Website Cerita Silat Indomandarin Ready For Sale

Jilid 13 : Dia bukanlah gembong iblis wanita

DELAPAN orang lainnya juga mempunyai jalan pikiran yang sama, mereka menyadari dalam keadaan serta situasi seperti ini hanya bekerja samalah mendatangkan harapan bagi mereka berpisah berarti jalan kematian untuk mereka, maka begitu pria tadi menyelesaikan kata-katanya, delapan orang pria lainnya bersama-sama ikut menyerang kedepan.

Kali ini mereka telah mendapat pelajaran yang menguntungkan, tidak seperti semula menyerang tanpa tujuan tertentu, kali ini setiap serangan yang dilepaskan semuanya ditujukan kearah yang tepat dan benar.

Gak In Ling sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap orang-orang itu, dengan kaki berdiri bagaikan patung secara terpisah dilayaninya serangan-serangan yang mengancam datang itu dengan gerakan keras lawan keras.

Semula, kesembilan orang pria itu sudah mengetahui sampai dimanakah kepandaian silat yang dimiliki Gak In Ling, siapapun tidak berani menyambut datangnya ancaman dengaa keras lawan keras, karena itu asalkan telapak tangan Gak In Ling digerakkan kearah seseorang, maka orang itu cepat-cepat menghindarkan diri ataupun berkelit kesamping.

Walaupun kesembilan orang pria itu tidak berani menyambut datangnya serangan dari Gak In Ling, akan tetapi mereka pun tidak melepaskannya dengan begitu saja, tampaklah delapan sosok bayangan manusia bagaikan putaran roda kereta sedang berputar tiada hentinya mengitari sekeliling tubuh Gak In Ling, angin pukulan menderu- deru bagaikan hembusan angin puyuh, keadaan benar-benar mengerikan sekali.

Pada saat itulah dibelakang sebuah batu cadas kurang- lebih tiga tombak dibelakang pertempuran, perlahan-lahan menongollah kepala seseorang kakek tua berambut putih.

Orang ini beralis putih bermata sipit tetapi memancarkan cahaya yang sangat tajam, ujung bibirnya agak tergantung kebawah dan pada saat itu nampaknya sedang diliputi hawa gusar yang tak terkirakan, sepasang matanya yang menyeramkan menatap wajah sianak muda itu tanpa berkedip.

Pada waktu itu burung hong warna-warni yang terbang diangkasapun sudah melayang diatas kepala para jago, cuma

berhubung burung itu terbang sangat tinggi maka sampai-sampai kakek tua yang mengintip dari tempat kegelapanpun tidak menyadari.

Dalam pada itu pertarungan antara Gak In Ling serta ke sembilan orang pria baju hijau itu sudah berlangsung mendekati dua puluh jurus lebih, waktu berlarut lenyap ditengah ketegangan, sang surya telah tenggelam dan rembulanpun telah mulai muncul diatas awang-awang.

Tiba-tiba Gak In Ling bersuit panjang, tubuhnya berputar kencang kemudian secara tiba-tiba meluncur ketengah udara, sepasang telapak menyapu ketengah udara kosong dan mendadak menyerang dengan jurus Hiat-yu-seng- hong atau hujan darah angin amis.

Bayangan merah yang berlapis-lapis dan memancarkan cahaya berkilauan membentang wilayah seluas tiga puluh tombak lebih disekitar tempat itu, daya kekuatannya begitu dahsyat sehingga nampak mengerikan sekali.

Ssmbilan orang pria kekar baju hijau yang sedang bertempur sengit, tiba-tiba kehilangan jejak Gak In Ling, baru saja mereka berdiri tertegun tiba-tiba dari atas kepala mereka berkumandang datang suara pekikan panjang yang amat nyaring, hal ini membuat mereka tanpa sadar sama-sama angkat kepala memandang keangkasa. "Aaah telapak maut" mendadak sembilan orang itu berteriak dengan nada yang ketakutan-"Telapak maut "

Diikuti berkumandangnya sembilan kali jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma, membuat orang yang mendengar jadi bergidik dan merasakan dirinya seakan-akan berada dineraka.

Gak In Ling melayang turun keatas permukaan dengan tenangnya, ketika sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, tampaklah sembilan sosok mayat tadi sudah berserakan dari kalangan sejauh dua tombak dari tempat semula, kulit dan otot wajah para korban berkerut kencang, darah segar

mengalir keluar dari tujuh lubang inderanya, rasa ngeri dan takut sesaat menemui ajalnya masih tertera nyata diatas wajah mereka.

Gak In Ling tarik napas dalam-dalam, diikuti suara helaan napas yang berat dan panjang seakan-akan ia menyesal karena sudah melakukan pembunuhan tersebut.

Dia sebenarnya berhati bajik dan mulia, ia tidak senang membunuh manusia, tetapi keadaan yang telah memaksa dirinya mau tak mau harus melakukan pembunuhan tersebut.

Pembunuhan itu bukan dilakukan karena dapat mengangkat namanya serta mempertinggi gengsinya, membunuh orang juga bukan untuk melatih ilmu silatnya hingga mencapai tingkat yang sempurna, melainkan dendam kesumat sedalam lautan itulah yang membuat ia tak mampu untuk menguasai perasaan hatinya.

Perlahan-lahan Gak In Ling menengadah ke atas, memandang rembulan yang berada diangkasa lalu bergumam seorang diri.

"Ibu sudah kau lihatkah kesemuanya itu ? Anak Leng akan balaskan dendam bagi kematianmu, akan kucuci benteng Hui-in-eay dengan darah manusia, akan kubasmi mereka hingga sama sekali lenyap dari muka bumi."

Tiba-tiba seekor burung hong warna-warni yang besar terlintas masuk dalam lingkaran penglihatan pemuda she Gak itu, ketika menjumpai burung tersebut Gak In Ling nampak terperanjat lalu berseru. "Dewi burung hong indah?"

Pada saat itulah kurang lebih dari jarak tiga depa dibelakang tubuh Gak In Ling berkumandang suara jeritan kesakitan, jeritan itu mengejutkan hati sianak muda, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya ternyata pihak lawan bisa mendekati tubuhnya hingga jarak tiga depa tanpa disadari olehnya, kejadian ini benar-benar memalukan sekali.

Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba itu telah menarik kembali pikiran Gak In Ling kedalam kenyataan, tampak sepasang alis matanya berkernyit dan tubuhnya segera berpaling kebelakang

Dibawah sorot cahaya rembulan yang redup terlihatlah sesosok bayangan abu-abu dengan gerakan yang cepat bagaikan kilat sedang melarikan diri kearah dinding tebing sebelah depan-

"Bangsat, kau akan lari ke mana ?" bentak Gak In Ling dengan suara nyaring, sambil berseru ia segera enjotkan badannya siap melakukan pengejaran-

Belum sempat sianak muda itu menggerakkan tubuhnya, mendadak terdengar suara yang manis dan merdu berkumandang datang. "Eei, Gak In Ling, kenapa kaupun datang kemari ?"

Dari suara teguran itu si pemuda segera mengetahui siapa yang telah datang, hatinya terjelos dan diam-diam pikirnya. "Habislah sudah, ternyata benar-benar dia "

Sementara ingatan itu masih berkelebat dalam benaknya, perlahan-lahan dia putar badan, ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya suara itu maka tampaklah dewi burung hong indah dengan pakaiannya yang berwarna merah- menyala berdiri diatas sebuah batu kurang-lebih satu tombak dihadapannya.

Dengan memaksakan diri Gak In Ling menarik napas panjang, setelah menenteramkan hatinya dia berkata.

"Nona, kau dan aku benar-benar punya jodoh, sungguh tak nyana kita bisa berjumpa lagi disini."

Dewi burung hong indah maju dua langkah kedepan, kemudian menjawab.

"Sungguh cepat kau sudah tiba disini, sungguh tindakanmu itu jauh diluar dugaanku."

Gak In Ling tertawa dingin-

"Hee hee hee aku belum mati, mungkin kejadian ini-jauh diiuar dugaan nona bukan?"

Dewi burung hong indah mengerutkan dahinya, kemudian sambil tertawa dingin ia berkata.

"Hee.... hee..... hee apabila sekarang aku hendak membinasakan dirimu, maka pekerjaan ini akan kuselesaikan dengan sangat mudah sama sekali tidak membuang tenaga barang sedikitpun juga."

Nada ucapannya begitu leluasa, seakan- akan perkataan tersebut diutarakan keluar tanpa disertai rasa pandang remeh musuhnya. Gak In Ling tertawa lalu mengangguk. "Sekarang juga nona boleh turun tangan" katanya.

"Engkau takkan melancarkan serangan balasan ?"

"Hem, aku tidak sejinak seperti apa yang nona bayangkan " seru sipemuda sambil tertawa dingin.

Mendengar perkataan itu, dewi burung hong indah tertawa terbahak-bahak.

"Haa.... haa haa kali ini apakah kau masih tetap akan gunakan sepasang telapakmu untuk menghadapi sepasang kakiku ?"

Merah-padam selembar wajah Gak In Ling setelah mendengar perkataan itu, sedikitpun tidak salah, kejadian itu merupakan suatu penghinaan, serta rasa malu yang luar biasa, dengan kedudukannya sebagai seorang lelaki jantan dengan badan yang berotot ternyata tak mampu menangkan sepasang kaki dari seorang gadis lemah, rasa malu ini membuat orang sukar untuk menahan diri.

Dengan gusar Gak In Ling segera mendengus, lain berkata.

"Kali ini jikalau aku menderita kalah lagi ditangan nona, sekalipun nona tidak membinasakan diriku, aku bisa

melakukan penyelesaiannya sendiri terhadap jiwaku. Nah, silahkan nona turun tangan"

Sambil berkata diam-diam ia himpun tenaga dalamnya ke dalam sepasang telapak tangan-

Dewi burung hong indah sendiri diam-diam merasa tercekat, segera pikirnya didalam hati.

"orang ini keras kepala, dingin dan angkuh, kali ini jikalau ia benar-benar kalah, sudah dapat dipastikan dia tentu akan bunuh diri ditempat ini, aku harus menghadapinya secara berhati-hati."

Meskipun didalam hati ia berpikir demikian, diluaran sambil tertawa ia menjawab. "Ini hari sudah pasti kau bakal mampus disini "

"Hee hee hee semoga saja apa yang nona duga sedikitpun tidak salah " sahut Gak In Ling sambil tertawa dingin.

"Hm Tentu saja tidak "

Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari balik matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati, sambil membentak keras tubuhnya menerjang kearah belakang Gak In Ling sambil berseru.

"Kawanan tikus, berani bertingkah disini ?" Gak In Ling yang sudah pernah menyaksikan kehebatan dari tenaga dalam yang dimiliki dewi burung hong indah, menyaksikan datang menerjang, dikiranya perempuan itu sedang menerjang kearahnya, buru-buru badannya menyingkir dua depa kesamping sambil balas melancarkan pula sebuah pukulan kearah lawannya.

"Bagus sekali datangnya serabgan itu " Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menerjang kearah dada dewi burung hong indah.

Kiranya dewi burung hong indah menerjang ke muka disebabkan ia telah menemukan sesuatu.

Mimpipun gadis itu tak pernah mengira kalau Gak In Ling bisa menaruh ke salah-pahaman terhadap dirinya dan secara tiba-tiba melancarkan serangan kearahnya.

Jikalau bicara tentang kepandaian silat yang dimiliki dewi burung hong indah, seandainya pula saat ini ia berganti jurus untuk menyambut datangnya serangan dari Gak In Ling itu, maka ada kesulitan lain yang bakal dihadapinya, tetapi kalau ia sampai berganti jurus niscaya Gak In Ling bakal menderita luka terkena serangan gelap yang dilancarkan oleh jago lihay dari benteng Hui-in-cay.

Kejadian yang berlangsung amat cepat dan didalam waktu amat singkat membuat dewi bu-img hong indah tiada kesempatan unsuk mempertimbangkan persoalan itu lebih jauh, diam-diam mengertak gigi dan menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya kearah bagian kanan badan guna menerima datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras, sementara serangan yang dia lancarkan masih tetap tidak dikendorkan.

Dalam waktu singkat angin pukulan yang dilancarkan Gak In Ling telah bersarang diatas tubuh dewi burung hong indah.

"Blaaam " ditengah benturan keras yang menggeletar diseluruh angkasa, berkumandanglah suara dengusan berat dari dewi burung hong indah, bersamaan itu pula dari arah lima tombak jauhnya dari kalangan bergema pula jeritan ngeri yang menyayatkan hati.

Bayangan merah mencelat keudara, tubuh dewi burung hong indah tahu-tahu sudah mencelat sejauh dua tombak lebih dari tempat semula dan roboh terkapar diatas tanah, darah segar perlahan-lahan mengalir keluar dari ujang bibirnya yang kecil, wajahnya yang semula bersemu merah seketika berubah jadi pucat-pias.

Menyaksikan kejadian tersebut Gak In Ling merasa amat terperanjat, dari jeritan ngeri yang berkumandang memecahkan kesunyian serta jarum jarum lembut berwarna biru yang berceceran diatas tanah, ia segera memahami apa yang telah terjadi.

Tetapi ia tidak habis mengerti, mengapa dewi burung hong indah bersedia menolong jiwanya ?

Terus-terang saja ia tak habis mengerti kenapa bisa begitu, tetapi kenyataan sudah terbentang didepan mata, ia telah melukai seseorang yang telah melepaskan budi kepadanya.

Dengan perasaan tak tenang Gak In Ling berjalan menghampiri dewi burung hoog indah yang baru saja duduk diatas tanah, kemudian bisiknya dengan suara lirih.

"Parahkah luka yang nona derita ?" nada suaranya penuh perasaan menyesal dan minta maaf.

Dengan pandangan yang sangat dingin dewi burung hong indah menengadah keatas dan menyapu sekejap kearah wajah Gak In Ling, lalu menjawab. "Gak In Ling, sekali ini engkau telah berhasil menangkan diriku "

Dengan ujung bajunya Gak In Ling menyeka keringat yang membasahi jidatnya, kemudian menggeleng.

"Tidak- perbuatanku hanya menggunakan kesempatan dikala orang tidak siap. aku menyadari bahwa tindakanku ini merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji." jawabnya.

"Tapi initokh kesempatan paling baik yang berhasil kau dapatkan-" sindir dewi burung hong indah. "hem, kau pandai sekali menggunakan kesempatan baik, sejak kini kalau kau sering kali bisa mempergunakan kesempatan baik yang kau peroleh sebaik-baiknya, aku percaya tidak lama kemudian kau bakal merupakan seorang jago yang tiada tandingannya dikolong langit. haa.. .. haa haa "

Mengikuti gelak tertawanya yang sinis, darah segar bagaikan pancuran air mengalir keluar lewat ujung bibirnya yang kecil dan membasahi seluruh tubuhnya.

Dengan perasaan malu bercampur menyesal Gak In Ling tundukkan kepalanya rendah-rendah, sahutnya dengan lembut.

"Nona, sekarang engkau boleh menyindir aku dengan sepuas hatimu, tetapi engkaupun harus baik-baik menjaga kehehatan badanmu sendiri, janganlah membiarkan luka dalam yang kau derita berubah semakin parah." nada ucapannya begitu sungguh-sungguh dan serius.

Dewi burung hong indah merasakan hatinya jadi hangat dan gembira, tetapi perasaan hatinya itu tidak sampai diutarakan keluar, sambil tertawa dingin ia berkata.

"Gak In Ling, sudahkah kau pikirkan perbuatan apakah yang bakal kulakukan untuk pertama kalinya setelah luka dalam yang kuderita ini telah sembuh ?"

"Aku tahu" jawab Gak Ia Ling sambil tertawa tawa.

"Hee hee hee kalau sudah tahu, tidak sapantasnya kalau engkau lepaskan diriku"

Gak In Ling menengadah keatas dan menghela napas panjang-panjang.

"Aaai kalau bicara tentang ilmu silat, sesungguhnya aku orang she Gak bukanlah tandingan dari nona, sekarang aku telah menggunakan kesempatan yang ada untuk melukai nona, jikalau engkau tidak berbuat demikian karena ingin menolong aku, mungkin aku orang she Gak dapat membinasakan dirimu, tetapi engkau telah selamatkan jiwaku." Dewi burung hong indah tertawa dingin.

"Hm, jadi kalau begitu, pilihan antara hidup dan mati engkau telah memilih yang terakhir ?" serunya.

Dengan sedih Gak In Ling mengangguk.

"Benar, aku orang she Gak telah berhutang budi kepadamu "

Mendengar jawaban tersebut diam-diam dewi burung hong indah merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya.

"orang ini begitu jelas dan nyata memandang antara budi dan dendam, sungguh tak kusangka kalau dikolong langit bisa terdapat manusia semacam ini, kenapa aku justeru telah bertemu dengan manusia seperti ini ?"

Berpikir sampai disitu, nada suaranya tiba-tiba berubah jadi lembut, tanyanya dengan suara lembut.

"Apakah engkau tidak memikirkan lagi bagi nasib kawan-kawanmu dalam dunia persilatan?"

Napsu membunuh yang tebal melintas diatas wajah Gak In Ling sesudah mendengar perkataan itu, tapi hanya didalam sekejap mata saja telah lenyap tidak berbekas. Ia tundukkan kepalanya termenung sebentar lalu berkata lagi.

"Meskipun aku mempunyai hasrat untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, tetapi sayang sekali tenaga yang kumiliki masih belum cukup bagiku untuk melakukannya, hasil dari perjuanganku yang tidak seimbang itu hanya akan semakin memperlihatkan rasa maluku, karenanya aku tidak ingin berbuat demikian." Setelah berhenti sebentar ujarnya kembali.

"Apalagi aku percaya bahwa nona bukanlah seorang manusia yang gemar membunuh orang tanpa sebab-sebab tertentu." Dewi burung hong indah segera tertawa dingin.

"Hee hee...,. hee darimana kam bisa tahu kalau nonamu tak dapat berbuat demikian?"

"Sebab setiap manusia tentu mempunyai perasaan prikemanusiaan " sahut Gak In Ling dengan serius.

"Tetapi nonamu tidak mengenal apa artinya perikemanusiaan-"

Karena terpengaruh oleh emosi, denyutan nadinya berdetak semakin kencang, darah segar yang menyembur keluar dari ujung bibirnyapun semakin jelas hingga keadaannya mengerikan sekali.

Air muka Gak In Ling berubah hebat, dengan perasaan tidak tenang ia berkata.

"Nona, kesemuanya itu adalah persoalan di kemudian hari, lebih baik tak usah dibicarakan dahulu, yang penting bagi nona adalah menyembuhkan dahulu luka dalam yang kau derita."

"Hee hee hee Gak In Ling, kau terlalu memandang rendah tenaga dalam yang ku miliki." seru dewi burung hong indah sambil tertawa dingin. Gak In Ling jadi amat terperanjat.

"Kenapa ?" teriaknya. "Nona, lukamu..."

"Nadiku telah pecah, tiada orang yang bisa menyelamatkan jiwaku lagi...."

Walaupun Gak In Ling serta dewi burung hong indah baru berjumpa muka sebanyak dua kali, tetapi dari wataknya yang keras hati dan bersikap blak-blakan itu membuat pemuda tersebut mengetahui bahwa dia tak mungkin sedang membohongi dirinya, karena itu pemuda she Gak tersebut segera berdiri tertegun sesudah mendengar perkataan itu.

Keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi wajah Gak In Ling yang tampan, setetes demi setetes mengucur terus dari balik sorot matanya terpancar rasa menyesal dan minta maaf.

Dengan pandangan dingin dewi burung hong indah menyapu sekejap kearah Gak In Ling, kemudian bertanya.

"Gak In Ling, panaskah hawa udara disini"

Dengan sedih Gak In Ling menyapu sekejap kearah gadis itu. "Nona, aku hirap engkau tak usah menyindir diriku lagi."

"Engkau pantas ?"

"Mungkin tidak pantas. "jawab Gak In Ling dengan tawar, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan hawa kegusaran- "Apakah nona tidak memiliki obat mujarab yang bisa digunakan untuk menyembuhkan luka dalammu itu ?"

"Menurut perkiraan nonamu justru engkaulah yang semestinya memiliki obat semacam itu." sahut dewi burung hong indah sambil tertawa dingin.

"Aku ?" tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat didalam benak Gak In Ling, buru-buru ia ambil keluar obat berwarna merah yang diberikan kakek penebang kayu kepadanya ketika berada di puncak bukit can-thian-hong tersebut, sambil mengangsurkan kedepan ia bertanya. "Nona, coba lihatlah apakah obat ini dapat menyembuhkan lukamu ?"

Terkesiap hati dewi burung hong indah setelah melihat obat tersebut, serunya tanpa sadar.

"Aaah Pil Kiu-coan-hui-hun-wan.... kau dapatkan obat ini dari mana ?"

"Apakah obat itu dapat menyembuhkan luka dalam yang nona derita ?"

"Engkau merasa tidak keberatan ?" bukannya menjawab dewi burung hong indah malah bertanya.

Gak In Ling tertawa lirih.

"Mungkin aku bukanlah seorang manusia siau-jin seperti apa yang nona duga semula, kalau nona tidak percaya silahkan menelan obat ini" sembari berkata dia segera angsurkan obat itu kedepan.

Dewi burung hong indah menerima obat tersebut dan diperiksanya beberapa saat, kemudian dengan wajah berubah hebat pikirnya didalam hati.

"Kenapa ia pandang begitu hambar obat mujarab yang demikian berharga ini, jangan-jangan-.."

Tiba-tiba wajahnya bersemu merah, ia segera menengadah dan bertanya. "Apakah kau suruh aku merawat lukaku tempat ini ?"

Tertegun hati Gak In Ling mendengar perkataan tersebut, dengan perasaan tidak mengerti ia balik bertanya.

"Kalau tidak. maka engkau akan merawat lukamu dimana ?"

"Apakah kau mengira pihak benteng Hui-in cay bakal melepaskan dirimu dengan begitu saja ?"

Seakan-akan telah menyadari dengan sesuatu dengan nada serius Gak In Ling segera menjawab

"Ah Sedikitpun tidak salah, tempat ini memang tidak pantas untuk digunakan sebagai tempat untuk merawat luka dalam, kalau nona beranggapan bahwa obat tersebut benar-benar mampu untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita, apa salahnya kalau cari tempat yang aman dengan menunggang burung hong-mu itu ?"

Rasa sedih muncul didalam hati dewi burung hong indah, tanya dengan suara lirih. "Bagaimana dengan engkau sendiri ?"

"Aku akan pergi ke benteng Hui-in-cay "

Sekali lagi dewi burung hong indah terkesiap. pikirnya.

"Dia berada disana, kalau dia pergi kesitu bukankah berarti hanya akan mengantar jiwa belaka ?"

Walaupun dalam hati ia berpikir demikian, tetapi perkataan itu tidak langsung diutarakan ke luar, bahkan sengaja tertawa dingin dan berseru. "Hem engkau sama sekali tiada sungguh-sungguh untuk mengobati lukaku "

"Nona, apa maksudmu berkata demikian ?" seru Gak In Ling dengan alis mata bekernyit. Dewi burung hong indah tertawa dingin.

"Ditengah hutan belantara yang jauh dari keramaian dunia banyak binatang buas yang berkeliaran, kalau engkau suruh aku mengobati luka ku seorang diri bukankah itu berarti bahwa kau berharap agar aku mati diterkam binatang buas?"

Gak In Ling merasa perkataan itu benar juga, dikala seseorang sedang mengobati lukanya, bila tiada orang yang berjaga disampingnya maka hembusan anginpun bisa membahayakan jiwanya, namun pemuda itupun tidak berbasil menemukan sesuatu cara yang dirasakan pantas olehnya.

Dengan kebingungan Gak In Ling menengadah keatas, lalu bertanya. "Lalu apa yang harus kulakukan ?"

"Kurang-lebih lima puluh li dari sini terdapat sebuah gua batu yang bersih, kalau kau bersungguh-sungguh hati mengharapkan agar luka dalam yang kuderita bisa sembuh, bawalah aku ke tempat itu."

Setelah berhenti sebentar ia menambahkan-

"cuma setelah kau berhasil menyembuhkan luka dalam yang kuderita, maka akibatnya sudah kuberitahukan kepadamu." Gak In Ling tertawa tawa.

"Itu tokh urusan dikemudian hari, sekarang mari kita berangkat" serunya.

Perlahan-lahan dewi burung hong indah bangkit berdiri dari atas tanah kemudian serunya dengan manja.

"Boponglah aku" sambil berkata ia rentangkan tangannya menunggu dibopong.

Diatas paras mukanya yang cantik sama sekali tidak terlintas rasa jengah atau tidak senang, semuanya berlangsung begitu bebas dan leluasa, seakan-akan seorang nona cilik yang polos dan belum mempunyai pikiran lain, mungkin pada saat itulah dia benar-benar telah menunjukkan sikap serta tingkah laku kegadisannya.

Gak In Ling nampak ragu-ragu sejenak. tiba-tiba dia menghela napas panjang lalu berjalan kehadapan dewi burung hong indah dan berjongkok didepan tubuh sigadis.

Pada saat itulah paras dewi burung hong indah berubah jadi merah jengah, ia segera menjatuhkan diri diatas punggung Gak In Ling dan bertanya dengan lirih. "Apakah kau bersedia membopong diriku ?" Suaranya lirih dan membawa kemurungan yang tebal.

Sepasang tangan Gak In Ling menjangkau kebelakang, dengan telapaknya dia menahan paha gadis tersebut kemudian bangkit berdiri. Terasalah pada punggungnya tertempel sebuah badan yang lunak halus dan hangat membuat jantungnya terasa berdebar keras, inilah reaksi dari seorang pria yang normal, meskipun Gak In Ling tidak mempunyai maksud yang jahat, tetapi dia tak mampu untuk menguasai perasaan hatinya.

Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, dan menekan golakan perasaan yang terjadi dalam dadanya, lalu bertanya. "Kita menuju kearah mana ?"

"Ke sebelah selatan "

Gak In Ling tidak bertanya lagi, ia segera menggerakkan tubuhnya dan lari kearah selatan, dari gerakan tubuhnya yang begitu cepat dapat di ketahui bahwa pemuda itu hendak menekan pergolakan hatinya yang aneh dari gerakan tubuhnya yang cepat itu.

Kendatipun jalan gunung sangat susah dilewati, tetapi tidak menyulitkan Gak In Ling yang memiliki ilmusilat yang sangat lihay, perjalanan sejauh lima puluh li dilewatkan dalam waktu sepertanak nasi.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba terdengar dewi burung hong indah berseru dengan suara lantang.

"Disebelah kiri ada sebuah dinding tebing, diatasnya tumbuh sebatang pohon siong yang kecil, sudah kau temukan belum ? Goa batu itu terletak dibawah pohon siong tersebut."

Mendengar perkataan tersebut Gak In Ling segera angkat kepala memandang kearah sebelah kiri, sedikitpun tidak salah, kurang lebih dua puluh tombak dari atas permukaan tanah tumbuh sebatang pohon siong yang kecil, pohon itu tumbuh diatas dinding tebing, dan dibawah pepohonan tadi tampaklah sebuah mulut gua seluas beberapa tombak.

Gak In Ling tidak berpikir panjang lagi, dia segera meloncat masuk ke dalam gua tersebut, ketika sorot matanya berputar memeriksa keadaan disekeliling tempat itu tampaklah dinding gua amat bersih dan kering, luasnya kurang- lebih dua tombak persegi.

Setelah berada didalam gua, Gak In Ling membaringkan tubuh dewi burung hong indah ke atas tanah, bisiknya dengan lirih.

"Nona, sekarang kau boleh minum obat tersebut untuk menyembuhkan luka dalammu " Habis berkata ia segera melangkah keluar dari gua itu.

Melihat tindakan sang pemuda, tiba-tiba dewi burung hong indah berteriak keras. "Hei kau akan pergi kemana ?"

Suaranya murung dan mengandung perasaan tidak tenang, titik air mata mengembang pada kelopak matanya membuat orang yang melihat terasa beriba hati.

"Aku akan melindungi keselamatan nona dari luar gua, aku tak akan pergi terlalu jauh." sahut sang pemuda lirih, ia lanjutkan langkahnya dan menuju kemulut gua.

Dalam hati diam-diam dewi burung hong indah menghela napas panjang, perlahan-lahan ia angkat tangannya dan menelan obat tersebut kemudian memejamkan sepasang matanya, dua titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya.

Dia adalah seorang nona yang berhati keras, tapi sekarang gadis tersebut telah melelehkan airmata, siapa yang akan percaya kalau hatinya sedang risau dan takut karena jiwanya tidak ada yang melindungi ?

Gak In Ling yang duduk diiuar gua bersandar pada dinding tebing, sepasang matanya yang jeli memandang bintang-bintang yang bertaburan diangkasa, siapa pun tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya pada saat ini.

Malam semakin kelam, ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad, hanya pekikan monyet dan auman harimau dari tempat kejauhan yang kadang kala terdengar, waktu berlalu dengan lambatnya ditengah kesepian dan kegelapan-

Tiba-tiba dewi burung hong indah munculkan diri dari balik gua, sambil memandang kearah sianak muda itu tegurnya.

"Engkau belum tidur?" suaranya halus, lembut dan penuh bersifat kewanitaan-

Terperanjat hati Gak In Ling mendengar teguran itu, dia loncat berdiri dari atas tanah dan menatap lawannya tajam, kemudian baru berkata. "Sudah sembuhkah nona ?"

Dengan sepasang mata yang jeli dan tajam dewi burung hong indah menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. lalu mengangguk. "Benar, kau takut ?"

"Hal itu sudah merupakan suatu kejadian yang telah kuduga sejak semula, nona. Apakah sekarang juga kita akan berduel untuk menentukan siapa hidup siapa mati ?" kata Gak

In Ling sambil tertawa tawa. Dewi burung hong indah tertawa merdu.

"Aku akan cuci tangan lebih dahulu, kalau engkau hendak melarikan diri maka inilah kesempatan yang paling baik bagimu."

Tidak menunggu jawaban dari Gak In Ling, gadis itu segera enjotkan badannya dan lenyap di dalam kegelapan-

Memandang kearah bayangan punggung dewi burung hong indah yang pergi menjauh. Gak In Ling menghela napas panjang, ia duduk kembali sambil bersandar diatas dinding gua, ia tak ingin memperlihatkan kelemahan-kelemahan di hadapannya, disamping itu tak mungkin pula baginya untuk meloloskan diri dari cengkeramannya, maka ia tiada rencana untuk meninggalkan tempat itu.

Gak In Ling berusaha keras untuk menghilangkan pelbagai pikiran yang rumit dari dalam benaknya, membuat pikirannya kosong dan bebas dari gangguan, ditengah kepenatan yang dialami selama beberapa hari belakangan ini, tanpa sadar pemuda itu terlelap tidur dengan nyenyaknya.

Rembulan sudah berada ditengah awang-awang, tengah malam menjelang tiba dewi burung hong indah tiba-tiba muncul kembali di depan mulut gua, entah dimanakah dia berhasil mencuci bersih noda darah yang mengotori wajah serta tubuhnya, pada waktu itu dibawah sorot cahaya rembulan tampaklah wajahnya yang jauh lebih cantik dan menawan hati.

Dengan mulut membungkam ditatapnya wajah Gak In Ling beberapa saat, kemudian dia bergumam seorang diri.

"Ia tertidur dengan begitu nyenyaknya, apakah dia sama sekali tidak takut mati ? Aaaii kenapa dibalik biji matanya selalu terpancar sifat murung yang tebal ? Apakah banyak kesulitan yang sedang dihadapi olehnya ?"

Serentetan kecurigaan yang muncul dalam benaknya tidak berhasil ditemukan jawabannya, karena Gak In Ling selalu menganggap dirinya sebagai musuh, belum pernah mengutarakan kata-kata yang bernada sahabat.

Lama sekali ia menatap wajah Gak In Ling mendadak gadis itu menggerakkan tubuhnya dan jatuhkan diri duduk disamping pemuda itu, tindak-tanduknya begitu manja dan lembut.

Entah karena dia benar-benar lelah ataukah didalam hatinya tiada persoalan yang merisaukan, tidak selang beberapa saat kemudian gadis itupun terlelap tidur dengan pulasnya.

Angin malam berhembus lewat mengibarkan ujung bajunya, ditengah pegunungan yang sunyi dan jauh dari keramaian dunia, ternyata mereka berdua berani tidur dialam terbuka dengan bebasnya.

Tiba-tiba dewi burung hong indah menggerakkan tubuhnya dan membalik kesamping, tubuhnya segera terjatuh kedalam rangkulan Gak In Ling, diikuti tangannya yang kiri bergerak pula kesamping dan kebetulan merangkul tubuh sang pemuda.

Gerakan ini mengejutkan hati Gak In Ling, pemuda itu segera tersadar kembali dari tidurnya, ketika mengetahui apa yang terjadi ia nampak tertegun dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi keadaan seperti ini. Angin gunung masih tetap berhembus lewat berhembus bertiup,

Dengan teaang Gak In Ling memandang ke arahnya, menyaksikan paras mukanya yang mempesonakan, dengan senyuman yang begitu indah serta memikat hati, bibirnya yang kecil dan memerah oh, betapa nyenyaknya tidur gadis itu.

Makin memandang hatinya makin tertarik, Akhirnya Gak In Ling perdengarkan helaan napas penuh rasa sayang, pikirnya.

"Kalau hatinya bajik dan berbudi halus serta lembut, dia adalah seorang gadis yang amat cantik-jelita dan menawan hati. Benarkah dikolong langit betul-betul tak ada persoalan yang seratus persen sempurna ?"

Maka Gak In Lingpun teringat kembali akan perkataan yang sering diucapkan olehnya demi keselamatan serta keamanan seluruh dunia persiIatan, membuat anak muda itu mau tak mau harus berpikir pula untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan-

Ia tundukkan kepalanya memandang sekejap kearah dewi burung hong indah, kemudian pikirnya.

"Sekarang adalah kesempatan yang paling baik bagiku untuk turun tangan, kalau kesempatan ini kulewatkan dengan begitu saja, mungkin dikemudian hari sudah tiada orang lagi yang mampu menaklukkan dirinya..."

Berpikir sampai disini, tanpa terasa telapak tangannya perlahan-lahan diangkat keatas.

Pada saat itulah dewi burung hong indah, yang berada dalam rangkulannya tiba-tiba mengguling kearah lain, disusul gadis itu mengigau dengan suara yang lirih.

"oh ternyata semuanya adalah palsu, tapi aku sama sekali tidak membenci dirimu...." Tangannya bergerak dan merosot turun dari atas bahu Gak In Ling, tidurnya masih begitu nyenyak dan lelapnya.

Tanpa terasa Gak In Ling menurunkan kembali tangannya, dari lirihannya yang begitu lembut dan halus ia merasa bahwa gadis itu tidak mirip seorang iblis wanita yang membunuh orang tanpa berkedip. ia merasa gadis tersebut adalah seorang nona yang manis dan lembut.

Gak In Ling alihkan sorot matanya memandang pula bulu matanya yang halus, ia merasa gadis tersebut nampak begitu lemah-lembut sehingga membutuhkan perlindungan dari orang lain-

Akhirnya Gak In Ling menghela napas panjang, gumamnya.

"Aku tidak boleh berbuat demikian aku adalah seorang laki-laki sejati, mencelakai seorang gadis yang lemah di kala orang tidak siap bukanlah tindakan yang harus dilakukan oleh aku orang she Gak "

Sekarang rupanya dia telah melupakan seluruh ambisinya, karena gadis yang berada dihadapan mukanya pada saat ini bukanlah iblis perempuan pembunuh orang tidak berkedip seperti apa yang semula ia bayangkan.

Dengan sangat hati-hati Gak In Ling menggerakkan tubuh dewi burung hong indah dari rangkulannya, kemudian perlahan-lahan bangkit berdiri, sambil memandang wajahnya yang manis dan menawan hati ia bergumam.

"Semoga Thian memberikan welas kasihnya kepada umat manusia serta merubah jalan pikirannya yang tidak benar itu, agar ia dapat pulih kembali jadi seorang gadis lembut yang sungguh-sungguh murni."

Dalam pada itu Bulan telah condong ke arah barat, ditinjau dari cuaca pada saat itu kira-kira telah menunjukkan kentongan keempat, Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, sekali lagi ia memandang sekejap keatas wajah dewi burung hoag indah yang cantik jelita, kemudian sambil keraskan- hati ia putar badan menuruni tebing tersebut, dalam beberapa loncatan kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan.

Dimulut gua tinggal dewi burung hong indah seorang yang masih tertidur nyenyak, ditengah udara bergeraklah seekor burung hong besar seakan-akan sedang melindungi keselamatan jiwa majikannya.

Pada saat itulah dewi burung hong indah membalik tubuhnya, satu senyuman manis tersungging diujung bibirnya, terdengar ia bergumam. "In Ling, aku akan mengikuti dirimu, kita tak usah takut padanya lagi."

Diikuti satu senyuman manis kembali tersungging diurung bibirnya, siapapun tak tahu mimpi apa yang sedang dialami olehnya, tetapi ada satu yang pasti yaitu dia sedang menguatirkan keselamatan diri Gak In Ling. cuma sayang pada saat ini sianak muda tersebut telah meninggalkan sisi tubuhnya.

-oo0dw0oo-

Sekarang marilah kita ikuti kembali jejak Gak In Ling.

Sepeninggalnya dari gua tersebut ia segera berlarian mengikuti jalan yang dilaluinya semula dan laksana kilat menerjang kearah benteng Hui-in-cay, gerakan tubuhnya begitu cepat hingga seakan-akan hembusan segulung angin.

Setelah melampaui dua buah puncak tebing yang tinggi, tebing batu dimana terletak benteng Hui-in-cay sudah terbentang didepan mata, Gak In Ling merasakan hatinya bergetar keras, rasa tegang mulai menyelimuti seluruh wajahnya namun ia sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya.

Tiba-tiba dari arah belakang berkumandang datang suara bentakan keras dan lantang. "Gak in Ling, berhenti"

Suara orang itu nyaring, kuat dan menggetarkan hati siapa pun, Gak in Ling terperanjat dan tanpa terasa segera menghentikan langkah kakinya.

Ciang liong-sian dengan jubahnya yang berwarna merah berdiri angker kurang lebih duapuluh tombak dihadapannya, dua ekor siluman naga hijau yang sedang mementangkan mulutnya di bawah cahaya sinar rembulan nampak

memancarkan cahaya kehijau-hijauan yang amat menyilaukan mata.

Air muka ciang- liong-sian nampak begitu serius dan keren, bahkan secara lapat-lapat nampak diliputi oleh hawa gusar yang sangat tebal.

Gak In Ling tidak tahu apa sebabnya ia bisa berjumpa dengan jago tua di tempat ini, semakin tidak tahu mengapa ia menunjukkan sikap yang begitu gusar, sambil maju memberi hormat segera sapanya.

"cianpwe, ada urusan apa kau datang kemari ?"

"Yang datang kemari bukan hanya aku seorang, masih ada yang lebih banyak lagi di belakang sana."

Gak In Ling semakin tertegun mendengar jawaban itu, kembali ia bertanya dengan keheranan

"Bolehkah aku tahu karena persoalan apa cianpwe datang kemari ?"

"Karena kau "

"Karena aku?" Gak In Ling semakin tertegun dan kebingungan tak habis mengerti terlintas diatas wajahnya. "Darimana cianpwe bisa tahu kalau aku berada disini ?"

Ketika ciang-liong-sian melihat rasa kaget dan tercengang yang terpancar diatas wajah Gak In Ling, kemudian disatukan dengan jalan pikiran yang semula sudah menyelimuti benaknya, ia segera salah mengartikan ucapan dari sianak muda itu. Sambil tertawa dingin segera serunya.

"Gak In Ling, kalau kau tidak ingin mengetahui rahasianya diketahui orang janganlah berbuat hal tersebut, dibawah tanda perintah Nirwana seluruh anak muridnya telah tersebar luas di seluruh jagad untuk memburu jejakmu, kau anggap perbuatan yang telah kau lakukan itu tidak diketahui orang lain ?"

Air muka Gak In Ling berubah hebat sesudah mendengar ucapan tersebut, pikirnya.

"Perbuatan salah apakah yang telah kulakukan terhadap pihak gadis suci dari Nirwana ? Kalau dikatakan setiap kali aku membunuh manusia telah dianggapnya sebagai menyalahi pihak mereka. Hm, sikap mereka itu benar-benar terlalu kelewat batas."

Makin dipikir ia merasa semakin gusar, air mukanya berubah hebat dan rupanya ia hendak mengumbar hawa napsunya, tapi sejenak kemudian ia telah menyabarkan diri dan bertanya dengan suara berat. "Perbuatan apa yang telah kulakukan ?"

"Hm Tanyalah pada dirimu sendiri... . bukankah perbuatan yang kau lakukan hanya kau sendiri yang tahu jelas ?" sahut ciang- liong-sian dengan marah. Air muka Gak In Ling kembali berubah hebat, katanya dengan dingin.

"cianpwe, aku Gak In Ling menghormati dirimu, tapi setiap persoalan pasti ada batas-batasnya, kalau cianpwe memaksa terus-menerus sedangkan aku sama sekali tidak tahu-menahu apa yang kau maksudkan, bagaimana urusan bisa dibikin beres ? Sebenarnya apa maksudmu ?"

Dengan sorot mata berkilat ciang- liong-sian menatap tajam wajah pemuda itu, lalu bertanya.

"Setelah kau tinggalkan hutan bunga bwe di Nirwana, kemana saja engkau pergi?"

Merah-padam selembar wajah Gak In Ling setelah mendengar ucapan tersebut, lama sekali ia baru menjawab. "Persoalan itu merupakan urusan pribadiku."

Ketika dilihatnya air muka Gak In Ling berubah jadi merah padam karena jengah, ciang- liong-sian semakin percaya bahwa apa yang diduganya sama sekali tidak meleset,

jenggotnya bergoncang keras tanpa terhembus angin, tiba-tiba ia menengadah keatas dan tertawa keras.

"Haa..,.. haa..... haa.,... Gak In Ling terlalu sederhana jalan pikiranmu itu, urusan pribadi mu? Apakah mati-hidup anak murid dibawah perintah Nirwana juga terhitung soal pribadimu ?"

Semakin lama Gak In Ling semakin kebingungan, akhirnya ia tak dapat menahan diri dan berseru.

"Apa sangkut pautnya antara aku dengan anak murid dibawah perintah gadis suci dari Nirwana ?"

Sorot mata bengis memancar keluar dari mata ciang- liong-sian, serunya dengan lantang.

"Apa kau sudah lupa ? Engkau telah memperkosa tiga orang gadis kemudian membunuh mereka setelah kau nodai apakah kau sudah melupakan perbuatanmu itu? Terimalah seranganku ini"

Sambil berkata secara tiba-tiba dia lancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kearah dada pemuda itu.

Terperanjat hati Gak In Ling setelah mendengar tuduhan itu, serunya tergagap. "Memperkosa dan membunuh ?"

Tenaga dalam yang dimiliki ciang-liong-si-an amat sempurna, serangan yaag dilancarkan dalam keadaan gusar itu tentu saja telah disertai dengan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.

Karena terperanjat setelah mendengar tuduhan itu, untuk beberapa saat lamanya Gak In Ling berdiri tertegun serta mengabaikan datangnya ancaman dari ciang- liong-sian, menanti ia menyadari akan mara-bahaya yang sedang mengancam datang, untuk menghindarkan diri sudah tak sempat lagi.

"cepat menghindar " terdengar ciang-liong sian membentak keras.

Tetapi terlambat. "Blaam " Ditengah benturan yang amat keras terdengar Gak In Ling mendengus berat.

Untuk beberapa saat lamanya suasana pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan.

Tiga tombak dari sisi kalangan berbaringlah tubuh Gak In Ling dengan mulut berlepotan darah, perlahan-lahan ia meronta bangun, darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh wajah dan pakaiannya, sorot mata yang sayu serta air mukanya yang pucat-pias bagaikan mayat membuat wajah pemuda itu nampak menyeramkan-

Dengan kaku ciang- liong-sian menatap wajah Gak In Ling, dari kebimbangan serta keraguan yang terpancar dari pemuda itu, membuat jago tua itu menyadari bahwa serangan tersebut di lancarkan terlalu tergesa-gesa.

Dengan pandangan yang sangat dingin Gak In Ling menyapu sekejap wajah ciang- liong-sian kemudian berkata.

"Tenaga serangan yang dipergunakan cianpwe barusan terlalu kecil. tidak semestinya engkau gunakan tenaga sekecil itu "

Perlahan-lahan ciang- liong-sian maju kedepan, dengan perasaan tidak tenang ia bertanya.

"Setelah kau tinggalkan hutan bunga bwee, kau lalu pergi kemana ?"

"Apakah cianpwe tidak percaya dengan jalan pikiranmu sendiri?" sahut Gak In Ling sambil tertawa dingin.

Ciang-liong-sian sama sekali tidak marah, dia hanya menghela napas berat sambil berkata

"Aaaaii kalau aku percaya dengan jalan pikiranku sendiri, tidak mungkin aku bisa datang kemari lebih duluan untuk

mencari engkau, tetapi aku memang terbaru napsu, sebelum duduk perkara dibikin beres, aku telah turun tangan lebih dahulu kepadamu "

"Kalau memang begitu aku orang she Gak harus mengucapkan banyak terima kasih lebih dahulu kepada cianpwe " kata Gak In Ling dengan suara hambar.

Dengan perasaan menyesal ciang-liong-sian gelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, asal kau bersedia memberitahukan kepadaku ke mana saja kau telah pergi, itu sudah lebih dari cukup"

Gak In Ling dengan perasaan berat mengangguk, jawabnya.

"Setelah kutinggalkan hutan bunga Bwee di Nirwana, aku telah menderita kekalahan yang sangat memalukan dibawah sepasang kaki dari dewi burung hong indah."

"Burung hong sakti dari luar samudra?" seru ciang-liongsian dengan nada terperanjat.

"Sedikitpun tidak salah "jawab Gak In Ling sambil tertawa.

"Dia memang burung hong sakti dari luar samudera. Kemudian aku dikirim kesekitar bukit cah-thian-hong hingga hampir-hampir saja menemui ajal diatas puncak bukit tersebut. Selama beberapa hari ini aku berjalan melewati daerah pegunungan hingga tiba disini dan berjumpa kembali dengan dewi burung hong untuk kedua kali." Maka diapun segera menceritakan seluruh pengalaman yang dialaminya selama ini.

Mendengar penuturan tersebut air muka ciang- liong-sian beberapa kali nampak berubah hebat, akhirnya tak tahan lagi ia berseru. "Jadi kau telah berjumpa dengan kakak seperguruanku ?"

Satu ingatan dengan cepat berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, dia lantas berkata.

"Aku hanya sempat bertemu dengan seorang penebang kayu tua yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, entah orang itu adalah kakak seperguruanmu atau bukan."

Dari dalam sakunya dia ambil keluar kitab pusaka ilmu telapak maut dan diangsurkan kedepan, ujarnya lebih jauh.

"Ia tidak bersedia mengungkapkan asal-usulnya. Nih, lihatlah, benda ini ia hadiahkan kepadaku "

Setelah melihat kitab catatan tersebut, air muka ciang- liong-sian berubah hebat, serunya dengan cepat.

"Sedikitpun tidak salah, orang yang engkau jumpai itu adalah kakak seperguruanku." Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia menghela napas dan menyambung lebih jauh.

"Kakak seperguruanku berwatak tinggi hati dan suka menyendiri, tindakannya tidak lurus pun tidak sesat, kalau dilihat kesediaannya untuk menghadiahkan kitab catatan ilmu telapak mautnya kepadamu, aku rasa mungkin inilah yang dinamakan takdir"

"Hm, engkau mengatakan orang lain lurus tidak- sesatpun tidak. apakah perbuatanmu sendiri juga tidak begitu ?" batin Gak In Ling didalam hati. Meskipun ia berpikir begitu tentu saja ucapan tersebut tidak sampai diutarakan keluar.

Sekali lagi ciang- liong-sian menatap wajah Gak In Ling, kemudian dengan wajah serius berkata.

"Mula pertama aku sendiripun ada hasrat untuk mewariskan ilmu telapak maut yang kumiliki kepadamu, tapi sekarang sudah tiada waktu lagi. Kalau tokh ia bersedia menghadiahkan kitab pusaka bagian atasnya kepadamu, sudah tentu akupun bersedia pula menghadiahkan kitab pusaka bagian bawahnya kepadamu. Sepanjang seratus tahun belakangan ini ilmu telapak maut merupakan maut kepandaian

yang maha ampuh, tetapi berhubung kitab pusakanya terdiri dari dua bagian dan selama ini bagian atas tak pernah disatukan dengan bagian bawahnya maka belum pernah ada orang yang berhasil melatih ilmu tadi hingga mencapai puncak kesempurnaan- Nampaknya seratus tahun kemudian ilmu telapak maut bakal tersohor dan menggetarkan dunia persilatan kembali dari tanganmu Gak In Ling."

Berbicara sampai disitu dia merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar sejilid kitab persis apa yang dimiliki Gak In Ling dan diangsurkan ketangan sianak muda itu, katanya. "Gak In Ling, terimalah pemberian kitabku ini" Gak In Ling mundur satu langkah kebelakang dan menggeleng.

"cianpwe, jangan lupa kalau waktu hidup bagi aku Gak In Ling dikolong langit sudah tidak panjang lagi " katanya, nada perkataan itu kedengaran begitu kesal dan menyedihkan-ciang- liong-sian menengadah dan menghela napas panjang.

"Aaai. selamanya aku paling tidak perCaya terhadap takdir." katanya. "Tetapi sekarang aku telah mempercayainya. Gak In Ling, semua persoalan yang bakal terjadi dikolong langit telah digariskan oleh takdir,janganlah ragu-ragu untuk menerimanya."

Sambil berkata ia maju kedepan dan menyusupkan kitab pusaka tadi kedalam genggaman si anak muda itu, katanya.

"Peristiwa dinodainya anak murid dari gadis suci dari Nirwana benar-benar telah terjadi, gadis-gadis tersebut setelah diperkosa telah dibunuh secara sadis dan orang yang melakukan perbuatan terkutuk itu memiliki bayangan punggung persis seperti potongan badanmu, sekarang gadis suci dari Nirwana telah memerintahkan segenap jago lihaynya untuk memburu jejakmu serta menangkap engkau, dalam beberapa waktu singkat persoalan ini tak mungkin dapat diselesaikan dengan sepatah-dua patah belaka, karena itu gunakanlah kesempatan yang sangat baik ini untuk melarikan diri untuk mencari suatu tempat yang tersembunyi untuk

menyembunyikan diri dari pengejaran mereka, gunakan peluang ini untuk melatih ilmu telapak mautmu hingga berhasil. orang yang telah memfitnah dirimu pasti tak akan tahu kalau engkau telah menyembunyikan diri, jika ia sudah tertangkap oleh gadis suci dari Nirwana maka urusanmupun pada saat itu akan menjadi beres dengan sendirinya." Mendengar perkataan itu dengan gemas dan penuh kebencian Gak In Ling berseru.

"Gadis suci dari Nirwana benar-benar seorang perempuan yang menjemukan, siapa salah siapa benar belum diselidiki hingga jelas, namun ia selalu memaksa dan mendesak aku orang she Gak terus menerus. Hm, suatu ketika..."

"Waktu tempo hari kau tinggalkan hutan bunga Bwee, ia telah menyusul dirimu hingga tiba dibawah kaki bukit Tiang pek-san, tetapi ia gagal berjumpa dengan dirimu, karena itulah dia lantas mengira kau telah menggunakan kesempatan itu untuk membalas dendam terhadap dirinya." ujar ciang- liong-sian dengan cemas. Tidak menunggu Gak In Ling buka suara, kembali dia berkata lebih lanjut.

"Kalau dihitung waktunya, sebentar lagi mereka pasti sudah akan datang kemari, aku merasa tidak leluasa untuk berdiam terlalu lama disini, cepatlah kau menyingkirkan diri " Habis berkata ia segera enjotkan badan dan berlalu lebih dahulu dari tempat itu.

Memandang kearah bayangan punggung ciang liong-sian yang lenyap dibalik kegelapan, Gak Ia Ling bergumam seorang diri.

"Engkau telah lupa bahwa aku Gak In Ling telah menderita luka dalam yang sangat parah."

Sorot matanya perlahan-lahan menyapu sekejap kesamping kiri dan kanan, kemudian dia menggerakkan tubuhnya siap berlalu dari situ.

Mendadak dari arah depan berkumandang datang suara teguran seorang perempuan yang bernada dingin dan ketus.

"Gak In Ling, kau hendak melarikan diri ke mana?"

Gak In Ling menengadah keatas, dia lihat tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji telah menghadang jalan perginya, diatas kerutan wajahnya yang tua dan ketus penuh diliputi hawa nafsu membunuh yang tebal.

Menyaksikan kehadiran jago tua itu, diam-diam Gak In Ling berpikir didalam hati kecilnya.

"oh, diapun sudah dikirim kemari, nampaknya nasibku pada hari ini jauh lebih banyak jeleknya daripada untungnya."

Sesudah termenung sebentar, ia menjawab dengan dingin. "Kenapa aku harus melarikan diri ?"

"Hm, benar engkau tak usah melarikan diri sebab tak mungkin bagimu untuk meloloskan diri dari sini "sahut tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji sambil mendengus dingin. Gak In Ling mengerutkan sepasang alis matanya, kemudian membantah.

"Bukannya aku tak mampu meloloskan diri, aku merasa tiada alasan untuk melarikan diri."

Tiba-tiba dari arah dua puluh tombak dibelakang tubuhnya berkumandanglah suara seruan merdu yang bernada dingin.

"Gak In Ling, kau pandai sekali berlagak pilon " menyusul suara itu berkelebatlah enam sosok bayangan manusia.

Dari suara teguran tersebut, Gak In Ling segera mengetahui siapakah yang telah datang, dia alihkan sorot matanya menyapu sektjap kearah gadis suci dari Nirwana, Su-put-siang serta keempat orang dayangnya yang baru saja melayang turun keatas tanah, lalu dengan nada ketus katanya. "Leng-cu, kembali kita berjumpa muka lagi"

Gadis suci dari Nirwana alihkan sorot matanya kearah pemuda itu, ketika menyaksikan air muka Gak In Ling yang pucat bagaikan mayat, bibirnya yang kecil menggetar seperti mau mengucapkan sesuatu, kakinya melangkah setindak ke depan, semuanya itu merupakan semacam reaksi yang leluasa dan bukan suatu kesengajaan-

Tetapi hanya satu tindak ia maju kedepan untuk kemudian berhenti kembali, sekuat tenaga ia menahan pergolakan batinnya yang kalut, sinar matanya dialihkan kearah lain dan kemudian ujarnya dengan ketus.

"Mulai detik ini, kita sudah tiada kesempatan lagi untuk berjumpa muka dilain waktu"

Gak In Ling tertawa dingin, sambil menyeka noda darah yang melekat diujung bibirnya ia mengejek.

"Apakah Leng-cu yakin bisa melakukan hal tersebut"

"Tentu saja "jawab gadis suci dari Nirwana sambil mengangguk. nada suaranya dingin dan ketus.

"Hee hee hee sekarang kau baru dapatkan kesempatan itu " ejek Gak In Ling sambil tertawa dingin.

Sepasang alis mata gadis suci dari Nirwana kontan berkernyit, dengan penuh kegusaran teriaknya.

"Dahulu juga ada kesempatan, tetapi pada waktu itu nonamu merasa tak tega dan ingin mengampuni selembar jiwamu, sungguh tak nyana kau bajingan tengik, bangsat cabul yang tak tahu diri, betul-betul terkutuk. bukannya berterima kasih karena sudah diampuni, malahan datangkan bencana pada anak murid kami."

Makian "bajingan tengik" atau "bangsat cabul" itu seketika mengobarkan hawa amarah dalam dada Gak In Ling, tak bisa ditahan lagi ia membentak dengan penuh kegusaran-

"Engkau tak becus menghadapi persoalan, sungguh memalukan sebagai seorang pimpinan masyarakat. Aku jadi menguatirkan keselamatan dari sesama umat persilatan, lebih-lebih merasa sayang bagi keadilan serta kebenaran dalam dunia kangouw, karena orang yang mengepalai mereka ternyata adalah seorang pemimpin tolol dan goblok hingga tidak ketolongan lagi "

Gadis suci dari Nirwana sama sekali tidak gusar, sambil tertawa dingin ia hanya berkata.

"Gak In Ling, kau benar-benar tenang dan pandai membawa diri."

"Hee hee hee tiada persoalan yang bisa membuat hatiku jadi gugup atau gelisah," sahut si pemuda ketus.

"Engkau sudah melupakan tiga lembar jiwa dibawah kaki bukit Tiang-pek-san ?"

"Aku tidak pernah membunuh orang dibawah kaki bukit Tiang-pek-san "

"Engkau ingin menyangkal?" bentak gadis iuci dari Nirwana dengan penuh kegusaran

"Tetap perkataan semula, aku tak pernah melakukannya." teriak pula Gak In Ling dengan marah.

"Hm Gak In Ling, kenyataan sudah tertera didepan mata, kau masih ingin menyangkal ?"

"Leng-cu, buat apa banyak bicara dengan bajingan cabul itu ?" timbrung Su-put-siang dari samping. "Lebih baik cepat-cepat kita jagal saja bukankah beres ?" Gak In Ling tertawa dingin-

"Hee hee. ... hee akupun ingin sekali menjajal kemampuan dari para jago lihay dibawah perintah Yau-ti leng-cu, siapa yang akan memberi petunjuk kepadaku?"

"Gak In Ling, kemari, ayo maju. Aku akan melayani dirimu untuk bergebrak beberapa jurus." seru tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji sambil melangkah maju kedepan

Gak In Ling telah menyadari bahwa persoalan yang terjadi pada saat ini akhirnya tokh harus diselesaikan lewat kekerasan, maka secara memaksakan diri hawa murninya segera dihimpun keseluruh badan, sisa hawa murninya sebesar dua bagian dikerahkan kedalam telapak, kemudian serunya dengan nada menyeramkan. "Ayolah cepat turun tangan "

Tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji berpaling dan memandang sekejap kearah gadis suci dari Nirwana, ketika dilihatnya air muka Leng cu-nya berubah tak menentu ia jadi takut kalau pemimpinnya ini secara tiba-tiba merubah rencananya ditengah jalan dan melepaskan Gak In Ling, maka sambil berpaling telapak tangannya segera didorong kedepan melancarkan serangan denganjurus Tui-san-tiam-hay atau mendorong bukit membendung samudra, bentaknya. "Sambutlah seranganku ini "

Pada saat itu Gak In Ling menderita luka dalam yang sangat parah, ia tahu berusaha menghindarkan diri hanyalah membuang tenaga dengan percuma, tokh akhirnya tetap akan menderita kalah, dan kalau tubuhnya sudah tidak berkutik maka ia bakal dijagal secara keji, karena itu dia mengambil keputusan untuk menyambut datangnya serangan tersebut.

Ingatan tersebut berkelebat dalam benak Gak In Ling dengan cepatnya, melihat serangan sudah tiba dia segera membentak keras. "Bagus sekali datangnya seranganmu itu"

Sepasang telapaknya bekerja bersama, dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya ia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

"Blaaam" ditengah bergeletarnya suara yang memekakkan telinga, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, pusaran angin tajam berdesing keras.

Sepasang biji mata gadis suci dari Nirwana yang jeli menatap tajam wajah Gak In Ling tanpa berkedip. tampak olehnya pemuda itu mundur sempoyongan kebelakang sejauh enam-tujuh langkah dari tempat semula, tubuhnya pada saat ini sudah berada ditepi jurang.kalau dia mundur selangkah lagi niscaya badannya sudah tercebur ke dalam sungai.

Darah bagaikan pancuran mengucur keluar tiada hentinya dari ujung bibirnya yang tersungging senyuman sinis, begitu keras kepala dan pedih pancaran sinar wajahnya membuat orang merasa iba.

-oo0dw0oo-

Salam hangat untuk para Cianpwee sekalian,

Setelah melalui berbagai pertimbangan, dengan berat hati kami memutuskan untuk menjual website ini. Website yang lahir dari kecintaan kami berdua, Ichsan dan Fauzan, terhadap cerita silat (cersil), yang telah menemani kami sejak masa SMP. Di tengah tren novel Jepang dan Korea yang begitu populer pada masa itu, kami tetap memilih larut dalam dunia cersil yang penuh kisah heroik dan nilai-nilai luhur.

Website ini kami bangun sebagai wadah untuk memperkenalkan dan menghadirkan kembali cerita silat kepada banyak orang. Namun, kini kami menghadapi kenyataan bahwa kami tidak lagi mampu mengelola website ini dengan baik. Saya pribadi semakin sibuk dengan pekerjaan, sementara Fauzan saat ini sedang berjuang melawan kanker darah. Kondisi kesehatannya membutuhkan fokus dan perawatan penuh untuk pemulihan.

Dengan hati yang berat, kami membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin mengambil alih dan melanjutkan perjalanan website ini. Jika Anda berminat, silakan hubungi saya melalui WhatsApp di 0821-8821-6087.

Bagi para Cianpwee yang ingin memberikan dukungan dalam bentuk donasi untuk proses pemulihan saudara fauzan, dengan rendah hati saya menyediakan nomor rekening berikut:

  • BCA: 7891767327 a.n. Nur Ichsan
  • Mandiri: 1740006632558 a.n. Nur Ichsan
  • BRI: 489801022888538 a.n. Nur Ichsan

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar