Jilid 22
Saat itu merupakan kesempatan yang baik bagi Souw Peng Hai untuk merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangan Co Hiong. Tetapi Pek Yun Hui yang siang-siang sudah mengetahui maksudnya Souw Peng Hai itu telah melancarkan Thian Kong Citnya, dan pada saat itu pula terdengar serunya Na Siao Tiap yang datang dengan menunggangi bangaunya Pek Yun Hui.
Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng berusaha menghalau Tetapi secepat kilat Na Siao Tiap meloncat ke atas untuk terus turun menotok punggungnya kedua lawannya itu, Mo Lun bersama-sama Ong Han Siong datang menangkis totokan tersebut
Cit Kiok Goan Hoat dan Yap Eng Ceng coba meng-halaui, tetapi dengan pedang terputar Lie Ceng Loan menyerang kedua jago silat itu,
Tiba-tiba Na Siao Tiap meloncat mundur dua langkah dan mengirim tinju masing-masing kepada Mo Lun dan Ong Han Siong, Bukan main hebatnya tinju itu. Mo Lun dan Ong Han Siong terpukul terpental ke udara.
Mo Lun yang terkenal dengan tinju mautnya, dengan tak menghiraukan bahaya, segera maju pula,
"Hei, anak kemarin du!u, rasat tinjuku ini!" serunya sambil menyerang,
Tinjunya Mo Lun itu jika menemui sasarannya, dapat menghancurkan tubuh orang yang diserangnya.
Hembusan angin dari tinju maut itu dirasai oleh Na Siao Tiap yang segera mencelat ke atas, terlihat ia merapatkan kedua betisnya, dan terjun ke bawah sambil menjotos kepalanya Mo Lun. Mo Lun yang berpengalaman tidak berani menang-kisnya, ia membuang dirinya ke belakang, pada saat itu terlihat Na Siao Tiap turun ke tanah siap menyerang pula!
sementara itu para jago silat khawatir jika kitab-kitab Kui Goan Pit Cek jatuh ke dalam tangannya partai Thian Liong, dan masing-masing mencari lawan untuk mencegah nya.
pertempuran antara Teng Lee dan Ong Han Siong adalah yang paling hebat, mereka seimbang kepandaian-nya, begitupun kelincahannya, pertempuran telah berlangsung lebih kurang lima puluh jurus, akan tetapi kedua belah pihak masih sama unggulnya,
ilmu tinju Kim Kong Kian (tinju baja) dari Teng Lee bertemu dengan Coa Hong Pat Kwa Ciang Hoat (ilmu tinju ular menyerang dari delapan penjuru)nya Ong Han Siong yang dapat mengelit dan mengegoskan tiap-tiap jotosan lawan sambil mencari kesempatan memberi tinju maut
Maka setelah pertempuran berlanjut pula lebih kurang lima puluh jurus, Teng Lee insyaf bahwa ia tak dapat menaklukkan lawannya dengan cara itu, jika ia tidak kehabisan tenaga. Lalu ia ubah siasat dan jurusnya, iapun bersikap menjaga diri sambil mencari kesempatan untuk mengirim satu jotosan yang mematikan
justru siasat demikian yang menguntungkan Ong Han Siong, Dengan kipas bajanya ia menotok jalan darah lawannya untuk di lain saat ia menyodok kepala lawannya sambil berloncat-loncat delapan kali delapan sama dengan enam puluh empat kali ke kanan dan ke kiri seperti seekor ular menyerang dengan giginya yang beracun!
-ooo0ooo-
Diluar dugaan semua orang, kakek Na tiba-tiba muncul!
Teng Lee telah menduga bahwa Ong Han Siong tiba-tiba menyodok pada nya, ia terpaksa menjatuhkan diri dan bergulingan ke tanah menghindari sodokan maut itu. Tu Wee Seng yang menyaksikan pertempuran itu insyaf, bahwa Teng Lee tak dapat melawan Ong Han Siong, kemungkinan akan terpukul atau terbunuh jika melawan terus, Untuk menolong kawannya itu ia maju menyerang toyanya Ong Han Siong dengan toyanya,
Ong Han Siong menangkis toyanya Tu Wee Seng, lalu loncat menotok punggung lawannya itu. Tu Wee Seng melangkah ke kiri sambil mengayun toyanya dengan jurus Oen Liong Pa Bia. Terlihat toyanya menyapu lambungnya Ong Han Siong,
jika Ong Han Siong tidak lekas-lekas meloncat ke belakang, ia pasti binasa disapu toya yang dikerahkan dengan tenaga sebesar seekor gajah, ia mencekal ujung toyanya Tu Wee Seng, dibetotnya dan menjotos tubuh Iawannya. Tu Wee Seng terpukul, dan jatuh terlentang akan tetapi Ong Han Siong pun menjadi lumpuh tangannya setelah mencekal dan membetot toya lawan nya.
Jago-jago silat dari keempat partai dapat dengan bersatu hati melawan dan mengalahkan jago-jago silat dari partai Thian Liong, Tetapi mereka semuanya tidak bersatu padu, karena masing-masing mempunyai maksud yang berlainan, hanya memikiri kepentingan sendiri Maka ketika Tu Wee Seng dan Ong Han Siong menderita luka, tak seorangpun yang datang membantu atau meno!ong-nya.
Souw Peng Hai yang berpengalaman dan cerdas, segera dapat menangkap isi hati lawan-lawannya, ia memutar-mutar toyanya sambil berjalan menghampiri Co Hiong, dan secepat kilat pula merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya Co Hiong,
Semua jago-jago silat terperanjat, dan berdiri be-ngong untuk sementara waktu setelah menampak kitab-kitab tersebut berada di dalam tangannya Souw Peng Hai. Tiada seorangpun dari keempat partai silat itu berani maju merampasnya kembali Tiba-tiba terdengar suara jeritnya Na Siao Tiap, dan terlihat ia meloncat ke atas menyambar Souw Peng Hai.
Souw Peng Hai sudah siap menjaga diri, ia menyapu gadis itu dengan toyanya, Na Siao Tiap berkelit diri dan turun ke tanah menghadapi lawannya,
Kesempatan itu digunakan Souw Peng Hai untuk melempar kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dioperkan kepada Mo Lun.
"Mo Lun, lekas kau berlalu dengan kitab-kitab itu. Aku segera menyusul!" serunya kepada Mo Lun.
Ketiga pemimpin partai Kun Lun menjadi cemas melihat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah jatuh ke dalam tangannya partai Thian Liong, dengan beringas mereka menyerang,
"Partai Thian Liong tidak mempunyai dendam terhadap partai Kun Lun," kata Souw Peng Hai sambil memberikan perlawanannya,
"Mengapa kalian sudi diseret-seret oleh partai-partai silat lainnya? Jtka kalian ingin melihat dan membaca catatan- catatan di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, aku mempersilahkan kalian datang ke markas besar partaiku di daerah utara propinsi Kwiciu, Kita dapat membaca dan mempelajarinya bersama-sama!"
Tu Wee Seng, Sia Yun Hong dan Teng Lee yang tidak sudi jika kitab-kitab tersebut jatuh ke dalam tangannya partai Thian Liong, menampak ketiga pemimpin partai Kun Lun telah terbujuk oleh Souw Peng Hai, merekapun tak dapat berbuat banyak, karena mereka insyaf tak dapat melawan jago-jago silat dari partai Thian Liong, lagipula Tu Wee Seng dan Teng Lee telah menderita luka. Mereka berpura-pura mencegah dan mengejar
Justru pada saat itu terdengar suara teriak yang nyaring dan terlihat berkelebatnya sesosok tubuh dari atas terjun ke bawah menerkam Co Hiong! Semua orang terpesona ketika melihat bahwa orang yang menerkam Co Hiong itu adalah Bee Kun Bu.
Bee Kun Bu sudah nekad, ia telah bertekad membunuh mati jahanam itu, atau ia sendiri yang akan binasa di pegunungan Koat Cong San!
Pek Yun Hui merasa khawatir jika serangannya Bee Kun Bu itu gagal, ia segera mengambil tindakan se-perlunya,
Co Hiong yang telah menjadi letih setelah bertempur melawan jago-jago silat yang ingin merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya, sudah memulihkan semangat dan tenaganya ketika kelima pemimpin cabang partai Thian Liong bertempur melawan musuh-musuh-nya. Maka serangan Bee Kun Bu ia dapat mengegosinya dengan mudah, Dengan pedang terhunus ia siap menanti Bee Kun Bu yang datang menerkam dari atas, ia berusaha menebas kedua tangan Bee Kun Bu yang datang me-nerkam,
jika Bee Kun Bu tidak lekas-lekas berkelit, kedua tangannya pasti akan tertebas putus! ia berkelit dengan menahan laju tubuhnya, lalu membuang diri ke belakang,
justru dalam saat yang berbahaya itu, tiba-tiba terdengar suara hembusan angin yang menyerang dadanya Co Hiong.
Terlihat Co Hiong terdampar mundur, Untuk kesekian kalinya lagi-lagi Pek Yun Hui menolong Bee Kun Bu dari bahaya maut
Co Hiong yang telah membaca catatan-catatan di dalam kitab Kui Goan Pit Cek itu segera mengetahui bahwa ia telah diserang oleh jurus Kim Kong Cit. Mes-kipun ia telah berusaha mengegos i, namun pundak kanannya kena diserang juga oleh hembusan angin jari sakti tersebut Mengingat bahwa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah berada di dalam tangan partai Thian Liong, dan mengetahui bahwa ia tak dapat melawan Pek Yun Hui, maka dengan menderita sakit di pundak kanannya, ia melarikan diri!
Bee Kun Bu mengejar "Bee Siangkong, biarlah dia melarikan diri! Kita masih ada jalan untuk merebut kembali kitab-kitab ter-sebut!" seru Pek Yun Hui mencegahnya,
sementara itu Souw Peng Hai telah memimpin orang- orangnya untuk keluar dari pegunungan Koat Cong San. Jago- jago silat dari keempat partai mengejar mereka hanya dengan setengah hati,
Dengan perasaan kecewa Bee Kun Bu menundukkan kepa!a. Lalu ia ingat akan bekas darah yang ia dapat lihat di atas tanah di dasar jurang.
"Apakah Lie Ceng Loan pun telah diganggu ke-suciannya oleh Co Hiong, seperti Liong Giok Pin?" pikirnya, Seperti orang yang nekad, ia cepat-cepat lari menuju Thian Kie Ciok Hu dengan maksud menanyakan Lie Ceng Loan tentang hal itu,
Ketika ia hampir tiba di Thian Kie Ciok Hu, ia mendengar bunyinya bangau, dan segera tampak bangau tersebut terbang mendatangi Pek Yun Hui yang juga mengikuti Bee Kun Bu merasa bahwa kembalinya bangau itu untuk memberitahukan padanya tentang sesuaiu.
"Mengapa kau terbang kembali? Apakah telah terjadi peristiwa yang luar biasa di daerah pegunungan kita?" tanya Pek Yun Hui setelah bangau itu sudah berdiri di sampingnya,
Bangau tersebut memanjangkan lehernya ke atas sambil berbunyi, kemudian menentang sayapnya dan terbang ke atas,
Pek Yun Hui memperhatikan bangaunya itu, lalu ia menoleh kepada Bee Kun Bu dan Na Siao Tiap,
"Tiap Moi, Bee Siangkong, mungkin di mulut lembah telah terjadi peristiwa di luar dugaan kita. Aku hendak pergi memeriksa dengan menunggang bangau, Kalian dapat segera menyusul!" Pek Yun Hui lalu bersiul memanggil bangaunya yang segera terbang turun, ia lompat ke punggungnya bangau itu, yang lantas membawanya terbang menuju ke mulut lembah.
Dari atas Pek Yun Hui dapat melihat seorang kakek yang berjubah biru memegangi ketiga jilid kitab Kui Goan Pit Cek di satu tangan sedang bertempur dengan Souw Peng Hai dan kelima pemimpin cabang partainya di mulut lembah,
Pek Yun Hui segera mengenali kakek itu, Dengan terharu ia memanggil: "Suhu!" dan setelah bangaunya terbang merendah, ia segera meloncat turun membantui kakek itu.
Co Hiong maju mengirim jotosannya yang dikerahkan dengan seluruh tenaga dalamnya, dan Ong Han Siong menyerang dengan kipas bajanya,
Dengan jurus To Im Kiat Yo (menyerang dengan menggunakan tenaga lawan) Pek Yun Hui menyalurkan jotosannya Co Hiong untuk menggempur sabetan kipas bajanya Ong Han Siong!
Ong Han Siong sejauh pengalamannya di kalangan Kang- ouw belum pernah menjumpai lawan selihay Pek Yun Hui.
Sebelum ia sempat turun tangan, bagaikan angin cepatnya Pek Yun Hui telah melewati padanya dan menendang lambungnya Co Hiong!
Di lain pihak si kakek tengah bertempur seru melayani Souw Peng Hai. Ouw Lam Peng menyambit si kakek dengan arit bajanya, dan dengan toyanya Souw Peng Hai membarengi menyapu dengan jurus Ngo Tee Cui Hong atau Angin puyuh menyapu tanah,
Arit baja Ouw Lam Peng yang ampuh dan toya Souw Peng Hai bagaikan naga yang sedang gusar, bergerak-gerak dengan dahsyatnya mengurung dan menyerang si kakek dari depan dan belakang, Tetapi dengan mudahnya si kakek dapat menghindarinya, lalu dengan lengan bajunya menangkis arit bajanya Ouw Lam Peng! Souw Peng Hai terperanjat mendapatkan serangannya melesat dan ketika itu si kakek sudah mengangkat tinju kanannya menyerang p ada nya. Betum lagi ia sempat menjaga diri, tinju si kakek telah datang menyambar dan menghajar lengan kirinya,
Souw Peng Hai segera merasakan lengan kirinya itu menjadi lumpuh, Si kakek meloncat ke belakangnya, dan Souw Peng Hai terpaksa berbalik hanya untuk ber-tabrakan dengan Ouw Lam Peng!
Pek Yun Hui pun telah berhasil mendesak mundur Co Hiong dan Ong Han Siong, ia menyaksikan gurunya telah mempermainkan Souw Peng Hai dan Ouw Lam Peng,
"Suhu, apakah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah direbut kembali?" ia menyerukan si kakek.
Tiap Moi, Suhu telah kembali dengan sehat dan selamat, Suhu pun telah berhasil merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, Ayo, kau jumpai ayahmu!" kata Pek Yun Hui.
Menampak ayahnya itu, Na Siao Tiap teringat akan ibunya, tak terasa air matanya mengucur keluar
Si kakek yang tiba-tiba datang dan merebut kembali kitab- kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya orang partai Thian Liong itu, adalah Na Hai Peng, ayahnya Na Siao Tiap, yang dahulu hari dilukai dalam tubuhnya oleh suara petikan gitarnya gadis itu.
Dengan munculnya orang tua itu telah menggirangkan Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap.
Orang-orang dari partai Thian Liong dan para jago silat lainnya, tidak berani merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang masih dipegang oleh si kakek itu.
Dengan air mata berlinang, Na Siao Tiap menghampiri si kakek, sambil memanggil "Ayah!"
"Tiap Jie, apakah kau masih membenci aku?" tanya kakek itu, suaranya gemetar Na Siao Tiap menghela napas, ia menjadi sangat terharu dan sedih, akan akhirnya menangis tersedu-sedu.
"Adakah di dunia ini seorang anak membunuh ayah-nya? pesan ibu!ah yang membikin aku menjadi geIisah..." katanya terisak-isak menangis di hadapan orang banyak,
Pek Yun Hui pun ikut mengucurkan air mata,
Suasana yang diliputi kesedihan itu, dipecahkan oleh suara jeritan, dan bentakan dari kedua orang yang bertempur dengan sengitnya, yakni Bee Kun Bu dan Co Hiong,
Co Hiong yang menyaksikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah dirampas kembali oleh Na Hai Peng, bermaksud menangkap Bee Kun Bu untuk dijadikan sandera, untuk ditukar dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Tetapi Bee Kun Bu bukan lagi Bee Kun Bu yang dulu, ia memberikan perlawanan yang gigih dengan ilmu langkah ajaib, ia dapat meloloskan diri dari serangan-serangannya Co Hiong,
Pada satu ketika Co Hiong menusuk dengan jurus khas dari catatan San Im Shi Ni yang belum pernah gagal Diluar dugaannya, Bee Kun Bu tidak menangkis atau mengegos, bahkan menantikan datangnya ujung pedang, lalu secepat kilat melangkah ke samping dan menusuk dengan pedangnya.
Demikianlah kedua jago silat bertempur dengan menggunakan masing-masing kepandaiannya yang di-punyai, Bee Kun Bu menginsyafi tenaganya Co Hiong yang besar dan Co Hiong pun insyaf, bahwa Bee Kun Bu tak dapat diserang dengan pedang,
Co Hiong menggunakan jurus To Hie Gek Leng (menyeret ikan melawan ombak) yang telah berhasil membunuh mati Kiok Gie Hweeshio, gurunya,
Bee Kun Bu segera menggunakan ilmu Ngo Heng Bi Cong Pu untuk mengelakkan serangan-serangan lawan dan membalas menyerangnya dengan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam, membuatnya Co Hiong tak dapat kesempatan melancarkan jurus To Hie Gek Lengnya yang sangat diandalkan itu,
Semua orang terpesona menyaksikan pertempuran yang seru itu,
Tiba-tiba Bee Kun Bu menjerit dan loncat menusuk punggung lawannya, Co Hiong menangkis tusukan itu dengan jurus Tah Hong Liao In atau Burung Hong mengebat awan, tapi baru saja ia menangkis, Bee Kun Bu sudah menyerang pula.
Ong Han Siong yang melihat Co Hiong terdesak, hendak maju agaknya membantui, tetapi Pek Yun Hui menyambit dengan dua butir biji bajanya yang segera disusul dengan menjerit nya dua orang, dan terlihat dua pemimpin cabang partai Thian Liong jatuh terjungkal!
Sedianya Ong Han Siong bersama Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng hendak menggunakan kesempatan selagi perhatian orang dicurahkan kepada pertempuran yang dahsyat itu, untuk merampas kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari Na Hai Peng, tetapi akal bulus mereka tak terlolos dari matanya Pek Yun Hui yang selalu waspada, Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng menjadi korban peluru bajanya Pek Yun Hui.
pada saat itupun pertempuran telah berhenti Ong Han Siong segera menolong kedua kawannya itu, dengan mahirnya ia membebaskan totokan dari sambitan peluru baja dan segera kedua orang itu sadar kembali
"Hei, Ong Piauw Touw! sekarang kau ingin bertempur satu lawan satu atau maju bareng semua?" tan-tangnya Pek Yun Hui.
Ong Han Siong tak menjawab
Na Hai Peng jalan menghampiri puterinya dengan maksud menyerahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Souw Peng Hai dan Sia Yun Hong berbareng coba merebut, tetapi si kakek Na mengebutkan lengan baju-nya, dan kedua pemimpin partai silat itu terhempas jatuh terlentang! Lalu si kakek meloncat dan lari entah ke-mana!
Pek Yun Hui yang telah melihat dengan kepala mata sendiri bahwa gurunya telah merampas kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dan4eIah berlalu dengan selamat, ia berkata kepada Na Siao Tiap dan Bee Kun Bu:
"Mari, kita kembali, kita tidak perlu bertempur dengan mereka!"
Na Siao Tiap dan Bee Kun Bu tidak membantah, mereka mengikuti Pek Yun Hui berlalu dari tempat tersebut
Tetapi Souw Peng Hai dan Sia Yun Hong masih penasaran, mereka mencegat dan menghalanginya.
"Kalian hendak pergi kemana?" tegur Souw Peng Hai dengan mengayun-ayunkan toyanya,
Sia Yun Hong mengejar Bee Kun Bu dan hendak menusuknya, ia mengarahi Bee Kun Bu, karena ia mengetahui betapa cintanya kedua gadis terhadap pemuda itu, jika ia berhasil menawan Bee Kun Bu, mungkin ia dapat menukarnya dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Tetapi Bee Kun Bu yang dihadapinya sekarang, bukanlah Bee Kun Bu yang lemah seperti dulu.
Secepat kilat pemuda kita berbalik dan menangkis tusukan dengan pedangnya.
Souw Peng Hai tertawa melihat Sia Yun Hongdibikin kuncup nyalinya oleh seorang gadis,
"Sia Totiang, jika kau ingin merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, partai Thian Liong suka bekerja sama dengan kalian berempat partai, Menurut pendapatku, kalian menggempur mereka bertiga, dan aku bersama orang- orangku mengejar si kakek tadi, jika kita berhasil merebut kembali kitab-kitab itu, kita dapat ber-sama-sama menikmatinya, Bagaimana pendapat Sia To-tiang?" lalu ia memandangi mereka menantikan akibat daripada usulnya itu.
"Sungguh pintar," pikir Sia Yun Hong, "Kau suruh kami tempur pemuda-pemudi ini, apa yang diperebuti-nya? sebaliknya kau dan orang-orang dari partaimu, jika berhasil merobohkan si kakek itu, kalian akan dapati kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya si kakek, Benar-benar akal busuk!" tapi ia segera berkata kepada Souw Peng Hai:
"Usul Souw Heng bagus sekali! Tetapi lebih baik kami dari keempat partai mengejar si kakek, dan kalian jagojago silat partai Thian Liong menggempur mereka bertiga!"
jawaban itu disokong oleh Tu Wee Seng dan Teng Lee. "Ha! Ha! Ha! Kalian ternyata tidak ingin bekerja sama
dengan partai Thian Liong?" kata Souw Peng Hai sambil
tertawa, " janganlah kalian menyesal jika kelak kami berhasil merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, kalian dari keempat partai tak mempunyai bagian untuk menikmatinya Ha! Ha! Ha!"
Lalu ia meraung seperti seekor naga untuk menunjukkan bahwa ia masih berkuasa,
"Souw-heng, jika kau tidak sudi kami turut serta mencari si kakek itu, kamipun tidak akan memaksanya. Kita akan menempuh jalan masing-masing!" kata Tu Wee Seng.
"Kata-kata Tu-heng tepat betul! Kita dari keempat partai pun akan bertindak sendiri-sendiri!" kata Teng Lee yang segera berlalu.
Di pihaknya Na Siao Tiap menampak para jago silat terpecah belah, merasa geli dan menginsyafi bahwa mereka itu masing-masing hanya mementingkan diri sendiri Pek Yun Hui mengisyaratkan kawan-kawannya kembali ke Thian Kie Ciok Hu. Sedianya Souw Peng Hai hendak menghalangi, tetapi setelah menyaksikan Na Siao Tiap membikin Sia Yun Hong terdampar, ia merasa jeri.
Pek Yun Hui dan kawan-kawannya tak lama kemudian telah tiba di Thian Kie Ciok Hu. Pang Siu Wie masih berdiri menunggu di depan pintu, ia tidak mengetahui segala kejadian di mulut lembah.
"Apakah kalian berhasil merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" tanya Pang Siu Wie sambil menyambut mereka,
Pek Yun Hui terperanjat
"Apakah kau tidak melihat seorang kakek yang berjubah biru datang ke sini?" ia balik bertanya,
"Tidak, aku tidak melihat kakek yang dimaksudkan itu!" jawab Pang Siu Wie yang juga menjadi heran.
"Heran," kata Pek Yun Hui kepada Na Siao Tiap, "Tadi nyata-nyata aku menyaksikan bahwa Suhu telah keluar dari kepungan musuh dengan membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu! Mengapa Suhu tidak kembali ke sini?"
Pada saat itu, tampak Lie Ceng Loan berlari-lari keluar "Pek Cici betul-betul pandai," katanya dengan nada dan
gaya yang manja, "Jika bukannya Pek Cici yang menolong
aku, mungkin aku sudah tak bernyawa lagi, Benar-benar jahat dan kejam bangsat Co Hiong itu!"
Mendengar Lie Ceng Loan menyebut-nyebut halnya Co Hiong itu, Bee Kun Bu teringat kembali akan bekas darah yang ia telah lihat di dasar jurang, Tetapi ia tidak berani menanyakan tentang hal itu di hadapannya Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap.
pertempuran memperebutkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek Karena memikiri Na Hai Peng, Pek Yun Hui tidak memperhatikan perkataannya Lie Ceng Loan. ia berkata kepada Na Siao Tiap:
Tiap Moi, kita harus mencari Suhu, Dengan ilmu silatnya yang maha tinggi dia dapat mengatasi rintangan atau serbuannya musuh-musuh yang hendak merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, tetapi dia tidak kembali ke Thian Kie Ciok Hu, aku menjadi khawatir. "
"Pek Cici." kata Na Siao Tiap, memotong, "Aku mengerti kekhawatiranmu, Baiklah, mari kita segera mencari ayahku!" Lalu iapun berlari keluar menuju ke jurang,
Hari sudah senja, dan bulan akan segera munculkan diri, Ketika mereka hampir tiba di jurang, mereka mendengar suara helaan napas,
Mereka mempereepat larinya, dan setelah melihat tegas wajahnya orang yang menghela napas itu, mereka terperanjat dan berseru tertahan
Orang yang berdiri di sisi jurang itu bukan lain daripada si kakek Na Hai Peng, ia berdiri memegangi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dengan wajah yang suram. Terdengar ia mengucapkan perkataan:
"Ya, karena kitab-kitab ini aku menjadi menyesal seumur hidup," terdengar dia berkata-kata seorang diri. "Kitab-kitab ini hanya membawa bencana dan kece!aka-an!" Lalu ia mengangkat tinggi kitab-kitab tersebut dan hendak dilemparkannya ke dalam sungai di bawah jurang yang airnya mengalir sangat derasnya,
Bukan main terkejutnya Pek Yun Hui melihat kelakuannya si kakek itu, ia segera menubruknya,
Na Hai Peng dengan hanya bergerak sedikit,sudah meloncat lima tombak jauhnya, Na Siao Tiap juga menubruk seraya memanggilnya: "Ayah!"
Segera Pek Yun Hui menghampiri dan berlutut di hadapan gurunya,
"Suhu, tunggul Teecu ada omongan! janganlah pergi dulu!" "Kongcu (puteri raja) lekas bangun! Kau tak seharusnya
berlutut di hadapanku!" kata si kakek seraya mengangkat
bangun Pek Yun Hui
Pek Yun Hui berbangkit dan mengawasi wajahnya si kakek.
"Suhu," katanya, "Peristiwa lampau telah hilang pergi aku mohon Suhu tidak menyebut aku Kongcu lagi karena Kongcu itu sudah mati, Aku ini adalah muridmu dan bernama Pek Yun Hui. "
pengakuan Pek Yun Hui itu mengharukan si kakek, Na Siao Tiap dengan tindakan yang perlahan menghampiri dan berdiri mengawasi ayahnya dengan rupa yang penuh kasih sayang,
"Suhu, marilah kita kembali ke Thian Kie Ciok Hu, di sana kita dapat bicara dengan tenang.,." mengajak Pek Yun Hui.
jagat telah berubah menjadi gelap dan kabut me- nyelubungi pegunungan itu, Ketika mereka hampir tiba di Thian Kie Ciok Hu, tiba-tiba terlihat beberapa bayangan orang, Bee Kun Bu mencabut pedangnya dan menghunus, Mereka berjalan maju dengan waspada,
Di dekat Thian Kie Ciok Hu, suasana menjadi terang dengan api obor, dan terdengar pula suara dari kegaduhan
Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap segera menduganya kepada orang-orang partai Thian Liong yang datang untuk membikin pembalasan atas dimusnahkannya pe-rangkap- perangkap dan markas besarnya, berbareng untuk merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. Mereka yakin bahwa orang- orang partai Thian Liong itu bergerak tanpa bekerja sama dengan jago-jago silat dari partai-partai lainnya.
Menyaksikan Thian Kie Ciok Hu disatroni musuh, Na Hai Peng menjadi sangat gusar, ia serahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepada Na Siao Tiap puterinya seraya berkata:
Tiap Jie, kau jaga baik-baik kitab-kitab ini. Aku terpaksa harus membasmi mereka!"
Na Siao Tiap menyambuti kitab-kitab itu.
Sambil berseru Na Hai Peng meloncat seperti seekor kanguru yang sekejap saja telah lenyap di dalam semak belukar yang ketika itu sudah penuh dengan senjata-senjata tajam
Harus diketahui bahwa orang-orangnya partai Thian Liong itu adalah jago-jago silat yang dimalui. Tapi Na Hai Peng dengan menggunakan siasat dan ilmu yang ia telah pahami dari catatan-catatan kitab Kui Goan Pit Cek, dan dengan hanya kedua tinjunya, ia dapat menguasai keadaan!
Na Siao Tiap datang untuk menyaksikan ayahnya melabrak musuh-musuhnya, justru itu ia merasa hembusan angin di belakangnya, ia segera mengegoskan diri Dan Co Hiong yang baru saja menerkam angin, menyerang lagi menebas pinggangnya Na Siao Tiap dengan pedangnya,
Tangan kanannya Na Siao Tiap memegangi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, maka terpaksa ia melawan dengan tangan kirinya, Dengan jurus Wan Tee Hoan In atau Dari Bawah Membalikkan Awan, ia menggeprak lengan Co Hiong yang memegang pedang,
Co Hiong segera merasakan lengannya menjadi lumpuh Tetapi ia telah bertekad merebut kitab-kitab tersebut ia melancarkan pula jurus-jurus Ya Pan Hong Yan (Asap MengepuI Diwaktu Malam) dan Thian Bong Lo Ciok (Memasang jaring Menangkap Burung), meloncat ke kanan dan ke kiri untuk membingungkan lawan sambil mencari lowongan mengirim tusukan-tusukan pedang-nya. Harus diketahui bahwa gagang pedangnya Co Hiong itu dicantelkan beberapa Hngkaran-lingkaran (gelang) emas, dengan saling beradunya gelang-gelang itu telah mengeluarkan suara berisik menulikan kuping, Bagi lawan - lawan umumnya, jurus-jurus yang dilancarkan Co Hiong itu cukup membinasakan tetapi tidaklah demikian terhadap Na Siao Tiap yang telah ketahui akan keampuhannya dengan jurus-jurus tersebut. Maka Na Siao Tiap pun segera menandinginya jurus-jurus Kim Si Can Wan (Benang Sutera Melibat Cacing) dan Yu Hie Gek Lang (lkan Berenang Melawan Ombak),
Terlihat gadis itu mengebut-ngebut lengan baju kirinya sambil meloncat-loncat dan kedua kakinya sewaktu-waktu mengirim tendangan maut
Co Hiong menjadi bingung, dan pada satu ketika lengan kanannya kena tertendang.
Pek Yun Hui pun sudah maju membantui Na Hai Peng melabrak Souw Peng Hai dan kelima pemimpin cabang partai nya.
sekonyong-konyong selagi pertempuran berjalan sangat hebatnya, terdengar suara jeritan yang memilukan hati, Semua orang tereengang! Bee Kun Bu yang juga sedang sibuk melabrak musuh segera menoleh ke arah jeritan itu, dan melihat Tu Wee Seng sedang menyeret Lie Ceng Loan,
Tanpa menghiraukan bahaya, Bee Kun Bu mengerak gigi dan meloncat menerkam Tu Wee Seng. Tusukan yang dilakukannya dengan nekad itu dapat ditangkis oleh Tu Wee Seng dengan toya bambunya,
"Hei, jangan menyerang lagi... atau aku pijat mati gadis ini!" Tu Wee Seng mengancam,
Lie Ceng Loan yang dicekal erat-erat pergelangan tangan kanannya oleh Tu Wee Seng meringis kesakitan, keringat dinginnya membasahi tubuh dan pakaiannya, Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap datang hendak menolongnya, tetapi mereka tak dapat berbuat apa-apa, karena khawatir Tu Wee Seng membuktikan ancaman-nya.
Tiba-tiba berkelebat bayangan hitam menerkam Tu Wee Seng. Tu Wee Seng hendak menangkis dengan toyanya, tetapi Souw Peng Hai lelah mendahului menyerang orang itu. Terlihat orang itu melonjak ke atas mengelakkan diri sambil membalas menendang kepalanya Souw Peng Hai dari atas,
Souw Peng Hai kelabakan! Lekas-lekas ia mengegos dan melangkah ke belakang.
Pek Yun Hui segera mengenali, bahwa bayangan hitam yang menerkam Tu Wee Seng itu adalah Na Hai Peng, gurunya!
Dalam keadaan yang kacau itu ketiga pemimpin partai Kun Lun pun tiba pula, tetapi mereka tidak ikut bertempur
Giok Cin Cu melihat Lie Ceng Loan menderita di bawah kekuatan,
Tu Wee Seng, ia hendak menolongi, tetapi Tong Leng Tojin mencegah,
Tiba-tiba tampak Na Siao Tiap meloncat ke atas melewati kepalanya Tu Wee Seng sambil mengirim jotosan nya. Tu Wee Seng merasa sakit terserang hembusan angin jotosan itu, namun ia tak melepaskan Lie Ceng Loan dari cekalannya,
Teng Lee dan Sia Yun Hong tak dapat membantu Tu Wee Seng karena mereka sedang sibuk melawan Na Hai Peng.
Begitu lekas Na Siao Tiap tiba di tanah lagi, maka Pek Yun Hui meloncat ke atas dan dari atas ia terjun ke bawah menusuk kepalanya Teng Lee,
Tu Wee Seng melihat bahaya maut itu, dengan sekuat tenaga ia lemparkan Lie Ceng Loan ke tubuhnya Teng Lee! Jika Pek Yun Hui tidak menahan tusukannya, pastilah Lie Ceng Loan akan tertusuk-tusuk bersama-sama Teng Lee, Dengan sebat pedangnya diangkat ke atas dan turun menarik Lie Ceng Loan ke samping!
Cara Pek Yun Hui menolong Lie Ceng Loan itu sangat menakjubkan, Na Siao Tiap terpesona, justru pada saat itulah Co Hiong menerkam dan merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari tangannya!
Ketika Na Siao Tiap tersadar dari bengongnya, Co Hiong sudah lari tiga tombak jauhnya, Na Siao Tiap segera mengejar perbuatan ini dilihat oleh Souw Peng Hai, yang lantas menyerukan orang-orangnya menghalau gadis itu, sedangkan ia sendiri pun maju menyerang dengan toyanya untuk memberi kesempatan Co Hiong melarikan diri membawa
kitab-kitab ajaib itu,
Na Hai Peng juga turut mengejar, tetapi ia selalu dihalangi oleh orang-orangnya Souw Peng Hai.
Tiap Moi!" seru Pek Yun Hui, "Biarlah dia lari. Selama tiga ratus tahun ini, banyak jago-jago silat telah binasa karena memperebutkan kitab-kitab itu, Masih akan berekor panjang, mereka tak akan merasa tenteram!"
"Nasehat Pek Cici beralasan, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya membawa kematangan dan kecelakaan," kata Na Siao Tiap dengan masgul
Jago-jago dari keempat partai silat lainnya datang menghampiri
"Pek Siocia, kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah terjatuh di tangan partai Thian Liong. Apakah kalian bermaksud pergi ke markas besarnya di propinsi Kwiciu untuk merebutnya kembali?" tanya Tu Wee Seng,
Pek Yun Hui sudah mengetahui akal bulusnya Tu Wee Seng itu. "Kau tak perlu tahu atau turut campur urusan kami!" jawab Pek Yun Hui dengan ketus,
Terdengar Tong Leng Tojin menghela napas. "Markas besar partai Thian Liong telah dimusnahkan oleh Siocia, Namun mereka masih berpengaruh dan masih kuat Jika kitab- kitab Kui Goan Pit Cek terjatuh di tangan mereka, nasib jago- jago silat dari partai-partai lain akan menyedihkan sekali." kata nya.
Kata-kata Tong Leng Tojin itu menusuk perasaannya semua jago-jago silat yang berada di situ, peristiwa mengadu silat dengan jago-jago dari partai Thian Liong telah berakhir dengan dimusnahkannya markas besarnya partai Thian Liong. Semua itu adalah berkat kerja sama dari kesembilan partai.
Kini kitab-kitab Kui Goan Pit Cek telah berada di tangan partai Thian Liong, maka jago-jago silat dari kesembilan partai-partai silat itu tak dapat tempat lagi di kalangan Kang-ouw, Mereka bergidik membayangkan nasib mereka kelak!
Pek Yun Hui dapat menyelami isi hati mereka,
"Kalian tak usah khawatir memikiri kitab-kitab itu, kami ada jalan untuk merebutnya kembali Dan kami mengharap kalian janganlah bermusuhan untuk memperebutkan kitab-kitab itu..."
Tetapi.." Sia Yun Hong memotong, "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu sudah direbut oleh partai Thian Liong, karenanya tidaklah menjadi milikmu lagi!"
Ketika itu Na Hai Peng merasa menyesal akan akibat yang diterbitkan oleh kitab-kitab itu, iapun cemas kitab-kitab tersebut telah direbut oleh partai Thian Liong, Kini mendengr kata-katanya Sia Yun Hong yang menyatakan keinginannya memiliki kitab-kitab itu, ia menjadi sangat gusar.
"Siapakah yang masih bermaksud merebut kitab-kitab itu? sekarang aku persilahkan dia bertempur melawan aku dulu!" tantangnya, Tantangan itu membuat wajahnya semua orang menjadi pucat, dan suasana menjadi sunyi senyap, Sejenak kemudian Teng Lee memecahkan kesunyian
"Na-heng sangat memandang rendah kami Aku terpaksa menerima tantangan itu!" sahutnya sambil menyengir Lalu iapun maju untuk bertempur melawan Na Hai Peng.
Baru saja Na Hai Peng hendak turun tangan, Pek Yun Hui maju menahan padanya, "Suhu tak usah turun tangan, Perkenankanlah aku yang memberesi mereka semua!" kata Pek Yun Hui Lalu ia hadapi semua jago-jago silat dan katanya pula: Terhadap kalian, kami sebetulnya tiada bermusuhan dendanr Ketika kalian bertempur melawan orang-orangnya partai Thian Liong di dataran tinggi Twan Hun Ya, jika kami tidak datang membantu, kalian mungkin sudah binasa di dalam perangkap partai Thian Liong yang keji itu!"
Kata-katanya yang membangkitkan soal budi dan bantuan yang telah diberikannya itu, membuat mereka merasa malu jika mereka sekarang bertempur dengan Pek Yun Hui
"Kalian dari angkatan tua mungkin sudah mengerti akan maksud kami," kata Na Siao Tiap, "Maka lebih baik kalian lekas-lekas berlalu dari sini!"
Tu Wee Seng mengangkat toyanya sebagai isyarat mengajak kawan-kawannya berlalu, Setelah semuanya berlalu, maka di pegunungan Koat Cong San itu kembali menjadi sunyi senyap seperti sediakala,
"Suhu," kau Pek Yun Hui, "Mari kita kembali ke Thian Kie Ciok Hu."
Na Hai Peng mengangguk, dan segera berjalan menuju ke Thian Kie Ciok Hu, diikuti oleh lain-lainnya.
Alkisah Souw Peng Hai setelah dapat merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, segera memimpin orang-orang-nya yang terdiri dari lima pemimpin cabang partainya dan Co Hiong kembali ke markas besarnya di propinsi Kwiciu. Dengan diperoleh kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, bangkitlah ketekadannya untuk membina dan memperkuat partainya,
Demikiantah sang waktu berlalu dengan pesatnya, selama itu Souw Peng Hai dengan giatnya memperkuat partainya, Namun ia khawatir Pek Yun Hui dan kawan-kawannya akan datang merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu,
Pada suatu hari, tengah Souw Peng Hai mempelajari catatan-catatan tentang ilmu silat dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek bersama-sama kelima pemimpin cabang partainya dan Co Hiong, tiba-tiba mereka mendengar bunyinya suara bangau di udara, Me-reka terkejut
Telah kuduga mereka tentu akan datang untuk merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!" kata Souw Peng Hai sambil bangun dan lari keluar
ia memandangi keluar, tinggi di atas angkasa ia lihat terbang metayang-layang seekor bangau yang sangat besar dan sesaat kemudian terlihat pula beberapa orang berlari-lari mendatangi Mereka adalah Pek Yun Hui yang memimpin Na Siao Tiap, Lie Ceng Loan, keempat bujang perempuannya Na Siao Tiap, Pang Siu Wie dan Tan Pao, yang tak lama kemudian sudah berdiri di hadapannya Souw Pehg Hai.
"Souw Cong Piauw Touw, selama berpisah apakah kau ada baik?" tegurnya Pek Yun Hui.
Souw Peng Hai memaksakan diri tertawa, "Kunjungan Siocia beserta kawan-kawan ini, tentunya
untuk mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?" sahut
pemimpin partai Thian Liong, langsung membuka maksud hati orang.
Na Siao Tiap tampil ke muka,
"Karena Souw Cong Piauw Touw telah mengetahui maksud daripada kedatangan kami, maka lekas lah mengembalikan kitab-kitab itu!" "Oh itulah mudah sekali, tetapi kalian harus dapat melalui dulu toyaku ini!" sahut Souw Peng Hai, menantang
Ketika itu pemimpin-pemimpin cabang partainya juga sudah keluar, dan Ong Han Siong tampil di muka seraya berkata:
"Cong Piauw Tou, perkenankanlah aku yang melayani anak kemarin dulu itu!"
Na Siao Tiap menjadi gusar, tanpa bicara lagi ia meloncat maju dan menyerang Ong Han Siong dengan tinjunya,
Ong Han Siong menggerakkan kipas bajanya melindungi diri sambil melangkah mundur dua tindak, ia pernah dihajar di Twan Hun Ya, ia harus bertempur lebih hati-hati.
"Mengapa kau mundur?" bentak Na Siao Tiap sambil mengejar, dan secepat kilat ia memukul kedua pipinya Souw Peng Hai yang segera menjadi bengkak dan merah!
Yap Eng Ceng maju menolong dengan bacokan goloknya, tetapi Na Siao Tiap dapat mengelaki sehingga bacokannya luput
Lalu Na Siao Tiap berbalik dan sambil membentak: "Pengecut, menyerang lawan dari belaka ng!" ia menjotos mukanya Yap Eng Ceng, sehingga memuntahkan darah dari mulut dan hidungnya,
Mo Lun datang membantu, dan menjotos dengan tinju mautnya!
Mereka mempertahankan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, markas besar partai Thian Liong disapu bersih
Tetapi tinju Mo Lun itu disambutnya dengan gitar yang diayun demikian rupa, sehingga tinju itu menjadi lumpuh dan Mo Lun terdorong menabrak Souw Peng Hai!
Belum lagi Mo Lun hilang terkejutnya ketika Na Siao Tiap menjotos punggungnya, sehingga rubuh tak dapat berdiri lagi! Ong Han Siong, Yap Eng Ceng dan Mo Lun tiga jago-jago silat dari kaliber atas dihajar kocar-kacir di dalam jangka waktu hanya beberapa detik saja!
Untuk beberapa detik Souw Peng Hai berdiri tertegun menyaksikan jago-jago silatnya dipermainkan oleh seorang gadis belasan tahun,
"Pek Cici, aku harus bunuh mati mereka semua agar tidak berekor lagi!" seru Na Siao Tiap.
"Baiklah, Membunuh mereka demi kepentingan orang- orang di kalangan Kang-ouw!" sambut Pek Yun Hui menyetujuinya, Karena ia berpendapat begunda!-begundal Souw Peng Hai itu adalah jago-jago silat terkenal jika mereka masih hidup, mungkin mereka akan membikin pembalasan, disamping itu juga bisa mencelakai orang lain,
Tiba-tiba Souw Peng Hai, mengangkat toyanya dan meraung keras. Segera semua orang-orangnya keluar menyerbu dengan senjata terhunus,
Na Siao Tiap tidak gentar ia lancarkan tinju maut-nya, dan dalam sekejap saja sudah ada beberapa orang dipukul mati olehnya!
"Lekas atur barisan merupakan lima penjuru mengurung mereka!" teriak Ong Han Siong,
Semua orang partai Thian liong segera mengikat kepala dengan kain sutera berwarna, dan mengatur diri menjadi barisan-barisan yang dimaksudkan Pek Yun Hui melihat, bahwa kain sutera yang dipakai mengikat kepala itu berwarna merah, kuning, biru, putih dan hitam.
Tiap Moi, kita lihat apa yang mereka akan perbuat!" bisik Pek Yun Hui.
Na Siao Tiap mengangguk, dan berdiri tegak siap sedia menghadapi segala sesuatu, Tiba-tiba ia memetik gitarnya dan mainkan lagu Twan Sim Kiok (Lagu menghancurkan hati), Aneh sekali, orang-orangnya Souw Peng Hai setelah mendengar lagu itu, mendadak menjadi tak bersemangat dan bersedih hati.
Tiap Moi," bisik Pek Yun Hui pula, "Hentikan lagu itu. jangan melukakan mereka!"
"Aku ingin mainkan lagu Li Cin Bi Hun Kiok (Lagu memusnahkan semangat) agar mereka semua terluka, jika kita tidak membasmi mereka sekarang, mereka kemudian hari akan berbuat lebih jahat lagi!" sahut Na Siao Tiap,
Tetapi maksud kita hanya untuk mengambil pulang kitab- kitab Kui Goan Pit Cek, dan orang-orangnya Souw Peng Hai tidak semuanya jahat.." kata Pek Yun Hui.
Na Siao Tiap yang tidak kejam itu dapat dibujuk, ia berhenti memetik tali gitarnya.
Souw Peng Hai meraung lagi, Dan orang-orangnya mulai sadar dan bersemangat kembali, mereka sibuk berbaris pula merupakan barisan yang mengurung dari lima penjuru,
"Kau bantui Na Siocia menerobos kurungan," Pek Yun Hui membisiki Pang Siu Wie, dan aku yang hajar Souw Peng Hai!" Lalu ia meloncat dan menyerang Souw Peng Hai,
Ketika itu lima barisan yang dipimpin oleh Ong Han Siong, Ouw Lam Peng, Mo Lun, Yap Eng Ceng dan Kiok Goan Hoat sudah siap, Pek Yun Hui segera mengenali bahwa siasat itu adalah menurut catatan dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, dan ia yakin bahwa Na Siao Tiap dapat menerobos keluar dari kurungan itu. ia hanya ingin memaksa Souw Peng Hai mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, jika dapat, ia hendak mencegah, Souw Peng Hai dibunuh mati oleh Na Siao Tiap,
Begitu Pek Yun Hui menyerang Souw Peng Hai, Na Siao Tiap memimpin keempat bujang perempuannya, Pang Siu Wie, Lie Ceng Loan dan Tan Pao untuk menerobos keluar dari kepungan ia mengatur orang-orang dari pihaknya merupakan suatu bintang yang ber-sudut tujuh, dan memerintahkan mereka berdiri tegak menanti serbuan. "Kalian harus ingat tempat masing-masing dan bertindak maju mengikuti jejakku untuk menerobos keluar dari kepungan musuh. " Na Siao Tiap memperingatkan mereka.
Ketika itu Pek Yun Hui sudah bertempur dengan Souw Peng Hai yang mengeluarkan semua kepandaiannya bertekad membunuh lawannya, dan di lain pihak kelima barisan yang dipimpin oleh kelima partai cabang partai Thian Liong juga sudah mulai bergerak maju,
Barisan Na Siao Tiap yang berbentuk bintang tersudut tujuh itu kokoh dan teguh, sekian lamanya tiada seorangpun musuh yang dapat menembusinya, Na Siao Tiap meloncat- loncat menyerang kelima pemimpin mu-suh, Lalu ia memetik tali gitarnya, Aneh bin ajaib, suara tali gitar itu segera membikin musuh menjadi hilang semangat
Ong Han Siong menghampiri Mo Lun.
"Mo Heng harus menggunakan jarum-jarum bera-cunmu membunuh mati gadis itu," bisiknya, Lalu ia kembali memimpin barisannya dan memerintahkan orang-orangnya berteriak teriak dengan maksud mengacaukan suasana dan memberi kesempatan untuk Mo Lun melontarkan jarum-jarum beracunnya
Setelah memetik tali gitarnya tiga kali, Na Siao Tiap memimpin orang-orangnya menerobos kepungan sambil melancarkan jotosan-jotosan dengan gitarnya, Dalam waktu singkat sudah ada tujuh-delapan orang yang terpukul mati!
Ong Han Siong pun memerintahkan orang-orangnya menyambiti Na Siao Tiap dengan senjata-senjata rahasia, bagaikan hujan senjata tersebut beterbangan berkilau-kilau ke arah Na Siao Tiap,
Mo Lun belum menyambitkan jarum-jarum beracun-nya.
Tiba-tiba Na Siao Tiap berseru dan mengebut lengan bajunya menghalaukan senja ta-senjata rahasia musuh, senjata- senjata rahasia tersebut ada yang jatuh, ada juga yang berbalik menyerang musuh seperti bumerang, dan menewaskan lagi dua-tiga orang!
Ong Han Siong, Yap Eng Ceng dan Mo Lun da-patkan, bahwa di mana saja Na Siao Tiap maju, pasti ada beberapa orang yang mati terpukul, agaknya barisan-barisan mereka sudah tak berguna lagi, Souw Peng Hai tidak dapat memimpin orang-orangnya, karena ia sendiri dengan susah payah harus menjaga diri dari serangan serangannya Pek Yun Hui.
Oleh karena itu Ong Han Siong beserta kawan-kawannya terpaksa mengerubuti Na Siao Tiap.
Sekian lamanya Mo Lun ragu-ragu menyambit Na Siao Tiap dengan jarum-jarum be racun nya, karena ia telah saksikan bagaimana Na Siao Tiap memukul balik senjata rahasia sebagai bumerang, ia khawatir jarum-jarum beracunnya akan membinasakan orang-orangnya sendiri
Na Siao Tiap tak gentar dikerubuti oleh ketiga musuhnya, dengan beringas ia menyerang Ong Han Siong yang paling depan. Ong Han Siong lekas-lekas menjaga diri dengan kipas bajanya, Tetapi Na Siao Tiap terus menyerang, Ong Han Siong terpaksa menyodokkan kipas bajanya sekuat tenaga, Secepat kilat Na Siao Tiap mencelat ke atas dan turun menotok punggung lawannya. Ong Han Siong segera menjadi pening, dan seperti kerbau gila ia lari ke depan sambil menyemburkan darah dari mulut nya!
Serangan Na Siao Tiap yang demikian cepatnya itu, tidak keburu Mo Lun maupun Yap Eng Ceng meng-halauinya, setelah Ong Han Siong terluka, mereka menyerang membabi buta, Kesempatan tersebut digunakan oleh Na Siao Tiap untuk menyapu mereka dengan gi-tarnya, dan berhasil menyapu jalan darah di leher dan di kepala kedua musuh itu.
Setelah ketiga pemimpin itu terluka, maka barisan- barisannya pun menjadi kacau pula, Lalu Na Siao Tiap memimpin orang-orangnya maju menggempur musuh. Lie Ceng Loan yang bernapsu lari paling dulu dengan pedang terhunus, tetapi Na Siao Tiap perintahkan untuk kembali ke tempatnya,
Baru sekarang Na Siao Tiap keluarkan goloknya dan menerobos keluar dari kepungan
Pada saat itu juga terdengar Souw Peng Hai menjerit dan terlihat ia terdampar mundur empat-lima langkah untuk terus jatuh duduk di tanah, ternyata ia kena disodok oleh jari saktinya Pek Yun Hui.
Pek Yun Hui tidak menyerang terus, ia mengawasi Souw Peng Hai yang sudah kempas-kempis, ia mengetahui bahwa disamping ilmu silatnya yang maha tinggi Souw Peng Hai itu besar tenaganya, jika pada hari-hari belakangan ini ia tidak belajar lagi dari Na Siao Tiap, mungkin ia tak dapat menaklukkan Souw Peng Hai. Oleh karena itu ia makin menjadi gelisah jika kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu tidak lekas-lekas direbut kembali Tetapi untuk dapat merebutnya, ia harus membunuh mati Souw Peng Hai. Jika Souw Peng Hai dibunuh mati, bagaimanakah ia menghadapi Souw Hui Hong? Demi-kianlah ia berdiri bengong menghadapi soal yang rumit itu.
sementara itu pertempuran telah menjadi mereda, karena Souw Peng Hai sudah tak berdaya, dan ketiga pemimpin cabangnya pun sudah terluka, Souw Peng Hai lalu memejamkan matanya bersemadi untuk memulihkan tenaga dalam dan semangatnya
Lie Ceng Loan bergidik melihat banyak mayat bergelimpangan di tanah dengan darah berhamburan Tiba- tiba matanya melihat Ouw Lam Peng, musuh besarnya yang telah membunuh mati ayahnya!
Kengerian hati Lie Ceng Loan lenyap seketika, bahwa timbul semangatnya untuk menuntut balas, ia segera lari menghampiri musuhnya itu dengan pedang terhunus, Ouw Lam Peng yang merasa kecewa tentang gagalnya kepungan dan sudah letih itu, menangkis serangan Lie Ceng Loan ia tidak menduga, bahwa musuhnya ini sudah lihay ilmu silatnya Tusukan Lie Ceng Loan yang secepat kilat itu ia tak dapat menangkisnya, ujung pedang menembusi tenggorokannya. ia menjerit sekali lalu jatuh tersungkur dan mati seketika dengan tubuh bermandikan darah yang keluar dari luka di tenggorokannya!
Seperti orang yang hilang ingatan Lie Ceng Loan tertawa keras sekali Semua perhatian dicurahkan kepada gadis itu yang sambil tertawa berdiri mengawasi mayatnya Ouw Lam Peng,
Bee Kun Bu datang menghampiri dan tanpa menghiraukan orang banyak, ia tepuk bahunya Lie Ceng Loan
"Loan Moi, mengapa kau tertawa?" tegurnya.
Lie Ceng Loan segera berhenti tertawa dengan kelakuannya seperti orang yang dungu: "Entah! Aku tertawa karena aku telah dapat membalas sakit hatinya ayahku.,." dan ia terus menangis tersedu-sedu,
Souw Peng Hai yang sudah pulih lagi tenaganya lalu bangun ia melihat mayatnya Ouw Lam Peng, dan tiba-tiba lari menyodok Bee Kun Bu dengan toyanyd, Bee Kun Bu menangkis dan meneruskan dengan satu tusukan yang memaksa Souw Peng Hai meloncat mundur
Ketika itu orang-orangnya partai Thian Liong yang tidak terluka semua datang menghampiri pemimpin besarnya. Souw Peng Hai mengawasi mereka, wajahnya bermuram durja,
"Aku membentuk partai Thian Liong ini dengan maksud agar kalian semua tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh partai lain, akan tetapi kini ternyata aku telah memimpin kalian hanya untuk mengalami kekalahan keruntuhan. bahkan menjerumuskan kawan-kawan ke akherat! Kini aku mengumumkan mulai detik ini, partai Thian Liong telah bubar, dan kalian mulai saat ini masing-masing merdeka menempuh jalan sendiri. "
Tapi banyak diantara murid-murid nya segera maju dan membungkukkan diri memberi hormat seraya berkata:
"Kami rela mengikuti Souw Cong Piauw dan membela nya sampai titik darah penghabisan!"
Tidak!" bentak Souw Peng Hai, "Kalian semua tidak berarti, ayo lekas enyah!"
Mereka menoleh kepada Yap Eng Ceng, salah seorang pemimpin cabang yang masih tertinggal karena Ong Han Siong dan Mo Lun sudah terluka parah, Ouw Lam Peng telah terbunuh oleh Lie Ceng Loan dan Kiok Goan Hoat dipukul mati oleh Na Siao Tiap, Mereka menanti jawaban Yap Eng Ceng.
Yap Eng Ceng pun menginsyafi bahwa dengan sisa yang masih ada itu, ia tak dapat berbuat banyak,
"Souw Cong Piauw telah memerintahkan kalian bubar! Kalian menunggu apa lagi?" kata Yap Eng Ceng suaranya keras,
Mereka semua terpaksa berlutut di hadapan Souw Peng Hai untuk meminta diri,
Terlihatlah pemandangan yang menyayat hati, Souw Peng Hai mengucurkan air matanya menyaksikan ke-gagalannya itu.
ia menanti sampai semua orang-orangnya berlatu, lalu berkata kepada Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap:
"Jie-wie Siocia jika ingin mengambil kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku si tua bangka harus bertempur sampai mati!"
Bee Kun Bu berpaling kepada Na Siao Tiap,
"Soal ini adalah karena aku, maka akulah yang harus mengambil kembali kitab-kitab tersebut," kata Bee Kun Bu. "Siapapun yang ingin mengambil kitab-kitab itu, silahkan maju!" seru Souw Peng Hai dan iapun terus menyerang Bee Kun Bu.
Dengan cepat sekali Bee Kun Bu berkelit dan membalas menyerang, Segera terjadi pertempuran yang seru dahsyat, serang menyerang silih berganti dengan masing-masing mengeluarkan kepandaian yang dipunyai-nya.
pertempuran telah berlangsung lebih kurang seratus jurus, tetapi masih belum ada yang kalah atau menang. Bee Kun Bu yang telah mendapat pelajaran mengerahkan tenaga dalam dari Na Siao Tiap tampak makin lama makin bersemangat dan bertambah tenaganya,
Selagi semua perhatian dicurahkan kepada pertempuran itu, dari kaki gunung tampak jalan mendatangi seorang wanita setengah tua yang mengenakan pakaian warna abu-abu, diikuti oleh seorang wanita muda yang mengikat kepala dengan sehelai kain hitam dan berjubah abu-abu juga,
Bee Kun Bu ketika itu sedang melancarkan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam menyerang bertubi-tubi, sehingga Souw Peng Hai terdesak terus. Satu dua jurus lagi mungkin Souw Peng Hai pasti akan terluka atau binasa!
Tetapi satu jeritan: "Bee Siangkong! Tahan!" membikin Bee Kun Bu berhenti bertempur dan meloncat mundur, karena suara itu tidak asing lagi baginya, ia menoleh ke belakang dan melihat kepada orang yang berseru tadi. Orang itu adalah Souw Hui Hong, puterinya Souw Peng Hai.
Souw Peng Hai memelototi puterinya,
"Hei, budak hina, apa perlunya kau datang ke sini?" tegurnya,
"Ayah, dengan kepandaianmu yang tinggi dan membuang hasrat mencari kedudukan menjagoi kalangan Kang-ouw, ayah akan dapat hidup tenteram dan bahagia di pegunungan..." kata Souw Hui Hong dengan rupa yang sedih. Tutup mulutmu!" bentak Souw Peng Hai, "Kau berani menyehatkan ayahmu.,.?" Ketika itu ia melihat Yap Eng Ceng sudah siap dengan palu bajanya, ia segera menegur:
"Yap Cong Piauw! Aku telah menerima budimu, sampai kini aku belum dapat membalasnya Maka perkenankanlah aku mendampingi Souw Cong Piauw.,,."
"Tidak!" bentak Souw Peng Hai, "Partai Thian Liong aku telah bubarkan, kalian semua harus berlalu!"
Tetapi Yap Eng Ceng menggeleng-gelengkan kepala,
Tidak! Aku telah mengambil keputusan sehidup semati dengan Souw Cong Piauw, siapapun tak dapat memaksa aku untuk berlalu.,." katanya membandel
Tiba-tiba Souw Hui Hong menghampiri Bee Kun Bu. "Biarlah aku yang menggantikan jiwa ayahku. "
Bee Kun Bu terharu, ia tak dapat menyahut ia melangkah mundur dua tindak,
"Souw Siocia, nasehatilah ayahmu, supaya dia berlalu!" Kata-kata Bee Kun Bu itu dapat didengar Souw Peng Hai,
ia menjadi sangat gusar sekali.
"Aku si tua bangka belum menyerah kalah, ayo kita bertempur terus.,." dan iapun terus menyerang.
-ooo0ooo-
Partai silat Thian Liong dibubarkan
Souw Peng Hai menjadi gusar mendengar Bee Kun Bu menyuruh puterinya menasehatkan padanya untuk ber-latu, ia segera menyerang dengan toyanya, dengan tenangnya Bee Kun Bu menangkis dengan jurus Ban Lou Cu Si (Laba-laba menerkam mangsa), Souw Peng Hai segera merasakan toyanya tertarik dan pedang Bee Kun Bu terus menyabet tangan sehingga Souw Peng Hai terpaksa melepaskan toyanya. Bee Kun Bu tidak mau menggunakan kesempatan itu untuk terus menyerang atau membunuh mati lawan-nya, ia hanya berdiri menanti menghadapi lawannya yang sudah tak berdaya itu.
Yap Eng Ceng sudah siap menyambit Bee Kun Bu dengan palu besinya, akan tetapi ia dibentak oleh seorang wanita yang sedang jalan mendatangi
"Yap Piauw Touw, jangan kau mengacau lebih jauh!" bentaknya wanita itu.
Yap Eng Ceng menoleh ke belakang, dan melihat bahwa orang yang membentak itu adalah seorang wanita yang berusia empat puluh tahun lebih, mengenakan jubah seorang rahib perempuan, wajahnya alim dan sabar ia segera mengenali bahwa wanita itu adalah isterinya Souw Peng Hai, ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat
"Mengapa Hujin tidak berdiam di biara dengan tenang sebaliknya datang kemari?"
justru pada saat itu berlari-lari datang seorang pemuda yang pakaiannya serba kuning dan bersenjatakan pedang, Semua perhatian ditujukan kepada nya. Lalu dengan beringas mata pemuda itu, yang bukan lain daripada Co Hiong, menyapu Bee Kun Bu, Na Siao Tiap, Pek Yun Hui dan Pang Siu Wie.
"Bee-heng dan ketiga Siocia, maksud apakah kalian datang pula ke markas besar partai Thian Liong?" ia menegur dengan suara keras,
"Semua kejadian ini adalah karena perbuatanmu!" sahut Bee Kun Bu membuka kedok lawannya, Tahun yang lalu, ketika aku sedang menderita sakit di Thian Kie Ciok Hu, kau telah datang dan mencuri kitab-kitab Kui Goan Pit Cele Apakah kau masih menyangkal?" Co Hiong tertawa gelak-gelale "Aku toh telah mengembalikan kitab-kitab itu kepadamu dan kemudian para jago silat dari kesembilan partai silat berusaha merampas kitab-kitab itu dari ka!ian. Aku merampas kembali kitab-kitab itu dari tangan mereka, maka kini kitab-kitab tersebut telah menjadi milikku!" kata Co Hiong dengan Ucinnya.
Bee Kun Bu menjadi semakin gusar mendengar penyangkalannya,
"Jika kau masih tetap tidak mau mengembalikannya, aku terpaksa mengambilnya dengan kekerasan!" lalu dengan jurus Hong Piauw Lok Hua (angin menghembus bunga-bunga berserakan), ia menyerang sinar pedangnya berkiIau-kiIau.
Co Hiong tidak gentar menghadapi lawan yang lihay itu, iapun segera memutar-mutar pedangnya dan seperti orang yang menari-nari ia melindungi tubuhnya dari serangan- serangan lawannya sambil mencari lowongan untuk membalas menyerangnya Satu ketika kedua pedang itu beradu memuncratkan lelatu api keempat pen-juru, Segera Co Hiong merasa lengannya menjadi lum-puh, mulutnya panas dan pusing kepalanya
Harus diketahui bahwa Bee Kun Bu dapat belajar dari Na Stao Tiap ilmu mengerahkan tenaga dalam ajaib, dan ketika pedangnya beradu dengan pedang Co Hiong, tenaga dalam ajaib itu telah menyerang dan melum-puhkan tenaga dan semangat lawannya.
"Co Hiong, hentikan pertempuran dan kembalikan kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu!" teriak Souw Hujin memperingatkan. Namun peringatannya telah terlambat, Co Hiong yang telah terkena akibat dari ilmu tenaga dalam ajaib, telah memuntahkan darah segar dan terjungkal serta mati seketika, Bee Kun Bu menghampiri mayat Co Hiong dan menggeledah tubuhnya tapi ia tidak mendapatkan kitab sakti yang dimaksud, ia menjadi sangat masgul dan putus asa, hingga untuk beberapa saat lamanya ia berdiam diri, Di lain pihak Souw Peng Hai memandangi isterinya dan dengan suara yang halus ia berkata: "Lebih baik kau enyah dari sini, kau jangan turut campur urusan ini."
Tetapi Souw Hujin membantah, malah ia maju menghadapi suaminya,
"Selama dua puluh tahun kau bereita-cita ingin menjagoi di kalangan Kang-ouw, Untuk melaksanakan cita-citamu itu, kau telah membunuh entah beberapa banyak orang, Aku telah berkorban dan hidup terpencil di biara, Aku bersembahyang siang dan malam untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kau lekas-lekas insyaf akan kekeliruanmu itu, Akupun telah menyediakan tempat di biara untukmu, sekarang ada waktunya kau membuang cita-cita yang edan dan kejam itu, ikut dengan aku tinggal di biara dengan hati tenang dan tenteram," katanya untuk menginsyafkan suaminya,
Souw Peng Hai terkenang kembali akan peristiwa- peristiwa selama dua puluh tahun yang lampau ketika ia mulai bereita-cita menjagoi di kalangan Kang-ouw.
Meskipun Pek Yun Hui belum pernah menjumpai Souw Hujin, akan tetapi ketika melihat wanita itu disertai dengan Souw Hui Hong, ia segera menduga kepada isterinya Souw Peng Hai, Melihat sikapnya yang agung dan wajahnya yang alim sabar, ia sangat mengagumi dan menghormat Kata-kata Souw Hujin itu membuyarkan suasana yang tegang pada saat itu.
Untuk cita-citanya menjagoi di kalangan Kang-ouw, Souw Peng Hai telah membujuk dan mengumpulkan jago-jago silat dan membentuk partai silat Thian Liong untuk kemudian menggempur kesembilan partai silat yang dianggapnya sebagai seterunya, ia telah berhasil memperkuat partai silatnya dan telah berhasil pula mem-perluas daerah-daerah kekuasaan nya.
Ketika ia mengundang jago-jago silat dari kesembilan partai lainnya bertempur di tanah dataran tinggi Twan Hun Ya, ia telah menderita kekalahan, namun ia masih belum putus asa, ia hendak membangun pula untuk meneruskan cita- citanya, Karena ia telah mendapatkan kitab Kui Goan Pit Cek dari Co Hiong, ia telah memaksa Pek Yun Hui dan kawan- kawannya untuk datang ke markas besarnya dan di dalam pertempuran yang maha dahysat ku ia telah kehilangan banyak orang-orangnya, yang binasa di tangan musuh- musuhnya sehingga menderita kekalahan dan ha-bislah cita- citanya untuk dapat membangun kembali ke-kuatannya,
semenjak Souw Peng Hai bereita-cita demikian, isterinya telah berulang kali menasehatinya, tapi semua nasehat dan bujukan isterinya itu tidak dihiraukannya, Bahkan ia pernah membenci isterinya karena dianggapnya selalu merintangi kehendaknya, Sang isteri karena kesalnya telah minggat bersembunyi di suatu tempat yang terpencil
Souw Peng Hai pernah memerintahkan orang-orang-nya untuk mencari isterinya, tapi karena digosok-gosok Ong Han Siong dan Yap Eng Ceng, ia berhenti men-carinya, Lima tahun kemudian, isterinya kembali pula tapi hidup mengasingkan diri di suatu biara, Di biara itu Souw Hujin siang malam bersemadi memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar suaminya insyaf dan sadar dari kekeliruannya, ia tidak menerima pengunjung siapapun kecuali Souw Hui Hong, puterinya, Berka!i-kali Souw Peng Hai ingin menemuinya, tapi selalu ditotaknya, De-mikianlah suami isteri itu menjadi retak hubungan dan selama sepuluh tahun tak pernah bertemu.
Kini ketika Souw Peng Hai melihat isterinya datang ke tempat pertempuran dan menasehatkan kepadanya, ia menjadi terperanjat bereampur terharu, ia teringat akan peristiwa-peristiwa yang telah lampau, ia mengawasi wajah isterinya yang masih mencintai ia.
"Karena perbuatanmu, puteri kesayangan kita cuma satu- satunya ini telah kehilangan sebelah lengannya, ayolah ikut aku untuk kita dapat tinggal dalam suasana ketenteraman.,." kata sang isteri sambil terus berbalik dan berlalu Souw Peng Hai mengawasi semua orang di sekitarnya, lawan dan kawan,
"Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang mencelakakan bahkan membunuh mati banyak jago-jago silat selama seratus tahun ini, aku si tua bangka kini tidak perlu akan kitab-kitab ini lagi," lalu dari dalam kantong di dadanya ia mengambil keluar kitab- kitab tersebut dan dikem-balikannya kepada Pek Yun Hui, setelah mana ia terus mengikuti isterinya berlalu dari tempat itu.
Pek Yun Hui sambil memegangi kitab-kitab tersebut mengawasi Souw Peng Hai berlalu,
Baru sekarang Bee Kun Bu insyaf mengapa kitab sakti itu tidak berada di tubuh Co Hiong.
Bertepatan dengan kepergian pemimpin partai Thian Liong, terdengarlah suara seruan dari beberapa orang yang dipimpin oleh Tu Wee Seng dan segera rombongan itu datang menghampiri Pek Yun Hui, Tu Wee Seng tampil ke muka.
"Rupanya ketiga Siocia sudah berhasil merebut kembali ldtab-kitab Kui Goan Pit CeL Apakah kami dapat diberi kesempatan untuk melihat dan membacanya?" katanya kemudian,
Pek Yun Hui telah memperhatikan bahwa rombongan tersebut yang terdiri dari para jago silat dari kesembilan partai telah datang ke markas besarnya partai Thian Liong dengan maksud merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, Dan sebelumnya ia dapat menjawab pertanyaan Tu Wee Seng, ia lihat Sia Yun Hong dan Teng Lee telah mengejar Souw Peng Hai.
Sia Yun Hong dan Teng Lee pernah menderita luka dalam pertempuran melawan Souw Peng Hai, mereka sangat membencinya. Maka setelah mereka melihat Souw Peng Hai, mereka segera mengejarnya dengan maksud menghantamnya dari belakang, Tapi perbuatan mereka itu dapat dicegah oleh Bee Kun Bu yang segera meloncat menghalanginya dengan pedang terhunus,
"Bayangkanlah peristiwa tahun yang lalu ketika kita berada di tanah dataran tinggi Twan Hun Ya, jika Souw Peng Hai tidak memperkenankan kalian melukai jembatan gantung, pada detik ini apakah kalian masih hi-dup?!" ia berhenti sejenak untuk menantikan akibat dari peringatannya itu, Lalu ia meneruskan: "Kalian telah datang ke sini dengan maksud merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, tapi Souw Peng Hai yang telah menjadi sadar, dia telah mengembalikan kitab-kitab tersebut kepada Pek Siocia, Kalian tak mempunyai alasan lagi untuk membenci kepadanya,
Jika umpama kalian berhasil membunuh mati Souw Peng Hai, apakah perselisihan di kalangan Kang-ouw dapat selesai? Harus diketahui pula bahwa jago-jago silat partai Thian Liong belum semuanya turut bertempur Jika sekarang kalian membunuh mati pemimpinnya mereka itu pasti akan membikin pembalasan Dengan demikian, perselisihan dan pertarungan di kalangan Kang-ouw akan menjadi makin hebat.,.!"
Lalu Ceng Hian Totiang tampil ke muka,
"Empat orang dari partai kami telah tewas dan luka-luka, apakah soal itu dapat kami lupakan?"
"Partai Thian Liong telah menerbitkan segala ke-onaran, mereka harus terima segala akibatnya!" Sin Goan Tong turut bicara dan tanpa menghiraukan sesuatu, ia meloncat dan menyodok dengan toyanya, Dengan jurus Wa Tee Bie Kai (Menggurat Tapal Batas) Bee Kun Bu mengayunkan pedangnya menangkis sodokan toya tersebut
"Apakah dengan seorang diri kau dapat menakluki Souw Peng Hai?" bentak Bee Kun Bu. "Apakah kau anggap jago- jago silat dari kesembilan partai yang telah menjatuhkan jago- jago silat partai Thian Liong pada tahun yang lalu?" peringatan itu tepat benar, Sin Goan Tong segera berhenti menyerang Terlihat Ceng Hian Totiang maju sambil mengawasi gerak-gerik Pek Yun Hui dan kawan-kawan,
"Jika kali ini kau tidak memperlihatkan kepandaianmu aku khawatir urusan ini akan menjadi bertele-tele," pikir Bee Kun Bu,
ia mengangkat tangan memberi hormat kepada Ceng Hian Totiang, "Aku telah mengetahui bahwa Totiang adalah seorang pemimpin yang kenamaan dan bijaksana serta aku mohon Totiang suka menjelaskan tindakan yang aku ambil ini!" katanya kemudian Sambil mengangkat tangannya memberi hormat seraya mengerahkan tenaga dalamnya melancarkan jurus Gi Hoa Kiat Bok (Dengan daun bunga menyentuh batang kayu), salah satu ilmu menyerang lawan dengan tenaga dalam
"Aku hanya pemimpin biasa..." jawab Ceng Hian Totiang sambil menangkis serangan tenaga dalam dari tangan Bee Kun Bu, tapi telah terdampar mundur hingga ia jadi sangat terperanjat
Bee Kun Bu dapat melihat akibat jurus Gi Hoa Kiat Bok yang ia lancarkan tadi, kembali ia menggunakannya menyerang ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi yang berdiri di belakang Ceng Hian Totiang,
Tio Goan dan "po Ceng yang terdekat segera merasakan anginnya serangan itu dan berbareng mengeluarkan kedua tangan masing-masing untuk mencegahnya, Tio Hui yang berdiri paling belakang terpaksa mundur dua langkah.
"Aku mohon Sam-wie sudi lepaskan Souw Cong Piauw?!" kata Bee Kun Bu sambil tersenyum.
Ceng Hian Totiang, Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui yang telah dibikin terperanjat oleh serangan hembusan angin yang dilancarkan oleh Bee Kun Bu tanpa banyak cingcong segera mundur teratur Lain-lain jago silatpun tereengang melihat akibat serangan ajaib itu. Souw Hui Hong menghampiri Bee Kun Bu.
Terima kasih. Bee Siangkong menolong ayahku.,."
katanya, suaranya gemetar, lalu dengan wajah yang lesu ia mengikuti ayahnya,
"Hong Cici!" seru Lie Ceng Loan sambil mengejar Souw Hui Hong menoleh ke belakang dan tersenyum
"Loan Moi kau masih ingat kepadaku!" katanya kemudian
dengan nada sedih.
"Meskipun Cici telah berubah, aku takkan lupa," kata Lie Ceng Loan sambil memegangi tangannya Souw Hui Hong yang tinggal sebelah. "Bu Koko telah memberitahukan aku tentang keadaan Cici Jika Pek Cici telah berhasil mengambil kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, Bu Koko akan kembali ke kampung halamannya, dia tidak mau pusingi lagi segala urusan di kalangan Kang-ouw. Apakah Cici hendak ikut dengan kami?"
"Loan Moi, lebih baik kau saja yang menyertai Bu Kokomu," kata Souw Hui Hong sambil tersenyum dan memandangi Lie Ceng Loan, "Aku telah bertekad menjadi seorang rahib, mengabdi kepada Tuhan "
Lie Ceng Loan masih saja memegang erat-erat lengannya Souw Hui Hong,
"Loan Moi, biarlah dia pergi," kata Pek Yun Hui, "Aku pun hendak kembali ke pegunungan Koat Cong San bersama- sama Tiap Moi dan Pang Siu Wie. Bee Siangkong telah memahami ilmu-ilmu tenaga dalam maupun tenaga luar, aku yakin pada dewasa ini sedikit sekali jago silat yang dapat menandinginya, Kau boleh turut Bee Siangkong untuk sama- sama berlatih dan memperdalam ilmu silatmu!" sehabis berkata, bersama Na Siao Tiap dan Pang Siu Wie, Pek Yun Hui meninggalkan tempat itu.
Dengan mengeraskan hati Souw Hui Hong menyusul ayahnya, walau di dalam hatinya terasa amat sedih dan berat Dan Bee Kun Bu mengajak Lie Ceng Loan kembali ke kampung halamannya
Panorama di pegunungan Kwat Cong San sungguh indah permai menakjubkan, bagaikan dalam sebuah lukisan, Pagi harinya, terdengar pula kicauan burung yang amat merdu menyedapkan teIinga.
Pagi ini, tampak Pek Yun Hui dan Lie Ceng Loan duduk di bawah pohon, Tak henti-hentinya Pek Yun Hui memberi petunjuk pada Lie Ceng Loan mengenai ilmu silat, sedangkan Bee Kun Bu berdiri tak jauh dari situ menikmati keindahan alam di sekitarnya, Kenapa Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu berada di tempat tersebut bersama Pek Yun Hui?
Ternyata ketika Pek Yun Hui mau pergi bersama Na Siao Tiap dan Pang Siu Wie, mendadak Lie Ceng Loan berlari menyusulnya, kemudian mendekap di dada Pek Yun Hui sambil menangis terisak-isak lantaran tidak mau berpisah dengan Pek Yun Hui itu.
"Adik Loan. " Pek Yun Hui membelainya. "Hidup ada
kalanya berkumpul dan berpisah, kau jangan berduka karenanya!"
"Tapi. " Air mata Lie Ceng Loan berderai-derai.
Diam-diam Pek Yun Hui menarik nafas panjang, Kalau ia terus-menerus mendesak Lie Ceng Loan pulang ke kampung halaman di Cui Goat San Cung (perkampungan Bulan Air) bersama Bee Kun Bu, itu pasti amat melukai hati gadis tersebut, pikir Pek Yun Hui, oleh karena itu maka ia segera berkata.
"Adik Loan, aku tahu kau sangat menyayangiku, Namun demi masa depan Kun Bu dan dirimu, sehingga aku mendesakmu untuk pulang ke Cui Goat San Cung, Berhubung kau merasa berat berpisah denganku, maka aku memperbolehkan kalian ikut ke Kwat Cong San untuk tinggal di sana sebulan. Tapi aku pun harus menegaskan sebulan kemudian, kau dan Kun Bu harus pulang ke Cui Goat San Cung."
"Ya, Kakak Tay," sahut Lie Ceng Loan sambil mengangguk Oleh karena itu, Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu ikut Pek
Yun Hui ke pegunungan Kwat Cong San tersebut, hingga kini
sudah hampir setengah buIan.
Dalam setengah bulan itu, Pek Yun Hui sangat berhati hati menjaga jarak terhadap Bee Kun Bu, itu agar dapat memadamkan api cintanya terhadap pemuda tersebut, dan sekaligus melupakannya.
Pagi ini ketika Pek Yun Hui sedang memberi petunjuk ilmu silat pada Lie Ceng Loan di bawah pohon dekat gua Thian Ki, tiba-tiba muncul Giok Siau Sian Cu dan Pang Siu Wie bersama seorang pendeta Taosme.
Ternyata adalah Hian Ceng Totiang, salah seorang Kun Lun Sam Cu yang kesohor itu, Pek Yun Hui tahu Totiang itu adalah mantan guru Bee Kun Bu, maka gadis itu menyambutnya dengan hormat.
"Apa kabar Totiang? Kunjungan yang mendadak ini tentunya ada sesuatu penting, Ya, kan?" tanya Pek Yun Hui.
Sementara Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu pun telah melihat kedatangan Hian Ceng Totiang, maka gadis itu buru- buru berlutut. Walau Bee Kun Bu telah diusir dari pintu perguruan Kun Lun, namun ia tetap berlutut di hadapan Hian Ceng Totiang.
Hian Ceng Totiang cuma memandang mereka berdua yang berlutut di hadapannya, Wajahnya tampak wibawa dan serius, namun tidak menerima penghormatan itu, sebaliknya malah membalikkan badannya menghadap Pek Yun Hui dan berkata.
"Aku diperintahkan ketua untuk ke mari membawa Bee Kun Bu pulang ke gunung Kun Lun, harap nona tidak menghalangiku dan kuucapkan terimakasih se-banyak- banyaknya!" tambah Hian Ceng Totiang kemudian "Itu adalah urusan partai Kun Lun membersihkan pintu perguruan."
Tertegun Pek Yun Hui ketika mendengar ucapan "Membersihkan pintu perguruan", maka ia pun segera bertanya.
"Apa kesalahan Bee Kun Bu, bolehkah dijelaskan?"
Hian Ceng Totiang tidak menjawab, tapi wajahnya telah berubah dingin, Pek Yun Hui justru tertawa ringan
"Bee Kun Bu memang murid Kun Lun, tentunya harus mentaati peraturan-peraturan yang berlaku di partai Kun Lun pula. Tapi kini dia tinggal di sini dan menjadi tamuku, Maka kalau Totiang tidak mau menjelaskan tentang kesalahannya, Totiang terpaksa harus menunggu setengah bulan lagi setelah Bee Kun Bu meninggalkan Kwat Cong San ini. Pada waktu itu sudah tiada urusan dengan diriku, Namun seandainya Totiang berkeras ingin membawanya sekarang, haruslah menjelaskan apa kesalahannya, Jika tidak, itu sungguh tidak memberi muka padaku."
Hian Ceng Totiang diam saja, Apa yang dikatakan Pek Yun Hui memang masuk akal, kemudian ujarnya setelah berpikir lama sekali
"Bukan aku tidak mau menjelaskan melainkan Bee Kun Bu telah melakukan suatu pantangan rimba persilatan yang kalau dijelaskan tentunya memalukan sekali, sedangkan Nona adalah orang luar, maka lebih baik tidak usah bertanya tentang itu. Asal Nona memperbolehkan aku membawa Bee Kun Bu pergi, aku dan ketua pasti berterimakasih pada Nona."
"Aku sudah bilang, Bee Kun Bu adalah tamu di sini," tandas Pek Yun Hui sambil tertawa dingin, gadis itu kelihatan mulai gusar "Bagaimana kalau aku melarang siapa pun membawanya pergi?"
"Kalau begitu, bukankah Nona akan menentang partai Kun Lun dan sekaligus mencampuri urusan partai Kun Lun pula?" sahut Hiang Ceng Totiang sambil mengerutkan kening. Pek Yun Hui tertawa dingin lagi, lalu menatap Hian Ceng Totiang dengan tajam seraya berkata.
"Ketua partai Kun Lun Tong Leng Tojin bersifat picik dan tidak tahu aturan sama sekali, Tanpa suatu sebab apa pun dia mengusir Bee Kun Bu dari pintu perguruan, itu membuat semua orang tertawa hingga gigi rontok, Kini justru masih ke mari ingin membawa Bee Kun Bu kembali ke gunung Kun Lun, sekaligus meng-hukumnya, Kalau Totiang tidak menjelaskan apa kesalahannya lebih baik tunggu setengah bulan lagi!
Apabila Totiang berkeras ingin membawanya sekarang, maka aku pun akan bertindak pula."
Hian Ceng Totiang sudah tahu bahwa Pek Yun Hui mulai gusar, maka membuatnya merasa serba salah, ia pun tahu jelas betapa tinggi kepandaian Pek Yun Hui, maka ia tidak berani menggunakan kekerasan Akan tetapi, itu adalah perintah dari ketua Kun Lun, jadi ia harus bagaimana? Hian Ceng Totiang betul-betul terjepit sehingga menyebabkan nya salah tingkah.
Pada waktu bersamaan, Bee Kun Bu yang masih berlutut itu telah berderai-derai air matanya.
"Kakak Tay amat baik padaku, dalam hidupku ini sulit membaIasnya..." ujar Bee Kun Bu sambil menahan isaknya, "Kini guruku telah ke mari dengan maksud membawaku pulang ke gunung Kun Lun. Aku yakin diriku telah melakukan suatu kesalahan besar yang harus dihukum, Kalau aku membangkang dan terus tinggal di Kwat Cong San ini, bukankah akan menambah dosaku? Oleh karena itu, izinkanlah aku ikut guru kembali ke gunung Kun Lun!"
Padahal Pek Yun Hui dalam keadaan gusar, tapi ketika mendengar ucapan Bee Kun Bu. ia pun tidak tahu harus berbuat apa. sedangkan Hian Ceng Totiang amat terharu akan apa yang diucapkan Bee Kun Bu. ia menarik nafas panjang seraya berkata.
"Nona Pek sangat menaruh perhatian akan solidaritas, itu sungguh membuatku kagum. Berhubung Bee Kun Bu rela menyerahkan diri, maka aku pun harus memberitahukan tentang kesalahan yang lelah diper-buatnya."
seketika juga Pek Yun Hui dan Lie Ceng Loan mengarah pada Hian Ceng Totiang, Tepat di saat itu pula Hian Ceng Totiang melanjutkan ucapannya.
"Ketua kami memperoleh laporan, bahwa Bee Kun Bu telah melanggar kesusilaan Oleh karena itu ketua mengutusku ke mari untuk membawanya pulang ke Kun Lun, sekaligus menghukumnya."
"Bee Kun Bu melanggar kesusilaan apa, jangan-jangan itu merupakan suatu fitnahan atas dirinya," ujar Pek Yun Hui.
Gadis itu tahu jelas bagaimana sifat Bee Kun Bu, maka ia tidak pereaya Bee Kun Bu telah berbuat sesuatu yang melanggar kesusilaan.
"ltu memang benar," sahut Hian Ceng Totiang sambil menarik nafas panjang, "Dia berbuat yang bukan-bukan atas diri Souw Hui Hong, putri ketua partai Thian Liong."
Mendengar itu, seketika juga Bee Kun Bu jadi gugup dan tersentak ia masih ingat akan kejadian itu, yakin dengan akal busuk Co Hiong memaksanya menelan racun Hwa Kut Siau Yen San, kemudian Souw Hui Hong mati-matian menolongnya untuk memusnahkan racun tersebut.
sementara Pek Yun Hui justru tertawa panjang lalu memandang Hian Ceng Totiang dan berkata.
"Apa yang dikatakan Totiang ternyata adalah urusan itu, baiklah! Berhubung Kun Bu secara rela menyerahkan diri, maka aku pun tidak akan memaksanya untuk tetap tinggal di sini, Namun aku harap pihak Kun Lun harus menyelidiki urusan itu lebih cermal! Kalau tidak, aku pasti pergi menolongnya agar dia tidak mati penasaran di Kun Lun."
"Terimakasih Nona!" ucap Hian Ceng Totiang, "Aku pasti menyampaikan pada ketua, dan menyarankan untuk menyelidiki urusan itu."
Bee Kun Bu bangkit berdiri dan tampak begitu tenang karena merasa dirinya tidak melakukan perbuatan yang bukan-bukan terhadap Souw Hui Hong.
"Kepergianku ke Kun Lun entah akan hidup atau mati, harap Kakak Tay menjaga Ceng Loan baik-baik!" pesan Bee Kun Bu pada Pek Yun HuL
Pek Yun Hui mengangguk, namun Lie Ceng Loan segera bangkit berdiri dan berkata pada Hian Ceng Totiang.
"Paman guru, aku tidak bisa berpisah dengan Kakak Kun Bu. Karena paman guru membawanya pulang ke Kun Lun, maka aku juga ikuti Dia dihukum, aku pun pasti menemaninya untuk dihukum pula."
Hati Hian Ceng Totiang tersentuh, kemudian menarik nafas panjang lagi seraya berkata.
"Kalau begitu, mari kita berangkat!"
"Totiang dengar baik-baik!" Pek Yun Hui menegaskan sebelum Hian Ceng Totiang meninggalkan tempat itu, "Bee Kun Bu pergi ke Kun Lun dengan diliputi rasa penasaran Kalau dalam sepuluh hari partai Kun Lun tidak bertindak adil dan bijaksana terhadap Bee Kun Bu, maka aku pasti ke Kun Lun menemui Tong Leng Tojin untuk membuat perhitungan!!
Hian Ceng Totiang tidak menyahut melainkan segera mengajak Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan meninggalkan tempat itu.
sementara Giok Siauw Sian Cu cuma diam saja, namun iblis wanita itu amat gusar dalam hati, Kalau tidak melihat keberadaan Pek Yun Hui di situ, ia pasti sudah menyerang Hian Ceng Totiang. Setelah Hian Ceng Totiang membawa pergi Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, Giok Siauw Sian Cu pun mengikuti mereka secara diam-diam.
Tong Leng Tojin, ketua partai Kun Lun masih dalam keadaan marah besar, maka langsung mengurung Bee Kun Bu di dalam ruang batu, itu agar Bee Kun Bu menghukum dirinya sendiri untuk mencuci bersih nama partai Kun Lun.
Betapa gugupnya hati Giouk Siauw Sian Cu setelah mengetahui masalah itu. iblis wanita tersebut segera menyusup ke gunung Kun Lun, lalu memasuki Sam Ceng Koan melalui pintu belakang, Akan tetapi ia sama sekali tidak tahu berada di mana ruang batu itu. ia terpaksa mencari ke sana ke mari, namun tidak menemukannya.
Giok Siauw Sian Cu amat penasaran dan mulai putus harapan, Pada waktu bersamaan muncul Oey Ci Eng yang mendapat perintah untuk meronda ruang batu itu.
Betapa girangnya Giok Siauw Sian Cu, ia langsung melesat ke arah Oey Ci Eng, dan bergerak cepat mencekal urat nadi kematian di lengan Oey Ci Eng itu. justru sungguh kebetu!an, mendadak muncul pula Lie Ceng Loan yang ingin menengok Bee Kun Bu, Hati gadis itu terkesiap ketika melihat kehadiran Giok Siauw Sian Cu di situ, sedangkan Oey Ci Eng segera berseru.
"Loan Sumoy, cepat panggil guruku ke mari!"
Lie Ceng Loan langsung berlari pergi, tak lama ia sudah kembali ke situ bersama Tong Leng Tojin dan Hian Ceng Totiang, Gadis itu tahu Tong Leng Tojin masih marah besar terhadap Bee Kun Bu, maka ia pun memanggil Hian Ceng Totiang.
Ketika melihat Giok Siauw Sian Cu mencekal urat nadi kematian di lengan Oey Ci Eng, seketika juga Tong Leng Tojin tertawa dingin.
"Giok Siauw Sian Cu sudah amat terkenal dan malang melintang di rimba persilatan tapi kini justru menyusup ke mari dan menyandera murid partai Kun Lun. Apakah tidak takut akan ditertawai kaum Bu Lim?" ujar Tong Leng Tojin menyindir dengan suara dingin.
"Hi hi!" Giok Siauw Sian Cu tertawa cekikikan, kemudian sahutnya hambar, "Aku akan melepaskan orang ini, asal pintu ruang batu dibuka! Aku akan menolong Bee Kun Bu untuk meninggalkan tempat ini! Kalau tidak, muridmu ini pasti mati di tanganku!"
Hian Ceng Totiang terkejut bukan main, karena ia tahu jelas watak Giok Siauw Sian Cu, apa yang dicetuskan pasti dilaksanakannya, Oleh karena itu, ia pun menyahut setelah berpikir sejenak.
"Bee Kun Bu adalah murid partai Kun Lun yang telah merusak nama baik partai Kun Lun, maka dikurung di dalam ruang batu, itu adalah perintah dari kelua, lagi pula ini adalah urusan partai Kun Lun, tiada kaitannya dengan Sian Cu!"
"Tidak salah!" sahut Giok Siauw Sian Cu sambil tertawa, "Semua orang mengatakan bahwa Kun Lun Sam Cu adalah orang berkepandaian tinggi dalam rimba persilatan tapi tidaklah demikian setelah aku berhadapan dengan kalian!
Ternyata Kun Lun Sam Cu cuma mementingkan diri sendiri, sama sekali tidak bisa membedakan yang bersalah dan yang benar!"
Tertegun Hian Ceng Totiang mendengar ucapan itu. ia mengerutkan kening sambil menatap Giok Siauw Sian Cu dan bertanya.
"Apa maksud Sian Cu? Harap dijelaskan agar aku mengelahuinya?"
"Hm!" dengus Giok Siauw Sian Cu dingin, "Menurut aku, Bee Kun Bu sama sekali tidak merusak nama baik perguruannya! Kalau pun dia melanggar peraturan yang berlaku dalam partai Kun Lun, itu juga harus dibebaskan mengingat akan perjuangannya menghadapi partai Thian Liong demi membela sembilan partai besar di Toan Hun Giam! Lagi pula Totiang cuma tahu Bee Kun Bu melanggar kesusilaan, tidak tahu seluk-beluk urusan itu, langsung mengurungnya di dalam ruang batu, agar dia menghukum dirinya sendiri! itu merupakan suatu tindakan ceroboh yang dilakukan Kun Lun Sam Cu!"
Padahal sesungguhnya, Hian Ceng Totiang amat menyayangi Bee Kun Bu, muridnya itu, Namun karena ada perintah dari adik seperguruannya selaku ketua, sehingga terpaksa melaksanakan perintah tersebut walau merasa tidak tega terhadap Bee Kun Bu.
"Bec Kun Bu mali-matian melawan Souw Peng Hai di Toan Hun Giam, secara tidak langsung dia telah mengangkat nama partai Kun Lun! Bahkan kemudian dia berhasil pula menolong partai-partai lain, semua itu adalah jasanya!" ujar Giok Siauw Sian Cu melanjutkan "Mengenai kejadian dirinya dengan Souw Hui Hong, itu karena dia telah menelan racun Hwa Kut Siau Yen San, sehingga membuatnya kehilangan kesadarannya! Kun Lun Sam Cu tidak berani mengadakan penyelidikan terhadap partai Thian Liong, sebaliknya malah menim-pakan dosa itu pada Bee Kun Bu. Maka bagaimana mungkin orang lain akan merasa puas terhadap tindakan Kun Lun Sam Cu? Oleh karena itu, hari ini aku pasti meno!ongnya! Kalau Totiang berani menghalangiku, jangan menyalahkan kalau aku bertindak kejam terhadap partai Kun Lun!"
Usai berkata begitu, Giok Siauw Sian Cu pun mengeraskan cekalannya, sehingga membuat sekujur badan Oey Ci Eng bergemelaran dan keringat dingin pun bereucuran membasahi pakaiannya.
Pada waktu bersamaan, Tong Leng Tojin melesat ke arah pintu ruang batu, dan sekaligus menekan sebuah tombol rahasia, seketika juga pintu ruang batu itu terbukti
"Bee Kun Bu, keluarlah engkau! Kini muncul Giok Siauw Sian Cu membela dirimu, bahkan Nona Pek pun akan melindungimu maka pereuma kau berada dalam partai Kun Lun!" bentak Tong Leng Tojin dan menambahkan "Saat ini aku memutuskan bahwa kau sudah bukan murid partai Kun Lun lagi! Mulai saat ini, dirimu sudah putus hubungan dengan kami, dan kau boleh ke mana saja! Tapi kalau kau berani menyinggung partai Kun Lun, jangan bilang aku bertindak kejam terhadapmu!"
"Menghormati guru juga harus melihat guru macam apa itu!" Terdengar suara sahutan dingin di belakang Tong Leng Tojin. "Kini Bee Kun Bu telah diusir dan tidak diakui sebagai murid partai Kun Lun lagi, kenapa masih harus ditegur secara tajam pula?"
Ketika mendengar suara itu, Hian Ceng Totiang sudah tahu bahwa dia adalah Pek Yun Hui. Tidak salah! Yang menyahut dengan suara dingin itu memang Pek Yun Hui. Gadis itu melangkah perlahan mendekati pintu ruang batu itu. Begitu melihat Giok Siauw Sian Cu menyandera Oey Ci Eng, ia pun berkata dengan dingin
"Mengapa kau masih menyandera orang? Murid kesayangan yang telah sepuluh tahun lebih, masih diusir begitu saja! Apakah kau tidak tahu akan hal itu?"
Setelah mendengar perkataan Pek Yun Hui, Giok Siauw Sian Cu pun segera melepaskan tangannya.
"Betul!" sahutnya, "Aku turuti perintahmu!"
"Kakak Kun Bu tidak bersalah, dan kini dia telah diusir dari sini, maka aku pun ikut dia pergi!" seru Lie Ceng Loan mendadak dengan air mata berderai.
Seruan itu membuat Hian Ceng Totiang teringat akan beberapa hal, yakni mengenai Pek Yun Hui yang menolong Giok Cin Cu ketika terkena racun ular, bahkan juga menolong Tong Leng Tojin. Kalau tiada Pek Yun Hui, mungkin Giok Cin Cu dan Tong Leng Tojin sudah mati. Teringat akan hal itu, Hian Ceng Totiang pun merasa tidak enak terhadap Pek Yun Hui. Akan tetapi, Bee Kun Bu amat menghormati guru-nya, apakah dia akan ikut Pek Yun Hui meninggalkan gunung Kun Lun? ini yang dipikirkan Hian Ceng Totiang, otomatis Hian Ceng Totiang mengarahkan pada ruang batu itu, ia yakin Bee Kun Bu telah mendengar semua itu.
Yang lain pun ikut mengarah pada ruang batu tersebut namun tidak terdengar suara apa pun di dalam ruang batu itu, seakan tiada penghuninya.
"Bee Kun Bu!" bentak Tong Leng Tojin dingin, "Kini engkau sudah bukan murid Kun Lun lagi, cepatlah engkau keluar dan segera tinggalkan tempat ini!"
Walau Tong Leng Tojin membentak keras, tapi di dalam ruang batu itu tetap sunyi, tiada suara apa pun.
Hali Hian Ceng Totiang tersentak dan membatin. Celaka! Mungkin Bee Kun Bu telah mendengar semua ini, sehingga dia....
"Kun Bu!" teriak Hian Ceng Totiang sambil melesat ke dalam ruang batu, "Jangan berbuat bodoh!"
Semua orang terkejut dan langsung menerobos ke dalam ruang batu itu dengan hati berdebar-debar tegang, karena mengira Bee Kun Bu telah membunuh diri.
Akan tetapi, sungguh di luar dugaan, ternyata kosong ruang batu itu, tiada bayangan Bee Kun Bu. Hian Ceng Totiang mengerutkan kening, kemudian sepasang matanya mengarah pada jendela terali besi. Tampak semua terali besi itu telah bengkok membentuk sebuah lubang.
Menyaksikan itu, Hian Ceng Totiang sudah menduga ada orang yang berkepandaian amat tinggi memasuki ruang batu, melalui jendela dengan cara membengkokkan terali besi yang besar dan kuat itu. ia yakin pula bahwa itu bukan perbuatan Bee Kun Bu, sebab Bee Kun Bu tidak memiliki lweekang yang setinggi itu. Pek Yun Hui segera mendekati jendela tersebut, begitu pula Tong Leng Tojin, namun wajahnya tampak dingin, sedangkan kening Pek Yun Hui terus berkerut Kelihatannya gadis itu sudah dapat menduga siapa yang datang menolong Bee Kun Bu. Kelika semua orang berdiri termangu, Pek Yun Hui justru menghampiri Giok Siauw Sian Cu dan berkata.
"Kini Bee Kun Bu sudah tidak berada di sini, Pereuma kita tetap berada di sini, lebih baik kita ke Kwal Cong San untuk berunding!"
Ketika berkata, sepasang mata Pek Yun Hui mengarah pada Lic Ceng Loan dengan penuh kasih sayahg.
itu tidak terlepas dari mata Hian Ceng Totiang, Diam-diam ia berlega hati karena yakin bahwa Pek Yun Hui bukan gadis cgois, dan setuju pula apabila Lic Ceng Loan ikut gadis itu, Namun yang memutuskan adalah Tong Leng Tojin, maka Hian Ceng Totiang diam saja.
Ketika melihat Pek Yun Hui mau pergi, Lic Ceng Loan segera menarik tangannya seraya berkata terisak.
"KakakTay, aku ikut pergi cari Kakak Kun Bu! Kalau tidak bertemu dengannya, aku pun tidak mau hidup lagi. Aku... aku ikut Kakak ya!"
"Baiklah!" Pek Yun Hui mengangguk "Mari kita pergi cari Kakak Kun Bumu!"
"Terimakasih, Kak!" ucap Lic Ceng Loan.
Pek Yun Hui tersenyum lembut, tangannya menarik Lic Ceng Loan meninggalkan tempat itu. Giok Siauw Sian Cu pun mengikuti mereka dari belakang.
Hening suasana di dalam ruang batu, sedangkan Tong Leng Tojin masih diliputi kegusaran, ditambah melihat jendela itu dan Bee Kun Bu menghilang, otomatis membuat kegusarannya memuncak Namun mengingat Bee Kun Bu adalah murid Hian Ceng Totiang, kakak seperguruannya, maka ia pun tidak berani melampiaskan kegusarannya, Bee Kun Bu memang berbakat alam, namun sepasang alisnya penuh mengandung hawa membunuh, maka pasti akan menimbulkan kemelut dalam rimba persilatan Kini dia telah diusir dari pintu perguruan Kun Lun, maka kelak harus berhati- hati menerima murid! Tong Leng Tojin membatin.
Hian CengTotiang diam saja, sebab Tong Leng Tojin adalah ketua, bagaimana mungkin ia berani berkomentar? Apa yang akan terjadi kelak, itu sudah takdir ia pun membatin Siapa yang menolong Bee Kun Bu? ini membuatnya tidak habis berpikir
"Aaaakh...!" Tiba-tiba Tong Leng Tojin menarik nafas panjang, "Selama tiga ratus tahun ini, partai Kun Lun tidak pernah mengalami hal yang memalukan seperti ini. Namun setelah aku menjabat sebagai ketua, justru terjadi Aku merasa malu terhadap kakek guru pendiri partai Kun Lun, Mengenai murid murtad Sam Sumoy bernama Liong Giok Pin itu, kini walau masih dihukum di ruang batu, namun aku telah mengambil keputusan untuk tidak mencampurinya. itu terserah Sam Sumoy menghukumnya."
"Sutee jangan putus asa.,." ujar Hian Ceng Totiang, ia sudah tahu kenapa Tong Leng Tojin berkata begitu, tidak lain karena merasa kecewa terhadap Bee Kun Bu. "Menurul aku, Bee Kun Bu berbuat itu bukan berdasarkan kemauannya, maka dia bersedia ikut aku ke mari. Lagi pula kini kita masih belum tahu jelas akan kejadian itu, maka tidak baik kita langsung menghukumnya Tentang Liong Giok Pin yang duluan di kurung di dalam ruang batu, janganlah kita cepat- cepat meng-hukumnya, lebih baik menunggu setelah kita memperoleh informasi mengenai jejak Bee Kun Bu!"
"Aaakh...!" Tong Leng Tojin menarik nafas Iagi. "Saat ini hatiku sedang kacau, Memang ada baiknya Suheng dan Sam Sumoy saja yang memutuskan agar aku tidak bertindak salah lagi." "Suheng!" Mendadak muncul Giok Cin Cu. Ketika melihat ruang batu itu telah kosong, seketika juga wajahnya berubah pucat pias, "Dimana Kun Bu? Apakah Suheng telah "
"Sumoy tidak usah cemas!" ujar Hian Ceng Totiang dan memberitahukan tentang Bee Kun Bu telah hilang.
"Oh?" Giok Cin Cu terbelalak "Kalau begitu, Kun Bu telah hilang jejaknya? Nona Pek memang telah berbudi pada partai kita, tapi,., dia pun tidak boleh mendesak Suheng. "
"Pek Yun Hui mendesakku karena ingin menolong Bee Kun Bu, lagi pula sebelumnya telah muncul Giok Siauw Sian Cu membela Bee Kun Bu. Tapi tak disangka Bee Kun Bu justru telah ditolong orang lain. Begitu banyak orang ingin menolongnya, itu pertanda dia tidak bersalah, malah akulah yang bertindak salah terhadap Bee Kun Bu. Oleh karena itu, mengenai Liong Giok Pin, aku serahkan pada Sumoy saja untuk mengurusinya."
"Aku terima perintah Suheng," sahut Giok Cin Cu cepat.
Tong Leng Tojin menggeleng-gelengkan kepala, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruang batu itu.
"Toa Suheng!" ujar Giok Cin Cu setelah Tong Leng Tojin pergi, "Ji Suheng tampak begiiu kecewa, lalu aku harus bagaimana menghukum Liong Giok Pin? Harap Toa Suheng sudi memberi petunjuk padaku!"
"Kini Sutee masih dalam keadaan gusar, lebih baik kita tunggu kegusarannya reda, barulah kita berunding dengannya!"
"Baiklah." Giok Cin Cu mengangguk "Lalu bagaimana dengan Bee Kun Bu? Apakah kita membiarkannya melanggar peraturan itu?"
"Kun Bu berhati baik dan amat mentaati peraturan partai.
Sudah dua belas tahun dia bersamaku, tentunya aku tahu jelas bagaimana watak dan sifatnya, Mengenai kejadian itu, sudah jelas ada sesuatu di balik kejadian itu pula. Kalau tidak, bagaimana mungkin orang yang berkepandaian tinggi itu sudi menolongnya? Berhubung dia adalah muridku, maka aku pun harus pergi mencarinya, dan sekaligus menyelidiki kejadian itu, Harap Sumoy baik-baik menjaga diri!"
Usai berkata begitu, Hian Ceng Totiang pun mengayunkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Giok Cin Cu tidak menyangka Hian Ceng Totiang begitu cepat pergL Saking tertegun ia malah berdiri termangu- mangu.
Berselang beberapa saat kemudian, Giok Cin Cu pergi ke ruang batu tempat Liong Giok Pin dikurung di situ. ia membuka pintu ruang batu itu tanpa seizin Tong Leng Tojin, lalu melangkah ke dalam.
Begitu melihat Giok Cin Cu, Liong Giok Pin segera berlutut sambil menangis terisak dengan air mata bereucuran dan wajahnya pun tampak pucat pias.
"Giok Pin telah berbuat dosa, mohon guru sudi menghukum Giok Pin!" ujarnya dengan suara bergemetar.
"Anak Pin. " Sepasang mata Giok Cin Cu telah basah.
Karena Giok Cin Cu sama sekali tidak mencaci Liong Giok Pin, maka justru membuat gadis tersebut semakin sedih. seandainya Giok Cin Cu mencaci atau memukuL nya, mungkin akan membuatnya merasa agak enak. Na-mun Giok Cin Cu malah memanggilnya "Anak Pin" dan begitu lembut suaranya, Oleh karena itu seketika juga Liong Giok Pin memeluk kaki Giok Cin Cu erat-erat
"Anak Pin, bangunlah!" ujar Giok Cin Cu dan memberitahukan "Sesungguhnya paman gurumu ingin meng- hukummu, tapi mendadak Bee Kun Bu ditolong orang yang berkepandaian tinggi, maka paman gurumu menyuruhku menghukummu. Anak Pin, kita adalah guru dan murid, juga boleh dikatakan sebagai ibu dan anak pula, Oleh karena itu, aku akan membuka pintu ruang batu ini, dan kau boleh pergi atau menunggu paman guru menghukummu!" "Guru. " Liong Giok Pin tahu betapa sayangnya Giok Cin
Cu padanya, maka ia pun mengambil suatu keputusari, Mendadak ia mengangkat sebelah tangannya, kemudian diarahkan pada kepalanya sendiri, Ternyata ia ingin membunuh diri.
itu tidak terlepas dari mata Giok Cin Cu. Secepat kilat ia menotok lengan Liong Giok Pin, dan seketika Liong Giok Pin merasa lengannya menjadi ngilu.
"Anak Pin!" Giok Cin Cu menggeleng-gelengkan kepala, "Kenapa kau begitu bodoh dan ceroboh? seharusnya kau menuntut balas demi mencuci bersih nama-mu! Bukan dengan cara membunuh diri!"
"Guru. " Liong Giok Pin menangis sedih, "Kini hati Giok
Pin kacau balau, tidak tahu harus bagaimana? Mohon guru sudi memberi petunjuk pada Giok Pin!"
"Kau harus tetap hidup demi membersihkan dirimu, lalu menuntut balas pada orang yang telah mencelakaimu! janganlah kau mati secara penasaran, mengerti?"
"Mengerti, Guru!" Liong Giok Pin mengangguk
"Kaiau begitu, kau harus baik-baik menjaga diri!" pesan Giok Cin Cu sambil menatapnya dengan penuh kasih sayang.
"Ya, Guru!" Liong Giok Pin mengangguk lagi. "Tadi Guru bilang Kun Bu ditolong orang yang berkepandaian tinggi, apakah itu akan menimbulkan suatu badai?"
"Yaah!" Giok Cin Cu menarik nafas panjang, "Bee Kun Bu dikurung di dalam ruang batu, muncul Giok Siauw Sian Cu membelanya, bahkan Pek Yun Hui pun turut campur, sekaligus mendesak paman gurumu melepaskan Bee Kun Bu. Akhirnya paman gurumu terpaksa membuka pintu ruang batu itu. Namun. tidak tampak Bee Kun Bu di dalam ruang batu,
sudah jelas Bee Kun Bu ditolong orang, Oleh karena itu Hian Ceng, paman gurumu itu lelah pergi mencari Bee Kun Bu, entah bagaimana nanti.-?"
"Guru!" Liong Giok Pin teringat sesuatu,. "Mungkin guru masih ingat pada Na Siao Tiap yang pernah bersama Pek Yun Hui, Jangan-jangan Na Siao Tiap yang menolong Bee Kun Bu."
"Entahlah!" Giok Cin Cu menggelengkan kepala, lalu meninggalkan ruang batu itu dengan wajah muram, ia pun tidak habis berpikir, siapa yang menolong Bee Kun Bu? Yang jelas orang itu berkepandaian amat tinggi, Mung-kinkah Na Siao Tiap? Giok Cin Cu ragu akan hal itu.
sebetulnya Bee Kun Bu ditolong oleh siapa? itu memang merupakan suatu teka-teki bagi Giok Cin Cu dan kedua saudara seperguruannya.
*****
Bab ke 2 - Mulai Belajar Kepandaian Tinggi
Ternyata Bee Kun Bu ditolong oleh orang tua berjubah biru. Pada waktu itu Bee Kun Bu sedang duduk tereenung di dalam ruang batu, Tiba-tiba berkelebat sosok bayangan menuju jendela, kemudian membengkokkan terali besi dan melayang ke dalam.
Bee Kun Bu terkejut bukan main, ia segera memandang orang tua jubah biru itu dengan mata terbeliak. Orang tua jubah biru pun mengamati Bee Kun Bu dengan penuh perhatian lalu bergumam
"Kau memang tampan dan merupakan sebuah batu mustika, jangankan Lan Tay Kong Cu dan anak Tiap, aku sendiri pun tidak pernah bertemu pemuda semacam kau....
Ketika mendengar orang tua jubah biru bergumam demikian, Bee Kun Bu pun sudah menduga bahwa orang tua itu pasti mempunyai hubungan dengan Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, maka ia segera memberi hormat
"Maaf, bolehkah aku tahu siapa Locianpwee?" Orang tua jubah biru cuma tersenyum, dan masih terus mengamati Bee Kun Bu dengan penuh perhatian, kelihatannya hatinya amat tertarik pada pemuda itu.
"Tong Leng Tojin, ketua partai Kun Lun itu memang sangat terkenal dalam rimba persilatan namun juga amat ceroboh," gumam orang tua jubah biru lagi sambil menggeleng- gelengkan kepala, "Sebelum tahu jelas suatu urusan, justru sudah mengurungmu di sini, itu sungguh keterlaluan!"
Gumaman orang tua jubah biru bernada mencela Tong Leng Tojin, Hal itu membuat Bee Kun Bu merasa tidak senang.
"Locianpwee, Bee Kun Bu ingin menyatakan. "
Orang tua jubah biru mengibaskan tangannya, agar Bee Kun Bu tidak melanjutkan ucapan nya, kemudian ujarnya dengan suara rendah.
"Hwa Kut Siau Yen San merupakan obat yang amat beracun, jangankan engkau, seandainya Tong LengTojin yang menelan obat itu, dia pun pasti kehilangan ke-sadarannya, Souw Hui Hong dan engkau memang telah ditakdirkan, itu diluar perhitungan manusia, Lalu engkau tidak memikirkan nama baik diri sendiri dan tidak menghiraukan diri Souw Hui Hong, bahkan ingin membunuh diri. perbuatanmu itu amat bodoh, bahkan membuatku gusar!"
Memang tidak salah, Bee Kun Bu sudah mengambil keputusan untuk membunuh diri, Oleh karena itu tidak heran ia amat terkejut ketika orang tua jubah biru mencetuskannya.
"Tapi...." Bee Kun Bu menundukkan kepala,". aku telah
mempermalukan nama baik perguruan Kalau aku tidak bunuh diri, lalu apa yang harus kulakukan? Aku mohon sudilah kiranya Locianpwee memberi petunjuk padaku!"
"Hm!" dengus orang tua jubah biru dingin, "Engkau cuma ingin bunuh diri, setelah engkau bunuh diri, apakah bisa mencuci bersih nama perguruanmu dan menyambung lengan Souw Hui Hong yang telah putus itu?" Bee Kun Bu diam saja, sedangkan orang tua jubah biru melanjutkan ucapannya sambil menatapnya tajam.
"Engkau harus tahu, kalau engkau mati, justru akan menimbulkan malapetaka bagi partai Kun Lun."
"Kenapa begitu?" Bee Kun Bu tertegun "Mohon Locianpwee sudi menjelaskannya!"
"Tentunya engkau sudah tahu bagaimana kepandaian Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, seandainya engkau bunuh diri di sini, bukankah mereka berdua akan menuntut balas pada partai Kun Lun? Engkau sama sekali tidak memikirkan itu?"
"Kalau begitu, aku harus bagaimana?"
"Aku harus memberitahukan. Pek Yun Hui adalah putri kaisar masa kini, gelarnya adalah Lan Tay Kong Cu (Putri Lan Tay), Karena kaisar amat mempereayai para menteri durjana, maka Lan Tay Kong Cu mengikuti aku ke Kwat Cong San untuk belajar ilmu silat, Kini kerajaan dalam bahaya, sudah waktunya Lan Tay Kong Cu kembali ke istana untuk menasihati kaisar Engkau pun telah menyatu hati dengannya, maka engkau harus berusaha menasihatinya, agar dia mau kembali ke istana."
Betapa terkejutnya Bee Kun Bu, ia sama sekali tidak menyangka Pek Yun Hui adalah putri kaisar dengan gelar Lan Tay Kong Cu, namun ia harus bagaimana menasihati Pek Yun Hui agar mau kembali ke istana?
"Locianpwee, kini aku masih dikurung di ruang batu ini, cara bagaimana aku menasihati Pek Yun Hui? Tiada kesempatan bagiku untuk menemuinya."
"Aku akan membawamu pergi dari ruang batu ini." "Tapi itu melanggar peraturan, aku... tidak bisa pergi!"
"Hm!" dengus orang tua jubah biru. "ltu adalah demi kerajaan dan rakyat Kalau engkau tidak mau pergi menasihati Pek Yun Hui, pertanda engkau cuma mementingkan diri sendiri."
"Tapi. "
"Apa boleh buat!" Wajah orang tua jubah biru tampak serius, kemudian mendadak menotok jalan darah gagu di tubuh Bee Kun Bu. Setelah itu langsung menyambar Bee Kun Bu, dan sekaligus melesat ke luar melalui jendela.
Siapa orang tua jubah biru itu, ternyata adalah ayah kandung Na Siao Tiap yang telah mengetahui semua masalah Bee Kun Bu.
Setelah meninggalkan ruang batu itu, orang jubah biru pun membebaskan totokannya dan berkata pada Bee Kun Bu.
"Aku bertindak demikian karena terpaksa, lagi pula Tong Leng Tojin pun sudah tidak mengakuimu sebagai murid partai Kun Lun. Kalau engkau masih ingin pulang ke Kun Lun juga pereuma, sebab Kun Lun Sam Cu tidak akan menerimamu."
"Kalau begitu, aku harus bagaimana?" Bee Kun Bu menggeleng-gelengkan kepala dengan wajah murung, "Mohon Locianpwee sudi memberi petunjuk padaku!"
Orang tua jubah biru atau Na Hai Peng menatap Bee Kun Bu dalam-dalam, lama sekali barulah menjawab.
"Kini engkau telah bebas, maka engkau pun punya hak untuk ke mana saja."
"Aku punya hak untuk ke mana saja?" Bee Kun Bu mengernyitkan kening, "Aku harus ke mana?"
"Ha ha!" Na Hai Peng tertawa, "Engkau boleh ikut aku." "Aku ikut Locianpwee?" Bee Kun Bu tereengang.
"Betul." Na Hai Peng mengangguk sambil tersenyum "Kalau tidak, untuk apa aku menolongmu?" "Terimakasih, lo cianpwe!" ucap Bee Kun Bu. "Tapi... aku masih tidak paham akan dua ha!, bolehkah Locianpwee menjelaskannya?"
"Mengenai hal apa?" Na Hai Peng menatapnya. "Beritahukanlah! Kalau aku bisa menjelaskan pasti kujelaskan-
"Pertama, Locianpwee ingin membawaku ke mana? Ke dua, cara bagaimana aku menasihati Pek Yun Hui agar dia mau kembali ke istana?"
"Aku akan membawamu ke Kwat Cong San agar Pek Yun Hui tidak menaruh salah paham terhadap partai Kun Lun," jawab Na Hai Peng menjelaskan "Mengenai bagaimana cara engkau menasihati Pek Yun Hui agar dia mau kembali ke istana, tentunya aku punya akal. Tapi itu sesudah kita tiba di Kwat Cong San, barulah kita membicarakannya lagi."
"Oooh!" Be Kun Bu manggut-manggut, kemudian ia menatap Na Hai Peng seraya bertanya. "Kalau begitu, siapa sebenarnya Locianpwee?"
"Dulu aku adalah pengawal dalam istana bernama Na Hai Peng, Na Siao Tiap adalah anak kandungku, sedangkan Lan Tay Kong Cu adalah majikanku, Tentang ini hanya beberapa orang yang mengelahuinya, oleh karena itu, engkau pun harus tutup mulut menjaga rahasia tersebut."
"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut dan berkata, "Mulai sekarang, kalau ada urusan yang menyangkut Pek Yun Hui dan adik Tiap, aku pasti menuruti petunjuk Locianpwee."
"Bagus! Bagus!" Na Hai Peng tertawa gelak dan segera melanjutkan perjalanan menuju Kwat Cong San.
Dalam perjalanan selanjutnya, mereka berdua menggunakan ilmu meringankan tubuh, tentunya Bee Kun Bu tidak mampu menyamai Na Hai Peng, Akan tetapi, Bee Kun Bu justru ingin menandingi Na Hai Peng dalam hal ginkang, Pemuda itu berpikir, apabila ia mampu lebih cepat selangkah, bukankah itu amat membanggakan? Karena punya pikiran demikian, maka Bee Kun Bu pun ingin mencoba nya. seandainya ia gagal, itu tidak jadi masalah, Oleh karena itu, ia segera mengerahkan ginkangnya dengan penuh semangat
Akan tetapi, walau telah mengerahkan ginkangnya dengan segenap tenaga, ia tetap tertinggal lima langkah di belakang Na Hai Peng. Padahal Na Hai Peng tampak begitu santai mengayunkan kakinya.
Kini sekujur badan Bee Kun Bu telah berkeringat, bahkan nafasnya pun mulai memburu, akhirnya ia terpaksa memperlambat langkahnya.
Pada waktu bersamaan, Na Hai Peng juga berbuat begitu sambil memandang Bee Kun Bu, lalu berhenti.
"Locianpwee!" Bee Kun Bu juga ikut berhenti dengan perasaan heran, "Kenapa Locianpwee berhenti? Bukankah kita sedang memburu waktu menuju Kwat Cong San?"
"Betul." Na Hai Peng tersenyum "Kita memang harus buru- buru sampai di tempat itu, Aku lihat ginkangmu cukup lumayan, namun masih belum mencapai ke tingkat Ling Khong Sih Tou (Terbang di angkasa)."
Bee Kun Bu memang amat kagum akan ginkang Na Hai Peng, kebetulan orang tua jubah biru itu mengatakan begitu, sehingga menimbulkan niat Bee Kun Bu untuk minta petunjuk mengenai ilmu ginkang.
"Locianpwee, bolehkah aku minta petunjuk. "
"Aku memang punya niat demikian," sahut Na Hai Peng sambil tertawa, tapi kemudian tampak serius, "Kun Bu, bersediakah engkau jadi muridku?"
"Haah...?" Bee Kun Bu tertegun "Itu. "
"Engkau telah diusir dari pintu perguruan Kun Lun, apa salahnya kalau kini engkau mengangkat aku jadi gurumu?" Terimakasih, Locianpwee!" Bee Kun Bu segera berlutut di hadapan Na Hai Peng. "Guru!"
"Ha ha ha!" Na Hai Peng tertawa gelak sambil membangunkan Bee Kun Bu. "Selain Lan Tay Kong Cu, aku tidak pernah menerima murid lain, itu karena aku harus berhati-hati, Berhubung... aku memiliki ilmu silat yang teramat tinggi, sebab aku sudah menguasai semua ilmu silat yang tereantum di dalam kitab ajaib Kui Goan Pit Cek. Engkau berhati jujur dan baik, lagi pula harus menasihati Pek Yun Hui agar kembali ke istana, maka aku mengambil keputusan untuk mewariskan kepadamu semua ilmu silat itu."
"Terimakasih, Guru!" Bee Kun Bu girang bukan main. "Baiklah! sekarang aku akan menurunkanmu ginkang
tingkat tinggi, yakni yang disebut Ling Khong Sih Tou." ujar Na Hai Peng dan mulai menjelaskan tentang ilmu peringan tubuh itu.
Bee Kun Bu mendengar dengan penuh perhatian, tak lama ia sudah mengerti dan mulai mempraktekkan-nya. ia menghentakkan badannya dengan jurus Ti Yun Cong Cok (Menaiki Tangga Langit), seketika juga badannya melambung tinggi, Betapa gembiranya Bee Kun Bu, sehingga tanpa sengaja ia mengeluarkan siulan panjang.
Setelah itu, mereka berdua pun mulai melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ginkang, Di waktu beristirahat Na Hai Peng juga mulai mengajar Bee Kun Bu ilmu silat yang tereantum di dalam kitab ajaib Kui Goan Pit Cek.
"Kun Bu, masih makan waktu satu hari lagi untuk mencapai Kwat Cong San." Na Hai Peng memberitahukan
"Oh?" Bee Kun Bu mengerutkan kening, ternyata ia teringat akan sesuatu, "Guru, kini aku telah meninggalkan Gunung Kun Lun, entah bagaimana keadaan Lie Ceng Loan dan apa yang akan terjadi atas dirinya setelah mengetahui aku menghilang dari ruang batu ilu?"
" Engkau tidak usah mencemaskan nya!" ujar Na Hai Peng sungguh-sungguh. "Hari ini kita tidak usah melanjutkan perjalanan Engkau tetap di sini berlatih ilmu peringan tubuh, sedangkan aku akan mengerahkan Ling Khong Sih Tou ke gunung Kun Lun untuk menjemput Lie Ceng Loan ke mari."
"Terimakasih, Guru!" ucap Bee Kun Bu.
"Kun Bu!" Na Hai Peng menatapnya, "Untuk sementara ini, engkau masih belum sah jadi muridku, maka tidak perlu memanggilku guru!"
"Oh?" Bee Kun Bu terbelalak tapi Na Hai Peng sudah melesat pergi secepat kilat
Bee Kun Bu menarik nafas dalam-dalam, kemudian ia pun mulai melatih ginkang yang diajarkan Na Hai Peng itu. Tak terasa hari pun sudah mulai gelap, tapi Bee Kun Bu masih terus berlatih hingga hari terang.
Akan tetapi, Na Hai Peng masih belum kembali, sehingga membuat hatinya menjadi cemas. Di saat itulah terdengar suara siulan yang amat panjang di dalam lembab Bee Kun Bu yakin itu adalah suara siulan Na Hai Peng.
Oleh karena itu, ia segera memandang jauh ke depan, tampak sosok bayangan berkelebat secepat kilat menuju ke arahnya, Berselang beberapa saat kemudian, bayangan itu melayang turun di tempat Bee Kun Bu berdiri
Bayangan itu memang Na Hai Peng, tapi cuma seorang diri, tidak kelihatan Lie Ceng Loan, Bee Kun Bu segera menyapanya dengan wajah berubah, lalu bertanya dengan nada cemas.
"Locianpwee, di mana Lie Ceng Loan?"
"Ha ha!" Na Hai Peng tertawa, "Kenapa engkau begitu cemas? Sebelum aku menjelaskan, engkau pun tidak boleh menduga yang bukan-bukan." Bee Kun Bu menarik nafas lega, karena melihat Nai Hai Peng begitu tenang, itu berarti tidak terjadi sesuatu atas diri Lie Ceng Loan.
"Karena tidak melihat Ceng Loan bersama Locianpwee, maka aku jadi cemas," ujar Bee Kun Bu sambil menundukkan kepala.
"Kun Bu!" Na Hai Peng menatapnya, "Ternyata Lie Ceng Loan telah ikut Pek Yun Hui ke Kwat Cong San."
"Oooh!" Bee Kun Bu manggut-manggut dan berlega hati. "Nah! Mulai sekarang, engkau harus mencurahkan semua
perhatianmu untuk mempelajari semua ilmu silat yang kuturunkan padamu, tidak perlu memikirkan Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui atau Na Siao Tiap!"
"Ya, Locianpwee." Bee Kun Bu mengangguk "Kun Bu!" Na Hai Peng menatapnya tajam. "MuIai
sekarang, aku mengangkatmu sebagai anak saja."
"Locianpwee. " Betapa girangnya Bee Kun Bu, ia segera
menjatuhkan diri berlutut di hadapan Na Hai Peng, "Ayah angkat!"
"Ha na ha!" Na Hai Peng tertawa gembira, "Baiklah! Mari kita berangkat ke Kwat Cong San!"
Wajah Bee Kun Bu langsung berseri karena ia akan bertemu Lie Ceng Loan dan Lan Tay Kong Cu di Kwat Cong San.
Setelah memasuki pegunungan Kwat Cong San, Bee Kun Bu justru merasa heran karena Na Hai Peng tidak membawanya ke puncak Pek Yun Giam, melainkan menuju ke puncak lain, Ketika sampai di puncak tersebut, Na Hai Peng pun memberitahukan.
Tempat ini disebut Cung Yun Giam, yakni tempat Thian Ki Cinjin mengadu ilmu silat dengan Sam Im Sin Ni di masa lampau itu. Karena aku telah mengambil keputusan untuk mewariskan semua ilmu silat yang tereantum di dalam kitab ajaib Kui Goat Pit Cek, maka aku memilih tempat ini untuk melatih dirimu."
Bee Kun Bu manggut-manggut, dan Na Hai Peng menatapnya serius seraya melanjutkan ucapannya.
"Tanpa sengaja aku menemukan kitab ajaib tersebut, lalu mempelajarinya Aku cuma mengajarkan pada Cuh Cui Tiap, Siauw Tiap dan Lan Tay Kong Cu, sama sekali belum pernah mengajarkan pada orang Iain. Hari ini aku akan mulai mewariskan kepadamu, tapi engkau harus ingat, kepandaian tersebut harus dipergunakan untuk menegakkan keadilan rimba persilatan, bukan untuk berlaku sewenang-wenang!"
"Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Kun Bu pasti ingat selalu akan pesan ayah angkat!"
"Ha ha ha!" Na Hai Peng tertawa, "Aku justru lupa bahwa kini engkau telah menjadi anak angkatku."
"Ayah angkat. " Bee Kun Bu tersenyum.
"Selama ini kita terus-menerus melakukan perjalanan, tentunya engkau amat lelah, maka hari ini engkau boleh beristirahat Ayah angkat akan pergi dulu, esok subuh pasti kembali Ingat, engkau tidak boleh meninggalkan puncak Cung Yun Giam ini, agar tidak menimbulkan suatu kerepotan!"
"Ya." Bee Kun Bu mengangguk
Na Hai Peng menatapnya sejenak, kemudian melesat pergi meninggalkan puncak Cung Yun Giam.
Di puncak Cung Yun Giam tersebut terdapat sebuah gua yang cukup besar Setelah Na Hai Peng pergi, Bee Kun Bu pun segera memasuki gua itu. Di dalam gua itu telah tersedia berbagai makanan kering.
Bee Kun Bu merebahkan dirinya ke tempat tidur yang merupakan sebuah batu besar dan tak lama ia pun tertidur pulas. Ketika ia mendusin, hari pun sudah pagi, tetapi Na Hai Peng masih belum kembali. ia turun dari tempat tidur batu itu, lalu melangkah ke luar. Betapa indahnya pano-rama alam di sekitar puncak Cung Yun Giam.
Karena tertarik pada keindahan alam, maka Bee Kun Bu terus berjalan, dan tanpa sengaja sepasang kakinya membawa dirinya menuruni puncak itu.
S ayu p sayu p ia mendengar suara tawa yang amat merdu, itu adalah suara tawa anak gadis, Bee Kun Bu tertegun, lalu segera memandang ke bawah dan seketika juga terbelalak Sungguh di luar dugaan, ternyata kini ia sudah berada di Pek Yun Giam, tepatnya di depan gua Thian Ki Cinjin.
justru di saat ini, tampak tujuh orang berdiri di situ, Siapa ketujuh orang itu? Tidak lain adalah empat pelayan Na Siao Tiap, keempat pelayan itu berdiri di pinggir, yang berdiri di tengah adalah Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, sedangkan yang tertawa tadi adalah Na Siao Tiap.
"Adik Loan, jurus Lo Ceng Sik Coh (Padri Tua jatuh Duduk)mu masih kurang mantap, kalau bertemu orang berkepandaian tinggi, jurusmu itu akan tiada gunanya,"
"Oh, ya?" Lie Ceng Loan kelihatan kurang pereaya. "Nah!" Na Siao Tiap tersenyum, "Seandainya aku
menyerangmu dengan jurus Can Liong Coan Sin (Naga
Membalikkan Badan), dapatkah engkau menangkis dengan jurus Lo Ceng Sik Coh itu?"
"Aku tahu Kakak Siauw Tiap menyerang dari atas, tapi aku tidak tahu bagaimana perubahan jurusmu itu," sahut Lie Ceng Loan." Biarlah aku akan mencoba menangkis dengan jurus Lo Ceng Sik Coh."
"Baiklah! Aku menyerangmu sekarang!H seru Na Siao Tiap lalu menyerangnya. Lie Ceng Loan segera menggerakkan pedangnya menangkis dengan jurus Yang Koan Thian Siang (Me- mandang Cuaca Di langit), namun mendadak jurus itu berubah menjadi jurus Keh Ming Khi Bu (Ayam Ber-kokok Pedang Menari), Pedang Lie Ceng Loan mengarah pada lengan Na Siao Tiap.
"Bagus!" seru Na Siao Tiap sambit mengelak ilmu pedangmu telah maju, jurus Can Liong Coan Sin (Naga Membalikkan Badan) ku sudah tak berarti bagimu, sebab engkau menggunakan jurus Ayam Berkokok Pedang Menari!"
"Oh?" Lie Ceng Loan tertawa gembira, ia mengarah pada Pek Yun Hui yang berdiri diam itu, "Eh? Kakak Tay, kenapa diam saja dari tadi? Apakah dalam hatimu terganjel suatu urusan?"
"Aku. " Pek Yun Hui tersentak "Aku sedang
memperhatikan kalian berlatih ilmu pedang, ilmu pedang adik Loan sudah maju, Kalau Kakak Kun Bumu menyaksi kannya, dia pasti gembira sekali."
Ternyata mereka sedang berlatih ilmu pedang, Be-tapa gembiranya Bee Kun Bu yang bersembunyi di balik pohon. ia sama sekali tidak menyangka bahwa ketiga gadis dan keempat pelayan Na Siao Tiap itu telah berkumpul di Pek Yun Giam, bahkan tidak sengaja iapun dapat mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Kakak Kun Bu telah ikut paman Na untuk belajar ilmu silat, mungkin kini kepandaiannya telah berada di atasku, Kalau dia tahu kalian berdua mengajarku ilmu silat, dia pasti girang bukan main dan berterimakasih pada kalian berdua pu!a," ujar Lie Ceng Loan sambil tersenyum.
"Benar." Na Siao Tiap mengangguk "Ayahku membawa Kun Bu pergi, tentunya ingin mewariskannya ilmu-ilmu yang tereantum di dalam kitab ajaib Kui Goan Pit Cek. Namun berbeda dengan apa yang telah dipelajari adik Loan, sebab Kui Goan Pit Cek itu merupakan ilmu tingkat tinggi." "Oooh!" Lie Ceng Loan manggut-manggut.
"Ayohlah!" Ajak Na Siao Tiap mendadak, "Mari kita makan dulu!"
Ketiga gadis itu segera berlari memasuki gua, sementara Bee Kun Bu termangu-mangu di balik pohon, Karena masih ingat akan pesan Na Hai Peng, maka ia tidak berani memunculkan diri menemui ketiga gadis itu.
ia menarik nafas panjang, lalu kembali ke Puncak Cung Yun Giam. sesampainya di puncak itu ia langsung masuk ke gua, Ketika ia baru mau beristirahat sosok bayangan pun melayang turun di depan gua, kemudian duduk di atas sebuah batu besar
Bee Kun Bu segera berhambur ke luar, ternyata orang itu adalah Na Hai Peng, ayah angkatnya.
"Secara diam-diam ayah angkat pergi ke Puncak Pek Yun Giam...n ujar Na Hai Peng sambil tersenyum, "Aku pun melihat dirimu bersembunyi di balik pohon menyaksikan ketiga gadis itu berlatih ilmu pedang."
"Ayah angkat. " Wajah Bee Kun Bu kemerah-merahan.
"Engkau telah melihat mereka, tentunya amat me-legakan hatimu." Na Hai Peng menatap Bee Kun Bu dengan tajam, "Kini engkau harus bersungguh-sungguh mempelajari ilmu silat yang ayah akan turunkan padamu, jangan memecahkan perhatianmu!"
"Ya." Bee Kun Bu mengangguk "Kun Bu. tanpa sengaja
pergi ke puncak Pek Yun Giam, mohon ayah angkat memaafkan Kun Bu!"
"Memang ada baiknya engkau melihat mereka, agar hatimu bisa tenang." Na Hai Peng tersenyum lembut "Sekarang engkau harus mencurahkan perhatianmu sebab ayah angkat akan mulai menurunkan ilmu Thian Ki Cinjin dan Sam Im Sin Ni padamu, dengarkan baik-baik!" "Ya, Ayah angkat!" Bee Kun Bu mulai mencurahkan perhatiannya.
"Kui Goan Pit Cek itu terdiri dari tiga kitab, yang pertama dan yang ke dua berisi ilmu pukulan, berbagai senjata tajam dan berbagai pelajaran tenaga dalam serta senjata rahasia, kitab yang terakhir tereantum inti ilmu silat kedua Locianpwee itu. Oleh karena itu, ayah angkat akan mengajarimu mulai dari kitab yang ke tiga."
"Kun Bu pasti belajar dengan sungguh-sungguh, tidak akan mengecewakan Ayah angkat," ujar Bee Kun Bu.
"Pertama-tama engkau harus belajar Hian Men It Goan Kang Khi (Tenaga Dalam Melumpuhkan Lawan) serta Hud Men Pan Yo San Kang (Tenaga Dalam Kaum Budha)." Na Hai Peng memberitahukan "Hian Men It Goan Kang Khi adalah Iweekang andalan Thian Ki Cinjin, sedangkan Hud Men Pan Yo San Kang adalah Iweekang andalan Sam Im Sin Ni. Kalau engkau berhasil mencapai tingkat tertinggi kedua ilmu itu, maka sekujur tubuhmu akan kebal terhadap senjata tajam apa pun. "
Na Hai Peng mulai mengajarkan kedua ilmu itu pada Bee Kun Bu. Pemuda itu belajar dengan sungguh-sungguh dan tak mengenal lelah, Hai itu amat menggembirakan Na Hai Peng dan memujinya dalam hati.
Siang berganti malam, malam berganti siang, tak terasa sudah setengah tahun Bee Kun Bu berada di puncak Cung Yun Giam.
Pagi ini Na Hai Peng mengajak Bee Kun Bu berlatih, dan setelah menyaksikan latihan itu, Na Hai Peng pun tertawa puas.
"Kun Bu, kini engkau telah menguasai ilmu Hian Men It Goan Kang Khi dan Hud Men Pan Yo San Kang, maka mulai hari ini ayah angkat akan mengajarmu i!mu-ilmu yang tereantum di dalam Kui Goan Pit Cek yang pertama dan ke dua. Setelah engkau berhasil mempelajari semua ilmu itu, tidak sulit bagimu untuk mendirikan sebuah perguruan baru."
Terimakasih, Ayah angkat!" ucap Bee Kun Bu. "Semua itu berkat bimbingan Ayah angkat, tapi Kun Bu sama sekali tidak berniat mendirikan perguruan baru."
"ltu terserah cngkau." Na Hai Peng tersenyum, lalu mulai mengajari Bee Kun Bu berbagai ilmu tangan kosong serta ilmu yang menggunakan senjata tajam.
Berhubung Bee Kun Bu telah menguasai kedua ilmu Iweekangsakti, maka tidaksu!it baginya mempelajari ilmu tangan kosong maupun ilmu yang menggunakan senjata tajam.
Tak terasa setahun telah berlalu, Dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaiannya sekarang, Dalam setahun ini, Bee Kun Bu sama sekali tidak pernah meninggalkan Cung Yun Giam, Namun hatinya mulai merasa rindu pada Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, Walau demikian, ia masih mampu menekan perasaan rindunya, Akan tetapi, mendadak timbul pula rasa rindunya pada Hian Ceng Totiang, mantan gurunya itu.
Selama setahun ini, Bee Kun Bu sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan rimba persilatan, juga tidak tahu bagaimana keadaan mantan gurunya tersebut
Ketika Bee Kun Bu menghilang dari ruang batu, Hian Ceng Totiang pun meninggalkan Gunung Kun Lun pergi mencari pemuda itu. Akan tetapi, Hian Ceng Totiang sama sekali tidak menemukan jejaknya.
Sudah seminggu lebih Hian Ceng Totiang mencari Bee Kun Bu ke berbagai tempat, tapi tiada kabar beritanya.
Siapa yang menolong Bee Kun Bu? Pikirnya, Timbul pula keyakinannya bahwa orang yang menolong mantan muridnya itu pasti punya hubungan dengan Pek Yun Hui. Oleh karena itu, Hian Ceng Totiang pun mengambil keputusan untuk berangkat ke Kwat Cong San, mungkin Bee Kun Bu berada di sana.
Dengan adanya pikiran tersebut, Hian Ceng Totiang pun segera berangkat ke Kwat Cong San. Akan tetapi, di tengah jalan terlintas sesuatu di dalam benaknya, ia harus bagaimana seandainya bertemu Pek Yun Hui, tentunya akan menimbulkan suatu salah paham.
padahal sesungguhnya, Hian Ceng Totiang tidak berniat membawa Bee Kun Bu kembali ke Gunung Kun Lun, melainkan hanya ingin tahu bagaimana keadaannya, Kalau ia memunculkan diri di Kwat Cong San, Pek Yun Hui pasti mengiranya akan membawanya kembali ke Gunung Kun Lun, lalu ia harus bagaimana?
Hian Ceng Totiang menarik nafas panjang, Bee Kun Bu dituduh berbuat yang bukan-bukan atas diri Souw Hui Hong, sebetulnya apa gerangan yang telah terjadi di antara mereka berdua? Kenapa Bee Kun Bu dituduh begitu ?
Memang penasaran! Oleh karena itu Hian Ceng Totiang pun mengambil keputusan untuk menyelidiki urusan tersebut, tentunya harus menemui Souw Hui Hong dan penyelidikanpun harus dimulai dari partai Thian Liong.
Toan Hun Ya (Jurang Pemutus Roh) adalah tempat Thian Liong Pang, Tujuan Hian Ceng Totian adalah ke tempat itu. Dalam perjalanan tersebut, Hian Ceng Totiang tidak begitu memburu waktu.
Sebulan kemudian, barulah Hian Ceng Totiang mencapai tempat tersebut, ia memandang ke sana ke mari sambil menarik nafas panjang, kemudian bergumam perlahan
"Beberapa bulan yang lalu, kalau Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap tidak membantu Bee Kun Bu, sembilan partai besar pasti tewas di tangan Souw Peng Hat, karena ketua partai Thian Liong itu memiliki ilmu Kan Goan Cih (Jari Sakti) yang amat dasyat, Akhirnya Souw Peng Hai mengalami kekalahan di tangan Bee Kun Bu atas bantuan Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, maka sembilan partai besar lolos dari kemusnahan, Aaakh... semua itu telah berlalu!"
Usai bergumam, Hian Ceng Totiang lalu mengayunkan kakinya menuju Kuil Yang Sim Am. Tak lama ia sudah sampai di halaman kuil itu.
Pintu kuil tertutup rapat, tiada suara apa pun di dalamnya, Namun di halaman itu tampak bersih seakan Hian Ceng Totiang melihat Souw Peng Hai, ketua Thian Liong Pang sedang berlatih silat
baru disapu, Hian Ceng Totiang tidak berani berlaku lancang membuka pintu kuil itu, ia cuma memandang dan kemudian menengok ke samping kuil.
Tampak ada tembok yang roboh, Hian Ceng Totiang melangkah ke sana, lalu memandang ke dalam. Sungguh di luar dugaan, di dalamnya terdapat sebidang tanah kosong yang cukup luas.
Tiba-tiba mata Hian Ceng Totiang terbetalak, ternyata ia melihat seseorang sedang berlatih ilmu silat Orang itu adalah Souw Peng Hai, ketua Thian Pang atau ayah Souw Hui Hong.
itu sungguh membuat Hian Ceng Totiang tidak habis berpikir padahal Souw Peng Hai telah membubarkan partai Thian Liong, karena mengalami kekalahan di tangan Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan Bee Kun Bu. Pada waktu itu, Souw Peng Hai pun berjanji tidak akan mencampuri urusan rimba persilatan lagi.
Namun kini Souw Peng Hai kelihatan ingin memperdalam ilmu silatnya, apakah telah terjadi suatu perubahan? Hian Ceng Totiang tidak habis berpikir, lagi pula pada waktu itu, nyonya Souw Peng Hai mengajaknya untuk hidup menyepi di kuil Yang Sim Am ini. Tapi saat ini, Souw Peng Hai justru sedang melatih Kan Goan Cihnya, jari sakti ilmu andalannya itu. Seorang pembantu tua berdiri di situ, tangannya memegang sebatang toya baja, yaitu senjata andalan Souw Peng Hai yang tidak berpisah dari dirinya.
Seusai berlatih, Souw Peng Hai menghampiri pembantu tua itu, lalu mengambil senjatanya.
Tuan, sudah tidak pagi lagi, nyonya pun hampir usai semedinya, Lebih baik Tuan kembali ke dalam kuil, besok baru berlatih lagi!" ujar pembantu tua itu.
"Aaakh...!" Souw Peng Hai menarik nafas panjang. "Sang waktu berlalu begitu cepat, aku justru sudah tidak
sabaran."
Tuan sudah hidup menyepi di sini, kenapa masih harus berlatih silat setiap hari? Padahal nyonya telah menyuruh hamba menyimpan toya baja itu, agar Tuan tidak memikirkan ilmu silat lagi, Namun Tuan justru berlatih mati-matian di belakang nyonya, apakah niat Tuan ingin menguasai rimba persilatan masih belum sirna?"
Souw Peng Hai tersenyum dingin dengan wajah tampak dingin pula, pertanda ia amat penasaran dalam hati.
"Padahal ketika itu aku dapat menundukkan sembilan partai besar, tapi kedua gadis itu telah menggagalkan semua rencanaku Aku kalah di tangan mereka sehingga menimbulkan dendam. walaupun aku hidup menyepi di dalam Kuil Yang Sim Am ini, api dalam hatiku masih terus berkobar Oleh karena itu, kau jangan coba menasehatiku!"
Pembantu tua itu diam dengan wajah murung. Apa yang dikatakan Souw Peng Hai, juga masuk ke telinga Hian Ceng Totiang, Dapat dibayangkan betapa terkejutnya Hian Ceng Totiang.
Souw Peng Hai berpura-pura membubarkan partai Thian Liong, bahkan juga ikut isterinya hidup menyepi di dalam Kuil Yang Sim Am. Akan tetapi, niatnya ingin menguasai rimba persilatan masih belum padam, itu merupakan suatu bencana dalam rimba persilatan kelak, Pikir Hian Ceng Totiang dan terus mencuri dengar pembicaraan Souw Peng Hai.
Tuan..." ujar pembantu tua itu dengan suara rendah, "Hamba memang tahu akan niat Tuan, tapi jangan sampai nyonya mengetahuinya!"
"Tidak salah." Souw Peng Hai manggut-manggut "Siapa pun tidak boleh mengetahui masalah ini, sebab akan merusak semua rencanaku Kini sudah siang, lebih baik kita kembali ke dalam kuit, agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain."
Saat ini, sekujur badan Hian Ceng Totiang justru mengucurkan keringat dingin, ia bertujuan mengunjungi Toan Hun Ya, mengenai urusan Souw Hui Hong, tetapi secara tidak sengaja malah mendengar semua pembicaraan Souw Peng Hai, itu membuatnya tidak bisa tenang.
Mendadak telinganya menangkap suara desiran ia segera membalikkan badannya memandang ke arah suara itu, tampak seorang gadis berbaju hijau melesat ke arah pohon di dalam kuil bagaikan terbang.
Sungguh tak disangka, ternyata masih ada orang lain yang mengintip dan mencuri dengar pembicaraan Souw Peng Hai. Setelah menegasi gadis berbaju hijau itu, Hian Ceng Totiang pun mengenalinya, Ternyata gadis itu adalah Souw Hui Hong yang sedang dicarinya.
seharusnya Hian Ceng Totiang bergembira melihat gadis itu, tapi karena tadi mendengar apa yang dikatakan Souw Peng Hai, maka hatinya jadi bimbang.
Hian Ceng Totiang melangkah mundur beberapa langkah, kemudian memandang ke arah pintu kuil sambil berpikir
Kalau tidak mendengar dan melihat dengan telinga dan mata sendiri, bagaimana mungkin ia akan pereaya mengenai apa yang dicetuskan Souw Peng Hai tadi? Tiba-tiba terlintas suatu pikiran, dan segeralah ia menuju belakang kuiI. ia yakin pasti ada pintu belakang di sana, siapa tahu akan bertemu Souw Hui Hong di sana.
sesampainya di belakang kuil, Hian Ceng Totiang justru terbelaiak, sebab tembok belakang kuil itu menempel pada batu gunung yang amat besar, jadi tidak ada pintu belakang.
Hian Ceng Totiang berdiri termangu-mangu di situ, Berselang beberapa saat kemudian, ia mengenjotkan badannya ke sebuah batu yang cukup besar dan tinggi, Setelah berada di atas batu itu, ia pun memandang ke dalam kuil
Tiada seorang pun yang berada di situ, Hian Ceng Totiang terus mengamati tempat itu, Tak seberapa lama, tampak beberapa orang muncul di tempat itu, Mereka adalah Souw Hui Hong, Souw Peng Hai dan isterinya.
Wajah Souw Hui Hong tampak murung, dan wajah Souw Peng Hai tampak serius tapi mengandung hawa kegusaran sebaliknya Nyonya Souw Peng Hai malah kelihatan begitu tenang dan welas asih.
Tiba-tiba mereka berhenti di tengah halaman itu, Nyonya Souw Peng Hai menatap Souw Hui Hong dengan penuh kasih sayang.
"Nak..." panggilnya lembut
"lbu, aku mau ke kamar," sahut Souw Hui Hong, lalu melangkah pergi
Pada waktu bersamaan, Souw Peng Hai juga mengayunkan kakinya, namun isterinya justru berkata dengan lembut.
"Peng Hai, kenapa beberapa hari ini engkau tampak bermuram durja? Partai Thian Liong telah engkau bubarkan masih ada urusan apa yang terganjel di dalam hatimu?
Bagaimana kalau engkau ikut aku ke ruang semedi agar engkau bisa mencurahkan apa yang terganjel dalam hatimu itu?"
Souw Peng Hai mengangguk lalu mengikuti isterinya ke ruang semedi dengan kepala tertunduk
"Duduklah!" ujar Nyonya Souw Peng Hai lembut setelah berada di dalam ruang semadi, sedangkan ia sendiri sudah duduk bersila.
Souw Peng Hai duduk dan isterinya terus menatapnya sambil tersenyum lembut, kemudian ujarnya.
"Berlatih ilmu silat memang baik, tapi janganlah masih berniat menguasai rimba persilatan! Aku telah berulang kali menasehatimu agar sadar, apakah hingga saat ini engkau masih belum sadar?"
"Aku sudah sadar," sahut Souw Peng Hai. "Kalau tidak, bagaimana mungkin aku membubarkan partaiku dan mau mengikutimu hidup menyepi di kuil ini?"
"Sudah puluhan tahun kita jadi suami isteri, tentunya aku tahu jelas bagaimana sifatmu." Nyonya Souw Peng Hai menarik nafas panjang, "Belum lama ini, engkau tampak lain seakan memikirkan sesuatu, Yaah! seandainya engkau masih menimbulkan urusan, haruslah engkau mengatasinya!"
"Hatiku telah tawar terhadap urusan rimba persilatan. "
Souw Peng Hai juga menarik nafas panjang. "Kalau engkau masih tidak mempereayaiku, lebih baik aku pergi."
"Jangan berkata demikian! Engkau harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat agar dirimu tidak terjerumus lagi! Kalau engkau tidak mau dengar nasihatku, aku pun tidak akan banyak bicara."
"Jangan khawatir dan bereuriga! Kini aku sudah mengundurkan diri dari rimba persilatan."
"Kelak akan terjadi apa, itu tergantung pada pikiranmu sekarang hari sudah mulai malam, engkau boleh kembali ke kamarmu." "Ya." Souw Peng Hai mengangguk, lalu segera meninggalkan ruang semedi itu.
Semua pembicaraan mereka berdua tidak terlewat dari telinga Hian Ceng Totiang, Ternyata ia telah bersembunyi di atap di atas ruang semedi itu. Setelah Souw Peng Hai meninggalkan ruang semedi tersebut, Hian Ceng Totiang pun segera mengerahkan ginkangnya.
Pada waktu bersamaan, ia pun mendengar suara desiran di belakangnya, ia cepat-cepat menoleh, ternyata sosok bayangan mengikutinya. Hian Ceng Totiang terkejut bereampur girang, karena orang yang mengikutinya itu adalah Souw Hui Hong, Hian Ceng Totiang memang ingin menemui gadis itu, maka ia menggunakan kesempatan ini untuk memancingnya meninggalkan kuil itu.
*****
Bab ke 3 - Menutur Kejadian Yang sebenarnya Setelah agak jauh dari Kuil Yang Sim Am, Hian Ceng
Totiang berhenti Tak lama Souw Hui Hong pun melayang turun di hadapannya, lalu menyerangnya pula.
"Berhenti, Nona Souw!" seru Hian Ceng Totiang.
Souw Hui Hong segera berhenti menycrang, ia menatap Hian Ceng Totiang dengan penuh perhatian
"Nona Souw, apa kabar? engkau masih ingat pada Kun Lun Sam Cu?" tanya Hian Ceng Totiang.
"Oooh!" seru Souw Hui Hong tak tertahan "Ternyata Hian Ceng Totiang!"
"Benar." Hian Ceng Totiang mengangguk
"Maafl" ucap Souw Hui Hong, "Ada urusan apa Totiang menyelinap ke Kuil Yang Sim Am?"
"Nona Souw, aku ke mari. " Hian Ceng Totiang tidak
melanjutkan ucapannya melainkan cuma menatap Souw Hui Hong dalam-dalam. "Partai Thian Liong telah dibubarkan, sedangkan ayahku pun sudah hidup menyepi di Kuil Yang Sim Am, apakah Totiang masih tidak mau melepaskan ayahku yang telah hidup menyendiri dan juga sudah tidak mencampuri urusan rimba persilatan?
"Nona Souw jangan salah pahami Aku ke mari bukan karena itu," jawab Hian Ceng Totiang.
"Kalau begitu, karena apa Totiang ke mari?" tanya Souw Hui Hong dan menambahkan, "Tentunya ada sesuatu yang penting kan?"
"Aaakh...!" Hian Ceng Totiang menarik nafas pan-jang, "Aku ke mari justru ingin menemui Nona Souw,"
"Aku sudah cacat, lagi pula sudah menyerahkan diri pada Sang Budha, Lalu kenapa Totiang masih mau ke mari menemuiku?"
"Aaakh! Kun Bu. " Mendadak Hian Ceng Totiang
bergumam, "Walau engkau berjiwa pendekar dan berhati baik, orang lain malah berhati keras, Engkau akan mati karena nya. "
"Totiang!" Air muka Souw Hui Hong langsung berubah "Apa yang telah terjadi atas diri Bee Kun Bu?"
"Aku ke mari justru karena dia, Kelihatannya Nona Souw tidak mau menolongnya, lebih baik aku pergi."
Tunggu!" Cegah Souw Hui Hong, "Totiang harus menjelaskan padaku, apa gerangan yang telah terjadi atas diri Bee Kun Bu? Kalau Totiang ingin pergi begitu saja, aku pun terpaksa berlaku tidak hormat pada Totiang!"
sesungguhnya Hian Ceng Totiang memang sengaja memancing emosi Souw Hui Hong. Kini gadis itu tampak begitu emosi dan penasaran, tentu amat menggembirakan Hian Ceng Totiang.
"Engkau memang telah mengundurkan diri dari rimba persilatan tapi engkau harus bertanggung jawab atas mati hidupnya Bee Kun Bu," ujar Hian Ceng Totiang serius, "Namun engkau kelihatan acuh tak acuh seakan ingin membiarkan Bee Kun Bu mati, Sudahlah! Lebih baik aku cepat-cepat meninggalkan tempat ini untuk pergi menolong Bee Kun Bu."
"Kalau Totiang tidak menjelaskan jangan harap bisa meninggalkan tempat ini!" tegas Souw Hui Hong sengit
"Bee Kun Bu adalah murid kesayanganku, tapi kini. "
"Kenapa dia sekarang?" tanya Souw Hui Hong cemas, "Kini dia dikurung di ruang batu karena dituduh melanggar kesusilaan." Hian Ceng Totiang memberitahukan "Mungkin., dia akan dihukum mati."
"Haah. ?" Souw Hui Hong terkejut sekali, kemudian
terkulai
"Nona Souw, bangunlah!" ujar Hian Ceng Totiang lembut "Kini aku pun amat panik dan gugup, entah harus bagaimana baiknya ?"
"Co Hiong! Co Hiong! Engkau sungguh jahat!" gumam Souw Hui Hong.
"Nona Souw" Hian Ceng Totiang segera bertanya, "Apakah perbuatan Bee Kun Bu berkaitan dengan Co Hiong?"
"Sungguh penasaran Bee Kun Bu, di kolong langit ini cuma aku seorang yang mengetahuinya. Totiang, aku akan ikut Totiang ke Gunung Kun Lun untuk menemui Tong Leng Tojin ketua partai, aku akan menjelaskan tentang kejadian itu."
"Nona Souw, pereuma engkau ikut aku ke Kun Lun, sebab akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan Lebih baik engkau beritahukan padaku!"
Souw Hui Hong berpikir lama sekali, kemudian mengangguk seraya berkata perlahan
Totiang harus tahu satu hal, yakni pada waktu itu Bee Kun Bu menelan racun Hwa Kut Siau Yen San, kalau aku tidak menolongnya, dia pasti mati, Lagi pula di saat itu dia pun telah kehilangan kesadarannya."
"Mengenai kasus Kun Bu, kalau tiada saksinya, memang sulit membersihkan tuduhan itu."
"Saksi utama adalah aku sendiri," ujar Souw Hui Hong. "Karena menyangkut nyawa Bee Kun Bu, aku pun tidak boleh merasa malu lagi, Terus terang, aku berani dengan nyawaku menjamin dirinya, bahwa dia adalah pemuda yang amat sopan seandainya kami berdua dikurung di sebuah ruangan, dia pun tidak akan berbuat yang tidak senonoh terhadap diriku, Aku yang bersangkutan dalam kejadian itu, tapi ketua Kun Lun justru yang menghukumnya tanpa menyelidiki kejadian itu."
"Oooh,!" Hian Ceng Totiang manggut-manggut "To(iang! Alangkah baiknya aku ikut Totiang ke Gunung
Kun Lun untuk menjernihkan masalah itu, setelah itu aku
masih harus ke Kwat Cong San," ujar Souw Hui Hong mengambil keputusan
"Aku punya usul!" kata Hian Ceng Totiang mendadak "Bagaimana kalau engkau menulis sepucuk surat untuk Tong Leng Tojin, dan aku yang menyampaikan padanya."
"Toliang, aku memang harus turun gunung, sebab berkaitan dengan urusan ayahku, Bukan aku tidak pereaya kepada To(iang, namun lebih baik aku bertemu langsung dengan Tong Leng Tojin,"
"Ngmm!" Hian Ceng Totiang manggut-manggut, "Hari ini aku telah melihat ayahmu berlatih ilmu Kan Goan Cih, apakah engkau mau turun gunung menyangkut urusan itu?"
"Yaah!" Souw Hui Hong menarik nafas panjang dan melanjutkan, Tidak sampai satu bulan, niat jahat ayahku timbul kembali Aku yakin tidak lama lagi ayahku akan menerjunkan diri ke dalam rimba persilatan Hal itulah yang membuat diriku tidak bisa tenang." Tidak leluasa engkau meninggalkan Kuil Yang Sim Am, maka lebih baik engkau menulis sepucuk surat untuk Tong Leng Tojin, aku pasti menyampaikan padanya, Setelah itu aku pun akan berangkat ke Kwat Long San untuk memberitahukan pada Nona Pek mengenai ayahmu Bukankah lebih praktis ?
Dan engkau pun tidak usah meninggalkan Kuil Yang Sim Arn!"
"Baiklah!" Souw Hui Hong mengangguk Totiang cukup menyampaikan pada Tong Leng Tojin dengan mulut saja, lalu berangkat ke Kwat Cong San menemui Nona Pek memberitahukan padanya tentang niat jahat ayahku!
Terimakasih, Totiang!"
Souw Hui Hong melesat pergi, sedangkan Hian Ceng Totiang berdiri termangu di situ. Setelah Souw Hui Hong hilang dari pandangannya, barulah Hian Ceng Totiang meninggalkan tempat itu kembali ke Gunung Kun Lun untuk menemui Tong Leng Tojin.
Kini Hian Ceng Totiang sudah berada di Gunung Kun Lun menuju Sam Goan Kiong, Setelah dekat dengan tempat itu, kening Hian Ceng Totiang pun tampak berkerut Ternyata dia melihat delapan murid Kun Lun berdiri di depan Sam Goan Kiong dengan senjata di tangan, seakan sedang menunggu kedatangan musuh.
Menyaksikan itu, Hian Ceng Totiang mempereepat langkahnya, tapi mendadak terdengar suara bentakan di balik pohon.
"Siapa yang datang di tengah maiam? Cepat berhenti Menyusul muncul seorang pemuda dengan pedang di
tangan, Hian Ceng Totiang segera berhenti, ternyata yang
membentak itu adalah Oey Ci Eng, murid kesayangan Tong Leng Tojin, Karena hari sudah larut malam, maka Oey Ci Eng tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang datang itu.
"Ci Eng, aku!" sahut Hian Ceng Totiang. "Hah?" Oey Ci Eng segera memberi hormat, "Maaf, teecu tidak tahu Paman guru puiang, mohon Paman guru memaafkan teecu!"
"Ci Eng, Sam Goan Kiong dijaga sedemikian ketat, apakah akan kedatangan musuh?" tanya Hian Ceng To-liang.
"Paman guru tidak tahu, hari itu Parnan guru pergi, tak
!ama Lie Ceng Loan pun menghilang entah ke mana, Maka sejak itu, Sam Goan Kiong dijaga ketal." Oey Ci Eng memberitahukan
"Hah?" Hian Ceng Totiang terkejut "Apakah dia diculik orang? Kalau dia pergi atas kemauannya sendiri, pasti meninggalkan surat."
"Karena itu, guru langsung perintahkan semua murid harus berhati-hali dan menjaga ketat Sam Goan Kiong."
"Sudah diselidiki tentang Lie Ceng Loan? Dia diculik orang atau pergi sendiri?"
"Beberapa hari itu, guru memang amat cemas, Na-mun setelah itu, guru tidak menyinggung masalah itu iagi, cuma memberi perintah pada kami agar berhati-hati.