampak belasan orang duduk di situ. Ling Kie Ngiap lalu memperkenalkan mereka pada Sie Bun Yun dan Pek Yun Hui, Para tamu itu merupakan pesilat yang terkenal di rimba persilatan.
Nama Pek Yun Hui masih begitu asing bagi para tamu, maka mereka pun tidak begitu memperdulikannya, sebaliknya malah terus mengobrol dengan Sie Bun Yun.
Pek Yun Hui berdiri salah tingkah di situ. Tiba-tiba ia mendengar suara yang amat merdu.
"Bocah liar! Kenapa engkau tidak menghiraukan aku?
Masih marah padaku ya?"
Pek Yun Hui menoleh, tampak Ling Hung berdiri di belakangnya, sepasang matanya penuh mengandung cinta kasih menatap Pek Yun Hui.
Hati Pek Yun Hui tersentak, karena ia tadi melihat Ling Hung bersikap acuh tak acuh terhadap Sie Bun Yung, namun terhadap dirinya justru begitu.
Di saat itu, tiada kesempatan bagi Pek Yun Hui untuk menjelaskan maka terpaksalah ia tersenyum.
"Bagaimana mungkin aku marah?" sahut Pek Yun Hui. "Apakah engkau tidak merasa kesal kupanggil anak liar?"
tanya Ling Hung sambil tersenyum
"Tentu tidak." Pek Yun Hui tersenyum lagi
"Aku sebal berdiri di sinl.,." Tiba-tiba wajah Ling Hung kemerah-merahan. "Bagaimana kalau kita duduk di tempat lain?" Pek Yun Hui merasa tidak enak menolak, maka mereka lalu duduk di sudut kiri ruangan itu, Celaka! Seru Pek Yun Hui dalam hati. Kalau ini terus berlanjut, pasti akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, maka lebih baik malam ini kabur saja!
Setelah berpikir begitu, Pek Yun Hui jadi tenang, Akan tetapi kalau ia pergi malam ini, otomatis akan berpisah dengan Sie Bun Yun, itu juga membuatnya jadi ragu lagi.
Sie Bun Yun merupakan pemuda tampan, periang dan memiliki kepandaian tinggi Begitu melihatnya, Pek Yun Hui sudah terkesan baik padanya, bahkan amat tertarik pu!a.
Ketika teringat pada Sie Bun Yun, Pek Yun Hui pun diam dengan kening berkerul-kerut.
sedangkan Ling Hung yang duduk di hadapannya terus memandangnya seperti kehilangan sukma.
"Nona Ling, aku sedang memikirkan kakak misan-mu," ujar Pek Yun Hui memberitahukan
"Kenapa memikirkannya?" tanya Ling Hung heran
"Dia bilang padaku, enam tahun yang lalu ketika dia mau meninggalkan perkampungan ini, engkau menangis tersedu- sedu merasa berat berpisah dengannya, Ya, kan?" sahut Pek Yun Hui.
"ltu urusan anak kecil" Wajah Ling Hung memerah, "Kenapa diungkit kembali?"
"Nona Ling. " Diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas
panjang. "Kakak misanmu sudah pulang sekarang, engkau tidak merasa gembira?"
Ling Hung menundukkan kepala, namun kemudian mendongak seraya berkata.
"Aku gembira."
Legalah hati Pek Yun Hui, tapi Ling Hung segera melanjutkan "Aku gembira karena dia datang bersamamu."
Ling Hung adalah anak gadis, dia mengucapkan begitu tentunya secara tidak langsung mencurahkan pe-rasaannya. Tersentaklah Pek Yun Hui, dan segeralah ia menggenggam" tangan gadis itu.
Wajah Ling Hung memerah dan tampak tersipu, dan sepasang matanya yang bening terus menatap Pek Yun Hui.
Kenapa Pek Yun Hui menggenggam tangannya? Ternyata ia ingin menjelaskan tentang dirinya, Namun pada waktu bersamaan teringat pula akan pesan gurunya, jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa dirinya seorang wanita.
Kini ia masih belum tahu siapa majikan Cui Cuk San Cung itu, bagaimana mungkin boleh sembarangan membocorkan tentang dirinya? Oleh karena iiu, ia cuma menggenggam tangan Ling Hung tanpa memberitahukan apa pun. Disaat itulah terdengar suara seruan
"Adik Hung, di mana kau?" Ternyata suara Sie Bun Yun. "Saudara Bun Yun, Nona Ling berada di sini!" sahut Pek
Yun Hui.
Sie Bun Yun menghampiri mereka sambil tersenyum, tetapi ketika melihat mereka berduaan, ia pun tertawa sambil berkata.
"Wuah! Tempat ini memang sepi! Adik Hung, dalam enam tahun ini, bagaimana ilmu silatmu?"
"Biasa saja," jawab Ling Hung dengan wajah agak memerah dan bertanya, "Kak A Yun, bagaimana cara engkau berkenalan dengan Saudara Yun Hui?"
"Aku mengenal saudara kecil ketika saudara kecil ini bertempur dengan dua orang piauwsu ekspedisi Thian Liong," jawab Sie Bun Yun memberitahukan sambil tertawa. "Kedua piauwsu itu masih berdiri mematung di tempat itu." "Bagus! Bagus!" Ling Hung bertepuk tangan, "Me-reka memang harus dipukul."
"Nona Ling!" Pek Yun Hui tersenyum. "Kenapa engkau begitu membenci orang-orang ekspedisi Thian Liong?"
"Orang-orang ekspedisi Thian Liong, tiada satu pun yang baik," sahut Ling Hung, "Sudah lama ayahku hidup menyendiri di sini, tapi Yap Yong Ceng mengutus orangnya ke mari beberapa kali mengajak ayahku bergabung dengan ekspedisi tersebut, namun ayahku menolak langsung."
"Kalau begilu. " Kening Sie Bun Yun berkerut "Dia pasti
tidak akan menyudahi begitu saja."
"Benar." Ling Hung mengangguk "Kemarin dia masih mengutus orangnya mengantar kado ke mari. orangnya juga bilang dia akan ke mari menghadiri pesta ulang tahun ayahku, Siapa suka dia ke mari, dengar namanya saja aku sudah merasa sebal."
"Kalau begitu celaka!" ujar Sie Bun Yun sambil mengernyitkan kening.
"Kenapa celaka?" tanya Ling Hung dan Pek Yun Hui serentak.
"Aku sama sekali tidak tahu tentang ini, tadi aku menotok jalan darah piauwsu itu, bahkan juga memberitahukan ke mana tujuanku, Kalau Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng tahu, bagaimana mungkin dia akan menyudahi urusan itu?"
"Saudara Bun Yun boleh berlega hati," ujar Pek Yun Hui. "Aku yang menimbulkan urusan itu, biar aku yang bertanggung jawab."
"Saudara Yun Hui!" sela Ling Hung, "Aku pasti membantumu."
"Ha ha!" Sie Bun Yun tertawa, "Saudara kecil adik Hung!
Kalian kira aku takut urusan?" Ling Hung melotot, namun ketika ia baru mau membuka mulut, tiba-tiba mengalun suara orang berseru.
"Kepala piauwsu bendera putih ekspedisi Thian Liong, Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng datang!"
Suara seruan itu membuat hening suasana dalam ruangan tersebut, Pek Yun Hui bertiga segera melangkah ke pintu, Tampak seorang lelaki berusia empat puluhan berjalan ke dalam, Wajah orang itu agak kepucat-pucatan dan badannya tinggi kurus.
Dua orang lelaki mengikutinya dari belakang, Wajah mereka kelihatan penuh diliputi kegusaran Pek Yun Hui tertegun melihat dua orang itu, sedangkan Sie Bun Yun segera berbisik.
"Saudara kecil, ke dua orang itu ikut dalang juga." Ternyata ke dua . orang itu adalah piauwsu yang dipecundang mereka. Ketika berbisik, Sie Bun Yun pun mendekati Pek Yun Hui, itu membuat gadis tersebut merasa nyaman, namun juga timbul suatu perasaan aneh dalam hatinya, Apa yang akan terjadi di situ, ia sama sekali tidak memperhatikannya.
Siapa lelaki tinggi kurus dan berwajah kepucat-pucatan itu, ternyata Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng, Kedudukannya di rimba persilatan cukup tinggi, maka ketika ia melangkah ke dalam, para tamu yang ada di ruangan itu pun segera bangkit berdiri menyambut ke-datangannya, Begitu pula Cui Cuk Sin Ong Ling Kie Ngiap, ia langsung menghampirinya sambil menjura.
"Selamat datang!" ucapnya, "Kenapa harus merepotkan Tuan untuk hadir?"
"Hm!" dengus Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Cengdingin, "Kalian semua duduklah! Saudara Ling, aku punya sedikit urusan ingin mohon petunjuk!" Di antara para tamu, terdapat juga orang yang terkenal terutama dua orang dari partai Hwa San. Mereka berdua adalah adik seperguruan Pat Pie Sin Ong, yakni To Pie Kim Kong-Thu It Kang dan Sam Ciu Ju Lay Cing Men, bahkan tampak pula murid dari partai Swat San dan partai Tiam Cong.
Oleh karena itu, sikap Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng yang jumawa itu, membuat mereka merasa tidak senang, Namun mereka terpaksa diam, karena mereka merupakan tamu di Cui Cuk San Cung ini. LagipuIa mereka pun mendengar bahwa Kim Coa Suseng-Wang Han Siang yang sangat kesohor itu pun telah bergabung dengan Partai Thian Liong.
Kedudukannya adalah kepala piauwsu bendera kuning di Ekspedisi Thian Liong, sedangkan pemimpin ekspedisi Thian Liong adalah Souw Peng Hai, setelah berhasil menundukkan Cuang Tong Si Chouw (Empat Manusia Buruk Cuang Tong), maka nama Souw Peng Hai semakin terkenal, sehingga para pesilat lain pun tidak berani cari gara-gara dengan ekspedisi Thian Liong.
"Saudara Yap punya urusan apa?" tanya Ling Kie Ngiap dan tetap berlaku sopan walau hatinya sudah mendongkol akan sikap Yap Yong Ceng.
"He he!" Yap Yong Ceng tertawa terkekeh, "Tentu punya urusan penting!"
sementara Ling Hung menyaksikan gerak-gerik Yap Yong Ceng, sudah tidak sabaran, namun ketika ia baru mau meloncat ke hadapan orang itu, Pek Yun Hui telah menangkap tangannya dan berbisik
"Nona Ling Hung, jangan menimbulkan urusan!"
Padahal wajah Ling Hung penuh diliputi kegusaran, tapi begitu mendengar suara Pek Yun Hui, seketika juga wajahnya berubah berseri.
"Apa yang engkau katakan memang benar," sahutnya lembut. Pek Yun Hui menarik nafas dalam hati, Kelihatannya gadis ini telah jatuh cinta padaku, Biar bagaimana pun malam ini aku harus kabur dari sini, Kalau tidak, pasti celakai Ujar Pek Yun Hui dalam hati.
ia sama sekali tidak berani memandang Sie Bun Yun, sebab ia tahu, kalau ia memandangnya pasti tidak jadi meninggalkan Cui Cuk San Cung ini.
Padahal Pek Yun Hui kenal Sie Bun Yun dan Ling Hung baru satu hari, namun dalam sehari ini, hubungan mereka justru kacau begini.
"Ha ha!" Ling Kie Ngiap tertawa, "Apakah karena aku tidak mau bergabung dengan Partai Thian Liong, maka Saudara Yap ingin cari urusan di sini?"
"He he!" Yap Yong Ceng tertawa aneh. "Banyak pesilat tinggi di dalam partai Thian Liong, Saudara Ling tidak mau bergabung juga tidak apa-apa!"
"Kalau begitu, kenapa Saudara Yap masih ke mari?" tanya Ling Kie Ngiap sambil mengerutkan kening.
"Hm! Hm!" dengus Yap Yong Ceng berulang kali, "Ekspedisi Thian Liong dengan Cui Cuk San Cung selama ini tiada pertikaian Kenapa engkau mengutus orang merobohkan ke dua orangku?"
Setelah mendengar apa yang dikatakan Yap Yong Ceng, tertegunlah Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap.
"Kenapa engkau mengatakan begitu?" tanyanya heran Yap Yong Ceng tertawa dingin, kemudian menoleh ke
belakang seraya bertanya pada ke dua orang itu.
"Apakah mereka yang merobohkan kalian itu berada di sini?"
Sebelum ke dua piauwsu itu menyahut, Pek Yun Hui sudah memunculkan diri, lalu berkata lantang, "Aku berada di sini!" "Dia!" Kedua piauwsu itu segera menunjuknya. "Me-mang dia!"
"Saudara Yun Hui!" seru Ling Hung cemas, "Yap Yong Ceng itu sangat lihay, engkau jangan bertempur dengannya!"
Setelah berseru, Ling Hung pun berlari ke sisi Pek Yun Hui. seketika juga Ling Kie Ngiap mengerutkan kening dan membentak
"Anak Hung jangan banyak mu!ut!"
Ling Hung langsung diam, namun masih melirik ke arah Pek Yun Hui. Setelah itu barulah menundukkan kepala.
*****
Bab ke 29 - Banjir Darah di Cut Cuk San Cung KemuncuIan Pek Yun Hui justru membuat Ling Kie Ngiap
terheran-heran, Maka ia menatapnya seraya bertanya. "Yun Hui! Ada kaitan apa dengan dirimu?"
"Aku menunggang kuda seorang diri, mereka berdua menantang aku bertarung, Kepandaian mereka masih rendah maka roboh di tanganku! Mau bilang apa itu?" jawab Pek Yun Hui.
Ketika melihat kemunculan Pek Yun Hui yang ber-karisma, itu membuat Yap Yong Ceng tertegun Akan telapi, ketika mengingat ke dua anak buahnya dipecun-dang orang, seketika juga ia membentak
"Sungguh besar omonganmu! Beranikah engkau menyambut sepuluh jurus seranganku di tempat ini?"
"Kenapa tidak?" Pek Yun Hui menatapnya dingin. "Jadi engkau mau bertarung dengan aku?"
Ling Kie Ngiap tahu akan kelihayah Yap Yong Ceng, maka orang tua itu khawatir Pek Yun Hui akan celaka di tangannya. "Engkaujangan ceroboh!" Kemudian Ling Kie Ngiap memandang Yap Yong Ceng, "Saudara Yap, kenapa harus bertarung dengan kaum muda?"
"Ha ha!" Yap Yong Ceng lertawa. "Cui Cuk Sin Ong, apakah engkau ingin mengalihkan urusan itu pada dirimu?"
sesungguhnya Ling Kie Ngiap sudah lama mengundurkan diri dari rimba persilatan, tentunya juga merasa enggan bertarung dengan siapa pun. Akan tetapi, kalau ia tidak turun tangan, bagaimana mungkin Pek Yun Hui mampu menghadapi Yap Yong Ceng? Mendadak ia mendengar suara tawa yang amat nyaring.
"Ha ha ha!" Ternyata Pek Yun Hui yang tertawa, "Paman Ling, ini adalah urusanku, tak mungkin ditim-pakan pada diri Paman!"
"BetuI! Harus berani menghadapi Yap Yong Ceng," seru beberapa tamu yang tidak senang pada orang tersebut
Begitu mendengar seruan itu, semangat Pek Yun Hui pun bertambah, dan seketika juga menghimpun Lwee-kangnya.
"Yap Yong Ceng, lihat serangan!" bentak Pek Yun Hui dan langsung menyerang tiga jurus beruntun.
Ketiga jurus itu adalah Hui Liong Sam Sek (Tiga jurus Naga Sakti), yang dipelajarinya dari Kui Goan Pit Cek.
Sungguh dahsyat dan aneh ke tiga jurus tersebut, mengarah pada jalan darah penting di tubuh Yap Yong Ceng.
Yap Yong Ceng terkejut ketika melihat serangan-serangan, Pek Yun Hui. ia sama sekali tidak tahu ilmu pukulan apa itu.
Karena tidak dapat memecahkan jurus-jurus tersebut, maka ia terpaksa mundur selangkah, lalu balas menyerang dengan jurus Tok Mien Hong Lan (Mendorong Dengan Angin Puyuh).
Jurus ini penuh mengandung Lweekang, Maksudnya ingin membuat Pek Yun Hui terpental sementara para tamu sudah bangkit berdiri, dan dengan mata tak berkedip mereka menyaksikan pertarungan itu.
Akan tetapi, badan Pek Yun Hui bergerak menggunakan Ngo Heng Mie Cong Pu. Sebetum angin pukulan menyentuhnya, ia telah lenyap dan tahu-tahu sudah berdiri di belakang Yap Yong Ceng.
pukulan Yap Yong Ceng menghantam tempat ko-song, dan menghancurkan beberapa kursi bambu di ruangan itu.
Ketika ia baru mau membalikkan badannya, pada waktu bersamaan, dua pukulan Pek Yun Hui sudah mendarat di punggungnya.
Pada waktu itu, Lweekang Pek Yun Hui masih belum begitu tinggi, maka pukulannya tidak merenggut nyawa Yap Yong Ceng, hanya membuatnya berkunang-kunang dan sempoyongan
Yap Yong Ceng bertarung dengan kaum muda, sebetulnya telah mencemarkan kedudukannya, namun kini malah punggungnya harus menerima pukulan itu pula, Dapat dibayangkan, betapa malunya di saat itu.
Trang! Yap Yong Ceng mencabut goloknya, kemudian tertawa aneh sambil menyerang Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui sudah tidak sempat mencabut pedangnya, tapi ia masih sempat mendengar suara bentakan Tampak empat orang melesat ke arah Yap Yong Ceng, bahkan tampak pula sebuah cambuk menangkis go!oknya.
Yap Yong Ceng terpaksa menarik goloknya dan memandang, ternyata orang yang menggunakan cambuk menangkis goloknya itu seorang berpakaian pelajar berusia empat puluhan Dia adalah Phang Niap Kia dari Partai Tiam Cong, Satu lagi adalah Liauw Cin dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang serta adik seperguruan Sam Ciu Ju Lay-Cing Men.
Begitu melihat empat orang berkapandaian tinggi itu mengurungnya, Yap Yong Ceng tertawa gelak seraya berkata. "Kalau Partai Tiam Cong dan partai Hwa San ingin cari urusan dengan ekspedisi Thian Liong, aku dan semua saudara-saudaraku di ekspedisi Thian Liong pasti menunggu kalian di Cing Pak! Kenapa kalian mau turut campur di sini?"
"Phui!" Liauw Cin meludah. "Yap Yong Ceng, engkau tergolong orang yang berkedudukan tinggi di rimba persilatan Tadi engkau menantang sepuluh jurus, tapi tidak sampai empat jurus, malah sudah terkena pukulan lawan Kenapa tidak mau mengaku kalah?"
"Omong kosong!" bentak Yap Yong Ceng sambil tertawa, "Sebelum ada yang mati, bagaimana mungkin tahu siapa yang kalah dan yang menang?"
"Dasar tak tahu malu!" sela Ling Hung mendadak ia amat girang karena Pek Yun Hui dapat memukul punggung Yap Yong Ceng, "Sudah kalah masih omong besar!"
Tiba-tiba Yap Yong Ceng memekik keras, lalu langsung mengayunkan goloknya dengan gerakan Yah Hwee Sauh Thian (Api Berkobar Membakar Langit) menyerang ke empat lawannya, serangan yang mendadak itu membuat ke empat orang lawannya terpaksa meloncat mundur.
Setelah ke empat orang itu mundur, sekonyong-konyong Yap Yong Ceng menyerang Pek Yun Hui dengan jurus Tok Tang Kan Kun (Menggetarkan Jagat).
Pek Yun Hui segera mencabut pedangnya, Karena golok Yap Yong Ceng sudah mendekat, maka gadis itu terpaksa mengeluarkan jurus SiauwCih Thian Lam (Ter-tawa Menunjuk Thian Lam) untuk menangkis serangan itu.
Trang! Terdengar benturan keras.
Pek Yun Hui merasa tangannya ngilu, dan seketika juga pedangnya ter!cpas. ia memang bukan lawan Yap Yong Ceng, maka setelah pedang itu terlepas dari tangan-nya, pasti dirinya dalam bahaya. Benar! Sebab Yap Yong Ceng masih menyerangnya dengan golok, pada waktu bersamaan, terdengarlah suara tawa yang amat nyaring, tampak sosok bayangan berkelebat laksana kilat, kemudian berdiri di tengah-tengah Yap Yong Ceng dan Pek Yun Hui.
Ketika menyaksikan sosok bayangan tersebut, Yap Yong Ceng tertegun, karena orang itu dapat menerobos serangan goloknya.
"Saudara kecil! Biar aku yang menghadapinya!" ujar orang itu yang ternyata Sie Bun Yun.
Yap Yong Ceng mengernyitkan kening, karena sosok bayangan itu ternyata seorang pemuda yang tangannya hanya memegang sepotong bambu kering, Betapa gusarnya Yap Yong Ceng dan langsung menyerang Sie Bun Yun bertubi-tubi dengan jurus Yah Hwee Sauh Thian (Api Berkobar Membakar Langit), Siang Hong Cun Yun (Awan Beterbangan Di Dua Puncak) dan Yu Ih Pan Lang (lkan Berenang Melawan Arus).
Sie Bun Yun pun menggerakkan bambu kering itu membentuk sebuah lingkaran Kelihatan amat sederhana gerakan itu, namun justru dapat membendung serangan- serangan Yap Yong Ceng, sedangkan Yap Yong Ceng ingin menebas bambu kering tersebut, akan tetapi, bambu kering itu selalu dapat mengelak, bahkan sekaligus menekan golok itu di bagian tumpulnya.
Betapa penasarannya Yap Yong Ceng, sebab lingkaran- lingkaran itu penuh mengandung tenaga, sehingga membuatnya sulit untuk mengerahkan ilmu golok an-dalannya, Tentunya menyebabkan Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng terkejut bukan main. Dari mana munculnya pemuda itu, kok ilmu silatnya begitu aneh?
Setelah berpikir demikian ia pun tidak berani meremehkan lawannya lagi, Kemudian ia menyerang pemuda itu dengan jurus Heng Sau Cian Kun (Menyapu Ribuan Prajurit) jurus tersebut dapat membuat goloknya terlepas dari tekanan bambu kering pihak lawan, bahkan sekaligus menyabet ke pinggangnya, Tapi tiba-tiba terdengar suara "Ngung", bambu kering itu pun bergerak dan berhasil menekan golok Yap Yong Ceng lagi.
"Hm!" dengus Yap Yong Ceng, ia berusaha menyalurkan Lweekangnya ke goloknya, namun mendadak terdengar suara "Taak", bambu kering itu berhasil mengetuk bagian tumpul golok tersebut
Bukan main terperanjatnya Yap Yong Ceng, sedangkan Sie Bun Yun malah tersenyum-senyum, dan sekaligus menggerakkan bambu keringnya laksana kilat mengarah pada Yang Men, Yang Ku dan Yang Ceh Hiat, tiga jalan darah di lengan Yap Yong Ceng.
Pek Yun Hui yang menonton itu kagum bukan main, sehingga coba menduga siapa guru Sie Bun Yun. Akan tetapi, bagaimana mungkin ia menduganya?
sementara Yap Yong Ceng yang diserang itu tampak kalang kabut dan terpaksa menarik lengannya ke belakang.
Pada waktu bersamaan, Sie Bun Yun juga segera merubah jurusnya, tahu-tahu ujung bambu kering itu sudah mengarah pada tenggorokan lawan.
Wajah Yap Yong Ceng telah berubah hijau. ia bertarung dengan dua orang di tempat ini, justru dirinya yang di bawah angin, sehingga kegusarannya pun memuncak Ketika melihat bambu kering itu mengarah pada tenggorokan nya, ia pun cepal-cepat membungkuk
Di saat membungkuk, ia pun mengeluarkan jurus Kun Suh Keng (Pohon Lapuk Akarnya Tereabut), itu merupakan serangan mendadak, maka sulit bagi Sie Bun Yun mengelaknya.
Kelihatannya sepasang kaki Sie Bun Yun akan buntung oleh golok itu. Namun disaat itulah Pek Yun Hui menyambar pedangnya di lantai, kemudian mendadak menerjang dengan pedangnya, menggunakan ilmu Sin Kiam Hap (Badan Dan pedang Menyatu).
ilmu itu merupakan ilmu pedang tingkat tinggi Namun karena Lweekang Pek Yun Hui masih dangkal, maka belum mencapai ke tingkat itu.
Namun terjangannya justru mengarah pada dada Yap Yong Ceng, Kalau Yap Yong Ceng meneruskan serangannya pada Sie Bun Yun, dadanya pasti tertembus pedang Pek Yun Hui.
Oleh karena itu, ia terpaksa menarik goloknya dan sekaligus menangkis pedang Pek Yun Hui.
Tranng!
Pedang itu terlepas dari tangan Pek Yun Hui. Yap Yong Ceng memang sudah amat membenci kepadanya, maka tangan kirinya pun melakukan jurus Yen Kauw Tie Kua (Monyet Memetik Buah)
Plaak!
Dada Pek Yun Hui terkena pukulan, membuat matanya langsung gelap dan jatuh berguling-guling.
Setelah berhasil memukul dada Pek Yun Hui, ia pun tertawa dingin sambil mundur
Begitu melihat Pek Yun Hui terluka demi meno!ong-nya, Sie Bun Yun terharu dan sangat berterimakasih padanya, Disamping itu, ia pun amat membenci pada Yap Yong Ceng.
Ketika Yap Yong Ceng mundur, Sie Bun Yun pun langsung menyerangnya.Tapi kini Yap Yong Ceng sangat bersemangat setelah berhasil melukai Pek Yun Hui dengan puku!annya, apalagi ia masih memiliki senjata rahasia Cu Bo Sin Tan (Peluru Sakti) yang belum digunakannya.
Yap Yong Ceng menyambut serangan itu, kemudian balas menyerang dan terjadilah pertarungan yang amat seru. Di sisi lain ketika Pek Yun Hui jatuh berguIing-guling, Ling Hung segera melesat ke arahnya, lalu me-mapahnya bangun dengan wajah cemas dan air matanya pun meleleh.
"Yun Hui, bagaimana lukamu?"
"Mungkin tidak apa-apa, Nona Ling," sahut Pek Yun Hui yang wajahnya pucat pias.
Ling Hung memapah Pek Yun Hui ke tempat duduk, lalu mengeluarkan senjatanya merupakan tongkat trisula.
"Yun Hui, aku akan menuntut balas untukmu!" sementara Yap Yong Ceng dan Sie Bun Yun masih
bertarung dengan serunya, Mereka berdua dikelilingi Ling Kie Ngiap, Liauw Cin dan beberapa jago lain yang semuanya sudah siap menolong Sie Bun Yun.
Ling Hung menerjang, namun ditahan oleh Ling Kie Ngiap, sehingga gadis itu terpaksa kembali ke sisi Pek Yun Hui.
sekonyong-konyong terdengar suara "Bumm", atap rumah sudah berlubang dan melayang turun seseorang berusia empat puluhan, tangannya memegang sebuah kipas, Begitu sepasang kakinya menginjak lantai, kipas yang di tangannya menunjuk ke sana ke mari.
Ternyata ia telah menyerang orang-orang yang berdiri di situ, sehingga membuat mereka terpaksa mundur Sungguh tinggi kepandaian pendatang itu, Kemudian ia segera menghampiri Yap Yong Ceng, dan berseru Ian-tang.
"Saudara Yap! Aku datangi Cong Cin To (Oambar penyimpanan Kitab Pusaka), Kui Goan Pit Cek berada pada pemuda ini!"
Begitu melihat temannya datang, Yap Yong Ceng bersiul panjang sambil menyerang Sie Bun Yun bertubi-tubi.
Namun bambu kering di tangan pemuda itu masih dapat bergerak lincah, Walau sudah berada di bawah angin, tapi ia masih belum kalah. Ketika orang berkipas itu mencetuskan ucapan, seketika juga para tamu bangkit berdiri.
Cong Cin To (Gambar penyimpanan Kitab Pusaka) Kui Goan Pit Cek, kata-kata tersebut bagaikan geledek di siang hari bolong menggelegar di setiap hati para tamu.
itu karena Cong Cin To-Kui Goan Pit Cek, konon siapa yang memperoleh kitab pusaka itu, akan menjadi jago nomor wahid di kolong langit, Maka Cong Cin To (Gambar penyimpanan Kitab Pusaka) pun menjadi incaran kaum Bu Lim, dan karena itu Bu Lim pun akan terjadi banjir darah.
Kini Cong Cin To itu berada pada Sie Bun Yun. Hati siapa tidak akan tergerak karenanya?
Setelah bangkit berdiri dan tertegun sejenak, mereka serentak menghampiri Sie Bun Yun.
Orang berkipas itu langsung mengeluarkan siulan panjang, lalu berkata pada Yap Yong Ceng.
"Saudara Yap! Biar aku saja!"
Yap Yong Ceng tahu maksud temannya itu, maka ia segera mengayunkan goloknya, lalu mundur
Orang berkipas itu melesat ke hadapan Sie Bun Yun, sekaligus menggerakkan kipasnya mengarah Wie Bun Hiat di pinggang Sie Bun Yun.
Pemuda itu menurunkan bambu kering yang di ta- ngannya, kemudian secepat kilat memukul kipas tersebut
Akan tetapi, tangan kiri orang berkipas itu bergerak cepat mencengkeram urat nadi di lengan Sie Bun Yun.
Pemuda itu tidak bisa berkelit, maka urat nadi di lengannya berhasil dicengkeram lawan.
Serrrt! Orang berkipas itu menariknya melesat ke arah atap rumah yang telah bolong itu. Ketika melihat Sie Bun Yun telah dikuasai orang, cemaslah hati Pek Yun Hui, maka ia berteriak keras dan pingsan seketika, Cepat-cepat Ling Hung menahan dirinya agar tidak jatuh, bahkan mulai menangis.
Di saat itu, tampak beberapa orang ikut melesat ke luar melalui atap rumah, mereka bermaksud mengikuti orang berkipas itu.
Akan tetapi, pada waktu bersamaan Yap Yong Ceng juga mengayunkan tangannya melepaskan senjata rahasia yang amat terkenal itu.
Serrt! Serrrt! Serrrt...
Beberapa orang yang telah melesat itu jatuh ke bawah, Ternyata mereka sudah terluka oleh senjata rahasia tersebut.
"He he he!" Yap Yong Ceng tertawa terkekeh, "Siapa yang masih ingin mencoba kehebatan peluru sakti Cu Bo Sin Tan?"
Tak terdengar suara apa pun. Yap Yong Ceng tertawa lagi, lalu mendadak melesat pergi melalui atap rumah yang bolong itu.
Tepat pada saat itu, Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap membentak keras sambil melancarkan pukulannya ke arah Yap Yong Ceng yang sedang melesat itu.
Yap Yong Ceng tidak bisa berkelit, namun ia segera mengayunkan tangannya melepaskan senjata rahasia andalannya mengarah pada orang tua itu.
sementara Ling Hung terus memijat beberapa jalan darah Pek Yun Hui agar dia sadar Kalau pikiran Ling Hung tidak kacau disaat itu, ia pasti mengetahui kalau Pek Yun Hui adalah anak gadis. Namun karena hatinya kacau sehingga membuat dirinya tidak menyadari akan hal tersebut Ketika Ling Kie Ngiap membentak, kebetulan Pek Yun Hui mulai sadar dan langsung berseru.
"Kejar! Cepat kejar!" Di saat itu sebetulnya pukulan Ling Kie Ngiap hampir menyentuh badan Yap Yong Ceng, tapi orang itu pun melepaskan senjata rahasianya.
Ting! Ting! Ting! Tiba-tiba semua senjata rahasia itu terjatuh ke bawah. Ternyata Ling Kie Ngiap telah mengeluarkan sebatang bambu memukul jatuh semua senjata rahasia itu.
Ling Kie Ngiap tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menggerakkan bambunya menyerang kaki Yap Yong Ceng, itu adalah jurus Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau Bergoyang).
Terkejutlah Yang Yong Ceng, tapi ia masih sempat melancarkan sebuah pukulan ke arah Ling Kie Ngiap, Sebelah tangannya pun cepat-cepat menyambar bambu yang melintang di lubang atap rumah itu, Dengan meminjam tenaga sentakan, ia langsung melesat pergi.
"Jangan kabur!" bentak Ling Kie Ngiap, orang tua itu pun melesat pergi melalui lubang itu untuk mengejar Yap Yong Ceng.
sementara para tamu mulai berhambur ke luar Mereka pun ingin mengejar orang berkipas yang membawa pergi Sie Bun Yun itu. Nah! Karena Cong Cin To, para pesilat rimba persilatan akan saling membunuh demi merebut Cong Cin To tersebut dan bencana banjir darah pun akan melanda rimba persilatan
Kini di ruang itu tinggal dua orang, yaitu Pek Yun Hui yang telah terluka parah, dan Ling Hung menjaganya dengan air mata berderai-derai.
"Kejar! Cepat kejar!" gumam Pek Yun Hui.
"Yun Hui! Semua orang sudah pergi mengejar me-reka, engkau tidak usah cemas," ujar Ling Hung mem-beritahukan.
"Nona Ling, kakak misanmu jatuh ke tangan penjahat dia... dia. " "Yun Hui, engkau telah terluka parah, beristirahat saja!
Kalau engkau kenapa-napa, aku... aku. "
Pek Yun Hui sedang mengkhawatirkan Sie Bun Yun, maka tidak begitu memperhatikan reaksi Ling Hung.
sedangkan Ling Hung sudah mulai terisak-isak, sepasang matanya yang basah itu terus menatap Pek Yun Hui.
"Nona Ling! Engkau.,.?" Pek Yun Hui tertegun.
"Yun Hui. " Ling Hung menarik nafas panjang, "Lukamu
sedemikian parah, kalau terjadi sesuatu atas dirimu, aku. aku
pun tidak mau hidup lagi."
Betapa terkejutnya Pek Yun Hui mendengar ucapan Ling Hung. Setelah itu ia pun menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas panjang.
Kalau sekarang ia meninggalkan Cui Cuk San Cung ini, otomatis berpisah dengan Sie Bun Yun, itu membuatnya merasa berat sekali.
Akhirnya ia memejamkan matanya, Di saat itu pula ia teringat akan cara pengobatan yang dipelajarinya dari kitab Kui Goan Pit Cek. Oleh karena itu ia mulai menghimpun Lweekangnya untuk mengobati lukanya.
Memang tidak bisa segera sembuh, namun setelah ia menghimpun Lweekangnya untuk mengobati lukanya, tak lama wajahnya tampak tidak begitu pucat Iagi.
"Kakak Yun, sekarang engkau merasa cnakan?" tanya Ling Hung lembut dan girang menyaksikan muka Pek Yun Hui sudah agak memerah.
Pek Yun Hui tertegun ketika mendengar Ling Hung memanggilnya "Kakak Yun", karena itu merupakan panggilan yang mesra, Akan tetapi, Pek Yun Hui pura-pura tidak tahu.
"Nona Ling, Saudara Sie Bun Yun sudah pulang?" "Belum." Ling Hung menggelengkan kepala. "Kalau begitu, barusan engkau memanggil siapa?" tanya Pek Yun Hui.
Wajah Ling Hung kemerah-merahan, kemudian menyahut dengan suara rendah dan lembut
"Kakak Yun, aku memanggilmu demikian, apakah engkau merasa kesal?"
"Karena engkau memanggil demikian, sama juga memanggil Sie Bun Yun, maka aku tidak dapat mem- bedakannya," ujar Pek Yun Hui dan menambahkan, "Karena itu, aku tidak tahu engkau sedang memanggil siapa?"
"Engkau adalah Kakak Yun, sedangkan dia kakak misan A Yun, bagaimana engkau tidak bisa membedakan-nya?" Ling Hung tersenyum.
"Nona Ling!" Pek Yun Hui menatapnya da!am-dalam seraya berkata, "Kakak misanmu sangat menyukaimu apakah engkau tidak tahu?"
"Kakak Yun!" Ling Hung tertawa kecil, "ltu urusan ketika kami masih kecil, kenapa harus diungkit kembali?"
Pada saat itu, terdengar suara langkah berai memasuki ruang tersebut Pek Yun Hui segera berpaling ternyata yang masuk itu adalah To Pie Kim Kong-Thu It Kang, kemudian menyusul pula Phang Niap Kia dari Partai Tiam Cong, wajah mereka tampak gusar seka!i.
Tak lama masuk pula beberapa orang, termasuk Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap, wajah mereka pun tampiik gusar
"Di mana Saudara Sie Bun Yun?" tanya Pek Yun Hui cepat Suaranya agak lemah lantaran terluka parah, lagi pula ia
duduk di sudut, maka tiada seorang pun dapat mendengar pertanyaan nya. ia ingin bangkit berdiri, tapi Ling Hung segera mencegahnya. "Keponakanku ditangkap oleh orang ekspedisi Thian Liong, kalian semua ikut mengejar, namun tidak membantuku apa maksud kalian begitu?" tanya Ling Kie Ngiap mengguntur bernada gusar.
"Hm!" dengus To Pie Kim Kong-Thu It Kang, "Sau-dara Ling, di antara kita sudah terjalin hubungan baik, kan?"
"Tidak salah!" Ling Kie Ngiap mengangguk
"Kalau begitu..." sela Phang Niap Kia. "Keponakan-mu telah menemukan Cong Cin To, kenapa engkau tidak mau memberitahukan pada kami? Apakah engkau masih menganggap kami sebagai teman lamamu?"
"Tadi aku telah menjelaskan aku sama sekali tidak tahu tentang itu!" sahut Ling Kie Ngiap.
"Ling Kie Ngiap!" Terdengar suara seruan disertai tawa dingin, "Siapa akan mempereayai omonganmu?"
"Selama ini aku tidak pernah bohong!" bentak Ling Kie Ngiap, "Siapa yang bersuara barusan?"
"Aku!" seseorang tampil ke depan.
Semua orang langsung mengarah padanya, Orang itu berbadan kurus pendek, wajahnya pun buruk sekali, namun semua orang mengenalinya, dia adalah Hui Liong Ciu-Cih Sia (Si Tangan Kilat Naga Terbang), adik seperguruan Sin Goan Tong dari Partai Khong Tong.
"Saudara Cih!" Ling Kie Ngiap tertawa dingin, "Apakah barusan engkau omong bereanda?"
"Ha ha!" Cih Sia tertawa gelak, "Ling Kie Ngiap, siapa yang omong bereanda?"
"Oh?" Wajah Ling Kie Ngiap langsung berubah, kemudian orang tua itu pun tertawa terbahak-bahak, "Ternyata kalian ke mari demi merebut Cong Cin To itu, bukan untuk menghadiri pesta ulang tahunku!" Ling Kie Ngiap mengatakan begitu, disebabkan ke- gusarannya telah memuncak. padahal sesungguhnya, para tamu itu ke mari memang untuk menghadiri pesta ulang tahun Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap, namun begitu mendengar tentang Cong Cin To itu, tergeraklah hati mereka untuk merebut Gambar penyimpanan Kitab Pusaka tersebut
"Ling Kie Ngiap, kebetulan kami berada di sini, uolehkah engkau memperlihatkan Cong Cin To itu?" tanya seseorang.
"Omong kosong!" sahut Ling Kie Ngiap dengan wajah kehijau-hijauan. "Tadi Kim Coa Suseng (Pelajar Ular Emas) Wang Han Siang telah menangkap keponakanku seandainya Cong Cin To itu ada, juga pada dirinya!"
"He he he!" Hui Liong Ciu-Cih Sia tertawa aneh. "Cong Cin To itu menyangkut kitab Kui Goan Pit Cek, Keponakanmu telah berada di sini sebelum ditangkap Kim Coa Suseng itu, tenlunya. Cong Cin To itu sudah tidak berada padanya,
kan?"
"Kalau begitu, Kim Coa Suseng-Wang Han Siang itu sudah jadi orang bodoh!" sahut Ling Kie Ngiap.
"Dia sama sekali tidak bodoh!" Cih Sia tertawa dingin. "Sie Bun Yun itu adalah calon menantumu, Kim Coa Suseng menangkapnya dengan maksud memaksamu menyerahkan Cong Cin To itu!"
padahal sesungguhnya, Cui Cuk Sin Ong-Ling Kie Ngiap sama sekali tidak tahu menahu tentang Cong Cin To tersebut, Apa yang dikatakan pada-para tamu memang sejujurnya.
Akan tetapi, para tamu yang merupakan teman baik-nya, justru tidak pereaya sama sekali, maka betapa kecewa dan gusarnya Ling Kie Ngiap.
"Jangan omong sembarangan!" bentaknya menggun-tur. "Ling Kie Ngiap, kenapa kau harus keras kepala!" ujar Thu
It Kang dan menambahkan, "Walau memperoleh Cong Cin To
itu, namun masih harus pergi mencari kitab pusakanya, Nah, bukankah lebih baik diperlihatkan bersama, lalu masing- masing pergi cari kitab pusaka itu berdasarkan keberuntungan masing-masing pu!a?"
"Kalian semua jangan bicara sembarangan!" bentak Ling Hung mendadak "Kalian jangan coba-coba mengacau di Cui Cuk San Cung! Ayoh, cepat enyah!"
Ling Hung membentak sambil bertolak pinggang, suara bentakannya yang amat nyaring itu membuat semua orang tertegun.
"Anak Hung!" Hardik Ling Kie Ngiap, "Jangan banyak omong, cepat papah Yun Hui ke ruang dalam!"
Lantaran Ling Kie Ngiap menghardik begitu, maka beberapa orang yang ada di situ pun yakin, bahwa Cong Cin To tersebut berada di Cui Cuk San Cung ini. Pihak ekspedisi menangkap Sie Bun Yun untuk dijadikan san-dera, Kalau begitu, kini masih punya kesempatan menangkap Ling Hung, putri kesayangan Ling Kie Ngiap itu.
Ada beberapa orang berpikir demikian, karena itu Hui Liong Ciu-Cih Sia yang turun duIuan, langsung melesat ke arah Ling Hung, Beberapa tahun ini, nama Partai Khong Tong memang tidak begitu baik, tidak heran Hui Liong Ciu-Cih Sia begitu Hcik langsung turun tangan.
Ketika melihat sepasang bola mata Cih Sia berputar-putar, Ling Kie Ngiap sudah tahu bahwa orang itu berniat jahat, maka begitu melihat badannya bergerak, Ling Kie Ngiap pun langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah pinggangnya
Di saat itu, badan Hui Liong Ciu-Cih Sia sudah melesat ke atas, Ketika melihat pukulan itu, ia membentak keras sambil menggerakkan tangannya, itu adalah salah satu jurus dari ilmu Sam Im Ciang Hoat (Pukulan Hawa Dingin), ilmu andalan Cih Sia.
Ling Kie Ngiap berkelit, kemudian mendadak menyerang lagi dengan sebuah pukulan, Akan tetapi, Hui Liong Ciu-Cih Sia sudah melesat ke hadapan Ling Hung dan sekaligus mencengkeram lengannya.
Pada waktu bersamaan, berkelebat sosok bayangan ke sisi Ling Hung pula seraya berseru.
"Saudara Cih, harap berhenti!" Ternyata orang itu adalah To Pie Kim Kong Thu It Kang, ia pun mengeluarkan jurus Siauw Pit Sung Thian (Melintang Di Tengah Langit), untuk menangkap tangan Cih Sia.
Hui Liong Ciu-Cih Sia yang sedang gusar itu sudah tidak perduli kawan atau lawan lagi, ia langsung menggeserkan lengannya dan secepat kilat menyerang dengan jurus Im Hong Ce,n Cen (Desiran Angin Dingin).
To Pie Kim Kong tidak mengelak, malah mengeluarkan jurus Yen Kauw Long Ciang menyambut pukulan yang dilancarkan Cih Sia.
Dua tangan beradu dan masing-masing terdorong mundur dua langkah, Mereka sama-sama merasakan tangannya ngilu.
Pada saat itu, Ling Hung yang sudah menyiapkan senjatanya di tangannya pun segera mundur ke sisi Pek Yun Hui.
"Nona Ling!" ujar Pek Yun Hui. "Jangan maju Iagi, tetap berdiri di sisiku saja!"
sebetulnya Ling Hung memang sudah ingin menyerang mereka, tapi begitu mendengar suara Pek Yun Hui, ia pun langsung merapatkan dirinya di sisi Pek Yun Hui.
sementara Ling Kie Ngiap sudah mulai bertempur dengan beberapa orang, Ling Hung menggenggam senjatanya erat- erat.
"Nona Ling!" pesan Pek Yun Hui, "Jangan sembarangan menyerang!" "Kakak Yun, engkau sudah terluka parah, biar aku memapahmu ke ruang dalam saja," sahut Ling Hung.
Ling Hung ingin memapah Pek Yun Hui ke dalam, namun mendadak Pek Yun Hui bangkit berdiri seraya berseru nyaring.
"Kalian semuanya jangan bertempur kitab Kui Goan Pit Cek itu sudah ada majikannya!"
Kenapa Pek Yun Hui berseru demikian, ternyata ia melihat Ling Kie Ngiap dalam bahaya, lagi pula urusan tersebut justru ia yang menimbulkannya. Maka ia berseru agar mereka berhenti bertempur
Benar! Mereka yang sedang bertempur itu langsung berhenti Hui Liong Ciu-Cih Sia dan To Pie Kim Kong-Thu It Kang lalu bertanya serentak
"Siapa yang telah memperoleh Kui Goan Pit Cek?"
Pek Yun Hui tertegun Ketika berseru begitu, ia sama sekali tidak memikirkan akibatnya, dan tidak menyangka semua orang menghendaki Kui Goan Pit Cek. Padaha! kitab tersebut sudah diperoleh Na Hai Peng gurunya itu.
justru disaat itu, pesan gurunya pun mengiang di dalam lelinganya, sehingga ia pun membisu.
"Dia bohong!" seru seseorang, Setelah itu tampak beberapa orang mulai menyerang Ling Kie Ngiap lagu
Orang tua itu mengeluarkan siulan panjang, lalu tampak bambu yang di tangannya berkelebat balas menyerang mereka, dan terjadilah pertarungan yang amat seru.
"Kakak Yun! Cepatlah engkau bersembunyi bisik Ling Hung, kemudian memapahnya ke ruang dalam menuju kamarnya.
Setelah berada di dalam kamar tersebut, wajah Ling Hung tampak kemerah-merahan. "Kakak Yun! ini adalah kamarku, engkau boleh beristirahat di sini," ujarnya agak malu-malu dan lembut
"Nona Ling. " Pek Yun Hui ingin memberitahukan bahwa
dirinya juga seorang gadis, namun Ling Hung sudah berlari ke Iuar.
Apa boleh buat! Pek Yun Hui terpaksa duduk di pinggir tempat tidur dengan hati kacau baIau. Sayup-sayup ia pun mendengar suara pertempuran di !uar. ia yakin Ling Hung sudah ikul bertempur membantu ayah-nya.
"Ling Kie Ngiap!" Terdengar suara seruan To Pie Kim Kong-Thu It Kang. "Kalau engkau masih keras kepala, kami akan membakar Cui Cuk San Cung ini!"
Betapa gusarnya Ling Hung mendengar suara seruan itu, ia langsung menyerang Thu It Kang dengan trisu!anya mengeluarkan jurus Tok Coh Yu Hong (Duduk Tenang Seorang Diri).
Thu It Kang tidak menyambut serangan itu, melainkan cuma berkelit, lalu melesat keluar
Pada waktu bersamaan, Ling Hung merasakan adanya desiran angin di belakangnya, Tanpa menoleh ia langsung menangkis dengan jurus Cun Yah Coh Hoat (Rerumput Musim Semi Mulai Tubuh) dan serangan gelap itu dapat ditangkisnya, Setelah itu ia pun merapatkan punggungnya ke punggung Ling Kie Ngiap.
sementara mereka berdua ayah dan anak bertempur mati- matian, tiba-tiba terdengarlah suara ledakan dahsyat
Bum! Bum! Bum! seketika juga tampak api ber-kobar- kobar.
"Thu It Kang!" bentak Ling Kie Ngiap, "Engkau sungguh membakar Cui Cuk San Cung ini?"
Ling Kie Ngiap segera melesat ke luar Memang tidak salah, Thu It Kang sedang metempar semacam obat peledak, dan sebuah obor untuk membakar ke sana ke mari. Dalam waktu sekejap, Cui Cuk San Cung itu telah terbakar Maklum, semua rumah di sana terbuat dari bambu, maka amat gampang terbakar
Sudah lama Ling Kie Ngiap mengundurkan diri dari rimba persilatan, Cui Cuk San Cung merupakan tempat tinggalnya untuk melewati hari-hari tuanya, Namun siapa nyana, hari ini justru dibakar orang, Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Ling Kie Ngiap.
Orang tua itu segera mengerahkan ginkangnya melesat ke arah Thu lt Kang, bahkan sekaligus menyerangnya dengan dahsyat
Thu It Kang merasakan adanya desiran angin di atas kepalanya, maka ia cepat-cepat menundukkan kepalanya sambil berkelit ke samping, lalu balas menyerang dengan obor yang di tangannya.
Ling Kie Ngiap mengibaskan lengannya menghalau obor itu. Setelah itu secepat kilat menyerang Thu It Kang dengan sepasang telapak tangannya.
Thu It Kang tahu Ling Kie Ngiap sudah gusar sekali, dan juga tahu dirinya bukan lawan Ling Kie Ngiap, Karena itu ia segera meloncat menghindar, bahkan juga melempar obor itu ke rumah Ling Kie Ngiap.
Ling Kie Ngiap menoleh Orang tua itu melihat api sudah berkobar-kobar di rumahnya, Betapa sakit hatinya seketika, Dia buru-buru mengejar Thu It Kang laksana kilat
Tampak sosok bayangan melesat keluar dari rumah itu.
Dia ternyata Sam Ciu Ju Lay-Cing Men, adik seperguruan Thu It Kang.
Setelah melesat keluar, Sam Ciu Ju Lay-Cing Men juga langsung menyerang Ling Kie Ngiap dengan sen-jatanya. jurus yang dikeluarkannya merupakan jurus andalannya. Terperanjat Ling Kie Ngiap, Tanpa banyak pikir lagi ia segera menangkis serangan itu. Pada waktu bersamaan, Thu It Kang pun menyerangnya secara mendadak dari belakang.
Angin serangan itu membuat Ling Kie Ngiap langsung berkelit ke samping, dan sekaligus menggerakkan bambunya mengeluarkan jurus Fan Yun Fuk Ih (Mem-balik Awan Menurunkan Hujan). jurus tersebut amal aneh dan dahsyat tapi juga membahayakan dirinya sendiri Ling Kie Ngiap mengeluarkan jurus tersehut justru ingin mati bersama lawannya. Namun To Pie Kim Kong-Thu It Kang malah tidak sudi mati bersama. Secepat kilai ia meloncat mundur.
Akan tetapi, Ling Kie Ngiap bergerak lebih cepat DijuIurkan tangan kirinya mencengkeram lengan Thu It Kang, Di saat itu pula Sam Ciu Ju Lay-Cing Men menyerang dari belakang.
Ling Kie Ngiap memutarkan badannya laksana kilat sambil mengayunkan tangan, Sebuah serangan yang tak terduga, membuat dada Cing Men terkena pukulan itu.
Duuuk!
Cing Men terpental dan jatuh terguling-guling, ketika Ling Kie Ngiap berhasil memukul dada Cing Men, Tiba-tiba dirasakan bahunya sakit sekali, Orang tua itu tahu bahunya telah dilukai Thu It Kang, Tanpa menoleh ia balas menyerang dengan sebuah pukulan.
Plak!
Lengan Thu It Kang terpukul, seketika juga terasa sakit dan ngilu, Tapi ia sama sekali tidak mau melepaskan belatinya yang menancap pada bahu Ling Kie Ngiap, sebaliknya malah berusaha merobek bahu itu.
Darah mulai mengucur Ling Kie Ngiap merasa bahunya sakit sekali, Mendadak Ling Kie Ngiap mengayunkan kakinya menendang, Tendangan itu tidak mengena sasaran, sebab Thu It Kang telah meloncat mundur Tak mungkin Ling Kie Ngiap akan melepaskannya, maka langsung melesat sambil menyerang Thu It Kang bertubi-tubi dengan jurus yang mematikan
"Ayah! Hati-hati!" Mendadak terdengar suara seruan Ling Hung.
Ternyata ada senjata rahasia menyambar ke arah Ling Kie Ngiap, Orang tua itu tampaknya telah mendengar suara desiran senjata rahasia tersebut
"Ha ha! Saudara Ling harap berbelas kasihan.,.!" Terdengar suara seruan lain pula.
Terkejut Ling Kie Ngiap dan segera berkelit Dia tidak tahu siapa yang datang, tapi yakin orang itu berkepandaian amat tinggi.
Tiba-tiba melayang turun seseorang, yang ternyata Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, kakak seperguruan Thu li Kang dan Cing Men, Sambi! melayang orang itu langsung menyerang Ling Kie Ngiap, Serangan itu membuat Ling Kie Ngiap terpaksa meloncat mundur beberapa depa, sebab serangan yang dilancarkan Pat Pie Sin 0ng-Tu Wee Seng dirasakan sangat dahsyat
"Sutee (Adik Seperguruan), mari kita-pergi!" seru Tu Wee Seng.
Mendengar seruan itu, Thu It Kang dan Cing Men segera melesat pergi, Ling Kie Ngiap tampak ingin mengejar tapi dihalang oleh Tu Wee Seng.
Ling KJe Ngiap telah terluka bahunya, Hal itu menyebabkan tenaganya berkurang. Hanya dalam beberapa jurus ia telah terpukul oleh Tu Wee Seng.
"Ayah!" seru Ling Hung sambil menghampirinya. "Bagaimana keadaan Ayah?"
Ling Kie Ngiap terkulai wajahnya pucat pias dengan darah tampak mengalir dari mulutnya. "Ayah.,.!" Ling Hung tampak cemas melihat keadaan ayahnya.
"Uaaakh!" Mendadak Ling Kie Ngiap menyemburkan darah segar dari mu!utnya.
"Ayah...!" Karena gusar Ling Hung langsung mengejar Tu Wee Seng yang baru melesat pergi, "Jangan kabur, Jahanam!"
"Anak Hung...!" Ling Kie Ngiap berteriak lemah, Hal itu membuat dia kembali menyemburkan darah segar dari mulutnya, Sesaat kemudian dia pun pingsan.
sementara para pesilat Bu Lim sudah mulai meninggalkan tempat itu, sebab Cui Cuk San Cung telah musnah dilalap api.
*****
Bab ke 30 - Air Mata Bereucuran Berpisah Dengan Kekasih
Ling Hung mengerahkan ginkangnya mengejar Tu Wee Seng, namun orang tersebut sudah tidak kelihatan lagi, Dengan rasa penasaran gadis itu terus melesat ke depan.
sementara Thu It Kang dan Cing Men yang telah terluka itu, sudah tidak punya tenaga untuk mengerahkan ginkangnya lagi Mereka berdua cuma berjalan cepat Akibatnya cepat Ling Hung berhasil menyusul mereka.
"Lihat serangan!" bentak Ling Hung, langsung menyerang Tu Wee Seng dengan senjatanya, Dia mengerahkan jurus Cuk Thauw Fan Lang (Bambu Menggetar Ombak Menderu).
Tu Wee Seng yang berjalan di belakang tampak diam, Namun, begitu senjata Ling Hung hampir mengena ke- palanya, mendadak ia berkelit dan sekaligus balas menyerang dengan toya bambunya, mengeluarkan jurus Han Goat Can Poh (Bulan Dingin Arus Merana).
Kepandaian Ling Hung tak mungkin dibandingkan dengan kepandaian Tu Wee Seng, Tidak heran kalau serangan balasan itu membuat Ling Hung terkejut bukan main. Terpaksalah ia mengayunkan trisulanya untuk me-nangkis.
"Nona Kecil, meskipun sepuluh tahun lagi, kau tetap tak bisa menandingiku!" ujar Tu Wee Seng dingin.
Ling Hung menyadari hal itu, Namun karena teringat akan luka ayahnya, gadis itu jadi nekad dan menyerang Tu Wee Seng lagi dengan jurus Hun Koh Hui Kie (Ranting Pohon Berterbangan).
"Hm!" dengus Tu Wee Seng dingin, "Engkau mau cari mati, ya?"
Tu Wee Seng tidak berkelit, melainkan menangkis dengan mengeluarkan jurus Taysan To Hong (Gunung Taysan Membendung Angin), itu adalah salah satu jurus dari ilmu Hok Mo Cang Hoat (llmu Toya Penalduk Iblis), Toya bambunya menghantam trisula Ling Hung. seketika gadis itu terpental, terdorong oleh tenaga yang amat kuat.
Pada waktu bersamaan, sebatang bambu yang terbakar tumbang mengarah ke dirinya, Cepat-cepat Ling Hung menjatuhkan diri, berguling menghindari bambu terbakar itu. Namun secepat itu pula dia meloncat ba-ngun. Segera gadis itu kaget melihat Tu Wee Seng dan ke dua adik seperguruannya sudah tidak tampak lagi, Ling Hung berdiri tertegun di tempat, Saat itu tiba-tiba ia teringat sesuatu dan seketika juga air matanya berderai, Ternyata ia teringat pada Pek Yun Hui yang berada di dalam kamarnya.
sementara itu, tampak dua orang lelaki memapah Lie Kie Ngiap meninggalkan api yang berkobar-kobar semakin membesar Api itu sekarang sudah menjalar sampai di rimba bambu.
"Nona!" seru salah seorang lelaki itu, "Cepatlah, tinggalkan tempat ini!"
"Kalian melihat Pek Yun Hui?" tanya Ling Hung cepat. "Tidak!" sahut mereka serentak. jawaban tersebut membuat Ling Hung langsung melesat ke rumah. Tak seberapa lama ia melihat empat orang berlari keluar.
"Eh? Nona mau ke mana?" tanya salah seorang itu. "Kalian melihat Pek Yun Hui? Apakah ada orang
menolongnya keluar?" tanya Ling Hung dengan wajah cemas.
"Tidak! Api begitu besar, Nona jangan ke sana!" Ling Hung memandang ke depan, Di depan sana telah berubah jadi lautan api. Tidak mungkin ia menerobos ke sana untuk menolong orang, itu sama juga cari mati! Akan tetapi, Ling Hung sudah tidak memperdulikan itu.
"Kakak Yun! Kakak Yun!" seru Ling Hung menerjang ke arah api yang berkobar-kobar itu, "Jangan takut, Kakak Yun! Aku datang menyelamatkanmu!"
Keempat orang hanya melongo, melihat Ling Hung menerjang api yang berkobar-kobar.
"Ayoh, cepat tolong Nona!" seru seseorang, "Jangan cuma melongo!"
"Tapi.," Salah seorang tampak ragu.
"Cepat!" bentak temannya, Mereka berempat lalu menerjang ke dalam.
sementara Ling Hung sudah sampai di dalam rumahnya yang terbakar, Gadis tersebut pun berteriak-teriak.
"Kakak Yun! Kakak Yun!"
Bagaimana mungkin ada suara sahutan, Ruangdalam sudah terbakar Kobaran api seakan kian membesar dan menyala-nyala.
"Nona! Nona!"
Ternyata ke empat orang itu sudah berada di sisi nya.
Mereka berempat berusaha menariknya keluar dari tempat itu, Akan tetapi, Ling Hung malah mengibaskan tangannya, membuat ke empat orang itu terpelanting keluar
Ling Hung seakan sama sekali tidak merasa takut, Gadis itu nekad hendak menolong jantung hatinya, Men-dadak ia mengayunkan senjatanya untuk melindungi diri-nya, lalu melesat ke ruang dalam. Namun seketika ia disambut oleh asap yang bergumpal-gumpal, sehingga matanya dirasakan pedih sekali, Ling Hung cepat-cepat mengibaskan tangannya, membuat asap itu buyar Mata Ling Hung pun mengawasi ke kamarnya yang ternyata juga telah terbakar
Bagaimana dengan nasib Pek Yun Hui? Saat itu dirinya sedang duduk di pinggir tempat tidur. Apa yang telah terjadi diluar, ia tidak tahu sama sekali Kemudian telinganya mendengar suara orang berteriak-teriak kebakaran Terdengar pula suara siraman air di luar kamarnya .
Betapa terkejutnya Pek Yun Hui. Sebab pada waktu itu ia sedang menghimpun Lweekang untuk mengobati lukanya itu. Dan ketika membuka matanya asap tebal telah mengepul ke dalam.
Segeralah ia bangkit berdiri Namun tubuhnya mendadak terjaluh. sepasang matanya sulit dibuka, sebab asap semakin banyak mengepul ke dalam kamar Walau demikian, Pek Yun Hui tetap berusaha bangkit berdiri sambil meraba-raba.
Akhirnya ia menemukan pintu kamar Karena di sekitar tempat itu sudah terbakar, sulit sekali bagi Pek Yun Hui untuk meloloskan diri dari kobaran api.
Pek Yun Hui berusaha menghimpun Lweekangnya, lalu melesat keluar Namun karena dadanya telah terluka parah, ia tidak bisa melesat jauh. Tubuhnya malah kembali merosot ke bawah.
ia tidak bisa melihat apa-apa, karena asap terus memenuhi ruangan, Ketika merosot ke bawah, ia justru merasa badannya menimpa sesuatu. "Hah? Kakak Yun...!" Terdengar teriakan girang, "Nona Ling.J"
"Kakak Yun, aku menerjang ke mari untuk menye- lamatkanmu!"
"Nona Ling, kita terkurung dalam api.,.!" Keluh Pek Yun Hui "Jangan khawatir Kakak Yun, aku pasti berusaha
menyelamatkanmu!" Ling Hung, lalu menggendong Pek Yun
Hui.
Betapa terharunya Pek Yun Hui, seketika matanya berkaca-kaca, Kalau ia seorang lelaki, tentu akan mem- peristeri Ling Hung itu.
Ling Hung melesat keluar setelah menggendong Pek Yun Hui, Keempat orang yang berada di luar tadi melihat Ling Hung, seketika juga mereka berteriak-teriak.
"Nona sudah keluar! Nona sudah keluar!"
"Pek Yun Hui berada di sini, cepatlah kalian sambut...!" Ling Hung melempar Pek Yun Hui ke arah empat orang itu,
Kemudian ia pun terkulai dan pingsan seketika.
Entah berapa lama kemudian, barulah Ling Hung siuman. "Di mana Pek Yun Hui? Bagaimana keadaannya?"
"Tuan Pek Yun Hui selamat!" sahut seorang tua, dia adalah jongos di rumah Ling Kie Ngiap.
"Oooh!" Ling Hung menarik nafas lega. "Kalau be-gitu, tenanglah hatiku walaupun harus mati!"
Jongos tua dan beberapa pelayan lelaki yang mendengar itu, barulah mereka sadar bahwa yang Ling Hung cintai adalah Pek Yun Hui pendatang baru ini, bukan Sie Bun Yun.
sedangkan Pek Yun Hui berusaha duduk setelah mendengar itu, ia amat terharu juga merasa cemas, karena Ling Hung begitu mencintainya, padahal dirinya seorang gadis. Kemudian Pek Yun Hui memandangnya, ternyata rambut Ling Hung telah terbakar sedikit, pakaiannya pun terbakar sana sini, sedangkan dirinya tidak cidera sedikitpun.
"Adik Hung! Adik Hung.." panggilannya dengan suara rendah.
Ling Hung segera mendekatinya, Walau sekujur badannya telah terluka bakar, namun wajahnya tidak tampak menderita karena itu. Ketika mendengar Pek Yun Hui memanggilnya "Adik Hung", wajahnya langsung berseri dengan hati berbunga-bunga.
"Kakak Yun!" sahutnya lembut "Aku girang sekali, engkau tidak apa-apa."
"Aku memang tidak apa-apa, tapi. " Pek Yun Hui menarik
nafas panjang, "Engkau justru telah ter!uka. "
"Kakak Yun!" Ling Hung tersenyum manis. "Aku sama sekali tidak merasa sakit."
Aaakh! Keluh Pek Yun Hui dalam hati, disaat begini, bagaimana tega hatinya memberitahukan, bahwa dirinya adalah seorang gadis? Ling Hung telah terluka, kalau ia memberitahukannya sekarang, pasti akan membuat batin Ling Hung terpukuL Namun. apakah ia harus terus
mengelabuinya ?
Semakin berpikir hati Pek Yun Hui semakin ber-duka, ia sama sekali tidak menduga, karena dirinya menyamar sebagai anak lelaki, justru menimbulkan urusan ini. Di saat pikirannya sedang kacau, terdengarlah suara Lie Kie Ngiap.
"Anak Hung! Yun Hui! Kalian berdua ke mari!"
Ling Hungsegera memapah Pek Yun Hui mendekati ayahnya, Di bawah sinar rembulan, wajah Lie Kie Ngiap tampak pucat pias, dan nafasnya pun sangat Icmah.
Menyaksikan itu, tak kuasa Ling Hung menahan sedih, dan seketika juga ia menangis terisak-isak dengan air mata berderai-derai. "Ayah. "
"Anak Hung, jangan menangis!"
Ling Hung mengangguk, namun air matanya semakin bereucuran
Lie Kie Ngiap menjulurkan tangannya, lalu membelai rambut Ling Hung dengan penuh kasih sayang.
"Anak Hung, ayah sudah habis!" "Ayah, aku tahu, musuh kita adalah. "
"Anak Hung!" potong Lie Kie Ngiap. "Musuh kita berkepandaian tinggi, engkau jangan sembarangan menyebut nama mereka!"
"Ya." Ling Hung mengangguk
"Yun Hui!" Lie Kie Ngiap memandangnya.
"Cianpwee mau pesan apa?" tanya Pek Yun Hui cepat Lie Kie Ngiap tidak menyahut, hanya menatap Ling Hung
seraya berkata.
"Anak Hung, selama ini ayah mengira engkau mencintai kakak misanmu, namun hari ini ayah sudah tahu bahwa ternyata engkau tak mencintainya.
Ling Hung langsung menundukkan kepala, dan menjawabnya tampak kemerah-merahan.
"Yun Hui!" Lie Kie Ngiap menatapnya. "Engkau harus mengabulkan permintaanku. "
"Katakanlah Cianpwee!" ujar Pek Yun Hui.
"Seumur hidupmu, haruslah engkau baik-baik terhadap anak Hung!" sahut Lie Kie Ngiap dengan suara lemah.
Pek Yun Hui tertegun, sedangkan Ling Hung memandangnya dengan penuh cinta kasih,
"Aku,., aku. " Pek Yun Hui betul-betul serba salah. Tiba-tiba Lie Kie Ngiap menjulurkan sepasang tangannya, Digenggamnya tangan ke dua orang itu lalu disatukannya,
"Aku sudah hampir mati, namun semoga kalian berdua saling mencinta selama-lamanya! Yun Hui kabulkanlah ujar Ling Kie Hiap dengan napas semakin lemah,
padahal Pek Yun Hui ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelaskan hal yang sebenarnya. Akan tetapi, ketika menyaksikan keadaan Lie Kie Ngiap, ia pun merasa tidak tega, sebab tahu kalau ajal telah mendekati orang tua itu.
"Paman!" Mata Pek Yun Hui berkaca-kaca. "Legakanlah hatimu selamanya aku pasti baik-baik terhadap Adik Hung!"
Lie Kie Ngiap tersenyum, kemudian mendongakkan kepala memandang jauh ke depan yang masih tampak memerah. seketika juga wajahnya berubah gusar, bahkan amat menderita karena ia tahu bahwa banyak penghuni Cui Cuk San Cung yang sudah menjadi korban, Setelah itu, ia memandang Pek Yun Hui dan Ling Hung. wajahnya yang penuh kegusaran mulai berubah tenang, lalu perlahan-lahan kepalanya terkulai ke bawah, ternyata orang tua itu sudah mati,
Diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas panjang, menyadari bahwa urusan ini akan bertambah kacau,
Akan tetapi, terhibur juga hatinya, karena ia dapat menenangkan hati orang tua itu ketika mau menarik nafas penghabisan Kemudian ia duduk termangu-mangu di tempat itu.
"Ayah! Ayah:..." Ling Hung memeluk jenazah ayahnya sambil menangis gerung-gerungan,
Pek Yun Hui cuma diam, sama sekali tidak tahu harus bagaimana menghibur anak gadis itu.
Namun ia telah mengambil keputusan dalam hati, bahwa setelah lukanya sembuh, ia akan meninggalkan sepucuk surat untuk Ling Hung memberitahukan tentang dirinya yang sebenarnya, setelah itu akan meninggalkannya .
Menurutnya, memang tepat keputusan ini, namun ia tidak tahu bagaimana perkembangan selanjutnya,
sementara Ling Hung terus menangis, sehingga sepasang matanya membengkak Tak terasa hari pun sudah mulai terang,
"Adik Hung jangan terlampau berduka, lihatlah pa-man! wajahnya begitu tenang, berarti beliau pergi dengan damai," ujar Pek Yun Hui menghiburnya.
"Kakak Yun!" Ling Hung memandang Pek Yun Hui dengan air mata berlinang-Iinang. "Hatiku sangat duka, ingin tidak menangis tapi tidak bisa."
"Adik Hung, sebaiknya kita kubur jenazah ayahmu du!u!" usul Pek Yun Hui.
Ling Hung mengangguk, dan segera berpesan kepada para pelayan lelaki untuk membuat peti mati. Para pelayan lelaki menurut dan segera melaksanakannya, Setelah petang, usailah pemakaman itu,
Ling Hung menyalin pakaiannya, lalu berjalan ke tepi sungai, Dihadapkannya wajahnya ke air sungai lalu diguntingnya rambutnya yang terbakar itu. Sesudah itu, ia menghampiri Pek Yun Hui seraya bertanya,
"Kakak Yun, rambutku digunting pendek, apakah masih tetap enak dipandang?"
"Adik Hung!" Pek Yun Hui sambil tersenyum "Bagai- manapun engkau tetap enak dipandang." sahutnya,
"Oh?" Ling Hung menarik nafas, "Ayahku telah meninggal, maka kini engkaulah orang yang paling dekat denganku."
"Adik Hung!" Pek Yun Hui mengingatkan "Bukan-kah masih ada kakak misanmu?" sebenarnya Pek Yun Hui ingin mengalihkan cinta kasih Ling Hung pada Sie Bun Yun. Meskipun ia sendiri juga mencintai pemuda tersebul, tapi karena Ling Hung telah menyelamatkan dirinya, maka ia rela mengorbankan cintanya demi gadis itu.
"Kakak misan A Yun adalah familiku, dan engkau tidak berbeda dengannya," sahut Ling Hung sungguh-sungguh,
Pek Yun Hui tersenyum getir, ia memandang Ling Hung dan berkata lembut,
"Adik Hung, Sie Bun Yun terhadapmu jauh lebih baik dariku, engkau harus tahu itu!"
"Bagaimana baiknya dia terhadapku, tetap tidak sepertimu," sahut Ling Hung sambil menatapnya dalam- dalam. "Kakak Yun, kalaupun engkau jahat terhadapku, aku tetap baik terhadapmu tapi, mungkin aku akan mati."
"Adik Hung. " Pek Yun Hui terperanjat "Seandai-nya
aku... aku. "
"Seandainya kenapa?" tanya Ling Hung dengan wajah memerah,
"Aku cuma bereanda saja," sahut Pek Yun Hui karena melihat Ling Hung begitu tegang, "Seandainya aku juga seorang gadis?"
"Kakak Yun!" Ling Hung tampak lega, "Engkau. ,"
"Adik Hung, jawablah!" desak Pek Yun Hui.
"Kalau engkau adalah wanita, berarti aku tidak punya Kakak Yun lagi, maka aku pun tidak mau hidup lagi," ujar Ling Hung sungguh-sungguh,
Celaka! Keluh Pek Yun Hui dalam hati, sebab urusan ini semakin sulit dijernihkan.
Sudah hampir delapan hari Pek Yun Hui tinggal di sebuah gubuk, Selama itu boleh dikatakan setiap detik Ling Hung menemaninya. Ketika Pek Yun Hui memejamkan mata menghimpun Lweekangnya untuk mengobati luka di dadanya, Ling Hung duduk di hadapannya sambil memandangnya.
Apabila kening Pek Yun Hui berkerut, segeralah Ling Hung bertanya dengan penuh perhatian
Enlah sudah berapa kali Pek Yun Hui ingin memberitahukan tentang dirinya, Namun ketika menyaksikan sikap Ling Hung yang begitu, iapun tidak punya keberanian untuk rnemberitahukan.
Pada hari ke sembilan, luka di dada Pek Yun Hui sudah hampir sembuh, dan boleh bergerak bahkan berjalan Karena itu, ia dan Ling Hung berjalan-jalan di luar Cui Cuk San Cung. Memang memprihatinkan, kini perkampungan itu telah musnah, hanya tersisa abu bambu saja,
Menyaksikan keadaan itu diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas panjang, ia masih ingat ketika datang bersama Sie Bun Yun, Cui Cuk San Cung ini begitu indah menakjubkan, tapi sekarang...
Sementara Ling Hung berdiri termangu, kemudian air matanya meleleh membasahi pipinya.
"Kakak Yun! Kejadian itu ditimbulkan Cong Cin To (Gambar penyimpanan Kitab Pusaka), Engkau datang bersama kakak misan A Yun, pernahkan engkau dengar dia menyinggung tentang itu?" tanya Ling Hung mendadak
"Dia tidak pernah bilang apa-apa padaku," jawab Pek Yun Hui sejujurnya,
"Dia juga tidak bilang apa-apa padaku, begitu pula terhadap almarhum Namun orang lain bilang, bahwa Cong Cin To itu berada pada nya. Tentang itu apakah ada sebab musababnya?" "Mungkin itu cuma kabar angin," sahut Pek Yun Hui dan bertanya, "Engkau tahu siapa gurunya?"
"Aku pun tidak tahu, hanya ingat ketika dia mau meninggalkan Cui Cuk San Cung, mendadak muncul seorang tua aneh, Almarhum sangat menghormati orang tua aneh itu, sedangkan di tangan orang tua aneh itu terdapat sebatang bambu kering yang mengkilap. Orang tua aneh itu bilang, dia tertarik akan bambu-bambu di Cui Cuk San Cung, maka mampir untuk sekedar melihat-lihat. Namun ketika melihat kakak misan A Yun, orang tua aneh itu berkeras ingin menerimanya menjadi murid.
Pada waktu itu, aku kira ayahku tidak setuju, tetapi tidak tahunya ayahku menyetujuinya dan orang tua aneh itu lalu membawa kakak misan A Yun pergi."
"Siapa orang tua aneh itu?"
"Aku pernah bertanya pada ayah, tapi ayah tidak mau memberitahukannya."
"Oooh!" Pek Yun Hui manggut-manggut lalu mengalihkan pembicaraan "Sie Bun Yun telah diculik orang, entah bagaimana keadaannya sekarang. Ekspedisi Thian Liong merupakan perkumpulan apa? Biar bagaimanapun kita harus menolongnya."
sebetulnya Pek Yun Hui ingin pergi setelah lukanya sembuh, tetapi dalam sembilan hari ini, ia telah menyaksikan sikap Ling Hung, Kalau ia meninggalkan sepucuk surat lalu pergi, ia yakin Ling Hung tidak akan pereaya apa yang ditulisnya, sebaliknya mungkin akan menganggapnya sebagai penipu, dan Ling Hung pun mungkin akan membunuh diri.
Karena itu, ia tidak berani mengambil keputusan yang semula, melainkan akan menghadapi Ling Hung dengan cara lebih tepat, yakni bersikap dingin dan acuh tak acuh, setelah itu barulah meninggalkannya, sedangkan Ling Hung menceritakan tentang ekspedisi Thian Liong, Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng dan Kim Coa Suseng-Wang Han Siang,
"Kalau begitu.,." ujar Pek Yun Hui seusai Ling Hung menceritakan itu, "Belum tentu Sie Bun Yun dibawa ke markas pusat, Mungkin dia dibawa ke markas cabang di Kota Thai Chouw, Bagaimana kalau kita datang ke kota itu menyelidikinya?"
"Baiklah." Ling Hung mengangguk
Pada saat mereka sedang berbicara serius, tiba-tiba terdengar suara tawa aneh.
Pek Yun Hui dan Ling Hung segera menoleh, tampak seseorang berjubah abu-abu berdiri tak jauh dari situ, Tangan orang itu memegang sebatang toya bambu, Begitu melihat orang tersebut, Ling Hung sudah mengenalinya tidak lain adalah pembunuh ayahnya, yaitu Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San.
Pek Yun Hui dan Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng bertemu di tempat ini, namun kenapa dua tahun kemudian Tu Wee Seng tidak mengenali Pek Yun Hui lagi, ketika bertemu di gunung Kwat Cong San? itu karena di tempat ini Pek Yun Hui menyamar sebagai anak lelaki, dan kepandaiannya belum begitu tinggi, serta tampak masih kekanak-kanakan, Apalagi ketika bertemu dengan orang tua itu di gunung Kwat Cong San Pek Yun Hui telah berpakaian wanita,
Begitu melihat Tu Wee Seng, dendam dalam hati Ling Hung pun membara seketika, dan langsung menyerangnya dengan senjata trisula.
Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng cuma mundur selangkah sepasang matanya terus menatap Pek Yun Hui, sama sekali tidak memandang sebelah mata pada Ling Hung,
Tadi Ling Hung menyerang Tu Wee Seng dengan jurus Cun Thau Coh Hoat (Rerumput MuIai Tumbuh Di Musim Semi), Karena Tu Wee Seng melangkah mundur, maka Ling Hung menyerangnya lagi dengan gerakan Siau Cih Thian Lam (Tertawa Menunjuk Thian Lam).
Ling Hung tahu bahwa Tu Wee Seng sangat lihay, maka ia tidak berani beradu senjata, Tu Wee Seng berkelit, kemudian balas menyerangnya tiga jurus beruntun, yaitu Kim Kong Ceh Kiam (Arhat Menekan Pedang), Lang Cien Liu Sah (Ombak Menderu Pasir Mengalir) dan Ciau Ceh Lam Hai (Ombak Lam Hai Menderu),
Tampak toya bambu Tu Wee Seng berkelebatan mengarah kepada Ling Hung. Pek Yun Hui yang menyaksikan serangan-serangan itu, tahu bahwa Ling Hung tidak dapat menekannya, Secepat kilat ia melesat ke arah Ling Hung, dan sekaligus memegang lengannya, lalu mengerahkan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar
Walau Pek Yun Hui belum begitu mahir menggunakan ilmu langkah ajaib tersebut, namun tetap berhasil menarik Ling Hung lolos dari serangan-serangan itu, bahkan sudah berada di belakang Tu Wee Seng,
padahal waktu itu, Tu Wee Seng yakin dengan tiga jurus itu pasti berhasil membekuk Ling Hung, Akan tetapi, justru mendadak Ling Hung lenyap dari hadapannya.
Tu Wee Seng tertegun dan cepat-cepat membalikkan badannya,
"Siapa engkau?" bentak Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui adalah putri kaisar, tentunya memiliki suatu karisma tersendiri Maka tidak heran kalau suara bentakannya membuat Tu Wee Seng tertegun, Berselang sesaat, barulah Tu Wee Seng menyahut
"Aku Ketua Hwa San, Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng!" "Hm!" dengus Pek Yun Hui dingin, "Engkau seorang ketua
partai, tetapi tidak malu! Cuma berani melancarkan serangan gelap!" Kedudukan dan reputasi Tu Wee Seng amat tinggi di rimba persilatan, maka selama ini tidak pernah dicaci maki orang, Namun hari ini justru dicaci si pemuda berbaju hijau ini, maka tidak heran kalau ia amat gusar, ia menatap Pek Yun Hui tajam, lama sekali barulah berkata.
"Bocah! Walau engkau telah mencaci diriku, aku tidak akan membuat perhitungan denganmu!"
"Kakak Yun, tidak perlu banyak bicara dengannya!
Cepatlah turun tangan membalas dendam!" seru Ling Hung,
Pek Yun Hui khawatir Ling Hung akan menyerang Tu Wee Seng, Oleh karena itu ia cepat-cepat menggerakkan pedangnya ke arah Tu Wee Seng,
Ketika menyaksikan gerakan pedang Pek Yun Hui begitu aneh, Tu Wee Seng tertegun dan langsung mengayunkan toya bambunya untuk menangkis seraya membentak
"Bocah! Engkau dari perguruan mana?"
"Phui! Engkau masih belum berderajat menanyakan nama guruku" sahut Pek Yun Hui ketus,
Setelah itu, ia pun menyerang lagi, Tu Wee Seng berkelit dan sekaligus balas menyerang dengan jurus Yun Liong Sam Hiang (Naga Di Awan Memuncul Tiga Kali) dan Hui Hong Soh Liu (Angin Puyuh Menyapu Pohon),
Walau Pek Yun Hui memiliki ilmu pedang aneh, tapi Lweekangnya masih dangkal, sehingga terdesak mundur oleh serangan-serangan Tu Wee Seng,
"Aku ke mari demi kebaikan kalian!" bentak Tu Wee Seng, "Namun kalian sungguh tak tahu diri!"
"Omong kosong!" sahut Ling Hung,
Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng tertawa gelak, ia tergolong tokoh tua dalam rimba persilatan, namun berhati licik, Kalau bukannya ingin memperalat mereka, mungkin ia sudah turun tangan jahaL Usai tertawa, ia pun berkata,
"Kalian barusan sedang kasak-kusuk tentang Sie Bun Yun, tahukan kalian dia berada di mana sekarang?"
"Dia berada di mana, ada urusan apa denganmu?" sahut Ling Hung ketus.
Ketika mendengar Tu Wee Seng mengatakan begitu., hati Pek Yun Hui tergerak
"Adik Hung, tahan senjatamu!" serunya ketika melihat Ling Hung mau menyerang Tu Wee Seng, lalu bertanya pada orang itu, "Kalau begitu, engkau tahu dia berada di mana?"
"Tentu tahu." Tu Wee Seng manggut-manggut. "Kalau begitu. " Pek Yun Hui maju selangkah
"Beritahukanlah pada kami!"
"Beritahukan pada kalian?" Tu Wee Seng tertawa dingin, "Apa gunanya aku beritahukan?"
"Aku temannya, maka setelah tahu dia berada di mana, tentunya aku akan pergi menolongnya!" sahut Pek Yun Hui,
"Ha ha ha!" Tu Wee Seng tertawa gelak bergema ke mana-mana.
"Kenapa engkau tertawa, tua bangka?" bentak Ling Hung, "Apakah salah perkataan kakak Yunku?"
"Tahukah kalian, Sie Bun Yun jatuh ke tangan siapa sekarang?" Tu Wee Seng balik bertanya,
"Dia diculik oleh pihak ekspedisi Thian Liong!" sahut Pek Yun Hui. "Kedua orang yang menculik Sie Bun Yun adalah Wang Han Siang dan Yap Yong Ceng!"
Tu Wee Seng diam saja, akan tetapi secara sengaja dan tidak mendadak menggerakkan toya bambunya ke atas,
Tampak seekor burung yang sedang terbang beberapa depa tingginya mengeluarkan suara "Kuk", lalu jatuh seketika. "Hei, tua bangka!" bentak Ling Hung ketika melihat burung itu terpukul jaluh, "Engkau benar-benar tidak punya perasaan! Kenapa burung yang tidak bersalah itu kau pukul sampai jatuh?"
Usai membentak, Ling Hung segera mengangkat burung itu, lalu dielus-elusnya, bahkan kemudian juga disentuhnya dengan pipinya,
Pek Yun Hui menyaksikannya dengan hati duka, sebab itu pertanda Ling Hung merupakan gadis yang amat perasaan dan berhati bajik, sebaliknya ia malah akan membuat gadis itu menderita.
Ketika melihat mereka seakan tidak memperdulikannya, Tu Wee Seng segera tertawa dingin,
"Kalian berdua tidak menghendaki Sie Bun Yun hidup, yah!
Sudahlah!" ujarnya sambil membalikkan badannya lalu melangkah pergi.
"Tunggu, Cianpwee!" seru Pek Yun Hui cepat Tu Wee Seng membalikkan badannya, lalu tertawa dingin lagi seraya berkata,
"Kalian berdua punya nyali mau pergi menolong Sie Bun Yun, kenapa masih suruh aku menunggu?"
"Maksud Cianpwee, berdasarkan tenaga kami ber-dua, sama sekali tidak bisa menolong Sie Bun Yun kan?" "Tidak salah." Tu Wee Seng mengangguk "Kakak Yun" sela Ling Hung, yang telah melepaskan burung tersebut "Jangan dengar perkataannya!"
Pek Yun Hui memang pereaya akan apa yang dikatakan Tu Wee Seng, sebab Yap Yong Ceng memang berkepandaian tinggi, apalagi Kim Coa Suseng-Wang Han Siang, Tentunya mereka berdua tidak akan dapat melawan ke dua orang itu, lagi pula masih ada orang lain yang berkepandaian tinggi di tempat ekspedisi Thian Liong. "Harap Adik Hung diam dulu!" sahutnya, lalu berkata pada Tu Wee Seng, "Cianpwce ada petunjuk apa?"
"Sekarang ini, yang berani menentang ekspedisi Thi-an Liong atau partai tersebut, hanya sembilan partai besar Kenapa kalian tidak mau minta bantuan pada. orang dekat?"
Walau Tu Wee Seng tidak mengatakan secara jelas, namun Pek Yun Hui dan Ling Hung sudah tahu apa maksudnya, yakni minta bantuannya.
"Siapa mau.,.," Baru mengucapkan demikian, Ling Hung segera memandang Pek Yun Hui sambil tersenyum. "Kakak Yun, aku banyak mulut lagi, maaf ya!"
"Tidak apa-apa," sahut Pek Yun Hui lalu menatap Tu Wee Seng, "Cianpwee adalah ketua partai Hwa San yang berkepandaian tinggi, entah sudi apa tidak membantu kami?"
Tu Wee Seng tertawa terbahak-bahak, lalu menyahut -" dengan lantang,
Tentu boIeh, tapi aku tak ada urusan apa-apa dengan partai Thian Liong, kenapa harus cari masalah dengan partai itu?"
"Eeeh?" sela Ling Hung lagi, "Kalau begitu, apa kehendakmu?"
"Aku mengerti maksud Cianpwee." Pek Yun Hui tersenyum "Tentunya kami harus melakukan sesuatu untuk Cianpwee sebagai imbalannya, bukan?"
Tu Wee Seng tertawa gelak, Suara tawanya membuat beberapa batang bambu yang ada di sekitarnya bergoyangnya ng. itu pertanda Lweekang orang itu telah mencapai tingkat tinggi,
"Bocah! Engkau sungguh pintar!" ujar Tu Wee Seng, "Aku memang bermaksud demikian."
"Apa yang harus kami lakukan untuk Cianpwee?" "Setelah berhasil menolong Sie Bun Yun, kalian harus menyuruhnya memperlihatkan Gambar Penyimpanan Kitab Pusaka padaku!"
"Sudah lewat sekian hari, apakah Wang Han Siang masih belum memperoleh Cong Cin To itu?" tanya Pek Yun Hui heran,
"Sie Bun Yun tidak mau memberitahukan berada di mana Cong Cin To itu," sahut Tu Wee Seng.
"Cianpwee, bagaimana Wang Han Siang memperlakukan Sie Bun Yun?" tanya Pek Yun Hui mendadak,
"Tentu tidak terlepas dari suatu siksaan." Tu Wee Seng memberitahukan
Hati Pek Yun Hui terasa sakit mendengar itu, bahkan nyaris mengucurkan air mata pula,
"Baiklah, kuterima syarat Cianpwee Asal berhasil menolongnya, aku pasti menyuruhnya memperlihatkan Cong Cin To itu pada Cianpwee," ujar Pek Yun Hui berjanji
"Engkau adalah. " Tu Wee Seng tampak masih ragu,
"Cianpwee tidak usah ragu, aku teman baik Sie Bun Yun, Pokoknya aku tidak akan ingkar janji," sahut Pek Yun Hui.
"Ha ha!" Tu Wee Seng tertawa terbahak-bahak, "Baiklah, Aku pereaya padamu, Bagaimana kalau kita berangkat sekarang?"
Ketika Pek Yun Hui baru mau membuka mulut, Ling Hung telah mendahuluinya dengan bentakan
"Aku tidak mau bekerja sama dengan orang yang telah membunuh ayahku, Kakak Yun!"
"Adik Hung!" Pek Yun Hui mendekatinya seraya berbisik, "Kepandaiannya amat tinggi, maka kita harus memanfaatkan kepandaiannya untuk menolong Sie Bun Yun, Adik yang baik, dengarkanlah perkataanku!"
Hati Ling Hung langsung berbunga-bunga ketika Pek Yun Hui memanggilnya "Adik yang baik, ia memandang Pek Yun Hui dengan penuh cinta kasih dan berkata,
"Kakak Yun, aku menurut perkataanmu, tapi tidak sudi bicara dengan orang itu," katanya sambil memandang Pek Yun Hui dengan penuh cinta kasih,
"Adik Hung!" Pek Yun Hui tersenyum, "Apakah aku sudi bicara dengannya? Yang penting kita harus pergi menolong Sie Bun Yun."
"Ya." Ling Hung mengangguk.
Setelah mereka berdua usai berbisik-bisik, barulah Tu Wee Seng membuka mulut,
"Wang Han Siang mengurung Sie Bun Yun di Seh Tong, markas cabang ekspedisi Thian Liong, Aku berangkat duluan dan akan menunggu kalian di luar pintu Kota Thai Chouw, Kalian berdua harus segera menyusul, jangan membuang waktu!"
Usai berkata begitu, Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng melesat pergi, dan dalam sekejap menghilang dari pandangan Pek Yun Hui dan Ling Hung,
Setelah mengetahui kabar beritanya Sie Bun Yun, hati Pek Yun Hui jadi kacau, ingin cepat-cepat berangkat ke kota Thai Chouw bertemu Tu Wee Seng, lalu bersama menolong pemuda tersebut
*****
Bab ke 31 - Cinta Menimbulkan Badai
Setelah membeli dua ekor kuda, Pek Yun Hui dan Ling Hung segera berangkat ke Kota Thai Chouw, Pek Yun Hui menunggang kudanya bagaikan terbang dan Ling Hung mengikutinya. "Kakak Yun!" tanya Ling Hung heran, "Kenapa engkau tampak begitu tergesa-gesa?"
pertanyaan tersebut membuat hati Pek Yun Hui tergerak, maka ia ingin secara tidak langsung menjelaskan identitas dirinya,
"Adik Hung! Ketika engkau menerjang ke dalam kobaran api menolongku, engkau merasa cemas apa tidak?"
"Cemas sekali!"
"Adik Hung, saat ini perasaanku seperti perasaanmu di saat itu."
Ling Hung manggut-manggut, tapi kemudian menggeleng- gelengkan kepala seraya berkata,
"Kakak Yun, tidak benar perkataanmu itu." "Kenapa tidak benar?" tanya Pek Yun Hui.
Ling Hung tersenyum dengan wajah kemerah-merahan.
"Kakak Yun, karena kalau tiada engkau aku tidak akan hidup lagi, maka aku begitu cemas, sedangkan hubunganmu dengan kakak misanku sangat akrab, namun bagaimana mungkin dibandingkan dengan... cinta kasihku padamu?"
"Adik Hung. " Diam-diam Pek Yun Hui menarik natas
panjang. "Engkau jangan bodoh, Suatu hari nanti aku pasti mati, apakah engkau pun ingin mati?"
"Betul," sahut Ling Hung sungguh-sungguh,
"Adik Hung, seandainya aku jahat terhadapmu?" tanya Pek Yun Hui mendadak.
Wajah Ling Hung langsung menyiratkan kepedihan "Kakak Yun, setelah aku melakukan suatu kesalahan
barulah engkau akan jahat padaku, Oleh karena itu, aku tidak akan melakukan suatu kesalahan apa pun." Pek Yun Hui tidak menyangka kalau Ling Hung akan menjawab demikian, yaitu yang menandakan Ling Hung sama sekali tidak berpikir bahwa Pek Yun Hui tidak akan mencintainya, Maka seketika juga Pek Yun Hui membisu,
sementara kuda mereka terus berlari, derapnya membuat hati Pek Yun Hui semakin kacau,
Jarak dari Cui Cuk San Cung ke Kota Thai Chouw tidak begitu jauh, maka tak seberapa lama kemudian, mereka sudah melihat tembok kota tersebut sementara Pek Yun Hui tampak bersemangat tiba-tiba mendadak dari rimba samping muncul beberapa orang berpakaian hitam menghadang di depan mereka, Akan tetapi Pek Yun Hui dan Ling Hung tidak menghiraukanpara peng-hadang itu dan terus memacu kudanya,
"Harap minggir!" teriak Pek Yun Hui.
"Kalian berdua harap turun!" sahut salah seorang penghadang, "Cepat tinggalkan gelar!"
Pek Yun Hui belum lama berkecimpung di rimba persilatan, maka tidak tahu apa yang dimaksudkan "gelar" tersebut
"Kalian bilang apa? Harus tinggalkan apa?" tanya Pek Yun Hui sambil menarik tali kendali kudanya agar berhenti
"Tinggalkan nama kalian!" sahut seorang berbaju hitam dan tampak gusar,
"Kenapa kami harus meninggalkan nama?" Pek Yun Hui mengernyitkan kening.
sedangkan Ling Hung sudah gusar ia langsung mengeluarkan senjata lalu diayunkannya ke arah orang-orang itu.
Para penghadang itu langsung menyingkir pada waktu bersamaan terdengarlah suara desiran senjata rahasia ke arah Pek Yun Hui dan Ling Hung, Mereka berdua cepat-cepat mengayunkan senjata masing-masing untuk menangkis senjata rahasia itu. Akan tetapi, karena mereka berada di atas punggung kuda, maka agak sulit melakukan gerakan, Apalagi ketika kuda mereka meringkik-ringkik dan berjingkrak-jingkrak karena terkena senjata rahasia,
Ling Hung meloncat turun, dan sekaligus menyerang orang-orang itu dengan jurus Cui Cuk Yauw Ih (Bambu Hijau Bergoyang), Cun Thauw Coh Hoat (Rerumputan Mulai Tumbuh di Musim Semi) dan Cok Cok Ko Seng (Setingkat Naik Setingkat),
Tampak dua orang yang mengeluarkan senjata berupa rantai besi, kemudian menangkis senjata Ling Hung, mulailah mereka bertempur dengan seru.
Tiga orang menghampiri Pek Yun Hui. seketika juga Pek Yun Hui meloncat turun dari kudanya dengan pedang di tangan.
"Kalian siapa?" bentaknya,
"Kalian melakukan perjalanan di malam hari, dan tidak mau tinggalkan nama, maka harus mampus!" sahut salah seorang berbaju hitam sambil tertawa terkekeh,
"Apakah kalian opas dari kantor pejabat? tanya Pek Yun Hui. ia seorang putri kaisar, maka tidak memandang sebelah mata pada opas-opas mana pun.
"Hm!" dengus salah seorang berbaju hitam, "Kalian sudah mendekati markas cabang Thian Liong, kalau kalian tidak memberitahukan nama, berarti kalian mau cari gara-gara dengan kami!"
Begitu mendengar mereka dari ekspedisi Thian Liong, timbullah rasa benci dalam hati Pek Yun Hui.
"Ekspedisi Thian Liong sedemikian tidak tahu atur-an, sama juga seperti golongan hitam!" ujarnya sambil tertawa, "Apa?" Wajah ke tiga orang berbaju hitam itu langsung berubah, "Engkau berani bicara sembarangan di sini?"
"Kenapa tidak?" sahut Pek Yun Hui dingin.
Ketiga orang berbaju hitam itu segera mengeluarkan senjata masing-masing, lalu menyerang Pek Yun Hui dari tiga arah,
Pek Yun Hui menggerakkan pedangnya mengeluarkan jurus Goan Yah Coh Cing (Rumput Hijau di padang Liar), Badannya berputar, tahu-tahu sudah berada di belakang salah seorang berbaju hitam, Ketiga orang berbaju hitam tertegun, dan ketika baru mau menyerang lagi, mendadak rerumputan yang ada di pinggir jalan bergerak, dan terdengar pula suara "Serrt! Serrrt! Serrrrt" Tampak beberapa sinar meluncur ke arah tiga orang berbaju hitam dan tanpa sempat menjerit lagi ke tiga orang itu pun roboh,
Setelah itu, melesat ke luar seseorang dari rerumputan ternyata adalah To Pie Kim Kong-Thu It Kang. Lukanya telah sembuh, bahkan kini telah membunuh ke tiga orang itu dengan senjata rahasia andalannya,
"Kita bertekad menolong orang, jadi jangan sembarangan membunuhi" tegur Pek Yun Hui.
Akan tetapi, Thu It Kang tampak seakan tidak mendengar teguran itu. ia terus menghampiri dua orang berbaju hitam yang sedang bertempur dengan Ling Hung, kemudian secepat kilat memegang bahu ke dua orang itu seraya membentak
"Bagaimana kata sandi markas cabang Thian Liong malam ini?"
Ternyata Thu It Kang telah memegang jalan darah yang mematikan di punggung ke dua orang itu, namun mereka tetap tidak mau memberitahukan kata sandi tersebut.
"Kami orang gagah dari ekspedisi Thian Liong, bagaimana mungkin. " Belum juga orang itu usai menyahut, Thu It Kang telah menekan jalan darah mereka, sehingga membuat orang tersebut menjerit-jerit kesakitan
"Kata sandi malam ini adalah... "Pendatang Siapa dan Dewa Kaki Telanjang" itu adalah kata sandi malam ini!" Salah seorang itu memberitahukan.
"Hm!" dengus Thu It Kang dingin,
"Plak! Plak!" Terdengar dua kali tepukan, Ke dua orang berbaju hitam itu terpental dengan mulut menyemburkan darah segar, dan nyawa mereka pun melayang seketika.
"Kalian berdua ikut aku!" ujarnya dingin pada Pek Yun Hui dan Ling Hung.
"Huh!" Ling Hung membuang muka,
"Hei!" bentak To Pie Kim Kong-Thu It Kang, "Kenapa engkau mengeluarkan suara Huh?"
sesungguhnya Ling Hung telah berusaha menekan dendamnya yang membara, terhadap Thu It Kang yang membakar Cui Cuk San Cung, karena itu ia menyahut dengan menghardik
"Engkau jangan sok! Dasar tukang bakar rumah orang!" Ling Hung langsung menyerangnya dengan jurus Tok Coh Yu Hong (Duduk Tenang Seorang Diri),
Thu It Kang segera berkelit dan secepat kilat balas menyerang dengan sebuah pukulan.
Ling Hung melesat ke atas, kemudian menyerang lagi dengan jurus Can Cui Ik Tie (Memular Bambu Hijau), Trisulanya membentuk sebuah lingkaran dan secepat kilat mengarah kepada Thu It Kang.
Thu It Kang tidak mau menangkis serangan itu, melainkan meloncat mundur selangkah, dan sepasang telapak tangannya mendorong ke depan, Pek Yun Hui tahu bahwa Ling Hung tidak dapat berkelit atau menangkis pukulan itu, maka laksana kilat ia menyerang punggung Thu It Kang dengan pedangnya mengeluarkan jurus Cang Hong Khoan Jit (Pelangi Me-lintang Di Matahari),
Thu It Kang terpaksa menarik kembali pukulannya, dan sekaligus membalikkan badannya,
"Serrt!" Pada waktu bersamaan, pedang Pek Yun Hui melubangi bajunya,
Betapa gusarnya Thu It Kang, ia langsung melancarkan sebuah pukulan yang penuh mengandung Lwee-kang, maksudnya ingin melukai Pek Yun Hui dalam satu puku!an, Akan tetapi, setelah ia melancarkan pukulan itu, di saat bersamaan terdengarlah suara tawa di belakangnya.
Thu It Kang tertegun, ternyata sudah tidak tampak Pek Yun Hui di hadapannya, sehingga pukulannya malah merobohkan sebuah pohon yang ada di depannya,
"Trang!" Thu It Kang mencabut goloknya lalu membentak keras sambil menyerang Pek Yun Hui dengan jurus Hong Sau Lok Yap (Angin Menyapu Dedaunan Rontok). Golok itu berkelebat mengarah Pek Yun Hui.
Pada waktu bersamaan, tampak sosok bayangan melesat ke arahnya lalu terdengar suara benturan senjata,
"Trang!" sebatang toya bambu menangkis golok Thu It Kang, Ternyata pendatang itu adalah Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng.
"Sutee (Adik Seperguruan), sudah mengetahui kata sandi?
Kenapa engkau bertarung dengan mereka?" tanya Tu Wee Seng,
"Mereka berdua sungguh menghina orang!" sahut Thu It Kang.
"Hm!" dengus Tu Wee Seng, "Yang penting malam ini kita harus melaksanakan pekerjaan itu, kenapa harus ambil pusing pada mereka?" "Tapi. ,"
"Sudahlah!" potong Tu Wee Seng, "Ayo, cepat ikut aku!"
Tu Wee Seng melesat ke depan, Thu It Kang segera niengikutinya, menyusul Pek Yun Hui dan Ling Hung,
Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah tiba di tembok kota, Keempat orang itu mengerahkan ginkang melesat ke dalam melalui tembok kota itu, Setelah berada di dalam tembok kota, Tu Wee Seng segera berkata,
"Selain Wang Han Siang dan Yap Yong Ceng, di dalam markas cabang itu masih terdapat Coan Tiong Si Chouw (Empat Orang Buruk Coan Tiong), Kita menggunakan akal, tidak perlu melawan dengan tenaga, Kalau kalian berdua tidak mendengar perkataanku sehingga tidak dapat menolong orang, jangan menyalahkan aku."
"Kami pasti mendengar petunjukmu," sahut Pek Yun Hui "Bagus." Tu Wee Seng manggut-manggut dan
mengayunkan kakinya, Thu It Kang, Pek Yun Hui dan Ling Hung mengikutinya dari belakang, Sete!ah melewati beberapa jalan kecil, tampaklah sebuah bangunan besar, Di atas pintu bangunan itu bergantung sebuah papan bertuliskan "Markas Cabang Ekspedisi Thian Liong", "Hati-hatilah!"
Kedudukan Tu Wee Seng adalah ketua dari suatu partai, maka kalau ingin memusuhi ekspedisi Thian Liong, tentunya harus dengan cara terang-terangan, Namun dalam beberapa tahun ini, sudah banyak pesilat tinggi bergabung dengan partai Thian Liong, Oleh karena itu, seandainya hanya mengandalkan partai Hwa San, pasti tidak akan dapat melawan partai Thian Liong,
justru itu, Tu Wee Seng ingin menolong Sie Bun Yun dengan cara diam-diam, tidak berani secara terang-terangan, Usai berpesan begitu, Tu Wee Seng lalu melangkah memasuki halaman bangunan itu, namun tiba-tiba terdengar suara bentakan, "Pendatang siapa?"
"Dewa kaki telanjang!" sahut Thu It Kang, Hening seketika setelah Thu It Kang menyahut begitu, Keempat orang itu lalu menuju pintu bangunan tersebut Tu Wee Seng mendorong pintu itu, dan sekaligus masuk ke dalam. Thu It Kang, Pek Yun Hui dan Ling Hung segera mengikuti dari belakang,
Ternyata mereka sampai di sebuah ruang tamu yang amat besar dan indah, serta penuh lampu menyala terang, Tu Wee Seng dan Thu It Kang menundukkan kepala, lalu melangkah ke dalam melalui sisi dinding.
Ketika Pek Yun Hui dan Ling Hung baru mau mengikuti mereka, mendadak tampak sebuah pintu yang ada di ruang tamu itu terbuka, Segeralah Pek Yun Hui memandang ke dalam pintu itu, Sungguh di luar dugaan, di dalamnya terdapat seseorang, yang tidak lain adalah Sie Bun Yun.
Begitu melihat Sie Bun Yun berada di dalam kamar itu, Pek Yun Hui tertegun beberapa saat lamanya, Setelah itu, ia segera menghunuskan pedang, Namun ketika ia mau menerjang ke dalam kamar tersebut, Tu Wee Seng sudah melesat ke hadapannya seraya berkata, "Jangan bertindak sembarangan!" Akan tetapi, Pek Yun Hui sudah tidak dapat mengendalikan diri. Didorongnya Tu Wee Seng ke samping, namun Tu Wee Seng malah mencengkeram lengannya.
"Lepaskan tanganmu!" bentak Ling Hung karena melihat Tu Wee Seng mencengkeram lengan Pek Yun Huu justru pada waktu bersamaan, terdengarlah suara bentakan yang amat keras.
"Siapa ribut-ribut di luar?"
"Tidak ada apa-apa!" sahut Thu It Kang cepat, lalu melesat ke tempat gelap, Tu Wee Seng menarik Pek Yun Hui ke sana, Ling Hung pun mengikuti mereka, Setelah berada di tempat gelap itu, Tu Wee Seng langsung berbisik
"Kini Wang Han Siang dan lainnya sedang menginterogasi Sie Bun Yun. Asal mereka membawa dia kembali ke ruang tahanan, kita pun punya akal."
Pek Yun Hui mengangguk dan memandang ke dalam kamar tempat Sie Bun Yun diinterograsl Selain pemuda itu, di dalam kamar itu masih terdapat enam orang. Dua di antaranya Pek Yun Hui sudah kenal, yakni Yap Yong Ceng dan Wang Han Siang, sedangkan empat orang lainnya pasti Coan Tiong Si Chouw,
Sie Bun Yun duduk di sebuah kursi dengan kaki dan tangan diikat ia menghadap mereka berenam juga menghadap pada arah Pek Yun Hui,
Sepuluh hari tidak melihat Sie Bun Yun, pemuda itu tampak agak kurus dan wajahnya agak kusut, Menyaksikan itu, mata Pek Yun Hui langsung bersimbah air.
"Bun Yun! Bun Yun!" serunya dalam hati, "Tahukah engkau, aku sudah datang?"
Pek Yun Hui ingin sekali menerjang ke dalam kamar itu untuk menolongnya namun untung masih dapat mengendalikan diri,
Ling Hung yang berdiri di sisinya melihat mata Pek Yun Hui bersimbah air, Namun gadis itu sama sekali tidak tahu apa sebabnya, hanya menganggap Pek Yun Hui sangat baik terhadap teman, Terhadap temannya sudah begitu, apalagi terhadap dirinya? Pikir Ling Hung dan merasa bahagia sekali,
"Sie Bun Yun!" suara Wang Han Siang, "Kami mengundangmu ke mari, Asal engkau bersedia menyerahkan Cong Cin To itu pada kami, siapa pihak lain berani mengganggu dirimu lagi, kami pihak partai Thian Liong pasti membantumu!" "Ha ha!" Sie Bun Yun tertawa gelak, "Terimakasih atas maksud baik ka)ian! Sudah kukatakan sejak aku berada di sini, bahwa aku sama sekali tidak tahu menahu tentang Cong Cin To itu. pereuma kalian terus bertanya padaku."
"Meskipun engkau berada di luar perbatasan, kami sudah mengetahui berita mengenai dirimu." ujar Wang Han Siang. "Tentunya berita itu tidak palsu, Malah kini partai Hwa San telah membumi hanguskan Cui Cuk San Cung, apakah itu tiada sebab musababnya?"
"Apa?" Sie Bun Yun tampak terkejut sekali, "Partai Hwa San membumi hanguskan Cui Cuk San Cung? Kalau begitu, bagaimana keadaan paman dan adik misan pe-rempuanku itu? Ayoh! Cepat beritahukan!"
Setelah mendengar itu, berdukalah hati Pek Yun Hui.
Karena setelah mendengar tentang itu, Sie Bun Yun langsung bertanya tentang Ling Hung, sama sekali tidak bertanya mengenai dirinya,
Berdasarkan itu, dapat diketahui betapa cintanya pada Ling Hung, Walau kini sedang berada di tangan musuh, ia masih memikirkan keselamatan gadis tersebut Pek Yun Hui menoleh ke arah Ling Hung, Gadis itu justru tampak tidak tahu di balik ucapan Sie Bun Yun yang penuh mengandung cinta kasih padanya, Seketika juga Pek Yun Hui berpikir, kalau ia berniat membantu
Sie Bun Yun dalam hal tersebut, mungkin Ling Hung tetap tidak akan mengacuhkan pemuda itu,
"Pamanmu sudah meninggal," sahut Wang Han Siang. "Kalau begitu, bagaimana keadaan adik misan
perempuanku?" tanya Sie Bun Yun lagi,
"Tiada kabar berita dan jejaknya," sahut Wang Han Siang sambil tertawa dingin, "Ayoh! cepatlah kalian lepaskan aku!" bentak Sie Bun Yun dan sekaligus meronta, sehingga kursi yang didudukinya bergoyang-goyang,
"Tenang!" ujar Wang Han Siang sambil tersenyum. "Ekspedisi Thian Liong memiliki banyak anak buah, Hanya mengeluarkan perintah saja, kami akan mengetahui jejak adik misan perempuanmu itu, jadi engkau tidak perlu cemas."
"Aku tidak membutuhkan bantuan kalian! Aku akan pergi mencarinya sendiri!" bentak Sie Bun Yun.
"Engkau tidak boleh meninggalkan tempat ini." Wang Han Siang tertawa-tawa, "Kecuali kalau engkau menyerahkan Cong Sin To itu."
Sie Bun Yun tertegun, Keningnya berkerut-kerut rupanya sedang mempertimbangkan untuk mengambil suatu keputusan
"Kalau engkau masih keras kepala, kami sudah tidak bisa bersabar untuk menunggu lagi," ujar Wang Han Siang bernada mengancam, kemudian mendadak bangkit berdiri dan sekaligus melancarkan pukulan ke arah Sie Bun Yun dengan jurus Wua Ti Fan Yun (Dibawah pergelangan ,Membalikkan Awan), mengarah pada jalan darah Sien Kie dan Hwa Kai,
Kedua jalan darah itu terletak di bagian dada. Siapa tertotok ke dua jalan darahnya itu, kalaupun tidak mati, pasti akan cacat seumur hidup,
Akan tetapi, mendadak Wang Han Siang menahan tangannya, ternyata ia cuma ingin menakuti Sie Bun Yun saja,
Namun Pek Yun Hui yang bersembunyi itu, tanpa sadar mengeluarkan suara jeritan saking terkejutnya,
nAaakh. " Suara jeritannya itu membuat Yap Yong Ceng dan Coan Tiong Si Chouw langsung bangkit berdiri sambil memandang ke luar.
Tu Wee Seng telah bersusah payah memasuki bangunan markas cabang ekspedisi Thian Liong ini, tapi malah dirusak oleh Pek Yun Hui di saat yang begitu genting, otomatis sangat menggusarkannya,
"Plak!" Tu Wee Seng langsung menghantam punggung Pek Yun Hui.
seketika juga Pek Yun Hui menjerit, badannya pun terpental ke dalam kamar itu, tepat di sisi kursi Sie Bun Yun.
Keenam orang yang berada di dalam kamar itu tertegun dan terbelalak Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa yang menerobos ke dalam kamar itu seorang pemuda, maka mereka pun berlega hati, dan tertawa dingin seketika,
Pek Yun Hui tahu bahwa dirinya sudah berada dalam bahaya, namun ia malah bersikap tenang, bahkan tidak menghiraukan mereka,
"Saudara Bun Yun, bagaimana keadaanmu?" tanyanya kepada Sie Bun Yun.
Begitu melihat yang menerobos ke dalam kamar itu Pek Yun Hui, hati Sie Bun Yun tersentak kaget dan girang,
"Saudara kecil, engkau bukan lawan mereka! Kenapa engkau harus ke mari cari mati?" sahut Sie Bun Yun menggeleng-gelengkan kepala,
Sahutan Sie Bun Yun membuat hati Pek Yun Hui terhibur, sebab pemuda tersebut masih memperhatikan dirinya, Hanya saja pemuda itu sama sekali tidak tahu bahwa Pek Yun Hui adalah seorang gadis.
"Saudara Bun Yun, aku akan melepaskan tali yang mengikat dirimu." Pek Yun Hui menjulurkan tangannya dengan maksud ingin melepaskan tali itu, Akan tetapi, di saat bersamaan Pek Yun Hui mendengar desiran di belakangnya, Ternyata Kim Coa Su-seng-Wang Han Siang telah menyerang dengan kipas mengarah pada lengannya,
Pek Yun Hui terpaksa meloncat mundur, kemudian bentaknya gusar,
"Saudara Bun Yun sudah bilang, bahwa dia tidak tahu tentang Cong Gin To itu! Kenapa kalian masih mengurungnya di sini? Apakah kalian sudah kebal akan hukum?"
He he he!" Wang Han Siang tertawa terkekeh, "Sobat kecil, engkau ingin mencampuri urusan ini?"
Ketika Pek Yun Hui baru mau menyahut, mendadak Sie Bun Yun sudah mendahuluinya bertanya,
"Saudara kecil, di mana Ling Hung?"
Pek Yun Hui tadi cuma memperhatikan Sie Bun Yun, sehingga melupakan gadis tersebut Karena Sie Bun Yun bertanya, ia pun jadi tertegun,
Tadi ia bersama Ling Hung, maka seharusnya Ling Hung menyusulnya di kamar ini. Namun kenapa Ling Hung malah tak ada suaranya? Apakah ia sudah dibawa pergi oleh Tu Wee Seng dan Thu It Kang?
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Pek Yun Hui berpikir Walau ke dua orang itu sangat licik dan jahat, namun ia yakin ke dua orang itu tidak akan melukai Ling Hung, sebab masih ingin memperalat gadis itu untuk memaksa Sie Bun Yun membuka mulut, Setelah berpikir demikian, Pek Yun Hui pun berlega hati
"Dia baik-baik saja, engkau tidak perlu mencemaskannya," sahut Pek Yun Hui dengan suara rendah,
"Syukurlah kalau begitu," ucap Sie Bun Yun sambil menarik nafas lega, Pek Yun Hui mendongakkan kepala, ia melihat dirinya telah dikurung oleh enam orang itu.
ia tahu jelas, kalaupun satu lawan satu, masih sulit baginya untuk melawan, apalagi harus melawan enam orang itu, Namun apa boleh buat, tidak bisa melawan pun harus mengadakan perlawanan
"Kalian ingin bertempur?" tanya Pek Yun Hui sambil menggenggam pedangnya erat-erat.
"Ha ha!" Wang Han Siang tertawa gelak, "Sobat kecil, sungguh besar mulutmu!"
Karena barusan Pek Yun Hui memandang Wang Han Siang, maka dia pula yang menyahut, itu pun karena dia yang menculik Sie Bun Yun.
"Engkau paling jahat!" bentak Pek Yun Hui.
ia lalu menggerakkan pedangnya menyerang Wang Han Siang dengan jurus Cang Hong Khong Jit (Pelangi Melintang Di Matahari), yaitu salah satu jurus dari ilmu pedang yang terdapat di dalam kitab Kui Goan Pit Cek. Maka dapat dibayangkan betapa lihay dan dahsyatnya jurus tersebut, Padahal Wang Han Siang sama sekali tidak memandang sebelah mata pada Pek Yiin Hui, Namun ketika pedang itu berubah berbentuk seperti pelangi mengarah padanya, ia pun terkejut dan tidak berani meremehkannya lagi, ia mengeluarkan jurus Mung Ih Si Kang (Hujan Deras Di Si Kang) untuk menangkis serangan Pek Yun Hui.
ilmu pedang Pek Yun Hui berasal dari kitab pusaka Kui Goan Pit Cek. Hanya sayang Lweekangnya masih dangkal, sehingga masih tidak mampu mengembangkan kehebatan ilmu pedang tersebut Akan tetapi, cukup merepotkan Wang Han Siang untuk memecahkan jurus tersebut
Wang Han Siang menangkis dengan jurus andalannya itu, maksudnya ingin membuat pedang itu terlepas dari tangannya, Tapi mendadak gerakan pedang Pek Yun Hui berubah, Memang masih tetap jurus Cang Hong Khoan Jit tetapi gerakannya telah berubah, Pedang itu membentuk beberapa lingkaran dan tetap mengarah pada dada Wang Han Siang, sehingga membuat kipas Wang Han Siang menangkis tempat kosong,
Wang Han Siang sungguh terkejut, dan cepat-cepat mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu Pat Pu Teng Khong (Delapan Langkah Menembus Angkasa), lalu secepat kilat badannya melesat ke belakang,
Dengan ilmu ginkang tersebut, barulah Wang Han Siang dapat meloloskan diri dari serangan Pek Yun Hui.
Ketika Wang Han Sang mulai bertarung dengan Pek Yun Hui, Coan Tiong Si Chouw duduk kembali Tentu-nya mereka menganggap Wang Han Siang dapat mengalahkan Pek Yun Hui hanya dalam beberapa jurus. Akan tetapi, sebaliknya malah Wang Han Siang yang terdesak mundur beberapa langkah,
Pek Yun Hui tidak melancarkan serangan lagi pada Wang Han Siang, melainkan dengan jurus Ngo Gwce Tang Hong (Desiran Angin Di Bulan Lima) mengarah pada tali yang mengikat Sie Bun Yun.
"Krek! Krek!" Tali itu telah putus.
Setelah tali itu putus, Sie Bun Yun segera melancarkan beberapa pukulan dan berseru,
"Saudara kecil, terjang ke luar!"
Pek Yun Hui mengangguk, dan mereka berdua lalu menerjang keluar Akan tetapi baru beberapa depa, Coan Tiong Si Chouw telah melesat ke hadapan mereka, dan langsung mengurung mereka dengan Si Siang Tin Hoat (Formasi Empat Gajah).
"Kalian berempat tidak perlu turun tangan!" seru Wang Han Siang, "Biar aku yang minta petunjuk pada mereka!" Setelah terlepas dari ikatan, semangat Sie Bun Yun bertambah, dan kemudian mengeluarkan senjatanya yang berupa sebatang bambu yang mengkilap. Mereka berdua berdiri dengan punggung menghadap punggung di ruang tengah, Pada saat itu, Pek Yun Hui tampak gagah sekali, siapa pun tak menyangka bahwa sesungguhnya dia adalah seorang gadis,
"Kim Coa Suseng!" bentak Sie Bun Yun. "Engkau adalah tokoh tua rimba persilatan, maka kami berdua melawan satu!"
"Ha ha ha!" Kim Coa Suseng-Wang Han Siang tertawa jumawa. "Kalian berdua boleh maju bersama!"
Sie Bun Yun menggerakkan bambunya membentuk beberapa lingkaran ia tidak langsung menyerang Wang Han Siang, melainkan berkata padanya,
"Kim Coa Suseng! Kalau kami kalah memang tidak bisa bilang apa-apa lagi, tapi bagaimana seandainya kami yang menang?"
"Ha ha!" Wang Han Siang tertawa gelak, "Kalian sedang bermimpi apa? Majulah!"
"Jawab dulu!" bentak Sie Bun Yun. "Bagaimana seandainya kami yang menang?"
"Kalau kalian menang, kalian boleh meninggalkan tempat ini!" sahut Kim Coa Suseng-Wang Han Siang.
Sie Bun Yun memang menghendakinya mengatakan demikian, maka segera menandaskan
"Sebagai lelaki sejati, jangan menarik kata-kata yang telah dicetuskan! Saudara kecil, mari kita serang dia!"
Bambu itu bergerak, jurus Khong Ceh Toh Cing (Merana Seorang Diri) pun dikeluarkan mengarah pada Wang Han Siang.
Guru Sie Bun Yun tergolong tokoh tua yang aneh, maka ilmu silatnya sangat berbeda dengan ilmu silat Tionggoan, Setiap jurus mengandung banyak gerakan aneh, bahkan amat bertenaga dan sekaligus menotok jalan darah lawan.
Jurus tersebut mengarah pada jalan darah di tenggorokan Wang Han Siang, yakni Thian Tu, Sien KJe dan Hwa Kai Hiat.
"Serrrt!" Wang Han Siang mengembangkan kipasnya mengeluarkan jurus Sen Ngai Hui Pok (Air Terjun Di Tepi Tebing), Jurus itu dapat mematahkan serangan Sie Bun Yun, bahkan sekaligus menyerang puIa,
Sie Bun Yun segera mundur Wang Han Siang ingin memburunya, tetapi pedang Pek Yun Hui telah bergerak, jurus Cih Hun Lam Pak (Memisahkan Selatan Utara) mengarah pada punggung Wang Han Siang,
jurus tersebut membuat Wang Han Siang harus meloncat kesamping, akan tetapi pada waktu bersamaan, Sie Bun Yun telah menyerangnya, begitu pula Pek Yun Hui. pedang dan bambu saling menyusul menyerang Wang Han Siang dengan jurus-jurus yang aneh, Dalam waktu sekejap, Wang Han Siang telah terkurung oleh pedang Pek Yun Hui dan bambu Sie Bun Yun.
Kim Coa Suseng telah mencetuskan, bahwa apabila mereka menang, maka boleh meninggalkan tempat itu.
Yap Yong Ceng dan Coan Tiong Si Chouw diam saja, sebab kedudukan Wang Han Siang masih di atas mereka, Meskipun mereka berlima merasa kurang puas, tapi tetap diam,
sementara pertarungan semakin seru, tak terasa sudah melewati belasan jurus,
Tiba-tiba Wang Han Siang membentak keras dan tangan kirinya mengeluarkan jurus Kim Coa Seh Yu (Ular Emas Merayap), sedangkan tangan kanannya menggerakkan kipasnya yaitu gerakan Coa Hang Sam Cun (Ular Melingkar Di Musim Semi), mengarah pada Pek Yun Hui. Pek Yun Hui terpaksa berkelit ke samping, seketika juga Wang Han Siang menyerang Sie Bun Yun dengan jurus-jurus beruntun, yakni Chiang Coa Cut Tong (Ular Panjang Keluar Gua), Mieh Khi Tok Thian (Hawa Ama-rah Menembus Langit) dan Lang Cien Liu Sah (Ombak Menderu pasir Mengalir).
serangan tiga jurus beruntun itu menimbulkan suara menderu-deru, bahkan mengurung Sie Bun Yun dari tiga arah, Sie Bun Yun termundur-mundur dan kelihatan sudah berada di bawah angin.
Terkejutlah Pek Yun Hui. ia langsung melesat ke arah Wang Han Siang bersama pedangnya dengan gerakan Liong Hang Yen Khong (Naga Meliuk Di Ang-kasa), Namun sayang sekali, Lweekang Pek Yun Hui masih dangkal, maka belum mencapai tingkat Sen Hap Kiam (Badan Menyatu Dengan Pedang), sebetulnya itu adalah ilmu pedang tingkat tinggi yang tiada laranya, Namun karena Lweekang Pek Yun Hui masih dangkal, maka kedahsyatan jurus tersebut masih kurang,
sementara Wang Han Siang terus mendesak Sie Bun Yun dengan jurus-jurus yang mematikan, sehingga membuat nyawa pemuda tersebut berada di ujung tanduk,
Akan tetapi, Pek Yun Hui mendadak menyerangnya, sehingga Wang Han Siang terpaksa berhenti menyerang Sie Bun Yun, lalu secepat kilat berkelit sambil melancarkan sebuah pukulan.
Pukulan tersebut disertai hampir delapan bagian Lweekangnya, sehingga menimbulkan suara menderu deru. ia yakin, pukulannya pasti akan membuat Pek Yun Hui terpental
Tapi Wang Han Siang mana tahu, jurus yang dilancarkan Pek Yun Hui justru adalah jurus ciptaan Sam Im Sin Ni dan Thian Kie Cinjin, Dapat dibayangkan betapa lihaynya jurus tersebut
Setelah melancarkan pukulan itu, Wang Han Siang menyerang Sie Bun Yun lagi dengan kipasnya, sebab ia yakin bahwa Pek Yun Hui akan terpental oleh pukulannya itu. Akan tetapi, ketika kipasnya hampir mengenai dada Sie Bun Yun, ia pun merasa punggungnya dingin.
Sungguh di luar dugaannya, ternyata jurus Liong Hang Yen Khong dapat menerobos angin pukuIannya, bahkan pedang Pek Yun Hui mengarah punggungnya,
Bukan main terkejutnya Wang Han Siang, ia terpaksa menarik serangannya yang mengarah ke dada Sie Bun Yun, kemudian secepat kilat berkelit ke samping, dan sekaligus batas menyerang dengan kipasnya,
"Tranng!" Terdengar suara benturan senjata,
Pek Yun Hui merasa ngilu tangannya sehingga pedangnya terlepas dari tangannya,
Namun memang sungguh luar biasa jurus Liong Hang Yen Khong tersebut, sebab ketika pedang itu terlepas dari tangan Pek Yun Hui, masih dapat menyabet sebagian pakaian Wang Han Siang.
Sementara Sie Bun Yun telah menyerang dengan jurus Phing Lan Cih Ie (Bersandar Di pagar Mengirim Kenangan), ujung bambunya mengarah ke Cioh Ceh Hiat di badan Wang Han Siang.
Wang Han Siang tidak dapat berkelit Lengannya terasa sakit dan ngilu terkena totokan itu, dan kipas pun terlepas dari tangan
"Ha ha!" Sie Bun Yun tertawa gelak, "Saudara kecil, kita sudah menang, mari kita pergi!"
Sudah lama Wang Han Siang malang melintang di rimba persilatan Selama itu tidak pernah mengalami hal seperti ini. Namun jurus Liong Hang Yen Khong, telah membuatnya berada di bawah angin, bahkan pakaiannya juga hilang sebagian tersabet pedang Pek Yun Hui, dan pada waktu bersamaan kipasnya pun terlepas dari tangannya, Berdasarkan kenyataan, Wang Han Siang memang sudah kalah, Oleh karena itu Sie Bun Yun segera berseru demikian, justru menyebabkan Wang Han Siang tertegun dengan mulut membungkam
sementara Wang Han Siang masih tertegun dengan mulut membungkam Sie Bun Yun segera menyentak pedang Pek Yun Hui yang tergeletak di lantai dengan ujung tongkat dengan cepat,
"Wang Cianpwee tidak akan ingkar janji kan? Nah, kami mohon pamit!" ujar Pek Yun Hui,
"Saudara Wang!" tegur Coan Tiong Si Chouw sambil tertawa dingin "Apakah harus membiarkan mereka pergi begitu saja?"
"Biar mereka pergi!" sahut Kim Coa Suseng-Wang Han Siang,
"Saudara Wang!" seru Cu Bo Sin Tan-Yap Yong Ceng, "Bukankah urusan Cong Cin To sangat penting?"
"Aku membiarkan mereka pergi, tentunya aku pula yang akan menangkap mereka lagi!" Wang Han Siang tertawa panjang,
Yap Yong Ceng dan Coan Tiong Si Chouw tahu maksud hati Wang Han Siang yang tidak mau mengingkar janji Namun setelah mereka keluar dari markas cabang Thian Liong, Wang Han Siang pun akan menangkap mereka berdua lagi.
"Ha ha!" Mereka tertawa gelak, "Sungguh hebat rencana Saudara Wang!"
Kelicikan mereka membuat Pek Yun Hui gusar sekali, tetapi Sie Bun Yun telah menarik tangannya,
"Saudara kecil, mari kita pergi dulu! Sampai di luar barulah kita cari akal untuk meloloskan diri." bisiknya,
Mereka berdua lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Coan Tiong Si Chouw, Yap Yong Ceng dan Wang Han Siang saling memandang, kemudian mereka pun manggut- manggut sambil tersenyum licik.
*****
Bab ke 32 - Hati Remuk Timbul Dendam
Sie Bun Yun berjalan sambil mencari akal agar dapat meloloskan diri Sebelum keluar dari pintu markas cabang ekspedisi Thian Liong, sekonyong-konyong terdengarlah suara jeritan yang memilukan, tampak pula api membumbung tinggi
"Cepat lapor pada kepala piauwsu, sekelompok musuh menuju ke mari!"
itu suara teriakan para anak buah Wan^ Han Siang, tentunya sangat mengejutkannya.
"Coan Tiong Si Chouw, cepat pergi lihat apa yang terjadi!" seru Kim Coa Suseng-Wang Han Siang,
Dalam keadaan kacau balau, Sie Bun Yun dan Pek Yun Hui telah berhasil keluar Tapi begitu sampai di pintu, beberapa orang langsung menghadang mereka, Sie Bun Yun menggerakkan bambunya, dan beberapa orang itu pun roboh seketika.
Wang Han Siang bergerak cepat melesat ke arah mereka, namun pada waktu bersamaan tampak beberapa benda meluncur ke arahnya, Begitu melihat benda benda itu, Wang Han Siang pun membentak
"Tikus-tikus Hwa San, ayoh cepat keluar!"
Tampak dua orang melayang turun. Yang di depan seorang tua memegang sebatang toya bambu, Wang Han Siang mengenali orang itu, yang tidak lain adalah Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng, ketua partai Hwa San.
Melihat orang tersebut, Wang Han Siang tidak berani berlaku ayal lagi, dan langsung menyerang dengan kipas-nya. Tu Wee Seng memutarkan badannya ke belakang, Wang Han Siang tidak berani memburunya, karena ia tahu kepandaian orang tersebut amat tinggi
Di saat itu, muncul To Pie Kim Kong-Thu It Kang, dan langsung menyerang Wang Han Siang, namun kemudian meloncat mundur Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara anak gadis,
"Jago-jago dari sembilan partai telah ke mari! Hari kiamat bagi ekspedisi Thian Liong telah tiba!"
Wang Han Siang menyadari bahwa setelah ia menculik Sie Bun Yun dari Cui Cuk San Cung, kaum Bu Lim tidak akan menyudahi sampai di situ sebab menyangkut Cong Cin Ttf.
Oleh karena itu, begitu sampai di markas cabang tersebut, secara diam-diam ia pun menghubungi ke suatu tempat di luar Kota Thai Chouw.
Tapi ketika mendengar gadis itu membentak demi-kian, seketika juga ia tertegun Benar atau tidak ucapan gadis itu, ia pun tidak mengetahuinya. Namun yang jelas suasana di luar telah kacau balau,
sementara itu, Tu Wee Seng, Thu It Kang, Pek Yun Hui, Sie Bun Yun dan gadis yang berteriak itu telah melesat pergi, Setelah mengetahui bahwa dirinya ter-jebak, Wang Han Siang segera mengejar, tetapi ke lima orang itu telah hilang,
Betapa gusarnya Wang Han Siang, akhirnya ia kembali ke dalam untuk membantu memadamkan api yang berkobar- kobar.
Segala itu, memang harus berterimakasih pada Pat Pie Sin Ong-Tu Wee Seng. Ketika ia memukul punggung Pek Yun Hui, justru tidak menyangka kalau Pek Yun Hui akan terpental ke dalam kamar tempat Sie Bun Yun sedang diinterogasi,
Begitu melihat Pek Yun Hui terpental ke tempat itu, timbullah suatu ide dalam hati Tu Wee Seng. Pada waktu itu, Ling Hung juga ingin melesat ke dalam kamar itu, namun keburu dicegah oleh Tu Wee Seng sambil menyekap mulutnya agar tidak bersuara,