Jilid 16
MATA orang tua kurus kering ditujukan kepada Kay see Kim kong dengan perasaan bimbang, sedang mulutnya menjawab pertanyaan Tok heng Tayhiap:
"Ucapan Tayhiap benar, aku yang rendah ini memang benar adalah orang kepercayaan Bengcu kita yang lama."
Tok heng Tayhiap batuk-batuk sebentar, ia berkata: "Aku duga saudara ada membaw a tugas."
"Bengcu kita yang lama telah kalah d itangan It Jie Hui kiam, dan aku yang rendah ini adalah orang kepercayaannya, sudah terus hamba berusaha untuk membalas dendam!"
Kata-katanya itu diucapkan demikian mantap dan tegas benar-benar mengejutkan Ho Hay Hong.
Ia merasa bersyukur bahwa dengan secara kebetulan mengetahui rahasia besar itu, ia telah bertekad hendak membuka membuka kedok orang tua itu dihadapan It Jie Hui-kiam.
Suara bentakan keras yang keluarnya mendadak, telah memutuskan lamunannya. Saat itu mata Kay see Kim kong ditujukan kepada diri seorang jago muda, kemudian bertanya sambil tertaw a dingin:
"Kau datang dari mana ?"
"Siaoseng datang dari Pak-sun. anak murid Cui seng Siang kaow." Jaw ab jago muda itu.
"Ow bagus anak didikan Ciu seng Siang kauw tidak akan kalah dengan murid-murid jago kenamaan!" kata Kay see Kim kong.
Ia agaknya sudah hilang rasa curiganya, perlahan- lahan mengalihkan perhatiannya ke arah lain orang: Tetapi kemudian ia seperti teringat apa-apa, pandangan matanya ditujukan lagi kepada jago muda itu dan katanya:
"Ciu seng Siauw kauw selamanya menaati janjinya sendiri, jauh sebelum diadakan pertemuan ini sudah diberitahukan, mengapa tidak tampak mereka berdua yang datang sendiri ?"
"Suhu berdua karena ada urusan penting, sedang melakukan perjalanan keluar kota, sehingga tidak bisa hadir sendiri. Oleh karena itu, maka suhu telah mengutus Siaoseng untuk mewakili !"
Kay see Kim kong mengangguk-anggukan kepala seraya berkata:
"Beralasan juga, tetapi aku tidak percaya Cui seng Siauw kauw sampai begitu malas, tempat ini terpisah dengan kediamannya hanya beberapa puluh pal saja, betapapun penting urusannya, juga tidak mungkin tidak memberitahukan." Dengan sinar mata dingin ia memandang si jago muda dan sambungnya: "untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan harap kau tunggu sebentar, aku akan suruh orang mengadakan penyelidikan."
Tangannya menggapai, dua lelaki bertubuh tegap bangkit dan lari menuju kedepan.
Ho Hay Hong memperhatikan keadaan jago muda itu, diwajahnya yang putih bersih terlint as suatu kekhaw atiran, Ho Hay Hong tanya tanya kepada diri sendiri: "apakah ia mengaku-aku saja ?"
Ia merasa bahwa mata Kay see Kim kong kini ditujukan kepadanya, Ho Hay Hong terperanjat. Dalam keadaan gelisah, t iba-tiba mendapat suatu akal, Ia buru- buru menepuk bahu lelaki ceriw is dan berkata padanya sambil tertaw a:
"Nona dalam pelukanmu ini sangat cantik, dengan saudara merupakan pasangan yang setimpal benar!"
Lelaki ceriw is itu semula agak kaget, tapi setelah mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya demikian rupa dalam hati merasa sangat girang, maka ia juga t idak marah, bahkan menyahutnya sambil tertawa:
"Mana. saudara terlalu memuji."
Dengan wajah tidak berubah Ho Hay Hong berkata sambil tertaw a:
"Dari bentuk badan dan pandangan saudara, jelas saudara memiliki kepandaian sangat tinggi. Jikalau saudara tidak keberatan bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatan?" Laki-laki ceriw is itu paling senang di sanjung orang, maka ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya setinggi langit, hatinya sangat gembira. Ia segera balas menanya:
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh lima tahun!" jawabnya.
"Wajah saudara masih seperti sangat muda sekali, tak disangka sudah berusia dua puluh lima tahun. Dari sini membuktikan bahwa saudara pandai menjaga diri, sesungguhnya merupakan suatu bakat yang sangat baik. Aku lebih tua beberapa tahun, baiklah aku panggil kau lotee saja!"
Ho Hay Hong harus berbahasakan toako dengan seorang yang tidak disukainya, Dalam hati ia merasa jemu. Tetapi keadaan mendesak, terpaksa pura-pura berlaku gembira.
"Jika saudara tidak anggap rendah diri siaotee maka siaot ee akan panggil anda toako!"
"Lotee jangan merendahkan diri, pepatah ada kata, empat penjuru lautan, semua adalah saudara. Mengapa aku harus anggap rendah dirimu?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku girang, berkata sambil menganggukkan kepala:
"Toako sangat ramah, siaot e sangat menyesal baru hari ini bertemu dengan toako."
Menggunakan kesempatan itu, matanya melirik Kay- see Kim kong, benar saja pandangan matanya sudah beralih kepada orang lain. Karena Kay see Kim kong sudah tidak mencurigai dirinya, Ho Hay Hong kini tidak di banyak bicara lagi dengannya. Tapi laki-laki ceriw is itu juga t idak perhatikan perubahan sikap Ho Hay Hong itu, ia juga ingin mendapat banyak waktu untuk menikmati kecantikan gadis baju ungu.
Wajah cantik jelita itu saja waktu pernah membuatnya mabuk. Kini ia mendapat kesempatan menikmatinya sepuas-puasnya, mengapa tidak puas?
Sementara itu, orang berkerudung tiba-tiba membuka mulut lagi:
"Orang-orang ini benar-benar seperti rombongan kaledai bodoh, apa gunanya debat demikian sengit?"
"Hm"
Suaranya itu diucapkan sangat nyaring agaknya disengaja supaya semua orang mendengarkan. Tetapi ketika semua mata berpaling kearahnya, orang itu dengan tergesa-gesa sudah angkat kaki.
Seorang diantara para hadirin loncat bangun dan berseru padanya:
"Kurang ajar, kau benar benar terlalu menghina, jangan lari, nanti kuhajar kau!"
Tetapi, perbuatan orang itu segera dicegah oleh Tok heng Tayhiap Ia berkata sambil menggoyangkan tangannya:
"Saudara jangan gegabah biarlah pergi!"
Kay see Kimkong menggumam sendiri "Tak mungkin kau t idak unjukkan muka heh?" Tangannya menggapai, dua laki laki segera lari menghampiri.
Kay see Kim-kong berkata kepada dua laki-laki tua itu: "Lekas tanyakan kepada orang tua yang menerima
tanda masuk, tanyakan padanya senjata apa yang dibawa oleh orang berkerudung tadi."
Dua laki laki itu berlalu, sebentar kemudian mereka sudah kembali memberi laporan:
"Loya, senjata yang dibawa oleh orang itu tadi adalah sebilah pedang pusaka!"
Mendengar laporan itu Kay see Kim-kong membelalakkan matanya, katanya kepada diri sendiri: "Apakah dia itu Tee soan ong Tok Bu Gouw?"
Ucapannya yang cukup terang itu, menarik perhatian semua hadirin, satu diantara memperdengarkan suaranya: "Pasti dia! Meskipun dia tadi bicara dengan suara yang dibikin-bikin, tetapi aksennya masih belum berubah."
Ho Hay Hong pikir ucapan orang itu memang beralasan, sebab Tee soan hong pernah bertempur dengannya, maka memeta keadaannya.
Teringat diri Tee soan-hong, pikiran melayang ketempat jauh: mengapa pasukan Angin puyuh selalu berlaku sabar dan mengalah saja terhadapnya? mengapa gadis baju ungu yang tahu siapa sebenarnya orang itu tidak mau memberitahukan padanya? Bahkan mengatakan ada hubungan dengannya, hubungan apakah sebetulnya? Ia terus memikirkan soal itu, tetapi selalu tidak menemukan jawabannya. Sebab ia sendiri memang tidak kenal dengannya, bagaimana dapat memecahkan persoalan itu?
Pada saat itu, dia laki-laki lari mendatangi dengan napas tersengal-sengal, sebelum orangnya sampai, suaranya yang keras sudah terdengar lebih dahulu: "Jangan lepaskan bocah itu tadi dia adalah mata-mata!"
Jago muda itu agaknya mendapati firasat tidak baik, dengan mengeluarkan suara bentakan keras, ia bertindak lebih dulu, dua tangannya bergerak, menyerang orang- orang disekitarnya.
Wajah semua hadirin berubah seketika, orang-orang yang duduk dekat dengannya, karena tidak menduga terjadinya tindakan jago muda itu, banyak yang jatuh oleh serangan yang dilancarkan oleh jago muda itu, sedang ia sendiri menggunakan kesempatan kalut itu, sudah melarikan diri.
Dalam keadaan marah, Kaysee Kim-kong memerint ahkan anak buahnya mengejar.
Ho Hay Hong mendadak terbuka pikirannya, ia anggap itu adalah kesempatan yang paling baik untuk melarikan diri. Sambil membentak: "Bocah, jangan lari." ia mengerahkan ilmunya lari pesat, mengejar jago muda tadi.
Beberapa anak buah Kay see Kim kong yang bergerak duluan, pada akhirnya ternyata ketinggalan semua oleh Ho Hay Hong.
Ilmu lari pesat Ho Hay Hong masih jauh diatas jago muda itu, maka beberapa saat kemudian, tinggal terpisah sejarak lima tombak saja. Sementara itu hatinya berpikir: ’kalau aku lari sendiri tanpa perdulikan cucunya, bagaimana aku harus menjawab kepada It Jie Hui kiam?’
Hal ini menyulitkan kedudukannya
Pada saat itu ia dengan jago muda itu terpisah semakin dekat, dari lima tombak, pelahan menjadi empat tiga dua dan akhirnya hanya tinggal kurang satu tombak. Asal ia mau mengeluarkan serangan dengan kekuatan tenaga dalam jago muda itu pasti terluka.
Anak buah Kay see Kim kong yang berada dibelakangnya semua berkaok-kaok supaya ia lekas menangkapnya.
Ketika melalu i jalan tikungan Ho Hay Hong sengaja memperlambat larinya tetapi kemudian terus mengejar lagi hingga jarak yang sama. Dalam keadaan demikian ia diam-diam sesalkan kepandaian ilmu lari pesat jago muda itu, yang kurang mahir sehingga menempatkan dirinya dalam kedudukan sulit.
Sebuah sungai selebar kira-kira enam tombak, telah terbentang dihadapan jago muda itu mengeluh dan merandak.
Ho Hay Hong dapat mendengar dengan tegas suara keluhan jago muda itu dalam keadaan demikian, kembali ia mendapatkan satu akal. Ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya kepada kedua tangannya, kemudian mendorongnya sambil berseru:
"Pergi kau." jago muda itu punggungnya terdorong, dengan mengeluarkan jeritan keras, badannya melayang ke tengah udara. Tetapi kemudian ketika Ia melayang turun ke seberang sungai dalam keadaan selamat, ia baru mengerti bahwa Ho Hay Hong tidak melakukan serangan sesungguhnya, melainkan menolong jiwanya.
Sebagai seorang cerdik, jago muda itu juga lantas berpura-pura memandang marah kepada Ho Hay Hong, kemudian tanpa berkata apa-apa, lantas mengundurkan diri.
Rombongan yang mengejar akhirnya tiba d itempat itu, tetapi mereka yakin tidak mampu menyeberangi sungai itu, terpaksa membiarkan jago muda itu pergi. Salah satu diantara orang-orang itu menyesalkan Ho Hay Hong, katanya:
"Benarkah saudara membiarkan ia kabur?"
"Jangan khaw atir ia telah terkena pukulan tanganku, dalam tubuhnya sudah terluka. Sekalipun Ia sekarang bisa lolos dari tangan kita tetapi juga tidak mungkin lolos dari tangan maut, heh.heh" jawab Ho Hay Hong.
Salah seorang setelah melihat tegas muka Ho Hay Hong mendadak berseru:
"Eh, kau !"
Ho Hay Hong ketika mendengar suara teguran itu, menyapu wajahnya sejenak kemudian berkata:
"Ow, kiranya Chit-seng Koay khek, sudah lama kita tidak bertemu!"
Sementara itu ia sudah mengambil keputusan karena Chit-seng Koay khek sudah membuka kedoknya, pasti menimbulkan bahaya bagi dirinya maka ia harus bertindak lebih dulu. Sebelum Chit seng Koay khek membuka mulut, sudah diserang lebih dulu.
Chi-seng Koay-khek tidak keburu menangkis atau mengelak, hingga serangan itu mengenainya dengan telak. Seketika itu juga Chit seng Koay khek rubuh, tak bisa bangun lagi.
Dahulu sewaktu Ho Hay Hong baru turun gunung, Chit seng Koay khek sudah tidak sanggup melawan, apalagi kini setelah Ho Hay Hong mendapat bantuan tenaga dalam si kakek penjinak garuda.
Setelah berhasil merubuhkan Chit seng Koay khek, Ho Hay Hong tidak tinggal diam, dua tangannya bergerak berbareng, menyerang dua orang yang lain.
Satu diantaranya, yang agak lemah, seketika itu juga terpukul mundur, dan yang satu lagi terpental dan kecebur dalam sungai.
Satu yang terpukul mundur tadi masih berusaha hendak melarikan diri. tetapi berhasil ditangkap kembali oleh Ho Hay Hong dan dilemparkan kedalam sungai.
Sekaligus ia membinasakan tiga orang, dalam hati merasa t idak enak, tetapi kalau mengingat bahwa orang- orang itu biasanya suka memeras rakyat dan melakukan kejahatan, ia bisa merasa senang
Tiba-tiba sesosok bayangan orang muncul dari dalam rimba dan berkata padanya sambil tertaw a dingin:
"Sungguh hebat, kau anak muda."
Ho Hay Hong terkejut, ketika ia berpaling hawa amarahnya meluap, katanya dengan nada suara gusar: "Apakah tuan masih ingin merasakan pedang terbangku?"
"Sungguh tak kusangka pandangan matamu demikian tajam, sehingga dapat mengenali diriku." kata orang itu, yang bukan lain daripada orang berkerudung yang sangat misterius.
"Bukan cuma aku saja yang mengenali, tetapi Kay see kim kong dan lain-lainnya juga sudah tahu siapa adanya kau!"
"Benarkah ucapanmu ini?"
"Walaupun kau menggunakan kain untuk menutupi mukamu, merobah aksen suaramu, tetapi senjata yang kau t inggalkan tak dapat mengelabui mata mereka."
"Begitupun baik, sekalipun Kay see Kim kong telah mengetahui diriku, ia juga tidak berani berbuat apa-apa terhadap aku!" katanya sambil tertaw a dingin, "anak muda, kau jangan merasa bangga dulu, ketahuilah olehmu aku sudah mengetahui dirimu, hanya kawanan kantong nasi itu saja yang berhasil kau kukelabui. Hai, dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku tidak akan membuka kedokmu dihadapan mereka, biarlah kau bisa pulang dalam keadaan hidup. Coba kau pikir sendiri, apabila aku membuka kedokmu dihadapan mereka, apakah kau kira saat ini kau masih bisa hidup?"
"Kalau kau merasa menyesal tadi tidak membuka kedokku, sekarang saja kau umumkan kepada mereka, juga masih keburu!"
"Anak muda, kau ternyata juga pandai omong besar, tidak kecewa kau menjadi si anak It Jie Hui kiam. hahaha" „Kalau kau masih berani menghina sembarangan terhadap dia orang tua, jangan sesalkan aku berlaku kurang sopan terhadapmu!"
"Pulanglah beritahukan kepada It Jie hui kiam, suruh dia lekas menyelidiki dimana anakku, jikalau tidak, aku akan mencari balas sakit hatiku yang sudah kupendam berapa tahun."
Sinar masanya yang tajam menatap wajah Ho Hay Hong. entah apa sebabnya, matanya mendadak berkaca- kaca.
Ho Hay Hong masih berada dalam kesan keheranan tetapi orang itu sudah berlalu dan sebentar sudah menghilang kedalam rimba.
Ia lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "apakah It Jie Hui kiam merampas anaknya? Tetapi orang tua itu bukan seorang macam itu. Namun dari ucapan Tee soan hong jelas mengandung maksud demikian. Heran.“
Ia balik kembali kedepan kelenteng, kabut tipis yang meliputi gunung, jauh di depan matanya, terhadap sinar ungu, sehingga memberikan suatu pemandangan yang indah.
Pemandangan aneh itu juga dilihat oleh semua hadiri dalam pertemuan itu, hingga mereka sudah lupa tugasnya, semua mata diarahkan kearah gunung.
Ho Hay Hong diam-diam tergerak untuk pemandangan alam yang aneh itu, mengalihkan perhatian orang banyak jikalau t idak entah bagaimana ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tiba-tiba Kay see Kim kong berkata kepada diri sendiri: "Ow, arah itu adalah arah gunung Set giam san. Kabarnya diwaktu belakangan ini, sering tampak sinar magis, semula aku anggap desas-desus saja, tak kusangka ternyata benar."
Kata-katanya itu juga didengar oleh Ho Hay Hong, ia segera teringat kepada diri delapan anggota Angin puyuh, apakah mereka berhasil menemukan benda pusaka yang dicari?
Jika ditilik dari sinar aneh yang masih melayang diudara itu, jelas bahwa delapan pasukan Angin puyuh itu belum berhasil mendapatkan barang pusaka yang dicari. Dan dari kata kata Kay see Kim kong tadi, urusan itu agaknya juga sudah diketahui luas oleh setiap orang Kangouw.
Dapat diduga bahwa orang-orang Kang ouw yang pergi mencari benda pusaka itu, pasti tidak sedikit jumlahnya. Dapatkah delapan pasukan Angin puyuh melakukan tugasnya dengan baik ?
Karena mengingat kepandaian delapan orang itu, diam-diam ia merasa cemas.
Tiba-tiba terdengar suara siu lan tajam dan panjang, yang terbaw a oleh tiupan angin. Suara itu meskipun tidak keras, tetapi terpisah dari jarak yang sangat jauh. suara itu masih bisa didengar dengan tegas, dapat diduga betapa tinggi kepandaian orang yang mengeluarkan suara siulan itu.
Kay see Kim kong dan Tok heng Taihiap yang mendengar suara itu mendadak bungkam. Dengan sangat hati-hati memperhatikan suara itu. Semua hadirin dikejutkan oleh sikap dua jago tua itu hingga semua pandangan mata dialihkan kepada mereka berdua.
Pelahan-lahan Kay see Kim kong yang menunjukkan perasaan terkejutnya lebih dulu, kemudian Tok heng Tayhiap juga nampak terperanjat. Keduanya saling berpandangan, dengan serentak mereka berkata:
"Celaka, makhluk aneh si tua bangka itu benar-benar masih hidup."
Semua orang yang mendengar ucapan itu, tidak mengerti apa yang mereka maksudkan, orang-orang hanya menampakkan dua jago tua itu wajahnya pucat pasi, dapat diduga bahwa urusan ini bukanlah urusan biasa. Terutama Ho Hay Hong yang memikirkan keselamatan delapan anggauta pasukan Angin puyuh, hatinya semakin gelisah.
Ketika pandangan matanya beralih ketempat dimana gadis baju ungu tadi duduk, gadis itu ternyata sudah tidak ada ditempatnya, begitupun dengan laki-laki ceriw is tadi, bukan kepalang terkejutnya, ia pikir gadis itu pasti memerlukan pertolongan dengan segera, mungkin sudah pergi berobat bersama laki-laki tadi.
Mengingat diri laki laki ceriw is itu, Hay Hong merasa muak. Matanya yang liar, sifatnya yang ugal-ugalan, sikapnya yang ceriw is, segala-ga lanya jelas menunjukan tipenya seorang laki-laki yang t idak bermoral. Bagaimana juga, tidak sesuai menjadi pasangan gadis baju ungu.
Ia terpaksa memberanikan diri, den tindakan lebar berjalan menghampiri Kay see Kim-kong, dan bertanya padanya: "Cianpwee, kemana perginya anakmu, bolehkah cianpwe memberi tahukan kepada boanpwee?"
Kay see Kim kong yang sudah melihat anak muda tadi bercakap-cakap dengan mesra bersama anak lakinya, dianggap sahabat karib laki-laki ceriw is tadi, maka tanpa banyak pikir lantas menjawab:
"Ia pergi berkunjung kepada pamannya."
Ho Hay Hong segera teringat dari Hoa-tho Hw a thio, ia menggunakan kesempatan selagi semua orang curahkan perhatiannya kepada cahaya benda pusaka itu, dengan cepat pergi kebelakang kelenteng, kemudian dengan melalu i rimba kejalan raya. lalu menuju ke barat.
Tiba dekat empang, tampak olehnya sinar lampu dan keluar dari deretan rumah bambu. Tanpa banyak pikir, ia segera menghampiri dan mengetok pintunya.
Tak lama kemudian, dari dalam terdengar suara menegur: "Siapa ?"
"Paman, numpang tanya, dimana tempat t inggal Hoa ciu Hwa tho locianpwee?" jaw ab Ho Hay Hong.
"Ada urusan apa ?"
Ho Hay Hong terkejut pikirnya: ”ia bebas menanya demikian, apakah ia adalah Hoa ciu wa tho sendiri ?"
Ia t idak berani berlaku kasar, maka lantas bertanya. "Apakah paman adalah Hoa chiu Hwa tho locianpwee
sendiri?"
Lama tidak terdengar suara jawaban, Ho Hay Hong terpaksa menggedor lagi. Diluar dugaannya, pintu yang terbuat dari papan itu ternyata keras sekali. Tidak lama ia menggedor, terdengar pula suara orang tadi, kali ini nadanya penuh kemarahan, jelas merasa tidak senang atas perbuatan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru bertanya pula. "Maaf numpang tanya apakah paman Hoa ciu Hwa tho locianpwee?"
Mendengar pertanyaan itu, dari dalam rumah tidak terdengar suara lagi. Beberapa kali ia memanggil, tetapi tidak mendapat jawaban, hingga ia naik darah.
Tapi mendadak ia ingat sifat aneh hwa Chiu Hoa tho, mungkin pertanyaan yang diajukan berulang-ulang tadi menimbulkan kemarahannya, maka tidak mau menjawab.
Oleh karena itu. maka ia segera mencari akal. Ia t idak mau menggedor lagi, diam-diam undurkan diri.
Lama ia duduk dibawah sebuah pohon besar, setelah menganggap waktunya sudah cukup, ia balik kerumah itu lagi dan mulai mengetok pintunya.
Tak lama kemudian diri dalam terdengar pula suara pertanyaan: "Siapa?"
Ho Hay Hong buru-buru merubah suaranya, jawabnya: "Numpang tanya apakah Hoa Chiu Hwa tha
locianpwee berdiam disini?"
"Ada urusan apa?"
Ho Hay Hong diam-diam merasa geli katanya:
"Aku hendak menukarkan barang pusakaku dengan ilmu obat-obatan locianpwee!" "Suaramu seperti bukan orang yang sedang sakit.
Apakah ada orang lain yang perlu diobati?"
"Benar bolehkah locianpwee membuka pintu, supaya kita bisa masuk untuk berunding"
"Orang yang perlu diobati itu laki-laki ataukah perempuan?"
"Perempuan."
"Aku Hoa chiu Hw a tho selamanya tidak mengobati orang perempuan!"
Ho Hay Hong merasa cemas, "Tolonglah locianpwee sekali in i saja boanpwee bersedia membayar dengan benda berharga!"
Orang tua dalam rumah itu mendadak membentak: "Bangsat, kau berkali kali mengganggu orang, apa
maksudmu?"
Ho Hay Hong baru ingat bahwa dalam keadaan gelisah telah lupa merubah suaranya hingga dapat dikenali oleh orang tua yang berada didalam rumah itu.
Maka setelah ditegur demikian, ia menjadi gelagapan dan tidak bisa menjawab.
Sesaat ia menjadi bingung lagi, tidak tahu bagaimana harus berbuat, Mendadak pada saat itu pintu telah terbuka, seorang lelaki tua kurus kering berada dihadapan matanya, yang mengusir dirinya dengan perkataan kasar.
Dengan cepat mata Ho Hay Hong melirik kedalam ruangan rumah itu, keadaannya ternyata sangat berhasil, diatas meja terdapat banyak tumpukan buku. suatu tanda bahwa penghuninya adalah seorang terpelajar.
Tetapi ia tidak melihat lelaki ceriw is anaknya Kay see Kim kong dan gadis baju ungu. Dengan perasaan kecewa ia menjawab:
"Boanpwee adalah teman Kongcu Kay see Kim kong, tolong locianpwe beritahukan dimana adanya sekarang, karena boanpwee ada urusan hendak mencari dia."
Hoa ciu Hw a tho memandang padanya dengan sinar mata dingin, kemudian berkata.
"Aku tidak peduli kau sahabat siapa lekas pergi?"
Ho Hay Hong yang beberapa kali sudi mengalah, tetapi masih mendapat perlakukan demikian kasar dari tuan rumah, darah mudanya bergolak, katanya dengan suara keras.
"Boanpwee menghormati kau sebagai orang t ingkatan tua, maka dengan sikap merendah aku minta pertolonganmu. Sungguh tak kusangka sikap cianpwee masih tetap tak memandang mata orang, sehingga boanpwee kehilangan muka. Malam ini kalau cianpwe tidak mau memberitahukan dimana adanya anak lelaki Kay see Kim kong, boanpwee terpaksa hendak menggunakan sepasang tangan kosong, untuk belajar kenal dengan locianpwe"
Sambil berpeluk tangan, ia berdiri di hadapan Hoa chiu Hwa tho. Matanya memandang tajam.
"Bocah, kau sebetulnya memiliki beberapa banyak kekurangan, berani berlaku bertingkah dihadapanku?" kata Hoa chiu Hoa tho dingin. "Dengan kepandaian ilmu obat-obatan locianpwee mendapat nama baik di kalangan Kang ouw, tetapi dalam hal ilmu silat belum pernah dengar tentang kepandaian yang istimew a."
Hoa chiu Hw a tho tertaw a dingin berulang-ulang, kemudian berkata:
"Kalau kau berani merendam diri dalam empang itu dalam waktu kira-kira seperminum secangkir teh panas saja aku akan memberitahukan jejak keponakanku!"
"Apa kau kira aku tidak berani?" kata Ho Hay Hong sambil angkat muka. Lalu berjalan menuju ke empang.
Empang itu airnya biru, bening, tanpa banyak pikir. Ia lantas terjun kedalam air.
Hoa chiu Hwa tho berkata sambil tertaw a dingin:
"Air dalam empang ini sudah kumasukkan ramuan obat, sehingga dinginnya luar biasa. Bagi orang biasa, sekalipun diwaktu tengah hari, sinar matahari sedang panasnya, juga tidak berani mencoba, aku lihat kau baiknya kenal diri sedikit!"
Ho Hay Hong yang sudah berada dalam air, badannya dirasakan sangat dingin mendengar ucapan itu, semakin menggigil. Tetapi adanya yang keras, ia tidak mau menyerah mentah-mentah. Meskipun ia sudah tahu bahwa air itu bukan air biasa, tetapi ia masih tetap hendak pertahankan diri.
Sebentar kemudian, ia mengawasi lengan tangannya ternyata sudah mulai bengkak, otot-ototnya dilengan tangannya seperti ada binatang cacing berjalan, Ia mengerti sudah kena ditipu oleh orang tua itu. Karena air bukan saja sangat dingin, tetapi juga bisa mengakibatkan darah dalam daging bergolak hingga dagingnya membengkak dan akhirnya urat-uratnya pada putus."
Ia sudah ketelanjuran menunjukkan sikap keras, t idak mau menyerah, kalau tidak bisa bertahan sampai waktu seperminuman secangkir teh saja, benar-benar akan kehilangan muka !
Sejenak ia merasa bimbang, tetapi akhirnya ia mengambil keputusan hendak mencoba dengan mempertaruhkan jiwanya.
Dengan mendadak, rasa hangat timbul dari dalam badan, hawa itu mengalir terus ke seluruh tubuhku, hingga rasa dingin lenyap seketika. Ia merasa heran dan bertanya-tanya kepada diri sendiri, ”Barang apakah yang bisa menimbulkan perubahan ini"
Mendadak ia ingat kepada batu kaca yang aneh, mungkinkah batu itu yang mengeluarkan khasiatnya ?
Hoa chiu Hw a tho yang menyaksikan dari samping, ketika melihat wajah dan sikap Ho Hay Hong sedikitpun tidak berubah, dia diam merasa heran. Pikirnya: ”Beberapa hari berselang Hoa san Lo wan masih tidak sanggup menahan serangan hawa dingin dari situ sehingga terpaksa keluar lagi dalam empang. Tapi bocah ini yang usianya masih sangat muda sekali, bisa bertahan sekian lama, benar-benar sangat mengherankan. Barang apakah yang membuat dirinya dapat bertahan terhadap serangan hawa dingin itu ?”
Sementara itu terdengar suara Ho Hay Hong bertanya: "Hoa chiu Hw a tho, waktunya sudah cukup atau belum?" Hoa chiu Hw a tho menghitung-hitung waktunya, sebetulnya sudah lewat, tapi Ia tahu bahwa kekuatan hawa dingin dari air itu, semakin lama semakin kuat, maka ia pura-pura balas menanya:
"Hah, bocah, apa kau sudah tidak sanggup bertahan?"
"Hm! Bukan aku omong sombong, sekalipun merendam tiga jam lagi, bagiku juga bukan soal apa- apa." jawab Ho Hay Hong.
Ia sudah mengerti khasiatnya batu mujijad dalam sakunya, adalah batu pusaka yang dapat menolak hawa dingin, maka ia berani menjawab demikian.
Hoa chiu Hwa tho membuka lebar matanya dan berkata:
"Bocah, apakah kau mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya, melawan haw a dingin ?"
"Jangan banyak bicara, waktunya sudah sampai atau belum?" jaw ab Ho Hay Hong menyimpang.
Sudah tidak ada alasan lagi bagi Hwa chiu Hw a tho untuk menolak, maka lalu berkata:
"Naiklah, kau menang!"
Ho Hay Hong lompat keluar dari dalam empang, ketika angin Meniup, sungguh aneh pakaiannya seketika itu juga sudah tertiup kering sendiri.
"Cianpwee, sekarang harap cianpwee beritahukan dimana jejak keponakanmu!" demikian ia berkata.
"Ia datang kemarin dengan membaw a orang kawan wanita, minta obat dariku. Karena aku menolak, ia lantas berlalu menuju kebarat!" jaw ab Hoa chiu Hw a tho sambil menghela napas.
Dalam hati Ho Hay Kong merasa cemas tanyanya pula:
"Mendengar cianpwe tidak mau memberi pertolongan kepada keponakanmu?"
"Dalam melakukan ilmu tabibku, selama in i tidak pernah aku melanggar tradisiku sendiri. Karena keponakanku itu tidak membaw a barang pusaka sebagai upah dan lagi pula orang yang dibaw anya berobat adalah orang perempuan, yang aku tidak boleh mengobatinya, maka aku tobat."
"Pendirian cianpwee yang demikian kukuhnya, sehingga melihat orang yang sudah hampir mati juga tidak mau menolong, benar-benar sangat mengagumkan!" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Bocah kau jangan mengejek aku, sekarang aku ingin tahu apa sebabnya kau masuk dalam air dingin tidak terluka?"
”Baik, aku hendak majukan suatu permintaan!" "Katakanlah."
"Boanpwee ingin tanya dulu, luka luka perempuan itu cianpwee pernah melihatnya betul tidak?"
"Kau benar-benar terlalu menghina aku si orang tua, kau harus tahu bahwa aku sudah mendapat gelar Hoa chiu Hw a tho, bagaimanapun hebatnya penyakit atau luka itu, jelas tidak lolos dari sepasang mataku, jangankan hanya luka kecil yang tidak berarti itu!" Ho Hay Hong diam-diam merasa girang, tetapi ia tidak unjukan diluar dan masih menanya terus:
"Apakah cianpwee sudah tahu dengan obat apa untuk menyembuhkan luka-lukanya?"
"Itu soal sepele, perlu apa kau tanyakan?"
"Inilah permint aan boanpwee. Boanpwe bersedia memberitahukan rahasianya dan apa sebabnya boanpwee tidak terluka meskipun merendam sekian lama dalam air dingin. Tetapi cianpwee juga harus membuatkan obatnya untuk menyembuhkan luka luka perempuan itu!" Hoa chiu Hw a tho berpikir sejenak baru berkata:
"Dia pernah apa dengan kau?"
"Cianpwee jangan tanya soal ini, harap jawab mau atau tidak, sudah cukup!"
Hoa ciu Hw a tho yang ingin sekali mengetahui sebab- sebab dari rahasia diri Ho Hay Hong yang tahan dengan air dingin, lalu berpikir: "dengan tidak langsung aku mengobati lukanya, ini tidak berarti aku melanggar tradisiku sendiri."
Oleh karena itu maka ia lantas berkata: "Baiklah kau boleh ceritakan rahasianya!"
"Tapi cianpwee harus berjanji t idak akan. "
Hoa-ciu Hwa tho mengerti maksudnya, mendadak membentak dengan suara keras:
"Apa artinya ini? Apakah namaku diluaran tidak cukup sebagai jaminan, supaya kau percaya ?" "Maaf, karena boanpwee harus berlaku hati-hati, maka hendak minta ketegasan cianpwee, harap cianpwee maafkan kesalahanku!"
Dari dalam sakunya Ho Hay Hong mengeluarkan batu pusakanya.
Hoa cin Hwa-tho yang seumur hidupnya belum pernah melihat batu pusaka demikian besar seketika itu matanya terbuka lebar. Lama ia baru bisa bertanya:
"Itu benda apa ?"
"Batu wasiat tahan hawa dingin, boanpwee berendam dalam air dingin tidak terluka itu adalah karena khasiatnya batu ini."
Hoa-ciu Hwa tho menggumam sendiri. "Batu ini memang merupakan barang yang luar biasa, koleksiku benda-benda pusaka-pusaka dan barang wasiat cukup banyak, tetapi tidak ada satu yang dapat dibandingkan dengan ini Aih! Aku benar-benar seperti kodok didalam sumur"
"Harap cianpwee berikan resep obat seperti apa yang cianpwee sudah janjikan." kata Ho Hay Hong.
Hwa ciu Hw a tho membalikan badan, masuk kedalam kamar, tak lama kemudian balik kembali dengan membaw a sebungkus obat dan diberikan kepada Ho Hay Hong seraya berkata:
"Obat ini sifatnya keras, satu hari makan satu kali sudah cukup. dalam waktu tiga hari lukanya akan sembuh." Ho Hay Hong menerima bungkusan obat dari tangan tabib aneh itu, setelah mengucapkan terima kasih, lantas lari menuju ke barat.
0odwo0
Malam itu, rembulan terang, cahaya ungu yang bersinar diatas gunung Suan giam-san, saat itu mendadak lenyap, Ho Hay Hong terperanjat, diam-diam mendoakan agar pasukan Angin puyuh tidak mendapat halangan satu apa.
Tak lama kemudian, mendadak ia merasakan ada orang mengikuti jejaknya. Ketika ia melalui jalan tikungan, matanya melirik, tampak olehnya orang yang mengikuti jejaknya itu ternyata seorang berpakaian pendek ringkas, gerakkannya gesit, bagaikan kucing hendak menerkam tikus.
Karena bentuk potongan orang itu mirip dengan Hoa ciu Hwa tho, kalau benar dia mungkin tertarik benda pusakanya hingga timbul maksud jahat.
Ia mempercepat gerak kakinya tiba-tiba tampak sesosok bayangan orang berkelebat dihadapannya. Dengan cepat ia memburu.
Jalan raya yang dilalui itu luas tanpa rint angan dikedua sisi juga tidak terdapat pohon maka matanya dengan mudah bisa lihat kearah jauh. Ia telah menampak dengan tegas bahwa bayangan orang itu adalah seorang tinggi besar, bentuknya agak aneh agaknya mirip dengan manusia.
Tiba-tiba terlint as suatu pikiran dalam otaknya, mungkinkah bayangan orang itu adalah bayangan orang yang sedang memondong tubuh seorang lagi hingga bentuknya agak aneh. Seketika itu semangatnya terbangun, segera mengerahkan ilmunya lari pesat untuk mengejar bayangan itu.
Dibelakangnya t iba-tiba terdengar suara orang berkata dengan nada suara dingin: "Kau berani lari ?"
Mendengar suara itu, bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong bukankah itu suaranya Hoa ciu Hw a tho?
Ho Hay Hong merandek dan menoleh kebelakang, ia lihat orang itu memiliki potongan badan sangat gagah, alisnya keren, matanya tajam, ternyata asing baginya maka lantas menegur:
"Saudara ada keperluan apa?" Orang itu dengan satu tangan memegang gagang pedang dipinggangnya, matanya menatap wajah Ho Hay Hong, lama baru berkata "Apakah kau bukan dia?."
Sementara itu, bayangan orang yang didepannya itu kini telah lenyap. Ho Hay Hong yang terhalang oleh orang tidak dikenal itu dalam hati merasa kurang senang, maka dengan sangat mendongkol ia balas, menanya:
"Dia siapa yang kau maksudkan?"
"Aku benar-benar telah kesalahan!" berkata orang itu sambil meminta maaf, "aku yang rendah adalah anggota perkumpulan Ceng gie hwee yang sedang bertugas meronda, tadi aku melihat ada orang lari sambil memondong tubuh seseorang, orang dalam pondongannya itu adalah seorang wanita muda maka siautee anggap orang itu pasti orang jahat, hingga lantas mengejarnya. Tak kusangka ilmu meringankan tubuh orang itu sangat mahir sekali, lagi pula juga sangat cerdik. Mungkin ia tahu ada orang mengejar, maka dengan menggunakan jalan yang berliku-liku sebentar sudah menghilang, Siaotee merasa penasaran dan terus mengejarnya, tetapi kesalahan anggap saudara sebagai penjahat maka siao tee harap saudara suka maafkan kekeliruanku ini!”
Mendengar kata-katanya yang sangat merendah. amarah Ho Hay Hong agak reda. Katanya:
"Aku sudah dengar bahwa perkumpulan Ceng gie hwee itu adalah perkumpulan orang-orang dari golongan baik baik. Terus terang, aku juga sedang mencari orang yang saudara maksudkan tadi itu. Marilah kita sekarang mencari secara berpencaran. saudara boleh mencari menuju kearah timur!"
Sehabis berkata demikian dengan satu gerakan burung bangau melesat keudara, sekali bergerak setinggi tiga tombak, kemudian melayang kearah barat.
Ketika kakinya menginjak tanah, baru saja hendak melanjutkan perjalanannya, telinganya mendadak menangkap suara halus yang timbul dari timpukan batu, yang terpisah tidak jauh dengannya. Ia buru-buru merandek dan memandang kearah tersebut.
Tempat itu banyak tumpukan batu besar-besar, sekitarnya kosong. Dari tempat itu dapat memandang keadaan disekitarnya kira-kira sepuluh tombak, Ho Hay Hong tertarik oleh situasi tempat itu. pikirnya: ”kecuali dibelakang tumpukan batu itu yang mungkin dapat digunakan untuk sembunyikan diri, tempat kosong yang sangat luas itu tidak mungkin dapat digunakan untuk sembunyikan diri. Mungkinkah orang itu sembunyi dibelakang batu itu?” Dengan perasaan bimbang ia berjalan menghampiri tempat itu dengan sangat hati-hati.
Tiba-tiba dari belakang tumpukan batu itu melesat keluar bayangan seseorang yang lalu menegur dirinya: "Lotee apa perlunya seorang diri kau datang kemari?"
Mendengar teguran itu Ho Hay Hong marah. Apa yang diduganya ternyata benar, walaupun demikian, diluar ia masih tidak menunjukan sikap marah. Dengan sabar dan sambil tertaw a ia berkata.
"Siaotee tadi baru dengar kata orang bahwa nona itu bukanlah kekasihmu loko, kalau begitu loko sudah membohongi siaotee. benar-benar pandai bergurau, ha ha!"
"Apa artinya perkataanmu ini?" tanya laki itu dengan perasaan tak senang.
Ia sudah t idak keburu mencegah, hingga Ho Hay Hong sudah mengetahui semua, gadis baju ungu itu masih menyender ditengah batu besar dalam keadaan pingsan, pakaian bagian dadanya yang montok, juga tertampak samar-samar.
Ho Hay Hong yang menyaksikan pemandangan itu, darahnya bergolak, ia berkata sambil tertawa mengejek:
"Loko benar-benar sangat pintar."
Lelaki itu menunjukkan muka tidak senang, katanya. "Hiantee, kau jangan mengurusin urusan orang lain,
jikalau t idak aku nanti."
"Loko. siaotee tidak menyalahkan, tetapi dalam hal ini loko agaknya terburu napsu sedikit. Nona ini sedang terluka parah, apabila ada apa-apa bukankah itu berarti loko yang mence lakakan dirinya?"
"Hiantee tidak usah mengurusi urusan orang lain, kau dengar atau tidak?" kata lelaki itu marah.
Ho Hay Hong tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Apakah lantaran satu perempuan loko lantas meretakkan perhubungan dengan siautee?"
"Aku tidak ada itu maksud, hanya mengharap kau jangan coba merint angi urusanku."
"Setiap orang harus mempunyai perasaan prikemanusian. Meskipun siaot ee adalah orang dari golongan hitam, tetapi masih mengerti mana yang lurus dan mana yang bengkok. Perbuatan loko ini, bukan saja melanggar prikemanusian tetapi juga terlalu tidak tahu malu, t idak ubahnya dengan perbuatan binatang."
Laki-laki itu ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong seketika marah besar, tanpa banyak bicara lagi, lantas menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong tahu bahwa lelaki itu adalah anak lelaki Kay see Kim kong, yang terkenal dengan tinjunya yang keras. Sebagai anak, sudah tentu mendapat warisan kepandaian ilmu silat ayahnya, Maka ia tak berani berlaku gegabah.
Dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya, ia menyambuti serangan laki-laki itu.
Dua-duanya sama-sama menggunakan tenaga penuh, maka ketika kekuatan kedua pihak saling beradu, segera timbul suara hebat. Kesudahannya lelaki itu terpental mundur tiga langkah, mulutnya banyak mengeluarkan darah.
Ia sebetulnya memiliki kepandaian cukup tinggi dan kekuatan tenaga dalamnya juga sudah cukup sempurna. Tetapi oleh dan karena tenggelam dalam air kata-kata pipi licin, hingga percuma saja ia mendapat latihan kepandaian ayahnya, sebetulnya hanya merupakan satu macan kertas saja.
Maka ketika mengadu kekuatan dengan Ho Hay Hong dalam tubuhnya terluka oleh serangan Ho Hay Hong, seketika itu juga tidak sanggup memberi perlawanan lagi.
"Dengan satu tinju siaot ee saja loko masih tidak tahan, bagaimana masih hendak omong besar? Lekaslah berlalu dari sini, jangan sampai aku turun tangan lagi!" kata Ho Hay Hong.
"Baik baik hiantee demikian caranya perlakukan d iriku, dilain waktu pasti ada waktu aku membalasnya, sampai ketemu kembali dilain waktu." berkata lelaki itu gemas.
Setelah itu, ia berlalu dengan tindakan sempoyongan. Ho Hay Hong mengaw asi berlalunya kawan, itu,
kemudian berkata sambil tertaw a dingin:
"Kalau bukan karena aku pernah anggap kau sebagai toako, bagaimana aku dapat membiarkan kau berlalu dengan tenang!"
Ia menghampiri dan berjongkok di samping gadis baju ungu, yang ternyata masih belum ingat orang. Mendadak ia sadar dan berkata kepada diri sendiri!
"Pantas tadi ia seperti t idur pulas dalam pelukan laki- laki itu, kiranya ditotok jalan darahnya.” Dengan cepat ia membuka totokannya, gadis itu benar-benar saja lantas mendusin. dengan membuka sepasang matanya yang di ikuti oleh berbagai pertanyaan, ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, kita berada dimana ini?" Hati Ho Hay Hong sangat terharu, Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Ketika pandangan matanya tertuju kebagian dada gadis itu, jantungnya berdebar keras untung ia bukan bangsa Don Juan.
Maka tak sampai terganggu perhatiannya. Dengan cepat ia ulur tangannya membereskan baju gadis itu, kemudian ia duduk disebuah batu, matanya memandang kearah jauh.
Dengan perasaan bingung gadis itu mengaw asinya, kemudian memandang keadaannya sendiri. Perasaan malu mendadak timbul serta merta ia menangis.
Ho Hay Hong memandang dengan sinar hambar, kemudian berkata padanya.
"Aku sudah memint akan obat untukmu." ia t idak dapat melanjutkan lagi, pikirannya terganggu. Meskipun dalam hati ingin menghiburi, tetapi ia tidak dapat menunjukkan sikapnya dengan terus terang, terpaksa berkata.
"Kau istirahatlah baik-baik, jangan banyak memikir." Gadis itu tahu bahwa Ho Hay Hong kesalahan paham,
lantas ia berkata.
"Aku aku tidak pikirkan apa apa Ho. koko."
Pikiran Ho Hay Hong merasa sangat kalut , ia sendiri juga t idak mengerti apa sebabnya. Gadis itu yang tidak mendapat jawaban Ho Hay Hong, semakin malu, menangisnya semakin menjadi-jadi. Kalau diwaktu biasa, keadaan menyedihkan gadis itu, bagaimana keras hati Ho Hay Hong, juga akan tergerak.
Tetapi kini keadaan berlainan. Ia mendadak merasa bahwa sikap kebingungannya itu tidak ada gunanya, sikapnya mendadak berubah, dengan suara agak keras ia berkata:
"Jangan menangis lagi, lekas minum obat ini."
Ia membuka bungkusannya. Obat bubuk dimasukkan kedalam mulut gadis itu, kemudian berkata:
"Ini adalah obat buatan tangan Hoa chiu wa tho sendiri, pasti manjur, legakanlah hatimu."
Tapi pada saat itu matanya mendadak melihat secarik kertas putih dimana terdapat tulisan yang berbunyi. "Tulisan in i d itujukan kepada bocah, obat ini terbuat dari getahnya ular berbisa yang usianya sudah ribuan tahun, barang siapa yang memakannya, tidak akan tertolong jiwanya. Kuberi waktu padamu t iga jam, lekas kau bawa orang yang sakit itu kepadaku. Kalau sampai lewat batas waktunya dan ada kejadian apa-apa atas d iri perempuan itu, ini adalah salahmu sendiri, aku tidak mau menerima lagi!"
Dibawah terdapat tanda tangan Hoa chiu Hwa-tho.
Sehabis membaca Ho Hay Hong mendadak berseru dan melompat tinggi, kemudian berkata dengan nada suara gusar:
"Tua bangka kau benar benar berhati kejam, aku Ho Hay Hong akan adu jiw a denganmu." Gadis itu mengambil kertas yang dilemparkannya itu. Setelah dibacanya sebentar, wajahnya berubah, tetapi sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut. Katanya sedih:
"Aku mati t idak apa, Ho koko, harus di jaga baik-baik dirimu sendiri!"
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong merasa sangat terharu, tetapi sebentar kemudian ia sudah bisa berlaku tenang lagi. Ia pikir Hoa chiu Hwa tho itu hanya menginginkan batu wasiatnya lain tidak. Asal batu itu diberikan padanya, semuanya tentu beres!
Kembali ia berpikir: ”jiwanya sekarang dalam keadaan berbahaya, dan tokh masih berkata demikian, apakah ia benar-benar telah jatuh cinta padaku?”
Pikiran semacam itu ia sebetulnya tidak berani membayangkan, tetapi saat itu ketika menyaksikan keadaan menyedihkan gadis itu, hatinya tergerak juga.
Ia menyesal atas kelakuan hambar yang ditunjukkan tadi. Dengan perasaan terharu ia berkata:
"Waktu dengan cepat akan berlalu, mari kita lekas cari dia!"
Sehabis berkata tanpa menunggu jawaban sinona, ia sudah menyambar tubuhnya dan dipondongnya, kemudian dibawa lari menuju kearah t imur.
Dengan menyandarkan kepalanya didada Ho Hay Hong, gadis itu berkata:
"Ho koko. andai kata Hoa chiu Hw a tho tidak mau menerima bagaimana?" "Kalau ia tidak mau menyembuhkan kau, aku akan bunuh mati dia!" jawab Hay Hong dengan hati panas, hingga wajahnya nampak sangat menakutkan.
"Dia adalah seorang tamak, ia tentu ngincar batu wasiatmu, sehingga menggunakan akal keji demikian, Ho koko sekali-kali jangan terbit onar dengannya."
"Aku tidak pentingkan batu wasiatku, asal kau sembuh, hatiku merasa lega!"
"Berkali-kali kau demikian membela diriku, hatiku merasa sangat tidak enak!"
"Jangan begitu, itu adalah suatu hal yang sudah seharusnya!"
Saat itu dasar hatinya sudah tergerak oleh sikap lemah lembut dan sungguh-sungguh dari gadis itu, beberapa kali ia hendak mengutarakan isi hatinya, tetapi selalu terganggu oleh bayangan wajah gadis kaki telanjang yang sebentar terbang sebentar menghilang.
Ia t idak dapat menimbang mana satu yang lebih berat diantara dua jelita ini, yang menempati hatinya. Ia masih selalu merasa bahwa gadis kaki telanjang itu menantikan kabarnya dalam kesepian ditempat kediamannya didaerah selatan.
Kalau ia mengalihkan cintanya, didaerah selatan kepada gadis lain ini berarti suatu penghianatan terhadap cinta gadis itu.
Diam-diam ia menarik napas panjang. Dengan menindas perasaannya sendiri, ia kaburkan diri sambil menundukkan kepala. Tidak lama kemudian, deretan rumpun bambu yang teratur rapi itu sudah tampak dihadapan matanya, Ho Hay Hong sangat marah dengan kepalan tinjunya ia menggedor pintu dan berkata dengan suara keras:
"Hoa chiu Hw a tho, orang yang kau hendak ketemui sudah datang!"
Karena tidak mendapat jawaban dari dalam, ia mendorong pintu dengan sekuat tenaga sehingga rumah yang terdiri dari bambu itu tergetar. Pintu yang terdorong kuat telah terbuka, Hoa chiu Hwa tho dengan muka berseri-seri mengawasinya seraya berkata!
"Oh, kiranya kau. Aku siorang tua sudah lama menunggu, silahkan masuk!"
Ho Hay Hong melangkah masuk dengan langkah lebar. Setelah meletakkan gadis baja ungu diatas sebuah kursi bambu, ia berkata:
"Akal cianpwee sangat bagus, boanpwe sangat kagum. Sungguh tak kusangka kau adalah seorang yang semacam itu!"
Hwa chiu Hwa tho tidak menghiraukan ejekan itu. Ia berkata dengan tenang:
"Kau ada urusan minta pertolongan dari ku, sebaiknya sedikit sabar, jangan kau mengumbar napsumu, nanti kalau aku sudah naik pitam, batu wasiatmu itu aku juga tidak inginkan lagi!"
Ho Hay Hong dapat mengerti maksud ucapan orang tua itu, dalam hatinya berpikir: ”bagiku sendiri kehilangan batu wasiat adalah urusan kecil, tetapi apabila tua bangka ini nanti marah dan tidak suka berunding dengan ku, bagaimana nasibnya gadis in i?"
Dengan cepat ia dapat mempertimbangkan urusan besar itu, untuk sementara ia terpaksa mengalah, dengan menindas perasaan sendiri ia berkata.
"Baiklah, kau sembuhkan dia, aku akan menyerahkan batu wasiatku!"
"Tidak bisa, kau yang minta tolong dariku, harus lebih dulu menyerahkan batu wasiatmu," kata Hoa chiu Hw a tho sambil menggelengkan kepala.
"Jikalau cianpwee melanggar janji lagi, bukankah berarti aku akan kehilangan orang dan barang kedua- duanya?" kata Ho Hay Hong marah.
"Kalau begitu kau boleh keluar, aku tidak sudi dengan barangmu lagi."
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong segera naik pitam.
"Kau berani berbuat begitu, aku akan hancur leburkan seisi rumah tanggamu."
Hoa chiu Hw a tho memandang padanya dengan sinar mata dingin, lantas berlalu sambil berkata: "Terserah."
Dilihat dari sikap orang tua itu jelas sekali bahwa sedikitpun ia tidak takut dengan ancaman Ho Hay Hong, hingga terpaksa berlaku sabar lagi, dengan nada suara lunak ia berkata:
"Begini saja, aku akan meletakkan batu wasiatku ini diatas meja dan cianpwee menyembuhkan lukanya, setelah ia sembuh, batu wasiat itu kau boleh ambil!" Hoa chiu Hwa tho yang mendengar taw aran itu, sejenak nampak berpikir, kemudian menerima baik.
Ho Hay Hong mengeluarkan batu wasiatnya dari dalam sakunya, lalu diletakkan di atas meja, dari atas meja itu ia mengambil sebilah belati tajam yang ada disitu, kemudian mengundurkan diri kesamping sambil berkata:
"Sekarang waktunya tidak bisa diundur lagi, harap cianpwee lekas turun tangan."
"Untuk apa kau mengambil belati itu?" Ho chiu Hwa tho sambil tertaw a dingin.
"Cianpwee jangan anggap boanpwee hendak menggunakan benda ini untuk menghadapimu, boanpwee tahu benar bahwa kekuatan tenaga dalammu sudah sangat sempurna sehingga sudah kebal dari senjata tajam, tidak akan aku berbuat begitu gila. Dengan terus-terang aku hanya khaw atir cianpwee nanti melanggar janji lagi, maka aku harus waspada, jikalau terjadi apa apa, aku akan menggunakan belati ini untuk menghancurkan batu wasiat ini supaya kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa."
-ooo0dw0ooo-