Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

 
Jilid 16

Co Hiong menyengir dan berkata: "Ha! Kau memandang mati seperti peristiwa remeh, Aku betul-betul kagum Aku juga ingat akan persahabatan kita, dan aku tidak sampai hati memotong tubuhmu menjadi berkeping-keping. sebungkus bubuk obat ini adalah serupa racun. Jika kau makan, maka semua tulang-tulangmu akan menjadi lemas dan lemah setelah lewat tujuh hari, dan seterusnya kau tak dapat berlatih silat lagi."

"Fui! Bangsat! Bajingan! Kau betul-betul kejam! Kau ingin membunuh aku dengan jalan lambat-lambat." bentak Bee Kun Bu.

"Ha! Ha! Ha!" kata Co Hiong, "Mungkin kau belum dengar akibat seterusnya setelah makan bubuk obat ini." Dengan mengeluarkan seluruh tenaga Bee Kun Bu tiba- tiba menjotos tangan yang memegang bungkusan obat racun itu, tetapi sia-sia belaka, karena Co Hiong telah menotok lagi beberapa jalan darahnya yang penting. Lalu ia panggul Bee Kun Bu dan diletakkan di atas satu batu gunung yang besar Sambil tertawa ia berkata: "Aku harus menceritakan akibat seterusnya kau makan bubuk racun ini-"

Bee Kun Bu yang telah menjadi tak berdaya sama sekali tak dapat berbuat apa-apa.

Lalu Co Hiong mulai menuturkan "Sayang di tempat terpencil ini tidak ada tempat tidur atau bantah Terpaksa aku meletakkan kau di atas batu gunung ini." Kemudian ia buka bungkusan bubuk obat racun sambil berkata: "Obat ajaib ini dibuat dari benda-benda yang luar biasa dan sukar diperolehnya, Jika kita sedot baunya, maka kita segera tak sadarkan diri, Mungkin pada dewasa ini, tidak banyak orang yang memiliki obat racun semacam ini, Obat ini dapat membikin tulang-tulangmu menjadi lemas dan lemah, dan namanya Hua Kut Siauw Goan San. "

Bee Kun Bu terkejut, dan berkata: "Kau dapat membunuh aku dengan cara apapun, dan aku tak akan membenci kau. Tapi aku minta kau jangan memaksa aku makan Hua Kut Siauw Goan San itu!"

"Ha! Ha! Ha!" tertawa Co Hiong, "Justru karena aku ingat akan persahabatan kita, maka aku tak ingin membunuh mati kau. Aku hanya menyuruh kau makan obat ini, dan kau masih dapat hidup beberapa tahun. Liong Sucimu sering-sering mengatakan aku seorang yang jahat, dan kau seorang yang baik dan berbudi luhur Oleh karena itu aku ingin dia menyaksikan bahwa seorang yang berbudi luhur menjadi mayat hidup, Na! Sesudah kau makan obat Hua Kut Siauw Goan San ini, aku akan ajak kau menemui Liong Giok Pin!"

Bee Kun Bu menjawab: "Liong Suciku telah berkata betul Kau lebih kejam dan jahat daripada binatang liar!" Co Hiong hanya tersenyum. Lalu ia coba buka mulutnya Bee Kun Bu untuk dipaksanya makan bubuk racun itu dan ia berhasil menegukkan air dan memasukkan bubuk obat itu ke dalam mulutnya Bee Kun Bu. Kemudian ia tersenyum dan berkata: "Na, beres sudah! setengah jam lagi racun tersebut kau dapat buktikan akibatnya, Kau boleh menemui Liong Giok Pin. Setelah lewat tujuh hari, tulang-tulangmu akan menjadi lemas dan lemah, Tetapi setelah lewat lima belas hari, kau akan berubah menjadi seorang yang hilang ingatan dan perasaan Seterusnya kau masih dapat hidup tiga tahun lagi, lalu yang terakhir kau masuk ke liang kubur!"

Bee Kun Bu berkata: "Lebih baik kau bunuh mati aku. Jika tidak, bila aku tertolong dan dapat hidup terus, aku pasti membalas dendam terhadapmu!"

"ltulah urusan lain," kata Co Hiong. "Sekarang meskipun Pek Yun Hui datang menolong, diapun tak berdaya, Pada dewasa ini hanya ada tiga butir obat yang dapat menolong kau dari akibat racun ini, Tiga butir obat itu

Co Hiong coba membuka mulut Bee Kun Bu untuk dipaksanya makan bubuk racun itu ada di markas besarnya partai Thian liong di sebelah utara propinsi Kwiciu, Lebih baik kau lupakan pikiran membalas dendam agar kau dapat mati dengan memejamkan kedua matamu!"

ketika itu Bee Kun Bu ingat tutur kata gurunya yang mengatakan bahwa di kalangan Kang-ouw ada serupa obat racun yang namanya Hua Kut Siauw Goan San. Pada empat puluh tahun berselang ada dua orang hweeshio yang telah membawa ke daerah pertengahan untuk meracuni seorang jago silat bernama Tang Ceng Kong yang termasyur pada zaman itu. Tetapi kedua hweeshio tersebut juga binasa di bawah pedangnya Tang Ceng Kong yang ilmu silatnya sudah sangat sakti, Mula-mula orang tidak pereaya akan jahatnya racun Hua Kut Siauw Goan San itu, akan tetapi setelah lima tahun kemudian, orang menemui mayatnya Tang Ceng Kong di pegunungan Hua San. Cara bagaimana kedua hweeshio itu berhasil meracuni Tang Ceng Kong dengan Hua Kut Siauw Goan San itu masih merupakan suatu rahasia, dan tidak ada yang mengetahui Tapi peristiwa itu pernah menggemparkan kalangan Kang-ouw lama juga. Seterusnya tidak terdengar lagi orang diracuni dengan Hua Kut Siauw Goan San. Tentang bagaimana dan berapa banyak kedua hweeshio itu membawa racun tersebut juga merupakan teka-teki.

Namun peristiwa Tang Ceng Kong diracuni dengan Hua Kut Siauw Goan San masih diingat oleh para jago-jago silat yang berusaha mencari Hua Kut Siauw Goan San itu, tetapi hampa, Namun peristiwa Tang Ceng Kong diracuni dengan Hua Kut Siauw Goan San itu terus dianggap sebagai perbuatan yang sangat keji, dan para pemimpin partai silat selalu memperingatkan para murid-muridnya untuk waspada terhadap racun yang dahsyat itu.

Semua itu Bee Kun Bu pernah dengar dari gurunya, Hian Ceng Tojin, tetapi setelah ia mendengar lagi dari Co Hiong, ia menjadi bergidik bereampur sedih,

Lalu Co Hiong tertawa gelak-gelak dan berkata: "Fajar segera menyingsing, dan satu jam lagi, racun yang kau makan itu segera menampakkan akibatnya," Lalu ia angkat Bee Kun Bu dan turun dari batu gunung yang besar itu,

Di belakang batu gunung tersebut yang tertutup oleh semak-semak adalah mulut goa yang sukar dilihat oleh orang yang belum mengetahuinya.

Bee Kun Bu yang sudah tak berdaya dibawa oleh Co Hiong masuk ke dalam goa itu, Co Hiong terus berjalan masuk ke dalam goa yang gelap itu, dan sejenak kemudian tiba di suatu kamar yang luasnya lebih kurang satu depa persegi.

Satu lilin menyala menerangkan kamar kecil itu,

Ketika Co Hiong bertindak masuk, seorang wanita dengan rambut terurai dan pakaian yang kotor segera bangun dari tidurnya, dan membentak: "Mengapa kau berani masuk lagi! Enyahlah kau! Aku tak sudi melihat kau lagi!"

Sambil tertawa Co Hiong menjawab: "Aku datang membawa orang untuk menemani kau di sini! Bukankah kau selalu memikiri Bee Suteemu? Aku sekarang membawa dia kemari, kau dapat bereakap-cakap dengan dia sepuasnya!" Lalu ia taruh Bee Kun Bu di samping wanita itu dan berlalu, Wanita itu tak tahan berdiri lama, ia jatuh kembali di tanah!

Bee Kun Bu menjadi kalap karena racun Hua Kut Siauw Goan San.

Di mulut goa Co Hiong berbalik dan berkata: "Kalian berdua telah aku totok jalan darahnya yang penting, dan sehabis meletakkan tubuh Bee Kun Bu di hadapan wanita Wu, Co Hiong berlalu,

meskipun semua pemimpin-pemimpin partai silat Kun Lun datang meno!ong, mereka tak akan berdaya, Na, nanti setelah lewat tiga hari, aku datang menengok kalian lagi!" Kemudian ia lari keluar dari goa itu.

Wanita itu adalah Liong Giok Pin, kedua betisnya menjadi lumpuh, tetapi kedua lengannya masih bebas. Setelah melihat Bee Kun Bu, ia terkejut dan berseru: "O! Kau betul-betul Bee Sutee!"

Sambil terlentang Bee Kun Bu berkata: "Aku betuI-betul Bee Kun Bu. Liong Suci bukankah sangat baik terhadap jahanam itu, mengapa kau menjadi begini?"

Sambil mengucurkan air mata Liong Giok Pin menjawab "Kisahku panjang sekali, Tetapi mengapa kau juga ditangkap oleh Co Hiong?"

Bee Kun Bu tersenyum pahit, dan baru saja ia ingin menjawabnya, tiba-tiba ia merasa hawa panas timbul di dalam perutnya dan naik ke atas dadanya sehingga ia menjadi iermegap-megap. ia menanyai "Liong Suci, dapatkah kau menolong membebaskan jalan-jalan darahku yang tersumbat?" Dalam suasana yang agak gelap itu, Liong Giok Pin dapat menyaksikan bahwa wajahnya Bee Kun Bu menjadi merah. ia menjadi sedih, lalu menjawab: "Aku pernah belajar cara membebaskan jalan-jalan darah. Hanya aku khawatir dengan kedua betisku yang sudah menjadi lumpuh, aku tak mempunyai cukup tenaga untuk melakukan nya. Tetapi aku mau coba."

"Lekas-lekas bebaskan jalan-jalan darahku di bagian tenggorokan, dada, lambung dan punggung!" kata Bee Kun Bu. Liong Giok Pin tak menanya lagi, ia segera berusaha keras membebaskan jalan-jalan darah yang dikatakan Bee Kun Bu itu, Dan seperempat jam kemudian Bee Kun Bu merasa agak reda, ia menggigit lidahnya, dan dapat bangkit Tanpa berkata sesuatu ia lari keluar dari kamar itu,

Liong Giok Pin memanggil: "Bee Sutee, Bee Sutee! Tunggu! Aku ada omongan penting untuk beritahukan kepadamu!"

Tetapi Bee Kun Bu, karena akibat racun Hua Kut Siauw Goan San, tidak gubris panggilan Sucinya, ia lari makin cepat di jalan goa yang gelap itu dan menyaksikan bahwa mulut goa sudah tertutup oleh Co Hiong, ia berusaha mendorong batu yang menutup mulut goa itu, tetapi tak berhasil Hanya terdengar suara tertawa dan ejeknya Co Hiongdi luar goa:

"Hm! Bee-heng betul-betul seorang yang luar biasa, Meskipun telah ditotok jalan-jalan darahnya, dan diserang oleh racun ku, tetapi masih juga dapat berlari-lari. Cuma sayang?

Mulut goa ini aku telah tutup lagi! Aku menyesal harus meninggalkan kau di dalam, Na, sampai bertemu pula!" Lalu iapun berlalu.

Ketika itu racun Hua Kut Siauw Goan San sudah mulai bekerja, dan Bee Kun Bu merasa kepalanya pusing, iapun tak mendengar terang ucapannya Co Hiong tadi, ia kembali lagi ke kamar, dan menanya Liong Giok Pin: "Apakah tidak ada jalan yang lain untuk keluar dari goa ini?" Dengan kedua mata berlinang Liong Giok Pin menjawab: "Aku telah menjadi orang yang segera mati. Jika aku berdosa, aku harap Sutee dapat mengampuninya, dan aku mohon Sutee mendengarkan pesanku ini."

Tetapi Bee Kun Bu tiba-tiba memukul dadanya dengan kedua tinjunya. Liong Giok Pin terperanjat melihat sikapnya yang ganjil itu, ia berpikir "Bee Suteeku ini pasti dianiaya oleh Co Hiong sehingga ia bersikap seperti orang yang sudah gila!" ia menjerit: "Di sudut kamar ini ada jalan untuk ke luar, Ayo, kau lekas-lekas lari keluar!

Bee Kun Bu masih dapat dengar pemberitahuan itu. ia menuju ke sudut itu dan berusaha sekuat tenaga mendorong dinding kamar dengan kedua tangannya, dan segera ia terjerunuk ke depan untuk jatuh di atas jalan goa yang sangat gelap, Dinding kamar yang ia dorong tadi sebetulnya satu batu gunung yang besar yang menutupi mulut jalan goa untuk keluar ia lekas-lekas bangun lagi, dan berlari-lari dijalan goa yang gelap itu. ia hanya merasa seluruh tubuhnya menjadi bengkak

Sejenak kemudian ia merasa ia sedang melalui jalan yang agak curam, ia berlari-lari terus sehingga ia tiba lagi di suatu tembok batu. ia dorong tembok itu, tetapi tembok itu tak bergerak. ia menjerit sekuat-kuatnya, dan berusaha

mendorong dengan tubuh maupun kepalanya. Kebetulan kepalanya telah mendorong satu batu gunung yang menutup lubang dan mendengar suara jeritnya seorang wanita dan terlihat sinar api yang berkelok-kelok.

Bee Kun Bu naik dan masuk ke dalam lubang itu dan segera berada di suatu ruang. ia berdiri mengawasi keadaan di sekitar nya, dan dalam suasana yang agak gelap itu ia melihat seorang wanita muda yang mengenakan pakaian hijau,

Wanita muda itu mula-mula terkejut melihat Bee Kun Bu naik masuk ke ruang itu, Sejenak kemudian ia menjadi tenang kembali Dengan pelita di tangannya ia jalan menghampiri Bee Kun Bu. Lalu menanya: "Kau mengapa datang ke sini? Dan mengapa mulutmu berdarah?" ia lekas-lekas menyeka darah di mulut dan di mukanya Bee Kun Bu untuk segera menjadi terkejut ketika merasa bukan main panasnya mulut dan muka itu.

Tiba-tiba Bee Kun Bu menjerit dan memukul dadanya dengan kedua tinjunya, lalu coba memukul wanita muda itu.

"Hei! Mengapa kau menyerang aku?" bentaknya wanita itu. "Aku Souw Hui Hong tak dapat dihina oleh siapapun!" Wanita muda itu menangkis dan membalas mengirim satu jotosaa Bee Kun Bu segera terpukul jatuh tersungkur,

Souw Hui Hong menghampiri lagi dengan pelita di tangan, dan menyaksikan bahwa mukanya Bee Kun Bu sudah agak bengkak Lalu ia berusaha menyadarkannya. Souw Hui Hong yang sudah banyak pengalaman segera mengetahui bahwa Bee Kun Bu telah diracuni, dan karena racun itu, maka sikap dan pikirannya telah berubah. Dengan sebetulnya Bee Kun Bu sudah mulai kalap, dan ia akan segera binasa jika membentur batu karang atau jatuh tergelincir ke dalam jurang, Untung sekali ia menjumpai Souw Hui Hong yang telah memukul jatuh padanya menjadi pingsan. Souw Hui Hong mengawasi sejenak, namun karena ia sendiri merasa letih, tidak lama kemudian ia pun tertidur

Ketika ia bangun dari tidurnya ruang tersebut sudah terang benderang, ia mengawasi Bee Kun Bu yang masih juga belum sadar ia menghampiri dan duduk di sam-pingnya, Tiba-tiba Bee Kun Bu menarik napas, lalu membuka kedua matanya, ia agak terkejut melihat Souw Hui Hong di sampingnya, ia berusaha bangun sambil berkata: "Aku mengapa berada di sini?!"

Ia mengawasi keadaan di sekitarnya, dan sambil ketok- ketok kepalanya, ia rupanya ingat bahwa ia pernah datang ke ruang tersebut bersama Co Hiong. iapun coba

mengingatkan peristiwa ia dipaksa makan racun Hua Kut Siauw Goan San oleh Co Hiong, ia merasa tak berdaya dan pa!ing akhir ia memukul Souw Hui Hong. Adegan-adegan itu

beriurut-turut terbayang di depan matanya. dan tiba-tiba ia

menjerit, dan berusaha menumbuk tubuhnya di atas dinding batu dari ruang itu.

Tetapi Souw Hui Hong lebih cepat bergerak ia kak kakinya Bee Kun Bu yang segera jatuh tertiarap di tanah, ia membentak "Hei! Mengapa kau selalu ingin mati! Hai! Mustahil seorang pria sebagai kau demikian pendek pikirannya, dan gampang menjadi putus asa?" ia sengaja mengejek demikian pedasnya, karena ia yakin bahwa Bee Kun Bu sudah menjadi nekat sekali untuk membunuh diri.

Betul saja ejekan itu membikin Bee Kun Bu merasa malu, ia membisu agak lama, lalu berkata: "Jika aku tidak mati sekarang, akupun tak sudi hidup lagi setelah lewat tujuh hari, karena racun Hua Kut Siauw Goan San yang I telah aku makan akan membikin aku menjadi mayat hidup!"

Mendengar itu, bukan main terperanjatnya Souw Hui Hong. Dengan kedua mata terbelalak ia menanya: "Apa? Kau makan Hua Kut Siauw Goan San? Dari manakah kau peroleh racun itu?"

Sambil duduk Bee Kun Bu menjawab: "Sebetulnya soal mati atau hidup adalah soal yang remeh bagiku, Hanya jika aku mati, suhengmu Co Hiong yang kejam, busuk dan jahat itu masih dapat berkeliaran meneruskan perbuatan-perbuatannya yang keji dan busuk Lagipula aku akan menyusahkan kau!"

"Ha!" berseru Souw Hui Hong dengan kaget sekali, "Co Hiong yang menganiaya padamu?"

Bee Kun Bu mengangguk dan berkata: "Ketika dia mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang dicurinya kepadaku, dengan curang sekali dia menyerang aku dan menotok jalan-jalan darahku. Setelah aku menjadi lumpuh dia paksa aku makan racun Hua Kut Siauw Goan San. seingatku aku belum pernah menyinggung dia, apalagi bersikap curang terhadapnya, Meskipun dia ingin merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, tidak seharusnya dia memperlakukan aku demikian kejamnya, Ai! Orang sebusuk dan sejahat suhengmu itu mungkin sukar dicari kedua nya!"

Souw Hui Hong menjadi sangat panas dan dengan khitmat ia berkata: "Hm! Dia mencari jalan untuk menjirat lehernya sendiri! Partai Thian Liong tak akan membiarkannya, Lambat laun dia akan mendapat pembalasan yang setimpal!"

Bee Kun Bu menghela nafas dan berkata: "Ya! Nasi sudah menjadi bubur Semua ini adalah kesalahanku sendiri Aku selalu pereaya bahwa dia ku anggap sebagai saudara, Tapi ternyata dia lebih kejam daripada binatang. jika siocia ada pesan, aku Bee Kun Bu menyesal sekali tak dapat menyampaikan pesan itu, karena aku pasti akan mati di dalam tujuh hari ini!"

Souw Hui Hong menjadi beringas, dan ia menanya lagi: "Apakah omonganmu itu tidak dibuat-buat?"

"Aku belum pernah berdusta!" jawab Bee Kun Bu. "Tiba- tiba perkataanku keluar dari hati yang jujur!"

Lalu Souw Hui Hong berkata: "Aku ada satu permohonan Pertama, kau harus berjanji tidak berusaha membunuh diri!"

Bee Kun Bu berpikir sejenak, lalu mengangguk Kemudian Souw Hui Hong merogoh kantongnya, agaknya ia mencari sesuatu yang berharga, Lalu ia berseru: "Terima kasih Tuhan Yang Maha Esa! untunglah barang ini belum hilang!"

Tangannya memegang satu bungkusan kecil, ia buka bungkusan itu dan mengambil satu butir pil obat yang berwarna merah. Lalu ia berkata lagi: "Permohonanku yang kedua ialah kau harus segera makan pil obat ini."

Bee Kun Bu yang telah menjadi nekat ingin membunuh diri berpikir: "Bagiku kini soal mati atau hidup serupa saja, Meskipun aku disuruh telan racun, akupun tidak akan menolaknya." Lalu ia ambil pil obat merah itu dan ditelannya Kekhawatiran Souw Hui Hong tampaknya agak mereda dan sambil tersenyum ia berkata lagi: "Na, sekarang kau harus memejamkan kedua matamu dan beristirahat

Tetapi Bee Kun Bu membantah "Aku tak akan dapat hidup lama lagi, dan waktu sangat berharga bagiku, Jika aku terus beristirahat di sini, aku tak mempunyai kesempatan lagi untuk membikin pembalasan."

"Tapi." jawab Souw Hui Hong. "Kau sudah berjanji melulusi permohonanku, Aku kini berusaha menolong dan membantu kau. pereayalah aku, dan turutilah kehendakku!"

Bee Kun Bu tak membantah lagi, ia memejamkan matanya dan duduk beristirahat sambil bersandar di dinding batu ruang itu,

Segera ia merasai khasiat daripada pil obat yang berwarna merah itu, Seolah-olah semut merayap di seluruh tubuhnya, lalu perasaan itu hilang dan berganti dengan perasaan darah yang hangat beredar agak lancar di seluruh tubuhnya, Setelah selang seperempat jam, ia merasa seluruh tubuhnya menjadi demam, akan kemudian keringatnya membasahi pakaiannya,

Perubahan-perubahan tersebut diperhatikan oleh Souw Hui Hong dengan seksama, iapun seolah-olah merasakan perubahan-perubahan yang dialami oleh Bee Kun Bu yang menderita, Setelah ia melihat keringatnya Bee Kun Bu membasah, tersenyum

Betul saja, entah telah berapa lama semenjak Bee Kun Bu memejamkan kedua matanya, ia kemudian merasa semua rasa sakit atau lumpuh telah lenyap! ia buka kedua matanya lebar-lebar dengan perasaan yang sukar dilukiskan dengan perkataan ia telah sembuh!

Dengan lemah lembut Souw Hui Hong menanyai "Bagaimana kau rasakan tubuhmu sekarang?"

"Aku merasa sehat!" jawab Bee Kun Bu, "Apakah tidak merasa perutmu sakit atau ingin muntah?" tanya Souw Hui Hong,

Tidak! Aku merasa sehat wal'afial! Apakah semua ini karena pil obat yang Souw Siocia menyuruh aku menelannya tadi?" tanya Bee Kun Bu.

"Bagus.-." kata Souw Hui Hong, lalu ia menutupi mukanya dengan lengan bajunya dan menangis tersedu-sedu.

Sikap Souw Hui Hong itu membikin Bee Kun Bu menjadi serba sulit Entah dengan jalan apa ia harus menghibur gadis yang telah menolong ia itu. Maka ia hanya menanya, suaranya ramah sekali: "Siocia, mengapa kau bersedih hati?"

"Aku... aku... menyesal telah memberikan kau pil obat tadi," jawab Souw Hui Hong tersedu-sedu.

"Mengapa kau menjadi menyesal? Bukankah pil obat itu menolong aku dari maut? jika aku makan sebutir lagi, aku yakin aku dapat menambah tenaga, Kau tak usah menyesali hibur Bee Kun Bu.

"Jika,., jika aku tidak memberikan kau pil itu, aku,., aku masih mendapat kesempatan berada di sampingmu untuk beberapa hari lagi." jawab Souw Hui Hong, Lalu ia bangkit dan berkata lagi: "Sekarang permohonanku yang ketiga: "Kau harus perlakukan Lie Ceng Loan dengan baik...!"

Bee Kun Bu tersenyum dan berkata: Tetapi bukankah aku hanya dapat hidup untuk beberapa hari lagi?"

Souw Hui Hong mendekati dan berkata dengan sedih: "Aku sekarang harus berpisah dan mungkin se-terusnya tak akan menjumpai kau lagi. "

Tetapi meskipun aku sungkan berpisah dan mendampingi kau di sini waktunya pun hanya beberapa hari saja, bukan?" hibur Bee Kun Bu.

Tetapi kau tak akan mati, justru itu aku harus berpisah!" kata Souw Hui Hong. Bee Kun Bu yang tak ingin menanya lagi, segera tarik tangannya Souw Hui Hong dan berkata: "Ayo, kita keluar dari sini!"

Ketika mereka keluar dari lubang goa, Bee Kun Bu mendengar Lie Ceng Loan memanggil: "Bu Koko! Pek Cici menyuruh kami menanti Koko di mulut goa ini. Betul-betul saja kau keluar! Dan ketika ia melihat seorang wanita mengikuti di belakangnya Bee Kun Bu, ia cabut pedangnya dan mendatangi sambil berlari-lari. ia berseru ketika mengenali wanita itu: "O! Hong Cici! Kau juga berada di sini?"

Souw Hui Hong tersenyum, "Bagaimanakah kau mengetahui Bu Kokomu akan keluar dari sini?" tanyanya.

"Pek Cici yang menyuruh aku menunggu di sini." jawab Lie Ceng Loan.

Bee Kun Bu yang menyaksikan betapa mesranya kedua gadis itu bereakap-cakap hanya berdiri di samping mereka seperti seorang yang dungu. Tetapi ketika Lie Ceng Loan melihat wajahnya Bee Kun Bu yang berubah ia terkejut: ia buang pedangnya dan menubruk Bee Kun Bu seraya menanya: "Bu Koko, kau mengapa diam saja?"

Bee Kun Bu tetap berdiri dengan mulut membungkam, ia berpikir "Dia membenci aku, maka setelah aku meninggal dunia dia akan sangat menderita Aku harus membikin dia supaya membenci aku.,.," Dengan keputusan itu Bee Kun Bu berontak dari rangkulannya Lie Ceng Loan, dan dengan menyengir ia berlalu,

Tetapi Lie Ceng Loan menjerit: "Bu Koko...!" ia tak dapat meneruskan karena ia muntahkan darah dari mulutnya dan jatuh di tanah tak sadarkan diri.

Bee Kun Bu tetap berkeras hati, ia terus berjalan Tiba-tiba Pang Siu Wie datang mencegat Bee Kun Bu sambil membentak: "Berhenti! Jika kau masih maju kau rasai pasir beracunku!" Bee Kun Bu berhenti dan memperhatikan kantong dari kulit menjangan yang berisikan pasir beracun itu, ia hanya menyengir, lalu berjalan terus.

Pang Siu Wie terperanjat melihat sikap yang acuh tak acuh dari Bee Kun Bu, dan ia berpikir "Apakah dia sudah gila tidak takut mati?"

Ketika itu ia melihat Souw Hui Hong sedang menolong menyadari Lie Ceng Loan dari pingsannya. Dalam keadaan serba sulit itu, Na Siao Tiap mendatangi bersama-sama empat bujangnya, dan mencegat Bee Kun Bu. Pang Siu Wie berseru: "Na Siocia, jangan lepaskan dia. Aku disuruh Pek siocia membawa dia kembali ke kamar Tian Kie Ciok Hu!"

"Jangan khawatir!" seru Na Siao Tiap, "Dia tak dapat lolos!" Pang Sui Wie yang telah mengetahui kelihaiannya Na Siao Tiap yakin bahwa Bee Kun Bu tak akan lolos, ia berbalik untuk menolong Lie Ceng Loan.

Bee Kun Bu yang dicegat oleh Na Siao Tiap, telah menjadi sangat marah, pikirnya: "Jika bukannya kau yang memaksa aku mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku tidak menjadi begini" Lalu, ia cabut pedangnya hendak menyerang. Tapi ia segera ingat kembali bahwa gadis itu telah menolong jiwanya. Maka ia masukkan pula pedangnya ke dalam sarungnya dan bertindak mundur lima langkah, Sikap yang ganjil itu merupakan teka-teki bagi Na Siao Tiap, ia berdiri tegak mengawasi sikapnya Bee Kun Bu yang aneh itu,

Sejenak kemudian Bee Kun Bu menghampiri lagi, tapi dibentak oleh keempat bujangnya Na Siao Tiap: "Berhenti! maju setindak lagi kami akan hajar kau!" Tetapi Bee Kun Bu tidak menghiraukan ancaman itu, dan Na Siao Tiap juga maju setindak dan menanyai "Mana kitab-kitab Kui Goan Pit Cekku?"

Bee Kun Bu tersenyum, tapi tidak menjawabnya, ia jalan terus melalui Na Siao Tiap, "Hei! Apakah sudah tuli tidak mendengar teguranku?" tegur Na Siao Tiap, Bee Kun Bu tertawa gelak-gelak dan berjalan terus, ia dikejar oleh satu bujangnya Na Siao Tiap, lalu dipukul mukanya, ia tidak menangkis, dan segera terlihat bekas pukulan itu dimukanya, dan darah keluar dari mulutnya, ia berjalan terus,

Bujang yang telah memukulnya itu menjadi heran, karena ia mengetahui bahwa Bee Kun Bu bukannya jago silat gandrungan, Dia memiliki ilmu Ngo Heng Bi Cong Pu, dan beberapa bulan berselang ketika berada di atas perahu di sungai Bin Kang, dia telah dikerubuti oleh empat orang, dia dapat mengegos dan mengelaki semua pukulan, Tetapi kali ini dia tidak hiraukan semua bentakan ancaman bahkan pukulan pun dia tidak mengelaknya, Oleh karena itu, bujang itu dan semua yang menyaksikan anggap Bee Kun Bu sudah kurang beres pikirannya,

Na Siao Tiap yang tidak digubris pun telah menjadi gusar ia mengejar dan mengirim jotosan ke atas pundaknya Bee Kun Bu. jotosan tersebut nampaknya tidak keras, akan tetapi setelah terjotos, Bee Kun Bu segera merasa betis kanannya lemas dan tak dapat bertindak lagi, seolah-olah betisnya itu telah ditabas putus,

Harus diketahui bahwa jotosan itu dilancarkan dengan ilmu Kim Ki Tok San atau Ayam Mas Mematok Jangkrik ialah satu jurus yang ampuh dan catatan kitab Kui Goan Pit Cek, jotosan itu merupakan juga suatu totokan yang melumpuhkan betis, Bee Kun Bu tak dapat berdiri lagi, tetapi ia masih berusaha berbalik dan mengirim pukulan dengan jurus Tui Ciok Tin Hai atau Mendorong Batu Menyapu Laut.

Na Siao Tiap hanya tertawa melihat Bee Kun Bu . membalas. Ketika itu juga ia memperhatikan bahwa wajahnya Bee Kun Bu sudah seperti mayat.

Bee Kun Bu insyaf bahwa Na Siao Tiap memiliki ilmu silat yang tinggi sekali, mungkin lebih tinggi daripada ilmu silatnya Pek Yun Huij akan tetapi karena ia telah bertekad ingin mati, maka ia melawannya dengan nekad " dengan mengeluarkan seluruh tenaganya yang masih ketinggalan

Karena ingin mengembalikan Kui Goan Pit Cek, Bee Kun Bu menjadi korban lagi

Jotosannya Bee Kun Bu dapat diegosi oleh Na Siao Tiap, dan Bee Kun Bu yang telah mengerahkan seluruh tenaganya ke dalam jotosan itu, ditambah pula dengan betis kanannya yang lumpuh, terjerunuk ke depan suatu batu gunung yang besar didekatnya Na Siao Tiap, 

Batu gunung yang kasar dan keras itu dapat membunuh mati Bee Kun Bu jika kepalanya menabraknya, Na Siao Tiap tampak bahwa Bee Kun Bu tak dapat terhindar lagi dari batu itu, Secepat kilat ia menghempas lengan kanannya, dan segera hembusan angin dari hempasan lengan itu menahan Bee Kun Bu yang lalu jatuh tersungkur di depan batu gunung itu.

Hempasan lengannya Na Siao Tiap itu dilakukan secepat kilat dan hasilnya menakjubkan, Bee Kun Bu dapati dikatakan dipermainkan seperti satu boneka,

Ketika ia bangun, ia melihat Na Siao Tiap berdiri hanya tiga kaki di depan ia dengan wajah yang seram,

"Kau memikir dengan membunuh diri kau dapat melunaskan janji? Jika malam ini kau tidak mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cekku, kau jangan harap bisa mati atau lolos dari tanganku!"

Bee Kun Bu yang yakin bahwa racun Hua Kut Siauw Goan San akan mengakhiri riwayatnya itu telah menjadi tidak takut mati, tetapi setelah ia ingat janjinya terhadap Souw Hui Hong, ia tidak dapat membunuh diri lagi ia hanya dapat membikin orang lain membunuh ia, dan dengan demikian tidak mengingkari janjinya terhadap Souw Hui Hong, "Sekarang ada kesempatan baik bagiku!" pikirnya, Lalu dengan mengejek ia berkata: "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu berada di tangannya Co Hiong dari partai silat Thian Liong, Jika kau mempunyai kepandaian, kau boleh merebutnya sendiri Aku tidak perlu tarik urat lagi terhadap kau!" Setelah berkata demikian ia segera berlalu, Na Siao Tiap mengejar dan membentak: "Ber-henti! Kau tak dapat lolos!"

Bentakan itu tidak digubris oleh Bee Kun Bu, dan sikapnya itu membikin Na Siao Tiap makin marah, dan segera memukul dadanya, ia tidak mengegos atau menangkis pukulan itu. ia hanya tertawa dan berkata: "Aku tidak berdusta! Kui Goan Pit Cekmu di tangannya Co Hiong! Kau boleh pergi sendiri mencari bangsat itu!"

"Jika aku tidak pandang Pek Cici, aku pasti akan sudah pukul kau mati!" kata Na Siao Tiap. justru pada saat itu Pek Yun Hui datang dan berdiri di sampingnya Bee Kun Bu.

Tiap Moi-moi, aku minta kau jangan mendesak lagi Dia sudah diracuni dengan makan Hua Kut Siauw Goan San. pikirannya sudah kalut, dan dia sudah nekat ingin membunuh diri!" kata Pek Yun Hui.

Bee Kun Bu melihat wajahnya Pek Yun Hui yang penuh dengan kekhawatiran, dan baru saja ia ingin menjelaskan ketika ia ingat akan sikapnya yang kasar terhadap Lie Ceng Loan. Segera ia melengos dan bersikap congkak lagi,

Rupanya Pek Yun Hui dapat menyelami isi hatinya Bee Kim Bu. ia berkata dengan ramah: "Aku tahu bahwa kau sedang menderita, dan hatimu seperti disayat Tapi kau tidak harus bersikap kasar terhadap Loan Moi-moi, karena dia mencintai kau dengan seluruh jiwa raganya, Bagi Sumoymu itu, hidup tak ada artinya tanpa kau. Barusan Pang Siu Wie telah memberitahukan kepadaku betapa kejamnya kau perlakukan Sumoymu, Sikapmu itu akan membunuh dia,.,."

Bee Kun Bu menghela napas, lalu ia menjawab: Tapi aku tak akan hidup lama lagi, dan aku berniat membikin dia membenci aku agar dia dapat melupakan.-." "Kau telah berbuat keliru." kata Pek Yun Hui, MMes-kipun kau telah diracuni dengan Hua Kut Siauw Goan San yang dapat membikin kau gila setelah berselang lima belas hari, tetapi kau masih dapat hidup tiga tahun. Di dalam tiga lahun, aku akan berusaha mencari jalan atau obat untuk menyembuhkan kau!"

Terima kasih atas maksudmu yang baik itu, Cici!" kata Bee Kun Bu dengan tersenyum: Tetapi apa gunanya aku hidup seperti mayat hidup?" Lalu ia mendongak ke langit dan tertawa seperti orang gila, Dengan suara yang " keras ia menjerit: "Aku Bee Kun Bu yakin bahwa selama hidupku ini aku belum pernah melakukan sesuatu yang menyakiti hati orang lain.

Aku belum pernah menganiaya orang, Tapi mengapa Tuhan memberikan kepadaku nasib seburuk itu, yang selalu menyusahkan orang lain? Aku ingin mati dan melupakan nasibku yang buruk!" Lalu air matanya mengucur tak tertahankan lagi, dan ia tak dapat meneruskan kata-katanya.

Pek Yun Hui menghibur: "Soal ini bukan kehendakmu dan kau tak dapat dipersalahkan, dan kau juga tak harus menyesal Yang penting ialah kau harus mempertimbangkan nasib Sumoymu. ia pasti akan membunuh diri jika kau mati."

"Justru aku kasihan Sumoyku dan tak ingin dia mendampingi aku yang menjadi mayat hidup, maka aku ingin mengakhiri jiwaku, Dan setelah aku tidak ada di dunia ini, aJtu yakin Cici dapat melindungi dia.,." jawab Bee Kun Bu dengan sedih hati,

"Meskipun kau tidak mengatakannya, aku pasti melindungi dia." kata Pek Yun Hui,

"Pek Cici!" kata Bee Kun Bu, "Aku hanya mempunyai satu permintaan, Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ke-punyaannya Na Siao Tiap masih di tangan Co Hiong, dan aku minta Cici mengambilnya dan mengembalikan kepada pemiliknya!" "Baik!" jawab Pek Yun Hui, "Soal ini kau tak usah pikirii aku akan urus dengan seksama, Aku akan mencari dia meskipun harus masuk ke dalam goa macan!"

Na Siao Tiap juga berkata: "Jika sudah ketahuan pencurinya, aku tidak mendesak dia lagi. Aku segera pergi ke markas besar partai Thian Liong membikin perhitungan terhadap bangsat itu!"

"Jika kau tidak terlalu mendesak, aku tak akan mengalami dipaksa makan racun Hua Kut Siauw Goan San!" kata Bee Kun Bu agak mengejek ia berhenti sejenak, lalu berkata dengan ramah: Tapi Na Siocia telah menolong jiwaku, dan budi ini aku tak bisa lupakan, Dan jika aku mati karena usahaku merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, aku juga mati dengan perasaan puas!"

Na Siao Tiap tak tahan bersedih hati Sambil menangis ia berkata: "Beberapa hari ini aku telah bersikap kasar terhadapmu, dan aku tak heran jika kau membenci aku, Kini aku insyaf bahwa kau adalah seorang yang baik." Lalu ia seka air matanya dan berkata pada Pek Yun Hui: "Pek Cici, semua ini adalah karena salahku, Aku telah membikin dia makan racun, membikin sedih Li Cici, dan juga Cici sendiri. "

"Semua peristiwa ini adalah karena perbuatannya Co Hiong yang jahat, kejam, sangat licik dan keji itu, dia seharusnya dibasmi siang-siang, dan Bee Kun Bu harus-nya ingat akan pesanku untuk selalu waspada terhadap manusia yang busuk itu!"

Bee Kun Bu berkata sambil menundukkan kepa!a-nya: "Betul, aku telah mengabaikan pesan Pek Cici untuk berlaku waspada, Dia menotok aku ketika merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu!"

Tiba-tiba Pek Yun Hui menanya Na Siao Tiap: Tiap Moi- moi, apakah San Im Shin Ni juga memiliki ilmu Hut Siat Co Kut Hoat (llmu menyumbat jalan darah dan mematahkan tu!ang)?" Na Siao Tiap berpikir sejenak, lalu menjawab: "Betul! Dan juga ilmu Ngo Cauw Kim Lu Hoat (ilmu menyerang dari lima jurusan sekaligus) yang sukar ditangkis atau dielakkan."

"Jika demikian, Co Hiong si bangsat itu rupanya telah pelajari ilmu-ilmu dari San Im Shin NL Dari mana dia dapat mempelajarinya?" tanya Pek Yun Hui.

"Kedua ilmu tersebut sangat luar biasa," kata Na Siao Tiap, "Tetapi di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ada lagi ilmu- ilmu yang lebih lihay, Misalnya ilmu Hui Liong Sam Sut (ilmu Menakluki Naga dengan tiga cara), tiap-tiap gerakannya meliputi jurus-jurus menyerang maupun menangkis dengan berbareng, dan yang mengandung delapan belas perubahan ilmu Hui Liong Sam Sut ini dapat menggempur ilmu Hut Siat Co Kut Hoat dan ilmu Ngo Cauw Kim Lu Hoat, Sayang Bee Siangkong belum memahami ilmu itu Tapi jika Bee

Siangkong sudi belajar, aku dapat mengajarkan kepadanya."

Bee Kun Bu tersenyum dan berkata: "Terima kasih. Cuma sayang, walau aku suka mempelajarihya, aku tidak akan hidup lama lagi!"

Na Siao Tiap diam berpikir dengan memejamkan matanya mengingatkan tentang cara mengobati atau menyembuhkan penderitaan karena racun Hua Kut Siauw Goan San. Harus diketahui bahwa ia telah ingat betul-betul tiap-tiap huruf yang tereatat di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Pek Yun Hui segera mengerti sikap Na Siao Tiap yang juga ingin menolong Bee Kun Bu. ia yakin bahwa racun Hua Kut Siauw Goan San itu berasal dari daerah barat di dekat pegunungan Altai, dan San Im Shin Ni berasal dari pegunungan itu. Mungkin juga di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek terdapat catatan-catatan untuk menyembuhkan penderitaan karena racun itu.

Ketika Na Siao Tiap membuka kedua matanya lagi, ia berkata kepada Pek Yun Hui: "Pek Cici, di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ada tereatat tentang racun Hua Kut Siauw Goan San yang dibuat oleh partai silat Bi Tiong di propinsi Tibet, tentang cara pengobatannya, kitab-kitab itu telah disebut tentang cara yang khas untuk mengobati penderitaan karena racun Hua Kut Siauw Goan San, Namun, untuk racun itu, kita memerlukan kura-kura Ban Lian Hwee Kui, Tetapi di manakah kita harus mencari Ban Uan Hwee Kui lagi?"

"Bagaimanakah buah Sie Can Ko di kuil Toa Ciok Si yang terletak di pegunungan Ci Lian San? Apakah buah itu tak dapat menggantikan kura-kura Ban Lian Hwee Kui?" tanya Pek Yun Hui.

Na Siao Tiap menggelengkan kepalanya, dan men-jawab: "Di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu hanya dicatat bahwa Ban Lian Hwee Kui dapat memusnahkan racun apapun, dan tidak disebut-sebut tentang benda atau barang lain yang dapat menandingi kemujarabannya."

Bee Kun Bu yang mendengari pereakapan kedua gadis itu lalu berkata: "Aku kira tak perlu menolong aku lagi, karena ketika Co Hiong memaksa aku menelan racun itu, ia pernah berkata bahwa hanya tiga pil obat yang disimpan di markas besar Thian Liong di sebelah utara propinsi Kwiciu dapat menolong aku!"

Pek Yun Hui membuka kedua matanya dan berseru: "O! Aku segera akan pergi kemarkasbesar partai Thian Liong di propinsi Kwiciu, dan akan kembali sebelum tujuh hari. Dengan minta berkahnya Tuhan Yang Maha Kuasa, aku harap akan berhasil...n

Na Siao Tiap berkata: "Cici, aku pun ingin pergi bersama- sama Cici, jika pil itu masih ada di markas besar partai Thian Liong, kita harus berusaha sekuat tenaga mengambilnya untuk menolong dia."

Pek Yun Hui tersenyum, "Jika Moi-moipun pergi bersama- sama aku yakin kita tak akan gagal!" katanya,

"Cici jangan anggap ilmu silatku terlalu tinggi." kata Na Siao Tiap, "Meskipun aku telah pahami tiap-tiap huruf di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, akan tetapi aku belum mempraktekkannya. Berapa banyak ilmu yang aku dapat gunakan, aku sendiripun tak dapat mengetahui Dalamperjalanan kita ke markas besar partai Thian Liong itu, aku harus bersandar kepada Cici yang sudah berpengalaman"

Tiba-tiba Bee Kun Bu berkata dengan suara agak keras: "Maksud menolong aku dari kedua Siocia, aku... aku.,." ia tak dapat meneruskan: mulutnya berbusa, mukanya pucat pasi, akan kemudian jatuh tertiarap di tanah. Kedua gadis itu terkejut, mereka lekas-lekas menolongnya, Pek Yun Hui berusaha memijat urat-uratnya Bee Kun Bu untuk menyadarkannya.

Sejenak kemudian Bee Kun Bu membuka kedua matanya dan berkata: "Aku telah diberikan satu pil oleh Souw Hui Hong, mungkin untuk meracuni aku, maka aku khawatir aku tak dapat hidup sampai dua hari. Maksud yang baik dari kalian, aku hanya dapat menyatakan beribu-ribu terima kasih! Na Siocia pernah menolong jiwaku, dan aku menyesal tak dapat membalas budi itu."

Na Siao Tiap menghela napas dan berkata: "Akulafr yang telah membikin kau mengalami penderitaan ini, dan jika kau tak membenci aku, aku sudah merasa bersyukur, kau tak usah memikiri tentang membalas budi." Lalu ajr matanya mengucur turun dengan derasnya dari kedua belah pipinya,

"Na Siocia, aku tak akan membenci kau." kata Bee Kun Bu, "Setelah kau mengetahui bahwa aku tidak mencuri kitab- kitab Kui Goan Pit Cekmu, aku pun sudah merasa senang,.,."

Pada saat itu Lie Ceng Loan lari mendatangi sambil memanggil-manggil: "Bu Koko! Bu Koko. "

Bee Kun Bu mengawasi Lie Ceng Loan dan hatinya seperti disayat melihat Lie Ceng Loan dengan pakaian yang kotor dan darah masih keluar dari mulutnya, ia ingin bangun, tetapi ia merasa seluruh tubuhnya tak bertenaga, "Bu Koko mengapa?" tanya Lie Ceng Loan.

"Loan Moi-moi, apakah kau mau membalas dendam untuk Bu Kokomu!" tanya Pek Yun Hui.

Dengan merasa cemas Lie Ceng Loan berbalik menanyai "Ha! Apakah Bu Koko dianiaya orang lagi?"

Pek Yun Hui mengangguk dan berkata: "BetuI! Dia, dipaksa menelan racun Hua Kut Siauw Goan San oleh Co Hiong. Oleh karena itu, tadi dia telah berlaku kasar terhadapmu agar kau membenci padanya dan tak akan bersedih hati jika dia meninggal dunia "

Karena membela murid, dua partai silat bertempur

Tiba-tiba Lie Ceng Loan tertawa gelak-gelak dan ia berkata dengan tegas: "Aku tahu, aku tahu bahwa Bu Koko bermaksud luhur Dia khawatir bila dia meninggal dunia, aku tentu tak ingin hidup. Dia sengaja membikin aku membenci padanya, Tapi jika dia niati, aku aku,.,." ia menangis lagi,

Souw Hui Hong menghampiri, dan sambil memegangi pundaknya, ia menghibur: "Kau tak usah khawatir, dia pasti tidak akan mati!"

Pek Yun Hui terperanjat mendengar kata-kata itu, dan ia menanyai "Apa! Dia tak akan mati?"

Souw Hui Hong mengangguk dan berkata: "Betul. Dia tak akan mati!" Lalu sambil berpaling kepada Lie Ceng Loan ia berkata: "Nanti kira-kira dua jam lagi, kau harus berikan dia minum air jahe, dan biarkan dia tidur nyenyak sampai setengah hari. Dan setelah selang tiga W hari, tenaga maupun semangatnya akan pulih kembali!" Lalu ia berbalik dan ingin berlalu, Tapi Pek Yun Hui mencegatnya dan menanya: "Kau mengatakan bahwa dia akan sembuh dalam jangka waktu tiga hari? Jika demikian kau pun tentunya dapat menunggu sampai tiga hari baru berlalu!" Souw Hui Hong tersinggung ditegur demikian ia menjawab: "Aku mengerti mengapa kau memandang ringan terhadap aku, tetapi. "

Pek Yun Hui memotongnya dan berkata: "Maaf, aku tak sudi mendengar apa sebab musababnya, Kini yang penting ialah menolong jiwa nya. Kau adalah puteri kesayangan dari pemimpin partai Thian Liong, dan kau pasti mengetahui tempat disimpannya pil obat yang dapat menolong jiwanya Bee Kun Bu dari racun Hua Kut Siauw Goan San. Aku minta kau menunggui dia di kamar Tian Ki Ciok Hu sampai aku kembali dari Kwiciu mengambil obat yang dibutuhkan itu."

Harus diketahui bahwa Souw Hui Hong yang selalu dimanjakan oleh ayahnya Souw Peng Hai, telah menjadi satu gadis yang congkak dan keras kepala, Banyak pemimpin- pemimpin cabang partai Thian Liong senantiasa mengalah karena memandang ayahnya, Begitu juga banyak jago-jago silat di kalangan Bu Lim tak berani mengganggu dan menyinggung padanya karena takut terhadap ayahnya, permintaan Pek Yun Hui itu membikin ia menjadi gusar, dan ia menjawabnya: "Jika aku tak sudi memberitahukan tempat disimpannya pil itu, kau dapat berbuat apakah?"

Pek Yun Hui segera insyaf bahwa ia telah berlaku agak kasar terhadap Souw Hui Hong, ia membutuhkan pertolongan gadis itu seharusnya ia memperlakukan Souw Hui Hong dengan baik. Maka ia menarik napas, dan terus memandang kepada Bee Kun Bu.

Souw Hui Hong yang selalu menaruh hati terhadap Bee Kun Bu lalu berkata lagi: "Dia telah memakan pil obat dari aku, jika pil itu bekerja baile, maka di dalam tiga hari seluruh racun di dalam tubuhnya akan lenyap, dan kau tak usah pergi ke propinsi Kwiciu!"

Tetapi jika di dalam tiga hari dia tak sembuh, bagaimana?" tanya Pek Yun Hui.

"Jika aku bermaksud meracuni padanya, aku tak perlu berbuat demikian Kemarinpun.,." kata Souw Hui Hong, Pek Yun Hui membentak: "Sudahlah, Kau pergilah! Dan aku minta kau jangan menjumpai dia lagi!"

Lalu Souw Hui Hong menjadi lunak, dan sambil menyentuh pundaknya Lie Ceng Loan ia berkata: "Aku minta kau jangan khawatir Aku tak akan menyakiti hatinya Loan Moi-moi yang baik hati ini!" ia berhenti sejenak, lalu dengan geregetan ia berkata: "Co Hiong itu betul-betul busuk dan sangat licik, Untuk mengambil kembali kitab Kui Goan Pit Cekdari tangannya, aku yakin tak gampangl"

"Apabila dia tak mau mengembalikannya, dia harus membayar dengan jiwanya!" kata Pek Yun Hui.

Souw Hui Hong berkata: "Misalnya kau dapat membunuh mati dia, tapi kitab-kitab itu akan tetap sukar kau dapat ambil kembali, karena sudah pasti dia telah menyembunyikan dengan rapi, Aku hanya khawatir jika kitab-kitab itu terjatuh di tangannya orang yang jahat."

"Menurut pendapatmu, cara bagaimanakah melaksanakannya untuk mengambil kembali kitab-kitab itu?" tanya Pek Yun Hui,

"Dia menjadi besar bersama-sama aku, Aku telah mengerti betul sifat dan wataknya, jika kau pereaya kepadaku, aku berjanji mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu kepada kau dalam waktu tiga hari."

"Baiklah!" kata Pek Yun Hui.

Sebelum berlalu, Souw Hui Hong berkata: "Sebelum-nya dia sembuh, lebih baik dia jangan didekat i. sebetulnya aku ada banyak omongan, tetapi sekarang ini sang waktu sangat mendesak Aku akan bicara lagi setelah aku mengembalikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu!"

Setelah Souw Hui Hong berlalu dan tidak kelihatan lagi, Pek Yun Hui memperhatikan Bee Kun Bu yang sedang duduk di tanah dijagai oleh Lie Ceng Loan, dan dikitari oleh Na Siao Tiap dan keempat bujangnya. Bee Kun Bu menanya: "Apakah Souw Hui Hong sudah berlalu?"

"Dia sudah pergi dan akan kembali pula setelah tiga hati Kau akan sembuh karena telah makan pil obatnya." Pek Yun Hui menghibur

Bee Kun Bu terperanjat dan berseru: "Apa? Aku tak akan mati?"

Lie Ceng Loan menghibur: "Betul! Kau tak akan mati, karena kau seorang yang baik. Jika kau mati, banyak orang akan bersedih hati."

Bee Kun Bu tiba-tiba bangkit dan lari mengejar Souw Hui Hong. Pek Yun Hui mencegat dan menanya: "Kau hendak ke mana?"

"Aku mau kejar dia karena aku masih ada urusan dengan dia." jawab Bee Kun Bu. "Aku harus kejar dia!"

Pek Yun Hui membujuk: "Dia bilang kau harus beristirahat dan dia akan kembali membawa Kui Goan Pit Cek dalam waktu tiga hari, Kau harus bersabar, dan dia pasti kembali."

Bee Kun Bu terpaksa duduk beristirahat lagi. Kemudian Pek Yun Hui berkata kepada Lie Ceng Loan,

"Bu Kokomu harus beristirahat selama tiga hari Ayo kita

gotong dia ke kamar Tian Kie Ciok Hu,"

Kata-kata itu terdengar oleh Bee Kun Bu yang segera berkata: "Aku dapat berjalan!" Lalu ia bangkit dan berjalan menuju ke tempat yang disebut, diikuti oleh Lie Ceng Loan, Pek Yun Hui, Na Siao Tiap dan lain-lainnya. Karena ia masih lemas, maka ia berjalan sangat perlahan, perjalanan enam- tujuh lie di tempuh dalam satu jam.

Ketika mereka tiba di muka jurang, Pek Yun Hui berkata kepada Lie Ceng Loan: "Suhu, Supek dan susiokmu sudah datang ke pegunungan ini." Lie Ceng Loan mengawasi keadaan di sekitarnya, tetapi ia tidak melihat apa-apa, Lalu Pek Yun Hui berkata, suaranya rendah: "Biarlah aku jumpai mereka." Lalu dengan ilmu meringankan tubuh, ia loncat ke depan,

Pang Siu Wie yang melihat Pek Yun Hui loncat ke depan seolah-olah menyerang musuh, segera loncat dan berdiri di samping Bee Kun Bu.

Kemudian terlihat berlebatnya pedang, dan terdengar Pek Yun Hui membentak: Tahan!"

Bee Kun Bu membuka kedua mata nya, dan melihat ketiga pemimpin partainya berdiri berderet dengan pedang terhunus, Hian Ceng Tojin juga membawa satu pedang tua yang dipanjengkan di punggungnya,

Tetapi di depan ketiga pemimpin partai silat Kun Lun itu, lebih kurang tiga depa jauhnya juga berdiri tiga orang, Mereka adalah Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui dari partai silat Ngo Bi, dan mereka semuanya menyekal senjata: Tio Goan bersenjatakan sebilah golok, Tio Ceng bersenjatakan periuk tembaga, dan Tio Hui berdiri di tengah-tengah kedua belah pihak, sebetulnya ketika ia loncat ke depan, ia juga mengirim jotosan enam kali bertubi-tubi, dan hembusan angin dari jotosan-jotosan itu telah mendampar ke enam orang itu.

Mereka semuanya terperanjat merasa terdampar, dan terpesona ketika dibentak Tahan!"

Pihak partai Ngo Bi meskipun tidak kenal Pek Yun Hui, akan tetapi menjadi tereengang menyaksikan ilmu silat hebat dari seorang gadis yang hanya berusia lebih kurang dua puluh tahun itu, dan mereka mengawasi terus kepada Pek Yun Hui,

Lalu Pek Yun Hui menghaturkan hormat kepada ketiga pemimpin partai silat Kun Lun seraya berkata: "Ketiga angkatan tua adalah tamu-tamu, dan aku minta beristirahat di pinggir. Lawan-lawan ini biarlah aku yang memberesinya!" Lalu ia menghadap ketiga jago silat dari partai Ngo Bi, dan membentak: "Sebetulnya dengan maksud apakah kalian datang ke puncak Pek Yun Siat ini?" Tio Goan setelah melihat sikap kasar dari Pek Yun Hui menjadi gusar, dan menjawabnya: "Daerah pegunungan yang terpencil ini dapat dikunjungi oleh siapapun pertanyaanmu itu agak terlalu kasar!"

Pek Yun Hui berkata lagi: "Betul katamu, pegunungan Koat Cong San menjadi tersohor karena soal peta Cong Cin To, dan siapapun dapat datang ke sini, Tapi kalian mengapa datang ke sini sekarang?"

"Jika sembarangan orang boleh datang ke sini, maka kau tak perlu melarang kami datang ke sini." jawab Tio Goan. "Kau tidak menegur orang-orang dari partai Kun Lun, tetapi hanya menegur kami. Aku menjadi curiga akan maksudmu!"

Pek Yun Hui tidak segera menjawabnya, ia hanya memandang Hian Ceng Tojin yang berkata sambil tersenyum: "Pek Siocia mungkin tidak mengenal mereka.

Perkenankanlah aku memperkenalkannya." Lalu dengan tenang ia maju menghampiri ketiga jago silat partai Ngo Bi itu.

Tio Goan menampak sikap yang luar biasa dari Hian Ceng Tojin itu menjadi kagum, ia berkata seorang diri: Temimpin Sam Ceng Koan ini betul-betuI berwatak luhur Meskipun terhadap lawan, dia masih bersikap hormat!"

Sambil menunjuk Tio Goan, Hian Ceng Tojin ber-kata: Taysu ini adalah pemimpin partai silat Ngo Bi bernama Tio Goan Taysu, Tio Goan mengangkat kedua tangannya seraya berkata: Tojin terlampau memuji!"

Lalu Hian Ceng Tojin menunjuk kepada hweeshio yang memegangi periuk tembaga, katanya: "Taysu yang ibergenggaman periuk tembaga ini adalah kenalanku di kalangan Kang-ouw, dan salah satu dari empat pemimpin partai silat Ngo Bie."

Tio Ceng tertawa, lalu berkata dengan ejekannya: "Kalian dari partai Kun Lun tidak menanya lagi segera mencegat dan menyerang kami dengan pedang-pedang, Ketika itu kau lupa bahwa kami adalah kenalan lama!" Hian Ceng Tojin tidak membantah ia tunjuk Tio Hui dan memperkenalkan lagi: Tio Hui Suthay ini adalah pemimpin ke empat dari partai Ngo Bi."

Tio Hui pun menyindir "Kalian telah mencegat dan menyerang kami Tetapi sekarang kau berlaku sangat ramah. "

Giok Cin Cu yang tak tahan dengan sindiran itu, membentak: "Kau jangan salah paham, Jika kami telah bertempur karena terburu napsu, kau harus memberi maaf, tetapi tidak dengan menyindir!"

Tio Hui masih juga menyindir "Mungkin juga kau ingin menguji silat kami!"

Giok Cin Cu menjadi makin marah, ia cabut pedangnya dan menantang: "Memang kami hendak menguji kalian, Ayo, kita bertempur sampai ada yang kalah!"

Tio Hui pun segera mencabut pedangnya siap menerima tantangan Tetapi Pek Yun Hui menghempaskan tangannya sambil membentak: "Enyahlah kau!" Hempasan tangan itu telah mendorong Tio Hui yang coba menangkis hembusan anginnya dengan pedangnya, segera dia merasakan seluruh tubuhnya gemetar, karena Pek Yun Hui terus mengirim jotosannya lagi dengan tangan kirinya, Tio Hui merasa hembusan angin dari jotosan itu lebih hebat daripada yang pertama. ia terpaksa bertindak mundur, dan tak berani menangkis lagi.

Tio Goan mengirim jotosan dengan tangan kanannya, dan Tio Ceng menyerang dengan periuk tembaganya,

sebetulnya Pek Yun Hui tidak ingin melukai Tio Hui. ia hanya ingin memaksa lawan itu mundur Tapi ketika ia diserang oleh Tio Goan dan Tio Cengt ia terpaksa harus melawan, ia condongkan tubuhnya ke samping mengegosi jotosannya Tio Goan, dan menjotos ke arah periuk tembaganya Tio Ceng, Lalu terlihat periuk tembaga itu terjotos oleh hembusan angin dan jatuh ke tanah. Jika Pek Yun Hui bermaksud membunuh, kesempatan itu ia dapat gunakan untuk mengirim jotosannya lagi sambil menendang lambungnya Tio Goan.

Pek Yun Hui tersenyum dan berkata: "Tak usah kita lawan mereka, karena mereka bukan musuh-musuh kita, Aku berbuat demikian hanya dengan maksud mencegah pertempuran antara partai Kun Lun dan partai Ngo Bi." Lalu ia hadapi Tio Goan dengan tenang ia menanyai "Apakah ketiga pemimpin ini datang ingin merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek? Mengapa harus bertempur melawan ketiga pemimpin dari partai Kun Lun?"

Tio Goan, yang telah mengetahui bahwa ia tak dapat menandingi gadis itu, segera mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat seraya berkata: "Sebetulnya kami sedang mengejar seorang musuh, akan tetapi ketiga pemimpin partai Kun Lun tiba-tiba mencegat dan menyerang kami. Mengapa kami dicegat, kami tak mengerti Oleh karena itu, aku minta ketiga pemimpin partai Kun Lun memberi penjelasanku Dan ia menjadi terkejut ketika melihat Bee Kun Bu. Pada saat itu, Tio Ceng dan Tio Hui pun telah melihat Bee Kun Bu.

Pada dua bulan yang Ialu, karena ingin menolong Souw Hui Hong, Bee Kun Bu telah menerobos masuk ke dalam kuil Ban Hut Si diwaktu malam, karenanya ia telah menanam benih dendam. ia tertangkap dan di-kurung di dalam kuil Ban Hut Si selama setengah bulan, Kemudian dengan mengambil kesempatan yang baik ia melarikan diri dengan menggunakan ilmu Ngo Heng Bi Cong Pu (Langkah Ajaib), ia berhasil menerobos dari kepungan orang-orangnya kuil Ban Hut Si.

Tapi ia kembali lagi setelah berselang tiga hari, dan telah bertempur melawan banyak jago-jago silat dari kuil Ban Hut Si, dan dengan bantuannya Giok Siu Sian Cu, ia telah melukai banyak murid-murid dari partai Ngo Bi. Tetapi Bee Kun Bu telah dikemplang oleh Sin Lee hweeshio dan telah menderita luka parah, dan Giok Siu Sian Cu yang hendak menolongnya pun telah dipukul oleh Tio Pan. Untung sekali Souw Hui Hong telah membawa pemimpin-pemimpin cabang bendera merah, kuning dan putih dari partai Thian Liong, dan mereka berdua tertolong...

Ketika itu Bee Kun Bu betul-betul luka parah setelah melukai banyak murid-murid Ngo Bi, bahkan telah membunuh mati satu murid yang pandai, Seorang murid lain juga telah terbunuh oleh Giok SiuSian Cu. Tio Pan Taysu telah ditawan oleh partai ThianLiong. peristiwa tersebut belum pernah terjadi di dalam sejarah partai Ngo Bi, maka di matanya ketiga pemimpin partai Ngo Bi itu, Bee Kun Bu dianggap musuh besar, Dan ketika mereka menyaksikan dengan kepala mata sendiri bahwa Bee Kun Bu masih hidup, mereka menjadi heran bereampur gusar.

Bee Kun Bu segera berlutut di hadapan gurunya sambil berkata: "Teecu memberi hormat kepada Suhu!"

Sambil tersenyum Hian Ceng Tojin berkata: "Kau masih beruntung karena tidak tewas, Ada banyak urusan aku perlu menanya kau."

Ketika itu Lie Ceng Loan juga sudah menghampiri Giok Cin Cu dan ia segera berlutut di hadapannya seraya berkata: "Suhu. "

Sudah berbulan-buIan ia menderita, dan pertemuan dengan gurunya itu sangat mengharukan maka ia menangis tersedu-sedu,

Giok Cin Cu yang melihat pakaian muridnya yang kotor, rambutnya terurai dan darah di mu!utnya, mengangkatnya bangun dan menanya dengan cemas: "Ayo! Lekas-lekas beritahukan siapa yang menghajar kau sampai demikian rupa?" Lie Ceng Loan menggelengkan kepalanya dan menjawab "Tidak ada orang yang menghajar aku. Aku telah jatuh sehingga mulutku berdarah!"

Giok Cin Cu mengawasi Pek Yun Hui, dan Bee Kun Bu, tetapi ia tak menanya Iagi. ia yang telah berpengalaman tak dapat didustai oleh Lie Ceng Loan, Dalam keadaan seperti itu, lebih baik ia tidak mendesak

Tong Leng Tojin setelah melihat wajahnya Bee Kun Bu dan keadaannya Lie Ceng Loan juga menghampiri Hian Ceng Tojin dan menanya: "Suheng, jika ada pertanyaan, lebih baik mereka ditanya nanti sebentar lagi,"

Maka Hian Ceng Tojin berkata sambil menyentuh pundaknya Bee Kun Bu: "Kau lekas-lekas memberi hormat kepada kedua Susiokmu!"

Lalu Bee Kun Bu berlutut berturut-turut di hadapannya Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu. Pek Yun Hui berdiri menghadap pemimpin partai Ngo Bi dengan di dampingi Na Siao Tiap,

Melihat sikap yang adem dari Giok Cin Cu terhadap Bee Kun Bu. Na Siao Tiap berkata seorang diri: "Dia sebetulnya seorang yang baik, tapi mengapa dia sering-sering diperlakukan dengan adem oleh orang lain? Me-ngapa Susiok-susioknya pun perlakukan dia dengan adem pula?" ia melihat Bee Kun Bu bangkit lagi, dan tak menghiraukan sikap yang adem dari kedua Susioknya, Kemudian Hian Ceng Tojin membentak: "Sebelum aku menyuruhnya, kau tak dapat berlalu dari sampingku!"

Bee Kun Bu membungkukkan tubuhnya seraya menjawab Teecu mentaati perintah Suhu," dan berdiri di samping gurunya,

Pereakapan antara Bee Kun Bu dan gurunya telah didengar oleh Pek Yun HuL ia segera mengerti akan kecurigaan guru, dan bibi serta paman gurunya terhadap Bee Kun Bu. Lalu terlihat Hian Ceng Tojin menghampiri Tio Goan Taysu, dan setelah membungkukkan tubuh memberi hormat, ia berkata: "Partai Ngo Bi dan partai Kun Lun sebetulnya tiada mempunyai dendam. Kami telah mencegat dan menyerang karena ingin menanya mengapa partai Ngo Bi melakukan keprukan dan penawanan, Kini ternyata Bee Kun Bu tidak binasa, dan akupun tak sudi mengorek-ngorek lagi soal tersebut sehingga kedua partai kita menjadi bermusuhan..."

Tio Hui mengejek: "Muridmu telah tertolong jiwanya, tapi bagaimana perhitungannya terhadap muridmu rid kami yang luka dan tewas?"

Dengan terperanjat Hian Ceng Tojin menanya: "Apakah murid-murid partai Ngo Bi dilukai atau dibunuh mati oleh murid partai kami?"

Sambil menuding Bee Kun Bu dengan pedangnya, Tio Hui nanya: "Apakah kau telah membunuh mati orang-orangnya partai Ngo Bi?"

Dengan tegas Bee Kun Bu menjawab: Teecu dikerubuti oleh empat orang hweeshio, dan ketika Teecu terpukul dari belakang, Teecu berbalik dan menusuk seorang lawan."

Tio Hui mengejek: "Dan tusukan itu telah menusuk dada dan tembus ke punggung sehingga orang itu tewas, Yang seorang lagi ditotok jalan darahnya oleh Giok Siu Sian Cu sehingga meninggal Dua korban dari partai Ngo Bi itu harus ada perhitungannya!"

Tong Leng Tojin menegur: "O, jadinya partai Ngo Bi sengaja mencari lantaran untuk bermusuhan terhadap partai Kun Lun?"

Tio Goan membela Sumoynya dengan berkala: "Se-bagai seorang pemimpin seharusnya mengurus segala sesuatu dengan menurut peraturan Murid partai Kun Lun telah menerobos masuk ke kuil Ban Hut Si untuk membantu seorang putri Thian Liong, Kami masih mem-perlakukan dia dengan lunak dengan hanya menawannya tidak membunuh mati, Tetapi dia telah melarikan diri, meskipun telah diberitahukan bahwa kami akan mengembalikan dia ke kuil di puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lun. Dia sudah kabur Dan kamipun tidak menghiraukan lagi. Tapi kemudian ternyata dia kembali pula dengan mengajak Giok Siu Sian Cu hanya untuk melukai dan membunuh dua murid kami. Bagai- mana pendapatmu apakah perbuatan yang demikian kejinya dapat dibiarkan? Dan yang lebih kejam lagi, dengan berserikat dengan partai Thian Liong, seorang pemimpin kami telah diculik. "

sebetulnya peristiwa diculiknya Co Pan Toa-su oleh partai Thian Liong hanya diketahui oleh ketiga pemimpin Ngo Bi, dan karena soal itu adalah soal besar, partai Thian Liong pun tidak mempropagandakan, Di pihak Ngo Bi, mereka berusaha mengundang beberapa jago-jago silat untuk pergi ke markas besar partai Thian Liong di sebelah utara dari propinsi Kwiciu untuk menolong Tio Pan Toa-su dan membikin pembalasan

Tong Leng Tojin mengerutkan kening, lalu menanya Bee Kun Bu: "Apakah perkataannya Tio Goan Toa-su itu betuI?"

Teecu tak berani berdusta." jawab Bee Kun Bu, "Peristiwa memang telah terjadi seperti demikian Hanya cara penuturannya agaknya diputar balikkan sehingga menjadi suatu fitnah."

"Jika demikian, kau harus menuturkan peristiwa itu." kata Tong Leng Tojin, "Dan ingat bahwa peraturan partai kita sangat keras, Kau tak dapat memutar balikkan hal yang sebenarnya!"

Bee Kun Bu menjawab dengan hormat: Teecu tak berani berdusta, peristiwa itu terjadi karena Teecu ingin menolong Souw Hui Hong, puterinya Souw Peng Hai, pemimpin partai Thian Liong."

Pek Yun Hui yang khawatir bahwa Bee Kun Bu akan keliru dalam keterangannya sehingga ia melanggar peraturan partainya, berkata: "Puncak Pek Yun Siat ini adalah tempat yang sulit, dan aku mohon kalian jangan membikin tempat ini menjadi kancah pembalasan dendam!"

Bee Kun Bu tersenyum, lalu memulai penuturannya: "Ketika Teecu berada di dalam perjalanan kembali ke pegunungan Kun Lun dari pegunungan Koat Cong San, Teecu menjumpai empat orang hweeshio mengerubuti seorang

gadis-"

Pang Siu Wie yang telah mengerti kekhawatirannya Pek Yun Hui talu campur bicara: "Hm! perbuatan mengerubuti satu gadis itu sudah melanggar peraturan Bu Lim. Bee Siangkong tentu tak dapat membiarkan gadis itu dikerubuti oleh banyak orang!"

Ucapan itu membikin ketiga pemimpin partai Ngo Bi menjadi malu,

Bee Kun Bu meneruskan Teecu tidak mengetahui bahwa empat orang hweeshio itu adalah murid-murid dari partai Ngo Bi, tetapi karena Teecu telah kenal Souw Hui Hong, Teecu lalu menasehatkan agar kedua belah pihak berhenti bertempur Tapi keempat orang hweeshio itu tidak gubris maksud Teecu, bahkan mereka memaki dan menanya Teecu murid dari partai silat mana yang berani campur tangan di dalam urusan partai Ngo Bi.,"

Tio Hui berkata: "Souw siocia telah menggunakan senjata rahasianya melukai kedua murid kami, maka kami mengirim orang mengejar padanya, apakah itu tidak pantas?"

Setelah menunggu ucapannya Tio Hui selesai Bee Kun Bu meneruskan "MeskJpun Teecu dihina ketika itu. Teecu masih dapat bersabar, dan Teecu hanya minta kepada mereka untuk melepaskan Souw Hui Hong, Tetapi mereka memaksa Teecu menemui pemimpin partai Ngo Bi. Teecu pikir pemimpin- pemimpin dari partai Ngo Bi terutama Tio Pan Taysu, tentunya seorang yang berjiwa besar, dan Teecu turut kehendak mereka. Tetapi setelah tiba di kuil Ben Hut Si, Teecu hanya menjumpai Tio Hui Suthay yang segera mencaci maki Teecu, dan kemudian bersama-sama Souw Hui Hong, Teecu dipenjarakan di dalam suatu kamar batu.

Teecu terpaksa mencabut pedang dan membikin perlawanan Dalam pertempuran itu Teecu melawan mereka, Tetapi akhirnya Teecu tertawan, dan dipenjarakan di dalam kamar batu itu selama setengah bulan. Kemudian ketika seorang lweeshio membawa makanan ke dalam kamar itu, Teecu berhasil melarikan diri, Di perjalanan Teecu berjumpa agi dengan Souw Hui Hong yang memberitahukan bahwa Suhu telah datang ke kuil Bat Hut Si mencari Teecu.

Oleh karena itu, dengan hasrat menjumpai Suhu, Teecu lalu kembali pula ke kuil Ban Hut Si. Tidak diduga, Giok Siu Sian Cu juga telah datang ke kuil Ban Hut Si. Apakah Teecu telah berserikat dengan Giok Siu Sian Cu, Tio Ceng Taysu telah mengetahui, karena dia telah melihat dan mendengarnya dengan mata kepalanya sendiri, Ten-tang Souw Hui Hong membawa jago-jago silat partai Thian Liong ke kuil Bat Hut Si. Teecu kurang jelas, karena ketika itu Teecu dan Giok Siu Sian Cu telah menderita luka parah dan tak sadarkan diri."

Tong Leng Tojin menegaskan lagi: "Apakah penuturanmu itu betul semuanya?"

"Jika Teecu berdusta atau memutar balikkan persoalan Teecu rela dihukum!" jawab Bee Kun Bu.

Lalu Tong Leng Tojin berpaling kepada ketiga pemimpin partai Ngo Bi dan berkata: "Jika penuturan murid kami ada yang salah, aku harap kalian beri petunjuk!"

Tio Hui berkata: "Penuturannya betul, Tapi bagaimanakah segala sesuatu demikian kebetulan Aku yakin dia telah berserikat dengan Giok Siu Sian Cu dan partai Thian Liong untuk menggempur kami!"

"Ucapanmu Suthay, terlampau sembrono." kata Hian Ceng Tojin, "Soal muridku telah berserikat dengan partai Thian Liong untuk menggempur partai Ngo Bi belum terbukti, dan aku sendiri tak berani memastikan Tentang hubungannya dengan Giok Siu Sian Cu, aku lebih tahu daripada kalian. Lagi pula ketika Giok Siu Sian Cu, melawan kalian, aku sendiri telah berada di pegunungan Ngo Bi dan telah menyaksikan dengan kepala mata sendiri."

"Hm! Jika kau telah tiba di pegunungan Ngo Bi, mengapa tidak terus pergi ke kuil Bat Hut Si? Jika kau datang ke kuil Bat Hut Si, mungkin kesalah pahaman kedua partai kita ini tak akan terjadi!" kata Tio Ceng.

Tio Hui mengejek "Untuk membereskan soal salah paham itu hanya dapat terlaksana dengan mengambil dua jiwa dan murid partai Kun Lun!"

Hian Ceng Tojin tertawa gelak-gelak dan menjawab: "Suthay betuI-betul sangat keterlaluan! Jika jiwa murid-murid partai Ngo Bi berharga, apakah jiwanya muridmu rid partai kami tak berharga? Murid kami telah me-lawan, belum tentu karena dia bersalah, tetapi karena dia terpaksa melakukan perlawanan!"

Ketika Tio Hui ingin membantahnya lagi, Pek Yun Hui yang sejak tadi tak campur bicara telah menjadi hilang sabar ia membentak: "Sekarang sudah terang kalian bertiga datang ke puncak Pek Yun Siat untuk membalas dendam, Pemimpin- pemimpin partai Kun Lun ini adalah tamu-tamuku dan tak dapat diganggu, Jika kalian masih keras kepa!a, boleh membikin perhitungan terhadap aku!"

Pang Siu Wie segera loncat maju, dan dengan memegang kantong yang berisi pasir beracun ia membentak: "Hei! Kalian bertiga lekas-lekas enyah! Majikanku tak memberitahukan dua kali! Ayo lekas enyah!

Tio Goan lalu mengawasi Tio Ceng dan Tio Hui dan berkata: "Mari, kita berlalu dari sini!"

Tio Goan berpengalaman dan waspada, ia insyaf bahwa Pek Yun Hui bukan tandingan mereka, Ketiga pemimpin partai Kun Lun pun tak dapat berbuat lain, karena mereka telah mengerti dan mengetahui seluk beluknya salah paham itu.

Sejenak kemudian dari jauh terdengar suara jeritan seorang wanita dan suara bentakan-bentakan yang keras, Pek Yun Hui yang mempunyai pendengaran yang tajam segera dapat mengetahui bahwa suara jeritan itu adalah suaranya Souw Hui Hong, ia berpikir "Dia tak akan menjerit tanpa sebab!" ia menoleng ke arah suara jeritan itu, dan tampak di atas puncak di sebelah selatan beberapa bayangan orang sedang mengejar

Na Siao Tiap yang memiliki ilmu silat lebih tinggi dan karena telah makan kura-kura Ban Lian Hwee Kui dapat melihat lebih nyata, ia berseru: "Aneh, mengapa mereka bertempur sambil berlari-lari!"

Sejenak kemudian terlihat bayangan-bayangan itu berlari- Iari turun ke bawah, dan tak kelihatan lagi,

Tiap moi, apakah orang yang berlari paling depan seorang wanita?" tanya Pek Yun Hui.

"Betul! Dia berlari-lari dengan memegang senjata di tangannya." jawab Na Siao Tiap, Tetapi orang-orang di belakangnya bersenjata belum jelas mengejar-ngejar dia atau melindunginya."

"Wanita itu pasti Souw Hui Hong!" kata Pek Yun Hui. "Kita harus menolong." Lalu iapun lari ke jurusan tersebut

Ketiga pemimpin partai Ngo Bi melihat sikap Pek Yun Hui juga turut lari di belakangnya Pek Yun Hui. Ketiga pemimpin partai Kun Lun yang khawatir Pek Yun Hui seorang diri tak dapat meladeni musuh yang mungkin besar jumlahnya, juga turut lari di belakangnya.

Pek Yun Hui lari cepat sekali, dan sejenak kemudian setelah membelok di suatu lereng gunung, ia tak kelihatan lagi! sebetulnya pegunungan itu sangat curam, dan di mana- mana hampir terlihat jurang-jurang dan puncak-puncak gunung yang curam, sedikit sekali jalan gunung yang ditempuh dengan mudah, Mereka yang mengikuti di belakangnya setelah tak mengetahui Pek Yun Hui lari ke jurusan mana, lalu berhenti

Ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi setelah berunding antara mereka lalu mengambil jalan ke barat, tanpa mengucapkan sepatah kata kepada rombongan partai Kun Lun dan lain-lainnya.

Melihat sikap yang congkak itu, Na Siao Tiap membentak "Berhenti!" ia angkat tangannya, dan empat bujangnya segera loncat dan mencegat ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi itu.

Tio Goan Taysu melihat bahwa meskipun keempat bujang itu tidak bertubuh besar, akan tetapi gerak-geriknya yang lincah dan pesat sangat menakjubkan, ia belum mengetahui kepandaiannya Na Siao Tiap, ia hanya telah menyaksikan kelihayan Pek Yun Hui. Kini Pek Yun Hui tidak ada di situ, ia anggap Na Siao Tiap itu seorang lawan yang remeh, ia lalu menghampiri Na Siao Tiap dan menegur: "Siocia, apa maksudmu mencegat kami lagi?"

Na Siao Tiap menjawab dengan suara yang keras: Tadi Pek Cici menyuruh kalian berlalu, kalian seolah-olah sungkan berlalu, sekarang kalian harus menunggu sampai Pek Ciciku kembali, baru kalian dapat berlalu!"

Pang Siu Wie juga mengejek: "Karena kalian dari tempat yang jauh telah datang ke pegunungan ini, jika berdiam lama sedikit, aku yakin tidak menjadi rintangan Tunggu sajalah sampai majikanku kembali Mungkin dia hendak berunding lagi dengan kalian!

Tio Hui menjadi marah diejek demikian, "Kami mau berlalu sekarang, siapapun tak dapat mencegatku!" Lalu dengan pedang terhunus ia menusuk untuk membuka jalan, Tapi segera juga empat bujangnya Na Siao Tiap membentak sambil mengirim jotosan dari empat penjuru. Jotosan-jotosan itu dilancarkan secepat kilat untuk menotok jalan darahnya lawan,

Meskipun dengan pedang terhunus, Tio Hui tak dapat menangkis semua serangan itu, ia terpaksa meloncat mundur dua depa,

Sambil tertawa Pang Siu Wie mengancam: "Ha! Ha! Ha!

Paling baik kalian jangan coba-coba melarikan diri. Pasir racunku ini dapat segera mengirim kalian ke akherat! Ha! Ha! Ha!"

-ooo0ooo-

Menolong Souw Hui Hong

Tio Goan, salah seorang pemimpin-pemimpin partai silat Ngo Bi berbisik: "Sumoy, kita harus bersabar sekarang kita tak dapat melawan merekah

Tio Hui tarik kembali pedangnya, dan setelah mengawasi lawan lawan nya, lalu ia menyarungkan pedangnya,

Na Siao Tiap mengawasi ketiga pemimpin dari partai silat Kun Lun yang agaknya sungkan berlalu, ia menghampiri Giok Cin Cu yang sedang memeluki Lie Ceng Loan. Terhadap gadis itu, sedikitpun ia tak merasa benci atau jemu, bahkan mengagumi kemurnian dan kesetiaan-nya, Ketika itu Bee Kun Bu berdiri dengan khidmat di belakang gurunya.

Hian Ceng Tojin rupanya baru mengetahui bahwa muridnya, Bee Kun Bu, berdiri di belakangnya. ia menoleh ke belakang, dan mengawasi sejenak, lalu menghela napas,

Tiba-tiba Na Siao Tiap berseru: "Pek Cici sudah kemba!i.

Jika kalian ada urusan kalian dapat menanya dia!"

semuanya menoleh kepada Pek Yun Hui yang mendatangi bersama seorang wanita muda yang mengenakan baju kurung, dan sedang dikejar oleh enam-tujuh orang! Hian Ceng Tojin segera mencabut pedangnya, "Kami dari partai silat Kun Lun telah berkali-kali menerima budi, Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk membalas budi itu!" serunya,

Setelah mendorong Lie Ceng Loan ke samping, Giok Cin Cu juga mencabut pedangnya sambil berkata kepada dirinya sendiri: "Pek Siocia itu telah menolong jiwaku ketika aku kena racun, Hari ini aku harus menolong untuk membalas budinya...:" Sebagai seorang yang sudah lanjut usianya dan telah berpengalaman, ia telah mengisyafi bahwa untuk kebahagiaan Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu, ia harus berusaha memisahkan mereka berdua dari Pek Yun Hui yang juga mencintai Bee Kun Bu.

Hian Ceng Tojin juga telah menginsyafi asmara antara pemuda dan pemudi itu, Hanya ia belum memperoleh jalan untuk memecahkan soal yang rumit itu, Bagi Tong Leng Tojin yang mencintai Giok Cin Cu dan yang menghormati Suhengnya, dia telah berkorban mengalah, dan telah tinggal berdiam di puncak Kim Teng Hong selama sepuluh tahun lebih menggantikan suhengnya mengurus segala urusan partai silat Kun Lun, Pada ketika itu, diapun menghunus pedangnya, siap sedia membantu Suheng dan Sumoynya,

Meskipun Pek Yun Hui memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi, akan tetapi dengan menarik-menarik tangannya Souw Hui Hong, ia tak dapat berlari dengan pesat Lagipula orang-orang yang mengejar adalah jago-jago silat dari tingkat atas, Tiba-tiba Souw Hui Hong jatuh di tanah, dan segera terlihat cahaya terang berkelebat mengejar Pek Yun Hui!

Secepat kilat Pek Yun Hui membalikkan tubuh dan melontarkan beberapa biji Hiancu, yang segera menggempur cahaya terang yang berkelebat mengejek Pek Yun Hui itu!

Tapi orang yang mengejar telah mengurung. Sambil menjerit Pek Yun Hui mengirim jotosan-jotosan ke kanan dan ke kiri dan berhasil mendorong mundur beberapa lawan- lawannya!

Hian Ceng Tojin membentak: "Kalian adalah jago-jago silat dan pemimpin-pemimpin dari partai-partai silat yang terkenal." Hian Ceng Tojin membentak, "Mengapa kalian tidak mentaati peraturan Kang-ouw dengan ber-kawan mengerubuti seorang wanita?" Bentakannya itu ia barengi dengan satu tusukan yang dahsyat sehingga beberapa lawan tersebut terpaksa harus mundur Lalu ia berdiri dengan wajah beringas dan pedang terhunus menghalau di depannya Pek Yun Hui.

Sejenak kemudian, Pang Siu Wie, Na Siao Tiap dan keempat bujangnya pun meloncat maju, Ketika meloncat maju, pasir beracun di tangan kanannya ia sebar ke arah lawan-Iawannya. Di bawah sinar bulan purnama pasir beracun itu mengepul dan beribu-ribu butir pasir menyerang lawan- tawan itu!

Dengan menggunakan kesempatan itu, Pek Yun Hui mengangkat Souw Hui Hong dan dibawanya lari keluar dari kepungan.

Lalu terdengar suara orang mengejek: "Hei! Kamu menggunakan senjata rahasia yang beracun!" Dan ejekan itu dibarengi dengan hembusan angin yang keras, dan pasir beracun itu terdampar berbalik,

Menampak akan hal itu, Pang Siu Wie segera berteriak Totiang dan lain-lainnya lekas mundur!" ia menjotos keluar kedua tinjunya dengan seluruh tenaga dalamnya dan berusaha menolak kembali pasir beracun itu!

Tapi Hian Ceng Tojin tidak mundur Dengan pedangnya ia bertindak maju sambil memutar-mutar pedangnya menjaga diri dari serangan-serangan pasir beracun.

sekonyong-konyong terdengar suara jeritan yang nyaring dari Na Siao Tiap, dan terlihat ia terbang ke atas laksana awan terapung-apung di angkasa, Kedua tinjunya diayun ke depan dan ke belakang berkali-kali! ia telah memahami dasar daripada ilmu Toa Pan Yo Hian Kong (ilmu ajaib mengerahkan hawa udara), dan dengan kedua tinjunya yang diayun ke depan dan ke belakang itu, ia sedang mengerahkan hawa udara, Segera terbukti ampuhnya ilmu tersebut. Semua pasir beracun yang menyerang dapat dihembus oleh angin yang hebatnya seperti angin taufan, berbalik menyerang semua lawan-Iawannya,

ilmu yang dahsyat dan ampuh itu bukan saja membikin ketiga pemimpin partai silat Kun Lun terpesona, bahkan Pek Yun Hui pun menjadi terperanjat!

Jeritan-jeritan yang menyatakan sakit terdengar keluar dari lawan-lawan mereka, dan dengan kesempatan yang baik itu, Hian Ceng Tojin dan kawan ^kawannya mencari tempat yang aman.

sebetulnya ilmu Toa Pah Yo Hian Kong tersebut adalah ciptaan bersama dari Tian Ki Cin Jin dan San Im Shin Ni setelah mereka bertempur dengan hebatnya tetapi yang berakhir menjadi kawan.

Pihak lawan harus mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk menahan atau memukul kembali serangan angin yang terbit dari Toa Pan Yo Hian Kongnya Na Siao Tiap, sambil berusaha mengegos dan melarikan diri.

Setelah semua pasir beracun terjatuh di tanah, dan asap yang mengepul telah buyar, di bawah sinar bulan purnama, Bee Kun Bu dapat melihat bahwa orang-orang yang tadi mengejar Pek Yun Hui adalah Tu Wee Seng (pemimpin partai silat Hua San) dan To It Kang (saudara seperguruan nya) Teng Lee (pemimpin partai silat Siat San) dan kedua saudara seperguruannya yang bertubuh tinggi kurus dan berwajah kejam, dan seorang pendeta yang bersenjata pedang,

Ketika melihat pendeta itu, Hian Ceng.Tojin terkejut ia berpikir: "Orang itu sudah lama tinggal menyepi dan tidak terdengar lagi di kalangan Bu Lim. Mengapa dia sekarang berada di pegunungan Koat Cong San?" Pek Yun Hui telah membebaskan jalan-jalan darahnya Souw Hui Hong, dan setelah gadis itu siuman, ia berkata: "Kau terlampau mengeluarkan tenaga, Kau harus beristirahat dulu! Jika kau ingin memberitahukan sesuatu kepadaku, nanti sebentar saja!" .

Souw Hui Hong mengangguk dan memandang keadaan di sekitarnya, ia sudah tak bertenaga lagi, Tapi ketika melihat Bee Kun Bu, ia tersenyum, dan hatinya berdebar-debar.

Pada saat itu, Tio Hui meloncat dan menyergap Souw Hui Hong! ia lelah menggunakan kesempatan ketika mereka sedang memperhatikan Tu Wee Seng dan kawan -kawannya untuk menyergap gadis itu, Untung Bee Kun Bu telah siap sedia, ia mengetahui bahwa ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi sangat membenci Souw Hui Hong, dan ia senantiasa mengawasi gerak-gerik mereka Maka ketika Tio Hui meloncat dan menyergap Souw Hui Hong, iapun secepat kilat segera mencegatnya,

sebenarnya Bee Kun Bu tidak sekuat dan secepat Tio Hui, tapi karena ia telah siap sedia, maka dengan seluruh tenaga dalamnya, ia berhasil meloncat di depan Souw Hui Hong untuk menjotos sergapan Tio Hui dengan kedua tinjunya!

Bee Kun Bu tak tahan menjaga sergapan yang dahsyat itu, ia terdorong mundur dan terjatuh.

Pek Yun Hui, yang baru saja meninggalkan Souw Hui Hong untuk menghadapi Tu Wee Seng, telah merasakan anginnya sergapan di belakangnya itu, ia segera membalik tubuh dan menyerang Tio Hui.

Tio Hui dan Tio Ceng sebetulnya ingin mencegah saudari seperguruannya menyergap Souw Hui Hong, tetapi mereka terlambat Dan ketika Tio Hui di serang oleh Pek Yun Hui, terpaksa mereka maju membantunya. Kejadian itu membikin keadaan menjadi kacau lagi. Lie Ceng Loan meloncat dan menubruk Bee Kun Bu yang terdorong jatuh,

Tu Wee Seng menjerit, dan secepat kilat menyerang Souw Hui Hong dengan toya bambunya.

serangan itu ditelan oleh Sia Yun Hong dan Teng Lee, dan dalam sekejap saja ketiga orang itu telah berada di dekat Souw Hui Hong,

Ketika penyerang itu mempunyai maksud yang berlainan Ketika Sia Yun Hong meloncat dan tiba kembali di tanah, ia sengaja membentur pundak kanannya Tu Wee Seng. Tu Wee Seng yang tidak menduga benturan dari kawannya itu telah terdorong ke pinggir Dengan kesempatan itu Sia Yun Hong mencengkeram lengan kanannya Souw Hui Hong, Tapi Tu Wee Seng yang terdorong itu menjadi mendongkol dengan toya bambu-nya ia mengemplang tangan yang mencengkeram lengan kanannya Souw Hui Hong!

Sia Yun Hong yang memiliki ilmu silat yang tinggi dengan mudah mengelaki kemplangan itu, lalu menusuk dadanya Tu Wee Seng dengan pedangnya,

Ketika itu Teng Lee dan ketiga pemimpin partai silat Kun Lun pun sudah datang, Hian Ceng Tojin dan Tong Leng Tojin menangkis dengan pedangnya masing-masing, dan Giok Cin Cu mengangkat Souw Hui Hong dibawanya mundur ke belakang

Sia Yun Hong menarik pedangnya untuk melompat dan mengejar Giok Cin Cu.

Na Siao Tiap dan keempat bujangnya yang melihat kekacauan itu, telah menjadi bingung, tak tahu yang mana musuh dan yang mana kawan.

Harus diketahui bahwa Na Siao Tiap yang sudah lama tinggal terpencil di pegunungan, dan tak berpengalaman di kalangan Kang-ouw, tidak dapat mengetahui seluk beluknya peristiwa yang berlangsung itu, Ketika itu ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi telah bertempur melawan Pek Yun Hui yang berlanjut beberapa jurus, Melawan Pek Yun Hui itu, Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui harus berlari-lari dan meloncat ke kiri dan ke kanan, mereka tak memperoleh kesempatan menyerang, Pek Yun Hui pun sukar mengalahkan ketiga jago silat yang lihay itu, karena ia masih khawatir akan keselamatannya Souw Hui Hong,

Pang Siu Wie berdiri menjagai Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. Hiara Ceng Tojin bertempur dengan Tu Wee Seng, Tong:lieng Tojin bertempur dengan Teng Lee. To li Kang dan kedua Suteenya Teng Lee menanti kesempatan merebut Souw Hui Hong bila Sia Yun Hong berhasil merampasnya dari Giok Cin Cu. Demikianlah semua jago-jago silat yang berpengalaman bertindak dengan penuh perhitungan kecuali Na Siao Tiap dan empat bujangnya yang masih hijau,

sebetulnya dalam pertempuran itu, Giok Cin Cu berada dalam keadaan yang sangat berbahaya, karena ia yang sedang menjagai Souw Hui Hong harus bertempur melawan Sia Yun Hong, dan ia tak dapat melancarkan ilmu silat pedang Cun Hun Cap Ji Kiam Hoatnya,

Bee Kun Bu telah sadar dari pusingnya, ia membuka kedua matanya, dan melihat keadaan atau pertempuran di sekitarnya. Ketika ia melihat kedudukannya Giok Cin Cu, ia terkejut ia segera bangun dan mencabut pedangnya sambil lari maju, Tapi ia segera merasa kepalanya pusing dan ia terjatuh pula. Tapi ia masih dapat memaksakan untuk berseru: "Na Siocia, lekas bantu Susiok-ku!"

Ketika itu Na Siao Tiap dan keempat bujangnya hanya tengah memperhatikan pertempuran antara Pek Yun Hui dan ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi. Setelah mendengar seruan dari Bee Kun Bu, ia melonjak ke atas dan menerkam Sia Yun Hong, Pada saat itu Sia Yun Hong telah mencurahkan seluruh tenaga dalamnya di atas pedangnya dengan maksud menyapu dan membikin terlepas pedangnya Giok Cin Cu. Tiba-tiba ia merasa hembusan angin dan melihat bayangan putih menyambar ke arahnya.

Ia insyaf bahwa hembusan angin yang datang menyerang itu dapat menghancurkan tubuhnya, ia terkejut Secepat kilat ia meloncat mundur setombak iebih, Dan ketika ia mengawasi lagi, ia melihat Na Siao Tiap sudah berdiri di depan Giok Cin Cu, iapun tak mengerti mengapa gadis itu tersenyum seolah- olah tidak berbuat apa-apa.

Empat bujangnya Na Siao Tiap dan Pang Siu Wie masih berdiri di tempatnya masing-masing. Pek Yun Hui masih repot melayani ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi: Hian Ceng Tojin masih bertarung dengan Tu Wee Seng, dan Tong Leng Tojin melawan Teng Lee.

Sia Yun Hong berpikir "Hm! Mustahil gadis yang hanya baru berusia tujuh belas atau delapan belas tahun ini telah berani menggempur aku?"

Sia Yun Hong tidak melihat bahwa Na Siao Tiap tadi menghalau pasir beracunnya Pang Siu Wie, karena ia menduga perbuatan itu dilakukan oleh Pek Yun Hui. Oleh karena itu ia pandang ringan Na Siao Tiap, Lalu ia menegur: "Apakah Siocia barusan menyerang aku dengan tenaga dalam?"

"Betul!" jawab Na Siao Tiap dengan ketus, "Dan apa kau mau?"

Sia Yun Hong tertawa terbahak-bahak, dan mengumpulkan kembali tenaga dalamnya, Tapi baru saja ia hendak menyerang, tiba-tiba ia dengar suara gaduh di betakangnya, karena Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui sedang berlari mundur Mereka kena dipukul Pek Yun Hui. Tio Goan dan Tio Ceng yang telah terpukul telah menjadi pusing kepala,

Pek Yun Hui tidak mengejar, ia meloncat ke samping Giok Cin Cu dan menanya Souw Hui Hong, "Apakah kau terluka?"

Sambil tersenyum Souw Hui Hong menjawab: Tadi aku dibuat perebutan dan dikejar-kejar oleh mereka, lengan kananku telah kena terpukul sekarang aku merasa sakit sekali."

Dengan cemas Pek Yun Hui berkata: "Di manakah lukanya?" dan ia memeriksa pada lengan yang luka, Souw Hui Hong menjerit kesakitan dan keringat membasahi tubuhnya Giok Cin Cu merebahkan Souw Hui Hong di tanah, Dalam usahanya melindungi Souw Hui Hong, Giok Cin Cu telah mengeluarkan banyak tenaga, dan ia terkejut melihat wajahnya gadis itu yang menjadi pucat pasi!

Di lain pihak sambil menjerit Sia Yun Hong menyerang Na Siao Tiap dengan seluruh tenaga dalamnya, Tapi dengan cepat sekali Na Siao Tiap meloncat ke atas dua tombak lebih tingginya, Dengan pakaian sutera birunya melambai-lambai laksana daun bunga terhembus angin di udara, tiba-tiba terlihat ia berbatik, dan seperti sebatang anak panah, ia meluncur ke bawah menerkam Sia Yun Hong!

Kini Sia Yun Hong menyaksikan kelihayan gadis itu dengan kepala mata sendiri, ia terkejut, ia memutarkan pedangnya kencang-kencang melindungi diri sambil bertindak mundur beberapa langkah,

Tapi empat bujangnya Na Siao Tiap tidak berdiri diam saja, Mereka lari menyerang, dan menghujaninya dengan jotosan- jotosan,

Seperti seekor kerbau gila, Sia Yun Hong menyapu, menyabet dan menusuk dengan pedangnya Lalu ia meraung seperti seekor harimau dan loncat melalui keempat bujang- bujang itu untuk berlindung di belakang Pek Yun Hui.

Giok Cin Cu mengertek gigi dan hendak menangkis tusukan pedang Sia Yun Hong, ketika Pek Yun Hui secepat kilat menotok dadanya Sia Yun Hong dengan kedua jari tangan kanannya, Sia Yun Hong terdorong ke belakang dan jatuh terlentang dengan wajahnya berubah menjadi kehitam-hitaman dan tak bersuara lagi! Pedangnyapun terlepas dari cekalannya,

"Angkatan tua tolong jagai Souw Siocia," kata Pek Yun Hui kepada Giok Gn Cu, "Aku akan membunuh semua bangsat- bangsat malam ini!"

Lalu ia mengambil pedangnya Souw Hui Hong, menarik napas panjang dua kali, dan dengan kedua mata melotot ia hendak menyerang lawan-lawannya, justru pada saat itu Souw Hui Hong menjerit dengan susah payah: "Pek Cici! Awas...!"

Pek Yun Hui menoleh ke belakang. Na Siao Tiap dan empat bujangnya yang sedang menyerang Sia Yun Hong lalu menghampiri Tu Wee Seng, karena mereka melihat Sia Yun Hong sudah dibikin tak berdaya oleh Pek Yun Hui.

Tu Wee Seng yang sedang bertempur dengan Hian Ceng Tojin telah menggunakan ilmu toya Pwee-tiap-it Hut Mo Ciang Hoat (ilmu silat toya ajaib dengan delapan puluh satu perubahan). Hian Ceng Tojin pun telah menggunakan ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam Hoat Demikian serunya mereka bertempur sehingga hanya terdengar hembusan angin dari sabetan-sabetan pedang dan toya, dan terlihat cahaya berkelebatan dari sinar pedang!

Meskipun Na Siao Tiap memiliki ilmu silat yang dahsyat akan tetapi ia tak berpengalaman, maka ia tak berani sembarangan menyerang,

Tiba-tiba Tu Wee Seng menjerit, dan terlihat ia meloncat ke atas dan turun mengemplang Hian Ceng Tojin dengan toya bambunya, Kemplangan tersebut dilancarkan dengan jurus Tian Lee Pa Su (Kilat menyambar sebuah pohon), Jika lawannya coba menangkisnya, maka akan binasalah lawan itu! Tapi Hian Ceng Tojin bukannya anak kemarin dulu, Setelah ia meloncat ke samping, iapun meloncat ke atas dan menusuk lawannya dengan jurus Tian Long Cui Hie (Naga sakti mengejar ikan), Na Siao Tiap menyaksikan kedua jago silat itu bertempur dengan kagum, tetapi ia tak mengetahui harus bagaimana membantui Hian Ceng Tojin, Jika ia telah masuk dalam latihan, ilmu-ilmu yang tereatat di kitab Kui Goan Pit Cek ia dapat masuk dan membantu dengan mudah dan berhasil!

Untuk sementara waktu ia berdiri tak berdaya. sejenak kemudian ia ingat akan suatu jurus To Im Kiat Yo (Mengikuti serangan menggempur lawan) yang tereatat di dalam kitab Kui Goan Pit Cek yakni dengan menggunakan tenaga musuh dapat menggempur musuh, Maka tanpa menunggu lagi, setelah ia mengumpulkan tenaga dalamnya, ia maju dan mendorong tubuhnya Tu Wee Seng ketika dia tiba lagi di atas tanah!

-ooo0ooo-

Co Hiong merampas kitab Kui Goan Pit Cek dengan akal busuk

Jurus yang dilancarkan itu lihay sekali, Tu Wee Seng tidak menduga bahwa ia terdorong oleh suatu tenaga yang dahsyat ia terkejut, dan berdaya menahan tubuhnya yang terdorong itu, tapi tak tertahankan ia terus terdorong dan menyeruduk ke tubuhnya Teng Lee yang sedang sibuk melawan Tong Leng Tojin.

Teng Lee terperanjat ia loncat ke samping meng-egosi Tong Leng Tojin dan berdaya menangkis serudukan Tu Wee Seng yang terdorong hebat itu.

Bukan fnatn gusarnya ketika ia melihat Tu Wee Seng yang sedang mendatangi menyeruduk pada nya. "Hm! Pengkhianat! kau menyerang kawan!H pikirnya, Lalu dengan satu tinju ia menjotos dengan sekuat tenaganya "-

Tu Wee Seng lekas-iekas menangkis jotosan-jotosan kawannya. "Buk!" terdengar dua tinju beradu dan kedua- duanya terdorong ke belakang. Tu Wee Seng terdorong tujuh- delapan langkah ke belakang dan jatuh terlentang dengan wajah yang pucat pasi! Teng Lee pun terdorong mundur tak dapat berdiri tegak lagi

Hian Ceng Tojin dan Tong Leng Tojin yang berwatak luhur sungkan menggunakan kesempatan yang baik itu untuk membinasakan lawannya! Mereka menarik kembali pedangnya dan menyelidiki perubahan yang tiba-tiba terjadi itu!

Segera suasana di sekitarnya menjadi sunyi senyap, Semua orang yang menyaksikan kejadian itu berdiri terpesona,

Sejenak kemudian, To It Kang meloncat menghampiri Tu Wee Seng, dan kedua Suteenya Teng Lee menghampiri Teng Lee, yang setelah mulai sadar segera menelan dua butir pil obat Dan ketika ia melihat Tu Wee Seng jatuh terlentang, iapun menghampiri dan memberikan sebutir pil obat kepadanya seraya berkata: "Tu-heng, telan pil obat ini.

Mungkin dapat menolong kau!"

Seterimanya pil obat itu, Tu Wee Seng segera me- nelannya, Sejenak kemudian ia merasa lega dan ia berkata: "Pil obat itu betuI-betul mujarab, Aku menghaturkan banyak terima kasih kepada Teng-heng!"

Teng Lee hanya tersenyum, dan ia mulai insyaf bahwa ia telah dikerjai oleh jago silat yang mungkin lebih lihay dari padanya atau Tu Wee Seng. Lagi pula ia telah melihat bahwa Pek Yun Hui sudah siap dengan pedang terhunus, jika ia tidak menolong Tu Wee Seng, ia khawatir ia tak dapat melawan Pek Yun Hui lagi tanpa dihantui

Pek Yun Hui telah melihat bagaimana Na Siao Tiap telah menggunakan jurus To Im Kiat Yo, dan telah membikin kedua lawan itu tak berdaya, ia sangat mengagumi justru pada saat itu, Souw Hui Hong berkata: "Cka, aku telah berhasil mengambil kitab Kui Goan Pit Cek.

Kata-katanya itu telah didengar oleh semua jago-jago silat yang segera memperhatikan kepadanya Bahkan Sia Yun Hong yang telah ditotok oleh Pek Yun Hui membuka kedua matanya,

Kitab Kui Goan Pit Cek itu telah mengambil banyak korban, Namun jago-jago silat tidak menjadi gentar karena itu, Mereka masih terus berdaya untuk memilikinya.

Demikianlah kata-katanya Souw Hui Hong membikin Tu Wee Seng, Sia Yun Hong, To It Kang, kedua pemimpin partai Kun Lun (Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu) dan Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui datang mendekati Souw Hui Hong, Hanya Hian Ceng Tojin seorang yang tidak terpengaruh atau tertarik oleh kitab ajaib itu, Begitu juga Lie Ceng Loan yang menjagai Bee Kun Bu tidak menghiraukan kitab tersebut

Pek Yun Hui menyambuti kitab Kui Goan Pit Cek itu dari Souw Hui Hong, dan segera disimpannya di dalam kantong di dadanya, Lalu ia mengawasi semua orang yang berdiri di sekitarnya, ia membentak: "Kalian tidak dapat maju lagi!"

Meskipun ia seorang wanita, akan tetapi bentakannya itu telah berhasil membikin semua orang yang sedang mendekati berhenti.

Tu Wee Seng memandang Teng Lee dan Sia Yun Hong sambil berkata: Teng-heng, Sia-heng, perjalanan kita, maupun jerih payah kita sia-sia belaka!"

ia ucapkan kata-kata itu dengan maksud memberi isyarat agar kawan-kawannya berusaha merampas kitab ajaib itu bersama-sama karena ia yakin bahwa ia sendiri tak dapat melawan Pek Yun Hut

Dengan menyindir Teng Lee berkata: "Betul! Kita telah mengejar sampai di pegunungan ini. Dan kitab itu telah dirampas oleh orang Iain. Soal ini sangat memalukan kita, Sia Heng, bagaimana pendapatmu?"

Sia Yun Hong, yang mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan tenaganya, menjawab sambil tersenyum: "Aku pun berpendapat demikian Kita menjadi malu jika kita lepas tangan sekarang!"

Tetapi tiada seorangpun yang berani maju merampas kitab

itu.

Pek Yun Hui mengawasi mereka bertiga, lalu ia keluarkan

kitab Kui Goan Pit Cek itu dan berjalan ke satu batu gunung yang agak besar ia taruh kitab Kui Goan Pit Cek itu di atas batu tersebut Dengan sikap yang tenang ia berkata: "Jika kalian ingin merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini, mengapa tidak coba mengambilnya ?"

Setelah mengucapkan tantangan itu, ia berdiri menghadapi meraka dengan pedang terhunus,

semuanya bungkam! Mereka insyaf bahwa siapa saja yang berani mengambilnya dilabrak oleh Pek Yun Hui yang bertekad membunuh siapa saja yang berani coba mengambilnya!

Suasana menjadi sunyi senyap untuk sementara wak-tu.

Kemudian terdengar Hian CengTojin menghela nafas dan berkata: "Kalian lebih baik pulang ke tempat masing-masing, Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu selalu membawa sial! Lebih baik jangan hendak menaikinya!"

ia memperingatkan mereka karena ia telah melihat semua jago-jago silat telah berdiri mengitari gunung di mana kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu ditaruh, dan peringatan itu ia ucapkan dengan setulus hati.

Lalu Na Siao Tiap menghampiri batu gunung itu setelah melalui Teng Lee dan Tu Wee Seng, Sebelum mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, ia menanya: "Cici, apakah aku boleh mengambil kitab-kitab ini?"

justru pada saat itu Tu Wee Seng menyapu ketiga kitab Kui Goan Pit Cek itu dengan toya bambunya sambil berseru: "Jika kau boleh mengambilnya, orang lain pun mengambil juga!" Tanpa menengok lagi, Na Siao Tiap melancarkan jotosan- jotosannya, ia betul-betul kurang pengalaman ia bukannya merampas kitab-kitab dulu, sebaliknya ia melabrak Tu Wee Sengi Meski jotosan-jotosannya telah membikin Tu Wee Seng meloncat mundur, akan tetapi toya bambunya telah berhasil menyapu ketiga kitab tersebut

Pek Yun Hui tidak meneruskan tusukan pedangnya, ia menangkap kitab-kitab yang di lempar oleh Teng Lee. Tapi embusan angin dan jotosannya Teng Lee tak dapat dielaki lagi oleh nya. ia terdampar mundur dua tombak jauhnya!

Na Siao Tiap terkejut ia meloncat menghampiri begitu juga keempat bujangnya dan Pang Siu Wie,

Hebat betul jotosan yang dilancarkan oleh Teng Lee sehingga Pek Yun Hui jatuh terduduk Harus diingat bahwa Pek Yun Hui telah bertempur melawan banyak musuh siang dan malam, ia sudah menjadi letih, Rupanya iapun telah terluka di dalam tubuhnya oleh jotosan Teng Lee yang sudah nekat itu, ia mengeluarkan darah dari mulutnya,

Na Siao Tiap lekas-lekas mengambil sebutir pil obat merah dari kantong di dadanya, lalu dijejalkan ke dalam mulutnya Pek Yun Hui seraya berkata: "Cici, lekas-lekas telan pil obat ini. Pil ini dibuat oleh ibuku sendiri. "

"Aku tidak apa-apa " jawab Pek Yun Hui sambil

tersenyum.

Segera ia merasa seluruh tubuhnya menjadi hangat setelah menelan pil obat itu, ia merasa segar dan bersemangat lagi ia berbangkit dan menyerahkan kitab-kitab Kut Goan Pit Cek itu yang terlempar ke arah Teng Lee!

Teng Lee mengerti tipu muslihatnya Tu Wee Seng, ia buru- buru menyanggapi ketiga kitab itu!

Pek Yun Hui menjadi beringas, dan baru saja ia hendak menusuk Teng Lee dengan pedangnya, ketika empat bujangnya Na Siao Tiap berbareng menyergap Teng Lee. Kedua Suteenya Teng Lee telah siap sedia, mereka segera membantu dengan menyerang keempat bujangnya Na Siao Tiap. kesempatan yang baik itu digunakan oleh Teng Lee untuk meloncat delapan-sembilan kaki jauh-nya.

"Berhenti!" bentak Pek Yun Hui sambil mengejar dengan pedang terhunus, Terlihat bayangan putih dan berkelebatnya pedang mengejar Teng Lee Demikian cepatnya kejaran itu sehingga Sia Yun Hong melupakan kedudukannya dan berseru: "Sungguh lihay sekali ilmu itu! Seumur hidupku baru aku menyaksikan ilmu pedang yang selihay itu!"

Untuk menolong jiwanya sendiri, Teng Lee lekas-lekas lempar kitab-kitab di tangannya dan berusaha menangkis dengan kedua tangannya Embusan jotosan dari kedua tinjunya berhasil menolong dirinya dari bahaya maut! Kepada Na Siao Tiap sambil berkata: "Moi-moi, terimalah kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"

Baru saja Na Siao Tiap mengulurkan kedua tangannya untuk menerima kitab-kitab tersebut, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak dan seru-nya: "Apakah kalian menghendaki buku-buku itu atau jiwanya oleh She Bee ini?"

Suara itu membikin Pek Yun Hui terperanjat ia menoleh ke arah orang yang tertawa dan berseru itu, Dengan kedua mata melotot ia membentak: "Kau betuU betul bernyali besar! Kau berani datang kembali. "

Semua orang menoleh ke arah orang itu yang bukan lain daripada Co Hiong yang sedang mencekal pergelangan tangan kanannya Bee Kun Bu dengan tangan fcirinya, dan siap menotok jalan darah di punggungnya Bee Kun Bu dengan jari-jari tangannya,

"Betul! Aku berani datang kembaIi. jika kau berani menyerang aku, maka dia ini segera akan menjadi mayat!" kata Co Hiong mengejek Semua orang diam terpaku, Mereka merasa heran dan tak mengetahui bila dan bagaimana Co Hiong datang,

Tiba-tiba Hian Ceng Tojin membentak, dan secepat kilat ia meloncat dan menyerang Co Hiong dengan pedangnya,

Tapi Co Hiong dengan cepat sekali bertindak ke belakangnya Bee Kun Bu yang digunakannya sebagai perisai ia mengancam: "Hei tua bangkai jangan coba main gila! Satu tindak lagi kau maju, aku pasti membinasakan dia ini!"

Betul cepat Hian Ceng Tojin menyerang, tapi Co Hiong lebih cepat lagi, Hingga Hian Ceng Tojin terpaksa tidak berani menyerang lagi, ia mengawasi manusia jahanam itu dengan rupa yang benci,

Souw Hui Hong berusaha dengan susah payah merangkak menghampiri Co Hiong sambil berteriak: "Le-paskan dia! Aku yang curi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia!"

Souw Hui Hong telah mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menghampiri Co Hiong, dengan tak menghiraukan sakit yang diderita, ia merangkak atau merayap dengan rambutnya yang panjang terurai dan pakaiannya yang kotor dan bernoda darah! ia tak berbeda seperti seorang yang tidak beres pikirannya!

Tapi Co Hiong yang kejam itu mengancam: "Ayo, mundur kau! Jika kau masih menghampiri aku bunuh mati kau!"

"Aku tidak takut mati!" berteriak Souw Hui Hong, dan ia terus merayap maju.

Dengan tangan kanan mencekal leher bajunya Bee Kun Bu, Co Hiong menendang Souw Hui Hong, sehingga gadis itu terpental

Pang Siu Wie lari menangkap tubuhnya Souw Hui Hong, Tendangan itu cukup keras, dan Pang Siu Wie terdampar mundur sambil menangkap dan memegang tubuhnya Souw Hui Hong yang seketika itu juga menjadi pingsan, Na Siao Tiap memperhatikan bahwa Bee Kun Bu yang dicekal leher bajunya tidak berdaya seperti patung dengan kedua matanya terbelalak, ia segera mengetahui bahwa Bee Kun Bu telah ditotok ia berseru kepada Pek Yun Hui: Tek Cici berikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek kepadanya, Aku tak sudi jika Bee Siangkong dianiaya olehnya!"

Pek Yun Hui mengawasi wajahnya Na Siao Tiap dengan membungkam,

"Bee Siangkong adalah seorang yang berbudi dan baik hati, Aku tidak sampai hati melihat dia dianiaya!" meratap Na Siao Tiap,

Lalu Pek Yun Hui menghampiri Co Hiong, dan keempat bujangnya Na Siao Tiap menjaga Co Hiong dari belakang setelah diberi isyarat oleh majikannya.

Ketika itu Giok Cin Cu juga telah membebaskan jalan darahnya Lie Ceng Loan yang telah ditotok oleh Co Hiong, Dengan pedang terhunus ia menghampiri Co Hiong, begitu juga Hian Ceng Tojin dan Tong Leng Tojin, Entah mengapa, Tu Wee Seng, Teng Lee, Sia Yun Hong dan ketiga pemimpin dari partai silat Ngo Bi juga mendekati dan mengurung Co Hiong, Mereka semua memperhatikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di dalam tangannya Pek Yun Hui.

Co Hiong dikurung oleh jago-jago silat, ia tak gentar ia mengawasi mereka dengan tangannya masih mencekal leher bajunya Bee Kun Bu.

Setelah Pek Yun Hui hanya beberapa langkah jauhnya dari Co Hiong, ia berkata kepada Na Siao Tiap: "Tiap Moi-moi siapa saja yang berani maju lagi, kau bunuh mati saja!"

Na Siao Tiap mengangguk, dan ia mengawasi semua orang, ia melihat To It Kang masih juga berjalan maju, Tanpa menegur lagi, ia mengirim jotosan ke tubuhnya To It Kang, Sia Yun Hong yang berpengalaman dan mengetahui kelihayan jotosan itu berteriak: "Sutee, lekas mundur!" To It Kang segera meloncat mundur, demikianpun Sia Yun Hong dan Teng Lee,

Na Siao Tiap terperanjat melihat akibat jotosannya, Kecuali ketiga pemimpin partai silat Kun Lun, semuanya sudah mundur,

Lalu Pek Yun Hui memperingatkan Co Hiong: "Jika kau menganiaya Bee Kun Bu, jangan harap kau dapat berlalu dari sini dengan masih bernyawa!"

Dengan menyengir Co Hiong menjawab: "Pek Siocia, aku minta kau jangan khawatir Aku hanya telah menotok dua jalan darahnya Bee Kun Bu sehingga dia tak berkutik seperti patung, lain ttdak!"

Dengan gemas Pek Yun Hui lempar ketiga kitab Kid Goan Pit Cek di sampingnya Go Hiong seraya mem-bentak: "Ambillah buku-buku itu!"

Co Hiong mengawasi semua orang di sekitarnya lalu mengambil kitab-kitab tersebut

"Aku minta siocia mengantar aku keluar dari perangkap ini!" katanya,

"Hm!" geram Pek Yun Hui dengan gemas, "Meskipun kau lari ke ujung langit, orang masih juga mengejar kau. "

"Apakah Siocia tidak sudi mengantar aku?" tanya Co Hiong mengancam

Pek Yun Hui tak dapat berbuat lain, ia anggap jiwanya Bee Kun Bu lebih berharga daripada segala benda, ia menjawab: "Aku dapat mengantar kau keluar dari sini dengan mudah Tapi kau harus membebaskan totokanmu atas dirinya Bee Kun Bu!"

Co Hiong tersenyum, Sambil mencekal pergelangan tangan kanannya Bee Kun Bu, ia membebaskan to-tokannya, Segera terlihat Bee Kun Bu berkelojotan, dan tiba-tiba secepat kilat ia berbalik dan menerkam Co Hiong, Tapi Co Hiong telah siap sedia, Dengan mudah ia mengegos, dan luputlah ia dari terkaman Satu tendangan ke lambung membikin Bee Kun Bu jatuh tersungkur! Keringat membasah di seluruh tubuhnya, tapi ia masih mencoba bangkit lagi.

Na Siao Tiap menyaksikan tendangan itu menjerit: "Bee Siangkong! jangan bergerak! Dia telah menendang kau dengan ilmu Hut Siat Co Kut (menyumbat jalannya darah dan meremukkan tulang)! Makin kau bergerak makin hebat lukamu!" memperingatkan Na Siao Tiap sambil mendekati Co Hiong.

Co Hiong terkejut mendengar peringatan tersebut, karena hanya orang yang ilmu silatnya setinggi Kok Gie Hweeshio (gurunya yang ia telah dianiaya sampai binasa) dapat melihat ilmu tendangannya tadi Tapi ia yang keji dan busuk hatinya berlagak bersikap tenang, ia berkata kepada Pek Yun Hui: "Pek Siocia kau harus lekas-lekas mengantar aku keluar! Jika terlambat aku segera membunuh mati Bee Kun Bu, dan memusnahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini!"

Dengan beringas Pek Yun Hui mengawasi jahanam itu, ia tak dapat melampiaskan kebenciannya. Hian Ceng Tojin bertindak maju, dan berkata: "Soal mati atau hidup adalah soal remeh! Pek Siocia, ayo hajar manusia jahanam itu, dan jangan hiraukan jiwanya Bu-ji (Bee Kun Bu yang ia pandang seperti anak kandung)! Rampas kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"

Na Siao Tiap yang sangat khawatir jiwanya Bee Kun Bu menghampiri Pek Yun Hui dan memohon: "Pek Cici, ayo kau antar jahanam itu keluar!"

Pek Yun Hui menjadi serba salah. Jika kitab-kitab itu jatuh di tangan Co Hiong yang jahat, kejam dan busuk, maka makin banyak orang akan menjadi korbannya, Jika ia merampasnya kembali, maka tewaslah Bee Kun Bu. Akhirnya kasih sayang terhadap Bee Kun Bu memaksa ia mengangguk ia menghadapi Co Hiong dan berkata: "Ayo, ikut aku!"

Tiba-tiba Lie Ceng Loan berseru: "Pek Cici, aku ikut!" Pek Yun Hui lalu tuntun Lie Ceng Loan, dan Co Hiong terus mencekal pergelangan tangannya Bee Kun Bu mengikuti Pek Yun Hui Na Siao Tiap mengikuti di belakangnya Co Hiong. Tu Wee Seng dan kawan-kawannya mengikuti di belakangnya Na Siao Tiap,

Setelah mereka melalui dua tikungan lereng gunung, Co Hiong berjalan lebih cepat dan mengejar Pek Yun Hui. ia berkata kepada Pek Yun Hui: "Aku kini telah memenuhi janjiku, dan aku sekarang akan melepaskan Bee Kun Bu! Tapi lebih dahulu aku akan membawa dia sampai sepuluh tombak jauhnya dari kalian, baru aku lepaskan padanya."

"Hm! siapakah yang pereaya kepada manusia sekeji dan sebusuk kau?" kata Pek Yun Hui.

-ooo0ooo-

Na Siao Tiap menghajar Co Hiong

"Jika aku melepaskan dia sekarang, beranikah kau menjamin bahwa tidak akan ada orang yang menghadang aku?" kata Co Hiong.

"Jika kau tidak berbuat curang, aku tentu tidak mengejar kau!" kata Pek Yun Hui.

Co Hiong tersenyum dan berkata: "Aku pereaya janjimu." Lalu secepat kilat ia dorong Bee Kun Bu ke arah Pek Yun Hui, dan loncat maju dua tombak lebih jauh nya!

Pek Yun Hui menangkap tubuhnya Bee Kun Bu, tapi Na Siao Tiap telah meloncat mengejar Co Hiong, Dengan menghadapi Co Hiong ia mengancam: "Hei, bangsat! Apakah kau sekarang dapat lari lagi!"

Co Hiong tidak menyahut, ia hanya mengirim jotosan Na Siao Tiap mengegos dengan mudah, dan menyodok dengan jari tangannya. Hembusan angin dari sodokan itu menyerang Co Hiong yang harus lekas-lekas meloncat mundur

Co Hiong pernah membaca tentang ilmu Tan Cit Pa Siat (Telunjuk sakti menotok jalan darah) dari buku catatan San Im Shin Ni, akan tetapi ilmu itu harus dipelajari dan dipahaminya paling sedikit dua puluh tahun lamanya, ia tidak menyangka Na Siao Tiap yang berumur enam belas-tujuh belas tahun, telah dapat melancarkan serangan Tan Cit Pan Siat itu! ia tidak mengetahui bahwa Na Siao Tiap yang telah memahami ilmu Toa Pan Yo Hian Kong dan telah ingat diluar kepala semua catatan di dalam kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu telah dapat menggunakan ilmu tersebut dengan mudah dan pesat!

Melihat Co Hiong berdiri tertegun, Na Siao Tiap membentak: "Apa yang kau awasi!" dan ia menyerang lagi dengan jotosan-jotosannya.

Dengan ilmu Gie Sing Hoan Wie (ilmu merubah bentuk dan memindahkan keletakan) Co Hiong berhasil mengelaki tiga jotosan yang dahsyat, dan iapun dapat membalas menyerang,

Demikianlah mereka bertarung selama dua puluh jurus dengan Co Hiong sebagai pihak yang menyerang, Tapi tiap- tiap serangan dapat diegosi oleh Na Siao Tiap yang belum berpengalaman melawan musuh yang sudah kawakan itu. Dan setelah pertarungan berlangsung sepuluh jurus lagi, rupanya Co Hiong tak berdaya menyerang lagi, karena ia telah mengeluarkan semua ke-pandaiannya,

pertempuran itu telah menarik perhatian Tu Wee Seng dan kawan-kawannya, mereka mengagumi kepandaian gadis yang masih sangat muda itu. Harus diketahui bahwa Tu Wee Seng dan lain-lainnya adalah jago-jago silat yang telah banyak pengalaman dan kawakan dalam kalangan Bu Lim, tetapi mereka belum pernah melihat ilmu silat yang dimiliki oleh si gadis.

Makin lama Co Hiong bertempur, makin jerih ia menjadi, karena ia insyaf bahwa ia tak dapat menandingi gadis itu.

Untuk meloloskan diri, tiba-tiba ia menjotos dua kali dengan nekat seraya berteriak, lalu meloncat mundur satu tombak lebih! Tapi Na Siao Tiap tidak memberi kesempatan lawannya kabur iapun meloncat dan mengejar Co Hiong melontarkan lingkaran emasnya, tapi Na Siao Tiap mengebutkan kedua lengan bajunya memukul lingkaran emas dan mukanya Co Hiong yang segera memuntahkan darah dari mulutnya!

Lie Ceng Loan berjingkrak kegirangan, dan berseru: "Cici, hayo hajar lagi! Orang itu kelewat jahat dan busuk!"

Na Siao Tiap tersenyum, dan mengangkat tangannya memukul mukanya Co Hiong tanpa Co Hiong dapat berbuat sesuatu. Darah muncrat keluar lagi dari mulutnya manusia yang keji itu!

Ketika Pek Yun Hui telah membebaskan totokan di tubuhnya Bee Kun Bu, dan sedang terpesona menyaksikan hajaran-hajaran yang diberikan oleh Na Siao Tiap kepada Co Hiong! Banyak sudah ilmu silat yang ia telah pelajari dari gurunya, tapi hajaran-hajaran yang me-lumpuhkan Co Hiong itu, ia baru sekarang dapat menyaksikannya untuk pertama kali ia telah melihat Na Siao Tiap menggunakan ilmu-ilmu silat To Im Kiat Yo (Menggunakan tenaga lawan menyerang lawan) Toa Pan Yo Hian Kong (ilmu tenaga dalam Sakti) dan Tan Cit Pa Siat (Telujuk Sakti menotok jalan darah), Tetapi kebutan lengan baju yang dilancarkan itu, ia tidak mengetahui dan belum pernah menyaksikan

Co Hiong yang mendapat hajaran itu telah menjadi pusing kepalanya dan matanya berkunang-kunang, De-ngan melotot ia menegur Pek Yun Hui: "Kau telah bilang tidak akan merintangi aku! Mengapa kau tidak memegang janji?"

"Aku berjanji bahwa aku tidak merintangi kau, tapi aku tidak menjamin keselamatanmu setelah kau turun dari pegunungan ini!" jawab Pek Yun Hui.

Co Hiong berkata dengan beringas: "Jika kalian masih juga menyerang aku, aku segera akan memusnahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini!" Semua jago-jago silat terkejut mendengar ancaman itu, mereka bertindak maju,

Dengan mengangkat toya bambunya, Tu Wee Seng berkata, suaranya keras: "Kau tidak boleh memusnahkan kitab-kitab itu, jika kau ada maksud lain, kau dapat merundingkannya dulu!"

Sia Yun Hong juga berkata: "Kitab-kitab Kui Goan Pit Cek adalah kitab-kitab yang berisi ilmu silat luar biasa, dan telah menjadi suatu mustika yang dibuat perebutan oleh jago-jago silat dari segala zaman, Tak mudahlah kau sembarangan memusnahkannya...!"

Belum lagi ucapannya selesai, tiba-tiba entah dari mana datangnya, sekejap saja beberapa orang telah berada di dekat mereka!

Semua orang menoleh dan memperhatikan orang-orang yang baru datang itu untuk segera menjadi terperanjat, karena pemimpin partai Thian Liong,Souw Peng Hai, dengan disertai kelima pemimpin cabang partainya dan keempat iblis dari propinsi Sucoan telah tiba!

Dengan toya kayu yang berkepala naga, Souw Peng Hai berkata sambil tertawa: "Ha! Ha! Hai! Satu pertemuan yang ramai! Rupanya kalian telah tiba lebih dulu!"

Lalu ia melihat mukanya Co Hiong yang sudah menjadi babak belur dan pakaiannya yang sudah bernoda darah, ia menanya dengan perasaan heran: "Hiong-ji! Mengapa kau? Apa itu di tanganmu?"

Dengan susah payah Co Hiong menjawab: "Suhu datang tepat betul Teecu telah terdesak dan tak dapat lolos dari kepungan ini. Teecu ingin memusnahkan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek ini!"

Pada saat itu, karena kedatangan yang tiba-tiba dari Souw Peng Hai dan orang-orangnya, semua orang berdiri terpaku, Jika dimusnahkan oleh Co Hiong, bagaimanakah Pek Yun Hui harus menghadapi Souw Peng Hai?

Latu Souw Peng Hai memutar-mutar toya kayunya di atas kepala segera keempat iblis dari propinsi Sucoan dan kelima pemimpin dari cabang-cabangnya mundur terpencar mengambil kedudukan masing-masing siap sedia menggempur.

Souw Peng Hai berhenti memutar-mutar toya kayunya dan mengawasi semua orang di sekitarnya, lalu jalan menghampiri Co Hiong,

Pada saat itu suasana menjadi sangat tegang, semua mereka diam tak bersuara, Siapa saja yang mulai bergebrak pasti terbit pertempuran yang maha dahsyat!

Tiba-tiba dari tangannya Pek Yun Hui terbang tiga butir biji Hiancu yang menyerang secepat kilat tiga tempat di bagian atas tubuhnya Souw Peng Hai. Dan secepat kilat pula Souw Peng Hai menyapu ketiga biji Hiancu itu. Tidak pereuma ia menjadi pemimpin dari satu partai silat yang terbesar!

jatuhnya biji-biji Hiancu itu disertai oleh suara menyambarnya arit yang datang menyambar itu, Tapi Souw Peng Hai menggunakan kesempatan ini untuk mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari Co Hiong, ia tidak menduga bahwa perbuatannya telah diduga oleh Tu Wee Seng dan Sia Yun Hong yang segera meloncat dan menghalau nya.

Lalu Kiok Goan Hoat dari cabang bendera hitam meloncat dan menyerang Tu Wee Seng, dan Ong Han Siong dari cabang bendera kuning menyerang Sia Yun Hong,

Keempat orang itu adalah jago-jago silat yang memiliki ilmu silat yang tinggi Gerak-geriknya cepat sekali, seolah-oleh mereka tiba di atas tanah berbareng,

Ong Han Siong dan Sia Yun Hong, begitu tiba di tanah, masing-masing mundur tiga langkah sebelumnya bergerak Tapi Kiok Goan Hoat kena dipukul oleh Tu Wee Seng, dan terdampar ke samping, ia yang terkenal dengan tinju bajanya, setelah mengumpulkan tenaga dan semangatnya, maju lagi menghadapi lawannya, Pada saat ia menyerang lawannya Sia Yun Hong juga menyerang Ong Han Siong, dan pertarungan yang hebat segera terjadi!

Souw Peng Hai lekas-lekas mendekati Co Hiong berbisik: "Hiong-ji lekas serahkan buku-buku Kui Goan Pit Cek kepadaku. "

Co Hiong yang masih pusing kepala dan berkunang- kunang matanya karena dihajar babak belur oleh Na Siao Tiap, tak dapat mendengar nyata kata-kata gurunya, ia menatap gurunya seperti orang yang hilang ingatan,

Ketika itu Pek Yun Hui sedang melawan Ouw Lam Peng, dan Sia Yun Hong, Teng Lee, To It Kang, Tu Wee Seng harus melawan kelima pemimpin cabang partai silat Thian Liong yang dibantu keempat iblis dari propinsi Sucoan yang selalu mendampingi Souw Peng Hai yang ingin mengambil kitab- kitab Kui Goan Pit Cek dari Co Hiong,

sekonyong-konyong Na Siao Tiap menjerit dan meloncat menyergap Souw Peng Hai, tapi Lo Toa dan Lo Ji, dua dari keempat iblis dari propinsi Sucoan juga meloncat mencegah ia!

Tapi Na Siao Tiap dapat lolos dari sergapan kedua iblis itu dengan mementang kedua lengannya dengan tenaga dalam, kedua iblis itu terpukul dan jatuh terguling! Segera Lo Sam dan Lo Si loncat menggempur. Kesempatan ini digunakan oleh Lo Toa dan Lo Ji untuk bangun dan melancarkan siasat Su Siang Ceng Hoat (Siasat memasang perangkap) yang selalu berhasil me!ancarkannya jika menyerang musuh!

Na Siao Tiap berhasil memukul jatuh Lo Sam dan Lo Si, dengan demikian ia telah berhasil memukul roboh keempat iblis yang lihay itu, perbuatan itu dilihat oleh Mo Lun yang segera mengejar dan memberitak: "Hei, anak kemarin dulu! Coba tinjuku ini!" Hembusan angin dari tinju yang dilancarkan dari belakang telah dirasai oleh Na Siao Tiap, yang tanpa menoleh ke belakang lagi, meloncat ke depan mengikuti arah hembusan angin itu.

Mo Lun terperanjat tinjunya yang lihay itu biasanya jika tidak memukul mati lawan, paling sedikit akan melukainya. Tapi gadis itu meloncat ke depan, seolah-olah tak terjadi apa- apa.

Ketika itu, Souw Peng Hai telah merampas kitab-kitab Kui Goan Pit Cek dari Co Hiong, dan pada saat Na Siao Tiap tiba di hadapan Co Hiong, Souw Peng Hai telah meloncat mundur beberapa langkah,

Na Siao Tiap mengebutkan lengan bajunya dan mengejar Souw Peng Hai.

"Hai! ilmu apakah itu? Dia tidak merasai tinjunya Mo Lun, bahkan masih dapat mengejar aku!" pikir Souw Peng Hai, terkejut

Harus diketahui bahwa ilmu Kin Sheng Hui Heng (llmu terbang dengan meringankan tubuh) itu bersandar semata- mata atas tenaga dalam disertai cara bernapas, Na Siao Tiap dapat melesat lebih pesat lagi dengan bantuan embusan angin dari tinjunya Mo Lun. ilmu Kin Sheng Hui Heng itu hanya dimiliki oleh satu atau dua jago silat.

Lagi puIa pertempuran-pertempuran yang baru-baru terjadi itu telah memberikan Na Siao Tiap kesempatan untuk mempraktekkan ilmu-ilmu silat yang maha dahsyat dari kitab- kitab Kui Goan Pit Cek. pepatah mengatakan "Anak menjangan yang baru keluar dari tempat pertapaan atau pengasingan tidak takut melawan siapapun!" Ketika itu ia yakin harus merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Ceknya, dan ia akan merebut nya dengan nekat! Souw Peng Hai memutar-mutar toyanya menjaga diri. Na Siao Tiap terpaksa berhenti, dan menanti kesempatan menyerang lagi.

Pada saat itu Pek Yun Hui sudah siap menggunakan ilmu Tian Kong Cit (telunjuk sakti), dan ketika melihat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek sudah tiada di tangan Co Hiong, iapun loncat menyerang Souw Peng Hai.

Yap Eng Ceng membentak dan menyambit dengan sebutir biji besi yang sama ampuh nya seperti arit tembaganya Ouw Lam Peng dan yang sangat dimalui di kalangan Kang-ouw.

Pek Yun Hui terpaksa menjatuhkan dirinya mengelak sambitan biji besinya Yap Eng Ceng.

justru pada saat Pek Yun Hui terhalangi, Mo Lun, Yap Eng Ceng dan Ouw Lam Peng sudah meloncat dan berdiri di sampingnya Souw Peng Hai, begitu juga keempat iblis dari propinsi Sucoan sudah lari melindungi Souw Peng Hai.

Ong Han Siong telah membuka kipas bajanya dan Kiok Goan Hoat sudah memegang senjata martilnya mengawasi semua orang dengan beringas,

Pek Yun Hui pernah bertempur melawan Souw Peng Hai di puncak Ngo Houw Leng di pegunungan Ngo Bi San, dan masing-masing harus mengakui kepandaiannya pihak lawan, Belum selang beberapa lama, iapun telah bertempur melawan beberapa pemimpin cabang partai-nya Souw Peng Hai, dan ia mengetahui bahwa mereka itu adalah jago-jago silat kelas satu, maka ia yakin ia tak dapat melawan mereka semua sekaligus,

Begitu juga Tu Wee Seng, Sia Yun Hong, Teng Lee dan kawan-kawannya tidak berani berbuat apa-apa terhadap Souw Peng Hai yang disertai dengan lima pemimpin cabang partai nya dan empat pengawalnya, Mereka hanya mengharap agar Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap dapat menggempurnya, menanti jika kedua pihak sudah bertempur dan habis tenaga, mereka dapat memperoleh hasilnya tanpa banyak mengeluarkan tenaga, Dan dengan kesempatan itu, mereka baru ingin merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Suasana yang telah menjadi tegang itu dibuyarkan lagi oleh seruan Pang Siu Wie yang membawa Souw Hui Hong, diikuti oleh ketiga pemimpin partai Kun Lun, dan juga oleh ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi.

Melihat Ong Han Siong, Ouw Lam Peng dan Yap Eng Ceng, ketiga pemimpin partai Ngo Bi tak dapat menahan amarahnya mereka lantas menyerang ketiga musuh lamanya itu, Tio Goan menyerang Ong Han Siong dengan goloknya, Tio Ceng mengangkat periuk tembaganya dan menubruk Yap Eng Ceng, karena di pegunungan Ngo Bi San ia pernah dilukai oleh senjata rahasianya Yap Eng Ceng sehingga betis kanannya ter-luka, dan baru sembuh setelah diobati beberapa hari.

Melihat tubrukan yang nekat itu, Yap Eng Ceng tidak menangkis Ie mengegoskan diri, lalu menyabet dengan goloknya, Kedua senjata bentrok hebat sehingga memuncratkan lelatu api.

Tio Hui menyerang dengan pedangnya, dan untuk sementara waktu ia berhasil mendesak lawannya yang hanya dapat menangkis serangan-serangannya itu.

Tio Goan dan Ong Han Siong telah menggunakan tenaga dalamnya masing-masing dan bertempur dengan sengit Souw Peng Hai tidak berani membantu, karena ia harus menghadapi Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, Dalam keadaan yang tegang itu, ia membentak: "Berhenti!" Suara yang ia keluarkan dengan tenaga dalam membisingkan telinga, dan ketiga pemimpin dari cabang partainya segera loncat mundur dan berhenti bertempur! Bahkan ketiga pemimpin partai Ngo Bi pun berhenti bertempur setelah mendengar bentakan yang seperti halilintar santarnya itu!

Kemudian Souw Peng Hai tertawa besar seolah-oleh seekor naga meraung, dan gemanya riuh sekali! Tu Wee Seng membentak: "Hei, Souw Cong Piauw Tauw! Apakah yang kau tertawai? Apakah kau kira kau dapat lolos dengan membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek?"

-ooo0ooo-

Kitab Kui Goan Pit Cek terebut oleh Souw Peng Hai

Tu Wee Seng sengaja menyebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu untuk memperingatkan kawan-kawannya bahwa mereka datang hanya untuk kitab-kitab yang mujizat itu.

sebetulnya ketika Sia Yun Hong berlalu dari pegunungan Tiam Cong San, ia juga bermaksud mencari Souw Peng Hai, pemimpin daripartai Thian Liong, untuk membalas dendam Nie Kwi Suteenya, Tetapi setelah melihat Souw Peng Hai memutar-mutar toyanya menangkis serangan, dan mendengar ia meraung seperti seekor naga, ia baru insyaf bahwa jerih payahnya melatih diri selama dua puluh tahun pereuma saja, ia yakin ia tak dapat melawan Souw Peng Hai.

Maka bila ia diajak oleh Tu Wee Seng untuk bersama- sama merebut kitab Kui Goan Pit Cek, ia juga berniat memperoleh bantuannya Tu Wee Seng menggempur Souw Peng Hai bila perlu, Untuk menyatakan dukungannya terhadap Tu Wee Seng, iapun berkata: Tu Heng telah bicara betul! sekarang pemimpin-pemimpin dari partai-partai silat Hua San, Ngo Bi, Kun Lun, Siat San dan Tiam Cong sudah berada di sini. Jika kita biarkan pemimpin partai silatThianUong mengambil kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, dimanakah kita harus menutupi muka jika diejek oleh orang- orang di kalangan Bu Lim?"

ia sengaja menyebut-nyebut nama-nama dari kelima partai silat itu dengan maksud menggabungkan kelima partai silat itu untuk bersama-sama menggempur partai Thian Long yang juga telah datang ke tempat itu dengan semua pemimpin- pemimpin cabang partai sifatnya, Ke-mudian, jika kitab-kitab tersebut telah terlepas dari tangannya Souw Peng Hai, ia yakin ia dapat menggempur pemimpin-pemimpin partai silat lainnya, Setelah berkata demikian, ia mengawasi kedua kawan nya, Tu Wee Seng dan Teng Lee.

Tio Goan, Tio Ceng dan Tio Hui dari partai silat Ngo Bi paling benci partai silat Thian Liong, dan ucapan Sia Yun Hong itu telah menambah marahnya mereka, seoIah-oleh bensin dituang di atas api! Dan mereka berkata berbareng: "Kata-kata Sia Toheng beluI! Partai Tian Liong yang baru menjadi makmur selalu memandang remeh partai-partai silat Iainnya. " Jago-jago silat lain yang tidak mengetahui dendam

apakah yang dipunyai partai silat Ngo Bi terhadap partai silat Thian Liong segera mengawasi mereka bertiga!

kemudian Tio Goan berkata lagi: "Kami dari partai silat Ngo Bi tidak tamak, dan kami sebetulnya tidak bermaksud merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cok itu, namun kami tidak sudi melihat kitab-kitab tersebut jatuh di dalam tangannya partai Thian Liong, karena mereka dapat membahayakan orang- orang dari kalangan Bu Lim, Jika kami tidak berbuat apa-apa terhadap dirampasnya kitab-kitab mujizat itu, pasti akan disesali oleh jago-jago silat lain dan angkatan muda di kemudian hari, Tidak perduli siapa saja yang mulai merebut, kami dari partai silat Ngo Bi tentu akan membantunya, karena kamipun merasa bertanggung jawab!"

Tu Wee Seng tersenyum dan menanya: "Taysu adalah pemimpin pertama dari partai silat Ngo Bi, apakah tak akan menyesal?"

"Aku sudah berusia lanjut, aku tak takut mati!" jawab Tio Goan, "Seumur hidupku, aku senantiasa mentaati janji."

"Kata-kata Taysu aku pereaya penuh, Tu-heng janganlah bereuriga lagi!"

"Hei, kalian semuanya berwatak rendah, Toa suhengku belum pernah mengingkari janji!" kata Tio Hui agak gusar karena orang mencurigai suhengnya, "Maaf, harap partai silat Ngo Bi tidak taruh di hati akan pertanyaan-pertanyaan kami," kata Teng Lee.

Semua pereakapan itu telah didengar jelas oleh Souw Peng Hai, ia tidak takut menghadapi kelima partai silat itu, ia hanya agak gentar menghadapi Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap yang kelihayannya ia telah saksikan dengan kepala mata sendiri, Pada saat itu, ia memikirkan jalan untuk meloloskan diri dengan membawa kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu.

Apabila ia masukkan kitab-kitab itu ke dalam sakunya, maka ia segera akan diserang oleh mereka semua, ia terus memegangi kitab-kitab itu di tangan sambil mengawasi gerak- gerik lawan-lawannya!

Dengan tenang Ong Han Siong menghampirinya dan berbisik: "Di belakang lereng gunung di sebelah barat terdapat hutan pohon-pohon yang lebat dan gelap, Kita lebih baik menerjang lari ke dalam hutan itu, dan kemudian kita dapat menggempur lawan-Iawan kita dengan senjata-senjata rahasia."

justru pada saat itu, Souw Peng Hai tampak puteri-nya, Souw Hui Hong yang dipondong oleh Pang Siu Wie. ia pun memperhatikan keadaan puterinya, yang wajahnya pucat pasi, kedua matanya tertutup, rambutnya terurai, pakaiannya kotor dan bernoda darah, ia yakin bahwa puterinya itu terluka parah!

Tapi Ong Han Siong tidak memperhatikan itu. Dengan menghadapi Tio Goan ia mengejek: "Tio Goan Taysu, jika kau berani melukai seorang murid dari partai silat kami, jangan mempersalahkan bahwa aku Ong Han Siong seorang yang kejam!"

Ejekan itu, terhadap orang yang tak mengetahui seluk- beluknya, merupakan serupa teka-tekij tetapi terhadap Tio Goan, ejekan itu segera membikin Tio Goan menjadi berubah wajahnya,

Souw Peng Hai berpikir "Urusan sekarang ini tak dapat segera dibereskan Meskipun aku lepaskan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku tak dapat menjamin keselamatan puteriku!" Kasih sayangnya terhadap puterinya segera timbul Untuk sementara ia menjadi gelisah dan bersangsi, Apakah ia harus menolong puterinya, atau membela kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu?

Justru pada saat itu terlihat Tu Wee Seng meloncat dan menyergap Pang Siu Wie yang sedang memondong Souw Hui Hong! Tu Wee Seng telah memperhatikan kegelisahannya Souw Peng Hai, maka ia menerkam Pang Siu Wie untuk merebut Souw Hui Hong agar dijadikan sandera penukaran dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek,

Dengan toya di tangan kanan ia menotok jalan darahnya Pang Siu Wie, dan tangan kirinya menjambret tubuhnya Souw Hui Hong,

Pang Siu Wie tidak menduga akan sergapan itu, ia kena ditotok dan hanya dapat melangkah mundur beberapa tindale ia luput dari totokan maut, tetapi ia tak dapat melindungi Souw Hui Rong.

Tu Wee Seng sangat gembira berhasil merebut Souw Hui Hong, tetapi ia segera merasa ujung pedang di-tonjokkan di pundak kirinya, ia menoleh dan melihat Hian Ceng Tojin yang siap menusuk pundaknya itu. ia menjadi gusar dan menegur Toheng, apakah artinya ini?"

Tu Heng adalah pemimpin suatu partai silat yang terkenal, mengapa menggunakan tipu muslihat yang keji ini menyergap seorang gadis yang telah pingsan dan tak berdaya? jika kau tidak melepas kan nya, aku terpaksa menebas putus lenganmu!" jawab Hian Ceng Tojin,

Tu Wee Seng terpaksa melepaskan Souw Hui Hong yang segera dipegang lagi oleh Pang Siu Wie,

"To Heng adalah seorang yang termasuk salah satu dari kesembilan partai silat yang menentang partai silat Thian Liong, mengapa sekarang membantu partai silat |Thian Liong? Apakah tidak khawatir jika partai silat Hua San menjadi musuh?" kata Tu Wee Seng agak meng-ancam. Hian Ceng Tojin menarik kembali pedangnya, dan berkata: "Jika partai silat Thian Liong bermaksud menghina kesembilan partai silat lain, partai silat Kun Lun tentu akan membantu kesembilan partai itu. Tetapi Tu Heng telah menggunakan akal tipu yang keji terhadap gadis yang sudah tak berdaya ini!"

Tanpa menjawab lagi Tu Wee Seng menyerang Hian Ceng Toj in dengan toya bambunya, Tapi Hian Ceng Tojin dengan cepat menangkisnya, Kedua belah pihak menggunakan seluruh kekuatannya untuk membunuh Iawan-nya, Pang Siu Wie sudah cepat-cepat membawa Souw Hui Hong ke tempat yang lebih aman

Souw Peng Hai menyaksikan dengan kepala mata sendiri bagaimana Hian Ceng Tojin menolong puterinya, ia sangat berterima kasih, Tetapi karena wataknya yang congkak, ia tidak segera menyatakan perasaannya itu,

Pada ketika itu, Co Hiong pun sudah dapat memulihkan tenaganya dengan mengerahkan tenaga da!am-nya, hanya mukanya yang masih kelihatan babak belur dan bengkak, ia membuka kedua matanya dan memperhatikan keadaan di sekitarnya, ia melihat bahwa orang-orangnya partai Thian Liong telah dikurung oleh jago-jago silat, dan Souw Peng Hai berada di tengah. ia yang banyak tipu muslihatnya berlagak masih belum sadar, tapi sebetulnya ia sedang mencari jalan untuk melarikan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Sia Yun Hong menjadi kecewa setelah melihat Tu Wee Seng gagal, tetapi ia tak berani menyerang, Hanya dengan pedang terhunus, ia membentak: "Jika kali ini kita tidak membasmi orang-orang partai silat Thian Liong, maka sembilan partai-partai silat lainnya tak dapat tempat lagi di kemudian hari!" Dan ia terus menyerang Souw Peng Hai.

Ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi yang sangat benci kepada partai silat Thian Liong juga segera menyerang, serangan yang datang dari empt jago-jago silat itu cepat sekali, tapi Souw Peng Hai yang sudah biasa dikerubuti segera memutar-mutar toyanya dengan tangan kanannya dan tangan kirinya masih memegang erat-erat kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Ketiga pemimpin partai silat Kun Lun tidak membantu Mereka hanya menonton Sia Yun Hong dan ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi menyerang Souw Peng Hai. Tapi orang- orangnya partai silat Thian Liong segera menyambut mereka yang menyerang Souw Peng Hai itu. 

pemimpin cabang bendera kuning Ong Han Siong melawan Sia Yun Hong, dan keempat iblis dari propinsi Sucoan segera mengatur siasat Su Siang Ceng Hoat melawan ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi. Ouw Lam Peng dengan sepasang arit di tangan kiri dan kanan, Yap Eng Ceng dengan biji bajanya, dan Mo Lun yang air mukanya berwarna kuning sedang mengumpulkan tenaga dalamnya untuk menyerang dengan tinju Ngo Tok Shin Ciangnya (Tinju sakti yang beracun), semuanya menanti lowongan melakukan serangan yang menentukan

Tu Wee Seng dan Suteenya To li Kang, Teng Lee dan kedua Suteenya Tio Hoa dan Tio Lok juga telah siap sedia menanti kesempatan merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu,

Pek Yun Hui menyaksikan pertempuran yang dahsyat itu ia berbisik kepada Na Siao Tiap: "Moi-moi, jangan turun tangan dulu, Kita tunggu sampai mereka bertempur sehingga letih, baru kita merebut kembali kitab-kitab Kui Goan Pit Cek."

Na Siao Tiap yang asyik menyaksikan para jago silat bertempur itu tidak mendengar jelas bisikan Pek Yun Hui. Lagi pula ia sedang berusaha mengingati jurus-jurus yang ampuh untuk segera digunakan untuk merebut kembali kitab-kitab itu. ia yakin bahwa ia dapat meng-egosi atau mengelaki tiap-tiap serangan yang dilancarkan oleh para jago silat itu, dan ia yakin pula bahwa ia dapat dengan mudah mendesak lawannya jika ia yang bertempur Harus diketahui bahwa catatan-catatan yang disusun oleh Ti Kian Cin Jin bersama- sama San Im Shi Ni tidak hanya menjelaskan ilmu-ilmu silat pedang, tinju atau senjata lainnya, juga berisi semua ilmu-ilmu silat yang ampuh dan lihay, disamping ilmu-ilmu tersebut telah dipahami oleh Na Siao Tiap, Biasanya ia tak dapat mempraktekkan ilmu-ilmu yang ia telah pahami, tetapi dalam beberapa hari belakangan ini, karena terpaksa berkelahi, ia telah menggunakan beberapa ilmu-ilmu yang ampuh itu dengan berhasil, Dengan menyaksikan pertempuran dari beberapa jago-jago silat itu, ia pun telah belajar banyak,

Pek Yun Hui segera mengetahui sikapnya, maka ia pun tak menegur lagi, Tetapi ketika ia menoleh ke arah Bee Kun Bu yang mengawasi Souw Hui Hong dengan perasaan kasihan, ia menjadi cemas dan cemburu, Baru saja ia ingin menotok jalan darahnya Souw Hui Hong, tiba-tiba Lie Ceng Loan berseru: "Pek Cici, apakah lukanya Bu Koko bisa sembuh?"

Sebetulnya, setelah Pek Yun Hui membebaskan totokannya Co Hiongdi tubuhnya Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan terus menerus menjaga dan melindunginya, ia tak gubris keadaan atau kejadian di sekitarnya. Dan ketika Bee Kun Bu membuka kedua matanya lebar-Iebar mengawasi Souw Hui Hong, ia merasa heran, dan menanya kepada Pek Yun Hui.

Meskipun suaranya lemah lembut, tetapi bagi Pek Yun Hui seperti juga petir menyambar ia terkejut dan menyalahkan dirinya sendiri.

"Hai, hampir saja aku bertindak keliru, Baiknya ada Lie Moi-moi yang memperingatkan aku. Mengapa aku harus bereemburu? Bukankah Bee Kun Bu hanya mencintai Li Moi- moi?" Atas pertanyaannya Lie Ceng Loan ia menjawab: "Aku telah membebaskan jalan darah nya, dan aku yakin dia akan segera pulih kekuatannya." Lalu ia meloncat menghampiri Pang Siu Wie dan menanya: "Bagaimanakah keadaan nya ?"

Pang Siu Wie menghela napas dan menjawab: "Dia terluka parah, dan sampai sekarang dia belum sadar dari pingsan nya!"

Pek Yun Hui mengawasi wajahnya gadis yang pingsan itu dan berkata: "Kini kitab-kitab Kui Goan Pit Cek berada di tangan ayahnya, Semua orang sekarang bertempur untuk merebut kitab-kitab itu, sebetulnya sebagai ayah, dia harus lebih mementingkan keselamatan atau jiwa puterinya, Lukanya Souw Hui Hong betuI-betuI hebat, tak mungkin dia dapat lolos sembuh, jika aku sekarang menyadarkan dia, aku hanya membikin merasakan nyeri nya. Kau harus baik-baik menjagal dan melindunginya, tak usah perdulikan soal lain, jaga baik-baik jangan sampai orang merampas dia untuk ditukar dengan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"

Pang Siu Wie mengangguk, dan ia merasa heran mengapa tiba-tiba majikannya menaruh perhatian besar kepada Souw Hui Hong, ia tak berani menanya, ia hanya menjawab: "Baik, Harap Pek Siocia jangan khawatir Aku cuma menjagainya!"

Pek Yun Hui tersenyum, Suatu senyuman terpaksa yang hanya untuk menghilangkan kekhawatirannya!

Lalu ia memperhatikan keadaan di sekitarnya, dan ia terperanjat ketika melihat Co Hiong sedang menatap kepadanya dengan sorot penuh birahi!

"Hm! Manusia jahanam!" kata ia seorang diri, "Kau sudah dekat mati, tapi masih juga bersikap kurang ajar!"

Pada saat itu terdengar Souw Peng Hai membentak, dan Tu Wee Seng pun berseru.

Ketika itu Pek Yun Hui menyaksikan Souw Peng Hai dengan toya di tangan kanannya membuka jalan menuju ke arah barat, dan Ouw Lam Peng, Yap Eng Ceng, Kiok Goan Hoat dan Mo Lun melindungi padanya, Ong Han Siong dan keempat iblis juga mengikuti sambil melawan musuh- musuhnya, Di pihak partai Hua San terlihat To It Kang sedang berbaring dengan kedua matanya tertutup, Rupanya ia telah terluka!

Setelah melihat Hian Ceng Tojin menolong puterinya dan mencaci maki Tu Wee Seng, Souw Peng Hai sudah sangat mengagumi pemimpin partai silat Kun Lun itu, dan ia telah bertekad untuk membalas budi bi!a ada kesempatan ia pun bertekad akan memberitahukan orang-orangnya untuk membalas budi kasih itu, bukan saja terhadap Hian Ceng Tojin, tetapi terhadap semua orang-orangnya partai silat Kun Lun. Tapi ketika melihat Pek Yun Hui berdiri dekat puterinya, ia berpikir "Apa-kah jago silat wanita itu juga ingin menawan puteriku sebagai sandera?"

pikirannya itu sangat keliru, Pek Yun Hui tidak bermaksud menganiaya Souw Hui Hong, bahkan ingin menolongnya.

Souw Peng Hai bukan saja lebih pandai dalam ilmu silat, tetapi juga lebih pintar mencari siasat Dan sejenak kemudian, ia pun dapat melihat bahwa Pek Yun Hui tidak bermaksud mencelakakan puterinya, Dengan kepereayaan itu, ia menyerukan kepada orang-orangnya: Terjang terus, dan kita menuju ke sebelah barat!"

Semua pemimpin-pemimpin cabang partainya memiliki ilmu silat yang tinggi, dan pintar cerdas, Setelah mengetahui kitab-kitab Kui Goan Pit Cek di tangan Souw Peng Hai yang sangat mencintai puterinya, dan Ong Han Siong berani menyarankan untuk menerobos keluar dari kepungan musuh, maka ketika mendengar perintah untuk menerjang keluar, mereka bertempur membuka jalan dengan gembira sekali,

Terlihat kipas bajanya Ong Han Siong berkelebat ke kanan ke kiri seperti seekor kupu-kupu beterbangan menyerang musuh-musuhnya, dan keempat iblis dari propinsi Sucoan melancarkan siasat Su Siang Ceng Hoat-nya membingungkan lawan, Hanya mereka tak dapat melakukan serangan- serangan dengan cepat karena mereka telah kena dipukul oleh Na Siao Tiap.

To It Kang meskipun telah terluka, lalu meloncat menyerang Souw Peng Hai yang berusaha menerobos keluar, Tapi Souw Peng Hai mengemplang dengan toya-nya, terpaksa Tjb It Kang meloncat mundur lagi, Souw Peng Hai mengejar dan menjotos punggungnya sehingga dia jatuh tersungkur Untung Tu Wee Seng keburu datang menyodok dengan toya bambunya, Souw Peng Hai menarik kembali toyanya, dan menyabet toya bam-bunya Tu Wee Seng yang datang menyodok itu.

Tu Wee Seng mengegos ke samping untuk terus menyapu kedua kaki lawannya, Souw Peng Hai meloncat ke atas dan mengemplang kepalanya Tu Wee Seng ketika ia turun ke tanah,

Ketika di puncak Ngo Houw Leng karena urusan merebut kura sakti Ban Lian Hwe Kwi, dan ia telah mengetahui tenaga Souw Peng Hai, ia tak berani menangkis kempalangan itu, ia terpaksa meloncat mundur lagi,

Teng Lee ingin membantu, tetapi ia jeri kalau ketiga pemimpin partai silat Kun Lun datang membantu.

Kesempatan yang baik itu digunakan oleh Souw Peng Hai untuk memerintahkan orang-orangnya lekas-lekas menerobos keluar dari kepungan, dan ia pun meloncat ke depan tiga tombak jauhnya, diikuti oleh Ouw Lam Peng, Mo Lun, Yap Eng Ceng dan Kiok Goan Hoat

Tu Wee Seng tak berdaya mencegah terobosan jago-jago silat partai silat Thian Liong itu, Lalu terdengar suara siulan yang nyaring dari Ong Han Siong, diikuti oleh meloncatnya ia ke atas untuk tiba di belakang Souw Peng Hai. Keempat iblis dari propinsi Sucoan juga mendesak ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi sebelum mereka meloncat mengejar kawan- kawan nya!

sebetulnya Sia Yun Hong yang telah bertempur melawan Ong Han Siong menjadi kagum akan ilmu silat lawan nya, dan merasa bahwa Ong Han Siang itu lebih lihay ilmu silatnya daripada Ouw Lam Peng, ia merasa cemas melihat ketiga pemimpin partai silat Kun Lun tidak membantu mengurung orang-orangnya partai silat Thian Liong, Maka ia tidak mengejar Ong Han Siong ketika ia meloncat ke atas dan melarikan diri. jika orang-orang dari kelima partai silat itu bergabung dan bersama-sama menggempur orang-orangnya partai silat Thian Liong, meskipun mereka tak dapat mengalahkanya, tetapi sedikitnya orang-orangnya Souw Peng Hai tak mudah melarikan diri, LagipuIa orang-orang dari masing-masing partai mempunyai pikiran serong, masing-masing ingin membiarkan kawan-kawannya bertempur sampai letih untuk menanti kesempatan merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek.

Namun, setelah Souw Peng Hai berhasil menerobos keluar dari kepungan, mereka semua mengejar.

Pek Yun Hui yang mengenal baik daerah di pegunungan itu, setelah melihat Souw Peng Hai dan kawan-kawannya melarikan diri ke arah barat, berkata seorang diri: "Hm, mereka lari ke jalan buntu! Tadi beberapa jago silat tak ungkulan melawan orang-orangnya partai silat ,Thian Liong, kini giliranku untuk menguji ilmu silatnya jago-jago silat dari partai Thian Liong itu, selain itu, akupun dapat memberikan kesempatan kepada Tiap Moi-moi untuk mempraktekkan ilmu- ilmu silat yang dia dapat pahami dari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek!"

Lalu ia memesan Pang Siu Wie: "Kau harus terus menjagai Souw Siocia dan mengikuti di belakangku." Lalu ia meloncat dan membetot tangannya Na Siao Tiap dan Lie Ceng Loan.

Mereka mengikuti di belakangnya Tu Wee Seng dan lain- Iainnya.

Tu Wee Seng menjadi insyaf bahwa jago-jago silat dari lima partai silat tak dapat menggempur partai silat i Thian Liong jika masing-masing masih mempunyai pikiran mementingkan diri sendiri ia menegur kepada Teng Lee: Teng-heng, kita harus merasa malu tentang pertempuran tadi! Jago-jago silat dari empat partai tak mampu menghalau jago- jago silat dari partai Thian Liong! Dan kitab-kitab Kui Goan Pit Cek yang kita kejar-kejar sekarang masih berada di tangan partai Thian Liong! Aku betul-betul merasa malu! Hai. " "Akupun merasa malu. Tapi untuk merebut kitab-kitab sakti itu, kita harus berkorban, mungkin juga harus mengucurkan banyak darah!" jawab Teng Lee.

Mereka terus mengejar, dan setelah melalui dua pengkolan di lereng gunung, mereka tiba di suatu hutan pohon-pohon yang lebat!

Ketika Souw Peng Hai tiba di hutan tersebut, ia terkejut melihat dua lereng gunung yang curam di ha-dapannya, Hutan pohon-pohon tersebut berada di kaki dua gunung yang tebing dan tinggi! ia dan orang-orangnya telah menempuh jalan buntu, dan di belakang sedang mengejar musuh-musuhnya!

Ong Han Siong menghibur "Souw Cong Piauw, kau harus beristirahat Biarlah kita mencari jalan sambil beristirahat

Souw Peng Hai juga telah melihat bahwa Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap pun sedang mengejar, dan sudah mulai masuk ke dalam hutan pohon-pohon itu.

Semua orang tidak berani sembarangan bertindak di hutan yang lebat dan gelap itu.

Tu Wee Seng menghadapi kawan-kawannya, lalu berkata: "Partai silat Thian Liong baru saja berdiri dua puluh tahun, tapi pengaruhnya telah menjalar sampai ke propinsi Honan di utara, dan di semua propinsi-propinsi di sebelah selatan dari sungai Yang-cu.

Aku dapat katakan bahwa partai Thian Liong lebih besar dan lebih kuat daripada partai silat yang manapun pada dewasa ini, Dan jika kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu jatuh di tangan partai Thian Liong, aku berani pastikan bahwa dalam sepuluh tahun lagi, semua partai silat akan dibasmi oleh partai Thian Liong, dan dunia yang luas ini akan dikendalikan oleh partai Thian Liong!"

Pidato itu dapat mempengaruhi hatinya tiap-tiap jago silat yang mendengarnya. Sia Yun Hong mengangguk, lalu berkata: "Kata-kata Tu-heng semuanya betuI! Jika kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu jatuh di tangan partai Thian Liong, kita semuanya tak ada tempat untuk berdiri lagi, dan murid-murid dari partai-partai kita akan semuanya dileburoleh partai Thian Liong, Mereka dengan ilmu silatnya yang maha tinggi akan menjadi macan yang tambah sayap dengan bantuan kitab- kitab Kui Goan Pit Cek itu. sekarang kita harus buang pikiran mementingkan diri sendiri! Kita harus bergabung dengan berserikat dengan sungguh-sunggun dan setulus hati untuk bersama-sama menggempur partai Thian Liong!"

Teng Lee menanya: Tapi dengan cara apakah kita dapat berhasil merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu?"

pertanyaan itu membikin Sia Yun Hong membisu. Lalu dengan senyuman yang dipaksa ia berkata: "Cara yang terbaik tentulah kita harus berserikat merebut kembali kitab- kitab itu untuk dikembalikan kepada pemilik semutanya, siapapun tidak boleh mempunyai pikiran tamak untuk memiliki kitab-kitab itu. Tapi apakah Teng-heng setuju kepada pendapatku ini?" Lalu iapun menoleh ke arah Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap,

Teng Lee tersinggung dengan pertanyaan itu, dan ia berbalik mengejek: "Cara itu memang baik sekali Tetapi bukankah Sia-heng semula bermaksud merebut kitab-kitab itu untuk kepentingan sendiri? Apakah sekarang Sia-heng bisa buang pikiran yang keliru itu?"

semuanya terdiam, kemudian Sia Yun Hong berkata lagi: "Kita tak dapat bertindak lambat Menurut pendapatku sekarang kita harus berserikat dan bersama-sama merebut kitab-kitab itu, jika kita berhasil, kita dapat merundingkan lagi Atau kita sekarang masing-masing berusaha merebutnya!"

Tu Wee Seng berkata: "Kedua cara itupun baik. Tapi Tio Goan Taysu telah mengatakan bahwa partai silatnya tidak bermaksud merebut kitab-kitab itu, Dalam kalangan Bu Lim, kata-kata atau janji itu harus ditaati, Kita harus menegaskan lagi kepada partai Ngo Bi. Apakah betul partai Ngo Bi tidak bermaksud merebut kitab-kitab itu." Tio Goan hanya menyengir ia tidak menjawab.

"Sebetulnya aku bermaksud merebut kitab-kitab itu bersama-sama. Setelah berhasil kita merebutnya, kitab-kitab harus disimpan, dan kemudian kita mengundang semua jago- jago silat dari kesembilan partai yang terkenal untuk mengadu silat Dan yang menang berhak memiliki kitab-kitab itu," berkata lagi Sia Yun Hong.

"Dari pembicaraan Sia-heng," kata Teng Lee, "Nyata benar Sia-heng hendak memiliki kitab-kitab sakti itu!"

"Aku ingin sekali membaca isinya kitab-kitab itu," jawab Sia Yun Hong, "Tapi aku tak bermaksud menjagoi di kalangan Kang-ouw!"

Lalu Tu Wee Seng menghadapi ketiga pemimpin dari partai Kun Lun dan menanya: "Bagaimanakah pendapat ketiga Tojin? Apakah kalian pun rela mengalah dan tidak bermaksud merebut kitab-kitab itu?"

Tong Leng Tojin menjawab sambil mengejek: "KaIi-an bicara sama juga seperti anak kecil. Kalian merundingkan sesuatu yang masih di tangan orang. Jika kalian terus menerus berunding, mungkin kitab-kitab itu sudah dibawa ke markas besarnya partai Thian Liong di propinsi Shensi!"

Semuanya terkejut mendengar peringatan itu, dan semuanya menatap Pek Yun Hui dan Na Siao Tiap, dengan maksud menyelami sikapnya kedua gadis itu yang menjadi pemiliki kitab-kitab ajaib itu,

Tu Wee Seng menghampiri To It Kang dan berbisik: "Bagaimanakah dengan luka-lukamu? Apakah kau merasa baikan?"

To It Kang menjawab, suaranya rendah: "Aku yakin banyak baikan. Harap Suheng tidak menjadi khawatir."

Dengan perasaan sedikit lega, Tu Wee Seng berkata kepada ketiga pemimpin partai silat Kun Lun: "Kalian bertiga pemimpin sudah terkenal di kalangan Kang-ouw, jika kitab- kitab Kui Goan Pit Cek dimiliki oleh partai silat Thian Liong, aku khawatir di dalam jangka waktu sepuluh tahun lagi, partai silat Kun Lun akan dimusnah-kan. "

"Menurut pendapat Tu-heng, partai silat Kun Lun harus bertindak bagaimanakah?" menanya Tong Leng Tojin.

"Menurut pendapatku," jawab Tu Wee Seng, "Kita harus merebut dulu kitab-kitab Kui Goan Pit Cek itu, dan tidak peduli direbut oleh siapa saja diantara kita ini, aku yakin lebih baik daripada di dalam tangan partai silat Thian Liong !"j

Tong Leng Tojin lalu menanya Hian Ceng Tojin: "Suheng, bagaimanakah pendapat Suheng?"

Hian Ceng Tojin tersenyum dan berkata: "Aku hanya menuruti keputusan suara terbanyak!"

Dengan jawaban dari suhengnya itu, Tong Leng Tojin segera mengerti kehendak Suhengnya, dan ia me-nyarankan sebagai beri ku t: "Jika Tu-heng menghargai partai Kun Lun kami, kami tentu tak akan menolak memberikan bantuan. Kita atur agar partai Kun Lun ditugaskan merebut kitab-kitab itu, Tu-heng dan lain-lainnya menggempur kelima pemimpin cabang dan ke-empat iblis dari propinsi Sucoan yang menjadi pengawalnya Souw Peng Hai."

Tu Wee Seng berjengit, ia berpikir "Hm, akal bulus!

Apakah kiramu kau dapat kabur setelah merebut kitab-kitab itu?" Tapi dengan senyuman terpaksa ia berkata: "Kami atur dengan saran itu. Tapi harus mempunyai seorang pemimpin, Jika aku usulkan Sia-heng menjadi pemimpin, apakah kalian setuju?"

Sia Yun Hong berlagak menolak, ia berkata: "Aku tak berharga menjadi pemimpin usaha yang maha penting ini. Aku usulkan agar Teng-heng menjadi pemimpin."

Dengan senyuman lebar Teng Lee berkata: Tu-heng dan aku setuju jika Sia-heng menjadi pemimpin, Aku harap Sia- heng tidak menolak lagi!" Sia Yun Hong mengawasi ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi dan mengusulkan lagi: "Jika demikian, aku mengusulkan Tio Goan Taysu yang memimpin saja!"

"Terima kasih!" jawab Tio Goan, "Tapi kami partai Ngo Bi tidak bermaksud memiliki kitab-kitab itu. Kamt hanya rela membantu demi kepentingan kesembilan par tai silat pada dewasa ini menghadapi partai Thian Liong yang congkak itu!"

Dengan tidak menunggu jawaban Sia Yun Hong lagi, Tong Leng Tojin berkata: "Kami dari partai Kun Lun telah ditugaskan merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek. maka tugas memimpin lebih baik dipegang oleh Tio Goan Taysu."

Dengan tertawa Sia Yun Hong menambahkan Tio Goan Taysu terkenal sebagai pemimpin yang pandai dan kami semuanya setuju jika pimpinan dipegang oleh Tio Goan Taysu, Aku minta Taysu tidak menolak tugas itu." Rupanya Tu Wee Seng sudah tak sabaran, ia berkata "Sia-heng! Jika Tio Goan Taysu menolaknya, Sia Heng saja yang menerima tugas pimpinan itu, karena jika kalian saling tolak menolak, aku khawatir orang-orang nya partai Thian Liong sudah berlari jauh tak dapat dikejar lagi!"

Sia Yun Hong tersenyum dan menghibur Tu-heng. jangan gelisah! Orang-orangnya partai silat Thian Liong sukar keluar dari hutan yang lebat dan gelap ini. Kita hanya perlu membakar hutan ini untuk memaksa mereka keluar, bukan? Cobalah lihat, kemana mereka dapat berlari lagi? Apakah mereka bisa mendaki lereng gunung yang demikian curamnya?"

Teng Lee tersenyum dan membantu menghibur "Kata-kata Sia-heng betul! Kita tak usah khawatir mereka akan dapat lolos dari kepungan kita!"

Agaknya Tu Wee Seng masih gelisah, dan ia tak dapat berdiri tenang, Melihat sikap itu, Sia Yun Hong berkata lagi: "Jika Tu Heng tidak pereaya akan perkataanku, Tu-heng dapat bertaruh dengan aku bahwa orang-orangnya partai Thian Liong tak dapat keluar jika mereka berjalan terus!"

-ooo0ooo-

Lima partai silat berserikat lagi menggempur Thian Liong Pay

"KJta jangan membuang-buang waktu dengan saling menolak Kita semuanya setuju Sia-heng memimpin dan mengatur orang-orang kita!" kata Tu Wee Seng mendesak

Dengan tersenyum Sia Yun Hong berkata: "Baiklah, Ketiga pemimpin partai silat Kun Lun telah ditugaskan merebut kitab- kitab Kui Goan Pit Cekj ketiga pemimpin partai silat Ngo Bi ditugaskan menggempur keempat iblis dari propinsi Sucoanj Teng-heng bersama-sama kedua Suteenya ditugaskan menggempur pemimpin cabang bendera merah dan pemimpin cabang bendera biru: Tu-heng dan aku bertugas menggempur pemimpin cabang bendera hitam dan pemimpin cabang bendera putihj tetapi siapakah yang menggempur pemimpin cabang bendera kuning? sebetulnya aku bermaksud minta seorang murid dari partai silat Kun Lun n

Tong Leng Tojin tidak menunggu kata-kata itu habis diucapkan, ia segera berkata: "Kalian sudah mengetahui betapa lihaynya orang-orang dari partai silat Thian Lions Apa maksud Sia-heng memberi tugas seorang murid partai kami untuk menggempur pemimpin cabang bendera kuning?"

Sia Yun Hong tersenyum dan berkata: "Kami semua telah mengetahui ilmu pukulan Thian Liong Ciang dan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat dari Kun Lun Pay yang terkenal Meskipun muridnya masih berusia muda, namun dengan ilmu silatnya yang ti'nggi, aku yakin dia dapat melakukan tugasnya dengan baik."

Giok Cin Cu mengawasi Bee Kun Bu, dan berpikir "Jika kita meno!ak, partai Kun Lun pasti akan dicela, jika kita menerima, aku khawatir dia tak dapat melawan pemimpin cabang bendera kuning yang lihay." ia tak dapat mengambil keputusan

Tetapi Bee Kun Bu menghampiri Tong Leng Tojin dan berkata: Teecu sudah sembuh, Teecu yakin dapat melakukan tugas itu."

"Lotee betul-betul bersemangat, sungguh tidak kecewa kau menjadi murid Kun Lun Pay!" Memuji Tu Wee Seng,

Na Siao Tjap mengerutkan kening dan ia berbisik kepada Pek Yun Hui: "Pek Cici, dia belum sembuh betul, dia tak dapat bertempur melawan jago silat seperti Ong Han Siong, Cici, lekas panggil dia!"

Pek Yun Hui tersenyum dan menjawabnya: Tak mengapa, biarlah dia pergi membela nama Kun Lun Pay!"

Na Siao Tiap lalu mengeluarkan sebutir pil obat yang berwarna merah, Baru saja ia ingin memberikan kepada Bee Kun Bu, ia segera berpikir "Jika aku berikan pil ini di hadapan orang banyak, tentu akan diperhatikan Lebih baik aku minta Lie Ceng Loan yang memberikan kepadanya

Lalu ia menghampiri Lie Ceng Loan dan berbisik: "Kau berikan pil ini kepada Suhengmu dan suruh dia segera menelannya."

Lie Ceng Loan tersenyum, setelah menyambut pil itu, lalu dihampirinya Bee Kun Bu.

Pek Yun Hui menghela napas dan Na Siao Tiap menanya: "Pek Cici, salahkan perbuatanku itu?"

Pek Yun Hui cekal tangan Na Siao Tiap dan berkata: "Kau tidak berbuat salah, sebaliknya akulah yang telah melakukan suatu kesalahan."

"Salah apa yang pernah dibuat oleh Cici?" tanya Na Siao Tiap, "Sekarang aku tak dapat menjelaskan kepadamu." jawab Pek Yun Hui, "Jika mereka telah berhasil merebut kitab-kitab Kui Goan Pit Cek, aku akan mejelaskannya kepadamu."

Na Siao Tiap tidak mendesak lagi ia hanya mengawasi Bee Kun Bu dengan perasaan khawatir akan keselamatannya.

Gerak-gerik para gadis itu telah diperhatikan oleh Hian Ceng Tojin, dan ia menghela napas dan berpikir: "Rupanya ketiga gadis itu telah jatuh cinta terhadap Bu Jie. Aku khawatir akan akibat nya. Jika aku biarkan asmara diantara mereka ini berlangsung terus, dan tidak berusaha membereskannya, mungkin soal ini akan menjadi sulit dan rumit.

Paling baik, setelah urusan di pegunungan Koat Cong San ini beres, aku harus membawanya pergi ke puncak Kim Teng Hong di pegunungan Kun Lun, dan melarangnya keluar selama lima tahun, Mungkin juga dalam jangka waktu yang agak Lama itu, masing-masing dapat merubah pikiran. "

Ketika itu ia melihat Lie Ceng Loan memberikan pil obat kepada Bee Kun Bu seraya berkata: "Bu Koko, Siao Tiap Cici minta aku memberikan pil obat ini kepada Koko."

Melihat pil obat itu, Bee Kun Bu terkejut, karena ia mengenali bahwa pil obat itu adalah Leng Tan yang Na Siao Tiap pernah berikan kepadanya ketika ia mabuk di atas perahu di sungai Bin Kang. ia berpikir "Leng Tan ini mustajab sekali dan diapun hanya memiliki lima butir Di atas perahu di sungai Bin Kang dia pernah memberikan dua butir Dia selalu membenci aku, mengapa dia memberikan satu butir lagi kepadaku? Apakah dia khawatir aku belum sembuh betul dan dia khawatir aku menggempur jago silat yang lihay? Meskipun aku dapat melindungi diri dengan ilmu langkah ajaib Ngo Heng Bi Cong Pu yang Pek Yun Hui telah ajarkan kepadaku, Akan tetapi aku harus bertempur dengan hati-hati demi nama Kun Lun Pay. Leng Tan ini dapat menyembuhkan luka-Iukaku, dan menambah tenaga dalamku." Lalu ia telan pil obat itu.

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar