Badai Dunia Persilatan Jilid 07

Jilid 07

POUW CAU menurut dan ambil tempat duduk kemudian dengan sangat hormat jawabnya : Merepotkan dan mengganggu ketenangan hujien dalam hati hamba merasa tidak enak.....

Kok Han Siang menoleh kepada si gadis berpakaian sederhana itu bisiknya lirih: Ambil beberapa cawan air teh.

Gadis tersebut menyahut kemudian berlalu dengan langkah lambat.

Sang perempuan muda berbaju putih yang melibat kejadian itu diam-diam hatinya kembali merasa keheranan pikirnya:

Jika ditinjau dari sikap serta dandanannya tidak mirip seorang dayang apakah hujien yang terhormat dari seorang Liok-lim Bengcu hanya beberapa orang pelayan serta budakpun tidak punya.

Selagi ia berpikir keheranan gadis berbaju sederhana itu sudah keluar lagi dengan membawa beberapa cawan air teh.

Setelah mempersilahkan para tetamu minum air teh sinar mata Kok Han Siang berputar sesudah menyapu sekejap kearah Lauw San Sam Hiong mendadak tanyanya.

Apakah Toakoku belum kembali?.

Ketika itu Pouw Cau sedang pusatkan pikiran duduk tenang dan berusaha untuk melenyapkan golakan didalam hatinya mendengar pertanyaan tersebut untuk beberapa saat ia jadi tertegun dan tidak mengerti siapakah yang dimaksudkan oleh Kok Han Siang.

Karena itu ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Si setan Coe Khek Hong Ci yang melihat toakonya kebingungan buru-buru menyambung. Bengcu serta Ih-heng sedang bcrangkat menuju kekuil Siauw lim si.

Hamba sekalian mendapat perintah untuk kembali dulu kedalam lembah. Mendadak satu senyuman manis kembali berkelebat didalam wajahnya, setelah merandek beberapa saat sambungnya.

Dia orang yang melakukan perjalanan ditempat luaran setiap hari harus menanggung siksaan dan menderita untuk ini aku yang tak bisa ikut serta dirinya untuk melayani segala keperluan yang ia butuhkan dalam hati merasa tidak tenang jikalau sekarangpun aku tak bisa bantu dia membereskan urusan rumah tangga aku benar-benar tidak berguna.

Ia berguman seorang tinggi hampir setengah harian lamanya selama ini tak seorangpun yang menyela perkataannya.

Menanti ia sudah selesai berbicara Pouw Cau baru menyambung kembali kata-katanya:

Sewaktu Bengcu berangkat menuju kuil Siauw lim si telah menyampaikan pesanan kepada hamba sekalian untuk menghantarkan nona ini datang kedalam lembah Mie Cong Kok kita!

Sinar mata Kok Han Siang perlahan-lahan di alihkan keatas wajah perempuan berbaju putih itu setelah memandang sekejap ia tertawa.

Enci inilah??.

Berkat kemurahan hati Hu Bengcu aku mendapat ijin untuk tinggal disini guna menghindari pembalasan musuh. Buru-buru perempuan berbaju putih itu bungkukkan badan memberi hormat.

Toako jadi orang memang paling ramah dan welas kasih Kok Han Siang tersenyum. Heeeeei      cuma

saja masih banyak sekali kawan-kawan Bu-lim yang mengecap dia sebagai seorang jahat dan tak suka membiarkan dia orang melanjutkan hidup sewaktu aku bersama-sama dia orang lari bersembunyi dari kejaran musuh setiap hari harus berlari dan mengembara ditengah pegunungan lebat dan sunyi kadang- kadang sampai beberapa hari lamanya tak makan nasi dan buah-buahan... heeei    keadaan kami tempo dulu

benar-benar sangat mendertia......

Ia tersenyum lalu tambahnya :

Cuma kau boleh tinggal disini dengan berlega hati tempat ini banyak terdapat jago-jago lihay dari kalangan Liok-lim musuh besarmu itu tentu tidak akan berani datang kemari untuk cari balas.

Terima kasih hujien.

Sinar mata Kok Han Siang lantas dialihkan ke arah gadis berpakaian sederhana itu. Dengan demikian kitapun dapat kawan lagi katanya tersenyum :

Hujien! ujar Pouw Cau kemudian setelah melirik sekejap kearah si setan Coe Khek Hong Ci peristiwa tinggalnya nona ini disini apakah perlu di laporkan kepada Tiong serta Huo dua orang wakil Bengcu?

Selagi Kok Han Siang hendak memberi jawaban mendadak dari luar pagar bambu berkumandang datang suara teguran seseorang yang amat nyaring.

Hujien ada??.

Aaaakh.   Tiong It Hauw sudah datang, seru gadis berpakaian sederhana itu tertawa.

Dengan cepat ia lari keluar membukakan pintu pagar.

Tampaklah seorang lelaki memakai jubah panjang dengan wajah berkerudung hitam sudah berjalan masuk dengan langkah lebar :

Tiong It Hauw mengunjuk hormat buat hujien seru dari tempat kejauhan sambil menjura kearah Kok Han Siang :

Kedatanganmu sungguh kebetulan sekali cepatlah masuk kemari. Orang yang datang bukan lain adalah Tiong It Hauw sang wakil Bengcu.

Walaupun wajah orang ini tertutup kerudung hitam sehingga tidak bisa dilihat wajahaya yang asli, tetapi jikalau ada orang kangouw yang berpengalaman cukup melihat langkah kakinya yang lebar serta kepala didongakkan keatas sudah cukup mengerti bila dia orang memiliki sifat yang amat sombong dan memandang kosong empat lautan.

Tetapi sewaktu ia tiba dihadapan Kok Han Siang telah berubah jadi begitu halus dan penurut, kepalanya ditundukkan rendah-rendah seperti tidak berani dongakkan kepalanya memandang kecantikan wajah perempuan itu.

Lauw San Sam Hiong buru-buru bangun berdiri memberi hormat.

Tampak wajah Tiong It Hauw yang ditutupi kerudung hitam sedikit mengangguk kemudian alihkan sinar matanya dan berhenti diatas wajah perempuan berbaju putih itu.

Siapakah nona itu? tanyanya.

Buru-buru Pouw Cau merangkap tangannya menjura.

Sewaktu Bengcu berada di kota Lam Cang telah bertemu dengan nona ini karena ia sudah menolong nyawa Bengcu sehingga menggusarkan suhunya pada waktu itu juga ia dihantam gurunya sehingga terluka parah walaupun sudah mendapatkan pertolongan dari Bengcu tetapi tiada tempat untuk bersandar akhirnya atas perintah Bengcu kami perintahkan untuk menghantar dia kembali ke lembah Mie Cong Kok...

Mendengar laporan itu Tong It Hauw tertawa dingin tiada hentinya.

Orang-orang didalam dunia kangouw walaupun gemar membunuh dan setiap tindak tanduknya tentu di sertai tindakan kejam dan telengas tetapi terhadap perguruan paling pandang tinggi kini ia bisa mengkhianati gurunya yang memberi didikan ilmu silat, apakah dikemudian hari ia juga mengkhianat. Bengcu ?? orang semacam ini buat apa dibawa ke lembah Mie Cong Kok ? bukankah hanya akan mendatangkan keonaran serta kerepotan saja? serunya.

Mendengar teguran Pouw Cau kerutkan alisnya tajam-tajam.

Pada waktu itu Bengcu ada perintah hamba sekali tidak berani membangkang. Sahutnya buru-buru.

Selama ini si perempuan berbaju putih itu tetap berdiri disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Mendadak Tiong It Hauw maju kedepan sambil berteriak keras.

Hmmm! sekalipun urusan ini kecil tetapi mempengaruhi urusan serta urusan yang besar siasat licikmu itu berhasil mangelabuhi sepasang mata aku orang she Tiong!.

Tangannya dengan cepat diulapkan kedepan seketika itu juga muncullah dua orang lelaki berpakaian singsat warna hitam dengan pedang tersoren dipunggung menerjang masuk kedalam pintu kemudian dengan hormat menjura.

Majikan ada perintah apa? tanyanya hampir berbareng.

Tangkap perempuan ini dan jebloskan kedalam penjara bawah tanah, seru Siong It Hauw sambil tuding perempuan berbaju putih itu, tetapi tidak boleh mengganggu dirinya menanti Bengcu telah kembali ke lembah kita ambil keputusan lagi.

Selama melakukan perjalanan bersama-sama secara diam-diam Lauw San Sam Hiong sudah melakukan pengawasan serta pengamatan yang teliti terhadap gadis itu mereka merasa perempuan ini bukan saja memiliki ilmu silat yang lihay kecerdikan yang melebihi orang lain bahkan sifatpun halus lembut dan menarik hati karena itu rasa pandang yang semula tertanam dihati mereka segera tersapu bersih dengan rasa hormat dan kagum. Kini melihat Tiong It Hauw tanpa banyak bertanya sudah turunkan perintah untuk jebloskan perempuan ini kedalam penjara dalam hati merasa agak mendongkol juga. Ong Toa Kang pertama-tama yang tak bisa menahan diri tubuhnya dengan cepat meloncat mengitari Pouw Cau lalu menerjang kedepan.

Ia bersiap-siap hendak menghadang jalan pergi dari kedua orang lelaki berbaju hitam itu. Melihat tindakan gegabah saudaranya buru-buru Pouw Cau gerakan lengan kanannya mencegah. Kembali bentaknya rendah.

Walaupun Ong Toa Kang tidak membangkang tetapi iapun tidak mundur kembali ketempat semula sepasang matanya melotot diri Tiong It Hauw dengan penuh kegusaran.

Kok Han Siang sebetulnya adalah seorang perempuan muda yang masih membara beberapa bagian sifat ke kanak-kanakan jikalau bertemu dengan suatu persoalan yang belum pernah dialami sebelumnya kadang-kadang ia dibuat ribut dan kelabakan sendiri sehingga daya reaksinya rada terlambat.

Ketika ia melihat Tiong It Hauw turunkan perintah untuk menangkap perempuan berbaju putih itu selama beberapa saat dia merasa bingung apa yang harus dilakukan didalam menghadapi urusan.

Tetapi menanti kedua orang berbaju hitam itu hampir mendekati tubuh si perempuan berbaju putih dan siap-siap hendak turun tangan itulah secara mendadak ia membentak keras :

Tahan jangan ganggu dia.

Orang-orang berbaju hitam itu kebanyakan merupakan orang-orang yang dibawah Tiong It Hauw dari antara jago-jago Liok-lim didaerah Ho Pak kecuali terhadap majikannya sendiri selamanya belum pernah mereka ambil perduli kepada orang lain, oleh karena itu sewaktu mendengar suara bentakan dari Kok Han Siang mereka pura-pura tidak mendengar dan tetap melanjutkan serangannya mencengkeram perempuan berbaju putih itu.

Sang gadis berpakaian berkabung yang selama ini berdiri dibelakang Kok Han Siang selama ini menonton jalannya kejadian dengan dingin sewaktu dilihatnya kedua orang berbaju hitam itu sama sekali tidak menggubris suara bentakan dari Kok Han Siang mendadak ia membentak nyaring.

Tubuhnya dengan cepat meloncat kedepan sepasang telapak tangannya bersama-sama bergerak mengancam punggung dari kedua orang itu :

Si perempuan berbaju putih itu sendiri selama ini hanya berdiri tenang ditempat semula terhadap datang serangan cengkeraman dari kedua orang lelaki berbaju hitam itu tidak ambil perduli :

Gerakan dari gadis berpakaian berkabung itu benar-benar amat cepat belum sampai serangan dari kedua orang lelaki berbaju hitam mengenai tubuh perempuan berbaju putih itu, serangan yang dilancarkan sudah menghantam datang.

Hal ini memaksa kedua orang lelaki berbaju hitam tersebut terpaksa harus melindungi keselamatan sendiri dengan meloncat satu langkah kesamping.

Menanti serangan sudah lewat mendadak lengannya kembali sekali lagi mereka malancarkan serangan cengkeraman kearah perempuan tersebut.

Mendadak Tiong It Hauw meloncat maju kedepan tangan kirinya mengebas tangan kanannya menghantam dalam waktu yang singkat bersama-sama, mengirim serangan.

Terdengarlah suara gaplokan yang nyaring bergema memecahkan kesunyian kedua orang lelaki berbaju hitam itu masing-masing sudah kena diperseni satu kali tamparan keras.

Gerakan tubuhnya aneh lagi cepat belum sempat kedua orang lelaki berbaju hitam itu berhasil mencengkeram sasarannya, pipi masing-masing sudah kena di tampar sehingga mundur dua langkah kebelakang dengan sempoyongan Kedua orang berbaju hitam itu menoleh kearah Tiong It Hauw, walaupun dalam hati merasa amat gusar tetapi tidak berani diumbar keluar masing-masing sambil mengusap pipi sendiri berdiri termangu- mangu di tempat itu.

Tiong It Hauw tertawa dingin tiada hentinya.

Heeee... heeeee... heeee... perintah dari Bengcu hujien kalian juga tidak mau dengar, itu salah kalian sendiri tidak tahu diri... ayo cepat pergi dari sini.

Kedua orang berbaju hitam itu buru-buru menjura dengan hormat kemudian dengan langkah cepat mengundurkan diri dari dalam ruangan.

Menanti anak buahnya sudah berlalu Tiong It Hauw baru putar badan kembali. Kalau memang hujien sudah ambil keputusan hamba...

Heeeei... Toako adalah seorang yang cerdik potong Kok Han Siang sambil menghela napas. Dia tak akan salah melihat lagi.

Ketajaman mata Bengcu melebihi orang lain hamba bukan tandingannya.

Nah itulah! seru Kok Han Siang tiba-tiba sambil tertawa Toakoku sudah ambil keputusan untuk membawa dia kemari sudah tentu keputusan ini tak bakal salah kau tidak usah urusi persoalan ini lagi biarkan dia tinggal ditempatku ini.

Soal ini.....

Selama setengah harian lamanya ia tak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun. Apakah perkataanku salah???

Hujien mempunyai badan yang berharga bagaikan emas mana boleh membiarkan seorang perempuan yang tidak dikenal dan asal usul tidak jelas untuk hidup berdampingan dengan dirimu..... jikalau sampai terjadi peristiwa hamba tidak akan kuat untuk menanggungnya, lebih untuk sementara serahkan saja kepadaku biar aku orang untuk menjaganya menanti Bengcu telah kembali kedalam lembah kita baru tunggu keputusannya lagi :

Aaach... kalian orang laki-laki mana boleh menguwasai seorang perempuan... seru Kok Han Siang tertawa.

Mendadak ia teringat akan sesuatu sambil tersenyum kembali katanya : Oooh... Yaaa apakah kau suka padanya??.

Dia adalah seorang perempuan yang tiada bersifat licik apa yang dipikirkan dalam hatinya lantas diutarakan tanpa tedeng aling-aling.

Berhubung wajah Tiong It Hauw tertutup oleh kerudung hitam maka orang lain sukar melihat perubahan wajahnya tetapi badannya kelihatan gemetar sangat keras berturut-turut ia mundur dua langkah kebelakang.

Bila hamba punya maksud ini Thian akan memunahkan dirimu serunya dengan cepat. Kok Han Siang yang mendengar perkataan tersebut jadi tertegun.

Bila aku sudah salah berbicara harap kau jangan pikirkan dihati serunya kemudian menghela napas.

Hujien jangan banyak berpikir hamba tak akan menyalahkan perkataan tersebut hamba hanya ingin menunjukkan kebersihan hati dihadapan hujien.

Dia adalah seorang perempuan sebatang kara jika aku serahkan kepadamu rasanya kurang sesuai lebih baik biarkanlah dia ada disini menanti Toako telah kembali kita bicarakan lagi. Dengan sangat hormat Tiong It Hauw menjura.

Kalau hujien telah putuskan demikian hamba pun mohon diri. Ia lantas putar badan dan berlalu dengan langkah lebar.

Melihat sang manusia misterius berkerudung itu sudah berlalu, Lauw San Sam Hiong pun bangun berdiri minta diri.

Kalian bertiga yang batu saja melakukan perjalanan jauh memang seharusnya beristirahat dahulu kata Kok Han Siang sambil tertawa sewaktu menghantar mereka sampai dipintu luar untuk Huo Yen Ga biarkan aku yang mewakili biar kalian uruskan.

Terima kasih atas perhatian hujien. Dengan cepat mereka bertigapun berlalu.

Menanti Lauw San Sam Hiong berlalu Kok Han Siang baru memanggil gadis berpakaian berkabung

itu.

Kau pergilah ketempat Huo Yen Ga sana, katanya. Beritahu padanya kalau Lauw San Sam Hiong telah kembali katakan saja mereka pulang dengan membawa Li enghiong yang sekarang sudah aku tahan disini, suruh dia orang tak usah menyelidiki urusan ini lagi.

Baik aku panggil dia datang kemari untuk menemui bibi.

Tidak... tidak usah, dengan cepat Kok Han Siang menggeleng aku tidak ingin menemui dia katakan saja sudah cukup.

Si gadis berpakaian berkabung itu tersenyum.

Huo Yen Ga amat sombong dan jumawa benar sewaktu paman kembali, kita harus minta paman untuk kasih sedikit hajaran buat dirinya!.

Sttt... kau jangan laporan kepada pamanmu buru-buru Kok Han Siang mencegah. Jika ia tahu tentu sangat marah sekali.

Baiklah! gadis itu mengangguk kemudian putar badan berlalu.

Setelah gadis itu berlalu Koa Han Siang baru putar badan masuk kembali kedalam ruangan.

Ketika itu perempuan berbaju putih tersebut sudah menanti didepan pintu bahkan bungkukkan badan memberi hormat.

Berkat perlindungan dari hujien, aku mengucapkan banyak terima kasih katanya sambil tertawa. Kok Han Siang tersenyum sambil menarik tangannya untuk diajak duduk dikursi katanya :

Enci sudah menolong Toakoku dalam hati akupun sama-sama merasa amat berterima kasih diantara kita tak usah sungkan-sungkan lagi.

Ia merandek sejenak lalu tambahnya :

Enci sudah lama berkenalan dengan Toakoku?.

Sebelum pertemuan di kota Lam Cung kita belum pernah saling mengenal perempuan berbaju putih itu menggeleng.

Lalu mengapa kau sudah turun tangan menolong dirinya??.

Pertanyaan ini datangnya terlalu mendadak kendati si perempuan berbaju putih ini adalah seorang perempuan yang sangat cerdik tidak urung di buat berdiri termangu-mangu juga. Setelah termenung beberapa saat ia baru tersenyum.

Hu Bengcu lapang dada bersemangat jantan dan berhati jujur, merasa tidak tega melihat dia orang menemui ajalnya dibawah serangan bokongan angin pukulan beracun Im Hong Ciang suhuku.

Kok Han Siang yang mendengar ia memuji diri Hu Pak Leng dalam hati merasa amat kegirangan. Jarang sekali ada orang yang memuji Toakoku dihadapanku katanya sambil tertawa. Tetapi ia benar-

benar satu-satunya oraag yang paling baik di kolong langit ini kau memuji dirinya dalam hatikupun ikut merasa gembira......

Si perempuan berbaju putih yang melihat perempuan tersebut tertawa dengan begitu gembira bahkan polos tanpa tedeng aling-aling dalam hati merasa malu sendiri pikirnya : Terhadap seorang perempuan yang begitu halus ramah dan menarik hati semacam dia sekalipun rasa cintaku terhadap Hu Pak Leng sudah aku pendam jauh-jauh didasar lubuk dan untuk selama hidup tak kuperdulikan lagi tapi naluriku tetap merasa tidak tenang.

Mendadak Kok Han Siang menarik kembali senyuman diatas wajahnya.

Aaaakh. ! saking gembiranya aku jadi tolol sampai menanyakan encimu lupa siapakah namamu.

Aku she Biauw bernama Siok Lan dilain waktu bilamana hujien ada uruaan panggil saja aku dengan sebutan Lan Jie!

Aaaach mana boleh, usiamu jauh lebih besar beberapa tahun dari diriku seharusnya aku panggil kau dengan sebutan enci Biauw...

Hal ini aku mana berani menerimanya.

Di dalam lembah ini kecuali aku hanya kau dengan soat jie saja merupakan kaum wanita yang tinggal didalam lembah ini dengan kedatanganmu berarti kami sudah mendapat kawan lagi dibelakang gunung terdapat air terjun serta beraneka bunga yang sangat indah pada suatu hari jika ada waktu tentu aku bawa kau untuk bermain kesana sekarang seharusnya kau pergi beristirahat.

Hujien suka bersikap begitu baik dan ramahnya terhadap diriku hul ini benar-benar membuat aku merasa kebingungan harus membalasnya dengan cara apa.

Belum sempat Kok Han Siang memberikan jawaban si gadis berpakaian berkabung itu sudah balik kembali dengan terburu-buru.

Huo Yen Ga yang mendengar hujien menahan enci dalam lembah ia tertawa dingin tiada hentinya dan tidak mengucapkan sepatah katapun kelihatannya dalam hati ia merasa sangat tidak senang ujarnya cepat.

Ooouw begitu? Kok Han Siang segera bangun berdiri. Kau aturlah sebuah tempat untuk enci Biauw beristirahat biar aku pergi menerangkan urusan ini kepadanya!.

Hujien! lebih baik kau jangan merepotkan diri karena urusanku. Buru-buru Biauw Siok Lan meloncat bangun. Lebih baik biarlah moay-moay ini menghantarkan aku pergi menemui wakil Bengcu she Huo itu dan mendengarkan keputusannya. Untuk saja didalam beberapa hari ini Hu Bengcu bakal kembali menanti ia sudah tiba biarlah ia yang mengatur kembali seluruh persiapan yang diperlukan aku rasa Bengcu pasti sudah punya rencana.

Soal ini enci boleh berlega hati Kok Han Siang tersenyum walaupun sifat Huo Yen Ga keras dan berangasan tetapi apa yang aku katakan selama lni belum pernah dibantah dengan cepat aku akan kembali lagi kemari.

Ia lantas putar badan dan berlalu dari ruangan tersebut.

Melihat tindakan dari Bengcu hujien ini diam-diam Biauw Siok Lan menghela napas panjang. Moay-moay siapakah namamu? tanyanya kemudian kepada gadis tersebut. Aku bernama Ban Ing Soat dan siapakah nama enci? sahut gadis tersebut sambil tersenyum.

Aku bernama Biauw Siok Lan. Moay-moay selalu memakai pakaian kasar berwarna putih apakah dasar sifatmu memang suka warna putih.

Tidak, aku sedang berkabung buat ayahku. Kapan empak meninggal??

Perlahan-lahan air mata jatuh bercucuran membasahi Ban Ing Soat.

Baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu dia dipaksa mati oleh Ci Yang Tootiang dari partai Bu- tong pay.

Ci Yang Tootiang bukankah dia adalah Ciangbujien dari partai Bu-tong pay.

Benar! mereka menganggap diri sendiri sebagai suatu partai lurus dari dunia persilatan tetapi tidak tahunya tindak tanduk serta perbuatan mereka sangat bertentangan dengan kelurusan hati yang mendasari perguruan tersebut aku ingin belajar silat dari paman Hu kemudian dikemudian hari akan menuntut balas bagi kematian ayahku.

Biauw Siok Lan yang mendengar kisah ini, dalam hati lantas berpikir :

Partai Bu-tong pay merupakan satu-satunya perguruan yang pengaruh serta kekuasaan dari partai Siauw lim pay untuk menuntut balas rasanya bukanlah suatu pekerjaan yang gampang.....

Walaupun dalam hati ia berpikir demikian tetapi diluaran ia tidak ingin mengutarakan keluar.

Orang budiman membalas dendam sepuluh tahunpun tidak terlambat hari kemudian masih panjang, buat apa moay-moay cemas disuatu saat?? hiburnya dengaa suara yang lirih.

Mendadak Ban Ing Soat mendongakkan kepalanya memandang atap rumah matanya melotot giginya menggerutuk serunya dengan serius.

Sehari dendam sakit hati ini tak terbalas satu hari pula hatiku tidak tenang aku bersumpah akan bunuh Ci Yang Tootiang dengan tanganku sendiri.

Dari sepasang matanya memancarkan cahaya penuh kebencian perkataan itupun diucapkan sepatah demi sepatah dengan tegas kedengarannya amat serius dan memunculkan kebulatan tekadnya.

Diam-diam Biauw Siok Lan menghela napas panjang kembali pikirnya :

Kekuatan dari partai Bu-tong pay luar biasa dahsyatnya persoalan pembalasan dendam ini rasanya bukanlah suatu pekerjaan yang gampang selama hidupnya kali ini mungkin jarang sekali akan menemui suatu balas terhadap Ci Yang Tootiang.

Tetapi diluaran kembali dia menghibur dengan kata-kata yang halus.

Aku lebih tua beberapa tahun darimu maaf kalau aku harus memanggil dirimu dengan sebutan moay- moay setelah kita hidup bersama-sama dikemudian hari encimu pasti akan menggunakan seluruh tenaga yang ada untuk bantu melaksanakan cita-citamu ini, cuma saat ini kau tak boleh bertindak sembarangan dan gegabah haruslah kau ketahui walaupun paman Hu mu berhasil menduduki sebagai Liok-lim Bengcu tetapi hal ini cuma suatu nama kosong belaka kekacauan didalam kalangan sendiri sedang terus menerus menekan dirinya.

Mendadak ia merasa bahwa dengan kedudukannya pada saat ini tidak seharusnya mengucapkan kata- kata semacam itu karenanya buru-buru berganti nada.

Moay-moay ku yang baik usiamu masih sangat muda sekali katanya lagi sambil tertawa sedang Ci Yang Tootiang itu sendiripun tak bakal mati didalam sepuluh dua puluh tahun yang akan datang asalkan dikemudian hari kita belajar lebih giat rasanya lama kelamaan bakal memperoleh juga suatu cara yang bagus untuk memenuhi cita-cita dihatimu itu.

Terima kasih atas perhatian enci terhadap diriku.

Pengalamanmu persis yang aku alami sendiri kata Biauw Siok Lan tertawa, sewaktu aku masih belum menginjak dewasa kedua orang tuakupun sudah tinggal aku seorang diri.

Ban Ing Soat benar-benar dibuat sedih oleh perkataannya itu air mata jatuh berlinang dengan derasnya.

Setelah menangis beberapa saat pikiranpun jadi terang kembali sambil mengusap kering bekas air mata dipipinya ia tertawa.

Seharusnya aku pergi mempersiapkan pembaringan buat enci Biauw katanya perlahan. Aaaakh. aku mana berani merepotkan moay-moay biarlah aku turun tangan sendiri.

Demikianlah mereka berdua lantas turun tangan bersama-sama sewaktu pembaringan baru saja selesai dipersiapkan Kok Han Siang sambil tersenyum sudah berjalan mendekat.

Biauw Siok Lan dengan cepat maju menyongsong.

Hujien! apakah Huo Hu Bengcu suka melanggar kebiasaan dengan mengijinkan aku tinggal disini? tanyanya cepat.

Kok Han Siang tersenyum dan mengangguk.

Mereka selalu memandang diatas wajah Toako dan mengalah kepadaku.....

Biauw Siok Lan pun tersenyum bibirnya tanpa bergerak tetapi sebelum kata-katanya meluncur keluar ia sudah batalkan kembali maksudnya.

Enci Biauw bila kau ada perkataan utarakanlah secara terus terang... sekalipun salah juga tidak mengapa bukankah akupun sering salah berkata?.

Apakah kau sungguh-sungguh tidak merasa bila wajahmu amat cantik sekali? Diam-diam Biauw Siok Lan, dalam hatinya dan apakah kau benar-benar tidak merasakan bila orang berkerudung itu secara diam- diam sudah mencintai dirimu?.

Walaupun dalam hati ia berpikir demikian tetapi diluar ia tersenyum.

Aku sudah sering melakukan perjalanan didalam dunia kangouw katanya perlahan, dan menemui pula beribu-ribu bahkan berjuta-juta orang perempuan cantik tetapi selama ini belum pernah menemui seorang perempuan secantik hujien.

Selamanya aku belum pernah bercermin, kata Kok Han Siang sambil gelengkan kepala ada kalanya Toako memuji wajahku amat cantik tetapi cantik apa gunanya? jikalau kepandain silatmu bagus aku bisa membantu banyak persoalan yang di hadapi Toako.

Hu Bengcu gagah perkasa dan memiliki semangat pendekar yang tidak terkalahkan oleh siapapun ujar Biauw Siok Lan setelah termenung sejenak jikalau tidak ada hujien yang memiliki wajah amat cantik rasanya ya kurang sempurna.

Selesai berkata kembali ia tertawa sedih dan melengos.

Di dalam hatinya secara diam-diam ia sudah menanam bibit cinta tarhadap diri Hu Pak Leng tetapi setelah bertemu muka dengan Kok Han Siang pun merasa menyesal tidak seharusnya mempunyai perasaan semacam ini didalam hatinya. Tetapi bibit cinta sudah tertanam bagaikan diikat dengan surat tebal saja dirinyapun sukar untuk menghindar.

Setengah hari lewat dengan cepatnya didalam sekejap mata malam haripun sudah menjelang tiba. Kok Han Siang turun tangan sendiri menyediakan satu meja masakan lezat untuk merayakan kedatangan dari Biauw Siok Lan. Tiga orang perempuan dalam satu meja sembari bersantap sembari bercakap-cakap Biauw Siok Lan yang memiliki pengalaman sangat luas berbicarapun pandai, selama ini ia berhasil membuat Kok Han Siang serta Ban Ing Soat tertawa girang tiada hentinya.

Selagi mereka bersantap dengan gembira mendadak terdengar suara langkah manusia berkumandang datang dari luar pagar.

Bibi! kau ada didalam? sapanya perlahan.

Aaaakh! Seng jie sudah datang! dengan cepat Kok Han Siang meletakkan sumpitnya keatas meja dan bangun berdiri lalu berjalan keluar.

Ban Ing Soat pun dengan cepat meloncat membuka pintu pagar.

Tampak seorang pemuda berpakaian ringkas dengan pedang tersoren diatas punggung cambuk lemas diikatkan pada pinggang berjalan masuk dengan tergesa-gesa, sikapnya amat lemas sekali.

Setelah menyapa sumoaynya ia langsung masuk kedalam ruang tamu kemudian menjura dan ujarnya. Tiong, Huo ada dua orang Hu Bengcu dalam keputusannya akan menghukum kedua orang toojien dari

Bu-tong pay telah terjadi keributan dan semua tidak mau mengalah, semakin ribut semakin ramai, bibi cepat kau pergi kesana sedikit sekali, mungkin diantara mereka berdua sudah saling baku hantam sendiri...

Mereka sekarang ada dimana? tanya Kok Han Siang sambil kerutkan alisnya.

Sekarang ada diruangan Ci Ih Tong sahut pemuda berpakaian singsat itu cepat. Anak buah masing- masing pihak sudah mulai gerak kepalan siap-siap adu kekuatan satu dengan lainnya situasi sangat kritis dan tegang sekali meledak susah ditahan lagi bibi dan cepatlah pergi kesana :

Akhirnya Kok Han Siang menghela napas panjang dan bangun menuju keluar.

Biauw Siok Lan, Ban Ing Soat serta pemuda berpakaian singsat itupun segera mengikuti dan belakang lari menuju keruangan Ci Ih Tong.

Jarak antara kedua tempat itu tidak lebih hanya terpaut beberapa puluh kaki saja dengan gerak kaki keempat orang itu hanya didalam sekejap saja sudah tiba.

Tampaklah sinar lilin menerangi seluruh ruangan sehingga membuat suasana jadi terang benderang dibelakang meja panjang berdirilah Tiong It Hauw serta Huo Yen Gi.

Di samping kiri kanan kedua orang itu sudah berkumpul ratusan orang banyaknya sedang ditengah ruangan berdiri empat orang lelaki berbaju hitam yang mencekal golok besar mengitari dua orang toojien yang terikat kencang-kencang.

Aku mau bunuh tetap bunuh setelah terjadi urusan biar aku orang she Huo yang tanggung jawab pada waktu terdengar Huo Yen Ga sedang berteriak keras.

Suara yang amat dingin kaku seperti es dari Tiong It Hauw pun segera menyusul berkumandang keluar memecahkan kesunyian :

Partai Bu-tong merupakan suatu partai yang paling besar pengaruhnya dalam Bu-lim pada saat ini bahkan bisa sejajar dengan kekuatan Siauw lim pay walaupun kedua lembar nyawa itu boleh kita anggap enteng tetapi jikalau peristiwa ini sampai memancing niat pihak Bu-tong pay untuk melakukan pembalasan secara besar-besaran bukankah urusan akan jauh lebih sukar diselesaikan? Beberapa hari kemudian Bengcu akan kembali aku lihat baik ke dua orang toosu itu kita kurung kembali kedalam penjara batu menunggu Bengcu telah kembali biarlah beliau yang ambil keputusan.

Hmm Tiong-heng pun merupakan seorang pentolan dikalangan Bu-lim daerah utara tidak nyana begitu terhadap urusan. Jengek Huo Yen Gi dengan suara keras. Bukannya Siauw-te takut banyak urusan. Potong Tiong It Hauw diiringi suara tertawa dingin tidak menunggu dia menyelesaikan kata-katanya. Cuma saja aku tidak ingin mendatangkan banyak kerepotan buat Bengcu serta seluruh warga dari lembah Mie Cong Kok.

Hmm! apa itu merepotkan atau tidak terang-terangan kau takut urusan. Heee... hee... heee... dengan perangai semacam Tiong-heng yang lebih mirip sifat wanita mana bisa menyelesaikan suatu pekerjaan besar.

Kau maki siapa? teriak Tiong It Hauw sambil menghantam meja keras-keras. Kalau aku sedang maki kau lalu kau mau apa.

Tiong It Hauw semakin gusar lagi.

Huo-heng! kau pentang bacot lantas memaki aku kau anggap aku takut cari urusan dengan dirimu??

Bagaimana kalau kita lihat saja siapa yang lebih unggul diantara kita?... sambut Huo Yen Ga diiringi suara bentakan keras.

Kepalannya langsung dihantamkan kearah muka.

Buru-buru Tiong It Hauw berkelit kesamping lengannya segera dibalik balas menghantam kemuka dengan gerakan Jan Ci Pang atau angin menderu menggulung ombak.

Ketika itulah Kok Han Siang sudah tiba didepan meja panjang.

Sudah... sudahlah jangan bergebrak lagi! Buru-buru lerainya dengan suara keras.

Kaki kiri Huo Yen Ga sedikit miring kesamping lalu maju satu langkah kedepan kaki kanannya diam- diam kerahkan hawa murni lalu berputar cepat meloloskan diri dari balasan Tiong It Hauw.

Menggunakan kesempatan itu badannya lantas menerjang maju lebih kedepan sepasang telapak tangannya dengan menggunakan jurus Cin Kouw Thian Bun atau mengangguk kepala pintu langit bersama- sama didorong kedepan.

Waktu itu Tiong It Hauw sudah mendengar suara bentakan dari Kok Han Siang sepasang pundaknya bergoyang sedikit bergoyang berturut-turut ia sudah mundur tiga langkah kebelakang.

Sebaliknya Huo Yen Ga masih pura-pura berlagak pilon atas bentakan Kok Han Siang kakinya kembali digerakkan menerjang kedepan.

Eeeei... kalian jangan bergebrak lagi kalian dengar tidak suaraku? teriak Kok Han Siang semakin cemas lagi.

Huo Yen Ga merandek akhirnya ia mengalihkan sinar matanya keatas wajah Kok Han Siang.

Ooouw... kiranya hujien sudah tiba kenapa kau tidak kirim dulu seseorang untuk melapor kedatanganmu sehingga kami sekalian bisa baik menyambut kunjunganmu.

Mendengar perkataan tersebut Tiong It Hauw tertawa dingin.

Heee... hee... heee... mungkin telinga Huo-heng sudah dijangkiti penyakit kopokan sehingga tidak dengar suara bentakan dari hujien, ejeknya.

Sambil merangkap tangannya buru-buru Huo Yen Ga mundur dua langkah kebelakang kemudian dengan sikap yang hormat menjura kearah Kok Han Siang.

Hujien silahkan duduk.

Kok Han Siang kerutkan alisnya menoleh dan memandang sejenak kearah Biauw Siok Lan jelas wajahnya terlintas rasa ragu-ragu dan bimbang.

Biji mata Biauw Siok Lan berputar tiba-tiba ia maju kedepan mendekati kursi kebesaran tersebut. Hujien pundakmu begitu banyak debu! mengambil kesempatan sewaktu mendekati sisi tubuhnya ia lantas berbisik...

Hujien silahkan duduk diatas kursi kebesaran dengan besarkan nyali, kenapa kau harus takut untuk duduk disitu?.

Pada mulanya dalam hati Kok Han Siang tiada bermaksud untuk berbuat demikian tetapi setelah mendengar ucapan dari Biauw Siok Lan hatinya rada bergerak.

Aaakh... benar tempat itu merupakan kursi kebesaran dari Toakoku pikirnya dalam hati. Kenapa aku tidak boleh ikut duduk disana?

Dengan langkah lebar ia lantas naik kepodium dan duduk diatas kursi kebesaran.

Hamba Tiong It Hauw mengunjuk hormat buat hujien ketika itulah dengan sikap yang sangat hormat Tiong It Hauw maju mengunjuk hormat diikuti kawan-kawan Liok-lim lainnya yang dibawa dari daerah utara.

Dengan kejadian ini maka mau tak mau Huo Yen Ga harus mengikuti cara mereka untuk mengunjuk hormat pula.

Menanti dia selesai memberi hormat berturut-turut para jago Liok-lim dari kalangan Kanglam serta Leng Lam bahkan seantero jago yang hadir disana sama-sama maju memberi hormat kepada Bengcu hujien yang cantik jelita ini.

Selama hidup Kok Han Siang belum pernah menemui kejadian semacam ini boleh dikata baru untuk pertama kalinya ia dikasih hormat oleh sebegitu banyak jago-jago Liok-lim.

Tak urung hatinya merasa gelisah juga pikirnya jadi kalut dan sikapnya gelagapan : Apa yang harus ku buat? pikirnya diam-diam.

Setelah terkesima beberapa saat ia baru sadar kembali. Saudara-saudara silahkan bangun! serunya keras.

Para jago sama-sama bangun berdiri dan kembali ke tempat duduknya masing-masing suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.

Sepasang biji mata yang menarik dari Kok Han Siang mulai menyapu perlahan-lahan keatas para jago. Di mana sinar mata menyapu lewat para jago cepat-cepat tundukkan kepalanya rendah-rendah.

Melihat sikap para jago yang begitu menurut suatu ingatan segera terlintas dalam hati perempuan cantik ini.

Ia merasa untuk mengurusi orang-orang semacam begitu sebenarnya bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit agaknya mereka begitu rela untuk mendengarkan seluruh perkataannya.

Pikiran berputar, nyali semakin membesar, perlahan-lahan ia lantas bangun berdiri.

Bengcu belum kembali kedalam lembah menurut peraturan kekuasaan didalam lembah seharusnya herada ditangan Tiong serta Huo sebagai pejabat sementara ujarnya dengan nada lantang. Tetapi berhubung diantara mereka sering terjadi perselisihan dan tidak ada kecocokan paham sehingga menimbulkan banyak percekcokan maka aku rasa jauh lebih baik kalau mulai saat ini seluruh urusan biar aku yang urusi sendiri.

Apa? Teriak Huo Yen Ga tersentak kaget.

Bengcu tak ada didalam lembah sudah tentu kedudukan hujienlah yang paling terhormat sambung Tiong It Hauw buru-buru, barang siapa yang merasa dirinya sebagai anggota lembah sudah sepatutnya mendengarkan seluruh perkataanku dari hujien. Perlahan-lahan Kok Han Siang mengalihkan sinar matanya memandang sekejap kearah Huo Yen Ga. Bagaimana? apakah tidak suka mendengar perkataanku? tanyanya halus.

Begitu sinar mata Huo Yen Ga bentrok dengan sinar matanya yang jeli kontan ia merasakan hatinya tergetar keras.

Ia merasakan selembar wajahnya yang cantik molek dan tiada bandingannya ini cahaya yang mempersonakan apalagi sepasang biji mata yang jeli menawan hati membuat hatinya serasa terpengaruh.

Kontan pikirannya tergoda sehingga tanpa terasa dengan kepala tertunduk rendah-rendah sahutnya : Perkataan dari hujien hamba tidak berani melanggar.

Di antara kalian masih ada siapa lagi yang tak suka mendengarkan perkataanku? tanyanya kemudian menyapu sekejap kearah wajah para jago.

Semua hadirin yang disapu oleh sepasang matanya terburu-buru menunduk rendah-rendah mereka bungkam dalam seribu bahasa dan tak seorangpun yang berkutik.

Melihat kejadian itu Biauw Siok Lan yang berada disamping lantas merasa geli pikirnya : Eeeei... dia seharusnya tidak boleh bertanya secara begitu.

Kalian sama tidak berbicara tentunya tak ada yang membangkang lagi bukan? tanya Kok Han Siang kembali.

Tiong It Hauw bongkokkan badannya menjura.

Sewaktu Bengcu tak ada dalam lembah perintah hujien sama beratnya seperti perintah Bengcu sendiri hamba sekalipun mati tak akan menampik.

Begitu ia berbicara para jago lainpun sama-sama berseru. Perintah hujien kami tak berani membangkang.

Nah kalau begitu bagus sekali lain kali kalian berduapun tidak usah bercekcok kembali.

Para jago yang mendengar perkataan tersebut dalam hati merasa kegelian di samping itu mereka pun merasa gembira pikirnya dalam hati.

Lain kali ia tentu sering-sering datang mengunjungi pendopo Ci Ih Tong dengan sendirinya kamipun dapat sering pula berjumpa dengan dirinya.

Kok Han Siang termenung sejenak perlahan-lahan ia lantas berjalan kedepan dan ulur tangannya yang halus untuk melepaskan tali yang membelenggu badan kedua orang toosu tersebut.

Kalian pulanglah ujarnya sambil tertawa Toakoku adalah seorang yang baik hati sekalipun ia sendiri yang menjumpai urusau ini sama saja akan lepaskan kalian pergi.

Agaknya kedua orang toojien itu merasa kejadian ini sedikit diluar dugaan mereka saling berpandangan sekejap kemudian dengan langkah lebar berjalan menuju keluar.

Melihat berlangsungnya kejadian ini hampir seantero jago yang hadir disana pada dibuat melengak cuma saja berhubung kedua orang toosu tersebut dilepaskan sendiri oleh Kok Han Siang maka mereka merasa sungkan untuk turun tangan mencegah.

Beratus-ratus pasang sinar mata tak lagi sama-sama dialihkan keatas tubuh kedua orang toojien tersebut.

Tampaklah sang toojien berusia pertengahan itu sewaktu tiba didepan pintu mendadak putar badannya kembali. Atas budi pertolongan hujien lain waktu pinto suheng-te tentu membalasnya. Kok Han Siang tertawa.

Kalian tak usah membalas budi ini kepadaku cukup asalkan dikemudian hari jangan mencari gara-gara lagi dengan Toakoku :

Mendengar perkataan tersebut kedua orang toojien itu sama-sama berdiri tertegun lewat sejenak kemudian sang toojien berusia pertengahan itu baru berkata kembali dengan wajah serius.

Siapakah toakomu??.

Toakoku adalah Liok-lim Bengcu saat ini Hu Pak Leng.

Toojien berusia pertengahan itu melirik sekejap keatas pundak kanannya, lalu dengan langkah lambat balik lagi ketengah ruangan.

Jikalau demikian harap hujien suka mengikat kami kembali.

Kenapa?? seru Kok Han Siang keheranan walaupun maksud hujien melepaskan kami adalah berniat baik tetapi pinto sekalian tidak akan mengkhianati perintah perguruan disebabkan persoalan ini oleh karena itu lebih baik hujien mengikat kembali diri kami dan kita bicarakan lagi persoalan ini setelah Bengcu kembali kedalam lembah.

Jika aku ikat kembali mereka dan masukan ke dalam penjara batu aku rasa Huo Yen Ga pasti tak akan melepaskan mereka.

Setelah termenung beberapa waktu akhirnya ia ulapkan tangannya.

Kalian pergilah sekalipun kamu berdua ada maksud mencari gara-gara dengan toakopun kalian tak akan bisa mengalahkan dirinya.

Si toojien berusia pertengahan itu segera tertawa tergelak.

Haaa... haaa... pundak kanan pinto sudah putus sekalipun ditangan ada senjata tajampun tak bakal bisa menerobos keluar dari berbagai pos-pos penjagaan dalam lembah apalagi kami hanya bertangan kosong belaka.

Kok Han Siang rada tertegun setelah dipikir sebentar akhirnya ia mengerti juga akan maksud dari perkataan sang toojien tersebut.

Coba kalian berdua antarlah mereka keluar dari lembah bila ada orang yang turun tangan menghadang katakan saja aku yang melepaskan mereka.

Bibi seru Ban Ing Soat dengan alis kerutkan di dalam partai Bu-tong tak ada orang baik lebih baik kita bunuh saja mereka berdua.

Teringat peristiwa dimana ayahnya dipaksa mati oleh Ci Yang Tootiang bayangan mengerikan kembali terkenang didalam benak rasa benci serta mendendam terhadap orang-orang partai Bu-tong pun semakin merasuk kedalam tulang sumsum.

Sudah tentu ia tak akan rela menghantarkan kedua orang toosu tersebut meninggalkan lembah dengan

aman.

Untuk sesaat Kok Han Siang tidak mengerti sebab Ban Ing Soat menolak keputusannya terdengar ia menghela napas panjang.

Baiklah kalau begitu biar aku hantar sendiri gumamnya seorang diri.

Kedua orang toojien itu bertukar pandangan sekejap akhirnya dengan mulut membungkam mereka tundukan kepalanya rendah. Mendadak Tiong It Hauw maju kedepan dengan langkah lebar teriaknya keras :

Kedudukan hujien sangat terhormat mana boleh pergi secara sembarangan tanpa kawalan biarlah hamba yang antar mereka berlalu dari sini.

Sekali enjotkan badan Tiong It Hauw sudah berada dipintu keluar ruangan sambil putar badan segera bentaknya kepada kedua orarg toojien itu.

Kalian tidak cepat-cepat memberi hormat dan ucapkan terima kasih kepada hujien? kenapa berdiri terus disana?

Kena dibentak oleh sang lelaki berkeruduag tersebut tak kuasa lagi kedua orang toojien itu sama-sama membongkokkan badan menjura kearah Kok Han Siang setelah itu baru putar badan mengikuti dari belakang Tiong It Hauw berjalan keluar dari lembah.

Menanti bayangan dari orang-orang itu sudah lenyap dari pandangan Kok Han Siang baru putar kepala tampaklah waktu itu Ban Ing Soat sedang menyeka air matanya dengan menggunakan ujung baju hatinya jadi keheranan dengan langkah perlahan lantas dihampirinya gadis tersebut.

Soat-jie kenapa kau menangis? Tegurnya’

Aku teringat kembali akan keadaan ayahku yang mati dalam keadaan mengenaskan seru Ban Ing Soat sambil mendongakkan kepalanya. Aku tak dapat menahan rasa pedih dan duka dihatiku.

Kok Han Siang termenung sejenak katanya.

Aaaakh... benar toako pernah beritahu kepadaku katanya ayahmu dipaksa mati oleh toojien-toojien dari Bu-tong pay karena itu sewaktu kau melihat aku melepaskan kedua orang toojien tersebut hatimu jadi berduka bukan begitu?.

Soat-jie tidak berani. Tentu begitu.

Sebetulnya Bengcu hujien ini ada maksud untuk menghibur dirinya dengan beberapa patah kata cuma untuk beberapa waktu iapun tak mengerti seharusnya mengucapkan kata-kata apa terhadap dirinya

Setelah memandang Ban Ing Soat dengan termangu-mangu akhirnya perlahan-lahan ia naik kembali keatas podium dan menduduki kembali kursi kebesaran.

Hujien! ketika itulah Huo Yen Ga maju kedepan dan melirik sekejap kearah Kok Han Siang di dalam hamba mempunyai beberapa persoalan yang terasa kurang jelas, entah bolehkah aku bertanya.

Ada urusan apa? coba kau sebutkan jikalau aku tak sanggup untuk memberi jawaban menunggu toakoku sudah pulang kau boleh tanyakan langsung kepadanya :

Huo Yen Ga mendehem perlahan.

Kedua orang toojien dari Bu-tong pay itu sudah berhasil mencuri rahasia dari lembah Mie Cong Kok kita setelah hujien melepaskan mereka pergi bukankah hal ini sama halnya melepaskan harimau pulang ke gunung??.

Mendengar perkataan itu Kok Han Siang jadi tertegun sejenak kemudian serunya. Lalu kita harus berbuat bagaimana?

Mereka belum jauh meninggalkan tempat ini, silahkan hujien turunkan perintah lagi biarlah hamba turun tangan sendiri untuk mengejar mereka dan sekalian bunuh mati kedua orang itu :

Hal ini mana boleh jadi Kok Han Siang menggeleng aku sudah berjanji hendak melepaskan mereka..... Walaupun dihati ia terpikirkan juga jikalau sampai kedua orang toosu dari Bu-tong pay itu terbunuh tentu bakal mengakibatkan suatu bencana yang besar tetapi diluaran ia tak sanggup untuk mengutarakan apa yang dipikirkan didalam hati.

Setelah termenung sejenak ia menyambung lebih jauh.

Aku sering dengar toako berkata bahwa partai Bu-tong merupakan suatu partai besar yang paling besar pengaruhnya didalam Bui-lim saat ini bukan saja kekuatan mereka amat kuat anak muridpun tak bernilai jumlahnya, jikalau kita bunuh mati kedua orang toojien itu tentu akan memancing tindakan mereka untuk melancarkan pembalasan dendam secara besar-besaran.

Tapi hujien... bantah Huo Yen Ga dengan licik bukankah sejak dahulu kala antara orang-orang Bu- tong pay dengan kita dari kalangan Liok-lim berada dalam posisi seperti api bertemu air??.

Kita bunuh kedua orang toojien itu atau tidak bunuh mereka berdua bukankkah sama saja?. Aku pandang jauh lebih baik kalau jangan bunuh saja.

Air muka Huo Yen Ga berubah hebat agaknya ia bermaksud hendak mengumbar hawa amarah. Tetapi akhirnya ia bersabar juga.

Jikalau hujien sudah putuskan untuk lepas mereka biarlah dilepaskan saja! hamba merasa badan kurang enak maaf aku mengundurkan diri terlebih dahulu.

Tidak menunggu jawaban dari Kok Han Siang lagi ia lantas putar badan dan berlalu.

Dengan termangu-mangu Kok Han Siang memandang bayangan punggung dari Huo Yen Ga ia tidak mengerti apa yang harus diperbuat menghadapi keadaan semacam ini akhirnya dengan wajah melongo ia tetap duduk ditempat semula.

Moay-moay waktu itulah Biauw Siok Lan menoleh dan berbisik kepada Ban Ing Soat. Kau pergi beri tahu hujien jika tak ada urusan lagi pertemuan malam ini kita bubarkan sampai disini.

Ban Ing soat mengangguk ia lantas berjalan maju kedepan dan berbisik kepada Kok Han Siang. Bibi jikalau tak ada urusan lagi suruh mereka bubar beristirahat.

Walaupun didalam hati Kok Han Siang tiada pegangan tapi melihat peristiwa Huo Yen Ga yang mengundurkan diri hatinya merasa ikut kheki karena menurut pandangannya selama hidup belum pernah dia orang menemui kejadian semacam ini.

Sewaktu pikirannya sedang dibuat kacau dan gelagapan setelah mendengar perkataan dari Ban Ing Soat ini ia lantas bangun berdiri.

Di sini tak ada urusan lagi serunya seraya ulapkan tangannya kalian boleh bubar untuk beristirahat. Para jago saling berpandangan sekejap akhirnya bersama-sama undurkan diri dari ruangan.

Menanti seluruh hadirin sudah berlalu perlahan-lahan Kok Han Siang menghela napas panjang.

Aku benar-benar sangat bodoh urusan apapun tak bisa dikerjakan dengan baik, gumamnya seorang

diri.

Karena pikirannya mangkel bercampur mendongkol tak terasa lagi dua titik air mata jatuh berlinang.

Seorang perempuan cantik molek yang tiada bandingannya mendadak mengucurkan air mata dengan wajah begitu mengenaskan kendati seorang lelaki yang berhati bajapun ikut merasa kasihan dan melas.

Beberapa orang jagoan Liok-lim yang masih tersisa kebanyakan sudah dibuat tergetar hatinya oleh keadaan Kok Han Siang yang amat mengenaskan ini dalam sekejap wajah semua orang ikut diliputi kemurungan. Kok Han Siang mengusap kering butiran air matanya lalu perlahan-lahan berjalan keluar diikuti Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat dari belakang.

Para jago yang sedang bersama-sama jalan keluar buru-buru menyingkir kedua belah samping membuka jalan.

Tiba-tiba Biauw Siok Lan menemukan Kok Han Siang tersenyum manis, dan tanpa disadari pula hati para jago yang ada didalam lembah Mie Cong Kok itupun kena terpengaruh oleh senyuman tersebut wajah murung yang semula menghiasi wajah merekapun ikut tersapu lenyap.

Bibi! terdengar Ban Ing Soat berseru setelah berhasil menyandak kebelakang tubuh Kok Han Siang kau jangan bersedih hati! menanti paman telah kembali kita laporkan saja urusan ini kepadanya agar ia suka mendamprat dan kasih sedikit hajaran kepada Huo Yen Ga!

Kok Han Siang menggeleng lalu menoleh.

Peristiwa ini tidak boleh dilaporkan kepadanya, heeei! jika ia tahu hatinya tentu gusar.

Bagaimanapun Ban Ing Soat adalah seorang nona cilik yang berusia tujuh delapan belas tahunan walaupun hati ia bermaksud hendak menghibur Kok Han Siang dengan beberapa patah kata tapi tak mengerti perkataan apa yang harus diutarakan. Setelah termenung beberapa saat akhirnya ia berkata.

Bibi jika kau tidak laporkan peristiwa Huo Yen Ga ini kepada paman dikemudian hari ia pasti semakin sombong dan takabur.

Kok Han Siang kembali menggeleng.

Bagaimanapun juga peristiwa ini tak boleh sampai diketahui toaku gumamnya. Ia menoleh sekejap kearah Ban Ing Soat.

Sejak pamanmu meninggalkan lembah mendadak aku mulai menemukan banyak diantara mereka tidak sungguh-sungguh menghormati dirinya diluaran walaupun orang-orang ini kelihatannya hormat patuh tapi dalam hati sangat membenci diri toako. Heeeei... entah apakah yang sedang mereka inginkan.

Kembali ia menghela napas pinjang.

Tempo dulu setiap hari aku hidup bersama-sama dengan pamanmu walaupun berada dibawah tekanan dan desakan musuh-musuh tangguh yang setiap saat mengancam keselamatan kita tetapi belum pernah aku merasa sekuatir ini sejak ia berhasil merebut kedudukan Liok-lim Bengcu entah mengapa mendadak aku mulai merasa kuatir terhadap keselamatannya.

Ketika berbicara sampai disitu beberapa orang itu telah tiba kembali didepan pondok mereka.

Walaupun Biauw Siok Lan baru setengah hari berkenalan dengan Bengcu hujien ini tapi agaknya hubungan merekapun sudah begitu erat dia ambilkan secawan teh untuk Kok Han Siang lalu katanya sambil tertawa.

Hujien selamat kau berhasil menguasahi para jago-jago itu sewaktu berada didalam pertemuan tadi.

Ehmm... saking mangkel dan murung hampir-hampir aku mati lemas... Potong Kok Han Siang tidak menanti dia selesai berbicara. Moay-moay kenapa kau malah kasih selamt kepadaku? didalam peristiwa ini ada apanya yang patut diberi selamat??

Biauw Siok Lan tersenyum.

Mungkin hujien merasa peristiwa Huo Yen Ga mengundurkan diri dalam keadaan gusar merupakan suatu kejadian yang sangat memalukan katanya padahal ia sudah salah ambil tindakan. Kehalusan budi serta keramahan sikap hujien telah tertanam dalam-dalam dihati para jago.

ooooOoooo 7

ENCI apa maksud perkataanmu itu?? kenapa sedikitpun aku tidak merasa? tanya Kok Han Siang kebingungan.

Agaknya Biauw Siok Lan sedang berpikir dan menyusun kalimat yang bagus setelah termenung beberapa saat ia baru berkata :

Hujien apakah kau tidak melihat sikap hormat yang ditunjukkan para jago sepanjang jalan tadi??

Ia merasa tidak leluasa secara langsung dan blak-blakan mengatakan bahwa para jago terpikat oleh kecantikan wajahnya karena itu terpaksa menggunakan kata-kata yang lebih halus ia mengutarakan maksud hatinya.

Kok Han Sing tidak mengerti apa maksud dibalik perkataan tersebut iapun tidak mengerti apa yang sedang ditunjuk oleh Biauw Siok Lan. Cuma saja ia secara samar-samar bila peristiwa ini menyangkut kejadian yang maha besar bahkan secara samar-samar orang-orang itu sedang mengincar-incar kedudukan Liok-lim Bengcu tersebut.

Akhirnya ia menghela napas panjang perlahan-lahan perempuan ini bangun berdiri dan masuk kekamar.

Saat itu waktu mendekati kentongan kedua. Boen Thian Seng merasa tidak enak untuk berdiam lebih lama lagi akhirnya dengan suara setengah berbisik ujarnya dengan gadis she Ban :

Sumoay kau baik-baiklah melindungi bibi aku akan pergi!

Pikiran Ban Ing Soat saat ini sedang kusut tak ada perhatian ia mendengarkan perkataan tersebut. Setelah mengangguk serunya dengan nada mendongkol.

Jika kau tidak pergi apa yang kau lakukan lagi disini?

Boen Thian Seng tidak pikirkan persoalan itu didalam hati ia tersenyum lalu putar badan hendak pergi dari sana.

Mendadak......

Suara gembrengan dipukul bertalu-talu memecahkan kesunyian ditengah malam buta. Mendengar suara gembrengan tersebut tergesa-gesa Kok Han Siang lari keluar.

Bukankah itu suara tanda bahaya yang dilepaskan oleh perjaga-penjaga dipos terdepan? apa yang sudah terjadi? serunya rada gugup.

Biauw Siok Lan tidak lama tiba dilembah terhadap suara gembrengan tersebutpun sama sekali tidak mengerti maksudnya oleh karena itu mendengar perkataan tersebut ia cuma berdiri melongo saja.

Sedangkan Ban Ing Soat yang sedang merasakan kematian ayahnya sama sekali tiada perhatian untuk mendengarkan apa yang diucapkan oleh Kok Han Siang.

Apa? sahutnya kemudian dengan kebingungan.

Ketika itulah Boen Thian Seng sudah meloncat balik kedalam ruangan sahutnya terburu-buru :

Tidak salah suara gembrengan ini menandakan tanda bahaya. Sumoay kau baik-baik melindungi bibi disini aku akan memeriksa sebentar keluar. Tidak menanti jawaban dari beberapa orang itu lagi ia segera meloncat ketengah udara dan berlalu dari pondok tersebut.

Aku sudah tahu sahut Ban Ing Soat menjawab perkataan sukonya.

Tergesa-gesa gadis ini lari masuk kedalam kamar untuk menggembol pedang serta senjata rahasianya setelah itu kepada Biauw Siok Lan tanyanya lirih :

Enci! kau hendak menggunakan senjata apa?:

Moay-moay tak usah kuatir aku sendiri sudah menggembol senjata tajam :

Tiba-tiba Kok Han Siang menoleh dan memandang sekejap kearah kedua orang itu.

Kalian berjaga-jagalah didalam rumah aku hendak keluar sebentar untuk memetiksa keadaan katanya.

Hal ini boleh jadi? seru Ban Ing Soat dengan cepat biarlah kami berdua mengikuti bibi, dengan begitu bisa pula melindungi keselamatanmu.

Dengan sedih Kok Han Siang menghela napas panjang setelah memandang lagi kearah kedua orang itu ia berjalan lambat-lambat keluar rumah.

Sebetulnya didalam lubuk hatinya banyak perkataan yang hendak diutarakan, tapi iapun merasa bingung harus dimulai dari yang mana, oleh karena itu setelah memandang beberapa saat kearah mereka berdua akhirnya ia putar badan dan berlalu.

Dengan kencang Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat mengikuti dari belakang tubuhnya.

Tampaklah pada saat itu bayangan manusia berkelebat lewat menuju kearah gunung sebelah muka suasana diempat penjuru sudah diterangi dengan lampu obor.

Suara gembrengan sudah berhenti berlalu kecuali tiupan angin malam yang menderu-deru suasana dalam lembah tersebut jadi sunyi senyap seperti keadaan semula.

Dengan pandangan termngu-mangu Kok Han Siang memandang cahaya api obor yang tersebar diempat penjuru akhirnya ia bergumam :

Agaknya musuh yang datang tidak sedikit jumlahnya kenapa diempat penjuru sudah diterangi dengan api obor??.

Mendadak serentetan cahaya menerjang ketengah angkasa sewaktu berada kurang lebih empat lima kaki dari permukaan tanah tiba-tiba meledak keras disertai suara yang gegap gempita menusuk telinga berpuluh-puluh ribu bunga-bunga berapi beterbangan memancar keempat penjuru dan sebentar kemudian padam kembali.

Terdengar suara ujung baju tersampok angin menggores datang Tiong It Hauw bagaikan seorang panglima langit tahu-tahu sudah munculkan dirinya di hadapan Kok Han Siang.

Saat ini ia memakai pakaian tingkas pada pinggangnya tersoren sebelah golok pipih. Kerudung hitamnya yang berwarna hitam bergoyang tiada hentinya tertiup angin malam.

Hujien kau cepat kembali angin malam sangat dingin dan tidak baik untuk kesehatan nanti kau sakit serunya sembari menjura.

Apa yang sudah terjadi didalam lembah??

Beberapa orang manusia yang tidak dikenal berhasil menerobos masuk tiga buah rintangan kita dan berhasil melukai enam orang. Hamba telah mengirim orang untuk mengadakan pengurungan dan mengatur siasat untuk menawan mereka peristiwa ini sudah sering kali terjadi dalam Bu-lim harap hujien jangan merasa kuatir. Mari silahkan kembali saja untuk beristirahat. Maaf aku orang banyak bicara tiba-tiba Biauw Siok Lan menyela setiap pos penjagaan kita semuanya dijaga beberapa orang?.

Tiong It Hauw termenung lalu jawabnya.

Setiap pos penjagaan dijaga enam orang dengan dibagi menjadi dua rombongan!.

Jika demikian adanya musuh berhasil menerobos masuk kedalam ketiga buah pos penjagaan dan berhasil melukai enam orang ini berarti setiap pos ada seorang yang berhasil meloloskan diri dari cengkeraman musuh.

Mendadak suara gembrengan kembali dipukul bertalu-talu bahkan kali ini suaranya semakin kacau dan campur aduk tidak keruan :

Hujien! cepatlah kau orang kembali kepondok buru-buru Tiong It Hauw berseru biarlah hamba pergi melakukan pemeriksaan tidak selang sepertanak nasi kemudian tentu ada kabar berita.

Bicara sampai disitu tubuhnya dengan cepat meloncat ketengah udara kemudian berkelebat lenyap dari pandang mata.

Dengan termangu-mangu Kok Han Siang memandang bayangan punggung Tiong It Hauw yang lenyap dari pandangan lama sekali ia baru menoleh kearah Biauw Siok Lan.

Enci! perlukah kita pergi ikut memeriksa?!.

Walaupun selama hidup ia sudah sering mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan hati tetapi pada waktu itu setiap kali tentu ada Hu Pak Leng disisinya.

Hu Pak Leng adalah seorang yang cerdik dan bernyali perduli sudah menemui kejadian ia tetap tenang dan menghadapi setiap urusan dengan tidak ikut emosi.

Sudah tentu saja didalam menghadapi peristiwa penting pada waktu itu sama sekali tidak membutuhkan barang sedikit tenagapun darinya, lama-kelamaan hal ini menimbulkan rasa kagum dan terhormat terhadap diri Hu Pak Leng.

Ia merasa asalkan dirinya bisa selalu bersama-sama dirinya perduli berada dalam keadaan yang bagaimanapun bahayanya ia merasa tetap aman tenteram.

Tetapi kini Hu Pak Leng belum kembali dari tempat jauh Huo Yen Ga serta Tiong It Hauw yang menjabat sebagai wakil Bengcu pun sering terjadi bentrokan hal ini mau tak mau memaksa ia harus pegang kekuasaan dan mengatur semua persoalan yang besar.

Tetapi dengan demikian iapun mulai merasa gelagapan hatiya berdebar dan dalam hati tak dapat mengambil keputusan.

Terdengar Biauw Siok Lan tersenyum lalu ujarnya dengan halus.

Hujien kau tidak perlu murung didalam lembah Mie Cong Kok ini banyak terdapat jago-jago lihay dari kalangan Liok-lim kendati pihak Siauw lim pay serta Bu-tong pay bekerja sama untuk melancarkan serangan secara besar-besaran kita masih sanggup untuk menahan mereka apa lagi keadaan yang sebenarnya belum berhasil kita ketahui.

Eeeeei..... jikalau toako ada dirumah hatikupun tak akan secemas ini... kata Kok Han Siang sambil menghela napas panjang.

Mendadak suara langkah kaki yang kacau bergema memecahkan kesunyian HuoYen Ga yang membawa Leng Lam Jie Khie serta beberapa orang anak buahnya berjumlah dua puluh orang lebih berlari mendekat. Tampaklah ketika itu Loo Hu It Su Huo Yen Ga mengulapkan tangannya beberapa orang jagoan Liok- lim yang berada dibelakangnya mendadak memencarkan diri dan seketika mengurung Kok Han Siang, Biauw Siok Lan serta Ban Ing Soat bertiga rapat-rapat.

Melihat kejadian itu Biauw Siok Lan mengerutkan dahinya diam-diam ia salurkan hawa murninya bersiap sedia dengan meminjam kesempatan sewaktu membereskan rambutnya ia menyenggol Ban Ing Soat.

Sebaliknya Kok Han Siang yang sudah menghadapi situasi sedemikian kritis sama sekali masih belum merasa sepasang matanya yang jeli mengerling sekejap kearah Huo Yen Ga lalu bertanya.

Tahukah kalian jika malam ini didalam lembah kita sudah kedatangan musuh??: Ehmm, tidak salah jawab Huo Yen Ga dingin.

Baru saja Tiong! Biauw memberi tahu kepadaku bahwa orang-orang itu berhasil menerobos tiga buah rintangan dan melukai enam orang.

Soal ini aku kurang begitu jelas.

Lalu kenapa kau tidak pergi melakukan pemeriksaan? Apa.....

Perlahan-lahan Kok Han Siang menghela napas panjang.

Walaupun antara dirimu dengan Tiong It Hauw tidak dapat akur tetapi kalian sama-sama sudah menerima pesan dari toako dan kini didalam lembah Mie Cong Kok hanya kalian berdua saja yang memiliki kepandaian paling baik paling di hormati para jago lainnya. Heeei jikalau kalian bisa saling bahu membahu

saling tolong menolong aku pikir urusan didalam lembah kita tak akan jadi kacau dan awut-awutan semacam ini.

Huo Yen Ga tertawa dingin belum sempat ia berbicara Kok Han Siang keburu berkata kembali. Tiong It Hauw sudah pergi melakukan pemeriksaan kau pergilah bantu dia orang!

Loo Hu It Shu hanya merasakan nada perkataan dari perempuan itu mengandung suatu dayaa pengaruh yang tak dapat dilawan oleh siapapun akhirnya ia mengangguk.

Kok Han Siang yang mendengar dia sudah menyanggupi tapi orangnya masih tetap berdiri tak bergerak dalam hati merasa keheranan akhirnya ia menghela napas panjang.

Kalau kau adalah orang menyanggupi kenapa tidak cepat-cepat pergi. Loo Hu It Shu berseru tertahan akhirnya ia putar badan dan berlalu.

Para jago yang berada disekeliling Kok Han Siang sewaktu melihat Huo Yen Ga berlalu tanpa banyak cingcong dengan perasaan keheranan mereka berdiri melongo-longo.

Leng Lam Jie Khie diam-diam saling bertukar pandangan sejenak baru saja mereka berjalan siap-

siap turun tangan mendadak Kok Han Siang menggerling kembali.

Kalian semua pergilah.

Suaranya amat halus merdu dan menarik hati bagi siapapun merasa hatinya benar-benar dibuat terpesona.

Mendengar suara tersebut para jago yang ada disekeliling tempat itu rada tertegun akhirnya tak dapat dicegah lagi mereka mulai putar badan dan berlalu.

Kini tinggal Leng Lam Jie Khie dua orang yang tetap berdiri ditempat semula selintas hawa napsu membunuh mulai berkelebat diatas wajahnya. Dengan termangu-mangu dan kebingungan Kok Han Siang menyapu sekejap kearah kedua orang itu, akhirnya perlahan-lahan ia berjalan mendekat.

Melihat kejadian itu Ban Ing Soat segera kerutkan keningnya sang tangan mulai meraba gagang pedang untuk melakukan perlindungan.

Tetapi niatnya ini keburu dicegah oleh Biauw Siok Lan yang dengan cepat menyenggol badannya.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar