Jilid 26

"Pesilat luar perbatasan maupun seberang laut, semuanya mempertaruhkan nyawa untuk memperebutkan benda ini.

Sudah belasan tahun benda ini berada padaku, yang mengetahuinya tidak begitu banyak, lagi pula aku cukup terkenal di seberang laut, Kalau ada yang tahu aku berada di sini, mungkin juga tidak berani ke mari merebut benda ini dari tanganku," ujar wanita tua itu dan menambahkan "Seandainya pesilat luar perbatasan atau pesilat di seberang laut yang memperoleh benda ini, maka akan menimbulkan malapetaka, Engkau berasal dari Tionggoan, tentunya tiada seorang pun akan tahu bahwa benda ini berada padamu," "Apakah masih ada sebab lain?" tanya Bee Kun Bu.

"Kelihatannya aku akan mati di dalam gua ini, Oleh karena itu, aku ingin memohon bantuanmu," jawab wanita tua itu, kemudian menarik nafas panjang, "Entah engkau sudi membantu atau tidak?"

"Cianpwee lelah menyelamatkan nyawaku, maka aku pun harus membantu Cianpwee walau harus mempertaruhkan nyawaku," jawab Bee Kun Bu setulus hati, "Namun aku sama sekali tidak mengerti ilmu pengobatan, maka misalnya Cianpwee minta bantuanku mengenai itu, aku harus bagaimana?"

"Aku tahu engkau tidak mengerti ilmu pengobatan," ujar wanita tua itu, Tapi ada satu orang di luar perbatasan yang dapat memunahkan racun tersebut"

"Siapa orang itu?" tanya Bee Kun Bu cepat.

Wanita tua itu tak segera menyahut, melainkan memperhatikan Bee Kun Bu, lama sekali barulah membuka mulut

"Engkau seorang diri mendatangi tempat luar perbatasan tentunya bukan pesiar, tapi pasti punya tujuan tertentu, Dugaanku tidak meleset kan?"

Bee Kun Bu diam, ia tidak berani berterus terang karena belum kenal siapa wanita tua itu.

Tionggoan terpisah jauh dengan luar perbatasan dan seberang laut, maka kalau engkau tidak tahu jelas tempat- tempat itu, pasti tidak berani datang seorang diri," lanjut wanita tua itu, "Apakah engkau pernah dengar istana Pit Sia Kiong di gunung Taysan?"

"Pernah." Bee Kun Bu mengangguk "Guruku pernah menceritakan tentang istana itu. Pendirinya adalah Sah Thai Ik, murid partai Khong Tong. Apakah istana itu yang Cianpwee maksudkan?" "Tidak salah, Tapi itu adalah urusan dua ratusan tahun yang lampau. Kini majikan Pit Sia Kiong itu adalah Kim Hun Tokouw, Lam Kiong Siu. pernahkah engkau mendengar nama tersebut?"

"Tidak pernah."

"Kim Hun Tokouw memiliki kepandaian tinggi. Be-lasan tahun yang lalu ketika aku masih berada di luar gua ini, dia sudah amat terkenal Oleh karena itu, aku pun berangkat ke gunung Taysan untuk bertanding dengannya. Tapi sayang sekali, dia justru sedang berpergian

Tanpa sengaja aku melukai dua muridnya, dan sejak itu terjadilah permusuhan di antara kami. Dua tahun kemudian aku dengar dia memperoleh Pit Giok Cak (Tusuk Konde Giok). Karena dia berkepandaian tinggi, maka tidak seorang pun berani mencoba merebutnya, Namun dia cuma memperoleh separuh, itu tiada guna nya. Tak lama aku pun dengar, dia memperoleh semacam obat, khususnya memunahkan racun Thoa Ning Poh Kut San, setengah tahun kemudian aku justru terkena racun tersebut Berhubung di antara kami sudah ada permusuhan maka aku tidak berani menemuinya, dan terpaksa datang ke gua ini untuk mengobati diri sendiri."

"Apakah Cianpwee bermaksud menyuruhku pergi menemui Kim Hun Tokouw untuk minta obat pemunah racun tersebut?"

"ltu merupakan obat langka dan dia tidak mengenalmu, maka bagaimana mungkin dia akan memberimu?" Wanita tua itu tertawa, "Lagi pula kalau tahu bahwa aku yang terkena racun tersebut, dia pasti lebih senang melihat aku mati dari pada menolongku."

"Kalau begitu harus bagaimana?"

Wanita tua itu tidak menjawab, sebaliknya malah bergerak cepat mencengkeram urat nadi Bee Kun Bu. Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, secara otomatis ia pun menghimpun Lweekangnya untuk melindungi urat nadi-nya, agar tidak terluka oleh cengkeraman wanita tua itu.

"Kenapa Cianpwee melakukan serangan gelap terhadap diriku?" tanya Bee Kun Bu gusar "Apa maksud Cianpwee bertindak demikian?"

Wanita tua itu tertawa gelak, lalu melepaskan cengkeramannya seraya berkata.

"Aku dengar, kepandaian Kim Hun Tokouw seimbang dengan kepandaianku sesungguhnya aku ingin menyuruhmu pergi merebut obat itu, namun saat ini tiada gunanya lagi."

Padahal sesungguhnya, wanita tua itu ingin mencengkeram urat nadi Bee Kun Bu untuk memaksanya mengabulkan permintaannya, yakni pergi ke gunung Taysan merebut obat tersebut. Akan tetapi, Bee Kun Bu justru mampu mengerahkan Lweekangnya untuk melindungi urat nadinya, sehingga wanita tua itu tidak dapat mengendalikan Bee Kun Bu. Oleh karena itu, wanita tua tersebut lalu mengatakan begitu, agar Bee Kun Bu tidak mencurigainya.

"Aku justru ingin mengunjungi Pit Sia Kiong juga, Kalau bisa bertemu Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu, aku pasti minta obat itu untuk Cianpwee," kata Bee Kun Bu.

"Oh?" wanita tua itu girang bukan main, "Kalau begitu, sebelumnya aku ucapkan banyak-banyak terima-kasih padamu, Juga berharap engkau tidak akan mengingkari janji!"

"Aku sudah berjanji, tentu tidak akan mengingkari-nya," ujar Bee Kun Bu dan menambahkan "Tapi aku mendatangi Swat Ling San ini justru ada sedikit urusan, mungkin masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikan urusan itu, maka aku harap Cianpwee maklum!"

"ltu tidak jadi masalah." Wanita tua itu tertawa, "Karena engkau bersedia membantuku, aku pun harus menghadiahkan sepotong Pit Giok Cak ini padamu, harap engkau sudi menerimanya!"

Wanita tua itu segera menyelipkan Pit Giok Cak itu ke tangan Bee Kun Bu. itu membuat Bee Kun Bu agak bereuriga, kenapa wanita tua itu mau menghadiahkan benda tersebut kepadanya?

"Pit Giok Cak (Tusuk Konde giok) ini tidak utuh, namun tetap merupakan benda pusaka," ujar wanita tua itu ketika melihat Bee Kun Bu diam, "Engkau bisa melihat keanehan benda ini?"

Bee Kun Bu memperhatikan benda tersebut, tapi tidak melihat keanehan apa pun, kecuali di pangkal benda itu terdapat dua butir mutiara yang memancarkan sinar

"Maafl" ucap Bee Kun Bu. "Aku tidak melihat keanehan benda ini."

"Menurut kaum rimba persilatan Lam Hai (Laut Selatan), benda ini menyangkut suatu rahasia rimba persilatan, maka kaum pesilat rimba persilatan ingin memilikinya, Mengenai rahasia itu, aku pun tidak begitu jelas, tapi juga berkaitan dengan suatu cerita, aku akan memberitahukan."

"Aku sudah siap mendengarkannya," ujar Bee Kun Bu tertarik.

"Sejak jaman dahulu hingga kini, semakin cantik seseorang wanita, justru semakin malang pula nasibnya." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Kira-kira tiga ratus tahun lalu, muncul seorang gadis yang amat cantik dan berkepandaian tinggi, namun dia tetap manusia, tidak terlepas dari dendam dan kebencian, Akhirnya dia cuma meninggalkan dua potong Pil Giok Cak dan sebuah cerita yang menggetarkan kalbu hingga sekarang,.-."

Bee Kun Bu terus mendengarkan dengan penuh perhatian, apa lagi ketika melihat wajah wanita tua itu begitu murung, bahkan sebelah matanya pun telah basah. "Asal usul Pit Giok Cak ini memang agak sulit diketahui.

Konon berasal dari salah seorang murid perguruan Sah, peninggalan Sam Im Sin Ni. Pada masa itu, Sam Im Sin Ni berniat sekali bertanding dengan Thian Ki Cinjin, maka Sam In Sin Ni berangkat ke Tionggoan menuju Kwat Cong San. "

"Sam Im Sin Ni memang bertanding dengan Thian Ki Cinjin," sela Bee Kun Bu yang amat tertarik Tapi mereka berdua sama-sama terluka, akhirnya meninggal di Kwat Cong San."

itu memang tidak salah." Wanita tua itu manggut-manggut. "Namun itu tiada kaitannya dengan Pit Giok Cak. Sebelum berangkat ke Kwat Cong San di Tionggoan, Sam Im Sin Ni sudah berpikir, mungkin dia dan Thian Ki Cinjin akan tewas bersama dalam pertandingan itu, maka sebelum berangkat ke Kwat Cong San, dia telah mengatur dirinya, Oleh karena itu, muncullah Pit Giok Cak ini."

Wanita tua itu berhenti menutur, sedangkan Bee Kun Bu diam saja. Tak seberapa lama kemudian, wanita tua itu pun melanjutkan

"Sudah lama Sam Im Sin Ni tinggal di gunung Taysan, Berhubung ingin berangkat ke Kwat Cong San, dan telah berpikir tidak akan pulang dengan selamat, maka sebelum berangkat dia pun lelah menyusun berbagai formasi di tempat tinggalnya untuk mencegah orang lain masuk."

"Apakah Sam Im Sin Ni tidak punya pewaris? Kenapa tidak menyuruh pewarisnya untuk menjaga tempat ting-galnya?" tanya Bee Kun Bu.

"Sam Im Sin Ni tidak punya pewaris, maka menyusun berbagai formasi di tempat tinggalnya."

"Pantas Sam Im Sin Ni dan Thian Ki Cinjin menulis kitab Kui Goan Pit Cek, ternyata mereka berdua tidak punya murid!" ujar Bee Kun Bu.

Tempat tinggal Sam Im Sin Ni berada di Uah IIun Giam.

Siapa yang menemukan tempat tinggalnya itu, tentunya orang yang berkepandaian tinggi, karena di tempat itu lelah dipasang berbagai formasi Ngo Heng, Kiu Kiong dan Pat Kwa! Lagi pula di gua itu telah ditutup dengan pintu, harus dibuka dengan kunci."

"Apakah Pit Giok Cak adalah kunci itu?" tanya Bee Kun

Bu.

"Engkau kelihatan agak meremehkan benda tersebut" ujar

wanita tua itu dingin, "Benda itu adalah peninggalan Cianpwee dulu, Para pesilat luar perbatasan dan seberang laut menganggap di tempat tinggal Sam Im Sin Ni pasti menyimpan benda pusaka, maka para pesilat mempertaruhkan nyawa masing-masing demi memperoleh Pit Giok Cak ini."

"Cianpwee jangan salah paham, aku sama sekali tidak meremehkan benda ini," sahut Bee Kun Bu. "Tadi cuma sekedar tanya."

"Sam Im Sin Ni seorang diri berangkat ke Tionggoan dengan membawa Pit Giok Cak. Pada waktu itu tiada seorang pun tahu mengenai benda tersebut, namun setelah Sam Im Sin Ni tidak kembali ke tempat tinggalnya, banyak pula para pesilat luar perbatasan mati di Uah Hun Giam di gunung Taysan (Altai)."

"Kenapa para pesilat luar perbatasan berani mencoba memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni? Padahal waktu itu, mati hidupnya Sam Im Sim Ni masih belum ada yang tahu."

"ltu dikarenakan ilmu silat Pesilat mana yang tidak tahu Sam Im Sin Ni memiliki ilmu silat yang amat tinggi? Oleh karena itu, para pesilat itu pun memberanikan diri memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni, tapi meraka semua justru mati di sana."

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut. "Setelah itu, tiada pesilat memasuki tempat itu lagi?"

"Tetap masih ada pesilat yang mencoba memasuki tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu," ujar wanita tua itu. "Tapi pada waktu itu, justru terjadi sesuatu yang diluar dugaan, sehingga para pesilat luar perbatasan dan seberang laut semakin tertarik pada tempat tinggal Sam Im Sin Ni."

"Mungkin pada waktu itu Sam Im Sin Ni telah meninggal, kok masih bisa terjadi sesuatu yang di luar dugaan?" tanya Bec Kun Bu heran

*****

Bab ke 16 - Menutur Kejadian Masa Lampau Wanita tua itu tidak segera menjawab, melainkan

tersenyum hambar, lama sekali barulah melanjutkan

"Pernahkah engkau dengar nama Sah Thai Ik, murid murtad partai Khong Tong?"

"Guruku pernah menceritakannya. Setelah kejadian di Sao Sit Hong, Sah Thai Ik pun meninggalkan partai Khong Tong, kan?"

"ltu adalah kejadian dua ratusan tahun yang lampau, tentunya kita tidak tahu jelas tentang kejadian itu. Se-tahuku, Sah Thai Ik memilih gunung Taysan sebagai tempat tinggalnya, kemudian mendirikan istana Pit Sia Kiong, Lagi pula kini Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu memiliki sepotong Pit Giok Cak, maka cerita itu mungkin benar."

"Cara bagaimana Sah Thai Ik itu ke gunung Taysan?" "Kebetulan Sah Thai Ik memperoleh Pit Giok Cak, maka dia memilih gunung Taysan sebagai tempat tinggalnya, kemudian mendirikan istana Pit Sia Kiong, itu karena ia ingin membuka gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni di Uah Hun Giam.M

"Sah Thai Ik telah memperoleh Pit Giok Cak, kenapa tidak langsung pergi membuka pintu gua ilu, dan malah mendirikan Pit Sia Kiong?" Bee Kun Bu tidak mengerti

"Sah Thai Ik berasal dari Tionggoan, maka tidak begitu jelas tentang gunung Taysan, lagi pula gunung Taysan merupakan gunung yang amat berbahaya, terutama Uah Hun Giam, tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu, Karena amat memakan waktu untuk mencari tempat itu, maka Sah Thai Ik mendirikan istana Pit Sia Kiong,"

"Kalau begitu, hingga kini masih belum ada orang yang membuka pintu gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni?"

"Entahlah." Wanita tua itu menggelengkan kepala, "Yang jelas akhirnya Pit Giok Cak dipatahkan jadi dua potong."

"Kenapa begitu?" tanya Bee Kun Bu heran

"Tidak begitu banyak orang tahu tentang itu, aku pun cuma dengar dari orang tua." Wanita tua itu memberitahukan "Setelah memperoleh sepotong Pit Giok Cak ini, barulah aku tahu ada sebab musababnya."

"Oh?" Bee Kun Bu semakin tertarik

"Pada waktu itu, Sah Thai Ik hanya merupakan murid partai KhongTong, yang sama sekali tidak terkenal Maka para pesilat luar perbatasan tidak begitu menaruh perhatian padanya, Ketika baru tiba di luar perbatasan, dia terus- menerus bertanya tentang gunung Taysan, itu sebabnya banyak pesilat mulai memperhatikannya. Un-tungnya pada waktu itu, kepandaian Sah Thai Ik belum tinggi, sehingga tidak begitu mencurigakan Oleh karena itu, dia bisa tenang tinggal di gunung Taysan dan mendirikan istana Pit Sia Kiong."

"Kemudian bagaimana?" tanya Bee Kun Bu.

"Tapi ada dua orang yang sangat memperhatikan gerak gerik Sah Thai Ik. Kedua orang itu adalah murid dari Cianpwee di gunung Swat Ling San. Kedua orang itu bereuriga lantaran Sah Thai Ik terus-menerus menanyakan tentang gunung Taysan, Lagi pula Sah Thai Ik berasal dari Tionggoan, maka kedua orang tua itu ber-curiga, bahwa Sah Thai Ik telah memperoleh Pit Giok Cak untuk membuka pintu gua tempat tinggal Sam Im Sin Ni." "Sungguh bodoh Sah Thai Ik itu!" ujar Bee Kun Bu. "Kenapa dia terus-menerus menanyakan tentang gunung Taysan? Tentunya akan menimbulkan kecurigaan orang."

"Sesungguhnya Sah Thai Ik tidak bodoh, sedangkan kedua murid aliran Swat Ling San cuma sibuk sendiri. Sah Thai Ik sama sekali tidak tahu jalan menuju gunung Taysan, maka terpaksa harus bertanya ke sana ke mati Setelah tahu, dia pun langsung menuju gunung Taysan." "Kedua murid aliran Swat Ling San pasti mengejar-nya."

"Memang, Namun Sah Thai Ik sudah ada persiapan, sehingga membuat kedua murid aliran Swat Ling San itu pulang dengan tangan kosong."

"Cara bagaimana Sah Thai Ik mengusir kedua murid aliran Swat Ling San?" tanya Bee Kun Bu ingin me-ngctahuinya.

"Siapapun tidak tahu jelas tentang itu," jawab wanita tua itu. "Walau Sah Thai Ik berkepandaian rendah, tahu kalau ada orang mengikutinya, maka dia tetap berlaku tenang, setibanya di gunung Taysan, dia sama sekali tidak pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, sebaliknya malah mencari tempat yang indah dan sepi untuk memperdalam ilmu silatnya, Kedua murid aliran Swat Ling San terus menunggu sampai tujuh hari tujuh malam.

Namun Sah Thai Ik tidak meninggalkan tempat itu. Mereka berdua cuma melihat Sah Thai Ik pergi cari buah-buahan di hutan, lalu kembali ke tempat itu lagi untuk bersemedi O!eh karena itu, kedua orang itu pun berunding dan memastikan bahwa Sah Thai Ik tidak memperoleh Pit Giok Cak, dan menganggap Sah Thai Ik mendatangi tempat itu cuma ingin memperdalam ilmu silatnya."

"Apakah kedua orang itu lalu meninggalkan Sah Thai Ik?" "Setelah memastikan bahwa Sah Thai Ik tidak memperoleh

Pit Giok Cak, kedua orang itu pun pergi, Kesempatan itu tidak

disia-siakan Sah Thai Ik, dia pun segera pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni." "Tentunya Sah Thai Ik menemukan Uah Hun Giam, tempat tinggal Sam Im Sin Ni itu," ujar Bee Kun Bu.

"Sah Thai Ik tidak menemukan tempat tinggal Sam Im Sin Ni." Wanita tua itu menggelengkan kepala, "Tiga hari tiga malam Sah Thai Ik mencari tempat itu, namun sama sekali tidak menemukannya akhirnya ia pun berhenti mencarinya. itu sungguh di luar dugaan kedua murid Swat Ling San. Kedua orang itu lalu pergi beristirahat di kaki gunung Taysan, dan beberapa hari kemudian baru kembali ke tempat S.m Thai Ik untuk menyelidiknya.

"Kedua orang itu pasti tahu bahwa Sah Thai Ik pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, kan?"

"Sah Thai Ik juga berotak cerdas, ternyata tindakan kedua orang itu sudah dalam perhitungannya, Ke(ika kedua orang itu ke tempat Sah Thai Ik lagi, dan melihat Sah Thai Ik sedang bersemedi di tempat itu. Kedua orang itu menunggu beberapa hari, tapi Sah Thai Ik tidak beranjak dari tempat itu, akhirnya mereka pulang ke Swat Ling San."

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut dan sangat kagum pada Sah Thai Ik yang berotak cerdas itu.

"Sejak itu, Sah Thai Ik pun menetap di gunung Taysan," lanjut wanita tua itu, "Dia masih mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni atau tidak, tiada seorang pun mengetahuinya."

"Kemudian bagaimana?"

"Sah Thai Ik tinggal di tempat itu selama empat tahun. Dia menemukan tempat tinggal Sam Im Sin Ni atau tidak, tiada seorang pun tahu. Yang jelas kepandaiannya sudah bertambah tinggi, maka diapun meninggalkan gunung Taysan pergi menantang para pesilat untuk bertanding, dan selalu memperoleh kemenangan Akhirnya dia bertemu Pek Lui Taysu dari Pulau Thao Khong To. Taysu itu berasal dari kuil Siauw Lim, tapi menetap di pulau itu. Mereka berdua bertanding sehari semalam, dan pada jurus terakhir, Pek Liu Taysu berhasil menyentuh pakaian Sah Thai Ik, sehingga Pit Giok Cak itu pun melayang keluar jatuh di tanah, Pek Lui Taysu melihalnya, namun tidak tahu benda apa itu. Akhirnya Pit Giok Cak itu diambil lagi oleh Sah Thai Ik, Namun ketika Sah Thai Ik mengambil benda itu, orang suku Miau yang ada di sana melihatnya, Sejak itu tersiarlah bahwa Sah Thai Ik menyimpan benda tersebut, sehingga para pesilat luar perbatasan dan seberang laut selalu meng-incarnya.

"Kalau begilu, Sah Thai Ik pasti tidak bisa hidup tenang di Taysan," ujar Bee Kun Bu.

"Pada waktu i(u, ia telah memiliki kepandaian tinggi, maka siapa berani mencoba merebut benda itu dari tangannya?" Wanita tua itu tertawa.

"Apakah tiada seorang pun pergi menemuinya untuk merebut Pit Giok Cak itu?" tanya Bee Kun Bu.

"Memang ada, tapi Sah Thai Ik dapat mengalahkannya." Wanita tua itu memberitahukan. "Setelah itu, Sah Thai Ik kembali ke Tionggoan menuju partai Khong Tong untuk bertanding dengan ketua Khong Tong Pay. Kepergiannya memakan waktu dua tahun, kemudian baru kembali ke Taysan dan mendirikan istana Pr,t Sia Kiong, Sejak itu pula ia menutup diri, sama sekali tidak menerima siapa pun. Kalau ada urusan, para muridnya yang membereskan. sedangkan Pit Giok Cak pun tidak pernah diungkit orang lagi."

"Apakah masih ada kejadian lain?" tanya Bee Kun Bu ingin mengetahuinya.

"Ketika pulang dari Tionggoan, Sah Thai Ik menerima dua murid muda-mudi," jawab wanita tua itu dan melanjutkan "Digemblengnya kedua murid itu dengan ilmu silat tinggi, Setelah berusia enam puluhan, Sah Thai Ik pun meninggal Sebelum meninggal dia memberikan Pit Giok Cak kepada murid wanitanya." "Apakah Sah Thai Ik menceritakan tentang Pit Giok Cak itu?"

"ltu tidak jelas, Mungkin ia tidak menceritakan tentang itu." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Tapi kaum Bu Lim di luar perbatasan sama sekali tidak melupakan Pit Giok Cak itu, Oleh karena itu justru menimbulkan suatu kejadian lain yang masih menjadi buah bibir hingga kini, bahkan menyebabkan Pit Giok Cak terpotong menjadi dua."

"Apakah kedua murid itu saling mencinta, lalu Pit Giok Cak itu, lalu dibagi dua?" tanya Bee Kun Bu men-duga.

"Kalau mereka berdua saling mencinta, tentunya Pit Giok Cak itu tidak akan dibagi dua." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Tentunya cinta mereka telah berubah, sehingga menimbulkan suatu kejadian."

"Oh?" Bee Kun Bu mengerutkan kening. "Bagaimana kejadian itu?"

"Murid wanita itu memberikan Pit Giok Cak itu pada saudara seperguruannya, tapi saudara seperguruannya itu justru menggunakannya untuk menghias rambut, Padahal sesungguhnya, mereka berdua memang saling mencintai, tapi tiada seorang pun di antara mereka berani mencurahkan isi hati, malah timbullah rasa benci dalam hati murid wanita itu."

"Murid lelaki itu memang bodoh, kenapa tidak mau menyatakan cintanya pada adik seperguruannya itu?"

"Mungkin itu sudah merupakan takdir." Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Setiap tahun gunung Taysan pasti tertutup salju. justru di saat itu muncul seorang pemuda berwajah ganteng di tempat itu, namun dalam keadaan kedinginan Kebetulan kedua murid Sah Thai Ik itu sedang bermain sa!ju. Ketika melihat pemuda itu, tanpa banyak pikir lagi mereka segera memapahnya ke istana Pit Sia Kiong, dan sejak itu timbullah suatu pereintaan."

"Si pemuda jatuh cinta pada murid wanita itu?" "Yang benar adalah, murid wanita itu yang jatuh cinta pada pemuda tersebut Ternyata pemuda itu sakit, dua bulan kemudian baru sembuh, Kebetulan saat itu musim semi, maka dia pun jalan-jalan di sekitar istana."

"Heran?" Bee Kun Bu tidak mengerti, "Padahal pemuda itu cuma kedinginan, kok bisa jadi sakit sampai dua bulan tidak bangun?"

"Ternyata mereka berdua telah saling jatuh cinta, sehingga pemuda itu pura-pura sakit, dan murid wanita itu terus menemaninya."

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut Ternyata begitu!" "Dua bulan kemudian.,." lanjut wanita tua itu. "Mereka

berdua betul-betul sudah saling mencinta, keluar masuk istana Pit Sia Kiong pasti berduaan. itu membuat murid lelaki jadi kesal, dan terus cari akal agar pemuda itu meninggalkan istana Pit Sia Kiong."

"Lalu bagaimana?"

"Murid wanita itu tahu tujuan saudara seperguruannya, maka dia pun berterus terang pada kekasihnya, bahwa istana Pit Sia Kiong tidak menerima orang luar, maka dia menyuruh pemuda tersebut agar meninggalkan istana Pit Sia Kiong. "

"Tentunya pemuda itu menurut, sebab itu merupakan peraturan istana Pit Sia Kiong," ujar Bee Kun Bu.

"Tidak salah." Wanita tua itu mengangguk Tanpa berpamit lagi pemuda itu meninggalkan istana Pit Sia Kiong."

"Apakah pemuda itu masih kembali ke istana Pit Sia Kiong?"

"Tidak, Setelah pemuda itu pergi, malam harinya murid wanita itu justru menemui saudara perguruan, akhirnya mereka berdua ribut dan malam itu juga murid wanita tersebut pergi mencari pemuda itu, Karena mengerahkan ginkang, dia pun dapat menyusul pemuda itu di kaki gunung." "Murid wanita itu pasti pergi bersama pemuda ter-sebut," ujar Bee Kun Bu yakin.

"Tidak begitu." ujar wanita tua itu, "Karena pemuda itu mengatakan bahwa dia berhutang budi pada murid lelaki itu, bahkan juga mengatakan dirinya tidak mengerti ilmu silat, maka ia mengambil keputusan untuk belajar ilmu silat tingkat tinggi, dan setelah berhasil, barulah dia akan melamar gadis itu."

"Kalau begitu, pemuda tersebut tidak jahat." Bee Kun Bu menarik nafas.

"SemuIa pemuda itu memang berhati baik, namun setelah meninggalkan Taysan sifatnya berubah," ujar wanita tua itu melanjutkan "Akhirnya dia masuk ke aliran Swat Ling San.

Beberapa tahun kemudian, dia pun berhasil mempelajari ilmu silat tinggi aliran Swat Ling San. itu membuat dirinya amat disayang oleh guru-gurunya, Kemudian secara tidak sengaja, ia mendengar tentang Sam Im Sin Ni dan tempat tinggal itu dari guru-gurunya, sehingga pemuda itu terpengaruh."

"Kenapa dia terpengaruh?" tanya Bee Kun Bu heran. "Karena dia telah mengetahui tentang Pit Giok Cak itu,

maka timbullah keserakahannya," jawab wanita tua itu. "Dia ingin menipu Pit Giok Cak itu dari tangan murid wanita Sah Thai Ik, lalu pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni."

"Apakah dia berhasil menipu Pit Giok Cak itu?" "Setelah berniat jahat, dia pun segera berangkat ke

gunung Taysan menuju istana Pit Sia Kiong," "Berhasilkah dia memperoleh Pit Giok Cak?"

"Secara diam-diam dia memasuki istana Pit Sia Kiong, kemudian mengajak gadis itu keluar, Dia terus merayu dan membujuk, katanya sangat rindu dan lain sebagainya."

"Gadis itu pasti kena rayuannya!" "Benar, Gadis itu memang terkena rayuannya, sebab pemuda itu mengatakan ingin mendapat benda kenang- kenangan dari gadis itu."

"Tentunya benda itu Pit Giok Cak!"

"Tidak salah, Namun Pit Giok Cak itu dari suhengnya untuk menghias rambutnya, maka gadis itu pun tidak berani memberikannya Tapi kemudian gadis itu mematahkan benda itu jadi dua potong. itu sangat mengejutkan pemuda tersebut, dan bertanya kenapa gadis itu berbuat begitu?"

"Kenapa gadis itu mematahkan Pit Giok Cak jadi dua potong?" Bee Kun Bu pun merasa heran.

"Ternyata bagian ujung Pit Giok Cak itu diberikan pada pemuda tersebut, sedangkan pangkalnya tetap di-tancapkan pada rambutnya, itu agar suhengnya tidak mengetahui akan hal tersebut."

"Kalau begitu, pemuda itu pasti kecewa sekali!"

"Benar, Pemuda itu memang kecewa sekali." Wanita tua itu menarik nafas panjang, "Justru karena sepotong Pit Giok Cak itu, akhirnya pemuda tersebut malah mati di tangan guru ke tiganya."

"Lho?" Bee Kun Bu terbelalak "Kenapa bisa jadi begitu?" "Ternyata pemuda itu berangkat ke istana Pit Sia Kiong,

guru-gurunya sudah tahu, Maka di saat ia kembali ke Swat Ling San, langsung dirangkap dan dibunuh."

"Kenapa dia dibunuh? padahal dia tidak melanggar peraturan Swat Ling San!" .Bee Kun Bu tidak mengertL

"Guru-gurunya mengiranya murid istana Pit Sia Kiong, Agar ilmu silat aliran Swat Ling San tidak di kuasai pihak istana Pit Sia Kiong, maka pemuda itu harus dibunuh."

"Sungguh kasihan pemuda itu!" Bee Kun Bu menarik nafas, "Oh ya, bagaimana dengan sepotong Pit Giok Cak itu?" "Bagaimana selanjutnya, tiada seorang pun tahu." Wanita tua itu menggeleng-gelengkan kepala, "Tapi dua tahun kemudian, tersiar berita bahwa aliran Swat Ling San telah memperoleh sepotong Pit Giok Cak, Tentunya berita itu sangat mengejutkan murid wanita istana Pit Sia Kiong, Yang duluan mendengar berita itu malah Su-hengnya, karena itu, gunung Taysan pun menjadi ramai."

"Mungkin karena pihak aliran Swat Ling San pergi mencari tempat tinggal Sam Im Sin Ni, maka gunung Taysan menjadi ramai," ujar Bee Kun Bu.

"Tidak salah, Bahkan Murid lelaki itu pun mulai curiga, kemudian menemui adik seperguruannya untuk menanyakan Pit Giok Cak itu."

"Bagaimana adik seperguruan itu menjelaskannya?" tanya Bee Kun Bu tegang.

"Gadis itu cuma menangis, karena tidak tahu Pit Giok Cak itu merupakan kunci pintu gua Sam Im Sin Ni."

"Kemudian bagaimana?"

"Gadis itu cuma memperlihatkan sepotong Pit Giok Cak. suhengnya terperanjat ketika melihat Pit Giok Cak itu cuma tinggal sepotong. Sebelum dia melampiaskan kemarahannya, Sumoynya itu justru telah mencabut pe-dang, dan mendadak menusuk dadanya sendiri."

"Haah?" Bee Kun Bu terbelalak "Dia bunuh diri?" "Ya." Wanita tua itu mengangguk. "Suhengnya ter-

perangah atas tindakan Sumoynya itu, dia berdiri seperti kehilangan sukma."

"Setelah kejadian itu, bagaimana murid lelaki itu?" "Setelah itu, murid lelaki itu pun pergi, dan ketika pulang

membawa dua pasang muda-mudi, Ternyata dia menerima dua pasang muda-mudi itu sebagai muridnya, Sejak itu dia tidak pernah meninggalkan istana Pit Sia Kiong lagi." "Cianpwce begitu jelas tentang kejadian itu, apakah Cianpwee punya hubungan dengan kejadian itu?" tanya Bee Kun Bu mendadak

"Aku adalah darah daging pemuda dan murid wanita itu," jawab wanita tua itu dengan air mata bereucuran

"Apa?" Bee Kun Bu melongo, "Itu... itu bagaimana mungkin?"

"Secara diam-diam murid wanita itu melahirkanku, kemudian aku dititipkan pada orang lain." Wanita tua itu memberitahukan "lbuku juga meninggalkan amanat, bahwa selamanya aku harus menghindari istana Pit Sia Kiong itu, Akan tetapi setelah aku dewasa, akupun pergi mengambil sepotong Pit Giok Cak. Namun akhirnya aku malah diracuni oleh murid durhaka itu. Mudah-mudahan engkau bersedia ke istana Pit Sia Kiong tersebut menemui Kim Hun Tokouw-Lam Kiong Siu untuk meminta obat dengan menggunakan sepotong Pit Giok Cak ini!"

Bee Kun Bu diam saja, dan tanpa sengaja ia menundukkan kepala memandang Pit Giok Cak tersebut, Ternyata di Pit Giok Cak tersebut terukir semacam pemandangan, mirip sebuah telaga dan puncak gunung.

"Bersediakah engkau pergi ke istana Pit Sia Kiong?" tanya wanita tua itu karena melihat Bee Kun Bu diam saja.

Bee Kun Bu tersentak, lalu cepat-cepat mendongakkan kepala sambil menatap wanita tua itu, Kapan wanita tua itu dilahirkan dan kapan ia ke istana Pit Sia Kiong mengambil Pit Giok Cak itu? Ternyata Bee Kun Bu tidak habis berpikir tentang ini, Tapi karena menyangkut rahasia pribadi orang, maka ia pun tidak mau bertanya, khawatir wanita tua itu akan tersinggung.

"ltu menyangkut mati hidupnya Cianpwee tentunya aku tidak akan menolak." jawab Bee Kun Bu dan menambahkan "Namun dari tadi kita terus bereakap-cakap, Cianpwee masih belum memberitahukan nama besar Cianpwee Kalau aku ke istana Pit Sia Kiong, aku harus memberitahukan apa?"

"Namaku Ciu Lin." Wanita tua itu memberitahukan "Aku dijuluki Miauw Muk Jin Mo (lblis Mata Picak)."

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, dari julukan itu sudah dapat diketahui bahwa wanita tua itu berhati kejam.

"Dalam tiga puluh tahun ini, aku jarang bertemu lawan yang setimpal di luar perbatasan maupun di seberang laut," ujar Ciu Lin. "Kwa Ih Kang, setan tertua di Swat Ling San yang berkepandaian tinggi itu pun tidak bisa berbuat apa-apa terhadap diriku, Berhubung tubuhku mengidap racun, maka aku tiada kesempatan bertanding dengan Kim Hun Tokouw- Lam Kiong Siu, lagi pula almarhumah pun telah berpesan, agar aku tidak cari gara-gara dengan istana Pit Sia Kiong."

Ciu Lin memandang Bee Kun Bu dan melanjutkan "Engkau datang ke Swat Ling San ini, tentunya punya masalah dengan Lima Setan Swat Ling San. Engkau bersedia membantuku ke istana Pit Sia Kiong meminta obat pemunah racun itu, maka aku pun bersedia membantumu dalam hal menghadapi Lima Setan Swat Ling San itu.

"Oh?" Bee Kun Bu girang sekali, "Aku ingin bertanya, bagaimana kepandaian mereka?"

"Benarkah engkau sama sekali tidak tahu bagaimana kepandaian mereka?" Ciu Lin balik bertanya.

"Terus terang," jawab Bee Kun Bu jujur "Aku sudah bertemu empat setan itu. Kiu Tok Ciu-Liu Bwee sangat licik dan banyak akalnya, bahkan juga mahir berbagai formasi Ngo Heng, Kiu Kiong dan Pat Kwa, Tan Cun Goan memiliki Lweekang tinggi, Ling Coa Hong Tok Oey Hue ahli dalam hal racun, sedangkan Ciak Bin Sal Sin tidak begitu tinggi kepandaiannya. Apakah Lam Thian It Sat berbeda dengan keempat saudara seperguruannya?"

"Lam Thian It San-Kwa Ih Kang adalah saudara tertua, tentunya berbeda dengan yang lain," sahut Ciu Lin sambil tersenyum "Sebelum terkena racun, aku pernah datang di Swat Ling San ini untuk menyelidiki riwayat hidup ibuku, Aku bertarung dengan empat setan, Seperti apa yang engkau katakan, Tan Cun Goan memang memiliki Lweekang tinggi, Kui Tok Ciu-Liu Bwee sangat licik dan mahir pula membentuk berbagai macam fornasi, Ling Coa Hong Tok-Oey Hue adalah pakar racun, ilmu silatnya tidak begitu tinggi, apalagi Ciak Bin Sat Sin itu, cuma sok jago tapi kosong, Lain halnya dengan Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, dia memang berkepandaian tinggi."

"Kalau begitu, berarti Cianpwee pernah bertarung dengan Lam Thian It Sat?" tanya Bee Kun Bu.

"Tidak salah." Ciu Lin tersenyum "Setelah aku sampai di Siang Cing Koan, markas Lima Setan Swat Ling San itu, aku dan Lam Thian It Sat pun bertarung sengit Walau sudah lebih dari tiga ratus jurus, tapi masih tiada yang kalah dan menang, Kami boleh dikatakan setanding, maka aku pun amat kagum akan kepandaiannya Oleh karena itu, aku memberitahukan tentang tujuanku ke Siang Cing Koan, dia pun menanggapi dengan serius, sehingga kami pun berhenti bertarung, Setelah aku diracuni aku kemari untuk mengobati diriku sendiri, itu disebabkan tempat ini sangat aman, lagi pula musuh-musuhku pun tidak berani lancang memasuki Swat Ling San ini. sedangkan Lam Thian It Sat juga mengijinkan untuk tinggal di tempat ini."

"Setelah bertarung dengan Lam Thian It Sat, apakah Cianpwee tahu ilmu silatnya berasal dari mana?"

"Memang berasal dari Tionggoan, namun telah dicampur adukkan dengan ilmu silat suku Miauw, seperti halnya ilmu silatku." Ciu Lin memberitahukan "llmu silat andalan Lam Thian It Sat adalah Im Hong Toan Hun Ciang (llmu Pukulan pemutus Roh), PukuIan itu dapat menembus nadi menghancurkan jantung, bahkan mampu melukai orang dalam jarak sepuluh langkah. Kalau engkau bertarung dengannya, haruslah menjaga jarak di luar sepuluh langkah. itu pasti menguntungkan dirimu, Tapi ada satu hal yang engkau harus ingat, yakni Hong Hwee Tong (Goa Angin Api) yang ada di bawah altar ruang Siang Cing Koan itu, jangan sampai terperangkap ke dalamnya."

"Terimakasih atas penjelasan Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu. "Oh ya, bolehkah Cianpwee memberitahukan di mana Siang Cing Koan itu?"

"Apa?" Ciu Lin tertegun "Jadi engkau masih belum tahu di mana Siang Cing Koan itu?"

"Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Aku sama sekali tidak tahu, sehingga diriku terjebak masuk ke dalam jurang ini."

"Ooooh!" Ciu Lin manggut-manggut. "Kui Tok Ciu tahu tidak mampu melawanmu, maka dia menjebakmu masuk ke jurang ini. Dia yakin aku membunuhmu, jadi dia ingin meminjam tanganku untuk melenyapkanmu. seandainya aku memberitahukan kepadamu di mana Siang Cing Koan itu, aku pun tidak akan merasa bersalah terhadap Lam Thian It Sat itu."

Usai berkata begitu, Ciu Lin mengerutkan kening, kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, Bee Kun Bu diam saja, Berselang sesaat, barulah Ciu Lin menatap Bee Kun Bu seraya berkata.

"Aku ke Siang Cing Koan sudah belasan tahun yang lalu, Di saat itu mereka juga mengurung Ku Cu Cen. Setelah berlalu belasan tahun, mungkin Siang Cing Koan itu pun telah dipugar dan dipasang berbagai jebakan. "

"Aku tidak takut menghadapi jebakan-jebakan itu," ujar Bee Kun Bu.

"Engkau memang gagah berani, Kalau tidak, bagaimana mungkin engkau berani memasuki Swat Ling San ini?" Ciu Lin menatapnya da!am-dalam. "Keluar dari gua ini, engkau akan melihat sebuah puncak gunung yang mirip lima jari manusia, Setelah melewati puncak gunung itu sejauh ratusan mil, akan tampak sebuah bangunan, itulah Siang Cing Koan." "Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu. "Aku mohon diri!"

"Engkau mau pergi?" tanya Ciu Lin dingin

"Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Memangnya kena pa?" "Bagaimana cara engkau meninggalkan tempat ini?" tanya

Ciu Lin.

"Itu. " Bee Kun Bu memang tidak memikirkan hal ini.

"Akn., tidak tahu harus bagaimana ke luar dari sini."

"Kalau aku tidak memberitahukan jalannya, engkau pasti tidak akan bisa keluar dart jurang ini," ujar Ciu Lin.

"Mohon Cianpwee sudi memberitahukannya!"

"Aku memang harus memberitahukan, namun,. " Ciu Lin

menatapnya tajam "Engkau jangan lupa akan janjimu itu."

"Harap Cianpwee berlega hati, aku tidak akan ingkar janji," sahut Bee Kun Bu sungguh-sungguh.

"Engkau pun harus ingat," ujar Ciu Lin memberitahukan "Kalau engkau tidak kembali dalam waktu enam buIan, aku pun tidak akan tertolong lagi."

Bee Kun Bu jadi diam, sebab ia sendiri juga tidak tahu, apakah ia bisa kembali kemari dalam waktu enam bulan atau tidak.

"Sudahlah!" Ciu Lin menarik nafas panjang, "Aku pasrah dan mengikuti takdir saja, Namun mudah-mu-dahan engkau bisa kembali dalam waktu enam bulan dengan membawa obat pemunah racun itu."

"Cianpwee, aku pasti berupaya agar bisa kembali ke mari tepat waktunya," ujar Bee Kun Bu berjanji

"Mudah-mudahan!" sahut Ciu Lin. "Di belakangku terdapat sebuah lubang besar, di dalam lubang itu terdapat sebuah !orong, Engkau meloncat ke dalam lubang itu, dan melalui lorong itu engkau pasti dapat ke luar."

"Oh?" Bee Kun Bu girang bukan main. Terimakasih, Cianpwee! Mudah-mudahan aku bisa kembali ke mari dalam waktu enam bulan!"

"Selamat jalan!" ucap Ciu Lin.

Bee Kun Bu melangkah ke belakang wanita tua itu, namun tidak melihat lubang tersebut

"Cianpwee, di mana lubang itu?" tanya Bee Kun Bu heran. "Di balik batu yang besar itu!" Ciu Lin memberitahu-kan.

Bee Kun Bu segera ke sana, tidak salah, di balik

sebuah batu besar terdapat sebuah lubang yang cukup besar.

"Cianpwee, sampai jumpa!" ucap Bee Kun Bu, lalu meloncat ke dalam lubang itu. Memang tidak salah, lubang itu merupakan sebuah lorong yang amat panjang dan gelap pula....

*****

Bab ke 17 - Menghadapi Formasi Lima Unsur dan Barisan Macan

Saat ini Bee Kun Bu sudah keluar dari jurang itu, Dapat dibayangkan betapa girang hatinya, sementara hari pun sudah gelap, namun diterangi oleh sinar bulan purnama.

ia mendongakkan kepala dan terbelalak, ternyata ia melihat sebuah puncak gunung yang disebut Ngo Cih Hong (Puncak Lima Jari). Menurut Miauw Muk Jin Mo Ciu Lin, setelah melewati puncak gunung itu sejauh ratusan mil, akan tampak sebuah bangunan yakni Siang Cing Koan.

Teringat itu, Bee Kun Bu segera mengerahkan ginkangnya menuju puncak gunung itu, Tak lama ia mulai memasuki sebuah rimba yang penuh pepohonan dan batu-batu aneh, otomatis membuatnya tidak bisa mengerahkan ginkangnya lagi, hanya bisa berlari agakeepat.

Tiba-tiba berkelebat sosok bayangan putih. Sosok bayangan putih itu berhenti di atas sebuah batu yang jaraknya sepuluhan depa di hadapan Bee Kun Bu. Sosok bayangan itu ternyata orang berbaju putih.

Tuncak Lima Jari adalah tempat penting di Swat Ling San!

Siapa yang memasuki tempat ini, harap memberitahukan nama, agar dilaporkan pada ketua!" bentak orang berbaju putih itu.

Bee Kun Bu memandang orang berbaju putih itu, ia yakin bahwa orang itu cuma sebagai penjaga ditempat tersebut, maka Bee Kun Bu tidak menghiraukannya, dan langsung melesat ke depan melewatinya.

Tiba-tiba orang berbaju putih itu mengeluarkan semacam terompet, lalu ditiupnya sehingga suaranya mendengung- dengung.

Bee Kun Bu memutar badannya, maksudnya ingin menangkap orang berbaju putih tersebut, akan tetapi, ketika ia memutar badannya, orang berbaju putih itu hilang entah ke mana.

Tentunya membuat Bee Kun Bu terheran-heran, tapi kemudian ia teringat sesuaiu. Jangan-jangan kini ia berada di dalam semacam formasi, sebab ia pernah mengalami hal semacam ini ketika melawan Kiu Tok Ciu-Liu Bwee.

Oleh karena itu, ia mulai berhati hati dan siap menghadapi segala sesuatu, MuIailah ia berjalan menuju ke depan, Berselang beberapa saat, ia merasa heran karena tidak melihat suatu keanehan apa pun.

ia mengayunkan kakinya lagi. Pada waktu bersamaan terdengarlah suara tawa panjang di balik sebuah pohon, Seketika juga Bee Kun Bu mencabut pedang pusaka yang terselip di punggungnya. Trang! Bee Kun Bu sudah menggenggam pedang pusakanya.

Suara tawa itu terdengar lagi di balik pohon lain, tapi tidak tampak orangnya.

"Kalian para setan Swat Ling San, sudah banyak melakukan kejahatan." bentak Bee Kun Bu lantang, "Aku harap kalian keluar! Kalau tidak, kalian pasti menyesal!"

Terdengar lagi suara tawa panjang, Berselang sesaat, muncullah belasan orang mengurung Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu memandang mereka satu persatu, tampak dua orang di antara mereka berpakaian aneh. Bee Kun Bu juga terkejut, sebab belasan orang itu mengurungnya berdasarkan semacam formasi yang berbentuk Kiu Kiong dan Pat Kwa.

"Siapa engkau? Berani bertingkah di sini!" bentak orang yang berpakaian putih.

"Aku Bee Kun Bu, murid partai Kun Lun!" sahut Bee Kun Bu memberitahukan. "Aku ke mari ingin bertemu Kwa Ih Kang, sekaligus menangkap Souw Peng Hai dan Co Hiong! Harap kalian melapor pada Kwa Ih Kang, agar dia menyerahkan kedua orang itu padaku! Kalau ttdak, aku pasti meratakan Siang Cing Koan!"

"Partai Kun Lun jauh di Tionggoan, sama sekali tiada hubungan dengan Swat Ling San!" sahut orang berpakaian aneh, "Aku sudah menerima perintah dari ketua, melarang siapa pun yang ingin menemuinya. Tempat ini merupakan jalan masuk ke Siang Cing Koan, juga merupakan tempat larangan! Aku harap engkau tahu diri dan segera mundur! Kalau tidak, kami terpaksa me-nangkapmu!"

"Aku sudah bertemu empat setan Swat Ling San, bahkan juga sudah bertarung dengan mereka! Kalau kalian tahu diri, cepatlah buang senjata kalian dan segera tinggalkan tempat ini!" sahut Bee Kun Bu dingin. "Hm!" dengus orang berpakaian aneh. "Kematianmu sudah berada di ambang pintu, tapi masih berani omong besar! sekarang aku akan menyuruhmu merasakan ke-lihayan formasi lima unsur dari Swat Ling San kami!"

Usai membentak, orang itu pun segera memberi aba-aba, dan seketika juga sembilan orang yang mengurung Bee Kun Bu menghunus senjata masing-masing, lalu berputar-putar dan menyerang Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu tidak tahu bagaiman keanehan formasi lima unsur itu. ia cuma mengayunkan pedangnya ke arah orang berbaju putih, Maksudnya ingin membunuh orang itu dengan sekali tebas.

Akan tetapi, ketika pedangnya berkelebat ke arah orang baju putih itu, ia pun mendengar suara desiran senjata lain di belakangnya, Ternyata ia pun diserang dari belakang, sedang orang baju putih itu secepat kilat meloncat ke belakang.

Apa boleh buat! Bee Kun Bu harus berkelit pula, Kemudian ia pun memutar pedangnya menangkis semua senjata yang menyerangnya.

Trannng! Terdengar suara benturan senjata, bunga api pun berpijar.

Pada waktu bersamaan, sepuluh orang itu pun ber-putar- putar, lalu menyerang dan mundur berdasarkan lima unsur, yakni unsur Kim (Emas), Muk (Pepohon), Sui (Air), Hwee (Api) dan Tou (Tanah).

Repot juga Bee Kun Bu menghadapi formasi tersebut sebab sepuluh orang itu dibagi lima pasang, kemudian lima orang menyerang dari bawah, dan yang lain menyerang dari atas. Setelah itu, berubah lagi dengan berbagai macam serangan

pertarungan pun semakin seru, Ketika diserang dari bawah, Bee Kun Bu langsung menarik nafas dalam-dalam menghimpun Lweekangnya, lalu menangkis serangan- serangan itu dan meloncat ke belakang, namun tetap terkurung di dalam formasi itu.

Tak terasa pertarungan sudah lebih dari dua puluh jurus, Bee Kun Bu tampak terkejut, karena tidak menyangka formasi lima unsur itu begitu hebat dan sulit dipecahkan

Tiba-tiba ia berdiri tegak di tempat, pedang diturunkan ke bawah menyentuh tanah, dan secara diam-diam dimasukkannya tangan kirinya ke dalam bajunya.

Pada waktu bersamaan, serangan dahsyat pun mengarah padanya dari lima jurusan, Bee Kun Bu memekik keras sambil mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan- serangan itu, dan mendadak mengayunkan tangan kirinya.

"Aaakh!" Terdengar suara jcritan, tampak dua orang langsung roboh.

Bee Kun Bu tambah semangat, dan segera menyerang mereka dengan pedang dan jarum Toan Meng Cin. Terdengar lagi dua kali jeritan, ternyata dua orang lagi roboh.

Setelah itu tampak sinar pedang berkelebatan, dan terdengarlah suara jeritan di sana-sini. Kini cuma tinggal empat orang, otomatis formasi lima unsur itu tidak dapat berfungsi lagi.

Mendadak terdengar suara siulan, kemudian ke empat orang itu pun langsung lari ke dalam rimba, Bee Kun Bu tidak mengejar mereka, melainkan memandang orang-orang yang tergeletak Salah seorang adalah orang yang berbaju putih, kelihatannya dia terluka oleh jarum Toan Meng Cin.

Orang berbaju putih itu merintih-rintih sambil mendekap perutnya, Keringatnya pun terus-menerus mengucur dari keningnya dengan sepasang mata mendelik-delik. Tak seberapa lama kemudian, orang itu pun mati.

Melihat itu, Bee Kun Bu terkejut tapi girang karena jarum Toan Meng Cin begitu lihay, Oleh karena itu, ia pun mengambil keputusan, apabila kelak bertemu lawan tangguh, ia akan menggunakan jarum tersebut Yang dimaksudkan lawan tangguh tentunya penjahat.

Bee Kun Bu memandang yang lain, tampak dua orang terluka oleh pedangnya, tapi masih bernafas, justru membingungkannya, karena tidak tahu harus berbuat apa. Harus menolong mereka atau tidak? Di saat ia sedang bimbang, mendadak salah seorang yang luka itu menyerang dada Bee Kun Bu dengan goIok.

Jarak mereka begitu dekat, sehingga sulit bagi Bee Kun Bu mengelak serangan yang mendadak itu. Namun ia masih sempat meloncat ke belakang, namun ujung golok itu berhasil merobek bajunya.

Setelah terhindar dari serangan itu, Bee Kun Bu pun mengucurkan keringat dingin, hampir saja nyawanya melayang. Karena itu, dapat dibayangkan betapa gusarnya Bee Kun Bu. ia segera menghimpun Lweekangnya, lalu memukul ke arah orang itu.

"Aaakh!" jerit orang itu dan terpental beberapa depa, dan nafasnya pun putus seketika.

Bee Kun Bu terdiri termangu-mangu, lama sekali barulah mengayunkan kakinya memasuki rimba itu, ia pun berharap akan bertemu Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw.

Bee Kun Bu terus melangkah, ia tahu bahwa tempat itu menuju Siang Cing Koan, tentunya banyak jebakan pula, maka ia melangkah dengan hati-hati sekali justru ia sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sudah berada di dalam pengawasan penjaga di situ. Ternyata penjaga di situ sudah menerima laporan dari orang-orang yang menyerangnya tadi.

Tiba-tiba ia mendengar suara semacam terompet, kemudian suara itu sambung-menyambung semakin jauh.

sementara Bee Kun Bu terus pasang telinga mendengarkan suara terompet itu. ia ingin memanfaatkan suara terompet itu sebagai petunjuk jalan, agar bisa mencapai Siang Cing Koan.

Setelah suara terompet itu tidak terdengar lagi, badan Bee Kun Bu langsung melesat ke arah suara terompet itu, Akan tetapi, sungguh mengherankan Ketika sampai di tempat suara itu ia sama sekali tidak menemukan apa-apa.

pada waktu bersamaan, terdengar lagi suara terompet sejauh setengah mil itu membuat Bee Kun Bu terheran-heran Ternyata suara terompet itu berada di tempat yang dilaluinya ketika masuk tadi, y "Hmm!" dengus Bee Kun Bu. "Mereka ingin memancing aku keluar, aku malah sengaja masuk ke dalam! Apakah kalian tidak akan keluar menyambutku?"

Bee Kun Bu melesat ke dalam Terdengar lagi suara terompet, kali ini suara terompet tersebut berada jauh di depan sekitar tiga mil, Seketika juga ia melesat ke tempat itu. Berselang beberapa saat kemudian, ia sudah sampai di suatu tempat yang penuh ditumbuhi rerumputan

sementara malam pun semakin larut, sedangkan suara terompet itu terus berkumandang, seakan memberitahukan tentang kedatangan Bee Kun Bu.

Tiba-tiba Bee Kun Bu melihat puluhan pasang bintik terang menyorot ke arahnya, ia mengernyitkan keing, tidak tahu benda apa itu, namun sudah bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan

Setelah mendekat, barulah ia terbelalak, ternyata bintik- bintik yang menyala terang itu adalah mata macan. Belasan ekor macan yang garang semakin mendekat, kemudian mengaum keras menggetarkan tempat itu.

Mendadak belasan ekor macan itu menerjang ke arah Bee Kun Bu dengan terkaman Cepat-cepat Bee Kun Bu mengayunkan pedangnya, seketika juga belasan ekor macan itu meloncat mundur Kelihatannya macan-macan itu takut akan sabetan pedang Bee Kun Bu. Macan-macan itu mengaum keras lagi. Bee Kun Bu berpikir, tiada gunanya melawan macan-macan itu. Walau ia mampu membunuh semua macan itu, tapi akan menghamburkan tenaganya, maka lebih baik menghindar

Setelah berpikir demikian, Bee Kun Bu memutar badannya, Namun ketika ia baru mau meloncat pergi, sekonyong-konyong muncul lagi belasan macan menghadang di hadapannya, bahkan terdengar suara tawa dingin, dan menyusul suara tua yang serak.

"Bee Kun Bu, kini engkau sudah terkurung oleh barisan macan! Kalau engkau tahu diri, masih ada kesempatan bagimu untuk meninggalkan tempat ini! Tapi kalau tidak jangan mempersalahkan pihak Swat Ling San bertindak kejam terhadapmu!"

Bee Kun Bu terkejut ia tidak menyangka macan-macan itu telah dilatih dan mampu membentuk suatu barisan

"Aku sudah mendapat pelajaran formasi lima unsur, itu cuma merupakan formasi anak kecil! Oleh karena itu, aku pun ingin belajar kenal dengan barisan macanmu ini!" sahut Bee Kun Bu dingin

"Engkau yang menghendaki begitu, jangan mempersalahkanku!" Terdengar lagi suara serak, kemudian disusul oleh suara terompet.

Sungguh mengherankan, ketika macan-macan yang berjumlah tiga puluh enam ekor itu mendengar suara terompet, semuanya langsung duduk, Tak lama terompet itu berbunyi lagi, seketika juga macan-macan itu bangkit sambil mengaum keras.

Bee Kun Bu terperanjat sebab macan-macan itu sangat menurut pada suara terompet.

"Aku harus berhati-hati!" ujarnya dalam hati, "Aku tidak melihat orang itu, tapi dia mampu memberi perintah pada macan-macan dengan suara terompet, itu membuktikan bahwa orang itu berkepandaian tinggi, aku tidak boleh meremehkannya!"

Terdengar lagi suara terompet berbunyi aneh. Mendadak macan-macan itu berputar-putar mengelilingi Bee Kun Bu sambil mendongak-dongakkan kepala menatapnya tajam.

"Bee Kun Bu, engkau masih muda dan sudah terkenal di rimba persilatan Tionggoan, kenapa engkau malah ingin cari mati di tempat ini? Aku beri kesempatan terakhir padamu, cepatlah tinggalkan tempat ini! kalau tidak, begitu aku memberi perintah pada macan-macan itu, sulit bagimu untuk meloloskan diri!"

sesungguhnya Bee Kun Bu memang sudah amat terkejut menyaksikan barisan macan-macan itu, tapi ketika mendengar ucapan orang itu, timbullah rasa panas dalam hatinya, lalu tertawa panjang.

"Mati atau hidup bukan merupakan masalah besar, maka engkau tidak perlu bermurah hati padaku!" ujar Bee Kun Bu lantang, "Aku berani memasuki Swat Ling San ini, tentunya sudah tidak menghiraukan soal mati lagi! Oleh karena itu, cepatlah perintahkan macan-macanmu itu menyerangku!"

Tiada sahutan, rupanya orang itu amat kagum pada keberanian Bee Kun Bu. sementara macan-macan itu sudah tampak tidak sabaran, sebab sudah sekian lama menunggu perintah, dan mereka pun mulai kacau.

"Yaaah!" Terdengar suara helaan nafas, "Kalau be-gitu, harap Bee siauhiap berhati-hati!"

Terompet berbunyi lagi tiga kali dengan nada aneh, Begitu mendengar suara terompet itu, tampak tiga ekor macan langsung menerkam Bee Kun Bu.

Tanpa ayal lagi Bee Kun Bu pun segera mengayunkan pedangnya, ia menyerang ketiga ekor macan itu dengan jurus Thui Coan Moh Goat (Mendorong jendela Memandang Bulan), kemudian disusul pula dengan jurus Ceh Li Thou Cun (Gadis Menenun Sutera).

Akan tetapi, ketika ia menyerang ketiga ekor macan itu, tiba-tiba terompet berbunyi lagi, lalu tampak enam ekor macan menerkam Bee Kun Bu dari belakang.

Bee Kun Bu langsung memutar pedangnya dengan jurus Um Coan Hui Uh (UIar Terbang Menari Lincah), yaitu salah satu jurus dari ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoat yang diserti Lweekang.

Sungguh dahsyat jurus itu, sehingga tiga ekor macan terpental terkena serangan tersebut Namun pada waktu bersamaan, lima ekor macan lainnya menerkam ke arahnya .

Bee Kun Bu terpaksa memutar pedangnya membentuk sebuah payung melindungi dirinya, Kelima ekor macan itu terdorong mundur Ternyata Bee Kun Bu menyalurkan Lweekang pada pedangnya, sehingga menimbulkan segulung angin berhembus ke arah macan-macan yang menerkamnya itu.

Walau kelima ekor macan itu terdorong mundur, tapi maju lagi macan lain menerkamnya, sehingga Bee Kun Bu kewalahan menghadapinya, Cepat-cepat ia mengerahkan ginkangnya lalu meloncat ke atas.

Di saat itu terdengar lagi suara terompet Semua macan itu langsung mundur, kemudian duduk diam, tentunya membuat Bee Kun Bu tereengang.

"Bee Kun Bu, apakah engkau punya hubungan dengan Tan Cun Goan?" tanya orang itu.

Ternyata ketika bertanding dengan Tan Cun Goan di permukaan sungai, secara diam-diam Bee Kun Bu telah mempelajari ginkang Tan Cun Goan, Maka tadi tanpa pikir lagi, ia langsung mengerahkan ginkang tersebut

"Aku memang pernah dua kali bertemu, namun aku tiada hubungan dengannya!" sahut Bee Kun Bu dingin. "Kalau begitu, kenapa engkau mahir ilmu ginkangnya yang disebut Ti Yun Chung (Menembus Kelangit)?"

"ltu bukan ilmu rahasia, maka aku mahir ilmu ginkang itu," sahut Bee Kun Bu sambil tertawa.

"Hm!" dengus orang itu dingin. "Meskipun engkau berkepandaian tinggi, tetap sulit bagimu untuk meloloskan diri dari kepungan barisan macan ini!"

Usai berkata begitu, orang itu pun langsung meniup terompetnya, Macan-macan yang diam itu segera mengaum keras dan menyeringai Tiga puluh enam ekor macan itu mulai mendekati Bee Kun Bu, dan siap menerkamnya.

Tiba-tiba terdengar suara terompet meninggi, dan seketika juga tampak empat ekor macan menerkam ke arahnya, Kali ini Bee Kun Bu tidak bertindak main-main lagi, kecuali bergerak cepat dan mengayunkan pedangnya secepat kilat

Keempat ekor macan itu tersabet pedang, dan langsung roboh dan tak bangun lagi, sedangkan yang tiga puluh dua ekor lagi kelihatan bertambah garang dan berpular-putar mengurung Bee Kun Bu. Mendadak muncul lagi empat ekor, ternyata menggantikan macan yang terluka tadi, sehingga jumlah mereka tiga puluh enam ekor seperti semula.

Terompet berbunyi lagi, dan seketika juga macan-macan itu menerkam Bee Kun Bu secara bergantian Bee Kun Bu terpaksa memutar-mutar pedangnya untuk melindungi diri, Akan tetapi, macan-macan itu terus-menerus menerkamnya.

"Bee Kun Bu!M Terdengar suara dingin. Tidak gampang engkau memperoleh kepandaian tinggi, lebih baik engkau pergi sekarang! jangan sampai aku perintahkan macan-macan itu mencabik-cabik tubuhmu!"

"Aku bukan orang yang takut mati dan gampang digertak!" sahut Bee Kun Bu sambil tertawa gelak, "Eng-kau boleh perintahkan macan-macan ini untuk mencabik-cabik tubuhku!" Ketika menyahut, Bee Kun Bu juga pasang kuping untuk mendengar suara tadi berasal dari mana, Sebab macan- macan itu tunduk pada orang yang meniup terompet, maka jalan satu-satunya adalah menangkap orang itu.

"Aku cukup baik memperingatkanmu, namun engkau tidak mau menurut!" ucap orang yang bersembunyi itu. "Apa boleh buat, jangan mempersalahkanku berlaku kejam padamu!"

Ketika orang itu baru mau meniup terompetnya, Bee Kun Bu segera mengayunkan tangannya, Ternyata ia sudah tahu orang itu bersembunyi di mana, dan segeralah menyerangnya dengan jarum Toan Meng Cin.

"Aakh!" Terdengar suara jeritan, orang itu roboh dan sekaligus terguling keluar dari tempat persembunyiannya.

Bee Kun Bu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. ia pun segera menyerang mata dua ekor macan. Kedua macan itu mengaum keras, karena mata masing-masing telah tertusuk pedang Bee Kun Bu.

Sesungguhnya, tiga puluh enam ekor macan itu bergerak menurut suara terompet Kalau tidak mendengar suara terompet, maka barisan macan itu akan kacau dengan sendirinya, Apalagi dua ekor macan telah buta matanya, sehingga mengamuk ke sana ke mari membuat barisan itu bertambah kacau.

Kesempatan itu dimanfaatkan Bee Kun Bu. Cepat-cepat ia mengayunkan pedangnya menyerang macan-macan itu.

Empat ekor roboh mandi darah, sedangkan Bee Kun Bu tidak berhenti sampai di situ. Macan-macan itu tergeletak mandi darah, sisa beberapa ekor langsung kabur ke dalam rimba.

Hening seketika suasana di tempat itu. Bee Kun Bu berdiri termangu-mangu, beberapa saat kemudian, barulah mengayunkan kakinya mendekati orang yang terkena senjata rahasianya. Orang itu berusia enam puluhan, namun nyawanya telah putus, Bee Kun Bu menarik nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala, timbul rasa ibanya pada orang tua itu. Maka ia berjanji dalam hati, tidak akan sembarangan menggunakan jarum Toan Meng Cin lagi.

Pada saat bersamaan, tiba-tiba terdengar semacam suara siulan yang amat tajam, Bee Kun Bu segera bersiap-siap menghadapi apa yang akan terjadi

sekonyong-konyong tampak puluhan panah meluncur ke arah Bee Kun Bu. Begilu cepat luncuran panah itu, membuat Bee Kun Bu tidak sempat berpikir lagi, ia langsung memutarkan pedangnya untuk melindungi diri dan puluhan panah itu tersapu rontok oleh putaran pedang Bee Kun Bu.

"Jangan bertindak secara sembunyi-sembunyi, itu adalah pengecut! Ayoh! Cepat perlihatkan diri kalian!" bentaknya.

Sebagai sahutan, meluncur lagi puluhan panah ke arahnya, Kali ini Bee Kun Bu memutar pedangnya sambil meloncat ke tempat luncuran panah-panah tersebut

Akan tetapi, di tempat itu tidak tampak seorang pun, namun Bee Kun Bu yakin ada orang bersembunyi di situ.

"Aku tahu kalian bersembunyi di balik air terjun itu!" ujar Bee Kun Bu lantang, Ternyata di tempat itu terdapat air terjun, "Kalau kalian tidak keluar, aku pasti menyerang kesitu!"

"Engkau mundur beberapa depa, kami akan segera keluar!" Terdengar suara sahutan lirih.

Suara sahutan itu membuat Bee Kun Bu terheran-heran, sebab suara itu mirip suara wanita tapi juga mirip suara lelaki, Walau terheran-heran, ia tidak lupa meloncat mundur beberapa depa.

"Aku sudah mundur beberapa depa, harap kalian keluar!" sahutnya.

Tampak dua anak kecil melesat keluar, Usia anak kecil itu sekitar lima belasan, dengan rambut dikuncir ke atas, Masing- masing menggenggam pedang, dan langsung menyerang Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu agak melongo ketika melihat dua anak kecil melesat keluar dari balik air terjun, justru ia tidak menyangka kalau kedua anak kecil itu akan menyerangnya secara mendadak, ia langsung meloncat mundur dan ujarnya sambil tertawa.

"Kalian berdua masih kecil, ada dendam apa kalian berdua denganku? Kenapa menyerangku dengan panah, dan kini menyerangku lagi dengan pedang?"

Kedua anak kecil itu tidak menyahut, sebaliknya malah menyerang Bee Kun Bu lagi dari dua arah.

Meskipun masih kecil, kedua anak itu memiliki ilmu pedang yang cukup lihay, sayangnya mereka masih kecil sehingga Lweekang mereka belum tinggi.

"Eeh?" Bee Kun Bu tertawa geli, "Kalian berdua sudah tidak menyayangi nyawa sendiri? Aku bertanya sekali lagi, kenapa kalian menyerangku? Kalau kalian tidak menjawab, aku pasti menghajar kalian!"

Kedua anak kecil itu tetap tidak menyahut, Salah satunya malah menyerang Bee Kun Bu dengan sengit menggunakan jurus Tou Ciok Mun Lou (Menyambit Batu Menanya Jalan), Yang satu lagi menyerang Bee Kun Bu dengan jurus Pat Hong Hong Ih (Hujan Angin Delapan Penjuru).

Bee Kun Bu terkejut juga menyaksikan serangan-serangan mereka, ia langsung menangkis menggunakan jurus Thian Kang Loh Mo (lb!is Terbang Kelangit), itu merupakan jurus yang sangat dahsyat Akan tetapi mendadak kedua anak kecil itu membuang pedang masing-masing, kemudian menjatuhkan diri sambil menangis gerung-gerungan.

Bee Kun Bu terbelalak ia tidak mengerti kenapa kedua anak kecil itu mendadak menangis begitu. "Hei, bocah! Kalian berdua tiada permusuhan denganku kenapa melancarkan serangan gelap terhadap-ku?" tanya nya.

"Engkau kejam!" sahut salah seorang anak kecil itu sengit "Engkau telah membunuh kakekku dengan senjata rahasia, maka kami harus menuntut balas! Tapi kami masih kecil, bukan lawanmu! Kalau kelak sudah besar kami berdua pasti membunuhmu untuk membalas dendam kakekku!"

Bee Kun Bu teriegun, ia memandang kedua anak kecil itu, kemudian tanyanya heran.

"Apakah orang tua itu kakek kalian?"

Kedua anak kecil itu tidak menyahut, melainkan terus menangis sedih, itu membuat Bee Kun Bu salah tingkah, dan tidak tahu harus berbuat apa?

"Sudahlah!" ujar Bee Kun Bu seakan menghibur "Kalian berdua tidak perlu menangis, orang sudah mati tidak bisa hidup lagi, Kakek kalian menurut pada perintah Lima Setan Swat Ling San, itu pertanda ia bukan orang baik. Oleh karena itu, kalian berdua jangan mencontohi kakek kalian itu, dan harus jadi orang baik."

"Siapa bilang kakekku bukan orang baik? Engkau yang jahat!" bentak salah seorang anak itu.

"Adik, jangan mencaci orang!" ujar anak yang memakai baju hijau, "Kakak akan bertanya padanya."

Tanyalah!" sahut Bee Kun Bu cepat

"Engkau bukan orang Swat Ling San?" tanya anak yang berbaju hijau.

"Aku datang dari Kwat Cong San di Tionggoan, murid partai Kun Lun," jawab Bee Kun Bu memberitahukan, "Aku ke mari ingin membuat perhitungan dengan Lima Setan Swat Ling San, maka bagaimana mungkin aku orang Swat Ling San?" "Kalau begitu, engkau naik ke mari dari mana?" Bocah berbaju hijau menatapnya tajam.

"Aku ke mari melalui Bo Cih Hong (Puncak ibu Jari)," jawab Bee Kun Bu heran, "Memangnya kenapa?"

"Apakah engkau bertemu formasi di tempat itu?

Bagaimana caramu meloloskan diri dari formasi itu?" Tanya bocah berbaju hijau dan tampak bingung pula.

"Di tempat itu memang ada formasi lima unsur, tapi telah kupecahkan." Bee Kun Bu memberitahukan.

Kedua bocah itu tampak kurang pereaya, Mereka memandang Bee Kun Bu dengan mata terbelalak

"Bukankah tadi aku sudah bilang pada kakek kalian, apakah kalian berdua tidak mendengar?" Bec Kun Bu tersenyum.

"Kakak!" ujar bocah berbaju merah pada saudaranya, "Tidak salah, orang ini bukan orang Swat Ling San."

"Dia telah membunuh kakek," sahut bocah berbaju hijau, "Dia... dia bukan orang baik."

Pereakapan kedua bocah itu membuat Bee Kun Bu tidak habis berpikir, sebab kedengaran kakek mereka bukan anak buah Lima Setan Swat Ling San, namun kenapa kakek mereka menjaga di tempat itu bersama macan-macan.

"Adik kecil, kalian berdua jangan emosi," ujar Bee Kun Bu lembut. "Biar aku menjelaskan persoalan itu. Aku ke mari justru ingin membasmi Lima Setan Swat Ling San, tapi kakek kalian menghalangiku, bahkan memberi perintah pada macan- macannya untuk menerkam ku. Aku harus meloloskan diri, maka terpaksa turun tangan jahat terhadap kakek kalian.

Kalian harus berterus terang padaku, kalau kalian bukan orang Swat Ling San, aku pasti mewakili kakek kalian membalas dendam, bahkan akan membawa kalian pergi meninggalkan Swat Ling San ini. Setujukah kalian?" "Engkau bukan orang Swat Ling San, tentunya orang baik," ujar bocah berbaju hijau, "Tapi kenapa engkau tega membunuh kakek kami?"

"Kalian harus tahu, barisan macan itu sangat lihay, Kalau aku tidak melukai kakek kalian, tentunya diriku yang bakal celaka, Kakek kalian juga bersalah, kenapa mau menjual nyawanya demi Lima Setan Swat Ling San?"

"Jangan mempersalahkan kakek kami!" Sahut bocah berbaju hijau, "Tubuh kakek kami mengidap racun ular, maka tidak bisa jalan, Kalau engkau tidak pereaya, aku akan mengajakmu pergi melihatnya."

"Sebelumnya memang aku tidak tahu," ujar Bee Kun Bu. "Baiklah! Mari kita pergi melihat mayat kakekmu!"

Mereka bertiga menuju tempat mayat orang tua itu tergeletak Ternyata di tempat itu terdapat sebuah kali kecil

"Lihatlah!" Bocah berbaju hijau menunjuk mayat kakeknya, "Bukankah di punggung kakekku dibelenggu dengan rantai?"

Bee Kun Bu memandang punggung orang tua yang lelah jadi mayat itu, memang ada rantai halus membelenggunya.

"Kenapa begitu? Bolehkah kalian memberitahukan padaku?" tanya Bee Kun Bu.

"Kakek kami ditangkap Lima Setan Swat Ling San, kemudian Ling Coa Hong Tok meracuni kakek, setelah itu mengurung kakek di balik air terjun untuk menjaga tempat ini." Bocah berbaju hijau memberitahukan. "Kakek kami pawang macan, tapi Lima Setan Swat Ling San khawatir kakek akan kabur, maka tulang punggung kakek dibelenggu dengan rantai besi. Sudah beberapa tahun kami ikut kakek tinggal di balik air terjun."

"Aakh.J" keluh Bee Kun Bu dan merasa menyesal sekali telah menggunakan jarum Toan Meng Cin untuk membunuh orang tua itu, ia tak menyangka bahwa orang tua itu bukan orang Swat Ling San. "Adik-adik, mari kita kubur mayat kakek kalian!"

"Kini kakek sudah tidak punya nyawa!" sahut bocah berbaju merah, "Mayat itu jangan diganggu, biarkan saja begitu!"

"Kenapa?" tanya Bee Kun Bu heran.

"Kakek pernah berpesan begitu pada kami," Bocah berbaju hijau memberitahukan.

"Kalau begitu. " Bee Kun Bu menarik nafas panjang,

"Baiklah! Oh ya, kenapa kakek kalian bisa ditangkap Lima Setan Swat Ling San?"

"Beberapa tahun lalu, kakek mengajak kami berdua ke gunung mencari rumput obat, tak disangka bertemu Lima Setan Swat Ling San, akhirnya mereka bertarung Padahal kakek tidak kalah melawan mereka, tapi kami berdua ditangkap duluan untuk dijadikan sandera, maka kakek terpaksa menyerah," tutur bocah berbaju hijau, "Setelah itu, Ling Coa Hong Tok meracuni dan mengurung kakek di balik air terjun, bahkan memasang rantai besi di punggungnya, agar kakek tidak bisa kabur."

"Aaakh. !" Bee Kun Bu menarik nafas panjang dan

bertambah menyesal, karena telah salah tangan membunuh orang tua itu dengan jarum Toan Meng Cin. "Kalian berdua harus ingat, aliran Swat Ling San adalah musuh kalian, Maka setelah kalian dewasa kelak, kalian harus menuntut balas!"

"Kakek sudah bilang, kalau kakek mati, kami berdua harus berusaha kabur dari tempat ini," ujar bocah berbaju hijau.

"Kakek kalian pernah bilang, bahwa kalian harus pergi mencari siapa?" tanya Bee Kun Bu sambil memandang mereka berdua.

"Kami akan pergi mencari paman," sahut bocah berbaju merah. "Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut, "Kalian tahu jalan keluar dari tempat ini?"

"Tahu." Bocah berbaju merah mengangguk "Setiap hari kami berdua berkeluyuran di gunung ini, maka tahu jalan keluar."

"Engkau bukan orang Swat Ling San, lebih baik aku beritahukan," sambung bocah berbaju hijau, "Kakek memang punya rencana untuk membalas dendam, maka kami disuruh belajar ginkang agar lebih leluasa berkeluyuran di gunung ini. Kami telah menemukan sebuah jalan di belakang gunung, Memang agak sulit melewati jalan itu, tapi aman sebab tiada penjaga di sana, Lagi pula orang-orang Swat Ling San pun tidak tahu jalan itu, maka gampang sekali kami kabur dari sini."

"Kalau begitu, apakah kalian tahu jalan yang menuju Siang Cing Koan?" tanya Bee Kun Bu mendadak, "Tahu." Bocah berbaju hijau mengangguk "Bagus." Bee Kun Bu girang. "Kalau begitu, maukah kalian menunjukkan jalan itu, agar aku dapat membalas dendam kakek kalian?"

Kedua bocah itu saling memandang, kemudian bocah berbaju merah mengarah pada mayat kakeknya, Ternyata mayat orang tua itu telah masuk sungai, dan mulai tengge!am.

"Kakek mulai tenggelam! Kakek mulai tenggelam!" teriak bocah berbaju merah.

Bee Kun Bu pun mengarah ke sana, mayat orang tua itu memang sudah mulai tenggelam, seketika juga Bee Kun Bu berlutut menghadap ke arah mayat orang tua itu.

"Aku Bee Kun Bu mohon maaf, karena tidak tahu hal yang sebenarnya, maka menggunakan jarum Toan Meng Cin melukai Cianpwee, sehingga membuat Cian-pwee menemui ajal." sementara mayat itu terus tenggelam, akhirnya tidak kelihatan lagi, Bee Kun Bu menarik nafas panjang, kemudian ujarnya kepada kedua bocah itu.

"Tempat ini amat bahaya, maka aku akan mengantar kalian turun gunung, Sebelum berhasil mempelajari ilmu silat tinggi, janganlah kalian ke mari!"

"Kami sudah tahu jalan ke luar itu, tidak perlu diantar," sahut bocah berbaju hijau, "Sebaliknya engkau tidak tahu jalan ke Siang Cing Koan, maka harus bagai-mana?"

"Walau tidak tahu jalan ke sana, aku tetap harus maju." Bee Kun Bu tersenyum.

"Ngo Cih Hong (Puncak Lima Jari) terdiri dari lima puncak, dan setiap puncak merupakan tempat yang amat bahaya, Kalau engkau maju terus ke depan, itu sangat membahayakan dirimu," ujar bocah berbaju hijau dan menambahkan "Tadi engkau kelihatan menyesal, itu membuktikan engkau adalah orang baik, Jadi lebih baik kita bekerja sama, kami berdua akan menunjukkan jalan rahasia yang menuju Siang Cing Koan, Cepal sampai bisa pula cepat membunuh Lima Setan Swat Ling San, maka kakek pun dapat tenang di alam baka."

"Baiklah." Bee Kun Bu mengangguk "Setelah itu, aku pun akan mengantar kalian turun gunung,"

"Kakek sudah berpesan, apabila dia mati, aku harus segera membawa adikku meninggalkan Swat Ling San. Aku tidak berani melanggar pesan itu, Aku akan menunjukkan jalan rahasia itu, lalu akan membawa adikku pergi," sahut bocah baju hijau, "Apakah engkau setuju?"

"Baiklah, aku setuju!" Bee Kun Bu mengangguk "Nah, sekarang engkau boleh menunjukkan jalan itu, aku ikut di belakang kalian."

"Tadi suara terompet bergema sampai ke Siang Cing Koan, maka setiap tempat pasti dijaga ketat," ujar bocah berbaju hijau, "Jalan rahasia itu memang tiada seorang pun tahu, tapi kita tetap harus waspada." itu. "BetuI." Bee Kun Bu kagum sekali akan ketelitian bocah

"Jalan rahasia itu berada di salah sebuah gua di balik air terjun Kita harus melalui gua itu, Tapi gua itu sangat gelap, engkau harus hati-hati." Bocah berbaju hijau memberitahukan

Setelah itu, ia dan adiknya segera melesat ke arah air terjun itu, dan Bee Kun Bu segera melesat mengikuti kedua bocah itu. Tiba-tiba Bee Kun Bu melihat sebuah gua. Kedua bocah itu melesat ke dalamnya, kemudian Bee Kun Bu mengikuti mereka.

Di dalam gua gelap gulita, Bee Kun Bu langsung menghimpun Lweekangnya untuk menjaga segala kemungkinan

"Meskipun tempat ini amat gelap, kami tidak pernah menyalakan lampu, itu agar tidak terlihat orang, Coba perhatikan ke depan, itu adalah tempat duduk kami," ujar bocah berbaju hijau memberitahukan Bee Kun Bu melihat ke depan, memang tampak beberapa buah batu tempat duduk.

"Dapatkah engkau melihat keanehan gua ini?" tanya bocah berbaju merah mendadak sambil tersenyum

Bee Kun Bu segera memperhatikan gua tersebut, namun ia sama sekali tidak melihat keanehan apa pun.

Tidak ada jalan keluar kan?" Bocah baju merah tertawa. "Kalian mengajakku ke mari, maka aku yakin di dalam gua

ini terdapat jalan rahasia, Ya, kan?" Bee Kun Bu tersenyum

"Betul Di dalam gua ini memang ada jalan rahasia," sahut bocah berbaju merah, "Namun Lima Setan Swat Ling San sama sekali tidak tahu, kalau kami berdua yang membuat jalan rahasia itu."

"Oh?" Bee Kun Bu terbelalak Kedua bocah itu mendekati salah sebuah batu, lalu menggeserkannya, Ternyata di bawah batu itu terdapat sebuah lubang.

"Lubang ini merupakan mulut terowongan di bawah tanah, panjang terowongan sekitar tiga mil, tapi banyak tanah becek di sana, maka engkau harus mengikuti langkah kami," ujar bocah baju hijau.

Bee Kun Bu semakin kagum pada kedua bocah itu. Usia mereka masih begitu kecil, tapi justru memiliki daya pikir yang begitu panjang.

"Ayolah! Mari kita meloncat ke dalam!" ajak bocah berbaju merah dan langsung meloncat ke dalam lubang itu, Bocah berbaju hijau lalu menyusul, begitu juga Bee Kun Bu.

Sungguh di luar dugaan, ia merasa menginjak tanah keras. sedangkan bocah berbaju hijau segera menekan sebuah tombol, dan seketika lubang itu tertutup kembali.

Dapat dibayangkan, betapa gelapnya terowongan itu. "Jalan di terowongan ini banyak turun naiknya, maka

engkau harus berhati-hati!" pesan bocah berbaju merah.

"Kalian boleh segera melangkah, aku pasti mengikuti langkah kalian," sahut Bee Kun Bu sambil tersenyum

Kedua bocah itu mengangguk lalu mulai melangkah ke kiri, ke kanan dan ke depan, Bee Kun Bu terus mengikuti langkah mereka.

"Aku sama sekali tidak kenal ke dua bocah itu. Walau mereka berdua sangat mendendam pada Lima Setan Swat Ling San, tapi yang membunuh kakek mereka adalah aku. Kalau mereka menjebak aku di terowongan ini, bukankah aku akan menjadi repot sekali?" ujar Bee Kun Bu dalam hati, "Oleh karena itu, aku pun harus waspada."

Kedua bocah itu terus melangkah semakin cepat, Bee Kun Bu terus mengikuti mereka dengan berhati-hati. Berselang beberapa saat kemudian, kedua bocah itu berhenti, Bee Kun Bu pun mengikuti berhenti dan tereengang

"Kenapa berhenti di sini?" Tanyanya.

"Tidak lama lagi kita akan keluar dari terowongan ini, berarti kita sudah sampai di puncak ke dua dan terdapat dua jalan pula," jawab bocah berbaju hijau memberitahukan "Yang satu adalah jalan rahasia yang akan menembus ke belakang Siang Cing Koan, jalan yang lain harus melalui sisi puncak, tapi bisa secara diam-diam menuju Siang Cing Koan, Nah, engkau mau pilih jalan yang mana?"

"Bagaimana selisih waktu di antara kedua jalan itu?" tanya Bee Kun Bu.

"Kalau melalui jalan rahasia, itu akan memakan waktu sehari semalam," jawab bocah baju hijau, "Kalau melalui sisi puncak, mungkin akan terhalang oleh salju, maka menurutku lebih baik engkau menempuh jalan rahasia saja."

"Baiklah. Aku akan menempuh jalan rahasia itu. Kalian boleh menunjukkan jalan rahasia itu, aku akan mengikuti kalian dari belakang," sahut Bee Kun Bu.

"Maaf!" ucap bocah berbaju hijau, "Sebelum kakek mati, dia sudah berpesan pada kami, jangan ke puncak ke tiga kalau kepandaian kami masih rendah, Oleh karena itu, kami tidak bisa menemanimu lagi."

"Lalu bagaimana dengan kalian?" tanya Bee Kun Bu. "Kini kakek kalian telah mati, kalau kalian tidak ikut aku ke atas, kalian mau ke mana?"

"Aku akan pergi mencari paman, itu amanat kakek sebelum mati," jawab bocah berbaju hijau dengan mata basah, "Kami sudah tahu jalan untuk meninggalkan Swat Ling San ini, engkau tidak usah mengkhawatirkan kami!"

"Yaah!" Bee Kun Bu menarik nafas panjang, "Aku pun sangat menyesal Karena mengira kakek kalian itu orang Swat Ling San , maka aku menggunakan senjata membunuhnya: Harap kalian berdua jangan menaruh dendam padaku!"

"Engkau telah membunuh kakek dengan senjata rahasia, kelihatannya kita sudah punya dendam berdarah, sesungguhnya kakek sudah punya rencana, dan memberitahukan pada kami berdua, bahwa dia sangat mendendam pada Lima Setan Swat Ling San. Akan tetapi kakek malah harus menjaga tempat itu agar tidak di-masuki orang lain, Kalau orang yang berkepandaian rendah, kakek pasti mengusirnya."

"Kenapa begitu?" tanya Bee Kun Bu. "Kakek kalian mendendam pada Lima Setan Swat Ling San tapi kenapa mau membantu mereka mengusir orang yang ingin memasuki tempat itu?"

"Kakek bilang, kalau ada orang datang, tentunya ingin membunuh Lima Setan Swat Ling San. Tapi kalau yang datang itu tidak mampu memecahkan barisan ma-can, bagaimana mungkin melawan Lima Setan Swat Ling San itu? Lalu untuk apa harus mengantar nyawa ke Siang Cing Koan? Bukankah lebih baik pergi? ketika terkena senjata rahasia itu, kakek pun berpesan pada kami untuk menanyakan perguruanmu dan melarang kami memusuhimu, Namun. "

Bocah berbaju hijau mulai terisak, "Kakek kami mati secara mengenaskan, maka kami berdua sangat sedih sehingga menyerangmu dengan panah, kemudian menyerang lagi dengan pedang. Kami telah melanggar pesan kakek, harap engkau sudi memaafkan kami kakak beradik!"

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut

"Aku tahu engkau bernama Bee Kun Bu, tapi belum tahu dari perguruan mana," ujar bocah berbaju hijau, "Bolehkah engkau memberitahukan pada kami?"

"Aku murid partai Kun Lun." Bee Kun Bu memberitahukan sambil tersenyum, "Hian Ceng Totiang adalah guruku, aku datang dari Tionggoan." "Pantas engkau berkepandaian tinggi, ternyata berasal dari partai terkemuka di Tionggoan!" ujar bocah berbaju hijau terbelalak

"Adik-adik kecil!" Bee Kun Bu tersenyum lagi, "Bolehkah aku tahu nama kalian dan nama kakek kalian itu?"

"Nama kami adalah Cui Cing Hiong dan Cui Cing Bun," jawab bocah berbaju hijau memberitahukan "Kakek bernama Cui It Peng, julukannya adalah Ju Houw Koai Siu (Kakek Aneh Penakluk Harimau)."

"Kalian berdua masih kecil, bagaimana mungkin dapat menemukan paman kalian? Lebih baik ikut aku ke Siang Cing Koan, Setelah aku meratakan tempat itu, aku akan mengantar kalian pergi mencari paman kalian itu," usul Bee Kun Bu.

"Maafl" ucap Cui Cing Hiong, "Kami kakak beradik tidak berani melanggar amanat kakek, kita berpisah di sini, Kalau punya jodoh, kelak kita pasti berjumpa kembali

"Jalan rahasia yang menuju belakang Siang Cing Koan itu, apakah kalian yang membuatnya? Selain katian, siapa yang tahu jalan rahasia tersebut?" tanya Bee Kun Bu.

"Jalan rahasia itu memang sudah ada," jawab Cui Cing Hiong dan menambahkan "Tapi kami berdua yang memperbaikinya, Kami yakin tidak ada orang lain yang tahu jalan rahasia itu."

"Kalau begitu, kita terpaksa berpisah di sini, mudah- mudahan kita akan berjumpa kelak!" ucap Bee Kun Bu.

"Sebelum kakek menghembuskan nafas penghabisan dia pun menyuruh kami memberitahukan padamu," ujar Cui Cing Hiong. "Katanya, Lima Setan Swat Ling San sangat licik dan banyak akal busuk, maka engkau harus berhati-hati menuju ke Siang Cing Koan,"

Terimakasih!" ucap Bee Kun Bu terharu, "Lima Setan Swat Ling San amat jahat, mereka berlima pasti akan mendapat ganjarannya! Aku akan segera ke sana, kalian berdua boleh pergi sekarang."

"Mari kita naik ke atas dulu!" ajak Cui Cing Hiong.

ia dan adiknya langsung naik ke atas, Bee Kun Bu pun menyusul Ternyata mereka berada di dalam rimba. Bee Kun Bu menengok ke sana ke mari, kemudian matanya melihat sebuah jalan setapak.

"Jalan setapak itu menuju ke belakang Siang Cing Koan?" tanya Bee Kun Bu.

"Bukan." Cui Cing Hiong menggelengkan kepala, "ltu adalah jalan yang akan melalui sisi puncak. Sedangkan jalan rahasia yang menuju belakang Siang Cing Koan berada di dalam gua."

"Di mana gua itu?" tanya Bee Kun Bu cepat.

"Tuh!" Cui Cing Hiong menunjuk sebuah batu besar, "Gcser batu itu, dibalik batu itu terdapat sebuah gua."

"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut Terima-kasih!" "Kalau begitu, kami harus segera meninggalkan tempat ini,

sampai jumpa!" ucap Cui Cing Hiong, lalu mengajak adiknya meninggalkan tempat itu.

Setelah mereka berdua pergi jauh, barulah Bee Kun Bu mendekati batu besar itu. ia menggeserkan batu tersebut, tampaklah sebuah gua di balik batu itu.

Bee Kun Bu memasuki gua itu, kemudian menutupnya kembali dengan batu tersebut, Gelap sekali di dalam gua itu tapi Bee Kun Bu tidak melihat dengan jelas, ia tidak bergerak maju, melainkan berdiri di situ sambil memperhatikan lorong gua itu.

Setelah itu, ia menghunus pedangnya, barulah melangkah ke dalam dengan hati-hati sekali, sebab ia sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan di gua itu.

***** Bab ke 18 - Pertarungan di Siang Cin Koan

Bee Kun Bu terus melangkah dengan hati-hati di dalam lorong itu. ia berlega hati karena tidak mengalami suatu kejadian apa pun. Entah berapa lama kemudian, ia sudah berada di ujung lorong, tapi tiada jalan menuju luar.

Bee Kun Bu merasa heran, ia menengok ke sana ke mari, tetapi tidak melihat adanya jalan keluar itu membuatnya kebingungan Tidak mungkin kedua bocah itu membohonginya, namun berada di mana jalan ke luar itu?"

sementara Bee Kun Bu berdiri sambil berpikir, tiba-tiba tampak sedikit cahaya menyorot ke dalam, tapi cepat sekali sudah hilang. Walau begitu, Bee Kun Bu sudah tahu cahaya itu berasal dari langit-langit lorong.

Segeralah ia meloncat ke atas sebuah batu, lalu tangannya meraba-raba langit-Iangit lorong tersebut seketika wajahnya berseri, ternyata tempat yang dirabanya itu bisa bergerak dan akhirnya terbuka sedikit

Bee Kun Bu melongok ke luar dan terbelalak, karena melihat sebuah halaman yang penuh ditumbuhi berbagai jenis bunga. Menyaksikan itu, hatinya merasa girang, Tiba-tiba ia pun bersiap-siap, ternyata melihat beberapa orang membawa lentera. Kelihatannya mereka itu pe-ronda, sedangkan cahaya yang dilihat Bee Kun Bu di dalam lorong tadi adalah cahaya lentera tersebut

Setelah para peronda itu pergi, Bee Kun Bu menggeserkan batu yang di atas itu, lalu melompat ke luar sekaligus bersembunyi Batu yang digesernya itu adalah semacam batu hiasan di taman itu. Tak lupa Bee Kun Bu menggeserkan kembali, setelah itu barulah berendap-endap mendekati bangunan yang ada di situ.

Mendadak ia melihat dua sosok bayangan, maka cepat- cepatlah bersembunyi di tempat yang gelap, Siapa ke dua orang itu, tidak lain adalah Ling Coa ilmu Tok-Oey Hue dan Kui Tok Ciu-Liu Bwce, yang sedang berjalan sambil bereakap- cakap, Namun kemudian, tampak lagi sosok bayangan melewati kedua orang itu, bahkan memperdengarkan suara keluhan, ternyata Ciak Bin , Sat Sin.

"kepandaian Ji Suheng semakin maju," ujar Ling Coa Hong Tok. "Ginkangnya sungguh mengejutkan!"

Kiu Tok Ciu tertawa dingin, lalu sahutnya dengan suara nyaring.

"Dugaan adik telah salah, Ji Suheng terkena senjata rahasia, maka dia harus cepat ke Siang Cing Koan menemui Toa Suheng, agar segera diobati."

"Pantas dia sama sekali tidak meladeni kita!" ujar Ling Coa Hong Tok. "Oh ya! Kok engkau tahu badannya terkena senjata rahasia? Lagi pula siapa yang menggunakan senjata rahasia melukainya?"

"Siapa yang menggunakan senjata rahasia melukainya, aku pun tidak tahu, mungkin salah seorang dari tiga orang yang kita jumpai itu," jawab Kiu Tok Ciu dan melanjutkan "Tadi ketika melewati kita, dia mengeluarkan suara keluhan, lagi pula tangan kirinya memegang erat-erat lengan kanannya, itu pertanda lengan kanannya terkena senjata rahasia."

"Dua lelaki dan satu wanita yang kujumpai itu, salah satu lelakinya telah kita pukul ke dalam jurang, Meskipun dia berkepandaian tinggi, tidak akan selamat sedangkan lelaki dan wanita itu, jelas sudah memasuki puncak Lima Jari, mungin mereka masih terkurung di dalam formasi Lima Unsur, Tapi... kenapa Ji Suheng berlari begitu kencang seperti dikejar selan?"

"Walau Bee Kun Bu telah kita pukul ke dalam jurang, namun lelaki dan wanita itu juga berkepandaian tinggi," ujar Kiu Tok Ciu memberitahukan. "Engkau harus tahu, bahwa wanita itu yang mengalahkan Souw Peng Hai, namanya Pek Yun Hui. jangankan berdua, mungkin Toa Suheng masih tidak mampu mengalahkannya, Nah, alangkah baiknya kalau kita pergi menemui Toa Suheng untuk melaporkan itu."

Kiu Tok Ciu segera mengerahkan ginkangnya, Ling Coa Hong Tok pun mengerahkan ginkangnya untuk mengikuti Kiu Tok Ciu.

sedangkan Bee Kun Bu girang bukan main, karena secara tidak langsung ia telah tahu keadaan Pek Yun Hui dan Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw, Terlintas pula suatu pikiran, yakni mengikuti kedua orang itu.

Bee Kun Bu segera mengerahkan ginkangnya menguntit kedua orang itu, dan sekaligus memperhatikan tempat sekitarnya.

Sementara Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok terus melesat ke depan, sama sekali tidak bereuriga ada orang menguntit mereka.

Betapa girangnya Bee Kun Bu, tapi juga tidak habis berpikir, tempat mereka muncul tadi merupakan tempat apa? ia sama sekali tidak mengetahuinya. sesungguhnya itu adalah pos terakhir jadi setiap orang yang ingin ke Siang Cing Koan, harus melalui pos tersebut yang merupakan sebuah bangunan, Cvii Cing Hiong dan Cui Cing Bun, kedua bocah tersebut mengira bahwa bangunan itu adalah Siang Cing Koan, maka memberitahukan pada Bee Kun Bu, bahwa lorong rahasia itu akan menembus ke belakang Siang Cing Koan.

Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di sebuah tebing yang sangat tinggi menjulang seakan menyambung dengan langit Di sisi tebing itu terdapat jurang yang sangat dalam, bahkan jalan yang menuju ke tebing itu pun sangat berbahaya, itu adalah Moh Siang Ngai (Tebing Memandang Kampung Hala-man), Siang Cing Koan berada di situ.

Tampak sebuah bangunan yang amat besar berdiri tegar di tebing itu, yakni bangunan Siang Cing Koan yang megah. sementara Ciak Bin Sat Sin terus berlari menuju ke bangunan itu, Saat ini pintu Siang Cing Koan terbuka lebar, maka ia langsung menerobos ke da!am. Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Ciu terlambat Setelah Ciak Bin Sat Sin menerobos ke dalam, barulah giliran Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Ciu.

Bee Kun Bu yang terus menguntit itu sudah tahu, bahwa bangunan itu adalah Siang Cing Koan, markas Lima Setan Swat Ling San. Karena tidak tahu jelas bagaimana keadaan di dalammu maka ia tidak berani bertindak ceroboh ikut menerobos ke dalam, melainkan bersembunyi di balik sebuah batu.

Ketika Bee Kun Bu bersembunyi dari dalam bangunan itu terdengar suara lonceng yang amat nyaring, berkumandang sampai puluhan mil jauhnya.

Bee Kun Bu mengira, bahwa bunyi lonceng itu sebagai tanda pemanggilan kepada para murid Swat Ling San untuk berlatih ilmu silat Namun setelah didengarkan dengan seksama, suara lonceng itu agak kacau, Mungkin telah terjadi sesuatu di dalam Siang Cing Koan itu.

Selama menguntit Ling Coa Hong Tok dan Kiu Tok Ciu, Bee Kun Bu sama sekali tidak melihat orang lain, tapi kenapa... mungkinkah Pek Yun Hui telah sampai duluan ke dalam Siang Cing Koan? Tanya Bee Kun Bu dalam hati.

Tiha-tiba ia melihat puluhan sosok bayangan berkelebat menuju ke Siang Cing Koan, Ketika melihat bayangan- bayangan itu, ia pun berpikir, bagaimana cara menyelinap ke dalam Siang Cing Koan, karena ia ingin tahu apa yang telah terjadi di dalamnya.

Tampak beberapa sosok bayangan melewati Bee Kun Bu menerobos ke dalam Siang Cing Koan, sedangkan yang lilin masih belum menyusui Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Bee Kun Bu. ia segera mengerahkan ginkangnya mengikuti mereka menuju pintu masuk bangunan itu.

Begitu sampai di dalam, hati Bee Kun Bu pun tersentak, ternyata di dalam terdapat suatu disiplin, yakni setiap orang berdiri ditempat yang sesuai dengan kedudukan masing- masing.

Keempat orang yang baru masuk itu, segera menuju ke tempat sebelah Timur, lalu berdiri diam di tempat

Kini Bee Kun Bu jadi serba salah, ia tidak tahu harus berdiri di mana, sebab kalau mundur pasti ketahuan, lagi pula telah masuk empat orang di belakangnya, posisinya memang dalam bahaya, tapi ia bernyali besar dan dapat berlaku tenang di saat demikian Kemudian secepat kilat ia melesat ke belakang kursi yang berkulit macan.

Begitu melesat ke tempat itu untuk bersembunyi, empat orang yang di belakangnya juga lelah masuk ke dalam, mereka menuju ke tempat sebelah Barat, lalu berdiri diam di situ.

Tempat persembunyian Bee Kun Bu memang stra-tegis, bisa melihat jelas seluruh ruangan itu, Tak seberapa lama kemudian, masuk lagi belasan orang, Bee Kun Bu pun menghitung, jumlah orang yang berada di dalam ruang tersebut sekitar empat puluhan dan masing-masing membawa senjata.

Berselang beberapa saat, tampak seorang anak berbaju hijau berjalan ke luar dari dalam ruangan, menuju sebuah meja yang terdapat sebuah lonceng kecil di atas-nya.

Kemudian anak lelaki itu mengambil sebuah alat, lalu memukul lonceng itu tiga kali, dan terdengarlah suara lonceng yang amat nyaring, Sebelum suara lonceng itu hilang, di belakang ruangan itu muncul enam orang.

Orang yang berjalan duluan itu tampak serius, namun Bee Kun Bu tidak mengenal inya, sedangkan lima orang lainnya adalah Souw Peng Hai, Ciak Bin Sat Sin-Sang Yang, Tan Cun Goan, Kiu Tok Ciu-Liu Bwee dan Ling Coa Hong Tok-Oey Hue. Keenam orang itu duduk di kursi masing-masing yang telah tersedia di ruang Siang Cing Koan. Lengan kanan Ciak Bin Sat Sin-Sang Yang telah dibalut, akan tetapi, orang yang pertama itu mendadak bangkit berdiri lalu memandangnya.

"Adik ke dua, bagaimana luka di lenganmu? Biar kuperiksa lukamu itu!" ujar orang itu.

Ciak Bin Sat Sin tampak menghormat sekali pada orang itu. ia langsung bangkit berdiri, lalu membuka balutan dan memperlihatkan luka itu.

Orang itu memperhatikan luka di lengan Ciak Bin Sat Sin, lalu tertawa dingin

"Melihat luka di lenganmu, dapat diketahui bahwa senjata rahasia itu mirip jarum Pho Yong Cin, tapi justru bukan jarum tersebut," ujar orang itu sambil mengernyitkan kening, "Untung jarum itu cuma melukai kulit luar, kalau masuk ke dalam, sulitlah untuk mengeIuar-kannya, Yang jelas jarum itu tidak mengandung racun, hanya jalan darah di lenganmu itu tertotok sedikit, sehingga lenganmu tidak bisa digerakkan Aku akan membantumu dengan Lweekang, agar lenganmu bisa digerakkan seperti semuIa."

Orang itu langsung menggenggam lengan Ciak Bin Sat Sin, kemudian mengerahkan Lweekangnya untuk menembus ke jalan darah yang tertotok itu. Tak seberapa lama, ubun- ubun orang itu tampak mengeluarkan semacam kabut.

Bee Kun Bu terkejut ia yakin bahwa orang itu memiliki Lwekang yang amat tinggi, Saat ini Bee Kun Bu sudah tidak bersembunyi di balik kursi lagi. Ternyata ketika anak lelaki tadi memukul lonceng, ia pun mengerahkan ginkangnya melesat ke atas, dan sekaligus bersembunyi di balik sebuah tiang yang melintang di atas sana, seandainya ia tidak bergerak cepat, tentunya ke-enam orang itu akan tahu keberadaannya di situ.

sementara Bee Kun Bu terus memperhatikan orang itu. Orang itu berusia enam puluhan, memakai jubah hitam, dan wajah kekuning-kuningan, Mendadak Bee Kun Bu teringat sesuatu dan membatin

Orang itu pasti Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, tapi kenapa wajahnya kekuning-kuningan?"

Tidak sa!ah, orang tersebut memang Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, tetapi kenapa wajahnya kekuning-kuningan? Apakah terpengaruh oleh ilmu silat yang dipelajarinya.

Berselang beberapa saat, Ciak Bin Sat Sin menarik nafas ringan, sedangkan Lam Thian It Sat pun melepaskan tangannya.

"Terimakasih, Toa Suheng!" ucap Ciak Bin Sat Sin, Tangannya yang terluka itu sudah bisa bergerak.

Lam Thian It Sat diam saja, ia kembali duduk kemudian menyebarkan pandangannya dengan sorotan tajam

"Bee Kun Bu!" ujar Lam Thian It Sat dingin, "Engkau seorang pendekar sejati, tetapi kenapa harus bersem-bunyi? cepatlah turun!"

Puluhan pasang mata langsung mengarah ke atas, melihat Bee Kun Bu bersembunyi di atas tiang yang melintang itu.

Namun tiada seorang pun berani me-nyerangnya, karena tiada perintah dari ketua aliran Swat Ling San.

Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, karena sama sekali tidak menyangka kalau Lam Thian It Sat akan tahu dirinya bersembunyi di situ, ia lalu tertawa panjang sambil meloncat turun.

"llmu silat Swat Ling San memang hebat, sungguh membuatku kagum sekali!" ujar Bee Kun Bu.

"Pihak kami tidak bermusuhan dengan partai Kun Lun, kenapa engkau ke mari melukai Ji Suteeku dan memecahkan formasi Lima Unsur? Apa maksudmu?" tanya Lam Thian It Sat dingin. "Partai Thian Liong telah bubar, kalau isteri Souw Peng Hai tidak bermohon pengampunan Souw Peng Hai pasti sudah mati ditanganku! Dia menyatakan mau bertobat dan ikut isterinya ke Kuil Yang Sim Am! Tidak tahunya malah punya rencana untuk menimbulkan bencana di rimba persilatan lagi, bahkan minta bantuan pada beberapa aliran yang ada di luar perbatasan dan di seberang laut! Aku tiada permusuhan dengan aliran Swat Ling San, jadi ke mari cuma karena Souw Peng Hai! Harap ketua maklum dan bersedia menyerahkan Souw Peng Hai padaku, aku pasti berterima kasih sekali!"

Lam Thian It Sat tertawa gelak, lalu menatap Bee Kun Bu dalam-dalam seraya berkata.

"Souw Peng Hai punya hubungan erat denganku, dia sangat mendendam sehingga berkunjung ke mari menemuiku! Bagaimana mungkin aku menyerahkannya padamu? Lagi pula kami berprinsip, orang tidak gangguku, aku pun tidak ganggu orang! Namun engkau memasuki Swat Ling San, bahkan telah melukai beberapa orangku! Kini engkau harus bagaimana mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu?"

Mendengar itu, Bee Kun Bu sudah tahu bahwa Lam Thian It Sat membela Souw Peng Hai, maka jelas pertarungannya tak akan terhindar lagi. Oleh karena itu, ia tertawa seraya berkata.

"Apa yang harus kupertanggungjawabkan? Aku ke mari secara baik-baik, tapi disambut dengan cara tidak karuan, bahkan hendak membunuhku! itu bagaimana pertanggungjawabanmu?"

"Bocah!" bentak Lam Thian It Sat mengguntur, "Berapa tinggi kepandaianmu sehingga engkau berani bertingkah di Siang Cing Koan? Hari ini engkau mengantarkan diri, maka kalau hari ini aku tidak mencincang-mu, mungkin engkau akan merasa tidak puas!"

Wajah Lam Thian It Sat bertambah kuning, pertanda kegusarannya telah memuncak Maka Bee Kun Bu pun bersiap-siap, akan tetapi, Lam Thian It Sat masih tetap duduk, hanya mengibaskan memberi isyarat pada tiga puluh enam orang yang berkumpul di tempat itu

Seketika juga tiga puluh enam orang itu maju mengurung Bee Kun Bu. tentunya Bee Kun Bu tahu akan maksud Lam Thian It Sat yang ingin mencoba kepandaiannya dengan semacam formasi

"Hm!" dengus Bee Kun Bu dalam hati. "Aku telah memecahkan formasi Lima Unsur dan barisan macan! Kini aku pun harus berhati-hati, dan harus pula menghancurkan formasi yang ada di sini!"

Bee Kun Bu menghunus pedangnya, kemudian mengambil segenggam jarum Toan Meng Cin.

Lam Thian It Sat terus menatap Bee Kun Bu, kemudian memberi aba-aba pada tiga puluh enam orang itu. Seketika juga tiga puluh enam orang itu membentuk formasi Lima Unsur, dan sekaligus menyerang Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu sudah cukup berpengalaman menghadapi formasi tersebut, maka ia tampak tenang sekali, dan langsung menggerakkan pedangnya mengeluarkan ilmu pedang andalannya untuk balas menyerang orang-orang itu.

Beberapa jurus kemudian, Bee Kun Bu sudah tahu, bahwa formasi Lima Unsur ini berbeda dengan formasi Lima Unsur yang pernah dihadapinya, jauh lebih hebat dan banyak variasinya.

"Selain tiga puluh enam orang ini, masih ada enam orang yang amat sulit dihadapi. Kalau aku tidak segera menghancurkan formasi ini, aku pasti celaka!" ujar Bee Kun Bu dalam hati.

sementara tiga puluh orang itu terus bergerak, maju mundur dan lain sebagai nya. sedangkan Bee Kun Bu berdiri diam di tempat sambil menengok ke sana ke mari, Tiba-tiba ia melihat beberapa pilar di situ, sekelebatan timbullah suatu ide dalam hatinya. Bee Kun Bu segera memutar-mutarkan pedangnya, kemudian mendadak menyerang mereka, Tapi secara diam- diam ia pun melancarkan pukulan tangan kosong ke salah sebuah pilar

Braaak! Pilar itu hancur membuat ruangan Siang Cing Koan itu tergetar

Tiga puluh enam orang itu tampak tertegun, karena tidak menyangka kalau Bee Kun Bu akan menghancurkan pilar itu.

Bee Kun Bu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung menyerang melukai empat orang. Kini cuma tinggal tiga puluh dua orang, maka formasi itu pun mulai kacau balau.

Tampak sinar pedang berkelebatan, dan korban pun berjatuhan Pada waktu bersamaan, terdengarlah suara bentakan keras, seketika juga orang-orang yang menyerang Bee Kun Bu pun berhenti, kemudian mereka me-mapah yang terluka lalu ditaruh di tengah pintu.

"Formasi Lima Unsur itu cuma begitu saja!" ujar Bee Kun Bu dingin "Namun berani berniat ingin menguasai rimba persilatan Tionggoan! Sungguh tak tahu diri! Hari ini aku memang cuma datang seorang diri, namun kelak kalau kaum pesilat rimba persilatan Tionggoan bergabung menyerbu ke mari, bukankah Siang Cing Koan akan musnah? Nah, menurut aku, lebih baik sekarang saja serahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong padaku! Aku pun akan memberitahukan pada kaum Bu Lim di Tionggoan agar tidak menyerbu ke mari!"

Lam Thian It Sat diam saja, ia memang licik tapi sangat kagum akan kepandaian Bee Kun Bu, sementara yang paling tidak tenang adalah Souw Peng Hai.

"Bee Kun Bu ke mari karena diriku dan Co Hiong, maka kalau aku diam tentunya tidak akan enak terhadap pihak Swat Ling San. Saat ini Bee Kun Bu cuma seorang diri, lebih baik aku turun tangan duluan!" ujarnya dalam hati.

Setelah membatin, Souw Peng Hai pun bangkit berdiri sambil menatap Bee Kun Bu tajam "Bee Kun Bu! Kau jangan banyak bertingkah di sini! Biar aku bertarung beberapa jurus denganmu!" bentaknya lalu menghampiri Bee Kun Bu.

Ketika melihat Souw Peng Hai tampil, Bee Kun Bu pun langsung tertawa dingin

"Souw Peng Hai!" bentaknya, "Di Toan Hun Ya, kalau bukan isterimu bermohon pengampunan untukmu, engkau pasti sudah mati! Aku kira engkau mau bertobat, tidak tahunya malah bergabung dengan para setan iblis luar perbatasan dan seberang laut untuk menimbulkan bencana di rimba persilatan Tionggoan! Oleh karena itu, hari ini aku harus menangkapmu dan Co Hiong!"

"Ha ha ha!" Souw Peng Hai tertawa keras, "Hei! Murid Kun Lun, berapa tinggi kepandaianmu sehingga berani omong besar di sini? Hari ini kalau aku tidak membunuhmu, rasanya hatiku tidak akan puas!"

Usai berkata begitu, ia pun langsung menyerang Bee Kun Bu dengan ilmu Kan Goan Cih. Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu, sebab Souw Peng Hai menyerang dalam keadaan gusar

Bee Kun Bu tidak mau menyambut serangan itu, dan cepat-cepat mengerahkan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu (Langkah Ajaib) untuk menghindarinya.

Oleh karena itu, serangan tersebut jadi mengarah kepada belasan orang yang berdiri di belakang Bee Kun Bu.

Belasan orang itu tidak tahu kelihayan Kan Goan Cih. Ketika angin pukulan itu sudah mendekat, barulah mereka serentak kaget dan segera menangkis.

"Aaakh!" Terdengar suara jeritan, ternyata belasan orang itu telah terluka oleh Kan Goan Cih.

Betapa gusarnya Souw Peng Hai, ia tidak menyangka Bee Kun Bu dapat menghindar sehingga melukai orang-orang Swat Ling San. Setelah itu, Souw Peng Hai mulai menyerang Bee Kun Bu lagi dengan ilmu Kan Goan Cih, tapi kati ini ia sangat berhati-hati, agar tidak melukai orang lain.

Bee Kun Bu tetap menggunakan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar agar membuat Souw Peng Hai penasaran sekali.

"Aku sebagai tamu di sini, kalau aku tidak dapat merobohkan Bee Kun Bu, tentunya Lam Thian It Sat akan memandang rendah diriku, bahkan mungkin juga tidak jadi bekerja sama denganku, maka aku harus segera merobohkannya," ujar Souw Peng Hai dalam hati sambil menyerang Bee Kun Bu.

Setelah mengambil keputusan ini, Souw Peng Hai menyalurkan Lweekangnya ke jari tangannya, ia ingin menyerang Bee Kun Budari tigajurusan, agar tidak dapat menghindar lagi.

Bee Kun Bu sudah siap, maka ketika Souw Peng Hai menyerangnya, langkah ajaibnya pun bergerak.

Souw Peng Hai terkejut, karena tidak menyangka kalau Bee Kun Bu akan bergerak begitu cepat Ketika melihat Bee Kun Bu sudah berdiri, giranglah hatinya dan memekik keras sambil menyerang dengan ilmu Kan Ooan cih.

Akan tetapi, kali ini Bee Kun Bu tidak menggunakan Ngo Heng Mie Cong Pu untuk menghindar melainkan menyambut serangan itu dengan jari tangannya, Ternyata Bee Kun Bu menggunakan Tan Cih Sin Kang (llmu Telunjuk Sakti).

Souw Peng Hai sama sekali tidak tahu bahwa Bee Kun Bu memiliki ilmu tersebut, maka membuat hatinya tersentak Sungguh di luar dugaan Souw Peng Hai, ilmu Telunjuk Sakti itu mampu membuyarkan tenaga Kan Goan Cih, bahkan langsung menyerangnya.

Betapa terkejutnya Souw Peng Hai, dan tanpa banyak pikir lagi ia langsung meloncat mundur Bee Kun Bu tidak mengejarnya, cuma tersenyum hambar sambil menatapnya, lalu berkata.

"Belum lama ini aku bertemu dengan isterimu dan Nona Souw Hui Hong. Mereka berdua bermohon padaku agar tidak membunuhmu! Aku masih memandang muka isterimu dan Nona Souw Hui Hong, Padahal kalau aku ingin melukaimu saat ini, tentunya gampang sekali! Tapi mengingat usiamu sudah mulai lanjut maka aku pun tidak mau melukaimu Namun engkau harus segera kembali ke Kuil Yang Sim Am untuk bertobat!"

Akan tetapi, mendadak melayang sosok bayangan, tampak seseorang sudah berdiri di hadapan Bee Kun Bu. Orang itu tidak lain adalah Lam Thian It Sat-Kwa Ih Kang, ia tersenyum- senyum seraya berkata lantang.

"Tidak sampai satu jam, engkau sudah memperlihatkan ilmu pedang, pukulan dan telunjuk, bahkan melukai orang- orangku! Engkau memang berkepandaian tinggi, sungguh membuatku kagum sekali! Selama ini aku cuma berada di Swat Ling San, jarang bertemu orang berkepandaian tinggi!

Sungguh tak disangka, hari ini justru muncul engkau yang berkepandaian tinggi, itu membuat tanganku jadi gatal! Kalau engkau dapat mengalahkanku, segalanya aku akan menurut padamu! sebaliknya kalau engkau kalah, aku pasti membawamu ke gunung Kun Lun menemui Hian Ceng Totiang untuk minta pertanggungjawabannya!"

"Partai Kun Lun dan aliran Swat Ling San tiada permusuhan apa pun! Aku ke mari cuma ingin menangkap Souw Peng Hai dan Co Hiong berdua!" sahut Bee Kun Bu sambil tersenyum. "Asal engkau tidak turut campur, aku akan segera membawa mereka pergi!"

"Ha ha ha!" Lam Thian It Sat tertawa ge!ak. "Engkau memasuki Swat Ling San dan melukai orang-orangku, itu membuktikan engkau sama sekali tidak memandang sebelah mata pada pihak Swat LingSan! Apakah aku harus menyudahi begitu saja?" "Bagaimana baiknya menurutmu?" tanya Bee Kun Bu. ia tahu bahwa pertarungan tak akan terhindar lagi.

"Hari ini, kalau engkau tidak menyerahkan nyawamu, jangan harap bisa lolos dari tempat ini!" bentak Lam Thian It Sat melotot

"Kalau begitu, silakan maju!" tantang Bec Kun Bu.

"Lihat serangan!" seru Lam Thian It Sat sambil menyerang Bee Kun Bu dengan pukulan.

Bee Kun Bu menangkis serangan itu, tapi diam-diam ia memperhatikan pukulan Lam Thian It Sat.

Mendadak badan Lam Thian It Sat melambung ke atas, lalu menyerang Bee Kun Bu secepat kilat Bee Kun Bu tidak berani berlaku ayal lagi. Cepat-cepat ia menghunus pedangnya, dan sekaligus menangkis serangan itu dengan jurus Thai Ong Hu Kiam (Raja Thai Memutar Pedang).

Seketika juga berkelebat sinar pedang berbentuk seperti pelangi, ternyata jurus itu mematahkan serangan Lam Thian It Sat.

Lam Thian It Sat merasa kagum menyaksikannya, sebab Bee Kun Bu mampu menangkis serangannya, bahkan sekaligus menyerangnya, Walau badannya masih terapung, Lam Thian It Sat masih bisa berkelit, dan menyerang Bee Kun Bu dengan tendangan

Bee Kun Bu segera meloncat mundur, sedangkan Lam Thian It Sat melayang turun, Sesaat mereka saling memandang. Lam Thian It Sat tidak habis berpikir, kenapa Bee Kun Bu begitu gampang menghindari serangan- serangannya.

Tiba-tiba bahu Lam Thian It Sat bergerak, kemudian melesat ke arah Bee Kun Bu sambil menyerang dengan jurus aneh, Bee Kun Bu cepat-cepat menggerakkan pedangnya menggunakan jurus Kim Sih Jauw Wua (Benang Emas Melilit pergelangan Tangan). Mendadak Lam Thian It Sal merubah jurusnya, seketika juga tampak berpuluh pasang tangan mengarah pada pergelangan tangan Bee Kun Bu. Kelihatannya Lam Thian It Sat ingin merebut pedang yang ditangannya.

Sungguh aneh jurus itu, bahkan sepasang kaki Lam Thian It Sat pun bergerak maju, Bee Kun Bu segera berkelit Ketika melihat serangan itu, ia pun merasa heran lantaran tangan kiri Lam Thian It Sat sama sekali tidak bergerak.

Bee Kun Bu memang tidak tahu bahwa tangan kiri Lam Thian It Sat khusus untuk melancarkan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat (llmu PukuIan Sembilan Racun Dingin) yang amat ganas.

sesungguhnya Lam Thian It Sat sudah ingin melancarkan ilmu tersebut, namun ketika menyaksikan kegagahan Bee Kun Bu, hatinya pun tergerak dan merasa sayang akan bakatnya, Maka ia tidak mau mengeluarkan ilmu itu.

Tiba-tiba Bee Kun Bu tertawa panjang, dan sekaligus menyerang lengan kiri Lam Thian li Sat secepat kilat Ketika pedang itu hampir menusuk lengan kirinya, mendadak Lam Thian It Sat menggerakkan bahu kirinya, sehingga pedang Bee Kun Bu jadi luput

justru pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu pun melancarkan pukulannya ke arah punggung Lam Thian It Sat

Tanpa melihat, Lam Thian It Sat menggerakkan tangan kanannya menotok jalan darah di lengan Bee Kun Bu. Untung Bee Kun Bu sudah menduga akan serangan itu, maka dapat mengelak, Lam Thian It Sat semakin kagum, sehingga tanpa sadar ia pun berseru.

"Bagus!"

Setelah mengelak, Bee Kun Bu tidak tinggal diam, ia segera menyerang dengan pedangnya lagi, Sungguh dahsyat serangan itu.

Ciak Bin Sat Sin yang pernah merasakan kelihayan Bee Kun Bu, begitu melihat serangan itu, berseru tak tertahan. "Toa Suheng, hati-hati!"

Setelah berseru, Ciak Bin Sat Sin bangkit berdiri, begitu pula Tan Cun Goan, Kiu Tok Ciu dan Ling Coa Hong Tok. Kalau Lam Thian It Sat tidak dapat mengelak serangan itu, mereka berempat akan melancarkan serangan serentak pada Bee Kun Bu.

Akan tetapi, Lam Thian It Sat sudah tahu akan kelihayan serangan itu. ia ingin mengeluarkan ilmu Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat, namun mendadak dibatalkannya, sebaliknya malah menangkis serangan itu dengan pukulan tangan kanannya, dan sekaligus menotok jalan darah di lengan Bee Kun Bu pula.

Kalau Bee Kun Bu terus melanjutkan serangan itu, tentunya mereka berdua akan terluka bersama. Bee Kun Bu tidak menghendaki hal itu, maka ia pun cepat-cepat merubah jurus pedangnya, yakni membabat lengan Lam Thian It Sat.

"Dia masih begitu muda, namun kepandaiannya sudah begitu tinggi," ujar Lam Thian It Sat dalam hati, "Kalau aku tidak segera merobohkannya, tentunya akan ditertawakan semua orang yang berada di sini. Aku terpaksa bertindak kejam terhadapnya."

Lam Thian li Sat menggeserkan badannya, sekaligus mendorongkan telapak tangan kirinya, ternyata ia telah mengeluarkan ilmu Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat.

Bee Kun Bu terkejut melihat pukulan yang tampak sederhana itu. Segera ia mengerahkan ginkangnya meloncat ke atas, kemudian menangkis pukulan itu dengan ilmu Tan Cih Sin Kang. ia ingin membuyarkan tenaga pukulan itu dengan ilmu telunjuk saktinya.

ilmu Tan Cih Sin Kang berasal dari kitab ajaib Kui Goan Pit Cek, sudah tentu sangat dahsyat dan dapat membuyarkan tenaga pukulan Lam Thian It Sat. Akan tetapi, sungguh mengherankan Ternyata tenaga pukulan itu mendadak menyatu lagi menyerang ke arah Bee Kun Bu. Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, cepat-cepat ia mengerahkan ginkang Ling Khong Sih Tou untuk menghindari pukulan itu.

Ketika melihat Bee Kun Bu mengeluarkan ilmu ginkangnya itu, timbullah suatu niat aneh dalam benak Lam Thian It Sat.

Ternyata ia pernah mendengar tentang ilmu ginkang Ling Khong Sih Tou, namun tidak pernah menya ks ikan nya. Kini ia telah menyaksikan ilmu ginkang tersebut, sehingga membuatnya tertarik, dan ingin menangkap Bee Kun Bu hidup-hidup, lantaran berniat mempelajari ilmu ginkang tersebut Setelah itu, barulah membunuhnya.

Karena niat itu, maka ia pun segera menyerang Bee Kun Bu dengan sepasang tangannya, yakni pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat, ia menyerang Bee Kun Bu dari dua arah, agar Bee Kun Bu tidak dapat menghindar

Bee Kun Bu sama sekali tidak tahu itu dan ia pun berkelit itu membuat Lam Thian It Sat bergirang dalam hati, Secepat kilat ia menyerang lagi dengan pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat.

Kini Bee Kun Bu telah terperangkap di dalam pukulannya, ia tampak gugup, apalagi ketika Lam Thian It Sat membentaknya.

"Lihat pukulan!"

Bee Kun Bu langsung berkelit, akan tetapi mendadak ia mendengar suara "Braaaak", ternyata lantai yang diinjak Bee Kun Bu terbuka secara tiba-tiba, sehingga badan Bee Kun Bu terperosok ke dalamnya, Namun ia memiliki ginkang yang amat tinggi, sehingga dapat dengan cepat mengerahkan ginkangnya dengan cara sebelah kaki menginjak kaki lain, maka badannya melambung ke atas.

Akan tetapi, Lam Thian It Sat tidak memberi kesempatan padanya untuk mencapai ke atas, ia langsung melancarkan pukulan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoat ke arah Bee Kun Bu, Karena badan sedang melambung, maka sulit bagi Bee Kun Bu untuk menghindari maupun menangkis, Dari pada terluka oleh pukulan itu, lebih baik masuk ke lubang itu! Pikirnya. Oleh karena itu, ia pun memberatkan badannya agar merosot ke bawah, sekaligus merogoh ke dalam bajunya, dan secepat kilat melemparkan sesuatu ke ruang Siang Cing Koan.

Ternyata ia melempar semacam bahan peledak, ingin membakar ruang Siang Cing Koan dengan bahan peledak itu.

Benda itu melayang ke arah jendela, kemudian meledak di situ mengeluarkan api. Lam Thian It Sat terkejut bukan main. ia langsung mengibaskan lengan bajunya ke arah jendela, dan seketika juga api itu pun padam.

sedangkan Bee Kun Bu terus merosot ke bawah, namun cepat menghimpun Lweekangnya untuk menjaga diri, khawatir masih ada jebakan lain di dalam lubang itu.

Akhirnya Bee Kun Bu terjatuh ke dalam air. Sungguh di luar dugaannya, di tempat itu persisnya di bawah Siang Cing Koan terdapat sebuah telaga yang airnya sangat dingin menusuk tu!ang.

*****

Bab ke 19 - Bertarung di Ruang Bawah Tanah Bee Kun Bu yang terjatuh di dalam air, langsung

menggerakkan pedangnya ke sana ke mari, khawatir ada binatang beracun di dalam air itu. Tapi tidak, itu membuatnya menarik nafas Iega. Setelah itu, barulah ia meloncat ke pinggir telaga itu.

Gelap gulita di tempat itu, Tiba-tiba Bee Kun Bu teringat akan Pit Giok Cak pemberian Miauw Muk Jin Mo-Ciu Lin, wanita tua picak yang tinggal di dalam gua.

Cepat-cepat ia mengeluarkan benda tersebut, dan seketika juga tampak cahaya kehijau-hijauan menerangi tempat itu, Bee Kun Bu menengok ke sana ke mari dan hati pun tersentak, ternyata dinding-dinding itu dibuat dari baja, bahkan sudah berlumut, maka sulit baginya untuk naik ke atas.

ia tahu, bahwa kali ini tidak bisa meloloskan diri dari lubang tersebut, mungkin akan mati di tempat ini.

"Lam Thian It Sat berkepandaian tinggi, tapL." gumam Bee Kun Bu sambil berpikir "Kenapa dia menjebak aku di dalam lubang ini? Lagi pula kelihatannya dia tidak ingin melukai diriku dengan Kiu Tok Im Sat Ciang Hoatnya, itu dikarenakan apa? Aku harus memperhatikan hal tersebut!"

Pada waktu bersamaan, ia mendengar suara hiruk-pikuk di atas. Suara itu sangat lirih, tapi ia dapat mendengar dengan jelas, Kemudian terdengar pula suara seruan kebakaran Mendengar suara seruan itu, ia pun tertawa gembira.

"Siang Cing Koan pasti terjadi kebakaran, gara-gara aku melempar bahan peledak itu!" ujarnya sambil tertawa.

Tidak salah, Di Siang Cing Koan itu memang lelah terjadi kebakaran, Ternyata bahan peledak yang dilemparkan Bee Kun Bu tadi berupa bahan peledak istimewa, dapat meledak berkali-kali dan api pun semakin membesar.

Lam Thian It Sat mengibaskan lengan bajunya memadamkan api itu, namun kemudian bahan peledak itu meledak dan meledak lagi, Apinya pun bertambah besar, sehingga kibasan lengan baju Lam Thian It Sat sudah tiada artinya.

Dalam waktu sekejap, api itu sudah berkobar-kobar, sekaligus menjalar ke mana-mana, Betapa gusarnya Lam Thian It Sat begitu melihat api itu tidak bisa dipadamkan lagi,

Segeralah ia menyuruh orang-orangnya cepat menyingkir

ia masih ingat Bee Kun Bu berada di dalam lubang itu, tapi tidak mau menolongnya, lantaran sangat gusar padanya yang telah melempar bahan peledak itu.

Toa Suheng! Bagaimana baiknya?" tanya Ciak Bin Sat Sin. "Mari kita mundur!" sahut Lam Thian It Sat dan menambahkan "Agar api itu tidak menjalar ke bangunan belakang, kita harus menghancurkan ruang Siang Cing Koan ini!"

"Baiklah." Ciak Bin Sat Sin mengangguk

Mereka mundur sambil memancarkan pukulan ke arah tiang-tiang, tembok dan berbagai tempat, akhirnya robohlah ruang Siang Cing Koan itu.

Pada waktu bersamaan, tanpa setahu siapa pun, Tan Cun Goan membuka sebuah pintu rahasia, lalu secepat kilat masuk ke dalam, pintu rahasia itu pun tertutup kembaiL

Sungguh di luar dugaan, ternyata pintu rahasia itu menembus ke lubang tempat Bee Kun Bu terjatuh, Akan tetapi, mendadak Tan Cun Goan mendengar suara beradunya senjata tajam, Segeralah ia memandang ke arah suara itu, ternyata Bee Kun Bu sedang bertarung dengan Co Hiong.

Kenapa Tan Cun Goan datang di tempat itu? Tidak lain ingin menolong Bee Kun Bu, namun justru tidak disangka, Co Hiong sudah muncul duluan di situ, bahkan sedang bertempur dengan Bee Kun Bu. Serangan-se-rangan Co Hiong ganas sekali, kelihatannya ia memang ingin membunuh Bee Kun Bu.

"Hm!" dengus Tan Cun Goan dingin. "Sungguh licik Co Hiong, tapi aku tidak pernah menyaksikan kepandaiannya, Biar aku menonton sebentar Kalau Bee Kun Bu kalah, barulah aku muncul."

sementara pertarungan itu semakin sengit Tidak disangka kepandaian Co Hiong sudah begitu tinggi, terus menyerang Bee Kun Bu dengan jurus-jurus yang mematikan

"Celaka!" seru Tan Cun Goan dalam hati meng- khawatirkan Bee Kun Bu.

Walau diserang bertubi-tubi, Bee Kun Bu masih dapat melayaninya dengan baik, bahkan sekali-kali batas menyerang. Tidak bertemu beberapa bulan, kepandaianmu sudah begitu maju!" ujar Co Hiong dingin, "Hari ini kita bertemu di sini, maka harus ada yang mati di antara kita berdua!"

"Co Hiong!" bentak Bee Kun Bu. "Semula kuanggap engkau sebagai lelaki sejati, tidak tahunya begitu licik dan jahat! Bahkan memaksaku menelan racun Hua Kut Siau Yen San, sehingga aku diusir dari gunung Kun Lun! Kini aku terkurung di sini, engkau malah menyerangku! Baik, hari ini kita memang harus membuat pernitunganl"

Ternyata saat ini Bee Kun Bu berada di atas permukaan telaga. Co Hiong terus-menerus menyerangnya, agar dia tidak bisa melompat ke pinggir

"Ha ha ha!" Co Hiong tertawa gelak, "Siapa suruh engkau berani mencuri cinta adik seperguruanku itu? Oleh karena itu, aku sangat mendendam padamu!"

Co Hiong menyerang lagi, Bee Kun Bu membentak keras, kemudian mengerahkan ginkangnya, sehingga badannya meluncur ke atas, dan sekaligus menangkis serangan itu.

Menyaksikan itu, Tan Cun Goan kagum bukan main. sebaliknya ia malah tersentak kaget, karena tidak menyangka kalau kepandaian Bee Kun Bu sudah sedemikian tinggi-

"Kalau aku tidak membunuhnya sekarang, sudah tiada kesempatan lagi!" ujar Co Hiong dalam hati, lalu menyerang Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu terpaksa menangkis, kemudian badannya melayang turun ke atas permukaan air. Akan tetapi, Co Hiong pun langsung menyerangnya lagi, Kalau Bee Kun Bu tidak memiliki kepandaian tinggi, pasti sudah tenggelam ke dasar telaga itu.

"Kepandaianmu memang tinggi, maka jangan menyalahkan kalau aku turun tangan jahat terhadapmu!" ujar Co Hiong dingin. Kini Co Hiong menyerang Bee Kun Bu dengan Kan Kun Kiam Hoat (llmu pedang Jagat), ilmu pedang tersebut memang dahsyat sekali, namun Na Hai Peng pernah menguraikannya pada Bee Kun Bu, maka Bee Kun Bu mengcnalinya.

Oleh karena itu, ia cuma menangkis, sama sekali tidak balas menyerang.

"Co Hiong!" ujar Bee Kun Bu dingin, "llmu pedang Kan Kun Kiam Hoatmu tidak bisa melukai diriku!"

Co Hiong terperanjat ia tidak menyangka kalau Bee Kun Bu mengenali ilmu pedangnya, Namun kenapa dia tidak berani balas menyerang? Pikir Co Hiong, Mungkin dia takut akan ilmu pedangku ini!

Karena berpikir begitu, Co Hiong pun terus-menerus menyerangnya dengan jurus-jurus yang mematikan

Akan tetapi, Bee Kun Bu tetap dapat mematahkan jurus- jurus ilmu pedangnya, malah masih tidak balas menyerang.

Tan Cun Goan yang mengintip pertarungan itu juga tertarik akan ilmu pedang Kan Kun Kiam Hoat Ternyata ia pernah mendengar kehebatan ilmu pedang itu, Tan Cun Goan pun memusatkan perhatiannya pada ilmu pedang itu.

Memang hebat dan dahsyat ilmu pedang Kan Kun Kiam Hoat, batu-batu yang berada di sekitarnya pun mulai hancur tersambar hawa pedang.

sementara Tan Cun Goan juga memandang ke arah Bee Kun Bu. ia sama sekali tidak mengerti, kenapa Bee Kun Bu cuma bertahan, tidak mau balas menyerang.

Di saat ia terheran-heran, tiba-tiba pedang Bee Kun Bu bergerak agak lamban, dan badan Bee Kun Bu pun tampak agak sempoyongan seakan mau jatuh. Betapa girangnya Co Hiong, ia membentak keras dengan badan melambung ke atas, kemudian menukik ke bawah bagaikan burungelang menyerang Bee Kun Bu, dan pedangnya mengarah pada dada Bee Kun Bu.

Tan Cun Goan pergi ke ruang bawah tanah itu justru ingin menolong Bee Kun Bu, maka ketika melihat serangan yang sangat membahayakan pemuda tersebut, segeralah ia membentak

"Hentikan!"

Tan Cun Goan melesat ke luar dari tempat persembunyiannya, sepasang tangannya dijulurkan ke depan ingin mencengkeram bahu Co Hiong.

Akan tetapi, pada waktu bersamaan, ia melihat Bee Kun Bu melesat ke arah Co Hiong, menyerang dengan pedang dan sebuah pukulan sambil membentak

"Pergi!"

Ketika mendengar suara bentakan Tan Cun Goan, Co Hiong terkejut sehingga menoleh ke arahnya, sesungguhnya Bee Kun Bu di saat itu cuma pura-pura mau jatuh, itu agar Co Hiong menyerangnya.

Saat ini Co Hiong tidak berani menyambut serangan Bee Kun Bu, dan segera melesat menerobos ke dalam pintu rahasia.

cengkeraman Tan Cun Goan jatuh di tempat ko-song, justru di hadapan Bee Kun Bu. sementara Bee Kun Bu cuma berdiri acuh tak acuh, namun sepasang matanya menatap tajam pada Tan Cun Goan, seakan menunggunya membuka mulut

Tan Cun Goan tahu, kalau ia tidak segera membuka mulut, niseaya akan menimbulkan kesalah pahaman.

"Sungguh hebat dan tinggi kepandaian Bee siauhiap!" Tan Cun Goan membuka mulut duluan sambil tersenyum "Aku ceroboh mengeluarkan suara bentakan, sehingga Bee siauhiap kehilangan kesempatan untuk membasmi Co Hiong."

Setelah Tan Cun Goan berkata begitu, Bee Kun Bu menyarungkan pedangnya seraya menyahut dingin.

Terimakasih atas pujian Cianpwee! Kini aku telah dijebak Kwa Ih Kang ke dalam lubang ini, maka aku sudah bermusuhan dengan aliran Swat Ling San, kenapa Cian-pwee masih datang ke mari? Kalau aku tidak salah lihat, Cianpwee tadi menyerang Co Hiong, seakan ingin membantuku Bagaimana penjelasan tentang itu?"

Tan Cun Goan kagum, sebab meskipun dalam keadaan bahaya Bee Kun Bu masih sempat melihat gelagat Terus terang," sahut Tan Cun Goan sambil tersenyum, "Kita ada kecocokan dan berjodoh pu!a. padahal ketika di Sungai Bu Han, aku telah memperingatkan Bee siauhiap agar jangan menempuh bahaya ke Swat Ling San. Dan sesungguhnya tindakanku itu telah melanggar peraturan aliran Swat Ling San. Namun Bee siauhiap tetap datang ke mari, bahkan telah bentrok dengan Suhengku, Aku datang ke mari ingin menolong Bee siauhiap keluar dari ruang bawah ini, tapi harap Bee siauhiap memikirkan nasihatku!"

"Sebenarnya aku tidak punya permusuhan apa-apa dengan aliran Swat Ling San, dan aku datang ke mari hanya karena Souw Peng Hai dan Co Hiong, Tadi Cianpwee sudah menyaksikan betapa liciknya Co Hiong, Dia memasuki tempat ini dan menyerangku yang masih dalam kondisi lemah. Asal pihak Swat Ling San bersedia menyerahkan Souw Peng Hai dan Co Hiong padaku, aku pasti berterimakasih dan segera meninggalkan Swat Ling San."

"Bee siauhiap. " Tan Cun Goan menarik nafas pan-jang.

"Aku kagum akan kegagahanmu, bahkan sudah ada suatu perhitungan dalam hati, Kalau tidak, bagaimana mungkin aku akan turun tangan membantumu tadi? Namun malah membuat Co Hiongdapat meloloskan diri, dalam hal itu aku minta maaft" "ltu tidak menjadi masalah," sahut Bee Kun Bu.

"Mengenai Souw Peng Hai dengan Suhengku, mereka berdua memang punya hubungan istimewa," lanjut Tan Cun Goan, "Ceritanya agak panjang, namun waktu sudah tidak mengijinkan lagi, sekarang alangkah baiknya Bee siauhiap ikut aku meloloskan diri dari tempat ini, sebab api sudah berkobar- kobar di Siang Cing Koan, Kalau terlambat kita akan menemui kesulitan untuk meninggalkan ruang bawah tanah ini."

Akan tetapi, mendadak tampak api bergulung-gulung menerobos masuk melalui kedua pintu rahasia ruangan itu.

"Celaka!" seru Tan Cun Goan. "Api telah menjalar ke mari, kita tidak bisa ke luar melalui kedua pintu rahasia itu lagi!"

pada waktu Tan Cun Goan berkata begitu, tampak beberapa balok kecil yang menyala jatuh ke dalam telaga, dan seketika juga air telaga itu menyala.

"Haah?" Tan Cun Goan terkejut menyaksikannya, "Kok bisa begitu?"

Tadi Co Hiong telah menuang semacam minyak ke dalam telaga ini!" sahut Bee Kun Bu.

"Sungguh jahat Co Hiong!"Tan Cun Goan berkertak gigj, "Dia menghendaki kita mati terbakar di sini!"

"Ha ha ha!" Terdengar suara tawa Co Hiong dari luar "Bee Kun Bu! Aku tiada waktu menunggumu! Mudah-mudahan engkau akan terpanggang di situ! Selamat tinggal!"

"Co Hiong!" bentak Bee Kun Bu. "Kalau lain kali kita bertemu, aku tidak akan melepaskanmu!"

"Bee siauhiap!" Tan Cun Goan mengernyitkan ke-ning, "Kini kita telah terkurung api, harus cepat-cepat cari jalan ke luar!"

"Keluar dari mana?" Bee Kun Bu menggeleng-geleng kepala, "Aku tak menyangka sama sekali, kita akan mati terbakar di sini!" sementara api semakin besar, karena tanpa setahu Bee Kun Bu, seluruh ruang bawah tanah itu telah disiram dengan minyak.

"Co Hiong sungguh licik dan jahat!" ujar Tan Cun Goan, "Belum ada satu bulan dia berada di Swat Ling San ini, sudah tahu jelas tentang rahasia ruang bawah tanah ini! Untung aku ke mari, kalau tidak Bee siauhiap pasti mati terbakar di sini!"

"Maksud Cianpwee?"

"Aku teringat ada sebuah jalan rahasia lain, yang Co Hiong dan Suhengku tidak tahu sama sekali!" Tan Cun Goan memberitahukan "Bee siauhiap, cepatlah ikut aku!"

Tan Cun Goan melesat ke suatu tempat melewati api yang tengah berkobar-kobar, dan Bee Kun Bu segera mengerahkan ginkang mengikutinya, Ketika menginjak tempat itu, api pun telah berkobar di sana.

"Cianpwee, di mana pintu rahasia itu?" tanya Bee Kun Bu. "Kalau tidak salah, pintu rahasia itu berada di tempat ini!"

sahut Tan Cun Goan sambil memperhatikan dinding-dinding ruang itu, Kemudian ia melihat ada dinding yang agak berbeda, dan seketika juga wajahnya berseri, "Di sini!"

Tan Cun Goan mulai mendorong pintu rahasia itu, namun tidak terbuka, sehingga membuatnya terheran-heran.

"Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu, "Mungkin ada tombol rahasia untuk membukanya!"

"Mungkin!" sahut Tan Cun Goan sambil memeriksa kian ke mari, tapi tidak melihat apa pun.

sementara api semakin membesar, bahkan mulai menjalar ke tempat mereka sehingga membuat Tan Cun Goan semakin tegang.

"Cianpwee!" seru Bee Kun Bu. "Lihatlah! Bukankah batu yang di atas itu tampak anch? Jangan-jangan batu aneh itu tombol untuk menggerakkan pintu rahasia ini!" "Benar!" Tan Cun Goan tertawa gembira, lalu melesat ke atas, dan sekaligus menekan batu berbentuk aneh itu.

"Kraaak!" Pintu rahasia itu terbuka.

Tan Cun Goan meloncat turun, kemudian secepat kilat melesat ke dalam pintu rahasia itu seraya berseru.

"Bee siauhiap cepat masuki Api sudah menjalar ke mari!" Tanpa banyak pikir lagi, Bee Kun Bu langsung melesat ke dalam pintu rahasia itu. setelah berada di dalam pintu rahasia tersebut mereka berdua pun menarik nafas lega.

"Bee siauhiap, kita nyaris terpanggang," ujar Tan Cun Goan sambil tertawa.

"Kalau tidak ada Cianpwee, aku pasti mati terbakar di silu," ucap Bee Kun Bu. Terimakasih, Cianpwee!"

"Ha ha ha!" Tan Cun Goan tertawa gelak, "Engkau tidak perlu mengucapkan terimakasih kepadaku! Kita berdua memang ada kecocokan, dan pada dasarnya kita memang berjodoh."

"Cianpwee. " Bee Kun Bu ingin mengatakan se-suatu,

tapi dibatalkannya.

"Bee siauhiap!" Tan Cun Goan tersenyum. "Jangan banyak curiga, aku menolongmu tanpa pamrih!"

Terimakasih, Cianpwee!" ucap Bee Kun Bu setulus hati. "Bee siauhiap, kita tidak bisa lama-lama di sini, harus

segera pergi," ujar Tan Cun Goan sungguh-sungguh. "Kalau

tidak salah, panjang terowongan ini hampir dua miI. Keluar dari terowongan ini, barulah engkau aman."

Tan Cun Goan segera mengayunkan kakinya, dan Bee Kun Bu mengikutinya dari belakang ia tetap tidak habis berpikir, kenapa Tan Cun Goan mau menoIongnya?

Mungkinkah mengandung suatu maksud tertentu? Pikir Bee Kun Bu dan terus mengikuti Tan Cun Goan dari belakang. *****

Tan Cun Goan dan Bee Kun Bu sudah sampai di ujung terowongan. Namun sungguh mengherankan, di ujung terowongan itu tiada jalan ke luar

"Cianpwee! Kok tidak ada jalan keluar?" tanya Bee Kun Bu heran.

"Pasti ada," sahut Tan Cun Goan. "Cuma kita belum menemukannya."

Tan Cun Goan menengok ke sana ke mari. Watau keadaan di dalam terowongan itu amat gelap, tapi Tan Cun Goan dapat melihat dengan jelas, begitu pula Bee

Kun Bu.

Akan tetapi, di tempat itu sama sekali tidak terdapat pintu rahasia untuk ke luar Tan Cun Goan segera memeriksa dinding-dinding terowongan itu, namun tetap tidak menemukan jalan ke luar dari terowongan tersebut

"Cianpwee!" ujar Bee Kun Bu sambil menatapnya, "Hingga saat ini, aku masih merasa bingung. "

"Bingung kenapa?" Tan Cun Goan tersenyum.

"Kenapa Cianpwee mau melanggar peraturan aliran Swat Ung San demi menoIongku? Apakah ada suatu maksud tertentu dalam hati Cianpwee?"

"Bee siauhiap jangan salah paham!" sahut Tan Cun Goan sambil tersenyum lagi. "Aku menolongmu meloloskan diri dari ruang bawah tanah itu, sama sekali tiada maksud tertentu."

"Kalau begitu, aku harus bagaimana berterimakasih kepada Cianpwee?" tanya Bee Kun Bu sungguh-sungguh.

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku," jawab Tan Cun Goan. "Asal Bee siauhiap tidak kembali ke Swat Ung San lagi setelah meloloskan diri dari sini, aku sudah merasa puas."

Tapi. " "Bee siauhiap jangan keras hati!" Tan Cun Goan menarik nafas panjang, Tentunya engkau sudah tahu bahwa Suheng, Sutee dan Sumoyku berkepandaian ting-gi, terutama suhengku itu. sedangkan Suteeku, Ling Coa Hong Tok ahli dalam hal racun, belum ditambah Ciak Bin Sat Sin dan Kiu Tok Ciu, maka bagaimana mungkin engkau dapat menghadapi mereka? Kalian cuma bertiga datang ke mari, bahkan sudah berpencar Kekuatan kalian masih belum mampu untuk memusnahkan Swat Ling San. Apalagi kini Siang Cing Koan telah terbakar, otomatis membuat suhengku amat mendendam padamu, Oleh karena itu, janganlah engkau menyia-nyiakan pertolonganku ini!"

"Tapi itu menyangkut keselamatan Bu Lim Tiong-goan, apakah aku harus berhenti sampai di sini?" Bee Kun Bu menggeleng-gelengkan kepala, "Mungkinkan Cianpwee punya kesulitan? Kalau ada, tolong beritahukan agar aku bisa menceritakan pada kedua temanku itu!"

"Aku memang ada kesulitan, namun terlampau panjang kalau diceritakan Asal Bee siauhiap tidak mencurigaiku, aku sudah merasa puas," ujar Tan Cun Goan dan menambahkan, "Setelah Bee siauhiap keluar dari terowongan ini, selanjutnya kita adalah musuh atau kawan, itu bergantung pada Bee siauhiap."

"Cianpwee. " Ketika Bee Kun Bu ingin mengatakan

sesuatu, tiba-tiba terdengar suara senjata tajam beradu.

"Mulut terowongan ini pasti berada di sini. Kita tidak tahu siapa yang bertarung di luar, maka kita harus berhati-hati, Harus keluar sekarang atau menunggu, bagaimana menurut Bee siauhiap?"

"Cianpwee saja yang memutuskan!" jawab Bee Kun Bu. sementara suara senjata beradu tajam di luar se makin

kedengaran jelas, Berdasarkan suara itu, Bee Kun Bu berani

memastikan bahwa di luar sedang terjadi pertarungan hebat. "Siapa yang bertarung itu?" tanyanya dalam hati. sementara Tan Cun Goan pun membatin sambil mengerutkan kening.

"Bagian belakang tebing Moh Siang Ngai merupakan tempat yang amat berbahaya, banyak batu curam yang tajam, tapi justru ada orang bertarung di situ, Siapa yang sedang bertarung itu?"

Mendadak terdengar suara tawa dingin di luar, menyusul terdengar pula suara yang sangat dikenal, yakni suara Co Hiong.

"llmu silat Tay Pah San ternyata cuma begini! Kalau hari ini engkau tidak mati di ujung pedangku, engkau pasti tidak akan puas!"

"Sungguh tidak beruntung rimba persilatan Tiong-goan muncul pesilat tak bermoral! Meskipun engkau licik dan berakal busuk, tapi tak akan bisa berbuat apa-apa terhadap diriku! Aku akan mewakili rimba persilatan Tionggoan untuk melenyapkanmu!" Terdengar suara sa-hutan, yakni suara Gin Tie Suseng-Kim Eng Hauw.

"Ha ha ha!" Co Hiong tertawa panjang, "Aku licik atau banyak akal busuk, tapi masih tidak seperti engkau yang cuma bersembunyi di tempat ini! Ternyata engkau bukan pendekar sejati!"

Kemudian terdengar lagi suara senjata tajam beradu, Bee Kun Bu dan Tan Cun Goan tahu, bahwa kedua orang itu mulai bertarung mati-matian Iagi.

"Kepandaian Gin Tie Suseng cukup tinggi, tapi kalau bertarung lama, dia pasti kalah melawah Co Hiong," ujar Bee Kun Bu dalam hati.

"Bee siauhiap!" seru Tan Cun Goan girang, "Batu besar itu agak menonjo!, mungkin menyumbat mulut terowongan ini!"

Bee Kun Bu memperhatikan batu besar yang agak menonjol itu, lalu manggut-manggut seraya berkata. "Memang mungkin!"

"Kalau begitu, aku akan mencoba mendorongnya," ujar Tan Cun Goan. Didorongnya batu batu besar itu dengan Lweekangnya, tapi batu besar itu sama sekali tidak bergeming. ia merasa penasaran, lalu menambah Lweekangnya, akan tetapi batu besar itu tetap tidak bergeming sedikit pun.

"Cianpwee, biar kubantu!" Bee Kun Bu mengerahkan Lweekangnya, membantu Tan Cun Goan mendorong batu besar itu.

seketika juga batu besar itu bergerak perlahan-lahan.

Mereka berdua terus mendorong, dan tak lama batu besar itu pun tergeser bahkan tampak sebuah lubang.

Bee Kun Bu langsung melesat ke luar menggunakan ginkangnya, Tepat pada saat bersamaan, kedua orang yang sedang bertarung mati-matian itu terkejut rupanya mereka mendengar suara batu bergerak

Gin Tie Suseng langsung mengarah ke sana, sehingga perhatiannya terpecah. Co Hiong tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dan secepat kilat ia menyerang Gin Tie Suseng.

Pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu sudah melesat ke luar dan melihat serangan yang dilancarkan Co Hiong.

"Hati-hati Saudara Kim!" serunya.

Gin Tie Suseng tersentak, karena merasa ada suara desiran di belakangnya, Tanpa banyak pikir lagi ia langsung mengayunkan suling peraknya menggunakan jurus Kwan Im Hu Coh (Dewi Kwan Im Duduk Bersila).

Setelah mengayunkan suling perak, ia pun menjatuhkan diri dan secepat kilat berguling menjauhi tempat itu.

Bagaimana mungkin Co Hiong akan melepaskannya begitu saja? Akan tetapi ia justru mendengar suara bentakan Bee Kun Bu yang membuatnya terkejut sehingga perhatiannya terpecah

Gin Tie Suseng yang bergulingan itu mendadak melesat pergi, maka ia terluput dari serangan yang nyaris merenggut nyawanya, sedangkan Co Hiong tidak melanjutkan serangannya lagi, malah berdiri di tempat karena Bee Kun Bu sudah muncul di sisi nya.

"Co Hiong!" Bee Kun Bu menudingnya, "Engkau membakar ruang bawah tanah itu agar aku mati terbakar, namun aku masih hidup! Kini setelah kita bertemu di sini, engkau mau bilang apa lagi sekarang?"

"ltu bukan kesalahanku!" sahut Co Hiong sambil tertawa. "Gin Tie Suseng yang membakar ruang belakang Siang Cing Koan, maka api itu menjalar ke dalam ruang bawah tanah itu!"

Bee Kun Bu cuma tertawa dingin sambil menatap Co Hiong dengan penuh kebencian Co Hiong menatapnya dingin, kemudian mendadak menyerangnya secepat kilat, karena melihat Bee Kun Bu tidak siap.

Kini Co Hiong memang memiliki kepandaian tinggi, begitu pula Lweekangnya, sebab ia telah memperoleh kepandaian dari Leng Yan Su Cun, yaitu orang tua aneh berambut panjang di Kuil Toa Ciok Si.

sebetulnya ia tidak memandang sebelah mata akan kepandaian Bee Kun Bu, tetapi setelah bertarung di ruang bawah tanah itu, ia pun amat terkejut lantaran Bee Kun Bu juga memiliki kepandaian tinggi, Oleh karena itu, ia ingin menghabiskan Bee Kun Bu dengan cara membakar ruang bawah tanah itu. Namun sungguh di luar dugaannya, kini Bee Kun Bu masih hidup segar bugar

Co Hiong melancarkan serangan mendadak, menggunakan jurus Ciau Ceh Lam Hai (Ombak Laut Selatan Menderu). Bee Kun Bu berkelit sambil tertawa dingin lalu balas menyerang dengan jurus Kim Sih Jauw Wua (Benang Emas Melilit pergelangan Tangan).

jurus tersebut selain dapat mematahkan serangan Co Hiong, juga menyerang urat nadi di pergelangan tangannya. Akan tetapi, Co Hiong sama sekali tidak gugup, malah langsung meloncat mundur dua depa sambil tersenyum licik.

"Baru berapa bulan tak bertemu, tetapi kepandaianmu kelihatan begitu maju! Aku turut gembira, juga ingin minta pelajaranmu!"

"Bagaimana mungkin aku berani memberi pelajaran padamu?" sahut Bee Kun Bu dingin, "Hanya aku harus membual perhitungan denganmu! Kalau tidak, Sumoymu pasti tidak senang!"

Mendengar ucapan ilu, air muka Co Hiong langsung berubah, kemudian membentak gusar dengan suara menggunlur.

"Bee Kun Bu! Apakah engkau ke Toan Hun Ya menemui Souw Hui Hong, maka tahu jejakku dan guru-ku?"

Ketika melihat air muka Co Hiong berubah dan mengajukan pertanyaan tersebut, Bee Kun Bu tidak berani sembarangan menjawab, Sebab kalau ia salah menjawab, tentu akan menimbulkan masalah lain yang menyangkut Souw Hui Hong dan ibunya, Oleh karena itu ia diam saja.

"Hmm!" dengus Co Hiong dingin, "Engkau berani ke Toan Hun Ya, bahkan juga memecah belah hubungan ayah dengan anak, maka hari ini aku harus mencincangmu!"

Setelah berkata begitu, ia pun langsung menyerang Bee Kun Bu dengan pedangnya, Tampak berkelebat sinar pedang, berkelebat mengarah pada Bee Kun Bu.

Begitu melihat serangan itu, Bee Kun Bu tahu bahwa Co Hiong menggunakan jurus Cong Sing Cui Goat (Semua Bintang Mengelilingi Butan), Kemudian pedang Co Hiong berubah menjadi puluhan pasang mengelilingi Bee Kun Bu.

"Sungguh kejam Co Hiong!" ujar Bee Kun Bu dalam hati. "Dia ingin membunuhku dengan jurus itu.Dia begitu licik, jahat dan kejam, maka kalau aku tidak membunuhnya sekarang, kelak dia pasti menimbulkan bencana dalam rimba persilatan Apa boleh buat, aku harus turun tangan jahat terhadapnya!"

Bee Kun Bu menangkis serangan itu. Akan tetapi, sebelum Bee Kun Bu menyerang, Co Hiong sudah melanjutkan serangannya dengan jurus Pek Lang Thau Thian (Ombak Putih Menjulang Ke Langit)

Bee Kun Bu sama sekali tidak mundur atau berkelip sebaliknya malah balas menyerang menggunakan jurus Wei Kam Ngo Gak (Menindih Lima Gunung), jurus tersebut juga sangat membahayakan diri sendiri, sebab tidak menangkis melainkan langsung menyerang dengan kecepatan dan disertai Lweekang, Bee Kun Bu memang sengaja mengeluarkan jurus ini, sebab meskipun menyerempet bahaya, namun jurus tersebut dapat melukai dada Co Hiong.

Betapa terkejutnya Co Hiong, Kalau ia terus melanjutkan serangannya, paling juga dapat melukai lengan Bee Kun Bu, namun dadanya pasti tertembus oleh pedang Bee Kun Bu.

Oleh karena itu, ia tidak mau mengambil risiko, dan cepat- cepat merubah jurusnya dengan jurus Tong Cu Hian Hud (Bocah Menyembah Buddha), Jurus ini membuyarkan Lweekang Bee Kun Bu dan sekaligus menangkis serangannya

Ternyata Bee Kun Bu sudah menduga, bahwa Co Hiong pasti mengeluarkan jurus tersebut Maka ia telah menyalurkan Lweekangnya pada lengan kirinya, dan langsung menyerang perut Co Hiong dengan lengan kirinya itu.

Co Hiong sama sekali tidak tampak gugup, sebab ia telah memperhitungkan, bahwa Bee Kun Bu akan memukul perutnya, Segeralah ia melesat ke atas dan terpaksa menangkis pukulan itu, sehingga terdengarlah suara benturan keras.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar