Jilid 08

Dengan sepasang toyanya Sin Goan Tong berusaha menangkis serangan dahsyat itu, sedikit lengah saja ia akan tersapu jatuh ke dalam jurang karena tempat pertempuran itu berada di pinggir suatu jurang yang curam. Begitu juga Giok Siu Sian Cu menangkis dengan seruling batu Gioknya untuk menghindarkan dirinya dari tempat itu ke dalam jurang!

Lalu dengan serentak mereka bertindak maju dan menyerang si Hweeshio tua tanpa senjata itu yang selalu berusaha mendesak lawannya ke pinggir jurang,

Demikianlah mereka bertempur dengan sengit sekali selama beberapa jurus, Giok Siu Sian Cu berpikir "Hweeshio tua ini lihay! Untung aku belum melukai Sin Goan Tong, dengan berdua aku dapat melawan si Hweeshio tua ini!"

Setelah sapu dengan lengan baju yang gagal, Ku Hoat Leng Kong menggunakan ilmu silat tinjunya Cu Si Ciang (tinju jalan laba-laba) melawan kedua lawannya itu. Te-tapi setelah lewat beberapa jurus, ia merasa heran bahwa masih juga ia belum dapat mengalahkan mereka, karena ilmu silat Cu Si Ciang itu dapat mendorong musuh dengan angin tinju- tinjunya, dan bila ia dapat menyentuh tubuh musuh, maka musuh itu pasti kena ditotok jalan darahnya sehingga menjadi lumpuh. Serangan-serangan yang di-lancarkannya sangat cepat sehingga lawannya harus menangkis mengegos atau berkelit diri dengan tak berkesempatan melakukan serangan- serangan pembalasan! Namun Ku Hoat Leng Kong juga tidak mudah mengalahkan kedua lawannya yang-tinggi sekali ilmu silatmu.

Pada suatu saat, Sin Goan Tong dan Giok Siu Sian Cu telah terdesak sampai ke pinggir jurang, Dengan tinju kiri Giok Siu Sian Cu menangkis serangan, tapi tangan yang memegang seruling batu Giok membalas menye-rang, Sin Goan Tong pun sambil menjerit membalas menyerang dengan kedua toyanya, Si Hweeshio tua terpaksa loncat mundur untuk menghindari serangan-serangan maut itu. Biasanya, hanya di dalam dua puluh jurus Giok Siu Sian Cu pasti dapat mengalahkan lawannya, Mungkin si Hweeshio tua itu lebih tinggi ilmu silatnya dan masih dapat memberikan perlawanan yang gigih. Setelah pertempuran berlangsung hampir lima puluh jurus, sekonyong-konyong si Hweeshio itu loncat ke belakang lima kaki jauhnya, ia berdiri tegak, kedua matanya terbelalak, dadanya seakan-akan menjelut ke depan.

Giok Siu Sian Cu ingin menyerang dengan seruling batu Gioknya, tapi Sin Goan Tong segera berteriak mencegah nya: "Jangan maju! Lekas mundur! Si Hweeshio tua itu akan melancarkan Pek tok Ciangnya (tinju berbisa) dengan seratus perubahan!" Teriakan itu disusul dengan mencekal pergelangan tangan kanannya Giok Siu Sian Cu yang memegang seruling, dan membetot ke belakang untuk diajak lekas-lekas turuti dari jurang itu!

"Ha! Ha! Ha!" tertawa si Hweeshio tua, "Apakah kalian kira bisa lari hidup-hidup dari pegunungan Cie Lian San ini?!" talu dengan mengebut kedua lengan bajunya si Hweeshio loncat menerkam lawan-lawannya, bagaikan seekor burung elang terbang menyambar seekor anak ayam! ilmu meringankan tubuh dari ketiga orang itu luar biasa sekali, sekejap saja mereka telah turun beberapa ratus tombak ke bawah jurang,

Sin Goan Tong melihat bahwa si Hweeshio tua terus mengejar, ia berpikir "Aku harus menyerang dulu sebelum ia melancarkan Pek Tok Ciangnya, Lalu ia behenti dan membentak: "Hei! Hweeshio durhaka! Rasai tinju San Im Ciangku ini!" Bentakannya itu dibarengi dengan tinju San Im Ciangnya ke arah Hweeshio, San Im Ciang itu dahsyat sekali, dan anginnya dapat melukai paru-paru. Ku Hoat Leng Kong tak berani menangkis, ia mengegosi sambit loncat ke samping. Kesempatan itu digunakan oleh Giok Siu Sian Cu untuk lari dan meloloskan diri, Sin Goan Tong menyerang lagi, dan Hweeshio tua harus mengegos dan loncat mundur lebih jauh lagi. Lalu Sin Goan Tong pun lari meloloskan diri!

Ketika si Hweeshio berdiri tegak lagi, kedua lawannya sudah lari jauh sekali! Dengan gusar ia kebaikan kedua lengan bajunya sehingga daun-daun dan cabang-cabang pohon yang kecil berhamburan ia kembali untuk memeriksa kerugian yang diderita murid-muridnya.  Dari delapan Hweeshio-hweeshio, ada dua telah tewas!

De-ngan mengerutkan keningnya, Ku Hoat Leng Kong berkata: Tok)l! Mustahil delapan orang tak dapat melawan mereka berdua! sekarang tunggu apalagi! Lekas bawa mayat- mayat kawanmu ke kuil!"

Semua murid-muridnya hanya menundukkan kepala tak berani menjawab Mereka segera gotong mayat-mayat kawannya kembali ke kui1. Si Hweeshio tua itu masih belum dapat meredakan marahnya ia lontarkan tinjunya ke arah satu batu gunung yang besar, dan anginnya membikin hancur batu itu. Lalu dengan satu siulan yang keras dan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh ia pun pergi berlalu dari tempat itu!

Setelah gelanggang pertempuran menjadi sunyi, Bee Kun Bu keluar dari belakang satu batu gunung yang besar, seluruh tubuhnya penuh batu pasir, tanah, daun-daun dan ranting pohon, ia telah bersembunyi di belakang batu gunung itu ketika Sin Goan Tong dan Giok Siu Sian Cu sedang bertempur melawan Ku Hoat Leng Kong, sebetulnya ia hendak cepat-cepat berlalu, akan tetapi ia ingat bahwa Pek Yun Hui akan datang lagi, maka ia balik kembali dan beristirahat di belakang batu gunung yang besar itu! ia merasa kagum sekali melihat ilmu silat si Hweeshio tua tadi, terutama tinju Pek Tok Ciang yang menghancurkan satu batu gunung yang besar

Di dekat tempat pertempuran berserakan beberapa kaitan dan lembing-Iembing yang telah ditinggalkan Hweeshio- hweeshio tadi, dan di beberapa tempat darah berhamburan ia jemput satu kaitan dan memeriksa senjata itu: lalu mengenangkan peristiwa-peristiwa dan petualangan- petualangan yang ia telah jumpai semenjak ia keluar dari kuil San Ceng Koan.

Peristiwa-peristiwa dan petualangan-petualangan itu bukannya impian. Semuanya kenyataan-kenyataan, Terbayanglah Lie Ceng Loan, Souw Hui Hong, Pek Yun Hui dan Giok Siu Sian Cu tersenyum melihat ia, Mereka semuanya baik sekali dan menaruh kasih sayang terhadap ia. Soal asmara yang rumit itu, bagaimanakah ia harus memecahkannya?

Kenangan-kenangan itu membuat ia diam terpaku, Entah kapan, Pek Yun Hui telah berada di belakangnya, Sebelum ia menegur, Pek Yun Hui telah berkata sambil tersenyum: "Apakah yang kau sedang pikir? Mukamu penuh pasir dan tanah, tapi kau tidak membersihkannya," lalu ia keluarkan sapu tangan dan menyekal pasir dan tanah di mukanya Bee Kun Bu. "He?!" tiba-tiba ia berseru, "Penyakitmu telah sembuhkah...?"

Bee Kun Bu mengangguk dan menyahut sambil tersenyum: "Aku telah makan buah Sie Can Ko, dan kini aku merasa lebih bersemangat dari pada sebelum menderita sakit Buah Sie Can Ko itu betul-betul sangat mujarab, Tapi apakah Co Hiong telah tertolong?"

"la telah dikepung oleh beberapa Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie. Aku telah berusaha mencari ia agak lama tanpa hasil sebetulnya aku ingin kembali dulu ke sini, tetapi aku ingat bahwa kau akan menjadi marah jika aku tidak menolong kawanmu," kata Pek Yun Hui.

Dengan tak sabaran Bee Kun Bu menanya lagi: Tapi ia tertolong atau tidak?"

Tolol!" sahut Pek Yun Hui, "Jika aku tidak dapat menolongnya, bagaimanakah aku ketahui bahwa ia telah dikepung oleh Hweeshio-hweeshio dari Toa Ciok Sie? Untuk mencari ia, aku telah mendaki lebih kurang dua puluh puncak- puncak gunung. Hweeshio-hweeshio itu aku telah lukai dengan jalan menotok jalan darahnya, Dua Hweeshio luka parah dan satu lagi telah dibunuh mati oleh kawanmu."

Terima kasih, dan kini Co Hiong itu berada di mana?" tanya Bee Kun Bu. "Sabar," sahut Pek Yun Hui, "Aku ingin mengetahui dari mana kau peroleh buah Sie Can Ko itu?"

Bee Kun Bu lalu menceritakan hal ihwalnya ia makan buah Sie Can Ko itu, Pek Yun Hui berkata dengan mata terbelalak "Ha! Giok Siu Sian Cu itu sebetulnya satu perampok wanita di kalangan Kang-ouw. Bila aku menjumpai ia aku pasti bunuh mati padanya!"

Bee Kun Bu merasa tersinggung, dan ia menanyai "Kau tak mempunyai dendam terhadap ia, kau hanya membenci saja, mengapa kau harus membunuh ia mati?"

Pek Yun Hui tak menjawab" ia merasa malu akan ucapannya itu. ia menundukkan kepalanya, dan kemudian berkata lagi: "Aku maksudkan ia satu perampok wanita, karena ia hendak merampas kau dari Lie Ceng Loan, Sumoymu yang kau cintaL Apakah aku telah salah omong?"

Sambil menganggukkan kepalanya Bee Kun Bu menyahut "Kau betuI, aku minta maaf." ia merasa bahwa ia tak mengenal budi ketika melihat mukanya Pek Yun Hui menjadi merah. Lalu ia pun tundukkan kepala, tidak berani melihat Pek Yun Hui,

Pek Yun Hui merasa kasihan melihat sikapnya Bee Kun Bu. Sambil tersenyum ia menegur "Mengapa kau diam saja? Apakah kau khawatir aku menjadi marah?"

"Melihat wajahmu, aku betu(-betul khawatir kau menjadi marah," kata Bee Kun Bu.

"Aku sendiri tidak marah terhadap kau," sahut Pek Yun Hui, "Apakah kau masih ingat di mana kita berjumpa pertama kali?"

Bee Kun Bu memikir sejenak, lalu menyahut: "Apakah bukan di lembah pegunungan Koat Cong San?" "Betul," sahut Pek Yun Hui, "ingatanmu baik sekali." Bee Kun Bu tersenyum, lalu mengangkat kepalanya dan menanya lagi: "Ketika kita berjumpa di pegunungan Koat Cong San, Susiokku telah memperoleh kulit ular hitam Apakah kulit ular itu telah diambil olehmu?"

"Kulit ular hitam itu sukar sekali diperolehnya," kata Pek Yun Hui, "Bangauku tiap-tiap hari terbang di atas pegunungan Koat Cong San mencari ular hitam yang demikian, telah berusaha bertahun-tahun tetapi hasilnya tetap nihil pada suatu hari bangau putihku telah menjumpai ular hitam itu, dan telah mematuknya mati. Lalu dengan meninggalkan bangkai ular itu, ia terbang mencari aku. Tapi kalian telah naik di pegunungan itu dan menemui mayat ular itu untuk dibersihkan dan diambil ku!itnya, Untung sekali telah membersihkan kulit ular tersebut dengan teliti, dan aku tak usah membereskannya lagi."

"Menurut Susiokku, kulit ular itu dapat menahan tusukan atau bacokan senjata tajam, dan sangat dihargai oleh para jago silat di kalangan Kang-ouw. Setelah Susiokku kehilangan kulit ular hitam itu, ia menjadi kecewa." Bee Kun Bu goyang- goyang kepalanya dan menyahut: "Aku tidak mempunyai hasrat memiliki benda serupa itu, aku harap kau jangan buat pikiran." ia berhenti sejenak, lalu ia menanya lagi: "Kau telah bilang bahwa Lie Ceng Loan telah tertolong kini ia berada di manakah? Bolah kita sekarang pergi tengok padanya?"

Pek Yun Hui menjawab dengan anggukkan kepalanya, lalu ajak Bee Kun Bu pergi ke tempat di mana Lie Ceng Loan sedang beristirahat Bee Kun Bu insyaf bahwa ia tak dapat menandingi Pek Yun Hui dalam soal ilmu meringankan tubuh, akan tetapi setelah ia makan buah Sie Can Ko bukan saja penyakitnya telah sembuh, bahkan ia merasa semangatnya telah banyak bertambah perjalanan di waktu malam itu dapat ia lakukan dengan cepat sekali

Pek Yun Hui tampaknya tidak mengeluarkan banyak tenaga menempuh perjalanan di waktu malam, yang jauh itu. Berdua Bee Kun Bu ia menempuh perjalanan itu sepanjang malam terus sampai matahari terlihat terbit di sebelah timur

Tiba-tiba Pek Yun Hui berhenti untuk melihat ke arah matahari ia berdiri terpaku laksana patung dengan kulit mukanya yang putih halus, kedua alisnya yang hitam kereng, bibirnya yang berwarna merah delima, hidungnya yang bangir, Hanya kedua matanya yang hitam ber-linangkan air mata, Melihat sikapnya yang ganjil itu, Bee Kun Bu menegur: "Cici, kau sedang memikir apa?"

Pek Yun Hui menoleh ke arah Bee Kun Bu dan menyahut sambil tersenyum: "Coba lihat, matahari telah terbit, kita akan segera tiba di tempat istirahat Sumoymu."

Bee Kun Bu terharu mendengar jawaban demikian, ia paham akan arti jawaban itu. Untuk menyimpangkan pertanyaan selanjutnya, ia berkata: "Ayo man", kita jalan lagi, Mungkin Sumoyku sedang menanti kedatangan kita.M

Kemudian mereka berjalan lagi, Sambil berjalan Bee Kun Bu melihat keadaan di sekitarnya, Perlahan-lahan ia menjadi insyaf bahwa perjalanan di pegunungan itu bagi ia tidak asing lagi, Setelah mereka melewati lagi satu puncak, ia lantas kenali bahwa tempat itu adalah lembah di mana ia bertemu dengan Ue Ceng Loan untuk pertama kali, setelah diculik

Keadaan dan pemandangan di dalam lembah itu masih serupa: bunga-bunga yang beraneka warna telah tumbuh berkeliaran dengan segarnya, air sungai yang bening mengalir dengan derasnya, rumput yang hijau masih diselubungi air embun dan pohon-pohon cemara me!ambai-lambai ditiup angin gunung yang sejuk, Dt depannya satu gua, ia melihat si bangau putih sedang menunggu, Ketika bangau putih itu melihat Pek Yun Hui datang, ia menjerit nyaring sekali, seakan-akan memberitahukan majikannya bahwa tugas menjaga Lie Ceng Loan telah dilakukan dengan cermat, ia buka kedua sayapnya, talu terbang pergi,

Bee Kun Bu segera lari ke mulut gua itu dan masuk ke dalam, ia tampak Lie Ceng Loan sedang duduk bersandar di dinding gua dengan rambutnya terurai melambai wajahnya pucat pasi, tetapi kedua kulit matanya terbuka lebar-lebar.

Seakan-akan sedang memikir sesuatu dengan perasaan penasaran Ketika melihat Bee Kun Bu, ia pun tertawa dan berkata: "Bu Koko, kawan Koko pasti telah memberitahukan di mana aku berada, Oleh karena itu, aku selalu di dalam gua ini menanti kedatangan Koko,"

Bukan main terharunya Bee Kun Bu. ia lupa bahwa di belakangnya masih berdiri Pek Yun Hui. ia rangkul Sumoynya, sedangkan Lie Ceng Loan lekas-lekas membereskan rambutnya yang terurai-urai itu, Bee Kun Bu menanya dengan perasaan cemas: "Bagaimanakah dengan lukamu, apakah luka parah?"

Dengan geleng-geleng kepala Lie Ceng Loan menyahut "Setelah aku kena dipukul oleh seorang Hwee-shio, aku segera merasa pusing kepala, dan terus tak sadarkan diri Apakah Co Hiong yang telah menolong aku? Tapi ketika aku siuman dan membuka mata, aku tidak melihat Co Hiong, hanya kawan Koko yang telah berada di sampingku Aku telah memuntahkan banyak darah, Apabila kawan Koko tidak memberikan aku makan satu pil obat, aku kira aku tak akan dapat melihat Koko lagi." Lalu ia pandang Pek Yun Hui dengan perasaan sangat berterima kasih terhadap penolongnya itu.

"Bagaimana kau merasakan sekarang?" tanya Bee Kun

Bu.

Pertanyaan itu dijawab oleh Pek Yun Hui: "Luka-nya agak

berat Meskipun ia telah makan pil obat Sok Beng Tan (pil obat menyambung nyawa), ia tak dapat sembuh dalam satu atau dua hari. Menurut pendapatku, ia telah menderita luka di dalam tubuh, Untung ilmu tenaga dalamnya baik sekali, sehingga otot atau tulangnya tidak menderita luka atau patah, Sabarlah, ia pasti sembuh!"

Bee Kun Bu yang mengetahui Pek Yun Hui itu bukan saja tinggi ilmu silatnya, juga ilmu obatannya sejajar dengan dewa- dewa atau dewi-dewi. ia pereaya apa yang dikatakannya, buyarlah kekhawatirannya, ia hanya mengharap Sumoynya lekas-lekas sembuh, Tapi ia masih ber-kata: "Cici, terima kasih atas pertolonganmu Aku pun mengharap Sumoyku akan sembuh." Lie Ceng Loan yang mendengar Bee Kun Bu selalu panggil Pek Yun Hui "QcT merasa heran. ia mengawasi Pek Yun Hui yang berpakaian seperti laki-laki. Dengan polos ia menanyai "Kau bukan seorang laki-laki, mengapa berpakaian sebagai seorang laki-laki?"

pertanyaan itu membikin Pek Yun Hui menjadi jengah. Untuk meyakinkan Lie Ceng Loan, terpaksa ia buka ikatan kepalanya dan baju hijaunya, Lie Ceng Loan segera dapat kenyataan bafiwa Pek Yun Hui itu betul-betul seorang wanita, Pek Yun hui terseyum dan menghampiri Lie Ceng Loan, katanya. Aku tidak memberitahukan kau bahwa aku sebetulnya seorang wanita, Apakah kau tersinggung?"

Sambil tersenyum pula Lie Ceng Loan menyahut: Tidak, aku tidak tersinggung, malahan berterima kasih Cici atas pertolongan yang tak terhingga besamya." Sambil menoleh ke arah Bee Kun Bu, ia menanyai "Bu Koko, kau telah mengetahui lebih dulu, mengapa tidak memberitahukan kepadaku?"

Bee Kun Bu segera memikir "Jika aku berdusta ia pasti pereaya, dan ia segera tidak curigai lagi. Tapi terhadap ia yang demikian suci dan jujur, aku tak dapat berdusta."

Melihat Bee Kun Bu tidak menjawab, Pek Yun Hui berkata: "Kau tidak usah persalahkan Kokomu, sebetulnya ia tidak perlu memberitahukan kau. Kini kau jangan banyak pikiran agar lekas-lekas sembuh."

Lie Ceng Loan hanya tersenyum. Ketika melihat pakaian sutera putih yang indah dari Pek Yun Hui, ia menanyai "Cici, sulaman di atas bajumu bagus sekali jika aku telah sembuh, bolehkah aku belajar menyulam kepada Cici?"

Pek Yun Hui memeluk Lie Ceng Loan, seperti kakak kandungnya ia memeluknya dengan penuh kasih sayang dan menyahut: Tentu saja, kelak aku akan mengajarkan kau menyulam." pelukan yang mesra itu sangat mengharukan hali, Dengan air mata berlinang Lie Ceng Loan menyahut: Terima kasih, Aku harap Cici tidak berpakaian sebagai orang laki-laki lagi."

"Berpakaian sebagai orang laki-laki lebih leluasa di kalangan Kang-ouw," sahut Pek Yun Hui, Tentang mengapa aku selalu menyamafcs^agai orang laki, nanti aku mau ceritakan kepadamu: "Sekarang kau harus banyak beristirahat sebentar pada waktu tengah hari, aku akan obati kau lagi dengan ilmu tenaga dalamku, Bila kau telah sembuh betui, kita masih banyak waktu untuk bereakap-cakap."

Bagaikan seorang adik juga Lie Ceng Loan pejamkan kedua matanya dan tidur di dalam pelukan Pek Yun Hui.

-ooo0ooo-

Telunjuk Sakti Menggemparkan Jago-jago silat di kalangan Kang-ouw

Bee Kun Bu duduk di samping mereka sambil memandang kepada kedua gadis cantik jelita itu saling berpelukan Setelah Pek Yun Hui buka pakaian lelakinya, dengan pakaian sutera putih yang tersulam dan sambil memeluki Lie Ceng Loan, ia kelihatan seperti seorang ibu yang sangat mencintai anak yang dipeluknya itu. Dalam suasana yang sunyi senyap itu, terdengar denyutan jantung mereka.

"Mungkin Sumoymu tidak tidur selama menanti kedatangan kita," kata Pek Yun Hui, "Lihatlah, kini ia tidur seperti anak bayi Aku pun tak tahu mengapa aku sangat sayang kepadanya, Biarlah ia tidur, dan sebentar tengah hari aku akan coba mengobati ia lagi dengan ilmu tenaga dalamku, setelah itu ia harus beristirahat tiga hari tiga ma!am. Kau harus menunggu di sini selama waktu itu, Sesudah tiga hari aku akan berikan ia lagi obat untuk memulihkan semangat maupun tenaganya. "

"Aku sangat berterima kasih, Aku kini yakin bahwa ia betut- betul telah menderita luka yang agak berat dan hebat Untung ada kau yang dapat mengobatinya. Aku hanya khawatir Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie akan datang lagi ke gua ini, dan dengan aku ber-sendirian, aku khawatir tak dapat melawan mereka," kata Bee Kun Bu.

Pek Yun Hui tersenyum, lalu berkata: "Kau tak usah khawatir Bangau putihku dapat membantu jaga Sumoy-mu. Jika masih juga tidak dapat melawan mereka, kau harus bersiul keras, dan aku segera datang membantu."

Ketika bereakap-cakap dengan Pek Yun Hui, Bee Kun Bu senantiasa memperhatikan wajahnya sehingga Pek Yun Hui menjadi ma!u. ia menegur "Mengapa kau selalu memperhatikan wajahku? Apakah di mukaku ada bunga yang bagus?"

"Cici, maaf aku," sahut Bee Kun Bu, "Dengan pakaian wanita itu, kau kelihatan cantik sekali."

"Aku merasa kagum, dan tidak mengerti mengapa seorang wanita secantik kau demikian tinggi ilmunya?"

Pek Yun Hui hanya tersenyum dan balik memandang Bee Kun Bu. Suasana di dalam gua kembali sunyi senyap dan mendampar-dampar seperti suatu lautan yang besar gelombangnya, Masing-masing tak mengetahui apa yang harus diucapkan Lalu Bee Kun Bu bertindak keluar dan berdiri di luar gua di mana cahaya matahari menyoroti segala sesuatu, Tapi hatinya masih saja berdebar-debar tidak tentram, kemudian ia berjalan ke tepi sungai untuk mencuci muka. Air sungai yang dingin menyegarkan ia kembali, tetapi tidak dapat meredakan hatinya di dalam air sungai yang jernih itu,

sekonyong-konyong bau harum menyambar hidung-nya. Entah kapan Pek Yun Hui telah berada di belakangnya, "Kau sedang memikiri apa lagi?" menegur Pek Yun Hui,

"Aku sedang kenangi guruku, Apakah ia berhasil mengambil buah Sie Can Ko. juga aku pikiri Susiokku Giok Cin Cu. Apakah ia telah sembuh betul dari penderitaan lukanya? Dan apakah telah berlalu dari rumah penginapan di Yociu?"

"Susiokmu sudah sembuh betul, kau tak usah khawatir lagi, Meski orang biasa pun dapat memulihkan tenaga dalamnya dua atau tiga hari setelah aku to1ong. Apalagi ia yang ilmu silatnya tinggi sekali! Semua racun ular telah dikeluarkan dan semua jalan-jalan darahnya aku telah bebaskan Setelah aku mengobati Sumoymu, kau dapat kembali ke Yociu dengan bangau putihku, bahkan kau juga dapat pergi ke pegunungan Kun Lun," kata Pek Yun Hui,

"Tapi Cici setelah itu akan pergi kemana?" tanya Bee Kun Bu "Aku berani pastikan bahwa Susiok maupun Suhuku akan menghaturkan terima kasih atas pertolonganmu yang besar itu."

Pek Yun Hui geleng-geleng kepa)a, wajahnya berubah sedih. Dengan senyuman yang getir ia berkata: "Jika Sumoymu telah sembuh, aku harus pergi. Sumoymu itu sangat polos dan suci murni Seluruh jiwa raganya telah dipusatkan kepadamu Jika kau mengabaikan atau tak menghiraukan ia, pasti akan hancur hatinya, Susiok dan Suhumu tak usah pusingkan pertolongan yang kecil tak berarti ini Aku mengobati susiokmu bukan ingin mencari hubungan dengan partai Kun Lun "

"Aku mengerti, Cici menolong karena aku," sahut Bee Kun

Bu.

Pek Yun Hui petiksekuntum bunga dan dilemparkan ke

dalam sungai Bunga itu hanyut terbawa arus air menuju ke gua, Ketika itu Pek Yun Hui masih berpakaian seorang wanita dengan rambutnya yang hiiam, halus dan panjang melambai tertiup angin gunung, Dengan tindakan yang agak berat ia berjalan kembali ke gua.

Bee Kun Bu hanya mengawasi dari belakang sambil menahan perasaannya yang sukar dilukiskan dengan perkataan, karena ia berada diantara dua segi asmara: Sumoynya yang cantik jelita, suci murni, dan mencintai ia dengan seluruh jiwa raganya, dan wanita sakti yang cantik pula, budiman dan tinggi ilmu silatnya, di samping perto!ongannya kepada Susioknya, Sumoynya dan ia sendiri Katanya wanita itu telah jatuh cinta kepadanya,

Dengan tak terasa tiga hari telah lewat. Selama itu Pek Yun Hui telah mengobati Lie Ceng Loan dengan sungguh- sungguh, Bee Kun Bu dan bangau putih di luar gua. ia tak berani masuk karena takut melihat wajahnya Pek Yun Hui, yang akibatnya akan membikin ia gelisah lagi

Pada hari keempat pun tiba, Bee Kun Bu tak tahan hati lagi untuk tak menengoki Sumoynya. ia masuk ke dalam gua, dan melihat Pek Yun Hui sedang mengobati Lie Ceng Loan untuk penghabisan kali dengan memegangi kedua tangan Sumoynya dan mencurahkan seluruh perhatiannya untuk mengeluarkan tenaga dalamnya menyembuhkan luka-luka di dalam tubuh Lie Ceng Loan. ia tak berani menegur Setelah melihat sejenak, ia lalu keluar lagi dari gua itu. ia duduk di luar gua sambil diam mengawasi awan-awan yang melayang- layang di langit nan biru, mengenangkan peristiwa-peristiwa yang telah timbul selama beberapa hari di pegunungan Cie Lian San.

Tiba-tiba ia dengar Pek Yun Hui berkata dari belakangnya: "Sumoymu telah sembuh betul Dan... aku harus berlalu "

Bee Kun Bu cepat-cepat bangun, menghampiri Pek Yun Hui, dan menanya dengan perasaan terharu: "Cici, kau mengapa sekarang?"

"Aku tak apa-apa, sahut Pek Yun Hui sambil tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Cici tentu saja telah mengeluarkan banyak tenaga untuk menyembuhkan Sumoyku," kata Bee Kun Bu.

"Aku telah mengeluarkan banyak tenaga, tapi tenaga itu dapat dipu!ihkan kembali. Hanya ada satu kali aku tak dapat mengerti, mengapa dalam tiga hari tiga malam itu kau tidak masuk ke dalam gua menengok kami?" kata Pek Yun Hui. Bee Kun Bu menundukkan kepala tak dapat menjawab Kemudian, setelah mendapat alasan ia berkata: "Aku takut akan mengganggu Cici." Belum lagi ia meneruskan kata- katanya, Lie Ceng Loan tampak datang berlari-lari sambil berseru:

"Bu Koko, aku sudah sembuh berkat pertolongan Cici." Lalu ia memeluk erat-erat Pek Yun Hui sambil berkata: "Cici, terima kasih. Kau baik sekali terhadap kami, Terima kasih."

Pek Yun Hui tersenyum dan menanyai "Apakah kau merasa sudah sembuh betul?"

Sambil melepaskan pelukan Lie Ceng Loan berkata dengan wajah yang riang gembira: "Aku rasakan sudah sembuh betul! Terima kasih, Cici sungguh baik sekali, Tapi,., tapi Cici hendak pergi kemana?"

"Jika aku pergi, kau masih ada Bu Koko yang mendampingi kau, tidakkah sama saja?" kata Pek Yun Hui. Dengan mata berlinang, Lie Ceng Loan berkata lagi: "Cici, satu hal aku hendak memohon sangat darimu."

"Hal apakah? Apakah kau ingin mempunyai bangau putih yang besar?" tanya Pek Yun HuL

Lie Ceng Loan tak dapat segera bicara, karena air matanya mengucur semakin deras.

"Jangan menangisi menghibur Pek Yun Hui. "Aku akan menolong kau sedapat mungkin."

Lagi-lagi Lie Ceng Loan merangkul dan berkata dengan terharu: "Aku sangat ingin Cici tidak pergi, tapi selalu ada bersama-sama kami, jikalau Cici pergi, Bu Koko juga akan menjadi sedih hati."

Ucapan itu menusuk hatinya Pek Yun Hui maupun Bee Kun Bu yang terus menundukkan kepala dengan hati yang tak keruan rasa. Untuk sementara waktu mereka tidak bicara, hanya air mata mengucur dari kedua matanya Lie Ceng Loan sedangkan Pek Yun Hui juga berlinangkan air mata, dan Bee Kun Bu menelan rasa terharunya. Karena pertanyaan agak lama tidak dijawab, Lie Ceng Loan makin sedih menangisnya.

"Sudahlah jangan menangis, aku akan berusaha memenuhi permintaanmu itu," menghibur Pek Yun Hui.

Lie Ceng Loan berhenti menangis, dan sambil mengeringkan air matanya ia betot tangannya Pek Yun Hui, ia berkata: "Cici, aku sudah lama tidak mandi, ayo kita mandi di sungai bersama-sama!"

Pek Yun Hui melihat ke sekitarnya, ia berpikir "Aku sudah beberapa hari mengobati Lie Ceng Loan, dan aku pun belum mandi." Lalu ia berkata kepada Bee Kun Bu: "Kau harus menjaga di sini, Aku bersama Lie Ceng Loan hendak pergi ke bawah lembah dan mandi bersama di sungai yang mengalir di situ,"

Bee Kun Bu mengangguk dan menyahut: "Baik, aku tunggu di sini."

Lalu kedua gadis itu berlari-lari ke bawah lembah, Bee Kun Bu mengawasi mereka dengan hati bimbang, karena jika Pek Yun Hui tidak pergi, akan sulitlah ia menghadapi soal asmara yang rumit itu. ia berdiri terpaku bagaikan patung memikiri persoalan yang pasti akan merongrong hatinya,

Tiba-tiba entah dari mana datangnya dengan ilmu meringankan tubuh yang sangat iihay, ia lihat seorang yang berjubah dan brewok mendaki sebuah puncak gunung, ia khawatir kalau-kalau orang itu pergi ke lembah itu juga, ia segera lari mengejar dan membentak "Hei, kau dari mana dan hendak mencari siapa?"

Pendeta itu yang berusia lebih kurang lima puluh tahun, dengan muka lebar dan kuping besar, segera berhenti ia bersenjatakan pedang, dengan kedua matanya yang besar mengawasi Bee Kun Bu dari atas sampai ke bawah lalu ia menyahut: pegunungan Cie Lian San sangat luas dan besar, Apakah orang tak diizinkan menginjak daerah ini?" jawaban itu membikin Bee Kun Bu menjadi bisu, karena daerah itu memang benar bukan miliknya, dan ia tak berhak melarang orang datang ke pegunungan ini. Lalu dengan tersenyum Bee Kun Bu menyahut: "Aku sebetulnya tidak bermaksud jahat Oleh karena di bawah lembah ini ada dua pemudi sedang mandi, aku khawatir Totiang pergi ke situ." Maksudku ialah minta Totiang menunggu sampai mereka selesai mandi, barulah Totiang boleh jalan lagi."

pendeta itu juga tersenyum dan berkata: "Rupanya kau pun bukan orang dari pegunungan ini. Mengapa kau datang ke pegunungan Cie Lian San ini?"

Baru saja Bee Kun Bu hendak menerangkan tiba-tiba dari lereng gunung terdengar orang berteriak: "Hei! Apakah orang yang di atas itu Bee Kun Bu?"

Bee Kun Bu terkejut ia segera menoleh ke arah suara itu datang. Betapa girangnya ketika melihat bahwa orang yang memanggil ia adalah Susioknya, Giok Cin Cu.

Baru saja Bee Kun Bu ingin turun menjemput Susioknya, Giok Cin Cu telah dengan cepat sekali mendaki gunung itu, dan setelah berada dihadapan mereka, berkata: "pemuda ini adalah murid Toako kita yang aku pernah ceritakan kepada mu."

Tojin (pendeta) itu lalu mengawasi lagi Bee Kun Bu dari kepala sampai ke kaki. Kemudian dengan tersenyum ia berkata kepada Giok Cin Cu: Ta betul-betul tunas harapan kita, Toako betul-betul bisa mencari tunas yang baik."

Lalu Giok Cin Cu berkata kepada Bee Kun Bu: "Hei, mengapa kau tidak memberi hormat kepada susiokmu yang memegang pimpinan di pegunungan Kun Lun?"

Bee Kun Bu terkejut ia pikir: "Memberi hormat kepada susioknya adalah keharusan, Tetapi mengapa Susiok ini meninggalkan pegunungan Kun Lun, dan mengapa Susiok Giok Cin Cu berlalu dari rumah penginapan di Yociu, Apakah mereka juga hendak mencari Lie Ceng Loan?" Sambil berpikir, ia berlutut di hadapan pendeta itu. Pendeta itu lekas-lekas mengangkat bangun sambil berkata: "Toako telah mengajarkan ilmu pedang Cui Hun Cap Ji Kiam tanpa berunding dulu, sekarang setelah melihat kau, aku mengerti."

Ketika Tong Leng Tojin (nama pendeta itu) menjumpai Giok Cin Cu di rumah penginapan di Yociu, ia telah dapat penjelasan tentang Bee Kun Bu dari Giok Cin Cu, tapi ia masih merasa tersinggung karena Hian Ceng Totiang tidak berunding lagi dengan ia. Namun setelah mendengar bahwa Hian Ceng Totiang telah pergi ke pegunungan Cie Lian San untuk mengambil buah Sie Can Ko dari kuil Toa Ciok Sie, ia menjadi cemas, ia khawatir Hian Ceng Totiang dengan hampa dibantu oleh Ngo Kong Toa-su tak dapat melawan Hweeshio- hweeshio dari Toa Ciok Sie yang terkenal tinggi sekali ilmu silatnya, Maka ia suruh Liong Giok Pin, seorang murid, kembali ke kuil Sam Ceng Kiang di pegunungan Kun Lun, dan ia bersama Giok Cin Cu segera pergi ke pegunungan Cie Lian San dengan maksud membantui Hian Ceng Totiang.

Ketika itu lukanya Giok Cin Cu sudah sembuh dan tenaganya sudah pulih, seperti sedia kala. Dengan Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su pergi ke pegunungan Cie Lian San dan Bee Kun Bu yang mencari Lie Ceng Loan belum kembali, maka Tong Leng Tojin mengambil keputusan itu.

Bagaimana Tong Leng Tojin dapat menjumpai Giok Cin Cu? Soal ini harus diperhatikan jasanya Bee Kun Bu. Ketika Bee Kun Bu pergi mencari Lie Ceng Loan, di sepanjang jalan ia meninggalkan tanda-tanda dengan maksud memberikan jejaknya kepada kawan-kawannya.

Tanda itu adalah tanda-tanda yang digunakan oleh partai Kun Lun, tanda-tanda tersebut dapat dilihat oleh Tong Leng Tojin yang sedang dalam perjalanan, sehingga ia menjumpai Giok Cin Cu di rumah penginapaan di Yociu. Dalam perjalanan ke pegunungan Cie Lian San, Giok Cin Cu berusaha membujuk Tong Leng Tojin untuk memahami tindakan Hian Co Totiang, tetapi Tong Leng Tojin rupanya masih juga belum puas. Sikap yang kepala batu itu membikin Giok Cin Cu menjadi marah, lalu ia sengaja mencari-cari lantaran untuk tak menghiraukan Tong Leng Tojin,

Setelah berhadapan dengan Bee Kun Bu, dan setelah Tong Leng Tojin mengatakan bahwa ia telah mengerti mengapa Toakonya mengajarkan Cui Hun Cap Ji Kiam kepada Bee Kun Bu tanpa berunding, Giok Cin Cu baru bersikap ramah kembali terhadap Tong Leng Tojin.

Dengan kesempatan itu Bee Kun Bu menuturkan tentang usahanya mencari Lie Ceng Loan, tentang pertolongan yang diberikan Pek Yun Hui dengan melenyapkan bagian-bagian yang ia anggap tidak perlu di beritahukan dan tentang segala pertempuran-pertempuran yang ia telah lakukan melawan Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie.

Giok Cin Cu dan Tong Leng Tojin mendengarkan dengan penuh perhatian Setelah penuturan itu selesai, Giok Cin Cu berkata: "Kau dan Lie Ceng Loan sudah ada di sini, maka sebagian dari kekhawatiran kami telah lenyap, Kini masih harus berusaha mencari Suhumu." 

Dengan perasaan heran Bee Kun Bu menanyai "Apa-kah Suhu belum tiba di Yociu?"

"Kedatangan ku dan Susiokmu ke pegunungan Cie Lian San semata-mata guna mencari Suhumu..." kata Giok Cin Cu, Tetapi, di manakah orang yang telah menolong menyembuhkan luka-lukaku?"

"la sedang mandi bersama Lie Ceng Loan," sahut Bee Kun Bu, "Dan ia itu seorang wanita, Harap Susiok tidak salah paham."

sebelumnya Bee Kun Bu memberitahukan bahwa Pek Yun Hui itu seorang wanita, Giok Cin Cu masih merasa cemas, karena ia diobati oleh seorang pemuda yang telah meraba- raba tubuhnya, ia tersenyum memikir kecemasan yang tak beralasan itu.

Tiba-tiba ia mengawasi Bee Kun Bu dengan kedua mata terbelalak ia ingin menanya sesuatu, tetapi saban-saban tak dapat diucapkan Kemudian ia menarik napas panjang, dan menanya Tong Leng Tojin: "Jieko, apakah sekarang juga kita harus pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk menyelidiki Toako?"

"K^jta mesti pergi," sahut Tong Leng Tojin, Tetapi caranya kita pergi ke situ, aku belum merencanakan Kalau kita pergi dengan sembunyi-sembunyi itulah tidak bagus bagi nama baik partai Kun Lun. Kalau kita pergi dengan terang-terangan, aku khawatir Hweeshio-hweeshio dari Toa Ciok Sie membikin persiapan untuk men-jebloskan kita dalam perangkap."

"Menurut pendapatku lebih baik kita pergi ke situ terang- terangan demi nama baik partai Kun Lun kita," Giok Cin Cu menyarankan.

"Pergi dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan sama saja," kata Tong Leng Tojin, "Maksud kita ialah mencari tahu Toako, Yang aku khawatir kan ialah kita bisa masuk perangkap!" ia menarik napas panjang. sebetulnya ketiga pemimpin partai Kun Lun itu yang hidup seperti saudara kandung mempunyai suatu asmara segi tiga, Giok Cin Cu mencintai Hian Ceng Totiang, dan Tong Leng Tojin mencintai Giok Cin Cu.

Untuk menghindarkan salah paham, Hian Ceng Totiang telah pergi jauh dari pegunungan Kun Lun ke propinsi Anhwie dan mendirikan kuil San Ceng Koan setelah menyerahkan pimpinan kuil San Ceng Kiong di pegunungan kepada Tong Leng Tojin. Giok Cin Cu tetap memperlakukan kedua saudara angkatnya itu sama rata, Setelah Hian Ceng Totiang berlalu dari pegunungan Kun Lun, dan Tong Leng Tojin harus memegang pimpinan di pegunungan Kun Lun dan tinggal sama-sama Giok Cin Cu, segala sesuatu telah berjalan dengan baik. Hanya ketika Giok Cin Cu menderita luka racun ular berbisa, Hian Ceng Totiang memperlihatkan kasih sayang terhadapnya, ia rela berkorban dan berusaha mencari buah Sie Can Ko untuk menyembuhkan Giok Cin Cu, dan ia yakin bahwa buah mustajab itu tidak mudah diperolehnya, karena dijaga keras oleh Hweeshio-hweeshio yang lihay sekali ilmu silatnya, Mungkin usahanya itu, ia dibunuh mati oleh lawan- lawannya.

Maka ketika Tong Leng Tojin merasa khawatir tentang bahaya yang harus dihadapi bila masuk ke kuil Toa Ciok Sie, Giok Cin Cu cemas hatinya dengan tak terasa ia mengucurkan air mata, memikirkan nasib Toakonya, Untuk Toakonya ia telah menderita batin selama tiga puluh tahun, dan dalam usia lima puluh tahun ia masih tetap mencintai Toakonya,

Untuk menghibur kesedihan Sumoynya, Tong Leng Tojin berkata: "Besok kita siap pergi ke kuil Toa Ciok Sie dengan terang-terangan, Tapi sekarang pun belum terlambat karena hari masih pagi."

Belum lagi dijawab oleh Giok Cin Cu, Bee Kun Bu berkata: "Pek Yun Hui tahu betul seluk-beluknya kuil Toa Ciok Sie.

Apakah tidak lebih baik menunggu ia kembali agar kita bersama-sama pergi ke kuil itu?"

Ketika itu Pek Yun Hui dan Lie Ceng Loan sudah mandi dan sedang jalan mendatangi Pek Yun Hui yang mengenakan pakaian wanita nampaknya cantik sekali di matanya Giok Cin Cu, Setelah mereka datang dekat Giok Cin Cu mengangkat kedua tangannya memberi hormat seraya berkata: "Giok Cin Cu menerima budi besar tertolong dari bahaya maut karena racun ular berbisa, Derigan jalan ini Giok Cin Cu menghaturkan beribu-ribu terima kasih."

Pek Yun Hui membungkukkan tubuh dan menyahut sambil tersenyum: "Pertolongan yang tak berarti itu harap jangan dibuat pikiran." Meskipun sikapnya kelihatan congkak, tetapi sangat wajan Melihat Susioknya, dan berdiri di sampingnya sejenak kemudian, ia pun menanya: "Susiok, apakah Susiok sudah sembuh betuI? Kakak Hui betul-betul sakti. ia telah menolong Susiok dan juga menolong Koko, dan Co Hiong, kawan dari Koko. "

Giok Cin Cu mengusap-usap rambutnya Lie Ceng Loan dengan kasih sayang, Bagi Giok Cin Cu, nasib Lie Ceng Loan serupa dengan nasibnya sendiri Bee Kun Bu dianggapnya seperti Hian Ceng Totiang ia mencintai Hian Ceng Totiang sama hebatnya seperti Lie Ceng Loan mencintai Bee Kun Bu. ia hanya mengharap bahwa Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu berhasil mengikat tali pernikahan.

Tetapi dengan munculnya Pek Yun Hui yang sangat menawan hati, dan mungkin lebih cantik daripada Lie Ceng Loan, ia menjadi khawatir jika asmara segi tiga ini akan membawa kekecewaan atau kesedihan hati, itulah yang membikin ia terkejut ketika Bee Kun Bu memberitahukan ia bahwa Pek Yun Hui itu seorang wanita,

Dengan hati gelisah Giok Cin Cu berdiri memandang Pek Yun Hui, kemudian Bee Kun Bu berdiri seperti patung.

Sikap itu diperhatikan oleh Lie Ceng Loan, ia memandang kepada Bee Kun Bu seakan-akan hendak me-nanya akan sikapnya yang ganjil itu. Baru saja ia hendak membuka mulutnya, sekonyong-konyong Pek Yun Hui menjerit sambil melontarkan dua biji pelor perak ke suatu pohon yang tumbuh di depan mereka, lebih kurang lima depa jauhnya, serentak terdengar bunyi "Duk! Duk!" disusul dua jeritan orang kesakitan, dari daun-daun pohon yang lebat di suatu dahan pohon itu jatuh ke bawah dua Hweeshio yang berjubah kuning,

Semua orang terkejut Tong Leng Tojin berseru, dan Giok Cin Cu menjadi sadar dari lamunannya sebetulnya ia harus segera memperkenalkan Lie Ceng Loan kepada Tong Leng Tojin akan tetapi ketika memikir nasibnya Lie Ceng Loan yang rupanya masih banyak duri-durinya, ia menjadi lupa memperkenalkan mereka, ia segera berkata: "Ceng Loan, lekaslah kau memberi hormat kepada Susiokmu!"

Segera Lie Ceng Loan berlutut di hadapan Tong Leng Tojin memberikan hormat yang diterimanya dengan khidmat sebetulnya Giok Cin Cu juga ingin memperkenalkan Pek Yun Hui kepada Jiekonya, tetapi Pek Yun Hui telah mendahului dengan berkata: "Aku angkatan muda bernama Pek Yun Hui. Mari kita lihat Hweeshio-hweeshio itu!"

Hweeshio-hweeshio itu telah disambit jalan-jaian darahnya sehingga tidak berdaya dan telah jatuh ke bawah dengan menderita luka-luka parah, Dari dekat Tong Leng Tojin dapat menyaksikan dengan kepala matanya sendiri bahwa dua biji pelor perak yang dilontarkan Pek Yun Hui itu telah mengenai jalan darah di jantung, Meskipun kedua Hweeshio itu tidak binasa, namun luka-luka itu tak mudah sembuh, mungkin akan tewas kelak, Tong Leng Tojin berpikir "Melihat usianya paling tua dua puluh satu tahun, tapi ilmu silatnya demikian tinggi." ia berkata: "Lie hiap kepandaianmu setinggi ini aku belum pernah menyaksikan seumur hidupku," .

"Partai Kun Lun sudah terkenal di kalangan Kang-ouw, kepandaian itu tidak seberapa," sahut Pek Yun Hui.

"Ilmu menotok jalan darah dengan melontarkan pelor kecil adalah ilmu yang luar biasa, Kami dari partai Kun Lun pernah dengar tentang ilmu tersebut, tapi belum pernah menyaksikan kelihayannya, Aku yakin guru Lie-hiap adalah orang sakti," kata Tong Leng Tojin,

"Guruku sudah lama tidak mau campur urusan Kang-ouw, dan aku menyesal sekali tak dapat memberitahu-kan," sahut Pek Yun Hui.

Tong Leng Tojin tidak mau mendesak ia melihat dua Hweeshio yang sudah menggeletak seperti patung, lalu berkata: "Mungkin kedua Hweeshio ini dari kuil Toa Ciok Sie. Aku minta Liehiap (pendekar wanita) bebaskan totokan tadi agar ia sadar kembali karena aku menghendaki mereka sebagai penunjuk jalan ke kuil Toa Ciok Sie atau memberitahukan kita tentang Toako Hian Ceng Totiang."

Pek Yun Hui jalan menghindari kedua Hweeshio itu, talu dengan cermat sekali ia korek keluar pelor perak dari tubuh masing-masing Hweeshio itu dan dengan jari tangannya ia menguruti bagian yang kena totokan. Tong Leng Tojin menyaksikan dengan kagum, Setelah lewat sehirupan cangkir teh, kedua Hweeshio itu membuka kedua matanya, kemudian tubuhnya mulai bergerak untuk perlahan-lahan berdiri lagi, Mereka seperti juga orang yang dibangunkan dari tidurnya, Mereka melihat di sekitarnya dengan ketakutan

Tong Leng Tojin membentak: "Hei! Apakah kamu dari kuil Toa Ciok Sie?"

Kedua Hweeshio itu tidak segera menyahut Mereka saling memandang kawannya, seakan-akan takut memberitahukan keterangan tentang kuil mereka, Mungkin juga mereka sedang merasakan sakit dari jatuh yang hebat tadi. Kemudian salah satu Hweeshio-hweeshio itu anggukkan kepalanya.

"Aku bernama Tong Leng Tojin, Aku ingin mengunjungi kuil Toa Ciok Sie dan menemui pemimpin-pemimpin kuil tersebut Aku minta kalian mengantarkan ke situ," kata Tong Leng Tojin.

Kedua Hweeshio-hweeshio itu belum pernah keluar jauh dari pegunungan Cie Lian San dan belum pernah dengar tentang Tong Leng Tojin, Tapi dalam keadaan itu, mereka tak dapat menolak Salah satu Hweeshio menjawab: "Jika Totiang hendak mengunjungi kuil kami selayaknya kami tunjukkan jalan dan mengantarnya."

Giok Cin Cu yang tidak sabar ingin mengetahui tentang nasibnya Toakonya, menanya: "Dapatkah kita berangkat sekarang?"

Kedua Hweeshio itu mengangguk pula,

Lalu Giok Cin Cu berkata kepada Pek Yun Hui: "Pek Siocia telah menolong kami lagi, aku Giok Cin Cu tak akan melupakan budi sebesar itu. Di kemudian hari, bila perlu tenaga atau bantuanku, harap Pek Siocia jangan ragu-ragu memberitahukan aku Giok Cin Cu pasti siap sedia membantu." ia mengangkat kedua tangannya memberikan hormat, lalu mengikuti kedua Hweeshio itu menuju ke kuil Toa Ciok Sie.

Bee Kun Bu juga membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Pek Yun Hui seraya berkata: "Aku ingin menyertai kedua Susiokku pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk mencari tahu tentang suhuku, jika aku untung masih dapat kembali hidup aku pasti datang menjumpai Cici lagi membalas budi." Lalu ia pun mengikuti Giok Cin Cu.

Lie Ceng Loan yang masih bersifat kanak-kanak hanya berkata sambil tertawa: "Pek Cici, aku pun ingin ikut, selamat tinggal, dan sampai bertemu kembali." Lalu ia pun lari mengikuti Bee Kun Bu.

Pek Yun Hui hanya tersenyum seolah-olah tidak memperhatikan ucapan-ucapan Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan, ia tidak membalas hormat maupun menyahut ia sedang menghadapi suatu soal rumit: ia tidak ingin merampas kesayangannya Lie Ceng Loan, tapi pun tidak ingin berpisah dari Bee Kun Bu. ia yang kepandaiannya tinggi dan kesaktiannya sedang menderita godaan asmara,

Dengan ilmu meringankan tubuh, mereka berjalan selama lebih kurang setengah jam, dan sudah menempuh perjalanan yang agak jauh, Pek Yun Hui selama itu tetap berdiri di tempat dengan hati yang gelisah, Lalu air matanya mengucurkan keluar ia lekas-lekas turun ke lembah dan mengenakan pakaian laki-lakinya yang berwarna hijau, dan mengikat rambutnya yang panjang dengan ikatan kepala, Dengan demikian, meskipun wajahnya cantik, ia tak mudah dikenalkan bahwa ia seorang wanita.

Diceritakan seterusnya bahwa kedua Hweeshio-hweeshio itu meskipun telah dibebaskan totokannya, mereka harus berjalan dengan susah payah. Mereka berjalan terus dengan menahan sakit menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk dapat menyertai Tong Leng Tojin dan kawannya, Mungkin dengan maksud lekas-lekas tiba kembali ke kuil agar segera dapat pertolongan para pemimpinnya, dan mungkin juga mereka hendak bawa lawan-lawannya itu ke dalam perangkap,

Di lain pihak, Giok Cin Cu yang senantiasa khawatir atas keselamatan Toakonya yang sedang menuju ke kuil Toa Ciok Sie untuk mengambil buah Sie Can Ko, tidak terlalu menghiraukan akan bahaya yang mengancam atau perangkap yang akan menjebaknya, ia tak akan merasa puas jika ia tidak berusaha membantu atau menolong Toakonya, untuk membalas budi toakonya yang telah berkorban dan menyerahkan kitab Kui Goan Pit Cek kepada lawannya untuk menolong jiwanya, dan kedua rela dan siap sedia mengorbankan jiwanya untuk mengambil buah Sie Can Ko.

sedangkan Tong Leng Tojin, yang mencintai Giok Cin Cu, telah insyaf bahwa jalan untuk menghibur Su-moynya ialah menuruti kehendaknya, Disamping itu, ia pun menghormati Toakonya yang selalu bertindak bijaksana dan budiman.

Bee Kun Bu sebagai murid kesayangan, bahkan dapat dikatakan seperti anak kandung, tak akan berhenti berusaha membantu Suhunya yang ia ketahui berada dalam bahaya, Sebagai murid yang taat, setia dan berbakti, ia akan berkorban untuk gurunya yang budiman itu.

Lie Ceng Loan yang masih bersifat kanak-kanak dan yang tidak terlalu pusingkan bahaya asal ia berada di samping Bu Kokonya yang ia cintai dengan seluruh jiwa raganya, menyertai mereka dengan semangat seorang petualang, Bukankah Ngo Kong Toa-su yang menyertai Hian Ceng Tojin adalah ayah angkatnya? Bukankah ia telah diterima oleh partai Kun Lun sebagai murid! Dan sebagai murid ia harus juga berbakti dan setia terhadap partai Kun Lun. Demikianlah, dalam perjalanan menuju ke kuil Toa Ciok Sie, masing-masing di dalam rombongan itu mempunyai maksud, niatan dan hasrat berlainan Mereka berjalan atau berlari mendaki atau turun di pegunungan Cie Lian San yang lebar dan luas tanpa berhenti-henti,

Asmara yang banyak segi membikin pendekar muda pusing kepala.

Kedua Hweeshio berjubah kuning yang telah menderita luka terus menunjuk jalan kepada Tong Leng Tojin dan kawan-kawannya di pegunungan Cie Lian San, dan setelah melewati delapan puncak gunung, hari sudah menjadi senja,

Agaknya Giok Ctn Cu sudah menjadi tidak sabar, dan ia menanya: "Sebetulnya kuil Toa Ciok Sie itu di mana letaknya? Kita sudah berjalan lebih dari lima dim, tetapi masih juga belum tiba, Masih berapa jauh lagi?"

Hweeshio yang berjalan di sebelah kiri menunjuk ke suatu puncak gunung yang tinggi di sebelah barat dan menyengir getir menyahut: "Apakah kau lihat puncak gunung yang tinggi itu? Di situlah letak kuil Toa Ciok Sie!"

Dengan kedua matanya yang tajam Giok Cin Cu melihat puncak gunung yang tinggi itu diselubungi aw yang putih di lerengnya dan kabut di dekat puncaknya.

Melihat puncak gunung yang sangat tinggi itu dan lain dari yang lain, Lie Ceng Loan berseru: "Bu Koko, untuk membangun satu kuil di atas puncak yang demikian tingginya bukannya pekerjaan yang mudah!"

"Tetapi di atas puncak gunung itu telah tumbuh banyak sekali pohon-pohon cemara, Aku kira mereka menggunakan kayu pohon-pohon tersebut untuk membangun kuil, dengan demikian, pekerjaan membangun-nya tidak terlampau sukar."

Sambil tertawa Lie Ceng Loan menyahut: MBu Koko, kau betul-betul cerdas." Di hadapan kedua susioknya Bee Kun Bu merasa tidak enak dipuji, Mukanya berubah menjadi merah. Baru saja ia hendak menyahut, Lie Ceng Loan mendahului berkata lagi: "Bu Koko, Pek Cici adalah seorang gadis yang cantik, ramah tamah, budiman dan bijaksana. Aku merasa berat sekali berpisah dari dia. Bagaimanakah perasaan Koko ketika berpisahan dengan ia?"

pertanyaan yang wajar itu dengan tak disengaja telah menusuk hatinya Bee Kun Bu, dan mukanya menjadi makin merah, Dengan gugup ia menjawab: "la betul-betul... baik..." dan ia tak dapat meneruskan lagi, Segera air matanya berlinang, ia melengos ke samping dan seka air matanya dengan lengan bajunya. Sikap tersebut juga diperhatikan oleh Lie Ceng Loan yang hanya menganggap Bee Kun Bu juga merasa berat berpisah dengan Pek Yun Hui.

Sementara itu, kedua Hweeshio yang menunjuk jalan meskipun menderita luka-luka dan harus memaksakan diri berjalan terus, tetapi mereka senantiasa mengawasi Lie Ceng Loan yang cantik jelita dengan timbul napsu birahinya, Mereka menikmati pandangan matanya kepada kecantikan gadis itu dan dapat melupakan penderitaannya Dasar Hweeshio- hweeshio biadab, puncak gunung yang mereka tuju rupanya tidak jauh lagi, tetapi mereka baru tiba di kakinya setelah suasana menjadi gelap.

Giok Cin Cu memperhatikan keadaan puncak gunung tersebut yang teletak di antara dua puncak gunung yang lebih rendah, Untuk mendaki ke atas, mereka harus melalui jurang yang curam atau jalan yang sangat sempit yang hanya kambing gunung dapat melewatinya, Dilihat dari kaki gunung, puncak yang titfggi itu dengan kedua puncak yang rendahan di kiri kanan nampaknya seperti seekor burung garuda sedang membentang kedua sayap-nya.

Tong Leng Tojin juga memperhatikan keadaan jalan yang sempit dan jurang yang curam menuju ke kuil yang terletak di atas. Tumbuh-tumbuhan masih dapat tumbuh di bagian bawahnya, akan tetapi di bagian atas hanya terlihat tanah dan karang gunung yang licin, jalan yang sempit berliku-liku itu musuh dapat membuat perangkap atau menghalang di tiap- tiap tikungan, dan untuk menghindarkan pembokongan di jalan yang sempit dan berbahaya itu merupakan pekerjaan yang sukar sekali.

Oleh karena itu, ia berjalan dekat sekali di belakangnya Hweeshio pengantar di sebelah kiri dengan sikap waspada sekali, Bila ada musuh yang menyerang dengan sekonyong- konyong, ia dapat segera memukul penunjuk ja-lannya, binasa dengan tinjunya, atau menotok jalan darahnya Dengan suara bisik ia bisiki Giok Cin Cu untuk bersikap waspada

Lalu Giok Cin Cu menitahkan Lie Ceng Loan dan Bec Kun Bu dengan suara rendah: "Kalian harus berjalan di belakang dan jangan terlalu dekat, agar musuh tak dapat menyerang kita semua dengan serentak." Lalu ia pun loncat dan berjalan dekat sekali di belakang Hweeshio yang berjalan di sebelah kanan,

Kedua Hweeshio yang diikuti sangat dekat di belakangnya sebentar-sebentar menoleh ke belakang Ke-tika mereka harus turun ke suatu jurang, mereka loncat turun dengan cepat sekali, Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu juga loncat turun mengikuti mereka, jurang itu lebih kurang tiga puluh tombak dalamnya, tetapi mereka dapat meloncatnya dengan gesit dan selamat dengan ilmu meringankan tubuh, Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan juga dapat loncat turun dengan selamat

Selama lebih kurang setengah jam, mereka masih dapat berjalan melalui jalan atau jurang yang berbahaya dengan selamat, dan tidak menjumpai serangan yang mendadak dari musuh walaupun cuaca gelap petang di malam hari itu, berkat tajamnya mata mereka, Dari bawah jurang tadi mereka harus mendaki satu lereng gunung yang licin lagi untuk tiba di sebidang datar Di situlah terdengar oleh mereka suara gerak- geriknya, dan kemudian dari tempat sedikit jauh mereka lihat empat Hweeshio dengan senjata kaitan dan lembing berdiri berderet menghadang (mencegat) mereka. Hweeshio-hweeshio yang menunjuk jalan, setelah melihat kawan-kawannya, segera loncat ke pihak kawan-nya. Dengan demikian Tong Leng Tojin dan kawan-kawannya harus melawan Hweeshio-hweeshio itu yang berjumlah enam orang,

Giok Cin Cu segera cabut pedangnya, dan mengejar Hweeshio-hweeshio yang loncat ke pihak kawan-kawannya, ia berpendapat bahwa untuk datang ke kuil Toa Ciok Sie, empat Hweeshio yang menghalau jalan harus dibasmi dulu, Maka sambil mengejar kedua Hweeshio yang loncat tadi ia kirim tusukan kepada empat Hweeshio penghalau jalan dengan ilmu Heng Hua Cun Ji atau hujan turun di musim semi,

Tusukan secepat kilat dengan ujung pedang, Dalam suasana malam yang gelap itu pedangnya berkilau-kilau di bawah sinar bulan, jurus itu adalah salah satu jurus dari ilmu silat pedang Cui Hun Cap Ji Kiam yang lihay sekali Tetapi empat Hweeshio yang mencegat jalan itu adalah jago-jago silat yang dimalui dari delapan belas Lo Han di kuil Toa Ciok Sie. Dengan serentak mereka menangkis sapuan dan tusukan yang bertubi-tubi dengan kaitan-kaitan dan lembingnya, sehingga terdengar nyaring suara senjata-senjata yang beradu,

Giok Cin Cu terkejut karena ia tidak menduga bahwa jurus istimewanya dapat ditangkis dengan mudah saja, ia yakin bahwa jurus itu sekurang-kurangnya dapat mendesak mundur pihak lawan, tetapi keempat Hweeshio itu bukan saja tidak mundur bahkan dapat mendesak maju setelah menangkis sapuan dan tusukan-tusukannya.

Justru pada saat ia terkejut karena berkelip-kelip ujung- ujung lembing di depan dadanya, ia tiba-tiba mundur dua tindak untuk menyabet lembing-lembing itu, dan meneruskan dengan tusukan-tusukan yang bertubi tubi lagi, jurus yang ia gunakan masih juga jurus yang serupa, karena ia merasa sangat penasaran Kali ini keempat Hweeshio harus mundur beberapa tindak untuk menghindari tusukan-tusukan yang dahsyat dan secepat kilat itu! Tong Leng Tojin masih belum turun tangan, ia memperhatikan bahwa jurus-jurus keempat Hweeshio itu sangat ganjil, yang ia belum pernah melihatnya,

Giok Cin Cu sudah beringas, Dengan jeritan keras, ia rubah jurusnya dengan menggunakan ilmu silat pedang Hun Kong Kiam (Sinar matahari membasmi musuh),

pedangnya berkelebat-kelebat membikin terang suasana seakan-akan bintang-bintang jatuh berhamburan dari langit.

Empat Hweeshio itu tak dapat menangkis, Mereka harus mundur, kalau tidak mau menderita tusukan dan sabetan pedang,

Pada satu ketika, Giok Cin Cu membikin terpental lembing Hweeshio, dan ia terus mengejar untuk membikin tamat riwayatnya, Tiga Hweeshio lainnya Iekas-lekas datang menolong dengan menggeprak tusukan pedang itu dengan kaitan-kajtannya.

sebelumnya Hian CengTojin dapat tertolong, atau ketahuan berada di mana, Tong Leng Tojin tidak ingin Giok Cin Cu membunuh lawan-lawannya, Maka setelah keempat Hweeshio4ersebut terdesak mundur, ia membentak

"Hei! ilmu silat keempat saudara, kami sudah saksikan. Aku minta diberitahukan siapakah pemimpin-pemimpin kuil Toa Ciok Sie, atau tolong sampaikan kepada pemimpin mu bahwa dua pemimpin dari partai Kun Lun yang berpusat di kuil Sam Ceng Kiong di pegunungan Kun Lun, yakni Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu ingin berjumpa!"

Empat Hweeshio tersebut berhenti sejenak dan mengawasi Tong Leng Tojin, dan kemudian Giok Cin Cu. Lalu seorang diantaranya berkata: "Jika kalian bermaksud membikin kunjungan kepada pemimpin-pemim-pin kami, mengapa kalian melukai orang kami?"

Sambil tertawa Giok Cin Cu menyahut: "Orangyang melukai kawan-kawanmu bukannya kami, Kalian mengintai gerak-gerik kami, di tempat gelap, sehingga membuat kami curiga, Apabila kalian tidak sudi menyampaikan kepada pemimpin-pemimpin kuil, jangan mempersalahkan kami jika kami terpaksa menggunakan kekerasan!"

Empat Hweeshio itu yang telah rasai jurus-jurus yang dahsyat dari Giok Cin Cu mengetahui, bahwa mereka tak dapat menahan lebih jauh, Lagi pula yang datang adalah pemimpin-pemimpin dari partai Kun Lun sendiri, maka mereka tak berani mengganggu lagi.

Salah seorang Hweeshio di sebelah kanan rupanya menjadi pemimpin rombongan menyahut: "Karena tamu yang ingin menjumpai pemimpin-pemimpin kami adalah pemimpin- pemimpin partai Kun Lun. Kami sudi menyampaikan keinginan kalian, Tapi untuk naik ke atas dan turun lagi, perjalannya harus meminta waktu yang agak lama. Kami minta kalian tunggu di sini dulu."

Melihat sikap Hweeshio-hweeshio yang tidak mengenal aturan itu Tong Leng Tojin menjadi marah, Dengan mencemoohkan mereka ia berkata: "Apakah ini caranya orang-orang Toa Ciok Sie menerima tamu? Aku yang telah berkecimpung di kalangan Kang-ouw berpuluh-puluh tahun belum pernah menjumpai pelayanan semacam ini! Apakah kalian kira kami tak berani menggunakan kekerasan?"

Baru saja omongan itu selesai, dari lereng gunung terdengar suara orang mengejek: "Siapakah yang nyalinya demikian rupa besarnya? Dan berani datang di bawah jurang Ceng Yun Giam mencari binasa!" Ejekan itu dibarengi dengan loncat turunnya satu orang yang hanya kelihatan seperti bayangan hitam terbang turun dari atasi

Dengan mengawasi ke arah orang itu, adalah seorang Hweeshio berusia lebih kurang lima puluh tahun, berjubah hijau, mukanya panjang seperti mukanya seekor keledai, dan bersenjata toya panjang. Hweeshio-hweeshio yang berjubah kuning, setelah melihat Hweeshio yang berjubah hijau itu segera memberi hormat dengan membungkukkan tubuh, Setelah melihat orang- orangnya, Hweeshio berbaju hijau itu mengawasi Giok Cin Cu, lalu menanyai "Kalian datang dari manakah?"

Sikap yang lebih pantas dari Hweeshio berjubah hijau itu meredakan gusarnya Tong Leng Tojin, Tetapi sikapnya yang congkak membikin ia menyahut dengan congkak pula "Pemimpin partai Kun Lun. Tong Leng Tojin, ingin menemui pemimpin-pemimpin kuil Toa Ciok Sie!"

Laiu si Hweeshio berjubah hijau itu mengawasi juga Lie Ceng Loan dan Bee Kun Bu sebelumnya ia berkata lagi: "Maaf! Maaf, jika orang-orangku kurang hormat Totiang adalah dari partai Kun Lun yang terkenal Aku pendeta ini bernama It Ceng, dan tugasku ialah mencari tahu tentang tamu-tamu yang berkunjung ke kuil Toa Ciok Sic jika Totiang ingin menemui pemimpin kami, aku harus pergi naik gunung menunjuki jalan." Laiu ia angkat toyanya dan dipegang melintang c|i dadanya sebagai tanda menghatur hormatnya, laluria berjalan di muka sebagai pengantar jalan,

Tong Leng Tojin yang mempunyai ilmu silat tinggi dan bernyali besar segera mengikuti di belakang si Hweeshio- hweeshio tua itu, sedangkan Kun Bu dan Lie Ceng Loan berjalan di tengah dan Bee Kun Bu di belakang Hweeshio- hweeshio yang lain berjalan paling belakang.

Jalan gunung yang ditempuh itu makin iama makin berbahaya, dan setelah mereka menempuh sekian lama lagi, mereka tiba di suatu tempat yang jalannya buntu, Di sekitarnya diselubungi salju, Angin gunung yang dingin meniup hebat Mereka harus mendaki jurang yang licin karena salju yang menutupi jurang tersebut Bagi Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu yang sudah biasa turun dan naik jurang, ditambah pula dengan ilmu meringankan tubuh yang tinggi, mendaki jurang yang tebing itu tidak menjadi soal Bee Kun Bu masih dapat mendaki dengan mudah, akan tetapi Lie Ceng Loan harus mendakinya dengan susah payah. Tong Leng Tojin yang sudah berpengalaman telah insyaf bahwa si Hweeshio tua itu sengaja mengambil jalan yang sukar dengan maksud menguji ilmu meringankan tubuh para tamunya, bahwa Hweeshio-hweeshio dari kuil Toa Ciok Sie itu mempunyai jalan lain yang jauh lebih mudah ditempuhnya, Bagi ia Jalan yang bagaimana sukar pun dianggapnya remeh,

Setelah mendaki jurang yang tebing itu, mereka tiba di satu tempat tanah datar di mana telah tumbuh banyak pohon- pohon cemara, Di dalam suasana malam gelap itu, pohon- pohon cemara itu hanya tampak samar-samar dan hitam gelap, berapa luasnya hutan cemara itu sukar ditaksir

Ketika mereka tiba di pinggir hutan itu, It Ceng Hweeshio menoleh ke belakang sambil berkata: "Hutan itu mempunyai jalan yang berliku-liku, Berjalan dalam suasana gelap ini akan memakan banyak waktu, Lebih naik kita jalan di pinggir hutan saja!"

Berjalan di pinggir hutan itu berarti berjalan di pinggir jurang, dan sangat berbahaya, It Ceng Hweeshio memang bermaksud menguji kepandaian para tamunya, Lalu ia berlari di pinggir hutan melanjutkan perjalanan

Tong Leng Tojin mengetahui maksudnya si Hweeshio tua itu ia pun lari membayangi lari di be-lakangnya. Giok Cin Cu memegangi tangannya Lie Ceng Loan berlari-lari mengikuti di belakang, sedangkan Bee Kun Bu dapat mengikuti tanpa kesukaran,

Setelah melewati pohon-pohon hutan cemara ter-

******************************** Jilid 4 Halaman 50/51 Hilang

********************************

Tong Leng Tojin merasa heran bahwa pukulan angin tangannya tidak bisa merubuhkan lawannya, kalau dipikir It Ceng Hweeshio hanya menyambut tamu dan penyelidik para pengunjung belaka, Bagaimana ilmu silat pemimpin-pemimpin kuil itu? pasti ilmu silatnya jauh lebih tinggi dari pada It Ceng Hweeshio, ia menjadi lemas sekali, ia khawatir kalau ia dan kawan-kawannya telah masuk dalam perangkap,

It Ceng Hweeshio, setelah menangkis serangan angin tamu atau lawannya itu terus keluar dari ruang tamu, Tong Leng Tojin dan kawan-kawannya terpaksa menunggu di ruang tamu itu. Tapi setelah lewat hampir setengah jam, It Ceng Hweeshio masih juga belum kembali Giok Cin Cu berkali-kali ingin keluar mencari pemimpin kuil, tapi selalu ditahan oleh Tong Leng Tojin,

Kemudian terdengar suara tambur yang dipukul tiga kali, dan keadaan di seluruh kuil itu menjadi semakin seram dan sunyi, sehingga suara napas mereka dapat terdengar nyata sekali! Bunyi tambur itu disambung dengan bunyi lonceng yang dipukul sembilan kali, suara dengungnya lama baru sirap! Tak lama setelah suara lonceng itu, tampak It Ceng Hweeshio dengantergesa-gesa masuk ke dalam ruang tamu, ia datang tanpa toya-nya, dan sikapnya lebih ramah, Dengan tersenyum ia berkata: "Pemimpin kami sangatgirang mendengar kalian datang berkunjung sekarang beliau tengah menanti untuk menerima kalian."

Warta itu menggembirakan Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu. Mereka segera bangun dari tempat duduknya dan siap mengikuti It Ceng Hweeshio, Setelah keluar dari ruang tamu, mereka berjalan di lapangan di atas jalan dari batu-batu gunung yang putih, melewati beberapa ruang-ruang atau kamar-kamar yang kecil. Jalan itu berliku-liku, dan akhirnya mereka berjalan melalui pohon-pohon cemara di kedua sisi jalan untuk sampai ke suatu bangunan yang besar sekali.

Sinar api dari lelatu-lelatu menyorot keluar dari jendela bangunan itu, dan di dalam tampak pula yang mondar-mandir, It Ceng Hweeshio terus ajak para tamunya masuk ke rumah besar itu, Rumah besar itu dibangun dengan batu-batu gunung yang hijau, Tingginya tiga depa dan mempunyai sembilan ruang. Di dalam ruang tengah tampak menyalanya dua puluh empat lilin yang besar sehingga seluruh ruangan menjadi terang benderang

Tepat di tengah-tengah ruang itu di depan tembok terletak satu meja sembahyang yang beralaskan kain sutera kuning, Akan tetapi di atas meja sembahyang itu tidak ada patung- patung dewa-dewa atau dewi-dewi, melainkan tiga bunga teratai besar yang dibuatnya dari pada batu gunung-gunung yang hijau, Bunga-bunga teratai dari batu itu ditutupi dengan kain sutera kuning, diduduki oleh tiga Hweeshio yang mengenakan jubah putih.

Hweeshio yang di tengah panjang sekali alisnya sehingga menutupi kedua matanya yang dipejamkan Meskipun kulit badannya putih, tapi air mukanya bersinar merah dan licin, Tong Leng Tojin yang melihat wajah itu terkejut ia berpikir "Orang yang sangat mahir ilmu tenaga dalamnya, tak bisa memelihara wajah yang demikian bersinar merahnya, Hweeshio itu mempunyai kepandaian membikin dirinya menjadi muda lagi!"

Hweeshio yang duduk di sebelah kanan mempunyai wajah yang hitam seperti pantat kuali, tubuhnya gemuk seperti kerbau, pipi tembam, hidung bulat dan besar Hweeshio yang di sebelah kiri bertubuh kecil kate dan kurus, air mukanya pucat seperti kertas, berlawanan sekali dengan Hweeshio yang duduk di sebelah kanan, dengan kawan karibnya, Ngo Kong Toa-su, karena ingin minta buah Sie Can Ko, telah berusaha datang ke kuil Toa Ciok Sie. Akan tetapi sehingga kini mereka belum kembali dan tidak ada kabar ceritanya, Oleh karena itu, mohon keterangan tentang mereka!"

Sin Hut Leng Yan tidak menjawab, tapi Ku Hut Leng Kong yang duduk di sebelah kiri, menjawab dengan menyengir "Apakah kau kira buah Sie Can Ko mudah diperolehnya?

Toakomu datang ke kuil Toa Ciok Sie dengan hasrat mengambil buah tersebut pasti dia sia-sia belaka!" Mendapat jawaban yang kasar itu Giok Cin Cu menjadi gusar ia membentak: "Kami tidak butuh buah Sie Can Ko yang kau pandang sangat berharga itu! Kita datang kesini hanya ingin minta keterangan tentang Toako kami dan kawan karibnya!"

Lalu Ku Hut Leng Yan tertawa gelak-gelak dan berkata lagi: "Kami dari kuil Toa Ciok Sie tidak sute berhubungan dengan orang-orang dari kalangan Kang-ouw. Partai Kun Lun dan kami pun tidak mempunyai dendam. Lagi pula tempat ini adalah tempat suci, Bagai-manakah kami dapat membiarkan kalian membikin kotor di sini?!"

jawaban yang kasar dan tak sopan itu membikin Giok Cin Cu gemetar karena marahnya, dan untuk beberapa detik ia tak dapat menjawab atau mendamprat Bahkan Tong Leng Tojin yang jauh lebih sabar pun telah menjadi gusar ia membentak: "Kuil Toa Ciok Sie tidak merupakan satu bentengan dari tembok kuningan atau pintu besi, Kami datang ke kuil ini dengan hati yang tulus dan sikaJ) yang hormat tidak dengan maksud hanya membikin onar, dan mengotorkan kuilmu seperti kau katakan!"

Sin Hut Leng Yan menyahut dengan congkak: "Melihat sikapmu, kalian memang bermaksud mencari lantaran!"

Lalu Tong Leng Tojin mundur dua tindak dan mencabut pedangnya, ia membentak dengan suara yang keras sekali: "Apabila Toa-su tidak sudi memberitahukan tentang jejak Toako kami, aku terpaksa akan menggunakan kekerasan!"

Sambil tertawa gelak-gelak Sin Hut Leng Yan me-ngebut lengan bajunya, yang anginnya segera memadamkan semua lilin-lilin yang menyala, Suasana menjadi gelap gulita dan seram sekali, Mereka terkejut dan berdiri dengan waspada sambil siap sedia menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi Tetapi ketika seorang Hweeshio menyalakan lilin-lilin lagi, tempat duduk bunga teratai dari batu itu telah kosong.

Ketiga pemimpin kuil telah menghilang entah kemana! Orang-orangyang menyalakan lilin itu adalah It Ceng Hweeshto. Dan di dalam ruangan itu hanya ketinggalan ia dan empat Hweeshio yang bersenjata toya. Tapi Hweeshio yang berjubah hijau dan bersenjata toya bersama-sama dua anak tanggung entah bersembunyi di mana,

Kejadian yang berlangsung sangat cepat dan ganjil itu membikin Tong Leng Tojin menjadi cemas, ia berpikir Ai! Kebatan lengan baju Sin Hut Leng Yan itu betul-betuI lihay, Tinggi sekali ilmu tenaga dalamnya! Aku khawatir setelah masuk ke dalam kuil ini akan sukarlah untuk dapat keluar."

Setelah semua lilin dinyatakan dan suasana menjadi terang lagi, empat Hweeshio yang bersenjatakan toya lalu berpencar dan berdiri di empat sudut mengurung Tong Leng Tojin dan kawan-kawannya.

Keadaan sudah menjadi demikian gawatnya, dan Tong Leng Tojin pikir hanya dengan kekerasan barulah ada kemungkinan mereka dapat keluar dari kepungan itu. ia membisiki Giok Cin Cu: "Kalian jangan turun tangan dulu, Biarlah aku coba gempur empat Hweeshio itu, dan menanti bagaimana kesudahannya!" Lalu dengan pedang terhunus ia serang Hweeshio yang berdiri di sebelah barat!

serangan itu cepat sekali, tapi keempat Hweeshio itu semuanya mempunyai ilmu silat yang tinggi, maka serangan dahsyat dari Tong Leng Tojin dapat dengan mudah ditangkis, Tong Leng Tojin menyerang lagi, dengan merubah jurusnya, Baru saja ia ayun pedangnya, tiba-tiba Hweeshio-hweeshio yang di kiri kanan datang menyerang ia dari samping dengan toya yang berujung bulat.

Tong Leng Tojin segera tarik kembali pedangnya sambil terus menggunakan ilmu Sin Liong Jin Hong atau menunggang kuda naga memancing burung Hong. ia berhasil mengelaki serangan di kedua sampingnya, dan dengan menjerit keras ia lancarkan jurus ilmu pedang Hun Kong Kiam Hoat pertempuran menjadi seru sekali, pedangnya Tong Leng Tojin seakan-akan berubah menjadi banyak pedang dengan sinarnya yang berkilau-kilau,

sebetulnya ilmu silat Hun Kong Kiam Hoat dari partai silat Kun Lun mengutamakan kecepatan, dan dapat menyerang dengan dahsyat Dengan tenaga dalam dari Tong Leng Tojin, maka serangan-serangan pedang tersebut semakin menjadi berbahaya.

Bee Kun Bu berdiri di samping menyaksikan susioknya bertempur seperti geraknya seekor naga di antara ombak menerkam empat Hweeshio dengan tusukan, sabetan, totokan dan bacokan yang dilancarkannya secepat kilat semenjak ia telah mempelajari ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat, ia belum pernah menyaksikan cara ilmu silat tersebut dilakukan Oleh karena itu kesempatan ini ia sangat perhatikan untuk dapat mempetajarinya. ia melihat bahwa ilmu silat pedang Hun Kong Kiam Hoat semakin lihay jika dilakukan oleh Susioknya, Banyak pelajaran ia peroleh dengan menyaksikan pertempuran susioknya melawan empat Hweeshio yang tinggi ilmu silatnya!

Tapi setelah menyerang bertubi-tubi selama dua puluh jurus, Tong Leng Tojin masih juga tak berhasil mendesak keempat Hweeshio yang mengerubuti ia, bahkan keempat Hweeshio itu makin menjadi beringas.

Setelah pertarungan berjalan tiga puluh jurus, Tong Leng Tojin menjadi cemas, karena melihat keempat lawannya bertempur semakin hebat dan beringas, Untuk ia meloloskan diri dari kepungan keempat Hweeshio itu adalah pekerjaan yang mudah baginya, Tapi untuk dapat mengalahkannya mungkin harus menggunakan jangka waktu yang agak lama, ia tampak bahwa lawannya tidak balas menyerang mereka hanya menangkis, mengegos dan menjaga diri. Rupanya itulah siasat mereka untuk meletihkan lawan.

Tong Leng Tojin merasa cemas, karena sebagai pemimpin partai Kun Lun ia harus dapat mengalahkan empat Hweeshio tersebut sebelumnya seratus jurus berakhir Apabila ia tak dapat merubuhkan keempat Hweeshio yang hanya menjadi murid-murid dari pemimpin kuil Toa Ciok Sie, bagaimana ada muka menjadi pemimpin partai Kun Lun? Dengan tekad tersebut ia mulai menyerang lagi dengan hebat dan tak menghiraukan akibat dari pertempuran itu!

Ketika itu Bee Kun Bu juga memperhatikan bahwa susioknya mulai melancarkan jurus-jurus Cui Hun Cap Ji Kiam dengan tangan kanannya, dan melancarkan pukulan dengan tangan kirinya dengan menggunakan ilmu Tian Kong Ciang.

Jurus-jurus Cui Hun Cap Ji Kiam itu dilancarkannya seperti juga bintang-bintang bertaburan di langit, dan Tian Kong Ciang seperti juga ombak menderu-deru. semuanya menyilaukan mata dan membisikkan telinga! Hasilnya segera terlihat: Keempat Hweeshio itu terdesak mundur!

Tong Leng Tojin merasa gembira dengan hasil semoga n- serangan nya. Tapi tiba-tiba keempat lawannya menjerit dengan berbareng sambil membalas menyerang dengan toya- toya besi nya. Empat toya besi itu balas menyerang satu pedang, dan dengan cepat dapat membendung serangan Tong Leng Tojin.

Giok Cin Cu yang melihat bahwa suhengnya tak berhasil menggempur Hweeshio-hweeshio itu, lalu maju membantu dengan pedang terhunus, ia datang menyerang dengan jurus Hong Lee Kiau Kit atau angin dan geledek datang menyerang, dan berhasil mendesak mundur Hweeshio itu, Kesempatan ini digunakan oleh Tong Leng Tojin untuk menyabet, membacok dan menusuk!

Empat Hweeshio itu sebetulnya merupakan muridmu rid angkatan baru kesatu yang berjumlah delapan orang, yang kesemuanya telah berpengalaman lebih dari tiga puluh tahun. Mereka hanya di bawah ketiga pe-mimpin-pemimpin kuil Toa Ciok Sie, dan mereka semua menggunakan nama pertama dengan huruf "lt": ialah ke delapan Hweeshio-hweeshio yang merupakan murid-murid angkatan kesatu bernama It Tong, It Ceng, It Goat, It Yun, It Lee, It Tien dan It San.

Satu diantara mereka, It Beng Toa-su, karena jemu terhadap perbuatan-per-buatan pemimpin-pemimpin kuil, telah kabur keluar Dan tentang ia, kita telah tuturkan di bagian depan dari cerita ini. Dengan kaburnya It Beng, maka masih ketinggalan tujuh orang, tiga diantaranya bertugas. Yang bertempur melawan Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu adalah It Yan, It Lee, It Tien dan It San.

Setelah Giok Cin Cu datang dan membantu, It Tien dan It San dapat didesak mundur, sedangkan Tong Leng Tojin dapat bertempur melawan It Yan dan It Lee, Tetapi setelah bertempur lagi 10 jurus, Hweeshio-hweeshio tersebut rupanya masih sanggup melawan terus, Ketika Tong Leng Tojin memperoleh kesempatan baik sekali untuk menusuk lawan nya, tiba-tiba terdengar suara bentakan dari It Ceng Hweeshio dan seorang Hweeshio berjubah hijau yang datang menyerang Tong Leng Tojin dengan toya besi dari belakang,

Bee Kun Bu yang senantiasa siap sedia, ketika melihat dua Hweeshio itu menyerang dari belakang, segera loncat dan menyambut dengan pedangnya, sebetulnya yang datang bersama It Ceng Hweeshio adalah It Goan Toa-su, dan mereka berdua lebih tinggi sedikit ilmu silatnya daripada It Yun, It Lee, It Tien dan It San. Bee Kun Bu tak dapat menahan mereka, pedangnya dipukul dan terpental dan iapun terdesak mundur setindak!

Hanya dengan satu jurus itu Bee Kun Bu yakin bahwa ia tak dapat melawan It Ceng Hweeshio dan It Goan yang jauh lebih tinggi ilmu silatnya daripada ia. Dalam keadaan terjepit, ia segera menggunakan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu atau langkah ajaib yang ia pelajari dari Pek Yun Hui. ia bertindak ke kiri dan ke kanan, mengegosi puku!an, kemplangan dan sodokan, Tubuhnya seperti bayangan sebentar muncul dan sebentar lenyap! It Ceng dan It Goat meskipun mempunyai ilmu silat yang tinggi telah dibikin kacau oleh caranya Bee Kun Bu mengegos dan mengelit diri dari serangan-serangannya, karena tiap-tiap serangan, sodokan atau sabetan toya besi, mereka telah memukul angin! Maka setelah lewat lebih kurang sepuluh jurus, kedua Hweeshio itu menjadi pening kepalanya dan kalut silatnya,

Lie Ceng Loan yang memperhatikan cara Bee Kun Bu bertempur mula-mula sangat khawatir akan keselamatannya Bee Kun Bu, karena ia pun yakin setelah menyaksikan Bee Kun Bu meloncat dan menyabet dengan pedangnya tanpa hasil, bahwa kedua Hweeshio lawan-lawanya itu tinggi ilmu silatnya, Tapi setelah Bee Kun Bu menggunakan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu, kedua Hweeshio-hweeshio itu menjadi kelabakan dan tak berdaya, Dengan lupa keadaan di sekitarnya, karena gembiranya ia berseru: "Bu Ko-Ko! Kedua Hweeshio bisa mati karena kewalahan! Mereka tak berdaya menghadapimu !"

Seruan tersebut menarik perhatiannya Tong Leng Tojin, ia menoleh ke arah Bee Kun Bu yang sedang mempermainkan lawan lawannya dengan luar biasa sekali ia sangat leluasa dapat melangkah ke kiri atau ke kanan mengegosi sabetan, kemplangan dan sodokan toya-toya lawan nya. Sejenak kemudian kedua Hweeshio itu menjadi pening kepalanya, dan kalut bersilatnya. Hweeshio itu terpaksa menjaga diri, karena Bee Kun Bu dapat kesempatan untuk melancarkan tusukan- tusukan atau sabetan-sabetan pedangnya lagi

Langkah ajaib yang membingungkan Hweeshio-hweeshio itu membikin kagum Tong Leng Tojin dan Giok Cin Cu.

Mereka pun tak mengetahui di mana Bee Kun Bu dapat mempelajari langkah ajaib itu!

Di pihak Tong Leng Tojin, karena sambil bertempur sambil memperhatikan cara Bee Kun Bu bertempur, hampir-hampir kena dikemplang oleh toyanya It Lee. Dengan cepat ia loncat ke samping untuk menghindari kemplangan, lalu mengirim tusukan ke dada lawannya, dan seterusnya dapat mengendalikan lagi keunggulannya.

Di saat itulah telah terlihat nyata pihak manapun yang lebih unggul It Ceng dan It Goat telah dibikin pusing oleh ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu dari Bee Kun Bu. It Yufi dan It Lee tak dapat mendesak atau memenangkan Tong Leng Tojin, Hanya Giok Cin Cu seorang yang masih belum dapat mengatasi kepungan It Tien dan It San,

Ketika pertempuran berlangsung dengan serunya, sekonyong-konyong terdengar suara orang membentak: "Hai! Kalian semuanya tak berguna! Mustahil enam orang tak dapat menjatuhkan tiga lawan? Ayo minggir!"

Keras sekali bentakan itu sehingga atap rumah pun tergerak! Keenam Hweeshio setelah mendengar bentakan tersebut, segera loncat mundur dan berhenti bertempur Tapi mereka berdiri berderet untuk mencegah jalan bagi musuh- musuhnya,

Tong Leng Tojin menoleh ke arah suara bentakan yang keras itu! ia melihat bahwa yang mendatangi ialah pempimpin kedua, Tia Lat Leng Hai yang tubuhnya besar seperti seekor kerbau. Dengan tenang ia bertindak mendatangi dan wajahnya seram sekali karena dengan mata melotot ia mengawasi keenam Hweeshio yang tidak mampu menakluki tiga lawan!

Setelah melawan enam Hweeshio, Tong Leng Tojin segera yakin bahwa Hweeshio-hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie tak dapat dipandang cnteng, Hampir semuanya mempunyai ilmu silat yang tinggi Tia Lat Leng Hai, yang menjadi pemimpin kedua pasti lebih lihay lagi ilmu silatnya, demikian pikirnya, Dengan sikap yang waspada ia menanti segala kemungkinan!

Tia Lat Leng Hai berhenti antara lima langkah jauhnya di depan Tong Leng Tojin, ia mengejek: To-tiang, ilmu silat pedangmu boleh juga, Aku ingin melawan kau beberapa jurus. Marilah kita lantas mulai!!!" Ucapan tersebut ia barengi dengan bertindak maju untuk mengirim satu jotosan,

Dengan cepat sekali Tong Leng Tojin melangkah ke depan dengan kaki kanannya untuk dapat berdiri tetap, lalu ia menyondongkan tubuh ke samping mengelakkan diri dari jotosan dahsyat tersebut! Egosan itu ia barengi dengan sabetan ke lambungnya Tia Lat Leng Hai dengan menggunakan ilmu Im Hong Toan Co atau angin rendah membabat rumput!

Tia Lat Leng Hai yang bertubuh besar seperti kerbau itu juga diduganya tidak lincah gerak-geriknya, Tetapi meskipun tubuhnya besar, ia dapat bergerak dengan gesit nya. Dengan melangkah ke samping ia dapat mundur beberapa tindak menghindari sabetan pedang itu, lalu kedua tinjunya dikirim lagi. Sambil loncat menerkam lawannya, tapi terkamannya tak berhasil menemui sasaran ia menyerang terus dengan tinju kiri dan kanannya dengan dahsyat sekali!

Tong Leng Tojin lalu memutar pedangnya di atas kepala menjaga diri dari serangan atau jotosan-jotosan yang datangnya bertubi-tubi, sambil mencari lowongan untuk menusuk atau membacok lawannya, Tapi semua tusukan atau bacokannya dapat ditangkis hanya dengan angin jotosan, Dalam beberapa jurus saja, Tong Leng Tojin mengetahui bahwa Tia Lat Leng Hai itu mempunyai tenaga dalam yang tak terhingga besarnya, ia insyaf bahwa ia tak dapat menusuk atau membacok lawannya !agi, Oleh karena itu dengan pedang di depan dada, ia berjaga-jaga dan menangkis serangan dengan maksud mengirim satu tusukan dengan ilmu Beng Hauw Cong San atau Harimau menerjang gunung.

Di kala Tong Leng Tojin berhenti memutar pedangnya di atas kepala untuk menjaga diri, Tia Lat Leng Hai pun berhenti sejenak. ia tertawa gelak-gelak dan berkata: "Ai! Orang-orang dari partai silat Kun Lun betul-betul lihay, Tapi terimalah lagi jotosanku ini!" Ucapan tersebut ia barengi dengan satu jotosan lurus ke arah dadanya Tong Leng Tojin disertai gebrakan kaki kanannya keras-keras di lantai! Tong Leng Tojin sudah siap. Dengan ilmu Hui Pu Liu Coan atau air terjun menimpa batu sungai, pedangnya menusuk dada lawannya setelah ia mengegosi jotosan maut tersebut Tusukannya ia teruskan dengan ilmu To Coan Im Yang atau berbalik menggempur batu di bawah, Katau musuh berusaha mengelakkan diri dari tusukan itu, maka tusukan dapat segera berubah menjadi sabetan!

Tapi Tia Lat Leng Hai tidak mengegoskan tubuhnya!

Dengan tenaga dalam ia gebrak batang pedangnya dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya menyodok masuk ke lambung musuh! Tong Leng Tojin lekas-lekas tarik pulang tusukannya dan meloncat mundur tujuh kali! Tia Lat Leng Hai datang mengejar Rupanya ia bertekad membunuh mati musuhnya.

Dari jarak dekat ia menjotos lagi, dan jotosan itu apabila mengenai sasarannya tentu mengambil korban! Tong Leng Tojin harus menggunakan ilmu Cui Hun Cap Ji Kiam untuk menjaga diri, Dan setelah pertempuran berjalan sepuluh jurus lebih, kedua jago silat itu bertempur semakin beringas dan nekad sehingga angin yang keluar dari jotosan Tia Lat Leng Hai atau sabetan pedang Tong Leng Tojin membikin api-api lilin bergoyang- goyang kelap-kelip,

Tong Leng Tojin insyaf bahwa ia sedang menghadapi lawan yang setimpal ia tak dapat bersikap lengah sedikitpun Semua perhatian ia curahkan ke dalam pedang-nya, dan tiap- tiap tusukan atau sabetannya disertai dengan tenaga dalam yang dapat menggempur benda seberat seribu kali!

Tia Lat Leng Hai tidak pereuma menjadi salah satu pemimpin kuil Toa Ciok Sie. ia melawan dengan kedua tangaji tanpa senjata, tetapi tiap-tiap jotosannya dapat memukul mati satu gajah!

setelah mereka bertempur dua puluh jurus, long Leng Tojin yang baru saja harus bertempur melawan banyak Hweeshio, mulai merasa bahwa ia tak dapat melawan terus, ia pun tak dapat mengendalikan tenaga dalamnya lagi, karena letih, Untuk menangkis jotosan-jotosan lawannya, ia harus menyalurkan seluruh tenaga dalamnya ke dalam pedang, tetapi ia tak dapat terus menerus berbuat demikian, dengan sendirinya kedudukannya menjadi di bawah angin!

Giok Cin Cu yang menyaksikan pertempuran itu, segera melihat bahwa suhengnya tak dapat bertahan lebih lama lagi Baru saja ia hendak maju membantu, tiba-tiba terdengar suara Tung! Tung!" dua kali yang sangat nyaring, dan suara itu dibarengi oleh dua suara, Buk! Buk!"..

Dua di antara enam Hweeshio yang mencegat senjata rahasia Kemudian terlihat benda-benda yang berkilau-kilauan terbang masuk dan memadamkan separuh jumlah dari dua puluh empat lilin yang sedang menyala didalam ruang itu!

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar