Jilid 14
HU PAK LENG yang melihat kejadian ini dalam anggapannya ia terluka amat parah dan belum sadar dari pingsannya tak terasa ia menghela napas panjang.
Mendadak Moay Siauw Beng tertawa terbahak-bahak. Haaaa... haaa... haaa... suhuku telah datang! serunya.
Hu Pak Leng angkat muka, tampak Hong Cioe dengan ujung baju beterbangan tertiup angin laksana anak panah yang lepas dari busur berkelebat datang.
Si api beracun Seng Jiang dengan cepat menggerakkan obor apinya menyulut sumbu obat peledak tersebut.
Tampaklah kerdipan percikan api laksana kilat membakar sumbu tadi dan meluncur kemuka.
Agaknya sumbu obat peledak tadi telah dipersiapkan Hong Cioe diantara batu-batu cadas kalau tidak diperhatikan secara cermat sulit untuk menemukannya.
Tidak selang beberapa saat Hong Cioe telah sampai ditanah lapang yang luas itu dan tiba dimulut lembah dimana Hu Pak Leng sekalian berhuni.
Kembali si api beracun Seng Jiang merogoh ke dalam sakunya mengambil keluar sebuah buntalan kain lalu dilemparkan kedepan sedang pergelangan kanannya mengayunkan sebatang panah Pek Ling Ciam.
Anak panah Pek Lim Ciam tadi laksana kilat yang menyambar segera meluncur kedepan tidak sampai tiga tombak jauhnya dari mulut selat tadi dengan cepat telah menghajar diatas buntalan kain tersebut.
Blaaang... diiringi suara ledakan keras mendadak buntalan kain itu meledak dan menimbulkan jilatan api dalam sekejap mata kalangan disekitar tempat itu telah berubah jadi lautan api menghadang jalan pergi Thian Ih Thaysu dan Huan Giok Koen sekalian.
Hu Pak Leng kembali memperhatikan keadaan di sekitar itu tampak olehnya para padri dari Siauw lim si serta toosu dari Bu-tong pay telah tiba didaerah tanah lapang yang luas bagaikan ember itu hatinya jadi gelisah sehingga tanpa terasa keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuh.
Si setan tua Swie Han serta si manusia iblis Wu Tuo sejak semula telah mempersiapkan tenaga murni Han Im Khie Kang-nya siap melancarkan serangan asalkan ada orang yang menerjang kobaran api tersebut mereka segera akan melancarkan serangan mematikan.
Sebaliknya Hong Cioe dengan sepasang mata dipusatkan jadi satu memperhatikan tiada berkedip percikan bunga-bunga api diatas sumbu obat peledak yang merambat kemuka dengan kecepatan bagaikan kilat itu.
Melihat sumbu api itu semakin lama semakin pendek Hu Pak Leng merasa hatinya makin gelisah berbagai pikiran berputar dalam benaknya darah panas bergolak didalam rongga dada.
Sementara itu para padri dari Siauw lim si serta toosu-toosu dari Bu-tong pay telah terhadang jalan majunya oleh kobaran api berwarna hijau itu.
Hu Pak Leng yang waktu itu sedang gelisah tiba-tiba menemukan bahwa sumbu api tadi tinggal sedikit, sebentar lagi kalau ia tidak turun tangan maka seluruh anggota Siauw lim si serta Bu-tong pay akan hancur berantakan darah panas bergolak semakin keras dengan cepat ia meletakkan tubuh Thian Sian Thaysu keatas tanah dan menerjang kedepan.
Tindakannya yang secara tiba-tiba ini seketika membuat semua orang merasa diluar dugaan.
Reaksi Hong Cioe paling cepat sewaktu dilihatnya arah yang dituju Hu Pak Leng adalah percikan bunga api diatas sumbu obat peledak hampir tiba pada ujungnya itu ia segera merasa amat terperanjat teriaknya :
Swie-heng... Wu-heng cepat lancarkan serangan. Siapa yang harus dihantam? seru Swie Han melengak. Hu Pak Leng!.
Di tengah percakapan itu Hu Pak Leng telah tiba disisi tembok kobaran api yang sedang menjilat dengan dahsyatnya itu.
Swie Han, Wu Tuo sama-sama membentak keras telapak tangan segera didorong kedepan melancarkan sebuah serangan.
Segulung hawa pukulan yang maha dingin dengan cepat menerjang kedepan dengan hebatnya.
Sementara itu Hu Pak Leng sedang berlari kedepan mendadak merasakan dari belakang tubuhnya menerjang datang segulung angin taupan ia jadi terparanjat.
Dalam keadaan seperti itu ia tak sempat berkelit lagi dengan cepat badannya meloncat kedepan dan meluncur kemuka.
Tiba-tiba terasa segulung angin pukulan yang maha dahsyat menerjang punggungnya membuat sang badan mencelat ketengah udara ia segera mengepos napas meminjam tenaga pukulan tersebut badannya kembali meluncur tiga tombak keangkasa dengan sangat tepat ia berhasil meloloskan diri dari hadangan tembok berapi itu.
Semula Hu Pak Leng terluka parah oleh ilmu Kiem Kong Ci dari Thian Sian Thaysu sehingga tulang igapun terpukul patah barusan ia harus mena han pula serangan gabungan dari Swie Han serta Wu Tuo seluruh tubuhnya kontan tergetar keras.
Darah panas segera bergolak dengan kerasnya di dalam dada tak tertahan lagi ia muntahkan darah
segar.
Pikirannya saat ini hanya mengkuatirkan keselamatan orang-orang Siauw lim serta Bu-tong pay, walaupun ia terpukul sampai terluka parah tetapi kesadaran masih utuh ia masih ingat tujuannya ialah memadamkan percikan bunga api yang sedang bergerak diatas sumbu api obat peledak tersebut.
Orang-orang Bu-tong serta Siauw lim si yang secara tiba-tiba datang menyerang mereka sama-sama datang melakukan pengepungan.
Sambil memaksa diri mengepos napas Hu Pak Leng menerjang kedepan selama ini ia tetap membungkam dalam seribu bahasa sebab asal ia buka mulut maka hawa murninya akan buyar.
Karena itu tongkat besi ditangannya bergerak gencar menyodok kesana menghantam kemari berusaha membuka jalan mendekati sumbu obat peledak tersebut.
Sementara itu Hong Tong San yang sedang terluka parah sedang berbaring disebelah daerah dekat sumbu obat peledak itu bergerak ketika Hu Pak Leng menerjang kearah sana dalam anggapan Huan Giok Koen sang Liok-lim Bengcu ini hendak mencelakai ayahnya.
Dalam keadaan cemas ia membentak keras pedangnya dengan menciptakan diri jadi serentetan cahaya merah segera meluncur kedepan.
Waktu itu Ci Yang Tootiang berdiri dekat dengan Huan Tong San seketika ia melihat Hu Pak Leng menerjang kearah si orang tua she Huan dengan sekuat tenaga ia meronta bangun pedangnya bergerak melancarkan tusukan pua kearah tubuh Hu Pak Leng.
Melihat datangnya tusukan gencar dari toosu Bu-tong pay ini sang Liok-lim Bengcu tersebut dengan cepat menggerakkan tongatnya menangkis.
Siapa sangka pada saat itulah tusukan pedang Huan Giok Koen yang datang dari belakang telab tiba tak dapat dicegah lagi punggungnya dengan telak tertusuk hingga tembus keluar dari dadanya. Tusukan ini tepat mengenai daerah kematian yang membahayakan jiwanya Hu Pak Leng tak dapat menahan diri lagi tongkat besi ditangannya terlepas dan jatuh keatas tanah.
Ci Yang Tootiang yang sedang menderita luka parah harus menerima serangan lawan setelah termakan tangkisan dari Hu Pak Leng ini ia segera putar badan mengirim sebuah tusukan kembali.
Walaupun Hu Pak Leng sudah terluka parah tetapi sinar matanya masih melototi sumbu obat peledak itu tiada berkedip ia mulai merasa pandangannya jadi kabur dan berkunang-kunang.
Dalam keadaan seperti ini mana sempat ia menghindarkan diri dari tusukan pedang Ci Yang Tootiang? Dadanya terasa amat sakit kembali ia kena ditusuk oleh pedang Ci Yang Tootiang.
Sampai keadaan seperti ini kesadaran Hu Pak Leng masih utuh ia segera membentak keras telapaknya bergerak menghajar dada Ci Yang Tootiang keras-keras.
Ci Yang Tootiang yang kesadarannya sudah mulai kabur kena dihantam oleh serangan dahsyat Hu Pak Leng ini badannya kontan terpukul mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan pedang panjangnya yang tertancap diatas dada Hu Pak Leng pun ikut tercabut keluar.
Darah segar segera muncrat keluar bagaikan sumber mata air.
Dengan sempoyongan Hu Pak Leng melanjutkan terjangannya kearah sumbu obat peledak itu sembari berlari teriaknya keras-keras.
Obat peledak..... obat peledak.....
Semburan darah segar yang muncrat keluar dari dadanya seketika menyembur keluar dengan derasnya tepat membasahi ujung sumbu obat peledak yang sedang berkobar itu.
Seketika percikan api diatas sumbu tersiram padam oleh ceceran darah segar Hu Pak Leng sedang sang Liok-lim Bengcu yang gagah perkasa inipun segera roboh keatas tanah dan menemui ajalnya seketika itu juga.
Ci Yang Tootiang yang mendengar perkataan itu jadi terkesiap ditengah remang-remangnya pikiran tersebut ia segera terjaga kembali.
Dengan cepat ia menengok kesamping tampaklah diatas sebuah batu cadas tepat dihadapannya terlintang sebuah sumbu obat peledak sepanjang beberapa depa ketika ia mencukil batu tadi dengan ujung pedangnya batu karang tersebut segera menggelinding kesamping jelas batu itu sudah digali lepas dari tempat semula dan dibalik lubang tadi tertumpuklah obat peledak yang berwarna hitam.
Jelas terbukti sedikit terlambat Hu Pak Leng bertindak niscaya obat peledak yang tertanam didalam tanah itu akan tersulut dan terjadi suatu ledakan keras.
Dalam keadaan seperti itu jangan dikata untuk menyingkir orang-orang yang ada disekitar sana niscaya akan ikut terlambat dan terbasmi seluruhnya.
Tanpa sadar lagi rasa sedih menyerang kedalam benak dengan termangu ia memandang jenasah Hu Pak Leng yang menggeletak diatas tanah dua titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Apabila bukan sang Liok-lim Bengcu ini menyiram padam kobaran api diatas sumbu obat peledak tersebut dengan darah segarnya mungkin seluruh jago Siauw lim serta Bu-tong yang hadir disana akan terbasmi habis.
Mendadak terdengar suara jeritan tangis berkumandang memecahkan kesunyian tangisan itu amat menyedihkan sekali membuat orang merasa hatinya ikut pedih.
Ketika semua orang berpaling tampaklah seorang perempuan berwajah cantik dengan memakai baju hitam berlari datang menempuh jilatan api yang sedang berkobar-kobar dibelakang perempuan itu mengikuti dua orang parempuan yang memakai baju warna hitam serta putih. Sewaktu perempuan cantik itu tiba kurang lebih tujuh delapan depa dari jenasah Hu Pak Leng mendadak ia berteriak keras.
Toako.....
Dengan cepat ia menubruk keatas jenasah itu dan menangis tersedu-sedu.
Ci Yang Tootiang yang keracunan kemudian terhajar pula oleh sebuah hantaman Hu Pak Leng saat ini berusaha menahan badannya dengan pedang bentaknya keras :
Cepat terjang tembok berapi itu.
Karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga setelah mengucapkan beberapa patah kata itu badannya tak bisa bertahan lagi dan roboh keatas tanah.
Sementara itu Huan Giok Koen dapat melihat tertanamnya obat peledak itu di sela-sela batu karang ia kelihatan tertegun dan berdiri melongo-longo.
Menanti angkat muka kembali bayangan manusia telah saling menyambar dimulut lembah suatu pertarungan berlangsung sangat ramainya.
Para padri Siauw lim serta toosu dari Bu-tong pay setelah mengetahui bahwasanya di sela-sela batu karang tersembunyi obat peledak semuanya dibikin tertegun.
Thian Ih Thaysu segera mendengus dingin, serunya. Sungguh keji perbuatan mereka.
Toya ditangannya dengan cepat pertama-tama ia menerjang terlebih dulu melewati hadangan tembok berapi.
Buntalan putih yang dilemparkan si api beracun Seng Jiang setelah terbakar beberapa saat lamanya kobaran api tersebut jauh lebih kecil ditambah lagi injakan-injakan dari para hweesio saat ini boleh dikata kobaran api telah padam semua.
Anak murid partai Bu-tong pay dengan cepat menggotong Ciangbujiennya Ci Yang Tootiang menerobos kepungan dan menerjang keluar.
Sementara itu dimulut selat telah terjadi suatu pertarungan maha sengit Thian Sian Thaysu dengan mengerahkan tenaganya yang terakhir menahan serangan-serangan dahsyat dari si setan tua Swie Han serta si manusia iblis Wu Tuo bahkan kadangkala meluangkan waktu pula untuk menerjang si api beracun Seng Jiang sehingga orang itu tiada waktu untuk melepaskan api jahatnya untuk melukai orang.
Tenaga dalam Thian Sian Thaysu amat sempurna kepandaian silatnya lihay walaupun luka dalam tubuhnya belum sembuh tetapi setelah beristirahat sebentar kekuatan badannya sebagian besar telan pulih kembali seperti sedia kala.
Ketika Hu Pak Leng secara tiba-tiba melepaskan dirinya dan lagi pergi tadi ia sedang mengatur pernapasan mengelilingi seluruh badan. Uutung sekali ketika itu semua perhatian sedang ditujukan kearah Hu Pak Leng sehingga tak seorangpun yang menaruh perhatian kepadanya.
Menanti Hu Pak Leng dengan menempuh bahaya berusaha menolong jiwa para jago ia telah selesai mengatur pernapasan dan secara diam-diam bangun berdiri.
Kebetulan sekali dalam pada itu Tiong It Hauw serta Loo Hu It Shu dengan membawa para jago Liok- lim dari lembah Mie Cong Kok telah bergerak mendatang.
Waktu itu Kok Han Siang dapat melihat Hu Pak Leng melewati tembok berapi kemudian terjerumus didalam kepungan hweesio Siauw lim hatinya jadi terkesiap sembari berteriak ia segera menerjang ke dalam.
Melihat Kok Han Siang menempuh bahaya Ban Ing Soat serta Biauw Siok Lan sama-sama terperanjat. Hujien jangan menempuh bahaya! teriak mereka hampir berbareng. Sembari berseru mereka segera mengejar kemuka.
Tiong It Hauw serta Yu Ih Lok yang bermaksud mengejar kena dihadang balik oleh Hong Cioe menanti ia berpaling kebelakang tampaklah Thian Sian Thaysu dengan angker telah berdiri disana.
Mereka jadi tertegun dan tanpa banyak bicara segera mengirim sebuah serangan kedepan.
Thian Sian Thaysu gerakkan telapak menyambut serangan tadi jari tangannya laksana kilat menotok keluar.
Moay Siauw Beng pun dengan cepat menggerakkan badannya menerjang kemuka pedangnya berputar kencang menyapu pinggang padri itu.
Karena kedatangan bocah cilik ini terlalu terburu-buru Tiong It Hauw yang berada disana salah menganggap ia hendak membokong dirinya golok tipis laksana kilat bergerak menyambut datangnya tusukan itu.
Si setan tua Swie Han serta si manusia iblis membentak berbareng lalu sama-sama mengirim sebuah babatan kedepan.
Begitu dahsyatnya serangan kedua orang ini memaksa Yu Ih Lok yang berdiri disisi kalangan ikut tergetar sehingga terpaksa harus mengundurkan diri kebelakang.
Thian Sian Thaysu melangkah dua tindak kesamping meloloskan diri dari datangnya serangan itu badannya meloncat kedepan menerjang kearah kedua orang itu.
Dengan cepat suatu pertarungan sengit berkobar dengan ramainya.
Moay Siauw Beng yang melihat tusukan pedangnya kena ditangkis oleh Tiong It Hauw hatinya jadi gusar dengan cepat ia mengeluarkan jurus-jurus serangan yang terlihay untuk menggencet lawannya.
Walaupun Tiong It Hauw pun tahu bocah ini adalah anak murid Hong Cioe tetapi benci orang ini terlalu sombong dan kurangajar iapun tidak ingin banyak bicara lagi segera mengeluarkan jurus-juirus simpanan golok tipisnya untuk melangsungkan suatu pertarungan seru melawan Moay Siauw Beng. Dalam pada itu Loo Hu It Shu dengan membawa puluhan jago Liok-lim telah tiba disana melihat pertarungan massal yaag sedang terjadi ia jadi kebingungan dan tidak mengerti apa yang harus ia lakukan pada saat ini.
Dalam sekejap mata itulah Thian Ih Thaysu dengan membawa para padri telah menerjang kemulut selat senjata tajam berkilauan memenuhi angkasa diiringi bentakan keras mereka menerjang kemuka.
Hong Cioe yang melihat rencana bagusnya menemui kegagalan total walaupun dalam hati merasa amat gusar namun setelah dilihatnya suasana sangat kalut dan untuk beberapa saat tak dapat dikuasahi ia segera sadar bilamana pertarungan ini di langsungkan lebih lama akan mendatangkan kerugian bagi pihaknya.
Ia segera bursuit nyaring dan berseru.
Swie-heng, Wu-heng pertarungan massal ini tidak bisa ditolong lagi lebih baik kita cepat-cepat berlalu.
Sebagai seorang manusia berwatak licik dan banyak pengalaman setelah melihat gelagat tidak menguntungkan dirinya ia tidak ingin bertahan lebih jauh. Badannya segera mencelat tiga tombak keangkasa dan berlalu dari situ.
Swie Han, Wu Tuo sama-sama mengirim sebuah babatan keluar angin pukulan menderu-deru memaksa Thian Sian Thaysu yang bergebrak dengan membawa luka terdesak miring kesamping.
Ambil kesempatan itulab kedua orang itu terjang keluar dari kalangan dan melayang pergi. Si api beracun Seng Jiang pun membentak keras ia kirim dua babatan dahsyat memaksa dua orang murid Siauw lim si mundur kebelakang dan segera meloncat keluar dari kalangan dan melarikan diri mengikuti dibelakang kedua orang rekannya.
Menghadapi situasi demikian kalut dan kacau si Loo Hu It Shu Huo Yen Ga tak dapat berkutik apa- apa ia menyingkir kesamping memberi jalan keluar bagi pentolan iblis-iblis itu untuk mengundurkan diri.
Gerakan tubuh beberapa orang itu sangat cepat dalam sekejap mata mereka telah lenyap tak berbekas tinggal Moay Siauw Beng seorang masih terjerumus dalam suatu pertarungan yang sengit melawan Tiong It Hauw.
Thian Ih Thaysu angkat muka memandang sekejap kearah Huo Yen Ga tiba-tiba ia gerakkan toyanya melancarkan serangan.
Para padri Siauw lim si melihat Thian Ih Thaysu telah turun tangan mereka pun sama-sama gerakkan senjata meluruk kedepan.
Sute jangan... mendadak terdengar Thian Sian Thaysu berseru.
Namun karena ia merderita luka parah sementara harus mengepos napas untuk melakukan pertarungan sengit kekuatan badannya sudah tak dapat tahan lebih lama lagi begitu berseru hawa murni seketika buyar dan ia roboh keatas tanah.
Sementara itu dari tengah kalangan mendadak terdengar suara dengusan berat serta suara tertawa dingin bergema memenuhi angkasa Tiong It Hauw yang sedang melangsungkan pertarungan sengit melawan Moay Siauw Beng mendadak berpisah dan saling mengundurkan diri kebelakang.
Tampak pundak kiri Moay Siauw Beng terluka darah segar mengucur dengan derasnya sedangkan paha kanan Tiong It Hauw robek dan darah segar pun mengucur keluar bagaikan sumber air mata.
Kiranya kedua orang itu sama-sama menderita luka.
Tiong It Hauw berhasil menebas pundak kiri Moay Siauw Beng dengan goloknya sedang Moay Siauw Beng berhasil menusuk kaki Tiong It Hauw.
Huo-heng bisik Yu Ih Lok kemudian kepada Huo Yen Ga setelah meninjau situasi disekeliling tempat itu harap kau ambil pucuk pimpinan memerintahkan seluruh anak buah kita untuk mundur dan jangan bentrok dengan pihak Siauw lim serta Bu-tong pay.
Eeeeei... apa sebenarnya yang telah terjadi? Siauw-te makin lihat makin jadi kebingungan.
Saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara nanti setelah urusan selesai kita baru bercakap-cakap kembali.
Orang she Yu itu segera meloncat kesisi Tiong It Hauw dan menambahkan. Tiong-heng bagaimana keadaan lukamu?.
Aaaakh... cuma sedikit belaka tidak terlalu parah Tiong It Hauw tertawa dan menggeleng Yu-heng cepat periksa bagaimana keadaan dari Bengcu.
Dalam pada itu setelah Thian Sian Thaysu membentak keras mencegah anak buahnya saling bergebrak para padri dari Siauw lim si sama menarik diri dan berdiri tenang ditengah lembah.
Peraturan Perguruan Sauw lim si amat keras dan ketat para hweesio-hweesio itupun mempunyai disiplin yang ketat kendati berada ditengah mara bahaya mereka tetap berdiri tenang tak seorangpun yang kelihatan gugup atau kacau.
Yu Ih Lok berpaling memandang sekejap kearah Moay Siauw Beng lalu serunya : Saudara cilik badanmu penuh dengan berlumuran dengan noda darah serta luka kulit, kinipun berada didalam kepungan musuh lebih baik jangan menerjang secara gegabah dengan berbuat begini mungkin kau masih dapat menyelamatkan jiwamu.
Menengok kearah Yu Ih Lok pun tidak Moay Siauw Beng meletakkan pedangnya diatas tanah lalu duduk bersila mengatur pernapasan untuk menyembuhkan lukanya ia biarkan mulut lukanya merekah biarkan darah segar tetap mengalir namun ia tetap tenang seolah-olah terhadap hweesio yang mengepung disekeliling tempat itu sama sekali tidak melihat.
Dengan sepasang alis berkerut Yu Ih Lok berjalan didalam lembah dengan langkah lebar para hweesio Siauw lim si yang berbaris didalam lembah tidak ada yang turun tangan menghadang namun merekapun tak ada maksud untuk memberi jalan.
Melihat kejadian itu Yu Ih Lok segera mendehem sembari menjura ujarnya : Cuwi Thaysu harap kalian suka memberi jalan buat diriku lewat.....
Biarkan dia lewat tukas Thian Ih Thaysu dengan suara keras.
Para hweesio pihak Siauw lim si dengan cepat menyingkir ke kedua belah samping dan membuka satu jalan lewat.
Dengan gerakan cepat Yu Ih Lok segera masuk menerobos kedalam lembah. Sementara itu api yang berkobar dalam lembab sebagian besar telah padam saat ini tinggal percikan api kecil belaka.
Haruslah diketahui dalam lembah gunung ini tak ada tumbuhan yang tumbuh disana lembah tersebut adalah lembah yang gersang kecuali ranting, alang-alang serta obat peledak yang telah dipersiapkan Hong Cioe sekalian terlebih dulu tak ada benda lain yang bisa digunakan sebagai bahan pembakar.
Maka dari itu sewaktu api berkobar tadi segera menjilat bahan-bahan kering yang tersedia dengan ganasnya tetapi setelah bahan-bahan pembakar musnah dengan gunanya tetapi setelah bahan-bahan pembakar musnah dengan cepat kobaran api itu padam kembali.
Suara tangisan yang serak dan lirih berkumandang datang mengikuti hembusan angin gunung walaupun suara itu tidak keras namun membuat orang ikut merasa sedih.
Telah berada ditepi jurang kehancuran bagaikan dikolong langit sudah tak ada persoalan apapun membuat ia betah hidup lebih lanjut.
Seketika Yu Ih Lok merasakan langkah kakinya makin lama makin bertambah berat ia merasa hatinya seolah-olah telah dibebani dengan sebuah beban seberat ribuan kati.
Dengan membawa perasaan hati berat lambat-lambat ia melangkah kedepan ketika sinar matanya dialihkan kedepan tampaklah Kok Han Siang sedang duduk bersandar diatas sebuah batu gunung sambil menggendong tubuh seorang lelaki yang berperawakan tinggi besar sepasang matanya terpejam rapat air mata mengucur keluar bagaikan sumber air mata meleleh membasahi pipinya rintihan serta isak tangis yang berkumandang keluar dari bibirnya yang kecil mungil.
Biauw Siok Lan serta Ban Ih Soat berjaga-jaga di kedua belah sisinya mungkin mereka berduapun terpengaruh oleh kesedihan yang terpancar keluar dari isak tangis Kok Han Siang pipi mereka berdua penuh dengan lelehan air mata.
Melihat kejadian itu Yu Ih Lok menghela napas panjang pikirnya.
Mereka berdua kenapa tidak menghibur dirinya? apakah mereka hendak biarkan dia menangis setengah mati?.....
Mendadak ia percepat langkah kakinya maju ke depan. Terasa suara isak tangis itu tiada hentinya mendengung disisi telinga semakin dekat ia berjalan ke sisi Kok Han Siang kesedihan terasa semakin memuncak sehingga akhirnya air mata tanpa terasa ikut meleleh membasahi wajahnya maksud hendak menghibur Kok Han Siang seketika terlupakan sama sekali.
Wajah yang cantik jelita saat ini telah tertutup oleh kabut kesedihan namun yang terutama memberi pengaruh tebal adalah suara isak tangis yang sangat menyedihkan itu membuat orang lain seolah-olah berada ditepi saat kiamat saja.
Terdengar suara isak tangis tadi makin lama semakin lemah makin lama semakin lirih dan akhirnya tak kedengaran sedikit suarapun :
Yu Ih Lok mengusut air mata tiba-tiba pikirannya tersadar kembali buru-buru serunya cemas. Hujien! hujien.....
Kiranya saking sedihnya sehingga kelewat batas Kok Han Siang telah jatuh tidak sadarkan diri.
Dengan seruan ini Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat pun seketika tersadar kembali dari kesedihan mereka sama-sama berseru kaget dan berteriak :
Hujien.....
Sambil berlutut kedua orang gadis ini memayang bangun tubuh Kok Han Siang.
Sekalipun perempuan cantik lakana bidadari ini jatuh tidak sadarkan diri tetapi tangannya masih erat- erat membopong jenasah Hu Pak Leng yang mulai mendingin.
Sementara itu suara langkah kaki yang gaduh dan ramai berkumandang datang Tiong It Hauw, Huo Yen Ga serta para jago dari lembah Mie Cong Kok sama-sama merubung datang.
Wajah Tiong It Hauw yang berkerudung hitam kelihatan tergetar keras jelas sedih dan berduka oleh perubahan diluar dugaan ini hanya saja orang lain tak dapat melihat bagaimanakah perubahan wajahnya saat ini.
Sedangkan Huo Yen Ga kedengaran menghela napas berat. Aaaaai! apakah Bengcu masih bisa ketolongan?.
Perlahan-lahan Biok Siok Lan angkat muka dan menjawab dengan nada sedih.
Bengcu menderita luka parah didua tempat kematian jenasahnya telah mendingin sejak tadi.
Mendengar berita itu Huo Yen Ga angkat muka memandang awan putih yang melayang diangkasa kemudian tanyanya kembali dengan berat :
Bengcu terluka ditangan siapa?.
Entahlah aku tidak melihat sendiri tak berani sembarangan menuduh :
Hmm! kalau bukan para hweesio dari Siauw lim si tentu toosu-toosu dari Bu-tong pay sela Tiong It Hauw.
Tidak mungkin timbrung Yu Ih Lok luka-luka diatas tubuh Bengcu semuanya merupakan luka tertusuk pedang para hweesio Siauw lim tidak pernah menggunakan pedang.
Segulung angin gunung bertiup lewat dengan kencangnya mengibarkan ujung pakaian para jago di samping itu menyadarkan pula Kok Han Siang yang jatuh tak sadarkan diri.
Tampak ia membuka kembali sepasang matanya lambat-lambat memandang kearah para jago dengan wajah kebingungan kemudian menjerit keras membopong jenasah Hu Pak Leng dan lari kearah depan. Aaaaai Yu Ih Lok menghela napas panjang ia segera berpaling kearah Biauw Siok Lan dan Ban Ing
Soat sembari memesan.
Saking sedihnya kelewat batas kesadarannya agak terganggu cepat kalian berdua mengejar dari belakang jangan biarkan dia ambil keputusan pendek.
Dengan sepasang mata dihadang air mata Ban Ing Soat mengangguk ia segera lari mengeja. Sedangkan Biauw Siok Lan dengan suara lirih berpesan kepada Yu Ih Lok :
Kini Bengcu telah wafat. Hujien pun seorang perempuan lemah yang tak bisa memegang pucuk pimpinan Bengcu apalagi lembah Mie Cong Kok hanya merupakan dasar permulaan belaka banyak urusan sedang dan harus digarap kesemua ini tak mungkin dikerjakan dengan kekuatan hujien harap kalian beberapa orang suka berunding dan cepatlah ambil keputusan.....
Soal ini nona Biauw tak usah banyak bicara lagi tugas Tiong It Hauw seraya ulapkan tangannya. Kecuali Bengcu seorang yang bernyali besar serta berpengetahuan luas dapat memimpin para jago
Liok-lim dari seluruh kolong jagad dalam dunia persilatan saat ini tak mungkin bisa muncul orang kedua cepat kau pergi mengurus hujien urusan ini tak perlu kau kuatirkan!
Biauw Siok Lan tidak membantah lagi ia segera meloncat ketengah angkasa dan melayang pergi dari
situ.
Pada saat ini orang-orang Siauw lim serta Bu-tong masih berada diluar lembah kata Huo Yen Ga sepeninggalnya perempuan tersebut musuh tangguh ada didepan mata rasanya bukan waktu yang tepat buat kita untuk membicarakan soal pengganti Bengcu menurut penglihatanku lebih baik kita pulang dulu ke lembah Mie Cong Kok kemudian baru di bicarakan lagi.
Ciangbujien dari partai Siauw lim maupun partai Bu-tong agaknya telah menderita luka parah kata Yu Ih Lok memberikan pendapatnya rasa permusuhan kedua partai tersebut kepada kitapun tidak begitu berat menurut pendapat cayhe kalau bisa bersabar-sabarlah sedapat mungkin kalau bisa tak usah bergebrak melawan mereka jauh lebih baik lagi.
Hmm! orang-orang dari kedua partai sudah bergebrak sangat lama saat ini kebanyakan mereka sudah lemah dan kemungkinan besar tiada sisa tenaga untuk bergebrak melawan kita lagi kalau Yu-heng menganggap mereka talah melenyapkan rasa permusuhan dengan kita. Heeee apakah ucapanmu itu tidak
terlalu keminter?
Yu Ih Lok kontan mengerutkan alisnya namun ia tidak banyak bicara dengan langkah lebar segera berjalan kearah luar lembah.
ooooOoooo
14
TIBA-TIBA terdengar Tiong It Hauw tertawa dingin sambil berkata :
Menurut pendapat Siauw-te lebih baik sementara waktu kita jangan mencari gara-gara dengan jago- jago kedua partai tersebut!
Tidak menanti jawaban dari Loo Hu It Shu ia segera meloncat kedepan dengan kesempurnaan ilmu meringankan tubuhnya dalam dua tiga kali loncatan ia telah tiba dimulut lembah. Di sana terlihat sepuluh orang hweesio Siauw lim si berdiri berjejer dengan senjata terhunus menghalangi jalan pergi mereka Kok Han Siang, Biauw Siok Lan, Ban Ing Soat serta Yu Ih Lok sekalian tertahan semua disitu.
Kok Han Siang agaknya sudah tak dapat menahan diri dibawah bimbingan Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat ia berdiri sambil pejamkan sepasang matanya wajah yang cantik penuh dibasahi dengan roda air mata.
Tiong It Hauw yang melihat kejadian itu mendadak segulung hawa gusar yang susah ditahan menerjang kebenaknya ia lepaskan kunci pada pinggangnya meloloskan golok tipis dan berjalan kedepan dengan langkah lebar.
Tiong-heng jangan gegabah seru Yu Ih Lok dengan nada lirih. Iapun segera meloncat kedepan mengejar dari belakangnya.
Merasa datangnya dua orang musuh para hweesio Siauw lim si yang berdiri berjejer ditengah jalan mendadak mulai bergerak diantara berkelebatnya cahaya senjata dalam sekejap mata tersusunlah sebuah barisan aneh.
Walaupun Tiong It Hauw belum pernah menjumpai barisan Loo Han Tin dari pihak Siauw lim namun sudah mendengar kehebatan serta kepopulerannya sejak beberapa ratus berselang bahkan belum pernah seorangpun berhasil lolos dari dalam barisan tersebut.
Kini melihat barisan Loo Han Tin telah dipersiapkan ia jadi terkesiap pikirnya.
Kalau ditinjau dari situasi pada saat ini aku rasa suatu akhir yang baik tak mungkin berhasil didapat. Ketika ia berpaling kebelakang Huo Yen Ga dengan membawa para jago Liok-lim telah tiba disitu.
Buru-buru Yu Ih Lok maju kedepan menghadang dihadapan Tiong It Hauw kepada hweesio tersebut sembari menjura ujarnya :
Cuwi thaysu menghadang jalan lewat dari lembah ini entah membawa maklud apa??
Dengan wajah serius para hweesio tersebut membungkam tak seorangpun meaggubris perkataan tersebut.
Melihat ucapannya tidak digubris Tiong It Hauw naik darah tegurnya dengan suara dingin :
Aku lihat suatu pertarungan sengit tak akan terhindar lagi Yu-heng kau tak usah banyak bicara lagi dengan mereka.
Sebelum ia ambil suatu tindakan mendadak terdengar suara seruan berat dan rendah berkumandang datang dari tempat kejauhan.
Kalian cepat manyingkir dan beri jalan lewat buat mereka.
Suara tersebut kedengaran hanya secara lapat-lapat saja namun dengan cepat para hweesio tersebut telah menyingkir kesamping dan membuka scbuah jalan lewat buat rombongan jago Liok-lim bahkan senjata yang terhunuspun diturunkan kembali ketanah.
Perubahan diluar dugaan ini membuat Yu Ih Lok serta Tiong It Hauw jadi kebingungan setengah mati setelah tertegun beberapa saat lamanya Tiong It Hauw baru berkata lirih.
Harap Yu-heng berjalan dipaling depan biarlah Siauw-te berjalan dibelakang melindungi keselamatan hujien.
Kemudian ia berpaling menjura dan berkata lebih lanjut. Silahkan hujien segera berangkat. Aaaai... ia kedah lewat batas saat ini kembali jatuh tidak sadarkan diri jawab Biauw Siok Lan dengan nada sedih.
Tiong It Hauw segera berjalan mendekat dengan langkah lebar serunya lirih.
Kesempatan baik susah didapat lagi kita tak bisa buang waktu lebih lama disini nona tiada halangan kau kerahkan hawa murni menotok beberapa buah jalan darah pentingnya coba kita lihat apakah bisa tersadar kembali dari pingsannya.
Dengan wajah sedih Biauw Siok Lan mengangguk diam-diam hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh badan kemudian telepak tangannya ditempelkan keatas jalan darah Ming Bun Hiat pada punggurg Kok Han Siang dan didorong kedepan ringan-ringan.
Tampak badan Kok Han Siang agak mematul kedepan lalu perlahan-lahan membuka matanya kembali menyapu sekejap para hweesio mendadak dengan langkah lebar ia berjalan kedepan.
Tiong It Hauw segera meloncat kedepan berebut didepan Kok Han Siang katanya lirih.
Hujien badanmu tidak sehat harap serahkan jenasah Bengcu kepada cahye biar aku yang menggendongnya??.
Bagaikan takut Tiong It Hauw hendak merebut jenasah dalam pelukannya saja mendadak Kok Han Siang putar badan seraya menggeleng.
Tidak biar aku menggendongnya sendiri!
Tanpa banyak bicara lagi ia segera berjalan lebih dahulu kearah depan.
Tiong It Hauw tidak banyak bicara lagi bersama-sama Yu lh Lok, Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat melindungi dikedua belah sisinya, bersama-sama keluar dari lembah itu diikuti Loo Hu It Shu bersama seluruh jago lihay lembah Mie Cong Kok.
Aaakh! Hu-suheng telah putus nyawa mendadak terdengar suara seorang kanak-kanak yang nyaring berkumandang datang.
Moay Siauw Beng sambil memanggul kembali pedang mustikanya segera bangun berdiri dan mengejar para jago lainnya.
Satelah bergebrak melawan Tiong It Hauw tadi dan terluka selama ini ia duduk bersila mengatur pernapasan diatas tanah walaupun para hweesio dari Siauw lim si masih mengingat dendam terbunuhnya saudara perguruan mereka namun melihat dia hanya seorang bocah lagi pula seluruh badannya belepotan darah maka sementara ini masih mengatur pernapasan tak seorang anak murid Siauw lim si pun yang turun tangan terhadapnya.
Kini setelah ia bangun berdiri dan hendak berlalu seketika muncullah seorang hweesio menghadang jalan perginya.
Berhenti bentak hweesio itu dengan nada berat. Hmmm! kau masih ingin pergi???. Moay Siauw Beng tersenyum.
Kenapa aku tak boleh pergi????. Pedangnya laksana kilat menusuk kedepan.
Terasa berkuntum-kuntum bunga dengan memancarkan cahaya tajam mendesak hweesio memaksa ia harus menyingkir kesamping.
Para hweesio tahu ilmu pedangnya amat ganas dan telengas tak boleh dipandang enteng melihat ia turun tangan mereka semua segera pusatkan perhatian bersiap-siap. Tiba-tiba seorang hweesio yang ada disebelah kiri menggerakkan toyanya dengan jurus Hang Sauw Ong Kiem atau menyapu hancur selaksa tentara ia babat kaki bocah tersebut.
Bukannya mundur Moay Siauw Beng malah maju kedepan tiba-tiba ia meloncat kedepan dan menubruk kemuka dengan kelincahan yang luar biasa pedangnya rnenyapu kiri menusuk kanan dalam sekejap mata melancarkan tiga buah serangan berantai memaksa mundur beberapa orang hweesio penghalang jalan dan terjang keluar dari kepungan lari kehadapan Kok Han Siang.
Setelah memandang sekejap jenasah Hu Pak Leng is menggeleng seraya mengeluh. Aaaakh! tidak tertolong lagi.
Tiong It Hauw karena takut secara tiba-tiba bocah she Moay itu turun tangan melukai Kok Han Siang begitu ia selesai bicara mendadak melancarkan sebuah serangan kedepan.
Cepat menyingkir bentaknya keras.
Dengan tangan kanan mencekal pedang tanpa berpaling lagi Moay Siauw Beng gerakkan tangan kirinya menyambut serangan Tiong It Hauw itu dengan keras lawan keras.
Tiong It Hauw seketika merasa hatinya tergetar keras kudu-kudanya tergempur dan tanpa terasa telah mundur tiga langkah kebelakang.
Sebaliknya Moay Siauw Beng sendiripun dipukul mundur lima langkah kebelakang oleh getaran pukulan Tiong It Hauw.
Dalam sekejap mata itulah empat orang hweesio Siauw lim si telah maju kedepan membentuk sebuah kepungan mengurung Moay Siauw Beng ditengah kalangan.
Tahan, mendadak Kok Han Siang membentak keras dengan alis berkerut.
Perempuan ini memiliki kecantikan yang luar biasa setelah mengumbar hawa amarah sikapnya jadi amat mengerikan.
Mendengar bentakan itu para hweesio sama-sama berpaling kearahnya tanpa terasa mereka sama-sama berhenti.
Moay Siauw Beng tersenyum ia berjalan kesisi Kok Han Siang dan berkata.
Aku dengan Hu Bengcu adalah suheng-te kalau begitu akupun harus memanggil kau sebagai Enso.
Kok Han Siang memandang sekejap kearahnya kemudian tanpa meggubris lagi melanjutkan perjalanannya kedepan.
Thian Ih Thaysu melihat anak murid perguruannya kena digertak oleh sebuah bentakan seorang gadis dalam hati merasa sangat gusar namun dihadapan umum iapun merasa tidak enak untuk menegur anak muridnya itu.
Sambil gerakan toya ia menyambut sendiri kedatangan rombongan itu dan menghadang jalan pergi Kok Han Siang.
Kau hendak membuat apa?? bentak Kok Han Siang sangat murka sepasang matanya melotot bulat- bulat ayo cepat menyingkir kesamping!
Dalam keadaan gusar wajah cantik menunjukkan suatu sikap yang amat berwibawa. Thian Ih Thaysu memandang beberapa kejap kearahnya kemudian tanpa terasa telah mundur dua langkah kebelakang.
Haruslah dikecantikan wajah Kok Han Siang susah dicarikan tandingannya dikolong langit dalam keadaan biasa cukup satu senyuman manisnya bisa membuat orang tergiur dan lupa daratan.
Mendengar bentakan tersebut Thian Ih Thaysu segera merasa ada suatu kekuatan yang tak dapat melawan mempengaruhi benaknya tanpa terasa lagi, mundur kebelakang. Namun dia adalah seorang padri lihay imamnya sangat kuat setelah mundur dua langkah kebelakang mendadak ia merasa keadaan sedikit tidak beres badannya kembali maju dua langkah kedepan ujarnya :
Loolap tidak ingin bergebrak dengan anak gadis tiada halangan hujien memilih seorang jago lihay dari lembah kalian untuk menghadapi diriku asalkan bisa menangkan toya loolap ini loolap segera akan menyingkir memberi jalan...
Ia rnerandek sejenak kemudian ujarnya kembali.
Atau hujien perintahkan seluruh anak buahmu terjang keluar dari lembah kedua cara ini boleh hujien pilih sendiri.
Kok Han Siang tertegun ia bingung apa yang harus dijawab dalam keadaan seperti ini. Sebelum ia ambil suatu tindakan Tiong It Hauw telah menjura.
Hujien harap segera mengundurkan diri kebelakang hamba rela bergebrak mati-matian melawan orang
ini.
Selama hidup aku paling suka berkelahi tiba-tiba Moay Siauw Beng menimbrung sembari ayunkan pedang mustikanya lebih baik aku saja yang bergebrak melawan hweesio tua ini.
Sembari ayunkan pedanya ia menerjang kedepan.
Mendadak terdengar suara teguran berat berkumandang datang. Sute! cepat menyingkir jangan menghalangi mereka lagi!.
Suara itu muncul dari mulut Sian Thaysu hongtiang partai Siauw lim mendengar suara tersebut buru- buru Thian Ih Thaysu mengundurkan diri kebelakang.
Hujien silahkan berlalu serunya seraya ulapkan tangan. Namun bocah ini harus tetap tinggal karena ia sudah banyak melukai anak murid kuil kami.
Hmmm! sengaja aku hendak bawa serta dirinya. Tukas Kok Han Siang setelah memandang sekejap kearah Moay Siauw Beng. Kalian telah melukai suamiku apakah ini tidak terhitung jiwa manusia?.
Kontan air muka Thian Ih Thaysu berubah hebat.
Sikap ketus serta keras kepala dari hujien membuat loolap jadi serba susah serunya.
Dari tempat kejauhan kembali berkumandang datang suara helaan napas panjang dari Thian Sian Thaysu.
Lepaskan mereka semua! katanya.
Thian Ih Thaysu tidak tahu Hu Pak Leng telah mengorbankan jiwanya demi menolong seluruh anggota Siauw lim serta Bu-tong pay iapun tidak tahu Ciangbun suhengnya merasa amat menyesal telah melukai Hu Pak Leng dengan ilmu jari sakti Kiem Kong Ci namun peraturan Siauw lim si amat ketat walaupun ia menyebut Thian Sian Thaysu sebagai suheng-te untuk melanggar perintah tentu saja tidak berani.
Oleh sebab itu kendati dalam hati tidak rela diluaran tidak berani banyak bicara dengan mulut bungkam ia mengundurkan diri kesamping.
Anak murid Bu-tong pay melihat para hweesio Siauw lim tidak mau menghalangi jalan pergi musuh mereka segera membentuk barisan Ngo Heng Kiem Tin menghadang jalan pergi Kok Han Siang sekalian.
Melihat barisan Yu Ih Lok termenung sebentar kemudian kepada Tiong Ih Hauw bisiknya lirih.
Antara pihak Bu-tong pay dengan kita lembab Mie Cong Kok selamanya terikat rasa curiga dan dendam untuk melewati rintangan ini rasanya tidak begitu mudah. Barisan Ngo Heng Kiem Tin dari partai Bu-tong walaupun tersohor didunia persilatan kata Tiong It Hauw.
Namun Siauw-te tidak percaya mereka benar-benar dapat menghadang jalan pergi kita orang yang perlu kita pertimbangkan saat ini adalah keadaan Bengcu hujien yang kehilangan kesadaran kita harus mencari dulu satu cara agar ia bisa menjadi tenang kembali kemudian kita baru bergebrak melawan mereka dengan hati tenang...
Yu Ih Lok tertegun diam-diam pikirnya.
Kecantikan wajah hujien tiada tandingan dikolong langit aku rasa orang ini sudah menaruh hati kepadanya kalau Bengcu masih ada dikolong langit sih tidak mengapa kini tidak beruntung ia mati minta perernpuan secantik ini memimpin para jago Liok-lim yang sudah terbiasa melakukan kejahatan mungkin bukan suatu pekerjaan yang gampang kemungkinan sekali kecantikannya akan menjadi bibit bencana dan menimbulkan suatu pertarungan saling bunuh membunuh yang mengerikan.
Melihat lama sekali ia tidak menjawab Tiong It Hauw kembali menyambung kata-katanya.
Maksud Siauw-te lebih baik kita menasehati hujien agar berada dibarisan belakang hanya saja saat ini ia sedang bersedih hati karena kematian Bengcu pikirnya sedikit tidak tenang aku takut ia tak mau mendengarkan nasehat kita.
Cayhe telah dapat menangkap maksud ucapan Tiong-heng.
Orang she Yu ini lantas berpaling tampak olehnya Kok Han Siang berdiri tegak disana dengan wajah memancarkan cahaya sangat aneh sepasang mata yang jeli memancarkan napsu membunuh serta hawa gusar sedangkan alisnya berkerut menunjukkan kesedihan yang luar biasa dari bermacam ragam perubahan air muka itu bisa ditarik kesimpulan bilamana hatinya sedang bergolak tiada hentinya.
Cahaya sang surya yang muncul diantara celah bukit disebelah barat menyorot wajahnya yang cantik perduli bagaimana sedih juga gusarnya gadis ini sebagian besar telah ditutup dengan wajahnya yang cantik menarik hati.
Untuk pertama kali ini Yu Ih Lok benar-benar memperhatikan wajah sang Bengcu hujien tanpa terasa ia tertegun diam-diam pikirnya :
Benarkah dikolong langit ada perempuan secantik ini?? sayang pada saat ini ia sedang bersedih hati kalau seandainya ia tertawa maka akan lebih menarik tidak aneh manusia sesombong dan sejumawa Tiong It Hauw bisa ditundukkan juga oleh kecantikan wajahnya.
Mendadak ia merasa ia tak dapat menahan diri buru-buru ia tarik napas panjang dan berpaling.
Sinar matanya kembali terbentur dengan para anak murid partai Bu-tong ia menemukan sinar mata semua orang pada mendelong dan berdiri tak berkutik hal ini menunjukan bahwa murid Sam Ong Koan yang telah menjauhkan diri dari keduniawianpun kena dipengaruhi oleh kecantikan wajah Kok Han Siang.
Tampak Kok Han Siang sambil membopong jenasah Hu Pak Leng dengan langkah lebar berjalan masuk kedalam barisan Ngo Heng Kiem Tin.
Ia tidak membentak atau meminta orang-orang itu menyingkir namun dengan keindahan serta kejelian matanya memandang toosu itu para murid Bu-tong pay tanpa terasa sudah mengundurkan diri kebelakang dan membuka satu jalan buat perempuan itu lewat.
Asalkan pada saat ini ada seorang toojien yang melancarkan sebuah tusukanpun tanpa mengandalkan perubahan barisan Ngo Heng Kiem Tin segera akan melukai Kok Han Siang dibawah tusukannya.
Tiong It Hauw serta Yu Ih Lok yang melihat kejadian itu jadi ketar ketir dibuatnya namun mereka tak berani buka suara mencegah atau turun tangan melindungi keselamatannya karena saat ini Kok Han Siang telah ditengah barisan pedang perduli bagaimana cepatnya gerakan tubuh seseorang tak akan berhasil menghalangi gerak tusukan pedang toojien tersebut. Dengan langkah lenggak-lenggok Kok Han Siang melanjutkan langkahnya kedepan dimana ia tiba para toosu mundur kebelakang memberi sebuah jalan buatnya lewat. Dalam sekejap mata ia sudah melewati barisan pedang dan meneruskan perjalanannya kedepan.
Bayangan tubuh yang indah meninggalkan perasaan duka dihati orang langkahnya amat lambat seolah-olah sama sekali tidak tahu kalau ia baru saja lolos dari suatu kematian.
Dengan sepasang mata tergenang air muka Biauw Siok Lan memperhatikan bayangan tubuh Kok Han Siang menjauh ia memandang terus tanpa berkedip hingga bayangan tersebut lenyap dibalik tikungan.
Kemudian perlahan-lahan ia menghembuskan napas panjang dan berkata : Aaaaai... Hujien berubah banyak.
Tiong It Hauw serta Yu Ih Lok setelah melihat perempuan itu berhasil meloloskan diri hatipun bisa lega kembali sekarang sinar matanya dialihkan kearah barisan Ngo Heng Kiem Tin dari Bu-tong pay dan diperhatikan dengan cermat.
Enci Lan mana mungkia hujien berubah? tanya Ban Ing Soat tiba-tiba sambil berpaling. Biauw Siok Lan tertawa sedih.
Ia telah berubah jadi kukuh dan keras hati. Aaaai...! perubahan drastis kali ini benar-benar merupakan suatu pukulan yang berat bagi dirinya!.
Kenapa toojien-toojien itu tidak turun tangan menghalangi perjalanannya? mereka mengatur berisan pedang bukankah bermaksud menghalangi jalan pergi kita??.
Wajahnya terlalu cantik menawan hati membuat orang tidak tega untuk turun tangan menghadapi dirinya.
Dengan mulut membungkam Ban Ing Soat mengganguk. Terdengar Tiong It Hauw tertawa tergelak.
Haaa... haaa... Yu-heng barisan pedang Ngo Heng Kiem Tin dari partai Bu-tong telah tersohor diseluruh kolong langit kehebatannya menandingi barisan Loo Han Tin dari Siauw lim si bagaimana kalau kita berdua mencoba barisan ini terlebih dulu disamping membuktikan apakah yang disiarkan dalam Bu-lim benar atau tidak??.
Sebelum Yu Ih Lok menjawab Moay Siauw Beng telah menimbrung dari samping. Bagaimana kalau akupun terhitung satu bagian?.
Walaupun usianya masih sangat muda tetapi ilmu silatnya amat lihay Tiong It Hauw yang pernah bergebrak melawan dirinya tentu saja tahu bagaimana keanehan serta kelihayan ilmu sulat bocah ini.
Segera ia menggangguk.
Baiklah terhitung kau ikut ambil satu bagian.
Yu Ih Lok jadi orang berhati-hati dan tidak memandang enteng semua urusan ujarnya lambat-lambat.
Kita bertiga hendak menerobos barisan pedang dari Bu-tong pay dapatkah berhasil tak usah kita bicarakan soal itu narnun bagaimanapun juga kita harus memberi bisikan dulu kepada Huo-heng.
Tiong It Hauw segera berpaling kebelakang. Tampak olehnya ketika itu Huo Yen Ga sedang berbicara lirih dengan para jago lembab Mie Cong Kok hanya karena suaranya amat rendah tak terdengar apa yang sedang ia bicarakan pada saat itu dengan cepat ia menggeleng. Orarg ini berwatak licik dan banyak akal katanya perlahan. Sudah lama ia mengandung niat untuk merebut kursi Bengcu namun ia menaruh rasa jeri terhadap Bengcu maka beberapa saat yang lalu tidak berani melakukan suatu gerak-gerik.
Kini Hu Bengcu telah wafat Siauw-te sudah jadi paku didepan matanya kalau sampai aku berunding dengan dirinya bukankah sama arti berkomplotan dengan harimau cukup kita tinjau dari jago-jago yang ia bawa kebanyakan adalah jago Liok-lim di sekisar Kanglam dapat kita tarik kesimpulan apa maksud sebenarnya kita tak usah gubris dia lagi kita selesaikan pekerjaan kita sendiri.
Tanpa menanti jawaban lagi ia segera meloncat lebih dahulu kedepan menerjang masuk kedalam barisan Ngo Heng Kiem Tin.
Eeeei... tunggu aku sebentar seru Moay Siauw Beng sambil tertawa mau terjang kedalam barisan kita harus turun tangan berbareng dengan demikian kita bisa saling bantu membantu.
Yu Ih Lok ada maksud menghalang tetapi tidak sempat lagi kedua orang itu laksana kilat telah menerjang masuk kedalam barisan pedang diam-diam ia hanya bisa menghela napas panjang.
Kepada Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat lantias pesannya. Nona berdua lebih baik menanti saja di luar barisan.
Walaupun aku tidak memiliki kepandaian silat lihay sela Biauw Siok Lan dengan wajah serius namun masih bisa memberi bantuan buat kalian bertiga silahkan.....
Akupun ingin ikut tukas Ban Ing Soat cepat, ayahku mati karena dipaksa oleh orang-orang Bu-tong pay dendam sakit hati sedalam lautan aku menuntutnya.
Melihat bagaimanakah sikap kedua orang gadis ini Yu Ih Lok tahu mencegah lebih lanjutpun percuma terpaksa ia menyanggupi.
Baiklah namun setelah kalian berdua masuk kedalam barisan lebih baik bertahan bersama-sama cayhe dengan demikian kita bisa saling bantu membantu saling tolong menolong.
Kita turut perintah.
Aaaai... bibi dengan membawa pikiran yang kalut tela berlalu ujar Ban Ing Soat tiba-tiba sungguh membuat orang merasa lega hati mari kita cepat-cepat mengejarnya.
Mengungkap soal Kok Han Siang, Yu Ih Lokpun segera merasakan keseriusan urusan ini tangan kanannya dengan cepat berputar meloloskan senjata pit dari punggungnya sedang tangan kiri melepaskan gembrengan tembaga dan dipukulnya bertalu-talu.
Harap kalian berdua mengikuti dibelakarg cayhe terjang masuk kedalam barisan pesannya. Dengan langkah lebar ia berjalan maju kedepan.
Sementara itu Tiong It Hauw serta Moay Siauw Beng telah menerjang masuk kedalam barisan.
Barisan pedang Ngo Heng Kiem Tin telah tersohor dikolong langit jago-jago Hek-to maupun Pak-to dalam dunia persilatan sebagian besar mengetahui bagaimana dahsyatnya pertahanan serta daya kepung barisan ini oleh sebab itu setelah mereka berdua masuk kedalam barisan Tiong It Hauw segera menggerakkan golok ditangan kanannya serta kepalan ditangan kirinya siap melancarkan serangan.
Moay Siauw Beng sendiripun segera melenyapkan sikap kebanyolan serta kenakalannya dengan mencurahkan seluruh perhatian keatas pedang ia gerakkan senjata tersebut kedepan ujung pedang bergetar keras menciptakan berbintik-bintik cahaya hijau namun ia masih bersabar.
Gerakan kedua orang itu masuk kedalam pedang dilakukan dengan kecepatan laksana kilat namun setelah berada didalam barisan gerakannya berubah makin lambat selangkah demi selangkah mereka mengerakkan badannya kemuka sepasang mata berputar kesekeliling kalangan memperhatikan perubahan dari barisan tersebut.
Karena gerak-gerik kedua orang ini sangat lambat memaksa barisan pedang Ngo Heng Kiem Tin tak dapat berubah dengan cepat tampak lima bilah pedang bersama-sama ditandingkan kearah kedua orang itu sedang posisi kakipun perlahan-lahan ikut bergeser.
Mendadak seorang toojien yang berada ditengah menggoyangkan pedangnya kekiri kekanan cahaya tajam berkilauan secara berpisah menusuk tubuh kedua orang itu.
Dengan menggunakan jurus Tan Hong Liauw Im atau burung hong mengolah mega. Moay Siauw Beng gerakkan pedangnya laksana kilat menghantam keatas pedang toojien tersebut orang ini walaupun berusia sangat muda namun kecerdikannya melebihi orang lain bahkan pendidikan perguruan terkenal pula walaupun belum pernah ia jumpai barisan pedang Ngo Heng Kiem Tin dari partai Bu-tong tetapi sering kali ia mendengar suhunya membicarakan perubahan dari barisaa ini.
Ia tahu asalkan dalam satu gerakan berhasil menguasahi orang yang menggerakan barisan tersebut akan sukar memperlihatkan pengaruhnya oleh karena itu setiap masuk kedalam barisan ia siapkan seluruh perhatiannya dalam serangan dan menunggu peluang baik untuk turun tangan.
Walaupun perhitungannya tidak salah tetapi toojien memperkuat barisan ini kebanyakan merupakan jago lihay yang sudah lama berlatih dalam perguruan Bu-tong pay gerakan pedangnya setelah menotok kedepan segera ditarik kembali.
Oleh karena menanti Moay Siauw Beng menangkis serangan lawan pedang toojien telah berubah arah mengancarn Tiong It Hauw.
Ketika tusukan Moay Siauw Beng menemui sasaran kosong barisan Ngo Heng Kiem Tin pun segera bergerak.
Tampak cahaya tajam menggulung tiada hentinya serentetan cahaya pedang menusuk datang dari arah depan.
Moay Siauw Beng dengan sebat membongkok meloloskan diri dari sambaran pedang arah depan tanganya dibalik kebelakang dengan jurus Hua Hun Im Yang atau menggurat pisah Im dan Yang menangkis datangnya serangan bokongan dari belakang punggung.
Dua orang toojien yang barusan menyerang Moay Siauw Beng melihat serangan menemui sasaran kosong badannya segera menerjang kedepan sepasang pedang bergerak berbareng menyerang Tiong It Hauw.
Manusia berkerudung she Liong segera membentak keras ia mengirim sebuah pukulan telapak menahan datangaya serangan sang toojien dari depan golok tipisnya dengan jurus Hong Kie Im Yong atau angin menderu mega membumbung menciptakan selapis bayangan golok mengunci datangnya serangan pedang dari dua arah.
Menanti ia siap gerakkan goloknya berebut menyerang mendadak dari belakang punggung kembali meluncur datang sebuah tusukan gencar.
Pada mulanya kedua orang itu bermaksud menggunakan gerakan yang tercepat berusaha menahan perubahan barisan lawas siapa sangka setelah bergebrak mereka jadi kecele apa yang diduga semula semuanya meleset ia hanya merasa perputaran pedang lawan bagaikan roda posisi menguntungkan telah tertutup sama sekali.
Dalam keadaan terdesak Tiong It Hauw harus menangkis datangnya serangan berantai lawan di samping mematikan perubahan jurus dari permainan pedang tersebut ia bermaksud mencari lubang kelemahan dari gerakan-gerakan lawan kemudian berusaha merebut kembali posisi yang menguntungkan dan mendesak masuk kepojokan. Tetapi bayangan pedang memenuhi seluruh angkas dan muncul dari empat penjuru jangan dikata melihat perubahan lawan cukup untuk mempertahankan diripun terasa amat berat dan repot.
Pada mulanya T'iong It Hauw serta Moay Siauw Beng masih bisa melayani serangan lawan dan saling bantu membantu tapi setelah lewat puluhan jurus dimana barisan Ngo Heng Kiem Tin telah menekan kehebatannya mereka berdua terasa terkurung didalam lapisan bayangan pedang yeng tebal dan rapat sedikit teledor pasti akan terluka oleh tusukan pedang lawan yang datang dari empat perjuru.
Dalam keadaan seperti ini jangan dibilang saling tolong-menolong kesempatan akan pecah perhatianpun tak ada lagi.
Sementara itu Yu Ih Lok, Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat sekalian telah tiba diluar barisan Ngo Heng Kiem Tin tapi setelah melihat hawa pedang membumbung tinggi keangkasa cahaya tajam laksana gunurg mereka jadi bingung harus turun tangan dari mana mereka hanya bisa berdiri diluar barisan sambil memandang mendelong kearah cahaya tersebut.
Huo Yen Ga dengan membawa para jago lembah Mie Cong Kok pun telah tiba' disitu senjata tajam telah diloloskan dari sarung siap turun tangan namun berhubung perubahan barisan pedang itu dilakukan sangat cepat maka dipandang dari luar hanya tampak selapis cahaya putih berputar tiada hentinya sekalipun para jago ada maksud turun tanganpun tidak mengerti harus turun tangan dari mana.
Tiong It Hauw serta Moay Siauw Beng kembali mempertahankan dari sebanyak tujuh delapan belas gebrakan dengan susah payah mereka mulai dipaksa kalut dan kelabakan oleh terjangan serta pertahanan barisan lawan yang rapat!
Bagaimana kritis serta bahayanya kedua orang itu terkurung dalam barisan Yu Ih Lok serta Huo Yen Ga yang ada diluar barisan tak dapat melihat jelas oleh sebab itu sekalipun Tiong It Hauw serta Moay Siauw Beng telah dipaksa berada dalam keadaan bahaya dan keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya. Yu Ih Lok berdua masih tetap tak berkutik sembari diam-diam memeriksa perubahan barisan pedang itu.
Dalam saat-saat kritis dan mereka berdua hampir tak dapat menahan diri itulah mendadak terdengar suara bentakan nyaring berkumandang memecahkan kesunyian disusul cahaya putih sirap dan barisan
Ngo Heng Kiem Tin seketika berhenti.
Sambil mengusap peluh yang membasahi keningnya Tiong It Hauw angkat muka memandang kedepan tampak olehnya lima orang toojien berusia setengah baya dengan pedang dilintangkan didepan dada masing-masing menyingkir kesamping membuka sebuah jalan lewat.
Cuwi silahkan berlalu katanya lirih.
Walaupun barusan melakukan suatu pertarungan sengit air muka beberapa orang toojien ini tetap tenang tidak berubah wajahnya tenang tapi serius.
Terhadap ucapan toojien ini agaknya Tiong It Hauw tidak mau percaya begitu saja serunya tertegun. Apa??
Cuwi silahkan berlalu sahut toojien yang ada di sebelah timur sambil ulapkan pedangnya.
Moay Siauw Beng gerakkan tangan kiri mengusap kering keringat yang mengucur membasahi jidatnya sambil tersenyum ia berkata.
Sebentar lagi kami akan menderita kalah kenapa kalian tidak lanjutkan serangan tersebut? tidak sampai sepuluh jurus lagi kami berdua kalau tidak mati paling sedikit akan terluka parah.
Toojien yang barusan bicara itu termenung beberapa saat lamanya.
Perintah dari suhu kami tak boleh dibangkang silahkan cuwi segera berlalu serunya kemudian. Ia segera menekan pedangnya kebawah dan mengundurkan diri kebelakang disusul oleh empat orang toojien lainnya.
Ketika Tiong It Hauw berpaling kearah lain tertampak olehnya Ci Yang Tootiang dibawah perlindungan empat orang toojien sedang bersadar ditepi dinding bukit sepasang matanya terpejam rapat wajahnya kucel dan layu jelas ia sedang menderita luka dalam yang sangat parah. Tiong It Hauw serta para jago dari lembah Mie Cong Kok rata-rata tidak tahu Thian Sian Thaysu serta Ci Yang Tootiang telah terluka parah diam-diam mereka keheranan mungkin Ci Yang Tootiang datang kemari dengan membawa sakit.
Tiba-tiba terdengar Moay Siauw Beng tertawa terkekeh-kekeh. Jarum sakti Sam Ciat Sin Ciam dari guruku dibuat dengan campuran sepuluh macam bahan berbisa perduli seseorang memiliki tenaga lweekang bagaimana sempurnapun asal terkena sebatang saja pasti akan menemui ajalnya.
Beberapa patah kata merupakan apa yang diketahui oleh para toosu dari Bu-tong pay oleh sebab itu mereka semua segera pusatkan perhatian untuk mendengarnya.
Siapa sangka Moay Siauw Beng si bocah nakal hanya bicara sampai ditengah jalan kemudian membungkam kembali dari dalam saku ia ambil keluar sapu tangan untuk mengusap keringat yang membasahi jidatnya serta noda darah dimulut lukanya hal ini membuat para toosu yang ingin tahu duduknya perkata jadi cemas dan gelisah tiada hentinya namun mereka tidak enak untuk mendesak.
Setelah membersihkan noda darah diatas mulut luka Moay Siauw Beng melepaskan sapu tangan itu keatas tanah sembari ayunkan pedangnya ia berkata lebih lanjut :
Kalian toosu-toosu tua hidung kerbau apabila ingin menolong jiwa Ci Yang Tootiang segera lemparkan senjata ketangan kalian keatas tanah.
Ia sendiri berpakaian toosu namun memaki orang lain sebagai toosu-toosu tua hidung kerbau hal ini membuat Ban Ing Soat serta para jago lembah Mie Cong Kok jadi kegelian setengah mati dalam hatinya.
Air muka para toosu itu berubah hebat berpuluh-puluh pasang sinar mata penuh kegusaran bersama- sama dialihkan kearah Moay Siauw Beng.
Bagaimana? terdengar Moay Siauw Beng membentak keras seraya mengayunkan pedangnya kalau kalian tidak puas mari kita bergebrak satu lawan satu untuk membuktikan siapa lebih unggul diantara kita.
Setelah merasakan bagaimana dahsyatnya barisan pedang Ngo Heng Kiem Tin ia tidak berani menjajal untuk kedua kalinya lagi maka sengaja menggunakan kata-kata tajam hendak memanasi hati mereka dan menantang toosu-toosu itu untuk bergebrak satu lawan satu.
Traaaang... entah siapa yang mulai dahulu mendadak terdengar suara pedang dilemparkan keatas
tanah.
Seorang berbuat demikian para toosu lainpun memberikan reaksinya. Traang... traang... trang... suara nyaring bergema tiada hentinya para anak murid Bu-tong pay sama-sama melemparkan senjata tajam mereka keatas tanah.
Moay Siauw Beng tersenyum sambil menggerakkan pedangnya ia berpaling kearah Yu Ih Lok sekalian sembari berkata.
Nah sekarang Cuwi silahkan berlalu.
Stt! coba kau lihat nyali bocah ini sungguh luar biasa bisik Tiong It Hauw kepada Yu Ih Lok ia benar- benar tidak takut mati bahkan manusia kecil pikirannya tajam ia tentu sudah memiliki cara untuk meloloskan diri mari kita pergi lebih dahulu.
Tanpa menunggu jawaban lagi ia segera berjalan terlebih dahulu kedepan. Yu Ih Lok, Biauw Siok Lan, Ban Ing Soat, Huo Yen Ga serta seluruh jago dari lembah Mie Cong Kok segera berantai berjalan lewat diantara anak murid Bu-tong pay dalam sekejap mata tinggal Moay Siauw Beng seorang diri tetap berdiri tak berkutik dari tempat semula.
Moay Siauw Beng berdiri tak berkutik hingga para jago dari lembah Mie Cong Kok telah menghilang dibalik bukit kemudian dari dalam sakunya baru mengambil keluar sebutir pil dan berkata :
Pil ini dapat menyembuhkan luka racun dari Sam Cin Sin Ciam tersebut.
Berpuluh-puluh pasang tangan bersama-sama diangsurkan kedepan hendak menerima pil tersebut dari tangan Moay Siauw Beng.
Namun bocah cilik ini hanya tersenyum mendadak ia berjongkok meletakkan diatas batu cadas dihadapannya kemudian secara tiba ia mengepos napas badannya membumbung tinggi keangkasa dengan melewati dari atas kepala toosu ini badannya berkelebat kearah depan.
Anak murid Bu-tong pay tak berkutik sedang sinar mata bersama-sama dialihkan kearah pil yang ada diatas batu itu.
Butiran pil berwarna putih tadi hanya sebesar kacang kedelai.
Walaupun berpuluh-puluh pasang mata ditunjukan keatas pil berwarna putih itu namun tak seorang pun yang maju mengambil karena siapa yang mengambil pil tersebut berarti dia pula yang bertanggung jawab untuk memberikan pil tadi kedalam mulut Ci Yang Tootiang.
Moay Siauw Beng adalah seorang bocah kukoay dan licik kepandaian silatnya amat keji sehingga meninggalkan suatu pandangan yang sangat jelek dihati para jago siapapun tidak berani memastikan apabila pil itu benar-benar merupakan pemunah ataukah pil beracun.
Semisalnya pil ini bukan obat pemunah maka siapa yang berikan pil tadi kepada Ci Yang Tootiang dia harus memikul dosa sebagai pembunuh Ciangbujien dosa tersebut merupakan dosa yang paling memalukan didalam dunia persilatan sepanjang masa akan dicap orang sebagai manusia terkutuk manusia tidak berbudi.
Tiba-tiba terdengar suara helaan napas panjang berkumandang dari arah sebelah timur kemudian muncul seorang toosu mendekati pil tadi dan mengambilnya dari atas tanah.
Sewaktu tangannya menjemput pil pemunah tersebut ada saat itu bersamaan tanganya mencekal sebilah pedang yang terlelak diatas tanah wajahnya serius dan alisnya rnenunjukkan kebulatan tekadnya dengan langkah lebar mendekati Ci Yang Tootiang.
Toosu itu berusia lima puluh tahunan jenggot hitamnya terurai kebawah sepanjang dada ia memakai sebuah jubah toosu warna abu-abu yang longgar dengan tangan kanan mencekal pedang tangan kiri diletakkan sejajar dada diatas telapak terletak pil warna putih itu.
Setiap langkah kakinya berat laksana membawa beban beribu-ribu kati jelas pikirannya sedang bergolak hanya beberapa puluh langkah saja ia telah menghabiskan waktu seperminum teh untuk mencapai tujuan.
Berpuluh-puluh pasang mata dengan penuh rasa terkejut dan harapan bersama-sama ditujukan keatas pil pemunah warna putih itu air muka setiap orang berubah serius dan beralih mengikuti gerakan tubuh toosu tadi mendekati Ci Yang Tootiang.
Cahaya sang surya menyorot dari balik bukit sebelah barat sinar kemerah-merahan menyorot diatas wajahnya yang keren dan penuh dengan keringat dingin sebesar kedelai.
Akhirnya ia berhenti didepan gurunya menghembuskan napas panjang dan ulurkan tangannya kedepan.
Suhu! serunya berat. Silahkan menelan pemunah racun ini. Orang yang hadir dalam kalangan saat ini siapapun tidak dapat memastikan apakah pil ini adalah pil pemunah ataukah obat racun namun setelah mendengar ucapan barusan hati siapapun lega agaknya dengan ucapan ini seolah-olah bisa membuat obat racunpun berubah jadi obat pemunah.
Perlahan-lahan Ci Yang Tootiang membuka matanya memandang sekejap kearah toosu itu lalu dengan cepat dipejam kembali.
Mereka semua telah pergi? tanyanya lemah.
Perintah dari suhu tecu sekalian tak berani membangkang kami telah melepaskan mereka semua.
Wajah Ci Yang Tootiang sama sekali tidak berubah seakan-akan ia sama sekali tidak mendengar apa yang sedang dikatakan oleh toosu tersebut.
Melihat keadaan itu para toosu sama-sama terkesiap. Suhu teriak mereka hampir berbareng.
Seruan ini amat sedih lagi berat namun setiap patah kata diucapkan dengan tegas dan nyata sehingga mendatangkan rasa bergidik bagi yang mendengar.
Kembali Ci Yang Tootiang menggerakkan matanya memandang sekejap kearah toosu lalu lambat- lambat dipejamkan kembali.
Air muka sang tootiang yang membawa pil itu berubah semakin serius ia melemparkan pedang di tangan kanannya keatas tanah dan mencengkeram pundak Ciangbujiennya.
Tecu Cing It telah mendapatkan sebutir pil dari seorang musuh katanya dengan nada lirih dan berat. Entah pil racun atau pemunah tecu tak dapat membedakannya tapi saat ini keadaan luka suhu amat parah tecu akan menggunakan pil ini untuk menyembuhkan luka suhu. Seandainya pil ini bukan pemunah tecu rela untuk bunuh diri untuk menebus dosa tersebut.
Kata-kata ini diucapkan dengan nada serius dan berat membuat para toosu yang mendengar tanpa terasa melelehkan air mata.
Cing It Tootiang menyapu sekejap wajah rekan-rekannya lalu berkata :
Cuwi suheng-te siapakah diantara kalian yang merasa tidak setuju aku menggunakan pil ini untuk menyembuhkan suhu? harap segera maju bicara.
Sinar mata para toosu Bu-tong sama-sama dialihkan kearah Cing It Tootiang namun tak seorang pun yang buka suara.
Perlahan-lahan Cing It Tootiang menghela napas panjang.
Luka suhu amat parah dan waktu tak bisa diperpanjang lagi jikalau Cuwi suheng-te tidak menampik akupun akan segera ambil keputusan.
Tiba-tiba ia pertinggi suaranya dan berseru. Suhu... suhu...!.