Jilid 27
Blamm!
Co Hiong terpental hampir lima depa, sedangkan Bee Kun Bu terdorong mundur tiga langkah.
Betapa penasarannya Co Hiong, karena dirinya terpental sekian jauh, namun Bee Kun Bu cuma terdorong mundur tiga langkah Selain penasaran, ia pun terkejut bukan main karena merasa dadanya sesak.
sementara Gin Tie Suseng menyaksikan pertarungan itu dengan penuh perhatian, dan bertambah kagum pada Bee Kun Bu. Kalau ia tadi terus melawan Co Hiong, kini mungkin sudah tergeletak tak bernyawa, Demikian pikirnya sambil menarik nafas panjang.
Saat ini Bee Kun Bu dan Co Hiong berdiri dalam jarak kurang lebih tujuh depa dan saling menatap dengan tajam. Bee Kun Bu meluruskan pedangnya ke samping, sedangkan Co Hiong meluruskan pedangnya ke atas.
Mendadak terdengar suara bentakan keras, mereka berdua mulai saling menyerang lagi, bahkan mengeluarkan jurus-jurus andalan masing-masing. Dapat dibayangkan betapa seru dan dahsyatnya pertarungan kali ini, pedang mereka pun mengeluarkan hawa dingin.
Sekian lama Co Hiong tidak mampu merobohkan Bee Kun Bu, sehingga membuatnya amat penasaran dan merasa gugup.
Oleh karena itu, ia lalu mencari-cari akal bagaimana cara merobohkan Bee Kun Bu. Tiba-tiba timbul suatu akal busuknya, yakni berpura-pura lengah supaya Bee Kun Bu menyerangnya, lalu ia akan balas menyerang secara mendadak Setelah timbul akal busuknya, gerakan pedangnya pun tampak lamban, Jurus itu adalah jurus Kim Cin Teng Hai (Jarum Emas Menenangkan Laut).
Ketika melihat jurus yang lamban itu, Bee Kun Bu jadi merasa girang dan langsung menyerang perut Co Hiong dengan pedangnya, sambil tangan kirinya melancarkan sebuah pukulan.
Co Hiong tidak berkelit tetapi menangkis, sebab ia sudah menduga bahwa Bee Kun Bu pasti menyerangnya dengan cara demikian Kemudian ia mengganti jurusnya dengan jurus Tok Hu Tang Koan (Menjaga Pintu seorang Diri) untuk mematahkan jurus dan pukulan Bee Kun Bu. Setelah itu secepat kilat ia menyerang dengan jurus andalannya, yakni jurus Cian Kun Ban Ma (Ribuan prajurit Laksaan Kuda).
Dengan jurus tersebut, Co Hiong ingin membunuh Bee Kun Bu. ia yakin Bee Kun Bu tidak akan menduga serangannya, Tidak salah, Bee Kun Bu memang tidak menduganya, Namun sejak ia bertarung dengan Lima Setan Swat Ling San, pengalamannya dalam hal bertarung pun bertambah
Karena itu, serangan yang di luar dugaannya tersebut sama sekali tidak membuatnya jadi panik, ia bergerak cepat mengeluarkan jurus Thui Poh Pang Lan (Men-dorong Gelombang), dan seketika juga tampak sinar pedang berkelebatan mengarah pada Co Hiong. padahal sesungguhnya jurus itu merupakan jurus pelindung diri, namun membuat Co Hiong harus meloncat mundur Ternyata jurus itu telah menangkis serangan Co Hiong, dan Co Hiong segera meloncat mundur, karena khawatir Bee Kun Bu akan menyerangnya.
pertarungan itu membuat Gin Tie Suseng mengucurkan keringat dingin, Apalagi ketika Bee Kun Bu mendapat serangan dengan jurus amat dahsyat itu, Gin Tie Suseng hampir menjerit Gin Tie Suseng tahu, bahwa kepandaian Bee Kun Bu masih di atas Co Hiong, maka kalau pertarungan itu masih berlanjut, Bee Kun Bu pasti menang, Akan tetapi, Co Hiong amat licik dan banyak akal busuknya, bahkan mampu berbuat curang dalam saat bertarung, itu yang dikhawatirkan Gin Tie Suseng.
Setelah mendapat serangan, Bee Kun Bu pun mulai berhati-hati, sebab ia tahu bahwa lawannya itu amat jahat, licik dan akan berbuat curang.
"Dia selalu melancarkan serangan curang, kalau mau menang haruslah melukainya duIu, Kalau tidak, sulit merobohkannya, seandainya dia masih dapat meloloskan diri lagi, sulitlah mencarinya," ujarnya dalam hati.
Dengan adanya pikiran begitu, Bee Kun Bu terus-mencrus menyerang Co Hiong, bahkan diam-diam mengerahkan Lweekangnya di tangan kirinya, siap untuk melancarkan Tan Cih Sin Kang (llmu Telunjuk Sakli).
Namun sungguh di luar dugaannya, karena Bee Kun Bu tampak begitu serius, Co Hiong pun bereuriga dan yakin bahwa Bee Kun Bu sedang menunggu kesempatan untuk melancarkan jurus andalannya.
Oleh karena itu, kini Co Hiong lebih banyak bertahan dari pada menyerang, Walau demikian, masih sulit bagi Bee Kun Bu untuk melukainya.
Tak terasa mereka bertarung sudah lebih dari tiga puluh jurus, Dalam tiga puluh jurus ini, Bee Kun Bu terus-menerus menyerang Co Hiong dengan jurus-jurus andalannya, tapi Co Hiong terus bertahan dengan jurus-jurus simpanannya pu!a. Karena itu, Bee Kun Bu cuma mampu mendesaknya, sama sekali tidak bisa melukainya.
Gin Tie Suseng yang menyaksikan pertarungan itu merasa sangat kagum, sehingga tanpa sadar mengeluarkan suara pujian.
"llmu pedang yang sungguh hebat!" Bee Kun Bu yang sedang menyerang Co Hiong, tidak menyangka bahwa Gin Tie Suseng akan mengeluarkan suara pujian itu, maka langsung'melirik ke arahnya, Co Hiong melihatnya, dan kesempatan tersebut tidak disia-siakannya, ia langsung menyerang Bee Kun Bu bertubi-tubi dengan pedangnya, bahkan juga dengan tendangan
Bee Kun Bu terkejut menyaksikan serangan yang amat dahsyat itu, ia terpaksa mengelak, tetapi Co Hiong justru tidak melanjutkan serangannya, melainkan mengerahkan ginkangnya melesat ke rimba.
Bee Kun Bu ingin mengejar, tapi Co Hiong sudah masuk rimba, maka Bee Kun Bu pun tidak jadi mengejarnya.
"Co Hiong! Hari ini engkau masih bisa meloloskan diri, tapi jangan bertemu aku lagi, aku tidak akan mengampunimu!" seru Bee Kun Bu.
Gin Tie Suseng menyesal sekali, karena seruannya tadi telah membuat Co Hiong dapat meloloskan diri, ia merasa lidak enak terhadap Bee Kun Bu, lagi pula tidak tahu ada permusuhan apa di antara mereka, Karena itu, ia segera menghampiri nya.
"llmu pedang Saudara Bee sungguh hebat, maka saking kagumnya membuatku mengeluarkan suara pujian Namun justru menyebabkan Co Hiong punya kesempatan untuk meloloskan diri, Aku harap Saudara Bee sudi memaafkanku!" ucap Gin Tie Suseng.
"Co Hiong memang licik dan banyak akal busuk, dia dapat kabur tiada kaitan nya dengan Saudara Kim," sahut Bee Kun Bu dan memberitahukan "Aku telah ke Siang Cing Koan dan bertarung dengan Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, tapi aku justru terjebak ke dalam ruang bawah tanah, Untung Tan Cun Goan Cianpwee turun tangan meno!ongku, kalau tidak, mungkin aku sudah mati ter-bakar." "Oh?" Gin Tie Suseng mendongakkan kepala, ia melihat Tan Cun Goan berdiri tak jauh dari situ, tentunya ia tidak habis berpikir Padahal Tan Cun Goan adalah salah seorang dari Lima Setan Swat Ling San, yang boleh dikatakan adalah musuh besar Bee Kun Bu. Tapi kenapa justru dia menoIongnya? itu sungguh aneh!
Walau berpikir demikian, ia tetap menghampiri Tan Cun Goan, dan lalu memberi hormat
Menyaksikan sikap Gin Tie Suseng, Tan Cun Goan sudah dapat menduga apa yang dipikirkannya.
"Tay Pah San dengan Swat Ling San, pada dasarnya memang punya sedikit hubungan Saat ini di Siang Cing Koan masih berlangsung kebakaran, maka aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelaskan agar kalian berdua tidak diliputi teka-teki," ujarnya sambil tersenyum
"Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu.
Tan Cun Goan menarik nafas panjang, kemudian memandang jauh ke depan seraya berkata.
"Hampir tiga puluh tahun aku berkecimpung di rimba persilatan Kalau dipikirkan kembali, itu bagaikan dalam impian Segala sesuatu yang terjadi, boleh dikatakan merupakan permainan hidup." Tan Cun Goan meng-geleng-gelengkan kepala, lalu melanjutkan "Kalau di-bicarakan, amat memakan waktu, maka lebih baik ku-persingkat saja."
"Cianpwee, kini Co Hiong sudah kabur, dan kami berdua pun tidak akan tergesa-gesa melanjutkan perjalanan Alangkah baiknya Cianpwee duduk dulu sambil menceritakan," ujar Bee Kun Bu.
"Aku justru harus segera kembali untuk melapor," sahut Tan Cun Goan lalu duduk, "Setelah kuceritakan, harap kalian berdua mengerti akan maksudku!" "Kalau begitu, silakan Cianpwee menceritakannya!" Bee Kun Bu duduk di hadapan Tan Cun Goan, sedangkan Gin Tie Suseng duduk di sisi Bee Kun Bu.
"Aku adalah orang Tionggoan, yang sejak kecil senang sekali akan ilmu silat Oleh karena itu, aku merantau ke luar perbatasan, dan akhirnya masuk aliran Swat Ling San Dalam tiga puluh tahun ini, aku melihat ada perbedaan antara Bu Lim Tionggoan dengan Bu Lim luar perbatasan maupun seberang laut, dan ilmu silatnya pun agak berbeda pula."
"llmu silat luar perbatasan maupun seberang laut memang hebat dan aneh," ujar Bee Kun Bu. "Kalau tidak cenderung pada kesesatan, tentunya dapat menyamai rimba persilatan Tionggoan,"
"Padahal sesungguhnya.,." sahut Tan Cun Goan sambil menarik nafas, "llmu silat di luar perbatasan maupun di seberang laut, semuanya bersumber dari ilmu silat Tionggoan Tentunya kalian sudah tahu tentang itu."
"Bolehkah Cianpwee menjelaskan?" tanya Gin Tie Suseng. "Engkau berasal dari Tay Pah San, murid kesayangan
Kuang Ti Taysu yang tergolong aliran terkemuka di luar
perbatasan tentunya sudah tahu tentang itu." "Ya." Gin Tie Suseng mengangguk
"Lalu kenapa Cianpwee menolongku?" tanya Bee Kun Bu mendadak.
"Ketika kita bertemu di sungai Bu Han, aku dapat melihat Bee siauhiap adalah pendekar sejati, maka berulang kali aku menasihatimu agar tidak pergi ke Swat Ling San. Tunggu setelah waktunya tiba, barulah Bee siauhiap bertindak itulah tujuan dari semula."
"Kenapa Cianpwee mau melanggar peraturan aliran Swat Ling San untuk memberi nasihat padaku?" tanya Bee Kun Bu heran. "Sudah kukatakan tadi, Bee siauhiap adalah pendekar sejati, bahkan juga berbudi luhur dan berhati bajik, lagi pula aku merasa cocok dengan Bee siauhiap dan kita pun berjodoh. Oleh karena itu, kalau Bee siauhiap gugur di Swat Ling San, bukankah sangat sayang sekali?" ujar Tan Cun Goan dan melanjutkan "Ketika suhengku bertarung dengan Bee siauhiap, untung timbul suatu niat dalam hatinya, kalau tidak, Suhengku dan Bee siauhiap pasti sama-sama terluka parah, seandainya terjadi itu, lalu kini harus bagaimana?"
"Kalau begitu, selanjutnya aku harus bagaimana?" tanya Bee Kun Bu mendadak.
"Aku merasa cocok dan kagum akan kepandaian Bee siauhiap, sehingga secara tidak langsung telah berkhianat pada perguruan demi menolong Bee siauhiap keluar dari ruang bawah tanah itu, Namun selanjutnya kita adalah kawan atau lawan, itu sulit dipastikan Menurut aku, lebih baik Bee siauhiap meninggalkan Swat Ling San. jangan menempuh bahaya seorang diri, setelah punya rencana matang, barulah bertindak," jawab Tan Cun Goan memberi saran.
Mendengar itu, Bee Kun Bu diam saja, begitu pula Gin Tie Suseng, ia tidak berani turut campur dalam pembicaraan itu, karena apa yang dikatakan Tan Cun Goan ditujukan pada Bee Kun Bu.
sepasang mata Tan Cun Goan menyorot tajam memandang Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng, kemudian menjura seraya berkata.
"Baiklah! pembicaraanku sampai di sini, benar atau salah Bee siauhiap yang memutuskannya, selanjutnya diriku pun akan terikat oleh peraturan Swat Ling San, maka kalau kita bertemu lagi, aku pun tidak bisa menyambut dengan hormat Harap Bee siauhiap sudi memaafkanku di waktu itu, Sudah lama aku meninggalkan Siang Cing Koan, maka aku harus kembali dan sampai jumpa!" Tan Cun Goan menatap Bee Kun Bu sejenak, lalu mengerahkan ginkangnya melesat pergi menuju Siang Cing Koan.
Setelah Tan Cun Goan pergi, Bee Kun Bu meng-geleng- gelengkan kepala sambil menarik nafas panjang.
"Orang tua itu berhati luhur, boleh dijadikan teman, Tapi sayang dia adalah salah seorang dari Lima Setan Swat Ling San," gumamnya.
"Walau dia salah seorang dari Lima Setan Swat Ling San, namun tidak begitu jahat," ujar Gin Tie Suseng, "Apa yang dikatakannya itu memang ada benarnya juga, tidak tahu bagaimana rencana Saudara Bee?"
Padahal sesungguhnya, hati Bee Kun Bu sudah tergerak oleh nasihat Tan Cun Goan akan tetapi, ia tidak berani memutuskannya karena belum berunding dengan Pek Yun Hui.
"Aku yakin orang tua itu berkata sejujurnya, sama sekali tidak menakuti kita," ujar Bee Kun Bu. "Kebakaran di Siang Cing Koan, boleh dikatakan gara gara aku, tentunya Lam Thian It Sat tidak akan tinggal diam, Kita pun tidak bisa tinggal diam membiarkan Souw Peng Hai menimbulkan bencana di rimba persilatan Oleh karena itu, kita tetap harus memusnahkan Swat Ling San."
"Ha ha!W Gin Tie Suseng tertawa, "Memang sungguh kebetuIan, aku ke sana melalui jalan belakang, lalu bersembunyi dan timbul pula suatu pikiran, yakni mem- bumihanguskan Siang Cing Koan, Oleh karena itu aku membakar Siang Cing Koan itu dari belakang, tidak tahunya Saudara Bee justru membakar dari depan! Bu-kankah itu sangat kebetulan sekali?"
"Ha ha!" Bee Kun Bu juga tertawa, "Aku yakin Lam Thian It Sat pasti kebakaran jenggot saking gusarnya." "Ohya!" Gin Tie Suseng teringat sesuatu, "Nona Pek mengerahkan ginkangnya melesat ke mari, apakah saudara Bee sudah bertemu dengannya?"
"Lho?" Bee Kun Bu heran, "Aku justru ingin bertanya pada Saudara Kim, tapi Saudara Kim malah bertanya padaku."
"Yah!" Gin Tie Suseng menggeleng-gelengkan kepala. "Setelah Nona Pek melesat pergi, aku pun kehilangan jejaknya dan belum bertemu dengannya."
"Heran!" gumam Bee Kun Bu. "Kenapa Kakak Pek belum muncul. "
Ucapan Bee Kun Bu terputus, karena mendengar suara letusan. ia dan Gin Tie Suseng segera menoleh, tampak asap membumbung di atas Siang Cing Koan, dan bunyi letusan itu berasal dari sana.
Begitu melihat asap itu, Bee Kun Bu tahu bahwa itu merupakan suatu tanda dari pihak Swat Ling San, namun tidak tahu pertanda apa itu, tentunya di Siang Cing Koan itu telah terjadi sesuatu lagi.
"Saudara Kim, telah terjadi sesuatu lagi di Siang Cing Koan, mari kita ke sana! Jangan-jangan Kakak Pek sudah tiba di sana," ujar Bee Kun Bu.
Karena mengkhawatirkan keselamatan Pek Yun Hui, maka tanpa menunggu Gin Tie Suseng membuka mulut, ia sudah mengerahkan ginkangnya melesat ke arah Siang Cing Koan.
Begitu melihat Bee Kun Bu melesat pergi, Gin Tie Suseng tidak banyak berpikir lagi, langsung mengerahkan ginkangnya mengikuti Bee Kun Bu.
Tak seberapa lama kemudian, Bee Kun Bu sudah sampai di depan Siang Cing Koan, sementara api masih berkobar- kobar bagaikan lautan api.
"Apakah Kakak Pek berada di dalam?" tanyanya dalam hati, Tapi aku tidak tahu bagaimana keadaan di dalam." Perlu diketahui, bahwa bangunan Siang Cing Koan itu amat besar, luasnya hampir sepuluh hektar, yang terbakar itu bagian depan dan belakang, Oleh karena itu, Bee Kun Bu segera melesat ke samping, kemudian mengerahkan ginkangnya Ling Khong Sih Tou. Badannya meluncur ke atas, maksudnya ingin melihat keadaan di dalam.
"Kakak Pek!" serunya sambil menarik nafas dalam-dalam, Tampak badannya melesat ke suatu tempat, ternyata ia melihat Pek Yun Hui. "Aku datang mem bantu-mu!"
Saat ini Pek Yun Hui dikurung Lima Setan Swat Ling San dan para anak buah mereka, namun tidak tampak Souw Peng Hai.
Pek Yun Hui memandang Bee Kun Bu yang sedang melayang ke arahnya dengan wajah serius.
ketika melihat Pek Yun Hui, dapat dibayangkan betapa girangnya Bee Kun Bu. Maka ia mengerahkan ginkangnya menuju tempat Pek Yun Hui terkurung, lalu melayang turun di sisinya.
Begitu melihat kemunculan Bee Kun Bu, air muka Lam Thian It Sat langsung berubah.
"Siang Cing Koan sudah terbakar, dan Bee Kun Bu sudah meloloskan diri, bahkan kini muncul di sini! Eng-kau masih mau omong apa?" ujar Pek Yun Hui dingin pada Lam Thian It Sat.
Lam Thian It Sat tereengang, Bee Kun Bu dapat meloloskan diri dari ruang bawah tanah itu sungguh di luar dugaannya, maka membuatnya bereuriga.
"Kalau tiada orang menolongmu aku yakin engkau tidak dapat meloloskan diri dari tempat itu! Beritahukan, siapa yang menolongmu keluar dari sana?" tanya Lam Thian It Sat.
Bee Kun Bu tertawa gelak sambil menatap Lam Thian It Sat tajam, lama sekali barulah menjawab. "Apakah ruang di bawah tanah itu dapat mengurung diriku? Engkau sebagai ketua aliran Swat Ling San, tapi sama sekali tidak merasa malu menjebakku ke dalam ruang di bawah tanah itu! Ayoh, mari kita bertarung lagi!" tantang Bee Kun Bu.
*****
Bab ke 20 - Terjadi pertarungan Lagi
Kemunculan Bee Kun Bu memang mengejutkan Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, namun ia pun sangat gusar ketika ditantang, sehingga langsung tertawa dingin.
"Aku justru tidak ingin membunuhmu, maka mengurungmu di ruang bawah tanah, Akan tetapi sebaliknya engkau malah melempar semacam bahan peledak yang menyebabkan kebakaran di Siang Cing Koan! Karena itu, janganlah engkau menyalahkan kalau aku turun tangan jahat terhadapmu pula!" ujar Lam Thian It Sat membentak lalu menghampiri Bee Kun Bu selangkah demi selangkah
Mendadak Bee Kun Bu teringat sesuatu, yakni apa yang dipesankan Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin, wanita tua buta yang tinggal di dalam gua, tentang bagaimana cara menghadapi Lam Thian It Sat ini. Dalam jarak sepuluh langkah, ilmu pukulan Im Hong Toan Hun Ciang dapat melukai siapa pun.
Teringat akan pesan itu, Bee Kun Bu lalu menyebarkan pandangannya, ia melihat tempat itu tidak lebih dari sepuluh depa, bahkan terkurung oleh Lima Setan Swat Ling San dan para anak buah mereka, Setelah menyaksikan tempat tersebut, timbul pula suatu rencana dalam hatinya.
Maka ketika Lam Thian It Sat mendekatinya, ia pun tertawa dingin seraya membentak keras.
"Lihat serangan!" Bee Kun Bu menyerang Lam Thian It Sat dengan sebuah pukulan, kemudian mendadak memutarkan badannya, dan sambil menghantam lengan kiri Lam Thian It Sat. Menyaksikan serangan itu, Lam Thian It Sat tertawa gelak, lalu bergerak cepat menghindari serangan Bee Kun Bu, kemudian menjulurkan tangan kirinya menotok jalan darah di ketiak Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu juga tertawa gelak, lalu secepat kilat ia meloncat mundur sehingga punggungnya menghadap ke Empat Setan Swat Ling San. Melihat itu, Lam Thian It Sat terkejut
"Selain berkepandaian tinggi, dia pun amat cerdik." ujar Lam Thian It Sat dalam hati, "Dia memancingku menyerangnya dengan Im Hong Toan Hun Ciang, lalu akan mengelak agar pukulanku mengarah pada adik-adik seperguruanku Kalau aku ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan, terlebih dahulu harus meroboh kan-nya. Aku tidak akan mempergunakan ilmu pukulan Im Hong Toan Hun Ciang, melainkan akan mengadu Lwee-kang dengannya, Akan kulihat apakah dia mampu menandingi Lweekangku atau tidak
Lam Thian It Sat menatap Bee Kun Bu tajam, kemudian mendorongkan tangannya ke depan mengarah pada Bee Kun Bu.
Saat ini Bee Kun Bu sudah tahu, bahwa Lam Thian It Sat tidak akan mengeluarkan ilmu andalannya, karena keadaan di tempat itu tidak mengijinkannya. Ketika Lam Thian It Sat menyerangnya dengan pukulan yang penuh mengandung Lweekang, ia tidak mau menyambut serangan itu, melainkan mengerahkan ginkangnya melesat ke atas, Setelah angin pukulan itu lewat, barulah ia melayang turun.
Sebelum kaki Bee Kun Bu menginjak tanah, Lam Thian It Sat sudah bergerak cepat menyerang Bee Kun 6u lagi. Bukan main terkejutnya Bee Kun Bu, namun tidak gugup dan langsung menghindar dengan cara ber-salto ke belakang.
pertarungan barusan tampak begitu santai, tapi semua orang yang berada di situ tahu, bahwa kalau salah satu di antara kedua orang itu lengah, pasti terpukul oleh pihak lawan, Setelah bersalto ke belakang, Bee Kun Bu yakin bahwa Lam Thian It Sat pasti melancarkan serangan lagi, maka ia pun menggerakkan kakinya me-nendang.
Dugaan Bee Kun Bu tidak meleset, Lam Thian It Sat memang menyerangnya, Karena Bee Kun Bu sudah menendang, Lam Thian It Sat terpaksa menarik serangan nya.
"Hm!" dengus Lam Thian It Sal dingin, "Ginkangmu sungguh tinggi! Sudah belasan tahun aku tidak bertarung dengan orang berkepandaian tinggi! Hari ini bisa bertarung denganmu, memang merupakan jodoh! Bagai-mana kalau kita mengadu tenaga dalam sekarang?"
sesungguhnya Bee Kun Bu cuma menjaga pukulan Im Hong Toan Hun Ciang yang dimiliki Lam Thian It Sat, namun kalau mengadu Lweekang, ia pun tidak akan merasa takut
"Kwa Ih Kang!" sahut Bee Kun Bu dingin, "Nama busukmu sudah tersiar sampai ke Tionggoan! jangan menganggap ilmu Im Hong Toan Hun Ciangmu itu tiada tanding! Menurut aku, itu cuma merupakan pukulan cakar ayam belaka! Engkau mau mengeluarkan ilmu itu atau tidak adalah urusanmu! Tidak perlu menaruh belas kasihan padaku!"
Betapa gusarnya Lam Thian It Sat, dan seketika juga ia membungkam. Kemudian timbullah niatnya untuk membunuh Bee Kun Bu, dan langsung melancarkan pukulan ke arah dada Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu tahu bahwa kegusaran Lam Thian It Sat telah memuncak Ketika melihat pukulan yang amat dahsyat itu, ia segera mengumpulkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu (llmu Langkah Ajaib) untuk menghindar
Lam Thian It Sat bisa menyusun formasi Ngo Heng Kun Goan Tin, tentunya memahami Lima Unsur tersebut Akan tetapi, ia justru dibuat bingung oleh Ngo Heng Mie Cong Pu itu, sehingga ia tampak tertegun.
"Sungguh ajaib ilmunya itu. Kalau aku tidak me- nyerangnya, dia pasti tahu kalau aku tidak mampu memecahkan ilmunya itu," ujar Lam Thian It Sat dalam hati. "Aku harus menyerangnya dengan pukulan!"
sepasang mata Lam Thian It Sat menyorot tajam, kemudian menyerang Bee Kun Bu dengan kedua tangan-nya, bahkan mengarah pada dua jurusan.
Sungguh dahsyat pukulan-pukulan yang dilancarkannya, sehingga baju Pek Yun Hui dan Empat Setan yang berdiri tak jauh dari situ bergoyang-goyang terhembus angin pukulan tersebut
Bee Kun Bu tetap menggunakan ilmu langkah ajaib untuk menghindar, tapi juga menunggu kesempatan untuk mengadu Lweekang.
Ketika Lam Thian It Sat menyerangnya lagi dengan pukulan, Bee Kun Bu menghimpun Lweekangnya, lalu sepasang tangannya mendorong ke depan menyambut pukulannya.
Blammm! Terdengar suara benturan keras.
Bee Kun Bu dan Lam Thian It Sat sama-sama terdorong mundur lima langkah, setelah itu barulah mereka bisa berdiri tegak.
Bee Kun Bu sama sekali tidak menyangka kalau Lam Thian I( Sal memiliki Lwcekang begitu tinggi, maka tidak heran kalau ia berdiri termangu di tempat
Lam Thian It Sat lebih terkejut lagi, bahkan menatap Bee Kun Bu dengan mata terbelalak, sama sekali tidak menyangka kalau Bee Kun Bu memiliki Lweekang begitu tinggi, dan mampu membuatnya sempoyongan ke belakang sampai lima langkah.
Akan tetapi, Lam Thian It Sat memang sudah kenyang akan pengalaman bertarung, Ketika melihat Bee Kun Bu berdiri termangu di tempat, cepat-cepat ia menyerangnya dengan Im Hong Toan Hun Ciang. "Hati-hati Saudara Bee!" seru Gin Tie Suseng, yang ternyata sudah sampai di tempat itu.
Bee Kun Bu tersentak, lalu secepat kilat meloncat ke samping menghindari pukulan maut itu. Lam Thian It Sat melancarkan pukulan itu dengan sembilan bagian Lweekangnya, maksudnya ingin membunuh Bee Kun Bu dengan sekali pukul. Tapi tak disangka, Bee Kun Bu masih mampu mengelak.
Yang celaka adalah para anak buah Lam Thian It Sat yang berdiri di belakang Bee Kun Bu. Mereka sama sekali tidak bisa berkelit, maka seketika juga terdengar suara-suara jeritan yang memilukan hati.
"Aaakh!" "Aaaakh. "
Beberapa orang itu memuntahkan darah segar, kemudian terkulai dan nafas mereka pun putus seketika.
Begitu melihat Bee Kun Bu masih mampu mengelak ke samping, Lam Thian It Sat langsung menyerangnya lagi dengan ilmu pukulan Im Hong Toan Hun Ciang.
Akan tetapi, kali ini Bee Kun Bu sudah siap. Sebelum angin pukulan itu menyambar ke arahnya, ia sudah menjatuhkan diri lalu berguling sejauh dua depa, otomatis terluput dari pukulan itu.
Terjadi suatu hal yang amat mengejutkan yakni tempat yang tersambar angin pukulan itu, langsung berubah kuning, lalu berubah hitam dan hancur seperti tepung.
Padahal Pek Yun Hui cuma menonton, tapi begitu melihat diri Bee Kun Bu dalam keadaan bahaya, ia pun membentak keras sambil mengibaskan lengannya menyambut pukulan Lam Thian It Sat. Dua gulung tenaga beradu, Tenaga Pek Yun Hui terdorong, tapi kemudian menerjang lagi ke arah Lam Thian It Sat, sehingga membuat Lam Thian It Sat terpaksa meloncat ke samping, ke arah empat adik seperguruannya.
"Wanita itu memiliki kepandaian yang amat luar biasa," ujarnya dengan suara rendah. "Kita harus segera membentuk formasi Ngo Heng Kun Goan Tin, bertarung mati-matian dengannya!"
Empat Setan Swat Ling San langsung berpencar mengambil posisi mengurung Pek Yun Hui. seketika juga Pek Yun Hui tertawa dingin, kemudian ujarnya dengan suara nyaring.
"Kwa Ih Kang! Pada dasarnya engkau masih bersumber pada partai Butong, dan boleh dikatakan masih berhubungan dengan rimba persilatan Tionggoan, hanya saja engkau tinggal di luar perbatasan! Tapi kenapa engkau justru ingin bergabung dengan Souw Peng Hai? Aku kagum akan kepandaianmu! Asal engkau menyerahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong, kami pun akan meninggalkan tempat ini! Kalau tidak, engkau pasti menyesal
Setelah mendengar ucapan Pek Yun Hui, Lam Thian It Sat tertawa getir sambil menunjuk Siang Cing Koan yang terbakar itu.
"Selama ini aliran Swat Ling San tidak berhubungan dengan dunia luar, tapi bagaimana akhirnya? Kini Siang Cing Koan telah terbakar, ini memang gara-gara Souw Peng Hai dan Co Hiong!" ujar Lam Thian It Sat. "Tapi aku ingin bertanya pada Nona, Kuil Toa Ciok Si di Cie Lian San, sama sekali tiada kaitannya dengan Souw Peng Hai, tapi kenapa kuil itu hancur dan Hweeshio-hweeshio di sana pun terbunuh?"
Pek Yun Hui tahu bahwa kegusaran Lam Thian It Sat telah memuncak, tentunya urusan pun tidak bisa diselesaikan dengan baik, lagi pula saat ini kebakaran itu belum padam, bahkan mulai menjalar ke tempat ini pula. Menyaksikan itu, wajah Lam Thian It Sat berubah merah padam, dan kemudian tampak ke hijau-hijauan. Hatinya terasa sakit sekali, karena Siang Cing Koan yang megah itu akan musnah ditatap api.
"Pek Yun Hui, sebelumnya aku amat kagum padamu! Tapi kalian kaum Bu Lim Tionggoan, hanya manis di mulut tetapi keji di dalam hati! Oleh karena itu, biar bagaimana pun, hari ini kita harus bertarung mati-mati-an!"
Usai berkata begitu, Lam Thian It Sat pun segera memberi aba-aba pada keempal saudara seperguruannya untuk menyusun formasi Ngo Heng Kun Goan Tin. seketika juga keempat saudara seperguruannya bergerak berputar-putar mengitari Pek Yun Hui.
sementara Pek Yun Hui masih tidak habis berpikir, kenapa api itu bertambah besar? Setelah matanya menyapu semua orang yang ada di situ, barulah ia tahu bahwa Gin Tic Suseng tidak berada di tempat, tentunya Gin Tic Suseng yang membakar bangunan itu.
sedangkan Lima Selan Swat Ling San sudah mulai menyerang Pek Yun Hui berdasarkan Ngo Heng Kun Goan Tin. Pek Yun Hui memang ahli dalam Ngo Heng, Kiu Kong dan Pat Kwa, maka dengan mudah ia berkelit ke sana ke mari tanpa balas menyerang.
"Kwa Ih Kang!" ujarnya sambil tersenyum dingin. "Pereuma engkau membentuk formasi ini untuk menye-rangku! Ngo Heng Kun Goan Tin ini tidak akan dapat berbuat apa-apa terhadap diriku! Lebih baik kita damai, serahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong padaku!"
Lam Thian It Sat tidak menyahut, karena tidak tahu keputusan apa yang harus diambilnya. Pada waktu bersamaan terdengar suara Kiu Tok Ciu-Liu Bwee.
"Adik ke lima! Cepat gunakan racun!"
Kiu Tok Ciu memang merupakan wanita licik. ia tahu bahwa kepandaian Pek Yun Hui sangat tinggi, maka segera menyuruh Ling Coa Hong Tok mempergunakan racun menghadapi Pek Yun Hui.
Ling Coa Hong Tok memang selalu menurut pada Kiu Tok Ciu. Begitu mendengar suara Kiu Tok Ciu, ia pun segera merogoh ke dalam bajunya, kemudian mengeluarkan sebuah alat tiup yang dibikin dari bambu.
Setelah itu, ditiupnya alat tersebut sekuat tenaga, dan terdengarlah suara yang amat aneh bergema ke mana-mana. Ling Coa Hong Tok terus meniup alat itu, tak lama terdengarlah suara "Ngung-Ngungan", menyusul tampak ribuan tawon beracun beterbangan menuju tempat itu. Akan tetapi, ribuan tawon beracun itu masih tidak berani terbang lurun, karena tidak tahan akan hawa panas, lantaran api masih berkobar-kobar di tempat itu.
Pek Yun Hui tahu akan kelihayan racun tawon itu, maka ketika melihat ribuan tawon beracun itu masih belum turun, ia pun berpikir harus cepat-cepat menghancurkan formasi Ngo Heng Kun Goan Tin itu, Pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu mendekalinya, lalu menyerahkan sebutir obat pemberian Ku Cu Cen padanya seraya berbisik.
"Kakak Pek, cepat masukkan obat itu ke dalam mulut! Obat itu pemberian Ku Cu Cen Cianpwee, khusus untuk memunahkan racun tawon."
Pek Yun Hui mengangguk, sambil menerima obat itu lalu dimasukkannya ke mulut
Tepat di saat bersamaan, Ling Coa Hong Tok meniup alat itu lagi, seketika juga ribuan tawon beracun beterbangan turun mengarah pada Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu. Sebelum memberikan obat itu pada Pek Yun Hui, Bec Kun Bu sendiri sudah memasukkan sebutir obat tersebut ke mulutnya, Ketika melihat tawon-tawon beracun itu menyerbu ke arah mereka, ia segera memutar badannya dengan punggung menempel punggung Pek Yun Hui. Setelah memasukkan obat itu ke mulut, Pek Yun Hui pun berlega hati dan tampak tenang, Ketika ribuan tawon beracun itu menyerbu, ia memukul ke arah tawon-tawon itu dengan disertai tenaga dalam yang sejak tadi telah dikumpulkannya.
Ribuan tawon beracun itu berhambur pergi.
Tampak ratusan tawon beracun itu mati seketika, tetapi tawon-tawon beracun lainnya tidak kabur, bahkan mulai menyerbu lagi.
Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu segera memukul dengan serentak, Walau sudah banyak yang mati, namun tawon- tawon beracun itu masih tetap menyerbu, bahkan kini bertambah banyak.
Mereka berdua memang sudah memasukkan obat penawar racun tawon ke mulut, tapi tawon-tawon beracun itu terus-menerus menyerbu ke arah mereka dan semakin bertambah banyak, sehingga membuat mereka agak kewalahan
"Tawon-tawon beracun itu bertambah banyak, Kalau terus- menerus menyerbu, tentunya akan membuat kami berdua kehabisan tenaga, maka harus cari jalan untuk membasmi tawon-tawon beracun itu," pikir Pek Yun Hui.
Tiba-tiba terdengar suara pekikan Bangau Sakti yang dipanggil Hian Giok, Seketika juga hati Pek Yun Hui tergerak, karena ingat Bangau saktinya pernah dilukai tawon-tawon beracun itu. ia ingin bersiul mencegah Bangau Sakti turun ke tempat itu, tapi sudah terlambat, sebab Hian Giok telah meluncur ke sana sambil me-ngibas-ngibaskan sepasang sayapnya.
Bukan main dahsyatnya kibasan sepasang sayapnya, membuat ribuan tawon beracun terhembus bubar, bahkan banyak yang mati jatuh ke tanah. Kenapa kali ini Bangau Sakti tersebut begitu gagah?
Ternyata lukanya telah sembuh, lagi pula punggungnya tidak dibebani apa pun, maka ia dapat bergerak dengan leluasa.
KemuncuIan Bangau Sakti sungguh di luar dugaan Ling Coa Hong Tok. Betapa gusarnya orang itu, maka ia segera meniup alat yang dipegangnya, agar tawon-tawon beracun itu berkumpul untuk menyerbu ke arah Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu.
Ketika tawon-tawon beracun itu baru mau berkumpul mendadak Bangau Sakti meluncur ke arah itu, lalu mengibas- ngibaskan sepasang sayapnya, Entah berapa banyak tawon- tawon beracun yang mati seketika, Setelah itu, Bangau Sakti terbang ke atas menembus awan.
Ling Coa HongTok betul-betul gusar ketika melihat tawon- tawon beracunnya diserang dua kali oleh Bangau Sakti, sehingga menyebabkan banyak yang gugur, Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa selain meniup alat yang di tangannya, agar tawon-tawon beracunnya berkumpul kembali
Akan tetapi, kali ini Ling Coa Hong Tok tidak memerintahkan tawon-tawon beracunnya menyerbu Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu, melainkan menjaga serangan Bangau Sakti itu.
Hian Giok tidak menduga itu, maka ketika melihat tawon- tawon beracun itu mulai berkumpul, segera ia meluncur ke bawah.
Ling Coa Hong Tok bergirang dalam hati begitu melihat Bangau Sakti meluncur ke bawah, Segeralah ia meniup alat itu lagi, dan tawon-tawon beracun itu pun langsung terbang jadi dua kelompok Salah satu kelompok segera menyerbu ke arah Pek Yun Hui, sedangkan kelompok yang satu lagi terbang menghindari serangan Bangau Sakti.
Setelah terbang menghindar mendadak kelompok tawon- tawon beracun itu berbalik menyerang Bangau Sakti, Apa boleh buat, Bangau Sakti segera mengibas-ngibaskan sepasang sayapnya, lalu terbang meluncur ke atas menghindari serangan-serangan tawon-tawon beracun itu.
Dari tadi Lam Thian It Sat terus menyaksikan, ternyata tawon-tawon beracun itu tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu. Maka ia membentak sambil menyerang mereka berdua dengan ilmu Im Hong Toan Hun Ciang, bahkan menggunakan sembilan bagian Lweekangnya.
Padahal Pek Yun Hui sedang memperhatikan pertarungan antara Bangau Sakti dengan tawon-tawon beracun itu, namun ketika mendengar suara bentakan Lam Thian It Sat, ia sudah tahu Lam Thian It Sat pasti turun tangan jahat terhadap mereka berdua, ia cepat-cepat mengibaskan lengannya, dan sekaligus mendorong Bee Kun Bu ke samping.
"Hmm!" dengusnya dingin. "Engkau seorang ketua suatu aliran, tapi justru begitu tak tahu malu!"
pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu juga mendorongkan sepasang tangannya, sehingga membuat tenaga pukulan Lam Thian It Sat terdorong ke samping. Tampak beberapa orang yang berdiri di situ terkulai, hidung dan mulut mereka mengeluarkan darah, nyawa mereka pun melayang seketika.
"Kakak Pek!" ujar Bee Kun Bu setelah menyaksikan itu, "Berhati-hatilah! itu adalah pukulan Im Hong Toan Hun Ciang!"
Pek Yun Hui mengangguk, lalu menatap Lam Thian It Sat tajam seraya berkata dengan dingin sekali.
"Engkau ketua aliran Swat Ling San, tapi tidak mau menempuh jalan yang lurus, sebaliknya malah belajar ilmu sesat! Apakah sekarang engkau masih tidak mau menyerahkan Souw Peng Hai?"
Lam Thian It Sat mendongakkan kepala, ia melihat sebagian besar Siang Cing Koan telah musnah dilalap Si jago Merah, itu membuatnya nyaris muntah darah saking gusarnya.
"Kalian terlampau menekan orang!" sahutnya sambil berkertak gigi. "Kalau kalian menghendaki aku menyerahkan Souw Peng Hai, silakan serang aku dulu! Aku justru ingin mencoba ilmu silat Tionggoan!"
Walau berkata begitu, namun yang menyerang duluan malah Lam Thian It Sat. ia sudah tidak dapat mengendalikan kegusarannya lagi, dan kali ini ia melancarkan pukulan yang sangat dahsyat
Bee Kun Bu tampak terkejut itu tidak terlepas dari mata Pek Yun Hui. Gadis itu tahu Bee Kun Bu belum mengerti cara memecahkan ilmu pukulan tersebut Men-dadak Pek Yun Hui membentak keras, dan sekaligus mendorongkan sepasang telapak tangannya ke depan mengarah pada pukulan Lam Thian It Sat.
Blamm! Terdengarlah suara benturan keras.
Baju Bee Kun Bu robek sedikit tersambar angin pukulan Lam Thian It Sat. Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga pukulan tersebut
"Kun Bu!" ujar Pek Yun Hui. "Kepandaian orang ini sangat tinggi, maka biar aku yang melawan nya, engkau mundur dulu!"
Karena berbicara dengan Bee Kun Bu, maka perhatiannya jadi terpecah. Lam Thian It Sat merasa girang sekali, dan langsung menyerang Pek Yun Hui dengan ilmu pukulan Im Hong Toan Hun Ciang.
padahal sesungguhnya, perhatian Pek Yun Hui sama sekali tidak terpecah Walau sedang berbicara dengan Bee Kun Bu, namun masih tetap memperhatikan gerak-gerik Lam Thian It Sat. Begitu melihat serangan itu, iapun tertawa dingin dan segera melancarkan sebuah pukulan untuk menyambut pukulan Lam Thian It Sat.
PukuIan yang dilancarkan Pek Yun Hui sungguh dahsyat sekali, Lam Thian It Sat tampak terkejut, tapi tetap melanjutkan serangannya, Ketika dua tenaga itu beradu, Lam Thian It Sat merasa ada segulung angin yang teramat dingin menerjang ke arahnya, ia menyurut mundur beberapa langkah, sekujur badannya merasa me-rinding, bahkan merasa dingin seluruh jalan darahnya.
Di saat ini pula, ia melihat sosok bayangan putih berkelebat ta!m-lahu Pek Yun Hui sudah menyerang kepalanya.
Pek Yun Hui dapat memecahkan ilmu pukulan Im Hong Toan Hun Ciang, bahkan saat ini menyerangnya, Maka dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian gadis itu, Lam Thian It Sat tahu, bahwa dirinya tak mampu melawannya, Namun melihat Siang Cing Koan yang akan musnah begitu saja, ia pun jadi nekad.
Oleh karena itu, ia menyambut serangan Pek Yun Hui dengan pukulan Im Hong Toan Hun Ciang, Setelah melancarkan pukulan itu ia pun terkejut bukan main, karena merasa tenaga serangan Pek Yun Hui terus menerjang ke arahnya.
Lam Thian It Sat ingin menarik tenaga pukulannya, tapi sudah terlambat dan mendadak badannya sempoyongan ke belakang beberapa langkah, Belum juga ia berdiri tegak, Pek Yun Hui sudah menyerangnya lagi.
Cepat-cepat Lam Thian It Sat meloncat mundur, tetapi Pek Yun Hui tidak mengejarnya, sebaliknya malah berdiri di tempat sambil tertawa dingin.
"Kwa Ih Kang!" ujar Pek Yun Hui. "Engkau telah terluka oleh Ceng Wua Hua Liat Ciang Hoat (llmu pukulan Penggetar Urat Nadi)ku, maka engkau harus beristirahat setengah tahun, barulah bisa pulih kepandaianmu Kalau engkau masih ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan, kapan bertemu aku pasti tidak akan mengampuni nyawamu!"
Lam Thian It Sat Kwa Ih Kang memang merasa sekujur badannya ngilu, seluruh jalan darah di tubuhnya juga merasa dingin. Semula ia sudah tidak habis berpikir, kenapa bisa begitu? Saat ini ia mendengar Pek Yun Hui berkata demikian, barulah ia tahu bahwa Pek Yun Hui betul-betul berkepandaian tinggi, maka ia pun tampak putus asa. ia memandang ke arah Siang Cing Koan yang masih terbakar itu, tampak bangunan itu sudah tidak dapat tertolong lagi, sedangkan Souw Peng Hai pun sudah hilang entah ke mana.
"Aaakh.,.!" keluh Lam Thian It Sat, "Sudahlah!
Kepandaianku masih rendah, maka harus mengalami kejadian ini! Kepandaian Nona sangat tinggi, aku kagum sekali, Selama gunung masih menghijau, kita pasti akan berjumpa lagi! Aku pun akan berterimakasih atas pukulanmu ini!"
Setelah berkata begitu, Lam Thian It Sat langsung melesat pergi, dan tanpa menghiraukan keempat saudara seperguruannya lagi, padahal keempat setan Swat Ling San sudah siap, apabila Lam Thian It Sat memberi aba-aba, mereka pasti segera menyerang Pek Yun Hui dengan formasi Ngo Heng Kun Goan Tin. Akan tetapi, Lam Thian It Sat justru terluka oleh Pek Yun Hui dengan pukulan Ceng Wua Hua Liat Ciang Hoat yang amat luar biasa itu. Kini Lam Thian It Sat malah pergi begitu saja, maka keempat setan Swat Ling San saling memandang, kemudian mereka berempat membentak keras, dan serentak menyerang Pek Yun Hui dari empatJurusan.
Pek Yun Hui sudah tahu bagaimana kepandaian keempat setan Swat Ling San itu, oleh karena itu, ia tampak acuh tak acuh akan serangan-serangan tersebut
Lain halnya dengan Bee Kun Bu. ia mengkhawa!ir-kan keselamatan Pek Yun Hui, maka langsung menghunus pedangnya, dan segera menyambut serangan itu, yang ternyata serangan Tan Cun Goan.
Bee Kun Bu terperanjat ia masih ingat budi pertolongan orang tua itu, sehingga pedangnya pun bergerak lamban.
"Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu dengan suara rendah, "Lam Thian It Sat telah kabur, Siang Cing Koan pun hampir ludes terbakar! Kalau Cianpwee tidak pergi se-karang, mau tunggu kapan lagi?" Air muka Tan Cun Goan berubah, namun tetap menyerang Bee Kun Bu dengan sepasang tangannya.
itu membuat Bee Kun Bu tidak habis berpikir, kenapa Tan Cun Goan malah terus menyerangnya? Apa boleh buat! Bee Kun Bu terpaksa menangkis dengan pedangnya.
Pada waktu bersamaan, tampak Gin Tie Suseng melesat ke tempat itu, bahkan langsung menyerang Ciak Bin Sat Sin- Sang Yang dengan jurus Man Thian Hoa Ih (Bunga Hujan Di Langit), ia menyerang Cian Bin Sat Sin dengan su!ing peraknya.
Berdasarkan kepandaian mereka memang seimbang tapi lengan Ciak Bin Sat Sin telah terluka oleh jarum Toan Meng Cin, maka gerakannya agak terhambat sehingga berada di bawah angin.
sementara Pek Yun Hui dikeroyok Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok, Kiu Tok Ciu, yang seharusnya bukan lawannya, Oleh karena itu, Pek Yun Hui harus mencari akal untuk meroboh kan nya.
Pek Yun Hui yang begitu cerdik, bagaimana mungkin tidak akan mengetahui akan apa yang dipikirkan Kiu Tok Ciu?
Karena itu, ia membiarkan mereka berdua terus menyerangnya.
sedangkan Bee Kun Bu yang bertarung dengan Tan Cun Goan semakin tidak mengerti, kenapa Tan Cun Goan terus menyerangnya dengan sengit? Apakah ia menghendaki Bee Kun Bu mengeluarkan kepandaiannya untuk menundukkannya? Pikir Bee Kun Bu. Setelah berpikir demikian, Bee Kun Bu pun mulai berhati-hati.
Memang tidak salah, Tan Cun Goan menghendaki Bee Kun Bu bersungguh-sungguh bertarung dengan diri-nya, ia menyerang Bee Kun Bu dengan sengit, itu agar Bee Kun Bu mengeluarkan ilmu andalannya, sehingga pertarungan mereka berdua semakin seru. Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok masih bisa bertahan, itu disebabkan Pek Yun Hui sama sekali tidak berniat melukai mereka, Ketika sedang bertarung, Kiu Tok Ciu masih sempat melirik ke arah Tan Cun Goan yang sedang bertarung dengan Bee Kun Bu. pertarungan mereka berdua sangat menarik perhatian Kiu Tok Ciu, maka ia cepat-cepat bersiuI, kemudian melompat mundur dan berdiri di situ sambil menyaksikan pertarungan Bee Kun Bu dengan Suhengnya, Begitu pula Ling Coa Hong Tok, ia pun berhenti bertarung dengan Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui pun tidak menyerang mereka, ia berdiri di tempat memperhatikan semua pertarungan itu.
sementara Gin Tie Suseng dan Ciak Bin Sat Sin bertarung semakin seru, maka mereka tiada waktu untuk melirik ke arah Bee Kun Bu yang sedang bertarung dengan Tan Cun Goa.
Bee Kun Bu yang sedang bertarung dengan Tan Cun Goan, kian lama kian bertambah kagum, karena Tan Cun Goan memiliki ilmu pukulan yang amat hebat dan aneh, "Aku telah menerima budi pertolongan nya, maka aku tidak mau mengeluarkan ilmu andalan, Walau aku tidak mau melukainya, namun harus mengeluarkan ilmu andalanku untuk mendesaknya, agar berhenti bertarung," ujar Bee Kun Bu dalam hati.
Oleh karena itu, ia mulai mencurahkan perhatiannya. sementara Tan Cun Goan yang berada di atas angin, justru sangat penasaran, karena tahu bahwa Bee Kun Bu terus- menerus mengalah padanya.
"Bee siauhiap! Siang Cing Koan telah ludes dilalap api, itu gara-garamu! Aku dari aliran Swat Ling San. tentunya harus menuntut balas! Nah, bertarunglah sungguh-sungguh dan dengan segenap tenaga! jangan mengalah, nanti engkau yang celaka!" kata Tan Cun Goan, Setelah mendengar itu, Bee Kun Bu melirik ke arah Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok. Kedua orang itu sedang memperhatikan pertarungan mereka, sehingga Bee Kun Bu membatin "Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok berhati licik. Kalau sekarang aku menasihati Tan Cun Goan, dan diketahui oleh mereka berdua, bukankah aku merepotkan Tan Cun Goan?"
"Lihat serangan!" bentak Tan Cun Goan sambil menyerang dahsyat
"Baiklah!" sahut Bee Kun Bu. "Aku pasti balas menyerang
!"
Bee Kun Bu segera menangkis menggunakan jurus
Khuang Hong Kip Ih (Angin Topan Hujan Badai), Selain menangkis, jurus tersebut pun bersifat menyerang, Ada pun sasarannya adalah perut Tan Cun Goan.
Padahal pukulan Tan Cun Goan barusan mengunci pedang Bee Kun, maksudnya setelah mengunci pedang itu, ia pun akan melancarkan pukulan lagi. Akan tetapi, ia tak menyangka, pedang itu dapat lo!os, bahkan menusuk ke arah perutnya.
"Sungguh hebat kepandaian anak ini! Kalaupun aku mengeluarkan semua kepandaianku paling juga bertanding imbang dengannya, Walau aku kagum dan merasa cocok dengan dia, namun aliran Swat Ling San adalah perguruanku, bagaimana mungkin aku cuma berpeluk tangan menyaksikan kemusnahan Siang Cing Koan?" ujar Tan Cun Goan dalam hati sambil menarik nafas panjang.
Ketika pedang itu hampir mengenai perutnya, Tan Cun Goan membentak keras, sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah dada Bee Kun Bu, bahkan kemudian bergerak cepat mencengkeram pergelangan tangannya.
ini adalah jurus Heng Kang Cai Tau (Menerobos Arus Sungai), jurus itu sangat istimewa, sebab kalau Bee Kun Bu terpaksa melanjutkan serangannya, dadanya pasti terpukul dan pergelangan tangannya pun pasti tereengkeram oleh Tan Cun Goan. Oleh karena itu, Bee Kun Bu terpaksa menarik pedangnya, sambil menangkis serangan itu dengan jurus Liu Ing Uh Khong (Air Mengalir Tarian Kosong), kemudian secepat kilat balas menyerang.
Seketika juga sinar pedang Bee Kun Bu berkelebatan Kalau Tan Cun Goan melanjutkan pukulannya dan mencengkeram, niseaya tangannya akan putus ter-sabet pedang Bee Kun Bu, Karena itu, Tan Gun Goan terpaksa meloncat mundur
Bee Kun Bu juga meloncat mundur setelah mengeluarkan jurus tersebut demi menjaga serangan Tan Cun Goan. Namun Tan Cun Goan tidak menyerangnya, malah berdiri tegak sesudah meloncat mundur
Kini mereka berdua berdiri dalam jarak beberapa depa, saling memandang dan tampak tertegun
Saat ini Lam Thian It Sat telah kabur Bee Kun Bu dan Tan Cun Goan tiada permusuhan apa pun, maka seandainya Tan Cun Goan berniat pergi, Bee Kun Bu tidak akan menghalanginya. Ternyata Bee Kun Bu berpikir demikian
Akan tetapi, lain pula dengan apa yang dipikirkan Tan Cun Goan, Karena ia masih ingat akan budi perguruan Swat Ling San yang telah menerimanya sebagai murid, maka bagaimana mungkin ia pergi begitu saja membela perguruannya itu, Setelah tertegun beberapa saat, ia pun membentak keras sambil menyerang Bee Kun Bu.
Ketika melihat serangan yang penuh mengandung Lweekang, Bee Kun Bu segera mengeluarkan Lweekang pada pedangnya untuk menyambut pukulan Tan Cun Goan.
Trannng! Terdengar suara benturan.
Pukulan Tan Cun Goan telah tertangkis oleh pedang Bee Kun Bu. Betapa penasarannya Tan Cun Goan, lalu mendadak menyerangnya secepat kilat dengan lima jarinya mencengkeram urat nadi di pergelangan tangan Bee Kun Bu. Bee Kun Bu langsung mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan Tan Cun Goan, tapi sungguh di luar dugaannya, ternyata yang dilancarkan Tan Cun Goan merupakan jurus tipuan Ketika Bee Kun Bu mengayunkan pedangnya untuk menangkis, tiba-tiba Tan Cun Goan menarik tangannya, dan sekaligus menyerang Bee Kun Bu dengan sepasang telapak tangannya yang penuh mengandung Lweekang.
Hati Bee Kun Bu terkesiap menyaksikan serangan itu, Secepat kilat ia meluruskan pedangnya ke depan ke arah dada Tan Cun Goan, dan ia pun menghimpun tenaga dalam untuk melindungi dirinya.
Bee Kun Bu yakin bahwa Tan Cun Goan pasti mengelak ke samping atau meloncat mundur menghindari pedangnya, Akan tetapi, justru tidak! Tan Cun Goan tetap melanjutkan pukulannya, Betapa kagetnya Bee Kun Bu, sudah tidak sempat baginya untuk menarik pedangnya lagi.
Pukulan yang dilancarkan Tan Cun Goan memang rnc:iL'cn li dada Bee Kun Bu, tapi karena Bee Kun Bu sudah mengerahkan Lweckangnya untuk melindungi dadanya, maka ia tidak terluka oleh pukulan Tan Cun Goan Lain halnya dengan Tan Cun Goan, dadanya tertembus pedang Bee Kun Bu, dan seketika juga ia " terkulai dengan darah bereucuran di dada.
"Cianpwee.,.!" seru Bee Kun Bu.
Wajah Tan Cun Goan sudah pucat pias, tapi begitu mendengar seruan Bee Kun Bu ia pun tersenyum seraya berkata lemah.
"Bee siauhiap, manusia hidup harus dapat membedakan kebenaran dan kejahatan, namun juga harus ingat akan budi kebaikan. Aku berasal dari perguruan Swat Ling San, menerima budi kebaikan guruku dan harus bertanggung jawab terhadap perguruan pula, Oleh karena itu, aku meminjam pedang pusaka Bee siauhiap untuk mengakhiri hidupku, Harap Bee siauhiap jangan berduka, kita berjodoh bertemu beberapa kali, jadi aku harap Bee siauhiap jangan membunuh habis perguruanku di Swat Ling San, aku.,, aku akan mati merem."
Setelah mendengar apa yang dikatakan Tan Cun Goan, barulah Bee Kun Bu sadar, bahwa Tan Cun Goan memang sengaja cari mati di ujung pedangnya, itu membuat Bee Kun Bu berduka sekali.
"Cepatlah Cianpwee menutup jalan darah itu agar darah tidak terus mengucur lagi!" ujar Bee Kun Bu. "Asal Cianpwee bisa selamat, kita boleh berunding!"
"Bee siauhiap!" Tan Cun Goan tersenyum getir "Setiap orang punya tekad sendiri Sudah cukup lama aku hidup di dunia, maka kalau hari ini bisa mati merupakan hal yang amat menggembirakan Aku akan berterima-kasih sekali pada Bee siauhiap, asal Bee siauhiap tidak membunuh saudara seperguruanku"
Tan Cun Goan memang bertekad untuk mati, maka ia sama sekali tidak mau menutup jalan darahnya, terus membiarkan darah mengucur itu membuat Bee Kun Bu jadi gugup sekali, Tiba-tiba ia menjulurkan tangannya menotok jalan darah di dada Tan Cun Goan, agar darah berhenti mengucur
Walau Bee Kun Bu sudah menotok jalan darah itu, namun darah masih terus mengucur Terkejutlah Bee Kun Bu, sebab hawa murni yang ada di dalam tubuh Tan Cun Goan telah buyar, pertanda nyawa Tan Cun Goan sudah sulit ditolong lagi.
Pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu mendengar desiran di belakangnya, ternyata ada serangan gelap terhadap dirinya, Tanpa banyak pikir lagi, ia langsung mengerahkan ginkangnya melesat ke atas menghindari serangan tersebut. Setelah terhindar dari serangan gelap itu, barulah ia memandang, ternyata yang menyerangnya adalah Kiu Tok Ciu-Liu Bwee.
"Engkau sudah membakar Siang Cing Koan, dan kini malah melukai Suhengku!" bentak Kiu Tok Ciu sambil menudingnya, "Aku akan mengadu nyawa denganmu!"
Kiu Tok Ciu menyerang Bee Kun Bu lagi dengan sengit dan nekad, kelihatannya ia memang ingin mengadu nyawa dengan Bee Kun Bu.
Karena sudah mendengar pesan dari Tan Cun Goan, maka meskipun Kiu Tok Ciu menyerang dengan begitu nekad, Bee Kun Bu cuma mengelak.
sebaliknya Kiu Tok Ciu tampak sudah tidak menghiraukan nyawanya sendiri, ia terus menyerang Bee Kun Bu dengan jurus-jurus yang mematikan Kali ini ia menyerang dengan jurus Thian Li San Hoa (Bidadari Menyebar Bunga).
sementara Bee Kun Bu terus mengelak, namun karena diserang terus-menerus, akhirnya timbul pula kegusarannya, Oleh karena itu, ia pun balas menyerang menggunakan jurus Lang Cien Liu Sah (Ombak Menderu Pasir Mengalir).
Kiu Tok Ciu terpaksa berkelit ia tahu bahwa kepandaiannya masih di bawah Bee Kun Bu, maka secara diam-diam ia mengeluarkan tiga batang Pek Kut Bu Uh Teng (Paku Tulang Putih), Kemudian, mendadak ia mengayunkan tangannya, dan dua batang Paku Tulang putih itu meluncur ke arah Bee Kun Bu.
Paku Tulang putih amat halus, boleh dikatakan menyerupai jarum, maka tidak heran kalau begitu cepat luncurannya.
Kebetulan mereka bertarung dalam jarak dekat, maka Bee Kun Bu tidak dapat menghindari kedua batang paku tersebut Mendadak ia mengeluarkan jurus Thian Ho Toh Kua (Sungai Langit Terbalik) untuk memukul jatuh kedua batang paku itu. Namun tiba-tiba meluncur lagi sebatang paku, tetapi Bee Kun Bu tetap menggunakan jurus tersebut memukul jatuh paku itu.
"Entah sudah berapa kali engkau melancarkan serangan gelap terhadap diriku, kalau Tan Cianpwee tidak berpesan mengampunimu, engkau pasti sudah tewas di ujung pedangku!" ujar Bee Kun Bu dingin.
"Bee Kun Bu!" bentak Kiu Tok Ciu melengking. "Engkau telah membakar Siang Cing Koan, mendesak Toa Suhengku pergi dan melukai Sam Suhengku! Maka aku harus mengadu nyawa denganmu!"
Kiu Tok Ciu menyerang Bee Kun Bu lagi dengan senjatanya yang menyerupai cambuk, Bee Kun Bu tersenyum dingin sambil menyambut serangan itu, dan terjadilah pertarungan yang amat seru. Akan tetapi, Bee Kun Bu cuma mendesaknya, karena masih ingat akan pesan Tan Cun Goan.
Namun Kiu Tok Ciu memang sudah nckad, ia terus menyerang tanpa menghiraukan nyawanya sendiri, bahkan ingin mati bersama Bee Kun Bu, Lantaran Kiu Tok Ciu menyerang dengan nekad, membuat Bee Kun Bu agak kewalahan menghadapinya, sebab ia tidak mau sampai salah tangan membunuhnya.
Ketika Bee Kun Bu mengeluarkan jurus Tau Tho Pau Li (Memetik Buah Persik), pedang Bee Kun Bu mengarah pada perut Kiu Tok Ciu. Namun begitu perut Kiu Tok Ciu hampir tertusuk, tiba-tiba Bee Kun Bu menahan pedangnya.
"Walau Kiu Tok Ciu sangat licik dan jahat, dia tetap Sumoy Tan Cun Goan. Secara tidak sengaja aku telah melukai Tan Cun Goan dengan pedang, bagaimana mungkin aku melukai Kiu Tok Ciu dengan pedang lagi? Kalau aku melanjutkan serangan ini, Kiu Tok Ciu pasti mati di ujung pedangku, sedangkan aku sudah mengabulkan permintaan Tan Cun Goan," ujar Bee Kun Bu dalam hati, Maka ia tidak melanjutkan serangannya. Kiu Tok Ciu justru memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Bee Kun Bu secara mendadak, dengan menggunakan Kim Sih Jauw Wua (Benang Emas Melilit pergelangan Tangan), Tampak cambuknya berkelebat mengarah pada urat nadi di pergelangan tangan Bee Kun Bu, sehingga membuat Bee Kun Bu kesal bukan main.
Tentu! Karena ia telah berbelas kasihan pada Kiu Tok Ciu, maka tidak melanjutkan serangannya, Namun sebaliknya gadis itu malah menyerangnya dengan jurus yang mematikan Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Bee Kun Bu. Mendadak ia membentak keras sambil mengerahkan Lweekangnya pada pedangnya, lalu mengarah pada cambuk itu, dan sekaligus menggetarkan pedangnya.
Serrt! Cambuk itu putus jadi beberapa potong.
Seketika juga Kiu Tok Ciu meloncat mundur, bahkan sekaligus mengeluarkan senjata rahasianya, kemudian disambitkannya ke arah Bee Kun Bu.
Kali ini Bee Kun Bu menggunakan jurus Huat Cau Sui Coa (Menyabet Rumput Mencari Ular). jurus tersebut merontokkan senjata rahasia itu, bahkan juga langsung menyerang ke arah perut Kiu Tok Ciu.
Kini di tangan Kiu Tok Ciu sudah tidak ada senjata, oleh karena itu secepat kilat ia melesat ke samping. Pada saat bersamaan, ia pun menyambit Bee Kun Bu dengan senjata rahasia Poh Yong Gin Cin (Jarum Perak Poh Yong).
Ketika melihat Kiu Tok Ciu mengayunkan ta-ngannya, Bee Kun Bu sudah tahu bahwa Kiu Tok Ciu menyambitnya lagi dengan senjata rahasia, maka ia pun cepat-cepat mengerahkan ginkangnya melesat ke atas, sehingga terluput dari belasan batang Poh Yong Gin Cin itu.
Akan tetapi, di saat Bee Kun Bu melesat ke atas, Kiu Tok Ciu menyerangnya dengan senjata tersebut lagi, Tampak sinar bergemerlapan meluncur ke arah Bee Kun Bu. Memang berbahaya sekali bagi diri Bee Kun Bu, sebab badannya masih berada di atas, sehingga sulit baginya untuk menghindar Namun ia cepat-cepat menarik nafas dalam- dalam, sekaligus mengerahkan ginkangnya Ling Khong Sih Tou untuk meluncur ke atas lagi.
Kiu Tok Ciu segera merogoh ke dalam bajunya, maksudnya ingin mengambil senjata rahasianya, Akan tetapi, pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu telah melesat ke arahnya, sehingga Kiu Tok Ciu tidak keburu mengambil senjata rahasianya Betapa gugupnya gadis itu dan ia pun menoleh melihat keadaan sekitarnya telah berubah agak aneh.
Pek Yun Hui dan Ling Coa Hong Tok cuma berdiri berdekatan, sedangkan Gin Tie Suseng dan Ciak Bin Sat Sin masih bertarung mati-matian. Menyaksikan keadaan itu, secepat kilat Kiu Tok Ciu meloncat ke arah Ling Coa Hong Tok, lalu menyambar pedangnya.
Di saat bersamaan, Bee Kun Bu pun telah melesat sampai ke hadapan Kiu Tok Ciu. Tanpa banyak pikir lagi Kiu Tok Ciu langsung mengayunkan pedang itu untuk menangkis serangan Bee Kun Bu.
Trannng! Terdengar suara benturan pedang, tampak pula bunga api berpijar ke mana-mana.
Sungguh di luar dugaan, pedang di tangan Kiu Tok Ciu tinggal separuh, ternyata telah ditebas buntung oleh pedang pusaka Bee Kun Bu. itu membuat Kiu Tok Ciu berdiri mematung di tempat
"Kiu Tok Ciu!" bentak Bee Kun Bu. "Kalau saat ini aku ingin membunuhmu, itu gampangsekali! Namun Tan Cianpwee telah berpesan padaku, agar mengam-punimu, maka aku harap engkau mau bertobat! Kalau tidak, lain kali terpaksalah aku turun tangan jahat terhadapmu!" Kini Kiu Tok Ciu sudah tampak putus asa. Walau tadi ia telah menyerang Bee Kun Bu dengan senjata rahasia, tapi tetap tidak dapat merobohkannya, bahkan sekarang pedangnya pun telah buntung, bagaimana mungkin melawannya lagi?
sementara pertarungan Gin Tie Suseng dengan Ciak Bin Sat Sin, juga hampir berakhir, karena Ciak Bin Suseng semakin di bawah angin dan terdesak pula.
"Ji Suheng!" ujar Kiu Tok Ciu pada Ling Coa Hong Tok, "Pereuma kita mengadakan periawanan, lebih baik kita pergi! Kelak barulah kita menuntut balas semua ini!"
Usai berkata begitu, Kiu Tok Ciu pun segera melesat pergi, Ling Coa Hong Tok pun memang bermaksud demikian, maka ia segera melesat pergi mengikuti Kiu Tok Ciu.
Ciak Bin Sat Sin telah mendengar apa yang dikatakan Kiu Tok Ciu barusan, tapi Gin Tie Suseng terus-menerus menyerangnya, sehingga membuatnya tiada kesempatan untuk kabur, melainkan mati-matian berkelit ke sana ke mari.
sedangkan Bee Kun Bu cuma tertawa dingin ketika melihat Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok melesat pergi, Kemudian ia mendekati Tan Cun Goan yang tergeletak bermandikan darah itu.
"Cianpwee, cara ini amat menyiksa diri Cianpwee," ujarnya sambil menarik nafas, "Lebih baik Cianpwee menutup jalan darah itu agar tidak merasa sakit, dan Cianpwee pun bisa tenang!"
"Beesiauhiap!"Tan Cun Goan tersenyum getir "Aku tahu bahwa ajalku telah mendekat, tapi aku sama sekali tidak merasa takut, Kini aku bisa bertemu dengan pendekar sejati yang akan menegakkan keadilan dalam rimba persilatan, maka aku pun bisa mati dengan tenang, Aku tahu Bee siauhiap berkepandaian tinggi, maka aku berharap selanjutnya Bee siauhiap bertindak sesuai dengan keadilan rimba persilatan, jangan melupakan perikemanusiaan!" "Terimakasih atas nasihat Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu setulus hati dan menambahkan "Apakah Cianpwee punya suatu amanat untukku?"
"Aku tadi telah menyaksikan pertarunganmu dengan Sumoyku, Walau dia terus-menerus menyerangmu dengan nekad, dan bahkan melakukan serangan gelap lerhadapmu, tapi engkau tetap tidak turun tangan jahat terhadapnya, aku sangat berterimakasih padamu!" ujar Tan Cun Goan dengan suara lemah, "Oleh karena itu, apakah Bee siauhiap sudi mendengar beberapa patah perkataanku?"
"Silakan Cianpwee mengatakannya!" sahut Bee Kun Bu sungguh-sungguh.
"Berdasarkan kepandaian Bee siauhiap, memang sulit bertemu lawan di luar perbatasan di seberang laut Akan tetapi, Bee siauhiap kurang pengalaman, itu akan mencelakai diri Bee siauhiap, Menurut aku, alangkah baiknya Bee siauhiap segera kembali ke Tionggoan," ujar Tan Cun Goan.
"ltu sebab Souw Peng Hai mengajak semua aliran yang ada di luar perbatasan dan di seberang laut untuk bergabung, yang tujuannya adalah menguasai rimba persilatan Tionggoan, maka aku harus mencegahnya, Akan tetapi, kenapa Cianpwee malah menghalangiku?"
"Bee siauhiap harus tahu, bahwa semua aliran yang ada di luar perbatasan maupun di seberang laut itu sulit untuk bergabung, sebab pendirian mereka berbeda, Walau Souw Peng Hai mengajak dengan cara apa pun, tentunya sulit untuk mencapai keberhasilan Lagi pula aliran aliran tersebut pun tidak akan menaruh kaki mereka di Tionggoan, sedangkan Bee siauhiap adalah murid kesayangan partai Kun Lun yang terkemuka di Tionggoan, kalau terjadi apa-apa atas diri Bee siauhiap, bukankah sangat disayangkan? Perlu diketahui, bahwa semua aliran di luar perbatasan maupun di seberang laut, rata-rata bersifat licik dan banyak akal busuk, maka Bee siauhiap harus memikirkan hal itu." Memang masuk akal apa yang dikatakan Tan Cun Goan, sehingga membuat Bee Kun Bu jadi diam, Tan Cun Goan memandangnya, kemudian ujarnya sambil menahan sakit.
"Contohnya seperti Thao Khong To dan Pit Sia Kiong, Kedua tempat itu amat berbahaya, lagi pula tidak pernah menerima orang luar, Kalau Bee siauhiap datang di salah satu tempat itu, sulitlah untuk keluar lagi."
Padahal Bee Kun Bu sudah mengambil keputusan di dalam hati, setelah Siang Cing Koan musnah, ia harus melaksanakan janji pada Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin, wanita tua picak yang di dalam gua, tentunya harus berunding dengan Pek Yun Hui. Namun sekarang ia mendengar Tan Cun Goan menyinggung tentang Pit Sia Kong, otomatis hatinya pun tergerak, sehingga berkata dalam hati.
"Walau Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin telah menceritakan tentang Pit Sia Kong itu, tapi aku masih tidak begitu jelas. Alangkah baiknya aku bertanya pada Tan Cun Goan."
Setelah berkata dalam hati, ia pun menatap Tan Cun Goan seraya bertanya dengan serius.
"Apakah Pit Sia Kiong lebih berbahaya dari Siang Cing Koan?"
"Bee siauhiap!" Tan Cun Goan menarik nafas pan-jang. "Terus terang, Pit Sia Kiong yang di gunung Taysan itu jauh lebih berbahaya dari pada Siang Cing Koan, orang bisa masuk tetapi tidak bisa keluar."
"Aku memang harus pergi ke Pit Sia Kiong, sebab harus menepati janjiku pada seseorang." Bee Kun Bu memberitahukan "ltu menyangkut nyawa Cianpwee itu, maka aku mohon Cianpwee sudi menjelaskan tentang Pit Sia Kiong itu!"
Badan Tan Cun Goan bergerak ketika mendengar apa yang dikatakan Bee Kun Bu, maka membuat lukanya mengucurkan darah lagi. Bee Kun Bu segera menjulurkan tangannya untuk menotok dua jalan darah besar di dada Tan Cun Goan.
"Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu, sebab Tan Cun Goan sama sekali tidak mau menghimpun hawa murninya. "Aku cuma bermaksud baik, kenapa Cianpwee menolak?"
Tan Cun Goan memang sudah bertekad untuk mati, maka ia membuyarkan hawa murninya, agar darahnya terus mengucur Tapi Bee Kun Bu justru ingin menolongnya, oleh karena itu, hatinya mulai tergerak dan coba menghimpun hawa murninya.
Ketika melihat Tan Cun Goan mulai menghimpun hawa murninya, Bee Kun Bu bergerak cepat menotok beberapa jalan darah di tubuh Tan Cun Goan, Namun tiba-tiba Tan Cun Goan merasa matanya berkunang-kunang, kemudian memuntahkan darah segar, sehingga membuat Bee Kun Bu terkejut sekali
"Cianpwee, tanpa sengaja aku telah menggetarkan hawa murni Cianpwee," ujar Bee Kun Bu menyesal
Tan Cun Goan tak mampu membuka mulut, hanya tampak tangannya bergoyang, Bee Kun Bu tidak tahu apa maksudnya.
"Cianpwee! Cianpwee...,t panggilnya dengan cemas.
Suara panggilan Bee Kun Bu mengejutkan Pek Yun Hui yang dari tadi terus berdiri diam di tempat, Gadis itu segera melesat ke sisi Bee Kun Bu, lalu memeriksa nadi Tan Cun Goan.
"Kun Bu, hawa murni orang ini telah buyar, dan nyawanya sudah berada di ujung tanduk, maka tidak bisa bicara lagi." ujarnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Bee Kun Bu bertambah cemas. Padahal ia berharap Tan Cun Goan masih bisa bertahan agar dapat menjelaskan tentang Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu yang di Pit Sia Kiong itu, tetapi ketika mendengar Pek Yun Hui mengatakan begitu, ia pun tampak putus asa.
"Kok Kakak tahu dia telah tidak bisa bicara lagi?" tanya Bee Kun Bu.
"Gerak nadinya sudah hampir tak ada, maka sulit ditolong lagi." jawab Pek Yun Hui sambil menarik nafas, "Aku berani memastikan, bahwa tidak sampai satu jam, nafasnya pasti putus."
"Aaaakh...!H keluh Bee Kun Bu dengan mata bersimbah
air.
Saat ini nafas Tan Cun Goan mulai memburu, tapi masih
memandang Bee Kun Bu dengan mata redup.
Berselang beberapa saat kemudian, mendadak Tan Cun Goan mengeluarkan suara jeritan, Badannya pun melambung ke atas, lalu jatuh ke tanah dan nyawanya pun putus seketika.
"Cianpwee! Cianpwee..." seru Bee Kun Bu memanggilnya, Bagaimana mungkin Tan Cun Goan menjawab lagi? Namun wajahnya tampak berseri. "Aaaakh...!"
"Kun Bu!" Pek Yun Hui memegang bahunya. "Jangan terlampau berduka! Dia telah mendapat tempat yang baik di sana. Lihatlah wajahnya yang berseri itu!"
"Kakak. " Mata Bee Kun Bu telah basah. "Siang Cing
Koan telah musnah dilalap api, Lam Thian U Sat pun sudah kabur, begitu pula Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok, Kita jangan lama-lama di sini, lebih baik ke Moh Sing Ngai (Tebing Memandang Kampung Halaman) untuk beristirahat setelah itu barulah kita pergi!"
"Ngm!" Pek Yun Hui mengangguk "Aku pun bermaksud begitu, Tadi engkau dan Tan Cun Goan menyinggung tentang Pit Sia Kiong, apakah engkau lelah menemukan sesuatu?"
"Panjang kalau dituturkan, maka mari kita ke Moh Siang Ngai, aku akan menuturkannya di tempat iiu!" sahut Bee Kun Bu. "Baiklah." Pek Yun Hui mengangguk lagi, "Saudara Kim!" seru Bec Kun Bu. "Mari ikut kami ke Moh Siang Ngai!"
Mereka bertiga lalu melesat pergi menuju Moh Siang Ngai. sementara api yang membakar Siang Cing Koan pun sudah mulai padam dengan sendirinya.
*****
Bab ke 21 - Muncul Lagi Wanita Baju Ungu
Bee Kun Bu, Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw sudah sampai di Moh Siang Ngai.
"Mari kita duduk beristirahat di sini saja!" ujar Bee Kun Bu.
Mereka bertiga lalu duduk Pek Yun Hui menengok ke sana ke mari, kemudian tersenyum seraya berkata.
"Kun Bu, Moh Siang Ngai ini mirip Cung Yun Giam yang di Kwat Cong San."
"Benar." Bee Kun Bu mengangguk "Ketika aku sampai di tempat ini, rasanya seakan pernah ke mari. Ternyata Moh Siang Ngai ini mirip Cung Yun Giam."
"Juga mirip tebing yang di Tay Pah San," sela Gin Tie Suseng sambil tersenyum.
"Ohya!" Bee Kun Bu menatap Gin Tie Suseng, "Saudara Kim sudah lama tinggal di luar perbalasan, apakah pernah dengar tentang Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin?"
Begitu mendengar Bee Kun Bu menyebut nama tersebut, seketika juga air muka Gin Tie Suseng berubah.
"Kenapa Saudara Bee menyinggung orang itu? Apa-kah Saudara Bee kenal dia?" Gin Tie Suseng balik bertanya.
Pek Yun Hui juga tereengang, tapi ketika melihat air muka Gin Tie Suseng, ia pun langsung mengarah pada Bee Kun Bu.
"Aku pernah terpukul jatuh ke dalam jurang oleh Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok. itu karena aku terjebak oleh akal busuk mereka," jawab Bee Kun Bu memberitahukan "Aku pasti mati kalau tidak ditolong oleh seorang wanita tua picak yang mengaku dirinya Kiauw Muk Jin Mo-Ciu Lin. Setelah itu dia pun menjelaskan tentang jalan rahasia yang menuju puncak Lima Jari."
Wajah Gin Tie Suseng tampak serius sekali setelah mendengar penuturan Bee Kun Bu, tapi juga tampak kurang pereaya.
"Apakah Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin yang mengantar Saudara Bee ke jalan rahasia itu?" tanya Gin Tie Suseng.
"Dia sangat pantang akan sinar matahari dan bu!an, maka tidak berani meninggalkan gua, Dia cuma memberi petunjuk tentang jalan rahasia itu saja," jawab Bee Kun Bu.
"Oh?" Gin Tie Suseng tereengang, "Kenapa dia pantang akan sinar matahari dan bulan?"
"Dia mengatakan bahwa dirinya mengidap Thoa Ning Poh Kut San (Racun Penyusut TuIang), Murid kesayangannya yang meracuninya." Bee Kun Bu mem-beri-tahukan. "OIeh karena itu, dia tidak boleh tersorot sinar matahari maupun sinar bulan Dia tinggal di dalam gua itu demi mengobati dirinya sendiri."
Setelah mendengar itu, Gin Tie Suseng pun tertawa dingin, kemudian ujarnya sambil memandang Bee Kun Bu.
"Aku pernah dengar tentang kehebatan racun tersebut Dia mengatakan diracuni oleh murid kesayangan-nya, aku pikir dia tidak bohong, Dia memang punya hubungan dengan Lam Thian It Sat, maka tidak heran kalau dia diijinkan tinggal di dalam gua itu, Saudara Bee bernasib mujur, kalau tidak, mungkin sulit ke luar dari
jurang itu."
"Kenapa Saudara Kim mengatakan begitu? Apakah Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin itu merupakan iblis yang suka membunuh orang?" tanya Bee Kun Bu ingin mengetahui nya. "Setahuku, dia memang merupakan iblis yang suka bunuh orang, yang malang melintang di luar perbatasan dan di seberang laut Kalau bertemu orang yang dirasanya tidak cocok, pasti dibunuhnya, Lagi pula dia paling tidak menyukai kaum lelaki, Lelaki mana yang berkepandaian tinggi, pasti dibunuhnya," jawab Gin Tie Suseng.
"Kalau begitu, apa latar belakangnya?" tanya Pek Yun Hui mendadak.
"Dugaan Nona Pek memang tidak salah." Gin Tie Suseng manggutmanggut "Dia punya riwayat hidup yang sangat menyedihkan Kedua orang tuanya memikul beban cinta, sehingga tersiar di luar perbatasan maupun di seberang laut ibunya bunuh diri gara-gara tertipu oleh ayahnya, maka ia amat membenci kaum lelaki, Tapi dia justru jatuh cinta pada seorang lelaki, akhirnya wajahnya dirusak oleh lelaki itu.
Dapat dibayangkan, betapa bencinya terhadap kaum lelaki, sedangkan ilmu silatnya berasal dari Pit Sia Kiong, maka tidak heran kalau kepandaiannya sangat tinggi, Dalam waktu dua puluh tahunan, orang yang mati di tangannya sudah puluhan Oleh karena itu, dia dijuluki Miauw Muk Jin Mo (lblis Mala Picak), Saudara Bee bisa lolos dari tangannya, itu sungguh di luar dugaan!"
"Miauw Muk Jin Mo memang sudah menceritakan riwayat hidupnya, namun tidak menceritakan tentang pereintaannya, Bolehkah Saudara Kim memberitahukan-ku?" tanya Bee Kun Bu.
"Baiklah." G'm Tie Suseng mengangguk Tapi se-belumnya, aku justru harus menjelaskan suatu benda, Sebab kalau tidak, sulit untuk menceritakan tentang Miauw Muk Jin Mo itu."
"Saudara Kim!" Bee Kun Bu menatapnya. "Benda itu apakah Pit Giok Cak?"
"Apa?" Gin Tie Suseng terbelalak. "Dia telah menceritakan urusan yang begitu penting padamu?" Bee Kun Bu tersenyum, kemudian ia pun mengeluarkan sepotong Pit Giok Cak itu dan diperlihatkannya pada Gin Tie Suseng.
"Apakah benda ini?" tanyanya.
Mulut Gin Tie Suseng ternganga lebar ketika melihat benda tersebut Setelah itu ia berkata dengan suara rendah.
"Aku sering dengar tentang Pit Giok Cak ini, tapi tidak pernah me!ihatnya. Tapi kini malah berada di tangan Saudara Bee. BoIehkah aku melihatnya?"
"Silakan!" sahut Bee Kun Bu sambil memperlihatkan Pit Giok Cak itu ke hadapan Gin Tie Suseng.
Lama sekali Gin Tie Suseng memperhatikan benda tersebut, kemudian ia pun menarik nafas panjang.
Tni memang merupakan benda pusaka, tapi pembawa sial," ujar Gin Tie Suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Sebab benda ini gampang menimbulkan pembunuhan Apakah Saudara Bee tahu tentang benda ini?"
"Sebelum Miauw Muk Jin Mo menyerahkan padaku, dia telah memberi tahukan," sahut Bee Kun Bu.
"Oooh!" Gin Tie Suseng manggut-manggut
Bee Kun Bu pun memberikan pada Pek Yun Hui untuk dilihat Pek Yun Hui menerima benda itu seraya bertanya pada Gin Tie Suseng.
"Kelihatannya memang benda pusaka, tetapi kenapa Saudara Kim bilang menyangkut urusan penting, bahkan air muka Saudara Kim pun tampak berubah?"
"Puluhan tahun yang lampau, benda ini telah menimbulkan bencana dalam rimba persilatan di luar perbatasan dan di seberang laut," jawab Gin Tie Suseng menjelaskan "Yang mati demi Pit Giok Cak ini tak terhitung banyaknya, Miauw Muk Jin Mo diracuni oleh murid kesayangan nya, tentunya juga gara- gara Pit Giok Cak ini, Oleh karena itu, aku masih tidak habis berpikir kenapa Miauw Muk Jin Mo memberikan pada Saudara Bee? Mungkinkah ingin meminjam tangan Saudara Bee untuk membunuh orang?"
"Dia memang minta bantuanku, yakni pergi ke Pit Sia Kiong untuk minta obat penawar racun Thao Ning Poh Kut San. Dalam jangka waktu enam bulan aku harus kembali ke gua itu dengan membawa obat penawar racun tersebut Kalau tidak, dia pasti mati. Aku merasa kasihan kepadanya, lagi pula dia yang menyelamatkan nyawaku, maka aku pun menyanggupinya." Bec Kun Bu menjelaskan "Akan tetapi, menurutku, kemungkinan besar dia masih menyimpan suatu rahasia pribadinya, Apakah Saudara Kim tahu tentang itu?"
"Setelah dia menjelaskan tentang Pit Giok Cak ini, dia tidak menjelaskan tentang hal lain lagi?" Gin Tie Suseng balik bertanya.
"Dia cuma memberitahukan bahwa dirinya diracuni oleh murid kesayangannya, termasuk asa!-usul Pit Giok Cak ini," jawab Bee Kun Bu, "Dia tidak menjelaskan bagaimana cara murid kesayangannya meracuninya."
"Perlu diketahuL,." Gin Tie Suseng menarik nafas panjang, "Miauw Muk Jin Mo tergotong orang yang tidak lurus dan tidak sesat. Kalau dibilang dia kejam, dia justru sering membunuh para penjahat Namun juga membunuh orang baik-baik, kalau orang baik-baik itu menyinggung hatinya, Yang aku bingungkan, kenapa dia menyerahkan sepotong Pit Giok Cak ini padamu, Apakah dia punya tujuan tertentu?"
Tujuannya tidak lain yakni minta bantuanku untuk pergi ke Pit Sia Kiong minta obat penawar racun itu."
"Oooh!" Gin Tie Suseng manggut-manggut dan melanjutkan "Kebetulan aku tahu sedikit tentang dirinya diracuni oleh murid kesayangannya, apakah kalian ingin mendengarnya ?" "Aku justru masih tidak habis berpikir, alangkah baiknya Saudara Kim memberitahukan tentangitu,"sahut Bee Kun Bu yang memang ingin tahu tentang itu.
"Ketika masih muda, Miauw Muk Jin Mo memang cantik sekali," ujar Gin Tie Suseng, "Pada waktu dia berusia dua puluh sembilan, kepandaiannya sudah tinggi sekali, sehingga amat menarik perhatian orang, Pada waktu itu, salah seorang murid lelaki Tha Khong To, telah jatuh hati padanya secara diam-diam, dan mengikutinya hampir sepuluh hari, maksudnya ingin berkenalan de-ngannya."
"Kalau begitu, mereka pasti berkenalan," sela Bee Kun Bu. "Justru karena itu, timbullah keberanian Ciu Lin untuk
membunuh orang," ujar Gin Tie Suseng dan melanjutkan "Mereka berdua berkenalan setelah itu terjadi pula sesuatu yang tak pernah dipikirkan Ciu Lin."
"Apa pula yang terjadi?" tanya Bee Kun Bu.
"Pada suatu hari, murid Thao Khong To itu mengajaknya minum sampai mabuk, Setelah Ciu Lin mabuk, murid Thao Khong To itu pun ingin memperkosanya." Gin Tie Suseng memberitahukan "Akan tetapi, meskipun dalam keadaan mabuk, Ciu Lin masih sempat mencabut pedangnya menusuk murid Thao Khong To itu hingga mati. Sejak itu Ciu Lin pun menghadapi kesulitanku
Tiba-tiba terdengar suara tawa dingin, menyusul melayang turun seorang wanita yang memakai baju ungu, Wanita itu menatap Gin Tie Suseng seraya bertanya dengan gusar
"Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin adalah wanita jahat! Engkau siapa? Kenapa engkau malah menjelek-jelekkan nama Thao Khong To?"
Kemunculan wanita tersebut tentunya sangat mengejutkan Bee Kun Bu, Gin Tie Suseng dan Pek Yun Hui. Bee Kun Bu terus menatap wanita itu, kemudian barulah mengetahui bahwa ia pernah bertemu dengan-nya, yakni ketika mau memasuki gunung Swat Ling San.
Gin Tie Suseng tidak pernah melihat wanita berbaju ungu itu, tapi berdasarkan kemunculannya, ia yakin bahwa wanita berbaju ungu itu berkepandaian tinggi, maka ia segera bangkit berdiri sambil menjura.
"Aku murid Kuang Ti Taysu dari Kuil Ceh Yun Si di gunung Tay Pah San, namaku Kim Eng Hauw dijuluki Gin Tie Suseng," ujar Gin Tie Suseng memperkenalkan diri. "Aku bersama kedua temanku sedang menceritakan kejadian lampau di rimba persilatan tapi berdasarkan kenyataan Sama sekali tidak berbuat salah terhadap Nona."
Wanita berbaju ungu itu memandangnya, kemudian memandang Bee Kun Bu, dan air mukanya tampak berubah setelah mengarah pada Pek Yun Hui. Setelah itu, ia mengarah lagi pada Gin Tie Suseng.
"Aku kira siapa, tidak tahunya murid Kuang Ti Taysu dari Kuil Ceh Yun Si! Bngkau dijuluki Gin Tie Suseng, tentunya mahir menggunakan suling perak itu! Baiklah! Hari ini aku ingin mencoba berapa lihaynya suling perakmu!" ujar wanita berbaju ungu itu menantang.
Usai berkata begitu, mendadak wanita berbaju ungu itu menyentilkan jari telunjuknya ke arah Gin Tie Suseng.
Gin Tie Suseng sama sekali tidak mengetahuinya, tapi Bee Kun Bu melihat dengan jelas, dan seketika juga ia berseru memperingatkannya.
"Hati-hati Saudara Kim!"
Pada waktu bersamaan, Gin Tie Suseng sudah merasakan adanya segulung angin dingin yang mengarah pada dirinya, maka secepat kilat ia berkelit ke samping.
"Aku tidak pernah bertemu Nona, juga tiada permusuhan apa pun! Kenapa Nona langsung melancarkan serangan gelap terhadap diriku?" tanya Gin Tie Suseng gusar "Hi hi!" Wanita berbaju ungu itu tertawa nyaring, "Kita memang tidak pernah bertemu dan tiada permusuhan! Tapi tadi engkau telah menceritakan yang bukan-bukan, maka barusan aku menyerangmu dan itu cuma ingin mencoba kepandaianmu! Kelihatannya Ceh Yun Sin yang di gunung Tay Pah San tidak bernama kosong! Nah, cepatlah keluarkan suling perakmu! Kalau tidak, jangan menyalahkan kalau aku berlaku kejam terhadapmu!"
Mendadak Bee Kun Bu bangkit berdiri, ia tahu Gin Tie Suseng bukan lawan wanita berbaju ungu itu.
"Nona!" tanya Bee Kun Bu dingin, "Apakah Nona masih mengenalku?"
Tentu kenal!" Wanita berbaju ungu tertawa hambar "Di depan gunung Swat Ling San, engkau sudah dua kali terjungkal di tanganku, apakah engkau masih belum merasa tunduk padaku?"
Wajah Bee Kun Bu tampak kemerah-merahan, dan seketika juga salah tingkah, sementara Gin Tie Suseng sudah mencabut suling peraknya, lalu berkata.
"Saudara Bee, harap mundur dulu! Aku ingin minta petunjuk pada nona yang bermulut besar itu!"
"Saudara Kim!" sahut Bee Kun Bu. "Dia berkepandaian tinggi, hati-hatilah!"
Saat ini Gin Tie Suseng dalam keadaan gusar, maka tidak begitu memperhatikan ucapan Bee Kun Bu. Digerakkannya suling peraknya, kemudian mendadak menyerang ke arah wanita berbaju ungu itu.
Melihat serangan itu, wanita berbaju ungu pun tertawa nyaring sambil berkelit ke samping.
"Bagus! Aku akan mengalah tiga jurus padamu, Dalam tiga jurus, kalau engkau mampu menyentuh ujung bajuku, itu boleh dianggap engkau yang menang!" Kelika menyaksikan wanita berbaju ungu itu berkelit dengan gerakan yang amat aneh, terkejutlah Gin Tie Suseng dan berkata dalam hati.
"Wanita itu memang berkepandaian tinggi, tapi kalau aku mengeluarkan jurus andalan, belum tentu dia dapat berkelit lagi."
Setelah berkata dalam hati, Gin Tie Suseng pun segera menyerang wanita berbaju ungu itu dengan jurus Hong Cien Loh Yap (Angin Berhembus Dedaun Ron-tok), ini merupakan jurus andalan Gin Tie Suseng, yang sungguh hebat dan cepat seketika juga wanita berbaju ungu melesat ke atas.
Gin Tie Suseng sudah memperhitungkan maka ia merasa girang dalam hati dan secepat kilat menyerangnya menggunakan jurus Hoan Kang Toh Hai (Membalikkan Sungai Menggali Laut).
jurus ini merupakan salah satu jurus yang paling ampuh dari Tui Hong Sin Tie (llmu Suling Sakti pengejar Angin).
Wanita berbaju ungu itu berteriak kaget, tentunya sangat menggirangkan Gin Tie Suseng, Akan tetapi, mendadak ia merasa suling peraknya amat berat Ter-nyata wanita berbaju ungu itu telah melancarkan pukulan ke arah suling perak, yang membuat suling perak tersebut tertekan ke bawah.
"lni jurus keduaku!" seru wanita berbaju ungu.
Betapa penasarannya Gin Tie Suseng, Tanpa banyak pikir lagi ia langsung menyerang lagi dengan jurus Keng Thau Poh Ngai (Mengejutkan Ombak Menepuk Pantai).
jurus tersebut mengarah pada pinggang wanita berbaju ungu, akan tetapi, tiba-tiba wanita berbaju ungu itu melesat ke atas, Ternyata ketika Gin Tie Suseng melancarkan serangannya, wanita berbaju ungu pun mengerahkan ginkangnya melesat ke atas menghindari se-rangannya. Begitu melihat wanita berbaju ungu itu dapat menghindar Gin Tie Suseng tertegun, dan berdiri termangu-mangu di tempat
"Aku sudah mengalah dalam tiga jurus, kini giliranku menyerangmu tiga jurus puIa!" ujar wanita berbaju ungu.
sekonyong-konyong berkelebat bayangan ungu menerjang ke arah Gin Tie Suseng, Cepat-cepat Gin Tie Suseng mengayunkan suling peraknya menangkis, tapi mendadak lengan kanannya terasa amat ngilu dan suling peraknya pun terlepas.
Ternyata ketika ia mengayunkan suling peraknya, wanita berbaju ungu itu memukul nadi di lengan Gin Tie Suseng, sehingga membuat lengannya jadi ngilu dan kemudian terasa sakit seka li.
Melihat itu, Bee Kun Bu terkejut bukan main, apa lagi melihat wanita berbaju ungu itu masih mau menyerang Gin Tie Suseng, ia pun langsung membentak sambil menyerangnya dari be!akang.
"Jangan bertindak kejam!"
Ketika mendengar suara bentakan, wanita berbaju ungu tahu bahwa Bee Kun Bu pasti menyerangnya, maka secepat kilat ia menarik Gin Tie Suseng ke belakang dan digunakannya untuk menangkis serangan Bee Kun Bu.
"Hm!" dengusnya dingin, "Ternyata pesilat Tiong-goan bersekongkol dengan Tay Pah San untuk memusnahkan Siang Cing Koan! Aku terlambat datang ke mari sehingga kalian begitu bertingkah, bahkan kini engkau pun melancarkan serangan gelap terhadap diriku! Kenapa kalian begitu tak tahu malu?"
Bee Kun Bu melancarkan serangan itu cuma ingin menolong Gin Tie Suseng, Maka ketika melihat wanita berbaju ungu itu menarik Gin Tie Suseng ke belakang untuk menangkis serangannya, ia pun segera menarik kembali serangannya. "Aku melancarkan serangan gelap, itu agar Nona tidak turun tangan jahat terhadap Gin Tie Suseng!" sahut Bee Kun Bu dan menambahkan, "Nona berkepandaian tinggi, aku kagum sekali! Hanya saja ketika kita bertemu di depan Swat Ling San, aku sedang punya urusan lain, maka tidak sempat minta petunjuk padamu! sekarang aku harap Nona melepaskan Gin Tie Suseng, lalu kita bertarung!
"Oh?" Wanita berbaju ungu itu tertawa, "Engkau masih muda, tapi justru banyak akal! itu pertanda engkau licik sekali! Engkau boleh menyerang diriku, tetapi aku tidak akan melepaskan orang ini! Coba lihat apakah engkau bisa memenangkan diriku?"
"Kalau begitu, Nona ingin menyandera Gin Tie Su-seng?" tanya Bee Kun Bu sambil mengerutkan kening.
"Aku tidak menyanderanya, maksudku tangan kiriku menariknya, dan tangan kananku melawanmu," sahut wanita berbaju ungu itu sambil tertawa.
"Baiklah!" Bee Kun Bu mengangguk
Akan tetapi, tiba-tiba Pek Yun Hui berseru, Se-geralah Bee Kun Bu menoleh ke belakang memandang-nya.
"Kun Bu, kepandaiannya sangat aneh, maka biar aku saja yang minta petunjuk pada nya!" ujarnya.
"Ya." Bee Kun Bu langsung menyingkir
sedangkan Pek Yun Hui lalu melangkah ke hadapan wanita berbaju ungu itu. Ketika melihat Pek Yun Hui melangkah maju, wanita berbaju ungu itu melepaskan Gin Tie Suseng, dan sepasang matanya menatap tajam pada Pek Yun Hui.
"Aku telah menyaksikan kepandaianmu!" ujar Pek Yun Hui sambil tersenyum hambar "Kepandaianmu boleh dikatakan bersumber pada ilmu silat partai Siauw Lim di Tionggoan, hanya saja telah banyak berubah! Engkau ada hubungan apa dengan Partai Siauw Lim?" Ucapan Pek Yun Hui membuat air muka wanita berbaju ungu itu berubah. Pada saat ia baru mau membuka mulut, Gin Tie Suseng telah mendahuluinya.
"Umu silat wanita itu mirip ilmu silat Thao Khong To, mungkin dia murid Thao Khong To," ujar Gin Tie Suseng memberitahukan
"Tidak salah!" sahut wanita berbaju ungu. "Aku memang murid Thao Khong To, namaku Hiang Ceh Ih, julukanku Siau Bin Lo Sat Hiang Ceh Ih (Lo Sat Tertawa Baju Ungu), Siauw Lim Utara di Tionggoan berasal dari Thao Khong To! Engkau siapa, dan kenapa berada di Swat Ling San?"
"Kami datang ke mari tiada urusan dengan pihak Thao Khong To, kenapa engkau langsung turun tangan jahat?" tanya Pek Yun Hui sambil tersenyum.
"Memang tiada urusan dengan Thao Khong To!" sahut wanita berbaju ungu atau Hiang Ceh Ih. Tapi orang itu telah menjelek-jelekkan nama Thao Khong To, maka aku harus menghajarnya! Harap engkau mundur, aku harus menghajarnya!"
Wanita berbaju ungu itu langsung menyerang ke arah Gin Tie Suseng, akan tetapi, Pek Yun Hui membentak keras sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah wanita berbaju ungu, Apa boleh buat, wanita berbaju ungu terpaksa menarik serangannya terhadap Gin Tie Suseng, kemudian secepat kilat menyambut pukulan Pek Yun Hui.
Blammm! Terdengar suara benturan keras.
Wanita berbaju ungu terpental beberapa depa, sedangkan Pek Yun Hui cuma mundur beberapa langkah, Terkejutlah wanita berbaju ungu, ia memandang Pek Yun Hui dengan mata terbelalak
Pek Yun Hui bergerak maju ke hadapan wanita berbaju ungu. Tangan kanannya melindungi dada dan tangan kirinya menyerang ke arah lengan wanita baju ungu, Sungguh cepat dan aneh gerakan ilu. Wanita berbaju ungu atau Hiang Ceh Ih menyadari, bahwa saat ini dirinya berhadapan dengan lawan yang tangguh.
Secepat kilat ia menarik lengannya, lalu balas menyerang Pek Yun Hui.
Tapi Pek Yun Hui mengibaskan lengannya, Wanita berbaju ungu tidak menduganya, dan tiba-tiba merasa dadanya ngilu sekali Betapa terkejutnya wanita berbaju ungu, dan segeralah ia meloncat ke samping.
Pek Yun Hui tidak memburu nya, melainkan berdiri di tempat sambil menatapnya dingin.
Kepandaianmu belum seberapa, tetapi berani bertingkah di sini! Engkau sungguh tak tahu diri! Kali ini aku mengampunimu, tetapi cepatlah tinggalkan tempat ini!" bentak Pek Yun Hui.
Sejak meninggalkan Thao Khong To, wanita berbaju ungu itu telah banyak bertemu orang berkepandaian tinggi, bahkan Lima Setan Swat Ling San pun masih menghormatinya, Namun ia justru tak menyangka akan bertemu Pek Yun Hui yang berkepandaian tinggi
"Engkau memang berkepandaian tinggi, aku sangat kagumi BoIehkah aku tahu namamu?" tanya wanita berbaju ungu, "Agar kelak aku dapat membalas pukulanmu!"
"Dia adalah Pek Yun Hui dari Kwat Cong San di Tionggoan!" sahut Gin Tie Suseng memberitahukan "Cepatlah engkau pulang ke Thao Khong To mengundang Cih Miauw Nio keluar, jangan sampai Nona Pek ke sana memusnahkannya!"
Ternyata Gin Tie Suseng masih dendam akan perlakuan wanita berbaju ungu itu padanya, maka mengatakan begitu.
Apa yang dikatakan Gin Tie Suseng justru membuat Siauw Bin Lo Sat Hiang Ceh Ih melangkah mundur beberapa langkah dengan air muka berubah. Ternyata Nona Pek Yun Hui!" ujarnya, "Kalau begitu, apa yang dikatakan Souw Peng Hai memang tidak salah!"
"Souw Peng Hai mengatakan apa?" tanya Bee Kun Bu mendadak.
"Dia mengatakan bahwa Nona Pek mentang-mentang berkepandaian tinggi, maka ingin memusnahkan semua aliran yang ada di luar perbatasan maupun di seberang taut!
Ternyata kalian memang berniat begitu, maka benar juga apa yang dikatakan Souw Peng Hai!" jawab wanita berbaju ungu.
Usai menjawab, wanita berbaju ungu itu melesat pergi, Pek Yun Hui tidak mengejarnya, melainkan cuma menarik nafas panjang.
"Nyonya Souw Peng Hai terus-menerus bermohon padaku agar mengampuni Souw Peng Hai, tapi Souw Peng Hai dan Cd Hiong malah memfitnah diriku di luar perbatasan dan di seberang laut Kelihatannya bencana dalam rimba persilatan tak terelakkan lagi," ujar Pek Yun Hui sambil menggeleng- gelengkan kepala.
Tentunya semua aliran di luar perbatasan maupun di seberang laut akan terpengaruh oleh Souw Peng Hai, lalu kenapa kakak malah menarik nafas?" tanya Bec Kun Bu heran
sebetulnya Pek Yun Hui mengkhawatirkan Bee Kun Bu, sebab mungkin tidak lama lagi ia akan kembali ke istana, jelas akan berpisah dengan Bee Kun Bu, sedangkan Bee Kun Bu adalah pemuda yang berhati jujur, maka gampang terjebak oleh musuh yang berhati iicik, Namun gadis itu tidak mencetuskan tentang ini, sebaliknya malah tersenyum seraya berkata.
"Aku menarik nafas lantaran akan timbulnya bencana dalam rimba persilatan Ohya! Silakan Saudara Kim melanjutkan tentang Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin itu!" "Saudara Kim! Lanjutkanlah!" desak Bee Kun Bu. Karena Pek Yun Hui mengalihkan pembicaraan maka Bee Kun Bu pun menurut Gin Tie Suseng duduk, Pek Yun Hui dan Bee Kun Bu juga ikut duduk sambil menunggu Gin Tie Suseng melanjutkan ceritanya.
"Miauw Muk Jin Mo memang sangat membenci kaum lelaki, terutama lelaki yang berkepandaian tinggi, Hai itu disebabkan gara-gara murid Thao Khong To yang mati di tangannya, karena murid Thao Khong To itu ingin menodainya, Setelah itu, ia pun menerima seorang murid wanita, sehingga membuatnya kehilangan sebelah matanya."
"Kalau begitu, matanya picak sebelah bukan bawaan lahir?" Tanya Bee Kun Bu.
"Tiga puluh tahun lalu, kecantikan wajahnya justru menimbulkan kejadian itu." Gin Tie Suseng menggeleng- gelengkan kepala.
"Kejadian apa?" tanya Bee Kun Bu lagi.
"Dia amat membenci kaum lelaki, tapi juga ada lelaki yang amat membenci kaum wanita," jawab Gin Tie Suseng memberitahukan itulah penyebab kejadian tersebut"
"Oh?" Bee Kun Bu tertegun
"Rimba persilatan di luar perbatasan dan di seberang laut memang tiada hubungan dengan rimba persilatan Tionggoan, tapi di antaranya masih ada yang melancong, Ciu Lin yang menyelidiki kematian ibunya, tanpa sengaja memasuki daerah Coan Teng. Di daerah itu hatinya tergerak sehingga terjaring ke dalam asmara, WaIau. menikmati beberapa tahun yang penuh kebahagiaan tapi mengakibatkan dirinya jadi begitu." Gin Tie Suseng menarik nafas, kemudian melanjutkan "Di kota Coan Teng yang menyambung Cing Hai, justru merupakan kota berkumpulnya para kaum Bu Lim seberang laut Di rumah sebuah penginapan di kota Coan Teng, Ciu Lin melihat seorang pemuda yang amat ganteng, bahkan tampak berkepandaian tinggi pula, dan Ciu Lin pun menaruh perhatian pada nya. Tak disangka, peristiwa aneh pun terjadi di malam itu."
"Peristiwa aneh?" Bee Kun Bu tertegun "Apakah karena pemuda ganteng itu?"
"Tidak salah," sahut Gin Tie Suseng dan melanjutkan "Ternyata malam itu Ciu Lin mengintip ke dalam kamar pemuda tersebut, Di saat itu pula Ciu Lin mendengar suara desiran di atap rumah, lalu seketika juga Ciu Lin melesat ke sana, ia melihat sosok bayangan hitam melesat menuju pinggir kota, dan karena merasa heran, maka ia menguntitnya. Memang di luar dugaannya, sosok bayangan hitam itu ternyata pemuda ganteng itu. Pemuda itu tak menyangka ada orang menguntitnya, maka terus melesat menuju sebuah gunung di pinggir kota Coang Teng. Karena itu, Ciu Lin pun mulai curiga, kenapa pemuda ganteng itu menuju ke gunung Kiu Ting San?"
"Kemudian bagaimana?" tanya Bee Kun Bu tertarik "Begitu sampai di gunung itu, pemuda tersebut memasuki
sebuah kuil tua yang ada di situ," jawab Gin Tie Suseng melanjutkan "Sedangkan Ciu Lin meloncat ke atap kuil itu lalu mengintip ke datam, dan tampak ada empat orang berada di dalam, Suasana di dalam kuil itu memang agak misterius, Salah seorang yang ada di dalam kuil itu adalah seorang bocah telanjang bulat berbaring di atas altar, Salah seorang sudah tua berbadan kurus, dia adalah pemimpin mereka.
Di sisinya duduk seorang Hweeshio berjubah kuning, yang sepasang telinganya sangat panjang dan lebar, tampak pula seorang nyonya muda duduk di situ. Ciu Lin tereengang menyaksikannya, dan juga tidak tahu mereka mau berbuat apa di dalam kuil itu. Mendadak Hweeshio itu berkata, Toa Suheng! Sudah larut malam, Toan Cu Peng tiada kabar beritanya.
Mungkin dia tidak berani memunculkan diri. Lebih baik kita bereskan anak haram ini!" Ternyata yang dipanggil Toa Suheng itu adalah orang tua berbadan kurus, Dia memandang nyonya muda itu sambil menarik nafas panjang dan berkata, Toan Cu Peng adalah lelaki sejati, Dia berani berbuat pasti berani bertanggung jawab, Sutee bersabarlah kalau dia tidak datang, barulah kita bereskan mereka ibu dan anak!" sedangkan nyonya muda itu sudah mulai menangis. "
"Setelah itu, apa pula yang terjadi?" tanya Bee Kun Bu. "Ternyata orang tua kurus itu adalah ayahnya nyonya
muda tersebut, Dia menyatakan sangat cinta pada Toan Cu Peng, tapi Toan Cu Peng bukan berasal dari perguruan mereka, Selama itu Toan Cu Peng tidak pernah melakukan suatu kejahatan, tetapi kenapa anak yang tak tahu apa-apa itu harus dibunuh? Orang tua kurus diam saja, Kemudian nyonya muda itu mengatakan bahwa lebih baik dia bunuh diri. Di saat itulah muncul pemuda ganteng yang bernama Toan Cu Peng, Dia mencegah nyonya muda itu bunuh diri.
Setelah itu, terjadilah keributan di dalam kuil tersebut Ternyata orang tua kurus dan Hweeshio itu dari Thao Khong To. Setelah terjadi keributan akhirnya terjadi pertarungan pula, Yang terbunuh adalah nyonya muda itu. Betapa sedihnya orang tua kurus tersebut, sedangkan Hweeshio berjubah kuning masih bertarung dengan Toan Cu Peng, Akan tetapi mendadak Toan Cu Peng menyambar bocah perempuan yang berbaring itu, lalu secepat kilat melesat pergi, Namun Hwceshio berjubah kuning itu tidak mau me!epas-kannya, dia pun melesat pergi mengejar Toan Cu Peng yang mengepit bocah perempuan itu."
"Bocah perempuan itu apakah putrinya?" tanya Bee Kun
Bu.
"Ya." Gin Tie Suseng mengangguk dan melanjutkan,
"Akhirnya mereka bertarung lagi di luar kuil Bagaimana mungkin Toan Cu Peng mampu melawan Hweeshio berjubah kuning, karena sebelah tangannya masih me-ngepit bocah perempuan itu. Tanpa setahu siapa pun, Ciu Lin menguntit terus, dan di saat itulah Hweeshio berjubah kuning melancarkan sebuah pukulan yang amat dahsyat pukulan itu membuat bocah perempuan itu terpental dari kepitan Toan Cu Peng. Pada waktu bersamaan muncullah Ciu Lin menyambut bocah perempuan itu, lalu menuding Hweeshio berjubah kuning sekaligus mencacinya.
Kemunculan Ciu Lin cukup mengejutkan Hweeshio berjubah kuning. Di saat itu muncul pula orang tua kurus, dan langsung menuduh Toan Cu Peng minta bantuan pada orang lain, Ciu Lin tidak senang mendengar tuduhan itu dan segeralah memperkenalkan diri dan menyatakan bahwa dirinya tiada hubungan dengan Toan Cu Peng. Orang tua kurus cuma tertegun, kemudian memandang bocah perempuan yang ada di dalam gendongan Ciu Lin. Akan tetapi, Hweeshio berjubah kuning itu justru mendesak orang tua kurus itu agar membunuh Toan Cu Peng dan bocah perempuan tersebut itu membuat Ciu Lin gusar sekali."
"Apakah Ciu Lin bertarung dengan mereka?" tanya Bee Kun Bu.
"Akhirnya mereka memang bertarung, dan Ciu Lin berhasil menolong Toan Cu Peng dan gadis kecil itu," jawab Gin Tie Suseng.
"Kemudian bagaimana?" Bee Kun Bu ingin me- ngetahuinya.
"Ciu Lin membawa Toan Cu Peng dan gadis kecil itu ke tempat yang sepi, lalu merawat luka di tubuh Toan Cu Peng. Akan tetapi, sungguh di luar dugaan, ternyata Toan Cu Peng telah terkena semacam racun, dan akhirnya mati." Gin Tie Suseng menggeleng-gelengkan kepala, "Bagaimana dengan gadis kecil itu?" tanya Bee Kun Bu.
"Ciu Lin menerimanya sebagai murid," jawab Gin Tie Suseng dan melanjutkan, "Gadis kecil itu bernama Toan Siauw Cing, Sejak itu Ciu Lin mulai menggemb!engnya. Walau Ciu Lin adalah guru Toan Siauw Cing, namun gadis kecil itu justru menganggapnya sebagai ibu. Namun ada satu hal terganjel di dalam hati Toan Siauw Cing. "
"Hal apa?" tanya Bee Kun Bu.
"Ketika Ciu Lin merawat luka Toan Cu Peng, barulah diketahuinya bahwa Toan Cu Peng sudah terkena racun, Tapi gadis kecil itu malah mengira Ciu Lin yang meracuni ayahnya, maka akhirnya Toan Siauw Cing pun meracuni Ciu Lin," jawab Gin Tie Suseng memberitahukan
Ternyata begitu!" Bee Kun Bu manggut-manggut, tapi tetap tertegun dan bertanya, "Lalu kenapa mata Ciu Lin bisa jadi picak sebelah?"
"ltu karena terkena hawa racun yang mengidap di tubuh Toan Cu Peng." Gin Tie Suseng menjelaskan "Oleh karena itu, Ciu Lin pergi cari tabib untuk mengobati matanya, tapi tidak sembuh sehingga matanya jadi buta sebelah."
"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, sementara Pek Yun Hui diam saja, ia cuma mendengarkan dengan penuh perhatian
Gin Tie Suseng menggeleng-gelengkan kepala, kemudian melanjutkan ceritanya sambil menarik nafas panjang.
Memang di luar dugaan, ternyata Toan Siauw Cing sering merasa matanya berkunang-kunang, maka ia memberitahukan pada Ciu Lin.
"Guru! Ketika Guru pergi, mata Siauw Cing sering berkunang-kunang, itu kenapa ya?" tanya Toan Siauw Cing.
"Itu,.,." GugupIah Ciu Lin, Mungkin Siauw Cing juga terkena racun yang tak dikenalnya itu? pikir Ciu Lin dan kemudian jawabnya, "ltu karena badanmu sangat lemah, maka mulai besok, engkau berhenti berlatih silat dulu dan jangan ke mana-mana!"
"Ya, Guru." Toan Siauw Cing mengangguk Beberapa hari setelah itu, Toan Siauw Cing memang tidak berlatih silat Matanya pun tidak berkunang-kunang lagi, tapi kini malah merasa sekujur badannya tak bertenaga dan merasa dingin.
"Guru! Mata Siauw Cing sudah tidak berkunang-kunang lagi, tapi badan terasa tak bertenaga dan kadang-kadang merasa dingin sekali." Toan Siauw Cing mem-beritahukan.
"Oh?" Ciu Lin mengerutkan kening. Kini ia tahu bahwa Toan Siauw Cing juga mengidap racun dingin, maka ia mengeluarkan obat pemberian Sao Kong Gie, lalu dimasukkannya ke mulut gadis itu, "Siauw Cing, setelah engkau makan obat ini, pasti tidak akan merasa dingin lagi."
Ternyata demi mengobati matanya, Ciu Lin secara diam- diam pergi ke Tionggoan menemui Sao Kong Gie, tabibyangsangat terkenal Sao Kong Gie memberikannya obat, namun mengatakan bahwa agak sulit untuk menyembuhkan matanya, Ciu Lin membawa pulang obat tersebut Karena khawatir Toan Siauw Cing juga terkena racun dingin, Siapa yang meracuni Toan Cu Peng? Tidak lain adalah Hweeshio berjubah kuning.
Toan Siauw Cing menurut, lalu segera menelan obat tersebut Tak lama ia pun tidak merasa dingin lagi.
"Engkau masih harus beristirahat satu hari. Apakah masih merasa dingin?" ujar Ciu Lin.
Toan Siauw Cing mengangguk, dan Ciu Lin tersenyum.
Kenapa ia mau menerima Toan Siauw Cing sebagai muridnya? Ternyata ia telah jatuh hati pada Toan Cu Peng, Namun sebelum ia mencurahkan isi hatinya, Toan Cu Peng sudah mati, Oleh karena itu, ia pun mengambil keputusan untuk membesarkan Toan Siauw Cing.
Setelah makan obat itu, Toan Siauw Cing tidak merasa dingin lagi, maka Ciu Lin pun mulai mengajarnya ilmu silat Tak terasa sudah dua tahun mereka tinggal di dalam rimba yang sepi itu, ilmu silat Toan Siauw Cing pun bertambah maju, tentunya sangat menggembirakan Ciu Lin.
"Engkau harus terus berlatih, barulah bisa bergerak lincah," ujar Ciu Lin memberitahukan.
"Ya." Toan Siauw Cing mengangguk.
"Siauw Cing!" Ciu Lin tersenyum, "Mari kita ber-latih!" "Ya, Guru." Toan Siauw Cing mengangguk lagi, lalu
mendadak menyerang Ciu Lin dengan menggunakan jurus Can Eng Pou Thu (Elang Menyambar Kelinci), Badan Toan Siauw Cing melesat ke atas, kemudian menyambar ke arah Ciu Lin.
Ciu Lin tersenyum sambil menyambut serangan gadis itu dengan jurus Liat Kam Ngo Gak (Tenaga Meng-getarkan Lima Gunung), jurus tersebut mematahkan serangan Toan Siauw Cing.
Akan tetapi, tiba-tiba Toan Siauw Cing menyerang lagi dengan jurus Kim Sih Jauw Wua (Benang Emas Melilit pergelangan Tangan).
Ciu Lin melihat jari tangan Toan Siauw Cing mengarah pada lengannya, maka seketika juga ia menggerakkan lengannya balas menyerang Toan Siauw Cing. sungguh luar biasa Toan Siauw Cing, ia masih dapat berkelit dengan cara melesat mundur ke belakang.
Setelah itu, ia menyerang lagi menggunakan jurus Keng Thau Poh Ngai (Mengejutkan Ombak Menepuk Pantai). Ciu Lin menyambut serangan itu, ia ingin menguji tenaga dalam gadis itu, maka mengeluarkan jurus Tiat Soh Heng Kang (Rantai Membelenggu Sungai), jurus itu merupakan jurus yang disertai Lweekang.
Rupanya Toan Siauw Cing sudah tahu kalau Ciu Lin ingin menguji Lweekangnya, tetapi ia tidak mau beradu pukulan dengan gurunya, Maka ia segera mengerahkan ginkangnya melesat ke atas menghindar pukulan itu.
Ciu Lin terkejut tapi merasa girang. ia tak menyangka Toan Siauw Cing begitu cerdik, tidak mau beradu pu-ku!an, sebaliknya malah mengelak dengan ginkangnya, Ciu Lin yakin bahwa kelak kepandaian Toan Siauw Cing pasti melampaui kepandaiannya, Oleh karena itu ia harus mendidiknya agar tidak sombong, Dengan adanya pikiran demikian, Ciu Lin pun mulai menyerang Toan Siauw Cing bertubi-tubi, tetapi gadis itu masih dapat berkelit dengan lincah
Tak terasa mereka bertanding sudah lebih dari tiga puluh jurus, serangan Ciu Lin pun bertambah gencar
"Engkau bisa bertahan, tapi dalam Bu Lim banyak orang berhati licik dan selalu melancarkan serangan curang. Maka aku harus mengajarmu menjaga serangan gelap," ujar Ciu Lin dalam hati.
Ciu Lin bergerak cepat menyerang Toan Siauw Cing, Akan tetapi, karena Toan Siauw Cing tampak gugup, maka Ciu Lin mendadak memperlambat gerakannya, bahkan memperlihatkan sedikit kelemahannya.
Toan Siauw Cing melihat kelemahan gurunya, ia langsung menyerang, namun mendadak badan Ciu Lin berputar sambil menangkap lengan Toan Siauw Cing kemudian disentakkannya.
"Roboh kau!" bentaknya.
Toan Siauw Cing memang roboh, tapi lalu berguling dengan jurus Kim Kou Toh Kua (Berguling Sambil Menendang) menyerang perut gurunya.
Ciu Lin kagum sekali pada Toan Siauw Cing, ia sama sekali tidak menyangkanya akan melancarkan tendangan itu, Cepat-cepat ia berkelit, tapi ujung kaki Toan Siauw Cing menyentuh bajunya, sehingga Pit Giok Cak yang disimpannya di dalam baju melayang ke luar
Toan Siauw Cing segera memungut Pit Giok Cak itu, lalu diberikan pada Ciu Lin.
"Guru! Benda apa ini? Kok memancarkan sinar?" tanyanya.
"Siauw Cing!" Ciu Lin tersenyum, "Engkau masih kecil, tapi kepandaianmu sudah lumayan, ini adalah Pit Giok Cak, setelah engkau dewasa kelak, guru pasti memberilahukan tentang benda ini."
"Ya, Guru."
"Sudah lama kita beriatih, sekarang kita pulang untuk beristirahat" ajak Ciu Lin.
Toan Siauw Cing menurut, lalu mengikuti Ciu Lin ke dalam gubuk. Walau Toan Siauw Cing masih kecil, namun ia ingin sekali tahu rahasia Pit Giok Cak itu, maka ia sering bertanya pada Ciu Lin mengenai benda tersebut Karena itu, Ciu Lin pun berpikir
"Pil Giok Cak adalah benda pusaka, tapi sayang sekali! Karena cuma ada sepotong, berarti tiada gunanya." Ujar Ciu Lin dalam hati.
setengah bulan kemudian, Toan Siauw Cing masih terus bertanya tentang Pit Giok Cak itu, akhirnya Ciu Lin terpaksa berkata.
"Siauw Cing, bukan guru tidak mau beritahukan hanya saja belum waktunya, Kalau engkau mengetahuinya sekarang, itu akan membahayakan dirirnu."
"Guru! Beritahukanlah! Siauw Cing ingin menge-tahuinya!" desak Toan Siauw Cing.
"Siauw Cing. " Ciu Lin menggeleng-gelengkan ke-pala.
"Guru! Siauw Cing tidak takut bahaya, beritahukan saja!" desak Toan Siauw Cing lagi. "Baiklah! Guru akan memberitahukan sedikit pada-mu."
Ciu Lin lalu menutur
tentang Sah Thai Ik dan kaitannya kedua orang tuanya dengan Pit Giok Cak tersebut berikut kegunaannya .
Setelah mendengar apa yang diceritakan Ciu Lin, Toan Siauw Cing tampak tertarik sekali, ia memandang Ciu Lin dan berkata.
"Menurut Siauw Cing, alangkah baiknya Guru coba ke gunung Taysan untuk mencari tempat kediaman Sam Im Sin Ni."
"Siauw Cing!" Ciu Lin tersenyum. "ltu pereuma, sebab masih ada sepotong Pit Giok Cak berada di Pit Sia Kiong yakni di tangan Lam Kiong Siu."
"Kalau begitu, Guru harus memperoleh sepotong Pit Giok Cak lagi," ujar Toan Siauw Cing, "Setelah itu barulah pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni."
"Guru memang bermaksud demikian." Ciu Lin manggut- manggut.
Selelah bereerita sampai di sini, Gin Tie Suseng menggeleng-gelengkan kepala, Karena Gin Tie Suseng tidak melanjutkan maka Bee Kun Bu pun menatapnya lalu bertanya.
"Apakah Ciu Lin berangkat ke Taysan?" "Dia memang berangkat ke sana, namun. " Gin Tie Suseng menarik nafas
dan melanjutkan "Dua bulan kemudian dia kembali ke tempatnya dalam keadaan terluka."
"Terluka?" Bee Kun Bu mengerutkan kening. Terluka oleh siapa?"
"Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu," sahut Gin Tie Suseng memberitahukan. "Selain berkepandaian tinggi, Lam Kiong Siu pun ahli dalam hal racun."
"Ciu Lin juga terkena racun?" tanya Bee Kun Bu. "Ya." Gin Tie Suseng mengangguk "Tapi berkat obat penawar racun dari Sao Kong Gie, akhirnya racun yang mengidap di dalam tubuhnya dapat dipunahkan hanya saja masih harus merawat lukanya."
"Dia dilukai Lam Kiong Siu?" Bee Kun Bu terbelalak "Ya, Dadanya terkena pukulan Lam Kiong Siu," Gin Tie
Suseng memberitahukan "Ilu adalah Ciak Yang Coh Tong
Ciang Hoat (Pukulan Beracun Hawa Panas), ilmu andalan Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu."
"Oh ya!" Bee Kun Bu teringat sesuatu dan bertanya. "Kenapa Toan Siauw Cing bisa mencurigai Ciu Lin meracuni ayahnya?"
"Pada waktu itu dia masih kecil Padahal Ciu Lin yang berupaya mengobati Toan Cu Peng, namun Toan Siauw Cing yang masih kecil itu malah salah paham, mengira Ciu Lin meracuni ayahnya," jawab Gin Tie Suseng.
"La!u bagaimana akhirnya?" tanya Bee Kun Bu.
Toan Siauw Cing belajar ilmu silat dengan tekun, tetapi setelah dewasa dia malah meracuni Ciu Lin, dan sekaligus ingin memiliki Pit Giok Cak," jawab Gin Tie Suseng sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Akan te-tapi, Toan Siauw Cing pun mati di tangan Ciu Lin."
"Kemudian bagaimana?" tanya Pek Yun Hui mendadak "Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin menghilang, dan tiada seorang
pun tahu dia berada di mana," jawab Gin Tie Suseng dan
menambahkan, "Sungguh di luar dugaan, ternyata dia tinggal di dalam gua di jurang itu."
"Nasibnya memang buruk," ujar Bee Kun Bu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Kun Bun!" Pek Yun Hui menatapnya, "Kini apa
.rencanamu?H "Aku telah menyanggupi permintaan Miauw Muk Jin Mo itu, tentunya aku harus berangkat ke Pit Sia Kiong menemui Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu untuk minta obat penawar racun Thao Ning Poh Kut San."
"ltu keputusanmu?" Pek Yun Hui menatapnya. "Ya, Kak!" Bee Kun Bu mengangguk "Aku telah
menyanggupinya, maka aku harus menepati janji, Lagi pula itu
menyangkut nyawa Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin, oleh karena itu aku mengambil keputusan untuk berangkat ke Taysan."
"Baiklah." Pek Yun Hui manggut-manggut, "Aku akan menyertaimu dan mengajak Hian Giok."
"Terimakasih, Kak!" ucap Bee Kun Bu girang.
"Kalau begitu, aku pun ikut," ujar Gin Tie Suseng sambil tersenyum, "Sudah lama aku mendengar tentang Pit Sia Kiong, kini kebetulan ada kesempatan untuk ke sana, tentunya aku harus ikut, dan sekaligus membantu Saudara Bee."
"Terimakasih, Saudara KJm!" ucap Bee Kun Bu.
"Oh ya!" tanya Pek Yun Hui mendadak, "Bagaimana cara Ciu Lin memperoleh sepotong Pit Giok Cak itu?"
"Entahlah." Gin Tie Suseng menggelengkan kepala, Tiada seorang pun yang tahu bagaimana cara dia memperoleh sepotong Pit Giok Cak itu."
"Saudara Kim! Dari mana Toan Siauw Cing memperoleh racun Thao Ning Poh Kut San untuk meracuni gurunya?" tanya Bee Kun Bu.
"ltu pun masih merupakan suatu teka-teki hingga kini. Yang jelas Toan Siauw Cing mencampurkan racun itu ke dalam minuman, Semula Ciu Lin tidak tahu bahwa itu perbuatan muridnya, namun ketika Toan Siauw Cing ingin mencuri Pit Giok Cak itu, barulah Ciu Lin tahu dan dia pun lalu mengatur suatu siasat, sehingga Toan Siauw Cing mati di tangannya," jawab Gin Tie Suseng, "Pada waktu itu, batin Ciu Lin betul-betuI terpukul. "Apakah Ciu Lin tidak tahu bahwa Siauw Cing telah salah mengira dia yang meracuni ayah Siauw Cing?" tanya Bee Kun Bu lagi.
"Setelah Toan Siauw Cing terkena pukulan Ciu Lin, barulah dia memberitahukan kenapa dia meracuni gurunya, kemudian nyawanya pun melayang." Gin Tie Suseng menarik nafas, "ltu merupakan kejadian yang tragis."
"Ya." Bee Kun Bu menggeleng-gelengkan kepala, "Kejadian yang sungguh di luar dugaan.-"
"Kun Bu!" Pek Yun Hui menalapnya. "Kapan mau berangkat ke gunung Taysan?"
"Besok pagi," jawab Bee Kun Bu singkat "Baiklah." Pek Yun Hui manggut-manggut.
*****
Bab ke 22 - Memasuki Gunung Taysan (Altai)
Di kaki gunung Taysan, tampak tiga orang berjalan.
Mereka adalah Bee Kun Bu, Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng. Bahkan tampak seekor burung bangau yang amat besar terbang di atas mereka, yakni Hian Giok.
"Kun Bu!" tiba-tiba Pek Yun Hui berhenti dan ber-kata, "Kita sudah sampai di kaki gunung Taysan, maka haruslah berhati-hati!"
"Ya, Kak!" Bee Kun Bu mengangguk
"Aku punya usul," ujar Pek Yun Hui sambil memandang Bee Kun Bu.
"Apa usul Kakak?" tanya Bee Kun Bu.
"Kita bertiga harus berpencar memasuki gunung ini. Aku bersama Hian Giok, jadi bisa mengamati gunung ini dari atas, Nanti kita berkumpul lagi di puncak gunung ini! Bagaimana menurutmu, Kun Bu?" Pek Yun Hui tersenyum.
"Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk Pek Yun Hui segera bersiuI, dan seketika juga tampak Hian Giok melayang turun, Pek Yun Hui langsung mengerahkan ginkangnya melesat ke punggung Bangau Sakti itu.
"Kun Bu, hati-hati!" pesan Pek Yun Hui. Bangau Sakti pun lalu terbang meluncur ke atas.
"Saudara Kim!" ujar Bee Kun Bu, "Engkau ambil jalan kiri, aku akan melalui jalan yang di sebelah kanan, Kila berkumpul di puncak!"
"Ya." Gin Tie Suseng mengangguk
Bee Kun Bu mengerahkan ginkangnya melesat ke atas melalui jalan yang di sebelah kanan, sedangkan Gin Tie Suseng melalui jalan yang di sebelah kiri.
Memang banyak rintangan dan jebakan di gunung Taysan ini, namun Bee Kun Bu dapat melewatinya dengan selamat, Ketika ia sampai di tempat yang banyak curam, mendadak terdengar suara bentakan dari atas.
"Minyak ini menyambut kedatanganmu!"
seketika tampak semacam minyak mengalir ke ba-wah. Minyak itu mengebulkan asap, ternyata minyak itu mendidik
Tanpa ayal lagi Bee Kun Bu langsung mengerahkan ginkang Ling Khong Sih Tou meluncur ke atas. Tampak beberapa orang bersembunyi di balik sebuah batu besar sambil menuang minyak yang mendidih itu ke bawah.
Bee Kun Bu segera melancarkan serangan Pik Khong Tiam Hoat (Menotok jalan Darah jarak Jauh). Beberapa orang itu tertotok, namun salah seorang masih sempat melarikan diri.
"Mau lari ke mana?" bentak Bee Kun Bu sambil melayang ke arahnya, dan sekaligus melancarkan sebuah pukulan. . Orang itu terkena pukulan tersebut, sehingga terpental jatuh tak bergerak lagi. Setelah melayang turun, Bee Kun Bu pun mendekati orang itu.
"Sobat!" ujar Bee Kun Bu. "Jangan pura-pura mati, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan padamu!"
"Asal Tuan tidak membunuhku, pertanyaan Tuan pasti kujawab dengan sejujurnya," sahut orang itu sambil bangun duduk.
Bee Kun Bu tertawa hambar, ia tahu bahwa orang itu amat ketakutan ia lalu menatapnya seraya bertanya.
"Harus menempuh jalan mana menuju Pit Sia Kiong?"
TuanP Orang itu menggeleng-gelengkan kepala, "Kami memang orang Pit Sia Kiong, tapi cuma menjaga di tuar, dan menunggu perintah dari Cap Kouw (Bibi ke sepuluh), jadi kami sama sekali tidak tahu terletak di mana Pit Sia Kiong itu."
Bee Kun Bu tertegun, Mungkinkah orang ini berkata dengan tak jujur? Kalau begitu, harus ditakuti-takuti, pikir Bee Kun Bu.
"Engkau adalah orang Pit Sia Kiong, bagaimana mungkin tidak tahu berada di mana Pit Sia Kiong itu? Engkau sudah tidak mau hidup lagi ya?" tanya Bee Kun Bu dingin.
Wajah orang itu berubah pucat, kemudian memandang Bee Kun Bu dengan takut seraya berkata.
"Aku berkata sesungguhnya, Kalau aku bohong, biar aku mati disambar geledek! Sungguh!"
Bee Kun Bu pereaya, tapi tetap menakut-nakuti orang itu. ia tertawa dingin seraya berkata.
"Engkau mau cari mati? Tidak mau berkata sesungguhnya padaku?" Bee Kun Bu mengangkat sebelah tangannya, kelihatannya akan memukul orang tersebut. "Ampun!" ucap orang itu, "Aku sungguh tidak tahu berada di mana Pit Sia Kiong itu!"
"Kalau begitu, aku akan bertanya pada orang lain!" Bee Kun Bu mendekati orang-orang yang tergeletak tak bergerak terkena totokannya tadi.
Pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu mendengar ada suara desiran di belakangnya, maka secepat kilat ia meloncat ke samping.
Ternyata Gin Tie Suseng, yang tangannya menggenggam suling perak, dan wajahnya pun tampak gusar sekali, bahkan langsung memukul orang-orang yang tergeletak tak bergerak itu.
"Jangan bunuh mereka, Saudara Kim!" seru Bee Kun Bu. "Aku masih ingin mengajukan pertanyaan pada merekah Gin Tie Suseng terpaksa menarik kembali serangan-nya, lalu memandang Bee Kun Bu dan berkata.
"Ketika aku menuju ke mari, nyawaku nyaris melayang gara-gara merekah
"Oh?" Bee Kun Bu tersenyum, "Aku pun begitu, namun masih selamat Kita tidak tahu Pit Sia Kiong berada di mana, maka aku ingin bertanya pada mereka."
"Kalau begitu, untung aku belum membunuh me-reka," ujar Gin Tie Suseng sambil menarik nafas, kemudian ia mendekati salah seorang yang tergeletak di situ. "Aku tanya, di mana Pit Sia Kiong itu? Kalau engkau tidak jawab, lehermu pasti putus!"
"Tuan!" Orang itu ketakutan "Aku... aku cuma menjaga di sini, sama sekali tidak pernah ke Pit Sia Kiong, Meskipun Tuan ingin membunuhku, tetap juga aku tidak tahu berada di mana Pit Sia Kiong itu."
"Hm!" dengus Gin Tie Suseng, lalu menendang orang itu sampai terpental beberapa depa, dan nyawanya pun melayang seketika. "Saudara Kim, tadi aku sudah bertanya pada orang itu, tapi dia menjawab cuma menjaga di sini, sama sekali tidak pernah ke Pit Sia Kiong, maka tidak tahu berada di mana istana itu," ujar Bee Kun Bu dan menambahkan, "Mari kita melanjutkan perjalanan!"
"Baiklah." Gin Tie Suseng mengangguk
Kini Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng mulai memasuki sebuah lembah, justru membuat mereka bingung, karena tidak tahu harus menuju ke arah mana.
"Saudara Bee, kelihatannya lembah ini cukup berbahaya, maka kita harus hati-hali, jangan sampai masuk ke perangkap," ujar Gin Tie Suseng.
"Kita memang harus hati-hati," sahut Bee Kun Bu sambil memandang ke depan, "Begini saja, dari pada tiada tujuan, lebih baik kita menuju puncak itu."
Gin Tie Suseng memandang ke depan, tampak sebuah puncak gunung di sana, kemudian ia mengangguk
"BaikIah. Kita ke sana saja."
Bee Kun Bu menarik tangan Gin Tie Suseng, lalu mengerahkan ginkangnya melesat ke puncak gunung itu. justru sungguh mengherankan mereka berdua sama sekali tidak menghadapi suatu rintangan apa pun. Akan tetapi, di saat itu terdengarlah suara pekikan di atas mereka, itu adalah suara pekikan Hian Giok, si Bangau Sakti, Bee Kun Bu terkejut dan segera menengadahkan kepala, tampak Hian Giok sedang meluncur ke depan laksana kilat.
Menyaksikan itu, tersentaklah hati Bee Kun Bu, karena di punggung Hian Giok tidak ada Pek Yun Hui.
Bee Kun Bu masih ingat ketika berpisah dengan Pek Yun Hui di kaki gunung, gadis itu menunggang Hian Giok ke atas gunung, Tapi kini tidak tampak Pek Yun Hui di punggung Hian Giok, lalu ke mana dia? Seketika juga hati Bee Kun Bu jadi gugup, bahkan menduga telah terjadi sesuatu atas diri Pek Yun Hui.
"Kakak Pek! Kakak Pek!" seru Bee Kun Bu me- manggilnya, "Engkau berada di mana, Kakak pek?"
Suara Bee Kun Bu berkumandang, namun tidak terdengar suara santar Pek Yun Hui. Kemudian ia memandang Gin Tie Suseng yang kebetulan juga sedang menatapnya dengan mata dipicingkan.
"Saudara Bee!" Gin Tie Suseng tersenyum. Te-nanglah!
Nona Pek tidak akan terjadi suatu apa pun."
Mungkin karena gugup, panik dan cemas, sepasang mata Bee Kun Bu tampak bersimbaJi air.
"Saudara Kim, mari kita melihat ke depan! Kalau Kakak Pek terjadi sesuatu, aku akan... akan. " Bee Kun Bu tidak
melanjutkan ucapannya.
"Saudara Bee!" ujar Gin Tie Suseng setulus hati "Aku sudah tahu jelas hubungan kalian, Kalian berdua memang merupakan pasangan yang serasi."
Bee Kun Bu tertegun, Di saat itu pula ia teringat pada Li Ceng Loan Sumoynya, bahkan juga teringat pada Souw Hui Hong yang telah putus sebelah lengannya, jaringan asmara itu masih belum beres, bagaimana kalau ditambah Pek Yun Hui? ia tahu bagaimana perasaan Pek Yun Hui terhadapnya, namun justru membuatnya tidak tahu harus bagaimana baiknya?
Akhirnya Bee Kun Bu menarik nafas panjang-pan-jang. Rupanya Gin Tie Suseng tahu apa yang sedang dipikirkan Bee Kun Bu, maka ia pun segera menepuk bahu Bee Kun Bu seraya berkata.
"Saudara Bee, mari kita ke depan, ke arah Hian Giok meluncur barusan!"
"Baiklah." Bee Kun Bu langsung melesat ke depan menuju tempat itu. Gin Tie Suseng juga melesat ke sana, tapi agak tertinggal jauh, sebab Bee Kun Bu mengerahkan gin-kangnya, agar cepat-cepat tiba di sana.
Tempat itu merupakan sebidang tanah datar yang ditumbuhi rerumputan lia,r, Bee Kun Bu telah sampai di situ, dan tak lama Gin Tic Suseng pun menyusul sampai di situ. ia menengok ke sana ke mari, kemudian mendongakkan kepalanya.
"Eh?" Gin Tie Suseng menunjuk ke atas. "Apa it?"
Bee Kun Bu segera mendongakkan kepalanya, tampak sebuah pohon yang tumbuh di sisi tebing, Yang amat mengejutkan nya ialah ada sesuatu yang menyangkut di dahan pohon itu, dan melambai-lmbai terhembus angin, Melihat itu, hati Bee Kun Bu langsung jadi dingin, karena yang dilihatnya itu ternyata baju luar (Semacam mantel) milik Pek Yun Hui. ia menggenggam tangan Gin Tie Suseng erat-erat, sama sekali tidak bisa mengucapkan apa pun.
"Saudara Bee, tunggu di sini!" ujar Gin Tie Suseng, "Aku akan ambil baju luar itu."
"Hati-hati, Saudara Kim!" pesan Bee Kun Bu. Gin Tie Suseng mengangguk ia mendekati pohon itu, kemudian meloncat ke atas dengan mengerahkan ginkangnya, Setelah menyambar baju luar itu, ia pun melayang turun.
Bee Kun Bu segera melesat ke s isi nya, lalu melihat air muka Gin Tie Suseng serius, "Saudara Kim, baju luar itu. "
Gin Tie Suseng memperlihatkan baju luar itu, Bee Kun Bu mengenali baju luar itu ternyata milik Pek Yun Hui.
ia langsung menyambar baju luar itu dari tangan Gin Tie Suseng, dan dengan tertegun ia memandang baju luar tersebut, kemudian air matanya pun berIinang-linang.
"Kakak Pek, kalau dirimu terjadi sesuatu, aku pasti menuntut balas untukmu.,." gumamnya. "Saudara Bee!" ujar Gin Tie Suseng menghiburnya. "Jangan berduka, belum tentu Nona Pek akan mengalami suatu kecelakaan."
Bee Kun Bu mengangkat kepalanya, Kelika ia baru mau membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara yang merdu dan nyaring.
"Siapa yang bernama Bee Kun Bu, murid partai Kun Lun?"
Bee Kun Bu tertegun dan segera berpaling, Tampak tak jauh dari situ berdiri enam belas anak gadis cantik jelita.
Saat ini Bee Kun Bu sedang tereekam rasa panik, cemas dan emosi lantaran menemukan baju luar Pek Yun Hui, maka menduga Pek Yun Hui telah dicelakai oleh Kim Hun Tokouw- Lam Kiong Siu.
Keenam belas anak gadis itu, tentunya orang-orang Pit Sia Kiong, maka kemunculan mereka justru sangat menggusarkan Bee Kun Bu. ia mencabut pedangnya dan membentak keras, lalu mendadak melesat ke arah mereka sambil menggerakkan pedangnya.
Betapa dahsyatnya serangannya itu, ia dalam keadaan emosi, lagi pula menggunakan Yiu Kiam Cih Hoat (llmu Mengendarai Pedang), yaitu ilmu pedang yang amat tinggi, sehingga tampak pedang itu berkelebat dan mengeluarkan suara menderu-deru.
terdengar suara teriakan keenam belas gadis itu, kemudian laksana kilat mereka berkelit, namun empat diantara mereka telah terluka oleh pedang Bee Kun Bu.
Setelah melukai keempat gadis itu, Bee Kun Bu berdiri tegak sambil membentak
"Kalian apakan kakak Pek?"
Tiada sahutan, hanya tampak empat gadis memapah yang terluka meninggalkan tempat tersebut, sedangkan sisanya yang delapan gadis berdiri di hadapan Bee Kun Bu dengan wajah serius. "Apakah engkau Bee Kun Bu?" tanya salah seorang gadis sambil tertawa dingin.
pikiran Bee Kun Bu memang sedang kacau, sebab menduga Pek Yun Hui telah mengalami kecelakaan, Oleh karena itu, tanpa menyahut ia langsung menyerang gadis- gadis itu, Kali ini mereka sudah bersiap, maka ketika Bee Kun Bu menyerang, mereka pun segera meloncat mundur sejauh tiga depa.
Meskipun mereka telah meloncat mundur, namun Bee Kun Bu masih memburu mereka dengan serangan kilat.
"Kami diperintahkan Pit Sia Kiong Cu (Majikan istana Pit Sia) ke mari untuk mengundangmu ke istana!" seru salah seorang gadis itu. Tapi engkau justru melukai saudari-saudari kami! Berhubung ada perintah dari majikan istana, maka kami tidak akan bertarung, tetapi nanti setelah engkau keluar dari istana, barulah kami membuat perhitungan denganmu!"
Begitu mendengar mereka diperintahkan majikan istana Pit Sia Kiong untuk mengundangnya ke istana, Bee Kun Bu merasa heran, maka ia pun bertanya. "Kalau begitu, di mana Nona Pek?" "Nona Pek atau Nona Hek, kami sama sekali tidak tahu!" sahut salah seorang gadis dengan dingin.
Bee Kun Bu menoleh memandang Gin Tie Suseng, dan Gin Tie Suseng segera mendekatinya.
"Saudara Bee, jaga tipu musIihat!" bisiknya, Bee Kun Bu mengangguk, kemudian memandang gadis-gadis itu seraya berkata dengan Iantang.
"Selama ini Lam Kiong Siu tidak mau menemui siapa pun, kenapa hari ini dia mau menemuiku?"
"Kami cuma melaksanakan perintah, tidak tahu sebab musababnya! Kalau engkau tidak berani ikut kami, kami pun akan segera kembali untuk melapor!"
"Ha ha!" Bee Kun Bu tertawa gelak, "Tiada alasan bagiku untuk tidak berani ke sana!" "Cepat jalan!" bentak Gin Tie Suseng mendadak "Kalian jangan banyak omong kosong di sini!"
Gadis-gadis itu tertawa dingin, lalu membalikkan badan dan melangkah pergi, Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng segera mengikuti mereka dari belakang.
Tak lama kemudian, gadis-gadis itu mengerahkan ginkangnya, Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng juga mengerahkan ginkang mengikuti mereka.
Berselang beberapa saat, mereka telah melewati lembah itu. pemandangan di situ pun berubah, ternyata di tempat itu cuma terdapat batu-batu tajam, bahkan tampak pula dua buah batu yang amat besar melintang di situ, Sungguh di luar dugaan, sebab di tempat tersebut merupakan sebuah tebing.
"Hei!" bentak Gin Tie Suseng, "Kenapa kalian mengajak kami datang di tempat ini? Apa maksud kalian?"
Gadis-gadis itu tidak menyahut Mereka terus menuju ke depan lalu menuruni tebing itu.
Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng terus mengikuti gadis- gadis itu, tetapi mereka berdua bertambah waspada dan bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan
Selelah berada di bawah, gadis-gadis itu berhenti dan masing-masing mengeluarkan sebuah alat kecil yang mirip peluit Kemudian mereka tiup peluit itu dan seketika terdengar semacam suara yang amal nyaring dan tajam menusuk telinga.
Kreeek! Kreeeek! Dinding batu di sisi tebing itu bergerak bergeser ke kanan dan tampaklah sebuah gua besar
Gadis-gadis itu langsung masuk. Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng saling memandang, kemudian barulah mereka melesat ke dalam mengikuti gadis-gadis tersebut Di dalam gua merupakan sebuah terowongan. Setiap jarak seratus langkah pasti ada dua lelaki berdiri di tempat seperti penjaga, Mereka memandang melotot pada Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng, namun tidak bergerak sama sekali.
Berselang beberapa saat kemudian, Gin Tie Suseng dan Bee Kun Bu sudah sampai di ujung terowongan dan tampak cahaya menyorot ke dalam, Sungguh di luar dugaan, di luar ternyata sebuah puncak, Banyak batu putih bergemerlapan menghiasi tempat itu. Di situlah berdiri sebuah bangunan yang amat indah, megah dan mewah, dan berkilau-kilau tertimpa sinar matahari itulah istana Pit Sia Kiong.
Menuju pintu istana itu harus melalui undakan tangga batu yang bergemerlapan dan barisan para penjaga dengan senjata di tangan, Para penjaga itu semuanya kaum wanita yang masih muda dan cantik-cantik.
Begitu sampai di undakan tangga batu yang terakhir, delapan gadis itu pun membalikkan badan, dan salah seorang dari mereka berkata dengan dingin.
"Kalian tunggu di sini, kami akan ke dalam melapor pada majikan istana!"
"Kok kami tunggu di sini?" Gin Tie Suseng tampak tidak senang, "Majikan istana yang mengundang kami ke mari, kenapa kami masih harus tunggu di sini?"
Delapan gadis itu tidak meladeni Gin Tie Suseng, mereka langsung menuju pintu istana.
Gin Tie Suseng tertawa dingin, lalu mengayunkan kakinya, Akan tetapi, para gadis yang menjaga di situ langsung mencabut pedang masing-masing, lalu menghadang Gin Tie Suseng.
"Ha ha!" Gin Tie Suseng tertawa, "Berani ke mari bagaimana mungkin akan takut pada kalian?"
Gin Tie Suseng langsung menggerakkan suling pe-raknya, dengan jurus Sing Goat Liu Hui (BuIan Me-mancarkan Cahaya), Tampak dua gadis segera menangkis serangan itu, dan terdengarlah suara bentrokan senjata yang amat nyaring.
Trang! Trang!
Bee Kun Bu, yang menyaksikan itu amat kagum dalam hati, karena ilmu pedang yang dipergunakan kedua gadis itu tidak dibawah ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoat dari partai Kun Lun.
Bee Kun Bu mendekati Gin Tie Suseng, kemudian ia pun menggerakkan pedangnya, Tampak berkelebat sinar pedangnya, ternyata Bee Kun Bu mengeluarkan jurus Coan Hun Cai Goat (Menembus Awan Memetik Bulan), Kedua gadis itu tidak berani menangkis serangan itu, melainkan meloncat mundur
"Kami datang ke mari atas undangan Lam Kiong Siu, kenapa kalian menghalangi kami?" tanya Bee Kun Bu lantang.
Kedua gadis itu tidak menyahut, melainkan serentak menyerang Bee Kun Bu. Badan Bee Kun Bu bergerak, dan mengerahkan ilmu Ngo Heng Mi Cong Pu (Langkah Ajaib) untuk menghindar, maka pedang kedua gadis itu menyerang tempat kosong, Bee Kun Bu justru sudah berada di belakang mereka, sekaligus menyerang dengan tangan kirinya, menggunakan jurus Jip Hai Cuih Kiau (Masuk ke dalam Laut Menangkap Penyu).
itu adalah Kin Na Hoat (llmu Mencengkeram) yang berasal dari kitab Kui Goan Pit Cek. Oleh karena itu, bagaimana mungkin kedua gadis itu dapat mengelak dari serangan ilu?
Tahu-tahu pedang mereka sudah berpindah ke tangan Bee Kun Bu, padahal Bee Kun Bu masih ingin melukai kedua gadis itu, tapi ketika melihat kedua gadis itu memandangnya dengan wajah memelas dan mata bersimbah air, Bee Kun Bu pun merasa tidak tega dan segera meloncat mundur
sedangkan Gin Tie Suseng juga sudah bertempur dengan dua gadis lain, Kemudian tiba-tiba terdengar suara tawa yang amat menyeramkan Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng terkejut, sebab suara tawa itu membuat merinding sekujur badan mereka, Seketika juga Gin Tie Suseng berhenti menyerang kedua gadis itu.
"Aku bermaksud baik undang kalian ke mari, kenapa kalian malah melukai orang-orangku?" Terdengar pula suara yang amat dingin.
Heran! Hanya terdengar suara, tapi tidak tampak orang yang bersuara, Bee Kun Bu tahu, orang yang mengeluarkan suara itu berada di dalam istana, tetapi mengerahkan ilmu penyampai suara tingkat tinggi
"Ha ha!" Bee Kun Bu tertawa, ia pun menggunakan ilmu tersebut, "Kalau pun engkau tidak mengundang kami, kami pun pasti datang ke mari!"
"Engkau memang tidak bernama kosong!" Terdengar suara sahutan dingin. "Para penjaga di luar, jangan menghalangi mereka, biar mereka masuk!"
*****
Bab ke 23 - Memasuki istana Pit Sia Kiong Bertemu Lam Kiong Siu
Setelah mendengar sahutan itu, Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng pun segera melesat ke arah pintu, lalu berhenti.
Delapan gadis yang tadi memunculkan diri lagi, namun tidak menghalangi mereka masuk.
Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng melangkah ke dalam, Seketika mereka terbelalak, ternyata ruangan itu sangat indah, Lantainya terdiri dari semacam batu pualam yang amat licin dan mengkilap, Akan tetapi, tidak tampak seorang pun di ruangan tersebut, itu membuat Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng bertambah hati-hati, sedangkan delapan gadis itu terus masuk ke dalam.
Bee Kun Bu dan Gin Tie Suseng mengikuti mereka, kemudian memasuki sebuah pintu, Keluar dari pintu itu, justru ada ruangan yang lebih besar lagi. Di langit-Iangit ruangan itu bergantung enam belas lampu kristal yang menyala terang benderang.
Di ujung ruangan itu terdapat sebuah panggung yang tidak begitu tinggi, sebuah kursi batu giok, dan seorang Tokouw (Rahib Wanita) duduk di kursi batu giok itu.
Begitu melihat Tokouw itu, Bee Kun Bu sudah tahu, bahwa dia pasti Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu, majikan istana Pit Sia Kiong yang sangat terkenal itu, otomatis Bec Kun Bu memperhatikannya, Tampak sepasang mata Tokouw itu bersinar-sinar, hidungnya menceng dan mulutnya kecil mungil Tokouw itu memang kelihatan cantik sekali.
Akan tetapi, siapa yang menyaksikan kecantikannya pasti akan merasa merinding, sebab sekujur badannya penuh mengandung hawa membunuh.
Bec Kun Bu dan Gin Tie Suseng sudah berada di hadapan Tokouw itu, lama sekali barulah Tokouw itu membuka mulut
"Siapa di antara kalian yang bernama Bee Kun Bu?" tanyanya dingin.
Bee Kun Bu melaju selangkah, kemudian menyahut dengan dingin pula.
"Aku adalah Bee Kun Bu."
Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu menatap Bee Kun Bu dengan sorotan tajam, namun kemudian ia pun ler-tawa, dan usai tertawa wajahnya langsung berubah dingin.
"Engkau datang di Pit Sia Kiong, sebetulnya demi urusan apa?" tanya Kim Hun Tokouw nyaring.
"Ada tiga urusan yang harus kurundingkan dengan-mu," sahut Bee Kun Bu.
"Beritahukanlah ketiga urusan itu!" Kim Hun Tokouw tetap bersikap dingin. "Urusan pertama, yakni aku ingin bertanya apakah engkau pernah melihat Pek Yun Hui?"
"Pek Yun Hui? Apakah dia jantung hatimu?" "Jangan menyindir!" Wajah Bee Kun Bu kemerah-
merahan. "Dia berada di mana sekarang?"
"Engkau begitu memperhatikannya, tetapi kenapa tidak tahu dia berada di mana?" sahut Kim Hun Tokouw dingin, "Aku tidakV kenal dan tidak pernah bertemu dengannya, bagaimana mungkin tahu dia berada di mana?"
"Jangan pura-pura!" Bee Kun Bu agak tertegun "Dia menunggang Bangau Sakti ke mari, namun mendadak hilang! Kenapa engkau bilang tidak tahu?"
"Saudara Bee!" sela Gin Tie Suseng mendadak "Ti-dak perlu banyak bicara dengannya! Mari geledah saja istana ini!"
"Eh?" Air muka Kim Hun Tokouw berubah, "Siapa kau?" "Aku adalah Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw!" jawab Gin
Tie Suseng, "Murid Kuang Ti Taysu!"
"Ng!" Kim Hun Tokouw manggut-manggut, "Aku kira siapa, ternyata murid Kuang Ti, keledai gundul itu!" ujar Kim Hun Tokouw, "Aku sedang berbicara dengan Bee Kun Bu, mana ada tempat bagimu untuk menyela di sini?"
"Oh?" Gin Tie Suseng tertawa, "Kini aku sudah berada di dalam istana Pit Sia Kiong, bagaimana mungkin aku akan takut terhadapmu? Engkau mau macam-macam silakan!"
Tangkap dia!" bentak Kim Hun Tokouw mendadak seketika juga muncul empat wanita muda, langsung
mengurung Gin Tie Suseng, Yang mencengangkan adalah
senjata mereka, yang boleh dikatakan mirip batangan besi kosong.
Bee Kun Bu sudah melihat gelagat tidak beres, lagi pula Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu sendiri berkepandaian tinggi, tentunya keempat wanita muda itu pun tidak akan berkepandaian rendah, bahkan senjata mereka pun amat aneh bentuknya.
"Saudara Kim!" pesan Bee Kun Bu, Hati-hatilah!"
Akan tetapi, Gin Tie Suseng sudah menyerang dengan jurus Ban Cien Hud Teng (Selaksa Lampu Buddha), tampak suling peraknya berkelebatan mengarah pada ke empat wanita muda itu.
Keempat wanita itu tidak menangkis, sebaliknya malah mundur serentak itu membuat Bee Kun Bu agak berlega hati, Akan tetapi pada waktu bersamaan, keempat wanita muda itu menggerakkan senjata masing-masing, dan seketika terdengarlah suara yang aneh dan keempat buah senjata aneh itu pun menyemburkan kabut keemasan, Kabut itu membaur dengan sinar suling perak Gin Tie Suseng, sehingga menciptakan pemandangan yang sangat indah.
Begilu melihat kabut itu, mendadak Bee Kun Bu teringat akan sesuatu, yaitu julukan Lam Kiong Siu, Kim Hun Tokouw (Rahib Wanita Pupur Emas), pupur emas tentunya menandakan suatu racun.
Berpikir sampai ke situ, badan Bec Kun Bu bergerak itu tidak terlepas dari mata Kim Hun Tokouw.
"Engkau jangan maju untuk mengantar mati!" ujar wanita itu dingin.
Bagaimana mungkin Bee Kun Bu mau mendengar? Biar bagaimana pun ia harus menolong Gin Tie Suseng, Tapi di saat itu, telah terjadi suatu perubahan
Ternyata Bee Kun Bu melihat Gin Tie Suseng berdiri mematung seakan kehilangan sukma, maka segera lah Bee Kun Bu mendekatinya.
"Saudara Kim, kenapa engkau?" tanya Bee Kun Bu cemas. Gin Tie Suseng tampak seperti tidak mendengar,
kemudian terku!aL Menyaksikan itu, timbullah kegusaran Bee
Kun Bu. "Kim Hun Tokouw!" bentaknya, "Engkau apakan temanku?"
"Dia sudah terkena racun pupur emas!" jawan Kim Hun Tokouwdingin dan memberitahukan. "Da!am waktu tujuh hari, dia akan mati dengan tubuh mencair!"
Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, ia cepat cepat menoleh ke arah Gin Tie Suseng, dan seketika juga ia tertegun.
Ternyata Gin Tie Suseng dan keempal wanita muda itu telah hilang entah ke mana. Padahal tidak mungkin mereka bisa menghilang, hanya saja ketika Bee Kun Bu berbicara dengan Kim Hun Tokouw, Gin Tie Suseng digotong pergi dengan cepat
Kini Bee Kun Bu menyadari bahwa Pit Sia Kiong ini merupakan tempat yang sangat berbahaya. Mereka datang bertiga, kemudian Pek Yun Hui tiada jejaknya, dan kini Gin Tie Suseng pun telah terkena racun dan entah hilang ke mana.
"Bee Kun Bu!" ujar Kim Hun Tokouw, "Kami memang tidak melihat Si jantung Hatimu itu! cepatlah engkau beritahukan urusan ke dua!"
Kim Hun Tokouw mengatakan Pek Yun Hui adalah jantung hatinya, itu amat menggusarkannya, tapi kemudian ia malah menarik nafas panjang dalam hati, Bagaimana mungkin aku boleh menerima cinta Pek Yun Hui? Li Ceng Loan Sumoy mau dikemanakan? Aaaakh... Keluhnya dalam hati.
"Urusan ke dua!" sahut Bee Kun Bu setelah itu, "Aku ingin tahu, apakah Souw Peng Hai dan Co Hiong berada di dalam istana ini?"
"Aku tidak akan membohongimu mereka berdua memang berada di sini sebagai tamu!"
"Mereka berdua ingin menimbulkan bencana di rimba persilatan Tionggoan, harap Tokouw sudi menyerahkan mereka padaku!" Kim Hun Tokouw tidak menyahut, tapi cuma memandang Bee Kun Bu dengan wajah serius, Karena Kim Hun Tokouw diam saja, maka Bee Kun Bu mengira punya harapan dan segera bertanya, -
"Kim Hun Tokouw, bagaimana itu?"
"Itu. " Kim Hun Tokouw menggelengkan kepala, "Aku
tidak bisa mengabulkannya!"
"Kim Hun Tokouw!" Bee Kun Bu tampak gusar sekali, "Apakah engkau mau bersekongkol dengan me-reka?"
"Kalau dibilang bersekongkol itu tidak!" sahut Kim Hun Tokouw, "Hanya saja Souw Peng Hai telah menyanggupi bahwa setelah urusan itu usai, dia akan menyerahkan Kui Goan Pit Cek padaku! Oleh karena itu, aku pun mengabulkan perminlaannya, yakni memusuhi semua kaum Bu Lim yang di Tionggoan!"
Betapa terperanjatnya Bee Kun Bu setelah mendengar apa yang dikatakan Kim Hun Tokouw, rimba persilatan Tionggoan akan terjadi banjir darah Iagi. Mungkin saking terperanjat sehingga membuat Bee Kun Bu jadi termangu-mangu.
"Sembilan partai besar di rimba persilatan Tiong-goan, boleh dikatakan merupakan katak dalam sumur, sama sekali tidak tahu tingginya langit! Karena itu, aku ingin menggunakan kesempatan ini agar partai-partai besar itu membuka mata!"