Jilid 04

Souw Hui Hong menyahut: "Aku sudah tahu. Kau kembali dahulu!" Si gadis kecil yang mengetahui bahwa Souw Hui Hong itu paling keras kepala tidak mau lagi mendesak ia meloncat kembali ke perahunya.

Lalu Souw Hui Hong berkata: "Bee Kongcu, jika kau suka, boleh ikut aku naik perahu untuk makan-makan dan minum- minum. Bagaimana pendapatmu?"

Untuk membujuk Souw Hui Hong supaya mau memberitahu dimana rumah dokter pandai itu, Bee Kun Bu menyahut: "Apakah yang memanggil Siocia itu seorang kawan karib? Aku khawatir kalau-kalau hanya akan menjadi rintangan saja!"

"Ai! Mengapa kau seperti seorang gadis? Lagi pula Sumoymu tidak ada di sini, Apakah kau tidak ingin mencari Biauw Souw Hie Wen Sao Kong Gie untuk menyembuhkan Susiokmu karena racun ular? Jika kau tidak mengikutiku jangan diharap lagi akan kuberitahukan padamu!"

Ucapan yang merupakan suatu ancaman itu menyebabkan Bee Kun Bu menyeringai seperti kuda. ia menyahut: "Jika Siocia baik hati memberitahukan rumah dokter pandai itu, apalagi membujuknya mengobati Su-siokku, budi Siocia itu tak akan dapat kulupakan begitu juga oleh guruku!"

"Bagaimanakah caranya kau membalas?" menggoda si gadis lagi, pertanyaan itu menyebabkan Bee Kun Bu bisu kembali. Tapi si gadis segera membebaskannya dari kecanggungan itu dengan berkata: "Nah, ini suatu pelajaran Lain kali jangan sembarang berjanji saja atau bersumpah Ayo, naik ke atas perahu!"

Perahu itu tidak besar, tapi buatannya rapi sekali, Sambil menyingkapkan krei kamar perahu, Souw Hui Hong mempersilahkan Bee Kun Bu masuk ke dalam kamar perahu itu. Kamar itu harum sekali baunya, dan dihias dengan indah sekalL Di tengah-tengah kamar ada sebuah meja kecil segi delapan, dan di atas meja telah tersedia santapan yang lezat dan arak yang harum.

Empat kursi yang ditutup dengan sutera putih mengitari meja itu, Seorang gadis muda yang juwita dengan baju warna hijau tua berdiri menanti kedatangan mereka, Bee Kun Bu terpesona melihat gadis itu. Lalu Souw Hui Hong datang mendekati gadis juwita itu dan berkata: "Adik, maafkan aku.

Dengan tiada persetujuanmu, aku telah mengundang seorang tamu.

Gadis berbaju hijau itu memandang Bee Kun Bu dengan kedua matanya yang bersinar, lalu terkejuL Dan berbisik, "Hong Cici, siapakah ia? Mengapa tak pernah kau ceritakan sesuatu tentangnya kepadaku?"

Souw Hui Hong tersenyum dan menyahut: "Marilah, akan kuperkenalkan Lalu ditariknya tangan si gadis berbaju hijau, setelah di hadapan Bee Kun Bu ia berkata: "lnilah puteri ayah angkatku!"

Bee Kun Bu membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat seraya berkata: "Souw Siocia sangat bermurah hati dengan mengajak aku datang ke sini. Harap Siocia tidak menjadi gusar."

Gadis yang berbaju hijau itu bernama Sao Goat Hun. ia hanya tersenyum, Tapi Souw Hui Hong membentak "Mengapa tak kau katakan bahwa aku yang memaksamu untuk datang ke atas perahu ini!" Lalu ia berkata kepada Sao Goat Hun: "la bernama Bee Kun Bu, dan ia adalah murid Hian Ceng Totiang dari partai silat Kun Lun."

Sambil menyeret kursi Sao Goat Hun berkata: "Maaf Tak kuduga Bee Kongcu dari partai Kun Lun sudi datang ke sini, Marilah kita minum arak."

Bee Kun Bu mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat sebelumnya ia duduk, Ketika mereka telah duduk sambil minum arak, perahu telah berlayar dengan laju sekali ke tengah telaga, Dari jendela angin meniup sepoi-sepoi basah, Mereka terus minum arak. Bee Kun Bu yang tidak kuat minum banyak-banyak terpaksa menurutkan kehendak kedua gadis itu, minum arak diluar batas kemampuannya, Oleh karena itu, setelah ia minum delapan gelas, ia mulai mabok, dan sikapnya tidak sopan santun lagi sebagai semula. Diluar keinsyafannya ditanyakannya di mana tempat dokter Sao Kong Gie itu,

Pertanyaan itu dijawab oleh Souw Hui Hong: "Ayah angkatku, sejak ia memisahkan diri dan tinggal bertapa tidak mau tahu lagi dengan urusan-urusan di kalangan Kang-ouw. Ayahku yang telah beberapa puluh tahun bersahabat dengan dia, bahkan sudah seperti saudara kandung, telah berkali-kali memintanya agar mau masuk ke dalam partai Tian Liongnya, Tapi. selalu ditolaknya. Ketiga-tiga pemimpin partai Kun Lun, meskipun sangat terkenal, mungkin juga tak akan berhasil mengundangnya keluar dari tempat bertapanya!" Dalam keadaan sinting, Bee Kun Bu menaruh cangkir araknya di atas meja, dan sambil tertawa ia berkata: "Menolong jiwa seseorang sangat besar artinya, Angkatan tua Sao yang terkenal sebagai seorang dokter nomor satu di kolong langit, pasti bermurah hati, budiman dan berwatak ksatria. Aku datang hanya untuk memohon agar beliau sudi memberikan pertolongan kepada bibi guruku yang kena racun ular, dan aku yakin bahwa soal ini tidak akan menyusahkan beliau benar, bukan?" ia memandang Sao Goat Hun, seakan- akan menanti jawabannya

Tapi pertanyaan itu lagi-lagi dijawab oleh Souw Hui Hong: "Orang-orang yang minta bertemu dengan ayah angkatku semuanya minta pertolongan nya untuk berobat Beliau yakin bahwa orang-orang di kalangan Kang-ouw, setelah sembuh, pasti mengadakan pembalasan dendam, dan akibatnya akan lebih banyak korban yang jatuh. Hal inilah yang tak dikehendaki oleh ayah angkatku, Baginya, jika ia makin banyak menolong orang dari bahaya maut, berarti pembalasan dendam makin banyak pula, Oleh karena itu ia telah bertekad untuk tidak mau tahu lagi urusan orang-orang di kalangan Kang-ouw!"

Dengan menundukkan kepalanya, Bee Kun Bu menarik napas panjang, lalu berkata: "Jika demikian, aku tak mempunyai harapan lagi!" Melihat kekecewaan itu, Souw Hui Hong merasa kasihan ia menghibur: "Mengapa kau lekas berputus asa? Aku belum mengatakan tidak ada harapan!

Tentang tempat kediaman ayah angkatku tak dapat kuberitahukan sebelumnya memperoleh persetujuan adikku, Sao Goan Hun. Sabar sajalah kau. Aku minta persetujuan nya, dan nanti akan kita rundingkan caranya."

Sao Goat Hun berkata: "Souw Cici, kau telah menyanggupi untuk meminta ayahku untuk menolong orang, Kau harus melakukan permintaan itu. Aku tak berani ikut campur, karena,.,." Belum lagi ucapan itu selesai, Souw Hui Hong berkata: "Adik, kuminta kau membantuku membujuk ayah menolongnya." Ketika itu Bee Kun Bu sudah bangun dan berjalan keluar dari kamar perahu itu, karena menurut pikirannya tidak akan ada lagi harapan. perasaan simpati Sao Goat Hun timbuI, dan ia bertanya: "Aku ingin membantumu tetapi bagaimana?" Souw Hui Hong berkata: "Kita harus mencari akal agar ayah dapat menghargai ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, Kau juga telah mengetahui bahwa ayah sangat menghargai budi pekerti ketiga pemimpin partai Kun Lun itu, bukan?"

"Kau ingin memberitahukan tempat kediaman ayah?" tanya Sao Goat Hun

"Jika demikian mudahnya, aku pasti tidak bertanya pendapatmu," sahut Souw Hui Hong.

"Aku ini kurang cerdas, kau harus mengatakannya dengan jalan yang mudah dipahami," Sao Goat Hun menjelaskan.

"Urusannya sebetulnya mudah sekali, Aku hanya ingin adik rela menerima sedikit kesukaran atau kesulitan Cobalah tanya Bee Kongcu, jika aku berhasil mengusahakan sampai ia bertemu dengan ayah, apakah ia berterima kasih kepada kita?" Souw Hui Hong menjelaskan

"ltu belum tahu aku. jika ia tak mempunyai perasaan suka terhadapmu, mengapa kau ingin meno!ongnya?" bertanya Sao Goat Hun

"lni yang kita namakan Cinta itu Buta, walaupun dikemudian hari aku akan mati di tangannya, namun aku harus juga meno1ongnya. Nah, sudahlah Besok kau naik perahu mencari mereka, dan kau cari alasan agar dapat bertempur melawan mereka atau salah satu dari mereka. "

Sao Goat Hun segera mengerti siasat kakaknya, dan berkata: "Dan aku harus kalah, tidak boleh menang, Dengan alasan itu, aku lari menemui ayah minta pertolongan Dengan demikian aku dapat menarik mereka menjumpai ayah.,.! Kak, kau betul-betul pintar! siasat itu baik sekali! Kau betul-betul pintar!" Sambil tersenyum Souw Hui Hong berkata: "Dari itu, aku katakan kau harus rela menerima sedikit kesu!itan!"

"Tapi jika aku menang, bagaimanakah?" bertanya Sao Goat Hun

"Lihat sajalah sendiri. Aku pernah menguji ilmu silat pedangnya, Mereka pasti tak dapat kau kalahkan. Lagi pula kau harus sengaja mengalah!" kata Souw Hui Hong,

Setelah mereka mufakat, mereka mengundang Bee Kun Bu masuk kembali ke dalam kamar perahu. Ketika itu Bee Kun Bu masih berdiri memandang ke telaga, Souw Hui Hong menghampirinya perlahan-lahan Di depan perahu mereka, lebih kurang sepuluh depa, sedang datang sebuah perahu dan di atasnya berdiri seorang pemuda berbaju hijau yang rupanya juga sedang mengawasi Bee Kun Bu. Ada lagi seorang yang berbaju abu-abu sedang mendayung perahu itu di belakang si pemuda, Dalam sekejap saja perahu itu sudah menyentuh perahu mereka, Souw Hui Hong yang juga telah melihat orang yang mendayung perahu itu menjadi terkejut, karena tenaga kedua tangannya yang amat kuat Tentang wajahnya belum dapat ia melihat, karena ia mendayung sambil duduk menghadapi buritan perahu,

Dengan tersenyum manis pemuda berbaju hijau itu memandang Bee Kun Bu. Souw Hui Hong berpikir "Ai! Apakah di kolong langit ini ada pemuda yang demikian rupawan?" Perahu pemuda itu tidak berhenti, tapi berlayar terus, dan pemuda di atas perahu itu sebentar-sebentar menoleh ke arah Bee Kun Bu dengan tersenyum-senyum manis, "Kenalkah kau padanya?" Souw Hui Hong menegur Bee Kun Bu yang tengah berusaha mengingat siapakah pemuda itu terkejut ia menyahut “Tidak! Tapi dalam jangka waktu sebulan ini, aku telah tiga kali menjumpainya Dari kota Leng Kee di sebelah timur propinsi Cek-kiang sampai ke telaga ini, ia rupanya selalu membayangiku!"

"Belum pernah kudengar adanya seorang pemuda yang demikian rupawan di kalangan Bu Lim. Melihat orang yang mendayung perahu itu demikian kuat tenaga lengan nya, aku taksir mereka adalah jago-jago silat yang lihay, Apakah mereka datang hendak mencari kitab-kitab Kui Goan Pit Cek juga?"

Sambil tersenyum Bee Kun Bu berkata: "lsi kitab-kitab Kui Goan Pit Cek hanya lukisan-lukisan burung-burung dan binatang-binatang, Ayah Siocia telah melihatnya. Apakah Siocia belum mengetahuinya?"

"Aku tidak menanyakan lebih dalam tentang kitab-kitab itu. Kitab-kitab itu betu!-betul barang-barang yang berharga, akan tetapi..." sahut Souw Hui Hong, Bee Kun Bu tidak menunggu pembicaraannya itu. ia insyaf bahwa ia telah menyinggung perasaan gadis itu, ia lekas-lekas membelokkan pembicaraannya ke urusan lain, Dengan ramah sekali ia bertanya: "Apakah aku masih mempunyai harapan untuk mengetahui tempat kediaman ayah angkat Siocia?"

Permintaan yang diajukan demikian lemah lembut-nya melunakkan lagi Souw Hui Hong yang berkepala batu itu, "Urusanmu,., pasti kuusahakan, Tapi ayah angkatku itu keras sekali hatinya, Aku dan adik angkatku kini sedang berusaha mencari jalan..." kata Souw Hui Hong. Dan. Bee Kun Bu

tidak menunggu lagi, ia berjalan dengan bernafsu: "Jadi, aku masih mempunyai harapan?"

"Ai! Kau tak dapat menahan nafsu, Aku belum habis berbicara. Dengarlah aku. Ayah angkatku itu berwatak budiman, jika kau dan gurumu dapat menjumpai beliau, dan minta pertoIongannya, beliau mungkin tak menolak," kata Souw Hui Hong,

Tapi jika kita tak mengetahui tempat kediamannya, di mana harus kita cari?" bertanya Bee Kun Bu.

"Aku telah merancang suatu siasat untuk menemui ayah angkatku, Besok tengah hari aku dan adik angkatku akan naik perahu pesiar di telaga ini. Kamu sekalian juga harus menyewa sebuah perahu pesiar Lalu tanpa sebab kita bertempur dan mungkin kami membawa kalian ke tempat kediaman ayah angkatku!" Souw Hui Hong menjelaskan

"Siasat itu bagus sekali! Terima kasih! Tapi kita terlampau menyusahkan kedua Siocia!" kata Bee Kun Bu.

Kau jangan terlampau gembira! Kau harus melawan adikku terlebih dahulu, barulah kemudian kau dapat menjumpai ayah angkatku!" kata Souw Hui Hong,

"Tapi Sao siocia adalah seorang gadis yang alim. Aku tak boleh membuat ia merasa tersinggung," kata Bee Kun Bu.

Lalu Souw Hui Hong membentak: "Hm! ia bukan saja alim dan ramah, tapi juga juwita! Aku khawatir kau jatuh hati padanya!"

Teguran itu menyebabkan muka Bee Kun Bu merah.

Dengan penuh harapan dan gembira ia berkata: "Siocia-siocia yang budiman, Aku harus minta diri karena hari sudah senja. Aku harus memberitahukan ini kepada Suhuku, Terima kasih."

"Tapi... kita sudah berada di tengah telaga. Apakah kau dapat terbang ke darat? Mari... kami hantarkan kau sampai ke pantai!" kata Souw Hui Hong.

Bee Kun Bu baru insyaf bahwa ia berada di tengah-tengah telaga yang airnya bening seperti kaca, Tiba-tiba perahu yang memuat pemuda berbaju hijau tadi datang kembali, dan berhenti di sebelah kiri perahu mereka,

Kemudian pemuda berbaju hijau di atas perahu itu menoleh kepada Bee Kun Bu dan bertanya sambil ter- senyum: "Apakah saudara ingin ke darat? Aku pun kebetulan ingin pula ke darat Marilah saudara ikut dengan aku di perahu ini." Bee Kun Bu terkejut, dan tak dapat segera menjawab, Tapi pemuda berbaju hijau itu mengajak lagi: "Mari saudara, perahuku yang kecil ini sangat laju, Marilah!"

Pemuda berbaju hijau itu sudah memenuhi pikirannya selama sebulan, ini adalah kesempatan yang baik baginya untuk menyelidiki lebih jauh tentang pemuda itu. Dengan pikiran itu ia minta diri dari kedua gadis tadi sambil berkata: Terima kasih, Aku dapat mendarat dengan saudara ini.

Sampai bertemu lagi!" Lalu ia meloncat ke atas perahu pemuda berbaju hijau itu, yang segera didayung dengan pesatnya ke pantai.

"Aku merasa malu tak dapat menyediakan apa-apa kepada saudara," kata pemuda itu ketika perahu menyentuh pantai Mari!ah kita duduk sebentar dan ber-cakap-cakap."

Bee Kun Bu tak dapat meno!ak, ia duduk menghadapi pemuda itu, Pada saat itu ia dapat memperhatikan wajah pemuda itu. Kedua alisnya hitam seperti bulu burung gagak, potongan mukanya bundar seperti telur dan kulitnya putih bersih seperti kulit seorang anak gadis, Tapi sinar hebat memancar keluar dari kedua matanya dan karena itu pemuda itu kelihatannya sangat angker dan luar biasa, Bee Kun Bu terpesona, Lalu si pemuda itu memu!ai pereakapannya: Tiga kali kita berjumpa.,, dengan secara kebetulan Aku mohon dapat mengenal saudara,"

"Siauw-tee bernama Bee Kun Bu, dan saudara?" kata Bee Kun Bu,

"Aku bernama Pek Yun Hui.,." sahut pemuda itu, suaranya khidmat sekali, Tapi.,, rupanya saudara di sini asing sekali, bukan?"

Bee Kun Bu juga memperhatikan orang yang sedang mendayung yang masih saja menghadapi buritan perahu seakan-akan tak menghiraukan pembicaraan mereka, Dengan tak berpikir panjang, Bee Kun Bu meneruskan percakapannya itu dengan bertanya: "Saudara Pek dari propinsi Cek-kiang datang ke propinsi Kiang-si, ada urusan apakah sebenarnya?"

Pek Yun Hui tidak segera menyahut, ia memandang ke air telaga, sambil berpikir sejenak, lalu menyahut: "Aku sedang mencari seseorang!" Kemudian ia melompat ke darat Bee Kun Bu lalu insyaf bahwa pemuda itu seperti juga orang berbaju hijau di pegunungan Koat Cong San, yang datang dan perginya tak ketahuan dari mana dan kemananya, ia ingin menanyakan pemuda itu tentang kisah yang dialaminya di pegunungan Koat Cong San, tetapi tiap kali ia ingin membuka mulut, ia tertahan oleh sesuatu perasaan lain, Bee Kun Bu pun meloncat ke darat

Pemuda itu berbalik dan bertanya: "Saudara Bee, apakah kau masih suka bertemu dengan aku lain kali?"

Sambil tersenyum Bee Kun Bu menyahut: "Jika aku dapat menjadi kawan saudara Pek, aku beruntung sekali, Tapi saudara Pek seperti juga seekor naga yang sakti yang dapat muncul dan lenyap sekonyong-konyong, Meskipun aku ingin menjumpai saudara Pek, tapi aku kira sukar!"

Pek Yun Hui menggelengkan kepalanya dan menyahut: "Perkataanmu itu merupakan teka-teki. Nah,., besok kita berjumpa lagi!" Lalu ia meloncat kembali ke atas perahu nya, dan perahu itu didayung dengan pesatnya entah ke mana,

Setelah perahu itu tak kelihatan lagi, Bee Kun Bu pulang kembali ke penginapan Lie Ceng Loan sedang menanti kedatangannya di pintu, Melihat ia kembali, gadis itu berlari menghampiri dan berseru: "Bu Koko, aku telah menanti selama setengah hari, Kita baru saja mau makan, Ayo kita makan."

"Jika aku tidak kembali sampai setengah bulan, bagaimana

?" Bee Kun Bu menggoda.

"Aku pasti mati kelaparan menunggui Koko puiang," sahut si gadis,

Mereka terus masuk ke kamar Giok Cin Cu, Hian Ceng Totiang sedang duduk dengan muka yang kesal Setelah memberi hormat, ia ditanya: "Kau pergi ke mana."

Bee Kun Bu menjawab: "Teecu keluar mencari Suhu." Lalu ia menceritakan peristiwa bertemu dengan Souw Hui Hong dan Iain-lainnya, dan juga memberitahukan siasat yang dirancang oleh Souw Hui Hong untuk bertemu dengan Souw Hui Hong dan Sao Goat Hun di telaga. Hian Ceng Totiang tidak menduga bahwa muridnya lebih cerdik darinya dalam usaha mencari Sao Kong Gie. sebetulnya ia ingin memarahinya karena pergi menuruti kehendaknya, Tapi setelah mendengar siasat yang akan berhasil itu, ia pun menjadi gembira, Lalu memerintahkan menyiapkan apa-apa yang perlu untuk pertempuran pura-pura besok hari.

Pada esok harinya, pagi-pagi sekali Bee Kun Bu telah menyewa perahu, dan semuanya pesiar di atas perahu itu termasuk Giok Cin Cu yang dapat menikmati keindahan telaga sambil berbaring di balai-balai yang ditaruh dekat jendela kamar perahu, sambil dijagai oleh Ue Ceng Loan dan Liong Giok Pin.

Perahu itu berlayar mondar-mandir di dalam telaga, dan Bee Kun Bu selalu memperhatikan tiap-tiap perahu yang mereka jumpai, Meskipun ia yakin Souw Hui Hong tak akan berdusta, tapi ia merasa cemas karena masih juga belum menjumpai perahu Sao Goat Hun, Tiba-tiba dari jauh mendatangi sebuah perahu dengan pesat seka!i. Pek Yun Hui berdiri di atas perahu itu, Setelah perahu itu bergandengan, Pek Yun Hui bertanya: "Apakah aku boleh ikut naik di atas perahumu?" Bee Kun Bu serba salah, ia tak berani menolak. Lalu Pek Yun Hui meloncat ke atas perahu, dan perahunya sendiri didayung pergi oleh orangyang berbaju abu-abu. "Kau tak usah khawatir Aku tak akan merintangi atau membikin gagal usahamu!" bisik Pek Yun Hui yang sikapnya sangat alim, tetapi menakjubkan,

Pek Yun Hui selalu berdiri di samping Bee Kun Bu, dan ketika ia melihat sebuah perahu datang, ia berseru: "Ayo, siap sedia untuk bertarung!"

Bee Kun Bu mengawasi perahu yang datang itu, dan betul saja perahu itu adalah perahu Sao Goat Hun dan Souw Hui Hong berdiri di depannya. "Suhu! perahu yang datang itu segera sampai!" ia memberitahukan Suhunya, Hian Ceng Totiang menyahut: "Baik, Kita siap menyambut mereka!" Kedua perahu itu didayung dengan cepat sekali, dan dalam sekejap saja jarak kedua perahu-perahu itu tinggal hanya dua depa lebih, Kedua tukang perahu yang mengemudikan perahu Kun Bu berusaha mengelakkan tubrukan itu, tapi tukang perahu Souw Hui Hong malahan dengan sengaja menubruk.

Maka tabrakanpun tak dapat dielakkan, Tapi Pek Yun Hui menegur Bee Kun Bu: "Ayo, kau harus turun tangan mengelakkan tubrukan!" Bee Kun Bu segera merampas pendayung, dan dengan itu disodoknya kepala perahu yang hendak menubruk Pada saat itu, dari dalam kamar perahu meloncat keluar Sao Goat Hun dengan pedang terhunus, dan menegur "Hei! Bee Kongcu! Awas pendayung kayu itu akan kutebas putus!"

"Belum tentu!" sahut Bee Kun Bu. Diangkatnya dayung kayunya, dan ketika perahu Sao Goat Hun sudah dekat sekali, ditendangnya dengan kaki kanannya pinggir perahu itu sehingga terpental sedikit dan tabrakan dapat dielakkan, Tapi kedua gadis itu telah meloncat ke atas perahunya dan menyerang, Bee Kun Bu lekas-lekas menarik pedangnya dan dengan ilmu Hong Yun Pik Goat atau dari awan tebal mengintip bulan disodoknya tangan kanan Bee Kun Bu. Bee Kun Bu berpikir "Ai! Mereka bertempur dengan sungguh- sungguh," sambil menarik tangan kanannya ke samping dan meloncat mundur sampai di ujung buritan perahu, Kalau mundur lagi, ia tentu kecemplung ke dalam telaga.

Sao Goat Hun tak memberi kesempatan lagi, ia menusuk terus. Bee Kun Bu yang tak dapat meloncat mundur lagi, hanya mengikuti tusukan pedang lawannya dengan ujung pendayung, lalu ia sen-takkannya ke atas dengan tenaga dalam nya. sentakan itu adalah salah satu jurus dari ilmu Tian Kong Cong yang dinamakan Cek Sou Pok Liong atau tangan telanjang menangkap naga.

Baru saja pedang lawannya tersentak ke atas, dan tinju kiri Bee Kun Bu hendak sampai ke bahu si gadis, Souw Hui Hong telah datang pula menebas dengan pedang nya. Sao Goat Hun terhindar dari jotosan, karena Bee Kun Bu harus mengegoskan tubuhnya menghindarkan tebasan pedang Souw Hui Hong, Bee Kun Bu lalu melemparkan pendayung kayunya, dan berniat menggunakan tangan kosong untuk melawan keduanya dengan tiga puluh enam jurus ilmu Tian Kong Cong, ia akan dapat menyerang dan tentu segera akan menang, tapi ia hanya ingin menangkis, mengelit dan mengegoskan serangan-serangan pedang-pedang lawan- lawannya.

Setelah pertempuran berjalan dua puluh jurus, kedua belah pihak masih tetap sama unggulnya, Lie Ceng Loan yang menonton, dan melihat Bee Kun Bu tidak ingin mengalahkan lawan-lawannya, menjadi cemas. Dicabutnya pedangnya karena ingin membantu, Pek Yun Hui yang melihat cara Bee Kun Bu bertempur menjadi gusar ia memaki: "Bodoh! Mereka ingin supaya kau menang, Tetapi kau malahan membuang senjata dan melawan mereka dengan tangan kosong!"

Barulah ketika itu Bee Kun Bu sadar Kini ia mulai menyerang dengan tinju-tinjunya yang sangat dahsyat sehingga Hui Hong dan Goat Hun harus mundur Lalu Sao Goat Hun merubah jurus silat pedangnya, dan berturut-turut menyerang lima kali dengan ilmu Pek Yun Cut Jie atau hujan turun dari awan putih, serangan itu sungguh amat dahsyat, tetapi Bee Kun Bu sambil menggunakan ilmu Tui Men Kua San atau membuka pintu melihat gunung dengan tangan kanannya untuk mengelit dan membalas serangan-serangan yang bertubi-tubi dari Sao Goat Hun, dan dengan tinju kirinya diserangnya Souw Hui Hong dengan ilmu San Sing Cui Goat atau tiga bintang mengejar bulan.

Serangan-serangan tinju itu adalah jurus-jurus yang paling lihay dari ilmu tinju Tian Cong, Hembusan anginnya saja sudah dapat membinasakan lawan, jika dilepas serentak dengan tenaga dalam, Tapi Bee Kun Bu hanya ingin menaklukkan kedua gadis itu, dan tidak berniat untuk membinasakan Sao Goat Hun segera merasa tubuhnya lemas, kemudian pedangnya terlempar dari pegangannya, ia meloncat kembali ke perahunya, dan berseru: "Hei! Coba terima senjata gelindingan baja aku ini!" peringatan itu diiringi dengan terbangnya senjata rahasia yang berbentuk lingkaran baja ke kepala Bee Kun Bu. Bee Kun Bu lekas-lekas merunduk, dan lewatlah senjata itu terus masuk ke dalam air. Ketika itu Souw Hui Hong telah meloncat ke atas perahunya, dan dengan segera perahu itu pun pergi dengan pesatnya,

Bee Kun Bu memerintah tukang-tukang dayung mengejar, tapi Pek Yun Hui memperingati: "Perahu mereka pesat sekali. Kau tak akan berhasil Percuma saja kita mengejar!"

"Betul, tapi,., apa yang hendak kita lakukan sekarang?" tanya Bee Kun Bu. Ketika itu Pek Yun Hui mengangkat tangan kanannya, dan perahu yang sedang laju pesat di depan itu pun berangsur-angsur menjadi perlahan-lahan. Lalu diberikan nya sehelai tali perak kepada Bee Kun Bu, dan berkata: "Kau ikatkanlah tali ini di kepala perahu kita, dan perahu gadis- gadis itu akan menyeret perahu kita maju."

Bee Kun Bu memeriksa tali perak yang sangat halus itu. Dipandangnya Pek Yun Hui dengan kagum. Perahu yang di depan telah lima depa jauhnya, tapi Pek Yun Hui dengan mudah sekali menggali nya dengan tali peraknya, ilmu yang maha hebat itu sangat mengagumkan "Apakah Pek Yun Hui ini seorang dewa?" pikirnya, ia berkata: "Saudara Pek ilmumu lihay sekali, Aku Bee Kun Bu takluk."

Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Apakah kau sudi belajar dari aku?"

Belum lagi Bee Kun Bu menyahut, Lie Ceng Loan telah bertanya: "Bee Koko, siapakah yang kau lawan tadi?" Bee Kun Bu tidak ingin berdusta, dan oleh karena pada saat itu ia tak dapat menjelaskan, ia hanya berkata: "Nanti aku beritahukan." Lie Ceng Loan mengawasi Pek Yun Hui dan bertanya lagi: "Apakah ini kawan Koko?" Hati Bee Kun Bu menjadi geli, ia buru-buru meminta maaf dan berkata: "Saudara Pek, harap kau maafkan ia. ia tak ubahnya seperti anak kemarin dulu, tidak tahu apa-apa."

Pek Yun Hui tersenyum dan menyahut: "la sangat naif, tetapi cantik”, Lalu ia membalikkan badannya, seakan-akan tak menghiraukan lagi keadaan di sekitar-nya,

Lie Ceng Loan menghampiri Bee Kun Bu dan menegur: "Apakah aku telah salah berbicara?"

Pek Yun Hui yang juga dapat mendengar ucapan itu, menghampiri Lie Ceng Loan dan berkata: "Aku tidak marah."

Lie Ceng Loan tersenyum dan menyahut: "Jika demikian aku sekarang merasa lega, jika kau marah, Bu Koko tentu salahkan aku." Lalu ia menghampiri Bee Kun Bu dan berdiri di sampingnya Pek Yun Hui melihat sepasang merpati yang berdiri berdampingan-dampingan itu hanya dapat menarik napas, dan kemudian balik badan melihat ke lain jurusan.

-ooo0ooo-

Mendobrak tembok batu menemui tabib

Lie Ceng Loan menundukkan kepalanya dan melihat Bee Kun Bu sedang pegangi tali perak yang ujungnya telah menyantel di buritan perahu yang berlayar di depan, ia berseru: "Bagus betul, biarlah mereka berlayar dengan pesatnya, dan kita tidak usah mengayuh perahu kita." Lalu ia ambil ujung tali dari tangan Bee Kun Bu dan diikatkan di kepala perahunya sendiri Kedua perahu itu berlayar dengan pesat sekali di tengah telaga selama hampir satu jam dan kemudian menuju ke suatu pulau kecil ditengah-tengah telaga itu, perlahan demi perlahan benda-benda dan pemandangan di atas pulau terlihat dengan tegas, Pulau yang kecil itu sangat ganjit ben-tuknya, dan karang-karang yang tajam berdiri tegak dan curam di pantat Pohon-pohon rotan tumbuh subur di atas karang-karang yang curam itu,

Pek Yun Hui buka tali perak di kepala perahu, lalu ia kedet tali itu, Segera tali itu terlihat seperti kilat tertarik masuk ke lengan baju nya. perahu yang di depan karena terlepas dari ikatan berlayar lebih laju lagi, dan dalam sekejap saja sudah tidak kelihatan oleh Bee Kun Bu dan kawan-kawannya.

Hian Ceng Totiang menyelidiki karang-karang yang curam itu, Lima depa di sebelah kanan ia lihat suatu jurang yang seakan-akan timbul keluar dari telaga, tapi perahunya Sao Goat Hun tidak tahu kemana perginya.

Setelah Pek Yun Hui melihat bentuk karang-karang di hadapannya ia berkata kepada Bee Kun Bu: "Sao Kong Gie betul-betul seorang yang tertib, ia telah memilih tempat yang terpencil ini untuk bertapa."

Bee Kun Bu yang telah menyaksikan cara Pek Yun Hui mengkait perahu dengan tali peraknya, telah menjadi kagum akan kepandaiannya, ia menanya: "Saudara Pek, apakah saudara telah melihat pintu rahasia dari jurang-jurang itu?"

Sambil menunduk ke arah dimana dua jurang bersambungan Pek Yun Hui menyahut: "Baik kita mendarat di tempat itu. Mungkin di situ ada pintu rahasianya."

Perahu dikendarai ke tempat itu. Hian Ceng Totiang cabut pedangnya, ia tebas pohon-pohon rotan yang tumbuh di atas jurang itu. Batu karang itu seperti juga pernah dipindahi orang, Dengan tenaga dalamnya Hian Ceng Totiang coba mendorong batu itu, tetapi batu itu tak tergerakkan. ia menarik napas panjang karena kecewa,

Dengan suara rendah Pek Yun Hui berkata kepada Bee Kun Bu: "Aku kira karang itu dapat dibikin tergerak dengan menggunakan tongkat Ngo Kong Toa-su." Bee Kun Bu memberitahukan usul ini kepada suhunya, Dengan tongkatnya Ngo Kong Toa-su, Hian Ceng Totiang memukul karang di hadapannya, Terdengar suara ge-muruh, dan batu karang itu pecah dan potongan-potongan kecil dari batu karang itu jatuh ke dalam air. Hian Ceng Totiang memukul lagi tiga kali berturut-turut, dan betul saja di tempat dimana dua jurang yang saling bersambungan itu tiba-tiba terbelah, lalu satu pintu batu yang berukuran tujuh kaki kali sembilan kaki terlihat tegas, Dengan satu dorongan pintu batu itu terbuka, satu perahu tampak berada di balik pintu batu itu! Di atas perahu berdiri seorang tua yang berusia lebih dari lima puluh tahun, wajahnya putih dan berkumis putih- ia mengenakan baju kurung. Di belakang ia berdiri Souw Hui Hong dan Sao Goat Hun dengan pedang terhunus.

Dengan menuding-nuding Sao Goat Hun berkata: "Ayah, tiga orang itu dia yang menghina aku! Ia. "

Sao Kong Gie mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan berkata: "Aku merasa beruntung mendapat kunjungan ini. Sudilah datang ke perahu ini agar aku dapat melayani selayak tuan rumah!"

Hian Ceng Totiang setelah mengembalikan tongkatnya Ngo kong Toa-su segera membalas hormat dengan mengangkat kedua tangannya: "Kami telah menggoda ketentraman ini, harap saudara sudi memaafkan!"

Sao Kong Gie melihat puterinya sejenak, lalu berkata kepada tamunyai "Sebelumnya aku menjumpai Totiang, aku dapat dijual oleh puteriku sendiri., Ha! Ha! ha! Mari kalian naik ke perahu!"

Setelah semuanya naik ke atas perahu Sao Kong Gie, dan setelah menyuruh kedua perahu itu pergi, maka perahu mereka berlayar masuk sepanjang suatu selat di bawah jurang, Selat itu berliku-liku dan lebih kurang dua ratus depa panjangnya, Ketiga perahu keluar dari selat itu, suasana menjadi terang kembali dan perahu mereka berada di suatu telaga yang luasnya lebih kurang seperti satu Bouw sawah.

Di telaga itu ada tiga perahu kecil Perahu mereka mendekati pantai, dan Sao Kong Gie mengajak para tamunya mendarat Mereka mendaki lereng bukit dan tiba di atas tanah datar dengan banyak tumbuh-tumbuhan. Di tengah-tengah tanah datar itu terletak sebuah rumah gubuk, Ke rumah gubuk itu Sao Kong Gie mengajak para tamunya masuk. Dua anak berbaju hijau menyediakan teh yang harum, Souw Hui Hong dan Sao Goat Hun berdiri di belakang Sao Kong Gie, masing- masing mengawasi Bee Kun Bu dan Pek Yun Hui.

Setelah menghirup teh yang harum itu, Hian Ceng Totiang berkataj "Saudara Sao tinggal terpencil di tempat ini, kami telah berusaha mencari dengan susah payah!" Sao Kong Gie mengawasi Giok Cin Cu yang masih menderita sakit dan masih pucat Lalu ia menanyai "Apa-kah Sumoy saudara itu yang bernama Giok Cin Cu?"

"Justru karena dia, kami telah berbuat lancang mengganggu saudara Sao. Kami yakin bahwa kepandaian saudara Sao mengobati penyakit penyakit tak ada taranya di dunia. Kami harap saudara Sao dapat menolong dia... dan kami semua dari partai Kun Lun tak akan lupa akan budi yang besar itu," sahut Hian Ceng Totiang sambil memberi hormat lagi,

Sao Kong Gie berpikir sejenak, lalu berkata: Totiang telah datang ke sini, Siotee tak dapat menolak, Cobalah ceritakan bagaimana Sumoy mendapat luka."

Hian Ceng Totiang segera menceritakan bagaimana Giok Cin Cu mendapat luka sejelas-jelasnya, Sao Kong Gie mengerutkan kening, dan berkata sambil menarik napas panjang: "Ular semacam itu sangat berbisa, dan sukar sekali diobati." ia mendekati Giok Cin Cu dan meneliti luka dari gigitan ular di pergelangan tangannya, Lalu ia pijit-pijit bagian atasnya luka itu, dan dengan sebuah jarum perak ia tusuk jalan darah dari lengan itu.

Giok Cin Cu menjerit karena kesakitan sekali, Tapi Sao Kong Gie berkata: "Jangan khawatir, aku hanya ingin mengetahui apakah racunnya telah masuk ke dalam tulang." ia pasang lilin dan dua anak yang berbaju hijau telah siapkan peti obat-obatannya. Dari peti obat-obatan itu Sao Kong Gie ambil satu obat cair itu, lalu botol itu ia bakar di atas lilin yang menyala, Setelah jarum perak itu menjadi merah karena panasnya, jarum itu berubah warna menjadi hijau keabu- abuan, Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ia berkata kepada Hian Ceng Totiang: "Maaf Totiang, jika Siotee tak dapat menolongnya."

Hian Ceng Totiang terkejut, dan segera menjadi pucat mukanya ia tak dapat menjawab segera, karena merasa sangat kecewa, Setelah ia sadar lagi, ia menanya: "Apakah saudara Sao betul-betul tak dapat menolong?"

"Siotee harus berterus terang, Totiang telah dengan susah payah datang mencari Siotee dengan harapan bahwa Siotee dapat menolong, Untuk mengobati luka ini, bukannya tak ada jalan, Tapi. " Sao Kong Gie menjelaskan tapi perkataannya

dipotong oleh Hian Ceng Totiang yang menanyai "Saudara Sao hanya unjuk jalannya, kami dari partai Kun Lun akan mengusaha-kannya, kami tak akan lupa budi saudara Sao."

"Mencari obat itu adalah usaha yang sangat ber-bahaya," sahut Sao Kong Gie "Jika aku tidak beritahukan, aku pun salah, Tapi jika aku beritahukan maka perselisihan di antara jago-jago di kalangan Bu Lim pasti akan terjadi."

"Jika ada obat yang dapat menolong jiwa, kami tentu minta atau mencarinya dengan jalan yang layak dan akan berusaha mengelakkan perselisihan," kata Hian Ceng Totiang.

"Di tapal batas propinsi Ceng Hay dan propinsi Kan Su ada suatu pegunungan yang menjalar sangat panjang dan luas, di tengah-tengah pegunungan tersebut ada suatu puncak yang tinggi yang selalu diselubungi salju, Di dekat lereng puncak itu terdapat satu kuil tua bernama Toa Ciok Sie. Dari dahulu sehingga dewasa ini selain Hweeshio-Hweeshio yang tinggal di dalam kuil itu, belum pernah ada orang luar yang datang ke kuil itu,

Di dalam kuil itu telah tumbuh suatu pohon ajaib, dalam buku obat-obatan, pohon itu bernama Sie Can Ko, yang hanya berbunga sepuluh tahun sekali, Tiap kali berbuah hanya tiga, Sumoy Totiang telah menderita racun ular yang hebat sekali, karena racun itu telah merembes masuk ke dalam tu!ang, Buah itu mungkin dapat menolong, Tapi tiap-tiap Hweeshio di dalam kuil itu lihay sekali silatnya, dan ilmu silatnya lain daripada yang lain. Siotee pernah salah masuk ke dalam kuil itu ketika mencari obat-obatan, maka Siotee ketahui hal itu.

Kuil itu selalu tertutup bagi orang luar, dan Hweeshio- Hweeshionya belum pernah mengadakan hubungan dengan jago-jago silat di kalangan Bu Lim, Buah ajaib itu pasti tidak mudah didapatinya, Bila Totiang berkeras ingin pergi mengambilnya, Siotee yakin bahwa pertarungan hebat tak dapat dielakkan! Tapi Totiang memaksa Siotee memberitahukan, dan Siotee memberitahukan dengan jujur!" demikianlah penjelasan Sao Kong Gie.

Hian Ceng Totiang mengawasi Sumoynya, Lalu sambil tersenyum ia berkata: "Saudara Sao, terima kasih untuk petunjuk itu, kami dari partai Kun Lun sangat berterima kasih, dan kami sekarang mohon minta diri." ia bangun dan angkat kedua tangannya memberi hormat

Sao Kong Gie coba menahan mereka untuk minum lagi, tetapi Hian Ceng Totiang menolak Sao Goat Hun berbisik kepada ayahnya: "Ayah, aku dan Hong Cici akan mewakili ayah mengantar mereka keluar dari terowong-an."

Belum Sao Kong Gie sempat menjawab, Sao Goat Hun telah tarik tangannya Souw Hui Hong dan meloncat ke atas perahunya Bee Kun Bu, yang lantas diberangkatkan.

Sao Goat Hun mengawasi karang-karang yang curam dan sambil tarik napas panjang ia berkata: "Hong Cici, aku tak berani pulang lagi!"

"Aku yang membikin kau mendapat kesukaran," sahut Souw Hui Hong, "Aku minta maafi semenjak ayahmu tinggal bertapa di situ, selain aku dan ayahku, belum pernah ada orang lain yang mengganggu Aku yang salah."

Pereakapan mereka didengar oleh Bee Kun Bu. ia pun merasa tidak enak, ia berkatai "Karena kami, Sao Siocia menjadi kesal jika perlu aku dapat minta suhuku meminta maaf terhadap ayah Siocia."

Sambil geleng kepala Sao Goat Hun berkata: "Semenjak ayahku tinggal bertapa di situ, tabiatnya telah berubah hebat sekali, Selama lima tahun ini ia belum pernah menerima orang, Dan terhadap aku pun ia tidak sayang seperti dahulu, Terhadap paman Souw Peng Hai, ia pun tidak akrab seperti dahulu, Aku khawatir jika ada sesuatu yang membikin ia berubah. H Lalu air matanya keluar

Souw Hui Hong coba menghibur dan berkata: "Sudahlah, aku pun telah memperhatikan bahwa ayahmu itu berubah hebat sekali, Mari kita menjumpai ayahku, dan menanya tentang perubahan itu. "

Dengan senyuman terpaksa Sao Goat Hun berkata: "kini hanya ada satu jalan Aku dapat kembali melihat ayah, Mungkin ia tak lepas aku lagi!"

Sambil mengawasi Bee Kun Bu, Souw Hui Hong berkata: "Karena kau, adikku menjadi begini!" Bee Kun Bu tak dapat menjawab, ia tundukkan kepalanya menerima salah,

Tapi Pek Yun Hui menyahut: "Sebetulnya ia tak dapat disalahkan Kamu seharusnya berterima kasih ke-padanya, Sao Kong Gie memisahkan diri dan tinggal terpencil, sebetulnya ia bukan ingin terpisah dari kalangan Bu Lim, ia sebetulnya ingin menghindarkan pembalasan dendam atau dipaksa tinggal terpencil oleh orang lain, Alasan daripada pertapaan ini, ia sungkan memberitahukan orang lain, atau ia takut me m beri tahu kan-nya. Aku hanya ingin menyatakan kesanku kepada kedua Siocia. Kedua Siocia harus lekas-lekas mencari tahu alasannya, dan usaha itu masih belum terlambat Jika mereka tidak menemui Sao Kong Gie, mungkin kedua Siocia tidak pikir sampai di sini, Bukankah kedua Siocia harus berterima kasih kepada Bee Kun Bu?"

Semua orang di atas perahu itu tergerak oleh ucapannya Pek Yun Hui. Mereka insyaf bahwa sikapnya Sao Kong Gie sangat mencurigakan Sebagai sinshe pandai ia telah terkenal di kalangan Bu Lim, mengapa ia memisahkan diri dari kalangan itu? Ketika ia coba memeriksa lukanya Giok Cin Cu, ia rupanya cemas sekali Tapi ketika ia bicara tentang kuil Toa Ciok Sie, ia agaknya ketakutan.,.,

Sao Goat Hun menghampiri Pek Yun Hui dan berkata, suaranya rendah: "Betui, dalam beberapa tahun ini, gerak- gerik ayahku sangat mencurigakan Bahkan sikapnya terhadap aku juga telah beruban Aku menjadi khawatir"

Mereka semuanya merasa gelisah, Tiba-tiba Bee Kun Bu berkataj "Aku lupa memperkenalkan satu dengan lain." Lalu ia memperkenalkan Pek Yun Hui kepada Souw Hui Hong dan Lie Ceng Loan, kedua Sao Goat Hun.

Tempo hari, Souw Cici telah menolong kami berdua, aku sangat berterima kasih!" kata Lie Ceng Loan kepada Souw Hui Hong,

Souw Hui Hong terharu, Air matanya ber!inang. "Dik. "

Souw Hui Hong coba menyahut, tapi perkataannya tak dapat keluar Lalu kedua gadis itu menangis karena terharunya, dan Souw Hui Hong hanya memeluk erat-erat Lie Ceng Loan.

Giok Cin Cu paksakan diri coba bangun, lalu ia berkata: "Loan Jie telah menjadi murid partai Kun Lun, dan aku harus menjaga ia baik-baik. Aku tak ingin ia mendapat nasib seperti aku!"

"Kau harus buang pikiran itu. Loan Jie adalah anak yang mengenal budi dan pintar cerdas, Aku tak akan sia-siakan padanya," sahut Hian Ceng Totiang, Ucapan itu meredakan juga Ngo Kong Toa-su yang telah mengetahui bahwa puteri angkatnya itu telah jatuh cinta kepada Bee Kun Bu.

Ketika perahu tiba di pinggir telaga, hari sudah menjadi senja, Souw Hui Hong mengantarkan Bee Kun Bu dan kawan- kawnanya mendarat, dan paling akhir ia pegang tangannya Lie Ceng Loan seraya berkata: "Dik, kau jaga diri baik-baik, Kakak tak dapat mengantar lebih jauh lagi!" Sambil mengucurkan air mata Lie Ceng Loan menjawab "Cici baik sekali Aku senantiasa memikiri Cici,"

"Bu Koko sudah pasti akan menjaga kau dengan baik," kata Souw Hui Hong dengan tersenyum, Bee Kun Bu memberikan hormat kepada Souw Hui Hong dan Sao Goat Hun sambil berkata: "Budi kedua Siocia sangat besar.

Dikemudian hari jika ada kesempatan aku pasti tak melupakan!"

"Urusan ayah angkatku tak dapat ditunda, Bersama-sama Goat Hun aku harus pergi ke bagian utara dari propinsi Kwi- ciu untuk menjumpai ayahku, Selamat tinggali kalian!" berseru Souw Hui Hong, lalu ia naik lagi ke atas perahunya dan berlalu,

Mereka terus melihat perahu itu sampai tak terlihat lagi, Tiba-tiba Pek Yun Hui berkata sambil tertawa: "Rupanya ia jatuh cinta kepadamu, tapi ia tidak mau merebut kekasih orang lain, Betul-betul Souw Peng Hai pandai mengajar puterinya!"

"Rupanya Sao Siocia juga jatuh cinta kepadamu!" sahut Bee Kun Bu, Pek Yun Hui tak menjawab ia hanya tersenyum, lalu menindak ke lain jurusan, Bee Kun Bu mengejar dan menanyai "Saudara Pek, mau ke mana?"

Pek Yun Hui berhenti dan menyahut: "Aku harus berpisah, Apakah ada pesan ?"

"Aku berterima kasih atas semua bantuan saudara. Kita harus bersama-sama minum arak, barulah kita ber-pisah." Kata Bee Kun Bu.

"Sudahlah. Aku harus berpisah," sahut Pek Yun Hui, lalu ia hendak berlalu, Bee Kun Bu menahan: "Saudara Pek, mengapa tergesa-gesa? Saudara Pek menjumpai aku tiga kali, pasti ada sebabnya," katanya,

"Jam dua Siotee pasti datang!" kata Bee Kun Bu. Pek Yun Hui melirik ke arah Lie Ceng Loan, lalu ia berkata: "Paling baik kau ajak juga sumoymu." Setelah itu ia balik badan dan pergi. Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan bersama-sama kembali ke rumah penginapan, sedang Hian Ceng lotiang dan lain-Iainnya telah tiba lebih dahulu, Hian Ceng Totiang ketika itu hanya memikir bagaimana cara ia pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk mengambil buah ajaib Sie Can Ko untuk menyembuhkan luka Sumoynya, dan Bee Kun Bu dilain pihak mengenangltan kepandaiannya Pek Yun Hui,

Setelah mereka bersantap, Hian Ceng Totiang berkata kepada Ngo Kong Toa-su: "Sao Kong Gie telah mengatakan bahwa untuk pergi ke kuil Toa Ciok Sie tidak mudah, meski pun kita ke sana hanya untuk maksud minta obat Aku menghendaki Kun Bu dan Ceng Loan mengantar susioknya ke pegunungan Kun Lun, dan aku akan berangkat pergi ke kuil Toa Ciok Sie malam ini juga, Bagaimanakah pendapat saudara?"

Ngo Kong Toa-su berpikir sejenak, lalu menyahut: "Aku si tua bangka tua sudah mengambil ketetapan tidak kembali ke kuil Hua San. Aku ingin menyertai saudara pergi ke kuil Toa Ciok Sie!"

"Tertma kasih, Bagaimana jika kita berangkat malam ini juga?" tanya Hian Ceng Totiang.

Mendengar ucapan itu Giok Cin Cu mengerutkan kening dan berkataj "Sao Kong Gie telah memperingatkan kita bahwa Toa Ciok Sie itu tidak mudah dimasuki, karena banyak bahayanya, Bukankah lebih baik kembali dahulu ke kuil San Goan Kong di pegunungan Kun Lun, untuk berdamai dengan Ji-Suheng?"

Hian Ceng Totiang memandang kepada Sumoynya dan berkata: "Ngo Kong Toa-su dengan ilmu tinju Cap Pwee Lo Han Cong dan ilmu tongkat Ji Cap Sie Kiang Liong Cong Hoat (menakluki naga dengan dua puluh empat cara) akan menyertai aku. Kita pergi hanya untuk minta obat Hweeshio- Hweeshio di dalam kuil Toa Ciok Sie jika betul-betul budiman, mereka pasti memberikan obat itu untuk menolong jiwa. Setelah memperoleh obat itu, kita pasti kembali ke kuil San Goan Kong."

Giok Cin Cu telah mengetahui bahwa suhengnya tidak akan merubah kehendaknya, ia pejamkan kedua matanya tidak bicara lagi, Lalu Hian Ceng Totiang pesan Bee Kun Bu sebelum ia berangkat bersama-sama Ngo Kong Toa-su.

Bee Kun Bu, Lie Ceng Loan dan Liong Giok Pin mengantar kedua guru mereka, Liong Giok Pin harus melayani Giok Cin Cu dan Lie Ceng Loan terpaksa tidur di dalam kamarnya sendiri Baru saja ia ingin pergi tidur, ia dengar orang mengetok pintunya, ia buka pintu itu dan melihat Bee Kun Bu telah berpakaian baju biru, ia menanyai "Bu Koko, ingin ke mana?"

"Sebetitar lagi aku hendak pergi ke pinggir telaga menemui seseorang, Kau beristirahat sebentar sebentar jam dua aku akan panggil kau lagi." kata Bee Kun Bu, suaranya rendah, "Kita akan menjumpai pemuda yang berbaju hijau,"

"Apa ia lebih pandai daripada Sao Kong Gie?" tanya Lie Ceng Loan,

"Aku tak mengetahui ia tak dapat mengobati orang," sahut Bee Kun Bu. Lalu Lie Ceng Loan mengambil satu buah Bwee dari laci, yang ia potong menjadi dua, dan membagi sepotong kepada Bee Kun Bu sambil berkata: "Hutan Bwee di dekat kuil San Ceng Koan mungkin sudah banyak buahnya, Tapi kita tak dapat makan.,, sayang." ia menarik napas panjang,

Sambil makan buah Bwee itu, Bee Kun Bu menghibur "Buah Bwee di pegunungan Kun Lun lebih besar jika kita sudah tiba di sana, kau dapat makan sekenyang-nya."

"Jika demikian, kita pun dapat menangkap dua ekor bangau putih, Kita pelihara sampai besar, lalu masing-masing menunggang seekor untuk terbang ke langit," kata Lie Ceng Loan dengan sifat kanak-kanak, lalu mendekati Bee Kun Bu.

Bee Kun Bu harus menahan nafsu ketika Lie Ceng Loan bersandar kepadanya, Harum tubuh di gadis membikin ia mabuk, ia )ekas-lekas dorong si gadis seraya berkata: "Nah, kau lekas-lekas tukar pakaian, dan aku menunggu kau di luar untuk bersama-sama pergi ke pinggir telaga."

Setelah Lie Ceng Loan tukar pakaian, mereka bersama pergi ke pinggir telaga, Ketika itu sudah lewat jam dua belas malam dan sedikit sekali orang yang berkeliaran di jalan, Di bawah sinar bulan, Lie Ceng Loan dengan baju putihnya dan gaun birunya, lebih cantik tampaknya, Mereka berdiri di bawah suatu pohon di pinggir telaga menanti kedatangan Pek Yun Hui sambil memandang ke arah telaga yang airnya berkilau- kilau di bawah sinarnya Dewi Malam,

Entah kapan atau bagaimana Pek Yun Hui sudah berada di belakang mereka ketika sudah hampir jam dua, ia masih berbaju hijau, Segera Bee Kun Bu mengangkat tangan memberi hormat sambil menanya: "Saudara Pek kapan tibanya?"

"Aku sudah tiba lebih dahulu daripada kalian," sahut Pek Yun Hui.

"Aku telah sediakan perahu agar kita dapat bersama-sama pesiar di dalam perahu sambil minum arak di bawah sinar bulan yang terang ini." Lalu ia ajak Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan naik ke atas peranunya, di mana seorang yang bertubuh besar dan berbaju abu-abu telah siap mengayuhnya,

Orang itu menundukkan kepalanya, seakan-akan tidak ingin mukanya dilihat orang, Mereka masuk ke dalam kamar perahu, di mana telah dipasang selimut putih yang tebal. Di atas selimut putih itu ada satu meja bundar yang kaki-kakinya pendek sekali, Di atas meja telah sedia delapan macam makanan dan sayuran serta satu teekoan dari porselen putih yang berisi arak. Lalu Pek Yun Hui berseru kepada orang yang bertubuh besar itu: "Sudahlah, kau boleh pergi, Kami akan mengayuh perahu ini sendiri." Orang itu lalu loncat ke pinggir telaga dan pergi entah ke mana.

Dengan tangan kirinya Pek Yun Hui memegang kemudi, dan dengan tangan kanannya ia mengayuh perahu itu. Dalam sekejap saja, perahu telah dikayuh ke tengah-tengah telaga, "Marilah kita mulai minum arak dan menikmati makanan ini." Kata Pek Yun Hut", sambil menuangkan arak untuk kedua tamunya, Setelah masing-masing minum tiga cangkir, Lie Ceng Loan berkata: "Sudahlah, aku tak minum lagi." Pek Yun Hui tersenyum dan berkata: "Saudara Bee, jika demikian, kau harus menyertai aku minum lagi tiga cangkir!"

Tiga cangkir lagi aku kira masih dapat kuminum!" sahut Bee Kun Bu. Lalu mereka masing-masing minum tiga cangkir lagL Tiba-tiba Lie Ceng Loan berseru: "Bu Koko, kepalaku pusing." Lalu ia taruh kepalanya di pundaknya Bee Kun Bu. "Adikku ini seperti anak kecil. Harap saudara Pek tak mencelanya." Kata Bee Kun Bu.

Pek Yun Hui hanya menjawab dengan senyum Bee Kun Bu memperhatikan bahwa matanya Pek Yun Hui

berlinang air mata, Pek Yun Hui melihat bulan di langit, lalu

berkata sambil tersenyum: "Bulan di langit merupakan satu arit, tapi terang sekali, Perkenankanlah aku main kim untuk menghibur kalian berdua." ia masuk ke dalam kamar perahu dan mengambil sebuah kim kecil yang luar biasa indah nya. ia duduk menghadapi tamunya, lalu mainkan kim itu dengan cermatnya, Lagu yang dimainkan sedih sekali dan mengharukan hati, ia berhenti dan menanyai "Bagaimana pendapat saudara Bee tentang lagu tadi?"

"Baik sekali, hanya terlampau sedih," sahut Bee Kun Bu. "Kim ajaib ini dapat mengetahui hati orang, dan aku tak

akan mainkan lagi untuk orang lain," kata Pek Yun Hui, lalu ia putusi tali-tali kim itu. Bee Kun Bu terkejut, tapi Pek Yun Hui menjelaskan "Kim yang hanya putus tali-talinya tidak rusak, Lain hari tali-talinya dapat dipasang kembali, dan aku dapat mainkan lagi untuk kalian, bukan?" Setelah itu ia taruh kembali kimnya di dalam kamar perahu, Setelah keluar lagi Pek Yun Hui melihat ke langit sambil berkata: "Fajar segera menyingsing. Aku kira lebih baik kalian pulang."

Lie Ceng Loan menghampiri dan menanya: "Pek Koko, kau pandai sekali, Dapatkah Koko mengobati Susiokku yang menjadi cacad karena racun ular?"

Pek Yun Hui tersenyum, lalu memandang Bee Kun Bu yang sedang duduk dengan wajah muram, Hian Ceng Totiang dan Ngo Kong Toa-su telah berangkat pergi ke kuil Toa Ciok Sie untuk mengambil buah Sie Can Ko meninggalkan Giok Cin Cu yang telah menjadi orang tak berdaya. Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan, kedua gadis itu masih perlu merawati Giok Cin Cu, sehingga semua urusan dibebankan di atas pundaknya Bee Kun Bu. Mereka masih jauh dari pegunungan Kun Lun, dan perjalanan yang jauh itu mereka harus tempuh. Oleh karena itu, ketika Lie Ceng Loan ucapkan soal menyembuhkan Giok Cin Cu, Bee Kun Bu merasa seperti jantungnya ditusuk-tusuk

Pek Yun Hui yang budiman hampiri Bee Kun Bu dan menghibur: "Kau tak usah terlampau sedih. Mungkin susiokmu akan lekas sembuh."

Dengan tak terasa Bee Kun Bu diajari ilmu Melangkah Ajaib

Dengan menggeleng-gelengkan kepala Bee Kun Bu menyahut "Suhuku telah berpengharapan besar ketika ia membawa Susiok ke rumahnya Sao Kong Gie. Tapi, Sao Kong Gie yang terkenal seorang sinshe pandai juga tak berdaya, Bahkan buah Sie Can Ko yang ia katakan dapat menyembuhkan juga belum tentu berhasil Kini Suhu telah pergi ke kuil toa Ciok Sie untuk mengambil buah itu. Siotee tak berpengalaman di kalangan Kang-ouw, dan harus membawa Sui-siok ke pegunungan Kun Lun, Siotee betul-betul gelisah. "

"Melihat kau bertempur melawan Sao Siocia," kata Pek Yun Hui, "Aku dapat katakan bahwa silatmu itu boleh juga dan kau dapat melawan banyak di antara jago-jago silat di kalangan Bu Lim. Tapi jika bertemu jago-jago yang betul-betul lihay, kau pasti keteter" ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan "Tentang Sao Kong Gie, ia hanya terkenal sebagai tabib yang pandai Tapi ia bilang racun ular di tulang susiokmu hanya dapat dibikin sembuh oleh buah Sie Can Ko. Tentang ini aku tak yakin. "

Dengan kedua mata terbelalak, Bee Kun Bu menanyai "Saudara Pek, apakah saudara dapat mengobati Susiokku?"

"Racun ular telah masuk ke dalam tulang, tabib yang bagaimana pandai pun tak dapat mengobati." kata Pek Yun Hui...

jawaban itu hanya membikin Bee Kun Bu lebih masgul lagi Pek Yun Hui menghampiri ia membaui harum yang dihembus angin dari tubuhnya. Harum itu luar biasa, Bee Kun Bu menjadi terpesona karena harum itu, "Dengan Ceng Loan yang demikian cantiknya di sampingmu, mengapa kau harus sedih hati?" tegur Pek Yun Hui. "Ayo, aku antar kalian ke darat agar kalian lekas-lekas kembali ke tempat penginapan."

Dengan tanpa kesukaran, perahu itu dikayuh dengan cepatnya ke pinggir telaga, Pek Yun Hui mengantarkan mereka ke darat sambil berkata kepada Lie Ceng Loan: "Kau harus jaga baik-baik Bu Koko-mu, jangan sampai diambil orang lain!" Lalu dengan menghadapi Bee Kun Bu ia berkata: "Souw Hui Hong tak akan berhenti mencintai kau. Aku lihat ia bukannya gadis biasa umumnya, Gadis yang luar biasa tak mudah jatuh cinta, akan tetapi jika ia telah jatuh cinta terhadap seorang pemuda, ia akan seperti seekor ulat sutera yang mengurung dirinya dengan sutera yang ia keluarkan dari mulutnya.

Dari zaman dahulu sehingga kini, berapa banyakkah jago- jago yang betul-betul dapat memandang harta benda dunia ini seperti asap, atau keuntungan seperti sampah? Wanita yang dapat melupakan asmara jumlahnya sedikit sekali Aku khawatir asmara itu, karena tak terbalas, akan berubah menjadi benci untuk mencelakakan Sumoymu, Mungkin kau tak dapat menghindarkan kesulitan asmara segi tiga ini. Aku hanya..." ia tak meneruskan kalimat itu, ia ubah kata-katanya: "Aku hanya sebagai penonton, aku dapat melihat dengan jelas, Sumoymu putih bersih, dan dalam hal asmara ia bukan tandingannya Souw Hui Hong, Oleh karena itu, kau harus senantiasa waspada. "

Sambil menganggukkan kepala, Bee Kun Bu menyahut "Saudara Pek terima kasih atas peringatan ini. Tapi aku tak menaruh hati kepada Souw Hui Hong, Jika ia jatuh hati kepadaku, apakah aku tak bisa mencegah-nya?"

"Betul," kata Pek Yun Hui, "la mencari pusing sendiri Tapi aku pun tak yakin kau tak mempunyai perasaan halus terhadapnya."

Pereakapan itu didengar juga oleh Lie Ceng Loan. Untuk menghibur Bee Kun Bu ia berkata: "Saudara Pek hanya bersenda-gurau."

"Tapi," kata Lie Ceng Loan, "Jika Koko tidak baik terhadap aku, aku tak dapat hidup lagi!"

"Kau tak usah khawatir, dan kau jangan berpikir yang bukan-bukan," kata Bee Kun Bu, Lalu Pek Yun Hui mendesak mereka kembali ke tempat penginapannya, Tapi Bee Kun Bu berkata lagi: "Apakah aku boleh mengantar saudara Pek?"

Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Aku seperti seekor belibis, Angkasa yang luas ini adalah tempat aku berkeliaran Aku merasa aman dimanapun Sudahlah, kalian lekas-lekas kembali!" Setelah itu ia membalik badan dan berjalan pergi kembali ke atas perahu nya.

Ketika tiba di tempat penginapan, hari sudah hampir fajar, Bee Kun Bu antar Lie Ceng Loan ke kamar tidurnya, barulah ia pergi ke kamarnya, Karena ia masih gelisah, ia tak dapat tidur, sekonyong-konyong ia dengar suara orang. ia terkejut ia bangun dari tempat tidurnya untuk menyelidiki dari mana dan suara apakah itu! ia buka jendela, lalu loncat keluar dari jendela, Semua kamar tertutup dan gelap, Hanya kamar Giok Cin Cu masih ada lampu menyala, ia loncat ke depan kamar Susioknya, Dengan satu dorongan ia buka pintu kamar itu.

Lalu dengan waspada ia masuk siap menyambut segala serangan. ia lihat Giok Cin Cu tertidur di pembaringan dengan kedua matanya tertutup, Tapi Liong Giok Pin berbaring di sisi ranjang dengan kedua kakinya mengge!antung. Rupanya ia terkejut dan coba bangun. Tapi ia telah ditotok jalan darahnya sehingga tak berdaya dan tak bergerak! ia mendekati pembaringan Susioknya, ia terkejut melihat seorang berbaju hijau sedang memijit sambungan tulang lengan kanan Susioknya, ia kenali orang itu adalah Pek Yun Hui, ia menanyai "Saudara Pek, apakah yang kau sedang lakukan?"

Sambil tersenyum Pek Yun Hui berkata: "Aku telah totok delapan jalan darah susiokmu T dan telah membikin longgar tiga ratus enam puluh empat sambungan-sambungan tulangnya. Jika kau sentuh ia, maka seluruh tulangnya akan terlepas dari tempat aslinya, sebentar lagi racun ular dari tulang akan mengalir ke jantungnya,"

Bee Kun Bu terkejut dan berseru: "Jika racun ular mengalir masuk ke jantung Susiokku, Susiokku tentu tewas!"

"Jika ia tewas, kau bisa apakah?" sahut Pek Yun Hui. Lalu ia bertindak keluar kamar Bee Kun Bu tak berani menyentuh tubuh Susioknya, ia berdiri terpaku, Ke-mudian ia keluar menghampiri Pek Yun Hui. Karena bingungnya ia mendesak Pek Yun Hui dengan pertanyaan yang agak kasar "Aku mengetahui bahwa saudara pandai sekali, Tapi jiwa orang tak dapat dipermainkan!"

Pek Yun Hui tak menyahut Sikap ini membikin Bee Kun Bu menjadi lebih marah lagi, dan dengan lupa akan kedudukannya. Secepat kilat ia lontarkan satu tinju dengan ilmu Cik Sou Pok Liong atau tangan telanjang menjotos naga. Tapi... ia meninju angin Pek Yun Hui sudah hilang entah kemana! ia melihat sekitarnya, ke atas atap rumah, ke semua penjuru. ia keluar dari rumah penginapan itu, dan berteriak: "Hai, Pek Yun Hui! seorang jantan berani berbuat berani tanggung resiko, Kemana kau lari?"

Betul saja di bawah sebuah pohon besar di depan ia, satu bayangan berkelebat Bee Kun Bu mengejar Orang itu lari, Ketika dapat mengejar dekat, Bee Kun Bu hendak mengirim jotosan lagi, Tapi orang itu bukan Pek Yun Hui, ia coba tarik kembali tinjunya, tetapi orang yang dikejar itu membalikkan tubuh dan batas menyerang dengan satu tendangan Bee Kun Bu loncat ke atas untuk menghindarkan tendangan maut itu, Mereka berhadap-hadapan Orang itu adalah orang yang berbaju abu-abu yang mengayuh perahunya Pek Yun Hui.

Dalam suasana malam yang gelap, wajah mukanya tak terlihat tegas,

Melihat Bee Kun Bu berhenti menyerang, si baju abu-abu berkata dengan suara keras: "Hai! Anak kemarin berani melawan majikanku? Dengan ilmu silat yang demikian itu kau berani melawan majikanku? Biarlah aku yang beri ajaran!"

Tapi majikanmu Pek Yun Hui telah mencelakakan Susiokku, Jika kau adalah bujangnya, aku beresi kau dulu!" sahut Bee Kun Bu. "Ha! Tiga pemimpin partai Kun Lun hanya merupakan jago-jago silat kecil Kau mu-ridnya, bisa apa? Jika kau dapat melawan aku dalam tiga puluh enam jurus, kau baru dapat menamakan diri seorang jago silat!" Baru saja ia berkata, lalu kedua tinjunya dikirim berbareng ke tubuhnya Bee Kun Bu.

Karena tidak membawa senjata, Bee Kun Bu harus melawan dengan tangan kosong, dan dengan menggunakan ilmu tinju Thian Kong Cong ia melawan si baju abu-abu itu. sebetulnya ilmu tinju Thian Kong Cong hebat sekali Tapi kepandaian lawannya lebih hebat pula, pertarungan baru berjalan dua puluh jurus, Bee Kun Bu merasa mulai keteter. Si baju abu-abu rupanya tidak ingin menyerang, ia hanya ingin mengetahui kepandaian Bee Kun Bu. Pada saat itu terdengar suara seorang wanita membentak "Hei, tua bangkai urusanmu kau lalaikan! Tapi kau bertarung melawan anak kemarin dulu ini! Apakah matamu buta? Apakah kau tidak ketahui maksud majikan kita?"

Si baju abu-abu lalu loncat mundur dan berhenti bertarung, ia berkata sambil tersenyum: "Jika aku betul-betul melawannya, ia sudah tewas pada saat itu! Aku hanya main- main saja!" Lalu ia mengangkat kedua ta-, ngannya dan berkata: "Bee Lotee, maaf!" Lalu ia balik badan, dan loncat pergi entah ke mana!

Ketika itu Bee Kun Bu mengawasi wanita yang membentak tadi, yang ternyata adalah seorang wanita berusia empat puluh tahun lebih, berbaju kurung putih, ikat pinggangnya kuning dan kepalanya dibungkus dengan kain hijau. ia membawa dua pedang yang menonjol keluar dari atas bahunya, ia berkata kepada Bee Kun Bu dengan ramah: "Bee Siangkong, harap kau tidak menjadi gusar karena si tua bangka tadi, ia berangasan Nanti jika ada kesempatan aku akan menebus dosanya terhadap Bee Siangkong!" Lalu ia pun balikkan badan dan pergi entah ke mana,

Pada saat itu Bee Kun Bu seperti orang baru sadar dari mimpinya. ia memanggil-manggil wanita yang sudah pergi itu: "Hei! Angkatan tua! Berhenti du!u! Hamba ingin menanyai

Entah dari mana si wanita itu loncat di hadapan Bee Kun Bu, dan berkata: "Bee Siangkong terlampau hormat sebetulnya apa yang ingin ditanya, Tapi janganlah aku dipanggil angkatan tua."

Dengan mengerutkan kening Bee Kun Bu menanya: "Apakah majikan angkatan tua juga Pek Yun Hui?"

Si wanita itu tak berani sebut namanya Pek Yun Hui. ia hanya menyahut: "Majikan kami adalah dari kalangan sakti wataknya agung dan budiman sebetulnya beliau jarang sekali menjumpai orang, Bee Siangkong dapat mengenal beliau, Betul-betul beruntung!" Tapi Pek Yun Hui telah mencelakakan Susiokku yang sedang menderita, ia harus mengetahui bahwa kami dari partai Kun Lun tidak mudah dihinakan orang!"

Dengan menyengir, si wanita itu menyahut: "Bee Siangkong, tiga pemimpin dari partai Kun Lun betul lihay . silatnya, Tapi untuk melawan majikan kami... aku khawatir sekali." Lalu ia loncat lari pula entah ke mana!

Dengan mata kepalanya sendiri Bee Kun Bu menyaksikan betapa lihaynya ilmu meringankan tubuh dari wanita itu. Entah bagaimana ilmu dari majikannya? ia bergidik memikirkan serangan yang ia lancarkan kepada Pek Yun Hui tadi, ia

lekas-lekas kembali ke tempat penginapan Baru saja ia bertindak masuk ke kamar, ia menyaksikan Giok Cin Cu masih tetap tidur tak bergerak, sedangkan Ue Ceng Loan dan Liong Giok Pin masing-mating berdiri di kiri kanan pembaringan itu. Tapi di Mjung bantal kepala Giok Cin Cu ia lihat satu bangau putih yang besar yang ia pernah jumpai di pegunungan Koat Cong San.

Bangau itu melonjorkan lehernya yang panjang, dan dari patoknya menggelantung satu tali perak yang ujungnya dimasukkan ke dalam mulutnya Giok Cin Cu. Kini Bee Kun Bu insyaf betul-betul bahwa Pek Yun Hui sedang berusaha sekuat tenaga mengobati Susiok-nya. ia merasa malu sekali terhadap Pek Yun Hui karena perbuatannya yang terburu nafsu tadi, Pek Yun Hui lihat ia sekali, lalu meneruskan usahanya menolong Giok Cin Cu dengan mengusap-usap bangau putih itu, Lie Ceng Loan mendekati Bee Kun Bu dan menanya, suaranya rendah: "Bu Koko, kau pergi ke mana?

Kawan Koko sedang mengobati Susiok"

"Aku keluar menghirup hawa segar, Sudahlah, jangan berisik!" sahut Bee Kun Bu.

Pek Yun Hui tersenyum ketika bangau itu membuka kedua sayapnya Bangau itu sedang menyedot racun ular dengan menggunakan pipa perak Kemudian ia loncat dari ujung bantal kepala ke lantai dengan sikap yang letih sekali, ia jalan perlahan-lahan keluar dari kamar itu. Pek Yun Hui lalu menguruti seluruh tubuh Giok Cin Cu, dan memijit-mijit semua jalan-jalan darahnya, lalu ia berdiri menantikan akibatnya, Perlahan-lahan mukanya Giok SIAN HOK SHH CW - T.s.s, JUM 2 83

Cin Cu menjadi merah, dan tubuhnya kelihatan bergerak Pek Yun Hui tersenyum karena ia yakin usahanya telah berhasil! Bee Kun Bu mendekati Pek Yun Hui dan berkata: "Saudara Pek Siotee salah besar! Mohon dimaafkan !"

Pek Yun Hui pejamkan kedua matanya, lalu menarik napas panjang. Ketika ia buka lagi kedua matanya, ia tersenyum terhadap Bee Kun Bu. Lie Ceng Loan keluarkan sapu tangannya untuk menyeka keringat di mukanya Pek Yun Hui. Selang beberapa saat Pek Yun Hui berkata kepada Liong Giok Pin: "Racun ular yang telah merembes masuk ke dalam tulang-tulang suhumu telah disedot keluar oleh bangau putih. Aku telah melancarkan kembali jalan darah nya, menyambung semua sambungan-sambungan tulang,

Suhumu perlu beristirahat dua hari lagi, dan ia akan sembuh dan pulih sebagaimana sediakala, sebentar jika ia mendusin, ia tentu menjadi lapar, dan kau harus berikan ia air sayur ikan yang hangat jika ia tak tahan amis, dapat diganti dengan air gula yang hangat Dan besok ia dapat makan atau minum segala apa saja! Kemudian ia keluar dari kamar itu, diikuti oleh Bee Kun Bu dan Lie Ceng Loan. Si bangau putih masih berada di pekarangan di luar kamar "Saudara Pek, harap kau berhenti sebentar!" mohon Bee Kun Bu. Pek Yun Hui berhenti dan menoleh ke belakang. Lie Ceng Loan seperti anak kecil menanya: "Apakah aku boleh menunggangi bangau putih itu?"

Pek Yun Hui hanya tersenyum, ia hampiri Lie Ceng Loan dan berkata: "Bangau itu kini sangat letih, Kelak jika kita berjumpa lagi, aku berikan izin kau menunggangi bangau itu selama setengah hari !amanya." "Jika kita tak berjumpa lagi? Aku tak dapat menunggangi Jika aku pelihara bangau, berapa lamakah bangau itu menjadi besar untuk dapat ditunggangi?" tanya Lie Ceng Loan,

"Bangau putih itu sudah seribu tahun lebih usianya, Menunggu bangau besar makan waktu lama, Bangau itu bukannya aku yang pelihara, Orang yang telah memelihara bangau putih ini sudah berada di liang kubur Lagi pula bangau sebesar ini tak mudah dicari Tentang bangau ini ada banyak kisahnya, Kelak kemudian hari jika ada kesempatan, aku akan menceritakan kepadamu!"

"Kami ingin kembali ke pegunungan Kun Lun. Jika Koko ingin mencari aku harus datang ke pegunungan tersebut," sahut Lie Ceng Loan,

Pek Yun Hui tersenyum, lalu ia totok kedua ujung jari kakinya dan loncat ke atas atap rumah, Bangau itu pun terbang mengikuti dia.

Bee Kun Bu ingin menghaturkan terima kasih lagi tapi Pek Yun Hui telah loncat keluar Bee Kun Bu mengejar Meskipun tampaknya seperti orang berjalan, tapi gerak majunya Pek Yun Hui sangat pesat Sebentar saja ia telah berada di luar kota. Bee Kun Bu terus mengejar sambil memanggil-manggil Ketika itu sudah jam lima pagi, seluruh tubuhnya telah basah dengan keringatnya, ia penasaran tentang sikapnya terhadap Pek Yun Hui, dan ia tidak akan menjadi puas jika ia belum menghaturkan maaf dan terima kasih kepada Pek Yun Hui yang telah menolong Susioknya,

Tapi meski dengan ilmu meringankan tubuhnya ia telah mengejar penolongnya itu, namun ia tidak berhasil ia menjadi sangat menyesal ia pergi ke pinggir telaga untuk mencuci muka. Ketika itu ia merasa ada orang di belakangnya melemparkan sapu tangan,, Dari harumnya ia mengetahui bahwa orang itu adalah Pek Yun Hui ia menoleh ke belakang, Betul saja orang itu Pek Yun Hui, entah dari mana dan kapan datangnya Tadi kau demikian beringasnya! Belum lagi aku menjelaskannya, kau telah menyerang aku!" kata Pek Yun Hui

"Aku mohon seribu maaf, Aku merasa malu terhadap diriku yang tak mengenal budi orang. Aku minta maaf!" kata Bee Kun Bu dengan mengucurkan air mata menyatakan penyesalannya.

Sambil menyeka air matanya Bee Kun Bu, Pek Yun Hui berkata: "Hm! Mengapa kau menangis seperti anak kecil?"

Bee Kun Bu tak menjawab ia awasi wajah Pek Yun Hui yang tampan itu dengan sikap yang terpesona,

"Apa yang kau ingin katakan aku telah mengetahui Kau tak usah mengetahui riwayatku, yang akan membuat kau lebih pusing lagi!" kata Pek Yun Hui, lalu berjalan ke suatu hutan pohon-pohon Liu. Bee Kun Bu mencegah: "Saudara Pek, aku tak ingin mengetahui riwayatmu, Aku hanya sangat mengagumi kepandaian dan budimu. Aku tak tahu cara bagaimana membalas budi sebesar itu! Jika saudara Pek dapat memberi ampun atas kesalahan-kesalahanku, aku baru merasa lega!"

"Aku tidak menyalahkan kau," kata Pek Yun Hui sambil memegangi pergelangan tangan kiri Bee Kun Bu. Bukan main sakitnya pegangan ilu. Bee Kun Bu berusaha melepaskan pegangan itu dengan membuka semua jari dan memulihkan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengirim tinju ke dada Pek Yun Hui Tapi Pek Yun Hui hanya mengegos sedikit menghindarkan jotosan itu, dan pegangannya tak terlepas, Meskipun mereka hanya terpisah satu tindak, akan tetapi semua pukutan-pukulan Bee Kun Bu sedikit pun tidak menyentuh tubuh PekYun Hui!

"Saudara Pek, lepaslah! Aku menyerah kalah! Rupa-nya Saudara Pek ingin menguji silatku, jagalah jotosan ini!" Bee Kun Bu berkata sambil melontarkan jotosannya lagi, Dengan tangan kirinya Pek Yun Hui tangkis jotosan ilu, lalu loncat mundur dua tindak sambil melepaskan pegangan pergelangan tangan kirinya Bee Kun Bu, "llmu silatmu masih kurang. Kau perhatikan aku bertindak di atas tanah, lalu kau berlatih, inilah langkah ajaib, Dengan tekun kau dapat pelajari dalam satu atau dua buIan, Kau juga harus memperhatikan mantera (jam-pe) yang aku ucapkan selagi melangkah." kata Pek Yun HuL

Kemudian Pek Yun Hui mempertunjukkan langkah ajaib itu, sambil mengucapkan mantera: "Coa Cau Ing Hoan, Hie- CekTo Tut, Ngo Heng Seng Khe, Ji Ciang Wee Jok (UIar lari garuda terbang, ikan ngeluyur kelinci kabur, Lima langkah ajaib sakti, Musuh kuat menjadi lemah). Dengan mantera itu kau dapat melangkah keluar dari segala kepungan musuh. Nah! perhatikan lagi!" ia mempertunjukkan pula langkah ajaib itu.

Dengan penuh perhatian Bee Kun Bu mengawasi gerak- gerik langkah ajaib yang diajarkan itu sambil mengingatkan mantera yang ia harus ucapkaa Ketika ia hendak menghaturkan terima kasih, Pek Yun Hui telah loncat sepuluh depa lebih jauhnya, dan selang sesaat telah lenyap!

Dengan berdiri tereengang Bee Kun Bu seka air mata di pipinya, ia berseru seorang diri: "Bee Kun Bu! Bee Kun Bu! Kau terlampau sembrono! Hampir saja kau membikin luka hatinya seorang penoJong!" Lalu ia coba melaksanakan langkah ajaib yang diajarkan oleh Pek Yun Hui tadi sambil mengucapkan mantera, Setelah berlatih empat lima kali, ia merasa telah dapat memahami Segera ia kembali ke tempat penginapannya,

setibanya di tempat penginapan, ia terus pergi ke kamar Susioknya, dan melihat Giok Cin Cu telah di atas pembanngannya, Tapi ia tidak lihat Liong Giok Pin dan Lie Ceng Loan, ia berlutut di depan pembaringan dan berkata: "Susiok apakah badanmu merasa enakan?"

Giok Cin Cu buka kedua matanya, dengan menarik-narik napas panjang, menyahut: "Aku kira aku akan lekas sembuh, Aku harus berterima kasih kepada penolong itu. Hei! Kau mengapa sekarang baru datang? Ceng Loan mencari kau sedari pagi, dan kini ia belum kembali Aku telah suruh Giok Pin mencari nya. Tapi sudah lewat dua jam, keduanya belum ada yang kembali!"

Bee Kun Bu terkejut. ia berkata: "Baiklah aku cari mereka!" Baru saja ia bertindak keluar, lalu tampak masuknya Liong Giok Pin. "Liong Cici, apakah kau dapat lihat Lie Ceng Loan?"

Sambil menggelengkan kepalanya, Liong Giok Pin menyahut: "Di sekitar kota ini aku telah mencari Orang kata ia pergi ke pintu selatan. Aku telah pergi ke pintu selatan, tapi aku tak menemui dia. Aku tidak tahu ke mana ia pergi, Hai!"

"Lie Ceng Loan masih hijau, Apapun ia tidak tahu, Aku khawatir ia tersesat Susiok, perkenankan aku pergi mencari ia!" kata Bee Kun Bu. Liong Giok Pin berkata lagi: Tapi kau sedari kemarin belum tidur Kau tentu letih sekali Kau harus beristirahat dahulu, biarlah aku yang pergi mencarinya."

Bee Kun Bu menggelengkan kepalanya dan berkata: "Aku tidak letih, Lagi pula Susiok akan lekas sembuh. Liong Cici lebih baik menunggui Susiok biarlah aku yang pergi mencari!"

Giok Cin Cu lalu berkata: "Loan-jie sangat naif. Ia tidak bisa pergi ke tempat jauh, Mungkin sebentar lagi ia kembali Aku sekarang merasa agak segar jauh. Jika penolong itu tidak keliru, mungkin besok aku sudah bisa bangun, dan mencari Loan-jie. Jika kau mau pergi juga, kau harus makan dahulu, Ketemu atau tidak, malam ini kau harus pulang."

sebetulnya ada beberapa kata-kata yang Bee Kun Bu hendak beritahukan Susioknya, tapi dalam keadaan cemas itu, ia hanya memikiri akan keselamatan Sumoy-nya. ia lekas- lekas makan sedikit sarapan, lalu ia bawa pedangnya menuju ke pintu selatan,

ia mencari di mana-mana sambil menanya-nanya segala orang, tapi ia tak berhasil Ketika cuaca sudah menjadi gelap dan ia sedang berdiri di pinggir jalan dengan mata dan kuping melihat dan mendengar segala sesuatu, tiba-tiba dari tempat jauh terdengar suara larinya kuda, Betul saja kemudian tampak dua ekor kuda sedang lari dengan pesat sekali, Kedua orang ini naik kuda dari tempat jauh, Mungkin mereka telah menjumpai Lie Ceng Loan, Baiklah aku tanya mereka pikir Bee Kun Bu.

Lalu ia berdiri di tengah jalan untuk minta orang-orang yang berkuda itu berhenti tapi seorang di antara penunggang kuda itu membentak: "Siapakah berani mencegat kami! Apa kau cari mati!" Bentakan itu dibarengi dengan serangan dua golok! Bee Kun Bu terpaksa loncat ke belakang menghindarkan serangan-serangan kedua golok itu, Pada saat itu kedua kuda itu juga telah dihentikan Dengan mengangkat kedua tangannya memberi hormat, Bee Kun Bu berkata sambil tersenyum: "Kedua saudara harap maafkan kelancanganku, Maksud aku menghentikan kedua saudara ialah ingin menanyakan sesuatu, Aku tak bermaksud jahat."

Kedua penunggang kuda itu juga sudah turun dari kuda nya, dan dengan golok terhunus mendengari ucapan Bee Kun Bu. Orang berdiri di sebelah kanannya adalah seorang yang tinggi kurus, berusia lebih kurang empat puluh tahun, ia menyahut: "Saudara ingin menanyakan sesuatu, tapi caranya seperti orang ingin membegal!"

"Sekali lagi aku minta maaf atas kelancanganku," kata Bee Kun Bu dan ia mengangkat kedua tangannya memberi hormat puIa, Dengan sikap ramah itu kedua orang itu menjadi saban Mereka lalu simpan goloknya dan yang satu menanyai "Kau ingin menanya apa? Lekas-lekas bilang kami harus mengejar waktu!"

"Apakah kedua saudara menemui seorang gadis berbaju merah?" tanya Bee Kun Bu.

Mereka hanya saling lihat melihat, lalu sambil menghadapi Bee Kun Bu mereka hanya goyang-goyang kepala dan segera naik kuda hendak berlalu, Sikap itu mencurigakan Bee Kun Bu. ia menanya dengan suara keras: "Hei! Aku menanya dengan hormat, tetapi kalian tidak menjawab! Cara apakah ini!"

Salah satu kedua orang itu menyahut dengan mengejek "Jika kami benar-benar sudah Iihat, tetapi tidak ingin memberitahukannya, kau mau apa?"

"Jika demikian, jangan pikir kalian dapat lewat dari sini!" sahut Bee Kun Bu dengan beringas, "Sabar saudara, Meskipun kami beritahukan, saudara tak dapat berbuat apa- apa." Lalu ia kedut tali les kudanya hendak berlalu, Bee Kun Bu pikir bahwa mereka harus dipaksa, Dengan satu loncatan ia terkam kedua orang itu dengan ilmu Cong Hok Sao Yan atau bangau hijau menyambar burung walet, Orang yang di sebelah kanan segera kirim tinju kirinya dengan ilmu Heng San Lan Houw atau tubuh - melintang menghalangi harimau, dan tangan kanannya menyodok perut Bee Kun Bu dengan Yap Tee Tao atau menjumput buah di bawah daun.

Tapi Bee Kun Bu telah lihat sodokan itu. ia lekas-lekas ubah serangannya dengan ilmu Cek Sou Pok Liong atau tangan telanjang menerkam naga, sehingga lawannya terlempar dari kudanya. Kawan-nya tidak tinggal diam, Dengan golok terhunus ia terjang Bee Kun Bu dengan kudanya, Bee Kun Bu yang telah mahir betul ilmu silat pedang Kun Lun dari Hian Ceng Totiang, dan ilmu silat tinju dari Ngo Kong Toa-su, i ditambah pengalaman-pengalamannya semenjak ia keluar dari kuil San Ceng Koan, dengan mudah dapat mengelakkan serangan dari lawannya dengan ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu atau langkah ajaib yang ia baru saja belajar dari Pek Yun Hui. Golok yang datang menyerang padanya hanya menyodok angin!

Lawannya menjadi heran. ia belum lagi sadar dari herannya itu, tinju kirinya Bee Kun Bu telah menjotos bahunya dan segera goloknya itu terlempar dari tangan, dan ia juga terjerunuk dari kudanya ke jalan raya itu! Satu tendangan menyusul di pahanya, ia tak dapat bangun lagi! Si kurus yang hanya terlempar dari kudanya segera bangun dan berkata: Tidak dinyana malam ini kita bertemu seorang jago silat yang lihay, Saudara dengan ilmu silat yang lihfiy itu sebetulnya siapa?"

Bee Kun Bu menggelengkan kepalanya: "Aku bukannya berniat bertarung melawan kalian, Kita tidak kenal satu sama lain dan kita tak mempunyai dendam. Aku pun menyesal harus menggunakan kekerasan Untuk mengetahui namaku, saudara harus lebih dahulu beritahukan aku tentang gadis berbaju merah, Jika tidak, aku terpaksa akan menggunakan kekerasan lagi!"

Si kurus menyahut: "Aku tidak takut mati. Jika saudara ingin menggunakan kekerasan, saudara seperti juga orang bermimpi di siang hari!"

Jawaban itu membikin Bee Kun Bu insyaf bahwa kedua orang itu pasti telah menjumpai Lie Ceng Loan, Lalu ia membentak: "Jika kalian tidak mau memberitahukan aku terpaksa menggunakan kekerasan lagi!" perkataan itu ia barengi dengan totokan di lengan kirinya si kurus, "Jika kau masih tidak mau memberitahukan aku akan bikin patah lenganmu ini!" ia mengancam Si kurus setelah ditotok lengan kirinya tak berdaya lagi, tapi ia masih saja bungkam. Bee Kun Bu terpaksa patahkan lengan kirinya itu.

Demikianlah si kurus menjadi pingsan, dan kawannya masih tak dapat bangun karena tendangan di pahanya, Bee Kun Bu tidak tega melihat keadaan satrunya, ia tolong sambungan tulang yang patah, membebaskan jalan darahnya si kurus yang kemudian perlahan-lahan sadar kembali ia juga pijit jalan darah pahanya kawan si kurus yang juga perlahan- lahan bangun kembali ia hampiri lagi si kurus, dengan ramah ia berkata: "Gadis berbaju merah itu adalah Sumoyku, jika kau telah menjumpai ia, kau harus beritahukan aku, dengan demikian kau telah menolong aku."

Si kurus merasa berterima kasih atas pertolongan Bee Kun Bu, tetapi ia masih tetap bungkam "Kau tidak mau beritahukan aku, mungkin ada sebab-sebabnya," kala Bee Kun Bu, "Aku hanya minta kau beritahukan jalan mana yang ditempuh Sumoyku, Dan aku tak akan mengganggu kalian lagi!"

Si kurus mulai tergerak hatinya, rupanya ia hendak berikan keterangan Tiba-tiba dari tempat yang jauhnya lebih kurang dua depa lebih terdengar suara orang mengejek Suara itu membikin terkejut si kurus, Bee Kun Bu berdiri tegak dengan waspada, ia melihat dari tempat itu seorang berusia lebih kurang lima puluh tahun berpakaian rapi dan membawa senjata martil di pinggangnya, Orang itu tak lain daripada kepala bendera hitam cabang partai silat Thian Liong, Kiok Goan Hoat.

Datangnya Kiok Goan Hoat itu membikin Bee Kun Bu kaget ia baru saja ingin menanya, tapi Kiok Goan Hoat berkata lebih dahulu: "Aku kira siapa? Serunya murid dari partai Kun Lun. Kau telah menali dua orangku dengan maksud apa kah

?"

Bee Kun Bu pikir ia tak dapat melawan Kiok Goan Hoat ia tak ingin mencari pusing melawan Kiok Goan Hoat yang lihay itu. ia mengangkat kedua tangannya memberi hormat dan berkata: "Aku telah menahan dua orang ini tidak dengan maksud jahat Aku pun tidak mengetahui kalau kedua orang ini adalah orang-orang nya angkatan tua, Aku minta maaf."

Kiok Goan Hoat tidak menyahut ia menghampiri si kurus dan kawannya sambil membentak: "Kalian masih juga belum berlalu, menunggu apa?!" Dengan paksakan diri, meskipun mereka masih merasa kesakitan dari tendangan dan totokan Bee Kun Bu, mereka cepat-cepat lekas naik kuda dan berlalu dari tempat itu. Setelah kedua orang itu berlalu, Kiok Goan Hoat berkata lagi kepada Bee Kun Bu: "Orang-orang dari cabang partai Tian Liong tidak dapat dihina! Mengapa kau menghukum mereka? Apakah salahnya mereka? Aku masih pandang ketiga pemimpin dari partai Kun Lun, aku dapat ampuni jiwamu hari ini!" Lalu ia mendekati Bee Kun Bu. Bee Kun Bu pikir tak dapat mengelakkan pertarungan lagi, ia segera mengumpulkan tenaga dalamnya, dan berdiri mengawasi kedua matanya Kiok Goan Hoat Dengan secepat kilat Kiok Goan Hoat menotok bahu kanannya Bee Kun Bu. sedangkan tinju kirinya menyodok perut! Bee Kun Bu terkejut ia sambar dan pijit pergelangan tangan kanannya Kiok Goan Hoat yang datang menotok bahunya dengan tangan kirinya, dan dengan tangan kanannya ia menyerang lawannya dengan ilmu Kim Kang Kay San atau besi baja membongkar gunung, salah satu jurus dari Cap Pwee Lo Han Cong yang ia dapat pelajari dari Ngo Kong Toa-su. Kali ini, Bee Kun Bu telah menggunakan dua jurus ilmu tinju yang berlainan satu menggempur dan satu menyerang, Dan jurus-jurus itu mengejutkan Kiok Goan Hoat yang memandang remeh satrunya,

Bee Kun Bu harus mencari-cari di pegunungan Koan San mencari Lie Ceng Loan.

Tapi Kiok Goan Hoat betul-betul seorang jago silat yang lihay sekali, dan ilmu tenaga dalamnya telah mahir betul Melihat serangan-serangannya gagal, ia dapat lekas-lekas ubah jurus-jurusnya, Ketika Bee Kun Bu menarik tangan kanannya, ia maju setindak untuk menggempur dadanya Bee Kun Bu dengan kedua tinjunya berbareng.

Bee Kun Bu tidak dapat melawan Kiok Goan Hoat dengan ilmu tenaga dalamnya, ia kalah banyak dalam pengalaman melawan jago-jago silat dari kalangan Kang-ouw. Ketika dua tinju itu menyerang dadanya, ia hanya dapat loncat mundur ke belakang secepat kilat.

Kiok Goan Hoat mengagumi cara lawannya mengelakkan serangannya itu. Tapi ia pun menjadi panas, karena tiap-tiap serangannya dapat diegosi atau dihindari Bee Kun Bu harus bersyukur bahwa ia telah mahir betul dalam ilmu tinju Thian Kong Cong, ia berhasil melawan Kiok Goan Hoat selama dua puluh jurus, sebaliknya Kiok Goan Hoat merasa heran mengapa ia masih juga tidak dapat menakluki lawannya dalam dua puluh jurus itu. ia terus serang lawannya semakin gencar bagaikan turunnya hujan. Bee Kun Bu sibuk mengelakkan serangan-serangan itu. ia terkurung oleh jotosan jotosan. ia harus berusaha melepaskan diri dari serangan- serangan yang gencar itu, atau ia bisa binasa di tangan lawannya,

Ketika itu Bee Kun Bu betul-betul berada dalam kedudukan yang berbahaya, ia merasa ia tak mempunyai tenaga lagi untuk menangkis serangan-serangan yang dilancarkan

bertubi-tubi, dan tubuhnya basah kuyup dengan keringatnya. ia yakin ia tak dapat bertahan sepuluh jurus lagi Pada saat itu, ia ingat ilmu Ngo Heng Mie Cong Pu atau langkah ajaib yang ia baru saja dapat pelajari dari Pek Yun Hui, si orang sakti itu, ilmu itu ia baru mempelajari nya, mungkin ia belum mahir betul Tapi dalam keadaan yang mendesak itu, mengapa ia tidak mau coba ?

Dengan bertekad, ia kumpulkan semua tenaga dalamnya, ia lancarkan tiga jurus istimewa dari ilmu Thian Kong Cong ke arah lawannya, Kiok Goan Hoat terpaksa mundur, karena serangan-serangan itu dilancarkan dengan nekad! Kini Bee Kun Bu tidak menjaga diri lagi, bahkan tems-menerus serangan- serangan itu membikin Kiok Goan Hoat terheran- heran. sebetulnya ia bermaksud menawan Bee Kun Bu hidup- hidup, tetapi setelah diserang kembali, lawannya itu menjadi beringas.

Dengan semua tenaga dan kepandaiannya ia kirim dua tinjunya lagi! Tapi apakah hasilnya, ia menyerang bayangan! ia menjadi lebih heran lagi, ia melihat di sekitarnya, tapi ia tak dapat melihat Bee Kun Bu! ia berdiri dengan kedua mata terbelalak bahna herannya, Tiba-tiba di belakangnya ia dengar suara orang tertawa, Dengan membalikkan tubuh secepat kilat ia kirim satu jotosan lagi, karena ia berpendapat walau ia tak dapat pukul lawannya dengan tinjunya, angin dari tinjunya itu cukup keras untuk merubuhkan lawannya,

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar